LENSA UNESA
KERJA SAMA: Rektor Unesa Prof. Warsono dan Prof. Abe Yasuro dari Nagoya University (duduk depan) foto bersama perwakilan kedua universitas.
PERKUAT PENELITIAN
UNESA KERJA SAMA DENGAN NAGOYA UNIVERSITY
U
niversitas Negeri Surabaya (Unesa) kedatangan tamu istimewa dari Nagoya University Jepang. Kunjungan Nagoya University, dipimpin oleh Prof. Abe Yasuro, yang merupakan Ketua Pusat Penelitian Cultural Heritage and Text (CHT). Selain Prof. Abe, empat peneliti dari Jepang ikut mendampingi dan memaparkan presentasi terkait hasil penelitian dalam simposium. Prof. Abe Yasuro saat memberikan pengantar di Ruang Sidang, Kantor Pusat Unesa, Jumat (29/01/2016) mengaku senang dengan kerja sama yang dilakukan dengan Unesa. Rencananya, simposium diadakan selama tiga hari dengan agenda utama penyambutan disertai kunjungan ke Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, presentasi hasil penelitian CHT, dan berkunjung ke situs-situs terkenal yang ada di Mojokerto. Pusat penelitian CHT ini bergerak dalam bidang penelitian artefak, benda-benda
2
bersejarah maupun hasil kebudayaan yang berhubungan dengan kehidupan umat manusia. Kiprah peneliti yang tergabung dalam CHT lebih dari 10 tahun meneliti dan proyeknya telah disebar untuk kepentingan masyarakat umum. Sebagai bentuk pengabdian sekaligus melebarkan sayapnya, go international, CHT melakukan penelitian dan kerja sama dengan universitas di dunia. Seperti pada tahun 2014, menyelenggarakan workshop dengan Harvard University, menjadi panel dalam konferensi internasional (EAJS dan AAS) dan masih banyak lagi. Kini CHT juga membangun jaringan kerja sama dengan universitas-universitas di Asia, salah satu di antaranya Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Ketua Jurusan Seni Rupa Dr. Drs. Djuli Djatiprambudi, M. Sn. menga takan, pada dasarnya peran serta Jepang cukup besar dalam pembuatan monumen-monumen bersejarah di za-
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
Majalah Unesa
man Soekarno. Monumen-monumen yang dihasilkan ini memang dibuat oleh orang Indonesia, namun dalam pembuatannya, orang-orang Jepanglah yang mengajarkan teknik mengukir kepada masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat dari hasil ukiran benda-benda bersejarah di antara kurun waktu kemerdekaan Republik Indonesia hingga periode kepemimpinan Soekarno. Pembantu Rektor IV Unesa Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt. mengapresiasi terhadap karya-karya penelitian yang telah di-publish. “Saya kira pen ting sekali penelitian ini. Bagaimana cara mengenalkan monumen-monumen bersejarah yang tidak bisa bicara ini, untuk mengetahui bagaimana latar belakang historisnya, agar kemudian informasi tersebut bisa disebarluaskan pada masyarakat umum.” (RARAS/SR)
WARNA REDAKSI Unesa wajib mempunyai harga diri. Siapa pun orangnya yang menjabat di Unesa haram hukumnya mengeluh apalagi meratapi nasib institusinya. Justru mereka berkewajiban mengangkat panji-panji Unesa setinggitingginya agar siapa pun tahu bahwa Unesa itu ada dan mampu berkibar di antara perguruan tinggi lainnya. Oleh A. Rohman
B
elakangan ini para pecinta bola dikejutkan oleh ketrengginasan kesebelasan Leicester City yang memimpin klasemen Liga Inggris musim kompetisi 2015-2016. Kesebelasan yang tidak pernah diperhitungkan itu tiba-tiba saja menjadi buah bibir berkat kemampuannya meraih kemenangan demi kemenang an berbekal dana terbatas serta tanpa diperkuat pemain bintang. Bahkan, keperkasaan the big four yang yang biasanya dihuni tim kaya sekelas Manchester United, Manchester City, Arsenal, dan Liverpool serasa tenggelam oleh kehebatan tim besutan Claudio Ranieri ini. Lantas apa hubungan Unesa dengan klub sepak bola asal kota Leicester, Inggris itu? Secara history tidak ada. Tetapi secara filosofis, tentu siapa pun boleh meniru cara kerja tim yang difavoritkan menjuarai liga paling elite di dunia tersebut. Termasuk Unesa. Ya, dalam hal nama besar bisa jadi Unesa masih kalah dengan universitas favorit di tanah air maupun mancanegara. Tetapi berkaitan dengan semangat kerja setiap sivitas akademika Unesa patutlah dibanggakan. Prinsip yang diusung pimimpin Unesa sekarang; kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas melandasi seluruh aktivitas sivitas sebagai komitmen membesarkan Unesa di kancah nasional dan internasional. Sistem kerja sama yang apik di kubu tim Leicester City, bergerak menyerang dengan kombinasi operan bola dari kaki ke kaki membuat lini belakang lawan tidak mampu bertahan lama
karena terhipnotis gaya permainan yang begitu kompak. Sebaliknya, ketika mereka diserang, serempak setiap pemain (tidak mempedulikan posisinya) langsung akan melakukan blocking terhadap pemain lawan yang mencoba menyusup ke areal separo pertahanan sendiri, sehingga praktis mengunci setiap upaya membobol gawang. Itulah landasan dasar mengapa
UNESA DAN BUKAN TIM KACANGAN Leicester City patut dijadikan acuan Unesa. Selama ini Unesa masih dipandang sebelah mata. Bukan saja oleh mereka yang menganggap Unesa sebagai perguruan tinggi kelas dua, tetapi kadang juga oleh warganya sendiri yang merasa apatis. Ini masalah utama yang harus segera dihilangkan. Unesa wajib mempunyai harga diri. Siapa pun orangnya yang menjabat di Unesa haram hukumnya mengeluh apalagi meratapi nasib institusinya. Justru mereka berkewajiban mengangkat panji-panji Unesa setinggi-tingginya agar siapa pun tahu bahwa Unesa itu ada dan mampu berkibar di antara perguruan tinggi lainnya. Kebanggaan memiliki Unesa seperti itu yang nanti akan menjadi pertahanan mahadahsyat. Kebanggaan yang meleburkan jiwaraga setiap sivitas akademika Unesa dalam satu rasa memiliki. Melangkah bersama dalam meniti keberhasilan dan menikmati kemasyhuran. Unesa masa depan adalah
Majalah Unesa
universitas yang dikagumi. Tentu itu akan sangat membanggakan. Tetapi, haruslah dikagumi yang sebenarnya dikagumi. Bukan hanya karena jumlah peminatnya membeludak mengalahkan perguruan tinggi lainnya di wilayah Indonesia Timur, tetapi juga mampu membanggakan dengan prestasi akademis dosen dan mahasiswanya. Membanggakan pula dalam hal penelitian, pengabdikan kepada masyarakat, bahkan pada setiap event haruslah bisa menempatkan nama Unesa sebagai icon yang bersinar. Suporter Leicester City kini sangat mengagumi kesebelasan yang amat dibanggakannya. Kita pun sebagai warga Unesa semestinya bangga sekali bisa berkarya mendidik anakanak bangsa. Kesetiaan pemain Leicester City kepada timnya juga patut ditiru. Nama seperti Jamie Vardy pemilik top scorer tentu bandrolnya kini tidak murah lagi. Tim-tim besar Eropa sudah meminangnya dengan kontrak dan bayaran miliaran per pekan, akan tetapi dia meyakinkan klub dan pendukungnya bahwa dia akan bertahan dan terus membela kesebelasan yang telah membesarkan namanya seperti sekarang. Kita pun warga Unesa bisa mengambil inspirasi kesetiaan dari Vardy. Siapa pun kita, baik yang sekarang masih menduduki kursi jabatan tertentu, menjadi dosen, karyawan, mahasiswa, maupun alumni, rasanya akan sangat menyenangkan bila mampu merenungi bahwa Unesa itu bukan tim kacangan. Sebaliknya Unesa sekarang itu adalah masa depan dan kebanggaan. n
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
3
DAFTAR RUBRIK
09
Edisi Ini
05
ENERGI BARU DI TAHUN BARU
Untuk menjadi universitas unggul, tentu tidak dapat dicapai secara instan, melainkan dibutuhkan perencanaan matang agar tujuan tersebut tercapai. Nah, pergantian tahun bisa menjadi momentum bagi Unesa untuk terus berbenah dan menumbuhkan semangat baru menuju kampus unggul dan bermartabat.
05
SEMANGAT PERTAHANKAN GOOD GOVERNANCE UNIVERSITY
08
11
KOMITMEN PARA PEMIMPIN FAKULTAS
06
EDISI JANUARI 2016 18 31
MARIE CHRISTIN KIMME
Optimisme dan semangat baru di tahun 2016, tidak saja terlontar dari para pemimpin di tingkat pusat. Di level fakultas pun semangat membahana untuk melakukan perubahan dilontarkan jajaran dekanat di lingkungan fakultas masing-masing.
16
PUKAU MAHASISWA JURUSAN JERMAN UNESA
SEMANGAT BARU, PARADIGMA BARU
32
Kreativitas menjadi salah satu faktor perubahanan dan kemajuan. Kita semua tahu perubahan dalam kehidupan manusia selama ini sebagai akibat dari kreativitas.
Selama tahun 2016, Tim Robotik Unesa siap ikuti tiga Turnamen Sekaligus.
OBSESI TIM ROBOTIK UNESA
Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 89 Tahun XVII - Januari 2016 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor) PENASIHAT: Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (PR I), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (PR III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB: Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (PR II) PEMIMPIN REDAKSI: DR. Heny Subandiyah, M. Hum, REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto, M. Wahyu Utomo, Bayu DN REPORTER: Lina Rosyidah, Syaiful Rahman, Yusuf Nur Rohman, Lina Mezalina, Ulil, Fitro Kurniadi, AnnisaI lma, Andini Okta, Sandi, Rizal, Murbi, Diyanti, Mahmud, Umi Khabibah, Suryo, Danang, Emir, Khusnul, Mutya FOTOGRAFER: Huda, A. Gilang P., Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT: Arman, Basir, Wahyu Rukmo S ADMINISTRASI: Supi’ah, S.E., Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI: Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124, Fax (031) 8280804
4
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
“
Gedung Rektorat dan P3G Unesa Kampus Lidah Wetan, Surabaya becermin di atas danau Unesa. foto: AROHMAN
ENERGI BARU DI TAHUN BARU SELURUH SIVITAS Fokus Pembaharuan
Untuk menjadi universitas unggul, tentu tidak dapat dicapai secara instan, melainkan dibutuhkan perencanaan matang agar tujuan tersebut tercapai. Nah, pergantian tahun bisa menjadi momentum bagi Unesa untuk terus berbenah dan menumbuhkan semangat baru menuju kampus unggul dan bermartabat.
S
ebagai kampus yang terus tumbuh dan berkembang, Unesa senantiasa bergerak dinamis mengikuti zamannya. Setiap tahun, upaya untuk senantiasa berbenah demi kualitas yang lebih baik intens dilakukan. Pada awal tahun 2016 ini, Unesa telah mempunyai rancangan pembaharuan ke depan yang meliputi kualitas sumber daya manusia, akademik, sarana dan prasarana serta program kerja
lainnya. Prof. Dr. Warsono, M.S., Rektor Unesa, menyadari betul bahwa untuk melakukan pembaharuan terutama dalam peningkatkan kualitas sumber daya manusia, tidak dapat diciptakan secara instan. Butuh waktu dan kerja sama yang baik antarkomponen kependidikan agar Unesa mampu menghasilkan lulusan mahasiswa yang berkualitas dan mampu berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat. “Inilah salah satu
Majalah Unesa
yang menjadi titik fokus Unesa ke depan, yakni meningkatkan kualitas SDM baik dosen dan karyawan,� ujar Warsono. Untuk menunjang peningkatan SDM tersebut, Unesa telah mempunyai program khusus. Bagi para dosen, telah dibuka kran selebar-lebarnya untuk melanjutkan studi S3 ke luar negeri. Begitu pun bagi para karyawan agar kualitas produktvitas kerjanya meningkat, dibuka kesempatan
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
5
LAPORAN
UTAMA
juga untuk melanjutkan studi S2. Keseimbangan elemen yang ada di Unesa ini, ungkap Warsono, penting agar mutu kualitas, dan layanan pendidikan di Unesa semakin baik. ungkapnya. “Tahun ini sudah ada beberapa karyawan yang melanjutkan S2, di antaranya melanjutkan di bidang Hukum dan Ekonomi. Sedang untuk para dosen yang melanjutkan studi ke luar negeri masih dalam proses pendaftaran karena semester awal dilaksanakan pada pertengahan tahun,” terangnya. Selain fokus pada peningkatan SDM, pembenahan infrastruktur yang telah dilaksanakan tahun lalu akan dilanjutkan. Beberapa infrastruktur yang akan diteruskan tahun 2016 ini, menurut Warsono di
6
antaranya melanjutkan proyek IDB, membangun technopark, gedung khusus pelaksanaan wisuda, dan finishing gedung rektorat. “Khusus gedung rektorat yang bertempat di Lidah Wetan, diharapkan tahun ini sudah bisa ditempati,” ujarnya. Terkait infrastruktur ini, Warsono berharap agar Unesa tidak hanya mampu membangun, tetapi juga harus mampu menjaga dan merawatnya. Oleh karena itu, rektor berharap tingkat kesadaran warga Unesa untuk menjaga infrastruktur yang telah dikembangkan semakin baik dan penuh tanggung jawab. Selaih fokus pada kedua hal tersebut (peningkatan SDM dan infrastruktur), yang tak kalah penting, menurut Warsono adalah peningkatan kerja sama. Sejauh
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
“
Majalah Unesa
ini, kerja sama dengan pihak luar baik dalam negeri maupun luar negeri telah terjalin dengan baik. Unesa melakukan kerja sama dengan pemeritah Jepang terkait penelitian budaya. Selain itu, Unesa juga melakukan kerja sama dengan pemerintah Tiongkok terkait pengiriman mahasiswa Unesa dari jurusan Bahasa Mandarin, dan kerja sama lainnya. “Ke depan, Unesa harus semakin maju dan tetap jaya, dihormati, disegani dari sisi keilmuan dari sisi kualitas kelulusan yang bisa menghasilkan lulusan kompetitif dan berdaya saing sehingga dapat mengangkat citra Unesa, serta meningkatkan kerja sama di dalam negeri dan luar negeri,” harap Warsono. (PUPUT/WAHYU)
Ke depan, Unesa harus semakin maju dan tetap jaya, dihormati, disegani dari sisi keilmuan dari sisi kualitas kelulusan yang bisa menghasilkan lulusan kompetitif dan berdaya saing sehingga dapat mengangkat citra Unesa. foto: AROHMAN
“
LAPORAN UTAMA
Dr. YUNI SRI RAHAYU, M.Si. WAKIL REKTOR I UNESA
Semangat Membangun Budaya Mutu
W
akil Rektor 1 Unesa, Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si memaknai pergantian tahun sebagai sebuah titik baru untuk meningkatkan semangat kerja. Terkait dengan bidangnya, dia senantiasa fokus pada program-program kerja yang mampu mengantar Unesa berdaya saing dengan seluruh perguruan tinggi di Indonesia. “Tentu saja, itu merupakan tantangan besar bagi Unesa,” paparnya. Bagi Yuni Sri Rahayu, untuk menjadi perguruan tinggi yang berdaya saing, Unesa harus mampu mengantarkan lulusan yang diakui. Lulusan yang diakui, berarti mereka mampu dan memiliki daya saing sesuai dengan kompetensi lulusan tersebut. Ketika lulusan Unesa mampu berdaya saing, berarti dia unggul sehingga mampu diterima di komunitasnya. “Misalnya lulusan pendidikan, ya didayasaingkan dengan sesama lulusan pendidikan. Bukan dengan yang lain,” ungkap Yuni. Menurut Yuni, secara keseluruhan, bidang 1 akan meyakinkan pada pelanggan (user) bahwa Unesa mampu memproses masukan, dalam hal ini mahasiswa sampai menjadi lulusan yang mampu berkompetisi. Karena itu, Unesa perlu memiliki strategi jitu agar mutunya terjamin. Strategi utama yang ditempuh Unesa adalah dengan membangun budaya mutu. Tentu dalam membangun budaya mutu tidak bisa dilakukan dalam sekejap mata. Meski begitu, Unesa akan terus berupaya menyebarkan semangat membangun budaya mutu di setiap elemen. “Budaya mutu ini mulai proses masuknya mahasiswa hingga menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mampu berdaya saing, termasuk juga supporting system seperti pengembangan IT,” paparnya. Selain itu, Unesa juga perlu siap dalam bidang akademik. Pada bidang akademik, akan ada proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ada kualitas yang juga dipengaruhi oleh kualitas masukan. Pada kualitas masukan ini dipengaruhi oleh proses seleksi sehingga harus betul-betul menyeleksi calon mahasiswa yang andal. Lebih lanjut, Yuni memaparkan, pada SNMPTN di wilayah Jawa Timur pendaftar terbanyak ada di Unesa. Fakta ini
menunjukkan bahwa Unesa sudah mulai berdaya saing. Meski dari pendaftar SNMPTN masih didominasi wilayah Jawa Timur. Tetapi, pendaftar SNMPTN yang memilih Unesa sudah mencakup seluruh provinsi di Indonesia. Artinya, Unesa semakin banyak dikenal. “Keketatan seleksi penerimaan mahasiswa di Unesa semakin lama juga semakin meningkat. Hal ini tentu menjadi nilai yang bagus untuk proses selanjutnya, yakni proses pembelajaran,” jelasnya. Yuni menandaskan, dalam membangun budaya mutu, perlu adanya sinergi antarelemen di Unesa. Dengan demikian, Unesa dapat menjadi perguruan tinggi yang mampu berdaya saing. (LINA MEZALINA)
Majalah Unesa
Wakil Rektor 1 Unesa, Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
7
LAPORAN
UTAMA
Drs. TRI WRAHATNOLO, M.Pd., M.T. WAKIL REKTOR II UNESA
Semangat Pertahankan Good Governance University
S
emangat menyambut tahun baru juga diutarakan oleh Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T., Wakil Rektor II Unesa. Optimisme itu muncul lantaran Unesa memulai periode 2016 ini dengan prestasi membanggakan, yaitu mendapatkan peringkat ke-21 univesitas terbaik di Indonesia versi Lembaga Direktorat Jendral Perguruan Tinggi (Dikti). Posisi tersebut naik drastis dari peringkat sebelumnya yang bahkan tidak masuk dalam jajaran 60 besar. Selain itu, Unesa juga memperoleh
8
juara ecocampus se-Surabaya. Prestasi yang juga membanggakan, adalah Unesa mendapat status sebagai good governance university dari Kementerian Keuangan karena tatakelola keuangan di Unesa telah mendapat predikat tertinggi yang disebut Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). “Dengan semangat tahun baru, kami tentu akan berupaya memertahankan prestasi dan predikat baik yang telah dicapai, salah satu di antaranya adalah status good governance university,” ungkapnya.
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
Majalah Unesa
Mantan Dekan Fakultas Teknik Unesa ini menjelaskan bahwa good governance university adalah predikat bagi universitas yang dianggap baik dalam tatakelola. Status Unesa saat ini baru diperolah dari sektor tatakelola keuangan dan aset, belum termasuk sektor lain. Oleh karena itu, kini, Tri beserta jajarannya yang membidangi sarana dan prasarana sedang menggodok programprogram sebagai upaya pemantapan status good governance university. Salah satu program yang digalakkan, ujar Tri, adalah peningkatan kinerja terutama para dosen dan karyawan. Kini Unesa memiliki program remunerasi yaitu program bagi dosen, yang apabila dalam kinerja, pengabdian dan capaian itu dedukatif, aktif, serta bereputasi akan mendapat penghargaan berupa insentif. Di sektor pembangunan, Unesa akan melanjutkan pembangunan gedung-gedung yang sudah ada seperti gedung IDB yang berlantai 12, gedung futsal, laboratorium olahraga, dan gedung-gedung pendidikan yang kini sedang dalam tahap pengajuan. Unesa juga akan segera melanjutkan proyek technopark, yang dibangun sebagai pusat galeri, pusat pelatihan, pusat pameran dan pusat perlombaan, dan pusat pertemuan antara para pakar dengan kelompok usaha kecil menengah dan industri. Selain itu, juga ada program pembenahan kampus Lidah Wetan. “Mulai tahun ini, kantor pusat Unesa akan pindah ke Lidah Wetan. Jadi, perlu dibenahi bagaimana airnya, pengelolaan sampah dan energi, serta kondisi lingkungan yang sesuai dengan predikat Unesa yang ecocampus,” papar Tri. Pengamanan aset Unesa dan kepatuhan terhadap peraturan juga menjadi prioritas bidang II. Hal ini terkait dengan pengamanan sertifikat tanah dan bangunan milik Unesa, kontrak kerja sama di masa lalu serta penggunaan barang milik negara. Semuanya akan dikaji ulang mulai tahun ini. “Misalnya, kerja sama dengan Citraland, itu akan dikaji
LAPORAN UTAMA ulang,” terangnya. Selain itu, bidang dua juga menyiapkan akreditasi bagi program studi, akreditasi untuk institusi/ perguruan tinggi (IPT) yang ditargetkan naik ke A karena Unesa kini berakreditasi B, serta sertifikat ISO bagi seluruh lembaga di Unesa. Targetnya adalah akredikatsi program studi 60% di Unesa A, sisanya minimal B. Tri menegaskan, dengan naiknya status tersebut, lulusan Unesa otomatis akan naik daya saingnya. Apalagi didukung tingginya peringkat dan kepercayaan publik.
Kerja sama yang dilakukan Unesa bertujuan meningkatkan pembinaan mahasiswa yang komprehensif dalam rangka menghadapi daya saing yang semakin kompetitif. Terakhir, alumnus S-1 Pendidikan Teknik Elektro itu menjelaskan bahwa semua program baik fisik maupun nonfisik tersebut sebagian besar bersifat multiyear. Jadi, target tercapainya ada yang bisa selesai ada juga yang selesai dua sampai
tiga tahun ke depan. “Program itu beragam. Kalau yang melanjutkan seperti gedung futsal dan pendidikan, bisa selesai tahun ini. Selebihnya, ditargetkan 2017 atau 2018,” tandasnya. (DANANG/BAYU)
Dr. KETUT PRASETYO, M.S., UNESA
Fokus Tata Kelola Ormawa PKM, dan Job Center
B
ergairah. Itulah kalimat yang terlontar dari Dr. Ketut Prasetyo, M.S., ketika diwawancarai tentang harapan di tahun 2016 ini. Wakil Rektor III Unesa ini menginginkan seluruh civitas akademika baik mahasiswa, dosen, maupun karyawan agar bergairah dan bersemangat dalam melakukan aktivitas kemahasiswaan baik di ormawa dan kegiatan lainnya. Ketut optimis bidang kemahasiswaan akan semakin bergairah dan penuh semangat. Apalagi, saat ini organisasi kemahasiswaan BEM Universitas dan MPM Universitas telah kembali aktif setelah vakum selama 3 tahun. Ketut berharap dengan terbentuknya organisasi mahasiswa tersebut para aktivis mahasiswa mampu berkontribusi untuk Unesa yang lebih baik. Tidak hanya mendorong organisasi kemahasiswaan, bersama para dekan se-fakultas di Unesa, Ketut menghimbau agar mahasiswa aktif menulis karya ilmiah yang dapat diikutsertakan dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diadakan setiap tahun. “Tahun 2015 ini ada 94 judul PKM yang berhasil didanai oleh DIKTI. Sayangnya, di antara sekian judul tersebut, hanya 2 saja yang mampu lolos menembus PIMNAS,” ungkap Ketut. Oleh karena itu, untuk memacu jumlah PKM agar lolos PIMNAS, berbagai upaya telah dilakukan seperti Coaching Clinic, dan pemberian reward kepada mahasiswa yang PKM-nya menembus PIMNAS. Tidak hanya itu, Ketut berupaya pula memberikan SK kepada mahasiswa
Majalah Unesa
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
9
LAPORAN
UTAMA
yang aktif dalam Pengabdian Masyarakat agar dikompensasikan sebagai nilai KKN. “Semua itu kami lakukan untuk memacu para mahasiswa agar lebih bersemangat dalam berkarya dan beraktivitas baik di bidang akademik maupun nonakademik,” ujar dosen kelahiran Kertosono itu. Pembenahan ormawa juga akan dilakukan, antara lain dengan membuat panduan ormawa mulai tingkat universitas sampai tingkat jurusan. Selain itu, ia juga akan membenahi sarana dan prasarana yang ada di universitas termasuk lokasi Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM). Untuk memberi bekal mahasiswa setelah lulus nanti, bidang kemahasiswaan mengembangkan Unesa Job Center dan Kewirausahaan. Melalui kerja sama dengan Depnaker, Unesa Job Center akan diadakan sebelum mahasiswa melakukan yudisium. Mereka (peserta yudisium) akan dikumpulkan dan diberi pembekalan mengenai dunia kerja agar setelah lulus mereka tidak hanya mendapatkan pekerjaan tetapi juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. (KHUSNUL/ISMI)
Prof. Dr. ISMET BASUKI, M.Pd,WAKIL DIREKTUR 1 PPS UNESA
Target Tingkatkan Akreditasi Semua Prodi
S
emangat pembaharuan juga disuarakan oleh lembaga pascasarjana Unesa. Melalui Pembantu Direktur 1, Prof. Dr. Ismet Basuki, M.Pd, Pascasarjana Unesa menargetkan pada tahun 2016 ini adanya peningkatan akreditasi pada semua prodi minimal B. Ismet mengakui, saat ini masih ada prodi yang akreditasinya kurang maksimal. Karena itu, pascasarjana akan berupaya meningkatkan akreditasi secara maksimal. Apalagi Unesa merupakan salah satu pencetak tenaga kependidikan terakreditasi BAN-PT yang memiliki wewenang untuk melaksanakan sistem akreditasi pada semua institusi pendidikan tinggi dan telah diakui pemerintah. Dalam rangka mengantisipasi MEA, Ismet akan mengintensifkan perkuliahan pascasarjana dengan penguasaan bahasa Inggris. Selian itu dosen-dosen pascasarjana akan difasilitasi untuk mengajukan dana penelitian. Menurut Ismet, pengembangan kurikulum yang ada di pascasarjana harus mengacu pada rambu-rambu Kemristekdikti, terutama KKNI dan SNPT. KKNI
10
merupakan kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. “SNPT bertujuan menjamin
tercapainya tujuan pendidikan tinggi, menjamin tercapainya mutu sesuai dengan kriteria yang ditentukan dan mendorong mencapai mutu perguruan tinggi melampaui kriteria yang ditetapkan,” ungkapnya. Mulai tahun 2016 ini, lanjut Ismet, akan ada penambahan prodi baru di pascasarjana. Sebanyak 9 prodi
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
Majalah Unesa
baru pascasarjana telah diusulkan ke Kemristekdikti, namun hanya 3 yang sudah mendapat rekomendasi. Ketiga prodi tersebut adalah S2 Pendidikan Geografi, S2 Manajemen dan S3 Pendidikan Vokasi. Saat ini, telah ada 19 prodi yang terbagi atas 13 prodi di jenjang S2 dan 6 prodi di jenjang S3. Dengan bertambahnya 3 prodi baru tersebut, total prodi yang dimiliki pascasarjana Unesa berjumlah 22. Ismet menerangkan, beberapa kerja sama luar negeri juga akan menjadi target pascasarjana pada tahun 2016 ini. Mulai kerja sama dengan Northern Illinois University dalam penyelenggaraan program pendidikan dual degree, kunjungan ke Utah State University, Logan Utah, USA dan The National University Corporation Aichi University of Education. “Kami berharap pascasarjana mampu berkembang maju lebih baik dan dapat melaksanakan perkuliahan sesuai standar Kemenristek Dikti dan ISO. Akreditasi semua prodi dipertahankan bahkan harus dapat ditingkatkan. Dengan demikian, Unesa menjadi lebih bermutu dan bisa sejajar dengan universitas unggulan lain,” harap Ismet. (PUPUT/KHUSNUL)
LAPORAN UTAMA
Komitmen Perkuat Unesa Para Pimpinan Fakultas Optimisme dan semangat baru di tahun 2016, tidak saja terlontar dari para pemimpin di tingkat pusat. Di level fakultas pun semangat membahana untuk melakukan perubahan dilontarkan jajaran dekanat di lingkungan fakultas masing-masing.
FBS Kokohkan Pondasi
P
ada era kepemimpinannya, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd. mencanangkan program pemenataan pondasi yang kokoh. Baginya, pondasi yang kokoh sangat penting untuk menjaga keseimbangan dan kemajuan fakultas di tengah arus globalisasi yang terus berkembang. Untuk membangun pondasi yang kokoh tersebut, Bambang akan menitikberatkan pada dua hal utama. Pertama, memperbaiki layanan administrasi akademis baik kemahasiswaan maupun dosen. Kedua, melakukan penataan dan manajemen infrastruktur yang ada di FBS dengan kualitas di atas standar. Untuk mewujudkan kedua hal tersebut, menurut Bambang, langkah yang harus dilakukan kali pertama adalah mendapatkan sertifikasi Organisasi Standarisasi Internasional (ISO). Bambang mengakui, untuk memeroleh ISO bukanlah perkara mudah. Untuk itu diperlukan berbagai komponen yang saling bersinergi untuk mewujudkannya. Saat ini, berbagai program kegiatan digalakkan untuk mencapai hal tersebut. Program terbaru yang dicanangkan FBS adalah mempererat tali silaturahmi baik antardosen, dosen dengan mahasiswa, maupun antarmahasiswa.
Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd (kiri) Dekan FBS U nesa. foto: AROHMAN
Terkait dengan infrastruktur di FBS, Bambang menilai ada beberapa gedung yang belum memiliki kualitas di atas standar. Karena itu, pada tahun ini, seluruh infrastruktur yang ada di setiap gedung FBS akan ditingkatkan kualitasnya menjadi di atas standar. Minimal, di setiap kelas ada LCD, proyektor, stop kontak, kabel olor, papan tulis, dan sound system yang sudah terpasang secara permanen. “Dengan kelengkapan itu, mahasiswa tidak perlu merasa susah untuk meminjam LCD dan kabel olor di tata usaha (TU). Bukan hanya itu, dalam memenuhi pelayanan terbaik untuk mahasiswa, perpustakaan yang ada di tiap jurusan akan dijadikan satu dalam gedung tertentu sehingga mahasiswa akan lebih mengenal mahasiswa lain dari lintas jurusan,” paparnya. Sementara itu, agar mahasiswa merasa nyaman belajar, selain telah tersedia joglo, FBS juga mencanangkan adanya taman belajar yang akan dibangun di setiap gedung di FBS. Taman belajar tersebut akan dilengkapi fasilitas wifi dan stop kontak. “Dengan konsep taman seperti itu, mahasiswa tidak sekadar
Majalah Unesa
belajar di ruang persegi empat yang pengap, tapi juga mampu mengeksplor apa yang ada di alam sekitar,” terang Guru Besar Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain berbagai program tersebut, FBS juga akan melahirkan saudara kembar. Jika Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) memiliki Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra yang melahirkan Fakultas Seni dan Desain, maka FBS akan memiliki saudara kembar, yakni Fakultas Seni dan Industri Kreatif. Dengan demikian, FBS akan menjadi Fakultas Bahasa dan Sastra yang memiliki saudara kembar Fakultas Seni dan Industri Kreatif (FSIK). “Sebagai saudara kembar, tentu dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari baik akademis maupun nonakademis harus saling membantu,” papar Bambang. Dengan adanya berbagai pembaharuan di tahun yang baru dan semangat baru tersebut, diharapkan mahasiswa dan dosen juga memiliki inovasi, kreasi, dan aktif di segala bidang akademis maupun nonakademis sehingga mampu menghasilkan prestasi untuk diri sendiri, jurusan, fakultas, maupun universitas. (BAYU/ISMI)
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
11
LAPORAN
UTAMA
FIP Seimbangkan SDM dan Infrastruktur
S
emangat baru FIP mencakup semua lini dan berjalan secara simultan. Secara bertahap dan perlahan, semua lini akan dikuatkan dan berjalan beriringan. Infrastruktur dan SDM
bermuara pada penelitian maupun pengabdian pada masyarakat. Para guru besar pun demikian, harus tetap berkarya. Karya para guru besar dapat jadi rujukan para dosen muda maupun mahasiswa. Sujarwanto mencontohkan foto para guru besar yang dipampang di sepanjang lobi FIP, hal itu dimaksudkan agar menginspirasi dosen muda untuk senantiasa berkarya. Selain itu, pemasangan gambar tersebut juga untuk memacu para guru besar agar terus berkarya dan membina para dosen muda.
Perlu adanya upgrading. Dosen yang telah bergelar doktor harus melakukan percepatan menuju guru besar sehingga ia harus berkarya, terutama melakukan penelitian. Penguasaan bahasa Inggris juga perlu dikuatkan. Drs. Sujarwanto, M.Pd. foto: AROHMAN
akan diseimbangkan sehingga akan menghasilkan infrastruktur yang bagus, dosen yang berkualitas, dan mahasiswa yang hebat. Demikian dikemukakan Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Drs. Sujarwanto, M.Pd. Menurut Sujarwanto, pengembangan SDM harus mulai berubah baik cara pandang terhadap profesi, karya, pelayanan kepada mahasiswa, maupun dalam menjalin kerja sama. “Semua harus berubah mulai tahun ini. Harus lahir baru dengan semangat baru,” ujar Sujarwanto. Sujarwanto menambahkan, pada tataran dosen, perlu adanya upgrading. Dosen yang telah bergelar doktor harus melakukan percepatan menuju guru besar sehingga ia harus berkarya, terutama melakukan penelitian. Penguasaan bahasa Inggris juga perlu dikuatkan. Selain itu, para dosen harus menghasilkan karya, baik itu dengan menulis buku ajar, buku referensi, atau memuat tulisan berupa ide-ide yang
12
“Tugas professor adalah membina dosen-dosen muda agar segera menghasilkan karya. Kalau tidak membuat nafas baru seperti itu, prestasi FIP untuk menuju ke perguruan tinggi yang disegani akan susah,” tegasnya. Sementara itu untuk mahasiswa, FIP akan terus menggenjot agar mampu berprestasi dalam bidang akademik maupun nonakademik. Untuk karyawan, FIP melakukan langkah-langkah pemetaan job sesuai dengan kompetensinya. Tenaga kependidikan akan dipetakan, lalu ditempatkan sesuai dengan kemampuannya. Jika tidak sesuai kompetensinya akan menghambat percepatan lembaga. Sektor infrastruktur juga menjadi perhatian serius di FIP. Fakultas tertua di Unesa ini terus berbenah untuk menjadikan kampus FIP sebagai kampus yang nyaman dan membuat betah para warganya. Yang tidak kalah pentingnya adalah penguatan kerja sama. FIP akan terus menjalin
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
Majalah Unesa
kerja sama dengan berbagai pihak, demi mewujudkan fakultas yang berkelas. Fakultas yang berada di kampus Lidah Wetan ini memaknai tahun baru dengan terus melakukan refleksi diri. Dalam merefleksi diri ini, dibuat renungan kemudian menciptakan semangat baru untuk berkarya lebih baik lagi, menuju cita-cita FIP yang berkelas dan disegani oleh siapa pun. “Untuk mewujudkan itu, kami tentu perlu kerja keras, motivasi yang tinggi, dan sinergi dengan berbagai pihak,” pungkasnya. (LINA MEZALINA)
LAPORAN UTAMA
Kerja Rasional, Komitmen, dan Konsisten
K
erja rasional, komitmen, dan konsisten. Tiga kata itulah yang terlontar dari Prof. Dr. H. Nurhasan, M.Kes, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan. Ketiga kata itu pula yang menjadi dasar FIK membangkitkan semangat baru untuk perubahan yang lebih baik. Menurut Nurhasan, saat ini, sering dijumpai seseorang yang sangat pandai dalam hal keterampilan berbicara namun dalam pengimplementasiannya kurang tepat atau bahkan tidak sesuai dengan apa yang dikatakan. Hal itulah yang mendasari ketiga kata tersebut diterapkan di FIK sehingga semua sivitas akademika dapat bekerja secara rasional, komitmen, dan konsisten, “Ibaratnya antara kata dan perbuatan haruslah sama,” terangnya. Nurhasan memberikan pesan kepada warga FIK, terutama untuk dosen dan karyawan agar menjadi pejabat yang berfungsi melayani. Pelayanan yang baik akan membangun suasana akademik yang kondusif sehingga dapat membawa nama Unesa lebih baik. Terkait perkuliahan di FIK, Nurhasan mengatakan rencananya akan dibuat kelas khusus yang disebut dengan kelas bilingual yang terdiri atas mahasiswa-mahasiswa yang berprestasi sebagai wujud penghargaan bagi mereka. Kelas ini akan dibimbing oleh beberapa dosen yang memiliki kompetensi di bidangnya. “FIK harus fokus membangun citra fakultas yang lebih baik untuk perkembangan Unesa dan bangsa,” tandasnya. Program kerja sama juga akan digalakkan FIK dalam bentuk menjalin kemitraan dengan perguruan tinggi baik dalam maupun luar negeri. Salah satunya, proses pemagangan dosen dan mahasiswa. Pada semester ini, lanjut Nurhasan, telah berjalan kerja
sama dengan UNP Padang, UNIMA Manado, UNY Yogyakarta dan UM Malang. Selain itu, FIK akan menjalin kerja sama luar negeri dengan perguruan tinggi di Thailand. FIK juga telah menyiapkan dana untuk masyarakat atau calon mahasiswa dari negara tetangga Malaysia dan Thailand. Direktur kemahasiswaan Malaysia pun telah menyiapkan beberapa calon mahasiswa untuk disekolahkan di Fakultas Ilmu Keolahragaan ini jalur beasiswa. FIK juga merangkul masyarakat sekitar dengan cara menyiapkan klub-klub terbuka. Hal ini bertujuan untuk mendampingi masyarakat baik di Surabaya maupun di Jawa Timur. Langkah ini dilakukan
mengingat banyak orang yang belum mengetahui bagaimanakah berolahraga dengan baik dan benar. Program pendampingan olahraga untuk masyarakat ini dilaksanakan setiap minggu di lapangan Fakultas Ilmu Keolahragaan. Program ini berisi beberapa kegiatan tidak hanya berupa senam, tetapi juga kegiatan konsultasi kesehatan. Selain di wilayah FIK, program ini juga berjalan di daerah Taman Bungkul Surabaya. FIK juga akan merintis pembangunan Klinik Kebugaran untuk masyarakat sekitar yang bertempat di depan Gedung Pemuda Unesa. Nurhasan berharap FIK dapat menjadi fakultas unggulan dengan cara semangat bekerja dan belajar. (ISMI/BAYU)
FIK merangkul masyarakat sekitar melalui klub-klub terbuka. Program ini berisi kegiatan senam dan kegiatan konsultasi kesehatan. Prof. Dr. H. Nurhasan, M.Kes, (kanan) Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan.
Majalah Unesa
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
13
LAPORAN
UTAMA
FT Terapkan Terobosan TVET
S
emua manusia pasti mempunyai mimpi yang ingin dicapai untuk perubahan yang lebih baik di tahun mendatang. Begitu pula dengan mimpi Dekan FT, Prof. Dr. Ekohariadi, M.Pd. Ia menginginkan revolusi untuk Fakultas Teknik menjadi fakultas yang berkualitas dan pencetak guru profesional. Salah mimpi yang akan diwujudkan FT adalah menerapakn terobosan Technical and Vocational education and Training (TVET) yang bermutu. TVET merupakan lembaga yang berkompetensi dalam ilmu pengetahuan dan teknik untuk persiapan dunia kerja. Peraih gelar doktor di Universitas Negeri Yogyakarta itu memaparkan bahwa TVET secara umum mempunyai beberapa faktor utama untuk mencetak perguruan tinggi yang berkualitas. Faktor tersebut dapat dilihat dari kualitas dosen, struktur dan kualitas kurikulum yang harus berkaitan dengan bidang studi industri, kualitas metode pembelajaran berbasis laboratorium, fasilitas laboratorium, perpustakaan yang bisa mengakses jurnal dan buku baru, dan kerja sama internasional. Lebih lanjut, Guru Besar Jurusan Teknik Informatika itu mengatakan bahwa inti dari konsep TVET adalah kerja sama antara lembaga pendidikan dan industri. Semua mahasiswa di Fakultas Teknik diwajibkan melakukan praktik industri yang bertujuan agar mahasiswa tidak buta pada kejadian nyata yang ada di lapangan kerja. “Praktik industri sangat penting karena akan menghubungkan langsung antara mahasiswa dengan industri,� papar Eko. Ekohariadi juga mengungkapkan bahwa Fakultas Teknik sudah memiliki kerja sama internasional dengan negara lain. Regional Co-
14
operation in TVET merupakan lembaga yang dibiayai pemerintah Jerman berupa kerja sama dalam kegiatan seminar, dan workshop. Selain itu ada Organisasi Regional Association for Vocational Teacher (RAVTE) yakni organisasi perguruan tinggi di ASEAN dengan program kerja berupa pelatihan. Fakultas Teknik juga menjalin hubungan dengan Politeknik Singapura dengan program kerjanya berupa pelatihan/ workshop. Menurut Dekan Fakultas Teknik ini, di tahun 2016 akan ada pelatihan untuk leader (Dekan) dan High Of Departement (HOD) yang nantinya akan dikirim ke Singapura
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
untuk melaksanakan pelatihan. Ekohariadi berharap dosen yang nanti melaksanakan pelatihan dapat membagi ilmunya ke dosen yang lain serta pada tahun yang akan datang semoga lebih bnyak lagi kerja sama dengan negara-negara lainnya. “Saya berharap dosen di Fakultas Teknik minimal dapat melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi dan mampu menulis di jurnal yang diakui secara internasional. Pada mahasiswa saya berharap mereka melakukan penelitian dari masing-masing jurusan dan dapat lolos hingga ke PIMNAS,� harap Ekohariadi. (KHUSNUL/ PUPUT)
Dekan Fakultas Teknik Unesa, Prof. Dr. Ekohariadi, M.Pd. di ruang kerjanya saat ditemui reporter majalah Unesa.
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
Dr. Pujiono, SE., MSi., Ak.,CA, Pembantu Dekan II FE saat ditemui di ruang kerjanya.
FE Fokus Empat Program Kerja
M
enjadi salah satu Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) pencetak guru profesional seperti Unesa bukanlah hal yang mudah. Menurut Dr. Pujiono, SE., MSi., Ak.,CA, Wakil Dekan II FE, diperlukan ketersediaan fasilitas dan sarana prasarana yang memadai. Tak hanya memadai, melainkan pula fasilitas yang mengandung unsur edukasi. Untuk menunjang kegiatan yang berlangsung di Fakultas Ekonomi Unesa baik akademis maupun nonakademis, menurut Pujiono yang baru saja dilantik pada Selasa
(3/11/2015) lalu mengaku siap membenahi fasilitas, infrastruktur, dan sarana prasarana di Fakultas Ekonomi. Sebagai akademisi sekaligus dosen yang mengajar mata kuliah Akuntansi, ia akan fokus pada empat aspek yang menjadi target dalam pelaksanaan program kerja di bidang II (PD II). Empat aspek tersebut adalah ketersediaan sarana prasarana, kelembagaan, peningkatan kualitas layanan, dan peningkatan mutu SDM. Dosen yang menyelesaikan studi S3 Akuntansi UGM ini menambahkan, kiat untuk mengontrol ketersediaan sarana prasarana tersebut ada tiga yang harus diperhatikan yakni (1) pengadaan, (2) penggantian, dan (3)pemeliharaan dan
perbaikan. Tahun 2016 ini, rencana pengadaan yang akan dilakukan adalah merenovasi teras G5 yang saat ini sudah selesai dalam pengerjaannya. Pengadaan kedua yaitu merobohkan gedung G6 dan menggantinya dengan gedung baru berlantai tiga. Sampai saat ini, ungkap Pujiono, pengadaan gedung masih dalam proses pengawalan pihak Pembantu Dekan II. Selain renovasi teras dan pengadaan gedung G6 yang baru, pihak dekanat juga akan melakukan pengadaan gedung Hima Ekis, peralatan pendidikan, serta meubeler. “Semua pengadaan tersebut diharapkan dapat menunjang kegiatan di Fakultas Ekonomi,� terangnya.
Majalah Unesa
Hal kedua yang diperhatikan untuk mengontrol pengadaan sarpras, menurut Pujiono adalah melakukan penggantian komputer prodi dan fakultas serta mengganti peralatan penunjang pembelajaran sebagai pemenuhan atas poin kedua yaitu penggantian. Yang terakhir adalah pemeliharaan. Dalam poin ini lebih ditekankan pada pemeliharaan gedung, taman, kendaraan, peralatan kantor dan belanja pegawai honorer. Fokus lain terkait kelembagaan. Fakultas Ekonomi akan melakukan koordinasi internal, meningkatkan kerja sama (MoU), meningkatkan operasional dan pelaporan, dan turut berpartisipasi dalam asosiasi fakultas/ prodi. Fakultas Ekonomi Unesa akan ada audit dari AMI untuk mengontrol pelayanan apa saja yang sekiranya perlu untuk ditingkatkan dan menindaklanjuti saran dari customer atas keluhan yang dirasakan sebelum melakukan audit eksternal sebagai tahap terakhir peningkatan kualitas pelayanan publik. Pujiono menuturkan, kiat yang terakhir adalah peningkatan kualitas SDM Â akan dilakukan dengan tiga cara yakni kebugaran, workshop/ pelatihan/kerohanian, serta monitoring dan evaluasi. Semua hal yang telah direncanakan tersebut, diharapkan mampu menunjang kegiatan baik akademis maupun nonakademis yang ada di FE Unesa. (KHUSNUL/INTAN)
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
15
KOLOM REKTOR Pada tahun 2016 Unesa telah memasuki era baru, karena ada penambahan struktur yaitu Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Profesi (LP3) dan Badan Pengelola Usaha, serta pembetukan jujursan-jurusan baru. Penambahan lembaga baru terutama Badan pengelola Usaha dimaksudkan untuk mendorong semangat kewirausahaan dalam rangka meningkatkan pendapatan negara bukan pajak (PNBP). Oleh Prof. Warsono
H
ari terus berganti, bulan terus berjalan dan tahun juga terus berlalu. Tidak terasa kita telah melewati tahun 2015 dan berada pada tahun 2016. Sejalan dengan pergantian waktu, diharapkan juga terjadi perubahan di Unesa. Tahun 2015 telah kita lalui dengan adanya kebijakan baru, yaitu remunerasi, sebagai pelaksanaan dari keputusan Menteri Keuangan Nomor 50/ KMK.05/2009 tentang penetapan Unesa seba gai instansi pemerintah yang menerapkan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum, dan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 746/ KMK.05/2015 tentang Penetapan Remunerasi bagi pejabat pengelola, dewan pe ngawas, dan pegawai badan layanan umum Unesa. Penetapan remunerasi diharapkan mampu meningkatkan kinerja para pejabat dan pegawai Unesa, karena remunerasi dilandasi oleh semangat pemerataan dan keadilan serta penghargaan terhadap pencapaian kinerja dari seluruh pejabat dan pegawai di Unesa. Meskipun harus diakui bahwa penetapan remunerasi di Unesa menimbulkan pro dan kontra, semangatnya adalah untuk menuju Unesa lebih baik, terutama dalam segi pelayaanan, prestasi, dan kesejahteraan. Perlu disadari bahwa tidak setiap perubahan selalu lebih baik dari sebelumnya, dan kita sering
kali takut menghadapi perubahan. Tetapi hal yang tidak bisa kita pungkiri adalah bahwa perubahan merupakan suatu keniscayaan, dan jika kita ingin lebih baik maka harus berubah. Oleh karena itu, kita tidak perlu takut dengan perubahan, karena jika tidak melakukan perubahan, maka akan ketinggalan dengan yang lain.
yang telah lama dilakukan dan berulang kali itu diubah, seakan terjadi kesalahan, dan merusak tatanan. Padahal, kebiasaan yang kita lakukan, belum tentu benar. Mungkin kebiasaan yang kita lakukan selama ini sebenarnya salah, tetapi karena belum ada yang melihat atau yang menyatakan bahwa itu salah, maka kesalahan tersebut dianggap sebagai kebenaran. Memang ada pameo, bahwa kesalahan yang diulang tujuh puluh delapan kali dan tidak ada yang mengatakan bahwa itu salah, dianggap sebagai kebenaran. Baru ketika ada orang yang menyatakan bahwa kebiasaan yang dilakukan selama ini adalah salah, orang mulai terusik dengan pendapat tersebut, karena pendapat tersebut dianggap bertentangan dengan apa yang dianggap benar selama ini (kebiasaan). Memang ketika kita berjalan mengikuti kebiasaan, seakan terasa nyaman dan tenang, tidak ada gejolak, tetapi tanpa disadari kita juga terjebak pada keadaan yang statis, tidak berubah. Jika ini yang terus kita lakukan, maka ibarat roda yang hanya berjalan di tempat, tidak ada kemajuan. Keinginan mempertahankan kebiasaan, apalagi membenarkan kebiasaan, justru mengindikasikan tidak adanya kreativitas dan kemajuan.
SEMANGAT BARU
DENGAN
PARADIGMA BARU
16
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
Sebagaimana diketahui bahwa setiap hari, matahari terbit dari timur, tetapi hari terus berganti. Meskipun matahari tetap terbit dari timur, tetapi musim terus berganti. Hari kemarin tidak sama dengan hari ini, dan hari ini tidak sama dengan hari esok. Begitu juga Unesa harus terus berkembang menjadi lebih baik dengan cara melakukan perubahan paradigma di antaranya adalah membiasakan yang benar, bukan membenarkan kebiasaan. Kita seringkali terjebak paradigma yang membenarkan kebiasaan. Kita seringkali berpandangan bahwa apa yang telah kita lakukan berulang kali atau bertahun-tahun, secara terus menerus itu dianggap sebagai kebenaran, sehingga ketika apa
Majalah Unesa
KOLOM REKTOR Kreativitas akan menghasilkan inovasi. Kemudian inovasi akan menghasilkan perubahan, dan perubahan itu mungkin lebih baik dari sebelumnya. Oleh karena itu, yang harus kita lakukan adalah melakukan evaluasi terhadap apa yang telah kita lakukan, dan secara kreatif merencanakan perubahan ke arah lebih baik. Meskipun apa yang kita lakukan dahulu, pernah benar dan baik atau bahkan berguna, perlu dievaluasi, apakah masih tetap relevan dengan kondisi yang sekarang, yang telah berubah dan berbeda dengan kondisi waktu itu. Kreativitas menjadi salah satu faktor perubahanan dan kemajuan. Kita semua tahu perubahan dalam kehidupan manusia selama ini sebagai akibat dari kreativitas. Hasil kreativitas manusia dalam bentuk teknologi, telah membawa perubahan besar, dalam kehidupan manusia dewasa ini. Penemuan chip sebagai material penyimpan data dan internet telah menimbulkan perubahan dalam pola komunikasi dan interkasi sosial. Bahkan teknologi transformasi telah meningkatkan mobilitas sosial dan interaksi sosial di seluruh dunia. Itu semua berkat kreativitas manusia. Barbara Ward penulis buku lima pokok pikiran yang mengubah dunia, mengatakan bahwa perubahan dunia karena pemikiran. Secara tidak langsung Barbara Ward mengingatkan kepada para mahasiswa yang biasa menuntut perubahan dengan demonstrasi, karena demontrasi tidak akan mengubah dunia, yang mengubah dunia adalah pemikiran yang kreatif. Oleh karena itu, perlu dilakukan perubahan paradigma dari kebiasaan berdemonstrasi ke kegiatan diskui untuk mengasah kreativitas. Diskusi merupakan domonstrasi intelektual, karena dalam diskusi akan “diadu� dan sekaligus diuji pengetahuan, nalar dan kreativitas sesorang, apakah seseorang memiliki pengetahuan yang luas, penalaran yang runtut dan konsisten, serta kreatif memberi solusi solusi atas permasalahan yang ada. Kreativitas akan melahirkan berbagai inovasi sangat
ditunggu oleh masyarakat, bangsa, dan negara. Namun, kreativitas tidak akan muncul jika tidak ada pemikiran kritis yang ditandai dengan bertanya atas berbagai fenomena. Oleh karena itu, kebiasaan ngerumpi yang banyak dilakukan oleh kalangan mahasiswa Unesa selama ini harus ditinggalkan dan diganti dengan diskusi. Semangat berdiskusi di kalangan dosen maupun mahasiswa sebagai bagian dari budaya akademik harus terus ditumbuhkembangkan. Semangat lain yang sedang ditumbuhkan adalah Unesa menjadi perguruan tinggi yang berbadan hukum (PTBH), sehingga memiliki otonomi lebih luas dalam mengelola bidang akademik dan keuangan. Untuk menuju ke PTBH diperlukan syarat-syarat yang harus dipenuhi, antara lain adalah nilai akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT), harus A, dan memiliki PNBP yang cukup untuk mampu membiayai biaya operasional serta laporan keuangan harus wajar tanpa pengecualian (WTP). Target menjadi PTBH ini diharapkan tercapai sebelum tahun 2020. Oleh karena itu, harus ditumbuhkan semangat kewirausahaan dengan terus bekerja keras, cerdas, dan ikhlas. Semangat tersebut harus terus dipupuk pada seluruh sivitas akademika Unesa. Pada tahun 2016 Unesa telah memasuki era baru, karena ada penambahan struktur yaitu Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Profesi (LP3) dan Badan Pengelola Usaha, serta pembetukan jujursan-jurusan baru. Penambahan lembaga baru terutama Badan pengelola Usaha dimaksudkan untuk mendorong semangat kewirausahaan dalam rangka meningkatkan pendapatan negara bukan pajak (PNBP). Sebagai lembaga Badan Layanan Umum (BLU), Unesa diberi kewenangan mencari pendapatan untuk membiayai tugas pokok dan fungsinya, yaitu menyelenggarakan tri dharma perguruan tinggi. Seluruh aset Unesa harus dikelola dengan prinsip optimalisasi, efisien, dan efektif, untuk mendukung pelaksanaan tri dharma pergruan tinggi dan sebagai sumber
Majalah Unesa
pendapatan. Keberadaan Badan Pengelola Usaha ini diharapkan mampu secara kreatif memanfaatkan dan mengelolaan aset-aset Unesa menjadi sumber pendapatan. Pada tanggal 5 Maret 2016 juga telah dilakukan pelantikan ketua jurusan, ketua prodi, sekretaris dan ketua laboratorium selingkung Unesa. Pelantikan pejabat baru disertai dengan kontrak kinerja yang harus dicapai oleh para ketua jurusan dan ketua prodi. Sejalan dengan kebijakan kementerian riset teknologi dan pendidikan tinggi, maka setiap pergruan tinggi dituntut untuk meningkatkan PNBP, prestasi mahasiswa, publikasi ilmiah di jurnal-jurnal internasional terakreditasi, dan hak paten. Para ketua jurusan dan ketua prodi sebagai ujung tombak pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi juga membuat kontrak kinerja sebagaimana yang dituntut oleh kementerian ristek dikti tersebut. Kontrak kinerja bukan hanya dilakukan para ketua jurusan, atau ketua prodi, tetapi juga dilakukan oleh para dekan maupun rektor. Ini adalah hal yang baru yang sebelumnya belum dilkukan di Unesa. Dengan kontrak kinerja tersebut diharapkan ada target dan acuan kerja yang jelas. Untuk mencapai target kinerja tersebut, para dekan harus menyusun program kerja yang disertai dengan perencanaan anggaran. Para dekan harus menyusun rencana belanja dan anggaran (RBA) Unesa dengan prnsip rassionalitas dan, efisiensi. Setiap program harus disertai rasionalitas untuk apa kegiatan tersebut dilakukan, apakah kegiatan tersebut harus dilakukan (rasionalisasi). Jika memang harus dilakukan, berapa dana yang dibutuhkan (efisiensi), dan kapan akan dilakukan. Semangat rasionalisasi dan efisiensi tersebut akan mendorong peningkatakan pelayanan dan PNBP, yang pada gilirannya akan mengarah kepada peningkatan pelayanan dan kesejahteraan. Semangat rasionalisassi dalam melakukan kegiatan dan efisiensi dalam penggunaan dana harus dilakukan mulai sekarang. n
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
17
LENSA UNESA
Sosialisasi
SNMPTN-SBMPTN
niversitas Negeri Surabaya (Unesa) melakukan sosialisasi SNMPTN/SBMPTN ke tiga wilayah di Jawa Timur, yaitu KabupaÂten Tuban, Bojonegoro, dan Sampang. Sosialisasi yang dilakukan bekerja sama dengan dinas pendidikan setempat tersebut dimaksudkan agar semua sekolah mengetahui waktu dan jadwal SNMPTN/SBMPTN tahun 2016. Tahun 2016 ini, Unesa mengalokasikan kuota sebanyak 5.625 kursi, tidak berbeda jauh dengan tahun 2015 lalu yakni 5.607 kursi. lHUMAS
18
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
Majalah Unesa
LENSA UNESA
PELANTIKAN KABAG-KASUBAB
SE- LINGKUNGAN UNESA PELANTIKAN dan serah terima jabatan Kepala Bagian dan Kepala Sub Bagian di Unesa dilangsungkan pada 19 Januari 2016 di ruang auditorium Lt.3 Kampus Unesa Ketintang. Pelantikan dan serah terima jabatan dipimpin langsung oleh Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S. l
PELANTIKAN LEMBAGA KEMAHASISWAAN SE-UNESA SETELAH sempat mengalami kevakumÂan, pengurus Lembaga Kemahasiswaan Unesa yang terdiri atas Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM), dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tingkat Universitas Negeri Surabaya tahun 2016 resmi dilantik. Pelantikan pengurus dihadiri langsung oleh Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S, Wakil Rektor III, Dr. Ketut Prasetyo, MS dan seluruh Wakil Dekan III selingkungan Unesa. l HUMAS
Majalah Unesa
| Nomor: 89 Tahun XVI I- Januari 2016 |
19
INSPIRASI
ALUMNI
Taufik Hidayat
JUARA OSNG 2016
Terlecut Prestasi Siswa Didiknya
Menjadi guru haruslah jadi teladan. Tidak hanya pandai berteori, tapi juga harus mampu membuktikan diri dengan prestasi. Itulah yang dilakukan Taufik Hidayat, alumni Unesa Jurusan Fisika yang belum lama ini berhasil meraih juara II Lomba Olimpiade Sains Nasional Guru (ONSG) 2016.
T
aufik, demikian panggilan kesehariannya, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Ayahnya berprofesi sebagai guru SD sedangkan ibunya meski hanya lulusan SD tetapi merupakan alumni pesantren yang pandai membaca Alquran.Pendidikan SD ditempuh di desa kelahirannya Desa Bunder Kecamatan Pademawu Pamekasan. Sewaktu SMP dan SMA, ia pindah ke kota Pamekasan sekaligus nyantri di Ponpes Al Fudhola. Kehidupan di pondok, membuat Taufik harus bisa hidup mandiri. Selain jauh dari orang tua, ia juga harus mampu mengatur waktu kegiatan di sekolah dan di pondok. Beruntung, ia berhasil menjalani dengan baik bahkan berprestasi. Pada 1993, ia ikut Jambore Anakanak Islam Nasional (JAMAISNAS) I di Solo Pada 1994 dia mengikuti
20
Festival Anak Sholeh (FASI) dan berhasil menjadi juara 1 bidang cerdas cermat Alquran tingkat kabupaten dan juara 1 mengarang tingkat Propinsi Jawa Timur. Sewaktu SMA, Taufik selalu masuk peringkat lima besar di kelas. Ia pernah menjadi pengurus OSIS bidang keagamaan. Beberapa prestasi lomba tingkat sekolah pun berhasil didapat seperti lomba pidato dan tartil Alquran. Sebelum berpindah ke pesantren, sejak SD Taufik sudah dibiasakan oleh orang tua untuk hidup sederhana dan mandiri. Setiap pagi dan sore, ia membantu kegiatan ibu di dapur bahkan berbelanja kebutuhan dapur di toko dekat rumah. “Saya belajar agama dan mengaji kepada ibu dan madrasah diniyah dekat rumah dengan berjalan kaki sehingga saat menempuh pendidikan pesantren bisa langsung menyesuaikan,� paparnya.
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
Majalah Unesa
Banyak Kenangan Masa remaja memang menjadi masa keemasan bagi seseorang. Begitu pun dengan pria kelahiran Pamekasan ini. Taufik mengaku merasakan kebahagian karena bimbingan dan pendidikan orang tua yang religius, disiplin dan sederhana. Meski mendidik dengan sangat disiplin, namun orang tuanya memperhatikan kebutuhan tambahan seperti rekreasi, alat-alat permainan dan lain-lain. Apalagi, sang bapak yang berprofesi sebagai guru di kampung sehingga memudahkan Taufik memperoleh fasilitas pendidikan. Keteladanan dari kedua orang tua dalam hal kegiatan ibadah seperti salat berjamaah, mengaji, disiplin, akhlak dan membimbing pelajaran sekolah sampai SD adalah hal yang paling indah saat remaja. Dukanya adalah ketegasan
INSPIRASI ALUMNI
Selama di Unesa, Taufik mengaku sangat banyak pengalaman yang diperoleh. Mulai menjadi ketua HMJ Fisika (2001-2002), Ketua BEM FMIPA (2002-2003), bahkan mewakili BEM Universitas dalam Forum BEM se-Indonesia tahun 2002. dan kedisiplinan orang tua dalam mengawasi, membatasi pergaulan dengan lingkungan sekitar agar tidak terpengaruh dengan lingkungan yang kurang sehat seperti adu balap merpati, adu ayam, judi domino, kerapan sapil. �Waktu itu, saya merasa terkekang, kok tidak sama dengan teman-teman sebaya yang lain,� paparnya. Kejadian yang paling mengharukan adalah ketika SMA kelas X. Kala itu, Taufik sangat menginginkan sepatu yang bermerek. Namun karena orang tua tidak punya cukup dana, ia pun terpaksa mengambil cicilan sepatu dengan merk tertentu kepada temannya. Ternyata, sepatu tersebut ukurannya terlalu besar dan ada lampu di bagian belakangnya. Waktu itu, sang bapak menawarkan jika tidak mau memakai maka akan dibelikan sepatu seperti biasanya. Meski ragu, Taufik pun tetap memakai sepatu
tersebut dengan bagian lampu ditutup plester warna hitam. “Sialnya, suatu ketika, saat mau pulang sekolah, plester tersebut lepas dan diketahui teman-teman sekelas. Kontan, mereka pun menertawai dan menggoda saya. Akhirnya dengan muka merah dan malu, saya tertunduk dan hampir menangis berlari ke parkir sepeda untuk pulang. Itulah kejadian masa remaja yang tidak pernah terlupakan,� ungkapnya. Studi di Unesa Selepas SMA, Taufik melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Ia pun memilih Unesa. Sebenarnya, saat melanjutkan ke Unesa, jurusan pendidikan Fisika adalah pilihan kedua. Meski demikian, setelah mendapat saran prospek menjadi guru, ia pun melanjutkan pendidikan tingginya dengan baik. Dalam perjalanannya, Taufik sempat ragu
Majalah Unesa
dengan profesi guru dan lebih tertarik pada dunia entrepreneur. Namun, kenyataan berbicara lain, ia tetap ditakdirkan menjadi guru sesuai dengan keinginan awal saat masuk Unesa. Selama di Unesa, ia mengaku sangat banyak pengalaman yang diperoleh. Mulai pengalaman menjadi Ketua HMJ Fisika 2001-2002, kemudian berlanjut menjadi Ketua BEM FMIPA pada 2002-2003. Aktif di organisasi, membuat konsentrasi terpecah lantaran banyak aktivitas di luar kampus seperti Forum BEM Surabaya, bahkan pernah mewakili BEM Universitas dalam Forum BEM se-Indonesia pada 2002. Pengalaman yang tidak pernah terlupakan adalah menjadi koordinator lapangan dalam aksi damai BEM se Surabaya pada 2002 di Grahadi Surabaya untuk menuntut penurunan harga BBM dan TDL masa pemerintahan Megawati.
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
21
INSPIRASI
ALUMNI
Dalam kegiatan akademik, Taufik pernah menjadi asisten laboratorium Mata Kuliah Fisika Dasar 1 dan Fisika Dasar 2 tahun 2001-2002. Ketika menjabat Ketua BEM FMIPA kali pertama berhasil mengadakan diskusi panel antara eksekutif dan legislatif pemerintah kota Surabaya dengan wali kota Bambang DH. Selain itu, ia juga sering mengikuti pelatihan laboratorium dan seminar nasional fisika sebagai pemakalah pada tahun 2002. Prestasi Lomba Olimpiade Prestasi yang didapat, bermula pada 2014. Kala itu, ia mengikuti lomba guru berprestasi dan berhasil menjadi juara 1 tingkat kabupaten Pamekasan. Kemudian, lomba berlanjut ke seleksi tingkat Jawa Timur tetapi belum berhasil meraih juara. Pada 2015, dia mengikuti lomba Olimpiade Sains Nasional Guru (OSNG) bidang studi Fisika SMA tingkat Kabupaten Pamekasan dan berhasil meraih juara 1. Kemudian, ia mengikuti seleksi di tingkat Provinsi dan berhasil masuk lima belas Finalis tingkat Nasional. Akhirnya, pada November 2015, Taufik mengikuti Finalis OSNG tingkat nasional bidang studi Fisika di Jakarta dan berhasil meraih medali perak atau juara II. Taufik menceritakan mengenai proses lomba tersebut. Sebelum mengikuti kegiatan finalis di Jakarta, ada beberapa persyaratan yang harus dilengkapi seperti membuat karya tulis ilmiah (KTI), Video Pembelajaran, RPP, dan Risalah Akademik. Kemudian, pada saat pelaksanaan, ada tiga tes yang harus diikuti mulai tes teori, tes praktikum sampai tes praktik mengajar. Dari keseluruhan hasil tes yang dilaksanakan, Taufik berhasil meraih medali perak atau juara 2. Juara 1 diraih dari Provinsi Bali dan juara 3 juga diraih dari Provinsi Jawa Timur. Yang paling mengharukan dari proses mengikuti lomba tersebut adalah saat persiapan menuju Jakarta yang harus membuat KTI, Risalah dan Video Pembelajaran. Setelah persiapan persyaratan mencapai
22
B I O D AT A S I N G K AT
NAMA LENGKAP Taufik Hidayat NAMA KEREN Kang Taufik TEMPAT/ TANGGAL LAHIR Pamekasan, 26 April 1982 JENIS KELAMIN Laki-laki ALAMAT Dusun Mondung Selatan Desa Bunder Kec. Pademawu Kab. Pamekasan AGAMA: Islam PEKERJAAN: Guru STATUS: Menikah TEMPAT BEKERJA: SMAN 1 Pademawu Kab. Pamekasan NOMOR HP: 087866213807
sekitar 90%, ada kejadian di luar dugaan. Saat perjalanan dengan bus dalam perjalanan SurabayaMalang, tiba-tiba laptop yang berisi data persyaratan itu hilang. Taufik panik. Saking paniknya, ia berusaha mengejar dan melapor ke polisi. Namun, usaha tersebut sia-sia. “Saya pasrah dan tawakal. Saya anggap sebagai ujian padahal pelaksanaan menuju Jakarta tinggal beberapa hari lagi,” kenangnya. Dengan menyusun kekuatan penuh, ia pun bekerja keras menyusun kembali persyaratan yang diminta oleh panitia. Ia bersyukur tepat sehari sebelum berangkat, ia berhasil menyelesaikan persyaratan. Kisah lain yang mengharukan adalah saat diberi kesempatan panitia mengikuti simposium nasional pada puncak Hari Guru Nasional bersama Menteri Pendidikan, Anies Baswedan dan Presiden Jokowi. “Saya berhasil bertemu langsung dan bersalaman dengan beliau berdua. Sehingga semangat dan inspirasi yang diperoleh dari kegiatan tersebut menjadi modal saya untuk berprestasi lebih nyata di sekolah,” tandasnya.
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
Majalah Unesa
Sumber Inspirasi Setiap orang tentu memiliki sumber inspirasi atas kesuksesan yang dicapai. Demikian pula dengan Taufik. Terkait prestasi lomba olimpiade sains yang didapat, ia mengaku mendapat inspirasi dari siswanya yang berhasil meraih juara 2 lomba Olimpiade Fisika se-Madura tingkat SMA tahun 2011. Sebelum berhasil meraih juara, siswanya tersebut beberapa kali mengikuti lomba Olimpiade Fisika. Baru, pada saat akhir kelas XII dengan biaya sendiri, siswa tersebut berhasil meraih medali perak bidang studi Fisika dalam ajang Madura Mencari Juara pada 2011 dan berhak mengikuti lomba yang sejenis di tingkat Provinsi Jawa Timur. “Ini membuktikan bahwa jika ada kemauan dan kerja keras serta doa sesuatu yang diimpikan bisa menjadi kenyataan, dan itu menjadi inspirasi besar bagi saya,” ungkapnya. Menurut Taufik, kesuksesan tidak bisa didapat dengan proses yang instan. Ia mengaku berhasil meraih sukses dalam lomba OSNG karena memang mempersiapkan diri dengan tujuan mengukur diri, mencintai profesi dan terus meningkatkan kemampuan sehingga dapat menjawab tantangan dan problematika pendidikan, khususnya bidang studi Fisika SMA. “Maka berlatih, belajar dan terbuka terhadap masukan yang membangun adalah kunci dari kesuksesan seseorang. Memperluas pergaulan dan informasi akan semakin memperkaya cakrawala kita tentang bidang yang digeluti seperti saya sebagai guru fisika. Motto hidup saya adalah terus belajar sepanjang hayat untuk kemuliaan hidup,” pungkasnya. n (RUDI UMAR)
KABAR MANCA OLEH-OLEH DARI AMERIKA SERIKAT (3-HABIS)
BERKUNJUNG KE PARK CITY
GODAAN BARANG BRANDED Prof. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd.
MELALUI PROGRAM ISLAMIC DEVELOPMENT BANK (IDB), PROF LUTHFIYAH NURLAELA BERKESEM PATAN MENGIKUTI SHORT COURSE DI THE UTAH STATE UNIVERSITY (USU), DALAM BIDANG CURRICULUM DEVELOPMENT ON ENGINEERING EDUCATION. BERIKUT CATATAN OLEH-OLEH DARI AMERIKA SERIKAT.
S
uhu dingin sekali pagi ini. Sebenarnya udara dingin itu sudah saya rasakan sejak semalam. Saya sempat terbangun di tengah malam dalam keadaan tubuh menggigil karena kedinginan. Tapi cuaca hari ini tentu saja tak akan mengurungkan niat kami untuk mengunjungi Park City. Rencana melancong ke Park City itu seharusnya sudah terlaksana seminggu yang lalu. Namun karena pada saat itu Pak Oenardi tidak enak badan--sementara kami perginya bergantung pada Pak Oenardi--jadilah acara itu baru bisa terlaksana hari ini. Pak Oenardi, seperti biasa, menjemput kami dari apartemen kami. Dibawanya kami singgah ke rumah beliau dulu. Bu Oenardi sudah menyiapkan nasi pecel untuk makan siang kami semua. Nasi pecelnya ‘Madiun banget’, karena sambalnya dari Madiun, begitu juga dengan lempeng atau kerupuk pulinya. Benar-benar hidangan yang lezat, seperti biasa. Bu Oenardi memang jago memasak. Masakan apa saja beliau bisa buat. Kadang-kadang hanya dengan sentuhan kecilnya, makanan biasa jadi istimewa. Apel dipotong-potong, ditusuk seperti sate, dicelup coklat leleh dan butiran kacang. Biscuit asin diberi topping selai dan irisan keju, kadang ditambah irisan strawberry, jadi jauh lebih cantik dan lezat. Pokoknya Bu Oenardi bisa mengkreasikan makanan apa saja sehingga makanan menjadi jauh lebih mewah dan enak. Setelah makan siang dan salat dhuhur, kami berangkat. Pak Oenardi memegang kemudi, Bu Oenardi di sebelahnya. Kami bertiga di jok tengah, Kevin dan Stefani di jok belakang. Mobil besar yang disewa Pak Oenardi cukup
leluasa bagi kami untuk duduk dengan nyaman. Tidak seperti kita--pada umumnya keluarga Indonesia kalau pergi pesiar--mobil kita biasanya penuh dengan cemilan, minuman, bahkan makanan lengkap, untuk bekal selama perjalanan. Bepergian di Logan tidaklah seribet itu. Dua kali kami melakukan perjalanan keluar kota--pertama dengan Amanda--tidak ada bekal makanan apa pun yang disiapkan oleh orang yang mengajak kami. Sepanjang perjalanan tidak ada ngemil-ngemil. Saat kami ngemil dan kami menawari Amanda, dia menolak dan selalu bilang: “I’m okay.” Dan sekarang, Bu Oenardi juga tidak menyiapkan cemilan apa pun. Saya jadi sungkan sendiri mau mengeluarkan chips yang sudah kami bawa. Ternyata seperti inilah rekreasi di sini. Tidak perlu ribet menyiapkan bekal makanan. Kalau Anda lapar atau haus, Anda tinggal singgah di kedaikedai atau di restoran yang ada di beberapa titik di sepanjang perjalanan. Makan malam kami nanti pun, oleh Pak Oenardi, sudah direncanakan di Restoran Thailand yang nanti akan kami lewati saat menempuh perjalanan pulang. Salju menutupi sebagian bukit-bukit dan pepohonan di sepanjang jalan saat kami sudah menempuh perjalanan sekitar dua jam. Artinya, Park City sudah dekat. Udara lebih dingin, jauh lebih dingin, menyergap kami begitu kami turun di sebuah pelataran parkir yang luas. Tempat ini memang berada di ketinggian, sehingga suhunya lebih dingin dibanding di Logan tempat kami tinggal. Dan inilah Park City itu. Sebuah kota di kawasan Summit County, Utah, USA, dan merupakan bagian dari Wasatch
Majalah Unesa
Back. Berjarak 32 mil (51 km) sebelah tenggara Salt Lake City dan 19.88 mil (31.99 km) dari sisi timur Salt Lake City. Menurut catatan, Park City dahulu adalah kota pertambangan. Setelah area pertambangan berkurang, sekitar tahun 1980-an dan 1990-an, kota ini berekspansi dalam bisnis pariwisata. Belakangan ini, Park City rata-rata per tahunnya memberi sumbangan terhadap ekonomi Utah sebesar $529,800,000 sebagai tempat wisata, dan $80,000,000 dari Sundance Film Festival. Kota ini memiliki dua resort ski utama: Deer Valley Resort dan Park City Mountain Resort. Kedua resort ski tersebut merupakan lokasi utama dalam event ski dan snowboarding pada Winter Olympics tahun 2002. Park City juga menjadi lokasi utama festival film terbesar di US, Sundance Film Festival, menjadi tuan rumah bagi United States Ski Team, sebagai pusat pelatihan bagi anggota Australian Freestyle Ski Team, dan juga memiliki koleksi terbesar toko-toko factory outlet (FO). Nah, di kawasan FO inilah kami sekarang berada. Kay, Under Armour, Polo, Adidas, Nike, Fossil, Guess, Ralph Lauren, Tommy Hilgiger, Calvin Klein, dan lain-lain berderet dari pangkal sampai ujung. Kalau mau menjelajah semuanya, sepertinya kita harus menyediakan waktu dan energi ekstra. Tempat seluas dan sepanjang itu, ramai dengan para pelancong dari berbagai negara. Hampir semua mereka mengenakan baju hangat tebal-tebal karena udara dingin begitu menusuk. Meski begitu, udara dingin itu tak cukup untuk membekukan semangat berbelanja mereka. Pak Oenardi memberi kami kesempatan untuk berkeliling.
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2015 |
23
KABAR MANCA MUSIM DINGIN: Suasana bersalju di kawasan Summit County, Utah, USA.
Beliau merasa, mumpung lagi di sini, kami harus shopping barang-barang branded dengan harga murah, sebelum kami pulang ke tanah air. Ya, empat hari lagi kami pulang, dan satu-satunya kesempatan berkunjung ke Park City adalah sekarang ini. Maka, “manfaatkanlah sebaik-baiknya”, begitu pesan Pak Oenardi. Tapi dasar saya. Terlanjur tidak terlalu tergiur dengan barang branded. Biasabiasa saja. Tawar-tawar saja. Jadi saya dingin-dingin saja melihat-lihat ratusan produk itu. Jam tangan, tas, sepatu, T-shirt, celana panjang, kosmetik, apa pun. Saya sudah punya beberapa jam tangan, setumpuk tas sampai bingung menyimpannya, berpasang-pasang sepatu, setumpuk baju, beberapa kotak aksesoris. Jadi, sepertinya saya sudah punya semuanya. Lebih dari cukup. Selera belanja saya sore ini pun membeku, persis seperti tumpukan salju di atas barisan pegunungan di atas sana. Namun sebuah jam tangan berwarna hijau, cantik sekali, sempat menggoda saya. Harganya juga tidak terlalu mahal, tidak lebih dari USD 100. Jadi ingat tas hijau saya. Wah, kalau saya pakai jam
24
tangan ini dipadu dengan tas hijau saya, pasti cakep sekali. Tapi ternyata hanya sampai di situ saja. Setelah itu saya sudah lupa dan melihat-lihat produk lain dengan perasaan yang sama. Tawar. He he. Saya coba berkomunikasi dengan Mas Ayik dan Arga, apakah mereka menginginkan sesuatu, mumpung saya sedang ada di kawasan FO barangbarang branded. Mas Ayik bilang tidak memerlukan apa-apa, dan Arga bilang, “aku perlu lensa kamera”. Lensa kamera, tentu tidak harus saya yang membeli, tapi biar Arga sendiri, daripada nanti saya salah beli. Begitu keluar dari toko bersama Dik Lusia dan Dik Asto, saya berteriak. “Yes!” “Apa, Mbak?” Tanya Dik Asto dan Dik Lusi hampir serempak. “Saya terbebas dari godaan syaiton,” “Ha ha. Betul. Tidak tergoda untuk membeli apa pun,” “What is the brand mean?” Tanya Dik Asto seperti untuk dirinya sendiri. “It means nothing.” Jawab saya cepat. Dan juga tepat. Saya selama ini memang tidak pernah tergoda pada barang-barang branded. Sekadar untuk
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
Majalah Unesa
tahu, ya. Tapi tergoda, tidak terlalu. Saya punya beberapa barang branded, tapi saya membelinya sama sekali bukan karena ‘branded’-nya. Tapi memang saya lagi butuh, barangnya nyaman, dan harganya rasional. “Itu salah satu ciri masyarakat hedon.” Tambah saya. “Tergila-gila pada barang branded. Sering bukan karena kebutuhan, tapi sekadar menuruti keinginan, sekadar untuk prestise dan gengsi.” “Yes.” Kata Dik Asto.” “So?” “Makan itu branded.” Kami tertawa bersama. Menertawakan diri kami masingmasing. Senja jatuh sempurna dan udara semakin dingin. Tubuh seperti beku rasanya. Kami memasuki mobil dengan barang-barang belanjaan kami. Dik Asto dengan sepasang jam tangan, dik Lusia dengan beberapa jam tangan dan beberapa tas, Stefani entah membawa apa, dan saya tetap dengan tas yang saya bawa sejak berangkat tadi. Setidaknya, saya sudah melihat Park City dan tahu sepintas seperti apa tempat itu. Kalau pun saya tidak
KABAR MANCA
MENYENANGKAN: Bersama teman dosen berfoto di salah satu peta area taman wisata yang tertata apik, bersih, dan nyaman untuk wisatawan.
membawa barang sebagai oleh-oleh, setidaknya tulisan inilah oleh-oleh itu. Murah meriah, dan siapa pun yang mau, tinggal ambil saja. PULANG KE INDONESIA Pukul 03.30 dini hari. Dering panggilan via WhatsApp berbunyi. Dari Mas Ayik. Dia sedang membangunkan saya. Setiap hari dia bertugas membangunkan saya. Bukan karena saya tidak bisa bangun sendiri. Alarm di ponsel saya bisa membantu saya bangun kapan pun waktu yang saya inginkan. Tapi tentu saja berbeda rasanya kalau suami yang sedang berada jauh di sana yang membangunkan. Tidak hanya saat bangun pagi. Tapi juga saat bangun dini hari untuk qiyamul lail dan sahur. Kebetulan selama di Utah, bersamaan dengan waktu puasa Muharam. Selain itu juga puasa SeninKamis. Nah, pada saat sahur, Mas Ayik pasti akan membangunkan saya.
Oya, puasa di sini nyaman sekali. Karena Winter, waktu puasanya sedikit lebih pendek dibanding di Indonesia. Cuaca yang dingin membuat rasa haus berkurang. Pada kondisi puasa pun, saya tetap bersepeda. Dik Asto tidak pernah puasa. Katanya, puasa di sini, hanya dapat lapar dan haus saja. Godaan melihat cewek cantik dengan busana yang kadang-kadang minim atau superketat membuat puasa tidak fokus. “Ha ha. Salah sendiri kenapa tergoda. Tundukkan pandangan,” kata saya. “Eman-eman, Mbak.” Jawabnya. “Dasar gak niat.” Dia tertawa saja. Pagi ini kami akan pulang ke Surabaya. Ya, akhirnya. Tentu saja kami menunggu waktu ini. Hanya enam minggu kami di sini, tapi rasanya sudah lama sekali. Meski banyak hal yang membuat kami merasa berat untuk meninggalkan Utah, namun kerinduan pada keluarga lebih memenuhi benak
Majalah Unesa
kami. Pagi masih gelap dan kami sudah bersiap. Sekitar pukul 05.00 kami akan dijemput mobil biro travel yang sudah disiapkan oleh pihak Global Engagement. Siang kemarin kami menemui Shelly dan Amanda di kantor mereka, dan berpamit pada mereka dan semua staf Global Engagement. Amanda bilang, mobil yang akan membawa kami dari SLC Travel sudah disiapkan dan kami tidak perlu membayar sedollar pun. Tapi kalau kami ingin memberi tip pada driver-nya karena kami merasa puas pada pelayanannya, diperbolehkan. Udara sangat dingin menyergap saat kami keluar apartemen dan membantu driver mengangkat koper-koper kami. Driver, seorang lelaki yang tidak lagi muda, tinggi besar, dengan kalimat sapa yang hanya sepatah dua patah, menyilakan kami masuk ke mobil. Kami tidak langsung ke SLC, tapi singgah dulu ke International House untuk menjemput beberapa penumpang. Tidak masalah. Waktu pasti sudah diperhitungkan dan kami tidak akan terlambat tiba di SLC. Turun di bandara SLC, kami kembali membantu driver menurunkan koper-koper. Ternyata bersama kami ada seorang dosen USU, saya lupa namanya, tapi saya ingat wajah manisnya ketika kami berpamit pada semua staf Engineering Education Department kemarin sore. Wanita ramah itu memeluk saya dengan gaya khas Amerika, dan berucap, “safe flight.” “Thank you, safe flight too”. Kami akan menempuh perjalanan panjang, tidak kurang dari dua puluh jam di udara. Namun kami yakin kali ini kami tidak akan kelaparan, karena jauhjauh hari kami sudah memesan halal food mulai penerbangan dari Seattle sampai Singapura. Meskipun hari ini kami pulang kembali ke tanah air, tidak berarti urusan kami dengan USU selesai. Kami harus melanjutkan penulisan artikel sampai final dan layak muat di jurnal internasional, mendesiminasikan perangkat perkuliahan yang sudah kami kembangkan selama di USU, dan menyusun proposal collaborative research. Wow, masih jauh jalan yang harus kami tempuh untuk bisa dikatakan short-term program kami di USU ini berhasil. n (ARM/WWW.LUTHFIYAH.COM) SELESAI
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
25
ARTIKEL
WAWASAN
REKSADANA
BUKAN SEKADAR
NABUNG
Oleh MARIANA, S.Pd. M.A.*
Orang yang cerdas secara finansial, akan mampu membedakan mana aset dan mana utang. Jika barang tersebut semakin lama semakin turun nilainya maka sebaiknya kita membeli secara tunai, artinya tidak dengan kredit atau utang.
A
yo menabung. Begitulah bunyi salah satu pamflet di perbankan yang mengajak kepada anak-anak untuk membiasakan menabung sejak dini. Ajakan tersebut sebenarnya bukan hanya untuk anak-anak. Orang dewasa pun perlu menabung, apalagi bagi mereka yang sudah mempunyai penghasilan. Kebiasaan menabung seharusnya sudah menjadi budaya, karena sejak kecil kita sudah diperkenalkan dengan pentingnya menabung. Secara umum, orang mengatakan “menabung� adalah menyisihkan sebagian penghasilan untuk tidak dikonsumsi saat ini atau menunda konsumsi untuk mendapatkan manfaat pada masa mendatang. Pada umumnya, orang menabung dengan membuka rekening di bank. Bagaimana hasilnya? Bagaimana bunga atau bagi hasilnya dibandingkan dengan biaya
26
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
administrasi? Tentu kita tidak perlu kaget jika uang yang ditabung hanya 1 juta mungkin dalam hitungan beberapa bulan uang tersebut akan habis karena potongan administrasi setiap bulannya. Jadi, benarkah dengan menabung di bank uang kita akan berkembang? Ketika punya uang di bank pada dasarnya kita sedang menitipkan uang sementara sebelum digunakan agar lebih aman. Karena itu, jangan berharap uang kita akan berkembang. Jika kita menginginkan hasil yang lebih besar, maka harus diinvestasikan. Hadis dari Abu Hurairah tentang konsep sepertiga (1/3), sebenarnya telah mengajarkan kepada kita untuk menggunakan setiap penghasilan sepertiga untuk sedekah, sepertiga untuk konsumsi dan sepertiganya lagi dikembalikan ke kebun, artinya diinvestasikan kembali. Saat ini, banyak instrumen investasi baik pada sektor
Majalah Unesa
riil maupun aset keuangan. Investasi sektor riil misalnya membeli properti, tanah/ kavling, emas, usaha produktif, ternak. Contoh investasi aset keuangan bisa melalui pembelian saham, obligasi/ sukuk, reksadana. Saat ini, di Indonesia juga sudah dikembangkan pasar modal syariah dan efek-efek syariah. Jadi, kita tidak perlu khawatir, banyak pilihan instrumen investasi syariah. Di Fakultas Ekonomi Unesa, juga sudah ada Galeri Investasi yang terbuka untuk umum agar bisa difungsikan sebagai sarana pembelajaran dan berinvestasi. Galeri investasi merupakan hasil kerja sama Fakultas Ekonomi dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan perusahaan sekuritas. Satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan ketika kita akan disiplin menabung atau investasi adalah harus bisa membedakan antara aset dan utang. Jika kita memiliki aset akan semakin kaya,
ARTIKEL WAWASAN tetapi sebaliknya jika semakin banyak utang maka kita semakin miskin. Terkadang, ada seseorang yang membeli sesuatu karena aset padahal sebenarnya itu adalah utang. Contoh, ketika seseorang membeli perabotan rumah tangga secara kredit. Ia mengira dengan memiliki perabot rumah tangga, maka asetnya bertambah, padahal ketika dia membeli secara kredit sebenarnya itu adalah menambah utang. Orang yang cerdas secara finansial, akan mampu membedakan mana aset dan utang. Jika barang tersebut semakin lama semakin turun nilainya maka sebaiknya kita membeli secara tunai, artinya tidak dengan kredit atau utang. Jika tidak mempunyai uang, sebaiknya menahan diri untuk tidak membeli. Sebaliknya, jika barang yang kita beli nilainya semakin tinggi, maka tidak ada salahnya kita membeli secara kredit/utang, karena di masa mendatang nilainya akan naik. Ini baru namanya aset sebagai salah satu instrumen investasi yang akan memberikan nilai lebih tinggi di masa datang. Sebagai contoh, kredit properti, rumah, ruko atau tanah. Jadi, belilah aset jangan utang. Biasanya, orang mengatakan untuk berinvestasi dibutuhkan modal besar. Anggapan itu tidak selamanya benar, karena ada instrumen investasi yang bisa dilakukan layaknya kita menabung di bank dan bisa memulai membuka rekening dengan hanya Rp100.000. Ketika menabung sekadar menitipkan uang, maka pilihannya adalah reksadana. Apa itu reksadana? Mungkin sebagian orang sudah familiar dengan kata “reksadana�. Reksadana adalah kumpulan
berbagai jenis instrumen investasi yang dikelola oleh manajer investasi atau perusahaan manajemen aset. Lembaga ini sama dengan perbankan yaitu diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Bagaimana untuk dapat membeli reksadana ? Kita bisa langsung menghubungi manajer investasi yang terdaftar di OJK (www.ojk.go.id) atau melalui agen reksadana. Banyak perusahaan manajemen aset atau manajer investasi yang terdaftar di OJK. Anda bisa googling atau membuka website manajer investasi. Bagaimana Cara Kerja Reksadana? Untuk memahami cara kerja reksadana, kita akan menggunakan analogi seperti menabung di bank. Ketika Anda menabung di bank maka satuan yang digunakan bank untuk tabungan adalah sesuai mata uang produk tabungan Anda. Jika Anda menabung Rp100.000, nominal itulah yang akan tercatat di buku tabungan. Ketika anda membeli produk reksadana maka satuan yang digunakan adalah unit penyertaan (UP). Selanjutnya untuk mengetahui berapa nilai investasi Anda dalam rupiah maka digunakan nilai aktiva bersih (NAB). Ilustrasinya adalah sebagai berikut. Pada kali pertama diluncurkan NAB reksadana ABC sebesar Rp1.000. Anda membeli produk reksadana ABC dengan uang senilai Rp 1 juta. Maka anda memiliki reksadana ABC sebanyak Rp1 juta/Rp 1.000 = 1.000 UP. Tiga bulan kemudian, NAB dari reksadana ABC naik menjadi Rp1.025. Maka nilai investasi anda pada reksadana ABC menjadi = 1.000 UP x Rp 1.025. = Rp1.025.000. Artinya,
Reksadana adalah kumpulan berbagai jenis instrumen investasi yang dikelola oleh manajer investasi atau perusahaan manajemen aset. Lembaga ini sama dengan perbankan yaitu diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). uang anda bertambah sebanyak Rp1.025.000 – Rp1 juta = Rp 5.000. Begitu sebaliknya, jika NAB turun maka nilai investasi kita juga turun. Misalnya pada bulan ke-6 NAB turun menjadi Rp 980 maka nilai investasi Anda pada reksadana ABC menjadi: 1.000 UP x Rp 980 = Rp 980.000. Ini berarti uang Anda pada reksadana ABC telah berkurang Rp 1 juta – Rp 980.000 = Rp 20.000. Besaran NAB ini dapat Anda pantau setiap hari melalui website resmi MI yang mengeluarkan produk reksadana tersebut atau melalui Koran bisnis atau website OJK (www.ojk.go.id). Mengawali tahun baru 2016, semoga kita menjadi lebih baik. Semakin banyak menebar manfaat kepada sesama dan lembaga serta semakin cerdas secara finansial untuk masa depan lebih baik dan sejahtera. Selamat menabung di reksadana. n *)Penulis adalah Dosen Tetap Non PNS Unesa, mengajar di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Unesa
Majalah Unesa
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
27
KABAR
P3G UNESA
GEDUNG BARU: Peresmian Gedung Wiyata Mandala P3G Unesa oleh Mendikbud Prof. M. Nuh.
P3G, KUALITAS GURU, DAN LP3 Oleh Prof. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd.
P
rogram Pengembangan Profesi Guru (P3G) Unesa beroperasi sejak awal 2013. Saat itu, akhir Februari 2013, Program Pengenalan Akademik (PPA) bagi mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) angkatan I digelar di Auditorium FIP Unesa. Mengapa di Auditorium FIP? Padahal sudah ada Gedung P3G berlantai sembilan yang megah itu? Meski sudah ada gedung P3G, gedung itu belum siap untuk digunakan. Di dalam gedung maupun di luar gedung, semuanya masih berantakan. Bahan-bahan material, tumpukan kardus-kardus dan kayukayu bekas perabot dan mebeler, berbaur dengan suara bising dan debu di mana-mana. Lift tidak bisa digunakan. Kursi, meja, rak-rak,
28
bertumpuk-tumpuk di sembarang tempat. Para pekerja memenuhi setiap sudut. Dalam kondisi seperti itu, kegiatan PPG harus tetap berjalan. Tak ayal, mahasiswa dan dosen harus mengenakan masker di mingguminggu pertama, bahkan di bulanbulan pertama. Mereka harus menerima apa adanya, termasuk kondisi asrama PGSD--asrama yang digunakan untuk mahasiswa PPG putra--yang sangat memprihatinkan. Bangunan yang kurang terurus, kamarkamar yang kotor, dan MCK yang sangat tidak memadai dan tidak layak. Sungguh mengenaskan. Syukurlah, sebanyak 279 mahasiswa PPG itu dapat dipahamkan, meski hal itu tidak mudah. Bayangkan. Mereka tidak hanya berasal dari Unesa saja,
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
Majalah Unesa
namun datang dari berbagai LPTK di Tanah Air, dari Unimed, UNP, UNY, Unnes, UM, Unima, UNG dan Undiksha. Dari barat sampai timur. Jauh-jauh datang ke Unesa, tentu mereka tidak membayangkan akan ditempatkan di asrama yang begitu memprihatinkan. Berjejal-jejal lagi. Juga gedung tempat belajar yang berdebu dan bising. Tapi seperti itulah yang terjadi. Namun kondisi itu tidak terlalu lama. Pada tanggal 22 Juni 2013, Gedung PPG diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M. Nuh. Semuanya seperti disulap. Gedung mendadak rapi, mebeler semua berada pada tempatnya, bahan-bahan material menyingkir entah ke mana, dan bunga-bunga bertumbuhan di tamantaman. P3G menjadi begitu bernyawa. Denyutnya memompa semangat siapa
KABAR P3G UNESA pun yang menyapanya. Sejak saat itu, Gedung P3G mendapatkan nama baru sebagai Gedung Wiyata Mandala (Gedung W1). Setahun kemudian, saat mahasiswa angkatan pertama sudah meninggalkan P3G, datanglah 178 mahasiswa PPG angkatan kedua. Sama dengan mahasiswa sebelumnya, mereka berasal dari berbagai LPTK. Namun mereka lebih beruntung. Saat mereka datang, Gedung P3G adalah gedung yang megah, bersih, tertata. Lengkap dengan berbagai fasilitas, termasuk fasilitas olah raga. Begitu juga dengan asrama PGSD. Meski masih harus terus berbenah, namun wajah asrama itu sudah jauh lebih layak. Beberapa saat yang lalu, mahasiswa PPG angkatan ketiga menjadi penghuni gedung P3G dan asrama. Sebanyak 224 mahasiswa menghayati perjuangan mereka menuju guru profesional. Workshop SSP (subjectspecific pedagogy) menjadi makanan sehari-hari selama satu semester penuh. Mengembangkan perangkat pembelajaran (silabus, RPP, media, evaluasi), presentasi perangkat, peerteaching, begitu terus-menerus. Juga menyiapkan proposal penelitian tindakan kelas (PTK), tentu saja diawali dengan kunjungan ke sekolah untuk menemukenali masalah yang akan diangkat sebagai PTK. Di antara kesibukan itu, mereka masih harus mengikuti PBB (pelatihan barisberbaris) yang langsung ditangani oleh Kodikmar, Kursus Mahir Dasar (KMD) Pramuka dengan kegiatan di dalam ruangan maupun di lapangan, Porseni, dan berbagai aktivitas lain, yang semuanya dipantau dan dinilai. Belum lagi kegiatan kehidupan berasrama, baik kegiatan keagamaan, seni, sosial, dan sebagainya. Tapi anak-anak muda itu sudah sangat terlatih. Pengalaman setahun penuh mengabdi di daerah 3T saat mereka mengikuti program SM-3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal), telah sangat menempa daya juang mereka. Di daerah penugasan mereka, segala kesulitan dan tantangan hidup telah mereka lalui. Sampai tibalah saat mereka
SEBARAN: Peta Sebaran Penempatan Peserta SM-3T.
dikukuhkan sebagai guru professional. Pada 20 Februari 2016. Saat Rektor dan jajarannya hadir di Auditorium Wiyata Mandala, Gedung PPPG Lantai 9, pada acara Yudisium PPG III. Sebanyak 222 yudisiawan PPG SM-3T dan 28 yudisiawan PPGT PGSD, hari itu, resmi menyandang gelar Gr di belakang nama mereka. Masih ada 1 mahasiswa PPG SM-3T dan 2 mahasiswa PPGT PGSD yang belum lulus, dan mereka masih diberi kesempatan untuk mengulang menempuh Ujian Tulis Nasional (UTN) pada tahun-tahun berikutnya. Selain itu, PPG angkatan 3 ini juga sempat berduka karena berpulangnya salah satu mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Fisika, karena sakit. Payung Besar Bernama PPPG Nama P3G Unesa tidaklah serta merta. Dia muncul setelah terjadi diskusi panjang antara pimpinan Unesa dan tim yang ditugasi untuk mengelola P3G. Juga dengan task force Statuta Unesa yang diketuai oleh PR IV saat itu, Prof. Dr. Nurhasan. Nama Program Pengembangan Profesi Guru (P3G) mengandung arti bahwa institusi ini tidak hanya mengurusi PPG (Pendidikan Profesi Guru). PPG hanya salah satu saja yang menjadi tanggung jawabnya. Tanggung jawab yang lain meliputi: SM-3T, PPGT (Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi), KKT
Majalah Unesa
(Kependidikan dengan Kewenangan Tambahan), Jatim Mengajar, PPL/ PPP S1, Pekerti/AA, dan program peningkatan kompetensi guru selain studi lanjut S2 atau S3. Terkait dengan Program SM-3T, Unesa merupakan salah satu LPTK dari 17 LPTK penyelenggara. Sejak 2011 sampai saat ini, peserta SM-3T Unesa berturut-turut 278 (2011), 197 (2012), 189 (2013), 203 (2014) , dan 241 (2015). Jumlah seluruhnya sampai saat ini adalah 1108 peserta. Sementara secara nasional, peserta SM--3T 2011-2015 sebanyak 13.334. Pada tahun 2014 peserta SM3T diterjunkan di 45 kabupaten yang tersebar di 10 provinsi. Provinsi NTT mendapatkan proporsi yang paling besar yaitu 621 peserta atau sekitar 23,5% diikuti oleh provinsi Papua (561 peserta) dan Papua Barat (302 peserta) yang masing-masing mendapatkan 21% dan 11%. Distribusi peserta SM3T per provinsi dapat dilihat pada grafik di atas. Sementara untuk Unesa, wilayah penugasan saat ini meliputi tujuh kabupaten, yaitu: Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Talaud, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Raja Ampat, dan Kabupaten Aceh Singkil. Pada tahun 2015, sebanyak 241 peserta disebar dengan distribusinya sebagai
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
29
KABAR
P3G UNESA
berikut: Kabupaten Sumba Timur (75 orang), Kabupaten Aceh Singkil (30 orang), Kabupaten Talaud (23 orang), Kabupaten MBD (34 orang), Kabupaten Mamberamo Raya (28 orang), Kabupaten Mamberamo Tengah (30 orang), dan Kabupaten Raja Ampat (21 orang). Selanjutnya, terkait dengan PPG, peserta PPG adalah sarjana pendidikan yang telah melaksanakan pengabdian di derah 3T selama satu tahun, oleh sebab itu program ini disebut PPG Pasca SM-3T. PPG Unesa berturut-turut, tahun 2013 sebanyak 279 mahasiswa terbagi dalam 11 program studi; tahun 2014 sebanyak 178 mahasiswa yang terbagi dalam 9 program studi; dan saat ini, angkatan ketiga (2015), sebanyak 224 mahasiswa juga terbagi dalam 9 program studi. Penentuan jumlah mahasiswa dan prodi ditentukan secara terpusat, dan setiap LPTK tinggal menerima penugasan tersebut dengan berbagai standar yang dipersyaratkan. Selanjutnya terkait dengan PPGT, program ini laksana “tanaman keras�. Lulusan bias “dipanen’ setelah lima tahun menyelesaikan masa studi. Peserta program adalah lulusan SMA/SMK terbaik terseleksi dari berbagai kabupaten dan dikirim oleh pemerintah daerah. Dengan partisipasi dan kerjasama pemerintah daerah, lulusan PPGT akan kembali ke daerah asal dan bertugas sebagai guru. Program pembelajaran diselenggarakan dengan mengintegrasikan pendidikan akademik dan pendidikan profesi. Sehingga pada akhirnya nanti, lulusan program ini akan memperoleh sekaligus ijazah akademik S-1 dan sertifikat profesi. P3G Unesa juga memiliki Program Jatim Mengajar, yang merupakan kerja sama antara YDSF (Yayasan Dana Sosial Al Falah) dengan Unesa. Program ini hampir sama dengan Program SM-3T, baik dalam hal persyaratan peserta, prosedur perekrutan, dan juga penugasan. Bedanya, Program Jatim Mengajar khusus untuk Jawa Timur, sementara SM-3T untuk seluruh wilayah Indonesia yang tergolong 3T. Menurut data dari Kementerian
30
WORKSHOP: Kegiatan workshop peserta PPG dipandu dosen pembimbing.
Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT), di seluruh Indonesia, ada sebanyak 183 daerah tertinggal, 5 di antaranya ada di Jawa Timur. Lima kabupaten di Jawa Timur tersebut adalah Bondowoso, Situbondo, Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan. Namun di luar kabupaten tersebut, banyak sekali desa tertinggal, termasuk di Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, Lamongan dan kabupaten lain, yang sebenarnya dari letak geografisnya relatif dekat dengan ibukota provinsi (Surabaya). Apa lagi di kabupatenkabupaten lain seperti Ngawi, Pacitan, Ponorogo, Bojonegoro, Tuban, Banyuwangi, Jember, dan seterusnya, keberadaan desa tertinggal tersebut hampir tak terhitung jumlahnya. Oleh sebab itu, program pengiriman guru ke berbagai pelosok Jawa Timur masih sangat dibutuhkan, dan Jatim Mengajar merupakan salah satu bentuknya. Bermetamorfosis Menjadi LP3 Tanggal 3 Maret 2016. P3G berubah menjadi lembaga, bernama Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Profesi (LP3). Di bawah punggawanya Prof. Dr. Ismet Basuki, LP3 memayungi semua urusan yang dulunya menjadi urusan P3G. Ditambah dengan urusan yang
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
Majalah Unesa
lain. Bedanya, sekarang setiap urusan itu dipegang oleh seorang kepala pusat dan sekretaris pusat. Setidaknya ada lima pusat di bawah LP3, yaitu: pusat yang mengurus PPL dan PPP; pusat yang mengurus PPG, SM-3T, Jatim Mengajar, dan program-program lain yang sejenis; pusat yang mengurus pengembangan karakter; pusat yang mengurus kurikulum dan sumber belajar; serta pusat yang mengurus peningkatan dan pengembangan aktivitas instruksional. Tentu saja, dengan perubahan organisasi seperti ini, LP3 akan menjadi lembaga yang besar. Menjadi besar atau tidak, tentunya bergantung pada bagaimana lembaga itu dikelola. Bergantung pada bagaimana setiap orang dalam lembaga itu beserta seluruh masyarakat kampus berkomitmen. Bergantung pada bagaimana sinergi yang terjadi untuk mencapai visi dan misi. Dan Unesa sudah berpengalaman dalam mengelola lembaga. Berpengalaman dalam membangun komitmen dan sinergi. Tidak ada yang perlu diragukan. Yang penting adalah: komitmen dan sinergi.n
SEPUTAR UNESA Marie Christin Kimme (dua dari kanan).
MARIE CHRISTIN KIMME Pukau Mahasiswa Jurusan Jerman Unesa
P
embelajaran bahasa dan budaya suatu bangsa saling berkaitan. Tak salah bila Jurusan Bahasa dan Sastra Jerman, FBS - Unesa memberi pengalaman langsung kepada mahasiswanya dengan menghadirkan Praktikantin dari negara Jerman. Kegiatan ini bisa terwujud berkat kerja sama Jurusan Bahasa Jerman dengan Wisma Jerman Surabaya, melalui bantuan Ibu Barbara. Marie Christin Kimme nama Praktikantin-nya. Wanita murah senyum yang biasa disapa Kimme ini merupakan mahasiswa Magister Paedagogik dari Universitas Dresden, Jerman. Selama menjadi dosen tamu di Jurusan Bahasa dan Sastra Jerman Unesa, wanita yang menyukai gado-gado khas Indonesia ini berbagi pengetahuan tentang bahasa dan budaya Jerman kepada mahasiswa di dua Prodi, yaitu Pogram Studi Pendidikan Bahasa Jerman dan Prodi Sastra Jerman Unesa. Kegiatan ini juga bagian dari upaya nyata Jurusan
OLEH DWI IMROATU JULAIKAH Dosen di Prodi Pendidikan Bahasa Jerman Unesa Jerman untuk menyuguhkan kelas bahasa Jerman dengan penutur asli sekaligus memberi pengalaman mahasiswa agar bisa secara langsung berinteraksi dengan penutur asli bahasa yang dipelajarinya. Kesempatan langka ini pun dimanfaatkan secara baik oleh mahasiswa. Mereka sangat antusias mengikuti kegiatan kuliah tamu 2016 ini. Kegiatan kuliah tamu diawali dengan beberapa tema, antara lain; perkenalan dengan sang Praktikantin Marie Christin Kimme dan tentang Jerman Selayang Pandang. Dalam kesempatan tersebut, Kimme (baca; Kim) banyak bercerita tentang bagaimana sekolah di Jerman dan sistem transportasi di negaranya. Kim juga bercerita tentang pembelajaran di Jerman yang dikenal sangat maju. Kimme pun memaparkan kekhasan budaya negaranya seperti pesta-pesta yang biasa
dilakukan di Jerman, tentang periode liburan sekolah ala Jerman, dan informasiinformasi penting lainnya. Selama proses perkuliahan tamu, para mahasiswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada praktikantin Kimme menggunakan kemampuan bahasa Jerman yang dimilikinnya. Native muda yang memiliki wajah imut dan cantik itu pun dengan tangkas melayani setiap pertanyaan mahasiswa. Wanita yang lahir di Leipzig, salah satu negara bagian di Jerman itu juga bercerita bahwa selain menjadi dosen tamu di Unesa, dia juga sedang menjadi Praktikantin di Wisma Jerman Surabaya. Kimme sangat mengagumi Indonesia. Dia mengaku sangat tertarik dengan budaya Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya. Secara pribadi, Kimme menyampaikan bahwa ia memiliki banyak hobi. Hobi yang dimilikinya tersebut, antara lain, bermain alat
Majalah Unesa
musik, olahraga, disco, dan mengunjungi museum dan theater. Dalam kaitannya dengan pendidikan yang ditempuhnya di Uni Dresden, Kimme mengaku sangat tertarik dengan kajian motivasi belajar para pembelajar bahasa Jerman di sejumlah negara, khususnya dalam konteks Bahasa Jerman sebagai bahasa asing. Yang menarik, selama memaparkan sisi menarik dari negaranya, Kimme banyak mengeksplor pengetahuannya tentang transportasi di Jerman. Di hadapan mahasiswa Jurusan Jerman Unesa, dengan bangga Kimme menunjukkan transportasi publik di negaranya. Menurut Kimme, di Jerman ada beberapa alternatif transportasi umum, seperti bus yang memiliki rute dalam kota, dan antarakota. Selain itu tersedia juga kereta listrik yang melayani jalur antarkota. Semua model transportasi itu memiliki jadwal rutin keberangkatan dan kepulangan yang rapi. Sepeda juga merupakan sarana transportasi alternatif yang banyak dipakai di Jerman. Para mahasiswa yang sedang belajar di sana banyak yang menggunakan sepeda ini. Untuk sistem pembelajaran di negaranya, Kimme memberikan info bahwa setidaknya ada dua kegiatan yang wajib dilalui, yaitu perkuliahan klasikal dan seminar. Untuk perkuliahan klasikal, layaknya di Indonesia, meliputi kegiatan di kelas dengan pemangku mata kuliah masingmasing. Sedangkan di kelas seminar biasanya diisi dengan kegiatan dalam kelompok kecil yang membahas dan berdiskusi tentang tema yang berkaitan dengan bidang yang dipelajari. Di kelas ini juga sering diisi dengan pembuatan proyekproyek kecil, membuat referat dan bekerja kelompok untuk tema tertentu. Demikian papar Kimme dalam kuliah tamunya di Jurusan Jerman Unesa.n
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
31
KABAR
PRESTASI
M. Syariffuddien Zuhrie
Obsesi Tim Robotik FT Unesa Tahun 2016
Targetkan Ikuti Tiga Kompetisi Sekaligus 32
P
embina Tim Robotik Unesa, M. Syariffuddien Zuhrie, S.Pd., M,T memiliki obsesi tinggi. Tahun 2016 ini, Tim Robotik FT Unesa menargetkan mengikuti tiga kompetisi sekaligus. Ketiga kompetisi tersebut adalah KRI (Kontes Robot Indonesia), KRTI (Kontes Robot Terbang Indonesia) dan Komurindo (Kontes Muatan Roket Indonesia). Dosen muda kelahiran Bali tersebut mengaku telah mempersiapkan tim untuk berlaga di kompetisi yang samasama bergengsi tersebut. Tiga tim yang dipersiapkan adalah KRPAI (Kontes Robot Pemadam Api Indonesia) Divisi beroda, KRPAI (Kontes Robot Pemadam Api Indonesia) Divisi berkaki, dan Kontes Robot Seni Tari Indonesia. “Kami sudah persiapkan KRI sejak November. Pada Desember, kami melakukan pendaftaran, Januari melakukan seleksi tahap 1. Dan, sekarang kami sedang membuat video perkembangan untuk seleksi akhir sebelum pertandingan pada 7 Mei 2016 di Politeknik Negeri Jember mendatang. Target kami, minimal juara tiga,” papar dosen yang hobi aero modelling ini. Sementara, pada KRTI (Kontes Robot Terbang Indonesia), Syariffuddien tengah menyiapkan dua tim pada Divisi Fixed Wing dan Rotary Wings sejak Desember lalu. Pelaksanaan KRTI paling cepat diselenggarakan Oktober di Universitas Lampung. Terkait dana, Syariffuddien mengatakan bahwa terdapat tiga sumber yang mendanai Tim Robotik FT Unesa, yakni dana dari Jurusan Teknik Elektro, dana dari Fakultas Teknik melalui Pembantu Dekan III dan dana dari Universitas melalui Pembantu Rektor III. “Dana Tim Robotik FT Unesa tidaklah sedikit. Hampir 75 juta digunakan untuk Tim Robotik Unesa agar mengikuti ketiga kontes tersebut. Dana yang didapat paling banyak dari
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
Majalah Unesa
universitas,” paparnya. Tim Robotik, lanjut Syariffuddien memiliki 25 anggota terdiri atas mahasiswa Jurusan Teknik Elektro dan Jurusan Teknik Mesin dari berbagai angkatan. Ke-25 mahasiswa tersebut akan dibagi menjadi beberapa divisi agar fokus dalam membuat robot. Yang pasti, Tim Robotik mengutamakan teamwork dan koordinasi masing-masing divisi. Di jajaran dosen pembina, selain Syariffuddien, juga terdapat Agung Prijo Budijono, S.T., M.T., dari Jurusan Teknik Mesin dan Joko Catur C. C, S.Si, M.T., dari Jurusan Teknik Elektro. Nama tim robotik Unesa semuanya diambil dari nama pewayangan seperti Tim Dewo, Tim Dewo Nagaswari, Tim Senopati, dan Tim Bayu Antasena. Tim Robotik Unesa, menurut Syariffuddien, telah dirintis sejak 2008. “Kalau sudah senang kita akan lakukan apa pun. Kalau pun tidak ada surat tugas dan honorarium dari Tim Robotik pun tidak apa-apa dan tidak masalah bagi saya,” ungkap Syarif. Terkait Kontes Muatan Roket Indonesia (Komurindo) yang akan dilaksanakan pada April 2016, Syariffuddien mengaku akan segera mempersiapkan diri. Ia menceritakan Komurindo merupakan kontes berupa roket bermuatan yang bertujuan mengambil image berupa foto maupun video untuk dikirim grounstation berbentuk laptop. Selama kiprahnya menjadi Dosen Pembina Tim Robotik Unesa, alumni S2 Teknik Elektro ITS itu mengakui bahwa prestasi yang paling membanggakan adalah ketika Tim Robotik FT Unesa berhasil mendapatkan juara 1 KRCI tingkat nasional pada 2009 dan mendapatkan juara 2 KRTI tingkat nasional pada 2014. “Saya berharap tahun ini semua Tim kontes mendapatkan juara,” tandasnya. n (KHUSNUL/MAULI)
KABAR PRESTASI
DEBBY ARDIYANTO MAHASISWA MANAJEMEN FE (2014) HARUMKAN UNESA
Lolos OKTI di Perancis
L
olos seleksi Olimpiade Karya Tulis Ilmiah (OKTI) di Perancis, tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi Debby Ardiyanto. Mahasiswa Fakultas Ekonomi angkatan 2014 itu pun mendapat kesempatan presentasi di kantor Unesco, Paris, Perancis pada 27-29 November 2015. OKTI merupakan event dua tahunan yang diselenggarakan PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Perancis. OKTI tahun 2015, mengusung tema “Constucting Strategies for Maritime Axis as Indonesia’s Core Policies in Advancing ASEAN Community 2015”.
Sebanyak 30 paper yang lolos seleksi berkesempatan melakukan presentasi dan mengikuti seminar tentang Poros Maritim di Perancis. Di antara 30 paper tersebut, salah satu di antaranya paper karya Debby yang berhasil lolos. Mahasiswa kelahiran Tulungagung itu mengaku sejak awal menjadi mahasiswa sudah berkeinginan ke luar negeri. Kesempatan itupun datang ketika ia berhasil lolos seleksi OKTI 2015. Ia menceritakan, usai presentasi sempat ditemui oleh salah seorang mahasiswa yang sedang berkuliah di sana (Prancis, red.). Ia disangka
Majalah Unesa
mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional atau mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi. Mahasiswa tersebut tidak percaya kalau Debby mahasiswa Jurusan Manajemen, karena presentasi yang dibawakan sangat bagus. Perjalanan Debby hingga bisa lolos ke Perancis tidak didapat dengan mudah. Setelah dinyatakan lolos seleksi abstrak, Debby harus membuat makalah. Menyadari kemampuan menulis dalam bahasa Inggris tidak sebaik berbicara (speaking, ia pun berupaya meminta bantuan dosen bahasa Inggris untuk memperbaiki tulisannya. Ia juga meminta bantuan kepada temannya yang kuliah di Jurusan bahasa Inggris. “Pokoknya saya terus berusaha,” terangnya. Meski sudah bersusah-susah membuat makalah, ternyata bentuk karya yang diminta bukan makalah, tetapi dalam bentuk paper. Debby pun harus memperbaiki karya tulisnya agar sesuai dengan ketentuan. “Saya ingat betul, yang lolos abstrak saat itu ada 150 peserta. Tapi, kemudian yang diambil hanya 30 orang,” ungkapnya. Dalam paper tersebut, Debby mengangkat judul MEP BLW (Maritime Economic Program Based on Local Wisdom): Coastal Community Empowerment to Make Indonesia as “World Maritime Axis” in ASEAN Community Era. Karya ilmiah yang dibuat Debby merupakan karya ilmiah ke-11 yang pernah dibuat dan diikutkan kompetisi. Sebelumnya, Debby telah mendapatkan berbagai prestasi di bidang karya tulis ilmiah. Tercatat, enam prestasi diraih sebelum kuliah dan 13 prestasi diraih saat kuliah di Unesa. “Tiga di antara prestasi itu adalah kompetisi internasional,” pungkasnya. (MITA KURNIA/SYAIFUL RAHMAN)
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
33
CATATAN LINTAS
KREATIVITAS
Kebebasan dan Etika Oleh Muchlas Samani
P
ernahkan Anda berkunjung ke bebasan. Diskusi itu diawali dengan ke produk, multimedia dan sebagainya perguruan tinggi atau Jurusan/ inginan untuk menemukan bagaimana tidak memerlukan kebebasan seperti Prodi Seni, misalnya Sekolah model pembelajaran yang mampu mahasiswa seni? Jujur saya tidak tahu Tinggi Seni atau Akademi Seni, mengembangkan kreativitas. Keinginan jawabnya. itu dipicu oleh hasil studi yang mengata Institut Seni, Prodi Seni Rupa ITB, Prodi Merenungkan itu, saya jadi teringat kan bahwa kreativitas merupakan salah Seni Rupa Unesa dan sebagainya? Jika dua pertanyaan. Pertama, pertanyaan satu kemampuan yang sangat penting di pernah, apakah perbedaan yang ada mengapa banyak pedagang hebat tidak antarperguruan tinggi atau jurusan terse abad ke-21. Nah, konon seniman adalah berlatar belakang sarjana ekonomi, pen profesi yang menuntut kreativitas tinggi. but? Apa perbedaan antara Prodi Seni di ulis novel andal tidak berlatar belakang Mungkinkah ada kaitan cara berpe ITB dengan di Unesa? sarjana sastra, banyak guru yang hebat nampilan dengan kreativitas? Pengalaman saya, yang segera mem bukan lulusan LPTK. Seorang teman mengatakan, jangan-jangan perkuliahan Beberapa literatur menyebut kreativi bedakan adalah gaya mereka dalam ber pakaian atau katakanlah berpenampilan. S1 Ekonomi, S1 Sastra, S1 LPTK terlalu tas mencakup empat dimensi yaitu fluenMungkin saya yang tidak paham tentang banyak aturan, sehingga mahasiswa ter cy, flexibility, originality dan elaboration. seni dan tidak ter belenggu aturan dan biasa dengan situasi tidak tumbuh kreativi itu sehingga segera tasnya. Apa itu betul? Apakah kebebasan itu memang sengaja dirancang merasakan. Biasanya Saya tidak tahu, mung agar kreativitas mahasiswa seni tumbuh baik? Apakah mahasiswa (atau ada kin pembaca yang dapat menjawabnya. dosennya) yang menu mahasiswa jurusan lain yang juga memerlukan Kedua, apakah kebe rut saya berpenampil kreativitas tinggi, misalnya desain produk, multimedia, basan harus diberikan an nyentrik. Banyak dan sebagainya tidak memerlukan kebebasan seperti tanpa batas? Jika harus di antara mereka yang ada, apa pembatasnya? berambut panjang seni? Jujur saya tidak tahu. Menurut saya, tidak dengan berbagai ada kebebasan tanpa model, celana jeans Dari keempat itu aspek yang paling sulit batas, karena kita hidup bermasyarakat. belel, sering berkaos yang juga belel, ber dikembangkan adalah originality. Saya Kebebasan kita dibatasi oleh kebebe sandal, dan sebagainya. tidak tahu pasti penyebabnya. Namun, san orang lain. Artinya, jangan sampai Apakah itu aneh? Bagi seniman (dan mahasiswa seni), teman-teman yang su seorang teman mengatakan hal itu ter kebebasan kita menabrak kebebasan orang lain. Sebagai contoh, kita bebas dah terbiasa bergaul dengan mereka ten kait dengan kehidupan kita yang penuh merokok, tetapi jangan sampai hal itu tu tidak aneh. Aneh hanya bagi mereka dengan aturan dan kurang memberi kebebasan untuk berpikir beda. Aturanmengganggu orang lain yang juga pu yang belum paham, seperti saya. Apakah aturan yang ketat konon menyebabkan nya kebebasan tidak ditanggu oleh asap itu salah? Menurut saya tidak, wong ber pakaian itu hak masing-masing. Apakah kreativitas sulit berkembang. Teman tadi rokok. Jadi etika merupakan pembatas seniman (mahasiswa seni) harus berpe mengatakan, kreativitas khususnya aspek kebebasan kita. Kita bebas melakukan nampilan begitu? Saya tidak paham. orisinalitas memerlukan ruang kebe apa pun tetapi jangan sampai melanggar Saya pernah menanyakan hal itu kepada basan yang cukup. etika yang berlaku di masyarakat di tem Pak Budi Darma (budayawan dan mantan Apakah kebebasan itu yang diterap pat kita berada. n Rektor Unesa) juga tidak mendapatkan kan di perguruan tinggi seni, sehingga jawaban yang jelas. Kesan saya beliau cara berpakaian mahasiswa yang khas? menyerahkan kepada masing-masing. Apakah kebebasan itu memang sengaja Pada tulisan pendek ini saya tidak (Blog: muchlassamani.blogspot.com) dirancang agar kreativitas mahasiswa ingin mendiskusikan itu. Tetapi justru seni tumbuh baik? Apakah mahasiswa apa yang saya dengarkan dalam diskusi jurusan lain yang juga memerlukan tentang hubungan kreativitas dan ke kreativitas tinggi, misalnya desain
34
| Nomor: 89 Tahun XVII - Januari 2016 |
Majalah Unesa
BERITA FOTO
SOSIALISASI: Pembantu Rektor 1 Unesa, Sri Wahyuni (tengah) saat melakukan sosialisasi SMNPTN-SBMPTN di Kabupaten Tuban dan Bojonegoro. (FOTO ATAS). SOSIALISASI DI SAMPANG: Tim sosialasi SMNPTN-SBMPTN dari Unesa saat melakukan sosialisasi di Kabupaten Sampang, Madura. (FOTO TENGAH). KUNJUNGAN: Universitas Negeri Surabaya mendapatkan kunjungan dari SMAN 1 Sidayu. Rombongan diterima langsung oleh Pembantu Rektor 1 Unesa, Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. Dalam kunjungan tersebut, mereka melakukan audiensi dan sosialiasi terkait proses pendidkikan di Unesa. (BAWAH).(EMIR/SR)
Majalah Unesa
| Nomor: 89 Tahun XVI I- Januari 2016 |
35