Majalah Unesa 108

Page 1



WARNA REDAKSI

P

endidikan, khusus­ nya perguruan tinggi merupakan pendidikan akademik (academic education) yang lebih menekankan pada pengembangan kemampuan berpikir (intelektual). Berbeda dengan pendidikan vokasi (politeknik), yang lebih menekan­ kan pada pengembangan skiils (keterampilan). Demikian ditandas­ kan Rektor Unesa, Prof. Dr. Warson0 MS. dalam tulisan di halaman lain majalah ini. Salah satu indikator pendidikan akademik adalah penguasaan konsep dan teori, serta kemampuan menggunakan teori untuk menganalisis dan menjelaskan suatu fenomena (keadaan) serta meramalkan (memprediksi) apa yang akan terjadi. Oleh karena itu, penguasaan konsep, dan teori, serta kemampuan menjelaskan fenomena yang terjadi merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi. Kemampuan berpikir kritis, analistis, kreatif, dan evaluatif (higher order thinking) ini yang menjadi keunggulan dari lulusan perguruan tinggi. Pendidikan di

perguruan tinggi, bukan sematamata untuk transfer pengetahuan (transfer knowledge), tetapi lebih pada pengembangan kemampuan berpikir. Hal ini disebabkan, pengetahuan dapat saja berubah, yang semula benar pada saatnya menjadi salah, tetapi cara berkipir akan tetap tidak berubah. Paling tidak, jika berpikir itu diartikan sebagai upaya untuk menjawab pertanyaan, sejak zaman Yunani Kuno sampai sekarang jumlah

dan untuk kepentingan sesaat (kepentingan diri sendiri), tanpa menganalisis dampaknya. Cara berpikir yang tidak kritis dan sikap mudah percaya merupakan titik lemah untuk masuknya gerakan radikalisme. Dalam konsisi yang seperti ini mereka sangat mudah dihegemoni oleh wacana yang sengaja dibuat untuk kepentingan dan tujaun tertentu, termasuk radikalisme. Kelemahan dalam berpikir kritis, sedikitnya pengetahuan tentang kondisi lingkungan, dan mungkin ditambah dengan kelemahan secara ekonomi menjadi titik rawan bagi masuknya paham radikalisme, dan paham anti Pancasila. Para mahasiswa baru Unesa, khususnya yang berasal dari daerah-daerah, harus berhatihati, utamanya terhadap para penyebar radikalisme dan antiPancasila. Para mahasiswa baru harus bersikap kritis terhadap berbagai tawaran bantuan dari berbagai pihak,karena di balik tawaran tersebut sering kali ada agenda untuk menghegemoni (meyakinkan), untuk masuk dalam suatu paham dan gerakan radikal atau anti-Pancasila. n ARM

MAHASISWA & KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS kata tanya tetap hanya 6 yaitu 5 W (what, who, where, when, why) dan 1 H (how). Cara bertanya menggambarkan kemampuan berpikir seseorang. Meskipun semua orang bisa bertanya, tetapi tidak semua orang bisa bertanya dengan jelas, runtut dan mendalam. Ada gejala di kalangan mahasiswa, bahkan para elite bahwa mereka terjebak ke dalam cara berpikir yang pragmatis, yaitu cara berpikir yang hanya berorientasi sesaat (saat ini),

Majalah Unesa

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

3


DAFTAR RUBRIK

31 FOTO: AROHMAN

Edisi Ini

05

SELAMAT DATANG GARDA UNESA 2017/2018

Sebanyak 6000 mahasiswa resmi menjadi bagian dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Ribuan mahasiswa yang terdiri atas 7 fakultas itu mulai menjalankan serangkaian kegiatan kemahasiswaan baru. Salah satunya kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) yang dilaksanakan di pusat dan fakultas masing-masing.

11

MENDAGRI TUTUP PKKMB UNESA

EDISI AGUSTUS 2 01 7

15

FBS UNESA TUAN RUMAH KONGRES ILMIBSI IX

18 - 19

LENSA UNESA Berita Foto Kegiatan Pejabat dan Kemahasiswaan Unesa.

20

18

26

31

Kosmetik Nano Gold Temuan Dosen Unesa Diproduksi PT Gizi Indonesia

Tulisan Laporan Perjalanan Prof. ­Luthfiyah Nurlaela Menjemput Kembali Peserta SM-3T Unesa Angkatan VI di Nunukan Kalimantan Utara

27

34

KABAR PRESTASI

SEPUTAR UNESA

KABAR SM-3T

CATATAN LINTAS

KOLOM REKTOR

Tantangan Mahasiswa Baru oleh Prof. Dr. Warsono, MS.

22

SOSOK­

Lebih Akrab dengan Prof. Dr. Leny Yuanita, M.Kes. Ketua SPI Unesa.

11

Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor), Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (PR I), Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (PR II), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (PR III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB: Dra. Ec. Ratih Pudjiastuti, M.Si (Kepala BAAK) PEMIMPIN REDAKSI: Dra. Titin Sumarti, M.Pd (Kabag. Kerja Sama dan Humas) REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto REPORTER: Lina Mezalina, Murbi Astuti, Suryo Waskito, Emir Musa, Khusnul, Syaiful Hidayat, Asnaul Ilmiyah, M. Hasan Zaki, Mira Carera, Merry, Fikriyatul Umah, Nely Eka, Novita, Belya Dwi, Geofany FOTOGRAFER: Sudiarto Dwi Basuki, M. Wahyu Utomo, DESAIN/LAYOUT: Abdur Rohman, Basir Aidi ADMINISTRASI: Rr. Dwi Astuti, S.H., MM. (Kasubbag. Humas), Supi’ah, S.E. DISTRIBUSI: Lusia Patria, S.Sos, Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung Rektorat Kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya

4

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

SELAMAT DATANG GARDA UNESA 2017/2018

Sebanyak 6000 mahasiswa resmi menjadi bagian dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Ribuan mahasiswa yang terdiri atas 7 fakultas itu mulai menjalankan serangkaian kegiatan kemahasiswaan baru. Salah satunya kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) yang dilaksanakan di pusat dan fakultas masing-masing. Majalah Unesa

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

5


LAPORAN

UTAMA

R

ektor Unesa, Prof. Dr. Warsono menyampaikan selamat kepada para mahasiswa baru angkatan 2017/2018 yang telah berhasil diterima di Unesa baik melalui SNMPTN, SBMPTN maupun jalur Mandiri. Mahasiswa baru Unesa yang mendapat sebutan Garda Unesa itu telah menyisihkan ribuan calon mahasiswa lain yang berlomba-lomba masuk ke Unesa. “Sekali lagi selamat, anda adalah mahasiswa hebat,” ujar rektor. Dalam sambutannya kepada Maba, Rektor mengingatkan bahwa menjadi mahasiswa bukan merupakan tujuan akhir, tetapi baru tahap awal untuk berproses di kampus untuk meraih kesuksesan. Tentu saja, dalam berproses, tantangannya lebih besar dan penuh liku. Bahkan, belum tentu setelah lulus pun akan mendapatkan kesuksesan dengan mudah. “Semua penuh perjuangan. Jadi, berproseslah di kampus dengan baik agar tangga kesuksesan bisa diraih,” ungkapnya. Menurut rektor, menjadi mahasiswa haruslah memiliki kemampuan berpikir kritis, analitis, kreatif dan evaluatif yang merupakan ciri khas dan keunggulan perguruan tinggi.

PIDATO: Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S menyampaikan sambutan dalam upacara pembukaan kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) di halaman rektorat kampus Unesa Lidah Wetan, Surabaya. foto: AROHMAN

Sebab, pada dasarnya belajar di perguruan tinggi bukan hanya sekadar transfer ilmu tetapi lebih pada pengembangan kemampuan berpikir. “Mahasiswa baru perlu mengasah kemampuan bertanya yang merupakan salah satu cara untuk belajar berpikir keilmuan (scientific). Kuliah di perguruan tinggi bukan hanya sekedar mencari ilmu, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana belajar mengembangkan

berpikir secara keilmuan. Ilmu dan pengetahuan bisa dihasilkan atau dikonstruk melalui kegiatan berpikir (bertanya),” papar Warsono. Wakil Rektor I Bidang Akademik Unesa, Dr. Yuni Sri Rahayu, M. Si mengatakan bahwa hal pertama yang harus dilakukan mahasiswa baru adalah paham lingkungan kampus. Pemahaman itu terkait dengan aturan-aturan akademik maupun nonakademik di kampus.

WAKIL REKTOR: Dari kiri Wakil Rektor I Dr. Yuni Sri Rahayu, M. Si, Wakil Rektor II Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd.,M.T, Wakil Rektor III Dr.Ketut Prasetyo. M.S, dan Wakil Rektor IV Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt. foto: AROHMAN

6

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA “PKKMB yang dilaksanakan mahasiswa merupakan salah satu jembatan untuk mengetahui bagaimana kehidupan dikampus Unesa. Mungkin, mereka dulu masih SMA ada hal yang berbeda dengan sekarang ini,” ujar Yuni. Yuni menambahkan, aktivis BEM dapat bertugas membina mahasiswa baru agar paham bagaimana cara berkehidupan kampus. Selain itu, peran dosen penasehat akademik (DPA) juga penting agar mahasiswa baru semakin memahami kehidupan kampus. “Saya kira dengan mengikuti PKKMB secara rutin selama satu semester, mahasiswa baru bisa beradaptasi di kampus. Bagaimana perkuliahannya, peraturan akademiknya seperti apa, ketika dia ada masalah bisa terus kemana dan sebagainya,” terang Yuni lagi. Yuni menandaskan, mahasiswa baru yang pertama harus mengenal dulu tentang aturan akademik yang ada di kampus. Dengan mengenal aturan itu, ia sudah mulai mengetahui dan mulai mencintai rumah barunya. “Selanjutnya, ia bisa sosialisasi dengan

D

lingkungan barunya. Supaya terasama aman dan bisa berprestasi dengan baik,”ungkap Yuni. Sementara itu, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unesa, Dr. Ketut Prasetyo. M.S mengatakan mahasiswa baru yang diterima di Unesa berasal dari berbagai daerah dari Sambang sampai Merauke. Ada yang dari Papua, Aceh, dan daerah-daerah lain “Ini menunjukkan bahwa keberagamaan ada di Unesa sebagai miniature NKRI,” terangnya. Mengenai pembinaan kemahasiswaan, Ketut membaginya menjadi 4 tahap. Tahap pertama memberi kesempatan kepada mahasiswa baru memilih unit-unit kegiatan mahasiswa yang ada di Unesa sesuai bakat dan minatnya. Tahap kedua, pemantapan pemilihan dengan menyocokkan UKM yang dipilih tersebut. Tahap ketiga, setelah mantap dan cocok dengan pilihan bakat minatnya, diharapkan mereka bisa mencapai prestasi tertinggi. “Sedangkan tahap keempat, mahasiswa baru kita siapkan sebelum terjun di dunia kerja

dengan membekali ketrampilan berwirausaha,” ujar Guru Besar FISH itu. Ketut menambahkan, sejauh ini prestasi akademik mahasiswa masih banyak di FMIPA dan FT. Ke depan, ia berharap 5 fakultas lain bisa mengejar prestasi akademik di Pimnas. Selain itu, prestasi akademik di keolahragaan juga mempunyai kompetensi dan ekonomi. “Semua fakultas memiliki peluang berprestasu di PIMNAS. Kita akan dorong terus untuk berprestasi,” tambahnya. Terkait kegiatan penalaran, Unesa juga berupaya bangkit. Salah satunya, dengan melakukan kegiatan Pelatihan Karya Tulis Ilmiah Untuk Mahasiswa Bidikmisi dan Afirmasi di STALL Bumimoro. “Tujuan kami dengan pelatihan itu bisa mengirimkam proposal PKM-nya. Untuk berprestasi memang harus dilatih dan dibimbing oleh dosen karena mahasiswa tidak bisa lepas dari dosen. Karenanya, kami juga mendorong dosen untuk bisa mampu menggerakkan mahasiswa yang memiliki prestasi,” pungkasnya. n (SIR/ DAYAT)

PERKUAT AKADEMIK DAN NON-AKADEMIK

ekan Fakultas Ekonomi (FE) Drs. Eko Wahjudi, M.Si, menyampaikan bahwa ada dua cara membekali mahasiswa baru. Di antaranya, mereka akan dikuatkan bidang akademik dan non-akademik. Kalau akademik berkaitan dengan kurikulum yang sudah ada di buku pendoman. Untuk memperkuatnya, nanti akan ditambahin dengan kemampuan bahasa Inggris. “Kita di FE ada kelas khusus bahasa Inggris,” ujar Dekan Fakultas Ekonomi Unesa. Eko mengatakan akan terus mendorong mahasiswa mengikuti kegiatan yang bersifat penalaran. Sudah ada beberapa submit menjadi jurnal, kemudian diundang untuk persentasi. Forum conference, menurut Eko penting kalau bicara bidang non-akademik. “Kita kemarin ke Malaysia, sebelumnya ke Prancis dari mahasiswa jurusan Manajemen. Kita menjajaki Teaching Learning yang kuliah di sana sekian bulan lalu. Setelah mereka pulang baru diakui SKS-nya,” ujarnya, Di FE sendiri, jumlah mahasiswanya selalu stabil antara 750-800 mahasiswa setiap tahunnya. Memang, ada nambah

sedikit mahasiswa karena ada penambahan prodi baru S1 Ekonomi. Akhirnya, nambah satu kelas tetapi tidak lebih dari 800 mahasiswa. “Kita tidak ingin terlalu banyak mahasiswa supaya layanannya semakin baik dan rasio dosen dengan mahasiswa semakin ideal,” ungkap Eko. Mahasiswa baru di FE juga berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Ada 9 orang dari Papua baik itu masuk melakui program afirmasi atau program lainnya. Mereka harus belajar bersama dalam keberagaman agar menjadi harmonis.

Majalah Unesa

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

7


LAPORAN

UTAMA

“Semakin beragam maka semakin bagus. Supaya, ada transfer pengetahuan. Yang orang Papua bisa belajar di sini, lalu pulang ke daerahnya harus membawa pengetahuan dan kemampuan atau skill agar bermanfaat bagi daerahnya,” terang Eko. Dekan FE ini berjanji akan mendorong dan meningkatkan prestasi mahasiswa FE hingga tingkat nasional. Prose situ sudah mulai dilakukan dengan kegiatan PIMNAS di Makassar kan lalu. “Dari 6 Tim/Judul perwakilkan Unesa ke

PIMNAS, satu kelompok berasal dari FE,” tegasnya. Tidak hanya mahasiswa, dari sisi dosen sudah mulai didorong untuk berkarya. Setiap dosen harus memiliki karya ilmiah dan memunyai tulisan yang telah dipublikasikan di Jurnal Internasional bereputasi minimal C3. “Dengan, C3 dan C1 itu sudah menunjukkan kualitas. Kita mendorong terus supaya ranking Fakultas Ekonomi terutama ranking Unesa dalam hal Internasional semakin meningkat, “ harapnya n (HIDAYAT)

BENTUK KARAKTER MABA SEJAK DINI

P

engenalan kehidupan kampus mahasiswa baru (Maba) sangatlah penting agar mahasiswa baru dapat beradaptasi dengan cepat di lingkungan kampusnya. Mahasiswa Baru di FIP, misalnya telah dikenalkan secara sekilas kehidupan kampus Unesa melalui pelaksanaan PKKMB di fakultas. Drs. Heru Siswanto, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FIP mengatakan, pembentukan karakter mahasiswa baru sangatlah penting. Sebab, masa transisi dari siswa menjadi seorang mahasiswa rentan dengan hasutan-hasutan moral yang menyimpang. “Oleh karena itu FIP bekerja sama dengan beberapa pihak seperti BNN, Peduli Pancasila, dan Radikalisme menyiapkan materi khusus untuk mengokohkan kepribadian maba agar terhindar dari orang yang tak bertanggung jawab,” ujarnya. Selain pembentukan karakter, FIP juga menghimbau kepada mahasiswa baru agar menyeimbangakan kulikuler, ekstrakulikuler dan kokulikuler. Jika kulikuler saja yang dikejar, mustahil orang bisa mengembangkan keilmuannya. Jika kulikuler sudah dikerjakan dengan baik sebaiknya implementasinya dapat dituangkan dalam ekstrakulikuler dan kokulikuler. “Kuliah itu harus seimbang. Kulikuler saja tanpa lainnya juga tidak baik,”

8

terang Heru Siswanto. Wakil Dekan yang juga mantan Ka. Humas Unesa itu menambahkan, sebagai fakultas yang mengembangkan ilmu pendidikan, mahasiswa FIP juga menerapkan SKIP yakni Sinergis, Kreatif, Inovatif, dan Peduli. “Jadi tumbuh kembang seorang mahasiswa adalah pengabdian dengan masyarakat. Tentunya lembaga (FIP) terus menerus meberikan wadah untuk mahasiswanya agar bisa mengimplementasikan ilmunya dalam masyarakat,” pungkas Heru. n (WAHYU)

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Juli 2017 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

ASAH

DAYA SAING

ASAH DAYA SAING AGAR MAMPU BERKOMPETISI “Selama berproses ke depan selama 4 tahun ini, mahasiswa harus mengasah daya saingnya agar mampu berkompetisi di dunia kerja nantinya.”

S

alah seorang dosen FE, Dr. Tri Sudarwanto, S.Pd., M.SM, mengatakan bahwa mahasiswa baru perlu beradaptasi dengan lingkungan kampus. Sebab, mereka dulu masih siswa sebelum menjalani kehidupan di dunia kampus. “Mau tidak mau, jika memasuki di dunia kampus, mereka harus lebih mandiri daripada pada waktu masih menjadi siswa. Oleh karena itu, dalam perkuliahan selama 4 tahun ke depan mereka harus mampu meningkatkan kompetensi dirinya. Pasti, mereka akan terjun ke masyarakat nantinya,” papar Dosen Pendidikan Tata Niaga Jurursan Pendidikan Ekonomi FE. Tri Sudarwanto menambahkan, untuk meningkatkan kompetensi tersebut, setiap mahasiswa harus memperbaiki diri dan menambah ilmu melalui Unit kegiatan Mahasiswa (UKM), organisasi kampus maupun ekstrakampus dan organisasi kemahasiswaan lainnya agar menjadi lebih baik. Apalagi, saat ini perusahaanperusahaan memiliki banyak standar dalam menerima karyawan. Salah satu contohnya, kemampuan berbahasa Inggris. sehingga, Toefl/TEP bagi mahasiswa baru perlu ditingkatkan minimal harus

500. Apalagi, Unesa ada pusat bahasa yang bisa menjadikan ajang melatih diri dalam kemampuan bahasa Inggris. Untuk meningkatkan kepercayaan diri. Juga perlu mengikuti kegiatan-kegiatan UKM yang dapat membentuk mahasiswa berkarakter. “Selama berproses ke depan selama 4 tahun ini, mahasiswa harus mengasah daya saingnya agar mampu berkompetisi di dunia kerja nantinya,” terang Tri Sudarwanto. Tri Sudarwanto menambahkan, mahasiswa baru harus memiliki kemampuan yang komplit. Dalam arti, mahasiswa harus bisa berfungsi sebagai pengerak masyarakat karena akan terjun ke masyarakat dan memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungannya. “Nantinya, ilmu yang telah didapatkan bisa bermanfaat kepada masyarakat selain diri sendiri,” tandasnya. n HIDAYAT NARASUMBER: DR. Tri Sudarwanto, S.Pd., M.SM, saat diwawancara reporter majalah Unesa.

Majalah Unesa

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

9


LAPORAN

UTAMA

ORASI: Menteri Dalam Negeri RI, Tjahjo Kumulo saat menyampaikan orasi di hadapan mahasiswa baru Unesa, dalam penutupan PKKMB Unesa pada Minggu, 20 Agustus 2017 di halaman Gedung Pendidikan kantor pusat Unesa Lidah Wetan.

ORASI ILMIAH MENDAGRI DI PENUTUPAN PKKMB UNESA Sebagai penggerak perubahan, mahasiswa harus sadar mengenai kehidupan sekarang ini yang memiliki tantangan seperti narkoba, radikalisme dan terorisme. Begitulah penegasan Mendagri Tjahjo Kumulo kepada mahasiswa baru Universitas Negeri Surabaya, Minggu (20/8).

M

enteri Dalam Negeri (Mendagri) RI, Tjahjo Kumulo memberikan orasi ilmiah kepada mahasiswa baru saat penutupan PKKMB Unesa pada Minggu, 20 Agustus 2017 di halaman Gedung Pendidikan kantor pusat Unesa Lidah Wetan. Kepada ribuan mahasiswa itu, Tjahjo mengatakan bahwa generasi muda perlu memperteguh ideologi Pancasila dengan memupuk semangat Bhinneka Tunggal Ika.

10

Tjahjo Kumolo menyampaikan pesan kepada mahasiswa agar memiliki imajinasi dan mimpi untuk melakukan perubahan. Oleh karena itu, mahasiswa harus memiliki keberanian untuk mewujudkan imajinasi dan mimpi tersebut. “Sebagai penggerak perubahan, mahasiswa harus sadar mengenai kehidupan sekarang ini yang memiliki tantangan seperti narkoba, radikalisme dan terorisme,: ujarnya. Selain itu, upaya lain yang dapat dilakukan mahasiswa adalah bergaul

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

Majalah Unesa

dan bergabung dengan masyarakat sekitar tempat tinggal. Tidak menutup kemungkinan, mahasiswa pendatang juga harus dapat membaur. Warga negara Indonesia, lanjut Tjahjo memiliki ideologi Pancasila dan aturan yang terdapat dalam UUD1945 serta Bhinneka Tunggal Ika yang menyatukan seluruh lapisan masyarakat. Suku, ras, agama, dan bahasa adalah pemersatu kemerdekaan Indonesia dan kemajemukan yang terdapat di


LAPORAN UTAMA Indonesia. “Kuliah di perguruan tinggi tidak hanya mencari gelar, namun mahasiswa juga turut meluangkan waktu untuk menyampaikan pemikiran terkait dengan permasalahan negara. Kesadaran sebagai salah satu penghuni NKRI ini merupakan hal ketiga yang dapat ditanamkan setiap mahasiswa, termasuk mahasiswa baru,� ujar Tjahjo sebelum pembukan jalan santai untuk penutupan Garda Unesa 2017. Tjahjo menegaskan, hal yang harus dilawan oleh seluruh masyarakat adalah korupsi. Sebab, banyak uang rakyat yang disalahgunakan

beberapa oknum untuk memperkaya diri sendiri. Permasalahan masih kurangnya pembangunan yang merata, juga membuat pemerintah terus mencoba berbagai usaha yang dapat mempercepat pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu, dalam kepemimpinan Presiden Jokowi selama 5 tahun ini berusaha meningkatkan infrastruktur, ekonomi dan sosial serta keamanan NKRI. Mantan Sekjen PDI Perjuangan itu berharap mahasiswa baru yang masuk di Unesa menjadi penerus generasi bangsa dalam membangun Indonesia yang lebih baik. Selain, dihadiri Menteri Dalam Negeri RI,

penutupan PKKMB Unesa juga dihadiri Gubernur Jawa Timur, Dr. Soekarwo, S.H., M.Hum (Pakde karwo), Kapolda Jawa Timur Irjen POL. Drs. Machfud Arifin, S.H. ,Warek II, Warek III, Warek IV Unesa, Kabiro BAKPK, Dekan FIP, dan Dekan FE Unesa. Acara dilanjutkan dengan talkshow bersama GOJEK. Sebelum talkshow dimulai, Fitri ketua penyelenggra menyampaikan makna GARDA UNESA 2017, yakni Garuda Muda Unesa yang diharapkan nantinya menjadi pasukan terdepan kemajuan Unesa dan juga NKRI.n (MIRA/SYAIFUL)

MABA FBS 2017: Penyambutan mahasiswa baru FBS dilakukan oleh Wakil Dekan III, BEM , dan para pejabat jurusan dan prodi se-FBS.

PKKMB 2017 GARUDA MUDA FBS

U

nesa menyambut para mahasiswa baru dari seluruh fakultas dengan ditandai dimulainya masa PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru) di fakultas masingmasing. Begitu juga dengan FBS (Fakultas Bahasa dan Seni) yang sudah memulai kegiatan PKKMB mulai Senin 14 Agustus 2017 di gedung Fakultas Bahasa dan Seni Unesa. Tahun ini, FBS memiliki 1022 mahasiswa baru terdiri dari 8 jurusan di FBS. Saat pra-PKKMB hari pertama, GARDA dikenalkan jurusan mereka masing-masing dengan penampilan dari jurusan masing-masing.

Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengenal lebih banyak jurusan yang telah mereka pilih. Selanjutnya, dilakukan pembagian kelompok untuk para GARDA. Tujuannya, agar mereka mampu bekerja sama dan bergaul dengan lebih banyak mahasiswa selain teman sejurusan. Pada pra –PKKMB hari kedua, para GARDA dikumpulkan sesuai kelompok masing-masing. Kemudian, mereka diberikan informasi tentang atribut yang harus dibuat dan dipakai oleh para GARDA pada saat PKKMB berlangsung hingg selesai. PKKMB Fakultas Bahasa dan Seni sendiri dimulai dari tanggal 14-18 Agustus 2017. Selama PKKMB berlangsung,

Majalah Unesa

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

11


LAPORAN

UTAMA

mahasiswa atau GARDA diberi materi-materi yang sangat berguna bagi kehidupan mereka sebagai mahasiswa nantinya. Beberapa materi disampaikan di Auditorium FBS dan di kelas-kelas. Materi yang disampaikan di dalam kelas seperti tentang akademik dan nonakademik, hakikat mahasiswa dan diskusi ilmiah yang disampaikan oleh para pemandu. Selain pemberian materi, pada para GARDA juga akan

mengikuti upacara bendera di depan gedung rektorat bersama mahasiswamahasiswa baru dari fakultas yang lain. PKKMB sendiri bertujuan menumbuhkan rasa solidaritas, keberanian dalam berpendapat, kerja sama tim dan mempererat silaturahmi antarmahasiswa. Tentu saja, untuk megenalkan lingkungan kampus kepada mahasiswa baru yang ada di FBS. Setiap tahun selalu

ada cerita di balik kegiatan PKKMB dan selalu terjadi perubahan dan perkembangan yang lebih baik setiap tahun. “Perbedaan dari PKKMB tahun sebelumnya, alhamdulillah tahun ini banyak yang sehat. Tahun kemarin banyak yang sakit,“ ujar ketua pelaksana PKKMB FBS 2017. Ia berharap PKKMB tahun ini mahasiswa baru dapat menjadi mahasiswa kritis, solutif, kreatif dan inovatif . n (HASNA)

EXPO UKM: Warek III Unesa Dr. Ketut Prasetyo, M.S membuka Expo Unit Kegiatan Mahasiswa 2017

43 UKM DIKENALKAN KE MABA 2017

S

ekitar 43 Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Unesa meramaikan acara Expo UKM 2017. Kegiatan ini digelar selama satu hari pada 17 Agustus 2017 di Halaman LP3M Unesa Lidah Wetan merupakan ajang memperkenalkan UKM kepada mahasiswa baru. Mengusung tema “Meningkatkan Kreativitas dengan Kontribusi Melalui Aktualisasi Bakat dan Minat Mahasiswa Untuk Unesa Yang Lebih Berkualitas”. Expo UKM ini dihadiri Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor Unesa), Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (Warek II Unesa), Dr. Ketut Prasetyo, M.S (Warek III Unesa), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt. (Warek IV Unesa), Dra. Ec. Hj. Ratih Pudjiastuti, M.Si. (Kabiro BAKPK Unesa), dan Drs. Sujarwanto, M.Pd. (Dekan FIP Unesa). Secara simbolis Expo UKM 2017 dibuka Rektor Unesa,

12

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

Prof. Dr. Warsono, M.S dengan diiringi tarian tradisional yang dibawakan mahasiswa jurusan Sendratasik FBS Unesa. Ketua Panitia Expo UKM 2017, mengaucapkan terima kasih kepada Panitia Expo yang telah menyukseskan dan meramaikan acara Expo UKM. Dalam sambutannya, rektor berpesan kepada Garda Unesa agar memberikan berkontribusi postiff di Kampus Unesa. “Saya berharap adik-adik Garda Unesa memahami UKM yang ada di Unesa,” Ujarnya. Warsono berharap semua mahasiswa baru Unesa mengikuti organisasi yang ada di Kampus Unesa dan tidak ada menjadi mahasiswa Kura-kura (Kuliah Pulang-Kuliah Pulang). Rektor berharap para mahasiswa dapat ikut UKM yang diinginkan. n (SH/SIR)

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

JANGAN JADI MAHASISWA KUPU-KUPU ATAU KURA-KURA

A

zkia Firdauzi adalah mahasiswa S1 Akuntansi dan Wakil Hima (Wakahima) Akuntansi menyampaikan bahwa nama saja kan maha dan siswa. Sedangkan, Maha itu kan meliputi semua segalanya. Kalau kita bicarakan sifat ketuhanan kan Maha seperti meliputi semua segalanya. Seperti sama dengan mahasiswa. Kata-kata itu berarti berharap kita itu cuma sekadar jadi mahasiswa abalabalan yang memilik ipredikat tapi tidak tahu presensinya. Azkia menambahkan, diharapkan dengan benarbenar. Nama mahasiswa berarti dia mengetahui dan belajar segalanya. Tidak belajar di kelas saja, tapi belajar masyarakat juga dan belajar organisasi. Nah itu banyak mahasiswa belum mengetahi peralihan mana, diajuga belumpaham. Diaitu, pasti cuma meniru di televisi,fb. Apalagi, saat ini yang eksis itu Instagram. Nah, itu setiap orang memilki suatu sifat. Seharusnya itu harus ditanamkan agar siap berinovatif dan kreatif untuk bersaing di luar sana. “Mahasiswa itu juga harus memang segalanya. Salah satunya bisa kontribusi untuk masyarakat entah itu masalah kecil apapun. Kontribusi di kampus, organisasi yang penting kontribusi buat untuk negara itulah yang penting dilakukan oleh mahasiswa teruta mamahasiswa baru,” ungkap Wakahima Akuntansi. “Menurutku peralihan siswa ke mahasiswa itu lewat terbuka. Hanya itu dari tipsku dia sendiri saja terbuka. Terbuka untuk banyak hal kita boleh tidak tahu apa-apa jadi siswa. Boleh berasal dari desa. Kita boleh duluja di siswa bukan mahasiswa. Mahasiswa organisator atau bukan mahasiswa ikut lomba. Tapi, dengan terbuka itu kita bisa belajar kesiapa saja. Dan mahasiswa harus bisa seniatif itu yang paling penting. Sedangkan terbuka itu dengan jajangan sampai batasi kita. Kayak kuliahya di kelas saja. Jangan sampai seperti itu tapi, tetap belajar ke semua orang. Diharapkan, mahasiswa baru itu tidak hanya kumpul tidak cuma tertuntu dengan namanya sendiri. Kalau fenomena sekarang itu ada istilah mahasiswa kupu-

kupu, mahasiswa kura-kura. Padahal, seharusnya tidak seperti itu karena kita ini satu tujuan. Yaitu, dimana acara kita kontribusi untuk negara bukan untuk kehidupan sendiri? Jelasnya. Indonesia merdeka karena pemudanya mempunyai satu tujuan untuk merdeka bukan untuk melatih perang saja. “Tujuan luas nanti akan bisa membawa tujuan yang kecil seperti di daerahnya. Pandangannya, buat mahasiswa baru semoga nanti bisa membuka pikiran menjadi Indonesia semakin berkembang dengan cara memiliki tujuan yang satu untuk Indonesia,”. Tegas Azkia, Wakil Hima Jurusan Akuntansi FE Unesa n

Majalah Unesa

(DAYAT)

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

13


WARTA

UTAMA

UNESA DAPAT SUNTIKAN DANA PEMBANGUNAN GEDUNG DARI IDB

PERESMIAN: Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohammad Nasir meresmikan pembangunan gedung baru di depan Rektorat Unesa, Kampus Lidah, Jumat (21/7).

U

nesa sebagai kampus pendidikan segera merealisasikan pembangunan gedung baru yang didanai oleh Islamic Development Bank (IDB) dan Penerima Negara Bukan Pajak (PNBP). IDB akan membiayai 6 gedung dan PNBP akan membiayai pembangunan sebanyak 5 gedung. Jumat (21/7) Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohammad Nasir meresmikan pembangunan gedung baru di

14

depan Rektorat Unesa, Kampus Lidah. Peresmian ini ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Menristekdikti didampingi Rektor Unesa serta jajaran undangan. Dalam peresmian ini diharapkan tahun 2018 Unesa merampungkan pembangunan gedung baru. Mohammad Nasir menjelaskan agar PTN yang mendapatkan dana bantuan untuk gedung baru agar dapat saling mengawasi dalam pembangunannya. Tidak hanya itu saja M. Nasir juga menambahkan

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

Majalah Unesa

adanya gedung baru seluruh elemen kampus dapat bersinergi untuk mengembangkan dan memajukan kampus demi mencetak lulusan yang berkualitas. “Tidak hanya kampus Unesa saja yang mendapatkan dana IDB, masih banyak kampus lain yang mendapatkannya. Saya harap kampus yang mendapatkan gedung baru dapat menunjang proses perkuliahan secara baik dan nyaman,� ujar Nasir. n (WAHYU)


WARTA UTAMA

PEMBUKAAN: Wakil Rektor III Unesa Dr. Ketut Prasetyo, M.S. memukul gong tanda membuka Konres IX Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Budaya, Bahasa, Sastra, dan Seni (ILMIBSI) di ruang auditorium lantai 11 Rektorat Unesa Lidah Wetan Surabaya. Turut hadir Wakil Dekan III FBS Unesa dan Wakil Dekan II Unesa.

FBS UNESA TUAN RUMAH

KONGRES ILMIBSI IX

I

LMIBSI (Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Budaya, Bahasa, Sastra, dan Seni) menggelar kongres IX pada 26 Juli 2017. Kali ini, Unesa dipercaya menjadi tuan rumah kongres tersebut. Kongres yang bertempat di ruang auditorium lantai 11 Rektorat Unesa Lidah itu dihadiri 61 peserta dari 22 Universitas seluruh Indonesia. Kepengurusan ILMIBSI sendiri meliputi korpus dan korwil. ILMIBSI

terbagi dari beberapa wilayah yakni wilayah I bagian Sumatra, wilayah II bagian DKI Jakarta dan Jawa Barat, Wilayah III bagian DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, Wilayah IV bagian Kalimantan, Bali, dan Nusa Tenggara, dan wilayah V meliputi Sulawesi, Maluku, dan Papua. Acara dibuka Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Ketut Prasetyo, M.S. Dalam kata sambutannya, Ketut mengucapkan

Majalah Unesa

terima kasih kepada peserta Kongres ILMIBSI IX. Warek III juga memaparkan mengenai Surabaya dan budayanya agar para peserta yang datang dari penjuru daerah di Indonesia dapat sedikit paham mengenai Surabaya. “Sukses untuk terselenggaranya acara ini, dan saya berharap dalam kongres ini dapat menjadi ikatan yang kuat untuk bersilaturahmi dengan kampus-kampus di Indonesia,� ujarnya. n (WAHYU/TONI)

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

15


WARTA

UTAMA

MAHASISWA PPG & SM3T GELAR MALAM SENI

MALAM SENI: Mahasiswa PPG dan SM-3T Unesa mempersembahkan pertunjukkan MAPRES (Malam Apresiasi Seni) yang di selenggarakan di gedung LP3M Unesa kampus lidah wetan pada Kamis 17 Agustus 2017.

D

alam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia ke72, mahasiswa PPG dan SM-3T Unesa mempersembahkan pertunjukkan MAPRES (Malam Apresiasi Seni) yang di selenggarakan di gedung LP3M Unesa kampus lidah wetan pada Kamis 17 Agustus 2017. MAPRES merupakan puncak dari rangkaian kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya, yakni Pekan Olahraga PPG dan pasca SM-3T. Pekan Olahraga PPG ini telah berlangsung mulai 22 Juli 2017 hingga 13 Agustus 2017. Pembukaan pentas seni dibuka Kepala Pusat PPG, Prof. Dr. Luthfiyah Nurleala, M.Pd. Beberapa cabang olah raga putra

16

dan putri diselenggarakan untuk menyemarakkan acara. Di antaranya, badminton, tenis meja, bola voli dan futsal. Peserta pekan olah raga PPG Unesa ini berasal dari mahasiswa PPG Unesa, yang dibagi rata menjadi 6 pleton dari 10 prodi yang ada di PPG. Kegiatan MAPRES dilaksanakan sebagai bentuk silaturrahmi antarmahasiswa PPG dan Pasca SM-3T untuk mempererat tali persaudaraan sebelum mereka kembali ke daerah masing-masing. Pelaksanaan kegiatan ajang kreativitas yang bersamaan dengan momen peringatan kemerdekaan ini turut menambah semangat tersendiri bagi seluruh undangan dan peserta yang hadir. Pada puncak acara MAPRES, setiap

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

Majalah Unesa

prodi di PPG dan ekstrakulikuler seperti teater, musik, silat, dan tari menyuguhkan penampilanpenampilan mengagumkan. Ekstrakurikuler tari menjadi penampilan pembuka, disusul penampilan lain yang tak kalah meriah. Acara diakhiri dengan penyerahan hadiah dan trofi kepada juara umum dan juara setiap cabang olah raga. Eka, salah satu mahasiswa PPG mengaku senang dan terkesan dengan acara tersebut. “Acanya menarik. Kegiatan ini membantu kami, mahasiswa PPG lebih akrab lagi komunikasinya karena kegiatan yang terselenggara ini dari kami untuk kami,� tandasnya. n (JUMAD/MEZALINA)


WARTA UTAMA

PEMBEKALAN: Wakil Rektor II Drs. Tri Wrahatnolo, M.pd., menyampaikan materi dalam pelatihan Tim Ad Hoc SPI Unesa didampingi Rektor Unesa, Prof Warsono, M.S., dan Ketua SPI, Prof. Dr. Leny Yuanita, M.Kes.

PELATIHAN TIM AD HOC SPI UNESA Satuan Pengawas Internal (SPI) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mengadakan Pelatihan Tim Ad Hoc SPI dengan tema Peran SPI dalam Mendukung Excellence University Governance selama dua hari, Selasa dan Rabu (15-16/8) bertempat di lantai 10 Gedung Pendidikan Rektorat kampus Lidah Wetan.

S

atuan Pengawas Internal (SPI) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mengadakan Pelatihan Tim Ad Hoc SPI dengan tema Peran SPI dalam Mendukung Excellence University Governance selama dua hari, Selasa dan Rabu (15-16/8) bertempat di lantai 10 Gedung Pendidikan Rektorat kampus Lidah Wetan. Pelatihan diikuti sekitar 33 peserta dengan rincian 29 dosen dari berbagai Fakultas dan 4 Tendik dari selingkung Unesa. Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S mengungkapkan rasa senang terhadap para peserta pelatihan Tim Ad Hoc SPI Unesa karena sangat membantu rektor dalam hal pengelolaan anggaran

terutama pada pengawasan dan pembinaan yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Warsono menambahkan, dana yang diperoleh Unesa dari (RM) dan (PNBP) sangat dibutuhkan peran SPI dalam mengawasi pengelolaan keuangan sekaligus sebagai KPK di Unesa. Rektor berharap Tim Ad Hoc SPI dapat bekerja dengan kukuh dan penuh keikhlasan. Ketua SPI, Prof.Dr. Leny Yuanita, M.Kes menyampaikan bahwa pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU) di Unesa sudah Excellence dan harus tetap ditingkatkan sampai nanti bisa menjadi PTN-BH yang berbadan hukum. Leny berharap, para

Majalah Unesa

peserta dapat mendapat bekal dalam pelatihan ini dan siap menjadi bagian dari SPI “Semoga mendapat bekal dalam pelatihan ini”, ujarnya. Sementara itu, Wakil Rektor II Drs. Tri Wrahatnolo, M.pd., M.T menyampaikan pada 27 Februari 2009 Unesa sudah menjadi PTN-BLU namun, baru bisa melaksanakanya pada 2013 karena terkendala saat audit. Peran Auditor dan Tim Ad Hoc sangatlah penting dalam mengawasi pengelolaan keuangan. Tri berharap, Unesa ke depan bisa lebih baik lagi “Saat ini Unesa sudah lebih baik, semoga kedepan bisa lebih baik lagi”, ujarnya. n (TONY)

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

17


LENSA

UNESA

HORMAT: Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S bersama segenap pejabat se-lingkungan Unesa khikmat mengikuti jalannya upacara bendera HUT ke-72 RI dan pembukaan Orientasi Kampus Mahasiswa Baru Unesa tahun 2017.

UPACARA 17 AGUSTUS

BERSAMA MAHASISWA BARU PASKIBRA: Petugas pengibar bendera merah putih bersiap melaksanakan tugas dalam upacara HUT ke-72 RI di halaman Rektorat Unesa.

emeriahaan upa­cara hari ke­mer­dekaan RI ke-72 terlihat di depan gedung rektorat Unesa Lidah Wetan. Acara yang juga didihadiri jajaran rektor, dekan, dan tenaga kependidikan ini merupakan upaya menanamkan nasionalisme kepada para mahasiswa. Rektor Unesa, Prof. Dr Warsono, M.S bertindak sebagai pembina

upacara. Yang berbeda dalam acara tahunan ini, peserta yang mengikuti upacara sebanyak lebih 6000 mahasiswa baru dari 7 fakultas. Kemeriahan tidak hanya terlihat dari banyaknya peserta tetapi yel-yel sebelum acara juga semakin memacu semangat para mahasiswa baru untuk mengikuti upacara. n (WAHYU)

PETUGAS: Para petugas upacara berfoto bersama berlatar gedung rektorat Unesa, usai pentelenggaraan upacara 17 Agustusan.

18

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

Majalah Unesa


LENSA UNESA

S

Satuan Pengawas Internal (SPI) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mengadakan Pelatihan Tim Ad Hoc SPI Unesa dengan tema “Peran SPI dalam Mendukung Excellence University Governance� di lantai 10, Gedung Pendidikan Rektorat kampus Lidah Wetan. Pelatihan yang berlangsung selama 2 hari, Selasa dan Rabu, 15-16 September 2017 itu bertujuan membantu dalam pengawasan pengelolaan anggaran. Pelatihan diikuti 33 peserta yang terdiri atas 29 dosen dari berbagai Fakultas dan 4 Tendik dari selingkung Unesa. n (TONI)

PELATIHAN: Peserta pelatihan Satuan Pengawas Internal (SPI) tampak serius menyimak penjelasan pemateri, sekaligus langsung mencatat berbagai hal yang diperlukan.

PELATIHAN TIM SPI, PERKUAT PENGAWASAN ANGGARAN

SEMANGAT: Ribuan mahasiswa baru Unesa sangat bersemangat mengikuti komando menyerukan yel-yel dalam PKMB Unesa 2017 di halaman Rektorat Unesa, Kampus Lidah Wetan.

Majalah Unesa

| Nomor: 108 Tahun XVIII- Agustus 2017 |

19


KOLOM REKTOR Ada gejala di kalangan mahasiswa, bahkan para elite bahwa mereka terjebak ke dalam cara berpikir yang pragmatis, yaitu cara berpikir yang hanya berorientasi sesaat (saat ini), dan untuk kepentingan sesaat (kepentingan diri sendiri), tanpa menganalisis dampaknya. Mereka bertindak tanpa memikirkan akibat dari apa yang dilakukan. Oleh Prof. Dr. Warsono, M.S.

M

elalui media ini, saya ingin mengucapkan selamat kepada para mahasiswa baru angkatan tahun 2017/2018 yang telah berhasil lolos seleksi masuk Universitas Negeri Surabaya (Unesa) baik melalui jalur SNMPTN, SBMPTN, maupun jalaur mandiri. Anda semua adalah orang-orang yang terpilih dari sekian puluh ribu lulusan SLTA yang ingin kuliah di Unesa. Anda semua juga generasi yang hebat, karena berhasil mengungguli ratusan ribu orang yang ingin kuliah di perguruan tinggi negeri. Namun, saya juga ingin mengingatkan bahwa apa yang telah Anda capai saat ini bukanlah suatu fase akhir dari perjuangan untuk survive (sukses). Apa yang Anda capai saat ini baru fase awal, untuk meniti jalan menuju sukses. Tidak ada kepastian bahwa orang yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi akan sukses. Ada juga orang yang berpendidikan sarjana, hidupnya biasa-biasa saja, bahkan ada juga yang kurang berhasil secara ekonomi. Secara teoritis, mereka yang berpendidikan tinggi, tentu memiliki peluang hidup lebih baik dan lebih sukses dibandingkan dengan mereka yang tingkat pendidikannya rendah. Mereka yang berpendidikan tinggi memiliki kompetensi yang lebih tinggi atau lebih baik bila dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah, karena yang berpendidikan tinggi dapat melakukan pekerjaan

yang lebih kompleks dan rumit. Kemampuan melakukan pekerjaan yang rumit tersebut, tentu berkorelasi dengan pendapatan. Semakin rumit dan kompleks suatu pekerjaan, akan semakin tinggi gajinya. Atas dasar

TANTANGAN

Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir kritis, analistis, kreatif, dan evaluatif (higher order thinking) ini yang menjadi keunggulan dari lulusan perguruan tinggi. Pendidikan di perguruan tinggi, bukan semata-mata untuk transfer pengetahuan (transfer knowledge), tetapi lebih pada pengembangan kemampuan berpikir. Hal ini disebabkan, pengetahuan dapat saja berubah, yang semula benar pada saatnya menjadi salah, tetapi cara berkipir akan tetap tidak berubah. Paling tidak, jika berpikir itu diartikan sebagai upaya untuk menjawab pertanyaan, sejak zaman Yunani Kuno sampai sekarang jumlah kata tanya tetap hanya 6 yaitu 5 W (what, who, where, when, why) dan 1 H (how). Cara bertanya menggambarkan kemampuan berpikir seseorang. Meskipun semua orang bisa bertanya, tetapi tidak semua orang bisa bertanya dengan jelas, runtut dan mendalam. Kemampuan berpikir juga memengaruhi keberhasilan hidup seseorang. Sebagai contoh seorang pedagang yang cerdas (berpikir kreatif ), hasilnya akan berbeda dengan pedagangang yang bodoh (tidak cerdas). Meskipun kedua pedagang tersebut menjual hal yang sama, pedagang yang cerdas akan selalu berpikir bagaimana meningkatkan penjualan dengan cara memperbaharui produknya. Dia selalu mencari tahu, apa yang diinginkan oleh para pembeli. Sedangkan pedagang yang kurang cerdas hanya melakukan hal yang sama dari tahun ke tahun, Dia tidak pernah bertanya apa yang diinginkan

MAHASISWA BARU 2017

20

asumsi tersebut banyak orang yang berusaha mengejar pendidikan setingi-tingginya. Bahkan ada pameo bahwa untuk mengubah nasib salah satu jalannya adalah melalui pendidikan. Pendidikan, khususnya perguruan tinggi merupakan pendidikan akademik (academic education) yang lebih menekankan pada pengembangan kemampuan berpikir (intelektual). Berbeda dengan pendidikan vokasi (politeknik), yang lebih menekankan pada pengembangan skiils (keterampilan). Salah satu indikator pendidikan akademik adalah penguasaan konsep dan teori, serta kemampuan menggunakan teori untuk menganalisis dan menjelaskan suatu fenomena (keadaan) serta meramalkan (memprediksi) apa yang akan terjadi. Oleh karena itu, penguasaan konsep, dan teori, serta kemampuan menjelaskan fenomena yang terjadi merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi.

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

Majalah Unesa


KOLOM REKTOR oleh pembeli. Dalam waktu 5 tahun, pedagang yang cerdas omsetnya akan meningkat drastis, sedangkan pedagang yang kurang cerdas, omsetnya terus menurun, karena pembeli menjadi bosan dengan barang yang dijual itu-itu saja. Contoh kasus pedagang yang disebutkan di atas, menggambarkan bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap keberhasilan seseorang. Orang yang berpikir cerdas memiliki peluang sukses lebih tinggi dibanding mereka yang berpikir kurang cerdas. Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sehingga orang menjadi lebih kritis, kreatif, dan rasional. Para mahasiswa baru harus memahami bahwa salah satu yang harus dilakukan di perguruan tinggi adalah belajar berpikir keilmuan (scientific), yang diawali dengan bertanya. Kuliah di perguruan tinggi bukan hanya sekedar mencari ilmu, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana belajar mengembangkan berpikir secara keilmuan. Ilmu dan pengetahuan bisa dihasilkan atau dikonstruk melalui kegiatan berpikir (bertanya). Sebagai contoh, seandainya Newton tidak bertanya, mengapa buah apel jatuh ke bawah (tanah), mungkin kita tidak tahu bahwa ada grafitasi. Fenomena alam tentang benda jatuh ke bawah bukan hanya di negaranya Newton, tetapi juga terjadi dimana-mana, termasuk di Indonesia. Buah kelapa di Indonesia dari dulu juga jatuh ke tanah, tetapi tidak ada yang menanyakan. Seandainya ada seorang anak kecil yang bertanya kepada neneknya, “Nek kenapa buah kelapa itu jatuh ke tanah? Jawaban sang Nenek: dari dulu yang jatuh ke bawah, bahkan pada saat neneknya nenek dulu dulu buah kepala sudah jatuh ke tanah”. Contoh dialog antara cucu dan nenek di atas, tidak menggambarkan dialog keilmuan. Si Cucu dengan couriosity (rasa ingin tahunya) sudah mulai berpikir dengan bertanya. Tetapi si Nenek tidak menjawab dengan pemikiran, tetapi hanya menjawab dengan pengalaman. Akhirnya, pemikiran keilmuan si Cucu berhenti tidak berkembang. Contoh kasus lain, ketika di daerah pedesaan Jawa yang pada waktu belum ada listrik, masyarakat biasanya

keluar menyakksikan keindahan bulan purnama. Ketika ada fenomena alam, yaitu gerhana bulan total, si cucu dengan rasa ingin tahunya bertanya kepada Neneknya: “Nek bulannya kemana, kok hilang?” Sang nenek menjawab dengan spontan, bahwa “bulannya dimakan raksasa”, dengan maksud untuk menakuti cucunya. Namun, si cucu tidak takut, dan mulai berpikir dan mencoba membangun suatu pengetahuan baru bahwa ada raksana yang makan bulan. Ketika bulan purnama selesai (bulan kelihatan kembali) si cucu bertanya lagi kepada Neneknya. “Nek kata Nenek, bulannya dimakan raksasa, tetapi kok masih utuh, tidak robek-robek”? Pertanyaan si cucu ini didasarkan kepada asumsi (pengetahuan sebelumnya) bahwa kalau kita makan dikunyah sehingga makanan terseut hancur. Sang nenek secara spontan mejawab bahwa “raksananya ompong”, (jawaban nenek juga berdasarkan pengalaman, kalau orang sudah tidak punya gigi, kalau makan langsung ditelan saja. Si cucu bertanya lagi kepada neneknya, “lho bulannya kok sama dengan yang tadi nek”? Dengan asumsi bahwa ketika kita makan yang keluar tidak sama dengan yang kita makan. Si Nenek mulai berpikir untuk menanggpai pertanyaan si cucu, dengan asumsi bahwa yang menyebabkan makanan berubah adalah perut, maka sang Nenek menjawab bahwa “Raksasanya tidak punya perut”, dengan nada agak keras sebagai tanda kejengkelannya. Tetapi si cucu terus berpikir dengan bertanya: “Sekarang raksasanya ke mana Nek?” Neneknya menjawab dengan marah, “jangan cerewet saja”, karena neneknya sudah tidak mau berpikir lagi menanggapi pertanyaan cucunya. Terjebak Pemikiran Pragmatis Ada gejala di kalangan mahasiswa, bahkan para elite bahwa mereka terjebak ke dalam cara berpikir yang pragmatis, yaitu cara berpikir yang hanya berorientasi sesaat (saat ini), dan untuk kepentingan sesaat (kepentingan diri sendiri), tanpa menganalisis dampaknya. Mereka bertindak tanpa memikirkan akibat dari apa yang dilakukan. Bahkan mereka lebih cepat percaya kepada

Majalah Unesa

berita-berita di media sosial, tanpa secara kritis mempertanyakan kebenarannya (sumber dan faktanya). Sikap mudah dan cepat percaya terhadap suatu mengindikasikan sikap yang tidak kritis. Sikap mudah dan cepat percaya bukanlah watak dari masyarakat ilmiah. Watak dari masyarakat ilmiah adalah sikap skpetis (keraguan sebagai metode), tidak mudah dan cepat percaya. Mereka akan mencari bukti (fakta) dan menganalisis dengan logika secara kritis. Cara berpikir pragmatis ini tidak sejalan dengan cara berpikir ilmiah (scientific thinking). Berpikir secara ilmiah adalah cara berpikir yang kritis, runtut, konsisten, dan mendasarkan kapada data dan logika yang sehat, serta analisis yang tajam. Cara berpikir ilmiah inilah yang dipelajari dan harus dimiliki oleh para mahasiswa. Berpikir secara ilmiah merupakan ciri masyarakat ilmiah (kampus) dan sekaligus keunggulan mahasiswa dibandingkan dengan yang lain. Cara berpikir yang tidak kritis dan sikap mudah percaya merupakan titik lemah untuk masuknya gerakan radikalisme. Bagi mahasiswa baru, cara berpikir secara keilmuan ini memang belum sepenuhnya terbentuk. Mereka baru akan belajar, itupun jika para dosennya mengajarkan dan membimbingnya, sebab tidak semua dosen melakukannya. Dalam konsisi yang seperti ini mereka sangat mudah dihegemoni oleh wacana yang sengaja dibuat untuk kepentingan dan tujaun tertentu, termasuk radikalisme. Kelemahan dalam berpikir kritis, sedikitnya pengetahuan tentang kondisi lingkungan, dan mungkin ditambah dengan kelemahan secara ekonomi menjadi titik rawan bagi masuknya paham radikalisme, dan paham anti Pancasila. Oleh karena itu, para mahasiswa baru khususnya yang berasal dari daerah-daerah, harus berhati-hati, terhadap para penyebar radikalisme dan anti-Pancasila. Para mahasiswa baru harus bersikap kritis terhadap berbagai tawaran bantuan dari berbagai pihak, karena di balik tawaran tersebut sering kali ada agenda untuk meng-hegemoni (meyakinkan), untuk masuk dalam suatu paham dan gerakan radikal atau anti-Pancasila. n

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

21


SOSOK

UNESA LEBIH AKRAB DENGAN PROF. DR. LENY YUANITA, M.KES. KETUA SPI UNESA RAIH PENGHARGAAN SETYA LENCANA

Kuncinya, Efektif Gunakan Waktu, Selalu Introspeksi dan Tak Bosan Bertanya KETUA SATUAN PENGAWASAN INTERNAL (SPI) UNESA, PROF. DR. LENY YUANITA, M.KES MENDAPATKAN PENGHARGAAN ANUGERAH SETYA LENCANA KARYA SATYA ATAS DEDIKASI YANG DILAKUKAN. PENYEMATAN ANUGERAH DILAKUKAN MENTERI RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI, PROF. DRS. H. MOHMAMAD NASIR DI SELA UPACARA HARI PENDIDIKAN NASIONAL YANG BERLANGSUNG DI STADION INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOVEMBER (ITS) SURABAYA PADA SELASA 2 MEI 2017. SEPERTI APA KIPRAH DOSEN YANG JUGA KETUA SPI INI?

P

rof. Leny, begitulah panggilan akrabnya. Guru Besar Jurusan Kimia yang lahir di Surabaya pada 12 September 1951 itu dikenal aktif dalam kegiatan penelitian. Ia terlibat aktif di penelitian yang dilakukan simlitabmas sejak 2013 hingga 2016. Keaktifannya di bidang penelitian dan dedikasinya terhadap dunia pendidikan berbuah manis dengan anugerah Satya Lencana Karya 30 tahun. “Yang istimewa, penyematan tanda penghargaan itu dilakukan Bapat Menteri Ristekdikti, Prof. Drs. H. Mohammad Nasir, Ph.D. Ak,” ungkapnya bangga. Sejatinya, sebelum mendapatkan penghargaan Satya Lencana Karya, Prof. Leny beberapa kali mendapatkan penghargaan dari Unesa. Tercatat, pada 2009, ia mendapatkan penghargaan

22

sebagai dosen berprestasi pada era Rektor Unesa kala itu Prof. H. Haris Supratno. Pada 2013, ia kembali mendapat pernghargaan sebagai dosen berprestasi di era Rektor Prof. Muchlas Samani. Semua prestasi yang didapat Prof. Leny, tentu tidak begitu saja terjadi. Ia memperolehnya dengan kerja keras dan penuh tanggung jawab. Baginya, semua pekerjaan yang diamanahkan kepadanya, haruslah dikerjakan dengan penuh tanggung jawab. “Sebagai pendidik, saya memunyai tanggung jawab dalam dunia pendidikan yaitu tri dharma perguruan tinggi. Sebagai seorang pendidik, bukan sekadar mengajar atau memberikan ilmu materi perkuliahan saja, tapi juga penelitian dan pengabdian,” paparnya. Ia menyadari bahwa ilmu itu bersifat dinamis. Oleh sebab itu, seorang guru atau dosen harus

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

Majalah Unesa

mengikuti perkembangan ilmu. Agar saat menyampaikan kepada anak didik tidak kadaluwarsa. Artinya, sebagai pendidik perlu ditekankan bahwa ia bukan hanya penyampai ilmu, tetapi termasuk bagaimana cara menyampaikan, bersosialiasasi, dan cara berperilaku. Leny menyampaikan pengalamannya saat masih di dunia pendidikan. Setiap hari, ia selalu menyempatkan waktu belajar dari sudut pandang keilmuan, belajar memahami sekitar, memahasi sesam, mahasiswa, dan teman sejawat. Ia juga belajar bagaimana cara pandang terkait masalah dan pemecahannya. Lantas, apa yang menjadi prinsip perjalanan karirnya? Leny menjawab lugas, “pergunakan waktu yang ada seefektif mungkin, selalu introspeksi dan tak bosan bertanya. Keberhasilan tidak datang


SOSOK UNESA

KEHILANGAN: Ketua Satuan Pengawasan Internal (SPI) Unesa, Prof. Dr. Leny Yuanita, M.Kes dalam sebuah kegiatan internal di lingkungan Unesa bersama Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono M.S. (tengah). Prof. Leny Yuanita merupakan salah satu dosen berprestasi yang banyak memberikan sumbangsihnya kepada perkembangan dan kemajuan Unesa dari masa ke masa. Dia pun diganjar anugerah Satya Lencana Karya 30 tahun.

secara instan. Keberhasilan yang instan akan mudah rapuh.� Menurut pengamatan Leny, saat ini mahasiswa di era gadget maunya serba instan. Membaca atau menyelesaikan tugas melalui tex book dan journal pun, juga pakai google translate, sehingga tidak ada atau salah maknanya. Tidak berusahan sendiri untuk memaknai isi texk book atau jurnal. Hal ini tentu menjadi tugas khusus bagi setiap dosen. Menurut Leny, hambatan dalam segala bidang selalu ada. Tinggal, bagaimana kita menyikapi. Dalam arti, hambatan merupakan jalan menuju keberhasilan jika mampu melewatinya. Ia berharap ke depan Unesa mampu mewujudkan Good University Governance dan bisa masuk peringkat 10 besar universitas terbaik PTN/PTS di Indonesia. n(HIDAYAT)

Majalah Unesa

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

23


INSPIRASI

ALUMNI KIPRAH DR. SUPARTI, M.PD, KEPALA UPBJJ-UT JEMBER

BONEK, KULIAH SAMBIL KERJA

TAK ADA KESUKSESAN YANG DATANG TIBA-TIBA. DIPERLUKAN KERJA KERAS UNTUK DAPAT MENGGAPAI TANGGA KESUKSESAN. DEMIKIAN PULA YANG DILAKUKAN DR. SUPARTI. SEBELUM MENDAPAT AMANAH SEBAGAI KEPALA UPBJJ-UT JEMBER HINGGA DUA PERIODE, ALUMNI IKIP (KINI, UNESA) MEMULAI JENJANG KARIERNYA DARI BAWAH. SEPERTI APA KEGIGIHANNYA?

Dr. Suparti, M.Pd bersama Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, Saiful Rachman.

S

uparti merupakan lulusan S1 Pendidikan Bahasa Indonesia IKIP Surabaya, angkatan 1980. Setelah lulus IKIP, ia kemudian ikut CPNS. Ia berhasil mendapat SK mengajar di SMAN Ngoro Jombang per 1 Maret 1986. Kemufian, sejak 1 September 1988, ia mendapat tugas mengajar SPG. Ia juga sempat 1 semester mengajar di SMAN 3 Jombang. Jenjang karier pendidikannya berlanjut. Per 1 Juli 1991, ia

24

mendapat SK sebagai staff edukatif FKIP Universitas Terbuka DPK di UPBJJ-UT Surabaya. Pada 1 April 2009, ia mendapatkan tugas sebagai Koordinator Bantuan Belajar dan Layanan Bahan Ajar UPBJJ-UT Surabaya. Kemudian, 30 Mei 2011 ia mendapatkan SK sebagai staff edukatif FKIP UT dengan tugas tambahan sebagai Kepala UPBJJ-UT Jember periode 2011-2015. Pada 13 Juni 2015, ia kembali dilantik melanjutkan amanah sebagai Kepala UPBJJ-UT Jember periode

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

Majalah Unesa

2015-2019. Di IKIP Surabaya, tempatnya dulu kuliah, Suparti aktif di kegiatan pramuka. Bahkan, ia merupakan salah satu yang membidani pendirian Gudep IKIP Surabaya tahun 1982. Di kampus, ia juga ikut grup drama di jurusan Bahasa Indonesia, ikut karawitan dan menyanyi Jawa. Di tempat indekosnya, ia jadi pengurus Karang Taruna, sambil ngajar SMP dan SMA tahun 1983. “Saya juga memberi les anak


INSPIRASI ALUMNI

Dr. Suparti, M.Pd (tengah) melepas kagilah Universitas Terbuka untuk berpartisipasi dalam MTQMN XV 2017.

BIODATA SINGKAT Nama : Suparti Tempat/tanggal lahir: Jombang /15 Juni 1961 Pendidikan: • S1 Pendidikan Bahasa Indonesia IKIP SURABAYA (1980) • S2 Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Malang (1995) • S3 Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Malang (1998) Jabatan: Lektor Kepala Tugas tambahan: Kepala UBJJ-UT Jember Anak: Ida Mei Wulandari, anak menantu Bagus Permadi Cucu : Abim, Baim, Anin

SMP tetangga kos-kosan sampai lulus dan menikah,” kenangnya. Saat kuliah, Suparti mengaku bermodal bonek. Sembari mencari ilmu di IKIP Surabaya, ia juga mengisi aktivitas dengan bekerja. Meskipun sudah mendapat beasiswa PPA mulai semester 2 sampai lulus, namun ia tetap tidak mau bermalas-malasan untuk menambah ekonomi. Suparti senang lantaran satu ganknya merupakan para lulusan

SPG yang haus ilmu. Ia mengaku bersyukur telah diberi kesempatan menimba ilmu di Unesa. “Selayaknya, saya berterima kasih kepada almamater yang turut andil membesarkan kami. Sehinnga dapat mengamalkan ilmu yang bermanfaat bagi sesama. Bekal ilmu pendidikan saat S1 di IKIP Surabaya sangat bermanfaat, memantapkan profesi pendidik,” paparnya. . Nahkodai UT Jember Saat ini, masing-masing provinsi telah memiliki 1 cabang. Bahkan, khusus di pulau Jawa, UT memiliki 3 cabang. Sehingga, total ada 39 cabang di seluruh Indonesia. Di antara cabang tersebut, ada 1 unit yang khusus melayani mahasiswa asing. Sedangkan di luar negeri, UT ada di 28 negara. Universitas Terbuka (UT) merupakan Perguruan Tinggi Negeri ke-45 di Indonesia yang diresmikan pada 4 September 1984. UT memiliki istilah jarak jauh yang berarti pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka. Pembelajaran lebih menggunakan media, baik media cetak, yang berupa modul, ataupun noncetak, berupa audio/ video, komputer/internet, siaran radio, dan televisi. Makna terbuka sendiri tidak ada batasan usia, tahun ijazah, masa belajar, waktu registrasi, dan frekuensi mengikuti ujian.

Majalah Unesa

Batasan yang ada hanyalah bahwa setiap mahasiswa UT harus sudah menamatkan jenjang SMA sederajat. Suparti merupakan satu di antara alumni IKIP Surabaya yang berkiprah di Universitas Terbuka. Selebihnya, ada sekitar 40% alumni Unesa yang berkiprah di UT dari berbagai prodi dan jenjang. Suparti mengatakan bahwa padatnya aktivitas yang dijalani tak membuat dirinya merasa kelelahan. Itu semud lantaran dilandasi ingin bermanfaat bagi umat ketika menjalani amanah. Ia pun ingin maksimal berkontribusi untuk negeri dalam wadah UT. “Alhamdulillah, meski sudah berumur tapi berasa masih muda,” ujarnya. Ia mengakui bahwa alumni IKIP Surabaya (Unesa) luar biasa. Mereka Gampang terketuk hatinya dan bangkit untuk menjalin silaturahim sesama almamater meski degan kesibukan masing-masing yang luar biasa. “Selayaknya kita bersyukur atas nikmat ilmu yang dipelajari di Unesa, dan selayaknya kita berterima kasih kepada almamater yang turut andil membesarkan kita sehingga bisa mengamalkan ilmu yang bermanfaat bagi sesama,” pungkasnya. n (HMA)

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

25


KABAR

PRESTASI Kerja Sama Unesa - PT Gizi Indonesia

KOSMETIK NANO GOLD TEMUAN DOSEN UNESA LPPM Unesa mengadakan kerja sama dengan PT Gizi Indonesia terkait produksi dan distribusi kosmetik Nanogold. Kosmetik Nano gold merupakan kosmetik yang ditemukan dosen Unesa, Dr. Titik Taufikurohmah, M.Si saat mneyelesaikan disertainya.

U

ji klinik kosmetik Na­no­ gold untuk masyarakat pengguna kosmetik dilaksanakan Sabtu 22 Juli 2017 di halaman Poliklinik Unesa. Beberapa tamu undangan turut hadir menyaksikan penyampaian informasi produk tersebut. Di antaranya, Wakil Rektor 1 Bidang Akademik Unesa, Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si, Dr. Hans Lumintang, SpKK(K) selaku perwakilan dari medis, dan Hari Armadianto perwakilan dari PT. Gizi Indonesia. Dalam

26

Sambutannya, Dr. Titik Taufikurohmah merasa prihatin dengan beredarnya kosmetik bahan berbahaya seperti merkuri, hidrokuinon, dan beberapa zat berbahaya lain. Menurut Titik, zatzat berbahaya tersebut akan berimbas pada organ reproduksi yang dapat menyebabkan aborsi. Untuk orang hamil dan menyusui, penggunaan kosmetik tersebut harus dihentikan. “Hal inilah yang belum pernah disampaikan dunia medis. Sesungguhnya sebagai peneliti saya prihatin,” ujarnya. Produk Nanogold merupakan solusi bagi masyarakat yang pernah menjadi korban pemakaian kosmetik mengandung bahan berbahaya. Apabila penggunaan kosmetik yang mengandung bahan berbahaya tidak konsisten dalam pemakaian bisa menimbulkan wajah kusam, jerawat, flek hitam itulah efek dari kosmetik mengandung merkuri. Cara kerja kosmetik berbahaya yang banyak beredar di pasaran adalah menekan sel melanosit, jika sel tersebut berkurang konsentrasinya maka sel melanosit akan mengeluarkan begitu banyak melanin (zat warna kulit). “Saya mengangkat permasalahan ini sudah menjadi lingkup nasional, karena sudah mengamati mulai dari pelosok pedesaan sampai perkotaan,” tuturnya. Sejarah kosmetik Nanogold diilhami adanya kebudayaan nenek moyang atau sering disebut juga dengan susuk emas. Kemudian coba diterapkan dan diteliti melalui

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

Majalah Unesa

disertasi denga mengangkat permasalahan emas sebagai bahan kecantikan dan kesehatan. Beberapa peneliti juga sudah mencoba untuk memasukkan partikel emas ukuran mikro selanjutnya dianalisis bagaimana emas tersebut melakukan proses dan aktivitasnya. Dan, hasilnya partikel emas akan terurai sehingga ukurannya menjadi nano material. Selanjutnya akan berinteraksi membantu proses enzimatis untuk proliferasi sel dan biosintesis kolagen. Proses tersebut sangat dibutuhan untuk material anti aging. Beberapa peneliti dari luar negeri juga menyampaikan bahwa emas juga membantu glutathione untuk melakukan aktivitas anti oksidan endogen. Sehingga karena aktivitasnya sebagai anti oksidan yang sangat kuat maka, emas juga bisa digunakan sebagai obat. Titik sudah mematenkan emas untuk suplemen. Dalam kegiatan Uji Klinik Kosmetik ini akan berlangsung setiap sabtu dan minggu dengan agenda pemerikasaan kulit dan pembagian kosmetik nano gold (krim pagi dan krim malam) untuk keperluan 1 bulan. “Untuk masyarakat yang terindikasi terkena efek dari merkuri dan bahan berbahaya lainnya, akan mendapatkan penyuluhan hingga November,” paparnya. PT Gizi yang bekerja sama memproduksi dan mendisribusikan produk nano gold, mulai memasarkan produk ini di mini market dan beberapa pasar terkait kosmetik.n (SURYO)


SEPUTAR UNESA

FE KERJA SAMA DENGAN BAHRAIN

U

nesa melalui Jurusan Ilmu Ekonomi Unesa mengundang University Collage of Bahrain dalam stadium general bertajuk Global Islamic Financial di Auditorium G2 Fakultas Ilmu Ekonomi pada Selasa 22 Agustus 2017. Acara yang dikemas kuliah tamu tersebut dihadiri dosen dan mahasiswa ilmu ekonomi FE Unesa, perwakilan Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) dan Forum Dosen Ekonomi dan Bisnis Islam (Fordebi). Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi, Dr. H. Moch. Khoirul Anwar S.Ag, MEI mengatakan, kuliah tamu dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan informasi terkait keuangan syariah secara global. Kuliah tamu diawali dengan penandatangan kerja sama antara Ilmu Ekonomi Unesa dan University Collage of Bahrain. Kerja sama yang dimaksud dalam lingkup internasional untuk meningkatkan kualitas sumberdaya mahasiswa dan dosen serta lembaga terkait. “Kerja sama yang kami jalin dengan

tujuan peningkatan sumber daya manusia dan berkelanjutan dengan pelaksanaan student exchange maupun penelitian atau pengabdian yang dilakukan mahasiswa ataupun dosen,” terangnya. Sementara itu, Dekan FE, Drs. Eko Wahjudi, M.S dalam sambutannya menyampaikan perkembangan keuangan syariah di Indonesia yang mengalami peningkatan hingga 7 persen dari sebelumnya. Peningkatan itu juga didukung adanya pembentukan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS). “Indonesia memiliki populasi masyarakat muslim terbesar di dunia. Namun, dalam perkembangannya kalah bersaing dengan negaranegara lain, khususnya dalam hal pasar perbankan syariah. Tahun 2016, baru mencapai 5,3 persen, sedangkan Malaysia sudah sebesar 23,8 persen, Arab Saudi 51,1 persen dan Uni Emirat Arab sejumlah 19,6 persen,” terang Eko. Sultan Emir Hidayat, Ph.D, dari University Collage of Bahrain menuturkan, perkembangan

Majalah Unesa

keuangan syariah di Indonesia dapat terus meningkat dengan minat masyarakat dan dukungan pemerintah. Salah satunya, kegiatan berbangsa dan bernegara menggunakan keuangan syariah. Sultan juga memberikan beberapa solusi bagi mahasiswa dalam meningkatkan pertumbuhan keuangan syariah Indonesia agar masuk peringkat sepuluh besar internasional. Pertama, perlu pemahaman dan penerapan keuangan syariah dalam kegiatan sehari-hari. Transaksi menggunakan perbankan syariah seperti untuk kegiatan jual-beli, wadiah, sukuk, dan lain-lain. “Bukan hanya itu, konsumsi negara juga perlu menggunakan produk keuangan syariah dalam pelaksanaannya,” terangnya. Kedua, mahasiswa diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat. Upaya ini dapat dimulai di ranah keluarga, kemudian sahabat dan lingkungan sekitar. Dengan demikian peminat terhadap keuangan syariah meningkat. n (ZAKI)

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

27


SEPUTAR

UNESA

BOGA: Wakil Dekan 1 Fakultas Teknik, Dr. Mochamad Cholik, M.Pd didampingi sejumlah pejabat dan dosen Jurusan PKK menyaksikan hasil inovasi kuliner mahasiswa tata boga dalam acara Gelar Karya Cipta Boga 2017, Minggu (21/5).

FIP KERJA SAMA DENGAN THAILAND “Program ini akan membekali mahasiswa untuk berwawasan global dan go international wilayah Asean.”

U

DEKAN FIP UNESA, SUJARWANTO

nesa melalui Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) memperkuat kerja sama internasional dengan Khon Kaen University Thailand dalam program pertukaran mahasiswa (student exchange). Sebanyak 23 Mahasiswa FIP berangkat ke Thailand dalam rangka mengikuti program Academic and Culture Student Exchange pada 22 Agustus - 7 Sepetember 2017. Academic and Culture Student Exchange menjadi salah satu program unggulan FIP untuk mengenalkan

28

mahasiswa Unesa pada pendidikan di luar negeri. Program itu merupakan program tahun kelima yang dijalankan FIP dalam mengirimkan mahasiswanya. Tahun lalu, FIP telah mengirimkan 16 mahasiswa untuk belajar di Khon Kaen University Thailand. Setelah melewati beberapa rangkaian tes tulis dan lisan, terpilih 23 mahasiswa yang merupakan perwakilan dari prodi/jurusan di FIP. Ke-23 mahasiswa itu akan belajar di dua fakultas berbeda. Sebanyak 11 mahasiswa berada di College of Local

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

Majalah Unesa

Administration (COLA) dan 12 lainnya di Faculty of Education Khon Kaen University Thailand. Dekan FIP Unesa, Sujarwanto mengatakan, program tersebut lebih ditujukan sebagai pertukaran informasi, wawasan, pengetahuan, dan budaya. Dengan program ini, ia berharap mahasiswa dapat mengembangkan diri hingga level internasional. “Program ini akan membekali mahasiswa untuk berwawasan global dan go international wilayah Asean,” pungkasnya. n (MEZALINA)


SEPUTAR UNESA

UNESA JALIN KERJA SAMA DENGAN LPJK JAWA TIMUR “Kompetensi dunia kerja sekarang sangatlah ketat. Jika mahasiswa tidak dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan sangat mustahil lulusan Unesa dapat bersaing di dunia kerja.”

U

REKTOR UNESA, PROF. DR. WARSONO, M.S

nesa kembali melakukan kerja sama untuk miningkatkan kualitas mahasiswa. Kali ini, Unesa bekerja sama dengan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Jawa Timur. Penandatangan kerja sama dilakukan di ruang rapat kantor Rektor Unesa Lidah Wetan pada 25 Agustus 2017. Kerja sama tersebut bertujuan memberikan sertifikasi kompetensi kerja bagi lulusan teknik. Ketua LPJK Jawa Timur, Dr. Ir. Guntur Prihatmono, SP, MT, dalam

sambutannya mengatakan bahwa LPJK kini menjemput bola dan bersosialisasi ke perguruan tinggi untuk memberikan pembekalan bagi lulusan teknik. Menurut Guntur, sertifikasi yang diberikan LPJK kepada mahasiswa teknik dilakukan untuk memudahkan mereka mendapatkan kerja setelah lulus. “Selain itu, memberikan kompetensi yang layak bagi mereka menghadapi persaingan ketat di dunia kerja,” ujarnya. Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S mengapresiasi kerja sama dengan LPJK Jawa Timur. Rektor berharap

kerja sama tersebut bermanfaat bagi lulusan teknik, khususnya menghadapi persaingan dunia kerja. “Kompetensi dunia kerja sekarang sangatlah ketat. Jika mahasiswa tidak dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan sangat mustahil lulusan Unesa dapat bersaing di dunia kerja. Mewakili lembaga, saya berterima kasih kepada LPJK Jawa Timur yang bersedia bekerja sama dengan Unesa untuk meningkatkan kualitas lulusan mahasiswa Unesa,” ungkap Rektor. n (WAHYU/TONI)

SEPAKAT: Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S sepakati kerja sama dengan Ketua LPJK Jawa Timur, Dr. Ir. Guntur Prihatmono, SP., MT., dalam bidang sertifikasi kompetensi kerja bagi lulusan teknik Unesa.

Majalah Unesa

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

29


SEPUTAR

UNESA

PEKERTI-AA TINGKATKAN KOMPETENSI DOSEN

D

osen merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran dan sebagai penentu kualitas mahasiswa. Maka dari itu, peningkatan kompetensi dan ketrampilan dosen harus dilakukan. Salah satunya dengan mengikuti program PEKERTI-AA. PEKERTI singkatan dari Program Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional, sedangkan AA merupakan program Applied Approach. Kedua program tersebut bertujuan untuk peningkatan kompetensi dan profesionalisme dosen dalam memangku jabatan fungsional, terutama dalam peningkatan keterampilan pedagogis. Bertempat di ruang W1.08.01 dan W1.08.01, lantai 8 Gedung LP3M Unesa. Kegiatan tersebut terbagi menjadi 2 kelas sejak 7 Agustus hingga 18 Agustus. Sebanyak 53 Dosen ikut dalam kegiatan tesebut, diantaranya 17 dosen dari Unesa, 6 dosen dari Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI ), dan 18 dosen dari Dikti, Rabu (09/08). Prof. Dr. Siti Masitoh, M.Pd., salah

PEKERTI: Wakil Rektor I saat menyampaikan materi kepada para dosen muda Unesa dalam kegiatan Program Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional, sedangkan AA merupakan program Applied Approach.

satu pemateri dalam kegiatan tersebut memaparkan materi ‘teori belajar’. Tujuanya, agar peserta dapat menjelaskan teori belajar dan mampu memberikan contoh penerapanya dalam pembelajaran. Menurut Masitoh, belajar merupakan perubahan tingkah laku. Namun teori belajar yang diterapkan disekolah-sekolah cenderung pada teori Behavioristik yaitu Stimulus dan

Respons yang pada hakekatnya teori tersebut menekankan pada hasilnya bukan pada prosesnya. Masitoh juga berpesan kepada para peserta Pekerti-AA jika membeli buku wajib yang aslinya untuk memastikan tujuan asli penulisnya “Carilah buku yang aslinya, untuk memastikan tujuan asli dari penulisnya,” tegas Masitoh. n (TONI/EM)

UNESA KERJA SAMA DENGAN VICTORIA UNIVERSITY AUSTRALIA

U

nesa sebagai lembaga pendidikan membuka lebar-lebar ikatan kerja sama dengan pihak luar negeri. Kerja sama dilakukan sebagai upaya memajukan potensi yang ada dalam Unesa untuk berkiprah ke dunia Internasional. Salah satu bentuk kerja sama yang dilakukan adalah dengan Victoria University (VU Australia) dalam bidang keolahragaan dan pengajaran. Victoria University yang diwakili oleh Muliono Latif, Ms. Aprilyani (Regional Recruitment Manager), dan Mr. Rhys Williams (Doctor of International)

30

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

menandatangani MoU dengan Unesa di ruang sidang lantai 8 Rektorat Unesa pada 19 Juli 2017. Dari pihak Unesa diwakili Wakil Rektor Bidang Kerja Sama. Usai MoU, acara dilanjutkan dengan diskusi antarkedua lembaga. Dalam diskusi tersebut, dibicarakan mengenai pengiriman dosen Unesa untuk studi lanjut S3 dan students mobility untuk summer program. “Kami berharap kerja sama ini mampu menghasilkan tenaga pendidik yang berkualitas dan menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di masyarakat,’ terang Wakil Rektor IV, Prof. Djodjok Soepardjo, M.Litt. n (WAHYU)

Majalah Unesa


KABAR SM-3T Menjemput Peserta SM-3T Unesa Angkatan VI di Nunukan (1)

Tak Ada yang Istimewa

Untuk kesekian kalinya, Prof. Luthfiyah Nurlaela M.Pd menuliskan kisah dan pengalaman perjalanannya dalam mengemban tugas ke pelosok negeri. Kali ini, Ketua PPG Unesa ini ditugaskan ke Nunukan Kalimantan Utara untuk menjemput peserta SM-3T Unesa angkatan ke VI yang selesai menjalankan tugasnya. Apa dan bagaimana perjalanan dan pengalaman yang didapatkan di lapangan? Berikut tulisan berseri untuk Majalah Unesa.

SELAMAT DATANG: Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela M.Pd. saat baru tiba di Bandara Udara Nunukan, Kalimantan Utara dalam rangka menjemput peserta SM-3T Unesa angkatan VI.

P

anas menyengat menyambut kedatangan kami di Bandar Udara Nunukan. Waktu sekitar pukul 14.00. Hentakan Karlstar yang keras saat menyentuh landasan beberapa menit yang lalu seperti masih terasa. Pesawat berkapasitas 48 orang itulah yang membawa kami terbang dari Tarakan menuju Nunukan dengan waktu sekitar tiga puluh menit. Sebuah perjalanan udara yang singkat. Papan

nama “Selamat Datang di Bumi Penekindi Debaya” menarik perhatian saya dan begitu saja menepiskan lelah dan gerah yang saya rasakan. Spontan hati saya bertanya, “apakah artinya penekindi debaya?” Lewat Wikipedia, saya temukan bahwa istilah tersebut berasal dari Bahasa Tidung, yang artinya: “Membangun Daerah”. Saya bersama Mas Febry Irsiyanto, staf LP3M Unesa, segera memasuki gedung terminal yang kecil itu,

Majalah Unesa

mengingatkan saya pada gedung terminal di Waingapu, Melongwane, Wamena, Kasonaweja, Saumlaki, dan bandara perintis lainnya yang pernah saya singgahi. Tak berapa lama, kami keluar dari gedung bandara dengan membawa bagasi kami, dan menuju hotel dengan diantar mobil kijang hijau yang sudah disiapkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Nunukan. Kedatangan saya dan Mas Febry di salah satu kabupaten di Kalimantan

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

31


KABAR

SM3T

Sepertinya saya belum menemukan sesuatu yang ‘wow’ sejak siang sampai malam ini. Kota Nunukan yang diresmikan pada 4 Oktober 1999 ini bagi saya sangat-sangat biasa. Setidaknya itulah yang saya lihat di sepanjang jalan dari Hotel Laura menuju alun-alun. Utara ini adalah dalam rangka melaksanakan tugas menjemput Peserta SM-3T Unesa Angkatan VI. Ada sebanyak 84 peserta yang saat ini seluruhnya sudah berkumpul di Nunukan. Sebagian di Hotel Maspul dan sebagian lagi di Hotel Laura. Hotel Laura, kabarnya adalah hotel milik Ibu Bupati. Nama lengkap bupati adalah Hj. Asmin Laura Hafid, SE., MM. Masih muda, 32 tahun. Cantik jelita. Setidaknya begitulah kesan yang saya tangkap saat melihat fotonya bersama Wakil Bupati yang ada di pigura di dinding sebuah warung makan di sekitar Hotel Laura. Hari ini tidak banyak yang saya lakukan. Saya bahkan menghabiskan sore saya dengan membuka laptop dan mengerjakan pekerjaan rumah saya yang menumpuk. Menjelang maghrib, saya keluar kamar untuk berkoordinasi dengan Mas Febri dan Korlap SM-3T Nunukan, Afif, tentang rancangan acara pelepasan besok pagi di Kabupaten. Tidak ada hal yang urgen. Semua acara sudah disiapkan oleh Dinas dan staf GTK. Transportasi diatur oleh biro perjalanan yang dikondisikan langsung dari Jakarta. Konsumsi peserta sehari-hari juga semua sudah dipesan oleh GTK. Tugas saya dan Mas Febri hanya menjemput dengan peran sesuai yang tertuang dalam SOP Penjemputan. Selepas maghrib, kami berkoordinasi, atau lebih tepatnya, berbincang dengan dua staf Dinas. Satu orang staf sedang mempersiapkan kelengkapan administrasi dan meminta para peserta SM-3T untuk menandatangani berkas-berkas. Seorang lagi, menemani kami makan malam dengan menu yang saya

32

sebenarnya tidak terlalu berselera. Sepertinya saya belum menemukan sesuatu yang ‘wow’ sejak siang sampai malam ini. Kota Nunukan yang diresmikan pada 4 Oktober 1999 ini bagi saya sangatsangat biasa. Setidaknya itulah yang saya lihat di sepanjang jalan dari Hotel Laura menuju alun-alun. Bersama Pak Fadli, staf Dinas, dan Mas Febry, kami memilih jalan-jalan malam itu sambil menikmati suasana Kota Nunukan. Toko-toko dan minimarket serta pedagang kaki lima memenuhi sepanjang jalan. Penjual makanan dengan menu-menu Jawa, ayam penyet, soto, seafood, nasi goreng, capcay, sangat biasa. Tidak ada taman-taman kota yang indah. Tidak ada kios-kios yang menjual pernak-pernik etnik. Tidak ada hasil bumi atau hasil laut khas Nunukan. Biasa-biasa saja. Nunukan di mata saya bahkan cenderung semrawut dan kurang bersih. Beda sekali kesan pertama saya saat mengunjungi daerah 3T yang lain. Sumba Timur dengan kain tenun dan beragam aksesorisnya yang khas, serta tumpukan ikan dan hasil bumi di pasar-pasar tradisional. Sorong yang kaya dengan hasil bumi dan—yang sangat berkesan bagi saya—daun gatal. Wamena dan Mamberamo Tengah yang memiliki bunga plastik, buah merah, noken, dan koteka. Mamberamo Raya dengan papeda dan ulat sagunya. Talaud dengan lobster, umbi-umbian, dan sambal dabu-dabu. Menado dengan bubur tinutuan dan nasi jaha. Kupang dengan dendeng sapi dan sei. Dan sebagainya. Kesukaan saya setiap kali mengunjungi tempat baru, selalu yang saya cari adalah apa yang khas. Bisa berupa makanan, barang

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

Majalah Unesa

kerajinan, atau adat istiadat dan budaya. Saya hobi blusukan di pasar tradisional atau ke kampungkampung untuk melihat kehidupan masyarakat. Namun di Nunukan ini, sepertinya saya belum beruntung karena saya belum menemukan apa yang saya cari. Mungkin juga karena saya belum cukup melakukan penjelajahan. Saat saya bertanya pada Pak Fadli, di mana pasar tradisonal, jawabannya bukan seperti harapan saya. Dia menyebut sebuah tempat dan di situ dia bilang, kita bisa mudah menemukan baju-baju dan lain-lain yang diimport dari Malaysia, termasuk baju-baju bekas. Padahal maksud saya adalah pasar tradisional yang di situ kita bisa mendapatkan hasil bumi, hasil laut, dan barangbarang khas lainnya. Hal ini mungkin dikarenakan Nunukan sudah banyak kehilangan penduduk aslinya. Penduduk Nunukan lebih banyak para pendatang dari Jawa, Makassar, Sulawesi. Penduduk asli, Suku Tingalan atau Dayak Agabag, menjadi kelompok minoritas dan tinggal di pedalaman-pedalaman. Suku ini kabarnya tidak hanya ada di Kabupaten Nunukan, namun juga di Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Malinau, bahkan juga di negara tetangga, Malaysia, yaitu di Sabah dan Tawau. Malam ini saya dan Mas Febry sempat berbincang dengan Ibu Rus, kepala sekolah SMK Sei Menggaris. Sei Menggaris bisa ditempuh dengan speedboat dalam waktu tempuh sekitar dua jam dari Nunukan kota. Ibu Rus datang ke Nunukan dalam rangka mengantar siswanya berobat, sekaligus ingin melepas tujuh guru SM-3T yang ditugaskan di sekolahnya. Berbagai cerita mengalir deras dari mulutnya. Kisah awal mula perempuan Bugis itu terdampar di Sei Menggaris. Juga cerita tentang perjuangannya memajukan SMK tempatnya bertugas. Tentang etos kerja sebagian besar guru lokal yang memprihatinkan dan etos kerja guru SM-3T yang strong, begitu


KABAR SM-3T Kehadiran guru SM-3T telah sangat amat berarti dalam mempersiapkan akreditasi sekolah serta penyelenggaraan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).

BANDARA: Saat tiba di Bandara Nunukan terpampang spanduk ucapan selamat datang yang tentunya ditujukan untuk semua yang datang di sana. (BAWAH) penulis menyerahkan cinderamata kepada salah seorang guru dari dinas pendidikan setempat.

dia menyebutnya. Kehadiran guru SM-3T telah sangat amat berarti dalam mempersiapkan akreditasi sekolah serta penyelenggaraan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Dia bilang, tanpa bantuan guru-guru yang luar biasa itu, tidak mungkin semuanya itu bisa dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sangat baik. Yang membuatnya sedih,

dia dan seluruh warga sekolah dan masyarakat Sei Menggaris harus kehilangan guru-guru SM3T tersebut. Namun ada yang membuatnya agak lega, adalah kehadiran 6 Guru Garis Depan (GGD), yang akan ditugaskan di sekolahnya mulai minggu ini. Meski, dia menyayangkan, karena latar belakang pendidikan keenam

Majalah Unesa

guru tersebut dari mata pelajaran kelompok adaptif dan normatif. Padahal yang dia butuhkan adalah guru-guru dari kelompok produktif. Namun, dia menghibur diri, siapa pun yang menjadi guru di tempatnya dan juga di sekolah-sekolah lain di pedalaman Nunukan, harus bisa mengajar mata pelajaran apa pun, tak perduli latar belakang pendidikannya. Begitulah, cerita lama itu terus saja terulang, di mana guru-guru SM-3T menjelma menjadi ‘guru serba bisa’ di tempatnya bertugas. Saya katakan pada Bu Rus, semoga tidak terjadi malapraktik pendidikan. Karena bagaimana pun, guru-guru bidang adaptif dan normatif tentulah tidak memiliki bekal yang cukup untuk mengajar praktek mata pelajaran kelompok produktif. Ya, tapi mereka bisa mengajar sambil belajar, dan belajar sambil mengajar. Begitulah saya dan Bu Rus bersepakat. Ya‌ya, setidaknya mereka masih lebih baik karena mereka berada di sekolah dan memastikan siswa-siswa akan terlayani. Setidaknya mereka tidak membiarkan kelas-kelas menjadi kosong dan sepi dan siswa-siswa terlantar. Setidaknya mereka siap mendampingi siswa untuk belajar dan menjadi fasilitator yang baik serta bersama-sama mencari solusi atas masalah apa pun yang dihadapi dalam belajar.n Nunukan, 20 Agustus 2017 Penulis adalah Guru Besar Unesa dan Ketua Program Profesi Guru Unesa

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

33


CATATAN LINTAS

TREND BARU DALAM PENDIDIKAN?

S

Selasa, (12/9/17) adalah hari pertama saya mengajar di Pascasarjana Unesa, dan langsung dua kelas. Kelas pertama pukul 13.00-14.40 di S2 diikuti oleh delapan mahasiwa terdiri dari enam wanita dan dua pria. Kelas kedua, pukul 15.0016.40 di S3 diikuti oleh empat mahasiswa, semuanya wanita. Pada hal kedua kelas itu bukankah kelas yang lazim diikuti oleh wanita, seperti tata busana dan sejenis itu. Kelas yang justru biasanya banyak diikuti oleh pria. Bahwa prestasi mahasiswi lebih baik, saya sudah pernah mendiskusikan pada blog ini beberapa tahun lalu. Saat itu, saya mencermati saat ada wisuda di Unesa, pemuncaknya, yaitu lulusan dengan IPK tertinggi setiap fakultas, sebagian besar wanita. Bahkan pernah suatu saat dari sebelas pemuncak sembila di antaranya wanita. Jumlah pemuncak yang laki-laki tidak pernah mencapai lima orang. Biasanya antara tiga atau empat. Waktu itu saya berpikir karena komposisi mahasiswa di Unesa memang sekitar 65% dari total mahasiswa. Jadi wajar kalau pemuncak lulusan juga wanita. Namun kalalu kita dengan dan baca di berbagai pemberitaan, lulusan terbaik sekolah tertentu ternyata memang banyak yang perempuan. Demikian pula jika ada berita lulusan SMA yang diterima di perguruan tinggi terkenal, biasanya banyak yang wanita. Dalam suatu diskusi bebas di Unesa, ada teman yang menjelaskan karena wanita di usia remaja biasanya lebih rajin dan tidak berkegiatan yang aneh-aneh, sehingga hasil belajarnya lebih baik. Nah, sekarang bukan masalah prestasi tetapi semangat untuk sekolah. Jenjang S3 sewajarnya diikuti oleh orang

34

OLEH MUCHLAS SAMANI

Apakah memang kita memasuki era perempuan, seperti disinyalir oleh Naissbit pada buku Global Paradoks? Apakah karena jumlah wanita di Indonesia meningkat? Apakah peningkatan partisipasi pendidikan bagi wanita di Indonesia sudah mencapai jenjang pascasarjana? yang ingin mengembangkan diri, mengembangkan karier atau orang yang memiliki semangat belajar tinggi walaupun itu bukanlah tuntutan primer. Kalau empat orang mahasiswa S3 semua wanita, pada hal bukan program studi yang biasanya diisi oleh mahasiswa tentu sebuah fenomena yang menarik. UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen mensyaratkan guru berpendidikan minimal S1/D4. Jadi kalau ada guru yang kuliah S2 tentulah yang bersangkutan merupakan orang yang ingin mengembangkan kariernya, orang yang memiliki semangat mengembangkan diri atau sejenis itu. Ketika dalam satu kelas, enam mahasiswa semuanya guru dan empat di antaranya wanita tentu merupakan fenomena yang menarik. Apakah memang kita memasuki era perempuan, seperti disinyalir oleh Naissbit pada buku Global Paradoks? Apakah karena jumlah wanita di Indonesia meningkat? Apakah peningkatan partisipasi pendidikan bagi wanita di Indonesia sudah mencapai jenjang pascasarjana? Apakah anak laki-laki atau orang laki-laki tidak lagi tertarik ke dunia akademik? Ataukah ini imbas dari munculnya ketidakpercayaan publik terhadap pendidikan tinggi, seperti

| Nomor: 108 Tahun XVIII - Agustus 2017 |

Majalah Unesa

disinyalir oleh Jim Clifton dalam artikelnya Universities: Disruption is Coming? Saya tidak tahu dan tidak merasa berkompeten untuk menjawab. Di samping fenomena tersebut di atas, ternyata ada yang sebaliknya. Sampai saat ini belum pernah ada Rektor perempuan di Unesa. Setahu saya baru ada tiga orang yang menjabat Wakil/Pembantu Rektor, yaitu Prof Murtiningrum, Prof Kisyani, dan Dr. Yuni Sri Rahayu. Setahu saya juga baru ada dua orang yang pernah menjadi Dekan, yaitu Prof Tjandrakirana dan Prof Sarmini. Memang kita pernah punya presiden perempuan, namun baru satu diantara tujuh. Rasanya kita belum pernah punya gubernur perempuan. Bupati/ wali kota sudah lumayan banyak, tetapi masih jauh dibanding yang laki-laki. Bahkan kepala sekolah perempuan ternyata juga masih terlalu sedikit dibanding laki-laki. Mengapa tidak sama gejalanya? Sekali lagi saya tidak tahu. Seorang teman pernah menjelaskan karena setelah bekerja, wanita tetap saja lebih mementingkan urusan rumah tangga dibanding kariernya, sehingga tidak banyak yang kariernya berkembang baik. Ada juga yang berargumen memang kodrat wanita itu mengurusi keluarga dan bukan karier di luar rumah. Dan masih banya lagi. Atau fenomena pertama itu masih tahapan awal dan belum menyentuh yang kedua? Artinya, setelah sekian tahun wanita mendominasi prestasi di sekolah, kuliah dan jumlah mahasiswa pascasarjana pada saatnya juga akan mendominasi jabatan di berbagai instansi. Mari kita tunggu saja, sejarah yang akan mebuktikan. n *http://muchlassamani.blogspot.co.id




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.