WARNA REDAKSI
U
niversitas Negeri Surabaya (Unesa) adalah universitas yang dinamis dan siap menghadapi berbagai tantangan zaman. Termasuk dalam menghayati era industri 4.0, Unesa juga melakukan kolaborasi, inovasi, dan adaptasi. Salah satu langkah strategisnya adalah melakukan perubahan atau penyesuaian kurikulum. Tak dimungkiri, dewasa ini perubahan dahsyat tengah terjadi. Perubahan itu sendiri menuntut inovasi, kolaborasi, dan adaptasi yang kreatif dari siapapun yang ingin tetap bertahan dan memang—tak terkecuali Unesa, dengan sekitar 30.000 mahasiswa yang dimilikinya. Jika Unesa tidak menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan yang ada, dapat dipastikan, ke depan ia akan ketinggalan zaman. Itulah mengapa, perubahan atau penyesuaian kurikulum tak dapat dielakkan lagi. Hal ini harus ditempuh secara seksama untuk mempersiapkan lulusan yang lebih siap menghadapi masa depan yang penuh perubahan. Diprediksikan, masa depan akan lebih dahsyat perubahannya,
baik kuantitas maupun kualitas dibandingkan masa kini. Rasional bagi penyesuaian kurikulum menjadi kurikulum baru disampaikan beberapa pihak dalam majalah edisi ini. Rasionalnya beragam, memang, termasuk konsekwensi atas
kurikulum baru. Pada gilirannya, pada tingkat implementasi, diharapkan kurikulum baru tidak akan menemukan kendala yang berarti. Meski demikian, perlu disadari, bahwa kurikulum tak lebih sebuah “perangkat� (semacam kitab pedoman) dalam konteks pembelajaran dan pendidikan. Yang tak boleh kalah penting adalah tenada pendidik berkompeten yang mampu menerjemahkan kurikulum ke dalam proses pembelajaran dan pendidikan yang mencerahkan, mencerdaskan, dan mendewasakan. Di luar tema kurikulum, kami juga menyuguhkan berbagai tulisan yang terkait dengan pemikiran, pengalaman, dan prestasi dosen dan mahasiswa Unesa. Seberapa pun yang mereka berikan, mereka pantas mendapatkan apresiasi yang membanggakan. Pada sisi lain, warga Unesa dapat memetik hikmah, inspirasi, dan imajinasi. Selamat membaca, berkarya, dan berpretasi untuk Unesa Jaya.n
KURIKULUM BARU urgensinya menghadapi era industri 4.0. Oleh karena itu, kurikulum baru agaknya perlu segera dituntaskan dan diimplementasikan. Pertanyaannya, bagaimana wujud kurikulum baru tersebut? Apakah kurikulum itu baru seutuhnya, ataukah baru sebagian saja? Selain itu, apakah kurikulum baru itu sudah layak dijadikan jawaban atas tantangan perubahan yang dahsyat dewasa ini—terlebih di masa depan yang lebih menantang? Majalah Unesa edisi ini menyajikan gagasan, pandangan, dan timbangan terhadap kurikulum baru dengan perspektif yang saling beririsan. Hal demikian diharapkan semakin memperkaya pemahaman bersama mengenai
Majalah Unesa
Much. Khoiri Ketua Satuan Kehumasan
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
3
DAFTAR RUBRIK
19
FOTO: DOK/ISTIMEWA
O KT O B E R 2 0 1 9
Edisi Ini
05
MEMBINCANG KURIKULUM BARU UNESA
20
PUSAT HKIP UNESA
22
MENGULAS PRODI S3 PENDIDIKAN VOKASI
25
KABAR MANCA
26
32
UMAR FAUZI BALLAH, ALUMNI UNESA YANG SATRAWAN DAN PENDIDIK; SUKA DUNIA SASTRA JADI ALASAN MASUK UNESA.
Buku ini membongkar hal-hal yang berada di balik permukaan dan dengan diikuti rekomendasi solusi.
INSPIRASI ALUMNI
RESENSI BUKU
28
SUKSES UNESA TUAN RUMAH (KRTI) 2019
Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 134 Tahun XX - Oktober 2019 PELINDUNG: Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. (Rektor), Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd. (WR Bidang I), Suprapto, S.Pd, M.T. (WR Bidang II), Dr. Agus Hariyanto, M. Kes. (WR Bidang III), Dr. Sujarwanto, M.Pd. (WR Bidang IV) PENANGGUNG JAWAB: Drs. Much Koiri, M.Si (Kepala Satuan Kehumasan Unesa), Dra. Ec. Ratih Pudjiastuti, M.Si (Kepala BAAK) PEMIMPIN REDAKSI: Fafi Inayatillah, S.Pd., M.Pd., Sri Rokhayati, M.M. REDAKTUR: Abdur Rohman, S.Pd., Mubasyir Aidi, S.Pd., Prima Vidya Asteria, S.Pd., M.Pd., Vinda Maya Setianingrum, S.Sos., MA, Gilang Gusti Aji, S.I.P., M.Si. PENYUNTING BAHASA: Syaiful Rahman, S.Pd. REPORTER: Wahyu Utomo, Ayunda, Syaiful H, Syaiful R, Inayah, Suryo Waskito, Emir Musa, Mira Carera, Nely Eka, Tarida, M. Rizki, Titan, Hasna, Intan, Jumad, Fibrina. FOTOGRAFER: M. Wahyu Utomo, Hartono. DESAIN/LAYOUT: Abdur Rohman, Basyir Aidi ADMINISTRASI: Roni, S.T. , Supi’ah, S.E. DISTRIBUSI: Lusia Patria, S.Sos, Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung Rektorat Kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya. MAJALAH UNESA menerima tulisan sesuai dengan rubrikasi dan visi-misi Kehumasan Universitas Negeri Surabaya. Naskah dikirim ke email humasnyaunesa@yahoo.com, apakabarunesa@gmail.com
4
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
DIGITALISASI: Rektor Unesa, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes bersama Wakil Gubernur Jawa Timur, Dr. Emil Dardak saat meresmikan gedung Teknik Informatika Fakultas Teknik Unesa Kampus Ketintang Surabaya. Unesa konsen membenahi kurikulum dalam bidang digital literasi dan pendidikan olahraga.
Membincang Kurikulum Baru Unesa
Digital Literasi dan Pendidikan Olahraga
MEMASUKI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0, UNESA MENCOBA MENJAWAB TANTANGAN DAN TUNTUTAN DALAM PENDIDIKAN TINGGI DENGAN MENGHADIRKAN KURIKULUM YANG MENDUKUNG, YAKNI MELALUI DIGITAL LITERASI DAN PENDIDIKAN JASMANI ATAU OLAHRAGA. APA DAN BAGAIMANA KURIKULUM BARU INI? BERIKUT ULASANNYA.
M
enghadapi tantangan dan tuntutan di era revolusi industri 4.0, perguruan tinggi terus berbenah agar lulusannya kelak mampu menghadapi tantangan zaman. Itu pula yang dilakukan Unesa, dengan salah satunya memunculkan dua kurikulum baru yakni Digital Literasi dan
Pendidikan Jasmani Olahraga. Dr. H. Bachtiar Syaiful Bachri, M.Pd., ketua LP3M mengakui bahwasetiap tahun tantangan terus berubah seiring perkembangan zaman. Menurut Bachtiar, fenomen tersebut muncul karena dipengaruhi oleh kondisi saat ini dan tuntutan ke depan. Ia mengatakan, semakin maju zaman, semakin berat tantangan yang
Majalah Unesa
dihadapi. Kehidupan manusia semakin kompleks. Keberagaman kebutuhan manusia dan mobilitas yang serba cepat tersebut menuntut manusia harus memiliki berbagai keahlian secara bersamaan. Sehingga tidak hanya menguasai mono disiplin, tetapi multidisiplin. “Kita harus melatih dan membekali mahasiswa agar memiliki keterampilan
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
5
LAPORAN
UTAMA
interdisiplin,” ujarnya. Di era saat ini, terang Bachtiar, multitasking menjadi hal yang wajib dimiliki oleh mahasiswa. Tidak bisa mahasiswa hanya fokus dalam satu hal dan mengabaikan hal lain. “Zaman yang serba cepat dan canggih seperti saat ini dan ke depan, tidak bisa diikuti bila mereka tidak multitasking,” terangnya. Saat ini, hal itu sudah terbukti dengan digitalisasi yang cepat dan akurat. Koding dan bahasa tanda kini merajai dunia belajar saat ini. Menurut Bachtiar, kondisi saat ini full code sehingga diperlukan untuk melatih mahasiswa mengenal dan mengusai digital. “Itulah, salah satunya yang melatarbelakangi munculnya mata kuliah literasi digital,” ungkapnya. Pengenalan dunia digital, lanjut Bachtiar, tidak hanya penting bagi mahasiswa, tapi juga anak- anak. Sedini mungkin, anak-anak sudah harus diajarkan mengenai fenomena Big Data yang sedang hangat saat ini dan pentingnya mempelajari data. “Maka, mahasiswa sekarang harus full digital, mau tidak mau ya harus digital, sudah tuntutan,” jelasnya. Bachtiar mengatakan, selain kurikulum digital, kurikulum baru di Unesa adalah Pendidikan Jasmani dan Kebugaran. Mengapa bugar? Sebab, untuk menjalankan tugas profesional siapapun itu dan menjadi apapun, dibutuhkan jasmani yang bugar. Dari mata kuliah itu, diharapkan mahasiswa memiliki sustainable development tentang kebugaran dan bisa menjadi sebuah kebiasaan baik bagi mahasiswa. Sedangkan untuk literasi digital sendiri, ungkap Bachtiar diharapkan lewat mata kuliah itu mahasiswa dapat menambah kemampuan dan terus berkembang seiring perkembangan zaman.
Mitigasi Bencana, Anti Radikalisme, Narkoba, dan Nasionalisme Selain dua mata kuliah tersebut,
Bachtiar mengatakan ada juga ilmu mengenai mitigasi bencana,anti radikalisme, narkoba dan nasionalisme. Namun, berbeda dengan kurikulum Literasi Digital dan Pendidikan Jasmani dan Kabugaran, ketiga mata kuliah tersebut hanya akan disisipkan di dalam beberapa mata kuliah wajib umum seperti PKN, Pancasila, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Dijelaskan Bachtiar, adanya mata kuliah sisipan Mitigasi Bencana bertujuan mempersiapkan dan membekali para mahasiswa tanggap bencana. Seperti diketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang rawan berbagai macam bencana alam dan bencana sosial. Menelisik apa yang baru saja dialami oleh masyarakat Indonesia tentang bencana, maka perlu bagi mahasiswa untuk mengenal cara menangani dan menyelamatkan diri dari bencana. Dua mata kuliah baru Literasi Digital dan Pendidikan Jasmani dan Kebugaran memiliki perbedaan pengajaran. Menurut Bachtiar, Literasi Digital akan diajarkan oleh para dosen program studi masing-masing. Para dosen tersebut juga akan tetap bekerja sama dengan dosen dari Teknik Informatika. Berbeda dengan dosen yang mengajar Pendidikan Jasmani dan Kebugaran, dosen yang bertugas mengajarkan mata kuliah ini berasal dari dosen Fakultas Ilmu Olahraga. Namun, tidak semua dosen FIO, hanya dosendosen yang memiliki kemampuan
Dr. H. Bachtiar Syaiful Bachri, M.Pd Ketua LP3M Unesa
6
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
Majalah Unesa
kebugaran. Bachtiar menggarisbawahi bahwa mata kuliah Jasmani dan Kebugaran bukan menuntut mahasiswa ahli di bidang olahraga atau menjadi olahragawan, namun hanya sekadar bugar dalam arti tubuh yang sehat dan tidak terkesan lemas karena tidak bergerak. “Kan banyak ditemukan mahasiswa yang lebih sering kuliah di ruangan daripada bergerak. Nah, hal tersebut coba dikurangi melalui mata kuliah ini,” paparnya.
LAPORAN UTAMA
OLAHRAGA: Atlet-atlet Takraw Unesa saat tampil membela Provinsi Jawa Timur dalam POMNAS XVI di Jakarta.
Pada kedua mata kuliah tersebut, juga ada PLP dan PPL. Ia menjelaskan, PLP dan PPL merupakan mata kuliah yang ditujukan untuk para mahasiswa yang mengambil prodi pendidikan. Pada kedua mata kuliah tersebut, mahasiswa sama-sama diajari dunia mengajar dan datang ke sekolah. Menurut Bachtiar, hal yang membedakan kedua mata kuliah tersebut ada pada jenjang dan caranya. PLP ditujukan untuk mahasiswa S1 sedangkan PPL ditujukan untuk mahasiswa PPG. Perbedaan lain, pada PLP mahasiswa hanya akan melakukan pengenalan dunia sekolah atau belum bisa mengajar. Sedangkan untuk PPL, mahasiswa sudah diperbolehkan mengajar secara langsung. “Hal tersebut dilakukan mengingat mahasiswa S1 belum memiliki sertifikat mengajar,” jelasnya.
Dirumuskan 15 Tim
Dalam merumuskan kurikulum baru ini, terang Bachtiar dibutuhkan sekitar 15 orang dari tim kurikulum di bawah pusat pembelajaran, wakil
dekan 1 dan Tim LP3M. Mereka bertugas sosialisasi melalui Wakil Dekan 1 pada setiap fakultas. Menurut Bachtiar, kurikulum tersebut mulai dikerjakan sejak Maret hingga Juli. Pada hari Sumpah Pemuda 28 Oktober nanti akan dilaksanakan evaluasi yang bertujuan melihat kekurangan dan kemajuan kurikulum serta kendala yang harus segera diselesaikan. Kurikulum perguruan tinggi, tambah Bachtiar, pada dasarnya berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia). KKNI sendiri menfasilitasi tentang KTSP yang mana setiap perguruan tinggi diperbolehkan menunjukkan ciri khasnya. “Unesa sendiri menunjukkan ciri khasnya melalui dua mata kuliah baru tersebut. Harapannya mahasiswa kita itu bugar, paham digital, bisa menanggulangi dan mencegah bencana serta memiliki kemampuan menangkal radikalisme,” ungkapnya.
Empat Landasan yang Mendasari
Ada beberapa landasan dalam
Majalah Unesa
memutuskan mata kuliah baru dan sisipan kurikulum. Pertama, landasan filosofis dan rasional. Kedua, landasan psikologis yang meliputi dampak bagi mahasiswa. Ketiga, aspek sosiologi dan keempat aspek Teknologi. “Keempat aspek tersebut yang menjadi pertimbangan untuk memasukkan sebuah kurikulum/mata kuliah,” jelasnya. Aspek teknologi muncul untuk menghindari adanya mahasiswa yang masih tidak mengerti mengenai teknologi atau gaptek. Di era saat ini, gaptek sangatlah berbahaya bagi seorang calon guru maupun yang bekerja di masyarakat. Bachtiar menegaskan, berhasil tidaknya kurikulum hanya dapat dilihat ketika kurikulum tersebut telah dilaksanakan selama satu atau dua tahun atau ketika mahasiswa telah lulus. Ia berharap kurikulum tersebut benar-benar dapat diterapkan dan diikuti para mahasiswa dengan baik sehingga hasilnya akan terasa. n HASNA/SIR/FUL
| Nomor: 134Tahun XX - Oktober 2019 |
7
LAPORAN
UTAMA
DR. MINTOWATI, M.PD. WAKIL DEKAN FAKULTAS BAHASA DAN SENI
FBS TERAPKAN KURIKULUM BARU
M
enanggapi kurikulum dua mata kuliah baru, yaitu mata kuliah Literasi Digital dan Kesehatan Jasmani (olahraga) dan penambahan sisipan materi mengenai mitigasi bencana, antiradikalisme, narkoba, dan nasionalisme pada Juli – Agustus 2019, Fakultas Bahasa dan Seni menyelenggarakan workshop membahas mengenai kurikulum baru tersebut. Karena merupakan hal yang baru kemungkinan FBS baru menerapkan restrukturisasi kurikulum pada semester depan. Menurut Dr. Mintowati, M.Pd., Wakil Dekan Akademik FBS, alasan memasukkan Literasi Digital sebagai mata kuliah baru disebabkan oleh perkembangan teknologi yang luar biasa cepat. Dengan mata kuliah Literasi Digital diharapkan mahasiswa tidak ketinggalan teknologi dan tidak buta Literasi Digital. “Mata kuliah Literasi Digital diampu oleh tim dosen teknologi informatika dan salah satu dosen program studi sehingga mereka mampu merancang RPS bersamasama,” terangnya. Selain itu, mata kuliah Kesehatan Jasmani dan Kebugaran dimaksudkan agar mahasiswa memiliki kesehatan yang prima. “Boleh pintar, tapi kalau sakit-sakitan ya percuma. Tidak berguna bagi banyak orang,” ungkap Mintowati. Hal tersebut yang dijadikan salah satu landasan mengapa olahraga kembali dihidupkan sebagai mata kuliah di Unesa. Dari mata kuliah itu juga diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi mahasiswa untuk menggali potensi mereka di bidang keolahragaan. Sehingga potensi para mahasiswa selain di bidang akademik bisa terasah dengan baik. “Mata kuliah olahraga akan diajarkan langsung oleh para dosen yang berasal dari Fakultas Ilmu Olahraga. Dosen-dosen tersebut akan mengajarkan ilmu keolahragaan pada mahasiswa sesuai kebutuhannya,” terang Mintowati. Selain itu, mantan kaprodi bahasa Mandari itu
berharap ada sosialisasi terkait Unit Kegiatan Mahasiswa dan fasilitas olahraga kepada seluruh sivitas akademika sehingga ada kejelasan informasi jika mahasiswa maupun dosen ingin memanfaatkan atau menyewa fasilitas-fasilitas tersebut. “Sehingga dosen atau mahasiswa yang ingin berolahraga tidak perlu menyewa di luar Unesa,” paparnya.
Diterapkan Semester Depan
Mengenai penerapan dunia mata kuliah baru tersebut, Mintowati mengatakan pada semester ini belum dilaksanakan mengingat masih relatif baru sehingga belum siap kalau harus menggeser mata kuliah-mata kuliah seperti yang sudah dirancang per semester. “Paling mungkin mulai semester depan,” ujarnya. Selain dua mata kuliah baru tersebut, menurut Mintowati, terdapat hal yang cukup menarik dalam restrukturisasi kurikulum yang dilakukan, yaitu terkait konten-konten antiradikalisme dan konten nasionalisme yang disisipkan di beberapa mata kuliah umum. “Jadi dileburkan, tidak menjadi mata kuliah sendiri, tapi dimasukkan menjadi bagian materi dari sejumlah materi mata kuliah yang ada,” terangnya. Selain konten-konten tersebut, perubahan lain juga muncul dari sIstem PPL (Program Pengalaman Lapangan) atau PPP (Program Pengenalan Persekolahan). PLP menjadi pengganti PPL atau PPP di jenjang S-1. “S-1 pendidikan belum punya hak untuk mengajar, jika kembali ke peraturan yang ada. Karena itu, waktu mereka S-1 ada PLP,“ ujarnya. Singkatnya, jika para mahasiswa S-1 pendidikan ingin meneruskan menjadi seorang guru dan mengajar, maka mereka harus menempuh pendidikan di PPG selama 1 tahun. Sistem yang digunakan pun mengalami perubahan. Jika dulu mahasiswa S-1 dalam mata kuliah PPL bisa mengajar secara langsung, namun pada PLP mereka tidak diperbolehkan untuk praktik mengajar. Lebih lanjut, Mintowati menjelaskan bahwa dari PPP 3 SKS menjadi PLP 1 sebanyak 1 SKS dan PLP 2 ada 4 SKS dan microteaching. “Mengapa mereka baru pengenalan lingkungan persekolahan? Karena nanti setelah lulus S-1 diharapkan masuk ke PPG, “ jelasnya. Mintowati berharap bahwa kualitas mahasiswa dan lulusan Unesa dapat semakin baik lagi terutama dalam hal Literasi Digital dan kesehatan jasmani dan rohani serta mereka mampu menjadi guru yang profesional dan kompeten agar masyarakat dapat menerima mereka sebagai lulusan yang memang siap bekerja di dalam masyarakat. n HASNA Dr. Mintowati, M.Pd
Wakil Dekan Akademik FBS,
8
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA DR. EDY SULSTIYO M.PD., WAKIL DEKAN BIDANG AKADEMIK FAKULTAS TEKNIK
MASIH AWAL, PENDIDIKAN VOKASI PERLU PEMBENAHAN TERUS SAAT INI DI INDONESIA SESUAI DATA BPS (BADAN PUSAT STATISTIK) ANGKA PENGANGGURAN YANG MERUPAKAN LULUSAN PERGURUAN TINGGI MASIH MENJADI PROBLEMATIKA NEGERI INI. ALASANNYA, KARENA MASIH ADA BEBERAPA LULUSAN PERGURUAN TINGGI YANG KUALITAS LULUSANNYA BELUM SESUAI DENGAN KEBUTUHAN DUDI (DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI) SAAT INI.
W
akil Dekan Bidang Akademik Fakultas Teknik, Dr. Edy Sulstiyo M.Pd., mengungkapkan, salah satu solusi yang bisa diberikan untuk menyelesaikan permasalahan di atas adalah dengan menguatkan kurikulum untuk pendidikan vokasi di perguruan tinggi. “Pendidikan vokasi adalah sistem pendidikan tinggi yang diarahkan pada penguasaan keahlian terapan tertenntu. Kalau di Unesa, pendidikan vokasi mencangkup pendidikan diploma III (D-3),” jelas Edy. Nantinya, lulusan pendidikan vokasi akan mendapatkan gelar vokasi, misalnya A.Md. Menurut Edy, dalam pelaksanaannya, penguasaan aspek keilmuan dan teori bukan menjadi yang utama. Hal yang paling penting adalah mahasiswa memiliki keterampilan khusus dalam bidang prodi yang mereka ambil. “Pendidikan vokasi lebih pada pembelajaran terstruktur dengan keahlian. Dalam kurikulumnya mencangkup muatan pembelajaran keilmuan, keterampilan, dan PKL (Praktik Kerja Lapangan),” imbuhnya. Edy juga menambahkan institusi yang memiliki program pendidikan vokasi seperti Unesa ini juga harus bermitra dengan perusahaan dan industri. Sebab ilmu yang diperoleh
tidak hanya berasal saat perkuliahan, namun juga bisa melalui perusahaan. “Ini salah satu kelebihan pendidikan vokasi di mana lulusan mampu menerapkan konsep teoritis secara umum, tapi juga menguasasi teoritis secara khusus di bidang pekerjaan secara mendalam dan memformulasikan penyelesaian masalah prosedural,” ungkap Edy. Jika memungkinkan, ia juga berharap ada individu dari perusahaan maupun industri yang mempunyai kompetensi untuk mengajar mahasiswa pendidikan vokasi ini ketika di dalam kelas. Pendidikan vokasi menganut sistem terbuka MEMES (Multi Entry Multi Exit System). Pendidikan vokasi berorientasi pada kecakapan kerja sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan sesuai dengan tuntutan kebutuhan lapangan kerja. “Jadi nanti saat mahasiswa sudah semester 4, mereka bisa melanjutkan kerja dengan modal ijazah setara D-2 dan sertifikat kompetensi jika mereka pernah
Dr. Edy Sulstiyo M.Pd
Wakil Dekan Akademik Fakultas Teknik Unesa
Majalah Unesa
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
9
LAPORAN
UTAMA
ikut. Mereka juga diperbolehkan jika ingin melanjutkan kuliah lagi. Ini yang dinamakan sistem terminal,” terang Edy. Namun, ia menambahkan, sistem ini juga memiliki kelemahan. “Kelemahannya pada saat pelaporan PDDIKTI pasti akan bermasalah. Apalagi untuk akreditasi prodi juga akan bermasalah,” imbuhnya. Tidak semua instansi pendidikan menerapkan sistem MEMES ini. Misalnya, Poltek Malang dan UGM. Karena sistem ini dianggap rumit. “Karena lulusan sarjana terapan di UGM, contohnya, harus bisa membuat prototype. Tujuan pendidikan vokasi ini kan mencetak lulusan yang siap kerja, bukan siap pakai. ITB, saya tidak berani menjamin lulusannya siap pakai,” ucap Edy. Tentu ada pro dan kontra terkait sistem MEMES ini. Edy menambahkan siapa pun boleh mengkritik. Karena dengan mengkritik akan ada perbaikan-perbaikan. “Kalau di Teknik Unesa itu banyak doktor dan professor yang background-nya pendidikan kejuruan, tapi teroritis. Sementara rekan-rekan di Politeknik sudah menghasilkan lulusan diploma (sarjana terapan),” papar Edy. Edy juga menyebutkan tugas berat tengah diemban oleh Fakultas Teknik. “Politeknik itu hanya mengelola sarjana terapan. ITS hanya mengelola 2, yakni sarjana akademik dan sarjana terapan. Fakultas Teknik Unesa sungguh luar biasa bisa mengelola 3, bisa menghasilkan sarjana terapan, sarjana teknik, dan sarjana pendidikan,” terangnya. Edy juga berpesan kepada civitas akademika untuk tidak hanya memikirkan jumlah mahasiswanya, namun yang juga perlu dipikirkan adalah ketika mereka sudah lulus. “Kita juga akan merencanakan agar beberapa prodi di FT seperti pendidikan tata boga dan pendidikan tata busana untuk mendapatkan akreditasi internasional ASIIN yang berasal dari Jerman. Nanti juga akan menyusul prodi pendidikan Teknik Elektro, Pendidikan Teknik Sipil, dan Pendidikan Teknik Mesin,” ucap Edy. Ia berharap untuk mengupayakan kurikulum yang akan didesain untuk
10
VOKASI: Wakil Gubernur Jawa Timur, Dr. Emil Dardak melihat robot terbang karya mahasiswa FT Unesa di gedung Teknik Informatika Fakultas Teknik Unesa Kampus Ketintang Surabaya.
“DOSEN PERLU MEMILIKI KETERAMPILAN DAN PENGALAMAN DI INDUSTRI. BISA MENDATANGKAN PRAKTISI SEBAGAI DOSEN LUAR BIASA. BISA JUGA DOSEN DIMAGANGKAN DI DUNIA INDUSTRI.” sarjana terapan betul-betul bisa membekali lulusan. Kenyataannya, pelaksanaan pendidikan vokasi masih perlu dibenahi. Menurut Edy, ada beberapa faktor yang harus segera dicarikan solusinya. Seperti sarana prasarana yang mendukung, merancang kurikulum dan tenaga pengajar. “Untuk sarana dan prasarana juga harus lengkap, di sisi lain kami juga harus punya gedung sendiri. Kalau sudah pindah ke gedung dan fasilitas yang memadai, kita akan beri mereka perlakuan khusus. Seperti jam belajar harus beda, ada seragam,” kata Edy. Perhitungan SKS di sini lebih kental dengan hitungan jam. “Kalau sehari sarjana terapan ada 3 SKS praktik maka sama dengan 170 menit di kali 3, ya sekitar 9 jam lebih. Tidak perlu banyak teori, pendidikan vokasi akan sangat efektif jika mereka melakukan apa yang dilakukan di industri,” imbuhnya. Terkait dengan penyusunan kurikulum, Edy mengungkapkan, perlu masukan dari DIDU terkait dengan kebutuhan pasar ke depan. “Dan untuk
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
Majalah Unesa
penilaian sebaiknya cuma ‘Lulus’ dan ‘Tidak Lulus’, tidak ada nilai seperti A, B+, C, dan sebagainya. Ini masih tahun pertama jadi akan kita benahi terus,” terangnya. Dosen juga perlu memiliki keterampilan dan pengalaman di industri. “Bisa jadi kita datangkan praktisi sebagai dosen luar biasa. Bisa juga dosen dimagangkan di dunia industri atau dengan mengikuti pelatihan yang memiliki kompetensi yang akan diajarkan,” kata Edy. Terkahir, Edy juga berpesan kepada petinggi universitas agar gencar melakukan kerja sama dengan industri namun harus benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan mahasiswa atau lembaga. “Kerja sama yang diwujudkan oleh lembaga tidak hanya dalam bentuk kertas tapi juga harus realistis. Mereka bisa dipakai di tempat magang. Mereka juga mau melakukan rekrutmen sesuai kemapuan kita. Agar nanti setelah lulus tidak hanya mendapatkan ijazah, namun juga sertifikat komptensi dari perusahaan tersebut,” ucap Edy. n SURYO/YURIS
LAPORAN UTAMA DRS. GATOT DARMAWAN, M.PD., WAKIL DEKAN FIO
DUA MATA KULIAH BARU DALAM KURIKULUM BARU
M
enanggapi dua mata kuliah baru dalam restrukturisasi kurikulum Unesa, Wakil Dekan Akademik FIO mengatakan bahwa hal tersebut dilakukan sebagai langkah menghadapi era digital 4.0. Apalagi Unesa merupakan kampus yang salah satunya mencetak calon-calon guru sehingga mereka perlu dibekali dengan Literasi Digital. Selain Literasi Digital, mahasiswa Unesa juga perlu dibekali kesehatan fisik melalui mata kuliah PenjasOr yang bertujuan sebagai pembelajaran mengenai aktivitas fisik, kebugaran, dan sebagainya. “Kegiatan tersebut diperuntukkan agar semua mahasiswa Unesa nyaman serta sehat dalam mengikuti semua
matakuliah yang diampuh,� terangnya. Mata kuliah Literasi Digital dan Pendidikan Jasmani dan Olahraga akan diberlakukan di seluruh fakultas selingkung Unesa. Selain itu, ada pula penambahan pembelajaran mengenai antiradikalisme dan nasionalisme yang masuk pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Mengenai struktur kurikulum, terang Gatot, sistematisnya sama dengan fakultas lain yang ada di Unesa. Seperti ada mata kuliah yang diwajibkan dari fakultas dan mata kuliah yang diampu di setiap prodi atas kebijakan prodi masing-masing, karena di setiap prodi kebutuhannya berbeda-beda. Untuk mata kuliah tambahan bersifat relatif karena untuk kelulusan minimal seluruh mahasiswa mampu menyelesaikan 140 SKS dan maksimal 160 SKS. Fakultas Ilmu Olahraga tidak membebankan mata kuliah yang diampu harus standar maksimal pencapaian 160 SKS, tetapi hanya akan ada penambahan sedikit. Semula, minimal SKS yang harus diselesaikan 140, kemungkinan dalam kurikulum baru ada penambahan 2 hingga 3 SKS. “Mata kuliah baru akan ditambahkan tetapi tidak akan menambahkan SKS yang terlalu banyak. Jika SKS yang diambil terlalu banyak akan memungkinkan mahasiswa tidak terlalu matang pada mata kuliah yang
diampu,� ujar Gatot. Perumusan kurikulum dirumuskan pada tiap-tiap prodi. Contohnya, di pendidikan Olahraga prodi PJKR yang berupaya merumuskan kurikulum di arah pembelajaran. Berbeda dengan prodi PKO, dirumuskan kurikulum yang diarahkan pada ketangkasan fisik seperti menjadi pelatih yang andal. Setelah pembentukan kurikulum di prodi masing-masing nanti akan dibicarakan dengan pihak fakultas. Terbentuknya kurikulum harus meliputi evaluasi, jadi tidak sertamerta mengganti kurikulum atau merumuskan kurikulum baru. Hal itu dilakukan agar tercapai kurikulum yang ideal. Untuk mencapai kurikulum yang ideal dibutuhkan minimal evaluasi selama empat tahun dan mencapai kesepakatan antarberbagai pihak. Dalam proses pembentukan kurikulum, sejak awal harus ada lokakarya kurikulum di tingkat prodi, fakultas, dan universitas untuk mengantisipasi kurikulum yang campur. Hasil akhirnya nanti disahkan di tingkat universitas. Pemberlakuan kurikulum sebenarnya sudah dimulai pada angkatan 2016, yaitu tahun 2016/2017. Untuk angkatan 2019 pembentukan kurikulumnya sudah terbentuk di tahun 2015 dan baru direalisasikan pada angkatan 2019 karena ada perubahan sedikit dan penambahan kurikulum. Kurikulum baru bertujuan untuk mengembangkan produktivitas lulusan di Unesa. Terlebih pada Fakultas Ilmu Olahraga. Jadi, regenerasi selanjutnya akan lebih berkembang dari generasi sebelumnya karena tatanan kurikulum berubah mengikuti perkembangan zaman. n IC/MEGA
Drs. Gatot Darmawan, M.Pd Wakil Dekan Akademik FIO
Majalah Unesa
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
11
LAPORAN
UTAMA DR. DWI CAHYO KARTIKO, S.PD., M.KES., KEPALA PUSAT PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN LP3M
KEBUGARAN MAHASISWA JADI TARGET KURIKULUM BARU
U
niversitas Negeri Surabaya sedang melakukan restrukturasi kurikulum pembelajaran. Hal tersebut dimaksudkan agar mahasiswa mampu berkembang mengikuti perubahan zaman. Salah satu yang diperhatikan dalam kurikulum baru ini adalah kesehatan dan kebugaran para mahasiswa. Itulah yang melatarbelakangi munculnya kembali mata kuliah pendidikan jasmani dan kebugaran di Unesa. Dr. Dwi Cahyo Kartiko, S.Pd., M.Kes., Kepala Pusat Pengembangan Pembelajaran LP3M yang juga dosen Fakultas Ilmu Olahraga mengatakan, mata kuliah pendidikan jasmani dan kebugaran ini sangat penting. “Masih ada paradigma yang salah terkait mata kuliah ini. Ketika mendengar pendidikan jasmani, hal yang terpikirkan itu hanya olahraga. Padahal, bila dicermati lagi, makna dari pendidikan jasmani lebih mengarah ke tujuan untuk kebugaran tubuh. Prinsipnya, di dalam kebugaran itu adalah menyiapkan mahasiswa yang bugar,“ jelasnya. Mata kuliah pendidikan jasmani dan kebugaran ini rencananya akan dilaksanakan pada semester gasal untuk yang berada di Ketintang dan semester genap untuk yang di Lidah Wetan. Hal ini bertujuan agar mata kuliah ini bisa terlaksana dengan baik, seimbang dan merata. Hal tersebut dilakukan agar mahasiswa dapat melaksanakan mata kuliah ini secara maksimal karena Unesa memiliki 97 program studi. Para dosen yang mengajar berasal dari dosen-dosen dari Fakultas Ilmu Olahraga yang
akan masuk ke setiap kelas untuk memberikan materi mengenai pendidikan jasmani dan kebugaran. Materi yang akan diajarkan antara lain, mengukur kebugaran diri sendiri melalui permainan tradisional dan beberapa jenis olahraga lainnya. Hal yang cukup menantang bagi dosen adalah membuat pelajaran tersebut menarik bagi mahasiswa yang masih enggan untuk ikut berpartisipasi di dalamnya. Peran dosen untuk menarik perhatian dan minat mahasiswa adalah sebuah hal yang cukup menantang untuk dilakukan. “Berawal dari keinginan Pak Rektor agar mahasiswa menjadi bugar, lalu didiskusikan dan mendapat masukan dari beberapa prodi,” jelasnya saat sosialisasi penambahan mata kuliah umum pada kurikulum baru. Banyak dosen yang awalnya merasa khawatir akan manfaat dari mata kuliah ini, mereka berpikir bahwa mata kuliah ini akan cenderung ke olahraga. Namun sekali lagi ditegaskan kembali bahwa mata kuliah ini bukanlah bertujuan untuk melatih mahasiswa agar menjadi atlet ataupun olahragawan, namun hanya memberikan manfaat kebugaran ke mahasiswa. „Kalau semuanya bugar kan rumah sakit ndak penuh. Kalau mulai dari kecil sampai perguruan tinggi semua ada kegiatan jasmani, minimal kan mengurangi hunian rumah sakit. Kami mengawal keinginan Pak Rektor. Alangkah senangnya ketika rumah sakit itu sepi, bukan
Dr. Dwi Cahyo Kartiko, S.Pd., M.Kes
Kapus Pengembangan Pembelajaran LP3M, Unesa
12
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
Majalah Unesa
senang ketika rumah sakit ramai,” terangnya. Cahyo berharap, mahasiswa bisa mengikuti kuliah dengan baik dan mampu meningkatkan kualitas fisiknya dan memiliki energi yang baik. Ketika manfaat kebugaran tersebut sudah didapat, tujuan akhirnya adalah menjadikan sebuah kebiasaan. Hal tersebut kembali dijelaskan oleh Cahyo, ketika mereka sudah merasa butuh, hal tersebut akan menjadi sebuah kebiasaan, bukan lagi menjadi kewajiban mata kuliah semata. “Sehat itu mahal harganya. Tidak hanya sehat, tetapi menjadi budaya mereka untuk berolahraga,“ lanjutnya. Melalui mata kuliah ini, Cahyo berharap agar mahasiswa Unesa bisa melakukan segala aktivitasnya dengan sehat dan bugar. “Seperti sebuah kutipan, men sana in corpore sano, yang berarti di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat,” pungkasnya. n (LINTANG/TONI/HASNA)
BINCANG
UTAMA
WAWANCARA DENGAN WAKIL REKTOR BIDANG AKADEMIK, PROF. DR. BAMBANG YULIANTO, M.PD.
RESPONS REVOLUSI INDUSTRI 4.0: UNESA SIAPKAN KURIKULUM BARU REVOLUSI INDUSTRI 4.0 TELAH MEMBAWA BANYAK PERUBAHAN DI SEGALA ASPEK. SETIAP INDIVIDU HARUS MEMILIKI KEMAMPUAN BERADAPTASI YANG BAIK AGAR TIDAK HABIS DITELAN ZAMAN. DEMIKIAN JUGA DENGAN LEMBAGA PENDIDIKAN YANG MENJADI SALAH SATU INSTITUSI PENTING UNTUK MELAHIRKAN GENERASI YANG SIAP BERSAING DI MASA DEPAN.
U
niversitas Negeri Surabaya sebagai lembaga pendidikan juga tidak mau kalah bersaing. Kurikulum baru sudah disiapkan untuk merespons perubahan zaman. Seperti apakah kurikulum baru itu? Berikut hasil wawancara reporter Humas Unesa dengan Wakil Rektor Bidang Akademik Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd. Apakah latar belakang kurikulum baru Unesa? Pertama kita harus mengikuti imbauan kementerian, kebijakan rektor, dan suasana global, yaitu adanya ide mengadopsi Revolusi Industri 4.0. Salah satu ciri dari revolusi industri adalah adaptif atau penyesuaian. Dalam konteks adaptif ini kita berharap bahwa mahasiswa atau lulusan kita nanti bisa beradaptasi dengan perubahanperubahan yang ada. Oleh karena itu, kita perlu membekali mereka dengan sesuatu yang sekiranya nanti bermanfaat. Apa yang berbeda dari kurikulum sebelumnya? Perbedaannya dapat dilihat dari segi kajiannya. Tidak hanya melihat dari orientasi Revolusi Industri 4.0, tetapi juga melihat situasi lainnya, seperti Society 5.0. Istilah ini merujuk pada
perkembanagan sosial masyarakat sendiri, seperti adanya keilmuan terkait tanggap bencana atau antiradikalisme. Tidak untuk dijadikan mata kuliah khusus, namun dapat dijadikan bahan pembelajaran yang memuat hal tersebut. Bagaimana stuktur kurikulum baru Unesa? Pada satu sisi kita juga melihat bahwa batas-batas keilmuan itu sudah tidak terlalu ketat atau tidak terlalu kentara. Artinya, seseorang bisa mempelajari sesuatu meskipun lintas ilmu melalui program studi. Terkait dengan itu kami berpikir bahwa kurikulum ke depan harus kurikulum yang fleksibel. Salah satu bentuknya adalah kita akan mengembangkan program mayor dan minor. Mayor dan minor yang dimaksudkan ini tidak sama dengan mayor dan minor pada era 1980-an. Saat itu program ini ada berkaitan dengan kurangnya jumlah guru pada bidang studi tertentu dan saat itu hanya terbatas pada yang serumpun atau fakultas yang sama. Akan tetapi, untuk program mayor dan minor yang ada saat ini lebih diartikan bahwa mahasiswa boleh memilih mata kuliah di luar program studinya. Misalnya, ada mahasiswa yang mengambil program studi pendidikan matematika (pendidikan matematika dianggap sebagai mayor), mahasiswa
Majalah Unesa
tersebut bisa mengambil mata kuliah lain bahkan yang tidak serumpun atau di fakultas yang sama, dan dia juga bisa mengambil mata kuliah di luar universitas kita melalui program kerja sama. Dengan ketentuan bahwa jumlah SKS berkisar 20 sampai 25 SKS. Apabila ada mahasiswa yang tidak mengambil program ini juga boleh, dengan alasan mungkin dia ingin fokus terhadap program studinya. Jadi, kurikulum ini memberikan kebebasan atau memiliki sifat fleksibilitas yang dibuktikan dengan adanya perizinan untuk mengambil mata kuliah di luar program studi yang mahasiswa ampu dan LPTK sudah siap untuk hal tersebut. Selain itu kurikulum ini juga merujuk pada kurikulum seperti disabilitas, antikorupsi, dan sebagainya. Kurikulum tersebut sudah disisipkan pada mata kuliah umum dan mata kuliah wajib institusi yang nantinya akan disesuaikan pada mata kuliah yang relevan dengan kurikulum yang dituju. Hal ini sudah diterapkan pada kurikulum untuk mahasiswa angkatan 2019. Bagaimana prosedur pelaksanaannya? Pada program mayor dan minor ini mahasiswa dituntut untuk menghubungi pengampu mata kuliah yang akan dia ambil. Nanti mahasiswa akan diberi fasilitas berupa komunitas yang akan dibentuk untuk
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
13
BINCANG
UTAMA
mempermudah mahasiswa dalam melaksanakan program tersebut. Komunitas ini dibentuk sesuai rumpun atau fakultas masing-masing. Siapa saja tim perumusnya? Ada tim-tim kecil yang disediakan untuk merumuskan kurikulum ini. Selain itu, juga ada lembaga LP3M yang dikhususkan untuk mengembangkan dan menyesuaikan kurikulum ini dengan
program studi yang ada. Apa harapan terhadap perubahan kurikulum di Unesa? Harapannya, semua pihak harus menyadari, terutama dosen dan tenaga pendidik harus siap dengan adanya perbedaan kurikulum lama dengan kurikulum baru. Perbedaan pasti
ada. Berbeda pandangan itu pasti. Akan tetapi, kita harus percaya pada pimpinan yang mau mengarahkan kita ke hal yang lebih baik. Kalau tidak nanti kita akan berjalan masing-masing, yang nantinya akan memicu tidak tercapainya tujuan yang diharapkan. Selain itu, semoga mahasiswa kita mendapatkan sesuatu yang lebih baik dan mahasiswa bisa beradaptasi dengan perubahan zaman. n (WHY)
Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd Wakil Rektor Bidang Akademik Unesa
14
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
Majalah Unesa
SOSOK
KIPRAH
MENGENAL LEBIH DEKAT DENGAN DEKAN FMIPA UNESA, PROF. DR. MADLAZIM, M.SI.
SEJAK KECIL BERCITA-CITA MENJADI GURU DEKAN FMIPA UNESA, PROF. DR. MADLAZIM, M.SI. MENGAKU SEJAK KECIL SUDAH BERCITA-CITA MENJADI GURU. IA BERSYUKUR, CITA-CITANYA ITU BERHASIL DIGAPAI, BAHKAN TIDAK HANYA MENJADI GURU, TETAPI MENJADI DOSEN DI PERGURUAN TINGGI PENCETAK PARA GURU.
K
etertarikan Madlazim terhadap profesi guru bermula ketika ia duduk di bangku SMP. Kala itu, ada salah seorang guru Fisika yang mengajar dengan penyampaian sangat menarik dan menyenangkan peserta didik. Sejak itulah, ia mulai tertarik dan bercita-cita menjadi guru. “Awalnya, hanya ingin jadi guru Fisika, tapi ternyata bisa menjadi dosen bahkan guru besar,” paparnya. Ketika masuk SMA, Madlazim sempat kaget karena guru yang mengajar Fisika tidak seenak cara mengajarnya ketika SMP dulu. Bahkan, siswa-siswa kerap mendapatkan pekerjaan rumah setiap minggu. Jadilah, pelajaran Fisika menjadi momok yang menakutkan kala itu. Padahal, sewaktu SMP, ia jarang sekali mendapatkan pekerjaan rumah. Namun, kondisi itu, tak membuat Madlazim berhenti bercita-cita menjadi guru Fisika. Bahkan, ia semakin terlecut untuk menjadi guru Fisika dengan metode mengajar yang menyenangkan. Apalagi sejak SMP Madlazim terbilang siswa yang berprestasi. Di SMP ia selalu mendapatkan ranking 1 sedangkan di SMA ia mendapatkan rangking 1 dan dapat beasiswa Supersemar. “Saya lulus SMA tahun 1985,” terangnya. Ketika lulus SMA, Madlazim sempat ditawari salah seorang gurunya bernama Kiai Asep Syaifuddin Chalim, yang kini mempunyai pesantren dan sekolah Ammatul Prof. Dr. Madlazim, M.Si. Dekan Fakultas MIPA Unesa
Majalah Unesa
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
15
SOSOK
KIPRAH
INSPIRATIF: Prof. Dr. Madlazim, M.Si. saat diwawancara untuk majalah Unesa, di ruang kerjanya..
Ummah di Pacet untuk masuk ke Fakultas Kedokteran dengan jaminan biaya dari Kiai Asep. Tetapi, kala itu, Madlazim masih ragu. Bukan karena biayanya, tetapi cita-citanya sejak dulu adalah ingin menjadi guru. Keukeuh dengan cita-citanya, Madlazim akhirnya mendaftar ke IKIP Surabaya. Ia mendaftar melalui PMDK dan langsung diterima. Madlazim ingin menjadi guru karena sejak SMP, guru Matematikanya sering memberi PR, bahkan banyak yang takut. Teman-temannya banyak yang datang ke rumah Madlazim untuk belajar. “Saya mengajari teman-teman sejak SMP. Menurut saya, ada PR justru senang karena dapat memberi motivasi kepada diri saya supaya tetap belajar,” ungkapnya. Dekan FMIPA itu mengatakan bahwa sebenarnya setiap orang bisa asalkan ada kemauan untuk belajar. Ia mengatakan, sejak SMP ia terbiasa bangun pukul tiga. Awal-awalnya memang dibangunkan, tetapi lamakelamaan bisa bangun sendiri.
16
“SAYA MENGAJARI TEMAN-TEMAN SEJAK SMP. MENURUT SAYA, ADA PR JUSTRU SENANG KARENA DAPAT MEMBERI MOTIVASI KEPADA DIRI SAYA SUPAYA TETAP BELAJAR.” Ia bangun tengah malam diajak pamannya untuk shalat tahajud. Setelah shalat, ia belajar. “Memang terasa sekali, bangun kemudian shalat terus belajar, rasanya fresh sekali. Jadi, belajar sekali itu bisa paham. Itu yang saya rasakan. Bahkan, sampai perguruan tinggi hal itu tetap saya lakukan,” tambahnya. Ada seorang dosen IAIN dulu. Kebetulan kosannya dekat dengan Madlazim. Ia bertanya, “Madlazim, kamu berani ta ngelesi anak kedokteran semester 5?” “Waduh, apakah saya bisa?” kata
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
Majalah Unesa
Madlazim ragu. “Ngelesi apa, Pak?” “Mata kuliah fisika dasar. Dia belum lulus mata kuliah itu. Sekarang semester 5.” “Gini saja, Pak, apakah saya bisa pinjam modulnya, kalau ada? Saya lihat dulu untuk dibaca dan dipelajari.” Setelah Madlazim bisa pelajari, ia menerima tawaran dosen itu. Ia pun diantar mahasiswa itu. Madlazim kaget bukan main karena mahasiswa itu seorang cewek anak orang kaya dan memakai celana pendek. “Maaf ya, Mbak, bisa pakai celana panjang?” kata Madlazim salah tingkah. “Kenapa?” “Mohon maaf, Mbak, kalau bisa pakai celana panjang.” “Kok kamu ngatur saya sih?” sahut mahasiswa itu. Hari pertama, mahasiswa itu tetap tidak mau memakai celana panjang. Dari situlah Madlazim sempat berpindah-pindah tempat memberikan les privat. Bahkan, dari hasil ngelesi, Madlazim bisa membeli sapeda motor. n (SH)
KABAR
PRESTASI
UNESA SUMBANG MEDALI TERBANYAK JATIM POMNAS XVI Daftar Mahasiswa Penyumbang Mendali dalam POMNAS XVI
PRESTASI: Abdul Hafidz, S.P.d., M.Pd., Wakil dekan III FIO (tiga dari kiri) bersama dosen dan atlet Unesa dalam Pomnas XVI 2019 di Jakarta.
U
nesa menjadi perguruan tinggi penyumbang mendali terbanyak untuk Jawa Timur dalam ajang POMNAS XVI. Unesa juga menerjunkan sebanyak 15 pelatih untuk 15 cabor yang keseluruhannya dari Fakultas Ilmu Olahraga (FIO). Selain Unesa ada pula pelatih dari eksternal seperti cabor renang pelatih dari KONI dan cabor bola basket pelatih dari Ubaya. Abdul Hafidz, S.P.d., M.Pd., Wakil dekan III FIO, menjelaskan, mahasiswa yang ikut POMNAS XVI ini adalah hasil dari seleksi untuk menentukan formasi pemain utama yang berpotensi untuk meraih medali. Beberapa selesksi pemain juga diadakan di kampus Unesa seperti atletik, anggar, pentaque, hockey indoor, sepak takraw, dan karate. Unesa menjadi penyumbang medali terbanyak karena dalam proses seleksi daerah (selekda) benar-benar dilakukan pemantauan yang ketat. Yang diberangkatkan adalah para atlet yang berpeluang mendapatkan mendali. “Saat diberangkatkan ke Jakarta kita sudah menekankan kepada para atlet bahwa kita bertujuan bukan untuk rekreasi melainkan untuk berjuang demi nama Bapomi Jawa Timur,” tegas Hafidz. Unesa juga memiliki mahasiswa yang sudah masuk dalam Puslatda KONI Jawa Timur maka secara tidak langsung dapat dikatakan Unesa memiliki banyak calon atlet yang potensial. Sebelum melaju ke POMNAS, Bapomi Jatim memiliki target untuk meraih peringkat 2, namun akhirnya Jawa Timur menempati posisi 3, selisih tipis dengan Jawa Barat yang meraih peringkat 2. Tentu saja akan ada apresiasi bagi atlet yang ikut serta dalam POMNAS dari Bapomi Jawa Timur, sedangkan Unesa sendiri pasti akan memberikan perhatian khusus dari lembaga, bukan hanya mahasiswa atlet POMNAS, namun juga mahasiswa PIMNAS, dan prestasi lainnya. n (EMIR)
No.
NAMA MAHASISWA
CABOR
NOMOR EVENT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126
Mohammad Aqib Khabib Mohammad Masrur Afandi Shofyan Ali Mashuri M. Iqbal Jamaluddin Irfan Efendi Khoirul Hamzah Sunaryo Ego Tedda Pamungkas Fikri Alhanif Hidayatulloh Amirul Irham Claressa Viola Septiani Dwi Ayudya Resmayanti Utari Usmaningtiarsih Intan Nia Primasari Hinggis Moudina Enggar Sukma Arini Yuliana Vidi Dwi Amena Resi Puji Prasetyo A Vica Riskita Putri Gabriella Jessica Pangbura Nurul Fajar Fitriyati M. Alvi Jihad Luthfi Athallah Nizam Umarushalih Panji Ari Prayogo Kholifatul Ika Ana Putri Faradila Yuse Aurelia Al Hayyu Vania Oktavia Aurellia R. Muhammad Zaenal Abidin Nurul Fajar Fitriyati Dea Salsabila Putri Dea Salsabila Putri Moh Nur Rofik Angga Bagus Siswanto Septian Dwi Rahaski Sholahuddin Rangga Yudistira Mochamad Bagas Renaldy Abdillah Yunus Imam Fakhrur Rozi Muhamad Iqbal Prakoso Mohammad Rofiq Imami Iwan Burhannudin Al-Ayyubi Briannando Rendrawan Husodo Moh Iklil Mochammad Audrey Ardiansyah Mulianto Tiwa Bayu Trianggoro Widya Putri Melenia Armadhani Salsabila Putri Riskiyatul Qonitatillah Adinda Zahrunnisa Hasibuan Aisyiyah Fajrianie Hari Purnami Desyta Sari Harahap Elok Durrotul Fitria Ervi Irwati Faradila Ahmadani Febriti Tania Choirul Anisa Aisyiyah Suci Oktavia Barokah Virda Nina Sudayanti Siti Rahmawati Ardila Dewa Radika Sya Abdul Muin Rasyid Trio Rizky Rafilullah Jimmy Kartika Duwi Saputra Erdina Aldy Cahyono Gabriella Jesica Pongbura A. Vica Riskita Putri Syahrudin Warta Kusuma C.P. Mochammad Nabilla Al Fatah Faridah Athallah Hana Nur Luthfiatus Solikah Era Sapitra Alifiana Manjayati Eka Cahaya Ningrum Nurul Fajar Fitriyati Nurul Fajar Fitriyati Dea Salsabila Putri Sigy Kanadela Salsabila Bontangia Dihansa J. Alvian Adha Kristanto Putri Faradila Devy Kartika Putri Cahya Kristian Banjarnahor Reno Renaldi Putra Satrya Kurnia Yanotama Alfan Rizki Fahansyah Nofulan Andyani Muhammad Al Furqan Nofulan Andyani Gabriella Jesica Pongbura Rizal Syaiful Fatih Dewa Radika Sya Ifan Anugrah Setiawan Jihan Lusiami Tri Yani Pamungkas Eka Cahaya Ningrum Abdul Muin Jimmy Kartika Duwi Saputra Adelia Cahya Permatasari Erlin Nika Saputri Kartika Putri Widya Prawesthi Niken Larasati Ferdian Fathur Rahman Ilham Wiranata Kusuma Andrea Guntara Adi Very Sandrea Tri Hardi Septiawan Malik Fajar Syafrie Fadhillah Putra Muhammad Hendri Firdaus Danny Dwi Cahyono Mochamad Fathur Rohman M Khoiril Anwar Ach Ihya’ Ulumuddin Bobby Ade S Dicky Oktavian Pratama Dwi Kiki Kurniawan Muchtar Alfian Prisnanda Nabilah Fitriyah Nur Laili Khomariyah Purnama Dianita Ajeng Astiwi Izha Lely Siswanti Amadea Putri Sudarnoto Yayuk Alfan Sandi Pramana Wresniwira Wisnu Kresnadi Firda Dewinta Bayu Samudera Nur Atika Sari
Cricket Cricket Cricket Cricket Cricket Cricket Cricket Cricket Cricket Cricket Cricket Cricket Cricket Cricket Cricket Cricket Gulat Sepak Takraw Sepak Takraw Renang Renang Pencak Silat Pencak Silat Pencak Silat Pentanque Pentanque Judo Judo Judo Renang Renang Renang Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Bola Tangan Atletik Sepak Takraw Sepak Takraw Sepak Takraw Sepak Takraw Sepak Takraw Sepak Takraw Pentanque Pentanque Pentanque Pentanque Pentanque Atletik Renang Renang Renang Anggar Anggar Pentanque Pentanque Bola Basket Bulutangkis Karate Karate Karate Tenis Lapangan Tenis Lapangan Tenis Lapangan Sepak Takraw Atletik Atletik Atletik Atletik Atletik Atletik Sepak Takraw Sepak Takraw Bolavoli Indoor Bolavoli Indoor Bolavoli Indoor Bolavoli Indoor Hockey Indoor Hockey Indoor Hockey Indoor Hockey Indoor Hockey Indoor Hockey Indoor Hockey Indoor Hockey Indoor Hockey Indoor Hockey Indoor Bolavoli Indoor Bolavoli Indoor Bolavoli Indoor Bolavoli Indoor Bolavoli Indoor Futsal Futsal Futsal Futsal Futsal Futsal Panjat Tebing Atletik Bolavoli Pasir Bolavoli Pasir
Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Individu - Kelas 58Kg Bebas Putra 1 Team - Quadrant Putri 1 Team - Quadrant Putri Individu - 100 Meter Gaya Punggung Putri 1 Individu - 50 Meter Gaya Kupu-Kupu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Individu - Perorangan Kelas 48 kg Putri Individu - Perorangan Kelas 52 kg Putri Individu - Perorangan Kelas 73 kg Putra Team - 4 x 100 Meter Estafet Gaya Bebas Putri 1 Team - 4 x 100 Meter Estafet Gaya Bebas Putri Individu - 200 Meter Gaya Kupu-Kupu Putri Team - Beregu Putra 1 Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putri 1 Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Individu - 400 Meter Putra Team - Beregu Putra 1 Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putri 1 Team - Beregu Putri Team - Triple Men Team - Triple Men Team - Triple Women Team - Triple Women Team - Triple Women Individu - 200 Meter Putri 1 Individu - 100 Meter Gaya Kupu-Kupu Putri 1 Team - 4 x 100 Meter Estafet Gaya Ganti Putri 1 Team - 4 x 100 Meter Estafet Gaya Ganti Putri Individu - Degen Perorangan Putra Individu - Sabel Perorangan Putri 1 Team - Double Mix Team - Double Mix Team - Beregu Putri Individu - Tunggal Putra Individu - Kata Perorangan 1 Individu - Kumite +84 Putra Individu - Kumite -67 Putra Team - Ganda Putri 1 Team - Ganda Mix Team - Ganda Mix Team - Double Putri Individu - Lompat Jangkit Putra 1 Team - Estafet 4 x 400 Meter Putra 1 Team - Estafet 4 x 400 Meter Putra Team - Estafet 4 x 400 Meter Putri 1 Team - Estafet 4 x 400 Meter Putri Team - Estafet 4 x 400 Meter Putri Team - Double Putra 1 Team - Double Putra Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra 1 Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putra Team - Beregu Putri 1 Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri Individu - Lead Putra 1 Team - Estafet 4 x 100 Meter Putra 1 Team - Beregu Putri Team - Beregu Putri
Majalah Unesa
EMAS
JUMLAH
11
PERAK
PERUNGGU 1
1
1 1 1 1 1 1 1
1
1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1
1
1
11 23
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
17
LENSA
UNESA
TAUSIYAH KEBANGSAAN
Bersama Gus Muwafiq
D
alam rangka Dies Natalis ke-55 Universitas Negeri Surabaya, Unesa menghadirkan Gus Muwafiq, Selasa (29/10) di halaman Rektorat Unesa Kampus Lidah Wetan, Surabaya. Ribuan jemaah yang terdiri atas mahasiswa, dosen, warga Unesa, dan warga masyarakat sekitar dengan penuh antusias menyimak dakwah kiai asal Yogjakarta tersebut. Jajaran pimpinan Unesa, rektor, para wakil rektor, para dekan dan wakilnya, serta pejabat Unesa lainnya turut hadir dan menyimak ceramah Tausiyah Kebangsaan yang mengambil tema “Merawat Kebhinekaan untuk Indonesia Maju”. Acara yang diawali dengan pemberian talih asih kepada para anak yatim pukul 16.00 sore dan dilanjutkan gelaran salawat nabi diiringi musik banjari. Tausiyah Kebangsaan bersama Gus Muwafiq berlangsung selama kurang lebih dua jam, dan ditutup dengan doa pada pukul 21.30. n (AROHMAN) TAUSIYAH: K.H. Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq saat menyam paikan tausiyah kebangsaan di halaman Gedung Rektorat Unesa, kampus Lidah Wetan Surabaya. Hadir Rektor Unesa, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes, dan jajaran pejabat Unesa lainnya.
18
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
Majalah Unesa
LENSA UNESA
Gebyar HAORNAS Unesa
G
ebyar Haornas Unesa digelar di lapangan Rektorat. Dalam kesempatan tersebut, Rektor Unesa Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes mengajak seluruh peserta yang hadir untuk melestarikan ekosistem dan respect terhadap disabilitas. Acara ini berlangsung pada Minggu pagi (20/10) dan diikuti sekitar 1.500 peserta dari sivitas akademika Unesa, dosen selingkung Unesa, mahasiswa, dan masyarakat umum. n (WHY)
Wisuda ke-96 Unesa Berlangsung Sukses
U
nesa menggelar wisuda ke-96 di Gedung Graha Unesa pada 27 Oktober 2019. Wisuda diikuti total 2.028 wisudawan dari jenjang Ahli Madya, Sarjana, Magister, dan Doktor. Hadir sebagai pemberi motivasi sekaligus pengisi orasi ilmiah adalah Rektor ITB, Prof. Dr. Kadarsah Suryadi, DEA. Adapun tema wisuda kali ini adalah Wisudawan Unesa Tangguh, Siap Jawab Tantangan Masa Depan. Semoga wisudawan Unesa sukses dalam segalanya. n (WHY)
MoU dengan 23 PT dari Jiangsu China
U
niversitas Negeri Surabaya mendapat mandat menyelenggarakan Join Working Group dalam pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi antara Universitas di Jawa Timur dengan Jiangsu China. Acara ini dihadiri oleh masing-masing delegasi dari Unesa, Unipa, Unhasyi, Universitas Dinamika dan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, serta 23 perguruan tinggi dari Jiangsu China untuk melakukan MoU diantara kedua belah pihak. n (WHY)
Majalah Unesa
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
19
KIPRAH
LEMBAGA PUSAT HKIP (HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN PUBLIKASI) UNESA
TINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS KEKAYAAN INTELEKTUAL Pusat HKIP (Hak Kekayaan Intelektual dan Publikasi) merupakan salah satu pusat yang dimiliki oleh Universitas Negeri Surabaya di bawah naungan LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat). Pusat HKIP didirikan pada 2005 dengan nama Sentra Kelola HKI (Seloki). Saat ini, HKIP dipimpin Prof. Dr. Tukiran, M.Si. selaku Kepala Pusat HKIP dan Dr. Elly Matul Imah M.Kom. sebagai Sekertaris Pusat HKIP. Visi yang dibawa HKIP ialah meningkatkan kualitas dan kuantitas penyebarluasan kekayaan intelektual secara produktif melalui perlindungan kekayaan intelektual, penerbitan jurnal ilmiah, penyelenggaraan forum ilmiah, dan publikasi ilmiah.
S
ecara garis besar, lingkup kerja pusat HKIP adalah mengelola kekayaan intelektual (KI) dan publikasi ilmiah civitas academica Unesa. Dalam hal ini, pengelolaan kekayaan intelektual meliputi verifikasi awal kelengkapan ajuan HKI, pendaftaran atau pengajuan HKI, pemeliharaan dan pembuatan regulasi komersialisasi KI Unesa yang bekerja sama dengan tim bantuan Hukum Unesa beserta para pimpinan. Selain itu, pada bagian publikasi ilmiah, Pusat HKIP melakukan pengelolaan publikasi artikel baik jurnal maupun prosiding, pengelolaan konferensi dan pengelolaan jurnal nasional, maupun internasional ber-ISSN yang diterbitkan oleh Unesa. Dr. Elly Matul Imah menjelaskan, peraturan rektor terkait regulasi Komersialisasi KI menjadi salah satu komponen yang diperlukan Unesa dalam melakukan Komersialisasi KI. “Alhamdulilah, tahun ini Unesa sudah memiliki peraturan tersebut dan sudah disahkan oleh Rektor Unesa,“ ujarnya. Peraturan tersebut, terang Elly, dapat menjadi dasar pelaksanaan
20
komersialisasi KI Unesa yang selanjutnya akan dijalankan oleh pusat inkubasi bisnis. Komersialisasi KI berisi pembagian hasil antara Unesa dan pemegang lisensi dan antara unesa dengan civitas Unesa penghasil KI. Pendaftaran dan pengajuan HKI civitas Unesa, baik dosen, mahasiswa, ataupun tenaga kependidikan. Mulai tahun ini sistem pendaftaran juga mulai menggunakan sistem online sehingga dapat meminimalkan tumpukan dokumen fisik usulan dan proses ajuan lebih cepat. Program kerja ini sudah berjalan secara rutin setiap bulan mulai dari pendaftaran paten, merek paten, paten sederhana, dan desain industri. Menurutnya, program yang belum terlaksana adalah pendampingan dan mediasi paten, serta peningkatan sitasi paten Unesa. Tahun ini akan dilakukan program untuk meningkatkan sitasi paten. Pada bagian publikasi, Pusat HKIP melakukan pengelolaan jurnal ilmiah. Pada pengelolaan tersebut, pusat HKIP melakukan monitoring, evaluasi, sosialisasi, dan memberikan layanan pendampingan pengelolaan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Unesa.
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
Majalah Unesa
Untuk menjaga kualitas dan kuantitas publikasi ilmiah yang diterbitkan oleh Unesa maka dibentuk tim manuskrip Unesa yang bertugas melakukan pendampingan penulisan artikel yang akan diterbitkan di jurnal dan konferensi internasional. Pendampingan tersebut sudah berjalan sejak Mei 2019 berupa workshop manuskrip. Pusat HKIP juga melakukan verifikasi insentif artikel publikasi Unesa bersama beberapa tim verifikator. Program ini sudah mulai berjalan rutin setiap dua bulan sekali. Verifikasi terakhir dilaksanakan pada Agustus. Hasil verifikasi sudah diusulkan penerbitan SK Rektor melalui KaLPPM. Selanjutnya, tim akan melakukan pemetaan jurnal yang berpotensi terakreditasi nasional dan terindeks internasional bereputasi. Pusat HKIP mengevaluasi jurnal yang bermasalah, seperti belum memiliki eISSN, belum terbit secara regular, pergantian pengelola, dan beberapa masalah pengelolaan jurnal yang kemudian dicarikan solusi bersama dan dilakukan pendampingan penyelesaian masalahnya. Program ini sudah
KIPRAH LEMBAGA
Dr. Elly Matul Imah M.Kom. Sekertaris Pusat HKIP Unesa
berjalan dan rutin bersama tim jurnal Unesa. Pada Juli terdapat tiga kegiatan besar HKIP terkait jurnal; pertama, pendampingan pendafatarn eISSN bagi jurnal-jurnal yang belum memiliki eISSN dengan mengundang narasumber dari LIPI dan pendampingan pengelolaan jurnal berbasis OJS dengan narasumber dari Tim Kemenristekdikti. Kedua, workshop persiapan dan percepatan akreditasi ke jurnal terbitan Unesa untuk terakreditasi nasional. Ketiga, FGD dengan ketua asosiasi editor Indonesia dan Fasilitasi Jurnal Ilmiah Kemenristekdikti untuk persiapan indexing 3 jurnal Unesa ke Scopus dan Web of Science. Hasil FGD 1 jurnal Unesa dinyatakan siap setelah terbit edisi terakhir dan memperbaiki beberapa catatan yang diberikan, sedangakan 2 jurnal lainnya bisa didaftarkan setelah sitasi internasional di Scopus meningkat. Dr. Elly mengungkapkan, untuk memproses HKI, hal yang paling memakan waktu adalah waktu pencairan dana. “Hal tersebut membutuhkan waktu paling cepat selama 2 minggu. Tapi, bila dana yang
dibutuhkan sudah tersedia untuk hak cipta maka waktu yang dibutuhkan jauh lebih cepat, sekitar 1- 2 sudah bisa didaftarkan dan sertifikat dari Kemenkumham akan terbit,” tuturnya. Dr. Elly juga menambahkan, untuk paten membutuhkan waktu lebih lama. Tahun lalu, Unesa tercatat memiliki 400 lebih dokumen di Scopus. Namun, sayangnya sebagian besar masih konferens. Untuk menjaga dan sekaligus meningkatkan kualitas maka dilakukan pendampingan manuskrip dengan menggunakan ENAGO, terutama untuk kepenulisan jurnal internasional. Hal tersebut menjadikan sebuah keseimbangan antara kualitas dan kuantitas yang diberikan. “Jadi kan itu sebuah kebiasaan. Ketika sudah terbiasa, itu menjadi sebuah kebutuhan. Tapi, bukan hanya untuk memenuhi keperluan. Kebutuhan bahwa kita sebagai civitas akademisi punya satu tugas lagi, yaitu tugas untuk meningkatkan publikasi ilmiah,” pesan dosen jurusan matematika itu. Dr. Elly juga berbagi tips untuk civitas akademik agar jurnal yang
Majalah Unesa
dihasilkan berkualitas. Salah satunya adalah memperbanyak membaca referensi dari jurnal internasional yang bereputasi. “Jangan hanya dari textbook, tapi bukan berarti textbook dari Indonesia tidak baik. Tapi, kalau kita mengikuti dari artikel publikasi internasional entah itu jurnal atau konferensi itu update dengan perkembangan zaman,” papar Dr. Elly. Kelemahan yang sering dialami dosen Unesa adalah minimnya referensi dari jurnal internasional dan referensi waktunya terlalu lama. “Kalau bidang keilmuan sainstek maksimal 5 tahun terakhir. Kalau bidang soshum bisa dari referensi lama yang primer, jika tidak ada rujukan lain selain itu,” tegasnya. Dalam mengelola HKIP, ia berharap r taget yang diberikan bisa tercapai di tahun 2019 ini. “Harapannya, semoga tahun ini target sesuai dengan kontrak kinerja rektor. Publikasi sebanyak 590, untuk HAKI sebanyak 233. Untuk jurnal internasional yang terindeks Scopus ada satu. Untuk jurnal internasional terakreditasi ada 16. Jurnal sitasi nasional ada 1500,” pungkasnya. n (SURYO/HASNA)
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
21
FEATURE
PROGRAM STUDI S3 PENDIDIKAN VOKASI
AKHIRNYA, TERAKREDITASI! KABAR YANG SANGAT MEMBAHAGIAKAN DATANG. PRODI S3 PENDIDIKAN VOKASI TERAKREDITASI B, DENGAN NILAI 330. HASIL VISITASI AKREDITASI DITERIMA LANGSUNG KAPRODI S3 PENDIDIKAN VOKASI, PROF. DR. LUTHFIYAH NURLAELA, M.PD, SELASA (22/11).
VISITASI: Tim Asesor BAN PT foto bersama jajaran pimpinan Prodi S3 Pendidikan Vokasi dan Prodi S2 Pendidikan Olahraga, Unesa.
K
eberhasilan itu merupakan hasil perjuangan panjang setelah mempersiapkan borang akreditasi sejak 2017 di bawah kepemimpinan Prof. Dr. Munoto, M.Pd dan Prof. Dr. Titik Winanti, M.S, yang saat itu sebagai Ketua dan Sekretaris Prodi S3 Pendidikan Vokasi. “Sebagai Kaprodi baru, saya hanya melanjutkan tonggak kepemimpinan dan memperkuat
22
landasan yang sudah dibangun oleh Prof. Munoto dan tim. Terus berbenah bersama tim taskforce borang akreditasi, UPM prodi, dan dengan dukungan pimpinan pasca, dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa,” ungkap Prof. Luthfiyah. “UPM prodi, Eppy Yundra, S.Pd., MT., Ph.D, bersama tim taskforce (Dr. IGP. Asto Buditjahjanto, Dr. Marniati, Dr. Meda Wahini, Dr. Any Sutiadiningsih, Dr. Theodorus
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
Majalah Unesa
Wiyanto, Mauren Gita Miranti, M. Pd, Irma Russanti, M.Ds., Nur Aini Susanti, M.T, Syarifuddin Zuhri, dan Septian Rahman), menjadi tim yang sangat berperan dalam penyusunan borang dan mempersiapkan visitasi. Tentu saja dukungan dari semua komponen, khususnya para dosen, juga sangat penting dan menentukan,” tambah mantan Ketua PPG Unesa ini. Ditandaskan kembali oleh
FEATURE
AKREDITASI: Kaprodi S3 Pendidikan Vokasi Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd. menyerahkan visitasi kepada Tim Asesor BAN PT.
Luthfiyah, akreditasi B tentulah bukan tujuan akhir prodi. “Status ini justru menjadi titik awal untuk mengembangkan prodi menjadi lebih baik.�
Visitasi Akreditasi
Senin, 14 Oktober 2019, kegiatan visitasi untuk akreditasi Program studi S3 Pendidikan Vokasi, dimulai. Asesornya adalah Prof. Dr. Soesanto (universitas Negeri Semarang/Unnes) dan Dr. Zainur Rafiq (Universitas Negeri Yogyakarta/UNY). Diterangkan Prof Luthfiyah, visitasi hari pertama itu dimulai dengan sesi dengan pengelola Program Pascasarjana (PPs). Direktur, Wakil Direktur 1 dan Wakil Direktur 2 bersama kedua asesor mencermati borang akreditasi pengelola. Kegiatan dilaksanakan mulai pukul 12.00-16.00 di Lantai 8. Kegiatan hari kedua dimulai pukul 08.00. Pertemuan dengan pengelola, kaprodi, dosen, mitra, mahasiswa, dan tenaga kependidikan, mengawali kegiatan, sampai sekitar pukul 08.30. Pada kesempatan itu, tim asesor mengapresiasi kekompakan Prodi S3 Pendidikan Vokasi dan dukungan pengelola serta para dosen senior yang sangat luar biasa. Menurut
asesor, baru kali ini melihat dukungan semua komponen yang begitu kompak untuk prodi yang ada di level pasca. Pengelola (3 orang), dosen (20 orang), tim task force (10 orang), mitra (3 orang), tenaga kependidikan (10 orang), mahasiswa (20 orang), memang memenuhi ruang sidang di lantai 2 tersebut. Terasa benar bahwa dukungan untuk keberadaan Prodi S3 Pendidikan Vokasi sangat tinggi. Acara selanjutnya adalah presentasi borang oleh Ketua Program Studi S3 Pendidikan Vokasi, Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd, didampingi oleh tim task force. Presentasi dilaksanakan di lantai 8. Dalam ruang yang dipenuhi dengan berkas borang akreditasi, mulai dari standar 1-7, portofolio dosen, hasil karya dosen dan mahasiswa berupa buku, artikel hasil penelitian, sertifikat, robot, batik, yang dilengkapi dengan bukti paten dan hak cipta, mewarnai ruang presentasi. Presentasi dilaksanakan sampai pukul 12.30, dan diakhiri dengan makan siang. Kemudian dilanjutkan adalah diskusi paralel. Peserta diskusi yang meliputi dosen dan tenaga kependidikan berada di ruang tersendiri bersama Prof. Dr. Soesanto.
Majalah Unesa
Peserta dari mahasiswa dan mitra juga berada di ruang tersendiri bersama Dr. Zainur Rofiq. Kegiatan diskusi paralel berlangsung sekitar satu jam. “Seusai kegiatan diskusi paralel, asesor membuat laporan hasil visitasi. Beliau berdua berdiskusi intens dalam waktu sekitar tiga puluh menit. Kemudian menyampaikan hasil diskusinya pada kaprodi dan tim task force untuk memperoleh tanggapan. Beberapa poin ditanggapi oleh kaprodi dan tim task force, dan direspon secara positif oleh tim asesor. Sampai pada akhirnya, tim asesor, kaprodi dan tim task force, bersepakat dengan deskripsi hasil visitasi,� papar Luthfiyah. Pada sekitar pukul 17.30, kegiatan break untuk salat maghrib. Dilanjutkan wrap-up dan penutupan kegiatan visitasi. Dalam penjelasannya, tim asesor mengakui keunggulan Prodi S3 Pendidikan Vokasi dengan mengatakan, prodi ini memiliki armada yang sangat kuat. Sebanyak 20 dosen, 12 di antaranya adalah guru besar yang memberi dukungan penuh pada keberadaan dan kinerja prodi. Dana operasional mahasiswa (DOM) sangat tinggi, bahkan di atas rata-rata kelaziman, karena support dari dana penelitian dan pengabdian masyarakat dosen yang tinggi. Satu hal yang perlu perhatian khusus adalah, visi dan misi prodi supaya lebih memiliki kekhasan. Agar keunggulan prodi S3 Pendidikan Vokasi berbeda dengan prodi sejenis yang lain di perguruan tinggi lain. Satu tantangan yang perlu segera direspons. Prodi S3 Pendidikan Vokasi berdiri pada 2016. Jumlah mahasiswa sampai saat ini adalah 37 orang. Terdiri dari angkatan 2016: 6 mahasiswa; angkatan 2017: 4 mahasiswa; angkatan 2018: 5 mahasiswa; dan angkatan 2019: 22 mahasiswa. Kerja sama yang saat ini sudah secara riil sudah dilakukan oleh Prodi S3 Pendidikan Vokasi adalah dengan Politeknik Penerbangan Surabaya, MGMP Otomotif Provinsi Jawa Timur, dan dengan National Yunlin University of
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
23
FEATURE Science and Technology (Yuntech), Taiwan. Untuk kerjasama dengan Yuntech, Taiwan, adalah dalam bentuk academic mobility, meliputi visiting lecturer, joint publication, dan collaborative reasearch, yang akan segera dilaksanakan pada awal 2020.
Buka Tiga Kelas
Sebelum diterimanya akreditasi, Program Studi S3 Pendidikan Vokasi pada Tahun Akademik 2019/2020 telah membuka tiga kelas. Satu kelas reguler, dan dua kelas kerja sama. Mahasiswa kelas kerja sama terdiri dari para dosen Politeknik Penerbangan dan Dosen UPN (Kelas B), serta para kepala sekolah SMK (Kelas C). Kelas kerja sama dipayungi dengan adanya MoU antara pihak Poltekbang dan Provinsi Jawa Timur dengan Rektor Unesa. Dengan adanya kelas kerja sama, jadwal perkuliahan bisa diatur dengan lebih fleksibel, yaitu Jumat-Sabtu. Hal ini menyesuaikan dengan kondisi para mahasiswa yang notabene tidak bisa meninggalkan tugas sebagai dosen atau sebagai kepala sekolah. Pembukaan kelas kerja sama sepertinya sudah menjadi kebutuhan
TIM ASESOR MENGAKUI KEUNGGULAN PRODI S3 PENDIDIKAN VOKASI DENGAN MENGATAKAN, PRODI INI MEMILIKI ARMADA YANG SANGAT KUAT. yang cukup mendesak. Mahasiswa S3 adalah mereka yang sudah bekerja, baik di universitas maupun di sekolah. Mereka harus tetap melaksanakan tugas sehari-hari, dan oleh sebab itu, perkuliahan dengan jadwal yang tidak mengganggu waktu kerja mereka menjadi kebutuhan. Salah satu tantangan bagi Program Studi S3, termasuk S3 Pendidikan Vokasi, adalah memperoleh mahasiswa yang bermutu. Oleh sebab itu, sosialisasi dan promosi perlu dilakukan kepada berbagai pihak yang potensial. Sasaran sosialisasi dan promosi yang dilakukan Prodi S3 Pendidikan Vokasi beberapa waktu ini meliputi: 1) IKIP PGRI Mataram dan Politeknik Mataram, 2) Guru-
guru SMK pada saat kegiatan Lomba LKS di SMK 3 Sidoarjo, 3) Politeknik Negeri Banjarmasin, 4) Politeknik Penerbangan Surabaya, 5) Politeknik Malang, 6) Politeknik Pelayaran Surabaya, dan 7) Kepala sekolah dan guru SMK se-Provinsi Kalimantan Selatan di Samarinda. Dari berbagai sosialisasi dan promosi tersebut, berhasil dilakukan kerja sama dengan Politeknik Penerbangan Surabaya dan Kepala Sekolah dalam payun MGMP Otomotif Provinsi Jawa Timur. “Tantangan selanjutnya adalah bagaimana Prodi S3 Pendidikan Vokasi dapat memberikan layanan akademik maupun nonakademik pada semua stakeholder, khususnya mahasiswa. Kerja sama antara prodi dengan semua tim dosen pengajar serta dukungan dari pimpinan Program Pascasarjana mutlak diperlukan. Apa lagi saat ini, Prodi S3 Pendidikan Vokasi sedang menyiapkan diri untuk akreditasi. Berbagai persiapan dan pembenahan terus dilakukan, tidak hanya demi kepentingan akreditasi, namun dalam rangka melakukan peningkatan dan perbaikan yang terus-menerus, agar mampu memberikan layanan yang optimal,� pungkas mantan direktur PPG Unesa itu. n ARM
KEKUATAN: Prodi S2 Pendidikan Vokasi memiliki armada yang sangat kuat. Sebanyak 20 dosen, 12 di antaranya adalah guru besar.
24
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
Majalah Unesa
KABAR
MANCA
GO INTERNATIONAL: Tim PPs Unesa saling tukar cinderamata dengan National Yunlin University of Science and Technology (Yuntech), Taiwan.
PPS UNESA KEPAKKAN SAYAP SAMPAI KE TAIWAN
T
im Program Pascasrajana (PPs) Unesa berkunjung ke National Yunlin University of Science and Technology (Yuntech), Taiwan, Rabu (2/10). Tim terdiri atas Wakil Direktur 2, Prof. Dr. Suparji, M.Pd; Kaprodi S3 Pendidikan Vokasi, Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd., dan Tsuroya, SS., MA, staf International Office of Unesa. Dua lagi anggota tim yang menyertai adalah Dr. Mutimmatul Faidah, M.Ag dosen jurusan PKKFT Unesa dan Ketua Pusat Kajian Gender Unesa, dan Drs. Bhiwara Pracihara Sakti, M.Sn., mahasiswa S3 Pendidikan Vokasi angkatan 2018. Keduanya mengikuti konferensi internasional IEEE-ECICE 2019 yang diselenggarakan di National Formosa University, Yunlin, Taiwan, pada 3-6 Oktober 2019. Satu lagi dalam rombongan tim adalah Indarti, S.Pd., M.Sn, dosen Jurusan PKK, yang saat ini sebagai mahasiswa doktoral pada Program Creative Art di Yuntech, Taiwan. Dia sekaligus sebagai mediator antara
Unesa dengan Yuntech dalam menjajagi dan merealisasikan kerja sama tersebut. Tiba di Taiwan, tim Unesa diterima dan disambut hangat staf International Office of Yuntech, yaitu Prof. Huang, Ya-Ling. Dilanjutkan dengan pertemuan di meeting room bersama Dekan College of Humanities and Applied Science; Ketua program Graduate School of Vocational and Technical; Direktur dari The Center of General Education; Dekan dari College of Design; dan beberapa pejabat yang lain. Menurut Prof. Luthfiyah Nurlaela yang turut dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak membicarakan rencana kerja sama. “Pihak Yuntech menyambut sangat antusias kerja sama tersebut. Kebetulan antara Unesa dan Yuntech sudah memiliki MoU. Hal ini menjadi faktor pendukung penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA). Naskah MoA yang sudah dikirimkan oleh staf International Office of Unesa beberapa hari sebelumnya, bahkan sudah mereka persiapkan
Majalah Unesa
dalam keadaan siap ditandatangani,” terangnya. “Hari itu juga penandatanganan naskah dilakukan antara pihak Unesa (Direktur Program Pascasarjana Unesa dan Kaprodi S3 Pendidikan Vokasi serta Dekan College of Humanities and Applied Science (Prof. WU, Ming-Chang),” tambah Prof Luthfiyah. Masih menurut Luthfiyah, realisasi MoA tersebut direncanakan pada awal tahun 2020. Kerja sama meliputi kegiatan visiting lecturer, joint publication, dan collaboratrive research. Kegiatan ini akan melibatkan pengelola dan dosen-dosen dari Program Studi S3 Pendidikan Vokasi serta pengelola dan dosen-dosen dari Graduate School of Vocational and Technical, Yuntech, Taiwan. Satu langkah nyata telah ditempuh untuk membangun jejaring. Segera akan disusul langkah-langkah berikutnya untuk mengembangkan sayap Program Studi S3 Pendidikan Vokasi. n LN/MAN
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
25
INSPIRASI
ALUMNI
Umar Fauzi Ballah, Alumni Unesa yang Satrawan dan Pendidik
SUKA DUNIA SASTRA JADI ALASAN MASUK UNESA
SASTRAWAN: Gaya khas Faizi Ballah dalam aktivitas sehari-hari sebagai sastrawan dan pendidik.
MENGIRA MASUK SASTRA INDONESIA AKAN DIAJARI MENULIS PUISI, FIKSI, DAN SEBAGAINYA. PERKIRAAN ITU TIDAK SEPENUHNYA BENAR. TERNYATA LEBIH BANYAK BERGULAT DENGAN TULISAN APRESIATIF ATAU KRITIK.
26
M
emilih jurusan dan kampus memang tidak bisa lepas dengan cita-cita dan hobi. Begitu juga dengan Ballah, alumni jurusan bahasa dan sastra Indonesia. Ia sudah menyukai dunia sastra sejak masih duduk di bangku SMA. Umar Fauzi Ballah atau yang lebih dikenal dengan nama Fauzi Ballah lahir di Sampang, 2 Juli 1986.
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
Majalah Unesa
Jenjang pendidikan dasar hingga menengah atas ditempuh di kota kelahirannya. Ia pernah tercatat sebagai siswa di SDN Karang Dalem 6, SMPN 2 Sampang, dan MAN Sampang. Pria yang kini pengajar bahasa Indonesia di Ganesha Operation sekaligus Kepala Rayon GO Sampang ini memiliki keahlian di bidang kritik sastra. Semua bermula dari minatnya terhadap puisi pada
INSPIRASI ALUMNI 2001. Saat itu, ia masih duduk di bangku kelas X MAN Sampang. Kecintaan terhadap puisi itu terus ia pupuk hingga bertekad akan kuliah sastra Indonesia. Kebetulan, lamaran pertama alias brosur yang masuk ke sekolah waktu itu dari Unesa. Ia pun mendaftarkan diri di program studi sastra Indonesia dan diterima. Ballah mengira, masuk sastra Indonesia akan diajari menulis puisi, fiksi, dan sebagainya. Namun, perkiraan itu tidak sepenuhnya benar. “Ternyata lebih banyak bergulat dengan tulisan apresiatif atau kritik,” tutur pria yang berdomisili di Sampang itu. Itulah yang kemudian membuat ia ganderung menulis esai kritik. Ia lebih banyak menulis puisi setelah bergabung dengan Komunitas Interlude dan Komunitas Rabo Sore. Di situ kerap didaulat sebagai tukang bedah karya sastra. Jika ditanya, siapa penyair yang telah membuat Ballah menyukai puisi, ia akan menjawab Chairil Anwar. Pemilik puisi “Aku” itu menjadi penyair pertama yang membuat ia tiba-tiba menyukai puisi. Puisi pertama ia ditulis pada 14 Februari 2002. Puisi pertama itu lahir setelah pembacaan Ballah terhadap puisi “Cintaku Jauh di Pulau”, “Penerimaan,” dan “Doa.” Kalau menulis diibaratkan sebagai produk, membaca adalah bahan bakunya. Kegemaran membaca menjadi harga mutlak yang wajib dilakukan oleh setiap penulis. Bagi Ballah, buku Mengikat Makna karya Hernowo adalah buku yang amat berarti. Buku itu telah membuat keganderungan membaca pada diri Ballah semakin menjadi-jadi Kahlil Gibran, Emha Ainun Nadjib, dan Korrie Layun Rampan adalah para penulis yang bukunya sangat Ballah ganderungi selama SMA. Buku Prof. Suminto A. Sayuti yang berjudul Perkenalan dengan Puisi adalah buku pertama tentang teori menulis puisi yang ia baca. Pada 2004 Ballah masuk Unesa. Bersamaan dengan Temu
NARASUMBER: Sebagai sastrawan, Fauzi Ballah kerap menjadi pembicara dalam event-event sastra dan kependidikan berskala nasional.
“
Di era serbainstan ini, semoga Unesa bisa memberikan terobosan pendidikan kuliah yang lebih pas sehingga generasi masa depan menjadi tuan rumah di negeri sendiri.” FAUZI BALLA
Sastrawan Nusantra. Momen itu menjadi pengalaman yang sangat mengesankan baginya. “Masuk kuliah sudah bertemu gelaran sastra internasional di Surabaya. Waktu itu Prof. Yuwana Sudikan memberikan undangan untuk menghadiri pembukaan di Cak Durasim,” kenang Ballah. Dalam rangkaian itu, FBS Unesa mengundang para kritikus sastra dalam mimbar ilmiah. Fauzi masih ingat, di situ ia berkenalan kali pertama dengan tulisan berupa esai dan kritik karya Anas Ahmadi, sekarang dosen di JBSI, yang mengulas karya Budi Darma. Lewat tulisan itu pun Ballah terilhami
Majalah Unesa
menulis esai berjudul “Doa dan Kematian Chairil Anwar” yang dimuat majalah Widyawara. “Tentu senang. Maba bisa menulis dan dimuat di majalah jurusan. Ternyata, kuliah sastra membuat saya lebih banyak menulis esai kritik,” tambahnya. Namun, tantangan yang ia hadapi, ia tidak mahir bahasa Inggris. Padahal, referensi paling melimpah ada di buku asing. Sampai saat ini ia masih belajar dan semakin menyadari masih miskin referensi. Di Facebook ia sering menjumpai status-status serius yg mengulas sastra dengan kekayaan referensi. Banyak karya yang sudah ia hasilkan. Ia menceritakan tentang karyanya, kalau ia baca lagi kadang kagum sendiri. “Kalau puisi ‘AyatAyat Isroil’ yang dalam kumpulan puisi Jalan Kepiting diubah menjadi “Menjelang.” Itu puisi yang menjadi juara II Peksimida 2008,” tutur Ballah. Ballah juga menyampaikan harapan untuk Unesa. “Di era serbainstan ini, semoga Unesa bisa memberikan terobosan pendidikan kuliah yang lebih pas sehingga generasi masa depan menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” pungkasnya. n (IC/FBR)
| Nomor: 34 Tahun XX - Oktober 2019 |
27
LAPORAN
KHUSUS
UNESA TUAN RUMAH KONTES ROBOT TERBANG INDONESIA (KRTI) 2019
AYOOO TERBANG TINGGI Universitas Negeri Surabaya (UNESA) bersama Direktorat Jenderal Pembelajaran dan kemahasiswaan Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) menyelenggarakan Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) di di Lapangan Terbang Angkatan Laut Grati Pasuruan 1-4 Oktober 2019. Kegiatan tahunan ini diikuti 95 tim dari 40 perguruan tinggi dari seluruh Indonesia, dihadiri langsung oleh Menristekdikti Prof. Mohamad Nasir.
D
alam sambutannya Prof. M. Nasir menyampaikan mimpi besarnya bahwa ke depan Indonesia harus unggul dalam hal teknologi, terutama dalam mendukung kemandirian teknologi wahana terbang tanpa awak. “Di setiap kompetisi tingkat dunia, Indonesia selalu mendapat juara, itu artinya Indonesia mampu dan generasi Indonesia adalah generasi yang membanggakan”, ungkap Menristekdikti. Pada pembukaan yang diselenggarakan di halaman rektorat Unesa Lidah Wetan Selasa malam (1/10), Rektor Unesa, Prof. Nurhasan, M.Kes., mengungkap harapannya pada penyelenggaraan kegiatan ini. Menurutnya, KRTI menjadi bagian dari upaya Unesa mendukung visi Kemristekdikti yaitu “Terwujudnya Pendidikan Tinggi yang Bermutu serta Kemampuan Iptek dan Inovasi untuk Mendukung Daya Saing Bangsa serta Beradaptasi pada Era Revolusi Industri 4.0”. “Upaya untuk menumbuhkembangkan ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta meningkatkan mutu pendidikan tinggi di Indonesia perlu difasilitasi oleh kegiatan yang dapat mendukung penumbuhan dan pengembangan kreativitas dan inovasi dosen beserta para mahasiswa, baik dari segi teoritis maupun penerapan praktis”, terangnya. Kepada semua yang berkompetisi, Rektor berharap KRTI dapat menjadi kegiatan mahasiswa untuk mengeksplorasi kemampuannya dalam mengembangkan ide, merancang, serta mengimplementasikan teknologi dalam berbentuk robot. Ia juga berharap dalam event ini mampu terbangun suasana kompetisi yang kondusif di antara para peserta.
28
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
Majalah Unesa
LAPORAN KHUSUS KOMPETITIF: Peserta sedang menyiapkan robot terbangnya.
“Selamat bertanding untuk seluruh peserta, semoga kompetisi berlangsung dengan lancar dan sukses. Semua peserta menikmati sehingga dapat meraih hasil maksimal”, tuturnya. Sementara itu, Ketua Panitia, Dr. Maspiyah, M.Kes., menjelaskan secara teknis kompetisi berlangsung selama tiga hari, dimulai (2/10) hingga penutupan jumat (4/10) di Lapterbal Grati Pasuruan. 95 tim akan berkompetisi dalam empat divisi (cabang). “24 tim akan mengikuti Divisi Racing Plane (RP), 25 tim di Divisi Fixed-Wing (FW), 24 tim di Divisi Vertical Take-off and Landing (VTOL), serta 22 tim di Divisi Technology Development (TD)”, jelasnya. Acara tersebut turut dihadiri Laksamana Pertama Edwin, SH., M.Han, Komandan Puspenerbal, jajaran Dirjen Belmawa Kemristekdikti, dan Ketua DPRD Propinsi Jawa Timur Kusnadi, S.H, M.Hum.
Golden Eagle Art Unesa Diperhitungkan
Hari pertama KRTI 2019 semua berjalan lancar. Empat divisi yang diperlombakan melakukan tahap penyisihan yang dilaksanakan masing- masing peserta. Pada tahapan ini tim diperbolehkan melakukan uji lintasan sebelum start
lomba. Uji lintasan dilakukan untuk penyesuaian kemampuan performa robot dengan programming yang telah dibuat. Divisi yang diperlombakan masih tetap sama dengan tahun sebelumnya. Terdapat empat divisi yang diperlombakan antara lain VToL, Fixed Wing, Racing Plane, dan Technologi Development. Tantangan khusus bagi para peserta lomba dari berbagai perguruan tinggi se-Indonesia ini ialah harus menghadapi cuaca yang cukup panas juga angin yang cukup kencang. Alhasil setiap peserta harus cepat beradaptasi, khususnya mengondisikan kestabilan robot terbang mereka. Untuk perlombaan Divisi Racing Plane, Tim Unesa yang menerjunkan robot Golden Eagle Art berhasil lolos ke tahap selanjutnya. Meskipun tidak dapat menyelesaikan hingga garis finish, Golden Eagle Art berhasil menyelesaikan terbang mencapai garis sejauh 700 meter, sedangkan lawannya hanya mampu menempuh 100 meter, sehingga wakil Unesa ini berhak mengikuti tahap penyisihan selanjutnya. Pada divisi ini ada 24 tim dari perguruan tinggi se-Indonesia yang dijadwalkan dalam 16 pertandingan. Menurut Berkat, panitia Divisi Racing Plane, ada dua titik yang harus dijangkau oleh para peserta dalam
Majalah Unesa
divisi ini. Titik 100 meter dan 700 meter. “Panjang lintasan untuk tahapan ini 1.400 meter. Namun dibagi dua 700 meter pemberangkatan, dan 700 meter untuk kembali ke garis finish,” ujar berkat. Menurut Danpus Penerbal Laksamana Pertama Edwin, KRTI merupakan gebrakan teknologi yang cukup bagus. Menurutnya perkembangan teknologi ini dapat juga diaplikasikan ke dalam dunia militer. “Jika KRTI ini selalu dibina terus dan berkelanjutan, tentunya dapat dijadikan solusi jitu dalam penerapan teknologi pada dunia militer. Sehingga bangsa kita ini tidak akan kalah dengan negara lainnya dalam memproduksi alat teknologi kemiliteran,” tegas Laksamana Pertama Edwin saat mengunjungi arena KRTI.
Hari Kedua Seluruh Tim Tampil Maksimal
Tampil maksimal itulah yang tergambar pada seluruh tim peserta Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) 2019 pada hari kedua. Seluruh tim mengerahkan segala kemampuannya untuk bisa lolos ke tahap semifinal dan final keesokan harinya. Pada divisi Racing Plane seluruh tim yang mengikuti divisi ini harus bisa mengembangkan pesawat yang
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
29
LAPORAN
KHUSUS
cepat. Divisi ini juga dilaksanakan dalam bentuk racing atau balapan terbang. Tim yang paling jauh dan tercepat itulah pemenangnya. Kompetisi ini dibagi menjadi empat babak. Hari pertama dan kedua babak penyisihan dan perempat final. Untuk hari terakhir semifinal dan grandfinal. Divisi Vertical Take-off and Landing (VTOL) memiliki satu kelas saja. Pada divisi tim peserta berkesempatan menerbangkan dronenya serta menempatkan balok-balok yang sudah disiapkan. Siapa yang lebih cepat kembali ke garis finish dan menyelesaikan misinya secara baik maka akan jadi pemenang. Bagi Divisi Teknology Development (TD) sebagai konsep pengembang teknologi tanpa awak seluruh peserta harus melakukan presentasi dan tanya jawab dengan para dewan juri. Setelah presentasi dan tanya jawab peserta diberi kesempatan untuk melakukan demo terbang. Kesesuaian presentasi dan demo terbang menjadi penilaian khusus bagi dewan juri. Terakhir Divisi Fixed-Wing (FW) sebagai divisi yang melombakan satu kelas saja. Divisi ini peserta diberi waktu untuk melakukan monitoring dan mapping dengan diberi waktu sektar 40 menit untuk menyelesaikan misi terbang, dan 20 menit diberikan untuk mengolah data di pit yang telah disediakan. Menurut Farhan Kristianto dari Universitas Janabadra Yogyakarta, hari kedua merupakan hari yang berat bagi seluruh kontestan karena terkendala angin kencang. Menurutnya angin kencang dapat mempengaruhi keseimbangan pesawat dalam meluncur. Namun inilah yang dinamakan kompetisi, seluruh tim harus mempersiapkan segala sesuatunya untuk menghadapi situasi di luar ekspektasi. “Kami dan seluruh tim KRTI 2019 dihadapi situasi yang cukup sulit. Tapi inilah yang harus kami hadapi. Kemarin salah satu peserta dari FW robot terbanya ada yang jatuh dan
30
KOMPETITIF: Rektor Universitas Negeri Surabaya, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., memberi sambutan saat penutupan (atas). Danpus Penerbal Laksamana Pertama Edwin, turut memberi support kepada peserta.
terbakar karena goncangan angin yang membuat pesawat tidak stabil. Dengan situasi angin kencang kami dituntut harus memeras otak dan memperoleh solusi apa yang perlu dilakukan untuk menanggulanginya supaya peswat bisa lepas landas,� ujarnya. Farhan juga menambahkan seluruh divisi yang memiliki kriteria perlombaan yang berbeda, peserta akan memaksimalkan segala kemampuannya untuk mengatasi permasalahan kondisi angin yang kadang tak menentu ini. “Saya yakin seluruh tim memiliki strategi masing-masing untuk mengatasi angin kencang ini. Sehingga perlombaan akan menjadi lebih seru dan impresif,� imbuh farhan.
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
Majalah Unesa
Selamat atas Para Juara
Akhirnya, Kontes Robot Terbang Tahun 2019 yang diselenggarakan di Puspenerbal Grati Pasuruan resmi ditutup, Jumat (04/10). Universitas Negeri Surabaya sebagai tuan rumah dicatat sukses menyelenggarakan ajang bergengsi di kalangan mahasiswa itu. Acara yang berlangsung selama empat hari ini telah mempertandingkan lebih dari 40 pertandingan dari keseluruhan divisi. Keseluruhan tim dari berbagai perguruan tinggi se-Indonesia adu gengsi untuk menunjukkan kualitas robot terbangnya. Penutupan dilakukan langsung oleh Direktur Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa)
LAPORAN KHUSUS
JUARA: Tim Robot Terbang Unesa mendapat anugerah The Best Design.
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Dr. Didin Wahyudin. Dalam sambutannya Dr. Didin mengatakan Universitas Negeri Surabaya sebagai tuan rumah Kontes Robot Terbang Indonesia Tahun 2019 telah sukses menyelenggarakan keseluruhan pertandingan. Adapun sorotan yang dinilai oleh Belmawa yang pertama fasilitas yang diberikan dalam penyelenggaraan pertandingan, kedua lokasi pertandingan yang cukup bagus, dan yang ketiga kenyamanan para peserta. “Kami dari Kemenristekdikti sangat berterima kasih kepada Unesa yang telah sukses menyelenggarakan KRTI 2019, serta tidak kalah saya ucapkan terima kasih kepada TNI AL Grati yang bersedia memberikan fasilitas yang terbaik untuk keseluruhan perlombaan dan juga kenyamanan para peserta,” ujar Dr. Didin. Dr. Didin juga menambahkan untuk para peserta agar dapat mengambil hikmah dari setiap kegiatan seperti dalam ajang KRTI ini. Menurutnya ajang ini tidak hanya kompetisi yang dilaksanakan namun jalinan silaturahmi kepada seluruh perguruan tinggi harus terpupuk dengan baik. Kolaborasi dengan perguruan tinggi lain serta berinteraksi terkait teknologi akan menambah jejak informasi yang bagus untuk seluruh peserta dalam mengembangkan teknologi robot
yang bermanfaat. “Kontes Robot akan bermakna kelak di kemudian hari demi pertumbuhan teknologi di Indonesia dan bermanfaat dalam kehidupan nyata. Mari sebagai generai bangsa kita membaur dengan peserta lainnya menjalin silaturahmi, bertukar pikiran, dan saling membangun pola pikir untuk perkembangan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat,” imbuhnya. Sementara itu Rektor Universitas Negeri Surabaya, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., menyatakan kekagumannya atas semangat juang yang dilakukan oleh seluruh peserta KRTI 2019. Dimana seluruh peserta telah menuangkan segala kemampuannya untuk menjadi yang terbaik. Rektor berpendapat KRTI 2019 ini merupakan presentasi hebat di dunia teknologi khusunya robot terbang tanpa awak. “Dengan cuaca yang cukup terik dan angin kencang, saya mengapresiasi sekali perjuangan kepada seluruh tim peserta. Terselenggaranya KRTI ini sebagai bentuk wujud majunya dunia teknologi robotik di Indonesia. Saya berharap para peserta tidak cukup sampai disini, teruslah berinovasi, berkreasi untuk mewujudkan Indonesia maju,” ujar rektor. Berikut adalah pemenang dari KRTI 2019. Divisi Take Off an Landing
Majalah Unesa
(VTOL) Juara Satu Universitas Teknorat Indonesia, Juara Dua Universitas Gadjah Mada, Juara Tiga Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, dan desan terbaik Universitas Ahmad Dahlan. Divisi Technology Development (TD) Sub Divisi Airframe Innovation Juara Satu Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Juara Dua Universitas Nurtanio, Juara Tiga Universitas Gadjah Mada, dan Desan Terbaik Polteknik Negeri Batam. Sub Divisi Flight Controller Development Juara Satu Universitas Gadjah Mada, Juara Dua Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Juara Tiga Institut Teknologi Bandung. Sub Divisi Propulsion System Development Juara Satu Universitas Gadjah Mada, Juara Dua Institut Teknologi Bandung, Juara Tiga Universitas Negeri Surabaya, dan Desain Terbaik Universitas Negeri Surabaya. Sub Divisi Flight Controller Development Tim Inovatif Dimenangkan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Sub Divisi Airframe Innovation Tim berpotensi dari Universitas Teknorat Indonesia. Divisi Fixed Wing (FW) Juara Satu Universitas Lampung, Juara Dua Universitas Telkom, Juara Tiga Universitas Andalas, Desain Terbaik Universitas Negeri Yogyakarta, Semangat Terbaik Universitas Riau, Respon Terbaik Universitas Gadjah Mada, Pendatang Baru Terbaik Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang, Inovasi Terbaik Universitas Sebelas Maret Surakarta, Kesiapan Terbaik Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, dan Kekompakkan Terbaik Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan. Divisi Racing Plane Juara Satu Universitas Brawijaya, Juara Dua Universitas Negeri Yogyakarta, Juara Tiga Universitas Andalas, Desain Terbaik Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan, Pendatang Baru Terbaik Universitas Janabadra, Pilot Terbaik Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang. Sedangkan Juara Umum diraih oleh Universitas Gadjah Mada. n (WHY/TNI)
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
31
RESENSI
BUKU
KAMUFLASE PEMBANGUNAN ATAS NAMA BOTTOM UP Buku Perencanaan Pembangunan Partisipatif: “Teori dan Deskripsi� ini tidak hanya memberikan pengetahuan terkait sistem musrenbang. Lebih dari itu, buku ini juga membongkar hal-hal yang berada di balik permukaan dan dengan diikuti rekomendasi solusi.
R
untuhnya rezim Orde Baru memberikan banyak perubahan dalam berbagai aspek. Termasuk dalam perencanaan pembangunan. Pada era Orde Baru, paradigma perencanaan pembangunan bersifat top down atau dari atas ke bawah. Pemerintah pusat merencanakan sebuah pembangunan, kemudian diterapkan hingga akar rumput. Paradigma sentralistik semacam ini sering kali menimbulkan konflik karena perencanaan dari pusat tidak sesuai dengan kondisi daerah. Setelah terjadi reformasi, paradigma pembangunan berubah dari top down menjadi bottom up. Salah satu bukti penting perubahan paradigma ini adalah dengan diberlakukannya sistem otonomi daerah. Sistem ini memberikan ruang yang lebih leluasa kepada pemerintah daerah untuk memajukan daerahnya masing-masing. Pemerintah daerah dapat menyusun perencanaan pembangunan yang sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah bersangkutan. Konsekuensinya adalah partisipasi masyarakat menjadi pilar utama dalam menentukan kebijakan pembangunan. Pemerintah, mulai dari tingkat desa atau kelurahan
32
“
Musrenbang hanya menjadi sebuah kamuflase atau sekadar formalitas semata. Hasil musrenbang tetap tidak direalisasikan dan yang direalisasikan adalah rencana dan kepentingan aparat pemerintah.�
hingga pusat, harus mendengarkan suara masyarakat. Masyarakat diajak berembuk bersama dalam merencanakan pembangunan. Oleh karena itu, lahirlah sebuah forum rembuk yang diberi istilah musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang). Musyawarah ini dilakukan mulai dari tingkat desa atau kelurahan. Di tingkat desa atau kelurahan, musrenbang benar-benar mendengarkan suara masyarakat. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat diakomodasi untuk kemudian dibawa ke musrenbang tingkat kecamatan. Setiap orang dapat mengajukan usul dan berdiskusi sehingga ditemukan kesepakatan terbaik untuk membangun desa atau kelurahannya.
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
Majalah Unesa
Dalam musrenbang tingkat desa atau kelurahan ini memang masih memiliki sejumlah kelemahan. Pertama, dominasi aparat desa dalam musrenbang sehingga suara masyarakat tidak mampu diakomodasi dengan sempurna. Kedua, keterlibatan perempuan yang masih belum tampak. Posisi perempuan masih dianggap sebagai orang nomor dua yang hanya berurusan dengan perkara domestik. Akibatnya, suara-suara mereka tidak terakomodasi meskipun sebenarnya mereka juga bagian dari masyarakat. Ketiga, minimnya pengetahuan masyarakat sehingga diskusi tidak bisa berjalan dengan sempurna. Hasil musrenbang desa atau kelurahan ini kemudian dibawa ke musrenbang kecamatan. Hasil musrenbang kecamatan dibawa ke musrenbang kabupaten. Pada setiap tingkatan, hasil musrenbang desa atau kelurahan seharusnya dipertahankan karena itu merupakan sesuatu yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat. Hasil musrenbang desa atau kelurahan adalah suara murni dari masyarakat. Akan tetapi, fakta yang terjadi di lapangan tidak selalu sesuai dengan harapan. Berbagai tekanan politik dan kepentingan bisa mengubah hasil musrenbang desa atau kelurahan di
RESENSI BUKU
JUDUL : Perencanaan Pembangunan Partisipatif: “Teori dan Deskripsi” PENULIS : Hendry Cahyono, S.E., M.E. PENERBIT : Meja Tamu TEBAL : xii + 162 halaman ISBN : 978-623-7052-50-0 CETAKAN : Pertama, September 2019 PERESENSI : Syaiful Rahman
tengah jalan. Suara-suara murni dari masyarakat menjadi lenyap begitu saja dan kebijakan yang muncul tidak sesuai dengan hasil musrenbang desa atau kelurahan. Musrenbang hanya menjadi sebuah kamuflase atau sekadar formalitas semata. Hasil musrenbang tetap tidak direalisasikan dan yang direalisasikan adalah rencana dan kepentingan aparat pemerintah. Dengan demikian, seolah-olah era Orde Baru ke era reformasi yang berubah hanya bungkusnya, sementara realisasinya tetap sama. Hendry Cahyono dalam buku ini memberikan sejumlah rekomendasi penting agar perencanaan pembangunan partisipatif dapat berjalan dengan baik. Pada tahap awal, sebelum dilakukan musrenbang desa atau kelurahan perlu dilakukan pra-musrenbang terlebih dahulu. Usulan-usulan dari tingkat RT/RW/ Dusun harus digali terlebih dahulu (hlm: 149). Pelibatan peran perempuan juga perlu dimaksimalkan. Pemberian sosialisasi kepada masyarakat terkait pembangunan harus dilakukan dengan optimal. Delegasi atau perwakilan di musrenbang harus orang-orang yang berpendidikan dan memiliki pemahaman baik agar mampu melakukan negosiasi dengan baik di dalam musrenbang. Demikian juga dalam musrenbang kecamatan dan musrenbang kabupaten. Pada
musrenbang kabupaten, pengawalan harus lebih intensif dan kuat. Masyarakat sipil yang menjadi delegasi atau perwakilan harus benarbenar dikawal. Dalam musrenbang kabupaten, tekanan politik dan kepentingan dari berbagai pihak sangat kuat. Selain itu, posisi eksekutif dan legislatif juga harus benar-benar diperjelas agar kepentingan kedua belah pihak tidak saling berbenturan dan merugikan masyarakat. Kepentingan masyarakat harus menjadi prioritas utama, bukan sekadar kepentingan oknum-oknum tertentu. Buku Perencanaan Pembangunan Partisipatif: “Teori dan Deskripsi” ini tidak hanya memberikan pengetahuan terkait sistem
Majalah Unesa
musrenbang. Lebih dari itu, buku ini juga membongkar hal-hal yang berada di balik permukaan dan dengan diikuti rekomendasi solusi. Melalui studi kasus yang diangkat, Hendry Cahyono menunjukkan secara gamblang bagaimana sebuah kebijakan diciptakan dan direalisasikan.
Syaiful Rahman Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya dan penulis buku “Menulis tanpa Kerangka” (2019)
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
33
SPOT NEWS
TAUSIYAH KEBANGSAAN
S
elasa (29/10) malam, di halaman Gedung Rektorat Unesa kampus Lidah Wetan, ribuan insan terhipnosis tausiyah kebangsaan yang disampaikan KH. Ahmad Muwafiq atau yang biasa disapa Gus Muwafiq. Rektor Unesa, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes beserta jajaran pejabat Unesa lainnya turut khusuk menyimak ceramah bertema “Merawat Kebhinekaan untuk Indonesia Maju” yang digelar dalam rangka Dies Natalis ke-55 Unesa. Dalam tausiyahnya, Gus Muwafiq banyak mengulas masalah kebangsaan dan nasionalisme. Dipaparkan bahwa saat ini ada sebagian anak bangsa yang mulai ragu dengan kebenaran bangsa Indonesia. Mereka ini ribut di dunia maya. Meraka tawarkan bukan lagi merah putih. Padahal, masih menurut Gus Muwafiq, merah putih telah mempersatukan Sabang sampai Meraoke. Diceritakan oleh kiai kelahiran Lamongan itu, zaman kolonialisme, Belanda marah kepada merah putih. Oleh sebab itu para kiai tidak mengibarkan merah putih di depan rumah. Melainkan mengibarkannya di atas rumah. “Karena Belanda masih curiga, tiangnya dikasih tebu. Masih curiga diberi padi. Masih curiga ditambahi pisang. Masih tetap curiga dikasih lagi kelapa. Besoknya dibawakan makanan berupa ingkung dan tumpeng ke rumah itu. Belanda terkecoh dikiranya mereka hanya untuk makan-makan. Begitu makanan habis, Belanda pun kaged. Makanan habis, tebu dan pisangnya hilang, padi juga kelapannya mengering, yang tersisa tinggal merah putih. Itu dulu cara anak bangsa ini melawan Belanda dengan merah putih,” jelas Gus Muwafiq ditepuktangani hadirin. “Maka ketika di Surabaya, ada merah putih ditambah biru, langsung disobek-sobek oleh santri Indonesia. Belanda marahnya luar biasa, karena bendaranya hilang warna birunya. Akhirnya Belanda ngamuk luar biasa.
34
Ribuan nyawa dikorbankan untuk mempertahankan merah putih. Dan kemudian ulama yang yakin tentang wilayah meninggalkan yang namanya santri. Santri tak pernah ragu dengan nusantara, karena santri tahu persis tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,” paparnya lagi. Lanjut Gus Muwafiq, kemudian santri mengambil alih sikap melawan secara tegas dengan syariat melalui keputusan besar yang dinamakan Resolusi Jihad tanggal 22 Oktober 1945. Risolusi Jihad inilah yang menggerakkan seluruh santri. Maka dengan resolusi Jihad meledaklah peristiwa 10 November 1945 yang dikenal sebagai Hari Pahlawan. Tanpa 22 Oktober tidak akan ada 10 November. Maka 10 November menjadi hari pahlawan, dan 22 Oktober menjadi Hari Santri Indonesia. “Tapi merah putih bagi anak millennial hanya berharga 50 ribu. Lupa dia minta ribuan nyawa. Anak
| Nomor: 134 Tahun XX - Oktober 2019 |
millennial disuruh angkat tangan kadang mengatakan bid’ah dan musyrik. Ini satu hal yang membuat saya yakin, bahwa orang seperti ini pada zaman perang melawan Belanda, nenek moyangnya bukan bagian dari sejarah perang Indonesia,” tandas sang Gus. “Makanya kalian anak-anak millennial, anak-anakku, kalian harus paham bangsa ini bukan bangsa kecil, dan bangsa ini terus berjalan. Kamu sekarang millennial mau kemanapun silakan, mau jadi Amerika silakan. Mau lebih Italy daripada orang Italy makan spageti, tapi kamu nggak bisa pergi ke Italy tanpa ditanya paspormu mana? Kamu boleh menjadi Korea daripada orang Korea, musik KPOP menjadi makananmu setiap hari, tapi kalau pergi ke Korea pasti ditanya, paspormu mana? Maka batas millennial adalah batas daerah yang namanya batas bangsa dan negara. Maka kamu boleh menjadi siapa pun tapi jangan kamu lupakan bahwa kamu adalah orang Indonesia,” pungkas kiai. n @AROHMAN/FOTO: AROHMAN
KH. Ahmad Muwafiq
Ulama, Orator Nahdlatul Ulama
Majalah Unesa