Majalah Unesa 87

Page 1


SEPUTAR

UNESA

Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) PD I : Prof. Dr. Mustaji, M. Pd. PD II : Dra. Gunarti Dwi Lestari, M. Si. PD III : Drs. Heru Siswanto, M.Si

Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) PD I : Dr. Subandi, S. Pd., M. A. PD II : Drs. Slamet Setiawan, M.A, Ph. D PD III : Dr. Syamsul Sodiq, M.Pd

Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) PD I : Drs. Gatot Darmawan, M.Pd PD II : Mokhamad Nur Bawono, S.Or, M.Kes PD III : Drs. Arif Bulqini, M.Kes

Fakultas Ilmu Sosial (FISH) PD I : Dr. Agus Suprijono, M.si PD II : Drs. Agus Sutedjo, M.Si PD III : Tamsil, S.H, M.H

2

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

Majalah Unesa


WARNA REDAKSI Kualifikasi detail dan rinci mewarnai pergulatan dunia global. Pekerjaan spesifik semakin menjamur dan menyebar. Kompetensi yang unggul tentu juga ditentukan oleh kemampuan dalam hal yang detail dan rinci.

D

Oleh Suyatno

unia yang global semakin terasa menebal. Pernik profesi juga semakin detail dan berpola digital. Pengakuan seseorang terhadap kemahirannya memerlukan posisional. Posisional itulah ditentukan oleh sertifikat yang melambangkan kemahiran profesional. Dunia kerja saat ini memang lebih mementingkan kemampuan spesifik yang andal. Jangan heran jika saat ini lembaga sertifikasi ramai diserbu oleh calon pekerja. Mereka sangat berdahaga. Unesa juga sangat perlu melayani mereka dengan membuka sertifikasi, tidak hanya sertifikasi guru melainkan juga sertifikasi fungsional yang lainnya. FT sudah melaksanakan layanan sertifikasi profesi dengan baik. Prodi lain, tentu perlu juga melakukan sertifikasi profesi sesuai dengan karakteristik prodi. Umpamanya, Prodi Bahasa Jerman membuka sertifikasi bagi penerjemah bahasa Jerman ke dalam bahasa Indonesia atau sebaliknya. Selama ini, memang Unesa lebih dikenal dengan pelaksanaan sertifikasi profesi guru, yang tiap tahun membuka beberapa kelas dengan sejumlah angkatan karena kerja sama dengan kementerian. Ke depan, Unesa akan lebih

mantap jika membuka sertifikasi profesi bidang selain guru. Dari sisi SDM, Unesa ditopang oleh akademisi yang andal di bidangnya. Dari sisi infrastruktur, Unesa mumpuni melalui gedung, perpustakaan, peralatan, dan fasilitas yang lainnya. Lembaga pelatihan vokasional juga perlu dikukuhkan agar

Dunia usaha dan industri saat ini lebih menuntut kompetensi yang kuat dan mendalam dari para pekerjanya. Kompetensi yang kuat dan mendalam itu kadang tidak cukup dari bangku kuliahnya. Peran pemberian kualifikasi yang lebih spesifik teramat diperlukan agar dunia usaha dan industri mau memanfaatkannya. Dari sisi tersebut, peluang untuk memberikan sertifikat profesi yang bertanggung jawab sangat diperlukan. Unesa sangat siap akan hal itu. Kualifikasi detail dan rinci mewarnai pergulatan dunia global. Pekerjaan spesifik semakin menjamur dan menyebar. Kompetensi yang unggul tentu juga ditentukan oleh kemampuan dalam hal yang detail dan rinci. Lihat saja, kemampuan jurnalistik saat ini lebih detail ke arah kemampuan jurnalistik tulis, jurnalistik radio, jurnalistik teve, jurnalistik komunitas, dan seterusnya. Kompetensi umum rasanya sudah membagi diri ke arah yang kecil-kecil. Itu semua peluang bagi para akademisi untuk menggrapanya. Banyak jalan yang perlu ditempuh. Banyak cara yang perlu dilalui. Semua itu mengarah pada asas kemanfaatan Unesa bagi masyarakat luas. Unesa akan terus saja melebarkan fungsi. n

MEMPERBANYAK SERTIFIKASI PROFESI, MENGUKUHKAN FUNGSI mampu berdiri sejajar dengan PPPG yang berdiri megah dengan Sembilan lantai itu. Mungkin, akan ada ratusan paket vokasional yang melengkapi peran lembaga sertifikasi profesi Unesa. Masyarakat teramat memerlukan bantuan Unesa untuk memberikan nilai tambah profesi. Masyarakat teramat tahu akan perubahan zaman yang berglobal ini. Mereka pastilah akan bergayung sambut jika di Unesa terdapat aneka pilihan sertifikasi profesional. Tentu, kerja sama dengan organisasi profesi perlu dimantapkan sampai pada timbal balik tanggung jawab yang saling menguntungkan. Tampaknya, organisasi profesi akan menyambut baik kerja sama sertifikasi tersebut.

Majalah Unesa

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

3


DAFTAR RUBRIK

15

10

22

EDISI NOVEMBER 2015 18

Edisi Ini

03

13

PERBANYAK SERTIFIKASI PROFESI, KUKUHKAN FUNGSI

MENJAGA HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

Posisional itulah ditentukan oleh sertifikat yang melambangkan kemahiran profesional. Dunia kerja saat ini memang lebih mementingkan kemampuan spesifik yang andal.

HAKI merupakan hak eksklusif yang diberikan negara kepada seseorang, sekelompok orang, maupun lembaga untuk memegang kuasa dalam menggunakan dan mendapatkan manfaat dari kekayaan intelektual yang dimiliki atau diciptakan.

05

LSP UNESA BER­ SIAP HADAPI MEA

Unesa, sebagai salah satu perguruan tinggi di Jawa Timur pun tentu sudah mempersiapkan diri dengan LSP yang dimiliki untuk hadapi MEA.

15

20

30

Cheng Hoo yang satu ini tak sedikitpun memiliki keterkaitan dengan laksamana asal Thionghoa. Ia adalah Cheng Hoo Djadi Galajapo, alumni IKIP Surabaya yang kini menekuni profesi sebagai seniman pelawak sekaligus dai.

UKG bertujuan memetaan kompetensi, sebagai dasar kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan serta sebagai bagian dari proses penilaian kinerja untuk mendapatkan gambaran yang utuh terhadap pelaksanaan semua standar kompetensi.

INSPIRASI ALUMNI

DANA MINIM PE­ NGARUHI PENELI­ TIAN

DRS. SUROTO, M.A., PH.D

33

UKG ONLINE

Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 87 Tahun XVI - November 2015 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor) PENASIHAT: Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (PR I), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (PR III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB: Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (PR II) PEMIMPIN REDAKSI: Dr. Suyatno, M.Pd REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto, M. Wahyu Utomo, Bayu DN REPORTER: Lina Rosyidah, Syaiful Rahman, Yusuf Nur Rohman, Lina Mezalina, Ulil, Fitro Kurniadi, AnnisaI lma, Andini Okta, Sandi, Rizal, Murbi, Diyanti, Mahmud, Umi Khabibah, Suryo, Danang, Emir, Khusnul, Mutya FOTOGRAFER: Huda, A. Gilang P., Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT: Arman, Basir, Wahyu Rukmo S ADMINISTRASI: Supi’ah, S.E., Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI: Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124, Fax (031) 8280804

4

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

Majalah Unesa


“

LAPORAN UTAMA

Gedung BNSP akan menjadi lambang acuan LSP Unesa pada masa akan datang.

LSP UNESA

BERSIAP Hadapi MEA

Perguruan tinggi ramai-ramai mempersiapkan mahasiswanya menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Salah satu caranya, membekali anak didik dengan sertifikasi profesi. Unesa, sebagai salah satu perguruan tinggi di Jawa Timur pun tentu sudah mempersiapkan diri dengan LSP yang dimiliki. Apa itu LSP? Dalam berbagai penelusuran literatur, Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) didefinisikan sebagai sebuah lembaga pelaksanaan kegiatan sertifikasi profesi yang memperoleh lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Amanat UU No 13 tentang Ketenagakerjaan, yang ditetapkan melalui PP 23/2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi. Pada pasal 4 ayat disebutkan bahwa guna terlaksananya tugas sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3, BNSP dapat memberikan lisensi kepada lembaga sertifikasi profesi yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja. Pada Ayat 2 diterangkan, ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian lisensi lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1) ditetapkan lebih lanjut oleh BNSP. BNSP akan memberikan lisensi akreditasi apabila LSP yang bersangkutan telah memenuhi syarat

Majalah Unesa

untuk melakukan kegiatan sertifikasi profesi. Sebagai organisasi tingkat nasional yang berkedudukan di wilayah Republik Indonesia, LSP dapat membuka cabang yang berkedudukan di kota lain. Fungsi dan Tugas LSP LSP memiliki dua fungsi dengan tugas masing-masing. Fungi pertama adalah sebagai sertifikator yang menyelenggarakan sertifikasi kompetensi. Terkait fungsi ini, LSP memiliki setidaknya 6 tugas yakni

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

5


LAPORAN

UTAMA

ACUAN: LSPP Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan bisa menjadi acuan dalam keprofesionalannya mengurus sertifikasi.

membuat materi uji kompetensi, menyediakan tenaga penguji (asesor), melakukan asesmen, menyusun kualifikasi dengan mengacu kepada KKNI, menjaga kinerja asesor dan TUK serta membuat materi uji kompetensi. Fungsi kedua LSP adalah sebagai pengembangan skema sertifikasi developer yang memelihara sekaligus mengembangkan standar kompetensi. Terkait fungsi ini, LSP memiliki tiga tugas penting, yakni mengidentifikasi kebutuhan kompetensi Industri, mengembangkan standar kompetensi, dan mengkaji ulang standar kompetensi. Wewenang LSP Sebagai lembaga yang telah memiliki lisensi dari BNSP, LSP memiliki berbagai kewenangan, di antaranya: menetapkan biaya kompetensi, menerbitkan sertifikat kompetensi, mencabut/membatalkan sertifikasi kompetensi, menetapkan

6

dan memverifikasi TUK, memberikan sanksi kepada asesor maupun TUK bila mereka melanggar aturan, dan mengusulkan standar kompetensi baru. Pembentukan LSP LSP dipersiapkan pembentukannya oleh suatu panitia kerja yang dibentuk oleh atau dengan dukungan asosiasi industri terkait. Susunan panitia kerja terdiri dari ketua bersama sekretaris, dibantu beberapa anggota. Personal panitia mencakup unsur industri, asosiasi profesi, instansi teknis terkait dan pakar. Tugas panitia kerja adalah menyiapkan badan hukum , menyusun organisasi maupun personel, mencari dukungan industri maupun instansi terkait, dan surat permohonan untuk memperoleh lisensi ditujukan kepada BNSP Organisasi LSP terdiri atas unsur pengarah dan unsur pelaksana. Unsur pengarah terdiri atas ketua

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

Majalah Unesa

merangkap anggota dan anggota yang merupakan perwakilan dari para pemangku Kepentingan. Untuk LSP pihak kesatu dan LSP pihak kedua unsur pengarah adalah pimpinan instansi/lembaga kerja yang membentuknya. Unsur pelaksana LSP minimal terdiri atas ketua serta bagian/fungsi administrasi, sertifikasi dan manajemen mutu. Pengarah mempunyai tanggung jawab atas keberlangsungan LSP dengan menetapkan visi, misi dan tujuan LSP, menetapkan rencana strategis, program kerja dan anggaran belanja, mengangkat dan memberhentikan pelaksana LSP, membina komunikasi dengan para pemangku kepentingan, dan memobilisasi sumber daya. Unsur pelaksana LSP memiliki fungsi sebagai pelaksana kebijakan yang telah ditetapkan oleh pengarah, dengan tugas antara lain: melaksanakan program kerja LSP, melakukan monitoring dan evaluasi,


LAPORAN UTAMA menyiapkan rencana program dan anggaran, memberikan laporan dan bertanggung jawab kepada Pengarah. Bagian sertifikasi mempunyai tugas, antara lain: memfasilitasi penyusunan skema sertifikasi, menyiapkan perangkat asesmen dan materi uji, melaksanakan kegiatan sertifikasi (termasuk pemeliharaan kompetensi dan sertifikasi ulang), menetapkan persyaratan tempat uji (TUK), melaksanakan verifikasi dan menetapkan TUK, dan melakukan rekrutmen asesor kompetensi serta pemeliharaan kompetensinya Bagian manajemen mutu mempunyai tugas, antara lain mengembangkan dan menerapkan sistem manajemen mutu LSP sesuai Pedoman BNSP 201, memelihara berlangsungnya sistem manajemen agar tetap sesuai dengan standar dan pedoman yang diacu, melakukan audit internal dan memfasilitasi kaji ulang manajemen. Bagian administrasi mempunyai tugas, antara lain: memfasilitasi unsurunsur LSP guna terselenggarannya program sertifikasi profesi, melaksanakan tugas-tugas ketatausahaan organisasi LSP, memelihara informasi sertifikasi kompetensi dan mempersiapkan laporan kegiatan LSP.

tempat uji kompetensi, personel yang kompeten termasuk asesor kompetensi dan sistem pengendalian pelaksanaan sertifikasi.

Sarana dan Perangkat Sebagai organisasi atau lembaga yang memiliki wewenang terkait kompetensi, LSP tentu harus ditunjang sejumlah sarana dan perangkat yang wajib dimiliki. Apa saja? Pertama, LSP harus memiliki kantor tetap sekurang-kurangnya dalam waktu 2 tahun. Kedua, LSP harus memiliki sarana kerja yang memadai, termasuk sistem pengolahan data berbasis teknologi informasi. Ketiga, LSP harus memiliki rencana kegiatan yang mencerminkan pelayanan yang diberikan kepada industri dan sekaligus sebagai penghasilan untuk pendanaan organisasi. Keempat, LSP harus memiliki perangkat kerja yang meliputi: standar kompetensi, skema sertifikasi dan perangkat asesmen termasuk materi uji kompetensi,

Manfaat Sertifikasi Kompetensi Tentu saja, memiliki sertifikasi kompetensi sangat bermanfaat. Bagi sebuah perusahaan dengan kepemilikan sertifikasi kompetensi itu, akan memudahkan perusahaan untuk rekrutmen dan seleksi personel, memudahkan perusahaan untuk penempatan dan penugasan, memudahkan perusahaan untuk pengaturan remunesasi dan kompensasi, memudahkan perusahaan untuk mengaturan pengembangan karier dan diklat, meningkatkan produktivitas perusahaan dan meningkatkan keselamatan di tempat kerja. Sedangkan bagi Tenaga Kerja, kepemilikan sertifikasi kompetensi bisa bermanfaat untuk: meningkatkan mobilitas dan daya saing tenaga

Memiliki sertifikasi kompetensi sangat bermanfaat. Bagi sebuah perusahaan dengan kepemilikan sertifikasi kompetensi itu, akan memudahkan perusahaan untuk rekrutmen dan seleksi personel.

Majalah Unesa

kerja, meningkatkan pengakuan atas kompetensi tenaga kerja, meningkatkan prospek karier tenaga kerja, meningkatkan keselamatan pribadi tenaga kerja, serta meningkatkan rasa percaya diri dan kebanggaan tenaga kerja. Sementara bagi Pemerintah dan Masyarakat, kepemilikansertifikasi profesi bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi bursa kerja, meningkatkan daya saing kerja di pasar kerja global, meningkatkan kualitas dan produktivitas perusahaan, meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja, meningkatkan efektivitas dan efisiensi diklat, mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah serta menurunkan tingkat pengangguran. (SIR/BERBAGAI SUMBER)

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

7


LAPORAN

UTAMA

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DI UNESA Lembaga sertifasi di Unesa dibentuk dengan nama LSP-1 atau Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Pertama. Apa dan bagaimana lembaga tersebut? Sejarah Lembaga sertifikasi profesi pihak pertama (LSP-1) Unesa dibentuk melalui Surat Keputusan Rektor Unesa Nomor 138/UN38/HK/DL/2013. Lembaga ini dibentuk sebagai amanat undang-undang Perguruan Tinggi nomor 12 tahun 2012. Di mana, semangat yang terkandung dalam undang-undang tersebut adalah adanya perluasan dan jaminan akses, pengembangan tridharma secara utuh, kesetaraan, penguatan pendidikan vokasi, keutuhan jenjang pendidikan, otonomi, sistem penjaminan mutu, serta memastikan tanggung jawab negara dan menghindari liberalisasi dan komersialisasi perguruan tinggi. Selain amanat undang-undang tersebut, salah satu yang menjadi dasar lahirnya LSP-1 Unesa adalah sebagai tuntutan bahwa lulusan sebuah perguruan tinggi harus diberikan ijazah dan sertifikat kompetensi sebagai pendamping ijazah. Dengan demikian, kualifikasi dan keterampilan lulusan dapat dengan mudah diketahui serta mempermudah perusahaan dalam menempatkan di dunia kerja keahliannya. LSP-1 Unesa dibentuk atas dasar adanya kebutuhan yang mendesak tentang sertifikat kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap tenaga kerja baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sertifikat kompetensi sangat dibutuhkan, salah satunya untuk menghadapi persaingan global melalui MEA yang sudah diterapkan pada akhir tahun 2015 ini.

8

Visi dan misi Sebagai organisasi yang memiliki tanggung jawab besar terkait kompetensi lulusan, LSP-1 Unesa memiliki visi menjadi lembaga sertifikasi profesi 1 (LSP-1) Unesa yang mampu memelihara dan meningkatkan kompetensi luaran pada tingkat ahli muda (level IV) yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdaya saing secara kompetitif dalam menghadapi era globlasisasi. Visi tersebut diwujudkan melalui beberapa misi sebagai berikut: - Menyertifikasi peserta didik untuk memastikan dan memelihara kompetensi hasil belajarnya yang telah dicapai selama belajar di Unesa. - Mengembangkan mutu sertifikat kompetensi secara berkesinambungan. - Meningkatkan kompetensi luaran pada tingkat ahli muda secara profesional. - Mengembangkan skema sertifikasi sesuai dengan kebutuhan pasar global. - Mengembangkan manajemen mutu sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pasar kerja. - Mengembangkan standar kompetensi sesuai kebutuhan pasar kerja regional. LSP-1 Unesa memiliki sasaran mutu dengan melakukan uji kompetensi secara professional bagi luaran pada tingkat ahli muda yang berdaya saing tinggi, mengelolah sistem administrasi

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

Majalah Unesa

TUK secara profesional sesuai ketentuan dan standar yang berlaku, melakukan kaji ulang skema sertifikasi sesuai dengan perkembangan standar, melakukan kaji ulang manajemen mutu secara optimal, melakukan kaji ulang standar kompetensi, dan merumuskan standar yang lebih sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Bentuk Organisasi LSP-1 Unesa merupakan organisasi yang berada di lingkungan Unesa yang berkedudukan di kota Surabaya Provinsi Jawa Timur. Organisasi LSP-1 Unesa terdiri atas unsur pengarah dan unsur pelaksana. Unsur pengarah terdiri atas rektor sebagai ketua merangkap anggota dan para dekan se-lingkung Unesa sebagai anggota. Sedangkan unsur pelakasa diisi oleh sebuah tim yang terdiri atas ketua , bagian administrasi, bagian sertifikasi, dan bagian manajemen mutu. Unsur pengarah memiliki tugas dan wewenang, di antaranya membuat visi, misi, dan tujuan LSP-1 Unesa, membuat program kerja, membuat anggaran belanja, mengangkat dan memberhentikan pengurus LSP-1 Unesa, dan melakukan komunikasi dengan stakeholder dan mobilisasi sumber daya. Sedangkan unsur pelaksana memiliki tugas dan wewenang sesuai bagian sebagaimana yang ada dalam struktur organisasi unsur pelaksana, yakni Ketua, bagian administrasi, bagian sertifikasi dan bagian penjaminan mutu. Secara lebih rinci, tugas dan wewenang dapat dijabarkan sebagai berikut: Ketua pelaksana memiliki tugas, di antaranya melaksanakan program kerja, memberdayakan SDM, melakukan monitoring dan evaluasi, menyiapkan rencana program dan anggaran, membuat laporan dan pertanggungjawaban kepada pengarah,


“

LAPORAN UTAMA

Unesa sesuai pedoman BNSP 217, memelihara berlangsungnya sistem manajemen agar tetap sesuai dengan standar.

mendatangi rapat-rapat dan mewakili Unesa terutama yang berhubungan dengan pihak luar, menandangani surat-surat yang terkait dengan LSP1 Unesa, menandatangi kwitansi uang bersama bagian administrasi, mengkoordinasi semua rencana dengan bagian administrasi, memimpin rapat koordinasi, menetapkan hasil verifikasi dan menetapkan asesor kompetensi, membuat laporan (bulanan, triwula, semester dan akhir tahun) yang diberikan kepada penanggung jawab dan pengarah. Bagian administrasi memiliki tugas, di antaranya: membuat rencana penataan administrasi dan keuangan jangkap pendek/panjang, menfasilitasi unsur-unsur organisasi LSP Unesa guna terselenggaranya asesmen dan sertifikasi serta profesionalisme SDM, melaksanakan tugas-tugas ketatausahaan, kerumahtanggaan dan kehumasan organisasi LSP-1. Bagian sertifikasi memilki tugas, membuat rencana pelaksanaan sertifikasi jangka pendek, menengah dan panjang, memfasilitasi penyusunan materi uji kompetensi dan kualifikasi kerja, melaksanakan kegiatan asesmen, melaksanakan verifikasi TUK dan menjalin kerja sama

dengan baik, mengembangkan skema spesifikasi, melakukan rekrutmen asesor, menfasilitasi kegiatan marketing dan harmonisasi sertifikasi internal dan eksternal, menetapkan persyaratan tempat uji (TUK), dan melakukan monitoring serta evaluasi pelaksanaan uji kompetensi. Sementara bagian manajemen mutu, memiliki tugas membuat rencana pelaksanaan manajemen mutu jangka pendek, menengah dan panjang, mengembangkan penerapan sistem menajemen mutu LSP-1 Unesa sesuai pedoman BNSP 217, memelihara berlangsungnya sistem manajemen agar tetap sesuai dengan standar dan pedoman, melakukan audit internal, melakukan kaji ulang standar kompetensi dan kaji ulang manajemen LSP, mengembangkan dan menerapkan sistem mutu LSP-1 Unesa. Lalu, bagian komite skema sertifikasi memiliki tugas, memberikan konsultasi kepada pengusul skema sertifikasi, menetapkan judul skema sertifikasi, melakukan kaji ulang terhadap skema sertifikasi yang diusulkan, dan melakukan koordinasi kepada ahli bidang skema sertifikasi yang diusulkan untuk melakukan verifikasi dan validasi skema sertifikasi.

Majalah Unesa

Tugas dan Fungsi Utama LSP Unesa memiliki tiga tugas dan fungsi utama. Pertama, sebagai certifikator, melaksanakan sertifikasi kompetensi. Dalam hal ini, LSP-1 Unesa memiliki tugas, di antaranya membuat perangkat asesmen, menyediakan tenaga penguji (asesor), melakukan asesmen, dan memelihara kinerja asesor dan Tugas Uji Kompetensi (TUK). Kedua, LSP-1 Unesa memiliki fungsi sebagai developer, yakni melakukan pemeliharaan dan pengembangan skema sertifikasi. Sebagai developer, LSP-I Unesa memiliki tugas mengindentifikasi kebutuhan kompetensi industri, mengembangkan skema sertifikasi, dan mengkaji ulang skema sertifikasi. Terkait dengan wewenang yang dimiliki, LSP-1 Unesa memiliki kewenanganmenetapkan biaya kompetensi, menerbitkan sertifikat kompetensi, mencabut/membatalkan sertifikat kompetensi, menetapkan TUK, dan memberikan sanksi kepada asesor dan TUK yang melanggar aturan. (SIR/DIOLAH DARI PPT MATERI LSP-1 UNESA)

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

9


LAPORAN

UTAMA

DR. NANIK ESTIDARSANI, BAGIAN SERTIFIKASI LSP-1 UNESA

Terkendala Kesibukan Para Asesor 10

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

Majalah Unesa


M

antan ketua pelaksana LSP-1 Unesa, yang kini mengurusi bagian sertifikasi, Dr. Nanik Estidarsani menuturkan bahwa LSP bukan hanya milik Fakultas Teknik, tapi menjadi milik Unesa secara keseluruhan. Hanya saja, kebetulan Fakultas Teknik yang telah memulai menjalankan LSP. Sementara di Fakultas lain, LSP belum dijalankan dengan optimal. Menurut Nanik, uji kompetensi untuk mahasiswa perlu dilakukan agar saat lulus nanti, mahasiswa dapat menunjukkan kompetensinya. Apalagi, karena tuntutan undangundang, saat lulus nanti para mahasiswa, selain mendapatkan ijazah, juga dituntut memiliki sertifikat kompetensi/sertifikat pendamping. Nanik mengakui, cukup banyak tantangan dalam proses pembentukan LSP-1 Unesa. Salah satu tantangan itu, di antaranya adalah dalam pembuatan materi uji kompetensi (MUK) yang merupakan kelengkapan dari skema dan harus dibuat oleh asesor/penguji. Ditambah lagi, asesor yang terpilih, kebanyakan memiliki banyak kesibukan. “Dosendosen pekerjaannya banyak, tidak hanya mengajar atau mengurusi LSP tapi memang ada pengabdian masyarakat, ada pengajaran, dan lainnya” ujar Nanik. Selain kesibukan para asesor, respons dari BNSP untuk pengelolahan juga seringkali lambat. Oleh karena, Unesa dituntut aktif dan tidak bisa hanya menunggu respons dari BNSP untuk pengelolahan. “Berbagai kendala itulah yang menjadi salah satu faktor mengapa LSP baru terealisasi tahun 2015 ini,” paparnya. Mengenai proses pembentukan LSP-1 Unesa, Nanik memberikan penjelasan secara detail. Dimulai pada tahun 2011-2012, dilakukan sertifikasi angkatan pertama dan kedua untuk Asesor Kompetensi (Penguji LSP) selama 10 hari. Yang ikut dalam sertifikasi angkatan pertama sebanyak 48 dosen yang merupakan perwakilan setiap prodi di Fakultas Teknik. Tahun 2013. turun SK Rektor

LAPORAN UTAMA berkenaan tentang BSP (Badan Sertifikasi Profesi), padahal dari pihak BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) mengharuskan dalam bentuk LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi). Selanjutnya, masih di tahun 2013, turun lagi SK Rektor yang baru dengan bentuk LSP. Selanjutnya, dilakukan pemilihan “direktur” LSP yang pertama. Awalnya, Dr. I Gusti Putu Asto Buditjahjanto, S.T., M.T., diajukan sebagai ketua pelaksana LSP, namun beliau keberatan dan diganti oleh Dr. Nanik Estidarsani. Akhir tahun 2014, dilaksanakan praassessment. Tahun 2015, Dr. Nanik Estidarsani mengundurkan diri dari ketua pelaksana dan diigantikan Suprapto, S.Pd.,M.T. Selanjutnya, pada November 2015, dilaksanakan fullassessment dan LSP-1 Unesa sudah mulai berjalan Mengenai tugas dan fungsi Bagian Sertifikasi yang kini ditangani, Nanik memaparkan 4 tugas utama di bagian ini. Pertama, menggodok semua skedul kapan diadakan uji kompetensi untuk mahasiswa. Kedua, menyiapkan kelengkapan bahan yang harus diuji sebelum pengujian. Ketiga, mengatur kapan dikeluarkan sertifikat karena yang memiliki wewenang mengeluarkan sertifikat hanya BNSP. Keempat, merekap pendaftar untuk uji kompetensi dari pihak mahasiswa karena harus melalui banyak prosedur dan dokumen seperti lembar APL, form-form BNSP. Prosedur tersebut harus dikontrol agar dilaksanakan dengan baik. Sementara mengenai asesor dan mahasiswa, Nanik memberikan penjelasan bahwa untuk menjadi asesor ada syarat-syarat yang mutlak harus dipenuhi. Di antaranya, harus merupakan dosen yang ahli di bidangnya, sudah mengikuti pelatihan asesor dan lulus (memiliki sertifikat asesor), dan memiliki komitmen. “Setidaknya, syarat tersebut harus dipenuhi,“ terang Nanik yang menambahkan bahwa Sertifikat asesor, , memiliki jangka tempo sampai 3 tahun. Setelah itu, harus diperbaharui lagi dengan mengikuti pelatihan selama 3 hari.

Majalah Unesa

Sementara itu, terkait peserta sertifikasi, Nanik mengatakan bahwa yang boleh mendaftar sertifikasi profesi haruslah mahasiswa yang memiliki bidang sesuai dengan skema yang akan diikuti. Mahasiswa tidak diperkenankan “lompat skema.”. Namun, jika mahasiswa ingin memiliki lebih dari 1 sertifikat profesi, misalkan mahasiswa teknik sipil ingin mendapat sertifikat estimator dan quantity surveyor maka hal tersebut diperbolehkan. Syarat lain mengikuti uji LSP, mahasiswa tersebut sudah harus hampir menyelesaikan studinya. Hal tersebut dikarena LSP yang ada di Unesa adalah LSP-1, yakni LSP yang hanya menerima pendaftar dari peserta didiknya saja. Selain itu, sama halnya dengan sertifikat asesor, sertifikat profesi memiliki jangka tempo selama 3 tahun, selanjutnya dapat diperpanjangan dengan menggunakan rekomendasi perusahaan dibuktikan dengan portofolio dari tempat ia bekerja, dengan ketentuan perusahaan tersebut harus sejalan dengan skema sertifikasi yang diambil. Sertifikasi profesi memiliki kelebihan karena berlaku sampai tingkat internasional. Oleh karena itu, standart internasional pun diterapkan dalam pengujian LSP. Dengan setifikat berlogo garuda emas, maka tidak boleh sembarangan dalam mengeluarkan sertifikat, sehingga asesor bertanggung jawab atas penilaian kelulusan peserta LSP. Menurut Nanik, UKT sudah dianggap 1 paket include dengan semua kegiatan dan fasilitas seputar akademik di bangku perkuliahan, jadi wajar jika mahasiswa menagih itu. Namun masih belum pasti tentang nantinya mahasiswa yang mendaftar akan membayar, disubsidi, atau bahkan digratiskan. Namun rencananya akan digratiskan di pendaftaran pertama, namun tes selanjutnya jika mengulang akan dikenai biaya pendaftaran. (EMIR)

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

11


LAPORAN

UTAMA

DRS. GATOT DARMAWAN, M. PD, DOSEN FIK

Sudah Lama Terencana, EKSEKUSI BELUM NYATA

Universitas Negeri Surabaya (Unesa) selama ini dikenal sebagai LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan), yang mencetak tenaga pendidik (guru) di sekolah maupun lembaga kependidikan lain. Banyak mahasiswa Unesa yang sebelum mendaftar di Unesa, bercita-cita menjadi tenaga pendidik. Namun, kenyataannya di Unesa banyak jurusan yang bukan hanya mencetak tenaga pendidik. Sebut saja Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK).

S

aat ini, FIK mencetak sarjana dengan tiga konsentrasi studi, yaitu Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Pendidikan Kepelatihan Olahraga, dan Ilmu Keolahragaan. Bagi mahasiswa di jurusan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan dan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, tidak akan mengalami kesulitan ketika sudah lulus. Sebab, mereka mendapatkan banyak bekal sebagai pendidik di bidang keolahragaan, juga didukung dengan adanya sertifikasi keguruan. Namun, bagi mahasiswa non-kependidikan, profesi atau pekerjaan apa yang akan mereka lakoni setelah lulus, menjadi samar, juga tidak adanya peresmian secara khusus dan resmi terkait kelayakan mereka sebagai tenaga profesional nonpendidikan. “Bahkan, mahasiswa lulusan Ikor (Ilmu Keolahragaan) saja, banyak yang menjadi pengajar di sekolah. Padahal selama kuliah, mereka kurang dibekali ilmu kepengajaran”, ujar Drs. Gatot Darmawan, M. Pd., dosen FIK yang mengampu mata kuliah di jurusan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Terkait sertifikasi profesi di Unesa. Sertifikasi profesi yang disediakan Unesa ini mendukung mahasiswa non-kependidikan yang ingin mendalami profesi sesuai bidangnya. Kabar baik

12

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

tersebut membawa angin segar bagi jajaran dosen yang selama ini telah lama memikirkan keberlanjutan lulusan nonpendidikan, termasuk jajaran dosen di FIK, yang akrab disapa Pak Gatot. Bahkan, tuturnya, FIK telah lama merencanakan agenda serupa (sertifikasi) yang memberikan lisensi resmi untuk lulusan FIK nonpendidikan agar layak mendalami profesi sesuai bidangnya. Maka, ketika ada wacana ini, FIK sangat setuju dengan adanya sertifikasi profesi. “Kami telah lama ingin menjalin kerja sama dengan Pemerintah Provinsi di bidang keolahragaan terkait sertifikasi semacam ini. Agar para lulusan mahasiswa ini punya kelebihan sebagai pelatih, terutama non-pendidikan”, ujarnya. Pihak FIK sendiri, pun telah lama memikirkan persiapan mahasiswanya untuk siap mengikuti uji sertifikasi profesi. Seperti perbaikan kurikulum, kurikulum yang selama ini dinilai kurang cukup untuk mahasiswa, akan ditambah, kurikulum yang kurang sesuai, akan disesuaikan. Juga, dengan adanya kerjasama dengan pihak luar seperti Pemerintah Provinsi misalnya, mahasiswa akan mendapatkan pelatihan-pelatihan yang mendukung bidang studinya dan pengalaman-pengalaman penting yang menunjang kemampuannya.

Majalah Unesa

Meski demikian, pikiran-pikiran lama tersebut hingga kini belum dieksekusi secara nyata. Masih saja dalam lingkup wacana. Hal itu dinilai karena kurangnya kebebasan pengaturan jadwal perkuliahan untuk pihak fakultas, dan kurang meratanya persiapanpersiapan untuk mahasiswa. Mata kuliah umum yang wajib diampu oleh mahasiswa tidak dapat diatur secara bebas oleh pihak fakultas, sehingga mahasiswa mau tidak mau telah cukup banyak memeroleh mata kuliah di luar bidang studi jurusannya. Jika pihak fakultas mampu mengatur dengan bebas pelaksanaan mata kuliah umum ini, maka mahasiswa akan bisa dipersiapkan untuk uji sertifikasi sejak awal semester. Terkait dengan keberlajutan wacana sertifikasi profesi ini, dosen kelahiran Kediri, 7 Desember 1965 itu berharap lulusan FIK tidak ada yang bingung menentukan profesinya atau bahkan menganggur. “Kami harap nanti lulusan FIK tidak banyak yang menganggur, mereka telah dibekali banyak ilmu, sehingga mereka punya kelebihan yang bisa diadaptasikan di mana-mana. Makanya ke depannya, mahasiswa kami akan mampu mendapatkan lapangan pekerjaan sesuai bidangnya secepat mungkin setelah lulus.”, pungkasnya. n(ANNISA ILMA)


LIPUTAN KHUSUS

MENJAGA Hak Atas Kekayaan INTELEKTUAL HAKI merupakan hak eksklusif yang diberikan negara kepada seseorang, sekelompok orang, maupun lembaga untuk memegang kuasa dalam menggunakan dan mendapatkan manfaat dari kekayaan intelektual yang dimiliki atau diciptakan.

I

stilah HAKI merupakan terjemahan dari Intellectual Property Right (IPR), sebagaimana diatur dalam undang-undang No. 7 Tahun 1994 tentang pengesahan WTO (Agreement Establishing The World Trade Organization). Pengertian Intellectual Property Right sendiri adalah pemahaman mengenai hak atas kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual manusia, yang mempunyai hubungan dengan hak seseorang secara pribadi yaitu hak asasi manusia (human right). Istilah HAKI sebelumnya bernama Hak Milik Intelektual yang selama ini digunakan. Menurut Bambang Kesowo, istilah Hak Milik Intelektual belum menggambarkan unsur-unsur pokok yang membentuk pengertian Intellectual Property Right, yaitu hak kekayaan dari kemampuan Intelektual. Istilah Hak Milik Intelektual (HMI) masih banyak digunakan karena dianggap logis untuk memilih langkah yang konsisten dalam kerangka berpikir yuridis normatif. Istilah HMI ini bersumber pada konsepsi Hak Milik Kebendaan yang tercantum pada KUH Perdata Pasal 499, 501, 502, 503, 504. Sejarah HAKI Undang-undang mengenai HAKI pertama kali ada di Venice, Italia yang menyangkut masalah paten pada tahun 1470. Penemu-penemu yang muncul dalam kurun waktu tersebut dan mempunyai hak monopoli atas penemuan mereka di antaranya adalah Caxton, Galileo dan

Guttenberg. Hukum-hukum tentang paten tersebut kemudian diadopsi oleh kerajaan Inggris tahun 1500-an dan kemudian lahir hukum mengenai paten pertama di Inggris yaitu Statute of Monopolies (1623). Amerika Serikat baru mempunyai undang-undang paten tahun 1791. Upaya harmonisasi dalam bidang HAKI pertama kali terjadi tahun 1883 dengan lahirnya Paris Convention untuk masalah paten, merek dagang dan desain. Kemudian Berne Convention 1886 untuk masalah copyright atau hak cipta. Tujuan dari konvensi-konvensi tersebut antara lain standarisasi, pembahasan masalah baru, tukar menukar informasi, perlindungan mimimum dan prosedur mendapatkan hak. Kedua konvensi itu kemudian membentuk biro administratif bernama The United International Bureau For The Protection of Intellectual Property yang kemudian dikenal dengan nama World Intellectual Property Organisation (WIPO). Di Indonesia, HAKI mulai populer memasuki tahun 2000 – sekarang. Tetapi ketika kepopulerannya itu sudah mencapa puncaknya, grafiknya menurun. Ketika mengalami penurunan, muncul lah hukum siber (cyber), yang ternyata perkembangan dari HAKI itu sendiri. Jadi, HAKI akan terbawa terus seiring dengan ilmuilmu yang baru. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang tidak pernah berhenti berinovasi. Peraturan perundangan HAKI

Majalah Unesa

di Indonesia dimulai sejak masa penjajahan Belanda dengan diundangkannya: Octrooi Wet No. 136; Staatsblad 1911 No. 313; Industrieel Eigendom Kolonien 1912; dan Auterswet 1912 Staatsblad 1912 No. 600. Setelah Indonesia merdeka, Menteri Kehakiman RI mengeluarkan pengumuman No. JS 5/41 tanggal 12 Agustus 1953 dan No. JG 1/2/17 tanggal 29 Agustus 1953 tentang Pendaftaran Sementara Paten. Pada tahun 1961, Pemerintah RI mengesahkan Undang-undang No. 21 Tahun 1961 tentang Merek. Kemudian pada tahun 1982, Pemerintah juga mengundangkan Undang-undang No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta. Di bidang paten, Pemerintah mengundangkan Undang-undang No. 6 Tahun 1989 tentang Paten yang mulai efektif berlaku tahun 1991. Di tahun 1992, Pemerintah mengganti Undang-undang No. 21 Tahun 1961 tentang Merek dengan Undangundang No. 19 Tahun 1992 tentang Merek. Macam-macam HAKI Terdapat macam-macam HAKI yang ada di dunia ini, khususnya di Indonesia. Pada Prinsipnya HAKI dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu: Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri. Hak cipta menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

13


LIPUTAN

KHUSUS

tidak mengurangi pembatasanpembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan Hak Kekayaan Industri terdiri dari Paten (patent), Merk (Trademark), Rancangan (Industrial Design), Informasi Rahasia (Trade Secret), Indikasi Geografi (Geographical Indications), Denah Rangkaian (Circuit Layout, Perlindungan Varietas Tanaman (PVT). Setiap hak yang termasuk kekayaan intelektual memiliki konsep yang bernama konsep HAKI. Konsep HAKI meliputi hak kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (UU & wewenang menurut hukum), kekayaan hal-hal yang bersifat ciri yang menjadi milik orang, Kekayaan intelektual kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual manusia (karya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra) – dihasilkan atas kemampuan intelektual pemikiran, daya cipta dan rasa yang memerlukan curahan tenaga, waktu dan biaya untuk memperoleh “produk” baru dengan landasan kegiatan penelitian atau yang sejenis.

Pengaturan HAKI secara pokok (dalam UU) dapat dikatakan telah lengkap dan memadai. Dikatakan lengkap, karena menjangkau ke-7 jenis HAKI yang telah disebutkan di atas. Dikatakan memadai, karena dalam kaitannya dengan kondisi dan kebutuhan nasional, dengan beberapa catatan, tingkat pengaturan tersebut secara substantif setidaknya telah memenuhi syarat minimal yang ditentukan pada Perjanjian Internasional yang pokok di bidang HAKI. Sejalan dengan masuknya Indonesia sebagi anggota WTO/ TRIP’s dan diratifikasinya beberapa konvensi internasional di bidang HAKI sebagaimana dijelaskan pada pengaturan HAKI di internasional tersebut di atas, maka Indonesia harus menyelaraskan peraturan perundangundangan di bidang HAKI. Untuk itu, pada tahun 1997 Pemerintah merevisi kembali beberapa peraturan perundangan di bidang HAKI, dengan mengundangkan: Undang-undang No. 12 Tahun 1997 tentang Perubahan

atas Undang-undang No. 6 Tahun 1982 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta, Undang-undang No. 13 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 6 Tahun 1989 tentang Paten, Undang-undang No. 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 19 Tahun 1992 tentang Merek. Selain ketiga undang-undang tersebut di atas, undang-undang HAKI yang menyangkut ke-7 HAKI antara lain: Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, Undangundang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten, Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merk, Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, Undang-undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, Undangundang No. 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, dan Undang-undang No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman. (SIR/SUMBER WORDPRES.COM)

DR. ASRI WIJIASTUTI, M.PD

PERLU PEMETAAN POTENSI Dosen yang berada di Bagian Pengembangan Wilayah LPPM Unesa ini diundang untuk mengikuti pembuatan draft usulan paten. Penelitian harus ada unsur yang bisa menghasilkan karya cipta atau yang bisa dipatenkan.

S

osok Dr. Asri Wijiastuti, M.Pd. merupakan dosen Unesa yang cukup aktif dalam melakukan penelitian. Pada tahun 2003, ia telah mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual dari Dirjen HAKI dengan penelitiannya terkait dengan komposter. Tahun ini bersama dengan Nita Kusumawati, S.Si., M.Sc. ia tengah memproses HAKI dengan penelitiaanya tentang membrane untuk mengeliminir limbah batik. Dosen yang berada di Bagian Pengembangan Wilayah LPPM Unesa ini diundang untuk mengikuti pembuatan draft usulan paten. Penelitian harus ada unsur yang bisa

14

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

Majalah Unesa

menghasilkan karya cipta atau yang bisa dipatenkan. Selain itu hasil penelitian akan di seleksi di DP2M Kemenristek untuk dipilih mana yang akan diberikan insentif untuk memperoleh patennya. Tahapannya, pertama dari 9.000 penelitian akan diseleksi menjadi 800 untuk mendapatkan bimbingan dan pendampingan penulisan draft usulan paten. Selanjutnya akan diperiksa lagi untuk diseleksi dan dipilih 500 penelitian. Kemudian didampingi lagi supaya bisa masuk ke Dirjen Haki. Dananya untuk 500 peneliti, dan akan didanai sampai jadi.


LIPUTAN KHUSUS Bagi Dr. Asri Wijiastuti, M.Pd., pentingnya HAKI bagi peneliti adalah untuk melindungi hasil karya. Sebagai perlindungan karya intelektual, keuntungan yang diperoleh dari perlindungan itu otomatis menyangkut insentif. Ketika karya cipta seorang peneliti diduplikasi, peneliti tersebut mendapatkan royalty atas karya ciptanya. Sehingga, arahnya jelas dan karya cipta dilindungi oleh hukum. Selain untuk melindungi karya, HAKI juga bisa digunakan untuk meningkatkan akreditasi, baik jurusan, fakultas, maupun universitas. Semakin banyak perolehan paten sebuah perguruan tinggi, semakin besar pula kepercayaan yang dimilikinya. Sebenarnya potensi Unesa dalam hal penelitian sangat tinggi, sehingga perlu dipetakan. Menurutnya masing-masing fakultas harus punya tim ahli yang mampu mewadahi peneliti untuk mengeksplore dan mengembangkan potensi dan kapasitas dari SDM peneliti tersebut. Contohnya di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), banyak menghasilkan karya cipta seperti karya cipta musik dan tari yang dapat dipatenkan. “Kan masing-masing itu memiliki keinginan, tapi masih ragu-ragu karena beranggapan yang diterima itu-itu saja. Padahal kan tidak seperti itu,”pungkasnya. Sementara ini, pada bidang sains dan teknologi banyak yang mengajukan penelitian. Sehingga ada iklim akademisi yang tumbuh. Lain halnya dengan peneliti dari dunia pendidikan, yang mengajukan jumlahnya tidak terlalu banyak. “Kalau bidang saintek atmosfernya tumbuh. Kalau yang lain kan ya itu-itu saja. Jadi perlu

didorong,” tandasnya. Dalam meningkatkan atmosfer penelitian di Unesa, masing-masing individu paling tidak mengetahui potensi dan kapasitas diri. Di samping itu, profesor di masing-masing fakultas juga harus bisa menjadi pembimbing untuk dosen-dosen muda dan dosen-dosen yang belum pernah penelitian. Hal ini dimaksudkan agar mereka mempunyai kemampuan penelitian yang mumpuni serta termotivasi untuk selalu melakukan penelitian. Sehingga, muncul mindset bahwa penelitian itu tidaklah sulit. Hal lain yang perlu diperhatikan yakni mengerti potensi-potensi kewilayahan. Dengan mengerti potensi kewilayahan, peneliti akan tahu hal-hal apa saja yang akan diteliti. Bidang keilmuan yang diangkat juga bisa dikaitkan dengan potensi kewilayahan. Sehingga akan muncul iklim penelitian yang baik. Upaya yang dapat dilakukan dalam mendorong mahasiswa dan dosen untuk mematenkan karya cipta yang mereka hasilkan yakni harus adanya policy dari universitas bahwa pemeliharaan paten itu akan dicover oleh universitas. Selanjutnya, perlu adanya insentif yang dikeluarkan oleh universitas bagi produk yang telah memperoleh HAKI. Dosen kelahiran Malang ini berharap jumlah penelitian dari dosen-dosen muda dan dari mahasiswa yang terkait dengan keilmuan semakin tinggi dan terus meningkat. Masing-masing dari dosen muda dan mahasiswa ini hasil penelitiannya baik melalui skripsi, tesis maupun desertasi memiliki peluang untuk dipatenkan. (LINA MEZALINA)

DRS. SUROTO, M.A., PH.D

DANA MINIM TAK PENGARUHI PENELITIAN

Drs. Suroto, M.A, Ph.D

PENELITIAN dikatakan penelitian HAKI bila mempunyai akses dan kualitas serta didaftarkan. Walaupun hanya memiliki dana yang minim, apabila penilitian tersebut berkualitas maka dapat dikatakan penelitian tersebut HAKI. Demikian dikemukakan Drs. Suroto, M.A, Ph.D, dosen dari Fakultas Ilmu pendidikan Unesa. Suroto pernah melakukan penelitian berjudul Profesional Keguruan Pendidikan Jasmani di Sekolah Taman. Penelitian tersebut memerlukan dana yang tidak banyak. Penelitian tersebut

Majalah Unesa

mengangkat bagaimana keguruan pendidikan dan jasmani sekolah taman yang berkaitan dengan kurikulum 2013. Penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam tolak ukur untuk mencetak guru pendidikan dan jasmani yang profesional. “Banyak harapan yang ingin saya curahkan, salah satunya semakin banyak yang mengurus mengenai penelitian HAKI dengan kualitas yang baik sehingga kita mampu dikataka benar – benar memiliki penelitian HAKI dan mampu dikatakan intelektual”, jelas beliau. (MURBI)

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

15


KOLOM REKTOR

Sebagai lembaga Unesa telah menyerahkan sebagian besar tanggung jawab tersebut kepada para dosen. Oleh karena itu, para dosen yang terlibat dalam PPG maupun PLPG, secara moral (imeperatif katogoris) harus bertanggung jawab terhadap profesionalitas guru yang telah dididik dan dilatih. Oleh Prof. Warsono

S

esuai dengan tugas pokok dan fungsi Unesa sebagai lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) adalah menghasilkan guru. Meskipun dalam undang undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen disebutkan bahwa untuk menjadi guru tidak harus berasal dari sarjana pendidikan, namun pada akhirnya untuk menjadi guru yang profesional harus mengikuti pendidikan profesi. Sampai saat ini yang ditunjuk oleh Pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan profesi guru (PPG) adalah LPTK, termasuk Unesa. Ini berarti, Unesa memiliki peran yang sangat strategis dan penting dalam peningkatan kualitas guru. Selain PPG, Unesa juga diberi tugas untuk melakukan pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) bagi guru-guru dalam jabatan, yaitu mereka yang selama ini telah diangkat menjadi guru. Untuk menjadi guru yang profesional, mereka harus mengikuti PLPG selama kurang lebih 90 jam, kemudian dilakukan evaluasi untuk menentukan kelulusan. Dalam PLPG tersebut guru mendapat pendidikan dan pelatihan dari dosen-dosen Unesa sesuai

dengan bidang studinya. Oleh karena itu, Unesa memiliki tanggung jawab moral sebagai penjamin mutu (professional) para guru yang telah mengikuti PPG maupun PLPG. Dalam rangka pertanggungjawaban moral dan penjaminan mutu,

Meskipun demikian, tanggung jawab moral dan penjaminan mutu profesionalitas guru sebagian besar justru ada di tangan para dosen yang terlibat dalam PPG maupun PLPG, karena mereka yang terlibat secara langsung dalam proses pendidikan dan pelatihan. Sebagai lembaga Unesa telah menyerahkan sebagian besar tanggung jawab tersebut kepada para dosen. Oleh karena itu, para dosen yang terlibat dalam PPG maupun PLPG, secara moral (imeperatif katogoris) harus bertanggung jawab terhadap profesionalitas guru yang telah dididik dan dilatih. Selain dosen, tanggung jawab kualitas profesionalitas guru ada pada para guru itu sendiri. Sebagai subjek, para guru juga memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan diri (profesionalitasnya), dengan cara terus menjadi pembelajar. Sebaik apapun usaha yang dilakukan oleh para dosen, jika para guru tidak ada kemamuan untuk mengembangkan diri, hasilnya tidak akan optimal. Oleh karena itu, salah satu tugas para

PERAN UNESA

UNTUK PENINGKATAN KUALITAS GURU

16

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

Unesa telah membentuk unit pelaksana teknis yang diberi tugas mengelola PPG dengan melibatkan dosen-dosen dari berbagai fakultas dan program studi. Unit pelaksana teknis tersebut selama ini telah menjadi pelaksana program sarjana mendidik daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (SM3T), dan sekaligus menjadi penyelengara pendidikan profesi guru, bagi mereka yang telah selesai melakukan tugas SM3T. Program SM3T yang ditangani Unesa tahun ini sudah sampai pada angkatan kelima.

Majalah Unesa


KOLOM REKTOR dosen dalam proses pendidikan dan pelatihan para guru adalah menjadi motivator dan stimulator bagi para guru untuk mengembangkan diri. Pendidikan merupakan proses interaksi antara guru dengan murid, (dalam pendidikan profesi antara dosen dan guru). Dalam interaksi tersebut akan menghasilkan hasil yang optimal jika masing-masing aktif. Di satu sisi, para dosen secara kreatif terus mengembangkan inovasi pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar bisa berlangsung secara efektif dan menyenangkan. Di sisi lain, para guru juga ada kemauan untuk terus belajar. Dengan demikian ada interaksi yang positif antara dosen dan guru. Profesionalitas guru memang merupakan hasil interaksi antara berbagai komponen, di antaranya adalah lembaga pendidikan (para dosen, sarana prasarana), kurikulum, dan para guru atau calon guru. Dalam sistem pendidikan ada input, proses, dan output. Jika input baik, proses baik, maka outputnya juga akan baik, namun sebaliknya, jika input jelak, proses jelek, maka outputnya juga akan jelek. Dalam sistem tersebut input adalah para calon guru, sedangkan prosesnya ada di Unesa, yang bergantung dari kualitas dosen, sarana prasarana, dan kurikulum. Profesionalitas guru tidak sama dengan profesi-profesi lain. Profesionalitas guru adalah pendidik yang bukan hanya ditentukan oleh empat kompetensi yang telah ditetapkan dalam undang-undang guru dan dosen, yaitu kompetensi profesional, pedagogik, sosial, dan personal, tetapi juga harus memiliki jiwa pendidik, yang meliputi loyalitas terhadap profesi (keikhasan dalam bekerja), kasih sayang, dan kemauan untuk menjadi pembelajar. Tanpa jiwa pendidik, guru akan terjebak pada fungsi pengajar yang hanya sekedar mentransfer pengetahuan

dan nilai, tetapi tidak bisa membentuk atau mengubah perilaku, sikap dan pola pikir siswa. Dalam rangka menghasilkan pendidik yang profesional, perlu dkembangkan model pendidikan magang, berikatan dinas, dan berasrama. Model ini merupakan penggabungan antara SM3T dengan PPG yang dilengkapi dengan asrama. Model SM3T sebagai bentuk magang dari para calon pendidik. Melalui program SM3T, para calon pendidik akan diuji jiwa pendidiknya, apakah mereka memiliki loyalitas terhadap profesinya sebagai pendidik atau tidak. Selama satu tahun ditempatkan di daerah 3T, mereka bisa dievaluasi apakah memiliki jiwa atau tidak. Satu tahun di daerah 3T adalah cukup untuk mengevaluasi dan membuktikan apakah calon tersebut memiliki jiwa pendidik atau tidak. Setelah mereka lolos dari seleksi jiwa pendidik, kemudian mereka dimasukkan dalam pendidikan yang berasrama. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi guru, baik dari segi profesionalitas, pedagogik, sosial, serta personal. Pengembangan kompetensi profesional dan pedagogik dikembangkan melalui proses pembelajaran di kelas dengan bimbingan para dosen. Dalam proses tersebut, para calon guru bukan hanya diberi tambahan ilmu, tetapi juga didorong untuk berpikir kreatif, sehingga bisa menghasilkan inovasi-inovasi pembelajaran yang kemudian dipraktikkan langgsung di sekolah-sekolah. Oleh karena itu, Unesa harus memiliki sekolah laboratorium, yang berfungsi untuk mempraktikkan berbagai inovasi pembelajaran yang dikembangkan oleh para calon guru. Keberadaan sekolah laboratorium di Unesa saat ini masih belum difungsikan sebagai laboratorium sebagaimana

Majalah Unesa

laboratorium fisika, kimia, biologi atau laboratorium lainnya, yaitu sebagai tempat para mahasiswa mempraktikkan dan sekaligus menguji teori-teori yang sedang mereka pelajari. Sekaloh laboratorium harus difungsikan sebagai tempat para calon guru untuk mempraktikkan berbagai teori dan inovasi berbagai pendekatan, model dan metode pembelajaran, sehingga mereka benar-benar kaya akan pengalaman mengajar. Pengalaman mengajar dengan berbagai pendekatan, model, dan metode tersebut akan menjadi modal mereka dalam menjalankan profesinya sebagai pendidik yang profesional. Sedangkan kehidupan di asrama untuk pengembangan kompetensi sosial dan personal. Dalam kehidupan berasrama tersebut, mereka akan hidup bersama dan berinteraksi dengan teman yang memiliki latar belakang budaya dan agama yang berbeda. Dalam kehidupan di asrama tersebut mereka akan belajar mengembangkan toleransi, kejujuran, dan tanggung jawab. Mereka akan saling berbagai tugas dan tanggung jawab dengan berbagai orang. Dalam kehidupan asrama juga harus disusun kurikulum yang mengarah kepada penguatan jiwa pendidik, sehingga mereka benarbenar menjadi pendidik yang profesional. Konsep pendidikan profesi guru berikatan dinas dan berasrama inilah yang sedang diusulkan oleh asosiasi LPTK negeri seluruh Indonseia kepada pemerintah sebagai jaminan terhadap kualitas guru. Namun yang lebih penting adalah bagaimana kualitas dan jiwa pendidik dari para dosen, karena secara riil yang terlibat langsung dalam penjaminan mutu guru adalah dosen. Sebagai penjamin mutu, para dosen juga harus kompeten dan memiliki jiwa pendidik, sehingga bisa menjadi model yang dicontoh oleh para guru. n

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

17


LENSA UNESA

Mensos Hadiri

Seminar Nasional

rogram studi S1 Pendidikan Pancasila dan Kewar­ ganegaraan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Unesa enyelenggarakan seminar di Auditorium Rektorat Unesa Ketintang, Senin (9/11/2015). Kegiatan diikuti seluruh maha­ siswa S1 PPKN angkatan 2013, 2014 dan 2015. Kegiatan tersebut mengangkat tema “Mencip­ takan Mahasiswa yang Memiliki Jiwa Nasionalis, Berdedikasi dan Berintegritas dalam Memperin­ gati Hari Pahlawan.” Hadir sebagai narasumber, salah satunya Menteri Sosial, Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.Si. l(EMIR)

18

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

di Unesa

Majalah Unesa


LENSA UNESA

PELANTIKAN PEMBANTU DEKAN SE- LINGKUNGAN UNESA

REKTOR Unesa, Prof Warsono, (16/11/2015) me­ lantik para Pembantu dekan periode 2015-2019 se-Lingkungan Unesa di Auditorium gedung rek­ torat lantai 2, Kampus Unesa Ketintang Surabaya dalam acara pengambilan sumpah, pelantikan, dan serah terima jabatan pembantu dekan. Dengan pejabat yang baru, diharapkan Unesa ke depan dapat lebih “Bersinergi dan Berdaya Saing” sesuai dengan tema Diesnatalis Unesa ke-51.l

BOSARIS VII GELAR SEMINAR NASIONAL RUTIN

STANDARISASI, Sertifikasi dan Hak Ke­ kayaan Intelektual (HKI) di Era Globalisasi” menjadi tema Seminar Nasional Boga, Busana dan Rias (Bosaris) yang ke-7. Pem­ bicara utama yang hadir dalam seminar tersebut, Kepala Badan Standarisasi Na­ sional (BSN), Prof. Dr. Ir. Bambang Prasetya, M.Sc dan ketua Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Dr. Ir. Purwadi, M.S. salah satu yang mencuat dalam seminar itu adalah bahwa untuk menuju MEA, semua barang yang diperjualbelikan diharapkan memiliki SNI dan semua produk atau budaya atau apapun milik Indonesia yang belum dipatenkan harus masuk HKI. l EMIR/CKITA)

Majalah Unesa

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

19


INSPIRASI

ALUMNI

Cheng Hoo Djadi Galajapo

MUNDUR DARI PNS,

Seriusi Dunia Lawak dan Dai

20

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

Majalah Unesa


INSPIRASI ALUMNI Mendengar nama Cheng Hoo, tentu persepsi langsung mengarah pada sosok Laksamana Cheng Ho yang membawa agama Islam ke tanah Jawa. Namun, untuk Cheng Hoo yang satu ini tak sedikitpun memiliki keterkaitan dengan laksamana asal Thionghoa tersebut. Ia adalah Cheng Hoo Djadi Galajapo, alumni IKIP Surabaya yang kini menekuni profesi sebagai seniman pelawak sekaligus dai.

D

jadi Galajapo atau Cak Djadi—demikian panggilan akrabnya—merupakan pelawak yang dilahirkan di Gresik, 8 Maret 1965. Cak Djadi menempu pendidikan tingkat atas di SMA Negeri 9 Surabaya, lantas melanjutkan pendidikan ke IKIP Surabaya. Cak Djadi pernah menjadi guru PNS di Pacitan, namun ia mengundurkan diri. Dulu, pekerjaan PNS kurang begitu diminati lantaran penghasilannya yang tak begitu besar. Bahkan, sempat ada plesetan singkatan PNS, yakni Penghasilanipun Namung Sekedhik (penghasilan cuma sedikit). Meskipun dilahirkan di Dadap Kuning, Cerme, Gersik, namun sejak kecil Djadi ikut kakek-neneknya tinggal di Surabaya. Setiap hari, Djadi harus membantu neneknya mengambil kulakan sayur ke pasar Pacarkeling. Karena penghasilan neneknya yang pas-pasan, Djadi disekolahkan ke TK Megawati. TK yang kebanyakan orangtua siswanya berdagang di pasar. Djadi meniti karier sebagai pelawak sejak tahun 1980-an. Mulanya, ia tidak mudah meniti karier tersebut. Berbagai hambatan datang silih berganti. Namun, komitmennya yang begitu kuat untuk terus berkarier di dunia lawak membuatnya diperhitungkan. Sebenarnya, Djadi dilarang melawak oleh kakeknya. Konon, orang yang melawak akan dimasukkan ke dalam neraka wail. Tapi, Djadi punya pemikiran bahwa para dai juga sering memasukkan lawak dalam ceramahnya. Dengan dalih itulah Djadi tetap melawak di berbagai pentas.

Djadi juga tahu bahwa kakeknya sangat suka pada kue terang bulan. Dengan demikian, sehabis melawak, Djadi membelikan kue terang bulan untuk kakeknya. Ketika kakeknya bertanya, dari mana dapat uang. Djadi menjawab dari hasil melawak tapi sambil melawak juga berdakwah. Tak disangka alasan itu diterima oleh kakeknya. Itulah yang menjadi cikal bakal judul bukunya: Neraka Wail dan Kue Terang Bulan. Selain itu, Djadi juga mengaku bahwa awal mula menjadi pelawak menjadikan dia jomblo. Pacarnya yang berasal dari Nganjuk memutuskan cintanya. Meskipun akhirnya Djadi tetap bersyukur sebab kelak Djadi mendapatkan istri yang juga berasal dari Nganjuk. Sebagaimana kata Cheng Hoo, Galajapo pun sebenarnya hanyalah nama tambahan yang ditambatkan setelah Djadi naik haji. Galajapo sendiri sebenarnya singkatan dari Gabungan Lawak Jawa Pos. Kenapa pakai nama itu? Ceritanya, pada tahun 1980-an, Sam Abede Pareno, staf wartawan Jawa Pos menggagas diadakannya audisi pelawak. Dari hasil audisi tersebut ditemukan tiga pelawak potensial, yaitu Djadi, Lutfi, dan Priyo. Kemudian, tiga pelawak tersebut digabung sehingga nama Galajapo bisa juga disebut sebagai singkatan dari Gabungan Djadi, Lutfi, Priyo. Kata Gala sengaja diambil, selain karena memang rangkaian nama yang pas juga karena pada masa itu kata tersebut sangat mahsyur. Beberapa nama yang menggunakan kata Gala sebagai awalan pada masa itu, antara lain: Galatama, Galarama, dan Galatawa.

Majalah Unesa

Namun demikian, Djadi menyadari bahwa sebagai pelawak memiliki tanggung jawab yang besar terhadap penonton. Menurut Djadi, saat manusia tertawa maka saat itu pula seringkali lupa terhadap Tuhan. Dan tertawa yang terpingkal-pingkal akan menyebabkan pengerasan hati. “Kalau sampai terpingkal-pingkal, bisa menimbulkan kanker hati. Makanya saya ingin meminta maaf kepada semua penggemar ataupun penonton yang pernah tertawa terpingkal-pingkal karena guyonan saya,” ucapnya sebagaimana yang dimuat news.detik.com. Selain buku Neraka Wail dan Kue Terang Bulan, buku lain yang juga menceritakan mengenai Haji Muhammad Cheng Hoo Djadi Galajapo adalah Penuntun Laku di Segala Waktu. Dalam buku yang disusun bersama Arifin BH ini, Djadi bercerita bahwa pelawak harus memiliki citra yang bagus. Profesi pelawak jangan sampai hanya dijadikan bahan ejekan apalagi pelecehan. Oleh karena itu, kata Djadi, humorhumor yang dilontarkan bukan sekadar pelipur lara dan juga bukan cara lain untuk merusak orang lain. “Karena humor memang tak sekadar pelipur lara, tetapi harusnya penuntun di segala waktu,” katanya. Untuk membuktikan dedikasinya dalam dunia lawak, tahun 2012 lalu, Djadi membangun tempat berkumpul untuk dimanfaatkan dalam berbagai hal. Namanya Padepokan NU Monggo Eling Pancasila di jalan Kalijudan Gg IX, Gayam, Surabaya. Lima meter dari rumah kediaman dirinya. Padepokan itu dimaksudkan untuk menjadi sarana musyawarah dalam mengaji tentang kehidupan berbangsa, bernegara, bermasyarakat, dan beragama. Di samping juga didedikasikan untuk para pelawak dan semua orang yang ingin tahu dunia lawak. Padepokan itu diharapkan menjadi tempat olahjiwa dan olahbatin yang berbasis akhlakul karimah sehingga menjadi jembatan gagasan menuju nusantara jaya. n

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

21


SEPUTAR

UNESA

SEPUTAR UNESA

Menristekdikti Prof Mohamad Nasir

“Unesa Jadilah Motor Penghasil Guru Profesional”

M

enteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak, Sabtu (28/11) hadir di Kampus Unesa dalam acara ‘Sarasehan Bersama’ di Auditorium Gedung Wiyata Mandala PPPG Unesa, Kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya. Dalam kesempatan tersebut dilakukan diskusi bersama civitas akademika yang dimoderatori langsung oleh Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S. Banyak hal yang disinggung dalam kunjungan Menristekdikti di Unesa kemarin, di antaranya masalah-masalah kebijakan seputar keberlangsungan perguruan tinggi dalam menyiapkan sumberdayanya untuk mengadapai era pasar bebas, khususnya MEA yang dimulai pada akhir Desember 2015 ini. Pada kesempatan itu, menteri asal Ngawi itu juga berharap khusus kepada Unesa agar mampu menjadi penggerak dalam menghasilkan guru yang profesional. “Saya berharap, nantinya pendidikan guru yang ada di Unesa mampu menghasilkan tenaga pendidik atau guru yang mampu mengubah Indonesia lebih maju. Kami juga sudah mengomunikasi dengan Pak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, ternyata jumlah guru yang dibutuhkan sangat besar sekali.

22

Oleh karena itu saya berharap kepada Pak Rektor, supaya Unesa bisa menjadi motor penggerak penyiapan tenaga guru yang profesional. Baik dari guru untuk tingkat PAUD, SD, SMP, SMA, maupun SMK,” papar menteri kelahiran 27 Juni 1960 itu. “Ini sangat penting. Kalau tenaga gurunya tidak profesional, maka lulusan sekolah akan berat sekali. Disparitas pendidikan kita sangat tinggi sehingga diperlukan tenaga pendidik yang profesional,” tandas Menristekdikti. Menteri juga mendorong semua dosen segera menempuh S3 untuk meningkatkan daya saing dan output perguruan tinggi yang baik. “Kami sudah siapkan budget untuk menempuh S3 bagi dosen, baik di dalam maupun di luar negeri. Jadi tidak ada alasan lagi tidak bisa kuliah S3 karena tidak ada biaya. Kita sekarang berusaha meningkatkan kualitas dengan mempercepat lulusan program dokter bagi para dosen melalui cara mendatangkan para profesor dari luar negeri untuk membimbing para calon doktor yang ada di Indonesia,” lanjutnya. Soal perguruan tinggi sebagai lembaga riset, Menristekdikti member kabar baik, yakni soal dipermudahnya sistem pelaporan. “Riset di perguruan tinggi ternyata banyak kendala yang

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

Majalah Unesa

dihadapi. Banyak para peneliti, para dosen yang melakukan penelitian pertanggungjawabannya yang digunakan berbasis pada aktivitas, ini yang salah. Tapi ini yang diminta kementerian keuangan. Akhirnya banyak dosen yang melakuan penelitian bukan bingung melakukan riset, tetapi bingung membuat laporang pertanggungjawaban. Ini sekarang sudah kami koordinasikan dengan kementerian keuangan untuk mengubah bentuk laporan itu. Saya meminta laporannya basisnya bukan aktivitas, tetapi berbasis output,” tandasnya disambut teput tangan hadirin. Selain itu, menurut Menteri Nasir, Rasio jumlah mahasiswa dan dosen selama ini juga menjadi hambatan karena adanya profesor dan dosen yang pensiun tidak bias menjadi pembimbing. “Untuk itu kami membuat peraturan baru, yakni guru besar yang sudah pensiun atau dosen yang sudah pensiun itu bisa diangkat menjadi dosen dengan Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK) yang diankat oleh rektor masing-masing perguruan tinggi bersangkutan. Dengan begitu bisa membantu permasalahanpermasalahan yang ada di perguruan tinggi,” pungkas orang nomor satu di Kemenristekdikti siang itu.n (ARM)


FBS GELAR WORKSHOP

Penulisan Jurnal Internasional

G

eliat literasi di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa sudah mulai terasa dengan diselenggarakannya Workshop Penulisan Jurnal Internasional (11/1/2015). Hadir sebagai pembicara adalah Handoyo Puji Widodo, S.Pd, DipL, Appl,Ling, MA dari Universitas Jember. Pria yang merampungkan program S3-nya di Australia itu, dengan pengalamannya berbagi pengetahuan cara menulis dan trik menembus jurnal internasional kepada puluhan dosen se-lingkungan FBS. Dalam workshop tersebut, dosendosen diajak langsung mengeksplorasi karya masing-masing untuk dikembangkan sehingga dapat mengetahui potensinya untuk bisa dipublish di jurnal internasional yang terideks di SCOOP. Banyak diinformasi yang disampaikan oleh Handoyo dalam kesempatan

tersebut. Setiap dosen diajak mengenali karyanya sendiri sekaligus mengevaluasinya juga memberikan alternatif dengan berbagai jurnal yang cocok dengan tema dan bahasan yang dikaji. Juga dikenalkan dengan berbagai macam jurnal dan karakteristiknya. Dalam sambutan pembukaan, Dekan FBS, Prof Bambang Yulianto mendandaskan, “Workshop penulisan jurnal internasional ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dosendosen dalam hal penulisan untuk jurnal internasional. Karena hal itu penting dalam menunjang akademis,� harapnya. Setelah pelatihan, diharapkan para dosen FBS segera bisa menghasilkan karya tulis ilmiah yang benar-benar layak dan bisa dipublikasikan di jurnal internasional. Menyinggung soal literasi di Unesa, di FBS program literasi dijadikan unit kegiatan fakultas di bawah payungnya

kegiatan PD 1. Selama ini sudah ada unit kegiatan seperti GJM (Gugus Jaminan Mutu), Kajian Wanita, PPP, Jurnal, dan lain-lain. Dekan berharap pihaknya bisa membuat gerakan literasi setidaknya di lingkungan fakultas baik ke dalam maupun ke luar baik secara icon maupun produk. Misalnya dengan membangun reading corner atau semua hal yang berkaitan dengan literasi (baca dan tulis). Pihaknya berharap itu bisa menggerakkan program literasi di lingkungan fakultas bahasa baik mahasiswa, dosen, dan semua warga FBS lainnya. Selain dalam bentuk produk, Dekan juga berharap ada image bahwa FBS itu identik dengan literasi. Ke depan kegiatan literasi di FBS bisa menonjol dan mendukung program Pusat Literasi Unesa (PLU) yang telah hadir lebih dahulu. (DWI)

Unesa Juara BNFC 2015 di Malang

T

im unggulan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tampil sebagai juara di kelompok putra Brawijaya National Futsal Championship ( BNFC) 2015. Di partai puncak yang dilangsungkan di GOR Ken Arok, Sabtu (14/11), tim Unesa mengalahkan tim kuat lainnya, UPI Bandung dengan skor 2-0. Unesa menjadi salah satu tim unggulan dalam kejuaraan antar perguruan tinggi nasional itu karena memiliki banyak pemain bagus. Tim yang diperkuat beberapa pemain futsal dari

tim Pra PON Jatim itu sudah menunjukkan dominasi sejak babak penyisihan grup. Unesa melaju ke babak semifinal setelah menundukkan tim tuan rumah UB dengan skor 3-2. Di babak semifinal mereka bahkan mendapat kemenangan mutlak dengan mencatatkan skor 8-1 menggulung tim UM. Berjaya di kelompok putra, Unesa gagal berjaya di kelompok putri. Mereka tidak bisa mengawinkan gelar karena tim putri Unesa harus menerima kekalahan dari tim UNJ 0-4. Ketua Panitia, Aditya Kur-

niawan, menyebut jalannya kejuaraan yang berlangsung menarik dan antusias peserta memantapkan rencana menempatkan BNFC sebagai agenda tahunan di Malang. “Keikutsertaan cukup

Majalah Unesa

menyebar, dari Lampung, Jakarta, Bandung dan Makasar ada. Padahal saat ini lagi ada POMNas dan Pra PON. Ini membuat kami optimistis di penyelenggaraan berikutnya,� ujar Aditya. (SOL)

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

23


SEPUTAR

UNESA

Pelantikan Pembantu Dekan

7 FAKULTAS SE-UNESA

Jajaran pembantu dekan se-Universitas Negeri Surabaya, telah diserahterimakan dalam pelantikan yang dilakukan langsung oleh Rektor Unesa, Prof Warsono. Banyak harapan ditumpukan kepada para pembantu dekan baru untuk meningkatkan daya saing Unesa ke depan.

D

engan berakhirnya masa jabatan pembantu dekan di fakultas selingkung Unesa, Senin (16/11) bertempat di Auditorium Kantor Pusat Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.Si. melakukan pelantikan dan serah terima jabatan pembantu dekan periode 2015-2019. Jabatan di perguruan tinggi seperti rektor, pembantu rektor, dekan, pembantu dekan, dan jabatan di tingkat jurusan merupakan tugas tambahan. bagi dosen yang diberi amanah, sedangkan tugas utama dosen melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, sehingga dosen yang mendapat tugas tambahan masih berkewajiban melaksanakan tugas utama, demikian ditegaskan Rektor.

24

Secara beruntut, Rektor berpesan kepada Pembantu Dekan I, II, III. Untuk Pembantu Dekan I, rektor mengharapkan adanya peningkatan mutu pembelajaran baik secara proses maupun hasil akademik yang sesuai dengan perkembangan zaman. Kemudian untuk Pembantu Dekan II, rektor berharap agar bidang ini dapat mengelola keuangan fakultas dengan baik sebab audit keuangan institusi ini dilakukan oleh akuntan publik selain dari itu pembinaan SDM sebagai bagian dari tugas bidang II harus ditingkatkan dan dapat disinergiskan dengan Bidang I terkait dengan pembinaan Dosen dan juga dibidang tenaga non akademik. Lalu untuk Pembantu Dekan III, rektor

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

Majalah Unesa

mengharapkan bidang ini memperkuat komitmen institusi untuk membangun karakter dan prestasi mahasiswa sebab basis mahasiswa ada di fakultas, selain dari itu kegiatan kemahasiswaan supaya lebih ditingkatkan untuk mendukung kegiatan kegiatan akademik sehingga kegiataan kemahasiswaan akan bersinergis untuk melengkapi kemampuan mahasiswa dalam mengembangkan diri menekuni bidang keilmuan. Dengan demikian kegiatan kemahasiswaan yang dikoordinasikan bidang III akan dapat menarik minat mahasiswa lebih banyak. Perhatian khusus untuk pembinaan bidang ilmiah harus dilakukan. Mahasiswa Unesa harus mampu bersaing mengkomunikasikan keilmuannya dalam bentuk karya tulis ilmiah di tingkat nasional bahkan internasional seperti yang telah terwujud beberapa waktu lalu. Pembinaan yang lebih intensif dalam bidang ini diharapkan dapat memperbanyak prestasi bidang ilmiah pada masa mendatang. Pembinaan aktivitas dan komunitas yang mencerminkan internalisasi karakter pun harus dikembangkan. Hal itu seperti yang telah terwujud yakni adanya relawan hijau yang concern menjaga kebersihan lingkungan kampus. Akhirnya rektor berpesan agar para pembantu dekan terpilih menjaga amanah, terus berkarya, dan mengabdi pada nusa dan bangsa melalui lembaga tercinta, Unesa. (SIR/EMIR)


LAPORAN UTAMA OLEH-OLEH DARI AMERIKA SERIKAT (1)

PENGALAMAN ADALAH

GURU BERHARGA Prof. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd

MELALUI PROGRAM ISLAMIC DEVELOPMENT BANK (IDB), PROF LUTHFIYAH NURLAELA BERSAMA DUA DOSEN UNESA LAINNYA BERKE­SEM­PATAN MENGIKUTI SHORT COURSE DI USU DALAM BIDANG CURRICULUM DEVELOPMENT ON EN­GI­NEE­RING EDUCATION. BERIKUT CATATAN OLEH-OLEH DARI AMERIKA.

P

agi yang cerah dan jalan-jalan padat. Bertiga, saya, pak Asto, dan bu Lusia, menuju Konsulat Amerika. Diantar Anang, driver P3G. Membaurkan diri di keramaian lalu lintas. Pukul 07.30, saatnya orangorang berangkat kerja dan anak-anak berangkat sekolah. Beberapa kali mobil kami terjebak dalam kemacetan. Tak mungkin menghindar. Namun karena jarak tempuh normal dari gedung P3G menuju Kantor Konsulat Amerika hanya sekitar 10 menit, maka kemacetan itu tidak terlalu merisaukan karena waktu kami cukup longgar. Tiba di depan kantor konsulat yang sekelilingnya dijaga oleh sekuriti, kami turun, dan langsung disambut dengan prosedur standar. Lapor diri, serahkan KTP dan passport, letakkan semua berkas di keranjang (satu orang satu keranjang), matikan semua ponsel dan gadget, dan bediri di tempat yang sudah disediakan untuk menunggu panggilan. Begitulah, maka kami bertiga berdiri, dan menunggu beberapa saat, sebelum akhirnya pintu dibuka dan seorang petugas menyilakan kami untuk masuk. Di dalam ruang, dua petugas menyambut kami, satu perempuan, satu laki-laki. Kembali kami berdiri berjajar. Bu Lusia di depan sendiri, membiarkan tas dan keranjang berkasnya di-scan. Semua gadget harus ditinggal, hanya dompet yang boleh dibawa. Seorang petugas memberikan sebuah kartu pengunjung, dan kartu itu harus disematkan di dada. Sambil membawa berkas dan dompet, Bu Lusia disilakan keluar menuju tempat verifikasi berkas dan wawancara. Begitu jugalah proses yang saya lalui bersama Pak Asto. Hanya saat giliran

saya, petugas perempuan itu bertanya: “Ibu, ibu masih muda kok gelarnya banyak begini, waktu kuliah ambil jurusan dobel gitu tah bu?” Saya menggeleng. “Secara bertahap, Mbak.” Jawab saya sambil tersenyum. “Tadi juga ada bapak-bapak yang gelarnya seperti ibu, tapi beliau sudah tua.” Saya tersenyum lagi sambil mbatin. “Aku yo wis tuwo kok mbak, saking masih kelihatan cantik dan awet muda saja, suwerrr...”, gumam saya dengan penuh percaya diri. Saat berjalan menuju ruang wawancara, saya sempatkan melihat sekeliling. Dinding-dinding warna tanah yang bersih, tanaman-tanaman yang dominan hijau, lantai dove yang nyaman tapi tidak ramah, kaca di mana-mana. Saat saya berjalan, saya membayangkan ada kamera yang mungkin sedang merekam setiap gerak saya, dan seseorang sedang mengamatinya dari sebuah monitor. Memastikan saya tidak melakukan hal-hal yang mencurigakan. Siapa tahu tiba-tiba saya memanjat pohon untuk memetik bunga-bunga dan merontokkan daun-daunnya. Begitu saya tiba di depan pintu, pintu terbuka. Anda tidak perlu mengetuk pintu dan meminta seseorang untuk membukakannya. Begitu Anda tiba di depan pintu, pintu akan terbuka begitu saja. Saya memasuki ruangan dan mengambil nomor antrian, lantas duduk di ruang tunggu yang langsung berhubungan dengan konter-konter. Saya jadi tahu ternyata orang di dalam ruang ini bisa melihat siapa pun yang sedang berjalan di luar menuju ke ruang ini. Makanya begitu kita sampai di depan pintu, petugas langsung

Majalah Unesa

membukakannya untuk kita. Ada sekitar sebelas orang di ruangan. Satu per satu kami dipanggil menuju konter untuk verifikasi data dan menyerahkan enam berkas pokok: Passport, form DS-160, non-refundable visa application fee receipt, pas foto, form DS-2019, dan original interview appointment letter. Semua berkas ini kami siapkan sejak beberapa waktu yang lalu, berkorespondensi dengan Global Engagement Office, The Utah State University (USU), tempat kami mengambil short course pada awal Oktober sampai pertengahan November nanti. Juga melakukan registrasi online serta membayar sejumlah uang untuk visa dan SEVIS melalui Standard Chartered Bank. Setelah verifikasi data, kami menunggu sebentar, dipanggil lagi di konter sidik jari. Empat jari kiri, empat jari kanan, dua jari jempol. Menunggu lagi, untuk dipanggil di konter wawancara. Dua petugas bagian verifikasi, perempuan, Indonesia. Petugas sidik jari, orang Amerika, agak gendut. Petugas pewawancara, orang Amerika juga. Bahasa Indonesia kedua orang itu sangat fasih, meski dengan logat Amerika yang kental. Kebanyakan dari kami diwawancarai dalam Bahasa Inggris, kecuali hanya satu dua orang yang mungkin tidak bisa berbahasa Inggris. Kami bertiga diwawancarai satu per satu, ditanya ini-itu. Saat saya ditanya “What is engineering education?”, saya jawab sekenanya: “It’s about instructional technology or learning strategies implemented in engineering field.” Petugas langsing dan ngganteng itu manggut-manggut. Gumam saya: “Mudeng ra? Ora toh? Aku wae yo ra mudeng....”

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

25


KABAR MANCA Mengurus visa untuk pergi ke Amerika ternyata ada seninya tersendiri. Saya ada kesempatan pergi ke luar negeri beberapa kali, termasuk ke Melbourne, setahun yang lalu. Selama ini, visa cukup diuruskan oleh Kantor Urusan Internasional Unesa dan Biro Travel. Tapi untuk ke Amerika, no choice, kami harus mengurusnya sendiri karena ternyata ada banyak tahapan yang tidak mungkin diuruskan orang lain. Tujuan kami bertiga pergi ke Amerika adalah untuk mengikuti short course di USU. Saya dan pak Asto dalam bidang yang sama. Curriculum development on Engineering Education. Kepentingan kami lebih demi lembaga, bukan pribadi. Sejak 2013, Unesa telah memiliki nota kesepahaman (MoU) dengan USU. Namun implementasi dari MoU itu belum terlalu nyata, kecuali sekadar mengundang beberapa professor atau associate professor ke Unesa untuk menjadi dosen tamu atau narasumber seminar. Selebihnya belum ada. Nah, kebetulan Unesa memiliki beberapa proyek yang didukung oleh Islamic Development Bank (IDB). Salah satunya adalah pemberian beasiswa untuk Non Degree Training (NDT), baik di dalam maupun di luar negeri. Bersama beberapa dosen yang berminat, mencobalah saya untuk mendapatkan dana itu. Membangun korespondensi dengan pihak USU, membuat proposal, presentasi, dan mengurus segala persyaratan. Saat presentasi, saya sempat juga ditanya oleh Kabag Kepegawaian Unesa; “Ibu kan menjabat? Masak mau pergi selama itu?” Lantas saya jawab: “Saya sudah mempertimbangkan timing-nya, Pak. Saat saya menempuh short term program itu, kegiatan di PPPG agak jeda. Prakondisi SM-3T sudah selesai, peserta sudah diberangkatkan semua, PPL PPP juga sudah selesai, jadi puncak kesibukannya insyaallah sudah reda. Lagi pula, saya perlu tambahan pengalaman untuk upgrading kompetensi saya, selain dalam rangka mewujudkan nota kesepahaman itu.” “Ya sudah, yang penting pimpinan mengizinkan.” Alhamdulilah, surat izin Rektor turun. Surat-surat yang lain seperti financial support letter dan scholarship letter, tidak ada masalah. Mengurus visa dengan segala lika-likunya, setidaknya sampai tahap ini, lancar. Begitu juga yang terjadi pada Pak

26

Asto dan Bu Lusia. Meskipun bidang program short term Bu Lusia berbeda, yaitu bidang Image Processing, tapi kami mengurus segala sesuatunya bersama-sama, saling membantu, saling mendukung. Alhamdulilah, Allah benarbenar bermurah hati, dan melancarkan segala urusan kami. Alhamdulilah. Jadi, mari kita menuntut ilmu ke Amerika. Tiba di Amerika Jumat, 2 Oktober 2015. Pukul 09.36. Tibalah kami di Seattle. Kota pertama di USA yang kami singgahi. Setelah menempuh perjalanan hampir 20 jam. Dua jam dari Surabaya menuju Singapura. Transit sekitar enam jam. Untung Mbak Silfia, staf Kantor Urusan Internasional Unesa, sudah mengatur perjalanan kami dengan ‘agak’ baik, sehingga kami bisa mendapatkan free lounge di Premium Plaza Lounge di Changi Airport. Sangat membantu. Enam jam sejak pukul 22.00 sampai pagi pukul 04.30, kami bisa beristirahat dengan tenang dan tidur selonjor. Saya katakan Mbak Slifia sudah mengatur perjalanan kami dengan ‘agak’ baik karena dia lupa tidak mengingatkan kami untuk memesan halal food secara online sebelum keberangkatan. Jadilah kami bertiga mengalami kelaparan dalam penerbangan mulai dari Singapura ke Jepang. Dua kali waktu makan kami lewati dengan ‘tirakat’, karena tidak ada halal food atau vegetarian food untuk kami bertiga. Untungnya, pramugari yang tidak tega melihat kami, mengupayakan satu porsi vegetarian food, kebetulan ada kelebihan, entah seharusnya milik siapa, untuk kami. Seporsi kecil itu, yang dimakan sendiri saja mungkin tidak cukup kenyang atau ‘ngepas’, musti kami nikmati bertiga. Apa boleh buat. Salah kami sendiri kenapa tidak online pesan dulu. Siapa juga yang ‘ngeh’? Kami tidak tahu kalau kami harus melakukannya. Kami tidak punya pengalaman itu. Dan celakanya, Mbak Silfia juga tidak mengingatkan, atau sudah memesankan untuk kami. Tidak masalah. Pengalaman adalah guru. Begitu kami transit di Bandara Narita, Tokyo, yang hanya sekitar satu jam itu, kami memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin. Di counter gate, kami mencoba bertanya dan meminta pada petugas, supaya kami dipesankan menu vegan untuk penerbangan menuju Seattle. Sekitar sembilan jam di pesawat tak akan lagi kami lalui dengan menahan dingin

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

Majalah Unesa

sekaligus lapar. Tidak lagi. Alhamdulilah, mungkin karena tidak tega melihat wajah memelas kami bertiga, petugas yang cantik itu langsung bertindak sigap. Meskipun dia bilang, seharusnya kami sudah pesan maksimal 24 jam sebelumnya, tapi dia meminta boarding pass kami dan secepat itu menelepon bagian kitchen. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya, berhasil, Saudara. Petugas itu tersenyum manis pada kami dan mengatakan bahwa kami akan mendapatkan menu vegan selama penerbangan kami menuju Seattle. Sungguh. Senyum manisnya pasti masih kalah dengan senyum manis kami yang seperti mendengar bedug maghrib tanda berbuka puasa. Dan sekarang kami sudah di sini. Di Salt Lake City (SLC) Airport. Shelly, direktur USU Global Engagement sudah menjemput kami. Dia bersama


KABAR MANCA suaminya, Ortiz, asal Guatemala. Sambil menunggu bus yang akan mengantar kami ke Logan, kami mengobrol banyak hal. Tentang keluarga, tentang makanan, tentang agama. Ortiz bertanya kenapa kami berkerudung, dan kenapa kerudung kami berbeda. Kebetulan bu Lusia mengenakan kerudung polos dan saya mengenakan kerudung motif bunga. ‘It’s just fashion.” Jawab saya. Sambil menjelaskan bahwa pada prinsipnya agama Islam mengajarkan perempuan harus menutup aurat. Saya menjelaskan semampu saya apa yang dimaksud aurat. Dia manggut-manggut. Ortiz juga bercerita, di Guatemala, orang biasa mengatakan ‘ohala’ sebagaimana Muslim mengatakan ‘inshaallah’ dengan makna yang sama. ‘God will.” Bus kami datang. Shelly memeluk kami dengan gaya khas Amerika. Tangannya mengembang, mendekap kami dan pipi kami saling menempel. Satu pipi saja. Bukan “cipika-cipiki” seperti kebiasaan kita. Shelly dan Ortiz tidak menemani kami dalam perjalanan, karena mereka ada acara keluarga di SLC. Tapi Shelly memastikan, Amanda Castillo, staf dia, sudah menunggu kami di Aggie Village Apartment, tempat tinggal kami selama di Logan. Sebelum berpisah, Shelly memberi kami sebuah tas plastik biru dengan logo Utah State University (USU), yang di dalamnya berisi kue-kue kecil. Juga ada tempat name tag, bendera biru kecil, dan sebuah botol minuman, yang semuanya berlogo USU. Manis sekali. Perjalanan dari SLC ke Logan adalah perjalanan yang nyaman. Dengan bus bermoncong yang tidak terlalu besar, hanya untuk sekitar 15 orang. Dengan kontainer khusus untuk bagasi yang ditarik semacam truk gandeng, kami menikmati keramahan driver perempuan yang tinggi besar namun cekatan. Juga keramahan para penumpang lain, tiga orang perempuan, dan seorang laki-laki. Belum lagi keindahan yang tersaji di sepanjang jalan yang mulus, rapi, bersih, tenang, dan menyenangkan. Rumah-rumah berwarna merah bata, rumput dan pepohonan hijau di manamana, dan bukit serta pegunungan yang indah. Namun sayang, rasa kantuk yang tidak bisa saya tahan membuat saya terlelap di separo perjalanan. Kami tiba di Aggie Village saat petang sudah jatuh sempurna. Seorang perempuan tinggi, cantik,

BERSALJU: Penulis saat berada di USU University yang diselimuti salju.

berambut pirang dan panjang, menyambut kami dengan begitu hangat. Dialah Amanda Castillo. Dia membantu kami mengangkat koperkoper. Mengantarkan kami masuk ke apartemen dan menjelaskan segala sesuatunya. Termasuk memastikan makan malam kami sudah tersedia. Dua kotak besar nasi putih, dua lembar naan bread, dan dua pak makanan India yang lembek seperti sambal. Kami mengucapkan terima kasih untuk itu semua. Juga untuk seperangkat alat masak dan alat makan serta rice cooker kecil yang sudah disediakannya. Tentang rice cooker itu, saya berspekulasi saja waktu memintanya lewat email. Shelly mengatakan bahwa kami akan disediakan satu bin berisi alat makan, alat masak, dan linen. Rice cooker tidak tersedia. Dia bilang: “Rice cookers are not part of the bin, though you can purchase one for about $15. You may also be able to find a used one in the local second-hand store.” Namun satu dua hari setelah itu, Shelly mengirim email: “I want to let you know I was able to obtain a rice cooker and we will have that in the apartment with the other supplies upon your arrival. We will also have some food prepared for you as well so you can rest once you have arrived.” Wow, betapa baiknya dia. Bahkan waktu saya tanya ke Amanda, “The rice cooker is new, so how much we have to pay for this?”, Amanda menjawab, “No no no, you don’t need to pay.” Shelly dan Amanda adalah tipikal orang yang ramah, helpful dan siap melayani. Cocok sekali kalau mereka ada di bagian Global Engagement. Dengan ribuan international students plus ratusan visiting scholars seperti

Majalah Unesa

kami ini, tentu tidak mudah menangani tanpa ketangkasan sekaligus keramahan. Mungkin hanya perasaan saya saja, tapi kami merasa layanan mereka begitu istimewa. Menjelaskan semua keperluan kami mulai dari apartemen dan kelengkapannya, transportasi ke kampus dan ke seluruh kota, prosedur pengurusan ID Card supaya kami bisa akses ke semua fasilitas kampus seperti bookstore, computer lab/printouts, Aggie Ice Cream, Health Center, Library, bahkan juga ke Theatre Events. Juga termasuk akses ke wifi USU sebagai student atau sebagai guest. Semua yang mereka jelaskan dilengkapi dengan map biru yang di dalamnya tersedia semua informasi yang kami butuhkan, termasuk peta dan rute layanan transportasi. Malam ini kami lelah sekali dan Amanda ingin kami segera membersihkan diri, makan, dan istirahat. Esok, dia akan menjemput kami pukul 10.00, dan memandunya ke walmart untuk berbelanja barangbarang kebutuhan kami. Dia juga akan mengantar kami melihat sebagian kota Logan dan mengantarkan kami kembali ke apartemen kami untuk menyiapkan makan siang. Selamat malam, Amerika. Selamat pagi, Indonesia.n

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

27


ARTIKEL

PENDIDIKAN

KONTEMPLASI HARI GURU: BERKACA KEMBALI PADA SOSOK KI HADJAR DEWANTARA Oleh ALFAN, S.PD, MM

Sosok guru idaman bangsa ini tak bisa lepas dari sosok Ki Hadjar Dewantara atau Raden Mas Soewardi dan mendedikasikan dirinya untuk pedidikan, di kala itu tahun 1922 Ki Hadjar mendirikan institusi pendidikan yang bernama Sekolah Kerakyatan di Yogyakarta.

P

endidikan adalah salah sa­tu hal yang penting kita per­ hatikan, pentingnnya pen­ di­dikan sangat terlihat jelas. Me­lamar pekerjaan yang layak tentu mem­ butuhkan ijazah sesuai dengan ja­batan yang akan kita lamar. Jabatan yang tinggi tentunya membutuhkan orang yang memiliki tingkat pen­ di­ dikan yang tinggi juga yang dibuktikan dengan ijazah. Tapi apakah ijazah yang notabene me­rupakan simbol tingkat pendidikan sesorang berbanding lurus dengan pe­ nge­tahuan yang dimiliki. Hal ini patut kita perhatikan dan amati bersama, apa­lagi di era globalisasi yang penuh per­ saingan dan tidak sedikit orang yang menghalalkan segala cara untuk me­menangkan kompetisi tersebut. Pendidikan kekinian pada dasarnya mem­­ berikan kita pengetahuan ba­ gai­­mana bersikap, bertutur kata dan mem­ pelajari perkembangan sains yang pada akhirnya bisa dimanfaatkan un­­tuk khalayak banyak. Tapi apa yang terjadi sekarang pendidikan menjadi ajang untuk mencari nafkah uang, uang dan uang. Pendidikan dianggap penting ka­re­ na dapat menjadi bekal untuk mem­ per­oleh pekerjaan yang layak. Padahal tujuan pendidikan tidak seperti itu, pen­didikan penting karena ingin memanusiakan manusia, sesuai dengan teori pendidikan. Pendidikan secara

28

umum mempunyai arti suatu proses ke­ hidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang ter­didik itu sangat penting. Pendidi­ kan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga, lingkungan se­kolah dan lingkungan masyarakat. Di zaman Era Globalisasi diharapkan ge­ nerasi muda bisa mengembang­ kan ilmu yang didapat sehingga tidak ketinggalan dalam perkembangan za­ man. Itulah pentingnya menjadi seorang yang terdidik baik di lingkungan ke­ luarga, sekolah,dan masyarakat. Dari gambaran di atas, guru memiliki pe­ ranan yang sangat penting untuk mem­bangun keberdaan manusia yang hakiki. Arti Penting Hari Guru Guru (dari bahasa Sansekerta: guru, te­tapi artinya harafiahnya adalah “be­ rat”) adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam Bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik pro­ fesional dengan tugas utama men­ didik, mengajar, membimbing, meng­ arahkan, melatih, menilai, dan meng­ eva­luasi peserta didik. Guru adalah pendidik dan pengajar pa­da pendidikan anak usia dini jalur se­kolah atau pendidikan formal, pen­ didikan dasar, dan pendidikan me­

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

Majalah Unesa

ne­ngah. Guru-guru seperti ini harus mem­punyai semacam kualifikasi for­ mal. Dalam definisi yang lebih luas, se­tiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap se­ orang guru. Hari Guru yang kita peringati setiap 25 Nopember, harus menjadi titik ba­ lik kita untuk memaknai betapa guru me­miliki peranan penting dalam pem­ ba­ngunan manusia seutuhya. Hari Guru seharusnya dimaknai sebagai hari dari jati diri bangsa dimana kita bisa melakukan perenungan men­da­ lam tentang kiprah dan peran yang di­ harapkan dalam diri seorang guru. Hari Guru bisa menggambarkan atau ruh dari bangsa kita, bangsa yang be­sar adalah bangsa yang peduli akan pen­ didikan, dan pendidikan adalah modal awal dari perkembangkan bangsa. Berbicara tentang guru pasti kita me­ngenal sosok tentang Ki Hadjar De­ wantara. Bagaimana keberadaan guru dalam pandangan Ki Hajar De­wan­tara? Dari di sinilah guru siap sedia memberi korban yang sesuci-sucinya… sungguh, korban dengan ragamu sendiri adalah korban yang paling ringan… memang awan tebal dan hitam menggantung di atas kita. (Ki Hadjar Dewantara). Tokoh pendidikan terbaik yang per­ nah dimiliki bangsa ini, berjasa me­ ma­jukan pendidikan di Indonesia. Ki Hadjar pun aktif menjadi pengurus Boe­di Oetomo dan Sarikat Islam. Ajaran


ARTIKEL PENDIDIKAN ke­pemimpinan Ki Hadjar Dewantoro yang sangat poluler di kalangan ma­ syarakat adalah Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi seorang guru harus mampu memberikan suri tauladan bagi anak didiknya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seorang guru adalah kata suri tauladan. Sebagai seorang guru harus memiliki sikap dan pe­ ri­ laku yang baik dalam segala lang­ kah dan tindakannya agar dapat menjadi panutan bagi siswanya. Sama halnya de­ ngan Ing Madyo Mbangun Karso, Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Mbangun ber­arti membangkitan atau meng­gu­gah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Karena itu seorang guru juga ha­ rus mampu memberikan inovasi-inovasi di lingkungan tu­ gasnya dengan menciptakan su­ asana kerja yang lebih kon­ dusif untuk keamanan dan ke­ nyamanan belajar. Sehingga ar­tinya Tut Wuri Handayani ialah seorang guru harus mem­ be­ rikan dorongan moral dan se­ma­ngat belajar dari belakang. Sosok Panutan Guru Kekinian Sosok guru idaman bangsa ini tak bisa lepas dari sosok Ki Hadjar Dewantara atau Raden Mas Soewardi dan mendedikasikan dirinya untuk pedidikan, di kala itu tahun 1922 Ki Hadjar mendirikan institusi pendidikan yang bernama Sekolah Kerakyatan di Yogyakarta. Sebuah perjuangan yang mulia dan juga tidak mudah. Waktu itu bangsa Indonesia masih dilanda kebodohan, keterbelakangan akibat pen­jajahan belanda. Pergerakan me­ ma­ jukan pendidikan telah mem­ per­ siapkan putra-putra bangsa yang siap ber­ juang untuk Indonesia menuju kemerdekaan.

Hasilnya pun terbukti, kita se­ ka­ rang sudah merdeka. Namun apa­ kah semangat perjuangan dari para pahlawan pendidikan kita ter­ da­ hulu masih tejaga hingga saat ini. Ke­mer­ dekaan yang telah dicapai oleh bangsa Indonesia, belum membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju. Bahkan Indonesia masih tergolong negera yang masih berkembang, kua­

litas pendidikan masih kalah tertinggal oleh negara jiran seperti Malaysia dan Singapura. Padahal kita tahu sendiri bahwa bang­sa kita sudah lebih dahulu mer­ deka, yang lebih hebatnya lagi di tahun 1970 para putra bangsa Indonesia menjadi guru dan pengajar di Malaysia. Kenapa kita jadi tertinggal? Apakah mungkin pendidikan kita berjalan di tempat? Apakah lebih parahnya lagi kualitas pendidikan kita saat ini me­ nurun? Entahlah, yang pasti kita be­ lum merasakan kualitas seluruh sumber daya manusia Indonesia saat ini mampu bersaing dengan bangsabangsa di dunia. Yang terjadi sekarang justru masih banyak rakyat miskin, tidak mem­pu­ nyai keahlian, pengangguran dimana-

Majalah Unesa

mana. Apa yang salah dengan bangsa ini? Padahal sekarang sekolah sudah lebih banyak dari pada zaman kita belum merdeka. Hari guru, harus menjadi lecutan cambuk bagi kita semua, guru In­ donesia. Banyak guru kekinian yang pada umumnya memberi tip untuk murid bagaimana cara belajar yang baik. Namun untuk menanamkan dan mengembangkan belajar se­ bagai kebiasaan yang baik sangatlah sulit. Guru tidak bisa selalu memaksa murid untuk menjadikan belajar sebagai kebiasaan yang ha­ rus mereka lakukan seharihari. Apalagi bila murid su­ dah ada di rumah mereka. Yang terpenting juga adalah guru memberti tuladha dan maumembenahi kualitas di­ rinya. Alangkah baiknya jika da­ lam upaya berbenah, guru meng­hidupkan banyak dis­ kusi ilmiah dengan teman se­jawatnya untuk memecah­ kan masalah pendidikan­ yang sedang dihadapi bang­ sa ini. Untuk menanamkan kebiasaan belajar yang baik selalu perlu adanya diskusi antara guru dengan murid. Tentu saja, diskusi ini untuk menye­ lesaikan tiap langkah yang harus di­ lakukan agar murid terpancing untuk selalu kritis dan memiliki kemauan untuk belajar yang lebih baik. Den­ gan sendirinya semangat belajar siswa akan terbentuk kala guru member con­toh, tidak sekadar instruksi. Semoga saja pada peringatan Hari Guru tahun ini dijadikan sebagai tong­gak perubahan ke arah yang lebih baik. Sehingga kita menjadi bangsa yang pintar dan bermatabat, yang akan membawa kepada kemajuan dan ke­makmuran bangsa Indonesia. n Penulis adalah Guru SMKN1 Duduksampeyan, Gresik

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

29


ARTIKEL

PENDIDIKAN

UJI KOMPETENSI GURU (UKG) ONLINE:

SEBAGAI USAHA STANDARDISASI KOMPTETENSI GURU DI INDONESIA Oleh Hari Wibowo, S.S., M.Pd.

Uji Kompetensi Guru (UKG) bertujuan untuk pemetaan kompetensi, sebagai dasar kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan (continuing professional development) serta sebagai bagian dari proses penilaian kinerja untuk mendapatkan gambaran yang utuh terhadap pelaksanaan semua standar kompetensi. Pengantar UKG mungkin menjadi satu hal yang menakutkan bagi guru. Hal ini dikarenakan mereka belum siap menghadapinya atau membiasakan diri untuk diuji. Sepatutnya bila kita ingin dikatakan sebagai guru yang profesional, siap diuji dengan instrumen apapun. Berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan standar kompetensi sesuai bidang tugasnya dan pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan sepanjang hayat. Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Ada dua sisi dari profesi guru yang seharusnya dituntut dan dipenuhi. Sisi pertama, yaitu hak dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi,

30

memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya. Sisi kedua, yaitu kewajiban seorang guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Uji Kompetensi Guru (UKG) bertujuan untuk pemetaan kompetensi, sebagai dasar kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan (continuing professional development) serta sebagai bagian dari proses penilaian kinerja untuk mendapatkan gambaran yang utuh terhadap pelaksanaan semua standar kompetensi. Sumarna Surapranata, Ph.D, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), melalui pedoman pelaksanaan Uji Kompetensi Guru menyatakan bahwa pemetaan kompetensi yang secara detail menggambarkan kondisi objektif guru dan merupakan informasi penting bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan terkait dengan materi dan strategi pembinaan yang

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

Majalah Unesa

dibutuhkan oleh guru. Peta guru tersebut dapat diperoleh melalui uji kompetensi guru (UKG). Sasaran program strategi pencapaian target RPJMN tahun 2015–2019 antara lain adalah meningkatnya kompetensi guru dan tenaga kependidikan dilihat dari Subject Knowledge dan Pedagogical Knowledge yang diharapkan akan berdampak pada kualitas hasil belajar siswa. Tujuan dan target UKG Tujuan UKG yang diharapkan oleh pemerintah melalui Kemdikbud adalah sebagai berikut. (1) Memperoleh informasi tentang gambaran kompetensi guru, khususnya kompetensi pedagogik dan profesional sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. (2) Mendapatkan peta kompetensi guru yang akan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan jenis pendidikan dan pelatihan yang harus diikuti oleh guru dalam program pembinaan dan pengembangan profesi guru dalam bentuk kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB). (3)


ARTIKEL PENDIDIKAN Pelaksanaan UKG melibatkan berbagai instansi di lingkungan peperintah pusat dan pemerintah daerahm yang suksesnya bergantung kepada tim pelaksana UKG. Memperoleh hasil UKG yang merupakan bagian dari penilaian kinerja guru dan akan menjadi bahan pertimbangan penyusunan kebijakan dalam memberikan penghargaan dan apresiasi kepada guru. Target pencapaian UKG, yaitu rerata 80 untuk 100% jumlah guru. Target ini memang terlalu optimis dari nilai sebelumnya hanya mencapai rerata 50. Target ini menjadi beban yang harus dicapai pada tahun 2019. Semoga kerja keras dan cerdas para widyaiswara dalam pelatihan yang menjadi tugas dan fungsi lembaga, seperti PPPPTK Bahasa. Kompetensi guru pada tahun 2015 ini ditingkatkan dari level-level soalnya, dari kompetensi kognitifnya mulai dari C1-C2 menjadi C3-C6 (baca: level kata kerja operasional, Bloom). Jadi, hasil yang diharapkan guru tidak sekadar tahu dan paham, tetapi diharapkan sudah mulai mampu menerapkan, menganalisis, atau bahkan mengkreasi. Tahapan kegiatan penyusunan soal UKG online Pelaksanaan UKG tahun 2015, diperlukan instrumen soal-soal yang baik dan terukur baik secara validitas dan reliabilitas. Soal-soal ini merupakan hasil kerja keras penyusun soal yang melakukan tahap demi tahap proses penyusunan soal UKG secara maraton. Proses penyusunan soal UKG online meliputi beberapakegiatan sebagai berikut. (1) Pengembangan kisi-kisi soal, (2) Pengembangan butir soal paket 1, 2, dan 3 (3) Review Soal oleh Pakar, (4) Uji Coba butir soal 3 paket, (5) Pengolahan hasil & revisi, (6) Digitalisasi

kisi-kisi soal, (7) Digitalisasi butir soal, (8) Review hasil digitalisasi. Pelaksanaan UKG Menurut Pedoman yang dikeluarkan Dirjen GTK, UKG secara rutin telah dilakukan sejak tahun 2012 bagi guru yang akan mengikuti sertifikasi guru. Mulai tahun 2015 ini UKG secara rutin akan dilakukan untuk mengukur profesionalisme guru. Tujuannya untuk mengetahui level kompetensi individu guru dan peta penguasaan guru pada kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Pelaksanaan UKG difokuskan pada identifikasi kelemahan guru dalam penguasaan kompetensi pedagogik dan profesional. UKG tahun 2015 akan diikuti oleh semua guru dalam jabatan baik guru PNS maupun bukan PNS dengan jumlah jenis soal yang akan diujikan adalah 192 mata pelajaran/guru kelas/paket keahlian/BK. Perolehan hasil UKG pada masing-masing guru menjadi bagian dari penilaian kinerja guru, oleh karena itu sesuai dengan

Majalah Unesa

prinsip profesional guru akan mengikuti UKG pada mata pelajaran sesuai dengan sertifikat pendidik dan jenjang pendidikan yang diampunya. Disamping itu, hasil UKG juga digunakan sebagai bahan pertimbangan kebijakan dalam pemberian program pembinaan dan pengembangan profesi guru serta pemberian penghargaan dan apresiasi kepada guru. Pelaksanaan UKG melibatkan berbagai instansi di lingkungan peperintah pusat dan pemerintah daerah. Keterlaksanaan dan suksesnya pelaksanaan UKG sangat bergantung kepada tim pelaksana UKG di masing-masing unit terkait. Oleh karena itu agar seluruh instansi yang terlibat dalam pelaksanaan UKG memiliki pemahaman yang sama tentang dasar pelaksanaan, mekanisme pelaksanaan UKG, dan prosedur operasional standar UKG, maka perlu disusun informasi yang lengkap tentang persiapan dan pelaksanaan UKG tahun 2015 dalam satu pedoman pelaksanaan UKG. Jadwal dan Kisi-kisi UKG 2015 Mengacuinformasi yang dirilis Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), UKG akan dilaksanakan mulai tanggal 9-27 November 2015 dengan dua sistem. (1) Sistem Online. Pelaksanaan UKG online tahun 2015 akan berlangsung

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

31


ARTIKEL

PENDIDIKAN

Kemdikbud berharap agar setiap tahunnya kompetensi guru secara nasional dapat meningkat secara bertahap mencapai nilai 8.0 pada tahun 2019. antara tanggal 9-27 November 2015 secara serentak di seluruh Indonesia. Jadwal pelaksanaan UKG ditentukan bersama oleh PPPPTK/LPPKS/ LPPPTK-KPTK, bersama LPMP dan dinas pendidikan kab/kota. Durasi pelaksanaan UKG pada masing-masing kabupaten/kota akan berbedabeda bergantung pada jumlah Tempat Uji Kompetensi (TUK) dan jumlah peserta pada masing-masing wilayah. Semakin banyak Tempat Uji Kompetensi (TUK) semakin cepat pelaksanaan UKG. (2) Sistem Offline. Waktu pelaksanaan UKG Offline dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia selama 1 (satu) hari, jadwal pelaksanaan akan ditentukan kemudian diantara tanggal pelaksanaan UKG online atau setelah UKG online selesai. Adapun kisi-kisi UKG 2015 semua mapel dapat diunduh di laman berikut dengan mengklik link berikut:http://sergur.kemdiknas. go.id/. lalu pilih kisi-kisi materi UKG tahun 2015. Langkah selanjutnya tinggal klik mapel yang diinginkan atau diampu, kemudian silakan unduh. Simulasi UKG Online Sukses dan tidaknya para guru peserta UKG Online bukan karena guru tidak dapatr menjawab soal,

32

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

Majalah Unesa

tapi karena kurang terbiasanya dengan aplikasi ujian secara online. Kebiasaan penggunaan aplikasi online atau simulasi ini menjadi sangat penting dilakukan agar para guru lebih mudah adaptasi dengan teknologi dan berbasis IT. Para guru dapat berlatih di laman simulasi http://ukgonline.org agar terbiasa menggunakan tombol-tombolnya. Kemudian browse jenjang atau mata pelajaran yang ada. Anda akan melihat user interface sama persis dengan panduan UKG.Sekali lagi, persiapan teknis menjelang UKG Online sangat diperlukan disamping persiapan materi dan soal-soal. Demikian informasi seputar UKG 2015, semoga hasilnya nanti dapat dijadikan pemetaan standardisasi kompetensi guru oleh pemerintah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemdikbud berharap agar setiap tahunnya kompetensi guru secara nasional dapat meningkat secara bertahap mencapai nilai 8.0 pada tahun 2019.

*)Penulis adalah Widyaiswara Jurusan Bahasa Indonesia PPPPTK Bahasa, Jakarta


SEPUTAR UNESA

Genggam Unesa Tolak Mal Administrasi

U

niversitas Negeri Surabaya (Unesa) membentuk gerakan Genggam, yang merupakan akronim dari Generasi Gaul Anti Mal Administrasi. Gerakan ini bertujuan untuk mengawasi, dan pengaduan terhadap layanan umum di sekitar kampus, yang tak sesuai dengan prosedur atau administrasi. Pimpinan Ombudsman Bidang Pencegahan, Muhammad Khoirul Anwar memaparkan pembentukan Genggam diharapkan dapat sebagai kepanjangan tangan ombudsman, dan tempat berkumpulnya perwakilan Ombudsman. Selain itu, pembentukan ini bisa dilanjutkan dengan edukasi pada masyarakat. “Penugasan mahasiswa ini bisa juga melalui penelitian atau riset untuk meningkatkan pelayanan uu. Semakin cepat kampus bergerak maka semakin cepat dampak dirasakan,” ujar Khoirul Anwar usai mengisi dialog ‘ Pendidikan Budaya Anti Maldministrasi dan Korupsi’ di Universitas Negeri Surabaya

(Unesa), Selasa (1/12). “Terlebih lagi korupsi bisa dicegah jika mengurang tindakan maladministrasi,” imbuhnya. Rektor Unesa, Prof Dr Warsono menjelaskan, komitmen pembentukan Genggam ini akan didorong untuk berperan sebagai pemberdayaan masyarakat. “Masyarakat kan sebagian tidak tahu aturan sehingga pelayanan bisa menjadi buruk. Mahasiswa juga bisa melakukan riset dan kajian

di suatu wilayah. Sehingga bisa membantu ombudsman juga,” ujarnya. Dengan berbagai peran mahasiswa, bisa sebagai penjelas kewajiban dan hak rakyat dan negara, namun masyarakat harus diedukasi tentang kebutuhan pelayanan yang baik. Selain itu, harus diimbangi dengan pemenuhan kewajiban masyarakat seperti pelayanan pajak sehingga tidak terjadi disparitas antara hak dan kewajiban.n (ARM)

Aksi Teatrikal Penyandang Disbilitas

A

ksi teatrikal ini dilaksanakan oleh sejumlah mahasiswa yang bertujuan mengungkapkan sikap penolakan diskriminasi terhadap para disabilitas atau penyandang cacat. Aksi yang merupakan rangkaian acara peringatan hari disabilitas ini digelar di depan kantor rektorat Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Usai melaksanakan teatrikal, ratusan mahasiswa

ini mengadakan upacara yang diikuti oleh sejumlah penyandang tuna rungu, tuna netra dan tuna daksa. Para disabiltas ini merupakan mahasiswa penyandang cacat yang kuliah di fakultas ilmu pendidikan. “ Perlakuan diskriminasi terhadap para disabilitas di Indonesia, masih terjadi. Bahkan di Surabaya, perlakuan dan penyediaan fasilitas khusus untuk penyandang cacat masih

Majalah Unesa

dianggap kurang,’ terang Prof. Warsono, Rektor UNESA. Menurut Profesor Warsono, Rektor UNESA, dengan aksi ini diharapkan pemerintah kota dan masyarakat untuk lebih peduli dan menempatkan para disabilitas pada posisi yang sama. “ Penyediaan fasilitas umum, pendidikan dan politik untuk penyandang cacat diharapkan mendapatkan porsi dan hak yang sama dengan masyarakat pada umumnya,” harapnya.n (ARM)

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

33


CATATAN LINTAS

BUKU

sebagai Guru Terbaik Oleh Muck Khiri

B

harus membiasakan membaca terlebih terbaik, kita harus membangun niat elum lama ini saya membawa tim dahulu, agar anjuran kita didengarkan dan (memotivasi diri) untuk terus membaca. penguji kemampuan bahasa Ingdilaksanakan oleh orang lain. Tidak harus menunggu suburnya gris siswa SMA Giri Banyuwangi. Kemarin saya bertanya kepada niat membaca. Niat membaca bisa Sekolah eks-RSBI ini memang mahasiswa saya, “Berapakah jumlah buku dikondisikan, diciptakan, dan dipaksakan. memiliki lingkungan sekolah yang konyang Anda baca selain buku referensi untuk Di sekolah itu, peraturan diterapkan agar dusif—salah satu cirinya, di mana-mana matakuliah-matakuliah dalam semester siswa disiplin dan terbiasa masuk ke terdapat plakat yang menggugah motivasi. ini?” Kebanyakan mereka hanya tersenyum. perpustakaan dan lab bidang studi, tentu Yang spesial di antaranya adalah ruang lab Kemudian, saya mendesaknya kembali. saja, agar mereka dikondisikan untuk selalu bidang studi, yang pada salah-satu dindMaka, hanya beberapa dari mereka yang membaca. ingnya terpasang plakat berpigura: Buku menjawab bahwa tidak lebih dua buku Kedua, tersedianya buku bacaan. adalah sahabat Anda Terbaikmu...A Book is ekstra yang mereka baca dalam sebulan. Jika niat telah kuat, orang akan Your Best Friend. Tentu, saya senyum-senyum pada menemukan buku yang akan dibacanya— Setiap siswa yang memasuki ruangan mereka. Saya ilustrasikan, suatu saat saya bagaimanapun caranya. Di sekolah itu ini langsung memilih dan membaca buku. merasa malu kepada mahasiswa AS ketika buku disediakan, dengan berbagai upaya Di luar kegiatan terstruktur, tanpa disuruh tahu berapa buku yang pun mereka menikmati mereka baca untuk satu buku yang mereka baca. matakuliah dengan Pesan plakat itu agaknya Bagi pecinta buku, anjuran ‘buku sebagai 3 credit hours. “Seusia telah melekat kuat di sahabat’ tentu bukanlah hal yang baru, namun mereka saya malu dalam alam pikiran dan karena kalah bacaan jiwa mereka. Lagi-lagi, tetap bermakna sebagai pengingat yang manis. dibandingkan mereka, ini kekuatan sebuah Sebagai sahabat terbaik, buku dicintainya meski saya berhobi tulisan (the power of membaca. Bayangkan, writing). Ungkapan itu setengah mati. Bahkan, ke mana-mana buku bisa untuk 3 SKS saja, mereka telah “mengingatkan” dibawanya, agar sewaktu-waktu bisa dibacanya. perlu melahap tak dan “memerintah” siswa kurang 25 buku dan untuk secara otomatis jurnal. Tentu, berkat tersedianya bahan yang dilakukan. Untuk kita yang berada di membaca buku. bacaan yang melimpah.” luar sekolah, kita semestinya menemukan Tentu saja, di ruangan luas, yang cukup Mahasiswa saya kelihatan malu juga buku di toko buku—artinya kita perlu untuk 40 siswa duduk bersila, menghadap sekarang. Tampaknya, mereka belum membelinya, ya sambil menghargai para meja-meja pendek (jw: dampar) itu, menjadikan buku sebagai sahabat terbaik. penulis! Jika mungkin, bolehlah kita tersedia buku dengan jumlah dan koleksi Membaca masih dianggap suatu beban meminjam buku di perpustakaan setempat, memadai. Terlebih, ruangan ini pintuyang wajib dijalankan. Membaca belum atau meminjam buku dari teman. masuknya tembus ke perpustakaan, agar menjadi panggilan hidup. Membaca Bagi pecinta buku, anjuran ‘buku sebagai siapapun bisa langsung mengakses lebih belum menguatkan jalinan persahabatan sahabat’ tentu bukanlah hal yang baru, banyak bahan bacaan. Ruangan itu pantas dengan buku. Membaca masih harus namun tetap bermakna sebagai pengingat dianggap sebagai Self-Access Center (SAC). yang manis. Sebagai sahabat terbaik, buku Begitulah, sekolah yang siswanya diwajibkan oleh diri dan institusi—yakni dicintainya setengah mati. Bahkan, ke kami uji ini telah menanamkan gerakan kekuatan penekan yang membuat mereka mana-mana buku bisa dibawanya, agar cinta buku. Buku harus dijadikan sahabat membiasakan membaca. sewaktu-waktu bisa dibacanya. Lebih dari terbaik. Dalam catatan perpustakaan, Identik dengan siswa dan mahasiswa itu, tak jarang orang harus membaca dulu rate peminjaman buku demikian tersebut, kita juga perlu membiasakan diri untuk pengiring menjelang tidur. tinggi—kendati tidak semua peminjam dalam membaca. Setiap hari kita sisihkan Pertanyaannya, kapankah budaya membacanya di perpustakaan. Penanaman sebagian waktu untuk membaca buku literasi baca ini kita jalani dengan sungguhgerakan cinta buku ini sebuah upaya yang kita sukai. Jika satu buku habis, kita sesungguh dan kita tularkan kepada orangpenting guna meliterasikan siswa—tentu, diakan buku lainnya, demikian seterusnya. orang tercinta kita? Mengapa demikian? termasuk para gurunya. Hanya dengan demikian, kita menyikapi Keteladanan, ya keteladanan. Sebelum Sebuah hikmah bisa dipetik, bahwa dan memperlakukan buku sebagai sahabat menganjurkan orang lain membaca, kita untuk menjadikan buku sebagai sahabat terbaik. n

34

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

Majalah Unesa


SEPUTAR UNESA

Fakultas Ekonomi (FE) PD I : Susi Handayani, S.E, Ak. M.Ak PD II : Dr. Pujiono, S.E, Ak, M.Si PD III : Dr. Anang Kistyanto, S.Sos, M,Si

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) PD I : Prof. Dr. Madlazim PD II : Dr. Wasis, M. Si. PD III : Dr. Tataq Yuli Eko Siswono, S. Pd., M. Pd.

Fakultas Teknik (FT) PD I : Dr. Mochammad Cholik, M.Pd PD II : Dr. Suparji, S.Pd, M.Pd PD III : Puput Wanarti Rusimamto, S.T, M.T

Ucapan Selamat Rektor Rektor Unesa, Prof. Warsono memberi ucapan selamat dan terima kasih kepada para pembantu dekan dalam acara pelantikan dengan serah terima jabatan di rektorat Unesa.

Majalah Unesa

| Nomor: 87 Tahun XVI - November 2015 |

35



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.