4 minute read

WARTA KAMPUS

Himakom

Adakan Ka-

Advertisement

jian Ramadan bagi Generasi Muda

UMS, Koran Pabelan –Himpunan Mahasiswa

Komunikasi (Himakom) UMS menyelenggarakan Acara

“Gema Ramadan Kajian Ramadan Bulan Maghfirah” (Karamah) untuk mahasiswa dan masyarakat umum.

Kegiatan ini diisi dengan kajian keislaman oleh Abdurrahman bin Umar

Assegaf, seorang ustaz dari salah satu pondok pesantren di Pasar Kliwon.

Dinar Puji selaku ketua pa- nitia acara Gema Ramadan Karamah, menyampaikan bahwa kegiatan tersebut bertujuan untuk membangun semangat masyarakat umum terutama para pemuda. Kajian ini ditujukan agar para anak muda dapat lebih memaksimalkan diri dalam beramal selama bulan suci Ramadan “Karena ini bulan

Ramadan, supaya bisa membangun anak muda yang tergugah ke agama,”ujarnya,Sabtu(1/4).

Selain itu, ia menjelaskan bahwa kegiatan Gema Ramadan merupakan program kerja jangka panjang dari Divisi Keilmuan dan Pengembangan Himakom. Ia menambahkan, bahwa Karamah merupakan kegiatan rutinan yang diadakan setiap satu tahun sekali dan terbuka untuk umum.“Setiaptahunada,danselama bulan Ramadan hanya satu kali. Kalau sasaran pesertanya untukumum,”jelasnya.

Lebih lanjut, Dinar Puji men- jelaskan bahwa mereka mengundang pembicara dari salah satu Pondok Pesantren di daerah Pasar Kliwon, Surakarta. Ia menambahkan bahwa sejauh ini kegiatan tersebut berjalan lancar, namun sempat terkendala terkait penentuan tempat untuk pelaksanaan kegiatan. “Sempat bingung soal tempatnya, soalnya di kampus dua itu masjidnya sering dipake buat Shabran (Baitul Arqam –red) jadi pindah ke masjid kampus empat,” ungkapnya.

Dihubungi pada kesempatan yang sama, Zahra, salah sa-

Gema Kampus Ramadan tu mahasiswi Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi (Ilkom) sekaligus peserta dalam acara tersebut berpendapat bahwa diadakannya kegiatan Gema Ramadan ini sangat bermanfaat bagi generasi muda khususnya para mahasiswa Ia menambahkan jika kegiatan ini tidak hanya menambah pengetahuan bagi para mahasiswa, namun juga untuk mengisi waktu luang dikala bulan Ramadan. “Untuk kegiatan kajian seperti ini, cukup bagus sih bisa jadi reminder buat kita tentang agama,” tutupnya, Sabtu (1/4)[Mg_Titan,Mg_Aqil/AA]

Kembali Hadir dengan Takjil Setiap Buka Puasa

UMS, Koran Pabelan – Gema Kampus Ramadan (GKR) yang dilaksanakan setiap hari di masjid kampus memberikan berbagai manfaat bagi mahasiswa. Terutama kegiatan pembagian takjil yang dinilai membantu ekonomi mahasiswa yang tinggal secara indekos.

Askar Nashirudin Rosyid selaku ketua panita pelaksana GKR, mengung- kapkan bahwa dengan estimasi peserta yang cukup banyak, tentunya perlu menyediakan banyak takjil setiap harinya. Lanjutnya, orang-orang bebas mengambil takjil tanpa harus membayar sepeserpun. ”Ya kita terbuka untuk semua fakultas bahkan untuk masyarakat luar juga,” ungkapnya,Selasa(28/3).

Ia juga menambahkan bahwa takjil yang disediakan berjumlah 500 porsi untuk dibagikan ke tiga masjid yang ada di kampus.

Ia mengungkapkan dalam pembagian takjil ini peserta sangat jarang kehabisan, karena priotitas utama diberikan kepada peserta GKR. “Prosedurnya berupa pembagian kupon terlebih dahulu lalu peserta dapat mengambil nasi,” tambahnya.

Dinda Riska Ariningsih, mahasiswa PendidikanAgama Islam (PAI) sekaligus peserta GKR mengungkapkan sangat senang karenakegiatanGKRselalumenyediakan menu berbuka puasa. Ia mengatakan pemberian takjil gratis sangat membantu mahasiswa untuk berbuka puasa. ”Sangat membantu ekonomi anak-anak kos,”ungkapnya,Rabu(29/3).

Ia turut menambahkan bahwa kegiatan ini harus tetap ada di setiap bulan Ramadan. Juga berharap agar lebih banyak lagi mahasiswa yang hadir mengikuti kajian. “Semoga lancar terus dan lebih bervariasi nasi kotaknya,” harapnya.

[Mg_Afnan,Mg_Aisyah/AA]

Tidak Ada

Tempat, Dua

KMF Masih Berbagi Sekretariat

UMS, Koran Pabelan –Koordinator Mentoring Fakultas (KMF) Komunikasi dan Informatika (KI) serta KMF Ekonomi dan Bisnis (EB) masih harus berbagi tempat kesekretariatan. Hal ini karena tidak ada lagi tempat yang tersedia untuk kedua KMF tersebut.

Hartono selaku Kepala U- rusan Mentoring dan Kerja sama Persyarikatan UMS, membenarkan jika kedua KMF tersebut masih berbagi tempat sekretariat. Ia mengatakan, pihak Lembaga Pengembangan Pondok,Al-Islam, dan Kemuham- madiyahan (LPPIK) UMS sebetulnya sudah mengupayakan agar kedua KMF itu punya ruangannya masing-masing. “Masih belum ada titik temu,” tambahnya,Kamis(30/3).

Ia mengungkapkan kalau sudah menghubungi Wakil Dekan (WD) II FEB untuk pengadaan sekretariat KMF Namun, katanya, masih belum diberikan izin.

“Alasannya karena dari program studi (prodi) juga butuh tempat, yang itu belum terealisasi juga,” ujarHartono, Kamis(30/3).

Dihubungi pada kesempatan yang berbeda,Alif Rahmat selaku Koordinator Umum KMF KI mengatakan, etisnya sekretariat yang kini ditempati dua KMF adalah milik KMF KI. Hal itu dikarenakan, kataAlif, lokasi sekretariat tersebut berada di wilayah FKI.

“Walaupun yang lahir duluan itu KMF EB, kalau ada perpindahan, KMF KI tidak perlu pindah,” pung- kasnya,Selasa(4/4).

Sepengetahuannya, KMF EB sudah berusaha mencari tempat di FEB untuk sekretariat mereka, tetapi tidak mendapat respons yang baik dari dekanat. Sebabnya, kata Alif, masih banyak dosendiFEByangbelummendapatkan ruangan. “Meski digabung, ada postifinya juga. Kami jadi bisa mengenal satu sama lain,”tambahnya.[AuliaA/NPN]

Menuju Peringkat World Class, Bangun Fasilitas Bagi Disabilitas

UMS, Koran Pabelan – UMS memiliki target untuk mecapai peringkat World Class University. Namun untuk saat ini, fasilitas untuk para penyandang berkebutuhan khusus (disabilitas) di UMS masih sangat minim. UMS mulai melakukan pembangunan fasilitasfasilitas untuk penyandang disabilitas guna mencapai targetnya.

HasimAsy’ari selaku Kepa- la Bagian (Kabag) pemeliharaan sarana dan prasarana (Sarpras) menyampaikan, bahwa beberapa gedunggedung baru di UMS telah menyediakan sarana untuk para di- fabel. Diantaranya adalah Gedung Edutorium, Gedung Siti Walidah, dan gedung pascasarjana. “Contohnya, Edutorium sudah didesain ada beberapa bagian untuk difabel seperti rem, kemudian ada akses lift, juga di Gedung Siti Walidah, dan gedung pascasarjana,” jelasnya, Rabu (29/3).

Ia menambahkan bahwa, gedung-gedung yang lama saat ini masih belum memiliki sarana prasarana bagi para penyandang berkebutuhan khusus. Akan tetapi, lanjutnya, pimpinan telah merencanakan untuk menambahkan lift-lift yang sifatnya menempel serta toilet untuk para difabel di gedung-gedung yang lama tersebut. “Untuk gedung-ge- dung yang lama, pimpinan sudah merencanakan dengan menambahkan lift seperti yang sudah dimulai di gedung farmasi. Kemudian untuk toilet juga akan segera dibangun, namun dilakukan secarabertahap,”ungkapnya.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa setelah pembangunan di gedung farmasi selesai, rencana pembangunan akan diutamakan untuk gedung-gedung yang berlantai empat terlebih dahulu. Hasyim mengungkapkan alasan pembangunan tidak dilakukan sejak dulu, karena belum ada wacana di awal pembangunan, aturan-aturan itu muncul akhir-akhir ini. “Karena kalau dahulu itu belum ada wacana seperti itu, artinya sebenarnya aturan-aturan itu muncul di akhir sehingga tidak dicanangkan. Setahu saya memangkebetulandiUMSinisangatjarang yang berkebutuhan khusus,” terangnya.

Salah seorang mahasiswa UMS berpendapat bahwa fasilitas untuk para difabel masih sangat minim di lingkungan kampus. Ia juga menyayangkan bahwa gedung-gedung yang berfungsi sebagai kelas dan laboratorium masih belum memiliki akses untuk para difabel. “Semoga lebih diperhatikan lagi prasarana bagi para difabel. Kalau mau jadi kampus yang lebih maju, yang harus dipersiapkan juga fasilitas ramahuntukparadifabel,”harapnya,Kamis(6/4).[Mukhlish/AK]

This article is from: