WARNA REDAKSI
D
alam edisi ini kami mengangkat tema pendidikan ramah anak. Jujur, ini berangkat dari sebuah pertanyaan mendasar: apakah senyatanya pendidikan di negeri ini sudah ramah anak? Jika sudah, sampai sejauh mana hal itu telah terwujud? Apa yang seyogianya dilakukan untuk meningkatkan pendidikan ramah anak. Edisi ini melangsir pandangaanpandangan tentang pendidikan ramah anak dari para pakar dari Unesa. Mereka melihatnya dengan perspektif dan cara berbeda. Ada pakar melihat hakikat dunia anak yang perlu mendapat perhatian besar dari orangtuanya dalam bidang pendidikan. Anak-anak pun harus diperlakukan ramah dalam pendidikan. Dalam dunia sastra anak, diperlukan karya-karya yang memungkinkan terjadinya penggunaan pikiran bebas dan merdeka bagi pembaca karya anak. Yakni, karnya-karya yang menggairahkan, memotivasi, serta membangkitkan kesadaran belajar dan berlatih menghadapi hidup sesungguhnya. Hidup tidak hanya terhampar ada di atas kertas, melainkan hadir nyata di depan mereka. Hidup
harus dihayati; dan karena itu, anak perlu dituntun untuk memahami dan menjalani hidup secara nyata. Sejauh itu, ada prinsip kesepadanan dalam mendidik anak secara ramah. Seharusnya tidak ada diskriminasi atau pembedaan dalam menyikapi dan memperlakukan anak. Mereka sama-sama punya hak untuk diperlakukan secara ramah dan penuh kasih sayang. Tidak
RAMAH MENDIDIK ANAK ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan di sini. Semua anak sama; dan semuanya harus dilakukan secara ramah. Sementara itu, sasaran pendidikan ramah anak seharusnya perlu dipahami dalam konteks lebih luas--tidak hanya terbatasi pada siswa sekolah dasar hingga siswa sekolah menengah atas, melainkan juga mahasiswa. Toh, pada hakikatnya mahasiswa juga sama dengan siswa. Dengan kata lain, mahasiswa di perguruan tinggi juga memiliki hak untuk diperlakukan secara ramah— baik secara akademik maupun nonakademik. Jika ada dosen yang ‘killer’ terhadap mahasiswa,
Majalah Unesa
itu bukti bahwa dosen itu telah tidak berbuat ramah. Karena itu, pendidikan ramah anak perlu dikembalikan ke rel yang benar, yakni dilakukan oleh tripusat sekaligus (orangtua, sekolah, masyarakat). Ketiga pusat ini memikul tanggung jawab secara bersama-sama. Ketidakhadiran salah satu darinya akan mengacaukan semuanya. Diperlukan kolaborasi dan sinergi yang apik di antara tiga pihak tersebut. Dalam konteks ini, pembelajaran literasi sangat penting perannya dalam melengkapi upaya mendidik anak secara ramah. Pendampingan orangtua dalam proses belajar membaca, menulis, berhitung, dan berbagai strategi literasi, sangat penting dilakukan. Meliterasikan anak menjadi bagian dari gerakan literasi keluarga; dan itu menjadi tanggungjawab setiap keluarga. Selamat membaca liputan utama kami tentang ramah mendidik anak, dan jangan lupakan untuk menjelajah berbagai artikel yang kami sajikan, baik tentang prestasi dosen, tenaga kependidikan, maupun mahasiswa. n
Much. Khoiri, Ketua Satuan Kehumasan Unesa
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
3
DAFTAR RUBRIK
EDISI JULI 2 01 9
Daftar Ini
05
SEMUA JENJANG PENDIDIKAN HARUS RAMAH ANAK
13
SIKAP KERAMAHAN ADALAH HUMANISME
14
WAWANCARA DENGAN PROF. KISYANI, KETUA PUSAT STUDI LITERASI UNESA
16
26
20
31
KIPRAH RIZKY ABRIAN, ALUMNI FBS JADI GUIDE RUMAH SAKIT TERNAMA KIPRAH DOSEN
22
KIPRAH LEMBAGA
BELVA, RAIH PRESTASI DI AJANG DANCE WORLD CUP
AJENG S AFFIDAH, JADI DUTA WISATA PONOROGO
32
RESENSI BUKU
24
PROGRAM RAMAH ANAK: PERAN DAN PERUBAHAN
34
CATATAN POJOK
Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 131 Tahun XX - Juli 2019 PELINDUNG: Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. (Rektor), Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd. (WR Bidang I), Suprapto, S.Pd, M.T. (WR Bidang II), Dr. Agus Hariyanto, M. Kes. (WR Bidang III), Drs. Sujarwanto, M.Pd. (WR Bidang IV) PENANGGUNG JAWAB: Drs. Much Koiri, M.Si (Kepala Satuan Kehumasan Unesa), Dra. Ec. Ratih Pudjiastuti, M.Si (Kepala BAAK) PEMIMPIN REDAKSI: Fafi Inayatillah, S.Pd., M.Pd., Sri Rokhayati, M.M. REDAKTUR: Abdur Rohman, S.Pd., Mubasyir Aidi, S.Pd., Prima Vidya Asteria, S.Pd., M.Pd., Vinda Maya Setianingrum, S.Sos., MA, Gilang Gusti Aji, S.I.P., M.Si. PENYUNTING BAHASA: Syaiful Rahman, S.Pd. REPORTER: Wahyu Utomo, Ayunda, Syaiful H, Syaiful R, Inayah, Suryo Waskito, Emir Musa, Mira Carera, Nely Eka, Tarida, M. Rizki, Titan, Hasna, Intan, Jumad, Fibrina. FOTOGRAFER: M. Wahyu Utomo, Hartono. DESAIN/LAYOUT: Abdur Rohman, Basyir Aidi ADMINISTRASI: Roni, S.T. , Supi’ah, S.E. DISTRIBUSI: Lusia Patria, S.Sos, Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung Rektorat Kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya. MAJALAH UNESA menerima tulisan sesuai dengan rubrikasi dan visi-misi Kehumasan Universitas Negeri Surabaya. Naskah dikirim ke email humasnyaunesa@yahoo.com, apakabarunesa@yahoo.com
4
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
Pendidikan Ramah Anak Era 4.0
SEMUA JENJANG PENDIDIKAN HARUS RAMAH ANAK PROF. DR. MUCHLAS SAMANI, KONSEPTOR PENDIDIKAN RAMAH ANAK YANG JUGA AKADEMISI UNESA MEMAKNAI PENDIDIKAN RAMAH SEBAGAI CARA PEMBELAJARAN YANG MEMBUAT ANAK BISA ENJOY DI SEKOLAH. BAGI MUCHLAS, SEMUA JENJANG PENDIDIKAN HARUS RAMAH ANAK. BAHKAN, BUKAN HANYA UNTUK ANAK SAJA, SAMPAI JENJANG KULIAH. KALAU SEORANG DOSEN TIDAK RAMAH, MAHASISWA AKAN SUNGKAN UNTUK BERTANYA, APALAGI DOSEN S-3.
M
enurut Muchlas, pendidikan itu berfungsi membantu perkembangan anak. Sejatinya, anak akan berkembang dengan baik jika situasinya nyaman. “Pendidikan ramah anak itu bukan sebuah tujuan, melainkan sebuah strategi,” terangnya. Menurut Muchlas, yang perlu dilakukan dalam pendidikan ramah anak adalah bagaimana seorang anak nyaman seolah sekolah menjadi rumah kedua bagi anak. Selain itu, guru menjadi orang tua kedua bagi anak. Muchlas mencontohkan strategi pendidikan yang diterapkan dalam Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM), salah satunya adalah guru tidak boleh menyalahkan anak. Guru tidak boleh membentak anak. Guru harus “duduk bersama” anak-anak dan menggunakan bahasa untuk anak-anak. Dengan demikian, anak-anak bisa menikmati situasi belajarnya dan anak-anak bisa berkembang dengan baik. “Situasinya harus enak. Komunikasinya harus ramah, baik antara guru dengan murid maupun murid dengan murid. Inilah yang disebut dengan joyful learning?” ungkapnya. Secara umum, terang Muchlas, saat komunikasi dengan orang lain berjalan bagus, ramah, dan luwes, orang yang diajak komunikasi akan mudah memahami dan lebih nyaman. Begitu juga dengan anak, supaya anak enjoy dalam situasi belajar, tidak takut, dan nyaman berinteraksi dengan guru dan teman-temannya di sekolah,perlu adanya pendidikan ramah anak.
Majalah Unesa
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
5
LAPORAN
UTAMA
“Pendidikan ramah anak dapat diukur secara sederhana, yakni jika seorang anak saat jam pelajaran selesai masih nyaman, waktunya pulang sekolah masih enjoy di sekolah, itu tandanya anak “kerasan” atau betah di sekolah. Maka itu bisa dikatakan pendidikan ramah anak,” jelasnya. Menurut Muchlas, seringnya muncul pemberitaan kasus kekerasan terhadap anak di media memanglah meresahkan. Namun, tidak ramah anak dan kekerasan terhadap anak bukan sesuatu yang harus ditempel dan disamakan. “Kekerasan adalah impulss. Jadi kalau seseorang tidak bisa mengendalikan dirinya, orang memukul karena tidak bisa menahan emosinya, itu perlu dipelajari dan perlu diredam,” paparnya. Lebih lanjut, ia mengatakan, ada orang ramah namun bisa memukul. Sebaliknya, ada juga orang yang tidak ramah namun tidak memukul. Menurut Prof. Muchlas ada 2 faktor penyebab kekerasan. Pertama, pelaku kekerasan dipicu impuls emosi yang tidak terkendali. Kedua, seseorang pelaku kekerasan belajar/ meniru dari situasi dengan melihat orang marah dan memukul. “Jadi tidak bisa disamakan antara ramah anak dengan perlindungan anak. Kasus kekerasan, pedofilia, dan lainnya itu adalah perilaku menyimpang. Ramah anak diciptakan supaya anak merasa nyaman di sekolah. Di sisi lain, sekolah memang harus aman dari tindak kejahatan dan kekerasan,” tamabahnya. PARADIGMA PENDIDIKA BARU DAN LAMA Guru besar Fakultas Teknik itu mengakui bahwa tidak semua lembaga pendidikan di Jawa Timur menerapkan pendidikan ramah anak. Namun, sekolah-sekolah yang didirikan oleh generasi baru umumnya sudah menerapkan pendidikan ramah anak. Itu karena generasi baru mendirikan sekolah dengan paradigma baru. Anak bukan hanya sekadar belajar Matematika, tapi bagaimana belajar hidup dengan Matematika. “Sebaliknya, sekolah lama masih menggunakan paradigma lama. Sekolah hanya sebagai tempat anak belajar ilmu pengetahuan, bukan tempat anak untuk mendewasakan diri,” ungkapnya. Di Unesa, terangnya pendidikan ramah anak sudah ada dan didiskusikan di dalam mata kuliah seperti psikologi pembelajaran dan strategi pembelajaran. Maka dari itu, tidak perlu risau karena generasi baru nanti sudah ditanamkan pendidikan ramah anak di perkuliahan. Pendidikan ramah anak perlahan akan menggeser paradigma pendidikan lama. “Guru-guru dari generasi baru akan lahir. Guru-guru lama yang (belum ramah anak) perlahan akan pensiun dan digantikan oleh guru-guru baru. Jadi, tak perlu khawatir,” tandasnya. Zaman dulu, guru mengajari dengan tongkat, mengajari dengan mendikte sehingga murid tidak berani bertanya kepada guru. Akibatnya, ketika di kelas, murid hanya duduk manis dan anteng. Sebaliknya, guru
6
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
Majalah Unesa
generasi baru datang mengajak murid untuk belajar sesuatu bersama. Jika masih ada sekolah yang belum ramah anak, menurut Muchlas, yang pertama kali perlu dibenahi adalah guru. Sebab, masih banyak guru yang menganggap tugasnya hanya mengajar bukan membimbing anak untuk belajar kehidupan. Kendati demikian, ungkap Muchlas, pendidikan dengan paradigma lama tidaklah salah karena zaman dulu dan sekarang eranya berbeda. Muchlas menegaskan agar tidak perlu khawatir jika masih ada sekolah yang menerapkan pendidikan tidak ramah anak. Sebab, pergeseran paradigma pembelajaran pasti terjadi. Berbeda lagi kalau soal keamanan anak. Itu adalah hal yang perlu dikhawatirkan. Maka perlu jaminan manajemen sekolah agar di dalam sekolah tidak ada kekerasan, tidak ada penculikan, tidak ada pelecehan dan sejenisnya. “Jadilah teman bagi murid. Jadilah tempat untuk murid bertanya, dan jadilah tempat untuk murid meminta bantuan,” pesan Prof. Muchlas untuk calon guru dan para guru. n (EMIR)
Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd
LAPORAN UTAMA
EMPAT ALASAN PENTING PENDIDIKAN RAMAH ANAK PADA ERA 4.0 Pakar Pendidikan Anak, Prof. Dr. Wahyu Sukartiningsih mengatakan bahwa pendidikan ramah anak merupakan sebuah keniscayaan. Sebab, anak memiliki hak untuk hidup senang, bahagia, dan berkembang secara alamiah dengan fasilitas dari orang-orang di lingkungannya.
B
erdasarkan teori belajar konstruktivisme, terang guru besar FIP Unesa itu, anak akan mengonstruksi diri dan perkembangannya berdasarkan potensi yang dimiliki sebagai anugerah dari Tuhan YME. “Pendidikan ramah anak memberikan fasilitas bagi anak untuk mengembangkan potensinya secara optimal sesuai dengan keunikan yang dimilikinya secara ramah dan bebas dari segala kekerasan, baik fisik, psikis, maupun kognisinya,� terangnya. Dosen yang akrab dipanggil Wahyu itu menambahkan bahwa pendidikan ramah anak harus mampu menjamin hak anak untuk hidup senang, bahagia, dan berkembang tanpa kekerasan. Untuk menciptakan pendidikan ramah anak, lanjutnya, tentu diperlukan pendidikan ramah anak yang disusun secara terprogram dan tersistem dalam program pendidikan secara umum. Menurut Wahyu, setidaknya ada empat alasan kenapa pendidikan ramah anak pada era revolusi industri 4.0 itu sangat penting. Pertama, kebebasan informasi yang bisa diakses anak menyebabkan unsur kekerasan yang dialami anak dapat diperoleh melalui akses informasi yang tanpa filter ketat. “Kita tahu banyak kejahatan pada anak termasuk yang disebut grooming yakni kejahatan yang dilakukan
Prof. Dr. Wahyu Sukartiningsih.
dengan mengincar anak-anak untuk eksploitasi ekonomi dan seksual,� paparnya. Kedua, adanya dampak pergeseran kehidupan sosial budaya. Misalnya dalam kehidupan
Majalah Unesa
hubungan antarmanusia, saat ini curahan kasih sayang antarkeluarga, sahabat, maupun orang-orang terdekat anak banyak terhambat dengan hadirnya alat komunikasi ponsel. Bahkan, tidak jarang | Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
7
LAPORAN
UTAMA
terjadi orang tua yang seharusnya berkomunikasi dengan putraputrinya dengan penuh kasih sayang saat di rumah, malah lebih tertarik menghabiskan waktu dan perhatiannya untuk berkomunikasi dengan teman-teman jauhnya. “Dalam hal ini hak anak untuk mendapatkan kasih sayang orang tua sangat terganggu,” ungkapnya. Demikian pula saat di sekolah. Ketika istirahat siang, guru-guru lebih senang mengakses komunikasi dengan teman sosial medianya daripada berkomunikasi dengan putra-putrinya. Tanpa disadari waktu dan perhatian yang sangat dibutuhkan anak menjadi sangat terganggu. “Akhirnya, anak sulit dapat terpenuhi hak-haknya,” tandas Wahyu. Alasan ketiga, terakit sosiokultural. Selain siswa perlu memeroleh pengalaman luas di era global, siswa perlu juga memeroleh haknya untuk mengenal budaya dan kehidupan sosial masyarakat yang adi luhung, ramah, suka bergotong royong dan tidak
8
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
Pakar Pendidikan Anak, Prof. Dr. Wahyu Sukartiningsih mengatakan bahwa pendidikan ramah anak merupakan sebuah keniscayaan. Sebab, anak memiliki hak untuk hidup senang, bahagia, dan berkembang secara alamiah dengan fasilitas dari orang-orang di lingkungannya. individualistis. “Tidak adanya akses maupun kesempatan pada anak dalam memeroleh haknya untuk hidup sesuai dengan kondisi sosiokultural yang juga dianut merupakan wujud kekerasan pada anak,” terangnya lagi. Dan, alasan keempat adalah secara psikologis anak yang memeroleh pendidikan sesuai perkembangan dan keunikan potensinya secara ramah anak akan menjadi dasar psikis yang berpotensi membentengi psikis anak menjadi jiwa yang periang, bahagia, mampu memecahkan masalah yang dihadapi, tenang, dan bijaksana dalam menjalani kehidupan serta tantangan yang dihadapi, terutama pada era 4.0 yang serba tidak pasti dan sulit diprediksi. DILAKUKAN DENGAN 3T Menurut Wahyu, strategi implementasi pendidikan ramah anak pada era 4.0 dapat dilakukan secara tersistem, terprogram, dan terpadu. Strategi tersistem dilakukan dengan menjadikan pendidikan sebagai bagian dari sistem kehidupan yang lebih luas dan lebih besar sekaligus sebagai sistem yang lebih kecil di bawahnya yang
Majalah Unesa
melibatkan sistem perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian dalam pembelajaran khususnya maupun pendidikan pada umumnya dapat saling mendukung dan menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. “Dengan strategi tersistem diharapkan pendidikan ramah anak dapat berjalan sebaik-baiknya sebagai sebuah sistem,” ujranya. Strategi terprogram, lanjutnya, dilakukan bahwa pendidikan ramah anak merupakan aktivitas yang dilakukan secara terprogram. Program pendidikan anak ini perlu disusun secara terencana dan terukur sehingga dapat diyakinkan bahwa pendidikan ramah anak dapat diimplementasikan dalàm setiap aktivitas pendidikan dan seluruh komponen yang terlibat di dalamnya. Sementara itu, strategi terpadu dapat dilakukan dengan melibatkan seluruh komponen baik keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah bersamasama secara terpadu terlibat dan secara terpadu menjadikan pendidikan ramah anak ini sebagai kewajiban dan tanggung jawab bersama. Wahyu menegaskan bahwa dalam implementasi pendidikan ramah anak, sudah dilakukan program sekolah ramah anak. Sudah banyak sekolah yang mendeklarasikan diri sebagai sekolah ramah anak. Walaupun programnya belum disusun secara terencana dan terukur namun deklarasi sekolah ramah anak sudah mampu memberikan suasana ramah anak sebagai panduan bagi seluruh masyarakat sekolah untuk berperilaku ramah anak. “Tentunya, jika deklarasi sekolah ramah anak diikuti dengan programprogram berbasis ramah anak secara terencana dan terukur dengan baik akan membawa dampak yang lebih tersistem dan kondusif,” tegasnya. n (TON/SIR)
LAPORAN UTAMA
PENDIDIKAN RAMAH ANAK 4.0, MENDIDIK DENGAN TEORI ORIM Pendidikan menjadi salah satu hal sangat penting bagi perkembangan anak. Salah satu pendidikan yang sangat dibutuhkan oleh anak adalah pendidikan literasi. Dalam mendidik anak, orang tua maupun guru harus menyesuaikan paradigma maupun cara yang tepat sesuai dengan masa anak tersebut. Tapi, bukan berarti nilai-nilai yang relevan dan harus dijaga ikut mengalami perubahan. Perubahan bukan pada nilainya tetapi cara menyampaikannya. Karena anak akan jauh lebih mudah memahami sesuatu dan menginternalisasikan ke dalam hidupnya kalau hal tersebut sesuai dengan kehidupan pada masanya. Sebab, hal tersebut akan lebih mudah dibayangkan oleh anak.
M
enurut Dra. Pratiwi Retnaningdyah, M.Hum, M.A, Ph.D dalam mendidik anak, orang tua dapat menggunakan teori ORIM (Opportunity, Recognition, Interaction, Modelling). Teori tersebut berguna bagi orang tua untuk mendampingi anaknya dalam pendidikan literasi. Dosen sastra Inggris itu mencontohkan tentang menjaga lingkungan, opportunity atau
kesempatan dapat digunakan oleh orang tua untuk membiasakan memaparkan teks yang berhubungan dengan apa yang akan dipelajari seperti tentang menjaga lingkungan pada anak. “Tunjukkan baik dan buruk melalui media seperti koran, buku, majalah atau youtube sehingga anak dapat melakukan perbandingan dan mengembangkan pemikirannya,” paparnya. Recognition atau pengakuan. Orang tua dapat memberikan
pengakuan terhadap kinerja anak sekecil apapun, terutama bila anak sudah dapat mengaplikasikan apa yang dipelajari. “Pengakuan ada, tapi bila anak tidak melakukan hal itu maka tetap harus diingatkan,” imbuhnya. Interaction terjadi pada obrolan atau diskusi antara anak dengan orang tua tentang hal yang dipelajari sebelumnya. Seperti bila ada orang membuang sampah sembarangan, orang tua dapat memancing anak
Dra. Pratiwi Retnaningdyah, M.Hum, M.A, Ph.D
Majalah Unesa
| Nomor: 130 Tahun XX - Juni 2019 |
9
LAPORAN
UTAMA
untuk berdiskusi tentang hal tersebut dan menjelaskan bahwa hal tersebut tidak baik. Modelling. Di sini orang tua atau guru harus dapat memberikan contoh teladan kepada anak secara nyata. Jika ingin menumbuhkan kebiasaan membaca pada anak, maka orang tua atau guru harus memperlihatkan kebiasaan membaca tersebut kepada anak. tidak cukup hanya memberi reminder,jika orang tua atau guru sendiri tidak memperlihatkan kebiasaan tersebut kepada anak. Pada era 4.0, menurut Pratiwi, teknologi menjadi hal yang dibutuhkan di segala aspek. Salah satunya pada pendidikan. Banyak buku digital yang dapat diakses oleh anak. Kemudahan tersebut membuat anak tidak dapat lepas dari teknologi dan mulai meninggalkan kebiasaan membaca buku. Sementara, orang tua tidak dapat menghalangi anaknya menggunakan teknologi sebagai sarana belajar. Tapi, orang tua dapat mengontrol penggunaan teknologi tersebut agar tidak berlebihan. Pratiwi memberi tip agar orang tua melakukan kesepakatan dengan anak waktu penggunaan gadget dan untuk apa saja bisa digunakan. Semisal, no gadget untuk hari-hari belajar. Gadget hanya digunakan di akhir pekan saja. “Tapi kalau hari-hari belajar membutuhkan akses untuk ke Youtube untuk pelajaran ya kita buka, tapi kalau untuk entertainment enggak,“ ujarnya. Menurutnya, anak-anak milenial memang tidak bisa dilepaskan dari teknologi. Oleh karena itu, orang tua dan guru harus pandai dalam mengajarkan dan melatihkan penggunaan serta pemanfaatan teknologi kepada anak secara sehat dan bijak. Hal tersebut merupakan tantangan bagi orang tua maupun guru di sekolah. Dalam lingkungan sekolah, bila pihak sekolah memiliki fasilitas teknologi, seharusnya hal tersebut dikenalkan ke anak karena walau bagaimanapun teknologi sebenarnya menjadi bagian penting di era saat
10
ini. Sama halnya dengan orang tua, guru juga perlu mengetahui strategi pembelajaran yang berintegrasi dengan teknologi. Pada era saat ini, sudah sangat tidak efektif untuk mengajar menggunakan materi yang manual. “Guru harus punya banyak researches, punya banyak sumber pembelajaran“ jelas Pratiwi. Tiwik menambahkan, era saat ini, guru harus lebih melek teknologi dan memiliki banyak link sehat dan bagus untuk dipelajari siswa. Hal tersebut dapat dikatakan lebih efesien dan baik daripada guru memberikan tugas mencari informasi di internet tanpa memberikan link yang bagus. Sebab, begitu berbicara tentang internet pencarian dapat menghabiskan lebih banyak waktu serta melebar ke banyak situs yang belum tentu lengkap dan benar . „Guru perlu meluangkan waktu untuk mencari situs atau link yang bagus dan dapat disarankan untuk pembelajaran anak di rumah seperti Ruang Guru maupun situs belajar Kemendikbud,“ terangnya. Dalam hal literasi, jelas Tiwik, Unesa telah memiliki banyak program yang berhubungan dengan literasi dan juga leading dalam hal literasi. Unesa juga merupakan universitas pertama yang memiliki pusat studi literasi dan juga KKN literasi. Pada pusat studi literasi terdapat pelatihan, kajian-kajian mengenai literasi yang tidak hanya pada literasi baca tulis, tapi juga literasi sains, literasi matematika dan literasi lainnya. “Untuk mahasiswa sendiri, Unesa memiliki KKN literasi yang berguna untuk mempraktikkan bagaimana literasi diterapkan tidak hanya di lingkungan sekolah tapi juga di dalam masyarakat. Selain itu, terdapat jurusan yang memberikan fasilitas membaca. Salah satunya terdapat pada jurusan bahasa Inggris yang menyediakan Reading Station untuk mahasiswa,” tegasnya. Sementara itu, dosen FIO, Dr. Fransisca Januarumi Marhaendra Wijaya, S.Pd, M.Kes mengatakan bahwa upgrade diri merupakan stategi pendidik dalam menasehati
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
Majalah Unesa
Dr. Fransisca Januarumi Marhaendra Wijaya, S.Pd, M.Kes
dan mengajarkan hal kebaikan pada siswanya. Ia mengatakan, etika dalam berbica harus diperhatikan oleh seorang guru dalam menyentuh siwanya. Sehingga, tutur kata yang disampaikan harus sopan dan santun agar menjadi contoh bagi muridnya. Dosen dan ibu rumah tangga ini juga menyampaikan tantangan dalam mendidik anak. Dimana anak muda sekarang dalam bertutur kata kurang beretika sehingga perlu bimbingan dan diingatkan terus menerus serta memberi contoh pada anak bahwa guru juga memiliki etika dalam mengajar sehingga nantinya anak paham betul mana yang beretika baik dan yang tidak baik. Menurut Fransica, mahasiswa FIO sendiri juga belum memahami pendidikan ramah anak karena merupakan pengetahuan baru bagi mereka. Oleh karena itu, sebelum mahasiswa melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL), pengetahuan itu akan diberikan saat micro teacing maupun saat perkuliahan lainnya. “Sehingga pada saat mulai praktik mengajar di sekolah, mahasiswa sudah siap menghadapi hal dengan konsep yang telah dipelajari sebelumnya,” tandasnya. n (HASNA/JUMAD)
LAPORAN UTAMA
PENDIDIKAN DISEBUT RAMAH JIKA PENUHI 5 HAK ANAK Sejatinya pendidikan ramah adalah pendidikan yang memberikan pemenuhan terhadap hak-hak anak dan dapat diimplementasikan secara spesifik di sekolah. Setidaknya, ada ada 5 hak anak yang harus dipenuhi yakni hak untuk hidup, tumbuh kembang, bermain, dilindungi dari diskriminasi dan kekerasan, dan hak mendapatkan pendidikan.
K
Dr. Mutimmatul Faidah, M.Ag
etua Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Dr. Mutimmatul Faidah, M.Ag, mengatakan, ada tiga unsur dalam pendidikan ramah anak, yakni hardware, software, dan pelaksanaannya. Hardware berarti berbicara tentang fasilitas yakni sarana prasarana gedung, harus ramah anak sehingga meminimalisir kecelakaan fisik terjadi di sekolah. Tidak ada tempat yang kotor dan tidak bersih yang bisa membuat anak sakit. “Jadi mewadahi anak dalam belajar menjadi nyaman dan aman yang hijau dan alami sehingga anak bisa bermain dan anak bisa mengekspresikan kegemaran dan kebutuhannya. Fasilitas-fasilitas yang mendukung pengembangan kepribadian anak,” ungkapnya. Yang kedua dari sisi software. Ini tentang kurikulum. Bagaimana kurikulum yang memberikan respon terhadap anak dengan berbagai macam latar belakang, minat, bakat, dan kesukaannya. Misalnya tidak semua anak memiliki kemampuan canggih belajar matematika tapi dia memiliki kemampuan luar biasa di bidang seni. Nah, bagaimana talenta-talenta anak itu bisa terwadahi dan dikembangkan dengan baik. “Kurikulum di sekolah itu harus mampu merespon, merangkul, dan mewadahi berbagai kecenderungan bakat dan minat dan kompotensi anak tersebut. Jadi sistem yang dibangun mampu mengembangkan anak,” terangnya. Yang ketiga, adalah pelaksana. Yang dimaksud adalah guru, tenaga pendidik, kepala sekolah, pegawai. Bagaimana semuanya bekerja dan bergerak secara bersama untuk memberikan layanan yang luar biasa kepada anak. Perlu dipahami bahwa interaksi guru dan anak bukanlah seperi interaksi atasan dan bawahan namun interaksi orang tua kepada anak. “Mereka adalah anak yang harus dilindungi, disayangi, dibimbing dan anak yang diberikan pengasuhan. Sehingga tidak akan terjadi kemudian ada kekerasan seksual di sekolah,” paparnya. Mutimatul mengatakan, sudah banyak kasus-kasus pelecehan terjadi di sekolah yang mengakibatkan anak terenggut masa depannya. Oleh karena itu, seluruh jajaran dan pelaksana
Majalah Unesa
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
11
LAPORAN
UTAMA
pendidikan harus bersatu dan bergotong royong mewujudkan sekolah ramah anak dan membantu anak menggapai cita-citanya. “Jadi, pihak sekolah harus benar-benar mendukung dan menjaga komunikasi baik antar tenaga pendidik dan pegawai maupun dengan komunikasi siswa-siswanya agar tidak terjadi bullying dan pelecehan,” tambahnya. Ketiga unsur itu, jelas Mutimatul, harus mendukung satu sama lain demi menciptakan pendidikan ramah anak. Untuk mewujudkan itu, para pelaksana harus mempunyai wawasan dan ilmu pengetahuan tentang bagaimana sekolah ramah anak. Untuk mewujudkan sekolah ramah anak, tidak hanya guru yang berperan penting, tapi semua komponen harus duduk bersama dan memahami pendidikan mau dibawa kemana tujuannya. TIGA PROGRAM PSGA Terkait dengan pendidikan ramah anak, PSGA Unesa memiliki tiga program. Yang pertama, melakukan kajian bagaimana sekolah yang layak dan ramah anak nanti dari kajian-kajian. Yang kedua, dari kajian tersebut akan dilakukan pendampingan di sekolah. Untuk tahap awal, sekolah-sekolah di daerah Surabaya terlebih dahulu. Akan dipetakan, mana sekolah yang layak dan ramah anak. Yang ketiga menginisiasi bagaimana kampus ini (Unesa) menjadi kampus yang ramah anak. “Untuk planning jangka panjang membuat Tempat Penitipan Anak di Unesa. Di kampus Lidah ada, dan di kampus Ketintang juga ada. Jadi, dosen-dosen yang memiliki balita bisa dengan aman dan nyaman berangkat dengan putra-putrinya yang diasuhkan di tempat
penitipan anak atau Day-Care. Saat istrahat, dia bisa menjenguk anaknya, lalu waktu pulang juga dapat pulang bersama-sama dengan anak,” jelasnya. Untuk mewujudkan visi dan misi PSGA, tentu dibutuhkan dukungan dari semua pihak. Menurut Mutimatul, untuk program kampus yang ramah anak dan pengasuhan anak sedang dibicarakan dengan darma wanita untuk merange dalam melakukan pendekatan kepada pihak-pihak terkait. Nantinya, bisa bekerja sama dengan Dharwa Wanita untuk memberikan layanan terbaik bagi sivitas akademika, khususnya kepada anak. “PSGA sedang mencari payung hukum bahwa lembaga pendidikan secara undang-undang harus ada tempat laktasi. Jadi langkah yang kita ambil untuk program ini adalah harus ada kekuatan hukumnya dan bukan hal yang mengada-ada,” tegasnya. Hambatan paling besar, menurut Mutimatul adalah menggemakan program-program yang ramah anak. Sebab, isu tersebut belum begitu menggema. Padahal, Unesa merupakan kampus yang mencetak calon-calon guru. Tentu, calon-calon guru keluaran Unesa harus menjadi calon guru yang ramah terhadap anak. “Unesa sebagai kampus pendidikan memunyai peluang dan bisa menjadi pioneer. Bahwa alumni-alumni Unesa adalah sudah tercetak sebagai guru yang ramah anak. Untuk mencetak visi tersebut, harus ada kurikulum yang mendukung. Jika memang belum bisa maka kami akan membuat workshop-workshop pendidikan ramah anak, pelatihan-pelatihan guru yang ramah anak yang menyasar ke sarjana-sarjana pendidikan,” pungkasnya. n (NEA)
LITERASI KEUANGAN PERLU DIAJARKAN SEJAK DINI
D
osen yang juga wakil dekan II FE Dr. Susanti, M.Si, mengatakan bahwa literasi keuangan atau Financial Literacy adalah tingkat pengetahuan, keterampilan, keyakinan masyarakat terkait lembaga keuangan serta produk dan jasanya yang dituangkan dalam parameter ukuran indeks. Literasi keuangan membantu dalam memberikan pemahaman tentang mengelola keuangan dan peluang untuk mencapai kehidupan yang lebih sejahtera dimasa yang akan datang. Dalam kaitannya dengan pendidikan anak dalam pembelajaran literasi keuangan, Susanti menjelaskan bahwa literasi sama dengan istilahnya melek
12
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
pengetahuan, karena ini literasi keuangan maka harus tahu pula dalam keuangan dan literasi keuangan itu sebaiknya diajarkan pada anak sejak dini. Ia memaparkan bahwa pembelajaran tentang literasi keuangan terhadap anak itu sendiri bisa dilakukan dengan contoh pembagian uang saku terhadap anak. “Karena literasi keuangan berhubungan dengan pengetahuanpengetahuan keuangan, maka sejauh mana anak itu tahu tentang keuangan. Apa itu uang, dan apakah mereka bisa membelanjakan. Sebagai contoh bagaimana cara mengajarkan anak-anak kecil pada saat dia mengelola uang saku ketika Dr. Susanti, M.Si,
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA ia mengelola uang saku, bisa tidak untuk memanajemen uang sakunya itu diperuntukkan untuk semua atau yang lainnya,” tutur Santi. Lebih lanjut Santi menyampaikan, bagaimana anak itu dapat dibiasakan memilih barang sesuai dengan kebutuhan dan tidak pada keinginan serta mampu menyisihkan uang untuk saving. Dalam kurikulum, terang Susanti, memang belum ada terkait literasi keuangan karena literasi yang banyak dipahami ialah gerakan membaca terutama untuk anak-anak. Dikatakan Susanti, konsep literasi keuangan dapat diajarkan melalui pembiasaan-pembiasaan dan contoh riil. Contohnya, ketika masih kuliah perlu adanya manajemen keuangan setiap kali dikirimi uang bulanan. “Perlu memanajemen keuangan dengan baik, bahkan saat kuliah
dulu saya beli permen seharga 15 Rupiah itu saja saya catat, dengan itu bisa menyisihkan uang yang ada,” jelasnya. Untuk mahasiswa FE, dalam pembelajaran literasi keuangan dilakukan sebagaimana kreativitas guru mengemas dalam pendidikan di kelas karena di kurikulumnya memang belum ada. Susanti pernah melakukan penelitian dengan dosen MIPA dan dihubungkan di Matematika dan IPS, sehingga guru IPS atau guru Matematika bisa mengajarkan pembagian keuangan dan menghitung mana yang kebutuhan mana yang keinginan. Di situlah kreativitas guru. Pengenalan literasi keuangan, khususnya untuk mahasiswa Fakultas Ekonomi sudah diajarkan dan melekat pada mata kuliah yang dipelajari. “Jadi pemahamannya
kepada mahasiswa FE khususnya di Prodi saya, saya berikan contoh dan ilmu yang dipelajari bisa digunakan dan diterapkan dalam kehidupan, Literasi keuangan tinggi itu untuk kesejahteraan nantinya, sehingga ini perlu diajarkan sejak dini,” ungkapnya. Tantangan ke depan terhadap pembelajaran literasi keuangan, Susanti menjelaskan bahwa harus mampu mengekang keinginan dan mampu memilah dan memilih mana yang kebutuhan. “Kita harus memaksa diri untuk mengekang keinginan yang banyak itu dan dapat mengatur keuangan ke depan. Harapannya, masyarakat bisa melek keuangan karena sekarang ini banyak produk-produk keuangan, dan pembelajaran literasi keuangan itu perlu diajarkan sejak dini,” pungkasnya. n (QQ)
SIKAP KERAMAHAN ADALAH HUMANISME
D
osen Sosiologi FISH, Ali Imron, S.Sos, MA mengatakan bahwa pendidikan itu ramah, meski tidak perlu ada embel –embel kata “ramah”. Menurutnya, pendidikan merupakan aktivitas yang harus menempatkan peserta didik baik anak maupun dewasa dalam posisi humanis. Salah satu nilai humanisme adalah menempatkan manusia sesuai dengan tempatnya. “Artinya, bahwa sikap-sikap keramahan itu bagian dari humanisme. Karena, pendidikan itu telah mengandung humanisme. Secara otomatis, pendidikan itu memang harus menempatkan peserta didik secara manusiawi. Salah satu bentuknya ialah sikap keramahan,” ujarnya. Dalam konteks sosiologi, pendidikan adalah proses sosialisasi nilai-nilai dan norma. Proses sosialisasi itu, terang Ali, ada beberapa tahapan. Pertama Preparatory Stage yakni tahap pengenalan atau tahap persiapan untuk mengenal nilai-nilai dan norma baru. Tahap kedua yaitu play/game stage adalah mencoba, melaksanakan, melatih, dan mempraktikkan anak-anak yang telah diajarkan nilai-nilai dan norma. “Setelah melalui tahap kedua, tahap ketiga yaitu generalized other,” jelasnya. Kembali makna pendidikan, tambah Ali, sebenarnya tidak perlu kata-kata ramah. Karena, pendidikan itu memang harus humanis dan ramah untuk menempatkan peserta didik secara humanis. Bahkan, kalau belajar tentang model-model pembelajaran saat ini banyak sekali. Artinya, peserta didik itu bukan individu homogen. Dalam konteks humanis, peserta didik menjadi individu yang unik. Individu memiliki karakteristik yang berbeda dengan lain sehingga, pembelajaran harus diarahkan pada pembentukan/penguatan karakter unik tadi. “Pendidikan itu harus mampu mengakomodasi perbedaanperbedaan itu. Karena pembelajaran sekarang bukan homogenit
tetapi heterogenit. Maksudnya, model pembelajaran itu harus diarahkan ke depreasi-depreasi karakteristik peserta didik. Karena kita sadari bahwa peserta didik itu memiliki karakter berbeda dan penerimaan berbeda sehingga, hasilnya nanti akan berbeda,” terangnya. Ditambahkan Ali Imron, ada dua konsep pendidikan ramah anak. Pertama, menempatkan peserta didik sebagai individu humanis dalam proses pembelajaran. Kedua, perlu adanya model pembelajaran lebih variatif disesuaikan dengan karakteristik. “Karena kita sadari bahwa peserta didik itu heterogen bukan homogen. Jadi, guru itu tidak bisa memaksakan konsepnya maka dalam pembelajaran mengenal tentang self assessment (evaluasi pengajaran) sesuai kebutuhan yang ada,” tandasnya. n (SH) Ali Imron, S.Sos, MA
Majalah Unesa
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
13
BINCANG
UTAMA
WAWANCARA DENGAN PROF. DR. KISYANI, M. HUM, KETUA PUSAT STUDI LITERASI UNESA
JALIN KERJA SAMA PROGRAM INOVASI UNTUK ANAK SEKOLAH INDONESIA
PUSAT STUDI LITERASI UNESA MENJALIN KERJA SAMA DENGAN PT PALLADIUM AUSTRALIA TERKAIT LITERASI ANAK. SEBANYAK 15 SEKOLAH DI SIDOARJO MENJADI MITRA PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN LITERASI. BAGAIMANA DETAIL PROGRAMNYA? BERIKUT WAWANCARA DENGAN KEPALA PUSAT STUDI LITERASI UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA (UNESA).
Adakah program Pusat Studi Literasi yang berkaitan dengan pendidikan ramah anak? Ada. Kami bekerja sama dengan PT Palladium Australia (Internasional) dalam mengembangkan program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia. Dalam hal ini, kami menggelar pelatihan dan pendampingan literasi ramah anak se-Kabupaten Sidoarjo dengan jumlah 15 sekolah.
itu disaring kembali menjadi 200. Setelah itu diundang untuk tahap penyaringan selajutnya, dan akhirnya bisa lolos dan mendapatkan hibah tersebut.
Bagaimana awal mula mendapatkan hibah dari PT Palladium Australia (Internasional) terkait literasi ramah anak? Awalnya, kami mengirimkan proposal yang berkompetisi dengan proposal lainnya untuk mendapatkan hibah tersebut. Kami mendapatkan informasi bahwa sebanyak 400 lebih proposal yang masuk. Dari 400
Bagaimana strategi implementasi programnya? Literasi ramah anak yang kami kembangkan supaya sekolah itu literat. Literat merupakan kegiatan yang bertujuan memenuhi hak anak, kemudian mendorong anak berkreativitas, berkegiatan, dan memotivasi anak berada dalam kegiatan sekolah. Selain literat,
14
Berapa lama program ini? Program ini dilaksanakan selama 10 Bulan, namun secara keseluruhan setelah penyelesaian administrasi dan lain sebagainya semuanya tuntas 12 bulan.
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
Majalah Unesa
sekolah itu perlu juga berwawasan gender dan ramah disabilitas. Salah satu hal penting dalam pembelajaran ramah anak yakni menggunakan strategi literasi berimbang untuk pembelajaran. Dalam strategi tersebut, guru akan menyeimbangkan kegiatan membaca, belajar kosakata, dan menulis. Jadi mereka membaca dan menulis harus seimbang dengan diselipi kosa kata baru. Mulai membaca terpandu, membaca bersama, membaca mandiri, dan membaca nyaring. Apa yang dimaksud dengan berwawasan gender dan ramah disabilitas? Berwawasan gender maksudnya adalah memberikan pelatihan kepada guru untuk menyamakan baik lakilaki maupun perempuan dalam
BINCANG UTAMA proses pembelajaran. Contohnya, yang kami temui sebelum kegiatan ini dilaksanakan, dari survey yang kami lakukan, terdapat sekolah yang membagi kelompok hanya dengan melihat gender. Seperti kelompok laki-laki sendiri dan perempuan sendiri. Dengan adanya gerakan literasi anak ini, sekolah tersebut telah berubah dengan menggunakan metode gender yang menyamakan antara perempuan dengan laki-laki. Untuk ramah disabilitas, pada awalnya terdapat siswa yang memiliki kemampuan khusus. Ia sering dibully dan dipinggirkan oleh temannya, sehingga tidak mau satu kelompok dengan anak tersebut. Dengan memberikan pelatihan khusus kepada guru dan siswa yang dipilih dari kelas tersebut untuk dijadikan sebagai tutor, siswa yang berkebutuhan khusus ini memiliki rasa percaya diri yang meningkat dalam belajar. Apa capaian hasil programnya? Hasil program ini sangat luar biasa. Berdasarkan hasil monev yang dilakukan, tingkat pembelajaran dan minat siswa sangat tinggi serta guru antusias dan termotivasi. Selain itu, penerapan strategi yang diimplementasikan di masing-masing kelas terdapat dinding kata yang di dalamnya merupakan kosakata baru yang mereka pahami.
BERWAWASAN GENDER MAKSUDNYA ADALAH MEMBERIKAN PELATIHAN KEPADA GURU UNTUK MENYAMAKAN BAIK LAKI-LAKI MAUPUN PEREMPUAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN. CONTOHNYA, YANG KAMI TEMUI SEBELUM KEGIATAN INI DILAKSANAKAN, DARI SURVEY YANG KAMI LAKUKAN, TERDAPAT SEKOLAH YANG MEMBAGI KELOMPOK HANYA DENGAN MELIHAT GENDER. Kendala apa yang sering terjadi? Kendala di awal selalu ada karena dikenalkan hal baru, jadi yang tampak mencolok adalah belajar kosa kata. Apakah dosen dan mahasiswa Unesa dilibatkan dalam program ini? Dosen dilibatkan untuk monev. Monev sendiri diagendakan sebanyak 5 kali untuk 15 sekolah. Mahasiswa terlibat dalam pengambilan data. Mahasiswa juga diberikan pelatihan cara pengembailan data serta apa saja yang perlu dikaitkan dalam data. n (WAHYU)
Apa yang paling menarik? Hal yang menarik banyak. Pertama siswa lebih antuasias untuk maju karena saja terbentur waktu. Guru juga merasa lebih nyaman dengan metode pembelajaran yang telah diberikan kepada siswa. Namun banyak guru atau pun siswa kelas lain iri karena tidak mendapatkan pembelajaran seperti kelas yang diberikan materi literasi berimbang. Namun sekolah memberikan alternatif untuk memberikan sedikit penyesuaian metode pembelajran literasi. Prof. Dr. Kisyani, M. Hum
Majalah Unesa
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
15
INSPIRASI
ALUMNI
Kiprah Rizky Abrian, Alumni FBS Jadi Guide Rumah Sakit Ternama
HUMAS, TAPI HARUS HAFAL PENYAKIT DAN OBATNYA NAMA LENGKAPNYA RIZKY ABRIAN, S.S., M.HUM. IA BIASA DIPANGGIL RIZKY. USIANYA MASIH MUDA, 28 TAHUN. PUNYA ANAK SATU. ALUMNI SASTRA INDONESIA UNESA. SIAPA SANGKA, NASIB BAIK JATUH KEPADA PEMUDA KELAHIRAN SURABAYA INI. BERMODAL SURAT PENETAPAN KELULUSAN (SPK), IA MENDAFTARKAN DIRI BEKERJA DI NATIONAL HOSPITAL SURABAYA, DAN BERHASIL DITERIMA HINGGA SEKARANG.
HUMAS: Rizky Abrian, S.S., M.Hum di depan ikon letter tempat dia bekerja sebagai public relation.
I
a belum diwisuda. Baru dinyatakan lulus. Tepatnya pada 2014 lalu. “Nanti interviewnya pakai bahasa Inggris,” kenang Rizky saat diberi tahu oleh temannya. Rizky tak menyangka, kalau ternyata semua proses interview memakai bahasa Inggris, dari awal sampai akhir. Mulanya ia mengira, mungkin interviewnya memakai bahasa Indonesia. Hanya saja diberi kesempatan untuk berbicara bahasa
16
Inggris sebentar. Tapi prediksi itu keliru. Untung saja Rizky memiliki kesadaran bahasa sejak dini. Ia sudah cukup lama belajar bahasa Inggris secara otodidak. “Saya sadar, bahasa Inggris kelak pasti dibutuhkan,” ucapnya mantap. Alhasil, ia tak mengalami kesulitan dalam menghadapi proses interview. Public Relation adalah bagian yang Rizky tuju. Menjadi orang
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
Majalah Unesa
humas memang sudah menjadi cita-citanya. “Saya suka bertemu orang. Makanya saya suka dunia kehumasan,” tegasnya. Kesukaan Rizky bertemu dengan orang memang sudah muncul sejak lama. Itu pula yang mendorongnya untuk aktif di organisasi selama menjadi mahasiswa. Ia pernah aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas, dan UKM Foto atau AFO. Di organisasi-organisasi itulah
minat Rizky ditempa hingga matang. Skill berbicara dan menggunakan kamera membuat ia memiliki nilai lebih. Bahkan, saat masuk di National Hospital Surabaya, dua skill itu menjadi kompetensi utama yang ia pakai dalam bekerja. Rizky bercerita, skill berkomunikasi sangat penting dimiliki jika seseorang ingin sukses. Meskipun terlihat sepele, namun tidak semua orang memiliki skill komunikasi yang baik. Yakni, bagaimana seseorang mampu berkomunikasi dengan tenang, lugas, mudah dipahami, dan mampu menenangkan orang lain. Apalagi menjadi bagian Public Relation di National Hospital Surabaya yang notabene sifatnya pelayanan jasa. “Kalau orang datang ke hotel, mereka ingin bersenangsenang. Keluar uang tidak masalah. Tapi, kalau orang datang ke rumah sakit, mereka membawa kesedihan. Ditambah lagi harus mengeluarkan uang. Kalau gak sesuai ekspektasi, mereka akan langsung komplain,” cerita Rizky. Nah, dalam menghadapi komplain-komplain semacam itulah skill berkomunikasi sangat diperlukan. Rizky memberikan tips, jika menghadapi orang yang sedang marah, kita harus memberikan kesempatan kepada orang tersebut untuk mengeluarkan semua unekuneknya terlebih dahulu. Kalau sudah selesai, baru kita memberikan edukasi. Selain itu, Rizky harus menghafal beberapa penyakit, beberapa obat, dan ratusan dokter beserta spesialisasinya. Jika ada pasien yang datang dan bertanya terkait penyakit tertentu, ia harus memahami penyakit itu dan merekomendasikan kepada dokter yang tepat. Bahkan, ia juga harus belajar ilmu perawat. Pada kondisikondisi darurat, ia harus membantu orang yang sedang membutuhkan pertolongan cepat. Saat ditanya, kesulitan apa yang dihadapi selain komplain dari pasien, Rizky menjawab, kesulitan bahasa saat menghadapi pasien
asing. Kadang kala, ada orang luar negeri yang ada di Indonesia, tapi tidak bisa berbahasa Indonesia dan tidak bisa berbahasa Inggris. Mereka mengalami gangguan medis dan ingin berobat di National Hospital Surabaya. “Untuk menyiasati itu, biasanya saya menggunakan Google Translate atau saya menggambar. Saya gambar lalu saya tunjukkan. Jika salah, saya gambar lagi. Kalau sudah benar, baru saya rekomendasikan kepada dokter yang tepat,” tuturnya dengan tenang. Berkat kemampuan yang dimiliki itulah, Rizky ditunjuk sebagai Guest Relationship Officer National Hospital Surabaya. Di situ ia tidak hanya berhubungan langsung dengan pasien atau calon pasien, tapi juga menyambut para tamu, seperti kunjungan dari kedutaan besar. “Saya juga bertindak seperti guide rumah sakit. Saya yang dipercaya untuk menunjukkan dan menjelaskan tentang rumah sakit jika ada tamu atau kunjungan dari kedubes,” kata Rizky menceritakan. BELAJAR TIADA HENTI Meskipun sudah bekerja di rumah sakit berkelas internasional, Rizky tidak berhenti belajar. Sembari tetap bekerja, ia melanjutkan studinya di Pascasarjana Unair. Ia mengambil S-2 Kajian Sastra dan Budaya dan lulus pada 2017. Oleh karena itu, selain bekerja di National Hospital Surabaya, Rizky juga mengabdikan ilmunya di perguruan tinggi swasta di Surabaya. Ia menjadi dosen di Universitas 17 Agustus Surabaya dan di Universitas Merdeka Surabaya. Ia mengampu mata kuliah bahasa Indonesia, bidang yang memang ia tekuni sejak masih di bangku sarjana. Tidak berhenti di situ, Rizky juga memanfaatkan teknologi untuk terus berbagi. Ia mengelola tiga akun di YouTube. Satu akun dipakai untuk berbagi pengetahuan terkait isu-isu terkini. Satu untuk berbagi perkembangan anak. Satu lagi dipakai untuk berbagai dunia keilmuan penutur asing.
Majalah Unesa
INSPIRASI ALUMNI
“Istri saya mengajar di BIPA. Jadi, kami membuat YouTube untuk membagikan aktivitas atau pengetahuan terkait BIPA di sana,” jelas Rizky. Setelah memiliki pengalaman malang melintang di dunia kerja, Rizky berpesan kepada seluruh mahasiswa Unesa untuk terus belajar. “Pelajari semuanya. Sebab kita tidak tahu, yang mana yang akan kita pakai nanti di masa depan,” pungkasnya. n (SYAIFUL RAHMAN)
BIODATA SINGKAT ALUMNI NAMA: Rizky Abrian, S.S., M.Hum. ALAMAT: Sumberrejo Makmur IV/11 Pakal, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia PENDIDIKAN: • S-1 Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya 2014 • S-2 Kajian Sastra dan Budaya Universitas Airlangga 2017 PEKERJAAN: • Guest Relationship Officer di National Hospital Surabaya POS-EL: • abrianrizky@gmail.com • rizk_abrian@yahoo.com
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
17
LENSA
UNESA
FOTO: HUMAS UNESA
PEMIMPIN: Rektor Unesa Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes menyampaikan sambutan sekaligus motivasi kepada segenap pimpinan Unesa dalam pelatihan leadership di sekolah Selamat Pagi Indonesia Batu.
SELURUH JAJARAN PIMPINAN UNESA DIGEMBLENG JIWA LEADERSHIP
R
Rektor Unesa, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes sangat berharap jiwa kepemimpinan seluruh pimpinan Universitas, Fakultas, hingga Jurusan, dan Prodi semakin berkembang dam meningkat. Sebab, menjadi seorang pemimpin harus memiliki sikap yang tegas, berani, dapat mengevaluasi diri, dan menguasai diri dalam menghadapi masalah. Dalam upaya itu, segenap pimpinan tingkat universitas, fakultas, jurusan, hingga prodi mendapatkan pelatihan leadership di sekolah SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) Batu selama 4 hari yakni mulia 15 18 Juli 2019. Nurhasan mengatakan, menjadi seorang pemimpin harus berani mengambil resiko. Dari situlah muncul inovasi yang brilian untuk berpikir kreatif dan efektif, khususnya dalam menyelesaikan masalah yang timbul, baik di dalam dunia kerja maupun di kehidupan sehari-hari. n WHY/TON
18
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
MOTIVASI: Salah satu narasumber menyampaikan materi service is our habit.
Majalah Unesa
LENSA UNESA
120 Doktor dan Guru Besar Turun Gunung Tularkan Ilmu di Magetan
PENGABDIAN: Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd menyerahkan cinderamata kepada perwakilan SMAN 1 Magetan.
DEMI mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi serta tindak lanjut MoU antara Unesa dengan Pemerintah Kabupaten Magetan, Pascasarjana Unesa menyelenggarakan Pengabdian Kepada Masyarakat yang dipusatkan di SMAN 1 Magetan. Kegiatan dilaksanakan mulai 26 hingga 28 Juli 2019 dengan melibatkan 600 guru perwakilan SD, SMP, SMA, dan SMK seKabupaten Magetan, serta menerjunkan 120 dosen dari Pascasarjana Unesa baik dari program studi magister maupun doktor. n (BUDI/WHY)
1000 Peserta Ikuti 3rd International Conference on Special Education UPAYA pengembangan pendidikan inklusi harus terus dilaksanakan secara berkelanjutan seiring dengan meningkatnya kesadaran dan akomodasi pada siswa berkebutuhan khusus. Misi tersebut mendasari Universitas Negeri Surabaya bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Southeast Asia Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Centre for Special Education (SEAMEO SEN) menyelenggarakan 3rd International Conference on Special Education di Hotel Shangrila Surabaya pada 13-15 Juli. Tema seminar adalah Elevating innovation for Sustaible Development of Special Education. Kegiatan ini menjadi forum berbagi bagi seribu lebih peserta dari 20 negara. Dalam sambutannya, Rektor Unesa, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes mengatakan bahwa kekhususan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus seharusnya tidak menjadi batasan bagi mereka untuk mengembangkan bakat dan potensi. Karena itu, memperhatikan perkembangan dan pendidikan bagi anak inklusi menjadi bagian yang penting, terutama bagi orang tua, pendidik, dan para pihak lainnya.n SEMINAR: Universitas Negeri Surabaya bekerja, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan SEAMEO SEN menyelenggarakan 3rd International Conference on Special Education di Hotel Shangrila Surabaya pada 13-15 Juli.
Majalah Unesa
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019
|
19
SOSOK &
KIPRAH
Kiprah Dr. Maspiyah, M.Kes., Dekan FT Unesa
DEKAN PEREMPUAN PERTAMA DI FAKULTAS TEKNIK Nama lengkapnya Dr. Maspiyah, M.Kes. Ia lahir di Tuban 10 April 1964. Saat ini, ia diberi amanah menjadi Dekan Fakultas Teknik peridoe 2019-2023. Maspiyah, demikian panggilan akrabnya, tercatat sebagai dekan pertama di Fakultas yang memang didominasi laki-laki itu.
M
aspiyah memunyai keluarga kecil yakni seorang suami dan dikaruniai dua putri. Putri pertama bernama Irhamna Jyota Acintya berusia 26 tahun dan telah bekerja. Putri keduanya bernama Nafila Nitya Prasiddha berusia 21 tahun saat ini sedang duduk di bangku kuliah. Bersama keluarganya, Maspiyah tinggal di Jl. Pengampon VIII/46-48 Surabaya. Bidang ilmu yang didalami selama ini adalah Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (Pendidikan Tata Rias). Maspiyah merupakan alumni IKIP Surabaya yang lulus pada tahun 1989 bidang ilmu Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Kala itu, ia menulis skripsi berjudul “Pengaruh Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Dasar Tata Rias di Jurusan PKK FT Surabaya”. Lulus S1, ia lantas melanjutkan studi S2 di Universitas Airlangga pada tahun 1998 dengan bidang ilmu Kesehatan Masyarakat dan lulus pada tahun 2000 setelah menyelesaikan Tesis berjudul “Pengaruh Konseling
20
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
Dr. Maspiyah, M.Kes
Majalah Unesa
SOSOK & KIPRAH terhadap Peningkatan Perilaku Obesitas di Klub Jantung Sehat Kota Surabaya.” Setelah itu, Maspiyah melanjutkan jenjang S3 di Universitas Airlangga bidang ilmu Kesehatan Masyarakat masuk pada tahun 2010 dan lulus pada tahun 2015. Ia menulis disertasi dengan judul “Pengaruh Konseling terhadap Peningkatan Perilaku Obesitas di Klub Jantung Sehat Kota Surabaya”. Selain aktif di dalam negeri, Maspiyah juga kerap melakukan lawatan ke Luar Negeri, di antaranya ia pernaha ke Thailand pada tahun 2014 dalam rangka Brancmarking selama seminggu. Selain itu, pada tahun 2015, ia sempat ke Singapura menjalani Short Cours selama 2 minggu. Kemudian, pada tahun 2017 mengikuti International Conference di Jepang selama seminggu. “Yang terbaru tahun ini (2019) di Malaysia untuk MoU SEA-TVET Exchange selama 3 hari,” ungkapnya. Selama berkiprah sebagai dosen, ia mengampu beberapa mata kuliah di jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Di antaranya, mata kuliah Dasar Tata Rias, Ilmu Kesehatan Kulit dan Rambut, Tata Rias Fantasi, Strategi Pembelajaran, Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta beberapa mata kuliah lain. Tidak hanya mengajar sebagai dosen, Maspiyah juga berpengalaman dalam jabatan. Tercatat, ia pernah menjadi sekretaris jurusan PKK pada tahun 2000-2004, ketua program studi S1 Pendidikan Tata Rias tahun 2008-2010 dan 20162019. “Terbaru, saya diberi amanah menjadi dekan Fakultas Teknik periode 2019-2023,” terangnya. Di bidang penelitian, banyak penelitian dan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan. Pengalaman pengabdian Kepada Masyarakat terbaru adalah tahun 2019. Ia menjadi ketua tim Peningkatan Kemampuan Tata Rias Pengantin Adat Jawa dan Manajemen Usaha Tata Rias Pengantin. Sedangkan penelitian terbaru berjudul Proporsi Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia) dan
Tepung Beras untuk Lulur Tradisional Berantioksidan. Atas penelitian itu, ia mendapatkan suntikan dana sejumlah 243 juta yang bersumber dari DRPM. Selain pengalaman penelitian, Maspiyah juga berpengalaman dalam penyampaian makalah secara oral pada pertemuan atau seminar. Ia pernah menjadi pembicara di International Confrence ARAHE (Asean Regional Assosiation of Home Economics) dengan judul artikel Control of Eating Behavior and Physical Activity for Adolescent trought counseling di Tokyo pada 9 Agustus 2017. “Yang terbaru adalah Seminar Nasional FPTVI di Universitas Bengkulu pada 8 Februari 2018 dengan judul artikel Lulur Mengkudu (Morinda citrifolia) sebagai Kosmetik Berbahan Alami untuk Memenuhi Kebutuhan Industri Kesehatan dan Kecantikan. Selain itu, Maspiyah juga sudah berkarya dengan dua judul buku. Buku pertama berjudul Dasar Tata Rias, sedangkan buku kedua berjudul Pratata dan Penataan Rambut. Maspiyah juga telah mendapatkan penghargaan Satya Lencana dari Presiden RI pada tahun 2012. n (NEA)
Majalah Unesa
BIODATA SINGKAT DOSEN NAMA: Dr. Maspiyah, M.Kes TANGGAL LAHIR: Tuban, 10 April 1964 PANGKAT/GOL: Pembina Tk.I/ IV-c/ Lektor Kepala PENDIDIKAN: • S1 IKIP Surabaya lulus 1989 • S2 Unair Surabaya lulus 2000 • S3 Unair Surabaya lulus 2015 PENGALAMAN JABATAN: • SekretarisJurusan PKK (2000-2004) • Ketua Program Studi S1 Pendidikan Tata Rias (2008-2010 dan 2016-2019) • Dekan FakultasTeknik (2019-2023)
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
21
KIPRAH
LEMBAGA
Menengok Kiprah Dharma Wanita Pusat Unesa
TEKANKAN PROGRAM KREATIF BERBASIS KEWIRAUSAHAAN KEPADA ANGGOTA
HALAL: Dharmawanita Unesa saat mengunjungi dan menyerahkan bantuan donasi kepada Panti Asuhan Citra Mandiri Pelajar.
SEJAK REFORMASI TAHUN 1998, DHARMA WANITA TELAH MELAKUKAN PERUBAHAN MENDASAR TIDAK LAGI BERMUATAN POLITIK DARI PEMERINTAH. DHARMA WANITA LAMBAT LAUN MENJELMA MENJADI ORGANISASI SOSIAL YANG NETRAL DARI POLITIK, INDEPENDEN DAN DEMOKRATIS. OLEH KARENA ITU, NAMANYA PUN BERUBAH DARI DHARMA WANITA MENJADI DHARMA WANITA PERSATUAN (DWP) SEJAK 7 DESEMBER 1999.
D
harma Wanita Persatuan yang merupakan organisasi wanita beranggotakan istri Aparatur Sipil Negara (ASN) dan karyawati berupaya berkiprah nyata dengan menjadi organisasi yang
22
dapat mengaktualisasikan diri, meningkatkan kualitas diri baik sebagai profesional di lingkungan kerja maupun rumah tangga, serta dapat diandalkan untuk mendukung program-program Dharma Wanita Persatuan yang telah dirancangkan. Begitupun dengan DWP Unesa.
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
Majalah Unesa
Untuk meningkatkan kualitas anggota, DWP Unesa memiliki program unggulan yang bergerak di bidang sosial dan bermanfaat bagi anggota-anggotanya. Ketua DWP Unesa, Dra. Endah Purnomowati, M.Pd mengatakan, dalam setiap pertemuan harus menghasilkan
KIPRAH LEMBAGA
KEGIATAN: Salah satu kegiatan Dharmawanita Unesa yang digelar rutin.
PROFIL KETUA DWP UNESA NAMA: Dra. Endah Purnomowati, M.Pd TANGGAL LAHIR: Magetan, 23 Juli 1964 AGAMA: Islam PEKERJAAN: Guru ALAMAT: Menganti Satelit Indah F-11 MOTTO: • Menjadikan orang lain bahagia adalah bagian dari kebahagiaanku
manfaat dengan cara berbagi ilmu baik ilmu agama, keterampilan, maupun ilmu-ilmu lain yang bersifat edukatif yang bisa diterapkan atau dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari. “Misalnya, dalam bidang keterampilan, anggota DWP dapat menerapkan pelatihan-pelatihan seperti memasak siomai dengan benar. Bagi ibu-ibu yang kreatif, keterampilan itu bisa dikembangkan sebagai usaha yang menghasilkan,” terang Endah. Selain itu, untuk meningkatkan prestasi, anggota DWP juga dibekali dengan mengikutkan kegiatan
pelatihan di DWP Provinsi seperti pelatihan e-reporting, wirausaha, perkoperasian, dan lain-lain. Di bidang lainnya, DWP Unesa sudah mulai berlomba-lomba membagikan ilmu dengan mentransfer ilmu yang dimiliki kepada anggota yang lain. Endah menambahkan, agar para ibu anggota DWP berprestasi, ada tiga komponen yang harus diterapkan dalam kehidupan. Pertama, kejujuran. Kedua, kompetensi yang meliputi berpikir kritis, kreatif, komunikatif, kolaboratif. Ketiga, literasi yang memiliki keterbukaan wawasan. Endah menyebut, sangat dibutuhkan peran aktif Dharma Wanita Persatuan bagi kemajuan Unesa untuk mendukung programprogram Unesa. Caranya, dengan ikut dan terjun langsung dalam kegiatan baksos seperti buka takjil, berbagi dengan anak-anak yatim, yatim piatu dan dhuafa. “Anggota Dharma Wanita Persatuan harus dapat memberikan dorongan dan kontribusi kepada suami agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik di
Majalah Unesa
lingkungan sekitar. Tentu saja selalu dengan setia dan sabar dalam mendampingi dan menyemangati suami dalam melaksanakan tugasnya,” ujar Endah. Ketua Dharma Wanita Persatuan Unesa itu mengaku terkesan dalam memimpin anggota-anggotanya yang sangat kompak. Mereka satu sama lain saling menyemangati dan saling mengisi. “Ini adalah suatu hal yang luar biasa dan harus dipertahankan,” tandasnya. Endah berharap, semakin bertambah usia DWP Unesa, maka harus semakin kaya akan prestasi dan semakin giat dalam berinovasi dan berkarya. Apalagi, jajaran pimpinan Unesa sangat mendukung program-program Dharma Wanita Persatuan baik di bidang sosial maupun pendidikan. “Dukungan bapak-bapak pimpinan terhadap DWP sangat luar biasa baik dari segi moril maupun materiil,” terang Endah sembari berharap pimpinan Unesa selalu mendukung DWP agar semakin maju dan berkembang. n LUSI/SIR
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
23
ARTIKEL
POPULER
PROGRAM RAMAH ANAK: PERAN DAN PERUBAHAN Fafi Inayatillah, S.Pd.,M.Pd. PERLINDUNGAN ANAK MERUJUK PADA SUATU INISIATIF YANG DIRANCANG UNTUK MELINDUNGI HAK ANAK DARI SEGALA BENTUK BAHAYA, BAIK BAHAYA KEKERASAN MAUPUN DISKRIMINASI. DASAR HUKUMNYA UU NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK. PRINSIP UTAMANYA YAITU TIDAK ADA KEKERASAN, TIDAK ADA DISKRIMINASI KEPENTINGAN, SERTA ADANYA PENGHARGAAN TERHADAP ANAK. “Kita Anak Indonesia, Kita Gembira!” Tagline peringatan Hari Anak Nasional (HAN), 23 Juli 2019 itu menyiratkan harapan adanya anak-anak Indonesia yang bahagia. Mengapa yang dipilih kata bahagia, bukan pintar, cerdas, atau lainnya?Apa mungkin berkaitandengan candaan umum kita selama ini, “masa kecil kurang bahagia”?Toh, kenyatannya candaan “masa kecil kurang pintar” atau “masa kecil kurang cerdas” asing di telinga kita. Lalu, mengapa kebahagiaan anak demikian penting?Mari kita tengok penjelasan menarik dalam The Five Foundation Children Need to be Successful and Happy.Anakanak yang bahagia akan mudah menerima dan menyerap beragam informasi. Mereka berani untuk mengeluarkan pendapat tanpa takut disalahkan. Mereka memiliki rasa nyaman dan aman. Mereka merasa diakui dan dihargai. Anak yang berbahagia akan mudah menciptakan kreativitas dan mampu berpikir jernih. Lebih dari itu, anakanak yang menghabiskan masa kecil mereka dengan bahagia akan memiliki jati diri dan karakter yang kuat. Hal senada diungkapkan psikolog Elizabeth Santoso, kebahagian adalah dasar kehidupan. Kebahagiaan akan membentuk
24
penyelesaian tugas-tugas sekolah mereka. Lebih dari itu, peringatan HAN bukan sekadar seremonial, ini merupakan upaya mengajak seluruh warga merenungkan tindakan yang perludilakukan untuk mewujudkan dunia anak yang lebih baik. Sudahkah kita mengambil peran itu? Semoga sudah dan selalu akan melakukan yang lebih lagi.
karakter anak saat dewasa. Apa pun capaian anak di kemudian hari, semuanya tak akan sempurna tanpa kebahagiaan. Psikolog Harvard Daniel Gilbert mendefinisikan kebahagiaan sebagai perasaan positif yang disertai dengan keyakinan bahwa hidup seseorang bermakna.Para peneliti di Research Schools International bermitra dengan para guru dan siswa di St Andrew Episcopal School dan The Center for Transformative Teaching & Learning memelajari hubungan antara kebahagiaan dan prestasi akademik. Hasilnya menunjukkan korelasi yang signifikan antara kebahagiaaan dan keberhasilan akademik. Hubungan yang terjalin di sekolah merupakan dasar dari kebahagiaan siswa.Banyak siswa yangmenyatakan bahwa kebahagiaan atau perasaan positif yang menyenangkan, mendukung
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
Majalah Unesa
PROGRAM RAMAH ANAK Sepuluh bulan ini saya terlibat dalam Pelatihan dan Pendampingan Literasi Ramah Anak di Kabupaten Sidoarjo. Setidaknya, ada dua pelajaran berharga dari program kerjasama antara Unesa dan PT Palladium Internasional itu. Pertama, pelajaran tentang penerapan literasi berimbang untuk anak kelas 1—3 SD di Kecamatan Taman dan Sidoarjo. Kedua, pelajaran tentang perlindungan anak dalam dunia pendidikan. Program ini mengarusutamakan hak anak. Tidak ada diskriminasi dan bias gender dalam program ini. Setiap anak adalah unik, guru perlu memfasilitasi keunikan mereka dengan berbagai strategi belajar dan beraneka media. Bahan-bahan bacaan mereka juga diseleksi sehingga tidak ada unsur bias gender dan kekerasan. Pada awal program kegiatan, guru dilatih strategi literasi berimbang. Kemudian mereka
ARTIKEL POPULER diajak memahami konsep perlindungan anak, gender, dan pendidikan inklusi.Konsep ramah anak dalam program ini meliputi tiga hal, yakni perlindungan anak, ramah gender, dan ramah disabilitas. PERLINDUNGAN ANAK Perlindungan anak merujuk pada suatu inisiatif yang dirancang untuk melindungi hak anak dari segala bentuk bahaya, baik bahaya kekerasan maupun diskriminasi. Dasar hukumnya UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Prinsip utamanya yaitu tidak ada kekerasan, tidak ada diskriminasi kepentingan, serta adanya penghargaan terhadap anak. Contohnya, anak dilindungi dari kekerasan verbal maupun fisik, semua anak diberi kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, anak diberi kesempatan berpendapat dan didengarkan pendapatnya. RAMAH GENDER Gender mengacu pada peran, kebiasaan, dan kegiatan yang dianggap pantas untukperempuan dan laki-laki. Ramah gender bermakna tidak diskriminasi terhadap gender. Dasar hukum kegiatan ini meliputi INPRES No. 9/2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional; Permendiknas No. 84/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan pada Tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota; dan Standard Satuan Pendidikan Responsif Gender (2014). Contohnya, ketua kelas tidak harus laki-laki dan sekretaris kelas harus perempuan. Semua memiliki peran yang setara, yang dilihat adalah kompetensinya, bukan konstruksi seksual berdasarkan sosial budaya. RAMAH DISABILITAS Disabilitas dalam konsep ini bukan merujuk pada kecacatan organ atau mekanisme tubuh, melainkan bermakna kurangnya
fungsi yang dihasilkan oleh organ atau mekanisme tubuh.Anak disabilitas memiliki beberapa hambatan, di antaranya, hambatan fisik, stigma masyarakat, budaya, informasi, komunikasi, teknologi, lembaga, dan kebijakan/peraturan. Hambatan tersebut dapat dihilangkan dengan strategi DAMAI (Desain universal, Aksebilitas, mengarusutamakan desabilitas, Akomodasi yang layak, dan Inklusi). Desain universal merupakan sebuah rancangan produk, layanan dan lingkungan yang dapat dijangkau, dimengerti, dan digunakan oleh semua dengan adil tanpa membedakan siapapun dalam kondisi apapun, di manapun, kapanpun, dan bagaimanapun caranya. Aksesibilitas merupakan kemudahan yang disediakan untuk penyandang disabilitas guna mewujudkan kesamaan kesempatan (UU 8/2016 pasal 1 ayat 8), dan merupakan hak setiap warga (UUD 1945 pasal 28 butir H ayat 2). Lalu, bagaimana cara mengarusutamakan disabilitas? Disabilitas perlu dimasukkan dalam sistem, struktur, kebijakan, dan program. Selain itu, juga dengan cara membiasakan masyarakat berinteraksi dengan orang disabilitas.Akomodasi yang layak, di antaranya, dengan cara memodifikasi dan menyesuaikan produk, layanan dan lingkungan secara tepat dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan karakteristik dan cara hidup individu dengan setiap ragam disabilitasnya. Pendidikan inklusi yaitu sebuah pendekatan yang berupaya meniadakan hambatan agar setiap peserta didik yang memiliki kondisi beda apapun dapat berpartisipasi penuh dalam belajar dengan lingkungan melakukan perubahan dan menyediakan sarana/layanan pendukung. Disabilitasdalam masyarakat inklusif adalah bagian dari sistem keragaman masyarakat yang mutlak untuk diakui sebagaimana perbedaan jenis kelamin, suku, agama, bahasa, status dan
Majalah Unesa
perbedaan lainnya untuk bersamasama diberi dan memberi ruang untuk berpartisipasi tanpa halangan dan berinteraksi tanpa hambatan. Konsekuensi dari program ramah disabilitas, guru dituntut untuk memahami disabilitas, mengenali karakteristik individu dengan setiap ragam disabilitasnya, dan mengetahui cara berinteraksi yang dapat diakses oleh setiap individu disabilitas. PERAN DAN PERUBAHAN Banyak jalan menuju Roma, pun demikian banyak cara yang dapat dilakukan setiap orang untuk memeringati Hari Anak Nasional. Program literasi ramah anak yang dilaksanakan sejak September 2018—Juli 2019merupakan wujud peran Unesa dalam dunia pendidikan nasional. Peran ini tentu telah melahirkan perubahan-perubahan. Secara langsung tentu terjadi perubahan pada cara pandang kepala sekolah, guru, dan siswa. Kepala sekolah dan guru mengalami perubahan paradigma dalam mengajar, misalnya menyadari bahwa anak berbeda dan boleh dibedakan sesuai kebutuhannya. Kepala sekolah dan guru lebih tertantang untuk berinovasi dalam pengembangan media dan strategi pembelajaran sesuai kebutuhan anak didik. Selanjutnya, terjadi perubahan perilaku pada warga sekolah. Misalnya, guru meminta izin orang tua dalam pengambilan gambar anak. Perubahan perilaku pada anak, contohnya anaklebih gemar membaca, lebih percaya diri dalam berkomunikasi, dan anak terbiasa menuliskan gagasannya dengan senang hati. Jika kita menginginkan perubahan, kita perlu mengambil peran. Mari menjemput bola demi anak Indonesia!n
Penulis adalah dosen di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
25
Kabar
PRESTASI
BELVA, RAIH PRESTASI DI AJANG DANCE WORLD CUP
MEMUKAU: Penampilan memukau Belva (tengah) bersama rekan-rekannya di ajang Dance World Cup 2019.
BELVA HAYU APTANTA (19) ATAU KERAP DI PANGGIL BELVA ADALAH SALAH SATU PERWAKILAN INDONESIA DALAM AJANG DANCE WORLD CUP 2019 YANG DIGELAR DI BRAGA PORTUGAL PADA 28 JUNI S.D 6 JULI 2019. MAHASISWI JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN ITU BERHASIL MERAIH PRESTASI DUNIA DENGAN MENJADI JUARA KEDUA DAN KEEMPAT DI KOMPETESI INTERNASIONAL TERSEBUT.
D
ance World Cup 2019 merupakan kompetisi tari bergengsi tingkat dunia yang diikuti sekitar 20.000 peserta dari 67 negara dari usia sekitar 4 hingga 25 tahun. Salah satu kategori tari yang dilombakan adalah tari khas dari negara masing-masing. Pada ajang kompetisi ini, Belva mengikuti 2 dari 4 tari yang diperlombakan yaitu  Tari Jebing Melate (Senior Duet/Trio National & Folklore Dance) dan Tari
26
Greget Pasar Turi (Senior Small Group National & Folklore Dance). Belva tentu tidak berjuang sendirian. Dia berjuang bersama 6 temannya yang berasal dari sanggar tari Tydif Surabaya. Pada Senior Duet/Trio National & Folklore Dance, Belva dan pasangan duetnya berhasil meraih peringkat keempat, sedangkan pada kategori grup Belva berhasil meraih posisi kedua tingkat dunia. Mereka menampilkan 4 tari yaitu Tari Drungbaya, Tari Kampung
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
Majalah Unesa
Arek Bulak, Tari Jebing Melate dan Tari Greget Pasar Turi. Dance World Cup 2019 merupakan kompetisi tari Internasional pertama kali yang diikuti Belva. Sejak kecil, Belva memang berharap bisa menari sampai ke luar negeri. Bakat tari yang dimiliki Belva tidak lepas dari peran orang tua yang mengarahkannya ke bidang tari hingga berhasil menemukan passionnya. Selain itu, bakatnya diturunkan dari ibunya yang dahulu juga suka menari.
KABAR PRESTASI Belva mengaku termotivasi mengembangkan bakat tarinya lebih baik lagi setelah melihat senior-seniornya di sanggar tari yang berhasil menari hingga mancanegara. Selain itu, ia juga termotivasi memperkenalkan budaya Indonesia terutama kota Surabaya ke mancanegara. Belva juga sering tampil di banyak festival dan pementasan yang diadakan sanggar maupun tampil di acara-acara yang diselenggarakan oleh fakultas. Banyak hal menarik yang
didapatkan Belva selama di Portugal. Tidak hanya tentang kompetisinya saja tapi juga tentang kota Braga. Ia mengaku tertarik dengan bangunanbangunan tua di sana yang seperti di film fantasi. Selain bangunannya, budaya disiplin waktu juga menjadi hal menarik yang ditemui di sana. Ia juga terkesan dengan para juri yang selama melakukan penilaian benarbenar objektif. “Proses penilaiannya terbilang sangat cepat dan akurat,” terangnya. Dalam kompetisi, selalu ada
tantangan dan perjuangan yang harus dihadapi untuk mencapai hasil maksimal. Hal itu juga berlaku bagi Belva yang harus beradaptasi dengan negara yang baru pertama kali didatangi. Ia mengaku tidak cocok dengan makanan di sana dan memilih memasak sendiri. Latihan yang ketat juga harus dilakukan Belva untuk mempertahankan power selama menari. “Hal yang paling berat adalah menjaga berat badan agar tidak bertambah,” ungkapnya. Mengenai nervous, Belva tak menampik hal itu. Menurutnya, nervous menjadi hal yang selalu terjadi dalam penampilan, tapi bagi seorang penari hal itu harus dapat diatasi. Karena itu jam terbang penari sangat berpengaruh. “Tapi, lebih ndredek lagi saat pengumuman pemenang,” imbuhnya. Belva mengaku sejak 2 atau 3 bulan sebelum keberangkatan, berlatih ekstra untuk meningkatkan fisik, skill tari, ekspresi dan power. Begitu mendekati keberangkatan, mereka hanya perlu menstabilkan kemampuan mereka. Selain itu, setiap sebelum mengikuti perlombaan apapun, akan dievaluasi beberapa kali supaya kemampuan terus meningkat. Belva bercerita perjalanannya selama di luar negeri. Ia mengatakan bahwa setelah empat hari berkompetisi di Braga, ia melanjutkan perjalanan mengunjungi Gordo dan Lisbon. Selama di Lisbon, ia dan teman-temannya sempat disambut kedutaan besar Republik Indonesia di Lisbon. Setelah menyelesaikan perjalanannya di Portugal, mereka berangkat pulang ke Indonesia, sempat transit di Milan Italia dan menikmati sejenak kota tersebut sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke Indonesia. “Tentu, perasaan saya senang, bangga, juga bersyukur dapat membanggakan orang tua juga bisa membanggakan Unesa dan membawa kemenangan untuk Indonesia,” pungkasnya. n (HASNA) BELVA
Majalah Unesa
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019
|
27
Kabar
PRESTASI
PERFORMA: Penampilan Gita Pramawisesa saat tampil pada Bali International Choir Festival dan berhasil meraih medali emas.
GITA PRAMAWISESA RAIH MEDALI EMAS
P
aduan Suara Gita Pramawisesa yang terdiri dari mahasiswa Sendtratsik Unesa meraih medali emas kategori folklore dalam 8th Bali International Choir Festival 2019 di Discovery Kartika Plaza Hotel, Kuta Bali pada 23 hingga 27 Juli 2019. Sebuah prestasi membanggakan di ajang kompetisi dunia. Kompetisi internasional tersebut diikuti negara-negara maju seperti Italia, Korea Selatan, Amerika Serikat, Afrika Selatan, China, Singapura, Malaysia, Slovenia, Spanyol, Vietnam, Filipina, Sri Lanka, India, dan Thailand. Total ada 102 tim paduan suara yang terbagi dalam 16 kategori (Teenager’s Choir, Children’s Choir, Female Choir, Male Choir, Mixed Youth, Show Choir, Vocal Group, Folklore, Gospel and Spiritual, Musica Sacra, Senior Choir, Pop and Jazz, Acapella, Music of Religions, Mixed Choir, Scenic Folklore). Pada babak Folklore Championship, Gita Pramawisesa membawakan 3 lagu folklore yakni Gai Bintang (lagu daerah Madura aransemen oleh Budi Susanto Yohanes), Soleram (lagu daerah Riau aransemen Josu Elberdin) dan Wor Kankarem-Morinkin (lagu daerah Biak Papua aransemen Budi Susanto Yohanes). Penilaian meliputi 4 aspek yakni Intonation (intonasi), Sound Quality (kualitas suara), Fidelity to The Score (kesesuaian terhadap konsep partitur/naskah lagu), dan Overall Artistic Impression (impresi artistik secara keseluruhan). Gita Pramawisesa meraih Gold Medal setelah
28
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
Majalah Unesa
bersaing dengan 7 tim paduan suara yang lolos ke babak championship. Sebelum lolos ke babak championship semua harus bersaing dengan 17 tim paduan suara yang berasal dari beberapa daerah dan negara di babak competition. Ketujuh tim yang bersaing dengan Gita Pramawisesa yakni Terroia Children’s Choir (Seoul-Korea Selatan), Paduan Suara Mahasiswa Unnes (SemarangIndonesia), Gita Bahana Arisatya (Semarang-Indonesia), Smamda Voice (Sidoarjo-Indonesia), KC Lights (India), Cordillera Regional Science High School Giee Club (La Trinitad-Philippines), Frador Voice SMA Katolik Frateran Podor (Larantuka NTT-Indonesia).Selain itu, Gita Pramawisesa juga meraih penghargaan video dokumentasi inspirasi tim paduan suara di BICF 2019 dengan tema Singing together Better yang dikompetisikan melalui media sosial akun instagram dan facebook Bandung Choral Society. Setelah mengukir prestasi di even 8th BICF 2019, Gita Pramawisesa berharap minimal dua tahun lagi dapat berkompetisi di level internasional yang diselenggarakan di luar negeri (minimal di negara ASEAN seperti Singapura, Thailand, Vietnam, Philipines) dengan mengikuti beberapa kategori. Harapannya dapat meraih dan memenangkan level yang lebih bergengsi yakni level Grand Prix. Oleh karena itu, perlu persiapan lebih matang mengingat kendala utama yang dihadapi hingga saat ini ialah faktor sistem regenerasi. n (WHY)
KABAR PRESTASI
Unesa String Quartet Raih Medali Perak
POMDA: Tim Cricket Unesa yang berhasil menyabet juara di ajang Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah 2019 di Malang.
Ajang Pomda, Tim Cricket Putra Putri Raih Juara 1 INTERNASIONAL: Tim Unesa String Quartet yang meraih medali perak dalam EUROASIA String Competition 2019 di Kuala Lumpur Malaysia.
UNESA String Quartet berhasil meraih medali perak dalam ajang internasional EUROASIA String Competition 2019 di Kuala Lumpur Malaysia. Selain Unesa yang mewakili Indonesia, peserta dari negara lain adalah Spanyol, Jepang, Singapura, Philipina, China, Korea, Thailand, dan tuan rumah Malaysia. Lagu W.A Mozart dan Edvard Grieg berhasil dibawakan dengan sempurna oleh Unesa String Quartet. Namun, sayang mereka harus mengakui keunggulan tim tuan rumah Malaysia yang telah mempersiapkan segalanya dengan matang. Melalui Ensemble Di Attaca dan Symphonic Maters, tim Malaysia berhasil meraih medali emas dengan nilai 80, sedangkan Unesa String Quartet memeroleh nilai 70 dan mendapatkan medali perak. Sementara medali perunggu diraih Fairview PYP Tio dari Singapura. Sebelum ke Malaysia untuk mengikuti kompetisi, Unesa String Quartet menggelar konser prakompetisi untuk meningkatkan kepercayaan diri sebelum bersaing dengan negara-negara lain. Tim Unesa Tring Quartet terdiri dari Yudha Tri Pamungkas MP (Violin I), Adi William Raharja (Violin II), Jamiatul Sholikhah (Viola), dan Wildany Mafazatin Nailiyah (Cello). Mereka merupakan binaan dari Harpang Yudha Karyawanto, S.Pd,M.Pd (Viola), Tomy Agung Sugito, S.Pd, M.Pd (Violin), Marda Putra Mahendra, S.Pd,M.Pd (Cello), dan Moh Sarjoko, S.Sn, M.Pd (Conductor). Menurut Harpang Yudha, timnya sangat minim persiapan. Latihan dilakukan selama dua kali sehari dalam satu bulan penuh. Yudha juga berharap untuk even selanjutnya di tahun 2020 lebih memperiapkan sebaik mungkin baik detail materi dan kekompakan tim. n (WHY)
TIM Cricket Unesa putra dan putri berhasil meraih Juara 1 pada ajang Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah (Pomda) 2019 di Malang pada 20-21 Juli 2019. Kegiatan tersebut sekaligus sebagai ajang Seleksi Tim Bapomi Jatim menyongsong POMNAS (Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional) yang akan diselenggarakan di Jakarta pada September 2019 mendatang. Dengan raihan juara tersebut, Tim Cricket Unesa akan mewakili Jawa Timur pada ajang POMNAS mendatang. Pada pertandingan final putra, Tim Cricket Unesa yang berada dalam naungan UKM Cricket dengan pembina Hijrin Fithroni, S.Or, M.Pd itu mengalahkan tuan rumah UM dengan skor 93-78, sedangkan pada final putri, Tim Cricket Unesa kembali unggul atas tuan rumah UM dengan skor 68-27. Sebelum mengikuti ajang Pomda, tim telah melaksanakan latihan rutin selama 4 bulan dan beberapa kali mengadakan sparing partner dengan komunitas cricket yang beranggotakan pekerja expatriat dari Inggris dan Australia. Selain itu, juga menjalani latihan bersama dengan Coach Phill dari Australia. Hijrin Fithorini, selalu pembina UKM berharap, saat mewakili Jatim dalam ajang POMNAS mendatang dapat meraih juara. n (JUMAD)
Patih Nguntalan Antarkan Raih Juara Monolog Tingkat Nasional MAHASISWA Unesa kembali menorehkan prestasi. Kali ini, prestasi diraih Abdul Fata Jaelani, mahasiswa Drama Jurusan Sendtratasik yang berhasil menyabet juara pertama kejuaraan monolog tingkat nasional. Monolog
Majalah Unesa
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019
|
29
Kabar
PRESTASI
Sabet Juara 3 Lomba Dalang Remaja
MONOLOG: Abdul Fatah dan Arif Hidayat
berjudul “Patih Nguntalan“ tulisan Nur Sahid berhasil dimainkan dengan apik oleh Abdul Fata di Gedung Sosieted De Harmoni Makassar pada 20 Juli 2019. Menurut Abdul Fatah, keberhasilan mendapatkan juara pertama tidaklah mudah. Dibutuhkan proses panjang hingga siap bersaing dengan kontestan terbaik lainnya. Mulai pembentukan vokal, pembentukan 4 karakter dan efektivitas artistik harus dilakukan untuk dapat mengolah naskah yang harus dimainkan 1 jam menjadi 15 menit. Naskah yang diperankan Abdul Fatah, berkisah tentang persoalan korupsi di sebuah negeri. Lingkaran setan sistem membuat nisbi antara korupsi, kesadaran, hadiah dan kekuasaan. Penggarapan yang dikemas dengan mengambil ruh ketoprak menjadi lebih mengena dalam menguasai jalan ceritanya, meski harus dibungkus dengan teknik modern termasuk pengembangan artistik dan teknik bermain modern. Tim monolog Unesa didampingi Arif Hidayat, dosen Sendratasik yang juga menjadi dramaturgi monolog Patih Nguntalan. Untuk diketahui, even yang digelar oleh Ap2seni itu baru kali pertama diselenggarakan untuk mewadahi prestasi mahasiswa selain even peksiminas. Even itu bertujuan sebagai tolok ukur perkembangan mahasiswa melalui komunikasi karya. n (WHY)
30
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
Majalah Unesa
MUHAMMAD Yusuf Pebriansyah, mahasiswa Unesa Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa FBS Unesa berhasil meraih juara ketiga dalam Lomba Dalang Remaja Majapahit yang diselenggarakan oleh PTD Universitas Airlangga. Yusuf harus bersaing dengan seluruh dalang remaja dari Yogya, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Yusuf berhasil melangkah mengikuti pentas live pertunjukan dalang setelah melewati tahap seleksi video pementasan. Dari tujuh peserta, Yusuf termasuk salah satu yang lolos dan meraih juara ketiga. Sementara juara pertama berhasil disabet mahasiswa ISI Yogya. Saat pementasan, Yusuf didukung iringan gamelan dan sinden dari Sanggar Bharada Jurusan Bahasa Jawa FBS. Dengan kepiawaiannya, Yusuf percaya diri dalam memainkan wayang sesuai dengan cerita yang dibawakan. Yusuf mengaku melakukan persiapan mengikuti even tersebut tidak main-main. Ia melakukan latihan selama dua jam setiap hari. Ia mendapat bimbingan dari dosen pendamping Yohan Susilo, S.Pd, M.Pd dan Siswantoro, S.Pd. Bagi Yusuf, juara ketiga merupakan pencapaian yang luar biasa. Setidaknya ia telah lolos hingga tahap akhir dari ratusan peserta lain. Ia berharap semoga ke depan dapat menjadi lebih baik lagi. n (WHY)
FEATURE UNESA Ajeng S Affidah, Mahasiswa Seni Rupa yang Terpilih Jadi Duta Wisata Ponorogo
RELA BOLAK-BALIK SURABAYA-PONOROGO DEMI PROMOSIKAN WISATA TANAH KELAHIRAN AJENG SULFIATUL AFIDDAH, PEREMPUAN KELAHIRAN PONOROGO 5 JANUARI 1999 INI MEMILIKI PRESTASI MEMBANGGAKAN. MAHASISWA UNESA JURUSAN SENI RUPA TERSEBUT MENYANDANG DUTA WISATA KABUPATEN PONOROGO DENGAN SEBUTAN SENDUK PONOROGO PERSAHABTAN 2018 HINGGA SEKARANG. SEPERTI APA KIPRAHNYA?
T
idak mudah bagi Ajeng dalam menjalani kiprahnya sebagai duta pariwisata. Namun, karena dorongan kecintaannya terhadap tanah tanah kelahirannya membuat Ajeng rela membagi waktu antara kuliah dan
menjadi duta meski harus bolakbalik Surabaya-Ponorogo untuk mempromosikan pariwisata Ponorogo. “Ini bagian dari kebangga dan kecintaan saya terhadap tanah kelahiran,” ungkapnya. Salah satu program yang kian ia gencarkan adalah memberikan pengetahuan pariwisata Ponorogo kepada siswa SMP dan SMA. Program itu diberi nama Kakang Senduk Goes to School. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan tahunan yang dilaksanakan oleh paguyuban dengan melibatkan pelajar di Ponorogo. Bentuk kegiatannya berupa talkshow dan lainnya menyesuaikan tema yang telah dirancang. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mencari potensi siswa Ponorogo serta memberikan wawasan mengenai wisata Ponorogo. “Menurut saya yang perlu ditanamkan sejak dini adalah kecintaan kepada tanah kelahiran. Dengan itu dapat meningkatkan kebanggan tersendiri dalam diri siswa sehingga dapat menjadi pioner wisata di masa depan,” jelas Ajeng. Ajeng mengakui, Ponorogo memiliki budaya daerah yang unggul. Ia mencontohkan, saat pagelaran budaya Grebeg Suro terdapat berbagai rentetan acara yang digelar lebih kurang satu bulan. Kegiatan tersebut mulai dari Festival Reog Nasional, Pameran Keris, Pameran Bonsai, Larungan di Telaga Ngebel dan masih banyak lagi. Dari situlah Ajeng, merasa bangga dengan daerah tempatnya lahir. Ajeng S Affidah
Majalah Unesa
Ajeng dengan jujur mengakui, selama tinggal di Ponorogo belum pernah sekalipun menghadiri acara Larungan di Telaga Ngebel. Alasan klasik kala itu adalah malas untuk berdesak-desakan. Namun, setelah menjadi duta, ia dapat menyaksikan secara langsung ritual Larungan tersebut sekaligus menikmati rangkaian acaranya tanpa berdesakdesakan, kepanasan, dan bisa berfoto dengan juru kunci Telaga Ngebel. Sebagai duta, mempromosikan dearah asal merupakan suatu hal yang wajib. Selain itu, ia juga bertugas memberikan wawasan mengenai pariwisata kepada masyarakat dan memberikan dukungan kepada karangtaruna untuk memajukan potensi wisata daerah masingmasing serta sekaligus menjalankan sapta pesona. “Apalagi tahun 2019 ini merupakan tahun wisata bagi Ponorogo,” paparnya. Ajeng mengatakan, tahun 2019 ini aka ada rangkain even baru dan besar digelar. Pada akhir bulan ini akan nada PIMFFEST (Ponorogo International Mask and Folklore Festival 2019) yang melibatkan tujuh negara. Sebagai Duta Wisata, Ajeng akan terus menggencarkan promosi daerah-daerah yang memiliki pontensi wisata sehingga dapat dikenal oleh masyarakat, bahkan mendapat sorotan dari pemerintah. Ajeng berharap Ponorogo dapat menjadi daerah wisata yang wajib dikunjungi karena berbagai macam tradisi, alam, serta kualitas daerah yang tidak kalah dibandingkan dengan daerah wisata lain. n WAHYU
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
31
ULAS
BUKU
WRITING IS SELLING: DARI MINDSET HINGGA SASARAN PEMBACA OLEH Syaiful Rahman SUNGGUH KELIRU BILA SESEORANG BELAJAR MENULIS HANYA FOKUS PADA KEBAIKAN BUNGKUS. SEBAB KUNCI DARI SEBUAH TULISAN SANGAT KOMPREHENSIF, MULAI DARI KONTEN HINGGA BUNGKUS. UNTUK MEMPERBAIKI KONTEN, TIDAK ADA CARA LAIN KECUALI MEMPERBAIKI MINDSET PENULIS, MENAMBAH WAWASAN, DAN MENINGKATKAN PENGETAHUAN. KONTEN SANGAT BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS DIRI PENULIS ITU SENDIRI.
S
ejatinya, tak ada orang yang bisa lepas dari transaksi. Dalam setiap interaksi, antara satu individu dengan individu yang lain selalu terjadi transaksi. Tanpa itu, mustahil terjadi ikatan sosial. Seorang individu akan berusaha keras agar diterima di komunitasnya. Berbagai cara dilakukan, termasuk dengan cara berperilaku yang baik. Dengan perilaku itu ia berharap bisa mendapatkan penerimaan yang baik pula. Hal itu senada dengan gagasan Donny Herdianto (2016): Everybody lives by selling something, sebuah gagasan yang mamantik Much. Khoiri sehingga melahirkan karya monumental ini, Writing Is Selling (halaman v). Di dalam dunia tulis menulis, transaksi terjadi antara penulis dan pembaca. Penulis sebagai produsen yang akan menawarkan produknya kepada konsumen (pembaca). Penulis tanpa pembaca akan mati.
32
Pembaca tanpa penulis akan lenyap. Transaksi keduanya harus terus ada dan berjalan (kontinu). Inilah yang amat penting dipahami oleh penulis agar produknya laku atau dibeli oleh pembaca. Penulis harus selalu memperhatikan konten dan bungkus produknya. Konten yang dimaksud di sini adalah gagasan, ide, cerita, atau tema yang ingin disampaikan (baca: dijual) ke pembaca. Sementara itu, bungkus yang dimaksud di sini adalah bahasa dan genre tulisan. Penulis harus memperhatikan pembaca yang ingin dijadikan sasaran. Much. Khoiri menegaskan, menulis itu sejatinya adalah berkomunikasi (halaman 6). Karena itu, keberterimaan konten komunikasi harus menjadi prioritas. Salah satu hal yang penting adalah diksi atau bahasa yang dipakai untuk berkomunikasi. Bila ditilik lebih jauh, para
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
Majalah Unesa
peraih hadiah nobel sastra tidak lepas dari keistimewaan konten dan bungkus. Sebut saja Ernest Hamingway, penulis kenamaan dunia yang masyhur. Ia tidak sekadar menawarkan tulisan kepada pembaca, tapi secara lebih dalam, ia menawarkan gagasan. Pramoedya Ananta Toer dengan tetralogi burunya yang amat terkenal pun melakukan hal yang sama. Gagasan untuk bangkit dan menghapus penjajahan dan perbudakan. Tak pelak, novel itu masih bertahan hingga kini, bahkan masih dikaji di luar negeri. Di Indonesia, novel itu diangkat ke layar lebar dan dirilis pada pertengahan Agustus 2019. Sungguh keliru bila seseorang belajar menulis hanya fokus pada kebaikan bungkus. Sebab kunci dari sebuah tulisan sangat komprehensif, mulai dari konten hingga bungkus. Untuk memperbaiki konten, tidak ada cara lain kecuali memperbaiki
ULAS BUKU mindset penulis, menambah wawasan, dan meningkatkan pengetahuan. Konten sangat berhubungan dengan kualitas diri penulis itu sendiri. Di sinilah letak kekuatan buku Writing Is Selling, yakni tidak sekadar fokus pada produktivitas atau bungkus tulisan. Lebih dari itu, juga sangat diperhatikan kualitas atau konten tulisan. Maka, tidak heran bila pada bagian awal, Much. Khoiri mendahulukan pembahasan Menata Mindset. Kemudian diakhiri
dengan pembahasan Menuju Writerpreneur. Menurut Much. Khoiri, di samping menjadi writer, menjadi writerpreneur juga perlu dilakukan. Sebaik apa pun sebuah produk, tanpa promosi yang baik tentu akan lambat diserap oleh pasar. Karena itu, promosi karya atau produk penulis juga perlu diperhatikan. Semakin cepat terserap dan luas tersebar, semakin cepat dan luas pula kebermanfaatan produk tersebut.
Meskipun dapat dibaca secara terpisah-pisah, 48 artikel yang ada di buku ini lebih baik dibaca secara berurutan. Hal itu agar pembaca bisa menangkap gagasan secara utuh dan sistematis dari buku ini. Buku ini akan menuntun pembaca untuk menata dari dalam hingga keluar. Menata dari mindset hingga ketersebaran karya. Karena pasar tidak mau sekadar membeli bungkus, pasar mau membeli isi. Tapi, isi tanpa bungkus yang baik akan sulit dilirik oleh pembeli. n
IDENTITAS BUKU Judul Buku: Writing Is Selling Penulis: Much. Khoiri Penerbit: Pagas Press Cetakan I: Cetakan Kedua, Desember 2018 Tebal buku: xiv + 173 halaman ISBN: 978-602-0891-93-4
Syaiful Rahman adalah mahasiswa di program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
Majalah Unesa
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019
|
33
Catatan POJOK
KEPEMIMPINAN: SOFT SKILL 3 C Menurut riset Harvard University dan Carnegie Foundation dan Stanford research center semua menyimpulkan bahwa 15 persen sukses dalam pekerjaan datang dari teknikal skill dan pengetahuan dan 85% dari soft skill yang didevelop dengan baik dan kemampuan people skills.
B
icara tentang kepemimpinan kadang kerap membuat kita latah dan nyerocos begitu saja. Mengapa demikian? Karena kita sendiri ternyata masih miskin sifat kepemimpinan, dan malah cenderung merasa sok paham dan justru selalu ingin selalu di ujung emperiumnya, yakni menjadi pemimpin. Meski pada hakikatnya kita semua ini adalah pemimpin, namun kepemimpinan sejatinya bukan hal yang serta merta. Melainkan melalui proses panjang penempaan sampai akhirnya mampu dan bisa mengayomi. Bukan sekadar mengayomi secara harfiyah, melainkan berperan juga sebagai tulang punggung yang kuat bagi segenap sel, otot, dan seluruh rangka organisasi supaya berjalan sebagaimana mestinya. Setiap orang memiliki potensi kepemimpinan dalam dirinya (Born), namun untuk menghadapi konteks dan tantangan yang semakin meningkat perlu pengembangan (Made), artinya kebutuhan dan kemauan belajar harus datang dari dalam diri seseorang (horizontal) dan setiap pemimpin maupun diatasnya lagi akuntable terhadap program kepemimpinan (vertikal). Pengembangan kepemimpinan secara individual sudah tidak cukup, diperlukan lingkungan yang menumbuhsuburkan kepemimpinan yaitu pengembangan kepemimpinan kolektif dalam sebuah lembaga. Pemahaman tentang apa itu kepemimpinan dapat dilihat dari interaksi ke tiga hal: Sosok pemimpin, pengikut dan konteks. Sehingga definisinya bisa dilihat dari sisi sifat-sifat
34
seorang pemimpin, perilaku pemimpin, atau interaksi antara pemimpin dengan pengikut pada konteks tertentu. Pemahaman kepimpinan masa lalu sudah tidak memadai lagi, perlu peningkatan kapabilitas yang lebih tinggi. Era revolusi industri 4.0/Digital, pengaruh global, makro dan mikro situasi, membuat segalanya semakin kompleks, semakin sulit diprediksi dan berubah dengan cepat. Untuk menyiasati tantangan ini diperlukan visi yang kuat sesuai dengan konteks, penguasaan kekuatan informasi agar memiliki pemahaman tinggi terhadap situasi. Perjelas dengan penggunaan model, frame work, simplifikasi dan kreatif dan inovatif dalam mencari taktik solusi terbaik sehingga gesit dan adaptif terhadap perubahan. Tapi, mengapa banyak kepemimpinan yang tidak efektif? Menurut riset akar masalahnya ada dua faktor: (1) Lemahnya kemampuan kepemimpinan: Tidak dididik kepemimpinan sebelum promosi atau lupa dididik setelah duduk di posisi. (2) Lemahnya kemampuan soft-skill: Belajar konsep kepemimpinan namun tidak dilengkapi dengan tools kepemimpinan seperti Influencing, Persuasive, Assertive communication skill, Coaching skill, People Skill dan sebagainya. “Kontribusi kompetensi teknis hanya 10 persen terhadap kegagalan pemimpin, selebihnya adalah soft skill, berita bagusnya soft–skill dapat dipelajari�. Menurut riset Harvard University dan Carnegie Foundation dan Stanford research center semua menyimpulkan
| Nomor: 131 Tahun XX - Juli 2019 |
Majalah Unesa
bahwa 15 persen sukses dalam pekerjaan datang dari teknikal skill dan pengetahuan dan 85% dari soft skill yang didevelop dengan baik dan kemampuan people skills. Melihat tren digital yang semakin meningkat saat ini ada 5 alasan mengapa soft skill semakin penting, yaitu: (1) Teknikal skill tanpa soft skill menjadi kurang bermanfaat. Produk Knowlegde hebat menjadi tidak berarti tanpa communication skill, (2) Soft skill lebih sulit dipelajari. Teknikal skill lebih mudah dipelajari dan cepat terlihat hasilnya, harus sadar kemampuan soft skill saat ini masih rendah dan butuh. Lingkungan kerja modern membutuhkan soft skill, (3) Kolaborasi, networking, interaksi dan suasana yang mendukung kreativitas dan inovasi. Sangat diperlukan dalam konteks bisnis dan organisasi besar. (4) Customer membutuhkan soft skill. Bersaing di Keunggulan produk dan harga mudah di tiru, kedekatan hubungan, trust, pelayanan yang jadi pembeda, dan (5) Era digital semakin membutuhkan soft skill. Akan semakin banyak manual menjadi otomatis, perkerjaan diambil alih oleh teknologi, soft-skill lah pembedanya. Memasuki era digital sebagai pemimpin perlu menguasai kemampuan soft skill 3 C: seperti Complex problem solving, Critical thingking dan Creativity (Balance Right & Left Brain function) selain kompetensi soft –skill lain sebagai tools kepemimpinan yang revelan dengan kebutuhan dan tantangan dalam sebuah lembaga. Bagaimana dengan kita? n MAN