2 minute read

Maraknya Trend Fashion dan Budaya Konsumtif Mahasiswa

Dewasa ini, tren fesyen

(bahasa inggris: trend fashion) merupakan hal yang tidak asing lagi di seluruh kalangan, terutama mahasiswa. Setelah melewati pandemi

Advertisement

COVID-19 yang mengharuskan mahasiswa melakukan pembelajaran secara daring, kini mahasiswa sudah kembali melaksanakan pembelajaran tatap muka di kampus masing-masing. Setiap hari datang ke kampus membuat mahasiswa seringkali merasa bingung dengan pakaian yang akan dipakai. Penampilan merupakan hal penting bagi setiap orang. Jika melihat pada fungsinya pakaian adalah penutup yang melindungi tubuh. Akan tetapi, perkembangan zaman telah mengubah fungsi utama dari pakaian. Orang-orang lebih sering membeli pakaian hanya untuk mengikuti tren bukan untuk sebuah kebutuhan. Ada sisi positif dari hal itu, salah satunya adalah membuat orang yang tadinya tidak paham cara memadukan pakaian, kini menjadi paham dan cepat dalam merespon style Sisi negatifnya, membuat mahasiswa menjadi pribadi yang konsumtif. Dilansir dari Kabarpendidikan.id perilaku konsumtif atau impulsive buying, merupakan sebuah perilaku berlebihan dalam membeli sesuatu tanpa pertimbangan Orang yang memiliki gaya hidup konsumtif biasanya tidak bisa membedakan antara keinginan dankebutuhan.

Ditambah dengan adanya berbagai jenis online shop dan toko-toko pakaian yang saat ini banyak ditemui di dekat kampus, semakin memudahkan maha- siswa untuk menuruti keinginan belanjanya. Perilaku konsumtif biasanya dapat timbul karena faktor lingkungan, seseorang bisa saja mengalami penolakan dan dicap ketinggalan tren jika tidak mengikuti gaya hidup lingkungan sekitarnya. Terlebih lagi saat ini kita sebagai mahasiswa yang menempuh pendidikan di kampus swasta yang terkenal lebih mahal dibandingkan kampus negeri, hal itu mendorong mahasiswa memiliki gaya hidup yang hedonis. Selain karena lingkungan, media sosial juga sangat berpengaruh pada tren fesyen mahasiswa Banyaknya influencer yang mempromosikan pakaian-pakaian, tak jarang membuat mahasiswa berlomba-lomba untuk memiliki brand tersebut. Akhir-akhir ini juga sedang marak budaya thrifting yang menjual berbagai macam jenis pakaian setengah pakai dengan harga yang lebih murah, membuat mahasiswa dapat dengan mudah berbelanja tanpa mempertimbangkan antara kebutuhan dan keinginannya.

Mahasiswa merupakan kaum intelektual yang digadanggadang sebagai agent of change seharusnya lebih bisa mengontrol diri untuk tidak terseret derasnya arus tren fesyen yang terus berkembang. Pakaian merupakan identitas diri yang dapat mencerminkan pribadi seseorang. Sebagai mahasiswa sebaiknya kita lebih bijak dalam berpenampilan agar sesuai dengan status sebagai seorang pelajar Selain itu, juga untuk mencerminkan citra kampus sebagai tempat menempuh pendidikan bukan tempat untuk adu outfit. Bijak dalam berbelanja juga dapat mengontrol pengeluaran mahasiswa yang mayoritas adalah anak kos, karena tren fesyen dapat membuat mahasiswa memiliki pola keuangan yang boros. Saat ingin membeli barang sebaiknya kita tidak tergesa-gesa dan lebih mendahulukan kebutuhan. Akibat dari menjamurnya tren fesyen tersebut salah satunya industri tekstil menjadi penyumbang sampah terbesar di dunia setelah minyak. Sebagai kaum intelektual seharusnya kita lebih pekaakanhalitu.

Menjadi mahasiswa merupakan anugerah yang patut disyukuri, karena tidak semua bisa merasakan mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan, terlepas dari baik buruknya dunia kampus. Mengikuti tren fesyen tidak sepenuhnya dapat dinilainegatif.Denganbegitu,kita bisa mengekspresikan jati diri kita melalui warna dan model pakaian. Akan tetapi, sebagai seorang yang terdidik alangkah baiknya kita tetap membatasi diri dari perilaku konsumtif dan tetap memperhatikan nilai kesopanan dalam berpakaian. Seringkali ditemui mahasiswa yang berpenampilan kurang pas saat berada di lingkungan kampus. Melalui pakaian, seseorang juga dapat membentuk personal branding yang dapat menguntungkan kiprahnya untukmasadepan.

Selain memperindah penampilan dan cara berpakaian, sebagai seorang mahasiswa kita juga harus tetap fokus untuk meningkatkan kualitas diri. Karena berpenampilan menarik saja tidak cukupjikatidakdiimbangidengan ilmu pengetahuan dan pengalaman. Mahasiswa memiliki peluang yang cukup luas untuk mencari informasi dan mengikuti kegiatan untuk mengasah skill. Memperbanyak literasi melalui buku bacaan juga dapat mengalihkan uang yang tadinya untuk membeli baju digunakan untuk membeli barang yang lebih bermanfaat. Mencari relasi sebanyak-banyaknya juga dapat menguntungkan mahasiswa dalam memperluas pengetahuan. Menyandang gelar sebagai mahasiswa dapat kita manfaatkan sebaik mungkin untuk mempermudah hidup kita kedepan setelah lulus dari kampus. Maka dari itu, sudah seharusnya mulai dari sekarang kita memperbaiki citra mahasiswa dan membuktikan kepantasan kita menjadi agent of change yang membawaperubahan.

Jangan diam, kirim opinimu ke lpmpabelanums@gmail.com Kalaunantisuaramuterbungkam,pastiberat Kamunggakakankuat,Bro!

Gedung Baru FAI

This article is from: