Buku patosis rev 2 compressed

Page 1



Nama

:______________________________________

NIM

:______________________________________

Kelompok

:______________________________________

Dosen Pembimbing

:______________________________________

Asisten Dosen

:______________________________________

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM PATOLOGI SISTEMIK VETERINER

DEPARTEMEN PATOLOGI VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA


BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM PATOLOGI SISTEMIK VETERINER DOSEN PENGASUH Ajik Azmijah, SU., Drh. Roesno Darsono., M.Kes., Drh. Arimbi, M.Kes., Drh. Dr. Thomas V. Widiyatno, M.Si., Drh. Dr. Hj. Hani Plumeriastuti, M.Kes., Drh. Djoko Legowo, M.Kes., Drh. TIM PENYUSUN Nurul Azizah Lucky Ramadhan Ayu Tarwiyah Tri Atika Inggarsetya Syah Audini Pramita Nindya Saraswati

DEPARTEMEN PATOLOGI VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

KATA PENGANTAR

Penyusunan dan penerbitan buku petunjuk praktikum patologi sistemik ini, diharapkan dapat membantu dan mempermudah pemahaman dan keterampilan mahasiswa dalam menjalankan praktikum patologi sistemik, sehingga mahasiswa semester V (lima) program studi S1 Pendidikan Dokter Hewan FKH Universitas Airlangga lebih terampil dalam mendiagnosa perubahan secara histopatologis dan atau patologis anatomis dari beberapa jaringan dan dapat menentukan penyebabnya. Buku petunjuk ini berisi materi yang disesuaikan dengan topik perkuliahan serta dilengkapi dengan gambar secara skematis dan foto untuk memperdalam pemahaman materi. Kepada semua sejawat yang telah membantu dalam penyusunan buku ini kami ucapkan banyak terima kasih atas referensi dan bantuannya. Semoga buku ini dapat diambil manfaat dan digunakan sebagaimana mestinya.

Surabaya, 30 Desember 2014

Penyusun

1


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................ 1 Daftar Isi ...................................................................................................................................... 2 Pendahuluan .............................................................................................................................. 3 Bab I : Patologi Sistem Kardiovaskuler ..................................................................................... 7 Bab II : Patologi Sistem Respirasi ............................................................................................ 12 Bab III : Patologi Sistem Pencernaan dan Hepatobilier ........................................................... 19 Bab IV : Patologi Sistem Reproduksi ........................................................................................ 27 Bab V : Patologi Sistem Perkemihan ....................................................................................... 32 Bab VI : Patologi Sistem Integumentum dan Myopathology .................................................. 37 Bab VII: Patologi Sistem Saraf .................................................................................................. 42 Pedoman Nekropsi Umum ........................................................................................................ 47 Petunjuk Nekropsi Rodentia ..................................................................................................... 50 Petunjuk Nekropsi Unggas ........................................................................................................ 53 Contoh Formulir atau Kartu Hasil Nekropsi .............................................................................. 60 Daftar Pustaka........................................................................................................................... 61

2


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

PENDAHULUAN Tujuan Praktikum Pada akhir praktikum mahasiswa diharapkan mampu memahami dan melakukan diagnosa serta membuat deskripsi lesi makroskopis maupun perubahan histopatologi secara mikroskopis pada: 1. Patologi Sistem Kardiovaskuler 2. Patologi Sistem Respirasi 3. Patologi Sistem Pencernaan dan Hepatobilier 4. Patologi Sistem Reproduksi 5. Patologi Sistem Perkemihan 6. Patologi Sistem Integumentum dan Myopathology 7. Patologi Sistem Saraf

Metode Pembelajaran Praktikum dilakukan melalui aktivitas pembelajaran sekuensial sebagai berikut: 1. Kuliah overview oleh dosen atau asisten dosen. 2. Observasi gambar preparat gross (macros) dan micros. 3. Diskusi dengan dosen dan atau asisten dosen. 4. Pengerjaan tugas dalam buku panduan praktikum. 5. Tutorial atau belajar bersama dengan metode asistensi.

3


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Petunjuk Pengaturan Fokus Mikroskop Untuk mencari fokus yang tepat, lakukanlah dengan dua cara berikut ini.  Perbesaran

lemah. Lensa okuler dengan perbesaran 5 kali dan lensa objektif dengan

perbesaran 10 kali dapat diartikan bahwa preparat diamati dengan perbesaran 50 kali. Dengan cara menurunkan lensa okuler serendah mungkin, lensa objektif juga diturunkan sampai berjarak kira-kira 8 mm dari kaca preparat. Setelah itu, arahkan salah satu mata kalian ke lubang lensa okuler sambil memutar-mutar mikrometer

sampai diperoleh

gambaran preparat yang jelas.  Perbesaran

kuat. Lensa okuler dengan perbesaran 10 kali dan lensa objektif dengan

perbesaran 100 kali sehingga preparat dapat diamati dengan perbesaran 1000 kali. Mulailah dengan meletakkan slide preparat ke meja objek kemudian jepitlah, kemudian bukalah diafragma selebar-lebarnya dan turunkan lensa objektif sampai hampir menyentuh kaca penutup preparat. Pada perbesaran kuat, dianjurkan untuk meneteskan Oil emersi terlebih dahulu. Setelah itu, dengan mikrometer, naikkan lensa objektif sampai diperoleh gambaran preparat yang jelas.

Deskripsi Lesi Makroskopis Di dalam menegakkan suatu diagnosa penyakit pada hewan sakit yang telah mati diperlukan tindakan nekropsi untuk melihat perubahan makroskopis (lesi morfologi) dan pembuatan preparat histopatologis untuk melihat perubahan mikroskopis yang terjadi. Kedua perubahan yang terjadi pada perubahan makroskopis dan mikroskopis dapat membantu menegakkan diagnosa penyakit. Pemeriksaan makroskopis merupakan pemeriksaan jaringan yang abnormal dengan mata telanjang, khususnya penting untuk fragmen jaringan yang besar karena penyakit sering dapat dikenali secara visual. Pada tingkat ini, patolog memilih daerah yang akan diproses untuk histopatologi. Kadang-kadang memerlukan bantuan kaca pembesar atau mikroskop stereo, khususnya saat memeriksa organisme parasit. Dalam pemeriksaan mikroskopis harus mengamati perubahan yang terjadi. Adapun seluruh karakteristik yang harus diamati, agar dapat mempermudah diagnosa antara lain:

No

Komponen yang diamati

Karakteristik yang Diamati Perhitungan menggunakan satuan metrik. Perhitungan diukur

1

Ukuran lesi (size of lesion)

secara tiga dimensi (panjang x lebar x ketebalan), kecuali lesi yang datar. Jika relevan, juga dapat dilakukan “penimbangan� pada organ.

4


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Misalnya : pada liver dan jantung yang mengalami pembesaran.

2

Lesi yang berbentuk baji (wedge shaped), berbentuk melingkar

Bentuk lesi (Shape of

(circular shaped), berbentuk bulat (spherical shaped), dan

Lesion)

berbentuk tidak beraturan (irregular shaped).

3

Batas les (Margin of lesion)

4

Konsistensi (consistency)

Berbatas jelas (well demarcated), berbatas halus (smooth), terkapsulasi (encapsulated), dan berbatas tidak jelas (ill-defined) Konsistensi lembut (soft), tegas/kuat (firm), keras (hard) Permukaan lesi yang lembut (smooth), kasar (rough), bergranul

5

(granuler), berbintik-bintik (pitted), menonjol (raised), verrucous

Permukaan (surface)

(ditutupi dengan kutil (wart) atau seperti kutil (wart like projection)) Focal, multifocal, locally extensive, diffuse, regionally extensive,

6

Distribusi (Distribution)

billateral, segmental, coalescing (gabungan), disseminatted (tersebar luas), random. Lesi tersebut terdapat pada bagian mana dari organ tersebut. Gunakan petunjuk bagian kanan dan kiri untuk organ – organ bilateral. Dan juga perlu di pertimbangkan untuk menggunakan

7

Lokasi (Location)

deskriptor,

seperti

lateral/medial,

proksimal/distal,

superficial/deep. Jika lesi hanya terdapat pada permukaan tertentu saja, maka dapat dilokalisasikan (localized), misalnya: Diafragma, peritoneal, pleural, costal, serosa, mukosa, antimesenteric.

Distribusi lesi yang digunakan dalam diagnosa morfologi. Contoh : pada ginjal. 1. Nomenklatur Diagnosa Morfologi Nomenklatur merupakan sistem penamaan yang diberikan untuk struktur dan proses dalam suatu disiplin ilmu. Nomenklatur juga digunakan dalam bidang patologi veteriner, terutama oleh dokter hewan untuk menentukan diagnosa morfologi, mendiskripsikan proses dengan tepat, tipe penyakit yang terjadi. Nomenklatur untuk diagnosa morfologi terdiri dari lima komponen seperti pada contoh tabel berikut : Derajat

Lama

Kerusakan

Keradangan

(Degree)

(Duration)

Minimal

Akut

Distribusi

Tipe Lesi

Jaringan

(Distribution)

(Lesion)

(Tissue)

Fokal

Necrotic

Nephritis

5


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Mild (Ringan) Moderate (sedang) Marked/Severe (Berat)

Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Subacut

Multifokal

Catarrhal

Chronic

Local ekstensif

Chronic – aktive

Diffuse

Hemorhagic

Peumonia

Cranioventral*

Granulomatous

Hepatitis

Fibrinous, Suppurative

Myositis Enteritis

*Hanya untuk organ paru-paru Berdasarkan hasil pemeriksaan post mortem dan atau evaluasi histologis spesimen jaringan, ahli patologi akan menegakan diagnosis morfologi dengan memasukkan, secara berurutan komponen nomenklatur yang menggambarkan lesi spesimen. Misalnya, pada ginjal sebagai jaringan terluka, komponen utama dari diagnosis morfologi adalah nama jaringan yang berasal dari istilah latinnya, “nephro-.” Jika ginjal meradang, awalan “nephro-“ dikombinasikan dengan “itis” akhiran (peradangan atau penyakit) untuk membuat kata “nefritis,” yang berarti peradangan ginjal. Komponen lain dari diagnosis morfologi, seperti derajat, distribusi durasi, tipe lesi mendahului nefritis dan digunakan untuk menggambarkan karakteristik dari proses inflamasi. Pola distribusi lesi inflamasi tidak hanya menyediakan lokasi tetapi dalam banyak kasus menggambarkan mekanisme terjadinya lesi/cedera. Diagnosis morfologi juga dapat menggunakan akhiran “osis” (kondisi sakit atau abnormal) atau “opathy” (penyakit). Dalam konteks ini, penyakit atau kondisi merujuk kepada mereka disebabkan oleh proses degeneratif atau penuaan tanpa peradangan. Komponen nomenklatur lainnya dapat ditambahkan ke nephrosis atau nefropati untuk menggambarkan karakteristik dari proses degeneratif. Beberapa penyakit metabolik dan meoplastik tidak cocok dengan nomenklatur ini, namun diagnosis morfologi sama yang berlaku dapat dibangun

Keterangan: ilustrasi persebaran lesi kerusakan) di organ ginjal (McGavin, 2009)

6

(derajat


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

BAB I: PATOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER 1.

Myocarditis Definisi

: radang pada otot jantung, dapat terjadi secara langsung akibat keradangan pada endokardium dan perikardium, oleh infeksi bakteri Pasteurella sp, Listeria sp atau Salmonella sp.

Makroskopis

: kadang-kadang tampak perlekatan antara pericardium, foci (pinpoint yellowish microabscesses) atau nodul putih kekuningan pada permukaan organ.

Mikroskopis

: Terdapat infiltrasi neutrofil pada jaringan interstitial, atau limfosit, sel plasma dan makrofag, tergantung lama dan penyebabnya.

GAMBAR :

Serabut Otot

Makrofag Limfosit

Keterangan: Myocarditis pada jantung babi (http://library.med.utah.edu, 2013)

Ilustrasi: Myocarditis (Noor dkk., 1991)

Myocarditis disertai foci Nekrotik

Mikroabses

Keterangan: Myocarditis pada jantung kambing (http://library.med.utah.edu/, 2011)

2.

Keterangan: Myocarditis pada sapi (http://library.med.utah.edu, 2013)

Infark Myokard Definisi

: Nekrosis pada jaringan otot jantung sebagai akibat dari iskemia.

Makroskopis

: Bagian infark tampak pucat, disertai zona hemorrhagis dan pucat

Mikroskopis

: nekrosis koagulasi pada otot jantung, disertai kongesti, dan hemoragi di berbagai tempat.

GAMBAR :

7


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Kongesti

Hemoragi Sel Nekrosis Ilustrasi: Infark Myokard (Arimbi, 2001)

Keterangan: Infark Myokard pada primata (http://library.med.utah.edu, 2013)

Zona Infark

Keterangan: Infark Myokard (Transmural) pada sapi (http://library.med.utah.edu, 2013)

3. Atherosclerosis Definisi

: Penebalan lapisan intima oleh berbagai macam penyebab sehingga terjadi penyempitan lumen.

Mikroskopis : hipertrophi media atau banyak terdapat jaringan ikat. Pada sclerosis medial, diakibatkan oleh adanya kalsifikasi pada bagian medialnya, dapat disertai atau tidak disertai penyempitan lumen arteri. Sedangkan pada kasus lain, atherosclerosis dapat disebabkan oleh plaque yang menempel lumen pembuluh darah. Makroskopis : infark myocard atau berupa gangren sebagai akibat akhir dari penyumbatan vaskuler dan tampak lumen pembuluh darah tersumbat atau menyempit. GAMBAR:

Ilustrasi: Atherosclerosis (Arimbi, 2001)

Ilustrasi: Atherosclerosis (Arimbi, 2001)

Keterangan: Atherosclerosis (kalsifikasi) pada arteri koroner primata (http://library.med.utah.edu, 2014)

Keterangan: Atherosclerosis (intimal plaque) pada arteri koroner primata (http://library.med.utah.edu, 2014)

8


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Lumen pembuluh darah menyempit karena kalsifikasi.

Keterangan: Atherosclerosis (kalsifikasi) pada arteri koroner primata. (http://library.med.utah.edu, 2013)

4.

Vasculitis Definisi

: Vasculitis adalah radang pada lapisan dinding dan atau lumen pembuluh darah, dapat disebabkan oleh toksin bakteri, infeksi virus dan penyebab lain yang dapat mengundang sel-sel radang.

Makroskopis

: tidak tersifat, mungkin tampak beberapa bentuk nekrosis dari organ.

Mikroskopis

: terdapat infiltrasi sel radang dalam lapisan pembuluh darah tersebut.

GAMBAR :

pembuluh darah

sel radang

Keterangan: Vasculitis pada Primata (http://www.pathguy.com, 2014)

9


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Mid Test Patologi Sistem Kardiovaskuler Q.1. Fill in the blanks with suitable word(s). 1. Right sided heart failure is caused by a disease in ................ and occurs after ................ failure and is characterized by ................ pulse. 2. Interventricular septal defects may lead to ................ and ............... . 3. Brisket disease is caused by ................ in environment and is characterized by ................ , ................ and oedema in ................ region. 4. Arteriosclerosis is ................ of arteries including ................ , ................ and ............... . 5. . ............... , ................ and ................ may lead to occurrence of atherosclerosis. 6. Caseous lymphangitis is caused by ............ and is characterized by .............. , .............. and 7. Hypertension may cause ................ characterized by ................ producing ................ occluding ................ of blood vessels. 8. Macrophages are filled with ............... .including ................ , ................ , ................ and ............... .in atherosclerosis oflarge blood vessels. Q. 2. Tulislah pernyataan yang BENAR dan SALAH. 1. ..... Saraf yang berfungsi meningkatkan kontraksi denyut jantung dan tekanan pembuluh darah adalah Saraf simpatis. 2. ..... Saraf parasimpatis dalam kerja jantung, mengeluarkan adrenalin dan nor adrenalin. 3. ..... Hormon adrenalin yang berlebihan dapat menyebabkan medial sclerosis. 4. ..... Adanya penyempitan A. pulmonalis didekat pangkalnya oleh jaringan ikat disebut Stenosis arteria Pulmonalis. 5. ..... Terjadi percampuran darah arteriil dan venous menyebabkan cyanosis. 6. ..... Kegagalan menutupnya formen ovale (lubang dalam sekat inter atrial) menyebabkan cyanosis. 7. ..... Seluruh rongga jantung terletak didalam rongga dada (sub cutan) disebut Ectopia Cardis. 8. ..... Gangguan 4 anomali yg terjadi bersamaan pada jantung disebut Tetralogi fallot. 9. ..... Salah satu gangguan 4 anomali yang terjadi secara bersamaan adalah terjadi penebalan jantung pada bagian bilik kiri. 10. ..... Pembesaran dari satu atau beberapa ruangan jantung bisa rongga atrium atau ventrikel disebut dilatasi cordis. Q. 3. Lengkapi definisi dari istilah berikut. 1. 2. 3. 4. 5.

Hipertrofi cordis Vegetasi Endocarditis nodularis chronica Pericarditis Corrugosum

6. Arteriolosclerosis 7. Arteriosclerosis 8. Rhabdo myosarcoma 9. Lencosis 10. Ectopia cordis

10


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

_______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Q. 4. Jawablah dengan benar. 1. Terjadi degenerasi lemak dan hyalin pada tunica media dan yang diserang adalah arteri-arteri sedang, merupakan gangguan arteri yang disebut ... 2. Adanya hiperplasia oleh proliferasi dari sel-sel intima yg dapat memenuhi lumen arteri kecil disebut ... 3. Arterosclerosis sering terjadi pada ... 4. Suplai darah atau oksigen ke otot jantung berkurang disebut ... 5. Akibat suplai oksigen ke jantung berkurang menyebabkan gangguan pada ... 6. Arteristis sering terjadi pada hewan .. . 7. Kateterisasi jantung berfungsi untuk ... 8. Suatu pembesaran setempat pd arteri disertai dengan penyempitan lumen (penebalan dinding) disebut ... 9. Adanya radang pada endotel vena,cenderung pembentukan bekuan darah atau thrombosis disebut ... 10. radang vena disertai thrombus disebut ... Q.5. Match the word(s) from four options given against each statement. 1. Acute heart failure is not caused by ............... . (a) Anoxia

(b) Shock

(c) Cardiac temponade

(d) Fever

2. Left sided heart failure is characterized by .............. .. (a) Heart failure cells (b) Pulse in jugular vein

(c) Shock

(d) Oedema

3. "Bread and butter" appearance of heart is due to deposition of ................ (a) Fibrin

(b) Neutrophils

(c) Fibroblasts

(d) Collagen

4. Endocarditis is caused by ................ (a) Actinomyces pyogenes

(b) Erysepalas

(c) Staphylococci

(d)All of the above

5. Vegetative growth in heart is caused by ................ (a) Actinomyces pyogenes

(b) Staphylococci

(c) Clostridia (d) Erysipalas

6. Arteriolosclerosis affects arterioles in ................ (a) Kidneys

(b) Spleen

(c) Pancreas (d)All of the above

7. Atherosclerosis is ................ of blood vessels (a) Hardening

(b) Softening

(c) Aneurysm

(d) Thinning

8. Arteritis is inflammation of arteries caused by ................ (a) Equine viral arteritis

(b) E.coli

(c) Salmonella

(d) Rotavirus

(c) Lymph vessel

(d) Capillary

(c) Lymph vessel

(d) Lymphocytes

9. Phlebitis is the inflammation of ................ (a) Artery

(b) Vein

10. Lymphangitis is inflammation of ................ (a) Lymphnode

(b) Lymph gland

11


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

_______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

BAB II: PATOLOGI SISTEM RESPIRASI 1.

Atelektasis dan Emphysema Definisi

: Atelektasis adalah kolaps pada organ pulmo secara partial atau pun total, dapat juga disebut sebagai kegagalan pulmo untuk mengembang akibat adanya abstruksi dalam bronchus atau bronchioli atau adanya tekanan akibat radang dan tumor di dalam atau di luar pulmo. Sedangkan, Emphysema (emfisema) adalah penyakit paru kronis yang dicirikan oleh kerusakan pada jaringan paru, sehingga paru kehilangan keelastisannya (tetap mengembang).

Makroskopis

: bagian pulmo yang terkena tampak mengeras (Atelektasis) atau merapuh dan pucat (Emphysema).

Mikroskopis

: Atelektasis : tampak bronchi atau bronchiole dan alveoli mengecil, alveoli tampak hampir sejajar. Emphysema : alveoli akan mengembang secara berlebihan, sehingga beberapa dinding alveoli pecah.

GAMBAR :

Ilustrasi: Atelektasis dan Emphysema (Noor dkk., 1991) Pulmo tampak menyusut, mengeras, berwarna gelap, dan terdapat cairan eksudat

Keterangan: Atelektasis pada sapi (Koleksi Pribadi, 2012)

Keterangan: Atelektasis dan Emphysema pada pulmo primata (http://www.pathguy.com, 2013) Pulmo tampak pucat

Keterangan: Emphysema pada primata (http://anatpat.unicamp.br, 2014)

2. Bronchopneumonia (Pneumonia Purrulenta) Definisi

: Radang paru-paru pada beberapa lobulus, infiltrasi sel radang mulai alveoli meluas sampai ke bronchus dan bronchiolinya

Makroskopis : Berdasarkan proses keradangan, mula-mula lobuli yang terkena tampak membengkak kemerahan, bidang sayatan keluar eksudat cair (face eksudasi), kemudian lobuli berwarna kelabu (fase infiltrasi leukosit), bila sembuh lobuli berwarna merah kembali (fase resopsi). Mikroskopis

: Banyak jumpai neutrofil, hancuran sel, eksudat fibrin dalam bronchiol, bronchus dan dalam alveoli 12


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

GAMBAR :

Ilustrasi: Bronchopneumonia (Noor dkk., 1991)

Keterangan: Bronchopneumonia pada primata (Koleksi Pribadi, 2012) organ berwarna merah kecoklatan, konsistensi organ lunak, bila disayat organ berisi pus kekuningan, terdapat hemoragi pada permukaan

Keterangan: Bronchopneumonia pada kuda (http://library.med.utah.edu, 2013)

3. Pneumonia fibrinosa Definisi

: terjadi radang paru pada beberapa lobulus tertentu akibat infeksi yang masuk secara Aerogenous.

Makroskopis

: pulmo tampak kemerahan, konsistensi kenyal, dan pada bidang sayatan terdapat banyak transudat bening.

Mikroskopis

: dijumpai banyak endapan fibrin, neutrofil, eritrosit dalam alveoli (fibrin mendominasi)

GAMBAR :

Ilustrasi: Pneumonia fibrinosa (Noor dkk., 1991)

Keterangan: Pneumonia fibrinosa pada primata (Koleksi Pribadi, 2013)

pulmo tampak kemerahan, dan konsistensi organ kenyal

Keterangan: Bronchopneumonia pada kambing (http://anatpat.unicamp.br, 2010)

13


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

4. Pneumonia interstitialis Definisi

: radang pada paru, terutama terdapat pada jaringan interstitial, infeksi paling sering secara hematogenous.

Makroskopis : paru-paru berwarna keabu-abuan dan menjadi lebih berat bobot organnya. Mikroskopis : terdapat penebalan septa alveoli oleh eksudat serous atau fibrinous, infiltrasi leukosit (limfosit, makrofag dan plasma sel) serta alveoli tampak kosong. GAMBAR :

Ilustrasi: Pneumonia Interstitialis (Noor dkk., 1991)

Keterangan: Pneumonia Interstitialis pada primata (Koleksi Pribadi, 2011)

Keterangan: Pneumonia Interstitialis pada Sapi (Donald and Zachary, 2007)

5. Pneumonia granulomatosa pada TBC pulmonum. Definisi

: merupakan radang kronis pada paru-paru yang bersifat spesifik yang disebabkan oleh bakteri TBC, Malleus atau jamur (aktinomycosis atau blastomycosis)

Makroskopis : ditemukan nodul (benjolan) pada permukaan luar pulmo di beberapa tempat (menyebar) seperti bunga kool, berwarna putih keabu-abuan dan melekat kuat (menyatu dengan jaringannya). Mikroskopis : gambaran alveoli (jaringan paru) tidak tampak dan digantikan banyak jaringan epitheloid, limfosit, sel plasma. Terkadang ditemukan giant cell.

ikat, sel

GAMBAR :

Ilustrasi: Pneumonia Granulomatosa (Noor dkk., 1991)

Keterangan: Pneumonia granulomatosa pada primata (http://library.med.utah.edu, 2011)

14


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

terdapat nodul (benjolan) pada permukaan organ dengan konsistensi keras.

Keterangan: Pneumonia granulomatosa pada sapi (Koleksi Pribadi, 2005)

6. Aktinomikosis paru. Definisi

: radang granulomatous paru yang disebabkan oleh jamur (aktinomises sp.).

Makroskopis

: banyak ditemukan benjolan kecil keras yang menyebar, berwarna abu- abu atau kekuningan pada permukaan paru dan cenderung terlihat mirip gambaran pada TBC.

Mikroskopis

: pada alveoli yang terinfeksi ditemukan bentukan jamur yang spesifik serta dikelilingi banyak limfosit, makrofag dan sel plasma. Pada bagian luarnya dikelilingi jaringan ikat dan alveoli yang berdekatan mengalami atelektasis.

GAMBAR :

Ilustrasi: Aktinomikosis (Noor dkk., 1991)

Keterangan: Aktinomikosis pada Anjing (www.pathguy.com, 2011)

Penyebab : Mycoplasma pulmonis

Keterangan: Aktinomikosis pada Tikus (library.med.utah.edu, 2009)

15


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

7. Antrakosis Definisi Makroskopis Mikroskopis

: timbunan partikel karbon (pigmen hitam) dalam jaringan paru dan nodus limfatikus. : terdapat bercak hitam di beberapa tempat (fokal – diffuse). : pigmen hitam tampak menempel pada septa alveoli dan sitoplasma makrofag.

GAMBAR :

Pigmen karbon berwarna kehitaman

Keterangan: Antrakosis pada Primata (www.vetpath.wordpress.com, 2009)

Keterangan: Antrakosis pada Primata (www.pathguy.com, 2009)

Keterangan: Antrakosis pada kuda (Koleksi Pribadi, 2007)

Keterangan: Antrakosilikosis pada Primata (www.pathguy.com, 2009)

16


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Mid Test Patologi Sistem Respirasi Q. 1. Fill in the gaps with suitable word(s). 1. ................. is the inflammation oflungs characterized by ................. and ................. oflungs. 2. Lobar pneumonia is characterized by ................. of inter alveolar septa. 3. Fibrinous pneumonia is characterized by the presence of ................. exudate in alveoli and may give rise to ............. formation which is ............ of fibrin over the surface of ............. and ........... 4. Aspiration pneumonia is caused by .................of drugs/ milk and is characterized by ................. and ................. formation in the lungs. 5. Mycobacterium tuberculosis produces ................. pneumonia in lungs characterized by............. .... formation consisting of ................. central area surrounded by ................. , ................. , ................. , ................. , and covered by ................. capsule. 6. Pulmonary adenomatosis is caused by ................. and is characterized by ................. of alveolar squamous epithelium to ................. or ................. leading to ................. appearance of alveoli. 7. Allergic reaction due to ................. may cause ................. characterized by ................. , ................. , ................. and ................. of alveolar epithelium. 8. Pneumoconiasis is ................. inflammation of lungs caused by aerogenous................. of ................. , ....... .... ...... or ................. and it is also known as ................ . 9. Inflammation of air sacs in poultry is known as ................. and is caused by ................. , ................. and ................. and characterized by ................. and ................ . 10. .................. pleuritis is also known as ................. while the presence of lymph in pleural cavity si termed as ................ . Q. 2. Tulislah pernyataan BENAR dan SALAH yang tepat. 1. .....

Epistaxis Adalah istilah klinis digunakan untuk menunjukkan keluarnya darah dari hidung , terlepas dari apakah darah berasal dari mukosa hidung atau dari dalam paruparu. 2. ..... Sinusitis adalah radang rongga sinus,keduanya sering bersamaan. 3. ..... Emphisema adalah hilangnya kemampuan paru-paru untuk mengembang (collapse). 4. ..... Emphysema alveolar kronis disebabkan karena batuk menahun dan bronkitis kronis 5. ..... Fibrinosa Rhinitis memiliki ciri eksudat yang berwarna putih hijau coklat pada mukosa hidung. 6. ..... Empiema rongga guttural disebabkan oleh Aspergillus spp dan Penicillium spp. 7. ..... Linguatula serrata sebagai irritan menyebabkan bersin, radang catarrhal. 8. ..... IBR menyebabkan pneumonia 9. ..... Gambaran histologis pneumonia interstitialis terdapat eksudasi pada lumen alveoli dan septa menyempit. 10. ..... Infeksi radang granulomatous hanya lewat aerogeous. Q.3. Berilah definisi istilah berikut. 1. Rhinitis serosa

11. Tracheobronchitis

2. Sinusitis

12. Pneumothorax

3. Laryngitis

13. Red hepatization

4. Pharyngitis

14. Carnification 17


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

_______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

5. Hydrothorax

15. Lung worms

6. Pyothorax

16. Atelectasis neonatorum

7. Epistaxis

17. Bronchiolitis

8. Hamarotoma

18. Beryllium granuloma

9. Asbestosis

19. Hemothorax

10. Chylothorax

20. Peribronchitis

Q.4. Berikan jawaban singkat dan tepat. 1. Eksudat trakheitis bersifat ... 2. Canine Infectious Tracheobronchitis pada anjing disebabkan oleh ... 3. Hewan yang terkena besnoitosis jika dinekropsi akan ditemukan ........................................................ yang mengandung .................... di daerah .... .................... 4. Penyebab pasteurelloisis septisemia pada sapi umur < 2 bulan adalah ...................................... 5. Contagious Caprine Pleuropneumonia terjadi pada hewan ... ...................................... 6. Rhodococcus equi (dulu dikenal sebagai Corynebacterium equi) menimbulkan ........... pada .... 7. Bronchopneumonia supuratifa yang disertai abses yang dapat melanjut menjadi .... ............. 8. Infeksi canine adenovirus tipe 2 (cav-2) pada pulmo dapat menimbulkan ................. dan ................. 9. Lesi pneumonia verminosa pada sapi dapat mencapai pulmo dan menyebabkan ... ............................ 10. Penyakit paru yang ditimbulkan oleh debu anorganik disebut .... ............................

Q. 5. Match the word(s) from four options given against each statement. 1. Nasal polyps are caused by .......... . (a) Schistosoma nasalis (b) Rhinosporidium sceberi (c) E. coli (d) Mycoplasma mycoides 2. Canine tracheobronchitis is caused by .......... . (a) Adenovirus (b) Influenza virus (c) Herpes virus (d)All of the above 3. Presence of caseous plugs ill bronchi at the point of entrance in lungs in characteristic lesions of (a) Infectious bronchitis (b) Infectious laryngotracheitis (c) Air sacculitis (d) Pleuritis 4. This is not the pathologic lesion of pneumonia .......... . (a) Congestion (b) Red hepatization (c) Yellow hepatization (d) Resolution 5. Infection through aerogenous route may cause ........... pneumonia (a) Lobar (b) Lobular (c) Hypersensitivity (d) Fibrinous 6. Verminous pneumonia is caused by .......... . (a) Mycoplasma (b) Chlamydia (c) Dictayocaulus sp. (d) E. coli 7. Langhan's type giant cell is characteristic feature of ........... pneumonia (a) Tuberculous (b) Verminous (c) Broncho (d) Pulmonary adenomatosis 8. Atelectasis neonatorum is characteristic features of .......... . (a) Premature birth (b) Aborted foetus (c) Still birth (d) None 9. Hypersensitivity pneumonitis is caused by .......... . (a) Allergens (b) Parasites (c) Moldy hay (d) All of the above 10. Pneumoconiasis is characterized by .......... .lesions in lungs (a) Serous (b) Fibrinous (c) Haemorrhagic (d) Granulomatous

18


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

_______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

BAB III: PATOLOGI SISTEM PENCERNAAN DAN HEPATOBILIER 1. Enteritis hemorrhagik Definisi

: radang pada usus, ditandai dengan perdarahan yang meluas.

Makroskopis : mukosa usus banyak foci hemorrhagic (pada proventrikulus dianggap patognomonis pada infeksi oleh virus ND). Mikroskopis

: nekrose epithel usus dengan disertai erosi fili-filinya, eritrosit di interstitialnya

serta dijumpai

banyak

GAMBAR :

Erosi epitel

\

Ilustrasi: Enterisis Hemorrhagik (Noor dkk., 1991) Keterangan: Enterisis Hemorrhagik pada usus primata (www.askjpc.org/vspo, 2011)

Hemorrhagi

Keterangan: Hemorrhagik pada proventrikulus Ayam (http://partnersah.vet.cornell.edu, 2011)

Keterangan: Hemorrhagik pada sekum dan usus halus Ayam (http://partnersah.vet.cornell.edu, 2011)

19


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

2. Coccidiosis pada usus Definisi

: penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang bernama Eimeria sp, famili Eimeriidae atau yang lebih sering dikenal dengan penyakit berak darah

Makroskopis

: tergantung dari hewan & species Eimeria. Pada E. tenella, lesi pada cecum perdarahan mukosa, berak darah dan massa nekrotik dalam lumen cecum.

Mikroskopis

: tampak jelas perdarahan jelas pada mukosa, lamina propia dan erosi fili. beberapa stadium Eimeria tampak dalam sel epithel crypt lamina propia banyak infiltrasi eosinopil, neutrofil dsb. GAMBAR :

Ilustrasi: Coccidiosis Usus (Noor dkk., 1991)

Keterangan: Coccidiosis pada caecum atau Usus halus ayam (www.askjpc.org/vspo, 2009)

Hemorrhagi

Keterangan: Coccidiosis pada caecum ayam (Koleksi Pribadi, 2007)

3. Para TBC Usus. Definisi

: radang yang bersifat granulomatous pada usus/illium, akibat infeksi bakteri Paratuberculosis pada usus sapi/kambing.

Makroskopis : usus tampak menebal, oleh sarang-2 granuloma, lekukan sangat jelas (tampak jelas lekukan pada mukosa usus) Mikroskopis : sarang2 granuloma epitheloid terutama pada lamina propia (infiltrasi berbagai bentuk sel mononuklear, giant cell, sehingga crypta atropi, dan tampak pembengkakan vili. GAMBAR :

Sarang granuloma

Keterangan: Paratuberculosis pada usus sapi (www.askjpc.org/vspo, 2009

20


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Keterangan: Paratuberculosis pada usus sapi (Koleksi Pribadi, 2008)

4. Ulcer Definisi

: Kerusakan pada membran mukosa organ pencernaan yang disertai dengan inflamasi dan hilangnya bagian dari jaringan.

Makroskopis

: terjadi erosi di permukaan organ yang disertai dengan keberadaan pus.

Mikroskopis

: hilangnya jaringan mukosa atau hingga muskularis mukosa dan disertai inflamasi.

GAMBAR: Erosi

Pus

Keterangan : Ulcer pada Colon sapi (www.askjpc.org/vspo, 2008)

Gastric Ulcer

Keterangan : Gastric ulcer pada lambung anjing (http://library.med.utah.edu/, 2011)

Hilangnya jaringan

inflamasi

Keterangan : Ulcer pada Colon tikus (http://library.med.utah.edu, 2011)

Mukosa lambung

zona ulcer

Keterangan : Gastric ulcer pada lambung anjing (http://library.med.utah.edu/, 2011)

21


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

5. Multifokal/Fokal Nekrosis Hepatistis (infeksi bakteri) Definisi

: keradangan pada hati yang disebabkan infeksi bakteri (Salmonella sp, Collibasilus dsb).

Makroskopis : permukaan hati tampak foci nekrotik, berwarna putih kekuningan, ukuran agak membesar. Mikroskopis : adanya foci nekrotik intralobuler di beberapa tempat atau menyebar dalam satu lobus hepar, nekrosis sel hati, serta terjadi infiltrasi sel neutrofil dan makrofag. GAMBAR :

Keterangan: Multifokal hepatitis pada tikus (www.askjpc.org/vspo, 2008)

Ilustrasi: Multifokal hepatitis (Arimbi, 2001)

Foci nekrotik

Keterangan: Multifokal hepatitis pada sapi. (http://veterinaryrecord.bmj.com, 2011)

Keterangan: Multifokal hepatitis pada tikus (www.askjpc.org/vspo, 2008)

Foci Nekrotik

Keterangan: Multifokal hepatitis pada Chinchilla lanigera. (http://veterinaryrecord.bmj.com, 2008)

22


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

6. Hepatitis Kronis Definisi

: radang kronis pada hati, bisa disebabkan infeksi bakteri, virus, parasit, penggunaan obat- 2an dalam waktu yang lama.

Makroskopis : permukaan hati tidak rata, mengecil, konsistensi lebih keras. Mikroskopis : degenerasi dan nekrosis sel hati, proliferasi jaringan ikat menyebar dalam lobus hati (cirrhosis intra lobularis), sehingga parenkim hati terurai tidak beraturan. Pada cirrhosis interlobularis, jaringan ikat banyak ditemukan di sekitar daerah portal (cirrhosis perilobularis), sehingga parenkim hati tampak mengecil. GAMBAR : 1. Cirrhosis interlobularis (perilobularis)

Ilustrasi: Cirrhosis interlobularis (Arimbi, 2001)

Keterangan: Cirrhosis interlobularis pada tikus (Koleksi Pribadi, 2005)

2. Cirrhosis intra-lobularis

Ilustrasi: Cirrhosis interlobularis (Arimbi, 2001) Keterangan: Cirrhosis intra-lobularis pada tikus (www.askjpc.org/vspo, 2011)

f

Keterangan: Hepatitis Kronis pada sapi (http://library.med.utah.edu, 2009)

7. Distomatosis Definisi

: radang pada hati yang disebabkan oleh infestasi Fasciola sp.

Makroskopis : tergantung lamanya infeksi, bidang sayatan sering ditemukan cacing di daerah portalis. Mikroskopis : degenerasi dan nekrose sel hati, cacing berkembang dalam ductus biliverus. Pada tahap akhir, di sekitar portal terdapat proliferasi jaringan ikat dan ductus biliverus disertai infiltrasi eosinofil atau makrofag dan cholangitis (radang pada duktus biliverus). 23


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik Fasciola gigantica

Keterangan: Distomatosis pada sapi (http://library.med.utah.edu, 2009)

Ilustrasi: Distomatosis (Noor dkk., 1991)

Penebalan dinding Duktus Biliverus

Keterangan: Distomatosis pada sapi (McGavin, 2009)

8.

Coccidiosis Hati Definisi

: Coccidiosis adalah penyakit pada ternak yang disebabkan protozoa dari genus

Eimeria. Coccidiosis biasa disebut juga diare berdarah karena ternak yang terserang coccidiosis akan mengalami diare yang disertai dengan radang usus (enteriris). Makroskopis : tergantung berat – ringannya infeksi, kronis, seperti radang kronis hati pada umumnya (hepar lebih keras, berkerut dan permukaannya tidak rata. Mikroskopis : degenerasi & nekrosis hepatosit, beberapa stadium dari Eimeria sp. Dapat ditemukan dalam epitel duktus biliverus, proliferasi epitel duktus biliverus dan infiltrasi neutrofil di area portalis. Terdapat juga cholangitis (radang pada duktus biliverus). GAMBAR: Eimeria sp.

Keterangan: Coccidiosis Hati pada ayam (McGavin, 2009)

Keterangan: Coccidiosis Hati pada Kelinci (veterinaryrecord.bmj.com, 2008)

Keterangan: Coccidiosis Hati pada Sapi (www.askjpc.org/vspo, 2007)

Keterangan: Coccidiosis Hati pada Kelinci (Koleksi Pribadi, 2007)

24


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Mid-Test Patologi Sistem Pencernaan dan Hepatobilier Q. 1. Fill in the blanks with suitable word(s). 1. In esophagus sub-epithelial fibrous nodules are produced by ................. . 2. Esophageal choke may lead to .................. in ruminants characterized by .................. rumen. 3. Omasitis is the inflammation of.. ........ caused by ............... and characterized by ............ nodules. 4. Clostridium septicum may cause .................. in sheep characterized by .................. , ................. . and .................. of abomasal folds. 5. Haemorrhagic enteritis is the inflammation of .................. along with .................. exudates caused by .................. , .................. and .................. bacteria and characterized by .................. or .................. haemorrhage in the intestinal wall. 6. Chronic enteritis is the .............. inflammation of intestine characterized by ............... changes like ................ , ................. and .................. in lamina propria leading to .................. of intestinal wall. 7. In poultry necrotic enteritis is caused by ............ after the primary damage caused by ............... 8. Coligranuloma is also known as .................. in poultry and is caused by ................. . 9. . ................. is the cause of ingluvitis in poultry which produce .................. like lesions. 10. In acute toxic hepatitis, necrosis occupying a considerable area in lobule is known as .............. . Q. 2. Tulislah pernyataan BENAR atau SALAH yang paling tepat. 1.

..... Cheiloschisis adalah gangguan perlekatan bibir atas (midline atau philtrum) disebut juga

bibir kelinci (hare lip). 2. ..... ulceration adalah selaput atau membran yang terkikis atau ulcers yang dangkal. 3. ..... Cirrhosis parasitic disebabkan oleh Fasciola gigantica. 4. ..... Divertikal Meckel adalah suatu anomali yang terdiri dari sisa ductus omphalomesentericus, menghubungkan usus (ilium) dan kuning telur dari embrio, dapat bersifat bawaan. 5. ..... Caecal impaction terjadi akibat makan serat kasar rendah, kelemahan tubuh, dan jeleknya susunan gigi. 6. ..... Multiple foci hepatocelluler (necrosis) dan hiperplasia dari sel Kupffer (paratyphoid nodules) bila ditemukan, merupakan ciri khas dari chronic enteritic salmonellosis. 7. ..... Regenerasi hepar menghasilkan lobus baru, dan menimbulkan pembesaran hati. 8. ..... Pada fibrosis hati, terjadi peningkatan kolagen I, III dan nonfibrillar collagen XVIII, dalam parenkim, atau pada area hati yang nekrosis (space of Disse). 9. ..... necrotic stomatitis disebabkan oleh infeksi Fusobacterium necrophorum. 10. ..... Cholangitis adalah peradangan pada vesica felea. Q. 3. Define the followings. 1. Necrotic enteritis 2. Atresia ani 3. Pili concretions 4. Glossitis 5. Cleft palate 6. Intussusception 7. Phytobezoars 8. Cardiac cirrhosis 9. Cholangitis 10. Pericholangitis

11. Ingluvitis 12. Polybezoars 13. Cheilitis 14. Volvulus 15. Gingivitis 16. Torsion of intestine 17. Atresia coli 18. Typhlitis 19. Glissonian cirrhosis 20. Parasitic cirrhosis

25


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

_______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Q. 4. Isilah dengan singkat dan tepat. 1. Rahang bawah yang melebihi rahang atas disebut ................,sedang rahang bawah yang lebih pendek dari atas disebut .... ........... 2. Granuloma (lidah tampak swelling, inflammasi dan fibrosis, sehingga lidah menjadi lebih keras , kaku dan linguomegali), disebut ... ................. 3. Dilatasi pada esophagus, karena insufisiensi atau uncoordinated peristaltic pada bagian tengah sampai bawah dari esophagus disebut ... ...................... 4. Toksin dalam darah yang dihasilkan dalam intestinum disebut ..................... 5. Gastrointeritis Hemoragi Perakut pada Anjing (Canine Hemorrhagic Gastroenteritis) disebabkan oleh ...................... 6. Pedet yang menyusu ambing yang terinfeks, dapat juga pada manusia, nonhuman primata yang minum air susu yang tidak dipasteurisasi akan menyebabkan ................. 7. Gejala klinis khas paratuberculeosis pada sapi adalah ........................ 8. Transmissible gastroenteritis ( TGE ) disebakan oleh ... 9. Insufisiensi pankreas eksokrin pada hwn kcl & pedet ditandai jumlah lemak yg berlebihan pada feses yang disebut ... 10. Toksin hemolisin dan sisa metabolisme fasciola sp diabsorpsi inang akan menyebabkan ... Q. 5. Select appropriate word(s) from the four options given with each statement. 1. Turkish towel like lesions are observed in ................. . (a) Candidiasis (b) Histomoniasis (c) Moniliasis (d) Coccidiosis 2. Vesicular stomatitis is seen in cases of ................. . (a) Rinderpest (b) Mucosal disease (c) Hog cholera (d) FMD 3. Choked oesophagus may cause .................. in ruminants. (a) Impaction (b) Vomition (c) Tympany (d) Gastritis 4. Rumen is distended due to accumulation of .................. in bloat. (a) H2S (b) CO (c) CO (d) All of the above 5. Traumatic reticulitis may lead to .................. . (a) Pericarditis (b) Peritonitis (c) Pleurisy (d)All of the above 6. Increase in .................. cells is observed in catarrhal enteritis. (a) Mast cells (b) Eosinophils (c) Goblet (d) Neutrophils 7. Punched out ulcers are produced by .................. . (a) Theileria (b) Babesia (c) Hog cholera (d) Clostridium sp. 8. Granulomatous lesions in intestine of poultry are observed in .................. . (a) Coli granuloma (b) E. coli infection (c) Hjarre's disease (d)All of the above 9. Eimeria tennella causes .................. in intestines. (a) Typhlitis (b) Enteritis (c) Colitis (d) Proctitis 10. Necrosis ofhepatocytes at one side of central vein in liver is known as .................. necrosis. (a) Centrilobular (b) Midzonal (c) Paracentral (d) Focal 11. Parasitic cirrhosis is caused by .................. . (a) Hemonchus sp. (b) Ascaris lumbricoides (c) Fasciola sp. (d) Amphistomes 12. Cholecystitis is the inflammation of .................. . (a) Urinary bladder (b) Bile duct (c) Gall bladder (d) Pancreas 13. 'Pearly disease' is caused by .................. . (a) Streptococci (b) Staphylococci (c) Mycobacterium sp. (d) None 14. Erosive stomatitis is seen in .................. . (a) Rinderpest (b) Mucosal disease (c) Pox (d) FMD 15. Enterolith may cause .................. .in horses. (a) Enterotoxaemia (b) Colic (c) Lameness (d) Diarrhoea 16. Button ulcers are produced in abomasum due to ................... . (a) Salmonella sp. (b) Staphylococci (c) E. coli (d) FMD 26


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

_______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

BAB IV: PATOLOGI SISTEM REPRODUKSI 1. Pyometra Definisi

: penimbunan pus dalam lumen uterus (abses), di mana cervix dalam keadaan tertutup.

Makroskopis

: uterus sangat membengkak, hiperemis, penuh dengan eksudat atau pus, sayatan keluar eksudat kental, keruh atau berdarah.

Mikroskopis

: infiltrasi neutrofil secara diffus pada mukosa atau lamina propia, kongesti atau perdarahan.

GAMBAR

:

Neutrofil

Glandula uterina

GAMBAR :

Jaringan ikat

Ilustrasi: Pyometra (Noor dkk., 1991)

Keterangan: Pyometra pada Anjing (http://www.askjpc.org/, 2011)

Uterus membengkak, hiperemis, sayatan berisi eksudat/pus, kental, keruh dan berdarah

Keterangan: Pyometra pada Anjing (http://en.wikipedia.org/, 2013)

Keterangan: Pyometra pada Kucing (http://www.allpetsmacomb.com/, 2014)

2. Orchitis. Definisi

: radang pada testis.

Makroskopis

: ukuran testis mengecil, konsistensi organ keras, permukaan organ tidak merata (tergantung perjalanan penyakitnya).

Mikroskopis

: terjadi nekrosa spermatosit dan spermatid, infiltrasi sel radang pada interstitial, terdapat kongesti atau perdarahan.

GAMBAR

:

27


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Keterangan: Orchitis pada anjing (Koleksi Pribadi, 2007)

Ilustrasi: Orchitis (Noor dkk., 1991)

ukuran testis mengecil, permukaan organ tidak rata

Keterangan: Orchitis pada Anjing (http://www.bonaforte.com/, 2007)

3. Mastitis Nekrotikan Definisi

: radang pada glandula mammae bersifat katarrhal, disebabkan oleh bakteri Coliform, Stapylococcus, Streptococcus.

Makroskopis

: tergantung dari penyebabnya, kwartir ambing yang kena bisa satu atau lebih, bidang sayatan keluar pus atau berdarah.

Mikroskopis

: infiltrasi sel radang (neutrofil atau limfosit) pada acini atau septa acini, dan tetes lemak dalam acini (corpora amylacea), terdapat perdarahan atau kongesti.

GAMBAR

:

Copora Amylacea Ilustrasi: Mastitis (Noor dkk., 1991)

Keterangan: Mastitis Nekrotikan pada sapi (Koleksi Pribadi, 2005)

28


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Pus yang bercampur dengan darah

Keterangan: Mastitis Nekrotikan pada Sapi (McGavin, 2009)

4. Mastitis Caseosa Definisi

: radang pada ambing yang bersifat kronis, biasanya disebabkan oleh infeksi Mycobacterium sp., jamur, dsb.

Makroskopis

: kwartir ambing yang terkena mengeras dan tampak menyusut.

Mikroskopis

: histologi dari ambing yang sehat tampak normal, sedangkan yang terkena mastitis hampir tidak tampak gambaran histologi dari kel. Mammae, karena diganti bentukan fibrosit yang mengelilingi daerah nekrose dengan infiltrasi limfosit, sel plasma, dsb.

GAMBAR

:

Sel radang

Jaringan ikat

Keterangan: Mastitis Caseosa pada sapi (Koleksi Pribadi, 2008)

Pus

Keterangan: Mastitis Caseosa pada Sapi (potongan transversal) (http://anatpat.unicamp.br/, 2010)

29


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Mid-Test Patologi Sistem Reproduksi Q.1. Fill the blanks with appropriate word(s)! Terdapat tiga portal utama masuknya agen infeksi dan membahayakan saluran genital jantan, yaitu......................................... 1. , ............................................. 2., dan ......................................................... 3. Penyebab hipoplasia testis antara lain .............................................4., .............................................. 5., dan ...........................................................6. Peradangan pada ovarium disebut ..............................7. dan contohnya disebabkan oleh .................. 8. T.gondii merupakan penyebab penting aborsi pada ................. 9. Penularannya dengan terkontaminasinya pakan oleh ........................ 10. Kucing Q.2. Write the true or false againts each statement and correct the false statement. 1. ____ Cryptorchidism ialah kegagalan proses penurunan testis dan sering terjadi secara bilateral. 2. ____ Atrofi testis ialah pengecilan ukuran organ testis setelah masa pubertas. 3. ____ Orchitis biasanya disertai epididymitis dan mungkin sebagai lanjutan dari epididymitis. 4. ____ Seminoma adalah kanker (neoplasma) testis yang sering terjadi pada anjing, kucing dan kerbau. 5. ____ Phimosis adalah ketidakmampuan penis untuk berretraksi ke preputium . 6. ____ Akut placentitis akan menyebabkan keguguran. 7. ____ Mastitis disebabkan oleh racun kimiawi. 8. ____ Salpingitis akan menyebabkan kematian sel sperma dan zygot. 9. ____ Pada trichomoniasis ditemukan gejala retensi plasenta. 10. ___ Balanitis dapat menyebabkan vaginitis melalui coitus. Q.3. Define the following. 1. Uterus unicornis

14. Cervicitis

2. Vulvovaginitis

15. Mummified foetus

3. Hydrosalpinx

16. Hypospadias

4. Stillbirth

17. Uterus didelphys

5. Pseudohermaphrodite

18. Shrunken udder

6. Pseudocyesis

19. Pseudopregnancy

7. Placentitis

20. Phallocampsis

8. Premature birth

21. Paraphimosis

9. Cervix bifida

22. Funiculitis

10. Spermatocele

23. Balanitis 30


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

_______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

11. Pyosalpinx

24. Posthitis

12. Phimosis

25. Corkscrew penis

13. Epispadias

Q.4. Jawablah dengan tepat. 1. Epididymitis adalah ................................................................................................ 2. Orchitis adalah ....................................................................................................... 3. Phallitis adalah ....................................................................................................... 4. Paraphimosis adalah .............................................................................................. 5. Balanitis adalah ...................................................................................................... 6. Posthitis adalah ...................................................................................................... 7. Oophoritis adalah ................................................................................................... 8. Endometritis adalah ............................................................................................... 9. Metritis adalah ....................................................................................................... 10. Pyometra adalah.......................................................................................................... Q.5. Select an appropriate word(s) from the four options given with each question. 1. Cryptorchidism may lead to ................. of testicles. (a) Hypoplasia

(b) Aspermatogenesis (c) Neoplasia

(d) All of the above

2. Ventral deviation of penis is known as ................. (a) Corkscrew penis (b) Phallocampsis

(c) Rainbow penis

(d) None

3. Hydrocele is accumulation ofserus fluid in ................... (a) Oviduct

(b) Testes

(c) Mammary gland

(d) Tunica vaginalis

4. Funiculitis is the inflammation of ..................... (a) Scirrhous cord

(b) Seminal vesicle

(c) Glans penis

(d) Prepuce

(c) Balanoposthitis

(d)All of the above

5. Phimosis is caused by ................ (a) Balanitis

(b) Posthitis

6. Presence offollicular cysts in ovary may lead to ................ (a) Sterility (b) Nymphomania (c) Continuous oestrus (d)All of the above 7. Inflammation of oviduct leads to sterility due to ................. nature of the exudate to sperms. (a) Toxic

(b) Obstructive

(c) Penetrative

(d) None

8. Mastitis is mostly caused by ..................... (a) Trauma (b) Hematogenous infection (c) Toxins/poisons 9. Summer mastitis is caused by .......................... (a) Staphylococci (b) Actinomyces pyogenes (c) Streptococci

(d) Infection (d) Candida albicans

10. Parturition of a dead foetus on its full development and gestation is termed as ................ (a) Abortion

(b) Stillbirth

(c) Premature birth

(d) Normal birth

31


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

_______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

BAB V: PATOLOGI SISTEM PERKEMIHAN 1. Glomerulonephritis Definisi

: radang pada ginjal yang prosesnya dimulai dari glomeruli dan kapsula bowman, dapat terjadi secara hematogenous atau reaksi kekebalan akibat infeksi bakteri (E. coli, Streptococcus, dsb).

Makroskopis

: ginjal bengkak, pucat, lunak dan sedikit edema.

Mikroskopis

: ukuran glomeruli membesar, disertai proliferasi epitel capsula bowman dan endotel sehingga menyebabkan terbentuknya perlekatan (Synechiae), terdapat infiltrasi leukosit, eritrosit dan presipitan protein dalam ruang capsula.

GAMBAR

:

GAMBAR :

Ilustrasi: Glomerulonephritis (Noor dkk., 1991)

Keterangan: Glomerulonephritis pada Domba (http://www.askjpc.org/, 2014)

terdapat foci nekrotik kecil dan berwarna putih terletak di korteks ginjal

Keterangan: Glomerulonephritis pada Anjing (http://www.studyblue.com/, 2004)

2. Nephritis Interstitialis Akut dan Kronis. Definisi

: keradangan pada ginjal yang prosesnya terbatas pada jaringan interstitial, dapat bersifat akut dan kronis. Pada anjing sering disebabkan oleh Leptospirosis sp.

Makroskopis

: Akut = tidak tersifat /normal/sedikit bengkak. Kronis = ginjal tampak mengecil, permukaan tidak rata, konsistensi keras, kapsula melekat.

Mikroskopis

: Akut = infiltrasi sel radang PMN dan perdarahan interstitial. Kronis = pembentukan jaringan fibrosa, infiltrasi limfosit dan sel plasma dalam interstitial.

32


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

GAMBAR

:

Nephritis Interstitialis Akut

Limfosit Tubulus ginjal Keterangan: Nephritis Interstitialis Akut pada Anjing. (Koleksi Pribadi, 2006)

Nephritis Interstitialis Kronis

Jaringan ikat

Limfosit

Tubulus

Ilustrasi: Nephritis Interstitialis (Noor dkk., 1991)

Keterangan: Nephritis Interstitialis Kronis pada Anjing (McGavin, 2009)

Keterangan: Nephritis Interstitialis Akut pada Anjing. (Koleksi Pribadi, 2006)

Keterangan: Nephritis Interstitialis Kronis pada Anjing (McGavin, 2009)

3. Pyelonephritis Definisi

: radang pada tubulus ginjal, dapat sebagai akibat dari radang pada vesika urinaria.

Makroskopis

: abses pada korteks ginjal, atau adanya sekreta/pus dari pelvis renis/ureter.

Mikroskopis

: infiltrasi leukosit di dalam tubulus ginjal. 33


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

GAMBAR

:

SEL RADANG PMN DI DALAM TUBULUS GINJAL

Ilustrasi: Pyelonephritis (Noor dkk., 1991)

Keterangan: Pyelonephritis pada anjing (http://www.askjpc.org/, 2010)

Permukaan korteks ginjal dipenuhi dengan abses berwarna pucat kekuningan

Keterangan: Pyelonephritis Akut pada anjing (McGavin, 2007)

4. Cystitis Definisi

: keradangan pada vesika urinaria.

Makroskopis

: mukosa vesika urinaria tampak kemerahan, edema, berisi eksudat katarrhal.

Mikroskopis

: degenerasi dan desquamasi lapisan epithel, infiltrasi sel radang, kongesti pembuluh darah dan hemorrhagi. Pada distemper, tampak inclusion body intranuclear di lapisan epitel.

GAMBAR

:

Ilustrasi: Cystitis (Noor dkk., 1991)

Keterangan: Cystitis pada Anjing (http://www.askjpc.org/, 2013)

34


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Mid-Test Patologi Sistem Perkemihan Q.1. Isilah dengan jawaban yang tepat. 1. .......................................adalah kelebihan senyawa nitrogen lain dalam urine, sedangkan 2. .................................adalah kelebihan nitrogen dalam darah. Uremia merupakan sindroma yang berhubungan dengan lesi multisistemik dan tanda klinis akibat ............................... 3. Jika fungsi glomerulus kurang dari .................% 4., fosfor tidak lagi memadai disekresi oleh ginjal dan terjadi ........................ 5. Rendahnya ion Ca menstimuli sekresi hormone................................. 6. , pelepasan ....................... 7. dr tulang dan resorpsi osteoclastic tulang.

sehingga terjadi

Gangguan lanjut metabolisme ............................. 8. , menyebabkan menurunnya terbentuknya calciferol (calcitriol) , sehingga terjadi peningkatan absorbsi calcium dari .............................. 9. produksi kalsitriol lebih lanjut dihambat oleh ............................. 10. Q.2. Write the true or false againts each statement and correct the false statement. 1. ____ Degenerasi dan nekrosis endothel akibat vasculitis , tidak mengakibatkan thrombosis dan infark di beberapa jaringan. 2. ____ Acute renal failure dapat terjadi karena ; prerenal ( akibat tekanan ginjal ): , intrarenal dan postrenal ( gangguan fungsi ginjal ) 3. ____ Nephrotoxins tidak menyebabkan kerusakan pada basal membran tubular , sehingga bisa terjd regenasi sel epithel. 4. ____ Penyebab Nephritis Interstitialis pada kambing yaitu Malignant catarrhal fever. 5. ____ Penyebab Nephritis Interstitialis pada sapi yaitu Leptospira interrogans serovar canicola. 6. ____ Epsilon toxin yang tumbuh dalam intestine , secara hematogenous pada ginjal akan menybbkan : lembek, swollen ,pucat yang disebut “pulpy kidney�. 7. ____ Granulomatous Nephritis dapat disebabkan oleh virus, namun tidak disebabkan oleh parasit. 8. ____ Mycobacterium bovis adalah salah satu penyebab Granulomatous Nephritis. 9. ____ Endotoxin, dr bakteri gram negatif yg menginfeksi ureter dan bladder, dapat menghambat peristaltik ureter sehingga menurunkan reflux. 10. ___ Unilateral hydronephrosis disebabkan obstruksi pada ureter, sehingga mengganggu aliran urine ke kantong kemih. Q.3. Define the following. 1. 2. 3. 4. 5.

Hematuria Pyuria Cystitis Anuria Hemoglobinuria

6. Polyuria 7. Ketonuria 8. Oligouria 9. Epithelial crescents 10. Bracken fern toxicity

35


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

_______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Q.4. Write shoort notes on. 1. Tubulointerstitial nephritis adalah.......................................................................... 2. Pyelitis adalah.......................................................................................................... 3. Pyelonephritis adalah.............................................................................................. 4. Hydronephrosis adalah........................................................................................ ... 5. Ureteral aplasia ( agenesis ) adalah ........................................................................ 6. Urinary kalkuli (uroliths) adalah ............................................................................... 7. Anuria adalah ........................................................................................................... 8. Ketonuria adalah ...................................................................................................... 9. Oligouria adalah ....................................................................................................... 10.Pyuria adalah ...........................................................................................................

Q.5. Select an appropriate word(s) from the four options given with each question. 1. C3 component of complement is found in which type of glomerulonephritis (MPGN) ................. (a) Type-I (b) Type-II (c) Type-III (d) Type-IV 2. In cattle, pyelonephritis is caused by ............................. (b) E. coli

(b) Proteus spp.

(c) Corynebacterium renale

(d) Actinomyces pyogenes

3. Nephrosclerosis is ................................... disease of kidney. (b) Acute

(b) Chronic

(c) Sub-acute (d) Per-acute

4. Hypovitaminosis ................................... may cause urolithiasis. (b) A

(b) B

(c) C

(d) D

5. Ureteritis is the inflammation of ................................ (a) Uterus

(b) Uterine glands

(c) Ureter

(d) Uterine tube

6. ....................... amino acid forms calculi in animal which causes obstruction in urethra. (b) Arginine (b) Lucine (c) Cystine (d) Gsolucine 7. Bracken fern causes ..................................... 1. Hematuria (b) Pyuria

(c) Hemoglobinuria

(d) Anuria

8. Urethra may become infected by ............................... virus. 2. Picoma

(b) Picobima (c) Bima

(d) Adeno

9. Hyperplasia of collecting tubes with their dilation causes .............................. cysts in kidneys. (b) Type-I (b) Type-II (c) Type-III (d) Type-IV 10. Uremia is caused by the increased level of .................................. in blood. (b) Urea

(b) Uric acid

(c) Creatinine

(d) All of the above

36


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

_______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

BAB VI: PATOLOGI SISTEM INTEGUMENTUM DAN MYOPATHOLOGY 1. Demodecosis Definisi

: radang pada kulit , khususnya pada folikel rambut akibat ektoparasit (Demodex folliculitis)

investasi

Makroskopis

: hiperkeratosis, penebalan kulit, erythema dan kerontokan bulu (alopecia) karena manifestasi Demodex canis.

Mikroskopis

: dijumpai parasit di dalam folikel rambut, disertai peningkatan keratin dan infiltrasi neutrofil disekitar folikel rambut.

GAMBAR :

Ilustrasi: Demodecosis (Noor dkk., 1991) Keterangan: Demodecosis dan alopecia pada Rusa (www.pathguy.com, 2009)

Keterangan:

Demodecosis yang disertai alopecia dan erythema pada anjing. (http://veterinaryrecord.bmj.com , 2011)

Keterangan:

Demodecosis yang disertai alopecia dan hiperpigmentasi pada anjing. (http://veterinaryrecord.bmj.com, 2009)

37


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

2. Scabiosis atau cutaneus acariasis. Definisi

: radang pada kulit di bagian superfisial epidermis (stratum corneum)

Makroskopis : hyperkeratosis atau acanthosis , penebalan kulit, bulu rontok. Mikroskopis

: ditemukan Sarcoptes sp. pada stratum corneum.

GAMBAR :

Sarcoptes sp.

Stratum Malpighii

Ilustrasi: Scabiosis (Noor dkk., 1991)

Keterangan: Scabiosis pada primata (http://library.med.utah.edu, 2011)

Alopecia

Penebalan Kulit

Keterangan: Scabiosis pada anjing (http://veterinaryrecord.bmj.com, 2011) Keterangan:

Scabiosis pada anjing (http://veterinaryrecord.bmj.com, 2011)

3. Contagious Ecthyma. Definisi

: Radang pada kulit yang disebabkan oleh infeksi virus. Kasus ini banyak dijumpai pada domba.

Makroskopis : Lesi pustular pada kulit wajah, tepatnya di sekitar mata dan mulut. Mikroskopis : Oedema, degenerasi vakuoler pada epidermis pada sel epitel stratum spinosum, inclusioon bodies intrasitoplasmik, infiltrasi neutrofil pada dermis. GAMBAR :

38


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Keterangan: Contagious ecthyma pada Antelope (www.pathguy.com, 2009)

Ilustrasi: Contagious Ecthyma (Noor dkk., 1991)

Lesi Pustular

Keterangan: Contagious ecthyma pada Kambing (http://veterinaryrecord.bmj.com, 2009)

Keterangan: Contagious ecthyma pada Domba (Jakowski, 2012)

4. Radang Paha atau Black Leg a.k.a Boutvuur. Definisi

: Radang pada otot yang disebabkan oleh infeksi bakteri Cl. chouvoei.

Makroskopis : Bagian yang infeksi tampak haemorrhagies (kehitaman), bersifat kering, bila dipalpasi akan terdengar krepitasi, bila ditekan keluar cairan berbusa, berbau tengik. Mikroskopis : sel otot mengalami degenerasi hyalin, sel otot terburai, banyak rongga kosong (berisi gas), terdapat sel bakteri, neutrofil serta eritrosit. GAMBAR :

Bakteri

Neutrofil Ilustrasi: Black Leg (Arimbi, 2001)

Ruang Gas Keterangan: Black leg pada Sapi (Koleksi Pribadi, 2006)

39


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Mid-Test Patologi Sistem Integumentum dan Myopathology Q.1. Isilah dengan jawaban yang benar. Epidermis tersusun atas .............................. 1. , ................................. 2. , .............................. 3. , dan ................................ 4. Produksi melanin dirangsang oleh ................................ 5. dan ...................................... 6. Vesicle merupakan penonjolan dari bagian ................................. 7. , dengan ukuran <1 cm yang berisi ........................ 8. Radang pada kantong rambut disebut ..................... 9. yang dapat menyebabkan ............. 10. Actinomycosis disebut pula ........................... 11. , dimana jamur dapat menyebar ke os ................... 12. Pigmen basal sel tumor sering terjadi pada....................... 13. Gejala klinis dari Eczema dermatitis adalah .......................... 14. , ........................... 15. , ............................... 16. dan .................................. 17. Hilangnya lapisan superfisial dari epitel kulit disebut sebagai…………………………………….18. atau………………………19. Sedangkan diskontinuitas dari epidermis dikenal dengan istilah………………………………………20. Q.2. Tulislah pernyataan BENAR atau SALAH dengan tepat. 1. ____ Salah satu fungsi kulit yaitu sebagai tempat keluarnya panas dan penyimpanan panas yang diatur oleh vasodilatasi atau sekresi kelenjar keringat. 2. ____ Hiperkeratosis disebabkan karena adanya defisiensi vitamin D. 3. ____ Sebaceous adenitis sering terjadi pada anjing yang di sebabkan oleh demodecosis. 4. ____ Contoh dari nodul adalah gigitan serangga. 5. ____ Ringworm ditandai dengan timbulnya lesi pada stratum spinosum dan folikel rambut yang menyebabkan alopesia. 6. ____ Alopesia dapat disebabkan oleh kekurangan nutrisi antara lain vitamin A , Vitamin E dan zinc. 7. ____ Pada Swine Pox secara mikroskopis terlihat adanya Balloning degeneration dan inclusion bodies eusinophilic cytoplasma. 8. ____ Pada penyakit mulut dan kuku terdapat papula pada membran mukosa rongga mulut. 9. ____ Otot jantung pada anak sapi yang terserang PMK bergaris kelabu putih akibat degenerasi sel otot jantung sehingga disebut tiger heart. 10. ___ Sebacea adenoma adalah tumor glandula sebacea pada daerah wajah yang sering menyerang anjing tua. Q.3. Define the following. 1. Scaly skin

6. Bleb

2. Alopecia

7. Parakeratosis

3. Dermatitis

8. Erosion 40


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

_______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

4. Papule

9. Abscess

5. Pustule

10. Urticaria

Q.4. Jawablah dengan singkat dan tepat. 1. Albino adalah ........................................................................................................... 2. Vitiligo adalah .......................................................................................................... 3. Pustula adalah .......................................................................................................... 4. Erosi adalah .............................................................................................................. 5. Hiperkeratosis adalah .............................................................................................. 6. Melanoma adalah .................................................................................................... 7. Dermatitis adalah ..................................................................................................... 8. Follikulitis adalah ..................................................................................................... 9. Perifolikulitis adalah................................................................................................. 10. Allopesia adalah ..................................................................................................... Q.5. Select an appropriate word(s) from the four options given with each question. 1. In congenital icthyosis, the skin of calves resembles the skin of………………………. (a) Toad

(b) Fish

(c) Tortoise

(d) Zebra

2. Acanthosis is……………………………….of skin ephitelium. (c) Hypoplasia

(b) Aplasia

(c) Hyperplasia

(d) Anaplasia

3. Vesicle formation occurs in skin as a result of………………………………………………….. (c) Cloudy swelling

(b) Hydropic degeneration

(c) Glycogen storage (d) Fatty change

4. Acariasis is caused by……………………….. (c) Bacteria

(b) Virus

(c) Chlamydia

(d) Mite

5. Enlargement of scaled off hair follicle or sebaceous gland is known as…………………………. (a) Acne

(b) Folliculitis

(c) Fissure

(d) Bleb

6. A break in the continuity of the epidermis exposing dermis is known as……………………….. (c) Erosion

(b) Ulcer

(c) Fissure

(d) Vesicle

7. Hyperkeratosis is the thickening of……………………………………… (b) Prickle cell layer (b) Stratum lucidum (c) Stratum corneum

(d) Dermis

8. Superficial loss of epithelium on skin or mucous membrane is known as………………………. (a) Erosion

(b) Abrasion

(c) Ulcer

(d) Fissure

9. Papule is hyperplasia of………………………………..epithelium. (c) Stratum corneum (b) Stratum lucidum (c) Stratum spinosum

(d) Dermis

10. Retention of nucleus in keratin layer of skinn is known as………………………………… (c) Hyperkeratosis

(b) Parakeratosis

(c) Urticaria

(d) Acanthosis 41


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

_______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

BAB VII: PATOLOGI SISTEM SARAF 1. Encephalitis Definisi

: Keradangan pada otak, termasuk pada pembuluh darah otak (perivasculitis) dan infiltrasi pada virchow robin oleh limfosit atau PMN tergantung penyebabnya.

Mikroskopis : Encephalitis diakibatkan oleh infeksi virus, ruang virchow robin terisi limfosit sehingga disebut mononuclear perivascular cuffing. Sedangkan yang disebabkan oleh infeksi bakteri, ruang virchow robin terisi neutrofil (PMN ), sehingga disebut polymorphonuclear perivascular cuffing. Pembuluh darah penuh dengan eritrosit/kongesti. Nekrosis sel neuron/edema sering tampak. Makroskopis : Pada beberapa bagian otak terjadi hemoragi dan abses, nekrosis jaringan juga disebut sebagai encephalomalacia GAMBAR :

Ilustrasi: Encephalitis (Noor dkk., 1991) Keterangan: Encephalitis (perivasculitis) pada Elang (WNV) (vetpath.wordpress.com, 2012)

Abses pada gyrus

Keterangan: Encephalitis pada sapi. (www.askjpc.org/vspo, 2011)

42


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

2. Rabies dan Distemper Definisi

: Rabies adalah penyakit Saraf pada mammalia (anjing, kucing dan kera) yang disebabkan oleh virus rabies. Pada kasus ini untuk menegakkan diagnosa harus ditemukan inclusion body dalam sitoplasma sel purkinyenya. Sedangkan distemper merupakan penyakit pada anjing yang disebabkan oleh virus (Paramyxovirus), dengan ditemukan inclusion bodies intranuklear pada sel otak atau epitel usus atau vesica urinaria.

Ilustrasi: Inclusion bodies intrasitoplasmik pada Rabies (Noor dkk., 1991)

Ilustrasi: Inclusion bodies intranuklear pada Distemper (Noor dkk., 1991)

Keterangan: Inclusion bodies intrasitoplasmik (Negri bodies) pada sel purkinje otak Sapi. (vetpath.wordpress.com, 2011)

Keterangan: Inclusion bodies intranuklear pada sel aster otak Anjing. (Distemper) (vetpath.wordpress.com, 2011)

43


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

3. Meningitis Definisi

: radang pada selaput otak, sedangkan meningoencephalitis ialah radang pada selaput otak dan jaringan otaknya.

Makroskopis : konesti/ hemorrhagis pada selaput otak atau adanya nekrose pada selaputnya. Mikroskopis : selaput otak pada sulcus tampak kongesti / perdarahan dan infiltrasi sel radang MN atau PMN. GAMBAR : Selaput Otak Eritrosit Pembuluh darah

Keterangan: Meningoencephalitis pada Anjing (Koleksi Pribadi, 2007) Ilustrasi: Meningitis (Arimbi, 2001)

44


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Organ:

Organ:

Deskripsi Lesi:

Deskripsi Lesi:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

Diagnosa Morfologi:

Diagnosa Morfologi:

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Mid Test Patologi Sistem Saraf Q.1. Isilah dengan jawaban yang tepat. Astrosit berfungsi sebagai .................... 1. dan mempertahankan ion, dan bila jaringan otak rusak berfungsi seperti fibroblas membentuk ............................... 2. Sedangan ........................ 3. , berfungsi menghasilkan myelin yg membungkus neuron. Sistem vascularisasi dalam otak membentuk ruangan peri vaskuler yang disebut.............................4. yang saat normal berisi......................................... 5. dan .................................................. 6. Dalam keadaan radang tersebut berisi sel-sel radang yang proliferasi disebut..............................................7. Epilepsi merupakan keadaan yang terdiri spasmus ..................... 8. , dan ...........................9. , disertai kehilangan ................................... 10. Ada 3 bentuk meningitis, yaitu ..................................... 11. ,...............................................12. , dan ............................................................... 13. Infection prion adalah penyakit yang disebabkan oleh ............................................. 14. , yaitu protein yang tidak ada unsur ...................................... 15. Q.2. Tulislah pernyataan BENAR atau SALAH yang tepat. 1. ____ Tonik spasmus adalah spasmus yang berlangsung intermissi, sedangkan spasmus klonik adalah spasmus yang terjadi terus menerus. 2. ____ Combusio merupakan nama lain dari gegar otak dengan adanya gejala yaitu vomit dan muntah. 3. ____ Contusio adalah tekanan tulang tengkorak yang sementara pada selaput otak & otak. 4. ____ Leptomeningitis merupakan nama lain dari meningitis. 5.____ Meningitis pyogenic disebabkan oleh bakteri. Secara mikroskopis, terlihat adanyaruangan sub arachnoid yang berisi eksudat neutropil. 6. ____ Encephalitis dapat disebabkan oleh virus, misalnya rabies. 7. ____ Meningoencephalitis adalah peradangan dari otak dan meningen. 8. ____ Spongiformencephalopathy dapat disebabkan oleh virus. 9. ____ Gambaran makroskopis pada otak yang mengalami distemper adalah hiperemi sampai perdarahan pada selaput otak. 10. ___ Hypoplasia otak bersifat hereditair dengan gambaran mikroskopis nekrosisnya sel purkinye. Q.3. Define the following 1. Myelomalacia

9. Cerebellar hypoplasia

2. Satellitosis

10. Leptomeningitis

3. Neuronophagia

11. Leukomalacia

4. Pleocytosis

12. Wallerian degeneration

5. Cranioschisis

13. Poliomalacia

6. Microencephaly

14. Pachymeningitis

7. Anencephaly

15. Perivascular cuffing

8. Meningoencephomyelitis 45


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

_______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________

Work Sheet


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Q. 4. Jawablah dengan singkat dan tepat. 1. Spasmus adalah ..................................................................................................... 2. Tremor adalah ....................................................................................................... 3. Konvulsi adalah ...................................................................................................... 4. Paralisis adalah ...................................................................................................... 5. Paresis adalah ........................................................................................................ 6. Ataksia adalah........................................................................................................ 7. Meningitis adalah .................................................................................................. 8. Encephalomalacia adalah ...................................................................................... 9. Encephalitis adalah ................................................................................................ 10.Hidrocephalus adalah ........................................................................................... 11. Astrositoma adalah.............................................................................................. Q. 5. Select the most appropriate word(s) from the four options given against each statement. 1. Neuritis is observed in .......... .. (a) Mucosal disease

(b) Infectious bursal disease (c) Marek's disease

(d) ILT

2. Necrosis of brain in known as ........... . (a) Encephalomalacia (b) Polioencephalomalacia

(c) Myelomalacia (d) None of the above

3. Removal of dead neurons through microglial cells in known as ........... . (a) Satellitosis

(b) Neuronophagia

(c) Perivascular cuffing

(d) None

4. Increase in number of white blood cells in cerbrospinal fluid in termed as .......... .. (a) Encephalitis

(b) Satellitosis

(c) Pleocytosis

(d) Leucoencephalomalacia

5. Spongiform encephalopathy is caused by .......... .. (a) Virus

(b) Viroids

(c) Prions

(d) Deficiency of vit. B12

6. Inflammation of dura mater is known as ........... . (a) Leptomeningitis

(b) Pachymeningitis

(c) Meningitis

(d) Meningoencephalitis

7. Congenitally small size brain is termed as .......... .. (a) Anencephaly

(b) Hydrocephalus

(c) Microencephaly

(d) Cranioschisis

(c) Oligodendroglial

(d) All of the above

8. Phagocytic cells of brain are ............ cell(s) (a) Astrocytes

(b) Microglial

9. Increase in CSF in sub arachnoid space is known as .......... .. (a) Pleocytosis

(b) Hydrocephalus

(c) Microencephaly

(d) Hypoplasia

10. Hernia of meninges through cranioschisis is known as .......... .. (a) Hydrocele

(b) Meningocele

(c) Meningoencephalocele

(d) None

46


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

_______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________

Work Sheet




Petunjuk Sistemik PetunjukPraktikum PraktikumPatologi Nekropsi Hewan

PEDOMAN NEKROPSI Nekropsi atau bedah bangkai hewan merupakan analogi dari autopsi pada manusia. Tindakan ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan yang cepat dan tepat dalam menetapkan diagnosa pada beberapa sebab penyakit atau kematian dari seekor hewan. Biasanya untuk melengkapi hasil diagnosa yang akurat harus ditunjang dengan

hasil pemeriksaan dari beberapa laboratorium

penunjang, seperti bakteriologi, virologi, parasitologi, patologi klinik, toksikologi dan sebagainya. Nekropsi (pemeriksaan postmortem) dilakukan untuk menentukan kausa penyakit dengan melakukan deskripsi lesi makroskopis dan mikroskopis dari jaringan dengan melakukan pemeriksaan serologis, mikrobiologis dan histopatologis yang memadai. Pemeriksaan postmortem dilakukan bila ditemukan adanya penurunan produksi, terdapat tanda-tanda yang jelas akan sakit atau diketahui adanya peningkatan jumlah kematian, dan atas permintaan klien. Kebanyakan orang berpikir bahwa nekropsi hanyalah pembedahan dari karkas atau bangkai. Padahal dalam sebuah nekropsi yang lengkap akan meliputi 4 proses, yaitu: 1. Pre-dissection Preparation. Pada proses ini dilakukan persiapan khusus sebelum nekropsi dilaksanakan, seperti penentuan waktu dan tempat pelaksanaan nekropsi, persiapan alat-alat dan bahan untuk nekropsi serta pengumpulan data sejarah dari penyakit atau kematian hewan tersebut (anamnesa). 2. Gross Necropsy Dissection. Proses ini merupakan langkah kedua setelah memperoleh anamnesa dan diagnosa dengan cara melakukan diseksi atau pembedahan pada bangkai hewan*, namun pada umumnya didahului dengan inspeksi bangkai secara eksternal. Langkah berikutnya kemudian dilakukan inspeksi dan koleksi pada organ (internal) atau jaringan yang ingin diamati histopatologi, toksikologi dan mikrobiologinya. Pada umumnya terdapat 2 macam cara untuk melakukan diseksi nekropsi yaitu: (1) Diseksi lengkap, di mana setiap organ atau jaringan dibuka dan diperiksa. (2) Diseksi tidak lengkap, bila kematian atau sakitnya hewan diperkirakan menderita penyakit yang sangat menular atau zoonosis (anthrax, AI, TBC, hepatitis dsb.). Kegunaan dari nekropsi ialah untuk menarik kesimpulan yang tepat sebagaimana data yang terkumpul dan visualisasi lesi. Tujuan utama dari tahap pembedahan nekropsi adalah untuk membedah bangkai secara sistematis untuk memastikan bahwa semua organ penting dan jaringan yang divisualisasikan dengan inspeksi maksimal untuk menghindari terlewatnya lesi penting. Pada tahap ini juga dilakukan pencatatan lesi dari organ (derajat keparahan) sesuai dengan form yang telah disediakan, hal ini merupakan bagian dari inspeksi eksternal dan internal dari bangkai. Koleksi spesimen untuk tes tambahan juga dapat dilakukan selama tahap diseksi. Nekropsi harus dilakukan sebelum bangkai mengalami autolisis, sekurang-kurang 6 – 8 jam setelah kematian. *bila hewan belum dalam keadaan mati, dapat dilakukan prosedur eutanasia. 47


Petunjuk Praktikum Nekropsi Hewan

3.

Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

Specimen Collection. Pada akhir proses nekropsi, dilakukan koleksi spesimen sesuai dengan kebutuhan laboratoris. Spesimen yang dikoleksi dapat berupa potongan organ (Histopatologis), swab leleran patologis (mikrobiologis) dan sebagainya.

4.

Necropsy Report and Conclusion. Setelah tiga tahapan di atas terlaksana, seorang patolog dapat membuat kesimpulan. Kesimpulan yang diambil merupakan interpretasi komprehensif gabungan dari seluruh data yang terkumpul, termasuk sejarah (anamnesa), lesi makroskopis dan hasil dari tes laboratoris.

PRE-NECROPSY Sebelum dilakukan pembedahan, perlu dilakukan beberapa persiapan terlebih dahulu yang meliputi persiapan alat, bahan dan pengisian kartu (form) nekropsi. Alat yang dipergunakan meliputi: spuit, needle, scalpel dengan beberapa jenis blade yang berbeda jenis, gunting bedah (tajam-tumpul dan tajam-tajam), pinset, tissue cassete, pot, tube, swab bakteriologis, apron plastik, gloves, masker, labeling sticker, pen, penggaris dan kamera. Pada diseksi tikus, anda akan membutuhkan jarum pentul dan styrofoam. Pada nekropsi unggas, anda akan membutuhkan tali nilon sebagai ligasi saat memotong saluran pencernaan dan gunting rusuk (bone crusher) untuk memotong tulang rusuk unggas. Bahan yang dibutuhkan meliputi: disinfektan, eter, sanitizer, 10% buffer formalin netral dan detergent.

Keterangan: Blood tube, Gunting Tulang dan Pot Histopatologi (Web, 2014)

Keterangan: Swab bakteriologis, Tissue Cassette dan Apron Plastik (Web, 2014)

Pencatatan medis merupakan hal yang penting sebelum dilakukan nekropsi. Hal ini merupakan bagian dari pengumpulan data dan informasi yang dapat dituangkan pada kartu (form) nekropsi yang pada akhirnya akan membuahkan sebuah kesimpulan. Catatan medis meliputi Anamnesa yang berisikan nama hewan, alamat , tanggal, waktu kematian, sejarah penyakit (durasi, gejala klinis, riwayat pengobatan dan atau vaksinasi, angka kematian dan sebagainya), data laboratorium (bila ada, misal : pemeriksaan darah, urine , feces dan sebagainya) serta Signalement yang berisikan identitas hewan (ras, bangsa, jenis kelamin, umur, warna bulu dan sebagainya).

48


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik Petunjuk Praktikum Nekropsi Hewan

EUTHANASIA Kata eutanasia berasal dari bahasa Yunani yaitu "eu" (= baik) and "thanatos" (maut, kematian) yang apabila digabungkan berarti "kematian yang baik". Hippokrates pertama kali menggunakan istilah "eutanasia" ini pada "sumpah Hippokrates" yang ditulis pada masa 400-300 SM. Euthanasia merupakan suatu tindakan yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan hewan, membantu dalam mendiagnosa penyakit dan mencegah meluasnya penyakit pada hewan lain atau pada manusia (penyakit zoonosis). Euthanasia dapat dilakukan pada hewan yang sangat tua, hewan berpenyakit yang sulit disembuhkan, hewan yang mengalami kecelakaan berat atau biasanya dilakukan pada hewan kesayangan dengan tujuan untuk mengurangi penderitaannya. Cara euthanasia atau membunuh hewan harus dilakukan senyaman mungkin. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam eutanasia : 1. Hewan tidak boleh merasa sakit 2. Hindari terjadinya perdarahan dan pengeluaran kotoran. 3. Hindari terjadinya luka pada tubuhnya. 4. Hewan tidak boleh berteriak dan meronta-ronta. Beberapa cara atau metode yang biasanya dilakukan dalam euthanasia : 1. tembakan pada kepala 2. dengan arus listrik 3. Emboli dengan : Mg SO4 jenuh , Pheno-barbital, Chloral hydrat, dengan cara disuntikan IV. 4. Ditidurkan dengan Chloroform dengan cara perinhalasi dsb. 5. dengan alat burdizzo forcep 6. khusus untuk unggas bisa dengan emboli udara ke dalam jantung.

49


Petunjuk Praktikum Nekropsi Hewan

Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

NEKROPSI RODENTIA  

Lokasi pengambilan darah: Tikus atau mencit : kantung media orbita mata atau lewat vena lateral ekor Cara eutanasi: Tikus atau mencit : menggunakan larutan eter (dengan kapas yang dibasahi eter, masukkan dalam suatu tempat kedap udara yang sesuai besar hewan cobanya (ex: toples), kemudian tikus dimasukkan dalam tempat tersebut, ditunggu sampai mati).

Prosedur Nekropsi Rodentia 1. Pertama-tama, lakukan inspeksi eksternal telebih dahulu pada tubuh hewan. Lakukan palpasi untuk memeriksa konsistensi, struktur tulang dan kelainan lainnya, kemudian periksa mukosa mata, rongga mulut dan kondisi kulit. (External Examination) 2. Gambar 1: Untuk memudahkan, tikus dipreparir pada meja operasi menggunakan styrofoam, letakkan telentang (dorsal recumbency), supaya tidak bergeser, fiksasi pada telepak kaki depan dan belakang dengan menyematkam jarum pentul atau paku kecil. 3. Gambar 2 dan 3: Langkah berikutnya ialah pembedahan. Pertama, kuliti tikus dengan cara melukai kulit di daerah abdomen dengan gunting bedah dan pinset, kemudian potong sesuai arah panah seperti pada gambar. 4. Gambar 4: kemudian pisahkan kulit dan subkutan menggunakan pangkal scalpel, kemudian rentangkan kulit yang telah terlepas dan fiksasilah dengan menggunakan jarum pentul.

1

2

3

4

Keterangan: Gambar 1, 2, 3 dan 4: Langkah dalam insisi kulit tikus (Covelli, 2006)

5. Gambar 5: Kemudian insisi otot abdomen hingga organ visera terlihat, lakukan secara perlahan. Gambar 6: perhatikan skema letak kelenjar Limfe pada tubuh tikus. 6. Gambar 7: kemudian carilah letak kelenjar-kelenjar tersebut (ex: panah putih menunjukkan K. Limfe Mesenterika). Perbesaran kelenjar Life merupakan salah satu tanda dari inflamasi di daerah sekitar kelenjar tersebut.

5

6

Keterangan: Gambar 5: Langkah dalam insisi otot abdomen tikus. Gambar 6 & 7: Letak Kelenjar2 Limfe. (Covelli, 2006)

50

7


Petunjuk Patologi Sistemik PetunjukPraktikum Praktikum Nekropsi Hewan

7. Setelah melakukan inspeksi internal dari organ visera. Kemudian dapat dilanjutkan dengan koleksi beberapa organ pencernaan dengan menggunakan gunting bedah tajam tumpul dan pinset anatomis atau chirurgis. Gambar 8: koleksi organ limpa. Gambar 9: koleksi organ gastrointestinal. Gambar 10: Organ gastro intestinal tikus. Gambar 11: Koleksi organ hepar. 9

8

11

10

Keterangan: Gambar 8, 9 dan 11: koleksi organ pencernaan. Gambar 10: Organ GI Tract (Covelli, 2006)

8. Berikutnya dapat dilakukan koleksi organ perkemihan dan reproduksi seperti prosedur pada langkah sebelumnya. Gambar 12: koleksi organ perkemihan (ginjal). Gambar 13: koleksi organ uterus. Gambar 14: koleksi organ testis.

12

13

14

Keterangan: Gambar 12: koleksi ginjal. Gambar 13 & 14: Koleksi organ reproduksi (Covelli, 2006)

9. Gambar 15: Selanjutnya guntinglah os. Costae dari arah posterior ke anterior dengan menggunakan gunting tajam tumpul (sisi yang tumpul diposisikan masuk ke cavum toraks) kemudian setelah terpotong, angkat os. Sternum dan os. costae agar organ-organ di cavum toraks terlihat. Gambar 16: Berikutnya lakukan inspeksi kelenjar thymus (panah putih). Gambar 17: inspeksi dan koleksi organ paru dan jantung.

15

16

17

Keterangan: Gambar 15: pembukaan rongga thoraks. Gambar 16: inspeksi kelenjar thymus (panah putih). Gambar 17: inspeksi dan koleksi organ paru dan jantung. (Covelli, 2006)

51


Petunjuk Praktikum Nekropsi Hewan

Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

10. Pada beberapa tujuan tertentu, inspeksi pada organ di cavum cranialis dapat dilakukan. Gambar 18: terlebih dahulu posisikan tikus tengkurap (ventral recumbency) kemudian fiksasi telapak-telapak kaki tikus dengan menggunakan jarum pentul. Setelah itu, insisi kulit secara horizontal di daerah leher kemudian dilanjutkan insisi secara vertikal mulai dari kulit di atas os. cervicalis hingga ke daerah nasalis. Gambar 19: lakukan pengamatan pada mata dan kelenjar harderian (kelenjar retro-orbital|panah putih). Gambar 20: kemudian dengan menggunakan gunting, pinset dan scalpel, bukalah tulang tempurung kepala. Gambar 21: koleksi organ otak. Gambar 22: setelah organ otak diangkat, amatilah hipofisis (panah putih).

18

19

20

Keterangan: Gambar 18: insisi kulit kepala. Gambar 19: inspeksi orbita. Gambar 20: pembukaan suture. (Covelli, 2006)

21

22

Keterangan: Gambar 21: koleksi organ otak. Gambar 22: inspeksi hipofisis (panah putih). (Covelli, 2006)

52


Petunjuk Praktikum Nekropsi Hewan Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

NEKROPSI UNGGAS Unggas yang baru mati ataupun nampak sakit, dapat diambil untuk dijadikan sampel bahan nekropsi. Unggas yang telah mati lebih dari ( 6 - 8 jam ), tidak dianjurkan diambil untuk spesimen dikarenakan proses dekomposisi alamiah yang sedang berlangsung dapat memberikan perubahan hasil yang membingungkan dengan lesi patologis sebenarnya. Apabila spesimen tidak dapat sesegera mungkin dinekropsi maka sebaiknya dimasukkan kedalam pendingin hingga tiba waktunya. Apabila memilih euthanasia untuk dapat melakukan nekropsi dari unggas sakit, pertama kali amati hal yang abnormal seperti pola bernafas, abnormalitas postur, bulu yang menggumpal, dan atau discharge nasal dan okular sebelum dilakukan euthanasia.  Euthanasia Unggas dapat di euthanasia dengan menggunakan beberapa metode yang telah disepakati termasuk dislokasi servikal (mematahkan leher), memasukkan dalam ruangan dengan gas karbondioksida, atau menginjeksi dengan cairan euthanasia seperti potassium klorida atau barbiturat dosis tingga kedalam vena atau langsung menuju jantung.  Anamnesa Sebelum memeriksa unggas, sejarah permasalahan yang diderita harus dievaluasi secara menyeluruh, semakin banyak informasi mengenai kondisi kandang, lingkungan, penerapan manajemen, dan sejarah dalam suatu flok, maka semakin mudah bagi patolog untuk mendiagnosis. Sejarah yang pernah terjadi dalam suatu flok harus menjelaskan mengenai : gejala klinis utamanya, masalah pemberian pakan, jumlah pakan yang dikonsumsi, produksi, berat badan dan pola kematian, dan persentase . Apabila penderita adalah unggas usia anak (muda) maka sertakan pula sejarah mengenai prosedur penetasan dan pengeraman. Disebagian besar kasus, sejumlah data penyebab yang mungkin dari suatu masalah (diagnosa banding) dapat dikembangkan lebih lanjut dari sebuah catatan sejarah yang lengkap.

Prosedur Nekropsi Unggas 1. Gambar A dan B: Pertama-tama, lakukan inspeksi eksternal terlebih dahulu pada tubuh hewan. Lakukan palpasi untuk memeriksa konsistensi, struktur tulang dan kelainan lainnya, kemudian periksa mukosa mata, bulu, paruh, jengger, kaki dan kondisi kulit. Gambar C dan D: Bila perlu dapat dilakukan pengambilan sampel dengan cara swab saluran pernafasan atas dan kloaka. (External Examination) A

B

C

D

Keterangan: Gambar A dan B: inspeksi pada cranialis. Gambar C dan D: swabbing choana dan kloaka (Brown, 2005)

2. Gambar E: Basahi bulu menggunakan air yang sudah diberi deterjen. Apabila diduga adanya psittacosis (atau penyakit patogen pada manusia yang lain), unggas lainnya harus di rendam dalam larutan lysol 5%, dan lapisan pelindung harus digunakan selama nekropsi dilakukan.

53


Petunjuk Praktikum Nekropsi Hewan

Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

3. Gambar F: Insisi di daerah kulit yang longgar diantara permukaan medial dari tiap paha dan abdomen. Kuakkan paha atau kaki ke lateral dan patahkan hubungan persendian panggul (disartikulasi sendi panggul). Insisi kulit di aspek medial dari tiap-tiap kaki, dan kuakan untuk memperjelas keadaan kulit dan persendian. 4. Gambar G: Hubungkan insisi kulit lateral dengan insisi kulit transversal tsb melintasi pertengahan abdomen. Kuakkan kulit dada ke anterior, dan abdomen, ke posterior. Periksa muskulus daerah dada bila ada penurunan massa muskulus, anemia (pucat), atau memar, lesi perdarahan. Seperti gambar dibawah ini 5. Gambar H: Buat insisi longitudinal melalui muskulus pektoralis di tiap sisi dari tulang dada dan melewati persendian costochondral. Anterior dan ujung akhir dari tiap insisi harus berpotongan dengan dengan rongga thorak dan titik tengah dorso-ventral. Menggunakan pemotong tulang, potong melalui os coracoideus dan os clavicula. 6. Gambar I: Dengan gunting steril, buat insisi transversal melalui bagian posterior dari muskulus abdominalis. Di tiap sisi lanjutkan insisi ke anterior hingga pertautan costochondral. Singkirkan dinding abdomen ventral dan dada sebagai satu kesatuan, amati air sacs sebagaimana ikut terobek saat dipindahkan tadi. Tanpa menyentuh, periksa viscera dan air sacs in situ. F

E

G

Keterangan: Gambar E: pembasahan bulu ayam. Gambar F & G: insisi kulit abdominal dan thoracic. (Brown, 2005)

H

I

Keterangan: Gambar H: tulang sternum dan costae telah diangkat. Gambar I: inspeksi air sac (caudal thoracic air sac ditunjukkan pada ujung pinset). (Brown, 2005)

7. Gambar J, K & L: Menggunakan peralatan steril amati kelenjar tiroid dan paratiroid serta organ limpa kemudian angkat seluruh organ viseral. Gambar M, N & O: Limpa dapat diambil secara aseptis dengan melepaskan bagian batas kiri dari ventrikulus dan menguakkan organ ke sisi kanan unggas. Tindakan yang tidak diperlukan dan penundaan sebelum dilakukan kultur akan meningkatkan kemungkinan terjadinya kontaminasi. 54


Petunjuk PetunjukPraktikum PraktikumPatologi NekropsiSistemik Hewan J

K

L

Keterangan: Gambar J & K: Kelenjar Tiroid dan paratiroid. Gambar L: organ visera yang dikoleksi. (Brown, 2005)

M

O

N

Keterangan: Gambar M: organ limpa di cavum abdomen. Gambar N & O: Limpa dan bidang sayatannya. (Brown, 2005)

8. Gambar P: Kemudian insisi dan kuakan kulit leher ke lateral. Gambar Q: Dengan gunting, potong melalui salah satu commissura lateral mulut dan periksa keberadaan rongga mulut. Lanjutkan memotong commissura dan buat insisi longitudinal melalui kulit dari leher menuju ke rongga thorax. 9. Gambar R: dengan gunting tulang, singkirkan paruh atas dengan memotong transversal dekat dengan mata. Hal ini dapat memudahkan inspeksi rongga nasal dan akan menunjukkan ujung anterior yang terbuka dari sinus infraorbitalis. Masukkan satu mata gunting yang sudah steril kedalam sinus infraorbitalis. Buat irisan lateral longitudinal menembus dinding dari tiap sinus dan periksa keberadaannya. Biakkan jaringan sinus apabila ditemukan perubahan. P

Q

R

Keterangan: Gambar P & Q: inspeksi saluran pencernaan atas. Gambar R: sinus infraorbitalis. (Brown, 2005)

10. Gambar S: Buat insisi longitudinal pada larynx dan trakhea, periksa, saluran pernafasan bagian atas dan mukosa trachea. 11. Gambar T: Periksa organ paru-paru, dengan keluarkan bersama-sama jantung, dimulai dengan mengangkat trachea. Perhatikan : a. Warna, konsistensi , ada tidaknya foci nekrotik, bentukan granuloma b. Insisi, perhatikan sifat transudat atau eksudat c. Lakukan uji apung, dengan memotong sebagian jaringan ptologis, masukan dalam air, bila mengapung normal, apabila mengambang/ tenggelam berarti patologis d. Kantong jantung dilepas, perhatikan ada tidaknya ptechiae pada ototnya, jantung dibuka, dibelah dua. Permukaan luar lapisan jantung diperiksa akan adanya penampakan abnormal seperti berkabut, menebal yang dapat mengindikasikan perikarditis. Juga, perhatikan bila nampak adanya cairan yang berlebihan yang berlokasi antara jantung dan perikardium (lapisan pembungkus jantung). 55


Petunjuk Praktikum Nekropsi Hewan

Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

S

T

Keterangan: Gambar S: insisi laring dan trakea. Gambar T: inspeksi pulmo. (Brown, 2005)

12. Cara pemeriksaan organ pencernaan: a. Gambar U: Keluarkan proventrikulus, ventrikulus (gizzard), usus halus, usus besar, sekum, dan potong pada level kloaka, berikut pankreas, hepar dan limpa . Pankreas adalah organ berwarna pucat, seperti warna usus, terletak diantara simpul duodenum (bagian dari usus halus), dengan memotong semua pertautan yang dekat dengan usus halus (mesenterium) dan letakkan seluruh saluran cerna diluar. b. Gambar V, W dan X: Buatlah insisi longitudinal di crop dan esophagus, perhatikan isi dan bau , keberadaan sisa pakan dan atau parasit (cacing) didalam tembolok. Permukaan dalam nampak seperti handuk, maka kemungkinan terjadi infeksi oleh jamur yang disebut “crop mycosis�. c. Gambar Y dan Z: Potong melalui ventrikulus, usus halus dan sekum. Amati penampakan permukaan dinding mukosa dan keberadaan parasit (cacing), darah, dan atau penebalan dan warna abnormal permukaan. d. Gambar A1: Periksa hepar terhadap perubahan ukuran dan warna abnormal,adanya nodul putih atau terdapat bintik kuning, abses, dan atau tumor. e. Warna hijau pada hepar yang dekat dengan empedu adalah hal yang normal. Limpa berwarna kemerahan, organ tersebut bulat yang terletak pada pertemuan antara proventrikulus dan ventrikulus. U

V

W

X

Y

Keterangan: Gambar U, V, W, X, Y dan Z: koleksi dan inspeksi organ pencernaan (Brown, 2005)

Z

Keterangan: Gambar A1: inspeksi organ hepar. (Brown, 2005)

56

A1


Petunjuk Praktikum Nekropsi Hewan Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

13. Gambar A2: Periksa ureter dan ginjal, in situ. Apabila terdapat perubahan, dapat dikeluarkan untuk pemeriksaan yang lebih jelas. 14. Sekarang dapat dilakukan pengamatan organ yang dekat dengan tulang punggung dari karkas. Periksa ginjal, posisinya memanjang, organ berlobus yang melekat pada tulang punggung , dan disebelah kiri terdapat ovarium/oviduk (atau sepasang testis), yang terletak di bagian atas dari ginjal. 15. Gambar A3, A4, A5, A6: Periksa organ genitalia. Pada betina, pindahkan ovarium dan oviduk, dan buka oviduk secara longitudinal. Gambar A7 & A8: koleksilah testis ayam. A2

A3

A4

Keterangan: Gambar A2: koleksi ginjal. Gambar A3 & A4: organ ovarium immature dan mature. (Brown, 2005)

A5

A6

A7

A8

Keterangan: Gambar A5 & A6: organ testis immature dan mature. Gambar A7 & A8: organ testis dan sayatannya. (Brown, 2005)

16. Balikkan kembali unggas ke posisi awal, yaitu kaki menghadap ke operator. 17. Gambar A9: Nervus sciatic yang berlokasi di paha atas bagian dalam (berada dalam muskulus) harus dapat terlihat dikedua kaki. Nervus dikedua paha harus sama ukurannya secara bilateral dan tidak dijumpai pembengkakan. Pembesaran dari nervus tersebut dapat sebagai indikasi akan penyakit Marek. 18. Gambar B1: Untuk menemukan bursa Fabrisius, potong melalui kloaka dan cari bentukan seperti buah anggur. Semakin besar usia unggas, maka semakin kecil ukuran bursa Fabrisiusnya. Ukuran bursa tersebut mengecil seiring dengan usia unggas yang mencapai kematangan seksual. 19. Gambar B2: Potong separuh bagian dari bursa tersebut. Bursa tersebut haruslah memiliki bagian berkerut yang letaknya paralel satu sama lainnya di permukaan dan penampilannya berwarna krem. Perhatikan abnormalitas warna dan pembengkakan. 20. Gambar B3: Dengan pisau tajam, potong daerah persendian, cari substansi yang nampak seperti nanah berwarna putih atau kuning, darah, atau kelebihan cairan. Persendian harus nampak seperti berkilau dan putih dengan sejumlah kecil cairan jernih dan lengket di dalamnya.

57


Petunjuk Praktikum Nekropsi Hewan

A9

Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

B1

B2

B3

-

Keterangan: Gambar A9: nervus sciatic. Gambar B1 & B2: bursa fabrisius dan sayatannya. Gambar B3: potongan persendian untuk observasi cairan dan membran synovial. (Brown, 2005)

21. Gambar B4 dan B5: kemudian inspeksi organ jantung dapat dilakukan. Pertama-tama amatilah permukaan organ dari jantung, apakah ada perdarahan. Amati juga ukuran dan konsistensinya. Lalu, insisilah jantung untuk menginspeksi tebal dinding dan kondisi cavumnya. 22. Gambar B6: Memeriksa otak, disartikulasi kepala dan kuliti. Pindahkan calverium dengan gunting yang kuat, gunakan teknik yang sama seperti pada pemeriksaan di mamalia. (buat garis yang membentuk sudut 40° dengan garis horisontal mulai dari foramen magnum, menuju ke os. Frontalis, pada kedua sisi tulang tengkorak. Kemudian buatlah irisan melintang yang menghubungkan kedua susut mata luar sehingga melalui garis tersebut. Tulang tengkorak dibuka dengan gunting tulang sehingga otak terlihat.) B4

B5

B6

Keterangan: Gambar B4 & B5: organ jantung dan sayatannya. Gambar B6: organ otak. (Brown, 2005)

Prosedur Sampling • Jaringan harus dikoleksi dalam dua sediaan, dengan maksud satu bagian masuk ke formalin 10% untuk pemeriksaan histopatologi dan satu bagian jaringan lainnya akan digunakan untuk kultur bakteri, isolasi virus, uji antibodi fluoresen dan toksikologi dengan media gliserin phosphate 50% pH 7,3 atau PZ (NaCl Fisiologis 0,9%) . • Jaringan organ berikut harus dikumpulkan dalam semua kasus: paru-paru, hati, limpa, bursa, otak, ginjal dan usus. Selain itu, setiap jaringan lain yang mungkin memiliki lesi (kulit, adrenal, ovarium, dan lain-lain) juga harus dikumpulkan. • Perusakan struktur harus dihindari ketika mengambil sampel karena ini dapat menyebabkan artefak histologis. Hal ini dapat dihindari dengan menggunakan pisau yang tajam dan permukaan yang keras. • Ketika memeriksa setiap organ dengan permukaan mukosa (trakea, esofagus, usus, dll) harus berhati-hati agar tidak merusak atau menghancurkan permukaan mukosa karena tergosok permukaan jaringannya dengan jari atau instrumen. • Dalam rangka meningkatkan fiksasi jaringan, ketebalan sampel yang dikoleksi tidak melebihi 5mm dan volume fiksatif harus minimal 10 kali volume jaringan.

58


Petunjuk PetunjukPraktikum PraktikumPatologi NekropsiSistemik Hewan

Sampel segar harus dikemas sehingga mereka tetap dingin dan untuk meminimalkan kemungkinan kebocoran. Pastikan untuk menyerahkan dokumen yang tepat untuk menemani sampel.

B7 Keterangan: Gambar B7: Contoh sampling potongan organ unggas. (Brown, 2005)

PENGAMBILAN KESIMPULAN DAN PELAPORAN Proses nekropsi belum dapat dikatakan selesa sampai semua temuan telah dicatat dalam bentuk tertulis. Gaya penulisan dan jenis formulir laporan nekropsi bervariasi dari tiap laboratorium patologi, tergantung pada model penyimpanan dokumen dan sistem pencarian yang digunakan. Pada saat ini, telah banyak yang menggunakan metode penyimpanan data komputer, perangkat lunak atau program database untuk mencatat laporan nekropsi. Namun, tidak peduli seperti apapun metode penyimpanan dan penulisan yang dipakai, pada dasarnya laporan nekropsi haruslah berisi item dasar yang meliputi: 1) Identifikasi kasus – hal ini mencakup penomoran kasus, kode kasus (contoh kondisi degeneratif, penyakit bakteri, virus penyakit, dll), dan tanggal pengajuan dan pemeriksaan; 2) Identifikasi pemilik - termasuk nama, alamat, dan nomor telepon dari pemilik. 3) Identifikasi spesimen - termasuk spesies, breed, usia, berat badan, jenis kelamin, warna bulu, nomor atau nama hewan, dan klasifikasi hewan (contoh hewan peternakan, hewan penelitian, hewan peliharaan, dll) 4) Gejala klinis - termasuk rincian temuan klinis, tanda dan gejala yang diamati, diagnosis klinis, nama dan alamat rujukan dokter hewan yang menangani, dan jenis nekropsi yang diminta (rutin atau nekropsi kosmetik); Hal ini juga harus mencakup antara lain jumlah hewan yang mati. Jelaskan cara penyebaran penyakit dalam kawanan, dan jenis dan standar peternakan sebelum dan sesudah kematian hewan. Sertakan juga tanggal kasus pertama dan kerugian berikutnya, dan pengobatan yang sebelumnya diberikan kepada hewan; 5) Temuan nekropsi - termasuk hasil pemeriksaan nekropsi yang dapat diklasifikasikan berdasarkan organ, sistem organ atau oleh urutan pemeriksaan. 6) Hasil Pemeriksaan Laboratorium - termasuk sampel yang dikumpulkan selama nekropsi dan hasil pemeriksaan laboratoris yang dilakukan. 7) Diagnosis – berisikan hasil pemeriksaan dan kesimpulan akhir dari patolog. 8) Informasi patolog - termasuk nama, kualifikasi dan tanda tangan dari orang yang melakukan pemeriksaan dan rumusan diagnosis.

*Untuk contoh dari formulir atau kartu laporan nekropsi dapat dilihat pada lampiran setelah halaman ini. 59


Petunjuk Praktikum Nekropsi Hewan

Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN LABORATORIUM PATOLOGI VETERINER No. Protokol Nekropsi: Tanggal Nekropsi : Nama Pemilik : Jenis Hewan : Jenis Kelamin : Tanggal Kematian : Lama Sakit : Tanda Kematian : Riwayat Vaksinasi : Tanggal Vaksinasi :

Pemeriksaan lain : - Bakteriologis : - Virologis : - Mikologis : - Parasitologis : - Hematologis : - Toksikologis :

Pemeriksaan Patologi Anatomi No

Histopatologi Jenis Organ

1

Otak

2

Jantung

3

Trakea

4

Pulmo

5

GI Tract

6

Hepar

7

Limpa

8

Ginjal

9

Genitalia

10

___________

Perubahan

Diagnosa Akhir : TTD, (_____________)

60


Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik

DAFTAR PUSTAKA 1.

Arimbi. 2001. Buku Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya.

2.

Brown, C. 2005. Poultry Necropsy Basic. Department of Pathology, University of Georgia, Athens, Georgia.

3.

Butcher G. D. and Richard D. M. 2003. Avian Necropsy Techniques. http://edist.ifas.edu.

4.

Carlyle, J. T. and Chester A. G. 1954. Veterinary Necropsy Procedures. Philadelphia London Montreal J.B. Lippincott Company.

5.

Covelli, M. 2006. Mouse Necropsy Procedure. European Late Effects Project Group.

6.

Curran, R. C. 1983. Colour Atlas of Histopathology. Harvey Miller-Oxford University Press.

7.

Davis M.F. and Teresa Y.M. Poultry Necropsy Basics. VME-0012-01. November 2008

8.

Gavin, M. D. and James F. Z. 2007. Pathologic basi of Veterinary Disease. Mosby Elsevier

9.

Moreland, R. E. 2009. Color Atlas of Small Animal Necropsy. Remsoft Publishing.

10. Noor, S. M., dkk. 1991. Petunjuk Praktikum Patologi Veteriner. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 11. Pathology Images and Text of Medical Education. Diperoleh pada 12 Juni 2013, dari http://library.med.utah.edu/WebPath/webpath.html#MENU 12. Veterinary

Systemic

Pathology

Online.

Diperoleh

pada

8

Agustus

2014,

dari

http://www.askjpc.org/vspo/ 13. Veterinary Record. Diperoleh pada 15 Agustus 2014, dari http://veterinaryrecord.bmj.com

61





Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.