Majalah Unesa Edisi 77

Page 1



WARNA EDITORIAL

Majalah Unesa

ISSN 1411 – 397X Nomor 77 Tahun XVI - Januari 2015 PELINDUNG Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor) PENASIHAT Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (PR I) Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (PR III) Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (PR II) PEMIMPIN REDAKSI Dr. Suyatno, M.Pd REDAKTUR A. Rohman Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA Rudi Umar Susanto M. Wahyu Utomo Bayu DN REPORTER: Lina Rosyidah, Syaiful Rahman, Yusuf Nur Rohman, Lina Mezalina, Ulil, Fitro Kurniadi, AnnisaI lma, Andini Okta, Sandi, Rizal, Murbi, Diyanti, Mahmud, Umi Khabibah, Suryo, Danang, Emir, Khusnul, Mutya FOTOGRAFER Huda, A. Gilang P. Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT (Arman, Basir, Wahyu Rukmo S) ADMINISTRASI Supi’ah, S.E. Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI Hartono PENERBIT Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124 Fax (031) 8280804

TULUS UNTUK ECO-CAMPUS

B

ayangkan, ji­ka sa tentu akan mengarah kam­­­pus U­ne­ pa­da Eco-Campus yang sa itu ber­uda­­ra sejati. Un­tuk mengarah se­­­gar, rin­­dang, ke Eco-Campus, di­per­ in­­­dah, dan nya­­man ten­ lu­­kan kepaduan tindak tu Unesa akan me­li­­pat­ da­ri se­mua warga kam­ gan­­da­kan e­ner­gi po­sitif pus. Kam­pus yang nya­ ba­gi war­­ga­­nya. Energi man bukan tugas pe­ po­sitif itu, se­­lain me­nye­­ ker­­ja ha­rian semata hatkan, ju­­ga akan mam­ yang me­ mang dibayar pu meng­­­ha­sil­kan karya un­­tuk itu. Kam­pus yang yang mem­bang­ga­­kan. nya­ man juga menjadi Ma­­­ha­­siswa dapat be­la­ tang­­gung ja­wab semua jar de­­ngan khidmat. Do­ kom­­ponen, yakni do­ sen da­­pat mengajar de­ l DR. SUYATNO, M.PD sen, mahasiswa, dan ngan tu­­lus. Lalu, sinergi kar­yawan. Percuma saja per­­ku­liahan akan me­lu­rus­kan cita-cita pe­kerja tiap hari me­ngelola taman te­ pa­­ra ma­­ha­sis­wa­nya. ta­­pi para mahasiswa justru merusak ta­ Unesa pada tahun-tahun men­ man itu. Percuma saja petugas ha­ri­an da­­tang bertekad untuk membingkai me­nyapu sampah jika tiap hari ma­ha­ kam­­pus dengan sebutan Eco-Campus sis­wa dan dosen membuang sampah yang berdimensi pemaksimalan energi se­­enaknya. Begitulah seterusnya. Penumbuhan kultur lebih sulit positif bagi warganya. Gejala untuk men­jadi kampus yang nyaman sudah di­­­­bandingkan penataan fisik Ecomulai kelihatan. Di kampus Ketintang, Cam­­­­pus. Dalam penumbuhan kul­ ter­dapat ranu yang menarik air agar ti­ tur diperlukan kesadaran tinggi akan dak banjir, memberikan habitat baru pen­­­tingnya lingkungan yang nya­man. biasaan, penguatan, dan peng­ bagi ikan, burung, dan unggas. Kini, Pem­­ tiap hari, banyak mahasiswa yang har­­gaan perlu diterapkan dalam me­ ber­dis­kusi di pinggir ranu itu dengan num­­­­buhkan kultur tersebut. meng­ge­lar tikar di atas paving yang Sudah waktunya, Unesa berkultur tertata rapi. Di pinggir Ranunesa ter­ Eco-Campus dalam menjalankan tugas da­pat te­tum­buhan yang rindang dan pen­­didikan di negeri ini. Untuk itu, pro­ indah. Tam­pak sebelah barat or­na­men gram Eco-Campus yang digulirkan ter­ yang meng­ hiasi pandangan dengan amat tepat untuk saat ini. Agar pe­lak­ la­tar be­la­kang kubah masjid. Selain itu, sa­naannya berjalan secara baik perlu se­lasar pejalan kaki dari pintu gerbang tim yang bertugas untuk menjaga depan ter­lihat rindang dan hijau. Pe­ja­ ga­­wang keterlaksanaan Eco-Campus lan kaki merasakan kenyamanan sa­at itu. Tim itulah yang kelak mengawal, menuju gedung perkuliahan. Ke­ ber­ me­­ nata, mendinamisasi, dan me­ sih­an taman ter­li­hat jelas. nguat­­ kan kampus yang nyaman, Kemudian, di kampus Lidahwetan asri, dan menyehatkan. Eco-Campus mu­­lai terlihat penataan jalan, paving, ha­­ rus dikehendaki bukan dibiarkan dan monumen kampus (sekarang se­ ber­­­tumbuh alami. Kenyamanan dan dang dibangun). Tumbuhan mulai ke­ ke­­asrian perlu diciptakan. Kampus Li­ li­­hatan rindang dan hijau. Mata seakan dah Wetan teramat strategis untuk ke­lak dimanjakan dengan taman dan ukuran perkembangan kota sehingga pe­ nataan lingkungan. Gedung-ge­ per­­lu sentuhan yang apik dalam hal dung mulai dipadukan dengan ling­ku­ Eco-Campus. Begitu pula, kampus Ke­ ngan sekitarnya. tin­­­tang juga merindukan Eco-Campus Itulah tanda-tanda Eco-Campus ki­ yang berwibawa karena keindahan, ra­nya dapat berjalan dengan baik jika ke­­­bersihan, kenyamanan, keasrian, di­manajemeni dengan baik pula. Eco- dan ke­unikannya. n Campus sejati adalah proses mem­ba­ ngun kenyamanan kampus secara ter­ in­tegrasi, terpadu, dan berkultur. Une­ Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA

|

3


CONTENT

INFO HALAMAN

10

03. WARNA

Tulus untuk Eco-Campus oleh Dr. Suyatno, M.Pd

11

05. LAPORAN UTAMA

PANORAMA UNESA. Melintasi gerbang Une­ sa kampus Lidah Wetan serasa me­nemukan ke­sejukan tersendiri di atas areal yang terus ber­tumbuh menjadi kawasan eco campus yang me­nyejukkan.

• Komitmen Unesa Wujudkan Eco-Campus • Campus Demand Management untuk Unesa Ramah Lingkungan • Terapkan 3R untuk Atasi Sampah • Bangun Sistem Internal Manajemen Air • Kampus Harus Nyaman dan Indah • Menuju Realisasi Eco-Campus • Eco-Campus, Program Penyelamat Lingkungan • Perlu Kerja Sama Semua Elemen Kampus

15. INSPIRASI ALUMNI

• Kiprah Choirul Anam, Alumnus Jurusan Bahasa Jepang Satu-satunya Sarjana Pendidikan yang Jadi Komisioner KPU

18. LENSA UNESA 22 KABAR PRESTASI

• I Made Arsana S.Pd, MT, sang Sosok Dosen Inovatif Ciptakan Alat Optimasi Penukar Panas

24. ARTIKEL WAWASAN • Merayakan Literasi di Sekolah

26. JATIM MENGAJAR

• Menuju Sukamade, Lebih Berat dari Daerah 3T

15

29. SEPUTAR UNESA 33. INFO SEHAT

• 5 Cara Meningkatkan Relaksasi Diri

34. CATATAN LIDAH

09 4 |

• Meta Kognitif oleh Djuli Djatiprambudi

MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015

33 RALAT: Pada Edisi 75 Tahun XV - No­vem­­ber 2014 (hal 17) terdapat kekurangtepan me­­­nye­ but­­kan istilah dalam berita “HUT Brimob Polri ke-69”, yang benar ada­lah Korbrimob Polri. Dengan ini ke­ti­dak­tepatan telah kami se­suaikan dan be­tul­kan. Terima kasih.


LAPORAN UTAMA

SEJUK: Suasana sejuk penuh dengan tanaman hijau di salah satu sudut gedung FIP kawasan kampus Unesa Lidah Wetan.

KOMITMEN UNESA WUJUDKAN

Eco-Campus Di tengah maraknya polusi dan isu pemanasan global (global warming), Universitas Negeri Surabaya tidak tinggal diam. Sebagai lembaga pendidikan yang dihuni para intelektual, sudah semestinya Unesa berpartisipasi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Salah satunya dengan mewujudkan kampus berwawasan lingkungan (Eco-Campus).

K

oordinator program EcoCam­pus Unesa, Drs. Tri Wra­hat­nolo, M.Pd, MT ke­ pa­da re­porter Majalah Une­­sa me­ngatakan bahwa Unesa me­­ miliki ko­ mitmen yang kuat ter­ ha­­dap per­masalahan lingkungan. Oleh ka­­ rena itu, pada tahun 2015

ini, Unesa berkomitmen untuk be­ nar-benar melaksanakan kampus ber­­­­wawasan lingkungan tersebut. Se­­­­jatinya, ungkap Tri Wrahatnolo, pro­­­gram Eco-Campus Unesa kali per­­tama didengungkan pada sa­at pen­canangan program Green Tech­ no­­logy dalam rangka menyambut

Dies Natalis ke-46 Unesa tahun 2010 la­ lu. Pada saat itu tema yang di­ usung adalah Green and Clean Goes to Campus yang mendorong Unesa me­ nuju kampus bernuansa ling­ ku­ ngan hidup. Tri Wrahatnolo, yang kini menjadi Pem­­ bantu Rektor II menjelaskan

Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA

|

5


LAPORAN UTAMA

PR II Unesa, Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd, MT

bah­wa program Eco-Campus kali ini akan lebih diimplementasikan secara nya­ ta dan disinergikan dengan bi­ dang-bidang lain. Bidang-bidang ter­sebut adalah pendidikan dan pe­ nga­ jaran, penelitian, pengabdian ke­ pada masyarakat, organisasi dan ad­ ministrasi umum, akademik, ke­ uangan dan aset, kelembagaan dan kegiatan kemahasiswaan, serta bi­ dang kerja sama. Untuk melaksanakan itu, di­per­lu­ kan penerapan Sistem Manajemen Ling­ kungan (SML). Dalam ran­ ca­ ngan program Eco-Campus, ada li­ ma hal yang menjadi alasan akan di­­­berlakukannya SML tersebut. Per­­­ tama, aktivitas makan dan mi­ num (sampah dan pencemaran lain­­­nya); kedua, penggunaan ken­ da­­­raan bermotor (pencemaran uda­­ ra); ketiga, pemakaian alat-alat lis­ trik (pemborosan energi); ke­em­pat, pemakaian air (limbah cair, pem­­ borosan penggunaan air); dan ke­ lima, sarana dan pra­sa­rana la­bo­ra­­ torium serta sarana pe­nun­jang la­in­ nya (bila memiliki). Dalam rancangan program ter­ sebut, ada empat tim yang me­na­ ngani masing-masing bagian. Ke­ em­ pat tim itu adalah Tim Hutan Ko­ ta dan Keanekaragaman Hayati, Tim Energi, Tim Sampah, Tim Air, Tim Tran­ sportasi, Tim Master Plan, dan Tim Estetika Lingkungan.

6 |

Dibutuhkan Komitmen Seluruh Insan Kampus Program Eco Campus Unesa ti­ dak bisa dilepaskan dari seluruh in­­ san kampus, baik pimpinan, do­ sen, karyawan, mahasiswa dan ta­ mu kampus. Pasalnya, program ini memang menyasar langsung pa­ da seluruh warga kampus. Ka­ rena itu, keberhasilannya akan sa­ ngat ditentukan oleh seberapa ja­uh komitmen dari seluruh insan kam­ pus. Seluruh warga kampus harus ber­ komitmen dan berperan aktif da­ lam pengembangan ilmu dan tek­nologi serta penerapan gaya hi­ dup berwawasan lingkungan. “Sa­ya berharapa civitas akademika Une­ sa menjadi pelopor penciptaan ka­ wasan berbudaya pelestarian ling­ku­ ngan,” ujar Tri Wrahatnolo. Visi Eco Campus adalah me­wu­ jud­kan Unesa sebagai kampus rek­ reasi, edukasi, dan konservasi me­ la­lui penerapan sistem manajemen ling­ kungan yang berkelanjutan me­ liputi aspek infrastruktur, ke­ bi­ jakan, dan perilaku dari setiap ele­ men kampus demi mendukung ter­ capainya kualitas lingkungan hi­ dup yang layak bagi kehidupan ma­ nusia dan makhluk hidup lain ser­ta terciptanya lingkungan bersih, in­ dah, nyaman, serta sehat. Sementara itu, ada 9 misi yang menjadi tujuan program ini. Per­ta­ma, menciptakan lingkungan kam­pus dan

lingkungan sekitar agar bersih, indah, nyaman, dan me­ nyehatkan. Kedua, mendorong in­ di­ vidu kampus dan tamu betah ting­gal di dalam kampus dan ling­kungan kampus. Ketiga, mem­ be­rikan ke­te­la­danan kepada ma­sya­ rakat tentang kepedulian dan tang­ gung jawab da­lam menciptakan ling­ ku­ngan yang bersih, indah, nyaman, dan me­nye­hatkan. Keempat, mendorong ter­ cip­ ta­ nya kampus yang peduli ling­ ku­ ngan. Kelima, mewujudkan wilayah ko­­nservasi alam dalam kampus. Ke­­ enam, memberikan konstribusi da­ lam upaya pelestarian lingkungan di luar kampus Unesa. Ketujuh me­ nye­lesaikan masalah sampah di Une­ sa. Kedelapan, mendorong ter­ se­ dianya makanan dan minuman yang sehat. Dan, kesembilan adalah me­ wujudkan sistem transportasi kam­ pus dan parkir kendaraan yang ter­ tib, aman, nyaman, dan bebas polusi udara dan suara. Tri menambahkan, agar program ter­ sebut dapat dengan mudah di­ evaluasi maka dibuatlah lima pa­ rameter utama program Eco-Cam­ pus Unesa. Apa saja parameter ter­ sebut? Pertama, penghematan ener­ gi listrik, air, dan penggunaan ker­tas. Kedua, penghijauan. Ketiga, ke­ bersihan dan kenyamanan ling­ ku­ ngan. Keempat, makanan sehat. Ke­lima, kawasan tanpa rokok di area kampus. (SYAIFUL)

Mahasiswa belajar nyaman di manapun, di lingkungan kampus Unesa yang asri.

MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015


Dr. Ir. Dadang S., M.T, Tim Eco Campus Divisi Transportasi

LAPORAN UTAMA

Kampus Demand Management untuk Unesa Ramah Lingkungan

E

co Campus atau kampus ra­­ mah lingkungan yang a­ kan di­terapkan Unesa me­mer­­ lu­kan banyak divisi. Sa­­lah satunya, Divisi Transportasi. Tim ber­ ang­ gotakan 5 orang yang di­ ketuai Dr. Ir. Dadang S, M.T itu ber­tugas me­ ngerjakan dua kajian trans­ portasi yakni di kampus Unesa Ke­tintang dan kam­pus Unesa Lidah We­tan. Menurut Dadang, fokus tim saat ada­ lah kampus Unesa Ketintang. Kam­ pus Unesa Lidah Wetan belum sepenuhnya sesuai dengan konsep di­ visi Master Plan Eco Campus. Waktu itu bangunan gedung be­lum sesuai dan batas-batas tanah ma­sih banyak yang belum jelas, se­ hing­ ga masih perlu ditata ulang. “Kon­ sep yang digagas divisi trans­portasi menggunakan pola pe­na­taan de­ngan Traffic Demand Management, yakn­ i mengelola aset yang ada di kam­pus ketintang terkait lahan par­ kir dan sirkulasi dalam kampus,” pa­par­nya. Dadang menjelaskan, lahan ko­ song di spot-spot sekitar kampus Une­ sa Ketintang akan digunakan un­ tuk tempat parkir terpusat ken­ da­ raan roda dua (sepeda motor). Meng­ingat parkir saat ini masih be­ lum tertata dengan baik. Nantinya, par­kir akan terpusat berada di setiap fa­ kultas, yaitu Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Ma­tematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), dan Fakultas Teknik (FT). “Dengan parkir terpusat, ma­ha­ siswa bisa parkir lebih rapi,” ujar Do­ sen D-3 Transportasi tersebut. Sirkulasi dalam kampus juga akan diatur. Pintu masuk berada di ger­ bang utara, sedangkan pintu ke­luar melalui gerbang selatan. Se­ belumnya, kedua gerbang ter­ se­ but digunakan untuk masuk dan

keluar kendaraan. Penerapan sir­ ku­ lasi tersebut perlu diterapkan agar tidak terjadi penumpukan ken­ daraan. Untuk memperlancar kon­ sep tersebut, akan dibuatkan ID Card untuk kendaraan roda dua. Pembuatan id card dilakukan de­ ngan mendaftarkan satu sepeda mo­ tor untuk memasuki kampus. Kon­ sepnya, satu motor untuk satu ma­ hasiswa. Gerbang masuk akan di­buat automatic gate. Hanya yang me­miliki id card yang bisa memasuki kam­pus. “Pembuatan id card akan bekerja sama dengan pihak per­pus­ ta­kaan. Untuk mahasiswa yang jalan kaki dan menggunakan sepeda, akan dibedakan id card-nya,” imbuh dosen kelahiran Lamongan tersebut. Menurut Dadang, realisasi kon­ sep akan dilaksanakan pada tahun 2015 ini dan akan dievaluasi pada ta­hun 2016. Jika sudah sesuai ren­ ca­ na, tahun 2016, kata Dadang, kam­pus Unesa Ketintang akan steril dari kendaraan roda dua dan ro­da empat). Transportasi di dalam kam­ pus akan menggunakan bus lis­ trik yang sudah di-launching. Peng­ gunaan bus akan disesuaikan de­ ngan aktivitas di kampus, dari pagi hing­ga sore hari. Selain itu, akan ada transportasi ramah lingkungan yakni sepeda. “Kendalanya ada­ lah parkir sepeda. Sejatinya, se­su­ai rencana tim lahan parkir se­pe­da akan dipusatkan di depan ger­bang kam­pus. Sayang, lahan ter­ sebut sudah di­ gunakan gedung wi­ra­usa­ha,” sesal Da­dang. Sistem transportasi akan di­ ta­ ta sedemikian rupa. Seperti pe­ masangan rambu dan marka ja­lan. Akan ada jalur satu arah saja. Apa­ bila ada yang melanggar, akan ada sanksi (punishment) bagi pe­ lang­ gar. Sanksi akan disesuaikan ma­

Dr. Ir. Dadang S, M.T

najemen kampus dengan meng­ op­ timalkan kinerja satpam. Untuk ke­ pentingan ke fakultas lain atau ak­tivitas dalam kampus akan di­op­ timalkan pemanfaatan jalur pe­ des­ trian, sehingga tidak ada lalu la­lang motor dan akan mengurangi po­lusi. “Konsep transportasu ini se­ per­ ti yang diterapkan di jalan raya se­be­ narnya. Dengan pola penataan ini, kampus Unesa Ketintang punya se­ butan lain yakni Kampus Demand Management,” tandasnya. Dadang berharap dengan kon­ sep eco campus itu akan mem­bu­at tingkat kebisingan kampus ber­ ku­ rang, mengubah pola pemakaian ber­motor menjadi transportasi yang ada di kampus dan kampus bebas atau steril dari gas emisi buang sehingga hewan-hewan langka mau masuk ke Unesa sehingga proses belajar di kampus pun menjadi lebih nyaman. (ANDINI)

Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA

|

7


LAPORAN UTAMA Dra Winarsih, M.Kes, Tim Eco-Campus Divisi Sampah.

Terapkan 3R untuk Atasi Sampah Divisi atau tim sampah adalah salah satu tim yang terlibat dalam pelaksanaan ke­giatan Eco-Campus. Dra. Winarsih, M.Kes menyebut ada tiga jurus un­ tuk mengatasi permasalahan sampah, yakni melalui penerapan konsep pe­nge­lo­la­ han 3 R (Recycle, Reuse, dan Reduce) yang ramah lingkungan.

Dra. Winarsih, M.Kes (kanan) memeriksa pemanfaatan alat komposter temuannya.

R

ecycle merupakan metode me­ngolah sampah menjadi kom­pos. Reuse merupakan pe­ ngolahan sampah de­ ngan membentuk bank sampah. Se­dangkan Reduce merupakan pe­ ngolahan sampah dengan upa­ ya mengurangi atau memilah sam­ pah sehingga ketika memasuki ru­ mah kompos Unesa sudah da­ lam keadaan dipilah-pilah dari sum­ ber­ nya. Dikatakan Winarsih, sesuai kon­ sep tim sampah, di Unesa akan di­ buat rumah kompos. Lokasi rumah kom­pos berada di dekat Pusat Ba­ ha­ sa Kampus Ketintang. Siapapun be­ bas menyetorkan sampah di sa­ na. “Sampah itu tidak dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) atau Tempat pembuangan Akhir (TPA), namun sampah-sampah ter­ se­but kita olah di Unesa dengan cara

8 |

3R. Hal ini sesuai dengan undangun­dang (UU) RI no 18 tahun 2008 pa­ sal 12 yang mengatur tentang pem­buangan sampah.” ujar Winarsih. Tim Divisi Sampah yang terdiri da­ri PR II (Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T., Drs. Marsudi, M.Pd, Drs. Mo­ cham­ ad Yadi dan tim kebersihan Unesa) mengakui bahwa untuk me­ la­ ksanakan konsep tersebut di­ bu­ tuh­kan andil semua pihak, ter­masuk ma­hasiswa melalui Him­pun­an Ma­ ha­ siswa dan Badan Eksekutif Ma­ ha­ siswa. “Untuk pelaksanaannya di Une­sa sendiri belum efektif karena di­­butuhkannya asas kebersamaan dan partisipasi serta keberlanjutan” tu­tur Dosen jurusan Biologi tersebut. Ditambahkan Winarsih, sejauh ini pengolahan sampah masih di­ la­­ kukan dengan cara dibuang dan di­ bakar. Padahal, jika orang sudah ta­hu maknanya, sampah bukan lagi

MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015

menjadi barang yang dibuang tapi bisa menjadi sumber daya alam yang bermanfaat. “Contohnya, daun ke­ ring yang bisa dikembalikan ke da­un lagi. Maksudnya adalah daun yang sudah kering tersebut dapat di­jadikan pupuk untuk tanaman se­ hing­ ga tanaman tumbuh subur,” ung­kapnya. Winarsih sangat berharap de­ ngan adanya Eco-Campus semua pi­ hak bisa menata diri. Untuk tim sam­ pah, telah dibuat sistem pe­ ren­­ canaan, sosialisasi, dan evaluasi se­­ hingga bisa diketahui apa saja ken­dala-kendala yang dialami. “Bia­ sa­nya, kendala terbesar berasal dari in­dividu masing-masing yang masih ter­ biasa memperlakukan sampah de­ngan dibuang atau dibakar,” tam­ bah­nya. Ia berharap, ke depan warga Une­­sa secara bersama-sama da­pat me­nyelesaikan masalah sam­pah de­ ngan jalan mengubah mind­set yaitu dengan mengolah da­ ri sum­ ber sampah. Dengan be­ gitu akan me­ringankan masalah sam­pah. “Se­ se­orang yang mampu meng­har­gai hal sepele seperti sampah, bisa di­ ni­­ lai bahwa orang itu tentu akan meng­hargai sesuatu yang lebih dari sam­ pah seperti menghargai orang lain dan menghargai waktu.” pung­ kasnya. (ULIL)


LAPORAN UTAMA Dr. Asri Wijiastuti, M.Pd,.Tim Eco Campus Divisi Air

Bangun Sistem Internal Manajemen Air

M

enuju eco-campus, Une­ sa diharapkan men­ja­­di kampus yang ra­mah ling­ kungan dan me­miliki bu­ da­ya konservasi ling­ku­ngan. Dalam pro­gram eco-cam­pus, manajemen dan tata kelola air me­ru­pakan salah sa­tu bidang yang sub­stansial. Pada prin­sip­ nya, tim air yang telah dibentuk pada akhir 2014 bertugas agar air di Unesa cu­­ kup untuk memenuhi kebutuhan se­­ luruh masyarakat kampus. Karena itu, perlu dibangun sistem internal ma­­najemen air. Koordinator Tim Air, Dr. Asri Wi­ ji­ astuti, M.Pd, mengatakan, Unesa akan membangun sistem internal ma­najemen air. Artinya, air yang ada di Unesa tidak boleh dibuang ke­ luar dari area. Unesa akan meng­op­ ti­ malkan sumber-sumber air yang ada, baik dari air hujan maupun dari sum­ber air tanah. Saat ini, Unesa telah memiliki be­ berapa sumber air. Di antaranya, da­ ri sumur di areal BAAK. Hanya saja, de­ bitnya belum dicek. Kemudian, ada waduk Lidah Wetan, namun ha­ rus disurvei terlebih dahulu le­ ga­ litas untuk pengambilan airnya dan kepemilikannya. “Jika legalitas pe­­ ngambilan air di waduk Lidah We­ tan telah diperoleh, perhari dapat di­ambil sekitar 20.000 liter. Air ter­se­ but tentu mampu mencukupi ke­bu­ tuh­an air di asrama mahasiswa, PPG, dan masjid,” terang Asri. Selain dua sumber air di atas, air wa­duk juga dapat digunakan untuk me­nyiram tanaman dan pohon yang di­ bangun oleh tim hutan kampus. Se­ hingga, ada penghematan bia­ ya pemakaian air yang selama ini menggunakan air PDAM. Upa­ ya

Dr. Asri Wijiastuti, M.Pd

tersebut dilakukan ketika meng­ ha­ da­pi musim kemarau. Sementara itu, pada musim hu­ jan akan dibuat teknologi yang ber­nama rocking filter. Air hu­ jan di­ panen atau ditangkap meng­ gu­ na­kan rocking filter. Teknologi ini akan dicoba pada tiga titik, yakni di Pascasarjana, masjid Ketintang dan masjid Lidah Wetan sebagai mo­de­ ling. Pada tahun kedua, setiap fa­kul­ tas dan unit kerja diharapkan sudah ter­pasang teknologi tersebut. “Hasil panen air hujan dapat di­­ gunakan untuk operasional pe­ ma­ kai­an air selama musim peng­hu­jan, se­ hingga diharapkan pada mu­ sim peng­hujan kita dapat meng­he­mat peng­ gunaan air yang diganti de­ ngan panen air hujan,” jelas Asri. Tim air juga akan membangun sum­­ ber air berbasis embung. Em­ bung adalah tempat atau wadah pe­ nam­pungan air saat terjadi sur­plus air hujan yang digunakan se­waktu terjadi kekurangan air. Em­ bung berfungsi menampung air se­kaligus sebagai daerah resapan, me­ ngu­ ra­ ngi dan menampung volume air sehingga dapat mencegah ter­ ja­ di­

nya banjir pada saat musim hujan, ser­ta menampung air hujan sebagai antisipasi mengatasi kekeringan saat musim kemarau. “Unesa akan meminta satu em­ bung yang akan diletakkan di kam­ pus Unesa Lidah Wetan. Ukur­an­nya 30 meter x 50 meter dengan ke­da­la­ man 5 meter. Sehingga, dengan ada­ nya embung ini tidak terjadi ban­jir di musim penghujan, serta sa­at musim kemarau bisa digunakan un­ tuk cadangan menyiram tanaman, bah­ kan setelah diolah dapat untuk me­ ngi­si kamar mandi,” paparnya. Survei Kebutuhan Air Awal tahun 2015, tim air akan men-survei kebutuhan air ma­ha­sis­wa selama di kampus secara riil. Selain itu akan disurvei pula ke­butuhan air di setiap fakultas dan unit kerja. Setelah disurvei akan dipetakan kebutuhan air dan upaya penghematannya. Ecocam­pus, selain dapat membangun bu­ da­ ya masyarakat kampus supaya ber­bu­daya melakukan konservasi air, dam­pak ikutannya adalah secara eko­ no­­mi dapat menghemat budgetting Une­sa. “Penghematan-penghematan itu kan bisa untuk mengirim per­tu­ karan pelajar, dapat digunakan un­ tuk peningkatan kapasitas SDM. Se­ hingga itu kan jadi investasi juga,” tu­tur Asri. Selain itu, juga akan ada pro­gram mengolah air buangan da­ ri air wudhu di masjid dan limbah food court dan membentuk satgas air di setiap fakultas dan unit kerja selingkungan Unesa. “Kalau ada air yang berlebihan kita lakukan advokasi peng­ hematan air. Hal-hal semacam itu harus ada satgasnya,” tandas do­ sen Pendidikan Luar Biasa (PLB) itu. Yang spektakuler, Unesa akan mem­ buat air siap minum. Caranya, air dari PDAM akan dibuatkan alat penjernih, sehingga ketika air keluar sudah siap minum. Akan ada kran-kran siap minum di setiap fakultas. “Untuk tiga tahun ini, kita masih membenahi manajemen air dulu,” pungkas dosen kelahiran Malang itu. (LINA MEZALINA)

Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA

|

9


LAPORAN UTAMA Dr. Djuli Djatiprambudi, M.Sn, Tim Eco Campus Divisi Estetika Lingkungan

Kampus Harus Nyaman dan Indah Mencitrakan kampus sebagai rumah bagi mahasiswa, merupakan salah sa­ tu tujuan dalam pembudayaan lingkungan pada konsep eco-campus yang ki­ ni berada dalam tahap proses pelaksanaan. Salah satu eksekutor konsep ecocampus yang berperan dalam merancang desain kampus berbudaya ling­kungan, yaitu tim estetika lingkungan, yang dikoordinatori Dr. Djuli Dja­ti­pram­bu­di, M. Sn., Ketua Jurusan Seni Rupa dan Desain Grafis.

Dr. Djuli Dja­ti­pram­bu­di, M. Sn.

M

enciptakan kampus de­ ngan nuansa yang in­ dah dan ramah ling­ ku­ ngan tentu sa­ngat pen­ ting untuk merangsang krea­ti­vi­­tas mahasiswa dan dosen dalam pro­­ses belajar mengajar sekaligus mem­ ­ berikan motivasi belajar yang le­ bih baik bagi mahasiswa. Me­ nu­ rut Dr. Djuli Djatiprambudi, M. Sn., ko­ ordinator tim eco-campus di­vi­si es­ te­tika lingkungan, kampus yang baik ada­lah kampus yang ling­kungannya baik dan memiliki Sum­ber Daya Ma­ nu­sia (SDM) yang juga baik. Dosen kelahiran 12 Juli 1963 tersebut memaparkan, konsep ecocampus harus diawali dengan ran­

10 |

cang fisik secara visual yang me­ na­­rik. Tidak hanya menarik dari sisi fisik, tetapi juga harus mampu me­ motivasi mahasiswa dengan ling­ kungan yang indah, asri dan ber­ estetika lingkungan, “Taman kam­ pus bisa dipakai sebagai lokasi ber­ diskusi, ruang publik santai di kam­ pus digunakan sebagai media per­ ku­liahan, dan sebagainya,” ujarnya. Konsep estetika lingkungan di­ bu­ at dengan tujuan memperindah kam­­pus dimulai dari segi es­te­ti­ ka bangunan, tata letak ba­ngu­nan, koordinasi/hubungan an­tar­­ba­ngun­ an, land marks, dan se­bagainya. Se­ mua konsep ter­se­but, menurut Djuli, su­dah di­ran­cang cukup matang dan su­dah di­pre­sen­tasikan ke beberapa lem­baga. Saat ini, tinggal membuat lang­kah-lang­kah operasional. Lang­ kah operasional yang dimaksud Dju­ li, terkait kesiapan anggaran sebagai mo­ dal pembangunan, kesiapan pi­ hak internal kampus untuk berperan ak­tif, dan kesiapan pihak pelaksana baik dari dalam maupun luar Unesa. Dosen yang mengampu mata ku­ liah Tinjauan Desain di jurusan Se­ ni Ru­pa dan Desain Grafis (SRDG) itu me­ nambahkan, pelaksanaan pro­gram ecocampus tidak bisa dilak­sa­na­­kan dalam satu atau dua tahun,. Pro­­gram tersebut membutuhkan wak­­tu beberapa tahun agar terea­li­sasi dengan baik. “Namanya eco, kan juga harus menanam. Nah, me­ nanam pohon saja tidak bisa se­ta­hun tapi butuh waktu lebih dari se­ tahun agar menghasilkan pohon yang besar dan rindang,” jelasnya.

MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015

Selain itu, konsep eco-campus ju­ ga harus didukung budaya ma­sya­ ra­kat kampus dengan me­na­nam­kan kepedulian dan kesadaran akan ke­ wa­ jiban menjaga kebersihan ling­ ku­­ngan, memerhatikan pemakaian lis­­trik, dan turut menjaga dan meng­ hargai keindahan lingkungan. Pem­ bu­­dayaan atau pembiasaan seperti itu, tentu juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Visualisasi kampus, lanjut Djuli, sa­ paan akrabnya, menjadi sangat pen­ ting. Bagaimana mencitrakan kam­pus menjadi tempat yang nya­ man, rindang, dan indah secara vi­ sual inilah yang mampu menarik ma­hasiswa berperan aktif dan me­ ning­katkan kreativitasnya. Sehingga ma­ hasiswa menjadi rindu kampus ka­ rena seperti rumah sendiri bagi ma­hasiswa. “Konsep kita adalah ba­ gaimana mahasiwa berdiskusi di ta­ man nyaman, membaca di per­pus­ ta­kaan nyaman, istirahat di kafetaria nya­man sehingga ma­­ha­siswa men­ja­ di betah, dan ti­dak pe­ngin cepat pu­ lang ke kos,“ungkapnya. Sebagai bagian dari tim eco- cam­ pus, Djuli sangat berharap program ter­­ sebut dapat segera direalisasikan. De­­ngan demikian, tidak ada lagi pe­ nun­daan waktu yang juga menunda ter­ wujudnya peningkatan kreativitas dan produktivitas mahasiswa maupun do­sen. Jika program ini terealisasi Une­ sa akan dapat bertransformasi menjadi kampus yang berlingkungan baik dan men­ jadi rumah yang nyaman bagi civitas akademika. (ANNISA ILMA) n


LAPORAN UTAMA

ASRI: Kawasan kampus Unesa di Lidah Wetan yang tampak menghijau dan asri.

Menuju Realisasi Eco-Campus Jika tak ada kendala, sesuai rencana yang dikemukakan ketua program Tim Eco Campus,. Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd, MT, yang juga Pembantu Rektor II Unesa, Eco-Campus akan mulai diujicobakan pada 2015 tahun ini dan akan dievaluasi pelaksanaannya pada tahun 2016. Untuk tahap awal, pelaksanaan eco-campus akan diterapkan di kampus Ketintang yang dinilai sudah lebih siap bila dibandingkan dengan kampus Lidah Wetan. Tentu saja, realisasi program tersebut membutuhkan keterlibatan dan kepedulian semua pihak, terutama civitas akademika Unesa . Berikut tanggapan para civitas akademika yang berhasil diwawancarai reporter Majalah Unesa terkait eco-campus?

K

etua jurusan Pen­ di­­dikan Luar Biasa (PLB) Dra. En­ dang Pur­baningrum, M.Kes men­­dukung penuh pe­laksa­ na­­an program eco campus. Ju­ ru­­ san PLB telah siap dengan ber­ bagai program yang men­ du­­kung eco campus. Bahkan, Dra. En­dang P, M.Kes Fa­kultas Ilmu Pendidikan (FIP) te­ lah mencanangkan program R5 , yakni ringkas, re­sik, rapi, ra­wat, dan rajin. Ringkas terkait dengan penataan dokumen-dokumen su­paya terlihat rapi dan tertata. Resik berarti menjalankan program kebersihan di setiap ruangan dan area fakultas dengan melibatkan petugas kebersihan dan partisipasi ma­hasiswa. Selanjutnya, Rapi berarti suasana fakultas harus terlihat rapi agar sedap dipandang mata. Sedangkan Ra­wat berarti merawat dengan baik lingkungan dan inventaris dengan mengoptimalkan dana perawatan yang te­lah disediakan. Terakhir, Rajin berarti membudayakan sikap rajin untuk mahasiswa, dosen dan karyawan. “De­ ngan pelaksanaan R5 yang optimal, akan membentuk eko­sistem kampus yang baik,” terang Endang. Terkait dengan kebersihan dan penghijauan, FIP juga gen­ car menyosialisasikan kepada mahasiswa melalui Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA

|

11


LAPORAN UTAMA PKKMB. Bahkan, dalam mata kuliah tertentu, program ke­ bersihan dan penghijauan juga telah diintegrasikan. Se­ la­in itu, ketika mengajar dosen tidak hanya mentransfer il­mu pengetahuan tetapi juga memperbaiki karakter dan mem­beri contoh budaya hidup bersih. “Saya berharap ke depan R5 bisa menjadi budaya yang sejalan dengan pro­ gram eco campus di Unesa,” ungkapnya. Senada, Dra. Titin Indah Pratiwi, M.Pd, Kajur Bimbingan Kon­ seling, sangat mendukung pelaksanaan program eco cam­pus. Hanya, saja ia memberi catatan beberapa kawasan di Lidah Wetan yang perlu pembenahan karena belum men­ cerminkan eco campus. Salah satunya, pembangunan jalan yang tidak sesuai standar sehingga menghambat se­rapan air. Meski mendukung, Titin mempertanyakan sosialisasi ten­tang program tersebut yang belum dilakukan secara me­nyeluruh ke jurusan dan fakultas. Ia berharap, tim pu­ sat Unesa lebih gencar melakukan sosialisasi program ter­ se­but. “Bila ditanya mengenai kesiapan menyambut eco campus, tentu kami sangat siap,” terang Titin. Dukungan pelaksanaan eco campus juga dikemukakan Ke­tua Jurusan Bahasa dan Sastra Indononesia, Dr. Syamsul Sodiq, M.Pd. Menurut Syamsul, sejatinya konsep Eco Campus bu­kan hal baru di jurusan Bahasa dan Sastra In­ do­nesia. Sebelum gerakan membudayakan lingkungan di wilayah kampus Unesa, JBSI sudah lama mengonsep kam­ pus hijau di lingkup jurusan. Bahkan, gerak nyata dilakukan

dengan me­ minta mahasiswa baru menanam pohon pada masa Pe­ngenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) JBSI. “Dengan penanaman itu, diharapkan mahasiswa me­mi­liki kesan lingkungan sehingga mereka akan ikut serta menjaga dan memelihara kampus ke de­ pannya,” ujar Syamsul Sodiq. Tidak hanya mahasiswa, dosen pun turut membantu upa­ya kampus berwawasan lingkungan tersebut. Syamsul me­ngakui meski belum semua mahasiswa maupun do­ sen tahu istilah Eco Campus, namun secara praktik di la­ pa­ngan mereka sudah turut andil dalam melaksanakan ke­giatan berbasis lingkungan. “Selain menjaga kerapian dan kebersihan kelas, ruangan dosen JBSI juga diperbarui dan para dosen diminta turut memelihara kebersihan dan ke­rapian ruangannya,” tambahnya. Berbagai fasilitas perkuliahan yang dulu kurang di­per­ ha­tikan, kini mulai difungsikan secara maksimal. Melalui op­timalisasi fasilitas tersebut, terang Syamsul, kini JBSI me­miliki beberapa ruangan seperti ruang pembelajaran/ literasi, ruang ganti laboratorium sastra, dan penataan baru ruang kelas di gedung T8 dan T4, penataan per­pus­ta­ kaan secara berkala, perawatan kebersihan toilet, dan se­ bagainya. “Ini membuktikan bahwa sebelum langkah Eco Campus disegerakan, JBSI telah lama peduli dengan ling­ ku­ngannya,” tandasnya. (LINA MEZALINA/ANNISA ILMA/MURBI)

Eco-Campus, Program Penyelamat Lingkungan Ramah lingkungan dalam konteks akademik adalah memberikan kenyamanan kepada mahasiswa agar dapat menjalankan kegiatan perkuliahan dengan baik sehingga bisa mewujudkan apa yang diinginkannya.

P

Drs. Martinus Legowo, M.A

12 |

ernyataan itu diungkapkan Drs. Martinus Legowo, M.A ter­kait konsep eco campus. Me­ nurutnya, yang paling pen­­ting dalam eco campus adalah ba­ gai­­mana agar seluruh warga kampus da­pat menikmati kegiatan dan fa­si­ li­ tas dengan nyaman, dan memiliki ke­sadaran mengelola, merawat, dan men­jaga lingkungan kampus. Agar bisa terwujud, tentu di­ bu­ tuhkan sosialisasi yang intens ke­ pada semua sivitas akademika, ter­ uta­ ma mahasiswa harus mendapat

MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015

pe­ ngarahan tentang pentingnya men­ jaga dan merawat lingkungan kam­­pus, ruangan kuliah, referensi, dan la­boratorium. Dosen yang menjabat Ke­ pala Program Studi Sosiologi Fa­ kul­ tas Ilmu Sosial dan Hukum itu me­ nambahkan, sosialisasi tersebut da­ pat didukung dengan interaksi yang baik antarmahasiswa dengan ma­ hasiswa, dan mahasiswa dengan do­sen. “Dengan interaksi yang baik, so­sialisasi yang diberikan akan efektif dan efisien,” paparnya. Dosen dan mahasiswa bisa juga me­nerapkan Tri­dharma Perguruan Ting­gi dalam men­dukung Eco Cam­ pus. Caranya, de­ngan melakukan pe­ ne­litian, pen­di­di­kan, dan pengabdian yang mengacu pa­da Eco Campus Sementara itu, Dra. Meirinawati, M.AP, Kaprodi S-1 Administrasi Publik mengatakan, terkait eco campus, Pro­


di Administrasi Publik telah me­mu­ lai sebelum wacana eco campus di­ dengungkan. Salah satu kegiatan yang dilakukan prodi tersebut ada­ lah kegiatan Bazar Intrapreneursip ber­­tema go green. Salah satu produk yang dibuat dalam kegiatan tersebut ada­lah memanfaatkan barang limbah menjadi barang kerajinan tangan yang layak jual. Selain itu, ada juga inovasi produk pembuatan jajanan pa­sar berbahan jagung manis yang le­zat dan mampu bersaing dengan pro­duk lain. Tak hanya di level kegiatan, Pro­ di Administrasi Publik, juga me­ning­ katkan kesadaran mahasiswa un­tuk menjaga lingkungan kampus me­ la­ lui sosialisasi ketika kuliah. Salah sa­ tunya, dengan mengingatkan ma­hasiswa agar hemat listrik dan he­ mat pemakaian air. Bahkan, da­ lam mata kuliah prodi AP pun ada materi Perencanaan Tata Kota dan Kawasan Terbuka Hijau dalam Pem­bu­ atan Kebijakan Pemerintahan Dae­rah.

LAPORAN UTAMA Menurut saya prestasi mahasiswa sa­ngat dipengaruhi bagimana kon­di­si lingkungan.” [SLAMET WIDODO]

“Melalui mata kuliah tersebut, sa­ya yakin mahasiswa prodi S-1 Ad­ mi­ nis­trasi Publik sadar betul terhadap ling­kungan kampus dan dampak ter­ ha­ dap kestabilan lingkungan,” ujar Meirinawati. Senada, Slamet Widodo, ma­ ha­ siswa Pascasarjana Unesa, men­ du­ kung penuh penerapan program eco campus. Ia berharap program tersebut bisa diterapkan secara menyeluruh agar kampus menjadi nyaman, aman dan asri. Mahasiswa penerima bea­ sis­wa S2 LPDP (Lembaga Pengelola Da­ na Pendidikan) itu menegaskan bahwa antara iklim akademik dan kon­disi lingkungan memiliki korelasi sig­nifikan. Dengan terciptanya ling­ kungan yang nyaman akan men­

do­ rong iklim akademik yang baik. “Menurut saya prestasi mahasiswa sa­ngat dipengaruhi bagaimana kon­ di­si lingkungan. Iklim akademik akan terwujud dengan baik jika ling­ ku­ ngan menudukung” paparnya. Slamet menilai, kampus me­ru­pa­ kan sarana yang tepat sebagai pem­ be­lajaran sekaligus bukti kepedulian ter­ hadap lingkungan. Menerapkan eco campus bisa dimulai dari halhal kecil seperti melaksanakan piket ha­rian di kelas, membuang sampah se­suai jenis dan pada tempatnya, me­ ma­tikan listrik jika tidak digunakan dan menggunakan air seperlunya. Sla­met menambahkan, sejauh ini, khususnya di Pascasarjana ada se­dikit kekurangannya, yaitu pe­na­taan lahan parkir yang dinilai ma­ sih ribet dan menyusahkan ma­ha­sis­wa. Ia berharap, ke depan sistem pe­ ngelolahan par­ kir tersebut di­per­­ba­rui sehingga ma­ ha­ siswa lebih nya­ man keluar masuk parkir. (RIZAL/MAHMUD/DIYANTI)

Perlu Kerja Sama Semua Elemen Kampus Konsep eco-campus seolah telah menjadi kewajiban bagi perguruan tinggi negeri , Dr. Raharjo M.Si (kajur Biologi) FMIPA mengaku setuju adanya ecocampus tersebut.

D

Dr. Raharjo M.Si

osen kelahiran Su­­­rabaya itu ber­­pen­dapat bah­­wa eco cam­pus me­rupakan sis­tem ma­na­je­­men untuk me­nge­ lo­ lah ling­ kungan di area kam­ pus. sehingga semua kom­ po­ nen harus terlibat ter­utama ma­ha­siswa, dosen,

Dr. Wahono Widodo M.Si

dan tenaga ke­pendidikan. Raharjo mengatakan, ma­­­na­je­men tersebut harus di­­­dukung kebijakan dari Uni­­versitas hingga jurusan. “Un­ tuk melaksanakan pro­gram tersebut, tentu perlu po­wer dari jajaran pim­ pin­an pu­sat,” ungkapnya.

Dari FMIPA sendiri sa­ngat men­ du­kung program eco campus ter­ se­ but. Bah­ kan, bentuk dukungan su­­dah diwujudkan dengan ke­bi­ja­ kan mengelolah sam­pah seperti pe­ mi­lahan sam­pah dan pengelolahan sam­­pah baik sampah organik mau­ pun anorganik. Raharjo me­negaskan, program ber­ orientasi lingkungan se­­harusnya sudah dilakukan se­luruh kom­ponen baik ma­haiswa maupun do­sen. Se­lain pengelolahan sam­pah, bentuk nyata du­ku­ngan FMIPA ter­ hadapt eco campus adalah de­ngan adanya gerakan peng­ he­ matan air dan listrik. Ge­ra­kan tersebut di­la­ku­ kan de­ngan bentuk himbauan ke­pa­ da mahasiswa dan kom­ponen kam­ pus lain. Sementara itu, lebih jauh Dr. Wa­ ho­no Widodo M.Si, ke­­tua jurusan

Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA

|

13


LAPORAN UTAMA Pen­didikan Sa­ins menegaskan bah­ wa eco campus bu­kan hanya sekadar ber­­wa­wasan lingkungan, na­mun ha­ rus­ lah mampu men­ do­ rong sivitas aka­­demika ak­tif dalam pengelolahan ling­­­kungan, terutama di ling­ku­ngan kam­pus. Wahono menyebut ada tiga as­ pek untuk mewujudkan eco campus da­lam kampus. Pertama aspek pen­ didikan. Pada aspek ini perlu ada satu mata kuliah yang diintegrasi dengan wa­wa­san eco-campus. Kedua, aspek pe­ne­litian yang harus diupayakan da­ lam konteks lingkungan. Ketiga, as­pek pengabdian terhadap ma­sya­ rakat. Aspek ini mendorong per­ lu­ nya menumbuhkan kesadaran ma­ syarakat akan lingkungan melalui pen­didikan sehingga muncul ke­bia­ saan sadar lingkungan di tengah ma­ sya­rakat. Dari Fakultas Teknik, dukungan ter­hadap program eco campus juga disuarakan. Dr. Mochamad Cho­ lik, Ketua Jurusan Teknik Mesin me­ nga­takan bahwa ada tiga hal yang harus dikurangi menuju pada eco cam­pus. Pertama, mengurangi emisi gas buang. Gas hasil pembuangan knal­ pot sepeda motor merupakan po­ lutan. Hal tersebut dapat di­ ku­ rangi dengan perangkat knalpot mo­difikasi yang ramah lingkungan.

Ke­dua, mengurangi ketidakpedulian akan tanaman dengan membuat pro­gram satu orang menanam dan merawat dua pohon. Ketiga, pe­ ngurangan penggunaan air con­di­ tioner (AC). Menurutnya, AC boros biaya penggunaan, perawatan, dan pembelian selain juga tidak me­nye­ hat­kan. Karena itu, ia menyarankan agar pembangunan gedung Unesa diberi inovasi penataan sirkulasi uda­ ra dalam ruangan sehingga tetap nya­man walaupun tanpa AC. Sementara itu, Dr. Suparji, M.Pd, Ke­tua Jurusan Teknik Sipil berharap pro­gram yang telah dirancang se­jak Unesa dipimpin Prof. Muchlas Sa­mani itu segera terealisasi. Ia me­ nga­ kui bahwa Unesa telah banyak meng­ alami perbaikan infrastruktur dan fasilitas yang mendukung ter­se­leng­ ga­ranya eco campus. Suparji mengatakan, jika eco campus ini terwujud yang paling me­ rasakan adalah mahasiswa yang no­ ta­bene penghuni mayoritas kampus. Sa­ yang, sejauh ini kepedulian ma­ hasiswa terhadap konsep eco campus masih kurang. Buktinya, kebanyakan ma­hasiswa masih tidak disiplin saat parkir. Walaupun telah diberi tempat yang luas, mahasiswa tetap saja banyak yang parkir di jalan. “Contoh lain, sampah-sampah masih banyak

yang tertinggal di kelas, gazebo, hing­ga pot bunga. Padahal, eco cam­ pus sudah disosialisasikan sejak jauhjauh hari,” paparnya. Suparji berharap, eco-campus akan memberikan efek baik bagi ling­kungan di kelas maupun luar ke­ las. Mahasiswa bisa belajar di sua­tu tem­ pat sambil mendiskusikan per­ ku­ liahan dengan lingkungan yang sejuk dan rindang. Kondisi itu, pasti sa­ ngat membantu menaikan iklim belajar. (EMIR/ANDINI/DANANG)

RAMAH LINGKUNGAN: Beberapa sudut kampus Unesa yang ditata sebagai sarana pendidikan yang ramah lingkungan. Joglo yang asri disediakan untuk aktivitas warga kampus (foto kiri). Sementara itu di kompleks gedung FMIPA tersedia sangkar burung sebagai sarana konservasi burung di lingkungan kampus Unesa sebagaimana tampak pada foto atas.

14 |

MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015


INSPIRASI ALUMNI

SERAH TERIMA: Choirul Anam saat menyerahkan piagam kepada Gubernur Jawa Timur, Soekarwo. [DOK PRIBADI}

Kiprah Choirul Anam, Alumnus Jurusan Bahasa Jepang di Panggung Politik

SARJANA PENDIDIKAN DI KOMISIONER KPU

Awal mula di KPU, Anam merasa seperti orang asing. Ia sama sekali tidak menemukan ka­wankawannya di Unesa. Kebanyakan, di KPU banyak berasal dari Universitas Bra­wi­jaya, dan Uni­ ver­sitas Airlangga yang ber­la­tar belakang jurusan ilmu politik atau il­mu hukum. Barangkali, ia ada­lah anggota KPU satu-satunya yang bergelar sarjana pen­di­dikan.

B

iasanya alumni pendidikan a­ kan cen­derung memilih pro­fe­si sebagai pen­didik dalam me­niti kariernya. Na­mun tidak ba­gi Choirul Anam. Alum­ni Universitas Ne­geri Surabaya (Unesa) ang­katan 1997 itu, memilih karier di bidang po­litik de­ngan terjun menjadi Komisioner Komisi Pe­milihan Umum (KPU). Tercatat, pria ke­­lahiran Pasuruan itu pernah menjadi ko­ mi­sioner KPU Surabaya. Bahkan kini, ia naik level menjadi komisoner KPU Ja­wa Timur.

Choirul Anam lahir dan besar di De­sa Be­ji, Bangil Pasuruan. Ayahnya me­ru­pakan tamatan Sekolah Pendidikan Gu­ ru (SPG), yang juga pendiri sebuah pe­san­tren. La­tar belakang orang tua yang tak jauh dari ling­ kup pendidikan itulah yang mendorong Choi­ rul Anam selepas SMA melanjutkan pen­didikan ke IKIP Ne­geri Surabaya. Sedari kecil, Anam, demikian sapaan ak­ rab­nya terbiasa hidup sederhana. Sang ayah me­ninggal dunia ketiaka ia baru berusia 7 Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA

| 15


INSPIRASI ALUMNI tahun. Nyaris, sejak sa­at itu, sang ibulah yang men­jadi tu­lang punggung keluarga. Kondisi itu mem­buat Anam sudah terbiasa bekerja mem­­bantu perekonomian keluarga. Se­wak­ tu SMA, ia mengelola warung ke­lon­tong. Kondisi perekonomian keluarga yang pas-pasan itu membuat ia tidak langsung ku­liah selepas SMA. Dua tahun Anam harus be­kerja terlebih dahulu. Berbagai pekerjaan pun pernah dijalani. Ia pernah bekerja di pe­ ru­sahaan tekstil Pandaan. Bahkan, ia juga per­nah bekerja sebagai cleaning service se­la­ ma kurang lebih satu tahun. Sadar bahwa pendidikan akan mampu meng­ubah jalan hidupnya, Anam pun ma­ kin bertekad kuat untuk melanjutkan kuliah. Se­belum mengikuti ujian seleksi masuk per­ gu­ruan tinggi, ia terlebih dahulu ikut kursus kom­puter di Malang. Dari Bangil ke Malang, ia tempuh dengan kereta api. Dari interaksi di kereta api dengan teman-temannya yang se­ dang berangkat kuliah, Anam makin terlecut ke­inginannya untuk sesegera mungkin bisa ku­liah. Atas masukan dari salah satu teman, Anam lantas mendaftar ke IKIP Negeri Su­ ra­baya dan IKIP Negeri Malang. Kedua per­ guruan tinggi tersebut dipilih karena bi­ ayanya masih terjangkau. “Saya ikut UMPTN dan ternyata diterima di IKIP Surabaya ju­ru­ san Bahasa Jepang,” paparnya.

jurusan pendidikan bahasa Jepang dan di­ pindah ke kampus Lidah Wetan, ia tidak me­ mi­liki kakak kelas maupun adik kelas. Sebab, ang­katan kakak kelasnya semuanya berada di kampus Ketintang. “Kami hidup sendirian, ti­dak punya pembimbing, tidak punya orang yang bisa dilihat sebagai inspirasi se­hing­ga pergaulan di sana sangat terbatas. Be­run­ tung saya aktif di berbagai organisasi se­ hingga bisa memberikan warna dalam ke­hi­ dup­an saya saat ini,” paparnya. Jiwa wirausaha yang sudah tertanama se­jak kecil membuat Anam tak canggung un­tuk kerja sampingan di kampus. Setiap ada acara di kampus, ia biasanya berjualan

Pahit Getir di Kota Pahlawan Surabaya tentu menjadi tempat yang begitu berarti bagi Anam untuk me­wu­jud­ kan impiannya. Apalagi, di antara teman-te­ mannya alumni SMA, ia termasuk yang ber­ untung bisa diterima di perguruan tinggi ne­ geri. Sayang, pada awal-awal kuliah, harapan bi­­sa menikmati kuliah dengan suasana di kota tidak menjadi kenyataan. Sebab, ia merupakan mahasiswa yang pertama ka­li me­nempati kampus di Lidah Wetan, khu­ sus­­ nya Fakultas Bahasa dan Seni dengan nu­ansa kampus yang gersang dan tak jauh ber­beda dengan suasana desa, kala itu. “Mungkin bisa dikatakan saya me­ru­pa­ kan mahasiswa yang sangat mengenaskan. Se­bab, saya orang desa, orang daerah dan da­­tang ke Surabaya ternyata ditaruh di kam­ pus Lidah Wetan yang sangat gersang, pa­ nas, dan minim air,” terangnya. Anam masih ingat, dulu, ketika masuk di

16 |

MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015

"

Kalau di­ runut dari sekarang, saya merupakan sa­tu-satunya alumni Unesa di Jawa Timur yang jadi komisioner. Di provinsi lain tidak ada anggota KPU yang bergelar sarjana pen­ di­di­kan.”

DITERIMA PRESIDEN: Choirul Anam saat diterima Presiden SBY di Istana Negara, Jakarta. [DOK PRIBADI}


INSPIRASI ALUMNI kue, minuman dan berbagai aksesoris. Sa­ at semester 1, ia pun sudah berjualan ke­ ru­dung. Ia membawa (kulakan) kerudung da­ri desa dan dijual kepada teman-teman di kampus yang kebanyakan mahasiswi. Tak ha­nya di kampus, ia juga pernah berjualan ke­tika ada kegiatan di Stadion Tambak Sari Su­rabaya. “Ini adalah realita kehidupan saya,” tu­turnya. Selain kuliah, pria kelahiran 16 juni 1978 ini aktif di organisasi. Ia mengikuti UKM pen­ cak silat, aktif di BEM Jurusan dan senat fa­ kul­tas. Untuk organisasi luar kampus, ia aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan sempat menjadi ketua umum IMM kota Su­rabaya. “Interaksi dengan orang-orang lu­ ar itulah yang membuat proses kehidupan men­jadi sangat berarti,” tandasnya. Ke­aktifannya di UKM Pencak Silat mem­ buat Anam kerap terlibat dalam aksi-aksi ma­hasiswa. Ia pernah ditempatkan di Satgas (Sa­ tuan Tugas) Pengamanan Demonstrasi un­ tuk mengawal kawan-kawan yang de­ mons­trasi. Karena tugas itu, ia sempat ber­ ha­dapan dengan marinir yang sedang ber­ tu­gas. Ada pengalaman unik saat ia menjadi sat­gas pengamanan demonstran. Sebelum be­rangkat aksi, ia dan kawan-kawan yang men­jadi Satgas Pengamanan diberi air putih dan pisang agar tubuh bisa kebal. “Kalau ingat masa lalu, saya sempat tersenyum sen­ diri. Benar atau tidak, saya tidak tahu, karena itu keisengan kawan-kawan senior biar kami per­caya diri di lapangan,” ujarnya. Terjun di Dunia Politik Setelah lulus Kuliah, Anam membuka usaha di bidang IT. Ia membuat sebuah CV bernama Nirwana Indo Perkasa yang ber­lo­ kasi di depan Telkom. Usaha tersebut ber­ja­ lan cukup lama sebelum akhirnya pada ta­ hun 2012, karena kesibukannya di aktivitas po­litik, usaha tersebut ditutup. “Waktu itu, sa­ya dipercaya menjadi Ketua Koordinator JPPR (Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rak­yat) Kota Surabaya dan Koordinator Ad­­ ministrasi JPPR Provinsi Jawa Timur, itu se­ per­ti pemantau pemilu,” ungkapnya. Kiprah Anam di dunia politik makin mon­ cer. Tahun 2004, ia dipercaya sebagai ko­or­ di­ nator utama JPPR untuk kota Surabaya yang membawahi 2200 relawan. Ia juga

BIODATA SINGKAT am, S.Pd NAMA: Choirul an L LAHIR: TEMPAT TANGGA 1978 i Pasuruan , 16 jun Wiyung ta ma ALAMAT: Per rabaya Su 34 v. Ka Regency KHIR: RA TE N AA RJ PEKE Timur wa Komisioner KPU Ja 19 20 14 Masa Bakti 20 hir: Pendidikan Terak sa Jepang ha Ba n ika did S1 Pen Surabaya Universitas Negeri MOTTO HIDUP: ama Bermanfaat bagi ses n pun. pa ka n da n pu dimana

di sisi lain ia bangga karena meskipun ber­ la­ tar sarjana pendidikan bahasa Jepang, ia bisa menjadi komisioner KPU. “Kalau di­ runut dari sekarang, saya merupakan sa­tusatunya alumni Unesa di Jawa Timur yang jadi komisioner. Di provinsi lain tidak ada anggota KPU yang bergelar sarjana pen­di­di­ kan,” ungkapnya. Mengenai pilihan terjun di dunia politik, Anam mengatakan bahwa lahan mengabdi tid­ak selalu harus di dunia pendidikan. Di­ ma­napun setiap orang bisa mengabdi dan membagikan ilmu kepada orang lain. Ter­ masuk pilihannya mengabdi sebagai ang­ go­ta KPU. “Di manapun saya berada, saya bi­sa membanggakan almamater saya yaitu Uni­ versitas Negeri Surabaya,” pungkasnya. (RUDI UMAR)

me­ngemban amanah sebagai Koordinator Administrasi JPPR Jawa Timur. Nyaris, pada ta­hun 2004 ia sudah langsung terjun dalam pro­ses-proses demokrasi. Sewaktu ada pendaftaran anggota ko­ mi­­sioner Kota Surabaya, Anam tertarik ikut men­daftar. Ternyata, ia tidak lolos karena ter­kendala usia yang belum mencukupi usia mi­nimum. Saat itu, usia Anam baru 26 tahun, pa­dahal persyaratannya harus berusia 28 ta­ hun. Pada periode ta­ hun 2009, ia kem­bali men­daf­ tar­ kan diri, dan a­khirnya berhasil lo­ los menjadi anggota ko­­misioner KPU Kota S­u­­rabaya. Awal mula di KPU, Anam merasa se­ perti orang asing. Ia sama sekali tidak me­nemukan ka­wanka­ wannya di Unesa. Ke­ banyakan, di KPU ba­nyak berasal dari Uni­ ver­sitas Bra­wi­jaya, dan Universitas Airlangga yang ber­la­tar belakang ju­rusan ilmu politik atau il­mu hukum. Barangkali, ia adalah anggota KPU satusatunya yang ber­gelar sarjana pen­di­dikan. Di satu sisi, ia merasa sendirian namun Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA

| 17


LENSA UNESA

RAPAT TERBUKA

SENAT UNESA

S

ebagai bagian dari rangkaian aca­ ra menyambut Dies Natalis ke-50 Unesa, Rapat Terbuka Se­ nat Universitas Negeri Surabaya di­ge­lar pada Selasa, 23 Desember 2014. Da­lam rapat tersebut, peserta yang ha­dir tidak hanya para pejabat Unesa me­lainkan juga dosen, pegawai, dan ma­ha­siswa. Beberapa buku karya Unesa pun diluncurkan sebagai bagian dari buk­ ti komitmen Unesa sebagai Pusat Ge­ rakan Literasi. Di tengah-tengah acara, ada orasi ilmiah dari Didik Nurhadi, M.Pd., M.A., Ph.D. dengan tajuk orasi “Ka­rakteristik Teks Argumentatif Ba­ha­ sa Jepang”. (SYAIFUL/SURYO)

18 |

S

DIALOG UNESA DI TVRI

enin, 29 Desember 2014, Unesa meng­gelar acara Dialog Khusus di TVRI. Empat narasumber dari Unesa hadir dalam dialog khusus tersebut. Me­ reka adalah Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rek­ tor), Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (Pembantu Rek­tor I), Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (Pem­ bantu Rektor II), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt. (Pembantu Rektor IV). Selain keempat narasumber, beberapa

MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015

to­koh Unesa lain juga hadir, di antaranya Dr. Ketut Praseto, M.S. (Pembantu Rektor III), Dr. Suyatno, M.Pd. (Kepala Humas Unesa), dan Dr. Djuli Djatiprambudi (Kajur Seni Rupa). Acara yang dimoderatori pre­ senter kawakan Iwan Twana Kotta itu membicarakan mengenai berbagai pro­ gres Unesa selama 50 tahun berdiri serta berbagai program yang akan dilaksanakan ke depan. (SYAIFUL/SANDI)


LENSA UNESA

PEMILIHAN

DEKAN SE-UNESA

S

eluruh fakultas yang ada di Unesa meng­gelar polling penjaringan as­pi­ ra­si mahasiswa, karyawan, dan dosen untuk pemilihan dekan periode 2015— 2019, Senin (26/1/2015). Dalam peraturan yang telah ditetapkan, minimal ada tiga bakal calon dekan yang harus diajukan oleh masing-masing fakultas. Namun, hanya ada dua orang sebagai calon yang ditetapkan melalui rapat senat fakultas dan diajukan kepada rektor. (SYAIFUL/KHUSNUL)

LEMBAGA JEPANG

BERI MASUKAN

ECO-CAMPUS UNESA

P

rog­ram Eco-Campus yang diga­ lakkan oleh Unesa dilirik oleh lembaga pemerintahan da­ ri Jepang. Tiga orang perwakilan da­ ri Kitakyushu City Government, En­ viron­mental Bureau, Jepang hadir ke Unesa pada Senin (2/2/2015). Mereka adalah Naoki Matoshima, Ogata Shinichi, dan Seiichiro Ayabe. Rektor Unesa Prof. Dr. Warsono, M.S. berserta Tim Eco-Campus Unesa menjelaskan berbagai program yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan di lantai dua Gedung Rektorat Unesa. Sementara Pem­bantu Rektor IV Unesa Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt. menjadi penerjemah dalam pertemuan terse­ but. (SYAIFUL)

Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA

| 19


KOLOM REKTOR

ECO-CAMPUS UNTUK UNESA Bertolak dari asumsi bumi sebagai eko­sistem, Unesa membuat program eco-campus untuk mendukung kehidupan di kam­ pus. Kampus sebagai tempat pa­ra civitas akademika dalam men­jalankan tri dharma perguruan tinggi, perlu ditata agar men­jadi tempat yang nyaman, indah, dan ramah, sehinggga peng­huni kampus me­rasa betah beraktivitas. Dengan de­mi­ ki­an, ki­nerja seluruh civitas bisa ditingkatkan.

H

anya ada satu bumi yang selama ini bisa ditempati oleh manusia. Bu­ mi yang hanya satu tersebut bu­kan hanya sebagai tempat ting­ gal tetapi juga menghidupi seluruh makhluk yang menempati. Bumi memiliki sistem ke­ hi­ dupan, yang melibatkan seluruh unsur yang ada yaitu: benda mati, tumbuhan, bi­natang, dan manusia. Sebagai satu sis­ tem (ecosistem), ada keterkaitan dan ke­ter­­ gantungan antara unsur-unsur yang ada dan berlaku hukum kausalitas (sebab aki­ bat). Masing-masing unsur mengemban fung­ si tertentu dan bekerjasama untuk men­ du­ kung suatu kehidupan. Semua yang ada di bumi, memiliki peran dan fungsi dalam menjaga kelangsungan ke­hidupan. Kita sering melihat bagaimana sis­tem kehidupan melalui berbagai program di layar televisi. Ada rantai kehidupan yang me­ libatkan berbagai unsur, seperti rantai ma­kanan, yang pernah diajarkan di sekolah me­nengah. Misal, padi – tikus – ular – elang. Atau, rumput – kijang – harimau – bakteri – tanah – rumput lagi. Artinya tanah yang su­bur akan ditumbuhi banyak rumput. Rum­ put dimakan kijang, sehingga kijang bisa berkembang biak dengan baik. Kijang-ki­jang tersebut kemudian akan dimakan oleh ha­ri­ mau. Dan ketika harimau mati akan diurai oleh bakteri untuk menyuburkan tanah. Kita juga tahu bahwa fungsi pohon (ta­ naman), selain menghasilkan oksigen, me­ na­han banjir, juga melindungi dari sinar ma­ tahari. Fungsi pohon bisa kita rasakan lang­ sung. Ketika kita berada di bawah pohon pa­da siang hari yang panas terik. akan terasa

20 |

te­duh dan segar. Tetapi coba rasakan kalau pa­da siang hari yang panas, tidak ada pohon akan semakin terasa panas. Manusia sebagai bagian dari alam, juga ter­ ikat oleh hukum alam. Manusia tidak akan bisa hidup tanpa ada makhluk yang lain, tanah, tumbuhan, dan binatang. Dalam po­ sisi rantai makanan, manusia memang berada pada puncak, karena manusia makan apa saja (carnifora). Manusia bisa makan tum­buhan dan daging. Berbeda dengan ha­ ri­mau yang hanya bisa makan daging, dan ga­jah yang hanya bisa makan tumbuhan. Bahkan di antara penghuni bumi yang di­­beri “amanah” untuk menjadi pengelola ada­ lah manusia, sebagai Khalifatullah fil Ardli. Manusia diberi amanah untuk me­man­ fa­atkan segala yang ada di alam dengan tetap menjaga kelestarian fungsinya ma­ sing-massing. Sayangnya tidak semua ma­ nusia memahami dan menyadari ama­nah tersebut. Sebagian manusia justru meng­ eksploitasi sumber daya yang ada, tanpa memelihara dan menjaga ke­les­tarian fung­si­ nya. Tindakan tersebut da­pat meng­gang­gu fungsi ecosistem dan menimbulkan ke­ru­sa­ k­an lingkungan hidup. Betapa berat beban yang ditanggung oleh bumi, karena jumlah manusia yang ting­gal semakin tahun semakin ber­tam­bah, dan mereka secara terus menerus meng­eks­ ploitasi sumber daya yang terkandung di dalamnya untuk memenuhi kebutuhan ma­ nusia yang juga terus bertambah. Se­men­ta­ ra bumi tidak bertambah luas dan sumber da­ya yang dimiliki semakin berkurang ka­re­ na terus dieksploitasi manusia. Tidak se­mua

MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015

Oleh Prof. Warsono manusia tahu bahwa bumi memiliki ke­ mam­puan daya dukung yang terbatas, dan ti­dak semua sumber daya yang dimiliki bisa mem­perbarui diri. Ada sumber daya alam yang bisa diperbarui, seperti hutan, tetapi ada juga sumber daya alam yang tidak bisa diperbarui, se­ perti minyak bumi. Sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui tersebut, akan ha­bis jika terus dieksploitasi, dan jika sudah ha­bis, maka manusia akan kehilangan. Di sisi lain, manusia juga terlalu rakus dalam meng­eksploitasi sumber daya alam yang bisa diperbarui. Akibatnya sumber daya tersebut juga mengalami penurunan dan kerusakan, sehingga kemampuan daya du­kungnya juga menurun. Di sisi lain, manusia juga terus me­nam­ bah beban bumi, sebagai akibat dari perilaku yang egois. Menusia memandang bumi se­ bagai objek untuk memenuhi kepuasan hi­ dup, dengan memenuhi segala kebutuhan yang tidak pernah habis. Kebutuhan manusia te­rus diciptakan oleh kaum kapitalis melalui ik­lan-iklan, sehingga Herbert Marcuse me­ nye­but dengan kebutuhan semu, yaitu ke­ bu­tuhan yang terus menerus diciptakan tan­ pa menyadari bahwa sebenarnya dia tidak se­dang membutuhkan. Di antara kebutuhan ter­sebut adalah kebutuhan biologis (ma­ kan, minum, rumah, seks dan lainya), ke­ butuhan sosial (harga diri, prestise). Ke­ bu­­tuhan biologis, secara kuantitas ada ba­ tas­nya, misal makan satu hari tiga kali atau be­ rapa kilo beras, tetapi secara kualitas te­rus berkembang. Makan tidak lagi dilihat da­ ri kuantitas, tetapi kualitas, makan di ma­na. Begitu juga rumah, bukan lagi se­


KOLOM REKTOR ba­ gai tempat berlindung dari panas dan hu­jan, tetapi sudah menjadi simbol status so­sial. Pemenuhan kebutuhan yang terus meningkat dari segi kuantitas maupun kua­ litas menimbulkan tekanan kepada daya du­ kung bumi. Contoh perilaku yang menambah beban be­rat bumi adalah perilaku membuang sam­ pah di sembarang tempat, dan tidak me­la­ku­ kan pemisahan antara sampah organik dan anorganik seperti plastik. Sampah-sampah organik bisa diurai oleh bumi, meskipun ju­ga membutuhkan waktu yang lama, jika jumlahnya besar. Sedangkan sampah plas­tik tidak mudah diurai oleh bumi. Untuk meng­ urai sampah plastik membutuhkan wak­tu ratusan tahun. Tanpa disadari, kita te­ lah merusak dan melemahkan daya dukung b­u­ mi yang hanya satu-satunya tempat untuk ma­nusia hidup selama ini. Jika bumi semakin ru­sak dan daya dukungnya semakin lemah, maka kita tinggal menunggu datangnya kia­ mat. Sebagai khalifatullah fil ardli, manusia di­beri “kewenangan” untuk mengelola bu­ mi, namun manusia tetap merupakan ba­gi­ an dari alam, yang terikat oleh hukum alam (Allah). Hubungan manusia dengan bu­mi (lingkungan alam), berkorelasi positif. Ar­ ti­nya semakin baik perilaku kita terhadap alam, alampun semakin “ramah” terhadap ki­ta. Tetapi sebaliknya, semakin buruk pe­ rilaku kita terhadap alam, alam juga se­ ma­kin “garang” terhadap kita. Lihat aja ke pantai, kalau kita menganggap bahwa pan­ tai sebagai bak sampah dan kita terus me­ nerus membuang sampah ke laut, ma­ ka untuk sementara sampah-sampah itu akan “ditelan” laut, tetapi jangan lupa bah­ wa sampah tersebut akhirnya akan “di­mun­tah­ kan” kembali ke pantai. Begitu juga kalau kita meng­anggap sungai sebagai WC dan kita buang air besar ke sungai, maka kita akan me­ nerima akibatnya, dengan minum air yang kotor, yang kita cemari sendiri. Bahkan ke­tika sungai itu dipakai untuk mengaliri sa­ wah, maka padi yang diairi dengan air yang ko­tor, rasanya tidak seenak padi yang diairi de­ngan air yang bersih. Bertolak dari asumsi bumi sebagai eko­sistem, Unesa membuat program ecocampus untuk mendukung kehidupan di kam­pus. Kampus sebagai tempat aktivitas pa­ra civitas akademika dalam menjalankan tri dharma perguruan tinggi, perlu ditata agar menjadi tempat yang nyaman, indah, dan ramah, sehinggga penghuni kampus

me­rasa betah beraktivitas. Dengan demikian, ki­nerja seluruh civitas bisa ditingkatkan. Program eco-campus juga dimaksudkan un­tuk membantu mengurangi beban ling­ kungan, dan meningkatkan daya du­ ku­ nganya. Program eco-campus di antaranya ada­ lah penanaman hutan kampus, pe­ na­ taan lingkungan, pengelolaan limbah, peng­ he­matan air dan listrik, sehingga kampus men­jadi tempat yang “ramah”. Penanaman hu­tan kampus dimaksudkan sebagai hu­tan pendidikan dan sekaligus konservasi tum­ buhan langka. Di area yang disediakan se­

Surabaya se­ bagai kota industri dengan populasi yang sudah mencapai sekitar 2,8 juta, de­ngan tingkat kepadatan mencapai 8.000 per­ki­lo­me­ter perlu dukungan suplai oksigen dari tum­buhan. kitar 4 ha akan ditanami pohon-pohon lang­ ka, sehingga masyarakat, dan khususnya pa­ra pelajar bisa mengenal secara langsung po­hon-pohon yang hanya dikenal namanya lewat buku. Hutan tersebut sekaligus juga akan ber­ fungsi sebagai paru-paru kota. Surabaya se­ bagai kota industri dengan populasi yang sudah mencapai sekitar 2,8 juta, de­ ngan tingkat kepadatan mencapai 8.000 per­ki­lo­ me­ter perlu dukungan suplai oksigen dari tum­buhan. Jumlah tanaman yang semakin ber­kurang akan berpengaruh terhadap suhu udara, Oleh karena itu, dengan penanaman hu­tan kampus diharapkan akan membantu mensuplai oksigen dan sekaligus me­ngu­ rangi suhu udara di kota Surabaya. Selain penanaman hutan kampus, pro­ gram ecocampus juga melalukan peng­he­ matan air dan listrik. Sebagai sumber ke­hi­ du­pan jumlah air tetap, hanya bentuk dan kua­litasnya bisa berubah. Air bisa berbentuk pa­dat (es), cair, dan gas (uap). Kualitas air bisa bersih dan kotor atau tercemar. De­

ngan jumlah penduduk yang semakin me­ nig­kat kebutuhan air bersih juga semakin me­ningkat. Namun, jumlah air bersih justru se­makin menurun, akibat dari perilaku ma­ nu­sia. Manusia terus menerus mencemari air dengan membuang limbah industri ata­u sampah langsung ke sungai. Stok air ber­sih juga semakin berkurang sejalan de­ ngan banyaknya penebangan hutan atau po­hon. Dengan semakin berkurangnya hu­ tan sumber mata air bersih juga semakin ber­ kurang. Banyak sumber-sumber mata air yang mulai mengering, sementara su­ ngai sebagai bahan baku air minum se­ma­ kin tercemar oleh limbah pabrik dan ru­mah tinggal. Di sisi lain, kita masih boros da­lam penggunaan air. Oleh karena itu, peng­he­ ma­tan air dan pendaurualangkan air harus di­lakukan untuk menjaga kelangsungan ke­ hi­dupan ke depan. Sikap boros masyarakat unesa bukan ha­nya dalam air, tetapi juga dalam peng­ gunaan listrik. Kita belum terbiasa meng­ gu­nakan listrik sesuai dengan kebutuhan. Ke­ pe­ dulian civitas akademika unesa ter­ ha­ dap penghematan listrik masih sangat ren­dah. Ba­nyak ruangan yang lampu dan AC-nya tetap menyala, meskipun su­ dah tidak digunakan. Kebiasaan untuk me­ma­ ti­kan lampu dan AC setelah tidak dipakai be­lum tumbuh. Bahkan ada fakultas yang me­nyalakan semua lampu, termasuk lam­pu taman pada malam hari. Mungkin si em­pu­ nya berpandangan bahwa dengan lampu yang menyala menjadi indah. Padahal pa­ da malam hari kampus tidak difungsikan un­tuk kegiatan Tri Dharma. Hal yang sama ju­ga terjadi pada penggunaan air. Ini jelas me­rupakan bentuk pemborosan karena ta­ gi­han listrik dan air di Unesa setiap bulan sa­ngat besar. Oleh karena itu, penghematan air dan listrik menjadi bagian dari program eco-campus, agar dana yang ada bisa di­man­ faatkan untuk investasi, membangun yang lain. Sudah tentu program eco-campus, ti­ dak akan berhasil, kalau tidak didukung oleh kesadaran seluruh civitas akademika Unesa. Program eco-campus sebenarnya ju­ga program untuk mendidik diri kita sen­ diri, bahwa kita sebagai bagian dari alam, yang terikat oleh hukum alam yaitu hukum kausalitas. Program eco-campus juga di­ mak­sudkan untuk menyadarkan tugas kita se­bagai khalifatullah fil ardli, yaitu menjaga ling­kungan agar tetap bisa mendukung ke­ hi­dupan di muka bumi. Semoga kita semua men­jadi sadar akan arti kehidupan. amin . n

Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA

| 21


KABAR PRESTASI

INOVATIF: I Made Arsana bersama alat optimasi penukar panas hasil ciptaannya. [ANDIN}

I Made Arsana S.Pd, MT, sang Sosok Dosen Inovatif

CIPTAKAN ALAT OPTIMASI PENUKAR PANAS

Prestasi membanggakan ditorehkan dosen Unesa, I Made Arsana, S.Pd, MT. Dosen jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik itu berhasil menciptakan sebuah alat optimasi penukar panas jenis pembuluh dan kawat berseling tunggal. Atas prestasi itu, ia pun diganjar penghargaan peneliti berprestasi dalam Dies Natalis Unesa ke-50 beberapa waktu lalu.

A

lat yang ditemukan I Made Ar­ sana merupakan hasil pe­ ne­ li­tian disertasi studi S3 di ITS Ju­rusan Teknik Kimia. Un­tuk p­enelitian itu, Made, demikian panggilan ak­ rabnya, menghabiskan waktu selama ku­rang lebih satu tahun. Dalam ringkasan pe­nelitian disertasinya, disebutkan bahwa alat penukar panas jenis pembuluh dan ka­ wat tersebut terdiri atas pembuluh (tube) yang dibuat berlekuk-lekuk, dengan ka­wat (wire) yang dipasang lekat pada kedua sisinya dalam arah normal pada

22 |

pembuluh. Pada umumnya, penukar panas meng­ gu­nakan susunan kawat inline (simetri) di antara kedua sisinya, sedangkan da­ lam penelitian yang dilakukan Made meng­ gunakan susunan kawat staggered (ber­sel­ ing). Susunan model kawat berseling ter­ sebut akan menurunkan tahanan per­pin­ dahan panas konveksi. Usaha yang di­la­ kukan Made di bidang alat pendingin, ba­ nyak diarahkan untuk mengembangkan de­sain baru pada bagian tertentu yang nantinya memberikan efek pada pe­ning­

MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015

katan kemampuan penukar panas dan me­ ngurangi penggunaan bahan kons­ truk­si alat. “Penelitian ini akan melakukan op­ ti­ masi terhadap penukar panas je­ nis pem­buluh dan kawat untuk me­ning­kat­ kan kapasitas penukar panas (laju per­ pindahan panas) dan mengurangi mas­sa penukar panas,” tulis Made dalam ring­ka­ san disertasinya. Lebih jauh disebutkan, sistem yang di­tinjau dalam penelitian adalah penukar pa­nas dengan tinggi 445 mm, lebar 431


KABAR PRESTASI mm, diameter luar pembuluh 4,8 mm, dia­ meter dalam pembuluh 3,2 mm, dan ja­rak antarpembuluh 40 mm. Simulasi meng­ gu­nakan metoda finite element dengan bantuan program MATLAB, dimana se­bu­ ah penukar panas dibagi menjadi be­be­ra­ pa unit elemen. Setiap elemen pemodelan terdiri dari sebuah pembuluh (tube) sepanjang pith ka­wat (pw) dan sebuah kawat sebagai fin se­ panjang pitch pembuluh (pw). Panas yang dilepaskan oleh setiap elemen ada­ lah Qele, dan selanjutnya penjumlahan se­mua Qele merupakan panas total yang di­pindahkan oleh penukar panas (Qtotal) atau disebut kapasitas penukar panas. Validasi dilakukan dengan mem­ban­ ding­kan temperatur permukaan elemen pe­modelan dengan hasil eksperimen, pe­ nukar panas dengan fluida kerja mi­nyak (oli) thermo 22 dioperasikan pada kon­disi normal (konveksi bebas) dengan va­riasi suhu fluida masuk yaitu 60°C dan 70°C, serta suhu lingkungan 30°C. Dis­ tri­ busi temperatur permukaan penukar pa­ nas diperoleh dengan pemasangan ther­mo­ kopel pada 9 titik unit elemen, dan di­va­li­ dasi dengan memetakan alat infrared ther­ mo­graphy. Optimasi dilakukan dengan me­toda Hooke-Jeeves, yang bertujuan

BIODATA SINGKAT NAMA: d, MT I Made Arsana, S.P JABATAN: Lektor Kepala Lahir: Tempat Tanggal sember 1967 Denpansar, 28 De H: MA ALAMAT RU Bambe BT Perumahan Bukit k esi Gr o rej iyo 20 Dr IKAN: RIWAYAT PENDID Teknik rta ka • S1 UNY Yogya f Otomoti Teknik Mesin • S2 ITS Surabaya Teknik Kimia • S3 ITS Surabaya

untuk mengoptimalkan geometri penukar panas terutama pada bagian diameter (dw) dan jarak antar kawat (pw) sehingga di­peroleh perbandingan antara kapasitas dan massa penukar panas yang optimal. Model yang dikembangkan untuk mem­­presentasikan korelasi perpindahan pa­nas pada penukar panas jenis pembuluh dan kawat berseling tunggal yaitu satu ele­men penukar panas yang terdiri dari se­buah tube sepanjang pitch kawat dan sebuah kawat sepanjang pitch pembuluh ter­nyata valid. Validasi dilakukan dengan pen­dekatan parameter suhu elemen pada 9 titik termokopel dengan persentase error di bawah 5% antara hasil eksperimen dengan hasil pemodelan. Faktor optimasi (fref ) maksimal diperoleh saat diameter wire (dw) sama dengan 0,8 mm dan jarak antar wire (pw) sebesar 7 mm dengan nilai fref = f / f0 = 1.2976. Prototipe Penukar panas Made menjelaskan, tujuan pe­ ngem­ ba­ngan teknologi tersebut adalah untuk pro­ totipe penukar panas yang optimal. Yaitu optimasi terhadap kapasitas penukar pa­nas jenis pembuluh dan kawat dengan menggunakan metode Hook-Jeeves yang dikombinasi dengan analisis thermal boun­dary layer, sehingga diperoleh per­ ban­ dingan kapasitas terhadap massa penukar panas yang optimal dengan mem­ variasi parameter geometri yang telah ditentukan. “Tujuan alat ini adalah

un­tuk mengoptimalkan energi panas yang ber­ lebih, agar tidak terbuang percuma, de­ngan cara mengkonversi” ungkapnya. Sebelumnya, Made telah me­ ngem­ bang­kan alat serupa bernama Pradeep Ku­ mara namun dengan menggunakan mo­ del yang berbeda. Ia melakukan optimasi ter­hadap domestic condenser yaitu mo­del NST200 dengan menggunakan mo­ del yang telah dikembangkan oleh Tag­liafi­ co dan Tanda yang bertujuan untuk me­ ningkatkan perpindahan panas dan me­ ngurangi biaya pembuatan condenser. Berangkat dari beberapa penelitian ters­ebut, Made dalam penelitiannya kali ini melakukan kajian baru berupa susunan ka­wat yang tidak simetri (single staggered configuration) di antara kedua sisi penukar pa­nas. Dengan posisi kawat berseling ter­ sebut maka tidak akan terjadi fenomena ber­ impitnya lapisan batas panas akibat dari posisi kawat yang saling berhadapan di antara kedua sisi penukar panas. Se­lan­ jutnya hampir semua peneliti dalam me­ la­ kukan optimasi, belum memasukkan va­riabel spasi (pitch) kawat optimal ber­ da­sarkan analisis thermal boundary layer se­bagai studi pendahuluan. Beranjak dari pemikiran itu , menurut Ma­de, optimasi terhadap penukar panas jenis pembuluh dan kawat dengan meng­ gunakan desain kawat berseling tung­gal (single staggered wire and tube heat exchanger) perlu dilakukan untuk men­dapatkan desain yang optimal. De­ sain optimal dimaksudkan adalah un­ tuk mencapai kinerja penukar panas se­ maksimal mungkin dengan peng­ gu­ na­ an material fabrikasi yang seminimal mungkin. Dan, hasil penelitian ini bisa di­aplikasikan pada lemari es. “Selain op­ ti­mal, cara ini juga lebih efisien, sehingga alat ini lebih murah,” ujar Dosen kelahiran Denpasar tersebut. Dosen alumnus UNY itu berharap ha­ sil penelitian dapat memberi masukan teknologi kepada pihak industri dalam me­ ran­cang penukar panas jenis pembuluh dan kawat yang optimal. Made berharap hasil penelitian tersebut bermanfaat ba­gi industri dan juga pihak-pihak yang me­ ngem­bangkan lainnya. (ANDINI)

Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA

| 23


ARTIKEL WAWASAN

TAMAN BACAAN perlu disediakan di sekolah-sekolah dan tempat strategis lainnya agar siapa pun bisa mendapatkan buku bacaan.

MERAYAKAN LITERASI DI SEKOLAH OLEH Pratiwi Retnaningdyah

Menteri Pendidikan dan Ke­­budayaan Anies Bas­we­­ dan me­nya­takan kon­­disi pendidikan su­dah gawat darurat. Salah satu kon­disi kro­nis adalah rendahnya ke­mam­puan literasi siswa. In­do­nesia ber­ada di peringkat 42 dari 45 negara pe­serta dalam asesmen Progress Inter­ national Reading Literacy Stu­dy (PIRLS) 2011.

24 |

S

ementara itu, ke­mam­puan li­te­ rasi membaca siswa da­lam tes Pro­ gramme for International Stu­dent Assessment (PISA) 2013 me­nempatkan In­donesia pada posisi hampir bun­ cit, 64 dari 65 negara peserta. Ha­sil PIRLS dan PISA yang amat rendah da­lam bidang literasi ini seharusnya mem­buat pendidikan kita bangun dari mati suri. Keputusan Anies Baswedan untuk mem­batalkan Kurikulum 2013 perlu disambut baik. Pilihan kembali ke kuri­ kulum 2006 (sebagai penyempurnaan kurikulum 2004) haruslah dilihat seb­ agai momen yang pas. Dengan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidi­ kan (KTSP), sekolah perlu mengambil langkah strategis, yakni dengan me­ masukkan program literasi di sekolah masing-masing.

MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015

Mengapa literasi? Di jaman serba di­gital sekarang ini, literasi tidak lagi hanya dimaknai sebagai serangkaian ketrampilan. UNESCO sendiri sudah mengubah haluan pemberdayaan lit­ erasi dari pemberantasan buta aksara menjadi pembangunan budaya literat (Global Report on Adult Learning and Education, 2013). Fokus pengemban­ gan literasi tidak lagi pada apa man­ faat literasi bagi manusia, namun leb­ ih pada apa yang bisa dilakukan ma­ syarakat dengan literasi. Bagaimana literasi diperoleh dan dimanfaatkan menentukan tingginya ‘harga’ literasi bagi penggunanya. Pembangunan budaya literat be­ rarti bahwa literasi sudah saatnya dipandang sebagai praktik sosial. Di negara-negara maju dan berbudaya literat, literasi sudah menjadi bagian


dalam kehidupan sehari-hari. Mudah saja melihat bedanya. Orang baca buku dengan tenang di ruang pub­ lik sudah jamak di negara berbudaya literat, sementara masyarakat kita ma­ sih suka menghabiskan waktu untuk ngobrol atau menonton televisi. Pen­ ulis adalah orang yang kesekian yang menyatakan hal yang sama. Namun gerakan sepenting program literasi memang harus didengungkan terusmenerus dan direalisasikan dalam ke­ hidupan sehari-hari. Kota Surabaya sudah menunjukkan tekadnya untuk membudayakan literasi di sekolah. Pencanangan Su­ra­baya Kota Literasi pada bulan Mei 2014 menjadi tonggak Surabaya menjadikan gerakan literasi secara resmi. Spanduk ‘Surabaya Kota Literasi’ juga dipasang di gerbang sekolah.. Lalu bagaimana sebenarnya kesiapan se­ko­lah dalam mengembang­ kan program literasi? Sekolah memiliki peran yang amat penting dalam menanamkan budaya literat pada anak didik. Untuk itu tiap sekolah tanpa terkecuali harus mem­ berikan dukungan penuh terhadap pengembangan literasi. Di sekolah den­ gan budaya literasi yang tinggi, siswa akan cenderung lebih berhasil, dan guru lebih bersemangat mengajar. Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengemban­ gan budaya literat, Carol S. Beers dkk dalam buku A Principal’s Guide to Literacy Instruction (2009) memberikan beberapa strategi untuk menciptakan iklim literasi yang positif di sekolah. Lingkungan fisik ramah literasi. Lingkungan fisik adalah hal perta­ ma yang dilihat pengunjung. Pada dasarnya, lingkungan fisik haruslah ramah dan kondusif untuk pembe­ lajaran. Sekolah yang mendukung pengembangan budaya literasi bisa dilihat dari beberapa kondisi ini: karya siswa dipajang di seluruh penjuru sekolah, termasuk koridor dan kan­ tor kepala sekolah dan guru. Karyakarya siswa diganti secara rutin, un­ tuk memberikan kesempatan pada semua kelas untuk menjadi perhatian.

"

ARTIKEL WAWASAN

Program pengembangan literasi sekolah akan bisa dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan berkelanjutan bila ada kolaborasi antara berbagai institusi terkait. Perlu ada kerja sama antara sekolah dengan perguruan tinggi dan perpustakaan kota/ daerah. ”

Selain itu, buku dan bahan bacaan lain dengan mudah didapat di pojok baca di semua kelas, kantor, dan ruang lain di sekolah. Kantor kepala sekolah idealnya juga memajang karya siswa dan buku-buku bacaan anak. Ruang pimpinan dengan pajangan karya siswa akan memberikan kesan positif tentang komitmen sekolah terhadap pengembangan budaya literat. Lingkungan sosial dan afektif. Seko­ lah dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh komponen sekolah. Ini bisa dibentuk dengan cara pembe­ rian pengakuan atas pencapaian siswa sepanjang tahun. Di sekolah di luar neg­ eri, pemberianachievement award setiap minggu pada saat assembly (upacara) sudah rutin dilakukan. Prestasi yang diakui tidak hanya akademik, namun juga sikap dan upaya siswa. Dengan demikian, setiap anak punya kesempat­ an untuk memperoleh penghargaan sekolah. Selain itu, literasi juga dirayakan selama tahun pelajaran berlangsung. Ini bisa direalisasikan dalam bentuk festival buku, lomba poster, mendongeng, kar­ naval tokoh buku cerita, dan sebagainya. Pimpinan sekolah harus mengambil peran aktif dalam menggerakkan litera­ si. Yang bisa dilakukan antara lain adalah membangun budaya kolaboratif antar

guru dan staf sekolah. Dengan demikian tiap orang bisa terlibat sesuai kepakaran masing-masing. Peran orang-tua seb­ agai sukarelawan dalam program literasi akan semakin memperkuat komitmen sekolah dalam pengembangan budaya literat. Lingkungan akademik. Lingkungan fisik dan sosial akan bisa dibangun bila lingkungan akademik tercipta. Ini bisa dilihat dari perencanaan dan pelak­ sanaan program literasi di sekolah. Pimpinan sekolah bisa membentuk tim literasi. Tim ini bertugas untuk mem­ buat perencanaan dan asesmen pro­ gram. Adanya tim literasi sekolah bisa memastikan terciptanya suasana aka­ demik yang kondusif, di mana seluruh anggota komunitas sekolah antusias untuk belajar. Sekolah harus memberi­ kan alokasi waktu yang cukup banyak untuk pembelajaran literasi. Salah sa­ tunya dengan menjalankan kegiatan membaca senyap selama 15-30 menit, minimal 3 kali seminggu. Waktu literasi ini sedapat mungkin tidak dikorbankan untuk kegiatan lain yang tidak perlu. Untuk menunjang kemampuan guru dan staf, kepada mereka perlu diberikan kesempatan pengembangan profes­ sional tentang literasi. Program pengembangan literasi sekolah akan bisa dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan berkelan­ jutan bila ada kolaborasi antara ber­ bagai institusi terkait. Perlu ada kerja sama antara sekolah dengan pergu­ ruan tinggi dan perpustakaan kota/ daerah. Perguruan tinggi perlu men­ jalankan fungsinya sebagai pusat ka­ jian literasi, dan perpustakaan kota/ daerah perlu melakukan aksi jemput bola dengan program-program lit­ erasi berbasis komunitas. Bila semua pihak turun tangan mengembangkan literasi, maka kita bisa merealisasikan mimpi mencapai masyarakat literat. *Penulis adalah peneliti kajian literasi, pengajar Universitas Negeri Surabaya, kandidat PhD the University of Melbourne.

Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA

| 25


JATIM MENGAJAR

SEMANGAT PENDIDIKAN: Tim Monev dan peserta Jatim Mengajar bersama anak-anak usia sekolah di Banyuwangi. [DOK LUTHFIYAH}

Monev Banyuwangi (Bagian 1)

MENUJU SUKAMADE, LEBIH BERAT DARI DAERAH 3T Siapa bilang pendidikan di Jawa Timur sudah merata? Buktinya, di daerah pelosok Banyuwangi masih ada daerah sangat memerlukan perhatian, khususnya dalam bidang pelayanan pen­di­ di­kan. Salah satu daerah tersebut kini ditempati oleh peserta Jatim mengajar hasil kerja sama YDSF dan Unesa dalam meningkatkan pendidikan di daerah terpencil. Berikut catatan monev Ja­tim Mengajar di Banyuwangi yang ditulis oleh Prof. Luthfiyah Nuerlaela, direktur P3G unesa yang telah melihat langsung ke lokasi.

M

inggu pagi, pukul 05.30. Mobil yang kami ken­da­ rai menembus jalanan yang masih sepi dan a­gak berkabut. Suami saya, Mas Ayik, pe­gang kemudi. Saya di sebelahnya, dan Bu Lucia (Dra. Lucia Tri Pangesthi, M.Pd), duduk di jok tengah. Mas Ayik ke­betulan sedang cuti, dan dengan se­nang hati dia bersedia menemani kami.

26 |

Tujuan kami adalah Banyuwangi. Se­­­benarnya tidak sampai Ba­nyu­ wangi. Menurut informasi dari ber­ ba­gai sumber, juga hasil browsing di in­ternet, kami cukup sampai ke Jajag, se­ buah kecamatan setelah Kalibaru, se­belum Banyuwangi. Dari sana, Desa Sa­rongan, tempat tugas Eko Sumargo, pe­serta Program Jatim Mengajar ang­ ka­tan kedua, jaraknya jauh lebih dekat di­banding bila dari Kalibaru atau Ba­

MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015

nyu­wangi. Eko Sumargo sendiri belum bi­ sa saya hubungi sampai detik ini, se­ jak dia ditugaskan lima bulan yang lalu. Tidak ada sinyal di tempat tu­ gas­ nya. Beberapa hari sebelum ka­ mi berangkat, saya berusaha un­ tuk kontak dia, hampir setiap ha­ ri. Berharap saya mendapatkan ke­ be­ run­ tungan, bisa menghubungi dia dan memberi tahu kalau kami akan


da­ tang mengunjunginya. Tapi tidak ber­hasil. Dia mungkin terdampar di ka­wasan dunia lain, hehe. Sekitar pukul 12.30 kami memasuki Ke­camatan Jajag. Dipandu oleh Mas Yanto, saudara Bu Yanti (Dr. Suryanti, M.Pd, PD 2 PPPG), kami menuju rumah Mas Yanto di Pesanggaran. Bu Yanti memang berasal dari Banyuwangi, se­ hingga saudaranya banyak tersebar di Kota Blambangan itu. Mas Yanto dan Mbak Rini, adalah suami istri yang ramah dan penuh per­ ha­tian. Sesuai dengan profesi mereka berdua, perawat dan bidan. Mereka ter­ biasa merawat dan membidani orang-orang dengan keramahan, ke­ pe­dulian, termasuk pada tamu-tamu seperti kami ini. Kami mengobrol dan berdiskusi ten­tang rencana perjalanan kami ke SDN 2 Sarongan. Sarongan adalah na­ ma desa. Sekolah itu sendiri ter­ nyata ada di Dusun Sukamade, sekitar empat jam dari Pesanggaran, dengan kondisi medan yang berat. Sukamade, kalau Anda pernah mendengar, merupakan tempat di mana menghampar Kawasan Taman Nasional Meru Betiri. Ya, yang terkenal dengan penangkaran penyu itu. Di sanalah sekolah yang akan kami tuju. Di tengah perkebunan yang konon sudah ada sejak zaman Belanda. Mas Yanto bertanya ke sana kemari kepada orang-orang melalui telepon, berkoordinasi untuk mendapatkan informasi tentang rute ke Desa Sarongan, dan bagaimana supaya kami bisa mencapai tempat tersebut. Beliau berdua sudah pernah ke sana, dan tahu betul seperti apa rutenya. Oleh sebab itu Mas Yanto berusaha untuk memastikan perjalanan kami akan aman dan lancar. Mas Yanto juga menghubungi seorang guru yang mengajar di SD 2 Sarongan, Pak Zamzuri, kebetulan rumah beliau ada di Kandangan, sebuah dusun di Desa Sarongan. Pak Zamzuri diminta untuk memandu kami menuju Sukamade. Juga menghubungi pemilik Land Rover

"

JATIM MENGAJAR

Perjalanan dari rumah Pak Zamzuri ke Sukamade adalah perjalanan yang penuh goncangan. Kami ter­l em­­p arlempar ke kanan-kiri, ke atas-ba­w ah. Juga diwarnai gerimis dan hujan deras. Kami kedinginan.”

yang akan kami sewa. Terios kami tak la­yak untuk menuju ke kawasan yang untuk mencapainya harus melalui medan yang ekstrim itu. Akhirnya, setelah mempertim­ bang­ kan berbagai hal, menyangkut jarak tempuh, kondisi medan, ken­ da­raan, dan cuaca, diputuskan kami be­rangkat siang ini juga. Sebenarnya yang kami rencanakan sebelumnya ada­lah, hari ini kami akan menginap di Pulau Merah, dan saat matahari mulai be­ ranjak menuju peraduan, kami akan berlari-lari kecil di sepanjang pan­tai. Baru besok paginya menuju

Sa­rongan. Ternyata itu bukan rencana yang tepat. Sama sekali tidak tepat. Jadi, “lupakan Pulau Merah”, kata saya pada Bu Lusi dan Mas Ayik. Setelah menikmati makan siang de­ngan menu ayam pedas, salah satu makanan khas Banyuwangi, dan salat Dhuhur Ashar jama’ takdim, kami bersiap. Dilepas oleh Mas Yanto dan Mbak Rini, berangkatlah kami pada sekitar pukul 14.30. Meninggalkan keramahan dan kehangatan di rumah besar itu. Mobil pun melaju, menuju Desa Sa­rongan. Ternyata untuk menuju ke sana, kami harus memasuki kawasan Perhutani PTP XII. Kami mengisi buku tamu di pos satpam, berfoto-foto sebentar, dan membeli kopi bubuk, namanya Kopi Lanang, di kafe di seberang pos satpam. Hutan rimbun dan hijau, penuh dengan pepohonan: karet, sengon, coklat, kopi, dan tebu. Juga bunga-bunga berdaun merah di sepanjang tepi jalan, kontras dengan warna hijau pepohonan dan warna hitam jalanan. Hanya sebentar saja kami ber­ken­ dara di jalan mulus. Setelahnya ada­lah jalan makadam. Beberapa kali ber­ papasan dengan mobii double gardan, mobil-mobil pribadi yang lain, bus

TRASNPORTASI KHUSUS: Mobil yang dimodifikasi khusus disewa untuk menjangkau lokasi Monev Jatim Mengajar di Banyuwangi. [DOK LUTHFIYAH} Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA

| 27


JATIM MENGAJAR wisata, dan sepeda motor. Kalau me­reka menuju jalan pulang setelah ber­wisata di Teluk Hijau (Green Bay), kami baru memulai perjalanan ‘wisata’ kami. Sekitar satu jam kemudian, sam­ pai­ lah kami di Dusun Kandangan, Desa Sarongan. Pak Zamzuri sudah me­nunggu di Balai Desa Kandangan. Se­ buah mobil ‘Land Rover’ (dengan tanda petik), sudah menunggu. ‘Land Rover’ itu sebenarnya adalah Jeep yang dimodifikasi sedemikian rupa, de­ngan penampilan serupa Land Rover (jauh sih sebenarnya....hehe). Tapi bagaimana pun, mobil itu lebih co­ cok untuk mengarungi jalanan me­nuju Sukamade, dibanding Terios ka­ mi, meski Terios kami adalah tipe adventure. Sekitar pukul 17.00, kami be­ rang­ kat. Drivernya, Pak Imam. Mas Ayik du­ duk di sebelahnya. Saya dan bu Lusi di jok tengah, bersama bagasi-bagasi ka­mi. Di belakang, di bak terbuka, pak Zamzuri dan Pak Tajudin. Pak Tajudin, pria berpostur kecil itu, adalah peserta Program Banyuwangi Mengajar, yang tugasnya juga di SD 2 Sarongan. Ke­ be­ tulan dia baru pulang mudik dari Ka­libaru, tempat tinggalnya, dan bisa bersama-sama kami menuju Su­ka­made. Pak Zamzuri hampir 5 tahun men­ ja­di guru PNS, sejak 2010. Penempatan pertama langsung di SDN 2 Sarongan. Lulusan dari Pondok Pesantren Blok Agung Darussalam, Kecamatan Te­ gal­sari, Banyuwangi. Lanjut D2 PGSD

Universitas Ibrahimi, Genteng. Lanjut lagi S1 BK di IKIP PGRI Jember. Beliau adalah guru kelas. Sudah sertifikasi. Perjalanan dari rumah Pak Zamzuri ke Sukamade adalah perjalanan yang penuh goncangan. Kami ter­lem­­parlempar ke kanan-kiri, ke atas-ba­ wah. Juga diwarnai gerimis dan hujan deras. Kami kedinginan. Air hujan masuk ke dalam mobil, tam­pias di mana-mana. Baju-baju kami sebagian basah. Sekitar dua jam ka­ mi mengarungi daratan yang naik tu­ run ber­ kelok-kelok dan berbatu-batu. Batu-batunya besarbesar, ‘pa­ting pringis’ di sana-sini. Sungguh, ini perjalanan yang cukup menguras ad­ renalin. Lihatlah jurangjurang me­nganga itu. Sedikit saja ‘Land Rover’ ini selip, bisa fatal akibatnya. Kami jadi ingat rute-rute di Sumba Timur dan daerah-daerah 3T yang lain. Benar apa yang diceritakan Mas Yanto tadi. Untuk mencapai Sukamade, medan yang harus ditempuh tidaklah ringan. Bahkan sangat berat. Saya sendiri tidak menyangka akan menempuh perjalanan dengan medan seberat ini. Ya, karena ini di Banyuwangi gitu lho. Masih di Pulau Jawa. Jawa Timur gitu lho. Tapi dalam kondisi apa pun, se­ perti biasanya, saya selalu me­ngan­ dalkan pikiran positif. Driver yang memegang kemudi ini, meski pe­ ra­ wakannya kecil, dia sudah sangat lihai dan hafal medan. Lagi pula, Allah akan selalu melindungi kami. Ka­ mi datang ke Sukamade dengan me­ nem­puh perjalanan penuh risiko ini dengan niat baik. Bersilaturahim, itu yang pertama. Melihat kondisi Eko Su­ margo, itu yang kedua. Melihat kon­disi pendidikan di Sukamade dan ber­ bagai permasalahannya, serta men­coba membantu menyelesaikan permasalahan yang ada. Mempelajari adat dan tradisi masyarakat setempat, mengeratkan persaudaraan dan ke­ cin­ taan serta kepedulian. Bismillah, FOTO DULU: Penulis bersama peserta Jatim Mengajar di penempatan. [DOK LUTHFIYAH}

28 |

MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015

in­syaallah Tuhan Yang Maha Pengasih akan memudahkan semuanya. “Pak Zam, kayaknya drivernya tidak terlalu berpengalaman nih.” Seloroh saya pada Pak Zam. “Coba lihat. Milih jalan saja nggak becus. Masak dari tadi lewat jalan nggronjal-nggronjal terus.” Pak Imam, driver yang ramah dan sopan itu tertawa. “Mboten wonten dalan alus, Bu...”, katanya. Tiba di Desa Sukamade saat adzan maghrib berkumandang. Eko Sumargo, menyambut kami dengan penuh suka cita dan sangat surprised. Dia tidak menyangka kami akan datang, ya, karena tidak ada kabar apa pun yang dia terima tentang rencana kedatangan kami. Begitu pula, kami juga tidak bisa memberikan kabar apa pun pada dia. Sukamade adalah tempat yang terisolir, tidak ada sinyal, kecuali di sebuah tempat di bibir sungai, yang jaraknya sekitar satu kilometer dari mess guru, tempat tinggal Eko. Hujan turun terus dengan deras, dan semakin deras. Kami singgah di rumah Kepala Sekolah. Kebetulan Pak Ismaini, kepala sekolah, dan istrinya, sedang ada di Genteng, menengok saudaranya yang sedang kritis di rumah sakit. Kami hanya bertelepon saat di Kandangan tadi. Kepala sekolah dan istrinya meminta maaf karena tidak bisa menemani kami ke Sukamade. Kami mandi, salat Maghrib dan Isya’ jama’ takdim, dan menikmati makan malam. Nasi putih, mi instan, dan telor ceplok. Sementara hujan di luar tak kunjung reda, dan kami sudah mulai berbincang tentang banjir yang sering membuat air sungai meluap, anak sekolah di seberang sungai tidak bisa ke sekolah, sembako krisis karena akses jalan terputus, dan hasil panen serta tanaman tegalan yang rusak. Kami hanya bisa berharap, semoga semuanya itu tidak terjadi lagi, juga tidak terjadi saat ini, di mana kami sedang berada di sini. (ARM)


SEPUTAR UNESA

HADAPI AEC 2015, PASCASARJANA GELAR SEMINAR INTERNATIONAL

A

EC (Asean Economic Co­mm ­­ u­nity) sudah di de­­pan ma­ta. Hanya ting­­gal be­be­rapa hari In­­donesia akan masuk dalam sebuah ko­munitas negara-negara di kawasan Asia Tenggara demi terwujudnya eko­ no­ mi yang terintegrasi. Nah, dalam rang­­ka menyambut AEC 2015 Unesa, Pro­di Pendidikan IPS Pascasarjana Une­ sa mengadakan Seminar In­ter­na­sional selama 2 hari pada Sabtu dan Minggu, 13 dan 14 Desember 2014 di Auditorium Gedung K10 lan­tai 3 Pascasarjana Unesa Kampus Ke­tin­tang. Seminar dihadiri Direktur Pasca­ sar­jana Prof. I Ketut Budayasa, Ph.D, Ke­tua HISPISI Prof. Dr. Trisno Martono, M.M., dan Ir. Hadi Prasetyo M.E. yang mewakili gubernur Jawa Timur. Acara seminar dibuka Pembantu Rektor III Unesa, Dr. Ketut Prasetyo, M.S.

Acara yang mengusung tema “Social Stu­dies Education in the Era AFTA 2015” itu dibagi menjadi dua sesion. Sesi per­ tama berlangsung pada pukul 10.00–13.00 WIB dengan pembicara Drs. Bambang DH, M.Pd. (anggota DPRD), Prof. Dr. Bonnie Conthren dari Flinder University Australia, Prof. Dr. Tomohito Harada dari Hyogo University of Education Japan, Prof. Dr. Lee Myung Hee dari Kongju National University of Korea, Prof. Dr. Moh. Nor Mansor dari University Kebangsaan Malaysia, Prof. Thitiadee A dari Prince of Songkla University Thailand, Prof. Tetsuro Ejima dari Aichi University of Education Japan. Sesi kedua berlangsung pada pukul 14.00–17.00 WIB dengan pembicara Prof. Kyoko Majima dari Aichi Uni­ ver­ sity of Education Japan, Prof. Tsuchiya Takesi dari Aichi University of

Education Japan, Prof. Hiro Saito dari Singapore Management University, Dr. Ketut Prasetyo dari State University of Surabaya, Hwang Hong Sheop dari Busan University of Education Korea, Prof. Dr. Wasino, M.Hum. dari state University of Semarang , Tanaka Ayaha dari Aichi University of Education Japan, Nasution, Ph.D dari State University of Surabaya. Selain pemateri utama, terdapat 26 pemakalah yang turut mengisi kegiatan tersebut. Pemakalah yang hadir tidak hanya berasal dari Unesa, me­ lainkan juga dari beberapa per­ gu­ruan tinggi lain, seperti Universitas Mu­hammadiyah Mataram, Universitas Lambung Mangkurat, Economics De­ par­ tment IKIP PGRI Madiun, State Islamic University Maulana Malik Ib­ ra­ him Malang, Universitas Negeri Semarang dan lain-lain. (KHUSNUL/PUPUT)

Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA

| 29


SEPUTAR UNESA

Seminar Nasional Bimbingan Konseling

D PSLPD Tampilkan

Kreativitas Penyandang

DISABILITAS

P

usat Studi dan Layanan Penyandang Disabilitas (PSLPD) Unesa merayakan ulang tahun pertamanya di halaman Kantor Pusat Unesa, pada Jumat 19 Desember 2014. Acara yang mengusung tema “Menuju Unesa, Kampus Inklusif” menampilkan kreativitas dari penyandang disabilitas. Drs.Sujarwanto, M.Pd, koordinator PSLPD mengatakan, sebagai kampus yang ramah terhadap penyandang disabilitas, Unesa berusaha memberikan yang terbaik, baik sisi akademik maupun non akademik. Apalagi, di antara mereka juga memiliki potensi yang bisa dikembangkan sesuai dengan bakat, kemampuan, dan kemauan masingmasing. Untuk itu, maka diadakan beberapa rangkaian acara dalam kegiatan tersebut. Antara lain: penampilan kreativitas dari penyandang disabilitas, baik penyandang disabilitas dari Unesa sendiri maupun dari luar Unesa dan memberikan berbagai macam doorprize bagi penonton yang hadir. Acara itu bertujuan untuk menyatukan para pemerhati dan orang-orang yang peduli dengan para penyandang disabilitas, sesuai dengan jargonnya “Bersama peduli disabilitas”. Di samping itu, juga menjadi ajang silaturrahmi untuk mempererat hubungan antaranggota yang berasal dari berbagai fakultas di Unesa. Serta mengumpulkan 33 mahasiswa yang menyandang disabilitas. “Semoga PSLPD lebih maju, berkembang, dan mampu memperhatikan hal-hal yang menunjang mahasiswa disabilitas, seperti fasilitas,” harap Eka Christian, mahasiswa penyandang disabilitas dari FBS. (LINA MEZALINA)

30 |

MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015

alam rangka memperingati Dies Natalis ke-50, Prodi Bimbingan dan Konseling menggelar acara Seminar Nasional dan Reuni Emas yang bertajuk “Pemberdayaan Bimbingan dan Konseling Sekolah” pada Minggu 21 Desember 2014 di gedung PPG Unesa. Acara yang diketuai Drs. Moch. Nursalim, M.Si. itu dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama dimulai pukul 08.00—12.30 WIB dengan acara Seminar Nasional. Sesi kedua dimulai pukul 13.00—15.00 WIB dengan acara Reuni Emas. Hadir dalam acara tersebut para mahasiswa, guru-guru BK, alumni mahasiswa BK, dan dosen purna BK. Narasumber yang menyampaikan materi pada seminar tersebut adalah Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons. (Ketua ABKIN) dan Dr. Tamsil Muis, M.Pd. (Dosen BK Unesa). Acara dibuka dengan sambutan dari Ketua Pelaksana, Ketua Jurusan, Dekan FIP, Rektor Unesa dan Ketua ABKIN. Acara dimeriahkan dengan pertunjukkan ASL (American Sign Language) oleh Nahdiyah Paramita, mahasiswa PLB Unesa dan penampilan akustik oleh mahasiswa BK. Antusiasme peserta terhadap acara itu terlihat oleh jumlah peserta yang hadir, yaitu sebanyak 400 orang dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat Seminar Nasional.“Acara seperti ini sangat bagus. Kalau bisa seringsering mengadakan acara semacam ini karena dengan acara ini kita selaku guru BK lebih update mengenai isuisu terkini yang ada di BK dan mengentaskan isu bersama,” jelas Aini, alumni mahasiswa BK. (MURBI/SR)


SEPUTAR UNESA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

SIAP GANDENG DELL CANOMICAL GROUP DAN UBUNTU

K

ebutuhan teknologi se­ma­kin meningkat seiring per­ kem­ bangan zaman. Terkait hal itu, jurusan Teknik In­for­matika Fakultas Teknik Unesa me­ ngadakan Seminar Teknologi ber­sa­ma Dell dan Ubuntu pada Jumat 19 Desember 2014 di Ruang Sidang A1 Fakultas Teknik Unesa. Seminar ber­tema “Dell Technomatize, Lebih Ken­ cang, Lebih Irit, Lebih Aman” itu di­ buka dengan sambutan dari ketua pe­laksana, PD I Fakultas Teknik, dan Oli­viana L selaku Pemateri. Peserta da­ lam acara itu

Humas Isi PERGANTIAN TAHUN dengan Diskusi Menulis

H

ubungan Masyarakat Une­ sa punya cara unik me­ nyam­­but pergantian ta­hun 2015. Bertempat di Jog­ lo Foodcourt Unesa, tim humas meng­

bersifat umum, se­mua mahasiswa di Unesa dapat meng­ikuti. Seminar dibagi menjadi 3 se­ si dengan 3 pemateri yakni Oli­via­ na L dan Dimas Prawitra dari Dell Canomical Group yang mem­per­ke­ nalkan Dell dan Ubuntu, serta De­ ddy Irvan dari Jagad Review yang mem­ perkenalkan proses bengkel pem­buatan laptop di Jagad Review. Un­tuk memeriahkan acara, salah sa­ tu pemateri memberikan banyak door­prize dengan memberikan per­ ta­nyaan untuk para peserta.

Kajur Teknik Informatika, Bam­ bang Sujatmiko berharap dapat be­ kerja sama dengan pihak Dell. Ker­ja sama mulai dirintis untuk per­ kembangan Jurusan Teknik In­for­­ matika. Bambang memiliki ren­ca­na biaya masuk ke Unesa bisa meng­ gunakan sistem kredit agar ti­ dak memberatkan mahasiswa. Se­lain itu dengan banyak relasi, ia ju­ga ingin membuat laboratorium khu­ sus TI dan tempat TUK (Tes Uji Kom­petensi) sesuai bidang yang di­ ambil. Ke depannya mahasiswa TI ti­dak hanya memiliki ijazah namun ju­ga memiliki sertifikat kompetensi. “Ba­ nyak ren­ ca­ na untuk kemajuan ju­ ru­ san se­ hing­ ga diperlukan banyak aca­ ra se­macam ini. Tahun depan akan dia­ da­­kan juga pelatihan kepada dosen un­tuk menunjang pelaksanaan pro­ gram yang ada di jurusan,” ujarnya. Se­­nada dengan di atas, Ketua Pe­lak­sa­ na Reza mengatakan, acara tersebut sa­ngat bermanfaat dan menambah wa­­ wasan juga menambah link. Ia berharap acara seperti itu semakin di­tingkatkan intensitasnya. (ANDINI/EMIR/SR)

ge­­lar acara diskusi kiat cerdas menulis pa­­da Kamis malam 31 Desember 2014 di Joglo Foodcourt Unesa. Hadir se­­ bagai pembicara, Drs. Much. Khoiri, M.Si. (Dosen Bahasa Inggris Unesa) Dr. Djuli Djatiprambudi, Kajur Seni Rupa, Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt Pem­ bantu Rektor IV Unesa dan Kepala Hu­ mas Unesa Dr. Suyatno, M.Pd, yang juga menjadi pemandu acara. Kiat-kiat cerdas menulis di­pa­par­ kan dengan sangat baik oleh para na­­rasumber dari berbagai prespektif. Se­­lain membahas mengenai kiat-kiat cerdas menulis, acara tersebut juga

menghasilkan sebuah resolusi me­ nulis di tahun 2015. “Resolusi itu ha­ rus jelas. Jangan katakan ingin ta­pi harus. Karena kalau sudah ada ka­ta harus jika tidak tercapai akan me­ nangis,” jelas Khoiri. Sementara itu, Prof. Dr. Djodjok sa­­ ngat berharap ke depan gairah menulis di Unesa menjadi lebih baik. “Saya ucapkan selamat me­ nyong­ song tahun baru. Semoga sukses dan ba­hagia. Soalnya kalau cuma sukses tapi tidak bahagia maka percuma. Ada banyak orang bahagia karena me­rasa sukses,” ujar Djodjok. (SYAIFUL)

Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA

| 31


SEPUTAR UNESA

KONSER EMAS DIPENUHI PENONTON

S

ebuah mahakarya yang bertajuk “Konser Emas 50 Tahun Unesa” telah sukses dihelat pada Jum’at 19 Desember 2014 bertempat di Gedung Serba Gu­na Unesa. Konser Emas yang melibatkan ku­ rang lebih 200 orang pengisi acara menyajikan hiburan yang bernuansa seni. Peserta yang hadir dalam acara yang di­selenggarakan oleh Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa Se­ni itu melebihi kuota yang disediakan panitia. Acara dibuka pada pukul 19.30 WIB dengan tari Re­ mo Bolet yang menunjukkan kecintaan Unesa akan se­ ni tradisional. Rektor Unesa Prof. Dr. Warsono, M.S. yang direncanakan memberikan sambutan tidak dapat meng­ ha­diri acara dan diwakili oleh Dr. Ketut Prasetyo, M.S., Pem­bantu Rektor III Unesa. Ketua Jurusan Sendratasik FBS Une­sa Drs. Joko Tutuko M.Sn. juga turut membuka acara. Se­lain itu, acara dihadiri oleh Prof. Dr. Djodjok Soepardjo M.Litt. (Pembantu Rektor IV), Prof. Dr. Lutfiyah Nur Laela, M. Pd (Direktur PPG ), dan dosen-dosen Jurusan Sendratasik FBS Unesa.

MC yang memandu jalannya acara adalah juara Mbak dan Mas Unesa serta salah satu mahasiswa Unesa secara ber­gantian. Acara inti diisi oleh penampilan puisi dan gu­rit, Gamsi Percussion, paduan suara Gita Pramawisesa, Ke­rocong, Solo piano, Hyper Sax, Jrang Jreng, Teater Sen­ dra­tasik United. Puncak acara sekaligus penghujung acara yakni penampilan Unesa Symphony Orchestra dan paduan suara Gita Pramawisesa dengan tema “Meddle Nusantara” dan juga penampilan keduanya beserta semua artis. Konser ini merupakan konser akbar yang pertama dia­ da­kan oleh Jurusan Sendratasik dalam mengisi Dies Natalis ke-50 Unesa. Farela, salah satu panitia menuturkan bahwa dalam persiapannya membutuhkan kerja ekstra karena panitia tidak hanya mahasiswa namun juga melibatkan dosen. “Harapannya dengan acara ini, Jurusan Sendratasik lebih giat mengembangkan bakatnya,” ujar Farela salah satu panitia konser. (KHUSNUL/ANDINI/SR)

KONSER: Penampilan para seniman dari mahasiswa Unesa dalam acara Konser 50 Tahun Unesa yang memukau penonton.

32 |

MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015


5 CARA MENINGKATKAN

INFO SEHAT

3

Pertanyakan ‘Sugesti’ Anda yang Lama Emosi bisa menerjang seperti badai. Jika Anda berpikir “Saya pasti stress”. Hal itu mungkin benar, tetapi jika Anda terus meyakini hal itu dapat memicu stress. Kita sebenarnya dapat mengelola emosi, misalnya dengan mencairkan suasana, arahkan perhatian ke hal lain di sekitar Anda, atau memang harus menerimanya. Dengan melakukan refleksi, Anda akan melihat bagaimana keyakinan diri membawa emosi Anda. Anda bisa “bersahabat” dengannya dan membiarkan stress itu pergi.

RELAKSASI DIRI 4 Menghadapi rutinitias ter­ka­­dang menjenuhkan dan bah­­­kan bisa membuat di­ri stress ketika muncul se­jum­ lah masalah. Berikut ini ada sejumlah tips yang bisa di­­­lakukan untuk menambah relaksasi meng­­hadapi ru­ ti­nitias.

Ganti Kebiasaan Buruk dengan Kebiasaan Baik Rahasia untuk mengurangi stress adalah dengan mengisi kehidupan dengan kebiasaan yang baik. Bukan hanya mereplikasi kebiasaan orang lain tetapi juga menciptakan kebiasaaan sendiri. Misalnya saja, Anda gemar untuk menikmati cemilan saat menonton televisi atau setelah makan malam. Tambahkan hal yang dapat menyenangkan Anda. Misalnya luangkan waktu 15 menit setelah makan dengan menikmati cemilan dari wadah yang spesial. Atau, tambahkan secangkir teh kesukaan Anda ketika menonton televisi. Atau Anda bisa menghubungi teman untuk sekadar bercerita.

5

Berdiri dan Gerakkan Tubuh Stress bermula dari pikiran, tetapi itu tidak akan tetap berada di sana. Anda mungkin berpikir jika hanya duduk berjam-jam tidak akan membuat stress. Tetapi tubuh Anda didesign untuk bergerak dan tidak hanya duduk sepanjang hari. Biasakan untuk menggerakan diri, berdiri atau berjalan setiap setengah jam atau setidaknya sejam sekali. Dengan menggerakkan tubuh, ketegangan otot bisa berkurang dan itu akan membuat diri merasa lebih baik. n (MAN/BBS)

1

Pilih Menu Sarapan Sehat Rencanakan menu sarapan Anda dengan makanan yang lebih sehat. Fokus kepada makanan yang memiliki karbohidrat kompleks, lemak sehat, dan protein dari seluruh sumber makanan.

2

Jauhkan Segala Gadget Saat Tidur Minum kopi terlalu banyak atau mendekati waktu tidur, tentu akan memperlambat rasa kantuk datang di malam hari. Tapi tak hanya itu, membaca atau bermain gadget (seperti ponsel, tablet, dan gadget lainnya) juga bisa mengganggu tidur. Penelitian terbaru dari Brigham and Women’s Hospital menemukan bahwa paparan cahaya dari gadget ketika malam hari dapat mempengaruhi kualitas tidur Anda, dan kesehatan secara keseluruhan. Dari hasil studi dikelahui partisipan yang membaca dari iPad empat jam sebelum tidur akan memperlambat datangnya rasa kantuk di malam hari, serta mengurangi kewaspadaan pada pagi harinya, bahkan setelah dia tidur selama 8 jam. Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA

| 33


CATATAN LIDAH

META KOGNITIF l Djuli Djatiprambudi

K

alau kita merasa golongan orang terpelajar, maka kita akan me­ ra­sa terheran-heran melihat deretan sepeda motor diparkir di se­panjang jalan yang jelas ada tanda larangan parkir. Lihatlah, pe­mandangan setiap hari di jalan sekitar Ranuesa, kampus Ke­tin­ tang. Di situ kita bisa bercermin diri; inikah potret orang terpelajar? Daftar keheranan akan bertambah panjang, mana kala kita sering men­jumpai kelas-kelas kosong dengan AC dan lampu listrik masih me­nya­ la. Ditambah sampah plastik, kertas, atau barang bekas tampak berserakan di sekitar kampus, sementara tempat sampah terlihat di mana-mana. Pe­ man­dangan macam itu benar-benar memrihatinkan. Perilaku macam itu, tentu bukan mereka tidak tahu makna tanda lalu lin­tas yang terpasang di jalan itu. Mereka juga tidak mungkin tidak tahu aja­ kan hemat energi, hemat air, dan buang sampah tidak disembarang tem­ pat. Lantas, kalau para terpelajar macam itu dengan segala pengetahuan (kog­nitif ) yang dimiliki tampak berperilaku paradok macam itu, apa yang harus kita katakan? Memang, orang terpelajar yang bersikap paradok semacam itu, me­nu­ rut etika Jawa disebut sebagai orang yang sekadar tahu tentang “bener”, te­tapi mereka belum memahami sesuatu yang “pener”. Konsep “bener” ha­ nya menunjuk pada seperangkat pengetahuan yang berisi soal metode me­mahami sesuatu dengan ukuran-ukuran tertentu. Sedangkan konsep “pe­ner” menunjuk pada kemampuan menerapkan konsep “bener” pada mo­mentum keberadaban hidup yang diselimuti pertimbangan etis dan es­tetis, bahkan asketis. Dimensi etis menunjuk pada nilai-nilai normatif: soal pantas dan tidak pan­tas dalam konteks sosial-budaya. Dimensi estetis menunjuk pada nilainilai indah dan tidak indah. Sedangkan, dimensi asketis (asketisme) adalah perilaku hidup yang menerapkan kesederhanaan, kejujuran, dan kerelaan ber­korban. Dengan itu, sesungguhnya memiliki seperangkat pengetahuan (kog­ ni­tif ) saja tidaklah cukup. Namun, demi mengangkat derajad makna ke­ beradaban hidup sebagai manusia, sekali lagi, maka diperlukan ke­mam­ pu­an menerapkan kognitif dalam konteks nilai etis, estetis, dan asketis. Ke­mampuan inilah yang disebut meta kognitif. Celakanya, kesadaran meta kognitif inilah yang memrihatinkan di kalangan kaum yang menyebut dirinya sebagai sivitas akademik. Di­ka­ta­ kan memrihatinkan karena gejalanya sudah sampai pada taraf sulit di­te­ ri­ma akal sehat. Sivitas akademik yang mestinya menurut akal sehat akan mam­pu mengelola kognitifnya menjadi energi meta kognitif, ternyata ma­ sih jauh dari yang seharusnya. Hal demikian juga tercermindalam konteks me­milih seorang pimpinan dalam berbagai tingkatan. Kesadaran meta kog­nitif sering kali dikalahkan dengan hal-hal pragmatis, ego sektoral, pe­ ta perkongsian dan kepentingan individu atau kelompok. Sementara itu, kesadaran meta kognitif warga kampus itulah yang akan menjamin program eco-campus yang mulai digulirkan dengan kon­ sep terintegrasi seperti sekarang. Tanpa kedasaran meta kognitif yang baik, maka hari ini katakanlah ada gerakan menanam pohon, ma­ka hari itu pula kepedulian untuk merawatnya sekaligus dilupakan. Se­lan­ jutnya, tanpa kesadaran meta kognitif yang baik, sekalipun di jalan-jalan

34 |

MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015

sudah terpasang tanda di­ la­ rang parkir, perilaku parkir di tem­ pat sembarangan tetap saja ter­ ja­ di. Sekalipun tempat sampah di­ se­ dia­kan di berbagai tempat, tanpa ke­sadaran meta kognitif, tidak ada jaminan sampah dibuang di tem­ pat yang seharusnya. Konsep eco-campus dalam mak­­na yang lebih jauh menunjuk pada konsep ekosistem dalam arti fisik dan ekosistem dalam arti me­ ta­fisik (meta ekosistem). Artinya, ada ekosistem dalam tingkatan jagad ma­ te­rial dan jagad imaterial. Ekosistem dalam konteks jagad material lebih mem­pertimbangkan tata kelola lingkungan (kampus) secara menyeluruh yang terintegrasi dengan manajemen ilmu pengetahuan dan teknologi yang terukur. Sedangkan meta ekosistem (jagad imaterial) lebih memasuki wi­layah ruhaniah (asketisme), yang tidak sekadar memahami, tetapi meng­ ha­yati, bahkan “menyetubuhi” lingkungan alam fisik dan non fisik menjadi kos­mos dan metakosmos yang saling berinteraksi. Ekosistem dalam jagad material maupun imaterial telah banyak di­ ajar­kan oleh nenek moyang melalui local wisdom di dalam kehidupan tra­disi. Masyarakat suku Dayak, misalnya, mengenal ajaran “potong sa­tu, tanam tiga”. Artinya, ketika mereka menebang satu pohon untuk ke­per­lu­ an tertentu, mereka wajib tanam tiga pohon. Dengan laku macam ini, ke­ seimbangan alam akan tetap terjaga. Masyarakat Badui Dalam hingga ki­ni tidak menggunakan produk-produk modern, termasuk tidak memakai lis­ trik, membangun rumah, dan sebagainya. Mereka bersikukuh tetap mem­ per­tahankan tradisi untuk setia menggunakan material alam di sekitarnya de­ngan mempertimbangkan harmoni. Orang Tengger juga memegang ajaran “meta ekosistem” seperti “ambil jarum, kembali kapak”. Ajaran ini ber­makna barang siapa mencuri sesuatu sekalipun sedikit, dia harus me­ ngem­balikan puluhan kali dari apa yang dicuri. Karena itu, masyarakat Teng­ger dikenal sebagai masyarakat yang damai, aman, dan sentosa. Bo­ leh dikatakan tidak ada tindakan kriminal di sana. Mengapa masyarakat tradisi yang hidup jauh dari modernitas dan ke­terpelajaran memiliki kesadaran meta kognitif yang sangat baik? Hal de­mikian disebabkan oleh salah satu ajaran penting yang hampir semua ma­syarakat tradisi memilikinya, yaitu bahwa tiap manusia harus menjaga ke­seimbangan atau harmoni antara alam terindra/material (sekala) dan alam tak terindra/imaterial (niskala). Kalau hukum keseimbangan dua en­ titas alam ini dilanggar, maka diyakini oleh masyarakat tradisi akan men­ datangkan mala petaka yang bisa menghancurkan tempat di mana me­re­ ka hidup dan memiliki sejarah. Sebaliknya, masyarakat terpelajar terus-menerus terbius mengejar ta­ raf capaian kognitif setinggi-tingginya, minus kesadaran meta kognitif. Ka­ rena itu, jangan heran di sana-sini sering terjadi perilaku menyimpang, pe­ ri­laku paradok, bahkan perilaku destruktif-vandalistik berlebihan terhadap ling­kungan tempat hidupnya. Sekali lagi, kesadaran meta kognitif terdapat dalam laku etis, estetis, dan asketis. Ketiga laku ini menjadi trivium (tiga kekuatan) yang saling me­ leng­kapi dan integral dalam dimensi meta ekosistem. Maka, program ecocam­pus dalam konteks ini saya maknai sebagai program untuk mengajak, atau bahkan menciptakan warga kampus untuk hidup dengan kesadaran meta kognitif. Dari sini, kita bisa membayangkan betapa “cerdas” orang Dayak, Badui Dalam, dan Tengger, karena mereka memiliki kesadaran meta kognitif jauh di atas kita. Jangan-jangan kita sebagai warga kampus sudah lama yang terlanjur sombong dengan capaian kognitif kita, yang ternyata hanya artifisial maknanya bagi kehidupan. n (Email: djulip@yahoo.com)




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.