Majalah Unesa 112

Page 1



WARNA REDAKSI

T

epat 19 Desember 2017, Unesa telah mencapai usia 53. Bagi perguruan tinggi, usia 53 tahun dapat dikatakan masih relatif muda, karena usia perguruan tinggi bisa mencapai ratusan tahun, bahkan tanpa ada kepastian akan kematiannya. Dalam sejarah, usia perguruan tinggi bersifat akumulatif. Artinya, semakin tinggi usianya, semakin baik perguruan tinggi tersebut. Selama 53 tahun perjalanan Unesa telah mengalami perubahan dan kemajuan. Perubahan status dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Surabaya menjadi Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Konversi tersebut didasarkan pada Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 1999. Perubahan status tersebut membawa konsekuensi bahwa Unesa tidak lagi hanya menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan guru (kependidikan), tetapi juga menyelenggarakan pendidikan bidang ilmu nonkependidikan.

Selama perjalanan 53 tahun, masih banyak hal yang harus dibenahi agar Unesa mampu menjadi perguruan tinggi berkualitas, berwibawa, dan bermartabat sebagaimana visi Unesa: Unggul dalam Kependidikan Kukuh dalam Keilmuan. Perubahan IKIP menjadi Universitas, juga harus disertai dengan perubahan budaya akademik. Adanya prodi-prodi

sehingga mereka hanya akan mengajarkan dan mengaplikasikan teori-teori tersebut. Oleh karena itu, ketika terjadi konversi menjadi Unesa dan diberi kewenangan perluasan mandat untuk membuka prodi nonkependidikan, dimaksudkan untuk memperkuat bidang keilmuan para lulusannya. Sejauh ini, sudah banyak kemajuan yang telah dicapai Unesa. Namun, kita tidak boleh cepat puas terhadap apa yang telah dicapai. Kita harus terus memompa semangat juang, membangun kerja sama dan kebersamaan dengan dilandasi keikhlasan dalam bekerja. Unesa adalah milik kita bersama, dan kita harus bekerja bersama-sama untuk Unesa. Dengan adanya remunerasi, kejayaan Unesa berarti kesejahteraan kita bersama. Oleh karena itu, jika ingin meningkatkan kesejahteraan bersama, mari kita bangun budaya kerja keras, cerdas, ikhlas dan tuntas yang dilandasi prinsip kebersamaan dengan melakukan komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi (3K). Semoga Unesa semakin jaya. ARM

HAKIKAT DIES NATALIS

UNESA nonkependidikan, mengharuskan adanya budaya akademik yang lebih kritis dalam memahami teori. Ketika berstatus IKIP, tugasnya adalah menyiapkan guru yang lebih pada penguatan keterampilan mengajar (vokasional). Pemahaman teori hanya sebatas pada pemahaman, agar tidak ada kesalahan konsep dan logika. Hal ini disebabkan lulusan yang dihasilkan adalah para guru yang akan mengajar di sekolah dasar dan menengah,

Majalah Unesa

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

3


DAFTAR RUBRIK

32

EDISI DESEMBER 2 01 7

FOTO: HUMAS

Edisi Ini

05

53 TAHUN UNESA, MENUJU BUDAYA KERJA LEBIH BAIK

Genap berusia 53 tahun, Unesa terus berkomitmen mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan bertambahnya usia, Unesa diharapkan semakin matang dan mandiri dalam berkarya, berprestasi sehingga menghasilkan reputasi yang baik di tingkat nasional dan internasional.

07

KOLABORASI MEMAJUKAN UNESA

08

22

10

26

MEREKA BERBICARA TENTANG 53 TAHUN UNESA

RISTA WUJUDKAN MIMPI INJAK BENUA BIRU

18

KABAR BIPA

PEMUDA, BAHASA, DAN WAJAH KITA

SEMARAK PERAYAAN DIES NATALIS

14

GRESIK GANDENG UNESA PERBAIKI OLAHRAGA

24

Kabar membanggakan datang dari Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam (FMIPA) Unesa. Tim PKM FMIPA berhasil membawa dua medali dalam ajang Pekan Ilmiah Nasional Mahasiswa (Pimnas) 2017.

30

ARTIKEL LITERASI

Dengan mengenal budaya asing, akan membangkitkan motivasi diri untuk mencari pengalaman di luar negeri dan informasi beasiswa.

34

CATATAN LINTAS

Antara Potensi dan Jam Terbang

Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 112 Tahun XVIII - Desember 2017 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor), Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (WR Bidang I), Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (WR Bidang II), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (WR Bidang III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt.­ (WR Bidang IV) PENANGGUNG JAWAB: Dra. Ec. Ratih Pudjiastuti, M.Si (Kepala BAAK) PEMIMPIN REDAKSI: Dra. Titin Sumarti, M.Pd (Kabag. Kerja Sama dan Humas) REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto REPORTER: Lina Mezalina, Murbi Astuti, Suryo Waskito, Emir Musa, Khusnul, Syaiful Hidayat, Asnaul Ilmiyah, M. Hasan Zaki, Mira Carera, Merry, Fikriyatul Umah, Nely Eka, Novita, Belya Dwi, Geofany FOTOGRAFER: Sudiarto Dwi Basuki, M. Wahyu Utomo, DESAIN/LAYOUT: Abdur Rohman, Basir Aidi ADMINISTRASI: Rr. Dwi Astuti, S.H., MM. (Kasubbag. Humas), Supi’ah, S.E. DISTRIBUSI: Lusia Patria, S.Sos, Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung Rektorat Kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya

4

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

REFLEKSI: Dua gedung ikon Unesa, yaitu gedung Pendidikan (Rektorat Unesa, kanan)) dan gedung Wiyata Mandala (LP3M Unesa) tampak dari panorama danau Unesa, Lidah Wetan Surabaya. foto: AROHMAN

Refleksi Dies Natalis ke-53 Unesa

MENUJU BUDAYA KERJA YANG LEBIH BAIK Genap berusia 53 tahun, Universitas Negeri Surabaya terus berkomitmen melaksanakan apa yang dicita-citakan para pendirinya dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan bertambahnya usia, Unesa diharapkan semakin matang dan mandiri dalam berkarya, berprestasi sehingga menghasilkan reputasi yang baik di tingkat nasional dan internasional.

Majalah Unesa

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

5


LAPORAN

UTAMA

R

ektor Unesa Prof. Warsono menyampaikan bahwa usia 53 tahun jika dianalogikan dengan manusia memang sepertinya sudah tua. Namun, bagi perguruan tinggi usia 53 tahun masih tergolong muda karena usia perguruan tinggi bisa mencapai ratusan, bahkan tanpa batas. Selama kurun waktu itu, tonggak perubahan besar dan sejarah penting telah dilalui Unesa. Tonggak sejarah paling fundamental adalah berubahnya status Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Surabaya menjadi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 1999. “Konsekuensi perubahan tersebut, Unesa tidak lagi hanya menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan guru (kependidikan), tetapi juga menyelenggarakan pendidikan bidang ilmu nonkependidikan,” terang Rektor. Perubahan status tersebut mendorong Unesa gencar membuka ber­bagai program studi (prodi) nonkependidikan. Hampir semua fakultas, yang sebelumnya hanya memiliki prodi pendidikan, telah memiliki prodi nonkependidikan baik dalam bidang ilmu sosial, teknik, mipa, maupun bahasa dan seni serta olahraga. Selama kurun perjalanan 53 tahun itu, papar rektor, Unesa telah mencatatkan berbagai peristiwa penting yang mengharuskan perubahan di segala lini. Perubahan penting yang harus dilakukan budaya akademik. Program S2 dan S3 harus berbicara mengenai berpikir keilmuan (kritis, kreatif, inovatif, reflektif, dan abstraktif ). “Pada program S2 tidak lagi hanya berbicara pada pemahaman teori dan konsep, tetapi sudah harus pada level mengetahui sejarah perkembangan teori dan paradigmanya, serta harus mampu mengkritisi letak kekuatan dan kelemahan teori. Pada program S2 juga harus mampu menyusun proposal penelitian secara benar menurut kaidah keilmuan. Pada program S3 harus ditingkatkan pada kemampuan

6

memperbaharui atau menemukan pembaharuan (novelty) dalam bidang ilmunya. Oleh karena itu, lulusan S3 harus memiliki kompetensi dalam bidang penelitian, termasuk memahami paradigma penelitian secara baik,” terang Rektor. Selain itu, budaya akademik ini juga harus diimplementasikan dalam bentuk keterbukaan menerima kritik dan saran dari pihak lain. Dalam bidang ilmu tidak ada kebenaran tunggal dan mutlak. Kebenaran ilmu bersifat hipotetik, dalam arti terbuka untuk dibuktikan salah. Sikap menjunjung tinggi kebenaran yang berdasar data, fakta, dan logika merupakan bagian dari budaya akademik. Oleh karena itu, kebiasaan berdiskusi, meneliti, dan menulis merupakan wujud dari budaya akademik. Budaya akademik di Unesa masih harus dibangun dan ditingkatkan, sehingga gairah berdiskusi dalam ruang-ruang seminar, maupun ruang-ruang dosen menjadi bagian kehidupan seharihari sivitas akademika Unesa. “Lemahnya budaya akademik ini bisa menghambat visi dan misi Unesa. Visi Unesa Unggul dalam Kependidikan Kukuh dalam Keilmuan harus ditopang dengan budaya akademik dan budaya mutu yang baik,” tambah Rektor. Untuk membangun budaya mutu, terang Rektor, Unesa telah memiliki Pusat Penjaminan Mutu (PPM) di tingkat Universitas, dan Gugus Penjaminan Mutu (GPM) di tingkat fakultas, serta Unit Penjaminan Mutu (UPM) di tingkat prodi atau jurusan. Bahkan dokumen manual mutupun sudah disusun oleh PPM, tinggal bagaimana mengimplementasikan dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, budaya melakukan apa yang ditulis dan menulis apa yang dilakukan masih harus dibangun dan ditumbuhkembangkan di Unesa. Rektor berharap Dies Natalis ke-53 Unesa ini mampu menjadi refleksi untuk mencapai kemajuan bersamasama. Seluruh civitas akademika Unesa, harus terus memompa semangat juang, membangun kerja sama dan kebersamaan dengan

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

Majalah Unesa

dilandasi keikhlasan dalam bekerja. “Unesa adalah milik kita bersama, dan kita harus bekerja bersamasama untuk Unesa. Dengan adanya remunerasi, kejayaan Unesa berarti kesejahteraan kita bersama. Oleh karena itu, jika kita ingin meningkatkan kesejahteraan bersama, mari kita bangun budaya kerja keras, cerdas, ikhlas dan tuntas, yang dilandasi oleh prinsip kebersamaan dengan melakukan komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi (3K). Semoga Unesa ke depan semakin jaya,” tandas Rektor. n


S

enada, Wakil Rektor Bidang Akademik, Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si berharap momen Dies Natalis ke53 Unesa dapat dijadikan sebagai pemompa semangat untuk berkolaborasi memajukan Unesa dengan berkarya, berprestasi dan bereputasi. Menurut Yuni, jika tidak ada kolaborasi dan kerja sama yang baik tidak mungkin Unesa bisa menjadi lembaga yang unggul. “Untuk itu, dalam Dies Natalis ke53, Unesa harus meningkatkan kualitas pendidikan yang nantinya berdampak pada mutu Unesa,” paparnya. Yuni menambahkan, sesuai tema Dies Natalis yakni berkarya, Unesa telah memiliki dosen muda dengan karya-karya hebat yang mampu mengangkat derajat Unesa sehingga berdampak pada kualitas intelektual mahasiswa. Tidak hanya dosen, mahasiswa juga telah mengukir prestasi baik di kancah nasional dan internasional. “Kedua inovasi, dalam era modern ini harus bisa mengikuti perkembangan zaman. Zaman yang serba canggih ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan mutu pembelajaran,” terang Yuni. Yang ketiga Bereputasi. Menurut Yuni, reputasi hakikatnya yakni menjaga nama baik. Oleh kerena itu semua warga Unesa harus bersinergi untuk berkarya dengan mengembangkan inovasi dan menjaga perbuatan demi nama baik Unesa. Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd, M.T mengatakan bahwa tema Dies Natalis ke-53 Unesa menjadi spirit kesiapan menjadi kampus yang berkarya, berprestasi, dan bereputasi. Slogan tema tersebut, terang Tri Wrahatnolo akan menjadi bentuk perubahan dari Unesa menjadi yang lebih baik. Hal itu pula yang dilakukan Unesa menyongsong perubahan dengan Akreditasi Perguruan Tinggi (APT) menjadi A. Untuk mendapatkan akreditasi A, tambah Tri Wrahatnolo, seluruh elemen Unesa harus bersinergi berkolaborasi.

LAPORAN UTAMA

KOLABORASI MAJUKAN UNESA

KOLABORASI: Dari kiri; Rektor Unesa, Prof. Warsono, MS., bersama Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan, Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd, M.T, dan Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama, Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt (paling kanan) bercengkerama bersama saat menyambut kunjungan dari Unsyiah Aceh. foto: HUMAS

“Kini pembangunan infrastruktur telah dilaksanakan. Unesa akan menambah gedung baru di kampus Lidah. Tidak hanya itu saja, Unesa juga menambah dua fakultas baru yakni Fakultas Seni dan Desain, dan Fakultas Ilmu Rumah Tangga. Jika kita bersinergi dan terus mengabdi kepada Unesa tentunya akreditas A pasti bisa didapatkan,” ungkap Warek II penuh optimistis. Tak jauh beda, Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama Unesa, Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt mengatakan, memasuki usia 53 tahun, Unesa perlu terus berjuang meningkatkan kualitas pendidkan di Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Spirit itu pula yang mendasari Unesa mengangkat tema berkarya, berprestasi dan bereputasi. “Perjuangan Unesa untuk mengusung tema tersebut tidak cukup saat ini. Perlu kerja

Majalah Unesa

keras untuk meningkatkan dan mengimplementasikan tema tersebut,” paparnya. Menurut Djodjok Unesa telah mewujudkan berkarya, berprestasi, dan bereputasi. Hal tersebut bisa dilihat dari pengabdian Unesa kepada masyarakat. Unesa mngembangkan keilmuan sebagai peningkatan kualitas pendidikan dalam masyarakat. Salah satu yang telah diwujudkan dalam masyarakat yakni bekerja sama dengan pemerintah Kabupaten Trenggalek dengan meningkatkan kualitas kepala sekolah seluruh Kabupaten Trenggalek. Djodjok berharap, Unesa mampu menjadi lembaga pendidikan yang mengedepankan pengabdian dalam bermasyarakat. Pengabdian merupakan implementasi keilmuan yang nyata sehingga masyarakat bisa memandang Unesa sebagai lembaga pendidikan yang besar. n (SIR/WAHYU/TONI)

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

7


LAPORAN

UTAMA

DEKAN FE: PRESTASI HARUS DIWUJUDKAN DENGAN KARYA

D

ekan Fakultas Ekonomi, Drs. Eko Wahjudi, M.Si mengatakan bahwa berprestasi harus diwujudkan dengan berkarya. Berprestasi adalah sesuatu yang tidak datang tiba-tiba dan membutuhkan perjuangan panjang. Jika dijalani dengan sungguhsungguh dengan kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas karya-karya baik di bidang akademik maupun kemahasiswaan akan dicapai. Jika prestasi dan karya sudah ada, maka akan berdampak pada reputasi Unesa sebagai lembaga. “Jadi, itu memang suatu tahapan yang harus kita

lakukan dengan kerja keras, “ ungkap Dekan FE . Di usia 53 tahun ini, terang Eko, Unesa sudah mulai menata diri. Hal itu dapat dilihat dengan peningkatan mutu baik akademik maupun nonakademik. Bidang akademik, salah contoh adalah meningkatnya jumlah perolehan akreditasi prodi A. “Saya rasakan bahwa WR Bidang Akademik berperan sangat besar dari dalam untuk mensupport kegiatan yang terkait dengan pembelajaran baik fakultas maupun jurusan,” terangnya. Saat ini, IT Unesa sudah mulai bagus.

DEKAN FMIPA: MAKIN TUA, TAMBAH JAYA

D

ekan FMIPA, Prof. Dr. Suyono mengatakan bahwa berkarya dalam kebebasan dan berpikir dengan kecerdasan akan bisa menghasilkan prestasi yang bagus. Menurutnya, jika prestasi yang didapat baik, tentu akan membuat reputasi Unesa terangkat. Suyono mengatakan, prestasi yang didapat kalau bisa memang sudah level internasional. Misalnya, mengirimkan artikel ke Jurnal Internasional yang bereputasi. Jumlah artikel di perguruan tinggi masih perlu ditingkatkan oleh para dosen. Selain dosen, mahasiswa juga harus didorong untuk mengikuti PKM. “Kalau dosen dan mahasiswa berprestasi maka akan menjadi reputasi bagi Unesa,” terang Dekan FMIPA Unesa. Saat ini, Unesa sudah mencapai status perguruan tinggi Badan Layanan Umum. Dulu, status perguruan tinggi masih Satuan Kerja (Satker). Sekarang, sudah Badan Layanan Umum

8

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

Sistem IT sudah terintegrasi dengan berbagai sistem informasi yang dilakukan oleh PPTI. Selain itu, Unesa juga mendapatkan prestasi penilaian laporan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Unesa sudah menjalankan remunerasi sekitar 5 semester yang membuat kinerja sivitas akademika semakin baik. Ia berharap, momen Dies Natalis ini semakin membuat Unesa melangkah lebih baik, lebih dikenal, lebih diakui, dan lebih dicintai. “Itulah harapan kami. Kami ingin Unesa lebih dikenal oleh masyarakat Jawa Timur maupun luarJawa Timur,” tandasnya. n (DAYAT/SIR)

(BLU). Jika naik lagi akan bisa menjadi PTN Badan Hukum (BH). Karya-karya dosen juga sudah mulai meningkat terus. Dia mencontohkan di FMIPA, ada Jumat Cerdas. Sejak Jumat pagi sampai siang, mahasiswa tidak boleh kuliah. Itu dilakukan agar memberikan kesempatan mahasiswa menemui dosen untuk konsultasi. “Kami memberikan kesempatan untuk pendampingan dalam melakukan PKM,” jelas Suyono. Mengenai Dies Natalis ke-53 Unesa, Suyono berharap dengan semakin bertambah usia, Unesa semakin pengalaman, semakin berkembang dan semakin maju. “Semakin tua, Unesa semakin jaya,” tandasnya. n (DAYAT/SIR)

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

Kalau kita lihat data yang sudah ada, Unesa semakin banyak berkarya baik yang dihasilkan oleh dosen maupun mahasiswa. Prestasi mahasiswa tingkat nasional sudah banyak. Namun demikian, tetap harus bekerja keras terus untuk mencapai prestasi yang lebih baik lagi.”

DEKAN FT: IMPIKAN PUNYA FAKULTAS PENDIDIKAN VOKASI

D

ekan FT, Prof. Eko Hariadi, M.Pd mengatakan, tema Dies Natalis Tahun ini sangat tepat yakni Berkarya, Berprestasi, dan Bereputasi. Makna dari tema tersebut, terang Eko, mendorong warrga kampus agar lebih giat berkarya, berprestasi dan bereputasi. “Kalau kita lihat data yang sudah ada, Unesa semakin banyak berkarya baik yang dihasilkan oleh dosen maupun mahasiswa. Prestasi mahasiswa tingkat nasional sudah banyak. Namun demikian, tetap harus bekerja keras terus untuk mencapai prestasi yang lebih baik lagi,” ujar Guru Besar Fakultas Teknik Unesa. Eko berharap dengan usia ke-53, Unesa semakin semangat dan berkarya. Ia berharap Unesa semakin berjaya dan berdaya saing di tingkat nasional maupun internasional. Eko berharap Unesa juga memperhatikan Pendidikan Vokasi agar lebih berkembang. “Kita harus juga mengikuti langkah-langkah presiden agar Pendidikan Vokasi semakin meningkat dan maju. Ke depan, kalau bisa Unesa memiliki Vokasi yang khusus. Karena, selama ini kan Pendidikan Vokasi ada di tiap Fakultas. Semoga kita memiliki pola Fakultas Vokasi. Di situ, kita bisa mendidik D4 bukan D3. Itu harapan kita,” terangnya. Sebenarnya, lanjut Eko, pendidikan vokasi adalah pendidikan dengan siap bekerja. Karenanya, kurikulum yang digunakan lebih banyak praktik daripada teori. Pendidikan Vokasi itu menyiapkan mahasiswa siap bekerja. “ Semoga Unesa mendorong Pendidikan Vokasi. Memang butuh biaya besar. Tapi, pertama yang harus dilakukan adalah niat, lalu berusaha,” tandasnya n (DAYAT/SIR)

Majalah Unesa

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

9


WARTA

UTAMA

GEMBIRA: Para pejabat tinggi Unesa riang bersama saat mengikuti salah satu kegiatan dalam rangka Dies Natalis ke-53 Unesa di kampus Lidah Wetan Surabaya. foto: HUMAS

K

SEMARAK LAUNCHING DIES NATALIS UNESA KE-53

emeriahan tersaji di depan Gedung Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya saat launching Dies Natalis Unesa ke-53 pada Minggu 24 September 2017. Sekitar 2000 orang terdiri atas dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa ikut meramaikan acara tersebut. Acara semakin meriah dengan penampilan 53 penari dan pelepasan 53 burung, yang menandai usia Unesa yang sudah beranjak 53 tahun. Dalam sambutannya, Prof. Warsono mengatakan, Dies Natalis Unesa kali ini memiliki makna yang sangat pen­ ting sebagai sebuah momen untuk melakukan refleksi perjalanan Unesa selama ini. Rektor mengajak kepada semua pihak untuk menjadikan momen Dies Natalis sebagai sarana mengevaluasi apa yang sudah dilakukan setahun lalu untuk kemudian menjadi masukan dalam menyiapkan sesuatu yang harus dilakukan ke depan.

10

“Evaluasi ini berkaitan dengan tupoksi Unesa sebagai bagian pemerintah yang menjalankan pelayanan umum di bidang pendidikan,” ujarnya. Menurut Rektor, tugas Unesa adalah mencerdaskan anak bangsa. Oleh karena itu, dengan mendapatkan beragam fasilitas dari negara, ­Unesa harus mempertanggungjawabkan dengan menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan baik. Di depan para hadirin, Dosen PPKN itu mengajak segenap civitas akademika untuk terus meningkatkan kualitas demi pengembangan kampus. Guru Besar bidang filsafat itu memberikan beberapa catatan kemajuan yang sudah dicapai Unesa. Salah satunya, berkaitan dengan tren positif perba­ ikan akreditasi program studi. “Sejak 2014 kita terus mendorong peningkatan akreditasi. Bila dulu hanya hanya 10 prodi yang terakreditasi A, kini sudah ada 30. Akreditasi merupakan jaminan kepada masyarakat bahwa bila anaknya berkuliah di Unesa maka akan mendapatkan

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

Majalah Unesa

kompetensi yang berguna kelak”, terangnya Perubahan lain yang terus diusahakan ialah melengkapi sarana dan prasarana perkuliahan. Tahun ini, Unesa memulai pembangunan banyak gedung yang representatif mulai Graha Unesa untuk lokasi wisuda, gedung student centre, pascasarjana, serta pembangunan di tingkat fakultas seperti di FMIPA, FE dan FISH. Untuk mencapai tujuan tersebut Rektor mengajak segenap sivitas akademika untuk bekerja dengan meng­ amalkan nilai dasar Unesa. Menurutnya, tidak cukup hanya dengan kerja keras, tetapi juga kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas. “Jika semua diamalkan kita dapat menjalankan program lebih cepat dan mencapai hasil lebih baik,” tandasnya. Acara launching dies natalis ini diisi dengan kegiatan senam bersama, penampilan tari tradisional dan yosakoi, serta penampilan UKM Olahraga. Tahun ini tema yang dipilih ialah Berkarya, Berprestasi, Bereputasi. n (gil/lus)


WARTA UTAMA

PEMBUKAAN PAMERAN PENDIDIKAN UNESA

GUNTING PITA: Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama Unesa Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt menggunting pita tanda dimulainya pameran pendidikan dalam rangkaian Dies Natalis ke-53 di Royal Plaza, Surabaya. foto: HUMAS

P

rof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt selaku Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama Unesa membuka acara Pameran Pendidikan dalam rangkaian peringatan Dies Natalis Unesa ke-53 di Royal Plaza pada Kamis, 23 November 2017 di Royal Plaza Surabaya. Pembukaan acara dilakukan dengan simbol pemotongan pita. Saat menyampaikan sambutan pembukaan, Djodjok mengapreasiasi terselenggaranya pameran pendidikan. Menurut Djodjok adal hal-hal menarik pada pameran pendidikan kali ini. Salah satunya, munculnya

beberapa produk baru yang dipamerkan. “Ke depan, perlu ditingkatkan lagi agar semakin semarak,” terangnya. Sesuai temanya, Semarak Berkarya, pemeran pendidikan diisi dengan berbagai karya menarik dari para civitas akademika Unesa baik dosen dan mahasiswa. Semua karya tersebut, diperlihatkan atau dipamerkan kepada masyarakat umum agar dapat memahami perkembangan Unesa. Djodjok berharap, Unesa dapat lebih banyak lagi ikut pameran agar semakin diketahui oleh masyarakat umum, terutama mengenai perkem-

Majalah Unesa

bangan Unesa. Harapan Unesa dalam rangka Dies Natalis Unesa ke-53 tahun ini akan mencapai suatu hasil yang maksimal, terutama untuk APT. “Tahun ini, semoga bisa memberikan hadiah untuk Dies Natalis dengan mendapatkan akreditasi A. Prodi-prodi sekarang sudah berjalan visitasi akreditasi dan berjuang untuk mencapai nilai maksimal atau peringkat maksimal. “Semoga Unesa bisa benar-benar menjadi lembaga yang bisa diandalkan, yang unggul dalam kependidikan dan kukuh dalam keilmuan sesuai visi Unesa,” tandasnya. n (DAYAT/TONI)

| Nomor: 111 Tahun XVIII - Desember 2017 |

11


WARTA

UTAMA

KEJUARAAN BOLA VOLI UNESA CUP XII 2107

JUARA: Para juara Kejuaraan Bola Voli Unesa Cup XII 2017 menerima trophy dan hadiah uang pembinaan dari panitia penyelenggara. Kejuaraan voli tahunan ini diselenggarakan dalam rangka Deis Natalis ke-53 Unesa. foto: HUMAS

P

erwakilan Mojokerto tampil luar biasa dalam ajang kejuaraan bola voli Unesa Cup XII 2017 yang berlangsung di Gelanggang Pemuda dan GOR Bima Unesa Kampus Lidah Wetan pada 8-10 Desember 2017. SMK 1 Jetis dan SMAN Gedeg berhasil menjadi juara pertama kategori putra dan putri. Dalam partai final, tim voli putra SMK 1 Jetis Mojokerto berhasil mengalahkan SMKN 1 Sumenep dengan skor 3-1. Sedangkan tim voli

12

putri SMAN Gedeg Mojokerto berhasil menundukkan SMA 1 Wonoayu Sidoarjo dengan skor 3-1. Kejuaraan voli Unesa Cup merupakan kejuaraan antar SMA/ SMK/MA sederajat se-Jawa Timur yang diikuti 31 tim putra dan 21 tim putri. Kegiatan tersebut bertujuan mencari bibit muda berbakat di Jawa Timur sekaligus memeriahkan Dies Natalis Unesa ke-53. “Kejuaraan cabang voli ini merupakan salah satu upaya kami sebagai civitas akademika untuk memeriahkan

| Nomor: 111 Tahun XVIII - Desember 2017 |

Majalah Unesa

Dies Natalis Unesa ke-53,” terang Muhammad, selaku pedamping kegiatan dan dosen FIK Unesa. Kejuaraan tersebut diselenggarakan selama 3 hari, di dua tempat sekaligus selama babak penyisihan. Yakni, Gor Bima Unesa untuk pertandingan tim putra dan di Gelanggang Pemuda Unesa untuk tim putri. “Alhamdulillah bisa juara, semoga lebih baik untuk tahun ke depan,” kata M. Masud Yunus, pemain SMK 1 Jetis yang juga terpilih sebagai pemain terbaik putra. n (JUMAD/SIR)


WARTA UTAMA

GOWES BARENG & AKSI TANAM SERIBU POHON

U

nesa kali pertama menyelenggarakan Gowes Bareng 53 KM dalam rangka memeriahkan Dies Natalis Unesa ke-53 tahun 2017. Kegiatan Gowes Bareng ini diikuti oleh Pimpinan Universitas, Pimpinan Dekan Fakultas selingkung Unesa, dan komunitaskomunitas gowes di Surabaya dan Sidoarjo sekitarnya. Peserta diikuti sebanyak 200 peserta dari berbagai ragam Komunitas. Di antaranya, komunitas FIK Gowes, komunitas ikatan pencinta sepeda Sidoarjo (IPSS), komunitas New Kampret Menganti, komunitas Bike To Work Surabaya, dan komunitas sapeda federal Surabaya. Gowes napak tilas berlangsung hari ini, Minggu, (10/12). Start dimulai dari Pintu Gerbang Unesa Ketintang sampai finish di depan Gedung Rektorat Kampus Lidah Wetan yang berjarak

sekitar 53 KM. Hijrin Fithroni, S.Or., M.Pd sebagai Koordinator Gowes Bareng dan Dosen FIK menyampaikan bahwa konsep gowes ini adalah napak tilas. Dimana, napak tilas ini sejarah pengembangan dari Universitas Negeri Surabaya yang dalam rangka memeriahkan dies natalis Unesa ke53. Acara ini, kita start yang dimulai dari pintu gerbang Unesa Ketintang. Dimana, kampus Ketintang tempat sejarah yang paling besar pada ­Unesa, ujar Hijrin. “Gowes Napak Tilas ini diberangkatkan oleh Rektor Unesa beserta jajarannya dengan mulai start sekitar pukul 06.15 wib dengan rute pos 1 menuju ke Kampus Lidah Wetan, lalu menuju Kampus Kawung Surabaya kemudian dilanjutkan ke kampus Dharmawangsa Surabaya, kemudian kembali lagi ke Kampus Unesa Lidah Wetan dengan menempuh jarak 53

Km. Tetapi memang kita menghitung dan setting adalah 53 KM”, ujar dosen FIK Unesa. Bahkan, peserta ini mulai dari beragam komunitas aktivis, olahraga masyarakat yang didominasi dari Surabaya, Sidoarjo, Gresik sampai pada Pasuruan. Dalam kegiatan ini didukung oleh Forum Dekan Keolahragaan seluruh Indonesia. Kebetulan, pada tanggal 17 kemarin hari Sabtu ada FGD. Sehingga, dimeriahkan juga dari Dekan FIK UPI Bandung, Malang, Jakarta bahkan dari Bali. Sehingga, kegiatan semacam ini, semarak sekali sangat rata dan melihat antusiasme masyarakat untuk mengikuti Napak Tilas dengan bangga dari Universitas Negeri Surabaya, jelas Hijrin. Selain gowes bareng, Unesa juga melakukan aksi tanam seribu pohon di depan Gedung Rektorat. Kegiatan itu dilakukan untuk mewujudkan kampus Unesa yang indah dan nyaman. Warsono menambahkan, menciptakan keindahan di kampus menjadi tanggung jawab bersama dengan cara menjaga dan merawat pohon dan tanaman yang sudah ada sekarang. “Mahasiswa juga perlu terlibat dalam pelestarian keasrian kampus, sehingga kawasan kampus yang indah dan nyaman akan tetap terjaga,” tandasnya. n (inayah/intan)

PENGHIJAUAN: Civitas akademika Unesa berpartisipasi aktif dalam penghijauan kampus Unesa Lidah Wetan. Caranya dengan menanam pohon yang dilangsungkan pada penyelenggaraan Dies Natalis ke-53 Unesa. foto: HUMAS

Majalah Unesa

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

13


WARTA

UTAMA

KERJA SAMA: Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S, usai menandatangani MoU dengan Wakil Bupati Gresik, Dr. H. Moh. Qosim, M.Si., didampingi Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama Unesa, Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt. (kiri) dan Ketua KONI Provinsi Jatim H. Sucipto, SE. foto: TONY

TINGKATKAN PRESTASI OLAHRAGA, GRESIK MOU DENGAN UNESA

U

niversitas Negeri Surabaya kembali memperkuat relasi di bidang kerja sama. Kali ini, Unesa menggandeng Pemkab Gresik sebagai partner kerja pada Rabu, 22 November 2017. Dalam penandatangan Nota Kesepahaman, kedua belah pihak bersepakat untuk peningkatan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, pelatihan, dan pembinaan prestasi dan penerapan Sport Science dan IPTEK dalam rangka pengembangan peningkatan olahraga di Kabupaten Gresik. Acara tersebut juga bertepatan juga dengan pelantikan pengurus baru KONI Kabupaten Gresik masa bakti 2017-2021. Dengan pengurus KONI yang baru ini, Kabupaten Gresik berharap ke depan para atlet bisa mendapatkan prestasi dan menjadi juara. Acara dimulai dengan sambutan dari Ketua KONI Kabupaten Gresik dr. Singgih. Dalam sambutannya, Singgih menyampaikan bahwa kerja sama ini berfokus

14

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

pada peningkatan dan pengembangan para atlet untuk dapat meraih prestasi di ajang nasional maupun internasional. “Seluruh cabor dapat memfokuskan untuk meraih medali,” tegasnya. Rektor Unesa, Prof Dr. Warsono, M.S mengatakan bahwa prestasi sama dengan potensi dan motivasi. Potensi merupakan salah satu yang berkaitan dengan otot, postur, dan kemampuan seorang atlet, sedangkan motivasi merupakan dukungan yang meliputi moral dan dana. “Moral tersebut bisa dibentuk dengan menanamkan jiwa kecintaan terhadap tanah air. Dengan semangat tersebut seorang atlet akan termotivasi untuk meraih prestasi,” paparnya. Ketua KONI Provinsi Jatim H. Sucipto, SE mengatakan bahwa sebuah prestasi bisa diperoleh jika didukung oleh IPTEK dan pelatih yang memiliki kualifikasi dan sertifikasi kompetensi. Sucipto menambahkan prestasi juga tidak lepas dari dukungan dana yang memadai. n (TONY)

Majalah Unesa


WARTA UTAMA

REKTOR UNESA TERIMA APLIKASI SIKD DARI ANRI

SIKD: Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S, usai menerima langsung aplikasi SIKD tersebut dari Deputi Bidang Pembinaan Kearsipan ANRI, Dr. Andi Kasman, S.E., M.M. di Hotel Amaroossa Cosmo, Jakarta, 4 Desember 2017.. foto: HUMAS

D

alam rangka penerapan tata kelola kearsipan di­namis berbasis Tek­ no­lo­gi Informasi dan Ko­munikasi (TIK), Arsip Na­sional Republik Indonesia (ANRI) menyerahkan Aplikasi Sistem Informasi Kearsipan Dinamis (SIKD) pada 22 Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Unesa adalah salah satu dari 22 PTN tersebut. Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S. menerima langsung aplikasi SIKD tersebut dari Deputi Bidang Pembinaan Kearsipan ANRI, Dr. Andi Kasman, S.E., M.M. di Hotel Amaroossa Cosmo, Jakarta, 4 Desember 2017. Kegiatan serah-terima ini merupakan bagian dari rangkaian Kegiatan Im­ple­ mentasi e-arsip dengan SIKD. Se­be­ lumnya telah dilaksanakan kegiatan Bim­bingan Teknis Pengenalan Aplikasi SIKD dan Penyusunan Instrumen Po­ kok Pengelolaan Arsip Dinamis di Yogyakarta, 6-10 November 2017 dan Bimbingan Teknis Implementasi Aplikasi SIKD di Batam, 22-26 November 2017 Pada kegiatan serah terima ini, Kepala

Subdirektorat Pusat III, Dra. Sulistyowati, M.M. menerangkan maksud dan tujuan diselenggarakannya acara se­ rah terima aplikasi SIKD. Ia berharap ap­likasi tersebut dapat diaplikasikan dalam pengelolaan arsip dengan meng­ gu­nakan sistem informasi kearsipan dinamis berbasis TIK dalam melakukan penyelenggaraan kearsipan di ling­ ku­ngan PTN sesuai dengan kaidah kearsipan. Lebih lanjut, Sulistyowati me­ nam­bahkan, perguruan tinggi di In­donesia sebagai institusi ilmiah me­megang peran strategis dalam mem­ba­ngun peradaban bangsa karena me­laksanakan 3 fungsi utama yang dikenal sebagai Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, perguruan tinggi pasti menghasilkan arsip sebagai informasi yang terekam (recorded information), yang merupakan aset perguruan tinggi dan sekaligus aset publik yang perlu dikelola dengan baik sebagai bahan bukti akuntabilitas kinerja perguruan

Majalah Unesa

tinggi. Deputi Bidang Pembinaan Kearsipan, Andi Kasman dalam sambutannya menyampaikan bahwa implementasi SIKD merupakan upaya ANRI dalam mendukung program E-Government. “Dari Sembilan E-Government ada yang namanya E-Arsip. Di dalam E-Arsip ini ada dua, yang pertama disebut dengan Sistem Informasi Kearsipan Dinamis, yang kedua adalah Sistem Informasi Kearsipan Statis,” tuturnya. Lebih lanjut Andi Kasman menambahkan bahwa kedepan PTN tidak hanya menerapkan SIKD, tapi juga perlu mengimplementasikan Sistem Informasi Kearsipan Statis (SIKS). Sementara itu, Djoko Pramono, mewakili arsiparis Unesa mengaku senang dan bangga atas penerimaan aplikasi SIKD tersebut. Lebih lanjut Djoko berharap: “Semoga dengan peristiwa ini, pelaksanaan kearsipan di Unesa menjadi semakin baik, seperti yang sudah diamanatkan oleh UU No.43 Tahun 2009 tentang Kearsipan”.n (DJP/SIR/MAN)

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

15


WARTA

UTAMA

SOSIALISASI: Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S, menerima cinderamata dari Deputi Direktur Bidang Pengadaan BPJS Ketenagakerjaan, Yogi Dharmawanto di Auditorium Fakultas Teknik Lantai 3 pada 6 Desember 2017. foto: HUMAS

SOSIALISASI DAN KULIAH UMUM BPJS KETENAGAKERJAAN

B

PJS Ketenagakerjaan mengadakan sosialisasi dan kuliah umum yang dikemas dengan judul 40 Menit Mengajar BPJS Ketenagakerjaan di hadapan berbagai sivitas akademika selingkung Unesa dan mahasiswa. Kegiatan tersebut berlangsung di Auditorium Fakultas Teknik Lantai 3 pada 6 Desember 2017. Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S mengingatkan pentingnya mempersiapkan manajamen resiko untuk masa depan . “Janganlah jadi mahasiswa yang hanya berpikir kekinian tetapi juga harus memperhatikan manajemen resiko ke depan,” ungkapnya. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan penyerahan secara simbolis

16

bantuan penyediaan literatur sebesar Rp10.000.000 dari BPJS Ketenagakerjaan yang diwakili Yogi Dharmawanto, Deputi Direktur Bidang Pengadaan kepada Rektor Unesa Prof. Warsono. Hal tersebut merupakan hal positif karena indonesia merupakan negara dengan literasi terendah di Asia Tenggara, sambung Rektor Universitas Negeri Surabaya. Dengan bantuan penyediaan literatur diharapkan budaya literasi indonesia terutama kalangan mahasiswa Universitas Negeri Surabaya juga semakin meningkat, kemudian dilanjut dengan penyerahan vandel dan kenang-kenangan oleh masingmasing pihak. Penyampaian materi selama lebih kurang 40 menit oleh bapak Yogi

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

Majalah Unesa

begitu menarik, ia memaparkan banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan oleh mereka yang telah terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan karena akan dijamin seperti jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan kematian dll. “banyak sekali berbagai hal yang bisa didapatkan manfaatnya dari BPJS Ketenagakerjaan, mulai dari jaminan kecelakaan kerja, hari tua, kematian dll” pungkasnya. Acara kuliah umum dan sosialisasi tersebut ditutup dengan sesi pertanyaan yang dimoderatori oleh Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Teknik Prof. Dr. Suparji, S.Pd., M.Pd. dan penyerahan reward bagi para penanya. n (RIZQI BAHRUL/SIR)


WARTA UTAMA

KEBERSAMAAN: Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S, menggendong salah seorang anak disabilitas dalam puncak peringatan Hari Disabilitas Internasional di Unesa, 3 Desember 2017. foto: HUMAS

PUNCAK PERINGATAN HARI DISABILITAS INTERNASIONAL DI UNESA

U

nesa sebagai lembaga pendidikan tertinggi di Jawa Timur tidak memandang siapapun yang berkeinginan untuk belajar tak terkecuali anak difabel. Tentunya penyandang difabel perlu perhatian khusus. Minggu (3/12) Unesa menggelar acara meriah yang diikuti seluruh anak disabilitas untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional serta rangkaian Dies Natalis Unesa ke-53. Di sela-sela sambutannya Rektor

Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S., menegaskan Unesa memiliki tanggung jawab untuk menyediakan fasilitas belajar bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Warsono juga berharap lulusan Unesa yang mengambil jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) dapat berkontribusi mendidik anak berkebutuhan khusus dan bisa diterima di tengah masyarakat. “Anak berkebutuhan khusus jangan pernah disampingkan, berilah perlakuan yang khusus

Majalah Unesa

dan pendidikan khusus untuk meningkatkan kepercayaan dalam diri anak tersebut�, ujarnya. Anak disabilitas sudah dilindungi oleh undang-undang. Kesetaraan yang diberikan kepada anak disablitas harus sama dengan orang biasa. Oleh karena itu Unesa turut mengembangkan pendidikan anak disabilitas dengan memberikan fasilitas khusus dan kontribusi lulusan Unesa demi menjunjung rasa percaya diri pada anak disabilitas. n (TITAN/WHY/ LUS)

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

17


LENSA

UNESA

SEMARAK: Suasana upacara pelepasan peserta jalan sehat dalam rangka Dies Natalis ke-53 Universitas Negeri Surabaya, yang dilangsungkan di kampus Lidah Wetan, Surabaya.

SEMARAK JALAN SEHAT DIES NATALIS KE-53 UNESA alam rangka memperingati dies natalis Unesa ke 53, Universitas Negeri Surabaya mengadakan Jalan Sehat yang diikuti oleh segenap civitas akademika Unesa dan masyarakat umum. Jalan sehat ini di laksanakan pada Minggu 10 Desember 2017 dengan titik pemberangkatan dari depan Gedung Rektorat kampus Unesa Lidah Wetan melewati FIK, FBS, dan FIP, lalu kembali ke titik awal pemberangkatan. Acara jalan sehat kali ini juga dimeriahkan penampilan siswa disabilitas bernama Azam Nur Mukjizat (6 th). Siswa kelas 1 SLB Bela Nusantara Mojokerto tersebut membawakan dua lagu berjudul Rek Ayo Rek dan Ayah diiringi musik keroncong. n (INTAN/INAYAH)

18

HADIAH: Rektor Unesa Prof. Dr. Warsono, M.A bersama Rektor Bidang Umum dan Keuangan Unesa, Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. menyerahkan hadiah utama berupa sepeda motor kepada peserta yang beruntung.

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

Majalah Unesa


LENSA UNESA

FMIPA RAIH PUTRA PUTRI UNESA 2017

M

enyemarakkan Dies Natalis ke-53, Unesa menggelar pemilihan Putra dan Putri Unesa 2017 pada 24 November 2017 di Royal Plaza Surabaya. Pemilihan Putra dan Putri Unesa 2017 ini bertujuan sebagai branding untuk Universitas Negeri Surabaya serta figur percontohan yang baik bagi masyarakat. Pemilihan Putra Putri Unesa 2017 ini dihadiri Wakil Dekan 3 FIP, Drs. Heru Siswanto, M.Si, Wakil Dekan 3 FE Unesa Dr. Anang Kistyanto, S.Sos, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi, Dr. Luqman Hakim, S.Pd, M.SA, sejumlah dosen dan Duta Besar Universitas Airlangga Surabaya (Unair). Dalam kompetisi tersebut, gelar Putra Unesa 2017 didapat Ido Al Hafizh dari FMIPA, sedangkan gelar Putri Unesa 2017 diraih Siti Atik Mukmainah, juga dari FMIPA. Selamat untuk keduanya. (tan/dayat). n (WAHYU)

KOMPETISI: Salah seorang mahasiswa peserta pemilihan Putra-Putri Unesa 2017 yang dihelat di Royal Plaza Surabaya, bersamaan dengan digelarnya pameran pendidikan dalam rangka Dies Natalis ke-53 Unesa.

FAKULTAS Ilmu Keolahragaan Unesa menyelenggarakan acara senam bersama dan fun walk dalam rangka memperingati puncak Hari Olahraga Nasional pada 19 November 2017 di depan gedung Rektorat Unesa, Lidah Wetan. Kegiatan dalam rangka Haornas sudah dimulai sejak 9 November 2017 yang diisi kegiatan lomba- lomba keolahragaan dan kejuaraan untuk mahasiswa , pelajar, sivitas akademika maupun masyarakat umum. n (HASNAI)

BERKARYA LEWAT PANTOMIN KESENIAN: Aksi pantomin yang dilakukan dua mahasiswa Unesa menghibur panggung utama Pameran Pendidikan Unesa di Royal Plaza Surabaya.

Majalah Unesa

| Nomor: 112 Tahun XVIII- Desember 2017 |

19


KOLOM REKTOR

Selama perjalanan 53 tahun, masih banyak hal yang harus dibenahi agar Unesa mampu menjadi perguruan tinggi berkualitas, berwibawa, dan bermartabat sebagaimana visi Unesa: Unggul dalam Kependidikan Kukuh dalam Keilmuan. Oleh Prof. Dr. Warsono, M.S.

P

ada 19 Desember 2017, Unesa telah mencapai usia 53. Jika dianalogikan dengan manusia, usia 53 tahun dapat dikategorikan sudah tua. Pada usia tersebut, juga bisa dikatakan sebagai usia yang tidak lagi produktif. Namun, bagi perguruan tinggi, usia 53 tahun dapat dikatakan masih relatif muda, karena usia perguruan tinggi bisa mencapai ratusan tahun, bahkan tanpa ada kepastian akan kematiannya. Dalam sejarah, usia perguruan tinggi bersifat akumulatif. Artinya, semakin tinggi usianya, semakin baik perguruan tinggi tersebut. Selama 53 tahun perjalanan Unesa telah mengalami perubahan dan kemajuan. Pertama adanya perubahan status dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Surabaya menjadi Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Konversi tersebut didasarkan pada Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 1999. Perubahan status tersebut membawa konsekuensi bahwa Unesa tidak lagi hanya menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan guru (kependidikan), tetapi juga menyelenggarakan pendidikan bidang ilmu nonkependidikan. Berbagai program studi (prodi) nonkependidikan dibuka di Unesa. Hampir semua fakultas di Unesa, memiliki prodi nonkependidikan, baik dalam bidang ilmu sosial, teknik, mipa, maupun bahasa dan seni, serta olahraga.

Kedua, perubahan IKIP menjadi Universitas, juga harus disertai dengan perubahan budaya akademik. Adanya prodi-prodi nonkependidikan, mengharuskan adanya budaya

REFLEKSI

S2 dan S3 di Unesa merupakan pendidikan akademik. Program S1, S2, dan S3 merupakan kelanjutan dari pendidikan akademik. Meskipun masih dalam prodi kependidikan, pada program S2, dan S3 tidak lagi berbicara praktik mengajar seperti pada saat S1 atau pada pendidikan vokasi. Program S2 dan S3 harus berbicara bagaimana berpikir keilmuan (kritis, kreatif, inovatif, reflektif, dan abstraktif). Pada program S2, tidak lagi hanya berbicara pemahaman teori dan konsep, tetapi sudah harus level mengetahui sejarah perkembangan teori dan paradigmanya, serta harus mampu mengkritisi letak kekuatan dan kelemahan teori. Pada program S2, juga harus mampu menyusun proposal penelitian secara “benar� menurut kaidah keilmuan. Pada program S3, harus ditingkatkan kemampuan memperbaharui atau menemukan pembaharuan (novelty) dalam bidang ilmunya. Oleh karena itu, lulusan S3 harus memiliki kompetensi dalam bidang penelitian, termasuk memahami paradigma penelitian secara baik. Budaya akademik ini juga harus diimplementaikan dalam bentuk keterbukaan menerima kritik dan saran dari pihak lain. Dalam bidang ilmu tidak ada kebenaran tunggal dan mutlak. Kebenaran ilmu bersifat hipotetik, dalam arti terbuka untuk dibuktikan salah. Sikap menjunjung tinggi kebenaran yang berdasar data, fakta, dan logika merupakan bagian dari budaya akademik. Oleh karena itu, kebiasaan berdiskusi, meneliti, dan

DIES NATALIS KE-53

20

UNESA

akademik yang lebih kritis dalam memahami teori. Ketika berstatus IKIP, tugasnya adalah menyiapkan guru yang lebih pada penguatan keterampilan mengajar (vokasional). Pemahaman teori hanya sebatas pada pemahaman, agar tidak ada kesalahan konsep dan logika. Hal ini disebabkan lulusan yang dihasilkan adalah para guru yang akan mengajar di sekolah dasar dan menengah, sehingga mereka hanya akan mengajarkan dan mengaplikasikan teori-teori tersebut. Oleh karena itu, ketika terjadi konversi menjadi Unesa dan diberi kewenangan perluasan mandat untuk membuka prodi nonkependidikan, dimaksudkan untuk memperkuat bidang keilmuan para lulusannya. Perubahan budaya akademik ini juga harus dilakukan sejalan dengan dibukanya prodi-prodi S2 dan S3 di Unesa. Ada hal yang harus dikembangkan dalam pendidikan program S2 dan S3, karena program

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

Majalah Unesa


KOLOM REKTOR menulis merupakan wujud dari budaya akademik. Budaya akademik di Unesa masih harus dibangun dan ditingkatkan, sehingga gairah berdiskusi dalam ruangruang seminar maupun ruang-ruang dosen menjadi bagian kehidupan seharihari civitas akademika Unesa. Selain berdiskusi dan menulis, kegiatan penelitian juga merupakan bagian dari budaya akademik. Tugas utama seorang dosen adalah menjalankan tridharma yaitu melakukan pendidikan dan pengajaran, penelitian, serta mengabdikan ilmunya untuk kemajuan bangsa dan kemaslahatan umat manusia. Penelitian, selain dapat menghasilkan temuan yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu dan kesejahteraan masyarakat, juga dapat menjadi bahan ajar sehingga materi ajar selalu terbarukan. Jika dilihat dari budaya meneliti, jumlah proposal penelitian dosen Unesa yang mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah dosen yang ada. Begitu juga dengan jumlah guru besar di Unesa, masih relatif kecil bila dibanding dengan jumlah dosen yang sudah bergelar doktor. Setidaknya, ada hubungan yang signifikan antara penelitian yang berkualitas dengan jumlah guru besar, karena untuk menjadi guru besar, seorang doktor harus memiliki karya ilmiah yang terpublikasi dalam jurnal ilmiah internasional yang terindek scopus, misalnya. Tentu, suatu karya ilmiah akan sulit menembus jurnal ilmiah internasional, jika tulisan tersebut tidak didasarkan pada penelitian yang baik. Lemahnya budaya akademik ini bisa menghambat visi dan misi Unesa. Visi Unesa Unggul dalam Kependidikan Kukuh dalam Keilmuan harus ditopang dengan budaya akademik dan budaya mutu yang baik. Untuk membangun budaya mutu, Unesa telah memiliki Pusat Penjaminan Mutu (PPM) di tingkat Universitas, dan Gugus Penjaminan Mutu (GPM) di tingkat fakultas, serta Unit Penjaminan Mutu (UPM) di tingkat prodi atau jurusan. Bahkan dokumen manual mutupun sudah disusun oleh PPM, tinggal bagaimana mengimplementasikan dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu,

budaya melakukan apa yang ditulis dan menulis apa yang dilakukan masih harus dibangun dan ditumbuhkembangkan di Unesa. Kurangnya kesadaran terhadap budaya menulis apa yang dilakukan dan melakukan apa yang ditulis membawa dampak pada tidak tertibnya administrasi. Hal ini sangat dirasakan ketika menyusun borang akreditasi perguruan tinggi (APT) maupun borang akreditas prodi. Dokumen-dokumen pendukung yang membuktikan bahwa suatu kegiatan telah dilakukan sulit ditemukan. Begitu juga dokumen landasan hukum yang memberi kewenangan untuk melakukan suatu kebijakan juga seringkali tidak ditemukan. Pengalaman menyusun borang akreditasi perguruan tinggi telah menyadarkan kepada kita semua bahwa budaya mutu harus dibangun mulai dari suatu langkah yaitu: menulis apa yang dilakukan dan melakukan apa yang ditulis. Ini berarti, kita harus konsisten terhadap perencanaan yang telah kita buat. Tidak boleh terlalu banyak perubahan terhadap apa yang telah kita rencanakan. Oleh karena itu, perencanaan harus dilakukan secara matang dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi (tupoksi), output dan outcom, urgensi dan efisiensi. Prinsip rasionalisasi, optimalisasi, efisiensi dan efektivitas harus dijadikan landasan dalam menyusun perencanaan. Perubahan pola pikir dan cara kerja juga harus diubah. Pola pikir yang sektarian dengan mengklaim (mengaku) bahwa itu “miliknya, itu “uangnya� harus dijauhkan dari cara pandang kita. Seluruh aset yang dimiliki Unesa adalah milik negera, tidak ada yang milik fakultas, jurusan, atau milik pribadi. Begitu juga semua anggaran yang ada di Unesa adalah uang negara, tidak ada uang rektorat, uang fakultas, uang lembaga, uang jurusan atau prodi apalagi uang pribadi. Kita semua hanya diberi kewenangan untuk mengelola dan menggunakan untuk kepentingan tugas, yang di antaranya adalah menyelenggarakan tri dharma. Oleh karena itu, penggunaan aset negara selain untuk penyelenggaraan tri dharma harus ada izin atau mengikuti aturan. Tata kerja harus dibangun secara

Majalah Unesa

sistematis, secara bertingkat dan sesuai dengan kewenangan. Hubungan kerja antara atasan dan bawahan serta antara sesama bagian yang setara harus dibangun. Konsep komunikasi, koordinasi, kolaborasi (3K) harus dibangun sebagai bagian dari budaya kerja. Komunikasi antara atasan dengan bawahan dan komunikasi antara sesama kolega sederajat harus dibangun secara intensif dan dilandasi dengan positive tihinking dan untuk kepentingan yang sama yaitu Unesa. Begitu juga pengawasan, kontrol dan evaluasi harus dilakukan oleh atasan terhadap kinerja bawahannya. Dengan demikian terjadi peningkatan kinerja. Tata kerja yang sistematis merupakan perwujudan dari spirit (etos) kerja cerdas. Dengan kerja cerdas, berarti bisa mengindentifikasi jenis pekerjaan, membagi pekerjaan, menyelesaikan masalah, dan menganalisis dampak dan membuat laporan yang komprehensif. Pada level kepala bagian (Kabag) atau kepala subbagian (Kasubag) harus memiliki “kecerdasan� untuk menyusun tata kerja yang sistematis, sehingga pekerjaan bisa menjadi lebih efisien dan efektif, dengan hasil yang baik dan optimal. Selama perjalanan 53 tahun, masih banyak hal yang harus dibenahi agar Unesa mampu menjadi perguruan tinggi berkualitas, berwibawa, dan bermartabat sebagaimana visi Unesa: Unggul dalam Kependidikan Kukuh dalam Keilmuan. Sejauh ini, sudah banyak kemajuan yang telah dicapai Unesa. Namun, kita tidak boleh cepat puas terhadap apa yang telah dicapai. Kita harus terus memompa semangat juang, membangun kerja sama dan kebersamaan dengan dilandasi keikhlasan dalam bekerja. Unesa adalah milik kita bersama, dan kita harus bekerja bersama-sama untuk Unesa. Dengan adanya remunerasi, kejayaan Unesa berarti kesejahteraan kita bersama. Oleh karena itu, jika ingin meningkatkan kesejahteraan bersama, mari kita bangun budaya kerja keras, cerdas, ikhlas dan tuntas yang dilandasi prinsip kebersamaan dengan melakukan komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi (3K). Semoga Unesa ke depan semakin jaya. Amin. n

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

21


KABAR

MANCA ROSITA, MAHASISWA JERMAN PENERIMA BEASISWA DAAD

WUJUDKAN MIMPI INJAKKAN KAKI DI BENUA BIRU Rosita Masita masih ingat betul peristiwa spesial tahun 2016 ketika apa yang lama dimimpikan untuk dapat menginjakkan kaki di benua Eropa terwujud. April 2016, ia mendapatkan email dari DAAD (Deutscher Akademischer Austauschdienst) atau pertukaran akademis yang dilaksanakan negara Jerman. Ia terpilih menjadi salah satu peserta penerima beasiswa Hochschulsommerkurs (kursus musim panas) selama sebulan (Juli) di Jerman, tepatnya di kota Aachen.Berikut paparan alumnus Prodi Pendidikan Bahasa Jerman, FBS Unesa, yang baru saja menyelesaikan kuliahnya.

K

abar gembira itu membuat Rosita senang dan haru. Tiga bulan ia menggenjot diri dengan banyak belajar untuk mempersiapkan diri menuju benua biru. 1 Juli 2016, kali pertama Rosita menginjakkan kaki di Jerman. Kali pertama yang dirasakan adalah cuaca dingin yang sangat berbeda dengan kota Surabaya. Jarak tempat tinggal Rosita di Jerman dengan ke lokasi kursus sekitar 20 menit menggunakan moda transportasi bus. Di Jerman, sebelum naik bus terlebih dahulu harus membeli tiket ke sopir. Ini tentu berbeda dengan di Indonesia yang bayar karcisnya dilakukan dalam bus saat perjalanan. Akan tetapi, ada juga yang tidak perlu repot antri membeli tiket karena sudah memiliki Monatskarte/ Jahreskarte atau tiket bulanan/tiket tahunan. Saat pembelian tiket bus itulah momen yang sangat penting dalam penggunaan bahasa Jerman. Tempat kursus tidak jauh dari halte bus. Hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit dengan berjalan kaki. Sebelum kursus dimulai, para peserta diwajibkan mengikuti Einstufungstest atau tes penempatan. Berdasarkan standar Eropa, terdapat 6 tingkat kemampuan berbahasa, yaitu Beginner

22

(A1,A2), Intermediate (B1,B2), dan Advanced (C1,C2). Saat tes penempatan, pengetahuan bahasa Jerman Rosita berada di tingkatan B2. Itu sungguh di luar dugaannya karena saat kuliah ia masih belajar B1. “Ini sungguh suatu tantangan bagi saya,� paparnya. Setelah melakukan tes penempatan, para peserta kursus diajak berkumpul untuk pergi ke mensa atau kantin. Jarak menuju mensa sekitar 15 menit dengan berjalan kaki. Saat perjalanan ke mensa, rombongan melewati restauran, cafe, toko-toko dan juga Rathaus Aachen (balai kota). Untuk melakukan pembayaran makanan, terlebih dahulu harus memiliki kartu. Kartu tersebut bisa didapatkan melalui mesin. Berbagai macam makanan disuguhkan di dalam mensa. Tentu saja makanan khas Eropa barat mulai Spaghetti, Lasagna, Hamburger, berbagai macam olahan sayuran, daging dan makanan penutup. Kantin terlihat rapi dan bersih meskipun terdapat banyak orang. Umumnya, saat membeli makanan juga membeli minuman. Mayoritas orang-orang di sana dan teman-teman peserta kursus membawa air putih atau botol kosong yang telah diisi dari kran wastafel. Itu dilakukan karena sebotol minuman air putih di Jerman seharga 1,25-1,50 Euro atau sekitar Rp 18.750-22.500. (1 Euro=Rp 15.000)

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

Majalah Unesa

Setelah kembali dari mensa, Rosita memutuskan berbelanja keperluan sehari-hari. Pertama kali menggunakan mata euro ia sempat kesulitan, terutama pecahan uang koin karena terdapat 8 pecahan kepingan koin seperti 1 cent, 2 cent, 5 cent, 10 cent, 20 cent, 50 cent, 1 euro dan 2 euro. Tidak seperti di Indonesia yang hanya terdapat 4 macam pecahan uang koin. Pada akhirnya, Rosita membawa pulang hampir 5 euro dalam bentuk beberapa macam pecahan kepingan koin yang dibagikan kepada teman-teman terdekatnya. Keesokan hari, kursus dimulai. Peserta kursus dibagi menjadi beberapa grup atau kelas berdasarkan peringkat kemampuan bahasa Jerman. Sebelum dimulai pelajaran, setiap peserta memperkenalkan diri. Setelah itu, guru mengingatkan kepada setiap peserta bahwa ketepatan waktu sangat krusial. Kursus dimulai pukul 8:30. Jadi, jika seseorang terlambat 15 menit maka ia akan mendapatkan setengah absen. Jika terlambat satu jam ia tidak akan diabsen. Absen di kursus mempengaruhi nilai atau sertifikat yang akan dikeluarkan. Rosita berkomitmen untuk tidak datang terlambat. Lebih baik menunggu daripada terlambat.


KABAR MANCA Peserta Kursus Sangat Aktif Di dalam kelas atau pada saat kursus berlangsung, suasana sangat berbeda dari kelas perkuliahaan. Semua peserta aktif dalam mengutarakan pendapat. Kebetulan, peserta dari kelas Rosita berasal dari luar negeri, seperti Polandia, Republik Ceko, Rusia, Inggris, Algeria, Turki, dan Spanyol. Di dalam kelas, tidak hanya belajar budaya Jerman melainkan juga budaya dari asal peserta kursus. Pengalaman tersebut membuka pikiran Rosita, terlebih dalam hal perbedaan. Seseorang tidak bisa menyamakan atau berharap perspektif dari orang lain sama dengan dirinya. Motto atau prinsip tersebut diaplikasikan ketika ia menjalin pertemanan dengan peserta kursus lain. Kebetulan, teman sekamar berasar dari Inggris. Orang Indonesia berspekulasi bahwa orang bule ramah-ramah. Ternyata tidak semua. Kebetulan, orang Indonesia mengetahui hal tersebut ketika mereka bertemu dengan orang bule yang datang ke Indonesia. Jadi, saat awal perkenalan teman sekamar Rosita menjaga jarak karena kemungkinan belum mengenal dengan baik atau sebaliknya. Dalam tahap menuju akrab, ia mengajak temannya untuk mengobrol dan bertanya tentang Inggris. Sempat menerima kekecewaan karena dia begitu dingin. Tetapi lambat laun dia mulai dekat dan lebih terbuka. ”Jadi menurut saya, tidak semua bule ramah, itu semua bergantung pribadi masing-masing dan bagaimana kita menyikapinya,” jelasnya. Setelah makan siang di mensa, ia memutuskan mengeksplore lebih banyak kota Aachen dengan mengajak satu teman. Dia berasal dari Rumania dan bernama Csilla. Dengan mengandalkan peta di tangan, Rosita dan Csilla berjalan menyusuri kota Aachen. Pada musim panas, matahari tenggelam pukul 21.00-21.30. Karena itu, waktu terasa lama dan banyak untuk menikmati udara di luar. Mereka mengunjungi taman, bangunan tua seperti gereja, gerbang kota, dan patung-patung yang bersejarah. Pada akhir pekan minggu kedua,

Rosita ingin sekali mengunjungi kota Köln atau Cologne. Di sana, terdapat gereja (Kölner Dom) yang dibangun selama 600 tahun. Rosita juga menyusuri pusat kota, tempat pariwisata dan menikmati suasana di pinggir sungai Rhein sambil memakan Es Krim. Kebetulan letak kota Aachen dekat dengan perbatasan antara Jerman-Belanda dan Jerman-Belgia. Maka dari itu, ia gunakan waktu hari pekan untuk menyusuri kota lain seperti Maastricht (Belanda), Liege (Belgia) , Düsseldorf (Jerman) dan

Bonn (Jerman). Begitulah pengalaman Roita pertama kali di luar negeri. Pertama kali berpergian sendiri. Pertama kali menginjakkan kaki di benua Eropa. Dan, pertama kali berada di Jerman. Banyak sekali pelajaran yang didapatkan. Tidak hanya tentang ilmu bahasa Jerman melainkan juga pelajaran kehidupan yang bisa diterapkan ke depannya. n (MAN: SUMBER TABLOID LIDAH WETAN FBS)

KESEMPATAN: Rosita berkesempatan belajar di negara Jerman.

Majalah Unesa

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

23


KABAR

BIPA

Sahabat BIPA, Ajang Tingkatkan Wawasan Perspektif Global bagi Mahasiswa

ADAT: Mahasiswa asing BIPA FBS Unesa 2015/2016 (Theresia-PNG; Aisyah dan Suttichai-Thailand; Chen Miyang dan Yuan Zhe-Tiongkok; Claudia-Madagaskar, serta Khoimumimov-Uzbekistan dalam balutan pakaian adat Indonesia.

Oleh Mukhzamilah

“Orang Indonesia hebat. Mereka punya keberanian luar biasa dengan mengendarai sebuah motor bersama 2 anak kecil dan 2 orang dewasa.�

K

omentar itu diucapkan salah satu mahasiswa asing yang baru saja dijemput di bandara dari penerbangan panjang Amerika-Surabaya kala menyusuri perjalanan dari bandara dan melihat sebuah motor dikendarai seorang laki-laki dengan membonceng istri dan kedua anaknya. Tentu saja,

24

dibutuhkan jawaban yang cukup bijaksana untuk menjelaskan fenomena pemahaman lintas budaya tersebut agar tidak terkesan merendahkan martabat bangsa dan dapat dipahami oleh warga negara asing yang mengalami culture shock. Peningkatan kualitas pendidikan di perguruan tinggi senantiasa diprioritaskan, karena hanya manusia

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

Majalah Unesa

berkuliatas saja yang bertahan di masa depan dalam persaingan mutu. Salah satu cara yang dilakukan untuk peningkatan kualitas pendidikan mahasiswa adalah pengelolaan pendidikan berwawasan global. Perspektif global merupakan kesadaran bahwa kita tidak bisa mengisolasi diri dari kepentingan global dari pergerakan masyarakat


KABAR BIPA Dengan mengenal budaya asing, biasanya akan membangkitkan motivasi diri untuk mencari pengalaman di luar negeri dan memperoleh informasi beasiswa luar negeri. Keuntungan lain adalah membuka wawasan kita akan arti penting penguasaan ilmu komunikasi dan psikologi masyarakat global. dunia. Hal ini untuk menghindarkan dari cara berpikir sempit, terkotak oleh batas-batas subyektif , primordial dan perbedaan warna kulit. National Council for the Social Studies (Merryfield, 1991) mengungkapkan bahwa peningkatan globalisasi ditandai dengan fenomena interaksi transnational (lintas negara), multiculture (beragam budaya) dan cross culture (berinteraksi dengan budaya lain) Interaksi Mahasiswa BIPA Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah berinteraksi dengan mahasiswa asing, para pembelajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) yang ada di Fakultas Bahasa dan Seni, Unesa. Mahasiswa BIPA Unesa berasal dari bermacam negara seperti Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Madagaskar, Uzbekistan, Thailand, Turkmenistan, Belanda dan Papua Nugini. Tentu, dengan berbagi wawasan dan pemahaman budaya yang berbeda dari masing-masing mahasiswa tersebut akan membekali mahasiswa cara berpikir multiperspektif. Apalagi, mahasiswa asing yang belajar di FBS turut serta dalam beberapa kegiatan kemahasiswaan seperti Unit Kegiatan Mahasiswa panahan, menari, taekwondo, teater dan kegiatan situasional saat perayaan hari besar keagamaan. Mereka yang belajar di Unesa selama satu tahun banyak berinteraksi dengan sukarelawan yang tergabung dalam komunitas “Sahabat BIPA”. Mahasiswa Unesa dari berbagai jurusan bisa belajar bahasa asing misal Korea, Jepang dan

Mandarin untuk mengembangkan pengetahuan berbahasa. Dengan mengenal budaya asing, biasanya akan membangkitkan motivasi diri untuk mencari pengalaman di luar negeri dan memperoleh informasi beasiswa luar negeri. Keuntungan lain adalah membuka wawasan kita akan arti penting penguasaan ilmu komunikasi dan psikologi masyarakat global. Maka dari itu, rekan-rekan mahasiswa, jangan segan-segan bergabung dengan ‘Sahabat BIPA’ Unesa, WA 087-7528-00041.n Penulis adalah Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pusat Studi BIPA FBS Unesa.

Majalah Unesa

MAHASISWA BIPA: 12 mahasiswa asing BIPA dalam ceremony pelepasan masa purna studi di Unesa 2016/2017 bersama Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Perencanaan, Dekan, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan alumni Fakultas Bahasa dan Seni dan Pengelola BIPA.

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

25


KABAR

PRESTASI

Mahasiswa MIPA Unesa Raih Dua Medali di Ajang Pimnas 2017

MEDALI: Tim mahasiswa FMIPA Unesa yang berhasil memboyong medali dalam Pimnas 2017.

Kabar membanggakan datang dari Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam (FMIPA) Unesa. Tim PKM FMIPA berhasil membawa dua medali dalam ajang Pekan Ilmiah Nasional Mahasiswa (Pimnas) 2017. Kedua medali itu adalah Medali Emas untuk kategori presentasi dan Medali Perak untuk kategori Poster.

T

im PKM dari FMIPA terdiri dari Rakhmawati (S1 Pendidikan Biologi 2014), Fajar Septyana (S1 Pendidikan Biologi, 2014), Mahesa Ahmad (S1 Pendidikan Biologi, 2014), dan Lilis Suryandari

26

(S1 Biologi 2015). Mereka langsung dibimbing oleh salah seorang dosennya, Reni Ambarwatim, S.Si., M.Sc. Rakmawati, salah satu anggota Tim PKM menceritakan awal menemukan ide menarik dan kreatif

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

Majalah Unesa

yang kemudian menjadi judul PKM, yaitu Buta-Buta sebagai Biopestisida. Awalnya, terlintas di pikiran tentang tanaman Buta-Buta. Dari situ, kemudian dikembangkan dengan mencari referensi/pustaka. “Sebenarnya, fungsi tanaman itu


KABAR PRESTASI Kami sangat senang dan bangga. Tidak sia-sia perjuangan kami membawa Unesa masuk 10 Besar. Semoga delegasi ke Pimnas tahun depan, semakin banyak, dan Unesa bisa tembus 5 b esar nasional,”

banyak. Tapi, yang paling menarik itu dibuat biopestisida, soalnya seorang petani masih memanfaatkan pestisida kimia, yang gak ramah lingkungan. Nah, kami mencoba cari alternatif pestisida yang ramah lingkungan. Dengan itulah, bersama tim PKMnya membuat judul ButaButa sebagai Biopestisida,” ujar Rakmawati. Rakmawati menambahkan, sebelumnya ide itu berawal dari tugas mata kuliah filsafat. Ia diminta membuat proposal penelitian. Dari situ ia kebingunan mencari topik penelitian buat proposal. Ia lantas teringat pernah melakukan tugas ke mangrove. Di situ, ia kenal tanaman buta-buta. Ia lantas mencari referensi untuk membuat proposal. “Saya membuat proposal mulai bulan Maret. Kemudian, bulan Juli proposal dikembalikan dengan revisi-revisi. Setelah itu, kami ajukan proposal PKM Penelitian,” terangnya. Ternyata, proposal yang dajukan bisa lolos dan didanai dari Dikti. Setelah pengumuman, ia melakukan penelitian bersama timnya sambil kuliah. Awalnya, Tim PKM susah membagi waktu karena harus melakukan penelitian dan juga kuliah. Meski demikian, dalam pelaksanaan, Rakmawati dan timnya berhasil sukses dan lancar, bahkan mendapatkan medali emas dan perak dalam ajang Pimnas di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar pada 23-28 Agustus 2017 lalu. Saat presentasi di Pimnas, saat bersama timnya menunggu giliran presentasi di depan juri dan penonton, ia sempat dagdidug setelah melihat performance perwakilan dari universitas lain yang

bagus. Cara penyampaian mereka sangat bagus seperti sudah tidak ada celah buat ngalahin lagi. Sesi presentasi berlangsung 2 hari. Tim PKM FMIPA mendapat giliran di hari kedua. Kesempatan itu, dibuat TIM PKM FMIPA melatih persentasi dan mencari referensi. Tak lupa, dosen pembimbing selalu memberikan semangat dan support kepada tim. “Jadi diri sendiri saja, tidak perlu meniru gaya persentasi orang lain,” begitu salah satu motivasi yang diberikan dosen pembimbing. Perjuangan itu, akhirnya membuahkan hasil. Tim PKM FMIPA berhasil mendapatkan dua medali, yaitu medali emas kategori Presentasi dan medali Perak kategori Poster. “Kami sangat senang dan bangga. Tidak sia-sia perjuangan kami membawa Unesa masuk 10 Besar. Semoga delegasi ke Pimnas tahun depan, semakin banyak, dan Unesa bisa tembus 5 besar nasional,” harap Rahmawati. n (DAYAT/SIR)

Majalah Unesa

PRESYASI: Ekspresi kebahagiaan para peraih medali dari Tim FMIPA Unesa.

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

27


KABAR

PRESTASI

SUKSES: Rektor Unesa, Prof. Warsono, MS., (tiga dari kiri) didampingi jajaran dosen dari Jurusan Bahasa Mandarin dalam sebuah seminar.

Jurusan Bahasa Mandarin, Masih Muda Kaya Prestasi Dibandingkan dengan jurusan ataupun prodi lain di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa, prodi bahasa Mandarin tergolong masih muda. Meski demikian, prodi yang dibuka tahun 2010 itu telah mendapatkan banyak prestasi.

J

urusan Pendidikan Bahasa Mandarin memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga pendidik Bahasa Mandarin yang professional dan berkompetensi, memenuhi kebutuhan tenaga kerja

28

yang produktif dan kreatif untuk menciptakan lapangan kerja sendiri, memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi tentang pendidikan Bahasa Mandarin dan mewujudkan pusat pengembangan pendidikan bahasa Mandarin.

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

Majalah Unesa

Meskipun tergolong jurusan yang masih baru di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa. Namun, sudah banyak para mahasiswa yang mendapatkan prestasi membanggakan. Di antaranya, 20 mahasiswa menjadi pemenang lomba pengetahuan


KABAR PRESTASI Tiongkok, pemenang lomba menulis karangan di salah satu Universitas di China, mendapat beberapa juara pad aacara yang diselenggarakan oleh Confussius Institute, mendapat beberapa juara di lomba olahraga fakultas dan masihbanyak prestasi lainnya. Selain preestasi di berbagai lomba, mahasiswa Jurusan Bahasa Mandarin banyak yang mendapatkan beasiswa studi ke Tiongkok. Banyak sekali beasiswa yang dapat dinikmati oleh mahasiswa jurusan Mandarin. Di antaranya beasiswa prestasi dan supersemar yang berasal dari dalam negeri dan beasiswa untuk belajar ke Tiongkok selama 1 semester bekerja sama dengan Confussius Institute dan Pusat Bahasa Mandarin. Mahasiswa yang ingin mendapatkan pengalaman belajar bahasa Mandarin langsung di negara asalnya harus dapat memenuhi persyaratan yang diajukan yaitu lulus salah satu tes bahasa mandarin. Minimal untuk S1 lulus HSK 4 sedangkan untuk S2 lulus HSK 5. Banyak kegiatan yang diselenggarakan oleh Jurusan Bahasa Mandarin untuk memperkenalkan budaya Tiongkok kepada para mahasiswa dengan mendatangkan pakar-pakar lewat seminar nasional ataupun talkshow, menyelenggarakan acara minum the bersama dan melaksanakan kegiatan paper cutting. Acara-acara tersebut dilaksanakan untuk meningkatkan ketertarikan dan kesukaanakan budaya China oleh mahasiswa dan memberikan informasi baru yang nyata tentang budaya di Tiongkok. Dalam beberapa tahun ini, di Jurusan bahasa Mandarin banyak mendatangkan para pengajar asing atau native speaker dari Tiongkok. Tahun ini terdapat 9 native speaker dan 1 direktur Confussius Institute dari Tiongkok yang datang ke Unesa untuk mengajar di Jurusan Bahasa Mandarin. Selain itu, meningkatnya minat mempelajari bahasa Mandarin dan peluang pekerjaan yang begitu luas menjadikan Jurusan Bahasa Mandarin salah satu sasaran untuk

belajar bahasa Mandarin. “Meskipun baru dibuka tahun 2010 , namun kini Jurusan mandarin mampu mendapat Akreditasi B . Hal ini membuktikan kualitas yang dimiliki oleh Jurusan Bahasa Mandarin di Unesa sudah baik dalam berbagai bidang. Kami terus berpacu untuk meningkatkan kualitas lulusan, dosen, kegiatan perkuliahan dan pelayanan di jurusan. Selain itu, ke depan kami ingin terus meningkat agar kami mendapatkan akreditasi A,“ ujar Dr. Mintowati, M.Pd, Kaprodi Bahasa Mandarin. n (HASNA/MAN/LW FBS)

Majalah Unesa

APLIKATIF: Foto Bawah: Suasana keaktivan mahasiswa Mandarin di kampus. Sementara gambar atas adalah suasana kebersamaan dalam seminar.

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

29


ARTIKEL WAWASAN

DI ERA DIGITAL, MENULIS UNTUK PERJUANGAN Oleh Much. Khoiri

Berjuang membela kebaikan dalam ranah keberlangsungan agama, negara, dan bangsa, wajib hukumnya. Jika Anda bertekad bahwa menulis itu perjuangan, maka wajibkan diri Anda untuk menulis. Jika tidak menulis, Anda berdosa. Ada semacam utang perjuangan yang diabaikan.

D

i era digital, virus-virus media sosial menebar, ada virus kebaikan, ada pula virus kebatilan. Ruang publik (virtual, aktual) menjelma menjadi medan laga wacana yang berkecamuk setiap waktu. Konyolnya, kita bukanlah penonton pasif bagi pertempuran itu, melainkan (mau tak mau)

30

terlibat di dalamnya. Ada drama di panggung yang harus dilakoni. Pertempuran kerap meluas dan mendalam. Bukan hanya berkisar ranah pribadi, melainkan juga menyinggung ranah komunitas, masyarakat, dan bahkan bangsa. Beredarnya berita-berita hoax menjadikan medan itu keruh dan memprihatinkan. Sentimen siap

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

Majalah Unesa

menjadi api di dalam sekam. Dalam kondisi ini tak pelak manusia terjebak dalam keterasingan. Namun, beruntunglah, kata pujangga Ronggowarsito, wong kang eling lan waspada, orang yang tetap ingat dan waspada. Yakni, manusia yang tetap mampu membedakan mana kebaikan dan mana kebatilan, kendati terjebak dalam zaman edan


ARTIKEL WAWASAN yang penuh keabu-abuan. Juga manusia yang tetap bertindak dan berjuang dalam kebaikan. Untuk Anda yang menggeluti dunia tulis-menulis, berjuang lewat tulisan, untuk menegakkan kebaikan, adalah sebuah panggilan. Dapatkah perjuangan dilakukan dengan menulis? Adakah pejuang yang menghayati perjuangannya lewat tulisan yang dihasilkannya? Jawabannya, mengapa tidak? Serdadu berjuang dengan senjata, penceramah dengan lisan, penulis dengan tulisan. Berjuang membela kebaikan dalam ranah keberlangsungan agama, negara, dan bangsa, wajib hukumnya. Jika Anda bertekad bahwa menulis itu perjuangan, maka wajibkan diri Anda untuk menulis. Jika tidak menulis, Anda berdosa. Ada semacam utang perjuangan yang diabaikan. Lihatlah betapa banyak masalah negeri ini yang harus diselesaikan. Virus-virus kebatilan bergentayangan setiap waktu, yang siap menerkam siapa saja. Untuk menghadapi dan menghalau semua itu, perlu kekuatan mentalitas bangsa ini. Bangsa ini harus disadarkan, harus dibangkitkan, harus digerakkan. Penulis urgen mengambil peran di dalamnya. Maka, berjuanglah lewat tulisan. Berantaslah kesesatan, kemunafikan, dan kemunkaran lewat tulisan Anda. Berantas pula kebodohan, dan bangkitkan bangsa ini dari kemiskinan lewat tulisan Anda yang mencerahkan dan mencerdaskan. Demikian kompleks masalah negeri ini, sehingga Anda perlu menyuarakan gagasangagasan lewat tulisan. Tulisan Anda, baik fiksi maupun nonfiksi, akan menggerakkan bangsa ini dengan caranya sendiri. Dengan berjuang lewat tulisan, Anda juga ikut berjuang membangun dan mengawal peradaban. Imam Al-Ghazali dengan Ihya’ Ulumuddin berjuang untuk membenahi keilmuan dan keulamaan umat Islam, termasuk menekankan pentingnya amar ma’ruf nahi munkar—aktivitas yang merupakan kutub terbesar dalam urusan agama. Jika aktivitas ini lenyap, agama menjadi rusak, kesesatan tersebar, kebodohan

Jika dicermati, selain pejuang keilmuan, mereka juga pejuang bagi kemanusiaan di negeri dan masa masingmasing. Di Indonesia dewasa ini juga bermunculan sekian banyak tokoh yang bergerak sebagai pejuang yang juga menulis. merajalela, satu negeri akan binasa. Kontribusi Al-Ghazali bersama Abdul Qadir Al-Jilani berperan sangat besar atas kemunculan Shalahuddin AlAyyubi, pemimpin cemerlang Islam yang memenangi perang salib. Anda bisa menaruh hormat dan penghargaan pada para penulis pejuang keilmuan seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Batutah, Ibnu Rusyd, Imam Bukhari, Buya Hamka, Gus Dur, dan sebagainya. Kiai Saifuddin Zuhri, tokoh NU jauh hari sebelum Indonesia merdeka, juga berjuang membangun kesadaran kolektif bangsa dengan menulis buku tentang Palestina (Duta Masyarakat, 11/12/2017). Jika dicermati, selain pejuang keilmuan, mereka juga pejuang bagi kemanusiaan di negeri dan masa masing-masing. Di Indonesia dewasa ini juga bermunculan sekian banyak tokoh yang bergerak sebagai pejuang yang juga menulis. Di luar sana pastilah banyak pejuang dengan status sejenis. Sangat mulia jika Anda bisa berguru tentang pengetahuan dan kearifan pada mereka. Anda juga bisa meneladani para penulis inspiratif seperti Dale Carnegie. Dale Carnegie adalah motivator ulung kelas dunia. Ingat, Dale Carnegie lewat berbagai bukunya bisa memesona jutaan orang di dunia. Buku Dale Carnegie yang berjudul How to Win Friends and Influence People telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa dan itu menunjukkan bahwa buku tersebut sangat berpengaruh. Entah berapa juta kutipan dari buku-bukunya telah mengendon di buku-buku atau artikel selanjutnya. Belum lagi jumlah orang yang terpengaruh caranya bersikap, berpikir, dan bertindak. Luar biasa! Dari segi kekuatan pengaruh tulisan, Anda juga bisa becermin pada buku Robert B. Downs berjudul

Majalah Unesa

Buku-Buku Pengubah Sejarah (2001). Buku ini membeberkan kedahsyatan buku-buku Niccolo Machiavelli Il Principe, Thomas Paine Common Sense, Adam Smith Wealth of Nations, Thomas Malthus Essay on the Principle of Population, Karl Marx Das Kapital, Adolf Hitler Mein Kampf, Sir Isaac Newton Principa Mathematica, Sigmund Freud DieTraumdeutung, Charles Darwin Origin of Species, dan Albert Einstein Relativity, The Special and General Theories. Sekali lagi, kita layak becermin dari kedahsyatan pengaruhnya, bukan substansinya— karena substansi tulisan kita adalah sepenuhnya otoritas kita. Lihatlah, mereka para penulis yang telah berjuang, baik dalam ranah ilmu maupun ranah praksisnya. Dengan caranya masing-masing, mereka berjuang dengan tulisan. Apalagi yang lebih pantas Anda teladani dari mereka? Maka, contohlah mereka. Berjuanglah lewat tulisan. Tanamkan di dalam benak dan hati, bahwa tanpa perjuangan lewat tulisan, Anda tidak banyak berguna bagi orang lain. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang paling besar manfaatnya bagi orang lain?n *Much. Khoiri adalah dosen, editor, dan penulis buku dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Buku terbaru: “Write or Die: Jangan Mati sebelum Menulis Buku” (2017). Tulisan ini pendapat pribadi.

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

31


SEPUTAR

UNESA

Meriahkan Dies Natalis, Campur Sari Unesa Live di TVRI Jatim

LIVE SHOW: Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unesa, Dr. Ketut Prasetyo, M.S. turut tampil di atas panggung memarakkan Campursari live show di TVRI Jawa Timur dalam rangka Dies Natalis ke-53 Unesa.

D

alam rangka memeriahkan Dies Natalis Unesa ke-53, Unesa menampilkan campur sari kolaborasi jurusan Bahasa Jawa dan Sendratasik di TVRI Jatim pada Kamis 14 Desember 2017. Acara yang dimulai pukul 18.00 sampai 20.00 Wib itu dihadiri Dr. Ketut Prasetyo, M.S (Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni), Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd (Dekan FBS), Prof. Dr. Suyono, M.Pd (Dekan FMIPA), Drs. Heru Siswanto, M.Si (Wadek Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FIP), Dr. Samsul Sodiq, M.Pd (Wadek Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FBS), Dr. Tataq Yuli Eko Siswono, M.Pd (Wadek Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FMIPA), Dr. Wasis, M.Pd (Wadek Bidang Umum dan Keuangan,

32

FMIPA sekaligus Ketua Pelaksana Dies Natalis Unesa ke-53), dan Drs. Budiarso (Kepala Biro Umum dan Keuangan Unesa). Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni dalam sambutannya mengatakan bahwa jumlah mahasiswa yang masih aktif berkuliah di Unesa dari S1, S2 dan S3 sebanyak 29.000 mahasiswa. Para mahasiswa tersebut berasal dari 33 provinsi di Indonesia. Selain dari dalam negeri, Unesa juga memiliki mahasiswa dari mancanegara sebanyak 7 mahasiswa seperti dari Tiongkok, Korea Selatan, Thailand dan Jepang. “Acara ini diadakan setiap tahun, dan selalu dilakukan penyempurnaan. Ke depan kita coba membuat panggung sandiwara atau mungkin fragmen yang melibatkan

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

Majalah Unesa

pimpinan Unesa dengan mahasiswa. Kolaborasi untuk sebuah kesenian,” ujar Ketut, yang juga dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum. Sementara itu, Ketua Pelaksana Dies Natalis Unesa ke–53, Dr. Wasis, M.Si mengatakan bahwa kebetulan Unesa memiliki Fakultas Bahasa dan Seni yang di dalamnya ada jurusan bahasa Jawa dan Sendratasik. Kedua jurusan tersebut bisa menjaga kelestarian budaya. “Kebetulan, jurusan bahasa Jawa sudah lama menjalin kerja sama dengan TVRI. Khusus edisi Dies Natalis Unesa, kita diberi alokasi dua jam,” terang Wasis. Pagelaran campur sari kali ini memiliki keistimewaan. Biasanya, campur sari hanya diisi Sanggar Barada saja, tapi kali ini berkolaborasi dengan jurusan Sendratasik. nINTAN/ DAYAT/TONI)


SEPUTAR UNESA

GELAR KARYA: Tim Gelar Karya Putra-Putri (Gayatri) PPG Unesa usai tampil bersama.

Gayatri ke-4 Tampilkan Tema Babat Alas Nusantara

M

ahasiswa PPG SM-3T kembali menampilkan acara rutin tahunan Gelar Karya Putra-Putri (Gayatri). Kegiatan yang sudah belangsung keempat kalinya sejak dihelat mahasiswa PPG angkatan ke-2 ini mengusung tema “Babat Alas Nusantara.” Ketua Pelaksana Kegiatan, Intan Permata Sari dari Program Studi Bahasa Indonesia mengatakan susunan acara Gayatri dimulai dengan penampilan band, pemutaran video perjalanan PPG, pembukaan, menyanyikan lagu Indonesia Raya, sambutan-sambutan dari Ketua Pelaksana, Petinggi PPG, Petinggi LP3M, dan Rektor Unesa. Yang spesial, ada penampilan dari Program Studi PPG yakni pertunjukan drama “Perempuan Di balik Kejayaan Majapahit”. Rektor Unesa Pof. Dr. Warsono, M.S dalam sambutannya mengatakan,

Gayatri ini bukan kali pertama dilakukan, tapi sudah kesekian kali diselenggarakan mahasiswa PPG SM3T. Rektor mengaku bangga dan mengapresiasi kreativitas seni yang ditampilkan para mahasiswa. “Karya dan kreativitas itu menjadi modal berharga untuk mendidik anak-anak bangsa melalui gelar karya seni pertunjukan,” terang Rektor. Untuk diketahui, di PPG program studi yang ada adalah Prodi Bahasa Indonesia, Sejarah, PGSD, PJOK, IPA, Fisika, Bahasa Inggris, Geografi, Matematika, dan PKn. Masing-masing perwakilan prodi menampilakan berbagai macam karya. Prodi Bahasa Indonesia menampilkan kesenian tari tradisional. Prodi Sejarah menampilkan drama Ken Arok dan Ken Dedes. Prodi PGSD menampilkan penampilan musikalisasi. Prodi PJOK menampilkan drama dengan memperkenalkan permainan tradisional. Prodi IPA menampilkan drama permainan tradisional. Prodi Fisika menampilkan

Majalah Unesa

tarian dan akustik. Prodi Bahasa Inggris menampilkan parodi berita. Prodi Geografi menampilkan pagelaran wayang. Prodi Matematika menampilkan vokal grup. Dan, Prodi PPKn menampilkan drama tentang Punokawan. Semua penampilan karya seni yang disuguhkan mengandung makna tersendiri sehingga dapat memeriahkan suasana sekaligus menghibur semua hadirin yang ada di dalam ruangan. Apalagi, saat pertunjukan utama yaitu drama “Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit” yang berlangsung sangat dramatis. “Acara tersebut dapat mengembangkan bakat dan minat mahasiswa di bidang kesenian sehingga guru tidak hanya mengajar saja, tetapi juga menggunakan media yang ada untuk menunjang pembelajaran agar peserta didik lebih memahami apa yang dijelaskan,” pungkas Intan. n(AGUSTIN R)

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

33


CATATAN LINTAS

ANTARA POTENSI & JAM TERBANG OLEH MUCHLAS SAMANI

B

eberapa hari lalu saya mendapat tugas sebagai Panitia Seleksi (pansel) eselon 1 di suatu kementerian. Pansel terdiri dari 7 orang, 2 orang pejabat dari kementerian yang bersangkutan, 1 orang pejabat dari Kementerian PAN dan RB, dan 4 orang orang dari luar. Ke-4 orang ini disebut sebagai profesional, karena memang semuanya bukan pejabat. Satu orang mantan wakil ketua KPK, satu orang mantan wakil rektor universitas ternama, satu orang aktivis pendidikan dan saya sendiri. Ketika pertama kali pansel rapat, kami mencoba menyusun kriteria yang diyakini cocok untuk jabatan eselon 1 tersebut. Jabatan tersebut sangat vital dan terkait dengan kepentinga banyak pihak. Oleh karena itu, pansel mengajukan syarat cukup berat, misalnya pernah menjadi eselon 2 dalam bidang yang sama minimal 2 tahun, dan minimal di tingkat propinsi. Jika dari kalangan perguruan tinggi, minimal pernah menjadi dekan selama 2 tahun. Masih ada syarat lain yang cukup berat. Ketika masa pendaftaran usai, pansel rapat untuk mencermati berkas lamaran. Ternyata yang memenuhi syarat hanya sedikit dan itupun “meragukan”. Misalnya ada yang usianya baru 33 tahun tetapi menyebutkan sudah golongan IV.C. Ada juga guru SD tetapi berpengalaman macam-macam, sehingga menganggap setara dengan eselon 2 di level provinsi. Oleh karena itu, pendaftaran diperpanjang dengan harapan mendapatkan tambahan calon yang cukup baik. Setelah pendaftaran diperpanjang selama satu minggu dan kemudian dilakukan seleksi administrasi ada 14 orang pendaftar yang memenuhi syarat. Sesuai prosedur yang telah ditentukan, seleksi

34

Walaupun wawancara dibuat santai, ternyata sebagian besar calon grogi dan bahkan tangannya dingin saat bersalaman setelah selesai wawancara.

terdiri dari dua tahap, yaitu “assessment psikologi” oleh lembaga yang ditunjuk dan wawancara oleh pansel. Kami juga sepakat, hasil assessment diberikan sebelum wawancara, sehingga dapat dijadikan masukan dan arahan wawancara. Wawancara untuk ke 14 calon tersebut dilaksanakan selama 2 hari dan setiap calon diwawancarai oleh 7 orang pansel dalam waktu 30-60 menit. Masing-masing anggota pansel berusaha mengganti kemampuan calon untuk melaksanakan tugas beratnya jika nanti terpilih. Walaupun wawancara dibuat santai, ternyata sebagian besar calon grogi dan bahkan tangannya dingin saat bersalaman setelah selesai wawancara. Sungguh menarik, walaupun masingmasing anggota pansel mengajukan pertanyaan sendiri-sendiri dan juga melakukan penilaian secara independen hasilnya hampir sama. Padahal aspek kemampuan yang harus digali selama wawancara cukup banyak. Ketika wawancara selesai dan hasil penilaian masing-masing anggota pansel di-input dalam exel dan ditayangkan, kemudian diambil 6 calon yang mendapat skor tertinggi hasilnya hampir sama. Empat

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desember 2017 |

Majalah Unesa

calon terpilih oleh semua anggota pansel sebagai 6 terbaik. Bahkan calon yang mendapatkan skor tertinggi sama oleh semua anggota pansel. Oleh karena itu, inter rater pansel sangat baik. Dengan data itu, pemilihan 6 calon terbaik praktis tidak mengalami kesulitan. Dengan diskusi tidak sampai 30 menit, semua anggota pansel menyepakati 6 orang calon yang terbaik. Masalah muncul ketika harus memilih dari 6 menjadi 3 orang. Pertanyaan yang sulit dijawab adalah mana yang lebih diutamakan, potensi atau jam terbang. Di antara 6 calon itu ada yang potensinya sangat bagus, tetapi “jam terbangnya” sangat sedikit, sehingga yang bersangkutan memerlukan waktu belajar cukup untuk dapat mengatasi problem yang dihadapi. Di lain pihak ada calon yang jam terbangnya panjang, tetapi kemampuan membuat terobosan tidak terlalu baik. Setelah diskusi panjang, pansel menyimpulkan keduanya sama-sama penting. Namun demikian mengingat tugas eslon 1 tersebut segera menyelesaikan masalah pelik yang saat ini dihadapi dan urusannya terkait dengan banyak pihak, maka kemampuan menjalin komunikasi dengan berbagai pihak juga mendapat penekanan. Nah, ketika kriteria tersebut disepakati dan bobotnya juga disepakati, pemilihan 3 terbaik dan enam yang baik-baik dapat dilakukan dengan mudah dan semua anggota pansel menyetujui. Semoga salah satu dari 3 yang terpilih tersebut pada saatnya menjadi pejabat eselon 1 yang mampu menyelesaikan masalah pelik dan belum dapat diselesaikan pejabat sebelumnya. n *http://muchlassamani.blogspot.co.id




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.