02
EPIK.Arh; NO. Rp. 15.000,00
"Lebih baik mati tersiksa melihat sisi lain dunia, daripada mati tersenyum melihat apa yang ada.�
EPIK.
Arh;
Sangkakala Jiwa Dalam Cerita
EPIK.
Arh;
(Perubahan.)
MUKADIMAH
Saat tinta itu mencorat coret putih yang tak bermakna, apakah sadar? Bahwa telah terteteskan sedikit isi kepala ke dunia? Manusia berpikir bahwa dunia mereka sekarang ini dibangun oleh baja dan beton, oleh sejarah panjang peperangan, oleh pemerintahan, atau oleh perekonomian Tidak Kertas dan tinta, Adalah fondasi dalam materi yang terselip di tulang peradaban. Adalah penggerak masa dunia. Sebuah alat revolusi. Maka pakaikanlah pikiran dengan berbagai baju indah, berikanlah otakmu itu lidah Demi mengahapus kebodohan kertas putih Demi perubahan. Syahmara
Epik
#02 (Perubahan.)
AKTUALITA Berita dalam Cerita
Pemimpin Redaksi
Tri Adi Pasha
Editor
Adryan Hafizh Sutansyah Marahakim Teuku Faris Riandi
Desain dan Tata Letak
Fabila Mahadira Danar Adiwena Giusti Reza
Fotografer
Haga Sudipta Febrandy Mazani Ridwan Fauzi Arga Riztama
Kontributor
Boy Rekato Singarimbun Mutiara Desita Herdini
Pemimpin Perusahaan
Hartanto Yuwo
Pemasaran & Sirkulasi Roy Adam Raedi Nurdiansyah Inka Natasya Hagaina Bukit
Produksi
Josua Todo Siagian
Telepon
+6281 2202 1343
Surel
epiksbm@gmail.com
HANGAT hal.
Catatan dari 4 Sebuah Chile, USA, Indonesia
KARYA 6 ,o Nobel 2010 POLITIK hal. 8 ,i Parameter Harga Diri DUNIA hal.
hal.
9 Millenium Development Goals
SENAYAN hal.
e Wakil Rakyat Jalan-Jalan
EKONOMI hal.
yPerang Dunia Ke-4
PANORAMA
(E)
Perspektif Jiwa
POLITIK hal.
a Berdikari
PENDIDIKAN hal.
k Spesifik Namun Holistik
SOSIAL hal.
z Negeri Ini Milik Kita
EKONOMI hal.
b Berdikari Kesejahteraan
SIMPUL hal.
Q Maklumat Ke-Indonesia-an
C O R A T- C O R E T hal.
T
R U P A, W A R N A, I d a n B A H A S A.
hal.
LOKALISTA hal.
Z
“Lebih baik mati tersiksa melihat sisi lain dunia, daripada mati tersenyum melihat apa yang ada.�
AKTUALITA
Sebuah Catatan dari Chile, USA, dan Indonesia.
Ditulis oleh: Tefa
05 Agustus 2010, Chile Hari itu, Perusahaan Tambang Ancatama Sanjose dikejutkan dengan runtuhnya sebuah terowongan di dekat kota Copiapo, Chile. Runtuhnya terowongan tersebut membuat 33 pekerja yang sedang melakukan penambangan emas dan tembaga 700 meter di dalam perut bumi terjebak reruntuhan batu. Kejadian ini sontak membuat pemerintah Chile dan dunia geger. Presiden Chile, Sebastian Pinera mengirimkan tim khusus untuk melakukan investigasi kecelakaan tersebut dan hasilnya masih ditemukan tanda-tanda kehidupan. Di hari ke-17 tim berhasil melakukan kontak langsung dengan para korban dan kondisi ke-33 pekerja dinyatakan selamat. Mereka berhasil bertahan hidup dari persediaan makanan darurat, dengan pergiliran 1 sendok tuna dan air per 48 jam. Pemerintah Chile langsung mendistribusikan pertolongan darurat dengan sigap dan bekerjasama dengan NASA untuk menyiapkan makanan khusus bernutrisi tinggi yang biasa dikonsumsi oleh astronot agar para korban dapat bertahan hidup lebih lama. Tidak hanya itu, kebutuhan psikologis juga menjadi perhatian khusus, pemerintah Chile mengirimkan hiburan musik, alat tulis, dan alat komunikasi darurat ke dalam perut bumi agar para korban tidak mengalami depresi dan bisa berkomunikasi dengan keluarga. Hebatnya lagi salah satu pekerja juga berhasil menyaksikan proses kelahiran anaknya secara langsung via video phone. 30 Agustus 2010, proses penyelamatan dimulai dengan melakukan pengeboran hingga 622 meter di bawah permukaan tanah untuk memasang kapsul pengangkat bernama Phoenix. Dan Selasa, 12 Oktober 2010 pukul
EPIK.Arh; 4
22.55 waktu setempat Florencio Avalos terangkat dari permukaan bumi dan menjadi pekerja pertama yang behasil diselamatkan. Proses evakuasi yang disiarkan secara live ke seluruh dunia ini berjalan sangat dramatis, karena Presiden Chile menyaksikan di tempat secara langsung dengan iringan nyanyian lagu kebangsaan. Apresiasi besar datang kepada 33 pekerja tambang yang selamat setelah 69 hari berada di perut bumi. Jamuan kepresidenan dari Chile dan Bolivia telah disiapkan dan hadiah 1 buah iPod juga diberikan langsung dari Steve Jobs. Klub sepakbola Manchester United dan Real Madrid langsung melayangkan surat undangan untuk bermain bola bersama di Ingris dan Spanyol. Mereka juga menjadi selebriti dadakan dengan undangan wisata istimewa ke Yunani, Graceland, dan live talkshow di Miami. Namun itu tidak seberapa karena yang terpenting adalah prestasi emas Chile dalam sejarah dunia yang membuat puluhan pemimpin negara dan jutaan masyarakat dunia mengangkat topi atas keberhasilan pemerintah dalam merealisasikan proyek penyelamatan manusia terbesar sepanjang sejarah, dengan total biaya US$ 22 juta atau Rp 119 miliar. 20 April 2010, Teluk Meksiko, Amerika Serikat British Petroleum (BP) melaporkan terjadi kebocoran di anjungan minyak bumi lepas pantai di Teluk Meksiko, Amerika Serikat. Kebocoran minyak bumi ini ternyata tidak bisa dihentikan secara cepat sehingga menjadi isu nasional di Amerika Serikat. Presiden Barack Obama akhirnya turun tangan untuk menyeleaikan masalah ini, karena kebocoran terus bertambah dan mulai mencemari air laut dengan kecepatan debet aliran minyak bumi 12.000 – 19.000 barel perhari dimana 1000 barel setara dengan 42.000 galon minyak bumi. Kebocoran ini secara cepat menjadi isu dunia
HANGAT karena dampak lingkungannya yang sangat merusak. Badan Statistik AS merilis laporan bahwa ratusan hewan pesisir pantai, ribuan ikan, dan jutaan biota laut dinyatakan mati akibat pencemaran laut. 20 taman nasional juga terancam rusak karena pencemaran meluas dengan sangat cepat. 1 juta warga setempat juga mulai mengalami depresi sosial karena para nelayan yang tidak dapat melaut dan sektor pariwisata yang mengalami kebangkrutan. Obama dibuat pusing 7 keliling, sehingga menunda lawatan kepresidenannya ke Asia, dimana Indonesia merupakan salah satu dari tujuan kunjungannya. Reputasi Obama pun merosot, karena peristiwa ini adalah yang terburuk dalam beberapa dekade sejarah AS. Jutaan dolar terbuang sebagai kerugian nasional dan ribuan hektar pencemaran laut sangat merugikan dunia. Namun, pemerintah AS berhasil mengatasi kebocoran setelah 1,5 bulan dengan menggunakan teknologi untuk menyumbat sumber kebocoran minyak. Pemerintah juga mengambil langkah tegas dengan melarang pengeboran minyak bumi lepas pantai dan menetapkan British Petroleum (BP) sebagai pihak yang bertanggungjawab. Masyarakat AS juga dibuat tenang karena BP diwajibkan untuk mengganti kerugian pada negara dan masyarakat sekitar. 29 Mei 2006, Sidoarjo, Indonesia Peristiwa ini berawal saat munculnya semburan lumpur panas di lokasi pengeboran eksplorasi gas PT.Lapindo Brantas di Sidoarjo, Jawa Timur. Kejadian ini pada awalnya dianggap sebagai hal yang biasa, karena pernah terjadi di beberapa lokasi pengeboran. Namun, semburan ini menjadi tidak terkendali karena tidak dapat dihentikan dan mulai menggenangi seluruh lokasi. Semburan minyak panas mulai menggegerkan Indonesia karena terus berlanjut hingga beberapa bulan dan mulai menggenangi kawasan pertanian, peternakan, dan perindustrian yang meluas ke 3 kecamatan sekitar. Meluasnya semburan ke are pemukiman membuat masyarakat Sidoarjo diramaikan oleh evakuasi gelombang pengungsi yang menyelamatkan diri. Pada saat itu, pemerintah meminta PT.Lapindo
Berantas yang merupakan anak perusahaan dari pejabat sekaligus miliuener Abu Rizal Bakrie ikut bertanggungjawab. Namun, ganti rugi terhadap masyarakat terus bermasalah, bahkan kejadian ini sempat menjadi permainan politik saat Bakrie menjadi pembantu presiden di Kabinet Susilo Bambang Yudhoyono. Masyarakat adalah pihak yang paling dirugikan dalam kejadian ini, karena di tahun 2006 saja saat semburan awal terjadi pengungsi telah mencapai angka 26.000 jiwa dengan total 10.000 unit rumah di 16 desa terendam lumpur. Milyaran uang rakyat telah dikucurkan dan peristiwa ini belum selesai hingga sekarang. Sebuah catatan sejarah yang memalukan, karena selama 4 tahun pemerintah gagal mencari solusi dan puluhan ribu masyarakat masih terlantar. Bahkan beberapa media merilis berita bahwa saat ini pemerintah telah lepas tangan dan dengan mudahnya menjadikan area semburan lumpur sebagai lokasi pariwisata, dimana ratusan ribu rakyatnya menderita di sekelilingnya.
Chile.
Amerika Serikat.
Indonesia.
“Anda berhak menilai, mana yang merupakan catatan emas atau catatan lumpur belaka?�
Nobel
2010
Ditulis oleh: RRR
Nobel Perdamaian “Kebebasan Berbicara di China.�
Liu Xiaobo. Liu Xiaobo adalah seorang mantan guru besar sastra, sekarang menjalani sebelas tahun penjara di China, untuk apa yang disebut “subversi terhadap kekuasaan negara.�Liu sebelumnya dipenjara selama lima tahun karena ambil bagian dalam protes demokrasi Lapangan Tiananmen tahun 1989. Baru-baru ini Liu adalah salah satu penulis utama Piagam '08, sebuah petisi yang menyerukan rezim China untuk meningkatkan hak asasi manusia, menciptakan sistem peradilan yang independen dan memungkinkan demokrasi multi-partai di China. Piagam '08 didasarkan pada Piagam '77, sebuah petisi yang sama yang menyerukan kebebasan, di Cekoslovakia. Salah satu penulis Piagam '77, Vaclav Havel menulis sebuah surat terbuka yang diterbitkan dalam Herald Tribune internasional minggu lalu menyerukan kepada Komite Nobel untuk memberikan Hadiah Nobel Perdamaian 2010 kepada Liu Xiaobo. Sebuah petisi juga telah beredar di internet ditandatangani oleh lebih dari 300 pengacara China dan profesional lainnya, mendukung Liu untuk menerima hadiah tahun ini.
KARYA
Nobel Fisika “Penemuan Graphene.�
Andre Geim & Konstantin Novoselov. Graphene adalah suatu molekul raksasa yang melulu terdiri dari unsur karbon yang membentuk lembaran maha tipis setebal satu atom! Graphene pertama kali dibuat oleh Geim dengan menariknya selembar demi selembar dengan merekatkan selotip pada grafit yang kita kenal sebagai pengisi pensil. Baik Graphene, grafit juga intan merupakan alotrop karbon. Alotrop artinya zat yang melulu disusun dari atom unsur yang sama. (Oksigen (O2) dan ozon (O3) adalah alotrop) Graphene karena hanya berupa lembaran tipis atom-atom karbon tapi terikat sangat kuat, menjadikannya zat yang ringan tapi 100 kali lebih kuat dari baja. Sifat-sifatnya yang luar biasa seperti konduktor listrik yang bagus, tembus cahaya, dll membuatnya bisa dipakai dalam banyak aplikasi kelak. Mulai dari transistor dan sirkuit komputer berbahan Graphene, ultrakapasitor, antibakteri, touchscreen yang bisa dilipat, perkakas medis dan banyak teknologi nano lainnya.
Nobel Kimia “Palladium-Catalyzed Cross Coupling Method.�
Richard F. Heck, Ei-ichi Negishi, Akira Suzuki. Kehidupan didunia terdiri dari karbon. Ikatan karbon dengan berbagai jenis membentuk molekul unsur kehidupan. Karena ukurannya yang kecil adalah suatu tantangan tersendiri bagi para ilmuan untuk mereplika dan merekonstruksi atom carbon organik. Penghargaan ini diberikan atas penemuan metode baru untuk mengikat atom karbon sehingga dapat membentuk ikatan karbon kompleks baru yang lebih efesien dengan menggunakan bantuan senyawa paladium yang dapat di gunakan dibidang rekayasa pertanian, medis dll. Metode tersebut diberinama The Heck, Negishi and Suzuki sesuai dengan nama mereka masing-masing. Penemuan mereka kini dimanfaatkan untuk pembuatan LED, obat kanker, anti biotik, dan 25 persen reaksi kimia di dunia farmasi menggunakan metode mereka.
Bersambung ke hal 18...
POLITIK Tentu masih segar dalam ingatan kita saat Presiden SBY ketika mengumumkan penundaan kunjungan kenegaraan ke Belanda pada 5 Oktober silam. Beberapa jam sebelum meninggalkan Indonesia, Presiden SBY menerima kabar dari Menlu Marty Natalegawa tentang pergerakan yang terjadi di Den Haag Belanda. Entah apa yang sebenarnya terjadi, namun tersiar kabar bahwa pengadilan belanda akan melakukan persidangan yang dipercepat atas tuntutan presiden Republik Maluku Selatan (RMS) di Belanda. Kasus diajukan pertanggal 4 Oktober 2010 ke pengadilan dan langsung diproses keesokan harinya pada tanggal 5 Oktober 2010. Hal tersebut tentu memicu berbagai kontroversi, karena pengadilan yang akan disidangkan akan membahas beberapa
tuntutan RMS yang salah satunya adalah meminta pertanggung jawaban presiden RI atas tuduhan pelanggaran HAM yang dianggap dilakukan oleh Densus 88 terhadap warga Maluku yang ditahan pasca bentrokan beberapa tahun silam, dan salah satu poinnya adalah menangkap presiden SBY saat berada di Belanda. Sebenarnya, presiden telah dijamin keamanannya oleh Ratu Belanda. Berdasarkan hukum International, SBY juga memperoleh imunitas diplomatik saat berada dalam kunjungan kenegaraan. Namun, Presiden SBY tetap bersikeras membatalkan kunjungannya ke Belanda. Salah satu alasannya adalah untuk menjaga harga diri bangsa.
Ditulis oleh: RRR
Parameter
Harga Diri.
Apa yang disebut dengan harga diri bangsa sebenarnya? dan bagaimana perwujudannya?. Salah satunya, wujud harga diri bangsa dapat terlihat dan terasa ketika pemerintah melaukan respons terhadap isu yang muncul dalam menghadapi pihak ketiga dari luar negeri. Jika dilihat dalam empat bulan terakhir ada sejumlah kejadian yang memperlihatkan bagaimana harga diri bangsa dicoba diimplementasikan oleh pemerintahan presiden SBY. Pertama, respons pemerintah saat terjadi insiden perbatasan Indonesia-Malaysia pada tanggal 13 Agustus. Muncul pertanyaan, apakah respons tersebut telah dirasakan publik indonesia sebagai tindakan yang mengangkat harkat martabat dan harga diri bangsa?. Kedua, yang baru saja terjadi adalah
EPIK.Arh; 8
respons pemerintah atas upaya hukum RMS untuk mengganggu kunjungan kenegaraan Presiden SBY ke Belanda. Namun, terlepas dari pro-kontra atas dua persitiwa yang terjadi, ada satu pelajaran yang dapat ditarik. Sebenarnya, pemerintah tidak memiliki kriteria yang jelas bagaimana harga diri bangsa diukur dan diimplementasikan dalam keputusan yang diambil.
Dalam insiden 13 Agustus 2010 juga terlihat, kebijakan yang diambil pemerintah sangat mengecewakan beberapa pihak, yaitu hanya usaha meredam kemarahan publik ketimbang berhadapan secara frontal dan tegas dengan pemerintah Malaysia. Padahal ada kasus yang
Millenium Development
Goals
Ditulis oleh: RRR
Sasaran Pembangunan Millennium (bahasa Inggris : Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun. Tantangan-tantangan ini sendiri diambil dari seluruh tindakan dan target yang dijabarkan dalam Deklarasi Milenium yang diadopsi oleh 189 negara dan ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000. Deklarasi berisi komitmen setiap negara dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan dalam Milenium ini (MDGs), sebagai satu paket tujuan terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Penandatanganan deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan gender pada semua tingkat pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga 2/3 , dan mengurangi hingga separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015.
Deklarasi Millennium PBB yang ditandatangani pada September 2000 menyetujui agar semua negara mencapai 8 parameter keberhasilan pembangunan global.
Pengentasan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim. Target untuk 2015: Mengurangi setengah dari penduduk dunia yang berpenghasilan kurang dari 1 dolar AS sehari dan mengalami kelaparan.
Pemerataan pendidikan dasar. Target untuk 2015: Memastikan bahwa setiap anak , baik laki-laki dan perempuan mendapatkan dan menyelesaikan tahap pendidikan dasar.
Mendukung adanya persaman jender dan pemberdayaan perempuan. Target 2005 dan 2015: Mengurangi perbedaan dan diskriminasi gender dalam pendidikan dasar dan menengah terutama untuk tahun 2005 dan untuk semua tingkatan pada tahun 2015.
Mengurangi tingkat kematian anak. Target untuk 2015: Mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak usia di bawah 5 tahun.
Meningkatkan kesehatan ibu. Target untuk 2015: Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam proses melahirkan.
DUNIA Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya. Target untuk 2015: Menghentikan dan memulai pencegahan penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit berat lainnya.
Menjamin daya dukung lingkungan hidup. Target: 1.Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam kebijakan setiap negara dan program serta mengurangi hilangnya sumber daya lingkungan. 2.Pada tahun 2015 mendatang diharapkan mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat. 3.Pada tahun 2020 mendatang diharapkan dapat mencapai pengembangan yang signifikan dalam kehidupan untuk sedikitnya 100 juta orang yang tinggal di daerah kumuh. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Target: 1.Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem keuangan yang berdasarkan aturan, dapat diterka dan tidak ada diskriminasi. Termasuk komitmen terhadap pemerintahan yang baik, pembangungan dan pengurangan tingkat kemiskinan secara nasional dan internasional. 2.Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara kurang berkembang, dan kebutuhan khusus dari negara-negara terpencil dan kepulauan-kepulauan kecil. Ini termasuk pembebasan-tarif dan -kuota untuk ekspor mereka; meningkatkan pembebasan hutang untuk negara miskin yang berhutang besar; pembatalan hutang bilateral resmi; dan menambah bantuan pembangunan resmi untuk negara yang berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan. 3.Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai masalah utang negara-negara berkembang. 4.Menghadapi secara komprehensif dengan negara berkembang dengan masalah hutang melalui pertimbangan nasional dan internasional untuk membuat hutang lebih dapat ditanggung dalam jangka panjang. 5.Mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan untuk kaum muda 6.Dalam kerja sama dengan pihak “pharmaceutical�, menyediakan akses obat penting yang terjangkau dalam negara berkembang 7.Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya penyerapan keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi.
Wakil-Rakyat Jalan? Jalan-Jalan Kali!
Ditulis oleh: RRR
Apa lagi yang sebenarnya bisa diharapkan lagi dari orang-orang yang mengaku wakil rakyat sekarang? Jika ingin berkata jujur kepada rakyat, harapan itu masih ada, harapan agar mereka sadar bahwa mereka adalah “wakil� dari rakyat. Bukan rakyat yang “terpilih�. Sekarang ini bencana terbesar di republik ini bukanlah banjir, longsor, atau kecelakaan kereta api, melainkan hasrat menjadi wakil rakyat yang bukan dilandasi pengabdian yang tulus kepada khalayak. Arogansi kepentingan pribadi pada jabatan publik cenderung meremukkan sendi kepercayaan rakyat terhadap negara dan para aktornya. Aktor? Memang pantas disebut aktor, menjalani peran hanya untuk uang, bermain intrik politik, dan bersandiwara mendapatkan peran baik. Produk kebijakan lahir dari wakil rakyat yang keracunan libido memperkaya diri pastilah menjauh dari kepentingan yang diwakilinya. Ide-ide korupsi dan hidup senang yang dikemas dengan berbagai pembenaran muncul dalam banyak bentuk, salah satunya adalah studi banding ke luar negeri. Suatu produk yang semestinya bagus namun kerap terjadi penyalahgunaan kepentingan. Belum lagi anggaran pengadaan studi bandung dari masa ke masa terus membengkak dan minimnya produk yang dihasilkan. Pola regenerasi aktor politik dianggap gagal melahirkan wajah baru wakil rakyat yang inspiratif sekaligus aspiratif. Barangkali ada yang demikian tetapi eksistensinya disapu oleh mayoritas yang tampak seragam : mementaskan drama yang sama, bercerita tentang protagonis yang dibalik aktingnya berpikir bagaimana
EPIK.Arh; e
memperbesar pundi-pundi pribadi dari uang negara. Wajah baru anggota DPR kita mayoritas diibaratkan barang lama yang dikemas ulang sehingga tampak baru tetapi mentalitas, visi, dan perilakunya setali tiga uang, old script different cast. Satu fenomena yang sangat merisaukan, kian hari lingkungan parlemen menjadi zona kedap kritik. Protes dan aspirasi publik yang demikian lantang atas keputusan DPR yang dirasa melukai rasa keadilan publik seolaholah selalu membentur pagar-pagar gedung kura-kura hijau. Parlemen yang dalam desain idealnya berfungsi menyerap aspirasi masyarakat serta kritik masyarakat malah terkesan cuek. Jalan-jalan ke luar negeri dengan kedok studi banding jadi agenda tak tergantikan setiap tahunnya. Hasil akhirnya bisa ditebak. Kepergian mereka dengan anggaran negara yang tak sedikit hanya membawa pulang informasi yang tidak lebih baik dari hasil search engine. Contoh nyata adalah panitia kerja RUU pramuka yang sempat jalan-jalan ke Afrika Selatan, Jepang, dan Korea
SENAYAN Selatan. Tentu masih segar dalam ingatan kita betapa gejolak protes dari masyarakat karena menganggap parlemen tidak peka terhadap kondisi rakyat sekarang. Ternyata, tiga pokok temuan hasil studi banding itu benar benar mengejutkan, paling tidak dari informasi yang mereka sampaikan sendiri kepada media massa. Tiga pokok temuan hasil studi banding itu benar benar mengejutkan, paling tidak dari informasi yang mereka sampaikan sendiri kepada media massa. Pertama, panitia kerja menyimpulkan adanya perlakuan diskriminatif bagi warga kulit hitam Afrika Selatan yang ingin bergabung dalam kepramukaan. Kedua, sistem pembiayaan satuan kepramukaan yang mandiri. Ketiga, informasi menyangkut seragam pramuka. Dengan informasi semacam itu, apa kontribusi studi banding tersebut bagi perumusan draft RUU pramuka? Secara tak sadar, model studi banding yang demikian telah melecehkan anggota DPR sendiri di hadapan rakyat yang diwakilinya. Mereka lagilagi telah melukai rasa keadilan rakyat dan membuat rakyat lebih kehilangan respek. Gagasan alternatif dan cara cerdas menggali informasi melalui internet yang sempat disarankan berbagai kalangan masyarakat menunjukkan bahwa yang mewakili ternyata jauh lebih rendah mutunya dibanding yang diwakili. Bisa dijamin, jika anggota DPR bisa lebih sadar dan mau menggunakan teknologi untuk menggali informasi serta rajin membangun komunikasi dengan kantor perwakilan indonesia di negara asing, akan lebih banyak data dan informasi pembelajaran yang dapat menggantikan fungsi studi banding. Disamping gagal dalam substansi studi banding, akuntabilitas keuangan kegiatan jalan-jalan anggota DPR juga sangat lemah. Bahkan sempat tercium indikasi korupsi dalam berbagai modusnya. Hasil audit BPK tahun 2009 untuk masa anggaran 2007-2008 menyimpulkan, bahwa laporan perjalanan dinas anggota DPR sebesar 341,3 Milyar dinyatakan disclaimer.
Artinya, auditor tak dapat memberi pendapat atas laporan pertanggungjawaban penggunaan anggaran negara dan hal itu mengindikasikan adanya penyimpangan yang terjadi. Secara umum, bentuk penyimpangan yang dapat terjadi dalam penggunaan anggaran perjalanan dinas pejabat negara meliputi 3 hal. Pertama, adanya perjalanan dinas fiktif. Anggota dewan pergi keluar negeri namun tidak ada agenda politik didalamnya, hanya sekedar jalan-jalan belaka. Bentuk penyimpangan lain adalah manipulasi laporan keuangan. Berbagai macam dokumen administrasi untuk menunjang akuntabilitas laporan kegiatan perjalanan dinas sangat rentan dipalsukan, seperti kuitansi, tiket, faktur pembelian, dan sebagainya yang bahkan siapapun bisa memalsukannya. BPK memang telah membuat laporan keuangan telah tapi kebenaran dan keabsahannya disangsikan. Tak heran jika BPK memberi predikat disclaimer pada laporan anggota dinas anggota dewan. Terakhir, sangat mungkin terjadi menggelembungan masa perjalanan dinas. Maksudnya, misalnya agenda kunjungan bisa selesai dalam 2 hari, namun faktanya perjalanan menghabiskan waktu seminggu. Dari modus penyimpangan diatas, terlihat bahwa yang terjadi tak hanya pemborosan uang negara, namun juga penggunaan fasilitas dan keuangan negara untuk kepentingan pribadi yang merupakan bagian dari korupsi. Sudah seharusnya pemimpin dpr mengevaluasi seluruh pelaksanaan dan rencana studi banding yang pada tahun 2010 meliputi Swiss, Inggris, Perancis, dan Jerman. Jangan sampai anggota DPR malah Eurotrip disaat kondisi negara sedang kacau balau. Impikasi dari studi banding DPR yang tidak akuntabel dan transparan adalah melemahnya fungsi pengawasan rakyat terhadap kinerja wakilnya. Sudah
r EPIK.Arh;
seharusnya para aktor politik kembali ke jalur yang benar. Peka terhadap kondisi rakyat, menyalurkan aspirasi rakyat, menerima kritik dari rakyat, dan bergerak untuk keadilan rakyat. Jika tidak, setiap tahun akan makin banyak orang yang berebut menduduki gedung hijau karena dipastikan akan mendapat liburan ke luar negeri gratis setiap tahunnya.
“...hanya membawa pulang informasi yang tidak lebih baik dari hasil search engine.�
Oleh: Joko Luarso / matanews.com
EPIK.Arh; t
Apa yang paling memungkinkan untuk menjadi perang dunia ke-4? Bukan perang senjata api, perang dingin, ataupun perang nuklir. Yang menjadi hal yang paling potensial terjadi dimasa mendatang adalah perang nilai mata uang.
Perang Dunia.
4
keDitulis oleh: RRR
Negara-negara maju saat ini mengalami masalah dengan perekonomiannya. Kebijakan moneter yang longgar disertai stimulus ekonomi fiskal ternyata tidak mampu menghasilkan lapangan kerja yang memadai. Hilangnya jutaan lapangan kerja akibat krisis ekonomi pada 2008 telah memicu lonjakan angka kemiskinan di AS menjadi 14,3% pada 2009 dari 13,2% tahun sebelumnya dan diikuti oleh runtuhnya banyak pemain besar seperti Lehmahn Brothers ataupun General Motors yang berimbas pada ketidakstabilan ekonomi negara raksasa itu. Pemenang Nobel Ekonomi Joseph Stiglitz mengatakan bahwa , nilai tukar Dolar AS yang sempat turun menjadi senjata untuk mendorong perekonomiannya karena Fed Fund Rate sudah mengalami penurunan di bawah titik terendahnya namun belum bisa mendorong kredit secara signifikan. Salah satu cara yang dilakukan adalah melakukan devaluasi kompetitif. Devaluasi yang berarti penurunan nilai mata uang mulai dijadikan bidang baru
untuk memacu pertumbuhan ekspor diantara negara-negara maju. IMF mengingatkan akan adanya ancaman perang nilai mata uang sebagai senjata untuk memacu ekspor. Banyak negara kini berlomba mendevaluasi nilai mata uangnya dengan tujuan produk mereka bisa dijual dengan harga lebih murah. Ini dilakukan menyusul kegagalan AS dan Eropa menekan China mendevaluasi nilai yuan. AS dan Eropa menuduh China bisa mengekspor produknya secara masal dan murah, karena nilai yuan sudah undervalued. Masing-masing negara mempunyai alasan berbeda-beda untuk memperlemah mata uangnya. Namun, umumnya beralasan agar produknya lebih murah dan bisa bersaing di pasar global.
IMF menengarai, semakin banyak negara yang memainkan kebijakan kurs mata uang sebagai alat untuk mendorong ekonomi dari sisi ekspor. Bulan lalu, nilai dolar AS terhadap mata uang di Asia telah melemah sekitar 5,4%. Ekspektasi bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve) akan menambah
y EPIK.Arh;
EKONOMI jumlah uang beredar sebagai stimulus ekonomi melalui pencetakan uang sekitar US$ 50 miliar, menyebabkan nilai dolar AS terus melemah. Dampak lanjutannya, harga komoditas yang dihargai dengan dolar AS, seperti minyak dan emas, melambung. Namun melemahnya nilai tukar AS bertujuan untuk menyaingi dan menekan agar negara-negara berkembang lainnya tidak ikut masuk ke perang mata uang ini, disamping sebagai tekanan terhadap China untuk merevaluasi mata uangnya. Fenomena devaluasi kompetitif juga melanda negara-negara lain. Kurs euro juga melemah terhadap dolar AS hingga mencapai titik terendah pada level US$ 1.19 pada 7 Juni 2010. Jika dibanding nilai tertinggi yang pernah dicapai euro pada 25 November 2009 sebesar US$ 1,51, kurs euro terdevaluasi 21,22%. Namun, sejak AS melonggarkan kebijakan moneternya, euro harus melawan penguatannya terhadap dolar AS. Sehingga euro terapresiasi US$ 1,40 terhadap dolar AS sejak Februari 2010 hingga beberapa bulan lalu. Untuk mengatasi penguatan nilai tukarnya, Brasil beberapa pekan lalu, mengenakan pajak ganda atas arus mata uang yang masuk ke negaranya. Korea Selatan, Selasa lalu juga berencana membatasi perdagangan mata uangnya. Pertemuan para menteri keuangan dunia di kantor pusat IMF di Washington akhir pekan lalu gagal untuk meredakan spekulasi mengenai "perang mata uang". Pada konferensi pers penutupan KTT, Youssef Boutros-Ghali, ketua International Monetary and Financial Committee mengatakan bahwa ada "sejumlah titik gesekan" antara negara-negara mengenai isu-isu seperti reformasi struktural dan manajemen nilai tukar sehingga kesepakatan belum bisa ditemukan. Hambatan terbesar dalam diskusi adalah yuan China, dimana AS dan negara-negara Barat lainnya (Uni Eropa) secara kompak mengklaim bahwa yuan China undervalued. Permintaan AS untuk mengekang mata uang China ditolak oleh Gubernur bank sentral China Zhou Xiaochuan, yang mengklaim itu adalah akibat dari kebijakan moneter ultra longgar ekonomi negara maju yang telah memaksa China untuk tetap melindungi yuan. Managing Director IMF Dominique Strauss Kahn
EPIK.Arh; u
mengatakan bahwa penggunakan kurs mata uang sebagai senjata agar produknya lebih murah demi kepentingan ekspor akan menghadirkan risiko sangat serius dalam pemulihan ekonomi global. Para analis mengkhawatirkan, perlombaan untuk memperlemah nilai mata uang tersebut akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang. Perlombaan negara-negara maju mendevaluasi nilai mata uangnya, menurut IMF, akan menjebak negaranegara berkembang yang menggunakan sistem nilai tukar fleksibel. Sebab, nilai mata uang negara tersebut akan menguat sehingga bisa mengurangi daya saing ekspor. Selain itu, negara tersebut akan mengalami penggelembungan aset akibat kenaikan harga saham yang luar biasa cepat sebagai dampak derasnya dana-dana asing jangka pendek (hotmoney). AS memang sedang berusaha untuk melawan dominasi China terhadap keuangan global dengan melemahkan mata uangnya melalui kebijakan The Federal Reserve, termasuk kebijakan mengucurkan uang dalam jumlah besar ke pasar untuk membeli sekuritas dan saham.Hal ini dilakukan untuk menahan ekonomi negeri adidaya itu dari keterpurukan yang berkelanjutan. Beberapa pengamat keuangan berpendapat, perang mata uang yang dilancarkan negara-negara maju di bawah "komando" AS menjadi bukti kekalahan AS berikut negara-negara sekutunya di daratan E ro p a m e n g h a d a p i ke k u a t a n b a r u perekonomian China. AS tidak saja telah gagal memaksa China merevaluasi mata uang yuan, AS juga semakin tidak berdaya menahan produk murah asal China yang membanjiri pasarnya. Dengan kegagalan tersebut, AS kini tidak lagi mendominasi perekonomian global, sehingga posisinya ekonomi kian lemah dan tidak bisa lagi mendikte negara lain. Sehingga jika dilihat dari kacamata lain, penguatan ekonomi China juga memiliki sisi positif bagi tatanan baru perekonomian global.
Sambungan dari hal 8 “Parameter Harga Diri� mirip, antara China dan Jepang yang saling klaim Kepulauan Senkaku/Daiyou di perairan kaya ikan dan cadangan migas, yang kemudian menjadi lokasi insiden tabrakan kapal nelayan China dan dua kapal patroli laut Jepang, 7 September 2010 silam, dan berujung pada saling tahan warga negara dan ketegangan politik bilateral antara keduanya. Namun keduanya dapat saling bersikap tegas dan keras perihal perebutan pulau yang telah diklaim oleh kedua negara. Sangat ironi karena dalam merespons insiden 13 Agustus, pemerintah justru menonjolkan betapa indonesia memiliki ketergantungan kepada malaysia dan tidak memiliki posisi tawar sehingga terkesan enggan untuk bertindak tegas. Ketergantungan tersebut ditengarai karena merasa Malaysia memegang nasib 1,2 juta TKI yang bekerja disana, tanpa melihat sisi vitalitas dari TKI itu sendiri bagi roda pembangunan Malaysia. Pemerintah mungkin tidak menyadari sisi ketergantungan Malaysia di Indonesia yang lebih besar lagi misalnya dari investasi Malaysia, kebun-kebun kelapa sawit, ataupun perusahaan-perusahaan yang dikuasai malaysia seperti CIMB Niaga, yang sebenarnya bisa memperkuat posisi tawar Indonesia setiap kali terjadi insiden sensitif seperti ini. Belum lagi, pemerintah telah gagal dalam mengidentifikasi secara akurat isu yang muncul antara kedua negara yan bergulir dan berkembang secara cepat. Awalnya, isu yang muncul adalah ditahannya petugas kementrian kelautan dan perikanan (KKP) oleh otoritas kelautan Malaysia. Isu ini berkembang secara cepat menjadi ancaman kedaulatan bangsa Indonesia. Sayangnya, pemerintah tidak akurat dalam memberikan respons sehingga isu berkembang menjadi sentimen anti-Malaysia pada sebagian publik indonesia yang tidak mungkin direspons dengan percepatan perundingan batas wilayah antarkedua negara. Dalam menanggapi upaya hukum yang dilancarkan oleh RMS di pengadilan Belanda, pemerintah terlihat terlalu reaktif menanggapi isu yang masih simpang siur dan cenderung salah dalam memberikan respons. Seharusnya pemerintah tidak perlu khawatir atas upaya hukum yang dilakukan RMS, karena imunitas
Presiden SBY di Belanda. Pemerintah juga tidak seharusnya terintimidasi dengan upaya-upaya nonkekerasan yang dilakukan oleh kelompok separatis, terlebih lagi Pemerintah Belanda tidak mengakui keberadaan RMS. Respons penundaan dan penggunaan kata-kata 'harga diri bangsa' sangatlah berlebihan. Ulah RMS tidak seharusnya merusak hubungan bilateral Indonesia-Belanda seperti yang terjadi sekarang. Dikemudian hari, masalah yang berhubungan dengan pihak luar negeri pasti akan berulang. Sebelum menentukan apakah itu menyangkut harga diri bangsa atau bukan dan melakukan tindakan lebih lanjut, setidaknya ada beberapa langkah yang bisa dipertimbangkan. Pertama, pemerintah tidak boleh bertindak terlalu reaktif terhadap isu yang baru saja beredar dan kemudian langsung mengambil tindakan. Kedua, identifikasi dan kaji pokok permasalahan yang menjadi isu utama serta implikasinya terhadap semua bidang yang mungkin terpengaruh, berdasarkan fakta dilapangan dan dikaji oleh para ahli. Ketiga, perhatikan bagaimana reaksi publik atas isu yang beredar. Serap aspirasi mereka atau paling tidak, dengarkan dengan itikad baik, sehingga seluruh keputusan akan dirasakan sebagai penerapan dari aspirasi mereka. Terakhir, dengan pertimbangan yang matang barulah keputusan yang tepat dan terencana diambil dan haruslah berpihak pada kepentingan RI. Keputusan yang diambil haruslah memiliki posisi tawar atau argumentasi yang kuat, sehingga bisa menjadi senjata untuk melindungi kepentingan RI, maupun tameng untuk melindungi keputusan yang akan diwacanakan ke publik. Langkah-langkah tersebut harus dilakukan dengan seksama dan dalam tempo yang singkat. Karena, dalam urusannya dengan isu luar negeri biasanya yang duluan berpendapat menunjukkan kesungguhan yang lebih dalam menyelesaikan masalah yang ada. Pada kesimpulannya, rakyat lagi-lagi hanya dapat berharap kepada pemerintah, untuk senantiasa berpihak pada kepentingan RI dan tidak seenaknya menggunakan alasan 'harga dini bangsa' sebagai alasan untuk semua tindakan dalam setiap kejadian.
EPIK.Arh;
KARYA
Nobel Kesehatan “In-Vitro Fertilization.”
Robert G. Edwards. Penemu metode In vitro fertilisation atau pembuahan sperma di luar rahim dari sang Ibu, yang digunakan untuk mengatasi masalah kesuburan pada pasangan yang menginginkan anak. Sampai sekarang sudah 4 juta bayi lahir dengan metode ini sejak diperkenalkan pada tahun 1978 dan sudah dianggap umum oleh dunia kedokteran. Tidak heran pada tahun ini penemu metode bayi tabung ini mendapatkan apresiasi dan pengakuan atas pencapaiannya tersebut.
Nobel Sastra “Mario Vargas Llosa.”
Mario Vargas Llosa. Vargas Llosa telah menulis lebih dari 30 novel, naskah drama, dan esai. Komite Nobel dari The Swedish Academy di Swedia menilai tulisan-tulisannya menampilkan bentuk pemberontakan, perlawanan, dan perjuangan individu yang sangat tajam dan kuat. Dunia sastra menyebutnya memiliki bakat “hadiah Tuhan” karena tulisannya langsung menyentuh kepada pembacanya. Salah satu tulisannya yang terkenal adalah The time of the Hero (1963) yang berakibat pada penarikan bukunya oleh pemerintah Peru karena kritik2nya kepada pemerintah. Buku lain ditulisnya antara lain The Conversation in the Cathedral (1969), Aunt Julia and the Scriptwriter (1977), The War of the End of the World (1981). Penulis yang pernah mencalonkan diri sebagai presiden Peru pada tahun 1990 tetapi gagal dalam pemilihannya. Kini beliau berpolitik melalui tulisan-tulisannya Buku-bukunya seringkali punya komposisi yang kompleks, punya sudut pandang yang beragam, beragam argumentasi, dan lintas zaman. Ia juga menyajikan cara baru untuk menghasilkan seni narasinya sendiri Sejumlah bukunya pernah mendapat penghargaan sastra di berbagai negara dan telah diterjemahkan ke 31 bahasa.
PANORAMA Perspektif Jiwa
(E)
BERDIKARI -Sebuah AwalanDITULIS OLEH
Karna Suatu masa, sebuah cerita, era. Era globalisasi, begitu khalayak mengistilahkan kisah di abad ke 21 ini. Imbuhan –isasi, yang berarti proses, mengikuti kata dasar global sehingga istilah ini memiliki arti lengkap : proses menuju global, menjadi kesatuan yang meliputi seluruh dunia. Bung Karno, pada masanya, tidak pernah mengenal istilah ini. Ia mengenalnya dengan istilah karyanya sendiri Neo-Kapitalisme dan NeoKolonialisme. Globalisasi sebenarnya sudah lama terjadi, hanya saja pada era kali ini proses tersebut berlangsung lebih simultan, dan lebih cepat. Perkembangan teknologi dan arus informasi mendukung percepatannya. Globalisasi kini kian menjadi. Berbagai dampak telah terjadi. Dari yang membangun hingga yang menghukum gantung. Semua proses menjadi global dengan segala dampaknya, sebenarnya berawal hanya dari hal yang sungguh hakiki : interaksi. Interaksi lintas bangsa secara global sudah ada sedari dulu. Peradaban merupakan pemicunya. Jalur perdagangan adalah bukti nyata dari interaksi tersebut. Sekitar 500 SM, jalur Sutera mulai dikenal, jalur lalu-lintas perdagangan darat pertama. Swarna dwipa – begitulah sebutan Indonesia terangkum dalam kitab Ramayana pada masa itu, negeri pulau emas – belum merasakan dampak yang cukup signifikan dengan kehadiran jalur Sutera tersebut. Semenjak terjadinya perpindahan arus lalu-lintas perdagangan dari darat ke laut akibat keamanan yang semakin tidak terjamin, Nusantara baru mulai tersentuh oleh arus interaksi lintas bangsa. Pertukaran dan perdagangan mulai terjadi di Nusantara, terutama perairan Malaka. Perdagangan bermula saat bangsa-bangsa mulai tidak dapat memenuhi kebutuhannya di daerah olahannya sendiri. Saat
a
P O L I T I K itulah, bangsa-bangsa mulai mencari kebutuhan di luar daerahnya. Pada awalnya, perdagangan yang terjadi membawa berbagai macam kebaikan dan pertumbuhan peradaban. Pertukaran yang terjadi tidak saja dalam hal ekonomi tetapi juga nilai dan budaya. Berbagai informasi pengetahuan budaya pun terserap, sehingga berdampak pada kemajuan masyarakat. Dampak positif ini tidak hanya dirasakan oleh Nusantara, melainkan oleh bangsa-bangsa lain yang terlibat arus interaksi ini. Namun, hal ini kemudian berbicara lain semenjak berdirinya Vereenigde Oostindische Compagnie pada tahun 1602 – kongsi dagang Hindia Timur Belanda – di negeri Swarna Dwipa. Kongsi dagang ini mulai berusaha untuk mencoba memonopoli perdagangan yang terjadi. Upaya kolonialisasi mulai terjadi akibat modal yang mulai bertumpuk. Nusantara yang semula merupakan produsen mulai menjadi konsumen. Hal ini semakin diperparah semenjak terjadi revolusi industri. Tingkat produksi yang meningkat dan penumpukan modal yang bertambah semakin menuntut perluasan pasar dan industri. Liberalisasi ekonomi mewabah pada daerah Timur, Nusantara. Liberalisme ekonomi mulai membawa liberalisme dalam politik, begitu yang terkutip dari buku ‘Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat’ karya Cindy Adams. Imperialisme mulai terjadi, penguasaan atas Nusantara oleh VOC. Segala upaya kita hanya untuk keuntungan pihak VOC. Berbagai kebijakasanaan yang dihasilkan hanya untuk kebijiakan pihak imperialis. Keserakahan mulai terjadi, semua berujung peri. The world provides enough to satisfy human’s need but not every human’s greed, begitu pesan Gandhi dalam menghadapi kapitalisme dan kolonialisme. Berbagai penghisapan hasil bumi Nusantara, perbudakan melalui kerja rodi, penguasaan tanah oleh asing, pemberontakan atas bentuk imperialisme, dan juga hasrat untuk merdeka terjadi di era ini, era kolonialisasi dan kapitalisasi. Setidaknya, begitu pula yang terjadi pada masa kini, era globalisasi. Kapitalisme dan kolonialisme hadir kembali dalam bentuknya yang baru, Neo-Kolonialisme dan Neo-Imperialisme – Nekolim, begitu biasa Bung Karno menyingkatnya. Penjajahan bukan lagi atas dasar wilayah. Penghisapan bukan
s
d
lagi terjadi dalam bentuk kerja rodi penuh kekerasan. Pertahanan bukan lagi hadir dalam desingan peluru tembakan. Penjajahan dan penghisapan hadir dalam bentuk kongsi dagang yang baru, penguasaan sumber daya oleh pihak asing. Segala macam kekayaan bumi Indonesia dikuasai. Dari penanaman modal asing hingga akuisisi perusahaan lokal oleh perusahaan asing, dari akses informasi hingga akses transportasi, dari pendidikan hingga ilmu pengetahuan, dari hasil bumi hingga abdi, dari padi hingga lauk temannya nasi, dari air minum hingga mesin cuci, dari pakaian hingga celana dalam, dari otak hingga hati. Semua melesap, menyatu dalam diri. Pertukaran ekonomi, budaya, dan informasi yang akhirnya malah melemahkan jati diri. Produk-produk membanjiri, semua ingin menggapai hal ini dalam upaya mempercantik diri. Semua bekerja keras, uang didapat, membelanjakan sesuka hati, produk di tangan, uang yang sudah susah payah kita perjuangan hanya tinggal kenangan – sudah digondol pihak asing untuk pembangunan di negeri seberang. Semakin negeri seberang berkembang, semakin banyak pula produk-produk yang akan datang membanjiri, semakin banyak pula kekayaan negeri dikeruk orang. Kita kembali dalam masa kerja rodi – kerja rodi yang baru. Globalisasi mulai menggoyahkan kaki-kaki kita yang belum bisa berdiri sendiri, menjerat kita pada tali pertolongan yang dengan ujung penghisapan.
f
` Indonesia mempunyai berdikari, memberikan ide berdikari kepada dunia. Justru ide berdikari ini yang membuat kaum imperialis gemetar. Jikalau konferensi Asia Afrika ke-2 terjadi, dan disitu Indonesia menganjurkan BERDIKARI! BERDIKARI! BERDIKARI! kepada seluruh rakyat-rakyat Asia dan Afrika, lonceng kematian imperialisme berbunyi. Sebab inti daripada imperialisme ialah membuat bangsabangsa enggan berdiri di atas kaki sendiri. Inti daripada imperialisme adalah membuat bangsa-bangsa memerlukan barang-barang bikinan imperialis, memerlukan persenjataan daripada pihak imperialis, memerlukan bantuan daripada pihak imperialis. Dalam hal pertahanan tidak berhenti-henti TOLONG.. TOLONG..TOLONG... Mana itu berdikarinya sodara-sodara, sama sekali tidak ada!
“
“
Padahal, di era 1960-an, Bung karno selalu mengingatkan bangsa ini untuk berdikari, berdiri di atas kaki sendiri. Akronim yang digelorakannya dalam api orasi-orasinya. Dalam orasinya, Bung Karno berkata,
Zaman berubah. Istilah itu sudah melapuk. Tersimpan dan terpatri rapi dalam elemen sejarah Indonesia berdiri. Padahal, akronim ini adalah pedang suci yang harusnya kita hunus tinggi-tinggi. Berdikari, sebuah semboyan dengan nilai yang dalam. Akronim ini sakti, ia memiliki dampak domino yang sangat hebat. Namun, di lain sisi, ia menuntut usaha dan semangat belajar yang dahsyat. Ia bentuk dari revolusi, revolusi pemikiran dan tindakan. Sebuah bentuk kemandirian – ketidaktergantungan. Inti dari berdikari adalah segera melepaskan ketergantungan akan produk-produk hasil produksi kaum imperialis, melepaskan jerat pertolongan dari pihak imperialis. Bangsa In-
g
donesia harus dapat mengelola segala kekayaan dalam negeri sendiri. Segala macam produk yang kita perlukan buatlah sendiri. Misalnya, Indonesia butuh nasi, ayo kita tanam padi, kita produksi alat bajak sendiri, kita produksi pupuk sendiri, kita buat toko untuk menjual beras sendiri, kita buat karung beras sendiri, kita buat mobil pengangkutan sendiri, kita coba kelola kekayaan kita sendiri. Hal ini akan berdampak sangat positif : perputaran uang di negeri sendiri untuk keuntungan negeri sendiri dan kesejahteraan rakyat sendiri. Jika kita masih belum bisa membuat sendiri, ayo kita belajar. Kita cari tahu segala macam ilmunya. Ilmunya dari mana? Belajarlah dari yang tahu, entah itu dari kaum imperialis sekalipun atau bahkan kaum marhaen di tanah sendiri. Setelah dipelajari, lalu buatlah sendiri, belajar untuk berdiri di atas kaki sendiri untuk bangsa sendiri. Jangan menjadi ikan segar kaum-kaum imperialis. Bangsa kita adalah bangsa yang besar, rawe-rawe rantas, malang-malang putung, daripada malah untung yang perlahan jadi buntung.
“
Inti dari berdikari adalah segera melepaskan ketergantungan akan produkproduk hasil produksi kaum imperialis, melepaskan jerat pertolongan dari pihak imperialis.
“
Walaupun pada nyatanya, kehadiran bangsa asing itu tidak dapat dipungkiri. Modal investasi asing pada kadar tertentu memang memicu pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia. Perkembangan arus informasi yang semakin merata memicu perkembangan dalam berpikir. Masuknya teknologi-teknologi tentu memicu peningkatan mutu dan kualitas yang berdampak pada kesejahteraan bangsa. Namun, hal positif jangan menjadi celah penghisapan kembali. Kita harus tetap jejakan kaki kita sendiri, jangan malah kita digendong, dioyong-oyong. Kita harus berdikari – tidak tergantung.
h
Sudah hampir 50 tahun yang lalu, gelora berdikari disuarakan salah seorang Bapak Republik kita. Sudah 65 tahun pula Indonesia menyatakan dirinya merdeka. Bahkan, pada pembukaan UUD 45, bangsa kita dengan jelas menyatakan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Kemeredekaan yang diraih harus 100 %, begitu ujar Tan Malaka. Tidak kurang, tidak kurang dari majunya ekonomi oleh bangsa sendiri. Mari kita segera berdiri di atas kaki kita sendiri. Ayo kita tumbuhkembangkan pertumbuhan industri lokal yang memiliki kualitas yang baik. Ayo kita mulai merubah cara berpikir dan pola pendidikan di Indonesia sehingga memiliki perspektif berpikir yang lebih maju. Sembari kita mulai juga membenahi hati, meyakinkan diri kita bahwa Indonesia ada di urat nadi kita. Merdeka atau mati. Semboyan itu rasanya tepat untuk saat ini. Kita merdeka sepenuhnya atau bangsa kita akan mati – ya, perlahan tapi pasti. (E)
***
j
PENDIDIK AN
SPESIFIK NAMUN HOLISTIK DITULIS OLEH
Karna
“
“
Aduh, ngapain saya harus belajar itu sih? Padahal kan nanti saya bakal berkutatnya sama yang ini.
Kalimat tersebut acap kali terucap. Entah sebagai ungkapan penyesalan, ketidakmampuan, atau mungkin bentuk kepasrahan. Pendidikan yang semakin menjuruskan, namun para mahasiswa malah semakin terjerumuskan. Penjurusan yang ada bukanlah bentuk segregasi – pemisahan. Hal ini merupakan wupaya untuk mendalami satu ranah bidang ilmu, upaya untuk memiliki kemampuan khusus – basic skill. Basic skill adalah kemampuan dasar atas satu bidang tertentu. Misalnya, Arsitektur – kemampuan dalam pembuatan bangunan, Planologi – kemampuan dalam perancangan tata kota, Perminyakan – kemampuan dalam hal pengeboran minyak dan
k
pengolahannya. Mahasiswa malah semakin terjerumuskan dengan adanya penjurusan itu. Mahasiswa terlalu fokus akan bidangnya, berkutat dengan diktat, menutup rapat ilmu-ilmu yang dianggap menghambat. Terlena akan gelar dan bidang yang akan dituai. Terlupa untuk membuka kancah wawasan lebih luas. Buku bukan lagi dianggap sebagai jendela dunia, malah musuh waktu bagi kebanyakan mahasiswa. Berbagai keterlibatan basic skill pada kehidupan nyata manusia akan bertemu. Semua ranah ilmu harus kita tahu, tidak perlu harus selevel guru, sekedar mengurangi rasa sok tahu, menjawab rasa ingin tahu – jika memang ada rasa ingin tahu. Misalnya saja, pembangunan bangunan oleh seorang arsitek. Disana terjadi interaksi berbagai ranah ilmu. Seorang arsitek, dia harus memikirkan hal mengenai perizinan dari bangunan – hukum, apresiasi asset dari bangunan yang dirancang – ekonomi, dari segi tata kota apakah tepat adanya bangunan dengan rancangannya – planologi, pemilihan material bangunan untuk konstruksi – material. Dari satu proyek arsitek saja, sudah hampir mencakup berbagai macam hal. Misalnya lagi, politikus – yang tidak berpikiran seperti tikus tentunya. Dalam upaya pembuatan suatu kebijakan, dia harus memikirkan dampaknya terhadap sisi ekonomi, sosial, bahkan seni. Keterlibatan basic skill terjadi di sini. Pemikiran selayaknya kutipan kalimat di atas, pemikiran seperti menutup diri akan ilmu, anggapan bahwa IPA tidak perlu belajar IPS, teknik tidak perlu belajar manajemen, hukum tidak perlu belajar mengenai planologi, yang ini tidak ingin belajar yang itu, hanya akan membuat peradaban melambat. Pengaruh seperti minat dan terkadang pendidik terkadang memang berpengaruh pada upaya proses pembelajaran. Namun, coba kita netralisir hal itu sebagai pembelajar sesungguhnya. Wawasan pengetahuan akan menambah ruang berpikir. Yang terpenting bukanlah sekedar nilai atau huruf A yang tertera, mari kita coba pahami ilmu yang ada di dalamnya, biar pintar, menambah wawasan. Sebuah upaya perluasan – menjadi lebih holistik. Mungkin benar, waktu akan berkurang, akibat wawasan yang bertambah. Merugi? Wah, mungkin anda termakan zaman, bukan ingin merubah zaman.
l
Perkembangan manusia mencakup berbagai aspek kehidupan. Interaksi manusia adalah bentuk yang holistik. Basic skill saja mungkin tidak cukup. Kita harus punya basic skill – spesifik, namun kita harus memiliki wawasan yang luas – holistik.
“
Mau jadi businessman namun enggan belajar finansial, hanya mau pemasaran saja. Lah, itu sih jadi salesman. Mau jadi teknorat di bidangnya tapi enggan untuk tahu ekonomi, politik, dan ilmu sosial. Itu sih jualan besi saja sampai berkarat. Mau jadi pebisnis tapi hanya ingin tahu ilmu manajemen. Jualan saja produk-produk sekarat atau malah jasa yang tercekat.
“
Mau jadi seniman tapi tidak mau tahu apa arti menawan bagi para cendikiawan atau bahkan tukang jualan bakwan. Bikin saja karya di awan.
Sebuah perubahan mesti terjadi saat ini. Orientasi pendidikan. Dimulai dari diri sendiri sebagai mahasiswa atau mungkin dari yang empunya kuasa. Upaya pembentukan Grand Design pendidikan yang memang spesifik tingkat tinggi dengan orientasi holistik yang terarah. Atau mari kita mulai merubah dengan diri kita pribadi, hanya dengan membaca buku atau tidak menutup diri pada ilmu. Seperti kata Aldous Huxley, “There is only one corner of this universe you can certain of changing the world”. Menjadi spesifik namun holistik. (E)
***
;
NEGERI INI MILIK KITA -(Baca: Bukan Milik Pemerintah)DITULIS OLEH
Tefa
Perhatikan rakyat miskin, bangun infrastruktur di desa Tingkatkan kesehatan masyarakat Perangi neo-liberalisme, junjung tinggi ekonomi kerakyatan
z
“
“
Turunkan harga sembako, turunkan harga BBM
Kalimat-kalimat ini tampaknya telah menjadi teriakanteriakan wajib negeri ini yang selalu menggema di gedung DPR atau menggaungkan Istana Negara. Seluruh lapisan masyarakat turun ke jalan bahkan dengan membawa segala properti untuk mendukung aksi mereka. Spanduk raksasa untuk membentangkan protes dan cacian, posterposter besar untuk memperlihatan foto para pejabat yang dicoreng wajahnya, atau seekor “kerbau� untuk menggambarkan karakter pemimpin negeri ini. Segala hal dilakukan atas nama besar DEMOKRASI.
SOSIAL
Jika kita berbicara mengenai demokrasi, yang pasti terlintas dalam benak kita adalah sebuah kebebasan dimana kita bebas berbicara dan bebas berekspresi. Pemikiran ini lah yang membuat rakyat kita suka berdemontrasi karena demontrasi menjadi ajang untuk menyuarakan suara dan tuntutan rakyat. Namun, sebagian dari kita mungkin lupa bahwa demokrasi juga diartikan sebagai sebuah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dari, oleh, dan untuk adalah kata-kata sakti bagi rakyat negeri ini. Dari rakyat, karena kita memiliki hak untuk bebas memilih pemimpin dari pemikiran kita sendiri. Untuk rakyat, karena kita memiliki hak untuk menikmati hasil pembangunan negeri. Oleh rakyat, karena kita “wajib� memberikan kontribusi bagi kemajuan Indonesia. Konsep dari rakyat telah diimplementasikan melalui Pemilu yang telah rutin diselenggarakan untuk memilih Presiden dan Kepala Daerah. Konsep untuk rakyat dapat dirasakan dengan pembangunan fasilitas dan infrastruktur bagi masyarakat. Namun konsep oleh rakyat, tampaknya belum dimengerti oleh masyarakat kita secara
x
menyeluruh karena beberapa kasus telah membuktikan hal itu. Kasus pencurian mur jembatan suramadu oleh warga, pengrusakan stasiun kereta api oleh para supporter bola, atau pembakaran gedung pemerintahan oleh para demonstran menunjukkan bahwa mereka melakukan sesuatu yang sangat bertolak belakang dengan tuntutan mereka sendiri sebagai rakyat. Di satu sisi mereka menuntut pemerintah untuk membangun infrastruktur yang baik bagi masyarakat, namun di sisi lain justru mereka sendiri yang merusaknya. Sebagai masyarakat dari sebuah bangsa yang besar, seharusnya kita bisa berbuat lebih dari sekedar berteriak karena setiap orang dan setiap komunitas memiliki potensi dan kekuatannya masing-masing. Perkumpulan warga di beberapa daerah sudah membuktikan kontribusinya dengan penggalangan dana dan potensi masyarakat untuk membangun pusat pengolahan sampah misalnya. LSM dan ormas-ormas di beberapa kota seharusnya juga bisa menjadi pelopor dalam memberdayakan masyarakat, ketimbang pergi kesana dan kesini tanpa alasan yang jelas seperti yang dilakukan di banyak “front�. Sebagai cerminan elemen masyarakat yang terdidik, mahasiswa tentunya juga bisa membuktikan bahwa kekuatan kita tidak hanya dalam sebuah long march namun juga dalam sebuah aksi nyata. Kesehatan masyarakat bisa kita tingkatkan dengan aliansi mahasiswa kedokteran yang turun ke daerah terpencil untuk memberantas busung lapar. Masalah sembako bisa diselesaikan para mahasiswa pertanian dengan penyuluhan kepada para petani. Para mahasiswa di banyak institut teknologi juga bisa menjadi solusi bagi masalah besar pedesaan yang belum terjamah listrik. Analogi ini membuktikan bahwa kita para mahasiswa memiliki peran penting dalam perjalanan bangsa ini karena seluruh fakultas disiplin ilmu yang kita miliki, mencerminkan potensi dan kekuatan kita yang dapat menjamah segala permasalahan bangsa. Sehingga istilah mahasiswa sebagai pengawal pemerintah dapat diimplementasikan lebih jelas disamping kontrol check and balance. Harus diakui memang, bahwa kinerja pemerintah memang belum 100% sempurna karena ada banyak sekali kasus dan kesalahan di sana sini. Namun, kedaan ini seharusnya tidak
c
membuat kita untuk hanya sibuk mencari kesalahan pemerintah namun kita juga harus sibuk untuk mencari jalan solusinya. Suatu saat kita harus bisa buktikan bahwa demonstrasidemonstrasi yang kita lakukan tidak hanya berisi mengenai penjabaran tuntutan apa yang harus dilakukan pemerintah untuk bangsa ini, namun harus berubah menjadi penjabaran apa yang sudah kita lakukan untuk bangsa ini. Satu hal yang harus disadari, bahwa “Negeri ini adalah milik kita, bukan milik pemerintah�. Kepemilikan ini yang mewajibkan kita untuk ikut membangun dan merawat negeri secara langsung. Lambannya perkembangan negeri ini telah membuktikan bahwa hanya mengandalkan pemerintah adalah cara yang salah sejak 65 tahun negeri ini merdeka.
Dari Rakyat, Untuk Rakyat, dan Oleh Rakyat. Saatnya kita tunjukkan siapa rakyat itu sebenarnya! (E)
***
v
BERDIKARI KESEJAHTERAAN -Secarik JawabanDITULIS OLEH
RRR Tulisan Karna tentang makna berdikari telah membuka pandangan tentang sebuah bangsa yang sedang digerogoti oleh kemandiriannya untuk berdiri sendiri. Terjangan arus globalisasi merasuki semua sendi kehidupan kebangsaan termasuk ekonomi. Hal tersebut tanpa sadar memudarkan apa yang selama ini kita kenal dengan ‘nasionalisme’. Dimana sekarang, semua sektor kehidupan kita mulai bergantung pada pihak asing, salah satunya adalah bidang kesejahteraan-ekonomi. Cita-cita ekonomi nasionalis bukan seperti yang selama ini pemerintah lakukan. Citacita yang luhur : kesejahteraan ekonomi yang berdaulat. Dari awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, tujuan dan visi ekonomi sudah jelas termaktub dalam pancasila dan UUD 1945. Atas dasar itu, minimal ada dua aspek paling primer dari visi pembangunan ekonomi kita, yaitu mewujudkan dan menjamin kesejahteraan bagi seluruh rakyat indonesia (keadilan sosial) dan menjamin kedaulatan kita dibidang ekonomi (kedaulatan ekonomi). Karena itulah, asas pembangunan ekonomi kita adalah demokrasi emonomi. Seperti diamanatkan dalam pasar 33 ayat 4 UUD 1945, “Perekonominan nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan.� Tafsiran pemerintah nampaknya berbeda dari yang termaktub disana. Pemerintah menafsirkan bahwa kesejahteraan rakyat-lah yang utama tanpa pandang pikir kedaulatan ekonomi atas rakyat. Pandangan tersebut tidak tepat. Perpspektif tersebut malah diterjemahkan dalam implementasi kebijakan ekonomi yang dihasilkan : tidak peduli siapapun yang menguasi sumber daya ekonomi, pihak asing ataupun bukan, tidak masalah asalkan rakyat sejahtera. Sejahtera menjadi semu.
b
EKONOMI
n
Dengan pandangan terebut, jangan ditanya lagi mengapa berbagai proyek dan kekayaan sumber daya alam yang besar justru diserahkan kepada pihak asing dengan berbagai alasan yang sering kali dicari-cari. Butterfly Effect pun terjadi hingga dibidang pangan. Kita telah salah kaprah menganggap ketahanan pangan sebagai sasaran pokok pembangunan. Asal rakyat bisa makan, asal pasokan pangan kita terjamin, kita tidak peduli lagi darimana asal usul pangan itu atau siapa yang menguasai dan mengelolanya. Artinya, impor pun dihalalkan asal rakyat tidak lapar. Ini jelas keliru. Justru yang menjadi sasaran pokok kita adalah kedaulatan pangan rakyat oleh rakyat, dengan mengandalkan kekuatan dan kemampuan rakyat sendiri. Konsekuensi implementasi kebijakan dari kedua cara pandang ini akan sangat berbeda dengan segala implikasi politis dan sosialnya. Kedaulatan pangan mengharuskan kita membangun kekuatan pokok rakyat secara nasional untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat oleh rakyat itu sendiri, dan tidak melulu disuapi negara karena alasan-asalan klise khas pemerintah. Berbicara soal kesejahteraan dan kedaulatan ekonomi adalah berbicara tentang ideologi, tentang tujan, visi, komitmen, keberpihakan politik, dan kemauan untuk mandiri. Di satu sisi, kesejahteraan seluruh rakyat indonesia adalah taruhan kita. Namun tidak tepat kalau itu dilakukan dengan menggadaikan seluruh sumber daya ekonomi kita, sehingga rakyat menjadi kuli ditanahnya sendiri dengan alasan asal makan, asal sejahtera. Kita tidak hanya butuh makan. Lebih dari itu, Kita juga butuh harga diri, harkat, dan martabat. Karena itu, visi kita adalah membangun dengan kekuatan dan kedaulatan kita sendiri. Itulah arti Berdikari di bidang ekonomi yang dicita-citakan Bung Karno. Itu pula makna marhaenisme Bung Karno, ‘sejahtera berdasarkan keringat sendiri di tanah sendiri’. Itulah kemandirian, itulah demokrasi ekonomi yang sesungguhnya, yang sebenarnya. Karena itu pula, seharusnya kita jangan mau didikte dan tunduk begitu saja pada berbagai intrik politik internasional dan tekanan utang luar negeri yang pada akhirnya akan memperparah ketergantungan kita terhadap asing. Investasi asing yang sudah terlalu dalam hanya akan sema-
m
kin menjual dan menggadaikan sumber daya alam kita, ‘membungkam’ kita dengan sesuap nasi. Asal makan, asal sejahtera. Dengan dasar ideologi ini, sudah seharusnya kita akan berpihak dan berusaha dengan segala cara yang layak dan elegan untuk memberikan prioritas kepada anak bangsa. Misalnya, untuk memperoleh proyek konstruksi di sektor migas. Sebagai bukti ketidakberpihakan pemerintah pada kemampuan sendiri : perusahaan BUMN besar yang telah berpengalaman bahkan ke luar negeri untuk mengangani proyek konstrusksi di sektor migas selalu tidak kebagian jatah mengelola sumber daya alam hanya karena alasan ‘belum cukup berpengalaman di sektor migas’. Sebuah alasan yang sangat tidak ideologis dan dicari-cari karena ‘tidak mau repot’ hanya untuk membiarkan asing masuk dan mengambil alih sumber daya kita. Jika ideologi Berdikari ditegakkan, maka dengan cara yang layak dan elegan, semua perusahaan yang mengelola sumber daya alam indonesia diharuskan memasok seluruh kebutuhannya dari sumber daya dalam negeri oleh perusahaan lokal. Bukan membeli segala macam ikan, sayuran, daging, dan buah-buahan dari luar negeri oleh perusahaan asing hanya karena alasan yang dicari-cari, (lagi-lagi) sekedar soal kualitas atau kemampuan yang tidak mumpuni. Padahal, kualitas dapat kita kembangkan kalau kita punya komitmen dan keberpihakan untuk membesarkan perusahaan dan anak negeri ini. Dengan dasar ideologi ini pula, kita tidak akan membiarkan seluruh jabatan tinggi perusahaan pengelola sumber daya alam di Indonesia diisi oleh mayoritas orang-orang asing, dan orang pribumi hanya menjadi kuli kasarnya saja. Selama ini banyak orang beranggapan keliru mengenai cita-cita berdikari ekonomi. Mereka selalu mengatakan bahwa nasionalisme ekonomi menjadi salah kaprah ketika sebuah entitas nasional maupun milik negara diharuskan terlibat dalam suatu proyek walaupun kapasitasnya tidak memenuhi kualifikasi teknis yang dibutuhkan sehingga menghasilkan produk yang kurang opotimal. Itu adalah sebuah pandangan yang keliru, hanya sebuah kata-kata untuk merasionalisasi keberpihakan kalangan tertentu
,
pada kepentingan asing. Argumen tersebutlah yang digunakan untuk membenarkan kepemilikan asing atas pengelolaan kepemilikan sumber daya alam kita. Bukti nyatanya adalah bercokolnya Exxon Mobile di blok Cepu yang sampai sekarang masih dikabuti asap intrik politik pemegang kekuasaan. Ironisnya, kapan entitas nasional maupun milik negara akan tumbuh besar dan memiliki kompetensi untuk bersaing kalau di negerinya saja tidak pernah diberikan kesempatan untuk menjadi besar dan mandiri. Kapan PT Pertamina dan perusahaan-perusahaan negara lainnya akan jadi besar kalau kita tak pernah memberikan kesempatan kepada mereka. Bahkan sebenarnya, persyaratan dan alasan kompetensi itu lebih sering dicari-cari karena proyek tidak pernah dibuka secara transparan, sekali lagi, ini soal komitmen keberpihakan.
“
“
Pemerintah tenang saat rakyat senang tanpa tahu di depan itu jurang..
Terdapat perbedaan sangat besar dalam komitmen dan kebijakan di lapangan antara asal sejahtera dan sejahtera dengan kekuatan sendiri atau berdikari kesejahteraan. Untuk itu, harus ada kebijakan khusus yang memberdayakan dan menguatkan potensi dan sumber daya kita, serta kekuatan dan kesempatan perusahaan nasional ataupun milik negara. Sehingga, selama kualifikasi yang dibutuhkan terpenuhi didalam negeri, seharusnya asing tidak boleh diberikan kesempatan untuk masuk dan mengintervensi. Bukan dibiarkan bercokol dan memperkuat ketergantungan kita terhadap asing karena ideologi ‘asal makan asal sejahtera’ tadi. Berdikari kesejahteraan tidak harus menjadikan kita anti asing. Di era globalisasi ini hubungan kerja sama global adalah sebuah keniscayaan. Ditambah lagi perjanjian-perjanjian perdagangan international yang membuat tangantangan asing bernafsu mendapat jatah ‘kue’ sumber daya
.
alam negeri ini. Namun, kerja sama itu harus dibangun diatas dan berdasarkan atas ideologi yang jelas dan kuat. Itu berarti, asing tetap dibutuhkan, tetapi hanya sebagai pelengkap setelah prioritas keberpihakan ditujukan pada anak negeri, pada upaya membangun ‘kedaulatan dibidang ekonomi’ sesuai dengan azas demokrasi ekonomi. Prioritas pembangunan harus diberikan kepara perusahaan nasional, swasta (nasional), ataupun milik negara. Bahkan, ketika perusahaan nasional belum siap, mengapa harus dipaksa mengeruk sumber daya alam yang ada, yang sesungguhnya bisa dicadangkan untuk di kelola dikemudian hari ketika kekuatan nasional lebih siap dan kemandirian negara sudah terbangun?. Hal yang sama berlaku juga dalam hubungan internasional. Dalam kerjasama ekonomi dan investasi asing yang harus selalu didasarkan pada semangat saling menguntungan dan memberdayakan kekuatan dalam negeri. Demi tercapainya Berdikari kesejahteraan, negara tidak bisa lepas tangan dan membiarkan segala urusan ekonomi kepada pasar. Negara harus terlibat secara aktif, merencanakan, dan merekayasa segala urusan untuk memberdayakan kekuatan dalam negeri. Indonesia punya semuanya, rakyat, sumber daya alam, dan kesempatan untuk mandiri. Tinggal bagaimana kita memberikan kesempatan untuk negara kita sendiri untuk dapat paling tidak mencoba untuk berdiri sendiri demi kesejahteraan rakyatnya. Sebuah upaya mewujudkan cita-cita bapak bangsa. Sebuah perwujudan berdikari kesejahteraan. (E)
***
/
MAKLUMAT KE-INDONESIA-AN Kita bersama-sama di sini, untuk menegaskan kembali Indonesia tempat kita berdiri. Indonesia sebagai sebuah warisan yang berharga, tapi juga sebuah cita-cita. Indonesia yang bukan hanya amanat para pendahulu, tapi juga titipan berjuta anak yang akan lahir kelak. Kita bersama-sama di sini, untuk menyadari kembali bahwa Indonesia adalah satu prestasi sejarah, namun juga proyek yang tak mudah. Dalam banyak hal, Tanah Air ini belum rampung. Tetapi sebuah masyarakat, sebuah negeri, memang proses yang tak akan kunjung usai. Seperti dikutip Bung Karno, bagi sebuah bangsa yang berjuang, tak ada akhir perjalanan. Dalam perjalanan itu, kita pernah mengalami rasa bangga tapi juga trauma, tersentuh semangat yang berkobar tapi juga jiwa yang terpuruk. Namun baik atau buruk keadaan, kita bagian dari Tanah Air ini dan Tanah Air ini bagian dari hidup kita: “Di sanalah kita berdiri, jadi pandu Ibukuâ€?‌ Di sanalah kita berdiri: di awal abad ke-21, di sebuah zaman yang mengharuskan kita tabah dan juga berendah hati. Abad yang lalu telah menyaksikan ide-ide besar yang diperjuangkan dengan sungguh-sungguh, namun akhirnya gagal membangun sebuah masyarakat yang dicita-citakan. Abad yang penuh harapan, tapi juga penuh korban. Abad sosialisme yang datang dengan agenda yang luhur, tapi kemudian melangkah surut. Abad kapitalisme yang membuat beberapa negara tumbuh cepat, tapi memperburuk ketimpangan sosial dan ketakadilan internasional. Abad Perang Dingin yang tak ada lagi, tapi tak lepas dari konflik dengan darah dan besi. Abad ketika arus informasi terbuka luas, tapi tak selalu membentuk sikap toleran terhadap yang beda. Dengan demikian memang sejarah
Q
tak berhenti, bahkan berjalan semakin cepat. Teknologi, daya dan politik berubah begitu tangkas, hingga persoalan baru timbul sebelum jawaban buat persoalan lama ditemukan.
SIMPUL
Kini makin jelaslah, tak ada doktrin yang mudah dan mutlak untuk memecahkan problem manusia. Tak ada formula yang tunggal dan kekal bagi kini dan nanti. Yang ada, yang dibutuhkan, justru sebuah sikap yang menampik doktrin yang tunggal dan kekal. Kita harus selalu terbuka untuk langkah alternatif. Kita harus selalu bersedia mencoba cara yang berbeda, dengan sumbersumber kreatif yang beraneka. Sejarah mencatat, Indonesia selalu mampu untuk demikian sebab Indonesia sendiri, 17.000 pulau yang berjajar dari barat sampai ke timur adalah sumber kreatif yang tumbuh dalam kebhinnekaan. Para ibu dan bapak pendiri republik dengan arif menyadari hal itu. Itulah sebabnya Pancasila digali, dilahirkan, dan disepakati di hari ini, 61 tahun yang lalu. Tidak, Pancasila bukanlah wahyu dari langit. Ia lahir dari jerih payah dalam sejarah. Ia tumbuh dari benturan kepentingan, sumbang-menyumbang
W
E
gagasan, saling mendengar dalam bersaing dan berembug. Dengan demikian ia mengakui perbedaan manusia dan ketidaksempurnaannya. Ia tak menganggap diri doktrin yang mahabenar. Tetapi justru itulah sebabnya kita menegakkannya, sebab kita telah belajar untuk tidak jadi manusia yang menganggap diri mahabenar. Maka Indonesia tak menganggap Pancasila sebagai agama—sebagaimana Indonesia tidak pernah dan tidak hendak mendasarkan dirinya pada satu agama apa pun. Nilai luhur agama-agama mengilhami kita, namun justru karena itu, kita mengakui keterbatasan manusia. Dalam keterbatasan itu, tak ada manusia yang bisa memaksa, berhak memonopoli kebenaran, patut menguasai percakapan. Maka hari ini kita tegaskan kembali Indonesia sebagai citacita bersama, cita-cita yang belum selesai. Maka hari ini kita berseru, agar bangun jiwa Indonesia, bangun badannya, dalam berbeda dan bersatu! Jakarta, 1 Juni 2006
Kamis 1 Juni 2006 bertepatan dengan peringatan 61 tahun hari lahir Pancasila, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato Pancasila di Jakarta Convention Center. Sebelum Presiden menyampaikan pidato, Todung Mulya Lubis mewakili 17 tokoh membacakan Maklumat Keindonesiaan. Acara itu sendiri digagas oleh sebuah panitia bersama Fisip UI, Perhimpunan Pendidikan Demokrasi, Brighten Institute, Universitas Gadjah Mada, dan Kelompok Tempo Media. Sehari sebelumnya, digelar seminar di Kampus Universitas Indonesia Depok dengan tema yang sama
R
C O R A T
Kapan Transformasi ? dari dahulu, Soekarno masih ragu akan sebuah kata untuk Indonesia repitisi dalam kepalanya “kapan transformasi?” kelompok marjinal ibukota tak jauh beda masih diterpa hujan, dihibur angin dari bayang jembatan menanti perubahan sayang tak semua paham perubahan itu tak layak tuk dinanti tapi pantas untuk diperjuangkan lalu kapan transformasi? transformasi itu transformasi jika egoisme seorang eselon terkikis jika seorang pelajar tak rela lagi mendosa jika kau yang membaca ini mulai berpikir untuk : transformasi. Ridwan Fauzi
Gemuruh Guntur Seorang Pelacur Aku dikurung di dalam karung Terus ku bertarung tapi tiada ujung Malang-malang putung, sampai jiwaku digantung Derajat pendidikan sekarang sudah mulai luruh Seorang guru hanya jadi buruh Pelajar cuma jadi penari latar Bumi bergetar tak ada yang gentar Semua tergeletak, tepar Sakralnya ilmu sudah jadi barang dagang Niat begadang malah jadi otak udang Ya, sekarang lah saatnya untuk perang Genderang harus berkumandang Indahnya nilai memang selalu bisa dibuai Huruf “A” nyatanya hanya sebuah andai-andai Makna “A” rasanya kok terlalu lebay Inilah aku, seorang pelacur Harga diriku akan terus ku-ulur Hingga nanti tiba saatnya aku yang mengatur Karna
C O R E T
Ketika seorang murid mulai bertanya-tanya, bocah kecil yang berumur tak lebih dari 8 tahun. Pertanyaan yang masih diteriakkan bahkan oleh filsuf-filsuf modern. Pertanyaan yang seolah tak mau terjawab berkat arogansinya yang tak turun sedikitpun seiring zaman. Sang bocah menentang tanda tanya,
“Pak Guru, apakah surga itu ada?” Sang guru, dengan penuh rasa takut akan sebuah pertanyaan, segera berpaling pada kepercayaan
“Tentu saja ada, Nak” Seperti seolah sudah tahu, dengan cepat ia beranjak ke pertanyaan selanjutnya, “Apakah surgaku dan surganya sama, Pak Guru?” Sang bocah menunjuk pada temannya, bocah seumur, penganut kepercayaan tak sama Sang guru, seperti layaknya jutaan manusia yang tak punya jawab. Hanya mampu berkata, “Iya.”
Y
Bocah itu terdiam, tersenyum, memandangi guru itu sekelebat saja, namun sang guru bisa melihat air mata yang siap tumpah membanjiri wajah si bocah Bocah itu pun memeluk sahabatnya, melepaskan airmata yang ia tahan selama beberapa detik sebelumnya. Sahabatnya pun menunjukkan wajah gembira, amat senang, namun tanpa air mata. Memeluknya dengan erat.
“Berarti nanti kita bisa bersama..�
Memang pertanyaan itu berbahaya. Namun, jawabanlah yang justru berbisik sesat. Seorang guru yang terpaksa membohongi muridnya dengan angan yang tak pasti akan akhir masa hidup di dunia. Tapi biarkanlah mereka yang bertanya dengan polosnya, kita berikan jawaban yang sama polosnya, karena kadang, senyum itu jauh lebih berharga dari sekadar kenyataan.
Ini adalah sebuah cuplikan nyata, kehidupan masa kanak-kanak. Kisah dari Rumah Belajar, bukan sebuah Sekolah. Rumah yang memberikan keberanian untuk menemukan bintang bagi diri sendiri, bukan hanya sekadar cahaya harapan penuh kekosongan. Bentuk yang harus berani kita sandingkan bagi perkembangan pendidikan di masa kini. Rumah Belajar Semi Palar. (E) Syahmara
U
Rupa, Warna, dan Bahasa.
Oleh: Florian Bertmer
T
Rasa lapar mereka yang terus-menerus walau berapapun jumlah manusia yang mereka makan membuat gw sempat
Satu hal yang jika dipikir cukup aneh adalah, entah kenapa ketika orang-orang yang sudah mati itu bangkit kembali, selera mereka yang awalnya fast food ataupun makanan masak lainnya, berubah menjadi... Yak, seperti yang sudah kalian tau, manusia.
Masterpiece yang dibuat pada tahun 1968. film biaya yang yang direkam dengan 35mm hitam putih, pencahayaan seadanya, dan digarap dalam jangka waktu kurang lebih 1 bulan. Tahukah film itu berkisah tentang apa? Dengan taglinenya yang terkenal, "They won't stay dead."? Zombies. Zombies, gue menyebutkannya dengan jamak di sini karena memang biasanya jumlah zombie yang berkeluyuran itu banyak – pada dasarnya adalah mayat yang hidup kembali.
Sebuah film berjudul Nights of The Living Dead. Terdengar Familiar bukan?
- Sang sutradara.
entang sebuah cerita biasa, sungguh. Di mana tokohtokohnya berinteraksi dan bertukar dialog. Lemparmelempar romansa antara tokoh pria dan tokoh wanita. Sedikit aksi dari sang protagonis dalam melawan si antagonis yang berkuasa, si miskin yang tertindas dan si kaya yang berjaya. Ledakan api maupun desingan peluru yang melesat diantara deru suara mesin mobil yang melaju cepat. Jeritan arwah penasaran saat bergentayangan di rumah kosong. Atau bahkan hanya tentang seorang renta yang menunggu kematian datang di ranjangnya yang reyot. Semuanya tertuang di dalam layar, menunggu untuk ditonton. Kita sebagai penikmat, hanya perlu menatap layar itu untuk ikut hanyut dalam cerita, tanpa menyadari ada seorang tokoh yang memegang peran penting dalam cerita itu. Tidak terlihat di dalam layar memang, karena tokoh ini selalu bersembunyi di baliknya.
Hal inilah yang patut di soroti: bagaimana sutradara George Andrew Romero membuat film tentang zombies, bukan hanya sekedar film zombies biasa yang melahap manusia dengan penuh suka cita dan darah bertebaran dimana-mana, tapi tentang bagaimana manusia bereaksi, atau gagal bereaksi, atau bahkan bereaksi dengan bodohnya terhadap hal itu. Ketika mereka terperangkap di sebuah lumbung padi sementara nyaris seluruh kota sudah terinfeksi dan siaran radio mengatakan jumlah korban terus bertambah. Apa yang harus mereka lakukan? Jawabannya adalah; kembali menjadi bentuk asli masing2 individu, ke sifat dasar mereka. Mereka yang religius akan memilih untuk berdoa, Sementara mereka yang nekat, terdorong oleh motif agresi dalam dirinya untuk bertahan hidup. Yang pasrah? Mereka diam saja menunggu mati. Dan yang panik, hmm.. Mereka sudah tewas jauh sebelum tulisan ini dibuat.
Zombies sesungguhnya tidak sulit untuk dihindari. Kodrat mereka menjadi mayat yang hidup membuat gerak mereka cukup terbatas, mereka hanya berjalan terhuyung tanpa arah seperti orang mabuk. Dan lagi mereka hanya bergerak berdasarkan insting untuk makan belaka. Cukup jalan cepat atau lari, zombies sudah tertinggal jauh. Mereka bukan lagi ancaman. Menjengkelkan malah. Lolongan dan geraman tanpa nada mereka tetap menjadi hal yang cukup mengiritasi untuk membuat kita menembakkan senapan kokang ke arah mereka. Yang perlu dilakukan untuk menghentikan zombie, hanyalah memperhatikan, tetap waspada. Jadi masalah sesungguhnya bukan lagi tentang zombies, tapi antara orang-orang yang masih hidup dan bagaimana cara mereka menangani zombies.
Kalaupun tahu kita jawabnya, tidak akan mengubah fakta kalau mayat-mayat hidup ini tetap tidak akan memutuskan untuk menjadi vegetarian, baik mereka menghasilkan feses dengan lancar atau tidak.
berpikir, dengan pola makan kanibalistik berprotein tinggi (manusia) itu, bagaimana proses defekasi yang mereka alami?
Karya: Luna Piena
DALANG MODERN
Perubahan Romero untuk genre horror tidak sekedar mengubah esensi dari para zombies, tapi juga mencoba menunjukkan kembali wajah asli masyarakat. Zombie-zombie romero dibuat tidak hanya untuk sekedar mengejar dan menyeruput otak manusia, tapi juga untuk memanusiakan kembali manusia itu.
Zombies itu sendiri bisa dikatakan sebagai sebuah metafora yang merepresentasikan ketakutan masyarakat atau individu terhadap pemerintah, perang, perbudakan, eksploitasi, kematian dan entah apapun itu. Musuh utama mereka yang bertahan hidup, diwujudkan bukan oleh mayat-mayat bertenaga tersebut, namun oleh pihak 'pembasmi' yang diberikan hak membunuh oleh pemerintah. Penyebab adanya makhluk ini bukan oleh karena kekuatan magis antah berantah, tapi berkat eksperimen senjata bilogis peperangan. Ada pula ketakutan intra kelompok akan adanya individu yang menindas individu lain demi keselamatan diri, demi menghindari kematian. Berbagai metafora akan inti dan sumber ketakutan manusia terpancar oleh film-film Romero, (Night of the Living Dead (1968), Dawn of the Dead (1978), Day of the Dead (1985), Land of the Dead (2005), and Diary of the Dead (2007) dan Survival of the Dead (2009)) sehingga memberikan kesan yang membekas bagi penontonnya
Oleh: Katsushika Hokusai
S
epertinya aku harus menunggumu di sini,ya kan? Suasananya tidak sama seperti yang aku bayangkan,tapi setidaknya aku tahu sebentar lagi ada kamu. Itu yang selalu aku jadikan alasan. Kepercayaanku kepadamu yang sangat dalam. Butuh oksigen yang cukup banyak dalam satu tarikan napas untuk kembali menoleh dan melihat kekosongan. Kamu belum datang.
Mataharinya mulai terbenam. Tadinya aku membayangkan akan menikmati anugerah ini bersamamu. Aku masih disini,mati rasa akan angin malam serta pasir. Tega benar.
Ini kamu. Ini memang kamu yang aku tahu. Berubah – ubah. Seenaknya saja. Kamu tahu aku tidak akan pergi, aku akan tetap menunggu setelat apapun kamu. Aku selalu tersenyum semarah apapun kamu. Selalu berusaha tenang dan akhiri ketegangan yang kamu mulai. Kamu merasa sangat nyaman bersamaku. Aku membuatmu merasa nyaman bersamaku.
Bintang – bintang mulai menemaniku. Aku tidak bosan. Aku mulai merindukanmu, sangat merindukanmu. Ini rencana kita, sejak 3 bulan yang lalu. Bertemu disini , tinggalkan semua. Di tempat ini, berdua. Ada rasa itu, datang dari angin di punggungku. Aku bisa mencium wangimu. Wangi akhir minggu. Wangi Jum'at sore dirumahku. Wangi lemari dari T-shirt kesukaanmu. Butuh kurang dari 3 detik untuk aku mengenalinya walaupun wangi laut tak kalah menyengat. Aku berputar ke belakang ,menekan mulutku rapat – rapat hingga aku merasakan bentuk kecewa di bibirku, lalu tersenyum manis.
Karya: Kamilia Atikah.
Di Sanur.. Continued on
58
'Someone reminded me I once said “greed is good�. Now it's seems its legal� -- Gordon Gekko
Gelembung Wallstreet
Karya: Bangun Harahap
Setelah dibebaskan dari penjara, Gordon Gekko (Michael Douglas) berupaya untuk memperingatkan Wall Street dari penurunan ekonomi di masa datang dan hancurnya pasar saham, tak seorang pun di dunia keuangan percaya padanya karena kejahatan keuangan yang pernah dilakukannya. Rangkaian adegan tersebut merupakan bagian dari film Wall Street 2 : Money Never Sleeps, yang disutradarai oleh sutradara yang sama dengan film sebelumnya, Oliver Stone Yang diperingatkan oleh Gekko tidak lain adalah Jacob Moore (Shia LaBeouf), calon suami dari Winnie Gekko (Carey Mulligan), yang otomatis merupakan calon menantunya. Selain keinginan Gekko untuk kembali membangun kehidupan keluarganya, dunia saham yang sekarang dikuasai oleh Bretton James (Josh Brolin) juga menjanjikan 'permainan baru' bagi Gekko. Wall Street 2 mengulang tema film sebelumnya dengan mengusung kembali tema tentang keserakahan. Selain itu Wall Street 2 meninggalkan bahan renungan tentang fenomena : gelembung (bubble). Gekko tampil kembali dengan latar belakang krisis keuangan Amerika Serikat yang diakibatkan kempisnya gelembung sub-prime mortgage (Kredit Pemilikan Rumah Berkualitas Buruk). Jutaan orang hanyut terbawa kenaikan spektakuler angka sub-prime mortgage yang dijamin asuransi penuh tipu daya. Ketika gelembung super besar itu pecah, krisis menyebar ke segala penjuru. Seperti layaknya bola-bola sabun yang terus melayang, filosofi gelembung adalah ketika sebuah isu terus membesar dan terbang seperti gelembung. Namun di ujung kisah penuh hias kontroversi dan keindahan, pecah sudah seluruhnya, dan menunjukkan kehampaan isinya. Sebuah manifestasi prestasi palsu Industri keuangan, khususnya pasar saham merupakan habitat asal yang subur bagi tumbuhnya gelembung. Saham-saham yang 'digoreng' dapat melejit harganya dalam waktu singkat dan segera menjadi tak berharga dalam hitungan jam. Dari pasar saham inilah praktek pembuatan gelembung kini membiak ke mana-mana. Lahan Politik, Perdagangan Flora dan Fauna Hias, Dunia Selebritas bahkan Pendidikan meniru praktek yang sama. Bukan rahasia lagi menjelang pemilihan pejabat publik, gelembung tumbuh membesar di mana-mana. Niat-niat dan wacana terpuji, kemampuan mumpuni bahkan wajah santun menyapa para pemilih melalui baliho dan acara kampanye. Tidak terlalu lama setelah terpilih, terkuaklah taring serigala yang selama ini
Continued on
56
Kicky
> Graffiti Coretan-coretan pada dinding yang menggunakan komposisi warna, garis, bentuk, dan volume untuk menuliskan kata, simbol, atau kalimat tertentu. Alat yang digunakan: cat semprot kaleng. Sebelum cat semprot tersedia, grafiti umumnya dibuat dengan sapuan cat menggunakan kuas atau kapur. Bermula dari manusia primitif yang mencari cara mengkomunikasikan perburuan, membangun sarana mistisme dan spiritual untuk membangkitkan semangat berburu. Pelukis pelukis dinding mesir pun ikut mengabadikan karyanya di piramida piramida demi mengkomunikasikan alam lain yang ditemui seorang pharaoh (Firaun) setelah dimumikan. Di masa modern, Graffiti dimulai sebagai seni urban underground yang ditampilkan secara mencolok di area-area publik. Menyatakan komentar sosial dan politik, juga alat bagi geng-geng untuk menandai teritori kekuasaannya.
The Killer Gerbil > Mural Lukisan besar yang dibuat untuk mendukung ruang arsitektur. Dengan objek objek yang tidak menekankan dari segi linguistik semata. Lebih bebas dan dapat menggunakan media cat tembok atau cat kayu bahkan cat atau pewarna apapun juga seperti kapur tulis atau alat lain yang dapat menghasilkan gambar. Kira-kira 31.500 tahun silam, ketika ada lukisan gua di Lascaux, selatan Prancis, mural diianggap lahir. Menggunakan cat air yang terbuat dari sari buah limun sebagai medianya. Mural prehistorik ini paling banyak ditemukan di Prancis.
52 terbungkus bulu domba. Lengkap dengan segala pelanggaran hukum yang layak diajukan ke meja hijau. Gelembung citra yang begitu menarik hati para pemilih berubah menjadi timbunan kekecewaan. Para penggila ikan hias seperti ikan louhan, pencinta tanaman hias seperti adenium serta anthurium serta penggemar hewan atau tanaman eksotis lainnya tentu pernah mencermati harga-harga mereka yang semula meroket sangat tinggi kemudian terjun bebas menjadi setara dengan ikan atau tanaman pada umumnya. Naiknya harga secara drastis adalah buah praktek penciptaan gelembung melalui media cetak, pameran dan kontes. Setelah keuntungan melimpah didapat dibangunlah gelembung komoditas tanaman dan hewan yang lain. Sang primadona yang lamapun redup pamornya seketika. Dunia kaum selebritas Indonesia adalah contoh penciptaan gelembung yang tergolong ekstrim. Dalam hitungan minggu seseorang bisa menjadi selebritas berkat banyaknya short message service (sms) yang berpihak kepadanya. Lalu pesta kemenanganpun dirayakan dan berakhir dengan anti klimaks yang menyakitkan. Hutang menggunung untuk membangun gelembung sedangkan kontrak bisnis tak kunjung datang. Semua terjadi karena sang selebritas baru pada dasarnya hanya memiliki kemampuan yang ala kadarnya. Hanya menarik untuk satu dua kali tampilan atau bahkan karena dukungan yang super kuat dari skenario, artis pendukung maupun materi seni tiruan. Dunia pendidikan pun sekarang pandai bersolek. Citra lembaga-lembaga pendidikan diwakili oleh gedung dan fasilitas yang megah, para pengajar dengan gelar bertumpuk serta acara dan upacara seremonial yang gegap gempita. Semua itu tentu sah saja sampai para lulusannya membuktikan diri mampu memberikan kontribusi yang nyata bagi masyarakat. Jika tidak maka kita harus berani mengakui bahwa lembaga pendidikan juga turut latah menyumbang gelembung. Muhammad Yunus suatu hari di tahun 1976 tertegun menatap keluar kampus Universitas Chittagong di Dakkan - Bangladesh tempatnya mengajar. Di tengah topik kuliah yang disampaikannya tentang pengentasan kemiskinan dengan biaya jutaan dollar Amerika, ia melihat satu dua orang miskin Bangladesh mengais-ngais sampah tepat di sebelah kampusnya. Serta merta ia merasakan topik kuliahnya sebagai sebuah gelembung. Penuh berisi konsep intelektual namun hampa dalam penerapnnya. Pencerahan pikiran dari momen itu yang mendorongnya menerapkan konsep-konsep hebatnya. Dari tangannya lahir Grameen Bank yang menjadi acuan model pembangunan eknomi kerakyatan. Mengamati tumpukan sampah menggunung di pertigaan jalan Ganesha dan jalan Tamansari, tumpang tindihnya parkir kendaraan di sekeliling kampus, minimnya penggunaan energi alternatif di kampus serta kemacetan lalu lintas di kota Bandung, kita perlu lebih berhati-hati akan adanya gelembung gelembung di sekitar kita, bahkan kemungkinan adanya gelembung dalam naungan tempat berlambang gajah ini. Wall street telah tayang cukup lama di berbagai bioskop Indonesia, banyak yang memuji, tak sedikit yang meremehkan. Dengan bobot drama yang berat, penggabungan aktor dan aktris mahal dari berbagai zaman, film ini tetap tidak memberikan pesan besar yang berarti di baliknya. Tampaknya, Wall street sendiri hanya gelembung baru Oliver Stone, yang sedang merindukan masa keemasannya.
Sajadah Berdebu Karya: Kamilia Atikah Ditinggalkan seorang bapak di rumah anak dan istrinya Tanpa amanat, tanpa mukena Tanpa harta dan kata-kata sayang Mungkin maksudnya menyuruh beribadah Mungkin dipikirnya sudah terpenuhi semua kewajibannya Tapi disini, si anak dan si istri Telah sesat jalannya, telah susah hidupnya Kembali lagi si bapak setelah berpuluh-puluh tahun lamanya Sajadah berdebu, masih ada ditempatnya
K EPIK.Arh;
51 Kamu menyapaku dan memeluku. Aku mengeluh sambil melemaskan kakiku hingga kamu dapat menahan pinggangku dan mengangkatku “I got lost ,dear.. it's quite confusing here” alasanmu sambil menaruhku di pasir yang mulai aku kenali. Kamu duduk disebelahku dan menolehkan daguku, mengecup bibirku. Dasar lelaki bodoh. Aku kedinginan disini, bukan ingin dibuai dengan bibir manis. Aku mau dipeluk. Aku cukup muak menunggu disini. Sudah tidak mood untuk romantisme. Aku tidak pernah membuat keributan, itu tugasmu. Aku tahu kamu mencintaiku, sangat mencintaiku dengan caramu sendiri. Itu yang selalu membuatku bertahan, yang membuatku selalu percaya padamu. Aku dan kamu cukup jauh dari jalan kota. Tidak terlalu terang di bagian pantai sebelah sini. Hanya cahaya bulan yang tidak tampak wajahnya menyapu kulitmu. Sepertinya tidak akan ada yang terganggu. Ini milik kita. Hal – hal yang tidak akan aku bagi dengan siapapun. Hanya akan aku kenang dan jadi cerita untuk kita berdua. Aku mencintaimu. Tidak ada maksud yang lain. Tiba – tiba kamu berdiri, berlari menuju ombak yang berderu. Berhenti tepat dimana ombak menarik dirinya kembali ke laut. Kamu mengepalkan kedua tanganmu di sisi tubuhmu. Kamu meneriakan namaku.
Ah! Hal bodoh apalagi ini? Ini tengah malam di pantai yang sepi. Apa yang kamu coba sampaikan sebenarnya? Bahwa aku pacaran dengan orang aneh yang hampir gila? Kamu tidak berhenti berteriak, sampai aku harus lari mengejarmu dan mendorongmu dengan tubuhku. Ada beberapa kalimat yang kamu sampaikan, tidak terlalu jelas kedengarannya,ada kata 'sakit' dan 'cinta', kamu sangat tergesa – gesa, sepertinya sebentar lagi bom itu akan meledak disini dan hari esok tak akan pernah datang . Aku menyelanya sambil menahan bibirnya dengan jemariku. Kita diam sejenak terbuai suara deruan ombak yang menyentuh telapak kaki kita membuat pasir – pasir itu menempel di sandal jepit kita. Tanganku membelai pipimu yang begitu panas di malam sedingin ini. Aku kedinginan, kamu bisa melihatnya dari kulit tanganku yang menggigil. Kamu memeluku dan tanganku mencari celah dari kausmu menuju ke punggungmu yang tak kentara hangatnya. Aku bersumpah tak akan melepaskan ini. “Aku mencintaimu , dan selalu akan mencintaimu apapun adanya.” Gumamku di dadamu. Ini terlalu larut, perasaannya dan waktunya. Tapi ini yang jarang terjadi. Ini yang biasanya aku harapkan di hari – hari biasa kita. Sebaiknya aku tidak menyia – nyiakannya. Kamu yang sedang sadar diri. Kamu yang sedang ingat tidak ingin kehilanganku. Kamu yang menginginkan aku lebih dari biasanya. Kamu yang kalut tidak tahu bagaimana harus memulai malam ini. Mungkin sebaiknya kamu katakan, 'Selamat ulang tahun, sayang.'
Ketika pertama kulihat kota ini, Bandung seakan menjejali keindahannya di mataku . Hingga sekarang, aku tetap memijakkan kakiku di tanahnya. Menghirup udara pagi yang setia menemani setiap aku mencoba memulai aktiďŹ tasku. Bandung. Setiap sudut kotanya seakanakan mempunyai ruang yang dapat memikat hati setiap insan untuk datang dan berkunjung. "Bandung itu asri dan sejuk" Itulah yang dulu sering dikatakan orang-orang tentang Bandung. Bila teringat masamasa itu, terkadang rasa sedih muncul di hatiku. Bandung yang dulu seakan menjadi lambang kota ideal. sekarang ? tidak begitu kenyatannya. Wajahnya yang sekarang tidak mencerminkan kemurnian dan kepolosan seperti dulu, seakan-akan ada suatu aura baru yang menyelimuti atmosfernya. Udar yang sekarang aku hirup, seakan amat berbeda dari udara yang kuhirup 17 tahun silam. Wajah Bandung sekarang berubah. Kota sampah, kota semrawut, tidak tertib, tidak teratur. Kemana ini perginya pihak yang mengaku punya otoritas? Mengurus sampah basah saja tidak
L
saja tidak sanggup, apalagi mengurus sampah-sampah bermulut. Semua jalan di Bandung yang dulunya beroma kesejukan, dari pepohonan yang tertiup angin, dan tanah segar ketika hujan, berubah menjadi bau busuk di sepanjang jalan, sisa-sisa kehidupan yang ditebang, dan aspal keras untuk kendaraan. Itu baru sebagian dan wajah Bandung yang berubah. Belum lagi masalah orang-orang yang menganggap berjualan dan membeli barang barang kaki lima adalah hal yang menyenangkan. Jumlah kaki lima, mendadak membludak. Dari mulai tukang gorengan, tukang cimol (yang entah mengapa sekitar lima tahun lalu secara tiba-tiba menjadi tren), sampai dvd bajakan 5000-an. Tak bisa disalahkan penjualnya saja, karena memang melihat potensi pembeli yang besar di sana. Seperti virus-virus yang mempunyai kecepatan tinggi untuk membelah diri, pedagang kaki lima dalam waktu yang singkat sudah
LIPSTIK LUMER
KOTA BANDUNG
menjadi tren. Tidak adanya aksi langsung pemerintah untuk tetap menjaga kestabilan ekonomi mikro tanpa perlu merusak kecantikan Bandung. Padahal mereka adalah para penopang ekonomi bangsa. Akhirnya perlahan tapi pasti, mulai mengge menggerogoti kota ini.
Mengerikan.
Oh Bandung, apa yang terjadi pada dirimu. Bila Bandung adalah sebuah wajah, ingin ku usap wajahnya. Wajah yang sekarang berjerawat itu. Akan terasa betapa terjal wajahnya, tidak lagi mulus. Ayo, cobalah sendiri, usap wajah kalian. Miris sekali melihat Bandung saat ini. Macet setiap akhir pekan, sampah yang dibiarkan, jalanan jelek sungguh mengenaskan. Hmm.. kira-kira kapan ya, Bandung bisa 'ngaca' ?
Z
C
Beberapa yang Responsif Aga Rasyidi
“Dalam kenyataannya, bersahabat bukanlah hal yang sukar. Tapi menurut kenyataan pula, seseorang tidak bisa bersahabat dengan siapa saja” Eka Budianta (Penyair)
Pertengahan minggu ini saya banyak disibukkan oleh beberapa bacaan, salah satu yang sedang intens saya baca adalah buku “Mendengar Pramoedya”, karangan Eka Budianta. Isi buku itu sebenarnya adalah sebuah ‘reka ulang’ beberapa pertemuan Eka Budianta dengan Pramodya Ananta Toer, pengarang dan novelis garda depan Indonesia yang beberapa kali pernah berseteru dengan pemerintah pada masa Orde Baru. Namun, tulisan saya kali ini tidak akan membahas buku yang belum tuntas saya baca itu, melainkan akan membahas suatu bagian menarik pada buku tersebut. Mengenai persahabatan.
B
Pada salah satu bagian dari buku itu, Eka Budianta sebenarnya menyoroti tentang persahabatannya dengan Pramoedya, yang beberapa kali justru ia malah ragu apakah ia dan Pram sudah bisa disebut sahabat atau bukan. Lepas dari itu semua, saya akan sedikit berbagi tentang persahabatan-persahabatan versi saya. Sudah hampir 20 tahun saya merasakan keterhubungan dengan orang lain, dari mulai tukang becak hingga dosen kikuk dengan gelar segudang. Dari mulai manga freak sampai noisician garda depan. Dan boleh dibilang ada banyak sekali orang yang saya kenal selama hampir 20 tahun itu. Tapi seberapa banyaknya sahabat yang saya miliki selama itu pula? Mungkin masih bisa saya hitung dengan kalkulator sayur karce ibu saya yang lemah itu. Tidak semua orang bisa menjadi sahabat baik, bahkan pada 2 orang yang sedang berpacaran atau menikah sekalipun. saya pun meraskan, kenyamanan ketika berbicara atau berinteraksi dengan orang lain hanya saya temukan pada diri beberapa orang saja, dan bisakah saya dan mereka disebut sebagai sahabat? Mari kita lihat penafsiran seorang HB Jassin tentang sahabat. Menurutnya sahabat adalah “Yang melebar dalam pembicaraan hangat, responsif dan saling memahami�. Saya seratus persen setuju dengan pandangan ini.
Oleh karena itu, karena langkanya keberadaan sahabat itu, saya mempercayai bahwa ada sebuah skenario yang diatur oleh Tuhan untuk mengatur pertemuan-pertemuan persahabatan itu. Itulah yang sekarang saya yakini sebagai sebuah kreatifitas alam.
N
Saat Pedas
Berbicara
Frasa Sunda yang unik dan kontemporer. Yang secara terjemahan kasar berarti kepedasan dan ‘nagih’. Itulah makna sempurna dari frasa unik tersebut. “D’ Seuhah da Lada”, sebuah restoran bernuansa alamiah tanah Parahyangan yang bersanding dengan indahnya alam Lembang. Menawarkan berbagai hidangan Sunda yang kontemporer dan modern dengan bumbu pedas sebagai ornamen utamanya.
Roy, Djiwa, Brandy
Sate Goreng
Sate Goreng dengan bumbu pedas khas DSDL menjadi menu-utama andalan. Potongan daging iga dipresto untuk memberikan keempukan pas di lidah. Daging iga kemudian dimasak dengan saus khas DSDL. Sebagai garnish, taburan wijen mempercantik tampilan Sate Goreng yang siap disantap. Sebagai hasil akhir, campuran bumbu dan pengolahan khas yang ciamik memberikan rasa seuhah tersendiri. Sate goreng khas DSDL merupakan bentuk pencapaian dari pencarian cita rasa kuliner karuhun yang kontemporer.
Ayam Ngumpet
M
Ayam Ngumpet adalah menu favorit lain yang terinspirasi dari adaptasi masakan aceh. Ayam diramu dengan rempah khusus dan dipotong kecil-kecil, kemudian digoreng dengan daun pandan dan daun jeruk yang berlimpah sehingga memberikan wangi yang khas. Rasa rempah dan sensasi mencari ayam di tengah tumpukan daun pandan memberikan pengalaman unik tersendiri.
KULINER Sangkuriang khas DSDL bukan sekadar legenda, ia adalah minuman yang akan melegenda jika mencicipinya. Segelas jus terapi dari campuran 6 buah-buahan yang diolah secara khas, menimbulkan sensasi segar dan menenangkan. Selain itu, Megalembang, minuman yang terbuat dari milkshake dan oreo menjadi teman pemanis di antara masakan-masakan pedas. Selain daripada menu-menu kontemporer, menu karuhun tetap dijaga orisinalitasnya. Sambel Cabe Gendot, Sambel Dadakan, Karedok, Pencok Leunca, Pencok Hiris, dan menu karuhun lainnya tetap siap memberikan peganan khas Sunda. Kenikmatan santap Sunda pun semakin alamiah dengan nuansa saung bambu bertingkat dengan atap jerami. Nuansa ketenangan pun terasa dengan kehadiran kolam-kolam yang hadir di sudutsudut taman. Tidak terkungkungnya di dalam ruangan memberikan kesejukan hawa Lembang yang asri. Penyajian yang ramah ala Pasundan menjadi salah satu semangat dari DSDL. Kenikmatan santap Sunda pun semakin alamiah dengan nuansa saung bambu bertingkat dengan atap jerami. Nuansa ketenangan pun terasa dengan kehadiran kolam-kolam yang hadir di sudutsudut taman. Tidak terkungkungnya di dalam ruangan memberikan kesejukan hawa Lembang yang asri. Penyajian yang ramah ala Pasundan menjadi salah satu semangat dari DSDL. Dengan segala konsepnya, D’ Seuhah da Lada berani menawarkan dengan harga yang terjangkau. Keseluruhan menu berkisar Rp 10.000,00 – Rp 55.000,00. Berniat untuk mencicip makanan rasa bintang lima dengan harga terjangkau di taman nan asri? D’ Seuhah da Lada jawabannya.
***
02
EPIK.Arh; NO. Rp. 15.000,00
"Lebih baik mati tersiksa melihat sisi lain dunia, daripada mati tersenyum melihat apa yang ada.�
EPIK.
Arh;
Sangkakala Jiwa Dalam Cerita
EPIK.
Arh;
(Perubahan.)