Majalah Unesa 85

Page 1



WARNA REDAKSI Unesa, tentu sangat berharu-biru dengan kemunculan prodi baru yang mampu menambah daya citra di tengah masyarakat. Prodi baru itu, ternyata juga langsung diminati oleh masyarakat luas. Oleh Suyatno

B

erharu-biru itu kesenangan yang menakjubkan karena datangnya sesuatu secara tiba-tiba atau sebelumnya sudah diangankan secara kuat atas kemunculannya. Kegembiraan yang membuncah itu bergulir secara alamiah karena ketibaan yang dianggap baru di sebuah komunitas tertentu. Berbeda dengan eksemplum, kedatangan tiba-tiba tetapi tidak diharapkan karena mendatangkan rasa tersipusipu malu. Program Studi baru yang menambahkan deretan prodi yang sudah ada tentu perlu disambut secara harubiru bukan secara eksemplum. Haru-biru muncul karena Prodi baru akan menambah daya citra sebuah lembaga, menandakan semakin kaya SDM dan keilmuan, memperbesar jumlah mahasiswa, dan meninggikan keragaman prodi di bawah naungan universitas. Alasan itulah yang menjadi pegangan bagi perguruan tinggi di Indonesia dalam menambah Prodi baru. Karena hidup itu bergelora, tentu selera masyarakat juga turut bergelora. Gelora masyarakat sedikit banyak memengaruhi pasang surut Prodi di sebuah perguruan tinggi. Kadangkala

ada prodi yang using dan ditutup karena tidak dilirik lagi oleh masyarakat. Kadang pula, ada prodi baru yang sangat dinanti masyarakat. Itulah dunia gelora yang berkawin dengan pasang surut sebuah prodi di perguruan tinggi. Unesa, tentu sangat berharubiru dengan kemunculan prodi

HARU BIRU DENGAN

haruslah mendapatkan daya timang yang lebih dibandingkan dengan prodi lama agar perjalanannya dapat seimbang dengan prodi yang sudah lama. Prodi baru memerlukan amunisi yang terperhatikan dari segala aspek. Dengan begitu, ketahanan hidupnya dapat terjamin ketika menghadapi guncangan situasi. Bila perlu, tiap tahun ada beberapa prodi baru yang memberikan warna bagi keunggulan Unesa. Ajuan demi ajuan prodi baru harus terus dikelola oleh tim yang memang ahli dalam membidani prodi baru. Dengan begitu, suatu saat akan tergambarkan secara lengkap prodi di Unesa yang memenuhi selera masyarakat. Prodi baru di Unesa perlu mendapatkan acungan jempol atas kemunculannya sehingga menambah kualitas keunggulan Unesa. Prodi baru, berjalanlah dengan sigap dan penuh kekuatan yang mampu membahagiakan masyarakatnya. Segeralah munculkan citramu melalui media massa dengan berita yang membanggakan. Prodi baru harus cepat dikenal masyarakat luas sebagai prodi yang memang memberikan kemanfaatan bagi semua. n

PRODI BARU baru yang mampu menambah daya citra di tengah masyarakat. Prodi baru itu, ternyata juga langsung diminati oleh masyarakat luas. Hal itu tentu menguatkan rasa haru-biru yang selama ini membuncah kuat. Prodi baru itu seakan meyakinkan Unesa sebagai perguruan tinggi yang punya hidup dan bergelora. Ke depan, tentu, prodi baru harus terus bertambah untuk menyeimbangkan dengan perkembangan masyarakat yang juga berjalan sangat cepat. Jangan sampai, prodi baru merupakan tumbuhan cendawan yang hanya hidup di musim hujan. Ketika musim panas, cendawan itu susah untuk tumbuh. Prodi baru di Unesa

Majalah Unesa

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

3


DAFTAR RUBRIK

06

22

EDISI SEPTEMBER 2015 18

Edisi Ini

03

HARU BIRU DENGAN PRODI BARU Unesa, tentu sangat berharu-biru dengan kemunculan prodi baru yang mampu menambah daya citra di tengah masyarakat. Prodi baru itu, ternyata juga langsung diminati oleh masyarakat luas.

05

MENAKAR PROSPEK & PRODI BARU

Universitas Negeri Surabaya (Unesa) membuka delapan program studi (prodi) baru pada SNMPTN 2015 lalu. Delapan prodi baru itu merupakan prodi non-kependidikan.

15

16

SEPUTAR UNESA

18

20

ARTIKEL

24

KABAR MANCA

Pengalaman Kuliah di Tiongkok Bersama Dyah Ayu Umi Sholihah (Bagian 2/Habis)

30

31

34

Kinanten Dwi Azima Tak Hanya Bisa Percantik Diri

Makna Perjuangan Hidup Oleh Eko Prasetyo

Melebihutamakan Literasi Teks Oleh Much Khoiri

KABAR PRESTASI

RESENSI BUKU

CATATAN LINTAS

Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 85 Tahun XVI - September 2015 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor) PENASIHAT: Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (PR I), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (PR III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB: Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (PR II) PEMIMPIN REDAKSI: Dr. Suyatno, M.Pd REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto, M. Wahyu Utomo, Bayu DN REPORTER: Lina Rosyidah, Syaiful Rahman, Yusuf Nur Rohman, Lina Mezalina, Ulil, Fitro Kurniadi, AnnisaI lma, Andini Okta, Sandi, Rizal, Murbi, Diyanti, Mahmud, Umi Khabibah, Suryo, Danang, Emir, Khusnul, Mutya FOTOGRAFER: Huda, A. Gilang P., Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT: Arman, Basir, Wahyu Rukmo S ADMINISTRASI: Supi’ah, S.E., Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI: Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124, Fax (031) 8280804

4

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

APA KABAR

PRODI BARU UNESA

Menakar Prospek & Peluang

Universitas Negeri Surabaya (Unesa) membuka delapan program studi (prodi) baru pada SNMPTN 2015 lalu. Delapan prodi baru itu merupakan prodi non-kependidikan yakni Seni Musik, Desain Komunikasi Visual, dan Seni Rupa (Fakultas Bahasa dan Seni), Ekonomi Islam, D-3 Keuangan dan Perbankan dan D-3 Komputerisasi Akuntasi (Fakultas Ekonomi), Sistem Informasi dan Teknik Informatika (Fakultas Teknik). Dengan tambahan delapan prodi itu, Unesa kini memiliki total 72 prodi. Bagaimana prospek dan peluang prodi-prodi baru tersebut. Berikut laporannya!

Majalah Unesa

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

5


LAPORAN

UTAMA

MABA: Mahasiswa Prodi Teknik Informatika Unesa menggelar layanan penerimaan mahasiswa baru di kampus Unesa Ketintang, Surabaya.

Prodi Teknik Informatika

JURUSAN BARU

YANG JADI IDOLA

Di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Informatika merupakan jurusan terbaru atau yang paling muda. Meski demikian, jurusan ini memiliki prospek dan peluang yang besar seiring dengan perkembangan informatika yang demikian pesat. Karena prsopek itulah, Unesa pun membuka 2 prodi baru yaitu S1 Teknik Informatika (TI) dan S1 Sistem Informasi (SI). Sebelum menjadi prodi S1, dulunya adalah D3 Manajemen Informatika (MI) dan S1 Pendidikan Teknologi Informasi (PTI).

A

nita Qoiriyah, M.Kom, Kaprodi Teknik Informatika menjelaskan bahwa prodi-prodi tersebut dibentuk berawal dari jurusan Teknik Elektro. Bermula pada tahun 2002, Prodi D3 Manajemen Informatika mulai dibentuk. Namun, status prodi tersebut masih di bawah prodi D3 Teknik Listrik. Sehingga dapat dikatakan masih konsentrasi saja. “Baru tahun 2008,

6

prodi D3 Manajemen Informatika berdiri sendiri,” paparnya. Lebih lanjut Anita menceritakan, kala itu, dosen-dosen D3 MI memiliki ide untuk membuat prodi baru yang berbasis pendidikan. Lalu, gagasan itupun diwujudkan dengan membentuk S1 Pendidikan Teknologi Informasi (PTI). Tahun 2012, S1 PTI mulai membuka penerimaan mahasiswa baru. “Jalur penerimaan masih dilakukan sendiri

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

Majalah Unesa

oleh pihak jurusan Teknik Elektro atau lebih dikenal dengan Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB),” jelasnya. Mekanisme penerimaan dilakukan melalui dua sesi yaitu SPMB 1 dan SPMB 2. Total mahasiswa baru waktu itu 72 orang. Mahasiswa baru tersebut masuk kedalam 2 kelas dengan masingmasing kelas berisi 36 orang. Setelah SK prodi S1 PTI turun, tahun 2013 penerimaan mahasiswa baru dilakukan me-


LAPORAN UTAMA lalui 3 jalur yaitu SNMPTN, SBMPTN dan SPMB ( 1 dan 2). Setelah perkuliahan sudah mulai berlangsung, dosen-dosen menginginkan untuk membuka prodi baru yaitu S1 Teknik Informatika dan S1 Sistem Informasi. Kedua prodi tersebut lantas diajukan. Dengan banyaknya prodi tersebut, maka didirikanlah jurusan baru yaitu Teknik Informatika. Penerimaan mahasiswa baru untuk 2 prodi baru sudah dapat melalui 3 jalur. Karena sebelum jalur SNMPTN dibuka, kedua prodi baru tersebut telah disetujui. Dibanjiri Peminat Lebih jauh, dosen kelahiran Bojonegoro itu memaparkan bahwa jurusan Teknik Informatika banyak diminati. Ratusan peminat memilih prodi-prodi di jurusan Teknik Informatika padahal hanya beberapa saja yang akan diterima. Tahun ini, ungkapnya, penerimaan mahasiswa baru lebih ditekankan pada jalur SNMPTN dan SBMPTN. Jalur SPMB hanya menampung kurang dari 10 mahasiswa. “Semua prodi hanya memiliki 1 kelas karena tempat perkuliahan yang kurang dan jumlah dosen Teknik Informatika yang hanya 25 orang. Sekarang, masuk jurusan TI agak susah, pesaingnya banyak. Ke depan, kami ingin menambah dosen, karena jumlah dosen saat ini sangat minim,” paparnya Setelah gedung perkuliahan sudah memadai, rencananya akan dibentuk 2 kelas setiap prodi dengan jumlah mahasiswa 40 orang perkelas. Lulusan jurusan Teknik Informatika, khusunya prodi Teknik Informatika dapat terjun ke semua bidang pekerjaan yang sesuai. Kaprodi yang merangkap sekretaris jurusan ini mengakui banyak tawaran pekerjaan kepada prodi D3 MI dan S1 PTI. “Melihat tren itu, tidak menutup kemungkinan tahun-tahun berikutnya, lowongan pekerjaan Teknik Informatika akan semakin banyak. Mengingat kemajuan teknologi tidak bisa diprediksi, setiap detik akan selalu berkembang dan sangat dibutuhkan,” terangnya. Meski demikian, bukan berarti tanpa kendala. Anita menyadari bahwa kekurangan mahasiswa Unesa adalah minder atau kurang percaya diri bersaing dengan universitas lain. Selain itu,

Ricky Eka Putra M.Kom, Dosen S1 Teknik Informatika Unesa.

Semua prodi hanya memiliki 1 kelas karena tempat perkuliahan yang kurang dan jumlah dosen Teknik Informatika yang hanya 25 orang. Sekarang, masuk jurusan TI agak susah, pesaingnya banyak. Ke depan, kami ingin menambah dosen, karena jumlah dosen saat ini sangat minim.” [Anita Qoiriyah, M.Kom, Kaprodi Teknik Informatika] mahasiswa kurang aktif dalam perkuliahan. Anita yakin jika mahasiswa mau tekun dan mengikuti perkembangan zaman akan merasa mampu bersaing dengan universitas lain. “Jika ada lowongan pekerjaan, saya sarankan diambil saja, kalahkan rasa takutmu dan selalu belajar,” pungkasnya. Sementara itu, salah seorang dosen S1 Teknik Informatika, Ricky Eka Putra M.Kom mengatakan bahwa setelah berdirinya S-1 Pendidikan Teknologi Informasi (PTI), dirintislah prodi murni sebagai pendamping sehingga diajukan 2 prodi baru yaitu S-1 Teknik Informatika (TI) dan S-1 Sistem Informasi (SI). “Sesuai dengan perkembangan zaman, otomatis perkembangan TI juga semakin maju. Karena itu, sistem informasi juga dibutuhkan,” paparnya. Ricky menerangkan, jumlah mahasiswa S-1 TI yang diterima sebanyak 45 orang. Dalam perkuliahan, ia mengakui masih ada beberapa mahasiswa yang belum bisa memahami materi dengan cepat. Namun, setiap hari mereka

Majalah Unesa

mengalami peningkatan dalam pembelajaran. Semua itu karena mahasiswa masih beradaptasi di dunia perkuliahan. Sebanyak 95% mahasiswa S-1 TI adalah lulusan SMA. “Saat saya mengajar pemrograman, sudah mulai terlihat ada peningkatan” ujar dosen asal Gresik ini. Ricky berharap, dengan adanya mahasiswa baru dan prodi baru, jurusan Teknik Informatika lebih maju sehingga Unesa tidak hanya dikenal dalam bidang pendidikan namun juga murni khususnya TI. Ia juga optima, peluang ke depan lulusan prodi-prodi di jurusan Teknik Informatika dapat masuk dalam semua bidang. “Saya berharap mahasiswa TI tidak terlena sehingga melupakan belajar,” pungkasnya.n(ANDINI)

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

7


LAPORAN

UTAMA

Kaprodi Sistem Informatika

MESKI BARU

PERSAINGAN MAHASISWA BARU CUKUP KETAT Selain prodi S1 Teknik Informatika, di jurusan Teknik Informatika ju­ga ada prodi baru S1 Sistem Informasi (SI). Meski terbilang ba­ru, prodi S1 Sistem Informatika ternyata cukup ketat per­sa­ ing­an untuk bisa lolos seleksi.

D Dwi Fatrianto Suyatno, M.Kom, Kaprodi S1 Sistem Informatika Unesa.

8

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

wi Fatrianto Suyatno, M.Kom, Kaprodi S1 Sistem Informatika mengatakan, Prodi S1 SI diajukan atas gagasan mantan rektor Unesa, Prof. Muchlas Samani. Pengajuan tersebut, dilakukan hampir bersamaan dengan

Majalah Unesa

prodi S1 TI. Setelah melalui tahap pengajuan proposal ke fakultas dan disetujui rektorat, pengajuan prodi ini pun dikirim ke dikti. Dijelaskan Dwi, tahun 2013 prosposal dikirim dan disetujui pada awal 2015. Jangka waktu disetujui dikti cukup cepat dibandingkan jurusan lain, sehingga pada semester gasal tahun 2015 S1 Sistem Informatika mulai membuka penerimaan mahasiswa baru. Terdapat 3 jalur penerimaan yaitu SNMPTN, SBMPTN dan SPMB (1 dan 2). “Meski baru, persaingan di prodi ini cukup ketat. Ratusan pendaftar memilih prodi ini, padahal daya tampung yang diterima hanya 43 mahasiswa karena baru membuka 1 kelas saja,” paparnya. Lebih lanjut, Dwi memaparkan, perkuliahan di prodi Sistem Informatika sudah berlangsung hampir 2 bulan. Dwi merasa mahasiswanya cukup aktif dan cepat menerima materi. Meskipun 97 % mahasiswa adalah lulusan SMA. Dengan kata lain, meski belajar mulai dari awal atau nol, tapi mahasiswa mampu menerima materi dengan baik. Dosen asli Surabaya ini mengakui bahwa kendala utama saat ini adalah jumlah dosen yang kurang. Sebab, lima dosen lain tidak hanya mengajar di prodi S1 Sistem Informatika saja, namun juga mengajar di prodi lain sehingga banyak dosen yang beban mengajarnya berlebihan. Di dunia kerja, lanjut Dwi, lulusan Sistem Informatika cenderung bekerja untuk menetapkan standar dari sistem informasi dan mengaudit penerapan sistem informasi. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan, lulusan Sistem Informatika juga bisa bekerja di bidang yang berkaitan dengan teknik informatika. “Ke depan, saya berharap, khususnya prodi S1 Sistem Informatika harus pandai membaca peluang karena ragam ilmu dan pekerjaan yang ada di Sistem Informasi akan berkembang dengan cepat. Kalau bisa, lulusan SI membuka pekerjaan baru dunia sistem informasi,” harapnya.


LAPORAN UTAMA Kebutuhan Pasar Sementara itu, Dedy Rahman Prehanto, M.Kom, salah satu dosen S-1 Sistem Informasi bercerita tentang sejarah terbentuknya Sistem Informasi. Awalnya, adalah rangkaian dari prodiprodi di jurusan Teknik Informatika yang mulai dirintis pada tahun 2009. Prodi-prodi tersebut adalah S-1 Pendidikan Teknologi Informasi, S-1 Teknik Informasi, S-1 Sistem Informasi. Prodiprodi itu dibuka karena kebutuhan pasar, dan beberapa universitas lain di Indonesia mulai membuka prodi yang berhubungan dengan Informatika juga. “Sedangkan waktu itu, prodi D-3 Manajemen Informatika adalah dari jurusan Teknik Elektro,” ujarnya. Ketiga prodi yang akan diajukan merupakan gagasan Prof. Haris yaitu mantan Rektor Unesa. Gagasan tersebut diungkap pada tahun 2006. Dalam pembuatan prodi tidak dengan cara instan, tetapi melalui proses yang cukup panjang. Disiapkan SDM dosen, saranaprasarana, dan proposal. Tahun 20062009, dibuka lowongan dosen dengan background Informatika. Dedy sendiri mulai menjadi dosen pada tahun 2007. Namun Dedy bersama dosen-dosen

lain ditempatkan mengajar di fakultasfakultas Unesa. “Karena waktu itu, belum ada jurusan Teknik Informatika,” paparnya. Tahun ini prodi-prodi yang dibuka hanya memiliki satu kelas karena pertimbangan sarana dan prasarana. Selain itu, juga karena pertimbangan rasio dosen. Dimana satu dosen sama dengan 35 mahasiswa. Maksudnya jumlah dosen harus sesuai dengan jumlah mahasiswa. Sehingga jika satu prodi memiliki 6 dosen maka wajib memiliki 210 mahasiswa dengan toleransi 4 tahun. Dosen berkaca mata ini berencana membuka dua kelas di tahun depan. Dedy memiliki harapan mahasiswa Sistem Informasi yang tercetak memiliki karakter, dengan itu ilmu dapat mengikuti. Dengan begitu mahasiswa dapat ikut membimbing adik-adik angkatan yang dapat menjadi budaya. Sehingga konsep dan tujuan organisasi terwujud. Dedy berpesan untuk semua mahasiswa jurusan Teknik Informatika. “Teruslah belajar dan menuntut ilmu serta janganlah mudah berputus asa dalam mencoba hal baru” papar lulusan Undip tersebut. n(ANDINI)

Yusuf Christian, Mahasiswa S-1 Teknik Informatika

Farah Herzygofa R, Mahasiswa S1 Sistem Informasi

DOSEN HARUS KREATIF SAAT MENGAJAR

KOMPAK & SALING BERBAGI INFORMASI

YUSUF Christian adalah salah satu mahasiswa S-1 Teknik Informatika. Menurutnya, perkuliahan di TI menyenangkan. Materi yang diberikan dosen mampu ia terima dengan baik karena dosen menerangkan materi dengan baik dan jelas. Mahasiswa lulusan SMKN 1 Surabaya ini mengaku, meski ia dapat menerima materi dengan baik, beberapa teman merasa materi tentang TI agak berat di awal. Pasalnya, dari 45 mahasiswa S-1 TI hanya 5 orang yang lulusan SMK. Namun, seiring berjalannya perkuliahan, mahasiswa sudah mulai aktif. Cara dosen melatih keaktifan mahasiswa adalah dengan memberikan soal dalam bentuk program. Siapa yang dapat menyelesaikan dengan cepat akan diberi point reward. “Ke depan, saya ingin dosen lebih kreatif dalam mengajar agar semua mahasiswa dapat dengan mudah menyerap materi,” harapnya. n (ANDINI)

FARAH Herzygofa Rahmadanti salah satu mahasiswa S-1 SI mengakui, meski 97% mahasiswa SI adalah lulusan SMA, mereka dapat menangkap materi dengan baik. Materi yang disampaikan juga sesuai dengan prodinya. Setiap perkuliahan banyak mahasiswa yang saling berebut bertanya dan menjawab. “Dosen menerangkan dengan baik, jadi materi menjadi menyenangkan” papar mahasiswi asli Surabaya ini. Mata kuliah bidang SI ada empat yaitu, Pemrograman Dasar, Pengantar Teknologi Informasi, Akuntansi, dan Manajemen. Keempatnya adalah materi baru bagi Farah dan teman-temannya. Kesulitan dalam perkuliahan bukan dari materi yang diberikan dosen. Beberapa mahasiswa cenderung acuh dan berkelompok dengan kelompok masing-masing sehingga Farah merasa kelasnya belum kompak. “Saya ingin mahasiswa SI lebih kompak dan saling berbagi informasi dengan semua teman sekelas,” harapnya.n (ANDINI)

Majalah Unesa

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

9


LAPORAN

UTAMA

“

Dari beberapa tujuan berdirinya Prodi Ekonomi Islam FE Unesa, salah satunya adalah terbentuknya mahasiswa yang berjiwa kewirausahaan dan kepemimpinan yang berkarakter Islami.�

Dr. H. Moch. Khoirul Anwar, S. Ag., M.EI, Kaprodi Ekonomi Islam

10

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA Tidak hanya di Fakultas Teknik (FT), penambahan prodi baru juga dilakukan di Fakultas Ekonomi (FE) dan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS). Di FE, dari tiga prodi baru yang dibuka, baru Prodi Ekonomi Syariah yang banyak peminat, sementara Prodi Komputerisasi Akuntansi dan D3 Perbankan & Keuangan sepi peminat sehingga belum bisa berjalan tahun ini.

P

rodi Ekonomi Islam baru berjalan dua tahun. Meski demikian, prodi ini telah didukung oleh dosen pengajar dan pengampu matakuliah yang memadai, baik yang menduduki jabatan fungsional Guru Besar, Doktor, maupun magister. Para dosen juga memiliki keahlian di bidang ekonomi Is-

sistem ekonomi yang sesuai dengan prinsip syariah. Sistem ekonomi yang berlandaskan syariah diharapkan dapat mendukung tujuan pembangunan seperti kesejahteraan ekonomi dan keadilan sosial. Kesejahteraan ekonomi dan keadilan sosial berbasis syariah dalam semua bidang kehidupan dapat terwujud secara optimal jika didukung

PRODI EKONOMI ISLAM

SIAP JAWAB KEBUTUHAN PASAR lam, ekonomi pembangunan, ekonomi koperasi, dan pendidikan ekonomi. Dr. H. Moch. Khoirul Anwar, S. Ag., M.EI, Kaprodi Ekonomi Islam mengatakan bahwa visi dari Program Studi Ekonomi Islam adalah Unggul dalam keilmuan ekonomi Islam dalam rangka mencetak entrepreneur yang berkarakter. Prodi Ekonomi Islam, terang Khoirul Anwar merupakan prodi yang mempelajari sesuatu yang universal karena berangkat dari ajaran agama yang mengatur semua aspek kehidupan manusia, baik yang berdimensi vertikal maupun yang berdimensi horisontal. “Ekonomi islam memiliki sifat dasar sebagai ekonomi insani, yaitu sistem ekonomi yang dilaksanakan dan ditujukan untuk kemakmuran seluruh umat manusia. Sehingga lahirlah

sumber daya manusia,” paparnya. Lebih jauh, Khoirul Anwar menjelaskan, pendirian Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi tidak terlepas dari pesatnya pertumbuhan sektor ekonomi di masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang dimaksud merupakan pertumbuhan ekonomi di sektor syariah. Banyak contoh dari pertumbuhan ekonomi di sektor syariah tersebut, seperti perbankan syariah, asuransi syariah, perhotelan, dan bisnis yang pengelolaannya dilakukan secara syariah. “Berdirinya Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya bukan karena mandat dari atasan yang harus dilaksanakan, tetapi murni untuk menjawab kebutuhan pasar di sektor

Majalah Unesa

ekonomi syariah yang terus berkembang pesat,” jelasnya. Selama dua tahun berjalan, peminat prodi Ekonomi Islam ternyata cukup banyak. Angkatan pertama dan kedua, jumlah mahasiswa sekitar 135 orang. Pada angkatan pertama (tahun 2014), Program Studi Ekonomi Islam hanya menerima dari jalur SPMB. Pada angkatan kedua (tahun 2015), Program Studi Ekonomi Islam menerima mahasiswa dari semua jalur. “Sejak dibuka tahun 2014, peminat calon mahasiswa Prodi Ekonomi Islam sangat banyak, lebih kurang 1000 peminat,” ungkap Khoirul Anwar. Khoirul Anwar berharap mahasiswa lulusan Prodi Ekonomi Islam mampu memelopori pengembangan keilmuan di bidang ilmu Ekonomi Islam, Manajemen Islam, Akutansi Islam dan Ekonomi Publik Islam. “Dari beberapa tujuan berdirinya Prodi Ekonomi Islam FE Unesa, salah satunya adalah terbentuknya mahasiswa yang berjiwa kewirausahaan dan kepemimpinan yang berkarakter Islami,” pungkasnya. M. Firmansyah, mahasiswa angkatan pertama tahun pelajaran 2014/2015 program studi Ekonomi Islam mengaku senang dapat berkuliah di prodi tersebut. Mahasiswa asal Sidoarjo tersebut mengungkapkan, selama lebih kurang satu tahun telah belajar tentang ilmu-ilmu dasar ekonomi syariah, seperti pengantar fiqih muamalah, pengantar manajemen, sejarah pemikiran ekonomi, dan pengantar teori eknomi mikro. Mahasiswa yang juga aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa tersebut mengaku senang dapat memperdalam ilmu ekonomi Islam yang berdasarkan kepada syariah.n (YUSUF)

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

11


LAPORAN

UTAMA

Sarjoko, S.Sn., M.Pd Kaprodi Senik Musik

12

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

PRODI SENI MUSIK

Tak Mau Jor-joran

TERIMA MAHASISWA BARU Hidup itu tidak pernah lepas dari dunia musik. Setiap manusia di bumi ini tak ada yang tidak kenal ataupun tidak membutuhkan musik. Semuanya pasti mengenal dan membutuhkan musik. Hal itulah yang menjadi salah satu alasan jurusan Seni Musik dibuka di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa.

S

arjoko, S. Sn, M. Pd, Kaprodi Seni Musik mengatakan, sebenarnya perencanaan pembukaan jurusan baru ini sudah sangat lama. Namun, baru diajukan ke Dikti pada akhir tahun 2010. Setelah lima tahun menunggu, akhirnya prodi Seni Musik baru dibuka tahun 2015. Meski baru, prodi ini telah menerima 38 mahasiswa. “Ini mungkin menjadi tahap awal bagi prodi Seni Musik. Kami tidak ada niat untuk menerima mahasiswa dalam jumlah banyak seperti jurusan lain. Sebab, mempelajari musik itu harus fokus dan sistem perkuliahannya tergolong private class,” ungkap Sarjoko. Sarjoko menjelaskan, persiapan pembukaan jurusan Seni Musik terbilang sudah matang. Tenaga pengajarnya pun tergolong sudah memadai. Dari dosen lulusan seni musik sudah disiapkan empat dosen yang siap mengajar. Keempat dosen merupakan lulusan terbaik dari masing-masing universitas di Indonesia. “Untuk tenaga pengajar yang khusus dari jurusan seni musik, sudah bisa dikatakan baik untuk jurusan yang baru dibuka. Untuk masalah fasilitas, semuanya pun

juga sudah memadai. Jadi bisa dikatakan semuanya memang sudah dipersiapkan dengan sangat baik sebelum jurusan Seni Musik ini dibuka,” jelas Sarjoko. Lebih lanjut, Sarjoko memaparkan, bahwa prodi Seni Musik sangat berbeda dengan jurusan Pendidikan Sendratasik kosentrasi musik. Di awal perkuliahan, jurusan Seni Musik memang sudah diajarkan berbagai macam tentang musik dan mendalami lebih dibandingkan dengan jurusan Pendidikan Sendratasik kosentrasi musik yang mana di awal semester, para mahasiswa akan diajarkan tentang seni drama serta seni tari di samping perkuliahan tentang pendidikan itu sendiri. Akibatnya, pelajaran tentang musik tidak terlalu mendalam dan hanya sebatas pengetahuan tentang musik saja. Mengenai prospek dunia kerja, Sarjono optimis jurusan Seni Musik memiliki prospek yang sangat luas. Hal itu karena semua orang membutuhkan musik, dan bahkan beberapa bagian pekerjaan juga membutuhkan musik. Misalnya, dunia medis membutuhkan musik, politikus memerlukan musik, dan lain seb-

Majalah Unesa

againya. “Musik itu universal. Mereka tidak memandang agama, ras, golongan, apapun itu. Semuanya bisa saling menyambung karena musik,” ujar Sarjoko. Selain murni di bidang musik, lulusan Seni Musik juga bisa menjadi guru. Berbeda dengan prospek kerja dari jurusan Pendidikan Sendratasik kosentrasi musik, dimana prospek kerja dari jurusan ini hanya sebatas guru seni. Pada jurusan Seni Musik, mereka bisa menjadi guru salah satu atau beberapa alat musik dimana bisa mengajarkan para muridnya hingga mahir dan memainkannya lebih baik karena mahasiswa jurusan Seni Musik sendiri diajarkan hal seperti itu. Jurusan Seni Musik sebagaimana visi dan misinya adalah berupaya menciptakan manusia-manusia yang melaksanakan disiplin ilmu untuk masyarakat luas dan membudidayakannya dengan baik. “Nasib kerja saat para mahasiswa nanti lulus berada di tangan Tuhan. Tapi, setidaknya, ilmu-ilmu yang mereka dapatkan selama perkuliahan bisa berguna bagi masyarakat luas dan bisa dibudidayakan dengan baik,” pungkasnya. n (Cikita)

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

13


LAPORAN

UTAMA

Drs. Imam Zaini, M. Pd, ketua jurusan Seni Rupa

PRODI SENI RUPA MURNI

Wahana Ciptakan

di Seni Rupa, Imam mengatakan banyak sekali peluang. Semisal menjadi seniman, kritikus seni, dan masih banyak lagi. “Prodi Seni Rupa memang diajarkan lebih banyak pengetahuan tentang seni atau fine art,” ungkapnya. Dikatakan Imam, Seni Rupa ada banyak bidang pengetahuan. Di Jika program studi (prodi) Pendidikan Seni Rupa fokus menciptakan antaranya, seni lukis, seni patung, guru-guru di bidang kesenian, maka prodi seni rupa non-kependidikan, seni keramik, kriya, dan sebagainya. fokus pada penciptaan seniman-seniman handal dan berbakat. Karena Prodi Seni Rupa akan menggeluti itulah tahun ini Unesa menambahkan satu prodi baru yakni Seni Rupa lebih banyak macam-macam seni non-kependidikan. rupa itu. Walaupun prodi Pendidikan Seni Rupa juga mendapatkan pengetahuan tentang itu, tapi rodi S1 Seni Rupa saat ini, canakan. Tepatnya, sejak 3 tahun lalu porsinya lebih banyak diberikan di telah menerima sekitar 30 (2012). Jurusan ini, terang Imam Zaini, Prodi Seni Rupa. “Perkuliahannya mahasiswa baru. Jumlah diperuntukkan bagi mahasiswa yang tentu sangat seru, karena mahasiswa mahasiswa akan terus bertingin menekuni dunia seni rupa murbisa mempelajari lebih dalam tenambah pada tahun-tahun berikutnya. ni. Sementara, jika ingin menekuni tang seni rupa itu apa,” ungkap Yogi Saat ini, sejumlah kelas sudah diperkesenian dalam dunia pendidikan, Ashidiqi, mahasiswa baru di prodi S1 siapkan untuk menampung lebih mahasiswa bisa memasuki prodi Seni Rupa.n (CIKITA) banyak jumlah mahasiswa. Tak hanya Pendidikan Seni Rupa. “Prodi Pendiruang kelas, jumlah dosen pun semadikan Seni Rupa itu untuk mewadahi kin ditingkatkan. para mahasiswa yang ingin menjadi Drs. Imam Zaini, M. Pd, ketua guru seni, sedangkan bagi yang ingin jurusan Seni Rupa mengatakan, menekuni dunia seni bisa memilih pembukaan prodi Seni Rupa Nonprodi Seni Rupa,” terang Imam. Kependidikan ini sudah lama direnMengenai prospek dunia kerja pro-

SENIMAN

P 14

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

T

ahun 2015 ini, jurusan DKV telah menerima 32 mahasiswa baru. Tahun-tahun berikutnya, sangat terbuka peluang, jumlah mahasiswa semakin bertambah. Apalagi, terkait sarana prasaran seperti kelas tidak ada masalah karena kelas-kelas di jurusan Kesenian masih tersedia cukup banyak. Tidak hanya kelas untuk perkuliahan, DKV juga dilengkapi laboratorium desain. Sementara, tenaga dosen yang mengajar di DKV juga sudah disiapkan dengan sangat baik. Wayan Setiadarma, salah satu dosen DKV mengatakan, jurusan DKV akan lebih fokus dalam hal desain sebagai bentuk komunikasi visual dan estetikanya. Terlebih lagi, sebuah desain akan lebih baik jika juga memiliki nilai komunikasi visual. “Di jurusan DKV, mahasiswa akan diajarkan lebih banyak tentang desain grafis sebagai alat komunikasi visual serta estetika seni untuk masyarakat,� paparnya. Berbeda dengan D3 Desain Grafis yang lebih fokus pada praktik karena merupakan jenjang diploma, jurusan

JURUSAN S1 DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

PROSPEKTIF

di Dunia Kerja

Setelah sukses dengan D3 Desain Grafis, FBS Unesa membuka jenjang yang lebih tinggi melalui prodi S1 Desain Komunikasi dan Visual atau yang lebih dikenal dengan DKV. DKV yang merupakan jenjang S1 mengajarkan teori tentang desain grafis ataupun komunikasi visual lebih banyak, walaupun tidak mengurangi kegiatan praktiknya. Evan, mahasiswa jurusan DKV mengaku sangat senang bisa mempelajari banyak hal tentang dunia desain. Ia juga yakin prospek dunia kerja di jurusan S1 DKV banyak sekali. Di antaranya, menjadi ilustrator, desaigner, dan sebagainya. Pekerjaan-pekerjaan tersebut akan sering menggunakan

Majalah Unesa

teknologi dibandingkan jurusan Seni Rupa. Hasil desainnyapun memiliki nilai yang berbeda dibandingkan seni lainnya, yakni memiliki nilai komunikasi visual yang menjadi ciri khas utamanya.n (CIKITA)

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

15


SEPUTAR

UNESA

START: Ribuan peserta antusias mengikuti Healthy Run yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Keolahragaan Unesa, Minggu (13/9/2015).

S PESERTA IKUTI 2.500

HEALTHY RUN UNESA

16

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

ekitar 2.500 peserta mengikuti lari sehat yang digelar Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Minggu (13/9/2015). Kegiatan ini digelar untuk menyambut Hari Olahraga Nasional (Haornas), 9 September, bertajuk Healthy Run Sport Fiesta. Ketua Panitia M Nur Bawono menjelaskan, rute yang ditempuh peserta sejauh 4,5 Kilometer. Start dari IDB Unesa menuju Jalan Citra Raya Unesa. Kemudian peserta digiring masuk ke area FIK Unesa dan finish di IDB lagi. “Para peserta bukan hanya berasal dari mahasiswa Unesa saja tapi juga masyarakat luar. Selain itu, ada juga peserta dari Fakultas Olahraga Unipa, STKIP Jombang, dan UM Malang. Kami bekerja sama dengan mereka,” kata Bawono. Tahun depan, FIK Unesa akan bekerja sama dengan seluruh Fakultas Keolahragaan yang ada di Jawa Timur, karenanya untuk pagelaran tahun depan, jumlah peserta diharap lebih banyak. “Ini akan menjadi kegiatan rutin,” lanjutnya.n (ARM)

Majalah Unesa


SEPUTAR UNESA

Gairah Lansia FBS Unesa

MENGENANG MASA DINAS

M

inggu, 23 Agustus 2015 lalu, Ikatan Pensiunan FBS Unesa mengadakan temu kangen dan silaturahmi di rumah Prof. Dr. Budi Darma. Hampir seluruh anggota hadir kecuali yang sudah sangat tua dan yang sedang menderita sakit. Kegiatan semacam ini rutin dilaksanakan setiap empat bulan sekali selama kurang le­bih 15 tahun belakangan ini. Tempatnya berpindah-pindah. Kadang-kadang di rumah anggota, tetapi sering juga di restoran seperti Primarasa, Nur Pasific, Handayanai, dan sebagainya. Kami sebagai anggota pensiunan FBS, bangga dan sangat bergairah menghadiri kegiatan ini. Kami saling becanda ria mengenang masa lalu ketika masih dinas. Kami sharing suka duka menjalani hidup sebagai pensiunan. Kami sangat menikmati dan mensyukuri, sebab sampai usia senja masih dianugerahi kemampuan bertemu, berbagi pengalaman, saling menyapa, dan bernyanyi bersama. Lagu yang biasa kami nyanyikan lagu-lagu cinta tanah air, seperti Indonesia Pusaka, Tanah Tumpah Darahku, Syukur, dan sebagainya. Kadang-kadang juga menyanyikan tembang-tembang nostalgia masa kanak-kanak tempo dulu seperti Cublak-Cublak Suweng, Gundul-Gundul Pacul, Buta-Buta Galak, MenthokMenthok ... dan sebagainya. Asyik, bergairah, ceria, dan kadang-kadang ... tampak aneh dan nyleneh. Sekedar untuk diketahui bahwa usia manusia dipilah menjadi empat katagori besar, yaitu usia kesatu (0,1-16, usia anak-anak); usia kedua (17-64, usia produktif/muda); usia ketiga (65-74 usia lansia muda), dan usia keempat (75- ... usia lansia tua). Para pensiunan berusia 58 tahun ke atas. Dengan demikian para pensiunan tergolong sudah lansia (lanjut usia).

KEBERSAMAAN: Para pensiunan Fakultas Bahasa dan Senin tetap menjalin kebersamaan dalam kegiatan rutin setiap empat bulan sekali yang dilaksanakan secara bergiliran.

Keberadaan lansia diakui dan dihormati oleh negara maupun dunia. Pertama Undang-Undang RI No. 13 tahun 1998 mengatur tentang kesejahteraan lansia. Sebagai contoh dalam Bab 3 pasal 5 berbunyi: (1) Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (2) Sebagai penghormatan dan penghargaan lanjut usia diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan sosial meliputi: (a) pelayanan keagamaan dan mental spiritual; (b) pelayanan kesehatan (c) pelayanan kesempatan kerja; (d) pelayanan pendidikan dan perlatihan; (e) kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum; (f) kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum; (g) perlindungan sosial, dan (h) bantuan sosial (Biro Hukum Departemen Sosial 1998:5).

Majalah Unesa

Kedua Rencana Aksi Internasional untuk Usia Tua (International Plan of Action on Ageing) dirintis dan dirumuskan pada sidang dunia tentang usia tua yang diadakan oleh PBB di Wina Austria dari tanggal 26 Juli sampai 6 Agustus 1982. Perkembangan lebih lanjut PBB menetapkan bahwa tahun 1999 dinyatakan sebagai Tahun Lansia Internasional dan setiap 1 Oktober diperingati sebagi Hari Lansia Dunia. Dengan demikian tidak keliru apabila Ikatan Pensiunan FBS sebagai bagian dari Ikatan Pensiunan Universitas Negeri Surabaya melestarikan dan menjaga keberadaannya. Semoga apa yang dilakukan pensiunan FBS ini me­ yentuh dan dilakukan pula oleh para pensiunan fakultas- fakultas lainnya yang belum melaksanakan. Alhamdulillah. Amin. n Ditulis oleh E. Yonohudiyono, Mantan Dekan dan Dosen di FBS Unesa

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

17


LENSA UNESA

embukaan PKKMB di Unesa dilaksanakan pada 1 September 2015. PKKMB merupakan kegiatan awal untuk para mahasiswa baru yang menempuh jenjang perguruan tinggi. PKKMB dengan seluruh rangkaian acaranya bertujuan untuk membentuk watak dan memperkenalakn kampus ke mahasiswa baru. (EMIR/WAHYU)

18

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

Semarak Upacara

PKKMB

Majalah Unesa


LENSA UNESA

SUKMALINDO PERERAT HUBUNGAN DUA NEGARA

SUKAN Malaysia Indonesia (Sukmalindo) merupakan kegiatan di bidang olahraga untuk mempererat dua negara yakni Malaysia-Indonesia. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada 28-30 September 2015 di kampus Unesa Lidah Wetan. Dalam ajang Sukmalindo tersebut, berbagai cabor olahraga dipertandingkan, seperti basket, volly, takrau, dan bulutangkis. (/EMIR/WAHYU)

PENYAMBUTAN: Rektor Unesa, Prof Warsono meng­alungkan rangkaian bunga tanda persahabatan kepada perwakilan kontingen Malaysia di GOR Unesa Kampus Lidah Wetan, Surabaya (ATAS). PENGHARGAAN: Perwakilan dari Sukmalindo memberikan penghargaan kepada atlet kontingen Sukmalindo dalam pembukaan acara (BAWAH).

Majalah Unesa

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

19


ARTIKEL

PENDIDIKAN

SUMBANGSIH SEKOLAH UNTUK KELESTARIAN LINGKUNGAN (REFLEKSI HARI OZON SE-DUNIA, 16 SEPTEMBER) Oleh RENY CHRISDIANA

Kondisi lingkungan hidup saat ini semakin membuat kita miris hati. Pemanasan global yang kian hari semakin membuat kita katar-ketir. Upaya pelestarian lingkungan yang berkaitan dengan kesehatan udara, tanah dan air harus masuk dalam kerangka pikir penyelamatan yang holistik. Dunia pendidikan di Indonesia pun bisa memberikan penguatan pada segenap sivitas akademikanya. Adiwiyata jangan dimaknai sebagi sekadar lomba.

S

uatu kejutan menghentak tercatat da­lam sejarah yang seharusnya me­nyadarkan manusia akan ba­ ha­ya udara kotor terjadi di Inggris pa­da tahun 1952. Peristiwa yang dikenang de­ngan “The Great London Smog” yang menyebabkan sekitar 4000 jiwa melayang dan sejumlah besar penduduk menderita pe­nyakit bronkitis, jantung dan berbagai pe­nyakit pernapasan lainnya. Bahkan ba­ ngunan, lukisan, patung atau monumen pun hancur, karena asap dan gas. Seharusnya kejadian di atas meng­ ingat­kan kita akan pentingnya ke­be­ ra­daan udara bagi kehidupan kita. Nya­tanya hal ini masih sering diabaikan ter­utama karena sampai kini kita masih bisa memperolehnya tanpa harus me­ nge­luar­kan biaya. Padahal di Tokyo saat ini mulai dijual udara bersih (oksigen) dalam tabung. Tentu semua ini menjadi satu ironi yang sangat menyedihkan. Sebagian dari kita sebagai bagian dari 7 miliar manusia di bumi ini masih belum bisa memaknai arti penting lingkungan. Contoh lainnya yang bisa menjadi bukti belum sadar dan pekanya kita terhadap lingkungan adalah setiap tanggal 16 September, masyarakat bumi memperingati Hari Ozon, namun penipisan lapisan ozon masih terus berlangsung. Dampak penipisan lapisan ozon antara lain meningkatnya intensitas sinar

20

ultra violet yang mencapai permukaan bumi da­pat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan, seperti kanker kulit, katarak, dan penurunan daya tahan tubuh, dan bahkan terjadinya mutasi genetik. Menipisnya lapisan ozon juga meng­akibatkan terjadinya degradasi ling­kungan, keterbatasan sumber air bersih, kerusakan rantai makanan di laut, musnahnya ekosistem terumbu karang dan sumber daya laut lainnya, menurunnya hasil produksi pertanian yang dapat mengganggu ketahanan pa­ngan dan meningkatnya permukaan air laut yang akan berdampak timbulnya ben­cana alam. Demikian halnya dengan kerusakan yang terjadi pada tanah. Padahal hu­ bungan antara manusia dan tanah sangat erat. Kelangsungan hidup ma­nu­sia di antaranya tergantung dari ta­nah dan sebaliknya. Tanah pun memerlukan perlindungan manusia un­tuk eksistensinya sebagai tanah yang memiliki fungsi. Dengan lahan itu ma­nu­ sia bisa membuat tempat tinggal, ber­ cocok tanam, dan melakukan aktivitas lainnya. Sayangnya keserakahan manusia telah memporakporandakan indahnya tataran pemahaman tentang pentingnya tanah. Hijaunya dedaunan yang dulu me­war­ nai banyak bagian lahan di perkotaan telah sirna tergantikan bangunan atau

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

Majalah Unesa

gedung pencakar langit. Persawahan yang menghampar dengan indahnya berubah menjadi lahan pemukiman yang kadang tak mengindahkan tentang drai­na­se atau aliran. Belum lagi tanah yang tercemar akibart limbah industri yang dikubur tanpa proses netralisasi racun limbah yang seharusnya dilakukan. Selain tanah, yang tak kalah pen­ting­ nya adalah air. “Everything originated in the water. Everything is sustained by water”. Manusia membutuhkan air untuk hi­dupnya, karena dua pertiga tubuh manusia terdiri dari air. Limbah industri telah melakukan pencemaran yang begitu hebatnya. Mereka membuang lim­bahnya tanpa ada proses netralisasi kandungan racun yang seharusnya dilakukan. Sehingga, lagi-lagi, kesehatan manusia menjadi pertaruhannya. Di samping adanya problematika ke­ti­ga sumber daya vital di atas, kerusakan lingkungan yang mengancam kehidupan bumi dibagi menjadi dua, yaitu kerusakan yang bersifat regional (seperti hujan asam) dan yang bersifat global (seperti pe­manasan global, kepunahan jenis, dan ke­rusakan lapisan ozon di stratosfer). Hujan asam disebabkan oleh pen­ ce­maran udara yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, yaitu gas bumi, minyak bumi dan batu bara. Pembakaran itu menghasilkan gas


ARTIKEL PENDIDIKAN oksida be­lerang dan oksida nitrogen. Kedua jenis itu dalam udara mengalami reaksi kimia dan berubah menjadi asam (berturut-turut menjadi asam sulfat dan asam nitrat). Asam yang langsung mengenai bumi disebut deposisi kering dan asam yang terbawa hujan yang turun ke bumi disebut desposisi basah. Keduanya disebut hujan asam. Hujan asam menyebabkan kematian organisme air sungai dan danau serta kerusakan hutan dan bangunan. Pemanasan global (global warning) ada­lah peristiwa naiknya intensitas efek rumah kaca (ERK) yang terjadi karena adanya gas dalam atmosfer yang menyerap sinar panas (sinar inframerah) yang dipancarkan bumi. Gas itu di­ se­but gas rumah kaca (GRK). Dengan penyerapan itu sinar panas terperangkap se­hingga naiklah suhu permukaan bumi. Berbagai dampak negatif pemanasan global, yaitu menyebabkan perubahan iklim se-dunia (perubahan curah hujan), naiknya frekuensi maupun intensitas badai (seperti di Banglades dan Filipina yang semakin menderita). Selain itu juga ter­ja­dinya dan bertambahnya volume air laut dan melelehnya es abadi di pegunungan dan kutub. Hal itu juga menyebabkan keringnya tanah dan kekeringan yang berdampak negatif terhadap pertanian dan perikanan. Adiwiyata Bukanlah Suatu Kompetisi Semenjak 2007 Kementerian Ling­ ku­ngan Hidup (KLH) bekerja sama dengan Kemendikbud secara nasional mempromosikan upaya penyadaran berlingkunagn hidup yang sehat. Sekolah di Indonesia menjadi mitra misi ini. Sehingga banyak sekolah yang berusaha memperoleh predikat sebagai sekolah berlabel “Adiwiyata”. “Sekolah Adiwiyata” memang sesuatu yang dicita-citakan seluruh warga se­ kolah. Tapi apakah kita tahu makna dari Adiwiyata sesungguhnya? Sekolah Adi­ wiyata adalah sekolah berbudaya ling­ku­ ngan yang dapat menciptakan suasana nyaman dalam pembelajaran serta dapat membentuk individu-individu yang mempunyai kesadaran tinggi terhadap lingkungan. Dengan keberadaan program Adi­ wiyata, diharapkan setidaknya kita bisa bersumbangsih dalam kapasitas

kita sebagai siswa yang nantinya akan menjadi anggota masyarakat, bahkan menjadi pemimpin yang harus menjadi tauladan dan menginspirasi. Menurut kurikulum muatan lokal pelajaran Lingkungan hidup, beberapa perilaku sasaran yang dapat di­terapkan berkaitan dengan menjaga ke­lestarian lingkungan hidup, antara lain sebagai berikut: tidak membuang sam­pah sembarangan, memilah dan memilih sampah yang dapat didaur ulang dengan yang tidak, menanam pohon agar lingkungan menjadi hijau dan segar. Selain itu, diharapkan tertanam sikap tidak suka membunuh hewan sembarangan karena bisa merusak ekosistem, berhemat dalam memakai peralatan dan bahan bakar, tidak membuat polusi terhadap udara, hemat dalam menggunakan listrik dan air bersih, mulai melakukan pola sehat dan dimulai dari diri sendiri, gemar mencari cara yang hemat dan tepat guna serta memberitahukan kepada lingkungan sekitar serta menyadari bahwa melestarikan lingkungan adalah tanggung jawab kita semua sehingga menjadi rahmat bagi seluruh alam. Ilustrasi rusaknya lingkungan yang berkaitan dengan udara, tanah dan air seperti yang tergambar dalam tataran global di atas hendaknya menjadi penyadaran bagi kita semua tentang pentingnya lingkungan hidup bagi kita. Setidaknya itulah gambaran sederhana tentang pemaknaan kita terhadap Adiwiyata. Kita harus menjadi agen yang membuat perubahan. Minimal bagi diri sendiri untuk menjadi inspirasi bagi orang lain. Apakah kita sudah bisa menerapkan karakter itu dalam diri kita? Tentu masing-masing kitalah yang dapat menjawabnya. Betapa indahnya dunia ini kala kita mendapati budaya bersih menggejala di mana-mana. Siswa dengan penuh kesadaran membuang sampah pada tempatnya. Siswa memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi untuk terus dapat melestarikan dan menghijaukan lingkungan di sekitarnya. Sekolah sebagai candradimuka pembelajaran kehidupan yang ramah lingkungan. Nantinya, di manapun siswa berada akan memiliki sikap peduli yang tinggi untuk melestarikan lingkungannya.

Majalah Unesa

Sekecil apapun kita berperan, tentu menjadi kontribusi pada penyelamatan lingkungan secara global. Harus menjadi kerisauan kita semua dan tak berlebihan kalau dalam diri setiap kita menyembulkan pertanyaan “Apakah pantas?” Jika membuang sampah pada tempatnya saja masih harus dikomando. Yang ada dalam diri kita harus rasa malu. Seharusnya kita lebih merisaukan “karakter” ketimbang “reputasi”! Karakter menunjukkan siapa kita yang sebenarnya sedangkan reputasi hanya menunjukkan siapa kita menurut persepsi orang lain. Dari sini kita dapat belajar bagaimana memaknai Adiwiyata yang sebenarnya bukan hanya terfokus pada pandangan orang-orang karena sudah mendapat tittle Adiwiyata. Agar kita tahu bahwa Adiwiyata bukanlah suatu kompetisi yang harus diperebutkan tittlenya, apalagi dari upaya yang “bim salabim”. Seperti itulah gambaran jika tiap sekolah hanya memikirkan bagaimana caranya agar memperoleh gelar “Sekolah Adiwiyata”. Tanpa peduli apa sebenarnya maksud dan tujuan pemerintah menyelenggarakan program tersebut bagi seluruh sekolah di Indonesia, serta tanpa mempedulikan apakah seluruh warga sekolahnya sudah mempunyai satu kebudayaan yang ramah terhadap lingkungan, kalau jawabannya “belum” maka sekolah tersebut belumlah menjadi sekolah Adiwiyata yang hakiki, meskipun telah menyandang sekolah Adiwiyata. Kita harus menunjukkan identitas sekolah yang memang sudah terpatri dan terbentuk dari tiap individu-individu yang mempunyai jiwa sosial tinggi terhadap lingkungan, yang memang menyadari bahwa kita hidup di bumi dan harus menjaga lingkungan ini dengan baik, kalau tidak kita, siapa lagi? Karena di bumi ini kitalah para manusia yang diberi kamuliaan oleh Allah SWT akal pikiran untuk mengolah serta memanfaatkan alam ini dengan baik. So, save the earth and keep it green! n Penulis adalah mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Pascasarjana Unesa, Pecinta Lingkungan.

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

21


INSPIRASI

ALUMNI

Dr Rasiyo (kiri) bersama direktur Bank UMKM Suroso saat hadir di Fakultas Ekonomi Unesa beberapa waktu lalu.

Dr. Rasiyo, M.Si

Yang Moncer di Birokrasi Tak sedikit alumni Unesa yang telah menduduki jabatan-jabatan strategis, baik di pe­me­ rintahan maupun sebagai tokoh-tokoh masyarakat. Salah satu alumni Unesa yang te­lah dan sedang mendedikasikan dirinya dalam jabatan strategis adalah Dr. Rasiyo, M. Si.

D

unia pendidikan, khususnya di Provinsi Jawa Timur, tidak bisa dilepaskan dari nama besar Rasiyo. Lulusan IKIP Surabaya (kini Unesa) jurusan Matematika itu dikenal dekat dengan para guru dan mampu menjembatani aspirasi mereka. Rasiyo menghabiskan masa kecil di

22

tanah kelahirannya, Madiun. Pendidikan dasar ia selesaikan di SDN Babadan Lor Madiun dan lulus 1964. Demikian juga dengan sekolah menengahnya. Ia melanjutkan ke SMP Negeri Balerejo Madiun dan lulus 1967. Lantas, Rasiyo melanjutkan pendidikan ke STM Siang Madiun dan lulus 1970.

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

Majalah Unesa

Sementara itu, Rasiyo lulus dari Sarjana Muda Program Studi Pendidikan Matematika di Unesa pada 1973. Tanpa menunggu lama, ia kemudian melanjutkan pendidikannya dalam program studi dan perguruan tinggi yang sama. Yakni di S-1 Pendidikan Matematika dan lulus pada 1978.


INSPIRASI ALUMNI Semangat Rasiyo untuk terus menuntut ilmu tidak pernah mati dalam dirinya. Terbukti, setelah lulus dari jenjang strata, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang pascasarjana. Namun, ia tidak lagi menuntut ilmu di bidang pendidikan. Ia mengambil S-2 Ilmu Administrasi di Universitas 17 Agustus 1945 di Surabaya dan lulus 1995. Tak berangsur lama, kemudian Rasiyo melanjutkan pendidikannya di S-3 Ilmu Administrasi di perguruan tinggi yang sama dan lulus pada 2005. Setelah lulus strata dua (S-2), Rasiyo sudah dipercaya sebagai kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur. Selama memangku jabatan tersebut, berbagai kebijakan Rasiyo berupaya untuk mewadahi suara-suara guru dan mendongkrak mutu pendidikan di Jawa Timur. Jabatan itu ia pegang selama delapan tahun (2001—2008). Selama itu, banyak prestasi yang telah ia torehkan. Berangkat dari situlah, popularitas dan kepercayaan masyarakat terhadap Rasiyo semakin meningkat. Selesai menjabat sebagai kepala dinas, ia ditunjuk sebagai Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Jawa Timur oleh Gubernur Jatim Soekarwo. Selama memegang amanah Sekdaprov Jatim, Rasiyo dikenal sebagai pejabat yang cukup disegani. Ini disebabkan Rasiyo mampu menjadi koki yang cakap di pemerintahan Gubernur Soekarwo dan Wagub Saifullah Yusuf. Meski, Rasiyo merupakan satu-satunya Sekda yang berlatar belakang seorang guru. Perjalanan Rasiyo di dunia pendidikan memang moncer. Akan tetapi yang perlu diketahui, proses Rasiyo tidak mudah. Karirnya dimulai sejak ia menjadi guru biasa pada tahun 1978, kemudian menjabat kepala SMPN Cerme, lalu diamanahi sebagai kepala SMPN 1 Gresik pada 1988. Karena prestasinya yang baik, karirnya pun ikut terdongkrak hingga ditunjuk sebagai pengawas sekolah pada tahun 1993, lalu Kabid Binmud Dispendik Jatim pada 1994 dan kemudian Kabid Dikmenum Dispendik Jatim tahun 1996. Rasiyo kemudian menjabat Kormin Diknas Jatim pada 1998 akhirnya didapuk sebagai kepala Dispendik Jatim sejak 2001 hingga 2008 yang merupakan salah satu jabatan terlama.

BIODATA SINGKAT: NAMA LENGKAP: Dr. Rasiyo, M.Si TEMPAT LAHIR : Madiun TANGGAL LAHIR : 17 Desember 1052 ISTERI : Dra. Purmiasih, MM ANAK : • Indraranu Kusuma (Dosen ITS) • Rosana Wijayanti (Fakultas Kedokteran UNIPRA) RIWAYAT PENDIDIKAN:
 • Lulus SDN Babadan Lor Madiun, 1964. • Lulus SMPN Balerejo Madiun, 1967. • Lulus STM Siang Madiun, 1970. • Lulus Sarjana Muda, Matematika, IKIP Surabaya, 1973. • Diploma S1 Ilmu Pendidikan, IKIP Surabaya, 1978. • Diploma S2 Ilmu Administrasi Untag Surabaya, 1995
. • Diploma S3 Ilmu Administrasi Untag Surabaya, 2005. RIWAYAT JABATAN: • Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur • Sekdaprov Jawa Timur • Komisaris Utama Bank Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Jawa Timur. Lamanya jabatan yang dipegang tersebut karena Gubernur Jatim yang berwenang menunjuk Sekdaprov memiliki kepercayaan penuh kepada Rasiyo. Rasiyo dinilai mampu menerjemahkan ide-ide Gubernur sehingga menjadi program-program yang bermanfaat bagi kemajuan Jatim. Semasa menjadi kepala Dinas Pendidikan Jatim, Rasiyo dikenal dekat dengan anak buahnya. Ia juga dikenal pejabat yang ramah pada siapa pun dan tidak pernah marah. Tidak sekadar itu, Rasiyo juga mengajari anak buahnya untuk mengaplikasikan nilai-nilai keagamaan. Penggemar olahraga voli dan tenis lapangan ini selalu mengingatkan anak buahnya untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk mereka yang berhak. Kerja cerdas dan kerja ikhlas menjadi prinsip hidup yang dipegang teguh oleh

Majalah Unesa

Rasiyo. Dengan demikian, ia tidak merasa terbebani dalam memangku amanahamanah yang tidak mudah tersebut. Selama menjabat Sekdaprov, Rasiyo bukan tidak pernah mengalami gelombang. Namun, semua itu dijalaninya dengan ikhlas dan tidak lepas berdoa kepada Sang Maha Pencipta. Saat ini pria kelahiran Madiun, 12 Desember 1952, tersebut selain masih aktif sebagai ketua umum Ikatan Keluarga Alumni Universitas Negeri Surabaya (IKA Unesa), ia juga menjadi Komisaris Bank Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) milik Provinsi Jatim. Pada 2015, Rasiyo mencalonkan diri sebagai wali kota Surabaya bersama Lucy Kurniasari. Lucy, demikian biasa dipanggil, merupakan Ning Suroboyo sekaligus Ning Fotogenik. Rasiyo diusung oleh Partai Demokrat sedangkan Lucy diusung oleh Partai Amanat Nasional (PAN). n (SYAIFUL)

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

23


KABAR MANCA

PENGALAMAN BELAJAR KE NEGERI TIONGKOK (2/HABIS)

MENGENAL BAHASA & BUDAYA Dyah Ayu Umi Sholihah

Tak seperti di Unesa (kampus tempat saya belajar), yang dengan mudah bisa menggunakan internet free karena dimana-mana terdapat hotspot dan free wifi. Di Tiongkok, kami harus berlangganan internet dan listrik. Sebab, meski banyak hotspot, tapi kami harus membayar perbulan.

T

entu, besaran biaya masing-masing berbeda tergantung berapa kecepatan yang dimiliki. Semakin cepat, semakin mahal. Awalnya, saya merasa heran “kok mau pakai wifi, bayar sih?� Tapi, karena sudah menjadi kebutuhan, dan biayanya hanya minimal 20 yuan, saya berpikir tidak ada salahnya jika saya berlangganan dan membayar wifi setiap bulan. Jika ingin lebih cepat, ya harganya lebih dari itu. Walaupun kata teman Korea saya ini masih kurang cepat jika dibandingkan di negaranya. Tapi, ada juga kok beberapa tempat seperti kafe yang menyediakan free wifi seperti di Indonesia. Listrikpun kami juga harus beli. Di sini, kami menggunakan kartu listrik untuk berlangganan di kampus. Untuk asrama, ada dua kartu. Pertama, kartu AC dan yang kedua kartu listrik biasa digunakan untuk kulkas, lampu, air, dan lainnya. Tak semua asrama di kampus kami menggunakan sistem dua kartu. Ada juga yang hanya menggunakan satu kartu (AC dan listrik biasa jadi satu). Kartu inipun berbeda dengan kartu listrik pasca

24

bayar seperti yang ada di Indonesia. Awalnya, saya bingung waktu menggunakannya karena sangat berbeda dengan kartu listrik di Indonesia. Pertama-tama, saya ke tempat penjual listrik yang letaknya di dalam kampus. Lalu, saya membayar sejumlah uang. Penjual akan bilang ingin diisi berapa. Biasanya, saya minta diisi 50 yuan di kedua kartu tersebut. Untuk AC, saya pikir bisa untuk 2 bulan bahkan lebih karena memang sedang pada musim yang malas menggunakan AC. AC disini bisa digunakan sebagai pendingin maupun penghangat ruangan. Saya memberikan kartu listrik yang ingin saya isi dan uang kepada petugas/shifu . Oleh petugas, kartu itu lantas ditaruh di atas sebuah mesin. Selanjutnya, petugas mengotak-atik di komputer sambil menanyakan nomor gedung asrama dan nomor kamar saya. Setelah selesai, kartu tersebut dikembalikan. Tidak berakhir sampai di situ, saya masih harus pergi ke asrama, lalu pergi ke sebuah mesin yang berfungsi sebagai prosesor listrik. Setelah itu, mencari meteran listrik

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

Majalah Unesa

kamar saya dan menempelkan/ menggosokkan kartu listrik ke meteran listrik kamar hingga angka meterannya bertambah. Proses ini, tentu sangat berbeda dengan di Indonesia. Tentu saja, tidak semua kampus di Tiongkok menggunakan sistem seperti itu. Pada mulanya, sistem tersebut saya anggap menyebalkan. Sebab, bisanya di Indonesia, harga sewa kamar di asrama maupun kos selalu sudah jadi satu dengan penggunaan listrik. Namun, sistem tersebut ada manfaatnya, yakni si pengguna atau konsumen bisa menghemat listrik dan peduli dengan bumi. Serba Kartu Di Tiongkok, semua serba menggunakan kartu. Ada kartu makan, kartu supermarket, kartu listrik, dan bahkan kartu untuk naik kendaraan. Di ZUEL, kartu makan dan kartu supermarket dibuat menjadi satu. Kami menggunakan KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) untuk membayar makanan di kantin sekitar kampus maupun belanja di sekitar kampus. Jadilah, KTM berasa kartu kredit saja.


KABAR MANCA

Untuk proses itu cukup mudah. Kami hanya pergi ke bank yang berada di kampus, yakni Bank of Tiongkok lalu deposit uang ke KTMi atau menghubungkan ATM dari bank ke KTMi. Sistem ini, setidaknya bisa menjadi lebih mudah daripada membawa uang banyak kemana-mana. Selain itu, KTM menjadi lebih berfungsi dan bernilai guna. Suasana di ZUEL penuh dengan gedung-gedung, jalanan, dan danau yang indah. Tempat favorit saya hanya kamar dan danau di belakang asrama mahasiswa asing. Dari pagi sampai malam, hamparan kampus tak pernah sepi. Selalu saja ada orang yang lewat ke sana-ke mari sambil menikmati pemandangan, bersanda gurau, bahkan latihan dance atau bernyanyi, atau malah keduaduanya. Suasana seperti itu sulit saya temui di kampus Unesa kecuali di lingkungan FBS. Sementara di ZEUL, dimana-mana, pemandangan seperti itu bisa dinikmat, terutama hamparan luas di belakang asrama mahasiswa asing. Setiap malam, di depan gedung kantor pusat, beberapa orang lanjut usai menari tarian tradisional dengan indah. Beberapa mahasiswa asingpun ikut. Salah seorang nenek mengatakan jarang sekali menemukan remaja sekarang mau menari seperti itu. Karena Tiongkok bukanlah negara muslim maupun masyarakat yang mayoritas muslim, kami sedikit sulit mencari makanan halal. Apalagi saat idul Adha pekan lalu. Jarak kampus kami ke masjid terdekat sangat jauh, bisa memakan waktu sekitar 30 menit hingga satu jam dengan menggunakan dua kali naik bis. Jadi jangan harap jika kalian ingin mendengarkan suara adzan dari masjid seperti di

KEBERSAMAAN: Penulis (berjilbab dan berkacamata) saat bersama teman mahasiswa Tiongkok.

Indonesia. Biasanya, kami selalu mendengarkan suara adzan hanya dari aplikasi di HP maupun laptop saja. Perbedaan waktu sholat di musim panas dan musim dingin juga sangat berbeda, terutama waktu sholat shubuh, ashar, dan maghrib. Itu dikarenakan saat musim panas, matahari cepat terbit tapi lama terbenam, sedangkan saat musim dingin tiba, matahari lama terbit tapi cepat terbenam. Budaya masyarakat muslim di Tiongkok agak berbeda dengan di Indonesia. Saat sholat, para muslimah tidak menggunakan mukenah, hanya pakaian lengan panjang, berkaos kaki, dan berkerudung, yang terpenting adalah seluruh auratnya tertutup. Restoran, kantin, makanan kemasan, bumbupun beberapa sudah ada yang memiliki sertifikat halal ditulis dalam bahasa mandarin dibaca: qingzhen). Walaupun hal ini tidak sebanyak di Indonesia.

Majalah Unesa

Biasanya penjual di restoran maupun kantin halal adalah suku dari provinsi Xinjiang, provinsi yang mayoritas muslim di Tiongkok. Musim di kota Wuhan, Tiongkok memiliki 4 musim seperti beberapa daerah Tiongkok bagian utara lainnya. Hanya saja, saat musim salju datang, tidak begitu banyak salju yang turun, lebih sering diguyur dengan angin dingin yang sangat kencang. Musim dingin di Wuhan bisa sampai -5o C, tidak begitu dingin dibandingkan kota-kota di Tiongkok bagian utara lain yang bisa sampai -20o C bahkan lebih. Karena tidak terlalu dingin, satu sweater tebal dan satu jaket musim dingin sudah cukup menghangatkan tubuh kala jalan-jalan keliling kota. Tapi, saat musim panas tiba, suhu di kota ini bisa mencapai 40o C. Payung matahari atau yangsan menjadi peralatan yang wajib dibawa kala keluar. Cuaca panas disini juga agak berbeda dengan di

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

25


KABAR MANCA

SEJUK MENYEGARKAN: Di atas sebuah tempat yang menyejukkan.

Indonesia, terasa lebih menyengat dan membuat mata serta kulit sakit karena sengatan matahari. Bunga di Musim Semi Yang paling berkesan selama sekolah di Tiongkok adalah bungabunga yang bersemi di musim semi, merayakan ulangtahun bersama dengan para mahasiswa Unesa, menonton film di bioskop kampus, dan menghabiskan liburan musim dingin di desa. Awal datang di Tiongkok masih musim panas, walau tidak begitu panas. Puncak musim panas di sini adalah Agustus, sedangkan waktu itu kami sampai pada awal September. Setelah itu, musim gugur dimana beberapa tumbuhan mulai menggugurkan daunnya. Suhu mulai agak dingin karena bisa dibilang sebagai pramusim dingin. Setelah musim gugur, dilanjut dengan musim salju, dimana suhu sudah benar-benar dingin. Suhu saat itu sudah sekitar 10o C atau mungkin kurang dari itu. Pemandangan akan sangat bagus jika salju turun. Yang

26

paling saya tunggu-tunggu, musim semi, dimana beberapa bunga sudah mulai bermekaran kembali. Pemandangan selama musim ini menurut saya menjadi pemandangan paling indah. Dan, kembali lagi ke musim panas, dimana baju berangsur-angsur menjadi tipis lagi, tak setebal musim salju. Selama satu tahun kuliah di Tiongkok, berbagai pengalaman unik saya dapatkan dari ucapan selamat ulang tahun hingga makanmakan bersama. Saya sempat merasakan merayakan ulangtahun di Tiongkok yang bertepatan musim salju. Saat makan bersama, saya dan dua teman dari Unesa membuat masakan khas Indonesia, mie goreng dan oseng-oseng sayur dan jamur. Teman-teman asing saya banyak sekali yang menyukai kedua makanan tersebut, bahkan ada yang membawanya pulang. Di kampus ZUEL, ada semacam bioskop kampus. Setiap minggu menampilkan film-film lama yang populer, mulai dari film Tiongkok, Taiwan, Hollywood, hingga film

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

Majalah Unesa

kartun yang populer. Selly, salah satu teman Tiongkok sangat suka dengan salah satu film Hollywood. Suati ketika, ia mengajak saya menonton film di bioskop kampus. Tiket nonton bioskop kampus sangat murah. Hanya sekitar 10 yuan. Waktu itu saya berpikir karena termasuk film Hollywood berarti menggunakan dubbing Inggris. Ternyata, kenyataannya lain. Film tersebut ternyata menggunakan dubbing bahasa Mandarin. Karena film yang membahas tentang dunia astronot, tentu banyak sekali kosakata yang tak saya mengerti. Hanya sekitar 30 menit saat film sudah ditayangkan, saya dan Selly langsung kabur karena bahasa di film tersebut sangat tinggi dan sulit dipahami. Liburan musim dingin sangat panjang. Sekitar 1,5 – 2 bulan. Mungkin karena terdapat tahun baru Tiongkok di sela-sela liburan itu. Suasana di asrama sangat sepi karena semua mahasiswa Korea pada pulang ke negara asalnya. Teman-teman Unesa menghabiskan


KABAR MANCA

liburan pergi ke Beijing. Karena selama musim dingin, penyakit bawaan lahir saya sering kumat. Saya tidak begitu suka hawa sangat dingin. Karenanya, saya menolak sewaktu diajak pergi ke Beijing. Saya lebih memilih mengunjungi rumah Selly di pedasaan, di daerah Zhicheng, provinsi Hubei. Udara di pedesaan masih sangat asli karena masih banyak pohon, kebun, serta persawahan. Perjalanan dari Wuhan ke Zhicheng memakan waktu kurang lebih 5 jam naik bis atau 2 jam naik kereta api. Saat sampai di rumah Selly, saya sudah disambut dengan neneknya. Saat itu papa dan mama Selly masih bekerja di luar kota. Bahasa yang digunakan nenek Selly adalah dialek daerah. Hal inilah yang membuat saya selalu meminta Selly untuk diterjemahkan ke bahasa Putonghua (bahasa Mandarin nasional). Ingin sekali belajar bahasa dialek daerah Selly, tapi sangat sulit karena nada dan beberapa pelafalan yang sangat berbeda. Selama di sini juga, saya diajak mencoba beberapa makanan khas Tiongkok. Untunglah, teman saya ini tahu tentang muslim, sehingga masakan yang dimasak bisa dibilang makanan untuk vegetarian. Belajar Bahasa sekaligus Budaya Belajar di negara asing tidak akan sangat asyik kalau tidak belajar budaya mereka juga, terutama budaya positif untuk menutupi kebisaaan negatif kita. Saat itu, saya pernah membaca sebuah koran tentang calligraphy event gratis. Saya dan salah seorang mahasiswa Indonesia di ZUEL mengikuti acara kaligrafi Tiongkok. Saat itu, kami hanya diajari menulis huruf Han dimana menyimpan banyak filosofi bagus tentang Tiongkok dan Wuhan sendiri. Walaupun pernah

belajar menulis shufa atau kaligrafi Tiongkok saat di Unesa, tapi menulisnya sangat sulit. Karena hasil shufa saya yang tak begitu bagus, saya tidak berhasil menang pada perlombaan menulis huruf Han ini. Selama bulan Ramadhan, sebagian besar saya dan temanteman Unesa menghabiskan waktu di Tiongkok. Jangka waktu puasa yang lebih panjang dan cuaca yang sangat panas menjadi tantangan sendiri selama menjalankan puasa di Tiongkok. Pesta buka bersama yang dilanjut dengan sahur bersama sempat diadakan untuk para muslimah di kampus ZUEL. Walaupun muslim di sini sangat sedikit, tapi karena bisa mencicipi makanan khas berbagai negara dan curhat berbagai macam perbedaan tentang budaya muslim dari berbagai negara, kegiatan menjadi sangat mengasyikkan. Selama di sini, saya mendapatkan berbagai macam wacana Islam yang ternyata sangat banyak perbedaan karena efek budaya masing-masing negara. Setiap hari, saya melihat Tiongkok berubah. Buktinya, banyak sekali pembangunan yang tersebar dan bahkan terlihat sampah karena saking banyaknya pembangunan. Kegiatan inipun terkadang membuat beberapa pengguna jalan selalu kebingunan dengan beberapa jalan baru. Tak hanya itu, setiap waktu selang ada, kelas kosong ada, para mahasiswa selalu menggunakannya untuk belajar. Para mahasiswa asing di kelas saya sampai rheran saat menemukan sebuah ruangan kelas yang penuh dengan buku. Hal ini terkadang membuat kami merasa terganggu selama pembelajaran dimulai karena saking banyaknya buku berhamburan di loker meja maupun di atas meja. Akhir bulan Juni dan awal bulan

Majalah Unesa

LIBURAN: Bersama teman-teman menikmati liburan di sebuat taman selepas kuliah.

Juli menjadi masa-masa perpisahan saya di Tiongkok. Tanggal 12-13 Juli adalah jadwal kepulangan saya menuju bandara Juanda. Berbagai foto perpisahan dan isakan tangis bermunculan. Jika saat berangkat saya sempat menginap di Thailand, saat pulang saya menginap di bandara Singapura. Saat di Singapura, teman-teman sempat menginap di Singapura lebih lama karena ingin jalan-jalan keliling Singapura, sedangkan saya memisahkan diri karena ingin segera bertemu dengan keluarga. n (CIKITA/HABIS)

Penulis adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin Angkatan 2012 Unesa

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

27


SEPUTAR

UNESA

PELUANG PENDIDIK

PSIKOLOGI

DI JATIM MASIH TINGGI

U

niversitas Negeri Surabaya (Unesa) telah menerapkan kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indoensia (KKNI). Kurikulum ini mengantikan kurikulum 2007 yang dipakai dalam beberapa tahun terakhir. Kebutuhan tenaga pendidik sosioligi di Jawa Timur dianggap masih tinggi. Itu yang membuat Prodi S-1 Sosiologi Unesa fokus pada bidang sosiologi pendidikan. Sugeng Harianto, dosen sekaligus pemateri dalam uji publik kurikulum KKNI

mengatakan, sekitar 30 persen lulusan S-1 Sosioligi Unesa terserap dalam lapangan pekerjaan kependidikan. Meski bukan mayoritas, jumlah itu dinilai cukup tinggi. Menginggat, Prodi itu bukan fakultas keguruan. Dengan penerapan kurikulhm KKNI, jumlah lulusan yang terserap di tenaga pendidik bisa naik menjadi 60 persen. Hadirnya sertifikasi guru membuat profesi itu dianggap menarik. Sugeng melanjutkan, lulusan prodi itu juga banyak terserap ke dunia perbankan, kewirausahaan, lembaga swadaya masyarakat, dan penelitian. Kuota guru sosiologi di dunia pendidikan di Jatim juga masih tinggi. Tolok ukurnya, di universitas yang membuka program keguruan untuk jurusan itu saat ini baru di Universitas Negeri Malang. Itu pun tergolong baru. Sementara yang banyak menyuplai tenaga pendidik itu adalah Universitas Negeri

Yogyakarta dan Universitas Negeri Semarang. “Kebanyakan dari Jawa Tengah. Jadi selama ini pendidik sosiologi banyak yang berasal dari bidang keilmuan pendidikan lain. Jadi peluangnya masih besar,” kata Sugeng. Dengan kurikulum baru itu, lulusan juga akan menerima tiga berkas. Selain ijazah dan transkip nilai, ada juga surat pendamping ijazah. Isinya rekam jejak sikap dan aktivitas mahasiswa selama berkuliah. Surat ini diharap bisa menjadi bahan pertimbangan pembuka lapangan pekerjaan untuk merekrut pelamar kerja. Sugeng menduga, ke depan ijazah dan transkip nilai masih kurang sebagai bekal melamar kerja. Sekadar diketahui, kurikulum KKNI berdasar pada Peraturan Peresiden No 8 tahun 2012. Unesa sebenarnya sudah menerapkan kurikulum itu untuk beberapa prodi mulai 2012. Hanya, S-1 Sosiologi baru memulainya pada semester ini.n (ARM)

Pocari Sweat dan Unesa

GELAR SEMINAR DAN WORKSHOP OLAHRAGA

Kami ingin mengajarkan bagaimana caranya olahraga yang benar.

Dr. BAMBANG PURWANTO

28

P

ocari Sweat bekerja sama dengan Prodi Ilmu Kesehatan Olahraga Unesa Unesa menggelar acara Seminar dan Workshop Keolahragaan di Java Paragon Hotel and Residences. Pembicara dan pemberi materi tentang dehidrasi adalah Dr.dr.Bambang Purwanto, M.Kes.

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

“Tujuan utama kami bekerja sama dengan Unesa ini sebenarnya tidak lepas dari keinginan kami untuk mengajarkan pada olahragawan mengenai olahraga yang benar,” tutur Akbar Galang Pratama selaku panitia acara. Tamu undangan yang hadir merupakan para atlit dan pelatih olahraga dari UNESA, baik alumni

Majalah Unesa

dan yang masih berstatus mahasiswa antusias mengikuti seminar dan workshop ini.n (ARM)


SEPUTAR UNESA

Ratusan Siswa Labschool Unesa

PRAKTIK IBADAH HAJI

H

alaman SMP Labshcool Universitas Negeri Surabaya (Unesa) di Ketintang kemarin (22/9) pagi penuh sesak oleh ratusan siswa dan guru berpakaian ihram. Salah satunya Ardana. Siswa kelas VIII SMP Labschool itu terlihat senang saat melakukan sa’i dari Shafa ke Marwah, salah satu rukun ibadah haji. Siswa dan guru tersebut memang tengah mempraktikkan pembelajaran manasik Haji. Sebanyak 795 siswa dan guru mulai dari TK sampai SMP Labschool Unesa diminta mengikuti tahapan-tahapan haji sesuai aslinya. “Rasanya senang, karena belum pernah ikut latihan ibadah haji sebelumnya,” kata Ardana. Dia mengatakan, meski tidak hafal sepenuhnya doa-doa yang dilafalkan saat ibadah haji, latihan tersebut dapat membantunya sedikit demi sedikit untuk menghafal. “Memang tidak hafal, tapi tidak apa-apa,” ungkap siswa berkulit gelap ini. Direktur Labschool Unesa, Alimufi Arief menjelaskan, selama ini pem­ belajaran Agama Islam lebih banyak teori dibandingkan praktik. Seiring berlakunya Kurikulum 2013 (K13) dan salah satu kompetensi intinya menilai sikap terhadap nilai-nilai ketuhanan, maka pihaknya mengajarkan tentang manasik haji. Dalam memberikan pengalaman praktik langsung, lanjut Alimufi, diharapkan siswa dapat mengamalkan salah satu rukun Islam itu jika suatu saat diajak keluarga ibadah haji. “Latihan manasik haji ini dilaksanakan penuh sesuai rukun haji, supaya mereka paham tahapannya,” ungkap dosen Fisika ini. Alimufi merinci, siswa TK Labschool yang mengikuti kegiatan manasik haji sebanyak 68 anak, SD Labschool

MANASIK HAJI: Siswa-siswi Labschool Unesa mengikuti kegiatan manasik haji yang di­se­ lenggarakan dalam rangka.

sebanyak 380 siswa, SMP Labschool Unesa Ketintang sebanyak 185 siswa. Kemudian 12 siswa Labschool Unesa Kawung dan 150 guru dan karyawan. Totalnya 795 siswa dan guru. Tahapan kegiatan manasik haji dimulai dengan memakai pakaian ihram hadi dari miqat. Kemudian siswa diminta mensimulasikan perjalanan ke Arafah dan melakukan salat dua rakaat. Selanjutnya, mereka melanjutkan perjalanan ke muzdalifah untuk mengambil kerikil. Rukun haji dilanjutkan dengan menuju mina untuk Mabit dan melempar Jumrah di Jamarat. Dilanjutkan perjalanan ke Ka’bah untuk melakukan thawaf wajib hingga melakukan sa’i dari Shafa ke Marwah, tahallul dan terakhir thawaf wada’. “Ini juga ada kaitannya dengan peringatan hari Raya Idul Kurban 1436 H. Momen ini kami anggap penting dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa,” pungkas Alimufi. n(ARM)

Majalah Unesa

Direktur Labschool Unesa, Alimufi Arief menjelaskan, selama ini pem­belajaran Agama Islam lebih banyak teori dibandingkan praktik. Seiring berlakunya Kurikulum 2013 (K13) dan salah satu kompetensi intinya menilai sikap terhadap nilai-nilai ketuhanan, maka pihaknya mengajarkan tentang manasik haji.”

ALIMUFI ARIF

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

29


KABAR PRESTASI

INSPIRATIF: Kinanten Dwi Azima saat ditemui di The Avenue Java Paragon Hotel.

Kinanten Dwi Azima

Tak Hanya Bisa Percantik Diri

M

asak memasak memang dunia perempuan. Tapi nyatanya sangat sedikit perempuan yang bisa jadi koki di sebuah rumah makan. Dari yang sedikit itu, Kinanten Dwi Azima merasa bersyukur bisa mendapat kesempatan tersebut. Diakui anak kedua dari tiga bersaudara ini, masak memang kesukaannya sejak kecil. Karena itu pula, gadis yang akrab disapa Kinan ini kemudian memperdalam keterampilan memasaknya dengan kuliah di D3 Jurusan Tata Boga Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Lewat pendidikan formal itu dia berharap tak hanya menguasai masakan rumahan, tetapi juga beragam jenis masakan lain. Saat masih kuliah, untuk memenuhi tugas akhirnya, Kinan bangga bisa meracik kulit manggis jadi permen jeli.

30

“Pasti senanglah, karena bisa mendaur ulang limbah jadi makanan bergizi. Manfaat kulit manggis ini kan dapat sebagai antioksidan,” begitu urainya. Diakui Kinan, semangatnya untuk mendalami ilmu memasak ini tak lepas dari dorongan orang tuanya. “Saya ingin menunjukkan bahwa perempuan tak hanya bisa mempercantik diri. Perempuan itu akan terlihat lebih cantik jika dia terampil masak,” tandasnya. Hal itu ditekankan Kinan, lantaran belakangan banyak perempuan yang tak mau tahu urusan dapur, dan cuma menonjolkan penampilan fisik. “Tantangannya adalah tak semua tangan bisa masak. Karena itu saya ingin mempelajarinya dengan serius,” ucap Kinan yang kini jadi koki di The Avenue Java Paragon Hotel. Menurut Kinan, di rumah dia ter-

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

Majalah Unesa

biasa masak kue. “Kalau pastry bakery itu kan jelas rumusnya. Asal komposisi­ nya sesuai pasti jadi dan enak. Beda dengan kalau kita masak makanan,” ungkap gadis kelahiran Kudus, 16 Januari 1995 ini. Ditanya tentang obsesinya di dunia kuliner, Kinan yang terampil masak Soto Kudus dan Pindang Kerbau ini menegaskan ingin bisnis makanan ringan dari angkringan. Dari usaha ini, penggemar musik pop ini berharap bisa pula memberi lapangan kerja bagi orang lain. “Kalau angkringan kan nggak harus saya yang jualan. Saya hanya menyi­ apkan makanan yang akan disajikan buat konsumen, sedang yang jual orang lain,” tutur Kinan yang sering memanfaatkan waktu luangnya di hari Minggu untuk jalan-jalan bareng kakaknya.n (ARM)


RESENSI BUKU

P

emirsa di tanah air pasti tidak asing lagi dengan program Kick Andy di sebuah stasiun televisi swasta. Tayangan tersebut berhasil menjadi salah satu program favorit bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Kisah-kisah heroik, edukatif, inspiratif, penuh pengorbanan, dan identik dengan semangat tinggi dari para narasumber yang diundang menjadi daya tarik tersendiri dalam Kick Andy. Berbeda dengan programprogram talkshow lainnya yang kerap mengundang tamu dari kalangan pesohor, Kick Andy justru kerap menghadirkan mereka yang tergolong ”bukan siapa-siapa” tapi memiliki kiprah yang luar biasa. Di tengah membanjirnya tayangantayangan yang tidak mendidik di banyak stasiun TV tanah air, program tersebut ibarat oase di tengah-tengah kegersangan moral dan kemerosotan akhlak. Buku biografi Andy Noya ini, sebagaimana diutarakan Jacob Oetama, mirip dengan kisah-kisah inspiratif yang ia pandu dalam acara Kick Andy. Passionnya selama bertahun-tahun bagi Andy adalah lentera kehidupan. Tak jarang narasumber dalam program Kick Andy merupakan orangorang pinggiran (marginal), penyandang cacat fisik (difabel), bahkan survival penyakit mematikan. Namun, mereka tak canggung berbagi semangat hidup, kreativitas dan kompetensi di bidang tertentu, serta menghasilkan kinerja nyata yang jauh dari ingarbingar pemberitaan. Melulu kearifan, sifat rendah hati, semangat hidup, sikap pantang menyerah, kerja keras, pengorbanan, dan kejujuran yang mewarnai tayangan Kick Andy. Berkat kemasan prima yang disiapkan tim Kick Andy di belakang layar, pertanyaan-pertanyaan yang menghunjam di satu kesempatan dan di kesempatan lain terbang tinggi, penonton tidak hanya memperoleh informasi dan pengetahuan, tetapi juga merasakan hati dan naluri kemanusiaannya. Mengutip Jacob Oetama, berkat dipanggungkan Kick Andy, yang nothing menjadi something, yang nobody menjadi anybody, dan yang mustahil menjadi mungkin. Maka, tidaklah mengherankan apabila acara Kick Andy selalu ditunggu banyak

Judul Buku : Andy Noya, Kisah Hidupku Penulis : Robert Adhi K.S.P. dan Andy Noya Penerbit : Kompas, 2015 Tebal : 418 Peresensi : Eko Prasetyo

MAKNA

PERJUANGAN

HIDUP

penonton dan menyabet rating iklan tinggi. Sebuah kesuksesan paduan kerja idealistik dan bisnis dalam industri media. Kehidupan Andy Noya sendiri penuh liku dan warna. Ia dibesarkan dalam keluarga yang broken home dan kesulitan ekonomi. Hal itu diakuinya dalam Bagian 2: Hidup Serba Kekurangan. Masa kecilnya dijalani di Surabaya bersama kakak dan ibunya. Karena kondisi ekonomi yang semakin berat, rumah utamanya dikontrakkan. Sementara Andy dan dua kakaknya serta ibunya mengungsi di ruang sebelahnya yang sempit berukuran 3 x 4 meter. Karena keadaan yang tak memungkinkan, dua kakak Andy, yakni Gaby dan Yoke, dititipkan di panti asuhan, sementara Andy yang masih kecil tetap ikut ibunya (hal. 35). Kenakalan khas anak kecil juga tak luput dari sifat Andy. Bahkan, ia pernah terlibat usaha yang menjurus kriminal saat berteman dengan geng tiga bersaudara saat tinggal di Jalan Cisadane, Surabaya. Misalnya,

Majalah Unesa

menggasak ubi talas, singkong, dan pisang milik warga lain (hal. 75). Karena ”bergabung” dengan geng tiga bersaudara tersebut, kenakalan Andy semakin menjadi-jadi. Hingga suatu hari ia dan beberapa anggota geng menyatroni sebuah rumah yang sudah mereka incar beberapa hari sebelumnya. Nahas, aksi Andy dan kawan-kawannya dipergoki pemilik rumah. Andy ditembak dengan senapan angin oleh si pemilik rumah. Betis Andy terluka dan mengucurkan darah. Ia akhirnya mampu kabur. Tak heran, akibat kenakalannya itu, ia diramalkan akan menjadi penjahat oleh kedua kakaknya (hal. 82). Sebuah titik balik terjadi ketika Andy pindah ke Malang dan bersekolah di SD Sang Timur, Jalan Bandung, Kota Malang. Di sana ia bertemu gurunya, Ibu Ana, yang kelak punya peran besar dalam kehidupan Andy Noya. Andy yang selalu menjadi bintang di kelasnya suatu saat diminta Ibu Ana mengikuti kompetisi antarbintang kelas. Andy bersikeras menolak karena tak punya persiapan. Namun, ia dipaksa Ibu Ana dengan alasan nilainya paling tinggi. Bisa ditebak, karena kurang persiapan dan kerap absen, Andy gagal dalam kompetisi itu. Namun, Ibu Ana justru memeluknya. ”Kamu tidak usah bersedih. Kamu anak pandai, Andy. Kamu punya talenta dalam menulis. Kalau kamu kembangkan, suatu hari kamu bisa jadi wartawan,” ujar Ibu Ana. Kata-katanya waktu itu membuat Andy menyadari akan potensinya (hal. 122). Potensi yang membuat dia bisa menjadi salah satu jurnalis terbaik di Grafitipers milik Tempo, majalah Matra, Media Indonesia, Seputar Indonesia, dan Metro TV. Andy membuktikan bahwa dirinya punya potensi sebagai jurnalis hebat: tajam mengajukan pertanyaan, menukik dalam tetapi kadang terbang tinggi, unik, lucu, tapi eloknya tak membuat sakit hati. Jati diri sebagai wartawan dan kegiatan jurnalistik yang cenderung berpihak pada underdogs, terpinggirkan, miskin, dan berkekurangan begitu menonjol. Ia mampu menampilkan sosok dan kisah inspiratif manusia dan apa saja di balik peristiwanya. Buku Andy Noya, Kisah Hidupku ini mengajak pembaca untuk menempatkan passion sebagai lentera kehidupan manusia. Sebuah refleksi akan makna perjuangan hidup. n

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

31


TIPS

SEHAT

5 OLAHRAGA

TINGKATKAN PERFORMA PELAJAR - KARYAWAN

O

lahraga tak sekadar bermanfaat membentuk tubuh yang indah, dan langsing. Olahraga juga bermanfaat untuk kesehatan mental (pikiran, otak). Mental yang sehat membuat seorang siswa maupun karyawan bisa lebih waspada, dan cepat merespons sesuatu. Dampaknya, berdasarkan hasil penelitian, kesehatan mental ini membuat prestasi akademik dan performa karyawan di kantor semakin baik. Individu yang aktif secara fisik cenderung memiliki mental yang lebih baik, dan aktif dalam kehidupan rutin sehari-hari. Lalu, olahraga apa yang bisa meningkatkan kesehatan mental? Berikut lima olahraga menyenangkan, dan bermanfaat untuk kesehatan mental dikutip dari referencepoint: BERENANG Renang adalah olahraga yang bermanfaat membantu membangun ketahanan dan kekuatan otot dan kardiovaskular. Olahraga ini membantu menjaga berat badan yang tepat, dan juga berkontribusi membuat jantung dan paru sehat. Selain itu, berenang membuat otot-otot makin kencang. TENIS Tenis membantu mempertahankan tubuh memiliki tingkat energi yang tinggi. Ini membangun kekuatan kaki dan kemampuan tubuh untuk bergerak cepat. Selain itu, tenis meningkatkan kepadatan tulang dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Tak kalah penting, tenis meningkatkan fleksibilitas , dan koordinasi mata-tangan pada seseorang. Manfaat lain dari bermain tenis adalah mengembangkan disiplin, dan etos kerja yang kuat.

32

SEPAK BOLA Olahraga sepak bola bermanfaat meningkatkan stamina tubuh secara umum. Ini meningkatkan kekuatan otot dan memiliki efek menurunkan lemak tubuh. Sepak bola juga meningkatkan kekuatan tulang. Hal ini memungkinkan peningkatan kecakapan kognitif individu. Selain itu, sebagai olahraga yang dilakukan secara grup (tim), sepak bola meningkatkan kerja sama individu dalam suatu tim, meningkatkan kepercayaan diri, dan berbagi dengan orang lain. Sepak bola juga meningkatkan kemampuan aerobik pada manusia. BASKET Basket adalah salah satu olahraga populer di kalangan anak muda. Olahraga ini hampir membakar 750 kalori per jam. Ini membantu mengembangkan konsentrasi dan menjadi pemain dalam suatu tim. Ini adalah olahraga yang dapat dinikmati oleh anak-anak dari berbagai usia. Hal ini dapat dimainkan oleh seluruh kelompok umur. Selain membakar kalori, basket juga membantu seseorang lebih mampu bekerja dalam tim, bersosialisasi. Tak heran bila basket dikenal luas di sekolahsekolah. BASEBALL Olahraga ini termasuk olahraga populer, dan membakar kalori dalam jumlah tinggi.

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

Majalah Unesa

Baseball membantu membangun kekuatan tubuh bagian atas dan juga mengembangkan kekuatan otot kaki. Olahraga ini membakar hingga 365 kalori dalam satu jam latihan. Baseball dapat dimainkan dan dipraktikkan di mana-mana dan di setiap musim. Olahraga ini menuntut koordinasi tangan, mata, dan membantu keterampilan kognitif, dan meningkatkan kesehatan mental individu. n(arm)


TIPS SEHAT

Buah Dan Sayuran

Berdiri 6 Jam Per Hari Kurangi Risiko Diabetes

BANTU JAGA B BERAT BADAN S ebuah studi berdasarkan survei dari Cornel Food and Brand Lab di Amerika Serikat mengungkapkan buah, sereal dan granola dipilih sebagai menu sarapan oleh orang-orang yang mampu menjaga berat badan. Dikutip dari DailyMail, kebiasaan sarapan tersebut didukung dengan mengonsumsi salad untuk makan siang. daging ayam untuk kategori daging-dagingan, dan selalu menyertakan sayur dalam makan malam. Dari 147 orang yang memiliki rerata Body Mass Index (BMI) yakni 21,7, sepuluh di antaranya merupakan vegetarian. Sementara itu, seperlimanya menyampaikan salah satu kunci dari tubuh ideal ialah tidak megonsumsi alkohol.

Berikut rincian hasil survei tersebut: • 61% memilih daging ayam • 7% vegetarian • 19% tidak meminum alkohol • 35% memakan salad setiap harinya • 63% memakan sayur untuk makan malam setiap harinya • 46% memakan buah sebagai sarapannya • 31% memakan telur untuk sarapan • 39% menjadikan buah untuk cemilan • 20% memakan kacang-kacangan sebagai cemilan • 35% tidak meminum soft drink • 33% meminum diet soft drink • 10% meminum soft drink .n (ARM)

Majalah Unesa

erdiri sekitar enam jam per hari bisa me­nurunkan risiko obesitas hingga 32 persen, demikian hasil sebuah pe­nelitian dalam jurnal Mayo Clinic Proceedings. Tim peneliti yang diketuai Kerem Shuval dari American Cancer Society mengukur secara objektif risiko obesitas dan risiko metabolik pada lebih dari 7.000 orang dewasa, pada 2010 dan 2015. Hubungan antara waktu berdiri dan obesitas diukur melalui tiga hal yakni, indeks massa tubuh, persentase lemak tubuh dan lingkar pinggang. Hasil studi menemukan, para laki-laki yang berdiri enam jam per hari berkurang risiko terkena obesitas (yang diukur dari persentase lemak tubuh) sekitar 32 persen. Kemudian, jika mereka menambahkan waktu berdiri menjadi 12 jam per hari, maka risiko terkena obesita turun menjadi 59 persen. Namun, berdiri lebih 18 jam tak berhubungan dengan penurunan risiko obesitas. Sementara pada perempuan, berdiri 6 jam bisa menurukan risiko obesitas 35 persen. Jika waktu berdiri ditambahkan menjadi 12 jam dan 18 jam, maka risiko obesitas semakin turun menjadi 47 persen dan 57 persen, demikian Indian Express. n(ARM)

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

33


CATATAN LINTAS

MELEBIHUTAMAKAN Literasi Teks Oleh Much Khoiri

B

udaya literasi sudah saatnya kan dan visual. Ada kitab Negarakkanuragan, menjaga kesaktian, dibangkitkan (kembali)— ertagama dan Serat Pararaton, memelakukan ritual semedi, menjamas baik literasi visual maupun mang, namun itu hanya karya-karya keris pusaka, dan sebagainya. literasi teks. Meski demikipara pujangga yang sangat kecil Lebih jauh, andaikata Gajah Mada an, untuk saat ini, budaya literasi teks jumlahnya dibandingkan jumlah menulis memoar, hal-hal yang sifatagaknya perlu lebih diutamakan, penduduk Majapahit kala itu yang nya personal, sosial, dan politis bisa mengingat bahwa literasi visual, luas wilayahnya melebihi Indonesia dikaji dan dipetik inspirasinya. Itu termasuk melimpahnya exposure bumasa kini. jauh lebih lengkap daripada pengdaya yang menjejali indera audio-viBayangkan, andaikata Gajah Mada gal-penggal kisah hidupnya yang sual kita, telah membuat literasi teks sendiri (lewat keteladanan) menulis didistorsi ke dalam kalimat-kalimat kita sempoyongan dan tak berdaya. memoar, pasti lebih banyak fakta buku sejarah, termasuk di dalam Setiap menit kita dan anak-anak dan pengalaman yang dia abadiNagarakretagama atau Serat Parakita disuguhi program-program kan—mulai masa kecilnya di desa raton.Lewat memoarnya, andaikata media televisi dan medsos (media Mada, meniti karir sebagai prajurit, ada, dia menyediakan bukti-bukti sosial) yang (tanpa suplementer untuk disadari) telah mefakta sejarah yang numpulkan—jika sutelah didistorsi itu. Namun, begitulah, Gajah Mada juga manusia— dah ada—ketajaman Ya, andaikata Gasama dengan Plato, Aristoteles, dan para budaya literasi teks jah Mada menulis filsuf Athena (Yunani). Bedanya, filsuf-filsuf kita. Jika kita dan memoar, kita bisa anak-anak kita sumengkaji impianmenuliskan apa yang dialami dan direnungkan, dah suka membaca impiannya, strategi sedangkan Gajah Mada tidak. dan/atau menulis, meraih impian, dan kehadiran media TV sikapnya saat impian dan medsos kerap diraih. Namun, begimenggerogoti kebiasaan mulia menjadi komandan bhayangkara tulah, Gajah Mada juga manusia— itu. Karena itu, melebihutamakan (pasukan elit kerajaan), hingga sama dengan Plato, Aristoteles, dan pembudayaan literasi teks perlu menjabat mahapatih (perdana menpara filsuf Athena (Yunani). Bedanya, direnungkan untuk penerapannya. teri) untuk Tribhuana Tunggadewi filsuf-filsuf menuliskan apa yang diSetidaknya, sebuah “keseimbangan” (Kencana Wungu) dan Hayam Wuruk, alami dan direnungkan, sedangkan eksistensi dan perkembangan antara dengan Sumpah Palapa-nya. Gajah Mada tidak. Karena tak ada keduanya haruslah tercapai, sebagai Untuk semua itu, Gajah Mada buku memoar, kita tak bisa mentarget awal. pastilah orang sakti. Mustahil di dalami dan mengambil inspirasi dari Sejarah telah mengajarkan tenmasa itu orang yang tak sakti bisa pemikiran Gajah Mada. Hebatnya tang hal ini. Sebagai contoh, Gadjah menjabat mahapatih, terlebih begitu Gajah Mada tak bisa kita warisi lewat Mada, dalam dua periode menjabat “arogan” (lewat Sumpah Palapa) akan pengkajian literasi teks. n Mahapatih kerajaan Majapahit, menaklukkan berbagai wilayah lain (Email: much_choiri@yahoo.com) dapat dipastikan telah menjalankan ke pangkuan Majapahit. Andaikata gerakan literasinya—namun tentu ada memoarnya, kita mungkin bisa lebih menitikberatkan literasi tindamenelisik bagaimana dia melatih

34

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

Majalah Unesa




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.