1 minute read

AKTUALISASI INKLUSIVITAS DALAM KAMPUS?

yang tepat, salah satunya adalah mengadakan UNS Inclusion

Matrics sebagai tolak ukur perwujudan budaya dan praktik inklusi dalam pendidikan. UNS Inclusion

Advertisement

Matrics ini layaknya suatu ajang perlombaan antar fakultas menuju kesempurnaan implementasi inklusi bagi penyandang disabilitas. Namun, pertanyaannya apakah gelar ‘Kampus Inklusif’ yang dianugerahkan pada UNS di tahun 2012 sudah benar-benar tercermin dalam keberlangsungan harian kampus kita tercinta ini? Apakah mahasiswa-mahasiswa yang membutuhkan bimbingan atau fasilitas khusus telah mendapatkan hak yang seharusnya mereka dapatkan? Ataukah penerapan inklusi ini hanya menonjol ketika mendekati penilaian UNS Inclusion Matrics saja?

Perlu di garis bawahi, penerapan kampus inklusif sebenarnya tidak hanya terbatas pada disabilitas saja, tetapi juga pada mahasiswa yang memiliki perbedaan kewarganegaraan seperti mahasiswa internasional atau mahasiswa yang memiliki perbedaan latar belakang, mahasiswa PMM. Dengan adanya perbedaan yang cukup mencolok, seharusnya mahasiswa-mahasiswa tersebut mendapatkan pengarahan dan bimbingan eksklusif demi mewujudkan pendidikan yang menyeluruh atau inklusif. Tentu saja seluruh elemen universitas harus turut serta menerapkan pendidikan inklusif ini, baik tenaga kependidikan hingga mahasiswa. Adapun parameter baik tidaknya penerapan budaya inklusif ini bukan hanya disorot dari fasilitas saja, tetapi juga dari akomodasi, kegiatan belajar mengajar, hingga komunikasi dosen dengan mahasiswa, atau mahasiswa dengan mahasiswa.

This article is from: