Majalah Unesa 130

Page 1



WARNA REDAKSI

S

elama ini, pancasila belum diterjemahkan dalam kehidupan seharihari. Mulai dari jajaran tinggi negara, hingga masyarakat bawah. Itu bisa dilihat proses panjang yang menentukan nasib bangsa lima tahun ke depan. Proses yang disebut-sebut sebagai pesta demokrasi tempat jutaan harapan bergantung dan dipertaruhkan justru banyak diwarnai hal-hal yang kurang menawan dipertontonkan. Fase demokrasi kemarin memiliki banyak catatan penting yang perlu dilihat kembali. Terlebih mengenai sikap individu maupun kelompok dalam menyikapi dan menjalani serta menyelesaikan persoalan. Negara seakan ditimpa cobaan yang amat berat. Panggung politik sempat menjadi pentas beradu sentimen. Beradu domba dan saling menuding satu sama lain. Pertentangan itu diperparah lagi dengan penyebaran berita bohong yang menguasai jagat media sosial. Sehingga memancing perselisihan yang berkepanjangan. Panggung demokrasi yang seperti itu. Mau tidak mau, suka tidak suka, memicu muncul kembalinya serangan brutal, mengerasnya paham radikalisme di tengah masyarakat, entah itu karena

alasan agama atau paham dan pandangan politik tertentu. Semua tahu bahwa bangsa Indonesia memiliki sejarah pahit tentang itu. Di beberapa daerah sempat muncul penyerangan yang memakan korban jiwa. Semua juga tahu bahwa, negara Indonesia adalah yang banyak ragam bangsanya, banyak bahasanya, sukunya, juga agamanya. Perbedaan itu justru belum sepenuhnya disadari banyak

PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP SEJATI BANGSA pihak. Sehingga perkataan dan perbuatan yang muncul bukan yang mempersatukan, namun justru yang membuat sekat. Apa yang tampak selama ini, bukanlah sikap demokratis yang berakar dari nilai luhur Nusantara. Pancasila hanya muncul dalam jargon sementara hilang rohnya. Nilai pancasila belum seutuhnya tertanam dalam sanubari warga dan anak bangsa. Menjadikan pancasila sebagai pandangan dan sikap hidup memang bukan hal yang gampang. Karena erat kaitannya dengan persoalan mental. Unesa

Majalah Unesa

menyadari itu. Maka perlu kerja keras yang berkesinambungan, dan melibatkan semua pihak. Ada banyak hal yang bisa dilakukan. Salah satu dengan melakukan pembiasaan kecil lewat hari lahir pancasila yang diperingati setiap 1 Juni. Peringatan hari lahir pancasila harus bergerak dari seremonial ke hal-hal yang substansi dan diisi dengan kegiatan bernilai edukasi. Ada transformasi ilmu kepancasilaan di dalamnya. Ada pembiasaan sikap yang pancasilais di dalamnya. Hal itu bisa dirancang dan melibatkan semua pihak. Itu bukan tugas kampus saja, tentu melibatkan pemerintah, dan semua pihak yang harus samasama diajak untuk menunaikan janji kemerdekaan. Bukan hal yang gampang agar pancasila hidup dalam sikap dan perbuatan. Namun juga bukan hal mustahil. Karena nilai-nilai pancasila itu bukan nilai yang baru bagi bangsa Indonesia. Nilai yang dikonsepkan dalam lima sila itu diambil dari nilai luhur Nusantara. Maka nilai itu perlu dikembalikan lagi, perlu dikedepankan lagi lewat pembiasan-pembiasan kecil dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari rumah, mulai dari kantor, mulai dari sekolah, mulai dari kampus dan mulai dari masjid hingga bertemu dalam bentuknya yang luas di tengah masayarakat. n ARM

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

3


DAFTAR RUBRIK

HALAL BIHALAL 1440 H

EDISI JUNI 2 01 9

Daftar Ini

05

MEMELIHARA SPIRIT HARI LAHIR PANCASILA

07

13

PANCASILA SEBAGAI DASAR DAN IDEOLOGI NEGARA

15

10

LENSA UNESA

NILAI RELIGIUS DALAM PANCASILA SEBAGAI PEMBADA DENGAN FILOSOFI LAIN

28

MARHAEN DJUMADI, BIROKRAT DAN POLITISI BERJIWA PENDIDIK KIPRAH LEMBAGA

18

20

KABAR PKM

24

SEPUTAR PRESTASI

26

SOSOK DAN KIPRAH

31

SEPUTAR UNESA

DEMI BAKSO, ABAIKAN TAWARAN JADI PNS

32

RESENSI BUKU

Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 130 Tahun XX - Juni 2019 PELINDUNG: Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. (Rektor), Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd. (WR Bidang I), Suprapto, S.Pd, M.T. (WR Bidang II), Dr. Agus Hariyanto, M. Kes. (WR Bidang III), Drs. Sujarwanto, M.Pd. (WR Bidang IV) PENANGGUNG JAWAB: Dra. Ec. Ratih Pudjiastuti, M.Si (Kepala BAAK) PEMIMPIN REDAKSI: Drs. Much Koiri, M.Si (Kepala Satuan Kehumasan Unesa). DEWAN REDAKSI: Prima Vidya Asteria, S.Pd., M.Pd., Fafi Inayatillah, S.Pd., M.Pd., Vinda Maya Setianingrum, S.Sos., MA, Gilang Gusti Aji, S.I.P., M.Si. REDAKTUR: Abdur Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Syaiful R REPORTER: Wahyu Utomo, Ayunda, Syaiful H, Syaiful R, Inayah, Suryo Waskito, Emir Musa, Mira Carera, Nely Eka, Tarida, M. Rizki, Titan, Hasna, Intan, Jumad, Fibrina. FOTOGRAFER: M. Wahyu Utomo, Hartono. DESAIN/LAYOUT: Abdur Rohman, Basyir Aidi ADMINISTRASI: Supi’ah, S.E. DISTRIBUSI: Lusia Patria, S.Sos, Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung Rektorat Kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya. MAJALAH UNESA menerima tulisan sesuai dengan rubrikasi dan visi-misi Kehumasan Universitas Negeri Surabaya. Naskah dikirim ke email humasnyaunesa@yahoo.com

4

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

Memelihara Spirit Hari Lahir Pancasila

KUKUHKAN SPIRITUAL KEBANGSAAN

PANCASILA: Suasana khidmat upacara bendera memperingati Hari Kesaktian Pancasila tahun 2019 yang dipusatkan di Universitas Adibuana Surabaya dengan inspektur upavara, Menristekdikti.

HARI LAHIR PANCASILA, TAHUN 2019 INI MENGUSUNG TEMA KITA INDONESIA, KITA PANCASILA. TEMA ITU MENGISYARATKAN KEPADA WARGA BANGSA AGAR SENANTIASA SECARA KONSISTEN MEREALISASIKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA UNTUK MENCIPTAKAN TATA KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG RUKUN, DAMAI, ADIL DALAM KEMAKMURAN DAN MAKMUR DALAM KEADILAN. BAGAIMANA PANDANGAN PARA AKADEMISI UNESA TERKAIT HARI LAHIR PANCASILA INI! Majalah Unesa

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

5


LAPORAN

UTAMA

Prof. Dr. Suyatno, M.Pd

A

kademisi Unesa yang juga aktivis Gerakan Pramuka, Prof. Dr. Suyatno, M.Pd mengatakan bahwa Pancasila merupakan krsitalisasi dari kehidupan orang-orang yang berada di nusantara yang sudah tahan uji, tahan banting dan bisa digunakan sebagai landasan berbahasa, berbudaya, bernegara dan berkomunikasi antarnusantara. Menurutnya, Indonesia merupakan negara unik karena ditopang oleh ratusan suku , bahasa, dan pulau. Makna dari kata ratusan berarti terdapat aneka budaya yang berbeda-beda, budaya yang berbeda-beda itu pasti melahirkan pikiran yang berbeda-beda. Namun, hebatnya semua perbedaan itu ternyata dapat disatukan melalui lima kristalisasi yang terdapat pada Pancasila. “Ternyata, masyarakat nusantara yang multi suku, multi agama, multi bahasa dan multi pulau semuanya memiliki spiritual tinggi. Karena itulah, sila pertama dalam Pancasila

6

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,”ujarnya. Selain itu, terang Suyatno, masyarakat Indonesia walaupun berbeda suku memiliki nilai kemanusiaan tinggi yang diwujudkan dalam bentuk menghargai orang lain. Sebagai contoh, jika di daerah terjadi bencana, pasti tetangganya atau masyarakat di pulau lain akan cepat membantu tanpa harus dikoordinasi secara nasional. “Itulah wujud sila kedua Kemanusiaan yang Adil dan Beradab yang sudah terkristalisasi dalam jiwa masyarakat Indonesia,” paparnya. Begitupun dengan sila Persatuan Indonesia yang diejawantahkan dalam semangat persatuan. Orang Jawa begitu ketemu orang Batak merasa bersatu dengan mereka karena satu pikiran yang sama dan budaya yang sama. Sementara itu, Kerakyatan yang Dipimpim oleh Hikmat. Hikmat itu artinya bukan serius, juga bukan ikhlas tapi hikmat itu artinya bersama. “Jadi kerakyatan yang dipimpin bersama. Pancasila itu

Majalah Unesa

mengehendaki Indonesia itu dipimpin bersama. Maka dari itu, menteri-menteri tidak bisa dari Jawa semua, pasti bersama ada yang dari Papua, Kalimantan, Sumatera dan lain sebagainya,” tambah guru besar Sastra Anak itu. Bagaimana dengan Keadilan Sosial? Menurutnya, keadilan sosialnya adil atau sama semua merasakan. Tapi bukan keadilan budaya karena budaya bergantung masing-masing. Maka, Pancasila menjadi penting dan wajib dipelajari dan dilaksanakan oleh mahasiswa, dan implementasinya harus nyata. Pancasila dan budaya, menurut Suyatno saling berkaitan. Sebab, Pancasila itu lahir dari sebuah budaya, sedangkan budaya luhung akan bisa lahir apabila didasari Pancasila. Keduanya bersinergi mutualis. “Pancasila itu muncul dari budayabudaya di Indonesia lewat beratasratus makalah, ratusan gagasan, yang akhirnya diperas menjadi lima sila,” ungkapnya. nTAN/TIM


LAPORAN UTAMA

PANCASILA SEBAGAI DASAR DAN IDEOLOGI NEGARA

U

Dr. Totok Suyanto, M.Pd, mantan Kajur PPKN yang kini menjabat Dekan FISH mengurai Pancasila dari sisi sejarahnya. Ia mengatakan bahwa Pancasila disampaikan dalam pidato Ir. Soekarno, presiden pertama RI dalam sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945. Kemudian, sempat disahkan sebagai piagam Jakarta pada 30 Juni 1945. Terakhir, disahkan oleh PPKI yang termuat didalam preambule /pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada 18 Agustus 1945 ialah Pancasila dengan lima sila seperti saat ini.

“Kalau kita lihat, dalam peringatannya itu diawali 1 Juni – 18 Agustus 1945. Itu Pancasila dari sisi kelahirannya atau sejarahnya,” ujar Totok. Lebih lanjut, Totok menjelaskan bahwa Pancasila memiliki fungsi sebagai dasar negara dan ideologi. Sebagai dasar negara, Pancasila menjadi dasar penyelenggaraan kehidupan bernegara sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai Ideologi, Pancasila berfungsi sebagai kerangka berpikir, struktur kognitif, pola keyakinan, dan dasar-dasar dalam memengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila. Sebagai sebuah ideologi, terang Totok, nilai-nilai Pancasila tak lekang oleh zaman. Bahkan, di era milenial seperti ini. Menurutnya, pemerintah senantiasa berusaha menjadikan nilai-nilai pancasila sebagai ruh pembangunan. Ia mencontohkan, saat ini pemerintah sudah berupaya membangun infrastruktur di seluruh Indonesia sebagai wujud pemerataan yang berkeadilan sosial. “Mungkin belum semua masyarakat bisa menikmati, tapi upaya pembangunan yang berkeadilan sosial sudah dimulai. Apalagi secara geografis, Indonesia sangat luas terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Nias sampai Pulau Rote,” terangnya. Sebagai akademisi yang berkiprah di mata kuliah PPKN, Totok sangat optimis Pancasila akan semakin teguh dan kokoh. Apalagi, saat ini sudah adalah lembaga bernaama BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) yang bertugas mensosialisasikan dan menginternalisasi pancasila pada setiap warganya. Dr. Totok Suyanto, M.Pd

Majalah Unesa

“BPIP itu sangat bagus secara organisatoris. Hanya saja, peran BPIP perlu lebih didekatkan ke masyarakatmasyarakat luas di luar sekolah yanglebih heterogen dengan pendekatan- dan tantangan yang berbeda sehingga Pancasila akan dipahami secara lebih baik,” ungkapnya. Totok tak menampik, dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila mulai mengalami erusi, terutama di kalangan milenial. Tentunya, ini merupakan salah satu yang menjadi tanggung jawab pemerintah agar generasi milenial dapat lebih cinta dan lebih sayang pada Pancasila. “Pemerintah perlu mengupayakan agar pembelajaran Pancasila serta sosialisasi nilai-nilai Pancasila dengan berbagai macam inovasi yang lebih mengena ke para milenial,” tandasnya. Menurut Totok, menerasi milenial lebih melihat pada fakta, bukan opini. Selain itu, generasi milenial adalah generasi digital. Dalam kehidupan, mereka tidak bisa lepas dari alat-alat gadget, android dan sebagainya. Oleh karena itu, pemerintah perlu memanfaatkan teknologi digital sebagai sarana sosialisasi kepada generasi muda. Totok berharap, ke depan, pemerintah perlu terus menerus menginternalisasi nilai-nilai Pancasila dan mengomunikasikan dengan generasi milenial melalui kegiatankegiatan pembangunan yang menarik anak-anak muda untuk berpatisipasi. “Anak-anak muda memiliki pontesi luar biasa. Bergantung sekarang bagaimana cara melibatkan mereka dan media-media apa yang cocok untuk dilakukan. Saya kira perlu ada tokoh-tokoh muda tampil di permukaan. Misalnya, di kabinet, harus ada anak-anak muda yang usia 20 an atau 30 an sebagai representasi perwakilan anak-anak muda,” pungkasnya. n (SH/SIR) | Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

7


LAPORAN

UTAMA

REFLEKSIKAN SPIRIT LAHIR PANCASILA DENGAN KARYA Momen peringatan hari lahir Pancasila dapat direfleksikan dengan berbagai cara. Menurut Dr. Agus Machfud Fauzi, M.Si, dosen FISH, kalau posisinya sebagai mahasiswa atau generasi muda, maka Pancasila dapat direfleksikan dengan terus meneguhkan diri sebagai anak bangsa yang mampu membangun negeri, seperti halnya Bung Karno.

S

emasa muda, Bung Karno sudah memikirkan bagaimana cara menyatukan rakyat Indonesia yang heterogen tanpa harus menimbulkan konflik dan permusuhan, namun mereka bisa bersatu dan bersama-sama membangun negeri. Lanjutnya, Soekarno melalui pemikiran filosofis mendalam dan penggalian terhadap nilainilai budaya Indonesia, mampu melahirkan ide Pancasila. Lima nilai dalam Pancasila itu mampu menjadi dasar yang diterima oleh seluruh anak negeri. Peran generasi muda sekarang adalah melanjutkan peran Bung Karno dalam membangun negeri, salah satunya dengan menjaga persatuan bangsa Indonesia dari perpecahan dan melanjutkan perjuangannya dalam membangun negeri. Menurut Agus, jika generasi muda pada zaman dulu, misalnya Soekarno mampu membangun negeri dengan menghadirkan Pancasila, maka generasi sekarang bisa dengan menghasilkan karya yang dapat menjadikan Indonesia menjadi lebih hebat. Melalui kreativitasnya, anak muda bisa menghadirkan inovasi-inovasi baru dalam membangun negeri. “Kalau mahasiswa bisa menuangkan ide dan gagasannya melalui PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) atau bisa dengan mengikuti program wirausaha”, jelasnya. Pengamat dan pemerhati politik dari Unesa itu menyampaikan,

8

| Nomor: 129 Tahun XX - Mei 2019 |

Dr. Agus Machfud Fauzi, M.Si (kanan).

Pancasila seharusnya bukanlah sebuah ideologi yang perlu diperdebatkan lagi, tetapi bagaimana Pancasila dapat diterjemahkan oleh generasi muda sebagai alat pemersatu bangsa. Apalagi, setelah pemilu ini banyak ditemukan perbedaan yang berpotensi pada timbulnya perpecahan. “Pancasila itu sudah mengatur tatanan negara, dan tidak ada masalah ketika dituangkan ke dalam peraturan perundang-undangan. Contohnya, teman-teman kita yang di Aceh menggunakan perda syariah, ya tidak ada masalah, padahal itu ya Pancasila,” tegasnya. Dosen Sosiologi Politik itu berharap momen memeringati hari lahir Pancasila dapat menjadi bahan merenungkan kembali, menerjemahkan dan mengaplikasikan Pancasila sesuai

Majalah Unesa

dunia dan bidang masing-masing, baik sebagai penguasa, pengusaha, dosen, mahasiswa, ataupun yang lain. “Pesan saya, janganlah menggunakan Pancasila hanya untuk kepentingan diri sendiri. Seperti halnya pada orde baru, dimana penataran P4 hanya dijadikan sebagai alat hegemoni. Saya berharap jangan sampai BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) menjadi alat negara untuk menghegemoni rakyat, tapi bagaimana BPIP bisa betul-betul bermanfaat sehingga Pancasila bisa tertanam di seluruh rakyat dan menghadirkan kesejahteraan,” tegasnya. Pendapat menarik disampaikan Dr. H. Moch. Khoirul Anwar. Dosen FE yang kini menjadi Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni


LAPORAN UTAMA

Dr. H. Moch. Khoirul Anwar

itu menyampaikan mengenai keterkaitan Pancasila dari pandangan Islam. Ia mengatakan ada beberapa pendapat dari kalangan Islam dari dulu sampai sekarang mengenai Pancasila. Setidaknya, terang Khoirul Anwar, ada tiga pandangan. Pertama, Pancasila itu berbeda dengan syariat. Kedua, Pancasila itu sesuai dengan syariat. Dan, ketiga pancasila itu syariat. Dari ketiga pendapat itu, jika dikaji dari sisi Islam, sebenarnya Pancasila itu adalah syariat, sebab isi Pancasila itu bagian dari ajaran islam. Apalagi, semua sila itu dijelaskan dalam kandungan Alquran. “Menurut saya, semua sila yang ada dalam Pancasila itu adalah syariat. Tentunya, Pancasila itu bagian dari syariat. Bukan syariat bagian dari Pancasila. Sehingga, secara konsep sudah bagus. Hanya, tinggal praktiknya saja. Kan masing-masing orang itu berbeda,” ujarnya. Dalam praktiknya, lanjut Khoirul Anwar, penerapan Pancasila memang belum terlaksana semuanya. Jika belum semuanya menerapkan Pancasila berarti belum semuanya menerapkan secara syariat. “Contoh kita bicara keadilan, masih banyak kasus yang menunjukkan ketidakadilan,” jelas Wakil Dekan Bidang Kemahaiswaan dan Alumni FE Unesa.

Bicara tentang ketuhanan, misalnya, banyak orang yang hanya sekadar menghafal Pancasila tetapi penerapan ketuhananya tidak ada. Begitupun bicara tentang persatuan tetapi hanya sebagai slogan. “Di dalam kenyataan, kadang-kadang kita tidak mau bersatu. Ya, sama dengan itu,” jelasnya. Khoirul Anwar mengakui, paling sulit adalah penerapan nilai-nilai Pancasila. Kebanyakan, masyarakat hanya memahami secara teori dan hafal, tetapi penerapannya belum dilakukan. Padahal, menerapkan amalan dalam perbuatan merupakan satu-kesatuan yaitu iman, ilmu, dan amal. “Pancasila itu harus dipahami benar, dihayati, dan diamalkan oleh para generasi milenial. Karena itu, ada pengamatan, penghayatan, dan pengamalan Pancasila. Jadi, Pancasila itu jangan hanya dihafalkan, jangan hanya dipahami tetapi dipraktikkan dan diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” paparnya. Sementara itu, dosen Bahasa Jerman yang juga mantan aktivis mahasiswa Luthfi Sasongko mengatakan, Pancasila adalah dasar negara sebagai pondasi untuk membangun bangsa. Jika tidak memiliki pondasi yang jelas maka bangunan ke atasnya tidak akan jelas. “Pancasila adalah dasar untuk membangun bangunan yang lebih bagus di atasnya,” ujar Luthfi. Menanggapi fenomena saat ini, dimana masyarakat Indonesia atau kaum muda kurang dapat mengaplikasikan Pancasila terutama dalam menyikapi persoalan SARA. Luhfti berpendapat bahwa yang diperlukan adalah menerjemahkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari baik dalam pelayanan publik maupun pergaulan masyarakat dan berpolitik. Jika benar-benar memahami Pancasila, sejatinya bukan hanya terdiri dari 5 sila, tetapi masingmasing sila memiliki butir-butir yang banyak makna. Oleh karena itu, Pancasila bisa menjadi pegangan bagi orang Indonesia dalam berpolitik, pekerjaan maupun bidang-bidang lain atau ketika

Majalah Unesa

Luthfi Sasongko

bergaul dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Lutfi menjelaskan, perbedaan implementasi Pancasila saat ini dan sekarang, sebenarnya tidak jauh berbeda. Hanya proses komunikasinya saja yang berbeda. Oleh karena itu, negara juga harus cerdas dalam melihat zaman. Saat ini, masa dimana kaum milenial lebih mengutamakan teknologi, maka untuk membuat Pancasila lebih dipahami oleh kaum milenial, negara harus membangun cara yang sesuai dengan mereka. Ia mengatakan bahwa negara memang harus hadir dan ambil bagian untuk terus merawat Pancasila. Anak-anak muda kerap kali sudah menganggap selesai setelah mendapatkan wawasan Pancasila di wilayah sekolah. Padahal, nilainilai tersebut perlu dipraktikkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, negara harus terus melakukan internalisasi terhadap nilai-nilai Pancasila dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan yang bernafaskan Pancasila yang disesuaikan dengan zaman. “Saya pikir, persoalan yang mendasar adalah bagaimana kita tetap terus mengampanyekan Pancasila. Tidak berhenti pada 5 dasar saja, tapi juga mencoba menjelaskan isi dari 5 dasar itu apa, kemudian implementasinya seperti apa,” terang Lutfi Saksono. n (INA/SH/HASNA/SIR) | Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

9


BINCANG

UTAMA WAWANCARA DENGAN PROF. WARSONO SEPUTAR HARI LAHIR PANCASILA

DALAM PANCASILA ITU ADA NILAI RELIGIUS, INI BEDANYA DENGAN FILOSOFI LAIN DILIHAT DARI ONTOLOGINYA, PANCASILA MERUPAKAN PERJANJIAN LUHUR BANGSA SEBAGAI DASAR NEGARA, KALAU DARI EPISTIMILOGINYA, PANCASILA MERUPAKAN HASIL DARI SEBUAH PROSES REFLEKSI DAN PEMIKIRAN FILOSOFIS YANG MENDALAM. KEMUDIAN DARI SISI AKSIOLOGI ATAU PENGGUNAANNYA, PANCASILA ITU MEMILIKI FUNGSI YANG BANYAK SEKALI. APA SAJA? BERIKUT WAWANCARA DENGAN PROF WARSONO SEPUTAR PANCASILA YANG SEBENARNYA.

PANCASILA: Prof. Warsono saat memberi kuliah terbuka.

Kendati pemerintah sudah menetapkan hari lahir pancasila pada 1 Juni, namun masih ada beberapa orang atau kelompok yang memperdebatkannya, bagaimana tanggapan Bapak mengenai hal tersebut? Menurut saya, Pancasila itu bergantung pada sisi mana orang

10

melihatnya. Apakah dilihat dari istilahnya, substansinya atau fungsinya. Kalau dilihat dari fungsinya sebagai dasar negara, maka secara yuridis Pancasila ditetapkan pada 18 Agustus 1945. Namun, jika dilihat dari substansinya, maka nilai-nilai Pancasila itu sudah ada di dalam budaya bangsa Indonesia jauh sebelum bangsa Indonesia merdeka.

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

Majalah Unesa

Kalau dilihat dari istilah, munculnya istilah Pancasila itu pertama kali disampaikan Soekarno pada saat sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945. Bung Karno, saat itu menggunakan istilah Pancasila sebagai nama dari dasar negara Indonesia. Panca itu lima dan sila itu nilai-nilai dasar (Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan,


BINCANG UTAMA dan Keadilan). Kelima nilai dasar Pancasila itu merupakan hasil pemikiran filosofis dan penggalian Soekarno terhadap kekayaan budaya di Indonesia. Oleh karena itu, substansi dari lima dasar Pancasila itu sudah ada dalam budaya bangsa Indonesia. Bagaimana landasan filosofis dari Pancasila itu sendiri? Sebenarnya, Pancasila adalah hasil pemikiran filosofis bangsa Indonesia oleh Soekarno, terutama ketika ingin membangun negara. Jadi, negara kita dibangun dari keanekaragaman suku bangsa dari Sabang sampai Merauke. Di sinilah Soekarno mulai berpikir, harus dibangun dengan dasar apa bangsa ini. Kemudian, Soekarno melakukan penggalian terhadap budaya Indonesia dengan melalui pemikiran filosofis, sehingga diperoleh lima nilai dasar, yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Kelima nilai itu sama-sama dimiliki dan dijunjung tinggi oleh seluruh suku bangsa di Indonesia. Dengan demikian, melalui kelima nilai itu bisa dijadikan sebagai pemersatu bangsa. Seperti apa Pancasila itu kalau dilihat dari sisi ontologi, aksiologi, dan epistimologinya? Kalau dilihat dari ontologinya, Pancasila merupakan perjanjian luhur bangsa sebagai dasar negara, kalau dari epistimiloginya, Pancasila merupakan hasil dari sebuah proses refleksi dan pemikiran filosofis yang mendalam. Kemudian dari sisi aksiologi atau penggunaannya, Pancasila itu memiliki fungsi yang banyak sekali. Dimana setiap fungsi memiliki konsekuensi sendirisendiri. Ketika berfungsi sebagai dasar negara maka memiliki konsekuensi sebagai sumber dari segala sumber hukum. Ketika dijadikan sebagai pandangan hidup, maka berkonsekuensi sebagai jiwa dan kepribadian bangsa, dan ketika sebagai ideologi maka berkonsekuensi sebagai pemersatu

PANCASILA ITU TIDAK CUKUP HANYA SEKADAR DIHAFAL, TAPI HARUS DIYAKINI, DISADARI DAN DIAMALKAN. NAH, UNTUK SAMPAI PADA TAHAP YAKIN ITU BUTUH PROSES, BUTUH PENGETAHUAN, PEMAHAMAN, DAN PENGHAYATAN. BARU SETELAH MEREKA YAKIN, KITA SADARKAN BAHWA PANCASILA ITU HARUS DIAMALKAN ATAU DIAPLIKASIKAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI. dan cita-cita bangsa sekaligus filosofi bangsa. Bagaimana pandangan bapak terhadap beberapa orang atau golongan yang ingin meng-agamakan pancasila atau mempancasilakan agama? Soekarno sendiri kan sudah mengatakan tidak akan menjadikan Pancasila sebagai agama atau mengagamakan Pancasila dan tidak akan mempacasilakan agama, karena Pancasila itu sendiri bukanlah agama, tetapi Pancasila itu adalah sebuah pemikiran filosofis. Adapun yang membedakan pemikiran filosofis Pancasila dengan filosofi lain, karena dalam Pancasila itu ada nilai religius atau ketuhanan. Di sinilah yang menunjukkan bahwa orang Indonesia itu adalah makhluk yang religius atau beragama. Pemikiran filosofis inilah yang kemudian mengantarkan Soekarno mendapat gelar doktor kausa di UGM sebagai penggali Pancasila yang pada saat itu dipromotori Prof. Notonegoro. Pemikiran Soekarno ini cukup dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kalau dilihat dari hukum kausalitas, maka Pancasila itu sudah urut. Pertama dari Ketuhanan dulu, baru setelah Tuhan ada kemanusiaan, setelah ada manusia karena makhluk sosial baru bersatu, ketika bersatu maka butuh musyawarah, karena sudah berbicara mengenai kepentingan bersama, dari musyawarah itu kemudian akan menciptakan keadilan. Keunikan Pancasila terletak pada

Majalah Unesa

nilai religiusnya, dan inilah yang membedakan Pancasila dengan dasar negara lain. Filosofis Pancasila merupakan perpaduan dari humanis yang religius, demokrasi yang religius, dan sosial yang religius. Lima nilai itu merupakan hal yang ingin dimiliki oleh hampir setiap manusia. Namun substansi inti dari pancasila itu sebenarnya terletak pada sila kesatu dan kedua. Kalau manusia sudah mengikuti apa yang diajarkan Tuhan melalui wahyu yang diturunkan di masing-masing agama, maka manusia itu akan menjadi baik, karena ajaran Tuhan itu baik dan akan menciptakan kehidupan manusia yang lebih baik. Jadi, kalau manusia itu sudah menjalankan sila pertama otomatis keadilan sosial itu bisa tercapai, karena tidak akan ada yang namanya keserakahan, kesewenangwenangan, ataupun penindasan. Selain itu, kelima nilai Pancasila itu tidak ada satupun yang bertentangan dengan nilai-nilai dari agama apa pun. Jadi, sebenarnya kalau kita menjalankan lima nilai Pancasila berarti kita sudah menjalankan ajaran agama. Apa tantangan terbesar dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila di zaman milenial seperti sekarang ini? Generasi milenial ini pemahamannya terhadap Pancasila masih sangat terbatas. Mereka kebanyakan tidak mau belajar. Jika pun belajar, proses pembelajarannya tidak sampai membuat mereka pada tahap keyakinan bahwa Pancasila itu adalah pilihan terbaik dalam hidup

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

11


BINCANG

UTAMA

berbangsa dan bernegara. Pancasila itu tidak cukup hanya sekadar dihafal, tapi harus diyakini, disadari dan diamalkan. Nah, untuk sampai pada tahap yakin itu butuh proses, butuh pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan. Baru setelah mereka yakin, kita sadarkan bahwa Pancasila itu harus diamalkan atau diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Upaya dan media apa yang menurut bapak efektif menghadapi tantangan tersebut? Bisa dengan diskusi atau media lain, yang penting bisa menambah pengetahuan yang nantinya bisa sampai pada tahap meyakinkan, kemudian menyadarkan, sampai akhirnya bisa mengimplemtasikan nilai-nilai Pancasila itu dalam kehidupan. Jadi diskusi secara kritis dan mendalam bisa dijadikan sebagai salah satu medianya.

dimana anak-anak dibiasakan untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila yang kalau dulu kita mengenal P4. Di SMA, anak-anak sudah harus tahu hak dan kewajibannya, sehingga Pancasila diajarkan sebagai dasar negara, yakni sumber dari segala sumber hukum yang dituangkan dalam perundang-undangan. Di perguruan tinggi, mahasiswa diajarkan bagaimana mengkaji Pancasila secara filosofis. Bagaimana cara menilai bahwa seseorang itu sudah pancasilais atau belum? Indikatornya dilihat dari sikap dan perilakunya sudah sesuai belum dengan 36 butir nilai-nilai Pancasila (P4). Dengan demikian, orang yang berpendidikan tinggi pun belum tentu lebih

pancasilais dari orang desa yang masih erat memegang budayanya. Banyak orang desa yang belum mengerti nilai-nilai Pancasila, tetapi tanpa disadari mereka justru sudah menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya. Apa yang seharusnya dilakukan dalam momen memperingati hari lahirnya Pancasila? Menurut saya dengan mengadakan gerakan untuk semakin meyakini dan menyadarkan bahwa Pancasila itu adalah pilihan terbaik untuk hidup berbangsa dan bernegara, selanjutnya bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam sikap kita sehari-hari. n (INA)

Sejauh ini, bagaimana peran lembaga pendidikan dalam membumikan Pancasila di nusantara? Kalau dulu, di sekolah dasar anak-anak diajarkan nilai-nilai Pancasila seperti menghormati, gotong royong, kerja keras, dan lain-lain karena anakanak belum bisa berpikir kritis. Kemudian, di SMP sampai SMA diajarkan Pancasila sebagai dasar negara, yakni sumber dari segala sumber hukum, belajar ketatanegaraan, baru setelah di perguruan tinggi diajarkan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Jadi ada tahapannya di setiap jenjang pendidikan. Kalau sekarang ini sepertinya tercampur aduk. Padahal sebaiknya ada pemisah atau tahapan-tahapan tiap jenjang yang diasesuaikan dengan tingkat kemampuan berpikir siswa. Di SD sampai SMP, Pancasila diajarkan sebagai pandangan hidup, Prof. Warsono bersama Pakde Karwo

12

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

Majalah Unesa


INSPIRASI ALUMNI

Marhaen Djumadi, Alumnus FBS Unesa yang Wakil Bupati Nganjuk

BIROKRAT DAN POLITISI BERJIWA PENDIDIK PERUBAHAN DI SEBUAH DAERAH TIDAK BISA HANYA DIPERJUANGKAN DENGAN WACANA. PERLU ADA TINDAKAN NYATA ATAU TURUN KE JALAN SECARA LANGSUNG. ORANG-ORANG YANG MAU TURUN KE JALAN SECARA LANGSUNG MEMANG TIDAK BANYAK. SEBAB, UNTUK MELAKUKAN ITU TIDAK SEKADAR DIBUTUHKAN PENGETAHUAN, TAPI JUGA DIBUTUHKAN KEBERANIAN.

P

eran pendidikan menjadi kebutuhan vital dalam melakukan perubahan. Baik pendidikan orang yang hendak melakukan perubahan maupun perubahan yang akan dilakukan. Tanpa pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal seperti pengalaman, maka perubahan akan sulit mencapai tujuan. Marhaen Djumadi adalah salah satu orang yang hendak melakukan perubahan itu. Ia memiliki keinginan kuat untuk melakukan perubahan di tanah kelahirannya, Kabupaten Nganjuk. Setelah cukup lama berpetualang menuntut ilmu dan mencari pengalaman, ia ingin mengamalkan semua itu untuk membawa Kabupaten Nganjuk lebih baik ke depan, lebih maju, dan makmur. Marhaen Djumadi lahir di Nganjuk, 15 Desember 1966. Suami dari S. Wahyuni ini menempuh pendidikan pada jenjang menengah atas di SPGN Nganjuk. Setelah dinyatakan lulus, ia hijrah ke Surabaya untuk melanjutkan pendidikan. IKIP Surabaya (sekarang Unesa) menjadi kampus pilihannya untuk menimba ilmu jenjang sarjana (S-1). Kemudian, Marhaen melanjutkan pendidikan ke jenjang

magister (S-2) di STIE ABI Surabaya. Tidak mau berhenti sampai di situ, semangatnya untuk terus mencari ilmu masih berkobar. Maka, Marhaen menuntaskan pendidikan doktoralnya (S-3) Universitas Negeri Malang. Kini nama Marhaen yang dilengkapi dengan gelarnya menjadi Dr. Drs. H. Marhaen Djumadi, S.E., S.H., M.H., MBA. Sebelum maju menjadi wakil bupati Nganjuk mendampingi Novi Rahman Hidayat, S.Sos., M.M., ia sudah mengantongi beberapa pengalaman. Ia pernah menjadi wakil ketua LPNU Jawa Timur, mengembangkan lembaga bimbingan belajar (LBB), menjadi dosen, menjadi pengurus dewan pendidikan, menjadi staf ahli bidang pendidikan di DPRD Jawa Timur, dan menjadi Taruna Merah Putih Jawa Timur. Bahkan, pada 2013, melalui Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Marhaen juga pernah mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Ia maju di daerah pemilihan Jatim 6 yang meliputi Kabupaten/ Kota Kediri, Blitar, dan Tulungagung. Pengalaman-

Majalah Unesa

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

13


INSPIRASI

ALUMNI

BIROKRAT: Marhaen menjalankan tugas sebagai Wakil Bupati Kabupaten Nganjuk.

pengalaman itu membuat Marhaen semakin percaya diri untuk ikut serta melakukan perubahan melalui tindakan nyata di Kabupaten Nganjuk. Ia merasa masih banyak hal yang perlu dilakukan agar Kabupaten Nganjuk terus berkembang dan maju. Setelah melakukan banyak pertimbangan, Marhaen mantap untuk maju sebagai wakil bupati Nganjuk pada pemilihan 2018. Dukungan dan dorongan dari lingkungan sekitar membuat ia semakin yakin untuk memberikan yang terbaik bagi tanah kelahirannya. Dalam sebuah wawancara bersama awak media, Marhaen menegaskan, ia maju sebagai wakil bupati Nganjuk lantaran dorongan dari berbagai elemen organisasi yang berada di Kabupaten Nganjuk. “Iya saya maju jadi bacawabup karena dorongan dari beberapa organisasi di Nganjuk, khususnya pendidikan,” ujarnya mantap saat diwawancari pada proses mengikuti tahap fit dan proper test di Gedung DPD PDIP Jatim, Jalan Kendangsari, Surabaya, Sabtu, 19 Agustus 1017. Pada Senin, 24 September 2018, bersama 11 kepala dan wakil

14

kepala daerah lainnya, Marhaen resmi dilantik sebagai wakil bupati Nganjuk oleh Gubernur Jawa Timur, Soekarwo di Gedung Negara Grahadi, Jalan Gubernur Suryo Surabaya. Setelah pelantikan itulah perjuangan Marhaen kembali dimulai. Bersama pasangannya, bupati Nganjuk, ia harus bersungguh-sungguh melakukan perubahan. Apalagi, bupati sebelumnya tersandung kasus korupsi dan kena operasi tangkap tangan (OTT) KPK. Maka, tugas Marhaen bersama pasangannya untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah sangat dipertaruhkan. Alumnus IKIP Surabaya atau Universitas Negeri Surabaya itu harus dapat membuktikan komitmennya untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Pengabdian dan tindakan nyatanya sangat dinanti oleh masyarakat Nganjuk. Berbagai perubahan di seluruh aspek harus segera dilakukan. Jiwanya sebagai pendidik yang mampu mengayomi, menjadi teladan, mengarahkan, dan membawa perubahan sangat dinanti. n (SYAIFUL RAHMAN)

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

Majalah Unesa

BIODATA SINGKAT ALUMNI NAMA: Dr. Drs. H. Marheany Djumadi, SE, MM, MBA TEMPAT/TGL LAHIR: Nganjuk, 15 Desember 1968 ISTRI: S. Wahyuni ANAK: Tiga PENDIDIKAN: • D-3 IKIP SURABAYA (lulus 1989) • S-1 IKIP SURABAYA (1991) • S-1 MANAJEMEN STIE ABI (1996) • MM STIE ABI SURABAYA (2001) • MBA (DL) GLOBAL INSTITUTE OF MANAGEMENT PROFIDED BY WEST COST INSTITUTE OF -- MANAGEMENT AND THECHNOLOGY, PERT, AUSTRALIA. (1999) • DOKTOR EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MALANG (2004) PEKERJAAN: • Dosen dan Wakil Direktur Pascasarjana STIE ”ABI” Surabaya • Presdir Indoglobal Group Surabaya • Komisair Utama Lembaga Bahasa Asing ”Prima Interlingua Jogjakarta” • Direktur Utama Alma Counsulting Group Surabaya • Presdir HRM INDONESIA • Presdir Trans Consulting Surabaya • Wakil Bupati Nganjuk


KIPRAH LEMBAGA

Menengok Kiprah dan Program Pusat Halal Center Unesa

JADIKAN KANTIN UNESA YANG HALAL DAN SEHAT

HALAL: Ketua Pusat Halal Unesa, Dr. Nuniek Herdyastuti, M.Si.

SESUAI SK REKTOR, PUSAT HALAL UNESA MEMILIKI NAMA PUSAT HALAL CENTER. TERDENGAR ANEH MEMANG KARENA ADA KATA PUSAT DAN CENTER. LAZIMNYA, DI SEMUA UNIVERSITAS NAMA UNIT KERJA YANG SERUPA DISEBUT DENGAN HALAL CENTER, TAPI KARENA HALAL CENTER BERADA DI BAWAH NAUNGAN LPPM, DAN SEMUA YANG DI BAWAH LPPM MEMILIKI NAMA DEPAN PUSAT SEHINGGA SESUAI SK DENGAN NAMA PUSAT HALAL CENTER. NAMUN, UNTUK PENYEBUTAN LEBIH MUDAHNYA DISEBUT HALAL CENTER. BAGAIMANA KIPRAH DAN PROGRAMNYA?

K

etua Pusat Halal Unesa, Dr. Nuniek Herdyastuti, M.Si mengatakan bahwa terbentuknya Halal Center di Unesa mengacu pada semakin banyaknya industri di Indonesia khususnya industri makanan, minuman,

dan obat, dimana semua industri tersebut harus disertifikasi halal. Sebelumnya, sertifikasi halal merupakan keinginan pihak industri. Namun, sejak Oktober 2019 nanti semua industri baik kecil, menengah, dan multi nasional wajib mengikuti sertifikasi halal.

Majalah Unesa

Selama ini, terang dosen Kimia ini, hanya ada satu badan yang mensertifikasi halal di Jawa timur yaitu LPOM MUI Jawa Timur. Tentu saja, keberadaan satu badan itu saja tidak mencukupi untuk menangani ribuan keberadaan industri yang cukup banyak. Di Surabaya saja,

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

15


KIPRAH

LEMBAGA

banyak industri dari kecil hingga besar, apalagi skala Jawa Timur. Oleh karena itu, melalui BPJPH yang ada di Kementerian Agama (Kemenag) meminta semua perguruan tinggi negeri memiliki Halal Center yang nantinya akan mendirikan Lembaga Pensertifikasi Halal (LPH). “Jadi, tujuan dibentuknya Halal Center untuk membantu proses sertifikasi porduk halal yang ada di Indonesia,” terangnya. Menurut Nuniek, perguruan tinggi swasta bisa juga mendirikan Halal Center dan Lembaga Pensertifikasi Halal asalkan mengikuti aturan dari kemenag yang berlaku. Contohnya, di setiap universitas setidaknya harus memiliki 3 auditor yang sudah tersertifikasi, tentu saja lembaganya sendiri dalam hal ini adalah LPH juga harus tersertifikasi. “Auditor haruslah disertifikasi oleh LPOM pusat, namun untuk sekarang MUI Jawa Timur (tapi belum berjalan) dan mekanismenya seperti apa juga masih belum ada,” papar auditor LPOM MUI bersertifikasi itu. Nuniek menambahkan, saat ini program-program Halal Center Unesa sudah disusun. Salah satunya adalah melakukan studi banding ke Institut Pertanian Bogor. IPB dipilih sebagai tempat studi banding karena merupakan pemilik Halal Center tertua di Indonesia. Bahkan, cikal bakal LPOM MUI juga datang dari IPB.

mereka mengetahui pentingnya sertifikasi halal,” terangnya. Nuniek menjelaskan, cakupan halal itu luas, yakni terkait segi bahan dan prosesnya semua harus halal. Misalkan pangsit mie mendaftarkan untuk sertifikat halal, maka akan dilihat bahan mienya harus halal, ayamnya harus halal dan lain-lain. Untuk mendapatkan sertifikasi halal, jelas Nuniek, pedagang dapat mendatangi Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kemenag untuk mengajukan sertifikat halal. Sebab, LPH di kampus-kampus bukan tempat mendaftar, namun LPH akan menerima tugas dari BPJPH untuk

Masih Tahap Rintisan Nuniek tak menampik bahwa Pusat Halal Center Unesa masih dalam tahap rintisan. Oleh karena itu, ia tidak terlalu muluk-muluk dengan program kerja. Jika nantinya harus dibentuk LPH, terang Nuniek maka tentu memerlukan proses. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengikuti pelatihan terlebih dahulu terkait halal dan sistem jaminan halal yang akan dilatih oleh LPOM MUI pada Agustus. “Dalam waktu dekat juga akan melakukan sosialisasi kepada semua foodcourt dan kantin yang ada di Unesa agar

16

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

mensertifikasi Industri-industri yang mendaftar. Sampai saat ini, di indonesia masih belum ada LPH karena pembentukannya tidak semudah yang dipikirkan. Contohnya sertifikasi halal itu bukan hanya berlaku dalam negeri, tapi juga kaitannya juga sampai luar negeri. Yang mampu untuk sertifikasi itu sampai saat ini masih LPOM MUI karena di dalam LPOM MUI ada auditor regional, nasional dan internasional. “Saya berharap nanti semua kantin di Unesa tersertifikasi halal sehingga menjadi kantin halal dan sehat,” pungkasnya. n EMIR

PROFIL LEMBAGA NAMA LEMBAGA : Pusat Halal Center Unesa SK DIBUAT : Maret 2019 KETUA : Dr. Nuniek Herdyastuti, M.Si. (Kimia) & (Auditor LPOM MUI bersertifikasi) SEKRETARIS : Nugrahani Astuti, S.Pd., M.Pd. (PKK) TIM AD HOC : Rusmini, S.Pd., M.Si. (Kimia) Ita Fatkhur Romadhoni, S.Pd., M.Pd. (PKK) Dindy Sinta Megasari, S.Pd., M.Pd. (PKK)

Majalah Unesa


KABAR PRESTASI

ROBOT: Tim Robot Azzahraly FT Unesa yang berhasil meraih juara 2 Kontes Robot Indonesia (KRI) regional IV kategori kontes robot tari yang diadakan di Universitas Mataram Lombok pada 21-23 April 2019.

SEMPAT TERKENDALA SERVO, TIM DEWO ROBOTIK RAIH JUARA

P

restasi kembali ditorehkan mahasiswa Unesa. Kali ini, tim Dewo Robotik asal Fakultas Teknik berhasil mendapatkan Juara Harapan 1 dalam Kontes Robot Indonesia (KRI) Divisi Robot Pemadam Api Berkaki, pada Minggu 23 Juni 2019 yang berlangsung di Universitas Dian Nuswantoro (Udinus). KRI merupakan lomba

bergengsi yang diadakan Kemenristekdikti. Para peserta terdiri dari seluruh kampus di Indonesia yang telah terseleksi dari 4 regional. Tahun ini, Tim Dewo menerjunkan 4 tim yang lolos seleksi regional untuk mengikuti KRI, di antaranya dari Divisi Robot Pemadam Api Berkaki, Robot Tematik (menanam dan memanen padi), Robot Seni Tari, dan Robot Abu (pengirim surat). Sementara itu, sub-

tim Dewo, Tim Dewayani berhasil meraih juara harapan Divisi Robot Pemadam. Tim mereka terdiri dari M. Trisna Zanuar, Radit Satria, dan Widat Nizom Fahmi. Tim mereka dibawah bimbingan Agung Prijo Budijono, S.T, M.T, dosen Teknik Mesin. Proses mendapatkan juara memerlukan perjuangan yang ekstra. Apalagi, mereka sempat mengalami kendala terkait

Majalah Unesa

komponen servonya yang rawan rusak. Beruntung, kendala tersebut dapat segera diperbaiki saat itu juga sehingga dapat mengikuti final. Iwan, selaku GM Tim Dewo Robotik berharap ke depan semakin banyak warga Unesa yang terhadap robotik, sehingga pengembangan di bidang robotika dapat lebih berkembang sehingga mampu bersaing dengan kampus lain. n (MIR/WHY)

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019

|

17


LENSA

UNESA

FOTO: HUMAS UNESA

FOOD COURT: Rektor Unesa Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes beserta jajaran petinggi Unesa saat melakukan peletakan batu pertama pembangunan gedung Food Court dan Kafe Kontainer di kawasan kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya .

PELETAKAN BATU PERTAMA GEDUNG FOOD COURT DAN KAFE KONTAINER

R

Rektor Unesa, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes dan jajaran pimpinan universitas, fakultas, dan direktur selingkung Unesa menghadiri acara peletakan batu pertama Gedung Food Court dan Countainer Cafe Unesa di belakang Gedung Rektorat, Kampus Lidah Wetan pada 25 Juni 2019. Acara juga dihadiri Kepala Cabang Bank BTN Surabaya dan perwakilan dari PT Jaya Abadi Ciptatama Kontruksi. Pembangunan Food Court dan Countainer Cafe merupakan bentuk pengembangan infrastruktur menuju Perguruan Tinggi Berbadan Hukum (PT BH). Rektor berharap bangunan itu menjadi tempat yang ramah untuk semua kalangan khususnya sivitas akademika sehingga tidak enggan untuk menikmatinya. Peletakkan batu pertama diawali Rektor Unesa, lalu Kepala Cabang BTN Surabaya dan dilanjutkan para wakil rektor. Dilakukan juga pemotongan tumpeng sebagai bentuk dimulainya pembangunan.n(WHY)

18

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

FONDASI: Rektor Unesa Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes secara simbolid melakukan pengecoran gedung Food Court Unesa.

Majalah Unesa


LENSA UNESA

Usai Pengarahan, 83 CPNS Formasi 2019 Unesa Terima SK SEBANYAK 83 Calon Pegawai Negeri Sipil Unesa formasi tahun 2019 mendapatkan SK dan pengarahan di Ruang X, 01.17 Gedung CPD Unesa, Kampus Unesa Lidah Wetan pada 25 Juni 2019. Sebelum penyerahan SK dilakukan, para CPNS mendapat pengarahan dari Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan, Suprapto, S.Pd, M.T, Ka BAKPK, Dra. Ec. Ratih Pudjiastuti, M.Si, dan Ka BUK, Drs. Budiarso, S.H, M.M. Turut pula mendampingi Dekan FIP, Dekan FBS, Dekan FMIPA, Dekan FT, Dekan FE, dan Wadek 2 FISH. Pemberian SK dilakukan secara simbolis oleh Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan kepada salah satu perwakilan CPNS. Selamat bekerja dan mengabdi ya. n (SH/AY)

CPNS: Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan, Suprapto, S.Pd., M.T., menyerahkan SK kepada salah seorang perwakilan CPNS Unesa 2019, usai pengarahan di Gedung CPD Unesa, Kampus Lidah Wetan Surabaya.

Upacara Hari Lahir Pancasila Bersama Menristekdikti BERBEDA dengan tahun lalu, yang biasanya dilaksanakan di halaman Gedung Rektorat Unesa, Kampus Lidah Wetan, kali ini upacara peringata Hari Lahir Pancasila 1 Juni, dilaksanakan di Lapangan Semangat Pagi Kampus II Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Sebagai inspektur upacara adalah Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Prof. H. Mohamad Nasir, Ph. D., Ak. Perigatan Hari Lahir Pancasila dengan tema Kita Indonesia Kita Pancasila tersebut diikuti sekitar 3.500 peserta dari perwakilan universitas dan guru se-Jawa Timur, serta mahasiswa Unesa dan Universitas Adi Buana. Dalam pidato Badan Pengelolaan Pancasila Indonesia (BPIP) RI yang disampaikan oleh Moh. Nasir disebutkan jika “Indonesia untuk kita semua dan Pancasila adalah rumah kita semua”. Maka, sudah sewajarnya kita menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup dalam bernegara. Salah satu perwujudannya adalah membentuk budaya politik kewarganegaraan yang demokratis, bukan politik yang menimbulkan ketakutan. n (AY/WHY/TNI) UPACARA: Rektor Unesa, Prof. Nurhasan bersama jajarannya menyambut kedatangan Menristekdikti Prof. H. Mohamad Nasir di lapangan upacara Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.

Majalah Unesa

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019

|

19


FEATURE

UNESA

Cak Ji, Pedagang Bakso Legendaris Kampus Ketintang

DEMI BAKSO, ABAIKAN TAWARAN JADI PNS MUNGKIN TIDAK BANYAK YANG TAHU GIGIHNYA PERJUANGAN PENJUAL BAKSO DI FOOD COURT UNESA KETINTANG INI. SUDAH HAMPIR 44 TAHUN BAKSO MENJADI BAGIAN DARI KISAH HIDUPNYA. BAHKAN DEMI BAKSO, TAWARAN MENJADI PNS DAN PEGAWAI TELKOM PUN DIABAIKAN

S

ore itu Cak Ji sedang berkemas-kemas. Pria paro baya itu sudah bersiapsiap untuk pulang. Sejak dini hari ia sudah bekerja, sehingga tampak kelelahan dalam melayani para pembeli baksonya. Mayoritas pembelinya adalah mahasiswa Universitas Negeri Surabaya, meskipun terkadang beberapa dosen ataupun orang yang berkunjung ke universitas pendidikan itu juga bagian dari pelanggannya. Di sela-sela kesibukan Cak Ji, reporter Majalah Unesa datang untuk berbincang seputar perjuangan hidupnya. Cak Ji memang bukan pendatang baru di antara para pedagang yang berjualan di Baseball Food Court Unesa kampus Ketintang Surabaya. Ia sudah berjualan sejak tahun 1975, saat Universitas Negeri Surabaya masih bernama IKIP Surabaya. Saat itu, Cak Ji masih berusia 18 tahun. Ia merantau dari Lamongan menuju Surabaya untuk mencari nafkah. Nama aslinya bukan Cak Ji, tapi Saaji. Namun, belakangan lebih dikenal dengan sebutan Cak Ji atau Pak Ji. “Orang-orang lebih senang memanggil saya Cak Ji atau Pak Ji,” tuturnya sambil tertawa, Kamis (16/05/2019). Mulanya, Cak Ji bekerja di perusahaan orang, tepatnya sebuah restoran. Di restoran tersebut, ia

20

bekerja selama dua tahun. Namun, jiwa muda Cak Ji tidak mudah puas. Ia ingin terus memperbaiki hidupnya. Semangatnya untuk terus maju dan berkembang tidak pernah berhenti. Karena itu, Cak Ji berusaha berhemat. Ia menabung setiap menerima gaji dari perusahaan. Sedikit demi sedikit, akhirnya ia mampu membeli rombong atau gerobak bakso dan mengontrak tempat tinggal. “Dari hasil tabungan itulah saya bisa membeli rombong dan mengontrak,” kenang kakek dari enam cucu itu. Menginjak usia 23 tahun, Cak Ji memutuskan untuk menikah, tepatnya pada tahun 1982. Dari pernikahannya itu, ia dikarunia tiga anak dan enam cucu. “Insyaallah sebentar lagi akan memiliki satu cucu lagi,” ceritanya penuh bahagia. Cak Ji bercerita, setelah mampu membeli rombong, ia mulai menjual bakso di lingkungan Universitas Negeri Surabaya. Ia menjual bakso di jurusan Seni Tari dan SD Lab. Saat itu, Fakultas Bahasa dan Seni memang masih berada di kampus Ketintang, belum dipindah ke kampus Lidah Wetan. “Dulu itu kampus Unesa tidak sebesar sekarang. Kampusnya saja hanya sampai lapangan. Tempat lain masih belum dibangun, masih seperti hutan,” tuturnya menjelaskan. “Selain di Unesa, saya juga menjual bakso di

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

Majalah Unesa

SMP dan STM,” tambahnya. Pada 1998, Cak Ji tidak lagi berjualan di jurusan Seni Tari dan SD Lab. Ia pindah ke kantin Fakultas Ilmu Sosial, di belakang jurusan Geografi. Di tempat itu, ia menjual bakso sekitar lima tahun. Yakni, sampai tahun 2013. Pada 2013, pembangunan Baseball Food Court Unesa kampus Ketintang sudah selesai. Food Court yang terletak di sebelah timur masjid Baitul Makmur 1 itu memiliki beberapa stan yang disewakan kepada setiap penjual. Ada 20 stan yang tersedia saat itu. Kini sudah bertambah beberapa stan baru dan jenis makanan yang dijual juga semakin variatif. “Kala itu, Dekan FIS ngobrol dengan saya dan penjual lainnya seperti Sabang dan Mamang. Ia (Dekan FIS) menyuruh kami untuk pindah ke Food Court saja,” kenangnya. Namun, imbuh Cak Ji, saat itu Cak Ji belum punya uang untuk membayar biaya sewanya. Hidup di perantauan bersama keluarga memang tidak mudah. Butuh perjuangan keras untuk bertahan. “Tapi, ia (Dekan FIS) berkata kepada saya, “Wes pindah saja Pak Ji. Ambil kuncinya,” kata Cak Ji menirukan ucapan Dekan FIS kala itu. Kini FIS (Fakultas Ilmu Sosial) sudah berganti nama menjadi Fakultas Ilmu


FEATURE UNESA Sosial dan Hukum (FISH). Setelah melalui banyak pertimbangan dan dorongan, Cak Ji pun memantapkan diri untuk pindah ke Food Court. Sampai saat ini, ia tetap berjualan bakso di stan 01 Baseball Food Court Unesa kampus Ketintang. Prinsip Cak Ji adalah “Tidak masalah meski hanya jualan bakso, asalkan tidak diperintah oleh orang lain dan mandiri dengan hasil kerja keras atau usaha sendiri.” Dari prinsip itulah Cak Ji terus bertahan untuk berwirausaha di bidang kuliner atau bakso. Tolak Tawaran Jadi PNS dan Pegawai Telkom Semangat wirausaha Cak Ji muda memang luar biasa. Jualan bakso tak pernah membuatnya minder. Bahkan, demi jualan bakso ia pernah menolak ditawari sebagai karyawan Telkom dan PNS di IKIP Surabaya. “Saat muda dulu, ketika awalawal berjualan bakso keliling menggunakan gerobak, saya pernah ditawari untuk menjadi karyawan di PT Telkom. Namun saya tidak menerimanya. Pertimbangan saya waktu itu, jualan bakso lebih menjanjikan. Sebab, gaji sebagai pegawai di Telkom sebulan masih kalah dengan pendapatan jualan bakso seminggu saja,” kenangnya. Cak Ji juga bercerita pernah diajak teman-temannya untuk turut mendaftar sebagai PNS di IKIP Surabaya. “Saya juga pernah ditawari jadi PNS. Diajak teman-teman mendaftar sebagai pegawai di IKIP Ketintang. Namun, karena saya sudah merasa yakin berjualan bakso lebih baik bagi saya, maka saya abaikan tawaran tersebut,” pungkas Cak Ji. "Rezeki sudah diatur Allah SWT. Kita harus mensyukurinya. Alhamdulillah, sampai saat ini tetap diberi kesehatan dan terus dapat berjualan. Pagi sebelum subuh ke pasar belanja kebutuhan, kemudian siang jualan di food court, dan sore bersih-bersih persiapan untuk jualan esok hari. Demikianlah kehidupan saya. Disyukuri saja.” n (SYAIFUL RAHMAN/ ARM)

LEGENDARIS: Cak Ji selalu bersyukur. Foto Cak Ji saat diwawancara di rumahnya.

Majalah Unesa

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

21


ARTIKEL

POPULER

MERAWAT BANGSA DENGAN SEMANGAT PANCASILA, DIMULAI DARI KAMPUS Vinda Maya Setianingrum., M.A BANGSA INDONESIA MEMILIKI BANYAK WARISAN OPTIMIS YANG TERUS TERJAGA HINGGA KINI. HANYA SAJA, KARENA PERBEDAAN PANDANGAN DAN ARGUMEN POLITIK YANG AMAT FLUKTUATIF, NILAI LUHUR ITU BERSERAKAN DALAM BENTUK YANG BERKEPING-KEPING. SEMANGAT PANCASILA BERALIHFUNGSI, BUKAN UNTUK MERAWAT, TAPI JUSTRU MENGARAH KE SIKAP DAN PERILAKU YANG KURANG MENAWAN.

U

paya itu pada dasarnya sudah diemban dan dilaksanakan setiap perguruan tinggi negeri selama ini. Karena itu adalah tugas dan tanggung jawab perguruan tinggi sebagai wadah penanaman nilai dan pencerdasan anak bangsa. Bahkan tujuan setiap kegiatan unesa yang akademik maupun yang non-akademik diwarnai dengan upaya pembiasaan dan penanaman nilai-nilai luhur pancasila. Sekarang, nilai itu dipertegas lagi dalam bentuk kurikulum. Artinya, Unesa berkomitmen untuk mewujudkan masyarakat bersatu padu menjunjung tinggi perdamaian. Komitmen itu tentu berdasar. Sebab, kehidupan berbangsa dan bernegara selama ini tercabikcabik. Rasa kesatuan dan kesatuan bercerai berai. Kekecewaan muncul di mana-mana. Propaganda saling menuding satu sama lain

22

meruncing. Hingga akhirnya muncul serangan yang mengancam nyawa, mulai dari kelompok lain, hingga aparatpun disasar.Permasalahan Pilpres beberapa waktu lalu, meski tidak memakan korban jiwa, namun bisa menjadi contoh kondisi bangsa saat ini. Radikalisme itu ada, pemicunya banyak. Nilai pancasila harus mengambil alih dan menjadi leader dalam setiap sanubari anak

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

Majalah Unesa

bangsa. Agar paham lain, seperti radikalime itu tidak bersarang dan menggerogoti hati anak negeri. Itulah yang ingin diwujudkan Unesa. Pancasila harus menjadi way of life warga negaranya. Selama ini, pancasila belum diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari jajaran tinggi negara, hingga masyarakat bawah. Itu bisa dilihat proses panjang yang menentukan nasib bangsa lima tahun ke depan. Proses yang disebut-sebut sebagai pesta demokrasi tempat jutaan harapan bergantung dan dipertaruhkan justru banyak diwarnai hal-hal yang kurang menawan dipertontonkan. Fase demokrasi kemarin memiliki banyak catatan penting yang perlu dilihat kembali. Terlebih mengenai sikap individu maupun kelompok dalam menyikapi dan menjalani serta menyelesaikan persoalan. Negara seakan ditimpa cobaan yang amat berat. Panggung


ARTIKEL POPULER PANCASILA YANG SEBELUMNYA DIKENAL LEWAT HAFALAN RUTINITAS KELAS, SEKARANG SAATNYA DIKEMBALIKAN IMPRESI YANG BISA MENUMBUHKAN NURANI ANAK NEGERI. PANCASILA HARUS MENJADI SURI TELADAN YANG DAPAT DIKISAHKAN DARI GENERASI KE GENERASI. PANCASILA LAYAK DAN HARUS TERUS DIPERTAHANKAN DAN HARUS MEWARNAI SELURUH SENDI KEHIDUPAN BANGSA. SAATNYA KITA MENATA KEMBALI PANCASILA AGAR DEKAT, HIDUP, DAN DIHIDUPKAN DALAM SETIAP AKTIVITAS KEHIDUPAN RAKYAT INDONESIA.

politik sempat menjadi pentas beradu sentimen. Beradu domba dan saling menuding satu sama lain. Pertentangan itu diperparah lagi dengan penyebaran berita bohong yang menguasai jagat media sosial. Sehingga memancing perselisihan yang berkepanjangan. Panggung demokrasi yang seperti itu. Mau tidak mau, suka tidak suka, memicu muncul kembalinya serangan brutal, mengerasnya paham radikalisme di tengah masyarakat, entah itu karena alasan agama atau paham dan pandangan politik tertentu. Semua tahu bahwa bangsa Indonesia memiliki sejarah pahit tentang itu. Di beberapa daerah sempat muncul penyerangan yang memakan korban jiwa. Semua juga tahu bahwa, negara Indonesia adalah yang banyak ragam bangsanya, banyak bahasanya, sukunya, juga agamanya. Perbedaan itu justru belum sepenuhnya disadari banyak pihak. Sehingga perkataan dan perbuatan yang muncul bukan yang mempersatukan, namun justru yang membuat sekat. Apa yang tampak selama ini, bukanlah sikap demokratis yang berakar dari nilai luhur Nusantara. Pancasila hanya muncul dalam jargon sementara hilang rohnya. Nilai pancasila belum seutuhnya tertanam dalam sanubari warga dan anak bangsa. Menjadikan pancasila sebagai pandangan dan sikap hidup memang bukan hal yang gampang. Karena erat kaitannya dengan persoalan mental. Unesa menyadari

itu. Maka perlu kerja keras yang berkesinambungan, dan melibatkan semua pihak. Ada banyak hal yang bisa dilakukan. Salah satu dengan melakukan pembiasaan kecil lewat hari lahir pancasila yang diperingati setiap 1 Juni. Peringatan hari lahir pancasila harus bergerak dari seremonial ke hal-hal yang substansi dan diisi dengan kegiatan bernilai edukasi. Ada transformasi ilmu kepancasilaan di dalamnya. Ada pembiasaan sikap yang pancasilais di dalamnya. Hal itu bisa dirancang dan melibatkan semua pihak. Itu bukan tugas kampus saja, tentu melibatkan pemerintah, dan semua pihak yang harus sama-sama diajak untuk menunaikan janji kemerdekaan. Bukan hal yang gampang agar pancasila hidup dalam sikap dan perbuatan. Namun juga bukan hal mustahil. Karena nilai-nilai pancasila itu bukan nilai yang baru bagi bangsa Indonesia. Nilai yang dikonsepkan dalam lima sila itu diambil dari nilai luhur Nusantara. Maka nilai itu perlu dikembalikan lagi, perlu dikedepankan lagi lewat pembiasan-pembiasan kecil dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari rumah, mulai dari kantor, mulai dari sekolah, mulai dari kampus dan mulai dari masjid hingga bertemu dalam bentuknya yang luas di tengah masayarakat. Sikap adil, empati, gotong royong, dan nilai luhur lain pancasila harus muncul di mana-mana. Berawal dari rancangan kurikulum berbasis industri 4.0 tersebut. Deradikalisasi dan menanamkan

Majalah Unesa

rasa nasionalisme serta pancasilais itu harus menjadi usaha bersama semua pihak. Semua orang harus bergotong royong untuk mewujudkan sikap berbangsa dan negara yang menawan itu. Bergotong royong tidak selalu identik dengan bakti sosial. Namun sama-sama berusaha dalam ruang yang berbeda, dalam tanggung jawab dan kapasitas yang berbeda untuk mewujudkan hajat hidup bersama juga bagian dari semangat gotong royong. Pancasila yang sebelumnya dikenal lewat hafalan rutinitas kelas, sekarang saatnya dikembalikan impresi yang bisa menumbuhkan nurani anak negeri. Pancasila harus menjadi suri teladan yang dapat dikisahkan dari generasi ke generasi. Pancasila layak dan harus terus dipertahankan dan harus mewarnai seluruh sendi kehidupan bangsa. Saatnya kita menata kembali pancasila agar dekat, hidup, dan dihidupkan dalam setiap aktivitas kehidupan rakyat Indonesia.n

Vinda Maya Setianingrum, M.A adalah Divisi Public Relations dan Media partner Satuan Kehumasan Unesa

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

23


Kabar

PRESTASI Prestasi Siswa SMP Lab School Unesa pada Asia Math Engineering Challenge

JUARA INTERNASIONAL BEST PERFORMERS

JUARA: Hisyam Darius Hafiin Amadeo (14) dan Nabita Nirla Sevina (15) juara Asia Math Engineering Challenge.

U

SMP Lab School Universitas Negeri Surabaya patut berbangga. Dua siswanya berhasil meraih best performers dalam Asia Math Engineering Challenge yang diselenggarakan di Singapura pada 18 – 22 Juni 2019. Even tersebut diprakarsai oleh Youth Ambassadors ( lembaga kepemudaan Singapura) yang bekerja sama dengan Nullspace (sekolah Robotic Singapura). Dua siswa tersebut adalah Hisyam Darius Hafiin Amadeo (14) dan Nabita Nirla Sevina (15). Keduanya berhasil bersaing dengan seratus lebih peserta dari berbagai negara. Kejuaraan tersebut diikuti 8 negara, di antaranya Indonesia, Kamboja, Filipina, Vietnam, Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia dan Thailand. Acara tersebut bertujuan mengembangkan pemikiran kreatif dan keterampilan pemecahan masalah. Pada even itu, Hisyam dan Nabita ditantang membuat karya yang sesuai dengan tema even yaitu Smart City Smart Living. Mereka hanya diberi waktu sangat

24

terbatas untuk menyelesaikan challenge tersebut. Mereka ditantang membuat karya dengan menggunakan sensor. Hisyam dan Nabita berhasil membuat prototype E washing dishes atau E washing Machine yang digunakan untuk membersihkan piring menggunakan sensor. Cara kerja alat tersebut sangat mudah. Ketika piring menyentuh sensor Ldk , maka lampu kecil dan mesin akan menyala. Otomatis mesin akan membersihkan piring dengan cepat. Di balik kemenangannya itu, ada cerita unik yang menarik. Kedua siswa tersebut sebenarnya hanya berangkat umrah bersama keluarga. Saat hendak kembali ke Indonesia, mereka transit terlebih dahulu di Singapura untuk mengikuti acara tersebut. Mereka hanya berkoordinasi dan dibina oleh guru mereka lewat media komunikasi, sehingga kemenangan itu merupakan sebuah kejutan bagi guru-guru mereka. Lomba seperti itu bukan kali pertama diikuti siswa SMP Lab School Unesa. Sebelumnya, mereka berhasil meraih kategori Best Performers di Dinas

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

Majalah Unesa

Pendidikan. Menurut Dian Hijrahsaputra S.Pd., kepala sekolah Lab School Unesa, metode pembelajaran fun learning dan e-learning yang diterapkan Lab School Unesa menjadikan para siswa memiliki keingintahuan dan keinginan menciptakan sesuatu menjadi lebih besar. Bukan hanya dalam bidang ilmiah saja, tapi dari segala bidang. Untuk mengapresiasi prestasi kedua siswa tersebut, sekolah beserta ketua yayasan, Dra. Endah Purnomowati, M.Pd menggelar acara pemberian penghargaan kepada mereka. Acara itu diselenggarakan pada Kamis 27 Juni 2019 di Gedung SMP Lab School Unesa. Hisyam dan Nabita mendapatkan banyak hadiah berupa beasiswa, bebas biaya daftar ulang dan beberapa hadiah lain. Acara itu juga dihadiri oleh direktur lab school, kepala sekolah, guru dan orang tua dari kedua siswa tersebut. “Kami akan terus mendorong agar ada pembinaan tahap lanjut, supaya ada juara-juara baru dari SMP Lab School ini,” ujar Ketua Yayasan. n (HAS/WHY)


KABAR PRESTASI

POMDA: Tim Karate Unesa berhasil memboyong 15 medali sekaligus di Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah (POMDA) tingkat Jawa Timur yang digelar di Gedung Samantha Krida, Universitas Brawijaya, Malang.

KARATE UNESA BORONG 15 MEDALI POMDA JATIM

A

tlet cabang olahraga Karate dari Unesa kembali menorehkan prestasi. Kali ini, di bawah bimbingan Afifan Yulfadinata, S.Pd, M.Pd dan Arifah Kaharina, S.Pd, M.Kes, mereka berhasil memboyong 15 medali sekaligus di Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah (POMDA) tingkat Jawa Timur yang digelar di Gedung Samantha Krida, Universitas Brawijaya, Malang. Ke-15 medali yang berhasil diboyong oleh tim karate Unesa adalah 5 medali emas diraih tim kelas kumite beregu putra, Reno Renaldi pada kelas kata perorangan, Sindur Lestari pada kelas kumite -50kg pi, Nur Hanifah pada kelas kumite -55kg pi, dan Satria Kurnia pada

kelas kumite +84kg pa. Sedangkan 6 medali perak berhasil diraih tim A dari kelas kumite beregu putri, Sindur Lestari pada kelas kata perorangan, Cent Queen Niluhvaquita pada kelas kumite -50kg pi, Maria Balun pada kelas kumite -68kg pi, Hasirul Anta pada kelas kumite -84kg pa, dan Raka Irham Gautama pada kelas kumite +84kg pa. Sementara, 4 medali perunggu berhasil diraih tim B dari kelas kumite beregu putri, Miftahul Jannah pada kelas kata perorangan, Herdinan Dwi Kirahma pada kelas kumite -75kg pa, dan Anugrah Erika Putri pada kelas kumite +68kg pi. POMDA yang digelar di UB mulai 24 Juni s.d. 30 Juni 2019 tersebut diikuti 162 atlet dari 19 perguruan tinggi se-Jawa Timur untuk cabang olahraga karate dan bulu tangkis.

Majalah Unesa

Ajang tersebut merupakan sarana mencari atlet kontingen yang nanti akan dikirim untuk berlaga di Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS). Berkaitan dengan hal tersebut, terbesit satu kabar yang tidak kalah membanggakan. Salah satu dari 16 atlet yang dikirimkan Unesa untuk mengikuti kegiatan POMDA tersebut, yakni Alfan Riski, sudah bisa dipastikan akan maju dalam ajang POMNAS mendatang. Di balik prestasi yang sering ditorehkan, tentunya tidak lepas dari semangat dan jerih payah para atlet dan tim ofisial yang senantiasa memberikan prestasi terbaik untuk lembaga (Unesa). Ke depan, semoga atlet karate Unesa semakin berjaya dan bisa mengharumkan nama lembaga di kancah internasional. n (AY)

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019

|

25


SOSOK &

KIPRAH

Kiprah Dr. Setyo Hartoko, M. Kes Dekan FIO

SKILL RENANG ANTAR RAIH TANGGA KESUKSESAN Dr. Setyo Hartoto, M.Kes lahir di Madiun pada 10 Oktober 1963. Sejak kecil, alumni Jurusan Pendidikan Olahraga IKIP Surabaya Tahun 1984 itu memiliki cita-cita menjadi guru atau pendidik. Kini, tidak saja ia berhasil mewujudkan cita-citanya menjadi pendidik (dosen), tetapi juga mendapat amanah menjadi Dekan FIO. Seperti apa kiprah dan kiat suksesnya?

S

Dr. Setyo Hartoko

26

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

etyo Hartoto kini tinggal di Pondok Jati III Block BX 17 Sidoarjo. Dosen yang biasa disapa Totok itu pada mulanya masuk ke FPOK IKIP karena kemampuannya di bidang olahraga renang. Namun, kini tak hanya di olah raga renang saja, pria asal Madiun itu juga mendalami tenis lapangan. Di organisasi keolahragaan, sudah banyak prestasi dan pengalaman yang ditorehkan. Tercatat, ia pernah menjadi Ketua Pengcab PRSI, KOMTEK PELTI, pengurus Pemprov LITBANG, Pengurus Pemprov PRSI dan PELTI. Selain itu, ia juga menjadi BINPRES KONI Kabupaten Sidoarjo, bahkan sekarang dilibatkan di BAPOMI tingkat Provinsi. Suami dari Noer Rahmawati itu memiliki filosofi hidup “Orang Pintar Kalah dengan Orang Bejo (beruntung). Oleh karena itu, kata Setyo, kalau mau beruntung

Majalah Unesa

tentu harus bisa jadi orang pintar yang bejo. Keahlian Totok dengan kemampuan skill renang menjadikan dirinya diminta melatih klub-klub renang di Sidoarjo, khususnya pada tahun 1987. Karena kemampuan melatih renang tersebut, bapak dua anak itu diangkat menjadi dosen pada tahun 1991. Dua tahun, setelah menjadi dosen, keberuntungan kembali berpihak pada Toto. Pada tahun 1993, ia menemukan pasangan hidup gadis pujaan bernama Noer Rahmawati. Di usia pernikahan ke-6 tahun, Totok melanjutkan studi S2 Ilmu Kesehatan Olahraga di Universitas Airlangga (Unair) pada tahun 1999. Setelah S2, ia melanjutkan pendidikan doktor (S3). Ada yang unik saat Totok studi doktoral. Ia sebenarnya sudah meraih gelar doktor pada 2003. Namun, ketika akan melangsungkan ujian gelar doktor pada tahun 2002 berbarengan dengan PON di KALTIM. Sehingga, ia gagal lulus ujian. Namun, Totok tak patah arang. Peristiwa itu, ia ambil hikmahnya. Ia pun mencoba kembali melanjutkan S3 pada tahun 2015 dan berhasil meraih gelar doktor bidang Ilmu Kesehatan Olahraga. Begitu lulus S3, Totok langsung dipercaya menjadi Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga. Keberuntungan kembali berpihak padanya. Sebelum periodenya sebagai kajur selesai, ia diangkat


SOSOK & KIPRAH menjadi Pembantu Dekan 1 FIO. menyadari bahwa dalam memimpin, tetapi untuk penelitian masih belum “Hanya enam bulan menjabat, tidak mungkin akan dijalankan sehingga perlu lebih dioptimalkan sekarang saya dipilih menjadi Dekan,” sendirian. Tentu, diperlukan masukan lagi. Apalagi, di FIO akan dibuka tiga ungkap Setyo Hartoto. dan saran dari orang lain. prodi baru di tiga jurusan masingAtas apa yang telah dicapai saat ini, Ia mengatakan, fokus utamanya masing yakni Prodi D3 Pelatih Setyo Hartoto sangat bersyukur. Anak sekarang sebagai Dekan FIO Olahraga di Jurusan PKO (Pendidikan laki-laki dari 9 bersaudara dari orang adalah masalah kebersihan dan Kepelatihan Olahraga), Prodi Ilmu tua bernama Suwaji itu meyakini pelayanan terhadap mahasiswa Ikatan Masyarakat di jurusan IKOR bahwa apa yang didapatkan dalam jangka waktu 3 bulan dan (Ilmu Keolahragaan) dan Penjas SD merupakan rezeki yang sudah ada setahun ini akan dimaksimalkan. Guru Olahraga yang khusus untuk porsinya masing-masing. Ia meyakini Ketika ada permasalahan yang sekolah dasar di jurusan Pendidikan Olahraga. bahwa, rezeki itu tidak hanya dalam belum terselesaikan, terangnya, akan Setyo juga menyoroti terkait bentuk materi dan jabatan, namun dibicarakan solusinya bersama-sama. laboratorium di FIO. dikaruniai anak yang Saat ini, FIO memiliki baik, patuh kepada Dosen-dosen di Unesa sudah luar biasa tingkat paling banyak orang tua, dikarunai istri yang mendukung pendidikannya, bahkan ada yang dikirim ke luar laboratorium. Dari sekian laboratorium dan mensuport juga negeri. Sayang, masih sedikit yang melakukan itu, beberapa sudah merupak rezeki yang penelitian. Kebanyakan dosen masih sibuk menghasilkan tak tenilai. prestasi. Di antaranya, “Sebenarnya dengan organisasi luar sehingga lupa dengan Laboratorium kegagalan, orang tugasnya sebagai peneliti. Padahal, ruhnya Kolam Renang, merendahkan kita, perguruan tinggi itu ada di penelitian. Laboratorium Sport orang meremehkan Science Fitness Center, kita atau apa saja yang dan Laboratorium menyakiti itu sejatinya Gor Futsal Unesa, dan terbaru adalah cara Allah untuk mengangkat Sementara itu, terkait ademik dan Laboratorium FIO di lapangan sepak derajat kita. Asalkan kita sabar dosen, dirinya tetap akan mengacu bola yang sudah mempersiapkan menerimanya,” ujarnya. pada Tri Darma Perguruan Tinggi. SSA (Surabaya Soccer Academy) Sebagai sebuah nasihat, Totok Terutama, budaya meneliti atau setelah peresmian lapangan pada Juli mengungkapkan bahwa kunci research dosen-dosen. Oleh karena mendatang. kesuksesan itu ada pada tiga hal. itu, ia berusaha mendorong dosen Setyo berharap Unesa ini seperti Pertama, harus Ikhlas dalam artian harus meneliti baik sebagai ketua Graha Family. Dimana ketika tidak perlu berpikir tentang apa yang maupun anggota. orang masuk ke dalam, orang didapat sekarang. Yang terpenting Sebenarnya, lanjut Setyo, dosentakjub dengan keindahan dan dijalani dan ikhlas terlebih dahulu. dosen di Unesa sudah luar biasa kebersihannya. Apalagi, Unesa sendiri Kedua, mempermudah. Artinya, tingkat pendidikannya, bahkan ada diapit oleh perumahan yang sangat mempermudah usaha seseorang yang dikirim ke luar negeri. Sayang, besar seperti Graha Family dan dalam kebaikan, bukan sebaliknya masih sedikit yang melakukan Citraland. Dari depan, sudah memiliki mempersulitnya. Ketiga menolong. penelitian. Kebanyakan dosen view yang bagus. Oleh karena itu, Artinya, harus menolong semua masih sibuk dengan organisasi luar ke depan Unesa bisa memperindah orang tanpa memandang siapa yang sehingga lupa dengan tugasnya gedungnya dengan menanam kabel ditolong. sebagai peneliti. Padahal, ruhnya agar tak perlu menebang pohon lagi. “Dari ketiga hal itu, masih kurang perguruan tinggi itu ada di Biarkan pohon tumbuh menjulang karena ada yang tak kalah penting penelitian. sehingga memberikan kerindangan yakni ridha orang tua, terutama “Sewaktu menjadi ketua jurusan, di jalanan kampus dan agar suasana ibu karena ridha seorang ibu akan saya melakukan gerakan penelitian tercipta di area kampus lebih bagus. mengantarkan anaknya ke puncak sehingga saat ada KORLAS VI rata“Ketika view Unesa semakin bagus, kesuksesan,” tandasnya. rata penelitian 80 persennya dari akan timbul rasa bangga dari jurusan Pendidikan Olahraga. Karena pihak birokrasi dan mahasiswanya Terbuka dengan Saran sebelumnya kami sudah menyiapkan sendiri. Selain itu, dapat membantu dan Masukan penelitian sehingga ketika KORLAS VI menunjang terciptanya rasa nyaman Dalam memimpin, Totok senantiasa tinggal mengupload,” ungkapnya. dalam belajar untuk mahasiswa,” menjunjung tinggi filosofi damai. Ia Lebih lanjut, Setyo tandasnya. n (TAN/JUM) senantiasa terbuka dengan saran dan mengungkapkan bahwa tugas masukan baik dari jajaran pimpinan, dosen lainnya seperti mengajar dan dosen atupun mahasiswa. Ia mengabdi sudah otomatis dilakukan,

Majalah Unesa

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

27


SEPUTAR

PKM

KREASI-KREASI MAHASISWA UNESA PADA AJANG PKM 2019 AJANG PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) TELAH MENDORONG BERBAGAI INOVASI DAN KREASI KARYA MAHASISWA UNESA. BERBAGAI IDE-IDE INOVATIF PUN BERHASIL LOLOS DAN MENDAPATKAN PENDANAAN HIBAH DARI KEMENRISTEKDIKTI TAHU 2019 INI. BERIKUT BEBERAPA KARYA INOVASI PARA MAHASISWA UNESA DI BERBAGAI BIDANG PKM!

KOSMETIK EKONOMIS BERBAHAN EKSTRAK LEMON

KOSMETIK: Produk Nidaycream Beauty ThoON sebagai Daily and Night Cream.

B

erawal dari keprihatinan terhadap kosmetik yang mengandung bahan kimia berbahaya bagi kulit seperti kandungan merkuri dan asam sulfat di pasaran, mahasiswa jurusan Kimia Universitas Negeri Surabaya menciptakan terobosan baru di bidang kosmetik. Mereka memanfaatkan ekstrak lemon sebagai bahan pengaktif dengan harga yang ekonomis. Melalui hibah dana yang diberikan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), usulan Program Kreativitas Mahasiswa skim kewirausahaan (PKM-K) ini,

28

merealisasikan usulan PKM dengan judul Nidaycream Beauty ThoON Sebagai Daily and Night Cream. Eko Sulistiowati, ketua PKM mengatakan, beredarnya krim pemutih dengan bahan kimia yang berbahaya seperti asam sulfat dan merkuri menjadi alasa ia dan timnya mencari solusi alternatif kosmetik yang tidak berbahaya. Selain itu, krim yang beredar di pasaran dijual secara terpisah antara krim pagi dan krim malam sehingga membuat pengeluaran menjadi tidak ekonomis. “Kami ciptakan Nidaycream Beauty Thoon sebagai inovasi produk kosmetik ini, yang merupakan

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

Majalah Unesa

singkatan dari night and daily cream beauty with oil lemon,� paparnya. Menurut Eko Sulistiawati, produksi pertama dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam didampingi Prof. Dr. Titik Taufikurohmah S.Si, M.Si. Harga jual inovasi kosmetik ini cukup terjangkau, yakni 37.500 rupiah. Selain Eko Sulistiowati (prodi S1 Pend. Kimia 2017), Tim PKM ini beranggotakan Cindy Kumala Sari (prodi S1 Pend. Kimia 2018), Erinda Resta Selli Della (prodi S1 Pend. Kimia 2018), Nova Christanty (prodi S1 Ilmu Komunikasi 2016), dan Nurul Nofi Aini (prodi S1 Pend. Matematika). Kandungan krim wajah ini di antaranya, minyak lemon, kombinasi tabir surya (anti uvA dan anti uvB), aquades sebagai pelarut, lexemul CS-20, cosmowex, dengan emulgen T sebagai emulgator antara krim pagi dan krim malam. Krim multifungsi itu dapat mencegah jerawat, mengurangi minyak, mencegah paparan sinar UVA dan sinar UVB, dan mencerahkan kulit. Sebelum dipasarkan, tim PKM telah melakukan uji organoleptik dan survei pasar untuk mengetahui kelayakan produk. Fokus pemasaran produk saat ini melalui media online maupun offline. Selain lebih ekonomis, produk ini bebas bahan kimia berbahaya seperti merkuri dan bahan kimia berbahaya lainnya. Tim PKM-K saat ini juga tengah memroses pengajuan hak paten dan sertifikasi dari BPOM agar pemasarannya lebih meluas. l (VIN/NOV)


SEPUTAR PKM

ALAT MESIN MODERN SIMBA KILLER

M

ahasiswa juruan Teknik Mesin Fakultas Teknik Unesa menciptakan inovasi dan kreasi untuk membantu Usaha Kecil Menengah (UKM) di daerah Sidoarjo. Mereka menciptakan alat mesin modern bernama Simba Killer yang berhasil lolos pendanaan kemenristekdikti pada Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penerapan Teknologi. Inovasi tersebut digawangi oleh Ahmad Harish Aviansyah (2017), Siti Afifah Hanun (2018), Lely Farima (2017), Muhammad Rosykul Anwar (2018), dan Yan Dwi (2015). Mereka mendapat bimbingan dari Agung

Pridjo Budjiono, S.T, M.T. mereka menuangkan ide-ide kreatif dan inovatif ke dalam. Ahmad Harish Aviansyah, ketua tim PKM T mengungkapkan bahwa ide itu bermula dari salah satu anggota yang menemukan UKM yang memroduksi sambal di daerah Sidoarjo. Setelah berkunjung dan mencari permasalahan yang dihadapi UKM tersebut, Ahmad dkk kemudian membuat proposal PKM. Salah satu, masalah yang dihadapi UKM adalah cara produksi yang masih menggunakan cara manual. Ahmad Harish dkk akhirnya menemukan temuan alat mesin modern yang diberi nama Simba Killer. Diharapkan, dengan

mesin itu dapat mempercepat produksi UKM dalam pengisian botol melalui mesin yang tersebut sehingga dapat meningkatkan produktivitas. n (SH)

FOOT SPRAY PENGHILANG BAU KAKI

B

au kaki akibat penggunaan kaos kaki merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai. Munculnya bau kaki disebabkan peningkatan suhu yang mengakibatkan bakteri berkembang dan mendegradasi leusin yang dihasilkan oleh keringat dan menghasilkan senyawa asam isovalerat. Permasalahan itulah, yang coba diatasi tim PKM Eksakta jurusan Kimia FMIPA. Tim PKM itu terdiri atas Finna Ashfia, Fidelia Yustisia A., dan Devy Puspita Sari, di bawah bimbingan Rusmini, S.Pd., M.Si. Mereka membuat penemuan penghilang bau kaki dengan memanfaatkan ampas kopi dan limbah kulit jeruk nipis menjadi foot spray antibakteri. Proposal merekapun berhasil lolos ajang Program Kreativitas

Mahasiswa Bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE). Pemilihan kedua bahan tersebut bukan tanpa alasan. Salah satu alasannya, maraknya kedai kopi yang selama ini hanya membuang limbah kopi begitu saja, sementara faktanya, ampas kopi memiliki beberapa kandungan senyawa aktif seperti fenolat, flavonoid, dan zat antibakteri alami yang berpotensi untuk mengatasi bau kaki. Di sisi lain, penelitian mengenai pemanfaatan tanaman herbal sebagai alternatif antibakteri juga sedang marak dilakukan. Salah satunya mengenai jeruk nipis. Selain buahnya, kulit jeruk nipis juga memiliki aktivitas anti bakteri karena mengandung senyawa flavonoid yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Pada prosesnya, kedua limbah tersebut

diekstrakter lebih dahulu agar didapatkan senyawa aktif, kemudian dicampurkan dengan bahan dasar spray, sehingga menghasilkan foot spray antibakteri. “Pemanfaatan limbah kulit jeruk nipis dan ampas kopi dinilai efektif untuk mengatasi permasalahan bau kaki karena masih mengandung

Majalah Unesa

senyawa aktif flavonoid. Hal ini dikarenakan senyawa tersebut mampu menghambat pertumbuhan bakteri,� ujar Finna, ketua tim penelitian. Dari penelitian ini, ke depan, diharapkan foot spray bisa menjadi solusi untuk permasalahan bau kaki yang muncul, khususnya bagi pengguna kaos kaki yang semakin kesini semakin meningkat. n (AY)

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

29


SEPUTAR

PKM

PRODUK: Produk produk kreatif bernama Tabaco (TAs limBah shuttleCOck) dengan mengreasikan kulit sintetis dengan limbah bulu shuttlecock.

TAS LIMBAH SHUTTLECOCK UNTUK SEGALA USIA

M

ahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu Olahraga, Dita Septiara Wulandari (2018), Fikratinnisa (2018), dan mahasiswa Pendidikan Tata Busana, Timur Wedaring Wacana (2017), Silfiana Putri (2017) serta mahasiswa Ilmu Ekonomi, Lindah Tri Amanat Sari (2018) menciptakan suatu produk kreatif bernama Tabaco (TAs limBah shuttleCOck) dengan mengreasikan kulit sintetis dengan limbah bulu shuttlecock sebagai ornamen yang dapat dipakai oleh berbagai macam usia dan kalangan. Dimana bulu shuttlecock berfungsi dari tas tersebut untuk menambah kesan unik dan artistic. Menurut Silfi, salah satu anggota tim mengungkapkan Tabaco memiliki empat desai n tas, yaitu: Tas Lingkaran (Micosa), Handbag (Belana), Pouch (Cotta) dan Slingbag (Livya) dengan

30

kisaran harga Rp. 100.000 – Rp. 150.000, dengan membayar harga tersebut konsumen bisa mendapat tiga keunggulan sekaligus yakni ramah lingkungan, handmade, dan bergaransi. Dita mengungkapkan bahwa ide tersebut muncul karena melihat peluang semakin banyaknya limbah shuttlecock karena antusiasme masyarakat terhadap olahraga bulu

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

Majalah Unesa

tangkis setelah terselenggaranya acara Asean Games 2018. Dengan adanya produk ini, Dita berharap bisa meningkatkan minat konsumen dalam menggunakan produk handmade yang tetap mengutamakan fashionablenya dan sekaligus mengurangi limbah shuttlecock yang beredar dimasyarakat. l (HUMAS UNESA)


SEPUTAR UNESA

UNIK, SEGENAP PIMPINAN UNESA KOMPAK PAKAI SARUNG

HALAL BIHALAL: Jajaran pimpinan Unesa kompak mengenakan sarung saat menggelar halal bihalal di gedung Rektorat Kampus Unesa Lidah Wetan. Sementara foto bawah, Rektor Unesa, Prof. Nurhasan bersalaman dengan karyawan Unesa.

ADA hal unik yang ditunjukkan segenap pimpinan Unesa kala menggelar acara halal bihalal di gedung Rektorat Kampus Unesa Lidah Wetan pada Selasa, 11 Juni 2019. Mereka kompak memakai sarung dan berbaju koko. Tentu saja, hal itu menghadirkan nuansa

yang berbeda dibandingkan dengan pelaksanaan halal bihalal tahuntahun sebelumnya. Halal bihalal diisi tausiyah yang disampaikan Prof. Ahmad Muzakki, M. Ag, Dip SEA, M.Phil, Ph.D. Dalam tausiyahnya, Ahmad Muzakki menyinggung masalah

Majalah Unesa

inovasi yang dalam Islam dikenal dengan bid’ah. Ia mengatakan, halal bihalal merupakan salah satu bentuk bid’ah yang diusung untuk menjaga kerukunan antarumat. “Halal bihalal itu bid’ah yang tidak ada pada zaman Rasulullah,tidak ada pada awal Islam, dan sampai sekarang pun mulai dari Saudi sampai Yordan tidak dikenal istilah halal bihalal, ini khas milik orang Indonesia. Sebagai tradisi tidak dikenal dengan halal bihalal. Bid’ah itu penting dalam konteks ini,” ujarnya. Selain diisi dengan kegiatan tausiyah dan bersalaman-salaman, kegiatan juga diramaikan dengan pembagian doorprize kepada undangan yang hadir. Berbagai hadiah disiapkan mulai voucher belanja senilai 100 ribu rupiah, televisi LED, telepon seluler, hingga mesin cuci. Peserta terlihat semakin antusias tatkala pembawa acara membacakan nomor undian yang berhasil diambil dari kotak diiringi riuh undangan lain. n (AY/WHY/TON)

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

31


ULAS

BUKU

BELAJAR MENJADI PENGUSAHA INOVATIF OLEH Rio F. Rachman

BUKU INI MERUPAKAN SEBUAH SUMBER INSPIRASI UNTUK BERINOVASI DALAM BIDANG KEWIRAUSAHAAN. BAHASA YANG DIGUNAKAN SEDERHANA DAN COCOK DENGAN ANAK MUDA. SEKALIGUS, MUDAH DIPAHAMI OLEH SEMUA KALANGAN, TERMASUK MEREKA YANG PARO BAYA. MENARIKNYA, DESAIN HALAMAN DALAM DIPENUHI ILUSTRASI DAN TABEL DENGAN WARNA MENARIK.

B

anyak riwayat yang menyebutkan pentingnya berwirausaha. Bahkan, salah satu yang ekstrim menyebutkan, kalau ada sepuluh pintu rejeki, sembilan di antaranya adalah berniaga atau berwirausaha. Sejumlah fakta membuktikan kalau Nabi Muhammad dan sebagian besar sahabat juga aktif berwirausaha. Maka itu, wajar apabila kaum muslimin berupaya mengikuti mereka. Salah satu langkah awalnya, belajar jadi pengusaha melalui membaca buku atau literatur. Buku ini merupakan sebuah sumber inspirasi untuk berinovasi dalam bidang kewirausahaan. Bahasa yang digunakan sederhana dan cocok dengan anak muda. Sekaligus, mudah dipahami oleh semua kalangan, termasuk mereka yang paro baya. Menariknya, desain halaman dalam dipenuhi ilustrasi dan tabel dengan warna menarik. Intinya, halaman demi halaman

32

disajikan secara baik sehingga tidak membosankan. Lead the Innovation Game memberi gambaran tentang apa saja yang mesti disiapkan saat ingin menjadi seorang wirausahawan. Khususnya, arahan di aspek mental dan pola pikir, tentu bukan di aspek fisik atau permodalan. Ketahanan mental dan kesesuaian perspektif merupakan salah satu faktor utama keberhasilan usaha. Juga, elemen penentu kualitas inovasi yang dicetuskan. Pada halaman 12, pembaca diajak untuk memahami tentang Lifecycle sebuah produk. Yakni, Start Up, Growth, Maturity, dan akhirnya Decline. Nah, sebelum masuk pada tahap Decline, perusahaan atau wirausahawan mesti sudah menyiapkan inovasi atau produk baru. Bila tidak, sehebat apapun produknya di masa lalu, tidak akan sanggup menjawab tantangan zaman. Lihatlah Nokia Mobile Phone dan perusahaan taksi konvensional

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

Majalah Unesa

yang harus berhadapan dengan taksi online di era kekinian. Kalaupun tidak mengalami kebangkrutan, ancaman untuk tergerus selalu menguntit. Pada halaman 30, disampaikan soal lima fase inovasi. Pertama, Discovery, di fase ini pengusaha dituntut mengenali kembali organisasi usahanya, customer, dan relevansi pada masa depan. Kedua, Ideation, di fase ini pengusaha dan tim harus merumuskan ide mengenai produk baru untuk dipasarkan di masa depan. Ketiga, Experiment, di fase ini pengusaha mulai menguji coba produk baru andalannga. Keempat, Commercialization, produk tidak hanya diuji coba di lingkup internal, melainkan mulai dilempar ke pasaran. Sedangkan kelima, Execution, bila sudah dirasa sukses di pasaran dengan jumlah yang masih terbatas, sudah saatnya memroduksi, memromosikan, dan memasarkan dengan jumlah besar.


ULAS BUKU Di sisi lain, seorang pengusaha juga mesti adaptif terhadap perubahan. Sebab, perubahan merupakan keniscayaan yang tidak mungkin terhindarkan. Pengusaha harus sadar tentang hal ini. Tak hanya itu, ia harus menyonsongnya dengan penuh semangat. Caranya, pikirkan manfaat dari perubahan tersebut. Selain itu, sadari bahwa mungkin akan ada frustrasi karena bisa jadi perubahan itu merupakan rintangan. Namun karena di awal sudah paham tentang halangan tersebut, rasa putus asa dapat

dihindarkan. Maka itu, sejak awal, pengusaha harus sudah siap mengeksplorasi hal baru dan tidak alergi pada kemajuan teknologi. Yang tak kalah penting, pengusaha wajib berkomitmen untuk berprestasi melalui inovasi (halaman 92). Pengusaha mesti sanggup berinovasi atau menjadi inovator. Secara umum, ada beberapa karakter seorang inovator. Yang apabila seseorang paham tentang ciri-ciri itu, ia bisa mulai dan terus memersiapkan diri. Karakter yang dimaksud adalah punya rasa ingin

tahu yang besar, kreatif, tidak takut pada rintangan, berkomitmen kuat, dan cerdas menghadapi zaman. Salah satu bagian yang menarik dari buku ini adalah pada pengantarnya. Ada dua praktisi bisnis yang memberi tulisan penjembatan. Mereka adalah Dayu Dara Permata (SVP & Founder GO-LIFE, PT GO-JEK Indonesia) dan Mohamad Ario Adimas (Vice President of Marketing Loket, GOJEK Group). Sementara penulisnya, Pambudi Sunarsihanto, adalah seorang HR Director, Career, & Business Coach sekaligus mentalist. n

IDENTITAS BUKU Judul Buku: Lead the Innovation Game Penulis: Pambudi Sunarsihanto Penerbit: Kaifa, Mizan Pustaka Cetakan I: Pertama, Oktober 2018 Tebal buku: 173 halaman ISBN: 978-602-487-001-0

Rio F. Rachman, dosen Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang, alumnus Jurusan Bahasa Inggris, FBS Unesa

Majalah Unesa

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019

|

33


Catatan POJOK

B

ulan Juni ini, khalayak pendidikan diributkan oleh berita tentang PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) Zonasi. Di Surabaya dan beberapa daerah lain bahkan terjadi demonstrasi. Akhirnya Kemendikbud merevisi Permendikbud No. 51/2018 yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan PPDB Zonasi. Melalui Surat Edaran No. 3/2019, proporsi siswa jalur prestasi yang semula maksimal 5% dinaikkan menjadi 15%, sedangkan jalur zonasi yang semula minimal 90% diturunkan menjadi 80%. Detik.com menginformasikan kalau Gibernur Jawa Tengah “memodifikasi” proporsi tersebut menjadi 60% untuk zonasi, 20% untuk prestasi, dan 20% untuk kepindahan orang tua. Apakah perubahan proporsi tersebut meredakan kegelisahan orangtua? Jujur, saya tidak tahu. Seingat saya, PPDB dengan zonasi sudah dilakukan tahun lalu dan juga terjadi keresahan, walaupun tidak sebesar sekarang. Saya juga sudah menulis tentang itu pada 27 September 2017 dengan judul Kebijakan Zonasi dalam PPDB. Tulisan ini dimaksudkan untuk melengkapi tulisan tersebut dengan beberapa konsep yang mendasar. Menurut saya, PPDB Zonasi bukanlah tujuan melainkan alat (means) untuk mencapai tujuan yang sering disebut Pak Mendikbud yaitu pemerataan mutu pendidikan. Kebijakan baik yang layak didukung. Dalam konteks ini, kata ”pemerataan” tidak dimaknai seperti meratakan lahan saat akan membangun gedung, dengan mengurangi yang tinggi dan menaikkan yang rendah sehingga ketinggian lahan sama di semua titik. Namun semua siswa mampu berprestasi optimal, sementara mutu sekolah tidak jauh berbeda satu dengan yang lain. Penelitian John Hettie (2011) menemukan prestasi siswa itu 49% dipengaruhi oleh kemampuan dasar yang dimiliki, 7% oleh orang tua, 30% oleh guru, 7% oleh sekolah, dan 7% oleh teman bermain. Dengan asumsi bahwa tingkat sosial ekonomi masyarakat terdistribusi merata menurut zonasi tempat tinggalnya, kebijakan PPDB

34

ZONASI DAN AFIRMASI Zonasi akan mendistrbusikan potensi 49% + 7% = 56% potensi peserta didik, yaitu dari kemampuan dasar dan tingkat sosial ekonomi orangtua. Untuk konteks Indonesia, mungkin asumsi bahwa tingkat sosial ekonomi orangtua terdistribusi secara geografis itu yang perlu diuji. Di beberapa kota umumnya lokasi perumahan itu seperti tersegmentasi. Ada perumahan kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah. Ada juga kantongkantong kampung lama yang umumnya merupakan tempat tinggal masyarakat tingkat menengah ke bawah. Keluarga muda yang berasal dari kampung lamapun kalau sudah “berhasil” cenderung bertempat tinggal di perumahan baru. Mungkin ingin berada di lingkungan yang sesuai dengan tingkat sosial ekonominya. Yang lebih repot kalau kemudian sekolah-sekolah yang saat ini bagus berada di lokasi perumahan elit atau kelas menengah, sementara sekolah di lokasi kampung lama atau perumahan sederhana mutunya belum bagus. Di kabupaten diluar kota besar seperti Ponorogo, Bojonegoro dan semacam itu, umumnya sekolah yang bagus berada di kota, sedangkan sekolah-sekolah ke desa dan kecamatan luar kota umumnya belum bagus mutunya. Oleh karena itu, pembuatan zonasi dalam PPDB harus memperhatikan peta mutu sekolah dan tingkat sosial ekonomi masyarakat, sehingga anak-anak dari masyarakat sosial ekonomi rendah juga punya peluang masuk ke sekolah yang bermutu baik. Mengapa bulan lalu terjadi demonstasi? Orang tua yang kaya dan peduli pada pendidikan anaknya, saya duga tidak akan risau dengan PPDB Zonasi. Jika rumahnya tidak berada di zona sekolah bagus, toh mereka dapat menyekolahkan anaknya di sekolah swasta yang top. Dikotomi sekolah negeri-swasta sekarang juga semakin hilang. Pendaftar ke sekolah swasta “bagus” di Surabaya, seperti Al Hikmah, Muhammadiyah Pucang, Al Falah, TPP Khadijah, Petra, Santa Maria, St Louis, bukan mereka yang tidak diterima di sekolah negeri. Tetapi, dengan argumentasi tertentu memang

| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |

Majalah Unesa

OLEH MUCHLAS SAMANI

orangtua ingin menyekolahkan anaknya ke sekolah tersebut. Yang berdemo, dugaan saya adalah orang tua yang tingkat ekonominya menengah ke bawah tetapi peduli pada pendidikan anaknya. Ketika rumah mereka tidak berada di zona sekolah yang “baik”, mereka merasa kehilangan kesempatan. Apalagi jika mereka merasa sulit untuk bersaing di kuota 5% jalur prestasi. Saya dapat informasi yang berdemo itu termasuk beberapa guru, karena guru umumnya termasuk kategori masyarakat kelas menengah tetapi sangat peduli pada penddikan anaknya. Bukankah dengan anak-anak mereka masuk ke sekolah di zonanya yang sekolah mutunya belum bagus akan membuat sekolah tersebut menjadi bermutu? Betul tetapi tentu perlu waktu, mungkin lima sampai sepuluh tahun, sehingga mereka merasa anaknya akan menjadi tumah sebagai pendongkrak mutu sekolah di zonanya. Mungkin kita mengatakan, memang setiap kebijakan memerlukan pengorbanan. Lantas adakah cara untuk mengurangi pengorbanan tersebut, sekaligus menghindari keresahan orangtua? Menurut saya ada yaitu afirmasi dukungan terhadap sekolah yang mutunya belum bagus. Pemerintah perlu fokus membantu sekolah-sekolah yang mutunya belum bagus, khususnya yang berada di desa dan zona masyarakat kelas menengah ke bawah. Sekolah-sekolah di pedesaan dan zona perumahan kelas menengah ke bawah perlu diberi perhatian, agar anakanak di zona tersebut dididik oleh guru yang bagus dengan sarana yang bagus pula. Jika mungkin afirmasi dilakukan lebih dahulu sebelum PPDB Zonasi diberlakukan secara ketat. Semoga.n

*http://muchlassamani.blogspot.co.id




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.