[ INSPIRASI ALUMNI ]
Menjadi pengajar di luar negeri merupakan salah satu hal yang membanggakan bagi Maftuhin. Alumni IKIP (Unesa) tahun 1994 ini telah menjadi guru di Sekolah Indonesia selama kurang lebih 19 tahun. Bagaimana lika-liku perjalanannya hingga sampai mengajar di luar negeri?
S
etelah lulus dari IKIP (Unesa), Maftuhin langsung membuat surat lamaran ke Kemendikbud untuk menjadi guru di Luar Negeri. Kebetulan, saat itu ada kabar dari saudaranya terkait lowongan guru PPKn di Sekolah Indonesia Hongkong. Namun, lama sekali tidak ada kabar jawaban dari surat lamaran tersebut. Baru pada bulan Oktober 2001, Maftuhin mendapat panggilan tes seleksi di Kemlu untuk seleksi guru PPKn di Bangkok (bukan Hongkong). “Atas saran dari salah seorang panitia saya disarankan tidak mendaftar guru di Bangkok sebab gajinya kecil dan tidak boleh membawa keluarga. Saya disarankan ikut tes seleksi di Kemedikbud untuk guru PPKn di Kuala Lumpur selang seminggu kemudian. Dan sebulan kemudian dapat pengumuman saya diterima. Akhirnya, tepat tanggal 5 Januari 2002 saya terbang ke Kuala Lumpur.” cerita Maftuhin. Maftuhin menceritakan bahwa profesi guru adalah cita-cita yang ia impikan dari kecil. Sehingga ia mencintai profesi sebagai guru ini. Sebenarnya, sebelum lulus ia sudah mengajar di beberapa Lembaga Bimbingan Belajar seperti Erlangga Surabaya, Primagama Surabaya dan Gresik, ASG Gresik dan SMA Assa’adah Bungah Gresik. Namun, setelah memperhatikan lokasi tempat kerja tersebut yang saling berjauhan, ia merasa sangat lelah. Atas saran dari saudara, akhirnya ia mencoba melamar menjadi guru di luar negeri. “Semua saya lakukan dengan gembira dan senang hati. Saya sangat menjiwai menjadi seorang guru di Sekolah Indonesia untuk Malaysia,” papar Mantan Ketua Senat Fakultas IPS tahun 1992.
18
| Nomor: 154 Tahun XXII - Juni 2021 |
Maftuhin Muhammad Wahib, S.Pd, 19 Tahun Mengajar di SIKL Malaysia
Mengabdi Sepenuh Hati, Jadi Guru SUDAH Impian sejak Kecil
Majalah Unesa