WARNA REDAKSI
P
erubahan zaman selalu membawa pergeseran peradaban. Begitu pun pada Unesa sekarang, terus berubah menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat yang menginginkan banyak hal, khususnya dalam layanan pendidikan. Bila semasa berlabel IKIP Surabaya, dominasi ilmu kependidikan menjadi ciri khas yang melekat padanya. Namun ketika cakupan bidang keilmuan ditautkan pada Unesa, maka sudah tak bisa dielakkan lagi bahwa semua bidang dan rumpun ilmu pengetahuan bisa diwadahi, mulai dari dalam naungan fakultas, jurusan, sampai program studi bisa dikembangkan dan ditekuni. Selama ini, daya pikat perguruan tinggi juga ditentukan oleh keberhasilan lulusannya diserap lapangan pekerjaan. Selama ini Unesa telah banyak mencetak guru untuk berbagai jenjang pendidikan. Kini, saatnya Unesa juga mencetak tenaga terampil lainnya di luar kependidikan. Puluhan
bahkan ratusan potensi dunia kerja terbuka untuk semua lulusan nonkependidikan Unesa nantinya. Guna menjembatani kebutuhan serapan tenaga kerja tersebut, Unesa akan membuka 6 fakultas baru, di antaranya Fakultas Seni dan Industri Kreatif, Fakultas Ilmu Kerumahtanggaan dan Pariwisata, Fakultas Hukum, Fakultas Psikologi, Fakultas Teknik Informatika, dan
Psikologi dari Jurusan Psikologi FIP, sementara Fakultas Teknik Informatika pelebaran dari salah satu jurusan di FT, dan Fakultas Kesehatan Masyarakat akan menjembatani pengembangan Fakultas Ilmu Keolahragaan nantinya. Potensi luar biasa yang dimiliki Unesa perlu dimaksimalkan dalam peran sertanya mencerdaskan kehidupan bangsa. Pengembangan sarana dan prasarana kampus di Ketintang dan Lidah Wetan perlu dimaksimalkan dalam meningkatkan kualitas manusia unggul di negeri ini. Keberhasilan Unesa tentu bukan semata hasil kerja keras para civitas akademi di dalamnya, tetapi juga berkat peran serta segenap stakeholder dan masyarakat sekitar kampus. Dengan lahirnya enam fakultas baru, maka ke depan Unesa akan memiliki 13 Fakultas dan Pascasarjana. Semoga semangat mengembangkan pendidikan di Unesa ini mampu berdampak signifikan bagi keberhasilan pembangunan, khususnya di daerah asal para mahasiswa dan khususnya untuk Indonesia bagian Timur. nARM
SEMANGAT FAKULTAS BARU Fakultas Kesehatan Masyarakat. Keenam fakultas baru tersebut merupakan pemekaran dan mengakomodasi fakultas dan sumberdaya yang ada. Fakultas Seni dan Industri Kreatif lahir dari Jurusan Seni Rupa dan Desain FBS, Fakultas Ilmu Kerumahtanggaan dan Pariwisata merupakan belahan dari Jurusan PKK FT, Fakultas Hukum pengembangan dari FIS-H, Fakultas
Majalah Unesa
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
3
DAFTAR RUBRIK
18 Edisi Ini
05
UNESA BUKA 6 FAKULTAS BARU
Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S dalam pidatonya saat Rapat Senat Terbuka Senat menyampaikan bahwa selain fokus pada peningkatan budaya mutu, Unesa juga merencanakan pengembangan kelembagaan dengan menambah fakultas baru. Setidaknya, akan ada 6 fakultas baru yang direncanakan dibuka di Unesa.
15
UNESA & FINLAND UNIVERSITY JALIN KERJA SAMA
EDISI JANUARI 2017
17
REVOLUSI MENTAL PERKUAT KARAKTER MAHASISWA
20
WARTA UTAMA
23
18 - 19
30
Berita Foto Perayaan Dies Natalis ke-62 Unesa dan Kegiatan Lainnya.
32
28
34
LENSA UNESA
KABAR PENGABDIAN
KABAR PRESTASI
24
18
SOSOK PENDIDIK ARTIKEL CATATAN LINTAS
19
KOLOM REKTOR
26
INSPIRASI ALUMNI
Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 101 Tahun XVIII - Januari 2017 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor) PENASIHAT: Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (PR I), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (PR III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB: Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (PR II) PEMIMPIN REDAKSI: Dr. Heny Subandiyah, M.Hum. REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto REPORTER: Syaiful Rahman, Lina Mezalina, Andini Okta, Murbi, Umi Khabibah, Suryo, Danang, Emir, Khusnul, Aziz, Raras, Puput, Syaiful H FOTOGRAFER: M. Wahyu Utomo, Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT: Arman, Basir, Wahyu Rukmo S ADMINISTRASI: Supi’ah, S.E., Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI: Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124, Fax (031) 8280804
4
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
Meneropong Peluang
6 FAKULTAS BARU Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M. S dalam pidatonya saat Rapat Senat Terbuka Senat menyampaikan bahwa selain fokus pada peningkatan budaya mutu, Unesa juga merencanakan pengembangan kelembagaan dengan menambah fakultas baru. Setidaknya, akan ada 6 fakultas baru yang direncanakan dibuka di Unesa.
K
eenam fakultas itu adalah Fakultas Seni dan Industri Kreatif, Fakultas Ilmu Kerumahtanggaan dan Pariwisata, Fakultas Hukum, Fakultas Psikologi, Fakultas Teknik Informatika dan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Menurut Rektor, dari sisi kelayakan, tiga fakultas baru yang rencananya akan dibuka telah memenuhi persyaratan
untuk berdiri sendiri. Ketiganya adalah Fakultas Seni dan Industri Kreatif, Fakultas Ilmu Kerumahtanggaan dan Pariwisata dan Fakultas Ilmu Hukum. Bagaimana peluang, prospek, dan kesiapan fakultas-fakultas baru yang rencananya akan dibuka tersebut. Berikut hasil penelusuran reporter Majalah Unesa ke fakultas-fakultas terkait!
Majalah Unesa
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
5
LAPORAN
UTAMA
SDM SUDAH SIAP, FBS LAYAK BUKA FAKULTAS BARU Dekan Fakultas Bahasa & Seni, Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd optimis pembukaan Fakultas Baru yakni Fakulas Seni dan Industri Kreatif (FSIK) akan terealisasi. Mengingat, selain proposal yang sudah diajukan sejak lama, SDM yang akan dipisahkan menjadi fakultas tersendiri itu sudah sangat layak, termasuk rasio jumlah mahasiswanya. Menurut Prof. Bambang, jika SK pendirian Fakultas Baru sudah keluar, rencananya gedung T3 akan digunakan sebagai dekanat. Lahan kosong di belakang kantin fakultas akan dibangun gedung baru untuk FSIK. Proses perizinan pembangunan akan mulai diatur pada Maret, selanjutnya untuk membangun gedung akan dilakukan pada Agustus. “Sebelum adanya fakultas baru telah diadakan facility sharing dengan dosen terkait seperti di Universitas Negeri Makasar dan Universitas Pendidikan Indonesia,” papar Bambang. Di gedung baru nanti, lanjut Bambang akan dibuka ruang khusus ormawa dan perpustakaan baru untuk Fakultas Bahasa Seni (FBS) dan Fakultas Seni dan Industri Kreatif (FSIK). “Gedung belakang kantin nanti akan dibuat menjadi 4 lantai,” terangnya. Bambang menambahkan, FSIK nanti hanya terdapat Dekan, Wakil Dekan I, dan Wakil Dekan II. Hal tersebut terjadi karena adanya aturan baru. Sementara itu, terkait SDM, Bambang mengakui sudah layak untuk membuka fakultas baru. Sementara itu, untuk Fakultas Bahasa dan Sastra, nantinya akan membuka jurusan dan prodi baru. Di antaranya, bahasa Arab, pendidikan bahasa Madura, dan pendidikan BIPA. Jurusan bahasa arab nantinya tidak mengacu pada sastra atau pendidikan melainkan lebih dikonsentrasikan untuk komunikasi dan transleter serta untuk yang akan bekerja di luar negeri maupun untuk
6
Prof. Bambang Yulianto Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Drs. Imam Zaini, M.Pd. Ketua Jurusan Seni Rupa
Menurut Prof Bambang Yulianto, di FSIK nanti hanya terdapat Dekan, Wakil Dekan I, dan Wakil Dekan II sesuai aturan baru. Sementara untuk Fakultas Bahasa dan Sastra, nantinya akan membuka jurusan dan prodi baru, antara lain bahasa Arab, pendidikan bahasa Madura, dan pendidikan BIPA. melanjutkan studi. “Bahasa arab ini tentunya berbeda dengan UINSA yang lebih condong ke sastra dan UM yang cenderung mencetak pendidik,” jelas guru besar Bahasa dan Sastra Indonesia itu. Drs. Imam Zaini, M.Pd, ketua jurusan Seni Rupa mengatakan, antara bahasa dan seni itu berbeda. Bahasa lebih cenderung membutuhkan lab bahasa, sedangkan untuk seni beragam mulai dari seni lukis, patung, desain dan lainnya memerlukan ruang khusus. Peralatan yang digunakan tiap konsentrasi tentu berbeda-beda dan memengaruhi dalam UKT mahasiswa. “Sebenarnya, saya lebih setuju jika nama Fakultas baru Seni dan Desain tetapi yang disetujui namanya adalah Seni dan Industri Kreatif,” ungkap Imam Zaini. Pemisahan tersebut, lanjut Imam Zaini, memberikan keuntungan tersendiri. Selain lebih mudah
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
Majalah Unesa
mempelajari mata kuliah yang sedang diajarkan, juga mempermudah pengawasan. “Penambahan fakultas baru ini tentunya didasari dengan harapan agar lebih lancar dalam mendalami perkuliahan, semakin banyak mahasiswa yang berprestasi, dan sarana-prasarana dipenuhi dengan baik,” tandasnya. n (MIRA/MERRY) FIS-H MASIH FOKUS MENINGKATKAN SDM Sementara itu, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH), Prof. Dr. Sarmini, M. Hum mengatakan sudah mengetahui rencana pembentukan Fakultas Hukum. Ia mengatakan bahwa pendirian fakultas sudah dalam proses, namun tidak sekarang. “Prinsipnya, memang sudah menyiapkan ke arah sana (fakultas),” ujarnya.
LAPORAN UTAMA Prof. Sarmini mengungkapkan, Fakultas Hukum masih dalam proses meningkatkan SDM karena saat ini hanya memiliki 14 dosen hukum. Di antara ke-14 dosen tersebut, secara kualifikasi akademik baru satu yang bergelar doktor, dan belum satupun ada guru besar. “Lektornya 4 orang selebihnya masih asistent only,” ungkap Sarmini. Diakui Sarmini, secara epistemologi keilmuan antara Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum memang tidak dapat digabung. Namun, untuk mewadahi sementara, ilmu Hukum digabungkan dengan Fakultas Ilmu Sosial. “Kita masih persiapan menyiapkan dosen karena syarat menjadi dosen hukum wajib lulusan sarjana hukum sehingga tidak dapat meminjam dari jurusan lain,” paparnya. Meski tidak berani memasang target untuk SDM, namun Prof Sarmini mengupayakan dengan maksimal agar SDM segera terpenuhi dan fakultas baru di FISH segera selesai. Di tempat terpisah Indri Fogar Susilowati, S.H., M.H, Ketua Jurusan Ilmu Hukum menyampaikan jika nanti benar Ilmu Hukum akan menjadi fakultas tersendiri, tentu jurusan Hukum siap mengikuti kebijakan tersebut. Dalam masterplannya, Fakultas Hukum akan menempati Gedung Pascasarjana Unesa. Sebab, Gedung Pascasarjana akan pindah ke Kampus Lidah Wetan. Terkait Sumber Daya Manusia (SDM), tentu dengan sendirinya akan mengikuti perkembangan kebutuhan fakultas baru. Indri mengatakan, prospek dalam dunia kerja lulusan Fakultas Hukum terbuka lebar atau mampu mengisi semua bidang pekerjaan, bahkan bisa membuka lapangan kerja sendiri. Misalnya, membuka Kantor Advokat, Kantor Notaris, Kantor Konsultan Hukum dan sebagainya. “ Itulah prospek di dunia kerja nantinya,” paparnya. Pendirian fakultas baru itu, lanjut Indri memang usulan dari jurusan dan fakultas terkait kepada Rektor/ Universitas. Fakultas hukum pun
Indri Fogar Susilowati, S.H., M.H. Ketua Jurusan Ilmu Hukum, FIS-H Unesa
Dalam masterplannya, Fakultas Hukum akan menempati Gedung Pascasarjana Unesa. Sebab, Gedung Pascasarjana akan pindah ke Kampus Lidah Wetan. Terkait Sumber Daya Manusia (SDM), tentu dengan sendirinya akan mengikuti perkembangan kebutuhan fakultas baru. demikian. Melihat kebutuhan atas wadah yang lebih jelas kewenangannya dan entitasnya, muncullah gagasan untuk membuat Fakultas Hukum Selain itu, prodi di semua fakultas hukum termasuk di Unesa hanya ada satu prodi yaitu S1 Ilmu Hukum. Dalamnya nanti akan dibagi setiap departemen – departemen sesuai dengan kajian hukum (Konsentrasi) yang akan dikembangkan di Fakultas Hukum. “Di Fakultas Hukum nantinya akan ada Departemen Hukum Perdata, Departemen Hukum Pidana, Departemen Hukum Ekonomi, Departemen Hukum Peradilan, Departemen Hukum Ketenagakerjaan, Departemen Hukum Pemerintahan, Departemen Hukum Agraria/Pertahanan, dan Departemen Hukum Internasional,” terang Indri. Indri sangat berharap, pembukaan Fakultas Hukum nantinya dapat memenuhi harapan orang tua terkait
Majalah Unesa
kejelasan wadah yang lazim ada pada prodi hukum, yang umumnya bernaung di bawah Fakultas Hukum. Dosen FISH, Rahmanu Wijaya, S.H,. M.H, sangat mendukung pendirian Fakultas Hukum. Menurut Rahmanu, prodi hukum memang bukan termasuk ilmu sosial, tetapi di Unesa ilmu hukum berada di Fakultas Ilmu Sosial. Mengenai berbagai kendala seperti rasio dosen dan jumlah mahasiswa, Rahmanu optimis hal itu dapat disempurnakan mengingat saat ini masih dalam tahapan proses pendirian. Rahamanu melihat prospek jurusan hukum di dunia kerja cukup bagus dan langsung dapat diserap di dunia kerja. Ilmu hukum adalah bidang yang dibutuhkan, termasuk pilihan profesinya pun beragam, seperti advokat, hakim, jaksa, notaris, dan sebagainya. “Saya berharap pendirian Fakultas Hukum akan membawa prospek yang baik bagi Unesa, khususnya lulusan jurusan hukum yang nantinya
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
7
LAPORAN
UTAMA
dapat bersaing dengan masyarakat luas,” pungkasnya. n (UMI/SH) PERSIAPAN MATANG, FT TARGETKAN HASIL OPTIMAL Dekan Fakultas Teknik Unesa, Prof. Dr. Ekohariadi, M.Pd mengatakan bahwa pembukaan fakultas baru sudah menjadi keharusan dan menjadi target dirinya ketika awal menjadi Dekan. Ia beralasan, selama ini Fakultas Teknik memayungi dua keilmuan dasar yang berbeda dalam satu naungan, yakni keilmuan engineering dan kelimuan keluarga. “Oleh karena itu, keduanya perlu dipisahkan menjadi fakultas tersendiri,” paparnya. Diakui Ekohariadi, upaya pendirian fakultas baru dengan nama Fakultas Ilmu Keluarga dan Pariwisata dapat tercapai karena kerja sama, ketekunan dan orientasi target dari keluarga besar Fakultas Teknik, terutama ketua jurusan yang bersangkutan (jurusan PKK). Saat ini, lanjut Ekohariadi proposal telah terkirim ke Kemenristek Dikti dan menunggu keputusan terbaik. Selain itu, pembentukan struktur pengelolaan fakultas baru ini juga telah matang. Sumber daya pengajar telah disiapkan 7 doktor dan 30 magister. Sementara itu, gedung perkuliahan dan ruang pendukung lainnya sementara masih berlokasi serumpun dengan Fakultas Teknik sebagai induknya. Ekohariadi berharap perlahan gedung fakultas Ilmu Keluarga dan Pariwisata dapat independen dan mandiri. “Nantinya, Fakultas Ilmu Keluarga dan Pariwisata memiliki 5 jurusan, yaitu Jurusan Tata Boga, Tata Busana, Tata Rias, Gizi, dan Pariwisata,” tandasnya. Lulusan Fakultas Ilmu Keluarga dan Pariwisata bisa berkecimpung luas di dunia kerja. Apalagi, saat ini kerja sama banyak dilakukan jurusanjurusan yang sebelumnya berada dalam naungan Fakultas Teknik. “Kerja sama itu tentu akan memudahkan penyerapan lulusan. Selain itu, mereka juga dibekali kemampuan dan kesiapan untuk
8
menciptakan lapangan kerja baru serta mampu mengajarkan ilmunya kepada orang lain,” jelas Ekohariadi. Dengan persiapan dan pengembangan yang optimal dan terstruktur, Ekohariadi yakin Fakultas Ilmu Keluarga dan Pariwisata mampu optimal dan setara dengan fakultas induknya (FakultasTeknik). n (ZAKI/NOVITA) FAKULTAS PSIKOLOGI BUKA EMPAT PRODI Dekan FIP, Drs. Sujarwanto, M.Pd mengaku sangat setuju adanya perencanaan pembukaan fakultas baru. Menurutnya, pembukaan fakultas baru merupakan sebuah tututan masyarakat. Unesa, khususnya di FIP, dinilai sudah mampu secara SDM dan fisik untuk mengembangkan fakultas baru. “Ini tantangan bagi Unesa untuk menjawab kebutuan masyarakat,” paparnya. Oleh karena itu, ungkap Sujarwanto, Unesa tidak boleh ketinggalan dengan perkembangan zaman yang semakin modern. Pembukaan Fakultas-Fakultas baru di Unesa, tentu menjadi salah satu bentuk kepedulian Unesa untuk ikut serta berkontribusi pada negara dengan melahirkan para lulusan lebih kompeten dalam bidangnya. Sementara itu, terkait rencana pembukaan Fakultas Psikologi, Kaprodi Psikologi, Siti Ina Savira, S.Psi, M.Edcp mengatakan bahwa rencana itu sudah direncanakan sejak lama. “Sejak berdirinya prodi Psikologi, kami pasti mempunya cita- cita untuk mengembangkan prodi psikologi ini menjadi lebih berkembang lagi,” paparnya. Ina Savira mengatakan bahwa nantinya dalam Fakultas Psikologi akan ada empat jurusan dari rumpun
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
Drs. Sujarwanto, M.Pd. Dekan FIP Unesa
Majalah Unesa
psikologi, meliputi psikologi klinis, industri dan organisasi, psikologi sosial dan umum eksperimen. Jurusan-jurusan tersebut akan ditunjang dengan empat
LAPORAN UTAMA laboratorium. Mengenai
belum siap,” ungkapnya. Olahraga : Dr. Dwi Cahyo Kartiko, M.Kes Kajur Pendidikan Kesehatan menyambut baik rencana pembukaan dan Rekreasi, Dr. fakultas baru di Unesa. Ia berpendapat dcp Siti Ina Savira, S.Psi, M.E Pudjijuniarto, M.Pd semakin banyak fakultas di Unesa, Kaprodi Psikologi mengaku sudah semakin besar pula kesempatan masuk mendengar informasi ke Unesa. Meski demikian, ia berharap prospek terkait rencana pembukaan 6 rencana penambahan fakultas di dunia fakultas baru di Unesa. Selaku Kajur baru juga harus disertai dengan kerja, Ina Savira Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi pertimbangan lulusannya nanti. yakin tidak ada (Penkesrek), ia sangat setuju jika ada “Jangan sampai menambah jumlah kendala. Bahkan, ia optimis lulusan fakultas baru. pengangguran jika jumlah fakultasnya Fakultas Psikologi akan berpeluang Menurutnya, dengan adanya ditambah,” paparnya. besar terserap kebutuhan pasar. fakultas baru akan dapat Dwi Cahyo berharap, rencana “Mahasiswa kami bisa berada di mengembangkan ilmunya lebih penambahan fakultas baru di FIK, BUMN, perusahaan swasta, bank, PNS luas lagi. Tentang kesiapan SDM dan ke depan akan muncul prodi baru dan pendidikan,” ungkapnya. infrastruktur Pudjijuniarto mengaku di Jurusan Penor agar kesempatan Untuk mewujudkan fakultas baru tidak begitu mengetahui karena kuliah di Unesa lebih besar, itu, Ina Savira menjelaskan akan pihak yang paling mengetahui khususnya di Jurusan Penor. n (MERRY/ banyak langkah yang ditempuh. Saat adalah jurusan yang terkait dengan MIRA) ini, targetnya adalah menyelesaikan fakultas baru. Meski demkian, Gatot draf proposal yang nanti dapat segera diajukan ke universitas. Dengan adanya fakultas baru akan lebih fokus dengan “Tentu kami berharap Fakultas Psikologi nanti dapat bersaing keilmuan masing-masing. “Misalnya, Jurusan Hukum yang dengan Fakultas Psikologi di akan menjadi Fakultas Hukum akan lebih fokus dengan universitas lain sehingga semakin memperkuat citra Unesa sekaligus ilmu hukumnya. Begitupun dengan Fakultas Kesehatan bisa menjadi motivasi semua pihak. Untuk itu, kami berharap Masyarakat, yang rencananya akan dibuka.” mendapatkan dukungan dari semua pihak,” pungkas Ina Savira. berpendapat bahwa FAKULTAS BARU LEBIH FOKUS jurusan yang telah KEILMUAN MASING-MASING direncanakan menjadi fakultas, Drs. Gatot Darmawan, M.Pd Terkait fakultas baru yang akan pasti sudah Wadek I FIK Unesa dibuka di Fakultas Ilmu Keolahragaan didasarkan pada (FIK), Wadek I FIK, Drs. Gatot hasil evaluasi. Darmawan, M.Pd mengaku sedang Kajur yang dalam persiapan. Ia mengatakan akrab disapa Puput bahwa dengan adanya fakultas baru ini sangat berharap akan lebih fokus dengan keilmuan fakultas baru nantinya dapat diterima masing-masing. “Misalnya, Jurusan masyarakat. “Fakultas tidak hanya Hukum yang akan menjadi Fakultas baru, tetapi juga berhasil,” tuturnya. Hukum akan lebih fokus dengan Pendapat senada disampaikan ilmu hukumnya. Begitupun dengan Kajur Pendidikan Kepelatihan Fakultas Kesehatan Masyarakat, yang Olahraga, Dr. Imam Marsudi, M.Si. rencananya akan dibuka,” paparnya. Ia setuju dan mendukung adanya Jika dilihat dari segi kesiapan penambahan fakultas baru yang infrastruktur dan SDM, Gatot diakui legalitasnya. “Jika dilihat dari berpendapat hanya perlu menambah sisi pengembangan ilmu, malah lebih sedikit saja. Sebab, pada mulanya bagus jika ada fakultas baru, misalnya dosen dan fasilitas perkuliahan Jurusan Hukum yang akan menjadi sudah ada dan tinggal dipisah saja. Fakultas Hukum setelah dipisah dari “Memang ada beberapa fakultas Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum yang masih belum siap berdiri karena (FISH),” tandasnya. kondisi SDM dan infrastruktur yang Tak jauh berbeda Sekjur Pendidikan
Majalah Unesa
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
9
LAPORAN
UTAMA
KETUA DEWAN PENDIDIKAN SURABAYA
FAKULTAS BARU MENJAWAB TANTANGAN EKONOMI KREATIF
K
etua Dewan Pendidikan Surabaya, Martadi, menilai pembukaan enam fakultas baru di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) sangatlah tepat. Pasalnya, beberapa fakultas yang dibuka itu sangat dibutuhkan di pasar kerja ke depan yang cenderung mengarah ke ekonomi kreatif. “Ke depan ekonomi dunia kan mengarah pada industri kreatif. Jadi pasar untuk jurusan yang dibuka seperti seni musik, desain komunikasi visual, dan seni rupa itu sangat dibutuhkan di pasar kerja. Basic kompetensi tersebut sangat mendukung dunia kerja sekarang,”
10
katanya ketika dihubungi pada Jumat (20/1). Martadi yang juga dosen Unesa mengakui, lulusan yang dihasilkan dari jurusan tersebut masih sedikit sehingga persaingannya tidak begitu sengit.”Untuk di wilayah timur kan masih minim jurusan itu misalnya saja seni meski Udayana buka tetapi kan tenaga yang bisa terserap pasar nanti lebih banyak asalkan lulusannya mempunyai kompetensi,” jelasnya. Meski begitu, dia menyarankan agar Unesa juga merencanakan pembukaan fakultas tersebut dengan matang. Dibutuhkan tenaga-tenaga profesional agar bisa menghasilkan
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
Majalah Unesa
lulusan yang mempunyai kompetensi tinggi. “Kalau menurut saya ini yang dibuka kan lulusan non keguruan, jadi pengajarnya harus benarbenar profesional agar kompetensi mahasiswanya bisa mumpuni,” tandasnya. Ke depan, kata Martadi, lulusan Unesa harus siap menjadi entrepreneur di bidangnya masingmasing. Sebab, persaingan untuk bekerja di instansi pemerintah sangat ketat. Karena itu mereka harus menjadi tenaga kreatif yang siap pakai di dunia kerja, serta bisa menunjang industri kreatif yang saat ini sedang berkembang di
LAPORAN UTAMA tanah air.”Kalau menjadi guru kan kesempatan PNS juga sedikit. Maka mereka harus menjadi entrepreneur dan tenaga kreatif yang mandiri. Mereka juga harus bisa menciptakan lapangan kerja sendiri,” katanya lagi. Martadi mengakui selama ini Unesa masih dipandang sebagai IKIP oleh
masyarakat luas yang mencetak guru. Lulusan profesional yang bekerja di bidang non guru masih sedikit. “Ini tantangan ke depan yang harus diatasi bagaimana masyarakat memandang Unesa tidak hanya mencetak tenaga dalam bidang non pendidik. Tenaga profesional yang
bisa bekerja di bidang lain,” tandasnya lagi. Menurutnya, kurikulum yang diajarkan harus memperbanyak prakik di lapangan sehingga mahasiswanya nanti bisa memiliki kompetensi yang lebih sehingga mampu bersaing. (PRAS)
PENGAMAT PENDIDIKAN JATIM
MAHASISWA PERLU DIBEKALI SERTIFIKAT KETRAMPILAN
P
engamat pendidikan Jawa Timur Isa Ansori berharap pembukaan fakultas baru di Unesa mampu menjawab tantangan pasar kerja di masa depan.Dengan dibukanya fakultas non kependidikan itu, Unesa dapat dikenal sebagai kampus yang mencetak tenaga profesional di bidang nonkependidikan. “Saya kira sangat bagus dan bisa menjawab peluang tantangan kerja di masa depan. Unesa juga akan terkenal bisa mencetak tenaga kerja profesional non kependidikan seperti kampus yang lain. Selama ini kan meski sudah berganti menjadi universitas kan tren-nya masih keguruan,” katanya ketika dikonfirmasi. Dia mengatakan, agar bisa bersaing di pasar kerja, harus ada muatan khusus atau spesialisasi dalam jurusan yang dibuka. Dia mencontohkan jurusan perbankan syariah, mungkin bisa menjawab keresahan masyarakat akan ekonomi konvensional selama ini. “Saya kira itu bagus karena sudah menjawab tantangan pasar tentang ekonomi konvensional. Selama ini masyarakat mulai berkembang dan tertarik untuk
menerapkan ekonomi syariah,” jelas mantan ketua dewan pendidikan Jawa Timur itu. Bahkan, dia mengusulkan agar mahasiswa juga diberikan sertifikat ketrampilan khusus agar kelak bisa menjadi nilai tambah ketika lulus dan bertarung di pasar kerja.”Harus dibekali kemampuan terapan lain dan punya sertifikat ketrampilan. Tenaga pengujinya harus kompeten agar nanti bisa menjadi nilai tambah ketika sudah lulus,” tambahnya. Di samping itu, kata Isa, fakultas baru tersebut harus memperbanyak praktik dan mendatangkan tenaga profesional agar lulusannya memperoleh ilmu terapan yang lebih. Tantangan itu harus dijawab bagi pihak rektorat
Majalah Unesa
agar bisa menghasilkan lulusan yang mampu bersaing. “Tenaga pendidik juga menentukan. Harus mendatangkan praktisi dan akademisi yang kompeten di bidangnya agar bisa menghasilkan lulusan yang cemerlang,” tandasnya. Isa menambahkan, tantangan Unesa dalam membuka fakultas baru cukup berat. Pasalnya, lulusan yang dihasilkan akan bersaing dengan beberapa perguruan tinggi negeri lain. “Ke depan tantangnnya memang sangat berat tapi kalu memang kurikulum dan tenaga pengajarnya profesional maka lulusannya akan diterima di pasar kerja. Saya kira tinggal masalah waktu saja,” pungkasnya.n (PRAS)
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
11
LAPORAN
UTAMA WAWANCARA DENGAN PROF. ZAINUDDIN MALIKI, PENASIHAT DEWAN PENDIDIKAN JAWA TIMUR
“LULUSAN UNESA PERLU PERTAHANKAN SPRIRIT KEGURUAN”
P
enasehat Dewan Pendidikan Jawa Timur Prof Zainuddin Maliki menilai peluang jurusan di fakultas baru yang akan dibuka di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) sangat bagus. Jurusan itu
12
banyak membutuhkan lapangan kerja dan menjawab tantangan masyarakat. Berikut petikan wawancara yang disajikan. Bagaimana menurut anda, peluang kerja keenam fakultas baru
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
Majalah Unesa
yang akan dibuka Unesa? Menurut saya fakultas yang memiliki potensi tinggi dengan peluang yang ada. Misalkan pariwisata ini kan belum dikelola dengan baik. Potensi wisata di Jawa
LAPORAN UTAMA Timur sebetulnya banyak belum bisa dijual. Wisata Jawa Timur saja masih kalah dengan Bali. Padahal potensi itu sangat banyak. Banyak situs yang nggak terjual. Bayangkan, Singapura nggak punya situs apa-apa bikin diorama dibuat popclore seperti singa karena dulu penduduk awal yang masuk itu ketemu dengan singa. Singa itu bisa dijual oleh Singapura dengan kemasan yang bagus sehingga menjadi objek wisata yang luar biasa. Kalau di Indonesia sendiri seperti apa? Bayangkan saja situs trowulan kebesaran Gajah Mada, kebesaran Majapahit tidak dijual dengan baik karena SDM kreatif untuk menjual situs itu belum ada. Di Jawa Timur, ada Meru Betiri yang disitu terdapat kebun anggrek alami dengan populasi ribuan. Kenapa tidak bisa dijual sebagai objek wisata. Bandingkan dengan Singapura yang punya flower garden. Hanya kebun anggrek, tapi anggrek itu menjadi national flower dan menjadi ikon Singapura. Apa itu menjadi salah satu kelemahan kita, sehingga perlu jurusan pariwisata, seni dan kreatif lainnya? Kenapa kita tidak bisa mengemas itu menjadi objek wisata yang baik karena tidak punya SDM. Unesa membuka jurusan pariwisata diharapkan melahirkan manusia kreatif untuk memasarkan objek wisata. Kita kan sangat sedih. Bayangkan saja , reog yang jual Malaysia, tari pendet Malaysia, batik yang jual Malaysia, harusnya Indonesia sendiri. Ini peluang kalau fakultas pariwisata dikelola dengan baik akan menghasilkan output yang baik dan lulusannya potensial. Begitu juga dengan seni yang memanusiakan manusia dan memperkuat pariwisata. Terobosan akan menghidupkan
seni di Indonesia yang potensinya sangat besar, seni tradisional maupun kontemporer. Jurusan Kesehatan masyarakat juga sangat penting. Selama ini penyakit menular karena budaya masyarakat belum terbangun dengan baik karena itu perlu ada lahir manusia yang punya konsen di bidang kesehatan masyarakat. Menjadi manajer layanan kesehatan masyarakat. Membangun budaya hidup bersih, sehat dan menunjukkan kita ini negara yang makmur. Agar nanti bisa bersaing dengan lulusan dari universitas lain, apakah yang harus dilakukan? Yang pertama visi dan misi faklultas harus konkret dan bisa menjawab kebutuhan masyarakat, bisa memanfaatkan peluang dan memiliki keunggulan di bidang itu dan kemudian bisa membuka peluang-peluang dan kelebihan yang dimiliki. Yang kedua visi itu dijabarkan ke dalam kurikulum yang integrated maupun yang bisa ditranformasikan ke dalam satu proses pembelajaran yang efektif. Banyak praktik daripada teori atau authentic learning. Kurikulum didesain auntentic learning. Kalau pariwisata harus membuat manusia yang pariwisata. Teori bagus dan punya karya seni. Untuk authentic, dosen jangan hanya mengajar secara authentic. Dan, output dan outcome menjadi outentic. SDM
Majalah Unesa
yang dihasilkan memiliki kompetensi autentic. Seni outentic, bukan sarjana yang sekadar punya gelar tapi betul-betul punya visi dan misi serta kompetensi. Selama ini kan Unesa identik dengan IKIP yang mencetak tenaga guru. Jadi meskipun lulusan dari jurusan nonkeguruan nantinya juga banyak yang mengajar. Bagaimana pendapat anda? Tidak apa-apa. Justru itu ciri khas dari Unesa. Jiwa kependidikan harus dimanfaatkan dan jangan dihapus. Itu membentuk culture dan ini sudah terbentuk sehingga jangan dirusak. Meski ilmu yang dipelajari murni tapi spirit yang diusung tetap keguruan jadi ilmunya bermanfaat bagi orang lain. Nantinya, lulusannya menjadi manajer rumah sakit yang bagus dan punya jiwa pendidik, leadership-nya kuat. Manajemennya menjadi sangat bagus dan jiwa pendidiknya sangat bagus. Yang namanya guru tidak hanya di depan kelas, tapi menjadi pengajar bagi lingkungannya. Baik lingkungan kerja, maupun masyarakat. n (PRAS)
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
13
LAPORAN
UTAMA TARMUJI, ORANG TUA SISWA
UNESA HARUS SEDIAKAN SDM PROFESIONAL
AGA MESTIKA, MAHASISWA HUKUM
“
RIS, ILMU HUKUM ITU SUI GENE NDIRI LAYAK JADI FAKULTAS SE SAYA rasa jurusan Hukum sangat baik jika menjadi fakultas sendiri. Selama 7 tahun berdiri, jurusan Hukum sudah dapat menunjukkan kompetensi. Dosen dan mahasiswanya juga terus meningkatkan kualitas dan kuantitasnya. Kami sebagai dan warga jurusan Hukum sepakat sa. um di Une mendukung adanya Fakultas Huk dapat semakin ltas faku nya bah tam ber Dengan gah masyarakat. ten di menunjukkan eksistensi Unesa semakin besar jadi men a jug Daya tampung di Unesa variatif. Khusus di dan jurusan yang ada semakin nya dari tahun ke tahun jurusan Hukum jumlah peminat tercatat sekitar 200 ini, terus meningkat. Tahun 2016 a. rim mahasiswa baru yang dite an ilmu yang Sui Jurusan hukum merupakan kaji yang berbeda dengan Generis yakni memiliki ciri khas wa hukum yang terus asis ilmu lain. Dengan jumlah mah g memerlukan yan ilmu an bertambah ditambah kaji eris, maka berdiri gen sui atau sus khu pengkajian secara g tepat untuk yan cara menjadi fakultas sendiri adalah n fakultas aha amb dilakukan. Semoga dengan pen sa berkualitas Une kan jadi men tersebut dapat semakin dan semakin diminati. n (ILMI)
“
14
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
Majalah Unesa
TARMUJI warga Bendul Merisi Surabaya mengaku cukup senang dengan dibukanya jurusan baru di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Kebetulan, keponakannya akan mengambil jurusan seni musik jika lulus SMK kelak.”Kalau memang dibuka jurusan baru ya bagus. Daripada jauh-jauh di Yogya untuk kuliah musik kan mending di Unesa saja,” katanya. Tarmuji mengatakan, tertarik untuk memasukkan keponakannya itu di Unesa. Pasalnya, selain persaingannya agak longgar, jurusan seni musik juga masih sedikit peminatnya sehingga peluang mencari kerja cukup tinggi.”Kalau baru buka kan sedikit persaingannya. Jadi peluang kalau keponakan saya terpilih cukup besar,” tambahnya. Dia berharap agar Unesa menyediakan tenaga profesional untuk menunjang jurusan baru tersebut. Pasalnya, dengan dididik tenaga profesional, dan kurikulum yang baik, maka akan meningkatkan skill keponakannya itu dalam bidang musik. ”Pengajar dan kurikulumya harus bagus. Kalau nanti mengambil jurusan murni memang skill yang diberikan harus lebih untuk meningkatkan ketrampilan siswa,” tandasnya lagi. Keponakan Tarmuji sendiri selama ini memang menunjukkan bakatnya sebagai seniman musik. Sejak awal, bakat itu lebih menonjol dibandingkan dengan matapelajaran lainnya.”Kalau matematika atau fisika nilainya memang jelek, tetapi bakat seninya sangat bagus,” tandasnya. Dia berharap agar anaknya nanti menjadi seniman dan pengjar musik di sekolah. Karena itu, selepas lulus dari jurusan seni, keponakannya disarankan mengikuti sertifikasi mengajar.”Kalau lulus saya sarankan mengikuti sertifikasi mengajar, nanti kan peluang jadi guru dan masuk PNS ada. Kalau seniman mungkin aktualisasinya saja yang penting pekerjaannya mapan,” tegasnya. Tarmuji sendiri berharap ada semacam sertifikat kompetensi yang nanti diberikan kepada mahasiswanya. Selain itu, Unesa jug mengajarkan Bahasa inggris sehingga bisa menjdi nilai lebih bagi mahasiswa yang lulus kelak.”Kalau ada ketermpilan misalnya Bahasa inggris dan punya sertikat kompetensi kan minimal bisa memperoleh nilai lebih,” pungkasnya. n (PRAST)
WARTA UTAMA
UNESA JALIN KERJA SAMA DENGAN FINLAND UNIVERSITY Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, Unesa menyelenggarakan gala dinner dengan Universitas Finlandia dan LPTK se-Indonesia.
A
cara tersebut dihadiri Pimpinan Unesa, yaitu Prof. Dr. Warsono, M.S (Rektor), Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si (Wakil Rektor 1), Drs. Tri Wrahatnolo, M. Pd., M. T (Wakil Rektor II), dan Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt (Wakil Rektor IV). Hadir pula seluruh Rektor dan Wakil Rektor IV PTN LPTK seIndonesia dan empat perwakilan dari Universitas Finlandia (Mr. Juha Christensen, Mr. Pasi Kaskinen, Dr. Ms. Minna Makihonko, dan Dr. Ms. Anna Alasuutari). Kegiatan gala dinner dilaksanakan pada Selasa, 22 November 2016 di Hotel Singgasana, Surabaya tersebut. Kegiatan tersebut bertujuan
menjalin kerja sama dengan Finland University dan seluruh LPTK seIndonesia. Prof. Dr. Warsono, M.S, Rektor Unesa saat sambutan mengatakan bahwa kerja sama dengan Finland Unievrsity diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia. Sebab, Finland University secara kualitas, sistem pendidikannya telah diakui dunia. “Tentu akan menjadi solusi yang baik bila nantinya sistem pendidikan di Finlandia dapat diterapkan juga di Indonesia, khususnya di Unesa,” ungkap Warsono. Warsono menambahkan, sistem pendidikan di Finlandia sangat
bagus karena visi misinya sejalan dengan pemerintah, sedangkan di Indonesia terkadang masih timbul pergesekan sehingga sering mengalami pergantian kurikulum. Oleh karena itu Rektor berharap kerja sama Unesa bersama seluruh PTN LPTK se-Indonesia dengan Finland University dapat berjalan dengan sukses. “Yang dibutuhkan adalah kemauan dan konsistensi dalam membangun sistem pendidikan yang baik dan dapat didukung pemerintah. Kita bisa belajar banyak dari Finlandia yakni terus berkreasi dan berinovasi untuk meningkatkan mutu pendidikan menjadi lebih baik,” tandas Warsono. n (FIKRIYYA/SH)
GALA DINER: Rektor Unesa, Prof. Warsono menjamu para tamu dari Finland University dan seluruh LPTK se-Indonesia di Hotel Singgasana, Surabaya.
Majalah Unesa
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
15
WARTA
UTAMA SEMINAR: Pemateri menyampaikan presentasi dalam kegiatan Seminar Nasional Pendidikan Sains PPs Unesa 2017.
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Mahasiswa Pascasarjana Prodi Pendidikan Sains menyelenggarakan seminar nasional pendidikan sains pada 14 Januari 2017 di gedung K 10 Pascasarjana Unesa. Acara dimulai pukul 08.00 dan dibuka oleh Prof. Dr. Ismet Basuki, M. Pd selaku Direktur PPs Unesa.
S
eminar diikuti sekitar 345 orang dari berbagai universitas di Indonesaia. Di antaranya UM, UNEJ, ITS, UNS, Universitas Gorontalo, dan lainnya. Tema seminar adalah Pemanfaatan Assesment Elektronik dan Hasil Penelitian Sains bagi Guru, Tenaga Kependidikan dan Peneliti Sains untuk Menjawab MEA. Seminar dibagi menjadi dua sesi yaitu seminar utama dan seminar paralel. Seminar utama rencananya diisi oleh Sumarna Surapranata, Ph.D, Direktur Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud dan Prof. Dr. Budi Jatmiko, M.Pd, Guru Besar PPs Unesa. Namun, lantaran Sumarna Supranata, Ph.D berhalangan hadir, digantikan oleh Dr. Sumarno, Direktur P4TK BOE/VEDC Malang. Sebagai moderator adalah Dr. Wasis, M.Si. Dalam paparannya, Dr. Sumarno mengatakan bahwa penilaian kompetensi harus dilaksanakan secara utuh. Di sisi lain, Ujian Nasional(UN) dilaksanakan baik secara
16
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
tertulis (berbasis kertas dan pensil) maupun berbasis komputer(UNBK). Sumarno menambahkan, pada era MEA saat ini teknologi sangat berperan penting. “Kelebihan penilaian berbasis elektronik ini dapat di akses kapanpun, dimanapun, dan alat apapun,� paparnya. Sementara itu, Prof. Dr. Budi Jatmiko M.Pd menjelaskan tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam penilaian hasil belajar siswa pada era MEA. Studi ini bertujuan memberikan alternatif solusi tentang bagaimana implementasi sistem penilaian hasil belajar nasional di masa mendatang. Disampaikan Prof. Budi Jatmiko, setelah menganalisis beberapa faktor terkait UN mendapatkan hasil bahwa UN dengan mekanisme online (Internet Basef Test =IBT) atau UNBI yaitu akses paket soal ujian melalui internet dari komputer peserta ujian langsung ke server pusat, diyakini lebih baik daripada sistem ujian nasional berbasis komputer(UNBK). n (NEA/MIRA)
Majalah Unesa
WARTA UTAMA
REVOLUSI MENTAL PERKUAT KARAKTER MAHASISWA Dalam rangka mewujudkan Gerakan Revolusi Mental di Indonesia, tim Gerakan Nasional Revolusi Mental secara khusus datang dari Jakarta ke Unesa untuk mensosialisasikan program yang sudah digagas Presiden Jokowi.
G
erakan Revolusi Mental bertema Sosialisasi Revolusi Mental; untuk Menjadikan Mahasiswa Berkarakter Kuat itu dilaksanakan pada Jumat, 23 Desember 2016 Auditorium Prof. Leo Idra Ardiana, Fakultas Bahasa dan Seni. Hadir dalam kegiatan tersebut Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S, Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan dan alumni, Dr. Ketut Prasetyo, M.S, Kepala LPPM Unesa, Prof. Dr. I Wayan Susila, M.T, Kepala Bagian Kemahasiswaan, Suyanto, S.Psi, M.Pd, Kepala BAAK,
Dra. Ec. Ratih Pudjiastuti, M. Si, Dekan FBS, Prof. Dr. H. Bambang Yulianto, M.Pd, Wakil Dekan III FBS, Dr. Syamsul Sodiq, M.Pd, Wakil Dekan III FIP, Drs. Heru Siswanto, M.S, dan Wakil Dekan III FIK, Drs. Arif Bulqini, M.Kes. Prof. Paulus, dari Kementerian Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (PMK RI) menyampaikan tiga nilai utama yang ditekankan dalam program sosialisasi Gerakan Revolusi Mental. Ketiga nilai tersebut adalah integritas, etos kerja dan gotong royong. “Integritas ialah berbuat jujur, dapat dipercaya, bertanggung
jawab dan konsisten, sedangkan nilai etos kerja adalah berinovasi, berkreasi, optimis dan semangat tinggi dalam daya saing di tingkat nasional maupun internasional, sementara nilai gotong royong ialah melakukan kegiatan secara bersamasama dan bersifat sukarela yang dapat berjalan dengan efektif dan efesien,� papar Paulus. Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S berharap nantinya program sosialisasi ini dapat membawa perubahan terhadap mental para mahasiswa Indonesia, khususnya di Kampus Unesa. n (FIKRIYYA/SH)
WAWASAN: Prof. Paulus, dari Kementerian Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (PMK RI) menyampaikan tiga nilai utama yang ditekankan dalam program sosialisasi Gerakan Revolusi Mental.
Majalah Unesa
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
17
LENSA
UNESA
MELEPAS BALON: Rektor Unesa Prof. Warsono melepas rangkaian balon yang membawa plakat Dies Natalis Unesa 2016, dalam upacara Dies Natalis dan Peluncuran Bus Baru Unesa.
U PAC A R A D I E S NATA L I S
DAN PELUNCURAN BUS BARU UNESA
niversitas Negeri Surabaya menggelar upacara memperingati Dies Natalis ke52 pada Senin, (19/12) di halaman Kantor Pusat Unesa kampus Ketintang. Upacara diikuti semua sivitas akademika meliputi pimpinan Universitas, pimpinan fakultas selingkung Unesa, senat Unesa, dosen, karyawan, UKM/ormawa, dan mahasiswa Unesa. Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S bertindak sebagai Inspektur upacara. Dalam sambutannya, Rektor menyam-
18
paikan bahwa Unesa harus mampu mengimplementasikan misi Unggul dalam Kependidikan dan Kukuh dalam Keilmuan. Unesa yang dulu bernama IKIP Surabaya harus mampu menghasilkan tenaga kependidikan yang unggul baik di tingkat nasional maupun internasional. Warsono menambahkan, seluruh sivitas akademika harus mengetahui makna Unggul dakan Pendidikan dan Kukuh dalam Keilmuan. Selain itu, makna dari motto Unesa Growing with Character juga harus dipahami. “Growing with Character itu untuk mengedepankan moralitas dan kara-
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
Majalah Unesa
kter Unesa. Seluruh sivitas akademika melakukan dengan empat K untuk mewujudkan motto tersebut yaitu Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja Ikhlas, dan Kerja Tuntas,� ungkap Warsono. Warsono berharap semua sivitas akademika Unesa juga mampu menghafal lagu Himne Unesa dan Mars Unesa. Selesai upacara, juga dilakukan peresmiaan Bus Unesa yang baru. Peresmian bus Unesa tersebut dilakukan Rektor Unesa didampingi jajaran pimpinan Universitas dan Pimpinan Fakultas selingkung Unesa. l SH
LENSA UNESA
PELANTIKAN PEJABAT STRUKTURAL SELINGKUNG UNESA JUMAT, 6 Januari 2017, Universitas Negeri Surabaya melantik sejumlah pejabat struktural selingkung Unesa. Pelantikan dilakukan oleh Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S. Beberapa jabatan struktural yang dilantik, di antaranya adalah Direktur Pascasarjana yang kini dijabat oleh Prof. Dr. Ismet Basuki, M. Pd, Ketua LP3M, yang dijabat oleh Prof. Dr. Rusijono, M. Pd, Kepala Pusat Penjaminan Mutu (PJM) yang djabat oleh Prof. Dr. Muslimin Ibrahim, M. Pd, Kepala Pusat Program Profesi Guru (PPG) dijabat Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, M. Pd, Kepala Pusat Pengembangan Pembelajaran dan Aktivitas Instruksional, dijabat oleh Dr. Meini Sondang Sumbawati, M. Pd, Kepala Pusat Kurikulum dan Sumber Belajar, dijabat oleh Dr.
H. Bactiar Syaiful Bachri, M. Pd dan Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) dijabat oleh Prof. Dr. Hj. Lies Amin Lestari, M.A., M.Pd. . Selain pelantikan pejabat struktural, juga dilakukan pelantikan Kepala Bagian (Kabag) dan Kepala Sub Bagian (Kasubag) selingkung Unesa/ Total ada 62 Kabag dan Kasubag yang dilantik dan diambil sumpah jabatan. Ikut hadir dalam pelantikan yang dilakukan di Auditorium Kantor Pusat Unesa Ketintang Wakil Rektor II Bidang Umum dan Keuangan, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan dan Kerja sama, Dekan FIP, Dekan FBS, Dekan FMIPA, Dekan FISH, Dekan FE dan para undangan.l(SH/WAHYU) UNIVERSITAS Negeri Surabaya mengirimkan mahasiswa dalam program Pertukaran Mahasiswa (PERMATA) NUSANTARA. Sebanyak 6 mahasiswa Unesa diikutkan dalam program yang digagas Kemenristek Dikti itu. Keenam mahasiswa tersebut ditempatkan di Universitas Negeri Medan. Selain Unesa, universitas lain yang juga ikut dalam program ini adalah kampus Universitas Negeri Medan (Unimed) dan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh (Unsiyah). n (SH)
PROGRAM PERTUKARAN MAHASISWA NUSANTARA Majalah Unesa
| Nomor: 101 Tahun XVIII- Januari 2017 |
19
WARTA
UTAMA
UNESA TINGKATKAN AKREDITASI PRODI Pemandangan di Gedung Serbaguna Mahasiswa (Gema) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Kamis (22/12) mendadak meriah. Beberapa karangan bunga yang berisikan ucapan selamat kepada Universitas Negeri Surabaya berjejer di bagian Timur gedung serbaguna tersebut. Selain itu, tampak beberapa tamu undangan berpakaian batik memasuki Gema Unesa.
S
alah satu rangkaian acara Dies Natalis ke- 52 Unesa sedang berlangsung, yaitu Rapat Senat Terbuka dan Orasi Ilmiah. Kegiatan ini dihadiri oleh Mantan Rektor Unesa terdahulu, Dekan, Guru Besar, Pimpinan Senat dan Anggota Senat, Perwakilan Bank Jatim, Bank BTN, Pejabat Sipil dan Militer, Dosen, Alumni, Mahasiswa Unesa, serta beberapa tamu undangan lainnya. Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, MS menyampaikan pengembangan dan pencapaian – pencapaian yang telah dilaksanakan Unesa pada tahun
20
2016. Beberapa pencapaian yang telah diraih ialah beberapa Juara, baik lokal maupun nasional. Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial tersebut melanjutkan, dalam 2 tahun terakhir, ada peningkatan jumlah prodi yang memperoleh akreditasi A. Sampai saat ini jumlah yang memperoleh akreditasi A sejumlah 24 prodi (28,91%) dibandingkan tahun 2015, ada 16 prodi (19,27%) dan tahun 2014 hanya 10 prodi (12,04%). Dari prodi-prodi yang meningkatkan akreditasinya adalah di fakultas FMIPA dan FIP, sedangkan fakultas lainnya masih harus berbenah untuk
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
Majalah Unesa
target peningkatan akreditasi prodi menjadi A. “Peningkatan akreditasi prodi ini tentu sangat diperlukan, karena Unesa juga telah mencanangkan untuk mengingkatkan akreditasi institusi dari B menjadi A. Saat ini Unesa sedang mempersiapkan akreditasi institusi menjadi A. Sudah tentu upaya untuk meningkatkan akreditasi institusi membutuhkan kerja keras dan komitmen semua pihak, terutama peran pimpinan fakultas untuk meningkatkan akreditasi prodi menjadi A,� ungkapnya. n (RUS)
WARTA UTAMA
MENUJU KAMPUS INKLUSIF BERWAWASAN GLOBAL Tahun 2014, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) memperoleh penghargaan “Inklusif Award” dari Kementerian Pendidikan Republik Indonesia, sebagai perguruan tinggi yang afirmatif dan ramah terhadap mahasiswa disabilitas yang menimbah ilmu di Unesa. Saat itu, Unesa memiliki 48 mahasiswa disabilitas dengan beberapa jenis hambatan (kelainan) dan dari beberapa jurusan.
U
mumnya, masyarakat belum familiar dengan istilah Disabilitas. Istilah Disabilitas berasal dari serapan kata bahasa Inggris disability (jamak: disabilities) yang berarti cacat atau ketidakmampuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “Disabilitas” belum tercantum. Disabilitas adalah istilah baru pengganti Penyandang Cacat. Penyandang Disabilitas dapat diartikan individu yang mempunyai keterbatasan fisik atau mental/
intelektual. Dr. Budiyanto, M.Pd, dalam orasi ilmiah saat rapat terbuka Senat Universitas Negeri Surabaya dalam rangka Dies Natalis ke-52 tahun 2016 memaparkan mengenai Disabilitas dan harapannya agar Unesa menjadi kampus inklusif yang berwawasan global. Budiyanto mengatakan, pada 13 Desember 2012, bertempat di Fakultas Ilmu Pendidikan Unesa, yang diprakarsai Drs. Sujarwanto, M.Pd berdirilah komunitas sukarelawan mahasiswa Unesa
dari beberapa jurusan. Tugas utama komunitas tersebut adalah membantu mahasiswa penyandang Disabilitas dalam menjalankan perkuliahan. Komunitas ini selanjutnya diperkokoh statusnya dengan nama Pusat Studi dan Layanan Penyandang Disabilitas (PSLPD). “Saat berdiri, PSLPD memiliki anggota 66. Saat ini, anggota PSLPD tercatat sebanyak 135 baik dari unsur relawan mahasiswa maupun dosen,” pungkasnya. n (RUS)
RAPAT TERBUKA: Rektor bersama para anggota senat mengikuti Rapat Terbuka Senat Unesa dalam Dies Natalis ke-52 Tahun 2016.
Majalah Unesa
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
21
WARTA
UTAMA
WELCOME PARTY MAHASISWA BARU BIDIK MISI DAN AFIRMASI Kegiatan tahunan Welcome Party yang diselenggarakan untuk menyambut mahasiswa baru penerima bidik misi dan afirmasi tahun 2016 kembali dilaksanakan. Penyambutan tersebut diselenggarakan pada Kamis, 15 Desember 2016 di Gedung Serba Guna (Gema) Unesa. Tahun ini, penerimaan mahasiswa bidik misi dan afirmasi berjumlah 929 mahasiswa dengan rincian mahasiswa bidikmisi 910 orang dan afirmasi berjumlah 19 Orang.
W
elcome Party mengusung tema “Sambut Mahasiswa Bidikmisi dan Afirmasi Menuju Generasi Berkarakter dan Berprestasi”. Hadir dalam kegiatan tersebut Direktur Belmawa Dikti, Dr. Didin Wahidin, Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M. S., Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Ketut Prasetyo, M. S., Wakil Dekan FIP, Drs. Heru Siswanto, M.Si., Wakil Dekan FISH, Tamsil, S.H., M.H., Wakil Dekan FE Unesa, Dr. Anang Kistyanto, S.Sos., M. Si., Kepala BAKPK, Dra. Ec. Ratih Pudjiastuti, M.Si. dan Kabag Kemahasiswaan Unesa. Rektor Unesa, dalam sambutannya mengatakan bahwa mahasiswa
22
penerima beasiswa bidikmisi dan afirmasi harus mampu memanfaatkan waktu dan kesempatan dengan baik dengan tidak menyia-nyiakan waktu yang ada. “Ada tiga hal yang harus dilakukan untuk memanfaatkan waktu dengan baik yaitu Prestasi, Potensi, dan Peluang,” ujar Warsono membuka acara Welcome Party Unesa 2016. Usai pembukaan, acara dilanjutkan talkshow dengan narasumber Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Ketut Prasetyo, M.S dan Direktur Belmawa Dikti, Dr. Didin Wahidin. Dr. Didin Wahidin menyampaikan sekaligus memberikan inspirasi kepada mahasiswa Bidikmisi dan
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
Majalah Unesa
Afirmasi agar menjaga amanah dan memberikan kontribusi terbaik kepada bangsa. “Kalian, adalah pemimpin bangsa yang nantinya akan menjadi salah satu estafet untuk membangun bangsa,” ujar Dr. Didin. Sementara itu, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Ketut Prasetyo, M. S menyampaikan harapannya kepada mahasiswa bidikmisi dan afirmasi agar nantinya dapat memberikan contoh kepada mahasiswa lain dengan meraih prestasi. ”Manfaatkan waktu yang ada ini dengan baik dan jangan menyia-yiakan waktu dan ksempatan yang telah diberikan,” tandasnya. n (SH)
KABAR PRESTASI
Dennis Raymond, Mahasiswa Terbaik PPGT
SEJAK SMA SELALU 10 BESAR
D
inobatkan sebagai mahasiswa terbaik di Prodi PPGT PGSD Angkatan ke-2, tentu membuat Dennis Raymond de Momangdo bangga. Latar belakang ekonomi keluarga yang kurang mampu, menjadi pelecut Dennis belajar lebih tekun hingga berhasil meraih prestasi terbaik. Sejak SMA, Dennis Raymond yang kini menyandang dua gelar yakni Sarjana Pendidikan (S.Pd.) dan guru (Gr.) sejak SMA selalu masuk 10 besar. Karena prestasi itulah, ia langsung mendapatkan tawaran kuliah PPGT. Gelar yang berhasil didapat itu tentu membuat Dennis lebih siap memasuki dunia pendidikan, yakni mengajar. Di Unesa, terdapat Program
Rintisan Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi (PPGT). Program itu merupakan salah satu sub program dari Program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia yang dimaksudkan untuk memenuhi kekurangan guru pada daerah kategori terdepan, terluar dan tertinggal (3T). Oleh karenanya, peserta Program Rintisan PPGT diprioritaskan berasal dari daerah yang memiliki latar belakang katagori tersebut dan memiliki kualifikasi akademik minimal lulus Sekolah Lanjutan Atas (SMA/MA/ SMK) dari satuan pendidikan yang terakreditasi. Dennis mengaku mendapat banyak pengalaman baru selama berkuliah. Saat pembekalan, ada banyak workshop yang di selenggarakan mulai dari perangkat
pembelajaran, media pembelajaran dan ada juga PPL yang dijalani oleh Dennis selama 3 bulan. Selain itu Dennis juga mengikuti temu nasional PPG SM-3T dan PPGT seIndonesia di Solo, kegiatan tersebut diwakili oleh 1 mahasiswa setiap prodi yang ada di Unesa. Semangat mengajar tampak dalam diri Dennis. Ia mengungkapkan bahwa ke depan jika profesi yang dijalaninya tidak ada ikatan dinas maka ia memiliki 2 program yang nantinya akan dilaksanakannya di waktu yang akan datang. Dennis pertama memilih untuk fokus mengikuti GGD (Guru Garis Depan) dan jika tidak memungkinkan maka akan mengajar anak-anak TKI yang berada di Sabah, Malaysia dan Mindanao Thailand. n (MIRA/EMIR)
TERBAIK: Dennis Raymond mendapatkan ucapan selamat dari Rektor Unesa, Prof. Warsono setelah dinyatakan sebagai yang terbaik dalam Yudisium PPGT Angkatan ke-2.
Majalah Unesa
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
23
KOLOM REKTOR Pembukaan fakultas baru dimaksudkan untuk memperkuat eksistensi Unesa sebagau suatu universitas, yang menyelenggarakan berbagai program studi yang diwadahi dalam suatu fakultas. Dengan fakultas baru juga diharapkan mampu meningkatkan peran serta Unesa dalam pembangunan nasional, melalui penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh Prof. Dr. Warsono, M.S.
S
ejak 2009, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 1999 Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Surabaya telah berubah menjadi Universitas Negeri Surabaya yang kemudian dikenal dengan sebutan Unesa. Perubahan kelembagaan dari instititut menjadi universitas membawa konsekuensi penyelenggaraan pendidikan dan fakultas. Meskipun sama-sama berstatus sebagai perguruan tinggi, antara institut dengan universitas ada perbedaan mengenai bidang ilmu yang diselenggarakan. Institut merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan tinggi satu jenis ilmu saja, meskipun dalam perkembangannya juga tidak selalu konsisten. Sedangkan universitas merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan tinggi dalam banyak bidang ilmu. Ketika masih berstatus sebagai institut, IKIP surabaya hanya menyelenggarakan satu bidang ilmu, yaitu ilmu pendidikan, tidak ada bidang ilmu lain. Meskipun IKIP Surabaya memiliki enam fakultas (pada waktu itu), semua fakultasnya adalah fakultas pendidikan. Hal ini terlihat dari namanya, yaitu Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP); Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA); Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS); fakultas Pendidikan Teknik dan kejuruan (FPTK);
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS); dan Fakultas Pendidikan Olahraga dan kesesehatan (FPOK). Begitu juga gelar sarjana yang dihasilkan IKIP adalah sama yaitu sarjana pendidikan. Perubahan status dari IKIP Surabaya menjadi Unesa juga disertai perubahan
prodi pendidikan. Hal ini berbeda dengan universitas yang juga menyelenggarakan program studi pendidikan, seperti Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Universitas Jember (Unej) yang program studi pendidikannya diwadahi dalam satu fakultas, yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Di FMIPA, selain ada prodi nonpendidikan (matematika, fisika, kimia, dan biologi) ada juga prodi pendidikan matematika, prodi pendidikan fisika, prodi pendidikan kimia, dan prodi pendidikan biologi, serta prodi pendidikan IPA. Begitu juga fakultas lainnya, di dalamnya juga ada prodi pendidikan dan prodi nonpendidikan. Seluruh prodi pendidikan yang ada saat berstatus sebagai IKIP, masih tetap ada sampai sekarang. Oleh karena itu, bersamaan dengan perubahan status dari institut menjadi universitas juga disertai dengan perluasan mandat (wider mandate). Salah satu wujud dari perluasan mandat yang diberikan kepada Unesa adalah diberi kesempatan membuka programprogram studi nonpendidikan yang relevan untuk mendukung konpetensi keilmuan bagi calon guru, karena salah satu tugas Unesa adalah menghasilkan guru. Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru, selain menguasai ilmu pendidikan (pedagogik), juga menguasai bidang ilmu yang akan diajarkan. Dengan waktu yang sama dengan sarjana lain (4 tahun), sarjana pendidikan harus menguasai dua
MEMBUKA FAKULTAS BARU
PERKUAT EKSISTENSI UNESA
24
nama fakultas. Nama-nama fakultas tidak lagi fakultas pendidikan, melainkan sesuai dengan rumpun ilmu yang diselenggarakan. Nama fakultas berubah menjadi Fakultas Matematia dan Ilmu Alam (FMIPA); Fakultas Bahasa dan Seni (FBS); Fakultas Teknik (FT); Fakultas Ilmu Sosial (FIS), dan sekarang berubah menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH), karena di dalamnya ada prodi Ilmu Hukum, dan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), meskipun dalam Organisasi Tata Kelola (OTK) yang baru namanya Fakultas Ilmu Olahraga (FIO). Sedangkan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) tidak berubah, karena fakultas ini telah mencerminkan rumpun ilmu yaitu ilmu pendidikan. Meskipun nama-nama fakultas tidak lagi fakultas pendidikan, namun di dalamnya masih menyelenggarakan
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
Majalah Unesa
KOLOM REKTOR bidang ilmu, yaitu ilmu pendidikan dan ilmu yang akan diajarkan. Bahkan sarjana pendidikan juga dituntut memiliki keterampilan mengajar, yang diasah melalui program pengelaman lapangan (PPL). Dengan waktu studi yang sama dengan lulusan dari perguruan tinggi lainya, namun harus menguasai dua bidang ilmu serta keterampilan, membawa konsekuensi bahwa pada umumnya sarjana pendidikan lemah dalam penguasaan bidang ilmu yang akan diajarkan. Dari sisi substansi keilmuan, sarjana pendidikan bisa dikatakan lebih lemah bila dibandingkan dengan sarjana yang berasal dari universitas. Pembukaan program studi nonpendidikan juga dimaksudkan untuk memperkuat bidang keilmuan dari lulusan yang nanti akan menjadi guru. Dengan adanya program studi nonpendidikan, berarti ada dosen-dosen yang berlatar belakang bidang ilmu yang akan diajarkan oleh para guru. Kehadiran dosendosen yang berlatar bidang ilmu nonpendidikan diharapkan akan memperkuat penguasaan ilmu dari para sarjana pendidikan, dari segi konsep maupun teori, sehingga pada saat mengajarkan ilmu di sekolah tidak lagi terjadi miskonsep. Menurut penelitian Prof. Dr. Suyono, M.Pd, yang saat ini menjabat sebagai Dekan FMIPA, banyak guru yang miskonsep dalam mengajar. Hal ini diduga disebabkan mereka pada saat kuliah tidak memperoleh materi keilmuan secara utuh dan benar. Inilah satu satu misi dari perluasan mandat. Dengan adanya Undang Undang Guru dan Dosen (UUGD), yang mensyaratkan guru tidak cukup dengan lulusan sarjana (S1), tetapi harus mengikuti pendidikan profesi. Untuk melanjutkan pendidikan profesi juga membutuhkan biaya, dan tidak semua lulusan sarjana pendidikan Unesa memiliki kemampuan untuk melanjutkan ke pendidikan profesi. Dalam UUGD juga disebutkan bahwa untuk menjadi guru tidak harus sarjana pendidikan, sarjana nonpendidikan juga bisa asal bidang ilmunya sesuai dengan yang akan diajarkan dan lulus pendidikan
profesi. Di sisi lain, jumlah lulusan sarjana pendidikan setiap tahun melebihi dari kebutuhan guru. Ini berarti akan ada sarjana pendidikan yang tidak bisa terserap sebagai guru, maka muncul pertanyaan, bagaimana dengan lulusan sarjana pendidikan yang tidak bisa terserap sebagai guru?. Pertanyaan ini tentu menjadi beban moral bagi Unesa. Oleh karena itu, perlu dicari terobosan untuk menmecahkan masalah yang akan dihadapi oleh para lulusan Unesa. Sebagai lembaga pendidikan tinggi, Unesa memiliki tugas untuk menyiapkan sumber daya manusia, yang berkualifikasi diploma, sarjana, magister, maupun doktor. Sampai saat ini, Unesa memiliki 87 Program studi pendidikan dan nonpendidikan yang tersebar dalam 7 fakultas. Jumlah prodi di masing-masing fakultas tidak sama. Fakultas yang memiliki prodi paling banyak adalah Fakultas Teknik, yaitu 20 prodi. Sedangkan fakultas yang paling sedikit jumlah prodinya adalah Fakultas Ilmu Keolahragaan, yaitu 3 prodi. Selain itu ada juga fakultasfakultas yang memiliki prodi, yang sebenarnya merupakan rumpun ilmu tersendiri, seperti prodi ilmu hukum di FISH, prodi psikologi di FIP. Di FT memiliki varian prodi yang sangat besar, dan juga bisa dipecah menjadi fakultas baru. Pemecahan FT menjadi fakultas baru, selain untuk perumpunan bidang ilmu juga dimaksudkan untuk mengurangi beban manajemen fakultas. Oleh karena itu, Unesa, ingin mengembangkan fakultas baru sebagai bentuk perumpunan prodi yang sudah ada. Di antara fakultas baru yang akan dibuka adalah Fakultas Hukum, Fakultas Psikologi, Fakultas Seni dan Industri kreatif, fakultas ilmu kerumahtanggaan dan pariwisata dan fakultas informatika. Bahkan, ada rencana membuka Fakultas Kesehatan Masyarakat sebagai wujud rencana merger STIKESDA Lamongan dan fakultas vokasi untuk mewadahi program D3 yang ada di Unesa. Di antara fakultas baru yang akan dibentuk tersebut saat ini sudah diajukan ke Menristekdikti.
Majalah Unesa
Fakultas-fakultas baru itu nantinya benar-benar fakultas nonpendidikan, karena di dalamnya tidak ada prodi pendidikan. Pembukaan fakultas baru juga dimaksudkan untuk memperkuat eksistensi Unesa sebagau suatu universitas, yang menyelenggarakan berbagai program studi yang diwadahi dalam suatu fakultas. Dengan fakultas baru juga diharapkan mampu meningkatkan peran serta Unesa dalam pembangunan nasional, melalui penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan fakultas baru sangat dimungkinkan untuk dibuka prodi-prodi yang sangat dibutuhkan dalam dunia kerja. Oleh karena itu, untuk menjadi universitas yang “besar� penataan fakultas harus dilakukan. Memang pembukaan program studi baru, khususnya nonpendidikan dan fakultas vokasi membawa konsekuensi yang tidak mudah. Apalagi, sekarang pemerintah membatasi hanya prodi eksak dan vokasi yang boleh dibuka. Pembukaan prodi baru nonpendidikan membutuhkan dukungan sarana laboratorium yang memadai, sebagai tempat untuk penelitian dan sekaligus mendukung proses belajar mengajar. Tanpa laboratorium yang memadai, pengembangan ilmu dan pembuktian teori akan sulit dilakukan. Begitu juga dengan fakultas vokasi, menuntut bengkel (tempat praktik) yang sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada. Kika kita ingin mengembangkan Unesa sebagai suatu perguruan tinggi dengan nama universitas, harus dilakukan penataan fakultas dan pemenuhan sarana dan prasarana, terutama laboratorium. Dan, yang tidak kalah penting adalah penyiapan sumber daya manusia (dosen), dari segi keilmuan maupun komitmen untuk pengembangan ilmunya. Ini semua perlu perencanaan yang matang dan komitmen semua pihak, terutama para pimpinan Unesa. n
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
25
INSPIRASI
ALUMNI
Jejak Liya Susanti Studi Master of Education di University of New South Wales (UNSW), Australia
BELAJAR DARI PENGALAMAN DIRI DAN ORANG LAIN “HIDUP ADALAH BELAJAR, PROSES DARI TIDAK TAHU MENJADI TAHU, DAN DARI SALAH MENJADI BENAR. PROSES PEMBELAJARAN ITU TIDAK HANYA KITA TEMPUH DI BANGKU SEKOLAH, NAMUN JUGA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI, BAIK ITU DARI PENGALAMAN YANG KITA ALAMI SENDIRI MAUPUN PENGALAMAN YANG DIALAMI ORANG LAIN”
K
alimat di atas merupakan salah satu cuplikan komentar dari Liya Susanti, alumni Jurusan Pendidikan Matematika Unesa yang kini sedang meniti studi Master of Education di University of New South Wales (UNSW)
Australia. Liya Susanti memang memiliki bakat cerdas sejak kecil. Hal itu terlihat dari kebiasaan dirinya semasa kecil hingga remaja yang lebih suka membaca buku daripada menghabiskan waktu bermain-main. Saking maniaknya membaca, jika kehabisan buku, dia membaca lagi buku yang sudah pernah dibaca. Satu hal yang berkesan saat remaja adalah masalah teknologi. Keluarga Liya cukup membatasi diri dengan penggunaan handpone. Oleh karena itu, sewaktu SMA ia tidak dibelikan handphone. Untuk mengirim pesan singkat (sms) dan telpon ke teman sekolah maupun hanya sekadar bermain game, Liya biasanya pinjam handphone tantenya yang saat itu tinggal satu rumah dengannya. Meski agak membatasi masalah handpone, orang tuanya sangat mendukungnya menggunakan internet untuk keperluan sekolah. “Kalau mau menggunakan internet, saya harus ke Warung Internet (warnet) dengan diantar siapapun orang di rumah yang sedang ada waktu. Kebetulan saat SMA saya belum bisa mengendarai motor sendiri,” paparnya. Meski tidak difasilitasi dengan handphone sebagaimana remaja seusianya, Liya mengaku entah kenapa saat tidak berkeinginan untuk meminta telepon genggam pribadi ke orang tuanya. Ia merasa biasa-biasa saja meski tidak punya handphone. “Kalau teman-teman SMA menanyakan no handphone, saya berikan nomor handphone tante saya. Saya baru mendapatkan handphone pribadi dari orang tua saat masuk kuliah di Unesa karena tinggal jauh dari keluarga,” ungkap perempuan asli Mojokerto itu.
26
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
Majalah Unesa
INSPIRASI ALUMNI Legislatif Mahasiswa Jurusan (DLMJ) Matematika, ikut menjadi panitia Pengenalan Kehidupan Kampus Mahsiswa Baru (PKKMB) Fakultas MIPA, dan panitia MCR (Mathematics Competition Revolution) sebuah olimpiade Matematika tingkat SMP dan SMA.
PENGHARGAAN Runner up Lomba “Innovative Teaching Competition (ITC)”Jurusan Sains, Universitas Negeri Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
Pengalaman Studi di Unesa Alumni jurusan Matematika FMIPA Unesa angkatan 2009 memiliki banyak kenangan saat kuliah. Kala itu, salah satu syarat mendaftar di jurusan Pendidikam Matematika Unesa adalah mengharuskan menyertakan setifikat TOEFL. Ia belum pernah melalukan tes seperti itu sebelumnya. Oleh karena itu, saat liburan sekolah, Liya bekerja keras berlatih soal-soal TOEFL. “Bagi kami (saya dan keluarga), tes tersebut cukup mahal. Jadi, saya harus berupaya keras agar tidak gagal tes. Saya bersyukur, kerja keras tersebut membuahkan hasil dan saya lulus tes TOEFL,” ungkapnya. Liya masuk Unesa tahun 2009 di Jurusan Pendidikan Matematika kelas Internasional. Saat itu pertama kali kelas internasional dibuka di Unesa. Kebetulan, Liya sangat suka Matematika dan bahasa
Inggris. Keluarganya pun sangat mendukung memilih program tersebut. Liya menceritakan, saat ada program teacher immersion, ia mendapat kesempatan praktik mengajar SMP di Singapura. Biaya yang dibutuhkan saat itu sangat besar. Liya sempat pusing dibuatnya. Sebab, ia tidak mau terlalu membebani orang tua. Akhirnya, tanpa sepengetahuan orang tua, Liya berupaya mendapatkan tambahan pendapatan dengan menambah jadwal memberi les anak SMP. “Biasanya seminggu dua kali, saya ubah menjadi 4 kali seminggu dengan cara mencari siswa lain yang bersedia saya beri les,” terang Liya mengenang kisah kala itu. Selain berprestasi di bidang akademik, Liya juga cukup aktif di organisasi kemahasiswaan. Ia pernah menjadi bagian dari Dewan
Majalah Unesa
Studi di Australia Asa Liya untuk menuntut ilmu setinggi langit begitu membuncah. Selepas SI Unesa, ia berkeinginan melanjutkan studi ke Australia. Lagi-lagi, perjuangan untuk studi ke negeri kanguru itu tidaklah mudah. Syarat menempuh studi ke sana, harus mendapatkan IELTS sesuai standar kampus Australiaa. Sekali tes IELTS perlu biaya yang cukup besar yakni sekitar 2 juta rupiah. “Setiap hari saya berlatih soal-soal dan menjalani kelas intensif IELTS. Sayabersyukur selain berhasil lulus, juga mendapatkan banyak teman baru,” terangnya. Setelah berhasil mendapatkan sertifikat IELTS, Liya berhasil mendapatkan beasiswa LPDP untuk studi ke Australia. Kali pertama ke Australia, homesick pasti dirasakan Liya. Namun, karena padatnya deadline dan aktivitas kuliah membuat Liya fokus pada studinya. Liya mengakui bulan pertama merupakan bulan terberat karena harus sangat jauh dari keluarga dalam rentan waktu yang cukup lama. Untuk mengobati kangen, Liya biasanya melakukan video call tiga kali seminggu. “Lama kelamaan dengan bertambahnya banya teman dari Indoneisa di sana, saya sudah mulai terbiasa dan menikmati hidup di Australia,” jelasnya. “Bagi saya hidup adalah belajar, proses dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari salah menjadi benar. Proses pembelajaran itu tidak hanya kita tempuh di bangku sekolah, namun juga dalam kehidupan sehari-hari, baik itu dari pengalaman yang kita alami sendiri maupun pengalaman yang dialami orang lain,” terang Liya seolah menegaskan prinsip hidupnya.n(RUDI UMAR)
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2016 |
27
ARTIKEL
WAWASAN
AGAR PELAKSANAANNYA Oleh BUDI PRASETYO*)
P
ada Oktober 2016 lalu, dunia pendidikan Indonesia dikejutkan wacana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhajir Effendy yang akan menghapus ujian nasional. Dalam pernyataanya usai menemui Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK), Muhajir menilai, sekolah yang memiliki nilai akademik di atas rata-rata nasional justru tak
28
perlu mengikuti ujian nasional. Penghapusan pelaksanaan ujian nasional dilakukan untuk memberikan apresiasi kepada sekolah-sekolah tersebut. “Persoalannya adalah sudah ada 30 persen sekolah yang dari segi integritas maupun skor akademik kan sudah di atas rata-rata nasional. Lah kalau sudah begitu apakah dia harus ikut ujian nasional lagi? Ikut dipetakan lagi? Itu kan tidak perlu.
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
Majalah Unesa
Seharusnya, dia diberi penghargaan. Tentu dia bisa melampaui standar nasional itu. Itu yang kita diskusikan dengan Pak JK,� katanya sebagaimana dimuat di situs online Republika.co.id. Dia beralasan, selain menghemat anggaran, penghapusan UN itu juga untuk memetakan nilai akademik sekolah di seluruh Indonesia. Sehingga, dapat diketahui sekolah mana saja yang telah melampaui
ARTIKEL WAWASAN Tidak dapat dipungkiri, UN sudah berlaku sejak lama di Indonesia. Meski sering berubah konsep, namun secara mendasar pola evaluasi tersebut hampir sama. Pada periode 1972-1982, diterapkan sistem Ujian Sekolah di mana setiap atau sekelompok sekolah menyelenggarakan ujian akhir. Soal dan hasil ujian semuanya ditentukan oleh masing-masing sekolah atau kelompok sekolah. Pemerintah pusat hanya menyusun dan mengeluarkan pedoman umum. nilai standar nasional. “Nantinya kita harus ada treatment, penanganan terhadap sekolah yang belum melampaui standart itu. Nanti setelah itu ditangani dalam waktu yang cukup, kita uji lagi, kita tes lagi. Sudah tercapai belum. Kalau sudah tercapai, berapa yang sudah tercapai. Kalau belum, berapa yang belum. Nanti kita treatment lagi,� jelas dia. Kebijakan menghapus UN itu diikuti dengan meningkatkan kualitas guru dan laboratorium yang selama ini dinilai kurang memadai. Ketika UN dihapus, siswa tetap bisa berkembang dengan dan meningkatkan kompetensinya dengan memperbanyak praktek di lapangan. Tak berselang lama, kebijakan menghapus UN itu langsung menjadi bahasan publik. Sebagian setuju dengan wacana itu. Tapi, banyak juga yang menolak dengan alasan UN masih dibutuhkan untuk mengukur sejauh mana pendidikan dalam negeri berjalan. Polemik itu akhirnya terhenti saat Presiden Joko Widodo memutuskan untuk membatalkan kebijakan itu dan memggantinya dengan kebijakan USBN. Sejauh ini, memang metode evaluasi yang paling cocok adalah UN. UN juga dibutuhkan untuk memetakan mutu pendidikan antarwilayah di seluruh negeri. Pembatalan wacana penghapusan UN oleh presiden dinilai sebagai langkah yang tepat. Tidak dapat dipungkiri, UN sudah berlaku sejak lama di Indonesia.
Meski sering berubah konsep, namun secara mendasar pola evaluasi tersebut hampir sama. Pada periode 1972-1982, diterapkan sistem Ujian Sekolah di mana setiap atau sekelompok sekolah menyelenggarakan ujian akhir. Soal dan hasil ujian semuanya ditentukan oleh masing-masing sekolah atau kelompok sekolah. Pemerintah pusat hanya menyusun dan mengeluarkan pedoman umum. Kebijakan ujian akhir berubah lagi pada 1982-2002 yang mengenalkan Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS). Pada EBTANAS kelulusan siswa ditentukan oleh kombinasi nilai semester I (P), nilai semester II (Q) dan nilai EBTANAS murni (R). Pada tahun 2002, EBTANAS diganti dengan penilaian hasil belajar secara nasional dengan nama Ujian Akhir Nasional (UAN). Perbedaan yang menonjol antara UAN dengan EBTANAS adalah dalam cara menentukan kelulusan siswa, terutama sejak tahun 2003. Untuk kelulusan siswa pada UAN ditentukan oleh nilai mata pelajaran secara individual. Mulai 2005, pemerintah menyelenggarakan Ujian Nasional (UN) untuk tingkat SMP dan SMA Sedangkan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) untuk SD sejak 2008/2009. Perjalanan panjang di atas sepertinya tidak mudah dihapus dari pola dasar sistem pendidikan di Indonesia. Kebijakan Presiden Joko Widodo yang melakukan evaluasi mengintruksikan evaluasi model penyeragaman dalam sistem pendidikan seperti UN
Majalah Unesa
sangatlah tepat. Tidak menghapus, tapi melakukan evaluasi agar pelaksanaanya lebih maksimal dan efisien. Memang, ada beberapa kelemahan UN seperti yang diungkapkan Mendikbud ke DPR beberapa waktu lalu, antara lain UN tidak mampu meningkatkan mutu pendidikan dan kurang mendorong kemampuan siswa secara utuh, cakupan UN terlalu luas sehingga sulit diselenggarakan dengan kredibel dan bebas dari kecurangan, UN sudah tak berimplikasi langsung pada siswa karena tak lagi dikaitkan dengan kelulusan. Pemerintah meyakini, berdasarkan hasil kajian, UN cenderung membawa proses belajar ke orientasi yang salah. Namun, sarana evaluasi itu penting. Agar spirit belajar siswa tetap terjaga. Pengajar juga bisa memetakan pola belajar mengajar yang baik bagi muridnya. n *) Penulis adalah alumni jurusan Sosiologi Unesa yang kini berkiprah sebagai jurnalis.
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
29
KABAR
PENGABDIAN
BERBAGI: Sejumlah mahasiswa berfoto bersama sisda SDN Macanan III, Loceret, Nganjuk. dalam kegiatan Gelar Bakti Karya Mahasiswa ke-29 UKKI Unesa.
UKKI UNESA GELAR BAKTI KARYA MAHASISWA KE-29
P
engabdian kepada masyarakat merupakan suatu bentuk sosialisasi dan aktualisasi diri mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah ke kehidupan bermasyarakat. Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI) Unesa sebagai salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Unesa turut serta menjembatani mahasiswa untuk dapat terjun langsung menjalankan pengabdian kepada masyarakat dengan menyelenggarakan kegiatan Bakti Karya Mahasiswa (BKM). Mengusung tema Bersinergi Membangun Negeri, Mengabdi Sepenuh Hati, Berbagi Memberi Arti, kegiatan BKM yang berlangsung pada 7-17 Januari 2017 itu merupakan kegiatan tahunan yang telah digelar selama 29 tahun. Sebanyak 190 mahasiswa mengikuti kegiatan yang bertempat di Desa Macanan, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk. Tingkat pendidikan yang tergolong rendah, banyaknya pemuda yang putus sekolah dan bekerja di luar pulau Jawa serta perempuan yang menganggur menjadikan Desa Macanan dipilih menjadi lokasi pengabdian di BKM ke-29 UKKI Unesa ini. Ketua pelaksana BKM ke-29, Saifulloh Farihi mengatakan, tujuan diadakannya BKM adalah untuk memberdayakan masyarakat di semua lapisan mulai dari anak-anak sampai lansia agar lebih kreatif daripada
30
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
sebelumnya. Sedangkan bagi mahasiswa kegiatan ini dapat menyiapkan diri, mental, dan semangat untuk berkarya di masyarakat. Dalam kurun waktu 11 hari, berbagai macam kegiatan dilaksanakan. Kegiatan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Pada aspek pendidikan dan agama terdapat kegiatan bina SD, bina PAUD, bina TPQ, fun day school, pelatihan guru TPQ, seminar kesehatan remaja dan motivasi belajar, lomba cerdas cermat tingkat SD, lomba kolase bagi siswa PAUD, renovasi TK, seminar antinarkotika bagi siswa sekolah, seminar parenting, festival anak sholeh serta seminar dan pelatihan bagi guru TK/RA, PAUD-KB, dan SD. Pada aspek pengembangan dan pemberdayaan SDM terdapat kegiatan seminar pengembangan produk desa, pelatihan pembuatan cinderamata, dan pertandingan voli antardusun. Terdapat juga pengobatan bekam, sholawat dan pengajian akbar, karnaval yang dapat diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat, serta masih banyak kegiatan lainnya “Saya berharap ilmu yang didapat di desa Macanan dapat bermanfaat, karena di Macanan ini adik-adik mahasiswa benar-benar bekerja dan nyata. Saya berharap ini semua dapat berguna selamanya,� harap Kades Macanan, Satriyo Yuwono. n (LINA MEALINA)
Majalah Unesa
KABAR PENGABDIAN
SEMANGAT BERBAGI MELALUI PPKN MENGABDI Selain belajar mengamalkan ilmu dan menambah pengalaman, PPKn Mengabdi juga bertujuan menerapkan Tridharma Perguruan Tinggi berupa pendidikan dan pengetahuan, penelitian dan pengembangan dan pengabdian kepada masyarakat.
H
impunan Mahasiswa Jurusan PMPKN mengadakan pengabdian kepada masyarakat bertajuk PPKn Mengabdi sejak Minggu (8/1/2017). PPKn mengabdi yang mengusung tema “Meningkatkan Pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat Desa Guna Mencapai Keadilan dan Kesejahteraan” dilaksanakan di Desa Tawangrejo Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun. Kegiatan tersebut suda dua kali ini dilaksanakan mahasiswa PPKn. Selama satu minggu, sekitar 20 mahasiswa mengabdikan diri di Desa Tawangmangu. Mereja terbagi
menjadi tiga bagian yakni di Dusun Gemuruh Tegir, Dusun Soko dan Dusun Ndawuhan. Selama mengabdi, kegiatan yang dilakukan di antaranya mengajar SD, bertani, mengajar ngaji dan bimbingan belajar pada malam hari. Sulitnya akses masuk ke dusun membuat siswa harus berjuang naik turun bukit agar sampai di sekolah. Kondisi tersebut tentu sangat diperlukan tenaga pendidik yang cukup untuk membantu pendidikan di desa tersebut. Fitria, mahasiswa PPKn yang juga ketua pelaksana mengatakan, kegiatan PPKn mengabdi itu merupakan ajang belajar bagi mahasiswa untuk menerapkan pengetahuannya. Selain itu,
program tersebut merupakan sarana belajar mengajar yang nyata bagi calon guru PPKn karena langsung terjen ke masyarakat. “Tahun ke dua ini, ternyata peminatnya bertambah banyak” ujar Fitria. Menurut Fitria, selain belajar mengamalkan ilmu dan menambah pengalaman, PPKn Mengabdi juga bertujuan menerapkan Tridharma Perguruan Tinggi berupa pendidikan dan pengetahuan, penelitian dan pengembangan dan pengabdian kepada masyarakat. Masyarakat yang menjadi sasaran adalah masyarakat desa yang kurang mempunyai sarana cukup sehingga sangat dibutuhkan tenaga khususnya, pengajar. n (ILMI)
MENGABDI: Mahasiswa PMPKn mengadakan pengabdian kepada masyarakat di Desa Tawangrejo Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun.
Majalah Unesa
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
31
SOSOK
PENDIDIK KISAH PROF. DEWI TRI WIJAYANTI RAIH GURU BESAR
“ALHAMDULILLAH, DOA BELIAU TERKABUL, SAYA MENJADI GURU BESAR” Guru Besar Fakultas Ekonomi Unesa bertambah. Prof. Dr. Dewie Tri Wijayanti, resmi dikukuhkan menjadi guru besar pada Selasa, 23 Agustus 2016. Dosen jurusan Manajemen itupun menjadi guru besar keempat di Fakultas Ekonomi.
P
rof. Dewie mengangkat tema Kepemimpinan di Dalam Pelaksanaan Manajemen Strategi pada Organisasi Pemerintahan. Perempuan kelahiran Malang ini menyampaikan bahwa manajemen strategis sudah menjadi kebutuhan bagi organisasi pemerintahan. “Ini dilatarbelakangi oleh adanya perubahan kehidupan masyarakat, baik dalam bidang sosial, politik, budaya, ekonomi, maupun arus globalisasi. Masyarakat semakin cerdas dengan tingkat ekonominya,” terang istri dari Ir. H. Munadi Kromodihardjo, M.M. ini. Di dalam pembuatan dan pelaksanaan manajemen strategis, tambah Prof. Dewie, diperlukan sistem kepemimpinan yang tepat dan andal yang mampu menggerakkan seluruh elemen dan stakeholder secara harmoni, sehingga pelaksanaannya tepat pada sasaran yang diharapkan. Konsep manajemen strategis di Indonesia sebenarnya sudah dikenal dan diterapkan di lingkungan militer pada tahun 1970-an. Pada masa itu, militer Indonesia (ABRI) telah memiliki konsep tentang pertahanan
32
negara. Akan tetapi, tidak semua lembaga pemerintahan di Indonesia menerapkan sistem perencanaan strategi tersebut. Sementara itu, berkembangnya manajemen strategis di lingkungan organisasi pemerintahan Indonesia disebabkan oleh perubahan besar atau reformasi pada akhir tahun 1990-an. Dampaknya, sistem pemerintahan Indonesia mengalami perubahan-perubahan mendasar dan menyeluruh. “Secara ringkas, era reformasi yang terjadi di Indonesia telah menunjukkan banyak perubahan. Paling tidak ada dua perubahan penting menyangkut pemerintahan di Indonesia, yakni soal otonomi daerah dan sistem politik,” kata Prof. Dewie. Otonomi daerah menjadi kunci bagi pemerintahan dalam menyusun program kerja agar dapat disesuaikan dengan segala perubahan yang ada. Di samping itu, perubahanperubahan yang diakibatkan oleh globalisasi juga telah menjadi pertimbangan penting bagi organisasi dalam menentukan visi dan misinya. Organisasi harus terus bertahan (survive) dan terus berusaha
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
Majalah Unesa
untuk meningkatkan kinerjanya di tengah derasnya arus perubahan. Perubahan berikutnya adalah perubahan dalam sistem politik, khususnya yang menyangkut pemilihan kepala daerah. Sebelumnya, pemilihan kepala daerah dilakukan oleh legislatif (DPRD), tapi kini kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat. “Dua perubahan ini tentu membawa dampak bagi pelaksanaan pemerintahan daerah. Dengan demikian, pemerintah dituntut agar mampu melaksanakan pemerintahan secara strategis. Pemerintah dituntut agar mampu membuat kebijakan dengan tepat, efisien, dan efektif dalam mencapai visi dan misinya,” ungkap Prof. Dewie. Kepemimpinan Strategis Alumni program sarjana bidang studi ekonomi IKIP Bandung ini menegaskan bahwa yang sangat menentukan keberhasilan proses manajemen strategis adalah kepemimpinan. Kepemimpinan yang dibutuhkan dalam situasi perubahan dan tuntutan manajemen strategis pada pemerintah daerah adalah kepemimpinan strategis (strategic leadership).
SOSOK PENDIDIK GURU BESAR: Prof. Dr. Dewie Tri Wijayanti, resmi dikukuhkan menjadi guru besar pada Selasa, 23 Agustus 2016. Dosen jurusan Manajemen itu pun menjadi guru besar keempat di Fakultas Ekonomi.
“Pelaksanaan manajemen strategis yang mempunyai lingkungan eksternal dan internal dinamis akan terjadi perubahan-perubahan penting. Oleh karena itu, dibutuhkan pemimpin yang memiliki keahlian untuk membuat keputusan yang seimbang antara pemikiran jangka panjang untuk pertumbuhan dan tekanan jangka pendek yang berorientasi pada hasil,� paparnya. Prof. Dewie mengutip pendapat Aslana, dkk (2011) yang menyatakan bahwa ada tiga komponen penting bagi tumbuhnya kepemimpinan strategis, yaitu: (1) kemampuan memahami lingkungan yang tidak menentu akibat perubahan;
(2) inovasi; dan (3) kemampuan membuat strategi perubahan. Prof. Dewie optimis pemerintahan bisa mewujudkan kepemimpinan strategis. Hal itu karena peraturan yang dibuat di pemerintahan masih memberikan peluang bagi adanya perubahan jika perubahan itu dipandang sangat vital untuk dilakukan. Hanya saja, untuk melakukan semua itu diperlukan pemimpin yang bisa bekerja dengan cerdas, tidak sekadar bekerja dengan keras. Di akhir pidatonya, Prof. Dewie mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu sehingga mampu meraih
Majalah Unesa
penghargaan sebagai guru besar. Ucapan terima kasih yang dalam juga secara khusus disampaikan kepada bapak dan ibu Prof. Dewie. “Andaikan almarhum Bapak saya yang tercinta dan tersayang masih ada, betapa bahagianya beliau. Dahulu, beliaulah yang menghendaki saya menjadi seorang guru karena saya satu-satunya anak perempuan di antara semua saudara-saudara saya. Beliau selalu mendoakan saya agar jadi guru dan jadi orang yang berguna bagi orang lain. Kini doa beliau tercapai. Saya menjadi guru besar. Alhamdulillah!� ungkap Ketua Prodi S-2 Manajemen Fakultas Ekonomi Unesa ini. n (FUL)
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
33
CATATAN LINTAS
MPB
(MENJADI PEMIMPIN BARU)
S
Sabtu lalu saya berkunjung ke rumah kawan untuk mengerjakan sesuatu. Seperti biasanya, di sela-sela pekerjaan, kami ngobrol “ngalor-ngidul”. Nah, ketika itu ada cerita tentang kawan lain yang setahun lalu dipromosikan pada suatu jabatan tertentu. Kawan yang bercerita itu kebetulan menjadi anak buahnya. Menurut si empunya cerita, kawan yang mendapat jabatan baru itu seakan berubah 180 derajat. Yang bersangkutan suka marah-marah, minta dilayani ini dan itu. Bahkan kalau beliau tiba di kantor, satpam diminta baris dan memberi hormat. Teman lain yang ikut hadir menambahi, jika ingin bertemu dengan anak buah, si bos baru itu meminta sekretarisnya untuk memanggil anak buah yang diperlukan. Seakan tidak mau menghubungi langsung. Kalau harus memberikan sambutan, si bos baru minta dibuatkan dan bahkan minta ada yang membawakan map sambutan dan memberikan saat si bos sudah di podium. Teman yang bercerita itu mengatakan, anak buahnya sering rasan-rasan kalau di bos baru itu “gila hormat”. Saya kaget dan setengah tidak percaya dengan cerita itu. Saya mengenal teman yang digunjingkan itu sejak lama dan menurut saya yang bersangkutan termasuk “culun” dalam pergaulan keseharian. Rasanya sangat aneh, kalau tiba-tiba minta dihormati termasuk oleh anak buah yang sebelumnya merupakan kawan akrab. Ketika si empunya cerita mencoba meyakinkan saya dan minta teman lain yang hadir ikut memberikan kesaksian, saya tetap belum percaya. Paling tidak, setengah percaya-karena si empunya cerita biasanya jujur,
34
OLEH MUCHLAS SAMANI
setengah tidak percaya- karena selama ini orang digunjingkan termasuk “culun”. Memang di perguruan tinggi itu jabatan bagai mimpi semalam, karena secara praktis tidak ada penjenjangan karier. Dapat terjadi seseorang yang semula dosen biasa, tahu-tahu langsung jadi ketua jurusan, dekan, ketua lembaga dan sebagainya. Seingat saya hanya rektor yang untuk mencalonkan diri harus pernah menduduki jabatan minimal setingkat ketua jurusan. Sebaliknya, juga biasa saja seorang dekan atau rektor habis masa jabatannya. Lebih dari itu tidak ada pelatihan untuk menjadi ketuan jurusan, dekan, rektor dan jabatan lainnya. Jadi memang bisa jadi orang kaget dengan menerima jabatan baru itu. Gunjingan itu menyebabkan kami berhenti bekerja. Ternyata kebiasaan bergunjing juga menjangkiti kami. Kami yang hadir saling menanggapi sambil berkelakar. Karena sebagian di antara yang hadir juga pernah menjabat dan bahkan ada beberapa orang yang saat ini sedang menjabat, kami saling meledek. Teman yang pertama mulai menggunjingkan bos baru, diledek jangan-jangan itu karena iri, karena merasa lebih pantas menduduki jabatan itu. Tentu saja yang bersangkutan menyangkal, walaupun teman lain terus menggoda. Sepulang dari kerja bareng itu, saya merenung. Apa dahulu ketika menjadi birokrat, saya juga seperti itu ya? Saya mencoba mengingat-ingat. Seingat saya, pada awal menjabat saya juga sering marah karena banyak hal yang “tidak beres”. Waktu terjadi banjir saya marah, karena staf yang semestinya menangani itu enak-enak di kantor. Pada hal saya menduga
| Nomor: 101 Tahun XVIII - Januari 2017 |
Majalah Unesa
ada selokan yang buntu di pojok kampus. Saya ajak staf tersebut melihat selokan di pojok kampus dan benar tersumbat oleh sampah. Saya juga sempat marah kepada staf Bank BTN. Saat itu mahasiswa harus lapor ke BAU ketika sudah membayar SPP, dengan membawa bukti bayar dari bank. Ketika saya tanya apakah BTN tidak bisa begitu ada mahasiswa membayar datanya masuk ke Unesa, jawaban staf tersebut berbelit-belit. Saya menyampaikan, Bank Mandiri itu menjadi bank penerima uang pendaftaran SBMPTN di seluruh Indonesia dan begitu ada calon mahasiswa membayar, datanya langsung masuk ke panitian SBMPTN. Dengan demikian panitia dapat mengetahui berapa jumlah pendaftar secara real time. Akhirnya dengan agak marah, BTN saya ancam kalau sampai tanggal tertentu tidak dapat menerapkan sistem seperti di bank Mandiri untuk SBMPTN, Unesa akan pindah ke bank lain. Mengingat itu, saya takut sendiri. Jangan-jangan saya dulu juga berperilaku seperti kawan yang digunjingkan tadi. Apakah istilah OKB (orang kaya baru) dapat dilebarkan menjadi MPB (menjadi pemimpin baru)? Apakah perilaku aneh pada OKB juga terjadi pada MPB? Apakah ketika seseorang menjabat sebagai pemimpin kemudian perilakunya berubah, karena ingin menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah pemimpin? Apakah semacam itu merupakan euforia yang hanya berlangsung sesaat atau terus berlanjut? Apakah saya dulu juga mengalami sebagai MPB? n *http://muchlassamani.blogspot.co.id