WARNA REDAKSI
B
elakangan ini Pancasila kita sedang diuji. Meski sudah banyak peristiwa menyertainya, namun keberadaan Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup bagi semua warga negara dalam naungan NKRI tetap menunjukkan kekokohan dan ‘kesaktiannya’. Tidak sedikit yang mencoba merongrong Pancasila dengan idealisme baru. Namun dengan kesetiaan dan pembelaan luar dalam, setiap anak bangsa Pancasila tetap dan terus dipertahankan sebagai ideologi bangsa . Sebagai lembaga eks-IKIP, Unesa tentu memiliki peran penting dalam membumikan Pancasila, terutama melalui guru-guru yang selama ini telah dihasilkan. Tak salah bila kemudian Unesa sangat diharapkan mampu menghasilkan guru-guru yang tidak hanya profesional, tetapi juga memiliki jiwa nasionalisme yang kuat. Sebab, bagaimanapun peran guru sangat penting bagi sikap dan perilaku siswa didiknya nanti. Pada posisi inilah, Unesa memiliki peran penting bagaimana menanamkan nasionalisme pada para calon-calon guru yang kelak akan diluluskan. Bahkan menurut Rektor Unesa,
Prof. Dr. Warsono, peran para guru sangat vital dan strategis dalam membangun nasionalisme melalui pendidikan dan pembelajaran kepada para siswa didiknya. Meskipun pendekatan yang dilakukan dalam pendidikan saat ini tidak lagi teacher center, tetapi menggunakan student center, namun peran guru masih sangat dibutuhkan, terutama sebagai
TETAP
nasionalisme melalui pendidikan karakter. Gerakan tersebut diimplementasikan dalam bentuk disiplin, jujur, bertanggung jawab apabila diberi tugas. Menurut Ketut, karakter yang baik merupakan salah satu contoh cinta tanah air. Sebab, ke depan para penerus bangsa akan dipegang oleh generasi muda saat ini. Oleh karena itu, mereka harus dibekali basic jujur, tanggung jawab, dan disiplin. Sementara itu, Dosen Ilmu Hukum dan Pakar Hukum Tata Negara, FISH Unesa Hananto Widodo, S.H, M.H. mengatakan bahwa nasionalisme merupakan rasa bangga dan cinta tanah air dengan mengutamakan kepentingan negara di atas golongan atau kepentingan pribadi. Ditandaskannya, saat ini, Indonesia sedang mengalami ancaman inflasi dari beberapa ideologi yang bertentangan dengan Pancasila. Oleh karena itu, nasionalisme perlu diperkuat dengan menjadikan Pancasila sebagai dasar negara. Semoga dengan selalu diperingatinya Hari Lahir Pancasila selalu dapat mengingatkan warga negara Indonesia bahwa penting sekali mempertahankan Pancasila sebagai dasar dan ideologi bangsa. n ARM
DAN SELALU SETIA KEPADA PANCASILA stimulator, fasilitator, dan motivator. Masih menurut Prof. Warsono, dalam kurikulum nasional sebenarnya sudah ada mata kuliah yang dijadikan instrumen untuk membangun nasionalisme yaitu pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Bahkan, semua mahasiswa wajib menempuh mata kuliah tersebut dan wajib lulus. Sementara itu, Wakil Rektor III, Dr. Ketut Prasetyo, M.S memaknai nasionalisme sebagai sebuah paham/ajaran agar bangga menjadi bangsanya sendiri. Unesa sendiri menurutnya sudah sangat jelas melakukan gerakan
Majalah Unesa
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
3
DAFTAR RUBRIK
16 Edisi Ini
05
EDISI JUNI 2017
17
SEPUTAR UNESA
SPIRIT HARI LAHIR PANCASILA
18 - 19
Sejak 2016, 1 Juni resmi dijadikan sebagai Hari Libur Nasional melalui Keppres Nomor 24 Tahun 2016. Tahun 2017 ini, tema yang diusung adalah Saya Indonesia, Saya Pancasila. Tema tersebut menunjukkan betapa pentingnya spirit Pancasila untuk memperkuat nasionalisme dan menangkal radikalisme. Bagaimana peran Unesa?
Berita Foto Kegiatan Pejabat dan Kemahasiswaan Unesa.
16
KEDUBES JERMAN KUNJUNGI UNESA
LENSA UNESA
20
24
INSPIRASI ALUMNI
28
ARTIKEL WAWASAN
baya yang kini jadi Ketua STIKIP PGRI
30
26
34
Kiprah Munawaroh, Alumni IKIP Sura-
ARTIKEL HARI ANAK
18
KABAR PRESTASI CATATAN LINTAS
SOSOK UNESA
Kisah Dr. Waspodo Raih Penghargaan Setya Lencana Kesetiaan
22
KOLOM REKTOR
Peran Unesa Dalam Meperkuat Nasionalisme.
14
Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 106 Tahun XVIII - Juni 2017 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor), Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (PR I), Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (PR II), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (PR III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB: Dra. Ec. Ratih Pudjiastuti, M.Si (Kepala BAAK) PEMIMPIN REDAKSI: Dra. Titin Sumarti, M.Pd (Kabag. Kerja Sama dan Humas) REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto REPORTER: Lina Mezalina, Murbi Astuti, Suryo Waskito, Emir Musa, Khusnul, Syaiful Hidayat, Asnaul Ilmiyah, M. Hasan Zaki, Mira Carera, Merry, Fikriyatul Umah, Nely Eka, Novita, Belya Dwi, Geofany FOTOGRAFER: Sudiarto Dwi Basuki, M. Wahyu Utomo, DESAIN/LAYOUT: Abdur Rohman, Basir Aidi ADMINISTRASI: Rr. Dwi Astuti, S.H., MM. (Kasubbag. Humas), Supi’ah, S.E. DISTRIBUSI: Lusia Patria, S.Sos, Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung Rektorat Kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya
4
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
SPIRIT HARI LAHIR PANCASILA
TANGKAL RADIKALISME, PERKUAT NASIONALISME Sejak 2016, 1 Juni resmi dijadikan sebagai Hari Libur Nasional melalui Keppres Nomor 24 Tahun 2016. Penetapan hari libur nasional itu dimaksudkan agar masyarakat dapat mengenal lebih dalam Pancasila. Tahun 2017 ini, tema yang diusung adalah Saya Indonesia, Saya Pancasila. Tema tersebut menunjukkan betapa pentingnya spirit Pancasila untuk memperkuat nasionalisme dan menangkal radikalisme. Bagaimana peran Unesa?
Majalah Unesa
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
5
LAPORAN
UTAMA
PIDATO: Presiden Joko Widodo saat menyampaikan pidato dalam upacara peringatan hari lahir Pancasila di halaman Gedung Pancasila, Kompleks Kementerian Luar Negeri, Jakarta, (Kamis, 1 Juni 2017). foto: DOK NEGERA
P
idato Presiden Joko Widodo dalam peringatan Hari Lahir Pancasila di halaman Gedung Pancasila, Kompleks Kementerian Luar Negeri, Jakarta pada Kamis 1 Juni 2017 seolah menegaskan kembali bahwa komitmen berbangsa dengan kebhinekaan yang ada harus senantiasa dijaga pasca mulai memudarnya nilai-nilai kebhinekaan akibat pilkada DKI Jakarta dan kelompok-kelompok tertentu yang ingin membuat Indonesia bergejolak. Pidato Jokowi yang juga dibacakan oleh masing-masing inspektur upacara di seluruh penjuru negeri itu mengajak seluruh elemen bangsa untuk kembali meneguhkan komitmen agar lebih mendalami, menghayati dan mengamalkan nilainilai luhur Pancasila sebagai dasar bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila merupakan satu kesatuan proses yang dimulai dengan rumusan Pancasila (1 Juni 1945),
6
Piagam Jakarta (22 Juni 1945) dan rumusan final Pancasila (18 Agustus 1945). Jiwa besar para founding father, para ulama, dan pejuang kemerdekaan dari seluruh pelosok Nusantara itulah yang kemudian menyatukan bangsa ini. Jokowi, dalam pidato itu juga mengingatkan bahwa bangsa Indonesia sudah ditakdirkan Tuhan sebagai bangsa yang memiliki keberagaman dengan berbagai suku, etnis, bahasa, adat istiadat, agama, kepercayaan dan golongan dari Sabang sampai Merauke. Keberagaman itu bersatu padu membentuk Indonesia. “Itulah kebhinekaan tunggal ika-an kita,� ungkap Jokowi. Jokowi juga menyinggung kehidupan berbangsa dan bernegara yang sedang mengalami tantangan dan ujian akibat sikap intoleran yang mengancam kebhinekatunggal ika-an. Sikap dan pandangan itu diperparah dengan penyalahgunaan
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
Majalah Unesa
media sosial yang menggaungkan kabar bohong alias hoax. Jokowi juga mengingatkan jika sikap dan padangan tersebut tidak segera diatasi maka akan berakibat pada hancurnya tatanan kehidupan berbangsa dan negara sebagaimana pengalaman buruk yang terjadi di negara lain akibat radikalisme, konflik sosial, terorisme dan perang saudara. “Dengan Pancasila dan UUD 1945 dalam bingkai NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, kita bisa terhindar dari masalah tersebut. Kita bisa hidup rukun dan bergotong royong untuk memajukan negeri. Dengan Pancasila, Indonesia adalah harapan dan rujukan masyarakat internasional untuk membangun dunia yang damai, adil dan makmur di tengah kemajemukan,� ungkap Jokowi dalam pidatonya. Jokowi juga menegaskan komitmen pemerintah untuk penguatan Pancasila sudah jelas dan sangat kuat. Berbagai upaya terus dilakukan.
LAPORAN UTAMA Pemerintah telah mengundangkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2017 tentang Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila. Bersama seluruh komponen bangsa, lembaga baru ini ditugaskan untuk memperkuat pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, yang terintegrasi dengan program-program pembangunan. Pengentasan kemiskinan, pemerataan kesejahte raan dan berbagai program lainnya, menjadi bagian integral dari pengamalan nilai-nilai Pancasila. Menurut Jokowi, tidak ada pilihan lain kecuali kita harus bahu membahu menggapai cita-cita bangsa sesuai dengan Pancasila. Tidak ada pilihan lain kecuali seluruh anak
bangsa harus menyatukan hati, pikir an dan tenaga untuk persatuan dan persaudaraan. Tidak ada pilihan lain kecuali kita harus kembali ke jati diri sebagai bangsa yang santun, berjiwa gotong royong dan toleran. “Tidak ada pilihan lain kecuali kita harus menjadikan Indonesia bangsa yang adil, makmur, dan bermartabat di mata internasional,” tegasnya. Meski demikian, Jokowi mengingatkan agar waspada terhadap segala bentuk pemahaman dan gerakan yang tidak sejalan dengan Pancasila. Pemerintah pasti bertindak tegas terhadap organisasi-organisasi dan gerakan-gerakan yang antiPancasila, anti-UUD 1945, anti-NKRI, anti-Bhinneka Tunggal Ika. Pemerin-
tah pasti bertindak tegas jika masih terdapat paham dan gerakan komunisme yang jelas-jelas sudah dilarang di bumi Indonesia. “Sekali lagi, jaga perdamaian, jaga persatuan, dan jaga persaudaraan di antara kita. Mari kita saling bersikap santun, saling menghormati, saling toleran, dan saling membantu untuk kepentingan bangsa. Mari kita saling bahu-membahu, bergotong royong demi kemajuan Indonesia. Selamat Hari Lahir Pancasila. Kita Indonesia, Kita Pancasila. Semua Anda Indonesia, semua Anda Pancasila. Saya Indonesia, saya Pancasila,” tutup Jokowi dalam pidatonya. n (SIR)
PERAN UNESA HASILKAN GURU YANG KUAT NASIONALISMENYA Sebagai lembaga eks-IKIP, Unesa tentu memiliki peran penting, terutama dalam menghasilkan guru-guru. Tentu, Unesa sangat diharapkan mampu menghasilkan guru-guru yang tidak hanya profesional, tetapi juga memiliki jiwa nasionalisme yang kuat. Sebab, bagaimanapun peran guru sangat penting bagi sikap dan perilaku siswa didiknya nanti. Pada posisi inilah, Unesa memiliki peran penting bagaimana menanamkan nasionalisme pada para caloncalon guru yang kelak akan diluluskan.
M
enanggapi hal itu, Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono mengakui bahwa peran para guru sangat vital dan strategis dalam membangun nasionalisme melalui pendidikan dan pembelajaran kepada para siswa didiknya. Meskipun pendekatan yang dilakukan dalam pendidikan saat ini tidak lagi teacher center, tetapi menggunakan student center, namun peran guru masih
Prof. Dr. Warsono, M.S.
Majalah Unesa
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
7
LAPORAN
UTAMA
sangat dibutuhkan, terutama sebagai stimulator, fasilitator, dan motivator. Menurut Warsono, pengetahuan, sikap dan perilaku anak sangat dipengaruhi pengetahuan apa dan sikap bagaimana yang ditanamkan para guru kepada para siswa. Hasil belajar sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam membimbing dan mengarahkan siswa untuk mencari pengetahuan dan menyikapi suatu perbedaan. “Peran guru dalam membangun nasionalisme siswa sangat strategis, karena guru selain sebagai role model juga sebagai pembimbing dalam memperoleh pegetahuan,” terang Warsono. Posisi guru yang sangat strategis dalam membangun nasionalisme itu terang Warsono, secara otomatis akan menempatkan peran Unesa yang strategis juga. Sebab, salah satu tugas pokok Unesa adalah menghasilkan guru. Apalagi, Unesa juga mememiliki program-program studi yang menghasilkan guru-guru yang terkait dengan nasionalisme seperti PKn, Geografi, Sejarah, PGSD dan PGPAUD. “Secara moral, Unesa memiliki tugas dan
tanggung jawab untuk membangun nasionalisme dengan cara menghasilkan guru-guru yang memiliki nasionalisme yang kuat, terutama pada guru PKn, guru Sejarah, guru Geografi, guru IPS,” jelasnya. Ditambahkan Warsono, dalam kurikulum nasional sebenarnya sudah ada mata kuliah yang dijadikan instrumen untuk membangun nasionalisme yaitu pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Bahkan, semua mahasiswa wajib menempuh mata kuliah tersebut dan wajib lulus. Selain mata kuliah, ada beberapa upaya yang dilakukan untuk membangun nasionalisme mahasiswa di antaranya melalui unit kegiatan mahasiswa (UKM), seperti resimen mahasiswa (menwa) dan pramuka. “Keikutsertaan mahasiswa dalam upacara-upacara, seperti upacara peringatan hari-hari besar nasional merupakan bagian untuk menanamkan nasionalisme mahasiswa, sehingga pada saatnya ketika mereka menjadi guru bisa memberi teladan tentang nasionalisme kepada para siswa,” tambah Rektor.n
UPACARA BENDERA: Paskibra dari Pramuka Unesa bertugas mengibarkan bendera merah putih dalam upacara hari Kelahiran Pancasila di kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya. foto: HUMAS
8
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA UPACARA: Wakil Rektor III, Dr. Ketut Prasetyo, M.S. saat menjadi pemimpin upacara. foto: HUMAS
Perkuat Pendidikan Karakter
W
akil Rektor III, Dr. Ketut Prasetyo, M.S memaknai nasionalisme sebagai sebuah paham/ajaran agar bangga menjadi bangsanya sendiri. Hal itu merujuk pada arti kata nasional yang merupakan kebangsaan dan isme yang berari paham. Sekarang ini, terang Ketut, rasa nasionalisme sedikit mengalami kemunduran lantaran banyak pengaruh dari negara lain baik teknologi, budaya, bahasa, gaya dan lain sebagainya. “Padahal Indonesia punya karateristik bangsa sendiri yang patut kita banggakan,” terang Ketut. Ketut mencontohkan karakter bangsa Indonesia dalam menyampaikan pendapat yang lebih mengedepankan musyawarah mufakat. Di negara lain, kebanyakan
demokrasi yang berjalan adalah dengan sistem voting yang menjadi budaya mereka. “Jadi sebetulnya dalam hal menentukan suatu keputusan, voting itu merupakan jalan terakhir, karena jika dalam musyawarah itu tidak ditemui solusinya maka baru dilakukan voting,” papar Ketut. Mengenai radikalisme, hal itu bukan merupakan budaya bangsa ini. Radikalisme jelas tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia. Oleh karena itu, munculnya pahampaham yang bertentangan dengan karakteristik bangsa ini haruslah segera diatasi agar tidak semakin tumbuh subur dan berkembang menjadi gerakan yang radikal. “Di Unesa tidak ada indikasi radikal baik mahasiswa maupun dosen,” jelas Ketut. Lebih lanjut Ketut menjelaskan, radikalisme perlu dicegah dengan tindakan preventif yakni melakukan tindakan sebelum itu terjadi. Menurut Ketut, ada beberapa model untuk melakukan tindakan preventif, di antaranya dengan membiasakan, mengajarkan dan mendekati dengan
Majalah Unesa
hal-hal yang bersifat positif. “Jika berbicara tentang mahasiswa, maka kita perbanyak kegiatan positif. Karena suatu saat jika tidak kita dekati, kita pelihara, kita emong, maka suatu saat bisa diemong oleh orang lain dan mendapat pengaruh luar,” terangnya. Unesa sendiri sudah sangat jelas melakukan gerakan nasionalisme melalui pendidikan karakter. Gerakan tersebut diimplementasikan dalam bentuk disiplin, jujur, bertanggung jawab apabila diberi tugas. Menurut Ketut, karakter yang baik merupakan salah satu contoh cinta tanah air. Sebab, ke depan para penerus bangsa akan dipegang oleh generasi muda saat ini. oleh karena itu, mereka harus dibekali basic jujur, tanggung jawab, dan disiplin. “Tentu, saya berharap, generasi muda (mahasiswa) harus bangga dengan bangsanya sendiri. Right or wrong is my country (baik atau jelek adalah negara kita). Jika setelah sukses lalu ke luar negeri, harumkanlah nama Indonesia di negara lain,” pungkasnya. n (SIR/EMIR)
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
9
LAPORAN
UTAMA
Wawancara DENGAN Prof. Aminudin Kasdi, Pakar Sejarah
UNESA HARUS MAMPU WUJUDKAN SASANTI Persoalan intoleransi yang melanda bangsa Indonesia belakangan ini cukup meresahkan. Nasionalisme dan kebhinekatunggalika-an sedang mendapat tantangan dan ujian. Benarkah demikian? Lantas apa upaya Unesa sebagai lembaga pendidikan untuk menguatkan kembali jiwa nasionalisme. Berikut wawancara reporter Humas Unesa Syaiful Rahman dengan pakar Sejarah dari Unesa Bagaimana kondisi nasionalisme bangsa Indonesia saat ini? Ada yang meningkat dan ada yang tererosi atau tergerus. Yang meningkat antara lain tentang hak-hak asasi manusia (HAM) sebagai warga negara di hadapan hukum, keterbukaan, tuntutan kesejahteraan pemberantasan korupsi dan pentingnya pendidikan yang bermutu. Yang tergerus atau tererosi antara lain dalam mencintai terhadap milik sendiri (the sense of belonging) baik dalam bidang budaya, sosial, ekonomi dan budaya. Misalnya, orang telah tidak peduli dengan bahasa Indonesia, bahasa daerah, tradisi budaya yang sangat kaya, kearifan lokal. Dalam hal ekonomi bangsa kita jangankan untuk menjadi tuan di negeri sendiri menjadi partisipanpun sulit. Terbukti dari berbagai kebutuhan yang paling mendasarpun bangsa Indonesia tidak
10
mampu menyediakan sendiri, seperti bahan-bahan pokok kebutuhan sehari-hari mulai dari beras, kedelai, jagung, tapioka bahan krupuk, kancing baju, cemiti, dan lain-lain. Apalagi dalam high human need mobnas yang tempo hari semarak disosialisasikan, makpustt…nggak karuan kabul kawusane...Ingat bangsa Indonesia bukan bangsa tempe! Bagaimana terkait perkembangan isu intoleransi yang semakin meruncing di negeri ini? Siapa yang meneriakkan kelompok atau pihak lain sebagai intoleransi itulah yang sebenarnya anti-toleransi, meskipun yang bersangkutan berteriak “saya Pancasila!” Ibaratnya, maling teriak maling dalam era reformasi ini bukan lagi merupakan hal yang ditabukan. Apakah yang pendiam anti-Pancasila. Padahal yang meneriakkan “Saya Pancasila”
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
Majalah Unesa
secara kasat mata juga melakukan praktik diskriminasi, bahkan dengan yang berseberangan pendapat tidak mau ketemu. Orang cenderung mau benarnya sendiri dari sudut kepentingannya sendiri. Yang paling dirugikan sebagai korban dalam hal ini adalah kelompok agama tertentu, khususnya Islam. Orang tidak mau melihat sejarah betapa toleransinya Islam yang mengakomodir hampir semua unsur budaya dari masa sebelum Islam baik dari unsur Indonesia asli, Hindu-Budha dan budaya lain, misalnya budaya Cina dan budaya Barat. Yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan rasa cinta pada bangsa Indonesia? Menurut hemat kami ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Pertama, mentalitas taat asas sebagai dasar kedisiplinan, tidak plin-plan (plintat-
LAPORAN UTAMA plintut, hypocreet, Jawa: nggihnggih tidak kepanggih, ya ya tetapi tidak dilaksanakan), abang-abang lambe (lip service). Kedua, mutu sumber daya manusia (SDM) lewat pendidikan. Pendidikan tidak boleh dijadikan komoditas politik. Ketiga, pelaksanaan hukum tanpa tebang pilih. Keempat, ditanamkan lebih mencintai milik dan karya bangsa sendiri dengan semboyan right or wrong is my country. Dan, kelima tanpa gembar-gembor mengamalkan Pancasila dalam semua aspek kehidupannya. Bagaimana cara menanamkan jiwa nasionalisme pada bangsa Indonesia?
Sebagai lembaga pendidikan tinggi yang berbasis kependidikan Unesa harus mampu menjadi leading sector dalam dunia pendidikan dan kependidikan yang benar-benar mampu mewujudkan sasanti. Ing nagrso sung tulodho, ing madya mangun karso, dan tutwuri andayani menjadi kenyataan agar visi Unesa UNGGUL DALAM KEPENDIDIKAN & KUKUH DALAM KEILMUAN dapat tercapai. n (SYAIFUL RAHMAN)
Dengan melaksanakan semboyan secara konsisten dan konsekuen semboyan ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso tut wuri andayani. Artinya, bila di muka menjadi tauladan, bila di tengah menjadi motivator dan dinamisator, bila di belakang mampu menjadi pembimbing yang mumpuni. Peran apa yang bisa dilakukan Unesa dalam rangka menanamkan jiwa nasionalisme pada bangsa Indonesia?
Prof. Dr. Aminuddin Kasdi, M.S. FOTO: HUMAS
Majalah Unesa
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
11
LAPORAN
UTAMA Hananto Widodo, S.H, M.H. Dosen Ilmu Hukum FISH Unesa
Hananto, Dosen Hukum:
PANCASILA PERKUAT NASIONALISME Dosen Ilmu Hukum dan Pakar Hukum Tata Negara, FISH Unesa Hananto Widodo, S.H, M.H. mengatakan bahwa nasionalisme merupakan rasa bangga dan cinta tanah air dengan mengutamakan kepentingan negara di atas golongan atau kepentingan pribadi.
S
aat ini, Indonesia sedang mengalami ancaman inflasi dari beberapa ideologi yang bertentangan dengan pancasila. Oleh karena itu, nasionalisme perlu diperkuat dengan menjadikan Pancasila sebagai dasar negara. Tren Pancasila yang sekarang sedang marak, menurut Hananto sebenarnya merupakan salah satu momen untuk memperkuat nasionalisme di Indonesia. Dalam kontek hukum, terang Hananto, kehidupan berbangsa dan bernegara harus mengacu pada 4 pilar yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI. “Keempat pilar itu tidak bisa tinggalkan dan harus jadi acuan bangsa ini,” terangnya Hananto Widodo.
12
Hananto yang merupakan dosen Hukum Unesa menambahkan, peran Unesa untuk memperkuat nasionalisme dapat dilakukan dengan jalan, salah satunya memasyarakatkan Pancasila. Sebagai institusi pendidikan inklusif yang terbuka, mahasiswa Unesa tentu tidak hanya berasal dari kalangan Jawa saja tetapi juga berasal dari kalangan manapun, termasuk pun berbeda agama. “Pancasila inilah yang akan bisa merekatkan semua mahasiswa di kampus”. ujarnya. Perlu juga digalakkan diskusidiskusi rutin bertemakan kasus-kasus kekinian. termasuk nasionalisme. Dia mencontohkan, di Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH), mahasiswa PM-PKN memiliki komunitas cinta
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
Majalah Unesa
Pancasila. “Itu salah satu bentuk dari kebangkitan rasa cinta tanah air,” terang Hananto. Hananto berharap lembagalembaga yang ada, termasuk Unesa tidak hanya secara formal ada tetapi juga melakukan kerja-kerja secara konkret untuk memupuk nasionalisme. Sehingga, ke depan nasionalisme semakin bisa diperkuat. Menurut Hananto, membangun nasionalisme harus dilakukan dengan langkah-langkah konkrit sesuai kondisi dan sistuasi. “Jika di kampus ada sesuatu yang mengusung ideologi trans nasional yang mengancam Pancasila, maka pimpinan Unesa harus tegas untuk menindaknya,” pungkas Hananto. n (SYAIFUL HIDAYAT)
LAPORAN UTAMA
Dr. Totok Suyanto, M.Pd. Kajur PM-PKn:
TIGA ASPEK JAGA KEUTUHAN BANGSA Ketua Jurusan PM-PKn FISH, Dr. Totok Suyanto, M.Pd mengatakan bahwa proses menjadi bangsa tidak terjadi begitu saja tetapi secara bertahap. Oleh karena itu, masyarakat perlu belajar sejarah Indonesia.
P
roses sebagai bangsa itu kurang lebih mulai pada tahun 1908 ketika Budi Oetomo mendirikan organisasi kepemudaaan. Saat itu, terdapat satu perubahan visi dari sebelumnya primordialisme menjadi Keindonesiaan. Dari, sukusuku menjadi bangsa, etnis jadi bangsa� ujar Totok. Sejak awal, terang Kajur PMPKN, para pendiri negara menyadari bahwa hakikat bangsa adalah bangsa majemuk yang terdiri dari beragam etnis, budaya, suku, dan ras. Dimana negara yang beragam itu dapat hidup aman dan damai dalam bingkai NKRI. Dalam konteks ini, Pancasila berperan penting sebagai ideologi yang dapat mempersatukan seluruh komponen dan elemen bangsa. Menurut Totok, Unesa sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi memiliki peran strategis membangun, menularkan, dan menyemaikan nilai-nilai kebangsaan. Itu yang harus dilakukan oleh perguruan tinggi sebagai bagian institusi pendidikan yang sejak awal dimaksudkan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Totok menambahkan, ada tiga aspek yang dapat dilakukan Unesa untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Pertama menjaga keutuhan bangsa dan negara dengan menjaga keutuhan dan kesatuan negara Republik Indonesia. Kedua, mengembangkan pemikiran-
pemikiran yang inklusif dengan memperkuat dan, memperkokoh jati diri bangsa dan kebudayaan nasional. Ketiga, menyemaikan nilai-nilai persatuan. Perguruan tinggi harus menjadi pelopor atau ujung tombak dalam mengembangkan nilainilai yang memperkuat integritas kebangsaan. “Tiga hal itu bisa dijalankan melalui tiga hal. Pertama, Tri Dharma Perguruan Tinggi melalui penelitian-
penelitian di Unesa yang tertait dengan ideologi nasional. Kedua, membangun bidang akademik di lingkungan Universitas yang berorientasi pada memperkuat ideologi nasional. Ketiga, membangun sikap-sikap inklusif baik di dalam budaya akademik maupun dalam kegiatan-kegiatan perkuliahan dengan orientasi pada penghargaan sesama anak bangsa,� pungkasnya. n (SYAIFUL HIDAYAT)
Dr. Totok Suyanto, M.Pd. Ketua Jurusan PM-PKn FISH Unesa
Majalah Unesa
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
13
WARTA
UTAMA
LAUNCHING BUKU: Rektor Unesa Prof. Warsono menyerahkan cinderamata kepada Wakil Gubernur Jatim Siafullah Yusuf disaksikan oleh ketua MPR RI, Zulkifli Hasan saat bedah buku “Pancasila-isme dalam Dinamika Pendidikan” di Gedung Serbaguna (GEMA) Unesa Ketintang, Senin (12/6).
Bedah Buku Rektor Unesa
PANCASILA PALING TEPAT UNTUK INDONESIA
D
i tengah menghangatnya isu kebihinekaan belakangan ini, Pancasila dianggap sudah menjadi ideologi paling tepat bagi Bangsa Indonesia. Pandangan tersebut disampaikan Prof Warsono MS, Rektor Universitas Negeri Surabaya, dalam diskusi dan bedah buku karyanya berjudul “Pancasilaisme dalam Dinamika Pendidikan” di
14
Gedung Serbaguna (GEMA) Unesa Ketintang, Senin (12/6). Acara tersebut dibuka oleh Saifullah Yusuf, Wakil Gubernur Jawa Timur dan dihadiri oleh Zulkifli Hasan, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Sementara pembahas buku ialah Soedarmo, Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri, Jonathan Judianto Kepala Bakesbangpol
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
Majalah Unesa
Provinsi Jawa Timur, Serta Suko Widodo, Pengamat Komunikasi Politik Universitas Airlangga. Menurut Rektor yang juga pengajar di jurusan Pendidikan Moral Pancasila dan Kewarganegaraan (PMP-KN) ini, keyakinan atas dasar negara Indonesia tersebut didasarkan pada Pancasila yang secara filosofis sesungguhnya datang dari kebutuhan manusia. “ sebagai contoh sila pertama, itu datang karena
WARTA UTAMA kebutuhan dasar manusia mengenal penciptanya, juga sila kedua tentang bagaimana nilai dasar kemanusiaan, serta sila ketiga tentang kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial, dan seterusnya sampai sila kelima, Pancasila tepat untuk bangsa Indonesia karena memang sesuai dengan kebutuhan hidup bangsa”, terangnya. Salah satu isu krusial tentang Pancasila adalah pengamalannya pada kehidupan. Tentang hal ini, Prof. Warsono berpandangan tantangan pengamalan Pancasila adalah soal diri pribadi. Menurutnya ini soal apakah kita mau jujur dengan diri kita sendiri. “misalnya begini, selalu ada pertarungan dalam diri, apakah mementingkan diri sebagai individu atau kepentingan sosial, Oleh karena itu yang paling penting adalah menyeimbangkan antara kepentingan diri atau kebebasan dengan kebutuhan masyarakat”, jelasnya. Buku ini mendapat apresiasi dari Zulkifli Hasan, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, yang hadir sebagai pembicara kunci (keynote speaker) dalam acara tersebut. Politisi Partai Amanat Nasional ini, menilai
buku tentang Pancasila tersebut bernilai penting terlebih ketika setelah 19 tahun reformasi, nilai-nilai kebangsaan mulai memudar. Membumikan Ajaran Pancasila Membumikan ajaran Pancasila menjadi tajuk utama dalam diskusi tersebut. Saifullah Yusuf, Wakil Gubernur yang hadir memberikan sambutan awal, berharap Pancasila menjadi Ideologi yang bekerja. “Saya berharap Pancasila menjadi ideologi yang bekerja di tingkat masyarakat, tidak selesai di wacana atau perayaan tetapi dapat diaplikasikan untuk kehidupan nyata sehari- hari”, terang Gus Ipul. Dalam tataran lebih teknis, Suko Widodo, pengamat komunikasi yang menjadi pembahas, menilai problem Pancasila adalah soal komunikasi antar generasi. Meski Pancasila berlaku pada setiap generasi, menurut penggagas kuliah kebangsaan Universitas Airlangga tersebut, perlu dipikirkan langkah yang tepat untuk mengajarkan nilai-nilai kebangsaan dengan metode yang tepat. “Banyak cara untuk mengajarkan Pancasila, bila kita boleh belajar pada negara
Amerika, mereka mengajarkan nilai kebangsaan melalui produk kebudayaan seperti Film. Coba dilihat, pada hampir film Hollywood banyak nilai kebangsaan Amerika yang dimunculkan seperti pemunculan bendera”, jelasnya memberi contoh Untuk itu, Suko berharap kalangan pendidikan selalu dinamis dalam merumuskan metode pengajaran Pancasila untuk generasi selanjutnya. Di depan audiens para calon pengajar, secara khusus, Ia menaruh harapan besar pada Unesa untuk turun mengambil peran dalam penyebaran dan pengajaran Pancasila. Buku Pancasila-isme dalam Dinamika Pendidikan merupakan kumpulan tulisan Prof. Warsono. Di dalamnya, tak hanya memuat ihwal Pancasila saja tetapi juga kontekstualisasinya dalam kehidupan terutama di bidang pendidikan. Acara bedah buku yang dihadiri oleh sekitar 300 peserta dari berbagai kampus di Surabaya terselenggara berkat kerjasama antara BEM Nusantara dengan Universitas Negeri Surabaya. n (GIL/ADT)
UNDANA KUNJUNGI UNESA TERKAIT BLU UNIVERSITAS Negeri Surabaya kembali menjadi jujugan kunjungan dari universitas terkait Badan Layanan Umum. Selasa, 06 Juni 2017 di Gedung Rektorat Kampus Lidah Wetan lantai 8, Universitas Nusa Cendana Kupang (UNDANA) melakukan kunjungan terkait BLU. Kunjungan diikuti Wakil Rektor II, tim BLU dan Remunerasi Undana. Kunjungan tersebut bertujuan menjalin kerjasama dan belajar tentang remunerasi di Unesa. Wakil Rektor II Undana menyampaikan keinginanya ke
rektor Unesa tentang bagaimana cara dan pengelolaan remunerasi karena Undana berharap bisa menjadi remunerasi, “Kami masih baru dalam BLU jadi, segala sesuatunya masih gelap gulita dan Unesa paling bagus untuk tempat berguru, harapan kami secepat mungkin bisa menjadi remunerasi”, ujarnya. Rektor Unesa Prof. Dr. Warsono, M.S menyampaikan terima kasih dan selamat kepada Undana yang telah menjadi BLU. Terkait dengan remunerasi, Rektor mengatakan yang harus diketahui adalah
Majalah Unesa
bagaimana cara mencari dana PNBP melalui pengelolaan aset, kerja sama dengan pemerintah daerah, dan sumbangan dari siapa saja saat seleksi jalur mandiri karena perguruan tinggi memiliki kewenangan dalam hal tersebut. Selain Rektor, ikut mendampingi dari pihak Unesa adalah Wakil Rektor II Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd, Wakil Rektor IV Prof. Dr. Djodjok Soepadjo, M.Litt, dan Kepala Biro Umum dan Keuangan, Kabag Keuangan, Kabag Hukum dan Kepegawaian, dan Kabag Umum. n (TONI)
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
15
WARTA
UTAMA
KEDUBES JERMAN KUNJUNGI UNESA
U
niversitas Negeri Surabaya (Unesa) mendapat kunjungan istimewa dari kedutaaan Jerman di Indonesia pada Kamis, 8 Juni 2017. Rombongan kedutaan Jerman yang diwakili Michael Freiherr von
Ungern-Sternberg terlibat diskusi di gedung rektorat lantai 8 mulai pukul 16.00 hingga 17.00. Diskusi tersebut banyak membahas masalah pendidikan di Unesa. Perbedaan sistem pendidikan dan kurikulum di Jerman dan Indonesia menjadi pembuka forum diskusi. Di Jerman, ada sekolah yang terkait dengan vokasi, sedangkan di Indonesia ada di universitas. Yang menarik, di Jerman lulusan vokasi langsung direkrut perusahaan yang telah bekerjasama dengan sekolah tersebut. Hal ini berbeda dengan di Indonesia. Hanya sedikit universitas yang bekerja sama dengan perusahaan terkait sehingga ketika lulus tidak langsung direkrut perusahaan. Diskusi tersebut menjadi pelajaran penting bagi Unesa untuk mengadopsi pola pembelajaran tentang vokasi di Jerman. Michael Freiherr mengatakan sangat membantu Unesa jika membutuhkan bantuan terkait pendidikan. Diskusi tersebut juga membuka peluang lebih besar terkait pengiriman mahasiswa maupun dosen ke Jerman untuk pelatihan maupun beasiswa. Dalam kunjungan itu juga dihadiri lembaga pendidikan Jerman yakni DAAD. Forum diskusi tersebut dapat menjadi evaluasi dan pembelajaran bagi para dosen dan mahasiswa baik terkait beasiswa ke Jerman maupun masalah yang terlait dengan kurikulum. n (MIRA)
AKRAB: Rektor Unesa Prof. Warsono menerima cinderamata dari Michael Freiherr von Ungern-Sternberg (atas). Rombongan Kedutaan Jerman foto bersama para pejabat Unesa (bawah).
16
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
Majalah Unesa
SEPUTAR UNESA
GELAR KARYA CIPTA BOGA 2017
BOGA: Wakil Dekan 1 Fakultas Teknik, Dr. Mochamad Cholik, M.Pd didampingi sejumlah pejabat dan dosen Jurusan PKK menyaksikan hasil inovasi kuliner mahasiswa tata boga dalam acara Gelar Karya CIpta Boga 2017, Minggu (21/5).
P U
rodi Tata Boga Unesa kembali mengadakan Gelar Karya Cipta Boga 2017pada Minggu, 21 Mei 2017. Kegiatan yang
diselenggarakan tiap tahun tersebut memamerkan beragam produk makanan inovatif unik mulai dari appetizer, main course, dessert, snack, beverages, dan awetan. Bertempat
di Gedung Serba Guna (GSG) Unesa Kampus Ketintang, berbagai sajian dengan dekorasi stand makanan yang menarik dihadirkan dengan tajuk ‘Inovasi Hidangan Barat dan Timur’. Tak hanyaitu, penampilan live musik, paduan suara, dooprize hingga demo masak tentang pudding art yang dibawakan langsung oleh chef profesional, Natalie, juga memanjakan tamu undangan yang datang. Menurut Mafrilia Ardana N.S , ketuapanitia, cipta karya boga tahun ini merupakan tugas mata kuliah. “Dalam kegiatan ini akan dinilai tentang konsep makanan, penyajian yang berkualitas dan karyaartikel,” jelasnnya. Menurut mahasiswa prodi pendidikan taga boga 2013 ini, ada 10 kelompok yang akan menyajikan makanan dengan tema yang sudah ditentukan.” Ada teman dari Timur Tengah, China, Jepang, Eropa, dan tak lupa juga Indonesia yang akan menyajikan appetizer, main course dan dessert,” ungkap mahasiswa yang akrab di sapa Mafrilia. n
SELEKDA JATIM CABOR PETANQUE niversitas Negeri Surabaya menggelar Selekda Jawa Timur 2017 Cabang Olahraga Petanque pada 13-14 Mei 2017. Unesa Petanque Club (UPC) didapuk sebagai panitia pelaksana selekda ini. Bertempat di lapangan Petanque Fakultas Ilmu Keolahragaan Unesa, para atlet berlaga untuk seleksi persiapan POMNAS yang akan diselenggarakan pada Oktober di Makassar. Sebanyak 22 atlet yang berlaga dalam selekda cabor Petanque ini. 16 atlet berasal dari Unesa dan 6 atlet berasa dari UNP Kediri. Cabor Petanque mempertandingkan 8 nomor, yakni single putra, single putri, double putra, double putri, triple putra, triple putri, shooting putra, dan shooting putri. Petanque merupakan olahraga yang berasal dari Perancis. Olahraga ini menggunakan bola logam sebagai alatnya. Olahraga ini merupakan olah raga baru yang sudah dipertandingkandi PON dan SEA
Games. Pembentukan Unesa Petanque Club (UPC) tiga tahun silam dan seleksi ini merupakan bagian dari usaha kampus untuk menyosialisasikan olahraga Petanque. “Olahraga Petanque bukanlah olahraga yang membutuhkan fisik terlalu berat, sehingga punya harapan besar untuk perolehan medali,” ujar Ketua Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI) JawaTimur, Dr. Nurkholis, M.Pd. Wakil Rektor III Unesa, Ketut Prasetyo mengungkapkan bahwa ke depan Unesa harus lebih banyak sosialisasi dan mencari atlet. Salah satu langkah yang akan ditempuh adalah dengan menyosialisasikan cabang olahraga Petanque ini ke semua fakultas di Unesa. Ketua Panitia pelaksana, Abdul Hafidz mengatakan, hasil dari selekda ini pada semua nomor yang dipertandingkan, mayoritas dimenangkan atlet dari Unesa. Para atlet yang lolos seleksi mewakili Jawa Timur dalam POMNAS di Makassar. n (MEZALINA)
Majalah Unesa
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
17
LENSA
UNESA
PEMBINA: Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S. menjadi pembina upacara dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional 2017 di lingkungan Universitas Negeri Surabaya yang diselenggarakan di halaman LP3M Unesa, Kampus Lidah Wetan Surabaya.
emperingati Hari kebangkitan Nasional yang jatuh pada 22 Mei 2017, Unesa melakukan kegiatan upacara bendera di halaman Gedung PPPG kampus Lidah Wetan. Upacara yang bertujuan untuk meningkatan nasionalisme sivitas akademika itu mengusung
tema Pemerataan Pembangunan Indonesia yang Berkeadilan sebagai Wujud Kebangkitan Nasional. Prof. Dr. Warsono, M.S., selaku pemimpin upacara mengucapkan terima kasih kepada segenap warga Unesa yang senantiasa mengikuti jalannya upacara meskipun di bawah terik matahari yang panas. Unesa
mengajak semua sivitas akademika mengobarkan semangat kebangkitan dalam hal apapun. Menurut Warsono, keseriusan dalam menangani sesuatu akan terlaksana dengan baik jika dilakukan dengan sungguhsungguh dan bertanggung jawab.n (WAHYU)
UPACARA
HARI KEBANGKITAN NASIONAL 2017 UPACARA: Suasana upacara Harkitnas 2017 di Unesa berlangsung khidmat dan penuh nuansa kedisiplinan.
18
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
Majalah Unesa
LENSA UNESA
A
cara Talkshow Cendekia TVRI bersama Unesa yang diselenggarakan setiap bulannya kini mengangkat mengenai Pendidikan Kolaboratif. Kegiatan yang dilaksanakan selasa 20 Juni 2017 ini menghadirkan beberapa narsumber yakni Kepala LP3M Prof. Dr. Rusijono, M.Pd, Direktur Program Pasca Sarjana Prof. Ismet Basuki, M.Pd., Sekretaris LP3M Dr. Suryanti, M.Pd. Dalam acara ini menyajikan topik yang di dalamnya membahas mengenai kolaborasi antara seorang pengajar atau dosen kepada peserta didik atau mahasiswa. n (WAHYU)
TALK SHOW: Suasana talk show Cendekia TVRI Surabaya bertema Pendidikan Kolaboratif bersama LP3M Unesa.
CENDEKIA TVRI: PENDIDIKAN KOLABORATIF
UPACARA HARI LAHIR PANCASILA 2017 UNESA memperingati Hari Lahir Pancasila di halaman LP3M, Lidah Wetan pada Kamis, 1 Juni 2017 dengan khidmat. Upacara dihadiri sivitas akademika Unesa mulai Pimpinan Universitas, Pimpinan Fakultas, Senat, Dosen, Karyawan, Dharma Wanita, dan Mahasiswa. Pembina Upacara yang seharusnya Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S, diwakilkan ke Wakil Rektor II Unesa, Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd, M.T karenakan Rektor sedang menghadiri upacara di Jakarta. Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd, M.T mengatakan bahwa upacara dapat meneguhkan komitmen untuk lebih mendalami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Demi kemajuan Indonesia. Selamat Hari lahir Pancasila. Kita Indonesia, Kita Pancasila. Semua Anda Indonesia, Semua Pancasila. Saya Indonesia, Saya Pancasila. n (SH)
UPACARA: Wakil Rektor II, Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., MT. menjadi pembina upacara Hari Kesaktian Pancasila 2017.
Majalah Unesa
| Nomor: 106 Tahun XVIII- Juni 2017 |
19
SOSOK
UNESA
KISAH DR. WASPODO RAIH PENGHARGAAN SETYA LENCANA KESETIAAN
Kuncinya, Jalankan Tugas Pimpinan Sebaik-baiknnya DR. WASPODO TJIPTO SUBROTO, M.PD MENDAPAT PENGHARGAAN SETYA LENCANA KESETIAAN PADA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2 MEI 2017 LALU. PENGHARGAAN YANG DITERIMA ITU MERUPAKAN PENGHARGAAN KEDUA SETELAH SEBELUMNYA PADA 2013 MENDAPATKAN PENGHARGAAN SETYA LENCANA KESETIAAN (30 TAHUN). SEPERTI APA KIAT DOSEN KELAHIRAN MADIUN 10 OKTOBER 1958 ITU DALAM MENJALANKAN TUGAS-TUGASNYA.
W
aspodo mengawali kariernya sebagai dosen di kampus Unesa sejak 1987. Artinya, sudah 30 tahun ia mengabdikan diri sebagai dosen di Unesa. Selama berkiprah sebagai dosen, terhitung Waspodo pernah sebagai dosen di Jurusan
20
S1 PGSD FIP dan Program Studi S1 Pendidikan Ekonomi, FE Unesa. Bahkan, beliau juga mengajar di S2 Pendidikan Ekonomi dan Pendidikan Dasar, Program Pasca Sarjana Unesa. Tidak hanya menjadi dosen, Waspodo juga menduduki berbagai jabatan struktural. Ia
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
Majalah Unesa
menjadi Sekretaris Pusat P3AL, LP3M Unesa. Meskipun disibukkan dengan berbagai tugas, beliau masih terus berkarya seperti penelitian, pengabdian masyarakat, penulisan buku, jurnal internasional, makalah seminar, dan pengalaman profesional lainnya. Atas dedikasi dan pengabdian itulah, Waspodo
SOSOK UNESA mendapatkan dua penghargaan yakni Setia Lancana Kesetiaan 20 tahun (2013) dan Setia Lancana Kesetiaan 30 tahun (2017). Mengenai penghargaan yang didapat itu, Waspodo menyampaikan bahwa semua itu didapat karena ia menjalankan tugas-tugas yang diberikan pimpinan dengan sebaik-baiknya. Selain itu, ia juga berusaha meningkatkan kualitas diri baik melalui studi lanjut dan mengikuti seminar-seminar Internasional ke berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Beberapa kali, Waspodo dipercaya menjadi narasumber dalam seminar
Internasional yang diselenggarkan oleh S2 Pendidikan Dasar. Ia pernah menjadi penyaji di Kuala Lumpur Malaysia yang diselenggarakan pendidikan IPS. Itulah salah satu upaya yang terus dilakukan Waspodo untuk meningkatkan kualitas diri dan mengembangkan pendidikan di Indonesia. Dalam bidang publikasi ilmiah, ia pernah menulis jurnal nasional maupun internasional yang terakreditasi. Publikasi yang ditulis adalah tentang ekonomi politik, pendidikan, ekonomi makro dan lainnya. Selain itu, Waspodo juga sering melatih guru-guru SD, SMA/ SMK tentang Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dan menulis karya ilmiah. “Saya sering melatih guru tentang cara menulis karya ilmiah. Itu salah satu bagian dari kegiatan akademik saya selama ini, terang Waspodo Waspodo mengakui, guru memiliki peran sentral dan strategis untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia. Sedangkan sarana prasarana dam fasilitasnya adalah penunjang. “Semuanya itu tergantung guru/dosen. Teoriteori dan model itu termasuk penunjang. Oleh karena itu, guru/ dosen mengembangkan diri dengan melakukan studi lanjut,� tegasnya. n(FUL)
DR. WASPODO TJIPTO SUBROTO, M.PD
Majalah Unesa
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
21
KOLOM REKTOR Salah satu cara untuk membangun rasa nasionalisme adalah melalui pendidikan sejak dini. Dari awal anak sudah dikenalkan dengan kebhinekaan bangsa, dan diajarkan sikap toleransi terhadap perbedaan, serta hidup berdampingan secara damai dengan teman-teman yang berasal dari suku, budaya dan agama yang berbeda. Oleh Prof. Dr. Warsono, M.S.
J
udul yang diberikan oleh redaktur majalah ini tidak mudah untuk diuraikan, karena nasionalisme pada awalnya merupakan suatu konsep pemikiran yang mampu menumbuhkan kesadaran dan gerakan untuk melawan penjajah. Barbara Ward, mengatkan bahwa salah satu dari lima pokok pikiran yang mampu mengubah dunia adalah nasionalisme. Pemikiran bahwa setiap orang memiliki harkat dan martabat yang sama, sebagai suatu bangsa, menimbulkan kesadaran terhadap bangsa-bangsa yang terjajah untuk bangkit melawan penjajah. Kesadaran sebagai suatu bangsa dan kesamaan pengalaman sebagai bangsa yang terjajah telah membangkitkan semangat para elit dari bangsa-bangsa yang terjajah untuk melawan penjajah. Nasionalisme di Indonesia sebenarnya dimulai sejak berdirinya Boedi Oetomo tahun 1908, yang kemudian semakin mengkristal kuat pada sumpah pemuda tahun 1928. Semangat sumpah pemuda tersebut kemudian menjadi daya dorong lahirnya gerakan kemerdekaan untuk melawan penjajah yang pada gilirannya melahirkan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Oleh karena itu, apa yang ingin dicapai melalui kemerdekaan adalah membangun bangsa dan karakter
(nation and character building) untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun kesadaran untuk membangun bangsa sudah dimulai sejak tahun 1908, sampai sekarang
PERAN UNESA
perbedaan (Bhineka Tunggal Ika). Kesadaran terhadap kebhinekaan tersebut terus ditumbuhkan sejak anak usia sekolah, mulai dari taman kanak-kanak, sampai ke sekolah menengah. Pawai kebangsaan yang ditandai dengan arak-arakan anak-anak dengan memakai pakaian adat daerah merupakan salah satu bentuk upaya untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan kesadaran atas kebhinekaan. Dengan acara tersebut, anak-anak bukan hanya dikenalkan dengan berbagai adat dan budaya dari seluruh Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke, tetapi juga diajarkan untuk berteman (hidup berdampingan secara damai) dengan teman yang berbeda suku, budaya, dan agama.
DALAM MEPERKUAT NASIONALISME
22
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
bisa dikatakan belum selesai. Realitas Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dengan adat dan budayanya serta agama tentu perlu dibangun suatu kesadaran bersama sebagai suatu bangsa, dengan mengikis ego kedaerahan, kesukuan, dan keagamaan. Upaya tersebut salah satu di antaranya dengan menghilangkan konsep putra daerah dalam proses politik, yang pada era Orde Baru sudah cukup berhasil, sehingga tidak ada lagi konsep kepala daerah haruslah putra daerah. Semua warga negara berhak untuk menduduki jabatan sebagai kepala daerah di seluruh wilayah Indonesia, asalkan memenuhi syarat dan terpilih melalui proses yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Rasa kebangsaan terus dibangun dengan konsep bersatu dalam
Majalah Unesa
Erosi Nasionalisme Saat ini, nasionalisme bangsa ini ada indikasi mengalami penurunan. Survei yang dirilis harian Kompas beberapa bulan lalu menjelaskan bahwa ada sebagian pemuda dan pelajar yang mendukung negara Islam. Ini berarti pemahaman mereka tentang sejarah bangsa masih perlu ditingkatkan. Di sisi lain, munculnya wacana “SARA� dalam pilkada DKI juga mengindikasikan bahwa nasionalisme mengalami erosi. Munculnya ujaranujaran kebencian terhadap suatu kelompok tertentu dan mudahnya sebagian masyarakat terpengaruh dengan berita-berita bohong
KOLOM REKTOR (hoax) dalam media sosial yang cenderung memecah belah bangsa juga mengindikasikan melemahnya nasionalisme. Menurunnya prestasi dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang olah raga dalam kancah internasional, juga mengindikasikan semakin menurunnya nasionalisme bangsa. Menurut Sartono Kartodirdjo salah satu prinsip nasionalisme adalah prestasi, selain kesatuan dan kesamaan. Prestasi inilah yang bisa membanggakan kita sebagai suatu bangsa. Ketika sepak bola Indonesia bisa mengalahkan Malaysia pada Asean Game. rasa bangga sebagai bangsa semakin menguat. Begitu juga ketika ada salah satu anak bangsa yang memiliki prestasi di tingkat internasional, misal sebagai juara olimpiade Fisika atau Matematika, kita merasa bangga sebagai bangsa Indonesia. Oleh karena itu, prestasi setiap anak bangsa dalam bidang apa saja merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nasionalisme, karena akan menimbulkan rasa bangga sebagai suatu bangsa. Salah satu cara untuk membangun rasa nasionalisme adalah melalui pendidikan sejak dini. Dari awal anak sudah dikenalkan dengan kebhinekaan bangsa, dan diajarkan sikap toleransi terhadap perbedaan, serta hidup berdampingan secara damai dengan teman-teman yang berasal dari suku, budaya dan agama yang berbeda. Model pembelajaran melalui pengenalan dan pembiasaan dilakukan pada tingkat Taman KanakKanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Penanaman rasa nasionalisme pada anak-anak TK dan SD perlu disertai dengan keteladanan dari para guru, karena pembiasaan tanpa keteladanan tidak akan menjadi model yang baik dan efektif. Sedangkan pada tingkat sekolah menengah, pembangunan nasionalisme bisa dilakukan dengan cara mengkaji dan memahami sejarah bangsa, kondisi geografis, sosiologis, antropologis, politik dan ekonomi. Ini semua tentu membutuhkan guru yang memiliki pengetahuan yang mumpuni dan profesional.
Peran Penting Guru Peran guru dalam membangun nasionalisme melalui pendidikan dan pembelajaran menjadi sangat strategis. Meskipun pendekatan yang dilakukan dalam pendidikan tidak lagi teacher center, tetapi menggunakan student center, peran guru masih sangat dibutuhkan, terutama sebagai stimulator, fasilitator, dan motivator. Pengetahuan, sikap dan perilaku anak dipengaruhi oleh pengetahuan apa dan sikap yang bagaimana yang ditanamkan oleh para guru kepada para siswa. Kemampuan guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk mencari pengetahuan dan menyikapi suatu perbedaan sangat menentukan hasil belajar. Oleh karena itu, peran guru dalam membangun nasionalisme siswa sangat strategis, karena guru selain sebagai role model juga sebagai pembimbing dalam memperoleh pegetahuan. Posisi guru yang sangat strategis dalam membangun nasionalisme menempatkan peran Unesa juga strategis, karena salah satu tugas pokoknya adalah menghasilkan guru. Di antara guru yang memiliki kaitan langsung dengan pembangunan nasionalisme adalah guru PKn, guru sejarah, guru geografi, dan guru IPS, serta guru SD dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Unesa mememiliki program-program studi yang menghasilkan guru-guru tersebut, termasuk pendidikan profesi guru. Unesa termasuk perguruan tinggi yang ditunjuk oleh pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan profesi guru, yang di dalamnya ada guru dalam bidang studi PKn, Geografi, Sejarah, PGSD dan PGPAUD. Oleh karena itu, secara moral Unesa memiliki tugas dan tanggung jawab untuk membangun nasionalisme. Dengan demikian, Unesa dituntut untuk berperan secara aktif membangun nasionalisme dengan cara menghasilkan guru-guru yang memiliki nasionalisme yang kuat, terutama pada guru PKn, guru Sejarah, guru Geografi, guru IPS. Dalam kurikulum nasional sebenarnya sudah ada mata kuliah yang dijadikan
Majalah Unesa
instrumen untuk membangun nasionalisme yaitu pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Semua mahasiswa wajib menempuh mata kuliah tersebut dan wajib lulus. Selain melalui mata kuliah, ada beberapa upaya yang dilakukan untuk membangun nasionalisme mahasiswa di antaranya adalah melalui unit kegiatan mahasiswa (UKM), seperti resimen mahasiswa (menwa), pramuka. Resimen mahasiswa merupakan UKM yang memiliki komitmen kuat terhadap nasionalisme dibandingkan dengan yang lain. Oleh karena itu, Unesa mendorong kepada semua mahasiswa untuk ikut dalam UKM, terutama resimen mahasiswa. Selain melalui UKM, Unesa juga telah memasukan penilaian di luar akademik sebagai bagian yang tidak terpisahkan atau sebagai pelengkap nilai akademik. Setiap mahasiswa diwajibkan mengikuti berbagai kegiatan dan mengumpulkan sejumlah kredit, minimal 450 kredit atau poin. Dengan demikian, setiap mahasiswa yang lulus memiliki dua transkrip, yaitu transkrip akademik yang menggambarkan kompetensi keilmuan dan Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI), yang menggambarkan berbagai kegiatan yang diikuti oleh mahasiswa. SKPI tersebut dimaksudkan untuk memberi gambaran sikap dan perilaku mahasiswa sebagai pelengkap nilai akademik mahasiswa. Dengan SKPI bisa diketahui kegiatan mahasiswa saat kuliah itu apa saja. Di antara kegiatan yang bisa menjadi poin antara lain keikutsertaan mahasiswa dalam upacara-upacara, seperti upacara peringatan hari-hari besar nasional. Dengan SKPI ini juga dimaksudkan untuk mendorong mahasiswa aktif dalam berbagai kegiatan yang bisa menjadi modal masa depannya. Selain itu, SKPI, khususnya dalam kegiatan upacara-upacara juga dimaksudkan untuk menanamkan nasionalisme mahasiswa, sehingga pada saatnya ketika mereka menjadi guru bisa memberi teladan tentang nasionalisme kepada para siswa. n
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
23
INSPIRASI
ALUMNI
KIPRAH MUNAWAROH, ALUMNI IKIP YANG KINI JADI KETUA STKIP PGRI
USAHA SERIUS DAN KEKUATAN DOA
KETUA STIKIP PGRI JOMBANG DR. MUNAWARAH, M.KES MEMBAGI INSPIRASI DAN MOTIVASI KEPADA RIBUAN WISUDAWAN UNESA PADA 25 MARET 2017. ALUMNI JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI ITU MENGAKU BANGGA PERNAH MENGENYAM PENDIDIKAN DI IKIP (KINI UNESA) SURABAYA DAN BISA MENGANTARNYA MERAIH KESUKSESAN.
“
Hampir 27 tahun yang lalu, tepatnya bulan Mei 1990, saya dinyatakan lulus sebagai Sarjana Pendidikan Jurusan PDU (Adper) Universitas Negeri Surabaya. Ketika itu masih bernama IKIP Negeri Surabaya,” kenang Dr. Munawaroh, M.Kes. di hadapan ribuan wisudawan Unesa pada 25 Maret 2017. Dalam kesempatan tersebut, Munawaroh menceritakan segala susah payahnya menggapai citacita hingga kini ia sukses meniti karier dan menjadi Ketua STKIP PGRI Jombang periode 2016—2020. Munawaroh masih menjadi satusatunya alumni Jurusan Pendidikan Ekonomi Unesa yang sukses mencapai puncak jabatan tertinggi di sebuah perguruan tinggi. Sebagai anak yang dilahirkan dari keluarga kurang mampu, tentu capaian itu menjadi sesuatu yang istimewa. Munawaroh bercerita, setelah lulus dari bangku SMA pada tahun 1984, ia sempat menganggur karena tidak memiliki biaya untuk melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Kondisi ekonomi keluarga yang tidak stabil memaksa Munawaroh ikut turun tangan. “Saya harus membantu mencari nafkah dengan membuka les bimbingan belajar,” kenangnya. Satu tahun kemudian, tahun 1985, Munawaroh memberanikan
24
diri mendaftar ke IKIP Negeri Surabaya sebagai mahasiswa. Kala itu, biaya masuk dan biaya kuliah per semester masih dalam kisaran Rp 35.000,-. Hari pertama masuk kuliah menjadi hari yang dilema bagi Munawaroh. Perasaannya campur aduk. Di satu sisi ia merasa senang karena dapat mencicipi dunia perkuliahan. Di sisi lain, ada rasa pesimis muncul dari dalam dirinya. “Apakah saya akan mampu menyelesaikan kuliah dengan biaya yang harus saya tanggung sendiri?” batin Munawaroh bergejolak. Namun, Munawaroh bukanlah orang yang mudah menyerah. Ia memiliki keyakinan bahwa dengan usaha yang sungguh-sungguh dan dengan kekuatan doa, Tuhan pasti akan memberikan jalan. Munawaroh terus berjuang sekuat tenaga untuk menyelesaikan pendidikannya di bangku kuliah. Sambil sibuk menjalani kuliah, Munawaroh tetap membuka bimbingan belajar untuk siswa tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Berkat keyakinannya, Munawaroh mampu melewati semester pertama. Alhasil, Munawaroh semakin terpacu untuk bekerja dan berdoa lebih keras lagi agar dapat menggapai cita-citanya. Munawaroh sangat bersyukur kepada Allah SWT karena saat menginjak semester tiga dan empat, kondisi ekonomi dirinya mulai
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
Majalah Unesa
stabil. Kemudian pada semester lima hingga semester sembilan, Munawaroh mendapat beasiswa TID. “Tahun 1989, saya dinyatakan lulus dan bulan Mei 1990 diwisuda,” terangnya. Memulai Karir Sebelum memulai karir di STKIP PGRI Jombang, pasca lulus dari IKIP Negeri Surabaya, Munawaroh sempat bekerja di Pabrik Cat selama tiga bulan. Baru pada bulan Juni 1990, Munawaroh dinyatakan diterima sebagai dosen di STKIP PGRI Jombang. Ia diterima sebagai dosen tidak tetap. Meskipun masih sebagai dosen tidak tetap, namun Munawaroh tetap berjuang dengan penuh semangat dan menunjukkan loyalitas yang baik kepada lembaga. Siapa sangka, belum genap satu tahun, bulan September 1990, Munawaroh resmi diangkat sebagai dosen tetap. Dalam waktu singkat, “Alhamdulillah, tanggal 1 Maret 1991, SK CPNS saya turun. Saya menjadi tenaga dosen yang diperbantukan di STKIP PGRI Jombang,” katanya senang. Dari sinilah karier Munawaroh mulai ditata dengan sungguhsungguh. Munawaroh memutuskan untuk menetap di Jombang dan mengabdi di STKIP PGRI Jombang. Munawaroh mulai bersungguhsungguh mempelajari dan
INSPIRASI ALUMNI
Dr. Munawaroh, M.Kes (kiri) memberi ucapan selamat kepada wisudawan STKIP PGRI Jombang
mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi. Berbagai tantangan yang dihadapi tidak mampu menyurutkan semangat belajar dirinya. Ia terus berjuang. “Dengan kemauan belajar yang kuat dan kerja keras serta sungguh-sungguh, pada Januari 1992, saya berhasil dipromosikan untuk menduduki jabatan sekretaris jurusan Pendidikan Ekonomi,” ujar wanita kelahiran Surabaya 1964 itu. Tahap demi tahap tugas dan tanggung jawab Munawaroh pun semakin banyak. Namun, komitmen untuk terus menjadi lebih baik dan memberikan yang terbaik dalam proses pengabdiannya di lembaga membuat Munawaroh tak kenal lelah. Alhasil, satu tahun kemudian, tahun 1993, Munawaroh dipercaya sebagai ketua jurusan Pendidikan Ekonomi. Ini artinya, tugas dan tanggung jawab Munawaroh semakin luas. Seringkali Munawaroh mendapat tugas mewakili pimpinan di luar kampus. Lantas, apakah dengan kesibukan yang terus menumpuk itu membuat Munawaroh lupa diri? Ternyata tidak. Nurani Munawaroh untuk terus menuntut ilmu masih berkobar. Tahun 1998 Munawaroh
PROFIL SINGKAT NAMA : Dr. Munawaroh, M.Kes. TEMPAT TANGGAL LAHIR : Surabaya, 25 November 1964 PENDIDIKAN : - S-1 IKIP Negeri Surabaya (sekarang Unesa) - S-2 Universitas Airlangga Surabaya - S-3 Universitas Negeri Malang JABATAN : 1. Ketua STKIP PGRI Jombang 2016 - 2020 2. Ketua Karpindo STKIP PGRI Jombang 3. Bidang Research Aspropendo Jawa Timur 4. Ketua Gerakan Kewirausahaan STKIP PGRI Jombang 5. Anggota Asosiasi Dosen Koperasi (Adokop) 6. Anggota Komisi Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan Jombang 7. Pengurus Forum Dosen DPK Jombang - Mojokerto
memanfaatkan kesempatan melanjutkan pendidikannya ke jenjang S-2 di Universitas Airlangga. Ia mengambil jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Ilmu Perilaku dan Promosi Kesehatan. Kemudian, tahun 2006, Munawaroh melanjutkan pendidikannya ke jenjang S-3 di Universitas Negeri Malang. Ia mengambil jurusan Pendidikan Ekonomi dan berhasil lulus pada bulan Februari 2009. Tujuh tahun kemudian, tahun 2016, Munawaroh resmi dilantik sebagai
Majalah Unesa
Ketua STKIP PGRI Jombang. “Dari pengalaman hidup ini, saya punya keyakinan bahwa dengan cita-cita yang kuat, kita akan termotivasi untuk bisa terus berjuang, berusaha, dan maju menembus segala macam rintangan yang kita hadapi. Ada sebuah firman Allah SWT di dalam Alquran, sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga kaum tersebut mengubahnya sendiri,” pungkas Munawaroh mengakhiri kisah pengalamannya selama meniti karir.n(SYAIFUL RAHMAN)
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
25
ARTIKEL
WAWASAN
ANAK MILENIA YANG ANTISOSIAL (Sebuah Renungan di Hari Anak Nasional, 23 Juli) Oleh AGUS SETIAWAN, S.PD, M.PD*) Jika seorang anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar untuk sabar! Jika seorang anak dibesarkan dengan semangat besar, ia belajar untuk percaya diri! Jika seorang anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar untuk menghargai! Jika seorang anak dibesarkan dengan diterima apa adanya, ia belajar untuk mencintai! Jika seorang anak dibesarkan dengan kejujuran, ia belajar mengenai kebenaran! Jika seorang anak dibesarkan dengan kewajaran, ia belajar mengenai keadilan! Jika seorang anak dibesarkan dengan suasana aman, ia belajar untuk percaya diri dan mempercayai! Jika seorang anak dibesarkan dengan keramah-tamahan, ia belajar bahwa dunia ini adalah suatu tempat yang indah untuk hidup!
I
nti dari rentetan kata di atas adalah bahwa anak-anak belajar dari kehidupannya. Kata-kata itu rasanya sangat relevan dimunculkan sebagai pengingat Hari Anak Nasional yang setiap tahunnya diperingati tanggal 23 Juli ini. Hari Anak Nasional diadakan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 44/1984 tentang Hari Anak Nasional, telah ditetapkan tanggal 23 Juli sebagai Hari Anak Nasional (HAN). Peringatan HAN diselenggarakan setiap tahun sejak 1986 sampai sekarang. Juga tak ada salahnya jika kita adopsi kata-kata itu dalam kehidupan keseha rian kita dalam memberi pengajaran dan pendidikan pada anak didik kita di era millennia ini. Karena pemaknaan dari rentetan kata yang mengandung harapan indah itu adalah mengingatkan kembali pada kita sebagai guru dan orang tua kalau anak-anak merasakan persahabatan dalam kehidupannya, termasuk dalam belajar, mereka akan belajar bahwa dunia ini tempat tinggal yang menyenangkan. Penulis merasa ketar-ketir bahwa
26
tujuan pembentukan karakter baik, seperti yang dipaparkan dari rentetan kata di atas, tidak akan terwujud. Mengingat anak-anak di generasi Milenia saat ini cenderung kering pendampingan dan sentuhan orang tuanya. Orang tua mereka telah tergelincir dalam kesibukannya sendiri. Sehingga kiblat sebagian dari mereka saat ini adalah piranti canggih (gadget). Dulu, pada masa kecil saya, saat sepertinya masyarakat Indonesia belum terlalu paham dengan per ingatan HAN. Peringatan ini dianggap sebagai suatu seremonial. Padahal dengan peringatan HAN, seharusnya kita melakukan refleksi diri, sikap dan pemikiran tentang apa yang telah kita perbuat pada anak. Saking pentingnya keberadaan anak yang lengkap dengan nasib di masa depan, dalam beberapa tahun belakangan HAN cukup “naik daun”. Setiap tahunnya presiden pun ikut memeriahkan peringatannya. Saat ini kita mungkin tidak menjadi bagian dari anak-anak yang merayakan HAN bersama anak-anak (kecil) lainnya, tapi HAN selalu membuka kembali genggaman memori tentang masa ke-
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
Majalah Unesa
cil kita, tentang masa kanak-kanak. Berbahagialah kala kita masih bisa mengingat diri kita dan teman masa kanakkanak dulu suka main kucing-kucingan (petak umpet), dokter-dokteran, juga permainan tradisional seperti galah, lompat tali (yang terbuat dari untaian tali gelang), congklak, engkle dan aanjangan (permainan anak perempuan yang menggunakan perabot palsu, seperti kegiatan masak-memasak). Permainan masa kecil seperti itu juga ternyata melatih kreatifitas anak. Beberapa permainan misalnya dokterdokteran, di dalamnya ada yang berperan sebagai dokter, pasien, orang tua, anak (kadang-kadang pakai boneka), atau ada juga cerita lain misalnya guru dan murid-muridnya. Kreatifitas anak akan muncul dan terasah tanpa disadarinya. Kreatifitas itu muncul ketika sekumpulan anak-anak yang bermain tanpa disadari belajar membuat skenario lisan untuk permainan mereka, berbagi peran dan belajar seni peran secara alami. Kadang-kadang, untuk membuat terlihat lebih nyata dan wah, anak-anak (diam-diam) menggunakan barangbarang milik orangtuanya, seperti high heels milik ibu, lipstik, sarung, peci, dan jas. Kalau ada peran penjual makanan, tidak jarang pakai dedaunan yang diuleg oleh si (pemeran) penjual makanan. Anak Kekinian yang Anti Sosial Tentu masa kecil yang sangat berkesan, sangat indah seperti terpapar telah kita lewati tidak akan terulang. Namun kalau kita bandingkan dengan anak-anak yang hidup di era saat ini, tentu yang menyembul adalah rasa
ARTIKEL WAWASAN kasihan. Rasa yang benar-benar membuat dada kita terasa sesak dengan rasa onak iba. Betapa tidak, beberapa tahun ke belakang, kita malah menjadi saksi akan anak-anak kecil kecil dengan permainan Play Station, game online dan (bahkan) sudah kenal media sosial bernama Facebook sebelum batas usia minimal yang seharusnya untuk bergabung dengan jejaring pertemanan tersebut. Tak kalah menyedihkan, kala kita melihat melihat anak –anak masa kini malah menjadi anak-anak yang (cende rung) anti sosial karena diperkenalkan dengan permainan digital seperti PlayStation, dan malah sejak usia dini sudah diperkenalkan dengan permainan dalam gadget orang tua atau yang dibelikan khusus untuk si anak. Maka, jangan heran bila tidak sedikit anak-anak masa kini asyik dengan permainan dalam jaringan (online). Bandingkan dengan masa kanakkanak kita yang terlampaui dengan indah. Sebelum tahun 1980, TVRI adalah saluran televisi kebanggaan, karena merupakan satu-satunya saluran televisi nasional. Setelah itu, televisi swasta nasional yang pertama kali ada adalah RCTI, di era 1990-an. Walaupun saat itu ada parabola, saya belum kenal saluran asing seperti Cartoon Network dan Disney. Saya masih sempat jadi pecinta acara si Unyil yang tayang setiap Hari Minggu. Di sana ditawarkan pembelajaran social, religi serta character building lannya. Setelah stasiun televisi nasional bertambah, acara anak-anak pun semakin menggeliat dalam berbagai variasi. Anak mulai kenal dengan tokoh fiksi semacam Power Rangers, dan Ksatria Baja Hitam. Tentunya anak-anak Indonesia di era tahun 2000-an, khususnya di kota besar atau dengan kemampuan ekonomi cukup sudah diperkenalkan dengan film anak-anak sejak usia dini, baik dari saluran televisi khusus anak atau di saluran televisi nasional. Sayangnya, kurang pengawasan atau pembiaran orangtua membuat anak-anak sekarang “kurang sehat” dengan dibiarkan menonton tidak
sedikit acara televisi yang kurang mendidik seperti sinetron kisah percintaan dan infotainment. Melihat anak-anak sekarang, memantik rasa iba kita. Karena mereka lebih mengenal dan suka menyanyikan lagu-lagu orang dewasa. Kalau kita menoleh ke belakang, masa kejayaan anak Indonesia yang terakhir kali masih bisa menikmati indahnya kehidupan anak-anak saat banyak lagu-lagu anak, di era 90-an. Telinga dan hati mereka bias berakrab ria dengan lagu-lagu ciptaan Bu Kasur yang abadi, sampai lagu-lagu ciptaan Papa T. Bob. Berbahagialah bagi anak-anak yang bisa menikmati dan menghayati muatan syair Lagu anak (komersil) yang cukup tenar misalnya lagu milik Bayu Bersaudara, Susan dan Kak Ria Enes dengan lagunya “Punya Cita-cita”. Sepertinya, lagu anak mulai berakhir di zaman penyanyi cilik (masa itu), Joshua yang melejit dengan lagu “Main Air (diobok-obok)”. Setelahnya, masa keemasan itu menguap entah dibawa angin ke arah mana. Tentu saja miris rasanya jika menilai hal-hal yang dirasakan anak-anak zaman sekarang . Selain itu, jika lebih jauh, kehidupan anak-anak di Indonesia sekarang ini tampak mengkhawatirkan dengan adanya perkelahian anak yang bahkan berujung kematian, kekerasan fisik terhadap anak dan lainnya. Anak zaman kini menjadi bulanbulanan budak kejahatan. Bisa menjadi pelaku pun menjadi korban. Mungkin masih membekas di ingatan kita, berita-berita yang sering kita lihat di televisi maupun yang kita baca di media cetak maupun internet tentang masih banyaknya anak yang menjadi korban dari kekerasan orang tuanya maupun dari orang-orang yang lebih dewasa di sekitar lingkungannya. Kekerasan fisik maupun pelecehan terhadap anak-anak makin banyak kita dengar dan kita lihat di berbagai media. Kembali ke HAN, di usia peringatannya yang ke-31 tahun ini, akankah anak-anak Indonesia kini, anak-anak “masa internet dan tivi kabel” ini, akan
Majalah Unesa
bahagia mengingat masa kecilnya seperti saya menuturkan masa kecil saya? Sudahkah nasib anak-anak ini mendapat perhatian serius pemerintah sebagai penerus bangsa kelak? Apakah anak-anak masa kini ini akan bisa melestarikan permainan tradisional dan budaya bangsa? Pertanyaan berikutnya, dikhususkan bagi kita yang menjadi generasi di atas mereka. Sudahkah kita turut andil dalam mengawasi dan berkontribusi untuk perkembangan positif anakanak tersebut agar menjadi generasi yang lebih baik? Anak-anak bangsa yang berlomba dengan zaman yang terus berkembang juga merupakan tanggung jawab kita bersama selain pemerintah. Menjadi contoh teladan dalam menghargai budaya bangsa dan sikap laku adalah hal paling sederhana yang bisa kita perbuat. Selain itu, tentu saja banyak hal yang bisa kita lakukan demi kemajuan anak-anak bangsa. Kita selaku guru dan orang tua sebenarnya memiliki peranan yang sangat strategis untuk memberikan sumbangsih positif untuk menjadikan anak-anak Indonesia menjadi sosok penerus tongkat estafet kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Alangkah baiknya bila kita terus menerus-mengawasi dan memberikan bimbingan kepada anak-anak kita agar mereka tidak lepas kontrol dan terjerembab kedalam keputusan-keputusan yang salah akibat dari lingkungan di sekitarnya. Kita semua harus ingat bahwa anak merupakan titipan dan juga anugrah Allah SWT yang harus kita jaga dan kita bina agar menjadi generasi penerus kita. Kalau telah terbersit angan untuk bisa berkiprah positif dalam rangka memperingati HAN, tak ada salahnya membaca kembali dengan perlahan dan merenungkan kembali kata-kata yang tertata rapi di awal tulisan ini. n Penulis adalah Guru SMAN 1 Driyorejo, Gresik
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
27
ARTIKEL
WAWASAN
MEMAKNAI HIERARKI; SEBUAH REFLEKSI PRA-JABATAN Oleh DR. A’RASY FAHRULLAH, S.SOS., M.SI.*)
PNS masih merupakan profesi impian bagi sebagian orang. Walaupun mungkin bagi yang berorientasi materi, gaji bekerja di sektor swasta lebih berkali-kali lipat banyaknya daripada gaji seorang PNS. Beberapa teman peserta pra-jabatan sebelumnya pernah bekerja dan berprofesi dengan berbagai latar belakang sesuai bidang keilmuan pendidikannya. Kebanyakan mengatakan, bekerja di sektor swasta berpenghasilan lebih besar namun tidak menjanjikan kebahagiaan.
B
eberapa waktu lalu saya mengikuti kegiatan pra-jabatan di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sesuatu yang biasa, mungkin bagi orang lain, atau mungkin dianggap terlambat bagi dosen yang sudah berusia 35 tahun. Tapi, bagi seorang CPNS, menghilangkan gelar “calon” itu harus menunggu sekian waktu, menghemat anggaran karena gaji hanya 80%, dan pintar-pintar menjawab jika ditanya mertua kapan SK turun. Bagaimanapun, PNS masih merupakan profesi impian bagi sebagian orang. Walaupun mungkin bagi yang berorientasi materi, gaji bekerja di sektor swasta lebih berkali-kali lipat banyaknya daripada gaji seorang PNS. Beberapa teman peserta pra-jabatan sebelumnya pernah bekerja dan berprofesi dengan berbagai latar belakang sesuai bidang keilmuan pendidikannya. Kebanyakan mengatakan, bekerja di sektor swasta berpenghasilan lebih besar namun
28
tidak menjanjikan kebahagiaan. Karena seringkali target-target dari bos mereka membuat hidup mereka seakan dikejar-kejar promosi, demi karir, demi gengsi, demi agar tidak tertinggal dari kemewahan hidup tetangga sekitar. Walhasil mereka banting setir menjadi PNS yang konon katanya lebih santai dan bisa menikmati hidup. Soal gaji pokok yang joke-nya kalau dibalik menjadi ‘pokoknya’ gaji (seadanya, bahkan di bawah UMR buruh), adalah sebuah anugerah yang harus diterima dengan lapang dada sebagai sebuah pengabdian seorang ‘abdi dalem’ pelayan masyarakat, seorang abdi Negara. Selain karena sakti-nya SK seorang PNS yang apabila dibawa ke bank bisa ditukar dengan segala macam barang, bagi sebagian orang pekerjaan PNS masih mempunyai harga yang tinggi. Apalagi bagi yang sedang mencari jodoh. Tata krama seorang PNS yang mungkin salah satunya didapat dari pelatihan pra-jabatan dan gesekan-gesekan selama mengabdi di pekerjaan masing-masing, mendapatkan
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
Majalah Unesa
nilai lebih dari pandangan orang lain. Hal ini bisa dianggap sebagai sebuah soft skill yang kiranya juga perlu dipelajari oleh mahasiswa. Dibandingkan dengan orang-orang yang bisa berkecimpung di dunia bisnis, di mana bisnis terkenal dengan sebuah dunia yang penuh dengan kekejaman persaingan, profesi seorang PNS dianggap lebih beretika oleh orang tua. Walaupun, mungkin, bisnisman lebih banyak uang, kadang sifat-sifat personal yang terlihat arogan, senang bersaing, pamer, kurang berkenan bagi sebagian orang. Beberapa pelajaran yang saya amati dari pelatihan pra-jabatan kemarin di Yogya yang mungkin bisa diterapkan bagi kegiatan PKKMB yang sebentar lagi akan diselenggarakan, sebagai sebuah hajatan sivitas akademika FE, dan kegiatan kampus pada umumnya: Pertama, tidak bisa dimungkiri keberadaan komisi disiplin memang diperlukan. Namun, pengalaman saya sewaktu mengikuti pra-jabatan kemarin cukup berkesan. Di sana, komisi disiplin bagi 80 orang cukup
ARTIKEL WAWASAN diatur dengan dua-tiga orang, tanpa suara keras, tanpa bentakan tapi tetap memberikan rasa segan dan pressure kepada peserta. Sudah banyak yang menulis tentang bahayanya bentakan terhadap orang lain. Lise Gliot menjelaskan, suara yang keras dan bentakan yang keluar dari orang tua dapat merusak atau menggugurkan sel otak anak yang sedang tumbuh. Jantung menjadi mudah kelelahan. Menurut penjelasan dr Godeliva Maria Silvia, studi baru yang dipublikasikan di jurnal Child Development menyebutkan, alihalih orang tua “berniat baik� untuk memperbaiki perilaku sang remaja, tetapi dengan cara diteriaki, dihina dan dibentak oleh si orang tua, maka hal ini justru membuat perilaku sang remaja bermasalah tambah buruk. Berkaca dari pengalaman saya, cara mendisiplinkan peserta tetap sama dengan cara punishment, tapi tidak perlu membentak. Cukup berbicara pelan tapi ketengahkan hukumanhukuman apa yang menanti jika melanggar. Dan berlakukan hukuman tersebut jika memang ada yang melanggar di muka umum. Efek jera sudah otomatis akan timbul. Tak perlu marah-marah, tak perlu buang tenaga berteriak. Muka sangar memang masih perlu dipasang. Oleh karena itu, komisi disiplin harus orang-orang pilihan yang memiliki wibawa dan tentu saja mempunyai disiplin diri yang tinggi sebagai contoh role model bagi peserta. Misalnya, datang setengah jam sebelum acara dimulai dan berdiri memantau siapa saja yang terlambat. Kedua, kondisi kesehatan para peserta didata dan dipantau. Sebelum kegiatan pra-jabatan, kondisi kesehatan para peserta didata. Penyakit apa yang pernah diderita, mulai dari penyakit berat maupun ringan seperti alergi. Hal ini berkaitan pula dengan nanti menu makanan selama pra-jabatan. Saya sendiri alergi udang cumi-cumi
Beberapa pelajaran yang saya amati dari pelatihan prajabatan kemarin di Yogya yang mungkin bisa diterapkan bagi kegiatan PKKMB yang sebentar lagi akan diselenggarakan, sebagai sebuah hajatan sivitas akademika FE, dan kegiatan kampus pada umumnya. rajungan. Mungkin hanya gatal dan bentol-bentol bagi saya tapi bagi orang lain, symptom-nya bisa lebih buruk, hingga sesak nafas. Kemudian saya punya riwayat hipertensi, akhirnya pada menu pra-jabatan, apa pun makanannya, selalu tersedia mentimun dan buah-buahan sebagai penetralisir kolesterol, salah satu penyebab utama hipertensi. Bukan main-main, karena dalam sebuah kasus yang saya alami sendiri pada sebuah sesi pelatihan di luar kota ada teman yang kolaps pada saat acara. Berkaitan dengan PKKMB, saya berpesan kepada adik-adik mahasiswa agar tim medis jangan hanya menunggu korban, tapi pro aktif. Jika melihat ada peserta yang tampak pucat atau tidak sehat segera ditanya dan diberi penanganan, jangan tunggu pingsan duluan. Acara yang padat dan melelahkan juga harus diimbangi dengan rekreasi dan hiburan untuk menjaga kelangsungan kesehatan
Majalah Unesa
mental. Terlalu banyak pressure bisa menimbulkan psikosomatis. Atau bagi yang percaya, kerasukan mahluk halus. Ketiga, kelas on/off dan mendatangkan atasan langsung membuat calon PNS mau tidak mau harus mengenal dengan baik atasannya dan berhubungan dengan harmonis. Karena tidak jarang justru pada saat ujian laporan aktualisasi maupun pada saat seminar aktualisasi, pimpinan di kantor sendiri lah yang “membantai� calon PNS tersebut. Hubungan yang harmonis antara atasan dan bawahan, senior dengan junior, kakak dengan adik sangat perlu untuk dibangun baik secara formal maupun non formal (misalnya dengan ngopi bareng). Bagaimanapun manusia adalah makhluk sosial dan tidak ada manusia yang tidak butuh manusia lain, kecuali dia bisa mengubur dirinya sendiri bila mati. Oleh karena itu, pelajaran bersosialisasi inilah yang perlu banyak dipelajari di kelaskelas kehidupan kita. Karena soft skill ini terkadang tidak diajarkan di kelas. Bagaimana cara memperlakukan dosen, bagaimana cara memperlakukan senior, dipelajari dari pengalaman dan tuturan serta perasaan. Salah satu wadah untuk mempelajarinya, yaitu dengan berorganisasi, belajar protokoler, mengenal rantai komando kekuasaan, tidak melangkahi kebijakan atasan, dan sebagainya. Barangkali itulah selayang pandang, secuil makna, inilah yang bisa saya sampaikan. Apa pun itu, tujuannya hanya satu, untuk membangun Unesa yang berkarakter. Membangun dan tumbuh bersama menjadi manusia yang tidak hanya cerdas akalnya namun juga cerdas akhlaknya. Semoga. n Penulis merupakan dosen di Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya.
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
29
KABAR
PRESTASI FRUNCANNA BABY’S KARYA MAHASISWA
BUBUR BAYI ORGANIK BERBAHAN BUAH DAN UMBI
S
ejumlah mahasiswa Fakultas Ekonomi Unesa membuat inovasi dalam dunia kuliner anak-anak. Mereka membuat Fruncanna Baby’s, bubur bayi organik dari bahan buah dan umbi yang tidak saja lezat, tapi juga menyehatkan. Ide dan gagasan itu tertuang dalam proposal kewirausahaan yang berhasil lolos dan mendapatkan pendanaan dari Dikti. Kelima mahasiswa tersebut adalah Nur Fadilah (S1 Akuntansi 2015), Nabila Khoirunnisa A. (S1 Akuntansi /2015), M. Reyhan Naufal (S1 Akuntansi 2015), Devy Rara Guvitha (S1 Pendidikan Tata Boga 2014), dan M. Dharma Putra (S1 Manajemen 2014). Mereka mendapat arahan dari dosen pembimbing, Made Dudi Satyawan, S.E, Ak, M.Si.CA. Penemuan inovasi tersebut
30
dilatarbelakangi keberadaan wanita di era modern yang tidak hanya menjadi pendamping suami saja di rumah, tetapi juga banyak yang bekerja di sektor publik atau disebut wanita karir. Sehingga, para wanita memiliki peran ganda dalam sebuah rumah tangga. Selain harus profesional dalam bekerja, dia juga harus mengerjakan pekerjaan rumah seperti, membersihkan rumah, mengurus anak dan lain-lain. Sering kali, untuk mempermudah mengurus anak, para wanita karir memberikan makananan berupa bubur instan. Padahal, bubur instan yang dikonsumsi secara terus menerus tidak baik bagi kesehatan bayi. Sebab, banyak mengandung bahan berbahaya seperti pengawet atau pewarna. Dari situlah, muncul inovasi fruncanny baby’s bubur bayi
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
Majalah Unesa
yang diolah dari bahan buah dan umbi dengan dilengkapi beberapa sayuran dan daging sebagai penambah gizi bayi. Bubur bayi ini mengandung vitamin dan mineral dari buah dan sayur, sedangkan karbohidrat dan serat diperoleh dari beras dan umbi. Protein berasal dari ayam, ikan, dan daging. Semua komponen itu, tentu sangat mendukung tumbuh kemang bayi. “Pemanfaatan bubur bayi ini dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi. Apalagi, bubur ini juga kaya serat yang dapat memperlancar pencernaan, kaya protein dan mineral sebagai pemenuhan nilai gizi bayi.n (SH) Fruncanna Baby’s: Mahasiswa Unesa dengan salah satu outlet Fruncanna Baby’s, sebuah inovasi makanan organik bagi bayi yang menyehatkan (foto bawah).
KABAR PRESTASI
MAHASISWA FE CIPTAKAN APLIKASI NEXAPP
K
retaivitas mahasiswa semakin teruji. Setidaknya, lima mahasiswa dari Fakultas Ekonomi Unesa berhasil mendapatkan pendanaan dari Dikti terkait penelitian kreatif yang dilakukan. Proposal PKM kewirausahaan yang berjudul “NEXApp: Preparation for National Exam” sudah lolos didanai oleh KementerianRiset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kementristek Dikti) dalam program kreativitas mahasiswa bidang kewirausahaan. Kelima mahasiswa tersebut adalah Ayu Sinta Dewi (Pendidikan Akuntansi 2014), Andini Tri Indah Sari (Pendidikan Akuntansi 2014), Nur Rizal Nadif Fikri (Teknik Informatika 2014), Umi Mukhimatur (Pendidikan Tata Niaga 2015) dan Anggun Tri Pamungkas (Pendidikan Ekonomi 2015) di bawah bimbingan Drs. Muhammad Edwar, M.Si.
Aplikasi NEXApp memiliki visi Succes for National Examination. Usaha ini bergerak di bidang pembuatan aplikasi bidang pendidikan dan pemasaran. “Produk yang kami buat ini diberi nama NEXApp. Dimana, NEXApp ini salah satu aplikasi yang telah tersedia dan dapat diunduh di playstore yang berbasis website,” terang Ayu, salah satu anggota tim. Aplikasi ini dapat memudahkan siswa SMP dan SMA sederajat dalam mempersiapkan Ujian Nasional Berbasis Komputer juga Ujian Nasional Berbasis Kertas yang telah terintegrasi. Dengan design yang unik dan menarik, aplikasi ini akan membuat siswa tidak jenuh ketika mengerjakan soal. “NEXApp hadir sebagai perbaruan dengan fiturnya dari aplikasi-aplikasi sebelumnya untuk membantu menyiapkan mental dari luar dan dalam siswa/siswi yang akan
Majalah Unesa
menempuh ujian agar terbiasa dengan latihan simulasi UNBK,” ujar Ayu lagi. AplikasiNEXApp dapat diakses di Laptop/PC dan juga Android. NEXApp tersedia dalam bentuk trial dan fullversion. Untuk trial dapat diakses gratis, sedangkan fullversion dibanderol dengan harga rata-rata Rp. 50.000. Untuk mitra sekolah harga bekisar Rp. 250.000. Harga tersebut hanya dibayarkan sekali dengan akses selamanya. Selanjutnya, aplikasi ini dapat di-download di website maupun playstore. Alamat website yaitu www. hello-nexapp.com dan link playstore yaitu NEXApp: Simulasi UNBK SMP dan SMA Se-derajat. “Kami berharap NEX App dapat menjadi rekomendasi aplikasi UNBK terpercaya No.1 di Indonesia. Sehingga, dapat membantu para siswa lebih matang mempersiapkan UNBK,”pungkasnya.n (SH)
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
31
KABAR
PRESTASI
TAS BONGKAR PASANG DARI LIMBAH INDUSTRI MEBEL Lima mahasiswa Fakultas Ekonomi Unesa berhasil mengolah limbah industrI mebel (oscar) menjadi sebuah karya inovasi, yakni tas dengan sentuhan motif yang dapat diganti-ganti sesuai dengan selera pengguna dengan cara bongkar pasang. Keunikan tas tersebut mampu memberi nilai tambah sehingga menjadi barang yang memiliki nilai jual.
K
elima mahasiswa tersebut adalah Heny Purwaningtyas (Manajemen 2015), Fenti Fitria Asvifah (Pendidikan Akuntansi 2015), Hesti Indah Rosani (Pendidikan Akuntansi 2015), Rindra Aisyah Putri (Pendidikan Akuntansi 2015) dan Aisyah Sakawuning Dyah Pratiwi (Pend.Tata Busana 2016). Di bawah bimbingan Dr. Sri Setyo Iriani, S.E, M.Si, mereka berhasil lolos proposal bidang kewirausahaan dengan judul “ASBAA (Tas Bongkar Pasang) Dengan Pemanfaatan Limbah Industri Mebel”. Proposal tersebut didanai Dikti dan mendapat dukungan untuk menjalankan, mengembangkan, dan memproduksi tas bongkar pasang dengan pemanfaatan limbah industri mebel (oscar). Menindaklanjuti itu, mereka telah melakukan kerja sama dengan mitra penjahit di Tanggulangin serta mitra industri mebel di Pasuruan. Produk dengan nama tas ASBAA berhasil mendapatkan apresiasi yang baik dari masyarakat serta dalam proses pemasaran yang menggunakan online shope yakni di Instagram @ tasasbaa, melalui oficial account Line dan WA sehingga mampu menjangkau ke berbagai daerah di Indonesia. “Limbah industri mebel kulit oscar di Pasuruan belum banyak dimanfaatkan dengan baik, paling hanya dijadikan untuk menambal bagian dalam sofa ataupun perabot lainnya, karenanya kami berusaha meningkatkan nilai dan manfaat tambahan dengan dijadikan sebagai tas bongkar pasang yang memiliki jilai keunikan,” ujar Heny, salah satu anggota tim. Pada awalnya, Heny melihat banyak limbah oscar ketika ia berkunjung ke rumah temannya di Pasuruan di
32
MODIS: Para mahasiswa bergaya dengan tas ASBAA karya mereka. Meski berbahan limbah, namun produk hasil kreativitas mahasiswa FE ini kualitas dan kegunaannya bersaing di pasaran.
mana orang tua temannya merupakan pengusaha industri mebel. Ia melihat limbah tersebut digunakan untuk menambal bagian dalam sofa. Kemudian, ia bersama temannya menggali ide mengenai bagaimana agar limbah tersebut memiliki nilai yang lebih dari pada hanya digunakan sebagai penambal. “Mengikuti perkembangan gaya fashion, banyak tas yang muncul dengan berbagai macam model, ukuran dan warna. Sehingga untuk mengikuti perkembangan gaya fashion diperlukan lebih dari satu tas untuk menunjang penampilan. Salah satunya adalah keserasian tas dengan warna pakaian yang digunakan,” terang Heny. Dari pemikiran itulah, muncul ide membuat tas yang nantinya bisa dibongkar pasang dengan berbagai pouch (kantong) yang memiliki motif beragam sehingga hanya dngan satu tas bisa bergantiganti motif sesuai selera pengguna. Dalam kegiatan usahanya, mereka melakukan pengembangan terhadap bahan baku. Mereka menggunakan
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
Majalah Unesa
bahan baku kulit sintetik yang baru. Hal tersebut dikarenakan terdapat beberapa kendala dalam penggunaan limbah industri mebel (oscar). Salah satunya, ukuran limbah yang terkadang kurang lebar sehingga tidak bisa untuk dijadikan tas. Selain itu, limbah biasanya kotor dan tidak bisa dibersihkan. “Limbah industri mebel (oscar) nantinya akan dijadikan sebagai aksesoris pendukung pada tas ASBAA, namun tidak menutup kemungkinan menggunakan limbah yang masih layak untuk dijadikan produk tas,” jelas Heny lagi. Saat ini, tas ASBAA ada tiga model yaitu ransel, totebag, dan sling bag. Harganya bervariaasi. Tas ASBAA ransel satu paket (tas+pouch) seharga Rp 102.000. Tas ASBAA totebag satu paket (tas+pouch) seharga Rp 75.000. Dan, Tas ASBAA slingbag satu paket (tas+pouch) seharga Rp 65.000. Selengkapnya bisa cek dan follow instagram @tasasbaa. “Kami berharap penjualan selalu meningkat sehingga produk ASBAA dikenal banyak orang,” pungkas Heny. n (SH)
KABAR PRESTASI
PENGHARGAAN: Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Prof. Mohamad Nasir menyematkan anugerah Satya Lencana Karya Satya kepada tiga dosen dari Unesa di sela Upacara hari Pendidikan Nasional yang berlangsung di stadion Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.
TIGA DOSEN RAIH SATYALENCANA KARYA SATYA
S
aat upacara memperingati Hari Pendidikan Nasional di stadion Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya pada Selasa 2 Mei 2017, tiga dosen Unesa mendapat anugerah penghargaan Satya Lencana Karya Satya. Penghargaan tersebut diserahkan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Prof. Mohamad Nasir. Ketiga dosen yang meraih penghargaan tersebut adalah Prof. Dr. Rusijono, M.Pd. dari Fakultas
Ilmu Pendidikan (FIP), Prof. Dr. Leny Yuanita, M.Kes. dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Dr. Waspodo Tjipto Subroto, M.Pd dari Fakultas Ekonomi. Upacara turut dihadiri Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Ketut Prasetyo, M.S, dan perwakilan mahasiswa Unesa. Prof. Warsono mengungkapkan, perayaan hari pendidikan selalu mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak. “Kesadaran masyarakat tentang arti
Majalah Unesa
dan makna pendidikan semakin tinggi. Ini bisa membuktikan bahwa pendidikan itu penting untuk anak bangsa,” ungkapnya. Terkait penghargaan yang diraih dosen Unesa, Warsono memberikan nasehat agar menjadi tauladan dosen lainnya. “Mudah-mudahan bisa menjadi role model bagi dosen lain, karena mereka sudah terpilih sebagai dosen terbaik,” harap Warsono. n (SURYO/EMIR)
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
33
CATATAN LINTAS
CRASH PROGRAM, KAPAN BERHENTI?
P
ertanyaan tersebut saya ajukan kepada beberapa teman, saat saya diundang ikut diskusi tentang guru keahlian ganda pada SMK. Dengan argumentasi kita kekurangan guru produktif di SMK, sementara formasi pengangkatan guru sangat sulit dan ada kelebihan guru adaptif, maka muncul gagasan untuk memberikan pelatihan guru adaptif tersebut menjadi guru produktif. Misalnya guru Matematika atau Fisika menjadi guru produktif bidang Kendaraan Ringan atau bidang Elektronika atau yang lain. Guru Biologi menjadi guru produktif bidang Teknologi Pertanian atau yang sejenisnya. Di balik itu semua, sebenarnya ada dorongan untuk mendukung Inpres no. 9 Tahun 2016 yang dikenal dengan Inpres Revitalisasi SMK. Oleh karena itu ketika kemudian Kemdikbud mendapatkan formasi guru, yang dilakukan bukan mengalihkan program Keahlian Ganda ke rekrutmen guru baru, tetapi akan merekrut guru baru lagi. Jadi program guru keahlian ganda tetap berjalan. Bahwa SMK kekurangan guru produktif dan itu harus segera diatasi, saya paham. Yang saya sulit mengerti adalah kita selalu “terkejut” dengan diri kita sendiri dan kemudian membuat crash program, yang kita sama-sama paham hasilnya selalu kurang baik. Namanya saja crash program, yang kurang lebih artinya program darurat. Ibarat ada jembatan rusak, dibuatlah jembatan darurat agar orang dan kendaraan tetap dapat lewat, walaupun tentu jembatan darurat tidak ideal, karena sifatnya hanya untuk sementara. Kalau kita cermati kekurangan guru SMK itu ada hubungannya dengan kebijakan untuk meningkatkan jumlah SMK agar perbandingan SMA:SMK yang semula 70:30 di balik menjadi
34
OLEH MUCHLAS SAMANI
Apakah crash program hanya ada pada program keahlian ganda? Setahu saya tidak dan lebih membingungkan seringkali kita bangga membuat crash program dengan memberi nama terobosan (break through). 30:70. Artinya jumlah SMK lebih dua kali lipat dibanding SMA, dengan alasan kita memerlukan tenaga kerja terampil tingkat menengah. Namun kebijakan yang dimulai sejak era Mendikbud Prof. Bambang Sudibyo itu terasa sangat sektoral. Direktorat Pembinaan SMK gencar mendorong Kabupaten/Kota untuk meningkatkan jumlah SMK. Bahkan ada istilah Kabupaten/Kota Vokasi dan Kemdikbud dengan bangga menyebutkan bahwa “Kabupaten X” sebagai kabupaten vokasi. Sayangnya program itu tidak dibarengi oleh penyediaan guru. Nah, se karang kita dihadapkan pada kenyataan SMK kekurangan guru bidang produktif dan kemudian membuat crash program. Jadi kekurangan guru produktif di SMK itu seharusnya tidak memunculkan crash program jika kita merencanakan pengembangan SMK dengan baik. Apakah crash program hanya ada pada program keahlian ganda? Setahu saya tidak dan lebih membingungkan seringkali kita bangga membuat crash program dengan memberi nama terobosan (break through). Program keahlian ganda ada terobosan untuk mengatasi kekurangan guru produktif di SMK, PGSD Berasrama sebagai terobosan mengasilkan guru SD yang baik dan sebagainya. Merenungkan kejadian itu saya jadi
| Nomor: 106 Tahun XVIII - Juni 2017 |
Majalah Unesa
teringat seloroh adik saya tentang kebiasaan menurunkan berat badan. Adik saya yang seorang dokter bedah dan sangat memperhatikan penampilan itu bercerita, persoalan ibu-ibu dalam menurunkan berat badan. Banyak me reka yang inginnya instan. Berat badannya turun dalam waktu singkat, tetapi pola instan seperti itu akan menimbulkan efek samping dalam kesehatan. Yang betul penuruan berat badan harus pelan-pelan tetapi konsisten. Namun ada yang lebih lucu. Setelah berat badannya turun, ternyata kemudian naik lagi dan kemudian ribut untuk menurunkan secara instan lagi. Mengapa begitu? Kata adik saya, karena setelah berat badannya turun, pola makan yang semula direm begitu ketat kembali se perti semua dan tidak terkontrol. Pada hal mengendalikan asupan makanan agar kalori yang masuk seimbang de ngan keluar itulah kunci menjaga berat badan. Apakah pola pikir instan dan crash program hanya terjadi pada penurunan berat badan dan pengadaan guru? Ternyata tidak. Coba kita ingat ketika rame-rame harga daging sapi mahal. Apa yang kita lakukan? Pada hal, teman saya bercerita kita dapat berhitung berapa kebutuhah daging untuk konsumsi kita dan dengan dasar itu dapat dibuat program jangka panjang untuk memenuhinya. Masih banyak contoh lain. Tampaknya crash program lebih ba nyak disebabkan kita kurang baik dalam merencanakan sesuatu dan kemudian ingin mengatasinya secara instan. Pada hal kata orang bijak, “if you fail to plan, you plan to fail”. Artinya jika kita gagal atau tidak mampu merencakan dengan baik, sama saja kita merencanakan kegagalan. Semoga kita dapat segera meng akhiri pola pikir crash program seperti itu. n