WARNA REDAKSI Semua warga Unesa harus berani terlibat dalam penyiapan Techno Park sehingga muncul rasa memiliki dan kelak akan merawatnya. Karena, suatu saat, Techno Park akan menjadi ikon Unesa ketika orang lain menyebut kata Unesa. Oleh Suyatno
J
ika Kampus Lidah Wetan Unesa difungsikan sebagai pusat belajar bagi warga Indonesia apapun latar belakangnya, tentu, peran Unesa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sungguh nyata terlihat. Peran itulah yang sesungguhnya akan diraih warga Unesa agar kehendak bangsa tercapai kea rah bangsa yang bermartabat. Salah satu peran itu diwujudkan ke dalam taman yang sekaligus membelajarkan bagi pengunjungnya. Taman itu dinamai dengan Techno Park Unesa. Unesa, di Kampus Lidah Wetan, telah memunyai hutan kampus, gedung pertunjukan, lapangan olahraga, dan gedung pemuda. Berbagai bangunan itu belum terintegrasi menjadi satu kesatuan yang mampu memberikan manfaat bagi pengembangan kecerdasan semua warga Surabaya, khususnya. Untuk itu, perlu penyatuan yang jelas. Penyatuan itu tampaknya akan lebih afdol jika disatukan oleh Techno Park yang sebentar lagi akan diwujudkan dengan senyatanya. Unesa di Kampus Lidah Wetan telah di kepung oleh puluhan perumahan besar dan kecil dari segala penjuru. Perumahan itu teramat padat dan memerlukan sebuah ladang wisata yang mampu menggairahkan mereka. Ladang wisata yang diperlukan mereka harus ditangkap oleh Unesa dan dijadikan sebagai menu bagi layanan masyarakat secara maksimal.
Techno Park yang dikemas dengan hutan kampus tentu akan menjawab kebutuhan masyarakat akan perlunya ladang wisata. Dengan datang ke Techno Park, pengunjung akan lebih lengkap mendapatkan informasi dan ketenangan diri. Dalam Techno Park, terdapat situs masa lalu termasuk artefak uniknya sehingga dapat dinikmati oleh pengunjung yang berbasis kesejarahan. Terdapat pula jenis tumbuhan
TECHNO PARK
IDAMAN yang dapat dikenali bentuk, fungsi, dan manfaatnya dalam kehidupan. Terdapat berbagai ragam bahasa yang dilekatkan di tempat tinggal khas warga yang dibuatkan mini rumahnya. Pokoknya, segala yang diinginkan warga terkait dengan pembelajaran diri, terdapat dalam Taman Techno Park itu. Semua warga Unesa harus berani terlibat dalam penyiapan Techno Park sehingga muncul rasa memiliki dan kelak akan merawatnya. Kemudian, warga se-Surabaya juga diarahkan pada kewajiban untuk turut memiliki dengan cara mengajak warganya untuk menikmati Techno Park itu. Itulah kerja mulia bagi kita semua. Suatu saat, Techno Park akan menjadi ikon Unesa ketika orang lain
Majalah Unesa
menyebut kata Unesa. Layanan kampus sebagai lembaga penyebarluasan kepandaian bagi semua haruslah menjadi keniscahyaan. Jangan sampai peran itu terkebiri oleh kepentingan sepihak sehingga melahirkan sekat antara kampus dengan masyarakatnya. Techno Park dengan begitu harus diwujudkan dengan apik sehingga benar-benar menjawab tentang peran kampus bagi warganya. Techno Park itu milik bersama. Suatu hari, beberapa bus rombongan siswa SMA dari daerah tertentu pagi-pagi sudah parker di depan Techno Park. Mereka dengan riang gembira memperdalam keilmuan alam dan lingkungan melalui kunjungan karena di Techno Park Unesa, segala yang diinginkan tersedia dan mencerdaskan pengunjungnya. Mereka beberapa jam di Techno Park itu. Ada lembaran-lembaran yang diisinya. Sesekali, dosen tertawa riang melihat siswa melakukan aksi yang mengejutkan dalam mendalami keilmualaman. Di tempat lain, mahasiswa asyik menunjukkan ke para siswa tentang perbedaan candi berbahan batubata dengan berbahan batu sungai. Itulah gambaran selintas Techno Park sebagai wahana pembelajaran. Unesa itu dikenal sebagai kampus pendidikan. Oleh karena itu, kerja total sangat diperlukan sehingga kampus pun menjadi jujugan warga ketika membangun kependidikannya. n
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
3
DAFTAR RUBRIK
07
10
14
EDISI MEI 2015
Rubrikasi Edisi Ini
03
Techno Park IDAMAN
08
PERCANTIK WAJAH UNESA
Semua warga Unesa harus berani terlibat dalam penyiapan Techno Park sehingga muncul rasa memi liki dan merawatnya.
Unesa sedang gencar-gencarnya memunculkan program-program baru, salah satunya adalah Techno Park. Apa itu...?
06
07
PELUANG UNESA
Peluang Unesa untuk bisa mereali sasikan program Tecno Park sangat terbuka. Karena itulah, Unesa optimistis bisa menjalankan program tersebut.
14
20
Mohammad Zahri, M.Pd meme gang amanah untuk meraih sukses dalam karier dan pendidikan.
Belajar bahasa yang tepat adalah kepada aenutur aslinya. Dwi Imroa tu berkesempatan belajar langsung bahasa Jerman ke Kota Bremen, menjelang musim dingin lalu.
INSPIRASI ALUMNI
33
TIP GADGET
WADAH KOMUNIKASI
Ke depan Unesa bisa menjadi center bagi dunia pendidikan, pusat pengembangan teknologi.
KABAR MANCA
24
ARTIKEL
Walau kertas sangat penting bagi sekolah, tetapi sering kita menemui masalah karena peng gunaan kertas. Lalu apa solusinya? Baca artikel Dunia Tanpa Kertas, Mungkinkah?
Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 81 Tahun XVI - Mei 2015 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor) PENASIHAT: Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (PR I), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (PR III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB: Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (PR II) PEMIMPIN REDAKSI: Dr. Suyatno, M.Pd REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto, M. Wahyu Utomo, Bayu DN REPORTER: Lina Rosyidah, Syaiful Rahman, Yusuf Nur Rohman, Lina Mezalina, Ulil, Fitro Kurniadi, AnnisaI lma, Andini Okta, Sandi, Rizal, Murbi, Diyanti, Mahmud, Umi Khabibah, Suryo, Danang, Emir, Khusnul, Mutya FOTOGRAFER: Huda, A. Gilang P., Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT: Arman, Basir, Wahyu Rukmo S ADMINISTRASI: Supi’ah, S.E., Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI: Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124, Fax (031) 8280804
4
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
TECHNO PARK
PERCANTIK WAJAH UNESA
Unesa sedang gencar-gencarnya memunculkan program-program baru. Jika beberapa waktu lalu muncul program eco campus, kali ini giliran program Techno Park yang bakal menjadi salah satu identitas kampus yang dulu bernama IKIP Surabaya ini, jika mampu terealisasi.
U
nesa, terutama di kawasan kampus Lidahwetan memang memiliki potensi untuk terus dikembangkan dengan bangunan dan penambahan sarana prasarana. Selain lahan yang tersedia masih ada, lingkungan sekitar kampus Lidahwetan yang kini telah berjejer perumahan-perumahan mewah, tentu menjadi salah
satu penunjang semakin pentingnya posisi kampus Unesa Lidahwetan sebagai kampus berwawasan hijau dengan segala kelengkapan wisata dan Teknologinya. Selain lahan yang masih tersedia, program Techno Park juga mendapat dorongan penuh dari pemerintah. Sebab, Techno Park merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Majalah Unesa
Pemerintah (RPJMN) 20152019 di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Bahkan, untuk mendorong program Techno Park bisa direalisasikan di universitasuniversitas, tiga kementerian telah siap membackup penuh program tersebut. Ketiga kementerian itu adalah Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
5
LAPORAN
UTAMA
Kementerian Pertanian. Deputi Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemenko Maritim, Safri Burhanuddin, sebagaimana dikutip Jakarta Media Online (JMOL), berjanji memberikan dukungan terhadap rancangan yang diajukan oleh perguruan-perguruan tinggi di Indonesia terkait Techno Park. Pihaknya mempersilahkan universitasuniversitas di Indonesia mengajukan rancangan pembangunan ‘techno park’ ke kementerian terkait. Techno Park sebagaimana dikutip dari www. Techno
Parkindo.com sejatinya memiliki cakupan yang luas. Secara bahasa, Techno Park bisa diartikan sebagai taman teknologi. Artinya, dalam suatu tempat atau kawasan dapat diaplikasikan Teknologi tertentu. Menurut Budi Rahardjo (2002) ”Techno Park” diartikan sebagai area perguruan tinggi yang dapat dipergunakan oleh masyarakat industri. Di luar negeri, area seperti bisa juga disebut sebagai “science park”, “science city”, “Techno Park”, “business park”, “technology corridor”,
PELUANG UNESA
P
eluang Unesa untuk bisa merealisasikan program Techno Park sejatinya sangat terbuka lebar. Karena itulah, Unesa optimis bisa menjalankan program tersebut. Pembantu Rektor II, Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd, M.T mengatakan bahwa Unesa berkeinginan memiliki wahana untuk melakukan dan memamerkan hasil riset serta kreativitas civitas akademika, khususnya para dosen dan mahasiswa yang merupakan bagian dari program Techno Park. Menurut Tri, program Techno Park membutuhkan gedung yang akan menjadi pusat kegiatan dosen dan mahasiswa terkait teknologi. Untuk itu, pihak Unesa akan membangun gedung yang terdiri dari tiga lantai. Dalam gedung tersebut akan digelar berbagai bentuk kegiatan, misalnya pameran, pelatihan, training, pengenalan, dan sebagainya. Tri menjelaskan, di lantai satu akan di-setting sebagai tempat pemeran hasil-hasil karya para dosen dan mahasiswa. Sementara, di sudut-sudut galeri terkait akan diisi produk-produk seperti batik, lukisan, dan produkproduk teknologi seperti mobil listrik. Sedangkan di lantai dua akan dijadikan tempat proses pembuatan produk-produk yang dipajang di lantai satu. “Jadi ketika orang masuk di lantai pertama akan disajikan produk, sedangkan ketika naik ke lantai dua akan melihat prosesnya. Atau bisa juga ditukar,” tegas mantan Dekan Fakultas Teknik itu. Sementara lantai tiga, rencananya akan dijadikan sebagai hall tempat pertandingan,
6
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
Majalah Unesa
“technology zone”, dan masih banyak nama lain. Lebih lanjut Budi Rahardjo mengemukakan bahwa tujuan utama pendirian Techno Park adalah untuk membuat link yang permanen antara peguruan tinggi (akademisi), pelaku industri/bisnis/finansial, dan pemerintah. Techno Park mencoba menggabungkan ide, inovasi, dan know-how dari dunia akademik dan kemampuan finansial (dan marketing) dari dunia bisnis. Diharapkan penggabungan ini dapat meningkatkan dan mempercepat
pengembangan produk serta mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan inovasi ke produk yang dapat dipasarkan, dengan harapan untuk memperoleh economic return yang tinggi. Adanya Techno Park membuat link yang permanen antara perguruan tinggi dan industri, sehingga terjadi clustering dan critical mass dari peneliti dan perusahaan. Hal ini membuat perusahaan menjadi lebih kuat.n(SIR)
kompetisi, dan juga tempat wisuda. “Jika Unesa akan mengadakan lomba fashion, kompetisi robot, dan lain sebagainya, maka akan ditempatkan di lantai tiga ini,” terangnya. Tri sangat berharap program ini terealisasi. Pasalnya, Unesa memiliki beberapa potensi yang sangat mendukung dan membutuhkan program ini. Sedikitnya ada tiga komponen utama yang dimiliki Unesa, yaitu keilmuan, Teknologi, dan seni. Adapun yang menjadi misi dalam pelaksanaan program ini adalah adanya Kementerian Ristek dan Dikti yang membawahi perguruan tinggi. “Karena kementerian kita Ristek dan Dikti. Tentunya mengutamakan riset,” tegasnya. Tri menambahkan, desain perencanaan program ini sudah selesai dibuat. Target pembangunan gedung akan dimulai tahun 2016 mendatang. (SYAIFUL)
Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd, M.T
LAPORAN UTAMA
Prof. Djojok Soepardjo, M.Lit
WADAH KOMUNIKASI MAHASISWA UNESA DENGAN DUNIA KERJA
P
embantu Rektor IV, Prof. Djojok Soepardjo, M.Lit mengaku senang dengan bergulirnya proyek Techno Park yang diprakarsai Pembantu Rektor 2 Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. Djojok mengatakan bahwa proyek Techno Park yang digagas Unesa tersebut dilakukan dengan bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dimana LIPI sudah mempunyai Techno Park besar di Daerah Cikarang. Bentuk kerja sama yang dilakukan Unesa dengan LIPI, menurut Djojok, tidak lain adalah sebagai pendukung utama model Techno Park yang akan diterapkan di kampus Unesa. Proyek Techno Park merupakan wadah bagi program kampus agar mampu bersinergi dengan kebutuhan perusahaan sehingga hasil karyakarya penelitian dan hasil penemuan mahasiswa bisa di-link-kan ke perusahaan.
“Techno Park yang akan dibuat Unesa, rencananya terletak di kampus Unesa Lidahwetan,” terang Djojok. Djojok mengakui bahwa proses pembuatan Techno Park di Unesa mengalami sedikit kendala terkait kurangnya sumber daya manusia. Menurutnya, program tersebut tentu tidak cukup hanya menggunakan tenaga dosen saja kare adosen akan kerepotan membagi tugasnya antara menjadi dosen dan berkiprah di Techno Park. Oleh karena itu, dibutuhkan tim-tim lain yang memiliki kemampuan di bidangnya. Selain diperuntukkan sebagai Techno Park, gedung yang rencananya akan dibangun mulai awal tahun 2016 itu nantinya juga diperuntukkan sebagai Graha Unesa, dimana fungsinya tidak hanya sebagai fasilitas penelitian tetapi juga bisa difungsikan sebagai gedung pertemuan ketika ada acara wisuda, job center dan lain-lain. “Ketika nanti ada acara wisuda, misalnya, sekalian kita bisa
Majalah Unesa
menunjukkan hasil karya mahasiswa ke masyarakat luas,” papar Djojok. Untuk realisasi gedung Techno Park, direncanakan mulai dilakukan pada tahun 2016. Sebab, saat ini dana pembuatan Techno park yang juga diperuntukan sebagai graha unesa ini menggunakan dana APBN 2016. “Saat ini, Unesa sedang mengajukan dana kepada pemerintah pusat,” tegasnya. Menurut Djojok, ke depan Unesa juga berencana melakukan pengembangan di kampus Unesa Lidahwetan yang berorientasi ada bisnis agar Unesa bisa berkembang dan menjadi tolak ukur pengembangan bagi kampus di wilayah Indonesia Timur. “Kami berharap ke depan Unesa bisa menjadi center bagi dunia pendidikan, pusat pengembangan Technologi walaupun sudah ada ITS yang berbasis teknologi tetapi Unesa punya karakter sendiri yang menarik sebagi pusat pengembangan teknologi,” pungkasnya.n(SANDI)
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
7
LAPORAN
UTAMA
DR DJULI DJATIPRAMBUDI
PERKUAT DIRI
SEBAGAI TEACHER CENTER
S
ementara itu, Dr. Djuli Djatiprambudi, Ketua Jurusan Seni Rupa Unesa yang juga menjadi bagian tim penggagas Techno Park mengatakan bahwa modernisasi zaman telah banyak
membawa tantangan dan perubahan dalam segala bidang, termasuk lembaga pendidikan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan juga dituntut dapat mengimbangi perkembangan zaman tersebut. Salah satu yang perlu diperkuat lembaga pendidikan seperti Unesa adalah dengan penguatan sains dan teknologi informasi. Salah satu upaya yang dilakukan Unesa adalah mencanangkan program Techno Park.
Djuli menegaskan, setiap perguruan tinggi sudah semestinya berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Akan tetapi, konsep Techno Park yang akan dilaksanakan oleh Unesa tidak sama dengan Techno Park pada umumnya yang telah berkembang di berbagai daerah seperti Surakarta. Di Unesa, program Techno Park konsepnya adalah pengembangan keilmuan yang fokus pada LPTK. Menurut Djuli, ilmu pendidikan dan teknologi informasi kependidikan hanya akan dijadikan judul atau simbol. Dalam praktiknya, Techno Park yang akan dikembangkan dengan tetap mengacu pada core Unesa sebagai lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK). “Unesa sebagai teacher center,� imbuhnya. Program Techno Park ini nantinya akan menjadi branding LPTK sebagai teacher center. Oleh karena itu, praktik program ini bertitik tekan pada sains dan teknologi informasi dalam konteks kependidikan dan pembelajaran. Dalam sejarahnya, Techno Park kali pertama diinisiasi oleh seorang guru besar dari Universitas Stanford, Frederick Terman. Saat itu, universitas menyewakan sebagian lahan di kawasan kampus untuk perusahaanperusahaan berteknologi tinggi. Bagi perusahaan-perusahaan pemula disediakan ventura. Dengan demikian, terjadi interaksi yang berkesinambungan antara akademisi, pelaku industri (bisnis), dan pemerintah. Techno Park mencoba menggabungkan ide, inovasi, dan know-how dari dunia akademisi serta kemampuan finansial dari dunia bisnis. Saat ini, kawasan di sekitar Universitas Stanford sudah memiliki ratusan ribu pekerja, industri berteknologi tinggi, serta beromset hingga jutaan dollar per hari. Hubungan timbal balik antara dunia akademisi (perguruan tinggi) dengan perusahaan industri menjadi simbiosis mutualisme yang terus berkembang dengan baik. (SYAIFUL)
8
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
WADAH KREATIVITAS
AKADEMIKA
T
echno Park adalah sebuah kawasan yang dijadikan sebagai pusat vokasi dan inovasi Teknologi. Selain itu juga sebagai pusat riset teknologi terapan yang dibangun dari sinergi dan hubungan yang kokoh antara dunia pendidikan, bisnis, dan pemerintahan. Unesa sebagai Universitas unggul dalam kependidikan dan kukuh dalam keilmuan banyak melahirkan beberapa hasil karya yang unggul dan berkualitas. Namun, hasil karya tersebut kurang mendapat ruang untuk mewadahi kreatifitas baik dosen maupun mahasiswa di Unesa, terutama Fakultas Teknik. Menurut Prof.Dr. Elizabeth TitiekWinanti,M.S, Pembantu Dekan III Fakultas Teknik mengatakan bahwa Unesa banyak menghasilkan kreativitas dari dosen dan mahasiswa khususnya di bidang teknologi. Teknik
Elektro misalnya terkenal dengan roket dan robotika yang sudah sering menjadi juara tingkat nasional. Teknik Mesin terkenal dengan mobil listrik hemat energinya. Desain jembatan dan beton yang dulu pernah menjuarai Lomba Beton Tingkat Nasional. serta PKK yang sering menghelat pergelaran baik gelar busana, rias, maupun boga. Selain mahasiswa, banyak karyakarya berkualitas dari dosen-dosen Fakultas Teknik yang layak untuk dipamerkan. Seperti trainer-trainer hasil penelitian, penelitian energi terbarukan, dan rekayasa knalpot yang mempu menghasilkan gas buang yang ramah lingkungan. “Konsep Techno Park ini sangatlah bagus. Tentunya, harus didukung dengan pembangunan gedung yang representatif dan memenuhi syarat sebagai sarana untuk mewadahi hasil kreativitas civitas akademika Unesa,” terangnya. (KHUSNUL)
BELUM BANYAK TAHU
K
TAPI SIAP MENDUKUNG
arena tergolong baru dan masih tahap perencanaan, program, Techno Park memang belum banyalk diketahui dan dipahami civitas akademika. Meski demikian, jikalau program ini benar-benar terwujud, sebagian besar civitas akademika, pasti akan mendukung. Drs. Lamijan Hadi Susarno, M.Pd, Pembantu Dekan II FIP Unesa mengaku belum tahu mengenai program Techno Park yang dicanangkan Unesa. Meski demikian, Lamijan mengatakan sangat setuju dengan program tersebut. “Bila program Techno Park direalisasikan, kami selaku pihak fakultas tentu sangat mendukung. Hanya saja, dari sekian program yang akan dicanangkan harus dipilah mana yang akan diprioritaskan,” paparnya. Tidak hanya itu, konsep mengenai program Techno Park juga harus benar-benar diperhatikan. Marketing program
Techno Park harus benar-benar dipikirkan, termasuk dana yang akan dianggarkan perprogram agar program yang dicanangkan bisa terealisasi. Dukungan yang sama juga disampaikan Wiryo Nuryono, S.Pd, M.Pdm Dosen FIP Unesa. Menurutnya, adanya program Techno Park sangat mendukung, dan yang lebih penting lagi sedikitnya kampus tetangga sudah banyak menggunakan program tersebut. Program ini juga bisa menjadi salah satu bentuk program yang sangat baik bagi Unesa dalam melebarkan sayap di dunia pendidikan selain menciptakan eco campus. “Sebentar lagi, kita akan menghadapi MEA, dimana Technologi menjadi daya saing yang cukup kuat. Namun, kembali lagi memprioritaskan program-program yang benar-benar dibutuhkan untuk kemajuan Unesa,” pungkasnya. (MURBI)
Majalah Unesa
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
9
LAPORAN
UTAMA
DWIARKO NUGROHOSENO, S.PSI., M.M
MENGACULAH
KE TECHNOPARK DI BANDUNG
S
etelah hampir 3 bulan peresmian program eco kampus, kini Unesa mengagas fresh idea untuk meningkatkan mutu akademik dengan program Techno Park. Meskipun program tersebut masih dalam bentuk bundelan dokumen dan masterplan, tampaknya Unesa serius menangani program tersebut. Keseriusan itu setidaknya terlihat dari bangunan 3 lantai yang akan dibangun di Unesa kampus lidah. Mengenai program Techno Park ini, Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi, Dwiarko Nugrohoseno, S.Psi., M.M berpendapat bahwa program Technopark sah-sah saja dibuat selama bertujuan untuk membesarkan Unesa. Bahkan, ia optimis dengan kemampuan SDM yang cukup besar dimiliki Unesa, program tersebut seharusnya bisa sukses dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Meskipun bukan berlatar belakang enginer, namun Dwiarko pernah memiliki pengalaman dalam kunjungan Techno Park di Telkom Bandung beberapa tahun lalu. Waktu itu, dia ditunjukkan langsung Technologi dan alat-alat yang digunakan Telkom Bandung. Ada berbagai macam Technologi yang ada di tempat tersebut. Mulai dari proyektor hologram yang seolah
10
memunculkan dosen yang mengajar di depannya, rumah pintar (smarthouse) yang bisa membuka pintu, menutup jendela, dan fungsi lain hanya dengan menekan tombol pada remote. “Konsep Technopark Unesa yang akan diusung bisa menilik Techno Park yang sudah berjalan di Indonesia, salah satunya di Bandung,” paparnya. LENGKAPI FASILITAS & TECHNOLOGI Menurut Dwiarko, jika benar Techno Park serius dijalankan, maka fasilitas yang mendukung sudah wajib ada. Bukan hanya mendukung, namun fasilitas yang ada juga harus up to date. Misalnya lab-lab yang ada di fakultas Technoik, sudahkah menggunakan Technologi jerman karena Technologi Cina akan berbeda dengan Technologi Jerman. “Contohnya saja perusahaan yang sudah memiliki ISO, tentu saja pembuat produknya tidak boleh memakai Technologi abal-abal,” ucapnya. Artinya, tambah Dwiarko, ketika produk tersebut dibuat oleh Technologi abal-abal akan meninggalkan metal (metal detector), dan sebaliknya. Mungkin untuk produk-produk seperti tekstil masih bisa ditoleransi, namun bagaimana bila terdapat dalam produk makanan. Selain fasilitas yang memadahi, Techno Park merupakan perantara universitas dengan masyarakat
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
Majalah Unesa
industri. Oleh karena itu, perlu ditinjau seberapa sering Unesa dikunjungi oleh SMK atau Industri. Hal ini menjadi penting karena penilaian pihak luar dengan Unesa menjadi kunci terbentuknya kerja sama yang baik. “Misalnya STM diberi hibah mesin oleh Astra dengan tujuan usai belajar di STM dan magang di Astra, bisa langsung bekerja. Dari gambaran tersebut bisa disimpulkan bahwa terdapat dua keuntungan, pertama yaitu keuntungan materi berupa hibah dan kedua keuntungan hubungan baik yang bisa memunculkan timbal balik yang berkesinambungan,” jelasnya . Perlu Publikasi & Support Sejauh ini masih hanya segelintir masyarakat Unesa yang mengetahui tentang program Techno Park. Oleh karena itu, Dwiarko menilai publikasi menjadi penting sebagai pencitraan, baik untuk kalangan sendiri atau kalangan luar, karena selama ini minim publikasi sehingga tidak ada yang tahu hal ini harus dikemanakan “Ini kalau tanya ke dosen lain tentang tecnopark di kantor ini, belum tentu ada yang tau” gelitiknya. Menurutnya, support pimpinan sangatlah perlu karena suatu kegiatan bisa terlaksana atas inisiatif dari pimpinan dahulu, barulah diikuti oleh anggotanya. Meskipun begitu, dukungan yang dibutuhkan bukan
KOLOM LITERASI
M
embaca, menyimak, dan memahami bacaan adalah tiga hal yang saling terkait serta tak bisa dilepaskan. Membaca dan menyimak saja tanpa berupaya memahami makna yang disampaikan bisa membahayakan. Kasus unjuk rasa guru di Jeneponto terhadap buku Pemimpin Cinta karya Edi Sutarto pada 11 Mei lalu ini bisa menjadi contohnya. Jagat pendidikan memang sempat diguncang kasus hangat soal buku tersebut. Buku Pemimpin Cinta itu dianggap melukai perasaan para guru dan warga Jeneponto. Alhasil, para pejabat di Pemkab Jeneponto melakukan aksi membakar buku tersebut di halaman kantor pemkab setempat (turateanews.com, 11/4). Sebuah tindakan yang patut disesalkan. Aksi ini berlanjut dengan unjuk rasa yang dilakukan ratusan guru yang menamakan diri anggota PGRI setempat pada 13 Mei lalu. Mereka menuntut sang penulis, Edi Sutarto, meminta maaf secara terbuka melalui media massa. Pihak penerbit, yakni Mizan, juga diminta menarik seluruh buku setebal 300-an halaman itu dari peredaran. Apa yang sebenarnya terjadi? Membaca tapi Tidak Memahami Kasus ini harus dilihat secara jernih dengan melihat seluruh konteksnya, tidak bisa sepotong-sepotong. Tindakan pembakaran buku oleh pejabat Pemkab Jeneponto dan aksi demonstrasi para guru yang mengecam karya Edi yang merupakan direktur Sekolah Athira Makassar itu sungguh menggelikan –untuk tidak menyebut memalukan. Pasalnya, sangat boleh diduga bahwa para pendemo tersebut tidak tahu duduk perkara yang sebenarnya dan tidak memahami bacaan yang mereka protes itu. Bahkan, boleh jadi ada di antara mereka yang tidak membaca isi buku tersebut secara tuntas. Yang menjadi pangkal persoalan ialah subtema Keberagaman Itu Nasionalisme dari topik Menyentuh Guru dan Karyawan di halaman 201. Berikut ini cuplikan lengkap dari bagian buku yang membuat para guru dan pejabat di Jeneponto kebakaran jenggot. ”Jangan pilih guru dari Jeneponto, Pak Edi,” ujar salah satu mantan kepala sekolah di satu siang. Tentu saya mengernyitkan
dahi dan memicingkan mata. Sosok di hadapan saya paham kalau saya sedang terkejut. ”Maaf Pak Edi. Bapak perlu memahami orang-orang Bugis dan Makassar. Orangorang yang berasal dari Jeneponto adalah orang-orang yang kasar, baik dari sikap maupun bahasa. Mereka tidak layak menjadi guru.” Wah, ini pernyataan yang semakin mencengangkan buat saya. ”Di Jeneponto ada sekolah tidak Pak?” saya menimpali pernyataannya dengan pertanyaan yang langsung pada persoalan. ”Tentu ada Pak,” kini dia menjawab dengan perilaku yang sama dengan saya di awal perjumpaan dengan beliau. Mengernyitkan dahi dan memicingkan mata.
Jeneponto. Hal ini terlihat pada alinea terakhir dialog tersebut. Yakni, pihaknya tidak punya alasan untuk tidak menerima mereka (guru asal Jeneponto) dalam rekrutmen guru selama memenuhi syarat yang diajukan manajemen Sekolah Athira Makassar yang dipimpin Edi. Jika dibaca, disimak, dan dipahami lebih lanjut, bisa diketahui bahwa sebenarnya sang penulis (Edi Sutarto) hendak mengajak pembaca untuk mengatasi satu persoalan dengan jernih dan bijaksana. Problem –yang juga umum dihadapi manajemen sekolah– itu terkait dengan sumber daya manusia di bidang tenaga pendidik. Hanya, permasalahan ini sedikit rawan karena menyangkut etnis tertentu. Akan tetapi, persoalan tersebut diangkat secara hati-hati, yang tampak pada pengemasan bahasa secara santun. Siapa pun pembacanya –kalau memang sudah membaca– dapat mengambil pelajaran atau hikmah dari cerita itu. Jika demikian pangkal persoalannya, demonstrasi para guru anggota PGRI Jeneponto dan aksi membakar buku oleh pejabat pemkab setempat layak disebut ceroboh dan salah alamat. Namun, yang juga perlu disoroti dari kasus yang tengah hangat diperbincangkan oleh netizen ini adalah kecerobohan dalam membaca buku. Hal ini bisa dimaknai bahwa mereka –para guru dan pejabat setempat– tidak memahami isi buku yang dibaca. Gambaran ini dapat dikatakan ironis dan justru semakin menguatkan fakta bahwa budaya membaca di kalangan pendidik masih rendah. Di sisi lain, sangat boleh jadi bahwa di antara pengunjuk rasa itu malah tidak membaca dan sekadar ikutikutan demonstrasi. Seperti halnya membaca kitab suci, membaca sesuatu lebih diutamakan dengan berupaya memahami maknanya. Kasus Jeneponto ini sepatutnya menjadi cermin bagi semua untuk lebih peduli terhadap kegiatan membaca sebagai salah satu fondasi budaya literasi. Penguasaan budaya literasi yang baik akan menumbuhkan karakter insan yang peka terhadap kondisi budaya dan sosialnya, bukan sosok yang tidak bisa memandang segala sesuatu secara arif bijaksana karena ”menderita” penyakit aliterasi. n
CEROBOH MEMBACA SEJARAH OLEH: EKO PRASETYO
Apakah sekolah-sekolah di Jeneponto gurunya didatangkan dari daerah-daerah lain?” tanya saya, cukup membuat dia juga tercengang dengan ekspresi yang saya taksir persis saat saya juga tercengang mendengar pernyataan beliau. ”Tentu guru-guru sekolah di sana adalah orang-orang dari Jeneponto, Pak” jawabnya mulai gugup. ”Kalau begitu, tidak alasan Athirah tidak menerima mereka dalam rekrutmen guru. Sejauh mereka memenuhi standar yang kita butuhkan, maka di manajemen saya jangankan orang-orang dari Jeneponto, orang dari Aborigin pun kalau dia memenuhi syarat bisa diterima di Athirah.” Apabila dibaca sampai runtut dan –ini yang penting– dipahami, kisah yang disampaikan Direktur Sekolah Athirah Makassar Edi Sutarto itu justru tidak seperti yang diprotes oleh para guru di Jeneponto. Kalimat yang berisi anggapan bahwa orang-orang Jeneponto itu kasar bukan berasal dari Edi, melainkan lawan dialognya. Si penulis, Edi, hanya memaparkan dialog yang terjadi. Sikap Edi justru memihak pada warga
Majalah Unesa
(http://mustprast.wordpress.com)
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
11
KOLOM REKTOR
Dengan dibangunnya techno park ini diharapkan hasil-hasil penelitian perguruan tinggi dapat diimplementasikan dalam industri, sehingga bisa digunakan masyarakat banyak. Jika Unesa mampu membangun education park, sesuai dengan bidang studi yang ada untuk siswa SD, SMP, dan SMA tentu akan sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan.
A
khir-akhir ini, wacana techno park menjadi sering muncul di dunia akademis maupun di kalangan elit pengambil kebijakan. Wacana ini semakin santer sejak Pemerintah membangun techno park di berbagai daerah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, di antaranya di Cibinong sebagai pengembangan dari Cibinong Science Center. Bahkan Pemerinntah berencana akan membangun techno park di berbagai daerah di Indonesia, di antaranya di Tual dan Ternate (Maluku), Mataram (Nusa Tenggara Barat), Samosir (Sumatera Utara), Tasikmalaya (Jawa Barat), dan Enrekang (Sulawesi Selatan). Secara harfiah, techno park bisa diartikan sebagai taman teknologi, Namun dalam pengertian yang lebih luas techno park bisa diartikan suatu kawasan bangunan yang diperuntukan bagi penelitian dan pengembangan sains dan teknologi berdasarkan kepentingan bisnis. Menurut Budi Raharjo (2002) techno park diartikan sebagai area perguruan tinggi yang diperuntukan bagi masyarakat industri. Lebih lanjut Budi Raharjo menyatakan bahwa tujuan utama didirikannya techno park adalah untuk membuat hubungan yang lebih permanen antara perguruan tinggi dengan industri dan pemerintah,
terutama dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam perkembangannya, industri sebagai penggerak ekonomi tidak bisa dilepaskan dari peran perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu dan teknologi. Basis ekonomi
pengembangan ilmu mapun penelitian terapan untuk kepentingan dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Berbagai hasil penelitian yang dihasilkan oleh para pakar perguruan tinggi perlu diimplementasikan dalam dunia industri agar bisa memberi manfaat dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Selama ini hasilhasil penelitian para pakar hanya sebatas pada model (prototype), yang belum bisa dimanfaatkan, karena tidak ada dana untuk diproduksi secara nyata. Di satu sisi, Pemerintah menghadapi persoalan yang berkaitan dengan pemenuhan kesejahteraan masyarakat, diantaranya adalah dalam bidang: pangan, energi, transfortasi, pertahanan dan keamanan, kesehatan, teknologi informasi, dan material. Sektor tersebut diharapkan menjadi topik riset unggulan dari perguruan tinggi, sehingga bisa dihasilkan produk-produk yang bisa digunakan untuk mengatasi persoalan yang sedang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, Pemerintah membuat kebijakan hilirisasi dan komersialisasi hasilhasil penelitian dari perguruan tinggi dan mendorong adanya kerja sama antara perguruan
TECHNO
PARK
EDUCATION
12
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
telah mengalami pergeseran, yang semula dari pertanian, ke industri, dan sekarang ke ekonomi kreatif, meskipun sebenarnya dalam ekonomi yang berbasi pertanianpun bisa dikembangkan dengan industry dan kreativitas, dalam arti diperlukan inovasiinovasi dalam proses maupun dalam kemasannya. Ini berarti kreatifitas baik dalam proses, produk, maupun dalam pemasaran sangat dibutuhkan Perguruan tinggi yang didukung para ilmuwan mempunyai tugas dan tanggung jawab melalukan penelitian baik penelitian dasar untuk
Majalah Unesa
Oleh Prof. Warsono
KOLOM REKTOR tinggi dengan industri, agar hasilhasil penelitiannya bisa diproduksi secara massal. Selama ini, kerja sama antara perguruan tinggi dengan industri masih kurang sinergi. Di satu sisi, hasil penelitian perguruan tinggi cukup banyak, namun sebatas pada model yang belum tentu layak untuk diproduksi. Sementara dunia industri dituntut untuk terus berkreatif menghasilkan berbagai produk baru untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan harga yang terjangkau. Kesenjangan antara hasil-hasil penelitian perguruan tinggi dengan dunia industri ini perlu dijembatani dengan membangun techno park. Dengan dibangunnya techno park ini diharapkan hasilhasil penelitian perguruan tinggi dapat diimplementasikan dalam industri, sehingga bisa digunakan masyarakat banyak. Oleh karena itu, dengan dibangunnya techno park di berbagai daerah diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sudah tentu pembangunan techno park tidak bisa dilepaskan dari kualitas sumber daya manusia perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang memiliki bidang ilmu eksak (prodi), yang relevan dengan sektor-sektor yang dijadikan prioritas (seperti pangan, energi, kesehatan) tentu akan berperan penting dalam pembangunan techno park. Memang, belum tentu semua perguruan tinggi memiliki hasil-hasil penelitian yang bisa digandengkan dengan keberadaan techno park, misalnya perguruan tinggi penghasil tenaga kependidikan (seperti Unesa). Meskipun demikian, bukan berarti bahwa Unesa tidak bisa mengambil peran dalam meningkatkan pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan fokus keilmuannya, Unesa bisa mengembangkan techno park dengan melibatkan masyarakat dalam bidang pendidikan. Unesa bisa membuka diri dengan menerima kehadiran masyarakat dan dunia industri dalam rangka
pemberdayaan masyarakat dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang merupakan hak dasar dari setiap anak dan menjadi kewajiban bagi semua orang tua juga mengalami dinamika yang tinggi, terutama dalam hal pembelajaran. Berbagai penelitian yang dilakukan oleh para pakar pendidikan telah menghassilkan inovasi mengenai strategi, metode dan model pembelajaran. Bahkan para ahli pendidikan juga telah mengembangkan materi ajar yang disesuai dengan metode dan model pembelajarannya. Inovasi para pakar pendidikan tersebut bisa didesiminasikan kepada massyarakat, sehingga masyarakat bisa lebih paham dan terampil dalam melakukan pendidikan di lingkungan keluarganya. Bahkan Unesa bisa membuka “klinik pendidikan� bukan hanya untuk para orang tua, tetapi juga untuk para guru yang mengalami masalah dalam menjalankan tugasnya. Meskipun pendidikan itu penting dan menjadi tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat, dan sekolah, belum tentu semua orang tua memahami makna pendidikan, dan mengetahui strategi, model, dan metode pendidikan. Begitu juga para guru, seringkali terjebak pada rutinitas, singgga tidak mampu mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran. Konsep techno park di Unesa bisa diaplikasinya dengan menjalin kerja sama dengan industi penerbitan dan masyarakat. Hasil-hasil penelitian para ahli pendidikan (dosen), yang berupa inovasi dalam pembelajaran, bisa diproduksi secara massal dengan menggandeng industri. Meskipun tidak menjadi sektor yang diunggulkan, tetapi pendidikan merupakan masalah yang sangat vital bagi kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, inovasi dalam pembelajaran menjadi sangat dibutuhkan dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nassional. Unesa seharusnya bisa juga bisa
menjadi education park (taman pendidikan) bagi masyarakat. Berbagai alat peraga dalam proses pembelajaran bisa dilihat dan dipraktekan oleh massyarakat atau anak-anak. Selama ini education park sering kita temui di tempattempat rekreasi, seperti di Taman Mini, Jatimpark. Di tempat-tempat tersebut para pengunjung bisa mencoba dan mempraktikkan berbagai teknologi yang ada di masyarakat. Namun di tempattempat tersebut, tidak disertai guru yang bisa menjelaskan bagaimana teknologi tersebut bekerja. Jika Unesa mampu membangun education park, sesuai dengan bidang studi yang ada untuk siswa SD, SMP, dan SMA tentu akan sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan. Siswa dan guru, serta orang tua bisa berekreassi dan sekaligus belajar di kampus secara informal. Tentu keunggulan yang bisa ditawarkan dibanding dengan education park yang ada di tempat-tempat wisata, diantaranya education park di Kampus didampingi oleh para dosen (ahli) yang bisa memberi penjelasan bagaimana alat-alat bekerja dan digunakan sebagai media pendidikan. Sebagai contoh, rencana Unesa membuat hutan pendidikan bisa dijadikan sebaai education park dalam bidang biologi. Berbagai alat peraga dan hasil-hasil penelitian para dosen Unesa bisa dipratikkan oleh para siswa dan guru, serta orang masyarakat. Keberadaan education park di Unesa sekaligus juga bisa dijadikann sebagai ajang interpreanuership yang bisa memberi nilai tambah. Ini merupakan tantangan yang tidak mudah bagi seluruh civtias Unesa. Tantanglah yang menjadikan Unesa menjadi lebih baik dan maju. Tanpa ada tantangan Unesa akan statis dan lama-lama ketinggalan dengan perguruan tinggi lain, sesama lembaga pendidikan tenaga kependidikan. Semoga gagasan ini menatang kita semua untuk mewujudkannya. n
Majalah Unesa
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
13
INSPIRASI
ALUMNI
MOHAMMAD ZAHRI memegang amanah.
14
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
Majalah Unesa
INSPIRASI ALUMNI
Mohammad Zahri, M.Pd.
untuk Raih Sukses Mohammad Zahri, M.Pd. Demikian nama lengkap laki-laki kelahiran Bangkalan, Madura yang kini menjabat sebagai Ketua STKIP Al-Hikmah Surabaya. Alumni S-1 Pendidikan Matematika IKIP Surabaya tahun 1994 itu telah melewati banyak hambatan dan rintangan dalam meraih kesuksesannya. Tak mudah memang, namun berkat komitmennya untuk memegang amanah dari ayah dan kakaknya ia pun berhasil meraih kesuksesan.
BERPRESTASI SEJAK DINI
Z
ahri—demikian nama panggilannya— menghabiskan masa kecil di tanah Bangkalan Madura. Dia menjalani masa pendidikan sekolah dasar hingga menengah atas di Bangkalan. Waktu menjalani pendidikan sekolah dasar, dia belajar di dua sekolah sekaligus. Pagi hingga pukul 12.00, Zahri masuk ke SD Inpres Bangkalan sedangan sore hari Zahri sekolah ke salah satu Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Bangkalan. Bahkan, pada malam hari, dia masih harus pergi belajar mengaji. Ayah tiga anak ini memang terkenal pandai di sekolah. Secara akademik, dia tak pernah lepas dari peringkat satu kecuali pada masa-masa SMA. Pasalnya, ketika Zahri masuk ke SMA Negeri 1 Bangkalan, ada seorang anak perempuan yang juga pandai dan sulit dikalahkan olehnya. Konon, anak perempuan tersebut selalu peringkat satu dan tak pernah terkalahkan sejak
dari SMP Negeri 1 Bangkalan. Teman-teman Zahri memercayai bahwa yang bisa mengalahkan prestasi akademik perempuan tersebut hanyalah Zahri. “Hanya kamu yang bisa mengalahkan dia. Kalau yang lain kayaknya tidak bisa,” tiru Zahri mengenang ucapan temantemannya dahulu. Untuk itulah, teman-temannya berani membiayai Zahri ikut kursus. Namun, Zahri mengaku, ketika ikut kursus nilainya malah semakin turun. “Kalau sebelum kursus nilai matematika saya 9, tapi setelah kursus malah jadi 8,” kata Zahri. Zahri pun berhenti kursus. Ia memilih belajar sendiri dengan rajin. Di SMA kelas dua, Zahri memilih Jurusan Biologi. Tak disangka, ternyata Zahri kembali satu kelas dengan perempuan yang tidak disebutkan namanya tersebut. Persaingan prestasi akademik Zahri dengan perempuan tersebut semakin sengit. Bahkan, saat ada rolling kelas, Zahri kembali satu kelas dengan
Majalah Unesa
perempuan saingannya itu. Dan, tibatiba sekolah menjadi gempar karena saat itu rata-rata nilai Zahri dengan perempuan itu sama. AKTIF BERORGANISASI Meskipun Zahri tampak sengit bersaing dalam bidang akademik, namun Zahri juga aktif di kegiatan nonakademik. Tumbuhnya keinginan untuk mulai melibatkan diri dalam kegiatan nonakademik, dia awali sejak duduk di bangku SMP. Zahri ikut aktif di kegiatan Pramuka dan OSIS. Dia pun pernah mengikuti Jambore di kabupaten. Sementara di bangku SMA, Zahri lebih aktif di ekstrakulikuler tafsir al-Quran. Banyak manfaat yang dia rasakan saat mengikuti ekstrakulikuler tersebut, khususnya menambah wawasan keagamaan. Zahri juga menceritakan bahwa ketika ikut ekstrakulikuler tersebut, dari tujuh siswa yang ikut hanya dua orang yang bukan warga Nahdiyin. Bahkan guru ekstra itu pun bukan warga Nahdiyin
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
15
INSPIRASI
ALUMNI
namun warga Muhammadiyah. Perbedaan firqoh itulah yang kemudian menyebabkan sering terjadi diskusi panas di antara mereka. Sedangkan di OSIS, Zahri mengaku hanya menjadi seksi keagamaan. Itu sejalan dengan minatnya yang ingin mendalami ilmu agama. “Kalau waktu upacara misalnya, saya menjadi bagian pembaca doa. Bahkan saya dipanggil Kiai oleh teman-teman,” kenang Zahri sembari tersenyum. Mulanya Zahri diterima di dua perguruan tinggi sekaligus, yakni di Universitas Airlangga (Unair) Jurusan Radiologi dan di IKIP Surabaya S-1 Pendidikan Matematika. Melihat dua kesempatan itu, orangtua Zahri menyerahkan kepadanya mau memilih yang mana. Secara gengsi, mungkin kuliah di Unair lebih menjanjikan. Namun Zahri berpikir, Jurusan Radiologi merupakan jurusan yang dibutuhkan tapi hanya di rumah sakit-rumah sakit besar. Akhirnya, Zahri mengikuti panggilan
16
batinnya untuk menjadi guru. Zahri memilih S-1 Pendidikan Matematika di IKIP Surabaya. “Saya registrasi agak terakhir, tanggal 17 Agustus 1990. Mirip dengan tanggal lulusan saya, 17 Agustus 1994,” kata Zahri. Karena keinginannya untuk mendalami ilmu agama sudah mendarah daging, ketika kuliah pun Zahri mengkuti UKM UKKI dan juga menjadi bagian keagamaan di Badan Perwakilan Mahasiswa (sekarang Dewan Perwakilan Mahasiswa). Di samping itu, Zahri juga mengadakan kegiatan di salah satu masjid di daerah Ketintang, yakni Masjid Subulus Salam. Zahri tidak mau tinggal di asrama UKKI maupun di masjid. Ia memilih indekos. Alasannya, Zahri ingin menguji keimanan dirinya. “Kalau tinggal di asrama kemudian rajin salat itu biasa karena memang lingkungannya. Tapi kalau di kos saya bisa melihat keteguhan saya. Saya ingin hidup di dunia realitas. Kalau sejak dulu saya sudah menyiapkan
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
Majalah Unesa
sepatu boot untuk berjalan, maka saatnya saya menguji sepatu saya. Apakah benar-benar kuat atau tidak,” bebernya menjelaskan. Selalu Ingat Pesan sang Ayah Tidak mudah memang untuk menghadapi berbagai tantangan dalam realitas kehidupan dengan tetap istiqomah dalam nilai-nilai agama. Namun, berkat pesan dari ayahnya yang telah wafat sejak Zahri masih SD dan kakaknya, ternyata Zahri dapat menikmati hasilnya. Ayah berpesan: “Kehidupan itu harus berupaya menjadi lebih baik. Agar menjadi lebih baik harus berusaha dan bekerja keras.” Dan kakaknya berpesan: “Niatkan kuliah untuk mencari ilmu bukan mencari kerja. Kalau kamu tetap konsisten salat dan baca al-Qurannya pasti nanti disiapkan oleh Allah.” Dua pesan sederhana itulah yang kemudian menjadi pendorong bagi Zahri untuk terus berupaya menjadi
INSPIRASI ALUMNI
“
yang berkaitan dengan kedua mata pelajaran tersebut, mulai terbitan lama hingga yang terbaru. Zahri berusaha keras untuk mempelajari semua materi yang adal di dalam buku yang dibelinya. Alhamdulillah! Zahri dapat dikatakan berhasil. Nilai mata pelajaran IPS yang didapat oleh siswanya rata-rata 8 dan untuk yang PPKn lebih dari 7 namun tidak sampai 8. Dan kepala sekolah menganggap bahwa UAN saat itu berhasil. Setelah mengalami peristiwa itu, Zahri mulai berpikir bahwa ternyata Zahri dapat melakukan hal-hal yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Kemudian ia kembali menguji dirinya untuk melanjutkan S-2. Terbukti, ia mendapat beasiswa dari Dikti untuk melanjutkan S-2 Pendidikan Matematika.
Kehidupan itu harus berupaya menjadi lebih baik. Agar menjadi lebih baik harus berusaha dan bekerja keras.”
Mohammad Zahri, M.Pd Alumnus IKIP Surabaya S-1
Pendidikan Matematika
Profesi Pendidik di lembaga pendidikan Al Hikmah Surabaya
lebih baik dan tetap sesuai dengan garis-garis agama. Terbukti Zahri dapat menyelesaikan pendidikan di bangku kuliahnya tepat empat tahun dengan indeks prestasi terbaik sefakultas. BERKARIER DI AL-HIKMAH Tak lama setelah lulus, pada 16 September 1994, Zahri diterima menjadi guru di kelas empat SD Al-Hikmah. Di mana SD tersebut masih baru berdiri. Pada tahun ajaran baru yang merupakan lulusan SD Al-Hikmah pertama, Zahri dipercaya untuk memegang kelas enam. Bagi Zahri, amanah itu merupakan tantangan berat. Pertama, karena Zahri harus dapat mempertahankan nama baik Al-Hikmah di mata masyarakat dengan melahirkan lulusan terbaik. Kedua, Zahri harus mengampu mata pelajaran yang sama sekali ia tidak sukai sewaktu masih di bangku pendidikan. Di kelas enam tersebut terdapat lima mata pelajaran yang harus diampu oleh Zahri dan temannya (yang kebetulan kakak angkatnya waktu di IKIP Surabaya). Lima mata pelajaran
yang masuk ujian akhir nasional (UAN) tersebut adalah matematika, IPS, PPKn, Bahasa Indonesia, dan IPA. Sementara itu, Zahri memegang mata pelajaran IPS dan PPKn. Mulanya Zahri sangat kebingungan karena harus mengampu mata pelajaran yang jelas-jelas tidak ia sukai. Zahri mengaku, nilai terjelek waktu masih di SMA adalah nilai mata pelajaran IPS, yaitu sejarah. Namun, Zahri segera berpikir positif. Zahri yakin bahwa kepala sekolah tidak mungkin ngawur dalam memberikan amanah. “Mungkin saya dianggap lebih. Kalau ahli matematika ngajar matematikan kemudian hasilnya bagus, maka itu biasa. Apalagi saya kan wisudawan matematikan terbaik. Tapi, kalau bukan ahli IPS dan PPKn kemudian mengajar itu dan hasilnya baik, maka itu luar biasa,” kisah Zahri dalam menghibur dirinya. Langkah pertama Zahri meminta untuk dibelikan semua buku mata pelajaran IPS dan PPKn. Zahri menekankan untuk dibelikan semua, baik yang terbitan lama hingga yang terbaru. Zahri juga meminta untuk dibelikan semua bank soal
Majalah Unesa
MEMBUAT TEROBOSAN Beberapa ide lain yang menjadi trobosan Zahri adalah kalau pada mulanya waktu masuk mulai Senin hingga Sabtu maka Zahri mengusulkan untuk meliburkan hari Sabtu. Zahri mengusulkan agar hari Sabtu dijadikan waktu untuk belajar bagi guru. Kedua, Zahri pernah mengusulkan agar program penjurusan dimulai sejak kelas satu SMA. Ketiga, Zahri mengusulkan untuk memasukkan mata pelajaran Bahasa Inggris sejak kelas satu SD. Ide-ide tersebut memang mengalami banyak penentangan dari pusat namun Zahri tetap bersikap bijak. Zahri menganggap bahwa kalau hal itu memang baik untuk dilakukan maka ia akan melakukannya meskipun akan menuai banyak resiko. Adapun satu impian Zahri yang hingga kini belum tercapai adalah mondok. Meskipun ia sering sowan ke beberapa pondok pesantren namun sebenarnya ia masih ingin mondok. “Cita-cita saya yang belum tercapai adalah mondok. Saya dulu gagal mondok gara-gara Kiai yang dipercaya ayah pergi ke Makkah dan tidak kembali lagi ke tanah air. Sehingga saya dimasukkan ke SMA. Tapi, sekarang saya dipercaya mengelola pondok,” ungkapnya. n (SYAIFUL RAHMANI)
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
17
LENSA UNESA
MoU Unesa - Stiba
& Tugboat Ltd
nesa sebagai lembaga pendidikan semakin memperkuat jejaring dengan instansi-instansi dan lembaga-lembaga terkait. Pada Selasa (19/5/2015), Unesa menandatangi nota kesepahaman (MOU) dengan Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STIBA) Saraswati Denpasar dan Tugboat Co., Ltd. Karena Rektor Unesa berhalangan hadir Unesa diwakili oleh Pembantu Rektor IV, Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt. Dari pihak STIBA ditandatangi langsung oleh Ketua STIBA I Komang Sulatra, M.Hum. sedangkan dari pihak Tugboat Co.,Ltd. ditandatangi oleh Shingo Nishimoto. (EMIR/SYAIFUL)
18
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
Majalah Unesa
LENSA UNESA
Rektor Turut Semangati
Gerakan Sarapan
SEHAT
SABTU (2/5/2015) merupakan perayaan hari pendidikan. Dalam rangka memperingati hari besar nasional tersebut, SD dan SMP Labschool Unesa mengadakan kegiatan edukatif. Yakni mendukung gerakan sarapan pagi bersama di kantin sekolah sehat elektronik, di mana kegiatan ini bertujuan mengajak anak-anak sarapan bersama di sekolah sebelum jam pelajaran dimulai dan untuk membiasakan anak-anak sarapan pagi terlebih dahulu sebelum sekolah. Kegiatan memperingati hari pendidikan sendiri dilaksanakan di aula Labschool SD dan SMP Unesa yang dihadiri Rektor Unesa Prof. Dr. Warsono, M.S., pembantu rektor 1, pembantu rektor 3, kepala sekolah SD Labschool, kepala sekolah SMP Labscool, serta para guru labschool Unesa. (SANDI/SYAIFUL)
Majalah Unesa
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
19
KABAR MANCA
Penulis saat berada di halaman pabrik mobil Marcedez Benz di wilayah Bremen, Jerman. Ini merupakan salah satu tour yang ditawarkan pengelola Goethe Institut Bremen.
20
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
Majalah Unesa
KABAR MANCA
MENIKMATI BELAJAR BAHASA & BUDAYA DI BREMEN JERMAN BELAJAR BAHASA YANG TEPAT ADALAH KEPADA PENUTUR ASLINYA. DAN, SAYA PUN BERKESEMPATAN UNTUK BELAJAR LANGSUNG BAHASA JERMAN KE KOTA BREMEN, JERMAN, MENJELANG MUSIM DINGIN TAHUN LALU.
S
aya mendapatkan kabar untuk mengikuti short course kebahasaan di Bremen Jerman akhir Ramadan (1435H) tahun lalu, melalui program Islamic Development Bank (IDB) - Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dalam rangka peningkatan dan penyegaran kembali kompetensi kebahasaan dosen. Kala itu saya berkesempatan untuk mengikuti program belajar bahasa di Goethe Institut (GI) Bremen, Jerman. Sebuah kesempatan dan pengalaman yang tidak saya sia-siakan, dan pasti tak terlupakan sebagai pengalaman hidup yang penuh kesan. Dalam kurun waktu sebulan, antara akhir Oktober - November 2014 itu pula saya mencoba memperdalam pengetahuan bahasa serta budaya masyarakat di Bremen. Belajar langsung tentang bahasa sekaligus budaya di negara asalnya. Begitulah kiranya tujuan program ini. Selama di Bremen yang terkenal sebagai kota pelabuhan penghasil tembakau terbesar di Jerman tersebut, saya berinteraksi, belajar bersama dengan berbagai teman mancanegara dan tinggal di Gastfamilie (keluarga
induk semang). Dengan tinggal bersama sebuah keluarga Jerman ini saya dapat menambah pengalaman akademis sekaligus memperluas pengalaman sosial-budaya yang tak terlupakan untuk dibawa kembali ke tanah air. PENGALAMAN BERSAMA TEMAN MANCA NEGARA Goethe Institut menjadi tujuan awal saya. Saya memilih lembaga bahasa di kota di Bremen, Jerman ini karena untuk menyesuaikan program yang ada pada waktu itu. Letak Goethe Institute ini
terintegrasi dengan fakultas bahasa dan seni di Universitas Bremen. Selama kurun waktu sebulan menjalani short course tersebut, saya bersama lima belas teman lain yang berasal dari berbagai negara dikelompokkan dalam satu kelas yang sama. Teman-teman saya berasal dari negara dan profesi yang berbeda, seperti Turki, Bosnia, Rusia, Arab, Italia dan Serbia. Mereka ada yang berpeofesi sebagai dokter, guru, pemandu wisata, dan profesi-profesi bergengsi lainnya. Bersama mereka kami memperdalam pengetahuan kebahasaan Jerman.
Sepeda angin diparkir dan dikunci di tempat yang telah disediakan. Tempat parkir sepeda seperti ini banyak dijumpai di pinggiran kota, sementara penggunanya berganti menggunakan transportasi umum seperti bus atau kereta menuju tempat yang lebih jauh.
Majalah Unesa
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
21
KABAR
MANCA
Sebagai pengalaman akademis baru dalam belajar bahasa, tentu saya sangat kagum dengan semua. Misalkan mengenai fasilitas belajar, kelas multimedia, teman kelas yang semunya memiliki motivasi tinggi dalam belajar, dan guru yang profesional. Saat kali pertama hadir di GI, saya langsung dihadapkan dengan fasilitas kelas. Ada lebih dari 20 kelas yang digunakan dalam program ini . Sejauh yang saya tahu semuanya adalah kelas multimedia. Sebuah kelas ideal bagi pembelajar bahasa. Di sana tersedia seperangkat komputer yang tersambung dengan koneksi internet dan proyektor. Seperangkat alat audio visual untuk pengajaran keterampilan menyimak, papan media tempel dan satu paket kamus yang terdiri atas 10 jilid yang disiapkan di setiap kelas. Kelas multimedia bagi pembelajaran bahasa meski bukanlah hal baru, akan tetapi ketersediaan fasilitasnya dapat memberikan kemudahan dalam pembelajaran bahasa asing secara komprehensif, terintegrasi antara keempat keterampilan berbahasa bagi penutur asing seperti yang saya dan kelimabelas teman lain saat itu. Hal lain yang saya amati dan menjadi catatan tersendiri adalah pengajar yang sangat profesional. Professionalitas diwujudkan dengan etos kerja penuh disiplin dan tertib waktu. Begitu pula dengan kegiatan perencanaan dalam mengajar, persiapan dari materi methodic-didaktik yang digunakan juga terkesan baik sekali. Hal berikutnya yang saya catat adalah mudahnya akses ke perpustakaan. Perpustakaan adalah tempat yang paling diminati untuk untuk mencari sumber belajar. Perpustakaan yang paling dekat adalah perpustakaan Goethe Institute. Selain itu ada perpustakaan lain, yaitu perpustakaan di universitas dan perpustakaan kota. Perpustakaan Goethe institute
22
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
menyediakan beragam buku kebahasaan dan tentu fasilitas selbt learning yang bisa diakses bebas. Computer yang terhubung dengan internet, memungkinkan kita memilih sumber belajar yang diperlukan. Ada juga modul belajar yang disediakan dengan ruang baca yang sangat nyaman. Tak jauh di lantai bawahnya kita bisa juga mengakses perpustakaan Universitas Bremen. Ada empat lantai yang bisa kita akses. Di setiap lantainya disediakan berbagai macam literature, jurnal, buku kebahasaan dan berbagai macam majalah dan surat kabar. Ada juga ruang baca, ruang computer yang kita bisa gunakan untuk mengakses internet dan sebagainya. Di berbagai sudut ruangan juga disediakan sofa dan tempat duduk berserta meja yang memungkinkan pengunjung untuk membaca, diskusi dan mengerjakan tugas belajar. PENGALAMAN BUDAYA Selama sebulan saya berada dan tinggal bersama dengan Gastfamilie, sehari-hari bersama orang Jerman di Bremen memberikan pengalaman lain. Interaksi dan diskusi yang kami lakukan setiap hari memberikan informasi tentang negara Jerman dari sisi yang lain. Semua pengalaman tersebut saya dapat dengan aktif berinteraksi saat sarapan dan makan malam bersama di rumah, maupun aktivitas keseharian lainnya. Budaya tertib dan disiplin adalah hal yang paling tampak pada diri masyarakat Jerman, sehingga membuat saya sangat terkesan. Budaya tertib ini telihat dari keseharian, misalnya disiplin waktu. Soal yang satu ini bisa saya rasakan di setiap napas kehidupan. Disiplin saat bekerja, disiplin kuliah, dan lain-lain. Budaya hemat yang tecermin dalam kedisiplinan sehari-hari di antaranya tampak pada teguhnya
Majalah Unesa
Penulis berfoto di depan rumah Gastfamilie, tempat saya menginap selama mengikuti short course di Jerman.
Menyempatkan foto di patung Rolland, yang ada di Kota Bremen.
mereka dalam membiasakan hemat energi. Baik dalam penggunaan gas, listrik maupun air seakan sudah hal yang otomatis meraka dilakukan. Meski dengan dalih karena ‘mahal’, namun itu menjadi sebuah pola penerapan disiplin yang baik.
KABAR MANCA Menggunakan alistrik seperlunya, tidak membuang air yang tidak perlu, penggunaan seminim mungkin gas di dapur adalah bagian dari pola disiplin mereka. Dalam keseharian, pintu kamar saya kerap diketuk karena ibu Gastfamilie melihat lampu dalam kamar saya masih menyala menjelang tidur. Dia selalu mengingatkan untuk mematikan lampu. Dalam berhemat gas, saya selalu mendapati mereka memasak telur dengan api yang sangat kecil. Meski prosesnya lama, namun hal itu sangat berdampak pada penghematan gas yang mereka perlukan setiap hari. Sementara untuk urusan air mareka tak akan membuang sia-sia air meski untuk mandi. Oleh karenanya mereka sangat berpikir bila harus mandi berulang kali (3 kali sehari) seperti kita di Indonesia. Shower manjadi pilihan utama di kamar mandi karena dinilai paling efektif dalam mengemat air. Tertib yang lain juga saya lihat pada saat menggunakan transportasi umum. Tertib membeli karcis tertib memarkir kendaraan dan tertib lainnya adalah hal biasa yang seharihari menjadi pemandangan di setiap sisi ramainya staisun, terminal, maupun halte. Ketaatan pengguna transportasi angkutan massal umum juga sangat tinggi. Hampir setiap penumpang naik-turun halte menggunakan tiket atau karcis yang mereka beli, meskipun tanpa atau dicek oleh petugas kondiktur. Mereka
paham bahwa ongkos yang mereka beli adalah demi keÂber langsungan dan terpeliharanya transportasi yang mereka butuhkan. Menghargai waktu juga sangat diagungkan masyarakat Jerman. Itu tampak dalam keseharian induk semang saya yang meski kerja paro waktu dengan mengerjakan naskahnaskah kuno di rumah, tetapi dia tidak sekalipun membuang waktu sia-sia. Di rumahnya tidak ada televisi, karena baginya menonton tv hanya membuang waktu. Hanya ada sebuah radio yang menjadi teman setiap saat dia menyelesaikan tugas di meja kerjanya di luar kamar yang saya tinggali selama di Bremen. Itu semua adalah bagian positif yang mungkin bisa kita ambil sebagai inspirasi hidup penuh disiplin dari budaya masyarakat Jerman. Suatu saat kita pun mendambakan masyarakat kita (Indonesia) mampu memiliki pola hidup seperti itu.n
Penulis adalah dosen pada jurusan bahasa jerman, FBS Unesa
Bersama pengajar dan teman-teman seangkatan dari beberapa negara dalam kelas di Goethe Institut Bremen.
Majalah Unesa
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
23
ARTIKEL
PENDIDIKAN
DUNIA TANPA KERTAS,
MUNGKINKAH? Oleh Rajikinnur, S.Pd
Sejak ditemukan oleh bangsa Mesir dan Cina, kertas telah menjadi salah satu kebutuhan yang sangat esensial bagi manusia. Kertas digunakan untuk banyak hal, mulai dari tisu WC bahan uang, pembungkus barang hingga jadi dinding rumah. Sifatnya yang adaptif dan dapat didaur ulangm membuat kertas menjadi pilihan utama untuk banyak kegunaan.
D
i sekolah, kertas merupakan salah satu kebutuhan pokok. Proses administrasi sekolah sangat bergantung pada kertas. Mulai dari laporan sederhana sampai yang rumit, dari laporan prestasi siswa sampai usulan kenaikan pangkat guru, buku pelajaran, buku tulis, dan administrasi pembelajaran, semua menggunakan kertas. Walau kertas sangat penting bagi sekolah, tetapi sering kita menemui
24
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
masalah karena penggunaan kertas. Berkas administrasi yang bertumpuk di meja-meja guru mengurangi kenyamanan ruang guru. Lemari yang penuh dengan berkas, berjajar memenuhi ruang kantor yang semakin hari semakin sempit karena bertambahnya lemari. Gudang penyimpanan yang penuh berkas bertumpuk, berdebu dan kumal akibat terkena air hujan. Belum lagi terdapat berkas yang rusak akibat ngengat dan
Majalah Unesa
tikus. Sulitnya, menemukan data yang tersimpan dalam berkas lama, dan banyak masalah lain yang mengurangi efisiensi kerja administrasi. Kesulitan itulah yang mencetuskan pemikiran tentang paperless world atau dunia tanpa kertas, yang kemudian diterjemahkan sebagai paperless office. Memang kita tidak mungkin untuk meniadakan kertas dari sekolah, karena beberapa hal dalam proses administrasi masih diperlukannya kertas. Tindakan
ARTIKEL PENDIDIKAN yang dapat kita lalukan bersama, yakni seminimal mungkin menggunakan pemakaian kertas dan hanya digunakan seperlunya. Salah satu alternatif mengurangi pemakaian kertas dapat menggunakan format digital, sebagai langkah mengurangi pemakaian kertas.
materi pembelajaran jadi siswa tidak perlu keluarkan uang untuk beli buku. Bagi guru, setumpuk kertas untuk administrasi pengelolaan KBM, buku referensi, dan lainnya dapat diganti dengan sebuah laptop atau notebook bahkan I-Pad yang ringan dan simple.
KEUNTUNGAN DIGITAL Banyak keuntungan menggunakan format digital sebagai pengganti kertas. Antara lain;
4. Ramah lingkungan Bahan dasar kertas adalah kayu, penebangan kayu yang berefek negatif terhadap lingkungan dapat dikurangi. Kayu dapat di gunakan untuk hal lain. Sekarang kita tahu bahwa banyak keuntungan yang kita dapatkan dengan meninggalkan pengunaan kertas di sekolah. Yang menjadi pertanyaannya, mungkinkah sekolah tanpa kertas? Tentu untuk saat ini, kita belum bisa lepas dari penggunaan kertas khususnya dalam mengelola administrasi sekolah. Namun, kita
1. Lebih mudah Tidak ada lagi alasan tidak bisa komputer (TBC) di era ini. Semua pelaku dalam dunia pendidikan wajib untuk melek komputer. Karena itu untuk menggunakan format digital bukan merupakan hal yang sulit. Data digital lebih mudah dikelola. Mudah diakses bila sewaktu-waktu dengan menggunakan program pengolahan data seperti exel, access, atau foxpro tempat data bisa didesain sedemikian rupa sehingga mudah untuk diakses bila di butuhkan.
dapat mengurangi pemakaian kertas seminimal mungkin. Goodwill dari manager sekolah dalam hal ini kepala sekolah dan kerjasama dari seluruh civitas akademi yang ada di sekolah tentu dapat mewujudkan gerakan paperless school. n Penulis adalah kepala SMAN 1 Muara Teweh Barut-Kalteng. Artikel ini pernah dimuat di majalah education yes volume 1
2. Aman Data digital dapat di backup secara berkala, sehingga kita tidsak takut hilang. Penyimpanan data bisa menggunakan bantuan internet. Dimasukkan dalam website atau blog sekolah data akan tersimpan. Dalam perkembangan TI tentu akan ditemukan cara yang lebih mudah dan aman untuk menyimpan data. 3. Murah Sekeping CD yang berkapasitas 600 Mb mampu menyimpan data yang bila disimpan dalam lembar halaman kertas, perlu kertas berrimrim. Selain itu, pengunaan data digital juga tidak memerlukan ruang untuk menyimpan, cukup pakai CD, HD external, website, blog, wordpress, dll. Untuk siswa, tersedia BSE, e-book yang dapat di download secara gratis. Kedepan penerbit buku akan menjual buku secara digital. Ada juga blog 2 guru yang disana penuh dengan
Majalah Unesa
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
25
KABAR
SM3T
Prof. Luthfiyah Nuerlaela, M.Pd
SURAT UNTUK RHEZA
DI MDB
Assalamualaikum, Rheza. Semoga kamu dan kawan-kawan selalu dalam keadaan sehat dan tetap bersemangat dalam mendampingi anak-anak didik kalian. Semoga kalian selalu menjadi sosok-sosok yang mereka rindukan.
R
heza, ini adalah kali ke sekian saya mencoba menulis untukmu. Mencoba membalas suratmu yang saya terima lebih dari sebulan yang lalu. Beberapa kali saya coba menulis, mata saya selalu kabur dipenuhi air mata dan saya tidak kuasa melanjutkan. Suratmu telah membawa saya pada situasi yang bercampuraduk, antara bangga, sedih, merasa bersalah, dan mungkin juga trauma. Terbayang semuanya, bagaimana rasa kehilangan kamu dan kawan-kawan karena kepergian Isnaeni. Upaya kalian untuk menemukan seorang sahabat seperjuangan yang hilang di keluasan samudera, begitu jelas tergambar di pelupuk mata. Kalian menyisiri tempat-tempat yang memberi harapan akan keberadaannya, apa pun yang terjadi. Kalian bertekad untuk menemukannya, dalam keadaan hidup atau mati. Dalam kondisi lelah fisik dan mental, kalian terus mencari, dengan hati yang hancur namun penuh harap. Rheza, seringkali saya bertanya-
26
tanya, sudah benarkan kami menugaskan kalian ke tempattempat terpencil yang penuh dengan tantangan itu? Sudah tepatkah keputusan kami memilih anakanak muda yang kami nilai mampu mengabdi di daerah-daerah tersebut?
Tidakkah itu terlalu berat bagi mereka? Tidakkah itu merupakan beban yang berlebihan bagi pundak-pundak muda mereka? Termasuk keputusan kami untuk menugaskan kamu ke Maluku Barat Daya (MBD), ke sebuah pulau
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
Majalah Unesa
terpencil bernama Mdona Hyera. Saya melihat kamu adalah sosok yang kuat, bertahun-tahun tertempa dalam organisasi pecinta alam yang memberimu pengalaman berat secara fisik dan mental. Kamu pasti bisa menghadapi rintangan seberat apa pun. Saya yakin kamu mampu menghadapinya. Dan keyakinan saya itu benar. Kamu berjuang dengan segala yang kamu punya, dengan segala tenaga dan pikiran kamu, untuk mendidik anak-anak murid kamu. Kamu berjuang mengatasi semua rintangan yang datang dari segala penjuru, berupa sakit, minimnya dukungan masyarakat, dan juga rasa rindumu pada kampung halaman. Kamu terus berjuang meski dengan hati yang diliputi kesedihan dan ketakutan. Kamu tetap tegar meski air mata tumpah karena kepedihan demi kepedihan yang terus-menerus bergantian menerpamu. Puncaknya adalah saat musibah itu terjadi menimpa Isnaeni. Tahukah kamu, Rheza, sampai saat ini, saya
KABAR SM3T masih terngiang-ngiang suara Wahyu Puspita yang menelepon dari Tiakur mengabarkan musibah itu. Tangisnya menyiratkan betapa sedih dan hancur hatinya. Juga suara parau ayahanda Isnaeni, Bapak Ali Mashar, saat saya mengabarkan bahwa Isaneni tenggelam dan sedang dalam pencarian. Di antara riuh-rendah suara anak-anak muridnya, beliau mendengarkan penjelasan saya, dan dengan suaranya yang tertahan-tahan karena kesedihan, beliau menanyakan bagaimana kejadian musibah itu. Juga mengamini, saat saya melantunkan doa, semoga Isnaeni segera ditemukan dalam keadaan selamat. Rheza, kamu dan kawan-kawan pasti paham betul, program SM-3T ini adalah program yang sangat berisiko. Medan yang begitu berat, budaya masyarakat yang masih sangat tradisional, malaria yang mengancam tak kenal waktu, dan kerinduan yang tak tertanggungkan pada kampung halaman. Sepanjang pengalaman saya mendampingi program ini, malaria adalah makanan wajib bagi kalian. Kalian jatuh bangun karena penyakit endemik ini, bahkan nyaris kehilangan nyawa karenanya. Penyakit ini membuntuti kalian ke mana pun kalian pergi. Menunggu kalian di setiap sudut mana pun yang kalian jangkau. Menggerogoti fisik dan mental kalian, membuat kalian nyaris putus asa. Namun semangat untuk berjuang dan mengabdi itu seperti menjadi nyawa cadangan kalian, yang membuat kalian tetap bisa bertahan hidup. Suara anak didik yang memanggil-manggil kalian dengan sebutan “pak guru” dan “bu guru” adalah suara dari surga yang membangkitkan asa dan menyalakan api perjuangan kalian. Dalam kondisi antara hidup dan mati, kalian dibawa melintasi bukit dan menembus belantara serta menyeberangi samudera, mencari pertolongan untuk menyelamatkan nyawa kalian. Hanya api perjuangan itulah, yang terus dihembuskan oleh Dzat Yang Maha Kuasa di dalam relung-relung hati dan
mengaliri darah di seluruh tubuh kalian, yang membuat kalian selalu hidup, dan bersedia selalu ada untuk anak-anak itu. Tidak hanya malaria. Swanggi, nai, dan banyak hal magis lain, juga melolosi sedikit demi sedikit kekuatan kalian. Tiba-tiba saja sekujur tubuh kalian terpapar sakit yang tak jelas namanya, sakit yang merusak kulit, menyakiti perut, membuat kepala
Program ini merupakan harapan kita. Tidak hanya untuk mengatasi kekurangan guru dan disparitas pembangunan pendidikan di republik yang luas ini. Namun juga untuk membangun ke-Indonesiaan. kalian berat, tubuh lemas, bahkan merusak jiwa dan pikiran kalian. Kadangkala darah keluar dari mulut dan hidung, tak henti-henti, dan tak ada ahli medis mana pun yang bisa menghentikannya. Akhirnya kalian harus dievakuasi dan diberi perlakuan khusus untuk memulihkan kesehatan fisik dan mental kalian. Astaghfirullah. Saya seringkali hanya bisa terpekur dengan semua yang terjadi, merasa prihatin, berdosa, dan trauma. Saya hanyalah seorang ibu, yang tidak tahan saat mendengar kepedihan dan ketakutan anakanaknya, lebih-lebih karena saya juga mengambil peran dalam semua kepedihan dan ketakutan kalian. Saya hanya bisa menyapa kalian dengan doa-doa saya, menghibur
Majalah Unesa
kalian dengan kata-kata manis saya, dan menyemangati kalian dengan keyakinan penuh bahwa kalian akan cepat pulih dan semuanya akan kembali baik-baik saja. Ternyata tidak sampai di situ. Tibatiba saja musibah itu terjadi. Isnaeni tenggelam saat menumpang perahu yang akan membawanya menunaikan tugas. Empat hari kemudian jenazahnya baru ditemukan. Ya Allah, maafkan hamba-Mu. Sayalah yang paling bersalah dalam musibah ini. Sayalah yang seharusnya bertanggung jawab atas semua yang terjadi. Saya yakini semua musibah semata-mata karena takdir-Mu. Namun, Ya Allah, sayalah yang mengambil keputusan ke mana saya harus menugaskan mereka. Adakah keputusan yang saya ambil ini atas bimbingan-Mu, Tuhan? Bila demikian, maka bimbinglah juga mereka selalu dalam lindungan-Mu, jauhkan mereka dari penyakit dan segala marabahaya. Izinkan mereka kembali pulang, tetap dengan seutuhnya kesehatan dan kekuatan mereka, dan bertemu kembali dengan keluarga dan kampung halaman. Rheza, jujur, benak saya dipenuhi rasa bersalah. Dalam sisa ketegaran yang saya punya, saya berusaha untuk menghibur diri sendiri. Program ini adalah program mulia. Ada jiwajiwa kecil yang memerlukan uluran tangan kita. Kalianlah yang mereka tunggu. Pak Guru dan Ibu Guru yang mengajar dengan hati. Yang tak pernah menampakkan raut muka marah di wajahnya. Yang tak pernah membawa rotan di tangannya. Yang selalu ada untuk mendengar cerita dan keluhkesah mereka. Yang merangkul tubuhtubuh kecil dekil itu dengan sepenuh cinta. Dan selalu meyemaikan cita-cita dan masa depan yang indah. Program ini merupakan harapan kita. Tidak hanya untuk mengatasi kekurangan guru dan disparitas pembangunan pendidikan di republik yang luas ini. Namun juga untuk membangun ke-Indonesiaan. Rheza, kamu dan kawan-kawan pasti
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
27
KABAR
SM3T
MEMPRIHATINKAN: Kondisi SMPN 3 Kecamatan Mdona Hyera tampak lengang dan serba penuh keterbatasan.
sudah melihat dengan mata kepala kalian sendiri, betapa anak-anak dan masyarakat di wilayah-wilayah 3T itu begitu rindu akan sentuhan, haus akan sapaan. Mereka juga menghadapi ancaman disintegrasi dan seringkali berada dalam situasi tertekan karena kondisi keamanan yang parah. Dan kalian, adalah para pendamai bagi mereka. Duta NKRI. Kalian adalah bukti bahwa sesungguhnya NKRI tidak melupakan mereka. Ya, kalianlah buktinya. Kalian datang untuk menyapa dan memberi sentuhan. Mengetuk hati setiap jiwa yang kosong, mengisinya penuh-penuh dengan semangat hidup dan keceriaan. Kalian seperti pelita yang menyala menerangi kegelapan yang telah bertahun-tahun melingkupi mereka. Seperti itu, tegakah kita mengabaikannya? Tegakah kita menutup mata dan tak memerdulikannya? Seringkali kita jengkel dengan sambutan pejabat pemerintah daerah yang tidak simpatik, jengkel pada sikap tak kooperatif guru-guru asli daerah setempat. Namun teriakan anak-anak itu seperti memanggil-manggil kita untuk mendekat dan memeluk mereka. Jadilah kita semua berada di sini,
28
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
berkomitmen pada program ini. Apa pun yang terjadi, kita harus turun. Menjejakkan kaki di tanah-tanah terdepan dan terluar itu, meski nyawa taruhannya. Isnaeni bukanlah yang pertama merelakan hidupnya untuk program ini. Ada nama-nama lain yang telah mendahului. Dan mereka semua gugur sebagai pahlawan, sebagai syuhada. Meski kesedihan kita begitu berat, namun kita sudah bertekad, perjuangan harus terus berlanjut. Tak ada kata mundur. Isnaeni dan semua yang telah pergi akan berbangga karena kita tetap melanjutkan perjuangan mereka. Rheza, saya bersyukur, kamu dan kawan-kawan seperjuanganmu begitu kuat, begitu tegar. Kalian mengendapkan keraguan dan rasa bersalah saya. Kalian menghapus kepedihan dan trauma di hati saya. Bersama kalian, saya yakin, kita akan kuat menghadapi segalanya. Saya juga bersyukur, Rheza, kamu bisa bertahan untuk tetap tidak mau terlibat dalam kecurangan UN. Meski kepala sekolah mempersoalkan keteguhanmu untuk tidak mau membuat jawaban soal-soal UN, dan guru-guru menyindirmu dengan
Majalah Unesa
sindiran-sindiran pedas, kamu bergeming. Hebat, Rheza, kamu hebat. Tidak banyak anak muda yang setegar kamu dalam urusan UN. Saya bangga dan sangat respek padamu. Demikianlah, Rheza, maka telah kubalas suratmu. Lega rasanya bisa menuntaskan ini. Terima kasih sudah menjadi bagian dari program pengabdian ini. Terima kasih untuk kalian semua yang punya jiwa keterpanggilan dan kesepenuh hatian untuk melayani. Kalian adalah mutiara indah yang dimiliki negeri ini. Teruslah bersinar dan teruslah menyinari. Rheza, salam hangat dan rinduku untukmu dan untuk kalian semua. Tiga bulan lagi kita bertemu, semoga kalian semua baik-baik saja. Tetap dengan semangat mengabdi dan memelihara cita-cita kalian sebagai guru. Semoga Allah SWT memberikan perlindungan dan meridhoi setiap langkah kita. Amin YRA. Salam hangat, Mbak Ella (www.lutthfiyah.com/arm)
SEPUTAR UNESA
FIK Gelar Kejuaraan
ATLETIK UNESA X
F
akultas Ilmu Keolahragaan, selain mengadakan acara class meeting untuk mahasiswa semester 2 selingkup kampus Lidah Wetan, gabungan dosen dan mahasiswa FIK juga menggelar “Kejuaraan Atletik Unesa X Tahun 2015” di Lapangan
Atletik Oentoeng Poedjadi Unesa, Sabtu (9/5/2015). Kegiatan ini diikuti 123 siswa SD, 117 siswa SMP, dan 92 siswa SMA/Se-derajat. Lomba akbar ini diadakan selama dua hari, yaitu pada tanggal 9—10 Mei 2015 dengan estimasi waktu sesi tingkat pertama pukul 06.00—12.30
WIB dan sesi tingkat kedua pukul 13.00—17.00 WIB. Kejuaraan atletik Unesa telah diadakan sejak tahun 2006. Dari sejarahnya, Kejuaraan atletik yang diselenggarakan sebagai bentuk praktikum mata kuliah atletik lanjutan, pertama kali diikuti oleh dua kecamatan di Surabaya. Seiring waktu, jenis kompetisi yang diikuti oleh satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah ini mulai diikuti oleh beberapa kota/kabupaten di Jawa Timur. Pada kejuaraan kali ini diikuti 17 kabupaten/kota se-Jawa Timur dengan total 120 sekolah. Pada hari pertama, dilaksanakan perlombaan untuk tingkat SMA dan SMP, sedangkan untuk tingkat SD dilaksanakan pada hari kedua. Masing-masing tingkat memiliki empat nomor dari beberapa nomor yang terdiri atas lari jarak pendek (50 meter untuk SD, 60 meter untuk SMP, dan 100 meter
untuk SMA), lari estafet 8x50 meter (untuk SD), lompat jauh, lempar peluru (untuk SD), tolak peluru (untuk SMP dan SMA), dan lompat tinggi (untuk SMP dan SMA). Berbeda dengan acaraacara lain, kejuaraan atletik FIK merupakan perwujudan dari mata kuliah atletik lanjutan mahasiswa semester 2. Kepanitiaan telah dibentuk sejak semester 2 yang terdiri dari empat kelas mahasiswa angkatan 2014 semester 2 dan dosen. Acara ini juga didukung Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan Pengurus Provinsi PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) Jawa Timur. “Acara ini tidak sekadar bertujuan untuk melombakan siswa SD-SMA, namun juga bertujuan penting bagi mahasiswa dan sekolah terkait, yaitu keterlibatan mahasiswa secara aktif untuk mengajarkan atletik kepada siswa,” ujar Dr. Suroto., M. A., Ph. D., ketua panitia. (ANNISA/
BEM FMIPA Gelar PORFAK
SENI DAN OLAH RAGA
B
EM Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam mengadakan pekan olah raga fakultas atau lebih dikenal dengan Porfak. Berbeda dengan tahun lalu, Porfak yang diberi nama Panen Dollar tahun ini, BEM FMIPA mengadakan Porfak bertajuk “Kobar Senior atau Kompetisi Akbar Seni dan Olahraga”. Tema Kobar Senior tahun ini adalah mengobarkan sportivitas dan kreativitas tanpa batas. Kegiatan ini berlangsung pada 11-26 Mei 2015. Mempertandingkan beberapa cabor
seperti basket, futsal, tarik tambang, dan festival band. Kobar Senior ini nantinya akan memperebutkan hadiah berupa uang tunai dan piala dari pihak sponsor. Pembukaan kegiatan yang dilaksanakan di gazebo FMIPA ini dihadiri oleh beberapa perwakilan dari tiap jurusan di FMIPA dan Pembantu Dekan II FMIPA. Menurut Rizal Fauzi selaku wakil ketua BEM FMIPA mengungkapkan, Kobar Senior merupakan kompetisi yang lebih besar dari kegiatan tahun lalu. “Diharapkan pada kegiatan ini muncul
Majalah Unesa
bakat-bakat dan kreativitas dari bidang kesenian maupun olahraga,” jelasnya. Selain itu, kegiatan ini dibuka oleh Dr. Wasis, M.Si. selaku Pembantu Dekan II FMIPA. Pada saat penyampaian pidato beliau berharap agar kegiatan tahunan ini bias betul-betul membangun kreativitas dan sportifitas di kalangan mahasiswa FMIPA. Selanjutnya, pembukaan secara simbolik dilakukan dengan membakar obor yang dibawa masing-masing jurusan bak prosesi obor yang digunakan saat olimpiade pada umunya. (SURYO/SR)
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
29
SEPUTAR
UNESA
Unesa Dialog Pendidikan
LIVE DI TVRI SURABAYA
D
alam rangka merayakan bulan pendidikan banyak hal yang perlu dievaluasi oleh Universitas Negeri Surabaya, khususnya Fakultas Ilmu Pendidikan selaku lembaga yang bergerak dalam bidang pedidikan dan keguruan. Pengembangan sumber daya manusia, pengembangan sistem, dan pengadaan berbagai kegiatan tentu menjadi hal wajib yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Unesa. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Unesa Drs. Sujarwanto, M.Pd. dan Ketua
30
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Unesa Dra. Gunarti Dwi Lestari M.Si tampil sebagai narasumber di stasiun TVRI dalam acara PRO 2, Selasa (5/5/2015). Acara yang berduarasi 30 menit tersebut mengangkat topik “Peran Pendidikan dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”. Dalam acara tersebut, Sujarwanto berpendapat bahwa nilai-nilai pendidikan perlu merujuk pada Ki Hajar Dewantoro. “Kita perlu merefleksi, apakah yang dilakukan sudah sesuai atau tidak,” jelasnya. Selain itu, pembahasan juga men-
Majalah Unesa
garah pada seputar peran masyarakat yang menyandang disabilitas dalam MEA. “Nantinya kita buat kampus Unesa yang ramah terhadap disabilitas,” imbuhnya. Senada dengan itu, Gunarti yang juga menjadi ketua pelaksana kegiatan Edu Fest menambahkan, dalam rangka merayakan bulan pendidikan, Unesa sudah menyiapkan berbagai kegiatan, dari yang bersifat edukatif, sosial, exhibition, budaya , bazar, dan lainnya, dikemas dalam kegiatan Edu Fest yang puncaknya diadakan pada 9—11 Mei 2015. (EMIR/SR)
SEPUTAR UNESA
T
idak hanya aktif dalam lingkup internal, Universitas Negeri Surabaya juga ikut andil dalam event Internasional yaitu Majapahit Travel Fair (MTF) ke-16. Event ini digelar di Grand City Surabaya pada 7—10 Mei 2015. MTF sendiri merupakan pameran pariwisata tahunan terbesar di Indonesia timur. Sejak pukul 09.00 WIB pagi mahasiswa dari Jurusan Sejarah serta dosen sejarah Drs. Yohanes Hanan Pamungkas, M.A. sudah mempersiapkan stand Unesa. Dengan mengangkat tajuk “900 KM Rute Raja Majapahit”. Tidak hanya itu, Unesa juga menampilkan live perform tarian khas Jawa Timur oleh mahasiswa Jurusan Sendratasik. Menurut Septian Prasetyo, ketua pelaksana, pengunjung sangat antusias dalam mengikuti event MFT ini. “Kami tidak hanya menjual sisi travel, tapi kami juga menawarkan sejarah dan filosofi,” ujar mahasiswa Jurusan Sejarah angkatan 2011 tersebut. Lebih lanjut, menurutnya, dukungan Unesa sudah sangat baik, sehingga bisa berpartisipasi dalam event Internasional tersebut. (Emir/SR) . (DIYANTI/SR)
Jurusan Sejarah Unesa
IKUT EVENT INTERNASIONAL
UKKI Sinergikan LDK dan LDF
BANGUN KAMPUS MADANI
D
alam rangka memperingati isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW, Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI) mengadakan serangkaian kajian selama empat hari pada 18—21 Mei 2015. Kegiatan ini bekerja sama dengan Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) selingkup Ketintang di Masjid Baitul Makmur 1 Unesa. Kegiatan yang diprakarsai UKKI, Social Islamic Club, Qolbun Salim FMIPA, dan Islamic Community of Economic ini mendapat partisipasi dari jamaah Masjid BM 1 Unesa. Hari pertama dilaksanakan kajian isra’ mi’raj oleh Ustadz Junaidi Sahal
M.Ag. Hari kedua, pelatihan terjemahan Alquran oleh Ustadz Drs. Choirul Anam M.EI. Hari ketiga, kajian kemuslimahan oleh Ustadzah Rosita bertema “Peran Muslimah dalam Peringatan Isra’ Mi’raj.” Di penghujung kegiatan diadakan istighosah menyambut UAS yang dipimpin oleh UKKI. “Kegiatan bertema ‘Dengan Dakwah Membangun Lingkungan Kampus yang Madani’ ini merupakan awal dari sinergi LDK dan LDF yang diharapkan dapat membudayakan lingkungan kampus yang religius,” ungkap Dimas Agus Hairani dalam sambutannya selaku ketua pelaksana, Senin (18/5/2015). (MERLIANA/SR)
Majalah Unesa
Kegiatan ini merupakan awal dari sinergi LDK dan LDF yang diharapkan dapat membudayakan lingkungan kampus yang religius.”
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
31
TIPS
GADGET
Merawat Mobil Itu
MUDAH M
obil digunakan sebagai alat transportasi dan fungsinya akan sangat dibutuhkan dalam situasi tertentu yang mungkin sifatnya krusial. Bagaimana menjaga kondisi mobil tetap prima, agar bisa diandalkan saat dibutuhkan sekaligus memperpanjang usia pakai? Mekanik sekaligus pemilik bengkel GT 25 Auto Service, Gatot Hirawilasa, mengatakan, yang paling mudah dilakukan adalah pengecekan secara rutin, apalagi bila mobil menjadi kendaraan harian. “Melakukan perawatannya tidak harus pergi ke bengkel, Anda juga bisa melakukannya sendiri,” ungkap Gatot berbagi tips. Menurut pria yang juga aktif di Komunitas Exorian ini, ada lima cara mudah merawat dan mengecek mobil, antara lain. 1. Melakukan pengecekan sistem starter Seperti mengecek kondisi baterai atau aki kendaraan dengan cara cek ukuran tingkatan air (untuk aki basah) sedangkan untuk aki bebas perawatan (kering) cukup diperiksa sisa usia pakainya, dibersihkan dan diperiksa pemasangannya.
32
2. Lakukan pengecekan volume oli Pastikan mengganti oli setiap 5.000 sampai 10.000 km. Jika tidak dilakukan penggantian oli, maka ada beberapa risiko yang harus siap ditanggung. “Ketika mengganti oli, usahakan Anda juga mengganti filter oli. Hal ini agar selaras, karena percuma oli baru tapi saringan olinya kotor,” kata Gatot lagi. 3. Periksa keadaan radiator Radiator pada mesin mobil berperan untuk menjaga suhu mesin tetap dingin, artinya radiator merupakan komponen yang berfungsi untuk menjaga mesin agar tidak cepat panas (over heating). Dengan rutin memeriksa radiator yang meliputi, pemeriksaan kebocoran, pengurasan dan penggantian air, maka performa radiator akan tetap terjaga, sehingga tugasnya sebagai pendingin mesin akan berjalan dengan baik. “Idealnya penggantian atau pengurasan air radiator dilakukan setiap jarak tempuh sekitar 15.000 km,” katanya lagi. 4. Lakukan pengecekan timing belt Timing belt merupakan sabuk yang berfungsi untuk meneruskan putaran
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
Majalah Unesa
roda-roda gigi yang terhubung ke bagian internal mesin. Jika komponen ini rusak ditandai dengan adanya suara-suara kasar ketika mesin sudah mulai menyala. “Kerusakan timing belt yang dibiarkan berlarut akan menyebabkan putus dan putusnya timing belt secara tiba-tiba akan membuat komponen tertentu pada mesin rusak. Selain itu, suplai listrik pada mobil juga bisa dikatakan tidak maksimal,” bebernya. 5. Servis atau tune-up secara rutin Hal ini akan membuat mesin tetap terjaga. Karena komponen-komponen vital yang berhubungan dengan mesin seperti busi, filter bahan bakar dan oli akan selalu terkontrol. “Jika mobil Anda sudah menggunakan ECU atau semua sistemnya serba elektronik, jangan berusaha untuk membetulkannya secara manual. Karena sistem ini membutuhkan ahli mekanik yang handal serta peralatan yang khusus,” tuntasnya. (BBS/ARM)
TIPS GADGET
6 Tips Menghemat Baterai
SMARTPHONE 3. Matikan Fitur Getar (Vibrate) Fitur getar (vibrate) terkadang dapat sangat membantu apabila ada panggilan telepon atau pesan yang masuk pada saat pengguna sedang berkendara, rapat, atau tempat lain yang membutuhkan ponsel dalam keadaan “silent”. Namun, sebenarnya fitur getaran ini membutuhkan daya baterai lebih banyak dibandingkan ringtone biasa. Berdasarkan fakta tersebut, apabila pengguna sedang tidak membutuhkan fitur ini, sebaiknya fitur getar yang ada di smartphone.
P
erangkat smartphone yang beredar di pasaran saat ini ratarata sudah dilengkapi dengan baterai berkapasitas besar. Namun, tetap saja risiko kehabisan baterai saat berada di tengah jalan tetap tinggi. Kehabisan baterai di momen-momen penting terkadang memang menyebalkan. Namun, sebenarnya ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menghemat baterai. Berikut beberapa cara mudah untuk menghemat daya baterai yang dirangkum redaksi dari berbagai sumber. 1. Matikan Sinyal Radio Seringkali, di beberapa daerah tertentu, smartphone bisa kehilangan sinyal. Hal tersebut bisa saja terjadi karena menara pemancar sinyal berada jauh dari lokasi smartphone berada atau trafiknya sedang penuh. Apabila sinyal hilang atau melemah, sistem smartphone biasanya akan terus
mencari koneksi terbaik. Pencarian sinyal secara terus menerus dapat membuat baterai habis dengan cepat. Oleh karena itu, sebaiknya matikan saja sinyal radio, jika pengguna benar-benar yakin tidak akan mendapatknya sinyal dalam beberapa waktu. Biasanya, pilihan untuk mematikan sinyal radio terdapat di menu “Setting”. Matikan juga fitur WiFi dan Bluetooth apabila sedang tidak digunakan. Kedua perangkat tersebut juga dapat membuat baterai smartphone cepat habis. 2. Aktifkan Airplane Mode Tidak mau terlalu repot-repot dalam mengatur setting sinyal? Pengguna dapat dengan mudah mematikan semua sinyal radio yang ada di smartphone hanya dengan sebuah mode saja, yaitu Airplane Mode. Dengan menyalakan Airplane Mode, semua sinyal radio, baik GSM, WiFi, hingga Bluetooth, akan langsung dimatikan.
Majalah Unesa
4. Tutup Aplikasi yang Tak dibutuhkan Beberapa aplikasi yang dibuka secara bersamaan merupakan salah satu penyebab baterai cepat habis. Oleh karena itu, tutuplah aplikasi yang sudah tidak diperlukan lagi. 5. Jangan “Streaming” Ingin mendengarkan musik atau menonton video? Jika ya, sebaiknya simpan kedua jenis data tersebut di media penyimpanan yang ada. Kurangi kegiatan streaming apabila tidak ingin baterai habis dengan cepat. Menonton video atau mendengarkan musik via YouTube memang menyenangkan, tetapi kegiatan ini akan “memaksa” sistem ponsel terus bekerja dan akhirnya membuat baterai cepat habis. 6. Redupkan Layar Semakin cerah tampilan layar, maka semakin cepat baterai habis. Oleh karena itu, redupkan atau matikan layar apabila sedang tidak digunakan. So, agar baterai lebih tahan lama, tentu Anda harus bijak dalam penggunaan smartphone.n (arm)
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
33
CATATAN LIDAH
T
Babilonia dikenang dalam sejarah melalui taman gantungnya yang termashur. Peradaban Cordoba di Spanyol dapat dilacak melalui taman-taman kota yang diwariskannya dengan desain berpola simetris yang anggun. Peradaban Moghul di India juga amat termashur karena tamannya yang begitu indah dengan kolam beraneka bentuk geometris. Demikian juga jika kita pergi ke Paris, kita akan tercengang dengan panorama taman kota dengan menara Effel yang menjulang ke angkasa. Begitupun, jika kita ke Beijing, kita akan terheran-heran menatap taman yang amat luas dengan Kota Terlarang (Forbiden City) yang terkenal itu. Pendek kata, sebuah taman diamdiam mengikat memori kita secara lebih langgeng tentang peradaban suatu bangsa. Paralel dengan makna taman di atas, suatu kampus juga memerlukan taman. Lihatlah sejumlah kampus besar yang ada di seantero negeri dan seantero dunia, sebagai misal: Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Tokyo University, Oxford University, Columbia University, dan masih banyak lagi. Di kampus-kampus macam inilah hamparan taman mengepung di sekujur kampus. Gedunggedung bertingkat dengan arsitektur khas dan ikonik yang menjadi identitas kampus tersebut seolah menyatu dengan desain taman kampus yang multi fungsi.
menawarkan energi spiritual untuk menyerap energi intelektual yang berhamburan di sekujur kampus. Melalui taman yang terbentang luas di sekujur kampus, energi intelektual itu acap kali menghinggapi aman adalah kehendak sivitas akademik untuk berperilaku ideal tempat yang sebagai entitas akademik. Entitas ini bekerja atas dasar diangankan norma-norma akademik yang menjunjung tinggi akal secara kolektif sesehat, objektivitas, daya kritis-konstruktif/dekonstruktif, bagai arena yang daya budi, berlandaskan metodologi ilmiah, untuk bermakna sosioselanjutnya menemukan (invensi)“Sesuatu”yang kultural. Bahkan, bermanfaat bagi pengembangan ilmu itu sendiri. Tetapi, maknanya lebih jauh dari itu dapat bermanfaat bagi peradaban Oleh Djuli Djati menembus pada dan kemanusiaan. tataran religiusiKemudian, bila sebuah taman kampus tas. Taman sebagai tempat bermatra sosio-kultural, diangankan sebagai area Science-Techno Park, karena kata taman menunjuk pada suatu area yang atau lebih tegasnya Unesa Science-Techno Park, diidealkan sebagai ruang publik yang terbuka, humamaka rencana ini sebagai penegasan visi Unesa nis, dan banyak memberikan inspirasi tak terduga. menuju kampus bermatra kependidikan, yang Bila kita berkeinginan pergi ke taman, misalnya, dikembangkan melalui kemutakhiran ilmu entah itu taman kecil di pojok rumah atau taman kota pengetahuan, teknologi, dan seni. Ini juga makin sekalipun, kita sebenarnya sedang hendak de ja vu. menegaskan, Unesa dalam perspektif perguruan Yaitu, ingin melepaskan sejenak beban-beban yang tinggi yang unggul dan berdaya saing nasional dan menghimpit pikiran, untuk selanjutnya berelaksasi internasional makin menemukan tanda-tandanya membebaskan diri dari segala himpitan itu. Pikiran yang jelas. Unesa Science-Techno Park akan hadir seolah di-reset karena mengalami hang. Di taman itu, sebagai sebuah arena tanda dan produksi tanda pikiran lantas mendapatkan oksigen pencerahan, keintelektualan sivitas akademik Unesa di masa imajinasi baru, menjadi kembali fresh, dan seperti mendatang. kembali ke kondisi asal yang masih murni. Sebaliknya, bila kemudian Unesa Science-Techno Sementara Park dibangun itu, taman dalam hanya semataperadaban mata memenuhi manusia memiliki hasrat fisikal sejarah sendiri. semata, ia Mengingat secara cepat fungsi taman tak akan menjadi Unesa Science-Techno Park akan hadir sebagai sebuah arena ubahnya sebagai “kuburan tanda dan produksi tanda keintelektualan sivitas akademik pusat energi tanda” yang semesta, yang tak memiliki Unesa di masa mendatang. bisa diserap oleh efek akademik. siapa saja. Ajaran Ia akan Konfusius dapat dipetik di sini: Taman adalah ruang Taman-taman yang di bangun tak hanya berhenti menjadi suatu arena artifisial yang bisa jadi makin yang membebaskan diri kita, tetapi juga ruang pada fungsi estetis semata, tetapi juga memiliki fungsi mengaburkan, bahkan menguburkan visi Unesa yang merefleksikan siapa kita. Di sinilah makna edukatif dan kultural-akademik. Dalam konteks ini, menuju universitas berkelas dunia sebagaimana taman dalam matra religiusitas dapat dirasakan. taman kampus berubah sebagai tempat publik (sivitas diangankan setiap kampus yang dihuni oleh sivitas Taman secara hakiki seperti ruang imajiner yang akademik) untuk memerdekakan pikiran, tetapi juga akademik yang sama-sama memiliki visi yang kuat menawarkan keindahan dan kesempurnaan. membatasi keliaran pikiran sekaligus. Di area taman itu, jauh ke depan. Menawarkan ruang tanpa horizon. Juga, terjadi berbagai negosiasi tanda, pemikiran, keinginan, Memimpikan Unesa sebagai universitas yang menawarkan imaji tentang taman yang dijanjikan dan rencana-rencana masa depan. Semua akan terjadi memiliki posisi terhormat di tingkat dunia dalam Tuhan sebagai Taman Firdaus di surga untuk tempat secara mengalir, sering tanpa direncanakan, tetapi kondisi saat ini, rasanya seperti tidak realistis. orang-orang spesial, yang telah lulus dari kehidupan sering juga mencapai klimaks pemikiran seperti yang Tetapi, mimpi itu bukan juga sesuatu khayalan dunia fana yang penuh aneka warna dimensi diangankan. belaka. Mimpi itu, tentu harus secara pasti kehidupan dramatiknya. Karena itu, jangan heran jika, taman kampus segera ditegaskan melalui rencana strategis dan Ajaran Konfusius dalam konteks peradaban diam-diam banyak menginspirasi hadirnya ide masterplan yang benar-benar mencerminkan manusia lantas tercermin melalui apa yang kemudian penelitian untuk skripsi hingga disertasi. Dan jangan jalan untuk menepis segala keraguan, sinisme, disebut sebagai sebagai sebuah tanda keberadaban heran, kalau fisikawan tersohor macam Isaac Newton dan disorientasi yang mungkin muncul di antara manusia. Taman dalam banyak hal merefleksikan menemukan hukum grafitasi tatkala dia berjalansivitas akademik. Perwujudan Unesa Sciencesebuah konstruk atau sebuah logika peradaban jalan di sebuah taman. Konon, para filsuf Yunani kuno Techno Park tampaknya sebagai tanda hadirnya manusia sebagai tempat “ritual massa”. Maka, jangan merenungkan persoalan filosofis juga di taman di optimisme menuju universitas yang bermartabat heran jika banyak para pemimpin suatu bangsa sekujur kota Athena. Begitupun Bung Karno, ketika dan berkelas. Di taman inilah, sivitas akademik berupaya keras membangun taman sebagai sebuah menyiapkan pidato penting kenegaraan, dia harus bisa memproyeksikan mimpinyaakan menjadi refleksi dari keberadabannya. Dari sini kemudian duduk tafakur di taman belakang Istana Cipanas kenyataan. Semoga! n muncul semacam jargon: Suatu negeri tanpa sambil menatap panorama gunung Salak nan indah. (Email: djulip@yahoo.com) taman, tak akan pernah dikenang sepanjang massa. Taman kampus dalam dimensi rohaniah
TANDA OPTIMISME
34
| Nomor: 81 Tahun XVI - Mei 2015 |
Majalah Unesa