Majalah Unesa 83

Page 1



WARNA REDAKSI Suatu saat, Unesa akan terlihat keren jika para penghobi itu dikumpulkan dalam sebuah festival. Lalu, festival itu mampu menasional atau mendunia. Dari sisi festival tersebut tentu Unesa juga mampu merambah pencitraan bagi masyarakat secara luas. Oleh Suyatno

H

obi itu rembulan yang memberikan temaram keagungan bagi sang malam. Dia melengkapi dan selalu dinanti. Setelah seharian matahari memenuhi tugasnya, bulan memberikan sela untuk menunjukkan kesetiaan dalam sebuah hari. Malam teramat penting bagi kelangsungan siang. Bulan adalah warna penanda sang malam. Ibarat bulan, hobi adalah penanda yang melengkapi diri sang dosen dalam menjalankan tugas rutin berdasarkan kewajiban. Untuk itu, tidak heran jika banyak dosen yang memunyai pelengkap dalam menjalankan eksistensi dirinya. Pelengkap itu terkadang jauh hubungannya dengan tugas spesifik sang dosen. Namun tidak mengapa, karena meskipun jauh keterhubungannya, hobi tetaplah pelengkap yang membahagiakan. Lihat saja, ada dosen ekonomi, yang bergelut dengan angka, statistis, prediksi, dan kalkulatif, memunyai hobi memancing dan bermusik. Ada pula dosen FBS yang bergelut dengan kebahasaan memunyai hobi memelihara burung. Begitu pula, dosen-dosen lain yang keilmuannya tidak berhubungan dengan hobinya. Itu semua tidak masalah. Sebaliknya, itu semua justru menjadi pelengkap hidup yang menuju kebahagiaan diri. Hobi adalah rasa dari jiwa yang

bergelora. Titik tumpu gelora tersebut bermula dari keragaman kecerdasan, kevariasian kebiasaan, dan kekuatan intuitif pribadi. Gelora yang tumbuh secara terusmenerus menerus akan menunjukkan kekhasan yang mempribadi. Itulah hobi.

DOSEN DAN

HOBI Tentu saja, batas tanggung jawab dimiliki oleh penghobi. Tugas utama bukan merawat hobi melainkan menjadi dosen atau karyawan Unesa. Ketika memenuhi kewajiban dalam beban tugas di kampus, kedisiplinan dan kesetiaan kepada lembaga teramat diperlukan. Namun, ketika berada di sela waktu yang luang, hobi menaburi ketenangan jiwa dan rasa dari dosen dan karyawan itu. Itulah keseimbangan dalam hidup. Unesa sebagai rumah besar para dosen dan karyawan tentu menyadari atas hobi yang dipunyai mereka. Bahkan, hobi itu memberikan ruang bagi dosen dan karyawan untuk mengunjukgelarkan di dalam kampus. Saling melengkapi antara tugas dan hobi pun terjadi.

Majalah Unesa

Hurlock (1993), ahli perkembangan pendidikan menyatakan bahwa hobi merupakan minat yang mampu mendorong semangat untuk melakukan suatu hal sehingga menjadi motivasi baik secara permanen maupun tidak permanen. Semangat kerja akan terdorong untuk maksimal ketika hobi dijalankan dengan baik. Begitu pula, hobi akan terbanggakan ketika didorong oleh semangat kerja yang baik. Elliot dkk. (2000) menegaskan bahwa hobi mampu membangun karakteristik tetap diri seseorang. Dosen dan karyawan Unesa dapat dipastikan memunyai semangat dan motivasi diri selain nilai tugas untuk kampus. Semangat dan motivasi itu berciri khas akibat digelutinya dalam waktu yang lama dan intensif. Di sisi lain, nilai tugas di kampus menjadi sebuah kebanggaan pula. Mereka berkerja untuk Unesa sekaligus mengembangkan hobi untuk diri dan masyarakat secara luas. Itulah yang dinamakan tanggung jawab yang berdisiplin dan disiplin yang bertanggung jawab. Suatu saat, Unesa akan terlihat keren jika para penghobi itu dikumpulkan dalam sebuah festival. Lalu, festival itu mampu menasional atau mendunia. Dari sisi festival tersebut tentu Unesa juga mampu merambah pencitraan bagi masyarakat secara luas. n

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

3


DAFTAR RUBRIK

15

24

EDISI JULI 2015

Edisi Ini

03

DOSEN DAN HOBI Ibarat bulan, hobi adalah penanda yang melengkapi diri sang dosen dalam menjalankan tugas rutin berdasarkan kewajiban.

07

HOBI PENAMBAH REFERENSI

Pengalaman pribadi Prof. Dr. E. Titiek Winarti, M.S yang suka traveling justru menambah refe­ rensi tersendiri dalam mengajar. Selain itu juga dapat menambah komunitasnya.

06

08

HOBI MEMELIHARA BURUNG Hobi unik dimiliki Dekan FMIPA, Prof. Dr. Suyono, M.Pd. Dosen murah se­nyum ini memiliki hobi memelihara burung. Saat ini, pulu­ han pa­sang burung dimiliki mulai dari Kenari, Cucak Rowo, hingga Love Bird.

13

WISUDAWAN TERBAIK UNESA Apa rahasia mereka sehingga bisa menjadi inspirasai yang terbaik?

18

20

KOLOM REKTOR Man Power Planning Vs Human Development

28

ARTIKEL PENDIDIKAN Layanan orientasi berarti tatapan ke depan ke arah dan tentang sesuatu yang baru. Berdasarkan arti ini, layanan orientasi bisa bermakna suatu layanan terhadap siswa baik di sekolah maupun di madrasah yang berkenaan dengan tatapan ke depan ke arah dan tentang sesuatu yang baru.

Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 83 Tahun XVI - Juli 2015 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor) PENASIHAT: Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (PR I), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (PR III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB: Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (PR II) PEMIMPIN REDAKSI: Dr. Suyatno, M.Pd REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto, M. Wahyu Utomo, Bayu DN REPORTER: Lina Rosyidah, Syaiful Rahman, Yusuf Nur Rohman, Lina Mezalina, Ulil, Fitro Kurniadi, AnnisaI lma, Andini Okta, Sandi, Rizal, Murbi, Diyanti, Mahmud, Umi Khabibah, Suryo, Danang, Emir, Khusnul, Mutya FOTOGRAFER: Huda, A. Gilang P., Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT: Arman, Basir, Wahyu Rukmo S ADMINISTRASI: Supi’ah, S.E., Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI: Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124, Fax (031) 8280804

4

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

Hobi Dosen PELENGKAP KINERJA Pada dasarnya hobi adalah sesuatu yang disenangi dan kerap sekali dilakukan. Menurut Wikipedia, hobi merupakan kegiatan rekreasi yang dilakukan pada waktu luang untuk menenangkan pikiran seseorang. Tujuannya adalah memenuhi keinginan dan mendapatkan kesenangan. Ada berbagai macam jenis hobi seperti mengumpulan sesuatu (koleksi), membuat, memperbaiki, bermain dan sebagainya. Tentu, semua orang memiliki hobi, termasuk para dosen Unesa.

Majalah Unesa

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

5


LAPORAN

D

UTAMA

rs. Tri Wrahatnolo, M.Pd, Pembantu Rektor II Unesa menanggapi keterkaitan hobi dan kinerja. Tri mengatakan, ada tiga macam hobi. Pertama, hobi yang berdampak baik pada kinerja. Kedua, hobi yang tidak terlalu berdampak pada kinerja. Ketiga, hobi yang justru merusak kinerja. Tri menjelaskan, hobi yang berdampak baik pada kinerja cenderung mengarah pada kegiatan dan perilaku yang positif seperti datang tepat waktu, disiplin, jujur, dan mempunyai komitmen tinggi terhadap pekerjaan. Sementara itu, hobi yang tidak memberi dampak kepada kinerja biasanya lebih cenderung kesenangan belaka dan tidak mampu memberi warna lebih bagi lingkungan sekitarnya. Biasanya, kebiasaan itu tertanam dalam perilaku senang datang terlambat, tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, tidak dapat bekerja keras, dan jika diperintah tidak dapat mengerjakan dengan maksimal. “Bahkan, ada hobi yang lebih buruk lagi sehingga dapat merusak kinerja dan kehidupan pribadinya seperti hobi berhutang namun penghasilan sedikit, sehingga tidak dapat membayar malah menimbun beban. Hobi mengonsumsi narkoba yang menimbulkan dampak buruk pada kesehatan tubuh,” paparnya. Mantan Dekan FT itu menegaskan bahwa tidak ada salahnya seseorang memiliki hobi yang tidak sinkron dengan pekerjaannya. Ia mencontohkan, ada orang yang suka menggunakan batu akik, tidak mengapa selama tidak berlebihan dan tidak meninggalkan pekerjaan utamanya. Tapi, jika karena hobi berat terhadap akik justru menjadikan lupa diri tentu merupakan hal yang tidak diperbolehkan. Sebagai manusia biasa, Tri mengakui dirinya juga memiliki hobi. Dia mengaku suka mendengarkan musik. Mulai musik keroncong, campur sari hingga musik hawai. Hobi mendengar musik, diakui Tri sebagai sarana untuk refreshing karena dengan mendengarkan musik dapat menenangkan pikiran saat sedang penat memikirkan pekerjaan.

6

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

Drs. Tri Rijanto , M.Pd, M.T.

Dr. Ir. I Wayan Susila, M.T

“Hanya saja, saya tidak suka musik bergenre rock dan lagu-lagu yang bernuansa negatif dalam liriknya seperti lagu Cucak Rowo. Menurut saya musik semacam itu tidak baik untuk didengar,” terangnya. Dukung asal Berkontibusi Positif Sebagai salah satu jajaran pimpinan di Unesa, Tri sangat mendukung dan mengapresiasi hobi yang dimiliki para dosen dan karyawan. Namun, dia berharap hobi atau bakat yang dimiliki itu dapat memberikan dampak positif pada orang di sekitarnya, bukan sebaliknya malah menimbulkan dampak negatif bagi orang di sekitarya. Senada, Ketua LPPM, Dr. Ir. I Wayan Susila, M.T tak mempermasalahkan apapun hobi yang dimiliki para dosen dan karyawan. Hanya saja, dia berpesan agar hobi yang dimiliki itu tidak berimbas pada tugas pokoknya sebagai dosen dan karyawan. “Harus diingat bahwa tugas pokok sebagai dosen adalah mengajar, meneliti dan mengabdi. Itu yang terpenting,” paparnya. Wayan sendiri memiliki hobi di selasela kesibukannya sebagai dosen dan kepala LPPM. Dia biasanya meluangkan waktu dengan melakukan olah raga favoritnya, yakni tenis meja setiap akhir pekan. Wayan, sapaan akrab kepala LPPM Unesa menuturkan, dengan bermain tenis meja selain badan terasa segar, pikiran juga menjadi rileks. “Olah raga tenis meja itu kan membutuhkan kelenturan tubuh dan kegesitan. Saya sangat suka dengan olah raga tersebut. Selain bisa membuat sehat dan rileks, olah raga ini juga merupakan olah raga yang

murah sehingga bisa digeluti siapa saja,” jelasnya. Begitu cintanya dengan tenis meja, Wayan pun menyediakan peralatan tenis meja di LPPM. Hal itu dilakukan untuk menyalurkan hobi para pegawai LPPM yang senang dengan tenis meja. Olah raga tersebut biasanya dilakukan di akhir pekan atau setelah bersihbersih kantor. Ketika ditanya mengenai hobi para dosen, Wayan mengatakan bahwa hobi itu pada dasarnya baik karena bisa membantu me-refresh dan menyegarkan pikiran di tengah kesibukan kerja setiap hari di kampus seperti mengajar dan melekukan menelitian. Otomatis jika pikiran segar, tentu akan berdampak pada peningkatan kinerja dosen. Mereka bisa lebih bersemangat r dan muncul ide-ide kreatif untuk metode pengajaran atau karya hasil penelitian. Sementara itu, Drs. Muh. Nursalim, M.Si, PD III FIP Unesa menilai bahwa dosen yang memiliki hobi unik dan menantang itu sangat bagus. Apalagi, jika hobi tersebut agak berseberangan dengan bidang mengajar yang menjadi profesi sehari-hari. Hal itu menunjukkan bahwa dosen tersebut memiliki kreativitas tersendiri di luar kemampuannya di bidang pengajaran. “Melalui hobi tersebut, siapa tahu dapat menghasilkan pundi-pundi ekonomi yang lebih. Semoga kampus kita memberikan wadah bagi dosendosen untuk menyalurkan hobi yang dimiliki agar berkembang dengan baik bahkan dapat menghasilkan prestasi,” pungkasnya. (UMI/EMIR/SANDI/MURBI)

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA MEMILIH HOBI: Pembantu Dekan III FT, Prof. Dr. E. Eitiek Winarti, M.S. berpendapat bahwa me­milih hobi yang pas akan menambah re­fe­ ren­si tersendiri.

PILIH HOBI

YANG BISA MENAMBAH REFERENSI Tidak semua hobi dosen berpotensi negatif. Pengalaman pri­ba­ di­nya yang suka traveling justru menambah referensi mengajar. Ketika melakukan perjalanan di Padang, Tatiek mengamati lingkungan sekitar yang asri, hutan yang segar dan air sungai yang jernih.

D

i Fakultas Teknik, memiliki hobi, atau bahkan hobi unik tidak hanya menjangkiti para dosen dan karyawan. Para mahasiswa pun demikian. Begitulah pengamatan dari Prof. Dr. E. Titiek Winarti, M.S., Pembantu Dekan III FT. Menurut Titiek, ada mahasiswa di Jurusan Teknik Sipil yang memiliki hobi sebagai kolektor hewan piaraan. Tapi bukan piaraan biasa, melainkan hewan ekstrem seperti ular, biawak, dan hewan-hewan melata lain. “Bukan hanya hobi, juga menjadi bisnis jual beli reptil,” ungkap Titiek.

Sementara untuk hobi unik pada dosen, Titiek mengaku tidak banyak mengetahui. Hanya saja, secara umum, dosen-dosen di Fakultas Teknik lebih menyukai atau hobi pada empat hal, yakni memancing, traveling, bernyanyi, dan berselancar di media sosial. Sebagai salah satu jajaran pimpinan di FT, dosen jurusan Teknik Sipil itu tidak mempermasalahkan terkait hobi yang dimiliki para dose asal tidak menganggu tugas utama sebagai dosen. “Kalau dikerjakan pada waktu senggang, tidak membuatnya lupa akan tugas di Tri Dharma Perguruan Tinggi, ya, boleh-boleh saja,” terangnya.

Majalah Unesa

Bagi Titiek, meskipun hobi itu baik tapi tetap saja memiliki dampak negatif. Ia mencontohkan, hobi daring di media sosial. Ia mengaku heran ketika ada dosen yang masih sempat mengatur waktu sembari mengurusi akun-akun media sosial yang bermacam-macam mulai dari Facebook, Whatsapp, BBM, dan lain-lain. “Saya yang hanya memiliki akun Whatsapp saja, merasa sudah kelabakan menerima begitu banyak informasi dari teman dekat,” tambahnya. Dosen kelahiran 1 Mei 1952 mengakui tidak semua hobi dosen berpotensi negatif. Pengalaman pribadinya yang suka traveling justru menambah referensi mengajar. Ketika melakukan perjalanan di Padang, Tatiek mengamati lingkungan sekitar yang asri, hutan yang segar dan air sungai yang jernih. Semua pengamatan itu ia jadikan bahan mengajar di kelas dengan sebuah pembuktian bahwa hutan yang asri dapat menjaga harmonitas tanah dan sungai. Contoh lain adalah pasca perjalanan dari Eropa. Titiek semakin yakin menjelaskan kepada mahasiswa di teknik sipil agar wajib peka terhadap bentuk bangunan. “Mengapa di sana ukuran jendela kecil-kecil? Karena Eropa bersuhu dingin, jadi jendela kecil bisa mengurangi udara masuk,” kenangnya Selain traveling, manfaat juga dirasakan dari hobinya menyanyi. Garagara FT memiliki banyak kelompok penyuka musik, seperti keroncong, setiap acara silaturahim, selalu diimbuhi dengan kegiatan bernyanyi. “Silaturahim jadi bertambah, sering pindah-pindah ke sini atau kesana,” tambah dosen asal Klaten tersebut. Secara pribadi, Titiek sangat mengemari membaca buku. Membaca bukan yang terkait dengan profesinya sebagai dosen, lebih ke membaca biografi tokoh-tokoh. “Kalau terlalu sering sibuk kerja di luar, hiburan saya membaca di rumah,” jelasnya. (KHUSNUL/UMI/ DANANG)

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

7


LAPORAN

UTAMA

DEKAN FMIPA SUKA RAWAT BURUNG

Hobi unik dimiliki Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pe­nge­ ta­huan Alam (FMIPA), Prof. Dr. Suyono, M.Pd. Dosen murah se­nyum itu memiliki hobi memelihara burung. Saat ini, puluhan pa­sang burung dimiliki mulai dari Kenari, Cucak Rowo, hingga Love Bird.

K

arena hobinya memelihara burung itu, hampir di setiap tempat ia jadikan sebagai sarana untuk memelihara burung. Di rumahnya, di kawasan Lidah Kulon ia siapkan tempat khusus memelihara burung di lantai dua. Di tempat lain, Suyono

8

juga memelihara burung di Gedung D1 Unesa. Di gedung tersebut, ia siapkan tempat untuk menggantung sangkar burung. Tidak hanya itu, di Ranunesa, juga ada burung miliknya. “Semua burungburung itu, saya sendiri yang merawat dan memberi makan,” ujarnya. Sebenarnya, hobi dosen asal Jombang

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

Majalah Unesa

itu bukan hanya burung. Sejak kecil, ia gemar merawat hewan dan tumbuhan. Sewaktu SMP dulu, lingkungan sekitar tempat tinggalnya banyak hewan seperti kambing, burung, dan sebagainya. Suyono pun sebenarnya ingin memelihara kambing atau sapi. Namun, karena terkendala lahan yang sulit di Surabaya, keinginan itu urung diwujudkan. “Kalau terkait tumbuhan, saya ini sangat telaten. Saya contohkan tanaman sawo yang saat ini bisa rindang di FMIPA. Saya yang menanam, menyiram, dan merawat setiap hari dengan telaten,” ungkapnya. Bagi Suyono, hobi adalah aktivitas yang mampu memberinya kepuasan jiwa di samping tugas-tugas pokok sebagai Dekan FMIPA. Dengan alasan itu, meski memiliki hobi yang bisa menyita waktu, ia tidak akan melupakan tugas utama sebagai pemimpin tingkat fakultas. “Kalau pekerjaan itu sudah kewajiban. Kalau hobi lain, itu di luar kewajiban yang sudah dilaksanakan,” terang dosen kelahiran 20 juni 1960 itu. Selain itu, tambah suyono, hobi berbeda dengan bisnis. Kalau orang lain suka memelihara burung untuk dijual kembali. Ia tidak demikian. Ia merawat burung karena ingin merawatnya, bukan menjualnya. Semahal apapun harga yang ditawarkan pantang bagi Suyono menyerahkan hewa piaraannya. “Kadang ada perasaan apakah burung ini akan dirawat dengan benar kalau dijaul ke orang lain,” ungkapnya Masih terkait dengan hobi, Suyono menegaskan tidak melarang apapun hobi dosen dan karyawan di FMIPA. Dengan catatan, mereka dapat mencermati mana kewajiban dan mana hobi. Bila waktu melaksanakan kewajiban telah diselesaikan, sisanya dihabiskan untuk hobi tidak apaapa. “Saya tidak bisa menyarankan apapun terkait hobi. Itu hak masingmasing orang. Kalau kewajiban, saya baru bisa menyarankan,” pungkas dosen Jurusan Kimia itu. (KHUSNUL/EMIR/ DANANG)


LAPORAN UTAMA BUKAN MUSEUM BATIK: Martadi bangga dengan aneka koleksi batik nusantara yang telah dikumpulkannya dari seluruh penjuru nusantara, sehingga kediamannya bak museum batik.

MARTADI

Kolektor Batik NUSANTARA

M

emasuki rumah Drs. Martadi, M.Sn. serasa memasuki sebuah museum seni. Berbagai karya seni nusantara terpajang dengan kekhasan masing-masing. Ada lukisan wayang orang asal Bali. Ada wayang peninggalan Sunan Kalijaga. Selain itu, ada pula souvenir khas gelas dari negeri Jiran, Thailand. Begitulah, ornamen-ornamen seni tersebut menambah suasana semakin asri di rumah yang terletak di Perumahan Babatan Pilang I Surabaya itu.

Selain berbagai ornamen seni, Martadi, demikian panggilan akrabnya, ternyata sangat gemar mengoleksi kain batik. Saking senangnya mengoleksi batik, berbagai kain batik nusantara ada di rumahnya. Mengenai hobinya mengoleksi batik itu, Ketua Pendidikan Surabaya itu beralasan karena kain lebih mudah disimpan daripada benda-benda seni lain. Martadi lantas menunjukkan salah satu koleksi kain batik khas Madura. “Ini batik Sebar Jagad dan batik Gentongan khas pulau garam,�

Majalah Unesa

ungkapnya. Martadi menjelaskan, batik Madura termasuk batik pesisir. Karena itu, corak atau motif batiknya mencerminkan masyarakat pesisis yang egaliter dan tidak begitu memperhatikan filosofi. batik Sebar Jagad, yang menjadi masterpiece batik Madura misalkan, merupakan batik yang mengombinasikan berbagai warna. Sementara itu, batik Gentongan memiliki mitos unik dalam proses pembuatannya. Batik ini dibuat dengan warna alam dalam jangka waktu sekitar dua bulan, dan konon ada mitos jika yang membuatnya sedang berhalangan (menstruasi), maka warna batik yang dibuat tidak akan jadi. Oleh karena cukup rumit dalam pembuatannya, batik jenis ini memiliki harga cukup tinggi. “Paling murah, harga batik jenis ini 900 ribu rupiah,� terang alumni Seni Rupa IKIP Surabaya itu. Lebih lanjut, Martadi menjelaskan, antara batik pedalaman dengan batik

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

9


LAPORAN

UTAMA

pesisir memiliki perbedaan pada warna dan motif. Batik pedalaman, umumnya berwarna coklat dan gelap. Motifnya pun sarat makna dan filosofis. Bahkan, jenis batik tertentu hanya boleh digunakan kalangan tertentu saja. Semisal, batik Parang Rusak yang hanya digunakan kalangan raja (bangsawan), atau batik Sido Mukti yang hanya dipakai dalam acara mantenan. Kolektor Luar Dalam Kecintaan pria kelahiran Ngawi terhadap eksotika kain batik Nusantara begitu menggelora. Tidak hanya sebatas mengoleksi saja, dia bahkan menulis skripsi tentang batik Gedog asli Tuban yang penelitiannya dilakukan bersama orang Amerika. Ada kisah yang membuat Martadi agak miris saat melakukan penelitian. Saat itu, orang Amerika yang melakukan penelitian bersama Martadi memborong semua batik asli Tuban. Setiap batik dibeli dengan harga 50 ribu rupiah. Padahal, harga batik saat itu hanya 20 ribu rupiah. Tak heran, masyarakatpun berbondong-bondong menjual batik untuk membeli kebutuhan pokok. Akibatnya, orang Tuban tidak kenal lagi dengan jenis-jenis batik terdahulu seperti batik Topi Pecah. “Mirisnya lagi, orang Indonesia sekarang, jika ingin belajar batik harus ke Amerika karena batik-batik Indonesia sudah banyak yang diangkut ke sana,” paparnya. Martadi mengakui, memiliki hobi sebagai kolektor membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Untuk mendapatkan batik-batik nusantara, Martadi tak bisa hanya tinggal diam di rumah. Dia sangat perlu datang ke daerah-daerah untuk mendapatkan kain batik yang khas. “Ya, kolektor itu harus datang, bukan didatangi,” katanya. Perjuangan untuk mendapatkan batik khas, tentu ada suka dukanya. Martadi pernah mengalami keteledoran. Suatu ketika, dia sedang berburu batik khas Sidoarjo. Semula, dia menemukan batik seharga 1,7 juta rupiah. Dalam perjalanan, dia melihat batik yang lebih bagus lagi. Tanpa berpikir panjang, Martadi pun

10

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

langsung meng-order-nya. Ternyata, harganya jauh lebih mahal. “Memang persoalannya kalau sudah menuruti hobi itu agak boros sedikit, tapi ada kepuasan sendiri yang tidak bisa dinilai dengan uang,” ujar dosen pengampu mata kuliah manajemen desain itu. Yang terpenting bagi kolektor, ujar Martadi, harus tahu dan hafal koleksikoleksi yang telah dimiliki. Hal ini penting agar saat mendapatkan atau mencari informasi tentang bahan koleksi baru, pilihannya tidak sama dengan koleksi yang telah dimiliki. Batik dan Pendidikan Kecintaan Martadi terhadap batik, bukan hanya karena memenuhi kepuasan diri saja. Lebih dari itu, batik memiliki filosofi dan nilai-nilai pendidikan yang sangat diperlukan untuk menambah wawasan. Dia memaparkan, dahulu, batik sangat menentukan status sosial pemakainya. Karenanya, beberapa jenis batik hanya boleh dipakai kalangan tertentu. “Berbeda dengan batik pesisir yang lebih egaliter,” terangnya. Memasuki era 1980-1990-an, batik sempat mengalami guncangan. Para perajin batik banyak yang gulung tikar sebagai imbas munculnya batik-batik printing yang harganya jauh lebih murah dan lebih nyaman dipakai. Meskipun sejatinya, batik printing bukanlah batik, tapi sekadar kain bermotif batik. “Batik itu teknik, bukan sekadar motif,” ungkap

Martadi. Tahun 2000-an, batik kembali bangkit. Keberpihakan pemerintah dengan mewajibkan pejabat memakai batik pada waktu-waktu tertentu, membuat perkembangan bisnis batik meningkat. Martadi menandaskan, batik sejatinya memiliki keterkaitan erat dengan dunia pendidikan. Martadi mengisahkan, dia pernah mengajar membuat batik di Jepang. Kemudian dia bertanya kepada salah seorang pengajar di sana, kenapa siswa-siswa Jepang diwajibkan belajar batik? Jawabannya, sungguh luar biasa. Mereka bilang, belajar batik dapat mendorong perkembangan motorik halus siswa. Hal itu, sangat penting untuk melatih ketelitian, kehalusan, kerapian, kehati-hatian, dan fokus siswa untuk masa depannya. Sayang, di Indonesia yang memiliki kekayaan batik luar biasa, justru kurang memberikan perhatian kepada batik sebagai media efektif untuk pendidikan. Padahal, negara lain menilai batik sebagai sesuatu yang penting, bukan sekadar sebagai kekayaan budaya namun juga media pengembangan motorik halus di masa mendatang. “Kelemahan pemuda Indonesia adalah pada pekerjaan halus, sebab motorik halus mereka tidak terlatih. Padahal, ke depan, dengan perkembangan IT, maka pekerjaanpekerjaan membutuhkan motorik halus yang bagus,” pungkasnya. n (SYAIFUL/RUDI) KOLEKSI: Martadi bersama koleksi batiknya.

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA MANCANEGARA: Luthfiyah Nurlaela saat berkunjung ke The University of Melbourne.

LUTHFIYAH NURLAELA

Berkelana dan MENULIS Luthfiyah Nurlaela. Demikian nama lengkap perempuan kelahiran Tuban, 18 Oktober 1966. Dosen yang memiliki hobi Traveling Writer ini selalu antusias ketika berbincang tentang dunia literasi.

K

kecintaannya dengan literasi tumbuh sejak kecil. Waktu kecil, dia suka membuat kemahkemahan di belakang rumah, suka membaca apa saja dan membayangkan suatu ketika dia akan menulis seperti cerita-cerita yang dibaca. Hobi menulis itu makin menggelora kala dia tumbuh remaja. Tepatnya sejak SMP. Saat itu, dia merasa ada tempat untuk menyalurkan hobinya menulis.

Kecintaannya menulis, diikuiti dengan kesukaannya mengikuti mengikuti kegiatan-kegiatan outdoor seperti pramuka dan kegiatan Karang Taruna yang kerap melakukan penjelajahan di wilayah desa sekitar. Gairahnya menulis semakin tak terbendung kala dia masuk SMA dan cerpen pertamanya dimuat di Majalah Anita Cemerlang. Lantaran saat itu tidak banyak kesempatan untuk bisa melakukan traveling karena kondisi tidak memungkinkan, sehingga dia

Majalah Unesa

menulis lebih banyak mengandalkan khayalan. “Saat itu, saya lebih banyak menulis fiksi dan bentuk cerpen maupun cerber,” ungkapnya. Hampir setiap bulan tulisan Luthfiyah dimuat di majalah Anita Cemerlang dan di beberapa surat kabar. Semangat untuk terus menulis pun semakin besar. Apalagi, dengan menulis itu, sedikit banyak dia bisa mendapatkan tambahan uang saku, dan yang paling penting, tulisannya banyak dibaca orang. “Sampai saat ini, sebagian teman SMA saya masih mengingat saya sebagai penulis cerpen di majalah Anita Cemerlang,” paparnya. Sementara itu, hobi traveling writing semakin terpupuk ketika dia bergabung dengan mailing list keluarga Unesa (milis Ganesa). Di milis itu, ada banyak penulis dan pegiat literasi seperti Sirikit Syah, Satria Darma, Eko Prasetyo, M. Khoiri, Rukin Firda (alm.), Habe Arifin, Pratiwi Retnaningdyah, dan sebagainya. Kehadiran mereka seperti pupuk yang menyuburkan kegemaran menulis. Ditambah lagi dorongan orang-orang yang dengan suka rela membantu memfasilitasi

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

11


LAPORAN

UTAMA

supaya dia mencurahkan kegemaran itu dalam sebuah website dan menerbitkannya dalam bentuk buku. “Ditambah dengan tugas saya sebagai koordinator Program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal (SM-3T), yang mengharuskan saya untuk pergi ke pelosok-pelosok Tanah Air, lengkap sudah. Hobi saya seperti menemukan muaranya,” jelas Direktur Program PPG Unesa. Hobi Travel Writing Bila ditanya mengapa perempuan lulusan S2 Pendidikan Teknologi Kejuruan IKIP Yogyakarta ini hobi Travel Writing? Dia menjawab, “Saya tidak memilih hobi jalan dan menulis. Itu tiba-tiba saja ada dalam diri saya. Tiba-tiba saja saya suka berpetualang, maka sejak SMP saya aktif di Pramuka dan kepecintaalaman. Tiba-tiba saja saya suka menulis, maka sejak SD saya membuat cerpen, puisi, feature, serta mengirimkannya ke majalah sekolah atau kampus, juga ke majalah-majalah nasional ,atau sekadar menyimpannya saja sebagai catatan harian,” ungkapnya. Dia meyakini karena hobinya itu positif, dia akan terus memupuknya. Bahkan, berusaha menularkannya pada orang lain. Mengajak teman supaya suka menulis saat melakukan perjalanan, karena catatan perjalanan itu pasti banyak manfaatnya. Tidak hanya untuk kita sebagai pengingat, namun juga bermanfaat bagi orangorang yang berkepentingan. Hobi menulis sambil jalan-jalan itu sangat menunjang profesinya sebagau dosen, yang salah satunya memgharuskan untuk menulis. Apa yang dia lihat selama melakukan perjalanan, telah menjadi beberapa buku dan makalah. Buku yang dia hasilkan mungkin tidak secara langsung menunjang profesi. Namun baginya, menulis adalah kebutuhan. Bahwa itu menunjang profesi atau tidak, itu urusan berikutnya. Dia merasa cukup puas kalau buku itu dibaca orang. Setidaknya, bukunya bisa menjadi kado yang berarti bagi para sahabat dan koleganya, juga bagi keluarganya. Setidaknya, dia telah mencoba membagi pengalamannya

12

dan Insyaallah ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari pengalaman tersebut. Di sisi lain, makalah yang dia hasilkan dari perjalanannya ke wilayah-wilayah terpencil, telah ikut menghiasi buku “50 Tahun Unesa Emas Bermartabat” dan “Pintu Gerbang MEA 2015 Harus Dibuka”. Lebih dari itu, karena dia menulis, maka dia bisa mendorong para mahasiswanya juga untuk menulis. Menuntut mereka untuk rajin menulis. “Saya bisa menuntut itu karena saya sendiri melakukannya dan berusaha memberi contoh tentang kecintaan menulis. Semua yang saya ceritakan tersebut, secara langsung maupun tidak langsung, jelas menunjang profesi,” jelasnya. Dukungan Atasan & Tips Jaga Mood Hobi yang ditekuni ternyata mendapatkan respon dari atasan. Mereka sangat apresiatif. Setidaknya, sudah ada 3 buku hasil karyanya yang pernah dibiayani Unesa. Ketiga buku itu adalah Khasanah Kuliner Jawa Timur, Berbagi di Ujung Negeri, dan Sanitasi dan Higiene Makanan. Selain itu, beberapa buku yang diterbitkan Program Pengembangan Profesi Guru (P3G) Unesa, juga dibiayai oleh pimpinan Unesa. Bahkan saat ini, dari tujuh buku yang akan diterbitkan P3G, tiga atau empat di antaranya dibantu biaya penerbitannya oleh Bidang I (PR I). Salah satu buku SM-3T juga direncanakan akan diterjemahkan dalam Bahasa Inggris atas inisiatif PR IV. Juga bentuk-bentuk dukungan lain, misalnya kepercayaan pimpinan Unesa pada P3G sebagai penyelenggara kegiatan-kegiatan bernuansa literasi. Semuanya ini menunjukkan betapa pimpinan Unesa sangat peduli pada pengembangan literasi--yang secara langsung maupun tidak langsung-memberi dukungan sepenuhnya pada hobinya. Tidak ada duka, semuanya suka. Travelling dan menulis baginya seperti makan dan minum saja. Seperti memenuhi panggilan hati saja. Tidak ada dukanya. Kalau bisa dikatakan duka, adalah saat harus menerbitkan buku. Kita tahu, menerbitkan buku

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

Majalah Unesa

AUSTRALIA: Luthfiyah ketika berada di Sovereing Hill Ballarat, Australia.

itu tidak murah. Ada proses panjang sebelum buku itu siap naik cetak. Mengkompilasi tulisan, mengedit, melayout, membuat cover, mengurus ISBN, dan seterusnya, sampai mencetak. Semua itu butuh biaya. Nah, kadangkadang pada urusan biaya inilah kami menemui kendala. Namun begitu, dukungan dan bantuan pimpinan Unesa sangatlah baik, sehingga sejauh ini, masalah biaya penerbitan buku selalu bisa teratasi. Dia menuturkan, hobinya ini tantangannya hanya satu: yakni menjaga mood supaya mau terus menulis. Dia menganalogikan, makan minum saja terkadang harus memaksakan diri. Tidak berselera makan. Tapi kita tetap harus makan. Bukan karena lapar, namun demi menjaga kesehatan. “Nah, menulis juga begitu. Jangan menunggu mood. Mood itu di bawah kendali kita. Kita jaga terus, supaya secara konsisten kita terus menulis dan menulis,” pungkasnya. (RUDI)


LAPORAN KHUSUS

Belajar Kepada

WISUDAWAN TERBAIK UNESA Setiap kali wisuda dilakukan, Unesa selalu menaruh perhatian pada para wisudawan yang memiliki capaian nilai terbaik pada masing-masing program studi. Mereka, para wisudawan itu, akan mendapat spot khusus untuk wawancara dan dimuat di jurnal wisuda, yang terbit setiap even wisuda berlangsung. Nah, pada Wisuda ke-83 Unesa, yang mengusung tema: Wisudawan Unesa Siap Mewujudkan Patriotisme dan Nasionalisme untuk Kemandirian Indonesia terpilih para wisudawan terbaik yang menjadi jawara di masing-masing fakultasnya. Dari penuturan mereka, terkuak kisahkisah yang inspiratif dan menggugah. Seperti apa?

Majalah Unesa

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

13


LAPORAN

KHUSUS

KESENGSEM FILSAFAT EKSISTENSIALISMEI

Ramon singkiriwang

TERINSPIRASI PENGALAMAN PKM DI BELITUNG TIMUR

L MEMBANGGAKAN: Dr. Therestian Vendra, M.Pd (kiri) peraih nilai tertinggi S3 Program Pascasarjana Unesa dengan IPK 3,88.

S

osok Dr. Therestian Vandra, M.Pd peraih nilai tertinggi program Doktor, S3 berhasil mendapat predikat camlaude dengan IPK 3,88. Mahasiswa asal Kalimantan Barat itu menulis disertasi dengan judul Pemikiran Eksistensialisme dalam Karya Novel Orhan Pamuk: Snow dan The Museum of Innocence. Disertasi itu bertujuan menganalisa berbagai pemikiran dan renungan eksistensialisme dari Orhan Pamuk dalam kedua karya novel tersebut dengan mengacu pada konsep dan tema filsafat eksistensialisme yang dicetuskan oleh lima filsuf utama yaitu Kierkegaard, Nietzsche, Heidegger, Camus, dan Sartre. Dalam disertasi itu, tergambar dengan gamblang bagaimana setiap pemikiran eksistensialisme telah disampaikan oleh Orhan Pamuk dengan contoh yang sangat jelas melalui setiap alur cerita yang saling berkaitan dan mudah dipahami,

14

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

bukan disajikan dalam bentuk doktrin dan konsep rumit secara terpisah. Model analisis dan hasil penelitian dalam disertasi ini bisa memberikan kontribusi baru sebagai bahan alternatif pembelajaran, khususnya teori filsafat eksistensialisme bagi kalangan mahasiswa sastra melalui satu pendekatan baru yang jauh lebih menarik dan praktis. Pria yang saat ini memiliki IBH Certified Instructor of Hypnosis and Hypnotherapy ini menjelaskan, satu-satunya kendala yang ditemui pada awal penelitian untuk disertasi tersebut adalah ketersediaan buku referensi yang sangat terbatas di perpustakaan. Namun dengan bimbingan dan dukungan yang luar biasa dari para promotor (Prof. Dr. Budi Darma M.A. dan Prof. Dr. Fabiola D. Kurnia, M.Pd.), akhirnya dapat terkumpul aneka referensi dari berbagai sumber untuk merampungkan penelitian ini dengan baik. (RD)

Majalah Unesa

ain halnya dengan Ramon Sinkiriwang Putrama, M.Pd. Wisudawan terbaik S2 Pendidikan Dasar Pascasarjana Unesa itu mengaku terinspirasi pengalaman PKM di Belitung Timur terkait disertasi yang ditulis. Ramon, yang berhasil meraih IPK 3,92 itu sejatinya tidak berniat dan bercita-cita menjadi guru meskipun ia berasal dari keluarga guru. Namun, berkat nasehat orangtua yang terus menerus, akhirnya iapun mengikuti arahan tersebut dan mewujudkannya hingga menjadi guru PNS di Sekolah Dasar. Ramon menulis tesis yang meneliti Dampak Penggunaan Strategi Predict–Observe–Explain (POE) dan Media Simulasi PhET terhadap Reduksi Profil Miskonsepsi IPA pada Materi Kelistrikan yang Sering Dialami oleh Siswa Sekolah Dasar. Strategi POE merupakan strategi pembelajaran yang dimulai dengan membuat prediksi sesuai dengan pengetahuan awal siswa, dilanjutkan dengan membuktikan prediksi, dan membandingkan prediksi yang dibuat dengan fakta ilmiah yang ditemukan saat melakukan percobaan. Ramon mengakui, ada kendala yang dihadapi dalam pembuatan tesis,


LAPORAN KHUSUS terutama pada pelaksanaan penelitian tahap pengenalan media simulasi PhET. Banyak teman-teman guru, khususnya di daerah tempat Ramon bekerja, yakni Kabupaten Kepahiang, Bengkulu belum mengenal media simulasi PhET dalam pembelajaran. Karena itu, guru terlebih dahulu dikenalkan tentang bagaimana cara memperoleh media simulasi PhET, cara meng-install, cara menggunakan dan menerapkannya dalam pembelajaran. Pengalaman PKM di Belitung Timur telah memberikan gambaran bahwa Unesa setidaknya telah mampu menjadi magnet bagi para guru-guru di sana untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Respons peserta yang terdiri dari guru SD, kepala sekolah dan pengawas sekolah maupun dinas terkait sangat antusias menerima materi, berdiskusi, dan berbagi pengalaman mengajar baik dari dosen pendamping maupun mahasiswa. (RD)

dengan meraih IPK 3,84 yang mengantarnya menjadi wisudawan terbaik se-fakultas Ilmu Pendidikan. Mahasiswi kelahiran Sumbawa, 15 Juni 1993 itu menulis skripsi dengan judul “Kompetensi Pedagogik Guru pada Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi SDN Klampis”. Skripsi itu ditulis karena kepeduliannya yang tinggi terhadap ABK. Semasa kuliah, Ruwaida memang terlibat aktif bersama PSLPD (Pusat Studi dam Layanan Penyandang Disabillitas). Selain itu, dia juga senang berorganisasi baik di jurusan maupun fakultas. Bahkan, dia pernah mengikuti Student Exchange ke Thailand dan Rumania. “Organisasi itu penting karena dari situ bisa mendapatkan ilmu yang tak diajarkan di bangku kuliah,” pesannya. (MURBI)

RAJIN BUAT CATATAN KECIL

BANGKITKAN SEMANGAT DENGAN SALAWAT fierda octaria

T Ruwaida zafira

R

uwaida Zafira, wisudawan terbaik dari Fakultas Ilmu Pendidikan mengaku sempat putus asa tatkala proses mengerjakan skripsi. Beruntung hobinya bersholawat membuat semangat Ruwaida kembali bangkit. Bahkan, ia mampu mencapai prestasi gemilang

ak sia-sia, Fierda Octaria Putri rajin membuat catatan-catatan kecil setiap kali belajar. Resep itu ternyata cukup ampuh sehingga mengantarkan mahasiswa Bahasa dan Sastra Jerman itu berhasil meraih predikat wisudawan terbaik se- Fakultas Bahasa dan Seni. “Belajar itu tidak harus lama, tapi rutin,” ujar mahasiswa asal Mojokerto tersebut.” Jika kebanyakan orang belajar giat saat menghadapi ujian tertentu seperti UTS atau UAS, Fierda yang meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,78 tersebut terbiasa dengan

Majalah Unesa

Menjadi wisudawan terbaik bukan akhir dari perjuangan puteri pasangan Abdul Rachman dan Sirtu Finnahari itu. Setelah lulu, ia berkeinginan bekerja di Kedutaan Besar Jerman untuk Indonesia atau Kedutaan Besar Indonesia untuk Jerman. belajar rutin dalam waktu relatif pendek. Menurutnya, belajar adalah kunci utama keberhasilan prestasi seseorang, di samping doa dan motivasi. Gaya belajar Fierda, sapaan akrabnya, tidak mengutamakan durasi, namun intensitas. Ia yakin bahwa belajar rutin lebih efektif daripada belajar dengan durasi lama tapi tidak rutin. “Selain itu, kebiasaan saya membuat catatan kecil sebagai rangkuman mempermudah mempelajari dan memahami materi kuliah,” ungkap mahasiwa yang menulis skripsi berjudul “Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Sastra Anak Punktchen und Anton karya Erich Kastner”. Selain berprestasi di bidang akademik, Fierda aktif di kegiatan jurusan. Ia beberapa kali menjadi panitia kegiatan jurusan seperti lomba bahasa Jerman se-Jawa Bali, dialog terbuka jurusan bahasa Jerman, dan pementasan drama bahasa Jerman. Ia pun pernah memenangkan lomba musikalisasi puisi bahasa Jerman di tingkat jurusan. Menjadi wisudawan terbaik bukan akhir dari perjuangan putri pasangan Abdul Rachman dan Sirtu Finnahari itu. Setelah lulu, ia berkeinginan bekerja di Kedutaan Besar Jerman untuk Indonesia atau Kedutaan Besar Indonesia untuk Jerman. “Jika diberi kesempatan, saya juga ingin melanjutkan kuliah ke jenjang S-2,” tuturnya. (ANNISA /IKA)

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

15


LAPORAN

KHUSUS

TERMOTIVASI ANGKAT DERAJAT ORANG UA

moch. arief sultoni

D

orongan kuat untuk mengangkat derajat orangtua, membuat Moch.Arief Sultoni, wisudawan S1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi begitu bersemangat belajar. Alhasil, usaha itu membuahkan hasil dengan keberhasilannya meraih predikat cumlaude dengan IPK 3.75 dan sekaligus menyandang predikat wisudawan terbaik se lingkungan FIK. Ia menulis skripsi berjudul “Keterlaksanaan Kurikulum 2013 Mata Pelajaran PJOK tingkat SMP pada Sekolah Satu Atap di Pulau Gili Ketapang dan Wilayah Kabupaten Probolinggo”. Putra kedua pasangan Mardi Utomo dan Siti Romlah ini lahir di Sidoarjo pada 12 Desember 1992. Dia mengaku tidak pernah membayangkan akan menjadi wisudawan terbaik. Kesempatan dapat kuliah dengan beasiswa bidik misi saja sudah merupakan anugerah paling berharga dalam hidupnya. “Saya tidak sia-siakan kesempatan ini,

16

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

karena ini juga amanah yang sudah diberikan,” tuturnya. Karena itu, anak kedua dari empat bersaudara ini benar-benar memanfaatkan masa kuliah dengan giat belajar dan latihan. Apalagi, kuliah di bidang keolahragaan tidak hanya dituntut kemampuan kognitif saja tetapi juga skill. Ia pun yakin bahwa kesuksesan hanya bisa diraih dengan usaha keras, giat belajar, latihan, dan doa dari orangtua. “Doa dari orangtua terutama ibu, itu senjata yang paling ampuh buat perlajanan kita,” ungkapnya. Wisudawan yang pernah ditunjuk mewakili Unesa dalam forum bidik misi nasional di Jakarta dan mendapat kesempatan bertemu presiden RI itu dikenal aktif dalam bidang perwasitan bola voli. Berbagai kejuaraan tingkat daerah maupun nasional semisal PON remaja, Kejurnas LPPM, Popda dan lain kerap diikuti. Ke depan, Arief ingin melanjutkan kuliah ke luar negeri. Namun, saat ini ia memilih mengajar terlebih dahulu sembari mempersiapkan diri dan belajar untuk mewujudkan impiannya itu. Dia berharap Unesa nanti terus menciptakan SDM yang mempunyai kompetensi unggul, berkarakter baik dan bermanfaat. (LINA MEZALINA)

warisan terbaik adalah ilmu, bukan harta. “Orang tua saya sangat peduli pendidikan,” ungkap Eka. Prestasi yang diraih tersebut diharapkan mampu menyulut semangat adik-adiknya yang tengah bersekolah. Eka ingin membuktikan kepada adik-adiknya bahwa pendidikan itu penting dan perlu dicapai dengan kerja keras. “Saya ingin menjadi contoh yang baik dan membuktikan ke adik-adik saya,” terang mahasiswa kelahiran 1 Oktober 1994 itu. Kini, dengan gelar sarjana pendidikan yang telah diperoleh, Eka bertekad menjadi seorang guru. “Guru adalah cita-cita sejak kecil. Setelah kuliah saya mau jadi tenaga pendidik, biar ilmu ini bisa berguna bagi orang lain,” terang mahasiwa yang menulis Skripsi berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) pada Kompetensi Dasar Pemangkasan Rambut Desain di SMK Negeri 3 Kediri.” (DANANG)

MOTIVASI IBU DARI PULAU BAWEAN

INILAH BONUS DARI KERJA KERAS mustika putri

eka sakti pratiwi

B

onus kerja keras. Demikian Eka Sakti Pratiwi, mahasiswa S1 Pendidikan Tata Rias yang berhasil meraih IPK tertinggi se-Fakultas Teknik. Eka mengakui, kerja kerasnya dalam menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi sangat terinspirasi oleh pesan orang tuanya yang mengatakan bahwa

Majalah Unesa

M

ustika Putri berhasil menjadi mahasiswa terbaik FMIPA pada wisuda kali ini. Perempuan kelahiran Bawean, Gresik 13 November 1992 itu meraih IPK 3,78. Dia bersyukur bisa menjadi lulusan terbaik sebab, baginya, capaian ini merupakan hadiah kecil untuk keluarga. Mahasiswa jurusan pendidikan fisika angkatan 2011 juga menuturkan, motivasi terbesar dalam hidupadalah sang ibu. Sang


LAPORAN KHUSUS ibu adalah single parent. Sejak kecil Mustika sangat tahu betap besar perjuangan ibunya dalam merawat dan mendidik. “Karena itu, saya berusaha untuk membuat beliau selalu tersenyum,”ungkap alumnus SMA 1 Sangkapura ini. Mustika menulis skripsi denganjudul “Penerapan Pembelajaran IPBA melalui Kegiatan Laboratorium Riil dan Laboratorium Visual untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa pada Materi Gunung Api”. Skripsi ini didasari dari kenyataan bahwa Indonesia memiliki jumlah gunung api yang sangat banyak. Menurutnya, ini penting bagi siswa untuk memiliki pemahaman yang benar tentang proses gunung api yang banyak melibatkan ilmu fisika. Pemahaman tersebut akan berpengaruh terhadap kemampuan melakukan mitigasi bencana dan memanfaatkan kawasan gunung berapi. “Untuk mengajarkannya digunakan kegiatan lab riil dan virtual. Karena kegiatan tersebut, menurut para ahli, membuat pengetahuan siswa bertahan lama, melatih ketrampilan, dan membentuk sikap ilmiah,” tuturnya. (SURYO)

TERSENGAT KATA-KATA AJAIB DALAM FILM

N

ur Fahmi Winawati. Demikian nama lengkap mahasiswa terbaik Fakultas Ekonomi Unesa itu. Wina, sapaan akrabnya, mengaku termotivasi oleh kata-kata di film Kabhie Kushi Kabhie Gham. Kata-kata yang mampu membakar semangat Wina tersebut, yaitu: “Kalau kau mau jadi orang dalam hidupmu, kalau ingin menghasilkan sesuatu, kalau ingin menang, selalu ikuti kata hatimu. Tapi, bila hati tidak menemukan jawaban, tutup mata sebut nama ayah dan ibu. Lihatlah segala kesulitan akan menjadi mudah! Kau akan memeroleh segala tujuan dan kau akan menang. Hanya kau!”

INSPIRASI HIDUP SEDERHANA

meilasari dwi rahayu

S

enang, kaget,dan gembira. Begitulah rasa yang bercampur aduk dalam diri Meilasari Dwi Rahayu. Perempuan kelahiran Surabaya 1 Mei 1989 ini tak menyangka berhasil meraih predikat wisudawan terbaik dari Fakultas Ilmu Sosial. Mahasiswa Prodi Administrasi Negara berhasil mendapatkan IPK 3,67. Ia menulis skripsi berjudul “Pengawasan Terhadap PPTKIS

Perempuan kelahiran Ponorogo, 21 Januari 1993 itu berhasil lulus tepat waktu dengan capaian indeks prestasi komulatif (IPK) mengagumkan, 3, 78. Sebagai mahasiswa program studi S-1 Pendidikan Tata Niaga, dia meneliti Hypermart yang ada di daerahnya. “Hypermart merupakan ritel modern terbaru dan terbesar di Ponorogo,” tuturnya menjelaskan. Judul skripsi yang ditulis adalah “Pengaruh Store Atmosophere dan Promosi Penjualan terhadap Impulse Buying dengan Shopping Emotion sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Konsumen Hypermart Ponorogo City Center)”. Dalam tugas skripsinya, ia mengaku banyak hambatan. Antara lain, responden yang memiliki sifat berbeda-beda. Beruntung, berkat kesabaran, ketelatenan dan prinsip 5S (senyum, sapa, salam, sopan, santun) membuat Wina menyelesaikan skripsinya. (SYAIFUL)AN

Majalah Unesa

(Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta) Oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur. (Studi Pada Pra Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri)”. Anak pasangan Muhaidi dan Sumiatun ini memiliki latar belakang sederhana. Kesederhanaan inilah yang memotivasi dirinya untuk meraih masa depan yang lebih baik. Meilasari dikenal sebagai mahasiswa yang gigih. Itu dibuktikan selain kuliah, ia juga mencari tambahan penghasilan dengan mengajar les privat. Tidak hanya itu, sebelum kuliah, ia juga sudah bekerja dan menyisikan sebagian hasil jerih payahnya untuk ditabung buat biaya kuliah. “Saya tentu ingin membanggakan orangtua saya, meski saya hanya anak seorang sopir juga bisa berprestasi” ujarnya. Aktivis Himpunan Mahasiswa Prodi Administrasi Negara periode 20132014 ini menyatakan bahwa kunci kesuksesannya meraih prestasi adalah selalu berusaha dan terus belajar serta berdoa kepada Allah SWT. (WAHYU/UMI)

nur fahmi winawati

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

17


LENSA UNESA

Kuliah Kerja Nyata 2015

Posdaya Unesa

uliah Kerja Nyata (KKN) 2015 Posdaya Unesa Gelombang I di Wonoayu Sidoarjo, ditutup oleh Pembantu Rektor III Unesa, Dr Ketut Prasetya, MS, pada Kamis, 09 Juli 2015. Dalam kesempatan tersebut di足 selenggarakan Gebyar Panggung Hiburan yang diisi oleh anak-anak binaan maha足 siswa KKN. Hadir dalam acara tersebut antara lain Camat, Kepala Desa, dan pejabat pemerin足 tahan setempat, juga para dosen pendam足 ping serta seluruh mahasiswa peserta KKN Unesa tahun akademik 2015. (HUMAS)

18

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

Majalah Unesa


LENSA UNESA

Unesa dan STKIP Al Hikmah TINGKATKAN KERJA SAMA PENDIDIKAN UNESA dan STKIP Al Hikmah Surabaya mening­ katkan kerja sama. Difasilitasi Pembantu Rektor IV, Rektor Unesa menandatangani MoU dengan Pimpi­ nan STKIP Al Hikmah Surabaya pada Senin, 13 Juli 2015 di gedung rektorat Unesa, Kampus Ketintang. Dengan kerja sama ini Unesa akan memberikan sumbangsih dalam peningkatan mutu lulusan STKIP Al Hikmah nantinya. (HUMAS)

Siaran di TVRI Acara Cendekia

UNESA GO INTERNATIONAL

UNESA menjadi pengisi tetap acara Cendekia di TVRI Jawa Timur setiap bulan. Selasa (14/7/2015) Unesa menyajikan topik Kerja Sama Internasional dan Revitalisasi Pusat Bahasa dengan menampilkan pembicara Prof. Dr. Djodjok Supardjo, M. Lit. (PR IV) dan Much. Khoiri, M.Hum. (Kepala Pusat Bahasa). Acara yang cukup mengasyikkan itu berdurasi satu jam dengan selingan musik keroncong Warna Rindu dari mahasiswa Unesa. Acara dikemas dengan model talkshow dengan audiens sebagai bagian dari acara Cendekia. Pak Djodjok menyebutkan bahwa Unesa akan terus membangun jaringan internasional. “Jaringan internasional itu akan melibatkan mahasiswa dan dosen,” ujarnya. Sementara itu, Pusat Bahasa Unesa akan terus berbenah dalam rangka menyangga kerja sama internasional tersebut. “Kami sekarang sedang melakukan penataan layanan Pusat Bahasa yang kelak akan mendorong mahasiswa dan dosen untuk menguasai bahasa asing,” ujar Moch Khoiri. (HUMAS)

Majalah Unesa

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

19


KOLOM GAGASAN

Sampai tahun 1970-an Indonesia lebih dekat dengan Man Power Planning. Mungkin mewarisi dari era penjajahan Belanda. Waktu itu, kita punya STN, SMEP, SKKP, SKKN dan seterusnya. Kemudian pada akhir 70-an mulai bergeser ke Human Development Approach. Konon waktu itu banyak ahli pendidikan yang menempuh pendidikan lanjut di Amerika Serikat dan ketika pulang membawa paham baru.

K

etika menempuh S2 tahun 1985-1987, saya mempelajari dengan sungguh-sungguh perdebatan dua mazab pe­ rencanaan pendidikan (kalau boleh disebut begitu), yang biasa disebut dengan Man Power Planning dan Human Development Approach. Perdebatan yang tidak berujung, karena keduanya memiliki asumsi dan titik tolak yang berbda. Ketika 2-4 September 2015 (30 tahun kemudian), saya mengikuti International Vocational Education and Tranining (VET) Conference di Bremen Jerman, dua aliran itu masih terasa sangat kental. Aliran Man Power Planning intinya pendidikan diarahkan untuk mendukung pembangunan suatu bangsa, dengan asumsi dasar orang (individu) itu bagian dari suatu masyarakat dan bangsa. Oleh sebab itu pendidikan harus membekali anak-anak muda untuk pada saatnya dapat berperan aktif dalam proses pembangunan masyarakat dan bangsanya. Jabaran selanjutnya, jenis pendidikan dan tingkatannya harus didasarkan atas prediksi

atau arah pembangunan bangsanya. Negara-negara Eropa kontinental merupakan negaranegara yang menganut paham itu, walaupun ada yang sangat ketat ada pula yang longgar. Untuk mendukung pola itu dan sekaligus untuk mengupayakan agar seseorang dapat menempuh pendidikan yang sesuai dengan

Oleh Muchlas Samani

Negara yang menganut paham ini biasanya memiliki pendidikan kejuruan (lebih luas dari sekolah kejuruan) atau yang biasa disebut dengan VET atau TVET (Technical and Vocational Education and Training) yang kokoh. Jerman, Swiss merupakan dua negera contoh. Lebih longgar sedikit, misalnya Belanda dan negaranegara sekitarnya. Di lain pihak, Human Development Approach bertolak dari pandangan bahwa pendidikan itu bertujuan untuk mengembangkan potensi seseorang dan tidak terkait langsung dengan pekerjaan. Sementara setiap orang memiliki hak untuk menentukan jalan hidupnya sendiri dan tidak ada orang lain yang memaksanya. Oleh karena itu, jenis dan tingkatan pendidikan tidak dikaitan dengan pembanguna suatu bangsa, katakanlah perkembangan industri, tetapi dengan ilmu pengetahuan yang diyakini menjadi bekal utama seseorang dalam mengembangkan diri. Derivasi dari paham itu, setiap orang boleh memilih jenis dan

MAN POWER PLANNING

VERSUS

HUMAN DEVELOPMENT

20

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

minat dan bakatnya, maka bimbingan dan konseling menjadi sangat penting. Sejak awal anak-anak sudah diarahkan untuk mengikuti alur pendidikan yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Jalur pendidikan juga sudah disesuaikan dengan lapangan kerja yang tersedia. Harapannya, setiap orang akan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan minatnya, dan pekerjaan itu memang merupakan bagian dari pembangunan negara.

Majalah Unesa


KOLOM GAGASAN jenjang pendidikan apa saja, sesuai dengan keinginannya. Orang juga boleh zig-zag dalam menempuh pendidikan, misalnya S1 Biologi tetapi melanjutkan ke S2 Taknik. Yang membatasi hanyalah kemampuan untuk menempuh pendidikan itu. Dengan pembatasan itu, orang akan apakah Anda mampu secara akademik dan secara finansial menempuh suatu jalur dan jenjang pendidikan. Negara yang paling mencolok mengiktu paham itu adalah Amerika Serikat yang sebenarnya diwarisi dari Inggris. Demikian pula Australia. Oleh karena itu, di Amerika Serikat dan Australia istilah VET atau TVET tidak banyak dikenal. Amerikan menggunakan istilah CET (Career and Technical Education) dan Australia menggunakan istilah TAFE (Techical and Futher Education). Amerika Serikat tidak memiliki SMK, namun setiap siswa SMA akan menempuh CTE sebagai matapelajaran yang dapat ditempuh di sekolahnya sendiri atau di Training Center. Di tingkat universitas juga dikenal Community College yang seringkali menyediakan program pelatihan keterampilan untuk bekerja. Setahu saya TAFE di Australia merupakan “warung padang” pendidikan, karena menyediakan pelatihan pendek yang hanya untuk beberpa bulan, misalnya untuk hair dresser (potong rambut) sampai setara S1 atau bahkan beberapa TAFE punya S2. Tentu S1 dan S2-nya mirip dengan politeknik di Indonesia. Yang mengherankan dan sekaligus perlu kita pelajari, orangorang di negara yang menganut paham Man Power Planning maupun Human Development Approach, menghargai pekerjaan yang sifatnya keterampilan dan juga menghargai pendidikan kejuruan (TVET/VET/CTE/TAFE). Mereka tidak merasa rendah diri jika menempuh pendidikan di

jalur itu dan juga tidak merasa rendah diri jika bekerja di sektor keterampilan atau sering disebut dengan blue colour worker. Mungkin karena gaji pekerja seperti itu cukup tinggi dan konon lebih tinggi dibanding white colour worker yang rendahan. Juga karena untuk mengerjakan suatu pekerjaan keterampilan seseorang harus memiliki sertifikat. Misalnya tukang batu, tukang pasang pipa air, tukang cat harus memiliki sertifikat. Tanpa sertifikat, seseorang tidak boleh mengerjakan, walupun untuk rumahnya sendiri. Konon jika memaksa mengerjakan dan tidak ketahuan aparat, nanti akan menjadi masalah jika kebakaran atau sejenisnya. Penerapan di Indonesia Bagaimana dengan Indonesia? Seingat saya, sampai tahun 1970an Indonesia lebih dekat dengan Man Power Planning. Mungkin mewarisi dari era penjajahan Belanda. Waktu itu, kita punya STN, SMEP, SKKP, SKKN dan seterusnya. Saya tidak tahu, bagaimana penghargaan masyarakat terhadap sekolah kejuruan dibandingkan dengan sekolah umum (SMP/ SMA). Saya juga tidak tahu apakah sertifikat keterampilan dipersyatkan untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Sejak tahun 1970-an akhir, tampaknya kita mulai bergeser ke Human Development Approach. Konon waktu itu banyak ahli pendidikan/cendikiawan yang menempuh pendidikan lanjut di Amerika Serikat dan ketika pulang membawa paham baru. Saya lupa kapan pastinya, tetapi sekolah kejuruan pada jenjang SMP dihapus dan di SMA dirintis program A dan B. Dirintis PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) mirip dengan comprehensive school di Amerika Serikat. Pada jenjang SMA di PPSP, dibuka program A1, A2, A3, dan B. Program B sebenarnya mirip

program vokasi. Oleh karena itu di PPSP disedikan bengkel yang cukup lengkap. Sayangnya program B di PPSP tidak diminati. Konon siswa PPSP kelas 9 yang baik ke kelas 10 Program B, keluar dan pindah ke SMA umum. Tampaknya saat itu, dan masih terasa sampai saat ini, SMK itu dianggap “kelas rendah”. Bahkan ada joke SMA itu sekolah menengah untuk anak, sementara SMK itu sekolah menengah untuk keponakan. Konon tidak banyak putra-putri guru SMK yang masuk SMK, dan memilih masuk SMA. Mengapa SMK kurang dihargai? Jujur saya tidak paham, mungkin teman-teman sosiologi yang lebih mengerti. Apa karena lapangan pekerjaan terbatas, sehingga banyak lulusan SMK menganggur yang proporsinya konon lebih banyak lulusan SMA? Atau karena untuk memasuki jenis pekerjaan tertentu tidak dipersyaratkan sertifikat, sehingga lulusan SMK harus bersaing secara bebas dan kemudian banyak yang kalah? Atau karena pola pendidikan di SMK serta fasilitasnya sangat minimal, sehingga kompetensi lulusannya tidak bagus? Atau karena industri di Indonesia tidak memerlukan tenaga kerja dengan skill tinggi, sehingga tidak perlu pelatihan setingkat SMK? Atau? Atau? Serangkaian pertanyaan yang memerlukan perenungan, pemikiran bahkan riset yang cukup dalam. Hal itu diperlukan agar kita memiliki desain pendidikan yang jelas, efektif dan efisien. Lebih dari itu, pemegang kebijakan pendidikan sebaiknya tidak latah mengubah ini dan itu tanpa argumen yang kokoh. Laporan penelitian Daniel Suryadarma yang kemudian menjadi report Bank Dunia dengan judul “The Value of Vocational Education: An Indonesia Case”, layak untuk dibaca. Semoga. n

Majalah Unesa

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

21


ARTIKEL

PENDIDIKAN

PERAN LAYANAN

BIMBINGAN DAN KONSELING

PADA MASA ORIENTASI SISWA BARU DI MADRASAH Oleh ZAINAL MUTTAQIN, S. Pd

Layanan orientasi berarti tatapan ke depan ke arah dan tentang sesuatu yang baru. Berdasarkan arti ini, layanan orientasi bisa bermakna suatu layanan terhadap siswa baik di sekolah maupun di madrasah yang berkenaan dengan tatapan ke depan ke arah dan tentang sesuatu yang baru. (Prayitno, 2004) HALL (Hurlock, 1997:199) menyebutkan bahwa masa remaja merupakan periode strom (badai) yaitu suatu masa ketegangan emosi sedang mengalami titik optimalisasi terutama individu yang berada dalam tekanan sosial menghadapi situasi baru. Kondisi itu, menyebabkan remaja mengalami Hightened Emotionality, yakni sebuah kondisi emosi yang meningkat sehingga menyebabkan kehidupan remaja dalam kondisi emosi negatif, kurang efktif, dan cenderung rendah diri. Menurut Hall, dalam kondisi tertekan dan terposisi pada suatu ketegangan emosional, remaja sangat membutuhkan perhatian yang responsif dan bersahabat. Remaja memiliki potensi yang sedang berkembang dan sangat potensial sehingga harus dibimbing dan diarahkan menuju prestasi yang sebanyak-banyaknya. Pada fase inilah remaja menentukan pondasi dasar dalam meraih keberhasilan masa depannya. Sukses dan gagalnya masa depan remaja, ditentukan pada fase ini.

22

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

Nah, tahun ajaran baru adalah saatnya Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD). Sebelumnya, disebut Masa Orientasi Siswa (MOS) atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Kegiatan ini umum dilaksanakan di sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Biasanya, sekolah akan menjadikan Masa Orientasi Siswa sebagai ajang melatih mental, disiplin dan pengenalan berbagai macam kegiatan ekstra kulikuler di lingkungan madrasah/sekolah. Namun sayang, Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD) atau Masa Orientasi Siswa (MOS) atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) belakangan cenderung tidak sesuai degan budaya pendidikan dan tidak bersifat edukatif. Yang lebih banyak terlihat hanya bersifat perpeloncoan dan bahkan mengarah pada tindak kekerasan. Kondisi itulah yang membuat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengimbau agar kegiatan Masa

Majalah Unesa

Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 55 Tahun 2014 tentang Masa Orientasi Peserta Didik Baru di Sekolah. Pada pasal 2 Permen Nomor 55 Tahun 2014 itu disebutkan bahwa Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) bertujuan mengenalkan program sekolah, lingkungan madrasah/sekolah, cara belajar, penanaman konsep pengenalan diri peserta didik, dan kepramukaan sebagai pembinaan awal ke arah terbentuknya kultur sekolah yang kondusif bagi proses pembelajaran lebih lanjut. Selain itu, pada Pasal 3 butir (1) disebutkan, “Sekolah dilarang melaksanakan masa orientasi peserta didik yang mengarah kepada tindakan kekerasan, pelecehan dan/ atau tindakan destruktif lainnya yang merugikan peserta didik baru baik secara fisik maupun psikologis baik di dalam maupun di luar sekolah�. Jika sekolah melanggar aturan tersebut, sanksi akan diberikan.


ARTIKEL PENDIDIKAN

UPACARA BENDEARA merupakan kegiatan positif bagi siswa dan warga sekolah lainnya dalam menegakkan disiplin.

Fungsi Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling merupakan bantuan kepada individu maupun kelompok di madrasah/ sekolah dalam rangka membantu segala permasalahan siswa sehingga dapat menemukan dirinya dan dapat berkembang dan berprestasi secara maksimal. Peran Guru bimbingan konseling harus dapat memberikan rasa nyaman dan membantu siswa untuk beradaptasi dan berprestasi dalam menemukan masa depannya. Pada awal masuk tahun ajaran baru, siswa menemui kondisi lingkungan yang tidak nyaman dan cenderung menekan sehingga membuat siswa tidak percaya diri. Di sinilah, layanan bimbingan dan konseling memiliki fungsi pencegahan yaitu membantu siswa mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya. Fungsi advokasi yaitu membantu siswa memperoleh pembelaan atas hak dan/atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian dan fungsi pemahaman yang wajib membantu siswa memahami diri dan

lingkungannya dengan memberikan layanan orientasi. Menurut Prayitno (2004), layanan orientasi berarti tatapan ke depan ke arah dan tentang sesuatu yang baru. Berdasarkan arti ini, layanan orientasi bisa bermakna suatu layanan terhadap siswa baik di sekolah maupun di madrasah yang berkenaan dengan tatapan ke depan ke arah dan tentang sesuatu yang baru. Layanan orientasi mempunyai fungsi sebagai usaha pengenalan lingkungan sekolah sebagai lingkungan yang baru bagi siswa. Pengenalan-pengenalan lain yang dapat diberikan kepada siswa seperti kurikulum baru yang diterapkan sekolah, waktu proses belajar di sekolah. Pelaksanaan layanan orientasi ini berdasar pada anggapan bahwa memasuki lingkungan baru dan mengadakan penyesuaian bukanlah hal yang mudah (Prayitno & Amti, 1999). Pelayanan Bimbingan dan Konseling pada Arah Peminatan Peran Guru Bimbingan Konseling dalam implementasi kurikulum 2013 membimbing siswa pada

Majalah Unesa

http://osismanlamongan.blogspot.com

arah pemintan yang tepat yang diberlakukan terhadap 105 Madrasah sesuai dengan SK Dirjen Pendis Nomor 481 Tahun 2015. Peminatan dalam kurikulum 2013 ini akan menimbulkan masalah bagi peserta didik terhadap 80 Madrasah Aliyah di Jawa Timur jika siswa tidak mampu menentukan pilihan arah peminatan kelompok mata pelajaran secara tepat. Dampaknya, kesulitan belajar dan kecenderungan gagal dalam belajar dapat terjadi Oleh karena itu, guru Bimbingan Konseling harus dapat memberikan arah peminatan siswa yang sesuai dengan kemampuan dasar dan kecenderungan bakat minat. Tujuannya, agar proses belajar berjalan dengan baik dan siswa mampu menemukan dirinya dan mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Dengan demikian, potensi siswa dapat terasah dengan optimal dan dapat meraih sukses anjut dan karier.

*Penulis adalah Guru Bimbingan dan Konseling MAN Lamongan & Wakil Ketua IKA PPB FIP UNESA.

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

23


INSPIRASI

ALUMNI

R. Soeroso, S.E., M.M

dalam Jalani Hidup 24

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

Majalah Unesa


INSPIRASI ALUMNI Berpikir positiflah niscaya semesta mendukungmu. Ungkapan itu barangkali patut disematkan pada sosok R. Soeroso SE, M.M. Alumni IKIP Surabaya yang kini dipercaya menjadi Direktur Utama Bank Jatim itu membuktikan diri mampu meraih sukses karena berpedoman pada prinsip berpikir positif dalam menjalani kehidupan.

S

oeroso mengakui memang tidak mudah menerapkan prinsip tersebut, apalagi ketika menghadapi halhal yang kelihatan merugikan. Namun, berkat tekad yang kuat, R. Soeroso, S.E., M.M. berhasil meraih berbagai prestasi gemilang dengan berpedoman pada prinsip tersebut. Soeroso melalui masa pendidikan yang penuh tantangan. Sekolah Dasar, ia selesaikan selama enam tahun di Wonoharjo Solo. Sewaktu sekolah menengah, ia mengambil pendidikan berbasis ekonomi dengan melanjutkan ke Sekolah Menengah Ekonomi Pertama di Juwangi Solo. Selanjutnya, ia semakin memperkuat basic keilmuan ekonomi dengan masuk ke Sekolah Menengah Ekonomi Atas Negeri di Karanganyar, Kebumen, Jawa Tengah. Berpindah-pindah tempat menjalani pendidikan dengan jarak yang tidak dekat, tentu menjadi masalah tersendiri bagi kejiwaan anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Terutama dalam hal proses adaptasi yang harus dilakukan oleh anak. “Hambatannya adalah karena berpindah-pindahnya pendidikan sehingga memerlukan adaptasi yang cukup tinggi terhadap lingkungan yang baru,” jelas alumnus jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut. Meski demikian, Soeroso tidak

mau menyalahkan keadaan. Soeroso menganggap bahwa hal itu merupakan tantangan sekaligus kesempatan tersendiri baginya. Soeroso menciptakan kesempatan melalui hal (yang mulanya dianggap) menjadi hambatan. Soeroso menambah teman dan relasi yang lebih banyak. Ia berpandangan bahwa sebenarnya itu adalah kesempatan. Soeroso menyikapi keadaan dengan positive thinking. “Sebagai manusia, dalam perjalanan pasti menghadapi kendala dan hambatan. Akan tetapi, apabila kita menyikapi dengan positive thinking justru hambatanhambatan tadi menjadi tantangan yang harus kita jalani dengan penuh keikhlasan. Itu semua menjadi motivasi untuk kita agar bekerja lebih keras, lebih, cerdas, dan lebih ikhlas,” jelasnya. Setelah lulus Sekolah Menengah Atas, Soeroso melanjutkan studi ke IKIP Surabaya (sekarang Unesa). Ia melanjutkan ke Fakultas Ekonomi Management Untag Banyuwangi dan menyelesaikan S-2 di Universitas STIE Mitra Jogjakarta. Ayah tiga anak itu memulai karier sejak lepas dari bangku pendidikan sarjana. Sejalan dengan minat dan bakatnya di bidang ekonomi, Soeroso pun berkarir di bidang perbankan. Berbagai posisi pekerjaan pernah dijalani. Ia pernah menjadi staf di Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur

Majalah Unesa

(sekarang dikenal dengan Bank Jatim) hingga tahun 1980, menjadi Kepala Seksi di Bank Jatim Cabang Banyuwangi, diberi mandat menjadi Pemimpin Cabang Pembantu Situbondo. Tahun 1992, ia kembali dipindahtugaskan menjadi Wakil Pemimpin Cabang Bojonegoro. Tak berhenti di situ, Soeroso terus diberi mandat ke daerah-daerah dan dengan jabatan yang berbedabeda. Tahun 1994 ia ditugaskan sebagai Biro Penyelamatan Kredit. Tahun 1996 dipindahkan lagi ke Pamekasan, Madura untuk memangku jabatan sebagai Wakil Pemimpin Cabang Pamekasan. “Tahun 1999 ditugaskan menjadi Pemimpin Cabang Probolinggo, kemudian dipindahtugaskan lagi sebagai Pemimpin Cabang Malang pada 2001-2005, dan pada awal 2006 dipindahtugaskan sebagai Pemimpin Cabang Sidoarjo hingga awal tahun 2009. Setelah itu dipindahtugaskan menjadi Pemimpin Divisi Corporate Secretary di Kantor Pusat Bank Jatim Surabaya hingga akhirnya pada April 2010 ditugaskan oleh bapak gubernur Jawa Timur menjadi Dirut Bank UMKM Jawa Timur,” beber Soeroso. Soeroso tentunya tidak kaget lagi dengan berbagai macam tugas yang membuatnya harus berpindah-pindah tempat. Kakuatan jiwanya dalam menghadapi suasana baru dan kemampuannya untuk bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

25


INSPIRASI

ALUMNI

baru sudah terbentuk sejak kecil. Saat ini, Soeroso masih melanjutkan kiprahnya dalam rangka kemajuan bangsa. Di tengah pertarungan ekonomi yang semakin sengit, khususnya dalam rangka menghadapi adanya program Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, Soeroso pun membantu program pemerintah Jawa Timur dalam upaya memberikan akses permodalan terhadap UMKM di berbagai sektor. Tentunya sektor yang visible but not bankable yang pada umumnya tidak bisa diakses permodalan dari bank umum. Berkat jerih payahnya untuk kemajuan, dengan tetap selalu positive thinking, Soeroso telah meraih setumpuk prestasi. Beberapa penghargaan diraih selama menjadi Direktur Utama Bank UMKM dalam tahun 2013 hingga 2014. Sedikitnya ada 20 penghargaan bergengsi yang diraih pada tahun 2013 dan lima penghargaan bergengsi pada tahun 2014. Namun, limpahan penghargaan itu bukan lantas membuat Soeroso lupa daratan. Dengan rendah hati, Soeroso menganggap bahwa berbagai macam penghargaan itu merupakan hal yang harus disyukuri. “Menurut saya apa yang diberikan Allah SWT adalah yang terbaik saat ini yang harus kami syukuri. Mudah-mudahan apa yang kami kerjakan dapat bermanfaat bagi kami sekeluarga dan orang lain,” harapnya. Jejak Gesit Kiprah Soeroso Sebenarnya, awal 2010, Soeroso telah memasuki masa pensiun dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Devisi Corporate Secretary. Tetapi, April 2010, Gubernur Jatim Soekarwo memberinya kepercayaan menjadi Dirut Bank BPR Jatim (kini bernama Bank UMKM Jawa Timur) hingga 2015.

26

DILANTIK: R. Soeroso saat dilantik menjadi Ketua Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi, Unesa

BIODATA SINGKAT: R. SOEROSO, Lahir di Solo pada tanggal 10 September 1954. Menjabat se­ba­ gai Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk sejak 8 April 2015. Sebelum dipercaya sebagai Dirut Bank Jatim, berbagai jabatan penting pernah disandang, di antaranya: Pemimpin Cabang Probolinggo, Pem­impin Cabang Malang, Pemimpin Cabang Sidoarjo, Corporate Sec­re­ta­ ry, Direktur Utama PT BPR Jatim/Bank UMKM Jawa Timu­r.

Di tangan Soeroso, Bank UMKM mengalami perkembangan yang pesat. Aset Bank UMKM Jatim yang hanya sekitar Rp 400 miliar melejit jadi Rp 1,4 triliun. Kredit yang tersalur pada 2012 tercatat Rp 900 miliar. Laba setahunnya Rp 18,3 miliar. Jaringan kantor dari 140-an unit menjadi 196 unit. Bank UMKM juga menjadi satu-satunya BPR di Indonesia yang memiliki ATM. Pada 2012, BUMD dan CEO BUMD Award 2012 memberikan gelar BUMD terbaik Indonesia untuk Bank UMKM Jawa timur. Serta, Soeroso sebagai CEO BUMD paling top. Pada Januari 2013, Soeroso didaulat menjadi Ketua Umum Perhimpunan BPR Milik Daerah (Perbamida). Karena kemampuannya, Menteri Koperasi

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

Majalah Unesa

dan UKM Syarif Hasan menunjuk Soeroso sebagai pelaksanan revitalisasi KUD di Jawa Timur. Sekarang, karier Soeroso terus melambung tinggi. Sejak 2012 hingga sekarang, dia menjabat sebagai Ketua Kompartemen Keuangan dan Perbankan BKS BUMD Nasional. Di samping itu, sejak 2015, dia juga menjabat sebagai Direktur Utama PT BPD Jawa Timur. Menengok ke belakang karier dan prestasinya, Soeroso mengungkapkan resep sederhana. “Dalam bekerja, kita harus ikhlas dan istiqomah. Berikan yang terbaik, jangan pakai hitung-hitungan hasil. Insya Allah, apa yang kita dapat sungguh di luar dugaan. Boleh dicoba dan dibuktikan,” pungkas Soeroso. n (SYAIFUL RAHMAN)


KABAR SM3T

Prof. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd

LAUTAN MANUSIA

DI BUMI AAL SURABAYA AAL adalah sebuah kompleks yang lengkap dengan gedung dan fasilitas, juga budaya belajar dan pengembangan karakter yang mengagumkan. Tidak heran bila para prajurit dan perwira di sana begitu sopan sekaligus tegas serta tampak sangat akademis. Di sinilah para calon peserta SM-3T Unesa V dan Jatim Mengajar III mengikuti kegiatan prakondisi.

S

enja yang indah jatuh sempurna di Bumimoro, Surabaya. Tepatnya di Akademi Angkatan Laut, kawasan kawah candradimuka bagi para taruna. Warna semburat merah memenuhi kaki langitnya dan bersentuhan dengan laut yang menghampar melengkapi pemandangan. Syahdu nian. Di salah satu bagiannya, di halaman masjid Nurul Bahari yang bersih dan indah itu, ratusan manusia tumpah ruah. Laki-perempuan, tua-muda, besar-kecil. Mereka adalah orang tua, kerabat, dan mungkin juga kekasih, para calon peserta SM-3T Unesa V dan Jatim Mengajar III, yang telah berada di AAL, untuk mengikuti kegiatan prakondisi. Kegiatan prakondisi merupakan tahap seleksi terakhir dari serangkaian seleksi yang harus mereka ikuti untuk bisa bergabung dalam salah satu kegiatan dalam payung Program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia (MBMI) ini. Sore ini adalah waktu bagi 241 peserta SM-3T dan 5 peserta Jatim Mengajar bertemu dengan orang

Ini adalah malam ketika semesta menjadi saksi tentang tekad bulat para anak muda itu untuk mengabdi demi negeri ini. Saksi tentang keikhlasan dan kerelaan para orang tua dan kerabat melepas mereka dengan sepenuh doa dan harapan. Kecemasan dan ketakutan harus, diganti keyakinan mereka. tua dan kerabatnya. Setelah selama tiga belas hari anak-anak muda itu dikarantina di AAL, dan dua hari lagi mereka harus berangkat ke tempat tugas masing-masing, ini adalah saat bagi mereka bisa saling melepas rindu untuk kemudian berpisah selama

Majalah Unesa

setahun ke depan. Adzan maghrib berkumandang. Tak perlu waktu lama, masjid indah itu pun dipenuhi manusia. Para lelaki di shaf depan, berbaris rapi. Dengan berbagai kostum. Coklat khaki, hijau doreng, warna-warni. Para perempuan di shaf belakang, dengan mukena dominan putih. Mereka khusyu mengikuti imam yang berpakaian dinas coklat khaki itu. Lantunan ayat suci Alquran terdengar merdu dari arah depan. Fasih sekali bacaannya. Merdu sekali suaranya. Menyapa gendang telinga dan hati setiap orang. Sepuluh hari berada di Bumi AAL, serasa berada di tempat yang begitu mendamaikan. Tak terbayang sebelumnya, tempat ini begitu memberikan ketenangan. Beberapa kali saya berkesempatan mengajar para perwira AL di Kodikal dan Kobangdikal, saya hanya datang, mengajar, dan pulang. Tidak sempat menikmati keteduhan AAL di sisi lain. Laut yang menghampar luas di sepanjang sisi kirinya. Bangunanbangunan bersih dan kokoh yang

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

27


KABAR

SM3T

SEMANGAT: Para calon peserta SM-3T Unesa V dan Jatim Mengajar III, saat berada di AAL, untuk mengikuti kegiatan prakondisi.

halaman luasnya dipenuhi pohonpohon rindang dan berbagai tanaman pendek yang terawat, sangat asri. Di mana-mana terlihat para kadet yang berjalan, berbaris, atau berlari-lari. Tubuh mereka langsing tapi kuat, baju khaki atau doreng yang pas sekali membalut tubuh semakin menonjolkan keindahan dan kekekaran fisiknya. Setiap waktu salat tiba, para kadet itu akan berebut tergopohgopoh ke masjid, mengambil air wudhu, salat berjamaah, dengan imamnya bergantian di antara mereka. Selesai salat, mereka tidak langsung buyar. Sebagian mengambil Alquran, lantas menyimak kajian ayat-ayat tertentu yang disampaikan oleh salah satu dari mereka juga. Setiap hari. Rutin. Salat tepat waktu dan kajian Islam menjadi bagian dari kehidupan mereka. Menjadi bagian dari pengembangan kepribadian dan religiusitas mereka. Bagi saya sendiri, dan saya yakin juga bagi teman-teman panitia yang lain, saat salat berjamaah di masjid adalah saat-saat yang ditunggu-tunggu. AAL adalah sebuah kompleks yang lengkap. Lengkap bukan hanya dari sisi keberadaan gedung dan berbagai fasilitasnya, namun juga budaya belajar dan pengembangan karakter yang mengagumkan. Tidak heran bila para prajurit dan perwira di sana begitu

28

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

sopan sekaligus tegas serta tampak sangat akademis. Ya, banyak dari mereka masuk ke AAL melalui jalur PK (Perwira Karier). Banyak sarjana lulusan universitas bonafid dan bahkan banyak yang bergelar master dan doktor. Salah satunya adalah Kolonel Dr. Adi Bandono, lulusan TP Unesa angkatan 86. Nama beliau tercatat sebagai salah satu alumnus dalam buku “50 Tokoh Inspiratif Unesa”, yang disusun oleh M. Ihsan, Samsul Hadi, Eko Praseto, dan Nursalim. Berkat Kolonel Adi Bandono, yang saat ini menjabat sebagai Koordinator dosen di STTL, kegiatan Prakondisi SM-3T Unesa berjalan sangat baik dan sesuai dengan harapan, karena beliau sepenuhnya membantu mengkoordinasikan dengan para petinggi AAL dan seluruh jajarannya. Saat ini, sebanyak 246 peserta SM-3T dan Jatim Mengajar, yang berasal dari sekitar 22 LPTK negeri maupun swasta di seluruh Indonesia, sedang mengikuti kegiatan prakondisi. Saat ini, orang tua dan sanak keluarga mereka seperti sudah tidak sabar lagi menunggu untuk bertemu. Tapi tunggu dulu. Para pelatih AAL justru malah menyembunyikan para peserta. Bahkan untuk salat maghrib yang biasanya selalu dilakukan bersama-sama berjamaah di masjid, saat ini mereka diminta untuk berjamaah di mess masing-masing.

Majalah Unesa

Tidak boleh ada yang menampakkan batang hidungnya. Bahkan saat acara pertemuan itu digelar, para keluarga dan kerabat sudah duduk di gelanggang luas di pinggir laut itu, barisan anak-anak muda itu tetap diminta menyembunyikan diri. Hingga tiba saatnya. Tiba-tiba mereka muncul dari berbagai penjuru. Seragam oranye mereka tampak mencolok. Gerakan-gerakan mereka begitu rapi, gesit, dan kompak. Dengan berbagai gerakan itu, mereka berpindah-pindah dari satu titik ke titik yang lain membentuk berbagai formasi. Juga meneriakkan yel-yel dan lagu-lagu khas para prajurit serta lagulagu SM-3T. Tiga lagu SM-3T itu adalah “Mars MBMI”, “Kami Peduli”, dan “Torang Papua”, dinyanyikan lengkap dengan gerakan-gerakannya yang sangat apik. Dua lagu terakhir merupakan lagu ciptaan teman kami sendiri, Pak Yoyok Yermiandhoko, dosen PGSD, yang sejak lama telah tergabung dalam Tim Ahli PPPG Unesa. Tak ayal, tepuk tangan riuh-rendah menggema. Teriakan-teriakan kekaguman berbaur dengan kerinduan. Andai diperbolehkan, orang-orang itu pasti sudah menghambur memeluk anak mereka masing-masing. Dan benar, saat kesempatan itu diberikan, gelanggang luas di pinggir laut ini benar-benar berubah menjadi lautan manusia. Riuh-rendah suaranya sampai seperti menembus langit. Kebahagiaan dan keharuan mereka serasa berbaur dengan aroma laut dan angin kencangnya yang berembus menyejukkan. Kami yang melihat pemandangan itu hanya bisa menghayati suasananya. Sesekali menyapa para orang tua, meyakinkan kepada mereka bahwa semua akan baik-baik saja, dan memohon mereka supaya membantu dengan doa restu tulus sebagai bekal anak-anak mereka mengemban tugas. Tiga hari lagi, tepatnya tanggal 18 Agustus, sehari setelah upacara bendera memperingati 70 tahun hari kemerdekaan RI, anak-anak itu akan


KABAR SM3T

SERIUS: Saat menjadi calon peserta SM-3T Unesa V dan Jatim Mengajar III, mereka serius mengikuti setiap materi.

langsung diberangkatkan ke tempat tugas. Peserta SM-3T akan berangkat ke Kabupaten Sumba Timur (75 orang), Aceh Singkil (30 orang), Talaud (23 orang), Maluku Barat Daya (34 orang), Mamberamo Raya (28 orang), Mamberamo Tengah (30 orang), dan Raja Ampat (21 orang). Sedangkan peserta Jatim Mengajar akan berangkat ke Kabupaten Sampang (2 orang, salah satunya di Pulau Mandangin), Kabupaten Bangkalan (1 orang), Kabupaten Banyuwangi (1 orang), Kabupaten Gresik (1 orang, di Pulau Bawean). Ini adalah malam ketika semesta menjadi saksi tentang tekad bulat para anak muda itu untuk mengabdi demi negeri ini. Saksi tentang keikhlasan dan kerelaan para orang tua dan kerabat melepas mereka dengan sepenuh doa dan harapan. Kecemasan dan ketakutan yang menghantui harus dienyahkan, diganti dengan keyakinan bahwa negeri ini membutuhkan kehadiran mereka dan menunggu mereka menorehkan lukisan indah di setiap ujung-ujungnya.

DISIPLIN: Ketatnya kedisiplinan diterapkan bagi para calon peserta SM-3T Unesa V dan Jatim Mengajar III, agar mereka mampu mengatasi segala masalah saat bertuguas di daerah terpencil.

Malam merangkak turun. Angin laut berembus semakin kencang. Udara dingin mulai menyapa. Tepat pukul 23.00, para manusia itu satu per satu beringsut meninggalkan gelanggang. Pelukan erat sebagai penanda, waktu mereka telah usai untuk saling bersapa. Setahun yang akan datang, mereka akan bertemu lagi, dan yakinlah, semua

Majalah Unesa

akan baik-baik saja. â€œYa Allah, aku berharap mendapat rahmat-Mu, oleh karena itu, jangan Engkau biarkan diriku sekejap mata (tanpa pertolongan atau rahmat dariMu). Perbaikilah seluruh urusanku, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. n. (www.lutthfiyah.com/arm)

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

29


KABAR MANCA

STRABURGER

STRABE 48 Prof. Muchlas Samani, M.Pd

EMPAT HARI YANG MENYENANGKAN DI BREMEN, IKUT KONFERENSI YANG SANGAT PRODUKTIF, BERKENALAN DENGAN KOLEGA DARI 26 NEGARA YANG MENEKUNI BIDANG YANG SAMA (VET) DAN TINGGAL DI APARTMEN KECIL TETAPI SUNGGUH MENYENANGKAN.

S SIMBOL: Istri saya sempat berpose di hadapan salah satu icon kota Bremen.

30

elama 4 hari di Bremen untuk mengikuti International VET Confe­ rence, saya tinggal di Straburger Strabe nomor 48. Rumah keluarga Born. Anak saya, Kiki yang mencarikan lewat Air BNP. Kami mendapatkan lantai terbawah, dengan satu kamar tidur sangat luar, dapur menyatu dengan ruang makan yang lengkap dengan perabotnya, satu kamar pakaian dan ada kamar mandi yang cantik. Kamar tidur dan ruang makan menghadap ke taman belakang yang tertata bagus. Selama di situ, saya hanya sempat bertemu dengan Brigit Born dan anaknya Leo Born. Sesuai dengan pesan Kiki, begitu tiba di bandara Bremen istri saya menelpon rumah tersebut dan diterima oleh anak perempuan bernama Leo. Dia pula yang menerima kedatangan kami. Cewek cantik berumus 20 tahun, mahasiswa di Cologne University, ramah dan dengan bahasa Inggris yang sangat bagus menjelaskan segala hal. Fasilitas apa saja yang dapat kami gunakan, dimana minimarket terdekat dan bagaimana caranya untuk pergi ke tempat konferensi. Besok sorenya, Brigit Born menemui kami. Ya sekadar “say helloâ€?. Ternyata beliau seorang kepala sekolah. Orangnya cantik, berwajah ceria dan ramah. Beliau mengatakan, sebenarnya yang dipesan untuk menerima kami anaknya yang laki-laki. Tetapi anak tersebut kurang pandai berbahasa Inggris,

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

Majalah Unesa

sehingga anak perempuannya yang menggantikan. Leo, yang pernah tinggal di New Zeland 1,5 tahun, sehingga tentu bahasa Inggrisnya sangat bagus. Kiki yang menyarankan menyewa flat dan bukan di hotel selama di Bremen. Harganya lebih murah dan ada dapur sehingga bisa masak sendiri. Apalagi Kiki juga menyusul ke Bremen, sehingga kami dapat tidur bertiga. Toh kamarnya besar dan memang ada extra bed yang dapat ditarik dari bawah bed yang aslinya. Untuk pergi dan pulang ke konferensi kami naik tram, dengan tiket 2,6 Euro untuk satu kali jalan atau 10 Euro untuk dua orang dalam satu hari. Artinya dengan 10 Euro, dua orang dapat pergi kemana saja dan naik apa saja (tram atau bus) selama di kota Bremen. Menurut Leo, kereta ada setiap 10 menit dan dari St. Joseph (halte dekat rumah) sampai Domsheide (halte tempat konferensi hanya memerlukan waktu 14 menit. Padahal dari rumah (Straburger Strabe 48) ke St Joseph hanya perlu waktu 2 menit dengan jalan kaki. Jadi total jenderal, kami hanya memerlukan waktu sekitar 30 menit dari rumah sampai tempat konferesi. Sungguh nyaman. Begitu tiba di Bremen, yang segera saya pelajari adalah peta untuk mengetahui arah dan lokasi serta bagaimana naik tram atau bus. Sebenarnya saya sudah pernah ke Bremen, tetapi kan harus meng-update lagi, karena


KABAR MANCA

sudah lupa. Ternyata mudah, mesin penjual tiket ada di dalam tram. Hanya yang saya lupa, ternyata tram tidak otomatis berhenti dan membuka pintu di setiap halte. Oleh karena itu, saya pernah terlewat satu halte, karena lupa memencek tombol minta berhenti. Untungnya kami membeli tiket untuk satu hari, sehingga ketika turun di halte berikutnya dan naik lagi kereta untuk balik, tidak perlu membeli tiket lagi. Untuk 2 hari pertama kami tidak sempat ke mana-mana, karena konferesi selesai pukul 18.00 dan seperti biasanya selesai acara kami masih ngobrol sana-sini, membangun relasi. Saat ngobrol itu seperti itulah kami saling diskusi bebas. Pada saat itulah, saya diudang oleh Dr Lazaro dari Univesity of Stocholm untuk hadir di konferensi di Swedia tanggal 9-11 Mei 2016. Juga ngobrol dengan Dr Thomas Schroder dari TU Dormunt University yang mengajak bertemu pada bulan November saat ada Konferensi RAVTE ASIA yang konon akan diadakan di Shanghai. Juga ngobrol dengan Dr Margaret Malloch yang mengeluhkan sulitnya megundang orang Eropa ke Australia. Beliau mengatakan “They have no ideo how to go to Australia”. Nah, pada hari ketiga yang acaranya hanya sampai pukul 13, sorenya sempat jalan-jalan sebentar. Kasihan istri yang baru pertama ke Jerman. Begitu selesai acara dan “say good by” ke peserta lain, serta mengucapkan “selamat dan sukses” kepada Larissa dan Michael, saya dengan istri segera mencari makan siang di restoran Turki. Saya makan ayam plus kentang, sedangkan isteri makan sup plus roti. Kami juga membeli kebab gulung isi daging ayam untuk makan malam. Selesai makan, kami jalan-jalan. Namun Bremen itu kota kecil dan bukan kota wisata. Daerah yang biasa dikunjungi ya di sekitar tempat acara. Di situ ada patung simbul kota Bremen, yaitu patung dari perunggu yang berwujud keledai, anjing, monyet dan ayam jago. Keempatkan dibuat seakan bertumpuk. Ada juga patung Roland, yang konon simbul pembebasan Bremen. Patung-patung itu berada di lapangan kecil di kelilingi oleh gedung-gedung kuno yang sekarang dipakai

untuk gedung parlemen Bremen, gedung Kadin (yang digunakan untuk pembukaan konferesi) dan lainnya. Hanya itu yang dapat dikunjungi. Jadi kami hanya perlu waktu sekitar 1 jam untuk melihat-lihat dan terus pulang. Mengapa? Karena besoknya, pagi-pagi sudah harus ke bandara untuk terbang kembali ke Edinbrugh. Kami pesan taksi pukul 03.30 karena pesawatnya pukul 06.30. Ternyata pukul 04.00 sudah sampai bandara, dan check in belum buka, sehingga kami harus menunggu. Tidak apa-apa, dari pada terlambat dan jadi masalah. Empat hari yang menyenangkan di Bremen, ikut konferensi yang sangat produktif, berkenalan dengan kolega dari 26 negara yang menekuni bidang yang sama (VET) dan tinggal di apartmen kecil tetapi sungguh menyenangkan. Terima kasih kepada ITBBremen University yang sudah mengatur konferensi dengan begitu bagus dan terima kasih kepada keluarga Born yang telah menyewakan apartmentnya untuk kami.n

NYAMAN: Istri saya me­ nyempatkan mengabadikan diri di salah satu sudut tem­ pat tinggal sementara kami selama di Bremen, yakni di traburger Strabe nomor 48.

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Teknik Unesa

Majalah Unesa

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

31


TIPS

SEHAT

8

Signal Tubuh Yang Harus Diketahui

UNTUK MENJAGA KESEHATAN

T

ubuh selalu memberi signal atau isyarat agar seluruh aktivitas sesuai dengan keinginan tubuh tersebut sehingga tercapai kesehatan yang lebih sempurna. Seperti sakit kepala atau pusing yang pada umumnya merupakan dampak dari penyakit lain. Dan gejalanya hampir 75% keluhan pusing disebabkan oleh gangguan pencernaan. Untuk itu berbeda pendekatannya antara pusing yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang naik, berbeda dengan sakit kepala akibat kadar gula darah yang turun drastis. Signal apakah yang disampaikan oleh tubuh? Husen A. Bajry menjelaskan dalam buku karyanya “Tubuh Anda Adalah Dokter Yang Terbaik,” setebal 208 halaman, diterbitkan Media Holistic Indonesia, cetakan ke-IV pada 2013. Dijelaskan bahwa signal yang dimak­ sud adalah rasa lapar, rasa haus, rasa kan­tuk, rasa lelah, rasa mual, rasa sakit, demam, diare, dan konstipasi (sulit buang air besar) Berikut beberapa sinyal tubuh yang harus dipahami untuk mengetahui ke­ sehatan tubuh: RASA LAPAR Adapun rasa lapar merupakan signal positif tubuh untuk memberi informasi

32

kepada kita bahwa mesin pengolahan makanan sudah kosong dan siap diisi lagi. Sebaliknya, jadwal makan tidak mengacu pada jam, tetapi pada rasa lapar. Karena banyak orang membiasakan makan sebelum lapar, makan dengan standard waktu. Selain itu sangat banyak pula orang menuda-nunda waktu makan ketika sinyal sudah muncul, yang akhirnya ber­ efek pada meningkatnya asam lambung dan mengganggu keseimbangan sitem pencernaan. Akhirnya, muncullah beragam penya­ kit, seperti gastritis atau gastric ulcer (radang atau luka tukak lambung. RASA HAUS Selanjutnya signal rasa haus merupakan signal positif tubuh. Artinya, tubuh meminta kita agar menambah cadangan air dalam tubuh. Sebab, mayoritas orang tidak tahun kapan sebaiknya minum dan berapa banyak tubuh membutuhkan air dalam satu hari. RASA KANTUK Signal rasa kantuk juga sebagai signal positif tubuh, yang berarti tubuh memohon agar kita segera tidur atau mengistirahatkannya. Ini adalah proses alami tubuh.

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

Majalah Unesa

Betapa banyak orang memaksakan tubuhnya untuk tetap terjaga dengan mengonsumsi berbagai tonik dan obatobatan untuk memacu tetap segar ketika rasa kantuk muncul. Padahal cara seperti itu hanya akan memperbudak tubuh sendiri. RASA MUAL Selanjutnya rasa mual juga merupakan signal positif tubuh yang tidak boleh diredam dengan berbagai obat anti mual. Rasa mual mengindikasikan bahwa mesin pengolah makanan dalam tubuh kita sedang rusak atau bermasalah. Bahkan, mungkin telah terjadi banyak penumpukan toksik atau racun pada organ pencernaan sehingga membuat kita harus bijak melakukan pembersihan atau detoksifikasi. RASA SAKIT Signal berupa rasa sakit bukanlah pe­ nyakit, melainkan efek yang ditimbulkan oleh penyakit. Oleh karena itu, seharusnya kita tidak mudah begitu saja meredam rasa sakit dengan obat-obatan analgesic, kecuali terpaksa karena rasa sakit yang sangat hebat dan tidak bisa ditahan. Kebiasaan meredam rasa sakit dengan berbagai obat-obatan hanya akan memperbudak tubuh dan justru akan semakin mempersulit diri untuk mencari sumber kerusakan tubuh penyebab rasa sakit itu. Cara-cara ini hanya akan memperburuk tubuh kita dari pada memperbaikinya. Walaupun pemberian obat dirasakan berhasil karena dapat mengurangi atau menghilangkan rasa sakit. Namun, sebenarnya cara seperti ini merupakan perbaikan semua yang dipaksakan. RASA LELAH Adapun signal rasa lelah yang merupakan signal positif tubuh, yang ketika kita sudah memaksa tubuh bekerja berlebihan, menguras fisik dan pikiran. Maka tubuh pun berharap mengistirahatkannya agar energi kita segera pulih seperti sedia kala. Mengonsumsi energy drink yang banyak beredar di pasaran hanya akan


TIPS SEHAT Umumnya diare muncul kalau salah makan, mengonsumsi makanan sembarangan yang tidak higienis, atau berlebihan makan alias kekenyangan dengan berbagai jenis makanan yang tidak sinergis satu sama lain yang masuk bersamaan dalam satu waktu. Ada yang harus dilakukan agar diare tidak berlangsung terus-menerus. Kita harus menghentikan semua makanan yang masuk agar akumulasi bakteri penyebab diare bisa dihentikan. Selanjutnya, menggantinya dengan cairan yang banyak, seperti mengonsumsi madu hangat atau air kelapa muda. memaksa tubuh tetap segar sesaat dan akhirnya berefek pada terganggunya sistem keseimbangan tubuh dan penyakit. DEMAM Adapun signal yang ketujuhadalah demam. Ingatlah, demam tidak selalu mengindikasikan adanya penyakit, tetapi sering kali merupakan reaksi positif tubuh. Demam bisa jadi sebagai indikator adanya infeksi dalam tubuh, atau reaksi positif tubuh karena terjadi penumpukan toksik atau racun dalam sistem tubuh kita. Dalam kondisi demikian, tubuh harus menghasilkan ekstra panas dengan pe­ ningkatan suhu tubuh guna membakar atau menetralisir kelebihan toksik yang harus dibuang, yang tidak bisa diproses dengan suhu normal tubuh. Tugas kita adalah memberikan ekstra cairan pada tubuh, misalnya dengan mengonsumsi banyak air, agar keseimbangan cairan dalam tubuh tetap terjaga. Sebab, ketika suhu tubuh naik atau demam, tubuh melakukan pembakaran cairan lebih cepat dari biasanya. Obat penurun panas hanya boleh diberikan apabila suhu tubuh yang tinggi tersebut tidak terkontrol dengan pemberian ekstra cairan dan kompres lokal. Diare merupakan signal positif yang tidak selalu harus dihentikan dengan obat. Diare sering kali menjadi indikasi penumpukan toksik dalam sistem pencernaan kita.

KONSTIPASI Perlu disadari bahwa konstipasi merupakan bagian dari penyakit dan penyebab berbagai penyakit, termasuk infeksi. Sebab, normalnya frekuensi buang air besar atau konstipasi itu dua kali dalam sehari tanpa kesulitan. Fakta mencatat bahwa hampir sete­ ngah penduduk dunia memiliki masalah sulit buang air besar, khususnya kaum wanita. Padahal konstipasi adalah cara tubuh memberi tahu kita bahwa keseimbangan bakteri positif dalam usus sedang terganggu. Dan bukan hanya itu, tubuh juga memberi tahu bahwa semua itu merupakan dampak dari pola makan yang salah dan tidak seimbang. Masih banyak lagi signal tubuh lainnya yang perlu kita pelajari. Sebab, logikanya jika anak yang masih kecil menangis meminta untuk diperhatikan, kemudian kita menutup mulutnya de­ ngan tangan, apa yang terjadi? Tentu suara tangisnya tidak akan terdengar lagi. Namun, apa yang akan terjadi selanjutnya jika kita melepaskan tangan atau sapu tangan kita dari mulutnya. Maka suara tangis anak kecil itu akan terdengar lebih keras lagi. Bahkan, bukan tidak mungkin setelah itu dia akan terus menangis sejadi-jadinya. Demikianlah.n (ARM)

Majalah Unesa

Buah & Sayur Bisa Turunkan Berat Badan KONSUMSI buah-buahan dan sayuran semisal apel dan pir, kembang kol, bisa membantu Anda menurunkan berat badan dalam jangka panjang, menurut sebuah studi. Sebaliknya, menambahkan sayuran yang mengandung zat tepung seperti kentang dan jagung dalam menu makanan, justru dapat menambah berat badan. Dalam studi itu, para peneliti dari Harvard T.H. Chan School of Public Health di Boston menganalisa informasi pada lebih dari 130 ribu orang dewasa di Amerika Serikat. Para partisipan ini tergabung dalam studi kesehatan profesional selama lebih dari dua dekade. Setiap empat tahunnya, partisipan mengiriman informasi soal makanan yang mereka konsumsi setiap harinya dalam seminggu. Di samping itu, mereka juga melaporkan berat badannya setiap dua minggu. Hasil studi menunjukkan, partisipan yang banyak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan selama lebih dari empat periode mengalami penurunan berat badan. Mereka yang menambahkan buah-buahan dalam menu dietnya rata-rata turun berat badan sekitar 0,2 kilogram. Sementara yang menambahkan sayuran kehilangan berat badan sekitar 0,1 kilogram. Sejumlah analisis studi memperlihatkan, mengganti lima persen kalori makanan lain dengan lima persen kalori dari sayuran dan buah-buahan selama empat tahun, berhubungan dengan turunnya berat badan sekitar 0,4 kilogram. Peneliti mengungkapkan, buah-buahan seperti berry, apel dan pir, berdampak paling besar dalam menurunkan berat badan. Penambahan asupan buah-buahan ini selama lebih dari empat tahun berhubungan dengan hilangnya berat badan sekitar 0,4 kg. Sementara sa­ yuran seperti kembang kol dan produk kedelai misalnya tofu juga bagus untuk idealkan lingkar pinggang. Jenis sa­ yuran ini bisa membantu menurunkan berat badan sekitar 0,9 kilogram. (ARM)

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

33


CATATAN LINTAS

U

Kadar kecantikan itu relatif. Orang dinilai cantik (dan ganteng untuk laki-laki) bukan semata karena penampilan fisik. Orang cantik/ganteng bisa dilihat berkat kecerdasaannya, kesabarannya, kemuliaan hatinya, kekayaannya, kemurahhatiannya, dan sebagainya. Ada seorang teman yang dulu jatuh cinta pada suaminya karena satu hal: “Orangnya biasa saja. Namun dia itu pintar sekali. Aku mabuk kepayang karenanya.” Dengan demikian, kecantikan atau kegantengan banyak diimplisitkan oleh klausa “namun tidak semua orang melihatnya”. Ini masalah perspektif, cara pandang, terhadap konsep atau makna kecantikan itu sendiri. Dalam ranah perbincangan akademis saja, konsep kecantikan sudah memberikan peluang penafsiran yang beragam akibat perbedaan perspektif. Gadis cantik di Indonesia kerap dikonsepsikan sebagai gadis yang berkulit putih bersih, tinggi semampai, wajah ayu,

dari Ivory Coast, yang tentu saja berkulit hitam, namun penampilannya cakep berkat kesukaanya berdandan. Dalam sebuah pesta teman-teman hitamnya ngkapan berkomentar, “You are so wonderful this Confucius evening.” itu kembali Maka, yang penting adalah siapa menyapa: Evyang melihat kecantikan. Kecantikan erything has itu sebuah entitas yang multitafsir atau beauty, but multimakna. Jika orang memaknainya Oleh Much Khoiri not everyone dengan cara tertentu, orang lain juga sees it. Segala akan memaknainya dengan cara tertentu sesuatu itu memiliki kecantikan, namun pula. Penafsir adalah subjek yang penting. tidak semua orang mampu melihatnya. Subjek-lah yang mengkonstruksi makna Kali ini ungkapan yang menyihir itu ada kecantikan di sini. terpaku di pintu sebuah salon kecantikan Belum lagi jika cinta dilibatkan di dalam di sebuah mal besar di Surabaya. memaknai kecantikan. Makna kecantikan bisa makin kabur karenanya, akibat Bukan berarti bahwa saya sengaja berkekuatan cinta yang suka mengaburkan tandang ke salon itu untuk facialatau tonpandangan mata (*bukankah love is ing rambut atau creambath. Ungkapan blind?). Cinta bisa membutakan, atau itu menyapa saya secara kebetulan. Saya mentulikan, seseorang—termasuk dalam dan keluarga makan (habis jalan-jalan) di memandang kecantikan. Semua serba Hokben, nah di seberang sana ada salon indah jika dilihat besar itu, yang dengan kacamemampangkan mata cinta. wanita cantik dan Jadi, kualibertuliskan ungkatas di penafsir tan di atas. sangat menenTentu saja, Kualitas di penafsir sangat menentukan makna kecantikan tukan makna setelah tercenung yang sesungguhnya. Setiap puisi memiliki caranya sendiri kecantikan yang sejenak, saya sesungguhnya. teringat, bahwa untuk dimaknai orang, namun ia bisa ditafsirkan secara Setiap puisi ungkapan itu dari mendalam oleh pembaca atau kritikus berpengalaman. memiliki caranya Confucius—sesendiri untuk hingga boleh jadi dimaknai orang, namun ia bisa ditafsirkan si empunya salon itu penyanjung atau dan sebagainya. Laki-laki lazimnya lebih secara mendalam oleh pembaca atau kripengamal ajaran Confucius, sehingga mudah jatuh cinta pada gadis demikian tikus berpengalaman. Hal yang sama bisa hapal 100% ungkapan itu, sampai-sampai daripada gadis yang berkulit coklat atau dilihat dalam buku-buku terjemahan— tidak sempat mencantumkan sumbernya. hitam misalnya. Cinta itu, konon, dari kualitas penerjemahlah yang menjadi Terlepas dari semua ini, tentu saja saya mata turun ke hati. Bolehlah bertaruh, penentu apakah buku terjemahan yang sepakat dengan isi ungkapan yang memgadis putih bersih lebih disukai laki-laki dihasilkannya bagus. pesona itu. daripada gadis berkulit coklat. Sekali lagi, Demikian pun hidup ini, setiap perisYa, sungguh benar, segala sesuatu itu kata “kerap” dan “lazimnya” berlaku di sini. tiwa pasti ada intan kecantikannya dan memiliki kecantikan, namun tidak semua Konsep cantik seperti itu tentu tidak mutiara hikmahnya. Hanya saja, apakah orang melihatnya. Ya, segala sesuatu. berlaku di Amerika. Gadis cantik bukan kita mampu menjadi manusia yang meJangankan yang baik-baik, yang ayu-ayu, yang semata berkulit putih, karena melihat kecantikannya? Pertanyaan inilah yang seksi-seksi; lha yang “biasa-biasa” mang kebanyakan mereka sudah berkulit yang perlu kita tanamkan di dalam jiwa, pun pasti memiliki kecantikannya sendiri. putih. Demikian pula, gadis cantik di dengan segala kerendahhatian yang kita Bahkan, yang tidak cantik menurut orang kalangan etnis Afro-Amerika tentu bukan punya.n satu, bisa jadi cantik menurut orang lain. yang berkulit putih karena mereka berku(Email: much_choiri@yahoo.com) Inilah hukum relativitas kecantikan! lit hitam. Saya punya teman perempuan

CANTIK

34

| Nomor: 83 Tahun XVI - Juli 2015 |

Majalah Unesa




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.