KIPRAH LEMBAGA
BERBAGI ‘BERKAH’ SEBAGAI JURU BAHASA ISYARAT Nur Rohimah Tisnawati. Lulusan S-1 Pendidikan Luar Biasa (PLB) itu kerap tampil di berbagai acara. Dia sebagai jembatan komunikasi bagi penyandang disabilitas di berbagai komunitas dan organisasi. Prinsip hidupnya, menjadi berkah bagi orang lain.
U
nesa punya juru bahasa isyarat, salah satunya Nur Rohimah Tisnawati. Lulusan S-1 Pendidikan Luar Biasa (PLB) itu kerap tampil di berbagai acara penting baik dalam maupun luar kampus. Dia sebagai jembatan komunikasi bagi penyandang disabilitas di berbagai komunitas dan organisasi. Prinsip hidupnya, menjadi berkah bagi orang lain. Nasib dan jalan hidup memang tidak bisa ditebak. Begitupun dengan perjalanan hidup Nur Rohimah Tisnawati. Dia tidak menyangka akan menjadi juru bahasa isyarat dan bisa membantu banyak orang, terutama penyandang tunarungu lewat kemampuannya. Perempuan yang duduk di semester empat prodi PLB Pascasarjana Unesa itu mulai mengenal dan belajar bahasa isyarat sejak menjadi mahasiswa prodi Pendidikan Luar Biasa (PLB). Awal-awal, dia mengaku tidak memiliki keterampilan berbahasa isyarat sama sekali. Prosesnya benar-benar mulai dari nol. Bahkan untuk berkomunikasi dengan mahasiswa tunarungu di kampus pun kesusahan. Kondisi itu membuatnya bertekad untuk mempelajari bahasa isyarat. Tidak hanya di lingkungan kampus, tetapi juga di komunitas-komunitas luar kampus, termasuk Komunitas Arek Tuli
14
Nur Rohimah Tisnawati (tiga dari kiri) saat menjadi juru bahasa isyarat untuk Polda Jatim.
Surabaya. “Waktu itu saya merasa ada yang salah dengan diri saya yang notabenenya mahasiswa PLB kok tidak bisa berkomunikasi dengan teman-teman yang mengalami keterbatasan pendengaran,” ujarnya. BERKONTRIBUSI SEBAGAI VOLUNTEER DAN PENDIDIK Hampir setiap hari, Nana belajar dan berlatih meningkatkan skill bahasa isyaratnya. Pelan tapi pasti, dasar-dasar kebahasaan dia kuasai. Nana kemudian memutuskan untuk menjadi volunteer. Tugasnya yaitu membantu teman-teman komunitas
| Nomor: 162 Tahun XXIII - Februari 2022 |
Majalah Unesa
atau organisasi tunarungu dalam berkomunikasi. Perannya yaitu menjadi jembatan komunikasi antara penyandang tunarungu dengan orang-orang normal atau ‘orang dengar’. Keterlibatannya sebagai volunteer itulah, membuatnya dijuluki sebagai juru bahasa isyarat atau penerjemah bahasa isyarat. “Teman-teman tuli yang awal menyebut saya sebagai juru bahasa isyarat. Sampai sekarang saya pribadi masih menganggap diri saya sebagai volunteer, buka juru bahasa isyarat,” katanya.