1
No. 3 - Juni 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
2 Salam Redaksi
Catatan Orang Rantau
P
erjalanan sejarah Indonesia tdiak bisa dipisahkan dari mereka yang merantau. Sejak jaman penjajahan Belanda hingga sekarang, ribuan perantau yang merupakan pekerja atau pelajar Indonesia yang menempuh pendidikan di Belanda. Kisah mengenai para perantau Indonesia di Belanda bisa kita temukan dalam buku “Di Negeri Penjajah: Orang Indonesia di Negeri Beladna 1600-1950” karya Harry A. Poeze, yang terbit tahun 2008. Banyak hal menarik ditemukan di buku setelah 398 halaman ini, khususnya mengenai perjuangan dan kehidupa pelajar-pelajar Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Misalnya, cerita tentang majalah “Bintang Hindia” yang dirintis oleh Abdul Rivai; cerita tentang penyair politikus terkenal, Noto Soeroto yang mengawali karirnya dengan sukses, tetapi mengakhiri hidupnya dengan tragedy, juga tentang sejarah perhimpunan mahasiswa Indonesia yang sejak 1908 secara semarak memperlihatkan berbagai nuansa politik. Kita mesti bersyukur dan beruntung karena mereka pernah mencatat kisah dan pengalaman hidupnya, entah lewat surat kabar atau terbitan berkala yang dibuat oleh para pelajar Indonesia di Belanda, atau catatan harian mereka. Dari catatan-catatan itu, kita bisa menggali sejarah
dan mereguk semangat dan inspirasi dari pengalaman yang disampaikan lewat tulisan-tulisan mereka. Menulis dan mencatat juga penting dalam rangka melawan lupa. Koesalah Soebagyo Toer (2003) dalam bukunya “Kampus Kabelnaya: Menjadi Mahasiswa di Uni Soviet” mengatakan, pengalaman belajar di negeri orang, buruk atau baik, ada gunanya untuk dicatat. “Pengalaman adalah sejarah yang paling nyata, yang apabila tidak dicatat akan lenyap dari ingatan dan pengetahuan masyarakat,” tulisnya. Dalam hal ini, kita bisa belajar dari orang Belanda, karena orang Belanda adalah pencatat yang tekun. Tradisi menulis dan mencatat mereka sangat kuat. Buku karya Harry A. Poeze ini adalah salah satu buktinya. Dalam hal ketekunan mencatat ini, kata Koesalah, orang Indonesia patut mencontoh orang Belanda. Dan hal itu, seperti menjadi gaya hidup mereka. Ketika di Belanda saya pernah bertemu seorang anak sekolah dasar. Sejak di Sekolah Dasar, murid-murid di Belanda dididik untuk menulis dan mencatat pengalaman keseharian mereka di buku harian. Di kampus, saya temui teman-teman kuliah yang punya kebiasaan unik: mereka tidak pernah terpisah dengan agenda atau buku harian. Berbeda sekali dengan kita,
Jong Indonesia - No. 3 - Juni 2010 - Tahun I
pelajar Indonesia, yang jarang memiliki buku agenda atau buku harian. Kita masih beruntung, ada beberapa orang senior kita yang rajin mencatat dan menulis. Salah satunya, Bapak Ibrahim Isa. Tulisannya tentang aktivitas masyarakat atau warga Indonesia di Belanda, sering beredar di milis Perhimpunan Persaudaraan dan di milis Jaringan Kerja Indonesia (JKI). Lalu, di Paris, Perancis ada Bapak Umar Said http://umarsaid. free.fr yang rajin menulis catatancatatan kritis tentang Indonesia. Menyenangkan dan menyegarkan membaca kisah-kisah dan catatan mereka. Beberapa waktu lalu, ada teman-teman kita yang telah membuat catatan mengenai pengalaman mereka belajar di Belanda lewat novel “Negeri van Oranje”. Ini adalah salah satu contoh yang baik, bahwa kisah dan pengalaman kita hidup dan belajar di luar negeri bisa bermanfaat dan bisa menginspirasi banyak orang. Kehadiran JONG Indonesia, salah satunya juga dalam rangka memberi ruang untuk kawankawan menulis, mencatat, dan berbagi. Lewat tulisan, opini, artikel, dan dokumentasi tersebut kita sebenarnya membuat jejakjejak sejarah. Siapa tahu, ini bermanfaat untuk anak cucu kita. Who knows! Terima kasih untuk beberapa rekan yang masih setia dan
3 bertahan, untuk menghidupi JONG Indonesia. Kami percaya, kerja ini tidak ada artinya apa-apa, kalau kami hanya bekerja sendirian. Karena itu, kami mengundang semakin banyak pelajarmahasiswa Indonesia yang sedang atau pernah mencicipi hidup di luar negeri, khususnya di Belanda,
untuk bergabung dan berkolaborasi lewat media ini. Jika semakin banyak orangorang Indonesia diperantauan yang menulis dan mencatat pengalaman dan kehidupannya, mudahmudahan bisa menjadi referensi dan inspirasi bagi banyak orang. Mari mencatat pengalaman-
pengalam an kita. Siapa tahu, catatan-catatan itu bisa menjadi jejak sejarah dan mampu memberi inspirasi pembaca dan orang-orang di sekitar kita. ***
Yohanes ‘Masboi’ Widodo Pemimpin Umum Jong Indonesia
Kerabat Redaksi
JONG INDONESIA - Majalah online PPI Belanda. Pemimpin Umum: Yohanes Widodo (Wageningen) Pemimpin Redaksi: Yessie Widya Sari (Wageningen) Sekretaris Redaksi: Yasmine MS Soraya (Delft) Staf Redaksi: Asti Rastiya (Denhaag) Sujadi (Leiden) Dian Kusumaati (Amsterdam) Amar Ma’ruf (Amsterdam) Rahma Saiyed (Denhaag) Henky Widjaja (Denhaag) Prita Wardani (Denhaag) Meditya Wasesa (Rotterdam) Bhayu Prasetya Turker (Enschede) Rika Theo (Den Haag) . Fotografer: Qonita S(Eindhoven) Jimmy Perdana (Wageningen) Layout: Asriadi Masuarang (Wageningen)
No. 3 - Juni 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
4
Suasana Queens Day di Amsterdam 2010. Foto Qonita S.
Koninginnedag:
Atmosfer Kebersamaan Warga Belanda Perayaan diawali untuk memperingati kelahiran Ratu Wilhelmina. Menariknya, justru sang ratu tidaklah dilahirkan pada 30 April, melainkan pada 31 Agustus 1880. Untuk pertama kalinya perayaan kelahiran ratu dilakukaan pada 31 Agustus 1885, bertepatan dengan peringatan hari ulang tahun ke 5 ratu Wilhelmina. Jong Indonesia - No. 3 - Juni 2010 - Tahun I
5
Koninginnedag Atmosfer Kebersamaan Warga Belanda
K
Topi mahkota ratu khas Koninginnedag.
Berpesta di atas perahu. Foto Qonita S.
oninginnedag, dalam bahasa Indonesia artinya “Hari Ratu�. Acara ini tiap tahunnya dirayakan pada tanggal 30 April dan tercatat sebagai salah satu hari libur nasional di Belanda. Berbagai macam aktivitas dilakukan warga Belanda untuk mengisi hari sekaligus merayakan hari libur nasional tersebut. Lepas dari suka cita warga Belanda, ada nilai ilosois yang bisa dipelajari dari perayaan hari ratu tersebut. Qonita, Yessie, Yasmine, dan Masboi dari Jong Indonesia mengemasnya dalam laporan berikut. Dirunut dari sejarahnya, Koninginnedag seyogyanya dilakukan untuk memperingati hari kelahiran Ratu Belanda. Perayaan diawali untuk memperingati kelahiran Ratu Wilhelmina. Menariknya, justru sang ratu tidaklah dilahirkan pada 30 April, melainkan pada 31 Agustus 1880. Untuk pertama kalinya perayaan kelahiran ratu dilakukaan pada 31 Agustus 1885, bertepatan dengan peringatan hari ulang tahun ke 5 ratu Wilhelmina. Saat itu perayaan dikenal bukan sebagai Koninginnedag, melainkan sebagai Princessedag. Disebut demikian karena saat itu Wilhelmina kecil belum menyandang gelar keratuannya. Sejak saat itu, pada 31 Agustus tiap tahunnya, warga Belanda merayakan Princessedag. Transisi Princessedag ke Koninginnedag terjadi saat Wilhelmina secara resmi menyandang gelarnya sebagai ratu. Layaknya perayaan hari kelahiran, perayaan kelahiran salah satu
anggota keluarga monarki pun dipenuhi berbagai macam aktivitas. Warga Belanda berbondong mendatangi kediaman ratu untuk mengikuti rangkaian seremonial penanda dibukanya aktivitas Koninginnedag. Rangkaian seremonial ini dilakukan dengan menyanyikan lagu kebangsaan dan dilanjutkan dengan pemberian kata sambutan. Kini resmilah Koninginnedag dirayakan. Warga pun melanjutkan suka citanya dengan mengunjungi berbagai macam kegiatan out door, diantaranya bazar dan pentas musik. Tidak terpengaruh oleh pergantian ratu, tradisi perayaan kelahiran ratu ini terus berjalan di era Ratu Juliana, penerus Wilhelmina. Di era Ratu Juliana inilah, Koninginnedag mulai dirayakan pada 30 April. Ya, putri tunggal Ratu Wilhelmina ini dilahirkan pada 30 April 1909. Sebagai putri pertama Ratu Juliana, Beatrix pun melanjutkan peran ibunya sebagai ratu kerajaan Belanda. Pergantian kepemimpinan ini dilakukan pada 30 April 1980, bertepatan dengan perayaan Koninginnedag. Menariknya, perayaan Koninginnedag tahuntahun berikutnya tidak diakukan pada hari kelahiran Ratu Beatrix , 31 Januari. Walaupun banyak warga Belanda yang kontra terhadap kebijakan Ratu Beatrix, cukup beralasan jika Ratu Beatrix, yang hingga kini masih menduduki tahtanya sebagai ratu kerajaan Belanda, tetap mempertahankan Koninginnedag pada 30 April.
No. 3 - Juni 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
6 calon pewaris tahta berikutnya, yaitu putri Amalia- putri Alexander dan Maxima , memiliki darah campuran Belanda, Jerman, dan Argentina. Kembali ke perayaan Koninginnedag. Pada malam sebelum Koninginnedag atau biasa disebut Koninginnenacht (Queen’s Night), warga Belanda sudah mulai berpesta dengan panggung-panggung musik Pertama, bentuk penghargaan terbuka sambil minum-minum sang Ratu ke ibunda. Kedua, dan berkumpul bersama temanmengakomodir aktivitas out door. Ya, teman. Keesokan harinya, mereka jika koninginnedag dirayakan pada melanjutkan perayaan dengan 31 Januari, maka kecil kemungkinan panggung-panggung terbuka warga Belanda bisa menikmati itu maupun sekedar berjalan kaki suka cita kegiatan terbuka. Hal ini berkeliling pusat kota. Mereka dikarenakan bulan Januari masih menikmati kebersamaan ini dengan diwarnai dengan musim dingin. Dari mengenakan kostum yang berwarna sini terlihat bahwa pihak kerajaan oranye termasuk berbagai macam ingin kelahiran ratu mereka turut atribut seperti syal, kacamata, topi, dirayakan bersama oleh warganya. tas, sepatu yang juga berwarna oranye. Kebersamaan dan Multikultur Di beberapa kota yang banyak Wajar jika kemudian warga kanalnya, warga juga merayakan bertumpah ruah di jalan-jalan dan kebersamaan dengan berpesta di pusat keramaian untuk melakukan atas perahu-perahu yang melewati berbagai macam aktivitas. Jika kanal atau sekedar bercengkerama anda berkesempatan mengikuti dengan teman-teman di perahuKoninginnedag, anda akan melihat perahu kecil. Contohnya di kota-kota keragaman suku warga yang bersuka seperti Amsterdam dan Utrecht, cita. Koninginnedag tidak hanya kanalnya cukup ramai dilewati dirayakan oleh kaum autotochtoon, perahu-perahu yang ditumpangi warga pribumi Belanda, melainkan orang-orang berkostum oranye. juga para pendatang. Lihat saja, Kebersamaan lain juga terlihat banyak warga imigran yang turut dari keluarga-keluarga Belanda bersuka cita pada hari tersebut. yang tumpah ruah ke jalan sambil Jika dirunut dari sejarah, kerajaan menggelar dagangan. Setiap Belanda seolah-olah memang erat pemerintah kota menyediakan dengan iklim multikultural. Trah tempat di beberapa lokasi di kerajaan Belanda tidaklah murni dalam kota di mana warga bebas keturunan Belanda. Ratu Emma, menggelar pasar loak yang berisi Ratu Juliana, dan Ratu Beatrix barang-barang apapun yang ada di memiliki suami orang Jerman. rumah mereka. Anak-anak biasanya Pangeran Willem Alexander, ikut membantu orangtuanya, juga putra Ratu Beatrix pun kembali bapak ibu lanjut usia ikut turun meneruskan iklim multikutural menunggui barang-barang jualan. dengan mempersunting Maxima, Anak-anak yang sudah remaja putri berdarah Argentina. Mutlak maupun dewasa muda biasanya begitu? Jelas, karena pada hari itu siapa saja boleh berjualan di pinggirpinggir jalan, di muka toko, di pinggir kanal, dan dimana saja, asal tidak mengganggu lalu lintas. Yang bikin orang menarik berdagang pada hari itu, ialah, hari itu bebas pajak.
Ibrahim Isa: Tanjung Perak Tepi Laut... Biasanya “Koninginnedag” dirayakan pada tanggal 30 April. Mengapa 30 April? Ini keputusan dari Ratu Beatrix pribadi, terdorong oleh rasa hormat dan kenangan pada ibunya, Ratu Juliana. Apakah orang Belanda tahu arti Koninginnedag? Banyak orang Belanda sendiri, apalagi orang asing tidak tahu menahu atau tidak peduli apa arti sesungguhnya Koninginnedag itu. Yang diketahui umum dan diikuti masal oleh bangsa Belanda ialah, pada hari itu berlangsung “vrijemarktdag”. Hari orang boleh gelar tikar berdagang; apa saja. Pokoknya “Tanjung Perak tepi laut, siapa suka boleh turut!” Mulai dari barang rongsokan sampai barang baru. Mulai barang-barang seni antik yang sudah bosan dipasang di rumah, digeret ke pinggir jalan untuk dijual. Jangan dikatakan makanan. Makanan apa saja ada di situ. Banyak makanan Asia, Afrika dan Timur Tengah yang sedap dan merangsang sekali bagi yang lapar. Mengapa pada hari spesial “Koninginnedag” berdagang
Jong Indonesia - No. 3 - Juni 2010 - Tahun I
7 lebih memilih berpesta dengan kostum oranye di jalan bersama teman-temannya. Tidak sedikit juga organisasiorganisasi sosial yang mengadakan penggalangan dana dengan menerima sumbangan barang bekas untuk dijual pada saat Koninginnedag ini. Sebagai pembeli, mengunjungi pasar loak pada Koninginnedag juga bisa menguntungkan. Siapa tahu kita menemukan mainan anak-anak sekeranjang penuh dengan kondisi yang masih bagus dengan harga yang sangat miring, untuk oleholeh keponakan di rumah. Bisa juga kita menemukan barang-barang tak terduga seperti balpirik impor dari Indonesia. Meraup Keuntungan di Koninginnedag Seperti juga di kota-kota lainnya, Den Haag sebagai kota pusat pemerintahan juga tidak ketinggalan merayakan Koninginnedag. Selain konser musik, terdapat juga pasarpasar loak di jalan-jalan. Salah satu jalan terkenal di Belanda yang sering digunakan untuk perayaan Koninginnedag adalah jalan Frederik Hendriklaan di Den Haag. Sepanjang kurang lebih 800 meter, jalan Frederik Hendriklaan dipenuhi ratusan keluarga yang menjual barang-barang tidak terpakai lagi. Ribuan pengunjung pun tumpah ruah untuk melihatlihat barang dengan harga miring tersebut. Pada perayaan Koninginnedag lalu, sempat terlihat beberapa orang Indonesia yang turut berpartisipasi dalam pasar loak ini. Salah satunya adalah Santi. Ia bersama dengan temannya, Julia, turut menjual barang-barang yang tidak terpakai. “Saya mau pulang ke Indonesia, jadi saya kemarin membereskan
rumah dan banyak barang yang tak terpakai lagi. Kebetulan hari ini Koninginnedag, jadi saya ikut jualan,” ucapnya. Terlihat berbagai barang yang dijual Santi dan Julia. Dari mainan anak hingga kemeja dan jaketjaket serta perabot rumah tangga. “Suami saya dari jam 4 pagi sudah datang untuk mencari tempat, dan sebelum jam 6 sudah membawa barang-barang kesini,” kata Julia. “Karena mulai jam 6 jalan ini ditutup untuk kendaraan,” tambahnya. Acara pasar loak ini memang dimulai dari jam 6 pagi hingga jam 8 malam. Meskipun Koninginnedag ini bebas dirayakan oleh siapa saja, tetapi pelaksanaannya tetap diatur. Para penjual di pasar loak tidak boleh sembarangan menjual barang, serta tempat dan waktu pun terbatas. Untuk peraturan ini, pihak walikota setempat menyiapkan website khusus (bisa dilihat: http://www. haagsekoninginnedag.nl/contents/ nl/d7.html). Bagaimana dengan hasil penjualannya? “Lumayan ya, kita dapat seratus lima puluhan Euro,” kata Santi. “Barang-barang yang tak laku akhirnya kita gratiskan. Dan barang-barang yang tidak diambil oleh orang kita masukkan ke kontainer yang telah disediakan pemerintah setempat. Barangbarang tersebut nantinya akan dikirim ke Afrika,” jelasnya. Meskipun lelah tetapi perasaan mereka senang sekali. Selain merayakan acara Koninginnedag dengan suami dan anak, mereka pun dapat turut berpartisipasi dan menghasilkan uang serta membantu masyarakat Afrika. Mungkin dalam merayakan hari-hari besar pun, kita dapat membuat acara yang tidak hanya hiburan tetapi juga bersifat sosial seperti ini. ***
Kunjungan Ratu di hari Koninginnedag Ratu Beatrix telah mengunjungi kota-kota berikut ini pada Koninginnedag di tahun-tahun yang lalu: 1981: Veere dan Breda 1982: Harlingen dan Zuidlaren 1983: Lochem dan Vaassen 1984: Den Haag 1985: Anna Paulowna, Callantsoog, dan Schagen 1986: Deurne dan Meijel 1987: Breukelen 1988: Genemuiden, Kampen, dan Amsterdam (informal) 1989: Goedereede dan OudBeijerland 1990: Haren dan Loppersum 1991: Buren dan Culemborg 1992: Rotterdam 1993: Vlieland dan Sneek 1994: Emmeloord dan Urk 1995: Eijsden dan Sittard 1996: Sint Maartensdijk dan Bergen op Zoom 1997: Marken dan Velsen 1998: Doesburg dan Zutphen 1999: Houten dan Utrecht 2000: Katwijk dan Leiden 2001: Hoogeveen dan Meppel (dibatalkan) 2002: Hoogeveen dan Meppel 2003: Wijhe dan Deventer 2004: Warfum dan Groningen 2005: Scheveningen 2006: Zeewolde dan Almere 2007: Woudrichem dan ‘s-Hertogenbosch 2008: Makkum dan Franeker 2009: Apeldoorn 2010: Wemeldinge dan Middelburg Qonita S., Yasmine MS Soraya, Yessie Widya Sari, Yohanes Widodo.
No. 3 - Juni 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
8
Foto Endra Noviandy
Pasar Malam Indonesia, Pameran Mini Pemuas Kangen
B
erformat mini dengan perencanaan yang kurang teratur, tapi cukup untuk mengobati kerinduan pada tanah air. Itulah sebagian besar komentar para pengunjung Pasar Malam Indonesia yang digelar di Malieveld, Den Haag, awal April lalu. Parade kuliner, budaya, dan produk nusantara ini merupakan hajatan perdana Kedutaan Besar Republik Indonesia di Belanda. Ide awalnya tercetus sejak tahun lalu, ketika Pasar Malam Tong-Tong berganti nama menjadi Tong-Tong Fair. “Identitas Indonesia sudah mulai luntur di sini, apalagi peserta Tong Tong sudah semakin beraneka ragam, ada India, Malaysia, dan Asia lainnya,” ujar Firdaus Dahlan, Ketua Panitia Pasar Malam Indonesia 2010. Tong-tong juga semakin besar dan mulai komersil. Terlihat dari harga tiket masuk yang cukup menguras kocek, sekitar 14 euro – 17 euro. “Padahal, awalnya Tong-tong itu berasal dari Pasar Malam Gambir,” imbuhnya. Dari situlah KBRI akhirnya menggelar Pasar Malam Indonesia
pada 1-5 April 2010 lalu. Harapannya, hajatan ini bisa menghadirkan kembali suasana khas Indonesia dan mengeratkan ikatan emosional Indonesia-Belanda. Maklum, sekitar 1,6 juta warga atau 10% dari total penduduk Belanda memiliki ikatan emosi atau darah dengan Indonesia. Ada warga Indonesia asli yang lama menetap di sana, warga Belanda yang pernah tinggal di Indonesia, ataupun warga berdarah IndonesiaBelanda. Belum lagi para mahasiswa Indonesia yang sering kena penyakit kangen menyantap masakan khas tanah air. Tak heran, pengunjung membanjiri Pasar Malam selama 5 hari penuh. Mereka yang datang berasal dari beragam kalangan dan usia, mulai dari oma-opa, anak muda, sampai anak-anak; orang Indonesia, Indo-Belanda, sampai Belanda totok. Dengan tiket murah seharga 5 euro, antrian panjang pengunjung menumpuk di pintu masuk nyaris saban hari. Pada hari pertama, tercatat pengunjung mencapai 4500 orang. Di hari kedua sampai kelima, jumlah itu meningkat
Jong Indonesia - No. 3 - Juni 2010 - Tahun I
menjadi 6000-8000 orang per hari. Sayangnya, beberapa pengunjung mengeluhkan keterbatasan pameran, misalnya stand yang tidak mewakili semua daerah. “Saya kok tidak menemukan stand Maluku. Padahal, komunitas Maluku cukup besar di sini,” ucap seorang pengunjung. Memang, hanya beberapa pemerintah daerah saja yang mengirimkan kontingennya untuk pameran maupun tampil di panggung. Di hall pameran itu, hanya ada pemda Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Kutai Timur, dan pemkot Surabaya. Selebihnya adalah beberapa UKM binaan Badan Pengembangan Ekspor Nasional. “Saya ke sini saja mendadak, kok. Makanya nggak sempat mengirim barang pakai container. Akhirnya, saya dan teman bawa barangbarang jualan pakai bagasi,” kata Tismi Harti, pemilik CV Tis’s, mitra BPEN yang menjual aneka pakaian dari batik. Namun, ia mengaku puas lantaran hampir semua barang jualannya laris terjual. Komentar
9 beberapa UKM peserta pameran lainnya juga senada. “Balik modal lah, mbak, nutup ongkos dan tiket pesawat,” kata Sari Anggraini, UKM kerajinan tangan dari Bandung. Selain mengunjungi pameran dan memborong produk, pengunjung Pasar Malam juga menikmati live di panggung. Dari siang sampai malam hari, berbagai macam penampilan seperti tari-tarian daerah, pencak silat, aneka musik dan peragaan busana menghiasi panggung. Beberapa artis ibukota juga ikut menghibur pengunjung, sebut saja Sundari Sukotjo yang dendang merdunya membuka Pasar Malam di hari pertama dan Andre Hehanusa yang menyanyi hampir setiap malam. Foto Tak hanya itu, respon para penonton juga sangat antusias. Tak jarang mereka ikut bernyanyi bahkan menari bersama dan menyemarakkan suasana. Namun, keramaian panggung tak bisa mengalahkan keramaian di area restoran. Sepanjang waktu, pengunjung memadati tempat makan, terkadang sampai harus
rela tak kebagian tempat duduk saking penuhnya. Mereka berburu berbagai hidangan nusantara seperti nasi padang, sate, mie bakso, siomay, batagor, gado-gado, aneka masakan Manado, jajan pasar, dan aneka macam es-esan. “Saya suka sekali sate
Endra Noviandy
kambingnya,” kata Th. Bussemaker, salah satu pengunjung yang juga ketua Indisch Platform, perkumpulan masyarakat IndoEropa seluruh Belanda. Ia mengaku puas meskipun berharap tahun depan skalanya diperbesar. “Ini lebih otentik ketimbang Tongtong. Asli Indonesia!,” jawabnya
Tak Gentar Menjadi Petugas Kebersihan Jika kemarin ada yang mampir ke Pasar Malam Indonesia dan menemukan beberapa raut wajah yang familiar mengenakan rompi batik, jangan heran ataupun kaget. Merekalah petugas resmi kebersihan yang bersenjatakan sapu dan pengki biru. Kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa dari kota Den Haag, meski ada juga beberapa yang jauh-jauh datang dari kota lain seperti dari Delft dan Breda. Adalah PPI Den Haag dan PPI Kota Den Haag yang mengoordinasikan sekitar 30 orang mahasiswa itu. “Selain untuk menambah uang saku, acara ini bertujuan untuk mengakrabkan antara kedua PPI, juga untuk menjalin hubungan baik dengan KBRI,” kata Raja Amin Hasibuan, Ketua PPI Kota Den Haag. Pekerjaan mereka bukannya mudah. Para mahasiswa yang rata-rata tak pernah punya pengalaman jadi petugas cleaning service itu harus bertanggung jawab atas kebersihan di seluruh area
dalam bahasa Inggris yang disisipi beberapa kata dalam bahasa Indonesia. “Biarpun tidak besar, tapi tiket masuknya cuma 5 euro, jadi saya bisa mengerti,” lanjut pria tua itu sambil mengedipkan mata. Pria yang lahir di Surabaya dan besar di sana sampai berusia 15 tahun itu mengaku menemukan suasana yang ia rindukan dari Indonesia di Pasar Malam ini. “Saya kangen kehangatan dan keramah tamahan Indonesia. Hanya tipikal Indonesia dan juga Indo-Eropa yang suka ngobrol-ngobrol santai seperti sekarang ini,” imbuhnya. Singkat kata, sebagai ajang pameran dan pemuas kangen, acara perdana ini tergolong cukup sukses. Namun, jika ingin mencapai target melebihi itu, misalnya menjaring investasi atau mempromosikan potensi seluruh daerah di Indonesia, perlu usaha lebih di Pasar Malam Indonesia tahun depan. “Seperti janji Pak Duta Besar, Pasar Malam ini akan ada setiap tahun,” kata Firdaus. Baiklah, kita tunggu janji semarak pasar malam besar tahun depan! Rika Theo
pasar malam. Mulai dari menyapu hall pameran, membersihkan meja di restoran, mengangkuti dan membuang sampah, hingga membersihkan toilet. Jam kerja mereka pun lumayan berat. Setiap orang bekerja enam jam per shift, dengan alokasi sekitar 3 shift per orang. “Capeknya memang enggak sebanding dengan upahnya, tapi lumayanlah buat nambah-nambah beli lensa kamera,” tutur Tamara Soukotta, mahasiswa yang tengah menempuh program S2 di Institute of Social Studies (ISS) Den Haag. Ia melihat, jalannya acara dan koordinasi panitia PMI masih kurang terorganisir. “Misalnya, tak ada toilet untuk orang cacat atau untuk anak kecil. Alat kebersihan juga terbatas,” keluhnya. Namun, ia berharap KBRI bisa memperbaikinya di pasar malam tahun depan. “Dan terus melibatkan mahasiswa dalam acara-acara mereka selanjutnya,”. ***
No. 3 - Juni 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
10
Peran Pendidikan di Belanda Terhadap Karier Oleh: Aretha Aprilia - Jepang
K
etika saya dikirimi email oleh Yessie Widya Sari, redaktur majalah Jong Indonesia, saya terkejut sekaligus kagum ternyata teman saya semasa SMU kini tengah menempuh program S-3 di universitas tempat saya dulu kuliah S-2 yaitu Wageningen University. Pada e-mail awal kami bercengkerama layaknya teman lama yang bertahun-tahun tidak bertemu. Kemudian di e-mail selanjutnya Yessie bercerita tentang adanya majalah Jong Indonesia. Setelah itu Yessie menawarkan kesempatan untuk menyumbang artikel di majalah ini and I jumped at the chance! Kebetulan memang saya hobi menulis dan ingin sekali berbagi cerita dengan rekan-rekan Indonesia yang saat ini tengah berada di Belanda, maupun yang sudah kembali ke tanah air. Sekitar bulan lalu buku saya yang berjudul ‘Rahasia Sukses Berkarier Internasional (Rasberi)’ diterbitkan oleh Gramedia dan Alhamdulillah respon masyarakat terhadap buku ini cukup positif. Pengalaman berkarier yang saya alami tentunya tidak lepas dari peran alma mater di Belanda (dan tentunya juga Indonesia) yang memberikan saya bekal dalam memasuki dunia kerja. Sewaktu di Belanda saya merasakan adanya pengalaman perkuliahan yang tidak melulu theoretical melainkan juga practical. Program S-2 bidang Urban Environmental Management yang saya ikuti mewajibkan mahasiswa/ i-nya untuk mengikuti ield work dan program magang (internship), yang memudahkan kami menjajal
presentasi, negosiasi/debate, dan sebagainya. Saya merasakan manfaat dari kegiatan perkuliahan seperti di atas, karena begitu applicable saat saya menjajaki dunia kerja yang tidak hanya mensyaratkan pengetahuan teoritis semata. Beberapa waktu setelah buku ’Rasberi’ diterbitkan, saya menerima cukup banyak respon yang dikirim oleh para pembaca buku tersebut melalui e-mail. Banyak di antaranya yang menanyakan apakah mereka layak mendapatkan kerja di institusi internasional idaman mereka. Jawaban saya selalu: Selaras dengan itu, Walt Disney juga pernah mengatakan, “If you can dream it, you can do it!” – quote yang tampil sebagai wallpaper pada desktop komputer saya saat menyelesaikan skripsi S-1. Berbicara mengenai berkarier di institusi impian, sebetulnya tergantung bagaimana kita ‘mengemas’ diri kita. Banyak orang yang sudah ’kalah sebelum berperang’, ”Tentu saja!”. dalam artian bahwa mereka tidak I live by the quote of percaya terhadap kemampuan sendiri. Kepercayaan diri Napoleon Hill that says: mereka sangat mempengaruhi image yang “Whatever the mind ditampilkan melalui surat lamaran. Bisa jadi seseorang adalah kandidat can conceive, yang sempurna untuk posisi yang it can achieve”. dilamar, akan tetapi jika ia tidak percaya diri dan sudah merasa tidak dinamai itu, tapi yang jelas terdapat yakin akan mampu memperoleh beberapa pilihan subjects untuk posisi tersebut, maka secara tidak mengaplikasikan pengetahuan sadar, informasi yang seharusnya teoritis melalui group works, serta ditonjolkan dalam surat lamaran perkuliahan untuk meningkatkan akan ’terkubur’ atau bahkan missed soft skills seperti kemampuan out. kemampuan untuk terjun langsung di dunia pekerjaan. Selain itu, terdapat pula mata kuliah wajib yang bernama ‘Academic Master Cluster (AMC) I and II’. Entah mengapa mata kuliahnya
Jong Indonesia - No. 3 - Juni 2010 - Tahun I
11 Buku ’Rasberi’ ini saya susun karena keinginan dan harapan saya agar lebih banyak orang Indonesia yang menduduki posisiposisi penting di institusi atau perusahaan internasional. Di institusi tempat saya dulu bekerja, program lingkungan PBB (United Nations Environment Programme), saya adalah satu-satunya orang Indonesia yang bekerja di situ dan posisi saya masih jauh dari ‘strategis’ (maksud dari ’strategis’ di sini adalah level Direktur yang menentukan keputusan atau kebijakan). Menyitir artikel yang tertulis di situs Dikti: ”Dirjen Dikti menyayangkan sedikit sekali ilmuwan Indonesia yang memanfaatkan peluangpeluang yang ada di UNESCO. Dirjen hanya melihat hanya ada dua orang Indonesia yang bekerja di UNESCO. Itupun, kata Dirjen bukan di level Direktur.” (Dikti, 2009) Dalam buku Rasberi, saya menjelaskan berbagai kiat untuk bekerja di institusi internasional secara step-by-step. Tidak kalah penting adalah kemampuan dan keberanian untuk bernegosiasi dalam hal gaji, fasilitas/beneits, lexibility, dan sebagainya. Orang Indonesia biasanya menganggap pembicaraan mengenai uang adalah suatu hal yang tabu dan tak pantas untuk dibicarakan. Terus terang dulu saya juga termasuk ‘pemalu’ dalam mempertahankan kedudukan saya saat bernegosiasi. Kemudian mentor saya yang dulu sama-sama bekerja UNEP, yang kebetulan orang Belanda, mengajarkan saya untuk lebih ’berani’ dalam bernegosiasi. Sebab jika kita sampai digaji lebih rendah dari standar atau yang seharusnya, maka akan berakibat: 1) berkurangnya integritas dan komitmen kita dalam menjalankan
pekerjaan tersebut; dan 2) terpengaruhinya standar gaji yang kita peroleh di masa mendatang karena biasanya level gaji akan ditentukan atau disesuaikan dengan yang apa yang pernah atau telah kita peroleh. Saya belajar juga dari kolega lainnya (kebetulan orang Belanda juga!) yang bercerita bahwa saat dia mendapatkan posisi di institusi tersebut, meskipun sudah ditetapkan standar gaji yang
menurut saya di atas rata-rata, dia masih ’berani’ bernegosiasi karena merasa bahwa pengalaman dan masa kerjanya juga di atas rata-rata. Alhasil, dia berhasil mendapatkan level gaji melebihi dari yang ditetapkan semula. Tentu saja jika bicara tentang bekerja, tidak selalu melulu soal uang. Tapi menurut saya ini penting sekali dipahami karena jika kita mendapatkan posisi di institusi internasional di luar negeri, tentunya pengeluaran kita juga akan melebihi yang biasa kita keluarkan jika kita tinggal dan
bekerja di Indonesia. Di samping itu, jangan pula kita terjebak pada ’tiara syndome’, yakni bilamana kita menundukkan kepala dan sibuk melakukan pekerjaan sambil berharap seseorang akan sadar betapa kerasnya kita bekerja dan serta merta meletakkan mahkota / tiara di atas kepala kita. Selain berani beropini dan memperjuangkan hak, kita juga dituntut untuk berani ’mempromosikan diri’. Dalam buku saya dijelaskan mengenai pentingnya menyusun ’bragologue’, yang dideinisikan oleh penulis Peggy Klaus sebagai: ”lines that weave interesting parts about yourself into a short, upbeat story”. Artikel singkat ini akan saya akhiri dengan pepatah dari Paulo Coelho yang berbunyi: “Every search begins with beginner’s luck, and every search ends with the victor’s being severely tested”. Dalam menjalani kehidupan, termasuk kehidupan berkarier, kita bisa jadi dihadapkan pada keberuntungan dalam memulainya. Namun berbagai rintangan pun tak ayal akan bermunculan di tengah jalan, dan kemampuan serta keberanian kita dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada menjadi indikator keberhasilan kita. Last but not least: “Let’s do our best and let God does the rest!” Penulis adalah mantan Wakil Ketua PPI Wageningen periode 2004 – 2005, penulis buku ‘Rahasia Sukses Berkarier Internasional (Rasberi)’. Saat ini tengah menempuh pendidikan S-3 di Kyoto University, Jepang. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.arethaaprilia.com. ***
No. 3 - Juni 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
12
Pola Budaya Cipika Cipiki
D
i Indonesia, cium pipi kiri dan kanan atau disebut ‘cipika cipiki’ (cium pipi kanan, cium pipi kiri) secara silih berganti, umumnya dilakukan sebanyak dua kali bila berjumpa dengan kawan-kawan atau saudara. Berbeda halnya dengan yang terjadi pada beberapa negara di dunia ini. Misalnya di Belanda, cipika cipiki ini, dilakukan sebanyak tiga kali. Sehingga tak jarang, orang-orang Indonesia yang berada di Belanda, merasa canggung dan kadang, dinilai kurang sopan saat memberi salam/ bertemu dengan cara cipika cipiki. Betapa tidak, Dian, salah seorang mahasiswa IHS (Institute for Housing and Urban Development Studies), Rotterdam, terpaksa melakukan cipika cipiki sebanyak lima kali saat berjumpa dengan kawankawannya. Soalnya, dia mengulangi kembali mencium pipi kiri dan kanan kawannya itu sebanyak tiga kali, setelah melakukan cipika dan cipiki sebelumnya, hanya sebanyak dua kali. Demikian pula halnya yang dialami Nina, teman saya. Saking terbiasa melakukan cipika cipiki sebanyak 2 kali, ia tak menyadari bila kawannya tersebut masih menawarkan pipinya untuk dicium sekali lagi. Akibatnya, saat Nina hendak membalasnya, si kawan tersebut telah menarik wajahnya sehingga terjadilah kecanggungan diantara keduanya. Pemandangan ini, nampak lucu karena kepala mereka terlihat bergerak maju mundur, saling berharap membalas ciuman pipi yang ketiga kali tersebut. Namun, bila hal ini terjadi kepada orang tua, terkadang hal itu dianggap kurang sopan. *** Yasmine MS Soraya
Untuk menghindari kesalahpahaman ini, berikut beberapa tips terkait budaya cipika cipiki dari berbagai negara: Nama Negara
Pola cipika cipiki
Keterangan
-
New Zealand memiliki salam khusus yang dilakukan oleh suku Maori. Salam ini dikenal sebagai “Hongi” yang berarti ‘berbagi nafas’. Salam ini dilakukan dengan menekan hidung kita terhadap hidung teman kita. Salam ini sangatlah penting dan memiliki arti bahwa kita bukanlah tamu bagi mereka melainkan bagian dari grup.
2 Kali
Cium pipi bagi British people dilakukan saat mereka bertemu dan saat berpisah. Cium pipi ini lebih baik dilakukan minimal 1 kali daripada tidak sama sekali. Budaya cium pipi ini dilakukan antar wanita dan pria serta antar wanita. Antar pria tidak melakukan budaya cium pipi ini.
3 Kali
Orang Belanda dan Swiss memberikan ciuman pipi sebanyak 3 kali (dimulai dari pipi kiri) bila mereka bertemu dan berpisah dengan teman dekat.
Maroko
4 Kali
Selain salaman dan berpelukan, bangsa Maroko juga memberikan ciuman pipi sebanyak 4 kali. Cium pipi ini tidak dilakukan antar wanita dan pria atas dasar larangan agama.
Jordania
4 Kali
1 kali pipi kanan - 3 kali pipi kiri yang diselingi 1 detik dan memberikan jarak sejauh 1-2 cm hingga 5-7 cm antar pipi.
Mesir, Croatia, Kuwait, Italia, Spanyol dan Philipina
2 Kali
-
Saudi Arabia
Tak terhitung
-
Mexico dan Galapagos
1 kali
Para wanita mencium hanya pada pipi kanan saja.
Oman
-
Setelah menjabat tangan, para pria biasanya saling menempelkan hidung.
New Zealand
Inggris
Belanda, Rusia, Slovenia, Serbia, Bosnia, Herzegovina, Macedonia, Montenegro, Irak, Palestina, Lebanon, Belgia, Swiss
Perancis
Jong Indonesia - No. 3 - Juni 2010 - Tahun I
2 - 4 kali
Normalnya, orang Perancis memberikan 2 kali cium pipi tetapi di Provence memberikan cium pipi sebanyak 3 kali dan di daerah Nantes memberikan ciuman pipi sebanyak 4 kali. Peta petunjuk cium pipi di Perancis dapat dilihat di http://strangemaps. wordpress.com/2007/12/02/210french-kissing-map/
13
Plagiarisme: Tantangan bagi Kita Semua Bulan Februari lalu kita dikejutkan oleh berita tentang plagiarisme di salah satu surat kabar terkemuka di Indonesia. Plagiarisme ini dilakukan oleh seorang profesor di sebuah universitas di Bandung, Jawa Barat. Kecaman atas tindakan sang profesor tersebut muncul bertubi-tubi. Tetapi apakah sebenarnya plagiarisme itu? Mengapa begitu serius akibatnya, khususnya dalam bidang akademik intelektual? Dan bagaimana cara menghindarinya?
S
ecara umum plagiarisme dapat dideinisikan sebagai perbuatan menduplikat tulisan seseorang tanpa mencantumkan sumber tulisan. Menurut kamus online M e r r i a m - w e b s t e r, plagiarisme adalah perbuatan mencuri atau meneruskan suatu ide sebagai ide sendiri, menggunakan hasil orang lain tanpa mencantumkan sumbernya, mencuri secara haraiah, serta menyatakan suatu tulisan yang telah ada sebagai ide baru dan orisinil. Menurut kamus Wikipedia, plagiarisme yang diambil dari kamus Random House Compact Unabridged 1995 diartikan sebagai tindakan menggunakan atau mengimitasi bahasa dan pikiran orang lain dan menyatakannya sebagai hasil karya sendiri. Tindakan plagiarisme ini tidak hanya terbatas atas pencurian ide tulisan maupun informasi saja. Menurut Harold C. Martin dalam bukunya The Logic and Rhetoric of Exposition, plagiarisme juga mencakup duplikasi benda seni seperti komposisi musik,
dalam bahasa Indonesia atau bahasa ibu kita sendiri saja terkadang merupakan hal yang sulit. Apalagi menulis dalam bahasa lain. Bahasa merupakan salah satu alasan mengapa kita melakukan plagiarisme. Saat menuangkan pikiran kita dalam tulisan dan lalu kita membaca ada tulisan seseorang lainnya yang senada tetapi dengan bahasa yang lebih baik, maka kita tergoda untuk merubah tulisan kita dan mengganti dengan tulisan orang itu. Dan secara sadar ataupun tidak, Foto www.oncourseworkshop.com kita telah melakukan Kenapa kita tergoda untuk plagiarisme. Dalam artikel Setiono Sugiharto melakukan plagiarisme ini? Contohnya dalam menulis. Menulis (Jakpos) dijelaskan bahwa terdapat bukanlah hal yang mudah untuk dua jenis plagiarisme dalam dilakukan. Ada yang lebih baik bidang akademik. Yang pertama menjelaskan dalam kata-kata adalah “verbatim, word-for-word, atau presentasi tetapi tidak ahli or cutting and pasting plagiarism�. dalam menulis dan ada juga yang Jenis plagiarisme ini sering sebaliknya. Sebagai pelajar, kita digunakan oleh penulis pemula dituntut untuk dapat menulis dimana bentuk plagiarisme dapat dengan baik seperti membuat langsung dibandingkan dengan reportase atau makalah. Menulis sumber asalnya karena terdapat lukisan, drama dan gambar-gambar visual lainnya tanpa mencantumkan sumber asalnya.
No. 3 - Juni 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
14 tersebut dan bandingkan dengan teks asli. Perhatikan agar tidak ada kata-kata yang sama, dan informasi yang diberikan harus akurat. Tambahan juga untuk menghindari plagiarisme, kita harus menuliskan sumber tulisan kapanpun kita menggunakan: 1. Ide, opini ataupun teori orang lain; 2. Fakta, statistik, graik, gambar, ataupun informasi lainnya; 3. Mengutip tulisan atau katakata orang lain; atau 4. Mem-paraphrase tulisan ataupun kata-kata orang lain.
Foto Yessie Widya Sari
kemiripan yang besar dalam bentuk isi, gaya menulis dan pola struktur. Yang kedua adalah “rewording or paraphrased plagiarism�. Dalam jenis ini plagiaris telah melakukan beberapa modiikasi dalam penulisan gaya bahasa. Pembuktian terjadinya plagiarisme secara kata per kata sulit untuk dilakukan. Hal ini disebabkan karena plagiaris mungkin memiliki skil dan kemampuan memodiikasi tulisan dari sumber asalnya dengan memberikan pernyataan ulang ataupun merangkum ide orang lain dengan menggunakan gaya penulisan mereka sendiri. Dalam www.plagiarism.org, disebutkan beberapa tindakan yang juga dianggap sebagai plagiarisme: 1. Menyatakan hasil kerja orang lain sebagai hasil karya sendiri; 2. Mengkopi kata-kata atau ide orang lain tanpa memberikan sumber; 3. Tidak memberikan tanda kutip dalam suatu kutipan; 4. Memberikan informasi yang tidak benar dalam sumber atau kutipan; 5. Mengubah kata-kata dan
mengkopi struktur kalimat dari suatu sumber tanpa mencantumkannya; 6. Mengkopi kata-kata atau ide dari suatu sumber sehingga menjadi sebagian besar dalam hasil karya kita meskipun telah kita berikan tanda kutip maupun telah mencantumkan sumbernya. Tindakan plagiarisme ini sangat fatal akibatnya karena plagiarisme termasuk dalam tindakan penipuan (meski bukan dalam arti kriminal). Akibatnya sang plagiaris dapat dikenakan sanksi berupa penurunan nilai, pencabutan gelar akademik, dan bahkan pemecatan. Berikut ini beberapa strategi untuk menghindari plagiarisme yang dianjurkan oleh Universitas Indiana Bloomington: 1. Berikan sumber atas kutipan apapun sewaktu mengambil dari tulisan seseorang; 2. Mem-paraphrase-kannya tetapi tidak hanya mengganti beberapa kata. Tulislah ide dengan kata-kata kita sendiri; 3. Memeriksa kembali paraphrase
Jong Indonesia - No. 3 - Juni 2010 - Tahun I
Berikut ini beberapa website untuk memeriksa tulisan kita agar terhindar dari tuduhan plagiarisme: 1. http://www.plagiarismdetect. com/ 2. http://www.plagiarismchecker. com/ 3. http://www.top4download. com/free-check-for-plagiarism/ 4. http://www.dustball.com/cs/ plagiarism.checker/ 5. http://www. checkforplagiarism.net/ 6. http://www.iplagiarismcheck. com/ Semoga tulisan ini memberikan informasi lebih kepada kita semua agar lebih mawas diri dalam menulis maupun berkarya sehingga terhindar dari tuduhan plagiarisme. Tidak perlu takut berkarya, just be conident dan be original. *** Tulisan diambil dari berbagai sumber. Lihat juga http://www. scribd.com/doc/28251463/ Avoiding-Plagiarism Yasmine MS Soraya
15
Ujian Nasional di Finlandia Oleh: Nugroho Agung Pambudi - Finlandia
B
eberapa hari terakhir pelaksanaan UN masih mewarnai wacana terkait sistem pendidikan ini, dunia pendidikan dua sisi ini. Praktik pemberian kunci di Finlandia dan sebagai bahan Indonesia sedang jawaban ataupun tindakan lain referensi bagi kemajuan dunia disibukan dengan pelaksanaan ujian yang mengarah demi tercapainya pendidikan indonesia. Berbagai nasional (UN) yang masih menjadi tingkat kelulusan yang diinginkan. referensi dan wawancara dilakukan bahan perdebatan oleh berbagai Hal ini tentunya mencoreng dunia untuk mendapatkan data yang kalangan. Keputusan pemerintah pendidikan di Indonesia dan valid tentang kondisi pendidikan untuk melaksankan UN, sudah semakin jauh dari nilai-nilai tujuan terutama persoalan Ujian Nasional. Seperti yang kita sejak lama ditentang ketahui bersama oleh sebagian bahwa Finlandia masyarakat terkait merupakan negara dengan adanya dengan sistem pro dan kontra. pendidikan terbaik Kendati keputusan di dunia. Hasil ini MA memberikan dilaporkan oleh larangan untuk PISA (Program melaksanakan UN, for International namun pemerintah Student Assessment) bersikeras pada yang merupakan keputusan awal dan organisasi standar mengambil sikap internasional untuk untuk peninjauan pendidikan. Seperti kembali (PK). fakta yang penulis Persoalan UN dapatkan dalam sendiri menurut Salah satu sekolah di daerah Vantaa, Finlandia. Foto www.edu.vantaa.i wawancara bahwa hemat penulis siswa di Finlandia mulai bersekolah terbagi menjadi dua sisi yaitu UN itu sendiri. Saat ini dikalangan pendidik pada umur 7 dan sebelum itu penyelenggara dan masyarakat termasuk siswa di dalamnya. Dalam mengalami kegamangan dalam terdapat pre-school selama satu sisi penyelenggara, terdiri dari pusat menyikapi masalah UN. Esensi tahun. Semua sekolah memiliki dan daerah. Persoalan besarnya proses belajar mulai diabaikan demi kualitas yang hampir sama hanya pendanaan yang menghabiskan mendapatkan hasil yang baik dalam terpaut selisih 4% terkait kualitas lebih dari setengah triliun pada tahun UN. Situasi ini sebenarnya terjadi tersebut. Hal yang sangat menonjol 2009, jelas tidak dapat memetakan karena target UN yang dipaksakan adalah rata-rata siswa di Finlandia kualitas pendidikan. Pemerintah atau sekedar rasa takut terhadap menghabiskan sedikit waktunya juga belum mampu memperikan pandangan masyarakat yang buruk di sekolah di bandingkan dengan negara lain. Waktu rata-rata siswa layanan pemerataaan kualitas terkait kinerja pendidik. untuk belajar di sekolah sekitar 30 antar daerah. Beberapa daerah jam seminggu. menikmati proses pendidikan Ujian Nasional di Finlandia Menyikapi masalah UN sendiri, Ujian nasional di Finlandia sudah dengan sarana dan prasarana yang sejak beberapa baik, disisi lain banyak gedung penulis yang sekarang sedang dilaksanakan sekolah dengan kondisi yang menjadi peneliti di Universitas tahun yang lalu tepatnya dimulai sangat memprihatinkan. Lebih dari di Finlandia tergelitik untuk ikut pada tahun 1852. Awalnya ini di rembug“ memberikan lakukan untuk sekedar ujian masuk itu, praktik ketidak jujuran dalam “urun No. 3 - Juni 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
16 universitas di Universitas Helsinki. Beberapa dasawarsa kemudian ujian ini hanya dilaksanakan pada tingkatan SMA (upper secondary school) SMA (upper secondary school) sebagai alat untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan ketrampilan siswa terkait dengan kurikulum. Disamping itu, ujian ini dilaksanakan untuk mendapatkan skor sebagai bekal melanjutkan studi di tingkat universitas. siswa yang memperoleh nilai tinggi dalam ujian nasional memang tidak otomatis akan diterima pada universitas tetapi akan meningkatkan nilai saat ujian masuk universitas dilaksanakan. Memilih mata pelajaran sendiri Hal mendasar yang membedakan adalah opsionalitas dari materi ujian. Siswa dapat memilih tiga mata pelajaran sendiri sesuai yang dikehendaki disamping satu mata pelajaran wajib yaitu materi bahasa Finlandia. Ujian ini dilaksanakan setiap semester (musim semi dan musim gugur). Mata pelajaran pilihan berupa mata pelajaran bahasa nasional kedua (Swedia atau Sami), Matematika dan IPA serta Humaniora. Terlepas dari empat kewajiban ujian tadi (satu wajib dan tiga opsional) siswa dapat memilih mata pelajaran lain sesuai yang di kehendaki. Siswa yang gagal dapat mengikuti ujian nasional pada semester berikutnya dengan memiliki tiga kali peluang. Mengulang Ujian Mengulang ujian bukan saja di lakukan oleh siswa yang gagal tetapi bisa di lakukan oleh siapa saja yang ingin meningkatkan
nilai. Peluang ini didapatkan hanya satu kali dan nilai terbaik akan di masukan kedalam sertiikat. Keuntungan dari nilai ini adalah untuk menambah skor ketika masuk universitas walaupun ditingkat universitas tetap di lakukan ujian masuk universitas. Siswa yang mendapatkan nilai tinggi saat ujian nasional dapat mempermudah jalan menuju universitas terbaik. Siswa yang gagal dalam ujian nasional dalam arti mereka yang
mereka dapat mengambil ujian kembali dengan tingkatan yang ada di bawahnya. Penghargaan siswa yang lulus dengan menggunakan tingkatan sulit akan mempermudah untuk mendapatkan bidang dan universitas favorit. Pola seperti ini memberikan keleluasaan untuk siswa dalam mengambil jenis mata pelajaran dan tingkat kesulitan ujian bagi siswa sehingga mereka tidak terlalu di bebankan dalam mengambil ujian nasional.
Sikap malu Malu merupakan perasaaan yang sangat menyiksa bagi siswa yang gagal dalam menempuh ujian di Indonesia. Tidak jarang yang siswa yang depresi, stress dan melakukan tindakan yang buruk seperti usaha membakar sekolah bahkan sampai melakukan tindakan bunuh diri. Hal tersebut diatas tidak terjadi di Finlandia. Mereka menganggap persoalan ujian nasional merupakan hal wajar yang harus mereka hadapi. Kalaupun gagal, toh masih ada kesempatan lagi. Sikap malu pun tidak nampak terjadi seperti yang penulis terima dari hasil wawacara tersebut. Beberapa perbedaan berkaitan Foto: www.elmbrookschools.org dengan ujian nasional nasional tidak memenuhi target kelulusan mungkin bisa menjadi wacana yang maka dapat mengikuti ujian ini sehat untuk meningkatkan kualitas sebanyak dua kali berturut turut pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan Finlandia yang sudah dalam masa tiga kali ujian. berjalan sangat lama dan terbaik di dunia kiranya dapat menjadi bahan Tingkat kesulitan ujian Disamping siswa dapat memilih pemikiran bersama.*** mata pelajaran sesuai yang Penulis adalah peneliti pada dikehendaki, siswa juga dapat Universitas Teknologi Helsinki, memilih dua tingkat kesulitan dari Finlandia. ujian matematika, bahasa nasional email: agung.pambudi@tkk.i dan bahasa asing. Dua level ini yaitu tingkat lanjut dan tingkat dasar. Apabila siswa gagal dalam ujian mata pelajaran tertentu maka
Jong Indonesia - No. 3 - Juni 2010 - Tahun I
17
Pasar Keju Alkmaar: Bukan Pasar
T
ercatat sebagai salah masih mempertahankan aktivitas satu dari 5 besar negara ini, walaupun kini sudah beralih produser sekaligus fungsi. Jika nanti anda berkesempatan eksporter keju, Belanda memiliki cara tersendiri untuk memanjakan menikmati atraksi pasar keju turisnya, terutama para penikmat Alkmaar, anda akan melihat keju. Salah satu diantaranya adalah arus lalu lintas manusia keluar atraksi pasar keju di kota Alkmaar. masuk Weighing House. Ya, Alkmaar, terletak di bagian utara mereka adalah para pekerja bertanggungjawab Belanda, sangat terkenal dengan yang mentransportasikan keju pasar keju tradisionalnya. Tidak seperti layaknya aktivitas selama pasar keju dilaksanakan. di pasar, kini pasar keju Alkmaar Berseragam tradisional putih-putih hanyalah tontonan turistik semata. Namun, melalui atraksi yang dilengkapi dengan narasi dalam 4 bahasa; Belanda, Jerman, Prancis, dan Inggris, pengunjung akan mendapatkan nuansa suasana transaksi jual beli yang dulu dilakukan di daerah ini. Aktivitas pasar keju di Alkamaar untuk pertama kalinya dilakukan pada abad ke 16. Pasar yang terpusat di Waagplein ini Aktivitas pasar Alkmar. Foto Yessie widya sari menjadi lokasi pertemuan penjual dan dilengkapi dengan topi jerami, dan pembeli. Kenapa terpusatkan? para pekerja, ditemani dengan Disinilah salah satu letak teriakan-teriakan kecil pemicu keunikannya. Pemerintah Belanda, semangat, dengan riangnya berlari dan juga Jerman, memiliki keunikan hilir mudik membawa pikulan dalam menjaga kejujuran sistem berisi blok-blok keju. Menariknya, perdagangan. Untuk transaksi jual topi yang digunakan oleh para beli komoditas dalam partai besar, pekerja ini dihiasi oleh pita transaksi harus dilakukan di tempat berwarna merah, kuning, biru, atau khusus yang dikenal dengan hijau. Ternyata, perbedaan warna perbedaan sebutan Weighing House. Nah, merepresentasikan Ada 4 Weighing House untuk wilayah paguyuban pekerja. Alkmaar terletak di Waagplein. Oleh paguyuban pekerja yang terlibat. karenanya sejak awal hingga saat Keempat paguyuban ini dipimpin ini, pasar keju Alkmaar terpusatkan oleh seorang bapak keju (cheese di sana. Bahkan, dilansir bahwa father). Cheese father-lah yang Alkmaar-lah satu-satunya kota bertindak sebagai komandan di Belanda yang hingga saat ini dalam pelaksanaan pasar keju.
Pasar keju diawali dengan penataan blok keju di halaman Weighing House. Produser, yang saat ini dikomandani oleh perusahaan Campina dan Cono, mulai menata keju-keju produksinya. Setelah itu, cheese father secara resmi membuka pasar market. Layaknya pasar tradisional pada umumnya, di sini pun terjadi tawar menawar antara penjual dan pembeli. Menariknya, tawar menawar ditandai dengan saling bertepuk tangan. Si penjual akan menepuk tangan si pembeli untuk memberikan penawaran pertama kali, lalu si calon pembeli pun akan membalas tepukan tangan si penjual sekaligus menyebutkan harga yang diingininya. Saling bertepuk tangan ini pun terus berlanjut hingga tercapai kesepakatan harga diantara mereka. Sayangnya, tontonan menarik ini tidak dapat kita nikmati setiap hari. Kini pasar keju Alkmaar hanya dibuka pada hari jumat dan itu pun hanya dari jumat minggu pertama bulan April hingga jumat minggu pertama bulan September. Untuk anda yang tertarik mengunjunginya, perlu juga dicatat bahwa atraksi pasar keju Alkmaar hanya berlangsung dari jam 10.00 – 12. 30. Jangan khawatir, walaupun bukan sebagai pasar sebenarnya, anda masih bisa berbelanja keju di kios-kios yang tersedia disekitar Waagplein. Selamat berwisata. *** Yessie Widya Sari
No. 3 - Juni 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
18
Menjelajah Eropa Bersama Bill Bryson
N
Eropa yang berselang 20 either here Nor tahun, penulis mampu there, salah satu membandingkan kondisi buku rujukan lampau dan terkini. bagi calon penjelajah Eropa Layaknya documenter berbekal tas punggung traveling, bertaburan (backpacker). Kemampuan rekomendasi, tips dan Bill Bryson mengemas triks bisa didapatkan informasi dalam balutan pembaca dalam kisah jenaka mampu buku ini. Antusiasme mendulang beberapa Bryson terlihat jelas respon positif, diantaranya saat mengunjungi predikat “Hugely Funny Amsterdam, salah satu (not snigger-snigger kota yang dianggapnya funny, but great-bigsebagai surga bagi para belly-laugh-till-you crypenikmat bius dan bar. funny)� yang diberikan Tidak demikian dengan oleh DAILY TELEGRAPH. Brussel, kota yang Mengandalkan kolaborasi tata kotanya perlahan deskripsi isik, historis, mulai menunjukkan dan tradisi, serta selera ketidakramahan pada humor penulis, jadilah bangunan-bangunan Neither here Nor there peninggalan sejarah. sebagai buku dokumenter Beberapa kali Bryson padat namun tidak berbagi pengalaman membosankan, bahkan susahnya mencari hotel, cenderung menghibur. terutama saat bertepatan B e r b e k a l dengan musim liburan. pengalamannya Penggambaran suasana mengunjungi Eropa di Judul Buku : Neither here Nor kehidupan sosial di awal tahun 70-an, Bill there: Travels in Europe beberapa tempat yang Bryson – seorang penulis dikunjunginya juga kelahiran Amerika Serikat Penulis : Bill Bryson memberikan gambaran kembali menjelajahi Eropa ISBN : 978-0-552-99806-2 awal kondisi lapangan 20 tahun kemudian. Ia yang akan dihadapi para mengawali perjalanannya bagi para penjelajah Eropa. calon backpacker. dari Norwegia, terdorong oleh Di bagian awal, Bryson Netralitas Bill Bryson pun terlihat ketertarikannya untuk menikmati memberikan impresi terhadap dari beberapa tips dan triks yang Northern Light. Kemudian. Bill kawasan Eropa yang tetap mampu diberikannya. Bryson tidak hanya Bryson menyudahi perjalannya mempertahankan berhektar area mengungkapkan surga duniawi di Istanbul, Turki, daerah yang perkebunan, hal yang sangat jarang yang bisa diperoleh para backpacker, merepresentasikan Eropa dan Asia. ditemuinya di Amerika. Tidak hanya namun juga sisi gelap berpetualang Melalui rentang perjalanan yang itu, seolah-olah ingin menggugah di Eropa. Seperti, ketidakramahan cukup luas, Bill Bryson seolah-olah ketertarikan pembaca akan yang dihadapinya saat berhadapan ingin menunjukkan bahwa buku ini pesatnya perkembangan di Eropa, dengan penduduk Paris, serta layak dikatakan sebagai pegangan berbekal 2 kali kunjungannya ke
Jong Indonesia - No. 3 - Juni 2010 - Tahun I
19
Foto knol.google.com
landscape Roma yang sangat tidak menggambarkan tipikal kota-kota Eropa yang dihiasi oleh tamantaman kota. Coba simak:
Pun demikian dengan kendala berbahasa. Misal, saat Bryson dihadapkan dengan menu makanan berbahasa Jerman.
The other thing I have never understood about the French is why they so ungrateful. … I have had Belgians and Dutch people hug me round the knees and let me drag them down the street in gratitude to me for liberating their country, even after I have pointed out to them that I wasn’t even sperm in 1945, but this is not an experience that is ever likely to happen to anyone in France.
Once in Bavaria Katz and I recklessly ordered Kalbsbrann from an indecipherable menu and a minute later the proprietor appeared at our table, looking hesitant and embarrassed, wringing his hands on a slaughterhouse apron.
Serta: I know Rome is dirty and crowded and the traic is impossible, but in a strange way that’s part of the excitement. Rome is the only city I know, apart from New York, that you can say that about. In fact, New York is just what Rome remonded me of-it had the same noise, dirt, volubility, honking, the same indolent cops standing around with nothing to do, the same way of talking with one’s hands, the same unfocused electric buzz of energy.
never stop. That was Asia over there, after all-right there in my view. Asia. The thought of it seemed incredible. I could be there in minutes. I still had money left. An untouched continent lay before me. But I didn’t go. Instead I ordered another Coke and watched the ferries. In other circumstances I think I might have gone. But that of course is neither here nor there.
“Excuse me so much, Sayang, bertaburannya beberapa gentlements,”he said, “but are you istilah yang mengacu entah jenis knowing what Kalbsbrann is?” tempat, brand, jenis makanan dan We looked at each other and sebagainya, memberi kendala tersendiri bagi pembaca buku allowed that we did not. dokumenter perjalanan penuh “it is, how you say, what ze little anekdot ini. *** Yessie Widya Sari cow thinks wiz”, he said Saat mengunjungi Istanbul, Bryson pun mampu dengan apik menutup kisah petualangannya dengan ungkapan: There is something about the momentum of travelling that makes you want to just keep moving, to No. 3 - Juni 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
20
Wajah Pertanian Kontrak di Indonesia
P
ertanian kontrak bukanlah suatu hal yang baru di dalam sistem pertanian. Sistem ini telah ada sejak berabad-abad di berbagai peradaban di dunia. Walaupun banyak yang mengatakan bahwa pertanian kontrak adalah awal dari modernisasi pertanian yang mensinergikan akses ke pendanaan, teknologi dan pasar, akan tetapi sejatinya sistem ini justru berkembang dan mengakar kuat di sistem pertanian tradisional atau subsistence farming terutama di wilayah-wilayah yang menganut hirarki feodal. Secara tradisional, pertanian kontrak diwujudkan dalam bentuk hubungan pemilik tanah-petani penggarap, pemilik ternak- penggaduh, punggawanelayan dan berbagai bentuk hirarkis lainnya (Lihat: Petani dalam Struktur Feodal).
Foto Qonita S.
Petani dalam Struktur Feodal Pada sekitar pertengahan tahun 2002, penulis melakukan kunjungan lapangan ke sebuah desa yang terletak di wilayah perbatasan antara Kabupaten Bantaeng dan Bulumba di Sulawesi Selatan. Di wilayah yang sangat terkenal dengan karakter feodal ini, tim melakukan wawancara dengan sejumlah keluarga petani sayuran yang merupakan petani penggarap. Keluarga-keluarga tersebut sendiri merupakan penduduk asli di wilayah tersebut namun tidak memiliki lahan sendiri, termasuk tanah tempat rumah mereka didirikan. Rata-rata satu keluarga mengolah lahan seluas
Jong Indonesia - No. 3 - Juni 2010 - Tahun I
satu are yang dimiliki oleh seorang tuan tanah yang juga menjadi penyedia modal bagi kegiatan bertani mereka. Lama produksi tanaman sayuran mereka adalah sekitar 2-3 bulan, dan pada saat panen mereka hanya dibayar Rp. 100.000 untuk seluruh hasil panen yang dihasilkan. Setiap rumah tangga memiliki lebih dari satu mata pencaharian untuk mendukung kehidupan keluarga, dan umumnya merupakan buruh kasar atau tukang becak. Kegiatan pertanian sayuran ini dominan dilakukan oleh kaum perempuan yang ada di setiap rumah tangga. Ketika ditanya tentang kapan mereka akan memiliki lahan sendiri, termasuk kemungkinan membeli lahan yang diolah saat ini, mereka menjawab bahwa lahan tersebut tidak dijual dan telah dimiliki secara turun temurun oleh keluarga tuan tanah. Wajah kemiskinan di ranah feodal bukanlah suatu hal yang baru, pengalaman yang sama juga penulis jumpai ketika bertugas di Sulawesi Tengah maupun ketika berkunjung ke wilayah NTT. Kantongkantong kemiskinan di daerah ini umumnya berada di daerah yang memiliki kultur feodal, yang ditandai oleh kepemilikan lahan dalam jumlah masif oleh segelintir keluarga. Sejumlah lahan tersebut dibiarkan dalam keadaan terbengkalai, sementara lahan yang masuk kategori subur dipersewakan
21 turun temurun tanpa adanya aturan baku yang jelas – sistem yang berlaku bisa dikatakan sama sekali tidak tersentuh oleh peraturan hukum formal yang ada di Indonesia dan dianggap merupakan wilayah hukum adat. Walaupun pertanian kontrak merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan di dalam sistem pertanian, namun tidak banyak yang menyadari atau mengetahui bahwa praktik pertanian yang dijalani masuk dalam kategori pertanian kontrak. Kerancuan pemahaman tentang bentuk pertanian kontrak akan semakin menguat apabila praktik-praktik yang berlangsung diukur dengan pemahaman pertanian kontrak modern yang ideal, dimana hubungan kontraktual diterjemahkan sebagai hubungan kemitraan. Kemitraan sendiri memiliki deinisi sebagai hubungan yang seimbang antara pihakpihak yang diikat oleh kontrak, dalam hal hak maupun kewajiban. Dengan kata lain, kemitraan tidak mengenal struktur hubungan yang bersifat hirarkis yang tentunya sangat berbeda dengan kenyataan praktik yang ada. Konsep kemitraan di dalam pengertian pertanian kontrak diaktualisasikan melalui ide untuk berbagi risiko di dalam hubungan kontraktual, yang menempatkan semua pihak yang terlibat pada posisi yang seimbang ketika menghadapi keuntungan maupun kerugian. Pada konteks Indonesia, penerapan sistem pertanian kontrak secara formal untuk pertama kali adalah pada masa pelaksanaan sistem cultuur stelsel atau sistem tanam paksa pada abad ke-19, dimana pada masa itu para petani dipaksa untuk mengalokasikan sebagian lahannya untuk menanam
tanaman komersial (cash crops) yang ditentukan oleh pemerintah kolonial Belanda, antara lain teh, kopi dan tebu, dan kemudian menjual hasil panen mereka kepada pihak pemerintah kolonial pada harga yang telah ditentukan. Selain lahan, petani juga diwajibkan untuk memberikan tenaganya, terutama bagi petani yang tidak memiliki lahan, untuk bekerja di lahanlahan perkebunan yang dimiliki oleh pemerintah kolonial dengan kompensasi upah atau bagi hasil yang seringkali lebih merupakan bentuk kerja paksa atau rodi. Walaupun cultuur stelsel telah lama berakhir, akan tetapi praktik pertanian kontrak ala cultuur stelsel ini masih terus berlanjut melewati berbagai jaman hingga saat ini. Di jaman Indonesia yang merdeka, praktik pertanian kontrak modern sangat banyak terinspirasi oleh praktik yang berlaku pada masa cultuur stelsel. Kemerdekaan Indonesia yang dibarengi dengan nasionalisasi berbagai perusahaan perkebunan besar yang dimiliki oleh pengusaha-pengusaha asing – hal yang sama juga terjadi pasca 1965 – membuat negara memiliki lahan perkebunan berskala besar yang dikelola oleh PTPN. Momentum kemerdekaan oleh pemerintah tidak digunakan untuk memerdekakan para petani dan buruh tani yang secara turun temurun berada di bawah sistem pertanian kontrak yang tidak seimbang, melainkan memutuskan untuk melanjutkan sistem yang telah berlangsung sejak lama. Para petani masih tetap diikat dengan sistem dan praktik yang tidak berbeda walaupun di bawah manajemen yang baru. Perbedaan, kalaupun terjadi, hanyalah berupa perubahan status petani yang tidak lagi sebagai pekerja yang digaji tetapi petani yang diberikan lahan untuk diolah berdasarkan kontrak
yang mengikat. Petani tebu, misalnya, tetap menjadi petani tebu di lahan yang dikuasai oleh negara dan tidak diperbolehkan untuk menanam jenis tanaman lain. Hal ini terjadi karena lahan yang diberikan untuk dikelola oleh petani umumnya masih berada di bawah kepemilikan PTPN, yang memberikan hak kendali bagi PTPN atas jenis tanaman yang ditanam. Permasalahan kepemilikan tanah sendiri merupakan suatu kerancuan di dalam sistem pertanian kontrak antara petani dan PTPN. Di berbagai daerah saling klaim hak atas tanah terjadi, dan senantiasa mengakibatkan bentrok antara petani dengan PTPN. Hal lain yang juga merupakan kelanjutan dari praktik cultuur stelsel di jaman kolonial adalah mobilisasi tenaga kerja ke wilayah-wilayah perkebunan melalui program transmigrasi. Harus diakui bahwa pada praktik pertanian kontrak modern di Indonesia, pelaksanaan program transmigrasi dan pertanian kontrak ibarat dua buah sisi koin yang saling berdampingan. Apabila di masa kolonial program transmigrasi berfungsi untuk menyediakan tenaga kerja murah bagi perkebunan-perkebunan, maka hal yang sama masih terjadi pada saat ini, terutama di wilayahwilayah yang baru dikembangkan. Pada rentan tahun 70-90 an, jutaan penduduk Indonesia dipindahkan dari wilayah-wilayah padat di Jawa dan Bali ke wilayah lainnya yang di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua, dimana sebagian besar berlokasi di wilayah pengembangan perkebunan dan pertambakan. Di dalam desain program transmigrasi, para transmigran umumnya dipindahkan ke lokasi dimana terdapat rencana pengembangan perkebunan dan pertambakan (atau jenis
No. 3 - Juni 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
22 usaha lainnya) yang dikelola oleh pemerintah (PTPN) maupun swasta yang membutuhkan tenaga kerja atau pemasok. Sinergi antara pihak pengusaha / investor dengan para transmigran diharapkan dapat menjamin pengembangan dan keberlangsungan penghidupan para transmigran di wilayah baru tersebut. Di dalam program transmigrasi, para transmigran mendapat alokasi lahan baru (1-2 ha per kepala keluarga) yang berupa lahan mentah (hutan belantara) yang masih harus dibersihkan dan diolah sebelum bisa digunakan untuk bercocok tanam. Seringkali, lokasi tersebut merupakan lokasi yang sama yang menjadi konsesi pihak investor (misalnya perkebunan kelapa sawit), sehingga secara otomatis petani ‘d i t a w a r k a n’ untuk masuk ke dalam program perkebunan milik investor. Keuntungan yang ditawarkan kepada petani antara lain adalah pemberian jaminan hidup dasar bulanan (pangan dan sandang serta pembayaran uang tunjangan), penyediaan saprodi – Foto Qonita S. pembayaran diperhitungkan ketika tanaman mulai berproduksi, dan kontrak pembelian yang merupakan ‘jaminan pasar’ (ketiga hal ini secara sempit juga berlaku pada sistem pertanian kontrak tradisional). Tentunya, investor juga memperoleh keuntungan dari pengikatan petani ini, antara lain memperoleh
kehilangan lahan yang dijaminkan. Bagi para transmigran, keikutsertaan mereka di dalam sistem pertanian kontrak yang ditawarkan oleh investor seringkali akibat tidak adanya pilihan lain. Umumnya para transmigran hanya memperoleh jaminan hidup bulanan untuk periode waktu yang terbatas dari pemerintah, dan menghadapi permasalahan ketiadaan prasarana pendukung dan akses yang sangat terbatas ke permodalan, sarana produksi, pasar, teknologi dan pelayanan-pelayanan dasar akibat lokasi transmigrasi yang terpencil, sehingga memaksa mereka untuk mengambil langkah strategis untuk keberlangsungan hidup mereka. Sistem pertanian kontrak menjanjikan banyak hal di tengah keterbatasan yang mereka alami, walaupun pada praktiknya hubungan antara petani dan investor cenderung tidak simetris atau seimbang. Seringkali para petani terjebak di dalam situasi captive market, dimana pihak investor merupakan satu-satunya pasar atau pembeli di lokasi tersebut, atau satu-satunya penyedia/penyalur akses kepada petani yang memberi kuasa monopoli di dalam menentukan produktiitas maupun proitabilitas. Secara anekdotal, program pertanian oleh investor, antara lain dengan berbagai cara penggunaan sertiikat lahan kontrak yang dikembangkan oleh petani sebagai agunan kredit pemerintah, antara lain Perkebunan bank yang kemudian macet atau Inti Rakyat (PIR) yang merupakan pelaksanaan praktik pertanian perwujudan dari model inti kontrak yang tidak menguntungkan plasma lebih dipandang sebagai bagi petani sehingga petani keberpihakan pemerintah kepada terbelit dalam utang saprodi atau pemilik modal daripada kepada kredit produksi dan terpaksa petani, dan bahkan dianggap lahan perkebunan tanpa perlu memiliki lahan, penghematan biaya buruh di awal kegiatan – terutama untuk pembersihan dan persiapan lahan, investor tidak terikat dalam kontrak kerja dengan para petani melainkan kontrak pembelian yang membebaskan investor dari kerumitan persoalan hubungan kerja, dan kebebasan untuk mengatur besar pasokan tanpa harus menanggung biaya persediaan. Bahkan pada sejumlah kasus ditemukan adanya peralihan penguasaan lahan dari petani ke investor melalui ketentuan yang mengharuskan petani menjaminkan lahannya kepada pihak investor jika ingin ikut di dalam sistem pertanian kontrak –banyak kasus pertanian kontrak gagal yang melibatkan penggelapan lahan milik petani
Jong Indonesia - No. 3 - Juni 2010 - Tahun I
23 Pertanian Kontrak di Era Otonomi Pelaksanaan otonomi yang sangat identik dengan kemandirian membuat pemerintah daerah cenderung mendukung pihak swasta yang diyakini bisa mendorong proses kemandirian serta berpotensi meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Terlebih, banyak pemerintah daerah yang ‘terjebak’ pada jargon pengembangan komoditas unggulan, pengwilayahan komoditas dan lain sebagainya, yang intinya mendorong pemerintah daerah untuk memprioritaskan spesialisasi produksi komoditas tertentu, dan dalam hal ini proses prioritisasi dan mobilisasi sangatlah kuat. Akan tetapi seringkali praktik yang dilakukan oleh pemerintah menjadi kebablasan, salah satu contoh kasus adalah mobilisasi petani jambu mete di Tana Modu, Kabupaten Sumba Tengah, NTT (2005) untuk menanam jarak pagar sebagai bagian dari kerjasama pemerintah daerah dengan sebuah investor. Pemerintah daerah mewajibkan petani untuk membabat habis pohon jambu mete mereka untuk digantikan dengan tanaman jarak. Akan tetapi dua tahun kemudian, ketika tanaman jarak telah berproduksi ternyata harga pembelian dari investor maupun pasar sangat rendah dibandingkan dengan biaya produksi dan Ăłpportunity cost yang telah dikorbankan oleh petani. Tidak ada pihak yang bertanggungjawab atas hal ini dan petani di daerah ini semakin terbelit oleh jeratan kemiskinan.
sebagai penyesatan dari model kemitraan swasta dan petani yang selama ini selalu didengungkan oleh pemerintah. Tudingan tentang keberpihakan pemerintah kepada pemilik modal utamanya didasarkan pada lemahnya dukungan pemerintah kepada para petani – terutama untuk kasus transmigrasi – yang membuat petani terperangkap di dalam keterbatasan dan tidak memiliki posisi yang seimbang ketika memasuki kesepakatan kontrak dengan pihak pemilik modal. Belum lagi kecenderungan pemerintah yang lebih mendukung pemilik modal daripada petani baik dari segi kebijakan maupun tindakan (Lihat: Pertanian Kontrak di Era Otonomi). Hingga saat ini tidak banyak contoh berhasil dari pelaksanaan sistem pertanian kontrak di Indonesia. Umumnya perusahaan melihat perjanjian kontrak yang dilakukan tidak lebih dari sekedar kontrak pembelian atau kontrak kerja dimana perusahaan perkebunan yang memiliki hak konsesi cenderung melihat petani yang bekerja di wilayah konsesinya sebagai buruh, walaupun pada kenyataannya para petani tersebut merupakan pemilik dari lahan yang dikelola. Pemberian konsesi kepada pihak perusahaan seringkali rancu diartikan sebagai pemberian hak penguasaan dan penggunaan lahan. UU agraria maupun UU transmigrasi yang memiliki persinggungan langsung dengan pelaksanaan pertanian kontrak masih belum memberikan pengaturan yang jelas tentang status para transmigran dan kepemilikan lahan. Kondisi lahan yang mentah dan belum bersertiikat seringkali menjadi awal bagi transmigran untuk kehilangan lahan ketika berhadapan dengan status konsesi yang dimiliki oleh
pihak investor. Ketiadaan landasan hukum yang mengatur serta mengeliminir setiap celah peluang eksploitasi dan penyelewengan di dalam pelaksanaan sistem pertanian kontrak di Indonesia membuat banyak praktik pertanian kontrak berakhir menjadi praktik yang sangat merugikan bagi para petani. Secara spesiik belum ada perundangan khusus maupun perundangan terkait yang mengatur perihal pertanian kontrak dan implikasinya. Pengaturan oleh pemerintah tentang pelaksanaan pertanian kontrak lebih banyak didasarkan pada ‘pakem’ yang telah berlaku – yang kurang lebih didasarkan pada praktik cultuur stelsel dan praktik sewa tanah feodal – dan belum mengacu pada perkembangan sistem pertanian modern sehingga bentuk hubungan yang terdapat di dalam skema pertanian kontrak cenderung tidak bernuansa kemitraan tetapi lebih bersifat hirarkis dan tidak seimbang. Indonesia membutuhkan perubahan yang signiikan di dalam pelaksanaan sistem pertanian kontrak. Pembuatan aturan baku dan penyempurnaan berbagai aturan terkait yang telah ada sebagaimana yang dijelaskan di atas merupakan sebuah keharusan, sebab tak bisa dipungkiri bahwa pertanian kontrak, apapun skala dan bentuknya, telah menjadi wajah pertanian modern di Indonesia. Tanpa keberadaan peraturan yang jelas dan adil, maka petani sebagai pihak yang seharusnya menjadi pelaku serta penerima utama manfaat dari sistem ini hanya akan menjadi obyek penderita saja di dalam skema kemitraan yang tidak seimbang.*** Henky Widjaja
No. 3 - Juni 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
24
Santorini dari ketinggian. Foto Jimmy Perdana
Eksotisme Negeri Yunani Bagi para pecinta sejarah, Delphi menyimpan kisah magis tersendiri. Delphi mungkin paling dikenal karena kuil yang didedikasikan pada Apollo. Pada jaman dahulu, para petinggi Yunani sering ke Delphi untuk meminta petunjuk dari oracle atau orang pintar. Bagi para pelancong Indonesia, Kecantikan Yunani mungkin belum bisa mengalahkan hingar bingar Paris, Roma, London, atau “lampu merah” nya Amsterdam. Mungkin faktor “agak mirip” juga menjadi alasan kurang dikenalnya Yunani bagi para turis Indonesia. “Untuk apa jauh-jauh ke Eropa jika hanya untuk berpanas-panas ria?” Tak syak jika hanya turis dari negara yang kekurangan sinar matahari yang gila pergi ke Yunani. Yunani adalah negeri yang kaya sejarah. Hal itu pulalah yang menjadi alasan utama penulis pergi ke negeri para dewa itu.
Jadi, kemana di Yunani? Athena Mungkin Athena adalah tujuan utama dan paling terkenal di Yunani. Alasannya mudah, Acropolis. Bukit kecil ini merupakan tempat suci penduduk Yunani kuno. Di puncak bukit batu ini, berdiri Parthenon, kuil pemujaan bagi dewi kebijaksanaan, Athena. Parthenon sering dianggap sebagai hasil pencapaian tertinggi kebudayaan Dorian. Sayangnya, Parthenon merana karena hampir separuh dari dekorasinya ternyata sudah tidak ditempatnya lagi; sebagian hancur dihantam meriam ketika tentara Venesia di bawah
Jong Indonesia - No. 3 - Juni 2010 - Tahun I
komando Fransesco Morosini mengepung Akropolis yang dijadikan benteng terakhir tentara Ottoman. Sisanya, sekarang ada di British Museum. Miris ketika penulis terbelalak melihat “Parthenon Gallery” di British Museum yang tak kalah besarnya dari Parthenon itu sendiri dengan “the most inest” koleksi patung-patung dekorasi dari Parthenon. Tak jauh dari Parthenon, jangan lewatkan pasar tradisional xx. Berjalan di gang kecil menyusuri pasar ini atau menikmati makanan khas mediteranian di tapas yang bertaburan di kaki bukit Parthenon merupakan pengalaman tersendiri
25 yang tak akan mudah dilupakan. Athena bukan hanya Parthenon. Rugi besar jika melewatkan National Archaeological Museum of Athens. Museum ini merupakan museum terlengkap di dunia jika benda-benda peninggalan Yunani tidak “dipinjam” oleh The British Museum, Louvre, The Met dan puluhan museum lain di dunia. Bagaimanapun itu, koleksi museum Athena ini masih sangat mengagumkan. Salah satu koleksi paling terkenalnya adalah “topeng Agamemnon”. Satu hal yang sangat menarik hati penulis; sistem transportasi umum di Athena sangat impresif. Dari segi panasnya, banyaknya penduduk, ramainya, tuanya bis-bis yang bertaburan di Athena, semuanya mirip dengan Jakarta, persis sama. Namun, sistem transportasi di kota ini begitu terintegrasi, sangat aman, dan nyaman. Jika pemerintah Indonesia mau belajar, mungkin kota ini bisa dijadikan acuan sistem transportasi. Tapi tolong studi bandingnya jangan dipindahkan ke Rhodes atau Akropolis; di sana hanya ada pelancong. Hal unik lain yang penulis temui di Athena adalah bagaimana patuhnya dan mudahnya percaya orang-orang Yunani terhadap orang asing. Di terminal, penulis dimintai tolong oleh seorang nenek (yang entah siapa) untuk membukakan payungnya. Terminal yang dalam
benak penulis selalu “berbahaya” membuat penulis langsung pasang kuda-kuda. Siapa nyana, sekian menit kemudian, gantian seorang bapak setengah baya minta tolong dijagakan kopernya karena mau pergi ke kamar kecil. Dari segi kepatuhan, penulis juga melihat betapa para penumpang sadar diri untuk membayar tiket transportasi
Senja di Ia, Santorini. Foto Jimmy Perdana
yang dilakukan dengan otomatis, baik di bis maupun metro. Jika ingin sedikit jahat, tidak sulit untuk menumpang tanpa membayar di Athena. Delphi Delphi adalah sebuah kota kecil, sekitar 200 km di utara Athena. Delphi paling mudah dijangkau dari Athena dengan bis. Perjalanan ini memerlukan waktu sekitar 2 jam. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk menginap semalam di kota
ini. Delphi, seperti hampir di semua kota di pesisir Yunani, merupakan surga para pecinta makanan laut. Dipadu dengan salad Yunani yang khas, menikmati makanan khas Yunani ini bisa dijadikan wahana wisata tersendiri, wisata kuliner. Di Delphi sendiri, tak banyak yang bisa dilihat selain reruntuhan kuil dan sebuah museum. Bagi para pecinta grande architecture, jepret sana jepret sini, mungkin Delphi bukanlah tempat yang cocok dikunjungi. Namun, bagi para pecinta sejarah, Delphi menyimpan kisah magis tersendiri. Delphi mungkin paling dikenal karena kuil yang didedikasikan pada Apollo. Pada jaman dahulu, para petinggi Yunani sering ke Delphi untuk meminta petunjuk dari oracle atau orang pintar. Santorini Santorini merupakan salah satu tujuan wisata utama di Eropa. Menurut mitos, Santorini merupakan sisa peninggalan Atlantis. Letusan gunung api di Santorini 36 abad silam membentuk panorama Santorini modern yang sangat mengagumkan, dengan tebingnya yang terjal. Erupsi ini juga bertanggung jawab atas hilangnya peradaban Minoan yang oleh sebagian scholar menginterpretasikannya sebagai “Atlantis” yang dituturkan oleh Plato. Pergi ke Santorini dari Athena memang gampang-gampang susah. Umumnya para pelancong menggunakan kapal feri dari Pireas, pelabuhan di selatan Athena. Tiket kapal tidak bisa dibeli jauh-jauh hari mengingat beroperasi-tidaknya kapal tersebut sangat ditentukan oleh gelombang laut tengah. Kapal cepat hanya memerlukan waktu sekitar 3-5 jam, sementara feri lambat bisa memakan waktu 10 jam. Penulis waktu itu menggunakan feri lambat, seperti feri antara Merak-
No. 3 - Juni 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
26 Bakauheni. Santorini sering diklaim sebagai pulau paling romantis di dunia. Matahari terbenam di Ia, Santorini, sering disebut sebagai momen paling indah yang tak boleh dilewatkan. Tak ayal Santorini sering menjadi rujukan bagi pengantin baru yang hendak melakukan bulan madu. Bahkan, saat ini semakin banyak pasangan yang melangsungkan pernikahannya di gereja-gereja di Santorini. Apa yang bisa dilihat di pulau yang panjangnya tak lebih dari 15 km ini? Pantai. Pantai yang tenang, jernih, dan penuh sinar matahari; berpasir putih, berpasir merah, semua ada. Penulis bukanlah anak pantai, pecinta pantai, dan banyak pantai indah di Kebumen, jadi tidak terlalu excited dengan hal itu. Thira. Untuk lebih mengenal tempat yang dikunjungi, tersesatlah atau lebih tepatnya, menyesatkan dirilah. Hal itu pula yang penulis lakukan di Thira. Alhasil, penulis menikmati waktu berjalan di bibir jurang kota Thira
dengan pemandangannya yang banyak dipengaruhi budaya Itali), megah menghadap ke pantai. Di Thesalloniki, dan banyak lagi. *** sana-sini, kubah biru gereja kecil Jimmy Perdana memperelok lanskap kota Thira ini. Jika anda pecinta jalan-jalan, TIPS MELANCONG KE YUNANI benar-benar berjalan dengan kaki, tak ada salahnya menyempatkan Jangan lupa membawai kartu diri berjalan menyusuri bibir jurang pelajar Eropa. Jika anda adalah kota Thira menuju utara, ke desa Ia. mahasiswa di universitas di Eropa, Ia. Ia adalah desa kecil di ujung anda bisa menikmati 100% diskon utara Santorini. Khas dengan kubah masuk ke banyak atraksi di Athena biru gereja dan kincir anginnya. dan Delphi. Desa ini penuh dengan pelancong Mei dan September mungkin setiap matahari terbenam. Ada merupakan waktu paling bagus kalanya berdiri saja susah pada untuk jalan-jalan di Eropa, juga di Yunani. Pada waktu itu, saat itu. Matahari terbenam di desa matahari masih belum terlalu ini mungkin satu dari yang paling menyengat. Juli di Athena bisa elegan di dunia, begitulah klaim panas menyengat sampai 35OC. Santorini dan Yunani pada iklan Sementara itu, di musim dingin, pariwisatanya. Ingin yang kurang Santorini hanya dipenuhi anjing komersial seperti Santorini? Coba yang berkeliaran di jalan karena Ios atau Naxos, pulau di Cyclades toko-toko tutup semua. yang tak kalah indahnya. Makanan di Yunani sangat enak Masih banyak tempat istimewa dan murah. Hati-hati jangan di Yunani. Sebut saja Meteora, biara sampai tak bisa jalan-jalan karena di puncak gunung batu Athos; kekenyangan. Jangan lupa membawa air minum UNESCO World Heritage, Rhodes, yang cukup. Cyclades (gugusan pulau, Santorini termasuk di dalamnya), Kreta, Corfu (pulau kecil di Yunani yang Arkapolis yang selalu dipugar. Foto Jimmy Perdana
Jong Indonesia - No. 3 - Juni 2010 - Tahun I
27
Force Majeur dalam Penerbangan
P
enerbangan adalah industri multimilyar dollar. Siapa sangka industri beraliran dana sangat santer ini ternyata rentan terhadap banyak faktor, sebut saja salah satu contoh: “force majeur”. Belum hilang dari ingatan betapa penerbangan di Eropa lumpuh total pada musim dingin 2009; ratusan penerbangan dibatalkan, puluhan ribu penumpang terlantar, lantaran landas pacu pesawat terkubur salju tebal. Tak berselang lebih dari 5 bulan, industri penerbangan di Eropa dan Amerika terpaksa menelan pil pahit “hanya” gara-gara debu vulkanik dari aktivitas Eyjajallajokull, sebuah gunung berapi di Islandia, negara pulau di sebelah barat laut Kerajaan Inggris Raya. Larangan terbang pertama kali diumumkan pada 14 April 2010 dan diprediksi semua penerbangan baik di, ke dan dari Eropa dan kepulauan (Inggris Raya dan Irlandia) bakal dihentikan sampai Jumat, 15 April 2010 pukul 1 siang. Hanya dalam sehari saja, sebanyak 4000 pesawat tak bisa meninggalkan hanggar. Siapa nyana jika ternyata hampir semua penerbangan antara 14 dan 21 April harus dibatalkan. Dilaporkan kota London saja kehilangan L102 juta (setara dengan 1.4 trilyun rupiah) dalam 6 hari khaos penerbangan tersebut. Mungkin beberapa orang bertanya-tanya, mengapa debu yang bahkan tidak terlalu nampak
mata itu bisa sampai melumpuhkan industri raksasa ini. Debu tersebut ternyata mampu mengganggu sistem pembakaran di turbin pesawat dan melumpuhkannya. Hal ini bisa mengakibatkan matinya satu, dua, bahkan seluruh turbin pesawat yang bisa menyebabkan kecelakaan fatal. Terganggunya visibilitas pilot juga cukup membahayakan penerbangan. Sebuah kisah menarik datang dari penerbangan Jumbo 747 dari Kuala Lumpur ke Perth pada tahun 1982. Seluruh mesin pesawat tiba-tiba mati selama 14-15 menit tanpa sebab yang jelas dan terbang tanpa ada tenaga atau biasa disebut “gliding”. Ternyata matinya mesin tersebut adalah karena ulah debu Gunung Galunggung. Penulis juga merasakan menjadi salah satu “korban” yang terluntalunta di negeri orang ketika problematika penerbangan ini terjadi. Tanggal 23 April sedianya penulis meninggalkan kota New York pulang ke Belanda. Beberapa
hari sebelumnya, timbul desas desus mengenai kemungkinan harus memperpanjang tinggal di kota New York. Tentu bukan menjadi masalah bisa menikmati lebih lama“The Big Apple”, tapi bagi sebagian orang, mereka sudah memiliki jadwal yang tak bisa ditinggalkan. Untunglah ternyata tanggal 21 April lalu lintas udara lewat Atlantik telah dibuka, meski sistem penerbangan masih berantakan. Ternyata cerita tak berhenti di sini; 23 April, di bandara John F Kennedy, ribuan orang terlantar gara-gara sistem penerbangan yang masih limbung. Sistem komputerisasi yang rumit ternyata tidak singkron; data-data yang biasanya biasa diakses dan di-input dengan cepat dalam satu klik ternyata harus dimasukkan secara manual; fasilitas check in on-line juga tak berfungsi. Alhasil, penulis dan rombongan hampir saja tak bisa pulang karena namanya tak terdaftar sebagai penumpang. Pesan singkatnya adalah, faktor alam ternyata memiliki kekuatan yang sangat besar untuk melumpuhkan aktivitas manusia dan pada sistem komputerisasi yang sangat rumit ketika terjadi masalah, kerumitannya berlipat untuk membetulkannya lagi.***
Jimmy Perdana
No. 3 - Juni 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
28
Proyek Delta
Langkah Revolusioner Belanda Menghadapi Banjir
N
egara Belanda memiliki kondisi alam yang cukup unik dan menantang. Setengah dari wilayah darat negara kincir angin ini memiliki ketinggian tidak lebih dari 1 meter diatas permukaan laut. Bahkan, bila dilihat lebih lanjut, 20% dari area darat negeri keju ini berada di ketinggian yang lebih rendah dari permukaan laut. Atas keadaan ini, wajar bila Belanda dikenal juga dengan sebutan the Netherlands yang berarti daratan yang rendah. Rendahnya wilayah daratan Belanda ditambah dengan letak geograisnya yang berhadapan langsung dengan Laut Utara, mengakibatkan Belanda sangat rentan terhadap ancaman terjadinya banjir, khususnya banjir yang diakibatkan oleh naiknya permukaan air laut. Mengacu pada indikasi geograis negara kincir angin ini, fenomena banjir memang tak bisa dilepaskan dari riwayat sejarah negeri oranye ini. Menurut catatan sejarah, pada tahun 1287 meluaplah banjir St. Lucia, yang merupakan salah satu banjir terhebat di dunia yang terjadi di Belanda. Insiden ini merenggut lebih dari 50.000 jiwa baik di kawasan Belanda maupun kawasan Jerman. Banjir St. Lucia tentunya bukan satu-satunya banjir dahsyat yang pernah terjadi di Belanda. Banjir-banjir besar lainnya seperti banjir St. Elizabeth (1404 dan 1421), banjir St. Felix (1530), banjir All Saints (1570), banjir Christmas (1717), dan banjir Zuider Zee (1916) menambah panjang rentetan sejarah berkenaan
mendunia negeri Belanda dalam melakukan revolusi pembangunan infrastruktur penangkal banjir akibat air pasang sebenarnya baru dimulai pada tahun 1953. Pada tanggal 1 Februari 1953, terjadi badai Laut Utara yang menghujam pesisir pantai Belanda. Badai yang mengakibatkan naiknya air laut hingga ketinggian 4,5 meter diatas normal, menelan korban sebanyak 1.835 jiwa, menghancurkan 4.500 rumah penduduk, dan menenggelamkan 150.000 hektar wilayah darat belanda. Kejadian traumatis ini menyulut kesadaran warga Belanda untuk melakukan Maeslant Barrier, proyek terakhir dalam proyek delta. tidak lanjut kongkrit dalam Foto: gcaptain.com. waktu sesingkat-singkatnya dengan banjir hebat yang pernah untuk mencegah terjadinya terjadi di Belanda. efek serupa. Dalam jangka waktu Terjadinya banjir tentunya kurang dari 3 minggu, pada tanggal akan menghambat atau bahkan 21 Februari 1953, sebuah komisi menghentikan perputaran roda khusus yang bertugas untuk penghidupan negeri Belanda menyiapkan kebijakan kongkrit secara keseluruhan. Kerugian jiwa, sesegera mungkin dibentuk. Komisi harta, infrastruktur publik, dan itu dinamai komisi delta. bekunya aktivitas perekonomian Formulasi kebijakan komisi adalah beberapa efek negatif delta dituangkan ke dalam 5 konkrit yang harus diderita oleh rekomendasi berkekuatan rakyat Belanda. Tanpa bersifat pasif hukum yang dirumuskan setahap dan pasrah, beberapa usaha-usaha demi setahap dari 16 Mei 1953 aktif untuk meredam efek dari air hingga 16 November 1955. bah ini telah dilakukan sedari dulu. Rekomendasi yang pada akhirnya Pembangunan bendungan, kanal diimplementasikan dalam 9 tahap air, dan kincir angin adalah beberapa proyek pembangunan infrastruktur, usaha nyata Belanda dalam direncanakan untuk selesai dalam menghadapi banjir melalui proyek- jangka waktu 25 tahun dengan proyek pengelolaan air. Walaupun perkiraan dana sebesar 1,5 - 2 miliar usaha-usaha menangkal efek banjir Guilders (680 sampai 900 juta Euro sudah menjadi tradisi, kehebatan atau 7,87-10,4 Triliun Rupiah). Proyek
Jong Indonesia - No. 3 - Juni 2010 - Tahun I
29
Yuk, Nulis!
Oosterscheldekering dam terbesar dari 13 dam yang dibangun dalam proyek delta. FotoJackmaryetc.com
yang diawali dengan pembangunan fasilitas penghalang badai di Sungai Hollandse Ijssel dan diakhiri dengan pembangunan fasilitas pengontrol banjir Maeslantkering di Nieuwe Waterweg pada tahun 1997. Fasilitas pengontrol banjir Maeslantkering yang dapat mengatur bukaan tutupan sungai dengan otomatis adalah salah satu dari mega proyek teknologi-teknologi teknik sipil termutakhir yang terangkai dalam Proyek delta ini. Dikarenakan pengalaman Belanda dalam mengimplementasikan proyekprojek infrastruktur berteknologi tinggi dalam menghadapi banjir, Belanda adalah salah satu tempat utama yang dituju oleh negaranegara di dunia untuk melakukan studi banding dalam pembangunan infrastruktur pengontrol banjir. Tak terkecuali insinyur-insinyur dari negara adi kuasa Amerika Serikat yang pernah dihantam badai Katrina yang menenggelamkan wilayah-wilayah seperti New
Orleans, Mississipi, Alabama, dan Florida Selatan. Artikel ini ditujukan sebagai pengenalan awal bagi pembaca untuk mengeksplorasi lebih lanjut kemajuan teknologi penanggulangan banjir di Belanda. Proyek delta juga sangat menarik untuk dipelajari sebagai bahan perbandingan dalam perumusan kebijakan penanggulangan banjir di Indonesia. Artikel pengenalan singkat ini bersumber pada situs resmi dari proyek delta http:// www.deltawerken.com/. Bagi siapapun yang ingin mengenal dan mengeksplorasi lebih lanjut proyek yang pernah dinobatkan sebagai salah satu keajaiban dunia ini dapat menuju langsung ke situs tersebut. Selamat bereksplorasi, selamat berikir kritis tentang cara implementasi dan penyesuaian contoh-contoh teknologi terbaik dunia yang dapat menginspirasi adopsi teknologi untuk negara kita. Selamat berkarya !!!.***
Meditya Wasesa
Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Belanda pernah menorehkan sejarahnya lewat perjuangan media. Indische Vereeniging atau Perhimpunan Hindia yang berdiri tahun 1908 pernah menerbitkan buletin Hindia Poetera. Pada September 1922, organisasi ini berubah menjadi Indonesische Vereeniging. Mereka kembali menerbitkan majalah Hindia Poetra dengan Hatta sebagai pengasuhnya. Hindia Poetra ini menjadi sarana untuk menyebarkan ide-ide antikolonial. Pada dua edisi pertama, Hatta menyumbangkan tulisan kritik mengenai praktek sewa tanah industry gula Hindia Belanda yang merugikan petani. Tahun 1924, nama majalah Hindia Poetra berubah menjadi Indonesia Merdeka. Tahun 1925 nama organisasi Indionesische Vereeniging resmi berubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Untuk menghidupkan kembali semangat perjuangan lewat media ini, PPI Belanda bermaksud menerbitkan majalah online sebagai jembatan informasi dan aktualisasi idealism pelajar Indonesia dengan nama JONG INDONESIA. “Jong� (Bahasa Belanda) artinya PEMUDA. Menjelang Sumpah Pemuda 1928, banyak muncul perkumpulan seperti Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Celebes, dan lain-lain. Dengan semangat Sumpah Pemuda 1928, majalah JONG INDONESIA ingin mengajak para pelajar di negeri untuk menyumbangkan pemikirannya untuk Indonesia yang lebih baik. JONG INDONESIA diharapkan menjadi media pembelajaran, transfer informasi-pengetahuan; mempererat dan memperluas persaudaran serta memberikan masukan menuju Indonesia yang lebih baik. Kami mengundang Anda, untuk mengirimkan tulisan berupa artikel, opini, dan lain-lain untuk mengisi rubrik-rubrik: SURAT PEMBACA; SAINS dan TEKNOLOGI; LINGKUNGAN; SOSIAL POLITIK; BUDAYA; JALAN-JALAN; RESENSI BUKU; dan lain-lain. Kirimkan tulisan Anda melalui email: majalahjong@yahoo.com Redaksi JONG INDONESIA
No. 3 - Juni 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
30
Parade hari kemerdekaan. Foto Jimmy Perdana
Hari Kemerdekaan Belanda B
agi penduduk Kerajaan Belanda, terutama mereka yang berdomisili di Wageningen, 5 mei merupakan hari yang sangat istimewa. Pada hari itu, Belanda merayakan hari kemerdekaannya. Merdeka? Dari apa? Bukannya mereka itu kolonialis? Wong bekas-bekas kejayaan Belanda saja masih tertinggal sampai di New Amsterdam dan Batavia! Mungkin ada yang bertanya-tanya dalam hati seperti itu. Terus apa pula hubungannya dengan Wageningen, desa mungil yang masih lebih kecil dari Prembun, Kebumen? Kisah ini bisa ditarik jauh ke belakang hingga era 1500-an. Pada masa itu, Belanda pun pernah mengalami yang namanya penjajahan yang dilakukan oleh Charles V, raja Spanyol yang juga kaisar Kekaisaran Romawi Suci.
Belanda harus berjuang selama 8 tahun untuk memperoleh kemerdekaannya. Era itu juga memunculkan tokoh ikonik bernama William van Orange dengan katakatanya yang (mungkin masih) relevan bagi bangsa Indonesia “Ik kan niet goedkeuren dat vorsten over het geweten van hun onderdanen willen heersen en hun de vrijheid van geloof en godsdienst ontnemen� (Saya tidak bisa menerima bahwa sebuah tiran ingin memaksakan hati nurani rakyatnya dan menghapus kebebasan dalam beragama dan kepercayaan). Sejak saat itu Belanda tak pernah sepi dari intrik politik, terutama juga karena letaknya yang “strategis� diantara dua gajah Eropa yang sering berseteru, Prancis dan Jerman. Pada era Napoleon, Belanda menjadi dominion Prancis. Puncaknya terjadi
Jong Indonesia - No. 3 - Juni 2010 - Tahun I
pada Perang dunia II; Belanda (dan Belgia) yang netral diinvasi Jerman dalam perang kilatnya. Hal ini dilakukan karena Jerman tidak ingin secara langsung menyerang Prancis yang dilindungi Maginot Line yang membentang dari Alsace-Lorraine sampai Belgia. Pendudukan Jerman di Belanda ternyata tak berlangsung lama. Takluknya Jerman di front timur (Stalingard, perang Kursk), terusirnya Afrika Korps dari benua hitam, dan pendaratan sekutu di Sisilia (Itali) dan yang paling nyata, pendaratan dua juta tentara Sekutu di Normandia, Prancis, pada awal Juni 1944 telah menjadi tanda nyata bahwa pendudukan Jerman akan segera berakhir. Namun, pada kenyataannya, Belanda harus menunggu sampai musim semi 1945 untuk benar-benar
31 merasakan kemerdekaan. Lebihlebih, satu tahun itu bukanlah tahun yang mudah; perang berkecamuk, musim dingin yang ganas dan berkepanjangan (dikenal sebagai hongerwinter, kelaparan pada musim dingin 1944-1945), menjadikan masa itu sebagai waktu “penantian dalam sekarat�. Penantian itu secara de jure berakhir pada 5 Mei 1945. Pada hari itu, tentara Jerman menyerah kepada tentara Kanada di bawah komando Jendral Charles Foulkes, menandai berakhirnya pendudukan Jerman di Belanda. Penandatangan kapitulasi itu dilakukan di hotel “de Wereld�, Wageningen. Oleh karena itu, setiap 5 Mei, perayaan kemerdekaan Belanda selalu dipusatkan di Wageningen. Perayaan 5 Mei tahun ini sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Lebih ramai. Setiap 5 Foto Jimmy Perdana
tahun sekali, perayaan ini memang dibuat lebih wah. Tambahan pula, hanya setiap 5 tahun seluruh penduduk Belanda bisa memperoleh libur pada 5 Mei. Peringatan kemerdekaan ini diawali pada senja 4 Mei yang dipusatkan di 5 Mei Plein, tepat di depan hotel De Wereld. Upacara penyalaan lilin dan tabur bunga ini dijadikan simbol untuk mengenang mereka yang gugur pada Perang Dunia II. Keesokan harinya, Wageningen diubah menjadi ajang konser. Paling tidak ada lima panggung terbuka yang siap menampung para musisi yang bila disejajarkan dengan artis Indonesia sekaliber Kangen Band ataupun Inul Daratista. Puluhan ribu orang tumpah ruah di jalanan. Peter dan istrinya Gesien, setengah baya, penduduk Wageningen, mengaku bahkan untuk keluar dari keramaian itu saja susah sekali. Maklum saja, penduduk Belanda memang dikenal suka hal yang berbau ramairamai, apapun itu, yang penting asoy. Hin gar- b in gar musik di panggungpanggung dadakan itu secara serempak dihentikan pada pukul 12 siang. Puluhan ribu orang yang terceraiberai di pusatpusat keramaian s e k a r a n g terkonsentrasi di rute yang akan dilewati parade. Parade kemerdekaan ini diawali dari 5 Mei Plein, melalui jalan General
Foto Jimmy Perdana
Foulkesweg (untuk mengenang Jendral Foulkes), StandsbrinkLawijks Alle (jalan utama Wageningen yang hanya 1 lajur) dan kembali ke 5 Mei Plein. Parade ini juga diramaikan oleh tentara-tentara gadungan yang berkostum seperti pejuang pada perang dunia, drum band, kendaraan perang, mobil-mobil kuno, sepeda kumbang, dan yang terpenting, para veteran perang; tak ketinggalan para veteran KNIL. Seusai parade, para penggembira bisa bergoyang kembali karena panggung hiburan dibuka lagi. Beberapa bisa menikmati bir, patat (kentang goreng), membeli makanan di tembok, atau hanya berjalan meramaikan keramaian. ***
Jimmy Perdana
No. 3 - Juni 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
32
Wisata Produk Organik di Belanda Oleh: Ihsan Hasibuan - Wageningen
Toko organik. Foto: Ihsan Hasibuan.
Belanda adalah salah satu negara di Eropa yang mengalami kemajuan pesat di bidang pertanian, khsusnya pertanian organik. Permintaan konsumen akan produk organik semakin meningkat sehingga mendorong menjamurnya tokotoko yang khusus menjual produk organik. Bersama dengan temanteman mahasiswa jurusan pertanian organik dari Universitas Wageningen berkesempatan mengisi akhir pekan dengan mengunjungi pusat-pusat penjualan produk organik yang tersebar di kota Utrecht, Belanda, berikut kutipannya. Setidaknya terdapat lima toko di kota ini yang khusus menjual produk organik dengan keunikannya masing-masing. Toko organik yang paling besar adalah ‘De natuurwinkel” ukurannya lebih kurang seperti ruko empat pintu. toko ini letaknya sekitar sepuluh menit perjalanan bis dari pusat
kota. Di toko ini tersedia ratusan produk organik dari manca negara mulai dari kebutuhan pokok, sayur, buah, susu, sampai penganan ringan. Bagi yang punya hobby berkebun, toko organik “estafe” menyediakan benih sayur dan bunga organik, bahkan disini juga disediakan tanah organik yang sudah dibungkus dalam kemasan 10 kg. Toko ini letaknya kurang lebih sepuluh menit perjalanan kaki ke arah utara dari de natuurwinkel. Berdampingan dengan toko ini, kita juga bisa membeli daging organik. Toko “de groene weg” menyediakan daging organik segar mulai dari sapi, kambing, ayam, dan lain-lain. Wisata organik belum lengkap jika tidak mencicipi nikmatnya kopi organik di rumah makan “Bagles and beans” yang letaknya persis bersebelahan dengan estafe dan de groene weg. Cukup dengan dua euro atau sekitar 25 ribu rupiah, kita
Jong Indonesia - No. 3 - Juni 2010 - Tahun I
sudah bisa menikmati segarnya kopi organik sambil diiringi musik klasik khas belanda dan suasana ruangan seperti di rumah sendiri. Bagi yang lebih suka menikmati segarnya es krim organik bisa mengunjungi “ijs en zopie”. Selain es krim kita juga bisa mencicipi sorbet dan buah organik. Sebagai pelengkap, lebih asyik jika membawa pulang oleh-oleh souvenir. “Nukuhiva” dan “Smile superstore” adalah toko yang memiliki koleksi pakaian yang dibuat dari kapas organik. Di samping itu di Smile supertore kita juga bisa mendapatkan buku-buku praktis tentang pertanian organik dan pertanian berkelanjutan. Dan bila ingin mencari cinderamata yang lebih spesial seperti boneka, tas, hiasan rumah jangan lupa untuk mampir ke “Bureau bewust” disana kita bisa mendapati produk berlabel eko-friendly. Semoga pengalaman diatas bisa memberi inspirasi untuk kemajuan pertanian organik di tanah air kita.***
Ruko de natuurwinkel. Foto: Ihsan Hasibuan