Majalah Unesa 129

Page 1



WARNA REDAKSI

U

niversitas Negeri Surabaya (Unesa) sebagai kampus yang menaruh banyak perhatian terhadap anak-anak istimewa. Selain memiliki pusat studi layanan disabilitas yang dirilis sejak 2013 silam dan desain lingkungan kampus yang juga ramah disabilitas. Bahkan dalam kurikulum universitas berbasis industri 4.0 yang dalam proses pengembangan itu memosisikan disabilitas sebagai salah satu porsi pertimbangan penting yang perlu diperhatikan dalam kurikulum. Kabar baiknya lagi dan itu semakin mengukuhkan Unesa sebagai “kampus inklusif� adalah beberapa tahun terakhir, Unesa menjalin kerja sama dengan berbagai kampus luar negeri guna pengembangan pendidikan dan penelitian terkait anak istimewa. Relasi kerja sama itu berawal dari konsorsium INDOEDUC4ALL bertajuk “Developing Friendly Campus for All� yang dihadiri 5 Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia dan 3 universitas yang tergabung dalam konsorsium Eropa. Beberapa anggota di antaranya Universitas Indonesia, Unesa, UIN Sunan Kalijaga,

UIN Syarif Hidayatullah, IAIN Surakarta, Universitas Lambung Mangkurat, Alicante University (Spanyol), Pireous University (Yunani) dan Glasgow Caledonia University (United Kingdom) serta diikuti oleh satu organisasi sosial SIGAB Yogyakarta. Dalam program itu juga menyepakati tiga komitmen utama dalam pengembangan kampus inklusif, yaitu: (1) kebijakan pimpinan yang

ANAK ISTIMEWA JADI PERHATIAN UNESA afirmatif; (2) praktik layanan untuk semua yang berasas kesetaraan, pemenuhan hak, akomodatif, aksesibel dan tidak diskriminatif; (3) budaya lingkungan kampus yang inklusif dan ramah untuk semua. Lewat program itu, semua berkomitmen bersama untuk menyediakan layanan dan fasilitas bagi pendidikan anak disabilitas, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), penyediaan laboratorium inklusi, dan pendidikan Luar Biasa. Komitmen Unesa dalam mewujudkan kampus ramah

Majalah Unesa

untuk semua mulai mendapat angin segar karena sejalan dengan program provinsi Jawa Timur yang juga membuka ruang untuk generasi istimewa lewat perda disabilitas dan pergub pendidikan inklusif serta menfasilitasi penyelenggaraan pendidikan inklusif. Mulai tahun 2019, Unesa membuka pendaftaran jalur khusus untuk peserta disabilitas agar mereka bisa mengenyam pendidikan tinggi di prodi-prodi yang ada di Unesa, bahkan Unesa juga mengupayakan beasiswa agar anakanak disabilitas tersebut bisa kuliah tanpa biaya. Sampai saat ini terdapat 28 mahasiswa Disabilitas di Unesa yang aktif mengikuti proses perkuliahan, mereka di antaranya masuk di prodi Pendidikan Luar Biasa FIP, prodi Seni FBS, dan prodi-prodi yang ada di Fakultas Ekonomi. Unesa harus menjadi kampus percontohan pendidikan inklusif. Kampus untuk semua, menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya potensi anak negeri, serta tempat meraih kesuksesan bagi semua anak bangsa. Itulah yang diupayakan Unesa dalam perayaan hari pendidikan Mei 2019 lalu, agar harapan Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan, pahlawan nasional itu bisa terwujud. n ARM

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

3


DAFTAR RUBRIK

BERBAGI BUKA BERSAMA

EDISI MEI 2 01 9

Daftar Ini

05

HARDIKNAS, UNESA SEBAGAI KAMPUS RAMAH DISABILITAS

11

KIAT GAUNGKAN HARDIKNAS DI KAMPUS UNESA

14

DR. TRISAKTI, M.SI DEKAN PEREMPUAN PERTAMA DI FBS

16

MENGENAL PUSAT INKUBASI BISNIS DAN TEKNOLOGI UNESA

18

LENSA UNESA

28

KABAR PRESTASI

32

RESENSI BUKU

23

SEPUTAR UNESA

20

FITRIYA, ALUMNI FBS UNESA YANG BERKIPRAH DENGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 129 Tahun XX - Mei 2019 PELINDUNG: Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. (Rektor), Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd. (WR Bidang I), Suprapto, S.Pd, M.T. (WR Bidang II), Dr. Agus Hariyanto, M. Kes. (WR Bidang III), Drs. Sujarwanto, M.Pd. (WR Bidang IV) PENANGGUNG JAWAB: Dra. Ec. Ratih Pudjiastuti, M.Si (Kepala BAAK) PEMIMPIN REDAKSI: Dra. Titin Sumarti, M.Pd (Kabag. Kerja Sama dan Humas) REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Syaiful R REPORTER: Wahyu Utomo, Ayunda, Syaiful H, Syaiful R, Inayah, Suryo Waskito, Emir Musa, Mira Carera, Nely Eka, Tarida, M. Rizki, Titan, Hasna, Intan, Jumad, Fibrina. FOTOGRAFER: M. Wahyu Utomo, Hartono. DESAIN/LAYOUT: Abdur Rohman, Basyir Aidi ADMINISTRASI: Roni, ST. (Kasubbag. Humas), Supi’ah, S.E. DISTRIBUSI: Lusia Patria, S.Sos, Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung Rektorat Kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya. MAJALAH UNESA menerima tulisan sesuai dengan rubrikasi dan visi-misi Kehumasan Universitas Negeri Surabaya. Naskah dikirim ke email humasnyaunesa@yahoo.com

4

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

Spirit Hardiknas dan Upaya Unesa Pertegas sebagai Kampus Ramah Disabilitas

2020 AKAN DIBANGUN GEDUNG INKLUSI TUJUH LANTAI

HARDISKNAS: Pengibaran bendera merah putih dalam upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional di lingkungan Universitas Negeri Surabaya yang dipusatkan di halaman rektorat Unesa kampus Lidah Wetan, Surabaya.

UNESA KINI MEMILIKI TIGA FOKUS UNGGULAN YANG DIJADIKAN IKON YAKNI OLAHRAGA, SENI DAN DISABILITAS. BAHKAN, UNTUK DISABILITAS PADA 2020 AKAN DIBANGUN GEDUNG TUJUH LANTAI RAMAH DISABILITAS PERSIS DI SAMPING GEDUNG UNIT LAYANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. MOMENTUM HARI PENDIDIKAN NASIONAL PADA 1 MEI DAPAT MENJADI SPIRIT UNESA UNTUK MEMPERTEGAS DIRI SEBAGAI KAMPUS INKLUSI. Majalah Unesa

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

5


LAPORAN

UTAMA

M

emang, upaya menjadikan kampus sebagai pusat inklusi perlu dirancang dengan road map yang terarah. Sehingga, ada planning yang terukur pada tahun ke berapa Unesa akan mewujudkan kampus inklusi. Baik dari segi bangunan yang ramah disabilitas maupun penelitian dan program-program pembelajaran. Termasuk, terkait dengan inputnya. Unesa sudah harus siap menerima mahasiswa berkebutuhan khusus. Kabar menggembirakan disampaikan Dekan FIP, Dr. Mochammad Nursalim, M.Si. Menurutnya, info terbaru dari wakil rektor 2 bahwa pada 2020 akan dibangun gedung tujuh lantai di sebelah gedung Unit Layanan Anak Berkebutuhan Khusus, yaitu gedung inklusi. Di gedung itu, akan ada fasilitas yang memadai dan ramah disabilitas. Sebab, saat ini, tidak semua gedung bisa ramah disabilitas. “Gedung itu nanti diharapkan dapat tersentralkan,� ungkap Mochamad Nursalim. Nursalim mengatakan, kepedulian Unesa terhadap disabilitas sudah diakui, dan bahkan telah tercatat di rekor muri. Di Unit Layanan Anak Berkebutuhan Khusus (ULABK), misalnya, sudah dibangun kolam hydroterapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus yang terapi di sana. Selain itu, gedung-gedung baru pun sudah banyak yang aksesbilitas untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Nursalim menyadari bahwa program untuk mewujudkan kampus inklusi tidak dapat berjalan sendiri. Semua pihak harus turut berkontribusi mulai dari akademisi, pejabat, tendik, masyarakat, LSM dan pemerintah. “Semua perlu mendukung, karena tidak mungkin sebuah program bisa berdiri sendiri, perlu keikutsertaan semua pihak,� terangnya. Terkait akademik atau pendidikan, Nursalim mengatakan masih perlu diperhatikan. Meskipun dari segi fisik sarana sudah baik dan memadai, tetapi pelayanan pembelajaran kepada mahasiswa

6

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

perlu ditingkatkan. Pertemuan perkuliahan harus sesuai dengan perencanaan awal, tidak boleh berkurang. Juga, terkait layanan kepada mahasiswa yang program skripsi, juga sangat perlu diperhatikan. Nursalim yang kini menjabat dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) itu berharap Unesa menjadi pelopor pelayanan prima kepada Anak Berkebutuhan Khusus sehingga akan menjadi kampus rujukan terkait pelayanan terhadap disabilitas. Menurut Nursalim, sejak 2010, Unesa sudah menerima mahasiswa berkebutuhan khusus. Bahkan, sudah ada input mahasiswa disabilitas. Namun, memang kepedulian terkait aksesbilitas perlu ditingkatkan lagi. Ia juga bersyukur, saat di Unesa sudah ada Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD). n TAN

Dr. Mochammad Nursalim, M.Si

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

PSLD PROGRAM UNGGULAN

U

nesa punya layanan unggulan layanan disabiltas, yakni PSLD. Lembaga yang sudah berdiri sejak tahun 2013 itu merupakan wujud nyata Unesa yang ramah terhadap semua. PSLD memiliki program pusat studi, layanan mahasiswa dan layanan anak. Unesa merupakan satu-satunya perguruan tinggi yang mempunyai Unit Layanan Anak Berkebutuhan Khusus (ULABK) yang lengkap dengan fasilitasnya. Bahkan, sejak 11tahun terakhir, Unesa dipercaya Kemdikbud menjadi percontohan dalam mengembangkan pendidikan khusus. Dr. Budiyanto, M.Pd, ketua PSLD mengatakan, tugas utama PSLD adalah memberikan pendampingan dengan tujuan membantu mahasiswa disabilitas menyelesaikan tugas belajarnya. Bagi mahasiswa regular, terang Budiyanto, PSLD akan memberikan pendidikan sosial yang natural bahwa selain mahasiswa regular, ada pula mahasiswa dari Anak Berkebutuhan Khusus yang ada di antara mereka.

“Ini merupakan pendidikan sosial yang natural untuk menggalakkan pendidikan karakter, yang salah satu elemennya adalah penghargaan terhadap sesama. Nah, kita sudah langsung terjun, tidak sekadar katanya atau teori,� terang Budiyanto. Tahun ini, terang Budiyanto, tercatat sebanyak 87 relawan PSLD yang ikut membantu program Layanan Mahasiswa berupa pendampingan belajar, pengembangan bakat, penyiapan kerja, dan advokasi untuk membantu memudahkan mahasiswa disabilitas mengoptimalkan kemampuan diri. Yang membanggakan, PSLD ternyata tidak hanya melayani mahasiswa Unesa, tetapi juga secara terbuka bersedia melayani mahasiswa di luar Unesa. Unit Layanan Anak Berkebutuhan Khusus (ULABK) memiliki banyak program, beberapa di antaranya seperti identifikasi dan asesmen, intervensi terpadu, dan pendidikan transisi. ULABK, historinya dapat hibah dari direktorat PKLK untuk mengembangkan pusat layanan autis. Selanjutnya, dikembangkan

lagi tidak hanya untuk anak autis tapi untuk semua berkebutuhan khusus. Lebih lanjut Budiyanto menjelaskan bahwa PSLD Unesa dalam 3 tahun terakhir sudah tergabung dalam project INDO EDUC FOR ALL dalam mengembangkan kampus inklusif, yakni kerja sama antara konsorsium Indonesia dengan konsorsium Eropa. Selain itu, di sektor studi dan penelitian sudah dilakukan kajian yang arahnya akan dibawa ke Universitas Indonesia yakni pemberdayaan disabilitas melalui sistem komunikasi dan pemberdayaan ekonomi kerja, yakni mengembangkan sistem yang mempertemukan antara angkatan kerja disabilitas dengan perusahaan yang membutuhkan disabilitas. Budiyanto berharap ke depan setahap demi setahap akan ada peningkatan. Yang jelas, tahun ini penerimaan mahasiswa baru untuk pendaftar disabilitas jalur mandiri ada program khusus. Bahkan, universitas sudah menetapkan bahwa layanan disabilitas sudah menjadi program unggulan di Unesa. n (SIR)

Dr. Budiyanto, M.Pd

Majalah Unesa

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

7


LAPORAN

UTAMA

JEJARING KERJA MELALUI PUI

D

osen yang juga praktisi PSLD, Ima Kurrotun Ainin, S.Pd, M.Pd mengatakan bahwa PSLD memiliki berbagai program kerja, di antaranya pendataan rekan disabilitas beserta potensinya,mengembangkan dan menghubungkan pekerjaan disabilitas dengan sistem antara dunia kerja dan industri melalui sistem website pencari kerja serta mengoneksikan dengan sekolahsekolah. Terkait dengan relawan, PSLD juga memiliki program pelatihan untuk relawan guna meningkatkan capacity building para relawan dalam mendampingi rekan disabilitas, Salah satu pelatihan yang dilakukan adalah bahasa isyarat. Selain itu, juga dilakukan rekrutmen relawan setiap tahun. Para calon relawan dapat mendaftar. Selanjutnya, akan dilakukan penjaringan dengan pelatihan-pelatihan. Dari situ, akan dilihat calon relawan mana yang dapat bertahan hingga akhir. “Siapa yang bertahan sampai akhir pelatihan secara penuh, memungkinkan untuk diambil menjadi bagian dari relawan,� ujar Ima Kurrotun Ainin. Ima, demikian panggilan akrabnya menerangkan, semua program di PSLD diperuntukkan agar Unesa menjadi perguruan tinggi inklusi dan welcome terhadap rekan disabilitas. Di antara program tersebut, yang utama, menurut Ima ada pada PUI (Pusat Unggulan Iptek). PUI merupakan program yang membuat jejaring kerja antara mahasiswa yang sudah lulus universitas dengan sekolah-sekolah yang dihubungkan dengan dunia industri. Bagi Ima, kampus inklusi adalah kampus yang welcome terhadap mahasiswa berkebutuhan khusus. Welcome dalam hal ini berarti tidak semua siswa dengan kondisi kebutuhan khusus memungkinkan

8

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

Ima Kurrotun Ainin, S.Pd, M.Pd

untuk diterima. Semua siswa dapat mengakses universitas, namun hanya yang memiliki kompetensi yang dapat mengakses jurusan-jurusan sesuai dengan kemampuannya. Semisal, seorang siswa tunanetra berbakat dalam berbahasa, maka dia akan meng-apply jurusan bahasa Inggris, atau siswa tuna rungu yang memiliki kompetensi di bidang desain dan mengakses jurusan Desain Grafis. Hal tersebut tidak menjadi masalah karena kondisi yang dimiliki tidak menghambat bidang spesifikasi yang dipilih. Hal lain yang menjadi perhatian guna memberikan kenyaman kepada rekan disabilitas adalah regulasi dan sumber daya manusia. Saat ini, sumber daya manusia menjadi hal yang paling perlu diperhatikan karena tidak semua dosen mengerti cara mendampingi mahasiswa berkebutuhan khusus. Selain itu, sarana prasarana terutama gedung lama kurang ramah terhadap mahasiswa disabilitas. Sedangkan gedung baru sudah memiliki regulasi atas aksesbilitas yang sudah mencukupi. Saat ini, terang Ima, di Unesa memiliki 28 mahasiswa

Majalah Unesa

berkebutuhan khusus, belum termasuk mahasiswa baru yang akan masuk tahun ini. Ima berharap Unesa menjadi kampus yang ramah terhadap mahasiswa berkebutuhan khusus. Semua pihak baik staf, dosen, mahasiswa dan sivitas tidak hanya sekadar menerima mahasiswa berkebutuhan khusus atau disabilitas, tetapi secara aturan atau sarana prasarana, juga secara hati bisa menerima mereka. “Saya berharap PSLD menjadi lembaga yang memberikan kontribusi nyata bagi Unesa menjadi kampus yang lebih welcome terhadap mahasiswa disabilitas,� tandanya. Sementara itu, Moch. Baharudin Yusuf , kordinator operasional PSLD mengatakan, kampus inklusi adalah kampus yang harus menerima Mahasiswa Berkebutuan Khusus (MBK). Ia mengatakan jika hanya aksesibilitas saja, hanya dapat disebut ramah disabilitas bukan kampus inklusi. Namun, jika terdapat MBK di dalamnya, maka dosen juga harus paham bagaimana cara pengajaran ke MBK sesuai dengan kekhususannya. Temanteman dari MBK juga harus peduli


LAPORAN UTAMA terhadap mereka dan mengetahui bagaimana memperlakukan mereka dengan benar dan baik, dan saranaprasarananya memadai. Yusuf, yang sudah setahun berada di PSLD mengungkapan bahwa Unesa masih dalam proses menjadi perguruan tinggi yang benar-benar ramah disabilitas. Masih perlu adanya pengenalan apa itu disabilitas kepada dosen-dosen selingkup Unesa. Dari segi sarana dan prasarana, mahasiswa jurusan PLB angkatan 2017 itu mengatakan bahwa Unesa masih pada tahap perkembangan agar setiap tempat dapat ramah dengan disabilitas.

“Saat ini masih ada beberapa tempat yang belum ramah disabilitas. Namun, jika dikatakan perguruan yang sudah ramah disabilitas, menurut kami sudah,” terangnya. PSLD saat ini bertahap menyesuaikan layanan yang dibutuhkan untuk mahasiswa berkebutuhan khusus. Misalnya, workshop untuk MBKmengenai kerjabilitas. Mereka diberi arahan tentang dunia pekerjaan maupun cara melamar pekerjaan. Atau juga sosialisasi bagi teman- teman ABK alumni SMA inklusi/SMA LB tentang jalur khusus masuk MBK di Unesa.

Bagi Yusuf, saat ini yang diperlukan adalah memberi pengertian kepada dosen bahwa MBK tidak selamanya bisa diperlakukan sama seperti mahasiswa pada umumnya. Selain itu, perlu dibangun kepedulian dari teman sebaya MBK untuk meningkatkan kepedulian dan tidak membeda-bedakan dengan teman-teman yang lain. “Yang paling penting adalah aksesbilitas di setiap gedung di Unesa, “ tandas Yusuf yang berharap ke depan PSLD lebih baik lagi dan bisa memaksimalkan pendampingan untuk MBK di Unesa. n (HASNA)

FOKUS DULU PADA SARANA PRASARANA PENUNJANG DIFABILITAS

P

akar pendidikan, yang juga dosen Unesa, Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd mendukung penuh program Unesa sebagai kampus inklusi. Mantan rektor Unesa itu mengatakan, sejak tahun 2016 Unesa telah menerima penghargaan sebagai kampus yang ramah disabilitas dari Kemdikbud. Namun, menurut Muchlas, akan lebih baik jika temanteman disabilitas disebut dengan difabilitas. “Karena difabilitas adalah berbeda, beda arti dengan disabilitas yakni berarti kan keterbatasan,” terangnya. Muchlas mengatakan bahwa manusia telah diciptakan berbedabeda oleh Tuhan. Ada kelebihan dan kekurangan masing-masing pada

setiap individu. Begitupun dengan teman-teman difabilitas. Meski memiliki kekurangan, mereka tentu memunyai kelebihan yang mungkin orang biasa tidak tidak punya. Contohnya saja, ada orang yang memunyai kemampuan baik dalam bidang olahraga namun kurang dalam bidang akademik. Ataupun, ada orang yang pandai Matematika tapi kurang kemampuannya pada bidang olahraga. Menurut Muchlas, pada dasarnya kampus inklusif itu adalah bagaimana Unesa menyediakan layanan yang cocok (bukan sama) untuk teman-teman difabilitas. Bahwa mereka

Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd

Majalah Unesa

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

9


LAPORAN

UTAMA

juga memunyai hak yang sama untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Unesa. Unesa sebagai kampus inklusif merupakan program baru yang dijalankan. Unesa perlu memulai program tersebut dengan memperbaiki dulu sarana prasarana untuk memudahkan teman-teman difabilitas menimba ilmu. “Kita lihat dulu, gedung-gedung perkuliahan apakah sudah memberikan layanan kepada teman-teman kita yang memakai kursi roda. Solusi untuk sarana prasana penunjang temanteman difabilitas harus dimulai dari sekarang,” ucap Muchlas. Untuk temanteman tuna netra, perlu dipersiapkan bagaimana membantu mereka berjalan dengan lancar. Bagi Muchlas, tidak apa-apa pelan-pelan dibangun agar Unesa menjadi salah satu kampus inklusi di Indonesia. Beberapa gedung baru, terang Muchlas, sudah dilengkapi layanan bagi penyandang difabilitas. Namun, PR nya adalah gedung-gedung lama yang masih belum sepenuhnya membantu teman-teman difabilitas ini. Unesa juga memunyai jurusan Pendidikan Luar Biasa yang bertujuan untuk mencetak pendidik dalam menangani temanteman difabilitas. Di luar sana sudah banyak contoh bahwa penyandang difabilitas bisa menjadi sukses bahkan melampui orang normal. Misalnya saja, Stephen Hawkings, Guru Besar Astronomi

10

Matematika yang membuat teori Black Hole . Stephen Hawking merupakan penderita Motoric Neuron Disease yang membuatnya duduk di kursi roda selama hidupnya. Bahkan, untuk berbicara saja, Stephen Hawkings harus

sendiri untuk kemanamana,” terang Muchlas. Menurut Muchlas, penting juga menyadari bahwa hak kita dan temanteman difabilitas adalah sama, juga kewajibannya setara. Jangan kemudian karena merasa kasihan,

“Jangan sampai kita melihatkan sikap kasihan terhadap teman-teman penyandang difabilitas. Sikap tersebut supaya teman-teman difabilitas lebih percaya diri.” menggunakan suara buatan. PERLU UBAH PERILAKU Selain sarana prasarana, yang perlu dikembangkan adalah perilaku untuk memberikan perasaan yang sama kepada temanteman difabilitas. Sekarang, Unesa sudah mempunyai program sekolah inklusi. Teman-teman yang sudah ahli di bidangnya dapat memberikan arahan mana yang bisa diinklusikan dan mana yang tidak atau belum. Tujuan inklusi kan bagaimana anak-anak difabilitas dibarengkan dengan anak biasa. Untuk tujuan itu, perlu dibuat syarat minimal. Contohnya, untuk penyandang tuna grahita belum memungkinkan bisa berdampingan dengan mahasiswa lain. Jadi bisa dialihkan ke sekolah khusus. “Prasarat minimal contohnya adalah temanteman yang menggunakan kursi roda bisa mandiri, dalam artian walau memakai kursi roda ia bisa

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

Majalah Unesa

jika butuh bantuan apa saja kita tolong. “Jangan sampai kita melihatkan sikap kasihan terhadap teman-teman penyandang difabilitas. Sikap tersebut supaya teman-teman difabilitas lebih percaya diri,” paparnya. Muchlas mengatakan, ada dua hal yang perlu diperhatikan sebagai langkah Unesa menjadi Kampus Inklusi. Pertama jika berbicara tentang mastery-learning atau pembelajaran tuntas secara konseptual semua orang bisa menguasai kemampuan. Namun, lama waktunya yang berbeda. Oleh karena itu, perlu menyiapkan teman-teman yang difabel itu program yang tepat dan mungkin tidak sama dengan teman-teman yang pada waktunya. Maksudnya, jika untuk mencapai sarjana biasanya selama 4 tahun dan batasannya 6 tahun, untuk teman-teman disabilitas perlu dipertimbangkan batasannya.

Kedua, bisa dibuatkan panduan bagi warga kampus untuk memahami dan melayani temanteman difabel. Semisal, seorang dosen olahraga yang punya mahasiswa difabel. Dosen tersebut harus tahu bagaimana cara menangani mahasiswa difabel. Oleh sebab itu, teman-teman dari PLB yang bertugas supaya membuat panduan sebagai jembatan antara dosen dengan mahasiswa difabel. “Jadi, ada solusi bagaimana cara mengajar dosen kepada mahasiswa difabilitas. Di sisi lain, kita memunyai banyak dosen PLB yang harus dimaksimalkan untuk membantu mahasiswa-mahasiswa difabilitas,” jelasnya. Tak kalah pentingnya, lanjut Muchlas, adalah menyadarkan orang tua yang memiliki anak difabilitas. Orang tua harus tahu cara penanganan yang tepat untuk anak difabilitas supaya dapat berkembang dan berprestasi sama dengan anak-anak lain. Seorang anak difabel dapat berpresatasi di bidang olahraga, namun cara latihannya berbeda dengan anak normal. “Mungkin ke depan pihak PLB dan Psikologi dapat mengadakan sosialisasi atau penyuluhan tentang cara menangani anak difabel. Karena sejauh ini masih ada banyak orang tua yang belum mengerti bagaimana mendidik anak difabel, bahkan terkesan dikurung dan dijauhkan dari sosial,” pungkasnya. n (NEA/SIR)


BINCANG

UTAMA

WAWANCARA DENGAN KETUA DEWAN PENDIDIKAN SURABAYA

PERLU DIRANCANG EVEN PENDIDIKAN YANG SELALU DITUNGGU BANYAK ORANG KETUA DEWAN PENDIDIKAN SURABAYA, YANG JUGA DOSEN UNESA DRS. MARTADI, M.SN MEMBERI PADANGAN DAN KIAT-KIAT MENARIK AGAR MOMENTUM MEI SEBAGAI HARI PENDIDIKAN NASIONAL TIDAK HANYA SEKADAR RITUAL TAHUNAN YANG DIPERINGATI DENGAN UPACARA BENDERA SAJA, TETAPI LEBIH JAUH HARUS ADA EVEN BERMAKNA YANG SENANTIASA DITUNGGU BANYAK ORANG. BERIKUT WAWANCARA LENGKAPNYA. Bagaimana tanggapan bapak selaku Ketua Dewan Pendidikan Surabaya mengenai Hardiknas tahun ini? Hardiknas sebenarnya bukan sekadar ritual tahunan untuk mengingatkan bagaimana jasa Ki Hajar Dewantara melakukan proses pembaharuan di bidang pendidikan di Indonesia. Akan tetapi, jauh dari sekadar itu, yaitu kita ingin terus berusaha menjalankan nilainilai yang dulu pernah dijalankan dan dirintis oleh tokoh-tokoh pendidikan. Nilai-nilai tersebut diimplementasikan dalam konteks kekinian sehingga pendidikan betul-betul menjadi sokoguru untuk pembangunan sumber daya nasional. Betapa pentingnya pendidikan, itu ditunjukkan dari banyak negara yang sekarang menjadi negara maju. Mereka memiliki komitmen sangat besar untuk menjadikan pendidikan sebagai ujung tombak sumber daya pembangunan manusia. Ke depan kita akan berbicara era yang luar biasa, dari globalisasi, kompetisi dan sebagainya. Apabila berbicara tentang SDM berarti kita bicara tentang pendidikan, bicara pendidikan berarti bicara tentang guru sebagai ujung tombak terpenting dalam unsur pendidikan. Dr. Martadi, M.Sn

Majalah Unesa

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

11


BINCANG

UTAMA

Lembaga penghasil guru, LPTK sesungguhnya merupakan sebuah lembaga yang memiliki peran yang sangat penting untuk melahirkan guru profesional yang akan menjadi motor untuk penggerak pendidikan bermutu dan bisa menghasilkan SDM berkualitas untuk Indonesia bermartabat dan berkeadaban. Bagaimana pandangan bapak mengenai Unesa yang menyelenggarakan Hardiknas? Saya pikir Unesa sudah melakukan itu, tapi mungkin perlu ditarik ke hal-hal yang lebih substansi. Jadi tidak hanya sekadar upacara sebagai bentuk kewajiban, tetapi jauh lebih substansi lagi misalnya mulai lagi di tahap kita memberikan semacam Hardiknas ini menjadi sebuah even besar sebagai bulan pendidikan. Jadi tidak hanya sehari kegiatan upacara, tetapi dalam satu bulan ada banyak kegiatan terkait dengan pendidikan. Mulai dengan memberikan penghargaan kepada tokoh-tokoh yang dianggap berjasa di bidang pendidikan. Bisa saja guru-guru yang mengajar di daerah terpencil mendidik anak-anak orang yang tidak mau dididik lagi, atau guruguru yang memiliki nilai perjuangan yang luar biasa. Selanjutnya bagaimana kita melakukan open house tentang inovasi pendidikan, lalu di situ dipersilahkan guru-guru datang untuk melihat berbagai inovasi yang dimiliki Unesa agar mendapat pencerahan. Kita dapat menyelenggarakan pelatihanpelatihan, pengabdian-pengabdian untuk melatih guru. Termasuk yang lebih luas bisa menjadi penyelenggara event expo pameran inovasi pendidikan yang dipusatkan di Unesa. Sehingga pada tanggal 9 Mei itu orang akan menunggu, ini adalah momentum yang luar biasa. Melalui Hardiknas itu, maka pada bulan Mei orang-orang harus datang dan berkunjung ke Unesa. Di sana kita akan melihat beragam

12

HARUS ADA KESAMAAN DAN INISIATIF DARI PIHAK, ATAU BISA DIINISIASI OLEH FAKULTAS LALU DITARIK KE YANG LEBIH BESAR. KEMUDIAN, PIMPINAN UNIVERSITAS MENGAJAK PIMPINAN FAKULTAS BERSAMA-SAMA MENJADIKAN MOMENTUM BULAN PENDIDIKAN MENJADI BULAN YANG MEMBERIKAN MAKNA, YANG DITUNGGU, YANG EVEN PENCERAHAN PENDIDIKAN. inovasi pendidikan, bagaimana kita mendapatkan informasi pencerahan tentang pendidikan. Hal ini tentu saja menjadi PR besar bagi Unesa karena apabila bulan Mei hanya dilakukan upacara saja, maka hari Pendidikan itu terlewat, begitu selesai upacara ya selesai sudah hari pendidikan itu. Bahkan kalau bisa ada forum open house semua prodi membuka ilmunya untuk masyarakat. Saya pikir ke depan kita perlu memanfaatkan momentum 2 Mei itu sebagai momentum yang ditunggu orang. Apakah ada rancangan program khusus untuk melaksanakan Hardiknas? Sebenarnya kalau rancangannya ada, kan seringkali persoalan tentang keterbatasan waktu karena yang diurus juga banyak. Kemudian penganggaran yang berkaitan dengan dana. Sebenarnya juga bukan persoalan besar karena kita bisa menggandeng banyak pihak.Tahun depan kita perlu merancang hari pendidikan di Unesa menjadi hari yang betul-betul menginspirasi bagi semua orang tentang pendidikan. Begitu bulan Mei akan banyak orang berdatangan melihat inovasi di Unesa. Harus ada upaya berkolaborasi antar fakultas kemudian organisasi mahasiswa, dengan beberapa lembaga yang konsentrasinya di bidang pendidikan. Saya yakin apabila semua itu dirangkul dan dibuatkan wadah akan ada inovasi pendidikan pada bulan Pendidikan. Bulan Mei tidak akan hanya sebagai bulan yang berlalu,

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

Majalah Unesa

akan tetapi akan mejadi bulan yang selalu ditunggu oleh semua kalangan pendidikan untuk mendapat pencerahan tentang pendidikan di Indonesia. Apakah saat ini Unesa sudah menjadi salah satu perguruan tinggi yang paling ditunggu pada Hardiknas ini? Justru kita harus menciptakan itu, apabila kita tidak bisa memanfaatkan momentum itu ya kita tidak akan ditunggu. Orang tidak akan mendapatkan apapun. Bisa saja kemungkinan akan dimanfaatkan oleh perguruan tinggi lain yang bahkan bukan dari bidang pendidikan apabila kita tidak segera menyambut. PR kita adalah bagaimana Unesa yang selama ini sudah melekat sebagai lembaga pendidikan penghasil guru harus aktif dan inovatif. Kemudian membangun bulan itu menjadi bulan bermakna. Kalau bukan kita lalu siapa? Tidak mungkin yang lain, harus kita yang membangun. Setelah orang tahu event itu kemudian dia merasakan manfaat maka mereka akan menunggu. Bagaimana cara memancing spirit warga Unesa akan pentingnya Hardiknas? Harus ada kesamaan dan inisiatif dari pihak, atau bisa diinisiasi oleh fakultas lalu ditarik ke yang lebih besar. Kemudian, pimpinan universitas mengajak pimpinan fakultas bersama-sama menjadikan


BINCANG UTAMA momentum bulan pendidikan menjadi bulan yang memberikan makna, yang ditunggu, yang even pencerahan pendidikan. Kalau itu semua dilakukan, saya yakin mahasiswa akan banyak yang berkolaborasi seperti ormawa, UKM dan organisasi lainnya. Kalau itu bisa menjadi tradisi setiap tahun akan mengangkat branding Unesa. Bulan Mei adalah bulannya pendidikan. Menurut bapak apakah Unesa memiliki keunggulan tersendiri dari pada perguruan tinggi lain mengenai Hardiknas? Sangat. Di Surabaya saja tidak ada lembaga LPTK sebesar Unesa. Selanjutnya Unesa memiliki prodi paling banyak, memiliki fasilitas yang memenuhi syarat untuk menyelenggarakan event itu. Kemudian kita termasuk 27 perguruan tinggi bonafit di Indonesia. Potensi itu ada, persoalannya bagaimana dengan potensi itu kita optimalkan. Hardiknas bukan hanya ritual upacara tiap tahun, apabila hanya itu yang dilakukan tidak akan menemukan makna apapun dibalik tanggal 2 Mei itu. Pendidikan itu sebagai pencerahan, bukan malah penggelapan. Bukan juga membuat seseorang semakin pesimis, akan tetapi makin optimis, jadi kita harus bisa menggali optimis masyarakat dalam pendidikan itu. Unesa dikenal sebagai kampus inklusi, apakah itu juga menjadi pengaruh dalam melaksanakan Hardiknas? Justru hal itu bisa menjadi keunggulan Unesa. Tapi tidak boleh dibranding bahwa Unesa pendidikannya hanya inklusi, karena di bidang pendidikan Unesa menangani keseluruhan. Pendidikan inklusi sebagai keunggulan Unesa, keunggulan itulah yang harus kita sampaikan kepada masyarakat. Unesa tidak hanya pendidikan inklusi

akan tetapi komitmen dan daya dukung yang lebih untuk pendidikan inklusi, masyarakat akan tahu bahwa Unesa punya tenaga tentang inklusi mereka yang tidak tahu akan datang ke Unesa.

pendidikan yang sudah digelorakan sejak dahulu dan kita jadikan Hardiknas menjadi momentum yang selalu mencerahkan bagi dunia pendidkan dan masyarakat Indonesia. n (IC/FBR)

Harapan mengenai pendidikan yang harus dilakukan Unesa ke depan seperti apa? Pendidikan esensinya adalah memanusiakan manusia dengan cara yang manusiawi. Jadi pendidikan harus dikembalikan kepada esensi pendidikan itu sendiri. Jadi manusia harus dimuliakan dengan cara yang mulia agar dia menjadi manusia yang bermartabat. Bukan sekadar soal respect kepada transfer knowledge, karena era ke depan ialah era yang tidak hanya sekadar transfer knowledge, tetapi era karakter, era orang-orang yang memiliki konsep bagus, era yang bisa mengadaptasi diri dengan perubahan itulah yang akan eksis. Jadi pendidikan harus mampu membuat anak-anak, kita semua tidak asing dalam eranya. Tetapi dia menjadi pribadi yang bisa mengambil peran dalam eranya. Harapan saya jangan jadikan Hardiknas hanya sebagai ritual upacara tahunan, akan tetapi jadikan Hardiknas sebagai momentum untuk menjaga spirit

Majalah Unesa

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

13


SOSOK &

KIPRAH

Dr. Trisakti, M.Si, Dekan Perempuan Pertama di FBS

JAWAB KEPERCAYAAN DENGAN KERJA KERAS DAN BERPRESTASI Biasanya, yang menjadi dekan selalu laki-laki. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan mulai terbukanya ruang bagi kiprah perempuan, FBS melakukan terobosan dengan menjadikan dosen perempuan sebagai dekan yang menahkodai Fakultas Bahasa dan Seni itu. Dialah Dr. Trisakti, M.Si. Seperti apa sosok dan kiprahnya?

Dr. Trisakti, M.Si

T

risakti lahir di Surabaya 28 September 1965. Ia mulai menjadi dosen di Unesa (dulu, IKIP Surabaya) sejak tahun 1991 di jurusan Seni Tari yang kala itu masih bertempat di kampus Unesa Ketintang. Trisakti adalah lulusan pertama S1 di jurusan Seni Tari. Ia melanjutkan pendidikan S2 dan S3 tentang kajian budaya di Udayana Bali. Sebagai dosen, ia telah banyak berkiprah sebagaimana

14

amanat Tridarma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan pengajaran, penelitian, pengabdian dan kegiatankegiatan lain. Sebagai dosen di jurusan Seni, Trisakti senantiasa aktif di berbagai kegiatan. Salah satunya, kegiatan muhibah seni. Ia pernah mengajak rombongan Unesa dalam kegiatan muhibah seni yang diselenggarakan Dikti. Untuk bisa mengikuti kegiatan muhibah seni itu, tidak mudah karena

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

Majalah Unesa

harus bersaing dengan perguruan tinggi se-Indonesia. Namun, Trisakti berhasil membawa rombongan seni budaya Unesa ke mancanegara. Tahun pertama ia membawa rombongan seni bersama dengan UM ke Thailand sekira tahun 1999. Atas Permintaan kedutaan Thailand, Unesa dipercaya membawa misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand. Kebetulan, saat itu ada acara pameran bunga di negeri gajah tersebut.


SOSOK & KIPRAH Tahun 2001, Trisakti mulai aktif dalam kompetisi muhibah seni itu. Sejak itu, ia pun mendapat kesempatan menjelajahi beberapa negara. Salah satunya ke China. Ia membawa rombongan besar tim seni Unesa yang terdiri atas mahasiswa dan dosen untuk pertunjukan seni, tari, dan musik di negeri panda itu. Dalam kompetisi Muhibah Seni itu, tim muhibah seni Unesa berhasil mendapatkan tiga kali kemenangan. Lebih Banyak Senangnya Semua kegiatan yang menguras waktu dan tenaga itu, tidak membuat Trisakti berkeluh kesah. Justru, ia mengaku sangat senang dengan semua aktivitas yang dilakukan. Kunci semua itu ada pada keikhlasan dan niat mengabdi di institusi yang sangat dicintai. Bahkan, Trisakti sudah menganggap FBS dan Unesa sebagai rumah keduanya. Ia mengaku jika tidak memiliki semangat seperti itu mungkin tidak akan mampu mewujudkan kegiatan-kegiatan berskala internasional tersebut. “Ini (kampus) rumah saya. Saya sekian lama di sini. Saya senang apabila bisa mengajak mahasiswa dan dosen pergi ke mancanegara dalam even internasional,” ujarnya. Tidak hanya aktif di kegiatan Muhibah Seni, Trisakti juga terlibat beberapa kegiatan. Di antaranya, SM3T. Sejak berdirinya SM3T hingga gelombang ke-6, Trisakti sudah terlibat di dalamnya. Ia beberapa kali ditugaskan untuk monev ke daerah-daerah 3T di Indonesia. Baginya, dapat berkeliling ke daerah-daerah terpencil dan terluar itu sungguh nikmat yang luar biasa. Dengan terjun langsung ke sana, ia dapat melihat langsung bagaimana lulusan Unesa mengajar di daerah pelosok. Betapa mulia dan sangat dibutuhkannya sosok guru di daerah 3T itu. “Jadi, selain pergi ke luar negeri, saya juga pergi menyusuri pelosokpelosok di dalam negeri,” ungkapnya. Prestasi dan Kegiatan Organisasi Meski kini telah menjadi Dekan FBS, bukan berarti kegiatan keorganisasiannya berhenti. Buktinya, sampai sekarang ia masih menjadi

pengurus Badan Pembina Seni Indonesia (BPSI) Jawa Timur. Untuk diketahui, kegiatan BPSI adalah mengurus Pekan Seni Mahasiswa tingkat Nasional yang dilaksanakan dua tahun sekali. Dalam even itu, Trisakti punya tugas membawa rombongan mahasiswa dari Jawa Timur untuk mewakili Jawa Timur mengikuti lomba tingkat nasional. Selain menjadi pengurus BPSI, ia menjadi narasumber Seni Budaya di direktorat SMP untuk seni budaya. Namun, karena aktivitasnya yang mulai padat sebagai dekan FBS, kini ia tidak lagi aktif dalam kegiatan tersebut. Sebab, kegiatan itu menguras waktu karena harus berkeliling Indonesia untuk program-program pemerintah. Seabrek aktivitas di keorganisasian seni, tak membuatTrisakti minim prestasi. Justru, ia kerap mendapatkan prestasi yang membanggakan. Ia pernah menjadi peneliti terbaik di Unesa tahun 2013. Padahal, saat itu ia masih sering disibukkan aktivitasnya ke luar negeri. Namun,Trisakti mampu menyeimbangkan antara kegiatan di luar dengan tangung jawab sebagai dosen. Trisakti mengaku tidak ada kiat khusus. Semua ia lakukan dengan niat, kemauan, dan semangat. Yang paling utama adalah disiplin. Oleh karena itu, ia selalu berpesan kepada mahasiswa apabila ingin sukses kuncinya adalah disiplin. Dalam proses kehidupan yang dijalani, ia sama sekali tidak pernah mencari-cari jabatan atau hal-hal lain. Apapun yang datang di kehidupannya, ia akan jalani dan lakukan dengan baik. Termasuk, menjadi dekan FBS saat ini, yang tidak pernah diimpikan sebelumnya. Namun, ketika diberi kepercayaan, ia tidak akan pernah menyia-nyiakannya, dan akan menjawab kepercayaan itu dengan kerja keras. “Seperti saat ini, saya diberi amanah menjadi dekan di FBS, saya harus menjalankan amanah ini dengan baik, dengan kerja yang sungguh-sungguh,” jelasnya. FBS Harus Lebih Maju Sebagai pimpinan FBS, Trisakti tentu akan berupaya menjadikan FBS lebih baik dan maju. FBS harus

Majalah Unesa

dapat menjadi fakultas yang lebih maju lagi dari tahun sebelumnya. Ia akan bekerja keras dan sungguhsungguh agar FBS lebih dikenal tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga internasional. Ia ingin masyarakat luas mengetahui bahwa FBS memiliki berbagai bidang ilmu yang kompeten. Selain itu, agar FBS semakin kuat, ia juga akan berupaya menjalin kerja sama untuk meningkatkan bidang akademik mahasiswa hingga tembus ke manca negara. Trisakti mengatakan bahwa perubahan ke arah yang lebih baik tentu menjadi harapan setiap pimpinan, dan hal itu merupakan sebuah keniscayaan. Oleh karena itu, ia bertekad membawa perubahan dengan berupaya memenuhi target-target yang telah ditetapkan fakultas untuk menunjang kinerja rektor. n (IC/FBR)

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

25


KIPRAH

LEMBAGA

MENGENAL PUSAT INKUBASI BISNIS DAN TEKNOLOGI UNESA

LEMBAGA: Prof. Dr. Titik Taufikurohmah, M.Si, Kepala Pusat Inkubasi Unesa.

PUSAT INKUBASI BISNIS MERUPAKAN BAGIAN PUSAT DARI LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT (LPPM). PUSAT INKUBASI BISNIS BERTUJUAN MELAKUKAN INKUBASI TERHADAP PENELITIAN-PENELITIAN DOSEN UNESA YANG SUDAH MENGHASILKAN PRODUK PENELITIAN UNTUK DIINKUBASI AGAR MENGHASILKAN PRODUK KOMERSIAL.

P

rof. Dr. Titik Taufikurohmah, M.Si, Kepala Pusat Inkubasi mengatakan, ke depan, Pusat Inkubasi sudah bisa mewadahi proposal-proposal CPPBT (Calon Pendirian Usaha Berbasis Teknologi) menjadi PPBT (Pendirian Usaha Berbasis Teknologi). Tujuannya adalah menjadikan produk penelitian menjadi produk komersial, dengan

16

penguatan berupa perizinan. Titik mencontohkan, semisal produk pangan, yang memerlukan perizinan PIRT (Perijinan Industri Rumah Tangga) dan dinkes. “Untuk poduk-produk manufaktur kita daftarkan di Deperindak TDP (Tanda Daftar Perindustrian), sedangkan untuk kosmetik dan obat ke POM,” ungkapnya. Titik mengatakan, ada berbagai

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

Majalah Unesa

macam jenis komersialisasi, bisa berupa UMKM, home industry yang tidak memerlukan tempat khusus, bisa juga dihubungkan dengan beberapa perusahaan yang membutuhkan update teknologi. “Itulah yang kita sebut menginkubasi bisnis,” terangnya. Menurut Titik, akan diusahakan semua penelitian di Unesa didaftarkan sebagai produk paten, sehingga jika bekerja sama dengan


KIPRAH LEMBAGA industry dapat menopang industri tersebut dengan cara penggunaan paten yang sudah didaftarkan. Dari sini, akan diusahakan Unesa mendapatkan royalti dari setiap paten yang digunakan industri. Mahasiswa juga Bisa Tidak hanya dosen, mahasiswa juga dapat menggunakan wadah Pusat Inkubasi ini karena mahasiswa juga memunyai program PKM (Program kreativitas Mahasiswa). Penelitian-penelitian mahasiswa yang bermutu melalui PKM akan diarahkan ke pendaftaran paten. Juga, bisa ditawarkan ke industri yang membutuhkan update teknologi. Selain itu, mahasiswa juga bisa menghasilkan produk-produk komersil dari penelitian PMW (Program Mahasiswa Wirausaha). Dari PMM itu, nantinya bisa diinkubasi sehingga menjadi pengusaha-pengusaha muda. Selain itu, ada juga program dari pemerintah yaitu CPPBT, yang ke depan juga akan didorong ke produk-produk komersial. Jika ingin bergabung menjadi tenan di pusat inkubasi, terang Titik, prosesnya pertama adalah mendaftarkan produk yang dimiliki ke Pusat HKI dan Publikasi (LPPM). Setelah terdaftar, Pusat Inkubasi Bisnis akan melihat potensinya, apakah berpotensi ditawarkan ke industri atau tidak. Misalkan, mahasiswa membuat produk biskuit, maka akan ditawarkan ke PT. Atau bisa juga diusahakan menjadi home industry, pusat inkubasi akan mengurus PIRT (Perizinan Industri Rumah Tangga) supaya orang dapat menjual. Titik menambahkan, pendaftar paten bisa dilakukan atas nama Unesa dan biaya akan ditanggung oleh lembaga. Namun, lembaga berhak memegang berkas paten. Tetapi, untuk pemasaran bisa melalui lembaga atau melalui orang itu sendiri. Nantinya juga akan ada pembagian royalti antara Unesa

diinkubasi agar penelitian mereka dapat dibuat menjadi produk komersial. Pusat inkubasi juga akan mengumpulkan dosen yang penelitiannya mencapai akhir pada penelitian terapan dan awal dari penelitian pengembangan sebanyak 30 orang (data pusat penelitian) akan diinkubasi agar penelitian dapat dibuat menjadi produk komersial. n EMIR

dengan pemilik paten. Untuk permulaan, disarankan dari kemenristek dikti tenant adalah penerima CPPBT atau bisa juga dari mahasiswa penerima PMW atau PKM, bisa juga dosendosen yang tingkatannya dalam penelitian pengembangan yang menghasilkan produk. Jika produk akan dikomersialkan, maka peneliti perlu pengetahuan untuk mengomersialkan produknya. “Mereka bisa dihimpun untuk menjadi tenant,” tambahnya.

PROFIL LEMBAGA

Tenant Inkubator Peneliti-peneliti yang sudah memiliki merek-merek terhadap produknya yang sudah diinkubasi disebut tenant dari inkubator bisnis atau rekanan. Tiap tenant akan disediakan ruangan di Unesa minimal 3 x 7 meter (standar Dikti). Tenant berhak beroperasi di tempat itu, bertaransaksi di tempat itu dan jika ada pembinaan mereka akan dipanggil ke ruang rapat untuk pengayaan apa yang mereka butuhkan, seperti manajemen keuangan dan pemasaran yang baik. “Tugas Pusat Inkubasi Bisnis Unesa mendatangkan narasumber, dan mereka berdiskusi hingga akhirnya ilmunya dapat diterapkan,” jelas Titik. Menurut Titik, jumlah tenant di Unesa terbatas bergantung seberapa banyak Unesa dapat menyediakan ruangan. Kalau Unesa menyediakan 30 ruangan, maka batasnya bisa mengajak 30 tenant. “ Kita masih mengusulkan gedung yang akan digunakan sebagai ruangan tenant adalah gedung Technology and Enterpreneurship Building di Ketintang,” tandasnya. Dalam waktu dekat, ungkap Titik, Kemenristek Dikti akan datang ke Unesa untuk memperjelas kedudukan Pusat Inkubasi Bisnis. Sebab, masih banyak yang belum tahu bahwa Unesa sudah memiliki pusat inkubasi bisnis sendiri. Selain itu, 15 tim yang mengikuti CPPBT untuk berikutnya akan siap membuat proposal PPBT dan akan

Majalah Unesa

NAMA LEMBAGA: Pusat Inkubasi Bisnis dan Teknologi NAMA TERDAFTAR DIKTI: Pusat Inkubasi Bisnis Universitas Negeri Surabaya TERVERIFIKASI DIKTI: 08 Maret 2019 (https://inkubator.ristekdikti.go.id/index.php/ inkubator/profil/gxyrPy3 ) KANTOR: Gedung Rektorat L-6 Kampus Unesa Lidahwetan (LPPM) RUANG PENGELOLAH: Technology And Enterpreneurship Building IsDB (masih diusulkan) KEPALA: Prof.Dr. Titik Taufikurohmah, M.Si (SK 25 Februari 2019) SEKRETARIS: Dr. Eni Wuryani, S.E., M.Si., CMA TIM AHLI: Biyan Yesi Wilujeng, S.Pd., M.Pd., Merlyana Dwinda Y, SE, ST, MSA, Ak, CA PENASIHAT TENANT: Amira Agustin Kocimaheni, S.Pd., M.Pd. ADMIN: Arif

Konsolidasi tim pusat inkubasi bisnis.

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

17


LENSA

UNESA

FOTO: HUMAS UNESA

PENGHARGAAN: Rektor Unesa Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes menyerahkan piagam penghargaan kepada dosen beprestasi di lingkungan Universitas Negeri Surabaya dalam rangka Hari Pendidikan Nasional tahun 2019 .

SEMARAK PERINGATAN HARDIKNAS 2019

U

niversitas Negeri Surabaya menggelar upacara bendera dalam rangka memeringati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada 2 Mei di halaman Rektorat Unesa Kampus Lidah Wetan pada Kamis 2 Mei 2019. Upacara tersebut dihadiri seluruh sivitas akademik, dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa Unesa. Rektor Unesa, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes bertindak sebagai inspektur upacara. Peringatan Hardiknas tahun ini, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi mengusung tema “Mewujudkan SDM Kompetitif, Inovatif dan Berkarakter�. n(SURYO)

18

INSPEKTUR: Rektor Unesa Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes bertindak sebagai inspektur upacara dalam Peringatan Hardiknas tahun 2019.

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

Majalah Unesa


LENSA UNESA

Humas Unesa Benchmarking ke UPI dan ITB Bandung UNTUK meningkatkan kinerja di bidang kehumasan, tim Hubungan Masyarakat (Humas) Unesa melakukan benchmarking ke Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Kedua kampus tersebut dipilih karena dua universitas ini dirasa mampu memberikan ilmu untuk dijadikan pertimbangan kemajuan humas Unesa ke depannya. Di UPI, tim Humas Unesa diterima Kepala Kantor Hubungan Masyarakat, Dr. Yuliawan Kasmahidayat, M.Si dan tim di Kantor Rektorat Gedung Isola, sedangkan di ITB, tim Humas Unesa diterima Direktur Direktorat Hubungan Masyarakat dan Alumni, Dra. Samitha Dewi Djajanti di Ruang Rapim B Gedung Rektorat ITB. n AYU/WAHYU

Ramadan, Unesa Gelar Bukber untuk Masyarakat Sekitar UNESA menggelar buka bersama (bukber) di hari pertama puasa dengan cara yang unik. Untuk membangun sinergi bersama masyarakat, Unesa menggelar meja sepanjang 15 m dengan hidangan makanan disertai es dawet manis. Hidangan tersebut sengaja ditata untuk menyambut pengguna jalan yang sedang melewati lokasi tersebut. kegiatan buka bersama tersebut dihadiri Rektor Unesa, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. Tidak hanya sekadar menyapa, Nurhasan bahkan sempat menjamu beberapa diantara warga yang hadir secara langsung. Kegiatan tersebut merupakan bentuk kontribusi Unesa untuk terus maju dan bersinergi bersama masyarakat. n AYU/WAHYU BUKBER: Rektor Unesa, Prof. Nurhasan turut membagi langsung makanan untuk berbuka puasa kepada masyarakat di sekitaran jalan raya depan gerbang kampus Unesa Lidah Wetan.

Majalah Unesa

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019

|

19


INSPIRASI

ALUMNI

Fitriya, Alumni FBS Unesa yang Berkiprah dengan Anak Berkebutuhan Khusus

DIRIKAN SEKOLAH ABK KARENA PANGGILAN JIWA SEMUA DIMULAI DARI INTENSITAS FITRIYA BERINTERAKSI DENGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK). IA MENGAKU, SEJAK MASIH KULIAH SUDAH AKTIF MENGAJAR DAN MENERAPI ABK. IA JUGA SERING MENYAKSIKAN KESULITAN AKSES ORANG TUA KE RUMAH SAKIT DAN PUSAT TERAPI UNTUK SANG ANAK. SEMUA ITU MEMBERIKAN SENTUHAN KE HATI FITRIYA UNTUK MENGABDIKAN DIRI MEMBANTU ABK.

Pada awalnya, sejak sebelum lulus kuliah, saya sudah mengajar atau menerapi anak-anak berkebutuhan khusus. Dari situ membuat saya bersyukur dengan keadaan saya. Dari rasa syukur itu saya wujudkan dengan mendedikasikan diri menjadi guru, terapis, bahkan teman bagi anak-anak berkebutuhan khusus dan keluarganya,” tutur alumni S-1 Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya itu. Setiap berangkat bekerja, di angkot ia selalu mendengar keluhan orang tua yang jauh dari layanan disabilitas/RS/ SLB dan pusat terapi. Akibatnya, mereka susah mengatur waktu terapi, kesulitan transportasi, bahkan ada yang harus oper bemo dua sampai tiga kali karena jaraknya jauh, dan banyak harus meninggalkan pekerjaan demi mengantar anaknya. Belum lagi kalau sudah

20

sampai di tempat terapi atau rumah sakit, anaknya sudah tidur karena kecapekan, anaknya rewel, dokter atau terapisnya tidak ada, atau loket sudah tutup dan akhirnya tidak jadi terapi. Melihat realitas itu, Fitriya berdoa, suatu hari ia ingin memiliki tempat untuk membantu mereka. Ternyata, doa itu dikabulkan oleh Allah SWT. Kini, ia memiliki tempat seperti yang diinginkan di Graha Suryanata Blok A1/No. 04 Sumberejo Pakal Surabaya, Surabaya Barat. “Yayasan Pendampingan Anak Indonesia Surabaya (PAIS) yang fokus pada pendampingan anak berkebutuhan khusus yang yatim/piatu, dan dhuafa bagi anak berkebutuhan khusus mendirikan pusat terapi bernama Autistic Children Therapy (ACT) sebagai rumah belajar dan berlatih ABK,” kata Fitriya menerangkan. Yayasan yang sudah berusia dua tahun itu kini

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

Majalah Unesa

Fitriya memiliki siswa sebanyak 25 anak dengan berbagai macam kebutuhan

khusus. Ada yang autis, ADHD, slowlearner, downsyndrome, gangguan


INSPIRASI ALUMNI

pendengaran, gangguan belajar spesifik, dan gangguan lainnya. “Untuk melayani mereka, saya dibantu 10 terapis atau guru,” tutur perempuan kelahiran Surabaya, 12 Desember 1979 itu. Sistem belajar yang dipakai adalah dengan membagi tiga sesi setiap hari. Sesi pertama berlangsung pada pukul 08.00 - 11.00, sesi kedua berlangsung pada pukul 11.00-14.00, dan sesi ketiga berlangsung pada pukul 14.00-17.00. “Selama 3 jam dalam satu sesi tersebut anak diajar sesuai dengan IEP-nya secara one on one dengan metode sesuai kebutuhannya. Kemudian dilatih bersosialisasi, bina diri (self help) untuk kemandirian mereka, kelas transisi, dan vokasional,” paparnya. Selain terapi, ada kegiatan lain yang dilakukan oleh sekolah Fitriya, antara lain: 1) out door therapy bertema, seperti transportasi, binatang, belanja, ke taman, dan berenang yang diadakan sebulan sekali; 2) pelatihan untuk guru, terapis, dan orang tua tentang hal yang diperlukan dalam menangani ABK; 3) kegiatan sosial seperti santunan anak yatim khusus ABK; dan 4) konsultasi dan tempat magang calon terapis atau guru ABK. Tak Mudah Rekrutmen Guru atau Terapis Alumnus SMA Assa’adah Bungah Gresik itu mengaku tidak mudah

KEGIATAN: Fitriya bersama aktivisi peduli ABK dalam sebuah kegiatan “Managing ASD in The Classroom.

mewujudkan keinginannya. Selalu ada hambatan dan tantangan yang dihadapi, khususnya dalam proses rekrutmen guru atau terapis yang mempunyai komitmen untuk menjadi guru ABK. “Selain karena ACT belum bisa memberikan gaji yang sepantasnya dari pejuangan dan dedikasi mereka, juga tidak banyak guru yang merasa terpanggil hatinya. Saya menyadarinya ketika wawancara calon guru, mereka mempertanyakan gaji sesuai UMR, jenjang karier, apalagi ketika mereka tahu kesulitan anak yang akan dihadapi atau diterapi. Akhirnya, mereka lebih memilih bekerja di perusahaan atau guru di sekolah formal,” papar Fitriya. Oleh karena itu, untuk menghadapi berbagai kesulitan yang dihadapi dalam proses penanganan siswa, Fitriya melakukan beberapa langkah. Pertama, ia membagi menjadi tiga sesi belajar setiap hari. Tiap sesi berlangsung selama tiga jam. Kedua, para guru atau terapis yang sudah bergabung di-training dan diupgrade melalui seminar atau workshop dengan mendatangkan narasumber atau mengikutkan mereka ke berbagai acara serupa di lembaga-lembaga yang menangani ABK.

Majalah Unesa

“Kami juga membangun hubungan yang baik dan menanamkan tanggung jawab bersama serta mengajak semuanya bekerja dengan tulus sebagai bentuk rasa syukur karena kami tidak dalam keadaan seperti mereka. Kami menanamkan optimisme bahwa jika bersama ABK, Allah tidak akan tinggal diam dalam kehidupan kita, apalagi sekadar soal gaji, biarkan Allah yang mencukupi,” ujarnya mantap. Meskipun tidak dapat dikatakan mudah melakukan semua itu, banyak hambatan yang menghadang, Fitriya tidak mau menyerah. Semangatnya untuk membantu keluarga yang mempunyai ABK, khususnya bagi keluarga yang kurang mampu, sudah bulat. Ia ingin mempersiapkan ABK untuk bisa mendapatkan hak pendidikannya. Ia ingin mereka diterapi dan dilatih di ACT supaya mampu dididik dan mandiri supaya siap disekolahkan ke sekolah reguler, inklusi, SLB, PG, atau TK. “Biarkan perbuatan dan niat baik dianggap kecil menurut manusia, semoga besar menurut Allah”, itulah moto hidup yang Fitriya, S.Pd. pegang erat dalam mengabdikan hidupnya demi kebermanfaatan untuk sesama. n (SYAIFUL RAHMAN)

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

21


ARTIKEL

POPULER

UNESA: KUKUHKAN KESADARAN DAN EMPATI DALAM MEMAJUKAN PENDIDIKAN INKLUSI Vinda Maya Setianingrum., M.A UNESA HARUS MENJADI KAMPUS PERCONTOHAN PENDIDIKAN INKLUSIF. KAMPUS UNTUK SEMUA, MENJADI TEMPAT TUMBUH DAN BERKEMBANGNYA POTENSI ANAK NEGERI, SERTA TEMPAT MERAIH KESUKSESAN BAGI SEMUA ANAK BANGSA. ITULAH YANG DIUPAYAKAN UNESA DALAM PERAYAAN HARI PENDIDIKAN MEI 2019 LALU, AGAR HARAPAN KI HAJAR DEWANTARA, TOKOH PENDIDIKAN, PAHLAWAN NASIONAL ITU BISA TERWUJUD.

H

ari pendidikan yang dirayakan pada Mei 2019 lalu harus menjadi perayaan bersama semua anak bangsa. Hari bersejarah yang diambil dari hari lahirnya pahlawan nasional, Ki Hajar Dewantara itu harus menjadi hari pengukuhan kesadaran bersama akan arti penting pendidikan bagi semua. Sebab, hak berpendidikan melekat pada diri setiap anak bangsa, tanpa “pengecualian”. Termasuk anak yang berkebutuhan khusus (ABK). Keberadaan ABK harus dimaknai secara optimis oleh semua pihak. Bahkan penyebutan ABK untuk mereka perlu diganti dengan kosa kata yang lebih optimis. Jika belum ada kata yang tepat, penyebutan anak istimewa (AI) untuk mereka, mungkin bisa menjadi alternatif. Karena mereka bukan hambatan bagi keluarga maupun masyarakat. Terlalu berlebihan, jika kita melihat sosok mereka sebagai makhluk yang lemah. Justru mereka adalah

22

mutiara kehidupan yang memiliki hak dan potensi yang sama dengan yang lain. Jangan hanya karena mereka memiliki sedikit perbedaan fisik maupun psikis saja, lantas menjadi alasan pengecualian antara “kita” dan “mereka”. Pandangan demikian di tengah masyarakat harus disudahi. Kesadaran akan empati dan kepedulian harus semakin ditingkatkan kepada siapa saja. Termasuk kepada generasi istimewa.

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

Majalah Unesa

Mereka membutuhkan kesempatan, kasih sayang, dan solidaritas bukan karena mereka lemah, namun itulah sifat bawaan semua manusia yang muncul dalam relasi sosial dan sebagai konsekuensi hidup bermasyarakat. Bukankan tidak ada manusia yang hidup tanpa bantuan orang lain? Tentu semua manusia membutuhkan pertolongan dan bantuan. Itu akan terjadi jika empati dan solidaritas antar sesama kita tumbuhkan dalam diri. Antara ABK dan normal, sama-sama memiliki itu, hanya saja sedikit berbeda dalam penyaluran dan perlakuannya. Mei 2019 harus menjadi tonggak masa depan anak-anak istimewa yang lahir dari tanah pertiwi ini. Kita mengapresiasi, AI di Indonesia bisa mendapatkan hak yang sama, itu sudah disuarakan oleh pemerintah maupun organisasi pemerhati AI yang sering didengungkan setiap saat. Bahkan hari kesadaran autisme ramai dirayakan bersama oleh semua


ARTIKEL POPULER pihak. Artinya, masyarakat Indonesia banyak yang memiliki solidaritas dan empati untuk itu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017 yang dirilis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), jumlah anak istimewa di Indonesia mencapai 1,6 juta anak. Salah satu upaya yang dilakukan Kemendikbud untuk memberikan akses pendidikan kepada mereka adalah dengan membangun Sekolah Luar Biasa (SLB), dalam istilah saya sekolah istimewa. Memaksimalkan langkah itu, pemerintah terus mendorong tumbuhnya sekolah inklusi di daerah-daerah. Data di tahun yang sama, dari 1,6 juta anak AI di Indonesia, baru 18 persen yang sudah mendapatkan layanan pendidikan inklusi. Sekitar 115 ribu anak berkebutuhan khusus yang sudah bersekolah di SLB, sedangkan ABK yang bersekolah di sekolah reguler pelaksana Sekolah Inklusi berjumlah sekitar 299 ribu. Itu dua tahun lalu dan mengalami peningkatan yang signifikan di tahun 2018 dan diharapkan banyak perubahan di tahun 2019. Seiring dengan itu, banyak AI yang menorehkan prestasi gemilang di tingkat nasional maupun internasional. Bahkan setiap tahun, mereka memiliki olimpiade tersendiri dalam bidang olahraga. Kendati demikian, masih perlu kerja keras untuk mewujudkan pendidikan inklusif. Itu tidak harus ditagih kepada pemerintah saja, namun harus sama-sama ditunaikan semua pihak. Karena itu tugas bersama, dan tanggung jawab bersama. Harapannya bukan hanya mendesain pendidikan hanya sebagai wadah, namun tuntutannya bagaimana wadah aktualisasi potensi AI itu semakin berkualitas dari tahun ke tahun. Dari pendidikan itu juga bisa mendidik dan mempengaruhi lingkungan sehingga ramah bagi mereka dan mereka pun diterima baik tanpa diskriminatif, dan tanpa “pengecualian” persepsi.

Anak Istimewa jadi Perhatian Unesa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) sebagai kampus yang menaruh banyak perhatian terhadap anak-anak istimewa. Selain memiliki pusat studi layanan disabilitas yang dirilis sejak 2013 silam dan desain lingkungan kampus yang juga ramah disabilitas. Bahkan dalam kurikulum universitas berbasis industri 4.0 yang dalam proses pengembangan itu memosisikan disabilitas sebagai salah satu porsi pertimbangan penting yang perlu diperhatikan dalam kurikulum. Kabar baiknya lagi dan itu semakin mengukuhkan Unesa sebagai “kampus inklusif” adalah beberapa tahun terakhir, Unesa menjalin kerja sama dengan berbagai kampus luar negeri guna pengembangan pendidikan dan penelitian terkait anak istimewa. Relasi kerja sama itu berawal dari konsorsium INDOEDUC4ALL bertajuk “Developing Friendly Campus for All” yang dihadiri 5 Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia dan 3 universitas yang tergabung dalam konsorsium Eropa. Beberapa anggota di antaranya Universitas Indonesia, Unesa, UIN Sunan Kalijaga, UIN Syarif Hidayatullah, IAIN Surakarta, Universitas Lambung Mangkurat, Alicante University (Spanyol), Pireous University (Yunani) dan Glasgow Caledonia University (United Kingdom) serta diikuti oleh satu organisasi sosial SIGAB Yogyakarta. Dalam program itu juga menyepakati tiga komitmen utama dalam pengembangan kampus inklusif, yaitu: (1) kebijakan pimpinan yang afirmatif; (2) praktik layanan untuk semua yang berasas kesetaraan, pemenuhan hak, akomodatif, aksesibel dan tidak diskriminatif; (3) budaya lingkungan kampus yang inklusif dan ramah untuk semua. Lewat program itu, semua berkomitmen bersama untuk menyediakan layanan dan fasilitas

Majalah Unesa

bagi pendidikan anak disabilitas, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), penyediaan laboratorium inklusi, dan pendidikan Luar Biasa. Komitmen Unesa dalam mewujudkan kampus ramah untuk semua mulai mendapat angin segar karena sejalan dengan program provinsi Jawa Timur yang juga membuka ruang untuk generasi istimewa lewat perda disabilitas dan pergub pendidikan inklusif serta menfasilitasi penyelenggaraan pendidikan inklusif. Mulai tahun 2019, Unesa membuka pendaftaran jalur khusus untuk peserta disabilitas agar mereka bisa mengenyam pendidikan tinggi di prodi-prodi yang ada di Unesa, bahkan Unesa juga mengupayakan beasiswa agar anak-anak disabilitas tersebut bisa kuliah tanpa biaya. Sampai saat ini terdapat 28 mahasiswa Disabilitas di Unesa yang aktif mengikuti proses perkuliahan, mereka di antaranya masuk di prodi Pendidikan Luar Biasa FIP, prodi Seni FBS, dan prodiprodi yang ada di Fakultas Ekonomi. Unesa harus menjadi kampus percontohan pendidikan inklusif. Kampus untuk semua, menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya potensi anak negeri, serta tempat meraih kesuksesan bagi semua anak bangsa. Itulah yang diupayakan Unesa dalam perayaan hari pendidikan Mei 2019 lalu, agar harapan Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan, pahlawan nasional itu bisa terwujud. n

Vinda Maya Setianingrum, M.A adalah Koordinator Humas UTBK Unesa

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

23


SEPUTAR

UNESA

DOKTOR: Drs. Sujarwanto, M.Pd., saat ujian terbuka doktor di hadapan para penguji di PPs Universitas Negeri Surabaya, (28/5).

RAIH DOKTOR BERKAT RISET PENDIDIKAN INKLUSIF

R

iset tentang pendidikan inklusif membuat Sujarwanto meraih gelar doktor pendidikan pada Program Studi Manajemen Pendidikan, PPs Universitas Negeri Surabaya, (28/5). Di depan dewan penguji dan disaksikan puluhan undangan, Sujarwanto yang juga Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama itu berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Perilaku Organisasi dalam Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Perguruan Tingggi (Studi Multikasus di Universitas Brawijaya Malang dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta)”. Menurut Sujarwanto, riset pendidikan inklusif urgen dilakukan. Tujuannya, mendeskripsikan dan menganalisis pola perilaku organisasi tingkat mikro, meso, makro dan dampaknya dalam penyelenggaraan pendidikan di dua perguruan tinggi tersebut. Riset setahun itu membuahkan

24

4 temuan. Pertama, pola perilaku organisasi mikro yang berkembang disetiap individu sivitas akademika di dua PT meliputi motivasi keikhlasan dan aktualisasi diri, persepsi selektif, emosi stabil, kepribadian ekstraversi, kepuasan kerja positif yang berkontribusi positif pada lembaga. Kedua, pola perilaku organisasi meso menunjukkan interaksi antar individu/kelompok komunikasi persuasif, harmonis, kerja tim yang kolaboratif saling melengkapi dan kepemimpinan transformasional. Ketiga, pola perilaku organisasi makro yang ditunjukkan pemegang kebijakan tingkat fakultas dan universitas yang mencakup kekuasaan yang bijak, toleran, dan perilaku politik tanpa ‘beban dan syarat’. Keempat, dampak yang dirasakan dari pola perilaku organisasi adalah kondisi psikologis dan mental yang kuat, hubungan yang harmonis, dan situasi yang kon-

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

Majalah Unesa

dusif serta nyaman dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif. Lebih lanjut, menurut Sujarwanto, semua pola perilaku organisasi mikro, meso, dan makro mampu membentuk sosok pribadi yang toleran, agamis, dan logis, menciptakan hubungan yang harmonis antar individu atau kelompok melalui interaksi yang dibangun, dan menanamkan kesadaran dalam praktik kekuasaan dan perilaku politik untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan inklusif dengan memberikan pelayanan yang ramah kepada mahasiswa disabilitas. Ujian berlangsung dengan lancar, hingga dewan penguji yang diketuai Direktur PPs Unesa, Dr. Edy Mintarto, M.Kes, menyatakan kelulusan Sujarwanto dengan predikat ‘pujian’. Selamat dan sukses untuk Dr. Sujarwanto, M.Pd. Selamat mengabdikan ilmu bagi sesama. n (MK)


SEPUTAR UNESA

PUSAT BAHASA MANDARIN PERKUAT KERJA SAMA DENGAN KONJEN TIONGKOK

U

niversitas Negeri Surabaya menyelenggarakan peringatan 8th Anniversary of Pusat Bahasa Mandarin Unesa dengan mengusung tema “Aku Cinta CI” yang dilangsungkan di Confusius Institute, Surabaya (25/05), dan dihadiri langsung oleh Konsulat Jenderal Tiongkok dari Surabaya, Gu Jingqi. Konjen Tiongkok Surabaya itu mengaku Kebudayaan di Indonesia tidak jauh berbeda dengan kebudayaan di Tiongkok. Hal ini menjadi suatu kecocokan tersendiri untuk menjalin kerjasama antara keduanya. Ia berharap agar kerjasama ini terus terjalin dengan baik ke depannya terutama di bidang perdagangan, ekonomi, pendidikan, dan pariwisata. Salah satu bentuk kerja sama yang terjalin adalah dengan Unesa dalam bidang pendidikan. Gu Jingqi menegaskan Confusius Institute menjadi lembaga pertama di Jawa Timur dari perguruan tinggi yang bekerjasama langsung dengan Konsulat Jenderal Tiongkok. Gu Jingqi berharap kerjasama yang terus terjalin ini dapat memperkuat dan muwujudkan pendidikan yang berkualitas khususnya dalam Bahasa Mandarin. Perayaan hari jadi ini selalu rutin diadakan setiap tahunnya dengan tujuan utama mengembangkan Pusat Bahasa Mandarin di Unesa dan meraih mitra kerjasama yang baik. Acara ini turut mengundang beberapa universitas, diantaranya Universitas Airlangga, Universitas Narotama, Universitas Petra, Universitas

Widyamandala, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, dan STIBA. Drs. Slamet Setiawan, MA, Ph.D., mengaku merasa senang dan berterima kasih atas terwujudnya kegiatan 8th anniversary kali ini. “Kegiatan ini dilakukan demi menunjang Pusat Bahasa Mandarin di Unesa. Kami terus berusaha untuk mengembangkan dan mendukung kegiatan ini,” tuturnya. Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. Bambang Yulianto, M. Pd., juga turut angkat bicara. Ia berharap kerjasama antara Confusius Institue (CI) dengan Unesa menjadi kerjasama yang lebih baik kedepannya. “Hal ini akan mewujudkan sinergi yang baik antara Tiongkok dengan Indonesia, dan itu menjadi perkembangan baik di dunia khususnya dalam ranah pendidikan,” tegasnya. Acara ini menyimpan kesan menarik tersendiri bagi peserta yang hadir. Hani, mahasiswi asal Universitas Widya Kartika Surabaya, mengaku dirinya antusias sekaligus senang bisa mengikuti acara ini. Ia juga mendapatkan tambahan ilmu tentang bahasa Mandarin, sekaligus rekan sesama jurusan dari universitas yang berbeda. Hal yang dirasakan Hani, juga turut dirasakan oleh Amal. Mahasiswi Jurusan Bahasa Mandari Unesa itu mengaku, perayaan menarik ini bukan pertama kalinya dilaksanakan, sebab sejak tahun sebelumnya perayaan juga tak kalah menarik. Ia merasa senang dan bangga Unesa bisa terus mengembangkan Bahasa Mandarin lewat kegiatan seperti ini. n (FBR/IC/WHY)

Majalah Unesa

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

25


SEPUTAR

UNESA

SINERGI: Sosialisasi dan pemaparan Tracer Study dan Pusat Karier ang akan diterapkan di lingkungan universitas.

SINERGI PELAKSANAAN TRACER STUDY DAN PUSAT KARIER

U

niversitas Negeri Surabaya melaksanakanSosialisasi dan Pemaparan Tracer Study dan Pusat Karir, (21/05) yang akan diterapkan di lingkungan universitas. Kegiatan ini dihadiri oleh dekan, wakil dekan bidang kemahasiswaan, Kabiro BAKPK, Kabag Kemahasiswaan, dan Kasubbag selingkung Unesa. Acara yang dilaksanakan di Auditorium Lantai 11 dimulai sejak pukul 09.00 pagi. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Agus Hariyanto, M.Kes., dalam sambutannya menyampaikan, bahwa untuk mewujudkan Tracer Study dan pusat karir diperlukan sinergi yang kuat dari seluruh elemen kampus. Agus juga menyampaikan Tracer Study menjadi indikator penting dalam membenahi perubahan dalam universitas

26

sebagai peningkatan layanan. Oleh karena itu dengan adanya kegiatan ini Agus berharap seluruh jajaran yang hadir dapat menangkap ilmu yang diberikan dalam sosialisasi sehingga masing-masing fakultas dapat mensosialisasikan pada jajarannya agar dapat melaksanakan instrumen yang nantinya disusun oleh universitas. “Tracer Studi sangat penting untuk peningkatan mutu kualitas pelayanan dalam universitas, untuk itu mari kita sinergikan untuk membuat instrumen yang pas dalam pelaksanaannya. Sedangkan Pusat Karir dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan perguruan tinggi dalam mencetak lulusannya yang diterima di dunia kerja. Jadi, Unesa akan lebih serius dalam pelaksanaan Pusat Karir,� ujarnya. Setelah menyampaikan sambutan sekaligus membuka

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

Majalah Unesa

acara sosisalisasi, acara dilanjutkan dengan pemaparan pemateri oleh Dr. Eng Bambang S. Budi selaku Presiden Indonesia Career Center Network dan Direktur ITB Career Center. Senada dengan pernyataan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Alumni, Bambang menambahkan bahwa Tracer Study merupakan survei alumni mengenai lulusan penyelenggaraan pendidikan tinggi. Dari survei yang diberikan oleh alumni hasil analisisnya digunakan untuk feedback atau umpan balik penyempurnaan kualitas pendidikan tinggi. Selain itu, Bambang mengatakan Tracer Study juga mampu menyediakan berbagai infromasi yang bermanfaat bagi kepentingan evaluasi hasil pendidikan tinggi serta kontribusi dalam pelaksanaan akreditasi. n (WHY/TNI)


SEPUTAR UNESA

DIRESMIKAN. LABORATORIUM TENIS SIAP TINGKATKAN PRESTASI OLAHRAGA

U

niversitas Negeri Surabaya siap mendukung peningkatan prestasi olahraga baik tingkat lokal, regional, dan Internasional. Komitmen tersebut ditegaskan Prof. Dr. Nurhasan, M.kes, Rektor, dalam peresmian Laboratorium Mata Kuliah Tenis di kampus Lidah Wetan selasa sore (28/5). Dalam sambutannya, Nurhasan mengakui Unesa terus berupaya melengkapi fasilitas olahraga. Ia menyebut saat ini, kampus memiliki dua fasilitas olahraga indoor dan satu outdoor. Ke depan, akan ditambah dua fasilitas indoor lagi untuk melengkapi fasilitas sport science Unesa yang dianggap terbaik karena banyak atlet Jawa Timur pernah tes atau berlatih di sana. Mantan Dekan Fakultas Ilmu Olahraga (FIO) itu mengaku penambahan dan pengembangan fasilitas tersebut tak lain untuk meningkatkan prestasi. Ia menyebut Unesa siap bekerja sama dengan pihak manapun

yang berkepentingan memajukan kejaayaan bangsa melalui olahraga. “Kami terus membuka diri terhadap beragam bentuk kerja sama. Intinya, untuk kepentingan prestasi kami siap mendukung, termasuk ke depan ini Unesa siap mem-backup Dispora Jatim menyiapkan atlet menuju PON 2020”, tegasnya. Sementara, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, P.hd, Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti (SDID) Kementerian Riset dan Pendidikian Tinggi, yang meresmikan laboratorium tersebut mendukung misi Unesa mengembangkan fasilitas olahraga. Ia menyebut Universitas harus menghasilkan SDM yang tidak hanya memiliki karakter pemenang tetapi juga kompetensi. “Unesa saya anggap sudah siap dan saya meyakini setelah memiliki gedung ini prestasinya lebih bagus. Semoga ke depan dapat melahirkan atlet dan SDM berprestasi setelah terus melengkapi fasilitas”, terangnya. Selain sarana dan prasarana fisik, Ali meminta kampus

Majalah Unesa

mengembangkan metode pelatihan dan pembelajaran berbasis teknologi. Ia menyebut di era Revolusi Industri 4.0 pemanfaatan teknologi menjadi keharusan. “Tidak cukup fisik saja tetapi saya berharap ada model yang dikembangkan berbasis teknologi. Misalnya setelah lapangan tenis ini, ada pengembangan software yang melatih skill tenis”, lanjutnya. Dalam agenda peresmian tersebut, hadir pula sejumlah pejabat kampus LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) seperti Prof. Dr. Sutrisna Wibawa M.Pd, rektor Universitas Negeri Yogyakarata, Prof. Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd, Rektor Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja Bali, Prof. Drs. John Hendri, M.Si, Ph.D, Pelaksana Tugas (Plt) Rektor Universitas Negeri Gorontalo, serta perwakilan dari Dispora Jatim, Kepolisian Daerah Jatim, Kodam V Brawijaya, serta Kejaksaan Tinggi Jatim. Setelah jeda untuk buka puasa kegiatan ditutup dengan eksebisi bermain tenis. n (HUMAS UNESA)

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

27


Kabar

PRESTASI Kejuaraan Nasional Petanque Competition New Kampret 2019

TIM UNESA RAIH PERAK

JUARA: Rektor Unesa, Prof. Nurhasan (depan) foto bersama para peraih medali kejuaran Kejuaraan Nasional Petanque.

U

ntuk kali pertama. New Kampret Petanque menyelenggarakan kompetisi Petanque pada 21 – 22 April 2019 di Gor New Kampret Menganti. Kegiatan tersebut dibuka oleh Ketua Umum PB FOPI, Caca Ica Soleh. Ratusan peserta dari berbagai daerah di Indonesia seperti DKI Jakarta, Bali, Aceh, Jawa Barat dan bahkan dari Malaysia ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Rinciannya, 118 peserta double open, 60 peserta shooting putra, 32 peserta shooting putri, dan double eksekutif yang merupakan kategori kumpulan pelatih petanque. Kejuaraan tersebut rencananya akan menjadi agenda rutin Pemprov Fopi Jatim yang akan dilaksanakan setiap bulan April. Kejuaraan diselenggarakan dalam rangka meningkatkan prestasi atlet, khususnya Jawa Timur dalam persiapan jelang PON 2020 di Papua. Selain itu, kejuaran tersebut juga menjadi ajang silaturahmi para pengurus dan atlet Petanque di seluruh Indonesia. Dalam kejuaraan tersebut, tim Petanque Unesa berhasil menjadi

28

juara 2 mendapatkan perak kategori Double Open Eksekutif dari pasangan Abdul Hafid dan Anto. Menurut Hafid, kemampuan fisik yang perlu dikuasai oleh atlet Petanque adalah speed, power, dan daya tahan. Sebab, kejuaraan tersebut dapat berlangsung sangat lama yang menguras tenaga. Bahkan, bisa sampai dari pagi hingga malam hari. Oleh karena itu, sebagai pelatih, Hafid terus memotivasi atletnya agar mengembangkan diri dengan memperbanyak latihan. “Saya yang tidak muda lagi saja masih bisa berprestasi. Apalagi yang muda, harus ditingkatkan prestasinya,” ungkapnya sembari berharap Tim Petanque Jatim dapat berbicara banyak di PON 2020 Papua. Sekadar diketahui, sebelum Petanque Competition New Kampret diselenggarakan, Unesa sudah pernah mengadakan even tersebut saat menyambut dies natalis ke54. Saat itu, Fakultas Ilmu Olahraga (FIO) menjadi tuan rumah Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Petanque III yang dilaksanakan pada 30 Oktober s.d. 4

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

Majalah Unesa

November 2018. Kegiatan tersebut dibuka Prof. Dr. Mulyana, M.Pd., selaku Deputi IV Peningkatan Prestasi Olahraga, di lapangan petanque FIO. Pada Kejurnas tersebut, diikuti perwakilan dari 19 provinsi meliputi 19 atlet dari Aceh, 15 atlet dari Kalimantan Timur, 16 atlet dari Jawa Barat, 11 atlet dari dari Jambi, 8 atlet dari Sumatra Selatan, 15 atlet dari Sumatra Utara, 15 atlet dari DKI Jakarta, 9 atlet dari Daerah Istimewa Yogyakarta, 15 atlet dari Sulawesi Selatan, 16 atlet dari Banten, 12 atlet dari Papua, 7 atlet dari Riau, 11 atlet dari Bali, 7 atlet dari Sulawesi Tengah, 3 atlet dari Kalimantan Utara, 9 atlet dari Sulawesi Tenggara, 6 atlet dari Jawa Tengah, 7 atlet dari Kalimantan Barat, dan 22 atlet dari Jawa Timur. Dalam kejurnas kali ini, ada 11 nomor perlombaan yang akan dilombakan. Kejurnas pentanque III ini dibagi menjadi 11 kategori, yakni shooting man, shooting woman, single man, single woman, double man, double woman, double mix, triple man, triple woman, triple mix 2 man 1 woman, dan triple mix 2 woman 1 man. n JUM/FIKR/AY


KABAR PRESTASI

ROBOT: Tim Robot Azzahraly FT Unesa yang berhasil meraih juara 2 Kontes Robot Indonesia (KRI) regional IV kategori kontes robot tari yang diadakan di Universitas Mataram Lombok pada 21-23 April 2019.

ROBOT AZZAHRALY RAIH JUARA 2 KONTES ROBOT REGIONAL 4 DIVISI TARI

T

im Robot Azzahraly asal Fakultas Teknik Unesa berhasil meraih juara 2 Kontes Robot Indonesia (KRI) regional IV kategori kontes robot tari yang diadakan di Universitas Mataram Lombok pada 21-23 April 2019. Tim Robot Azzahraly yang terdiri dari Muhammad Adam Alyafi (Ketua), Febi Indriana F., dan Eka Andila harus berjuang ekstra keras untuk meraih juara. Mereka bersaing dengan 15 tim perguruan tinggi unggulan seperti PENS, ITS, dan UB. Menurut Adam, Ketua Tim Azzahraly, timnya membutuhkan waktu enam bulan untuk mempersiapkan segalanya. Dimulai dengan pembuatan mekanik mulai body, lengan, dan

kaki semua harus presisi dan butuh perhitungan. Serta memperbaiki dan memperbarui hardware yang rusak seperti kabel dan rangkaian sensor suara karena menselaraskan dengan gerakan pada robot. Dosen pembimbing tim KRSTI Unesa, Muhammad Syarifuddien Zuhrie mengapresiasi kerja tim robot Unesa yang telah mengoptimalkan segala kemampuan dalam mengikuti kontes tersebut. Syarifuddien menegaskan, dalam perlombaan kontes tari yang dipertunjukkan oleh Tim Azzahraly membawa tema tari Jaipong dari Jawa Barat. Robot tersebut memiliki misi yakni menari dan berjalan secara sempurna tanpa terjatuh. “Pada kontes tari, robot harus

Majalah Unesa

melakukan gerakan-gerakan wajib yang terbagi dari beberapa zona, dan robot juga harus melewati trek sepanjang tiga meter ,� ungkapnya. Kesuksesan tim robot tari Azzahrly juga dibarengi tim robot Unesa lain, diantaranya Tim Dewayani yang berkompetisi pada Divisi Pemadam Api Berkaki. Tim Dewayani berhasil menduduki peringkat enam dari 42 tim. Lalu, Tim Rengganis divisi jenis robot Abu Indonesia juga berhasil meraih juara enam dari total 19 tim peserta. Tim yang berhasil meraih juara berhak mengikuti tahap selanjutnya yakni pada ajang nasional yang diadakan di Udinus Semarang pada 19-23 Juni 2019 mendatang. n (EM/WHY)

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019

|

29


ARTIKEL

POPULER

TRILOGI PENDIDIKAN VS PATOLOGI PENDIDIKAN

(SEBUAH RENUNGAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL) Agus Setiawan, S.Pd, M.Pd BAGAIMANAPUN, KEBERADAAN GURU SANGAT MENENTUKAN KEMAJUAN DAN MENINGKATNYA MARTABAT BANGSA. GURU HARUS MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN PROFESIOANLITASNYA. DEMIKIAN HALNYA PERLUNYA DIBANGUN BUDAYA BERPRESTASI DI KALANGAN KAUM “OEMAR BAKRI”. SETELAHNYA, MENULARKAN PRESTASI YANG DIRAIHNYA KEPADA SEMUA ANAK DIDIK, YANG NOTABENE ADALAH GENERASI PENERUS BANGSA.

S

ebuah kado buruk menjelang Hari Pendidikan Nasional, terpapar. Seorang siswa SDN Balongsari 1 Surabaya berbicara sangat kasar diiringi gestur menunjuknunjuk gurunya, sesaat setelah dia dan beberapa temannya kedapatan merokok di luar halaman sekolah (Jawa Pos, 26/4). Kejadian yang sempat viral ini menambah rentetan panjang patologi pendidikan yang melibatkan siswa. Banyak pihak yang serta-merta menuding bahwa kejadian ini berpangkal pada kurangnya pendidikan karakter di kalangan pelajar. Memang sinyalemen ini sangat beralasan. Pendidikan karakter merupakan cara paling efektif untuk memastikan siswa memiliki kepribadian dan karakter yang baik dalam hidupnya. Tetap teguh pada komitmen untuk memintarkan dan mencerdaskan anak bangsa adalah satu saran yang sangat dekat dengan keniscayaan. Patologi pendidikan yang menjangkiti

30

pendidikan kita harus dimaknai sebagai salah satu tantangan dalam menjalankan tugas guru sebagai pengajar dan pendidik. Sebenarnya ruh pemikiran yang paripurna ini telah dipaparkan Bapak Pendidikan Kita, Ki Hajar Dewantara. Sejatinya pemikiranpemikiran berkaitan dengan pendidikan yang digagas sosok yang sejak tahun 1959 dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional Indonesia tersebut. Melalui

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

Majalah Unesa

semboyannya yang biasa disebut juga dengan ‘Trilogi Pendidikan’, Ki Hajar Dewantara telah menunjukkan bagaimana seharusnya guru memperlakukan muridnya. Pertama, Ing ngarsa sung tuladha memiliki makna, di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik. Selain mengajar atau mentransfer ilmu, guru harus bisa meberikan teladan kepada siswanya. Kedua, Ing madya mangun karsa, maksudnya, di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide. Di sini guru harus bisa memberi wawasan pengetahuan kepada siswa-siswinya. Harus dicermati, bahwa mereka harus bisa memberi wawasan bukan hanya membaca ulang apa-apa yang sudah tertera di buku yang dipegang siswa. Atau, malah hanya memberi soal-soal saja dan siswa diminta mengerjakan. Ketiga, Tut wuri handayani, yakni, dari belakang, seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan


ARTIKEL POPULER arahan. Inilah tugas utama guru yang harus pula dilakukan yaitu sebagai motivator. Bagaimana para pendidik bisa menumbuhkan dan merangsang serta mengarahkan setiap potensi yang dimiliki siswa, merupakan hal yang harus dipikirkan. Apapun “cobaan” berupa kenakalan atau ketidaksopanan siswa baik dalam bentuk verbal maupun perbuatan, hendaknya membuat guru semakin kuat. Menjadikan patologi pendidikan yang tergeber ini sebagai salah satu milestone untuk menguatkan tekad memberikan layanan berupa kinerja yang terbaik untuk anak didiknya. Tak mengenal jengah dan jenuh dalam mengajar dan mendidik berasaskan Trilogi Pendidikan yang hakiki. Bagaimanapun, keberadaan guru sangat menentukan kemajuan dan meningkatnya martabat bangsa. Guru harus meningkatkan kemampuan dan profesionalitasnya. Demikian halnya perlu dibangun budaya berprestasi di kalangan kaum “Oemar Bakri”. Setelahnya, menularkan prestasi yang diraih kepada semua anak didik, yang notabene adalah generasi penerus bangsa. Sejarah telah mencatat, bagaimana Jepang yang saat ini menjadi “macan” Asia bahkan dunia, tak lepas dari keberadaan guru. Kepedihan yang mendalam menyeringai di benak seluruh rakyat kala Jepang porakporanda oleh kedahsyatan bom atom sekutu pimpinan AS -6 Agustus 1945 di kota Hiroshima dan 3 hari selanjutnya meluluhlantakkan Nagasaki. Rasa remuk redam yang teramat sangat juga bersemayam di hati Kaisar Hirohito. Kalimat tanya pertama yang diucapkannya adalah “Berapa banyak guru yang masih hidup?” Pasca tragedi bom itu, masyarakat Jepang seakan sudah tak lagi menoleh ke belakang. Jepang tak lagi larut dalam ratap kesedihan hidup. Tekadnya adalah

SEORANG AHLI FILSAFAT DAN PRAKTISI PENDIDIKAN DARI FINLANDIA YANG BERNAMA WILLIAM ARTHUR WARD PERNAH BERKATA BAHWA GURU YANG BIASA-BIASA SAJA MEMILIKI TUGAS MEMBERITAHU, GURU YANG BAIK TUGASNYA MENJELASKAN, GURU YANG UNGGUL MEMILIKI TANGGUNGJAWAB MENDEMONSTRASIKAN SERTA GURU YANG ISTIMEWA ITU MEMILIKI PERANAN UNTUK MENGILHAMI.

maju, maju dan terus maju. Guru menjadi garda depan untuk mengembalikan kejayaan bangsa. Tekad dan keinginan kuat terpatri di hati para guru Jepang saat itu. Menjadikan keinginan Kaisar Hirohito bersambut. Nasionalisme segenap lapisan masyarakat Jepang -termasuk guru, menjadi modal menuju arah kemajuan dan kejayaan bangsa dan negara era ini. Kalau di Jepang berhasil kenapa di Indonesia tidak? Banyak sekali yang dapat dilakukan guru untuk menunjukkan totalitas dan dedikasi untuk bangsa dan negara. Yang jelas, guru harus maju dan profesional. Atau lebih tepatnya guru harus memajukan dan memprofesionalkan diri (secara aktif-inklusif ), tidak menunggu dorongan dari pihak lain. Jadi yang utama adalah munculnya satu impulse dalam diri guru sendiri. Kita semua ingat dan tahu bahwa guru yang spesial adalah orang yang tidak hanya mengajarkan, tetapi juga mengilhami dan mengubah hidup siswanya. Seorang ahli filsafat dan praktisi pendidikan dari Finlandia bernama William Arthur Ward pernah berkata bahwa guru yang biasa-biasa saja memiliki tugas memberitahu, Guru yang baik tugasnya menjelaskan, Guru yang unggul memiliki tanggungjawab mendemonstrasikan serta Guru yang istimewa itu memiliki peran untuk mengilhami. Tentu guru spesial yang

dimaksud Arthur itu harus kita maknai yang mendalam dan kita implementasikan dalam kehidupan kita mengajar dan mendidik. Ada beberapa hal penting yang seharusnya guru lakukan agar tidak terlupakan oleh anak didiknya. Guru harus mengajarkan arti penting belajar dan pengetahuan. Juga menanam dan menumbuhkembangkan karakter dalam diri siswanya. Untuk itu, tak ada salahnya mengingat dan menguatkan kembali Trilogi Pendidikan di tengah panjangnya rentetan patologi pendidikan kita saat ini. n

Majalah Unesa

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

Agus Setiawan, S.Pd, M.Pd adalah Alumnus Bahasa Inggris Angkatan ‘94, Guru SMAN 1 Driyorejo, Gresik

31


ULAS

BUKU

PIKIRAN, KANKER, DAN UNSUR-UNSUR LAIN OLEH Syaiful Rahman

MEDIA MASSA MENGHADAPI DILEMA YANG TIDAK MUDAH. NETRALITAS MENJADI SANGAT SULIT DIPERTAHANKAN. SEBAB, NYAWA MEDIA MASIH BERGANTUNG KEPADA PARA PEMILIK KAPITAL YANG SIAP MENGHIDUPINYA.

S

egala sesuatu memiliki hukum dan batasannya masing-masing. Termasuk tubuh manusia. Meskipun manusia disebut-sebut sebagai makhluk paling sempurna dibandingkan makhluk-makhluk lain, namun manusia juga memiliki batasan-batasan dan kelemahankelemahan. Manusia termasuk makhluk yang cukup rentan terhadap penyakit. Penyakit-penyakit tersebut dapat disebabkan insiden, pengaruh lingkungan, gen, hingga pikiran. Bahkan, dalam sejumlah penelitian, pikiran menjadi penyebab timbulnya penyakit hingga 70 persen. Mungkin tubuh manusia sudah diberi asupan nutrisi yang cukup dan diberi antibodi, tapi jika pikiran mengalami stres, maka pikiran itu akan memicu timbulnya penyakitpenyakit yang dapat mengganggu kesehatan tubuh. Dengan demikian, pada satu sisi, pikiran memang menjadi unsur penting dan penyempurna kehidupan manusia.

32

Tapi, di sisi lain, pikiran juga dapat menjadi pemicu timbulnya berbagai penyakit. Melaui buku Cancer and Me, Sirikit Syah mengisahkan perjalanannya sebagai penderita kanker payudara. Sedikitnya, dalam tiga kali “marahnya� sel kanker itu dipicu oleh pikiran Sirikit yang stres. Pada 2007, saat Sirikit bertugas sebagai penulis senior di The Brunei Times, ia mengalami rasa sakit yang cukup menyiksa. Payudara kirinya mengalami pembengkakan. Sirikit mengaku, hal itu terjadi karena tugas di media massa itu sangat berat sehingga membuat Sirikit cukup stres. Setelah penugasan itu selesai, Sirikit kembali ke Tanah Air. Ia hidup normal bersama keluarganya di Indonesia. Stres yang dialami Sirikit berangsur pulih. Secara otomatis, pembengkakan pada payudara kiri Sirikit pun kembali normal. Rasa sakitnya pun berangsur hilang. Delapan tahun kemudian, tahun 2013, saat Sirikit hajatan mantu, pikirannya kembali mengalami

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

Majalah Unesa

tekanan. Rupanya hajatan itu cukup menguras energi dan emosinya. Benjolan yang mulanya seperti kelereng kian membesar. Rasa sakit yang sering dialaminya membuat ia meneteskan air mata. Akhirnya Sirikit memutuskan untuk memeriksa dan melakukan pengobatan secara lebih serius. Sel kanker yang bersarang di tubuh Sirikit harus ditangani dengan tepat agar tidak semakin menyebar. Proses radiasi, kemoterapi, hingga operasi pun ia jalani. Sirikit dinyatakan sembuh. Ia hanya harus menjalani controling setiap saat ke rumah sakit. Sampai empat tahun pascaoperasi, Sirikit dinyatakan baik-baik saja. Kanker di tubuh Sirikit sudah dinyatakan bersih. Ia pun menjadi pembicara di berbagai tempat untuk mengisahkan tentang penyakitnya. Dalam beberapa kesempatan, Sirikit bahkan dinyatakan sebagai penyelia (survivor) meskipun sebenarnya ia belum layak. Sebab, syarat untuk disebut sebagai survivor adalah ketika ia sudah


ULAS BUKU melewati lima tahun pascaoperasi. Sementara itu, Sirikit masih belum memenuhi syarat itu. Sayang sekali, memasuki tahun kelima, pikiran Sirikit kembali terkuras oleh desertasi. Proses menyelesaikan program doktoral membuat Sirikit stres. Tanpa diduga, saat melakukan kontrol ke rumah sakit, sel kanker kembali ditemukan di tubuh Sirikit. Bahkan berada pada tempat yang lebih membahayakan, yaitu di liver. Dokter menyatakan bahwa liver tidak dapat dioperasi. Kabar ini tentu menjadi pukulan

tersendiri bagi Sirikit. Jalan yang bisa ditempuh adalah kemoterapi, sebuah proses pengobatan yang cukup berat. Melalui kemoterapi, harapannya sel kanker yang tumbuh di liver Sirikit dapat dibunuh. Meskipun awal mula munculnya kanker yang diderita Sirikit bukan dari pikiran, tapi beban pikiran tetap menjadi pemicu tumbuh dan berkembangnya sel kanker. Di samping pikiran, pola hidup seperti makan, tidur, dan intensitas olahraga juga menjadi pemicu timbulnya berbagai penyakit pada tubuh manusia.

Oleh karena itu, menjaga pola pikir dan pola hidup dengan baik sangat penting dilakukan. Buku Cancer and Me yang ditulis oleh Sirikit Syah, penderita kanker, ini bukan sekadar kisah biasa, tapi sebuah perjuangan dan uraian kesehatan yang penting diketahui publik. Buku ini menguraikan dengan cukup komprehensif mengenai hal-hal yang dapat menimbulkan penyakit, hal-hal yang dapat dilakukan sebagai upaya preventif, hal-hal yang perlu dilakukan saat mengidap penyakit kanker, dan sikap atau tindakan yang dibutuhkan penderita dari lingkungan sekitar.n

IDENTITAS BUKU Judul Buku: Cancer and Me Penulis: Dr. Hernani Sirikit, M.A. Penerbit: Kanzun Book (Kelompok Cakrawala) Cetakan I: Februari 2019 Tebal buku: viii+96 halaman ISBN: 978-602-6326-48-5

Syaiful Rahman adalah pencinta buku kelahiran Sumenep, 14 Agustus 1995. Kini ia menempuh pendidikan di pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.

Majalah Unesa

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019

|

33


Catatan POJOK

FORMALITAS VS BERMAKNA

SAFETY BRIEFING DI PESAWAT OLEH MUCHLAS SAMANI

S

ekian waktu lalu saya pernah mempertanyakan safety briefing di pesawat. Ingat saya waktu itu saya naik Lion Air atau Wings Air. Seperti lazimnya, ketika penumpang sudah naik semua dan pintu pesawat ditutup dan pesawat mulai bergerak tetapi sebelum masuk runway, pramugari selalu memberikan penjelasan tentang keamanan dalam pesawat yang biasa disebut safety briefing. Yang saya keluhkan, penyelasan itu tidak bermakna. Paling tidak bagi orang setua saya. Mengapa? Karena disampaikan dengan sangat cepat dan seringkali tidak ada titik-komanya. Saya yang sehari-hari menggunakan bahasa Indonesia saja, tidak paham penjelasan itu yang dalam bahasa Indonesia. Apalagi orang yang dalam keseharian menggunakan bahasa daerah atau orang asing. Bukankah selalu dijelaskan dalam dua bahasa? Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris? Betul. Tetapi bahasa Inggrisnya lebih tidak jelas. Di samping pronunciation-nya tidak tepat, juga disampaikan dengan sangat cepat dan seperti tidak paham mana kalimat yang utuh. Itulah sebabnya saat itu saya mengatakan, sepertinya safety briefing itu sekadar formalitas untuk memenuhi undang-undang penerbangan sipil. Mirip orang naik motor menggunakan helm yang tidak ditalikan. Sudah memenuhi undang-undang lalu lintas, tetapi tidak bermakna bagi keselamatan. Nah, pagi tanggal 27 April 2019 saya terbang dari Edinbrugh (Skotlandia) ke Malaga (Spanyol) menggunakan pesawat Jet2.com. Jenis penerbangan murah (biasa disebut low cost carrier), seperti Lion Air, Citilink dan sejenisnya. Saya menggunakan penerbangan itu

34

cari yang murah, apalagi saya terbang dengan istri, anak dan menantu. Begitu naik pesawat, saya mencoba mendengarkan safety briefing apakah seperti di Lion Air karena sama-sama penerbangan murah. Ternyata tidak. Safety briefing disampaikan dengan jelas. Saya orang Indonesia yang sehari-hari berbahasa Indonesia dapat menangkap safety briefing yang disampaikan dalam bahasa Inggris. Mengapa berbeda ya? Itulah yang saya pikirkan atau lebih tepatnya saya pertanyakan. Apakah itu terkait dengan aturan di perusahaan penerbangan yang berbeda? Atau itu terkait dengan budaya? Jujur saya tidak paham. Oleh karena itu saya mencoba mengaitkan dengan beberapa fenomena lain, baik di bandara maupun dalam kehidupan sehari-hari. Saya mengamati pramugari yang menjual makanan dalam pesawat. Sambil pingin membeli teh hangat, karena terbang pukul 06.30 sehingga pukul 04.30 sudah berangkat dari rumah (rumah anak). Sangat pagi untuk ukuran orang Edinbrugh. Jadi belum sempat sarapan. Namun untuk berhemat, kami membawa roti dan pisang untuk dimakan di pesawat. Namun seperti aturan yang lazim di penerbangan internasional, tidak diperbolehkan membawa cairan lebih dari 100 cc. Jadi makanan membawa dari rumah, tetapi minuman membeli di pesawat. Pramugarinya relatif masih muda dan tidak seperti pramugari di Amerika yang biasanya sudah senior (untuk tidak menyebut tua), namun pakaiannya sederhana dan salah seorang rambutnya digelung lucu, mirip dengan gelungan almarhum ibu saya di kampung. Tampilannya ramah dan tampak sekali

| Nomor: 128 Tahun XX - April 2019 |

Majalah Unesa

tidak terlalu formal. Ketika mereka lewat mendorong kereta makanan/minuman di dekat saya, saya ingin segera pesan teh. Namun saya amati mereka membawa catatan dan hanya berhenti di deretan kursi tertentu. Kiki, anak saya berbisik pramugari masih melayani penumpang yang sudah pesan makanan/minuman secara online. Oh, ternyata soal makanan atau minuman saja harus pesan online jika ingin dapat duluan atau pasti dapat karena tidak kehabisan. Selesai melayani pesanan online, mereka berkeliling lagi dan penumpang dapat membeli makanan atau minuman. Ngomongnya jelas dan mau menjelaskan apa makanan atau minuman yang dijual. Ketika pesawat menjelang mendarat di Malaga, ada pengumuman sangat menarik. Pramugari mengumumkan 30 menit lagi pesawat mendarat, penumpang yang ingin ke toilet dipersilakan sekarang. Kurang 20 menit dan kurang 10 menit pesawat mendarat pramugari kembali memberi pengumuman dengan setengah bercanda, adalah yang belum sempat ke toilet; diminta menahan dan siap-siap untuk mendarat. Kesan saya pramugari di Jet2. com, meskipun pesawat kelas murah, memberikan safety briefing dan penjelasan lain dengan jelas. Tampaknya mereka memahami penumpang dari berbagai bangsa, sehingga memerlukan penjelasan dengan baik. Mungkin pramugari Jet2. com mementingkan makna penjelasan yang diberikan dan bukan sekadar memenuhi formalitas.n *http://muchlassamani.blogspot.co.id




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.