[ RESENSI BUKU ]
Memaknai Hidup, Menempa Diri, Menuju Cahaya Ilahi Oleh SYAIFUL RAHMAN
D
i tengah arus perubahan yang semakin pesat ini, semakin banyak orang yang dilanda kebingungan. Semua terasa bergerak begitu cepat. Arus informasi dan komunikasi bergerak bak kilat. Media sosial menyajikan berbagai informasi yang kadang kala memberati pikiran manusia. Kepalsuan-kepalsuan yang disajikan telah mampu membawa manusia ke dalam ruang “panjang angan.” Ambisi-ambisi yang membutakan pun
30
bermunculan dari jiwa-jiwa manusia. Di sisi lain, kegersangan jiwa bagaikan pandemi yang siap menulari siapa saja. Maka, tidak heran bila kemudian semakin banyak orang yang merasa kebingungan. Bingung hendak melangkah ke mana? Bingung harus bagaimana? Banyaknya fasilitas rupanya tidak sejalan dengan tingkat kebahagiaan. Orang-orang kota merindukan suasana pedesaan. Orang-orang desa merindukan suasana perkotaan. Semua bertarung demi satu kata: mencari kebahagiaan.
| Nomor: 154 Tahun XXII - Juni 2021 |
Majalah Unesa
Ironisnya, tidak sedikit orang yang memaknai kebahagiaan sebagai kemewahan. Alhasil, orang-orang berlomba-lomba untuk mengejar harta dan tahta. Semakin kaya seseorang dan semakin tinggi jabatan yang dimiliki, semakin bahagia pula kehidupannya. Demikian yang muncul dalam benaknya. Akan tetapi, rupanya harta dan tahta bagaikan bayangbayang. Dapat satu, ingin dua. Dapat dua, ingin tiga. Demikian seterusnya hingga kebahagiaan yang dikejar itu pun semakin abu-abu.