Majalah Riau Pos

Page 1

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

EDISI 103/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015 DIDIK HERWANTO/RIAU POS

LIPUTAN UTAMA

Menjadi cikgu dan mengajar anak-anak suku terasing di pedalaman rimba belantara bukanlah semata perkara matapencaharian. Medan yang berat lagi ekstrem, gaji minim di hutan sepi, membuat sejumlah guru hanya bertahan 3-4 hari. Hanya mereka yang sudah lupa dengan rasa ikhlas yang mampu menjalaninya. KESEHATAN >> SIKAT YANG JAHAT DENGAN ALPUKAT Siapa yang tak suka alpukat? Rasanya lembut dan lezat. Orang biasa mengonsumsinya dengan cara menjadikannya jus. Selain rasanya yang sangat nikmat, mengonsumsi alpukat memberikan banyak manfaat bagi tubuh kita.

MUSCLESANDMASCARA.CO

daftar isi

ASA & AIRMATA CIKGU RIMBA

WALLPAPERGRAPHICS.INFO

PUAN>> INSPIRASI RATU SEHARI Hari pernikahan yang sempurna adalah impian seluruh perempuan. Tak heran, semakin banyak perempuan yang memastikan gaun pengantinnya cocok. Caranya adalah membuat desainnya sendiri. EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

RALINE SHAH

WAJIB MELANCONG IDLEWILDLONDON.COM

JARANG DICUCI, JADI INFEKSI Sebuah jajak pendapat baru telah menemukan, pria rata-rata memakai piyama atau baju tidur selama hampir dua minggu berturut-turut sebelum mencucinya. Sementara wanita memakai baju yang sama selama 17 hari.

Raline Shah (29) membuktikan kalau dia tak hanya cantik dan ramping, melainkan juga punya semangat petualang yang tinggi serta fisik yang tangguh. Raline menjelaskan mengenai hobinya berjalan-jalan.

FILM >>

FOTO COVER: DIDIK HERWANTO/RIAU POS

TERMINATOR: GENESYS MISI KEMBALI KE MASA LALU Terminator Genesys ini mengembangkan adegan dari cerita dua film Terminator sebelumnya. Film ini menceritakan robot bernama Sarah Connor (Emilia Clarke) yang dibesarkan oleh Terminator (Arnold Schwarzenegger) dan memanggilnya ‘’Pops’’ yang dianggapnya sebagai ayah.

Pemimpin Redaksi: Purnimasari Wakil Pemimpin Redaksi: Furqon LW Redaksi: Amzar, Hasan Hanafi, Eriyanto Hadi, Syamsul Bahri Samin, Menrizal Nurdin, Akmalannas Layout: Wan Sarudin Online: Ilva Yulianto Kontak Iklan: Bagian Iklan Riau Pos, Telp (62-761) 64638 Presiden Komisaris: Rida K Liamsi Presiden Direktur: Makmur Kasim General Manager: Zulmansyah Sekedang Wakil General Manager: Asnida Syukur Group Head Editor: Raja Isyam Azwar Alamat Redaksi: Gedung Riau Pos, Jalan HR Subrantas KM 10,5 Pekanbaru, Telp (62-761) 64633, Fax (62-761) 64640, e-mail: majalah_riaupos@yahoo.com EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015

INTERNET


○○

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

TERASING PURNIMASARI pemimpin redaksi

T

ERPENCIL di pedalaman. Terisolir dan terpinggirkan. Semenjak dahulu hingga sekarang, perlakuan terhadap suku terasing tak banyak berubah. Pendidikan sebagai salah satu cara yang dianggap mampu untuk meningkatkan harkat hidup mereka, memperoleh cabaran yang tidak sedikit. Ketika berkesempatan meliput pendidikan anak-anak suku Sakai di Minas Barat pada 2009, hal serupa terjadi seperti dalam liputan utama kami edisi ini. Bangunan sekolah berdinding papan dan beratap rumbia sudah sangat disyukuri. Tak jarang, anak-anak terpaksa belajar di bawah batang sawit yang telah pepak melambak di kampung mereka. Atau pindah ke rumah-rumah penduduk yang berdindingkan kulit kayu. Kehidupan mereka masih merupakan cerita ironi di tengah kepungan hutan tanaman industri (HTI) dan pipa angguk yang mengeruk minyak bumi dari tanah leluhur mereka. Kalaupun pernah ada bantuan dari perusahaan, itu baru sebatas pelepas

EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○

tanya. Padahal, akibat aktivitas perusahaan, sungai mereka tercemar sehingga tak dapat lagi mencari ikan. Rimba belantara mereka punah padahal hutan lah akar tunggang kehidupan mereka. Pada 1987, Pemerintah Daerah Indragiri Hulu pernah melaporkan bahwa ada seorang

anak suku Talang Mamak bernama Santek yang berhasil menamatkan Sekolah Menengah Atas. Anak ini semula tentu diharapkan dapat melakukan pembaruan di kalangan sukunya. Namun ia tak dapat peluang, misalnya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi sehingga akhirnya kandas menjadi penganggur.

ASAPUNGGUR & AIRMATA KALAM LAPUT CIKGU RIMBA ○

Hal yang sama juga berlaku terhadap anak suku Hutan. Pernah ada seorang di antara anak suku ini yang berhasil masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan berjalan kaki dari kampungnya ke sekolah. Sayangnya, pada suatu ketika, nilai rapornya dalam salah satu mata pelajaran (kalau tak khilaf bahasa Inggris), diberi angka merah oleh cikgu. Ini menjadi pukulan hebat sehingga ia lebih memilih berhenti sekolah. Pendidikan adalah jalur yang paling mangkus bagi terbukanya pembaruan kehidupan. Perhatian pada anak-anak suku terasing dalam hal pendidikan sepatutnya memperoleh posisi yang khas. Harus ada pertimbangan dan kemudahan-kemudahan tersendiri bagi mereka, sehingga dapat mendorong dan melapangkan jalan bagi mereka memasuki dunia pendidikan. Dulu, pada 1971 pernah didirikan sekolah dasar untuk suku Talang Mamak di Talang Perigi. Tapi tahun 1972 sekolah ini terpaksa ditutup karena tak ada murid. Pada era 1980an tepatnya tahun 1986 pernah ada salah satu

EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Pendidikan adalah jalur yang paling mangkus bagi terbukanya pembaruan kehidupan. Perhatian pada anak-anak suku terasing dalam hal pendidikan sepatutnya memperoleh posisi yang khas. Harus ada pertimbangan dan kemudahan-kemudahan tersendiri bagi mereka, sehingga dapat mendorong dan melapangkan jalan bagi mereka memasuki dunia pendidikan.

ASAPUNGGUR & AIRMATAKALAM LAPUT CIKGU RIMBA ○

pola pembinaan yang menarik yang dilakukan oleh Panti Asuhan Masyarakat Terasing di bawah naungan Yayasan Al Huda, di Pekanbaru. Panti ini mendidik anak-anak suku terasing usia 710 tahun. Dari data 1986-1991 memperlihatkan, anak suku Talang Mamak ternyata lebih betah tinggal di panti dibanding anakanak suku lainnya seperi Sakai dan Akit. Kenyataan memberi bukti, anak-anak suku terasing yang tinggal di panti ternyata memiliki kemampuan yang memuaskan. Mereka telah memegang juara umum di kelasnya dan menjadi rekor dalam beberapa mata pelajaran. Malah ada anak panti yang bisa naik kelas dua kali dalam setahun. Penampilan suku terasing yang sederhana dan bersahaja kerap membuat mereka dipersepsikan sebagai orang bodoh dan lugu. Padahal mereka justru orang cerdik, terbukti dari kemampuannya bertahan dan berkembang dalam rimba belantara. Mereka akan selamanya berada dalam posisi terpinggirkan, selama kita tak dapat menerima mereka sebagai saudara dan sebagai warga yang ‘’duduk sama rendah, tegak sama tinggi’’ dalam pergaulan sosial kita.***

EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA LAPUT ○

ASA & AIRMATA CIKGU RIMBA LAPORAN & FOTO-FOTO: DIDIK HERWANTO (Batang Gangsal, Indragiri Hulu)

MENJADI CIKGU DAN MENGAJAR ANAK-ANAK SUKU TERASING DI PEDALAMAN RIMBA BELANTARA BUKANLAH SEMATA PERKARA MATAPENCAHARIAN. MEDAN YANG BERAT LAGI EKSTREM, GAJI MINIM DI HUTAN SEPI, MEMBUAT SEJUMLAH GURU HANYA BERTAHAN 3-4 HARI. HANYA MEREKA YANG SUDAH LUPA DENGAN RASA IKHLAS YANG MAMPU MENJALANINYA. EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

W

Setiap bulannya, pria yang juga akrab disapa Pak Tuo ini harus menempuh jarak puluhan kilometer dengan berjalan kaki menuju sekolah di Dusun Sadan.

ALAU telah reda, hujan tetap bisa menjadi penyela. Kondisi jalan yang memang buruk kian lecah jika hujan tiba. Bahkan sepedamotor pun susah melewatinya. Kubangan besar menganga di mana-mana. Jalan yang harus ditempuh menjadi sangat licin dan berisiko besar karena harus melayang (menyeberang, red) sungai yang dalam dan berarus deras. ‘’Sepertinye hari ni tak mungkin kite mudik, cuaca tak bagus. Bagusnye besok aje atau tunggu cuaca bagus. Malam ni mike bermalam ajelah di sini,’’ ujar Pak Tatung (58). Pak Tatung alias Sarifuddin adalah guru bagi anak-anak di pedalaman Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT), Provinsi Riau. Sudah 13 tahun pria yang tak lulus Sekolah Dasar (SD) ini mengabdikan dirinya demi kemajuan pendidikan khususnya anak-anak suku Talang Mamak. Saat menuju Dusun Lemang, Desa Rantau Langsat, Kecamatan Batang Gangsal, Indragiri Hulu (Inhu), Jumat (2/1), beberapa kali majalah.riaupos.co terpaksa turun dari ojek karena buruknya jalan, terutama saat melewati wilayah Siambul. Biasanya, dalam kondisi normal, perjalanan dari Siberida — ibukota Kecamatan Batang Gangsal— ke Dusun Lemang hanya memakan waktu 30 menit. Karena kondisi jalan begitu parah, perjalanan akhirnya ditempuh hingga satu jam lebih.

ANAK-ANAK DITIPU TAUKE Setiap bulannya, pria yang juga akrab disapa Pak Tuo ini harus menempuh jarak puluhan kilometer dengan berjalan kaki menuju sekolah di Dusun Sadan. Menembus rimba belantara, mendaki bukit curam dan terjal, mengarung sungai deras setengah badan, digigit lintah dan ancaman hewan buas harus dihadapinya. EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Inilah medan yang setiap hari dilalui anak-anak dari Tanjung Lintang, Benyasih dan Air Bomban untuk belajar di Sadan. DIDIK HERWANTO/RIAU POS

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

Walau tak tamat SD, Pak Tatung nekad mengajar anak-anak Talang Mamak. Semuanya berawal pada tahun 2001, ketika di depan matanya ia menyaksikan anak-anak Talang Mamak dari Dusun Datai ditipu oleh tauke ketika menjual petai. Datai adalah dusun terjauh dari Lemang. Perlu waktu tiga hari tiga malam menggunakan rakit untuk sampai ke sana. ’’Saat itu saya betulbetul terenyuh melihat anak-anak Talang Mamak ditipu. Semuanya karena mereka tidak paham dan mengerti cara berhitung,’’ tuturnya. Ketika itu, kenang Pak Tatung, datang seorang tauke besar dari luar Seberida. Seingatnya, ada sekitar 50 ikat petai yang dibawa anak-anak Talang Mamak dari Datai. Harga jual yang disepakati Rp3.000 per ikat. Harusnya dengan harga itu, uang yang diterima anak-anak adalah Rp150 ribu. Namun apa daya, dengan menggunakan kalkulator, si tauke menghitung dan menunjukkan ke anak-anak bahwa harga petai mereka hanya Rp120 ribu. Karena lima dikali tiga adalah 12 dan tertera dalam mesin hitung. Karena ketidaktahuan, anak-anak hanya mengangguk tanda setuju. ‘’Di situlah saya melihat, betapa EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○ ○○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

bodohnya anak anak Talang Mamak,’’ ujarnya. Melihat akal culas si tauke, Pak Tatung lantas menegur. Tanpa rasa bersalah tauke hanya menjawab, ‘’Biar sajalah Bang, mereka kan bodoh-bodoh. Takkan tau juge.’’ Sejak saat itu ia bertekad memutus praktek penipuan tersebut. Dalam benaknya, anak-anak Talang Mamak tak boleh lagi tumbuh dalam lingkungan yang tak tersentuh pendidikan. Mereka tak boleh lagi buta huruf dan harus pandai berhitung serta membaca.

DITERTAWAKAN PAMAN

Dukungan justru datang dari Kepala Desa, H Baharudin (almarhum). Setelah mendengar niat Pak Tatung, tanpa pikir panjang ia langsung menyetujuinya. Bahkan, sebagai kompensasi, Pak Tatung diberi uang Rp250 ribu per bulan dan beras lima kilogram.

Untuk memuluskan rencananya, Pak Tatung menghadap pamannya yang saat itu menjadi Kepala Cabang (Kacab) Dinas Pendidikan di Kecamatan Batang Gangsal. Namun sang Paman malah menertawakan dan balik bertanya, ‘’Kau bise ape Din, kau sekolah aja idak (tidak, red). Kate kau mudah jadi guru tu,’’ kata sang Paman saat itu. Pak Tatung bukannya tak menyesali mengapa ia dulu tak sekolah. Kalau sekolah, tentu banyak yang bisa ia ajarkan pada murid-muridnya. Tak seperti sekarang, hanya alakadarnya sehingga murid-muridnya masih bergantung pada guru-guru dari luar. Pak Tatung tak lulus SD karena sewaktu kecil sangat degil. Disuruh sekolah, ia malah pergi main. Bahkan, ia pernah dilemparkan dari dalam rumah oleh sang kakak karena tak mau sekolah. Meski niat tulusnya ditolak sang Paman, Pak Tatung tak putus asa. Dukungan justru datang dari Kepala Desa, H Baharudin (almarhum). Setelah mendengar niat Pak Tatung, tanpa pikir panjang ia langsung menyetujuinya. Bahkan, sebagai kompensasi, Pak Tatung diberi uang Rp250 ribu per bulan dan beras lima kilogram. ‘’Kalau memang kau nak ngajar, biar aku bantu duit dari kas desa. Baik-baiklah kau ngajar di sana ye Din,’’ EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Mengarungi air sungai, bahkan ada yang hingga kedalaman setengah badan sudah biasa dijalani Pak Tatung.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

kata Pak Tatung menirukan ucapan sang kepala desa kala itu. Dengan bekal itu, Pak Tatung lalu berjalan menyusuri dusun demi dusun untuk mengajar membaca, menulis dan berhitung. Selama empat tahun, metode yang diterapkan adalah mengajar dari rumah ke rumah. Di setiap dusun anak-anak dikumpulkan kala malam, sebab saat siang mayoritas mereka ikut orangtua ke ladang.

BUKU DIBUAT ROKOK Rintangan saat pertama kali mengajak anak-anak Talang Mamak untuk belajar justru datang dari orangtua. Mereka melarang anak-anaknya belajar karena sekolah dianggap tak menghasilkan uang. Namun Pak Tatung tak kehabisan akal. Ia katakan pada para orangtua, bahwa Jepang dulu menjajah karena kebodohan kita. Sekarang orang Talang Mamak pintar, Jepang lebih memilih berteman. ‘’Iye dak, betul kata kau Tatung,

EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Karena tak ada buku, anakanak Datai pada waktu itu mencoretcoret dinding mereka meng-gunakan arang. Huruf ABC, 123 berjejer di dinding rumah mereka.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

Jepang kini suke bagi mie instan ke aku,’’ timpal salah seorang pemuka masyarakat Talang Mamak di Datai. Sejak saat itu, para orangtua membolehkan anak-anaknya belajar. Bahkan karena terlalu antusiasnya, huruf-huruf dan angka-angka yang diajar Pak Tatung pada malam harinya, keesokan pagi akan mudah ditemui di dinding-dinding rumah mereka yang mayoritas terbuat dari papan. ‘’Karena tak ada buku, anak-anak Datai pada waktu itu mencoret-coret dinding mereka menggunakan arang. Huruf ABC, 123 berjejer di dinding rumah mereka,’’ katanya. Banyak cerita menarik saat mengajar anak-anak Talang Mamak. Pernah suatu ketika ada seorang siswa yang tiap hari minta buku pada Pak Tatung. Hari ini diberi, besok pagi sudah minta lagi. Penasaran, Pak Tatung lalu menanyakan ke mana buku-buku yang diberi mengapa cepat sekali habisnya. Dengan lugu si murid tadi menjawab, ‘’Buku di rumah habis Pak Guru, buat kertas ukuk (rokok, red) sama Bapak.’’ Pernah juga Pak Tatung dipanggil orangtua perihal anaknya yang dianggap berperilaku aneh sejak sekolah. ‘’Cemane ni Tung, ape yang kau ajarkan same anakku ni. Sejak sekolah sama kau ni, kertas betumpuk-tumpuk di bakul. Kate budak-budak ni, surat-surat cewek,’’ ucap Pak Tatung menirukan perkataan sang wali murid. Ketika memeriksa tumpukan kertas, ia pun terkejut karena itu ternyata surat cinta. Namun dalam hati ia merasa senang, sebab ternyata anak muridnya telah pandai membaca dan menulis. Agar orangtua tak marah dan tetap membolehkan anaknya sekolah, Pak Tatung mengatakan bahwa isi kertaskertas tadi merupakan syair lagu. ‘’Ini idak (tidak, red) surat-surat cewek Pak Andak, cume syair lagu. Kalau tak percaya, cube Pak Andak bace sendiri.’’ EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Suasana di kelompok belajar Nunusan. Ruang kelas memprihatinkan karena bocor di sana-sini.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

Sang orangtua pun lantas menjawab, ‘’Ah kau ini Tung, mane pandai aku bace.’’

DIDIK HERWANTO/RIAU POS

BELAJAR-MENGAJAR TERHENTI Cabaran menerpa pada pertengahan 2006. Padahal, pada 2004, Program Konservasi Harimau Sumatera (PKHS) mulai membantu usaha Pak Tatung dengan mengangkatnya jadi staf pengajar bergaji Rp600 ribu. Proses belajar-mengajar yang semula tiada kendala jadi terhenti akibat persoalan internal PKHS yang menghentikan semua program dan merumahkan seluruh staf, termasuk Pak Tatung. Tiga purnama berlalu, rasa rindu pada murid-muridnya bergelayut di hati Pak Tatung. Namun ia bingung hendak mudik ke Datai, bekal tak ada karena PKHS berhenti beroperasi. Dana Rp250 ribu dari kepala desa sudah dihentikan sejak ia diangkat jadi staf PKHS. Akhirnya, karena didorong beban moral yang EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Derasnya jeram Batang Gangsal tak seberapa dibanding derasnya rindu yang ia bendung pada murid-muridnya. Setelah tiga hari tiga malam membelah derasnya jeram Batang Gangsal, pemandangan pertama yang ia saksikan adalah kondisi sekolah yang tak terurus. Rumput liar tumbuh setinggi pinggang mengelilingi bangunan sekolah.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

demikian besar, ia bulatkan tekad untuk tetap berangkat, bagaimanapun caranya. Yang terbayang di pelupuk mata hanya wajah muridmuridnya. Yang terngiang hanya lagu ‘’ABCD’’ yang kerap dinyanyikan para siswa kala mandi di Batang Gangsal. Namun langkahnya juga terasa berat takkala menoleh ke belakang, melihat anaknya yang saat itu masih kecil-kecil. Nalarnya menerawang jauh. Karena bagaimanapun ia bertanggung jawab atas keduanya. Ide muncul dari hasil hutan dan bumi Datai yang berlimpah. Petai dan pinang yang jadi primadona saat itu berasal dari Datai. Jiwa dagangnya tiba-tiba lahir. Apapun caranya, pulang harus membawa sesuatu yang laku dijual. Purnama keempat belum tiba saat ia mendorong rakitnya menuju Datai. Derasnya jeram Batang Gangsal tak seberapa dibanding derasnya rindu yang ia bendung pada murid-muridnya. Setelah tiga hari tiga malam membelah derasnya jeram Batang Gangsal, pemandangan pertama yang ia saksikan adalah kondisi sekolah yang tak terurus. Rumput liar tumbuh setinggi pinggang mengelilingi bangunan sekolah. Ketika memasuki ruang kelas, coretan ada di mana-mana. Namun ada satu coretan di papan tulis yang membuatnya tertawa terpingkal-pingkal. ‘’Awas Pak Tuo tak datang datang mengajar, akan kami laporkan ke Pak Junus (Yunus, red).’’ Demikian isi tulisan itu. Pak Yunus yang dimaksud adalah pembina Yayasan PKHS. Dalam hati ia gembira, anak-anaknya telah makin pandai menulis. SD Datai sendiri pada saat itu juga telah berubah nama jadi SD Marjinal Datai di bawah Dinas Pendidikan. Proses belajar mengajar pun kembali dimulai walau dengan fasilitas sisa dan seadanya serta lebih singkat. Jika saat dengan PKHS proses belajar-mengajar bisa 15-20 hari, sekarang paling EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Bukan sembarang orang yang dapat melakukan pekerjaan menjadi cikgu bagi anak-anak di pedalaman. Pak Tatung hanyalah salah seorang di antara segelintir yang mampu menjalaninya dalam rentang waktu cukup lama.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

lama lima hari saja. Karena ia harus segera kembali ke Lemang sembari membawa petai dan komoditi lain untuk dijual. ‘’Istilahnya saat itu sambil lalulah, saya mudik untuk kulakan petai dan hasil bumi lain sambil ngajarkan anak-anak. Lalu saya ke hilir lagi untuk jualan kulakan saya,’’ ungkapnya. Hal itu berulang terus sampai pertengahan 2007. Setelah mengganti struktur kepengurusan, PKHS membantu kembali. Seluruh staf ditarik lagi, termasuk Pak Tatung. Gaji yang tak dibayar selama enam bulan vakum pun dilunasi. Sebenarnya, saat Dinas Pendidikan mengambil alih sekolah di Datai pada 2006 dan mengubah namanya jadi SD Marjinal Datai, selain Pak Tatung ada juga beberapa cikgu dari luar yang ditugaskan di sana. Namun yang aktif hanya Pak Tatung sendiri. Para cikgu dari luar hanya mampu bertahan 3-4 hari. Alasannya beragam, ada yang tak tahan karena jauh, sepi dan lain sebagainya. EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

TEMPAT MENGAJAR TERSEBAR

Jarak antarlokasi mengajar Pak Tatung tidaklah dekat. Masyarakat Talang Mamak yang tersebar dan hidup komunal memaksanya harus menempuh perjalanan panjang untuk sekedar memberitahu anak-anak didiknya bahwa besok atau lusa sekolah sudah dimulai.

Jarak antar-lokasi mengajar Pak Tatung tidaklah dekat. Masyarakat Talang Mamak yang tersebar dan hidup komunal memaksanya harus menempuh perjalanan panjang untuk sekedar memberitahu anak-anak didiknya bahwa besok atau lusa sekolah sudah dimulai. Perjalanan kami hari berikutnya lebih bersahabat. Fajar ketiga tahun 2015 mengintip dari celah balik bukit di depan rumah Pak Tatung yang bercat merah muda. Di rumah yang hanya memiliki satu kamar tidur tersebut, Pak Tatung bersama istri dan keenam anaknya tinggal. Ia sebenarnya memiliki tujuh anak, namun yang seorang telah berumahtangga dan bermastautin di Dusun Pebidaian. Di dapur, istri Pak Tatung sibuk menyiapkan sarapan. Aroma tumis bawang bercampur cabai sangat terasa. ‘’Masak ape kau ini Ros, baunya cam ini nian,’’ ucap Pak Tatung setengah berteriak. Tak berapa lama, sarapan pun terhidang. Sebakul nasi putih, sepiring kecil mie goreng dan telur dadar. Di belakang, anak-anak Pak Tatung juga sedang nikmat bersantap. Sang istri kemudian sibuk mengisi tas ransel hijau tua yang desainnya mirip tas tentara Jerman pada Perang Dunia II. Mulai dari pakaian, beras, buku, gula dan teh dimasukkan ke dalam tas yang dindingnya tampak dilapisi lempengan besi tipis itu. ‘’Mie instan bawa idak Bang,’’ tanya sang istri. ‘’Kau masukkan saja Ros, mane tahu budak-budak ni nak masak mie. Kopiku jangan lupe.’’ Pukul 09.30 WIB semuanya sudah siap. Illy, anak Pak Tatung yang masih berusia 3 tahun terlihat tak mau beranjak dari pangkuan sang ayah. ‘’Ayah udik ya,’’ pertanyaan itu meluncur berulang-ulang dari mulut mungilnya. ‘’Iya ayah mau mudik, ayah mau sekolah,’’ jawab Pak Tatung sambil mengelus EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Mulyadi mengajar kelompok belajar Nunusan. Kondisi mereka tak sebaik di Sadan. DIDIK HERWANTO/RIAU POS

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

kepalanya. ‘’Ros anak kau ni, aku nak berangkat lagi.’’ Seketika sang istri keluar dari dalam kamar dan menggendong Illy. Dengan tas ransel besar di punggung dan sebilah parang di genggaman kiri, Pak Tatung pamit pada anak dan istrinya. ‘’Baikbaik kalian di rumah ya, ayah nak mudik. Ros, nanti kalau Mulyadi nyusul aku, jangan lupe kau titipkan tambahan beras ye,’’ ujar Pak Tatung. Kami bergerak menjauh menuju tepi Batang Gangsal. Setelah melewati arena kemah tempat dihelatnya Festival Batang Gangsal setiap tahun, rute yang kami lalui adalah jalan setapak. Di kanan kiri, pohon-pohon getah berukuran sedang berjajar rapi. Dusun pertama yang akan kami lewati adalah Siamang. Di dusun ini mayoritas masyarakatnya adalah suku Melayu. Saat kami tiba, dusun terlihat sepi. Hampir seluruh warga pergi berladang atau mencari jernang di dalam rimba. Hampir dua jam lebih berjalan, pemandangan pun telah berubah EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

dengan hutan. Gemuruh Batang Gangsal mulai sayup terdengar, berganti kicau burung kelapas.

PERJALANAN MEMBELAH BUKIT Langkah pun dipercepat agar tiba di pelayangan (penyeberangan, red) pertama sebelum pukul 14.00 WIB. Perjalananan ini memang dilakukan dengan cara membelah bukit. Sebab jika mengikuti aliran Batang Gangsal akan makin jauh karena jalannya yang berliku-liku. Namun membelah bukit pun harus menghadapi beragam risiko di antaranya terpaksa mendaki tanjakan dan turunan yang licin berbatu. Mendekati bibir sungai, suara gemuruh air kian terdengar jelas. Jalan yang tadinya hutan yang teduh telah berganti padang ilalang. Dari kejauhan terlihat pondok beratap rumbia. EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Menaklukkan alam adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh cikgu rimba.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

Lolongan anjing warga yang sedang berkebun pun menyambut kami. Di belakang pondok itulah kami akan menyeberang. Di pondok, dua remaja lelaki tengah sibuk mencacah dauh tembakau. Suku Talang Mamak memang suka merokok linting tembakau. Karenanya tak heran jika di kebun mereka banyak tanaman ini. Berbeda dengan cara mengolah tembakau kebanyakan, suku Talang Mamak tak menjemur tembakaunya sebelum dicacah. Melainkan mencacah daun yang masih hijau lalu menjemurnya sehingga tembakau tetap hijau, tak berwarna coklat. Masyarakat tempatan menyebutnya tembakau hijau dan rasanya khas. Sungai jernih dan lebar terbentang di hadapan kami. Begitu jernihnya, sampai-sampai warna bebatuan hijau tertutup lumut tampak jelas. Inilah pelayangan gua harimau. Konon, menurut cerita nenek moyang, harimau kerap menyeberang di sini. ‘’Di atas itu guanya,’’ kata Pak Tatung sambil menunjuk ke arah tebing yang terdapat terowongan menyerupai gua. Perlahan kaki menapaki bebatuan yang licin tertutup lumut. Derasnya arus sungai membuat langkah jadi tak beraturan. Beberapa kali kami harus berhenti untuk menjaga keseimbangan. Semakin ke depan, sungai kian bertambah dalam. Yang tadinya hanya sebatas lutut, kini setengah badan sudah terendam. Arus sungai pun bertambah deras, membuat langkah kian berat. Saat beristirahat, dengan sigap Pak Tatung mengambil beberapa daun keladi yang tumbuh di tepi sungai untuk alas makan. ‘’Kita kan tak bawa bekal air, minum air sungai ini saja, jangan lupa baca bismillah,’’ ujar Pak Tatung. Pukul 15.00 WIB, bukit di depan telah siap untuk didaki. Dengan sebilah parang, Pak Tatung yang berada di depan mengayunnya ke kanan dan kiri untuk membuka jalan setapak yang mulai rimbun tertutup rumput. Kami menapak dan EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Sungai jernih dan lebar terbentang di hadapan kami. Begitu jernihnya, sampaisampai warna bebatuan hijau tertutup lumut tampak jelas. Inilah pelayangan gua harimau. Konon, menurut cerita nenek moyang, harimau kerap menyeberang di sini.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

menanjak bukit dengan kemiringan 45 derajat. Langkah terasa sangat berat dengan beban tas ransel dan kamera yang menggantung di leher. Sampai di puncak, peluh pun bercucuran. Dusun berikutnya adalah Bengayowan. Di sinilah rencananya kami akan bermalam. Ada sekitar 15 kepala keluarga yang mendiami dusun ini, terdiri atas suku Talang Mamak dan Melayu. Setelah menuruni bukit, kami tiba di rumah Pak Subuh (47), Ketua RT. Ia asli Talang Mamak. Perhatiannya terhadap pendidikan sangat besar sehingga mewakafkan tanahnya untuk bangunan sekolah. ‘’Ini sekolah yang baru kami rintis. Insya Allah tahun ini sudah ada aktivitas belajarmengajar,’’ tutur Pak Tatung, seraya menunjuk ke arah bangunan sekolah yang beratapkan daun lontar. Pak Subuh tak terlalu fasih berbahasa Indonesia sehingga tak banyak komentar. Rencananya, kami akan menginap di rumah Pak Kahar. Ia adik dari Pak Suer yang tinggal di Lemang, sahabat Pak Tatung sejak kecil. Meski berada di dusun yang sama, rumah Pak Kahar berada di seberang sungai sehingga kami harus mengarungi air sekali lagi. Sampai di rumah Pak Kahar, sekujur tubuh sudah basah kuyup. Malam itu Pak Kahar tak tidur di rumah. Ia menginap di ladang bersama anak dan istrinya sebab padi telah menguning.

DIHASUT TANAM SAWIT Ahad (4/1) pagi adalah rute menuju Dusun Nunusan. Ditemani suara burung dan kera yang bersahutan-sahutan, kami menembus rimbunnya rimba yang basah oleh embun. Dua jam berjalan, kami tiba di penyeberangan Sungai Air Buluh yang merupakan anak Batang Gangsal. Medan selanjutnya

EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Meski tinggal terisolir di dalam hutan, semangat belajar anak-anak suku terasing tak pernah padam.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

adalah tanjakan. Meski tak terlalu panjang, ketinggiannya cukup menguras tenaga. Empat jam sudah kami berada di rimba belantara TNBT. Tiada suara yang terdengar selain langkah kaki memijak dedauan kering yang berserakan di tanah. Tepat pukul 14.00 WIB, kami telah tiba di pelayangan Air Tabu. Karena tak membawa bekal, kami memasak nasi di sini. Pak Tatung langsung mengambil beberapa batang buluh (bambu) untuk dijadikan tempat menanak nasi dan membuat kopi. Reza —mahasiswa yang akrab di TNBT bersama komunitas UIN Suska Mengajar— segera mencari kayu bakar untuk membuat perapian. Menanak nasi menggunakan buluh telah jadi kebiasaan Pak Tatung tiap mudik sebab ia tak pernah membawa peralatan masak. Ketika api telah membesar, dua bilah buluh yang masing-masing telah diisi beras dan kopi pun dipanggang selama hampir satu jam. Pak Tatung mengutarakan kekhawatirannya terhadap nasib anak-anak Dusun Bengayowan jika tak segera tersentuh pendidikan. Di dusun itu, anak perempuan umur 13-14 tahun sudah menikah. Sementara anak laki-laki sudah bekerja layaknya orang dewasa. Mulai dari menyadap hingga mencari jernang dalam hutan dan berladang. ‘’Makanya tidak heran wajah dan perawakan mereka terlihat lebih tua daripada EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

umurnya,’’ tuturnya. Ia juga khawatir nasib masyarakat Datai yang kini mudah dihasut. Beberapa bulan lalu telah terjadi konflik antara warga Datai dengan pihak kehutanan akibat alih fungsi hutan. Beberapa pondok warga dibakar oleh polisi hutan. Dulu hal ini tak pernah terjadi dan masyarakat Datai sangat penurut. Pada 1970, mereka rela menempuh perjalanan berhari-hari dari Datai menuju Pebidaian hanya untuk gotong-royong yang diundang oleh pemuncak. Mereka rela menempuh perjalanan berhari-hari menggunakan rakit. Seperti masyarakat terasing di Riau pada umumnya, suku Talang Mamak juga telah lama hidup dengan mengandalkan hutan. Kini, mereka dihasut agar mau menanam kelapa sawit. Pak Tatung sangat yakin, jikapun itu terjadi, mereka hanya akan jadi penonton atau sekedar jadi tukang tebas, sebab tak punya keahlian untuk itu. Perapian sudah padam. Buluh yang tadinya hijau kini telah coklat kehitam-hitaman. Artinya nasi sudah masak. Pak Tatung segera mengangkat buluh, membelahnya dan menghamparkan di atas bebatuan. Reza menabur garam di atas nasi yang berbentuk lemang tersebut. Meski tanpa lauk, makan siang itu terasa nikmat.

DONOR DARAH PADA LINTAH Tangan kami sibuk meraba akar kayu untuk dijadikan pegangan dan memastikannya kuat. Salah pilih pegangan, tubuh akan tergelincir dan terjun bebas di lereng yang kemiringannya hampir 60 derajat dengan kedalaman hampir 50 meter. Usai melewati medan ekstrem, kami tiba di pelayangan Air Beranak yang juga masih bagian dari anak Batang Gangsal. Kedatangan kami ternyata mengejutkan para pemikat burung yang sedang EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Murid-murid Kelompok Belajar Sadan. Dalam segala keterbatasan, mereka merajut asa.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

memasang jaring di atas pohon kayu ara setinggi 30 meter lebih. Karena ketakutan, mereka tak berani turun dan bersembunyi di balik rimbunnya dahan. Tantangan berat selanjutnya adalah wilayah Pemuatan. Hampir sama dengan medan esktrem tadi, namun lebih panjang. Gerimis turun saat kami mulai berpegangan pada akar-akar pohon yang menjuntai. Suasana di dalam rimba mulai gelap. Wajah sang surya tenggelam dalam rimbunnya dahan pohon pulai, ngias dan kempas. Banyak batang rotan yang dipenuhi duri menjuntai. Ujung kaki terasa nyeri karena menopang berat badan ketika dijejakkan. Hampir 45 menit kami berjibaku dengan medan yang ekstrem ini. Dusun Nunusan masih 4 Km di depan. Pak Tatung mulai mengeluarkan senternya. Tak terhitung berapa kali kami menapaki tanjakan dan turunan. Dari kejauhan terdengar lantunan adzan. Rupanya sudah pukul 19.30 WIB. EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Warga dusun ini sangat menghormati Pak Tatung. Sebab, dialah tokoh yang dulu menjadi perintis pendidikan di sini. Bangunan sekolah yang dulu dirintisnya juga masih berdiri kukuh di depan rumah Pak Rus.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

Penyeberangan terakhir sebelum sampai di Dusun Nunusan sudah ada di depan. Di dusun itu, Pak Tatung segera menuju rumah Pak Rus yang masih terhitung paman istrinya. Di sana rencana kami akan menginap. Saat tiba di rumah panggung Pak Rus, alangah terkejutnya majalah.raupos.co saat melihat darah segar mengalir di kaki. Ternyata, warna coklat yang tadi disangka lumpur saat di dalam hutan, adalah darah yang mengalir di sela-sela jari dan betis. Ketika celana panjang dibuka, belasan lintah telah bergantung, menggembung kekenyangan. Sebagian sudah terlepas sendiri. Pak Tatung mengeluarkan tembakau dan mengusapkannya di titik-titik yang ditempeli lintah. Pinggang pun tak lepas dari serangannya. ‘’Tak apa-apa, hitung-hitung donor darah,’’ kata Reza, sambil membersihkan lintah yang juga menempel di kakinya. Warga dusun ini sangat menghormati Pak Tatung. Sebab, dialah tokoh yang dulu menjadi perintis pendidikan di sini. Bangunan sekolah yang dulu dirintisnya juga masih berdiri kukuh di depan rumah Pak Rus. Kini sekolah itu telah diambil Dinas Pendidikan dan menjadi bagian dari SD 004 Rantau Langsat sebagai kelas jauh.

IBU GURU HAYATI Senin (5/1) adalah hari ketiga kami di pedalaman TNBT. Waktu masih menunjukkan pukul 06.30 WIB saat beberapa siswa yang mengenakan seragam merah putih tiba di bangunan sekolah yang hanya beratap rumbia. Di beberapa bagian atap tampak sudah dilapisi plastik dan terpal biru. Mereka sibuk mencari sapu dan mulai membersihkan kelas serta halaman. Mereka inilah siswa-siswi Nunusan yang hari itu masuk perdana usai libur semester. Dari samping bangunan sekolah EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Hayati mengajar murid-murid Nunusan. Baginya, mengabdikan diri mengajar anakanak pedalaman merupakan pilihan hidup, kendati memang tak mudah.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

yang sederhana itu, muncul sesosok guru perempuan mengenakan jilbab putih. Satu per satu siswa yang tadi bermain di halaman, disuruh masuk. Guru itu adalah Hayati (22) yang sudah empat bulan tinggal dan mengabdikan diri di dusun tersebut. Dia tinggal tepat di samping bangunan sekolah. Tempat tinggal itu sebenarnya tak layak disebut rumah. Berukuran tak lebih dari 4x3 meter, berdinding papan dan beratap rumbia. Berstatus sebagai guru komite dengan gaji Rp500 ribu per bulan, Hayati bersama suami dan seorang anaknya rela pindah dari rumah mereka di Lemang. Saat ditemui usai mengajar, perempuan lulusan SMA ini sibuk melayani anak-anak yang membeli makanan ringan. Selain mengajar, Hayati juga membuka kedai kecil-kecilan. Hasilnya juga tak seberapa, hanya cukup untuk membantu uang belanja sehari-hari. Sebab gaji baru akan dibayar tiga bulan sekali. EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Hal lain yang kadang membuatnya sedih adalah saat turun hujan. Bangunan sekolah yang sudah bolong di sana-sini membuat aktivitas terganggu. Kadang mereka terpaksa dipindahkan ke musala atau rumah warga.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

Suaminya juga kerja serabutan, kadang ikut warga mencari jernang atau kelukup di hutan. ‘’Yang penting kumpul, biarlah hidup seadanya,’’ katanya. Bagi Hayati, mengabdikan diri mengajar anak-anak pedalaman merupakan pilihan hidup, kendati memang tak mudah. SD kelas jauh Nunusan hanya memiliki satu ruang kelas. Muridnya pun baru kelas satu sampai kelas tiga. Saat ujian kemarin, kenang Hayati, dia terpaksa membuat sistem gantian. Penentuan kenaikan kelas dilihat dari indikator kemampuan siswa dalam menulis dan membaca. Murid yang belum bisa membaca sama sekali, berarti masih kelas satu. Yang sudah bisa namun belum lancar, masuk kelas dua. Yang sudah lancar keduanya masuk kelas tiga. Hal lain yang kadang membuatnya sedih adalah saat turun hujan. Bangunan sekolah yang sudah bolong di sana-sini membuat aktivitas terganggu. Kadang mereka terpaksa dipindahkan ke musala atau rumah warga. Mata pelajaran yang diajarkan juga tak seperti di sekolah dasar kebanyakan. Hanya matematika, agama, bahasa Indonesia, PPKN, IPA dan IPS. Tak banyak yang diharap Hayati selain kesejahteraan dan keseriusan pemerintah membangun sekolah di Nunusan. Baginya, anakanak Nunusan adalah anak-anak bangsa yang juga memiliki hak yang sama dengan anak-anak lainnya di negeri ini. Menurut Beta, Kepala Sekolah SDN 04 Rantau Langsat yang membawahi langsung kelas jauh Nunusan, ia sudah pernah mengusulkan pembangunan ruang kelas yang lebih layak. Sayangnya, hingga hari ini hal tersebut tak kunjung ditanggapi. Ia juga mengakui kurangnya tenaga pendidik. Kendalanya sangat klasik. ‘’Banyak yang tak mau karena jaraknya jauh dan gajinya kecil,’’ ucapnya. Jangankan SD Nunusan dan kelompok belajar lain yang ada di pedalaman TNBT, di SD 04 Rantau EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Sekolah Nunusan yang hanya mempunyai satu ruang kelas.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

Langsat saja yang merupakan sekolah induk, tenaga pendidik hanya lima orang termasuk Beta. Itupun yang berstatus PNS hanya tiga orang. Padahal yang diajar ada sembilan kelas.

SEMANGAT ANAK TALANG MAMAK Perjalanan berikutnya adalah Dusun Sadan, tempat Pak Tatung dan kawan-kawan mengajar. Satu jam perjalanan menembus semak belukar dan kebun getah, kami tiba di penyeberangan pertama, Rantau Terap. Dari sini kami menuju Dusun Maketung, jaraknya kurang lebih tiga kilometer. Dari Maketung, dusun yang kami lewati adalah Kuala Benyasih, Tanjung Lintang, Air Bomban dan berakhir di Sadan. Total empat kali menyeberang sebelum akhirnya tiba di Dusun Air Bomban. Sebelum tiba di Air Bomban, sejak dari Benyasih dan Tanjung Lintang, Pak Tatung mendatangi satu per satu rumah muridnya. Ia memberitahukan bahwa mulai Selasa (6/1), aktivitas belajar-mengajar akan dimulai. ‘’Besok jangan lupe kita dah masuk, kau bagi tau kawan-kawan yang lain ya Desi. Pak guru EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

dah mudik, jangan sampai tak ade yang datang,’’ ucap Pak Tatung pada murid yang ditemuinya di pinggir sungai. ‘’Terutama kau, dah nak kelas enam kan. Tak boleh lagi tak masuk, tahun ini kau dah mulai kami kirim ke Lemang untuk ikut Ujian Nasional,’’ imbuhnya. Sang murid hanya menjawab, ‘’Iye Pak Tuo, Insya Allah.’’ Desi dan orangtuanya adalah suku asli Talang Mamak, namun telah memeluk Islam. Dia juga mengenakan jilbab. Bagi Suku Talang Mamak, mereka telah memiliki agama berarti termasuk suku EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Murid-murid Kelompok Belajar Sadan.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

Talang Mamak langkah luar. Rona kemerahan terserak di ufuk barat saat kami tiba di Dusun Air Bomban. Sadan yang jadi tujuan kami sebenarnya hanya tinggal 1,5 jam perjalanan. Karena tak ingin bermalam di jalan, kami putuskan untuk menginap di salah satu rumah warga. Sekalian besok Pak Tatung mengimbau anak-anaknya untuk sekolah. Selasa (6/1), pagi-pagi sekali kami telah bersiap-siap. Saat tiba di jalan setapak menuju Dusun Sadan kami bertemu EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Di sepanjang perjalanan, Pak Tatung terus memanggil anakanaknya. Tak perlu mandi, saat tahu Pak Tatung berjalan melewati rumah mereka, anakanak itu bergegas mengambil buku dan langsung ikut bersama kami.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

rombongan siswa dari Tanjung Lintang dan Kuala Benyasih, termasuk Desi yang semalam kami temui. ‘’Berangkat pukul berapa tadi?’’ tanya Majalah.Riaupos.Co. ‘’Sesudah subuh,’’ jawab Desi singkat. Karena saat itu pukul 07.00 WIB, berarti anak-anak ini menghabiskan waktu dua jam perjalanan menuju Air Bomban. Kami yang sehari sebelumnya sama-sama jalan, waktu yang diperlukan dari Tanjung Lintang-Kuala Benyasih-Air Bomban hampir empat jam. Di sepanjang perjalanan, Pak Tatung terus memanggil anakanaknya. Tak perlu mandi, saat tahu Pak Tatung berjalan melewati rumah mereka, anak-anak itu bergegas mengambil buku dan langsung ikut bersama kami. Ada yang tak memakai baju dan sandal. Saat tiba di penyeberangan pertama, kaki-kaki mungil itu dengan lincah menuruni lereng sungai. Mereka setengah berlari sambil menyeberang, padahal arus sangat deras. majalah.raupos.co sampai jatuh beberapa kali saat berusaha mengikuti mereka dan mengambil gambarnya. Menuju Sadan, tiga kali kami menyeberang sungai dengan kedalaman sepaha orang dewasa. Saat tiba di penyeberangan terakhir, sebagian anak-anak ada yang berganti pakaian dengan baju kering yang mereka bawa dari rumah. Pukul 08.30 WIB, kami tiba di Sadan, di sekolah yang hampir 10 tahun terakhir dikunjungi Pak Tatung tiap bulan. Ia segera masuk ke rumah yang difungsikan sebagai rumah tinggalnya. Jaraknya tak lebih dari satu meter dengan bangunan yang difungsikan sebagai sekolah. Bangunan sekolah di Sadan kondisinya lebih layak dibanding di Nunusan. Berdinding papan yang dicat putih dan beratap seng, bangunan sekolah ini dibagi jadi tiga ruang. Dua ruangan difungsikan jadi kelas dan satu sebagai perpustakaan. EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Anak-anak murid Kelompok belajar Sadan berlatih menjadi petugas upacara bendera.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

Selain Pak Tatung, di Sadan ada Mulyadi dan Lancar yang ikut mengajar. Melihat gurunya masuk, anak-anak yang sejak tadi bermain di halaman sekolah langsung berlarian menuju kelas. ‘’Bagaimana kabar kalian hari ini? Apa saja yang kalian lakukan saat libur?’’ tanya Pak Tatung sebelum mengajar. Beragam jawaban pun keluar. Ada yang menjawab ikut ke ladang, cari jernang dan ada juga yang menjawab ikut paman ke Seberida. Mereka tampak ceria semua hari itu. EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

INGIN BERHENTI KARENA TIADA YANG PEDULI

Pernah karena benarbenar tak ada uang untuk beli bekal makanan, Mulyadi terpaksa menjual induk ayam bangkok yang sedang mengeram pada tetangga.

Siang menjelang, Mulyadi (36) datang. Ia berangkat dari Belilas sebelum pukul 7.00 WIB dan menitipkan sepedamotor di rumah Pak Tatung sambil mengambil beras. Mulyadi datang terlambat dari biasa karena pemilik boat yang biasa ia tumpangi menuju Sadan ditimpa kemalangan. Sarjana ilmu sosial dan ilmu politik ini sudah mengabdikan diri mengajar anak-anak suku pedalaman selama sembilan tahun terakhir. Beda dengan Pak Tatung, Mulyadi berstatus Guru Bantu Daerah (GBD) Provinsi Riau dengan jabatan guru huni di SD Marjinal Datai yang menginduk ke SDN 004 Rantau Langsat. Digaji Rp1,2 juta per bulan yang dibayar per tiga bulan, ditambah ongkos transpor Rp350 ribu, rasanya tak sebanding. Tiap bulan, ia harus bolak-balik Belilas-Lemang-Sadan. Dari Belilas ke Lemang saja perlu waktu dua jam menggunakan sepedamotor. Kemudian menggunakan speedboat yang disewa PKHS, Mulyadi menempuh perjalanan lima jam bahkan lebih jika kondisi Batang Gangsal sedang surut saat menuju Sadan. Di Sadan, ia akan bertahan selama 15 hari untuk mengajar. Meski bukan staf PKHS, Mulyadi dibantu dalam hal transportasi. Ia dibolehkan menumpang boat yang disewa PKHS tiap bulan menuju Sadan. Jika mengandalkan uang transpor tentu tak cukup, mengingat harga sewa boat yang mahal, Rp800 ribu sekali jalan. ‘’Kalau ditanya duka, hampir tiap berangkat mudik ini selalu ada cerita duka,’’ katanya lirih. Pernah karena benar-benar tak ada uang untuk beli bekal makanan, Mulyadi terpaksa menjual induk ayam bangkok yang sedang mengeram pada tetangga. ‘’Sukanya, tiap mudik ke sini saya selalu terhibur dengan keceriaan murid-murid, kepolosan tingkahlakunya dan ceritaEDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Mulyadi mengajar di SD Nunusan. Banyak cabaran menghajar tapi keceriaan anak-anak mampu melipur laranya.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

cerita konyol Pak Tatung,’’ ujarnya. Bahkan, mudik saat ini ia mengaku hanya bawa uang Rp20.000 yang cuma cukup untuk beli bahan bakar motornya. Ia juga tak meninggalkan uang sepeser pun untuk istri dan anaknya yang baru berusia satu tahun. Sebenarnya, berkali-kali Mulyadi berniat mundur. Tapi ia kemudian berpikir, kalau berhenti lalu siapa yang akan mengajar anak-anak pedalaman tersebut. ‘’Kadang saat jenuh sepulang mengajar saya selalu berpikir, sudahlah sampai di sini saja perjuangan saya. Toh juga tak banyak yang peduli terhadap kondisi anak-anak pedalaman, mengapa saya juga harus peduli,’’ katanya dalam hati ketika itu. Tapi, niat itu selalu sirna kala ia mengingat semangat anak-anak didiknya yang sangat luar biasa. Mereka sanggup menempuh perjalanan 13 Km pulang-pergi tiap hari hanya untuk belajar mengenal huruf dan angka. Kisah ingin mundurnya Mulyadi dibenarkan Pak Tatung. EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Penyebabnya, saat akan pulang mengajar, Mulyadi mengatakan di dompetnya uang yang tersisa tinggal Rp10.000. Sementara ia akan beli minyak motor dan menambal ban yang ketika itu bocor.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

Ketika itu, kenangnya, Mulyadi pernah menyatakan ingin berhenti. Penyebabnya, saat akan pulang mengajar, Mulyadi mengatakan di dompetnya uang yang tersisa tinggal Rp10.000. Sementara ia akan beli minyak motor dan menambal ban yang ketika itu bocor. ‘’Jangankan untuk tambal ban, beli minyak motor saja belum tentu cukup sampai Seberida,’’ kata Pak Tatung. Karena terlalu kesalnya Mulyadi saat itu, lanjut Pak Tatung, sambil duduk menghadap dapur ia berkata, ‘’Kalau begini terus saya berhenti sajalah Pak. Saya tak sanggup. Toh tak ada yang peduli sama kita.’’ Pak Tatung justru menanggapinya dengan bercanda. ‘’Tenang Mul, banyak duit kita. Jangan kau isau (risau, red),’’ ucapnya. ‘’Banyak dari mana Pak? Memang Bapak ada duit?’’ tanya Mulyadi heran. ‘’Adelah, cuma belum aku ambik,’’ jawab Pak Tatung. Ia segera mengajak Mulyadi keluar. ‘’Kau nak tau mane duit yang aku katekan banyak tadi, tu di atas,’’ kata Pak Tatung sambil menunjuk ke arah pohon pinang yang tumbuh mengelilingi halaman sekolah. Mereka segera mengambil galah panjang yang diberi pisau kecil di ujungnya. Pinang yang telah menguning kemudian dibelah dan dijemur isinya. Ada sekitar empat kilogram pinang kering. Per kilonya dijual seharga Rp4.500. Hasil jual pinang Pak Tatung berikan semua untuk Mulyadi. ‘’Pokoknya pinang-pinang di sini tabungan kita ya dak Mul? Kalau dah habis bekal, maka pinang-pinang ini penyambung asa kami di sini,’’ kata Pak Tatung sambil melirik Mulyadi yang duduk menghadap secangkir kopi. ‘’Ah sudahlah Pak, jangan diceritakan semua, malu saya,’’ timpal Mulyadi. Pak Tatung tak pernah menanggapi serius semua perkataan Mulyadi. Ia juga tetap berusaha menghibur saat Mulyadi cerita EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Ruang kelas SD Nunusan. Anak-anak suku terasing hendaknya diberi laluan yang lapang untuk meraih kesempatan dalam pendidikan.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

perihal kesulitan ekonomi keluarganya dengan selalu mengatakan, kalau seandainya ia tak ada beras, silakan ambil di rumahnya karena berasnya banyak. Padahal, kehidupan Pak Tatung dan Mulyadi taklah jauh beda, ekonomi keluarganya pun Senin-Kamis. ‘’Mulyadi sering cerita kesusahannya, masak saya nak cerita juge kesusahan saya. Jadi tambah tidak karuan nantinya. Dua orang susah berbagi kisah kesusahannya,’’ kata Pak Tatung.

SAYA UBAL, DIA TERAS Bagi Pak Tatung, murid-muridnya ibarat bunga rimba yang kelestariannya perlu campur tangan orang lain. Mereka takkan mungkin tumbuh dan hidup sendiri serta perlu perhatian. ‘’Saya dengan keterbatasan sudah memulainya, makanya saya katakan menyemai. Tapi saya banyak memiliki kekurangan, harus ada EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Ia sangat berharap pada Mulyadi. Di matanya, Mulyadi adalah sosok yang tepat meneruskan cita-citanya mencerdaskan anak-anak suku pedalaman. Semangat Mulyadi sangat tinggi, walau kehidupannya susah. Mulyadi memang sangat diandalkan oleh Pak Tatung.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

orang-orang yang mampu meneruskan mimpi saya,’’ tuturnya. Ia sangat berharap pada Mulyadi. Di matanya, Mulyadi adalah sosok yang tepat meneruskan cita-citanya mencerdaskan anakanak suku pedalaman. Semangat Mulyadi sangat tinggi, walau kehidupannya susah. Mulyadi memang sangat diandalkan oleh Pak Tatung. Setiap akhir mengajar, Mulyadi lah yang membuat laporan ke Dinas Pendidikan. Ia juga menyiapkan rapor untuk anak-anak setiap akhir semester dan mempersiapkan muridmurid kelas enam untuk dikirim ke SDN 004 Rantau Langsat mengikuti Ujian Nasional. ‘’Jadi ibarat kayu, saya ini cuma ubalnya (kulit kayu) yang mudah rapuh diterpa angin, hujan dan panas. Mulyadi itu saya ibaratkan sebagai teras (inti kayu) yang mampu menjadi penyangga,’’ katanya. Ia juga berharap kelak ada anak-anak didiknya yang mengenyam pendidikan tinggi dan kembali ke pedalaman. Sebab tak bisa selamanya anak-anak Talang Mamak mengandalkan orang luar untuk mengajar di sana. Sejak 2001 hingga sekarang, baru ada tiga muridnya yang mampu sampai ke tingkat SLTA.

LUPA RASA IKHLAS Rabu (8/1) adalah hari terakhir Majalah.Riaupos.Co di Sadan. Selama menempuh perjalanan tiga malam empat hari dan dua hari di Sadan, Pak Tatung tak pernah sekalipun menceritakan kesusahan hidupnya. Ia selalu mengatakan keluarganya selalu ikhlas menerima kondisi apapun. Pernah suatu ketika sampai tak ada beras sedikitpun. Untuk membeli Pak Tatung tak punya uang, sedangkan gaji dari PKHS belum keluar karena memang belum waktunya. Dari pagi sampai sore ia dan anak-anaknya belum makan nasi, hanya EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Suasana Pak Tatung mengajar anakanak di Kelompok Belajar Sadan.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

sepiring ubi rebus pengganjal perut saat sarapan. Menjelang magrib, rasa lapar tak tertahankan lagi oleh kedua anaknya yang paling kecil, sehingga bertanya kenapa tak kunjung makan. ‘’Ayah tak makan ya Yah,’’ kata Pak Tatung menirukan sang anak. Mendengar pertanyaan itu airmatanya pun jatuh. ‘’Iya sebentar lagi makan, mamak masih masak. Tidurlah dulu nanti ayah bangunkan kalau nasinya sudah masak,’’ jawabnya saat itu. Ketika kedua buah hatinya tertidur di pangkuan, dengan hati runsing, ia mengirim pesan singkat ke bendahara PKHS untuk pinjam uang. Sang bendahara lalu mengiyakan dan menyuruh Pak Tatung mengambilnya di kantor PKHS di Pematang Reba, dua jam perjalanan menggunakan motor dari Lemang. ‘’Pukul 12 malam anak-anak saya baru makan,’’ kenang Pak Tatung. Anaknya yang nomor tiga, Heru (16), terpaksa putus sekolah karena tak ada biaya untuk makan dan kos. Di Lemang tak ada EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Kalaupun boleh bercitacita cuma satu, ingin pakai seragam guru yang ada tulisannya Dinas Pendidikan di lengan kanannya itu. Saya senang sekali melihat seragam itu, sepertinya sangat berwibawa guru yang mengenakannya.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

SLTP, adanya di Seberida. Meski tak begitu jauh, tapi tak memungkinkan untuk pulang tiap hari. ‘’Heru sempat masuk SMP, tapi akhirnya putus di tengah jalan karena ia kasihan melihat saya tak punya uang. Makanya kalau ditanya soal ikhlas, saya sampai lupa bagaimananya rasa ikhlas itu,’’ ungkapnya. ‘’Menurut kamu, anak-anak Talang Mamak ini bagian dari anak bangsa apa bukan?’’ tanyanya. ‘’Iyalah Pak,’’ jawab majalah.raupos.co. ‘’Lalu mengapa seperti ini nasib mereka?’’ tanyanya lagi. ‘’Bukankah memperoleh pendidikan yang layak itu janji kemerdekaan yang tertuang dalam pembukaan UUD kita. Anak-anak Talang Mamak ini kan bagian dari bangsa, harusnya mereka juga berhak mendapatkan apa yang anak-anak lain dapatkan di kota,’’ lanjutnya dengan suara bergetar. Bagi Pak Tatung, selagi nyawa dikandung badan, ia tetap akan menunaikan janji mendidik anak-anak Talang Mamak. Sebelum mengajar, pagi-pagi sekali sebelum muridnya datang, Pak Tatung membaca buku pelajaran yang akan diajarkan. ‘’Takut Bapak salah memberi pelajaran. Nanti ada murid yang sudah mengerti, Bapak kena protes. Kan malu, ketahuan gurunya bodoh,’’ tuturnya. Ditanya apakah ia masih ingin jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pak Tatung hanya tersenyum. Ia mengukur bayangbayangnya. Tak mungkin orang yang tak berpendidikan bisa jadi PNS. Harapannya sederhana. ‘’Kalaupun boleh bercita-cita cuma satu, ingin pakai seragam guru yang ada tulisannya Dinas Pendidikan di lengan kanannya itu. Saya senang sekali melihat seragam itu, sepertinya sangat berwibawa guru yang mengenakannya,’’ ujarnya.

EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Pak Tatung memetik gambus disaksikan warga Nunusan. Dalam rimba belantara yang sepi, gambus lah hiburan mereka.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

GAMBUS BUNGA RIMBA Saat malam belum begitu larut, Pak Tatung duduk di teras memainkan gambus. Petikan nadanya begitu harmoni, diikuti syair mengiris kalbu. Isinya seolah menggambarkan realita. ‘’Di taman bunga di rimba kusemai benih. Benih kusemai tumbuh menjadi bunga. Adakah manusia yang ingin memikirkannya. Setiap hari bunga tersenyum ria. Ketika alam menjamahnya dengan mesra, adakah manusia yang ingin memikirkannya. Tetapi kini bunga tertunduk malu sambil menangis menghibahiba, apakah gerangan lara yang menimpa dirinya.’’ Ia ternyata juga punya puisi yang dibacanya diiringi denting gambus. ‘’Ke mana aku pergi, menguak mendung di matahari. Ke manakah aku melangkah menguak tirai yang menutupi jati diri. Ketika itu hujan seiring badai turun menderu-deru. Menerpa bukit menyapu lembah bumi pertiwi. Sementara hati terpanggil EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Mungkin karena Pak Tatung orang Rantau Langsat yang sudah paham tipikal masyarakat Datai. Jadi meski beliau tak berpendidikan, tetap diangkat jadi staf pengajar kami.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

ingin mengabdi di negeri ini, tapi terhalang mendung turun di waktu pagi. Seandainya dapat, akan kutanam pengabdianku walaupun diri di tengah rimba belantara. Seandainya tumbuh akan kujaga sepenuh jiwa dan raga. Oh angin yang menderu, bawalah aku ke tengah rimba belantara. Hantarkan aku ke tumpukan sampah-sampah yang tak berguna. Mungkin di sana ada hikmah yang bermakna. Akan kuanggap sebagai singgasana, tempat aku duduk di usia senja.’’ ‘’Ini cuma menghilangkan suntuk saja, maklum tak ada hiburan, cuma gambus inilah hiburan saya,’’ tutur lelaki yang tiap tahun didaulat jadi juri lomba gambus di Festival Batang Gangsal. Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Indragiri Hulu (Inhu), Ujang Suderajat, saat ditanya terkait minimnya fasilitas guru di pedalaman TNBT mengatakan, mulai 2015, Dinas Pendidikan Inhu akan membangun perumahan guru di pedalaman TNBT. ‘’Sekitar pertengahan 2015 sudah bisa terlaksana,’’ ucapnya. Sedangkan untuk status guru, lanjutnya, selama masih mengajar di SD yang berstatus marjinal maka yang bersangkutan tak bisa jadi PNS. Kecuali SD marjinal itu telah berubah menjadi negeri. Syaratnya, harus memiliki sedikitnya 20 murid di tiap kelas, mulai dari kelas satu sampai kelas enam. Merujuk kondisi di pedalaman TNBT, rasanya mustahil hal itu terwujud. Jarak antar-dusun sangat jauh, belum lagi tidak adanya jalan dan tak banyak keluarga yang bermukim di setiap dusun. Jika demikian maka selamanya SD Marjinal Datai akan termarjinalkan. Jawaban mengejutkan justru datang dari Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Batang Gangsal, Japri. Menurutnya, aktivitas belajar mengajar di Nunusan dan Sadan adalah ilegal sebab tak terdaftar di Dinas Pendidikan. Yang terdaftar hanya SD EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Pak Tatung menyeberang di Sungai Air Tabu. Cikgu bertekad baja ini memberi asa pada anak-anak pedalaman untuk lebih maju.

ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

Marjinal Datai. ‘’Saya belum pernah sampai ke sana (Datai, red) karena jaraknya jauh dan jalannya susah,’’ tutur Japri. Untung masih ada Program Konservasi Harimau Sumatera (PKHS) yang membantu Pak Tatung. Proses belajar mengajar hanya dipusatkan di Datai karena itulah dusun terjauh di TNBT. Jumlah jiwa di Datai paling banyak dibanding dusun-dusun lainnya. Ada sekitar 50 kepala keluarga suku Talang Mamak di sana. Menurut Pembina Yayasan PKHS, M Yunus (41), alasan utama mengapa mereka memilih Pak Tatung adalah karena ia mampu beradaptasi dengan masyarakat Talang Mamak. Mereka lebih mudah menerima Pak Tatung dibanding staf PKHS yang lain. ‘’Mungkin karena Pak Tatung orang Rantau Langsat yang sudah paham tipikal masyarakat Datai. Jadi meski beliau tak berpendidikan, tetap diangkat jadi staf pengajar kami,’’ ucapnya. PKHS sendiri, lanjutnya, semula tak memiliki program EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


ASA & AIRMATA LAPUT CIKGU RIMBA

pendidikan. Karena misi utama PKHS adalah penyelamatan harimau. Namun PKHS kemudian melihat, untuk menyelamatkan harimau, yang utama adalah menyelamatkan hutan sebagai habitatnya. Setelah diangkat jadi staf PKHS, Pak Tatung tak lagi mengajar di rumah-rumah. Bangunan sekolah telah didirikan oleh PKHS, Dinas Pendidikan dan masyarakat Datai. Namun pekerjaannya jadi bertambah. Pagi mengajar anak-anak di sekolah, kemudian mengajar para orangtua membaca dan menulis. Saat itu, dari puluhan orangtua yang ada di Datai, hanya satu orang yang mengenal huruf dan hanya bisa menuliskan namanya sendiri. Usia anak-anak yang belajar saat itupun bukan lagi usia anak-anak SD. Rata-rata mereka berumur 12-19 tahun. ‘’Mayoritas sudah remaja,’’ ungkap Yunus. (purnimasari/amzar)

EDISI 104/TAHUN III 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


NASIONAL ○

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○○ ○○ ○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

TENSI TINGGI KPK VS KAPOLRI

Jabatan Tanpa Kekuasaan AIR SEGAR YANG DINANTI-NANTI UNTUK MENYIRAM PANASNYA SUHU KPK VERSUS POLRI DARI PRESIDEN JOKOWI, TERNYATA TAK MEMBUAHKAN HASIL. TAK ADA LANGKAH NYATA, HANYA ADA PERNYATAAN NORMATIF.

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


NASIONAL ○

JPNN.COM

D

I tengah hausnya semua pihak agar pertelagahan kedua lembaga penegak hukum itu tak merambat ke manamana, ternyata Presiden datar-datar saja. ‘’KPK dan Polri harus menjaga kewibawaan sebagai institusi penegak hukum. Jangan ada kriminalisasi. Harus dibuat terang benderang, transparan proses hukumnya. Proses hukum berjalan baik jangan ada intervensi, tapi saya tetap mengawasi dan mengawal. KPK dan Polri harus bahu membahu memberantas korupsi, biarkan KPK bekerja, biarkan Polri bekerja, dan semuanya tidak boleh sok di atas hukum, keduanya harus membuktikan keduanya telah bertindak benar sesuai undang-undang,’’ ujarnya. Dari pernyataan itu, banyak pihak menilai tak ada satu pun masalah yang berawal dari Presiden sendiri yang bisa diselesaikan. Bagaimana kelanjutan calon Kapolri Budi Gunawan yang sudah ditetapkan sebagai tersangka

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


NASIONAL ○

DENNY INDRAYANA Pakar hukum tata negara sekaligus mantan Wakil Menteri Hukum dan HAM

Sebelumnya Abraham Samad dipermasalahkan. Selanjutnya tak menutup kemungkinan Zulkarnaen.

oleh KPK? Bagaimana nasib Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto yang ditetapkan sebagai tersangka dan beberapa pimpinan KPK yang lain yang digiring ke proses hukum? Tak ada solusi nyata dari Presiden. Padahal semua pihak tahu, lambatnya tindakan yang diambil Presiden untuk meredakan ‘’pertarungan’’ gengsi antar-lembaga, membuat perang Cicak Buaya ini terus memanas dan masuk ke ranah politik yang tiada bertepi. Yang lebih miris, berbagai peristiwa yang menyertai pertelagahan dua lembaga itu pun telah menyeret beberapa tokoh yang menyebabkan pembahasan makin bias. Rakyat kian resah terkait bagaimana masib pemberantasan korupsi di negeri ini? Menurut pakar hukum tata negara sekaligus mantan Wakil Menteri Hukum dan HAM, Denny Indrayana, penetapan Bambang Widjojanto (BW) sebagai tersangka dan pelaporan Adnan Pandu Praja dalam kasus kepemilikan saham secara ilegal merupakan bentuk kriminalisasi para pimpinan KPK. “Sebelumnya Abraham Samad dipermasalahkan. Selanjutnya tak menutup kemungkinan Zulkarnaen,” ujar Denny. Informasi yang berkembang di internal KPK, segelintir pihak kini berupaya menggiring Zulkarnaen terlibat dalam kasus korupsi Program Penanganan Sosial Ekonomi Masyarakat (P2SEM). Kasus itu terjadi ketika Zulkarnaen menjabat Kepala Kejaksaan Tinggi di Jawa Timur. Melihat kondisi ini, Denny sangat mengharapkan presiden bertindak nyata. Salah satunya dengan menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undangEDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


NASIONAL ○

undang (Perppu) untuk memberi imunitas pada para komisioner KPK. ‘’Sebab kasus semacam ini seringkali terjadi bahkan sudah seperti siklus,” katanya. Imunitas perlu diberikan pada para pimpinan KPK untuk mencegah pelemahan KPK karena instansi tersebut tengah mengurus kasus-kasus besar. Penguatan seperti itu juga terjadi di lembaga anti-kourpsi di negara lain. Sudah bisa ditebak, pihak yang menolak merupakan orang-orang yang selama ini kerap mempermasalahkan kinerja KPK. ‘’Saya tidak setuju hak imunitas, itu tidak bisa diberikan sembarangan,” ujar Ketua Komisi III DPR, Aziz Syamsudin. Menurut Aziz, semua pihak, apapun jabatannya sama di mata hukum. Bahkan presiden sekalipun tak memiliki imunitas dalam kasus pidana hukum. Jika ada imunitas terhadap pimpinan KPK, lembaga lain juga berhak mendapatkannya. Usulan upaya untuk melindungi pimpinan KPK agar tak dikriminalisasi, sehingga wibawa lembaga ini tidak turun adalah dengan permintaan dikeluarkannya SP3 terhadap pimpinan KPK berstatus tersangka. Usulan ini juga merupakan desakan dari berbagai akrivis dan organisasi massa yang mendukung agar negara melindungi KPK yang selama ini dinilai rakyat cukup kuat untuk memberantas korupsi. Atas usulan ini, pun Aziz keberatan. Menurutnya, jika SP3 dikeluarkan, hal itu harus melalui prosedur. “Harus dilakukan gelar perkara secara hukum dan semua pihak harus hormati proses hukum,” tegasnya. EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


NASIONAL ○

AZIZ SYAMSUDIN Ketua Komisi III DPR

Harus dilakukan gelar perkara secara hukum dan semua pihak harus hormati proses hukum.

Lalu, ke mana lagi harus mengadu? Memang Presiden telah menunjuk beberapa tokoh untuk memberi masukan. Namun, penunjukan nama-nama itu dengan kapasitasnya sebagai pribadi dan tak membentuk apaapa, misalnya sebuah lembaga penengah yang khusus menyelesaikan masalah ini dengan tuntas. “Isi dari pidato itu hanya normatif, persoalan ini hanya kembali diserahkan ke KPK dan Polri,” ujar Deputi Pencegahan KPK, Johan Budi. “Berbeda ketika Presiden SBY menyelesaikan kasus yang disebut masyarakat sebagai cicak versus buaya dulu. Saat itu jelas langkahnya, dibentuk tim untuk menilai duduk perkara,” jelasnya. Parlemen yang diharap dapat jadi alternatif untuk menyelesaikan masalah pun tak memuaskan, meski para pengamat menilai ini bukanlah lahan yang tepat. Ketua DPR Setya Novanto pun tak mengeluarkan penyataan lugas terkait kisruh ini. Langkah nyata dan ketegasan Presiden nampaknya masih jauh panggang dari bara api. Buktinya, Presiden tak mengambil tindakan apa-apa pada calon Kapolri Budi Gunawan. Justru Ketua Komisi III DPR Aziz Syamsudin menilai pelantikan Budi sebagai Kapolri hanya masalah waktu. ‘’Musuh’’ politik dari Koalisi Merah Putih (KMP) seperti Ketua Umum DPP Golkar Aburizal Bakrie pun seolah-olah menyetujui tindakan Jokowi. Ia tidak menilai bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan bentuk pelemahan terhadap KPK. “Biarlah mereka selesaikan sendiriEDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


NASIONAL ○

sendiri,” ujarnya. Lalu mengapa keputusan Presiden tidak memuaskan publik dan dinilai belum mengambil sikap tegas? Menurut pengamat politik dari Cyrus Network, Hasan Batupahat, Jokowi tak INTERNET bisa memutuskan apapun karena terlilit kepentingan politik dari partai pengusungnya, PDIP. ‘’Dia punya jabatan tapi tak punya kekuasaan. Kalau full ada kekuasaan pasti nggak gini. Hari ini dia nggak berdaya, Jokowi sejak awal nggak punya support politik apa-apa, yang punya itu Mega. Jokowi takut kehilangan support politik tapi dia nggak mau berbenturan dengan masyarakat,’’ jelas Hasan. Adalah Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB), Adhie M Massardi, yang menduga skenario kasus kriminalisasi terhadap KPK dengan penangkapan terhadap Wakil Ketua Bambang Widjojanto dan pelaporan Adnan Pandu Praja dinilai dilatarbelakangi kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Ini lantaran KPK tengah menyidik secara intensif terhadap kasus tersebut yang diduga melibatkan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Surat Keterangan Lunas (SKL) BLBI saat itu ditandatangani oleh Megawati selaku presiden sehingga dia menganggap ada upaya agar KPK tak EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


NASIONAL ○

Ada kecenderungan KPK kalau dibiarkan, akan masuk ke Ibu Mega. Kita bisa bayangkan ketika Ibu Mega dipanggil kemudian jadi tersangka, politik Indonesia akan heboh luar biasa.

mengembangkan pemeriksaan ke Megawati yang berujung pada penetapan status tersangka. ‘’Ada kecenderungan KPK kalau dibiarkan, akan masuk ke Ibu Mega. Kita bisa bayangkan ketika Ibu Mega dipanggil kemudian jadi tersangka, politik Indonesia akan heboh luar biasa,’’ katanya. Dalam kasus ini, lanjutnya, polisi tampak jadi alat kepentingan tertentu untuk menyerang KPK. Hal yang sama pernah terjadi saat penetapan Irjen Djoko Susilo sebagai tersangka kasus penggelembungan dana simulator SIM. ‘’Sekarang ini justru PDIP yang melawan KPK menggunakan polisi. Dulu Istana menggunakan polisi untuk melawan KPK,’’ ungkapnya. Terlepas dari puas tidaknya publik, anggota Komisi III DPR dari Fraksi PKS, Nasir Djamil menyarankan Presiden membentuk komisi etik, khusus untuk membahas masalah Ketua KPK Abrahamm Samad supaya tidak bias karena masalah politik. Hal itu agar jelas siapa yang salah, dan agar tak terjadi saling tuduh. ‘’Bukan KPK yang buat agar objektif,’’ tuturnya.

Kisruh Melebar Entah karena ingin menyenangkan hati sang bos, Menko Polhukam, Tedjo Edhy Purdijatno membuat kisruh kian melebar. Ia menyebut massa yang mendukung KPK adalah massa yang tidak jelas. Tedjo juga mengingatkan pimpinan KPK untuk tak mengeluarkan pernyataan yang menyudutkan pihak lain terkait kasus yang dialami Bambang Widjojanto. Bahkan Tedjo menyebut KPK EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


NASIONAL ○

kekanak-kanakan. Kritikan terhadap Tedjo terus mengalir di media sosial, termasuk dari sosiolog Imam B Prasodjo yang kemarin juga ikut demo mendukung KPK. ‘’Menko Polhukam Tedjo Edhy menyebut pendukung KPK sebagai rakyat tak jelas. Maka aku tanpa ragu katakan pada Tedjo Edhy: ‘Aku bangga menjadi bagian rakyat yang tak jelas itu. Karena aku tahu, di dalam dada ‘rakyat yang tak jelas’ itu, ada cita-cita, ada semangat, ada ruh, ada perjuangan yang sangat jelas. Perjuangan itu adalah membersihkan praktik-praktik korupsi dari bumi Indonesia,’’ tulis Imam Prasodjo di dinding Facebook-nya, 25 Januari 2015 lalu. Imam Prasodjo mempertanyakan apa yang ada dalam pikiran Tedjo sehingga terucap kalimat yang ia anggap tak pantas diucapkan oleh seorang menteri. ‘’Aku pun ingin bertanya padamu Tedjo Edhy: Apa yang tengah engkau perjuangkan? Apa yang ada dalam fikiranmu? Dan gejolak apa yang ada dalam hatimu, bila engkau memang punya hati?’’ Kisruh KPK versus Polri nampaknya masih akan mengalami perjalanan panjang yang melelahkan. Hanya saja kita berharap kisah ini memberi pelajaran berharga yakni penyelesaian hukum transparan dan tidak dicampuri masalah politik. Dan yang lebih utama harapan publik adalah program pemberantasan korupsi tidak terhenti. (menrizal nurdin/jpnn)

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


EKONOMI ○

KONTRAK FREEPORT HINGGA 2041

PELANGGARAN UU MINERBA DI PAPUA PEMERINTAH TAKLUK MENGHADAPI FREEPORT YANG INGIN LEBIH LAMA BERKUASA DI PAPUA. KONTRAK KARYA (KK) PERUSAHAAN RAKSASA TAMBANG ASAL AS INI DIPERPANJANG 2 KALI 10 TAHUN ATAU HINGGA 2041.

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


EKONOMI ○

M

INTERNET

ENG AN perpanjangan durasi KK tersebut, berarti Freeport ENGAN menambang di Papua selama 74 tahun. KK pertama PT Freeport Indonesia ditandatangani tahun 1967, tepat begitu Undang-undang Penanaman Modal Asing (UU Nomor 1 Tahun 1967) diberlakukan oleh Presiden Soeharto sebagai penanda dimulainya Orde Baru. KK kedua ditandatangani tahun 1991 yang sejatinya akan berakhir pada 2021. Namun menjelang tenggat waktu itu, pemerintah ternyata memperpanjang kembali masa kerjanya hingga 2 x 10 tahun (sampai tahun 2041). Perpanjangan KK itu sebenarnya bertentangan dengan UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara (Minerba). UU ini menyatakan, KK setiap perusahaan yang

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


EKONOMI ○

Dengan gagah beraninya, Presiden Jokowi telah mencabut larangan itu (UU Minerba, red) dan secara otomatis akan menimbulkan keuntungan bagi PT Freeport sehingga sangat merugikan bangsa Indonesia.

habis masa kontraknya tidak akan diperpanjang. Rezim KK akan dihapus, diganti dengan rezim IUPK (izin usaha pertambangan khusus) yang setara dengan pertambangan biasa. Bobby Rizaldi, anggota Komisi VII DPR RI mengatakan, indikasi perpanjangan KK Freeport sebenarnya sudah terbaca sejak lama. Sebab perlakuan pemerintah terhadap Freeport berbeda dengan Inalum atau Blok Mahakam. Untuk Inalum dan Blok Mahakam, pemerintah sudah menyiapkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengambil alih keduanya. Namun untuk tidak Freeport. Selain Freeport, pemerintah juga berencana memperpanjang KK PT Vale Indonesia, perusahaan tambang asal Brasil. KK Vale semestinya habis pada 2025, namun kemudian diperpanjang hingga 2045. ‘’Dengan gagah beraninya, Presiden Jokowi telah mencabut larangan itu (UU Minerba, red) dan secara otomatis akan menimbulkan keuntungan bagi PT Freeport sehingga sangat merugikan bangsa Indonesia,’’ kritik Ketum Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), Karman BM. Sepanjang pengamatan GPII, agenda-agenda liberalisasi yang dicanangkan pemerintah Jokowi berjalan mulus dalam tiga bulan terakhir ini. Pertama, penyerahan harga bahan bakar minyak (BBM) ke mekanisme pasar. Kedua, perpanjangan izin Freeport untuk ekspor tambang mentah. Ketiga, komersialisasi penyediaan infrastruktur lewat Penyertaan Modal Negara EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


EKONOMI ○

(PMN) sebesar ke dalam APBN tahun 2015. Namun tak kalah penting untuk dicermati adalah skenario di balik penangkapan salah seorang komisioner KPK, Bambang Widjojanto. ‘’Kami menangkap agenda tersembunyi pemerintahan Jokowi yang sengaja mengadu antar lembaga hukum seperti KPK-Polri, sebagai bagian dari operasi pengalihan isu publik dalam menyoroti kebijakan neoliberalismenya sebagai konsensi dukungan keterpilihannya sebagai an presiden Indonesia. Ini bukan fitnah,’’ paparnya. (has (hasan hanafi/jpnn)

INTERNET

Adu Irit Pakai Mirage PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors menggelar lomba irit bahan bakar bagi para konsumen Mitsubishi Mirage, Ahad pagi (25/1) di Mal SKA Pekanbaru. Kegiatan yang bekerjasama dengan dua dealer Mitsubishi Wilayah Riau EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


EKONOMI ○

Mitsubishi Mirage. MITSUBISHICARS COM

PT Pekan Perkasa Berlian Motor dan PT Suka Fajar ini menargetkan minimal 60 peserta. Panitia menyediakan berbagai hadiah. Menurut Area Marketing Coordinator Authorized Distributor Mitsubishi Indonesia PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors, Jonathan Tahir, lewat kegiatan ini Mitsubishi mengajak para konsumen Mitsubishi Mirage berkendara secara ekonomis. Konsumen diajak bagaimana berkendara dengan benar agar kelebihan Mirage yang irit dapat diraksakan secara maksimal. ‘’Sebelum acara dimulai kami juga akan mensosialisasikan Eco Driving Manner, ‘’ sebut pria akrab disapa Joe ini. Ia menambahkan, Mal SKA Pekanbaru adalah garis awal Mirage Eco Fundrive. Panitia menyediakan dua titik pemberhentian yakni Jalan Cut Nyak Dien dan Stadion EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


EKONOMI ○

INTERNET

Kaharuddin Nasution Rumbai. Di setiap titik pemberhentian ini, akan diperiksa konsumsi BBM setiap mobil Mirage yang dikendarai konsumen. Penentuan siapa pemenang dilakukan pada pemeriksaan terakhir di garis akhir yang kembali di Mal SKA. Peluncuran model baru Mitsubishi Mirage ini merupakan jawaban atas antusiasme pasar otomotif Riau terhadap kehadiran Mitsubishi. Mirage terus mengalami an peningkatan penjualan pada dua tahun terakhir. (has (hasan hanaf i/ rpg) hanafi/ i/rpg)

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○○ ○○ ○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

PUAN LINGKUNGAN ○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

Lingkungan Lestari dengan Budidaya Durian PERMINTAAN DAN HARGA DURIAN TERGOLONG TINGGI TELAH MEMBERI KEUNTUNGAN MENGGIURKAN BAGI SIAPA SAJA YANG MEMBUDIDAYAKAN. KINI, BERTANAM DURIAN MERUPAKAN SEBUAH PROSPEK USAHA AGRIBISNIS YANG BAGUS. EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015

○○

○○

○○

○○

○○


LINGKUNGAN ○

M

Bibit durian bawor kaki tiga. ENUR UT salah seorang petani durian, H Jamaluddin, buah ENURUT durian yang belum waktunya dipanen jangan dipaksakan karena tidak bagus. Lebih baik menunggu buahnya jatuh baru dinikmati. ‘’Itupun idealnya kita menunggu dua hari agar buahnya benar-benar siap disantap,’’ ungkapnya. Tanaman durian tumbuh optimal pada ketinggian 50600 m dpl. Tanah yang cocok adalah lempung berpasir subur dan banyak kandungan bahan organik. Untuk

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


LINGKUNGAN ○

pembukaan lahan sebaiknya pada musim kemarau. Penanaman yang ideal pada awal musim hujan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan produksi buah belum maksimal. Salah satunya adalah hama lalat buah dan pencurian buah. ‘’Dulu, lalat buah banyak membuat buah gugur. Sekarang, kalau ada yang gugur, yang masih bertahan di pohon saat ini adalah 50 persennya. Buahnya sebenarnya banyak kalau tak diserang hama,’’ ujar Jamal.

Pohon durian. EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


LINGKUNGAN ○

Waktu panen berbeda tergantung jenis varietas. Jenis monthong sekitar 125-135 hari setelah bunga mekar, jenis chanee sekitar 110-116 hari setelah bunga mekar. Buah durian mengalami tingkat kematangan sempurna 4 bulan setelah bunga mekar. Waktu petik berdasar tanda-tanda fisik, misal ujung duri coklat tua, garisgaris di antara duri lebih jelas, tangkai buah lunak dan mudah dibengkokkan, ruas-ruas tangkai buah membesar, baunya harum, terdengar bunyi kasar dan bergema jika buah dipukul. Cara penen dengan memetik atau memotong buah di pohon dengan pisau atau galah berpisau. Bagian yang dipotong adalah tangkai buah dekat pangkal batang dan usahakan buah durian tidak sampai terjatuh karena mengurangi kualitas buah. Dengan menanam durian, selain menjaga kelestarian lingkungan, juga menghasilkan uang. (cr1)

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


KESEHATAN KESEHATAN ○

SIKAT YANG JAHAT DENGAN ALPUKAT SIAPA YANG TAK SUKA ALPUKAT? RASANYA LEMBUT DAN LEZAT. ORANG BIASA MENGONSUMSINYA DENGAN CARA MENJADIKANNYA JUS. SELAIN RASANYA YANG SANGAT NIKMAT, MENGONSUMSI ALPUKAT MEMBERIKAN BANYAK MANFAAT BAGI TUBUH KITA.

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


KESEHATAN

MUSCLESANDMASCARA.CO

S

ALAH satu di antara khasiat alpukat adalah dapat membantu menurunkan kadar kolesterol jahat. Studi yang dilakukan oleh para peneliti di Pennsylvania State University, menganalisis manfaat dari alpukat ini. Empat puluh lima pasien berusia antara 21 tahun dan 70 tahun dijadikan sukarelawan. Mereka menghabiskan dua minggu mengonsumsi diet Amerika yang berupa 34 persen kalori dari lemak, 51 persen karbohidrat dan 16 persen, sebelum mereka diberikan salah satu dari tiga diet penurun kolesterol yang berbeda selama 5 minggu. Diet termasuk diet rendah lemak tanpa alpukat, diet moderat lemak tanpa alpukat dan diet moderat lemak

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


KESEHATAN ○

Di Amerika Serikat, alpukat bukan makanan utama lagi dan harga buah ini bisa mahal, terutama pada saatsaat tertentu dalam setahun.

DIVINECAROLINE.COM

dengan satu buah alpukat per hari. Para peneliti menemukan, dibanding dengan diet Amerika, low-density lipoprotein (LDL) yang juga dikenal sebagai ‘’kolesterol jahat” adalah 13,5 mg/dL lebih rendah setelah mengonsumsi diet lemak moderat yang termasuk alpukat, tingkat kentara lebih rendah daripada mereka yang mengonsumsi sedikit lemak tanpa alpukat harian dalam diet mereka. Menurut Mayo Clinic, tingkat LDL di bawah 130 mg/dL dianggap sehat. ‘’Pedoman makanan terbaru merekomendasikan mengganti asam lemak jenuh menjadi asam lemak tak jenuh untuk menurunkan LDL, faktor risiko utama untuk penyakit jantung. Alpukat merupakan sumber yang kaya nutrisi asam lemak tak jenuh,” kata Ketua Komite Nutrisi American Heart Association, Dr Penny Kris-Etherton, seperti dilansir laman Fox News. ‘’Di Amerika Serikat, alpukat bukan makanan utama lagi dan harga buah ini bisa mahal, terutama pada saatsaat tertentu dalam setahun. Kebanyakan orang tidak benar-benar tahu bagaimana memasukkan mereka dalam dietnya, kecuali untuk membuat guacamole, tapi guacamole biasanya dimakan dengan keripik jagung yang tinggi kalori dan sodium,” kata Etherton. Ia merekomendasikan menambahkan alpukat ke dalam sandwich, salad, atau smoothies. Temuan ini dipublikasikan dalam Journal of the American Heart Association.

Tujuh Manfaat Sehat Apakah Anda termasuk suka mengonsumsi buah EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


KESEHATAN ○

alpukat? Bila tidak, mungkin sekarang adalah waktunya Anda membiasakannya. Pasalnya, banyak manfaat yang akan Anda dapatkan bila mengonsumsi buah alpukat. Banyak ahli kesehatan menganggap alpukat merupakan salah satu makanan sehat di dunia dan penelitian pun sudah menunjukkan bahwa pemakan alpukat cenderung lebih sehat daripada merek yang tidak mengonsumsi buah ini. ‘’Alpukat merupakan buah dengan jenis padat nutrisi. Sebagai gambaran, alpukat merupakan sumber serat, protein, dan lemak Omega-3 yang baik untuk menjaga kesehatan tubuh,” kata peneliti John Rohn, seperti dilansir laman Care2. Berikut manfaat sehat mengonsumsi alpukat:

IMPRONTAUNIKA.IT

z Padat nutrisi Alpukat mengandung lebih dari 25 nutrisi penting, termasuk vitamin B, seperti asam folat, vitamin A, C, E, dan K. Mineral yang ditemukan dalam alpukat sendiri mencakup tembaga, besi, fosfor, magnesium, dan kalium. Tak ayal, buah aplukat memiliki kemampuan melindungi dan melawan berbagai penyakit.

z Sumber lemak sehat Alpukat membantu meningkatkan kolesterol baik. Alpukat penuh lemak, tetapi menambahkan alpukat ke dalam menu diet dapat meningkatkan HDL dan menurunkan trigliserida. EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


KESEHATAN ○

z Mencegah kanker Glutathione yang ditemukan dalam alpukat dapat membantu mencegah beberapa jenis kanker. Para peneliti menemukan ekstrak dari alpukat membunuh atau menghentikan pertumbuhan sel-sel pra-kanker yang menyebabkan kanker mulut. Ekstrak alpukat ditemukan untuk menghambat kanker prostat.

z Baik sebagai makanan pertama bayi Gizi alpukat sangat cocok untuk tumbuh kembang bayi.

z Stabilkan gula darah Alpukat memperlambat pencernaan yang menjaga gula darah tetap stabil setelah makan.

Alpukat memperlambat pencernaan yang menjaga gula darah tetap stabil setelah makan.

z Meningkatkan penglihatan Tingginya jumlah lutein dan zeaxanthin dalam alpukat dapat melindungi mata Anda dari degenerasi makula terkait usia dan meningkatkan visi Anda. Satu ons alpukat mengandung 81 mikrogram lutein.

z Baik untuk kesehatan dan kesuburan seksual Mereka kaya akan vitamin B6 dan asam folat yang mengatur fungsi hormon seksual. Juga, vitamin B6 dan potasium meningkatkan produksi testosteron pada lakilaki. ( jpnn jpnn))

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


KESEHATAN

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○

J J

EBUAH jajak pendapat baru telah menemukan, pria rata-rata mema piyama atau baju tidur selama h dua minggu berturut-turut sebe mencucinya. Sementara wanita memakai baju yang sama sela hari. Namun seorang pakar kesehatan memperingatka mengenakan pakaian tidur lama dapat menyebabkan infe kulit, sistitis dan bahkan MRSA. ‘’Jika Anda memakai piyama terlalu maka dapat saya pastikan bahwa piyam akan penuh mikroorganisme. Kita semu memiliki organisme kulit yang biasanya berbahaya pada kulit dan dalam usus ki jika mereka masuk ke tempat yang sala dapat menyebabkan masalah,” kata pen Profesor Sally Bloomfield, seperti dilan laman Daily Mail. ‘’Cukup banyak dari kita membawa b EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI EDISI 2015 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


BARU TAHU! KESEHATAN ○

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○

JARANG DICUCI JADI INFEKSI

akai hampir elum a ma 17

an, r begitu eksi

lama ma Anda ua a tidak ita. Tapi ah neliti, nsir

bakteri

staphylococcus, yang dapat menyebabkan infeksi jika mereka masuk ke luka dan memar dan kita semua membawa bakteri E coli di usus kita. Sekali lagi, sebagian besar strain tidak berbahaya. Tapi kalau mereka masuk ke dalam saluran kemih dapat menyebabkan infeksi yang akan menyebabkan sistitis,” ungkap Bloomfield. ‘’Beberapa orang membawa MRSA, yang jelas akan sangat sulit untuk diobati terutama dengan resistensi antibiotik,” jelas Bloomfield. Profesor Sally Bloomfield juga mengatakan sel-sel kulit yang terdapat pada pakaian tidur Anda mengandung mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit jika mereka menyebar. Nah, untuk itu sebaiknya cuci piyama Anda minimal seminggu sekali. ( jpnn jpnn)) EDISI EDISI 104/TAHUN 104/TAHUN IIIIII z z 29 29 JANUARI - 4 FEBRUARI FEBRUARI 2015 2015


○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

KESEHATAN

○○

○○

○○ ○○ ○○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

PANDAI FLAS KUASAI 27

INTERNET

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


IPTEK KESEHATAN ○

ROBOT ROBI

SHMOB, 70 KATA

INTERNET

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○○ ○○

○○

○○

○○

J

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

EP ANG seolah tak pernah lelah menghasilkan EPANG robot canggih. Terbaru, Jepang memiliki robot yang diberi nama Robi. Robot yang pintar menari itu merupakan ciptakan profesor Universitas Tokyo, Tomotaka Takahashi. Takahashi memperkenalkan 100 robot ciptaannya dalam pameran di Jepang beberapa waktu lalu. Seperti dilansir Mashable, sebanyak 100 Robi dapat menari dengan kompak secara bersamaan alias flashmob. Padahal, selama ini flashmob hanya dilakukan manusia. Nyatanya, robot ciptaan Takahashi itu tak kalah lincah. Robot-robot itu dapat menggerakkan tangan dan

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015

○○


IPTEK KESEHATAN ○

INTERNET

kaki dengan serempak setelah mendapat komando untuk menari. Robot mungil ini memiliki tinggi 35 Cm dan bobot satu Kg. Robi tidak hanya pandai menari, mereka juga bisa berbicara dan berjalan. Robot ini bahkan menguasai 270 kata Jepang. Tak hanya itu, Robi juga bisa dilatih untuk mengerti ratusan kosa-kata lain. Robi juga bisa mengungkapkan perasaannya. Warna matanya bisa berubah sesuai dengan perasaan yang dialaminya. Kepalanya juga bisa berputar 360 derajat sehingga dia bisa menemukan siapa saja yang memanggilnya. Robi akan diproduksi dalam jumlah banyak. Ingin memilikinya? Siapkan dana Rp19 juta. (crl) EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○○ ○○ ○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

PUAN

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

Inspirasi Ratu Sehari HARI PERNIKAHAN YANG SEMPURNA ADALAH IMPIAN SELURUH PEREMPUAN. TAK HERAN, SEMAKIN BANYAK PEREMPUAN YANG MEMASTIKAN GAUN PENGANTINNYA COCOK. CARANYA ADALAH MEMBUAT DESAINNYA SENDIRI.

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


PUAN ○

○ ○○ ○○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

M

○○

○○

○○

○○ ○○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○○

ENJELANG hari pernikahannya, Antania Febrina Nataprawira (25) tak menggunakan jasa event organizer (EO). Dia memilih mengurus semuanya bersama sang calon suami, Taufik. Termasuk gaun pengantin yang digunakan untuk akad nikah. ”Saya yang mendesain,” ucapnya. Sejak hari pertunangannya, Tania sudah berancangancang tentang desain baju yang akan dikenakannya di pelaminan. Sejak kecil, Tania memang hobi membuat pekerjaan tangan dan menjahit. ”Jadi, angan-angan sejak kecil adalah baju pengantin saya kelak buatan saya sendiri,” ucap anak

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015

○○

○○

○○

○○

○○

○○


PUAN ○

pertama di antara tiga bersaudara tersebut. Karena itu, Tania mulai berburu model gaun untuk akad nikah yang bisa membuatnya tampak sempurna pada hari pentingnya. Awalnya, dia sempat tertarik dengan potongan pada ball gown yang menggunakan kawat petticoat. Sebab, itu bisa memberikan efek mengembang dan glamor. Namun, setelah dipikir-pikir, Tania lebih suai dengan yang sederhana. Dia memutuskan untuk menggunakan tumpukan tule yang bisa memberikan efek mengembang. Atasannya cukup diberi detail lewat brokat yang dipayet. Tapi, sebelumnya, Tania menyerahkan pembuatan gaun kepada penjahit. Dengan begitu, dia tinggal memberi payet sendiri. ”Tinggal bagian tangan, harus ngebut ini pembuatannya,” ujar Tania. Lalu, jadilah gaun panjang sederhana dengan detail tule, brokat, serta payet cokelat pastel dan hijau tosca yang siap melengkapi hari akad nikah Tania. Selain Tania, ada juga Laksmi Nungki (23) yang bahkan merancang sendiri busana untuk akad nikah dan resepsi. ”Kebetulan, saya bisa menggambar, jadi kan bisa desain sesuka hati,” tuturnya. Apalagi, sehari-hari Nungki terbiasa menggunakan busana muslim yang sesuai syariat. Jadilah Nungki tinggal mencari referensi-referensi untuk potongan STYLISHFAME.COM

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


PUAN ○

WALLPAPERGRAPHICS.INFO

busana yang sesuai dengannya. Hasilnya, untuk akad nikah, dia memilih gaun panjang tiga dengan bagian. Terdiri atas gaun panjang untuk dalaman, baju luar, dan kalung. Yang menonjol adalah outer yang dibuat menyerupai kardigan panjang. Nungki memilih bahan kain lame yang teksturnya mirip dengan jacquard. Dia menambahkan detail butiran mutiara dan swarovski pada pinggirannya. Sedangkan untuk resepsi, busananya lebih rumit. Memang sama-sama gaun panjang. Tapi, Nungki menambahkan ornamen yang biasa digunakan untuk kebaya. Yakni, detail manik-manik pada untaian brokat. Dia meronce manik-maniknya sendiri. Bahkan, dia membuat sendiri tambahan ornamen dari kain tule yang dirangkai menjadi bunga-bunga kecil. Bunga tersebut mencapai 2.000. Namun, urusan menjahit dua gaun panjang itu dia serahkan kepada penjahit. Sedangkan proses payet dia urus sendiri. Kedua busananya pun sama-sama berwarna putih. Sebenarnya Nungki EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


PINIMG.COM

PUAN ○

bukanlah penggemar fanatik warna putih. ”Biarlah semua orang berwarna-warni, saya saja yang tetap pakai putih,” ucapnya.

Gaya Tradisional Fokus di Mata Dandanan dan busana pengantin tradisional yang rumit kadang membuat calon pengantin enggan memilihnya. Tetapi, belakangan tata ria pengantin tradisional kembali mendapat penggemar. Terutama setelah yang tradisional murni itu dikombinasikan dengan warna baru serta pilihan tata rias modern. Hasilnya, sang pengantin pun hadir dalam balutan anggun tanpa melenceng dari pakem. Warna-warna khas pengantin Jawa seperti hijau, hitam, dan cokelat selalu terlihat pada tiap riasan pengantin tradisional. Warna yang berkesan monoton tersebut dapat diakali dengan teknik tertentu saat menyapukan warna-warni eye shadow. ”Fokus pengantin Jawa adalah matanya. Harus tegas, jadi lebih hidup,” tutur Yohanes Avri Susanto, pemilik Yohanes Professional Wedding and Bridal School. Ada empat teknik yang dipakai, yakni double line, one line, smoky eyes, dan pelangi. Double line atau teknik bingkai mata memakai dua garis, yakni membingkai mata dengan garis hitam dari ujung terluar hingga dalam. Namun, bagian ujung garis tersebut tak menyatu dengan ujung kelopak. ”Teknik ini menimbulkan efek mata belok alias besar. Mata jadi berkarakter, tapi tidak seram,” jelasnya. EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


PUAN ○

TRENDYOUTLOOK.COM

Selain double line, ada yang one line. Dalam teknik tersebut, ujung garis yang berakhir di bagian dalam menyatu dengan mata. Tujuannya ialah mengesankan cekungan pada kelopak mata. Teknik itu jamak digunakan untuk pengantin dengan kelopak mata kecil. Bisa juga untuk orang yang bermata sipit. Untuk menyiasatinya, bisa juga ditambahkan selotip khusus. Bisa juga dengan teknik jahit bulu mata agar karakter mata terlihat. Sementara itu, kesan mata tegas dan tebal terpancar dari tata rias pengantin modern yang menggunakan teknik smoky eyes. Warna gelap yang dibubuhkan di ujung luar mata jadi ciri utama teknik tersebut. Gaun pengantin seputih kapas pun kian mempesona dengan sorot mata sang pengantin yang tajam.

Gaun untuk Pengantin Gemuk Pesta pernikahan sering menjadi momok bagi para calon DREAMSTIME.COM

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


PUAN ○

pengantin yang memiliki postur gemuk. Muncul kekhawatiran tidak bisa tampil sempurna karena tak juga menemukan gaun yang pas. Busana yang dibuat melengkung tepat berada di pinggang memang bisa menonjolkan sisi feminin. Namun, bagi perempuan berbadan besar, yang ini justru mesti dihindari. Perancang khusus baju-baju ukuran besar, Angel Makaloe, punya cara tersendiri untuk menciptakan gaun cantik bagi perempuan tambun. ”Turunkan beberapa sentimeter ukuran lingkar perut ke bagian pinggang untuk memberi ilusi ramping,” katanya. Angel memberi tema rancangan gaun pengantin terbarunya ‘’Node Couture”. Hasilnya adalah tampilan bernuansa Eropa yang sederhana namun gayai. Misalnya gaun bercorak bordir hitam. Gaun elok bermodel bustier dress itu dirancang dengan memperhatikan detail ukuran di bagian perut. ”Selain memberi kesan lebih kurus, juga membuat tubuh terkesan tinggi,” ujar Angel. Tak mau terjebak pada detail dan kain, Angel pun berani bermain dengan potongan gaun pendek selutut. Saat model gaun pengantin pada umumnya berbentuk panjang dan menyeka lantai, dia mencoba menawarkan pilihan lain. Selain menonjolkan keseksian pengantin, gaun mini membuat kaki pemakainya terlihat jenjang. Gaun rancangan Angel didominasi putih, warna klasik untuk pernikahan. Tapi, perempuan yang sudah memiliki lini busana sendiri itu juga menghadirkan gaun berwarna merah jambu. Terlihat beda, namun tetap tak menghilangkan keanggunan pemakainya. ( jpnn jpnn)) EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


PUAN ○

Tren 2015,

Sederhana Minim Warna

FREEGENERALDIRECTORIES.COM

GANTI tahun, biasanya ganti tren. Untuk tahun ini, tren gaun pengantin adalah padanan busana yang sederhana dan tidak terlalu banyak warna. Baik untuk busana pengantin bergaya modern maupun tradisional. Menurut pemilik merek Adjie Wedding, Samiadji, pemilihan warna abu-abu milenium dipermanis batu swarovski. Kesan gemerlap tampak menonjol, namun sang pengantin tetap elegan. ”Tema yang saya ambil adalah Millenium 2015,” jelasnya. Untuk busana berpotongan pensil, ada bawahan rok long high low berbahan prada. Untuk atasan, Adjie memilih menggunakan pola yang membentuk huruf V. Hal itu mengedepankan gaya anak muda yang modern. Ada juga gaun pengantin yang menonjolkan kedewasaan dan keseksian. Meski mengedepankan kesan tradisional, ada batu swarovski disusun sedemikian rupa agar menyiratkan motif-motif khas Indonesia. Gaun pengantin pada 2015 ternyata belum bisa keluar EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


PUAN ○

ALIZEEBRIDAL.COM

dari potongan ball gown. Hal tersebut terlihat dari gaun pengantin hasil rancangan tiga desainer, Melati Tengker, Natalia Soetjipto, dan Amelia Tinara. Warna putih masih menjadi bagian dari gaun pengantin tahun ini. Gaun pengantin hasil rancangan Melati Tengker berupa ball gown dengan atasan bustier dihiasi payet mutiara. Sulaman yang sangat detail melekat indah di tubuh. ‘’Memang bawahan terlihat besar, namun tetap manis dan elegan,” ungkap Melati. Dia menegaskan, tren gaun pengantin pada 2015 tetap sama dengan tahun sebelumnya. Gaun pengantin rancangan Natalia Soetjipto mengadopsi potongan serupa. Bedanya, bagian bustier tampak polos sehingga terlihat anggun dan tersirat kesan sederhana serta eksotis. Untuk bawahan, perancang alumnus Melbourne School of Fashion tersebut menggunakan kain berbahan brokat dan tule prancis yang dirangkai dengan manis. ‘’Ini merupakan adaptasi gaun yang

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


PUAN ○

WEDDINGDRESSSTRAPLESS.COM

dikenakan Snow White,” ujarnya. Sementara itu, rancangan Amelia Tinara berbeda dengan karya Melati Tengker dan Natalia Soetjipto. Gaun pengantin dengan atasan bermotif siluet klasik berbahan tule dan potongan kerah berbentuk V yang menonjolkan kesan seksi pemakainya. Tinara menyisipkan bungabunga mungil yang cantik pada gaun pengantin rancangannya. ‘’Simpel sih, untuk bawahannya saya sengaja buat renda-renda. Emang kayaknya tema pada 2015 ini simpel kok,” ungkapnya. (jpnn jpnn))

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


OPINI ○

Kajian Hukum APBD ‘’Siluman”

Oleh WIRA ATMA HAJRI Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Riau

BELAKANG AN ini masyarakat Riau dikejutkan dengan BELAKANGAN adanya anggaran “siluman” dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Riau Tahun 2015 yang sebelumnya telah disahkan oleh Gubernur dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) periode 2009-2014. Beberapa instansi satuan kerja di lingkungan provinsi sama sekali tak mengusulkan anggaran tersebut, namun muncul di APBD. Contohnya, di instansi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau muncul anggaran “siluman” Rp67 miliar, Dinas Cipta Karya Provinsi Riau senilai Rp6 miliar serta Dinas Perhubungan Provinsi Riau senilai Rp100 juta.

Sangat Mustahil Mencermati anggaran “siluman” di beberapa instansi ini, sangat mustahil jika Gubernur dan DPRD Riau periode 2009-2014 tak mengetahuinya atau tak terlibat. Mengapa? Sebab APBD ini menggunakan baju hukum EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


OPINI ○

yang berbentuk peraturan daerah (Perda) Provinsi. Jadi Perda Provinsilah yang memayungi pemberlakuan APBD. Bukankah Perda Provinsi tersebut merupakan bentukan bersama antara Gubernur dan DPRD Provinsi? Jadi tidaklah mungkin lahir Perda Provinsi Riau tentang APBD Riau Tahun 2015 tersebut tanpa diketahui dan disepakati secara bersama oleh Gubernur Riau dan DPRD Riau periode 2009-2014. Karena posisi Gubernur dan DPRD Provinsi sama-sama kuat dalam pembentukan Perda. Andaikata pihak DPRD tak setuju Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) dari Gubernur tersebut, maka sampai kapanpun RAPBD itu tidak akan pernah menjadi APBD. Dengan demikian ada kelalaian atau bahkan kesengajaan dari Gubernur dan anggota DPRD Riau periode 2009-2014. Ini perlu diusut lebih lanjut sebab tak mungkin hanya melibatkan dua nama, yaitu Gubernur Riau Annas Maamun dan mantan anggota DPRD Riau, Kirjuhari.

APBD Tetap Sah Kendati KPK telah menetapkan Gubernur Riau Annas Maamun dan mantan anggota DPRD Riau, Kirjuhari sebagai tersangka dalam dugaan suap pembahasan APBD, secara hukum APBD tersebut tetap berlaku, terlebih lagi belum ada putusan pengadilan mengenai Annas Maamun dan Kirjuhari. Jadi APBD EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


OPINI ○

tersebut dapat dijalankankan. Sebab kasus suap dan APBD yang telah disahkankan itu adalah dua hal yang berbeda. Sejelek apapun prosesnya, asal itu belum dilakukan perubahan ataupun belum ada pernyataan tidak berlaku dan tidak punya kekuatan hukum yang mengikat dari pengadilan, maka hal itu diangggap “benar” dan masih berlaku. Mengenai APBD “siluman” ini pada umumnya dapat “dilawan” dengan dua hal. Pertama, melalui APBD Perubahan. Namun hal ini tidak Seperti halnya Anggaran mungkin untuk Riau hari ini. Pendapatan dan Belanja Mengapa? Riau hari ini “tidak punya” Negara (APBN) yang baju Gubernur? Bukankah Perda dibuat hukumnya adalah undang-undang (UU), bersama oleh Gubernur dan DPRD maka itu merupakan kewenangan Provinsi? Ingat, pelaksana tugas (Plt) Mahkamah Konstitusi (MK). Selama ini Gubernur Arsyad Juliandi Rahman sudah beberapa kali UU tentang APBN bukanlah Gubernur yang dimaksud itu digugat ke MK. Menariknya, dari berapa gugatan itu ada yang dikabulkan dalam hal ini. Sebab Plt punya oleh MK. keterbatasan kewenangan. Kedua, gugatan melalui judicial review (pengujian produk hukum oleh lembaga peradilan). Menurut saya, cara ini yang sangat dimungkinkan untuk ditempuh. Seperti halnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang baju hukumnya adalah undang-undang (UU), maka itu merupakan kewenangan Mahkamah Konstitusi (MK). Selama ini sudah beberapa kali UU tentang APBN itu digugat ke MK. Menariknya, dari berapa gugatan itu ada yang dikabulkan oleh MK. EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


OPINI ○

Karena APBD berbaju hukum atau produk hukumnya adalah Perda, maka itu merupakan kewenangan Mahkamah Agung (MA). Masyarakat terutama LSM bisa menggugat Perda tentang APBD Riau Tahun 2015 tersebut ke MA. Saya yakin hal ini akan dikabulkan oleh MA. Sebab prosesnya dan muatan APBD itu sendiri bermasalah.***

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○○ ○○ ○○

PENULIS LAGU MELAYU, NORHAM YAHYA

Tunak dengan Lirik Kuat “TAK MELAYU HILANG DI BUMI. TAPI APA YANG HARUS DILAKUKAN MELAYU SEPANJANG HIDUP INI UNTUK MENUNJUKKAN KEBERADAANNYA.”

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

SENIBUDAYA

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○


SENIBUDAYA ○

I

TULAH ucapan Norham Yahya, seorang penulis lagu-lagu Melayu, di hadapan ratusan pengunjung pada malam syukuran dan pagelaran lagu-lagu Melayu ciptaannya, Sabtu (17/1) lalu. Halaman rumah di Jalan Bahagia Nomor 288, Kelurahan Purnama, Kecamatan Dumai Barat, Kota Dumai, Riau itu telah disulap menjadi sebuah panggung berbentuk taman. Tak heran kemudian, aneka hiasan bunga serta pernak-pernik taman memenuhi halaman rumah yang kira-kira menampung 200 pengunjung itu. Sementara itu, semacam kubah dicat berwarna perak metalik berdiri kokoh dan indah dengan dekor ala Melayu, yang kemudian menjadi latar belakang dari helat malam itu. Alat-alat musik modern dan tradisi telah pula tersusun rapi di pinggir-pinggirnya. Di situlah, lantunan lagu-lagu EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


SENIBUDAYA ○

Di situlah, lantunan lagulagu ciptaan Norham Yahya didendangkan dan diperdengarkan di hadapan pengunjung dan para tetamu undangan.

ciptaan Norham Yahya didendangkan dan diperdengarkan di hadapan pengunjung dan para tetamu undangan. Norham Yahya membuka kata dengan mengatur terima kasih pada pihak yang telah bertungkus-lumus dalam mensukseskan helat tersebut dan juga kesediaan para tetamu yang sudi mengapresiasi karya-karyanya. Karena salah satu tujuan dari helat ini memang untuk memperkenalkan hasil ciptaannya untuk didengar dan diseleksi apakah lagu tersebut ada kesamaan atau mirip dengan lagu-lagu Melayu yang sudah ada. Hal semacam ini diperlukan, karena menurut Norham menjadi syarat mutlak sebelum mendaftarkan keseluruhan karya, guna mendapatkan hak cipta dari Departemen Hukum dan HAM. Ikhtiar ini juga bertujuan EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


SENIBUDAYA ○

mengangkat nilai-nilai khazanah budaya Melayu melalui lagu. “Menjaga kelestarian nilai-nilai seni dan budaya Melayu itu diperlukan di era globalisasi saat ini agar khazanah Melayu tidak seperti terabaikan dan terlupakan. Saya memang berhajat untuk terus menggaungkan karyakarya musik Melayu dengan apa yang saya mampu dan kemudian menularkannya pada generasi muda untuk mengembangkannya,” ujar pensiunan PNS itu.

Kolaborasi Senior-Junior Helat malam itu menampilkan 19 lagu Melayu ciptaan Norham Yahya. Ada yang dinyanyikan langsung oleh Norham dan juga beberapa penyanyi muda asal Dumai, juga seniman musik dari daerah lain. EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


SENIBUDAYA ○

Pada pembukaan helat, tampil salah satu grup band asal Dumai yang diberi nama Kecubung. Anak-anak muda tersebut membawakan lagu “Gurindam Jiwa” dengan konsep musik yang diaransemen ulang. Lagu langgam Melayu itu kemudian dibawakan dengan konsep kolaborasi, nuansa jazz dan slow rock yang kental mampu membius para tetamu undangan. “Yang junior dengan selera dan gayanya dan yang senior pun tak kalah dalam aksinya,” jelas Norham menyebut konsep pagelaran secara umum. Norham menjelaskan, sebenarnya sudah ada 46 lagu yang telah dihasilkannya dalam rentang waktu beberapa tahun belakangan ini. Tapi setelah ditapis dan mengingat batasan waktu yang tersedia untuk helat malam tersebut, akhirnya didapatlah 19 lagu unggulan untuk didengarkan di hadapan pengunjung. Kesembilan belas lagu itu di antaranya, “Ikhlas Berbakti”, “Dia Penyanyi Melayu”, “Ibarat Sekuntum Bunga”, “Dara Melayu”, “Selalu Terbayang”, “Mari Berdendang”, “Jangan Buru-buru”, “Hantaran Belanja”, “Datuk Setia Amanah”, “Legenda Dumai”, “Joget Hilangkan Rasa Gundah”, “Jauhilah Diriku”, “Usah Kau Bimbang”, “Ku Tak Ingat Lagi”, “Ku Tak Menyangka”, “Selalu Terbayang”, “Pantun Gembira” serta “Terharu dan Akuilah Kejujuran”. Dalam proses penciptaan lagu-lagu, diakui Norham adalah hasil dari pertembungan nada-nada yang ada di dalam kepalanya. Dan itu memang dalam bentuk penggalan nada-nada yang kemudian direkamnya sendiri. EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


SENIBUDAYA ○

“Saya otodidak, tapi saya tidak bisa menepis nada-nada yang selalu ada di kepala saya,” ceritanya. Sedangkan lirik-lirik lagu yang disusunnya juga merupakan hasil pengamatan, pengalaman serta nilai-nilai ke-Melayu-an yang memang telah tertanam di dalam dirinya sejak kecil. Pencipta lirik lagu “Laksemana Raja Dilaut” itu menambahkan, dalam aransemen dan persiapan pagelaran, ia dibantu rekan seniman musik lainnya seperti Naharudin Azis dan pencipta lagu “Laila Canggung”, Abdul Hamid. Dalam upayanya melestarikan khazanah musik Melayu juga, dalam kesempatan itu, Norham bersama rekanEDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


SENIBUDAYA ○

rekannya meresmikan sebuah lembaga seni yang diberi nama Sri Bijuangsa. Melalui lembaga inilah nantinya dilakukan berbagai kegiatan dan program untuk mengangkat batang terendam. “Lembaga ini nantinya direncanakan untuk mendidik anak-anak dalam mengenal musik, tari dan khazanah tradisi Melayu lainnya bahkan ukiran-ukiran Melayu. Ke depan kita juga akan membentuk orkes Melayu lewat program di lembaga ini,” jelasnya.

Lagu yang Universal

Lembaga ini nantinya direncanakan untuk mendidik anakanak dalam mengenal musik, tari dan khazanah tradisi Melayu lainnya bahkan ukiran-ukiran Melayu. Ke depan kita juga akan membentuk orkes Melayu lewat program di lembaga ini.

Norham Yahya memang dikenal sebagai salah seorang penulis lagu-lagu Melayu yang tunak sampai hari ini. Untaian nada dan bait lagu yang diciptakannya tak lepas dari nilai-nilai kemelayuan yang memang sudah tertanam dalam dirinya sebagai orang Melayu. Lagu-lagu yang terlantun indah lewat suara-suara merdu para penyanyi muda di malam tersebut, menunjukkan hal itu semua. Diakui seniman musik asal Bengkalis, Oesman, yang turut hadir di helat tersebut, ini sebuah kebanggaan bersama karena ada seniman Riau yang mampu menciptakan lagu-lagu Melayu. “Selama ini, kita biasanya kalau boleh jujur, untuk lagu-lagu Melayu selalu ‘berkiblat’ dengan lagu-lagu Melayu dari Malaysia tetapi menurut saya, Norham Yahya dengan lagu-lagunya mampu mengisi kekurangan kita itu,” ucap Oesman. Terkait materi-materi lagu yang diciptakan Norham Yahya, diakui Oesman lirik-lirik lagu sangat kuat, terangkai indah dan dinilai sangat universal. “Saya akui, EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


SENIBUDAYA ○

sering membawakan lagu-lagu karya Norham Yahya di beberapa kesempatan kalau tampil bernyanyi,” ucap Oesman. Hadir juga dalam kesempatan itu, cucu dari “Laksemana Raja Dilaut”, Edi Jufran yang kini bermastautin di Jakarta. Edi sangat menghargai helat yang diselenggarakan dan juga lagu-lagu karya Norham Yahya. Bila memungkinkan, ia akan turut membantu Norham dalam upaya memperkenalkan lagu-lagu Melayu sampai ke tingkat Nasional. Tak hanya apresiasi dari berbagai kalangan seniman budayawan dari Dumai, helat malam itu juga dihadiri salah satu grup musik asal Malaysia, Lela yang terkenal dengan lagu andalannya ‘’Bidadari” pada era 1990-an itu. Produser grup Lela, Osman, mengatakan lagu-lagu Melayu memang patut dilestarikan. Keberadaanya bisa mengobat rindu EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


SENIBUDAYA ○

Selama ini, kita biasanya kalau boleh jujur, untuk lagu-lagu Melayu selalu ‘berkiblat’ dengan lagu-lagu Melayu dari Malaysia tetapi menurut saya, Norham Yahya dengan lagulagunya mampu mengisi kekurangan kita itu.

bagi pendengarnya. Meski demikian, anak-anak muda juga mestilah menjadikan lagu-lagu Melayu sebagai pijakan berkarya pada hari ini karena memang musik Melayu sangat kaya dengan ragamnya. “Kita mesti mengapresiasi helat ini. Lagu-lagu karya Norham juga bagus-bagus dan universal sebagai lagu Melayu. Bila perlu, kita siap bermitra untuk proses rekah fri al di tempat kita, tahniah Bang Norham,” ucapnya. (je jefri mala malayy)

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


CERANA SENIBUDAYA ○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2010

TENTANG CAGAR BUDAYA

Undang-undang CCagar agar BBuda uda as al 332: 2: udayya PPas asal Pengkajian terhadap koleksi museum yang didaftarkan dilakukan oleh Kurator dan selanjutnya diserahkan kepada Tim Ahli Cagar Budaya.

INTERNET

RUMAH LAMPUNG

Rumah adat pribumi Lampung bernama Sessat. Bentuk bangunan dimaksud berdasarkan keasliannya mempunyai ciri-ciri fisik berbentuk panggung bertiang yang bahan bangunannya sebagian besar terbuat dari kayu. Pada sisi bangunan tertentu ada yang memiliki ornamen yang khas. Umumnya sessat ini berupa rumah besar. Namun dewasa ini, rumah-rumah adat (sessat) di kampung-kampung penduduk asli Lampung sebagian besar dibangun tidak bertiang/depok (berlantai di tanah) EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015

○○


SENIBUDAYA KOMUNITAS ○

KOMUNITAS PECINTA OLAHRAGA SEPAKBOLA & FUTSAL

EDUKASI CINTAI PRODUK ASLI

K

OMUNITAS Pecinta Sepakbola dan Futsal Pekanbaru adalah grup pecinta sepakbola dan futsal di Kota Bertuah. Asal mula komunitas ini dimulai dari beberapa orang yang suka dengan olahraga sepakbola dan futsal dan terbentuk pada Januari 2015. Menurut salah seorang anggota komunitas, Eko, olahraga sepakbola dan futsal sangat berkembang di Indonesia, salah satunya di Pekanbaru. Dalam bermain

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


KOMUNITAS SENIBUDAYA ○

sepakbola atau futsal, mereka tidak menitikberatkan pada keahlian dalam bermain, namun lebih diutamakan pada sisi penampilan, kenyamanan dan kebanggaan memakai barang asli. ‘’Saat kita menggunakan barang yang orisinal, secara tidak langsung kita sudah menghargai karya orang lain,’’ kata Eko. Terbentuknya komunitas ini, lanjutnya, bertujuan untuk mengenalkan kepada masyarakat khususnya yang suka

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


SENIBUDAYA KOMUNITAS ○

sepakbola dan futsal ini bahwa hobi olahraga akan membuat kita lebih sehat. Sejak berdiri, komunitas ini sudah memiliki kegiatan antara lain bermain futsal dan sepakbola serta sering memberi informasi terbaru mengenai kiat membedakan sepatu sepakbola yang asli dengan sepatu palsu yang beredar di pasaran. (crl)

Bagi komunitas yang ingin tampil di Majalah Riau Pos, silakan kirim email ke majalah_riaupos@yahoo.com atau hubungi DOPI ISKANDAR di nomor telepon 085292158826. EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


SENIBUDAYA ○

○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

RALINE SHAH

Wajib

Melanc

INTERNET

RALINE Shah (29) membuktikan kalau dia tak hanya cantik dan ramping, melainkan juga punya semangat petualang yang tinggi serta fisik yang tangguh. Raline menjelaskan mengenai hobinya berjalan-jalan. ‘’Hobi jalan-jalan aku itu bukan baru-baru ini sih, sudah lama, cuma orang mungkin baru tahu sekarangsekarang ya. Pokoknya sejauh aku EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


SENIBUDAYA ○

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○○ ○

cong masih sehat dan ada waktu, apapun bakal aku jalani. Seperti main film, jalan-jalan itu membuat kita bisa sosialisasi dan banyak teman,’’ ungkap Raline. Dia menjelaskan, melancong sudah jadi sebuah kewajiban bagi dirinya. Buat finalis Putri Indonesia 2008, selama apapun yang dia lakukan bernilai positif, maka itu memang akan dia kerjakan. ‘’Aku sih sekarang lagi ingin jalan-jalan keliling Indonesia. Aku lagi ingin mengetahui lebih banyak dan menjelajah soal Indonesia,’’ ujarnya. Raline pun membenarkan jika keterlibatannya di film 5 CM membuat banyak orang menilai dirinya jadi hobi melancong. Padahal, sedari kecil, wanita berdarah Singapura ini punya kegemaran dengan alam sejak dulu. (crl) EDISI EDISI104/TAHUN 104/TAHUNIIIIIIzz2929JANUARI JANUARI- 4- 4FEBRUARI FEBRUARI2015 2015


SENIBUDAYA ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

MISI KEMBALI ke

MASA LAL

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


SENIBUDAYA FILM ○

U

○ ○

S

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

○ ○

TUDIO film Paramount Pictures membuat sekuel film fiksi ilmiah berjudul Terminator: Genesys. Film ini dibintangi oleh Arnold Schwarzenegger dan Jason Clarke. The Terminator awalnya diluncurkan pada 1984 dengan Arnold Schwarzenegger sebagai karakter dan membintangi tiga film berikutnya serta telah mendapatkan lebih dari 1 miliar dolar AS di box office seluruh dunia. Di film terbaru ini, Arnold Schwarzenegger kembali sebagai cyborg Terminator tentu dengan penampilan yang lebih tua. Dayo Okeniyi memainkan anak Miles Dyson dan Cyberdyne dimainkan oleh Joe Morton. Terminator Genesys ini mengembangkan adegan dari cerita dua film Terminator sebelumnya. Film ini

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015

○ ○


FILM SENIBUDAYA ○

FOTO: INTERNET

Penulis naskah: Laeta Kalorgridis, Patrick Lussier Sutr adar a: Alan Taylor utradar adara: Produksi: Paramount Pictures Pemain: Arnold Schwarzenegger, Jason Clarke, Emilia Clarke, Byunghun Lee, Jai Courtney, Michael Gladis Jadwal keluar film: 1 Juli 2015 Jadwal tayang: Juli 2015

menceritakan robot bernama Sarah Connor (Emilia Clarke) yang dibesarkan oleh Terminator (Arnold Schwarzenegger) dan memanggilnya ‘’Pops’’ yang dianggapnya sebagai ayah. Pada tahun 2029, John Connor (Jason Clarke) menjadi pemimpin dalam perang panjang dan mengerikan melawan para robot. John yang mengetahui salah satu dari robot itu adalah T-1000 (Lee Byung Hun) yang telah membunuh ibunya, Sarah Connor di masa lalu. Kyle Reese (Jai Courtney) adalah salah seorang tentara yang siap dengan misi kembali ke masa lalu demi menyelamatkan Sarah. Saat ini Sarah harus berusaha tetap hidup sekaligus melawan T-1000 bersama dengan Kyle dan Terminator. (crl)

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


○○

○○

○○

○○

○○

PAUL POGBA

GELANDANG TERHEBAT BINTANG JUVENTUS, PAUL POGBA, MENGAKU DIRINYA SEMAKIN TAJAM JIKA DI DEPAN GAWANG LAWAN. BINTANG GELANDANG BERUSIA 21 ITU JUGA MEMUJI PERMAINAN KETAT YANG DIPERAGAKAN THE FLYING DONKEY.

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

OLAHRAGA ○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○


OLAHRAGA ○

P

INTERNET

OGBA mencetak gol saat Juventus menjamu Chievo dalam lanjutan Serie A pekan ke-20. Saat itu ia membobol gawang menggunakan kaki kiri dan tetap menghasilkan tenaga yang kuat tanpa bisa dihalau kiper lawan. Itu adalah gol keenamnya di Serie A. ‘’Saya harus terus berusaha dan melakukan apa yang harus saya lakukan untuk fans dan klub. Saya lebih tajam pada musim ini. Saya cukup beruntung bisa melepaskan beberapa tembakan, dan terima kasih karena bolanya masuk ke gawang,” ucap Pogba kepada Sky Sport. Pada babak pertama melawan Chievo, Gianluigi Buffon dkk sempat tumpul. Pogba lantas memuji permainan solid Bizzarri dkk. Adapun buat pasukan Rolando Maran, karena kekalahan ini, mereka berada di jurang degradasi karena hasil lain juga menunjukkan Cagliari sukses menekuk Sassuolo. ‘’Chievo bertahan dengan sangat baik. Tapi, mungkin sedikit longgar setelah gol pertama tercipta. Itu juga bukan merupakan pertandingan yang mudah buat kami,” tuturnya.

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


OLAHRAGA ○

Pogba luar biasa dan terus berkembang. Dia adalah sang juara karena setelah kami seperti tim medioker di babak pertama, dia menciptakan momen penting. Kami tidak menemukan kualitasnya hari ini, dia ditakdirkan untuk tumbuh dan menjadi yang terbaik di dunia.

‘’Pogba luar biasa dan terus berkembang. Dia adalah sang juara karena setelah kami seperti tim medioker di babak pertama, dia menciptakan momen penting. Kami tidak menemukan kualitasnya hari ini, dia ditakdirkan untuk tumbuh dan menjadi yang terbaik di dunia,” kata Allegri, seperti dilansir Forza Italia Football. Penampilan impresif yang ditunjukkan Paul Pogba akhir-akhir ini memang menarik perhatian banyak pihak. Mulai dari ketertarikan klub-klub besar Eropa hingga pujian kerap menghampiri pria asal Prancis tersebut. Kali ini bukan rumor transfer yang mendatangi dirinya, melainkan sanjungan yang diberikan oleh rekan setimnya di Juventus, Andrea Pirlo. Menurut pria berusia 35 tahun itu, Pogba bisa menciptakan sejarah berkat aksi-aksinya yang ditunjukkan di atas lapangan hijau. Bahkan, mantan gelandang AC Milan itu berpendapat Pogba merupakan salah seorang gelandang terhebat yang pernah muncul di era sepakbola modern. Ketenangan dan kemampuannya dalam menghidupkan permainan tim jadi bukti sahih jika pemain berusia 21 tahun memang layak mendapat pujian seperti itu. ‘’Pogba tidak pernah berhenti berkembang. Dia memiliki segalanya untuk menjadi pemain yang luar biasa. Jika dia mampu menjaga level permainannya tetap tinggi, dia akan membuat sejarah,” jelasnya seperti mengutip Telefoot. (crl)

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


BERSEMBANG OLAHRAGA ○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○ ○○ ○○ ○○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

FB BUKAN INDONESIA

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Pertemanan di FB dibatasi maksimal 5.000 orang. Bila Anda menemukan posting atau komentar buruk atas sesuatu--seburuk apapun yang bisa dibuat ‘friend’ di FB--tak perlu gusar. Apalagi membuat simpul mati bahwa sesuatu tersebut memang seburuk yang Anda dengar. Karena itu hanya 1/ 50.000 dari suara rakyat Indonesia. Maksimal. Itupun bila Anda punya 5.000 teman. Itupun bila semua orang Indonesia. Itupun bila Anda tak sempat memilih teman. Itupun bila 5.000 ‘friend’ Anda mem-posting dan berkomentar sama buruknya. Itupun bila Anda sanggup, punya waktu dan kurang kerjaan membaca seluruhnya. Itupun--dan ini kuncinya--bila Anda orang yang mudah dipengaruhi. Logout, keluar, bertemu dan bicaralah dengan banyak orang lain. Masih ada dua hal yang bisa Anda temui; orang tersenyum dan orang yang bisa Anda buat tersenyum. Bila itupun tak bisa Anda temukan, hati-hati. Mungkin dunia Anda memang hanya sebatas FB, dengan Mark Zuckerberg Menkopolhukamnya. Selebihnya blur.***

○ ○ ○ ○ ○ ○

oleh Onggo IKJ

EDISI 104/TAHUN III z 29 JANUARI - 4 FEBRUARI 2015


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.