Majalah Unesa 109

Page 1



WARNA REDAKSI

U

nesa memiliki keinginan untuk menuju PTN-BH. Salah satu langkah yang dilakukan ialah dengan meningkatkan akreditasi program studi dan akreditasi perguruan tinggi. Pada akreditas program studi telah terjadi peningkatan yang sangat signifikan. Dalam tiga tahun terakhir telah terjadi peningkatan prodi yang terakreditasi A dari 10 menjadi 31. Selain itu, prodi yang terakreditasi C terus ditekan, sampai tidak lagi ada prodi yang terakreditasi C. Peningkatan jumlah prodi yang terakreditasi A tentu akan menjadi modal untuk pencapaian akreditasi PT, yang saat ini sedang proses menunggu visitasi. Dari sisi prestasi internasional, Unesa juga sedang memacu peningkatannya, terutama publikasi dan paten. Dalam hal ini, untuk menghasilkan karyakarya intelektual di tingkat internasional dibutuhkan kualitas sumber daya manusia dan iklim akademik yang tinggi. Komitmen

para dosen untuk melakukan penelitian yang terarah dengan peta jalan penelitian yang jelas serta ketekunan dalam bidang ilmunya terus diupayakan. Di sisi ini, Unesa terus bekerja keras, karena sampai saat ini jumlah karya-karya intelektual dosen dan mahasiswa masih belum banyak. Penelitian-penelitian dosen yang memperoleh sumber dana dari luar

UNESA

dalam perjalanannya UPI juga menghadapi banyak kendala. Posisi Unesa dibandingkan dengan PTN eks IKIP di Indonesia juga masih belum berada pada urutan tertinggi. Unesa masih berada di bawah UNY, UM, dan Unnes. Ini juga merupakan tantangan kita semua, untuk secara bersama-sama dari seluruh sivitas akademika dan para tenaga kependidikan lainnya bekerja keras, dan cerdas, serta ikhlas, sehingga peringkat Unesa bisa naik. Memang dari sisi peringkat perguruan tinggi di Indonesia, Unesa juga mengalami peningkatan, namun perguruan tinggi lain juga terus berlari, sehingga jika kita hanya lari biasa-biasa saja, kita akan tertinggal juga. Yang dibutuhkan adalah semangat untuk melakukan perubahan secara cepat dan cerdas, termasuk perubahan pola pikir dan mental. Semoga dengan kerja keras tanpa mengenal lelah, Unesa segera mampu meraih harapan dan cita-citanya, yakni menjadi PTN BH. . n ARM

MENUJU PTN BH negeri juga masih sangat sedikit. Jika dibandingkan antara Unesa dengan perguruan tinggi yang telah berstatus sebagai badan hukum, tentu belum setara. Sampai saat ini ada sebelas PTNBH, antara lain adalah UI, ITB, UGM, IPB, UNPAD, UNAIR, ITS, UNHAS, USU, UNDIP, dan UPI. Hampir semua PTN-BH adalah perguruan tinggi yang sudah lama berdiri dan memiliki bidang ilmu yang heterogen. UPI merupakan satu-satunya PTN eks IKIP yang berstatus badan hukum, meskipun

Majalah Unesa

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

3


DAFTAR RUBRIK

12

EDISI SEPTEMBER 2 01 7

FOTO: HUMAS

Edisi Ini

05

UNESA MENUJU KAMPUS PTN-BH

Saat ini Unesa masih tercatat sebagai kampus dengan status Badan Layanan Umum (BLU).Dengan menyandang status BLU, tentu ke depan Unesa akan berupaya menuju kampus berstatus PTN-BH (Badan Hukum). Bagaimana upaya diwujudkan hal itu?

11

WORKSHOP PENULISAN TESIS DAN PUBLIKASI JURNAL ILMIAH

14

SEMINAR INTERNASIONAL MISEIC 2017

16

17

PERKUAT KOMPETENSI PENDIDIKAN VOKASI & SERTIFIKASI

FBS JALIN KERJA SAMA DENGAN WALAILAK UNIVERSITY

20

KOLOM REKTOR

Menuju Kampus PTN BU

31

18

KABAR SM-3T

Menjemput Kembali Peserta SM-3T Unesa Angkatan VI di Nunukan Kalimantan Utara (Bagian 2)

34

CATATAN LINTAS

RALAT TEKS FOTO EDISI 108 Pada edisi 108, halaman 23 terdapat kesalahan pemuatan teks foto. Yang benar adalah sebagai berikut: Ketua Satuan Pengawasan Internal (SPI) Unesa, Prof. Dr. Leny Yuanita, M.Kes bersama Rektor Unesa Prof. Dr. Warsono MS dalam pelatihan Satuan Pengawasan Internal di lingkungan Unesa.

Terima kasih,

oleh Prof. Dr. Warsono, MS.

Redaksi

Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 109 Tahun XVIII - September 2017 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor), Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (PR I), Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (PR II), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (PR III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB: Dra. Ec. Ratih Pudjiastuti, M.Si (Kepala BAAK) PEMIMPIN REDAKSI: Dra. Titin Sumarti, M.Pd (Kabag. Kerja Sama dan Humas) REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto REPORTER: Lina Mezalina, Murbi Astuti, Suryo Waskito, Emir Musa, Khusnul, Syaiful Hidayat, Asnaul Ilmiyah, M. Hasan Zaki, Mira Carera, Merry, Fikriyatul Umah, Nely Eka, Novita, Belya Dwi, Geofany FOTOGRAFER: Sudiarto Dwi Basuki, M. Wahyu Utomo, DESAIN/LAYOUT: Abdur Rohman, Basir Aidi ADMINISTRASI: Rr. Dwi Astuti, S.H., MM. (Kasubbag. Humas), Supi’ah, S.E. DISTRIBUSI: Lusia Patria, S.Sos, Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung Rektorat Kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya

4

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

MENUJU KAMPUS PTN-BH Saat ini Unesa masih tercatat sebagai kampus dengan status Badan Layanan Umum (BLU). Status itu diperoleh sejak 27 Februari 2016 dengan kode BLU 414970. Dengan menyandang status BLU, Unesa memang belum sepenuhnya bisa mengelola keuangan sendiri namun sudah lebih fleksibel dalam pengelolaan keuangan dibandingkan sebelumnya, meskipun memang wewenangnya terbatas sesuai dengan yang dari pusat. Setelah cukup lama menerapkan menyandang status PTN BLU, tentu ke depan Unesa akan berupaya menuju kampus berstatus PTN-BH (Badan Hukum) sehingga memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengatur keuangan dan rumah tangganya sendiri. Mungkinkah hal itu diwujudkan? Majalah Unesa

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

5


LAPORAN

UTAMA

Apa Itu PTN-BH? Seringkali kita mendengar sebutan PTN-BH. Namun, belum banyak yang memahami apa sebenarnya pengertian dari PTN-BH tersebut. Dari Wikipedia ditemukan definisi PTN-BH adalah perguruan tinggi negeri yang didirikan oleh pemerintah yang berstatus sebagai badan hukum publik yang otonom. Dengan menyandang status PTN BH, berarti perguruan tinggi tersebut memiliki otonomi penuh dalam mengatur anggaran rumah tangga dan keuangan perguruan tinggi tersebut. Bahkan, kewenangan lain yang didapat kampus berstatus Badan Hukum adalah dapat membuka dan menutup prodi yang ada pada perguruan tinggi tersebut. Otonomi perguruan tinggi negeri (PTN) berstatus Badan Hukum diatur pada pasal 1 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2013 tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa pengertian PTN berbadan hukum adalah perguruan tinggi negeri yang didirikan oleh Pemerintah yang berstatus sebagai subyek hukum yang otonom. Menurut KBBI, kata otonomi memiliki arti pemerintahan sendiri, atau suatu hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

sangat ketat bagi setiap perguruan tinggi negeri untuk mencapai status badan hukum. Dikutip dari https:// tankmipaunj.wordpress.com/2016, PTN harus mantap dan professional di 8 bidang pengelolaan. Pertama bidang Kemahasiswaan yang meliputi pendaf­taran, pendataan, pemantauan, hasil ujian, profil mahasiswa, dan profil alumni. Kedua bidang Mata Kuliah, yang meliputi isi kurikulum, tata cara, modul pengajaran mata kuliah terkait, dosen yang relevan, pendataan dan pencatatan mata kuliah, hasil pembelajaran, tuntut­ an mahasiswa, dan tingkat keberhasilan. Ketiga bidang Manajemen yang meliputi keterlibatan majelis amanat (senat+perwakilan mahasiswa), strategi matang, perencanaan operasional, pengalokasian SDM, mekanisme pengalokasian dan pemberdayaan, jaminan kualitas pembelajaran dan penelitian, penilaian akuntabilitas, sistem informasi yang canggih, dan struktur manajemen yang jelas dalam pendelegasian kewenangan. Bidang keempat adalah Sumber Daya yang meliputi rancangan kontrak kerja, skala pembayaran, tunjang­ an pension, pemberian penghargaan, sanksi jelas, tuntutan staf, dan pencatatan personil. Kelima bidang Keuangan, yang meliputi prosedur finansial, sistem pembukuan, sistem pemberian gaji, mekanisme pemantauan, manajemen uang tunai, peng­ adaan barang, pencatatan asset, dan perpajakan dan perbankan. Selanjutnya bidang keenam adalah

Syarat Menjadi PTN-BH Tidak mudah untuk menjadi kampus dengan status PTN-BH. Pemerintah menetapkan syarat yang

6

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

Majalah Unesa

Perolehan dan Pendapatan, yang meliputi dorongan pendapatan tambahan, tidak mengorbankan misi akademik, aspek legal dan ketentuan pajak, pendistribusian pendapatan, penanganan paten dan royalty, akurat perhitungan biaya pekerjaan, dan peluang mencari tambahan (part time). Bidang ketujuh Administrasi Professional, yang meliputi tenaga memenuhi syarat, bentuk pelatihan keterampilan, bimbingan dari peme­ rintah, dan asistensi dan dialog de­ ngan pemerintah. Kedelapan, bidang Sumber Pendanaan, yang meliputi APBN dan Non-APBN (iuran masyarakat, biaya pendidikan, dana abadi, dana usaha, kerja sama tridarma, dan pengelolaan dana). Selain kedelapan bidang tersebut, PTN berstatus Badan Hukum harus memiliki empat pondasi kuat yakni kerangka legal yang kuat, mekanisme block-funding, jaminan mutu, bangun­an harus berstandar AISO, dan administrasi professional. Selain itu, ada pula persyaratan PTN yang hendak berubah status menjadi PTN BH harus masuk sembilan peringkat nasional dalam publikasi internasional dan paten, telah terakreditasi institusi A oleh BAN PT, opini keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama 2 tahun berturut-turut, dan prestasi kegiatan kemahasiswaan di tingkat internasional. Baru ada 11 PTN-BH Karena ketatnya persyaratan yang diberikan pemerintah, sampai de­ngan tahun 2016, baru terdapat 11 perguruan tinggi negeri badan hukum. Penetapan status itu pun dilakukan secara bertahap dengan durasi waktu yang cukup lama. Dari Wikipedia, disebutkan bahwa pada awalnya, tahun 2000, PTN yang ditetapkan sebagai PT BHMN berjumlah 4 yakni Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Kemudian, pada tahun 2003, Universitas Sumatera Utara (USU) ditetapkan sebagai PT BHMN . Tahun 2004, giliran Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang mendapat status PT BHMN . Tahun tahun 2006,


LAPORAN UTAMA Universitas Airlangga ditetapkan sebagai PT BHMN berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2006. Lahirnya UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi menjadi pijakan dasar bagi Perguruan Tinggi Negeri Eks-BHMN untuk beralih status menjadi PTN Badan Hukum. Pada tahun 2015, pemerintah menambah 4 jumlah perguruan tinggi negeri (PTN) yang berstatus badan hukum (PTN BH) yang awalnya bersifat badan layanan umum (BLU). Keempat PTN tersebut adalah Universitas Padjadjaran Bandung, Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Hasanuddin Makassar, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Dengan demikian, hingga sekarang jumlah perguruan tinggi yang berstatus Badan Hukum adalah 11 Perguruan Tinggi.n (SIR/BERBAGAI SUMBER)

TABEL: Daftar 11 PTN – BH dan Produk Hukumnya No.

Nama PTN

Produk Hukum

1.

Institut Teknologi Bandung (ITB)

Peraturan Pemerintah no. 65 Tahun 2013

2.

Institu Pertanian Bogor (IPB)

Peraturan Pemerintah no. 66 Tahun 2013

3.

Universitas Gadjah Mada (UGM)

Peraturan Pemerintah no. 67 Tahun 2013

4.

Universitas Indonesia (UI)

Peraturan Pemerintah no. 68 Tahun 2013

5.

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Peraturan Pemerintah no. 15 Tahun 2014

6.

Universitas Sumatera Utara (USU)

Peraturan Pemerintah no. 16 Tahun 2014

7.

Universitas Airlangga (Unair)

Peraturan Pemerintah no. 30 Tahun 2014

8.

Univeristas Padjadjaran (Unpad)

Peraturan Pemerintah no. 51 Tahun 2015

9.

Universitas Diponegoro (Undip)

Peraturan Pemerintah no. 52 Tahun 2015

10.

Universitas Hasanuddin (Unhas)

Peraturan Pemerintah no. 53 Tahun 2015

11.

Institut Teknologi Sepuluh November (ITS)

Peraturan Pemerintah no. 54 Tahun 2015

SUMBER: http://www.kopertis12.or.id

IMBAUAN KEMENRISTEK DIKTI KE PTN BH Kampus PTN BH tentu memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam pengelolaan kampusnya. Oleh karena itu, Menristekdikti, Mohammad Nasir menghimbau agar Kampus PTN-BH melakukan hal-hal berikut. Merampingkan Jumlah Fakultas Pada peluncuran Universitas Diponegoro sebagai PTNBH pada Selasa, 3 Januari 2017 di Gedung Prof. Soedarto SH Kampus Undip Tembalang, Semarang, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) RI M. Nasir menyarankan kepada perguruan tinggi yang berstatus PTN-BH atau Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum untuk melakukan perampingan jumlah fakultas. Perampingan itu, kata Nasir, bertujuan untuk efisiensi. Nasir mendasarkan hal itu berkaca pada perguruan tinggi di negara maju. Nasir mencontohkan, di Queensland. Universitas di sana hanya ada sekitar 5 fakultas, namun jumlah program studinya bisa 401 unit. Sedangkan di Indonesia, sangat gemuk perbandingan jumlah fakultas dengan program studi. Oleh karena itu, perlu dilakukan perampingan jumlah fakultas.

Majalah Unesa

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

7


LAPORAN

UTAMA

Mantan Rektor Undip itu memberikan gambaran, fakultas bisa dibagi menjadi beberapa saja. Seperti Fakultas Sains dan Ilmu Kesehatan yang terdiri atas Kedokteran, Kesehatan, Psikologi, dan sejenisnya. Lalu ada Fakultas Sains Teknologi yang terdiri dari Teknik, MIPA, dan sejenisnya. Kemudian Fakultas Humaniora yang terdiri atas Ilmu Budaya, Sosial, Hukum, dan sejenisnya. Terakhir, untuk Perikanan, Peternakan, Kelautan, bisa dijadikan satu dengan Kehutanan (jika ada-red). Namun, semua kewenangan diserahkan kembali kepada pihak PTN terkait, dalam hal ini rektor dan jajarannya yang sudah mendapatkan otoritas untuk melakukan pengelolaan di kampusnya sebagai PTN-BH, baik secara akademik maupun non-akademik. Tingkatkan Jumlah Publikasi Ilmiah Selain perampingan jumlah fakultas, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir juga menghimbau perguruan tinggi negeri badan hukum (PTN-BH) untuk meningkatkan jumlah publikasi ilmiah. Hal ini disampaikan ketika meresmikan tata kelola Universitas Padjadjaran (Unpad) sebagai PTN-BH. M. Nasir mengungkapkan perihal regulasi terkait kewajiban civitas akademika perguruan tinggi untuk menghasilkan publikasi ilmiah nasional maupun internasional. Ia mengatakan, pada tingkat guru besar, diharuskan setiap profesor melakukan publikasi internasional satu kali dalam

setahun. Dosen Lektor Kepala wajib publikasi internasional satu kali dalam dua tahun. Jika setiap dekan fakultas mendorong dosen melakukan 25 sampai 30 publikasi internasional setiap tahun, tentu jumlah publikasi ilmiah akan meningkat luar biasa. Dievaluasi Berkala Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menegaskan status perguruan tinggi negeri berbadan hukum (PTN-BH) akan dievaluasi secara berkala. Oleh karena itu, perguruan tinggi yang sudah ditetapkan menjadi PTN-BH harus meningkatkan kualitas mutu dan layanannya. Saat ini, sudah ada 11 PTN-BH, yakni Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Kemudian, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Ban­ dung, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Universitas Sumatera Utara (USU), disusul empat perguruan tinggi negeri yang lainnya. Menurut Nasir, salah satu indikator yang akan dievaluasi sebagai PTN-BH, PTN-BH harus masuk di dalam ranking perguruan tinggi dunia, setidaknya dalam ranking 500 besar. Evaluasi akan dilakukan lima tahun setelah ditetapkan menjadi PTN BH. Menurut Nasir, PTN-BH yang tidak masuk ke dalam ranking 500 besar perguruan tinggi dunia akan dipertimbangkan statusnya untuk turun grade atau tetap dipertahankan sebagai PTN-BH. n (SIR/BERBAGAI SUMBER)

Warek II, Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T

D

MENUJU PTN BH TAK CUKUP HANYA WTP SAJA

rs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T, Wakil Rektor II Bidang Umum dan Keuangan mengatakan bahwa sebagai PTN BLU, manajemen keuangan Unesa sudah tiga tahun berturut-turut sejak 20142016 mendapatkan penilaian Wajar Tanpa Pengeculian (WTP). Namun, untuk menuju PTN berstatus Badan Hukum (BH), tidak cukup hanya pada penilaian WTP saja, instrumen lain seperti akreditasi, SDM dan sebagainya sangat diperlukan. Nah, Unesa saat ini belum dapat memenuhi hal itu. Sejauh ini, menurut Tri Wrahatnolo, Unesa dalam penataan sistem akuntansi, keuangan dan pelapor­ an sudah sesuai dengan peraturan yang ada baik yang dikeluarkan

8

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

MENUJU BLH: Gedung Pendidikan (rektorat) Unesa terus berbenah di kampus Lidah Wetan Surabaya. Foto diambil dari gedung Wiyata Mandala (Gedung W1) Unesa. foto: HUMAS

oleh pemerintah maupun kemen­ terian keuangan. Pelaporan dijalan­ kan dengan baik dan disusun sesuai pedoman Anggaran Standar Operating Procedure (ASOP). Kemudian, dilakukan pelatihan bagi para tenaga pengelola keuangan, termasuk para pimpinan yang terkait dengan anggaran keuangan. Tak cukup hanya itu, Unesa juga membangun infrasruktur untuk pengelolaan keuangan baik hardware maupun software. Infrastruktu yang dipersiapkan di antaranya menyiapkan aplikasi pelaporan keuangan, membangun sistem akuntansi, sistem perencanaan, sistem pengelolaan barang milik negara, termasuk link pada sistem-sistem lain seperti sistem Siakadu. “Akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan harus mempertanggungjawabkan segala hal kegiatan apapun,” ucap dosen Fakultas Teknik tersebut.

Lebih lanjut, Tri menjelaskan bahwa Unesa sudah memiliki Organisasi dan Tata Kerja (OTK) yang ada standarstandarnya. Tata kerja tersebut sudah ditetapkan oleh kementerian. Artinya, semua yang dilakukan sudah didesain sehingga tidak begitu saja langsung ada. “Semuanya by desain,” tandasnya. Tri menambahkan, di Unesa ini ada dua sistem akuntasni. Yakni sistem akuntansi pemerintahan dan sistem akuntansi keuangan. Keduanya, harus menjadi acuhan PTN BLU. Hal ini berbeda dengan PTN BH yang hanya mengacu pada SAK (Sistem Akuntansi Keuangan), SAP (Sistem Akuntansi Pemerintah). “Kita sudah memulai independen cuma agak susah karena banyak aturan sehingga mempersulit BLU kita ini,” ujar Tri. Jika ingin menuju PTN BH, Unesa tentu harus bekerja lebih keras lagi untuk meningkatkan instrumen-

Majalah Unesa

instrumen pendukung seperti akreditasi, ketercapaian perguran tinggi, prestasi international dan publikasi ilmiah. “Hal-hal itu perlu ditingkatkan agar Unesa lebih baik ke depannya,” terang Tri Wrahatnolo. Tri juga menyarankan agar ke depan, Unesa perlu meningkatkan kerja sama dengan seluruh komponen sehingga bisa mewujudkan visi misinya. Unesa harus bergerak maju dan mau berubah mengikuti perkembangannya. “Jadi, kita tidak bisa seperti ini saja. Kalau perguruan tinggi di Malaysia dan Singapura bisa maju. Ya, Indonesia harus seperti itu juga. Kita ketinggalan jauh sama perguruan tinggi di Thailand, Malaysia, Singapura. Kita harus bisa kejar ketertinggalan itu dengan memperbaiki aspek kualitas, daya saing dan lainnya,” pungkasnya.n (DAYAT)

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

9


LAPORAN

UTAMA

Rektor Unesa Prof. Dr. Warsono, M.S

R

HARUS MEMENUHI SYARAT YANG TELAH DITENTUKAN

ektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S menga­takan bahwa untuk menuju PTN BH memang ti­dak mudah. Karena harus memenuhi syarat-sya­ rat yang ditentukan. Di antaranya, harus su­dah akreditasi A, laporan keuangan Wajar Tan­pa Pengecualian (WTP) selama tiga tahun berturut-turut, me­ miliki prestasi di tingkat internasional, dan memiliki sum­ber pendapatan PNBP yang mandiri. “Dari syarat-syarat tersebut, Unesa baru memenuhi syarat pada keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP),” terang rektor. Warsono menyampaikan bahwa Perguruan Tinggi Negeri dengan status Badan Hukum (PTN BH) memiliki kewenangan dan mengelola baik bidang akademik maupun nonakademik. Selain itu, keunggulan PTN BH ini juga memiliki kebebasan lebih luas dibandingkan dengan PTN BLU maupun PTN Satker. “Misalkan dalam hal membuka dan menutup program studi dimiliki PTN BH,” paparnya. Warsono mengatakan, Unesa memang perlu bekerja keras untuk menuju PTH BH. Sebab, masih banyak hal yang perlu ditingkatkan agar memenuhi berbagai persyaratan. Saat ini, Unesa sedang bekerja keras memenuhi akreditasi A. Sebab, saat ini Unesa masih berakreditasi B. “Kita sedang berusaha menuju akreditasi A,” terangnya. Selain itu, prestasi nasional dan internasional Unesa juga

10

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

harus banyak ditingkatkan. Apalagi, rangking perguruan tinggi Unesa juga masih belum berada di 20 besar. “Jadi, ini masih harus diupayakan untuk memenuhi syarat-syarat seperti itu. termasuk, juga menyiapkan kualitas sumber daya manusia,” ujarnya. Upaya menuju PTN BH memang harus didukung berbagai pihak. Di antara sivitas akademika Unesa harus terjalin komunikasi dan koordinasi yang baik. Kemudian, bekerja sama dalam rangka melaksanakan tugas bersama-sama. Budaya seperti itulah yang harus dibangun agar Unesa semakin berprestasi. “Kita harus persiapkan lebih inten karena faktanya dalam persoalan budaya kerja, budaya mutu masih rendah ini. Indikatornya adalah carut marutnya data dan dokumen. Jadi, sistem kerja kita masih belum baik,” jelasnya Bagaimana cara meningkatkan sistem kerja? Warsono mengatakan perlu dilakukan pembinaan, pelatihan, lalu disuruh buat SOP yang jelas. Hal-hal seperti ini harus dilakukan. Jadi, harus membuat SOP, melakukan Pembinaan dan Pelatihan. Semua sivitas akademika harus bekerja keras, bekerja cerdas, bekerja ikhlas, dan bekerja tuntas. “Jadi, tidak mungkin harapan tercapai kalau tidak dilakukan suatu tindakan nyata yaitu kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas,” pungkasnya n (DAYAT)

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

WORKSHOP: Prof Ron Adams dari Victoria University Melbourne Australia menyampaikan materi dalam workshop penulisan tesis dan publikasi jurnal ilmiah di Lantai 11 Gedung Rektorat Kampus Lidah Wetan Surabaya pada 5 September 2017. foto: DOK NEGERA

WORKSHOP PENULISAN TESIS DAN PUBLIKASI JURNAL ILMIAH Untuk meningkatkan kualitas publikasi bertaraf internasional, Unesa melaksanakan workshop penulisan tesis dengan mendatangkan pemateri dari Victoria University Melbourne Australia, Prof Ron Adams. Workshop bertema “A Strategic Framework for Successfully Completing Doctoral Research and Publishing in Peer Reviewed Journal” (Kerangka Strategis untuk Berhasil Menyelesaikan Penelitian Doktoral dan Penerbitan di Jurnal yang Direview) bertempat di Lantai 11 Gedung Rektorat Kampus Lidah Wetan Surabaya pada 5 September 2017.

R

ektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S. dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kesempatan bagi Unesa untuk meningkatkan kualitas publikasi. Sebagaimana aturan pemerintah

melalui Kemenristekdikti yang menuntut riset publikasi berkualitas dari dosen maupun mahasiswa. “Dosen dan mahasiswa harus peka terhadap masalah-masalah yang ada agar mendapatkan bahan yang baik kemudian ditulis dengan baik dan nantinya akan mendapatkan

Majalah Unesa

hasil yang baik pula,” terang Warsono yang berharap pertemuan ini dapat bermanfaat bagi semua. Sementara itu, Ulfiandri, Kepala Bagian Hukum, Kerja Sama dan Layanan Informasi Kemenristekdikti dalam sambutannya menyampaikan bahwa tesis dan disertasi harus ada

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

11


WARTA

UTAMA

Workshop ini memberikan strategi untuk mengidentifikasi berbagai bentuk publikasi yang relevan dengan penelitian siswa, yang menilai kualitas publikasi dalam hal faktor dan peringkat jurnal, menghindari penerbit predator dan vanity, memahami masalah kepengarangan dan proses yang direview, dan mengintegrasikan publikasi dengan penulisan tesis. pengembangan keilmuan sehingga kualitas publikasinya menjadi lebih baik. “Yang terpenting adalah sebuah penelitian dan temuan haruslah baru agar menjadikan negara adil dan makmur,� terangnya. Prof. Ron Adams menyampaikan beberapa poin penting dalam penyusunan, penulisan sebuah tesis dan publikasi pada jurnal ilmiah yang direview. Pertama, harus memahami bagaimana bekerja dengan teori. Kedua, mengembangkan pertanyaan penelitian yang bermakna dan mudah dikelola. Ketiga, menyusun kembali literatur dengan cara yang memosisikan penelitian siswa terkait

12

dengan pengetahuan, perancangan dan penulisan bab-bab yang ada. Keempat, menghubungkan paragraf untuk kontinuitas dan arus. Dan, terakhir teknik untuk menyusun ulang bab sebelum mengirimkan umpan balik kepada atasan. Ron Adams menambahkan, mengingat penerbitan jurnal internasional semakin diharapkan menjadi bagian dari proses penelitian doktor, mahasiswa doktoral penting mengetahui bagaimana menggunakan penerbitan untuk meningkatkan kemampuan menulis dan peluang karir masa depan mereka.

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

Majalah Unesa

Bagian Workshop ini memberikan strategi untuk mengidentifikasi berbagai bentuk publikasi yang relevan dengan penelitian siswa, yang menilai kualitas publikasi dalam hal faktor dan peringkat jurnal, menghindari penerbit predator dan vanity, memahami masalah kepengarangan dan proses yang direview, dan mengintegrasikan publikasi dengan penulisan tesis. Acara workshop tersebut dihadiri Wakil Rektor I, Wakil Rektor III, Wakil Rektor IV, dosen, mahasiswa pasca sarjana Unesa dan mahasiswa Mitra Unesa. Hadir pula Bagus Setiawan, Kepala Seksi Pendidikan LN SDM IPTEK dan Bayu Tri Prasetyo, Analyst for cooperation dan partnership. n(TONI/SIR) CINDERAMATA: Rektor Unesa, Prof. Warsono menyerahkan cinderamata kepada Prof. Ron Adams dari Victoria University Melbourne Australia usai menjadi pemateri workshop penulisan tesis dan publikasi jurnal ilmiah.


WARTA UTAMA

WORKSHOP: Perwakilan Unesa mengikuti workshop nasional Arsiparis Indonesia yang diselenggarakan oleh pengurus Nasional Asosiasi Arsiparis Indonesia (PN-AAI) di Aula Nurhadi Magetsari Gedung C Arsip Nasional Republik Indonesia Jakarta, pada 11 September 2017. foto: DOK

WORKSHOP NASIONAL ARSIPARIS INDONESIA Dalam rangka pembinaan profesi Arsiparis Indonesia, Pengurus Nasional Asosiasi Arsiparis Indonesia (PN-AAI) menyelenggarakan Workshop Nasional AAI Tahun 2017. Workshop Nasional bertajuk “Penyusunan, Penilaian, dan Penetapan Angka Kredit Kumulatif Berdasarkan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) itu dilaksanakan di Aula Nurhadi Magetsari Gedung C Arsip Nasional Republik Indonesia Jakarta, pada 11 September 2017.

W

orkshop diikuti 25 peserta dari berbagai instansi kementerian, lembaga nonkementerian, pemerintah propinsi/ kabupaten/kota, BUMN/BUMD, dan PTN se-Indonesia. Pada workshop nasional ini, Unesa mengutus Roni, S.T, Kepala Subbagian Tata Usaha Biro Umum dan Keuangan dan Djoko Pramono, S.Pd., M.Si, Arsiparis Ahli Muda Kantor Kearsipan. Workshop yang dibuka Dr. Mustari Irawan, M.P.A, Kepala ANRI ini bertujuan memberikan pembinaan dan pelatihan kepada pejabat fungsional arsiparis dalam hal penyusunan, penilaian, dan penetapan angka kredit kumulatif berdasar SKP. Kebijakan baru ini merupakan implementasi Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia (Permenpanrb) Nomor 48 Tahun 2014 juncto

Permenpanrb Nomor 13 Tahun 2016 tentang Jabatan Fungsional Arsiparis. Sebelum diberlakukan kebijakan baru tersebut, pejabat fungsional arsiparis dalam pengusulan kenaikan jabatan atau kenaikan pangkat berdasarkan angka kredit. Menurut Dr. H. Andi Kasman, S.E., M.M, Ketua Umum PN-AAI/Deputi Bidang Pembinaan Kearsipan ANRI dari 135 jabatan fungsional yang ditetapkan, terdapat 12 jabatan fungsional yang direncanakan dalam pengusulan kenaikan jabatan/pangkat menggunakan angka kredit kumulatif berdasarkan SKP. Jabatan fungsional Arsiparis adalah satu-satunya jabatan fungsional lama yang sudah siap menerapkan SKP sebagai dasar pengusulan kenaikan jabatan/pangkat , sedangkan 11 jabatan fungsional lain adalah jabatan fungsional baru ditetapkan. n (DJP/SIR)

Majalah Unesa

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

13


WARTA

UTAMA

SEMINAR: Dr. Ir. W.T. Van Horsen dari Delf University of Technology Netherland menjadi salah satu pembicara dalam seminar internasional MISEIC (Mathematic, Informatic, Science, and Education) di Hotel Wyndham Surabaya, pada Sabtu 9 September 2017.

SEMINAR INTERNASIONAL MISEIC 2017

J

urusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menyelenggarakan seminar internasional MISEIC (Mathematic, Informatic, Science, and Education) di Hotel Wyndham Surabaya, pada Sabtu 9 September 2017. Seminar dihadiri 235 peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen, guru serta kalangan akademisi itu dengan tema “Building Togetherness for The Upcoming Challenges in Mathematic, Informatic, Science, and Education” Pelaksanaan Konferensi internasional MISEIC dimulai pukul

14

08.00 -17.00. Acara ini dibuka dengan penampilan tari tradisional “kembang goyang” yang dibawakan oleh mahasiswa Jurusan Matematika. Dalam sambutannya Dr. Agung Lukito, M.Si. selaku Ketua Pelaksana mengatakan bahwa konferensi ini merupakan wadah untuk sharing idea atau berbagi ide untuk membangun kebersamaan dalam menghadapi berbagai tantangan yang akan datang dalam bidang matematika, informatika, ilmu pengetahuan dan pendidikan. Acara ini dibuka Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama, Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt. Dalam sambutannya, Guru Besar

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

Majalah Unesa

Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa ini sangat mengapresiasi digelarnya seminar internasional dengan tema tersebut. Pasalnya, perlu ada pengembangan atau pembaruan ilmu pengetahuan yang menunjang di zaman globalisasi ini. Seminar MISEC yang baru pertama kali diselenggarakan ini mengundang keynote speaker dari dalam dan luar negeri. Di antaranya Prof. Fau-Lai Lin dari National Taiwan Normal University, Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si dari Universitas Negeri Surabaya, Dr. ir. W.T. Van Horsen dari Delf University of Technology Netherland dan Prof. Pitoyo Hartono dari Chukyo University Japan.n (SURYO/INAYAH)


WARTA UTAMA

JURNALISTIK: Pakar dan praktisi media menjadi narasumber dalam Seminar Nasional Jurnalistik yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi Unesa. Seminar mengetengahkan tema edia Ownership in An Economic and Political Perspektive.

SEMINAR NASIONAL JURNALISTIK DENGAN PRAKTISI MEDIA Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi Unesa menyelenggarakan seminar nasional jurnalistik dengan tema Media Ownership in An Economic and Political Perspective. Acara diselenggarakan pada 30 September 2017 di Auditorium G2 Fakultas Ekonomi Unesa Ketintang. Selain seminar, dalam acara tersebut juga diselenggarakan pelatihan jurnalistik.

R

encananya, seminar tersebut dihadiri Wagub Jawa Timur Syaifullah Yusuf alias Gus Ipul. Sayang, beliau berhalangan hadir. Dua pemateri yang mengisi acara tersebut yaitu Eko Pamudji (Sekjen PWI Jatim) dan Marsudi Nur Wahid (Pimpinan Redaksi Jawa Pos). Selama talkshow berlangsung, banyak informasi menarik yang diungkap para pemateri tentang keadaan sebenarnya media massa di Indonesia. Salah satu yang menjadi sorotan tajam adalah peranan kepemilikan media dalam muatan informasi media tersebut dan seberapa besar pengaruh politik dan ekonomi di dalamnya. “Media massa saat ini sangat mengkhawatirkan,” ujar Eko Pamudji. Menurut Eko, catatan terakhir Dewan Pers, hanya 30% masyarakat yang membaca koran sedangkan 500% masyarakat membaca media online. “Ketakutan terbesar kami, para generasi muda yang melupakan koran,“ imbuhnya. Karena hal tersebut banyak media cetak seperti koran yang akhirnya gulung tikar karena tidak sanggup menghadapi persaingan. Padahal, koran adalah

salah satu media massa yang bisa dipercaya masyarakat daripada berita yang dimuat secara online. Selain membahas media cetak dan menurunnya minat baca masyarakat terhadap koran, dalam talkshow itu juga membahas seberapa pengaruhnya pemilik media terhadap muatan informasi media tersebut, terutama media konvensional seperti TV. Selain membahas polemik di dunia media massa dan jurnalistik, seminar ini juga diselenggarakan pelatihan jurnalistik yang disampaikan Muhammad Rokib, S.Pd.,M.A. Pelatihan jurnalistik diselenggarakan setelah acara talkshow. Seminar jurnalistik tersebut bertujuan mengenalkan kepada mahasiswa fakta bisnis jurnalistik atau media massa di Indonesia serta mempelajari bagaimana etika dalam berbisnis, terutama dalam bisnis jurnalistik atau media massa. “Semoga hal ini dapat memberi manfaat yang luar biasa, bukan hanya bagi para peserta seminar tapi juga bagi para panitia,” ujar Dr. Anang Kistyanto, S. Sos., M.Si, Wakil dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FE Unesa.n (HASNA)

Majalah Unesa

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

15


WARTA

UTAMA

KERJA SAMA: Dekan FBS Unesa Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd. (dua dari kanan) foto bersama usai menandatangani MoU dengan Walailak University (WU) Provinsi Nakhon Si Tammarat, Thailand Selatan.

FBS JALIN KERJA SAMA DENGAN WALAILAK UNIVERSITY

U

nesa melalui Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) melakukan kerja sama dengan Walailak University (WU) Provinsi Nakhon Si Tammarat, Thailand Selatan. Penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) dilakukan Dekan FBS Unesa Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd. dengan Dekan Fakultas Sastra Universitas Walailak (Liberal Arts of Walailak University) Asst. Prof. Dr. Nibondh Tipsrinimit. MoA dilakukan di Walailak University Thailand pada 12 September 2017. MoU tersebut merupakan tindak lanjut MoU yang ditandatangani Rektor Unesa dengan Rektor WU. Ikut menyaksikan penandatangan MoA adalah Vice President dari WU Assoc. Prof. Dr. Surin Maisrikrod. Vice President dari WU Assoc., Prof. Dr. Surin Maisrikrod menyatakan kegembiraan dan dukungannya atas penyepakatan butir kerja sama antara Fakultas Sastra WU dengan Fakultas Bahasa dan Seni Unesa, terutama untuk pengembangan instrumen penilaian kemampuan berbahasa Indonesia bagi mahasiswa WU yang akan mengikuti

16

program incountry di Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Bambang Yulianto menjelaskan bahwa WU dan Unesa dapat mengembangkan program 3+1 yang telah dilaksanakan oleh FBS Unesa dalam kerja samanya dengan Tianjin Foreign Study Uninersity (TFSU) di China. Dalam program ini mahasiswa TFSU dapat menempuh mata kuliah 3 tahun di perguruan tingginya dan 1 tahun di Indonesia (FBS Unesa). “Mata kuliah yang ditempuh di Indonesia dapat dikonversikan ke kurikulum TFSU. Terhadap gagasan tersebut, pihak Liberal Arts WU sangat tertarik dan selanjutnya akan diadakan diskusi untuk membicarakan muatan kurikulum. FBS Unesa juga akan menjajagi pengiriman mahasiswa untuk PKL atau PPL di Wilayah Nakhon untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Mandarin, ataupun Bahasa Inggris,” jelasnya. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa, Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd. menambahkan, dalam program pengiriman mahasiswa ini kita akan

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

Majalah Unesa

menyampaikan kepada mahasiswa agar mahasiswa kita, mahasiswa FBS Unesa, memiliki pengalaman internasional. Lama kegiatan ini sekitar dua bulan. “Pada prinsipnya mereka akan mengajarkan bahasa Indonesia sebagai native speaker di WU dan mengajar di sekolah menengah di Wilayah Nakhon. Tentang lokasi sekolah sudah akan diurus oleh WU. Ya, kalau di kita seperti sekolah mitra Unesa untuk tempat berPPL”, jelas Bambang setelah acara penandatanganan. Bambang, yang juga menjadi narasumber dan reviewer untuk instrumen penilaian kemampuan berbahasa Indonesia menilai bahwa instrumen yang dikembangkan sudah cukup baik. Instrumen ini telah melalui uji coba. Lebih lanjut Bambang menekankan perlunya instrumen yang bertepat sasaran, yakni perlu dikembangkannya instrumen kemampuan berbahasa Indonesia untuk calon peserta yang akan studi (akademis), bekerja, atau untuk keperluan komunikasi dasar sehari-hari. n (RUDI)


WARTA UTAMA

VOKASI: Sejumlah narasumber meyampaikan paparannya kepada audiens dalam Sosialisasi dan Diskusi Sistem Ganda untuk Pendidikan Vokasi dan Penguatan Sertifikasi Kompetensi di Unesa yang diadakan oleh Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi (BKSP) Jawa Timur.

PERKUAT KOMPETENSI PENDIDIKAN VOKASI & SERTIFIKASI Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi (BKSP) Jawa Timur mengadakan Sosialisasi dan Diskusi Sistem Ganda untuk Pendidikan Vokasi dan Penguatan Sertifikasi Kompetensi di Unesa. Kegiatan yang bertujuan membina dan menyiapkan output berkualitas dan bersertifikasi berlangsung pada 4 September 2017 di lantai 11 Gedung Rektorat Kampus Lidah Wetan Surabaya.

K

egiatan yang dibuka langsung oleh Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S. itu menghadirkan dua Pemateri yakni, Setiyo Agustiono dari BKSP dan Andreas Gosche tenaga Ahli Kadin (IHK) Trier/ Jerman. Menurut Setiyo Agustiono, Pendidikan dengan Dual System (Pendidikan Sistem Ganda) telah dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda pada Sekolah Menengah Kejuruan. Sistem Ganda merupakan

kolaborasi antara dunia sekolah dan dunia Industri yang nantinya siswa akan diperkenalkan lebih jauh di dalam dunia industri. Lebih lanjut, Setiyo menjelaskan, tujuan Sistem Ganda akan menghasilkan siswa yang mempunyai kompetensi bertindak yang berarti siap bekerja. “Unesa adalah gudangnya guru pasti bisa memahamkan siswanya dengan potensi yang dimiliki agar dapat miningkatkan kompetensinya,” ungkapnya. Sementara itu, menurut Andreas Gosche, setidaknya ada empat manfaat pendidikan kejuruan sistem

Majalah Unesa

ganda bagi Perusahaan. Pertama. tenaga kerja dengan ketrampilan tinggi sesuai proses usaha dan proses produksi perusahaan. Kedua, mengatasi kekurangan kompetensi melalui pengajaran oleh pelatih tempat kerja sendiri. Ketiga, nilai tambah atas hasil kerja pemagang dan trainee. Keempat, kemandirian atas ketidakpastian pasar tenaga kerja dan kemampuan untuk bersaing secara global. “Jika SDM tidak memiliki ketrampilan maka akan berdampak negatif pada dunia kerja Ora iso, jika tidak memiliki keterampilan,” ujarnya. n (TON/SIR)

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

17


LENSA

UNESA

PELATIHAN: Sejumlah dosen Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKn) PTN se-Jawa Timur mengikuti pelatihan Rabu - Kamis, 9-10 Agustus 2017 di gedung LP3M kampus Lidah Wetan, Surabaya.

PELATIHAN KOMPETENSI DOSEN PKN SE-JAWA TIMUR alam rangka memperkuat nilai-nilai Pancasila kepada para dosen, Unesa menyelenggarakan pelatihan peningkatan kompetensi dosen pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKn) PTN seJawa Timur pada Rabu dan Kamis, 9-10 Agustus 2017 di gedung LP3M kampus Lidah Wetan. Pelatihan diisi narasumber yang kompeten di bidang kewarganegaraan dan nilai Pancasila. Mereke adalah Prof. Dr. Sapriyah, M.Ed dari UPI Bandung dan Prof. Dr. Warsono, M.S dari ­Unesa. Selain itu, ada pula Dr. Arqom Kuswanjono, Dr. Himawan, Dr. Made Pramono, M.Hum., Dr. Totok Suyanto, dan I Made Suwanda. n

18

Tes Calon Pengemudi di Unesa PENDAFTARAN pegawai kontrak untuk pengemudi mobil dinas pimpinan dan pengemudi bus/kendaraan dinas resmi ditutup pada 4 Agustus 2017. Sebanyak 35 orang yang telah terdaftar sebagai calon pengemudi, melakukan tes praktik dan wawancara. Tes praktik yang diujikan meliputi mengemudi dengan kondisi baik, berhenti dalam tanjakan, posisi parkir, dan mematuhi rambu-rambu lalu lintas. Bagi peserta yang telah mengikuti tes praktik akan dilanjutkan dengan

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

Majalah Unesa

wawancara. Dalam tes ini pengemudi akan ditanyai berbagai pengalaman selama mengemudi serta yang paling penting yakni etika dalam berkemudi. Tes praktik dilakukan di halaman parkir gedung rektorat Unesa Lidah. Tahapan selanjutnya setelah tes, peserta menunggu hasil pengumuman hasil seleksi pada 11 Agustus 2017.n (TONI/WAHYU)


LENSA UNESA

S

ebanyak 438 peserta calon perangkat desa dari dua kecamatan, yakni kecamatan Candik­ an Sedati Sidoarjo mengikuti ujian berbasis computer di Fakultas Bahasa dan Seni Kampus Unesa Lidah Wetan pada Sabtu 19 Agustus 2017. Camat Sedati, Ridho Prasetyo menuturkan, Unesa dipilih sebagai tempat penyelenggara tes berdasarkan keputusan bersama dari setiap desa agar ada pihak ke­ tiga yang memfasilitasi proses tes perangkat sehingga dapat terlaksana secara jujur. n (SURYO/TONI)

KOMPUTERISASI: Sejumlah calon perangkat desa sedang serius mengerjakan tes berbasis komputer di Fakultas Bahasa dan Seni, Unesa, kampus Lidah Wetan Surabaya (atas). Petugas tengah memberi pengarahan kepada calon perangkat desa sebelum mengikuti tes (tampak pada foto bawah).

438 CALON PERANGKAT DESA IKUTI TES DI UNESA

Majalah Unesa

| Nomor: 109 Tahun XVIII- September 2017 |

19


KOLOM REKTOR

Dari berbagai kekurangan untuk menuju PTN-BH, yang paling berat adalah mempersiapkan sumber daya manusia, karena itu membutuhkan waktu lama dan membutuhkan strategi yang dirancang dengan baik. Oleh Prof. Dr. Warsono, M.S.

S

esuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi, Perguruan Tinggi Negeri diklasifikasi menjadi tiga kelompok yaitu perguruan tinggi berstatus sebagai satuan kerja (satker), badan layanan umum (PTNBLU), dan berbadan hukum (PTN-BH). Pengklasifikasian tersebut membawa konsekuensi pada kewenangan. PTN Satker tidak memiliki kewenangan dalam mencari dan me­ ngelola dana. Mereka bergantung sepenuhnya pada dana pemerintah yang diberikan melalui DIPA. Semua pendapatannya, termasuk UKT harus disetor ke kas negara dan tidak memiliki hak untuk menggunakan, selain yang sudah ditetapkan dalam Rencana Biaya Anggaran. Oleh karena itu, meskipun perguruan tinggi tersebut memiliki sumber pendapatan (UKT, kerja sama atau pendapatan lain), harus disetor ke negara. Mereka juga tidak memiliki saldo awal, yang bisa digunakan untuk keperluan pembangunan infrastruktur maupun belanja modal lainnya. Sedangkan perguruan tinggi BLU, memiliki kewenangan yang lebih luas, dalam hal keuangan. Selain mencari dana, juga memiliki kewenangan mengelola dana yang diperoleh melalui pendapatan negara bukan pajak (PNBP). Meskipun PNBP tersebut harus

disetor ke kantor perbendaharaan negara (KPN), dana tersebut bisa digunakan untuk pembangunan dan belanja yang lain, setelah biaya operasionalnya sudah tercukupi. Bahkan, kelebihannya bisa

MENUJU

PTN HN

20

dijadikan modal awal yang bersifat akumulasi (semacam tabungan). Selain untuk belanja modal dan barang, PTN-BLU bisa memberi remunerasi kepada pegawainya, sesuai dengan kemampuan keuangannya. Tentu semakin besar dana PNBP yang bisa dikumpulkan, juga akan semakin besar remunerasi yang bisa diberikan kepada pegawainya. Beda lagi bagi perguruan tinggi berbadan hukum (PTN-BH), selain memiliki kewenangan dalam mencari dan menggola keuangan, juga memiliki kewenangan dalam bidang akademik. Bahkan mereka bisa membuka dan mengelola unit-unit usaha sendiri, misal mendirikan PT atau CV dalam rangka mencari pendapatan dan pendanaan tupoksinya. PTN BH juga bisa membuka dan menutup program studi yang dianggap marketable. Sudah tentu

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

Majalah Unesa

mereka juga memiliki kewenangan memberi remunerasi kepada pegawainya. Dengan kata lain kewenangan PTN-BH lebih besar dan luas daripada PTN-BLU. Oleh karena itu, banyak perguruan tinggi yang berkeinginan menjadi PTN-BH. Namun untuk menjadi PTN-BH tentu membutuhkan syarat-syarat yang juga tidak sedikit. Salah satu syaratnya antara lain adalah bahwa laporan keuangannya minimal selama tiga tahun berturut-turun harus Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Ini dimaksudkan bahwa manajemen keuangannya sudah sehat, sehingga tidak ada kekhawatiran akan mengganggu tugasnya sebagai pelayan dalam bidang pendidikan. Kedua juga memiliki PNBP yang minimal sudah bisa mandiri, tanpa harus menggantungkan dari sumber dana pemerintah. Dengan kata lain, PNBP pergurruan tersebut harus sudah melampaui RBA yang direncanakan. Ketiga memiliki akreditasi perguruan tinggi dengan nilai A. Keempat memiliki prestasi di tingkat internasional. Keempat syarat tersebut mengindikasikan bahwa dari sisi keuangan, sumber daya dan iklim akademik, perguruan PTN-BH telah benarbenar memilik kemandirian dan terpercaya. Melihat persyaratan minimal


KOLOM REKTOR sebagaimana tersebut di atas, Unesa tentu masih belum memenuhi. Di lihat dari akreditasi perguruan tinggi, Unesa masih bernilai B, meskipun saat ini sedang mempersiapkan diri dan telah mengajukan akreditasi dengan harapan bisa memperoleh nilai A pada tahun 2017 ini. Dari segi PNBP, Unesa juga masih harus meningkatkan dengan mengoptimalkan pendapatan. Saat ini, PNBP Unesa baru berada pada kisaran 62 persen dari total RBA. Masih membutuhkan kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas untuk meningkatkan PNBP sehingga mencapai 100 persen dari RBA. Hal yang sudah terpenuhi adalah dari segi manajemen keuangan, karena laporan keungan Unesa selama tiga tahun berturut-turut telah memperoleh penilaian WTP. Ini berarti masih dibutuhkan waktu dan komitmen bersama untuk menuju PTN-BH. Tentu Unesa juga memiliki keinginan untuk menuju PTN-BH. Salah satu langkah yang dilakukan dalam waktu dekat adalah meningkatkan akreditasi program studi dan akreditas perguruan tinggi. Akreditas program studi telah terjadi peningkatan yang sangat signifikan. Dalam tiga tahun terakhir telah terjadi peningkatan prodi yang terakreditasi A dari 10 menjadi 31. Selain itu, prodi yang terakreditasi C terus ditekan, sampai tidak lagi ada prodi yang terakreditasi C. Peningkatan jumlah prodi yang terakreditasi A tentu akan menjadi modal untuk pencapaian akreditasi PT, yang saat ini sedang proses menunggu visitasi. Dari sisi prestasi internasional, juga masih harus ditingkatkan terutama publikasi dan paten. Tentu untuk menghasilkan karya-karya intelektual di tingkat internasional dibutuhkan kualitas sumber daya manusia dan iklim akademik yang tinggi. Komitmen para dosen untuk melakukan penelitian yang terarah

dengan peta jalan penelitian yang jelas serta ketekunan dalam bidang ilmunya sangat dibutuhkan. Di sisi ini, Unesa masih harus bekerja lebih keras, karena sampai saat ini jumlah karya-karya intelektual dosen dan mahasiswa masih belum banyak. Penelitian-penelitian dosen yang memperoleh sumber dana dari luar negeri juga masih sangat sedikit. Jika dibandingkan antara Unesa dengan perguruan tinggi yang telah berstatus sebagai badan hukum, tentu belum setara. Sampai saat ini ada sebelas PTN-BH, antara lain adalah UI, ITB, UGM, IPB, UNPAD, UNAIR, ITS, UNHAS, USU, UNDIP, dan UPI. Hampir semua PTN-BH adalah perguruan tinggi yang sudah lama berdiri dan memiliki bidang ilmu yang heterogen. UPI merupakan satu-satunya PTN eks IKIP yang berstatus badan hukum, meskipun dalam perjalanannya UPI juga menghadapi banyak kendala. Posisi Unesa dibandingkan dengan PTN eks IKIP di Indonesia juga masih belum berada pada urutan tertinggi. Unesa masih berada di bawah UNY, UM, dan Unnes. Ini juga merupakan tantangan kita semua, untuk secara bersama-sama dari seluruh sivitas akademika dan para tenaga pendidikan lainnya bekerja keras, dan cerdas, serta ikhlas, sehingga peringkat Unesa bisa naik. Memang dari sisi peringkat perguruan tinggi di Indonesia, Unesa juga mengalami peningkatan, namun perguruan tinggi lain juga terus berlari, sehingga jika kita hanya lari biasabiasa saja, kita akan tertinggal juga. Yang dibutuhkan adalah semangat untuk melakukan perubahan secara cepat dan cerdas, termasuk perubahan pola pikir dan mental. Untuk menuju PTN-BH, dibutuhkan pola pikir yang kritis, kreatif, dan inovatif, serta sikap yang komunikatif, kordinatif, dan kolaboratif. Berpikir kritis dan kreatif sangat dibutuhkan agar bisa secara cepat bertindak dan mengatasi masalah. Setiap masalah

Majalah Unesa

dicarikan solusinya secara cepat dan tepat. Jika pola pikir ini dimiliki oleh semua pimpinan, sampai ke level kaprodi, dan kasubag, maka setiap masalah akan cepat teratasi. Cara kerjapun tersistematis dengan urutan kerja yang jelas dan terukur. Semua orang tahu apa yang harus dikerjakan dan bertanggung jawab atas pekerjaannya. Komunikasi dan kolaborasi merupakan pelengkap dari keberhasilan suatu pekerjaan, karena dalam suatu organisasi ada pembagian tugas, dan satu dengan lainnya saling berkait. Oleh karena itu dibutuhkan komunikasi yang baik dan kerja sama antarsemua pihak. Dari berbagai kekurangan untuk menuju PTN-BH, yang paling berat adalah mempersiapkan sumber daya manusia, karena itu membutuhkan waktu lama dan membutuhkan strategi yang dirancang dengan baik. Mengubah pola pikir yang sudah mapan bukan hal yang mudah. Orang cenderung mempertahankan zona nyaman, dan takut terhadap perubahan. Setiap perubahan dianggap sebagai ancaman daripada harapan. Begitu juga tidak adanya komunikasi yang baik dengan sesama teman atau antarpimpinan, menyebabkan tidak terjadinya koordinasi. Tidak adanya koordinasi yang baik, pekerjaan tidak bisa berjalan dengan baik. Pola pikir dan sikap yang demikian ini yang menghambat upaya untuk melakukan perubahan, termasuk menuju ke PTN-BH. Oleh karena itu, adanya kemauan dan komitkan dari seluruh sivitas akademika dan tenaga kependidikan untuk melakukan perubahan pola pikir dan sikap menjadi prasyarat yang harus dipenuhi jika kita ingin menuju ke PTN-BH. Tanpa pola pikir yang kritis, kreatif, inovatif, dan sikap yang komunikatif, koordinatif, serta kolaboratif, PTBN-BH akan menghadapi banyak masalah. n

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

21


SOSOK

UNESA MENENGOK KIPRAH WARJU, DOSEN MUDA FT

Ciptakan Knalpot Diesel Particulate Filter DOSEN YANG AKRAB DIPANGGIL WARJU INI KERAP DITEMUI DI LABORATORIUM PENGUJIAN PERFORMA MESIN. DI SANA, DOSEN MUDA TERSEBUT BANYAK MELAKUKAN UJI COBA PADA KNALPOT BUATANNYA. SETELAH BERBAGAI UJI COBA DILAKUKAN, DOSEN MUDA FAKULTAS TEKNIK UNESA ITU BERHASIL MENGHASILKAN KARYA INOVATIF, YAKNI DIESEL PARTICULATE FILTER (DPF) YANG MAMPU MEREDUKSI OPASITAS ATAU KEPEKATAN ASAP.

K

nalpot tersebut memang didesain khusus untuk mesin diesel. Konsepnya adalah dengan mengalirkan gas buang dari mesin ke filter. Material khusus yang digunakan adalah Glass Wool, yang merupakan material fiber tahan panas hingga 500˚C. Warju mengklaim, DPF buatannya dapat mengurangi gas buang asap (PM) hingga 88 persen. Selain itu, dengan mengubah derajat sudut inlet dan outlet knalpot, dapat meningkatkan kecepatan (speed) hingga 5 km/jam. Tidak hanya itu, kenaikan speed juga berdampak positif pada pengiritan bahan bakar hingga 12,6 persen. “Desain filternya yang khusus juga mengurangi noise level hingga 6,5 persen,” terang Warju. DPF sendiri sudah didaftarkan untuk hak paten pada 30 Mei 2017 yang lalu. Selain DPF, Warju sudah

22

mengantongi 2 hak paten atas penelitian knalpot sebelumnya. Paten pertama yakni knalpot sepeda motor ramah lingkungan berteknologi Metallic Catalytic Converter (MCC) pada tahun 2014. “Rakitan knalpot yang saya buat dapat mereduksi CO hingga 30,57 persen dan HC hingga 63,61 persen,” paparnya. Paten kedua adalah knalpot mobil bensin ramah lingkungan yang juga berteknologi Metallic Catalytic Converter. Knalpot tersebut dapat mengurangi emisi CO hingga 95,35 persen dan HC hingga 79,28 persen. Dua Keunggulan Warju menuturkan, semua hasil karyanya memiliki dua keunggulan. Pertama, unggul dari sisi harga yang jauh lebih murah. Harga knalpot yang diuat untuk sepeda kisaran 800rb, sedangkan unutk mobil

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

Majalah Unesa

kisaran 1,5 juta. Harga itu sangat murah dibandingkan dengan harga knalpot mobil pabrik yang mencapai 6 juta, dengan performa yang tidak jauh berbeda dengan knalpot standar pabrikan. Keunggulan kedua, semua knalpot buatan Warju memiliki konsep CKD (Completely Knock Down) yang artinya bisa dilakukan bongkar pasang. Tujuannya untuk mempermudah pembersihan dan penggantian material filter. Tidak hanya memiliki berbagai keunggulan, knalpot buatan Warju semuanya lolos uji emisi dan uji kebisingan. Karyanya juga lolos Unggulan Berpontensi Hak Kekayaan Intelektual (UberHKI), yang artinya penelitiannya berpotensi dipatenkan dengan fasilitas Uber-HKI dengan mengikuti pelatihan penyusunan paten, biaya pendaftaran paten gratis, dan


SOSOK UNESA

MEMBANGGAKAN: Warju memberi penjelasan kepada seorang pengunjung pameran tentang kegunaan dan manfaat knalpot buatannya. Berkat knalpot rancangannya, Warju telah memberi sumbangsih dalam dunia otomotif untuk menekan polusi yang dihasilkan pembuangan kendaraan bermotor, baik sepeda motor maupun mobil.

fasilitas uang untuk pemeriksaan substantif. Setelah mendapat paten Warju juga berencana mengomersialkan knalpotnya melalui Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi CPPBT 2017. Kebetulan Unesa menjadi peraih CPPBT terbanyak se-Indonesia dengan 10 proposal yang lolos. Tak puas hanya dengan itu, Warju juga masih ingin menghasilkan 2 paten lagi yaitu Knalpot MCC untuk tipe sport dan kedua Knalpot MCC tipe matic. Dengan ditambahnya target tersebut dalam waktu dekat Warju akan mengantongi 5 paten. n(EMIR) PROFIL SINGKAT: Nama: Warju, S.Pd., S.T., M.T. Tempat Tgl Lahir: Magetan, 28 Maret 1981 Pendidikan: Lulusan S1 Teknik Otomotif Unesa tahun 1999 S2 Teknik Mesin ITS tahun 2006

Majalah Unesa

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

23


INSPIRASI

ALUMNI CATATAN PRESTASI TRI WAHYU LISWATI, ALUMNI S2 UNESA

GURU BERPRESTASI TINGKAT NASIONAL TRI WAHYU LISWATI. DEMIKIAN NAMA LENGKAPNYA. PEREMPUAN KELAHIRAN KEDIRI YANG JUGA ALUMNI S2 UNESA ITU BERHASIL MENJADI GURU BERPRESTASI TINGKAT NASIONAL. BAGAIMANA SOSOK DAN KIPRAHNYA. BERIKUT KISAHNYA YANG DISAMPAIKAN DI SELA ACARA SEMINAR DI FAKULTAS EKONOMI UNESA.

Tri Wahyu Liswati saat menjadi salah satu pembicara dalam kuliah umum di Fakultas Ekonomi Unesa.

T

ri Wahyu Liswati memulai jenjang pendidikannya mulai TK, SD, SMP dan SMA di Papar, Kediri. Ia baru keluar dari Kediri ketika menempuh kuliah S1 di Universitas Negeri Jember (Unej) pada tahun 1996. Ia kuliah di Universitas Jember karena kebetulan ayahnya bertugas ke Jember. “Mau tidak mau, saya harus kuliah di Jember juga. Meskipun, sebernarnya keinginan saya S1 di

24

Unesa,” paparnya. Sebagai anak perempuan satu-satunya, Tri memang tidak diperbolehkan jauh dari orangtuanya. Meskipun keinginan untuk kuliah di Unesa belum terwujud, namun kerinduan untuk belajar di Unesa akhirnya terobati ketika dia menempuh S2 di Pascasarjana Unesa pada tahun 2008. Tri menempuh S2 dengan biaya mandiri karena sekolah tempatnya mengajar tidak ada Rintisan Sekolah

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

Majalah Unesa

Bertaraf Internasional. Otomatis, tidak ada beasiswa guru untuk melanjutkan sekolah S2. Meski harus berbiaya mandiri, Tri tak mempermasalahkan. Sebab, ia berkeinginan besar memajukan profesinya sebagai seorang guru. “Keinginan saya, meningkatkan kompetensi profesi saya sebagai guru,” ujarnya. Selama belajar di Unesa, Tri mengaku senang dan bersyukur karena yang dipelajari di kampus dan dosen-dosen yang mengajar


INSPIRASI ALUMNI

Tri Wahyu Liswati bersama dosen Fakultas Ekonomi Unesa foto usai acara kuliah tamu.

sangat kompeten. “Bimbingan dan arahan dari para dosen sangat berkesan sehingga ilmunya bisa saya bawa sampai sekarang ini,” ungkap guru Matematika di SMAN 1 Mojokerto itu. Ikut Lomba Guru Berprestasi Sebagai seorang guru, Tri senantiasa berusaha meningkatkan kemampuannya. Selain menempuh studi lanjut, jalan yang dilakukan untuk mengasah kemampuannya adalah mengikuti lomba guru berprestasi. Ia ikut lomba guru berprestasi tingkat SMA/MA. Berkat kemampuannya, Tri berhasi membawa pulang medali emas dan menjadi juara pertama guru berprestasi tingkat nasional. Bagi Tri, prestasi itu sungguh membanggakan dan menjadi sejarah tersendiri baginya. Prestasi itu pertama kali didapatkan “Itu salah satu kebanggan sebagai seorang alumni mahasiswa S2 Unesa, dan seorang guru juga,” ujarnya. Untuk mendapatkan penghargaan guru berprestasi, ungkap Tri, memang tidak bisa diraih dengan instan. Ia memerlukan proses yang panjang dan dipersiapkan sejak lama. Ia mengatakan bahwa sejak awal menjadi guru, seorang guru haruslah memiliki inovasi dan kreativitas sehingga pembelajaran di kelas menjadi lebih menarik. Guru harus memiliki kemampuan membuat media pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan mudah dipahami siswa sehingga membuat

siswa enjoy di dalam kelas. “Semua itu tidak bisa instan. Anak-anak kita bisa dilibatkan dalam media-media pembelajaran itu,” terangnya. Para siswa akan senang dengan didokumenkasikan. Dari tahun ke tahun, Tri selalu menata dan mempersiapkan diri dengan baik dalam pengajaran. Ujungnya, saat lomba guru berprestasi, hal itu sangat bermanfaat bagi dirinya “Jadi, seorang guru harus memiliki kompetensi agar anak didiknya semakin maju. Selain, kompetensi, seorang guru harus bisa menulis dengan melakukan penelitian,” jelasnya. Tri menceritakan, seleksi guru berprestasi dimulai dari seleksi di sekolah, lalu dilanjutkan seleksi kabupaten/kota. Di kota, kemudian ada pembinaan terlebih dahulu sebelum dikirim ke tingkat Propinsi Jawa Timur. Selesai seleksi dari Jawa Timur, Tri berhasil mendapatkan juara 1 dan berhak mewakili Jawa Timur di kompetensi tingkat nasional. Persiapan itu membutuhkan waktu yang lama. Selain media pembelajaran, dalam kompetisi guru berprestasi itu ada tes wawancara dan tes tulis baik secara akademis maupun kompetensi profesi. Tri berharap, ke depan Unesa dalam banyak kegiatan dan program lebih mengedepankan kolaborasi antara mahasiswa, guru, dan dosen. Selama ini, menurut Tri, masih belum intens dilakukan Unesa. Jika ada, masih terbatas pengabdian

Majalah Unesa

kepada masyarakat. Itupun hanya sebatas workshop. Selain itu, lanjut Tri, para alumni Unesa yang berada di berbagai daerah yang memiliki kompetensi, keahlian, dan kesuksesan bisa diajak berkolaborasi untuk memberikan support kepada adik-adik tingkatnya sehingga para mahasiswa semakin termotivasi. “Ini lho, buktinya alumni Unesa bukan sembarang alumni. Kalau kalian mau bisa kalian seperti ini. Yang menentukan diri mahasiswa itu sendiri,” tandasnya.n (DAYAT)

BIOGRAFI SINGKAT NAMA : Tri Wahyu Liswati, M.Pd TEMPAT TANGGAL LAHIR :Kediri, 14 November 1972 JABATAN : Guru Mata Pelajaran FISIKA S MAN 1 Mojokerto PENDIDIKAN : S-1 Universitas Negeri Jember (1996) S-2 Universitas Negeri Surabaya (2010) PENGHARGAAN/TANDA JASA YANG PERNAH DIPEROLEH : 1. Satya Lencana Karya Setya 10 th (2011) 2. Juara I Pelatihan Implemetasi Kurikulum 2013 bagi Guru Mata Pejaran Fisika Jenjang SMA (2014). 3. Juara II Olimpiade Sains Nasional (OSN) Mapel FISIKA (2014) 4. Penelis dalam Simposium Hari Guru Tingkat Nasional (2015) 5. Juara I Pemilihan Guru Berprestasi Tingkat Nasional (2015) 6. Juara I Pemilihan Guru Berprestasi Tingkat Provinsi (2015) 7. Juara I Pemilihan Guru Berprestasi Tingkat Kota (2015) 8. Juara I Pemilihan Guru Berprestasi Tingkat Sekolah (2015) 9. Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan Satya Lancana Pendidikan (2016) 10. Instruktur Nasional Kurikulum (2016)

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

25


SEPUTAR UNESA

MABA PASCASARJANA: Sebanyak 604 mahasiswa baru pascasarjana Unesa dikukuhkan oleh Wakil Rektor I Unesa, Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. didampingi Direktur Pascasarana Unesa, Prof. Dr. Ismet Basuki, M.Pd.

604 MAHASIWA BARU PASCASARJANA DIKUKUHKAN Sebanyak 604 mahasiswa baru Pascasarjana program Doktor dan Magister tahun akademik 2017/2018 dikukuhkan Rektor Universitas Negeri Surabaya, yang diwakili Wakil Rektor Bidang Akademik Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. Pengukuhan dilakukan pada Senin, 28 Agustus 2017 di Gedung Serba Guna (GSG) kampus Unesa Ketintang.

T

urut hadir dalam pengukuhan tersebut, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama, Ketua Program Studi di Pascasarjana dan ketua badan/lembaga di lingkungan Unesa. Dari 604 mahasiswa Pascasarjana yang dikukuhkan, 501 berasal dari program Magister dan 103 mahasiswa program Doktor. Direktur Pascasarjana, Prof. Dr. Ismet Basuki, M.Pd. dalam sambutannya, berpesan

26

kepada para mahasiswa agar menaati peraturan yang berlaku dan tertib dalam urusan administrasi. Ia juga berpesan agar mahasiswa memiliki target cepat menyelesaikan studinya. “Semoga tidak ada yang terlambat atau memiliki niat menggunakan waktu hingga maksimal,” harap Ismet, yang juga Guru Besar Fakultas Teknik. Selain itu, Ismet mengingatkan kepada mahasiswa S2 wajib memublikasikan karya ilmiahnya di jurnal nasional maupun internasional. Sementara untuk mahasiswa S3, dituntut memublikasikan karya

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

Majalah Unesa

ilmiahnya di jurnal terindeks. Sementara itu, Dr. Yuni Sri Rahayu M.Si, Wakil Rektor Bidang Akademik dalam sambutan menekankan peran mahasiswa pascasarjana untuk menguatkan daya saing dalam perkembangan Iptek. Untuk menguatkan daya saing global, terang Yuni, mahasiswa pascasarjana harus memiliki inovasi dan didukung SDM yang profesional. “Harus bisa bersinergi bersama dalam mendukung program prioritas nasional yang paling dikedepankan, yakni pendidikan,” tandas Yuni. n (SURYO)


SEPUTAR UNESA

BIPA: Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Prof. Dr. H. Bambang Yulianto, M.Pd. mendampingi Wakil Rektor IV, Bidang Perencanaan dan Kerja Sama Unesa Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt menyambut kehadiran 14 mahasiswa baru program BIPA di Unesa.

UNESA TERIMA 14 MAHASISWA ASING PROGRAM BIPA Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menyelenggarakan kegiatan penerimaan mahasiswa baru program BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) tahun akademik 2017/2018. Sebanyak 14 mahasiswa asing yang tergabung dalam kegiatan orientasi yang berlangsung di gedung Rektorat Unesa lantai 8, Kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya pada Senin 4 Agustus 2017.

M

ahasiswa BIPA itu antara lain Yafang Zhang dari Tiongkok, Yu Yu Jiang dari Tiongkok, Le Ye Jin dari Korea Selatan, Xu Yen Ke dari Tiongkok, Yunhan Shi dari Tiongkok, Peng Jianming dari Tiongkok, Wu dan dari Tiongkok, Yang Hongyan dari Tiongkok, Shi Jiarong dari Tiongkok, Shu Takamatsu dari Jepang, Katsuyosi Kone dari Jepang, Huang Changfeng dari Tiongkok, Young Joon Yang dari Korea Selatan, dan Muhammad Farhad dari Pakistan. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Prof. Dr. H. Bambang Yulianto, M.Pd mengatakan bahwa program BIPA ini masuk di Fakultas Bahasa dan Seni, di bawah jurusan Bahasa

dan Sastra Indonesia. Di tahun-tahun sebelumnya untuk belajar Bahasa Indonesia bukan hanya belajar bahasa saja tapi juga budaya. “Setiap hari Jumat mahasiswa boleh melihat salat Jumat ini merupakan budaya. Ada karawitan, belajar membuat batik, belajar mainan tradisional, juga ada kunjungan-kunjungan ke daerah wisata di Surabaya yang terjangkau , juga diajari menari”, ujar Bambang. Bambang menambahkan, pada tahun-tahun sebelumnya Unesa dipuja-puji atas prestasinya menari waktu perpisahan di Jakarta. Kelompok-kelompok ini dapat menunjukkan perfomance untuk ditampilkan ke Kementerian Luar Negeri ketika mau pulang.

Majalah Unesa

Wakil Rektor IV, Bidang Perencanaan dan Kerja Sama Unesa Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt dalam sambutannya mengucapkan terima kasih atas kunjungan ke Unesa. “Jangan malu-malu, jangan segan-segan kalau ada masalah berbicara kepada kami, dan secara resmi anda semua kami menerima sebagai mahasiswa Unesa”, harap Djodjok. Selain diperkenalkan dengan Unesa dan prestasi-prestasinya, para mahasiswa ini juga dibekali sistem pembelajaran di Unesa. BIPA adalah program pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia (berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan) bagi penutur asing. Di Unesa mahasiswa BIPA

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

27


SEPUTAR UNESA

ANTNARKOBA: Narasumber menyampaikan materi dalam Seminar Sosial tentang bahaya narkoba bagi generasi muda bersama para pembicara dari Plato Foundation dan Duta Antinarkoba (Granat) Jawa Timur yang diselenggarakan Jurusan Bahasa dan Sastra Jerman, Unesa.

J

GENERASI MUDA BERKARYA TANPA NARKOBA

urusan Bahasa dan Sastra Jerman Unesa menyelenggarakan Seminar Sosial tentang bahaya narkoba bagi generasi muda bersama para pembicara dari Plato Foundation dan Duta Antinarkoba (Granat) JawaTimur. Seminar Sosial dilaksanakan pada 7 September 2017 di Lantai 3 gedung T2 FBS Auditorium Prof. Dr. Leo Idra Ardiana,M.Pd Kampus Lidah Wetan. Seminar dihadiri berbagai komunitas di Surabaya seperi komunitas Rabo Sore (KRS), komunitas Lentera Kota, komunitas Sector Kotor, komunitas Sugar Glider Sby dan Indo Street Project Jatim. Selain itu, acara juga dihadiri para siswa SMP dan SMA di wilayah sekitar kampus Unesa Lidah Wetan, di antaranya SMAN 13 Surabaya dan SMPN 40 Surabaya. Seminar Sosial yang mengusung tema Generasi Muda Berkarya Tanpa

28

Narkoba itu bertujuan agar generasi muda sadar dan mengetahui apa itu narkoba dan bahayanya bagi kehidupan generasi muda. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Jerman, Drs. Suwarno Imam Samsul, M.Pd mengatakan, diselenggarakannya acara tersebut bertujuan mengingatkan generasi muda akan bahaya narkoba, terutama untuk pelajar dan mahasiswa sebagai generasi muda Indonesia. Senada, Ketua Pelaksana Amar Ramzi mengatakan bahwa seminar ini sengaja dibuat untuk menggantikan acara yang rutin dilaksanakan yakni donor darah. “Supaya ada inovasi dan bagian dari bentuk keprihatinan terhadap maraknya narkoba jenis baru yang begitu mudah didapatkan,” paparnya. Seminar sosial ini merupakan salah satu rangkaian acara menyambut Deutsche Woche ke-21 yang akan dilaksanakan pada akhir Oktober

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

Majalah Unesa

2017 mendatang. Dalam seminar tersebut, dibahas seputar narkoba, apa saja efeknya bagi tubuh, cara penanganan yang tepat bagi para pecandu narkoba, jenis-jenis narkoba hingga kondisi dan fakta sebenarnya tentang perkembangan narkoba. Semua disampaikan dengan jelas oleh para narasumber yang kompeten. Wakil Dekan III, Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FBS, Dr. Syamsul Sodiq mengapresiasi kegiatan yang sangat positif tersebut. Ia mengatakan, program pencegahan narkoba selama ini belum pernah masuk dalam PKM. Melalui kegiatan ini, Wadek III berharap dapat menjadi salah satu program kerja mahasiswa. “Saya berharap , setelah hari ini akan ada kepenulisan dengan tema pencegahan narkoba dan dapat bekerja sama dengan pemerintah,“ ujar Syamsul Sodiq, yang membuka kegiatan seminar tersebut. n (HASNA/SIR)


SEPUTAR UNESA

TRAINING: Mahasiswa dan dosen Program Studi S1 Pendidikan Administrasi Perkantoran Jurusan Pendidikan Ekonomi saat mengadakan “Training Table Manner” di Best Western Papilio Hotel Surabaya pada Senin, 19 September 2017

PRODI ADMINISTRASI PERKANTORAN GELAR PELATIHAN TABLE MANNER

T

able Manner merupakan suatu tata cara makan dan minum dengan baik dan benar sesuai ketentuan yang berlaku secara nasional dan internasional. Agar memperoleh pemahaman yang benar mengenai table manner, Program Studi S1 Pendidikan Administrasi Perkantoran Jurusan Pendidikan Ekonomi mengadakan “Training Table Manner” di Best Western Papilio Hotel Surabaya pada Senin, 19 September 2017 mulai pukul 09.00 wib- selesai. Training Table Manner diikuti oleh mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran Angkatan 2015. Acara dihadiri Ketua Jurusan Pendidikan

Ekonomi Dr. Luqman Hakim, S.Pd., S.E., M.SA, Ketua Program Studi S1 Pendidikan Ekonomi, Dhiah Fitrayati, S.Pd., M.E dan perwakilan dosen Pendidikan Administrasi Perkantoran. Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi, Luqman Hakim menyampaikan bahwa kegiatan tersebut merupakan salah satu program dari S1 Pendidikan Administrasi Perkantoran untuk memberikan wawasan mengenai table manner atau tata cara makan dan minum saat diundang dalam jamuan makan nasional dan internasional. “Table manner ini bisa memudahkan mahasiswa saat interaksi dengan tamu lain,” ujar Lukman Hakim. n (DAYAT)

Majalah Unesa

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

29


SEPUTAR UNESA

KEWIRAUSAHAAN: Talkshow dalam seminar kewirausahaan bertema “Entrepreneur Building Start from Your Hobby” di gedung auditorium Fakultas Teknik pada Sabtu 31 September 2017 yang digelar HMJ PMPKN FISH Unesa.

H

PMP-KN AJAK MAHASISWA BERWIRAUSAHA SEJAK DINI

MJ PMPKN menggelar seminar kewirausahaan mengusung tema “Entrepreneur Building Start from Your Hobby” di gedung auditorium Fakultas Teknik pada Sabtu 31 September 2017. Seminar wirausaha penting dilakukan sebab dapat membuka wawasan mahasiswa agar tidak hanya berkutat pada pemikiran menjadi pegawai, namun juga dapat menciptakan usaha kreatif. Agar dapat memberikan materi sesuai dengan tema tersebut pemateri yang dihadirkan adalah kalangan yang dekat dengan mahasiswa yakni Febby Rahmatullah M (owner Pentol Gila) dan Bob Setiawan Simatupang (owner Doctor Shoes Indonesia). Menurut Febby, untuk dapat berwirausaha dibutuhkan jiwa

30

kemandirian tanpa batas tanpa rasa ragu. “Hal yang lumrah terjadi kepada mahasiswa adalah rasa ragu dan sulit membagi waktu antara kuliah, organisasi, dan wirausaha. Hal ini harus dihapuskan”. Perlu dilakukan untuk memulai sebuah usaha adalah kesukaan terhadap sesuatu ditambah dengan survei pasar. untuk itu hobi yang dibayar adalah suatu hal yang sangat memberikan kebahagiaan. Alumni ITS jurusan Arsitektur itu menegaskan bahwa selain mendapat keuntungan, berwirausaan juga dapat memberikan manfaat dan menumbuhkan jiwa nasionalis. Dengan berwirausaha dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru yang secara otomatis mengurangi pengangguran. “Berwirausaha juga dapat menumbuhkan jiwa Nasionalisme Entrepreneur. Bagaimana tidak

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

Majalah Unesa

dengan berwirausaha kita akan membayar pajak lebih banyak dan akan memberikan kentungan pada negara.” Senada dengan Febby, Bob juga menyampaikan bahwa komitmen adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan. Dapat dikatakan memulai usaha jika telah melewati dua sampai tiga tahun, tidak dapat dilalui secara instan. Seminar tersebut diharapkan dapat memotivasi mahasiswa agar dapat memulai suatu usaha kreatif tanpa bergantung pada lembaga saja. Mengingat berlangsungnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) mengakibatkan persaingan dalam bidang usaha sehingga diperlukan pemikiran yang kreatif, khususnya kalangan mahasiswa. n (ILMI/HUMAS)


KABAR SM-3T Menjemput Peserta SM-3T Unesa Angkatan VI di Nunukan (2)

Kisah Pengabdian di Tau Lumbis dan Krayan Selatan

DI PERBATASAN: Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela M.Pd. saat berada di Pos TNI AL Sei Pancang.

Pada hari kedua dalam menjalankan tugas di perbatasan untuk menjemput peserta SM-3T Unesa angkatan ke VI, Prof. Luthfiyah Nurlaela M.Pd menuliskan apa yang berlangsung dan dilewatinya selama perjalanan. Berikut bagian kedua tulisan KABAR SM-3T yang disuguhkan khusus untuk pembaca Majalah Unesa.

P

agi yang cerah menemani aktivitas kami di Hotel Laura. Makan pagi telah siap dan peserta SM-3T telah memenuhi ruang makan sejak pukul 06.30. Menunya sederhana, khas hotel kecil. Nasi putih, cah sayuran, ayam bumbu kecap, dan krupuk. Hari ini pukul 09.00, akan

dilaksanakan acara pelepasan peserta SM-3T di Kabupaten Nunukan. Yang melepas langsung bupati. Kepala Dinas sedang beribadah haji, dan yang mewakili pejabat dinas adalah Pak Ridwan, Kepala Bidang Ketenagaan. Pak Ridwan telah berkoordinasi dengan saya sejak beberapa minggu yang lalu terkait pelepasan dan

Majalah Unesa

penjemputan peserta SM-3T ini. Kantor Kabupaten Nunukan cukup megah. Kami naik melalui lift ke lantai 7, tempat acara diselenggarakan. Ruangan cukup besar, tertata apik. Meski di luar sudah cukup panas, di dalam ruangan sejuk karena AC. Tak perlu menunggu lama, bupati hadir, dan acara pun segera dimulai. Bupati,

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

31


KABAR

SM3T

Sebagai daerah perbatasan, Arham juga melihat, betapa jauh kondisi pendidikan di Nunukan dengan kondisi di tetangga sebelah, yaitu di Malaysia. Sangat jauh bedanya, baik kondisi sarana prasarana sekolah dan infrastruktur yang lain, juga kondisi kesejahteraan masyarakatnya. saya, dan Pak Ridwan, duduk di depan. Ada para undangan di sebelah kiri kami, peserta SM-3T di depan kami, dan belasan fotografertermasuk dari media - di beberapa titik. Bupati Nunukan benar-benar cantik, secantik fotonya yang saya lihat di warung dekat Hotel Laura semalam. Posturnya tidak terlalu tinggi, tubuhnya langsing. Dandanannya tidak berlebihan, berkerudung dengan motif bungabunga, serasi sekali dengan baju coklat seragam pemda yang dikenakannya. Awalnya saya menangkap kesan ‘jaim’ memang, tetapi kesan itu menjadi agak cair ketika saya mengajaknya mengobrol. Acara demi acara berjalan lancar. Yang paling berkesan adalah kesanpesan dari dua wakil peserta. Salah satunya adalah Arham, peserta yang bertugas di Tau Lumbis. Dia bertugas di SMP 2 Lumbis Ogong. Saat menceritakan awal kedatangannya ke Nunukan, kemudian harus menempuh jarak berjam-jam menuju Tau Lumbis dengan perahu bermotor dan melawan riam-riam sungai yang sangat deras airnya, sementara pelampung yang dibawanya sungguh bukan pelampung yang ‘aman’, membuatnya benarbenar seperti sedang berada di dunia lain. Namun demikian, dia mengisahkannya dengan gayanya yang khas dan sangat menarik, kocak, termasuk saat menyampaikan sindiran halus pada Bupati supaya beliau hadir menengok anak-anak sekolah di tempat tersebut. Arham juga bercerita, untuk mendapatkan sinyal, mereka harus menyeberang dan biaya untuk menyeberang itu tidaklah murah, yaitu sekitar Rp.1.000.000,-. “Jadi, hanya untuk

32

mendengar suara orang tua, kami harus rela mengeluarkan biaya satu juta rupiah’’ begitu katanya. Arham juga sangat menyayangkan etos kerja guru yang sangat rendah termasuk guru-guru yang sudah bersertifikat sebagai guru profesional, dan berharap mereka akan meningkatkan kinerjanya, karena sesungguhnya, merekalah tulang punggung sekolah. Sebagai daerah perbatasan, Arham juga melihat, betapa jauh kondisi pendidikan di Nunukan dengan kondisi di tetangga sebelah, yaitu di Malaysia. Sangat jauh bedanya, baik kondisi sarana prasarana sekolah dan infrastruktur yang lain, juga kondisi kesejahteraan masyarakatnya. Namun Arham terus menanamkan rasa cinta Tanah Air pada para siswa, dan dengan tegas dia menyatakan: “di tanah ini kita dilahirkan, di tanah ini kita dibesarkan, dan tanah ini jugalah yang akan menutup jasad kita kelak”. Wakil dari peserta yang lain, Ria Utami, ceritanya tak kalah seru. Gadis manis yang ditugaskan di Krayan Selatan itu tak pernah menyangka kalau untuk menuju tempat tugasnya, dari Nunukan dia harus menumpang pesawat kecil menuju bandara perintis Long Bawan. Nama Krayan sudah ada dalam kepalanya sebelum ada kepastian tempat tugas, lengkap dengan semua ‘cerita seram’ tentang tempat tersebut. Dia selalu berdoa semoga bukan Krayanlah tempat dia ditugaskan. Namun kenyataan berkata lain. Krayan adalah dunia baru yang akan dihuninya selama setahun. Tak ada pilihan. Dengan perasaan tak menentu, terbanglah dia bersama lima rekan lainnya menuju Krayan. Meski begitu, Ria

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

Majalah Unesa

dan kawan-kawannya tak perlu berlama-lama untuk bisa beradaptasi dengan segala keterbatasan yang ada. Mandi, mencuci, mengambil air di sungai menjadi keseharian yang dinikmatinya bersama anak-anak didik dan masyarakat setempat. Listrik dan sinyal yang langka menjadi lagu-lagu indah yang menepiskan kesedihan mereka. Lagi pula, kata Ria, Krayan menyediakan banyak kekayaan alam yang membuat mereka tak perlu takut kelaparan. Daun pakis, beragam jamur, ikan laut, kijang, landak, monyet, macan, musang, semua tersedia. Juga beras Krayan yang sangat enak itu. Putih, kenyal, seperti mengandung jeli, begitu cerita Ria. Kecamatan Krayan memang merupakan penghasil beras terbesar di Kabupaten Nunukan, yaitu beras adan, yang dihasilkan dari tanaman padi unggul organik. Beras ini banyak dipasarkan ke Malaysia dan Brunei. Krayan juga memiliki garam gunung yang unik. Ya, garam gunung yang dihasilkan dari pengolahan sumur air bergaram, bukan garam laut seperti yang biasa kita konsumsi. Krayan sendiri terletak di bagian barat Kabupaten Nunukan dan berbatasan dengan Serawak, Malaysia. Jumlah penduduknya sekitar 1.150 ribuan jiwa yang sebagian besar adalah penduduk asli pedalaman Kalimantan yaitu Suku Dayak Lundayeh. Saat giliran saya untuk memberi sambutan sebagai wakil dari Unesa, saya menyampaikan harapan saya pada para peserta SM-3T untuk terus menjaga passion sebagai guru yang tidak hanya menjadikan profesi tersebut sebagai ajang mengais rezeki. Guru yang mengispirasi adalah mereka yang mendedikasikan diri untuk anak didik dan pendidikan dengan sepenuh hati. Saya juga tegaskan pada bupati, bahwa adanya kekurangan guru di daerah 3T, termasuk Kabupaten Nunukan, baik dalam jumlah maupun kualifikasi, tak dipungkiri adanya. Namun berdasarkan pengamatan saya setelah bertahun-tahun melakukan


KABAR SM-3T Sebagai wakil dari Unesa, saya menyampaikan harapan saya pada para peserta SM-3T untuk terus menjaga passion sebagai guru yang tidak hanya menjadikan profesi tersebut sebagai ajang mengais rezeki.

HORMAT: Penulis bersama guru SM-3T, siswa dan penamping dari pejabat pemerintahan setempat menghormat kepada bendera merah putih di perbatasan Indonesia Malaysia, di Pulau Sebatik.

PESAWAT: Pesawat berbadan kecil menjadi sarana transportasi menuju perbatasan Indonesia ini, melalui bandara Nunukan.

kunjungan di berbagai kabupaten 3T, faktor penghambat terbesar dalam pembangunan pendidikan bukanlah karena kekurangan guru atau terbatasnya sarana-prasarana atau kendala geografis. Faktor penghambat terbesar adalah etos kerja guru yang rendah. Ya. Ditambah lagi dengan minimnya figur panutan. Kepala sekolah

yang tidak segan-segan mangkir dari tugas. Guru PNS dan bahkan sudah bersertifikat pendidik yang tak merasa berdosa menelantarkan kelas dan anak didik. Artinya, kendala terberat itu ada pada kultur, pada budaya. Dengan demikian, sosok pemimpin yang ‘membumi’, yang bisa menjadi teladan, yang peduli pada peningkataan kompetensi

Majalah Unesa

guru dan kinerja semua pelaku pendidikan, mutlak diperlukan. Mengingat pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia yang paling rasional untuk memangkas kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan peradaban, maka tidak ada pilihan, kepala daerah harus benar-benar memberi perhatian khusus pada percepatan pembangunan pendidikan di wilayahnya. Pagi ini acara pelepasan Guru SM-3T Unesa oleh Bupati Kabupaten Nunukan ditutup dengan penyerahan cindera mata, baik dari bupati kepada Unesa dan GTK, maupun dari Unesa kepada bupati. Seperti biasa, Unesa menyerahkan buku-buku sebagai kenang-kenangan. Buku yang berisi kisah-kisah inspiratif pengalaman mengabdi selama mengemban tugas sebagai guru SM-3T, yang ditulis oleh para peserta SM-3T angkatan sebelumnya. Harapan saya, buku itu akan dibaca oleh bupati dan jajarannya, kepala dinas pendidikan dan jajarannya, kepala sekolah dan guru-guru, dan bisa menjadi inspirasi bagi mereka semua untuk lebih meningkatkan kinerjanya dalam mengemban tugas mengurus pendidikan.n Nunukan, 21-08-2017 Penulis adalah Guru Besar Unesa dan Kepala Pusat PPG Unesa

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

33


CATATAN LINTAS

HUKUM DAN ETIKA

S

ejujurnya saya awam soal hukum dan etika. Namun kali ini saya ingin menyampaikan apa yang saya lihat dan baca beberapa tahun belakangan ini. Saya tidak ingin menyimpulkan ini benar atau salah, baik atau buruk karena saya merasa tidak punya kapasitas untuk itu. Saya hanya ingin berbagi kerisauan saja, supaya tidak membuat pikiran saya keruh. Beberapa waktu lalu, saya naik pesawat dari Surabaya ke Jakarta dan kebetulan dapat pesawat besar, sehingga penumpangnya banyak sekali. Ketika pesawat landing di Cengkareng, pramugari mengumumkan kalau pesawat parkir di-remote sehingga penumpang turun tidak menggunakan garbarata tetapi turun tangga. Nah waktu turun saya mengamati seorang ibu sepuh yang sepertinya pergi bersama putranya, seorang wanita berumur 30-35an yang sibuk dengan HP-nya. Ibu sepuh itu berperawakan kecil dan mengenakan kain, sehingga saat turun kerepotan. Anak tangga pesawat memang cukup tinggi dan curam, sehingga ibu sepuh itu harus turun pelan-pelan dengan berpegangan pipa pegangan tangga. Anehnya, wanita muda yang saya duga putranya itu sama sekali tidak membantu sang ibu, melainkan sibuk dengan HP-nya. Ketika harus naik bus, kembali ibu sepuh itu kerepotan dan ditolong oleh Bapak-bapak yang sudah ada di dalam bus. Lagi-lagi putrinya yang berada di belakang sang ibu tidak berbuat apaapa. Ketika masuk bus, kebetulan sudah penuh. Di dalam bus lantai yang atas semua kursi sudah penuh. Di lantai bawah ada empat kursi di pojok-pojok semua juga sudah diduduki orang. Se­ pertinya ibu sepuh itu capek, sehingga duduk di tangga naik. Lelaki muda yang duduk di kursi pojok di dekat ibu sepuh

34

OLEH MUCHLAS SAMANI

Merenungkan fenomena itu saya menduga, sekali lagi menduga, etika itu lebih banyak berkait dengan hati nurani dan bukan akal/pikiran. Etika lebih terkait dengan kepekaan rasa seseorang, dalam mempertimbangkan apa sesuatu perbuatan itu pantas atau tidak. Etika lebih terkait dengan pertanyaan “pantas atau tidak” dan bukan “salah atau tidak”. itu juga diam saja, tidak menawarkan kursinya. Namun, ketika ada Bapakbapak naik dan dikenal oleh lelaki muda itu, justru lelaki muda itu menawarkan kursinya kepada Bapak-bapak itu. Saya juga pernah mendengar atau membaca, ada Bupati/Walikota/Gubernur yang akan lengser kemudian isterinya atau anaknya mencalonkan diri untuk menggantikan. Saya juga pernah mendengar atau membaca seorang dosen yang membimbing istrinya atau anaknya sendiri ketika menyusun skripsi/tesis/disertasi. Saya juga pernah mendengar atau membaca Bupati/walikota/ Gubernur yang mengangkat suami atau ayahnya menjadi penasehat atau tim ahli. Saya juga pernah mendengar atau membaca ada presiden atau perdana menteri yang mengangkat bapaknya atau anaknya menjadi menteri. Saya juga pernah membaca ­adanya judicial review terhadap undang-undang yang melarang anak/isteri/menantu Bupati/Walikota/Gubernur yang menjabat mencalonkan diri untuk menggantikan. Mahkamah Konstitusi memenangkan gugatan itu, karena dinilai melanggar hak asasi seseorang. Jadi secara hal seperti yang saya sebutkan di atas tidak melanggar hukum. Tidak ada aturan yang

| Nomor: 109 Tahun XVIII - September 2017 |

Majalah Unesa

melarang atau dilanggar. Juga tidak ada aturan yang melarang seorang anak membiarkan ibunya yang sudah sepuh “krekelan” turun tangga pesawat. Tidak ada aturan yang mengharuskan orang muda yang duduk di suatu kursi untuk memberikan tempat duduk itu kepada ibu sepuh. Namun yang menjadi tanda tanya di benak saya, apakah seperti itu etis ya? Apakah etis seorang anak membiarkan ibunya yang sudah sepuh “krekelan” turun tangga, sementara dia sendiri main HP? Apakah etis anak muda yang duduk di kursi sebuah bus dan membiarkan ibu sepuh duduk “nglesot” di tangga di sebelahnya? Apakah etis seorang bupati mengangkat bapaknya menjadi penasehat dan dibayar oleh APBD. Apakah etis seorang dosen membimbing isterinya yang kebetulan menjadi mahasiswa. Saya pernah menyampaikan hal itu kepada seorang kawan dan dia menjawab “lha kalau saya satu-satunya profesor bidang X dan anak saya mengambil doktor bidang itu, terpaksa saya harus menjadi promotornya”. Betul juga. Namun, itu dalam keadaan terpaksa. Merenungkan fenomena itu saya menduga, sekali lagi menduga, etika itu lebih banyak berkait dengan hati nurani dan bukan akal/pikiran. Etika lebih terkait dengan kepekaan rasa seseorang, dalam mempertimbangkan apa sesuatu perbuatan itu pantas atau tidak. Etika lebih terkait dengan pertanyaan “pantas atau tidak” dan bukan “salah atau tidak”. n *http://muchlassamani.blogspot.co.id




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.