Jurnal Kegiatan LPM KONEKSI Literasi Tanpa Henti
Gambar 1. Stand Ormawa LPM KONEKSI Gambar 2. Situasi dan Kondisi Kegiatan
Fakultaria Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta Selasa, 27 Agustus 2019 GOR Kampus II UMS
َ ََ َ ﷲ ِ ُورﺣﻣﺔ ُوﺑرﻛﺎﺗ ُﮫ َ اﻟﺳﻼم ْ ُ ْ َﻋﻠ َُ ﱠ َ ْ َ َ ﯾﻛم Kami segenap tim redaksi Majalah Koneksi mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas izinnya kami diperkenankan menerbitkan majalah edisi kedua kami di bulan Desember 2019 ini. Majalah kedua kami ini mengangkat judul "Pahlawan Kontemporer", judul ini memiliki makna sebagai tanda ucap syukur kami terhadap perjuangan tiap individu yang tengah mempertahankan kehidupan ini, karena pada dasarnya konsepkepahlawanan akan berkembang dari zaman ke zaman. Edisi majalah perdana kami pada bulan ini hendak melaporkan serta mengekspos beberapa informasi menarik, terutama mengenai aspek-aspek kepahlawanan yang ada terutama di Kota Surakarta. Tak hanya itu, Majalah Koneksi ini juga mengulas seluk beluk payung tempat kami berteduh yaitu Fakultas Komunikasi dan Informatika, sekaligus menjadi suatu bentuk pengenalan jati diri kami dan tempat kami berteduh, serta tokohtokoh teladan di dalamnya. Dalam majalah ini kami juga menyertakan beberapa karya-karya visioner serta menarik, baik itu dalam bentuk artikel, opini, puisi, maupun yang lainnya, yang sekiranya mampu meningkatkan pengetahuan dan menjadi media hiburan bagi teman-teman pembaca sekalian. Sebagai sebuah penutup, harapan kami, semoga majalah kami bisa bermanfaat untuk teman-teman pembaca sekalian dan produksi kami tetap berlanjut kedepannya. Akhir kata kami segenap tim redaksi mengucapkan terimakasih.
َ َ َ َ ِورﺣﻤﺔُ ﷲ ُوﺑﺮﻛﺎﺗ ُﮫ َ اﻟﺴﻼم ْ ُ ْ َﻋﻠ ُ َ َو ﱠ َ ْ َ َ ﯿﻜﻢ
Redaksi,
i
DAFTAR ISI
Salam Redaksi i Daftar Isi ii Struktur Pelaksana iii
Cakrawala Masa Lalu 15 Ruang Kecerdasan 19 Resensi 24
Fokus 1
Sudut Imajinasi 26
Silhouette 5
Lifestyle 35
Pojok Arsip 9
Buku Harian Kami 38
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
ii
Struktur Pelaksana Majalah KONEKSI Ruang Redaksi Majalah II KONEKSI: Pemimpin Redaksi: Indah Nur Syifa Wakil Pemimpin Redaksi: Nur Hasanah Kesekretariatan Majalah II KONEKSI: Maysali Sudarwati Keuangan Majalah II KONEKSI: Tryvennya Regyna S Editor: Erwaningtiyas Ami Sekar P Nanda Rachma Aji Tirto Prayogo Layouter: Kholif Huda Arrasyid Andhika Wirapala Fathin A. Novia Indriyani Reporter: Alvin Daffa Al Majid Novi Setya Ningrum Ginindya Nugra Widyasari Fauziah Dewi Prabandari Herlina Budiyanti Yudha Wahyu Yulianto Amrina Rosida Lisa Dewi Puspitasari Singgih Ardi Pamungkas M. Nur Imansyah Dimas P.
Pimpinan Organisasi Pemimpin Umum: Fauziah Dewi Prabandari Wakil Pemimpin Umum: Amrina Rosida Redaksi Organisasi: Pemimpin Redaksi: Kholif Huda Arrasyid Portal Online: Ginindya Nugra Widyasari Majalah: Nanda Rachma Herlina Budiyanti Layout: Andhika Wirapala Fathin A. Singgih Ardi Pamungkas Editor: Maysali Sudarwati Erwaningtyas Ami Sekar P. Keuangan: Novi Setya Ningrum Sirkulasi: Tryvenya Regyna Shintya Yudha Wahyu Yulianto Nur Hasanah Indah Nur Syifa Alamat Redaksi: Gedung J Fakultas Komunikasi dan Informatika, Kampus 2 Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. Ahmad Yani, Pabelan, Kartasura, Surakarta, Jawa Tengah, 57162 Hubungi Kami: @lpmkoneksi lpm.koneksi@gmail.com +62 857-2552-1992 www.lpmkoneksi.wordpress.com
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
iii
FOKUS Demo, Eksistensi atau Prestasi? Oleh: Herlina Budiyanti, Ginindya Nugra W., Tryvenya Regyna S.
Munculnya revisi UU KPK dan Revisi KUHP menjadi kontroversi hingga banyak penolakan dari masyarakat. Ada beberapa pasal di dalam revisi UU KPK dan RUU KUHP yang dinilai kontroversial. Karena itu, ratusan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) bersama mahasiswa dari universitas lainnya melakukan demonstrasi di depan Gedung DPRD Solo untuk menyuarakan penolakan pengesahan Revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) dan Revisi Undang-Undang KUHP (RUU KUHP) pada Selasa (24/9/2019). Ketua BEM FKI UMS, Muhammad Rizky Ma’ruf mengaku bahwa mereka tergerak melakukan aksi demo tersebut karena berangkat dari keresahan bersama rekan-rekan di FKI. “Kita di sini merasa bahwasannya bangsa kita sedang dalam keadaan tidak baik. Banyak sekali permasalahan dan kebijakankebijakan yang pada akhirnya menusuk rakyat. Selain itu, saya selaku BEM FKI juga tergerak untuk memobilisasi niatan kawan-kawan di FKI. Selain turun ke jalan dan menyampaikan aspirasi, juga sebagai ajang pemersatu mahasiswa, terutama FKI,” ujarnya. Ma’ruf mengatakan bahwa makna demo baginya adalah suatu momentum persatuan, dimana kita mahasiswa bersama-sama menyampaikan aspirasi kita. Berperan seperti seharusnya, menjadi agen yang dapat terus mengawasi negeri demokrasi ini karena nantinya kita lah yang akan menjadi kontrol untuk kemajuan bangsa ini kedepannya. Dan saat ditanyai apakah mahasiswa bisa disebut pahlawan saat melakukan aksi demo ia menanggapi bahwa bukan hanya mahasiswa, namun semua orang berhak menjadi seorang pahlawan. Ketika mereka sudah sanggup untuk bermanfaat baik untuk diri maupun untuk orang lain. Demo menolak RUU dan RKUHP tersebut m e n d a p a t p e rh a t i a n d a r i m a sya ra ka t d a n menimbulkan berbagai opini publik tentang alasan sebenarnya diadakan demo tersebut. Apakah demo ini adalah sebuah prestasi atau ajang menunjukkan eksistensi? Menyikapi hal itu Ma’ruf mengatakan “Kalau dikatakan sebagai unjuk prestasi juga bukan, karena tujuan kita disini untuk menyampaikan aspirasi bukan untuk ajang unjuk gigi. Semua berangkat dari hati nurani. Dan apabila dikatakan eksistensi, iya. Tetapi bukan eksistensi pribadi melainkan eksistensi FKI. Bahwasannya disini kita ingin menunjukkan kalau rekan-rekan FKI itu bukan orang-orang yang apatis. Kita sadar dengan sekian banyak mahasiswa yang kita punya, setidaknya kita
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
bisa menunjukkan bahwa FKI itu ada, dan mau turun ke jalan untuk kepedulian bersama.” Disisi lain, Pundra Rengga Andhita, S.Sos., M.I.Kom selaku Dosen Komunikasi Politik UMS menanggapi mengenai demo itu prestasi atau eksistensi beliau mengatakan “Prestasi berbeda ukurannya, selama ini masyarakat kita menilai ukuran prestasi sebagai dalam wilayah akademik dan nonakademik, non-akademik dalam arti seni dan olahraga. Jadi saya bilang bukan menggunakan kata prestasi untuk hal tersebut. Hal itu menunjukkan kebebasan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pendapat lisan dan tulisan di negara ini sah dan lebih demokratis dibandingkan negara-negara yang otoriter.” Beliau menilai sikap mahasiswa mendemo itu bagus karena mahasiswa marwahnya itu adalah pada sikap kritisnya terhadap negara hukum. Beliau juga mengatakan “Asalkan benar dan paham tentang apa yang mereka demo. Namun apabila mereka demo hanya soal “Saya ikut-ikutan, saya ingin tahu, atau saya ingin dapat pengalaman,” dan ketika mereka tidak tahu apa yang mereka suarakan maka saya sarankan mereka yang seperti itu lebih baik diam saja di kelas. Jangan justru merusak marwah gerakan mahasiswa.” Saat ditanyai mengenai setuju atau tidaknya diadakan demo ini beliau menegaskan bahwa beliau tidak mengatakan setuju atau tidak setuju karena beliau berada dalam golongan wasyatiyah (jalan tengah). “Intinya adalah dalam hal ini kita tidak bisa memberikan justifikasi sesuatu itu benar atau salah. Karena kita cenderung menggunakan paradigma sudut pandang dari kacamata kita pribadi. Dan kacamata kita pribadi tidak terlepas dari keberpihakan kita terhadap yang mana. Ketika kamu setuju pada demonstran, maka kamu akan berpihak pada demonstran. Dan apabila kamu berpihak dengan yang didemo, maka kamu setuju dengan pemerintah. Terkadang pendapat orang di muka umum tidak terlepas dari keberpihakannya,” kata beliau. Muhammad Rizky Ma’ruf
Pundra Rengga Andhita, S.Sos., M.I.Kom
1
FOKUS Apa yang Akan Kita Perjuangkan dan Harus Selalu Diperjuangkan
Joko Ramlan Sumber Foto: LPM KONEKSI
Oleh: Maysali Sudarwati, Fauziah Dewi P., Yudha Wahyu Yulianto Indonesia, negara yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Perjuangan keras untuk mendapatkan kemerdekaan. Kenapa para pejuang ingin merdeka sehingga mereka berusaha keras untuk mendapatkannya? Jawabannya adalah kebebasan, dan kesejahteraan. Kemerdekaan menjadi jembatan emas untuk kesejahteraan. Pada masa ini, kita masih dalam fase melalui jembatan emas. Seperti yang kita ketahui dahulu sebelum ada nama Indonesia, wilayah Nusan-
Sosok yang suka dipanggil dengan sebutan Eyang. Dalam masa mudanya (15 tahun) mengikuti perang yang tergabung dalam TP (Tentara Pelajar). Pernah menjabat sebagai dosen dan Koordinator Kemahasiswaan Perguruang Tinggi Swasta se-Jateng.
tara pernah merasakan kesejahteraan saat dibawah Kedatuan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit. Namun, kesejahteraan tersebut menurun karena tingkah dari bangsanya sendiri. Ketika bangsa asing mendarat di wilayah Nusantara, keadaan Nusantara sedang mengalami perpecahan yang kemudian dimanfaatkan oleh bangsa asing. Pada akhirnya bangsa asing tersebut menjadi kuat dan nusantara menjadi bangsa yang dijajah. Untuk menjadi bangsa yang berdaulat, kesatuan dan persatuan harus direngkuh dan diperdayakan. “Hanya bangsa yang mampu mewujudkan persatuan dan kesatuan itulah bangsa yang kuat”. Merdeka, “angan-angan untuk sejahtera”. Sejahtera didapatkan dengan proses. Kesejahteraan tidak didapatkan dengan malas-malasan. Salah satu proses tersebut adalah proklamasi kemerdekaan yang dilakukan disaat terjadi vacuum of power atau kekosongan kekuasaan. Disaat kita telah menjadi negara Indonesia, Belanda sebagai sekutu pemenang Perang Dunia 2 berusaha mendapatkan kembali bagiannya. Hal ini menyebabkan terjadinya perlawanan-perlawanan meski negara Indonesia telah merdeka. Perlawanan sengit terjadi Surabaya yang kemudian kita peringati sebagai Hari Pahlawan di 10 November. Perang Kemerdekaan, perang perlawanan dari Bangsa Indonesi terhadap Belanda. Dari pihak Belanda, mereka menyebut kejadian ini sebagai Aksi Polisionil. Mereka menyebut demikian karena menganggap bahwa pejuang Indonesia melakukan pemberontakan. Namun oleh dunia luar (organisasi luar) menyebut sebagai Agresi Militer Belanda, usaha perluasan wilayah Belanda. Pada dasarnya, ketika ada konflik, terdapat dua faktor yang berperan. Pertama fisik diikuti non-fisik, kedua non-fisik diikuti fisik. Pada saat genting seperti itu, yang terjadi adalah konflik fisik. “Jadi Eyang harus perang melawan musuh. Pasti menggunakan alat-alat perang, bedhil (senapan) dan macam-macam”, jelas Eyang Joko. “Siapa lagi yang di depan kalau bukan pemuda ketika Indonesia mengalami konflik, termasuk Anda
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
para mahasiswa”. Saat ini Indonesia tidak mempunyai musuh nyata secara fisik, tetapi Indonesia selalu punya musuh yang tidak nampak secara nonfisik. Musuh adalah segala sesuatu yang bisa menjadi ancaman, hambatan, gangguan, bahkan menjadi tantangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Musuh nonfisik memerangi dengan nonfisik pula. Dalam melakukan perlawanan, kita harus sesuai dengan TUPOKSI “Tugas Pokok dan Fungsinya” maka kita sebagai mahasiswa harus belajar dan menerapkan ilmu yang didapatkan di kelas. Misal kita sebagai mahasiswa yang bergelut di media, maka salah satu tugas kita adalah mencegah terjadinya hoaks, ujaran kebencian. Wujud musuh nonfisik di Indonesia adalah segala ancaman dan tantangan yang ada hubungannya dengan ideologi Pancasila dalam konteks negative. Kita tidak boleh terdoktrinasi oleh musuh dalam slimut yaitu segala ancaman yang berhubungan dengan ideologi pancasila. Lawan kita di segi kehidupan kita ada lima, yaitu Ideologi, POLitik, EKonomi (IPOLEK), SOSBUD dan HANKAM. Ideologi adalah yang kaitannya dengan ideology Pancasila, politik adalah yang kaitannya dengan Undang-Undang Dasar, ekonomi adalah yang kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan. SOSBUD berhubungan dengan budaya, tingkah laku, dan pendidikan, HANKAM berhubungan dengan pertahanan dan keamanan (ricuh atau tidak ricuh). Sistem untuk menghadapi lawan untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan, dan mewujudkan kemampuan kekuatan. Mewujudkan kesatuan dan persatuan melalui wawasan nusantara, untuk kemampuan kekuatan dengan cara ketahanan nasional. “Eyang ingin meneruskan kepada generasi penerusnya sepanjang masa. Eyang kan bangsa Indonesia, kamu bangsa Indonesia, berbeda dalam waktu. Harus ada kelanjutannya. Yang diperjuangkan Eyang jangan sampai sia-sia”. Maka kita harus memperjuangkan angan-angan kesejahteraan yang dalam pencapiannya harus dengan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
2
FOKUS Melihat Kiprah Mahasiswa, Layakkah disebut Pahlawan? Oleh: Novi Setya Ningrum
Sumber: CleanPNG.com Mahasiswa seperti kehilangan makna pahlawan yang sesungguhnya. Mereka hanya melihat pahlawan sebagai sosok yang telah gugur dan terabadikan di halaman akhir atlas Indonesia atau buku UUD 1945. Mereka hanya sekedar memperingati 10 November sebagai hari pahlawan, dan setelahnya seperti angin lalu. Belum lama ini, 10 November hanya dijadikan ceremonial, sekedar posting status berisi ucapan “Selamat hari Pahlawan� di media sosial masing-masing. Padahal mahasiswa bisa lebih dari itu. Melihat lebih jauh bagaimana kondisi mahasiswa sekarang, layakkah mereka disebut pahlawan ? Pada umur Indonesia yang sudah 74 tahun ini, diharapkan mahasiswa dapat merayakan Hari Pahlawan serta mampu menjadi pahlawan. Meneladani sikap pantang menyerah, rela berkorban, dan semangat yang ditunjukkan demi kemerdekan RI oleh pahlawan terdahulu. Dimasa sekarang, sikapsikap tersebut harus mampu dikolaborasikan dengan perkembangan zaman. Sehingga menjadi relevan untuk dianut dan disebarluaskan kepada muda-mudi yang lain. Mahasiswa adalah tumpuan sekaligus aset bangsa, baik dalam tingkat pemerintahan maupun di dalam masyarakat luas karena estafet kepemimpinan akan terus berjalan. Dan tiba saatnya mahasiswa yang sekarang masih berada di ruang-ruang kelas menjadi anak panah yang mampu melesat jauh membawa perubahan. Terlebih untuk masyarakat kecil, mereka
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
menggantungkan seribu harapan untuk mahasiswa. Untuk menjadi agen perubahan yang mampu merubah nasib mereka. Yang mampu mensarjanakan masyarakat yang tidak sarjana. Mahasiswa harus mampu menjadi Agent of Change, istilah tersebut banyak didengungkan oleh berbagai pihak dan tokoh negara. Agen perubahan artinya mampu berdiskusi dan akan menghasilkan narasi-narasi yang cemerlang. Bukan pada kepentingan segelintir orang, melainkan demi keberlangsungan masyarakat. Sepertinya dalam melihat ketimpangan, mahasiswa hendaknya mampu menelaah seperti, apa yang sedang terjadi? Apa yang salah? Tindakan apa yang harus dilakukan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut selalu mengendap di kepala dan akhirnya menguap begitu saja sebelum aksi nyata digaungkan. Mahasiswa 1998 menjadi figur pahlawan reformasi yang dielu-elukan. Mampu menumbangkan rezim 32 tahun yang berkuasa. Yang kebanyakan aktivis 98 kini menjadi bagian dari demokrasi yang pernah mereka tumbangkan meski dengan pemerintahan yang baru. Dan momen pada tahun 2019 ini, mahasiswa kembali menunjukkan taringnya. Hal ini sekedar eksistensi, prestasi, atau rasa simpati pada rakyat miskin. Tidak ada yang tahu tujuan setiap pihak yang terlibat aksi-aksi tersebut. Beberapa hanya ingin mengulang tumbangnya orba menjadi reformasi. Mereka hanya ingin eksis sebagai mahasiswa dan
3
FOKUS menunjukkan masih mempuyai pengaruh. Beberapa pidato Presiden Joko Widodo tentang harapan untuk dari yang lain benar-benar mengetahui inti dari mahasiswa, "Jangan hanya bermimpi untuk menjadi sebuah masalah yang dihadapi, dan berharap aksi yang politisi. Bermimpilah misalnya menjadi pengusaha, entrepreneur, karena saat ini baru 1,6 persen, dilakukan mampu membawa perubahan. Lalu apakah dengan aksi-aksi mahasiswa normalnya di atas lima persen, dengan gagasandisepanjang bulan September kemarin mampu gagasan besar, jadi developer software, aplikasi, memberikan predikat bahwa mahasiswa adalah animasi, games, ke depan alurnya ada di situ,". Gerakan-gerakan nyata oleh mahasiswa patriot nyata saat ini? Ideologi mahasiswa begitu keras ditambah sikap kritis dan ambisius. Tidak jarang bukanlah hanya sekedar aksi sebagai bentuk reaksi sebagian mahasiswa mengedepankan emosi sesaat yang harus terus dilakukan. Berpikir kritis dan terbuka untuk beraksi. Hingga menyebabkan makna namun tetap bertanggung jawab serta menggunakan mahasiswa berjalan semu antara menyuarakan penyeimbang hati adalah suatu keharusan. Bukan bebas melanggar aturan dan frontal tapi bebas yang aspirasi atau sikap kritis yang sekedar tiru-tiru. Mahasiswa dapat dikatakan sebagai pahlawan santun dan kegiatan positif yang berkesinambungan. Sebab ditengah perkembangan mahasiswa atau tidak, belum dapat terdefinisikan hanya dengan satu aksi yang kemudian lama-lama dilupakan. Sekali dalam mengekspresikan diri dan manyuarakan aksi tanpa keberlanjutan yang berkesinambungan. aspirasi tidaklah seleluasa dan sebebas dulu. Terlebih Karena menjadi pahlawan adalah sebuah proses yang bersuara di media, sebab UU tentang ITE siap terus dilakukan. Tanpa berharap predikat pahlawan menerkam mahasiswa ke meja hijau dan berakhir di dari orang di sekitar. Terus produktif agar mampu sel. Untuk itu sebagai seorang mahasiswa intelektual bernapas panjang, dengan cara masing-masing harus bijak dalam bermedia serta memberikan contoh menjadi bagian dari Indonesia. Mereka yang pandai kepada masyarakat lain untuk melakukan hal yang merangkai kata, susunlah menjadi konstruktif nyata. sama. Mari mengemban tugas sebagai agent of Mereka yang vokal menyuarakan aspirasi jadilah change, membawa perubahan. Karena satu-satunya aktivis positif. Negara membutuhkan mahasiswa hadir yang pasti adalah perubahan itu sendiri. Jika tidak sebagai pahlawan entrepreneur yang mampu berubah maka kita yang akan dirubah. Dan mahasiswa menciptakan lapangan pekerjaan dan content creator, seharusnya tidak egois serta hanya mementingkan diri baik animator, gamers yang mampu memberikan value sendiri karena ada hak rakyat yang harus dipenuhi. bagi negara dan orang sekitar. Seperti dikutip dari
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
4
Silhouette
Silhouette Belajar dari Mas Jun, Mahasiswa Mengapresiasi Nilai Pahlawan Oleh: Indah Nur Syifa dan Novia Indriyani
Sumber: Indah dan Novia
Pahlawan ialah orang yang mempunyai semangat patriotisme dalam filsafat dan orang yang bisa mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadinya. Seperti yang diungkapkan oleh sosok orang yang namanya tak asing lagi di Univeritas Muhammadiyah Surakarta, ia adalah Fajar Junaedi, yang lahir di Madiun pada 20 Mei 1979. Menempuh pendidikan Sarjana Ilmu Komunikasi di Universitas Diponegoro dan Magister Ilmu Komunikasi di Universitas Sebelas Maret. Sejak tahun 2003 bergabung menjadi staf pengajar di Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Selain itu juga mengajar pada disiplin ilmu yang sama di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Fajar Junaedi yang akrab dengan sapaan Mas Jun ini pernah terlibat dalam produksi film dokumenter Derby Mataram (2008) dan Arema “Agama Kedua” (2010). Buku yang ditulisnya terbit di tahun 2005 berjudul Komunikasi Massa: Pengantar Teoritis dan Membuat Film Dokumenter: Sebuah Panduan Praktis (2011), Menyulap kekalahan: Operasi Militer AS dalam Film Hollywood dan Layar TV (2012), Bonek : Komunitas Suporter Petama dan Terbesar di Indonesia (2012).
Mas jun aktif diberbagai kegiatan baik di kampus maupun diluar kampus terbukti dari karyakaryanya yang sudah tidak asing lagi, selain itu Mas Jun juga menjadi wakil sekjen asosiasi pendidikan tinggi ilmu komunkasi ASTIKOM. Saat menjadi mahasiswa, Mas Jun sudah aktif dikegiatan yang digeluti hingga saat ini, “Mahasiswa harus mengisi waktu sebaikbaiknya untuk belajar dan menguasai pengetahuan sebanyak-banyaknya, banyak belajar beraktivitas berorganisasi dengan tetap punya semangat peduli terhadap lingkungan sekitar” ungkap Fajar Junaedi. “Mahasiswa sekarang harus belajar keras karena Mahasiswa sekarang beda denga era saya” tambahnya. Pada era saat ini Mahasiswa sudah tidak lagi bersaing dengan human to human melainkan human to robot. Mahasiswa menghadapi era yang disebut dengan revolusi industri 4.0 dimana perkembangan pesat dalam teknologi sensor, interkoneksi, dan analisis data terintegrasi “ Dalam revolusi industri 4.0 tingkat literasi mahasiswa sangat rendah, kemampuan membacapun juga rendah, dalam hal membaca riset saja juga rendah” tegas Fajar Junaedi mengenai mahasisiwa pada era saat ini.
Membahas revolusi industri 4.0 memang tiada habis nya, bagaimana tidak? mengingat Mahasiswa pada jaman dahulu begitu mengapresiasi pahlawan seharusnya pada era saat ini dimana semua fasilitas terpenuhi kita sebagai mahasiswa mampu meneruskan nilai – nilai yang diwariskan oleh para pahlawan “Nilai patriotisme, nilai kejujuran, nilai altruisme, semangat berkorban, integritas, membangun monumen, mengabadikan sejarah dan mempelajarinya juga semua penting” ucap Fajar Juanedi dalam mberikan semangat kepada Mahasiswa. Oleh karena itu, sebagai Mahasiswa kita harus mempunyai kesadaran diri memiliki tanggung jawab untuk belajar dan pentingnya mengapresiasi nilai-nilai pahlawan. Terus belajar berorganisasi, menambah wawasan, belajar memanage waktu serta melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaat “Saya termasuk orang yang tidak suka menggunakan waktu secara mendadak, semua terplanning dengan baik dan terus melakukan kegiatan yang bermanfaat meski usia sudah tidak lagi muda tapi aktivitas harus terus muda” tutup Fajar Junaedi memberikan motivasi kepada Mahasiswa.
Pentingnya memperjari nilai patriotisme, nilai kejujuran, nilai altruisme, semangat berkorban, integritas, membangun monumen, mengabadikan sejarah.
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
6
Silhouette Budaya Lokal Tidak akan Pudar dengan Berjalannya Waktu Oleh: Alvin Daffa Almajid
Sumber: Alvin Pak Wagito adalah pria yang bekerja sebagai pusaka, perayaan grebek gunungan, dan lain-lain. "Pernah tahun lalu saya pada saat acara Grebeg petani di Desa Cangkring Malang, Kelurahan Timbul Harjo, Kecamatan Sewon, Kota Jogjakarta. Selain gunungan pingsan saat di tengah acara karena kondisi menjadi seorang petani beliau juga seorang Abdi badan saya yang kurang enak dan kepala saya pusing sekali akhirnya saya tau-tau terjatuh nggak sadarkan dalem Keraton Jogjakarta sejak 1984. Pak Wagito telah berkeluarga dan memiliki diri. Kemudian ketika saya dibawa ke rumah sakit empat orang anak, tinggal di sebuah rumah sederhana ternyata memang tensi saya bermasalah," Kata Pak yang berjarak 5,4 kilometer dari Keraton Jogjakarta. Wagito sambil bergeleng-geleng. Meskipun di sisi lain beliau sudah paham pada Beliau telah menjadi Abdi Keraton Jogjakarta sejak kecil dan karena beliau bukan keturunan keraton maka era sekarang, pekerjaan sudah mulai berubah dan era jabatan paling tinggi untuknya adalah Bupati Nom atau teknologi yang semakin cepat, serta posisi Abdi dalem keraton bukanlah pekerjaan yang populer di termasuk golongan kaprajan. "Saya menjadi Abdi keraton mulai saya umur masyarakat. Tetapi, Pak Wagito tidak pernah khawatir tujuh tahun karena latar belakang keluarga saya terkait pekerjaannya sebagai Abdi dalem keraton. memang banyak yang sudah menjadi Abdi Keraton Karena keyakinan beliau yang sudah mantab mengenai Jogjakarta di sana," Kata Pak Wagito, saat berbicara keraton yang telah memberikan berkat dan ilmu kepada keluarganya yang sudah turun-menurun. dengan LPM Koneksi, Selasa (12/11/2019). Keseharian Pak Wagito dimulai dengan bekerja Harapan beliau sebagai Abdi keraton kepada sebagai petani mulai pukul tujuh sampai pukul anak-anak muda zaman sekarang adalah nilai-nilai sembilan pagi yang terletak tidak jauh dari rumahnya. kearifan budaya lokal tidak akan pudar dengan Kemudian dilanjutkan setelah itu berangkat ke berjalannya waktu dan dapat bersaing di era modern Keraton dengan seragam khas Keraton Jogjakarta dan ini. Karena dengan menghargai budaya bangsa ini, dan bertempuh sekitar lima belas menit sampai dua puluh menjaga nilai-nilai budaya lokal yang baik. Sedikit menit. Pak Wagito bekerja mulai dari pukul sembilan demi sedikit moral generasi muda bangsa akan sampai pukul dua siang setiap harinya. membaik dan berhati-hati terhadap pengaruh budaya Sebagai Abdi dalem Keraton Jogjakarta, Pak luar yang merusak moral bangsa ini. Dengan kata lain, Wagito sering mendapat tugas seperti sebagai saya pribadi mengajak kepada generasi muda penerus pemandu Keraton dan sebagai Wido Budoyo yaitu Abdi bangsa, mari perjuangkan kebaikan dalam budaya Dalem yang bertugas untuk mempersiapkan acara atau negeri ini sebagai bentuk cinta dan kasih sayang tradisi di Keraton Jogjakarta seperti memandikan terhadap bangsa.
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
7
Silhouette Memberikan Pelayanan dengan Mengatur Lalu Lintas Oleh: Nur Hasanah Nanda Rachma K.D.
Sumber: Nur dan Nanda Kemacetan lalu lintas kini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, khususnya di kotakota yang memiliki kepadatan penduduk tinggi. Tingkat kemacetan lalu lintas sendiri tidak mengalami penurunan dikarenakan masyarakat lebih memilih berkendara pribadi daripada menggunakan kendaraan umum ataupun jalan kaki, karena tuntutan zaman dan tuntutan kebutuhan masyarakat saat ini. Supeltas merupakan singkatan dari Sukarelawan Pengatur Lalu lintas. Supeltas sendiri sering dijumpai di persimpangan jalan, dan mereka bertugas untuk menyebrangkan para pengendara dan mengatur kemacetan lalu lintas. Di Surakarta sendiri kemacetan dapat terjadi karena banyaknya jumlah kendaraan di jam-jam tertentu seperti pagi dan sore hari. Suara klakson yang saling bersahut-sahutan di jalanan seolah-olah pengendara diburu waktu bahkan hampir tidak ada yang mau mengorbankan atau mempersilahkan kendaraan dari arah berlawanan. Maka dari itu, peran Supeltas sangatlah penting. Berkaitan dengan honor, pekerja Supeltas di Surakarta mendapatkan uang murni dari masyarakat yang berkendara sehingga tidak ada peran dari pemerintah untuk memberi honor terhadap mereka. Tutur Joko Susanto, salah satu Supeltas kota
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
Surakarta. Ia sendiri sudah empat tahun bekerja sebagai Supeltas. Awal karir dari Joko Susanto yaitu ketika ia melihat kondisi jalanan yang sangat ramai dan timbul kemacetan, serta ajakan dari seorang temannya untuk mendaftarkan diri ke Polres atau melakukan izin terlebih dahulu sebagai Supeltas, sehingga pekerjaan menjadi seorang supeltas ini resmi, tidak liar, dan telah diberi pembinaan dari pihak Polres, Pembinaan tersebut dilakukan setiap bulannya secara rutin. Tantangan dalam pekerjaan ini menurut Joko Susanto sangatlah banyak seperti keresahan masyarakat akan lamanya waktu untuk berhenti ketika supeltas menyebrangkan kendaraan. “Namanya juga bekerja untuk orang banyak, jadi ada orang yang senang dan ada orang yang tidak senang, tapi niat kita cuma ikhlas membantu kalaupun dikasih ya alhamdulillah, kalaupun tidak ya tidak memaksa untuk dikasih, rezeki sudah ada yang ngatur� ungkap Joko Susanto. Melihat pekerjaan Supeltas, tidak sedikit dari masyarakat yang meremehkan pekerjaan ini. Memandang profesi seperti ini dengan sebelah mata padahal uang yang dihasilkan tidak sesuai dengan apa yang telah dilakukan untuk masyarakat, khususnya pengguna jalan.
8
ARSIP-ARSIP LAMPAU
ARSIP-ARSIP LAMPAU Biografi Pahlawan Kebanggaan Kota Solo Oleh: Fauziah Dewi Prabandari
Brigjen Slamet Riyadi
Sumber: Google Slamet Riyadi lahir di Donokusuman, Solo, pada tanggal 28 Mei 1926 dengan nama Soekamto. Tetapi karena sejak kecil ia selalu sakit maka orangtuanya mengganti namanya menjadi Slamet Riyadi. Slamet Riyadi adalah putra dari Idris Prawiropralebdo, seorang perwira anggota legiun Kasunanan Surakarta. Karakter yang sangat menonjol dari sosok Slamet Riyadi adalah kecakapan dan keberaniannya, terutama setelah Jepang bertekuk lutut dan kemerdekaan Indonesia diproklamasikan. Slamet Riyadi punya jasa besar didalam pembentukan pasukan khusus TNI AD atau yang lebih kita kenal dengan nama Kopassus. Slamet Riyadi diangkat sebagai Komandan Batalyon Resimen I Divisi X. Setelah Jepang berhasil diusir dari Indonesia, Belanda berupaya untuk kembali menjajah Indonesia. Dalam perkembangannya, Slamet Riyadi kemudian diangkat menjadi komandan Batalyon XIV dibawah divisi IV. Panglima Divisi IV adalah Mayor Jenderal Soetarto dan divisi ini dikenal dengan nama Divisi Panembahan Senopati. Batalyon XIV, yang mana pasukannya terkenal dengan sebutan anak buah 'Pak Met' merupakan kesatuan militer yang dibanggakan,
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
karena selama agresi Belanda II, pasukannya sangat aktif melakukan serangan gerilya terhadap kedudukan militer Belanda. Pertempuran demi pertempuran membuat sulit pasukan Belanda dalam menghadapi taktik gerilya yang dijalankan Slamet Riyadi. Dalam perang kemerdekaan II, Slamet Riyadi dinaikkan pangkatnya menjadi Letnan Kolonel, dengan jabatan baru Komandan "Wehrkreise I" (Panembahan Senopati) yang meliputi daerah gerilya Karesidenan Surakarta, dan dibawah komando Gubernur Militer II pada Divisi II, Kolonel Gatot Subroto. Republik Maluku Selatan (RMS) mendeklarasikan kemerdekaannya dari Indonesia yang baru lahir. Slamet Riyadi ditugaskan untuk menumpas pemberontakan Kapten Abdul Aziz di Makassar dan Republik Maluku Selatan (RMS) yang dipelopori oleh Dr. Soumokil dan kawan-kawan. Slamet Riyadi dikirim ke garis depan pada tanggal 10 Juli 1950 sebagai bagian dari Operasi Senopati untuk merebut kembali Pulau Ambon. Pada tanggal 4 November 1950, ketika Slamet Riyadi dan pasukannya sedang berusaha menumpas pemberontakan RMS di gerbang benteng Victoria, Ambon, ia tertembak dan gugur.
10
ARSIP-ARSIP LAMPAU Biografi Pahlawan Kebanggaan Kota Solo Oleh: Fauziah Dewi Prabandari
K.H. Samanhudi
Sumber: Google Samanhudi merupakan tokoh pejuang yang dikenal berkat jasanya di dalam mendirikan Sarekat Dagang Islam. Ia merupakan pria keturunan Jawa, lahir di Laweyan, Surakarta pada tahun 1868. Di mata masyarakatnya, ia juga populer dengan sebutan Kyai Haji Samanhudi. Saat masih kecil, ia juga punya nama panggilan lain, yaitu Sudarno Nadi. Jiwa dagang memang sudah ada di dalam dirinya sejak lama, sehingga ia bisa dengan mudah menarik hati masyarakat. Berbekal pengalaman terjun langsung dalam bisnis perdagangan, pengetahuannya menjadi semakin luas. Akhirnya dia membentuk Serekat Dagang Islam tepat pada tahun 1911. Tujuan dari pembentukan organisasi tersebut adalah mengakomodir kebutuhan pengusaha batik terutama yang berasal dari Surakarta. Itu tidak lain supaya pedagang Indonesia merasakan keadilan. Sejak 1920, ia mulai sakit-sakitan sehingga tidak bisa lagi berpartisipasi aktif seperti sebelumsebelumnya. Meski geraknya terbatasi oleh sakit yang diderita, namun tidak dengan pikirannya. Berbagai ide cemerlang masih sempat ia ciptakan terutama yang ada kaitannya dengan Pergerakan Nasional. Samanhudi wafat pada 28 Desember 1956 di Klaten.
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
11
ARSIP-ARSIP LAMPAU Biografi Pahlawan Kebanggaan Kota Solo Oleh: Fauziah Dewi Prabandari
Katamso Darmo Kusumo
Sumber: Google Brigadir Jenderal Katamso Darmokusumo beliau dilahirkan pada 5 Februari 1923 di Sragen, Jawa Tengah. Setelah masa kemerdekaan Indonesia, Beliau bergabung dengan TKR yang berangsur-angsur berubah menjadi TNI. Ketika terjadi Agresi Militer Belanda, beliau memimpin pasukan untuk berkali-kali melakukan pertempuran mengusir Belanda dari Indonesia. Pada masa awal kedaulatan Republik Indonesia masih sering dirongrong dengan berbagai peristiwa baik dalam maupun luar negeri. Setelah kedaulatan Negara Indonesia diakui di mata Internasional, terjadi pemberontakan Batalyon 426 di Jawa Tengah. Brigjen Katamso dan pasukannya diserahi tugas untuk menumpas pemberontakan tersebut. Pada Biografi Brigadir Jenderal Katamso Darmokusumo, disebutkan bahwa pada tahun 1958 beliau menjabat sebagai Komandan Batalyon “A� yang tergabung dalam pasukan Komando Operasi 17 Agustus yang dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani. Pasukan ini bertugas menumpas pemberontakan yang dilakukan oleh PRRI/Peremesta. Pada tahun 1963 Brigjen Katamso diamanahi jabatan sebagai Komandan Korem 072 Kodam VII/Diponegoro yang berkedudukan di Yogyakarta. Pada masa itu ideologi PKI telah menyebar luas dilapisan masyarakat. PKI juga menyasar kalangan terpelajar untuk bergabung dengan mereka dan diharapkan menjadi kekuatan intelektual mereka. Beliau mencium gelagat itu sangat kuat penyebaran PKI di daerah Solo, maka beliau memutuskan untuk melakukan pembinaan kepada para mahasiswa di daerah Solo. Para Mahasiswa tersebut diberi pelatihan militer guna meningkatkan kecintaan kepada Negara Republik Indonesia di atas kelompok dan golongan. PKI melancarkan penculikan terhadap komandan Korem 072 dan Kepala Staf Korem Letnan Kolonel Sugiono pada tanggal 1 Oktober 1965 sore hari. Katamso dan Sugiono dibawa ke daerah Keuntungan, dan sesampainya di tempat, mereka dipukuli dengan kunci mortar hingga tewas.
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
12
ARSIP-ARSIP LAMPAU Biografi Pahlawan Kebanggaan Kota Solo Oleh: Fauziah Dewi Prabandari
Dr. Moewardi
Sumber: Google
Dr. Moewardi lahir di Pati pada tahun 1907. Perjalanan pendidikan dr. Moewardi dimulai pada 1926. Beliau tercatat sebagai mahasiswa tingkat III School Tot Opleiding Voor Indische Arsten (STOVIA). Dr. Moewardi kemudian melanjutkan belajar di Nederlandsch Indische Arts School (NIAS) hingga lulus sebagai dokter pada tahun 1931. Setelah 5 tahun berpraktik sebagai dokter, dr. Moewardi kembali memperdalam ilmunya dengan mengambil spesialisasi Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT) di Geneeskundig Hoogeschool (GH) Salemba dan menjadi asisten pada rumah sakit CBZ, yang kini berubah nama menjadi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Ia resmi menjadi dokter spesialis pada tahun 1939. Yang patut dibanggakan, dr. Moewardi tak hanya aktif sebagai dokter, di Solo, dr. Muwardi mendirikan sekolah kedokteran dan membentuk gerakan rakyat untuk melawan aksi-aksi PKI. Namun ia juga dikenal pandai pencak silat dan aktif dalam bidang kepanduan. Dr. Moewardi merupakan pemimpin di kepanduan Jong Java Padvinderij. Pada era persiapan Proklamasi Kemerdekaan RI, dr. Moewardi turut
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
mempersiapkan pelaksanaan acara pembacaan teks proklamasi yang dilakukan di rumah Bung Karno. Setelah proklamasi kemerdekaan dibacakan, dr. Moewardi ditunjuk sebagai Ketua Umum Barisan Pelopor (kemudian berubah nama menjadi Barisan Banteng), menggantikan Bung Karno yang diangkat menjadi Presiden. Pa d a awa l t a h u n 1 9 4 6 , d r. M o e wa rd i memindahkan Barisan Banteng dari Jakarta ke Solo akibat semakin memanasnya situasi politik dan keamanan di Jakarta saat itu. Dr. Moewardi kemudian terjun ke dunia politik dengan membentuk Gerakan Rakyat Revolusioner (GRR) pada Agustus 1948 untuk melawan aksi-aksi anti pemerintah yang dilancarkan oleh Front Demokrasi Rakyat (FDR), yang merupakan onderbouw Partai Komunis Indonesia (PKI). Dr. Moewardi diculik pada 13 September 1948, saat menjalankan praktik sebagai dokter di RS Jebres, Solo. Hingga kini ia tak pernah terlihat kembali dan hilang secara misterius. Kini namanya diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta. Namanya juga diabadikan sebagai sebuah nama jalan di Jakarta.
13
ARSIP-ARSIP LAMPAU Biografi Pahlawan Kebanggaan Kota Solo Oleh: Fauziah Dewi Prabandari
Pakubuwono X
Sumber: Google
Sri Susuhunan Pakubuwono X yang nama kecilnya adalah Raden Mas Malikuk Kusno, lahir pada 29 November 1866 di Surakarta, Jawa Tengah. Beliau adalah putra Sri Susuhunan Pakubuwono IX dari permaisuri Raden Ayu Kustiyah. Malikul Kusno naik tahta sebagai Pakubuwono X pada 30 Maret 1893, menggantikan ayahnya yang meninggal dua minggu sebelumnya. Beliau bergelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X. Pakubuwono X menikah dengan Ratu Hemas (putri Sultan Hamengkubuwono VII). Masa pemerintahannya ditandai dengan kemegahan tradisi dan suasana politik kerajaan yang stabil. Pada masa pemerintahannya yang cukup panjang, Kasunanan Surakarta mengalami transisi, dari kerajaan tradisional menuju era modern, sejalan
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
dengan perubahan politik Hindia Belanda. Pakubuwono X memberikan kebebasan berorganisasi dan penerbitan media massa. Beliau mendukung pendirian organisasi Sarekat Dagang Islam. Kongres Bahasa Indonesia I di Surakarta (1938) pada masa pemerintahannya. Infrasturktur modern Kota Surakarta banyak dibangun pada masa pemerintahannya, seperti bangunan Pasar Gede Harjonagoro, Stasiun Solo Jebres, Stasiun Solo – Kota (Sangkrah), Stadion Sriwedari, Kebun Binatang Jurug, Jembatan Jurug yang melintasi Bengawan Solo di timur kota, Taman Balekambang, gapura-gapura di batas kota Surakarta, rumah pemotongan hewan ternak di Jagalan, rumah singgah bagi tuna wisma, dan rumah perabuan bagi warga Tionghoa.
14
CAKRAWALA MASA LALU
Cakrawala Masa Lalu Adonis Pallas Sutanto: Kuliah dan Organisasi Bukan Hal Kontradiktif
Sumber: Dokumen Pribadi Narasumber
Oleh: Nur Hasanah dan Nanda Rachma Kusuma Dewi
Terlahir di Tangerang, 14 Agustus 1998 mantan Gubernur FKI UMS dengan nama lengkap Adonis Pallas Sutanto ini merupakan salah satu mahasiswa berprestasi yang aktif sehingga dapat menorehka n penga la ma n-penga la ma n ya ng menginspirasi mahasiswa lainnya. Pengalamanpengalaman tersebut ia dapat dari berbagai organisasi mahasiswa yang ia geluti semasa belajar di perguaruan tinggi. Diantaranya KINE, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Mentoring FKI, dan tentunya Badan Eksekutif Mahasiswa FKI. Selain dari organisasi yang ada di dalam kampus, ia juga mengikuti organisasi di luar universitas yaitu Indonesia Student and Youth Forum (ISYF). Dengan kehidupan yang terkenal disiplin, tidak heran jika membawanya menjadi mahasiswa berprestasi, baik dari segi akademik maupun nonakademik. “Sempat dipaksa dan akhirnya ikutlah sebuah acara Forum Pelajar Indonesia di Jakarta, yang terpilih dan masuk salah satu dari 300 pelajar di Indonesia mewakili Solo Jawa Tengah� jelasnya dalam wawancara. Hal inilah yang menjadi motivasi awalnya untuk mengikuti berbagai macam organisasi selama kuliah. Singkat cerita selesai dari acara tersebut memberikan semangat untuk bisa lebih berkontribusi kepada banyak orang terutama melalui ide dan
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
gagasan dalam hal seputar pendidikan dan menjalankan amanah untuk memimpin organisasi di region Jawa Tengah, serta menambah luas pandangan untuk berorganisasi dan menambah relasi, apalagi untuk pemula baginya. Selain itu, keaktifannya dalam mengikuti organisasi semasa kuliah bermula dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, belajar untuk jadi lebih kritis lagi dan bagaimana supaya bisa berkontibusi bagi lingkungan kampus. Karena selama kuliah passionnya tidak tetap, oleh karenanya ia berusaha untuk memaksimalkan disetiap passion yang sedang dijalani, karena menurutnya akan ada kepuasan diri ketika tahu jika ada warisan yang bisa diberikan untuk generasi selanjutnya. Dalam mengikuti berbagai macam organisasi dalam waktu yang bersamaan, ia memiliki formula khusus yaitu menanamkan bahwa kuliah dan organisasi itu bukan hal yang kontradiktif. Jadi, tidak pernah ada pilihan absolut antara kuliah atau organisasi. Karena baginya organisasi dan kuliah itu satu jalan yang berdampingan. Selama yang dijalani benar dan yakin dengan pilihan yang diambil, pasti akan ada cara. Tinggal bagaimana menemukan cara tersebut.
16
Cakrawala Masa Lalu Secara spesifik, ia memiliki cara untuk mengatur prioritas secara dinamik, jadi prioritas itu diatur dimasa awal kuliah, organisasi, urusan pribadi, keluarga, dan hal lainnya. Kemudian dalam menjalani seringlah evaluasi apakah selama melakukan aktivitas sudah benar atau malah sebaliknya. Selain itu cari teman yang dapat membantu kita untuk menuju target-target kita, karena memiliki teman seperjuangan yang benar-benar faham itu penting, terutama mereka yang bisa saling percaya. Kemudian ketika sudah memliki prioritas yang benar dan lingkungan yang mendukung, barulah pribadi kita yang beraksi secara maksimal. Jangan pernah menunda tugas-tugas kita, karena hal ini membuat pikiran tidak tenang dan banyak waktu terbuang untuk meredakan stress atau depresi kita instead of kita mengerjakan hal lain yang lebih penting. A d o n i s ya n g m e r u p a k a n m a h a s i s wa Informatika Universitas Muhammadiyah mendapatkan predikat lulusan TERMUDA sekaligus mahasiswa TERBAIK. Hal yang memotivasinya tak lain ialah keluarga, dan dari kecil orang tua lebih concern ke
passion untuk cari tantangan dan menguji diri. Selain hal itu, ia memiliki trik untuk menjadi yang terbaik, yaitu be the best version of yourself. Karena hal ini akan mempermudah bagaimana kita mengukur diri kita, dan setiap bisa jadi the best version diri mereka sendiri, dan bisa sampai apa yang mereka inginkan, asalkan fokus terhadap apapun yang kita inginkan. Setelah lulus dari UMS, saat ini Adonis bekerja di perusahaan ONE ( Ocean Network Express ), sebuah perusahaan container shipping, Management Trainee (MT). Menurutnya, pengalaman-pengalaman yang ia dapat dimasa kuliah seperti teamwork, determination, and management merupakan pengalaman berharga yang dapat membantu agar bisa stabil dalam bekerja, baik dengan orang lain maupun diri sendiri. “Semangat untuk mencapai tujuan diri kita, berbuat baik pada lingkungan kita, karena kalau kita menjadi orang baik maka kita akan menemukan orang yang baik pula, atau mereka yang akan menemukan kita, dan selalu berusaha bahagia untuk menjadi best version of yourself. Jaga iman, jaga pikiran, dan jaga diri, “ jelasnya sebagai pesan untuk pembaca.
Selalu berusaha bahagia untuk menjadi best version of yourself. Jaga iman, jaga pikiran, dan jaga diri! - Adonis
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
17
Cakrawala Masa Lalu Putri, Mahasiswi Super Aktif Peraih Cumlaude Oleh: Nur Hasanah dan Nanda Rachma Kusuma Dewi
Sumber: Dokumen Pribadi Narasumber
Anggun, cantik, muda, dan cerdas, kata-kata inilah yang muncul ketika mengenal salah satu alumni mahasiswi Ilmu Komunikasi UMS. Iya, dia adalah Siti Khanifah Putri Kurnia Pratiwi. Mahasiswi kelahiran Boyolali, 06 Maret 1998 ini adalah salah satu mahasiswi yang menginspirasi bagi keluarga mahasiswa Fakultas Komunikasi dan Informatika UMS, terkhusus bagi prodi Ilmu Komunikasi. Mahasiswi dengan predikat CUMLAUDE dan lulus dengan usia yang masih gemilang ini merupakan mahaiswi yang aktif dalam kuliah dan dalam mengikuti kegiatan organisasi, baik di dalam kampus maupun di luar kampus. “Kalau aku memandang perkuliahan dan keorganisasian itu harus dipisahkan. Kalau waktu kuliah, ya fokus kuliah dan sebaliknya. Dan harus komitmen dikeduanya, jangan sampai ada yang dinomorduakan�, jelasnya sebagai tips meraih predikat CUMLAUDE dan aktif organisasi. Lulus di usia muda dengan segala padatnya kegiatan organisasi merupakan suatu tantangan tersendiri bagi Putri. Selama kuliah, ia mengikuti organsasi diantaranya untuk sisi religiusitas bergabung dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan menjadi pementor Mentoring FKI. Sedangkan di sisi akademik dan kemahasiswaan, bergabung dengan Tutor ETP FKI, Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan BEM UMS. Untuk organisasi lain, ia mengikuti
Forum Wirausahan Mahasiswa Surakarta yang diinisiasi oleh Bapak Nurgi selaku dekan FKI UMS, namun untuk forum ini belum ada legalitasnya secara SK, baik di fakultas maupun universitas. Selain hal tersebut, baginya menjalin pertemanan dengan orang yang dapat membawa diri ke hal positif, insyaAllah maka tujuan seseorang akan dipermudah, karena meskipun akan mengalami kesulitan, jika ada teman yang mendukung maka akan sangat membantu diri pribadi. Pengalaman yang mengesankan pasti akan didapatkan ketika mengikuti berbagai kegiatan di luar kelas kuliah seperti mendapat teman lintas jurusan, fakultas, bahkan universitas. Selain itu dapat mengenal dan dekat dengan orang-orang hebat di fakultas maupun universitas. Hal yang paling membuat tak terlupakan, yaitu momen ketika Putri dan temanteman yang lain bisa memberikan motivasi, sharing pengalaman, dan memberikan harapan baru kepada adik tingkat ormawa. Menjadi mahasiswi yang super aktif bukanlah hal yang mudah tetapi juga tak sulit. Karena baginya setiap apa yang menjadi keputusan kita pasti ada kendala, seperti kegiatan yang bertabrakan, tanggung jawab yang diberikan sama besar, serta bagaimana kita menempatkan diri di antara ormawa tersebut.
“Pengalaman yang mengesankan pasti akan didapatkan ketika mengikuti berbagai kegiatan di luar kelas� - Putri
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
18
RUANG KECERDASAN
OPINI Masyarakat dengan Perpustakaan Oleh: Aji Tirto Prayogo Semakin rapi buku yang tersedia di rak perpustakaan, maka buku tersebut jarang dipinjam. Sedih dan miris ketika melihat minat pengunjung untuk membaca meskipun sudah dilakukan upaya untuk menarik minat pembaca. Tidak ada peningkatan signifikan terhadap minat pergi membaca di perpustakaan. Pada tahun seribu sembilan ratus sembilan puluhan sampai dua ribu, perpustakaan sangat banyak pengunjung dan dari beberapa kalangan seperti mahasiswa, pelajar, pegawai kantor, dan kalangan lainnya. Bahkan saking ramainya perpustakaan kala itu, saat meminjam buku sampai harus menunggu buku selesai dipinjam. Mempunyai persepsi rendah minat membaca pada masyarakat tidaklah tepat karena buktinya zaman sekarang gawai masyarakat telah terkoneksi dengan internet. Berbagaai informasi dengan mudah diakses, tidak hanya buku berbasis digital, bahkan berita update setiap hari. Kurangnya pengunjung di perpustakan perlu dievaluasi dan dicarikan solusi. Dalam hal ini, milenial harus ikut andil dalam membangun inovasi untuk menarik pengujung guna megkaji dan mengetahui permasalahannya. Jika tidak dikembangkan, maka secara perlahan perpustakaan akan sepi, kemudian tutup selamanya. Terdapat perpustakaan dengan megah tapi hanya sekedar segelintir orang saja yang beraktifitas di dalamnya. Banyak kerugian tidak hanya materi, tetapi juga aspek untuk memajukan masyarakat juga menurun. Istilahnya seperti judul lagu “Hidup Segan Mati Tak
Mau�. Fakta pertama, UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) menyebutkan indonesia berada pada urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca negara indoensia masih terhitung rendah dari negara lain. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat indoneisa sangat meprihatinkan, hanya 0,01%. Dapat dianalogikan jika penduduk indoensia terdapat 100 penduduk maka hanya 1 orang yang rajin membaca. Fakta kedua, 60 juta masyarakat indonesia memiliki gawai, atau urutan kelima dunia terbanyak kepemilikan gawai. Jumlah pengguna aktif di Indonesia lebih dari 100 juta orang menurut lembaga riset pemasaran digital Emarketer. Dengan begitu Indoesia akan menjadi negara yang aktif menggunakan gawai terbesar ke empat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika. Ironisnya orang indonesia bisa menatap gawai kurang lebih sembilan jam perhari menurut data wearesocial. Tidak aneh jika di media sosial, banyak notifikasi cuitan update di layar kaca, juga tidak kelewatan dengan game online yang digemari milenial. Penulis juga masih susah untuk memisahkan dalam menggunakan gawai dalam kehidupan sehari-hari. Melihat realita ditengah masyarakat seperti itu yang lebih suka bertatapan dengan layar gawai berjamjam tetapi ilmu minimalis. Jangan heran jika masyarakat mudah mendapatkan hoax dan mudah terprovokasi. Jempol dengan lihai menggunakan gawai, langsung like dan share padahal belum adanya verifikasi.
Sumber: PNGGuru.com
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
20
OPINI Melawan Stigma AIDS (Benci Penyakitnya, Jangan Orangnya) Oleh: Novi Setya Ningrum Mendengar kata AIDS, banyak orang merasa kita bersalaman, memeluk dan kontak langsung, AIDS takut. Sehingga tidak jarang masyarakat akan tidak akan menular. Melihat lebih dalam penderita AIDS dalam menjauhi dan tidak ingin berkomunikasi dengan penderita karena takut tertular. Selain itu, masyarakat tekanan yang bertubi-tubi. Mulai dari kondisi fisik yang berstigma bahwa penderitanya adalah orang-orang dialami, tampak dari sering sakit, penurunan berat dengan perilaku negatif. Misalnya saja karena seks badan, ruam kulit, dan masih banyak lagi. Kemudian, bebas, berbagi jarum suntik narkoba, dan lainnya. Hal- penderita AIDS masih dihadapkan pada kondisi hal tersebut perlu diluruskan karena tidak semua kesiapan mental dalam menerima kenyataan perihal benar. Melalui organisasi dunia, UNAIDS (United penyakitnya. Pada dasarnya, manusia sulit Nations Programme on HIV and AIDS) hadir sebagai menyiapkan diri menghadapi realita serta pada hal-hal pendukung utama untuk aksi global terhadap yang tidak terduga, jiwa manusia mudah sekali terguncang. epidemik HIV yang cepat, luas, dan terkoordinasi. Tekanan yang dialami penderita AIDS ada pada Hari AIDS sedunia diperingati setiap 1 Desember. Ini adalah salah satu bentuk kepedulian lingkungan sekitar. Bukan hal tabu lagi mengenai dunia terhadap penyandang dan penyakit AIDS. Dunia banyaknya orang yang takut berkontak langsung ingin mengampanyekan dan meningkatkan dengan penderita. Karena kurangnya edukasi pada kewaspadaan serta kesadaran masyarakat akan masyarakat, jika penyakit tersebut hanya dapat penyakit tersebut. Berbicara mengenai penyakit AIDS, menular lewat darah yang sudah terkontaminasi sebagai salah satu penyakit berbahaya di dunia. Harus dengan HIV, bukan lewat udara ataupun bekas gelas ada edukasi untuk masyarakat luas tentang seluk atau piring penderita. Namun sejauh ini mitos yang beluknya, baik untuk mengenal lebih jauh penyakit ini, beredar seperti itu, dan yang terjadi pengidap dijauhi cara penularannya, bahkan perilaku untuk oleh lingkungannya. Siapa yang ingin menjadi pengidap AIDS? menghindarinya. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) Semua orang pasti tidak mau mengalami hal tersebut. adalah penyakit yang diawali oleh virus HIV (Human Termasuk orang-orang yang kini didiagnosis positif Immunodeficiency Virus). HIV sendiri tidak AIDS. Karena hingga kini belum ada obat penyembuh memunculkan gejala yang berarti. Namun, apabila penyakit tersebut. Bayangkan anak-anak sebagai seseorang terindikasi oleh HIV, maka dibutuhkan 2-15 pengidapnya. Mereka yang belum sepenuhnya tahun sampai gejala baru muncul. Pada fase seseorang mengenal dunia, sudah dihadapkan pada kemelut terkena HIV, virus ini tidak akan menyerang organ sakit. Bahkan mereka harus berjuang meski dunia manusia secara langsung, melainkan akan menyerang tidak mengharapkan dan membenci keberadaanya. sistem kekebalan dan meyebabkan daya tahan tubuh Terus tertawa hingga mereka lupa sedang berpuralemah sehingga segala penyakit dapat menyerang. pura bahagia. Pengidap HIV/AIDS tidak sepatutnya kita Keadaan ini jika dibiarkan akan menjadi AIDS yang hindari apalagi kita benci. Mereka yang sudah lelah akan menimbulkan gejala yang lebih parah. Cara penularan AIDS sendiri tergolong sangat dengan beban dan kenyataan hidupnya, harus kita sulit. Sehingga salah bagi masyarakat yang memilih pedulikan. Bencilah penyakitnya dan bukan untuk menjauhi penderita AIDS dengan tidak mau pengidapnya. Karena penyakit tersebut mampu berinteraksi dengan mereka. Padahal penyakit ini melenyapkan senyum gembira setiap orang, tidak akan ditularkan lewat udara, barang-barang yang menghadirkan linangan air mata, dan bahkan sikap dipakai, bahkan sentuhan seperti berjabat tangan dan putus asa. Mari peduli AIDS, peduli terhadap memeluk. Karena kurangnya pengetahuan itulah pengidapnya. Karena mereka membutuhkan sering kali penderita penyakit AIDS dikucilkan dari kahadiran orang lain untuk mampu menjadi suntikan masyarakat. Padahal, AIDS ditularkan lewat cairan semangat yang mengalahkan rasa sakit dan beban sperma, sekresi vagina, darah, dan air liur. Jadi ketika mereka selama ini.
STOP STIGMA DAN DISKRIMINASI
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
21
OPINI Kesehatan Mental dan Konsep Perjuangan Era Kontemporer Oleh: Kholif Huda Arrasyid
Sumber: Dokumen Pribadi Penulis Masalah mentalitas memang tengah menjadi berhubungan dengan orang lain dan fungsinya secara gorengan yang menyedapkan dikalangan netijen jaman terus-menerus. Ada beberapa tipe dari gangguan now. Ketika dunia sedang berlomba-lomba menjadi kejiwaan beberapa diantaranya Anxiety disorders yang bagian dari revolusi industri 4.0 yang katanya sudah meliputi panic disorder dan phobia dimana gangguan semarak dengan berjalannya Internet of Things, dunia ini terkait dengan masalah kecemasan dan ketakutan seolah-olah mentransformasi dirinya menjadi sebuah dalam diri dapat terjadi secara berlebihan, sulit peralihan yang spektakular menuju zaman digital atau dihilangkan serta dapat memburuk seiring waktu. lebih dikenal dengan transformasi digital dimana Kemudian terdapat depresi yang lebih dari sekadar peralihan ini kemudian menciptakan sebuah perasaan sedih selama beberapa hari tetapi perasaan kebiasaan baru bagi masyarakat berupa paperless yang bertahan dalam cakupan waktu yang lama, habit. Integrasi digital secara besar-besaran ini perasaan kosong, sulit tidur, kehilangan minat dan ternyata secara implisit tak lepas oleh problematika motivasi beraktivitas, putus asa, cemas, nyeri, sakit yang cukup segar terasa, dibaliknya masih ada kepala bahkan hingga pikiran untuk bunuh diri dan masalah-masalah personal yang muncul dalam diri lain sebagainya sering kali menghantui hari-hari sumberdaya manusianya, mental disorders misalnya. penderitanya. Lalu yang banyak dikenal lainnya adalah Mental illness merupakan suatu bagian dari bipolar disorder dimana kondisi perubahan suasana mental disorders, dimana hal ini merupakan sebuah hati yang tidak biasa yang secara drastis dapat berubah konsep yang banyak muncul di Indonesia, bahkan dari keadaan bahagia paling tinggi ke keadaan dunia. Dilansir dari Medlineplus.gov yang merupakan perasaan sedih paling rendah dan kemudian kembali bagian dari Perpustakaan Nasional Amerika Serikat normal atau sebaliknya. Lalu ada, gangguan makan, terkait kesehatan, mental disorders atau ganguan gangguan kepribadian, post-traumatic stress disorders, k e j i w a a n m e r u p a k a n s u a t u k o n d i s i y a n g psychotic disorders yang didalamnya termasuk mempengaruhi pikiran, perasaan, suasana hati dan schizophrenia dan lain sebagainya. Menurut Institute for Health Metrics and perilaku. Secara kronis hal ini dapat bertahan secara lama. Ia juga dapat mempengaruhi kemampuan untuk Evaluation yang mengabarkan hasil studi utama mere-
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
22
Opini ka terkait Global Burden of Disease atau beban penyakit perilaku siswa seperti apa, merekonstruksi pola global dimana pada tahun 2017 terdapat sekitar 792 hubungan dengan siswa sehingga harus ada destruksi Juta orang yang hidup dibawah garis gangguan tembok sebagai sekat pemisah antara keduanya, kesehatan mental. Hal ini menunjukan satu dari sehingga stereotype serta persepsi yang berkembang sepuluh orang secara global bahkan lebih dari satu m e n g e n a i p e r a n g u r u B K y a n g a w a l n y a yang hidup dibawahnya atau sekitar 10.7%. World "menyeramkan, disiplin, keras, tidak friendly" berubah Health Organization atau WHO juga pernah menjadi "teman, tempat bercerita, wadah kedisiplinan, mengatakan satu dari empat orang mengalami menyenangkan". Anak kemudian harus berkembang gangguan mentalitas atau sekitar 450 juta jiwa pada dalam titik dimana mereka merasa dihargai, mereka tahun 2001 dimana hampir dua-pertiga dari orang- dianggap ada, mereka merasa disayangi, mereka orang tersebut tak pernah mendapat perawatan medis. merasa punya teman yang lebih dewasa dan bijak, Sebuah peningkatan yang sangat drastis dalam sehingga self confidence pun akan mulai muncul. prosesnya. Dilansir dari E-news Pikiran Rakyat pada Atensi dalam proses pendewasaan diri mereka tanggal 24 Agustus 2019 menurut dokter spesialis menjadi suatu keharusan karena pada hakikatnya kita kejiwaan dr. Teddy Hidayat mahasiswa lebih rentan tak pernah tau tekanan apa yang sedang dialami anak mengalami gangguan mental dimana sekitar 78 baik itu di dalam maupun di luar lingkungan persennya dialami selama menjalani studi bahkan 33.2 sekolahnya. Penanaman aspek emosional, moral dan persennya serius memikirkan tindakan bunuh diri. agama, sosial, linguistik, seni serta motorik dan fisik Dari data-data diatas dapat disimpulkan bahwa apabila dilakukan sejak dini maka akan membentuk permasalahan ini merupakan hal yang sangat massive karakter dalam kehidupan kedepan. Sehingga, terjadi dan perlu perhatian serius, jutaan orang tengah m e m a n g b e n a r p e n g a l a m a n d a l a m p ro s e s berjuang dalam melawan dirinya. Mereka berjuang perkembangan anak ini akan memberi impact bagi untuk bertahan ditengah jutaan bayang-bayang gelap masa depannya. Orang tua pun kemudian harus lebih yang terus menggentayangi jiwa mereka. Bahkan tak cerdas dalam memahami pikiran, perasaan serta jarang sebagian dari mereka harus hidup dibawah emosi dalam diri anaknya terutama dalam pola didikan deburan atas cuitan kalimat “Lebay deh”, “Cuman gitu secara kausalitas "pola hubungan sebab-akibat". doang”, “Mungkin kamu kurang ibadah”, hal yang terus Mereka harus menciptakan pengalaman positif yang menjadi momok bagi sebagian besar mereka karena berkesan dilingkungan keluarga agar anak tumbuh dianggap sebagai bagian dari sebuah stereotype atas dalam harmonisasi rumah tangga yang bahagia. frekuensi hubungan supranatural dirinya dan tuhan Karena pada dasarnya dalam pembentukan karakter yang dianggap rendah. Lambat laun hal tersebut hanya dan budaya bahkan mentalitas salah satu akan jadi mimpi buruk semata tanpa melihat realita karakteristiknya adalah pembelajaran sosial lewat pengamatan hal-hal disekitarnya terutama keluarga. yang ada. Tak hanya dalam tumbuh kembang anak usia dini, Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia konsep perjuangan sendiri didefinisikan sebagai suatu usaha sudah seharusnya dan menjadi kewajiban setiap orang penuh terhadap suatu kesukaran dan bahaya. Jika harus mampu memahami kondisi yang dialami orangditelaah konsep tersebut tak hanya terus menerus orang ada disekitarnya, karena dalam kehidupan ini terikat oleh masa lampau, begitu juga konsep masalah ini bukan sekadar guyon dalam kemasan kepahlawanan karena pada akhirnya konsep ini akan semata, hal ini kemudian menjadi concern kehidupan berjalan melintasi jaman bahkan pada era yang nyata. Kondisi itu bukan terjadi dalam satu kontemporer atau masa kini dan keberlangsungannya. kalangan usia semata, kita harus menyadari bahwa Begitu pula halnya para penderita gangguan mental gangguan mental tak hanya mengincar segmentasi tersebut, gemuruh kehidupan ini mereka lawan tertentu. Ia dapat berkembang disetiap individu dengan usaha penuh atas apa yang tengah dialaminya. manusia. Hendaknya pula setiap satu dari diri kita Dalam prosesnya ini akan lebih sulit untuk mampu mengenali dan menindaklanjuti secara sigap diperjuangkan karena mereka melawan diri mereka atas segala hal tersebut. Sehingga dalam perlakuannya sendiri, mereka berhadapan dengan intrapersonal kita harus mampu belajar untuk menghargai, mereka sendiri dimana pada hakikatnya melawan diri memahami, menjaga, menerima serta jujur atas apa sendiri akan lebih sulit, yang mengetahui dan yang kita lakukan sehingga mereka akan jauh dari stigma buruk yang membelenggu mereka agar isolasi merasakan hanya kita dan diri kita. Bagi anak dalam lingkungan sekolah mungkin dari tekanan sosial tak sertamerta terjadi agar memang benar, peran guru Bimbingan Konseling atau terciptanya kehidupan yang lebih harmonis dalam BK dalam memahami pembentukkan karakter dan tatanan kehidupan. Karena pada akhirnya setiap mentalitas anak didiknya sangat kompleks. Guru BK penderita gangguan mental akan punya satu tujuan, kemudian harus bisa membaca perubahan pola yaitu kesehatan mental.
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
23
RESENSI BUKU
RESENSI Sjahrir Peran Besar Bung Kecil Oleh: Banu Adzkar Judul Buku : SJAHRIR PERAN BESAR BUNG KECIL Penulis : Tim Produksi TEMPO Penerbit : PT Gramedia Kota Terbit : Jakarta Cetakan : Cetakan Ketiga, Juni 2015 Dimensi Buku : xx + 222 hlm.; 16 x 23 cm ISBN : 978-979-91-0898-2 Buku Sjahrir ini merupakan buku biografi yang mengisahkan sepak terjang Sutan Sjahrir sebagai salah satu Empat Serangkai Proklamasi selain Soekarno, Moh. Hatta, dan Tan Malaka. Buku ini merupakan salah satu edisi khusus dari empat tokoh tersebut. Buku ini merupakan hasil dari praktik jurnalisme investigasi, dengan bersumber dari narasumber-narasumber, yang memang pernah hidup bersama tokoh tersebut, sehingga mengetahui informasi-informasi yang aktual tentang tokoh. Buku ini terdiri dari kata pengantar dan 6 Bab, yang di dalamnya berisi kehidupan dan perjuangan Sutan Sjahrir, semenjak ia remaja sampai ia meninggal. Pada bagian pengantar, berisi dari dua tulisan, tulisan yang pertama ditulis oleh Redaktur Eksekutif Majalah Tempo, Arif Zulkifli. Dalam pengantarnya, Arif menceritakan bahwa buku ini merupakan salah satu dari empat edisi khusus untuk seri tokoh Proklamasi. Kemudian pengantar yang kedua ditulis oleh salah satu redaktur senior, Goenawan Mohammad. Ia memberi judul pada tulisannya “Sjahrir di Pantai�. Tulisan tersebut berisi tentang keadaan Sjahrir di suatu tempat pengasingan di Banda Neira. Goenawan memberikan opininya tentang keadaan Sjahrir yang harus hidup di pengasingan, hidup bersama anakanak disana, dan semua kenangan yang Sjahrir alami disana. Pada bab pertama, penulis memberi tajuk Peran Besar Bung Kecil. Dalam bab pertama ini dibagi lagi menjadi 3 bagian. Di bagian awal ini, penulis mengawali tulisan dengan jasa-jasa yang pernah diberikan Sjahrir untuk Indonesia. Bahwa Sjahrir pernah berpidato di depan Sidang Dewan Keamanan, di Lake Success, di Amerika Serikat pada 14 Agustus 1947, untuk menyuarakan bangsa yang bernama �Indonesia�. Kemudian dikisahkan juga Sjahrir yang merupakan bapak politik luar negeri bebas aktif Indonesia. Ia dapat menaikkan pamor Indonesia di mata dunia, dengan menawarkan bantuan kepada India yang sedang dilanda gagal panen. Selain itu, di bagian dikenalkan juga personalitas Sjahrir, yaitu merupakan seorang yang pendek, berpembawaan
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
tenang dan berani, serta suka dikritik, paling anti atau paling tidak suka kekerasan dan fasisisme. Bagian kedua dalam bab pertama ini diberi subjudul Anak Minang Jago Menyerang. Bagian ini mengisahkan masa kecil dari Sutan Sjahrir. Ia merupakan pribumi asli Padang Panjang, Sumatera Barat, yang lahir pada 05 Maret 1909. Namun ia berpindah ke Jambi pada umur 1 tahun, dan pindah ke Medan pada umur 4 tahun. Ayahnya merupakan seorang pegawai Belanda, sehingga ia dapat bersekolah di sekolahan yang paling modern saat itu. Ia mengenyam pendidikan setingkat SD dan SMP di Medan. Sjahrir kecil merupakan seorang penggemar sepak bola. Setelah itu, pada 1926 ia pergi ke Bandung untuk meneruskan pendidikannya di tingkat SMA. Namun ia tetap tidak lepas dari hobinya untuk bermain bola dan berkesenian. Ketika di Bandung inilah, Sjahrir muda menemukan semangat nasionalismenya. Nasionalismena ini tumbuh ketka mendengar pidato dari Dr Tjipto Mangunkusumo yang telah dikenal sebagai salah satu tokoh perjuangan saat itu. Dari sinilah, kemudian Sjahrir muda aktif dalam perkumpulan pemuda kebangsaan, dan mengadakan suatu ajang diskusi politik. Dari diskusi-diskusi inilah Sjahrir mengasah kemampuannya dalam bersilat lidah. Bagian yang terakhir memilik subjudul Antara Tuschinski dan Stadsschouwburg. Ini adalah tempat yang sering Sjahrir kunjungi ketika ia berkuliah di kawasan Old Man's House, Amsterdam, Belanda pada tahun 1909. Tushinski merupakan sebuah bioskop, dan Stadsschouwburg merupakan sebuah gedung teater tua yang terkenal di Amsterdam. Tempat inilah yang memikat Sjahrir muda, sehingga ia lebih sering mengunjungi pusat budaya ketimbang kampusnya. Di kawasan inilah Sjahrir kemudian sering berkumpul dengan teman-temannya yang merupakan kalangan cendekiawan dan aktivis poltik. Ia kemudian bergabung dengan organisasi Partai Sosialis Demokrat Belanda yang kemudian menjadikannya seorang sosialis.
25
SUDUT IMAJINASI
PUISI
Indah Cipta-Mu Oleh: Vanda Lusti
Mulai dari kejauhan kau begitu gagah Mulai dari dekat kau begitu indah Perjalanan ini semakin kunikmati Menyusuri jalanan menanjak hingga lelah Pemandangan memanjakan hati yang membayarnya Membakar semangat jiwa untuk melanjutkan perjalanan Tak jemu menikmati merapi yang tak kalah gagah dari merbabu Langit perlahan berubah jingga Hadirkan kagum insan hingga menjerit Lengkapi kebahagiaan memikat Ku persiapkan kamera tuk mengabadikan momen Rehat sejenak dan menikmati senja merbabu Langit perlahan berubah menjadi gelap Lampu-lampu perkotaan turut menghiasi Keindahan di atas gunung mengundang kekaguman insan Anugrah indah cipta-Mu Sang Maha Pencipta
27
PUISI
Hujan Malam Hari Oleh: Anisa Rahmawati Hujamalam ini datang lagi Ada seseorang di dalam kamar yang sedang sendirian Hujan turun seolah mengerti Ya, mengerti agar tidak ada orang lain di sekitarnya yang akan mendengar bahwa seseorang ini sedang menangis Iya dia adalah seorang wanita lemah yang sedang merasakan kesendiriannya Iya dia adalah seorang wanita! Wanita yang pura-pura kuat di depan semua orang Tapi wanita ini lemah dikala ia sendiri Hawa dingin pun masuk lewat celah celah pintu kamarnya Saat ini dia rindu pelukan yang selalu menghangatkannya Dia rindu tangan yang selalu menggenggam saat dia kedinginan Tapi sungguh disayangkan, hal itu tidak bisa dirasakan lagi, karena semua nya telah usai Seseorang yang dahulu selalu menghangatkannya Kini menjadi orang asing Dia bingung Dia tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang Dalam dingin wanita ini berharap agar dia mau mengerti dan memaafkannya Dia hanya ingin seseorang itu memberikan pelukan hangat itu lagi Walaupun wanita ini tau Pelukan itu menjadi pelukan yang terakhir Ya, wanita ini sangat merindukannya Tapi, ia tidak sanggup untuk menyampaikannya Ia takut mengganggu kehidupan dia yang sudah bahagia Takut kembali merusak kebahagiaannya Dalam hujan malam Wanita ini hanya bisa termenung Ia berterimakasih dengan hujan karena datang malam ini Membuat ia mengingat semuanya Wanita ini lelah! Sangat lelah! Wanita ini lelah dengan keadaan ini Lalu ia berharap agar cepat terlelap dari tidur
28
PUISI
Pulang Terakhirku Oleh: Scasber
Sejauh mata memandang Hanya kelabu yang terpampang Ku pikir itu mendung Nyatanya sebuah harapan yang tersandung Lama rinai tak menderas Ku pikir kemarau terlanjur meretas Tapi nyatanya begitu sarkas Air mata Ibu sudah tak sudi menetes Aaaaarrggghhhhhh... Aaaaarrggghhhhhh... Aaaaarrggghhhhhh.. Ribut gema menggelegar Penuh suara hingar bingar Ku pikir sorak sorai kemerdekaan Nyatanya tangis teriak sebuah penindasan Ibu... Apakah kini kau tengah lara? Apakah kau ingin menangis? Ku tahu, semua tanya adalah retoris Maka, Ibu... Izinkan darah juang kami mengalir Bersama keringat dan air mata Demi hak anakmu yang di zolimi Sampai kembali dengan damai Pun nanti berupa raga Ataupun berupa jasad Sebab pangkuanmu, Adalah pulang terakhirku..
29
CERITA PENDEK Ia dari Antah-Berantah Oleh: Novi Setya Ningrum telah pergi ketika belum sempat aku miliki. Apa mau Di Tempat Antah-Berantah, aku berdiri dikata, runtuh lantak sudah. Berkeping-keping Dalam gelap udara mencekik hancurnya. Berantakan isinya. Rumit rasanya. Aku belalang tempur yang rapuh membenci Raga ku ingin menghilang lenyap dalam kubangan lirih Mila, besok ada waktu? Kata-kata yang sedari tadi aku dengar, Aku rindu kehangatan senja sore hari menyeruak dalam lamunan. Yang ternyata adalah Jingganya yang tak pernah lelah berhenti realita bukan bagian dari khayalan kosong ku. Selalu memberi kesan walau sebatas arti Rama, orang pertama yang aku kenal di tempat Hanya dapat dikenang karena memang sudah berakhir Seberapa bimbang kita dalam hidup. Akan ini. Sosok ideologis dan baik hati. Tidak pernah aku kepastian esok yang tak tentu dan tak berujung. temui kesedihannya, harinya penuh dengan senyum. Sebongkah keraguan dalam jalan. Wajar...aku manusia “Mila, nanti sore ngopi yuk� biasa. Aku tidak tahu, kadang embun dengan sengaja “Kopi? Maaf sepertinya saya tidak bisa� Entah kenapa saat ini berbohong begitu mengubah pola pikir, hati benar-benar gundah tanpa jawaban yang pasti. Lintas imaji menempatkan aku nyaman. Hingga tanpa aku sadari aku terus berbohong kepada orang lain dan bahkan membohongi diriku disemesta yang mana dan dengan siapa? Aku begitu hancur perih disetiap detik rasa itu. sendiri. Tak selurus senja kemudian fajar. Aku tahu memang Tiba derasnya hujan jatuh kebumi menyiratkan seribu ada banyak rasa dihidup manusia. Yang terpenting kisah dalam kenangan. Senja kian pekat, dan aku adalah perasaan yakin. Namun jika yakin itu tak kau masih bernostalgia dengan rasa. Kencang angin sore, membawa aku menetap dapat, carilah orang yang dapat menyakinkanmu. Membantumu berkembang dan bukan membuatmu dikedai kopi. Yang belum lama aku temukan. Masuk, memesan kopi expresso, yang mungkin dapat aku adu kembali merengkuh sunyi. Tapi aku sekarang adalah rumah kosong, rasanya dengan rasa hidupku. Secangkir kopi expresso yang pahitnya berantakan, yang tak ingin ditempati dan bahkan disinggahi. Sebab kini terlalu rapuh. Dan aku takut berubah menjadi manis sekarang. Karena aku rasa aku akan membuatmu sakit. Jadi pergilah. Karena aku lupa rasa manis itu seperti apa. Yang aku tahu hanya butuh waktu agar bisa mengerti. Bukan berhenti pahit, rumit dan bahkan sulit. Dinding kaca besar transparan di kedai kopi. disembarang tempat. Dan mudah menaruh hati. Jangan jatuh cinta lagi, karena hanya akan berakhir Ada 8 kursi berjajar menghadap pemandangan khas kota besar. Hiruk pikuk keramaian kota terlihat jelas. sakit� Hari-hari berjalan seperti biasa. Aku sudah Suara bising berkecamuk masuk dalam pikiran. cukup tahu mengeja semesta yang baru di tempat yang Pertanyaan yang tiba-tiba timbul, bisakah aku lari dan aku sebut antah-berantah. Selepas beranjak dari melupa semua tentangmu? Mataku menyusuri kesegala sudut keramaian. tempat yang sama dengan sosok yang aku sebut senja, ia adalah Arvi. Tempat pertama aku bangun sekaligus Banyak orang berlari mencari tempat berteduh. Lalu lalang sepatu mereka bertempur dengan genangan air. jatuh. Sadarku hidup bukan hanya tentang aku dan Dan seolah aku ada dalam genangan itu menyatu kamu. Selepas ruang dan waktu mambawa kamu dalam kenangan. Yang berakhir dengan linangan air dengan mimpimu dan aku dengan mimpiku. Kita mata. berjarak dan aku yakin kamu sudah bahagia. Namun, Tepat halte biru didepan kedai. Dengan jelas aku kamu tidak perlu tahu ada yang sedang rapuh- melihat mereka diantara senja. Ada yang merindu segera ingin pulang. Ada yang bersedih kala ingat rapuhnya disini. Saat aku mulai menyukai malam tanpa senja hujan dan masa lalu. Entah, kenapa hujan begitu lekat dan Arvi lagi. Menikmati tiap sunyi yang terasa kian pada kesedihan dan kerinduan. lirih. Memandang dekat, yang kulihat hanya gelap. Tapi biarkan saja hujan di luar jatuh. Memandang jauh yang ternyata lebih pekat, tanpa Membawa elegi rindu yang tak kunjung temu. sapa sinar. Tapi digelap itulah aku menaruh semua Membawa rintik yang berujung perih. Dan luka-lukaku hari ini. Menanggalkan kebencian dan kenyataanya kamu masih ada, di batas ambang kebisuan hati. kesadaranku, hinggap direlung hati terdalam. Dan Aku belum tahu, apa itu rindu ? Seperti apa itu menyekap batinku hingga bernapas pun aku sulit. Tiba hujan semakin deras. Bis merah berhenti cinta? Dan bagaimana rasanya dicintai. Karena semua
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
30
CERITA PENDEK dengan sempurna diseberang jalan. Membawa uap kecewa dari penumpangnya. Sebab mereka tak ingin basah. Diselimuti rasa kecewa, segerombolan orang segera pergi dari halte itu. Menyisakan seorang pemuda dengan jaket hitam dan sepatu pantopel. Ia sesekali mengelap handphone nya dengan wajah panik. Rupanya hujan telah mengganggunya. Tidak berselang lama, kami saling bertatap. Diseberang sana ia pasti melihatku dengan jelas. Sama seperti aku melihatnya. Wajahnya tidak asing lagi. Seperti dekat, seperti lekat namun bersekat. Ia berlari menuju kedai kopi ini. Hujan telah membuatnya hilang sadar, ia baru saja menyerang ditempat yang salah. Beberapa mobil hampir tergelincir mengerem mendadak karenanya. Beberapa pengemudi berulang mengklakson bahkan meneriaki, mereka marah bukan kepalang. Belum sempat aku memandangnya lagi. Dia sudah sampai di depan ku hanya berbatas dinding kaca. Mata kita saling beradu. Kita berjarak dekat, tapi tetap saja asing. Aku menjadi saya. Kamu menjadi Anda. Segitukah aku tidak menginginkanmu? Dingin hujan membawa pucat wajahnya. Semakin lama, semakin wajahnya membiru. Matanya kian nanar. Ada luka yang terpendam. Dan enggan ia ceritakan. Hingga berakhir pada guratan semu diwajahnya. Beberapa detik usai kita saling bertatap ia
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
tersenyum lega. Ada seribu harap ia sandingkan bersama lambaian tanganku. Duduklah ia di sampingku. Udara dingin menguap disekujur tubuhnya. Membawa aku tahu isi hatimu. Bahwa kamu teramat kesepian disenyummu selama ini. ”Mil, kamu tadi menolak ajakanku. Tapi sekarang kamu kesini.” Tetap sunyi, aku rasa tidak ada topik bahasan manarik. Senyuman mungkin cukup untuk membuatnya diam. Tapi Rama kian menjadi. Ia pesan 2 cup Latte dengan ekstra susu. Ia tidak berhenti bicara sedari tadi. Ia mungkin kedinginan, namun ia ingin orang disekitarnya tetap hangat. “Minum Mil, kamu butuh pemanis dihidupmu. Biar expresso punyamu aku minum. Aku mau tau seberapa pahit rasanya” Sedikit menyebalkan, ia mengambil kopi milikku dan menghabiskan segelas tanpa sisa. Seperti ia tidak rela aku meminum rasa pahit yang aku maknai ini hidupku, Rama. “Mil, bukan hanya kamu yang sakit, patah, dan bahkan hancur. Ada ribuan orang yang merasa sama. Termasuk aku, ada banyak luka yang ada padaku. Tapi aku memilih melawan, Mil. Nah.., sekarang aku sudah menghabiskan rasa pahitmu. Dan kamu minum Latte ini. Anggap itu aku, aku akan jadi seperti secangkir Latte saat kamu merasa pahit. Saat dunia tidak mau berpihak padamu. Dan kalau kamu mau, aku bisa jadi Arvimu. Karena kamu dan Arvi bukan hanya berbeda jarak dan waktu, tapi kini juga berbeda rasa”
31
CERITA PENDEK Metafora: Si Pemakan Kertas Oleh: Kholif Huda Arrasyid
Tong sampah ukuran tak lebih dari ukuran belajarnya, terlihat dari balik wadah alat tulis itu, ketel uap perebus air itu tampak penuh, ntah ternyata itu tikus, ukurannya sangat besar, Mana sudah kertas keberapa yang ia buang, apa sangat kaget karena sejantan apapun ia terlihat, Sukmana tidak tau dunia sedang dilanda krisis ternyata ia phobia dengan tikus, ia merasa geli dan pemanasan global? Mungkin saja ia tak pernah jijik setiap kali melihatnya karena sewaktu kecil ia membacanya, ah sudahlah, jangan sampai terlalu sering kali diceritakan oleh kakaknya "Hati-hati berasumsi, biarkan dia berjalan dengan caranya. tikus akan selalu mengintai dan bisa makan kamu, Namanya Sukmana, sebentar‌.. memangnya ini apalagi pas kamu besar nanti hiii, serem!" Akhirnya cerita zaman dimana Mpu Tantular masih jadi bekas dipikirannya. Mana berlari ketakutan menuju atas kasurnya, tikus itu mengobrak-abrik menuliskan Kitabnya? Tenang, tentu saja bukan. Kalian jangan meja belajarnya, dimakannya kertas hasil karyanya selama berjam-jam itu, lalu kemudian kaget kalau ku beritahu nama aslinya. Nama lengkapnya Stevan Sukmana. Iya, tikus itu pergi meninggalkan kotorannya diatas benar, kalian tak salah baca. Stevan Sukmana, pria meja dan sobekan kertas yang berserakan. "Ya Allah, kenapa sih, kenapa semua tikus hampir matang yang sedang menginjakkan kiprahnya di dunia dalam pencarian jati diri selalu siap sedia memakan segala yang ada? diumurnya yang ke-22. Kalau kata stereotype, Kenapa ia tamak? Aku tak mengerti ya Allah, apa nama yang susah untuk disatukan, seperti harus semua tikus demikian?" Ucapnya dalam hati menanjakkan pedal sepeda disudut elevasi paling sembari terdiam. Ya, pada akhirnya ia pun semakin miring karena dari dua bahasa yang jauh berbeda takut untuk menulis karya diatas meja, karena baik dari posisi asal maupun waktu. Kalian bisa tikus bisa setiap saat mengincarnya dimana saja memanggil dia dengan sebutan "Mana", dia lebih dan terus mengunyah segala kertas yang senang dipanggil dengan sebutan itu karena ditulisnya. Ternyata selain mencari ide hingga katanya kata 'mana' penuh pertanyaan, sama otaknya terkuras, untuk kembali menulis ia masih seperti dirinya yang sulit ditebak jalan pikirannya. harus berjuang untuk melawan ketakutannya. "Ah, Bujang berkulit coklat, dengan paras yang dasar tikus, beraninya membungkam karya orang agak tirus dengan tinggi kira-kira 173 cm itu sudah saja!" ucap Mana secara pelan. Jangan mau 7 jam bergelut dengan kertas, bolpen, internet dan dibungkam, apalagi sama tikus berdasi. koran-koran bekas itu. Kantung matanya mulai terbentuk secara nyata dan bibirnya mulai kering dan pecah-pecah. Ah, harusnya dia memakai lip balm saja. Apasih aku ini, mengganggu kisah Mana saja. "ARRRRGHH!!!" Gumam Mana secara kesal. "Kenapa sihhh, susah banget!! Ayolah otak, berpikir keras, munculkan ide itu, gitu saja kok susah!", Ia terus bergumam demikian adanya. "OH IYAA!! Mending aku nulis tentang bunga mawar aja deh" gerutu dari hatinya. Ia tahu bahwa mawar punya cerita unik, kelopaknya akan tumbuh indah diatas yang kemudian jadi incaran setiap insan, sedangkan bagian bawahnya hanya akan selalu jadi penopang dan diinjak-injak, jika hendak keatas, harus melihat banyak duri tajam yang menghantam dan pada akhirnya ia akan dibuang. Tiba-tiba ada sesuatu naik keatas meja Majalah KONEKSI Edisi II 2019
32
7
8
1
3 4
1
5
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
6
7
2
3
5
*Sertakan identitas diri dan kontak yang dapat dihubungi
Kirim Jawabanmu ke lpm.koneksi@gmail.com hingga tanggal 30 Desember 2019. Menangkan hadiah menarik dari LPM KONEKSI
4
2
6
Teka Teki Silang
TEKA TEKI SILANG
33
TEKA TEKI SILANG
Fumimaro perdana menteri Majalah KONEKSI Edisi II 2019
34
LIFESTYLE Mengenal Jendral Slamet Riyadi, Pahlawan di Balik Jalanan Terbesar Solo Oleh: Alvin Daffa Almajid Sosok pahlawan nasional Brigadir Jendral Ignatius Slamet Rijadi mungkin sudah tidak asing bagi masyarakat Kota Surakarta. Slamet Riyadi sendiri adalah salah satu prajuri TNI kelahiran Surakarta yang gugur saat perang Revolusi. Patung ini memang sangat antik dengan volume yang lumayan besar dan tepat berada di tengah-tengah jalan utama di Kota Solo. Monumen Slamet Riyadi terdiri dari patung dengan tinggi 7 m dan alasnya setinggi 4 m, dibuat dengan bahan perunggu, diresmikan pada 12 November 2007 oleh Kasad Jenderal TNI Joko Santoso. Slamet Riyadi divisualisasikan dalam sikap berdiri mengacungkan pistol secara natural menghadap ke Barat. Patung ini sangat menarik bila foto di waktu sore menjelang malam hari karena background-nya yang sangat mencerminkan khas Kota Solo. Dalam sejarah hidupnya, sejak penjajahan J e p a n g b e l i a u m e l a ku k a n p e m b e ro n t a k a n keberaniannya mempelolori perebutan kekuasaan politik dan militer di kota Solo dari tangan Jepang yang dipuncaki pada peristiwa penyerangan markas tentara Jepang saat akan diadakannya peralihan kekuasaan di Solo oleh Jepang yang dipimpin oleh Tyokan Watanabe yang merencanakan untuk mengembalikan kekuasaan sipil kepada kedua kerajaan yang berkedudukan di Surakarta, yaitu
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran. Dalam karir setelah kemerdekaan Republik Indonesia, Slamet Riyadi Riyadi memimpin tentara Indonesia di Surakarta pada masa perang kemerdekaann melawan Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Dimulai dengan kampanye geriliya, pada 1947 ia berperang dengan sengit melawan Belanda di Ambarawa dan Semarang, bertanggung jawab atas Resimen 26. Selama Agresi Militer I, Belanda mengambil alih kota tetapi berhasil direbut kembali oleh Rijadi, dan kemudian mulai melancarkan serangan ke Jawa Barat. Pada tahun 1950, setelah berakhirnya revolusi, Rijadi dikirim ke Maluku untuk memerangi Republik Maluku Selatan. Setelah operasi perlawanan selama beberapa bulan dan berkelana melintasi Pulau Ambon, Rijadi gugur tertembak menjelang operasi berakhir. Sejak kematiannya, Riyadi telah menerima banyak penghormatan. Sebuah jalan utama di Surakarta dinamakan menurut namanya, begitu juga dengan fregat TNI AL, KRI Slamet Riyadi. Selain itu, Rijadi juga dianugerahi beberapa tanda kehormatan secara anumerta pada tahun 1961, dan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 9 November 2007.
36
Majalah KONEKSI Edisi II 2019
Sumber: Alvin
Sumber: Alvin
LIFESTYLE
37
LPM KONEKSI 2019 Literasi Tanpa Henti
Buku Harian Kami
BUKU HARIAN
Fotografer Kegiatan: Novi Setya Ningrum
MILAD LPM KONEKSI yang Ke-3
Jumat, 11 Oktober 2019 Warung Babe, Surakarta Ket: Sesi Potong Kue Oleh Ketua Umum 2019 dan Ketua Panitia Kegiatan
39
BUKU HARIAN
Keterangan: Sesi Sharing Oleh Demisioner LPM KONEKSI
MILAD LPM KONEKSI yang Ke-3 Dokumentasi: Novi Setya Ningrum
Jumat, 11 Oktober 2019 Warung Babe, Surakarta
Keterangan: Sesi Sharing Oleh Anggota LPM KONEKSI Periode 2019
40
BUKU HARIAN
Keterangan: Sesi Free Time Bersama Seluruh Peserta yang Hadir
MILAD LPM KONEKSI yang Ke-3 Dokumentasi: Novi Setya Ningrum
Jumat, 11 Oktober 2019 Warung Babe, Surakarta
Keterangan: Sesi Free Time Bersama Seluruh Peserta yang Hadir
Jumat, 11 Oktober 2019 Warung Babe, Surakarta 41
Hubungi Kami