WARNA REDAKSI Unesa kini masuk ke babak pemaknaan fungsi yang disesuaikan dengan bentuk dan hasilnya kepada para warganya. Jika berkinerja tinggi, warga Unesa akan mendapatkan penghargaan yang tinggi pula.
I
Oleh Suyatno
barat bertani, jika sese orang menanam tumbu han produktif di ladang yang subur, kemungkinan besar dia akan memanen tumbuhan itu daripada orang lain yang tidak menanam sebiji pun tumbuhan produktif. Memang, kemungkinan tidak memanen juga ada meskipun sudah menanam karena kesalahan musim atau terka man gangguan dari alam dan hewan. Namun, yang jelas, menanam itu lebih mungkin mendapatkan hasil dibandingkan yang tidak menanam. Pola memberi dan menerima seperti juga menanam dan memanen itulah yang juga diwarnakan kepada para pekerja yang berkinerja. Banyak pekerja tetapi belum tentu berkinerja. Banyak terjadi bahwa pekerja hanya sebagai label namun kenyataannya dia tidak bekerja sehingga tidak tampak kinerjanya. Secara hukum seseorang dikatakan pekerja karena dibuktikan oleh surat penunjukkan yang sah. Namun, dalam kenyataan, seseorang dapat lupa kalau label dirinya bekerja bukan berdiam diri tanpa rasa. Semua orang teramat paham jika kata pekerja itu merujuk pada label fungsi. Seseorang dikatakan pekerja karena bekerja. Sama juga
dengan seseorang yang disebut petani jika dia bertani. Peternak karena berternak. Penulis karena menulis. Itulah label fungsi yang memunyai bentuk dan hasil yang dapat dicocokkan dengan fungsinya. Unesa kini masuk ke babak pemaknaan fungsi yang disesuaikan dengan bentuk dan
penilaian yang sebanding dan seimbang itu haruslah terlihat nyata dan jelas agar tidak terjadi multitafsir. Multitafsir tentu akan mendatangkan bencana baru karena sesama pekerja akan membandingkan dan menyeimbangkan kinerja satu dengan kinerja yang lain dengan persepsi masingmasing. Persepsi yang sangat berbeda itulah akan merusak kinerja seseorang sehingga semangat untuk berproduksi menjadi turun ke tingkat paling rendah. Multitafsir biasanya berasal dari kenyataan yang tidak berbanding lurus dengan peraturan sebagai bentuk perencanaan. Tentu, remunerasi di Unesa akan melampaui pusaran persepsi lama yang berujung pada cibiran karena biasanya seseorang lebih nyaman dengan pola yang lama. Jika memang yakin akan memberikan motivasi berkinerja lebih tinggi, remunerasi harus terus dijalankan sambil memperbaiki sistem yang diasakan kurang. Biasalah, semua hal baru akan mendapatkan perlawanan angin karena memang belum dikenali dan masih berkonsolidasi pikiran. Remunerasi Unesa harus jalan terus sesuai dengan harapan yang tersirat jelas. Siapa yang menanam, dia akan memanen. n
MENANAMLAH KAU AKAN
MEMANEN hasilnya kepada para warganya. Jika berkinerja tinggi, warga Unesa akan mendapatkan penghargaan yang tinggi pula. Begitu pula sebaliknya, jika berkinerja rendah karena tidak ditunjukkan dari bekerja secara nyata, dia akan mendapatkan hasil panen yang tidak seberapa bagus dibandingkan kawan lainnya yang berkinerja tinggi. Itulah yang disebut remunerasi yang sebanding dan seimbang. Jadi, remunerasi yang sehat adalah penghargaan yang sebanding dan seimbang. Kata sebanding dan seimbang merujuk pada pengukuran dan penilaian yang akurat. Jika tidak akurat, kesebandingan dan keseimbangan akan luntur tanpa bermakna apaapa. Untuk itu, pengukuran dan
Majalah Unesa
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
3
DAFTAR RUBRIK
06
13
18 EDISI AGUSTUS 2015
Edisi Ini
03
MENANAMLAH KAU AKAN MEMANEN Unesa kini masuk ke babak pemaknaan fungsi yang disesuaikan dengan bentuk dan hasilnya kepada para warganya. Jika berkinerja tinggi, warga Unesa akan mendapatkan penghargaan yang tinggi pula.
17
19
RESENSI BUKU
20
IMPLEMENTASI REMUNERASI DI UNESA
05
24
Remunerasi bersumber dari PNBP Unesa. Jadi setelah remunerasi berjalan, PNS Unesa selain menerima gaji dan tunjangan, juga menerima gaji remunerasi.
Antara hobi dan profesi merupakan dua hal yang berlawanan tetapi saling melengkapi. Jika hobi membutuhkan atau mengeluarkan dana, maka profesi bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan, yang bisa dipakai untuk mendanai hobi.
REMUNERASI PEMICU KINERJA & PRESTASI
15
ANTARA HOBI DAN PROFESI
28
33
Pengalaman Belajar di Negeri Tiongkok oleh Dyah Ayu Umi Sholihah
Dr. Warsiman, M.Pd Termotivasi Kisah Tokoh-Tokoh Sukses
KABAR MANCA
INSPIRASI ALUMNI
Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 84 Tahun XVI - Agustus 2015 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor) PENASIHAT: Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (PR I), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (PR III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB: Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (PR II) PEMIMPIN REDAKSI: Dr. Suyatno, M.Pd REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto, M. Wahyu Utomo, Bayu DN REPORTER: Lina Rosyidah, Syaiful Rahman, Yusuf Nur Rohman, Lina Mezalina, Ulil, Fitro Kurniadi, AnnisaI lma, Andini Okta, Sandi, Rizal, Murbi, Diyanti, Mahmud, Umi Khabibah, Suryo, Danang, Emir, Khusnul, Mutya FOTOGRAFER: Huda, A. Gilang P., Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT: Arman, Basir, Wahyu Rukmo S ADMINISTRASI: Supi’ah, S.E., Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI: Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124, Fax (031) 8280804
4
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
REMUNERASI
PEMACU KINERJA & PRESTASI
PNS UNESA
Isu kesejahteraan dosen sudah terlalu lama menjadi wacana dan berjalan amat lambat. Oleh karena itu, implementasi kebijakan untuk kesejahteraan dosen dan karyawan itu diharapkan bisa berjalan lebih cepat dengan mempertimbangkan prinsip kelayakan dan keadilan, akuntabel, transparan, sah dan halal dalam pengelolaan keuangan. Jika kesejahteraan terwujud, tak ada alasan bagi dosen untuk menyibukkan diri di luar kampus. Mereka harus balik ke kampus dan mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Bagaimana dengan implementasi remunerasi di Unesa. Berikut laporannya, yang diolah dari paparan tim remunerasi Unesa.
Majalah Unesa
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
5
LAPORAN
UTAMA bermula dari penetapan status Unesa menjadi PK-BLU (Badan Layanan Umum) sejak tahun 2009 lalu. Dengan ditetapkannya Unesa menjadi PTN yang menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU), maka konsekuensinya, sebagaimana surat edaran Menristek Dikti tanggal 9 Februari 2015 Unesa wajib mengimplementasikan remunerasi. Jika remunerasi tidak dilakukan, maka status Unesa akan turun menjadi PTN Satker. Oleh karena itu, remunerasi sejatinya bukanlah sebuah pilihan melainkan sebuah keharusan bagi Unesa. “Ada 3 jenis perguruan tinggi, yaitu SAKER (satuan kerja), lalu BLU (Badan Layanan), lalu PTN BH (Badan Hukum). Jika Unesa tidak mengimplementasikan remunerasi, maka statusnya akan turun,” jelasnya.
GAMBLANG: Pembantu Rektor II Unesa, Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd. MT. secara panjang lebar telah menjelaskan tentang remunerasi dan implementasinya di Unesa.
P
embantu Rektor II Unesa, Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd. MT. memaparkan bahwa remunerasi merupakan kompensasi yang diterima seseorang atas pekerjaan atau layanan yang telah dilakukan. Remunarasi ini, sebagaimana yang termaktub pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan) no 15 tahun 2008 menyebutkan tiga sasaran penting, yakni sasaran perubahan pola pikir,
6
budaya kerja, dan perilaku. “Jadi output yang dihasilkan remunerasi adalah dapat meningkatkan motivasi kerja dosen dan karyawan, sehingga membentuk budaya dan perilaku kerja yang berorientasi pada peningkatan kualitas layanan. Sangat berbeda dengan sebelum adanya remunerasi yaitu “HR” yang tidak terkontrol,” terangnya. Mengenai proses kebijakan remunerasi, mantan Dekan FT ini menjelaskan, bahwa remunerasi
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
Majalah Unesa
Proses Panjang Proses untuk mengimplementasikan remunerasi di Unesa memang tidak bisa serta merta, tetapi melalui berbagai tahapan. Tri Wrahatnolo pun menjelaskan proses panjang tersebut. Ia mengatakan, setelah Unesa ditetapkan sebagai PTN PK-BLU, maka dibentuklah tim remunerasi. Selanjutnya, tim remunerasi melakukan tahap penyusunan proposal yang selesai pada akhir Desember 2014. Setelah itu, proposal dikirim ke kementerian keuangan. Menurut Tri, yang juga penanggung jawab tim remunerasi Unesa, proposal yang dikirim tidak langsung disetujui begitu saja, tetapi masih harus direvisi dan dikirim lagi pada Januari 2015. Proposal yang sudah diterima, dibahas di kementerian keuangan, lalu turunlah keputusan dari kementeri keuangan atau KMK no 746 tahun 2015 pada 8 Juli 2015. “Dari situlah Unesa mendapatkan landasan hukum untuk menerapkan remunerasi,” tandasnya. Remunerasi, terang Tri, ditujukan kepada seluruh dosen dan pegawai, termasuk para pejabat pengelolah dan dewan pengawas. Pegawai BLU di Unesa sendiri terdiri dari dosen dan pegawai PNS serta dosen dan pegawai
LAPORAN UTAMA “Sederhananya, pemberian remunerasi ada dua. Pertama, gaji remunerasi sebanyak 30% yang diberikan tiap bulan. Kedua, insentif 70% bisa didapat berdasarkan pencapaian kinerja yang diberikan pada akhir semester. Jadi, kalau dosen hanya bisa mencapai 50%, ya hanya itu yang diterimanya, dan 50% dikalikan 6 lalu diberikan pada akhir semester (kinerja 6 bulan)”
tetap non PNS yang totalnya sebanyak 1.507 orang. Mekanisme Remunerasi Bagaimana mekanisme remunerasi? Dipaparkan Tri, remunerasi bersumber dari PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) Unesa. Jadi setelah remunerasi berjalan seorang dosen dan pegawai tetap, selain menerima gaji dan tunjangan, juga menerima gaji remunerasi. Namun tidak semua dosen dan karyawan menerima gaji remunerasi sebanyak 100%, karena remunerasi diberikan berdasarkan pencapaian kinerja seorang. Untuk mencatat pencapaian-pencapaian kinerja yang ada, sudah disiapkan sebuan sistem aplikasi yaitu SIMUNA (Sistem Informasi Manajemen Remunerasi). “Sederhananya, pemberian remunerasi ada dua. Pertama, gaji remunerasi sebanyak 30% yang diberikan tiap bulan. Kedua, insentif 70% bisa didapat berdasarkan pencapaian kinerja yang diberikan pada akhir semester. Jadi, kalau dosen hanya bisa mencapai 50%, ya hanya itu yang diterimanya, dan 50% dikalikan 6 lalu diberikan pada akhir semester (kinerja 6 bulan)” terang Tri. Selain itu, lanjut Tri, ada beberapa mekanisme tambahan lain. Khusus untuk dosen, remunerasi insentifnya 70% bisa mencapai maksimal 140%, dan diberikan tiap akhir semester. Pencapaian itu bisa berupa penelitian, membuat buku, melakukan pembimbingan, pengabdian dan
dasarnya remunerasi adalah kewajiban bagi perguruan tinggi negeri BLU,” paparnya. Sebagai penanggung jawab remunerasi di Unesa, Tri menegaskan bahwa HR (menguji, membimbing, panitia) di dalam Unesa sudah tidak lagi diperbolehkan. Mengingat remunerasi merupakan HR yang disatukan dan diatur sedemikian rupa sehingga dapat disalurkan secara adil dan sah secara yuridis formal, untuk memenuhi rasa keadilan dan kesejahteraan untuk semua.n (EMIR/SURYO)
masih banyak lagi. Sedangkan untuk karyawan, wacananya, gaji insentifnya 70% direncanakan tidak diberikan tiap 6 bulan, melainkan dirapel tiap 3 bulan. “Namun semua pendapatan itu kembali lagi ke awal bahwa semua harus berdasarkan aturan KMK 746,” tambahnya.
Penjabaran lengkap mengenai implementasi remunerasi di Unesa, bisa dibaca di laput artikel utama
Tantangan Remunerasi Sebagai sebuah kebijakan baru, implementasi remunerasi tentu akan mengalami banyak tantangan. Tri menyebut beberapa tantangan di antaranya, pertama Unesa harus bisa menciptakan sistem yang real time. Artinya, sistem itu jika ada perubahan fungsi, jabatan atau pangkat itu update. “Saya contohkan, semisal saya diberhentikan dari PR 2, lalu ada seseorang diangkat menjadi PR 2, itu harus update dan itu berpengaruh pada perubahan penerimaannya,” ujar Tri. Tantangan kedua adalah Unesa harus meningkatkan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) agar Unesa semakin sehat dan tidak korup supaya warganyanya bisa sejahtera. Tantangan ketiga, semua pimpinan, pejabat, harus menjalankan tugas sesuai dengan aturan yang berlaku, tidak boleh menggunakan anggaran seenaknya. “Jika remunerasi Unesa berhasil dilaksanakan, maka Unesa akan masuk ke dalam salah satu perguruan tinggi yang cepat dalam merealisasikan remunerasi, karena masih banyak perguruan tinggi yang masih dalam proses pengusulan. Terlebih lagi untuk perguruan tinggi Saker, karena pada
Majalah Unesa
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
7
LAPORAN
UTAMA
Drs. Eko Wahyudi, M.Si., Ketua Tim Penyusun Proposal
REMUNERASI SATU CARA MOTIVASI TINGKATKAN KINERJA
Peningkatan kinerja wajib dilakukan kepada setiap institusi terutama untuk membenahi kualitas agar dapat bersaing dan memberikan yang terbaik. Peningkatan kinerja yang diupayakan pun dapat dilakukan dengan berbagai macam. Salah satu yang dapat diusahakan dalam peningkatan kinerja adalah pemberian remunerasi.
D
rs. Eko Wahyudi, M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi, ketua tim penuyusun proposal remunerasi Unesa mengatakan, remunerasi yang bertujuan meningkatkan kinerja, tidak semata-mata hanya kompensasi saja
8
melainkan harus dibarengi kinerja yang berkualitas. Jadi, remunerasi tidak semata-mata memberikan tambahan, melainkan untuk meningkatkan layanan baik mahasiswa, dosen, maupun struktural yang ada di Unesa. “Pemberian remunerasi adalah salah
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
Majalah Unesa
satu cara memotivasi supaya dapat meningkatkan kinerja dengan baik,” ungkapnya. Dijelaskan Eko, setiap dosen dan karyawan yang ada di Unesa tidak akan mendapatkan tunjangan yang sama. Sebab, pemberian remunerasi, selain dilihat dari kinerja yang dilakukan, juga akan ditentukan lewat jabatan struktural seseorang tersebut. Remunerasi akan disalurkan dalam dua tahap. Pertama, tiap bulan setiap tenaga pendidik(dosen) maupun tenaga kependidikan(non dosen/karyawan) akan menerima gaji PNBP (Penghasilan Negara Bukan Pajak) yang besarnya 30% dari nilai remunerasi, sedangkan tahap kedua atau 70% dari keseluruhan yang disebut dengan tunjangan kinerja diberikan pada akhir semester kepada tenaga pendidik seperti dosen karena kinerja dosen hanya bisa dilihat saat akhir semester. “Untuk tenaga kependidikan akan diberikan tunjangan setiap tiga bulan sekali karena kinerja dari tenaga kependidikan seperti karyawan bisa dinilai dalam waktu tiga bulan sekali,” paparnya. Hitung Melalui Metode 10 Faktor Bentuk nyata dari penilaian kinerja yang ada sudah tertera pada skor tiap jabatan struktural. Skor dari tiap jabatan pun berbeda tergantung dari grade ataupun tingkat tinggi rendah jabatan tersebut. “Misalnya rektor memiliki nilai skor 6.685 yang merupakan skor jabatan dari rektor. Menghitung nilai tersebut tidak asal menghitung, melainkan ada landasan yang harus patuhi yakni metode 10 faktor” ujar Dekan Fakultas Ekonomi tersebut. Metode 10 faktor yang dimaksud dalam hal ini antara lain terkait dengan kompetensi teknis, managerial, komunikasi, analisis lingkungan pekerjaan, pedoman keputusan, kondisi kerja, wewenang, nilai kelola harta peran jabatan, dan terakhir probabilitas. Menurut Eko, seseorang yang menerima dua jabatan tidak bisa mendapatkan remunerasi dari dua jabatan tersebut.
LAPORAN UTAMA “Contohnya, rektor memiliki dua jabatan yakni sebagai guru besar dan tugas tambahan sebagai rektor, maka yang akan dihitung dalam menerima remunerasi adalah jabatan tugas tambahan sebagai rektor. Jadi untuk dosen yang mendapatkan tugas tambahan, maka remunerasi yang didapat berasal dari tugas tambahan tersebut. Sedangkan untuk dosen yang hanya mendapatkan tugas tambahan, maka yang akan dihitung adalah jabatan akademiknya,” jelasnya.
Lebih lanjut, Eko menjelaskan, rumus dalam perhitungan nilai remunerasi dihitung dari nilai skor dikalikan dengan job pride. Sedangakan job pride dihitung berdasarkan kekuatan BNBP yang digunakan membayar remunerasi. Job skor dihitung menggunakan evaluasi jabatan dengan metode 10 faktor. Dengan adanya remunerasi akan mendorong terjadinya distribusi beban mengajar dosen yang merata. “Kadang ada dosen yang memiliki
D
Dr. Wasis M.Si, Ketua Tim Penyusunan Rubrik
Pantau Kinerja BERDASAR TUPOKSI
Ketua Tim Penyusunan Rubrik Remunerasi Unesa, Dr. Wasis M.Si memaparkan lebih jauh mengenai rumenarasi berdasarkan tugas pokok dan fungsi (tupoksi). Pembuatan rubrik dinilai memiliki peran penting dalam menjalankan program remunerasi ini disebabkan berbagai hal yang berkaitan dengan Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi) dan jabatan tercantum dalam rubrik.
Majalah Unesa
beban mengajar yang berlebihan, namun dengan remunerasi ini akan ada batasan sedemikian SKS yang boleh dibebankan kepada dosen. Selebihnya, jika dosen terlampau banyak mengambil SKS mengajar maka kelebihan dari SKS tersebut tidak akan diberikan sebagai remunerasi” tutur Eko Wahyudi. Disamping dari segi mengajar, dengan adanya remunerasi akan otomatis tertata kedisipilinan, pemerataan beban kerja, dan rangkap jabatan. n(SURYO/EMIR)
i Unesa, semua dosen dan karyawan punya jabatan baik itu jabatan struktural maupun jabatan fungsional yang memiliki tupoksi masing-masing demi meningkatkankan kualitas kinerjanya,” ungkapnya. Pembantu Dekan II FMIPA itu mengatakan, kemungkinan dosen dan karyawan ada yang hanya mengerjakan tupoksi saja, ada juga yang membantu di luar tupoksi demi kepentingan lembaga. Semua pekerjaan itu harus dihargai untuk setiap yang menjalankan tupoksi
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
9
LAPORAN
UTAMA
maupun tugas tambahan. Kalau tupoksi, dihargai dengan nama gaji remunerasi yakni gaji yang ditunjang di luar pemerintah. Oleh karena itu, penghasilan utama dari remunerasi berasal dari PNBP (Penghasilan Negara Bukan Pajak). Menurut Wasis, kinerja lain akan diberikan dalam bentuk insentif berupa remunerasi yang akan diberikan pada akhir semester untuk dosen, dan tiga bulan sekali untuk karyawan. Jadi pay of position atau di gaji karena jabatannya sebesar 30%, kemudian untuk insentif atau yang disebut juga pay of performance diberikan sebesar 70% karena kinerjanya. Untuk pay of performance, lanjut Wasis, yang dapat mencapai hasil melebihi target juga akan diberikan remunerasi lebih besar lagi. Setiap jabatan punya poin masing-masing dalam remunerasi. Setiap jabatan sudah memiliki Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi) yang sudah ditetapkan. Jika seseorang tersebut dapat melakukan tugasnya dengan baik, maka minimal capaian dalam remunerasi yang diperoleh bahkan lebih dari 100%. Sebagai gambaran, Wasis menjelaskan, dosen memiliki nilai poin 12 yang harus dicapai. Apabila dosen yang bersangkutan tidak dapat mencapai poin minimal tersebut, dia tidak berhak menerima tunjangan fungsional dosen bahkan juga dari pemerintah. “Jadi dalam rubrik sudah tersedia daftar kegiatan untuk dosen agar melakukan kegitan TRI DHARMA bahkan kegiatan penunjang lainnya seperti dosen pembimbing kemahasiswaan juga diatur dalam rubrik,� terangnya. Ditambahkan, semakin banyak melakukan kegiatan untuk lembaga maka semakin banyak pula poin yang akan diperoleh untuk mendapatkan remunerasi. Hal tersebut akan membuat dosen dan karyawan selalu aktif, dan tidak hanya titip nama dalam hal presensi. Dosen dengan tugas tambahan atau
10
Penerapan remunerasi tentu akan menghadapi kendala, terutama dalam hal pemalsuan dokumen oleh dosen dan karyawan agar mendapatkan poin. Untuk mencegah hal itu, Unesa telah menyiapkan sistem SIMUNA, dimana akan ada operator yang bertanggung jawab untuk memasukan data berupa bukti bahwa dosen tersebut telah melakukan kegiatan sesuai tugas dosen yang ada di rubrik.
jabatan struktural seperti kajur maupun dekan jam kerjanya sama seperti karyawan. Jadi, mereka harus datang dan pulang sesuai jam kerja karyawan. Hal ini berbeda dengan dosen yang tidak mendapat jabatan struktural, yang bersangkutan bisa saja tidak hadir dalam kampus ketika hari itu tidak ada beban mengajar. Sistem SIMUNA, Cegah Palsukan Dokumen Penerapan remunerasi tentu akan menghadapi kendala, terutama dalam hal pemalsuan dokumen oleh dosen dan karyawan agar mendapatkan poin. Untuk mencegah hal itu, Unesa telah menyiapkan sistem SIMUNA, dimana akan ada operator yang bertanggung jawab untuk memasukan data berupa bukti bahwa dosen tersebut telah melakukan kegiatan sesuai tugas dosen yang ada
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
Majalah Unesa
di rubrik. Bukti yang dimaksud dalam hal ini ada SK atau surat tugas yang sudah disahkan oleh pimpinan terkait. Selain itu, ada juga tim verifikator dari GPM (Gugus Penjamin Mutu) Fakultas dan beberapa orang yang ditunjuk bertugas untuk memastikan nama yang terdapat pada surat SK maupun surat tugas benar-benar bekerja sesuai tugasnya. Setelah diverifikiasi oleh GPM, maka proses selanjutnya akan divalidasi oleh Pembantu Dekan II untuk seterusnya akan dibahas pada rapat pimpinan di kantor pusat. Dalam langkah penyusunan rubrik, sudah mengidentifikasi berdasarkan aktivitas nyata yang ada di Unesa. Setelah mengidentifikasi, akan muncul aktivitas dosen tapi tidak diakui di remunerasi. Misalnya, ada dosen yang diundang dalam acara seminar dan sudah ada surat tugas dari kegiatan tersebut. Namun sudah melakukan transaksional di tempat, maka surat tugas yang diajukan sudah tidak teridentifikasi dalam remunerasi. Selain aktivitas di luar, kegiatan di dalam Unesa pun tidak diperkenankan untuk mendapatkan cash and carry langsung melainkan lewat sistem poin dalam remunerasi. “Untuk dosen yang melaksanakan kegiatan luar mengatasnamakan lembaga, yang bersangkutan akan memberikan sumbangan fee kepada Unesa dan akan masuk ke dalam PNBP. Dalam target pembuatan rubrik akan terus diperbaruhi. Jika ada kegiatan yang belum masuk dalam rubrik, maka rubrik akan direvisi kembali�, pungkas dosen Prodi Pendidikan IPA tersebut. n(SURYO/EMIR)
LAPORAN UTAMA
Yakup, S.Sos., M.M, Anggota Tim Penyusun
Pada Awal-Awal
AKAN BANYAK ATURAN Proses dalam mengajukan program remunerasi tidaklah mudah. Banyak sekali hal dan pertimbangan yang harus disusun secara matang. Begitupun dengan Unesa yang saat ini sedang dalam proses penerapan remunerasi.
Y
akup, S.Sos., M.M, anggota tim penyusun proposal remunerasi mengatakan bahwa sebagai anggota tim penyusunan remunerasi, Yakup lebih banyak bertugas membuat aturan rektor mengenai kehadiran dosen dan pegawai. Selain itu, ada pula tugas lain yang harus diemban seperti menyiapkan keputusan rektor tentang penetapan jabatan dan kelas jabatan dan menyiapkan pedoman tentang
remunerasi. Yakup mengatakan, penyusunan remunerasi diawali dengan menyusun proposal, lalu diajukan ke kementerian keuangan. Proposal remunerasi diajukan atas hasil analisis jabatan. Gunanya, untuk mengidentifikasi jabatan yang ada, tugasnya seperti apa dan syarat jabatan itu apa. Berdasarkan metode tertentu, lahirlah penetapan jabatan dan kelas jabatan. Setelah disetujui, akan keluar berupa surat
Majalah Unesa
keputusan Kementerian. “Saat ini sudah diterapkan dengan pemberian tunjangan kinerja. Untuk tunjangan kinerja sebesar 30% sudah diberikan sejak Juli hingga saat ini. Remunerasi disusun sedemikian rupa untuk mendorong dosen dan karyawan berkinerja tinggi, meningkatkan karir dan berkeadilan,� paparnya. Pria yang menjabat sebagai Kabag Kepegawaian ini juga mengungkapkan bahwa pada masa awal harus banyak membuat aturan untuk menunjang pelaksanaan remunerasi. Misalnya, tata cara pembayaran remunerasi, harus memiliki pedoman perhitungan skor, memiliki rubrik dalam penilaian skor, peraturan terkait kehadiran tenaga pendidikan dan tenaga kependidikan. Permasalahan yang umum dalam peraturan terkait kehadiran tersebut adalah penggunaan finger print yang diwajibkan saat datang maupun pulang.
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
11
LAPORAN
UTAMA
“
Saat ini sudah diterapkan dengan pemberian tunjangan kinerja. Untuk tunjangan kinerja sebesar 30% sudah diberikan sejak Juli hingga saat ini. Remunerasi disusun sedemikian rupa untuk mendorong dosen dan karyawan berkinerja tinggi, meningkatkan karir
“Untuk dosen dengan tugas tambahan seperti ketua jurusan, dekan hingga rektor memiliki jam kerja yang sama seperti pegawai karena juga melaksanakan fungsi manajerial seperti tugas dan fungsinya masing-masing. Sebelum adanya remunerasi, ketika ada kegiatan yang dijalankan oleh tenaga kependidikan maupun tenaga pendidik akan langsung menerima cash and carry. Namun dengan adanya remunerasi, sistem seperti itu sudah tidak diberlakukan lagi. Sehingga jika mengikuti suatu kegiatan maka cash and carry yang biasanya langsung diterima akan dikumpulkan dahulu, nantinya akan diberikan sebagai remunerasi,” jelasnya. Akui Banyak Kendala Pelaksanaan remunerasi bukanlah tanpa kendala. Program remunerasi yang masih baru ini tentunya masih ada kekurangan. Salah satu kendala, terkait finger print yang digunakan untuk melihat kedatangan dosen maupun karyawan yang hadir. Kendala tersebut muncul ketika ada dosen Ketintang yang mendapat tugas di Lidah Wetan sedangkan finger print berada di Ketintang, tentu hal seperti itu akan menyulitkan dalam hal menilai kehadiran dosen. Kemudian, kendala lain yang saat ini dihadapi adalah
12
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
dan berkeadilan,” pencapaian hitungan kerja yang didasarkan pada rubrik penilaian kinerja. Menurut Yakub, bukan pekerjaan mudah untuk memastikan yang bersangkutan telah menjalankan kewajibankewajiban dalam suatu kegiatan. Nantinya, dosen dan karyawan akan mendapatkan poin untuk mendapatkan remunerasi berdasarkan capaian yang sudah dilakukan. “Banyak sekali hal yang harus dipersiapkan seperti dokumen, cara yang digunakan untuk menghitung capaian kinerja tersebut, maupun aplikasi yang akan dituangkan menggunakan sistem yang dinamakan SIMUNA (Sistem Informasi Remunerasi),” jelasnya. Kendala lain, banyak dosen maupun karyawan yang selama ini tidak tertib terkait izin berhalangan hadir. Seharusnya, mereka menulis surat izin karena akan menjadi kendala bagi pencairan tunjangan kinerja. “Namun, semua kendala yang dihadapi itu tidak akan didiamkan begitu saja, akan ada solusi nyata,” lanjutnya. Saat ini, ungkap Yakup, solusi akan terus dikeluarkan untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut. Salah satu yang dilakukan, Tim akan mencari pembanding di tempat (kampus) lain dengan permasalahan yang tengah dihadapi dan
Majalah Unesa
mengpalikasikannya secara langsung. Disamping itu, tim remunerasi juga akan menyiapkan pedoman-pedoman agar dosen dan karyawan mengetahui jumlah dan waktu yang akan diterima. “Selain pedoman, ada juga aturanaturan yang akan disosialiasikan langsung kepada petinggi masing-masing fakultas maupun di sistem SIMUNA untuk memberikan informasi terkait remunerasi,” tambahnya. Yakub juga menjelaskan, dalam SIMUNA nanti akan terlihat jelas jumlah kehadiran dosen maupun pegawai dalam satu bulan masa kerja. Sehingga, jika mereka tidak bisa hadir, bisa menyiapkan dokumen perihal alasan kenapa tidak bisa hadir memenuhi kewajibannya. Sistem SIMUNA sendiri akan terus dikembangkan sesuai dengan permasalah-permasalahan yang ada. “Dalam sisetem tersebut, nanti akan ada menu tanya jawab yang akan memudahkan bagi para pengakses untuk bertanya tentang aturan maupun pedoman remunerasi yang belum diketahui maupun yang dirasa kurang jelas,” pungkas Yakup. n (SURYO/EMIR)
LAPORAN UTAMA
Dra. Rinda Novianti, Anggota Tim
Anggaran Harus
BERSUMBER DARI PNBP Dalam sebuah lembaga, setiap uang yang masuk dan keluar harus dibarengi dengan pencatatan, termasuk juga remunerasi yang dalam hal ini sangat berkaitan dengan kesejahteraan bersama. Disitulah peranan penting bagian keuangan dapat terlihat. Rinda Novianti, yang merupakan anggota tim remunerasi Unesa memegang peranan penting dalam hal mengalokasi remunerasi di Unesa. Rinda menjelaskan, jumlah kelayakan alokasi didasarkan pada pemerintah yang besarannya sudah dipatok, besaran (dipatok) itu nantinya akan disesuaikan dengan kondisi keuangan yang ada di Unesa. “Di situlah wilayah keuangan
bekerja. Jadi, uang yang ada di kita itu sekian, untuk pembangunan sekian, untuk perawatan sekian, dan untuk operasional sekian. Dari situlah bisa ketemu uang yang bisa kita alokasikan hanya sekian,� jelas Rinda. Semua proses pengelolahan keuangan yang ada di Unesa tidak boleh berlawanan dengan pedoman pengelolaan negara, sehingga pengeluaran berapapun memiliki mekanisme
Majalah Unesa
dan pedoman yang harus dipenuhi. Setelah semua syarat terpenuhi, barulah bagian keuangan berani mengeluarkan keputusan. Selain tim keuangan, ada juga tim kepegawaian yang wilayahnya mencakup tugas menentukan poin kelayakan seseorang, yang nantinya akan ditentukan berdasarkan grade. Setelah hasil poin didapat, tim kepegawaian akan berkoordinasi dengan tim keuangan lalu pengelolahan data dan menyimpulkan berapa nominal yang dapat dialokasikan. Diakui Rinda, sistem remunerasi yang real-time menuntut bagian keuangan cermat dalam mengalokasikan remunerasi. Sebab, setiap posisi pegawai dapat berubah sewaktu-waktu baik posisi akademik maupun posisi struktural di Unesa. Dan, semua hal tersebut harus
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
13
LAPORAN
UTAMA Mekanisme BLU menuntut Unesa memiliki lebih banyak rekening yang terdaftar dan harus dilaporkan sekaligus dan diawasi oleh negara. Semua uang yang keluar dan masuk, termasuk pencairan dana untuk fakultasfakultas dan unit kerja yang ada di Unesa, semua harus dilaporkan. memiliki dasar atau bukti. Ia mencontohkan, beberapa waktu lalu, ada pegawai honorer yang diangkat menjadi PNS. Sudah beda lagi grading-nya, otomatis beda lagi nominal remunerasi yang diterima,” terang Kabag Keuangan tersebut. Status BLU Seperti yang telah diketahui , ada 3 jenis atau status perguruan tinggi. Pertama, Perguruan Tinggi Badan Hukum (BH). Kedua, Perguruan Tinggi Badan Layanan Umum (BLU). Ketiga, Perguruan Tinggi Satuan Kerja (SAKER). Perguruan tinggi dengan status BH adalah PTN yang sanggup mendanai diri sendiri dengan sistem keuangan yang mandiri. Sedangkan perguruan tinggi BLU adalah PTN yang masih mendapat subsidi dari pemerintah dan juga diberi kewenangan untuk mengelolah uang sendiri dengan menggunakan rekening atas izin Kemenkeu dan harus dilaporkan keperbendaharaan KPPN dengan dibuktikan dengan rekening korannya sehingga semua uang keluar dan masuk terdata oleh negara. Sementara, perguruan tinggi dengan status Saker adalah PTB yang sistem pengelolahan keuangan belum leluasa. “Misalnya, kita memperoleh SPP maka kita harus memasukkan ke kas negara dulu, dan mengambilnya lewat kas negara dan ada batasan-batasan, sehingga kinerja menjadi tidak lancar,” ujar Rinda. Rinda menjelaskan, sumber penerimaan Unesa yang berstatus sebagai PTN BLU
14
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
terbagi menjadi 2 yaitu: (1) Rupiah Murni yaitu subsidi pemerintah yang dipegang oleh negara; (2) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Rupiah murni proses pencairannya melalui KPPN Indrapura perbendaharaan negara. Untuk PNBP terdiri dari biaya pendidikan dari mahasiswa, sewa gedung, unit bisnis, lalu pendapatan dari giro dan deposito. Pemasukan PNBP tersebut disatukan dan direkap, besarnya digunakan untuk operasional lembaga (pembangunan, perawatan dan lain-lain) dan juga memberikan kesejahteraan bagi dosen dan karyawan. “Perlu ditekankan bahwa remunerasi harus bersumber dari PNBP,” tandasnya. Lebih jauh, Rinda menjelaskan, mekanisme BLU menuntut Unesa memiliki lebih banyak rekening yang terdaftar dan harus dilaporkan sekaligus dan diawasi oleh negara. Semua uang yang keluar dan masuk, termasuk pencairan dana untuk fakultas-fakultas dan unit kerja yang ada di Unesa, semua harus dilaporkan. “Jadi, negara kalau mau memantau dan menulusuri itu bisa dengan mudah dilakukan,” terang Rinda. Setiap 6 bulan, Unesa di-monev oleh Kemenkeu untuk mendata dan melaporkan rekeningrekening yang ada. “Kita juga ada audit luar karena status BLU, dari Irjen kementerian, DPK, dan Akuntan Publik,” ungkapnya. Laporan Keuangan Laporan keuangan Unesa memiliki 2 bentuk, yaitu laporan
Majalah Unesa
keuangan SAK dan laporan keuangan SAP. SAK adalah standar laporan berbasis pada akuntansi keuangan, yang tiap 3 bulan dilaporkan ke Kemenkeu. Sedangkan SAP adalah standar laporan berbasis pada pemerintah, sehingga hanya perlu menghitung uang masuk dan uang keluar yang biasanya dalam bentuk SPJ dan didilaporkan ke Dikti setiap 6 bulan. Dari kedua bentuk laporan tersebut yang digunakan sebagai dasar remunerasi adalah laporan SAK. Perbedaan cara pencatatan ini berdampak pada munculnya selisih nominal antara laporan SAK dan SAP, namun pada akhir tahun nominal tersebut haruslah sama. Kadang kala ada kondisi dimana laporan SAK dan SAP berbeda, maka dari itu akan ada pelaporan ke Dikti. Dengan menggunakan data dari KPPN dan data dari Unesa, nantinya laporan keuangan SAK dan SAP akan dibandingkan. “Jika sampai akhir hasilnya masih tidak sama, harus dicari hingga nantinya diurus sampai BPK,” jelasnya. Keseluruhan aturan yang mengikat dan cukup banyak tersebut secara keseluruhan haruslah terpenuhi. Rinda mengatakan, aturan untuk pembukaan rekening saja ada 6 poin. Mulai dari aturan pemerintah, aturan pengelolahan keuangan, aturan tambahan remun, hingga aturan untuk lembur juga ada. Sehingga, saat diaudit oleh Dikti dan Kemenkeu, bagian keuangan memiliki dasar yang jelas, “Kami tidak akan mengeluarkan uang kalau tidak ada dasarnya,” pungkas Rinda. n(Emir/Suryo)
LAPORAN UTAMA
Wawancara dengan Kepala Puskom, Wiyli Yustanti, S.Si., M.Kom
Lebih Jauh tentang
SISTEM SIMUNA Salah satu yang memiliki peran penting dalam remunerasi adalah pemberlakuan aplikasi sistem SIMUNA. Sistem ini harus memberikan informasi akurat tentang bagaimana kinerja dosen dan pegawai. Apa dan bagaimana aplikasi sistem tersebut, berikut wawancara dengan Wiyli Yustanti, S.Si., M.Kom, kepala UPT Puskom Unesa. Puskom memiliki peran penting terkait aplikasi remunerasi, sejauh mana persiapannya? Aplikasi sistem remunerasi memang harus bisa memberikan informasi yang akurat tentang bagaimana kinerja pegawai Unesa. Oleh karena itu, Puskom
dituntut untuk membuat sebuah aplikasi remunerasi sesuai tuntutan tersebut. Dalam pengembangan aplikasi Simuna, Unesa memiliki konsultan eksternal yang berfungsi sebagai media konsultasi dari segi survei pendahuluan dan rancangan/desain, lalu untuk mengevaluasi dan menguji
Majalah Unesa
coba sistem tersebut sudah layak atau tidak untuk digunakan. Meski demikian, untuk divisi pengembangan (pembuatan) Simuna tetap dari Puskom agar jika terdapat trouble, tidak perlu menunggu terlalu lama memanggil orang lain untuk memperbaiki. Gambaran sederhana aplikasi Simuna itu, seperti apa? Aplikasi ini dinamakan SIMUNA (Sistem Remunerasi Unesa) yang bisa digunakan oleh 6 user yakni administrator, operator, verifikator, validator, bagian keuangan, dan pegawai atau dosen (penerima remunerasi). Administrator diberikan hak menghapus, mengedit, dan lain sebagainya terkait SIMUNA. Admin diambil dari tim rubrik remunerasi Unesa. Operator adalah orang
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
15
LAPORAN
UTAMA yang bertugas meng-upload bukti-bukti dokumen (dari dosen dan pegawai) yang diakui sebagai hasil kinerja atau prestasi pegawai yang diakui sebagai remunerasi. Validator adalah orang yang menvalidkan data yang di-upload oleh operator. Bila data layak maka akan disetujui dan bila tidak layak akan ditolak. Validator diambil dari tim penjamin mutu di unit kerja masing-masing. Verifikator adalah orang yang menvalidkan data yang di-upload operator. Bila data layak maka akan disetujui dan bila tidak layak akan ditolak. Verifikator diambil dari tim yang ditunjuk dari pusat untuk melakukan verifikasi terakhir. Bagian Keuangan adalah orang meng-approve perhitungan jumlah poin yang nantinya akan dikonversikan ke rupiah. Tugas penting lainnya adalah membandingkan perhitungan di dalam Simuna apakah sudah sesuai pencatatan manual bagain keuangan. Jika ditemukan perhitungan komputer sudah sesuai, maka akan dilanjutkan jika dirasa data sudah valid oleh keuangan, jika tidak sama maka akan ditelusuri. Keuangan yang dimaksud adalah dari bagian keuangan Unesa saja. Pegawai dan Dosen adalah orang yang menerima remunerasi, yang mempunyai akun sebatas untuk melihat remunerasinya yang didapatkan dan mengedit data biografi kepegawaiannya jika terdapat kekeliruan. Pegawai adalah orang yang menyerahkan data kinerjanya kepada operator, jika tidak menyerahkan maka tidak akan dihitung data remunerasinya. Sehingga dia dianggap tidak punya aktivitas di luar Tusi (tugas dan fungsi). Apa fungsi Simuna bagi dosen dan karyawan?
16
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
Di dalam Simuna, tersedia informasi data biodata dan data kinerja yang sudah di-upload beserta detail apakah kinerja(SK) tersebut diterima atau ditolak beserta alasannya. Jika suatu ketika terdapat kesalahan pengunggahan data, dapat terdeksi dan hal tersebut dapat ditelusuri ke operator yang bersangkutan. Karena tugas operator sebagai peng-upload data. Namun perlu diingat juga bahwa proses pengunggahan ada kalanya terdapat antrian yang menumpuk yang membuat proses lama. Oleh karena itu, untuk mempercepat pengunggahan, bisa dengan mengirim hardcopy (untuk keaslian) dan softcopy (scan PDF untuk mempermudah proses). Sejauh mana aplikasi Simuna sudah berjalan? Realisasi dari Simuna berjalan dengan baik terhitung sejak bulan Juli. Sehingga untuk kebutuhan perhitungan pencairan dana untuk semester ini sudah ada. Tapi untuk sampai ke aplikasi yang ideal masih belum. Misalnya, ada salah satu komponen yaitu kehadiran. Sistem kehadiran dan fingerprint yang dimasukkan masih kurang real time, karena belum terintregrasi dengan aplikasi Simuna sehingga masih menggunakan data yang direkap dan di-upload oleh operator. Oleh karena itu, Simuna masih belum bisa membaca real time langsung lewat finger print. Contoh lain adalah SKS kelebihan dosen mengajar juga masih diinputkan secara manual oleh operator. Pada dasarnya, Simuna tidak bisa berdiri sendiri, namun juga harus berintegrasi dengan sistem informasi lain
Majalah Unesa
seperti juga kepegawaian yang terkait dengan pangkat, jabatan, dan golongan. jadi data tersebut harus divalidkan dulu dari kepegawaian baru Simuna membaca data base kepegawaian. Jadi, dalam Simuna terdapat 2 database yaitu database untuk menghitung remunerasi dan database kepegawaian untuk menghitung data pegawainya. Kecuali jika nanti akan dikembangkan sistem informasi surat tugas. Begitu ada surat tugas, maka siapa yang tercantum dalam surat tugas akan langsung terinput. Apa yang diperlukan agar Simuna lebih baik? Kalau ingin lebih canggih, bisa dihubungkan dengan Siakad. Seperti saat seorang dosen mempunyai publikasi penelitian, harusnya berintregrasi dengan sistem di LPPM juga. Jadi subsistem/cabang masih belum semuanya dibuat, ada juga yang sudah dibuat namun belum diintegrasikan. Subsistem lainnya diperlukan untuk mendukung Simuna agar lebih bagus. Contoh lain subsistem absensi terpadu atau sistem absensi online, lalu sistem informasi surat tugas yang berfungsi untuk mencatat namanama yang tercantum dalam surat tugas tersebut, sehingga kinerja pegawai bisa terpantau keseluruhan. Ke depan, semua akan diintegrasikan agar data yang ada semakin valid. Sekarang ini masih dalam tahap awal namun sudah berjalan, dan nantinya akan ada perbaikanperbaikan fitur. (EMIR/LINA)
RESENSI BUKU
S
astrawan Wilson Nadeak pernah mengutip ucapan Dr. Sudjono, seorang dosen ITB, yakni ”Sebenar nya sastra itu ilmu sehingga tak ada alasan bagi kita mempertentangkan sastra dan ilmu. Kedua istilah itu ibarat uang logam dengan dua muka. Sama saja. Yang penting adalah karya, bukan kebanggaan karena istilah” (1984: 62). Kalimat tersebut dipicu oleh masih adanya dikotomi antara karya sastrawan ternama dan sastrawan yang belum banyak dikenal masyarakat umum. Sebagian orang masih memandang bahwa nama besar itu menjadi jaminan mutu. Tentu saja pandangan tersebut tidak bisa dianggap keliru. Persoalannya, ketika pegiat sastra yang belum begitu dikenal dan berasal dari daerah, muncul pertentangan di ranah mutu tadi. Masih ada –untuk tidak menyebut tak sedikit orang– yang memperdebatkan mutu karya sastrawan ternama dan sastrawan yang namanya belum banyak terpublikasikan oleh media. Karena itulah, kemudian terlontar kalimat dari Dr. Sudjono tersebut. Secara sederhana, sesungguhnya ia berharap tak ada lagi kastanisasi di kalangan sastrawan. Sebab, sebagaimana dikatakan Dr. Sudjono, yang penting adalah karya. Nama Aliya Nurlaela sebagai sastrawan mungkin belum banyak dikenal oleh para penikmat sastra. Namun, karya-karyanya, baik cerpen maupun novel, patut dikedepankan. Tampak tegas bahwa karya-karyanya sangat kuat dipengaruhi oleh aliran sastra feminis. Hal ini terlihat, misalnya, dari novel Lukisan Cahaya di Batas Kota Galuh (2014) dan Senyum Gadis Bell’s Palsy ini. Dalam novel terbarunya tersebut, Aliya kembali menunjukkan kepiawaiannya dalam memotret kondisi sosial tertentu secara sederhana namun pesannya begitu membekas. Dari judulnya, yakni Senyum Gadis Bell’s Palsy, novel ini memang mengetengahkan tokoh utama yang menderita bell’s palsy. Tokoh utamanya adalah Delima, gadis yatim piatu yang hidup berdua dengan kakak lelakinya, Fariz. Keduanya tinggal di rumah sederhana peninggalan orang tua mereka. Delima digambarkan sebagai sosok yang memiliki paras cantik dan orang yang periang. Dia masih kuliah semester 3 di jurusan psikologi. Sementara Fariz sudah berusia 25 tahun, bekerja, dan belum menikah. Karena itu, ia menjalankan tiga
Judul Buku : Senyum Gadis Bell’s Palsy Penulis : Aliya Nurlela Penerbit : FAM Publishing Cetakan : I, September 2015 Tebal : 313 halaman Peresensi : Eko Prasetyo
terlalu kutu buku. Sebaliknya, Fariz sangat mendukung hobi sang adik. Bahkan, Fariz rela menyisihkan gaji demi membelikan buku untuk Delima. Puncak konflik dimulai ketika Delima tiba-tiba menderita penyakit aneh. Wajahnya berubah tidak simetris. Parasnya yang cantik perlahan-lahan memudar. Ia sangat terpukul dan terpuruk. Akibatnya, Delima menjadi suka mengurung diri, enggan kuliah, dan tidak mau bertemu orang, termasuk Bagas. Sedemikian putus asanya, Delima hanya mengisi hari-harinya dengan menangis, apalagi ketika dokter menyatakan Delima menderita penyakit bell’s palsy, yaitu kelumpuhan separo saraf wajah yang secara medis belum ada obatnya, kecuali rutin melakukan fisioterapi atau operasi plastik pada titik terparah. Alhasil, Delima depresi. Perubahan fisik Delima membuat Bagas menjauh dan mulai bersikap kasar. Puncaknya, ia memutuskan hubungan cinta dengan Delima di depan teman-teman kampusnya. Kekuatan moral dan dukungan dari orang-orang terdekat seperti Fariz dan Raihanah membuat Delima mampu bangkit dari keterpurukannya, apalagi sejak ia bertemu Ziyad Amru, seorang fotografer sebuah majalah ibu kota yang mengorbitkan Delima sebagai penulis. Kedekatan emosional keduanya menumbuhkan benih cinta. Sayangnya, cinta itu tidak bisa disatukan karena Ziyad keburu dipanggil Sang Mahakuasa setelah mengalami kecelakaan. Bagas pun sempat mengiba cinta kepada Delima, namun ditolak. Sebagaimana umumnya cerita roman, akhir kisah dalam novel Senyum Gadis Bell’s Palsy ini ditutup dengan bahagia. Delima bertemu jodoh, seorang petani sukses dari Kampung Cilimus, seorang tokoh yang tidak diberi nama, yang mencintai Delima dalam keterbatasan. Delima menyebutnya bak pangeran dari Negeri Dongeng. Kebahagiaan itulah yang akhirnya mengantarkannya pada kesembuhan atas sakitnya. Akhir cerita (ending) novel ini memang mudah diterka, tetapi kuatnya penokohan dan kemasan konflik yang apik membuat novel ini ”hidup”. Membawa nilai-nilai dakwah serta pesan akan pentingnya literasi, novel ini sungguh layak dibaca.n
ANTARA CINTA, DAKWAH,
DAN PESAN LITERASI peran sekaligus bagi adiknya, yakni menjadi ayah, ibu, sekaligus kakak. Pergulatan emosi dan konflik batin yang melibatkan tokoh-tokoh dalam novel ini sangat kental. Misalnya, Fariz mendalami ilmu agama sejak kuliah sehingga ia sedikit paham tentang halal-haram, batasan pergaulan yang bukan muhrim, dan kegiatan yang menurutnya bermanfaat. Sebaliknya, tidak demikian halnya dengan Delima. Ia berpacaran dengan teman kampusnya, Bagas, dan terbiasa jalan-jalan berdua di sore hari. Tempat favoritnya adalah Sungai Cikapundung. Tak heran, Fariz merasa khawatir dengan gaya pacaran adiknya dan berusaha menegur, namun Delima justru marah dan menganggap kakaknya jahat. Fariz pun berusaha mengubah cara mengingatkan adiknya, dengan cara halus (pelan-pelan) sesuai tingkat pemahaman adiknya. Konflik kecil misalnya melibatkan Bagas dan Delima yang disebabkan hobi membaca Delima dan kegemarannya membeli buku. Bagas menilai sang pacar
Majalah Unesa
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
17
LENSA UNESA
Unesa Raih Penghargaan
Eco Campus
nesa mendapatkan penghargaan Eco Campus dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Penghargaan berupa piala dan uang tunai tersebut diberikan wali kota kepada Pembantu Rektor II, Bapak Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. dalam upacara Peringatan Hari Kemerdekaan ke-70 di halaman gedung Balai Kota Surabaya. (EMIR)
18
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
Majalah Unesa
LENSA UNESA
Upacara HUT ke-70 RI KOBARKAN SEMANGAT “AYO KERJA...!” SEJUMLAH civitas akademika Unesa, melaksanakan kegiatan upacara dalam rangka memperingati hari kemerdekaan ke-70 RI. HUT ke-70 RI yang mengangkat semangat Ayo Kerja itu, diperingati dengan semangat dan antusias oleh warga Unesa. Melalui momen tersebut, seluruh civitas akademika Unesa dituntut menjaga kualitas dan intensitas kinerja. (WAHYU)
PATRIOTIS: Para dosen, staf karyawan, dan mahasiswa Unesa menghormat sang saka Merah Putih saat dilaksanakan upacara bendera detik-detik proklamasi kemerdekaan di halaman gedung rektorat, kampus Unesa Ketintang Surabaya (foto atas). INSPEKTUR UPACARA: Rektor Unesa, Prof. Warsono sebagai inspektur upacara dalam peringatan HUT ke-70 RI menyampaikan pidato sesuai dengan tema “Ayo Kerja!” (foto tengah). PASKIBRA: Mahasiswa Unesa, anggota Pramuka Gugus Unesa mengawal pengibaran bendera merah putih dalam upacara detik-detik proklamasi kemerdekaan di halaman gedung rektorat, kampus Unesa Ketintang Surabaya (foto bawah).
Majalah Unesa
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
19
ARTIKEL
UTAMA
IMPLEMENTASI REMUNERASI DI UNESA Oleh Tri Wrahatnolo*)
SDM berkorelasi positif dengan kinerja sebuah organisasi. Produktivitas dan kinerja SDM bisa tercapai jika diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan. Salah satunya ialah dengan memberlakukan sistem Renumerasi. Mengapa Remunerasi? Sesuai Keputusan Menteri Keuangan No. 50/KMK.05/2009 Unesa ditetapkan oleh Pemerintah sebagai PTN yang menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU). Menurut PP No.23/2005 adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Secara umum BLU bertujuan untuk: (a) meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, (b) fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan (c) penerapan praktek bisnis yang sehat. Penerapan tata kelola keuangan BLU merupakan salah satu bentuk reformasi birokrasi dalam sektor publik untuk melayani kebutuhan masyarakat. Keberhasilan sebuah reformasi birokrasi sangat ditentukan oleh kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) di dalamnya, karena kinerja SDM berkorelasi positif dengan kinerja sebuah organisasi. Oleh sebab itu, untuk menjawab tantangan
20
tersebut Unesa harus membuat kebijakan-kebijakan strategis yang mampu mendorong produktivitas dan kinerja SDM hingga menjadikan kualitas dan daya saing Unesa meningkat. Produktivitas dan kinerja SDM bisa tercapai jika diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan. Dengan melihat tren kenaikan PNBP Unesa selama tiga tahun terakhir (2012-2014) yang cukup signifikan, kesejahteraan dosen dan pegawai sangat mungkin ditingkatkan, salah satunya dengan penerapan sistem remunerasi. Dengan sistem remunerasi ini diharapkan terdapat model kompensasi yang bukan hanya memenuhi prinsip kelayakan dan keadilan, tetapi juga akuntanbel, transparan, sah dan halal dalam pengelolaan keuangan, terutama untuk belanja pegawai. Di samping itu, sesuai dengan Edaran Menteri Ristek dan Dikti tanggal 6 Pbruari 2015, yang menyatakan bahwa sebagai konsekuensi PTN PK-BLU maka Unesa wajib mengimplementasikan remunerasi, jika tidak maka turun statusnya menjadi PTN Satker. Jadi remunerasi bukan sebuah pilihan melainkan sebuah keharusan bagi PTN-PK BLU seperti Unesa. Apakah Remunerasi itu? Remunerasi adalah kompensasi yang
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
Majalah Unesa
diterima seseorang atas pekerjaan atau layanan yang telah dilakukan. Penerapan remunerasi menurut Peraturan Menpan Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi memiliki tiga sasaran, yaitu: perubahan pola pikir, perubahan budaya kerja, dan perubahan perilaku. Diharapkan melalui penerapan remunerasi sebagaimana uraian di atas, motivasi kerja sumber daya manusia dapat ditingkatkan dan dapat membentuk budaya kerja yang berorientasi pada peningkatan kualitas layanan yang diberikan oleh BLU untuk memenuhi kebutuhan pengguna layanan. Tujuan Renumerasi Sistem remunerasi di Unesa secara umum bertujuan untuk memacu prestasi dan memotivasi prestasi kerja PNS di lingkungan Unesa. Pengembangan sistem remunerasi Unesa memperhatikan prinsip-prinsip merit, equity,dan kompetensi guna meningkatkan profesionalisme dan memacu kinerja pegawai serta mencegah praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme. Secara rinci tujuan penerapan sistem remunerasi di Unesa adalah: (1) meningkatkan kemampuan memberikan pelayanan prima; (2) meningkatkan produktivitas yang tinggi dan
ARTIKEL UTAMA bertanggungjawab; (3) meningkatkan birokrasi yang efisien, efektif, bersih, dan transparan; (4) menjamin kesejahteraan pegawai; dan (5) membangun citra yang baik dari organisasi. Kebijakan Remunerasi Penerapan remunerasi di Unesa berupa pemberian imbalan pendapatan bagi dosen dan tenaga kependidikan tetap dalam bentuk gaji dan tunjangan serta ditambah dengan honorarium atas kegiatan yang dilaksanakan di luar tugas pokok dan fungsi (tusi). Tunjangan yang diberikan bias berupa tunjangan anak/istri/suami, tunjangan jabatan (fungsional dan struktural), tunjangan profesi, tunjangan kehormatan guru besar, dan tunjangan kinerja tenaga kependidikan. Sumber pendanaan untuk gaji dan tunjangan berasal dari Rupiah Murni sedangkan honorarium bersumber dari dana PNBP. Untuk dosen, komponen penghasilan dapat dikategorikan menjadi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan fungsional dosen, tunjangan profesi, dan tunjangan kehormatan profesor yang semuanyabersumber dari Rupiah Murni. Bagi dosen dengan tugas tambahan diberikan tunjangan jabatan yang bersumber baik dari Rupiah Murni maupun PNBP. Di samping itu, sebagaimana tenaga kependidikan, mereka juga diberikan honorarium atas kegiatan yang dilaksanakan di luar tusi. Dengan demikian remunerasi yang dilaksanakan saat ini belum menggunakan sistem single salary.] Remunerasi yang diusulkan Unesa didasarkan pada kebijakan-kebijakan berikut. 1) Remunerasi diberlakukan kepada semua jabatan selingkung Unesa, meliputi Dewan Pengawas, Pimpinan/ Pejabat pengelola, pejabat teknis, dan Pegawai BLU. Pegawai BLU yang dimaksud adalah dosen dan tenaga kependidikan, baik yang berstatus PNS maupun Non PNS. Pegawai BLU berstatus Non PNS yang disertakan dalam remunerasi ini adalah yang diangkat dengan SK Rektor; 2) Sumber dana remunerasi berasal dari PNBP Unesa;
3) Besaran tarif ditentukan berdasarkan alokasi PNBP dan total job value. 4) Besaran remunerasi untuk setiap jabatan ditentukan berdasarkan nilai grading jabatan di Unesa dikalikan tarif dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan Unesa. 5) Komponen remunerasi yang diberikan meliputi: pay for position, pay for performance, dan pay for people; 6) Remunerasi tahun 2015 dilaksanakan mulai semester II, yaitu Juli-Desember 2015 dan untuk tahun-tahun selanjutnya dimulai Januari. Kebijakan pemberian remunerasi di PTN PK-BLU Unesa mencakup tiga komponen remunerasi yang diselaraskan dengan prinsip 3Ps (pay for position; pay for performance, dan pay for people).Pay for position adalah imbalan finansial yang diberikan kepada pegawai BLU Unesa berdasarkan posisi atau jabatan dalam bentuk gaji remunerasi yang diterima secara tetap setiap bulan yang nilainya sebesar 30% dari nilai remunerasi 100% dan honorarium bagi Dewan Pengawas dan Sekretaris Dewan Pengawas BLU Unesaberdasar persentase tertentu. Sedangkan Payfor performance adalah imbalan finansial
Majalah Unesa
berdasarkan capaian kinerja dari target yang ditetapkan. Komponen pay for performance berupa imbalan insentif yang diterima oleh Pejabat Pengelola BLU dan Pegawai BLU Unesa berdasar kinerja yang telah ditetapkan sebesar 70% pada setiap bulannya dan diberikan pada akhir semester. Pencapaian kinerja yang dimaksud adalah penyelesaian pelaksanaan tugas pekerjaan yang sesuai dengan Key Performance Indicators (KPI) universitas. Pemberian insentif untuk tenaga kependidikan didasarkan pada capaian kinerjanya, sedangkan untuk dosen didasarkan pada capaian kinerja bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang melebihi beban kerja minimal. Di samping itu masih ada pemberian gaji remunerasike-13. Kemudian yang terakhir adalah, pay for people bias berupa pesangon Jaminan Hari Tua (JHT), asuransikesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan bonus bagi pegawai yang memiliki prestasi. Metodologi dan pentahapan penyusunan sistem remunerasi yang diusulkan BLU Unesa diilustrasikan pada gambar berikut.
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
21
ARTIKEL
UTAMA
Struktur jabatan di Unesa disusun berdasarkan faktor dan kriteria sesuai metode 10 faktor yang menghasilkan jabatan grade 1 sampai 17 dengan grade jabatan tertinggi Rektor dan terendah Pelaksana Tingkat 3. Dengan kebijakan alokasi PNBP sekitar 31,65% diperoleh tarif Rp 3.525 dibulatkan menjadi Rp 3.500 per nilai jabatan. (sebagaimana tabel 1 di samping.) Pembulatan PIR menjadi Rp 3.500 per poin berimplikasi pada penyesuaian terhadap besaran dana untuk remunerasi. Setelah dibulatkan menjadi Rp 3.500, maka kebutuhan remunerasi per tahun menjadi Rp 71.817.954.614 ,- atau setara dengan 31,425% dari PNBP Unesa tahun anggaran 2014. Jumlah dan persentase tersebut dihitung berdasarkan kebutuhan hasil penilaian jabatan secara riil, yaitu sesuai dengan komposisi jabatan di setiap grade yang memiliki nilai jabatan berbeda. Bila perhitungan didasarkan pada nilai jabatan tertinggi dari setiap grade, maka kebutuhan remunerasi per tahun adalah Rp 75.322.107.770,- atau setara dengan 32,96% (Lihat Lampiran III) dari PNBP Unesa tahun anggaran 2014, dan persentase ini masih di bawah batas maksimum alokasi remunerasi yaitu 40% PNBP.
Tabel 1. Proses Perhitungan Remunerasi PNBP Unesa Tahun 2014 Alokasi remunerasi PNBP - 31,65% dari realisasi PNBP 2014 BPJS Non PNS (3,7% x Remunerasi Non PNS x 12 Bln) Honorarium Dewas Ketua Dewas 1 8,710,800 X 13 Anggota Dewas 2 7,839,720 X 13 Sekretaris Dewas 1 3,266,550 X 13 Alokasi remunerasi 1 tahun Alokasi remunerasi 1 bulan Total Job Value (TJV) PIR (Poin Indeks Rupiah) PIR dibulatkan Alokasi setelah PIR dibulatkan Alokasi remunerasi 1 bulan Alokasi remunerasi 1 tahun Persentase dengan PNBP tahun 2014
Perhitungan Kebutuhan Remunerasi Kebutuhan remunerasi ditentukan oleh dua faktor, yaitu total nilai jabatan dan harga per nilai jabatan. Jabatan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu jabatan fungsional (dosen dan non dosen), jabatan struktural (unsur pimpinan pelaksana administrasi), dan dosen dengan tugas tambahan. Insentif maksimal 200% hanya diberikan kepada kelompok dosen biasa (Guru Besar, Lektor Kepala, Lektor dan Asisten Ahli), dan selain kelompok itu (dosen dengan tugas tambahan dan tenaga kependidikan) insentif maksimal sebesar 150%.
Tabel 2. Struktur dan Grading Remunerasi Unesa
A B C D
E
228,536,844,498 72,331,911,284 40,615,344 113,240,400 203,832,720 42,465,150 359,538,270 71,931,757,670 5,533,212,128.43 1,569,622 3,525 3,500 5,493,677,000 71,817,954,614 31.425%
Selama ini kondisi pemberian insentif yang sudah berjalan berupa pendapatan selain gaji rupiah murni, yaitu untuk tenaga kependidikan berupa tunjangan kinerja (Tukin) dari RM dan honorarium kegiatan dari PNBP, sedangkan untuk dosen biasa dan dosen dengan tugas tambahan berupa honorarium kegiatan dari PNBP.Kebutuhan dana untuk remunerasi selama satu tahun dengan asumsi capaian kinerja 100% adalah sebesar Rp 71.817.954.614 ,-. Dana tersebut meliputi keseluruhan komponen remunerasi bagi Pengelola BLU, Pegawai, Dewan Pengawas, dan Gaji ke13. Kebutuhan dana tersebut, menyerap sekitar 31,425% dari total PNBP Unesa tahun 2014. Pengukuran Kinerja sebagai Dasar Pemberian Remunerasi Remunerasi Unesa merupakan single salary dengan menggunakan sumber dana PNBP Unesa untuk tugas dan fungsi yang melekat pada bidang pekerjaan dan jabatan Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas dan Sekretaris Dewan Pengawas, serta Pegawai Unesa berdasar pecapaian target kinerja yang ditetapkan. Gaji PNS bersumber dari APBN-RM, Pendidik Non PNS dari BOPTN, dan Tenaga Kependidikan Non PNS dari PNBP Unesa yang selama ini diterima tetap berjalan seperti biasanya. Gaji remunerasi berasal dari sumber
22
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
Majalah Unesa
ARTIKEL UTAMA PNBP ditetapkan sebesar 30%, sedangkan insentif kinerja ditetapkan sebesar 70%. Untuk tenaga kependidikan pemberian insentif didasarkan pada capaian kinerjanya, sedangkan untuk dosen didasarkan pada capaian kinerja bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang melebihi beban kerja minimal. Pemberian insentif kinerja didasarkan pada ketercapaian indikator kinerja seperti dirangkum pada tabel di samping. Pembayaran remunerasi didasarkan pada persentase capaian kinerja yang diukur berdasarkan capaian SKS. Komponen gaji sebesar 30% nilai remunerasi dibayarkan jika capaian kinerja dosen setara 12 SKS. Komponen insentif dibayarkan sesuai capaian SKS. Capaian kinerja dosen biasa maksimal ditetapkan sebesar 200% (68 SKS) dan dosen dengan tugas tambahan ditetapkan sebesar 150% (54 SKS).
Tabel 3. Indikator Capaian Kinerja Dosen
No.
Capaian Kinerja
Dosen biasa (SKS)
Dosen Tugas Belajar (SKS)
Dosen Tugas Tambahan (SKS)
12
12
12
13 - 40
-
13 - 40
40
-
40
Insentif = 70-105%
-
-
41- 54
Insentif = 70-140%
41 - 68
-
-
Nilai Remunerasi
 1
Minimal
Gaji (30% )
 2
Lebih dari minimal
Insentif = 30-70%
3
Standar
Insentif = 70%
4
Luar Biasa
Penutup Sistem Remunerasi merupakan kewajiban dari institusi pemerintah pengelola keuangan (PK) BLU. Sistem remunerasi sebenarnya adalah pembagian insentif yang dahulu hanya diterima oleh pimpinan atau beberapa orang saja, kini dibagikan kepada semua pegawai BLU.Konsep remunerasi
berdasarkan pada capaian kinerja pegawai BLU, oleh sebab itu setelah menerapkan remunerasi diharapkan kinerja Unesa menjadi lebih baik.Sistem remunerasi memberikan rasa aman bagi pegawai BLU baik PNS maupun pegawai tetap non PNS. Penulis adalah Pembantu Rektor II Unesa
*)
Cara Cermat Mengatur Gaji Bulanan Kesulitan mengatur gaji bulanan, tidak hanya dialami segelintir orang. Banyak masyarakat modern sekarang ini, atau mungkin juga Anda mengalami kesulitan dalam mengatur gaji setiap bulan. Tidak jarang malah, Anda sering kehabisan uang sebelum pertengahan bulan. Hal ini bisa jadi karena Anda tidak mengelola gaji dengan baik. Namun ada cara jitu bagaimana mengelola gaji bulanan Anda dengan bijak. Apa saja?
Sisihkan untuk Tabungan Jika selama ini Anda terbiasa menyisihkan sisa gaji untuk tabungan, kali ini cobalah menyisihkan gaji untuk tabungan sebelum Anda menggunakannya untuk keperluan sehari-hari. Hal ini berguna, untuk menekan pengeluaran-pengeluaran yang tidak terlalu penting.
Buat Anggaran Bulanan Rencanakan anggaran bulanan Anda. Mulailah membuat daftar pengeluaran bulanan untuk kebutuhan menjadi dua bagian. Untuk kebutuhan primer seperti makan, ongkos bekerja, tagihan listrik, cicilan rumah, cicilan motor dan lain sebagainya. Sedangkan untuk kebutuhan tersier, buatlah anggaran untuk shopping, traveling, hingga anggaran hangout dengan temanteman atau rekan kerja Anda.
Miliki Dua Rekening Bank Buatlah dua rekening bank yang berbeda. Gunakan satu rekening untuk kebutuhan sehari-hari Anda seperti, menerima gaji, membayar tagihan, dan belanja. Dan untuk rekening lain dapat Anda gunakan khusus untuk menabung. Buatlah jumlah minimal berapa persen yang harus Anda tabung dari gaji bulanan Anda. Lakukan halnya seperti kewajiban yang harus Anda penuhi setiap bulannya.
Segera Bayar Tagihan Saat mendapatkan gaji, hal yang pertama Anda lakukan adalah membayar semua tagihan Anda di awal. Dari mulai tagihan listrik, telepon, cicilan, dan lain sebagainya. Hal ini penting, agar tidak mengganggu biaya kebutuhan Anda sehari-hari. Dengan memisahkan atau membayarkannya terlebih dahulu tentu akan membuat Anda lebih tenang untuk mengatur pengeluaran bulanan lainnya.
Majalah Unesa
Investasi Setelah Anda menyisihkan untuk tabungan dan gaji bulanan pada kebutuhan sehari-hari. Namun masih ada kelebihan dana dari gaji tersebut. Ada baiknya Anda menggunakan dana tersebut untuk investasi dengan mengikuti Asuransi, Reksa Dana, maupun membeli emas ataupun perhiasan dengan nilai jual tinggi. Hal ini berbeda dengan menabung, jika menabung Anda bisa mengambilnya setiap saat. Di Investasi, uang yang Anda simpan dalam bentuk lain dan tidak bisa Anda ambil kapanpun sesuai keinginkan. Cara ini tidak hanya membuat uang Anda diam di tempat, namun juga dapat menguntungkan Anda di masa depan. n ARM
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
23
KOLOM REKTOR
Antara hobi dan profesi merupakan dua hal yang berlawanan tetapi saling melengkapi. Jika hobi membutuhkan atau mengeluarkan dana, maka profesi bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan, yang bisa dipakai untuk mendanai hobi. Oleh karena itu, seringkali hanya orang-orang yang memiliki profesi yang dapat menghasilkan pendapatan cukup besar yang bisa menyalurkan hobinya.
A
ntara hobi dan profesi adalah dua hal yang berbeda, namunn keduanya bisa berada secara bersama dalam diri seseorang. Misal seorang yang berprofesi sebagai dosen memiliki hobi menyanyi, memasak, berpetu alang atau hobi lain. Hampir setiap orang memiliki hobi, se bagai suatu wujud dari kesenangan yang juga didukung oleh bakat (potensi) yang terpendam, meski pun tidak jarang ada orang yang tidak bisa menyalurkan hobinya. Untuk menyalurkan hobi, seringkali mem butuhkan dana yang tidak sedikit, karena membutuh kan dukungan dana dan sarana prasarana. Misal seorang yang memiliki hobi fotografi, harus memiliki kamera dan perlengka pan foto yang memadai. Begitu juga mereka yang memiliki hobi petualangan, harus mempunyai dana atau sarana pendukung, yang kadang tidak sedikit. Selain membutuhkan biaya, berper tualang juga mempunyai risiko
yang cukup tinggi. Oleh karena itu, meskipun hobi merupakan bagian dari kesenangan, tidak semua orang bisa menyalurkan hobinya. Begitu juga hampir setiap orang memiliki profesi (dalam arti pekerjaan). Namun jika
dengan menjual jasa profesi yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan hidup, termasuk hobi. Antara hobi dan profesi merupakan dua hal yang berlawanan tetapi saling melengkapi. Jika hobi membutuhkan atau mengeluarkan dana, maka profesi bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan, yang bisa dipakai untuk mendanai hobi. Oleh karena itu, seringkali hanya orang-orang yang memiliki profesi yang dapat menghasilkan pendapatan cukup besar yang bisa menyalurkan hobinya. Atau hobi-hobi tertentu yang tidak terlalu membutuhkan dana besar bisa dinikmati oleh banyak orang, seperti menyanyi. Untuk menyalurkan hobi menyanyi orang tidak harus butuh dana untuk membeli peralatan musik, atau membeli alat karaoke sendiri. Mereka bisa bergabung dalam acara-acara yang digelar oleh masyarakat. Namun ada
ANTARA
HOBI DAN
PROFESI
24
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
profesi diartikan sebagai suatu keahlian yang diperoleh melalui pendidikan, tidak semua orang memiliki profesi. Apalagi kalau profesi itu diperoleh melalui pendidikan tinggi, seperti dosen, dokter, pengacara, tidak semua orang bisa, karena tidak semua orang mampu mengenyam pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Dengan profesi tersebut orang bisa mendapatkan uang,
Majalah Unesa
Oleh Prof. Warsono
KOLOM REKTOR
juga orang yang menjadikan hobinya menjadi profesi, misal hobi menyanyi sekaligus dijadikan profesi. Penggabungan antara hobi dan profesi tentu bukan hal yang mudah. Sebagai seorang profesional, para dosen juga ada yang memiliki hobi. Ada dosen yang hobinya menyanyi, bermain musik, petualang, memilihara burung, atau hobi yang lain. Hobi tersebut juga bisa dipakai untuk mengurangi kejenuhan dalam menjalankan profesinya. Ketika kita menjalankan profesi sebagai dosen (mengajar, dan meneliti), yang banyak menguras pikiran, lama-kelamaan bisa jenuh. Untuk mengurangi kejenuhan tersebut, hobi bisa dilakukan untuk menyegarkan kembali pikiran. Seperti yang dilakukan oleh para guru besar UI yang membentuk grup band bernama The Profesor Band, karena hampir semua anggotanya adalah para guru besar. Mereka yang menjadi anggota antara lain: Prof. Sarlito Wirawan; Prof. Paulus Wirutomo; Prof. Budi Susilo Supanji; Prof. Beny, Agus Sudjono; Prof. Roni Nitibaskara; Prof. Njaju Yeni Malik. Dengan bernyanyi, mereka bisa melepaskan kejenuhan pikiran sebagai akibat pekerjaan yang menumpuk setiap hari. Memang, hobi bisa menjadi penyeimbang dalam menjalankan profesi. Profesi yang banyak menguras pikiran, bisa “dinetralkan� dengan menyalurkan hobi. Ketika orang sedang menyalurkan hobi yang muncul adalah perasan senang dan bahagia. Semua beban pikiran seolah hilang sehingga pikiran segar kembali. Oleh karena itu, memiliki hobi dan menyalurkan hobi bisa dipakai sebagai penyeimbang dalam
Sebagai seorang profesional, para dosen juga ada yang memiliki hobi. Ada dosen yang hobinya menyanyi, bermain musik, petualang, memilihara burung, atau hobi yang lain. Hobi tersebut juga bisa dipakai untuk mengurangi kejenuhan dalam menjalankan profesinya.
menjalankan profesi. Persoalannya, tidak semua orang bisa menyalurkan hobinya, mungkin disebabkan waktunya habis tersita untuk menjalankan profesinya atau mungkin tidak memiliki cukup dana. Namun sebagian besar orang tidak bisa menyalurkan hobi karena waktu yang tersita habis untuk mengurusi pekerjaan. Oleh karena itu, perlu meluangkan waktu menyalurkan hobi untuk mengurangi beban pikiran atau kejenuhan di tempat kerja. Bagi dosen-dosen yang hobinya tidak membutuhkan dana besar dan waktu lama untuk menyalurkan, seperti bermaik musik, olahraga ada baiknya dilakukan, agar pikiran bisa segar dan badan menjadi bugar. Meskipun demikian, jangan sampai sebagian waktu dipakai untuk menyalurkan hobi, lalu tugas profesinya terbengkalai. Bagi mereka yang memiliki hobi bermain musik, bisa mencontoh seperti yang dilakukan oleh para guru besar di UI, dengan membentuk grup band. Selain untuk mengurangi kejenuhan diri sendiri, juga bisa menghibur teman. Saya yakin di Unesa banyak dosen yang memiliki hobi bermain musik, jika kemudian dibentuk grup band atau musik lain seperti keroncong akan menarik, sehingga pada momenmomen tertentu seperti pada saat Dies Natalis bisa ditampilkan.
Majalah Unesa
Bagi mereka yang memiliki hobi olehraga, juga tersedia fasilitas meskipun tidak banyak. Di kampus, tersedia beberapa lapangan tenis yang bisa dimanfaatkan bagi mereka yang hobi tenis. Selama ini yang banyak memanfaatkan lapangan tenis di Unesa justru orang luar, atau para pensiunan. Mereka yang sudah purna biasanya melakukan olahraga tenis sebagai sarana bersosialisasi dan menjaga kebugaran. Dengan menyalurkan hobi, kejenuhan pikiran bisa dikurangi, sehingga badan dan pikiran menjadi bugar dan segar. Dengan badan yang bugar dan pikiran yang segar, tugas menjalankan profesi sebagai dosen bisa produktif. Memang, menyalurkan hobi membutuhkan dana, meskipun kecil, tetapi bisa dipakai untuk mengimbangi beban pikiran dan mengurangi kejenuhan. Ada kalanya kita tidak harus terus menerus bekerja untuk mencari uang, tetapi perlu waktu untuk refreshing bersama sekaligus untuk mempererat hubungan silaturahmi. Oleh karena itu, bagi dosen yang memiliki hobi sama bisa menghimpun dalam satu grup dan menyalurkan hobinya sebagai penyeimbang pikiran, dan sekaligus sebagai media bersosialisasi, sehingga pikiran menjadi segar, badan menjadi bugar, yang pada gilirannya meningkatkan kinerja. n
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
25
ARTIKEL
PENDIDIKAN
MENGEMBALIKAN PRAMUKA KE KHITTAH CITA-CITA (SEBUAH RENUNGAN HARI PRAMUKA 14 AGUSTUS) Oleh AFANDI, M.Pd
Gerakan Pramuka mempunyai andil positif dalam membentuk karakter anak-anak dan pemuda Indonesia. Dalam gerakan ini, setidaknya telah mulai ditanamkan nilai-nilai disiplin, kemandirian, kepedulian pada sesama dan alam (atau kepedulian sosial), kebersamaan dan gotong royong.
P
ada bulan Agustus, terdapat dua hari besar nasional yang diperingati bangsa Indonesia. Pertama, tentu saja tanggal 17 Agustus yang diperingati sebagai Dirgahayu Republik Indonesia dan yang kedua adalah hari Pramuka yang diperingati setiap tanggal 14 Agustus. Pramuka merupakan singkatan Praja Muda Karana yang artinya orang muda yang suka berkarya. Makna dari singkatan itu memiliki harapan yang sangat luar biasa. Relevansinya pun bisa kita nilai sangat pas dengan situasi kekinian. Bangsa Indonesia menghadapi berbagai persoalan yang menyusahkan. Akumulasi dari persoalan-persoalan ini menghasilkan bencana sosial yang sangat parah, terutama semakin menyusutnya jiwa dan karakter patriotisme, kebangsaan serta bagi genarasi muda di era modern saat ini. Kita patut angkat topi kala mulai tahun ajaran 2013/2014 Pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib di semua jenjang pendidikan di Indonesia. Sejak reformasi 1998, gerakan Pramuka seakan mati suri. Andil Pramuka tak lagi tampak menonjol, baik sebagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah maupun sebagai kegiatan berorganisasi umumnya di luar sekolah yang lebih bersifat sosial. Kegiatan bakti sosial yang biasa
26
dilakukan jauh menurun dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Berhubungan dengan itu, minat anak-anak dan pemuda terhadap gerakan ini juga nyaris padam, seiring tersedianya ber bagai alternatif kegiatan yang dipandang lebih bermanfaat bagi masa depannya. Gerakan Pramuka mempunyai andil positif dalam membentuk karakter anak-anak dan pemuda Indonesia. Dalam gerakan ini, setidaknya telah mulai ditanamkan nilainilai disiplin, kemandirian, kepedulian pada sesama dan alam (atau kepedulian sosial), kebersamaan dan gotong royong. Tidak sedikit juga manfaat praktis berupa sejumlah keterampilan khusus dan kemampuan survival di alam bebas. Kita harapkan agar sisi-sisi positif ini akan lebih didorong maju dengan dukungan konkret dari negara, selain perlunya pengembangan kegiatan kepramukaan yang sesuai perkembangan situasi sekarang. Namun yang terpenting adalah kembali menempatkan ge rakan Pramuka sebagai alat nation and character building, untuk menciptakan kedaulatan nasional, dan berpartisipasi dalam berbagai bidang pembangunan. Pramuka merupakan organisasi pendidikan nonformal di luar pendidikan sekolah dan keluarga yang termasuk pendidikan karakter. Hal ini tampak pada
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
Majalah Unesa
tujuan gerakan Pramuka, lagu, kode kehormatan, dan metode kepramukaan. Mari kita cermati satu persatu tujuan, lagu, kode kehormatan, dan metode kepramukaan. Tujuan gerakan pramuka pada intinya membentuk pribadi yang berkarakter yaitu pertama memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilainilai luhur bangsa, berkecakapan hidup, sehat jasmani dan rohani. Selain itu, keberadaannya juga bertujuan untuk membentuk warga negara yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan. Dari tujuan nampak bahwa Pramuka berfokus pada pendidikan karakter yang menekankan pada hati nurani. Hymne gerakan Pramuka juga menyimbolkan pendidikan karakter, cuplikan lagunya sebagai berikut. “Kami Pramuka Indonesia, Manusia Pancasila, Satyaku kudharmakan, dharmaku kubaktikan, agar jaya Indonesia, Indonesia tanah airku, Kami jadi
ARTIKEL PENDIDIKAN pandumu”. Terdapat dua kata kunci dalam lagu tersebut yaitu Satya dan Dharma, yang merupakan Kode Kehormatan Pramuka yaitu Trisatya dan Dasa Dharma. Trisatya Pramuka terdiri atas tiga janji Pramuka yaitu pertama menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila. Kedua menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri/ikut serta membangun masyarakat. Ketiga menepati dasa darma. Pramuka dan Cita-cita Mulianya Pramuka memiliki Dasa Darma yang merupakan sepuluh karakter dan moral yang ingin dibentuk gerakan Pramuka sebagai berikut 1) Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, 3) Patriot yang sopan dan ksatria, 4) Patuh dan suka bermusyawarah, 5) Rela menolong dan tabah, 6) Rajin, terampil, dan gembira, 7) Hemat, cermat, dan bersahaja, 8) Disiplin, berani, dan setia, 9) Bertanggung jawab dan dapat dipercaya, 10) Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Banyak orang yang hanya mengetahui singkatan Pramuka tapi banyak juga yang tidak mengetahui artinya. Keanggotaan Pramuka terbagi menjadi 4 berdasarkan pada usia yaitu golongan siaga (7-10 tahun), golongan penggalang (1115 tahun), golongan penegak (16-20 tahun), dan golongan pandega (21-25 tahun). Diyakini juga banyak yang tidak tahu sejarah awal keberadaannya yang lengkap dengan cita-cita mulianya. Kilas sejarah gerakan kepanduan, sebagai bagian dari gerakan pendidikan generasi muda, telah dimulai sejak masa kolonial Belanda, dengan hadirnya cabang “Nederlandse Padvinders Organisatie” (NPO) di Indonesia pada tahun 1912. Selanjutnya, antara tahun 1916 sampai akhir 1930-an, lahir berbagai gerakan kepanduan yang diprakarsai sendiri oleh Bangsa Indonesia, yang berasal dari beragam latar belakang kelompok sosial dan politik. Sampai pasca kemerdekaan, gerakan kepanduan telah menjadi bagian dari pergerakan nasional Indonesia. Namun
perumusan gerakan kepanduan dengan visi nasional yang lebih utuh baru dilahirkan oleh Manjelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada tanggal 3 Desember 1960, yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana tahap pertama (1961-1969). Ketetapan MPRS ini antara lain mengamanatkan seluruh gerakan kepanduan yang ada untuk disatukan, dan dibebaskan dari pengaruh sisa-sisa “Lord Baden Powellisme”. Saat itu, terdapat kalangan yang khawatir gerakan kepanduan akan dijadikan gerakan “Pioner Muda” seperti yang terdapat di negeri-negeri sosialis. Bung Karno menaruh harapan Pramuka dapat menjadi “alat revolusi” sebagaimana judul salah satu amanatnya selaku Ketua Majelis Pimpinan Nasional Gerakan Pramuka. Bila dimaknai sesuai konteks sejarahnya, “revolusi” yang dimaksudkan saat itu adalah sebuah revolusi nasional, pada fase yang dikenal dengan nation and character building; Pada masa kekuasaan Soeharto (1966-1998) gerakan Pramuka tampak ‘lebih hidup’ meski dengan visi yang telah melenceng dari rencana Bung Karno. Mengubah Metode Kepramukaan Dalam peringatan Hari Pramuka 14 Agustus, yang menjadi bahan renungan adalah mengapa dengan adanya gerakan Pramuka degradasi moral generasi muda bangsa Indonesia makin meningkat sehingga akhirnya diberlakukan pendidikan karakter secara formal di sekolah. Terdapat dua analisis, yang pertama tidak banyak lagi generasi muda yang mengikuti gerakan Pramuka. Pramuka dianggap kurang bergengsi dan hanya dinilai identik dengan aktivitas berkemah dan tali temali. Kedua, banyak sekolah yang tidak menjalankan metode kepramukaan. Di sekolah, pramuka hanya dilakukan secara formal dengan menggunakan seragam Pramuka di hari tertentu tanpa melakukan aktivitas kepramukaan dengan metode kepramukaan. Bahkan tidak banyak sekolah yang memperingati hari jadi Pramuka. Metode kepramukaan seperti pengamalan kode etik pramuka terutama
Majalah Unesa
Trisatya dan Dasadarma dilakukan secara interaktif progresif dengan belajar sambil melakukan (experiential learning). Kegiatan yang dilakukan secara berkelompok untuk membentuk kerja sama dan juga berkompetisi sehingga memperkuat kemandirian, kooperasi, independensi, dan daya juang. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan tetap membutuhkan kehadiran dan peran orang dewasa sebagai pembimbing, pendorong dan pemberi dukungan. Alangkah baiknya apabila sekolah mengaktifkan kembali kegiatan ekstrakurikuler pramuka beserta kegiatannya dengan didasarkan metode kepramukaan sebagai bentuk pendidikan karakter. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dalam semua tingkatan pendidikan dasar di Indonesia mulai SD, SMP, dan SMA dan Pendidikan Tinggi karena masih terakomodasi usia keanggotaan Pramuka mulai dari golongan siaga, penggalang, penegak, dan pandega. Masing-masing golongan memiliki kekhasan pendidikan karakter sesuai dengan tahapan perkembangan usia. Rasanya kita perlu mengapresiasi generasi muda yang aktif di gerakan Pramuka dan menjalankan kegiatan didasarkan metode kepramukaan. Nampak karya nyata generasi muda tersebut dalam beberapa kegiatan sosial yang dapat mengasah karakter misalnya membantu penumpang arus mudik dan balik selama Idul Fitri Terdapat keterlibatan relawan dari Pramuka dalam penanganan beberapa bencana Semoga masih banyak karya nyata dihasilkan dari generasi muda Pramuka yang menggambarkan keberhasilan pendidikan karakter seperti yang dicita-citakan sejak awal keberadaan Pramuka di Indonesia. Selamat Hari Pramuka!n
*Penulis adalah Kepala SMAN 1 Sangkapura-Bawean, Gresik.
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
27
KABAR MANCA
PENGALAMAN BELAJAR KE NEGERI TIONGKOK (1)
DUA BULAN BARU LANCAR Dyah Ayu Umi Sholihah
Tiongkok, negeri tirai bambu ini begitu dikenal masyarakat dunia. Bukan saja karena populasi penÂduduknya terbesar di dunia dan luas wilayahnya yang besar. Tiongkok juga dikenal dengan pasar dagangnya yang berhasil menembus berbagai negara di dunia. Bahkan, tidak hanya sektor ekoÂnomi, kemajuan dunia pendidikan di Tiongkok juga menjadi daya tarik tersendiri. Dyah Ayu Umi Sholihah, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin Angkatan 2012 Unesa berbagi peÂngalamannya kuliah di Tiongkok selama tahun ajaran 2014-2015. Berikut kisahnya, sebagaimana yang dituturkan kepada Majalah Unesa.
C
arilah ilmu hingga ke negeri Tiongkok. Itulah sebuah adigum yang menjadi salah satu dari beberapa alasan saya mengambil beasiswa belajar bahasa Mandarin di Tiongkok dan merelakan cuti selama satu tahun di kampus. Untuk menerima beasiswa ini, diperlukan sertifikat lulus HSKK (sebuah ujian standar dari Tiongkok untuk mengukur kemampuan berbicara bahasa Mandarin) dan HSK (Sebuah ujian standar dari Tiongkok untuk mengukur kemampuan mendengar, membaca, dan menulis bahasa Mandarin) level tertentu dimana yang menentukan lama belajar bahasa Mandarin di sana. Ada dua jenis beasiswa yang ditawarkan dari hasil kerja sama prodi Bahasa Mandarin Unesa, Confucius Institute Unesa, dan Hanban, Tiongkok, yaitu: beasiswa belajar bahasa Mandarin di Tiongkok selama satu semester dan satu tahun. Beasiswa ini sudah ditawarkan di Unesa sejak 2 tahun yang lalu dan mungkin akan menjadi program tahunan di prodi Bahasa Mandarin dan Confucius
28
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
Majalah Unesa
Institute Unesa. Dan, setiap tahun, sekitar 20 mahasiswa dikirim ke Tiongkok untuk belajar bahasa Mandarin. Tahun lalu, mahasiswa yang mendapatkan beasiswa ini disebar di 4 universitas yang berbeda-beda di Tiongkok, antara lain: Central Tiongkok Normal University (CCNU) dan Zhongnan University of Economy and Law (ZUEL) yang berada di kota Wuhan, Provinsi Hubei; Hunan University yang berada di kota Changsha, Provinsi Hunan; Henan University yang berada di kota Kaifeng, Provinsi Henan. Saat itu, saya bersama dua teman saya, kak Atiq (mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin 2011) dan kak Ade (mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin 2012) ditempatkan di ZUEL. Serba Bingung Saya masih ingat sekali, saat itu, kami bertiga berangkat ke Tiongkok pada tanggal 7 September 2014 dan sampai di sana keesokan harinya. Perjalanannya memang sangat lelah. Ada sekitar 2
KABAR MANCA
negara yang menjadi tempat istirahat kami sebelum menuju Wuhan, Tiongkok, yaitu Singapura dan Bangkok, Thailand. Kisah selama perjalanan menuju Tiongkok cukup seru dan dramatis. Karena masih awal dan baru pertama menginjakkan kaki di negeri orang, saya sempat bingung dengan berbagai hal. Mulai jadwal salat dan selisih jam di negara yang kami singgahi, bingung mencari makan di bandara karena kami tidak menyiapkan uang dolar Singapura dan bath (mata uang Thailand), tidur di bandara, mengejar jadwal pesawat, mencari wifi di bandara, hingga first impression tentang Tiongkok. Tiongkok, memang negara asing pertama yang saya kunjungi selama ini. Sesampainya kami di Tianhe International Airport, kami sempat menunggu seorang mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Tiongkok, yaitu kak Abim. Beruntung, beberapa menit kemudian kak Abim datang menjemput kami, lalu mengantarkan kami ke ZUEL. Sesampai di asrama kampus, saya, kak Atiq, dan kak Ade langsung mengecek nama kami di daftar penghuni baru asrama untuk mengetahui kamar yang akan kami bertiga tempati dan mengambil kunci serta kartu listrik. Asrama yang kami tempati memiliki 7 lantai tanpa elevator maupun lift. Jalan satu-satunya untuk menaiki hanyalah melewati tangga. Beruntung banyak mahasiswa yang sudah siap membantu kami untuk membawakan koper-koper kami yang berat menuju lantai 2 dimana kamar kami berada. Satu kamar berisi 2 orang untuk mahasiswa S1, S2 dan program bahasa. Kak Atiq dan kak Ade menjadi teman roomate. Sedangkan saya sendirian, tidak memiliki roomate. Hmm, mungkin karena penghuni barunya berjumlah ganjil, sehingga saya tidak memiliki roommate. Usai menaruh semua barang dan tanpa rehat, kami bertiga sambil membawa berkas-berkas langsung menuju lantai satu untuk melakukan pendaftaran ulang.
Setelah semua selesai, kami berempat langsung mencari kantin. Untung saja, di kampus kami memiliki kampus muslim dimana makanan halal tersajikan. Saya sempat ragu karena muslim di Tiongkok menjadi pemeluk agama minoritas dan sudah dipastikan mencari barang halal akan sedikit sulit. Tapi keraguan saya terbantahkan. Ternyata, ada beberapa toko dan warung halal juga. Untuk kelancaran komunikasi, kami tidak lupa membeli nomor ponsel dan segera menghubungi keluarga di Indonesia. Sekadar informasi, biaya telepon menggunakan nomor ponsel Indonesia sangatlah mahal karena terdeteksi roaming call. Uniknya, saat membeli nomor ponsel di Tiongkok kami harus menyertakan fotokopi paspor sebagai pendaftarannya. Menurutku kalau Indonesia bisa seperti ini, membeli simcard harus dengan menunjukkan KTP/Kartu Pelajar/kartu identitas lainnya, kemungkinan masalah penipuan lewat telepon bisa dihindari dan pendaftaran simcard pun tidak repot karena saat simcard dimasukkan ke dalam ponsel, mereka sudah langsung aktif. Walau mungkin, para pegawai akan sangat sibuk untuk melayani ini semua.
Majalah Unesa
MENYENANGKAN: Penulis (berkacamata) saat bersama teman-teman merayakan uÂlang tahun di sebuah kantin kampus setempat.
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
29
KABAR MANCA
AKRAB: Penulis (tiga dari kiri) berfoto bersama mahasiswa setempat usai kegiatan wisuda di kampus.
Wajib Ikut Ujian Sebelum perkuliahan dimulai, para mahasiswa yang mengikuti kelas program bahasa wajib mengikuti ujian. Ujian ini untuk mengukur seberapa besar kemampuan bahasa Mandarin kami juga sebagai penentu kelas kami nanti. Di ZUEL, kelas program Bahasa Mandarin dibagi menjadi empat level, antara lain: chuji 1 (kelas dasar 1), chuji 2 (kelas dasar 2), zhongji (kelas menengah), dan gaoji (kelas tinggi). Ujiannya pun ada 2 tahap, yakni ujian menulis dan ujian percakapan. Sorenya, hasil ujian langsung keluar. Saya dan kak Atiq berada di kelas zhongji dan kak Ade berada di kelas gaoji. Kampus ZUEL bekerja sama dengan salah satu universitas di Korea, karena itulah mayoritas mahasiswa asing yang mengambil program bahasa di kampus ini adalah mahasiswa Korea. Selain itu, ada juga negara Spanyol, Turki, Yunani, Prancis, dan sebagainya. Walaupun begitu, bahasa Mandarin tetaplah menjadi bahasa jembatan bagi para mahasiswa yang mengambil kelas ini. Ditambah lagi, suasana serta warga negara dimana hanya bahasa Mandarin yang menjadi bahasa percakapan seharisehari. Jadi, mau tidak mau kami semua harus selalu menggunakan bahasa Mandarin sebagai percakapan sehari-hari
30
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
Majalah Unesa
di kelas maupun luar kelas. Hari-hari pertama saya sampai di Tiongkok, walaupun sudah tahu bahasa Mandarin sebelum ke Tiongkok, tapi masih saja sulit saat melakukan percakapan menggunakan bahasa Mandarin. Hanya sekitar 1-2 bulanan, karena lingkungan yang mau tidak mau menggunakan bahasa Mandarin ini, saya bisa lebih lancar daripada awal kedatangan di Tiongkok. Kampus Besar dan Luas Kampus-kampus di Tiongkok sangat besar dan luas. Mungkin karena itulah ada bis khusus yang mengelilingi sekitar kampus atau disebut juga dengan xiaoche Mahasiswa di sini juga tidak diperbolehkan untuk memiliki sepeda motor. Sepeda atau motor listrik/ diandongche menjadi pilihan utama para mahasiswa di sini. Lagian karena harga BBM yang mahal, warga Tiongkok sendiri juga jarang sekali yang memiliki sepeda motor, walaupun yang memiliki mobil menjadi sangat banyak. Alat transportasi di Tiongkok juga sangat banyak. Pilihan paling popular selain bis umum dan taksi adalah kereta bawah tanah/ metro atau yang disebut juga dengan ditie Pada jam-jam sibuk, ditie menjadi sangat ramai karena
KABAR MANCA
jika menggunakan bis umum sangat mudah terjebak macet yang sangat parah. Minggu pertama di kampus menjadi minggu perkenalan bagi mahasiswa untuk mengenali lebih jauh tentang kampus mereka. Begitu pula dengan kami para mahasiswa asing. Tak hanya mengenal lingkungan kampus, tapi kami juga diperkenalkan tentang hukum undang-undang di Tiongkok hingga kebudayaan Tiongkok. Dengan mendatangkan polisi-polisi untuk menjelaskan hukum undang-undang yang berlaku di Tiongkok bagi masyarakat asing, terutama mahasiswa asing hingga pengurusan visa dan resident permit di Tiongkok. Para mahasiswa asing yang baru juga diajak ke salah satu museum di Wuhan untuk melihat-lihat warisan budaya leluhur Tiongkok. Kami dipandu oleh beberapa mahasiswa Tiongkok yang bisa berbahasa Inggris. Seperti yang sudah diketahui, budaya Asia Timur alat untuk makan adalah sumpit. Tapi jika tak bisa menggunakan sumpit, kita bisa bertanya untuk sendok, tapi jangan garpu. Saya belum menemukan ada tempat makan yang menyediakan garpu. Hal yang membuat saya kaget adalah saat ingin membungkus makanan untuk makan di rumah. Tidak seperti di Indonesia yang benar-benar dibungkus, di Tiongkok menggunakan sejenis mangkok sekali pakai. Hal ini membuat kita bisa makan sambil jalan dibaca: yibian chi yibian zou, yang merupakan salah satu kebisaaan orang Tiongkok adalah makan sambil jalan, dan itulah kebudayaan Tiongkok. Kantin di kampus kami sangatlah banyak dan besar-besar. Tapi saat makan siang tiba, kami selalu sulit mendapatkan tempat untuk makan, sehingga kami selalu makan di asrama. Kami juga suka memasak jika memiliki banyak waktu. Di asrama, kami memiliki dapur umum. Hanya saja jarak pasar sayur lumayan jauh dari asrama kami sehingga kami biasanya sekali belanja ke pasar langsung membeli banyak bahan dan disimpan di
KEBERSAMAAN: Penulis dalam beberapa kesempatan akrab dengan sesama mahasiswa asing yang tugas belajar di Tiongkok maupun dengan masyarakat setempat.
kulkas masing-masing. Selama kuliah di sini, kami menjadi hobi memasak. Selain karena harga makanan yang lumayan mahal, rasa makanannya masih sulit diterima lidah kami, orang Indonesia. n (BERSAMBUNG)
Penulis adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin Angkatan 2012 Unesa
Majalah Unesa
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
31
INSPIRASI
ALUMNI
Dr. Warsiman, M.Pd.
Tokoh-Tokoh Sukses Untuk menjadi sukses dalam menapaki kehidupan, terkadang orang membutuhkan motivasi dari kesuksesan orang lain. Demikian pula yang dilakukan Dr. Warsiman, M.Pd. Alumni pascasarjana Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu bangkit dan termotivasi setelah kerap membaca kisah-kisah para tokoh sukses. Seperti apa?
M
enjalani hidup yang pahit dan keras sudah terbiasa dirasakan Warsiman sejak kecil. Lahir dari keluarga sederhana dan cenderung pas-pasan, membuat pria kelahiran Bojonegoro 5 Juni 1971 ini harus benar-benar berjibaku dengan segala macam pekerjaan yang bisa dilakukan untuk membantu orangtuanya menopang kehidupan agar dapur tetap mengepul, dan terpenting bisa terus melanjurkan sekolah. Perjalanan hidup putra pasangan Djoyo Astro dan Sarimah (almarhumah) ini diwarnai berbagai rupa. Orangtuanya yang hanya seorang buruh tani dengan pendapatan tak seberapa, mendorongnya untuk bisa membantu meringankan beban dengan bekerja apa saja seperti mencari kayu bakar di hutan atau berjualan siomai. Semua dijalani demi bisa membantu meringankan bebab orangtua. Dari uang hasil mencari kayu bakar dan berjualan siomai itu, Warsiman sedikit demi sedikit mampu mengumpulkan uang untuk biaya sekolah hingga tamat SMP. Memang, di antara saudara-saudaranya yang lain, Warsiman, yang merupakan putra terakhir dari sembilan bersaudara ini paling getol terhadap pendidikan. Dari sembilan saudaranya, hanya
32
dirinya yang menuntut ilmu hingga ke jenjang pendidikan tinggi dan bahkan menjadi dosen. Sementara saudarasaudara lainnya, tidak pernah ada yang mengenyam bangku pendidikan. “Saya termotivasi untuk terus bersekolah karena sering membaca tentang tokohtokoh sukses,� tuturnya. Ngenger di Rumah Guru SPG Semangat dan cita-cita untuk bisa meraih sukses dan mengubah nasib, terus dilakukan Warsiman. Setamat SMP, warga Desa Kalicilik, Kecamatan Sukosewu Bojonegoro ini ngenger (mengabdi) di rumah Ibu Sumarmi, guru SPG (Sekolah Pendidikan Guru) di Tuban. Di sana, Warsiman membantu semua pekerjaan rumah tangga, mulai mengepel, mencuci pakaian hingga menyiapkan keperluan dinas keluarga. Dari rumah Ibu Sumarmi inilah, jalan hidup Warsiman mulai terbuka. Ia mendapatkan kesempatan mengikuti pendidikan SPG atas bantuan biaya dari Ibu Sumarmi. Ketika lulus SPG, keberuntungan memang masih belum berpihak kepada Warsiman. Ia memutuskan kembali ke kampung halaman. Meski demikian, Warsiman senang sudah dapat menamatkan pendidikan di SPG. Memang, dengan ijazah SPG saat itu sudah tidak ada harapan untuk diangkat menjadi guru
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
Majalah Unesa
negeri, kecuali jika melanjutkan jenjang D-2 PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar). Tekad kuat melekat pada diri Warsiman. Demi asa untuk mengubah nasih, dua tahun setelah menamatkan SPG, ia bekerja keras untuk mengumpulkan uang agar bisa melanjutkan sekolah. Kerja keras itupun membuahkan hasil. Tahun 1992, ia berhasil melanjutkan jenjang D-2 PGSD IKIP Surabaya- kini Unesa. Untuk menambah penghasilan, usai penataran P-4, Warsiman langsung pergi mencari teman Sekolah Dasar waktu di kampung dulu yang kabarnya sukses berjualan sioami di Surabaya dan mempunyai beberapa anak buah. Sejak itu, ia bekerja sebagai penjual siomai keliling. Pagi hari ia kuliah, sore hingga malam ia berjualan siomai. Selesai menamatkan PGSD, sambil menunggu kabar formasi pengangkatan guru, Warsiman tidak mau berpangku tangan. Ia meluangkan waktu dengan mondok ngaji di Pesantren Hidayatulla sambil bekerja pada market swalayan usaha milik pondok pesantren tersebut. Sedikit imbalan dari pondok ia gunakan untuk studi lagi ke jenjang S-1. Jodoh dan Bangun Rumah Tangga dari Nol
INSPIRASI ALUMNI Warsiman memang sosok yang tangguh. Tidak hanya mengejar keinginan untuk bisa mencapai pendidikan tinggi, ia juga sangat peduli terhadap kegiatan keagamaan. Bersama teman-temannya, ia merintis Taman Pendidikan Alquran (TPQ) Karimullah Surabaya. Di TPQ itulah, Warsiman berkenalan dengan Siti Sholikah, gadis asal Rembang Jawa Tengah, seorang mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya yang ketika itu bersama-sama menjadi pionir TPQ Karimullah. Perkenalan berlanjut hingga ke jenjang pernikahan. Setelah menikah, ia memutuskan berkarya di Yayasan Jalasenastri di bawah naungan TNI AL sambil menyelesaikan studi S-1. Ketika gelar sarjana akan diraih, SK pengangkatan sebagai pegawai negeri turun. Ia ditempatkan sebagai guru SDN Kepohkidul 1, Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro. Bersamaan dengan itu, ia dianugerahi anak pertama. Di tempat tugas yang baru, Warsiman kembali menghadapi kehidupan yang berat. Iia memulai lagi dari nol. Dengan gaji Rp212.000,- sebagai CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil), selain menghidupi keluarga, dia tetap kuliah di Surabaya, apalagi istrinya juga belum selesai studi. Tanpa meminta dan mengharapkan bantuan kepada mertua, orangtua dan kepada siapapun Warsiman tetap tegar berjuang melawan hidup, “Berat memang, tetapi saya yakin tak selamanya langit mendung,” tandasnya. Untuk menunjang keuangan keluarga, ia memanfaatkan kesempatan untuk beraktivitas. Pagi hari mengajar di SD, sore hari mengajar Kejar Paket B, serta masih ada beberapa kegiatan lainnya. Setelah 3 tahun berdinas, Warsiman meneruskan kuliah ke jenjang S-2 (Pacasarajana) di Universitas Negeri Surabaya atas biaya Pemerintah Daerah setelah ia terpilih menjadi guru teladan tingkat kabupaten. Jenjang S-2 ia selesaikan dalam waktu yang cukup singkat yakni satu tahun sebelas bulan dengan predikat Sangat Memuaskan. Menjadi Dosen Sekembali studi dari S-2, Warsiman
BIODATA SINGKAT: NAMA LENGKAP: Dr. Warsiman, M.Pd. PROFESI: Dosen tetap (PNS) pada Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang. RIWAYAT PENDIDIKAN: • D2 PGSD IKIP Surabaya (kini Unesa) • Menyelesaikan S2 di Pascasarjana Unesa • Menyelesaikan Program Doktor (S-3) pada Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dengan predikat cumlaude
mendapati perubahan besar-besaran di Pemerintahan Kabupaten akibat otonomi daerah. Orang-orang yang mengantarkan Warsiman menempuh jenjang S-2 kini telah semburat menduduki posisi lain akibat reposisi jabatan. Kesempatan itu digunakan Warsiman untuk meminta izin berkarier sebagai dosen. Sejak tahun 2003 ia menapaki karier sebagai dosen MKU Bahasa Indonesia di Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya. Tidak cukup di situ, tampaknya keberuntungan mulai berpihak kepada Warsiman. Pada tahun 2006 ia berkesempatan menepuh studi jenjang S-3 dengan beasiswa BPPS penuh dari Kementerian Pendidikan Nasional. Jenjang S-3 ia selesaikan dalam waktu yang cukup singkat pula yakni dua tahun sepuluh bulan dengan predikat cum laude. Kegelisahan akademik mulai dirasakan Warsiman. Lebih-lebih setelah menamatkan jenjang S-3. Keinginan untuk kembali berkarier menjadi dosen yang sesuai dengan bidang keilmuan mulai menyeruak dalam pikirannya.
Majalah Unesa
Keinginan itu sering disampaikan kepada pimpinan lembaga. Namun, baru pada tahun 2012 Warsiman mendapatkan kesempatan itu. Warsiman mutasi menjadi dosen tetap (PNS) pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya. Kini, perjalanan hidup Warsiman telah mencapai titik balik. Gelar doktor telah ia raih, jenjang jabatan akademik Lektor Kepala (VI/a) telah ia capai, ditambah keadaan ekonomi yang telah tertata dengan baik, serta anak istri yang selalu menjadi support dalam hidupnya. Impian masa lalu kini semua telah menjadi kenyataan. Ia bersyukur atas apa yang telah diraihnya sekarang. Siapa yang berani melawan kerasnya kehidupan, mereka yang akan menuai manisnya kebahagiaan. Kini Warsiman tinggal memikirkan nasib saudarasaudara lain yang kurang beruntung. “Saya tinggal memikirkan saudarasaudara yang saat ini masih hidup kekurangan,” pungkasnya. n (SANDI)
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
33
CATATAN LINTAS
B
angsa kuat dibangun oleh jutaan keluarga kuat, dan keluarga kuat dibangun dengan mendidik diri Oleh Much Khoiri dan anggota keluarga menjadi kuat. Mendidik diri menjadi pijakan awal bagi penciptaan keluarga dan (pada gilirannya) bangsa kuat. Paradigma semacam itu sejatinya telah digunakan oleh para pemimpin berbagai bangsa di masa lampau. Ada pemimpin yang menerapkannya dengan cara koersif (tekanan), ada pula yang dengan cara persuasif-hegemonik. Bangsa-bangsa besar seperti Mesir kuno dan China telah mencontohkan hal ini. Mereka membangun bangsa kuat dengan memperkuat basis keluarga. Di abad mo dern ini Amerika Serikat termasuk salah satu negeri yang secara sistemik dan masif telah menempuh langkah besar itu. Pasca Perang Dunia II Amerika makmur, namun khawatir akan ancaman perang dingin dengan Uni Soviet kala itu. Perang dingin itu menempatkan dua negeri adidaya dalam perang ideologi—demokrasi versus komunisme. Amerika menempuh kebijakan politik homeward-bound di dalam negeri dan politik internasionalisasi ke luar negeri. Homeward-bound itu gerakan kembali terikat ke rumah atau keluarga. Ibu-ibu atau wanita karir harus kembali mendidik keluarga. Hanya laki-laki yang wajib mencari nafkah. Anak-anak harus mendapat pendidikan dan perhatian penuh dari orangtua mereka. Tanpa disadari, anakanak meyakini bahwa demokrasi lebih baik daripada komunisme. Apa yang terjadi kemudian? Militansi generasi Amerika (dalam berbagai lini perjuangan) begitu dahsyat. Ada kebanggaan jadi bangsa Amerika, termasuk yang terpantul dalam media, karya sastra atau seni film—bahkan, meski kalah Perang Vietnam, mereka “memenangkan” bangsanya lewat film Rambo. Dan, terbuktilah, gaung demokrasi lebih luas di dunia ini daripada komunisme—terlebih sejak tumbangnya Uni Soviet pada 1990-an.
Ilustrasi di atas membuktikan betapa mendidik diri dan keluarga sangatlah penting untuk membangun bangsa kuat. Intinya tentu mendidik diri itu sendiri. Jika kepala rumah tangga ingin mendapati keluarga yang solid dan visioner, dia wajib terlebih dulu mendidik diri untuk solid dan visioner. Konsep keteladanan agaknya wajib diterapkan dalam pendidikan keluarga. Jika tiada keteladanan, impian untuk hadirnya keluarga kuat nyaris mustahil. Orangtua adalah salah satu cermin anak-anak, baik ucapan, sikap maupun perilakunya. Di luar rumah mereka akan menambah referensi untuk menguatkan peneladanan dari orangtuanya. Pembudayaan Literasi Dalam konteks literasi, saya mengajak setiap keluarga (terlebih keluarga muslim) untuk membudayakan membaca dan me nulis. Dalam Al-Qur’an kedua keterampilan ini tegas dilegalkan, dan diwajibkan untuk diamalkan. Artinya, jika ditinggalkan, kita akan berdosa, baik dosa individual maupun dosa sosial-kultural. Membaca dan menulis itu sebuah ibadah, yang tidak boleh ditinggalkan. Harus kita
saya juga sedih mendapati bahwa fasilitas tersebut belum dimaksimalkan pemanfaatannya oleh masyarakat. Itulah justifikasi bahwa kesadaran membaca masyarakat kita masih rendah. Dalam buku Boom Literasi: Menjawab Tragedi Nol Buku (Eko Prasetyo dkk, 2014) terungkap: rendahnya kebiasaan membaca di sekolah pernah dicap Taufik Ismail sebagai tragedi nol buku. Jika tragedi itu tidak segera mendapat jawaban nyata, ancaman ‘kiamat’ literasi menghantui. Malah, mungkin bangsa ini akan kehilangan ghirah peradabannya. Jadi, titik pijaknya adalah pembudayaan membaca itu. Dan ternyata, kesadaran-lah yang masih “tidur” dan belum tumbuh berkembang. Seiring dengan itu, pembudayaan menulis juga perlu digerakkan ke berbagai lini, termasuk lewat lini pendidikan. Pembudayaan literasi itu harga mahal yang layak untuk membangun sebuah bangsa yang kuat. Kolaborasi Saya tidak mendistorsi konsep literasi menjadi membaca-menulis. Namun, dalam praktiknya, dua keterampilan ini potensial untuk mendasari pembudayaan li terasi. Sementara, sebagai gerakan kultural, pembudayaan literasi untuk peradaban perlu kolaborasi sinergis dari ber bagai kalangan. Marilah melakukan kolaborasi antar individu pegiat literasi, antar lembaga literasi, untuk menggugah kesadar berliterasi, sambil menjolok kepedulian pemerintah atau negara untuk menggerakkan pembudayaan literasi untuk bangsa. Akhir-akhir ini sudah banyak individu atau lembaga yang bergerak secara sporadis. Semua harus dikolaborasikan. Jika kolaborasi bisa dibangun bagus, kekuatan penetrasi ke sel-sel gerakan kultural bakal menunjukkan hasilnya. Di sanalah peradaban bangsa bisa kita gantungkan. Yang jelas, peradaban bangsa tak bisa lepas dari pembudayaan literasi. Tanpa budaya membaca—juga budaya menulis—mana mungkin peradaban dibangun dan ditegakkan? Dua aspek budaya literasi ini harus diretas secara sungguh-sungguh, demi peradaban bangsa yang lebih bermartabat dan terhormat di mata bangsa lain.n (Email: much_choiri@yahoo.com)
MEMBANGUN LITERASI
Diri dan Keluarga untuk Bangsa
34
bangkitkan sebuah kesadaran sosial akan pentingnya membaca dan menulis itu. Setidaknya, budaya membaca tidak bisa ditawartawar lagi untuk diwujudkan di dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa ini. Ibadah pembudayaan membaca dan menulis itu juga menganut konsep keteladanan. Sebagaimana kita menyuruh anak untuk shalat dengan rajin shalat atau mengaji, kita bisa memaksa anak untuk membaca dan menulis dengan rajin melakukan keduanya. Jika tidak begitu, omong kosong belaka. Mengapa mambaca dan menulis penting dalam pembangunan bangsa ini? Membaca itu jendela dunia, membaca itu mencerdaskan, dan membaca itu membekali pembacanya untuk menguasai berbagai hal. Syarat mutlak untuk mengetahui sesuatu adalah iqra, membaca—baik teks maupun konteks. Untuk menulis pun, orang wajib banyak membaca! Saya bangga di Surabaya telah dibangun 400-an taman bacaan masyarakat, demikian pula kebijakan Kemendikbud yang telah memfasilitasi ribuan atau jutaan TBM yang tersebar seantero negeri. Meski demikian,
| Nomor: 84 Tahun XVI - Agustus 2015 |
Majalah Unesa