WARNA REDAKSI
S
ebuah keberhasilan tak pernah mengingkari kreativitas dan sang kreator di belakangnya. Ibarat gelas kosong, keberhasilan sebenarnya siap diisi oleh siapa saja dan capaiannya pun langsung bisa ditakar sesuai jerih payah yang dilakukan. Idiom gelas kosong dalam tulisan ini sebenarnya untuk mewakili kerisauan hati penulis, terkait banyak hal yang erat kaitannya dengan judul Warna edisi ini; Antara Kompetensi dan Dedikasi. Dalam dua kata di atas secara implementatif penggunaannya banyak direkatkan dengan capaian yang baik atau keberhasilan. ‘Kompetensi’ yang mewakili sebuah kemahiran seseorang dalam bidang tertentu akan membuat si empunya bidang dipercaya melakukan hal-hal yang bersejalan dengan profesinya. Demikian halnya dengan ‘Dedikasi’, afdol disematkan kepada mereka yang memiliki nilai lebih atas sebuah upaya dalam menjalankan aktivitas
yang berkesinambungan. Tuntas dalam hal pekerjaan dan segala yang tersematkan untuk sesuatu yang bernilai kesetiaan. Tentu indah rasanya bila dua kata tersebut berjalinan. Namun bila di depan dua kata tersebut disematkan ‘antara’ tentu keduanya tak akan lagi harmoni,
dalam menangani sesuatu secara profesional. Namun sepertinya komptensi itu oleh sebagian kita tak pernah dihiraukan karena membatasi keinginan-keinginan yang serbagampang dan menyenangkan. Demikian pula dengan dedikasi. Makna kesetiaan jarang sekali dianggap paripurna karena tertututupi oleh pihak-pihak kedekatan dalam menentukan sebuah jabatan dan sejenisnya. Sebagai orang yang bijak, tentu kita tak semenamena menghukum keprofesionalan hanya dengan like and dislie. Porsi yang tepat dalam menempatkan seseorang untuk jabatan tertentu harus diukur dari komptensi dan dedikasinya. Bila hanya kompetensinya, bisa jadi tak memiliki kesetiaan terhadap institusi. Dan bila hanya berdasarkan dedikasi, rentan menjadikan arogansi tanpa mampu memberi nilai lebih atas bidang yang didudukinya. Semoga keprofesionalan menghindarkan kita semua dari tindak keculasan, sehingga komptensi dan desikasi menjadi satu menara kerja. n
ANTARA KOMPETENSI DAN DEDIKASI bahkan bisa menjadikan hal yang berseberangan, atau bahkan permusuhaan karena berjarak. Sepenggal judul di atas bisa merepresentasikan segela kebutuhan di Unesa. Ketika komptensi disatukan dengan dedikasi pasti akan berdampak positif bagi kemajuan dan harapan Unesa ke depan. Namun sebaliknya bila antara kompetensi dan dedikasi dijalankan sendirisendiri, tak dapat dibayangkan keterpurukan apa yang bisa saja terjadi ke depan. Bicara kompetensi, sebenarnya harus bicara kapasitas seseorang
Majalah Unesa
ARM
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
3
DAFTAR RUBRIK
19 FOTO: DOK/ISTIMEWA
EDISI AGUSTUS 2 01 8
Edisi Ini
05
MABA DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
17
MABA TERMUDA UNESA MASUK MELALUI JALUR HAFIDZ ALQURAN
12
BINCANG UTAMA PERKUAT KARAKTER DIRI MAHASIWA, HADAPAI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
30
PENDIDIKAN SAINS UNTUK GENERASI MILENIAL DI ERA DISRUPTION
Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 120 Tahun XIX - Agustus 2018 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor), Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (WR Bidang I), Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (WR Bidang II), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (WR Bidang III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (WR Bidang IV) PENANGGUNG JAWAB: Dra. Ec. Ratih Pudjiastuti, M.Si (Kepala BAAK) PEMIMPIN REDAKSI: Dra. Titin Sumarti, M.Pd (Kabag. Kerja Sama dan Humas) REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Syaiful R REPORTER: Wahyu Utomo, Syaiful H, Inayah, Suryo Waskito, Emir Musa, Mira Carera, Nely Eka, Tarida, M. Rizki, Titan, Hasna, Intan, Jumad, Fibrina, Intan, Royyan. FOTOGRAFER: Sudiarto Dwi Basuki, M. Wahyu Utomo, DESAIN/ LAYOUT: Abdur Rohman, Basyir Aidi ADMINISTRASI: Roni, ST. (Kasubbag. Humas), Supi’ah, S.E. DISTRIBUSI: Lusia Patria, S.Sos, Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung Rektorat Kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya
4
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
Maba di Era Revolusi Industri 4.0
Tak Siap Perubahan Akan Terlindas REVOLUSI INDUSTRI 4.0 ATAU REVOLUSI INDUSTRI DUNIA KEEMPAT KINI TENGAH DIRASAKAN HAMPIR SELURUH NEGARA, TIDAK TERKECUALI INDONESIA. REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DITANDAI DENGAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI YANG SEMAKIN PESAT DAN PERKEMBANGAN INTERNET DAN TEKNOLOGI DIGITAL YANG SUDAH HAMPIR TIDAK DAPAT TERPISAHKAN DARI KEHIDUPAN MANUSIA. KEDAAN INI TELAH MEMBAWA PERUBAHAN DALAM BERBAGAI LINI KEHIDUPAN, TERMASUK DALAM DUNIA PENDIDIKAN. BAGAIMANA UNESA MEMPERSIAPKAN PARA MAHASISWANYA? Majalah Unesa
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
5
LAPORAN
UTAMA
MENDUKUNG: Rektor Unesa (periode 2014-2018), Prof. Warsono saat menyampaikan sambutan dalam pemberangkatan praktik ajar nyata di sekolah
P
rof. Dr. Warsono, M.S, Rektor Universitas Negeri Surabaya (Perdiode 2014 2018) mengatakan bahwa revolusi industri adalah suatu perubahan yang terjadi secara natural. Dampaknya tidak hanya menimpa mahasiswa baru Unesa, tetapi juga semua orang akan merasakan efeknya. “Sebetulnya, bukan hanya mahasiswa baru, tetapi semua orang saat ini mau tidak mau harus sadar bahwa ada perubahan. Kalau dia tidak sadar ada perubahan dan tidak mempersiapkan untuk perubahan itu, maka dia akan terlindas oleh perubahan itu sendiri” ujar Warsono. Warsono menegaskan bahwa sekarang ini sudah masuk ke intelegensi digital, hampir semua pekerjaan sudah digantikan dengan
6
mesin. Kalau orang-orang yang tidak cerdas dan tidak kreatif, maka pekerjaan-pekerjaan yang masih manual itu akan digantikan oleh mesin. Warsono menghimbau agar mahasiswa yang sekarang sedang kuliah paling tidak harus disadarkan akan tantangannya. Jadi, ketika mereka lulus sudah siap menghadapi revolusi industri 4.0. Oleh karena itu, Unesa juga harus sudah menyiapkan rancangan kurikulum agar para mahasiswa setelah lulus sudah siap menghadapi revolusi industri. “Kita dorong agar mereka (mahasiswa) itu kritis, kreatif, dan memiliki kemampuan-kemampuan yang tidak dimiliki oleh mesin,” pungkasnya. Dengan memberikan sosialisasi industri 4.0 kepada mahasiswa baru,
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
Majalah Unesa
diharapkan mereka mengetahui apa sebenarnya yang dinamakan revolusi industri 4.0, apa yang akan terjadi dan apa yang harus dilakukan. Yang jelas nanti, menurut Warsono dalam revolusi industri 4.0 itu seluruh pekerjaan manual akan digantikan oleh mesin. “Misalnya kemarin penjaga tol, hampir semua pejaga tol akan digantikan mesin. Tetapi tetap masih ada petugas yang menjaga di sana. Untuk apa? Terutama apabila mesin lagi macet. Nah, berarti petugas itu harus menguasai teknologi”, jelasnya. Warsono menambahkan bahwa dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dibutuhkan mahasiswa yang kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif sehingga melalui pendidikan dapat mempersiapkan masa depan bangsa. n (INA/QQ)
LAPORAN UTAMA
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FISH Unesa
Siapkan Mahasiswa Milenial di Era Revolusi Industri 4.0
M
ahasiswa milineal begitulah sebutan Tamsil, S.H, M.H, selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Unesa kepada Mahasiswa baru (maba) yang kini tengah memasuki era revolusi industri 4.0. Tamsil berpandangan bahwa mahasiswa baru termasuk generasi milenial yang justru linear dengan adanya revolusi industri 4.0. Artinya, mereka itu adalah hasil dari pengaruh masa revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 ditandai dengan berkembangnya informasi dan teknologi digital yang semakin canggih. Ada beberapa cara menurut Tamsil yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi atau melayani mahasiswa milenial dalam spirit atau semangat revolusi industri 4.0. “Pertama kita akan menginformasikan bahwa model pembelajaran di perguruan tinggi itu sudah begitu terbuka dan tidak hanya menggunakan modelmodel konvesional tetapi sudah menggunakan sistem pembelajaran atau perkuliahan yang menggunakan perspektif IT,” paparnya. Menurut Tamsil, salah satu pendekatan berbasis IT yang akan digunakan di FISH adalah penggunaan e-vote dalam pemilihan raya (pemira). Biasanya, pemira menggunakan sistem konvensional. Sejak Februari 2018 FISH sudah mengenalkan model e-vote. “Selain lebih efesien, dengan menggunakan e-vote, potensi
Tamsil, S.H, M.H
MAHASISWA BARU HARUS MULAI MEMAHAMI DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH APA ITU ZAMAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0. KEDUA, MAHASISWA BARU HARUS SECEPATNYA MAMPU BERADAPTASI. DAN, KETIGA, MAHASISWA BARU HARUS DAPAT MEMANFAATKAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0 UNTUK MENGOPTIMALKAN PENGEMBANGAN DIRINYA. bentrokan atau potensi perselisihan antarmahasiswa atau aktivis bisa terminimalisir,” jelasnya. Selain itu, yang kedua, menurut
Majalah Unesa
Tamsil mahasiswa perlu didorong membuat Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Dimana PKM itu termasuk salah satu keunggulan dari Unesa. Melalui PKM , mahasiswa diberi kesempatan untuk meneliti apa yang menarik bagi mereka sehingga bisa memunculkan inovasi baru. Selain PKM, mahasiswa baru juga didorong untuk berprestasi tidak hanya dalam konteks akademik, tetapi juga berprestasi di bidangbidang nonakademik. “Mereka terkena kewajiban untuk memrogram Kartu Rencana Prestasi (KRP). Jadi semua kegiatan mahasiswa bukan hanya yang berhubungan dengan akademik, tetapi termasuk minat dan bakat itu dihargai oleh lembaga menggunakan sistem penilaian nonakademik, yaitu Sipena,” ujarnya. Terkait persiapan di FISH, Tamsil menyampaikan di antaranya adalah melakukan evaluasi terhadap kurikulum sesuai dengan tuntutan zaman dan mengembangkan model pembelajaran inovatif dan berbasis IT. Kepada para mahasiswa baru, Tamsil memberikan tiga pesan sederhana. Pertama, mahasiswa baru harus mulai memahami dengan sungguh-sungguh apa itu zaman revolusi industri 4.0. Kedua, mahasiswa baru harus secepatnya mampu beradaptasi. Dan, ketiga, mahasiswa baru harus dapat memanfaatkan revolusi industri 4.0 untuk mengoptimalkan pengembangan dirinya.n (INA)
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
7
LAPORAN
UTAMA
WAKIL DEKAN BIDANG KEMAHASISWAAN DAN ALUMNI FMIPA
ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0, MAHASISWA HARUS MELEK LITERASI TEKNOLOGI INFORMASI
Dr. Tatag Yuli Eko Siswono, S.Pd, M.Pd
W
akil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FMIPA Dr. Tatag Yuli Eko Siswono, S.Pd, M.Pd, mengatakan bahwa prinsip revolusi industri adalah masa depan. Masa depan itu akan berkembang ditandai dengan beberapa hal bermula dari perkembangan teknologi informasi yang berkembang pesat. “Jadi, komunikasi sudah tidak hanya berkumpul tapi lewat komunikasi yang bersifat internet. Internet dulu dengan internet sekarang itu sudah jauh lagi. Sistem
8
teknologi informasinya berkembang,” ujar Tatag Selain itu, lalu lintas informasi sudah sangat global. Kegiatan di sini (Indonesia), sudah bisa diakses dunia. Fenomena itu pernah terjadi, misalnya viralnya Om Telolet Om hingga menggema ke seantero dunia. “Padahal, aktivitasnya lokal tapi karena perkembangan informasi yang global sudah bisa diakses ke mana-mana,” ujarnya. Tatag mengatakan, secara langsung teknologi informasi itu sudah dipakai oleh para mahasiswa. Buktinya, informasi atau
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
Majalah Unesa
pengetahuan tidak hanya diperoleh dari dosen saja, tetapi mahasiswa sudah bisa mencari informasi sendiri tentang kegiatan-kegiatannya. Oleh karena itu, Tatag berharap sistem informasi Unesa bisa memadai dan memfasilitasi dengan baik tidak sekedar internet saja, tapi layanan akses data dan perkembangan teknologinya harus diikuti. Saat ini, sistem informasi kemahasiswaan sudah bisa lihat di web-web Unesa. Seperti materi PKKMB sudah tersedia di web. Jadi, mahasiswa dengan HP sendiri bisa mencari atau mengakses data informasi. Menurut Tatag, revolusi industri 4.0 akan memicu orang lebih cepat bertindak. Oleh karena itu, agar informasi dapat diterima dengan baik, harus paham ciri-ciri informasi dan sumber informasinya. “Semakin tinggi teknologinya harus lebih berhati-hati,” terangnya. Mahasiswa baru, terang Tatag, harus memiliki daya tangkal dan pengetahuan literasi teknologi informasi sehingga bisa menyerap informasi dengan baik. Selain pemahaman literasi, juga harus memiliki karakter yang baik. Karakter itu adalah pembinaan untuk memiliki pemahaman karena sudah hidup di tengah lautan informasi, maka selain bijaksana harus paham setiap orang berbeda-beda. “Materi karakter itu ada di PKKMB, ,” tutur dosen jurusan Matematika. Lebih lanjut Tatag menjelaskan bahwa teknologi informasi itu bergantung pada pemakainya. Bisa negatif dan positif. Oleh karena itu, di era revolusi industri 4.0 mahasiswa harus mempunyai wawasan, kesadaran, kearifan yang mantap, teguh, dan kokoh dalam menghadapi perkembangan zaman. n (SH)
LAPORAN UTAMA WAKIL DEKAN BIDANG KEMAHASISWAAN DAN ALUMNI FE UNESA
EMPAT KONSEKUENSI DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
M
emasuki era baru yang disebut revolusi industri 4.0. Tak hanya ramai menjadi perbincangan dunia, tapi gaung soal industri generasi keempat ini juga terus dibahas di Indonesia. Revolusi industri 4.0 memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap dunia pendidikan tinggi di Indonesia, termasuk di Unesa. Oleh karena Fakultas Ekonomi sebagai bagian dari Unesa juga tidak tinggal diam dalam menghadapi era tersebut. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Ekonomi Unesa, Dr. Anang Kistyanto, S.Sos, M.Si menuturkan revolusi industri 4.0 pada dasarnya merupakan proses perubahan menuju era digitalisasi, sehingga berimplikasi pada dunia industri yang dulunya membutuhkan tenaga kerja yang memiliki ketrampilan konvenisonal, terjadi perubahan dan pergeseran tuntutan keterampilan sehingga banyak posisi pekerjaan yang hilang dan tergantikan di posisi baru, dimana posisi baru tersebut lebih mengarah/berbasis teknologi. “Menghadapi hal itu, pengembangan mahasiswa baru harus diarahkan memiliki keterampilan berbasis teknologi, sehingga materi literasi teknologi mutlak menjadi materi pembekalan mahasiswa baru baik PKKMB maupun pengembangan mahasiswa baru lainnya. Itu konsekuensi pertama,” ujar Anang. Anang juga menjelaskan, di era teknologi digital ketidakpastian tidak bisa diprediksi sehingga banyak pekerjaaan yang sifatnya rutinitas digantikan oleh mesin robot dan sejenisnya. Oleh karena itu, seseorang harus memiliki ketrampilan problem solving atau pemecahan masalah. “Konsekuensi kedua, mahasiswa baru harus dibekali bagaimana mengoptimalkan potensinya dan memiliki kecerdasan pemecahan masalah atau problem solving,” tambahnya. Konsekuensi ketiga dan keempat yaitu sinergisme antara satu dengan yang lain serta kemampuan beradaptasi dengan cepat, juga mahasiswa baru harus memiliki jiwa tangguh tidak putus asa, tidak cepat menyerah dan sabar. Beberapa hal tersebut yang menjadi konsekuensi atau treatment yang harus dilakukan kepada mahasiswa baru agar membekali dalam menghadapi ketidakpastian di era revolusi industri 4.0 ini. “Oleh karena itu, 4 hal tersebut menjadi tantangan sekaligus peluang dan merupakan substansi dalam materi di pengembangan mahasiswa baru baik PKKMB atau
Dr. Anang Kistyanto, S.Sos
pengembangan mahasiswa baru lainnya,” jelas Anang. Anang memaparkankan, langkah-langkah yang perlu dilakukan yaitu mengidentifikasi passion, potensi, bakat minat mahasiswa baru, Kemudian melakukan pemetaaan dan pengembangan roadmap, ketiga pengembangan mahasiswa baru itu sendiri dan keempat evaluasi. Untuk mempertahankan keunggulan, terang Anang, kuncinya perubahan secara terus menerus. Karena perubahan keunggulan itu sifatnya sementara, apalagi di era teknologi itu perubahannya sangat cepat. Maka invensi dan inovasi itu harus ditingkatkan untuk mengembangkan mahasiswa baru agar tetap unggul. “Saya yakin Unesa secara umum inputnya sudah bagus, dan tinggal dikembangkan saja sehingga revolusi industri 4.0 dapat menjadi sebuah peluang yang baik. Saya berharap agar mahasiswa, terlebih mahasiswa baru mampu melakukan inovasi dan invensi secara istiqomah,” pungkasnya. n (QQ)
Majalah Unesa
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
9
LAPORAN
UTAMA
WAKIL DEKAN BIDANG KEMAHASISWAAN DAN ALUMNI FBS UNESA
BEKALI EMPAT KOMPETENSI HADAPI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
E
ra revolusi industri 4.0 disikapi beragam oleh berbagai pihak di perguruan tinggi. Tak terkecuali di Fakultas Bahasa dan Seni, Unesa. Di era yang menuntut kemampuan berbasis digital itu, FBS telah mempersiapkan berbagai metode untuk mahasiswa agar mampu bersaing di era revolusi industri 4.0. Salah satu yang dilakukan adalah membekali tiga kompetensi untuk mahasiswa. Wakil Dekan Bidang III FBS, Dr. Syamsul Shodiq, M.Pd mengatakan menghadapi era revolusi industri 4.0 ada empat kompetensi yang akan diperkuat pada mahasiswa. Pertama kompetensi personal yakni terkait kejujuran, potensi diri, bisa memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. “Kecakapan personalnya harus kuat,” paparnya. Setelah kompetensi dirinya kuat, kompetensi kedua adalah kompetensi komunikatif. Menurut dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonsia itu, orang yang komunikasinya lebih bagus pasti akan bisa lebih eksis dan berpikiran lebih luas daripada orang yang komunikasinya kurang. “Untuk mendukung kompetensi
10
komunikatif ini di FBS salah satunya mendorong mahasiswa punya pengalaman ke luar negeri baik dalam bentuk magang atau mengajar, atau minimal dalam bentuk seminar. Syukur-syukur ke luar negerinya dalam bentuk lomba. Pengalaman pergi ke luar negeri itu diyakini memiliki manfaat besar untuk menunjang kompetensi personal dan kompetensi komunikatif,” terangnya. Ketiga, kompetensi akademik. Mahasiswa yang ingin mendalami bidang pendidikan tentu harus memiliki kompetensi akademik yang lebih tinggi di bidang pendidikan. Keempat, kompetensi vokasional (kekhasan). Misalnya sarjana bahasa Indonesia setiap tahun yang masuk sekitar 200, yang keluar juga sekitar 200. Dari 200 orang itu, mungkin ada yang kekhasannya menjadi guru bahasa Indonesia, ada pula yang mendalami masalah media yang khusus dalam aspek-aspek kebahasaan. “Jadi 4 kompetensi itu yang menurut saya harus lebih dikuatkan lagi. Dimulai dari kompetensi personal, lalu kompetensi komunikatif, kompetensi akademik, dan yang terakhir kompetensi vokasional,” paparnya.
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
Majalah Unesa
Selain itu, agar kualitas mahasiswa baru semakin baik maka kompetensi personal dan kompetensi komunikatif harus baik. Syamsul mengatakan, bolehlah mereka berasal dari wilayah tingkat dua, namun karena teknologi sudah menjadi tuntutan ya harus diwajibkan. Bagi mahasiswa yang masih belum mahir menggunakan tekhnologi akan dipandu dan dibimbing, karena itu adalah alat utama. Menurut Syamsul, sebagai mahasiswa yang berbasis bahasa, sastra dan seni tentu harus paham digital. Dengan menguasai teknologi di era revolusi industri 4.0 ini akan berkompetisi. “Saya berharap maba 2018 ini adalah dapat menguasai 4 kompetensi tadi dengan baik. Salah satunya yang paling penting ialah kompetensi personal, karena jujur, disiplin, santun, dan tanggung jawab itu harus dimiliki oleh semua orang. Kedua adalah pandai untuk mengomunikasikan ide, menggali informasi, mengolah informasi dan menyampaikannya secara bagus. Ketiga akademisnya juga harus bagus. Terakhir, harus mengenali kekhasan yang dimiliki oleh diri sendiri,” harap Syamsul Sodiq.n (IC/FBR)
LAPORAN UTAMA WAKIL DEKAN BIDANG KEMAHASISWAAN DAN ALUMNI FIO UNESA
W
MAKSIMALKAN IT UNTUK DONGKRAK PRESTASI
akil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Ilmu Olahraga (FIP), Drs. Arif Bulqini, M.Kes mengatakan bahwa FIO sudah mempersiapkan metode yang akan diterapkan kepada mahasiswa di FIO khususnya pada mahasiswa baru 2018. Menurutnya, ada dua pelayanan yang dilakukan FIO yakni pelayanan untuk kemahasiswaan dan pelayanan kesejahteraan bagi dosen dan karyawan. Di bidang kemahasiswaan dan alumni, telah diberi arahan untuk melayani secara digital yakni lewat web. Pelayanan kemahasiswaan juga dilayani melalui online. Seperti pelayanan terhadap persiapan mahasiswa baru juga telah melalui online. “Kami ada materi kode etik sebagai mahasiswa, kami ada komunikasi dengan mahasiswa boleh dengan tekhnologi. Jadi kami tidak segan, tidak merasa tersinggung atau tidak merasa keberatan apabila komunikasi dengan mahasiswa lewat teknologi baik melalui Whatsap, SMS, Email dan lain sebagainya,” paparnya. Pelayanan terhadap penyampaian perkuliahan pun, menurut Arif selain tatap muka juga menggunakan IT. Ia mencontohkan, mahasiswa FIO yang ada di Palembang karena persiapan Asian Games, melakukan perkuliahan lewat online. Di PENDIK sebagai bidang pengolahan data, sebisa mungkin sudah menggunakan teknologi. Semua layanan itu melalui SIAKAD. “Kami akan memberikan materi dan pembekalan mengenai itu, karena mahasiswa tidak akan bisa lepas dari SIAKAD,” jelasnya. Ke depan, FIO berkeinginan memiliki web yang akan diatur oleh universitas karena universitas akan
meng-update informasi. Untuk itu, FIO akan memperbaiki data base dengan ukuran yang besar agar bisa menampung data para alumni 25 tahun ke depan. “Kami sudah menyiapkan tenaganya, tinggal kebijakan dari pimpinan. Tidak semua dosen dan karyawan melek IT, jadi kami akan datangkan yang expert dalam bidang IT agar bisa mengaktualisasikan tentang IT kepada para dosen dan karyawan di FIO,” terangnya. Untuk mahasiswa baru 2018, berharap agar mahasiswa sukses dalam perkuliahan. Karena FIO berbeda dengan fakultas lain. Fakultas Ilmu Olahraga itu hampir 60% punya kegiatan peningkatan prestasinya masing-masing, sebagai pembina
maupun pelatih di daerahnya masingmasing. Baik tingkatan daerah, provinsi maupun nasional. Bahkan, saat ini ada sekitar 9 mahaisiswa yang mengikuti Asian Games. “Persiapan yang dilakukan untuk mengikuti ajang itu, paling tidak membutuhkan waktu satu semester. Syukur Alhamdulillah, dekan mempunyai komitmen yang tinggi bahwa mahasiswa yang berprestasi di profesinya juga harus prestasi di perkuliahannya. Jadi, kami ingin memanfaatkan IT. Salah satu di antaranya komunikasi dengan daring dan sosial media lain untuk proses pembelajaran agar tidak ada kendala dan masalah ketika menjadi duta Indonesia dengan prestasi belajarnya,” tandasnya. n (IC/FBR)
WAWANCARA: Wakil Dekan Bidang III Fakultas Ilmu Olahraga (FIP), Drs. Arif Bulqini, M.Kes (tengah).
Majalah Unesa
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
11
BINCANG
UTAMA
WAKIL REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN DAN ALUMNI DR. KETUT PRASETYO, M.S
PERKUAT KARAKTER DIRI MAHASIWA, HADAPAI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DITANDAI DENGAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI YANG SEMAKIN PESAT DAN PERKEMBANGAN DUNIA VIRTUAL YANG SUDAH HAMPIR TIDAK DAPAT TERPISAHKAN DARI KEHIDUPAN MANUSIA. KEADAAN INI TELAH MEMBAWA PERUBAHAN DALAM BERBAGAI LINI KEHIDUPAN, TERMASUK DALAM DUNIA PENDIDIKAN. MAHASIWA UNESA TENTU HARUS DIBEKALI KEMAMPUAN AGAR SETELAH LULUS MEMILIKI DAYA SAING TINGGI. BERIKUT WAWANCARA DENGAN WAREK BIDANG KEMAHASISWAAN DAN ALUMNI.
Bagaimana pandangan bapak terkait mahasiswa baru Unesa?
disiapkan untuk membekali mahasiswa?
Begini ya. Mahasiswa baru itu kan dapat diibaratkan kertas putih yang belum tertulis apapun. Mereka perlu tinta hitam yang akan menuliskan sebuah kata-kata atau pun cerita indah di dalamnya. Oleh karena itu, dalam setiap proses perkuliahan tentu harus dibentuk karakter yang baik untuk membangun pemikiran yang efektif pada diri mahasiswa. Pendidikan karakter harus dibangun di lingkungan keluarga, masyarakat, ataupun di kehidupan kampus. Dari lingkungan inilah sebuah proses pengajaran akan mewarnai diri mahasiswa sebagai pengajaran hidup yang sangat berarti untuk membentuk kerakternya.
Era revolusi industri 4.0 akan sangat berkaitan dengan canggihnya teknologi dan dunia virtual. Oleh karena itu, seorang mahasiswa harus memiliki keterampilan dan kompetensi yang inovatif dan kreatif. Mereka mau tidak mau harus siap menyambut era baru ini. Pemanfaatan internet harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam memproduksi di dunia industri.
Jika dikaitkan dengan revolusi industri 4.0, apa yang perlu
12
Unesa sebagai lembaga pendidikan yang memiliki slogan Growing With Character telah menyiapkan mahasiswa yang siap berkompetisi sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain memiliki nilai akademik yang bagus seorang mahasiswa juga harus mahir dalam nonakademik. Akademik dan nonakademik harus
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
Majalah Unesa
seimbang agar siap menjadi generasi era revolusi industri 4.0 yang berdaya saing tinggi. Menurut bapak, apa dampak positif dan negatifnya era revolusi industri 4.0? Implementasi penguatan revolusi industri 4.0 tentu memiliki sisi positif dan negatif. Sisi positifnya, di era revolusi industri akan menjadikan media virtual sebagai konektivitas yang serba otomatis. Secara garis besar proses kehidupan akan dikendalikan oleh sistem yang mengintegrasikan ke dunia online dengan produk industri. Namun, segi negatifnya peran pengajar seperti guru dan dosen jika revolusi industri ini tidak diantisipasi dengan persiapan yang matang, peran guru atau dosen bisa tergantikan oleh kecanggihan teknologi
BINCANG UTAMA
“
PENGUATAN KARAKTER SANGAT PENTING, TIDAK HANYA DITENTUKAN DI LINGKUNGAN KAMPUS ATAU SEKOLAH, TETAPI DAPAT DILIHAT DARI LINGKUNGAN KELUARGA, MASYARAKAT, BAHKAN MEDIA KOMUNIKASI. PAHAM TEKNOLOGI INFORMASI DARI BERBAGAI ASPEK JUGA MENENTUKAN KARAKTER DIRI SESEORANG.
dan mesin. Padahal, 70% hasil pendidikan ditentukan oleh guru, dan sisanya ditentukan oleh proses pembelajaran. Bagaimana caranya agar peran guru dan dosen tidak tergerus? Perkembangan revolusi industri 4.0 harus menjadi perhatian serius bagi semua pihak. Perkembangan ini juga diimbangi dengan pembentukan karakter dari sang anak karena dalam era ini segala informasi mengalir deras dan dapat diakses dengan mudah. Guru, dosen, dan orang tua harus memanfaatkan situasi seperti ini untuk mengajarkan anak untuk selalu berpikir positif, menyaring segala informasi demi perkembangan pola pikir anak. Berarti penguatan karakter sangat perlu menghadapi era tersebut? Ya. Penguatan karakter sangat penting, tidak hanya ditentukan di lingkungan kampus atau sekolah, tetapi dapat dilihat dari lingkungan keluarga, masyarakat, bahkan media komunikasi. Paham teknologi informasi dari berbagai aspek juga menentukan karakter diri seseorang. Untuk itu, seseorang harus ditanamkan jiwa yang jujur, terbuka, kreatif, inovatif, kerja keras, dan kemanusiaan sebagai pondasi terkuat.n (WHY)
Majalah Unesa
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
13
INSPIRASI
ALUMNI Kiprah Eko Pamuji, Alumni IKIP Surabaya, General Manager Duta Masyarakat
AWALI KARIER DARI PENGALAMAN DI DUNIA JURNALISTIK
ALUMNI: Drs. Eko Pamuji, M.Ikom, alumni Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang berprofesi sebagai jurnalis.
KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA (UNESA) YANG DULU BERNAMA IKIP SURABAYA MEMILIKI RIBUAN ALUMNI DENGAN BERBAGAI PROFESI. SALAH SATU ALUMNI YANG SUKSES DAN SUDAH LAMA MENGGELUTI DUNIA JURNALISTIK SEJAK SMA ADALAH EKO PAMUJI. ALUMNI S1 JPBSI IKIP SURABAYA TAHUN 1986 ITU KINI MENJADI GENERAL MANAGER (GM) HARIAN DUTA MASYARAKAT, JUGA SEBAGAI DOSEN ILMU KOMUNIKASI UNITOMO. SEPERTI APA KIPRAHNYA?
14
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
Majalah Unesa
INSPIRASI ALUMNI
BERSAMA: Dari kiri Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaaan dan Alumni Unesa Dr. Ketut Prasetyo, M.S, Eko Pamuji, Ketua PWI Jatim Akhmad Munir, Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt., dan Kepala BAKPK Unesa Dra. Ec. Hj. Ratih Pudjiastuti, M.Si. dalam sebuah acara di Unesa tentang media.
E
ko Pamuji menggeluti bidang jurnalistik sudah sejak SMA. Kala itu, ia menempuh pendidikan di SPG (Sekolah Pendidikan Guru). Sewaktu di SPG, Eko, demikian panggilan akrabnya sudah menulis di Majalah Dinding sekolah. Ia menulis apa saja dan masih menggunakan tulisan tangan. Hasil tulisan itu, kemudian ditempel di Majalah Dinding sekolah. “Yang paling sering saya tulis itu puisi dan geguritan,” ujarnya. Selain jurnalistik, Eko juga menyenangi ilmu-ilmu sosial, termasuk bahasa. Oleh karena itu, sewaktu di SPG, meski ada jurusan IPA ia tetap melakukan aktivitas menulis yang berkaitan dengan puisi dan sastra. “Dulu, saya belum tahu apa itu sastra, yang penting menulis saja,” terangnya. Ketika lulus SPG dan hendak melanjutkan kuliah, Eko juga mengaku masih bingung memilih jurusan. Ketika melihat ada jurusan bahasa Indonesia di IKIP Surabaya, ia mencoba masuk di jurusan tersebut. Tahun 1986, ia diterima kuliah di jurusan S1 Bahasa Indonesia.
“Saya memang ingin jadi sarjana biar tidak nganggur. Sampai di kampus ternyata cocok, benar-benar cocok. Inilah kampus tempat saya mengeksplorasi diri,” ungkapnya. Kegemarannya menulis semakin terasah ketika masuk kuliah. Ia mulai rajin mengumpulkan alamatalamat media cetak di seluruh Indonesia mulai majalah, surat kabar, tabloid, dan lain-lain. Setelah itu, ia mengirim naskah baik puisi atau cerpen ke media-media cetak tersebut. “Pertama kali, naskah cerpen saya dimuat di koran mingguan. Namanya tabloid Kartika tahun 87an. Honornya waktu itu 5000 rupiah. Uang segitu itu lumayan banyak kala itu,” paparnya. Selain gemar menulis, Eko juga aktif di organisasi kemahasiswaan. Salah satunya HMJ JBSI IKIP Surabaya. Ia banyak belajar dengan mengikuti organisasi. Di HMJ, ia ditunjuk menjadi Pimpinan Redaksi Majalah Widyawara. “Saya kerja total. Saya tidak berpikir waktu. Baginya, ini kesempatan untuk kuliah sambil menyalurkan bakat,” tutur pria yang kini dipercaya menjadi GM Duta
Majalah Unesa
Masyarakat itu. Tertarik Jadi Wartawan Ketertarikan di dunia menulis dan pengalamannya mengelolah Majalah Widyawara, membuat Eko kepengin menjadi wartawan. Ia mengaku senang menjadi wartawan. Pengalaman mengelola majalah di kampus, menjadi dasar ia serius terjun di dunia jurnalitik. “Saya keluar untuk mengeksplor yang lebih luas. Kebetulan, saya punya teman PPL di Sidoarjo yang juga jadi wartawan. Dari situlah, saya masuk Koran Bhirawa,” terang eko. Resmi terjun di dunia jurnalistik, Eko mengaku sangat menikmati dunia kerjanya. Setelah tiga tahun di Bhirawa, Eko memutuskan keluar dan bergabung ke Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) sekarang MNCTV. Dari televisi, ia kemudian pindah ke Jawa Pos selama 12 tahun. “Sejak 6 tahun lalu, saya mengurusi Duta Masyarakat sampai sekarang. Jadi, itulah jalan karier saya,” jelasnya. Di dunia jurnalistik, karena memang suka organisasi, iapun
| Nomor: 119 Tahun XIX - Juli 2018 |
15
INSPIRASI
ALUMNI
bergabung di Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur. Awalnya, di PWI Jatim, ia menjadi seksi pariwisata. Sekarang, ia ditunjuk sebagai sekretaris PWI Jawa Timur. Ia juga ditunjuk sebagai Ketua Serikat Media Siber Indonesia di Jawa Timur. Ia juga menjadi anggota di Dewan Pendidikan Jawa Timur. Mengenai seabrek kegiatannya itu, Eko mengaku menjalankannya dengan sungguh-sungguh dan totalitas. Ia mengatakan kalau memiliki profesi harus serius dan dijalankan dengan benar. Begitupun ketika ia dipercaya menjadi GM harian Duta Masyarakat, ia pun menjalankan dengan serius. “Insya Allah bisa menjalankan manajerial itu dan tetap menulis. Ini adalah pengalaman baru, Insya Allah bisa menjalankan dengan baik,” ungkapnya. Strategi Mengenai strategi agar mampu menjalankan tugas dengan baik, Eko mengaku kuncinya ada pada manajerial atau manajemen waktu. Semua harus dijalankan dengan tenang dan tidak panik. Orang yang panik pasti akan susah. Sebaliknya, orang yang tenang dan tidak panik akan mudah mengatur apapun. Bagaimana biar tidak panik? Sejak awal harus dipersiapkan bekerja dengan ikhlas. Apapun profesinya. Ketika didasari keikhlasan, rezeki tentu akan mengikuti. “Kalau jadi wartawan, jadilah wartawan yang bersungguh-sungguh. Karena kesungguhan kita akan dilihat orang. Jika perilaku, sikap, dan karyanya bagus, tentu banyak orang akan tertarik dan memberikan penawaran,” paparnya. Eko meyakini bahwa sukses itu ada pada proses. Banyak yang menyebut bahwa sukses itu ketika tujuannya telah tercapai. Padahal, sebenarnya tidak seperti itu. Sukses itu bisa diraih setiap saat. Ketika melakukan proses sampai akhirnya terjadi, itu juga merupakan kesuksesan. Eko berkisah sewaktu kuliah, dulu
16
Pak Leo (almarhum) dan Pak Suripan (almarhum) adalah sosok yang keras dalam mengajar. Keras itu dilakukan karena benar untuk menunjukkan pada mahasiswa. “Itu yang saya hormati, dan ditakuti waktu itu,” terangnya. Waktu kuliah, ia menyukai Sastra Perbandingan. Oleh karena itu, sewaktu skripsi ia menulis skripsi Sastra Perbandingan. Ia membandingkan Novel Indonesia dengan Novel Malaysia. Novel Indonesia pengarangnya Ahmad Mutohari, sedangkan Novel Malaysia berjudul “Seorang Tua berkaki Gunung”. “Saya bandingkan memakai teorinya pak Suripan waktu itu. Saya agak lupa karena tidak mengerti teori sastra sekarang. Tapi, waktu itu saya mendapatkan nilai A saat sidang skripsi,” tandasnya. Eko mengakui Unesa sekarang sudah sangat berbeda. Perkembangan Unesa sekarang sangat luar biasa. Apalagi Unesa sudah mendapatkan akreditasi A. Unesa sekarang sudah sebanding dengan perguruan tinggi negeri lain. Maksudnya, sebanding dalam arti kontennya. Tetapi, branding perlu diperbaiki lagi,’ pungkasnya. n (SH)
BIODATA SINGKAT Nama TTL
: Eko Pamuji : Tulungagung, 27 Oktober 1967
Pendidikan : - SD Simo Kedungwaru Tulungagung (1980) - SMPN 3 Tulungagung (1983) - SPGN Tulungagung (1986) - S1 JPBSI IKIP Surabaya (1986) - S2 Ilmu Komunikasi Unitomo (2016) - S3 Ilmu Sosial FISIP Unair (2017 sampai sekarang) Organisasi: - Sekretaris PWI Jatim (2016 – 2021). - Ketua Serikat Media Siber Indonesia Jatim (2016-2021). - Sekum IKA Unesa (2016-2021). - Anggota Dewan Pendidikan Jatim (2016-2021). Pekerjaan : • General Manager Harian Duta Masyarakat. • Dosen Ilmu Komunikasi Unitomo
ORGASINATORIS: Eko Pamuji (tengah) selaku Ketua Serikat Media Sosial Indonesia (SMSI) Jatim bersama rekan-rekan seprofinya.
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
Majalah Unesa
KABAR PRESTASI KISAH MAHASISWI UNESA TERMUDA YANG DITERIMA DARI JALUR HAFIDZ
ALHAMDULILLAH, SEMOGA INI JALAN YANG DIRIDHOI ALLAH
IA SEORANG PEREMPUAN. NAMA LENGKAPNYA NUR ROHMAN. BARU BERUMUR 17 TAHUN. PEREMPUAN YANG LAHIR PADA 3 FEBRUARI 2000 ITU DITERIMA DI S1 BIMBINGAN KONSELING (BK) FIP UNESA DARI JALUR HAFIDZ. IA PUN LOLOS SETELAH DIUJI HAFALAN ALQURAN 15 JUZ.
N
ur Rohman mengikuti tes melalui jalur hafidz 30 juz. Ia sudah bilang ke pengujinya kalau hanya siap diuji 15 juz saja karena baru menyelesaikan juz 20-30 pada saat dikelas 12. “Saya memiliki prinsip jika lulus sekolah dan pondok maka hafalan Alquran saya juga harus selesai. Jika menghafalkan Alquran kalau bisa sanad-nya harus satu guru,” ujar Nur. Nur memiliki motivasi sangat mulia dalam menghafal Alquran. Salah satu yang membuat ia terlecut menghafal Alquran karena ia bisa memberikan mahkota dan jubah kepada kedua orang tua kelak di surga nanti. Ia bersyukur selama di pondok dikumpulkan dengan orang-orang sholeh seperti para guru yang selalu memberi motivasi untuk menyelesaikan hafalan Alquran dengan memberi berbagai pelajaran yang sangat berharga. Bahkan, ia sangat ingat pesan gurunya bahwa jika kita mempelajari Alquran dan memahaminya, maka ilmu-ilmu yang lain akan mudah dipahami. Awalnya, ia membayangkan bahwa menghafal Alquran itu sulit dan berat. Tapi, setelah melakukannya ternyata tidak ada kata berat ataupun sulit dalam menghafalkan Alquran. “Yang sulit adalah bagaiman cara kita menjaga dan mengamalkannya, dimana ada kemauan, pasti ada jalan,” terangnya. Menurut dia, cara menjaga hafalan Alquran adalah dengan
Nur Rohman dideres setiap hari, sedangkan cara mengamalkannya adalah dengan mempraktikkan dan mengimplementasikan yang sudah dipelajari di dalamnya. “Saya memang belum sepenuhnya bisa menjaga dan mengamalkannya, tapi selalu berusaha untuk melakukannya,” ungkapnya. Agar mudah menghafal Alquran harus ada niat dari diri sendiri. Selain itu, juga harus istiqomah dan memotivasi diri sendiri serta rela mengorbankan waktu untuk Alquran. Pasrah Saat Tes Nur mengaku saat tes SPMB, ia hanya pasrah saja. Sebab, ia sudah pernah mencoba dari jalur SNMPTN hingga UMPTKIN tapi tidak ada yang masuk. Saat tes, ia pun belum siap di tes hafalan 30 juz. Akhirnya, ia
Majalah Unesa
mengatakan jujur kepada penguji. “Alhamdulillah, pengujinya pun mengerti dan hanya memberi pertanyaan sekitar 1-5 juz,” jelasnya. Saat pengumuman SPMB Jalur Hafidz, ia tidak menyangka bisa lolos masuk di kampus Unesa. Sebenarnya, keluarga Nur berpikiran ia lebih cocok mengambil jurusan seperti Tafsir Alquran. Tapi, Nur bilang ke keluarganya bahwa selama ini berdoa supaya diterima di Universitas dan jurusan yang diridhoi oleh Allah swt dan jurusan yang kelak bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat. “Itu adalah doa yang diajarkan oleh ustadz saya. Saya sudah mencoba ikut seleksi SNMPTN hingga UMPTKIN, tapi belum berhasil. Mungkin belum jalan untuk masuk jalur itu. Saya tidak berputus asa dengan terus mencoba tes selanjutnya yaitu SPMB Sarjana Hafidz di Unesa dan Alhamdulillah bisa diterima. Saya hanya berpikir mungkin inilah jalan yang diridhoi oleh Allah Swt,” tambahnya. Nur mengaku senang di Unesa membuka jalur untuk Hafidz. Ia berharap kelak ada organisasi khusus jalur hafidz supaya mahasiswa yang hafidz bisa menjaga hafalannya dengan adanya organisasi itu. “Kemarin kan sudah membuka jalur hafidz, dan sekarang sudah banyak mahasiswa yang hafidz di Unesa, jadi perlu wadah khusus,” tandasnya. n (SH/SIR)
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
17
LENSA
UNESA
FOTO: AROHMAN
NYANYIKAN LAGU NASIONAL GUNAKAN BAHASA ISYARAT 7.000 Mahasiswa Unesa Rayakan HUT ke-73 RI
A
da yang menarik dalam Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-73 di Universitas Negeri Surabaya. Sebanyak 7.000 mahasiswa terdiri dari 6.244 mahasiswa baru dan anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) menyanyikan lagu nasional Tanah Airku dan Hari Kemerdekaan menggunakan bahasa isyarat. Hal ini digelar dalam rangka mengaktualisasikan komitmen Unesa sebagai kampus ramah disabilitas dan “Campus for All�.
18
Rektor Unesa Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes mengatakan bahwa Unesa mendukung sepenuhnya pendidikan yang ramah disabilitas. Hal itu dibuktikan dengan penyediaan prasarana dan fasilitas bagi mahasiswa berkebutuhan khusus. Rektor yang baru saja dilantik 14 Agustus 2018 itu menambahkan bahwa mahasiswa berkebutuhan khusus adalah mahasiswa yang juga memiliki banyak potensi, memiliki kelebihan, dan bisa berprestasi sehingga kampus harus memberikan support maksimal.n (VN/TN/LS)
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
Majalah Unesa
U Pelantikan Rektor Unesa Periode Tahun 2018 - 2022
LENSA UNESA
nesa resmi memiliki rektor baru. Selasa, 14 Agustus 2018 bertempat di Auditorium Lantai 2 Gedung Kemenristekdikti Jalan Pintu 1 Senayan, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes, Guru Besar dari Fakultas Ilmu Olahraga (FIO) resmi dilantik dan diambil sumpah sebagai Rektor Unesa periode 2018 – 2022. Selain Unesa, pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan juga diikuti Institut Teknologi Sumatera (ITERA) dan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Pengambilan sumpah dipimpin langsung Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak. Prof. Dr. Nurhasan menggantikan rektor sebelumnya yakni Prof. Dr. Warsono, M.S. Selain dihadiri oleh pihak dari Kemenristekdikti, acara ini juga dihadiri para pimpinan Universitas dan jajarannya. n
Sertifikasi Komptensi Prodi Pendidikan Tata Rias Unesa
U
nesa terus berupaya dan memberikan motivasi kepada mahasiswa agar bersedia melakukan uji kompetensi. Unesa di bawah naungan Dikti mendapatkan dana hibah dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi atau BNSP untuk melaksanakan sertfikasi. Pelaksanaan diadakan di Gedung A8 lt. 2 dan lt. 3 Fakultas Teknik, pada Minggu (12/8). Unesa dalam Pelaksanaan Program Sertifikasi atau PSS Non SMK tahun 2018 mendapat jatah 30 paket dengan 17 skema yang saat ini masih dimiliki. Fakultas Teknik melalui Prodi Pendidikan Tata Rias mendapatkan 6 paket dan menggelar sertfikasi dengan skema Perias Pengantin Solo Putri, Perias Pengantin Sunda Putri dan Perias Pengantin Gaun Panjang Putri. Sebanyak 104 mahasiswa prodi Pendidikan Tata Rias angkatan 2016 sangat antusias mengikuti kegiatan yang berlangsung selama 2 hari tersebut. n (SURYO
Majalah Unesa
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
19
KOLOM
OPINI
Bagi yang memandang jabatan sebagai amanah, kalau bisa berusaha menghindar, karena melihat beratnya tanggung jawab yang harus diemban. Bagi mereka, jabatan adalah suatu yang harus dipertanggungjawabkan, bukan hanya di hadapan bangsa dan negara, tetapi juga kepada Tuhan Yang Esa. Prof. Dr. Warsono, M.S.
K
ita sering menyaksikan ada orang yang begitu memperoleh suatu jabatan lalu bersujud syukur dan bersuka ria, tetapi ada juga yang ketika diberi jabatan dengan sedih mengucapkan innalilahi wa innailaihi. Sikap dua orang yang berbeda tersebut karena didasarkan pada paradigma berbeda yang satu politik (kekuasaan) dan yang satunya relegius (amanah). Keduanya membawa konsekuensi yang berbeda. Bagi mereka yang bersujud dan bersuka ria, memandang jabatan sebagai suatu kekuasaan yang memberi kewenangan untuk berbuat, sedangkan mereka yang mengucapkan innalilahi wa innailaihi memandang jabatan
sebagai amanah. Mereka yang memandang jabatan sebagai kekuasaan akan berusaha memperoleh dengan berbagai cara, termasuk menggunakan money politic,
karena diduga terlibat dalam kasus jual beli jabatan, seperti yang sedang disangkakan kepada Taufiqurrahman bupati Nganjuk. Beliau disangka telah memperjualbelikan jabatan kepala dinas di lingkungan kabupaten Nganjuk. Yang menarik, banyak juga yang mau “membeli� jabatan tersebut, karena ingin memiliki kewenangan yang bisa digunakan untuk memperkaya diri alias korupsi. Selain dijual, jabatan juga bisa dibagi-bagi kepada sanak saudara, sehingga muncul istilah korupsi kolusi dan nepotisme (KKN). Pembagian jabatan kepada sanak saudara bisa menimbulkan dinasti politik yang sangat rawan terhadap tindak korupsi. Korupsi yang terjadi di berbagai daerah salah satunya juga disebabkan adanya dinasti politik, sehingga terjadi
JABATAN: KEKUASAAN ATAU AMANAH
20
karena dengan memiliki jawaban mereka akan memiliki kewenangan untuk melakukan sesuatu. Dengan kewenangan yang dimiliki, pejabat bisa menggunakan sesuai dengan kehendaknya, termasuk diperjualbelikan. Banyak pejabat yang tertangkap KPK
| Nomor: 120 Tahun XIV - Agustus 2018 |
Majalah Unesa
KOLOM OPINI akumulasi kekuasaan. Jika Lord Acton menyebutkan bahwa power tends to corrupt, maka pengumpulan suatu kekuasaan kepada banyak orang dalam suatu keluarga juga cenderung korup. Misal, ketika seorang kepala daerah kemudian menjadikan saudaranya sebagai ketua DPRD, dan anaknya menjadi salah satu pejabat di pemerintahan, potensi tindak penyalahgunaan kekuasaan sangat tinggi. Hal ini juga telah terbukti di berbagai daerah, sehingga ada upaya untuk menghindari terjadinya dinasti politik. KKN juga berdampak kepada kinerja pejabat kurang baik, karena tidak didasarkan kepada kompetensi, tetapi lebih didasarkan pada siapa yang memiliki uang atau loyalitas. Kompetensi menjadi pertimbangan yang ke sekian dalam memilih seorang pejabat, yang penting ada uang atau memiliki loyalitas yang tinggi, sehingga bisa saling melindungi jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Bagi yang memandang jabatan sebagai amanah, kalau bisa berusaha menghindar, karena melihat beratnya tanggung jawab yang harus diemban. Bagi mereka, jabatan adalah suatu yang harus dipertanggungjawabkan, bukan hanya di hadapan bangsa dan negara, tetapi juga kepada Tuhan Yang Esa. Oleh karena itu, dalam setiap pengangkatan seorang menjadi pejabat, ada pelantikan. Salah satu hal yang ada dalam pelantikan adalah sumpah jabatan. Para pajabat yang dilantik harus mengucapkan sumpah di bawah kitab suci. Salah satu subtansi sumpah adalah bahwa adanya pertanggungjawaban terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena Tuhan menyaksikan dan tahu apa yang nampak dan yang ada di dalam hati pejabat. Sumpah dalam pelantikan
seharusnya menjadi pengendali diri dari setiap pejabat yang baru diangkat, agar dalam menduduki jabatan bukan hanya kekuasaan semata yang dipandang, tetapi juga mengemban suatu amanah untuk kepentingan bangsa dan negara. Sumpah ini juga merupakan salah satu prasyarat atas kewenangan yang dimiliki oleh pejabat. Dalam pemerintahan, kasus ini pernah dialami oleh Anggito Abimanyu. Meskipun yang bersangkutan telah memiliki surat keputusan sebagai seorang menteri, tidak bisa memiliki kewenangan karena tidak jadi dilantik. Mereka yang memandang jabatan sebagai amanah tidak akan membagi jabatan kepada sembarang orang yang tidak kompeten, termasuk kepada sanak saudaranya, karena takut tidak mampu mengemban amanah tersebut. Mereka juga tidak berani memperjualbelikan jabatan karena takut dosa. Meskipun mereka memiliki kekuasaan untuk mengangkat pejabat, tetapi harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah sesuai dengan sumpah yang diucapkan. Sebagai amanah, mereka akan memberikan jabatan kepada orang yang memiliki kompetensi, sehingga mampu melaksanakan apa yang ditugaskan dengan baik. Di sinilah berlaku pameo, jika suatu pekerjaan tidak diberikan kepada ahlinya, maka tinggal menunggu kehancuran. Apakah dua paradigma tersebut bisa disatukan dalam arti jabatan dipandang sebagai kekuasaan dan sekaligus amanah?. Jawabannya bisa ya bisa tidak, sangat bergantung pada orangnya. Bagi mereka yang memandang jabatan adalah amanah akan menggunakan kekuasaannya dengan dilandasi oleh pertanggunganjawaban bukan hanya kepada bangsa dan
Majalah Unesa
negara, tetapi juga kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga tidak berani menyalahgunakan untuk kepentingan diri sendiri, kelompok atau golongannya. Sumpah yang diucapkan saat pelantikan akan mendorong orang menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan bangsa dan negara, karena takut dosa. Tetapi bagi mereka yang tidak memandang jabatan sebagai amanah, akan cenderung mengabaikan sumpah jabatan, sehingga tanggungjawab moral terhadap Tuhan menjadi kabur. Memang tidak mudah untuk menyatukan dua paradigma tersebut. Jabatan tidak hanya membutuhkan kompetensi, tetapi juga membutuhkan moralitas. Mencari orang-orang yang amanah memang tidak mudah, apalagi orang yang memiliki kompetensi dan amanah tentu lebih sulit. Jabatan yang tidak disertai dengan moralitas akan cenderung mengarah kepada penyalahgunaan kekuasaan. Oleh karena itu, kekuasaan harus dikontrol oleh moralitas, agar tidak disalahgunakan apalagi diperjualbelikan. Munculnya berbagai penyalahgunaan kekuasaan dan tindak korupsi yang dilakukan oleh para pejabat negara di antaranya disebabkan jabatan bukan dipandang sebagai amanah, tetapi lebih dimaknai sebagai kekuasaan, yang memberi kewenangan untuk melakukan suatu tindakan. Sumpah yang diucapkan pada saat pelantikan tampaknya tidak lagi menjadi kekuatan moral yang selalu membimbing dan menerangi setiap langkah yang diambil oleh pejabat, tetapi hanya dipandang sebagai ritual belaka. Orientasi materi dan keduniawian lebih dikedepankan daripada orientasi akhirat dan kepentingan bangsa dan negara. n
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
21
PROFIL
LEMBAGA
ASET: Djoko Pramono (kanan) bersama PNS Arsiparis Unesa dalam sebuah kegiatan sosialisasi kearsipan perguruan tinggi di Unesa.
PERJUANGAN LEMBAGA KEARSIPAN UNESA MENJADI LEMBAGA
KEBERADAANNYA BELUM JELAS, MASIH DIBAWA SUBBAG TU KEBERADAAN LEMBAGA KEARSIPAN UNTUK PERGURUAN TINGGI KHUSUSNYA PERGURUAN TINGGI NEGERI SANGAT PENTING. DENGAN ADANYA KEARSIPAN DALAM SEBUAH PERGURUAN TINGGI AKAN MEMPERMUDAH PENYELAMATAN ARSIP-ARSIP PENTING. SEPERTI HALNYA KEARSIPAN UNESA, YANG SAMPAI SAAT INI MASIH BELUM JELAS KEBERADAANNYA.
D
joko Pramono, salah satu staf kearsipan Unesa mengatakan bahwa Kearsipan Unesa perlu dukungan dari pihak universitas agar keberadaannya semakin diakui. Sejauh ini, lembaga kerasipan Unesa belum jelas keberadaannya. Padahal, di Unesa kearsipan sudah ada sejak tahun 2011. “Saat itu, ada pengangkatan arsiparis lalu kita ditempatkan di sini,” ujar Djoko. Di Unesa, kearsipan masih di bawah subbag TU. Sementara itu, subbag TU itu bagian umum dari
22
Biro Umum dan Keuangan. Padahal, menurut amanat Undang-undang 43 tahun 2009 tentang kearsipan harusnya kearsipan itu sebuah lembaga untuk universitas. “Tapi, sampai sekarang kita masih di bawah subbag TU. Struktur yang paling rendah di Unesa,” paparnya. Djoko membandingkan, di perguruan tinggi negeri lain, kearsipan sudah berbentuk UPT. Ia mencontohkan di Unair, kemudian di UB berbentuk subbag kearsipan. Di Unesa, masih belum dan masih dititipkan di subbag TU. Padahal, beberapa saat lalu sempat
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
Majalah Unesa
tercatat salah satu arsiparis Unesa mendapatkan juara 3 tahun 2013, kemudian juara 2 nasional tahun 2014. Karena masih belum jelas keberadaannya, kearsipan Unesa juga masih belum ada struktur. Seperti keberadaan bagian di suatu sub bagian. Semua staf kearsipan dalam koordinasi Kasubbag TU. “Kalau mau digambarkan ya agak susah, karena tidak resmi jadi tidak ada struktur yang jelas. Cita-cita untuk adanya struktur itu ada, tapi kan perlu adanya pengakuan dari universitas,” ungkap Djoko.
PROFIL LEMBAGA Sebenarnya sejak Unesa berbenah untuk memperbarui OTK itu sudah diusahakan agar sesuai dengan amanat Undang-Undang 43 tahun 2009. Upaya sudah dicoba di tingkat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kemudian beralih ke Kemenristekdikti. Sebenarnya, perubahan itu sudah disetujui. Bahkan, pada tingkat Kementerian Keuangan juga sudah disetujui. Masalahnya, ada di tingkat kementrian PAN-RB yang belum menyetujui. “Berbagai cara sudah kami coba untuk berdiskusi, tapi akhirnya gagal. Gagal dalam arti bahwa kearsipan itu tidak berbentuk UPT seperti rencana awal. Sejak keluarnya Permenristekdikti nomor 16 tahun 2015 ternyata tidak masuk ke sana, jadi sepertinya akan agak susah untuk diperjuangkan karena ketika sudah keluar Permen tentang OTK itu berarti sudah final. Walaupun secara konsitusi bisa saja untuk melakukan banding apabila kearsipan itu levelnya saja masih di dalam subbag TU,” jelasnya. Berperan Penting Lembaga kearsipan memiliki peran penting. Hal itu bisa ditilik dari Undang-Undang 43 tahun 2009 sebagaimana tugas dan fungsi kearsipan perguruan tinggi dan Peraturan Pemerintah no 28 tahun 2012 tentang pelaksanaan UndangUndang bahwa sejak undangundang tersebut disahkan hukumnya wajib bagi seluruh perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi negeri untuk memiliki kearsipan. Karena kearsipan itu memiliki tugas mengelola, menyelamatkan, membina arsip maupun kearsipan dan segala hal yang berkaitan dengan arsip ke depan. “Jadi tidak mungkin suatu kantor itu tidak memiliki arsip. Lalu bagaimana pengelolaannya jika organisasi dan tata pelaksanaannya tidak jelas. Jadi adanya kearsipan itu hukumnya wajib, tapi tetap kembali kepada kebijakan pimpinan untuk menyikapi keberadaan kearsipan penting atau tidak,” tandas Djoko.
Sebagai orang kearsipan, Djoko menambahkan bahwa universitas setidaknya harus memiliki seorang arsiparis. Kiprah utamanya sebagai penyelamat arsip. Di Unesa ini, terang Djoko, masih belum ada lulusan dari pendidikan arsiparis. “Seperti halnya saya bukan dari lulusan arsiparis,” terangnya. Keberadaan arsiparis, sangat penting untuk menata arsip mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, pelaporan pertanggungjawaban suatu organisasi. Jika arsip-arsip itu tidak ada tentu akan menghambat pelaksanaan birokrasi lembaga. Misalnya, akan melakukan kegiatan tidak mungkin bila melakukan mulai dari nol, pastinya melihat arsip-arsip yang lalu. “Dari segi sejarahnya, kita tidak bisa melihat masa lalu gambar Unesa seperti apa kemudian dokumennya seperti apa dan itu terkadang akan menyulitkan. Misal pembukaan program studi atau akreditasi program studi, karena beberapa saat yang lalu barangkali sampai saat ini contoh kasus di Pascasarjana. Kami dimintai tolong untuk membantu menemukan arsip atau dokumen pendirian pascasarjana, yang sampai sekarang masih belum ditemukan. Dan arsip tersebut sebagai dasar pengajuan akreditasi, meskipun
pada akhirnya akreditasi itu bisa selesai karena ada cara yang lain tetapi permasalahan itu akan terjadi lagi ketika akan ada akreditasi dari program studi yang lain,” jelasnya. Sejauh ini, Unesa sudah mencatatkan prestasi yang lumayan baik. Pada tahun 2013 dan 2014 mendapat juara 3 dan juara 2 nasional perlombaan arsiparis bukan lomba kearsipan. Tahun lalu, ada yang dikirimkan tetapi hanya bisa masuk dalam level nominasi. “Kami masih belum berani mengikuti lomba kearsipan karena situasi yang belum mendukung .Kami sudah mencoba tahun lalu,” terangnya. Kearsipan Unesa Ke Depan Ke depan, Djoko berharap ada kebijakan dari pimpinan supaya kearsipan Unesa semakin jelas keberadaannya. Karena, ketika organisasinya jelas maka pelaksanaan tugas juga akan jelas. Fasilitasfasilitasnya juga akan menjadi dukungan di kearsipan. “Bukan berarti kami tidak bisa berkembang karena itu. Kami tetap berkembang mengusahakan diri untuk terus melaksanakan tugas kami sebagai arsiparis. Meskipun itu masih belum tercukupi kebutuhan sebagai suatu lembaga/organisasi akan tetapi juga bukan menjadi hambatan bagi kami,” pungkasnya. n (IC/FBR)
KEARSIPAN: Prof. Warsono M.S (kiri) saat mengikuti sosialisasi pentingnya kearsipan bersama perguruan tinggi dan lembaga nasional lainnya.
Majalah Unesa
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
23
KABAR
EKSPEDISI
TIM: Tim Ekspedisi Bengawan Solo Hulu - Hilir Himapala Unesa yang telah mengemban misi mengarungi sungai terpanjang di Pulau Jawa dengan jarak tempuh 344 Km.
MENENGOK KEGIATAN TIM EKSPEDISI BENGAWAN SOLO HIMAPALA UNESA
20 HARI ARUNGI SUNGAI SEPANJANG 344 KM
TIM EKSPEDISI BENGAWAN SOLO HULU-HILIR HIMAPALA UNESA TELAH MENGARUNGI SUNGAI TERPANJANG DI PULAU JAWA. TIM EKSPEDISI YANG BERJUMLAH 10 MAHASISWA ITU TELAH MENGARUNGI SEPANJANG 344 KM DARI TOTAL PANJANG SUNGAI 498 KM DENGAN MENGGUNAKAN 1 UNIT PERAHU KARET DAN 1 UNIT PERAHU RAKIT BERBAHAN PIPA.
T
itik awal pengarungan dimulai di Bendungan Serbaguna Wonogiri dengan dilepas oleh pihak Perum Jasa Tirta. Tim pengarungan mengawali dengan target pengarungan hingga 25 Km per hari dengan estimasi belum ada kendala yang berarti. Sejak dari
24
hulu hingga wilayah Sukoharjo, tim menemui Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dipenuhi batuan padas dan pendangkalan sungai oleh batuan kecil dan tanah yang berjarak kurang dari 1Km di setiap batuan hingga menciptakan riam-riam air yang cukup membuat perahu rakit tidak dapat melaju dengan lancar.
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
Majalah Unesa
Memasuki daerah SurakartaKaranganyar-Sragen, batuan padas semakin banyak dan menciptakan riam-riam air yang lebih besar. Tak jarang, tim harus mengangkat perahu dan logistik ke darat terlebih dahulu untuk menghindari kerusakan perahu. Memasuki minggu ketiga pengarungan, tim melintasi kawasan
KABAR EKSPEDISI Bojonegoro, Jawa Timur yang memiliki penampang sungai yang lebih lebar dan sungai yang cukup dalam. Angin kencang dari arah berlawanan juga cukup menghambat perjalanan tim, hingga sampai di desa Cangaan, Kanor, Bojonegoro tim merencanakan akan tiba di desa Ujung Pangkah, Gresik pada 13 Agustus 2018. Muatan Pengamatan Air dan Analisa Ekososbud Tim ekspedisi Bengawan Solo Hulu-Hilir memiliki tujuan lain dalam kegiatan ini, tim melakukan penelitian kualitas air sekaligus mengamati pencemaran sungai sepanjang hulu-hilir Bengawan Solo. Hasilnya, tim mulai menemukan pencemaran sungai sejak daerah Sukoharjo Jawa Tengah hingga daerah Ngawi Jawa Timur. Pencemaran sungai didominasi oleh limbah rumah tangga hingga limbah industri rumahan dan pabrik sepanjang Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo. Limbah industri yang ditemukan adalah limbah industri tekstil dan limbah bahan kimia. Sejak wilayah Sragen hingga Ngawi warna air sungai hitam pekat disertai bau menyengat apabila menyentuh kulit maka akan terasa gatal dan air sungai sudah tidak layak konsumsi. Selain itu, tim juga kerapkali menemui ikan-ikan di sungai munggut akibat dari pencemaran limbah industri. Memasuki kawasan Bojonegoro Jawa Timur, warna air kembali cokelat. Warna normal air sungai ditemukan sejak pertemuan antara anak sungai Bengawan Solo di daerah Cepu-Padangan. Namun, ditemukan adanya tumpahan minyak di aliran sungai yang diperkirakan berasal dari tumpahan oli dari penambang pasir yang mendominasi sejak daerah Margomulyo hingga kawasan Kanor, Bojonegoro, Jawa Timur Daerah Aliran Sungai memberi pengaruh besar terhadap warga sekitar bantaran sungai Bengawan Solo. Melalui analisa tim, terbukti di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo masih menjadi sumber air induk untuk irigasi persawahan dan masih menjadi sumber air alami untuk warga di sekitar Margomulyo
Bojonegoro. Tambang pasir masih menjadi pencaharian utama bagi warga di sekitar Sragen dan Bojonegoro. Perbedaan jelas terlihat antara keduanya dimana penambang di daerah Sragen masih menggunakan alat manual untuk menambang pasir sedangkan di kawasan Bojonegoro sudah menggunakan mesin sedot untuk menambang pasir dari dasar sungai. Di samping mata pencaharian sebagai pencari ikan dan penambang pasir, warga bantaran sungai juga memiliki struktur budaya masingmasing di setiap daerah serta masih ada sumber potensi pariwisata di DAS Bengawan Solo.
Siap Terbitkan Karya Jurnalistik Sungai Bengawan Solo yang melegenda akan menjadi bahan bagi tim untuk menyelesaikan buku yang akan berisi muatan pengarungan sungai Bengawan Solo dari HuluHilir yang nantinya siap disebarkan sebagai bahan bagi pegiat lingkungan, relawan, akademisi dan masyarakat pada umumnya. Sehingga, tim memiliki pesan tersendiri kepada seluruh khalayak umum bahwa saat ini Bengawan Solo mengundang perhatian khusus ketika sudah banyak kerusakan lingkungan yang terjadi. n (SIR/TIM EKPEDISI HIMAPALA)
EKSPEDISI: Tim Ekspedisi Bengawan Solo Himapala Unesa mengarungi Bengawan Solo dengan menggunakan 1 unit perahu karet dan 1 unit perahu rakit berbahan pipa.
Majalah Unesa
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
25
KABAR
PKM
TIM KEBAL GENGSI LOLOS PIMNAS DI YOGYAKARTA
K
reativitas mahasiswa Unesa tidak ada matinya. Kali ini datang dari salah satu tim Program Kreativitas
Mahasiswa Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM M) Unesa yang berhasil lolos di tingkat Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-31 yang akan digelar
akhir Agustus 2018 di Yogyakarta. Tim yang terdiri dari Hilmi Ramadhan, Asa Muhimmatur Rohim, Wahyu Ilmawan D, Rachmat Arifani, dan Robiatul Ulfi yang dibawah bimbingan oleh Prima Vidya Asteria, S.Pd., M.Pd. ini berhasil mengubah dalam pengembangan budaya literasi anak usia sekolah di SDN Klakahrejo 01 Surabaya. “Program kebal gengsi ini berupaya untuk mengaktualisasikan budaya dongeng yang ada di kota Surabaya dan puisi sebagai wadah siswa dalam mengekspresikan gagasannya. Di sisi lain, program ini juga karakter anak/ siswa yang berada di eks lokalisasi tersebut menjadi lebih baik karena dampak dari wilayah eks lokalisasi yang memengaruhi psikologis mereka,” ujar ketua Tim PKM Kebal Gengsi, Hilmi Ramadhan. Lalu, program ini berhasil mengubah karakter anak menjadi lebih baik. Karena, sebelumnya memiliki dampak sosial psikologis yang kurang baik akibat pengaruh eks lokalisasi. “Dari tim kami berharap bisa membawa terbaik untuk diri sendiri dan instansi, karena sebuah kemenangan hanyalah bonus yang terpenting adalah melakukan dengan baik. Tak lupa kami selalu berusaha dengan maksimal berdoa dengan maksimal. Tuhan tidak pernah salah memberi harapan,” tandasnya. n (SH) LOLOS: PKM M Unesa yang berhasil lolos di tingkat Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-31.
26
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
Majalah Unesa
KABAR PKM
BERHASIL: PKM T Unesa berhasil lolos Peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-31 Tahun 2018 di Yogyakarta.
TIM PKM T SMAKCOND JUGA LOLOS PIMNAS KE-31
S
etelah melakukan serangkain proses yang panjang mulai dari pengajuan proposal, pendanaan, pelaksanaan sampai monitoring evaluasi eksternal, perjuangan tim Program Kreativitas Mahasiswa Teknologi (PKM T) jurusan Teknik Mesin membuahkan hasil manis. TIM PKM T berhasil lolos Peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-31 Tahun 2018 di Yogyakarta. Tim PKM T ini terdiri dari Arifani Catri Mutia (S1 Pendidikan Teknik Mesin), Nurlan Afandi (S1 Teknik Mesin), Nugroho Bayu Aji (S1 Pendidikan Teknik Mesin), Ade Priyo Widhikdho(S1 Pendidikan Teknik Mesin), dan Mega Surya Agustin yang dibawah bimbingan langsung oleh Ir. Dwi Heru Sutjahjo, M.T. Judul
PKM T mereka adalah “SMAKCOND (Smart Smoke Condensor) Penerapan Teknologi Kondensator Pengolah Asap Cair Sebagai Pemanfaatan Limbah Pada Pengolahan Ikan Asap Untuk UKM Ikan Asap”. Ade Priyo Widhikdho salah satu TIM PKM T SMAKCOND mengatakan bahwa proses program pengasapan ikan ini menggunakan alat sederhana dengan cara tradisional/ manual. Yang paling diperhatikan adalah asap hasil pembakaran langsung terbuang ke lingkungan. Hal itulah salah satu yang menjadi sorotan mahasiswa Unesa membuat inovasi baru dengan merancang bangun tungku pengasapan ikan. Selain itu, proses alat SMAKCOND memiliki beberapa keunggulan. Pertama jika suhu yang diinginkan sudah tercapai maka katup yang
Majalah Unesa
berada di antara kedua barel tersebut terdeteksi. Kedua, asap akan menyelimuti ikan dan terjadi proses pengasapan ikan menuju corong shell and tube karena adanya perbedaan tekanan antara barel dan shell and tube, pada shell and tube terjadi proses kondensasi. Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Angkatan 2014 menambahkan, asap akan didinginkan sehingga akan berubah fase menjadi cair. Asap yang biasanya dibuang ke lingkungan pada alat pengasapan konvensional, diubah menjadi asap cair yang dapat dimanfaatkan. “Dengan adanya inovasi alat pengasapan ini lingkungan tidak akan tercemari oleh polusi udara,” tandas Ader. n(SH)
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
27
SEPUTAR
UNESA
SAMBUTAN: Rektor Unesa, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes, saat menyampaikan sambutan dalam Workshop Pengembangan Kurikulum Unesa dengan Paradigma Outcome Based Education (OBE) di Rich Palace Hotel, Surabaya, pada Kamis 16 Agustus 2018.
WORKHSOP PENGEMBANGAN KURIKULUM BERPARADIGMA OBE
U
niversitas Negeri Surabaya menyelenggarakan kegiatan Workshop Pengembangan Kurikulum Unesa dengan Paradigma Outcome Based Education (OBE) di Rich Palace Hotel, Surabaya, pada Kamis 16 Agustus 2018. Workshop menghadirkan dua narasumber dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yakni Dr. Pepen Arifin (Ketua Satuan Penjaminan Mutu ITB) dan Dr. Ir. Estiyanti Ekawati (Sekretaris Satuan Penjaminan Mutu Bidang Eksternal ITB). Turut hadir dalam workshop tersebut, Rektor Unesa, Kepala Jurusan, Ketua Prodi, UPM, dan GPM selingkung Unesa. Rektor Unesa, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. menyatakan bahwa Unesa harus menyiapkan kurikulum sebaik mungkin agar lulusan bisa diterima
28
di masyarakat. Sebab, lulusan Unesa harus siap menghadapi tantangan di era apapun. Rektor menambahkan bahwa dalam kegiatan workshop itu, pimpinan masing-masing jurusan dan prodi akan mendiskusikan
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
Majalah Unesa
rencana kurikulum OBE untuk Unesa ke depan. Hal itu perlu dilakukan agar pimpinan jurusan dan prodi dapat memberikan pencerahan tentang profil lulusan jika OBE sudah diterapkan. n (FBR/IC)
SEPUTAR UNESA
CINDERAMATA: Penyerahan cinderamata kepada narasumber dalam seminar nasional bertajuk Membumikan Fisika dan Pembelajarannya dalam Membangun Kearifan Global di Auditorium Prof. Slamet Dajono FMIPA Unesa.
SEMINAR MEMBUMIKAN FISIKA DALAM MEMBANGUN KEARIFAN GLOBAL
F
akultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unesa menggelar seminar nasional bertajuk Membumikan Fisika dan Pembelajarannya dalam Membangun Kearifan Global di Auditorium Prof. Slamet Dajono FMIPA Unesa. Seminar berlangsung selama dua hari yakin pada Sabtu dan Minggu, 11-12 Agustus 2018. Seminar berlangsung pada hari pertama dan kegiatan Manuscript Clinik berlangsung di hari kedua. Keynote Speakers dalam seminar tersebut adalah Prof. Dr. Sarwi, M.Si, ahli fisika dari Universitas
Negeri Semarang, Tjipto Prastowo, Ph.D, ahli fisika kebumian dari Universitas Negeri Surabaya, dan Nadi Suprapto, Ph.D, ahli fisika dari Unesa. Sementara pada sesi paralel dan presentasi menghadirkan tiga pemateri yakni Dr. Judhistira Ariaa Utama, M.Si, Dr. Sunaryono, M.Si, dan Dr. Titin Sunarti, M.Si. Seminar yang dihadiri mahasiswa Fisika dari berbagai universitas, guru dan dosen pengajar maupun peneliti mengenai Fisika dari berbagai daerah di Indonesia bertujuan agar para pegiat dalam bidang Fisika menjadi inovatif dan tidak menghilangkan keafiran lokal.
Majalah Unesa
Sebab, dewasa ini, Fisika banyak dianggap sebagai momok oleh masyarakat. Selain itu, seminar tersebut juga bertujuan mengajak masyarakat untuk melatih diri sejak dini mengenai bencana kebumian. Hal itu pula yang disampaikan salah satu keynote speaker, Tjipto Prastowo Ph.D dalam paparannya. Sementara itu, Nadi Suprapto, Ph.D dalam paparannya mengajak peserta yang hadir untuk menggali potensi demografis di Indonesia yang masih minim, terutama pada peneliti fisika pendidikan. n (MC)
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
29
SEPUTAR
UNESA
MANTAB: Para narasumber dan panitia Seminar Nasional Pendidikan IPA IX di Auditorium Prof. Slamet Dajono di Gedung D1 FMIPA Kampus Unesa Ketintang pada Sabtu, 25 Agustus 2018 dengan tema “Pendidikan Sains untuk Generasi Milenial di Era Disruption”.
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA IX
”Pendidikan Sains untuk Generasi Milenial di Era Disruption
E
ra disruption membuat pendidikan di sekolah maupun di universitas dihadapkan pada kebutuhan yang cepat berubah akibat teknologi dan digitalisasi informasi. Untuk itu, kreativitas, imajinasi, karakter, dan team-working diperlukan untuk merancang peran guru dan peneliti di era tersebut. Terkait dengan hal itu, Jurusan Sains Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam(FMIPA) Unesa mengadakan Seminar Nasional Pendidikan IPA IX di Auditorium Prof. Slamet Dajono Gedung D1 FMIPA Kampus Unesa Ketintang pada Sabtu, 25 Agustus 2018 dengan tema ”Pendidikan Sains untuk Generasi Milenial di Era Disruption”. Melalui Seminar Nasional IPA IX itu, diharapkan dapat mengundang partisipasi peneliti, pendidik, dan pemerhati pendidikan untuk berbagi
30
informasi mengenai hasil karya risetnya sehingga dapat membentuk komunitas pendidikan yang kuat guna menghadapi tantangan di era disruption. Seminar yang dimulai pukul 08.00 WIB ini diawali dengan sajian tari remo dan dilanjutkan laporan ketua pelaksana Dr. M. Budiyanto, S.Pd, M.Pd. M. Budiayanta mengucapkan terima kasih pada berbagai pihak yang telah membantu dan menyukseskan keberlangsungan acara tersebut. Budiyanto juga menjelaskan bahwa acara seminar tersebut diikuti oleh 235 peserta mulai dari pemakalah, dosen, mahasiswa, guru, serta anggota PPII dari berbagai universitas. Wakil Dekan Bidang Akademik FMIPA, Prof. Dr Madlazim, M.Si dalam sambutannya menyampaikan bahwa pendidikan sains harus menyiapkan lulusannya dengan baik sehingga pada era disrupsi ini menjadi masa depan dan peluang dan tidak menjadi ancaman ke
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
Majalah Unesa
depannya. “Hal penting yang harus dikuasai di era disruption ini adalah menerapkan 3 jenis literasi yakni literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia. Mudahmudahan dalam seminar ini dapat menjadi bekal calon guru/praktisi pendidikan dalam menghadapi era disrupsi,” harap Madlazim. Seminar tersebut menghadirkan tiga narasumber. Mereka adalah Dra. Santi Ambarrukmi, M.Ed, Kasubdit PKPKK Direktorat Pembinaan Guru Dikmen yang menyampaikan materi Menuju Profesi Guru yang Bermartabat, Dr. Munzil Arief, M.Si dari Universitas Negeri Malang yang menyampaikan materi Strategi Pembelajaran IPA untuk Penguatan Karakter pada Generasi Milenial di Era Disruption, dan Dr. Wasis, M.Si dari Universitas Negeri Surabaya yang menyampaikan materi HoTs &Literasi (Fokus Evaluasi Pembelajaran Sains di Era Disruption. n (FBR/IC)
KABAR
MANCA
MOHAMMAD ROKIB, DOSEN FBS UNESA YANG MENGIKUTI PERKULIAHAN DI JERMAN
TEKUNI SASTRA DIGITAL DIBIMBING PROFESOR ASLI JERMAN MOHAMMAD ROKIB, DOSEN MUDA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA INI MEMILIKI TUJUAN PRAKTIS-PRAGMATIS SAAT MEMUTUSKAN STUDI LANJUT DI LUAR NEGERI, TEPATNYA DI JERMAN. TUJUAN PRAGMATISNYA, TENTU SAJA UNTUK MEMPEROLEH GELAR. NAMUN, SELAIN TUJUAN PRAGMATIS TERSEBUT, ROKIB, DEMIKIAN IA AKRAB DIPANGGIL, PUNYA ORIENTASI PRIBADI YANG TERTUJU PADA BIDANG ILMU YANG DITEKUNI YAITU TENTANG SASTRA DIGITAL.
HALAMAN: Rokib di halaman Johann Wlfgang Goethe - Universitat
R
Rokib ingin membuktikan dan merasakan langsung bahwa Ilmu Sastra (di Indonesia) belum berkembang secara dinamis. Padahal, di luar negeri sudah ramai didiskusikan tentang bagaimana Ilmu Sastra mampu memahami kecenderungan dan sensibilitas generasi baru dalam bingkai dunia
siber, internet, dan digital. “Diskusi atas tema tersebut belum banyak tersentuh secara serius di kita. Saya menemukan pembimbing yang menekuni ini, dan fokus di sastra Indonesia. Ini langka. Seorang warga asli Jerman yang menekuni sastra Indonesia di era digital dengan pendekatan mix kuantitatif lagi. Mayoritas kajian sastra itu kualitatif. Atas dasar alasan itulah kira-kira, saya
Majalah Unesa
terdorong kuat untuk sekolah di sini. Itu di antara tujuan saya,” paparnya. Di Jerman, Rokib masuk di Kajian Indonesia pada Jurusan Studi Asia Tenggara, Fakultas Linguistik Seni dan Budaya Universitas Frankfurt. Kampus tersebut juga dikenal dengan nama Goethe Universität Frankfurt am Main. Jurusan tersebut termasuk sudah cukup tua. “Kalau dibandingkan dengan prodi Sastra
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
31
KABAR
MANCA
SANTAI: Rokib bersantai di tengah kesibukan perkulihannya di Kajian Indonesia pada Jurusan Studi Asia Tenggara, Fakultas Linguistik Seni dan Budaya Universitas Frakfurt. ATAS: Suasana diskusi perkuliahan yang diikuti Rokib.
Indonesia di Unesa, kira-kira terpaut 11-12 tahun,” terangnya. Rokib mengaku senang bisa menemukan pembimbing (profesor) yang cocok dan langka. Apalagi, pembimbingnya ini memiliki perhatian besar terhadap sastra Indonesia era digital. Pembimbingnya menekuni sastra Indonesia era digital. Sangat kekinian. “Ini belum saya temukan bahkan di kampus-kampus Indonesia sendiri. Karena saya mengajar sastra di Jurusan Bahasa Indonesia, tentu ini akan dapat menyumbang dinamika perkembangan ilmu sastra ke depan. Semoga saja,” harapnya. Selain faktor pembimbingnya, di jurusan itu juga dilengkapi koleksi buku-buku keindonesiaan lebih
32
dari 10.000 judul buku dan terus bertambah. Hal itu menunjukkan bahwa tradisi intelektul sangat kuat. Di kampus itu juga bersemi para pemikir mazhab kritis atau teori kritis (frankfurt school) di antaranya Jurgen Habermas dan Theodor W. Adorno. Sistem Pembelajara sangat Ketat Meski belum banyak pengalaman yang didapat di Jerman. Namun, sejauh ini Rokib merasa agak keteteran dengan sistem perkuliahan di sana. Untuk program doktoral, tidak ada kuliah reguler seperti S1 dan S2. Pencapaian gelar Doktor di jurusannya dihitung melalui kerja yakni meneliti dan menulis. “Saat ini saya belajar di kelas bahasa Jerman dengan pengajar native dan full berbahasa Jerman,
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
Majalah Unesa
sedang saya baru mulai dari nol. Bayangkan bagaimana kacaunya otak mungil saya ini yang sama sekali tidak bisa bahasa Jerman lalu dipaksa memahami penjelasan abstraktif berbahasa Jerman,” paparnya sembari tersenyum. Setiap hari, terang Rokib, selalu ada tugas dan besoknya dicek, dibaca, dan dinilai. Perkuliahan pun dijalani mulai Senin hingga Jumat dari pukul 08.00 hingga 13.00. Gaya kuliah dan belajar sangat ketat. Praktis Rokib hanya punya jam waktu bersantai sangat minim. Tidur hanya sekitar 4 – 5 jam karena di luar kegiatan kuliah harus mengerjakan tugas dan menyiapkan materi esok hari. “Untung saja tidak konslet otak di kepala ini,” ungkapnya terkekeh. Mengenai proses kuliah di luar negeri, menurut Rokib, prosesnya cukup panjang tetapi simple. Syaratsyarat sebenarnya sangat standar yakni bahasa Ingris, nilai kuliah (IPK), dan tulisan atau karya ilmiah yang terpublikasi. Modal itulah yang digunakan untuk melamar langsung ke Profesor. Dari Profesor lalu diproses oleh Fakultas, dan dari Fakultas ke urusan internasional. “Saya cukup komunikasi dengan profesor dan sistem sudah berjalan sendiri. Saya tinggal ambil kartu mahasiswa yang sudah mencakup tiket untuk naik bus, kereta api, nonton bioskop, konser, dan lainnya,” paparnya. Rokib menambahkan, sebenarnya ia sudah lama diberi surat oleh pembimbing (LoA) yakni sejak tahun 2014. Namun, meskipun gratis, ia tetap perlu memastikan biaya hidup, akomodasi dan biaya jalan-jalan tentunya. Karena itu dari tahun 2015 hingga paruh pertama 2018 ia total di kampus Unesa. Baru pada akhir 2017, setelah resmi jadi PNS, ia mengajukam beasiswa. Selang dua bulan, ia sudah dipanggil ikut wawancara. Tiga bulan kemudian, ia dinyatakan lolos. “Yang mengagetkan, mereka meminta saya berangkat 2 bulan setelah diumumkan kelolosan itu. Tiket dan semuanya dikirim via
KABAR email. Namun, saya menego untuk menunda keberangkatan hingga 2 minggu. Rokib mengakui ada perbedaan suasana yang dirasakan dalam proses belajar mengajar. Di Unesa, satu matakuliah jumlah mahasiswanya bisa mencapai 3040an. Jumlah itu sangat banyak dan ramai sehingga mahasiswa sering ngobrol sendiri-sendiri. Apalagi, duduknya sangat berdekatan sehingga tidak konsen. Di Jerman, mahasiswa cenderung duduk berjarak sehingga meminimalisir mahasiswa ngobrol dengan temannya saat dosen menjelaskan materi. “Kapan-kapan sangat perlu melakukan riset etnografis tentang suasana dan praktik sistem pembelajaran di sini dan di Indonesia. Kan kita kampus berbasis pendidikan dan pengajaran. Ini perlu untuk perbandingan sekaligus pengembangan model-model, sistem, dan praktik pembelajaran. Untuk perbedaan proses perkuliahan, saya belum tahu banyak. Saya akan coba pelajari nantinya, dan juga menulisnya,” tandasnya. Hingga saat ini, Rokib mengaku tidak merasakan ada hambatan yang berarti. Yang paling terasa, ya masalah makanan saja. Maklum ia berasal dari kampung. Belum terbiasa makan roti, keju, dan sejenisnya. “Konsep makan saya masih nasi, gule, soto, sate, pecel dan lainnya. Apalagi roti yang tersedia terasa keras alias alot banget,” terangnya. Rokib merasa belum banyak berkiprah di Unesa. Saat ini, ia masih fokus dengan kuliah S3. Yang bisa dilakukan saat ini baru sekadar menjawab pertanyaan beberapa mahasiswa, baik di JBSI maupun di jurusan Mandarin. “Jika menulis, bila dianggap berkiprah, ya itu saya lakukan. Selain menulis jurnal yang memeras tenaga itu, bab untuk buku, tulisan ringan saya juga muncul di media online. Sila cek saja, misalnya beritagar.id. Mungkin belum ada kiprah yang
MANCA
BERSAMA: Rokib bersama profesor pembimbingnya. ATAS: Rokib bersama rekan-rekannya kuliah dan profesor pembimbingnya.
cukup berarti,” paparnya. Ketika ditanya tentang harapan dan pesan-pesannya untuk Unesa, Rokib mengaku tak bisa banyak berpesan. Hanya saja, ia berharap studi sastra Indonesia semakin mendapat perhatian. Hingga saat ini, ia mengaku masih kerap berwhatsapp ria dengan sastrawan senior sekaligus ilmuan Unesa, Prof. Budi Darma. “Di bidang sastra, semestinya kita memiliki kebanggaan karena sudah terbentang jalan untuk menguatkan kekuatan kita. Saya berharap Unesa saat ini dan ke depan mampu mendorong tumbuhnya penguatan
Majalah Unesa
disiplin keilmuan di masing-masing prodi. Sependek yang saya tahu, belum muncul buku karya dosen Unesa yang menjadi ‘rujukan utama’. Semoga nantinya ada, itu saja harapan saya,” pungkasnya. n (IC/FBR)
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
33
POJOK KETINTANG
KORUPSI BERJAMAAH: INDIVIDU ATAU SISTEMNYA?
S
aat berkunjung ke Jambi kemarin saya mendapat kesempatan ngobrol dengan beberapa teman disana. Salah seorang teman asli Jambi bercerita tentang kasus korupsi yang sedang membelit Gubernur Jambi yang diduga akan merembet ke banyak anggota DPRD. Menurut teman tadi, saat ini banyak anggota DPRD Jambi dag-dig-dug, karena setelah Sang Gubernur jadi tersangka dan diperiksa intensif oleh KPK, sangat mungkin mereka akan terseret. Mendengar cerita itu yang kemudian disambung mengobrolkan kasus yang membeliat 49 orang anggota DPRD Kota Malang, saya jadi bingung. Saya tidak tahu pasti berapa orang anggota DPR/DPRD dan pejabat yang terjerat kasus korupsi. Mengapa sangat banyak politisi, yaitu pimpian daerah dan anggota DPR/ DPRD yang tersangkut korupsi. Bahkan teman saya yang suka berkelakar, mungkin masih banyak yang lain yang korupsinya tidak terungkap. Merenungkan fenomena itu, saya jadi teringat kelakar Pak Intan Ahmad (Dirjen Belmawa dan guru besar ITB). Katanya, kalau dosen mengajar dan banyak mahasiswa yang tidak lulus harus dipertanyakan itu karena mahasiswa yang tidak pandai atau dosennya yang tidak pandai. Jika yang tidak lulus sedikit dan nilai yang diperoleh mahasiswa bervariasi, dapat diduga mahasiswanya kurang pandai. Buktinya ada mahasiswa yang lulus dan mendapat nilai bagus. Namun jika banyak mahasiswa yang tidak lulus dan hampir semua nilainya jelek, jangan-jangan dosennya yang kurang baik. Buktinya banyak yang tidak lulus
34
OLEH MUCHLAS SAMANI
dan nilainya semua jelek. Analog dengan itu, pertanyaannya banyaknya politisi yang tersangkut korupsi itu karena masalah individu atau karena sistem kita. Yang saya maksud, sistem itu mulai dari pendidikan mereka, sistem politik kita sampai lingkungan kehidupan bernegara kita. Seorang teman yang berprofesi sebagai polisi bercerita, pencurian/penjambretan itu terjadi karena ada beberapa penyebab, misalnya karena memang si penjahat memang berniat jahat, atau karena si penjahat kepepet kebutuhan tertentu yang memaksa untuk menjambret/ mencuri, atau situasi merangsang si penjahat itu menjambret/mencuri. Apakah cerita teman polisi itu dapat dianalogikan dengan kasus korupsi yang menyangkut politisi? Saya tidak tahu dan belum pernah mendapat penjelasan. Jika bisa, maka kita dapat menganalogikan sebagai berikut. Ada politisi yang korupsi karena memang yang bersangkutan orang “jahat” yang dari “sononya” memang berniat untuk korupsi, misalnya ingin segera kaya dan hidup mewah. Ada politisi yang korupsi karena kepepet, misalnya harus membayar hutang yang dahulu digunakan untuk kampanye dan sebagainya. Ada politisi yang sebenarnya tidak berniat jahat dan tidak kepepet, tetapi situasi di tempat kerjanya merangsang dia untuk korupsi. Misalnya, banyak temannya melakukan korupsi dan justru kariernya menanjak. Menurut saya, ketika faktor itu tidak harus berdiri sendiri, tetapi sangat mungkin berbarengan dan saling mendukung. Misalnya yang bersangkutan memang memiliki
| Nomor: 120 Tahun XIX - Agustus 2018 |
Majalah Unesa
orang jahat dan situasi merangsang dia melakukan korupsi. Atau sebenarnya yang bersangkutan bukan orang jahat, tetapi kepepet butuh uang dan situasi merangsang untuk melakukannya. Atau bahwa ketiga faktor itu saling berkelindan, sudah dasarnya orang jahat, kepepet harus mengembalikan uang yang dahulu digunakan untuk biaya kampanye dan lingkungan memang mendorongnya untuk melakukan korupsi. Nah, bagaimana kejadian yang menimpa para anggota DPRD di Malang dan lainnya? Saya kok tidak yakin 41 orang anggota DPRD itu semua orang jahat. Apalagi yang saya baca di koran, uang yang diterima hanya sekitar 15 juta. Jadi saya menduga justru faktor situasi yang paling kuat mendorong mereka melakukan korupsi. Teman saya bercerita, bahwa temannya pernah berseloroh “gila kalau saya tidak ikut, lha semua melakukan dan aman-aman saja”. Nah, apakah memang sistem kita yang salah yang menyebabkan para politisi melakukan korupsi? Jika memang sistemnya yang menyebabkan terjadinya korupsi, sudah dipikirkan bagaimana mengakhiri sistem tersebut. Saya yakin semua setuju, jika sistem seperti itu yang menyebabkan negara ini berjalan “sempoyongan”. Saya tidak punya kapasitas untuk membahas itu, mungkin teman-teman ahli ilmu politik atau para sosiolog. n *http://muchlassamani.blogspot.co.id