Majalah Unesa 117

Page 1



WARNA REDAKSI

K

ualitas dosen sebagai salah satu unsur penting dalam pendidikan tinggi tidak bisa kita pungkiri, karena dosenlah yang terlibat dalam proses dan sekaligus mengarahkan proses belajar mengajar akan dibawa kemana. Paling tidak di tangan dosen, kompetensi lulusan atau setiap matakuliah akan ditentukan. Dalam setiap matakuliah tentu ada target kompetensi dasar yang akan dimiliki oleh mahasiswa jika mereka menempuh dan lulus matakuliah tersebut. Bertolak dari kompetensi dasar yang telah ditetapkan tersebut, dosen meramu bahan atau materi ajar yang akan diberikan kepada mahsiswa, sehingga dengan menguasai materi ajar tersebut, mahasiswa memiliki kompetensi dasar yang telah ditentukan. Sudah tentu kompetensi dasar yang dirumuskan adalah kompetensi yang benar-benar bisa digunakan

sebagai modal mahasiswa menghadapi tantangan masa depan. Perubahan yang begitu cepat menuntut pembaharuan kompetensi dari setiap mata kuliah, apalagi matakuliahmatakuliah aplikatif. Sekalipun itu matakuliah yang bersifat

DOSEN ASING

yang “wajib� atau keharusan bagi setiap dosen, karena dengan teori setiap fenomena bisa dijelaskan dari sisi sebab-akibat, dan bisa diprediksi dampak apa yang akan ditimbulkannya. Harus kita sadari bahwa dosen di Unesa masih perlu ditingkatkan baik secara kuantitas maupun kualitas. Dari sisi kuantitas, dosen yang bergelar doktor masih kurang dari 50 persen. Dosen Unesa yang bergelar doktor baru sekitar 30 persen. Begitu juga jumlah guru besar Unesa masih kurang dari 10 persen. Semoga kebijakan Menristekdikti untuk menerima dosen asing dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan tinggi di Indonesia perlu direspons dengan positif oleh semua kalangan akademik, termasuk di Unesa. Motivasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi itulah yang patut kita sambut bersama dengan upaya membuktikan diri bahwa dosen Unesa tidak kalah dengan dosen asing. Selamat membaca. n

TANTANGAN UNESA dasar, seperti matakuliah yang mengajarkan teori, atau metode penelitian juga harus terus diperbaharui, karena teori juga mengalami perubahan dan perkembangan. Teori merupakan bagian penting dalam pendidikan tinggi, khususnya perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik (academic education), karena setiap permasalahan harus bisa dijelaskan dengan teori, atau dibangun menjadi suatu teori. Oleh karena itu, pemahaman dan penguasaan teori menjadi bagian

Majalah Unesa

ARM

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

3


DAFTAR RUBRIK

18

FOTO: DOK/ISTIMEWA

EDISI MEI 2 01 8

Edisi Ini

22

05

INSPIRASI ALUMNI

PRO-KONTRA DOSEN ASING MASUK INDONESIA

SULAIMAN, AWALI KARIER SEBAGAI GURU SMP, SUKSES MENJADI DEKAN FIP DI UNIVERSITAS TRUNOJOYO DUA PERIODE

12

GELIAT PROGRAM PERMATA DI UNESA

26

PROF. TUKIRAN LANGGANAN JURI PIMNAS

Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 117 Tahun XIX - Mei 2018 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor), Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (WR Bidang I), Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (WR Bidang II), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (WR Bidang III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (WR Bidang IV) PENANGGUNG JAWAB: Dra. Ec. Ratih Pudjiastuti, M.Si (Kepala BAAK) PEMIMPIN REDAKSI: Dra. Titin Sumarti, M.Pd (Kabag. Kerja Sama dan Humas) REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Syaiful R REPORTER: Wahyu Utomo, Syaiful H, Inayah, Suryo Waskito, Emir Musa, Mira Carera, Nely Eka, Tarida, M. Rizki, Titan, Hasna, Intan, Jumad, Fibrina, Intan, Royyan. FOTOGRAFER: Sudiarto Dwi Basuki, M. Wahyu Utomo, DESAIN/ LAYOUT: Abdur Rohman, Basyir Aidi ADMINISTRASI: Roni, ST. (Kasubbag. Humas), Supi’ah, S.E. DISTRIBUSI: Lusia Patria, S.Sos, Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung Rektorat Kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya

4

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

PRO-KONTRA DOSEN ASING KE INDONESIA

UNESA TANGGAPI POSITIF, DORONG DOSEN TERUS BERKARYA TAHUN INI, 200 DOSEN ASING BERGELAR PROFESOR DIRENCANAKAN AKAN DIDATANGKAN KE PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA. MENURUT MOHAMMAD NASIR, MENTERI RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI KEBIJAKAN ITU DILAKUKAN SEMATA-MATA UNTUK MENGANGKAT REPUTASI PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA. SEBAB, SALAH SATU SYARAT AGAR PERGURUAN TINGGI DIAKUI DUNIA ADALAH HADIRNYA DOSEN ASING.

TANTANGAN: Kehadiran dosen asing di Indonesia mau tak mau akan memicu pertanyaan kritis. Namun Unesa dengan bijaksana menerima keinginan Kemenristekdikti tersebut dengan terus mendorong dosen lokalnya untuk terus berkarya.

Majalah Unesa

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

5


LAPORAN

UTAMA

N

asir mengatakan bahwa kehadiran dosen asing sangat bermanfaat karena mereka tidak hanya menjadi staf pengajar, tapi juga menjalin kolaborasi untuk melakukan penelitian dan menciptakan inovasi baru secara bersama-sama. Dengan demikian, Nasir sangat yakin kolaborasi itu akan meningkatkan reputasi perguruan tinggi Indonesia menuju kelas dunia. Agar kehadiran dosen asing itu benar-benar bermanfaat untuk kemajuan perguruan tinggi di Indonesia, Nasir mengatakan bahwa tahun ini dosen yang didatangkan dikonsentrasikan pada bidang sains dan teknologi. Kedua bidang tersebut dirasa perlu, karena perguruan-perguruan tinggi Indonesia banyak mencontoh risetriset kedua bidang itu dari luar negeri, seperti Finlandia dan Jerman. Sementara itu, Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristekdikti Ali Ghufron Mukti mengatakan, dosen asing yang dihadirkan kompetensinya harus sesuai dengan program prioritas pemerintah dalam upaya meningkatkan daya saing pendidikan tinggi. Semua dosen asing yang diundang berasal dari 100 besar kampus terbaik dunia. Ali Guhfron menambahkan bahwa para dosen asing tersebut diutamakan profesor asing yang terkoneksi dengan sumber pendanaan baru. Jadi, selain mengajar, mereka juga membawa dana dari funding (lembaga pendanaan) luar negeri untuk membiayai penelitian bersama dengan dosen-dosen Indonesia. Kehadiran dosen asing ini, menurut Ali Ghufron bukan merupakan ancaman terhadap dosen nasional. Sebab saat ini, jumlah profesor nasional kurang ideal karena baru mencapai 5.500 orang dengan jumlah perguruan tinggi mencapai sekitar 4.500 kampus. Hal itu juga diperparah dengan masih banyaknya profesor nasional yang tidak produktif dalam menulis jurnal ilmiah internasional. “Saya kira tidak akan mengancam

6

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak.

karena kita punya 277.000 dosen lebih. Yang diundang hanya 200. Apakah nilainilai lokal kebangsaan bisa terancam oleh paham dosen asing? Tidak juga karena kami sudah memasukan bagaimana membangun karakter nilainilai kebangsaan. Termasuk di dalamnya mengenai ketahanan sosial,� kata Ghufron sebagaimana dilansir dari http:// www.pikiran-rakyat.com. Tanggapan Positif dengan Catatan Kebijakan mendatangkan dosen asing ke Indonesia itu mendapat tanggapan positif dari kalangan akademisi maupun pengamat meskipun ada beberapa catatan yang harus dilakukan pemerintah Indonesia. Rektor UGM, Panut Mulyono misalnya setuju dengan langkah Kemenristekdikti tersebut karena kehadiran dosen asing yang berkualitas dapat menjadi aktor pendorong kemajuan pendidikan di Indonesia. Bahkan, kehadiran dosen asing tersebut akan membuka peluang bekerja sama melalui jaringan yang dimiliki sehingga menghasilkan kolaborasi melalui riset dan penelitian. Namun demikian, Panut meyakini bahwa pada dasarnya kemampuan dosen-dosen Indonesia tak kalah dengan dosen asing. Dosen-dosen di Indonesia banyak yang cerdas-cerdas dan memiliki keahlian mumpuni. Hanya saja, jika dikolaborasikan dengan dosen asing tentu akan semakin berkualitas. Sementara itu, Guru Besar Institut Pertanian Bogor, Dwi Andreas Santosa mengatakan bahwa efektivitas program ini sangat bergantung pada

Majalah Unesa

kualitas dosen asing yang didatangkan. Dosen asing yang didatangkan harus berkualitas tinggi. Oleh karena itu, Dwi Andreas berharap Kemenristekdikti selektif dalam mendatangkan dosen-dosen asing tersebut. “Sistem seleksinya harus ketat jangan hanya asal mendatangkan profesor dari luar negeri untuk menghabiskan anggaran,� kritiknya. Pengamat Pendidikan Arief Rahman menilai keberadaan dosen asing di Indonesia memberikan dampak positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang diserap oleh mahasiswa dalam negeri. Sebab, di luar negeri sana banyak perkembangan ilmu pengetahuan yang bisa jadi belum bisa diajarkan dosen yang berasal dari Indonesia. Meski kehadiran dosen asing akan berdampak positif bagi perguruan tinggi di Indonesia, Arief mengimbau agar pemerintah dalam hal ini Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) memilah dosen asing yang akan menjadi dosen tetap di universitas Indonesia. Pertama, para tenaga kerja pengajar ini harus memiliki ilmu pengetahuan secara dalam untuk bidang yang ditekuni dan akan diajarkan. Kedua, para dosen asing harus bisa menumbuhkembangkan penelitian di bidang studi tersebut. Ketiga, pemerintah harus menyiapkan dosen dalam negeri untuk bisa menyerap ilmu dosen-dosen asing tersebut sehingga penggunaan tenaga pengajar asing tidak menjadi ketergantungan di kemudian hari. n (SIR)


LAPORAN UTAMA

HADAPI ‘SERBUAN’ DOSEN ASING DENGAN TERUS BERKARYA

W

akil Rektor Bidang Akademik Universitas Negeri Surabaya Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si mengatakan bahwa kehadiran dosen asing tidak harus dikhawatirkan, bersikap berlebihan, atau bahkan sampai ada penolakan. Kalau pun ada keresahan, menurut Yuni itu wajar, tapi yang jelas anggap saja sebagai pelengkap program. Yuni mengungkapkan, sebetulnya apa yang sudah ditempuh oleh Kemeristekdikti adalah upaya untuk menyuntik kualitas dari perguruan tinggi dalam hal peningkatan mutu pembelajaran maupun dalam tri darma perguruuan tinggi. “Dalam peningkatan tri darma perguruan tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Hal yang terpenting adalah kita harus terus berkarya. minimal dalam satu tahun itu ada karya yang bisa dihasilkan” ujar Yuni. Yuni menyadari bahwa Unesa memang belum bisa disetarakan dengan perguruan tinggi yang sudah mempunyai platform sendiri di luar negeri. Tetapi, Unesa terus berbenah dan siap untuk memfasilitasi berbagai program untuk peningkatan mutu dosen. Misalnya melalui International Conference, pelatihan, workshop, persiapan studi di luar negeri, penguatan Bahasa Inggris, dan program-program yang

TERUS BERKARYA: Wakil Rektor Bidang Akademik, Dr. Yuni Sri Rahayu.

WACANA KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI (KEMENRISTEKDIKTI) UNTUK MENDATANGKAN 200 DOSEN ASING KE PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA MENDAPAT TANGGAPAN POSITIF DARI UNESA. SEBAB, UPAYA YANG DILAKUKAN KEMENRISTEKDIKTI ITU BAGIAN DARI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN MUTU PERGURUAN TINGGI INDONESIA AGAR BERKELAS DUNIA. sudah disiapkan oleh Unesa. Salah satu indikator peningkatan mutu dosen yang bisa diukur adalah publikasi. Yuni menyampaikan bahwa publikasi jurnal di Unesa mengalami peningkatan dari tahun 2014 sampai 2018. “Publikasi di Unesa saya kira sangat tajam peningkatannya. Publikasi terindeks Scopus saja di tahun 2014 baru 18 jurnal. Nah sekarang kita sudah hampir 500 jurnal. Walaupun dari sekitar 928 dosen di Unesa, bisa dikatakan memang belum satu dosen satu publikasi terindeks Scopus, tapi sudah ada peningkatan yang luar biasa,” pungkasnya. Yuni mengatakan adanya peningkatan publikasi merupakan buah dari hasil pendampingan yang dilakukan Unesa terhadap dosendosen. Yuni optimis dengan banyak melakukan pendampingan dari sisi

Majalah Unesa

akademis akan mampu menjadikan akselerasi peningkatan mutu dari berbagai sektor dapat terwujud. Tidak hanya dari segi publikasi yang mengalami peningkatan tajam, tapi mutu kelembagaan pun sudah ada satu peningkatan yang signifikan, khususnya dalam bidang tata kelola mulai dari tingkat jurusan, fakultas, sampai universitas. “Peningkatan itu bisa diukur dengan jumlah prodi atau jurusan yang sudah terakreditasi A. Di tahun 2014 prodi yang terakreditasi A itu masih 10 prodi. Sekarang sudah 45 prodi yang terakreditasi A. Sehingga ada hampir 50 persen Prodi di Unesa yang sudah terakreditasi A dan institusi Unesa pun juga sudah terakreditasi A,” ujar dosen yang mengajar di Jurusan Pendidikan Biologi. Dengan berbagai pencapaian yang

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

7


LAPORAN

UTAMA

telah diraih Unesa baik di kancah nasional bahkan internasional, maka sudah banyak perguruan tinggi di luar negeri yang menjalin kerja sama dengan Unesa. Salah satu diantaranya yaitu Unesa mendapatkan proyek Erasmus. Unesa dipercaya sebagai perguruan tinggi yang ramah terhadap disabilitas. Yuni mengatakan, Unesa tahun ini mendapatkan proyek Erasmus dari Uni Eropa yang melibatkan kolaborasi antara Alicante University (Spanyol), Pireous University (Yunani) dan Glasgow Caledonia University (United Kingdom). Unesa akan dibangun menjadi centre disabilitas perguruan tinggi yang ramah terhadap penyandang disabilitas dan

menyediakan berbagai fasilitas untuk memudahkan mahasiswa yang berkebutuhan khusus supaya bisa kuliah dengan baik. “Dalam kegiatan itu ada beberapa profesor yang bisa kami datangkan ke Unesa. Mereka akan memberikan kuliah, mendampingi penelitian dan publikasi,” jelasnya. Untuk memperkuat kolaborasi dengan dosen luar negeri, Yuni menambahkan ketika Unesa menyelenggarakan International Conference, dosen atau profesor dari luar negeri tidak hanya sebagai keynote speaker, tetapi mereka juga menguatkan dari sisi publikasi, pendampingan penelitian, dan joint publication pada jurnal bereputasi. Yuni mengatakan Unesa adalah

perguruan tinggi yang memilki dosen yang luar biasa. Hanya saja, semua elemen atau semua komponen yang ada di Unesa perlu bersinergi untuk membesarkan Unesa. Caranya, semua berkarya untuk Unesa, ketika itu bisa dipenuhi, maka Unesa akan besar. “Mari, dosen-dosen Unesa kita bersama-sama bersinergi bergandengan tangan dan saling menguatkan untuk membesarkan Unesa agar menjadi perguruan tinggi di Indonesia Timur yang patut diperhitungkan dan mampu berkompetisi dalam world class university,” ajak dosen lulusan S3 Jurusan Plant Nutrition di Hohenheim Jerman. n (Ina)

DOSEN ASING YANG DIHADIRKAN HARUS BENAR-BENAR KOMPETEN

P

rof. Dr. Ismet Basuki, M.Pd, Kriteria lain dosen asing yang Direktur Pascasarjana Unesa didatangkan harus memiliki kemampuan mengatakan bahwa kehadiran menulis artikel dan jurnal bereputasi dosen asing bukan menjadi internasional. Sehingga, dosen di Indonesia ancaman tetapi justru menjadi bisa ikut berpartisipasi dan berpartner tantangan bagi dosen-dosen Unesa. menulis bersama untuk submit bersama Dosen Unesa dapat sharing dan sehingga bisa mengangkat Indonesia dan berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas perguruan tinggi. kompetensi, terutama dalam hal Guru Besar Fakultas Teknik itu menambahkan, penelitian dan penulisan artikel ilmiah. di Pascasarjana Unesa ada kebijakan terkait kualitas dosen. Di antaranya, pertama harus Menurut Ismet, kehadiran dosen asing bisa menulis disertasi yang bermutu dengan harus dimanfaatkan untuk berkolaborasi 5 standar mutu, yaitu standar tata tulis sesuai dengan dosen dalam sehingga menjadi pedoman bahasa Indonesia yang baik dan lebih bagus. Meski demikian, Direktur benar, disertasinya memenuhi standar Pascasarjana itu memberikan himbauan Prof. Dr. Ismet Basuki, M.Pd metodologi baik kuantitatif maupun kualitatif, kepada pemerintah agar dosen asing standar substansi yang tidak boleh salah yang dihadirkan kompeten dan berasal konsep sesuai dengan prodi dan standar dari perguruan tinggi ternama di nasional perguruan tinggi, sedangkan tesis itu ada multidisiplin, negaranya. tridisiplin, dan transdisiplin. Selain itu, dosen asing yang didatangkan haruslah Selain itu, mahasiswa diberi fasilitas untuk menulis memiliki kemampuan dalam hal publikasi internasional. publikasi pada level jurnal internasional melalui Misalnya, memiliki artikel pada jurnal di level Q1,Q2, dan klinik manuscript. Kemudian, manuscript bagus lanjut Q3 sehingga tidak sembarang dosen yang dihadirkan. bagaimana cara submit pada jurnal dan bagaimana “Tidak apa-apa mengimpor dosen asing ke Indonesia, mengkaji artikel dan gaya selingkung. Sehingga, akan tetapi harus dosen yang berkualitas,” ungkapnya. manuscript bagus dan bisa submit juga bisa terbit atau Ismet mengatakan, tentang penghargaan harus sudah publish. “Itulah salah satu syarat untuk lulus S2 disesuaikan dengan dosen di Indonesia. Tidak boleh minimal sudah publish minimal jurnal nasional dan lulus dosen asing kerja sedikit tapi mendapat timbal balik yang S3 sudah publish yang minimal jurnal internasional lebih tinggi. Itu tidak adil. Jadi, harus adil antara dosen bereputasi,” tandasnya.n (SH) dalam negeri dengan dosen luar negeri.

8

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA Wakil Dekan Bidang Akademik FIP, Prof. Dr. Mustaji, M.Pd.

Harus Ada Kontrak Waktu dan Target untu Dosen Asing WAKIL Dekan Bidang Akademik FIP Prof. Dr. Mustaji, M.Pd. bidang Akademik Fakultas Ilmu Pendidikan mengatakan bahwa tidak masalah pengimporan dosen asing ke perguruan tinggi di Indonesia selama tujuannya untuk memotivasi dosendosen yang ada di dalam negeri untuk meningkatkan mutu melalui transfer ilmu pengetahuan, sikap, teknologi dan sebagainya. Namun demikian, Mustaji berharap kehadiran dosen asing itu memiliki durasi waktu dan target-targetnya. Ia mencontohkan, tahun ini misalnya, dosen asing yang didatangkan untuk memfasilitasi membuat artikel, kemudian tahun berikutnya tentang model-model pembelajaran dan sebagainya. “Sehingga pengetahuan keterampilan dan sikap-sikap dosen asing dapat diadopsi oleh dosendosen Indonesia,” terangnya. Mustaji sendiri menganggap bahwa kahadiran dosen asing bukan sebuah persaingan, akan tetapi sebuah kolaborasi untuk meningkatkan mutu pendidikan sendiri. “Tidak bisa dihindari kita harus mau dan mampu untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi lain, instansi lain baik di dalam maupun di luar negeri,” tambah Mustaji. Keputusan Kementrian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi ini dipandang positif oleh Mustaji, dengan catatan adanya kontrak waktu dan target. Selain itu, tenaga pengajar asing datang ke Indonesia tidak untuk merebut pasar, akan tetapi datang dengan membawa keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dapat dicontoh oleh dosen Indonesia dalam rangka membantu mengembangkan universitas di Indonesia. “Tenaga pengajar itu haruslah orang-orang terpilih,” paparnya.

Dari pemerintah juga tidak semata mengimpor dosen begitu saja. Ada pemberlakuan syarat yang sangat ketat untuk hal itu. Seperti dosen harus dari perguruan tinggi yang memiliki reputasi internasional dan terakreditasi baik. Dan, program studi yang akan dimasuki dosen asing hanya pada sains dan teknologi. n (TAN/MC)

Wakil Dekan Bidang Akademik FE, Susi Handayani, S.E, Ak, M.Ak

Dosen Asing Harus Mampu Motivasi Dosen Lokal WAKIL Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi Unesa, Susi Handayani, S.E, Ak, M.Ak, menanggapi kehadiran dosen asing di Indonesia. Menurutnya, kehadiran dosen asing bisa menjadi tantangan dan peluang. Menjadi tantangan sebab dengan hadirnya dosen-dosen luar negeri yang dinilai lebih unggul akan menimbulkan keinginan untuk meningkatkan mutu diri. Selain itu, dapat menjadi peluang karena dengan aturan tersebut seluruh institusi pendidikan tinggi akan berbenah, termasuk Unesa. “Adanya kebijakan tersebut akan memacu institusi pendidikan tinggi, termasuk Unesa untuk berbenah dan meningkatkan kualitas SDMnya, sebagaimana juga yang disampaikan oleh ibu WR Bidang Akademik bahwa Kemenristekdikti menuntut internasionalisasi perguruan tinggi,” terangnya. Susi menjelaskan upaya untuk meningkatkan mutu dosen, khususnya di FE dilakukan dengan berbagai cara. Antara lain metode pembelajaran melalui v-learning, program visiting professor untuk mendampingi dosen dalam meningkatkan mutu, dan manuscript clinic untuk publikasi dosen di jurnal internasional bereputasi. “Dengan adanya publikasi yang banyak dan dimuat di jurnal internasional bereputasi maka tentu kualitas

Majalah Unesa

SDM kita sudah dapat bersaing,” terangnya. Dari sisi akademik, materi yang diajarkan dosen-dosen, terutama di FE selalu melakukan update kurikulum mengikuti kurikulum yang berlaku secara internasional dengan mengikuti asosiasi profesi dosen seperti forum dosen yang di dalamnya mengikuti IES (International Education Standart). Susi menjelaskan, untuk prodi yang sudah memiliki akreditasi BANPT A akan diusulkan untuk akreditasi AUN-QA yang levelnya sudah ASEAN sehingga seluruh pimpinan, dosen, dan karyawan wajib menggunakan bahasa Inggris aktif dan fasih. Kebijakan ini tentu berdampak baik untuk meningkatkan kualitas sehingga tridharma perguruan tinggi bisa berjalan dengan baik. Hanya saja, yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai ada aspek diskrimasi antardosen lokal dan asing. “Dosen asing yang masuk ke dalam negeri harus memiliki kualitas yang diakui secara internasional,” tandasnya. Susi berharap dengan adanya kebijakan dosen asing yang masuk ke perguruan tinggi Indonesia, Kemenristekdikti harus memiliki barrier seperti perlindungan terhadap eksistensi dosen lokal. Selain itu, kehadiran dosen asing harus mampu memotivasi dosen lokal untuk bisa setaraf dengan dosen asing tersebut. n (QQ)

Wakil Dekan Bidang Akademik FMIPA, Prof. Dr. Matlazim, M.Si

Perlu Filter Ketat, Bukan Asal Dosen dari Luar Negeri MENANGGAPI upaya Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) untuk meningkatkan kualitas perguruan tinggi di Indonesia dengan mendatangkan 200 orang dosen asing, Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

9


LAPORAN

UTAMA

Unesa, Prof. Dr. Madlazim, M.Si mengatakan bahwa kebijakan tersebut bertujuan positif yaitu untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya di Perguruan Tinggi di Indonesia agar setaraf dan diakui internasional. Meski mengakui bahwa tujuan tersebut sangat mulia, namun agar program tersebut efektif secara paralel harus diidentifikasi penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dan segera dicarikan solusi yang komprehensif dan terintegrasi, bukan parsial. Sebab, kalau mendatangkan dosen asing seperti itu dampak negatifnya juga besar karena ada unsur diskriminasi terutama dari segi perbedaan gaji. “Informasi yang saya terima, gaji dosen asing itu nanti berkisar Rp. 60 juta,” paparnya. Menurut Madlazim, untuk meningkatkan mutu dosen Indonesia perlu dilakukan evaluasi aturanaturan yang membelenggu kinerja dosen. Misalnya, adanya aturan yang mewajibkan dosen harus masuk setiap hari kerja. Aturan itu perlu

dieavaluasi karena sebagai dosen tidak hanya berkewajiban mengajar, tetapi juga melakukan penelitian (termasuk menulis) dan pengabdian kepada masyarakat. Penelitian yang serius membutuhkan waktu dan pikiran yang serius pula, tidak bisa dilakukan sambil mengajar. Selain itu, banyaknya beban mengajar juga menyita waktu kerja dosen sehingga waktu untuk penelitian dan menulis tinggal sedikit. Madlazim berharap agar dosendosen asing yang didatangkan memiliki kualifikasi sesuai dengan yang dibutuhkan. Kemenristekdikti harus punya filter sehingga tidak asal dosen luar negeri saja nanti bisa merugikan” ungkap Madlazim Madlazim menjelaskan, di FMIPA untuk menjaga kualitas dan mutu dosen agar bisa diakui dan berkompetisi dengan dosen asing tersebut dilakukan penataan dan program-program peningkatan mutu. Penataan yang dilakukan terkait peningkatan publikasi dosen bertaraf internasional adalah dengan mewajibkan masing-masing grup

bidang ilmu memiliki road map penelitian dan PKM, dukungan dana riset bagi dosen muda serta program-program yang mendukung dosen untuk meningkatkan publikasi, jumlah sitasi karya ilmiah dan HaKI. Wakil Dekan Bidang Akademik FMIPA menambahkan, kegiatan untuk meningkatkan mutu dosen terkait penulisan publikasi internasional, FMIPA di antaranya mengadakan pelatihan manuscript clinic yaitu pelatihan untuk menulis di jurnal-jurnal internasional dan untuk para doktor yang sudah hampir layak diusulkan menjadi guru besar namun terkendala di publikasi didukung melalui program professorship. “Harapannya dengan adanya kebijakan impor dosen asing ini agar dapat memberikan manfaat yang baik bagi pendidikan di Indonesia, dan dosen-dosen asing yang didatangkan betul-betul diseleksi sehingga memberi manfaat bagi perguruan tinggi di Indonesia,” pungkasnya.n (QQ)

HARUS DIIMBANGI DENGAN KEBIJAKAN YANG PRO DOSEN DALAM NEGERI

W

akil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya, Dr. Agus Suprijono, M.Si, mengatakan bahawa kebijakan mendatangkan dosen-dosen dari luar negeri untuk dunia pendidikan tinggi di Indonesia dinilai sebagai sebuah kewajaran. Sebab, di era globalisasi seperti sekarang wajar jika dosen-dosen bisa bekerja dimana saja. “Tetapi, yang perlu diperhatikan adalah adanya kesetaraan kualitas atau kompetensi dosen,” ujar Agus. Menurut Agus, dosen dari luar negeri yang bekerja di Indonesia, tidak disikapi dengan kecemasan. Justru, hal itu harus dijadikan sebagai langkah untuk mempersiapkan diri dan meningkatkan kompetensi. “Tugas kita adalah bagaimana membangun masingmasing individu untuk menyetarakan dengan mereka.

10

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

Majalah Unesa

Dr. Agus Suprijono, M.Si


LAPORAN UTAMA

Dalam konteks ini untuk mempersiapkan itu di Indonesia sudah ada yang namanya KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) sebagai suatu penjenjangan kompetensi,” ungkapnya. Dosen lulusan S3 Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) itu mengatakan, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu dosen agar mampu berkompetisi dengan dosen dari luar negeri. Pertama, peningkatan kualitas mutu dosen harus berorientasi pada target kinerja. Kedua, dunia eksistensi dosen seharusnya berada pada tataran faktasitas objektif tri darma perguruan tinggi. “Dalam melihat tri darma perguruan tinggi, kita jangan melihatnya sebagai bagian yang terpisah-pisah, sehingga pendidikan sendiri, penelitian sendiri, dan pengabdian kepada masyarakat juga menjadi bagian sendiri. Tetapi harus dilihat ketiga darma itu sebagai darma yang terintegrasi,” paparnya. Ketiga, kualitas dosen bisa dikembangkan dengan upaya membangun habit untuk penelitian dan publikasi. Karena dari kebiasaan meneliti inilah yang akan menciptakan habit penulisan jurnal atau artikel ilmiah. Keempat, kualitas dosen juga bisa diukur dengan kemanfaatan yang diperoleh masyarakat atas pengabdian dosen itu dalam berbagai macam kegiatan yang dikembangkan seperti workshop, penelitian, dan lain-lain. Agus mengatakan, salah satu tujuan dari Kemenristekdikti mendatangkan dosen asing yang dalam hal ini adalah dosen atau professor kelas dunia adalah untuk meningkatkan kualitas penelitian di perguruan tinggi melalui jalur kolaborasi. Namun yang terpenting bagi Agus jangan sampai kebijakan itu menimbulkan

Majalah Unesa

DOSEN ASING: Sebenarnya kehadiran dosen asing bukanlah ancaman, asal tujuan dan penerapannya mampu memberi dampak positif bagi kemajuan pendidikan tinggi di Indonesia.

keresahan, karena bangsa kita masih dihadapkan pada persoalan ketenagakerjaan. “Jangan sampai kebijakan itu kontraproduktif. Di mana di satu sisi kita bisa meningkatkan kualitas mutu pendidikan, tapi di sisi lain malah akan menciptakan pengangguran intelektual,” ujarnya. Agus menambahkan yang penting kebijakan mendatangkan dosen luar negeri ke Indonesia itu juga harus diimbangi dengan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan dosen dalam negeri. Misalnya, dalam proses peningkatan kompetensi seharusnya jangan ada syarat-syarat yang mempersulit dalam meningkatkan kompetensi dosen. Agus memberikan masukan kepada Menristekdikti supaya dalam penelitian di tingkat nasional yang sifatnya kompetisi tidak ada lagi ada syarat-syarat yang mengikat dengan berdasar pada kepangkatan. Misalnya, kalau bukan doktor atau lektor kepala tidak bisa jadi ketua. “Jadi harus disadari bahwa penelitian itu adalah arena kompetisi untuk meningkatkan kualitas. Siapapun bisa ikut berkompetisi . Maka, prinsip egalitarian dan kebebasan dalam berkompetisi itu harus dipegang. Jika dalam penelitian itu masih terikat dengan syarat yang bersifat struktural kepangkatan dan harus mempunyai hak indeks, maka itu yang akan menghambat dosen-dosen di Indonesia untuk meningkatkan kompetensinya dan berkompetisi dengan dosen di luar negeri,” pungkasnya. n (INA)

| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desemb Majalah

Unesa

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

11


LAPORAN

KHUSUS

GELIAT PROGRAM PERTUKARAN MAHASIWA TANAH AIR NUSANTARA (PERMATA) DI UNESA

BENTUK PENGENALAN AKADEMIK DAN BUDAYA DAERAH

SELAMAT DATANG: Suasana penyambutan mahasiswa Permata di gedung Rektorat Unesa.

UNESA MELAKUKAN PENGENALAN DAN TUKAR PIKIRAN TERKAIT BUDAYA MASING-MASING DAERAH PESERTA PROGRAM PERMATA SELAIN KEHIDUPAN KAMPUS UNESA KEPADA MAHASISWA LUAR. TAHUN 2018 INI UNESA KEDATANGAN 46 MAHASISWA DARI BERBAGAI UNIVERSITAS.

P

rogram PERMATA sejatinya merupakan program pertukaran mahasiswa untuk mengenalkan luar kampus kepada mahasiswa dalam ranah akademik maupun budaya. Kini, pada tahun 2018 program PERMATA dinamai dengan program Revitalisasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Silfia Asningtias, S.Pd., M.TESOL, penanggung jawab pelaksanaan Revitalisasi LPTK mengatakan bahwa ada 12 LTPK termasuk Unesa yang ikut program ini. Selain Unesa terdapat UNY, UNP, UNG, Undiksha, Unisma, UM, UPI, Unimed, Unnes, UNJ, dan UNM. Unesa sebagai salah satu perguruan tinggi negeri yang

12

termasuk dari revitalisasi LPTK telah menampung sebanyak 46 mahasiswa dari luar Unesa. Menurut Silfia, kegiatan tersebut bertujuan salah satunya mengenalkan kehidupan kampus Unesa kepada mahasiswa luar. Namun, tidak hanya itu saja, Unesa juga akan mengenalkan dan tukar pikiran terkait budaya masingmasing daerah. Silfia menambahkan, yang menjadi penghambat program ini adalah masa perkuliahan yang relatif singkat dan peserta mengikuti masa perkuliahan yang telah berlangsung. Seharusnya, kegiatan perkuliahan peserta dilakukan sebelum memasuki perkuliahan awal. Sehingga ada adaptasi terlebih

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

Majalah Unesa

dahulu terkait kehidupan kampus Unesa. Dijelaskan Silfia, kriteria untuk dapat mengikuti program ini yakni mahasiswa yang telah memasuki semester genap (4,6,8), memiliki Indeks Prestasi Kumulatif 2,75, dan memiliki kesesuaian prodi dengan universitas yang dituju. Namun, program ini memiliki kendala, di antaranya kurang maraknya sosialisasi program di LPTK seIndonesia. Silfia berharap pada tahun berikutnya, program ini dapat diikuti banyak LPTK se-Indonesia sehingga pengenalan budaya dan akademik di masing-masing daerah menjadi salah satu daya tarik mahasiswa untuk mengikuti program ini.


LAPORAN KHUSUS TAMPUNG 46 MAHASISWA DARI BERBAGAI UNIVERSITAS Di Unesa, ada sekitar 46 mahasiswa dari luar yang mengikuti program Permata. Mereka ditempatkan di berbagai fakultas di Unesa sesuai bidang keilmuannya. Wakil Dekan Bidang Akademik FE Unesa Susi Handayani, S.E, Ak, M.Ak mengapresiasi positif program PERMATA karena dengan pertukaran tersebut mahasiswa bisa mempelajari keberagaman budaya antarwilayah dan dapat mengetahui suasana akademik di Perguruan Tinggi yang mereka tempati. Dengan demikian, diharapkan setelah mengikuti program permata dapat memberikan feedback di kampus masing-masing. Susi menjelaskan, hal positif lainnya ialah mahasiswa bisa mendapat pengalaman proses akademik, budaya akademik dan kebijakan-kebijakan yang berdampak dengan peningkatan kualitas dari mahasiswa. “Adanya program tersebut menuntut prodi lebih sering mengupdate dan mengevaluasi kurikulum,” ujar Susi Susi mengatakan, di Fakultas Ekonomi ada sekitar 19 mahasiswa yang diikutkan dalam program tersebut. Para mahasiswa itu tersebar ke berbagai kampus seperti UM, UNNES, UNY, UNIMED, UNM, UNDIKSHA. Susi berharap ke depan perlu adanya koordinasi pelaksanaan program yang lebih bagus baik internal Unesa maupun universitas yang dituju. Tujuannya, agar memudahkan mencari solusi ketika ada permasalahan. “Tentu adanya koordinasi tersebut dapat meminimalisir mata kuliah yang ditempuh. Pada kenyataannya terjadi seorang mahasiswa seharusnya dapat menempuh 20 sks namun hanya bisa menempuh 15 SKS. “Mahasiswa yang mengikuti program PERMATA harus melaksanakan kegiatan di universitas yang dituju, mengikuti proses dengan baik dan dapat

Susi Handayani, S.E, M.Ak

Prof. Madlazim

mengambil pengalaman positif yang dapat diterapkan di FE Unesa untuk peningkatan mutu dan kualitas. Mahasiswa yang mengikuti program tersebut agar dapat menjaga almamater Unesa.” Senada, Wakil Dekan Bidang Akademik FMIPA Unesa Prof. Dr. Madlazim, M.Si menjelaskan bahwa tujuan adanya program PERMATA antara lain untuk menambah wawasan kebangsaan bagi mahasiswa. Menurut Matlazim, mahasiswa yang mengikuti program dibekali wawasan kebangsaan dan merasakan keberagaman Indonesia, sehingga tidak hanya tahu dan kenal Indonesia hanya Surabaya saja, tetapi tahu dan kenal bagaimana Indonesia yang ada di Papua, Aceh dan sebagainya. Kemudian, Madlazim menjelaskan mahasiswa juga dapat merasakan perkuliahan di perguruan tinggi lain dan memandang perbedaan di Indonesia merupakan suatu kekuatan yang harus dijaga kesatuan dan persatuannya. “Yang harus disadari bahwa tidak semata-mata hanya belajar dalam akademik, mungkin di tempat pertukaran yang di sana grade-nya rendah tetapi mungkin di sana memiliki banyak kelebihan seperti kebudayaan, suku, keakraban, keagamaan dan sebagainya, itu jauh lebih penting,” ungkap Madlazim Madlazim menjelaskan Program pertukaran seperti ini merupakan pengalaman yang sangat berharga. Terlebih, jika dapat mengambil pengalaman yang dapat diterapkan

Majalah Unesa

Prof. Mustaji

seperti budaya akademik di tiap-tiap daerah. Untuk tahun ini, terang Madlazim, program ini diikuti oleh seluruh PTN di Indonesia, khusus yang bidang pendidikan diikuti oleh eks-LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan). Di FMIPA, prodi yang dikirim ialah Biologi, Fisika dan Kimia. Madlazim berharap ke depan tidak hanya prodi bidang pendidikan saja yang diikutkan tetapi juga yang non pendidikan. “Sinkronisasi kurikulum akademik antarprodi agar dimaksimalkan,” paparnya. Sementara itu, di kampus FIP Unesa ada dua unversitas yang menjadi pertukaran program permata, yakni dari Universitas Negeri Jember dan Universitas Negeri Gorontalo. Pertukaran mahasiswa ini berdurasi kurang lebih satu semester atau 6 bulan perkuliahan. Menurut Prof. Mustaji, wakil dekan bidang akademik FIP mahasiswa dari FIP Unesa tidak ada yang berangkat untuk program Permata. Hal itu karena ada beberapa sistem akademik yang berbeda dengan universitas yang dituju. Selain itu, kurangnya sosialisasi dan informasi menjadi pertimbangan untuk mengambil keputusan tidak mengirimkan mahasiswa FIP. “Perlu dukungan penuh bagi setiap universitas untuk mahasiswa yang mengikuti program ini sehingga mahasiswa tidak merasa dirugikan baik secara akademik maupun lainnya,” tandas Prof. Mustaji. n (WHY/TON/QQ/MC/TAN)

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

13


LAPORAN

KHUSUS

KISAH DAN PENGALAMAN MAHASISWA PERMATA DI UNESA UNESA MELAKUKAN PENGENALAN DAN TUKAR PIKIRAN TERKAIT BUDAYA MASING-MASING DAERAH PESERTA PROGRAM PERMATA SELAIN KEHIDUPAN KAMPUS UNESA KEPADA MAHASISWA LUAR. TAHUN 2018 INI UNESA KEDATANGAN 46 MAHASISWA DARI BERBAGAI UNIVERSITAS. Ahmad Kholili, Mahasiswa Universitas Gorontalo

Seperti Miniatur Nusantara, Perlu Sosialisasi Lebih Gencar AHMAD Kholili merupakan salah satu mahasiswa dari Universitas Negeri Gorontalo (UNG) yang kini sedang mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Nusantara (PERMATA) di Universitas Negeri Surabaya bersama lima rekannya. Mahasiswa yang tinggal di Manado itu mengambil bidang studi Pendidikan Sejarah, dan sejak akhir Februari kemarin sudah mengikuti perkuliah di Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Unesa. Mahasiswa yang kerap disapa Ahmad tersebut mengatakan, sosialisasi mengenai program permata itu masih kurang, sehingga banyak mahasiswa yang belum mengetahui dengan program dari Kemeristekdikti tersebut. “Sebenarnya untuk mengikuti program ini harus mengikuti seleksi, tetapi karena informasinya mendadak, jadi dosen yang memilih mahasiswa setiap jurusan dengan syarat selain berprestasi, juga harus sudah menyelesaikan seminar proposal. Kebetulan dari Jurusan Pendidikan Sejarah UNG hanya ada dua mahasiswa yang memenuhi syarat tersebut. Jadi saya dan teman saya yang kemudian didelegasikan

14

MENGENAL: Ahmad Kholil dari Universitas Gorontalo berbincang dengan mahasiswa Unesa saat melakukan studi wisata di Museum Trowulan, Mojokerto.

ke fakultas dan diproses lebih lanjut oleh pihak Universitas, “ jelasnya. Kurangnya sosialisasi mengenai program PERMATA ini membuat Ahmad dan rekan-rekannya merasa bingung dengan program yang tengah diikuti. Ada yang mengatakan ini program permata, tapi ada juga yang mengatakan ini program transfer kredit.

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

Majalah Unesa

“Kalau berdasarkan Surat Keputusan (SK) atau kontrak kerja antara Unesa dan UNG, di sana tertera kalau kami adalah mahasiswa yang mengikuti program transfer kredit. Jadi mungkin ada sedikit perbedaan, kalau PERMATA itu kan pertukaran mahasiswa nusantara yang fokus utamanya tidak hanya mengikuti perkuliahan


LAPORAN KHUSUS di universitas yang lain, tapi juga melakukan pertukaran budaya. Sedangkan program mahasiswa transfer kredit fokusnya itu kuliah. Jadi kita bisa tahu bagaimana sih rasanya kuliah di Universitas yang lain,” terang Ahmad. Mahasiswa semester 6 itu merasa senang bisa mengikuti program pertukaran mahasiswa di Unesa. Apalagi di Unesa sarana dan prasarananya bisa dikatakan sudah bagus. Misalnya saja di setiap kelas sudah dilengkapi dengan AC. Tidak hanya itu, selain pembelajaran, juga bisa tahu budaya, wisata, fasilitas akademik, dosen-dosen, dan iklim akademik di Unesa. Ahmad menambahkan bahwa program pertukaran mahasiswa dari Kemenristekdikti itu bagus. Program permata itu seperti miniatur nusantara, di mana semua bisa bertukar pengalaman dan kebudayaan dengan mahasiswa dari berbagai penjuru nusantara. Mahasiswa kelahiran Malang 1 Mei 1996 juga menambahkan, bahwa ada beberapa hal yang perlu dibenahi oleh Kemenristekdikti dalam pelaksanaan program PERMATA atau program transfer kredit berikutnya. Pertama kurangnya sosialisasi dari Kemeristekdikti mengenai program yang akan dilaksanakan, sehingga informasi yang diterima oleh mahasiswa ataupun pihak kampus terkesan mendadak. Kedua, Universtas yang akan mengikuti program tersebut sudah harus disiapkan terlebih dahulu, misalnya tempat tinggal untuk mahasiswa PERMATA. Ketiga, harus ada kerja sama dulu antarjurusan terkait penyesuaian mata kuliah dan kalender akademik, agar jangan sampai terjadi lagi mahasiswa permata yang pada saat pengambilan matakuliah tidak ada satupun matakuliah yang sama dengan matakuliah di kampus asal. Keempat, kalau bisa mahasiswa PERMATA juga disediakan alat transportasi di kampus, minimal sepeda. n (INA)

Ilham Nur Rahman, Mahasiswa Asal Universitas Gorontalo

Kesulitan Komunikasi Berbahasa Jawa ILHAM Nur Rahman salah satu mahasiswa Permata yang berasal dari Universitas Negeri Gorontalo jurusan S1 Pendidikan Ekonomi yang kini sedang menempuh program PERMATA di FE Unesa. Menurutnya, Program Permata dari Kemenristekdikti ini sangat bagus untuk diterapkan. Apalagi, melihat dari luasnya negara Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau, program ini sejalan dengan tujuan pemerintah yaitu menyatukan kita dalam hal pendidikan dan kebudayaan. Meskipun demikian, ia mengatakan bahwa sedikit harus beradaptasi, terutama dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa. “Di sini, saya dapat belajar bahasa Jawa, yang bahasanya agak ribet dan sulit dimengerti,” ujar Ilham. Ia menjelaskan ada beberapa kendala yang dihadapi saat mengikuti program PERMATA ini. Di antaranya, perbedaan kurikulum mata kuliah dalam perkuliahan. Sebab, mahasiswa PERMATA datang ke Unesa saat beberapa pertemuan sebelum Ujian Tengah Semester. Hal itulah yang membuat mahasiswa PERMATA harus menyesuaikan dengan kurikulum di sini. Hambatan lain dalam mengikuti perkuliahan di kelas, yaitu beberapa dosen terkadang menggunakan bahasa Jawa dalam menerangkan materi perkuliahan. “Saat dosen menerangkan perkuliahan di awal, biasanya dosen menjelaskan. Namun, kadangkala dengan bahasa Jawa. Itu yang menjadi kendala kami karena tidak paham akan apa yang dibicarakan,” kata mahasiswa yang sudah dua bulan berkuliah di Unesa tersebut. Ia berharap, ke depan program PERMATA ini dapat ditingkatkan lagi dalam hal sistem. Termasuk,

Majalah Unesa

Saat dosen menerangkan perkuliahan di awal, biasanya dosen menjelaskan. Namun, kadangkala dengan bahasa Jawa. Itu yang menjadi kendala kami karena tidak paham akan apa yang dibicarakan.”

dalam hal penyetaraan mahasiswa PERMATA yang notabene berasal dari daerah yang memiliki perbedaan budaya. Kemudian, untuk tenaga pengajar agar lebih memperhatikan mahasiswa PERMATA dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam perkuliahaan di kelas. n (QQ)

Rosmala, Mahasiswa Asal Universitas Jember

Dapat Bangun Nasionalisme dan Mengenal Budaya Daerah PROGRAM pertukaran mahasiswa tanah air nusantara melibatkan universitas-universitas LPTK dari seluruh daerah di Indonesia. Menempati daerah baru dapat membangun rasa nasionalisme dan juga mengenal budaya daerah tertentu termasuk orang-orang yang berada di sekitarnya. Selain itu, komunikasi lintas universitas dapat terjalin dari program PERMATA ini. Tidak hanya itu Rosmala salah satu mahasiswa permata di PGPAUD FIP juga menceritakan “Kami juga mendapatkan pengalaman belajar di universitas lain dengan suasana baru”. Rosmala berasal dari Universitas Negeri Jember. n (TAN/MC)

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

15


Kabar

PRESTASI

LEBIH DEKAT DENGAN DIYAH AYU DAN ALFIA SARI, JUARA SATU NUDC UNESA

LATIHAN SEMINGGU SEKALI DENGAN DURASI TUJUH JAM

16

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

Majalah Unesa


KABAR PRESTASI DIYAH AYU DAN ALFIA SARI, KEDUA MAHASISWI FBS INI BERHASIL MERAIH JUARA SATU DALAM LOMBA DEBAT BAHASA INGGRIS NUDC (NATIONAL UNIVERSITY DEBATING CHAMPIONSHIP) TINGKAT UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA PADA 15 MARET 2018 DI GEDUNG PPG UNESA LIDAH WETAN. KEDUA MAHASISWA JURUSAN BAHASA INGGRIS YANG TERGABUNG DALAM SATU TIM ITU MEWAKILI FBS DI NUDC UNESA. SEPERTI APA PROSESNYA?

N

UDC merupakan kompetisi debat bahasa Inggris yang diadakan oleh Kemenristekdikti. Selain debat Bahasa Inggris, Dikti juga mengadakan kompetisi debat Bahasa Indonesia yang biasa disebut KDMI. Proses seleksi NUDC dimulai dari pemilihan tingkat jurusan, kemudian ke tingkat fakultas, dilanjutkan ke tingkat universitas. Diyah Ayu, mahasiswi angkatan 2017 asal kota Mojokerto mengatakan bahwa berhasil menjadi juara NUDC tingkat Unesa merupakan hal yang membanggakan dalam hidupnya. Sebab, hasil tersebut menjadi salah satu buah dari proses yang sudah dijalaninya selama ini. Bagaimana tidak, dirinya sudah berkecimpung di kompetisi debat bahasa Inggris sejak SMA dan tetap menekuninya di bangku perkuliahan. Bagi Diyah, proses latihan NUDC menjadi kegiatan rutin setiap minggunya. Ia juga menuturkan bahwa kegiatan latihan tidak mengganggu jam perkuliahannya. Meraih kemenangan di NUDC Unesa sebagai peraih juara satu tidaklah mudah. Diyah mengatakan, kegiatan latihan dilakukan setiap minggu selama kurang lebih tujuh jam mulai pukul 15.00 hingga pukul 22.00. Selain itu, biasanya saat kegiatan latihan didampingi atau dibina oleh pelatih dari luar yang sengaja didatangkan untuk melatih tim FBS tersebut. Saat pelaksanaan lomba NUDC Unesa, Diyah Ayu mengaku bahwa dirinya sempat merasa minder melihat kelompok-kelompok lawannya juga memiliki divisi debat sendiri, bahkan sengaja mengundang pelatih-pelatih khusus. Namun, hal itu tidak mematahkan semangat Diyah untuk menang. Ia bersama rekannya, Alfia Sari tetap optimis dan

berusaha yang terbaik. Hal lain yang menguatkan Diyah Ayu untuk tetap optimis adalah dukungan dari kedua orang tuanya. Meskipun dirinya tinggal lumayan jauh dari kedua orang tuanya, tapi ia tetap mendapatkan dukungan penuh dari kedua orang tua. Diyah menyatakan bahwa orang tuanya terus mendukung Diyah untuk mengikuti lomba debat, salah satunya NUDC. Orang tuanya sangat bangga mendengar kabar bahwa dirinya berhasil meraih juara satu pada kompetisi tersebut. Terkait tim NUDC dari FBS, Diyah Ayu mengaku bahwa dirinya mengenal Alfia Sari melalui divisi debat khusus bahasa Inggris yang dilaksanakan di jurusannya. Menurut Diyah, dirinya sangat cocok dan klop menjadi satu tim bersama Alfia. Diyah juga menuturkan bahwa selain bertemu saat latihan atau kegiatan NUDC, ia sering main dan hang out bersama Alfia. Dukungan dan Doa Orang Tua Lain Diyah, lain pula Alfia. Alfia Sari merupakan mahasiswi angkatan 2015 yang berasal dari kota Kediri. Kedua orang tuanya merupakan buruh tani. Alfia menuturkan bahwa kedua orang tua selalu mendukung berbagai kegiatannya lewat fisik dan rohani. Bentuk dukungan salah satunya dengan doa. Bagi Alfia, doa kedua orang tua sangatlah penting untuk melakukan berbagai kegiatan yang dijalani. Menurut Alfia, serangkaian kegiatan yang disiapkan menuju NUDC seperti latihan mengajarkan betapa pentingnya dukungan dan perjuangan, karena tidak ada hasil yang didapat tanpa adanya suatu usaha. Alfia juga menyatakan bahwa ia merasakan sendiri pahit manisnya proses menuju kompetisi debat tersebut. Saat latihan, semua tenaga

Majalah Unesa

terfosir berpikir keras untuk topik debat. Menurut pengakuannya, Alfia hampir putus asa, karena ia merasa lelah dan ingin berhenti dari debat. Namun, dirinya ingat bahwa selama bisa berusaha keras, pasti Allah akan memberikan hasil yang terbaik. Alfia juga menuturkan bahwa untuk meraih kesuksesan jangan pernah merasa sombong. Meskipun dirinya sudah menginjak semester 6 dan tergabung dalam divisi debat, tapi hal itu tidak membuatnya sombong. Alfia tetap menganggap lawan-lawannya merupakan lawan yang kuat, karena hal itu membuatnya termotivasi. Sebelum meraih kemenangan, Alfia ternyata memiliki hambatan selama persiapan NUDC. Hambatan yang dialaminya adalah jam perkuliahan yang terkadang tidak bisa ditinggal, karena dosen tidak mengizinkan. Ia menyatakan bahwa latihan NUDC dimulai sejak pagi hari, namun karena ada jadwal perkuliahan akhirnya dilaksanakan sore hari setelah perkuliahan selesai hingga malam hari. Alfia turut berbagi tip untuk bisa melakukan kompetisi debat bahasa Inggris dengan lancar yaitu dengan memperbanyak latihan. Semakin banyak latihan maka semakin bertambah kemampuan dan keyakinan untuk bisa melakukan debat. Selain itu, membaca juga menjadi kunci untuk bisa lancar melakukan debat. Bagi Alfia sendiri membaca adalah tantangannya, karena dirinya menyatakan bahwa ia tergolong orang yang tidak terlalu suka membaca. “Membaca menjadi hal yang sangat penting, karena untuk menumbuhkan pemikiran kritis adalah mengetahui banyak informasi sehingga bisa menyikapi segala hal dengan pemikiran kritis,� pungkasnya. n (FIBRINAAQUATIKA)

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

17


LENSA

UNESA

Perpisahanan Mahasiswa BIPA

P

ara mahasiswa Bahasa Indonesia Penutur Asing mengikuti acara perpisahan dan penyerahan sertifikat di lantai 11 Auditorium Rektorat (23/05). Acara ini sekaligus seremonial perpisahan mahasiswa BIPA yang telah melaksanakan studinya selama satu tahun di Unesa. Dari 12 mahasiswa BIPA terdapat mahasiswa 1 asal Jepang yang mengundurkan diri dan tidak melanjutkan studinya. n (WHY/TONI)

SBMPTN 2018 di Unesa Berlangsung Lancar

P

elaksanaan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2018 di Unesa telah dilaksanakan dan berjalan lancar (08/05).

18

Seluruh peserta hadir tepat waktu. Naskah ujian dan lembar jawaban yang diberikan kepada peserta tidak ada yang cacat atau pun rusak. Kecurangan juga tidak nampak selama tes berlangung.

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

Majalah Unesa

Selain itu, seperti yang diberitahukan oleh Kemenristekdikti terkait sistem penilaian SBMPTN tahun ini berbeda dengan tahun lalu. Pada tahun ini tidak ada pengurangan skor untuk jawaban yang

salah. Peraturan tersebut diubah jika jawaban yang benar mendapatkan nilai satu, salah mendapatkan nilai nol dan tidak menjawab mendapatkan nilai nol. n (WHY/TONY)


LENSA UNESA

Khidmat dan Lancar

UPACARA HARDIKNAS DI UNESA

U

nesa menggelar upacara bendera memperingati Hari Pendidikan Nasional di depan Gedung LP3M Kampus Lidah (02/05). Seluruh sivitas akademika turut serta memeriahkan acara yang selalu diperingati pada tanggal 2 Mei tersebut. Dalam upacara juga disisipi oleh penyerahan penganugerahan satya lencana untuk tenaga kependidikan dan dosen yang mengabdikan diri cukup lama untuk Unesa. n (WHY/TN)

PENUTUPAN PKTI 2018, 1.024 PROPOSAL PKM 5 BIDANG MASUK

P

elatihan Penulisan Karya Tulis Ilmiah (PKTI) 2018 telah usai. Acara yang ditutup pada gelombang III tersebut menghasilkan 1.024 proposal PKM 5 bidang. Nantinya proposal yang dihasilkan akan terus dikembangkan melalui pembinaan di setiap fakultas-fakultas. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Dr. Ketut Prasetyo dalam penutupan PKTI mengungkapkan dalam kegiatan PKTI ini mahasiswa Bidikmisi dan afirmasi angakatan 2016 mengalami peningkatan kualitas dalam pembuatan proposal. Ketut juga menjelaskan untuk bersaing dengan perguruan tinggi jangan takut akan nama besar lembaga tersebut, akan tetapi motivasi dan kepercayaan diri harus diterapkan agar siap menghadapi persaingan. n (WHY/TONY)

Majalah Unesa

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

19


KOLOM

REKTOR Kualitas dosen sebagai salah satu unsur penting dalam pendidikan tinggi tidak bisa kita pungkiri, karena dosenlah yang terlibat dalam proses dan sekaligus mengarahkan proses belajar mengajar akan dibawa kemana. Paling tidak di tangan dosen, kompetensi lulusan atau setiap matakuliah akan ditentukan. Prof. Dr. Warsono, M.S.

K

ebijakan Menristekdikti untuk menerima dosen asing dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan tinggi di Indonesia perlu direspon dengan positif oleh semua kalangan akademik, termasuk di Unesa.Motivasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi itulah yang patut kita sambut bersama dengan upaya membuktikan diri bahwa dosen Unesa tidak kalah dengan dosen asing. Kualitas dosen sebagai salah satu unsur penting dalam pendidikan tinggi tidak bisa kita pungkiri, karena dosenlah yang terlibat dalam proses dan sekaligus mengarahkan proses belajar mengajar akan dibawa kemana. Paling tidak di tangan dosen, kompetensi lulusan atau setiap matakuliah akan ditentukan. Dalam setiap matakuliah tentu ada target kompetensi dasar yang akan dimiliki oleh mahasiswa jika mereka menempuh dan lulus matakuliah tersebut. Bertolak dari kompetensi dasar yang telah ditetapkan tersebut, dosen meramu bahan atau materi ajar yang akan diberikan kepada mahsiswa, sehingga dengan menguasai materi ajar tersebut, mahasiswa memiliki kompetensi dasar yang telah ditentukan. Sudah tentu kompetensi dasar yang dirumuskan adalah kompetensi yang benar-benar bisa digunakan sebagai modal mahasiswa menghadapi tantangan masa depan. Perubahan yang begitu cepat menuntut pembaharuan

kompetensi dari setiap mata kuliah, apalagi matakuliah-matakuliah aplikatif. Sekalipun itu matakuliah yang bersifat dasar, seperti matakuliah yang mengajarkan teori, atau metode

seorang calon doktor dituntut mampu menghasilkan pembaharuan (novalty) dalam bidang ilmunya. Ini tidak akan terjadi jika calon doktor tersebut tidak memahami secara benar teori dalam bidang ilmunya, dan mempu melihat kekuatan dan kelemahan teori tersebut. Pada pendidikan program strata satu (S1) para mahasiswa biasanya baru dikenalkan dengan konsep-konsep dasar dan teori dalam ilmunya masingmasing. Setiap ilmu pasti memiliki konsep dan teori yang menjelaskan hubungan antara berbagai konsep. Sedangkan pada pendidikan program magister (S2) mahasiswa diajak memahami perkembangan teori, apa yang membedakan teori satu dengan teori lainnya, dan apa perubahan yang terjadi pada teori yang terbaru dengan teori sebelumnya. Oleh karena itu, dengan asumsi tersebut, para dosen yang bergelar doktorlah yang dianggap memahami dan menguasai teori dalam bidang ilmunya. Meskipun tidak menutup kemungkinan, bahwa yang tidak bergelar doktor juga bisa memahami dan menguasai teori-teori sesuai dengan bidang ilmunya masingmasing jika ada kemauan, karena pada hakikatnya setiap orang bisa belajar sendiri. Hal yang tidak kalah penting dalam pendidikan akademik, adalah kemampuan membangun pemikiran secara ilmiah yang konsisten dengan paradigma yang dipilih. Kemapuan membangun pemikiran ilmiah ini akan tampak dalam penelitian-

TANTANGAN UNESA HADAPI SERBUAN DOSEN ASING

20

| Nomor: 117 Tahun XIV - Mei 2018 |

penelitian juga harus terus diperbaharui, karena teori juga mengalami perubahan dan perkembangan. Teori merupakan bagian penting dalam pendidikan tinggi, khususnya perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik (academic education), karena setiap permasalahan harus bisa dijelaskan dengan teori, atau dibangun menjadi suatu teori. Oleh karena itu, pemahaman dan penguasaan teori menjadi bagian yang “wajib� atau keharusan bagi setiap dosen, karena dengan teori setiap fenomena bisa dijelaskan dari sisi sebab-akibat, dan bisa diprediksi dampak apa yang akan ditimbulkannya. Memahami suatu teori bukanlah suatu hal yang mudah, dan belum tentu semua dosen bisa memahami teori sendiri tanpa dibimbing oleh orang yang telah benar-benar menguasai teori tersebut (pakar). Penguasaan teori ini akan terlihat jelas pada tingkat pendidikan program doktor, karena

Majalah Unesa


KOLOM REKTOR penelitian yang dilakukan oleh para dosen maupun karya ilmiah yang dihasilkan. Di antara tujuan penelitian tersebut adalah mendeskripsikan, mengeksplorasi, dan menjelaskan suatu fenomena alam maupun sosial. Kemampuan mendeskripsikan secara akurat, runtut, dan komprehensif juga merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Karya-karya ilmiah dalam bidang antropologi lebih banyak mendeskripsikan suatu fenomena, tetapi deskripsi yang akurat, runtut, dan komprehensif, serta secara jelas hubungan sebab akibatnya (lihat karya Clifford Geertz, Oscar Levis). Kemampuan melakukan eksplorasi berkaitan dengan kemampuan membangun pemikiran sejak awal, yaitu kemampuan bertanya secara runtut dan mendalam, serta komprehensif. Kemampuan bertanya ini mengindikasikan kemampuan berpikir, karena berpikir diawali dari bertanya. Pengetahuan apa dan seperti apa sangat ditentukan oleh apa yang ditanyakan dan bagaimana cara menanyakan. Pengetahuan deskriptif, pengetahuan prosedural, atau pengetahuan kausalitas sangat ditentukan oleh bagaimana cara kita bertanya. Pertanyaan dengan kata tanya apa (what) akan menghasilkan pengetahuan deskriptif, juga bisa menghasilkan pengetahuan filosofis. Pertanyaan dengan kata tanya bagaimana (how) akan menghasilkan pengetahuan prosedural. Dan, pertanyaan dengan kata tanya mengapa (why) akan menghasilkan pengetahuan sebab akibat. Oleh karena itu, pertanyaan sebenarnya merupakan awal dari lahirnya pengetahuan, dan menjadi bagian penting dalam dunia akademis. Sebagaimana yang dikatakan oleh Jammes, E. Ryan Dean of Harvard’sGraduate School of Education: “whether we’re in the boardroom or the classroom, we spend far too much time and energy looking for the right answer. But the truth is that questions are just as important as answers, often more so. If you ask the wrong question, for instant, you’re guaranteed to get the wrong answer. A good question on other hand, inspires a good answer and, in the process , invites deeper understanding and more meaningful conection between people”.

Dalam penelitian, kemampuan membuat pertanyaan juga sangat menentukan kualitas penelitian yang dihasilkan. Pertanyaan penelitian (rumusan masalah) merupakan bagian dari paradigma berpikir, karena rumusan masalah akan berkaitan dengan fakta, teori, dan metode penelitian yang digunakan. Rumusan masalah merupakan hasil analisis terhadap kesenjangan antara fakta dengan teori (theoritical gap) yang sangat tergantung pada bacaan dan kemampuan analisis peneliti. Kemudian rumusan masalah ini juga yang akan membimbing metode penelitian yang didalamnya ada gambaran data apa dan bagaimana cara mencari data, serta bagaimana analisis yang dilakukan untuk menarik kesimpulan. Berikutnya ketika tujuan penelitian dimaksudkan untuk melakukan penjelasan (explanation) selain dibutuhkan penguasaan teori juga dibutuhkan kemampuan membedakan antara sebab dan akibat, serta menjelaskan hubungan sebab akibat tersebut. Kemampuan melihat hubungan sebab akibat ini merupakan bagian dari kemampuan menjawab pertanyaan mengapa (why), yang sekaligus merupakan esensi dari suatu teori, karena teori pada hakikatnya merupakan penjelasan hubungan sebab akibat antara berbagai fenomena. Kompetensi merumuskan suatu proposisi (pernyataan hubungan sebab akibat yang bisa dibuktikan kebenarannya) inilah yang menjadi salah satu kompetensi pada jenjang pendidikan doktor. Jika kita bertolak dari asumsi di atas, harus kita sadari bahwa dosen di Unesa masih perlu ditingkatkan baik secara kuantitas maupun kualitas. Dari sisi kuantitas, dosen yang bergelar doktor masih kurang dari 50 persen. Dosen Unesa yang bergelar doktor baru sekitar 30 persen. Begitu juga jumlah guru besar Unesa masih kurang dari 10 persen. Dari data ini, tentu Unesa masih kalah bersaing dengan yang berasal dari luar negeri. Dibandingkan dengan Malaysia, misalnya, rata-rata pendidikan dosen di Unesa masih di bawah Malaysia, karena dosen di Malaysia rata-rata sudah bergelar doktor. Begitu juga jumlah guru besarnya, peningkatannya sangat lamban, bahkan

Majalah Unesa

terjadi penurunan, karena jumlah guru besar yang pensiun lebih banyak daripada guru besar baru. Begitu juga jika dilihat dari publikasi ilmiahnya. Meskipun saat ini sudah ada peningkatan jumlah publikasi internasional di Unesa. Bahkan peningkatannya sangat besar, karena sebelumnya jumlah karya ilmiah dosen di Unesa masih sangat sedikit. Jumlah publikasi dosen Unesa yang masuk dalam jurnal internasional terindeks scopus mengalami peningkatan yang signifikan, dari 39 pada tahun 2015, pada tahun 2016 ada 45, tahun 2017 ada 82, dan pada tahun 2018 ada 290 jumlah publikasi. Selain yang terindek di scopus publikasi yang terindeks di web of science juga mengalami peningkatan, yaitu dari 24 pada tahun 2015, pada tahun 2016 sebanyak 26, pada tahun 2017 ada 43, dan pada tahun 2018 ada 101 publikasi. Meskipun demikian, belum semua dosen memiliki satu publikasi internasional dalam satu tahun. Bahkan, ada beberapa dosen yang lebih dari sepuluh tahun tidak naik pangkat atau jabatan, karena tidak memiliki publikasi ilmiah. Masih sedikitnya publikasi ilmiah di jurnal internasional dari para dosen menyebabkan peningkatan guru besar juga sangat lamban, karena salah satu syarat untuk menjadi guru besar adalah memiliki karya ilmiah yang terpublikasi di jurnal internasional yang terindek. Kondisi seperti ini harus menjadi tantangan Unesa, khususnya para dosen untuk meningkatkan kompetensinya baik melalui pendidikan S3 maupun melalui peningkatan penelitian dan publikasi di jurnal-jurnal internasional. Memang untuk menghasilkan tulisan yang bisa dimuat di jurnal internasional, dibutuhkan penelitian yang “serius” dengan memperhatikan kaidah-kaidah akademik. Di sisi lain, untuk menghasilkan penelitian yang baik, menuntut budaya literasi yang tinggi. Dengan semakin meningkatnya publikasi di jurnal internasional, secara tidak langsung akan membawa dampak peningkatan jumlah guru besar, karena para doktor yang sudah memiliki publikasi internasional terindek scopus memiliki kesempatan untuk mengajukan guru besar. Oleh karena itu, untuk menghadapi serbuan dosen asing yang bisa dilakukan adalah meingkatkan mutu dosen. n

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

21


INSPIRASI

ALUMNI

KARIER: Sulaiman, S.Pd, M.Pd mengangkat karikatur cinderamata dari kegiatan seminar dan pelatihan di Universitas Trunojoyo. Mengawali karier sebagai guru SMP, Sulaiman berhasil meniti sukses sebagai Dekan FIP UTM selama dua pereode.

KIPRAH SULAIMAN, ALUMNI IKIP SURABAYA, SANG DEKAN FIP UNIVERSITAS TRUNOJOYO

AWALI KARIER DARI GURU SMP

MENGAWALI KARIER SEBAGAI GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA, SULAIMAN BERHASIL MELAMBUNGKAN JALUR KARIERNYA DI UNIVERSITAS TRUNOJOYO DI BANGKALAN, MADURA. BERKAT KEULETAN DAN PRESTASINYA, DIA PUN DIPERCAYA SEBAGAI ORANG NOMOR SATU DI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DI KAMPUS NEGERI UTM TERSEBUT.

U

nesa yang dulu bernama IKIP Surabaya telah memiliki ribuan alumni yang bertebaran di seluruh Indonesia dengan berbagai profesi. Salah satu alumni yang terbilang sukses adalah Sulaiman, S.Pd, M.Pd, Alumni S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas

22

Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) IKIP Surabaya angkatan 1995 dan S2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pascasarjana angkatan 2005 yang kini menjadi Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Trunojoyo Madura (FIP UTM). Bahkan, baru-baru ini alumni yang lulus IKIP Surabaya pada tahun 1995 dan S2 lulus pada tahun 2015

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

Majalah Unesa

berhasil menjadi dosen teladan di UTM pada tahun 2012. Seperti apa kiprahnya? Berikut bincang-bincang Reporter Majalah Unesa dengan Sulaiman melalui Chat Whatsapp beberapa waktu lalu. Bagaimana pengalaman Bapak selama kuliah di IKIP Surabaya (Red, Unesa)?


INSPIRASI ALUMNI Pengalaman yang saya dapatkan sangat berharga. Sebagai anak desa yang tumbuh dari keluarga kecil, awalnya saya tidak membayangkan bisa melanjutkan perkuliahan di IKIP Surabaya. Maklum, saat itu sebagian besar lulusan SMA atau sederajat di desa saya lebih banyak mencari kerja di perusahaan-perusahaan, bahkan ada yang langsung menikah. Tetapi, tidak sedikit yang tidak melanjutkan ke SMA cukup sampai SMP saja. Banyak hal yang saya pelajari ketika masih menjadi mahasiswa di IKIP Surabaya. Saya aktif di beberapa organisasi, bersosialisasi dengan masyarakat kota sampai seluk beluk kehidupan dan peradabannya. Dan, yang utama saya bisa belajar dan mengembangkan keilmuan saya di bidang bahasa dan sastra Indonesia di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Bagaimana dengan dosendosen selama kuliah di IKIP Surabaya (Red, Unesa)? Alhamdulillah, saya diasuh oleh dosen-dosen yang hebat. Mereka di antaranya adalah Prof. Dr.Suripan Sadi Hutomo (Almarhum), Prof. Dr.Leo Idra Ardiana (Almarhum), dan para dosen muda kala itu yang

tidak hanya sebagai dosen tetapi juga sebagai teman diskusi dan kegiatan kemahasiswaan. Seperti Prof. Bambang Yulianto (Dekan FBS Unesa), Prof. Suyatno, Pak Syamsul Shodik, dan Pak Adi Sampurno (Almarhum). Selain itu, dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan saya juga dipertemukan dengan para senior hebat seperti Mas Nadjid dan Mas Jack Parmin serta PD III saat itu (Drs. Bahuddin) yang luar biasa perhatiannya pada mahasiswa. Ikut organisasi apa saja selama kuliah di IKIP Surabaya? Saya selain kuliah, juga aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan. Di antaranya, HMJ PBSI (Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia), SENAT Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS), SENAT IKIP Surabaya, dan Teater Institut. Di IKIP Surabaya masuk Jalur apa? (Berupaya mengingat-mengingat). Saya dulu masuk IKIP Surabaya melalui Jalur Tes. Saya masuk IKIP Surabaya tahun 1990 dan lulus 1995. Jadi, 4 tahun persis saya selesaikan

kuliah. Kemudian, saya melanjutkan S2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Pascasarjana Unesa pada tahun 2002 dan lulus 2005. Setelah lulus dari IKIP Surabaya, langsung mendapatkan pekerjaan atau masih mencari-cari? Alhamdulillah, begitu lulus kuliah S1, saya langsung bekerja di SMP Islam Manbaul Ulum Gresik dan SMA YPI Darussalam Cerme mulai tahun 1995 sampai 2006. Selain mengajar di SMP dan SMA itu, saya melanjutkan studi di Pendidikan Bahasa dan Sastra, Pascasarjana Unesa pada tahun 2002 dan lulus tahun 2005. Kemudian, saya lanjut menjadi dosen tetap di Universitas Trunojoyo Madura sejak 1 April 2006 sampai sekarang ini. Lalu, saat ini saya berstatus dosen tetap di Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, FIP UTM. Sebagai dosen seperti halnya dosen pada umumnya, saya hanya melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat. Itulah tugas pokok yang harus saya laksanakan. Di sampinng itu, saya sekarang ini selain jadi dosen pada umumnya, saya diberi amanah dengan tugas tambahan di Fakultas Ilmu Pendidikan UTM menjadi Dekan FIP UTM. Menjadi Dekan FIP UTM sudah berapa periode? Alhamdulillah, saya sekarang ini sudah dua kali menjabat menjadi Dekan FIP UTM. Pertama, masa periode 2013 -2017 dan kedua, periode 2017-2021. Apa saja penghargaan yang sudah didapatkan baik personal maupun lembaga?

MOU: Sulaiman (dua dari kiri) saat mewakili lembaga yang dipimpinnya melakukan kerja sama dengan universitas luar negeri.

Majalah Unesa

Selama di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UTM, alhamdulillah saya mendapatkan penghargaan yaitu Dosen Teladan ke-3 Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Tahun 2012.

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

23


INSPIRASI

ALUMNI

Sebagai alumni IKIP Surabaya, bagaimana kiprah Bapak mewarnai pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan UTM? Tentu, dengan sepenuhnya tenaga, kiprah sebagai alumni IKIP Surabaya telah diimplementasikan sejak menjadi guru maupun setelah menjadi dosen di FIP UTM. Dan, telah ikut mewarnai pendidikan di FIP UTM. Sebagai Dekan FIP UTM, saya memiliki peluang yang besar untuk turut serta mewarnai pendidikan di Fakultas, mulai dari penyusunan kurikulum, proses perkuliahan, hingga evaluasi pembelajaran. Di samping itu, saya juga membuat kebijakan untuk pembelajaran Daring, sehingga informasi dan transfer pengetahuan ke mahasiswa dapat dilakukan seluas-luasnya. Dan mahasiswapun memiliki kesempatan seluas-luasnya mendapat pengetahuan atau materi perkuliahan baik secara langsung maupun tidak langsung.

pula hasil dari sistem pendidikan kita. Bagaimana pun keteladanan adalah hal yang utama dalam proses pendidikan.

Bagaimana Bapak melihat pendidikan sekarang?

Bagaimana dengan Unesa sekarang?

Menurut saya, pendidikan adalah hal yang utama bagi kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan harus menjadi prioritas bagi pembangunan tanpa harus mengenyampingkan sektor-sektor lainnya. Dan, untuk memajukan pendidikan tidak hanya dengan mengubah kurikulum dan melengkapi sarana dan prasarana saja, yang lebih penting adalah memberikan perhatian yang besar terhadap pembangunan sumber daya manusia. Bahkan, unsur SDM inilah yang kurang mendapatkan perhatian serius, seolah pendidikan hanya tanggung jawab guru/dosen belaka. Padahal, SDM yang dimaksudkan selain guru/dosen adalah orang tua, masyarakat, dan penguasa atau pembuat kebijakan. Kalau unsur-unsur tersebut memiliki sikap yang penuh perhatian dengan memberikan teladan yang baik bagi pembelajar maka akan baik

Saya rasa, Unesa sekarang mengalami perkembangan luar biasa. Bagi saya berdasarkan perbandingan ketika saya masih menjadi mahasiswa (dulu IKIP Surabaya/1990) dan sekarang ini. Unesa telah memiliki dua kampus yang cukup besar yaitu kampus Ketintang dan Lidah Wetan. Adapun, perubahan nama dari IKIP Surabaya menjadi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) juga membawa dampak yang luar biasa, terutama dengan pembukaan prodi-prodi non pendidikan. Banyaknnya mandat atau penugasan program nasional yang diberikan ke Unesa merupakan bukti bahwa Unesa menjadi lembaga penyelenggara pendidikan yang terpercaya. Hal ini semakin kuat dengan diperolehnnya Akreditasi Institusi A dari BAN PT.

24

AKTIVITAS: Sulaiman melakukan kegiatan penerimaan mahasiswa baru di kampus yang dipimpinnya.

Terakhir, harapan Bapak terhadap Unesa?

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

Majalah Unesa

Saya berharap Unesa terus menjadi lembaga pendidikan yang menghasilkan lulusan yang profesional dan memiliki kegigihan dalam memajukan pendidikan di Indonesia. n (SH)

BIODATA SINGKAT NAMA LENGKAP Sulaiman, S.Pd., M.Pd. JABATAN FUNGSIONAL Lektor Kepala NIP 197102112006041001 NIDN 0011027108 TEMPAT & TGL LAHIR Gresik, 11 Februari 1971 E-MAIL lieeman21@gmail.com TELEPON/HP 08121660557 ALAMAT KANTOR Jl. Raya Telang Po Box 2, Kamal NOMOR TELEPON 031-3011146, Fax. 031-3012391


SEPUTAR UNESA

HARDIKNAS, UNESA RILIS BUKU LINGKUNGAN HIDUP

PELUNCURAN: Dr Ketut Prasetyo (kiri) dan Drs Hariyanto MS (tengah) saat menjadi pemateri utama dalam acara Peluncuran dan Diskusi Buku Pendidikan Lingkungan Indonesia Dasar Pedagogi dan Metodologi di Auditorium Gedung Rektorat Unesa Kampus Lidah Wetan, Rabu (2/5). AROHMAN

M

asalah pendidikan lingkungan masih kurang menjadi perhatian di Indonesia. Sebagai buktinya, tiga pilar internasional pembelajaran pendidikan lingkungan, baik pendidikan tentang lingkungan (education about environment), pendidikan di/ dari lingkungan (education in/from environment) maupun pendidikan untuk lingkungan (education for environment) yang seharusnya diterapkan secara sinergis dan tertintegrasi, masih sedikit dibicarakan di Indonesia. Melihat pentingnya masalah lingkungan tersebut, dua dosen Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Dr Ketut Prasetyo dan Drs Hariyanto MS merilis buku Pendidikan Lingkungan Indonesia Dasar Pedagogi dan Metodologi. Bertepatan dengan Hari Pendidikan

Nasional, buku terbitan Rosdakarya tersebut kemarin dibedah sekaligus dilaunching di Auditorium Gedung Rektorat Unesa Kampus Lidah Wetan, Rabu (2/5). “Saat ini lingkup implementasi pendidikan lingkungan hanya berputar di sekitar dinding sekolah. Pendidikan lingkungan lebih dimaknai sebagai bagaimana menanamkan kesadaran kepada peserta didik untuk menjaga lingkungan agar tetap asri dan bersih,” ujar Ketut Prasetyo. Lebih lanjut, pria yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unesa tersebut menjelaskan bahwa pendidikan lingkungan di Indonesia belum banyak menjangkau upaya menanamkan sikap kritis terhadap situasi lingkungan nasional, apalagi lingkungan global, serta menanamkan kepekaan dan mengembangkan keterampilan untuk

Majalah Unesa

memecahkan masalah lingkungan. Sementara itu, Drs. Hariyanto, MS menandaskan, “Melalui buku ini kami mencoba membuka semua perspektif pendidikan lingkungan termasuk pengalaman perencanaan dan implementasinya, khususnya di Indonesia,” tandasnya. Keunikan buku ini selain secara gamblang dan lengkap menguraikan tentang pendidikan lingkungan yang merupakan praktik pendidikan di sejumlah negara (termasuk di Indonesia) juga melampirkan perundang-undangan yang berlaku dan terkait dengan lingkungan. Hadir dalam Peluncuran dan Diskusi Buku ini kemarin, antara lain, Rektor Unesa Prof. Warsono, MS, sejumlah undangan dari perwakilan Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur. n MAN

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

25


GURU

BESAR PROF. TUKIRAN, KETUA PUSAT RISET DAN PENGUATAN INOVASI LPPM UNESA

LANGGANAN JURI PIMNAS, INGIN PKM UNESA MENINGKAT PROF. DR. TUKIRAN,M.SI –DEMIKIAN NAMA LENGKAPNYA, MENGAWALI KARIER SEBAGAI DOSEN DI UNESA (DULU, IKIP SURABAYA) MELALUI BEASISWA TUNJANGAN IKATAN DINAS (TID). IA SUDAH MENGABDI SEJAK TAHUN 1993 HINGGA SEKARANG. SAAT INI, IA DIPERCAYA MENJADI KETUA PUSAT RISET DAN PENGUATAN INOVASI LPPM UNESA. SELAIN ITU, IA JUGA KERAP MENJADI LANGGANAN JURI PEKAN ILMIAH MAHASISWA NASIONAL (PIMNAS).

D

DIKUKUHKAN: Prof. Dr. Tukiran,M.Si (kanan) saat dikukuhkan sebagai guru besar FMIPA Unesa.

ua tahun setelah mengajar, pada tahun 1995 hingga 1997, ia melanjutkan studi S2 di ITB. Selanjutnya, pada tahun 2000 melanjutkan S3 di ITB juga. Beliau juga sempat mengikuti sandwich program di Kyushu, Fukuoka Jepang tahun 2001 untuk mempercepat masa studi. Bidang keahlian yang ditekuni adalah kimia bahan alam dan juga memiliki pengetahuan dan pengalaman penelitian di bidang kimia farmasi dan pendidikan kimia. Pengalaman studi, penelitian, publikasi ilmiah pada jurnal nasional

26

dan internasional serta berbagai kegiatan seminar yang dilakukan Tukiran turut mempermudah dan memperlancar pengusulan menjadi guru besar. Ia bahkan tercatat menjadi guru besar dengan usia yang relatif masih muda. Tak ayal, pengalaman dalam penelitian ilmiah itu membuat Tukiran menjadi langganan juri Pimnas. Menurut Tukiran, juri merupakan salah satu bentuk kepakaran yang dimiliki dosen atau profesi lain untuk melakukan penilaian dan/atau evaluasi secara adil, cerdas, transparan serta bertanggung jawab terhadap presentasi, poster dan produk karya

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

Majalah Unesa

kreatif mahasiswa. “Keanggotaan dan susunan tim juri Pimnas ditetapkan melalui surat keputusan Dirjen Dikti Kemdikbud (sekarang Kemenristekdikti),” terangnya. Menjadi juri Pimnas, terang Tukiran, sesungguhnya tidaklah sulit. Artinya, semua dosen baik di PTN maupun PTS memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi Juri Pimnas. Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Ditbelmawa), mensyaratkan pernah berpengalaman menjadi dosen pendamping/pembimbing PKM 5 Bidang dan PKM Karya Tulis (AI dan GT). “Itu sudah bisa menjadi Juri


GURU BESAR Pimnas, tapi ya jangan hanya sekali saja,” pinta Tukiran Selain menjadi juri pimnas, Tukiran terlibat dalam tim penalaran jurusan, fakultas hingga universitas serta dilibatkan sebagai narasumber dalam berbagai kegiatan workshop PKTI (Pelatihan Karya Tulis Ilmiah) Unesa di Bumimoro. Tentu, semua itu merupakan pengalaman yang mewarnai perjalan karier Tukiran. Bahkan, sejak tahun 2016 hingga sekarang ia dipercaya menjadi Juri Pimnas di Bogor, Makassar dan insya allah tahun ini, di Jogjakarta. Kiat Meraih Medali di Pimnas Dasar penilaian Pimnas sudah sangat jelas tertuang dalam pedoman PKM. Pertama, harus lolos dulu menjadi peserta Pimnas. Ini tidak gampang karena pada tahap ini banyak yang gugur khususnya ketika dilakukan penilaian monev karena banyak yang tidak mampu memenuhi item penilaian, yaitu Ketercapaian Target Luaran (Permasalahan, ketepatan solusi, kesesuaian jenis dan jumlah luaran, kesesuaian dengan LogBook) dan Potensi Khusus (Artikel Ilmiah, Peluang Paten, Peluang Komersial, Keberlanjutan program) dengan baik. “Jika ingin lolos menjadi peserta pimnas, usahakan setidaknya pekerjaan PKM sudah mencapai 8590%,” paparnya. Menurut Tukiran, ada beberapa kriteria dalam menetapkan peserta Pimnas yang lolos. Pertama yang dinilai adalah proposal, laporan kemajuan dan mutu hasil pelaksanaan PKM (nilai ketika monev). Pada tahap monev inilah yang cukup menentukan karena laporan kemajuan, logbook, dan produk dan/atau luaran kegiatan (seperti persiapan artikel, persiapan penilaian. Kedua, Nilai calon peserta Pimnas dihitung dengan rumus sebagai berikut: NA = 0.3*NP + 0.2*NLK+0.5*NM NA adalah Nilai akhir calon peserta Pimnas, NLK adalah Nilai Laporan Kemajuan NP adalah Nilai Proposal, NM adalah Nilai MONEV (nilai pemantauan dan evaluasi)

Terkait PKM di Unesa, sudah ada langkah-langkah dan program yang diatur, disiapkan dan dikondisikan. Ia merasa cukup bisa mengantarkan ke Pimnas dan buktinya bisa meraih medali emas dan perak di tahun 2017 kemarin. Ketiga, Penetapan peserta Pimnas dilakukan melalui rangking berdasar atas NA dan kategori yang sudah ditetapkan oleh Panitia Pusat Direktorat. Dan keempat, Sementara, peserta Pimnas PKM GT ditetapkan oleh Ditbelmawa berdasarkan nilai artikel. Terkait PKM di Unesa, sudah ada langkah-langkah dan program yang diatur, disiapkan dan dikondisikan. Ia merasa cukup bisa mengantarkan ke Pimnas dan buktinya bisa meraih medali emas dan perak di tahun 2017 kemarin. Ketika sudah dinyatakan lolos sebagai peserta Pimnas, Unesa sudah mengambil langkah untuk melakukan karantina bagi peserta tadi. Dan, mereka di sana dilatih untuk simulasi seakan betul-betul yang bernuansa Pimnas. Di sini, mereka dilatih bagaimana cara pemaparan yang meliputi sistematika penyajian dan isi, kemutakhiran alat bantu, penggunaaan bahasa yang baku, cara dan sikap presentasi dan ketepatan waktu serta cara berdiskusi. Dari sisi lain, sebenarnya Unesa sudah cukup mumpuni, meski kadang kelompok dari PT lain juga tidak kalah hebatnya. Tetapi, yang perlu diingat adalah bobot nilai presentasi PKM 5 Bidang adalah 60% dan sisanya nilai artikel (40%). Kemudian, presontasi penilaian PKM GT adalah 50% dari nilai presontasi dan 50% dari nilai artikel. Pada poin artikel inilah mayoritas peserta pimnas banyak yang jatuh nilainya karena tidak mengikuti gaya selingkung yang ditetapkan oleh Ditbelmawa. Jadi, kalau nilai persentasi PKM 5 Bidang dan PKM GT bagus dan sangat bagus, jangan lupa dan harus diingat dan disadari

Majalah Unesa

bahwa masih perlu ditambah dari nilai artikel ini. Sejak sistem pengklasteran yang dilakukan oleh Kemenristekdikti pada tahun 2017 yang didasarkan pada performa perguruan tinggi yang dinilai dari 4 komponen utama. Di antaranya, kualitas SDM, kualitas kelembagaan, kualitas kegiatan kemahasiswaan, serta kualitas penelitian dan publikasi ilmiah, dihasilkan 5 klaster perguruan tinggi Indonesia dengan komposisi klaster 1 berjumlah 14 Perguruan tinggi (termasuk UGM, ITB, UI, dan seterusnya), klaster 2 berjumlah 78 perguruan tinggi (termasuk UM, Unnes, Unesa, Ubaya, dan seterusnya), klaster 3 berjumlah 691 perguruan tinggi, klaster 4 berjumlah 1.989 perguruan tinggi, dan klaster 5 berjumlah 290 perguruan tinggi. Dengan sistem klaster tahun ini, ada kuota jumlah proposal PKM maksimal diatur dan dibatasi. Oleh karena itu, Unesa salah satu masuk di klaster II yang jumlah proposal PKM 5 Bidang maksimal 425 judul dan PKM KT 100 judul masing-masing. Unesa berhasil mampu meraih medali 1 emas dan 2 perak di tahun 2017. Unesa juga mendapatkan bonus untuk diizinkan mengirim 550 judul PKM 5 Bidang dan 150 judul untuk PKM KT. “Inilah sebuah prestasi dan patut disyukuri. Rasionalnya, kita tidak boleh puas diri, namun tetap dipertahankan perlu ditingkatkan di masa mendatang. Saya sangat yakin PTN/PTS lainnya juga melakukan hal yang sama bahkan lebih,” pungkasnya.n (SH)

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

27


BINCANG TOKOH

WAWANCARA DENGAN PROF. YOYOK SOESATYO, KETUA PELAKSANA PEMILIHAN REKTOR TAHUN 2018

JARING BAKAL CALON REKTOR DARI PUTRA TERBAIK UNESA TAK TERASA PERIODESASI KEPEMIMPINAN (REKTORAT) DI UNESA TAHUN 2014 - 2018 BERAKHIR DAN AKAN MEMASUKI MASA KEPEMIMPINAN TAHUN 2018 - 2022. UNTUK MENENTUKAN SIAPA PEMIMPIN UNESA LIMA TAHUN MENDATANG, TELAH DIBENTUK PANITIA PEMILIHAN YANG DIKOMANDANI OLEH PROF. H YOYOK SOESATYO. EDISI INI, MAJALAH UNESA KHUSUS BERBINCANG DENGAN SANG TOKOH.

M

asa jabatan Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) akan berakhir tahun 2018 ini. Panitia Pilrek pun telah menggelar rapat beberapa kali dalam penentukan jadwal tahapan Pilrek. Bahkan, saat ini telah menjaring lima nama bakal calon rektor yang sudah terseleksi. Dari lima nama tersebut, tiga nama akan diumumkan dan diajukan sebagai bakal calon rektor Unesa periode 2018-2022. Kelima nama bakal calon tersebut adalah Prof. Dr. Warsono, MS (FISH), Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. (FIO), Prof. Dr. Bambang Suprianto, M.T (FT), Prof. Dr. Suyono,M.Pd. (FMIPA) dan Dr. Pujiono, SE, Ak, M.Si. Bagaimana proses penjaringan tersebut, berikut bincang reporter Humas Unesa dengan Ketua Pelaksana Pemilihan Rektor Unesa, Prof. H. Yoyok Soesatyo.

28

Pilihan rektor Unesa tak lama lagi akan dilaksanakan, bagaimana persiapannya saat ini? Proses dan tahapan pelaksanaan pilrek 2018-2022 sudah berjalan sesuai jadwal dan sesuai ketentuan yang berlaku. Kita ada rujukan di Permenristekdikti dan Statuta yang berlaku di Unesa. Bisa diceritakan seperti apa prosesnya? Awalnya kami buka dulu penjaringan bakal calon rektor Unesa Periode 2018-2022. Kami memberikan kesempatan kepada akademisi terbaik dari Unesa dan Perguruan Tinggi Negeri se-Indonesia untuk mengikuti penjaringan tersebut. Setelah pengumuman penjaringan, kami buka pendaftaran, verifikasi berkas administrasi, penetapan, pengumuman bakal calon rektor, sosialisasi bakal calon rektor,

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

Majalah Unesa


BINCANG TOKOH

KETUA: Ketua Pelaksana Pemilihan Rektor Unesa, Prof. H. Yoyok Soesatyo.

penyampaian visi, misi, dan program kerja serta penilaian, penetapan 3 bakal calon Rektor Unesa oleh Senat dalam Rapat Senat tertutup, pemilihan Rektor Unesa, dan Penetapan Rektor Unesa serta Pelantikan Rektor Unesa oleh Menristekdikti. Sekarang yang sudah terjaring sebagai bakal calon rektor berapa orang? Sekarang sudah terjaring 5 bakal calon rektor. Dari kelima bakal calon tersebut, senat Unesa akan memilih tiga sebagai calon rektor pada 7 Juni 2018 yang diserahkan ke Menteri. Selanjutnya, menteri akan mencari rekam jejak dari 3 orang calon rektor tersebut. Kemudian, menteri yang menetapkan Rektor Terpilih. Siapa saja lima bakal calon rektor yang sudah terjaring itu? Bakal Calon Rektor Universitas Negeri Surabaya Periode 2018-2022 yang sudah terjaring adalah Prof. Dr. Suyono, M.Pd. dari FMIPA,

Prof. Dr. Warsono, M.S dari FISH, Prof. Dr. Bambang Suprianto, M.T dari FT, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes dari FIO, dan Dr. Pujiono, SE., Ak., M.Si dari FE. Kelima bakal calon rektor yang terjaring itu, akan dipilih 3 orang dalam rapat senat tertutup. Dulu ada karyawan, dosen, dan mahasiswa dilibatkan dalam polling, kenapa sekarang tidak ada? Dulu memang ada sosialisasi dan pemilihan dari karyawan, dosen dan mahasiswa. Sekarang tidak ada. Karena rujukannya Permenristekdikti No.19 Tahun 2017 tentang pemberhentian dan pengangkatan Rektor Perguruan Tinggi. Peraturan itu adalah salah satu rujukan yang dikeluarkan tanggal 20 Januari 2018. Untuk pemilihan pimpinan perguruan tinggi seluruh Indonesia mengunakan permenristekdikti. Untuk bakal calon rektor seperti apa kriterianya?

Majalah Unesa

Semua dosen yang mempunyai pangkat lektor kepala dan minimal pernah menduduki jabatan ketua jurusan, bisa menjadi bakal calon rektor. Bagaimana dengan suara Menristekdikti dalam pemilihan rektor? Pada Pasal 9 Ayat 3 Permenrsitekdikti No.19 Tahun 2017 tentang pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilakukan dengan ketentuan yaitu Menteri memiliki 35% hak suara dari total pemilih hadir. Sedangkan Senat memiliki 65% hak suara. Masingmasing anggota senat memiliki hak suara sama. Bagaimana harapan terkait pemilihan rektor nanti? Mari kita jalani proses ini sesuai prosedurnya. Dengan proses yang baik semoga nanti dapat dipilih rektor terbaik yang bisa memajukan Unesa. n (SH)

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

29


KABAR PRESTASI

JUARA: Ajiono dan Tessa Rachmavian berhasil meraih mahkota Juara 1 Putra dan Puteri Duta Anti Narkoba Jawa Timur 2018.

DUA MAHASISWA UNESA JUARA PUTRA - PUTRI DUTA ANTI NARKOBA JAWA TIMUR 2018 PRESTASI MEMBANGGAKAN DITOREHKAN DUA MAHASISWA UNESA DALAM AJANG PEMILIHAN PUTRA DAN PUTRI DUTA NARKOBA JAWA TIMUR 2018. AJIONO MAHASISWA ANGKATAN 2016 JURUSAN ILMU HUKUM FISH DAN TESSA RACHMAVIAN, MAHASISWI ANGKATAN 2016, JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FE BERHASIL MERAIH MAHKOTA JUARA 1 PUTRA DAN PUTERI DUTA ANTI NARKOBA JAWA TIMUR 2018 YANG BERLANGSUNG DI BG JUNCTION SURABAYA, PADA MINGGU (29/04/2018) LALU. MEREKA BERHASIL MENGALAHKAN PESERTA LAIN DARI PERWAKILAN SE-JAWA TIMUR.

A

jiono, mahasiswa jurusan Ilmu Hukum FISH Unesa yang berhasil menjadi juara 1 putra mengatakan, awalnya ia mendapatkan informasi pemilihan duta anti narkoba

30

dari teman kerabat di jurusan PPKN. Karena tertarik, ia pun segera mengikuti ajang tersebut. Ia mengaku awalnya hanya ingin mencoba mengikuti ajang kompetisi tersebut karena memang tertarik dengan ajang kompetisi Pemilihan

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

Majalah Unesa

Duta Anti Narkoba Jawa Timur. Setelah mengikuti ajang tersebut, ternyata ia berhasil maju ke babak 50 besar/25 pasang cowok dan cewek semifinal pemilihan Duta Anti Narkoba Jawa Timur. Setelah itu melaju ke babak 30 Grand Final,


KABAR PRESTASI TENTANG AJIONO TEMPAT, TANGGAL LAHIR Tuban, 6 Maret 1998 PENDIDIKAN Semester IV ,S1 Ilmu Hukum Angkatan 2016 PRESTASI Delegasi Unesa MCC Mahkamah Konstitusi Tingkat Jawa Timur (2017) Juara 1 Putra Duta Anti Narkoba Jawa Timur 2018

dan diambil 3 pasangan untuk memperebutkan juara 1, 2 dan 3 Duta Anti Narkoba Jawa Timur. Selama mengikuti pemilihan Duta Anti Narkoba, laki-laki kelahiran Tuban 6 Maret 1998 itu pun harus menjalani karantina. Keikutsertaan Ajiono di kompetisi Pemilihan Duta Anti Narkoba mendapat dukungan dari keluarga dan teman-temannya. Ia mengaku dengan keikutsertaan itu, ia ingin menjadi manusia yang bermanfaat dengan mendedikasikan diri untuk melawan penyalahgunnaan Narkoba.”Sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi manusia lain,” ujarnya Saat babak penyisihan hingga terpilih menjadi Putra Duta Anti Narkoba Jawa Timur, Ajiono banyak mendapatkan pengalaman bertemu dengan orang-orang hebat. Ia juga mendapatkan pengetahuan baru tentang Narkoba, Pencegahan, dan Penyalahgunaan Narkoba dan juga memberikan pelatihan-pelatihan bagaimana menjadi seorang duta yang luar biasa. Ajiono mengaku sangat senang sudah terpilih menjadi Putra Duta Anti Narkoba Jawa Timur 2018. Duta Anti Narkoba Jawa Timur ini merupakan suatu kebanggaan bagi dirinya. Oleh karena itu, ia bersyukur tiada batas kepada Allah SWT atas karunia tersebut. Ia mengakui bahwa prestasi tersebut juga merupakan tantangan dan persaingan baru bagi dirinya. “Sebagai seorang Putra Duta Anti Narkoba Jawa Timur, saya harus

bisa memberikan contoh yang baik di masyarakat Jawa Timur. Semoga bisa menjalankan tugas dengan baik sampai masa akhir jabatan dan bisa membantu untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba,” harapnya. Sementara itu, Tessa Rachmaviani, mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi FE Unesa berhasil menjadi juara 1 dalam gelaran Grand Final Pemilihan Duta Anti Narkoba Surabaya 2018. Mahasiswa semester IV ini mampu menyisihkan 14 finalis putri lainnya dari berbagai perguruan tinggi di Jawa Timur. Keseluruhan finalis ini sebanyak 15 putra dan 15 putri yang sebelumnya menyisihkan 119 total peserta. Penampilan Tessa kali ini memang cukup meyakinkan. Ia tidak hanya jago berlenggak-lenggok saja, namun mampu menjawab pertanyaan juri dengan cerdas dan tenang. Jadilah gelaran ini membuat ia dinobatkan sebagai Duta Antinarkoba Provinsi Jawa Timur Angkatan IX. TIDAK MENYANGKA JUARA 1 Sementara itu, Tessa Rachmavian menyampaikan bahwa awalnya mendapatkan informasi pemilihan Duta Anti Narkoba Jawa Timur 2018 dari Instagram. Sebenarnya sudah lama tertarik dengan pemilihan ini sejak tahun lalu, juga pernah melihat poster di mading fakultas walaupun saya banyak tugas yang harus diutamakan. Sampai menunda untuk mendaftar bahkan pernah maju mundur jadi daftar atau tidak. Dia baru memutuskan mendaftar H-2 sebelum pendaftaran ditutup. Walaupun daftar mendekati penutupan pendaftar, tapi saya sudah baca panduan seleksinya jauhjauh hari, bahkan materi pun tentang narkoba sudah mempelajarinya sekitar 1 minggu sebelum mengikuti tes tulis. Walaupun, sibuk dengan banyak tugas , dia tetap menyempatkan waktu untuk baca tentang narkoba saat pembelajaran berlangsung di kelas. Bahkan, ada temannya yang persentasi. Saat itu, dia tidak dengerin (hehe) justru baca panduan pemilihan duta anti narkoba dan

Majalah Unesa

materinya. Lalu, menurut dia sangat menarik, dari situ dia mengetahui bahwa benar-benar Narkoba ini extra ordinary and well organized crime yang dampaknya adalah loss generation atau kehilangan generasi penerus bangsa. Lalu, Tessa menambahkan bahwa selama tahap seleksi dan karantina dilaksanakan auditorium Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Serta, seleksi pemilihan Duta Anti Narkoba Jawa Timur ini dibagi beberapa tahap. Diantaranya, tahap pertama adalah tes tulis dan Focus Group Discussion (FGD). Selama tahap pertama dia mengatakan bahwa merasa tidak terlalu berat karena sebelumnya dia pernah belajar sampai curi-curi waktu baca saat di pembelajaran berlannngsunng di kelas. Jadi, tidak sia-sia sama sekali (hehe) karena setidaknya dia pernah membaca materi sebelumnya. Kemudian, tahap FGD dia mulai pesimis. Karena disaat itu dia pernah tidak kebagian soal rebutan. Dia selalu kalah cepat. Bahkan, dia pernah berpikir seperti “Saya tidak mungkin lanjut ke babak selanjutnya ini”. Ternyata saat pengumuman untuk 50 besar/25 pasang semifinal. Akhirnya, nama dia disebut masuk babak selanjtnya yang di urutan ke24. Apalagi ini, benar-benar tidak menyangka bisa lolos. Alhasil, dia berhasil lolos tahap 1 dilanjutkan ke tahap selanjutnya yang tidak menyangka bisa lolos. Lalu, dia menceritakan sebuah cerita yang unik ditemui di tahap ke-2 yaitu babak semifinal menyampaikan bahwa babak semifinal mulai dari presentasi kelompok yang berdasarkan studi kasus yang diberi waktu untuk program kerja inovatif dan solusinya. Kemudian, presentasi individu dengan diberi target sosialisasi ke beragam kalangan, dalam pembuatan media presentasinya dibebaskan. Bahkan, dia pernah tidak tidur sama sekali dengan mempersiapkan PPT sampai pukul 24.00 dengan memikir lagi, “Kalau pakai PPT saja apa bedanya dengan lainnya?”

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

31


KABAR

PRESTASI

Kemudian, dia teringat pernah menempuh mata kuliah aplikasi komputer dan media pembelajaran. Di situ awalnya dia sudah di tempat tidur, langsung bangun ambil laptop lagi dengan buat presentasi pakai powtoon yang saya tata sendiri satu persatu animasinya (video tersebut ada di Youtube dia yang berjudul “Tessa Rachma) dan dikira pukul 03.00 pagi bisa selesai. Ternyata baru selesai terupload itu sekitar pukul 06.15 pagi dengan kondisi dia tidak tidur. Jam sudah 06.30 saya harus berangkat karena acaranya dimulai pukul 07.00 WIB,” Jelas Tessa. “Jadi, 15 menit itu benar-benar saya manfaatkan secepat kilat untuk mandi, make up juga harus on. Hehe. Alhamudlillah, hasil kerja keras menyiapkan media itu saat persentasi dewan juri yang banyak tertarik bahkan setelah selesai temanteman semifinalis langsung banyak yang bertanya ke saya, bagaimana membuatnya? Hehe. Disisi lain, interviewnya lebih ke pertanyaan tentang kemampuan dan personality. Alhamdulillah, masih bisa diberi usaha lagi untuk lanjut sebagai 30 Grand finalis dan resmi jadi bagian dari granat,” jelasnya. Kemudian, babak tahap 3 dilakukan di karantina selama dua hari. Hari pertama materi tentang narkoba baik dari sisi medis, sisi hukum dari Polda Jatim, Narkoba dari BNN P Jatim, dan Public Speaking. Dan hari kedua penyampaian materi tentang wawasan sebagai duta yang baik dari senior duta anti narkobba Jatim tahun sebelumnya. Sedangkan, yang paling melelahkan adalah materi grooming dan koreografi itu mengajari tentang cara merawat diri, cara berjalan, cara bersikap sebagai duta nantinya. Tetapi apa yang disampaikan selama dua hari karantina itu sangat bermanfaat bagi nya. Kemudian, telah melewati beberapa tahap mulai dari pendaftaran sampai masuk ke babak semifinal dengan tidak menyangka bisa lolos ke babak selanjutnya yaitu parade 30 grand finalis yang busana batik. Grand final ini dilaksanakan

32

Saat babak grand final pun saya masih melakukan hal yang sama, di detik-detik pengumuman itu saya hanya bisa baca sholawat saja. Saya tidak bermimpi menjadi juara 1 kalau pun menang, sebenarnya prediksi saya mungkin juara tiga atau dua saja.

pada hari Minggu, 29 April 2018 bertempat di atrium L2 BG JUNCTION Surabaya. Lalu, awal acaranya mulai fashion show yang salah satu perkenalan sekaligus pembacaann prestasi individu. “Di sisi lain, saya dan 4 finalis dari Unesa lainnya merasa cukup minder dengan peserta dari universitas tetangga yang prestasinya luar basa hingga ke luar negeri. Sedangkan, kami hanya prestasi jago kandang dalam Unesa saja (sambil senyum “hehe”). Berharap ke depan bisa semakin banyak panggung untuk kita mahasiswa Unesa mengikuti ajang di dalam dan luar negeri tentunya. Aamin,” ucapnnya. “Sebenarnya, sejak awal mengikuti pemilihan ini, awalnya melihat backdrop yang banner besarnya yang ada dipikiran saya itu. Bahkan, saya tidak pernah bermimpi sejauh ini. Alhasilnya,hati saya tidak bisa berhenti sholawat terus tiap liat tulisan duta anti narkoba Jatim. Saat lihat slempang kakak senior duta,” ujarnya. Saat babak grand final pun saya masih melakukan hal yang sama, di detik-detik pengumuman itu saya hanya bisa baca sholawat saja. Saya tidak bermimpi menjadi juara 1 kalau pun menang, sebenarnya prediksi saya mungkin juara tiga atau dua saja. Dan ketika diumumkann juara 3 dan 2 tidak tersebut nomor saya. Saya sudah diam dan tidak lagi berharap. Justru, saya dipanggil sebagai juara 1 itu dengan tidak menyangka dan

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

Majalah Unesa

hal itu yang tidak bisa saya lupakan. Apalagi, saya sangat bangga bisa dilihat oleh orang tua dan temanteman yang ikut bahagia yang telah mendukung saya,” tandasnya. Lanjut, dia berpesan ke mahasiswa Unesa bahwa perlu ingat siapapun kita, sejatinya adalah potential user dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkopa maka camkan dalam diri kita ini “sayangi diri, jauhi narkoba”. Dan di sini dia ingin mengingkatkan kepada semuanya bahwa rokok serta alkohol itu memang tidak termasuk narkoba dan tidak ada larangan, tetapi itu sebagai zat adiktif efeknya adalah ketergantungan, yang sadar atau tidak itu juga adalah pintu gerbang utama kita terjerumus dalam jurang narkoba. “Harapan kami dengan Tessa dan Ajiono yang saat ini diberikan mandat sebagai Duta Anti Narkoba Jatim 2018, bisa menjadi pengingat untuk teman-teman di Unesa khususnya, malu lah dutanya ada di Unesa lho jangan sampai ada yang terlibat di dalamnya. Aamin. Setelah itu mendapat gelar Juara ini memang tidak mudah. Karena, kami harus bahu membahu yang dimana menjalankan amanah yang beragam kegiatan juga telah nantinya,” tandas Tessa. n (SH)

TENTANG TESSA RACHMAVIAN TEMPAT DAN TANGGAL LAHIR Surabaya, 26 Maret 1998 PENDIDIKAN Semester IV, S1 PENDIDIKAN EKONOMI ANGKATAN 2016 PENGALAMAN PRESTASI 1. Mawapres JPE 2018 2. Grand Final Ambassador FE Unesa 2016 3. Juara 1 Putri Duta Anti Narkoba Jawa Timur 2018.


RESENSI BUKU

ISLAM DALAM BINGKAI KEINDONESIAAN & KEMANUSIAAN

S

etelah membaca seluruh isi buku ini, awal mayoritas umat Islam di Indonesia adalah saya menyarankan semua warga negara pendukung sistem demokrasi. Komitmen umat Indonesia, khususnya umat Islam Islam terhadap sistem demokrasi tidak perlu wajib membaca untuk meningkatkan diragukan lagi. Sejak awal umat Islam di Indonesia pemahamannya tentang Islam. Buku telah memilih sistem demokrasi. Oleh karena ini merupakan refleksi kritis, objektif, dan itu, antara Islam dan demokrasi tidak perlu komprehensif dari seorang cendekiawan Muslim dipertentangkan. Penulis menegaskan, bagi dan sekaligus guru bangsa. Prof Ahmad Syafii Indonesia sistem demokrasi adalah pilihan satuMaarif adalah adalah Guru besar dalam bidang satunya, orang tidak boleh berpaling lagi kepada ilmu sejarah dari Universitas Negeri Yogyakarta, sistem yang lain (halaman 163). Masalah hubungan yang pendidikan S2 di Ohio University dan S3 Islam dan demokrasi ini dibahas secara mendalam nya diperoleh dari Chicago University. Dari sisi pada Bab II buku ini. keIslamam Beliau lahir dalam lingkungan yang Persoalan mengapa mayoritas umat Islam sangat agamis di Sumur Kudus Sumataera Barat. di Indonesia berada dalam kondisi miskin dan Beliau juga pernah menjabat sebagai Ketua terpinggirkan, menurut penulis, karena Alquran Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada periode sebagai sumber ajaran Islam tidak dipahami secara 1998-2005. Beliau juga merupakan salah satu benar dan cerdas. Seperti yang ditegaskan Penulis guru bangsa yang memiliki konsistensi antara pada halaman 278, “ Justru karena Alquran tidak lagi ucapan dengan tindakan. dipahami secara benar dan cerdas, jadilah umat Islam Buku ini merupakan refleksi atas kegelisahan sebagai umat yang tertindas, bodoh, dan miskin. Beliau terhadap kondisi bangsa Indonesia yang Dibutuhkan kecerdasan dalam mejalankan ajaran Judul : Islam dalam Bingkai mayoritas Islam sampai saat ini masih terjebak agama. Oleh karena itu, pendidikan sebagai sarana dalam kemiskinan, ketidakadilan sosial dan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, termasuk Keindonesiaan dan konflik sosial serta politik. Islam yang seharusnya umat Islam menjadi penting. Kemanusiaan merupakan rahmatan bagi seluruh alam, oleh Pentingnya pendidikan ini dibahas secara Penulis : Ahmad Syafii Maarif sebagian penganutnya justru ditampilkan dengan khusus dalam Bab III, dengan judul Islam Penerbit : Mizan wajah “garang�, dan intoleran. Mereka memandang Indonesia: masalah Kualitas. Beliau mengkritisi, Tebal : 408 halaman penganut agama lain sebagai kafir, dan harus mengapa umat Islam yang mestinya sebagai Peresensi : Warsono dimusuhi. Bahkan, di antara umat Islam sendiri umat yang unggul ini justru berada dalam kondisi seringkali terjadi konflik karena perbedaan tafsir yang miskin, bodoh, dan terpinggirkan. Semua itu sepihak, sehingga memicu timbulnya konflik sosial. Padahal dengan jelas disebabkan umat Islam kurang cerdas dalam memahami ajaran Islam. Kita dalam Al Qur’an disebutkan bahwa perbedaan merupakan kehendak Allah. sering terjebak dalam dikotomi antara Islam dan ilmu, sehingga muncul Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, multi etnis, konsep ekonomi Islam, kedokteran Islam, psikologi Islam. Padahal diktum multi agama, dan multi budaya. Kondisi seperti ini tidak bisa dipungkiri Alquran tentang perlunya perkawinan antara iman dan ilmu sebagai syarat dan ditolak oleh siapapun. Kemajemukan ini harus diterima dengan untuk menjadi umat yang unggul (halaman 255). Menurut Beliau yang lapang dada dan keikhlasan serta dikelola dengan baik, cerdas, dan jujur. perlu diislamkankan adalah pusat kesadaran manusia yang terdapat di Oleh karena itu, Bhinneka Tunggal Ika harus terus dipertahankan dan otak dan di hati (halaman 231). diperjuangkan dengan sungguh-sungguh. Kemajemukan jangan sampai Pengamalan Pancasila sangat ditentukan oleh bagaimana setiap dijadikan alasan untuk saling bertikai, tetapi harus dijadikan sebagai modal individu warga negara mengamalkan agamanya dan menggunakan untuk kemajuan bangsa. Kemajemukan itu akan menjadi modal bila kita akalnya untuk berpikir secara sehat. Perpaduan antara pengamalan agama bisa menerima dan mengembangkan toleransi terhadap perbedaan. dengan cara berpikir yang sehat, menjadi kunci bagi terwujudnya pribadi Para pendiri negara sejak awal sadar bahwa Indonesia dibangun yang adil dan beradab, kehidupan politik yang dibimbing oleh hikmah atas kemajemukan suku, budaya dan agama. Oleh karena itu, dipilihlah kebijaksanaan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh Pancasila sebagai dasar negara, bukan berdasarkan agama. Piihan karena itu, peningkatan kehidupan beragama yang didasarkan kepada Pancasila sebagai dasar negara merupakan pilihan rasional terbaik bagi rasionalitas, merupakan faktor kunci keberhasilan bagi terwujudnya bangsa Indonesia yang majemuk, karena sejatinya inti atau hakikat masyarakat yang adil dan makmur, dalam bingkai negara kesatuan Pancasila juga merupakan bagian dari yang diajarkan oleh semua agama, republik Indonesia. dan dijunjung tinggi oleh semua manusia. Oleh karena itu, Notonagoro Umat Islam memiliki pegangan dan sekaligus pedoman dalam hidup mengatakan bahwa Pancasila sebagai dasar negara memiliki kebenaran yaitu Alquran, yang semuanya telah dijalankan oleh Nabi Muhammad ilmiah, filosofis, dan religius. SAW dalam kehidupan sehari-harinya. Oleh karena itu, jika kita semua Dalam bidang politik, Islam seringkali dibenturkan dengan demokrasi, meneladani sikap dan tindakan Rasulullah SAW, maka akan menjadi karena demokrasi dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam, sehingga pribadi yang adil dan beradab, menjaga persatuan, suka bermusyawarah muncul gerakan untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara yang atau menghargai pendapat orang lain, toleran terhadap perbedaan, dan disertai dengan gerakan-gerakan yang justru merusak citra Islam. Islam berlaku adil secara sosial. n dan demokrasi bukanlah bertentangan, karena substansi demokrasi (musyawarah) merupakan bagian yang diajarkan oleh Islam. Sejak Peresensi adalah guru besar FIS-H Unesa

Majalah Unesa

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

33


POJOK KETINTANG

VISI DAN IMAJINASI OLEH MUCHLAS SAMANI

S

ebenarnya saya kurang paham makna kedua kata itu. Saya ingin mendiskusikan karena dua istilah itulah yang saya rasa paling cocok untuk menggambarkan kemampuan yang saya bayangkan, terkait dengan pendidikan. Mohon maaf jika ternyata secara akademik penggunaan kedua istilah itu tidak tepat. Mohon teman yang ahli bahasa berkenan meluruskannya. Saya sering mengagumi bagaimana orang yang mampu mengubah keadaan yang mungkin kebanyakan orang tidak pernah membayangkan. Siapa yang membayangkan perkeretaapian berubah begitu banyak saat dipimpin Pak Jonan, yang sekarang menjadi Menteri ESDM. Sebelumnya semua orang tahu kereta api sering telambat datang dan juga terlambat berangkat, sehingga Iwan Fals membuat lagu tentang itu. Percaloan juga seakan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia perkeretaapian. Demikian pedagang asongan. Siapa yang membayangkan dalam waktu beberapa tahun saja, perkeratapian telah berubah seperti sekarang ini. Kereta api berangkat dan datang tepat waktu. Kereta api bersih dan ber-AC serta bebas dari pedagang asongan. Bagaimana kota Surabaya berubah demikian cepat oleh tangan Bu Risma dan sebelumnya telah dimulai oleh Pak Bambang DH. Taman-taman menjadi begitu indah. Kampung yang dulu langganan banjir kini telah banyak yang bebas. Layanan di kelurahan, kecamatan dan kantor pemerintahan lainnya menjadi sangat baik. Yang terakhir, ternyata pemasangan kamera di perempatan mampu menertibkan lalu lintas melebihi kehadiran petugas polantas. Jujur saya tidak tahu apakah anggaran di era Bu Risma memang lebih besar, sehingga dapat mengubah wajah kota atau karena kepiawaian beliau yang mampu mengubah kota Surabaya menjadi begitu berbeda.

34

Pertanyaan yang muncul, bagaimana mereka itu memulai perubahan itu. Rasanya dimulai dengan imajinasi yang mungkin agak liar. Pada masa lalu, juga ada almarhum Pak Cacuk yang dalam waktu singkat mampu mengubah wajah Telkom. Teman saya yang waktu itu bekerja di Telkom bercerita bagaimana Pak Cacuk “membongkar” kebiasaan di Telkom sehingga dalam waktu singkat berubah dari perusahaan monopoli yang “angkuh” tetapi menjadi “pelayan pelanggan”. Karyawan yang dahulu tampak ogahogahan bekerja menjadi bersemangat. Saya juga tidak tahu bagaimana Pak Ciputra “mengubah wajah Surabaya barat yang dahulu kering kerontang ibarat tempat “jin membuang anak” menjadi “kota baru” ibarat perumahan di negara maju. Konon juga Pak Ciputra yang mampu mengubah Ancol dari pantai yang menyeramkan menjadi tempat hiburan yang begitu menarik. Pada tahun 1970an saya masih ingat Jawa Pos itu “koran kecil” yang hampir mati. Bagaimana Pak Dahlan Iskan mampu mengubahnya menjadi “raksasa dengan anak pinak”, tidak hanya berupa koran baru, tetapi juga penerbitan, pabrik kertas, pembangkit listrik, TV dan sebagainya. Padahal, konon Pak Dahlan pada awalnya wartawan biasa, sebelum pada akhirnya memegang manajemen puncak di grup perusahaan itu. Yang terbaru fenomena Gojek yang mampu mengubah pertaksian di Indonesia dan banyak diperkirakan akan

| Nomor: 117 Tahun XIX - Mei 2018 |

Majalah Unesa

mengubah pola kuliner. Dengan pola online (go car), Nabil Makarim mampu merontokkan raksana taksi seperti Blue Bird, sehingga tepaksa bergabung dengan Go Car. Melalui aplikasi Go Food, sekarang orang menjadi malas ke warung karena dengan Go Food makanan dapat diantar ke rumah dengan cepat. Dalam skala lebih kecil saya mengagumi seorang kawan yang mampu mengubah sekolah yang hampir tutup menjadi sekolah favorit. Saya juga punya teman yang mampu mengubah warung kecil warisan orangtuanya menjadi warung yang sangat laris bahkan mulai membuka cabang di tempat lain. Di Malang juga ada dokter yang mungkin bosan praktik, tetapi membuka bimbingan belajar bagi calon dokter yang akan ujian pendidikan profesi (UKM PPD). Pertanyaan yang muncul, bagaimana mereka itu memulai perubahan itu. Rasanya dimulai dengan imajinasi yang mungkin agak liar. Membayangkan bagaimana kalau “menjadi begini dan begitu”. Gagasanya itulah yang mungkin dirumuskan lebih terstruktur menjadi visi dan kemudian dengan “gagah berani bahkan penuh tantangan” dilaksanakan. Saya yakin pasti pada tahap awalnya banyak orang yang tidak setuju bahkan menentang. Tetapi keberanian melangkah dan kepandaian mengatasi masalah tampaknya menjadi modal penting. Pertanyaan berikutnya, dari kaca mata pendidikan, bagaimana menumbuhkan kemampuan tersebut. Menurut saya menemukan jawaban pertanyaan tersebut sangat penting, agar pendidikan kita mampu menghasilkan “orang-orang besar” dan bukan sekedar teknisi atau pekerja yang baik.n *http://muchlassamani.blogspot.co.id




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.