Majalah Unesa 107

Page 1



WARNA REDAKSI

G

aung pendidikan ka­ rakter terus mengge­ ma di seantero penjuru negeri ini. Meskipun begitu, getarannya masih kalah dengan hiruk pikuk kasus penangkapan koruptor dan te­ roris yang lebih dipilih media sebagai headline mereka. Tak pelak, pendidik­ an karakter yang diinginkan untuk mengubah negeri ini lebih baik lagi, masih bagaikan peribahasa jauh panggang dari api. Karena to­ talitas masyarakat dan pemerintah kehilangan fokus. Apa sih karakter itu? Dan mengapa harus ditanamkan dalam-dalam pada setiap generasi? Menurur Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono MS., karakter merupakan komitmen seseorang untuk melakukan apa yang diketahui dan diyakini. Komitmen itulah yang menjadi inti dari karakter. Jika seseorang tidak memiliki komitmen untuk melakukan apa yang benar, apa yang baik, dan adil tentu bisa dikatakan orang tersebut tidak memiliki karakter, atau berkarakter buruk. Oleh karena itu, karakter sebenarnya dapat diubah sejalan dengan perubahan komitmen, pengetahuan dan keyakinan. Seorang penjahat sekalipun pada

saatnya dapat berubah menjadi baik. Begitu juga orang yang pada mulanya baik bisa berubah menjadi buruk dan jahat. Masih menurut Rektor, pendidikan adalah upaya untuk membantu mengembangkan potensi setiap anak agar bisa menjadi modal bagi kehidupan masa depannya. Salah satu kekuatan dan potensi manusia adalah akal (kemampuan berpikir).

PENDIDIKAN

dosa itulah karakter seseorang. Persoalannya adalah, seringkali pendidikan tidak sampai kepada upaya pengembangan berpikir secara kritis, logis, komprehensif, abstraktif, dan reflektif. Pendidikan hanya sekadar transfer pengetahuan, tidak mengajarkan bagaimana cara berpikir. Akibatnya, pendidikan tidak menghasilkan orang-orang bijak (berkarater) tetapi hanya menghasilkan orangorang pandai saja. Di sisi lain, pandidikan di keluarga maupun pada level TK dan SD juga tidak membangun kebiasaan berkarakter, dan tidak memberi teladan (contoh) yang berkarakter. Ini tentu merupakan masalah besar bagi seluruh eleman bangsa, keluarga, masyarakat dan sekolah, termasuk perguruan tinggi, seperti Unesa. Kebiasaan ternyata merupakan wabah endemis di sekitar kita. Pada awalnya, ketidakjujuran tersebut dilakukan sebagai “strategi” untuk memperoleh sesuatu atau mencapai tujuan tertentu. Ketika “strategi” ketidakjujuran tersebut berhasil, ironisnya yang lain pun meniru, meski sudah tahu salah. Bila sudah demikian, sampai dimanakan pencapaian pendidikan karakter kita? n ARM

KARAKTER

SEBUAH KOMITMEN Kemampuan berpikir ini yang harus terus dibantu pengembangannya melalui pendidikan, khususnya di perguruan tinggi. Kemampuan berpikir secara logis, komprehensif, reflektif dan abstraktif akan menghasilkan pengetahuan yang hakiki. Pengetahuan yang hakiki ini yang akan melandasi keyakinan yang kokoh. Pengetahuan dan keyakinan itulah yang akan mendasari sikap dan perbuatan. Komitmen untuk melakukan apa yang diketahui sebagai kebenaran, kebaikan, keadilan, dan keyakinan bahwa pelanggaran terhadap kebenaran, kebaikan, dan keadilan merupakan

Majalah Unesa

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

3


DAFTAR RUBRIK

31 Edisi Ini

05

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

Penguatan karakter menjadi salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dalam nawa cita disebutkan bahwa pemerintah akan melakukan revolusi karakter bangsa. Implementasi revolusi karakter bangsa dalam pendidikan diimplementasikan Kemendikbud melalui Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Bagaimana pan­­da­ng­an para akademisi Unesa?

12

UNESA LULUSKAN 1.100 WISUDAWAN

EDISI JULI 2017

16

KABAR PRESTASI.

18 - 19

LENSA UNESA Berita Foto Kegiatan Pejabat dan Kemahasiswaan Unesa.

20

18

30

32

Ulasan pendidikan karakter oleh Prof. Dr. Warsono, MS.

Strawberry Generation, AnakAnak Kita Berhak Keluar dari Perangkap yang Bisa Membuah Mereka Rapuh.

31

34

ULAS BUKU

KOLOM REKTOR

SEPUTAR INDONESIA

SOSOK Mengenang Prof. Mohammad Ali, Pakar Ilmu Metodologi Riset Pendidikan dan Hukum Unesa.

22

LAPSUS­

Inspirasi dari Para Wisudawan Terbaik dalam Wisuda ke-89

CATATAN LINTAS

3 3RALAT BERITA

Pembenaran teks foto yang dimuat di Majalah Unesa Edisi 105 Mei 2017 halaman 33: TUAN RUMAH: Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono MS. (tengah) didampingi Dekan Fakultas Ekonomi, Drs. Eko Wahjudi, M.Si. dan Kajur Akuntansi FE Unesa, Dr. Dian Anita Nuswantara, SE., M.Si., CA. foto bersama usai pembukaan konferensi di Unesa.

Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 106 Tahun XVIII - Juni 2017 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor), Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (PR I), Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (PR II), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (PR III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB: Dra. Ec. Ratih Pudjiastuti, M.Si (Kepala BAAK) PEMIMPIN REDAKSI: Dra. Titin Sumarti, M.Pd (Kabag. Kerja Sama dan Humas) REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto REPORTER: Lina Mezalina, Murbi Astuti, Suryo Waskito, Emir Musa, Khusnul, Syaiful Hidayat, Asnaul Ilmiyah, M. Hasan Zaki, Mira Carera, Merry, Fikriyatul Umah, Nely Eka, Novita, Belya Dwi, Geofany FOTOGRAFER: Sudiarto Dwi Basuki, M. Wahyu Utomo, DESAIN/LAYOUT: Abdur Rohman, Basir Aidi ADMINISTRASI: Rr. Dwi Astuti, S.H., MM. (Kasubbag. Humas), Supi’ah, S.E. DISTRIBUSI: Lusia Patria, S.Sos, Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung Rektorat Kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya

4

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

PRO KONTRA FULL DAY SCHOOL

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER WUJUDKAN NAWACITA Penguatan karakter menjadi salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dalam nawa cita disebutkan bahwa pemerintah akan melakukan revolusi karakter bangsa. Implementasi revolusi karakter bangsa dalam pendidikan diimplementasikan Kemendikbud melalui Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Bagaimana pandangan para akademisi Unesa?

PIDATO: Presiden Joko Widodo menandatangani sebuah buku dalam sebuah acara kenegaraan disaksikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy (kiri) serta sejumlah anggota kabinet lainnya. foto: DOK NEGERA

Majalah Unesa

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

5


LAPORAN

UTAMA

D

alam siaran pers yang dirilis Kemendikbud pada 17 Juli 2017 menyebutkan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter merupakan pondasi dan ruh utama pendidikan. Ada lima nilai karakter utama yang bersumber dari Pancasila yang menjadi prioritas pengembangan gerakan PPK, yakni religius, nasionalisme, integritas, kemandirian, dan kegotongroyongan. “Kelimanya tidak berdiri dan berkembang sendirisendiri tetapi saling berinteraksi satu sama lain, berkembang secara dinamis, dan membentuk keutuhan pribadi,” terang Mendikbud, Muhadjir Effendy. Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa. Implementasi nilai karakter religius ditunjukkan dalam sikap cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, anti perundungan dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak,

mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih. Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Sikap nasionalis ditunjukkan melalui sikap apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama. Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral. Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan

MEMPERKUAT KURIKULUM 2013

MENDIKBUD menyatakan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan pintu masuk melakukan pembenahan secara menyeluruh terhadap pendidikan nasional. PPK tidak mengubah struktrur kurikulum namun

6

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

Majalah Unesa

sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita. Siswa yang mandiri memiliki etos kerja yang baik, tangguh, berdaya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat. Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/ pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Diharapkan siswa dapat menunjukkan sikap menghargai sesama, dapat bekerja sama, inklusif, mampu berkomitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, memiliki empati dan rasa solidaritas, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan. n

lebih memperkuat Kurikulum 2013 yang sudah memuat pendidikan karakter. Dalam penerapannya, dilakukan sedikit modifikasi intrakurikuler agar lebih memiliki muatan pendidikan karakter. Kemudian, ditambahkan dengan kegiatan dalam kokurikuler dan ekstrakurikuler. “Integrasi ketiganya diharapkan dapat menumbuhkan budi pekerti dan menguatkan karakter positif anak didik,” terang Mendikbud. Mendikbud menambahkan, PPK mendorong sinergi tiga pusat pendidikan, yaitu sekolah, keluarga (orang tua), serta komunitas (masyarakat) agar dapat membentuk suatu ekosistem pendidikan. Menurut Mendikbud, selama ini ketiga hal itu seakan berjalan sendiri-sendiri, padahal jika bersinergi dapat menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Diharapkan manajemen berbasis sekolah semakin menguat, di mana sekolah berperan menjadi sentral, dan lingkungan sekitar dapat dioptimalkan untuk menjadi sumber-sumber belajar. Menurut Mendikbud, kunci kesuksesan pendidikan karakter terletak pada peran guru. Sebagaimana ajaran Ki Hajar Dewantara, “ing ngarso sung tuladho, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani”, maka seorang guru idealnya memiliki kedekatan dengan anak didiknya. Guru hendaknya dapat melekat dengan anak didiknya sehingga dapat mengetahui perkembangan anak didiknya. Tidak hanya dimensi intelektualitas saja, namun juga kepribadian setiap anak didiknya.


LAPORAN UTAMA Tak hanya sebagai pengajar mata pelajaran saja, namun guru mampu berperan sebagai fasilitator yang membantu anak didik mencapai target pembelajaran. Guru juga harus mampu bertindak sebagai penjaga gawang yang membantu anak didik menyaring berbagai pengaruh negatif yang berdampak tidak baik bagi perkembangannya. Seorang guru juga mampu berperan sebagai penghubung anak didik dengan berbagai sumber-sumber belajar yang tidak hanya ada di dalam kelas atau sekolah. Dan sebagai katalisator, guru juga mampu menggali dan mengoptimalkan potensi setiap anak didik. Saat ini, melalui revisi Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2008 menjadi PP Nomor 19 Tahun 2017, Kemendikbud mendorong perubahan paradigma para guru

agar mampu melaksanakan perannya sebagai pendidik profesional yang tidak hanya mampu mencerdaskan anak didik, namun juga membentuk karakter positif mereka agar menjadi generasi emas Indonesia dengan kecakapan abad ke-21. Berdasarkan pasal 15 PP Nomor 19 Tahun 2017, pemenuhan beban kerja guru dapat diperoleh dari ekuivalensi beban kerja tugas tambahan. Kegiatan lain di luar kelas yang berkaitan dengan pembelajaran juga dapat dikonversi ke jam tatap muka. “Guru tidak perlu lagi cari-cari jam tambahan mengajar di luar sekolahnya untuk memenuhi beban kerja mengajar. Dia harus bertanggungjawab terhadap perkembangan siswanya.” kata Mendikbud. n SIR/WWW.DIKTI.GO.ID

PERAN PENTING UNESA PERKUAT PENDIDIKAN KARAKTER Sebagi lembaga eks-IKIP, Unesa tentu memiliki peran penting dalam membekali para mahasiswa sebagai calon guru dalam kaitannya dengan pendidikan karakter. Penanaman pendidikan karakter sejak menjadi mahasiswa, tentu akan berdampak positif saat nanti lulus dan mengabdikan diri sebagai guru profesional.

Prof. Dr. Sarmini, M.Hum,

P

rof. Dr. Sarmini, M.Hum, Dekan FISH mengatakan, pendidikan karakter sesungguhnya merupakan kebiasaan nilai-nilai karakter kepada siswa. Karakter itu tidak hanya selalu menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga menjadi tanggung jawab keluarga dan masyarakat. Namun, sekolah dipandang penting untuk melaksanakan pendidikan karakter karena sekolah memiliki ruang setara dan terprogram mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Sebagai lembaga pendidikan tinggi, Unesa tentu telah menyiapkan berbagai program untuk memperkuat pendidikan karakter kepada para mahasiswanya. Saat ini, Unesa memiliki program pendidikan dan non pendidikan. Progam pendidikan menyiapkan tenaga pendidik, tenaga guru yang akan mengajar mulai tingkat sekolah dasar sampai tingkat sekolah menengah atas. “Di dalam program itu, Unesa sudah menyiapkan tentang pendidikan karakter d ­i setiap kurikulumnya,” terang Sarmini.

Majalah Unesa

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

7


LAPORAN

UTAMA

Menurut guru besar FISH itu, sebenarnya pendidikan karakter sudah ada sejak lama dilakukan di Unesa. Sejak zaman Prof. Nur di Pusat Studi Sains, sudah dikatakan bahwa perlu mengintegrasikan nilai-nilai karakter pada setiap pembelajaran, bahkan pembelajaran matematika sekalipun. “Kita sudah mulai menyiapkan lulusan dengan pendidikan karakter sewaktu melaksanakan program Praktik Pengelolaan Pembelajaran,” ujarnya Terhadap mahasiswa pun pendidikan karakter diterapkan dengan cara menanamkan tiga hal. Pertama, integritas. Di dalam integritas ada kejujuran, tanggung jawab, dan disiplin. Kedua, etos kerja yang ditujukkan dengan produk. Ketiga solidaritas yang diwujudkan dalam bentuk kerja sama dan saling menghargai. Sarmini menjelaskan, pada awal mahasiswa baru, di PKKMB, integritas, etos kerja, dan solidaritas dibangun dan ditanamkan. Kejujuran dibangun mulai dari mengerjakan tugas. Displin ditanamkan dengan cara menaati semua ketentuan yang berlaku. Itu dilakukan dengan cara penandatanganan kontrak belajar dan kontrak kuliah. “Disiplin itu menjadi bagian penting,” tegas Sarmini. Sementara itu, terkait dengan etos kerja, salah satunya diwujudkan dengan menggalakkan penelitian dan PKM mahasiswa. HARUS DIMULAI DARI MAHASISWA CALON GURU Pendapat mengenai pendidikan karakter, diungkapkan Dr. Luqman Hakim, S.Pd, S.E, M.SA, Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi. Menurut Luqman, pendidikan karakter harus dimulai dengan pembentukan karakter mahasiswa sebagai calon-calon guru yang akan menjadi teladan para siswanya.

Kegiatan-kegiatan kemahasiswaan, terutama soft skill harus terbangun. Dalam rangka mendukung pembentukan karakter mahasiswa, bagian kemahasiswaan diminta mengumpulkan poin-poin kegiatan apapun dari mahasiswa untuk SIPENA (Sistem Penilaian Non Akademik). “Selain itu, kurikulum sekarang harus mengikuti kebutuhan pasar. Pembelajaran yang dilakukan dalam membangun karakter mahasiswa perlu ditingkatkan,” ujar Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi. Luqman menambahkan, pendidikan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab pendidik. Pembentukan karakter bisa dilakukan dalam keluarga, terutama orang tua. Orang tua harus memiliki kepedulian agar anak-anaknya memiliki moral yang baik. Selain itu, lingkungan masyarakat bisa membentuk karakter. Bagaimana seseorang kelompok/ individu memiliki moral yang baik atau tidak. Oleh karena itu, lingkungan masyarakat menjadi bagian penting dalam membentuk karakter anak. “Dengan pendidikan (sekolah), sebenarnya bisa dikendalikan terutama ada dua yaitu, keluarga dan sekolah. Untuk lingkungan masyarakat butuh kepedulian bersama,,” ungkap ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi. Terkait dengan lingkungan masyarakat itu, pemerintah akhirnya mendorong penguatan melalui pendidikan formal dengan waktu yang agak lama melalui penerapan Full Day School. Hal itu dilakukan untuk meminimalisir pengaruh negatif dari lingkungan masyarakat dengan muatan kegiatan-kegiatan positif di sekolah. “Dari sisi ini, saya setuju. Hanya saja, sekolah harus menyiapkan sarana prasarana dan fasilitas yang dapat menunjang penguatan karakter di sekolah,” tegasnya.n SH

DIMULAI DARI CALON GURU: Dr. Luqman Hakim, S.Pd, S.E, M.SA, Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Unesa mengungkapkan, pendidikan karakter harus dimulai dengan pembentukan karakter mahasiswa sebagai calon-calon guru yang akan menjadi teladan para siswanya. foto: HUMAS

8

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

PROF. ISMET: PERLU PERENCANAAN DAN KESIAPAN FASILITAS SEKOLAH

Mengingat pentingnya pendidikan karakter di usia dini, pendidikan karakter pada tingkat Sekolah Dasar sangatlah diprioritaskan. Persentase pendidikan karakter sebesar 80% sedangkan untuk pendidikan akademik hanya 20%. Untuk mewujudkan hal itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membuat program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berupa 8 jam belajar dalam sehari selama lima hari sekolah (fullday school).

M

enurut Direktur Pascasarjana, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) melalui Fullday School sebenarnya memiliki konsep yang bagus, asal mampu dipersiapkan dan direncanakan dengan matang dan baik. Salah satunya, perlu adanya ketersediaan sarana dan prasarana serta fasilitas yang memadai di sekolah. Menurut Ismet, semuanya harus terdeskripsi dengan jelas. Mulai dari konsep kegiatan sekolah, sarana prasarana, dan juga tenaga pendidik mumpuni. Sebab, fullday school bukan sebagai tempat penitipan anak yang tanpa kegiatan, melainkan sekolah selama 8 jam belajar dalam sehari dengan kegiatan sekolah yang mampu mendidik karakter siswa.

Ismet yang merupakan Direktur Pascasarjana itu menambahkan, kegiatan sekolah yang mendidik karakter siswa akan diintegrasikan dengan pelaksanaan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler di sekolah. Kegiatan intrakurikuler berupa mata pelajaran umum yang biasa diterima siswa. Kegiatan kokurikuler meliputi kegiatan pengayaan mata pelajaran, kegiatan ilmiah, dan pembimbingan seni dan budaya. “Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan karya ilmiah, latihan olah bakat atau minat dan keagamaan,” terangnya. Prof. Ismet menuturkan bahwa Fullday School harus diikuti dengan program-program kegiatan sekolah yang mampu membina siswa menjadi manusia seutuhnya. Mulai dari sisi kepribadian, sosial, dan

Majalah Unesa

pengembangan akademiknya. “Membangun karakter/moral harus konsisten, sungguh-sungguh, dan berkelanjutan. Tidak cukup hanya di sekolah saja. Melainkan di luar sekolah juga perlu,” tutur Prof Ismet. Dalam menjalankan fullday school, sekolah juga harus menyiapkan guru yang berkualitas. Unesa merupakan salah satu LPTK yang menghasilkan ribuan lulusan tiap tahunnya. Karakter guru sudah ditanamkan pada mahasiswa di awal perkuliahan. Ismet menuturkan, Seorang menjalanipendidikan tentara walaupun mereka belum menjadi tentara pakaiannya sudah dikondisikan layaknya tentara. Begitu pula di Unesa, mahasiswa harusnya dikondisikan layaknya seorang guru sehingga terbiasa dan karakter guru tertanam sejak menjadi mahasiswa.

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

9


LAPORAN

UTAMA

Sementara itu, Dekan FMIPA Unesa, Prof. Dr. Suyono, M.Pd mengatakan bahwa tidak ada kaitan Fullday School dengan Pendidikan Karakter. Menurut Prof. Suyono, pendidikan karakter adalah sebuah pendidikan yang dilihat dari segi metodologinya tidak dapat diajarkan melainkan dicontohkan. Pendidikan karakter tidak dapat diberikan pada mata pelajaran melainkan metodenya berupa pemberian contoh perilaku yang baik dan mencerminkan karakter. “Pendidikan karakter tidak secara implisit dan eksklusif ada pada suatu mata pelajaran. Melainkan berupa kegiatan-kegiatan yang mampu membentuk karakter peserta didik. Misalkan di Unesa, ada kegiatan eco-campus yang mampu mengembangkan dan melatih karakter mahasiswa berupa kepedulian terhadap lingkungan,” papar Suyono. Menurut Dekan FMIPA Unesa, pembentukan karakter bisa dilakukan

Prof. Dr. Suyono, M.Pd .di luar sekolah seperti rumah dan lingkungan masyarakat bergantung pada intensitas dalam pemberian contoh kepada anak tersebut. Ia mencontohkan, zaman Pangeran Diponegoro dulu belum mengenal

fullday school. Tapi, orang zaman dahulu memiliki karakter yang baik karena memiliki lingkungan yang baik. “Tidak ada kaitannya fullday school dengan pendidikan karakter. Jaminannya adalah pemberian contoh yang baik, kepedulian, pembudayaan, dan tidak adanya pembiaran terhadap perilaku yang non-karakter,” tegas Suyono. Unesa sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mahasiswanya memiliki tingkat keilmuan yang tinggi harus memahami pentingnya sebuah karakter. Menurut Suyono, karakter sangat penting dimiliki oleh mahasiswa Unesa. Pendidikan karakter di Unesa tergambar dalam motto Growing with Character lalu diimplementasikan dalam program Idaman Jelita. “Jangan hanya sekedar motto, namun Unesa harus mampu mengondisikan atmosfer akademik yang berkarakter,” pungkasnya. n KHUSNUL

PROF. SARMINI: TUJUANNYA BAIK UNTUK PENGUATAN KARAKTER

M

enanggapi Full Day School atau sekolah lima hari untuk penguatan pendidikan karakter, Dekan FISH, Prof. Sarmini mengatakan bahwa sejatinya Full Day School atau kebijakan sekolah lima hari sekolah memiliki tujuan yang baik untuk penguatan pendidikan karakter. “Substansi dari kebijakan ini sebenarnya bagus. Tetapi, yang penting instrumennya harus disiapkan dengan baik,” paparnya. Meski demikian, menurut Dekan satu-satunya perempuan di Unesa itu bukan berarti FDS tanpa masalah. Yang menjadi persoalan adalah kelengkapan instrumen harus dipersiapkan dengan baik. Misalkan, 8 jam menjadi lima hari sekolah. Berarti berada di sekolah 8 jam dalam satu hari. Oleh karena itu, perlu disiapkan antara lain jeda untuk makan siang yang sederhana untuk siswa dan guru. Lebih lanjut, Sarmini menjelaskan menurut teori Karl Barth, anak memiliki tingkatan dalam masa tahap belajarnya. Misalkan, anak kelas 1 SD dengan SMP dan SMA, tentu memerlukan cara penanganan yang berbeda. “Menurutku bagus, tetapi semua intrumen harus disiapkan dengan baik,” ujar Prof. Sarmini. Selain itu, karena kebijakan ini merupakan regulasi baru dan belum terbiasa di Indonesia, tentu memerlukan sosialisasi yang intens ke masyarakat. Sarmini meyakini bahwa kebijakan tersebut sudah dilakukan dengan analisis yang matang. “Saya yakin pemerintah mengambil keputusan selalu berdasarkan data. Tinggal kita saja yang minta

10

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

Majalah Unesa

adalah sosialisasi dan melengkapi instrument-instrumen pendukung dan infrastruktur diperkuat,” terangnya. Sarmini juga menghimbau agar kebijakan mengenai Sekolah Lima Hari itu tidak dilakukan secara gegabah. Jangan sampai sekolah-sekolah pinggiran yang belum siap secara infrastruktur dan sarana prasarana dipaksakan menerapakan kebijakan Sekolah Lima Hari. Pendapat senada dikemukakan Kajur Pendidikan Ekonomi, Dr. Luqman Hakim, S.Pd, S.E, M.SA. Menurutnya, sebenarnya Full Day School jika dilaksanakan dengan baik akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Artinya, tidak hanya full day dalam akademiknya saja tetapi juga harus full day dalam pembentukan pendidikan karakter dengan menerapkan kebiasaan yang baik. Meskipun kebijakan itu baik, namun pelaksanaannya tidak dapat dilakukan serta merta. Sebab, kondisi pendidikan di Indonesia tidak sama. Kualitas SDM, fasilitas dan sarana prasarana berbeda antardaerah. Sehingga jika kebijakan itu diterapkan serentak akan menimbulkan masalah. “Harus dipetakan terlebih dahulu, sekolah mana yang dapat melakukan Full Day School, tidak diwajibkan semua. Sekolah yang siap, bisa ajukan Full Day School. Nanti ada support dari pemerintah dan masyarakat untuk mendukung program itu. Karena, selama ini kan Full Day School cen­de­ rung diterapkan di sekolah swasta dan masyarakat (wali murid) yang menanggung biayanya,” pungkasnya. n SH


LAPORAN UTAMA

JANGAN DIPAKSAKAN SEMUA SEKOLAH TERAPKAN FULL DAY SCHOOL Kebijakan Full Day School sebagai bagian dari Penguatan Pendidikan Karakter, semestinya tidak dipaksakan untuk diberlakukan di semua sekolah di Indonesia. Sebab, belum meratanya kualitas dan sarana prasarana pendidikan di Indonesia menjadi kendala yang perlu disikapi dengan serius.

M

enurut Prof. Dr. H. Bambang Yulianto, M.Pd, Dekan FBS, penerapan Full Day School tidak harus dipaksakan ke semua sekolah. Sekolah yang siap tidak masalah menerapkan Full Day School, sementara sekolah yang belum siap tidak perlu menerapkan Full Day School. “Biarkan masyarakat memperhitungkan dan bebas memilih apakah anaknya siap untuk Full Day School atau tidak,” ujarnya. Dari sisi tujuan, ungkap Bambang, FDS memang dimaksudkan untuk membantu mengembangkan karakter anak menjadi lebih baik. Secara teoritis, perkembangan karakter anak akan lebih baik bila berada di sekolah. Apalagi, kepedulian orang tua akhir-akhir ini semakin menurun tidak seperti dahulu, dimana orang tua dahulu benar-benar mendidik dan membekali anaknya agar memiliki budi pekerti. “Dengan perubahan tersebut, sekolah harus mengambil peranan lebih untuk memperbaiki karakter anak dalam lingkungan sekolah maupun di masyarakat,” papar Bambang. Hanya saja, Guru Besar FBS itu mengingatkan agar sekolah yang menerapkan Full Day School harus menyiapkan program-program jelas yang nonakademis. Misalnya, dalam rangka pembentukan karakter, penyiapan keterampilan-keterampilan khusus dan keterampilan sosial. “Semuanya harus sudah ditentukan,” ujar Bambang Yulianto.

Prof. Bambang Yulianto

Prof. Ekohariadi

Saat ini, lanjut Bambang, Full Day School sudah dijalankan, namun masih menghadapi banyak kendala. Bambang kembali menegaskan agar sekolah yang hendak menerapkan FDS benar-benar menyiapkan program, membuat perencanaan yang matang, menyiapkan sarana dan prasarana dan SDM harus disiapkan. “Jangan sampai, semua sudah siap. tapi SDMnya belum. Maka hasilnya akan tidak baik. Bila belum siap, jangan dilakukan. Nanti hasilnya tidak baik dan akan berdampak pada jangka panjang,” pungkasnya. Senada, Dekan Fakultas Teknik, Prof. Dr. Ekohariadi, M.Pd mengatakan, pada prinsipnya Full Day School memiliki konsep yang bagus. Saat di sekolah, siswa dididik karakter. Hanya saja, permasalahan terjadi pada sosialisasi ke masyarakat yang dirasa kurang. Seandainya Menteri Pendidikan mensosialisasikan terlebih dulu, masyarakat akan semakin paham. “Saya kira akan diterima masyarakat,

tinggal bagaimana program itu disosialisasikan dengan baik ke masyarakat,” terangnya. Hanya, Ekohariadi berpendapat bahwa kebijakan itu tidak harus dilaksanakan semua sekolah. Bergantung persiapan sekolah. Jika sekolah belum memiliki sarana prasarana, ya jangan dipaksa. Jika dipaksa, nanti malah tersiksa siswanya. “Jadi, saya kira kebijakan itu sebagai option saja. Tidak diwajibkan untuk semua sekolah, bergantung pada persiapan masing-masing sekolah,” ujarnya. Ekohariadi juga setuju jika Full Day School tidak diterapkan menyeluruh. Akan lebih baik jika sekolah yang sudah siap saja yang memberlakukan menerapkan Full Day School. “Kalau, dipaksakan nanti ada penolakan dari masyarakat. Di desa-desa mungkin belum siap karena sekolah masih kurang sarana prasarana. Apalagi, di desa juga ada budaya, sore waktunya ngaji,” pungkasnya. n WAHYU/HASNA/SH

Majalah Unesa

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

11


WARTA

UTAMA

WISUDA KE-89, UNESA LULUSKAN 1.100 WISUDAWAN

SEMARAK: Suasana GOR Bima Unesa di kampus Lidah Wetan Surabaya dipenuhi para wisudawan dan keluarganya. Sebanyak 1.100 wisudawan mengikuti prosesi Wisuda ke-89 yang dihadiri langsung oleh Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, MS. beserta para pejabat tinggi Unesa lainnya.

U

niversitas Negeri Surabaya (Unesa) menyelenggarakan wisuda ke-89 pada Sabtu, 15 Juli 2017. Pada wisuda kali ini, Unesa meluluskan 1.100 wisudawan terdiri atas mahasiswa Program Pascasarjana, Pendidikan Sarjana dan Program Diploma-III. Wisuda yang mengusung tema “Wisudawan Unesa Siap Menjadi Generasi Cerdas Berintegritas” menghadirkan Bupati Trenggalek, Dr. Emil Elestianto, M.Sc sebagai stakeholder. Wisuda Unesa ke-89 diselenggarakan di GOR BIMA Unesa, Kampus Lidah Wetan Surabaya dalam 2 (dua) sesi. Sesi pertama berasal dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS), Fakultas Matematika dan Ilmu

12

Pengetahuan Alam (FMIPA), dan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) berlangsung pada pukul 07.00 – 11.30 WIB. Sesi kedua pada pukul 12.30-16.00 WIB dari Fakultas Teknik (FT), Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH), Fakultas Ekonomi (FE), dan Program Pascasarjana (PPs). Upacara pelepasan Wisuda dipimpin langsung Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S. dalam sambutannya, Rektor berpesan agar wisudawan Unesa mampu menjadi lulusan yang cerdas dan mampu memutar otak untuk mendapatkan tujuan yang diharapkan. “Karakter pantang menyerah dan berintegritas harus dijunjung tinggi oleh wisudawan terutama dalam bermasyarakat,” papar Rektor. Sementara itu, Emil Dardak,

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

Majalah Unesa

memberikan inspirasi kepada para wisudawan. Dalam sambutannya, Emil mengajak lulusan Unesa untuk bercita-cita setinggi mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut, menurut Emil dibutuhkan dua aspek yakni kecerdasan dan integritas. Ia meyakini bahwa generasi milenial adalah generasi yang cerdas sehingga tantangannya kemudian adalah godaan berpikir instan. “Cita- cita tinggi tak pernah didapatkan dengan mudah, selalu ada tantangan. Kita tak boleh ambil jalan pintas dan harus tekun mencari jalan keluar. Saya yakin tidak ada result yang baik tanpa investasi sebelumnya”, terangnya. n (KHUSNUL/ WAHYU/EMIR/TONI)


WARTA UTAMA

PELEPASAN: Prof. Dr. Rusijono, M.Pd (bawah) memimpin upacara pelepasan 3.103 mahasiswa PPL. Prof. Dr. Suyatno, M.Pd (duduk tengah) menyaksikan langsung.

UNESA LEPAS 3.103 MAHASISWA PPL KE SEKOLAH MITRA

S

ebanyak 3.103 mahasiswa pendidikan melaksanakan praktik mengajar atau PPL di sejumlah sekolah mitra mulai 17 Juli hingga 2 September 2017. Upacara

pemberangkatan mahasiswa yang akan melaksanakan PPL dilakukan di halaman Gedung LP3M Unesa Lidah Wetan pada Jumat 14 Juli 2017. Upacara pemberangkatan dipimpin Prof. Dr. Rusijono, M.Pd. Hadir dalam upacara tersebut Prof. Dr. Suyatno, M.Pd dan para dosen pembimbing. PPL kali ini mengangkat tema “Membangun Jati Diri Calon Pendidik dan Memantapkan Kompetensi Akademik Kependidikan.” Para mahasiswa pendidikan yang berasal dari berbagai jurusan/prodi pendidikan tersebut akan disebar di lebih dari 200 sekolah/mitra yang ada di Kota Surabaya, Kab. Bangkalan, Kab. Sidoarjo, Kab. Gresik, Kab. Mojokerto, Kab. Jombang, Kab. Kediri, Kab. Lamongan, dan Kab. Blitar. Prof. Dr. Rusijono, M.Pd, dalam sambutannya berharap agar mahasiswa selalu menjaga nama baik Unesa. “Ketika melakukan praktik ajar nyata, maka ada dua hal yang harus kalian tunjukkan. Pertama, tunjukkan kompetensi diri kalian sebagai calon pendidik. Kedua, tunjukkan kompetensi Unesa sebagai lembaga pendidikan yang unggul dalam kependidikan dan kukuh dalam keilmuan,” tegas Rusjiono. Beliau juga berpesan agar apa yang sudah dipelajari mahasiswa selama ini, baik di bidang pedagogik (kependidikan) ataupun di bidang keilmuan sesuai dengan jurusannya dapat dipraktikkan dengan baik saat mengajar langsung di sekolah.n (INAYAH/WAHYU)

Majalah Unesa

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

13


WARTA

UTAMA

PELANTIKAN KABAG DAN KASUBAG BARU SE-UNESA

DISUMPAH: Para Kabag dan Kasubbag baru di lingkungan Unesa dilantik. Upacara pelantikan dipimpin langsung oleh Wakil Rektor II Unesa, Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T.

K

amis, 13 Juli 2017 Unesa melakukan pelantikan dan serah terima jabatan Kepala Bagian (Kabag) dan Kepala Sub Bagian (Kasubbag) yang baru di auditorium lantai 11 gedung rektorat. Kegiatan ini dihadiri petinggi selingkung Unesa mulai dari wakil rektor, dekan, wakil dekan, direktur pascasarjana, kepala bagian dan sub bagian selingkung Unesa. Kepala bagian dan kepala sub bagian yang mendapat tugas baru adalah Joeswadi Judo Juwono, S.E, M.S, diangkat dalam jabatan Kepala Bagian Tata Usaha FISH, Drs. Sukardi, M.Si, diangkat dalam jabatan Kepala

14

Sub Bagian Umum Kepegawaian dan BMN FIP, Irawan, S.E, diangkat dalam jabatan Kepala Sub Bagian Keuangan dan Akuntansi FIP, Tri Joko Hartono, S.Kom, diangkat dalam jabatan Kepala Sub Bagian Akademik Kemahasiswaan dan Alumni FMIPA, Suyono, S.Pd, diangkat dalam jabatan Kepala Sub Bagian Umum Kepegawaian dan BMN FT, Rudi Hartono, S.Sos, diangkat dalam jabatan Kepala Sub Bagian Bakat Minat Penalaran dan Informasi Kemahasiswaan BAKPK, Zulaikhah Abdullah, S.E, diangkat dalam jabatan Kepala Sub Bagian Umum dan Keuangan LPPM, Naili Rahmah, S.T,

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

Majalah Unesa

M.MT, diangkat dalam jabatan Kepala Sub Bagian Barang Milik Negara BUK. Wakil Rektor II, Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T, selaku pimpinan yang melantik mengimbau kepada seluruh kabag dan kasubbag yang baru agar mampu menjadi panutan dan bertanggung jawab dengan jabatan yang disandang. Menurut Tri Wrahatnolo, pelantikan tersebut merupakan proses penyegaran. “Saya berharap kabag dan kasubbag yang baru dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan profesional dalam unit masing-masing,� ungkap Warek II (Bidang Umum dan Keuangan). n (WAHYU)


WARTA UTAMA UJIAN: Peserta ujian SPMB 1 Unesa serius mengerjakan tes. Tak kurang 6.943 peserta yang menginginkan bisa berkuliah di Unesa.

6.943 PESERTA IKUTI UJIAN SPMB S-1 UNESA Universitas Negeri Surabaya (Unesa) masih menjadi pilihan para mahasiswa. Buktinya pada pelaksanaan SPMB S-1, tidak kurang 6.943 calon mahasiswa mengikuti tes masuk untuk mempersebutkan sekitar 1.668 kursa saja. Sekali lagi Unesa masih menjadi tujuan favorit calon mahasiswa.

S

ebanyak 6.943 peserta mengikuti ujian SPMB 1 Unesa yang dilaksanakan pada 5 dan 6 Juli 2017 di Kampus Unesa Lidah Kulon dan Ketintang. Peserta dibagi menjadi dua yakni Saintek dan Soshum. Ada tiga kategori yang diujikan dalam proses seleksi tersebutHari pertama peserta mengerjakan Tes Kemampuan dan Potensi Akademik (TKPA) dan

Tes Kemampuan Dasar (TKD). Hari kedua, tes wawancara yang dilaksanakan sesuai dengan prodi yang dipilih. Peserta yang mendaftar di Unesa dalam gelombang SPMB S-1 terdapat 6.943 pendaftar. Sedangkan pagu yang disediakan sebanyak 1.668. Oleh karena itu dalam seleksi pada tahun ini cukup ketat. Dari sekian pendaftar hanya sebagian persen yang nantinya

Majalah Unesa

diterima. Peserta yang mengikuti tes harus benar-benar menyiapkan segala kemampuannya untuk bisa lolos seleksi. Tanggal 6 Juli, peserta yang mengikuti tes ketrrampilan harus datang lebih awal. Seperti peserta yang mengikuti tes keterampilan prodi olahraga harus datang pukul 06.00. sedangkan untuk prodi lainnya datang pukul 08.00. n (WAHYU)

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

15


KABAR

PRESTASI

Kreasi Mahasiswa PKM FE

SULAP BAHAN LIMBAH BEKAS JADI SOUVENIR BERKELAS Kreativitas mahasiswa Fakultas Ekonomi Unesa ini layak diapresiasi. Melalui kreativitas dan inovasinya, mereka berhasil membuat souvenir berkelas yang dibuat dari bahan limbah bekas. Salah satu kreasi yang berhasil dibuat adalah Request sebuah kado unik dan kreatif.

R

equest memanfaatkan limbah bekas layak pakai untuk dijadikan bahan baku pembuatan kado. Bahan kardus digunakan untuk bouquet snack, sedangkan kain perca digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan boneka wisuda. Request ini memiliki keunikan. Salah satu keunikannya adalah konsumen bebas memilih sendiri jenis, bentuk, warna hingga budget untuk kado berupa bouquet maupun boneka. Produk ini bahkan sudah dipasarkan di wilayah Surabaya dan sekitarnya. Biasanya, produk Request ini hadir saat wisuda, ulang tahun, dan acaraacara lainnya. Request sudah banyak dikenal konsumen di wilayah Surabaya dan sekitarnya. Setiap hari konsumen melakukan pemesanan. Bahkan, pemasaran Request sudah dilakukan melalui Instagram yaitu @request. gift. Produk ini dijual mulai harga 35.000 untuk jenis bouquet, sedangkan untuk boneka dijual mulai harga 30.000 bergantung pada besar kecilnya boneka dan tingkat kerumitan. Dengan membeli produk Request, Anda sudah ikut berpartisipasi mengurangi

16

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

penggunaan sampai yang berlebih setiap hari. Karya tersebut merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Kewirausahaan yang telah didanai oleh Kemenristekdikti. Empat Mahasiswa Fakultas Ekonomi tergabung dalam PKM ini. Mereka adalah Rovi’ah Mustaqim (Manajemen, 2013), Pega Adela Harso (Akuntansi, 2013), Ramadhani Indah Sari (Akuntansi, 2014), dan Novia Rochmatul Lestari (Akuntansi, 2013). Mereka mendapat bimbingan dari dosen pembimbing, Ahmad Ajib Ridlwan, S.Pd., M.SEI. Judul PKM Kewiarausahaan ini adalah “REQUEST (Recycle Unique Handmade Custom Gift) Kreasi Unik dan Kreatif Kado Antimainstream Masa Kini”. Rovi’ah Mustaqim, salah satu anggota tim PKM mengatakan bahwa dalam, pelaksanaan kegiatan PKM mulai dari pengadaan bahan baku hingga pemasaran produk ditangani oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi tersebut. Baginya, mahasiswa ekonomi harus mempunyai jiwa entrepreneur dan mampu menciptakan produk unik dengan menambah nilai guna dari limbah di sekitar untuk menghasilkan profitabilitas. n (SH/SIR)

Majalah Unesa


KABAR PRESTASI

JADIKAN KULIT BAWANG SEBAGAI SCRAPFRAME UNIK

BERPRESTASI: Empat mahasiswa Fakultas Ekonomi Unesa menunjukkan kreasi berliannya dengan menjadikan kulit bawang sebagai scrapframe unik.

Kreativitas mahasiswa Fakultas Ekonomi Unesa ini layak diapresiasi. Melalui kreativitas dan inovasinya, mereka berhasil membuat souvenir berkelas yang dibuat dari bahan limbah bekas. Salah satu kreasi yang berhasil dibuat adalah scrapframe.

L

imbah kulit bawang yang jika dibiarkan dapat mencemari lingkungan, ternyata juga bisa disulap menjadi sesuatu yang berharga dan bernilai jual di tangan para mahasiswa kreatif. Itulah yang dilakukan empat mahasiswa FE yang mengolah limbah tersebut menjadi scrapframe unik dan menarik. Keempat mahasiswa tersebut adalah Melia Dwi Rahayu (S1 Manajemen 2014), Diyah Aprilia (S1 Manajemen 2014), Syantia Olivia Nellawati (S1 Manajemen 2014) dan Syafi’ah Nur Fitria (S1 Pendidikan

Akuntansi 2015). Mereka mendapat bimbingan dari dosen pembimbing Ahmad Ajib Ridlwan, S.Pd, M.SEI. Proposalnya telah lolos didanai oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan (Kementristekdikti) dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan. Judul proposal PKM Kewirausahaan adalah “SCRAPFRAME OF ALLIUM: Pengolahan Kulit Bawang Merah dan Bawang Putih sebagai Kerajinan Scrapframe�. Mereka memanfaatkan kulit bawang sebagai pernak-pernik hiasan dalam figura scrap sesuai dengan tema pembuatan, seperti

Majalah Unesa

tema pernikahan, anniversary, kado ulang tahun, kado kelahiran anak, wisuda dan lain sebagainya. Melia, salah satu anggota PKM mengatakan, Scrap frame of Allium tersebut bukan hanya bernilai untuk pajangan dinding saja, tetapi juga sebagai sarana mengabadikan momen berharga bersama dengan orang-orang tercinta dalam sebuah bingkai berisi foto dan gambar kenangan bersama dengan hiasan dari kulit bawang yang bervariasi sebagai pemanis momen berharga tersebut. n (SH/SIR)

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

17


LENSA

UNESA

BERSAMA: Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S bersama segenap pejabat se-lingkungan Unesa foto bersama usai acara halal bihalal yang diselenggarakan di di gedung LP3M, kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya, pada Selasa 11 Juli 2017.

HALAL BIHALAL

CIVITAS AKADEMIKA UNESA PARA ISTRI: Para istri pejabat Unesa turut foto bersama sebagai bentuk kekeluargaan dan kebersamaan.

alal Bihalal Universitas Negeri Surabaya dilaksanakan di gedung LP3M pada Selasa 11 Juli 2017. Halal Bihalal dihadiri seluruh warga Unesa baik dari pegawai hingga pejabat tinggi. Acara ini juga dimeriahkan dengan undian doorprize yang sa­ngat menarik. Tidak hanya itu,

hahal bihalal juga dibe­ri hiburan musik dang­ dut yang menghangat­kan suasana keakraban. n (WAHYU)

SILATURAHIM: Segenap civitas akademika Unesa bersilaturahim dalam acara halal bihalal Unesa .

18

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Jul i 2017 |

Majalah Unesa


LENSA UNESA

K

eluarga besar LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran Dan Penjaminan Mutu) menggelar acara halal bihalal dengan tema “Melalui Halal Bihalal kita tingkatkan Kerjasama dan Kinerja LP3M”. Acara berlangsung di Gedung LP3M lantai 9 Universitas Negeri Surabaya (UNESA) pada Rabu 12 Juli 2017 dengan menghadirkan ustad KH. Imama Hambali, pengasuh pondok pesantren mahasiswa Al Jihad Surabaya sebagai pemberi siraman rohani. n (TON/LUS)

SIRAMAN ROHANI: KH. Imam Hambali saat menyampaikan siraman rohani dalam acara halal bihalal keluarga besar LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran Dan Penjaminan Mutu) Unesa.

HALAL BIHALAL LP3M HADIRKAN USTAD KH. IMAM HAMBALI

HALAL BIHALAL KELUARGA BESAR FBS UNESA FAKULTAS Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) mengadakan kegiatan Halal Bihalal bertema “Halal Bihalal Keluarga Besar FBS UNESA”. Kegiatan tersebut dihadiri para sesepuh, Dekan, Dosen dan karyawan FBS. Hadir pula 3 mantan Rektor Unesa yang berasal dari FBS. Mereka adalah Prof. Budi Darma, Ph.D (Rektor IKIP Periode 1984-1988), Drs. Soerono Martorahardjo (Rektor IKIP Surabaya Periode 1988-1997, Prof. Dr. Haris Supratno (Rektor Unesa periode 2001-2010). Halal Bihal bertempat di Gedung T2 lantai 3, ruang Auditorium Prof. Dr. Leo Idra Ardiana M.Pd pada Selasa 4 Juli 2017. n (EMIR) SALAMAN: Dekan FBS Unesa, Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd menyalami satu persatu warga FBS Unesa dalam acara halal bihalal se-FBS di kammpus Lidah Wetan, Surabaua.

Majalah Unesa

| Nomor: 107 Tahun XVIII- Juli 2017 |

19


SOSOK

UNESA

MENGENANG PROF. MOHAMMAD ALI, PAKAR ILMU METODOLOGI RISET PENDIDIKAN DAN HUKUM

Gigih Menuntut Ilmu, Selalu Menjadi Lulusan Terbaik UNESA KEHILANGAN SALAH SATU GURU BESAR PAKAR ILMU METODOLOGI RISET PENDIDIKAN DAN HUKUM. BELIAU ADALAH PROF. DR. DRS. MOHAMMAD ALI, S.H., DIP. ED., M.SC., YANG MENINGGAL DUNIA PADA SABTU, 15 JULI 2017 PUKUL 17.40 WIB DI SOLO PADA USIA 77 TAHUN. TENTU, SUDAH BANYAK SUMBANGSIH YANG DIBERIKAN GURU BESAR KELAHIRAN BANGKALAN 21 APRIL 1940 ITU SEMASA HIDUPNYA, TERUTAMA DI BIDANG PENDIDIKAN.

M

ohammad Ali, dikenal sebagai sosok sederhana. Ia dilahirkan dari keluarga kurang mampu dari pasangan (alm) Noer Wiryo Laksono dan (Almrh) Siti Aisah binti Mohari. Terhadap ilmu, Mochammad Ali begitu bersemangat dan gigih dalam menuntut ilmu. Kegigihan itu mengantarnya selalu menjadi lulusan terbaik di semua tingkat pendidikan yang pernah dijalani. Tak heran, ia pun berhasil menyandang sederet gelar. Perjalanan pendidikan

20

Mohammad Ali penuh tantangan. Termotivasi ingin membantu kehidupan orangtuanya. Apalagi, sepeninggal sang ayah, ia memiliki kewajiban besar bisa membantu kehidupan sang ibu. Oleh karena itu, ia pun membulatkan tekad menemukan pendidikan yang bisa membawanya bekerja dengan ikatan dinas. Lulus sekolah rakyat (SR) di Kedundung, Kecamatan Modung, Bangkalan, Ali segera melanjutkan sekolahnya di SGB Negeri Sampang. Sekolah khusus untuk membekali para guru agar bisa mengajar anakanak usia sekolah dasar. Seharusnya,

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

Majalah Unesa

SGB dilalui selama 4 tahun. Namun di tahun ketiga Ali mengikuti ujian negara dan menjadi salah satu lulusan terbaik di antara lima persen peringkat teratas. Sebulan melanjutkan sekolah di SGB, ia kemudian pindah dan meneruskan sekolah di SGA Negeri Pamekasan selama 3 tahun. Di tahun kedua sekolah SGA, ujian negara kembali dilaksanakan untuk menentukan siapa saja yang akan melanjutkan ke tahun ketiga di SGA tersebut. Ali kembali memperoleh nilai terbaik. Maka, dia pun diperbolehkan melanjutkan sekolahnya di SGA hingga lulus


SOSOK UNESA

KEHILANGAN: Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, MS. menyampaikan sambutan pelepasan jenazah Prof. Dr. Drs. Mohammad Ali, S.H., Dip. Ed., M.Sc. Atas berpulangnya almarhum, Unesa kehilangan salah satu guru besar pakar ilmu metodologi riset pendidikan dan hukum.

pada tahun 1958. Tak lama menjadi guru SD, Ali diangkat menjadi Kepala Inspeksi PDSR (sekarang Dinas P dan K) di Kecamatan Sepuluh, Bangkalan. Karena PDSR hanya berada di wilayah kawedanan, maka Ali bertangung jawab mengawasi dan mengatur pendidikan meliputi 3 kecamatan. Yaitu Sepuluh, Tanjung Bumi dan Kokop. Menjadi kepala inspeksi tidak membuatnya berhenti menuntut ilmu. Tahun 1965, dia mendapatkan tugas belajar dari pemerintah di IKIP Surabaya. Dia memilih jurusan pendidikan sosial. Sebelum memilih jurusan tersebut, Ali sempat menjatuhkan pilihan pada pendidikan umum. Namun, setelah bertemu dengan gurunya semasa sekolah SGA, dia mengurungkan niatnya tersebut. Ali kembali menjadi satu-satunya mahasiswa yang lulus cepat. Pendidikan sarjana muda (BA) di IKIP tersebut dia lalui selama 3 tahun saja. Nilai ujiannya pun mendapatkan predikat sangat memuaskan. Sehingga, dia kemudian diangkat sebagai asisten

dosen luar biasa di kampus yang kini berganti nama Universitas Negeri Surabaya itu. Seminggu lulus dari pendidikan sarjana muda, dia langsung mendaftarkan diri di program doktoral dan diterima tanpa melalui proses uji rekrutmen. Pendidikan yang seharusnya ditempuh selama 2 tahun ini, berhasil diselesaikannya selama 1,5 tahun saja. Masa menunggunya selama setengah tahun dia gunakan untuk menjadi tenaga guru tidak tetap di sekolah pendidikan guru di Jalan Teratai Surabaya. Akhirnya, setelah beberapa kali ditunda, Ali pun mengikuti ujian dan dinyatakan lulus tanpa revisi. Tak heran, prestasinya tersebut kemudian menjadi perhatian pemerintah, sehingga dia diangkat menjadi Kepala Urusan Perencanaan Pendidikan Dinas P dan K tahun 1971. Selain itu, dia juga merangkap menjadi bagian dari Tim Penelitian dan Penindakan (Litdak). Tugasnya dalam Litdak adalah melakukan screening dan menindak orangorang di lingkungan dinas yang

Majalah Unesa

terlibat Gerakan 30 September 1965. Tahun 1974, bapak yang dikaruniai 7 anak ini memutuskan untuk berhenti bekerja di lingkungan pemerintahan. Dia berkeinginan untuk mengabdi sebagai dosen di tempat kuliahnya memperoleh gelar sarjana muda dan doktoral, yaitu IKIP Surabaya. Keinginan tersebut merupakan wujud dari cita-citanya memersiapkan tenaga-tenaga pendidik dan ahli di bidang-bidang lainnya. Kini, sang guru besar itu telah tiada. Almarhum yang purna tugas pada 1 Mei 2010 itu memberikan begitu banyak hasil pengabdiannya di bidang pendidikan. Selain berkiprah di dunia pendidikan, almarhum juga pernah menjabat sebagai Anggota MPR RI Utusan Daerah Jawa Timur masa bhakti 1999-2004, Anggota BP-MPR RI Panitia ADHOC I Amandemen UUD 1945 tahun 1999-2000, dan Anggota Tim Pakar Balitbang HAM Departemen Kehakiman dan HAM RI tahun 2003. (sir/sumber: Jawa Pos, Sabtu, 13 September 2008 dengan perubahan seperlunya). n(FUL)

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

21


LAPORAN

KHUSUS

KISAH-KISAH INSPIRATIF PARA WISUDAWAN PILIHAN Menjadi wisudahan pilihan atau yang terbaik di fakultas dan programnya masingmasing tentu memiliki cerita tersendiri bagi para penyandangnya. Sebab, raihan prestasi tersebut didapat dengan penuh perjuangan dan lika-liku hidup. Seperti apa? Berikut kisah-kisah inspiratif para wisudawan terbaik S3,S2, dam S1 Universitas Negeri Surabaya yang diwisuda 15 Juli 2017 lalu. Dr. Binar Kurnia Prahani, Wisudawan Terbaik S3

JADI DOSEN, SUDAH MELEBIHI EKSPEKTASI PINTAR, cerdas, dan berprestasi. Begitulah yang pantas disematkan pada Binar Kurnia Prahani. Pria muda kelahiran Banyuwangi, 13 Mei 1990 tersebut berhasil meraih gelar doktor pada usia 27 tahun dengan disertasi berjudul Model Collaborative Problem Based Physics Learning (CPBPL) untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains, Keterampilan Pemecahan Masalah Kolaboratif, dan Kepercayaan Diri Siswa SMA. IPK yang diraih pun nyaris sempurna yakni 3,97 dengan predikat pujian. Pencapaian prestasi itu tentu tidak mudah. Menurut Binar, untuk menemukan masalah dalam Sains perlu pengkajian berulang-ulang agar diketahui permasalahan yang dirasakan siswa selama mendapatkan mata pelajaran Sains. Dari permasalahan itu jika tidak memahami dan menerapkan Keterampilan Proses Sains (KPS), proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik apapun kurikulumnya. Dari pengkajian yang dilakukan, ternyata penggunaan KPS sudah rendah. Untuk itulah Binar melakukan penerapan Model

22

Collaborative Problem Based Physics Learning (CPBPL) untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains, Keterampilan Pemecahan Masalah Kolaboratif, dan Kepercayaan Diri Siswa. Pepatah mengatakan Kegagalan disebabkan oleh dua hal, yakni orang yang berpikir tetapi tidak pernah bertindak dan orang yang bertindak tapi tidak pernah berpikir. Binar selalu ingin belajar dan belajar tidak kenal lelah dan pantang menyerah. Hasil kerja kerasnya tidak sia-sia hingga ia mendapatkan gelar doktor dengan predikat lulusan terbaik. Sejak kecil, anak pasangan Hadi Waluyo, S.H dan Sri Wahyuningsih, S.Pd ini memiliki cita-cita menjadi guru Matematika. Cita-cita tersebut saat ini melebihi ekspektasi alias lebih dari itu. Ia sekarang menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya. Ia berterima kasih kepada kedua orang tuanya atas segala doa serta dukungannya. “Tanpa doa dari orang tua saya yakin tidak bisa seperti ini�, ujar Binar. Tidak hanya kepada orang tuanya, ia berterima kasih kepada kedua pembimbingnya yang tidak kenal lelah membantu dan memotivasinya.

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

Majalah Unesa

Dia berharap ke depan selalu fokus dalam bidang Sains. Baginya, kunci sukses karirnya ini berkat menganut Tri Dharma yakni penelitian, pengajaran, dan pengabdian. n (WAHYU)


LAPORAN KHUSUS Diah Nur Puspa Fajrin, M.Pd, Wisudawan Terbaik S2

Muhammad Nurul Ashar, S.Pd, Wisudawan Terbaik FIP

DIAH Nur Puspa Fajrin, perempuan ke­ la­ hiran Semarang, 24 Nopember 1987 tidak me­nyangka dirinya men­jadi salah satu wi­ sudawan terbaik pada wisuda ke-89. Perasaan senang menyelimuti ibu satu anak tersebut. Ia menulis tesis berjudul Penerapan Pembelajaran Inkuiri dengan Media Gambar Berseri untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Sis­ wa Kelas IV SD Karangtengah Baru, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Raihan IPK-nya pun nyaris sempurna yakni 3,96 dengan predikat pujian. “Ini anugerah. Saya tidak menyangka bisa mencapai prestasi seperti ini. Semua berkat Allah dan kedua orang tua saya,” ujar Diah. Diah mengangkat penelitianterkait penerapan belajar penuh dengan pemikiran yang cerdas didasari rendahnya hasil belajar dan motivasi siswa dalam mapel IPS di SD Karangtengah Baru Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul. Melihat permasalahan tersebut, ia berpikir bahwa pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang cocok untuk memecahkan masalah pada siswa. Menurut Diah, pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan pada keaktifan anak dalam menemukan materi pembelajaran (student centered). Melalui proses pembelajaran inkuiri, bimbingan guru dapat menjadi bermakna dan tertanam dengan baik ke siswa sehingga ada peningkatan hasil belajar IPS pada khususnya. Putri pasangan Supartono dan Wijiningsih ini berharap hasil tesisnya dapat memberi kontribusi dalam memperbaiki pembelajaran IPS, khusunya di SD Karangtengah Baru Imogiri Bantul. Ia juga berupaya terus memperbaiki kelemahan dari penelitiannya agar lebih sempurna. Ia berharap dengan gelar magister yang diraih dapat memotivasi dirinya menjadi guru yang lebih baik. Ia juga tidak menutup kemungkinan untuk melanjutkan studi S3. n WAHYU

MUHAMMAD Nurul Ashar, wisudawan S1 Pendidikan Luar Biasa ini berhasil meraih predikat pujian dengan IPK 3.93. Melalui skripsinya yang berjudul “Kajian Deskriptif Pengelolaan Kelas bagi Peserta Didik dengan Spektrum Autis di Sekolah Inklusi Ketintang II 410 Surabaya” ikut mengantarkan putra pasangan Machmud dan Hartatik ini menjadi wisudawan terbaik Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Unesa. Pria kelahiran Sidoarjo, 16 Agustus 1995 ini mengaku tak pernah membayangkan menjadi wisudawan terbaik. Baginya, kesempatan kuliah dengan beasiswa bidikmisi adalah sebuah anugerah. Ia pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini dan memanfaatkan kesempatan yang ada dengan baik dengan menorehkan banyak prestasi. Menurutnya untuk sukses dan berprestasi harus ada kerja keras dan ketekunan. “Kesuksesan bisa diraih tentunya dengan usaha keras, giat belajar, latihan, banyak berdoa dan yang pasti doa dari orang tua,” ungkapnya. Motivasi terbesar Ashar adalah ingin mengangkat derajat orangtuanya. Ayahnya adalah seorang tunarungu (tidak dapat mendengar) dan tunawicara (tidak dapat berbicara). Hambatan ini membuat ayah Ashar hanya mampu menyelesaikan pendidikan sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama, sehingga membuatnya sulit untuk mencari pekerjaan. Kini ayahnya bekerja sebagai kuli bangunan dengan pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan lima anggota keluarga. Sedangkan Ibunya (Hartatik) merupakan lulusan Sekolah Dasar yang kini juga banting tulang menjadi buruh cuci untuk menambali kebutuhan lainnya. Latar belakang ekonomi inilah yang justru membuat mimpi Ashar untuk belajar, dan menempuh pendidikan semakin membuncah. Ashar memiliki impian untuk melanjutkan kuliah di luar negeri. Selain itu, pria asal Sidoarjo yang bercita-cita menjadi dosen ini juga memiliki impian untuk membangun pusat layanan terapi untuk autis yang modern. Wisudawan yang pernah mewakili Unesa dalam Student Exchange Pragram di Khon Kaen University Thailand ini cukup aktif dalam mengikuti kegiatan dalam rangka mengembangkan dirinya. Baginya, selama kuliah sangat penting untuk mengikuti kegiatan pengembangan diri yang bisa melatih sotfskill. n MEZALINA

PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK TINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

SYUKURI BEASISWA BIDIK MISI DENGAN RAIHAN PRESTASI

Majalah Unesa

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

23


LAPORAN

KHUSUS

Arvin Suryani Ayu F, S.S, Wisudawan Terbaik FBS

BERKARYA, PANTANG MENYERAH, DAN SELALU BERUSAHA

KAGET dan tidak menyangka. Itulah yang dirasakan Arvin Suryani Ayu setelah mendapatkan kabar bahwa dirinya merupakan salah satu lulusan terbaik di wisuda 89. Ia merasa tidak percaya perjuangannya selama ini berbuah manis. Semangat pantang menyerah selama kuliah kini dapat mengantarkan perempuan kelahiran 23 Juli 1995 ini menjadi yang terbaik. Ia menulis skripsi berjudul The Use of Direct, Indirect, and Constructed Speech in Online News Reporting Hillary Clinton. Sementara IPK yang diraih nyaris sempurna yakni 3,85 dengan predikat pujian. Baginya, prestasi yang diraih merupakan doa orang tua yang mujarab. Ia selalu meminta restu supaya kelak mampu membanggakan orang tuanya dengan kerja kerasnya sendiri. “Sukses saya adalah sukses kedua orang tua, masa depan saya adalah hasil kerja keras saya”, ujarnya. Arvin yang merupakan jurusan S1 Sastra Inggris memiliki kisah unik selama berkuliah. Saat berkuliah, Arvin selalu menenteng buku besar di tangan serta membawa ransel yang berisi beberapa buku sehingga bebannya cukup berat. Banyak buku bukan hanya buat pamer tapi baginya buku merupakan jendela untuk melangkah ke masa depan yang lebih cerah. Arvin juga menambahkan dalam hidup jangan pernah bosan belajar, teruslah berkarya dan pantang menyerah. “Motto saya yakni berkarya, pantang menyerah, dan selalu berusaha”, ujar gadis asli Sampang tersebut. Putri dari Arif Sugiarto dan Siti Fatimah ini berharap nantinya dapat melanjutkan studi lebih tinggi lagi. Cita-cita yang sangat ia inginkan yakni mampu mengabdikan segala ilmunya ke masyarakat demi memajukan bangsa dan negara. Ia juga berterima kasih kepada Unesa yang telah memberikan banyak ilmu sehingga ia dapat

24

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

Majalah Unesa


LAPORAN KHUSUS

menjadi seperti ini. n (WAHYU/SH)

Karni Nurliana Sahraini Putri Hutauruk, S.Pd, Wisudawan Terbaik FIK

TERMOTIVASI SANG MAMA YANG SINGLE PARENT

KARNI Nurliana Sahraini Putri Hutauruk, wisudawan S1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi ini merupakan wisudawan terbaik FakultasI lmu Keolahragaan (FIK) Unesa. Dara kelahiran Mojokerto 9 September 1995 ini berhasil meraih predikat pujian dengan IPK 3.76. Melalui skripsinya berjudul “Hubungan Antara Karakteristik Ibu dengan Status Gizi Siswa SDN Sawahan I Surabaya” ikut mengantarkannya menjadi wisudawan terbaik FIK. Putri pasangan Dra. Mardiana dan (Alm) Parulian Naipospos ini mengaku tak menyangka bisa menjadi wisudawan terbaik Fakultas Ilmu Keolahragaan Unesa. Nurliana dikenal memiliki tekad yang kuat dan ingin membuktikan meskipun anak yatim, ia bisa berprestasi baik dalam ranah akademik maupun nonakademik. Selain unggul dalam bidang akademik, Nurliana juga berprestasi di bidang nonakademik. Ia pernah meraih juara III cabor Karate pada Porprov Jatim dan juara I Kejurnas Inkai. Menurutnya untuk sukses dan berprestasi seseorang tidak boleh menyerah dalam keadaan apapun. “Jangan mau kalah sama keadaan, niat belajar dan berdoa, Insyaallah bisa,” tuturnya. Motivasi terbesar dalam hidupnya adalah sang mama yang telah berusaha dan bekerja keras untuk menyekolahkan anak-anaknya meski single parent. Sepeninggal ayahnya, mamanyalah yang membiayai kehidupan dirinya dan adik-adiknya dengan membuka wirausaha catering. “Sukses itu kalau bisa membuat sang mama dan keluarga senang dan bermanfaat untuk orang lain,” tandasnya. Ke depan, Nurliana memiliki impian untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yakni S2. Untuk sementara, ia memilih mengajar di sekolah terlebih dahulu sembari menabung untuk biaya pendidikan selanjutnya. n

Majalah Unesa

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

15


LAPORAN

KHUSUS

(MEZALINA)

KEGIATAN

Ida Nurmayanti, S.Pd, Wisudawan Terbaik FISH

PRESTASI DENGAN DI TENGAH SEABREK

BANGGA dan bahagia bercampur menjadi satu ketika seorang mahasiswa dikabarkan meraih gelar lulusan terbaik. Begitu pula yang dirasakan Ida Nurmayanti, mahasiswa Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah meraih gelar lulusan terbaik Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH) pada yudisium kedua tahun 2016-2017. Bagi Ida, segala sesuatu harus dilakukan semaksimal mungkin. Begitu juga dengan kegiatan pembelajaran, ia tidak pernah khawatir dengan hasil yang nanti akan didapat sebab proses tidak akan menghianati hasil. Ida mengakui, ketekunannya dalam perkuliahan berawal dari target yang ditetapkan dosen pembimbing akademik yakni Prof. Dr. Sarmini, M.Hum yang menetapkan IPK minimal 3,5 yang harus terpenuhi dalam setiap semester. Untuk mendapatkan itu, tentu perlu kerja keras dan pantang menyerah. Diakui Ida, segalanya tidak mudah namun jika dilakukan dengan ikhlas dan bertujuan ibadah semua dapat diraih. Perempuan yang akrab dipanggil Ida ini mengatakan bahwa hobi membaca menjadi salah satu alasan untuk memenuhi target tersebut. Selama menempuh studi, banyak kegiatan yang dilakukan Ida. Ia tidak hanya sebatas kuliah semata, namun juga melakukan aktivitas lain seperti mengajar les privat, aktif dalam kegiatan kemahasiswaan HMP PPKn dan BEM FISH. Kegiatan organisasi dan akademis dapat dilalui Ida secara beriringan. Kegiatan tersebut dapat berdampak positif bagi dirinya. Terbukti, beberapa prestasi berhasil diperoleh perempuan kelahiran Tuban, 11 Oktober 1995 ini. “Saya berupaya menyeimbangkan kegiatan-kegiatan yang saya ikuti,� ungkapnya. Prestasi yang diperoleh di antaranya menjadi finalis lomba debat tingkat Nasional dalam Gebrakan Aksi Nalar Pemuda Indonesia di Universitas Brawijaya Malang, penerima dana penelitian mahasiswa KPPM, penerima dana program kreatifitas mahasiswa tingkat nasional dan penerima beasiswa PPA mulai dari semester 3 hingga semester 6. Ida berharap, dengan IPK 3,74 yang diraih dapat mengantarkannya menjadi lebih baik. Ia juga berharap

Selama menempuh studi, banyak kegiatan yang dilakukan Ida. Ia tidak hanya sebatas kuliah semata, namun juga melakukan aktivitas lain seperti mengajar les privat, aktif dalam kegiatan kemahasiswaan HMP PPKn dan BEM FISH. Kegiatan organisasi dan akademis dapat dilalui Ida secara beriringan.

26

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

Majalah Unesa


LAPORAN KHUSUS untuk almamater tercinta agar semakin maju, birokrasi yang ada semakin baik dan meluluskan generasi unggulan dan kompeten. n (ILMI)

Risyalatul Fariska, M.Pd, Wisudawan Terbaik FMIPA

USIR RASA MALAS DENGAN MEMBUAT TIMELINE KEGIATAN

“Saya tidak menyangka bisa terpilih sebagai lulusan terbaik FMIPA. Saya bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rezeki tersebut. Tentunya, saya juga mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu yang senantiasa mendoakan saya.” Begitulah ungkapan Risyalatul Fariska setelah berhasil menyelesaikan program sarjana dan dinobatkan sebagai wisudawan terbaik FMIPA. Mahasiswa yang pernah meloloskan proposal PMW dan Penelitian Mahasiswa LPPM pada 2016 itu menjelaskan proses perjalanannya sehingga bisa menjadi yang terbaik di fakultasnya. Ia mengatakan, ketika kuliah ia berkomitmen keras membagi waktu agar dapat menyelesaikan tugas tepat waktu tanpa harus menunda-nunda. Mahasiswi Prodi Pendidikan IPA angkatan 2013 kelahiran Mojokerto, 14 Juli 1995 ini menuturkan ‘rasa malas’ pasti menjadi kendala utama ketika menjadi mahasiswa. Namun, wisudawan yang juga mahasiswa bidik misi ini memberikan tips untuk mengatasi rasa malas. Ia biasanya membuat timeline kegiatan yang harus dikerjakan ketika pulang kuliah, mengajar les dan berorganisasi di HMJ. “Meskipun ada beberapa yang belum tercapai, hal itu akan dievaluasi agar ke depan bisa diminimalisir,”ujarnya. Wisudawan yang juga alumni SMAN 1 Sooko Mojokerto itu menulis skripsi berjudul “Implementasi Blended Learning pada Materi

Pemanasan Global untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa.” Blended Learning merupakan gabungan pembelajaran online dan face to face di kelas. Menurutnya, pembelajaran ini sudah banyak diterapkan di PTN tapi masih jarang diterapkan di tingkat SMP. “Kebetulan, di SMP tempat saya PPL menerapkan Blended Learning tersebut, sehingga saya terpacu melakukan penelitian tentang hal itu,” ujar Fariska. Fariska bersyukur karena proses pengerjaan skripsi dilalu tanpa hambatan berarti. Ia juga beruntung mendapatkan dosen pembibing yang baik seperti Dr. Erman, M.Pd. Meskipun memiliki jadwal padat, Pak Erman tetap memberikan bimbingan terbaik sehingga hasilnya pun tidak sia-sia. Putri pasangan Jumanto dan Sugiati berkeinginan dapat melanjutkan studi S2 melalui beasiswa LPDP. Sayangnya, ketika dia lulus waktu pendaftaran LPDP sudah ditutup untuk PTN dalam negeri. “InsyaAllah akan mencoba tahun depan,” pungkasnya. n (SURYO)

Majalah Unesa

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

27


LAPORAN

KHUSUS

Yopi Ramadhani Robi Putra, S.T, Wisudawan Terbaik FT

BERHASIL KARENA DUKUNGAN ORANG TUA DAN MOTIVASI DOSEN

YOPI Ramadhani Robi Putra mahasiswa Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik putra dari pasangan Suroyo dan Kabirah merasa terharu setelah mendapat kabar dirinya menjadi lulusan terbaik dari FT pada wisuda ke- 89. Mahasiswa yang menulis skripsi berjudul Simulasi Numerik Pengaruh Geometri Tube dan Kecepatan Aliran Fluida terhadap Performa Tube Heat Exchanger dalam Komporitu berhasil meraih IPK 3,62 dengan predikat pujian. Yopi tidak sekadar asal-asalan melakukan penelitian pada skripsinya. Ia melakukan dengan pertimbangan matang dan kerja keras. Yopi mengambil simulasi numerik karena minimnya penelitian dalam bidang tersebut. Dari sisi biaya dan waktu, penelitian yang dilakukan memang hemat dan tidak memakan waktu terlalu lama. Hanya saja, penelitian tersebut membutuhkan ketelitian dan ketekunan lebih untuk bisa mendalaminya. Yopi sedikit membagi cerita mengenai simulasi numerik. Simulasi numerik yang dilakukan diawali dengan membuat model tube heat exchanger. Kemudian, ia menetapkan kondisi batas dan parameter fisis yang akan dilakukan dalam proses simulasi meliputi model viscous yang digunakan, kecepatan fluida, temperatur fluida, dan temperatur tube. Validasi dilakukan dengan melihat error yang dihasilkan dari proses simulasi dan dibandingkan dengan hasil eksperimen sebelumnya. Setelah itu, simulasi dilanjutkan dengan mengubah variabel penelitian yaitu geometri tube (diameter) dan parameter operasinya yaitu kecepatan fluida. Hasil akhir dari penelitian ini diperoleh variabel yang menghasilkan performa tube heat exchanger yang paling optimal. Keberhasilan penelitian Yopi ini berkat dukungan dari berbagai pihak. Ia berterima kasih kepada kedua orang tuanya yang tak kenal lelah memberikan doa dan motivasi, Dosen pembimbingnya, Dr. I Made Arsana, S.Pd. M.T., yang senantiasa membantu dan tak henti hentinya memberikan motivasi dan dorongan sehingga penelitian ini bisa terselesaikan dengan baik. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada partner setianya yakni Anissa Rembulan yang senantiasa mendampingi dalam suka dan duka, serta rekan seperjuangan Teknik Mesin 2013 yang ia banggakan. Yopi yang kini sudah menjadi staf pengajar SMK di daerah Gresik berharap studinya tidak hanya cukup di sini. Ia ingin melanjutkan studi untuk mengembangkan penelitian yang telah dilakukan. Ia berharap ilmu yang telah didapatkan mampu memberikan kontribusi bagi bangsa dan bermanfaat bagi banyak orang. n (WAHYU)

28

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

Majalah Unesa


SEPUTAR UNESA

KERJA SAMA: Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, MS. (kanan) bersama Bupati Trenggalek, Dr. Emil Elestianto, M.Sc. sepakati kerja sama dalam bidang Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Kepada Masyarakat.

UNESA JALIN KERJA SAMA DENGAN KABUPATEN TRENGGALEK

U

niversitas Negeri Surabaya (Unesa) melakukan penandatanganan kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Trenggalek dalam bidang Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Kepada Masyarakat pada Sabtu 15 Juli 2017. Penandatanganan MoU dilaksanakan di Gedung Rektorat Lantai 1 Unesa, Kampus Lidah Wetan Surabaya. Penandatangan MoU dilakukan Rektor Unesa Prof. Dr. Warsono, M.S. dan Bupati Trenggalek, Dr. Emil Elestianto, M.Sc. Hadir pula pejabat struktural Unesa, di antaranya Wakil Rektor I Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si, Wakil Rektor II Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd, M.T, Wakil Rektor III Dr. Ketut Prasetyo, M.S, dan Wakil Rektor IV Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt.

Bupati Trenggalek, Emil Dardak mengatakan, Unesa semakin hari kian diperhitungkan dalam dunia pendidikan. Sebagai universitas yang cikal bakalnya fokus pada kependidikan, Unesa memiliki kekhususan dan atensi yang tinggi pada upaya membangun kompetensi para guru. Emil juga menuturkan bahwa salah satu aspek yang paling penting bagi Indonesia, khususnya Kabupaten Trenggalek adalah mendidik SDM di bidang pendidikan. Menurut Emil, tantangan bagi guru tidak lagi masalah kesejahteraan dan kuantitas, melainkan masalah kualitas dan kreativitas di era media sosial dan teknologi informasi yang luar biasa ini. “Dalam mendidik generasi penerus bangsa, standarisasi kompetensi guru menjadi fokus

Majalah Unesa

utama,” jelas Bupati muda tersebut. Sebenarnya secara tidak langsung, kerja sama antara Unesa dengan Pemerintah Kabupaten Trenggalek berupa pengembangan sumber daya manusia khususnya guru sudah berlangsung sejak lama. Prof. Dr. Warsono, M.S. menjelaskan bahwa Mantan Rektor Unesa ke-7 merupakan putra Trenggalek. Beliau adalah Prof. Toho Cholik Mutohir, Ph.D. “Semoga kerja sama kita dalam pengembangan SDM, khususnya guru bisa dibangun secara bersamasama. Karena tantangan guru sangat luar biasa. Seorang guru tidak cukup hanya menguasai ilmu dan teknologi pembelajaran saja, melainkan harus kreatif dan inovatif. Proses kreatif dan inovatif ini membutuhkan stimulusstimulus tertentu,” tutur Rektor. n (KHUSNUL/WAHYU/EMIR/TONI)

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

29


KOLOM REKTOR Menjaga komitmen untuk tetap berkarakter memang tidak mudah. Banyak godaan, seperti lingkungan, teman atau teladan tidak baik yang dilakukan oleh orang-orang yang mestinya menjadi teladan. Ketika kita tidak memiliki komitmen yang kuat, maka akan mudah mengikuti hal-hal buruk yang dilakukan orang-orang di sekitar. Oleh Prof. Dr. Warsono, M.S.

H

ampir semua orang tua menginginkan anaknya menjadi orang sukses, hidup mapan dengan jabatan tinggi dan terhormat di masyarakat. Mereka sadar dan tahu bahwa pendidikanlah yang dapat mengubah hidup seseorang. Pendidikan yang tinggi akan memberi bekal untuk hidup lebih baik, karena mereka memiliki ilmu dan ket­ erampilan. Bahkan, ada pameo mengatakan lebih baik mewariskan ilmu daripada harta, karena harta bisa habis, sedangkan ilmu tidak akan habis. Dengan ilmu, seseorang dapat melakukan peker­ jaan yang orang lain tidak dapat mengerjakan, sehingga orang yang berilmu akan memperoleh pendapat­ an dan kedudukan yang lebih baik daripada yang tidak berilmu. Oleh karena itu, para orang tua dengan susah payah menyekolahkan putraputrinya sampai jenjang pendidikan tertinggi yang mampu dijangkau. Meskipun demikian, hampir semua orang tua juga tidak ingin anaknya menjadi penjahat, atau koruptor yang merugikan negara dan menyengsarakan rakyat. Jika disuruh memilih antara jabatan yang tinggi, kekayaan yang melimpah tapi semua merupakan hasil korupsi atau kejahatam, para orang tua akan memilih putra-putrinya menjadi

orang yang baik, meskipun tidak kaya. Bahkan hampir setiap anak juga tidak akan bahagia, bila orang tuanya menjadi penjahat atau koruptor. Di sinilah persoalan yang sangat mendasar dalam pendidikan,

PENDIDIKAN

KARAKTER

20

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

yang harus menghasilkan orangorang yang beriman, pandai, cerdas, dan bermoral (berkarakter). Karakter sendiri memiliki beberapa penjabaran, seperti jujur, disiplin, tanggung jawab, dan lainnya. Karakter bersifat personal, atau pribadi, tetapi juga bersifat kultural (kebiasaan). Anak yang terbiasa jujur tidak mudah melakukan kebohongan. Dia merasa takut untuk berbuat bohong, tetapi bagi anak yang sudah terbiasa bohong (tidak jujur) juga tidak merasa ada beban moral (merasa dosa) ketika berbohong. Begitu juga anak yang terbiasa disiplin, akan berusaha tepat waktu dalam setiap kegiatan, merasa tidak enak kalau tidak tepat waktu. Namun bagi anak yang sudah terbiasa tidak disiplin, dia akan susah diajak disiplin (tepat waktu).

Majalah Unesa

Kebiasaan menyontek juga akan menjadi karakter jika terus menerus dilakukan. Anak yang sejak awal sekolah sudah dibiasakan menyontek, sampai di perguruan tinggi, bahkan sampai ke program S2 atau doktorpun masih berusaha menyontek. Anak yang biasa menyontek disebabkan kurang memiliki kepercayaan diri dan tanggung jawab, serta tidak jujur. Mereka yang tidak jujur sebenarnya mengetahui bahwa tidak jujur itu tidak baik. Bahkan mereka juga yakin bahwa berbohong (tidak jujur) itu dosa, tetapi mengapa mereka tetap melakukan, apakah mereka tidak takut dosa? Hal itu disebabkan mereka sudah terbiasa melakukan, sehingga tindakan tersebut menjadi kebiasaan. Tindakan yang dilakukan karena kebiasaan, biasanya lepas dari pemikiran, dalam arti tindakan tersebut dilakukan secara spontan tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Kebiasaan Tidak Jujur Kebiasaan tidak jujur sekarang juga banyak melanda di kalangan remaja maupun mahasiswa. Pada awalnya, ketidakjujuran tersebut dilakukan sebagai “strategi� untuk memperoleh sesuatu atau mencapai tujuan tertentu. Misal mereka menyampaikan informasi yang sebenarnya tidak ada atau tidak benar, bahkan dengan sadar untuk


KOLOM REKTOR memanipulasi data. Ketika “strategi” ketidakjujuran tersebut berhasil, kemudian secara sadar disampaikan kepada teman-temannya, sehingga teman-temannya yang lain meniru. Fenomena ketidakjujuran sebagai “strategi” ini sekarang banyak dilakukan oleh para mahasiswa. Mereka melakukan “strategi kebohongan” dalam pengisian data atau penyampaian informasi dengan maksud atau tujuan tertentu. Dengan kata lain, mereka menggunakan strategi “marchevilian” untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Misal dalam kasus UKT, banyak ditemui mahasiswa melakukan strategi kebohongan dalam pengisian data atau penyampaian informasi. Kondisi seperti ini tentu sangat memprihatinkan, apalagi kalau kebohongan itu dimasudkan untuk kepentingannya sendiri. Kebiasaan seperti itu jika terus dilakukan akan menjadi karakter. Memang ada juga kasus, mereka yang mengisi data secara jujur, kemudian UKT-nya dianggap tidak sesuai dengan kemampuannya. Dalam kondisi seperti itu, sebenarnya mereka dapat menempuh jalur yang sudah diberikan, yaitu dengan mengajukan penurunan UKT, tentu dengan cara orang tuanya datang membawa bukti-bukti dan dapat berdialog dengan pimpinan. Jika dari hasil pertemuan tersebut kemudian dinilai tidak mampu, UKT bisa diturunkan, karena keputusan UKT pada awalnya dihasilkan dari analisis sistem berdasarkan data yang dimaksudkan. Kita menyadari, meskipun sistem itu sudah divalidasi dan diuji reabilitasnya, secara ilmiah masih ada error-nya (kesalahan). Oleh karena itu, masih diberi kesempatan untuk mengajukan penurunan. Bangun Karakter Lewat Pendidikan Karakter merupakan komitmen seseorang untuk melakukan apa yang diketahui dan diyakini. Komitmen itulah yang menjadi inti dari karakter. Jika seseorang tidak memiliki komitmen untuk melakukan apa yang benar, apa yang baik, dan

adil tentu bisa dikatakan orang tersebut tidak memiliki karakter, atau berkarakter buruk. Oleh karena itu, karakter sebenarnya dapat diubah sejalan dengan perubahan komitmen, pengetahuan dan keyakinan. Seorang penjahat sekalipun pada saatnya dapat berubah menjadi baik. Banyak contoh hal ini dalam kehidupan, diantaranya adalah Sunan Kali Jaga. Begitu juga orang yang pada mulanya baik bisa berubah menjadi buruk dan jahat. Menjaga komitmen untuk tetap berkarakter memang tidak mudah. Banyak godaan, seperti lingkungan, teman atau teladan tidak baik yang dilakukan oleh orang-orang yang mestinya menjadi teladan. Ketika kita tidak memiliki komitmen yang kuat, maka akan mudah mengikuti hal-hal buruk yang dilakukan orangorang di sekitar. Komitmen ini memang didasari oleh pengetahuan dan keyakinan. Pengetahuan yang komprehensif dan keyakinan yang kuat akan akibat dari suatu tindakan akan menjadi landasan karakter. Oleh karena itu, pembangunan karakter bisa dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan adalah upaya untuk membantu mengembangkan potensi setiap anak agar bisa menjadi modal bagi kehidupan masa depannya. Salah satu kekuatan dan potensi manusia adalah akal (kemampuan berpikir). Kemampuan berpikir ini yang harus terus dibantu pengembangannya melalui pendidikan, khususnya di perguruan tinggi. Kemampuan berpikir secara logis, komprehensif, reflektif dan abstraktif akan menghasilkan pengetahuan yang hakiki. Pengetahuan yang hakiki ini yang akan melandasi keyakinan yang kokoh. Pengetahuan dan keyakinan itulah yang akan mendasari sikap dan perbuatan. Komitmen untuk melakukan apa yang diketahui sebagai kebenaran, kebaikan, keadilan, dan keyakinan bahwa pelanggaran terhadap kebenaran, kebaikan, dan keadilan merupakan dosa itulah karakter seseorang. Persoalannya adalah, seringkali pendidikan tidak sampai kepada

upaya pengembangan berpikir secara kritis, logis, komprehensif, abstraktif, dan reflektif. Pendidikan hanya sekadar transfer pengetahuan, tidak mengajarkan bagaimana cara berpikir. Akibatnya, pendidikan tidak menghasilkan orang-orang bijak (berkarater) tetapi hanya menghasilkan orang-orang pandai saja. Di sisi lain, pandidikan di keluarga maupun pada level TK dan SD juga tidak membangun kebiasaan berkarakter, dan tidak memberi teladan (contoh) yang berkarakter. Ini tentu merupakan masalah besar bagi seluruh eleman bangsa, keluarga, masyarakat dan sekolah, termasuk perguruan tinggi, seperti Unesa. Tugas dari pendidikan tinggi adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara ilmiah. Kemampuan berpikir secara ilmiah inilah yang memungkinkan orang dapat menjadi berkarakter (bijak). Hal itu telah ditegaskan dalam pernyataan filosofis, seperti: Ilmu Padi, semakin berisi semakin merunduk; buah dari ilmu adalah wisdom. Jika dalam praktiknya masih banyak generasi muda, bahkan elit-elit yang tidak berkarakter, maka yang perlu direnungkan adalah proses pendidikan kita, baik di keluarga, maupun di sekolah, termasuk di perguruan tinggi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Dick Hartoko, bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia, dalam arti upaya untuk mengembangkan potensi akal dan menjaga fitrah sebagai makhluk yang suci (jujur). Jika John Locke mengatakan bahwa anak yang baru lahir itu bagaikan kertas putih, maka tugas pendidikan adalah mengisi kertas putih tersebut dengan pengetahuan yang luas dan mendalam dengan cara mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis, logis, komprehensif, abstrakstif, dan reflektif, dan menjaga agar kertas tersebut tetap putih, dalam arti menjaga kejujurannya. Metode yang dipakai untuk pendidikan karakter adalah keteladanan dan pembiasaan, pada saat masih kanak-kanak. n

Majalah Unesa

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

21


ULAS

BUKU

MARABAHAYA GENERASI STROBERI Oleh M. ZAID SU’DI*)

Baru-baru ini publik sempat dibuat kaget oleh berita tentang mahasiswa yang frustasi. Pengajuan skripsinya berkali-kali ditolak oleh dosennya. Ia bukanlah mahasiswa dengan prestasi rendah. Sejak sekolah dasar nilainya selalu bagus. Penolakan sang dosen mengguncang kepercayaan dirinya dan akhirnya ia ­memutuskan bunuh diri.

P

ara pemerhati pendidikan menganggap peristiwa tersebut adalah fenomena gunung es. Kegagapan sang mahasiswa mengelola frustasi hanya bagian kecil dari masalah. Problem sesungguhnya jauh lebih besar. Ada persoalan pola asuh, lingkungan, serta sistem pendidikan. Jalinan faktor-faktor inilah yang turut membentuk sebuah subset generasi yang biasa disebut dengan generasi stoberi. Apa itu generasi stroberi? Buku Strawberry Generation yang ditulis oleh Rhenald Kasali ini memberikan potret tentang mereka. Istilah generasi stroberi diberikan kepada kelompok masyarakat yang lahir pada masa belakangan, dari kelompk kelas menengah baru yang mencapai kemapanan ekonomi. Mereka menikmati fasilitas yang melimpah, akses informasi yang

32

luas, tingkat pendidikan tinggi, dan orangtua yang sangat peduli sehingga merasa harus selalu ikut campur dan terlibat dalam kehidupan anak-anaknya. Para orang tua tak rela buah hati mereka berpayah-payah dan “menderita�. Mereka terlibat dalam upaya mengerjakan PR, sibuk membuat prakarya sekolah, atau ambil bagian dalam segala hal untuk membuat anak-anak mereka terlepas dari penderitaan. Ketika anak-anak mereka kuliah, para orangtua juga ikut sibuk memilihkan kampus dan urusan, model pesta pernikahan, bahkan kemudian ikut mencarikan kerja setelah mereka lulus kuliah. Anak-anak tersebut memang tumbuh dengan riang. Tubuh mereka sehat, segar, dan menawan. Prestasi akademiknya juga moncer, tapi layaknya buah stroberi anak-anak itu ringkih. Mental mereka rapuh dan

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

Majalah Unesa

nyalinya ciut. Dan karena tak terbiasa dengan tantangan sehingga gesekan kecil membuat mereka lecet, dan sedikit saja guncangan sudah cukup membuat anak-anak itu remuk dan hancur. Pemimpin Rumah Perubahan ini mensinyalir bahwa proses pemanjaan itu tidak lepas dari mindset yang berkembang. Ada kecenderungan di masyarakat kita yang menganggap bahwa ijazah, nilai tinggi, rangking, gelar, adalah faktor signifikan yang akan berpengaruh dalam kehidupan anakanak kelak. Karenanya, pendidikan kita diarahkan ke sana. Anak-anak dibiasakan untuk menghafal materi agar ketika ujian memperoleh nilai tinggi. Memang kemudian banyak orang pintar, bernilai tinggi, sayangnya banyak yang statis. Mereka mudah menyerah dalam menghadapi tantangan baru dan selalu ingin berada di zona nyaman yang sudah mereka hapal dan kuasai. Mereka sulit beradaptasi dengan perkembangan baru, enggan belajar dan sensitif terhadap kritik. Model pemikiran yang fixed mindset inilah yang membuat orang tidak siap dengan perubahan dan mudah patah. Buku ini mencoba membongkar belenggu-belenggu yang ditanam baik oleh para orang tua, pendidikan,


ULAS BUKU atau tradisi yang dalam banyak hal telah membuat anak-anak memiliki perilaku yang selfish, egosentris, merasa paling benar, sulit bergaul, mudah panik atau mudah tersinggung. Melalui ilustrasi berbagai Negara yang memiliki reputasi dalam dunia pendidikan seperti Finlandia, Selandia Baru, Amerika, Inggris, Turki, India, Belanda penulis buku ini berupaya membukakan banyak pintu bagi pembaca untuk melihat ke dunia luar, membandingkan, dan mengambil pelajaran. Ada banyak kritik yang dilayangkan oleh guru besar FEUI ini terhadap sistem pendidikan kita. Selain tentang beban mata pelajaran yang terlalu banyak, kurikulum, juga metode pengajaran kita yang lebih banyak menekankan hapalan daripada pemahaman atas logika di balik teori-teori yang disajikan. Caracara pabrikasi ini tidak saja rentan memicu kesurupan menjelang ujian tapi juga melahirkan para ‘sarjana kertas’ yang hanya fasih memindahkan jawaban dari buku ke kertas ujian tapi gagap membuat keputusan strategis di lapangan. Maka diperlukan reformasi sistem pendidikan yang menyeluruh. Di antara usulan yang ditawarkan oleh praktisi manajemen lulusan University of Illionis at Urbana dan Champaign-USA ini selain perampingan mata pelajaran yang memungkinkan guru memiliki banyak waktu untuk membangun pemahaman yang mendalam (deep understanding) dalam diri anakanak juga pengembangan life skills. Generasi stroberi bukannya tidak memiliki sisi positif. Keakraban mereka dengan gajet dan dunia teknologi membuat mereka kreatif, punya banyak gagasan, kritis, percaya diri yang tinggi. Kelebihan-kelebihan tersebut jika disokong oleh life skills yang kuat akan membuat anak-anak tumbuh dengan baik. Keterampilan hidup yang

JUDUL BUKU: Strawberry Generation, AnakAnak Kita Berhak Keluar dari Perangkap yang Bisa Membuah Mereka Rapuh PENULIS: Rhenald Kasali CETATAKAN I: Juni, 2017 TEBAL: xi + 279 halaman PENERBIT: Mizan, Bandung

dimaksud adalah kemampuan mengelola emosi, cognitive flexibility (keluwesan dalam berpikir yang memungkinkan seseorang merajut pengalaman-pengalaman baru berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki), fokus dan self control, kemampuan mengambil keputusan dengan jernih, menimbang risiko, berpikir logis, kreatif dan kritis, berkomunikasi artikulatif, berempati pada kesulitan orang lain, serta kemampuan untuk melihat dari perspektif yang berbeda. Namun tanggung jawab ini bukan melulu ada di pundak sekolah yang notabene hanya salah satu dari pilar pendidikan selain orang tua dan masyarakat. Keterlibatan para orang tua dan masyarakat untuk menyediakan waktu dan ruang belajar bagi anak-anak mutlak diperlukan. Kehadiran buku ini memberikan insight kepada para orangtua, para pendidik, dan juga pemegang kebijakan untuk memperbaiki kualitas pendidikan kita. Ke depan, anak-anak akan menghadapi tantangan yang jauh lebih besar sementara kita para orang tua sudah tidak lagi berdiri di sampingnya. Tanpa bekal pendidikan yang baik, barangkali kita hanya akan menanam stroberi-stroberi di negeri ini. n

Majalah Unesa

Penulis adalah Alumnus Pondok Pesantren Qomaruddin, Bungah Gresik. Pengelola taman bacaan, tinggal di Yogyakarta

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

33


CATATAN LINTAS

PANGGUNG SANDIWARA

B

eberapa waktu lalu saya men­ dengarkan keluh kesah teman guru PPKn. Beliau datang silaturahim dengan beberapa teman lain ke rumah. Seperti lazimnya teman lama, kami ngobrol “ngalorngidul” sambil melepas rindu. Pada suatu bagian, beliau mengeluhkan repotnya menjadi guru PPKn. Wa­ lau pun, dengan adanya program pendidik­an karakter, semua guru wajib menjadi pendidik karakter dan seka­ ligus menjadi model berperilaku yang baik, namun tetap saja guru PPKn selalu menjadi tumpuan kalau ada masalah yang terkait dengan karakter. Lantas apa yang dikeluhkan? Teman tadi bercerita, hari-hari ini siswa SMA yang diajar sering mengajukan pertanyaan yang beliau sulit menjawab dan serba salah. Mau menjawab sejujurnya, khawatir dampak yang terjadi. Mau berbohong, lha guru PPKn kok bohong. Pertanyaan itu terkait dengan umeg di tingkat pusat, yang Pak Guru PPKn itu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Beliau menjelaskan, dalam konteks umeg perpolitikan, ada yang disebut fenomena di muka panggung dan ada yang disebut fenomena di belakang panggung. Yang kita lihat di TV, kita baca di koran maupun di media sosial lainnya itu kebanyakan fenomena di muka panggung dan seringkali itu penuh kepura-puraan. Sementara kejadian apa di balik panggung itulah yang sebenarnya dan kita tidak pernah tahu, seperti apa itu. Teman itu memberi banyak contoh yang membuat saya geleng-geleng kepala. Konon kejadian yang kita lhat di TV dan baca di koran, seperti perdebatan sengit atau bahkan saling bentak atau tinju, hanyalah fenomena

34

OLEH MUCHLAS SAMANI

Benarnya kami ini bagian dari “panggung sandiwara” yang dilukiskan oleh Ahmad Albar? Saya ini sebagai penonton yang tidak terlibat sama sekali dengan lakon yang sedang berjalan atau secara tidak sadar menjadi figuran yang diskenario orang? Atau bahkan sebagai pemain? di muka panggung. Belum tentu di balik panggung seperti itu. Mungkin juga kejadian itu sengaja dirancang dilakukan anak buah, sesuai skenario tertentu. Sementara yang membuat skenario itu justru duduk minum kopi bareng. Mendengar cerita panjang lebar itu, saya lantas ingat lagunya Ahmad Albar. Panggung Sandiwara: Dunia ini panggung sandiwara Cerita yang mudah berubah Kisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani Setiap kita dapat satu peranan Yang harus kita mainkan Ada peran wajar ada peran berpura-pura Mengapa kita bersandiwara Mengapa kita bersandiwara Peran yang kocak bikin kita terbahak-bahak Peran bercinta bikin orang mabuk kepayang Dunia ini penuh peranan Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan Mengapa kita bersandiwara Mengapa kita bersandiwara Dunia ini penuh peranan Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan Mengapa kita bersandiwara...?

| Nomor: 107 Tahun XVIII - Juli 2017 |

Majalah Unesa

Karena tidak paham, saya bertanya “Lantas kita itu berperan sebagai apa?”. Teman tadi menjawab sekenanya: “Sampeyan sih sebagai penonton, sampeyan sebagai figuran, sampeyan sebagai asisten sutradara, sampeyan yang sutradara, dan sampeyan itu yang memesan lakon”. Jawaban sulit dimengerti itu, diucapkan sambil tertawan ngikik terus ngeloyor ke kamar kecil. Setelah gerombolan teman-teman tadi pulang saya merenung. Yang datang silaturahim memang temanteman lama, yang profesinya macammacam. Ada guru-ada yang masih aktif ada yang pesiunan, dosen, pensiunan TNI, pensiunan BUMN, pengusaha dan politisi. Benarnya kami ini bagian dari “panggung sandiwara” yang dilukiskan oleh Ahmad Albar? Saya ini sebagai penonton yang tidak terlibat sama sekali dengan lakon yang sedang berjalan atau secara tidak sadar menjadi figuran yang diskenario orang? Atau bahkan sebagai pemain? Mungkinkah “panggung” yang di­ maksud Ahmad Albar itu jumlahnya banyak. Ada panggung besar dan ada pula panggung kecil, ada panggung nasional dan ada panggung lokal, yang masing-masing punya sutradara, pemain dan penonton sendirisendiri. Entahlah, saya merasa tidak punya kapasitas untuk mengurai itu. Mudah-mudahan teman guru PPKn main kerumah lagi, sehingga dapat menjelaskan. n *http://muchlassamani.blogspot.co.id




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.