Majalah Unesa 86

Page 1



WARNA REDAKSI Unesa senantiasa didekatkan dengan kata guru, tentu, perkembangan kualitas guru juga menjadi tanggung jawab Unesa. Tanggung jawab itu tidak saja hanya sampai sang calon guru diwisuda melainkan sampai guru tersebut berkiprah di dunia nyata.

J

ika seseorang menyebut kata guru, salah satu memori yang ada di pikiran orang itu bisa jadi kata Unesa. Guru dan Unesa teramat dekat, sedekat air dengan sungai, tulisan dengan buku,cdan anggota badan dengan pakaian. Kedekatan itu memunyai kisah yang sangat panjang karena Unesa merupakan wadah yang memunyai kewenangan melahirkan sosok guru sekolah. Sebaliknya, guru sekolah harus memunyai syarat minimal yakni berijazah kampus LPTK. Jadi, guru itu ada yang berasal dari Unesa. Unesa itu turut melahirkan guru di Indonesia. Oleh karena Unesa senantiasa didekatkan dengan kata guru, tentu, perkembangan kualitas guru juga menjadi tanggung jawab Unesa. Tanggung jawab itu tidak saja hanya sampai sang calon guru diwisuda melainkan sampai guru tersebut berkiprah di dunia nyata. Unesa memang memunyai kepedulian terhadap jatuh bangunnya guru di lapangan. Bukti tanggung jawab tersebut berupa penyelenggaraan pelatihan bagi guru, baik yang baru diangkat maupun yang sudah lawas. Ikatan moral guru hasil polesan Unesa harus senantiasa terjaga melalui paguyuban alumni, musyawarah guru, dan dialog yang harus sering dilaksanakan. Ikatan moral itu pada suatu ketika akan memberikan asupan

Oleh Suyatno

peningkatan kualitas bagi guru. Unesa akan lebih bermakna bagi guru jika ikatan moral itu dijaga dengan berbagai agenda yang menguntungkan bagi kredibilitas guru. Pada akhirnya, pendidikan di Indonesia akan maju. Selama ini, memang kualitas guru tidak merata. Kualitas guru masih compang-camping baik di

GURU DAN

UNESA kota maupun di daerah terpencil. Hal tersebut dapat dirunut dari hasil Uji Kompetensi Guru yang baru saja dilakukan. Hasil uji itu berpuncak di angka 50 dari skor tertinggi 100. Tentu, hasil itu menunjukkan pentingnya perhatian yang berlebih untuk ditujukan kepada guru. Unesa sebagai kawan dekat guru akan lebih elok jika senantiasa membantu guru untuk terus meningkatkan skor UKG melalui aksi nyata. Totalitas dalam menyentuh kawan guru diperlukan meskipun sebenarnya mereka sudah alumni. Sentuhan itu harus tersistem, terpadu, dan tepat ke sasaran problematika yang dihadapi para guru. Senyampang itu, pola penyiapan guru bagi calon guru yang

Majalah Unesa

masih mahasiswa perlu mendapatkan kajian mendalam agar lulusan kelak lebih banyak diperhitungkan. Pola perkuliahan yang inovatif, mendalam, dan membentuk pribadi guru lebih diperlukan daripada pola kuliah yang sekadar memindahkan ilmu. Guru itu sosok fungsional yang memerlukan pembiasaan dan praktik konkret. Penerapan keilmuan mendidik dan mengajar perlu disajikan secara konkret dan praktik langsung yang berdimensi kejiwaan sosok guru. Oleh karena itu, perkuliahan antara mahasiswa keguruan dengan ilmu murni harus tampak berbeda dalam kemasannya. Guru yang di lapangan jangan sampai kehilangan pegangan dan anutan. Unesa pada konteks tersebut dapat mengambil peran sebagai pegangan dan anutan para guru. Menu demi menu yang kreatif perlu diolah dengan cantik melalui aksi pembelajaran nyata yang mampu diikuti oleh guru. Unesa harus menebar senyum kepada semua guru. Senyum yang ditebar adalah kemantapan profesi guru. Guru dan Unesa sangat dekat, sedekat air dengan sungai, tulisan dengan buku,cdan anggota badan dengan pakaian. Itulah ibarat yang tepat untuk memaknai kausalitas guru dan Unesa. Unesa sangat siap untuk menguatkan guru agar gembira dalam mengajar dan mendidik. Bravo guru dan Unesa, Unesa dan Guru. n

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

3


DAFTAR RUBRIK

26

13

09

EDISI OKTOBER 2015 18

Edisi Ini

03

GURU DAN UNESA Unesa senantiasa didekatkan de­ngan kata guru, tentu, perkembangan kualitas guru juga menjadi tanggung jawab Unesa.

05

PERAN UNESA DALAM HASILKAN GURU BERMUTU

Kualitas guru tentu sangat berhubungan dengan peran kampus yang menyelenggarakan LPTK. Sebab, salah satu tugas penting LPTK adalah menyiapkan calon guru Indonesia yang berkualitas.

11

KUALITAS GURU MELALUI PPPG DAN SM-3T

18

Kualitas guru saat ini belum menunjukkan citra yang seharusnya. Data dari Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan, kualitas guru masih dianggap belum sesuai harapan. Kondisi itu, tentu saja mengundang keprihatinan banyak kalangan. Salah satunya, Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, Direktur P3G Unesa.

14

20

33

Oleh Dwi Imroatu Julaikah

Agung Putu Iskandar

Kesepian Bikin Cepat Meninggal

UPGRADING DOSEN

INSPIRASI ALUMNI

TIPS KESEHATAN

Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 86 Tahun XVI - Oktober 2015 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor) PENASIHAT: Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (PR I), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (PR III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB: Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (PR II) PEMIMPIN REDAKSI: Dr. Suyatno, M.Pd REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto, M. Wahyu Utomo, Bayu DN REPORTER: Lina Rosyidah, Syaiful Rahman, Yusuf Nur Rohman, Lina Mezalina, Ulil, Fitro Kurniadi, AnnisaI lma, Andini Okta, Sandi, Rizal, Murbi, Diyanti, Mahmud, Umi Khabibah, Suryo, Danang, Emir, Khusnul, Mutya FOTOGRAFER: Huda, A. Gilang P., Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT: Arman, Basir, Wahyu Rukmo S ADMINISTRASI: Supi’ah, S.E., Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI: Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124, Fax (031) 8280804

4

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

“

Gedung PPPG Unesa sebagai kampus pembinaan guru profesional di bidangnya.

PERAN UNESA

DALAM HASILKAN

GURU BERMUTU

Setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang baik dalam rangka mewujudkan kecerdasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Begitu salah satu amanat konstitusi yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945. Untuk menunjang itu, konstitusi juga mengamanatkan agar pemerintah mengalokasikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN dan APBD . Ini menunjukkan bahwa sektor pendidikan menjadi hal yang sangat penting dan prioritas dalam pembangunan nasional. Bagaimana peran Unesa sebagai salah satu kampus LPTK?

Majalah Unesa

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

5


LAPORAN

UTAMA

GURU MASA DEPAN: Para mahasiswa PPPG Unesa siap diterjunkan menjadi guru di seluruh pelosak Indonesia.

PERAN PENTING GURU

B

esarnya alokasi anggaran pendidikan tentu menjadi oase positif bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. Melalui alokasi pembiayaan yang sangat besar itu, tentu harus diimbangi dengan perbaikan kualitas pendidikan yang tercermin pada meningkatnya kualitas guru, semakin maju dan berkembangnya sarana prasarana pendidikan, meningkatnya kesejahteraan guru, dan semakin terjangkaunya akses buku dan lain sebagainya. Hasil akhir dari semua itu adalah pendidikan di Indonesia semakin baik dengan kualitas guruguru yang bermutu dan profesional. Tak dapat dipungkiri, guru memegang peran penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sebab, setiap hari, merekalah yang

6

berinteraksi langsung dengan para siswa melalui proses pembelajaran. Nah, salah satu penentu kualitas pendidikan yang utama terletak pada proses belajar mengajar di sekolah. Dalam proses belajar tersebut, guru tidak saja berfungsi mentransfer ilmu, tetapi mereka adalah kreator dalam proses belajar mengajar, sehingga diperlukan kreativitas dalam mengembangkan suasana belajar di sekolah. Pada titik ini, guru sungguh merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan yang perannya harus benar-benar diperhatikan secara serius. Karena begitu pentingnya peran guru, maka syarat pentingnya adalah memiliki pendidik-pendidik professional dan bermutu. Sebab, tinggi rendahnya mutu hasil belajar siswa sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mengajar. Apabila guru memiliki kemampuan mengajar yang baik, maka akan membawa dampak peningkatan iklim belajar mengajar yang baik pula. Untuk meningkatkan kualitas guru, sejatinya, pemerintah (baca: negara) telah melakukan upaya dengan berbagai persyaratan bagi seorang

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

Majalah Unesa

guru. Dalam UU nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, disebutkan bahwa standar minimal kualifikasi guru adalah S1 atau D-IV. Upaya tersebut merupakan langkah pemerintah dalam rangka menyiapkan SDM yang berkualitas. Meskipun guru memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan, namun bukan berarti semua menjadi tanggung jawab guru, orang tua dan masyarakat juga memiliki peran besar untuk ikut berpartisipasi dalam mewujudkan kualitas pendidikan yang lebih baik. Peran Penting LPTK Kualitas guru tentu sangat berhubungan dengan peran kampus yang menyelenggarakan LPTK. Sebab, salah satu tugas penting LPTK adalah menyiapkan calon guru Indonesia yang berkualitas. Artinya, lulusan guru yang dihasilkan haruslah mereka yang dapat mendidik dan mengajar dengan baik dan dibutuhkan masyarakat. Untuk menghasilkan guru yang berkualitas, sejumlah persyaratan harus dipenuhi LPTK agar proses pendidikan calon guru berjalan dengan baik dan sesuai dengan standar yang


LAPORAN UTAMA dipersyaratkan. Sarana dan prasarana belajar di LPTK harus memenuhi standar minimal pendidikan calon guru. Didukung dengan kecukupan dosen yang bermutu, yang mampu menerjemahkan dan melaksanakan kurikulum perkuliahan dengan baik, serta dukungan masyarakat dan semua unsur yang terkait dengan proses penyiapan guru. Setidaknya, lulusan LPTK yang akan menjadi guru harus menguasai ketiga komponen trilogi profesi yakni, (1) komponen dasar keilmuan, (2) komponen substansi profesi, dan (3) komponen praktik profesi. Komponen

dasar keilmuan merupakan substansi bidang ilmu yang akan menjadi mata ajar yang dibina selama menjadi guru mata pelajaran. Keilmuan tersebut harus dikuasai dengan baik oleh setiap calon guru. Jika tidak menguasai, seharusnya tidak lolos menjadi calon guru. Sementara komponen substansi profesi merupakan ilmu keguruan yang antara lain berisi pedagogi, dedaktik dan metodik khusus mengajar, psikologi perkembangan dan sebagainya. Setiap calon guru harus menguasai keilmuan ini, agar dapat memberikan pelayanan mengajar dengan baik. Sedangkan

KUALITAS: Para guru antre mengikuti pelatihan dan peningkatan mutu pembelajaran demi profesionalitas guru.

PENDIDIKAN PROFESI GURU

P

endidikan profesi guru (PPG) lahir sebagai kritik positif dari penyelenggaraan akta mengajar bagi para guru, yang dianggap oleh beberapa kalangan masih kurang sesuai harapan. Sekalipun masih banyak pihak yang menilai bahwa akta mengajar sebenarnya sangat memadai. Namun apapun, perdebatan tidak akan menyelesaikan persoalan. Dibutuhkan respon yang cepat LPTK untuk menjawab semua permasalahan

tersebut. LPTK sepakat bahwa pendidikan profesi diberikan secara lengkap kepada semua calon guru. Namun ada hal yang perlu dicermati dari berbagai statement para pengambil kebijakan terhadap pendidikan profesi ini, karena banyak pejabat pendidikan yang ‘berkuasa’ mengambil kebijakan, sebenarnya bukan pelaku pendidikan guru dan juga bukan guru, bukan juga ilmuwan keguruan. Misalnya soal akta mengajar, yang dikatakan ‘tidak

Majalah Unesa

komponen pratik profesi berkaitan dengan performa mengajar di depan kelas. Para calon guru harus mengalami banyak praktik mengajar di kelas sebelum benar-benar menjadi guru di kelas. Unesa, sebagai salah satu kampus LPTK, tentu memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Oleh karenanya, Unesa juga harus berupaya maksimal agar lulusan LPTK Unesa mampu menjadi guru-guru yang bermutu dan profesional. n(SIR)

memadai’ untuk membuat guru profesional. Masalahnya sebenarnya ada pada pengawasan yang kurang cermat terhadap pelaksanaan akta mengajar yang dilakukan oleh LPTK tertentu. Begitu banyaknya LPTK, sehingga pemerintah sangat sulit mengendalikan kegiatannya yang ‘tidak sesuai’. Misalnya ada pernyataan pejabat bahwa PPG akan diberikan kepada lulusan S1 selama satu semester. Bagaimana mungkin? Jumlah SKS yang dipatok pemerintah adalah 36 sks. Untuk menempuh kuliah sebanyak 36 sks dibutuhkan waktu minimal 2 semester, dan ditambah waktu untuk praktek mengajar. Pernyataan seperti itu yang harus dicermati. Ini akan terulang lagi dalam pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG), kalau pengambil kebijakan tidak cermat dan tidak menguasai benar subtansi PPG tersebut. Oleh karena itu, LPTK negeri akan mengawal secara ketat pelaksanan PPG secara nasional. LPTK negeri rata-rata memiliki pengalaman puluhan tahun dalam mengelola dan mendidik para calon guru yang saat ini tersebar di semua sekolah di Indonesia. Namun demikian akan lebih baik LPTK bersama para stakeholder lainnya dan seluruh masyarakat mengawal bersama pendidikan guru di Indonesia, agar tidak menjadi lahan bisnis oleh sekelompok orang yang ingin memetik keuntungan di situasi seperti sekarang ini.

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

7


LAPORAN

UTAMA

PPGJ:

MENUJU GURU PROFESIONAL

S

alah satu syarat menjadi guru profesional sebagaimana yang diamanatkan UndangUndang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 82 adalah guru harus memiliki kualifikasi akademik dan sertifikat pendidik. Jika dulu proses sertifikasi guru melalui portofolio dan PLPG, mulai tahun 2015 pemerolehan sertifikat pendidik bagi guru dalam jabatan yang memenuhi persyaratan dilakukan melalui PPGJ.

Pola Sertifikasi Guru terbagi dalam dua kelompok, yaitu Pola Sertifikasi Guru Dalam Jabatan dan Pola Sertifikasi Guru Pra Jabatan. Pola sertifikasi guru dalam jabatan diberlakukan bagi guru yang mengajar antara tahun 2006-2015. Sedangkan bagi guru yang mengajar mulai tahun 2016 dilaksanakan melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG) Pra Jabatan (PPG PGSD Berasrama, PPG Basic Science, dan SM-3T (PPG SM-3T). Program Pendidikan Profesi Guru bagi guru dalam Jabatan atau PPGJ adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan guru agar menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga dapat memperoleh sertifikat pendidik sebagaimana termaktub dalam Permendiknas Nomor 9

Tahun 2009 tentang PPG Dalam Jabatan. PPGJ merupakan salah satu upaya peningkatan mutu guru yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan pada satuan pendidikan formal secara berkelanjutan sebagaimana amanat Permendikbud Nomor 73 Tahun 2013 tentang Penerapan KKNI Sertifikasi guru melalui PPGJ. Sertifikasi guru melalui PPGJ memiliki setidaknya tiga tujuan penting. Pertama, untuk menghasilkan guru yang memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran. Kedua, mampu menindaklanjuti hasil penilaian dengan melakukan pembimbingan, dan pelatihan peserta didik. Ketiga, mampu melakukan penelitian dan mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan. (SIR/BERBAGAI SUMBER)

Prof. Muchlas Samani, M.Pd, Konsultan Pendidikan & Mantan Rektor

TERAPKAN POLA PENDIDIKAN MILLENNIUM

Prof. Muchlas Samani, M.Pd

A

nalogi itulah, yang digambarkan Prof. Muchlas Samani, mantan rektor Unesa, yang juga dikenal sebagai konsultan pendidikan terkait perkembangan pola pendidikan dan belajar saat ini. Muchlas menjelaskan bahwa perubahan itu bisa dilihat dengan jelas bahwa untuk belajar apapun bisa lewat internet karena internet sudah berperan sebagai guru yang bisa memberikan pemahaman terhadap materi yang dipelajari seseorang. Dikatakan Muchlas, sekarang

8

Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang, maka pola pemikiran manusia pun ikut berkembang. Dulu, ketika hendak berpergian, manusia harus berjalan kaki atau naik kuda sehingga membutuhkan waktu berhari-hari untuk sampai ke tempat tujuan. Namun, kini, dengan perkembangan zaman dan teknologi, orang yang ingin berpergian dari satu tempat ke tempat lain, cukup dengan naik motor, mobil atau pesawat. Sehingga, jarak sejauh apapun hanya cukup ditempuh dalam waktu singkat. ini masa kritis dunia pendidikan di Indonesia. Kalau mau jeli memahami, pasti akan diketahui bahwa pola pendidikan di Indonesia saat ini perlu perubahan yang nyata. Sebab, saat ini sudah eranya digital, di lapangan banyak orang yang menggunakan smartphone. Mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas, bahkan dari anak kecil hingga dewasa sudah bisa menggunakan teknologi digital tersebut. “Perubahan pendidikan yang dimaksud adalah perubahan pada pola pengajaran, penerapan

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

Majalah Unesa

kurikulum yang menyesuaikan dengan era saat ini sehingga diharapkan tercipta anak-anak yang cerdas tidak hanya pada bidangnya namun anak-anak bisa menentukan apa sebenarnya ilmu atau pengetahuaan atau bakat yang dimiliki. Perlu dipahami bahwa bidang pekerjaan saat ini banyak sekali ragamnya apalagi orang dengan latar belakang bidang yang tidak sesuai dengan pekerjaannya bisa masuk dan sukses. Contohnya, anak jurusan Elektro, mereka tidak dengan bidang seharusnya tetapi dia justru


LAPORAN UTAMA

Pendidikan itu, hakikatnya adalah menyiapakan anakanak untuk bisa sukses menghadapi hidup.

menguasai jurnalis padahal itu bukan bidang kuliah yang mereka geluti,” ujar Prof. Muchlas. Muchlas yang juga dosen dan pengamat dunia pendidikan ini menuturkan, era pendidikan saat ini sudah sangat jauh berkembang. Hal itu bisa dilihat di masyarakat bahwa perpaduan pola dan kreatif sangat diperlukan. Muchlas mencontohkan di blog inibudi.org yang beberapa hari lalu sempat membuka. Ternyata, di situ banyak disajikan materi pelajaran mulai tingkat SD, SMP dan SMA dengan kemasan modern melalui video sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi lebih praktis dan menarik bagi siswa, juga menjadi lebih mudah dipahami materi pelajaran karena disajikan dalam visualisasi video. Selain itu, melalui dunia maya tersebut, semua materi pelajaran bisa diakses dimanapun dan kapanpun. “Dari sini, kita bisa pahami bahwa konsep belajar perlahan berubah, tidak perlu kita jauh-jauh datang ke sekolah atau malah kita tidak perlu seorang guru kalau melalui internet kita bisa belajar segala hal,” paparnya. Diskusi Via Internet Muchlas mengakui, dulu ia pernah menerapkan pola diskusi melalui internet untuk kegiatan rapat atau mengontrol pekerjaan di kantor. Ketika ia berada di luar negeri, ia memanfaatkan aplikasi paper list office sehingga kegiatan kirim surat atau

berdiskusi jadi lebih praktis dan efisien. “Dengan sistem itu, saya bisa bekerja di luar, namun pekerjaan di kantor masih bisa saya pantau,” ujar Muchlas. Baginya, kurikulum saat ini sudah tidak cocok bila diterapkan apa adanya. Sebab, kurikulum yang digunakan saat ini adalah konsep racikan pola pindidikan masa lalu, yang mungkin cocok pada masa itu namun tidak cocok untuk saat ini. Kurikulum saat ini, lanjut Muchlas, mungkin perlu sedikit diperbaiki dan dikembangkan mengikuti perkembangan zaman dengan tidak mengubah esensi dari pendidikan, dimana pendidikan hakikatnya adalah menyiapkan anakanak untuk bisa sukses menghadapi kehidupannya. “Pendidikan itu, hakikatnya adalah menyiapkan anak-anak untuk bisa sukses menghadapi hidup, namun permasalahannya sekarang adalah bagaimana menyiapkan pola pendidikan yang bisa mengikuti perkembangan zaman,” papar Muchlas. Ada pengalaman menarik yang dikemukan Muchlas. Di luar negeri, ada sertifikat ISCO untuk programer (isp) yang diperuntukan bagi orang-orang yang memiliki kemampuan di bidang programmer. Sertifikat tersebut setara dengan S1. Yang menjadi pertanyaan, untuk bisa menjadi programmer, ternyata tidak perlu kuliah karena dengan modal (isp), kemampuan tersebut sudah disetarakan dangan

Majalah Unesa

anak S1. Lebih lanjut, Muchlas mengatakan bahwa penerapan K13 (Kurikulum 2013), sebenarnya sudah terlambat. Menurutnya, semestinya penerapan K13 itu sudah dimulai sejak 10 tahun lalu karena esensi dari K13 adalah memberi tekanan kepada proses. Anak-anak diajarkan untuk mengumpulkan informasi secara mandiri seperti observasi atau melakukan penelitian sehingga mereka bisa mencari jawaban dari sebuah persoalan yang mereka hadapi secara nyata. Model tersebut sangat efektif karena siswa menemukan jawaban tidak berdasarkan informasi dari guru yang esensinya adalah katanya atau kata ibu guru. “Hakikatnya, hidup itu terus belajar sehingga pendidikan itu tujuannya adalah menyiapkan orang untuk belajar lebih cepat. Jika kita tidak mengikut informasi maka akan tertinggal,” tegas Muchlas. Oleh karena itu, Muchlas menegaskan bahwa Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK) seperti Unesa yang bergerak di bidang pendidikan, harus bergerak lebih cepat dan memikirkan pola pendidikan yang cocok saat ini seperti apa. Salah satunya, tentu saja dengan pemanfaatan teknologi secara nyata untuk meningkatkan kualitas pendidikan agar lebih baik, lebih fresh dan bermutu.n (SANDI)

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

9


LAPORAN

UTAMA

Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd., Direktur PPPG Unesa

10

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA Kualitas guru saat ini belum menunjukkan citra yang seharusnya. Data dari Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan, kualitas guru masih dianggap belum sesuai harapan. Kondisi itu, tentu saja mengundang keprihatinan banyak kalangan. Salah satunya, Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, Direktur P3G Unesa.

S

ebagai akademisi sekaligus dosen yang mengajar para calon guru, Luthfiyah merasa prihatin dengan kondisi tersebut. Padahal, guru sejatinya bukan hanya sebagai profesi yang melulu memikirkan soal kuantitas, tetapi guru harus memiliki kualitas yang memadai. Namun, kenyataannya, kualitas guru

berkualitas, yaitu kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. Jika guru menguasai keempat hal tersebut, barulah ia layak disebut guru berkualitas. “Guru tidak hanya dituntut menguasai bidang studi yang diajarkan, namun juga harus mampu menjawab bagaimana

PROF LUTHFIYAH NURLAELA, DIREKTUR PPPG UNESA

KUALITAS GURU MELALUI P3G DAN SM-3T mulai dari sebelum kemerdekaan hingga 70 tahun Indonesia merdeka, belum menunjukkan peningkatan kualitas yang berarti. “Masalah kualitas tersebut tidak hanya menyangkut kompetensi profesional guru, namun juga kompetensi yang lain. Berbagai berita di media juga kerap menyajikan informasi yang memprihatinkan terkait dengan kualitas guru, baik dari segi profesionalitasnya maupun dari segi sikap dan perilakunya yang tidak mencerminkan, bahkan tidak layak, sebagai seorang guru”, ungkap direktur PPPG Unesa tersebut. Lantas, seperti apa kriteria guru yang memiliki citra dan kualitas. Menurut Luthfi, ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yang

mengajarkannya pada anak didik,” terang dosen yang hobi travelling writer itu. Seorang guru, lanjut Luthfiyah, juga harus mengenali karakteristik setiap peserta didik dan mampu membangun hubungan yang baik dengan peserta didik, teman sejawat, orang tua, stakeholder pendidikan, dan juga masyarakat luas. Sebab, guru adalah tauladan tentang kecerdasan, ketangguhan, kejujuran, dan ketakwaan. “Itulah seharusnya citra seorang guru yang sekaligus menggambarkan kualitasnya,” tandasnya. Andalkan P3G & SM-3T Lalu, bagaimana Unesa, sebagai lembaga pencetak guru, dalam

Majalah Unesa

meyoroti hal ini? Menurut dosen tata boga ini, Unesa telah menjadi salah satu LPTK yang ditunjuk Dikti/ Riset Dikti sebagai penyelenggara program SM-3T dan program PPG. Kedua program tersebut merupakan upaya Unesa untuk ikut serta dalam meningkatkan kualitas guru. Program SM-3T dan PPPG merupakan program yang sangat penting dalam upaya menyiapkan guru profesional di masa depan, sekaligus membantu percepatan pembangunan di daerah 3T. Unesa sebagai penanggung jawab program tersebut, telah berusaha mengelola dengan sebaik mungkin, dengan mengedepankan kualitas, transparansi, dan akuntabilitas. Pembangunan komunikasi yang baik dengan kabupaten-kabupaten yang menjadi daerah penugasan peserta program SM-3T juga telah dilaksanakan melalui kerja sama dengan prodi penyelenggara, fakultas, dan pimpinan Unesa. “Unesa telah meluluskan sekitar 400 calon guru yang bersertifikat sebagai guru profesional, dan sebagian dari mereka bahkan kembali ke daerah 3T sebagai Guru Garis Depan (GGD),” jelasnya. Selain program SM-3T dan PPG, Unesa tidak lepas pantau terhadap kualitas calon lulusannya. Kurikulum Unesa telah diperbaharui, dengan mengakomodasi berbagai hal, antara lain berorientasi KKNI serta mempertimbangkan kemajuan dan perkembangan tuntutan kompetensi abad ke-21. “Tantangan saat ini begitu berat, karena kita sedang menyiapkan generasi yang akan mengambil peran penting di masa Indonesia emas yang segera menjelang. Akhir tahun 2015 ini kita memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean, dan pernyataan penting kita adalah ‘sudah siapkah kita, guru-guru kita, dunia pendidikan kita?’ jawabannya masih sangat debatable. Namun, yang jelas, siap tidak siap, kita harus siap,” ujar dosen pengajar prodi PKK Fakultas Teknik itu. Konsekuensinya adalah dosen harus terus menerus meningkatkan diri baik melalui pendidikan lanjut

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

11


LAPORAN

UTAMA

maupun melalui berbagai program peningkatan kompetensi, di dalam maupun di luar negeri. Pihak Unesa harus membangun jejaring dengan banyak pihak, pemerintah, industri, dan stakeholder pendidikan yang lain, juga membantu jaringan kerja sama dengan berbagai institusi. “Kompetisi begitu ketat, barang dan sumber daya manusia akan bebas keluar masuk masuk negara kita. Bila kita tidak mempersiapkan diri, maka kita akan hanya menjadi objek dan penonton saja. Dosen haruslah pandai dalam membekali diri, dengan demikian ia akan mampu membekali mahasiswanya untuk menjadi kompetitif dan kolaboratif, mandiri dan terampil berjejaring, serta berani dan tangguh dalam menyongsong

masa depan,” tambahnya. Meski selama ini Unesa telah menyediakan fasilitas dan program, selalu saja ada kendala dalam penerapannya. Kendala penerapan fasilitas-fasilitas tersebut lebih banyak karena miscommunication, namun tetap bisa diatasi. Satu di antaranya, Unesa terus berbenah diri dengan melakukan pembangunan dan perbaikan fasilitas mulai laboratorium, perpustakaan dan ruang baca, hingga studio. Juga pada kualitas pelayanan administrasi dan program PPPG pun terus ditingkatkan. “Memang masih belum ideal, lebih-lebih bila dibandingkan dengan jumlah mahasiswa yang harus dilayani. Namun, kita yakin, ke depan, kondisi fasilitas yang ideal akan mampu kita

miliki,” tutur Luthfiyah optimis. Sebagai akademisi, Luthfiyah memiliki pandangan menarik terkait perbaikan dan peningkatan kualitas guru, terutama di Unesa. Ia menghimbau kepada sesama dosen dan mahasiswa agar bisa menjadi a learning person. Artinya, setiap orang harus terus menerus belajar. Tidak peduli apakah ia dosen atau mahasiswa. Tuntutan untuk terus belajar itu adalah keniscayaan. Tidak hanya belajar bidang spesialisasi asing-masing, tetapi juga belajar bagaimana membangun kemandirian sekaligus kerja sama, membangun daya saing sekaligus kolaborasi, belajar untuk terus-menerus mencintai ilmu pengetahuan dan memanfaatkannya demi kemaslahatan dunia pendidikan. n (ANNISA ILMA)

DR. EUIS ISMAYATI, M.PD, ANGGOTA TIM PENJAMINAN MUTU

Konsep Pendidikan BERBASIS IT

Indonesia merupakan negara berkembang menuju negara maju. Untuk itu, diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia di segala bidang. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan.

D

r. Euis Ismayati, M.Pd mengatakan, saat ini kurikulum terus menerus diperbaiki dan disempurnakan, terutama untuk pendidikan vokasi. Penyempurnaan kurikulum dilakukan dengan melibatkan stakeholder dari dunia usaha/ industri agar terjadi link and match antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. Selain itu, pemerintah telah berupaya memenuhi fasilitas pembelajaran dengan pengadaan buku ajar dan alat-alat praktek, meskipun belum merata untuk semua sekolah di Indonesia. Peningkatan kualitas guru terus

12

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

menerus ditingkatkan dengan adanya pelatihan-pelatihan, PLPG dan PPG. “Semuanya sedang dalam proses perbaikan dan penyempurnaan,” ujarnya. Dikatakan Euis, pesatnya perkembangan IT sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan. Dengan IT, layanan informasi dapat diperoleh jauh lebih baik dan cepat. Demikian pula pada proses pendidikan di kelas, perkembangan IT bisa menggeser proses belajar mengajar dari konvensional dengan tatap muka menjadi proses belajar mengajar jarak jauh atau dengan e-learning.

Majalah Unesa

Dengan system IT itu, pendidikan di sekolah tidak lagi bergantung pada peran guru dengan mengajar secara tatap muka dengan siswa. Selain itu, guru bukan lagi satu-satunya sumber pengetahuan, tetapi guru lebih cenderung menjadi mediator dan fasilitator. Dosen Jurusan Teknik Elektro ini menjelaskan, melakukan pembelajaran e-learning dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, pengajar memberikan petunjuk pada peserta didik (secara konvensional) untuk mengakses dari internet bahan ajar atau materi lainnya untuk


LAPORAN UTAMA keperluan pembelajaran. Kedua, proses pembelajarannya dilakukan dengan berbantuan internet. Penggunaan IT dalam pendidikan, tentu akan berpengaruh terhadap pengguna maupun lingkungan sosial. Tak hanya pengaruh positif saja, melainkan pengaruh negatif juga berdampak pada pendidikan. Plus Minus Pembelajaran Berbasis IT Menurut dosen lulusan S3 Teknologi Pembelajaran UM ini, dampak positif penggunaan teknologi IT dapat membantu dalam proses pembelajaran peserta didik dan pengajar. Sedangkan penggunaan internet sebagai media sosial merupakan media komunikasi yang sangat efektif. Penggunaan IT dapat meningkatkan keakraban komunikasi antara pengajar dan peserta didik, membangun komunikasi antara institusi dengan peserta didik, pengajar, orang tua, dan lingkungan sosial. Selain itu, dapat meningkatkan proses pembelajaran, mengembangkan cara berpikir, wawasan dan kreativitas dan peserta didik sebagai pengguna IT. Tak hanya dampak positif saja, penggunaan IT dalam dunia pendidikan juga memiliki dampak negatif. Menurut Euis, dengan kemajuan teknologi dan informasi dapat menjadikan segala sesuatu menjadi instan. Segala data yang diperlukan akan dengan mudah dicari, mengakibatkan malas untuk melakukan dengan sabar secara manual. Jika terdapat tugas yang harus dilakukan dengan mudah dan cepat, maka bisa dengan cara copy paste saja sehingga terjadi kecurangan-kecurangan dalam penyelesaian tugas rumah, atau terjadi plagiatisme dalam skripsi, tesis, dan sebagainya. “Selain itu, dengan terbiasanya menekan huruf-

huruf pada keyboard komputer, menjadikan seseorang menjadi malas menulis dan mengakibatkan keterampilan menulis menurun,” paparnya. Menurut Euis, dengan adanya IT, proses pendidikan dan pembelajaran di Unesa sudah cukup meningkat. Hampir semua proses pembelajaran menggunakan media power point. “Sepengetahuan saya, khususnya di Fakultas Teknik, sebagian besar para dosen dalam proses pembelajarannya sudah menggunakan metode e-learning dan metode lainnya yang memanfaatkan IT. Saat ini, pelayanan akses internet untuk mahasiswa, dosen, dan bagian administrasi sudah cukup baik,” ungkapnya. Dosen yang menjabat sebagai Kasublab Pengukuran Listrik ini menambahkan, untuk mempermudah mahasiswa dan dosen dalam proses perkuliahan, penyusunan atau bimbingan skripsi, dan lan-lain, mungkin perlu ditingkatkan layanan IT

pada setiap jurusan atau prodi di lingkungan Unesa. Artinya, pada setiap jurusan atau prodi, harus menyediakan satu set komputer (atau lebih sesuai dengan yang diperlukan) yang dapat digunakan langsung oleh mahasiswa untuk mencari data yang diperlukan. Dimana, komputer tersebut telah memiliki database tentang judul-judul skripsi mahasiswa, jadwal kuliah, akses dengan dosen pembimbing dan dosen penasehat. “Harapannya semua dosen dan mahasiswa dapat memanfaatkan IT dengan baik untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran. Diharapkan, semua mahasiswa dapat meningkatkan dan mengembangkan keterampilan di bidang masing-masing dengan berbasis IT, sehingga dapat menghasilkan produk yang dapat dijual dan dapat dijadikan sebagai modal kerja,” pungkas dosen yang menjadi anggota tim gugus penjaminan mutu FT Unesa. n (KHUSNUL)

Dr. Euis Ismayati, M.Pd

Majalah Unesa

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

13


SEPUTAR

UNESA

KEBERSAMAAAN: Akrab bersama teman-teman lintas prodi/jurusan dalam kegiatan upgrading dosen (muda) Unesa di Prigen.

KEBERSAMAAN ITU ADA DI ANTARA KAMI Dari Kegiatan Upgrading Dosen (Muda), di Prigen 12 - 30 OKTOBER 2015 Oleh Dwi Imroatu Julaikah

Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi salah satu hal yang utama dalam pengembangan Unesa ke depan. Peningkatan SDM menjadi agenda yang secara berkala dan terus menerus akan dilakukan, baik melalui jalur pendidikan formal (studi lanjut) maupun melalui pelatihan-pelatihan di berbagai bidang. Salah satu pelatihan yang dilakukan adalah peningkatan dan pendalaman kemampuan Bahasa Inggris bagi dosen di selingkung Unesa, Kali ini sasarannya adalah dosen muda. Penguasaan bahasa Bahasa Inggris yang baik dan mumpuni akan membantu dosen dalam mengembangkan diri dalam bidang akademis, seperti untuk pengembangan ilmu, maupun persiapan bagi dosen yang berencana studi lanjut, khususnya ke luar negeri.

14

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

Majalah Unesa


A

walnya saya mendapatkan berita tentang kegiatan upgrading dosen itu pekan pertama Oktober 2015. Melalui sebuah surat undangan yang ditanda tangani oleh Pembantu Rektor 1 Unesa, Ibu Dr. Yuni Sri Rahayu. Saat itu, kami dikumpulkan di aula rektorat lantai 3 Gedung Unesa kampus Ketintang. Tujuannya adalah menerima informasi secara detail tentang kegiatan tersebut. Dari situlah saya memahami bahwa ada kegiatan upgrading dosen dalam rangka peningkatan kualitas akademis dosen, terutama untuk dosen muda. Kali ini kegiatannya dilakukan dalam rangka peningkatan penguasaan bahasa Ingris menggandeng Pusat Bahasa (Pusba) Unesa. Kegiatan ini dikemas sebagai IELT Preparation Prigen Batch 2. Dalam pertemuan itu, juga dijelaskan oleh Ibu Yuni, begitu panggilan beliau, bahwa salah satu latar belakang kegiatan ini adalah perlunya penguasaan Bahasa inggris yang baik bagi para dosen (muda). Baik di lingkungan akademis untuk pengembangan ilmu maupun kegiatan persiapan untuk studi lanjut, sehingga kemampuan Bahasa Inggris yang baik mutlak dikuasai. Begitulah kiranya informasi yang saya tangkap melalui kegiatan tersebut. Bagi saya, ini adalah sebuah kesempatan yang tentu sayang untuk dilewatkan begitu saja. Dalam kurun kurang lebih tiga minggu, mulai tanggal 12 0ktober 2015 sampai 30 Oktober 2015 itu pula kami mencoba memperdalam pengetahuan Bahasa Inggris, intensif bersama beberapa pengajar

SEPUTAR UNESA yang mumpuni di bidang itu. Harapannya, setelah melalui kegiatan ini, kami memiliki bekal pengetahuan Bahasa Inggris yang mumpuni dan terukur. Misalnya saja terukur dengan tes-tes Bahasa Inggris yang berstandar internasional, seperti tes IELTS atau Toefl dll. Selama hampir tiga minggu kami menjalani kegiatan ini. Bersama teman dosen yang berasal dari berbagai program studi dan fakultas yang berbeda di Unesa. Mereka juga berasal dari latar belakang disiplin ilmu yang berbeda pula. Kegiatan ini bermuatan tentang berbagai materi yang berorientasi pada peningkatan dan pendalaman Bahasa Inggris. Meliputi empat keterampilan bahasa yaitu, writing (menulis), listening (mendengar), reading (membaca) dan speaking (berbicara). Dikawal oleh para pengajar yang memiliki kompetensi yang sangat tak perlu diragukan lagi di bidangnya. Kegiatan peningkatan kemampuan Bahasa Ingris bagi dosen (muda) ini terbagi dalam 2 gelombang, masing masing terdiri atas 30 peserta. Periode pertama dilaksanakan mulai 12 - 30 Oktober 2015. Dan periode kedua dilaksanakan mulai 19 Oktober 2015 sampai 6 November 2015. Durasi pelaksanaan kegiatan, dilakukan kurang lebih delapan jam setiap harinya. Dilaksanakan hari Senin sampai Jumat. Saya bersama dengan tiga puluh dosen lainnya berada di gelombang pertama. Banyak pengalaman yang kami dapatkan selama kegiatan tersebut. Pertama adalah pengalaman akademis berkaitan bagaimana cara

KOMPAK: Para dosen peserta upgrading bersama pemateri saat di Hotel Tanjung Prigen. Kekompakan terpelihara dari awal sampai akhir.

meningkatkan Bahasa Inggris kami. Pengalaman kedua adalah pengalaman non akademis. Pengalaman non akademis ini juga tak kalah mengesankan. Bergaul dengan teman-teman secara intensif selama tiga minggu, dengan latar belakang kami yang berbeda sungguh sangat mengasyikkan. Perbedaaan dari berbagai disiplin ilmu, berbagai latar belakang prodi-jurusan, dan fakultas membuat kami bisa saling bertukar pikiran, berdiskusi mulai topik ringan sampai topik yang serius. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan. Pengalaman Akademis Dalam kegiatan peningkatan kemampuan Bahasa Inggris ini, ada banyak informasi yang berguna untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris kami agar dapat melalui bandscore tertentu. Dalam kompetensi menulis, kami diajarkan bagaimana menulis yang baik, dari sisi bentuk, gaya dan sebagainya. Juga dibahas

Majalah Unesa

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

15


SEPUTAR UNESA SEJUK: Kegiatan upgrading dosen muda yang dilakukan di Prigen juga sangat didukung oleh suasana pembelajaran yang nyaman.

tentang jenis tulisan, struktur bangun suatu karangan, berbagai jenis latihan menulis maupun tips and trick untuk menghasikan produk tulisan yang baik. Begitu pula untuk tiga keterampilan yang lain, juga dibahas hal yang sama. Bersama dengan tiga puluh orang dalam satu gelombang, kami menikmati kegiatan ini selama delapan jam perhari. Kesempatan ini membuat kami memiliki waktu untuk berdiskusi dengan teman lain. Baik di dalam kelas maupun di luar kelas, di sela jeda kegiatan yang kami lakukan. Uji nyali juga kami lakukan dengan cara menggunakan Bahasa Ingris di ajang pelatihan, maupun di kegiatan lain seperti saat coffee break. Meskipun belepotan, itulah seninya, indahnya belajar bersama Pengalaman Non Akademis Selain pengalaman akademis, pertemuan kami selama hampir lima belas hari dari berbagai teman yang berasal dari berbagai fakultas dan prodi membuat kami memiliki ajang untuk mengakrabkan diri bersama teman tersebut. Kebanyakan

16

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

dari kami, memang berstatus dosen muda yang energik penuh semangat. Meskipun bersama sebagai satu keluarga Unesa, dalam wadah satu instansi, terkadang kami tidak mengenal satu dengan lainnya. Keberadaan kampus kami yang memiliki beberapa lokasi kampus menjadi salah satu penyebabnya. Sebagian dari kami bertugas mengajar di Kampus Unesa Ketintang, kampus Unesa Lidah Wetan, dan sebagaian lagi di kampus Teratai. Ajang ketemuan seperti ini membuat kami banyak belajar, banyak memperoleh informasi akademis, juga banyak mendapatkan inspirasi dari teman yang lain. Semangat, kebersamaan dan motivasi yang tinggi untuk mengembangkan ilmu adalah hal yang luar biasa di sini. Semuanya itu ke depan pada akhirnya untuk Unesa tercinta. Coffee break di sela kegiatan dan berbagai kesempatan lain juga menjadi ajang menambah keakraban bersama di sela padatnya acara. Berdiskusi tentang berbagai topik akademis, keluarga juga menjadi topik dalam kegiatan

Majalah Unesa

ini. Kebersamaan ini layaknya seperti saudara, meskipun di tengah kehangatan suasana persaudaraan, kami kehilangan salah satu teman kami karena sakit. Kehilangan pak Des membuat kami juga terkejut. Meskipun beberapa dari kami baru mengenal pak Des dalam waktu yang tidak lama, tak urung kepergian pak Des membuat kami merasa kehilangan. Baik pengalaman akademik maupun pengalaman non yang kami alami, ini merupakan oleh-oleh yang luar biasa dari kegiatan upgrading dosen-dosen di Prigen kali ini. Terakhir, berharap kegiatan ini bisa memberikan manfaat buat kami sebagai individu dalam bidang akademis. Dan pada akhirnya dapat memberikan manfaat juga untuk lembaga, buat Unesa. Terima kasih juga buat Unesa, Bu Yuni untuk kesempatanya. Penulis adalah dosen di Prodi Pendidikan Bahasa Jerman Unesa


SEPUTAR UNESA

Artis Jepang Meriahkan

JAPAN POP CULTURE UNESA

tak hanya bandband indie yang menjadi guest star di JPC ini, tapi juga penyanyi sekaligus aktor Jepang, Hiroaki Kato yang menjadi guest star utama di JPC tahun ini.

BUDAYA JEPANG: Mahasiswa Unesa mengenakan busana khas Jepang sebagai bagian dari event tahunan Japan Pop Culture (JPC) Unesa.

A

cara tahunan Japan Pop Culture (JPC) Unesa­ memang tidak pernah absen digelar. Pada 24-25 Oktober lalu, JPC cukup sukses menarik pengunjung maupun peserta lomba untuk berbondong-bondong hadir di acara yang diselenggarakan Unesa ini. Lomba-lomba yang banyak dan seru tak henti-hentinya menghipnotis para pengunjung untuk selalu siap nongkrong di depan panggung. Apalagi stand-stand jualan dan komunitas yang banyak serta meriah juga tak pernah sepi. Banyak pengunjung harus rela mengantre untuk sekadar melihat-lihat pameran. Tak hanya itu, ada yang sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. JPC Unesa tahun ini mengundang salah satu artis dari Jepang, Hiroaki Kato. Pada Sabtu, ada lima lomba tingkat SMA. Mereka adalah lomba cerdas cermat, roudoku (membaca cepat), shodo (kaligrafi), kakikikitori (mendengarkan

dan menulis), dan lomba benron taikai (pidato). Walaupun kelima lomba ini seputar Jepang dan berbahasa Jepang, tapi tak sedikit siswa-siswi SMA yang ingin menang. Misalnya saja siswa-siswi dari SMA Negeri Model Terpadu Bojonegoro. Tak hanya kelima lomba SMA yang diikuti, tapi lomba umum pun mereka ikuti. Meskipun persiapan hanya 2-3 minggu, tapi setidaknya mereka bisa meraih juara 2 pada lomba benron taikai. “Persiapannya sebentar sih, tapi kita sudah menyiapkan dengan semaksimal,” ujar Dwi Retno Ningrum, salah satu siswa SMA Negeri Model Terpadu Bojonegoro yang mengikuti lomba cerdas cermat. Setelah lomba-lomba SMA yang diadakan di pagi hingga siang hari, sore hari Hiroaki Kato datang pada sesi meet and greet, satu hari sebelum penampilan dirinya. Dengan berbahasa Indonesia yang lancar, Hiroaki sangat senang bisa hadir di JPC Unesa tahun ini. Artis

Majalah Unesa

penyuka rawon ini sempat menyanyikan beberapa lagu untuk para pengunjung. Mereka pun sempat latihan bernyanyi bersama sebelum lagu-lagu itu ditampilkan oleh penyanyi yang sempat kuliah di jurusan sastra bahasa Indonesia itu. Lomba-lomba yang diadakan pada Minggu, seperti lomba cosplay, dance cover, parade band, karaoke, tabetaikai (makan cepat), desain karakter, dan desain manga (komik) menarik lebih banyak pengunjung daripada sebelumnya. Tak hanya lomba-lomba umum, tapi ada juga acara pemilihan Miss JPC, workshop make up cosplay, penampilan dari dorama kurabu (UKM drama bahasa Jepang), sakura odori (tarian sakura), dan obake yashiki (rumah hantu). Kendati acara ini hanya dipersiapkan dalam waktu 3 bulan, tapi dengan promosi yang sangat gencar dan penyusunan acara yang maksimal acara ini dapat dinilai sukses. Para panitia memang sempat kewalahan karena kekurangan dana. Namun, karena acara ini adalah acara tahunan dan selalu tak sepi dari pengunjung, masih banyak sponsor yang membantu. Ditambah lagi, tak hanya band-band indie yang menjadi guest star di JPC ini, tapi juga penyanyi sekaligus aktor Jepang, Hiroaki Kato yang menjadi guest star utama di JPC tahun ini. “Kami ingin sekali memberikan sesuatu yang berbeda untuk tahun ini sekaligus percobaan apakah acara ini cukup bagus untuk didanai oleh pihak kampus atau tidak,” ujar Reza, ketua panitia JPC Unesa. n(CIKITA)

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

17


LENSA UNESA

Menteri Agraria

Hadiri Wisuda ke-54

Unesa

enteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/ Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN), Ferry Mursidan Baldan berkesempatan hadir pada acara Wisuda Program Diploma, Sarjana dan Pascasarjana ke-84 Unesa. Di hadapan para wisudawan, mantan anggota Komisi II DPR RI itu berpesan agar para wisudawan menghadirkan optimisme, terus belajar, berani menghadapi tantangan yang terus berkembang dan bersikap profesional. Selain itu, para wisudawan juga harus berterima kasih kepada orang tua, dosen dan guru besar yang telah memberikan ilmu kepada mereka. (WAHYU)

18

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

Majalah Unesa


LENSA UNESA

UPACARA

HARI KESAKTIAN PANCASILA CIVITAS akademika Unesa, menyelenggarakan upacara dalam rangka memperingati Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2015. Upacara yang berlangsung di halaman gedung rektorat Unesa Ketintang ini berlangsung khidmat dengan inspektur upacara Pembantu Rektor II Unesa, Drs. Tri Wrahatnala, M.Pd, M.T. Upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila ini dilakukan untuk meneguhkan Pancasila sebagai rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. (WAHYU) INSPEKTUR: Pembantu Rektor 2 Unesa, Drs. Tri Wrahatnala, M.Pd menjadi inspektur upacara upacara Hari Kesaktian Pancasila (ATAS). DEKANAT: Para dekan dan pejabat se-lingkungan Unesa tampak khidmat mengikuti upacara Hari Kesaktian Pancasila (BAWAH).

Majalah Unesa

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

19


INSPIRASI

ALUMNI

Agung Putu Iskandar KONSISTENSI

di Jalur Jurnalistik Hidup itu membutuhkan perjuangan. Sebuah perjuangan membutuhkan proses. Proses itulah yang mengiringi setiap jejak kehidupan. Kutipan itulah yang menjadi awal perjalanan Agung Putu Iskandar. Alumni Unesa kelahiran Lamongan yang sukses menapaki karier di dunia jurnalistik, yang kemudian mendirikan website www.maknews.id bersama kawankawan idealisnya..

20

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

Majalah Unesa


INSPIRASI ALUMNI

A

gung, demikian panggilan akrabnya menekuni jurnalistik sejak lulus S1 Sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Dengan modal tekad dan passion, ia memantapkan niat untuk terjun di dunia media massa. Namun, bukan persoalan mudah untuk merealisasikan itu. Ia sempat mengalami kegundahan atas pilihannya yang ingin terjun sebagai wartawan itu lantaran orang tuanya nampaknya kurang setuju dengan hal itu. Seperti kebanyakan orang tua pada umumnya, Agung lebih didambakan menjadi PNS yang dianggap paling jelas masa depannya. “Kalau kamu memilih menjadi wartawan, nasibmu akan tidak jelas,” tutur Agung mengingat-ingat omongan ibunya tersebut. Namun, keinginan yang kuat mendorong Agung tetap pada pendiriannya, yakni menjadi seorang jurnalis. Ia yakin di dunia media massa itulah passion yang cocok buat dirinya. Maka, serangkaian prosespun ia jalani demi sebuah asa menjadi seorang wartawan. Tak butuh waktu lama, Agung pun berhasil memenuhi keinginannya menjadi salah seorang jurnalis di sebuah harian ternama di Indonesia. Sadar akan pilihan dan resiko menjadi jurnalis, Agung mendedikasikan sepenuhnya tenaga dan pikirannya di jurnalis. Tantangan kerja di dunia jurnalis, ternyata begitu amat berat. Ia tidak saja berhadapan dengan situasi dan peristiwa yang enak-enak saja, tetapi peristiwa-peristiwa penting dan cukup membahayakan kerap ia jalani. Namun, semua tantangan itu, dapat ia atasi karena memang sudah memiliki tekad bulat bekerja di dunia jurnalistik. “Dulu, saya tidak membayangkan kalau bekerja di media massa itu hanya bisa libur sehari saja selama 1 seminggu. Namun, karena saya memang ingin dan berniat menjadi wartawan, hal seperti itu bukan menjadi kendala. Dalam bekerja jangan sekadar kerja saja, tetapi harus ada kecintaan atau passion,” ujarnya. Awal-awal menjadi jurnalis, Agung mendapatkan posisi di berita Kota. Karena peristiwa bisa terjadi setiap saat, Agung pun harus rajin mendengarkan radio untuk bisa secepat mungkin mendapat akses informasi. Baginya, kecepatan

informasi menjadi hal yang sangat penting bagi seorang jurnalis. Dedikasi sebagai seorang jurnalis, dibuktikan Agung tatkala saat hari libur kerja, terjadi puting beliung di Surabaya. Kala itu, teman-teman Agung sudah ada di kantor karena sudah waktu malam hari. Akhirnya, meski libur, pria dengan panggilan Aga ini memutuskan berangkat ke lokasi terjadinya puting beliung tersebut. “Profesi wartawan itu sama seperti profesi dokter, harus siap bertugas 24 jam nonstop,” paparnya. Liputan Dalam & Luar Negeri Meski baru setahun berkerja, potensi yang dimiliki Agung menarik perhatian para pimpinan redaksi. Ia pun naik kelas, dan

Dalam rapat redaksi, ia mengusulkan peliputan ke Ujung Kulon soal konservasi Badak Bercula satu. Ada pengalaman yang berkesan saat liputan feature di Ujung Kulon. Saat itu, Agung harus melewati area yang tidak bisa diakses melalui jalan darat, dan harus lewat sungai karena jalannya rusak. Selama perjalanan, Agung cukup terenyuh melihat kondisi hasil bumi masyarakat yang sangat melimpah, namun tidak bisa dimanfaatkan dengan baik karena akses jalan yang tidak memungkinkan. “Semua hasil bumi bila memasuki musim panen akan menjadi sampah karena sulitnya akses jalan untuk mengangkut hasil bumi tersebut,” jelasnya. Selain kenyang dengan tugas-tugas NARASUMBER: Tak selamanya pemburu berita. Kadang Agung pun harus menjadi objek berita oleh media lain.

mendapat tantangan baru untuk melakukan liputan-liputan di Jakarta. Selama di Jakarta, Agung mulai menemukan ritme Melihat fenomena di Jakarta yang banyak media online maupun media cetak yang lebih menekankan ke arah berita Straight News atau berita “langsung”, Agung pun memiliki inisiatif untuk menjadi wartawan Feature, karena wartawan Feature jarang dan memiliki ciri khas tersendiri dalam tulisannya.

Majalah Unesa

liputan di luar negeri, Agung juga mendapat kepercayaan untuk bertugas di luar negeri. Tercatat, sudah tujuh negara pernah ia jelajahi. Di antara sekian penugasan ke luar negeri itu, yang paling berkesan adalah saat bertugas di dua event, yakni piala dunia di Bazil tahun 2014 dan Piala Eropa (EURO) tahun 2012 di Ukraina dan Polandia. Yang menarik, setiap kali ada liputan ke luar negeri, Agung seperti cul-culan

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

21


INSPIRASI

ALUMNI

MELANGLANG BUANA: Agung dapat menikmati berbagai kota di penjuru dunia berkat profesinya sebagai wartawan di sebuah surat kabar ternama.

(dibiarkan sendiri, Red). Saat ke Ukraina, ia sama sekali tidak kenal siapapun. Ia hanya dibekali persiapan administrasi dan akomodasi. Selebihnya, terkait relasi, Agung harus berupaya mencari sendiri. Beruntung, KBRI di Ukrania sangat welcome. Semuanya telah disiapkan oleh KBRI. Begitupun saat ke Brazil, ia pernah ditodong, bahkan nyaris dipukulin oleh penjahat jalanan. Waktu itu, Agung bermaksud keluar penginapan. Mendadak, ia berpapasan dengan dua pemuda yang bertanya jam berapa. Dengan santai, Agung menjawabnya. Kedua pemuda itu, lantas pergi meninggalkannya. Agung sama sekali tak menaruh curiga setelahnya. Namun, ketika Agung berada di jalan agak sepi, tiba-tiba kedua pemuda itu berbalik arah dan kembali menghampiri Agung sembari berbicara dengan bahasa Portugis yang sama sekali tak diketahui Agung. Mendapat serangan mendadak, Agung berupaya melawan. “Ketika saya ditolong orang, malah saya dikasih tahu apabila kita dirampok mending dikasihkan saja, kalau tidak kita akan ditembak,” jelasnya. Insting dalam Jurnalistik Salah satu syarat penting seorang jurnalis adalah memiliki kepekaan dan insting yang baik. Mengenai hal ini, Agung membagikan pengalaman

22

dalam berproses jurnalis. Suatu ketika. Ia mendapat info kalau Din Syamsuddin (Ketum Muhammadiyah, kala itu) bermaksud ingin menjenguk mantan Ketua KPK, Antasari Ashar di Lembaga Permasyarakatan (LP) Tangerang. Saat itu, seluruh wartawan tidak diperkenankan masuk. Yang boleh masuk ke LP, hanya Din Syamsuddin dan rombongannya. Kala itu, seluruh wartawan sudah bersiap-siap dengan perlengkapannya, namun tetap tak diperbolehkan masuk. Insting jurnalis Agung berjalan. Sewaktu mendengar informasi bahwa akan ada rombongan Din Syamsuddin ke LP, Agung sama sekali tak mengenakan atribut wartawan. Ia justru memakai pakaian formal, yakni baju batik dan sepatu fantofel. Sama sekali tidak terlihat sebagai seorang wartawan. Ia hanya membawa kamera poket yang dimasukkan ke saku. Ketika petugas keamanan LP, menahan para wartawan yang hendak masuk, Agung lolos dari hadangan. Waktu itu, ia hanya diam di belakang rombongan Pak Din Syamsuddin, dan berhasil masuk. Keberhasilan Agung masuk ke LP, tentu membuahkan hasil tulisan feature yang menarik. Selain ekslusif, tulisan tersebut pun didapat dari sebuah keberanian yang luar biasa. “Inilah yang saya maksud dengan insting wartawan,” tandasnya. Tak hanya pengalaman saat meliput di LP, saat ajang Piala Eropa (EURO) 2012,

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

Majalah Unesa

ia juga pernah melakukan hal yang sama. Kala itu, Agung berupaya masuk ke dalam stadion untuk wawancara khusus dengan para pemain bintang. Berbekal merchandise berupa gantungan kunci berlogo piala eropa dan kartu pers yang dibawa, Agung menerobos barisan pengamanan yang berlapis. Beberapa penjagaan, ternyata bisa dilalui Agung, hingga akhirnya langkahnya terpaksa berhenti di penjagaan terakhir. Agung tak berkutik karena untuk masuk ke ruang konferensi pers, setiap jurnalis harus mengambil nomor urut dengan menunjukkan ID resmi masing-masing. “Karena sudah tidak mungkin mengelabuhi, saya terpaksa mengundurkan diri untuk masuk dalam ruang konferesni pers,” ungkapnya sambil terkekeh. Dirikan Maknews.id Semua pengalaman hidup sebagai jurnalis, telah dijalani Agung dengan segala pernak pernik dan tantangannya. Segala pengalaman itu, membuat Agung semakin tertantang untuk mengibarkan panji jurnalisme, yang sesuai jalan hidupnya. Maka, dengan pertimbangan yang sangat matang, ia pun memutuskan keluar dari perusahaan media tempatnya bekerja, dan sekaligus mengibarkan namanya di jagat jurnalisme. Pilihan itu, dilakukan Agung karena salah satunya, didorong keinginan untuk mewujudkan impiannya: membuat media dengan ikon khas kota Surabaya. Berbekal jaringan yang dimiliki, Agung pun mulai merintis mimpi tersebut dengan perlahanlahan mengumpulkan teman-teman yang memiliki hobi di bidang industri kreatif. Bagi Agung, Surabaya perlu memiliki media berciri khas Surabaya. Ketika orang membaca tulisan, langsung bisa ditebak bahwa tulisan itu khas orang Surabaya. Mulai dari kosa kata, peribahasa, prokem dan seterusnya. Mimpi itupun berhasil diwujudkan dengan website yang kini dikelolahnya, yakni www.Maknews.id. Di portal itulah, Agung dan beberapa pegiat literasi Surabaya mengkreasikan tulisantulisan dengan gaya khas Suroboro. n (RUDI)


LAPORAN KHUSUS

Kisah-Kisah Inspirati f

WISUDAWAN TERBAIK Wisuda ke-84 Unesa yang dihelat pada Oktober 2015, kembali menempatkan para wisudawan terbaik dari jenjang Pascasarjana (S3 & S2), Strata Satu (S1) dan Diploma (D III). Mereka berhasil menjadi yang terbaik di masing-masing fakultasnya. Ada kisah inspiratif yang mereka tuturkan untuk pembaca. Apa itu?

Majalah Unesa

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

23


LAPORAN

KHUSUS

22 TAHUN

DI BANGKU SEKOLAH Dr. Wahyu Indra Bayu, M.Pd

MEMBANGGAKAN: Dr. Wahyu Indra Bayu, M.Pd saat ujian desertasi S3 di Program Pascasarjana Unesa yang mengantarkannya sebagai lulusan dengan IPK 3,82.

W

ahyu Indra Bayu lahir di Jombang dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang guru sekolah swasta, sedangkan ibunya (alm) membantu berjualan oli dan suku cadang motor di toko sederhana. Ia menikah pada tahun 2011 dengan Khiki Irine Rohana. Dari pernikahan itu, ia dikaruniai dua anak. Wahyu mengawali jenjang pendidikan dasar pada usia 5 tahun. Ia lulus SD tahun 1999, lalu melanjutkan ke SMP Negeri 1 Sumobito. Tahun 2002, ia lulus SMP. Setelah itu, melanjutkan ke SMA Negeri 3 Jombang, dan lulus pada tahun 2005. Selanjutnya, ia mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi melalui jalur PMDK di FIK Unesa. Tahun, 2009 berhasil menyelesaikan S1 dan lmeneruskan kuliah magister di PPs

24

Unesa. Ia lulus Magister Pendidikan Olahraga pada tahun 2011. Tahun 2012, Wahyu mendapat kesempatan melanjutkan studi jenjang S3 melalui program BPPDN di Program Studi S3 Ilmu Keolahragaan PPs Unesa. “Bila diruntut dari awal mengenyam pendidikan, ternyata sudah 22 tahun saya berkecimpung di bangku sekolah,” ujar pria yang berhasil menjadi wisudawan terbaik program S3 dengan IPK 3,82. Wahyu menulis disertasi mengenai pengembangan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kesegaran jasmani peserta didik. Menurutnya, peserta didik tidak boleh hanya memiliki kemampuan psikomotor saja, tetapi juga harus belajar cara menganalisis dan mensintesis sebuah fakta,

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

Majalah Unesa

Model pembelajaran dalam disertasi yang ditulis Wahyu, bisa dikatakan merupakan gabungan antara konsep model pembelajaran IU-071 Inovatif Unesa, konsep Model Pembelajaran TGFU, dan Konsep K-13 yang beberapa waktu lalu diterapkan pada satuan pendidikan.

membandingkan, membedakan, menghasilkan, dan menguji sebuah dugaan (hipotesis) sehingga mampu berpikir secara kritis. “Ketika domain kognitif digali lebih sistematis, banyak peserta didik akan menemukan minat baru dan keingintahuan untuk PJOK. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, model ini merupakan contoh yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran PJOK sesuai dengan materi yang diajarkan. Guru diharapkan dapat memberikan tugas gerak dengan baik dan benar, memberikan feedback tepat sasaran, dan melakukan evaluasi, sehingga peserta didik dapat belajar, bergerak, dan berpikir dalam aktivitas fisik,” terangnya. Model pembelajaran dalam disertasi yang ditulis Wahyu, bisa dikatakan merupakan gabungan antara konsep model pembelajaran IU-07-1 Inovatif Unesa, konsep Model Pembelajaran TGFU, dan Konsep K-13 yang beberapa waktu lalu diterapkan pada satuan pendidikan. Model pembelajaran ini juga memiliki kecenderungan telah mampu menimbulkan situasi pembelajaran yang lebih kondusif dan lebih baik, daripada pembelajaran yang dilakukan sehari-hari. (RUDI)


LAPORAN KHUSUS

REVITALISASI NILAI-NILAI AJARAN KI HAJAR DEWANTARA

Chandra Bagus Nugroho, M. Pd

C

handra Bagus Nugroho atau yang akrab disapa Chandra berhasil menyelesaikan studi S-2 di Program Pascasarjana (PPs) Unesa tetat waktu. Tidak hanya sekadar lulus tepat waktu,lelaki kelahiran Madiun, 16 Mei 1982 itu berhasil menjadi wisudawan terbaik program pascasarjana S2 dengan IPK 3,93. Keberhasilan meraih prestasi itu, menurut Chandra, tak lepas dari peran keluarga. Tanpa dukungan keluarga, mustahil Chandra dapat meraih prestasi tersebut. Selama menjadi mahasiswa di PPs, Chandra terpaksa meninggalkan tugas sebagai guru di SDN Ngreco 6 Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan. Sebagai mahasiswa PPs Unesa melalui Program Peningkatan Kualifikasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dirjen P2TK, status Chandra menjadi mahasiswa tugas belajar. “Jadi, selama kuliah saya meninggalkan pekerjaan dengan SK Tugas Belajar bagi PNS dari Bupati Pacitan no.890/ 13/ 408.47/ 2014,” ujarnya.

Karena latar belakang profesi sebagai guru, ia pun mengangkat judul “Penanaman Karakter Peserta Didik Di Sekolah Dasar Melalui Penerapan Nilai-Nilai Ajaran Sistem Among Ki Hajar Dewantara” dalam tesisnya. Mahasiswa Program Studi S-2 Pendidikan Dasar tersebut menjelaskan mengapa Sistem Among Ki Hajar Dewantara yang dipilih sebagai disertasi. Chandra menganggap ajaran Sistem Among Ki Hajar Dewantara menuntut guru berperan sebagai figur teladan (ing ngarsa sung tuladha), sebagai motivator dan pembimbing bagi perkembangan peserta didik (ing madya mangun karsa), serta sebagai pemberi nasehat dan pengarah manakala peserta didik melakukan pelanggaran (tut wuri handayani). Menurut Chandra, guru merupakan sosok sentral dalam penanaman karakter positif bangsa. Karena itu, penanaman karakter pada usia dini sangat penting. Sebab, kelak 20 tahun lagi anak-anak itulah yang menjadi penerus estafet kepemimpinan negeri ini. Oleh karena itu, penanaman karakter merupakan suatu keniscayaan untuk ditanamkan pada pe serta didik melalui keteladanan dari orang-orang di sekitarnya. Dari hasil penelitian disertasinya, Chandra mendapat kesimpulan bahwa keteladanan guru pada penanaman karakter peserta didik dalam nilai-nilai ajaran Sistem Among Ki Hajar Dewantara secara tegas menyatakan bahwa guru haruslah menjadi teladan dan panutan bagi peserta didiknya dalam penanaman karakter religius, jujur, disiplin dan tanggung jawab. Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian itu, Chandra akan menularkan di tempatnya mengajar, dan SD lain. “Barangkali, ke depan perlu ada revitalisasi mengenai nilai-nilai ajaran Ki Hajar Dewantara,” tambahnya (ULIL)

Majalah Unesa

TERBAIK KARENA PASSION

Dinar Ayu Larasati Yuri putri

A

walnya, Dinar tidak menyangka akan menjadi mahasiswa terbaik DIII Desain grafis. Dia hanya melakukan apa yang terbaik. Mahasiswa Kelahiran Surabaya 12 Desember 1994 ini mengungkapkan bahwa hal yang bisa menjadikannya terbaik karena bidang yang ditekuninya sesuai dengan passion sehingga dia selalu menikmati tugas yang diberikan oleh dosennya. Menurut mahasiswa yang memiliki cita-cita ingin menjadi pengusaha sukses ini menuturkan, a motivasinya untuk terus berkarya selama ini adalah masa lalunya di SMA yang tidak benar-benar menggunakan waktunya dengan baik untuk mengaplikasikan kreativitas secara maksimal. Namun saat kuliah seperti ini yang membuatnya bersyukur bisa berkarya di bidang yang sangat disukainya. Di samping itu, Dinar juga ingin karya-karya yang telah dia buat bisa bermanfaat untuk masyarakat. Khususnya edukasi di Bidang Desain. Mahasiswa peraih IPK 3,73 ini selain berprestasi dalam bidang akademik juga pernah lolos dalam PMW (Pekan Mahasiswa Wirausaha) UNESA dan mendapatkan beasiswa PPA di awal perkuliahan. Dinar juga mendapatkan kesempatan mengikuti acara Wirausaha Muda Mandiri selama seminggu oleh Bank Mandiri untuk karya desain brosur usaha terbaik yang saat itu menghadirkan pengusaha dan artis nasional, namun sungguh disesalkan dia tidak bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. (SURYO)

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

25


LAPORAN

KHUSUS

BERPRESTASI DI AKADEMIK, ORGANISASI MONCER

sehingga bisa diaplikasikan langsung dalam dunia kerja. Semasa kuliah, Ruly tidak hanya mempergunakan waktu hanya untuk akademis saja, melainkan dihabiskan juga untuk non- akademis. Bahkan, prestasi yang diraih dalam bidang non-akademis pantas diacungi jempol karena memegang jabatan penting pada organisasi di jurusan. Raihan prestasi yang didapat Ruli tidak saja membuat dirinya bangga, lebih-lebih kedua orangtuannya juga . “Orang tua merasa bangga karena anaknya mendapatkan predikat tersebut dan berharap ke depan selalu diberikan kelancaran dan kemudahan,” jelas Ruly. (MURBI)

MENGHARGAI PROSES

Ruly Fianti Mala, S.Pd

P

enghargaan wisudawan berprestasi Fakultas Ilmu Pendidikan diraih Ruly Fianti Mala dengan IP 3.75. Mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2011 kelahiran Tulungagung, 19 Desember 1991 itu mengaku tidak menyangka akan memperoleh penghargaan wisudawan terbaik. Ia mengakui perjalanan yang dilalui untuk mencapai hal itu, penuh rintangan. Ia menulis skripsi dengan judul Penyelenggaraan Pembelajaran Kursus Membatik Dalam Meningkatkan Pendapatan Kelompok Wanita Tani di LKP Wasis Unik Probolinggo. Judul skripsi itu dipilih karena pendidikan luar sekolah melalui lembaga kursus merupakan bentuk pendidikan yang mampu membekali masyarakat dalam hal pengetahuan dan keterampilan

26

Irvina Restu Handayani, S.Pd.

R

ekan-rekan sejawat Irvina, di kelas Pendidikan Bahasa Jepang B 2011, mengakui bahwa sosok Irvina Restu Handayani merupakan pribadi yang perfectionist alias serba berusaha mengerjakan

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

Majalah Unesa

sesuatu dengan sempurna baik ketika mengerjakan tugas kelompok, belajar sendiri, atau ketika mengikuti perkuliahan. Selain itu, tak jarang, mahasiswa asal Wonoayu, Sidoarjo itu berperan sebagai pendobrak agar tidak dikerjakan asal-asalan. “Temanteman pernah saya paksa kerja rodi ngerjakan tugas sampai benar-benar yakin itu benar. Kadang kasihan juga sih ke mereka,” jelas perempuan dengan IPK 3.81. Beruntung, sikapnya yang demikian, tidak membuat teman-temannya benci. Justru, teman-temannya malah banyak tertolong dalam memahami pelajaran. “Saya malah dianggap pahlawan di kelas,” candanya. Meski tidak disebut sebagai mahasiswa rajin, sikap perfectionistnya ini setidaknya mencerminkan kesan “mahasiswa rajin” pada diri alumnus SMA Negeri 1 Wonoayu, Sidoarjo itu. Ia mengaku kalau selalu mengikuti pembelajaran secara penuh atau jarang membolos, mewajibkan diri aktif di kelas, mengerjakan tugas dengan sebaikbaiknya, dan mempelajari lagi materi kuliah minimal setiap pulang kuliah di kos atau di waktu lain sekiranya sedang senggang dan mood-nya bagus. Lalu, siapa sangka, gara-gara bersikap seperti itu, gadis kelahiran 11 September 1993 ini bisa memperoleh buah manis berupa predikat sebagai lulusan terbaik di Fakultas Bahasa dan Seni dengan IPK 3.81 pada wisuda ini. Lebih lanjut Vina menambahkan, poin keberhasilannya yang lain adalah adalah sikap menghargai proses belajar. Perempuan asli Sidoarjo itu berencara melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Ia ingin mengambil studi sastra, melanjutkan apa yang pernah ia peroleh selama ini. Dalam skripsinya, Vina menganalisis puisi klasik Jepang dari antologi berjudul Ningen Da Mono, karya Mitsuo Aida. (DANANG)


LAPORAN UTAMA

INSPIRASI HIDUP SEDERHANA

P

Perjuangan tak kenal lelah menjadi kunci utama Winda memperoleh prestasi. Mahasiswa asal Bojonegoro itu pun berhasil mendapatkan IPK 3.31 dan mengantarkan dirinya meraih predikat mahasiswa terbaik dari Fakultas Ilmu Sosial. Ia menulis skripsi berjudul Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. Dulunya, Winda tidak terpikir memilih jurusan Administrasi Negara. Ayahnya secara tidak sengaja mendaftarkannya ke i Unesa untuk mengambil jurusan DIII Adiministrasi Negara. Namun, justru ketidaksengajaan itulah yang mengantarkan gadis kelahiran 22

Kadek Ayu Intan Widyana, A.Md. Maret 1994 itu meraih kesuksesan. Ia menambahkan segala apapun yang ia dapatkan merupakan doa dan ridho orang tua. “Bagi saya, orang tua adalah gerbang sukses untuk seorang anak,” paparnya. Anak pasangan Akhmad Sungaidi dan Setiyawati ini mempunyai

mimpi menjadi seorang manager di salah satu perusahaan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN). “Memang sulit mas, tapi harapan untuk membanggakan kedua orang tua saya sudah bulat, ini salah satu prioritas, bukan hanya angan-angan”, pungkasnya. (WAHYU)

KEMBANGKAN

AGROPOLITAN

B

angga. Itulah kalimat yang terlontar dari Dwikki Rahadian Yudha Wijayanto yang berhasil menjadi wisudawan terbaik FIS Unesa dengan raihan IPK 3.68. Putra pasangan Agung Sudjahyono dan Susasmiati ini mengaku tidak pernah membayangkan mendapatkan predikat tersebut. Mahasiswa prodi S1 Pendidikan Geografi ini menulis skripsi berjudul Evaluasi Kesesuaian Pengembangan Kawasan Agropolitan Untuk Komoditas Kopi pada SKPP 1 di Kabupaten Jombang. Skripsi yang berisi kajian secara geografi program Agropolitan selama 5 tahun ini mengembangkan daerah pedesaan berbasis pertanian yang merupakan sektor andalan di pedesaan yang diproyeksikan agar menjadi kawasan perkotaan. Bukan hal mudah untuk meraih

Dwikki Rahadian Yudha Wijayanto ,S.Pd predikat membanggakan ini. Mahasiswa kelahiran Jombang, 5 Juni 1993 ini mengaku banyak kesulitan dalam membuat skripsi. Pasalnya skripsi yang ia buat memiliki 2 rumusan masalah sekaligus. Hal ini dia lakukan karena ingin mengetahui lebih tentang program Agropolitan tersebut. Namun berkat motivasi dari orang tua, dan dosen pembimbing, akhirnya dia mampu membuktikan bahwa dialah yang terbaik. Mahasiswa yang pernah menjabat sebagai Ketua Geography Study Club

Majalah Unesa

(GSC) Jurusan Pendidikan Geografi, FIS - Unesa 2012 dan juga Unit Kegiatan Kerohanian Kristen Protestan (UKKKP) Unesa 2013 ini sekarang masih disibukkan mendampingi penelitian mahasiswa S3 Insburg University Austria untuk penyelesaian disertasinya tentang Kebijakan Perumahan dan Permukiman yang dilakukan di Surabaya. Namun, mahasiswa yang memiliki motto “Stay focus, keep try, and let god set up your destiny” ini juga berencana untuk melanjutkan kuliah S2 jurusan Penginderaan di UGM. (KHUSNUL)

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

27


LAPORAN

KHUSUS

MIMPI YANG JADI NYATA

Runner up mawapres tingkat universitas itu dikenal sebagai mahasiswa yang aktif di berbagai kegiatan, Ia pernah aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka, UKM Bola Voli dan pernah aktif sebagai Himpunan Mahasiswa Ilmu Keolahragaan. Di antara seabrek kegiatan itu, Rachma mengaku sangat berkesan saat praktik KKN, dimana ia harus melebut dengan kehidupan bermasyarakat dan berupaya mengelolah potensi desa agar bisa menghasilkan profit serta memberikan manfaat bagi masyarakat. (SANDI)

FOKUS LBB SEJAK AWAL SEMESTER

Rachma Zulfata, S.Or

M

impi yang terbayar. Mungkin itu yang kini dirasakan Rachma Zulfata yang berhasil mendapatkan IPK 3,67 dan mengantarnya menjadi wisudawan terbaik dari Fakutas Ilmu Keolahragaan (FIK). Sejak awal kuliah, Rachma Zulfata sudah mimpi menjadi wisudawan terbaik. Ia juga mengakui untuk mewujudkan mimpinya itu bukan perkara mudah. Persaingan untuk menjadi wisudawan terbaik di FIK tentu sangat berat dan ketat. Namun, kekonsistenan dan semangat untuk memberikan yang terbaik bagi orang tuanya membuat Rachma mampu mewujudkan impian itu. Rachma menulis skripsi berjudul Aplikasi Kompres Hangat Jahe untuk Mengurangi Nyeri Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS) pada Otot Hamstring. Mahasiswa kelahiran Sidoarjo 15 Juli 1993 itu mengatakan, skripsi yang ditulis berawal dari keprihatinannya terhadap berkurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya olahraga sehingga banyak masyarakat yang sering mengeluh sakit pada otot setelah melakukan olahraga.

28

Nur Indah Islamiyah, S.Pd

P

ilihan Nur Indah Islamiyah untuk tidak ikut aktif dalam organisasi selama kuliah bukan tanpa alasan. Sejak baru kuliah, mahasiswa Prodi S-1 Pendidikan Akuntansi tersebut sudah membuka les untuk siswa-siswa di sekitar Lakarsantri Surabaya. “Meskipun waktu itu, kata teman-teman, ada banyak manfaat dalam mengikuti organisasi, tapi saya tetap tidak mau. Saya memilih untuk mengembangkan

| Nomor: 86 Tahun XVI - Khusus 2015 |

Majalah Unesa

Selain terus berupaya mengembangkan LBBnya, kini Indah juga telah mengajar di SMK Trisila Surabaya sebagai guru mata pelajaran akuntasi dan di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya sebagai Pembina Pramuka. LBB saya,” tuturnya. Smart LBB, nama les milik Indah itu, awalnya sekadar permintaan dari seorang tetangga. Akan tetapi, berkat konsistensi yang dimiliki, Smart LBB semakin populer. Kini lembaga tersebut sudah memiliki 20 peserta didik. Perempuan kelahiran Surabaya, 20 Desember 1992 itu, menceritakan, pada mulanya bayaran yang diberikan sangat kecil. Hanya sekitar 35 ribu per orang per bulan. Sementara saat ini sudah 75 ribu per orang per bulan. “Kendati tidak seberapa, tapi saya merasa senang melakukannya,” tandas alumnus SMK Negeri 1 Surabaya itu. Selain terus berupaya mengembangkan LBB-nya, kini Indah juga telah mengajar di SMK Trisila Surabaya sebagai guru mata pelajaran akuntasi dan di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya sebagai Pembina Pramuka. Menjadi guru merupakan cita-cita yang sudah tertanam dalam dirinya. Bukti lain sebagai bentuk profesionalitasnya dalam mata pelajaran akuntasi, skripsi yang disusun oleh Indah berfokus pada pengembangan modul akuntasi. Judulnya adalah “Pengembangan Modul Akuntansi Perusahaan Jasa Berbasis Pembelajaran Kontekstual pada Materi Jurnal Penyesuaian dan Jurnal Koreksi Kelas X Akuntansi SMK Negeri di Surabaya.” Skripsi itulah yang menjadi salah satu pengantar Indah untuk menjadi lulusan terbaik Fakultas Ekonomi Unesa dengan IPK 3,87. (SYAIFUL)


LAPORAN UTAMA

BERKAH KEMANDIRIAN

AKTIVIS ORGANISASI

TERPIKAT PENGANTIN SUNDA

Arifa Indah Tri Agustina, S.Pd

Afni Laily Hidayah, S.Pd

Ika Anggun Suharti, A.Md

K

emandirian yang telah dirasakan Arifa sejak kecil menuai hasil. Ia berhasil meraih IPK 3,79 yang mengantarkan dirinya menjadi wisudawan terbaik se-Fakultas Teknik. Bagi mahasiswa prodi S1-Pendidikan Tata Boga itu, raihan prestasi tersebut tentu sebuah kebanggaan tersendiri. Anak ketiga dari pasangan Djayadi dan Djumilah mengaku terbiasa hidup mandiri sejak kecil. Bahkan, ketika kuliah ke Surabaya pun ia mengaku nekat, tanpa sepengetahuan orang tua. Perempuan kelahiran 19 Agustus 1992 itu mengaku tidak memiliki trik khusus dalam meningkatkan kualitas belajar dan nilai. Namun, ia mengaku memaksimalkan usaha dan melaksanakan tugas sebaik mungkin yang disertai dengan motivasi dari orang tua. Selain unggul di bidang akademik, ia mampu memenuhi pengalamannya di bidang non akademik. Ia pernah meraih peringkat 2 dalam Lomba Dekorasi Jajanan Pasar di tahun 2011. Ia pun aktif berorganisasi di Himpunan Mahasiswa Jurusan PKK sejak tahun 2011 hingga tahun 2013. Dengan kemandiriannya, ia membuktikan bahwa prestasi dapat diraih dalam bentuk akademik maupun nonakademik, asal maksimal usaha berbanding sama dengan motivasi doa. (ANNISA ILMA)

B

iologi adalah bidang yang memang ingin dipelajari lebih dalam oleh perempuan asli Bangkalan, Afni Laily Hidayah. Mulanya, Afni ingin masuk ke Fakultas Kedokteran, tetapi melihat kondisi keluarga Afni mengurungkan niat dan memilih Unesa sebagai tempatnya menempah ilmu. Mahasiswa bidik misi ini aktif di BEM Jurusan dan BEM Fakultas untuk mendapatkan pengalaman berorganisasi. Salama kiprahnya berorganisasi, beberapa kali ia mendapatkan kepercayaan memegang kepenitiaan. Di antaranya, Ketua Pelaksana BIO Compact 2013 (Olimpiade Biologi, koordinator sie acara seminar nasional yang dihadiri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan. Perjalanan selama kuliah dirasakan oleh Afni. Setelah beberapa semester tekun berorganisasi, memasuki semester tujuh mau ia harus memfokuskan diri pada skripsi. Judul skripsi yang ditulis adalah Pengembangan LKS dengan Memanfaatkan Cangkang Bivavia Untuk Melatih Keterampilan Proses Pada Siswa Kelas X SMA. Ketekunan dan kegigihannya selama kuliah membuahkan hasil. Ia tidak saja berhasil lulus, tetapi juga mendapat IPK 3,80 dan mengantarkannya meraih predikat wisudawan terbaik di fakultas MIPA. (LINA R)

Majalah Unesa

S

alaupun jauh dari rumah, tidak menciutkan semangat mahasiswi cantik ini untuk berprestasi. Mahasiswa asal Palu, Sulawesi Tengah ini mengaku sedari semester 1 sudah mendapat IP diatas 3,7 hingga akhirnya lulus tepat waktu dengan menyandang predikat lulusan terbaik dengan IPK 3,80. Jalan yang harus dia lalui tidaklah mudah. Sehari-hari penuh dengan tugas yang banyak dan membutuhkan biaya besar. Ia tidak mau semua tugas yang dikerjakan sia-sia. Karena itu, ia berupaya mengerjakan semua tugas dengan baik agar hasilnya maksimal. Berawal dari mata kuliah “Gelar Cipta Karya” yang hasil karya busana pengantin di peragakan, ia terinspirasi Judul tugas akhir (TA) “Penerapan Manipulating Fabric Tucking Pada Blus dan Flounce Pada Rok Busana Pengantin Modifikasi Sunda dengan Tema The Spiritual of Sunda”. Dia mengungkapkan bahwa ide itu muncul dari ketertarikannya pada busana pengantin Sunda, Jawa Barat. Kesuksesan putri pasangan H. Siswanto Peri dan Nurmas ini tidak lepas dari motivasi dan doa dari keluarga. Kakaknya yang bekerja di BPN dan membiayai kuliahnya juga menjadi motivasi utama untuk tidak menyia-nyiakan waktu selama kuliah. (EMIR)

| Nomor: 86 Tahun XVI - Khusus 2015 |

29


ARTIKEL

PENDIDIKAN

MEMBANGUN MENTAL POSITIF LEWAT DONGENG Oleh TARIJAH

Siapa yang tidak kenal dengan karakter “Sang Kancil” atau “Timun Emas.” Kedua karakter itu adalah karakter dalam dongeng tradisional kita. Sejak masa kanak-kanak kita telah mengenal karakter-karakter ini. Dongeng sebelum tidur, itulah sebutan kita untuk menyebut kearifan lokal yang ditularkan turun temurun oleh leluhur kita ini. Dongeng ini sangat kaya akan nilai-nilai positif.

S

iapa yang tidak kenal dengan karakter “Sang Kancil” atau “Timun Emas.” Kedua karakter itu adalah karakter dalam dongeng tradisional kita. Sejak masa kanak-kanak kita telah mengenal karakter-karakter ini. Dongeng sebelum tidur, itulah

30

sebutan kita untuk menyebut kearifan lokal yang ditularkan turun temurun oleh leluhur kita ini. Dongeng ini sangat kaya akan nilainilai positif. Keberadaan dongeng ini sekarang sudah mulai tidak dikenal oleh anak-anak kita. Sekarang mereka

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

Majalah Unesa

lebih mengenal “Upin dan Ipin“ atau “Si Ninja Naruto” sebagai dongeng sebelum tidur baru. Padahal kita tahu bahwa dongeng impor ini terkadang tidak sesuai dengan budaya kita dan cenderung merusak. Dongeng dari negeri jiran Upin dan Ipin misalnya, walaupun


ARTIKEL PENDIDIKAN dongeng ini cukup mendidik tetapi akan merusak perbendaharaan bahasa Indonesia anak. Banyak siswa yang memanggil gurunya dengan “cik gun” setelah melihat dan mengikuti cerita Upin dan Ipin ini. Komersial oriented yang membuat dongeng masa kini tidak banyak memperhatikan pesan mental yang positif. Kelucuan, sifat digdaya berlebihan yang selalu ditonjolkan supaya dongeng ini menjadi hal yang menarik. Walaupun menghibur, namun dongeng negeri lain ini juga penuh dengan hal-hal yang negatif. Kekerasan, keusilan, iri hati, nilai-nilai ini yang secara tidak sadar banyak terdapat dalam dongeng asing ini. Hal ini tentu berbeda dengan dongeng nusantara yang kaya dengan nilai positif. Pada cerita “Malin Kundang”, diajarkan supaya anak berbakti pada ibu, karena beliulah yang melahirkan anak dengan bertaruh nyawa, juga diajarkan supaya anak tidak lupa pada asalnya, tidak sombong jika sudah berhasil. Pada dongeng “Timun Emas”, anak diajarkan untuk tidak mengandalkan kekuatan lain (Buto Ijo) selain Tuhan dalam menghadapi persoalan hidup, juga diajarkan bahwa alam dapat membantu kita bila kita perbaiki dengannya. Dalam Cerita “Sang Kancil” anak diajarkan untuk selalu kreatif dalam menghadapi masalah. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Dalam dongeng itu juga diajarkan supaya anak tidak mengiukuti hukum rimba “siapa yang kuat dia yang menang.” Contohnya sang kancil yang kecil dan lemah dapat terbebas dari cengkeraman harimau dan buaya. Masih banyak dongeng nusantara yang penuh dengan nilai-nilai positif. Cerita Sebelum Tidur Dongeng-dongeng ini biasanya diceritakan oleh orang tua kita pada saat menjelang tidur. Ternyata. Cara

ini sangat efektif. Menurut ahli-ahli psikologi, saat kita berada di fase antara ngantuk dan sadar, saat itu memori alam bawah sadar kita sedang terbuka. Fase saat tersadar dan tidur adalah saat yang tepat untuk merekam nilai-nilai positif. Sehingga nilai-nilai positif dapat terekam maksimal sehingga dapat menjadi bekal untuk kehidupan anak. Selain fase di atas, nilai positif juga efektif ditanamkan pada saat fresh, yaitu pagi hari. Karena itu, ada baiknya guru menanamkan nilai positif pada pagi hari sebelum siswa menerima pelajaran seharian. Dan, salah satu cara yang efektif untuk menanamkan nilai adalah dengan berdongeng. Biasanya satu kisah membutuhkan waktu yang panjang untuk mendongengkannya, karena itu guru dapat melakukan dengan cara berseri. Setiap pagi, guru dapat menyisihkan waktu 10-15 menit untuk mendongeng. Ingat kisah dongeng 1001 Malam, dimana seorang selir raja akan di kenai hukuman, tetapi akhirnya bebas dari hukuman setelah berdongeng berseri pada sang raja selama 1001 malam. Jika dongeng dibuat berseri, hal ini juga merangsang keingintahuan siswa. Layaknya film kartun berseri yang mereka nantikan seri barunya di pagi hari. Demikianlah, siswa akan menunggu gurunya untuk berdongeng melanjutkan seri sebelumnya. Hal ini tentu sangat produktif, siswa menjadi lebih bergairah untuk masuk sekolah dan menantikan saat gurunya mendongeng dan nilai-nilai positif dapat kita tanamkan tanpa mereka sadari. Kisah dongeng tidak harus berasal dari dongeng nusantara, tetapi guru juga dapat mengambil kisah-kisah dari buku, kisah tokoh terkenal, atau bahkan kisah teladan para Nabi. Guru juga dapat membuat kisahkisah baru buatan guru sendiri. Yang perlu diperhatikan dalam mendongeng, antara lain:

Majalah Unesa

1. Dongeng harus runut sesuai dengan kronologis, hindari penggunaan runut flashback atau kilas balik, karena hal itum embingungkan siswa. 2. Gunakan bahasa yang komunikatif dan sederhana, jika perlu gunakan bahasa campuran yaitu bahasa daerah dan bahasa Indonesia. 3. Pada awal bercerita tanyakan ringkasan kisah sebelumnya. 4. Pada akhir tiap seri cerita, munculkan hal-hal menarik yang akan ada dalam cerita selanjutnya, sehingga merangsang keingintahuan siswa. 5. Jika salah seorang siswa telah mengetahui kisah yang sedang guru dongengkan, mintalah dia untuk membantu menceritakan kepada teman-temannya kisah itu. Dan jika lebih dari satu orang yang tahu, ajak mereka untuk bercerita secara maraton. 6. Lakukan evaluasi apakah siswa menikmati saat guru mendongeng. 7. Jika memungkinkan, buatlah dongeng sendiri. Selalu ada cara yang dapat ditempuh untuk melakukan kebaikan. Dan, kebaikan tidak akan kembali dengan tangan hampa. Menebar satu kebaikan akan menuai ribuan pahala di kemudianhari. Semoga tulisan ini bermanfaat.n Penulis adalah guru SDN Dukohlor Malo – Bojonegoro

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

31


SEPUTAR

UNESA

Pengayaan Bimbasi Cegah Narkoba

ANTI NARKOBA: Mahasiswa Unesa yang menjadi peserta Bimbaasi cegah narkoba bangga dapat informasi baru serta berfoto bersama narasumber.

U

PT-BK, selaku unit yang bertugas melayani masalah akademik dan psikologi mahasiswa, menyelenggarakan pengayaan untuk kader pengurus Bimbasi (Bimbingan Sebaya Mahasiswa).

Pengayaan tersebut mengangkat tema “Dengan Pendidikan Karakter Kita Cegah Narkoba.” Kegiatan yang dilakukan bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) itu berlangsung Sabtu, 3 Oktober 2015 di gedung Fakultas Ilmu Sosial Unesa.

Menjauhkan Maba dari Perpeloncoan

H

impunan mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi (Hima JPE) Universitas Negeri Surabaya memiliki cara sendiri untuk mengenalkan seluk-beluk kampus kepada mahasiswa baru (maba). Sistem mentoring dipilih dan dianggap efektif untuk mengenalkan kehidupan kampus. Menurut Ketua Hima JPE, Ahmad Noor Fuadi, metode tersebut untuk menghindari perpeloncoan. “Lewat cara ini maba dapat memahami dunia kampus dan segera beradaptasi. Sebab, perpindahan dari masa SMA ke perguruan tinggi merupakan masa transisi yang rawan,” tegasnya. Materi yang diberikan dalam mentoring disesuaikan dengan kurikulum universitas. Di antaranya, tentang empat pilar kebangsaan, keorganisasian, kewirausahaan, cara-cara mendapatkan beasiswa, dan sebagainya. Harapannya, setelah dilakukan mentoring selama satu semester, maba bisa mandiri

32

| Nomor: 85 Tahun XVI - September 2015 |

Turut hadir sebagai pembicara Drs. Martadi, M. Sn, dosen Unesa yang kini menjadi Ketua Dewan Pendidikan Surabaya. Di hadapan para mahasiswa angkatan 2013 dan 2014 itu, Kepala UPT-BK Dr. Tamsil Muis mengatakan, kegiatan itu merupakan rangkaian terakhir dari pengayaan yang didapatkan calon pengurus Bimbasi. Sebelumnya, telah digelar pelatihan dasar untuk memberi trik-trik dasar dalam mengatasi kehidupan secara cerdas. Usai pengayaan, mahasiswa yang terpilih akan menjadi pengurus Bimbasi tingkat universitas. “Mengader pengurus karena memang tiap tahunnya harus mengupgrade (pengurus) dari semua fakultas. Yang diharapkan dari kader ini adalah dari angkatan 2013,” ungkap Tamsil. Dia juga menambahkan, mahasiswa yang direkrut tidak sembarangan. “Mahasiswa yang di rekrut dari tiga hal dasar, yaitu bisa menjadi model dengan mahasiswa lain, IPK di atas 3, dan mau berbagi karena mereka peduli,” tandasnya. Dengan bermodalkan tiga potensi tersebut, diharapkan pengurus Bimbasi dapat menularkan ilmu dan pengalaman kepada mahasiswa lain yang membutuhkan. n (EMIR)

namun tak apatis. “Perkembangan zaman membawa generasi ini menjadi apatis dan individualis. Generasi muda menjadi tidak lagi kritis dan solutif bagi lingkungannya,” tambah Fuadi. Senada dengan itu, ketua pelaksana mentoring Reza Ayu Palupi menyampaikan, mahasiswa adalah generasi harapan bangsa yang di dalam dirinya terdapat tiga beban, menjadi agent of change, social control, dan iron stock. Di samping, mahasiswa juga harus bisa memahami dan melaksanakan tri darma perguruan tinggi. Untuk itu, selain mengembangkan hard skill, mahasiswa juga harus mengembangkan soft skill. Di mentoring ini maba diajak mengeksplorasi lingkungannya agar tak apatis. Karena kuliah tak sekadar mengejar nilai, tandas dia. Mentoring diwajibkan bagi setiap mahasiswa sebab termasuk bagian dari program Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru PKKMB tingkat jurusan. Kehadiran dan keaktivan maba dalam masa mentoring juga masuk dalam penilaian dan menentukan kelulusan PKKMB. Bentuk pelaksanaannya adalah diskusi. Maba JPE dibagi menjadi 24 kelompok yang setiap kelompok beranggotakan 14 sampai 15 maba dengan satu mentor. Mentor bertugas memberi materi yang telah ditentukan dengan pelaksanaannya disesuaikan waktu kuliah agar tak mengganggu jam pelajaran, pungkas Reza.n (SYAIFUL)

Majalah Unesa


TIPS SEHAT

Food Combining Sembuhkan Kanker?

K

KESEPIAN Bikin Cepat Meninggal

H

idup kesepian bisa memicu sel-sel di tubuh berubah, sehingga meningkatkan risiko seseorang mengalami sakit atau bahkan hidup tak selama orang yang hidup bersama anggota keluarga atau kerabatnya, menurut sebuah studi dalam jurnal the Proceedings of the National Academy of Sciences. Dalam studi itu, para peneliti dari Universitas Chicago dan Universitas California meneliti 141 orang lansia. Mereka menemukan, kesendirian memicu respons perlawanan dalam tubuh, sehingga memengaruhi produksi sel-sel darah putih dan akhirnya merusak sistem kekebalan tubuh. Peneliti mengatakan, pada dasarnya, orang-orang yang kesepian memiliki sistem imun yang lebih lemah dan berisiko mengalami peradangan lebih tinggi dibanding-

kan mereka yang tak kesepian. “Berbeda dengan apa yang orang pikirkan, sendirian bukan merupakan hal normal seiring bertambahnya usia. Bukan hanya membuat hidup sengsara, kondisi ini bisa berdampak serius pada kesehatan fisik dan mental,” kata direktur sebuah yayasan amal di Inggris, Caroline Abrahams. Menurut dia, penelitian memperlihatkan, lebih dari jutaan lansia mengaku tak berbincang-bincang dengan teman-teman, tetangga atau anggota keluarganya selama lebih dari sebulan. “Jika kita tidak bertindak, kita akan melihat lebih banyak lagi jumlah lansia yang kesepian. Ada hal yang bisa kita lakukan di sini, sekalipun jika harus memeriksa kondisi tetangga yang lebih tua, kerabat, dan teman-teman sepanjang tahun,” pungkas Abrahams seperti dilansir WebMD.n (ARM)

Majalah Unesa

onsep food combining itu pada dasarnya bertentangan dengan pola makan ideal yang disarankan pakar gizi. Secara medis, khasiat food combining pun masih menjadi pertanyaan. Food combining mulanya diperkenalkan oleh seorang dokter dan ilmuwan asal Amerika Serikat William Howard Hay. Dia mengalami obesitas serta terkena penyakit kronis. Setelah menjalani diet food combining, konon berat badannya menjadi normal dan bebas dari penyakit berat. Dalam pola diet ini, terdapat prinsip makanan memerlukan enzim cerna berbeda-beda sehingga jika mengonsumsi makanan yang tidak satu kelompok, pencernaan akan terhambat. Lebih lanjut pakar food combining Anung Nur Rachmi mengatakan kombinasi food combining dan konsultasi terhadap psikolog dapat mencegah dan mengobati seseorang dari kanker. Selain itu pola diet tersebut secara umum akan menyehatkan tubuh. Melalui konsep tersebut, seseorang akan memasukan lebih banyak nutrisi yang tepat bagi tubuh sehingga sel kanker akan mati dengan sendirinya. “Hentikan suplai makanannya maka sel-sel kanker akan mati dengan sendirinya,” katanya. Dia mengatakan sel kanker akan tumbuh dan berkembang jika diberi makanan seperti gula, susu sapi, tepung terigu, dan protein hewani. Oleh karena itu konsumsi sayur dan buah dalam food combining menjadi dominan. Pada konsep food combining, konsumsi karbohidrat disarankan hanya 20% dalam sehari, karena bagaimanapun tubuh membutuhkannya. Dengan angka tersebut artinya dalam sehari konsumsi nasi hanya satu porsi. Sementara itu protein hewani sebanyak 10% atau sekali sehari. Selanjutnya, konsumsi vitamin dan mineral (sayur, buah, kacang-kacangan) sebanyak 70% dalam sehari. Pola ini bertentangan dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang selalu mengonsumsi nasi setiap kali makan, dikombinasikan dengan lauk pauk, sayur-mayur, dan buah-buahan. Anung menjelaskan dalam prinsip food combining, 80% makanan yang dikonsumsi adalah pembentuk basa, dan sebanyak 20% merupakan pembentuk asam. Jika tubuh terlalu banyak mengkonsumsi makanan pembentuk asam, maka tubuh akan mudah sakit. Prinsip lainnya dalam food combining adalah buah harus dimakan saat perut kosong, tidak boleh dimakan setelah makan. Karena itu pakar food combining mengharuskan seseorang sarapan dengan buah. Aturan lainnya karbohidrat tidak boleh dicampur dengan protein hewani, tidak makan atau minuman manis setelah makan, alias tanpa dessert. n(ARM)

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

33


CATATAN LINTAS

EMAS

Tidak Selalu 24 Karat Oleh Muchlas Samani

K

etika membelikan dunia angan-angan. Kita semua ini jika ada guru yang rela mengajar anting-anting cucu, saya manusia biasa, yang pada umumnya di desa terpencil, mungkin saja ada mendapat penjelasan tenmemiliki kebutuhan, karier, keluarga muatan karena yang bersangkutan tang emas dari penjual di dan seterusnya. Dengan demikian PNS atau yang bersangkutan sulit tokonya. Ternyata ada emas 24 karat, secara kelaziman tentu memiliki mendapatkan pekerjaan lain dan 22 karat dan bahkan sampai 18 karat. naluri untuk memenuhi kebutuhan sebagainya. Katakanlah ada penKonon emas 24 karat itu artinya duniawi tersebut. Tengok saja teori gusaha yang memberi beasiswa keemas murni, sedangkan jika besaran kebutuhan dari Maslow, kita akan pada anak-anak di sekitar pabriknya, karatnya menurut berarti emas tersemenemukan berbagai jenis dan mungkin saja ada motivasi agar but dicampur dengan logam lain tingkatan kebutuhan itu. pabriknya dijaga oleh masyarakat (seingat saya tembaga). Semakin Memang ada orang yang mampu sekitar. Katakanlah, ada dokter kecil besaran karat berart semakin melepaskan diri dari kebutuhan yang menggratiskan pasien kurang kecil prosentase emas dan semakin duniawi, yang betul-betul 100% mampu atau bahkan rela bertugas besar prosentase campurannya. ingin mengabdi untuk kepentingan di daerah terpencil yang tidak menJadi perhiasan datang keuntungan emas yang kita finansial, mungkin Walaupun kita tidak dapat 100% melepaskan beli atau dipakai saja ada muatan kepetingan diri, karena kita juga harus punya oleh orang itu tida ingin terkenal. Dan selalu 24 karat dan karier, harus menghidupi keluarga, harus menjaga sebagainya. walaupun demikian Saya berpendapat kesehatan dan sebagainya, yang penting niat tetap kita menyemereka itu tetap membantu masyarakat, bangsa dan negara kita butnya perhiasan dapat disebut emas. Kondisi itu pejuang, walaupun tanamkan sekuat-kuatnya. rasanya cocok sebmungkin bukan agai analogi pejuang. Jika pejuang masyarakat, kepentingan negara, pejuang yang 24 karat. Dengan bedimaknai sebagai orang rela beragama dan sebagainya. Tetapi saya gitu lahan berjuang menjadi semakorban dengan membela negara, duga jumlahnya tidak banyak. Bahkin terbuka untuk siapa saja, kapan membela kepentingan publik tanpa kan seorang kawan pernah berkelasaja, dimana saja dan apapun pepamrih, maka perkataan tanpa pamkar, jangan-jangan dia berbuat kerjaan atau profesinya. Walaupun rih itu ibarat karat dalam emas. Ada seperti itu biar dipuji, biar dianggap kita tidak dapat 100% melepaskan pejuang yang betul-betul 100% tansebagai pahlawan, atau bahkan biar kepetingan diri, karena kita juga hapa pamrih, ada yang dimuati pamrih masuk surga. Apakah motivasi seprus punya karier, harus menghidupi 10%, 20% dan seterusnya. Tentu jika erti itu mengurangi kadar ketulusan, keluarga, harus menjaga kesehatan muatan pamrihnya demikian besar, sehingga ibarat eman tidak lagi 24 dan sebagainya. Yang penting, niat untuk membantu masyarakat banyang bersangkutan tidak lagi cocok karat? Jujur saya tidak tahu dan yak, membantu bangsa dan negara disebut pejuang. Seperti emas, jika merasa tidak memiliki kapasitas unkita tanamkan sekuat-kuatnya. Yang karatnya demikan kecil yang artinya tuk menjawab. penting kita berusaha meningkatkan campurannya demikian banyak, Nah, kalau kita dapat menerima kadar karatnya. Mari kita mulai dan maka tidak pantas lagi disebut emas. pemikiran bahwa emas tidak harus yang kecil, yang berada di hadapan Tulisan ini tidak dimaksudkan atau tidak selalu 24 karat, maka kita dan kita mulai sekarang juga. sebagai “excuse�, tetapi ingin menmungkin terlalu berlebihan jika kita Dirgahayu Hari Pahlawan. n gajak kita semua untuk “turun ke menuntut semua pejuang 100% bumi� memahami realita kehidupan tidak punya muatan kepentingan (Blog: muchlassamani.blogspot.com) yang seringkali tidak sama dengan dalam berbuat sesuatu. Katakanlah

34

| Nomor: 86 Tahun XVI - Oktober 2015 |

Majalah Unesa




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.