WARNA REDAKSI Kami (Unesa) mengucapkan selamat kepada seluruh calon mahasiswa yang telah berhasil melewati berbagai saringan. Besar harapan kami, mereka siap beradaptasi sebab proses pembelajaran di perguruan tinggi tidak sama dengan di SMA. Oleh
Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si.
S
eleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2016 sebagai salah satu jalur masuk ke perguruan tinggi ditutup pada Minggu, 14 Maret 2016. Beribu siswa lulusan SMA dan yang sederajat, baik dari sekolah negeri maupun swasta telah mendaftarkan diri melalui jalur ini dengan harapan dapat diterima di perguruan tinggi yang menjadi favorit masing-masing. Jalur ini memakai sistem yang terkomputerisasi, yang dikenal sebagai sebuah sistem yang tidak mengenal persaudaraan ataupun perasaan. Semua pendaftar diperlakukan sama sesuai persyaratan. Sebanyak 11 variabel yang harus dilewati dalam aturan SNMPTN 2016, berlaku untuk semua pendaftar, baik prestasi sekolah maupun kualifikasi pendaftar. Semuanya berjalan murni tanpa campur tangan manusia. Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mendapatkan jumlah pendaftar terbanyak untuk wilayah Jawa Timur, yaitu 29.779 meskipun tidak semuanya menentukan sebagai pilihan pertama. Tingkat persaingan jalur SNMPTN 2016 di Unesa sangat ketat. Dari total pendaftar yang memilih Unesa, hanya enam persen yang diterima, yakni sebanyak 1.872 peserta. Selalin karena kuota yang disediakan sangat terbatas, tidak semua pendaftar memenuhi kualifikasi. Dengan demikian, 6% siswa yang diterima termasuk istimewa. Berbagai proses yang telah dilakukan sejak masih menjadi siswa telah memberikan hasil yang menggembirakan. Keberhasilannya
lolos seleksi jalur SNMPTN 2016 merupakan salah satu buah yang berhak dipanen. Para pendaftar yang belum berhasil lolos, tidak perlu berkecil hati karena masih terbuka jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Jika SNMPTN memiliki porsi 40 persen dari semua mahasiswa baru yang akan diterima di Unesa maka SBMPTN dan SPMB, masing-masing
perguruan tinggi. Di sini, belajar tidak hanya di dalam kelas, interaksi dengan lingkungan sekitar juga akan menjadi modal bagi mereka saat terjun ke masyarakat. Dalam interaksi, seorang mahasiswa akan belajar hidup bersama, tumbuh, dan belajar dewasa. Saat mahasiswa berangkat ke dunia pendidikan, tentu masyarakat memiliki harapan terhadap mereka. Kelak, setelah kembali dari medan perjuangan (dunia pendidikan/kampus), mereka diharapkan dapat menjadi titik penerang atau mercusuar bagi masyarakatnya. Di Unesa, para calon mahasiswa dapat belajar dan berjuang untuk mencapai cita-cita sekaligus harapan masyarakat tersebut. Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas mahasiswa telah dipersiapkan dan terus dibenahi. Pendirian lembagalembaga pendukung kemajuan mahasiswa Unesa telah dibentuk. Unesa memiliki P3AI yang berfungsi mengkaji dan mem-breakdown kurikulum dari pusat. LP3M memiliki fungsi dalam pengembangan pendidikan mahasiswa, sesuai dengan core Unesa sebagai lembaga pendidikan dan tenaga kependidikan. Di bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, Unesa telah memiliki LPPM. Beberapa lembaga lain seperti BK, pusat studi-pusat studi juga telah didirikan. Selamat datang calon mahasiswa baru Unesa! Selamat datang generasi penerus bangsa! n
SELAMAT DATANG GENERASI BANGSA memiliki porsi 30 persen. Kami (Unesa) mengucapkan selamat kepada seluruh calon mahasiswa yang telah berhasil melewati berbagai saringan. Besar harapan kami, mereka siap beradaptasi sebab proses pembelajaran di perguruan tinggi tidak sama dengan di SMA. Melalui keberanian dan kemampuan beradaptasi, diharapkan mereka kerasan di tempat belajar yang baru. Bagaimanapun, berbagai tantangan telah ada di depan terutama dalam menghadapi implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Murahnya harga tenaga kerja asing dengan kualitas yang bagus akan masuk ke Indonesia. Oleh karena itu, para mahasiswa Unesa yang merupakan generasi penerus bangsa jangan sampai menjadi outsider di negeri sendiri. Para calon mahasiswa harus bersiap untuk menyongsong dunia baru, dunia pendidikan di
Majalah Unesa
*Wakil Rektor I Unesa
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
3
DAFTAR RUBRIK
18
32 Edisi Ini
05
LAGI, UNESA PALING DIMINATI
Kesekian kalinya Unesa menjadi PTN di Wilayah 3 dengan peminat terbanyak mengalahkan PTN lain di wilayah yang sama. Apa dan bagaimana SNMPTN & SBMPTN 2016 di Unesa? Simak laporannya di edisi ini.
11
MENGINTIP KIAT SUKSES PARA WISUDAWAN TERBAIK UNESA
15
WAKIL UNESA BERJAYA DI BEBERAPA AJANG KOMPETISI
E D I S I M A R E T 2 018 16 33
TIM BIMA CAKRAWANGSA
20
INSPIRASI ALUMNI DARI KOREOGRAFER HERI LENTHO Sederet keberhasilan sebagai seni man ditorehkan Heri Lentho mulai tingkat daerah sampai internasio nal. Alumnus IKIP Surabaya Juru san Pendidikan Seni tari ini telah mencatatkan namanya di sejumlah event tari regional dan dunia.
34
TEPAKNO AWAKMU DEWE Sebuah catatan kritis Prof Muchlas Samani tentang kebijakan linieritas guru.
Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 91 Tahun XVII - Maret 2016 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor) PENASIHAT: Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (PR I), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (PR III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB: Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (PR II) PEMIMPIN REDAKSI: Dr. Suyatno, M.Pd REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto, M. Wahyu Utomo, Bayu DN REPORTER: Lina Rosyidah, Syaiful Rahman, Yusuf Nur Rohman, Lina Mezalina, Ulil, Fitro Kurniadi, AnnisaI lma, Andini Okta, Sandi, Rizal, Murbi, Diyanti, Mahmud, Umi Khabibah, Suryo, Danang, Emir, Khusnul, Mutya FOTOGRAFER: Huda, A. Gilang P., Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT: Arman, Basir, Wahyu Rukmo S ADMINISTRASI: Supi’ah, S.E., Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI: Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124, Fax (031) 8280804
4
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
SUKSES SNMPTN & SBMPTN 2016
UNESA PALING DIMINATI
DI WILAYAH TIGA BEBURU PTN: Para peserta SNMPTN/SBNPTN 2016 berburu tiket masuk perguruan tinggi negeri idaman. Unesa yang berada di wilayah tiga tetap menjadi tujuan favorit para calon mahasiswa sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. foto: DOK
Pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2016, telah ditutup pada Senin, 14 Maret 2016 pukul 22.00. Awalnya, pendaftaran ditutup Minggu, namun diperpanjang hingga Senin. Hingga saat penutupan, terdapat 96.213 telah melakukan pendaftaran di lima Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Surabaya. Unesa menempati posisi teratas jumlah pendaftar mengungguli 4 PTN lain di Surabaya.
S
ecara nasional, pendaftar terbanyak masih dipegang Universitas Padjadjaran (UNPAD), sama dengan tahun lalu. Sementara itu, untuk wilayah tiga (Unair, UIN Sunan Ampel, ITS Surabaya, UPN Veteran dan Unesa), Universitas Negeri Surabaya patut berbangga. kampus eks-IKIP Surabaya itu menjadi primadona calon mahasiswa baru dengan pendaftar
terbanyak, yakni 29.779 pendaftar. Peringkat pendaftar terbanyak kedua, ditempati Universitas Airlangga dengan jumlah 26.267 pendaftar. Kemudian, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya mendapatkan 16.405 pendaftar. Lalu, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya mendapat 15.446 pendaftar, sedangkan UPN Veteran Jawa Timur mendapat 13.666 pendaftar
Majalah Unesa
(peringkat 5 besar, lihat tabel). Rektor Unesa. Prof. Dr. Warsono menyatakan, jumlah pendaftar SNMPTN tahun ini (2016) tidak terlalu banyak dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 40.000 pendaftar. Menurut Warsono, penurunan jumlah pendaftar jalur SNMPTN itu dikarenakan saat ini ada pembatasan kuota tiap sekolah. “Tahun lalu tidak ada pembatasan kuota, jadi semua
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
5
LAPORAN
UTAMA
bebas daftar, kalau sekarang ada kuota tiap sekolah,” terangnya. Selain itu, Warsono menambahkan bahwa penerimaan lewat jalur SNMPTN juga berkurang dari 0 persen kuota keseluruhan menjadi 40 persen. Karena kuota SNMPTN hanya 40 persen, sudah tentu akan banyak yang tidak diterima. Oleh karena itu, Warsono mengimbau peserta juga mendaftar lewat jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi negeri (SBMPTN) sambil menunggu pengumuman SNMPTN. Senada, Pembantu Rektor 1 Unesa, Dr Yuni Sri Rahayu MSi mengungkapkan bahwa pada SNMPTN 2016, Unesa paling banyak diminati pendaftar di wilayah 3 dengan jumlah 29.779 orang yang mendaftar di Unesa. Dari sekian pendaftar, prodi Manajemen paling diminati dengan jumlah 3.858 pendaftar. Lalu, Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), menyusul di posisi kedua dengan jumlah pendaftar 2.185. Peringkat ketiga ditempati jurusan akuntansi dengan 2.127 pendaftar. “Pendidikan Bahasa Indonesia dan Pendidikan Matematika menyusul di peringkat ketiga dan keempat,” papar Yuni. Meski demikian, Yuni mengatakan bahwa ada beberapa prodi yang sepi peminat dari jalur SNMPTN. Di antaranya, Seni Musik, Seni Rupa, Pendidikan Sendratasik, Ilmu Keolahragaan, dan Pendidikan Kepelatihan. “Prodi nonportofolio dengan pendaftar terendah adalah Sastra Jerman dengan 36 pendaftar dan Pendidikan Bahasa Jerman dengan 46 orang,” ujar Sri Rahayu.n Tabel 5 PTN dengan Pendaftar Terbanyak di Wilayah Tiga Nama PT
Jumlah Pendaftar
Unesa
29.779
Unair
26.267
ITS
16.405
UIN Sunan Ampel
15.446
UPN Veteran
13.666
Daya Tampung Jalur SNMPTN Universitas Negeri Surabaya merupakan salah satu Perguruan Tinggi Negeri yang berada di Jawa Timur, dan merupakan salah satu kampus yang terkenal banyak
6
melahirkan para guru, karena memang Unesa merupakan Universitas dengan dasar keguruan. Saat ini, Unesa telah berkembang menjadi salah satu Universitas favorit tujuan para calon mahasiswa baru. Terbukti, dengan semakin banyaknya para pendaftar yang memilih Unesa sebagai kampus pilihannya. Untuk menjadi mahasiswa di Unesa, para calon mahasiswa haruslah mengikuti seleksi yang diadakan oleh Unesa. Ada 5 jalur untuk seleksi mahasiswa baru jenjang S1 dan juga Diploma. 2 jalur merupakan seleksi tingkat nasional dan 3 lagi seleksi mandiri dari Unesa sendiri. 2 jalur seleksi tingkat nasional, adalah Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang di ikuti oleh seluruh peserta dari siswa SMA/SMK/ MA kelas XII tingkat Nasional. Jalur ini tidak memerlukan adanya Tes tulis maupun praktik. Karena jalur ini menerima mahasiswa berdasarkan nilai rapor dari semester 1 sampai dengan 5. Lalu, yang kedua adalah jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Jalur ini dapat di ikuti oleh angkatan yang sudah lulus di tahun sebelumnya. Jalur ini menggunakan tes bersama di beberapa kota besar di Indonesia. Tes yang dilakukan adalah tes tulis dan tes praktik jika ingin masuk ke jurusan yang mengharuskan mahasiswanya mempunyai keterampilan khusus. SBMPTN juga bebas untuk anak yang dulu pada saat SMA jurusan IPA bisa memilih jurusan IPS dan sebaliknya. Dan, dalam SBMPTN terdapat tiga kategori, yang pertama adalah jurusan SOSHUM untuk jurusan berbasis sosial, Saintek untuk jurusan berbasis sains, dan IPC (Ilmu Pengetahuan Campuran) jika memilih jurusan yang campur antara SOSHUM dan SAINTEK. Selain itu, jika SNMPTN tidak dipungut biaya sedikitpun kecuali pada saat daftar ulang, SBMPTN juga mengharuskan pesertanya untuk membayar biaya pendaftaran di Bank Mandiri. Masing-masing jalur seleksi tingkat nasional di Unesa, baik yang melalui SNMPTN maupun SBMPTN memiliki daya tampung masing-masing. Berikut daya tampung di Unesa tahun ajaran 2016/2017.
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
Majalah Unesa
Daya tampung jalur SNMPTN Jurusan IPA Program Studi
Daya Tampung
Biologi Fisika Ilmu Keolahragaan Kimia Matematika Pendidikan Biologi Pendidikan Fisika Pendidikan Teknologi Informasi Pendidikan Kimia Pendidikan Matematika Pendidikan Sains Pendidikan Teknik Bangunan Pendidikan Teknik Elektro Pendidikan Teknik Mesin Sistem Informasi Teknik Elektro Teknik Informatika Teknik Mesin Teknik Sipil
16 16 72 24 16 40 40 16 40 40 32 16 24 24 18 24 18 36 16
Jurusan IPS Program Studi Akuntansi Desain Komunikasi Visual Ekonomi Islam Ilmu Administrasi Negara Ilmu Hukum Ilmu Komunikasi Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Manajemen Manajemen Pendidikan P. Bahasa Daerah (Jawa) P. Bahasa dan Sastra Indonesia P. Bahasa Inggris P. Bahasa Jepang P. Bahasa Jerman P. Ekonomi Pend.Adm. Perkantoran Pend. Akuntansi Pend. Bahasa Mandarin Pend. Luar Sekolah Pend. Luar Biasa Pend. Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Pend. Kepelatihan Olahraga Pend. Pancasila dan Kewarganegaraan Pend. Sejarah Pend. Tata Boga Pend. Tata Busana Pend. Tata Niaga Pend. Tata Rias Pend. Geografi PG-PAUD PGSD P. Sendratasik P. Seni Rupa Psikologi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Sastra Indonesia Sastra Inggris Sastra Jerman Seni Musik Seni Rupa Murni Sosiologi
Daya Tampung 32 24 36 40 80 48 32 60 32 36 54 38 36 20 32 32 32 28 32 32 72 72 40 40 36 36 36 36 40 32 48 50 36 32 32 16 34 16 16 24 40
LAPORAN UTAMA Daya Tampung Jalur SBMPTN SAINTEK Program Studi
Daya Tampung
Pend. Matematika Pend. Fisika Pend. Kimia Pend. Biologi Matematika Fisika Kimia Biologi Pend. Sains Pend. Teknik Elektro Pend. Teknik Mesin Pend. Teknik Bangunan Ilmu Keolahragaan Teknik Sipil Pendidikan Teknologi Informasi Teknik Elektro Teknik Mesin Sistem Informasi Teknik Informatika
30 30 30 30 12 12 18 12 24 18 18 12 54 12 12 18 27 14 14
JUMPA PERS: Rektor Unesa Prof. Warsono didampingi Wakil Rektor I Dr. Yuni Sri Rahayu dan
SOSHUM
anggota Panlok 5 Surabaya SBMPTN saat memberi keterangan pers kepada wartawan. foto: HUMAS
Program Studi
Daya Tampung
Psikologi Pendidikan & Bimbingan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Pendidikan Luar Sekolah Pendidikan Luar Biasa PGSD Psikologi PG-PAUD P. Bahasa dan Sastra Indonesia P. Bahasa Inggris P. Bahasa Jerman P. Bahasa Jepang P. Bahasa Daerah (Jawa) P. Seni Rupa P. Sendratasik Sastra Indonesia Sastra Inggris Sastra Jerman P. Pancasila dan Kewarganegaraan P. Geografi P. Sejarah Sosiologi Ilmu Administrasi Negara P. Jasmani, Kesehatan & Rekreasi P. Kepelatihan Olahraga P. Ekonomi Manajemen Akuntansi P. Tata Rias Manajemen Pendidikan Ilmu Hukum P. Bahasa Mandarin P. Tata Boga P. Tata Busana P. Akuntansi P. Tata Niaga P. Adm Perkantoran Ilmu Komunikasi Seni Musik Desain Komunikasi Visual Seni Rupa Murni Ekonomi Islam
24 24 24 24 36 24 24 41 29 15 27 27 27 38 12 26 12 30 30 30 30 30 54 54 24 45 24 27 24 60 21 27 27 24 24 24 36 12 18 18 27
Passing Grade Unesa 2016
U
niversitas Negeri surabaya merupakan universitas eks IKIP surabaya yang menghasikan guru-guru terbaik di provinsi Jawa Timur. Universitas yang berdiri pada 19 Desember 1964 ini mempunyai 7 Fakultas, di antaranya Fakultas Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Bahasa dan Seni, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, serta Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum. Unesa merupakan PTN ke-3 favorit di Jawa timur setelah ITS dan Unair. Bagi siswa yang berminat kuliah di Unesa, tentu sangat berkepentingan mengetahui Passing Grade-nya. Berikut passing grade SNMPTN Unesa dikutip dari http://kampusaja.com!
Passing Grade IPA No.
Nama Jurusan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Biologi Fisika Ilmu Keolahragaan Kimia Matematika Pendidikan Biologi Pendidikan Fisika Pendidikan Teknik Bangunan Pendidikan Teknik Elektro Pendidikan Teknik Mesin Teknik Elektro D3 Teknik Mesin D3 Teknik Sipil D3 Pendidikan Kimia Pendidikan Matematika
Majalah Unesa
Passing Grade 30.25% 30.58% 29.64% 30.58% 30.68% 28.05% 27.01% 28% 30.63% 30.15% 28% 29.62% 27.62% 27.69% 27.72%
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
7
LAPORAN
UTAMA
Passing Grade IPS No.
Nama Jurusan
Passing Grade
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Bahasa dan Sastra Indonesia Bahasa dan Sastra Inggris Bimbingan dan Konseling Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia dan Daerah Pendidikan Bahasa Inggris Pendidikan Bahasa Jepang Pendidikan Bahasa Jerman Pendidikan Ekonomi Pendidikan Geografi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Pendidikan Luar Biasa Pendidikan Luar Sekolah Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan PPKN Pendidikan Sejarah Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik Pendidikan Seni Rupa Teknologi Pendidikan
29.41% 29.41% 25.75% 28.66% 31.97% 29.03% 29.44% 29.06% 30.43% 28.19% 28.63% 27.63% 27.41% 27.63% 29.44% 29.34% 28.97% 28.41% 28.69%
Untuk diketahui bahwa passing grade belum tentu menentukan seorang siswa diterima atau tidak di suatu pendaftaran perguruan tinggi negeri. Passing grade Unesa 2016 tersebut belum tentu akurat, dan dari pihak Universitas Negeri Surabaya sendiri belum mengeluarkan secara resmi, namun angka tersebut dapat digunakan sebagai pembanding dalam memilih jurusan atau program studi yang diinginkan baik melalui SNMPTN Unesa, SBMPTN Unesa, ataupun seleksi mandiri Unesa. n (SIR)
Jurusan Manajemen Primadona Seperti dua tahun sebelumnya, tahun 2016 ini, Jurusan Manajemen lagi-lagi menempati peringkat pertama sebagai jurusan paling diminati di Unesa dengan jumlah 3.858 pendaftar. Bahkan, Jurusan Manajemen Unesa mendapatkan jumlah pendaftar terbanyak dibandingkan dengan program studi Manajemen di PTN-PTN lain.
P
Dr. Ulil Hartono, S.E., M.Si. foto: HUMAS
8
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
rogram Studi Manajemen di Universitas Airlangga mendapatkan 2.444 pendaftar. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya mendapat 1.086 pendaftar. UPN Veteran Jawa Timur mendapat 1.897 pendaftar. Menanggapi hal tersebut, Ketua Jurusan sekaligus Ketua Prodi Manajemen, Dr. Ulil Hartono, S.E., M.Si., mengatakan, ada dua hal penting yang perlu diperhatikan terkait jumlah pendaftar terbanyak tersebut. Pertama, harus dilihat terlebih dahulu apakah Jurusan Manajemen Unesa tersebut menjadi pilihan pertama atau kedua dalam pendaftaran SNM PTN 2016.“Kami belum mendapatkan informasi terkait ini. Tapi, harapan kami, Jurusan Manajemen Unesa menjadi pilihan pertama,”tambahnya. Kedua, banyaknya jumlah pendaftar menunjukkan bahwa masyarakat percaya kepada Jurusan Manajemen Unesa. Dengan demikian, menurut Ulil, Jurusan Manajemen Unesa dituntut untuk terus meningkatkan kualitas. “Untuk meningkatkan kualitas, di Jurusan Manajemen Unesa kini terdapat delapan calon profesor, enam calon doktor, dan sisanya dosen-dosen muda yang produktif,” paparnya. Ulil berkomitmen untuk terus memperbaiki kualitas Jurusan Manajemen. Tahun ini, kuota Jurusan Manajemen yang disediakan untuk mahasiswa baru sebanyak 150 orang. Jumlah tersebut untuk semua jalur seleksi masuk, yakni SNM PTN 2016, SBM PTN 2016, dan seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) Unesa 2016.
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
Memiliki Output Berbeda
Dra. Anik Lestari Andjarwati, M.M. foto: HUMAS
SEMENTARA itu, Sekretaris Jurusan Manajemen, Dra. Anik Lestari Andjarwati, M.M mengatakan bahwa menjadi prodi dengan peminat terbanyak pada Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNM PTN) 2016 merupakan hal yang patut disyukuri. Sebab, masyarakat sudah percaya adanya Jurusan Manajemen di Unesa. Mereka tidak sekadar mencari Jurusan Manajemen di Unair, UB, atau UI. “Padahal, kalau dilihat dari sejarahnya, Jurusan Manajemen Unesa baru berdiri beberapa tahun lalu,” tutur Anik Lestari. Dosen konsentrasi Pemasaran ini juga berharap peminat yang mendaftar dan diterima termasuk mahasiswa yang benar-benar pilihan. Pasalnya, dengan banyaknya pendaftar berarti satu pendaftar harus bersaing dengan banyak pendaftar lain. Jurusan Manajemen Unesa hanya memiliki kuota 150 kursi untuk tiga jalur, yaitu SNM PTN, SBM PTN, dan SPMB. Di samping itu, untuk menyambut tantangan baru tersebut, Jurusan Manajemen terus meningkatkan kualitas. Karena tataran struktural Jurusan Manajemen Unesa baru saja berganti, Anik menegaskan bahwa tataran struktural baru akan tetap mempertahankan program kepengurusan sebelumnya yang baik dan memperbaiki atau menciptakan program baru sesuai kebutuhan. “Untuk menyambut mahasiswa baru yang jelas kami harus menyiapkan kurikulum. Kurikulum, RPS, dan dosen kami sudah siap. Insyaallah sebentar lagi di Jurusan Manajemen sudah memiliki guru besar,” beber dia. Jurusan Manajemen juga telah memiliki laboratorium pemasaran, laboratorium sumber daya manusia, dan laboratorium keuangan. “Semuanya dipegang oleh dosen-dosen yang berkompeten di bidangnya,” imbuhnya. Karena faktor yang dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat adalah dengan meningkatkan kualitas lulusan, maka Jurusan Manajemen telah memiliki beberapa program untuk itu. Sejak dua tahun terakhir, mata kuliah kewirausahaan tidak hanya satu kali. Akan tetapi, ada dua
mata kuliah kewirausahaan, yaitu kewirausahaan satu dan kewirausahaan dua. “Diharapkan mahasiswa dapat menciptakan usaha sendiri,” ujarnya. Selain itu, di Jurusan Manajemen juga ada program mata kuliah praktik kerja lapangan (PKL) dan Studi Kelayakan Bisnis (SKB). Di PKL, mahasiswa dapat mempraktikkan ilmu-ilmu yang telah dipelajari di kelas ke instansi-instansi. Sementara itu, di SKB, mahasiswa dapat melakukan penilaian layak tidaknya sebuah bisnis dijalankan oleh instansi. Sebelum lulus, digelar pula workshop dunia kerja dan bursa kerja yang menghadirkan para stakeholder sesuai dengan bidangnya. “Dengan begitu, diharapkan mahasiswa sudah mendapatkan gambaran bagaimana dunia kerja mereka. Mereka juga tidak sekadar menjadi pencari kerja tapi juga menjadi pencipta lapangan pekerjaan,” harap Anik. Masih berhubungan dengan kualitas lulusan, Jurusan Manajemen konsisten melaksanakan program tracer study. Jurusan Manajemen menelusuri dan mendata para alumninya telah bekerja di mana saja. Bahkan, Jurusan Manajemen juga mengadakan pertemuan alumni khusus Jurusan Manajemen sendiri. Sementara itu, Anik juga menjelaskan bahwa Jurusan Manajemen Unesa berbeda dengan Jurusan Manajemen di perguruan tinggi lain. Yakni, Jurusan Manajemen Unesa lebih menekankan pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) meskipun tetap tidak menutup kemungkinan terhadap perusahaanperusahaan besar. Pada kesempatan yang sama, Dimas Agus Hairani, mahasiswa S-1 Manajemen Unesa angkatan 2013 mengaku memilih jurusan Manajemen Unesa sebagai pilihan pertama pada Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBM PTN) 2013. Mahasiswa yang memilih konsentrasi pemasaran ini mengaku awalnya tampak aneh memilih Dimas Agus Hairani jurusan tersebut karena tidak memiliki latar belakang ilmu sosial. “Saya alumni SMK 2 Surabaya, jurusan elektro,” paparnya. Tetapi, Dimas memiliki keinginan untuk mencoba sesuatu yang baru sehingga ia memberanikan diri berkonsultasi dengan saudaranya yang kebetulan sedang kuliah di Jurusan Manajemen Unesa. “Dari situlah, saya mendapat pencerahan,” terangnya. Kini, setelah tiga tahun menempuh kuliah di jurusan Manajemen, Dimas merasa bangga karena banyak bekal ilmu dan pengalaman yang sesuai dengan keinginannya. Berbagai fasilitas yang disediakan oleh lembaga pun dirasa sudah sangat memadai. Dimas pun menyarankan, selain kuliah, sebaiknya mahasiswa aktif di organisasi. “Organisasi adalah laboratoriumnya anak Manajemen,” pungkasnya.n (SYAIFUL RAHMAN)
Majalah Unesa
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
9
LAPORAN
UTAMA
Prodi PGSD Pilihan Terbanyak Kedua
P
osisi kedua prodi/ jurusan terbanyak pilihan pendaftar melalui jalur SNMPTN, ditempati PGSD. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, jurusan PGSD selalu menempati posisi kedua dengan jumlah pendaftar mencapai 2.185 pendaftar. Terpilihnya PGSD sebagai jurusan yang menjadi pilihan terbanyak pendaftar SNMPTN tidak lepas dari implementasi programprogram pimpinan terdahulu. “Itu berarti program-program yang telah Drs. Mintohari, M.Pd dibuat sebelumnya mampu diterima oleh masyarakat. Tidak hanya itu, para peminat menaruh harapan dan kepercayaan yang besar kepada jurusan PGSD,” papar Drs. Mintohari, M.Pd, Ketua Jurusan PGSD. Mintohari mengatakan, menjadi jurusan dengan peminat banyak, merupakan suatu kebanggan yang luar biasa. Namun, di balik kebanggaan, tentu terpikul tanggung jawab besar yang harus siap dihadapi. “Tanggung jawab yang kita miliki akan berpengaruh kepada rasa kepercayaan mereka,” paparnya. Ditambahkan, saat ini tugas PGSD adalah berusaha keras mewujudkan harapan besar mahasiwa terhadap jurusan ini. Sehingga mereka tidak merasa kecewa setelah masuk PGSD. Dari segi mutu kurikulum, pembelajaran, pengembangan bakat dan minta mahasiswa, dan sarpras, menurut Mintohari, terus berusaha diperbaiki mutunya menjadi lebih baik. “Kami ingin mahasiswa lulusan PGSD mampu menjadikan role model pembelajaran,” terangnya. Mengenai target, Mintohari menyerahkan sepenuhknya kepada pihak Unesa. Meski demikian, jajaran pimpinan di PGSD akan menjalankan tanggung jawab yang diberikan dengan kerja keras untuk mewujudkan mutu jurusan yang berkualitas dan mengembangkan potensi mahasiswa. “Bagi saya, tidak perlu mahasiswa terlalu banyak asalkan berkualitas. Untuk itu, kami telah mempersipakan tes-tes tambahan yang benar-benar berkualitas sehingga mampu menjaring mahasiswa baru berkualitas,” pungkas Mintohari.
kepercayaan yang diberikan kepada kami, mungkin peminat tidak sebanya ini,” terangnya. Lalu, tantangannya adalah menjagakepercayaan yang diberikan. Kepercayaan yang tidak dijaga dengan mutu yang baik, tentu perlahan akan luntur dan hilang begitu saja. Untuk menjaga kepercayaan, berbagai cara telah dilakukan pihak jurusan. Di antaranya, memperbaiki layanan sejak penyambutan awal masuk di jurusan PGSD hingga perbaikan mutu serta sarpras untuk menunjang kemampuan yang dimiliki mahasiswa. “Jurusan kami mempunyai komitmen ingin mencetak mahasiswa yang nantinya setelah lulus mempunyai kemampuan luar biasa. Kami mengibaratkan diri seperti angkot, dimana kami hanya diam saja akan mendapatkan menumpang bahkan hingga penuh tanpa perlu banyak berkoar-koar,” tandasnya. Pendapat lain dikemukakan Hengky Julian. Ia mengakui bahwa jurusan PGSD setiap tahun selalu banjir peminat. PGSD merupakan pendidikan dasar yang diminati karena langsung berhubungan dengan profesi sebagai guru SD. Sebagai mahasiswa PGSD, ia berharap mutu dari jurusan PGSD semakin meningkat. “Bagi saya, yang terpenting adalah loyalitas dan integritas dari jurusan PGSD sendiri. Sekarang ini lebih baik jurusan PGSD lebih fokus pada perbaikan manajemen, sarpras, dan mutu kurikulum yang kurang optimal sehingga mahasiswamahasiswa yang semakin bermutu,”pungkas Hengky. n(MURBI)
Bangga sekaligus Tantangan Sementara itu, salah satu dosen PGSD, Ganes Gunansyah, S.Pd, M.Pd, mengaku senang dengan capaian PGSD yang diminati para pendaftar SNMPTN 2016. Selain kabar menyenangkan, capaian tersebut sekaligus merupakan tantangan. Kabar gembiranya, ternyata masyarakat memiliki kepercayaan yang tinggi pada jurusan ini. “Tanpa
10
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
Majalah Unesa
Hengky Julian
LAPORAN KHUSUS
Mengintip Kiat Sukses Para Wisudawan Terbaik Unesa Setiap tahun, dua kali Unesa melakukan wisuda terhadap lulusannya yakni pada semester gasal dan semester genap. Pada semester gasal, sejumlah wisudawan telah melalui prosesi wisuda pada April 2016 lalu di GOR Bima Kampus Unesa Lidah Wetan. Di antara, para wisudawan tersebut, terpilih para wisudawan terbaik dari jenjang S3, S2, S1 dan D3. Seperti apa, kiat sukses mereka sehingga bisa terpilih menjadi wisudawan terbaik. Yuk kita intip, ulasannya! ELOK SUDIBYO
Kematangan itu sebuah Proses MENCIPTAKAN Model Context Based Learning (CBL) Pembelajaran Fisika dalam Konteks Olahraga. Itulah judul disertasi yang ditulis Elok Sudibyo. Melalui disertasi itu, putra pasangan Koeseran dan Bae’ah yang lahir di Sidoarjo 4 Juli 1970 itu berhasil menjadi wisudawan terbaik Program Pascasarjana S-3 Unesa dengan IPK 3.85, predikat sangat memuaskan. Elok Sudibyo menempuh studi jenjang S-3 di Program Studi Pendidikan Sains PPs Unesa. Dia menulis judul disertasi “Model CBL untuk Mencapai Motivasi Belajar, Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika dan Keterampilan Berpikir Analitis Mahasiswa Ilmu Keolahragaan.
Elok menjelaskan, disertasi yang dia tulis bertujuan menghasilkan model pembelajaran baru yang memenuhi kriteria kelayakan. Model pembelajaran yang berhasil dikembangkan adalah Model Pembelajaran Berbasis Konteks (Context Based Learning, CBL) atau disingkat Model CBL. Elok, yang juga dosen di FMIPA Unesa ini mengatakan bahwa proses menyelesaikan disertasi memerlukan waktu sekitar 3 tahun. Dia mulai dengan studi pendahuluan, ujicoba terbatas, dan implementasi model CBL. Dalam prosesnya, dia mengaku banyak kendala yang dihadapi. Salah satunya, ketika memasuki fase implementasi Model CBL yang melibatkan dosen
HAYATUN NUFUS
Kuliah itu Refreshing DRA. HAYATUN Nufus, M.Pd, ibu dua anak kelahiran Bukit Tinggi, 1 Januari 1966 berhasil menyelesaikan program Pascasarjana Unesa dengan judul tesis “Pengaruh Model Problem Based Learning dan Kemampuan Kolaborasi Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah dalam Mata Pelajaran Sosiologi bagi Siswa SMA Al-Hikmah. Melalui tesisnya, dia melihat bahwa dengan memaksimalkan kemampuan kolaborasi, siswa dinilai dapat lebih proaktif dalam peristiwa belajar mengajar,
Ilmu Keolahragaan dalam perkuliahan Fisika. Keberhasilan menyelesaikan disertasi itu, menurut Elok tak lepas dari peran keluarga. Melalui studi itu, dia ingin memberi contoh kepada keluarga dan anak-anaknya agar senantiasa termotivasi untuk mencari ilmu setinggi-tingginya. Kiat sukses dari Elok Sudibyo layak menjadi bahan renungan. Dia meyakini bahwa sukses itu harus diperoleh melalui sebuah proses. Ibarat kelapa, jika ingin mendapatkan santan haruslah menunggu kelapa menjadi tua. Begitupun dengan manusia, jika ingin sukses harus mau menempuh proses panjang yang terkadang menyakitkan. n(KHUSNUL)
pemecahan masalah, dan penyerapan materi. Meski disibukkan dengan tugas sebagai guru dan mendapatkan tambahan sebagai waka sarana dan prasarana di SMA Al-Hikmah Surabaya, Hayatun Nufus mengaku tidak memengaruhi proses pengerjaan tesisnya. Dia bahkan menganggap bahwa kuliah merupakan bagian dari refreshing. “Yang terpenting adalah mengumpulkan tugas dengan maksimal dan tepat waktu,” paparnya. Melalui kiat itu, dia mampu menyelesaikan program pascasarjana dengan IPK 3,91 dan mampu membawanya menjadi wisudawan terbaik S2. Mengenai tindak lanjut setelah S2, Hayatun Nufus memiliki keinginan studi lanjut ke jenjang S-3. Dia ingin melanjutkan penelitiannya ke ranah yang lebih rumit. Apakah masih efektif tesisnya apabila digunakan untuk selain jenjang SMA. Selain itu, dia ingin melihat pengaruhnya terhadap tiga mata pelajaran, yaitu psikologi, sosiologi, dan teknologi pendidikan.n (YUSUF)
Majalah Unesa
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
11
LIPUTAN
KHUSUS
HENI NURUL KHOMARIYAH
Berani Mencoba KEBAHAGIAAN dirasakan Heni Nurul Khomariyah. Putri pasangan Khoirul Anwar dan Riani yang lahir di Surabaya, dikukuhkan sebagai wisudawan terbaik S1 dari Fakultas Ilmu Pendidikan. Dia mendapatkan predikat cumlaude dengan IPK 3,74. Prestasi itu, diakui Heni, didapat dengan perjuangan panjang selama kuliah. Dia harus pandai membagi waktu antara kewajiban perkuliahan, mengerjakan tugastugas, dengan kegiatan-kegiatan lain. Sejak kuliah, Heni sudah termotivasi untuk belajar yang tekun dan bekerja keras. Ia meyakini bahwa studi bagaikan sebuah siklus biji yang membutuhkan kerja tekun dan kerja keras agar biji tanaman dapat tumbuh dan berkembang menjadi pohon yang berbatang kuat, berdaun lebat dan berbuah manis. Oleh karena itu, sejak awal perkuliahan, dia sudah memiliki visi dan menerapkannya dengan baik. “Saya harus bisa fleksibel terhadap segala hal agar dapat mencapai hasil yang memuaskan,” ungkapnya. Kunci keberhasilan meraih IPK tertinggi, diakui tak lepas dari dukungan kedua orangtuanya. Kegigihan orangtuanya dalam bekerja, memotivasi dirinya untuk mempersembahkan prestasi yang membanggakan bagi mereka.n (AZIZ) NIMAS MEGA P
Tantang Diri Sendiri untuk Berprestasi NIMAS Mega Purnamasari, S.S, berhasil menjadi wisudawan terbaik dari Fakultas Bahasa dan Seni Unesa. Dia meraih IPK 3,83 dengan predikat Cum Laude, lulus dalam waktu hanya 3,5 tahun. Skripsi yang ditulis berjudul “Speech Interpretation through Speech Style Used by the Exchange Students in Surabaya”. Mahasiswi program studi Sastra Inggris ini tak menyangka menjadi wisudawan terbaik. Sejak awal kuliah, dia hanya menarget dapat IPK bagus dan lulus dalam 7 semester. Sejak SMA, Nimas dikenal berprestasi. Dia selalu mendapatkan peringkat terbaik di sekolahnya. Prestasi itu membuat bangga orangtuanya. Selain kuliah, Nimas juga mengikuti banyak organisasi baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Dia bergabung di AIESEC Surabaya, Sobat Bumi Surabaya (beasiswa Pertamina Foundation), berbagai volunteering activity, dan masih banyak lagi. Tak hanya aktif dalam kegiatan berskala nasional, tetapi juga dalam skala internasional. Dia pernah mewakili Unesa dalam Youth
12
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
Conference di SIAM University, Thailand (2015), menjadi delegasi nasional mewakili propinsi Jawa Timur dalam PPAN (Pertukaran Pemuda Antarnegara) dari Kementerian Pemuda dan Olahraga dan Purna Caraka Muda Indonesia (PCMI) tahun 2015 di Tiongkok. Nimas dikenal memiliki tipe yang senang dengan tantangan. Bahkan, dia selalu menantang dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu yang sebelumnya tak bisa ia lakukan, hingga ia bisa melakukannya. “Challenge yourself. Coba lampaui batas. Kalau sekarang bisanya segini berarti besok targetnya harus lebih besar lagi,” ujarnya.n (LINA M/SANDI) ADI S
Atur Waktu Sebaik-baiknya MENJADI guru pendidikan jasmani dan kesehatan (Penjaskes) tapi tidak berasal dari jurusan Penjaskes menjadi perhatian khusus bagi Adi S, wisudawan terbaik asal Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Unesa. Ia menuangkan perhatian itu pada skripsinya yang menyoroti Interactive Educative pada Madrasah Ibtida’iyah se-kecamatan Bojonegoro. Skripsi itulah, salah satu yang bisa mengantarkan Adi mendapatkan nilai terbaik di FIK dengan IPK 3.79. Meski jadwal kuliahnya padat dengan kegiatan di kampus, cowok yang hobi renang dan badminton ini tetap mampu belajar dan berprestasi. Adi mengakui, menyeimbangkan antara kesibukan ekstrakulikuler dan akademis memang tidak mudah. Dibutuhkan kemampuan mengatur waktu sebaik mungkin. Mengenai bentuk pengabdian yang ingin diberikan untuk Indonesia, Adi ingin membuat para penyandang cacat dapat mengikuti Paralympic. “Sebenarnya para penyandang cacat di Indonesia ini hebat-hebat terutama di dunia keolahragaan, tapi sekolah-sekolah inklusi di Indonesia masih jarang memberikan mata pelajaran Penjaskes yang benar-benar mengajak para siswanya untuk bergerak. Padahal inti dari Penjaskes adalah mengajak para siswa untuk bergerak dan berolaraga,” pungkasnya. n(CHIKITA) WINDI EKA SP
Utamakan Sikap Positif HIDUP itu berawal dari pemikiran positif. Jika berpikiran positif, hidup menjadi lebih bersemangat, berani, percaya diri, dan tidak mudah menyerah sehingga menghasilkan sesuatu yang memuaskan. Demikian motto wisudawan terbaik FT, Windi Eka Syah Putri. Mahasiswa jurusan PKK Prodi S1 Pendidikan Tata Rias angkatan 2011 itu berhasil lulus dengan IPK 3,67 predikat cumlaude. Windi, tidak menyangka bisa
Majalah Unesa
LIPUTAN KHUSUS menjadi mahasiswa lulusan terbaik tingkat Fakultas. Semua itu diperoleh dengan doa dan usaha. Awalnya, ia hanya ingin lulus dengan IPK minimal 3.51. “Syukurlah IPK saya sekarang 3.67 dengan gelar lulusan terbaik. Bagi saya itu suatu bonus, ternyata kerja keras dan usaha saya selama ini, tidak sia-sia,” paparnya. Mendapatkan gelar cumlaude baginya adalah suatu beban. Tapi, beban itulah yang menjadikan penyemangat dirinya agar bisa bermanfaat bagi orang lain. Dia ingin mengejar cita-citanya menjadi dosen sehingga dapat membagikan ilmunya kepada orang lain. “Semoga Unesa bisa menjadi universitas yang membanggakan lagi ke depannya,” pungkas perempuan asli Lamongan itu. n(PUPUT)
Jangan Berpuas Diri dengan Ilmu MAHASISWA terbaik dari FMIPA, diraih Dinni Rahma Oktaviani, S.Si dari Jurusan Matematika. Dinni, sapaan akrabnya, meraih IPK 3.90 dengan masa studi hanya 3,5 tahun. Mahasiswa kelahiran Lamongan 9 Oktober 1994 tersebut mengaku banyak perjuangan yang harus dilakukan agar tetap mampu menjaga ritme belajarnya. Penyuka anime Dektective Conan ini juga mengungkapkan kalau proses perkuliahan yang mengasyikan dan nyama nmenjadi salah satu faktor yang menunjang prestasinya selama ini. Dinni memberikan tips mengikuti perkuliahan yang bisa menjadikannya terbaik di FMIPA. Ia memperhatikan dosen menerangkan, kalau tidak tahu bertanya dan tidak takut untuk berdebat. “Kalau ada yang sulit baru bisa bertanya ke teman, tapi sebisa mungkin dikerjakan dulu. Karena secara tidak langsng itu akan mengasah kemampuan berpikir dan melatih pola pikir,” ungkapnya. Ia memilih judul skripsi “Ideal Penyerap-2 Secara Lemah”. Judul itu dipilih karena tertaik dengan aljabar, dan belum banyak skripsi yang membahas tentang judul tersebut. “pesan saya, jangan berpuas diri dengan ilmu yang dipunya. Keep Fighting,”pungkasnya. n(SURYO)
Mimpi Bisa Blusukan ke Pedalaman Indonesia
Kebahagiaan dirasakan Vina Rahmaya S.sos. Ia berhasil menyandang predikat Cumlaude di Fakultas Ilmu Sosial dengan IPK 3.76. Skripsinya berjudul “Implementasi Kebijakan Kemitraan Usaha Pada Perbup
VIVI PRATIWI
Prestasi Mahasiswi Bidik Misi
DINNI RAHMA OKTAVIANI:
VINA RAHMAYA
Sidoarjo No.20 tahun 2011”. Vina menceritakan suka dukanya dalam mengerjakan tugas akhirnya tersebut. Ia sempat ganti judul karena kurang fokus. Ia mengambil sampel minimarket yang berada di kawasan Sidoarjo. Tetapi, apa yang seharusnya di peraturan berbeda dengan kenyataan saat di lokasi penelitian. Bungsu dari tiga bersaudara ini bercita-cita memiliki yayasan penggerak di bidang sosial, memiliki sekolah atau rumah tampung secara gratis untuk orang-orang yang membutuhkan pendidikan atau ketrampilan. Selain itu, ia memiliki keinginan berkeliling ke seluruh Indonesia sampai ke pedalaman.n (UMI)
VIVI Pratiwi, mahasiswi Prodi S-1 Pendidikan Akuntansi berhasil meraih gelar cumlaude dengan masa studi 3,5 tahun. Ia mendapatkan IPK 3,88 dan menjadi yang erbaik dan tercepat menyelesaikan kuliah di Fakultas Ekonomi. Salah satu mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi ini mengaku, awalnya tidak yakin dapat melanjutkan kuliah karena keterbatasan ekonomi. Ia bersyukur bisa masuk kuliah melalui program Bidik Misi. Bahkan, ia sukses menjadi wisudawan terbaik di fakultasnya. Ke depan, Vivi Pratiwi berencana mengikuti program beasiswa LPDP untuk melanjutkan jenjang S-2. Mimpi yang ingin dicapai setelah lulus S-1 dengan hasil yang memuaskan adalah lolos seleksi LPDP, melanjutkan kuliah dengan meraih prestasi akademik seperti sebelumnya, dan kelak berhasil menjadi dosen. n(SYAIFUL R) MUHAMMAD AGUS ALI
Tiap Semester IP Harus Naik SELAMA berkuliah, ada satu prinsip yang dipegang oleh Muhammad Agus Ali, A.Md, alumnus diploma III Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH). Prinsip itu ialah”kalau bisa, Indeks Pretasi (IP) setiap semester harus naik. Gayung bersambut, komitmen Agus kini membuatnya bercokol sebagai lulusan terbaik program diploma FISH dengan IPK 3,24. Prinsip itulah membuat Agus termotivasi belajar. Ia mengaku, bahwa hasil baik ini bukan karena dirinya mahasiswa terpandai di program studi Administrasi Negara atau memiliki trik-trik khusus dalam belajar. Raihan tersebut lebih karena keuletannya menyimak setiap pelajaran. Agus menegaskan bahwa selalu memerhatikan dan mencatat hal-hal penting yang diutarakan dosen dengan baik serta bekerja keras dalam menggapai target kenaikan IP di setiap
Majalah Unesa
| Nomor: 89 Tahun XVII - Maret 2016 |
13
LAPORAN
KHUSUS
semesternya. Keberhasilannya meraih wisudawan terbaik itu, ia dedikasikan untuk kedua orang tuanya yang perannya teramat berarti karena memiliki andil dalam karir pendidikannya. Putra dari bapak Muchtar ini menyelesaikan tugas akhirnya dengan skripsi berjudul “Pelaksanaan Badan Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sidoarjo”. Bahasannya terkait bagaimana pelaksanaan badan kehormatan dewan yang membuat peraturan terkait kode etik. n(DANANG) LENNY FEBRI AGUSTIN
Inspirasi Volume Sampah Harian di Surabaya PERASAAN senang dan bangga menyelimuti hati Lenny Febri Agustin A.Md. Atas kerja kerasnya, Lenny mendapat bonus menjadi wisudawan D-3 terbaik selingkung Fakultas Teknik pada wisuda ke-85 Unesa. Mahasiswa D-3 Transportasi ini lulus dengan IPK 3.65 dan menyandang predikat cum laude. Lenny tak pernah menyangka terhadap hasil pencapaiannya. Ia pun bersyukur karena dapat membuktikan kepada orangtuanya bahwa ia telah berkuliah dan belajar dengan baik. Lenny menceritakan, ide tugas akhir (TA) yang dibuat adalah berawal dari melihat volume sampah harian di Surabaya yang sangat besar. Menurut beberapa sumber hanya 77% sampah yang dapat dikelola oleh Dinas Kebersihan Kota Surabaya. Artinya 23% volume sampah belum dikelola. Penyebabnya adalah armada pengangkut sampah yang dirasa kurang sehingga beberapa wilayah di Kota Surabaya menjadi lingkungan kumuh dan banyak polusi. Lebih dari itu, sampah-sampah itu dapat mengakibatkan banjir tahunan. Masalah-masalah tersebut membuat Lenny berpikir untuk menjadikan ide TA-nya. Ia mengusung judul “Analisis Kebutuhan Jumlah dan Jenis Armada Pengangkut Sampah Berdasarkan Hasil Pengembangan Rute dan Peningkatan Volume Sampah di Wilayah Surabaya Utara”. Pembuatan TA dengan tempo hampir 2 semester itu tidaklah mudah. Lenny sempat kesusahan mendapatkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Ia harus terjun langsung di lapangan dan mendapat data dari BPS (Badan Pusat Statistik) yang lengkap. Terdapat 5 kecamatan yang ia teliti, yaitu Kenjeran, Semampir, Bulak, Pabean Cantikan dan Krembangan. Selain itu, minimnya bimbingan dengan dosen pembimbing juga menjadi penghambat. “Namun, saya tetap menikmati proses itu,” aku perempuan asal Jombang itu. Sebagai wisudawan Unesa, Lenny merasa, wisudawan Unesa harus siap mengabdi dan berkorban untuk Indonesia dengan bekerja sesuai dengan passion masing-masing dan berbekal ilmu yang ia dapat di bangku kuliah. Lenny berharap, ke depan Unesa menjadi universitas unggul yang lulusannya benar-benar dibutuhkan dalam dunia kerja. “Bagi adik-adik, terus tingkatkan semangat belajar, tidak hanya
14
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
di kampus tapi juga di luar kampus,” pesannya. “Jangan menutup diri dan buang jauh-jauh pikiran takut bertemu dosen atau malas bertemu dosen saat bimbingan, agar cepat lulus dan wisuda.” (Andini) DEVI APRILIA YAHYA
Skripsi 4 Kali Ditolak
MEMILIKI hobi make up tak menghalang Devi berprestasi. Gadis kelahiran Surabaya itu berhasil mendapat predikat lulusan terbaik dengan IPK 3,57. Mahasiswa prodi DIII Akuntansi mengaku tak memiliki trik khusus. Setiap perkuliahan, ia hanya terbiasa mendengarkan dengan seksama dan benar-benar mencatat materi yang disampaikan dosennya. Selain berprestasi di bidang akademik, mahasiswa cantik ini piawai memanfaatkan hobi sebagai peluang usaha make up pengantin dan wisudawan. Ia juga mengaku hobinya tak mengganggu waktu studinya “make up itu biasanya jam 3 pagi subuh atau sore” ujarnya. Tugas akhirnya yang berjudul “Sistem dan Prosedur Pembelian Bahan Guna Meningkatkan Sistem Pengendalian Intern pada PT. Boma Bisma Indra (Persero) mengharuskannya menelan asam garam. Dari judul TA yang sempat ditolak hingga 4 kali hingga terpaksa mengikuti semester ke 7 hanya untuk sidang TA harus dialaminya untuk menyelesaikan TA tersebut. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya untuk menyelesaikan studinya. Bahkan, rencananya setelah ini putri sulung dari Nur Yachya dan Sri Ponami akan melanjutkan studinya, merangkap bekerja dan masih menekuni hobinya.n (EMIR)
Majalah Unesa
KABAR PRESTASI
WAKIL UNESA DI AJANG LOMBA KARYA TULIS ILMIAH KHATULISTIWA
D
ua mahasiswa Unesa, Moh. Harianto dari jurusan Elektro dan Faiq Nur Khumaiqi, dari jurusan Sejarah berhasil mengharumkan nama Unesa dalam ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Khatulistiwa 8 mahasiswa tingkat nasional di Universitas Brawijaya Malang. Karya tulis ilmiah yang ditulis berjudul “Aplikasi E-Village Budgeting (E_VB) dan E-Village monitoring (E-VM) dalam meningkatkan Akuntabilitas dan Transparansi desa Pasca Penetapan UU Desa” Ide penulisan karya tulis ilmiah itu terkait Undang-Undang Desa tahun 2014 yang berkenaan
Unesa Gondol Juara 3 dengan anggaran desa satu milyar lebih. Anggaran yang sangat besar tersebut rawan menjadi ajang korupsi jika tidak ada kontrol dari pemerintah kota/kabupaten. Atas dasar itulah, muncul ide dan gagasan membuat sebuah aplikasi E-Village Budgeting dan E-Village Monitoring untuk minimalisir kasuskasus seperti korupsi di pendesaan. Gagasan atau ide itu kemudian ditindaklanjuti dengan penelitianpenelitian. Abstrak yang dibuat lolos 150 besar. Selanjutnya, mereka membagi tugas kepada tim untuk menyelesaikan full paper dan dikirim melalui pos. Kegigihan mereka berbuah hasil. Karya tulis
ilmiah mereka masuk 12 Finalis yang diselenggarakan di Universitas Brawijaya Malang. Asa mereka semakin membumbung tinggi setelah hasil presentasinya berbuah prestasi. Karya tulis yang dibuat bersama tim berhasil mendapatkan juara III. Harianto, yang juga bergabung di UKIM (Unit Kegiatan Ilmiah Mahasiswa) itu mengaku senang dengan raihan prestasi yang didadap. Mereka berharap Unesa bisa terus menghasilkan karya tulis mahasiswa yang bermutu sehingga mampu bersaing dalam ajang kompetisi karya ilmiah mahasiswa.n (SH)
TEMU ILMIAH SE-JAWA TIMUR
UKIM Unesa Juara 1 dan 3
U
nit Kegiatan Ilmiah Mahasiswa (UKIM) Unesa dominasi juara pada Temu Ilmiah se-Jawa Timur (TIUPPS) yang diselenggarakan oleh UKM-FP Penalaran Universitas Trunojoyo Madura. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun kreativitas mahasiswa dan peneliti muda dalam mengembangkan potensi lokal daerah serta untuk mempererat silaturahim antarmahasiswa penalaran dan penelitian se-Jawa Timur. Kegiatan yang bertemakan “Bhakti Bangsa Mahasiswa Ilmiah di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
dengan Kearifan Lokal Madura” ini berlangsung pada Minggu-Rabu, 1720 Maret 2016 kemarin selama 4 hari. UKIM Unesa mengirim perwakilannya sebanyak 3 tim, namun yang lolos ke babak selanjutnya hanya 2 tim saja. Mereka adalah Faisal Hidayatullah (Ilmu Hukum/2014), Winda Astutik (Pend.Akuntansi/2014),Wahyuninsari (Ekonomi Islam/2015), Ayu Sinta Dewi (Pend.Akuntansi/2014), Ima Lutfiana (Fisika/2014), dan Syaiful Hidayat (Pend.Adm.Perkantoran/2015). Mereka harus bersaing dengan 60 peserta lain dari 13 universitas seJawa Timur.
Majalah Unesa
Unesa patut berbangga. Pasalnya kedua tim mampu meraih juara 1 dan juara 3. “Tujuan kami mengikuti event ini memang untuk mengetahui kemampuan kami di tingkat Jawa Timur. Sehingga kami bisa mempersiapkan ke tingkat nasional dan internasional.” Papar Winda Astutik. Salah satu anggota tim yang menjadi juara 1 TIUPPS, Ayu Shinta Dewi berharap UKIM Unesa mampu berkarya lebih dan semakin banyak meraih prestasi terutama di bidang karya tulis ilmiah.n. (SYAIFUL H/KHUSNUL/HUMAS)
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
15
KOLOM REKTOR
Dengan menyadari potensi dan visi ke depan, Unesa harus menjalin kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi baik dalam maupun luar negeri serta dengan instansi atau lembaga lainnya. Unesa sebagai lembaga pendidikan tinggi kependidikan, telah banyak melalukan kerja sama dengan beberapa dinas pendidikan baik di tingkat provinsi maupun kabupatenn kota. Oleh Prof. Warsono
U
ntuk menjawab pertan足 yaan judul tulisan ini, perlu refleksi dengan mempertimbangkan dampaknya. Secara mudah pertan足 yaan itu bisa dijawab dengan jawab足 an harus. Tetapi setelah itu muncul pertanyaan baru lagi, yaitu kerja sama dengan siapa? dan dalam hal apa? apa manfaat yang diperoleh dari kerja sama tersebut. Sejumlah pertanyaan akan muncul yang berkait dengan jawaban yang sederhana. Bahkan setiap kali kita jawab, bisa muncul pertanyaanpertanyaan baru yang lebih kritis lagi, yang juga menuntu jawaban. Oleh karena itu, untuk menjawab pertanyaan yang sederhana tersebut dibutuh足 kan pemikiran yang mendalam dan komprehensif. Dengan mengacu kepada suatu sistem, maka kerja sama harus dilakukan dengan pihak lain, atau berbagai pihak, sebab tanpa kerja sama, kita tidak bisa eksis secara baik. Bahkan kita
16
mungkin akan tidak berkembang secara optimal. Kita tahun bahwa sebesar apa pun lembaga dan sekuat apa pun sumber daya yang dimiliki, tetap ada kelemahan dan kekurangannya. Bahkan ada
menjalin kerja sama dengan pihak-pihak lain yang menjadi pengguna produk kita. Paling tidak kita bisa mengetahuai apa yang mereka butuhkan, sehingga kita bisa memproses dan memproduk sesuai dengan yang dibutuhkan. Demi kemajuan dan perkembangan suatu peguruan tinggi, kerja sama merupakan kebutuhan yang tidak bisa dihindari. Keterbatasan sumber daya yang dimiliki ataupun kelebihan sumber daya sekalipun, kerja sama merupakan suatu yang harus dilakukan, agar perguruan tinggi tetap eksis dan berkembang. Bagi yang kekurangan sumber daya kerja sama dimaksudkan untuk memperoleh dukungan dari pihak mitra. Oleh karena itu, sering kali perguruan tinggi menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi yang memiliki sumber
HARUSKAH
MELAKUKAN
KERJA SAMA?
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
sesuatu kebutuhan yang tidak bisa kita penuhi sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut kita harus bekerja sama atau minta bantuan kepada pihak lain. Lembaga perguruan tinggi juga bukan lembaga yang mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri. Bahkan sebagai lembaga yang memproduksi jasa, perguruan tinggi juga harus
Majalah Unesa
KOLOM REKTOR daya yang kuat, untuk membantu pengembangan perguruan tinggi yang bersangkutan. Misal, kerja sama dalam peningkatakan kualitas sumber daya manusia dengan mengirimkan dosen untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi yang lebih unggul. Kerja sama juga dimaksudkan untuk melakukan kegiatan bersama, antara perguruan tinggi yang dianggap setara untuk melakukan suatu kegiatan, seperti penelitian atau pertukaran dosen maupun mahasiswa. Kerja sama juga bisa dilakukan dengan instansi lain yang dimaksudkan untuk melakukan suatu kegiatan, misal, pelatihan, penelitian dan lainnya. Persoalannya adalah bekerja sama dengan siapa dan dalam hal apa. Dengan menyadari potensi dan visi ke depan, Unesa harus menjalin kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi baik dalam maupun luar negeri serta dengan instansi atau lembaga lainnya. Unesa sebagai lembaga pendidikan tinggi kependidikan, telah banyak melalukan kerja sama dengan beberapa dinas pendidikan baik di tingkat provinsi maupun kabupatenn kota. Kerja sama tersebut antara lain dalam bidang peningkatan kualitas guru, dan manajemen sekolah. Kerja sama sama Unesa dengan dinas pendidikan provinsi Kalimantan Timur dalam peningkatan kualitas guru dan pembinaan manajemen sekolah sudah berlangsung lebih dari lima tahun. Dinas Pendidikan Provinsi Kalimatan Timur banyak mengirimkankan guru-gurunya untuk melanjutkan studi S2 di Unesa, baik itu guru SD, SLP maupun SLA. Setiap tahun Kaltim mengirimkan guru melanjutkan studi S2 di Unesa. Bahkan kerja sama dalam peningkatan kompetensi guru ini juga diikuti oleh beberapa dinas pendidikan kabupaten di wilayah Provinsi Kaltim, seperti kabupaten Bero, kabupaten Sangata, Di samping pengirman guru, juga ada kerja sama dalam pembinaan manajemen sekolah. Selain Provinsi Kaltim, Unesa juga berkerja sama dengan Dinas
Pendidikan Kota Surabaya dalam peningkatan kualitas guru melalui studi S2, pelatihan guru-guru TK dan PAUD. Kerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Surabaya telah berlangsung lama, dalam pendampingan sekolah maupun dalam pelatihan para guru, teruntama guru TK dan PAUD. Selain kerja sama dalam bidang pendidikan, Unesa juga menjalin kerja sama dengan beberapa kabupaten dan Kota di Jawa Timur dalam bidang penelitian. Dengan sumber daya yang dimiliki, Unesa membantu pemerintah Kabupaten Kota untuk melakukan penelitian kebijakan sesuai dengan bidang keahlian dan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah daerah. Di antara kabupaten kota yang sudah lama bekerja sama dengan Unesa adalah kabupaten Mojokerto dan Sidoarjo. Dalam rangka meningkatkan kualitas lulusan, dan penelitian, Unesa juga menjalin kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi di luar negeri. Perguruan tinggi luar negeri yang telah menjalin kerja sama dengan Unesa antara lain Utrecht, Aichi . Dengan Utrecht university, Unesa telah bekerja sama untuk program pascasarjana. Selain dengan Utrecht, Unesa juga menjalin kerja sama dengan Perth university untuk program pascasarjana. Beberapa mahasiswa program pascasarjana Unesa telah dikirim ke Perth untuk mengikuti berbagai program di sana. Kerja sama dengan Aichi University di Jepang juga telah terjalin lama. Selain dalam bidang pendidikan juga dalam bidang penelitian, dan pelatihan. Akhir-akhir ini beberapa dosen Unesa dari fakultas teknik mengikuti pelatihan di Nannyang University Singapura, serta di Taiwan untuk meningkatkan kompetensi. Kerja sama dengan luar negeri juga dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas dosen melalui studi lanjut, Unesa memiliki program untuk mendorong para dosen melakukan studi lanjut ke luar negeri. Program ini, selain dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi, juga untuk mengenal budaya akademik di perguruan
Majalah Unesa
tinggi luar negeri, khususnya perguruan tinggi yang masuk peringkat atas dunia. Untuk mengantisipasi MEA, dan sesuai dengan tugas utama Unesa sebagai LPTK, maka kerja sama Unesa difokuskan dengan perguruan tinggi di wilayah Asean. Kerja sama dengan perguruan tinggi di kawasan Asia Tenggara perlu ditingkatkan, dan dijalin lebih erat lagi. Kita juga sudah memiliki pengalaman dalam menghasilkan tenaga kependidikan yang menjadi guru di Malaysia. Tahun 19800 banyak mahasiswa dari Malaysia yang kuliah di Unesa, yang pada waktu itu masih bernama IKIP Surabaya. Oleh karena itu, kerja sama dalam bentuk pertukaran mahasiswa dan dosen, program latihan mengajar dan penelitian pendidikan perlu ditingkatkan di antara perguruan tinggi di Asia tenggara. Kerja sama dengan perguruan tinggi di Asean, lebih dilandasi oleh kebutuhan dan kesamaan budaya. Dengan menyatunya Asean sebagai satu kawasan ekonomi, maka peluang kerja akan semakin terbuka bagi para pemuda Indonesia. Meskipun juga tidak menutup kemungkinan, peluang kerja yang ada di Indonesia akan diisi dan diambil alih orang para pencari kerja dari negara-negara Asean. Dalam era globalisasi, ini kerja sama dengan perguruan tinggi lain di seluruh dunia memang sangat dimungkinkan, meskipun demikian, kita juga harus memperhatikan keterlaksanaannya. Oleh karena itu, kesamaan fokus atau bidang, keterjangkauan dana, dan sumber daya, serta efektivitas pencapaian tujuan perlu dipertimbangkan. Agar kerja sama itu benar-benar bisa terwujud dengan prinsip tidak ada yang dirugikan, dan memberi manfaat bersama. n
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
17
LENSA UNESA
Dialog Program Cendikia TVRI ejumlah pemimpin Unesa menjadi narasumber dalam dialog pendidikan program Cendikia TVRI. Dalam diskusi tersebut, hadir Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S, Wakil Rektor II, Drs. Tri Wrahatmolo, M.Pd, Wakil Rektor III, Dr. Ketut Prasetyo, M.S, dan Wakil Rektor IV (Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt). Â lHUMAS
18
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
Majalah Unesa
LENSA UNESA
PELATIHAN
AUDITOR TERINTEGRASI BAN-FT DAN ISO SEBAGAI upaya meningkat SDM, Pusat Penjamiman Mutu Unesa mengadakan Pelatihan Auditor Terintegrasi BAN-FT dan ISO dengan narasumber Dr. Sukamta, M.T. Acara dilaksanakan pada 30 Maret 2016. l
SOSIALISASI PENGADAAN BARANG
UNTUK membekali para pimpinan Unesa terkait pengadaan barang agar tidak terjerat dalam tindak pidana korupsi, pimpinan Unesa mengadakan Sosialiasi Pengadaan Barang di kantor pusat Unesa. Sosialisasi dihadiri pimpinan KPK dan sejumlah pejabat di Unesa, termasuk Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S. l HUMAS
Majalah Unesa
| Nomor: 91 Tahun XVI I- Maret 2016 |
19
INSPIRASI
ALUMNI
Heri Lentho
MAESTRO KOREOGRAFI Darah Seni dari Ibu
Bekal yang sangat kuat itu adalah “Temen bakal tinemu”. Begitu salah satu prinsip hidup yang dipegang Heri Prasetyo. Karena prinsip itu, alumni jurusan Sedratasik FBS Unesa yang akrab dipanggil Heri Lentho itu menjadi manusia yang pantang menyerah dan totalitas dalam segala aktivitas. Prinsip itupula, yang membuat dia totalitas di dunia seni tari dan perdalangan.
H
eri Prasetyo lahir di Kota Malang, Jawa Timur pada 13 Mei 1967. Sejak kecil, dia sudah dikenalkan kesenian, khususnya wayang orang melalui radio oleh sang ibu, Mariana. Kebetulan, sang ibu merupakan Pegawai Negeri Sipil di Korem 083 Baladhika Jaya Malang. Setiap hari Minggu, dia selalu diajak mendengarkan gending Jawa. Waktu diajak mendengarkan gending Jawa itu, sang ibu selalu mengerak-gerakan tangan Heri untuk merasakan dan mengikuti iramanya. “Kisah itu selalu saya ingat. Ketika saya merenung, dari mana saya bisa tertarik ke dunia kesenian,” paparnya. Selain itu, jika ada perhelatan sunatan dan pernikahan di kampung, Heri suka melihat pertunjukan wayang kulit, bahkan hingga semalam suntuk. Memasuki SMA, tepatnya kelas 2, dia mulai mengenal dunia tari. Kebetulan, tempat sekolahnya berada satu kompleks dengan Gedung Kesenian Gajayana, tempat mangkalnya para seniman Malang yang sering melakukan aktivitas latihan khususnya tari. “Sejak
20
itu saya tertarik dan mempraktikkan pengalaman melihat itu untuk membuat sebuah tarian dalam memperingati HUT Proklamasi RI,” ungkapnya. Seni Tari Dunia tari semakin intens digeluti Heri Lento setelah berkenalan dengan salah satu penari yang mengajaknya belajar tarian Jawa. Heri Lentho diperkenalkan dasardasar tarian tersebut di ruang privat keluarganya. Berangkat dari kemauan untuk bisa menari, dia akhirnya bisa menari tarian Jawa. Tak berhenti di tari, ia pun membuat perkumpulan wayang orang remaja di Kelurahan Madyopuro Kecamatan Kedung Kandang Kota Malang dengan nama Wayang Orang Madyo Taruna Budaya. Pria yang sempat menerima Penghargaan bagi Seniman Pertunjukan Indonesia Tahun 2014 dalam Kategori Kreator/ Sutradara, dari Kementerian Pariwisata Republik Indonesia ini merupakan anak ke-7 alias anak ragil dari pasangan Mariana dan Sakri. Orang tuanya cerai sejak usianya baru 2 tahun. Kehidupan
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
Majalah Unesa
ibunya yang berstatus janda dengan menghidupi keluarga besar itu membuat seluruh anggota keluarga memiliki pengalaman untuk bisa bertahan hidup dengan caranya masing-masing. Sejak SMP, Heri sudah terbiasa berjualan makanan. Ia mendorong gerobak makanan, memasang tenda lalu menjadi pelayan di sebuah Warung PKL Kota Malang. Saat SMA, dia memberikan les privat Matematika bagi tetangga yang menggunakan jasanya. “Itu sebuah cerita duka namun saya melihatnya sebuah pengalaman hidup yang berharga. Bahwa hidup harus dilakukan dengan bekerja keras,” ujarnya. Hal lain yang selalu dia kenang adalah saat masa remaja. Kala itu, ia memiliki kebiasaan pergi ke museum Brawijaya dan tertarik memaknai kata-kata mutiara para pahlawan. Kesukaan mengunjungi museum dengan berbagai kata-kata mutiara itu hingga kini senantiasa dilakukan karena mampu membuat keteguhan untuk selalu berjuang mewujudkan impian kebaikan.
INSPIRASI ALUMNI
Suka duka yang paling mendalam adalah ketika dia bersama kakaknya keenam, Edy Prayitno menuju sekolahan masing-masing. Dia tinggal di Desa Madyopuro dan menuju ke kota yang jarak tempuhnya kurang lebih 10 KM. Kakaknya selalu berangkat dengan cara berlari dengan memakai pakain olahraga, sedangkan dia naik atau nggandol truk terbuka karena dia lebih jauh jaraknya. “Suatu saat, truk tersebut menyalip kakak saya yang sedang berlari. Dari atas truk itu saya lalu duduk dan menangis serta menyembunyikan wajah saya dibalik bak truk tumpangan saya. Hingga kini perasaan ini masih menyayat hati. Kenangan itulah yang membuat sikap kami berdua dapat membuktikan pesan orang tua TEMEN BAKAL TINEMU,” ungkapnya. Di Bawah Asuhan Nenek Ketika usia 2 tahun, orang tuanya telah bercerai. Sehari-hari, Heri dan keenam saudaranya lebih banyak
waktu berada di bawah asuhan nenek karena sang ibu harus tinggal di asrama tentara. Setiap dua minggu sekali, sang ibu pulang ke rumah. Perjuangan ibu dan nenek yang begitu gigih itulah yang menjadi inspirasi bagi Heri Lentho dan saudara-saudaranya. Ekonomi keluarga yang paspasan membuat Heri dan saudarasaudaranya harus bekerja keras. Saat lulus SMA, kakaknya (Edy) dan dia dipanggil ibunya dan diberitahu, kalau ibunya hanya mampu membiayai kuliah satu orang saja. Kebetulan, dia dan kakaknya sama-sama kelas 3. Kala itu, Heri yang berinisiatif mengalah. Selain karena faktor usia yang lebih muda, Heri sudah memiliki kemampuan mendapatkan uang untuk membantu ibu membiayai kakaknya kuliah. “Kami sepakat kakak yang kuliah. Saya menunggu kelulusannya, baru saya kuliah. Namun, kegundahan hati untuk merantau dan berdikari semakin kuat. Diam-diam, saya dengan uang tabungan
Majalah Unesa
mendaftarkan diri tes SIPEMARU dan diterima. Ibuku dan nenek senang campur aduk dengan ketidakmampuannya membiayai. Namun, saya hanya meminta doa restunya untuk berangkat ke Surabaya. Berbekal dengan uang 50 ribu rupiah serta beras 15 Kg saya berangkat,” tuturnya. Heri Lentho sangat ingat dengan nasehat nenek tentang nilai “temen bakal tinemu.”Nenek juga memberikan sebuah cara untuk berjuang lebih keras, yaitu dengan sebuah nazar. Karena itu, waktu mendaftar SIPENMERU, ia pun bernazar jika diterima, ia akan berjalan dari rumah menuju Gunung Bromo. “Saat saya diterima, neneklah yang mengingatkanku untuk segera menjalankan nazar itu,” kenangnya. Kuliah di IKIP Surabaya Tahun 1986, Heri kuliah di IKIP Surabaya. Ia diterima di Program Pendidikan Seni Tari. Salah satu alasan kuat memilih jurusan seni tari, selain ingin mengembangkan
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
21
INSPIRASI
ALUMNI
kepeminatannya di bidang seni tari, ia membuktikan kepada masyarakat bahwa seniman/orang yang bekerja di bidang seni juga layak diperhitungkan. “Saya ingin membahagiakan ibu serta keluarga bahwa ada putranya yang sekolah hingga jenjang sarjana. Karena kedua kakak saya hanya diploma 2. Selain itu juga akan memperdalam keilmuan di bidang seni tari,” ungkapnya. Sejak semester awal, dia termasuk golongan mahasiswa LAKON, artinya yang memiliki bekal bakat yang pas-pasan atau disebut di bawah standar. Namun karena bimbingan dosen serta dorongan teman-teman kuliah, semuanya berjalan dengan baik serta lancar. Hal lain yang sangat mengesankan adalah ketika dia harus bekerja jadi juru kunci kampus (Seperti Tukang Kebun). “Waktu itu, saya harus bangun lebih pagi, membersihkan kamar mandi serta kebutuhan lain yang ditugaskan oleh jurusan untuk memenuhi kewajiban saya, karena SPP saya dibayari oleh jurusan pada semester 2 hingga 4,” tuturnya. Selain kuliah, dia bergabung aktif di organisasi kemahasiswaan sejak semester 2. Dia bergabung di HIMAPALA dan Sanggar Ludruk dan Ketoprak (SALOKA). Selain itu, juga aktif dipengurusan HMJ dan Senat Fakultas Bahasa dan Seni. Menjadi Koreografer Bakatnya dalam penciptaan tari, diawali pada mata kuliah Komposisi. Kala itu, nilai kreativitasnya menonjol. Puncaknya, pada mata kuliah Koreografi dia mendapatkan nilai A pertama sejak jurusan ini dibuka. Karya yang berjudul LENTHO inilah yang mengantarnya berkenalan dengan aktivitas tari di luar kampus, dimana karya koreografi ini mewakili IKIP Surabaya pada event SASATA KASIRA yang digelar di Gedung Cak durasim Taman Budaya Jawa Timur, dan mendapatkan apresiasi dari masyarakat seni di Surabaya. “Sejak itu, saya dipilih oleh jurusan mewakili IKIP Surabaya untuk tampil pada Festival Tari Kotemporer di Bali dengan karya Kedok, dan mendapatkan juara Umum. Saat itu pula pak rektor meminta Dekan FBS
22
B I O D AT A S I N G K AT
NAMA LENGKAP Heri Prasetyo NAMA PANGGILAN Hari Lentho TEMPAT/ TANGGAL LAHIR MALANG, 13 MEI 1967 PENDIDIKAN Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Surabaya, kini UNESA Sarjana Pendidikan Tari PENGALAMAN Penari, Penata Tari, Sutradara, Penulis Naskah dan Stage Manager, salah satu pendiri Dewan Kesenian Jawa Timur, penggagas Festival Cak Durasim, Surabaya Full Music, Festival Budaya Jawa Timur, Kahyangan Arts Festival, G-Walk Percussion Festival, Surabaya Dance Festival, Gebyar-Gebyar Surabaya, Surabaya Juang, Surabaya Percussion Festival (Superfest), Festival Tengger, Kalimas Night Festival, Perayaan Surabaya Topeng Muludan, Festival Kesenian Jawa Timur, East Java Specta Night Carnival, Sekolah Kebangsaan , koordinator Komunitas Pegiat Kebangsaan dan Surabaya Dance Collective, Komuntas Seni JatiSwara Indonesia serta jaringan kerja seni Satu Tujuan Arts Network.
untuk menjadikan saya sebagai dosen jurusan. Hanya saja naluri keseniman saya yang lebih kuat, saya hanya 1 tahun mengajar, lalu saya pamit untuk menjadi seniman hingga kini,” ungkapnya. Hampir semua karyanya menyentuh rasa, saat penikmat/ penonton tergugah inderanya, itulah pengalaman dia yang paling berkesan. Saat melihat penonton menyeka air matanya, lalu pulang membawa rasa untuk kemudian direnungkan, itulah pengalaman yang berkesan baginya. Hal lain adalah ia pernah diberi kesempatan untuk tampil di Festival Teater Toga Jepang dan belajar seni pertunjukan modern
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
Majalah Unesa
dari maestro teater dunia Tadashi Suzuki secara langsung. “Dunia penciptaan Tari semuanya indah dan mulia. Hampir tak ada duka. Karena sebagai seorang seniman, menebarkan sebuah nilai kebaikan guna memanusiakan manusia sebagai tujuannya adalah sesuatu yang tak dapat ungkapkan,” terangnya. Saat ini dia aktif di Sekolah Kebangsaan. Bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Kota Surabaya. Hal ini dia lakukan karena melihat semakin tipisnya nilai-nilai kebangsaan para pemimpin negeri ini. “Saya memfokuskan pendidikan Kebangsaan melalui kegiatan kebudayaan dengan sasaran pelajar di Jawa Timur terutama pengurus OSIS. Seperti melalui event Surabaya Juang dan Komunitas Pegiat Kebangsaan Jawa Timur,” paparnya. Sejak kecil, dia diajarkan tentang bertahan hidup oleh nenek dan ibu. Bekal yang sangat kuat itu adalah TEMEN BAKAL TINEMU. Di masa Sekolah Dasar, ada pengalaman hidup yang tidak dapat dia lupakan. Tatkala dia berniat melanjutkan sekolah SMP favorit di Kota, Kepala Sekolahnya yang memanggil dia saat upacara bendera dan dia dijadikan contoh bahwa dia adalah contoh manusia yang MEMILIH TEBU KELIRU SING BONGKENG. “Olokan itu baru saya sadari bahwa sejak kecil saya suka hal-hal yang berimajinatif atau berminpi, namun lecutan dipermalukan itu bisa saya buktikan segera kepada mereka, saya diterima di sekolah impian saya itu. Dan, sejak di SMP itu, saya mendapatkan kata-kata mutiara yang hingga kini saya gunakan sebagai semangat baru. Dimana ada kemauan di situ ada jalan. Bahkan, kata-kata mutiara para pahlawan yang tertera di dinding museum itu, seakan-akan jadi pembisik tajam dalam mengarungi kehidupan negeri yang selalu menemui ruang abu-abu ini. Kalau perjalananku hingga kini itu karena ada sebuah ke-YAKIN-an, KERJA KERAS dan DISIPLIN yang saya jalankan dalam mengerjakan sebuah pekerjaan serta mewujudkan impian,” pungkasnya. n (RUDI UMAR)
BINCANG TAMU DOSEN TAMU: Reiner Wolf bersama mahasiswa berfoto bersama usai kuliah umum tentang E-Commerce
Belajar dari Reiner Wolf
J
urusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Jerman, kedatangan tamu istimewa yang hadir sebagai dosen tamu. Dikemas dalam bentuk kuliah tamu, dosen khusus tersebut berbagi informasi tentang banyak hal berkenaan dengan Bahasa Jerman dan E-Commerce. Reiner Wolf namanya. Pria berusia 45 tahun ini berasal dari Offenburg, sebuah kota yang terletak berdekatan dengan Perancis dan Karlsruhe. Dan berikut bincang-bincang dengan Reiner Wolf. Apa kabar? Bisa sharing sedikit tentang diri Anda? Saya Reiner Wolf, usia 45, dari Offenburg, salah sebuah wilayah di Jerman yang berdekatan dengan negara Perancis dan Karlsruhe. Saya sudah empat tahun tinggal di Indonesia bersama istri yang berasal dari Kediri. Tapi kami menetap di Surabaya. Apakah hobi Anda? Saya memiliki beberapa hobi, antara lain segala yang berkait dengan internet, fitnes, dan berenang di laut. Saya sering berenang di laut terutama di Bali.
OLEH: DWI IMROATU JULAIKAH Apa kegiatan Anda di Indonesia? Di Indonesia saya adalah wiraswasta yang bergerak di bidang E-commerce. Saya berlatar belakang Ausbildung dalam 3 bidang yang berbeda, yaitu Ausbildung dalam bidang Kauffman, Ausbildung dalam bidang Industrie, dan ausbildung dalam bidang Keuangan. Masing masing Ausbildung itu ditempuh antara 3 saampai empat tahun. Apa makanan Indonesia favorit Anda? Saya sangat menyukai makanan Indonesia, terutama mie goreng, gadogado, pecel, dan steak. Bagaimana pendapat Anda tentang Surabaya? Adakah persamaan atau dan perbedaan dengan kota di negara Anda? Surabaya cukup menarik, warganya sangat ramah dan terbuka. Termasuk kepada orang yang baru dikenal. Itu yang sedikit berbeda dengan orang di Jerman. Sisi lain yang berbeda adalah tentang transportasi umum. Di kota besar seperti Surabaya ini banyak kemacetan. Tol di sini juga menurut saya juga unik. Kalau di
Majalah Unesa
Jerman orang bisa mengemudikan mobil sampai kecepatan 250 km per jam di jalan tol. Di sana motor pun bisa melewati jalan tol, yaitu motor-motor yang ber-CC besar. Sesuai bahasan dalam kuliah tamu, tentang E-commerce. Bagaimana dengan E-commerce di Indonesia, dan bagaimana prospeknya menurut Anda? E-commerce sebetulnya sedang dan semakin marak. Alasannya sederhana, karena dinilai lebih praktis. Efisien dalam waktu, memperkecil biaya transportasi. Misalnya saja, bila di Jerman saat belanja kita harus mondar-mandir ke mall, tentu harus mempertimbangkan bensin dan sebagainya, sebab tahu sendiri bensin di sana mahal. Solar saja dijual sekitar 1,8 Euro per liter. Sementara belanja online kita tidak memerlukan hal itu sehingga lebih efisien dan murah. Saya rasa ke depan penjualan online juga akan berkembabang dengan sangat pesat. Mengingat sekarang juga banyak toko dan aplikasi online yang disediakan, baik untuk kebutuhan harian maupun kebutuhan lainnya.n
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
23
KABAR
SM3T
LITERASI: Siswa dan guru di SMA Kobakhoma tampak antusias mengikuti program Literasi.
Geliat Literasi SMA Kobakhoma
P
enghujung jam ke 3-4 kali ini berbeda dari penghujung jam 3-4 pada hari yang sudah-sudah. Tepat 15 menit sebelum istirahat, kepala skop yang tergelantung di teras ruang guru dipukul. Guru-guru yang sedang mengajar serempak mengakhiri pelajaran dan meminta siswa-siswanya untuk bersiap-siap, berberes-beres, dan bergegas menuju kelas kelompok baca masing-masing, sesuai dengan pembagian kelas yang diumumkan pada apel pagi tadi. Segera pula setelah guru-guru pengajar meninggalkan kelas, guru-guru piket literasi datang dengan membawa setumpuk helaian bahan baca yang masih memendarkan hangatnya mesin printer. Hari ini adalah grand launching program literasi. Hari pertama dijalankannya program literasi di SMA Kobakma. Tindak lanjut dari usulan program belajar membaca dari power rangers SM-3T yang kemarin telah direstui kepala sekolah. Sebelumnya, pada Sabtu malam
24
OLEH Ikal Malis*
Hari ini adalah grand launching program literasi. Hari pertama dijalankannya program literasi di SMA Kobakma. Tindak lanjut dari usulan program belajar membaca dari power rangers SM-3T yang kemarin telah direstui kepala sekolah. lalu, SM-3T merapatkan program pendidikan yang akan dibuatnya. Dikti memang memberikan mereka tuntutan wajib untuk membuat program kependidikan dan nonkependidikan. Dalam rapat itulah Zaki mendapatkan ide untuk membuat kelas membaca bagi para siswa. Idenya kami beri nama literasi. Sedikit mencontek dari nama program milik Wali Kota Surabaya, the one and only Bu Risma. Ide itu kami berenam sambut dan mufakati tanpa banyak pertimbangan. Kami sama-sama tahu ide ini sangat sesuai dengan kebutuhan medan. Jika
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
Majalah Unesa
pelaksanaannya berhasil maka akan tamat sudah riwayat keluhan rutin para guru yang kesal dan jenuh pada kemampuan membaca dan menulis para siswa. Sekolah kami memang unik. Meskipun labelnya SMA, tetapi masih banyak siswanya yang gelagapan ketika membaca, bercucuran keringat ketika menulis, seakan-akan membaca dan menulis adalah siksaan berat bagi mereka. Dan mau tak mau, para guru juga terciprat imbasnya. Guru-guru mengeluh. Materi pelajaran yang bisa mereka berikan sangat kurang dari porsi yang seharusnya. Jam pelajaran juga banyak tersita. Keduanya termakan oleh toleransi waktu yang harus para guru berikan ketika siswa mencatat. That’s it. Mencatat. Jika membaca atau menulis bagi para siswa adalah sama beratnya dengan mendorong sebuah sepeda motor pada jalan menanjak berkemiringan 45 derajat, maka mencatat adalah sama beratnya dengan mendorong dua buah sepeda motor secara bersamaan, satu di kiri dan satu di kanan, pada jalan menanjak
KABAR SM3T berkemiringan 45 derajat. Kita samasama tahu kan kalau kegiatan yang namanya mencatat adalah produk kombinasi dari membaca dan menulis? Saya sering sampai bosan sendiri ketika duduk menunggui siswa-siswa mencatat penjelasan yang selesai saya berikan. Mencatat 5 baris saja bisa menelan waktu 10 menit, membaca tulisan di papan tulisnya 5 menit, menyalinnya 5 menit. Itupun hasil catatannya aduhai sekali. Butuh jam terbang yang tinggi untuk bisa menelaahnya. Ji.. pantas saja siswa malas mempelajari kembali catatannya di rumah. Ketika membaca maupun menulis, siswa-siswa kami juga sering menukar huruf-huruf dan bunyi-bunyi tertentu. Seperti N dengan NG, P dengan B, NG dengan NGG, J dengan Y, atau C dengan J. Kadang-kadang mereka juga menghilangkan atau mengubah huruf tertentu sekena udelnya. Berkat inisiatif mereka itu, para guru tidak asing lagi dengan tulisan berejaan kreatif seperti, Bungga, Kacan, Jagun, Pisan, Yeruk, Jalang-jalang, Ancin, Taru, Suda, Pakean, dll. Dan itu masih dalam bahasa Indonesia. Terbayangkah bagaimana jadinya tulisan mereka dalam pelajaran saya? Pelajaran bahasa Inggris? Jangan dibayangkan, karena saya juga tidak sanggup membayangkan alangkah ekstrimnya kekacauan yang bisa mereka perbuat. Maka dari itulah sejak awal saya merancang pelajaran bahasa Inggris untuk memaksimalkan penguasaan lisan dan pendengaran saja. Urusan menulis dan membaca tidak pernah saya paksakan. Saya yang bodoh kalau sampai kedua hal itu saya paksa-ajarkan. Kekurangan para siswa itu, menurut ibu-ibu guru, karena pengaruh bahasa daerah. Masuk akal juga, karena dalam bahasa Gem bunyi G memang miripmirip NGG. Tapi saya rasa penyebab utamanya bukan karena bahasa daerah. Namun lebih kepada amat kurangnya referensi para siswa akan tulisan baku. Sedari kecil, mereka tidak punya buku-buku bacaan yang memberitahukan ejaan yang benar. Mereka mungkin masih bisa mengadu pada buku paket, tapi sayang, karena jumlahnya yang terlalu terbatas maka
Demi mengoptimalkan keefektifan literasi, kami membagi para siswa dalam tiga kelas baca. Kelas A, B , dan C. Klasifikasi level membaca yang diwakili setiap huruf kapital penanda kelas adalah sama persis dengan sistem penilaian ujian mahasiswa. buku paket sekalipun hanya bisa siswa sentuh ketika berada di sekolah, itupun kalau ada guru yang mengajar. Jadi, dalam situasi demikian, para siswa hanya bisa lari pada buku-buku tulis yang mereka punyai, atau pada buku tulis milik teman-teman mereka, yang mana keduanya sama-sama sesak dengan ejaan-ejaan yang semrawut. Dari sanalah kami merasakan perlunya membenahi kemampuan berbahasa para siswa. Kami, power rangers bujangan Jawa, sepakat untuk mengamplas mata dan lidah siswa terlebih dahulu. Baru seterusnya memantau apakah perkembangan pada kemampuan membaca siswa akan merembes pada jarijemari mereka dan meningkatkan kegemulaian dan kegesitan mereka ketika mengayun-ayunkan ujung pulpen di atas lembar-lembar buku catatan. Demi mengoptimalkan keefektifan literasi, kami membagi para siswa dalam tiga kelas baca. Kelas A, B , dan C. Klasifikasi level membaca yang diwakili setiap huruf kapital penanda kelas adalah sama persis dengan sistem penilaian ujian mahasiswa. Kelas A. Kemampuan cukup, kelancaran dalam membaca cukup memuaskan, kecepatan membaca normal, masih ada bunyi huruf yang tertukar, belum paham fungsi tanda baca. Guru piket literasi yang SM-3T pilihkan adalah Widi dan Pak Frans. Juga Zaki dan Fajar jika mereka sedang tidak ada jadwal mengajar di SMP. Kelas B. Kemampuan mendekati cukup, kelihaian lidahnyanya sudah lumayan, tapi kecepatan membacanya masih perlu dikasihani, juga agak sering menukar bunyi huruf tertentu, dan belum kenal ciptaan Tuhan yang namanya tanda baca. Guru piket literasi untuk kelas ini adalah Pak Sirait, Bu
Majalah Unesa
Athena, dan saya. Kelas C. Kemampuan memprihatinkan, masih sering mengeja, kecepatan membaca di bawah standar kelas B, keseringan salah mengenali huruf, tanda baca diterjang tanpa ampun. Guru piket literasi yang beruntung menjadi pendamping kelas ini adalah Bu Lina yang lulusan D3 PGSD, Bu Joli yang keibuan dan sabar, dan Susilo. Dengan segenap kesabaran, para Guru literasi membagi lima belas menit yang berharga ke dalam dua sesi. Sesi pertama mengajarkan kembali bunyi yang benar dari 26 alfabet, juga kombinasi huruf seperti NG, NY,dan NGG. Lalu pada sesi kedua, membaca bahan baca hangat yang tadi didekap para guru sebelum masuk kelas. Bahan baca yang kami berikan pada saat literasi adalah teks-teks yang sebagian menghibur dan sebagian informatif. Separuh adalah cerita rakyat dari berbagai daerah dan negara, sedangkan separuh lainnya adalah artikel pengetahuan umum dari wikipedia. Keduanya kami dapatkan melalui browsing menggunakan ponsel, lalu save page, dan mengetik ulang di laptop. Menggunakan bacaan-bacaan itu, para guru meminta siswa membaca bergantian. Di saat yang sama guru-guru membetulkan kesalahan-kesalahan yang mereka buat. Persis seperti pelajaran mengaji buku Iqra’ jilid 6. Kecuali kelas C yang mungkin masih bolak balik antara iqra’ jilid 3 dan jilid 2. Layaknya tak ada jalan yang tak berkerikil. Pelaksanaan Literasi di SMA Kobakma juga tidak semulus pipi perawan. SMA Kobakma selalu punya kejutan-kejutan sengak untuk para gurunya. Terutama untuk para power rangers. Para siswa kami, tidak pernah miskin kreativitas dalam menguji kesabaran kami. Suatu hari, beberapa anggota kelas C ngotot minta dinaikkan ke kelas B. Alasannya karena merasa sudah bisa membaca. Oh please‌ Ingin rasanya saya merekam keindahan tata baca mereka, lalu memutarnya keras-keras di hadapan semua penduduk Mamberamo Tengah, kemudian mengadakan voting penentuan kelas bagi siswa-siswa ngotot itu. Apa mereka pikir
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
25
KABAR
SM-3T
hidung para guru tidak cukup tajam untuk mencium alasan sebenarnya dari protes mereka itu. Kami tahu mereka hanya tak kuat malu karena dimasukkan dalam kelas paling dasar. Tegangan gengsi siswa kami memang selalu susah diturunkan. Entah waktu kecilnya mereka pernah dicekoki jamu apa. Di lain pihak, kelas A juga berulah. Kebanyakan siswa kelas A mulai congkak. Terutama yang berasal dari kelas sebelas IPA yang terlanjur nyaman dengan predikat ‘paling pintar di sekolah.’ Lagaknya ketika diajar literasi benar-benar bikin naik pitam. Pernah sekali saya studi banding ke kelas A. Ketika itu Widi sedang mengajar literasi. Sungguh keterlaluan. Tidak senonoh. Sebagian besar siswa memasang wajah menyepelekan. Seakan-akan level membaca mereka sudah setinggi langit. Bahkan sesekali saya mendengar suara decapan bibir siswa ketika Widi sedang menerangkan bunyi huruf. Kesabaran saya rontok melihat polah para siswa yang sungguh tidak berimbang dengan kemampuan mereka yang sebenarnya. Kalau siswa sudah sombong begitu, giliran Pak Frans yang balik mempermalukan mereka. Pak Frans akan meminta mereka membaca kata “mengembangkan” sampai lafalnya betul. Pucat pasilah mereka ketika “dikerjai” demikian. Sampai puluhan kali mengulangpun tak akan bisa benar cara ucap mereka. Sampai lidah keseleo, tenggorokannya kering, dan nafas tersisa satu-satu, tak kan mampu mereka menaklukkan satu kata keramat itu. Kata MENGEMBANGKAN terlalu kompleks dengan kelemahankelemahan siswa. Silahkan diimajinasikan sendiri bagaimana perjuangan siswa mengucap MENGEMBANGKAN ketika mereka masih kerap menukar bunyi huruf N dengan NG, NG dengan NGG, serta belum fasih betul membedakan tiga variasi bunyi E seperti dalam kata emas, edan, dan elit. Tahu sendiri kan kalau anak-anak Papua kebanyakan menyama ratakan ketiga varian bunyi E dengan bunyi E pada kata ‘edan’. Kalau sudah dibegitukan, barulah siswa-siswa kelas A mau sedikit bertobat. Mau agak menurut kepada pengasuh kelasnya. Untunglah siswa-siswa yang menjadi
26
tanggung jawab saya, yakni kelas B, lakunya kalem-kalem saja. Santun ketika dikoreksi, juga tidak pernah macam-macam minta dinaikkan kelasnya. Soalnya saya dan Pak Sirait tidak pernah bosan mempermainkan mereka yang gelagatnya mulai anehaneh dengan cara memaksa mereka berkumur dengan seluruh kata-kata yang tidak bisa mereka ucapkan. Tentu saja dalam porsi yang menekan mental. Bulan Maret 2015. Para Guru bergembira. Para siswa mulai mempertontonkan kemajuannya dalam membaca. Rambu-rambu baca, terutama koma dan titik, mulai mendapatkan kehormatannya. Siswa sudah tahu kapan berhenti sejenak dan
Apa dia bilang? 10 menit per hari? Tidakkah pernah dipertimbangkannya betapa singkat 10 menit itu? Menghapus papan tulis dan menggiring siswa masuk kelas saja paling tidak butuh 5 menit. Lalu lima menit sisanya itu cukup untuk apa? kapan berhenti total. Bunyi huruf N, NG, J, Y, C, P, B, G, dan NGG juga mulai lebih jarang diselewengkan. Kemudian yang paling mengesankan bagi saya adalah kemajuan Herlina Elaby dari kelas B, dari yang semula benar-benar tidak bisa membedakan cara membuat suara N dan NG tapi kini sudah lihai. Tapi sayang, kegembiraan kami tidak berlangsung lama. SMA Kobakma tetaplah SMA Kobakma. Tak pernah kekurangan kejutan manis untuk SM3T. Suatu hari, masih di bulan Maret itu, ‘seorang petinggi sekolah’ bikin ulah lagi. Kita sebut saja dia ‘mawar’ supaya saya tidak kena tuntut. Tiba-tiba Mawar usul agar program literasi dipersingkat jam tayangnya. Sepuluh menit saja per hari. Usulnya secara pribadi, kepada saya dan beberapa teman SM-3T. “Siswa-siswa bilang jam istirahatnya kurang.” Katanya. Waktu itu saya baru saja mau masuk kantor setelah mengajar. Apa dia bilang? 10 menit per hari? Tidakkah pernah dipertimbangkannya betapa singkat 10 menit itu? Menghapus
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
Majalah Unesa
papan tulis dan menggiring siswa masuk kelas saja paling tidak butuh 5 menit. Lalu lima menit sisanya itu cukup untuk apa? Untuk mengulang bunyi huruf pertemuan sebelumnya saja tidak cukup. Tidakkah sedikit saja dia memikirkannya. Dengan 15 menit per sesi saja masih makan waktu satu semester untuk bisa melihat kemajuan siswa. 10 menit per sesi? Mending tidak usah sekalian. Jam istirahat apanya yang kurang? Para siswa sudah istirahat satu setengah bulan penuh pada liburan akhir semester lalu. Si Mawar itu. Padahal dia yang paling tahu model siswa-siswa kami. Dia kan sudah paham benar kalau anakanak baru akan puas jika istirahatnya diperpanjang sampai kiamat. Itu sudah sifatnya anak sekolah dari penjuru mana pun di seluruh dunia. Tapi Mawar juga tetap Mawar. Mau kami bilang tidak setuju pun percuma. Dia itu. Kalau dia bilang A maka semua harus bilang A. Tanpa peduli sekonyol apa pun A itu. Kekuasaan Mawar absolut. Guru-Guru lain sudah terbiasa terpaksa mengiyakan apapun yang dimaunya. Malas ribut. Begitu juga kami peserta SM-3T. Di sini kami sudah biasa membungkam hati nurani. “Ya kalau mereka maunya begitu ya tidak apa-apa. Sekalian kita tidak usah capek-capek literasi. Biar mereka puas.” Saya mengiyakan Mawar. Saya mengatakan itu sambil berlalu pergi, meninggalkan Mawar yang masih berdiri, bersandar santai di ambang pintu kantor guru. Dia ingin pohon literasi yang sudah kelihatan bakal buahnya di potongi dahan-dahannya. Biar saya gergaji batangnya sekalian. “Sepuluh menit. Nangkon (malas). Buat apa. Lusa, dia akan potong lagi itu jadi sepuluh detik.” Sejak hari itu, tidak ada lagi literasi. Namanya memang masih ada, tidak dihapus. Masih tertera di jadwal-jadwal yang tertempel di tiap kelas. Tetapi sudah tidak ada lagi guru piket yang masuk kelas baca sebelum istirahat. Literasi cuma tinggal warungnya saja. Penjualnya sudah pada minggat. “Siswanya cuma sedikit.” Begitulah saya berkilah ketika sekali-sekali Mawar menanyakan kenapa tidak ada literasi.n Penulis adalah Peserta SM3T angktan ke-4 .
KABAR MANCA
PESONA: Tulip di depan salah satu landmark utama kota Istanbul (Hagia Sophia).
MELIHAT GELIAT EKONOMI TURKI DARI GRAND BAZAAR
SETENGAH MATI CINTA
PRODUK DALAM NEGERI Oleh Helmi Abidin*)
GRAND BAZAAR MERUPAKAN SALAH SATU PASAR TERTUTUP TERTUA DI DUNIA YANG MASIH KOKOH. PASAR INI DIBANGUN OLEH SULTAN FATIH PADA TAHUN 1463. MESKI TELAH BERUSIA RIBUAN TAHUN, MASYARAKAT TURKI MASIH MELESTARIKANNYA SEBAGAI TEMPAT MENJUAL BARANGBARANG KERAJINAN KHAS TURKI DARI BERBAGAI PELOSOK NEGERI.
A
pril di Turki masuk musim semi. Musim yang identik dengan cuaca cerah. Suhu udara sejuk. Turis mancanegara ramai memadati taman-taman kota Istanbul. Ada festival tulip tahunan yang diselenggarakan pemerintah kota Istanbul sejak sebelas tahun lalu. Musim semi kali ini tidak seperti biasanya. Jumlah turis yang memenuhi taman utama kota Istanbul tidak begitu ramai seperti tahun sebelumnya. Banyaknya turis mancanegara yang membatalkan kunjungan ke Istanbul
karena berbagai isu keaamanan yang sempat menodai image Istanbul sebagai destinasi utama kota tujuan turis nomor tiga di Eropa setelah Paris dan London. Sejak 2015, jumlah turis yang berkunjung ke Istanbul lebih dari 12 juta setiap tahun. Turki menjadi negara paling banyak dikunjungi turis nomor lima di dunia dengan jumalah 38 juta turis setiap tahun. Coba bandingkan dengan Indonesia yang hanya menerima sekitar 9,8 juta turis pertahun. Industri pariwisata Turki merupakan aspek utama penyumbang pendapatan negara sebesar hampir 20 persen.
Majalah Unesa
Istanbul sendiri menjadi destinasi utama turis dari berbagai negara ke Turki karena menyimpan banyak tempat bersejarah penting masa kebesaran tiga peradaban, yakni Bizantium, Romawi, dan Islam. Sektor pariwisata Turki tergolong sangat maju ditopang sarana prasarana yang sangat modern. Industri pariwisata merupakan industri yang mampu menggerakkan hampir seluruh sektor usaha mulai dari jasa transportasi, tempat tingga/hotel, makanan/restoran, hingga usaha kecil menengah. Melalui sektor pariwisata, Turki mampu membangun sarana prasarana publik seperti jalan,
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
27
KABAR MANCA
BAZAR: Berbagai macam buah-buahan dan sayuran segar yang dapat dijumpai di Bazar.
transportasi umum, bandara, pelabuhan hingga mencapai kemajuan seperti saat ini. Kunci utama keberhasilan Turki dalam membangun sektor pariwisata adalah keseriusan pemerintah pusat dan daerah dalam membangun sarana perasana penunjang bagi turis untuk mengakses lokasi wisata dengan mudah tanpa ada kesulitan berarti. Selain dukungan pemerintah dalam pembangunan sarana infrastruktur yang modern, peran masyarakat Turki juga sangat besar. Umum diketahui bahwa orang Turki dikenal sebagai masyarakat pekerja keras dan tekun dalam berwirausaha. Kemeriahaan Grand Bazaar Jika anda berkesempatan mengunjungi kota Istanbul, anda akan takjub ketika menjumpai banyak bazar tua yang masih tetap berdirih kokoh dan ramai meskipun telah berusia ratusan
bahkan hampir seribu tahun di tengah himpitan pusat-pusat perbelanjaan modern. Grand Bazaar merupakan salah satu pasar tertutup tertua di dunia yang masih kokoh (dibangun oleh Sultan Fatih pada tahun 1463). Di tempat itu akan dijumpai banyak barang-barang kerajinan khas Turki yang dijual dari berbagai pelosok Turki. Misalnya, lampu hias tradisonal, karpet buatan tangan, gelas-gelas cantik, dan keramik hingga berragam cindera mata buatan pengrajin masyarakat lokal dari seluruh Turki. Selain Grand Bazaar, masih ada banyak bazar-bazar yang dijumpai di pelosok Turki. Selama menetap di Turki sejak tahun 2011, saya sempatkan sesekali berjalan-jalan ataupun berbelanja di bazar untuk membeli aneka kebutuhan sehari-hari mulai dari kebutuhan bumbu dapur hingga baju banyak dijumpai di bazar dengan harga yang sangat terjangkau. Masyarakat Turki sebenarnya terbiasa berbelanja di bazar daripada di mal karena mereka bisa melakukan tawar menawar dengan pedagang dan sekalian bisa berinteraksi secara langsung. Biasanya, bazar sangat ramai pada akhir pekan Sabtu dan Minggu. Masyarakat Turki dikenal sebagai masyarakat yang cukup konservatif dalam memilih barang yang akan dibeli. Mereka tidak akan langsung membeli barang meskipun harganya murah namun bukan buatan Turki. Masyarakat Turki lebih suka produk dalam negeri dengan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan membeli produk buatan luar negeri meskipun harganya lebih murah. Kebiasaan ini yang membuat pondasi ekonomi masyarakat bawah Turki kuat. Selain itu, masyarakat Turki dikenal sangat ramah dan hangat
ICON: Salah satu sudut Grand Bazaar Istanbul, dijumpai banyak barang dagangan mulai dari perhiasan emas hingga prabot rumah tangga. Dan, Aneka jenis makanan dijual di Bazar mulai dari sayuran, buah-buahan hingga rempah-rempah.
28
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
Majalah Unesa
terhadap warga asing yang berkunjung. Ada hal unik ketika berkunjung ke bazar untuk kali pertama. Misalnya, ada beberapa penjual yang usianya masih anak-anak. Meski masih anakanak, ternyata mereka cukup pandai memberikan harga kepada pembeli. Saya yang notabene orang asing merasa heran karena masyarakat Turki sudah terbiasa mengajari anak-anak mereka bekerja paro waktu baik di bazar maupun di kedai-kedai makanan. Mereka belajar menjadi pedagang sejak usia dini. Yang menakjubkan, meski membantu bekerja, mereka tak pernah meninggalkan sekolah. Pemerintah Turki, sebenarnya memberikan fasilitas bebas uang sekolah bagi warga yang bersekolah di negeri dari jenjang sekolah dasar hingga strata tiga atau S3. Namun, masyarakat Turki umumnya lebih memilih hanya sekolah hingga srata satu atau sekolah menengah dan langsung bekerja sebagai wirausaha. Melalui tulisan pendek ini saya ingin berbagai pengalaman kepada pembaca bagaimana masyarakat Turki bersamasama dengan pemerintah membangun negerinya sehingga mencapai kemajuan dan jiwa berwirausaha masyarakatnya yang tertanam sejak dini. Serta bagaimana masyarakat Turki lebih memilih membeli barang buatan negerinya meskipun dengan harga yang lebih tinggi dan juga tetap melestarikan berbelanja di bazar yang usianya sudah ratusan tahun. n *)Penulis adalah alumni Pendidikan Geografi Unesa angkatan 2004. Menyelesaikan S-2 Management Disaster di Istanbul Technical University, Turkey. Kini, sedang mencari peluang untuk lanjut studi S3 di Turki juga.
SEPUTAR UNESA
Kuliah Umum Bahasa Jerman
KULIAH: Frau Marie saat presentasi di hadapan mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Jerman Unesa.
B
elajar bahasa tidak afldol kalau tidak belajar kebudayaan bahasa. Untuk itulah, kuliah umum dengan materi Deutsche Feste und Bruche – Feste und Traditionen diselenggarakan jurusan Bahasa Jerman pada Selasa, 1 Maret 2016 lalu. Narasumber yang dihadirkan dosen
bule dari Jerman, Frau Marie. Selama 1,5 jam mahasiswa bahasa Jerman mendapatkan paparan budaya populer dan perayaan di Jerman dari bulan Januari hingga akhir Desember. Tak hanya penjelasan saja, Frau Marie juga menayangkan beberapa video yang berkaitan dengan pelajaran yang disampaikan. Frau memaparkan bahwa perayaan keagamaan di Jerman lebih didominasi perayaan agama Kristen dan Katolik karena mayoritas agama yang berada di Jerman adalah Kristen dan Katolik. Perayaan yang berhubungan dengan agama seperti ostern (hari paskah), karfreitag (Jumat agung), weihnachten (natal), dan sebagainya. Perayaan keagamaan itu menjadi sangat dominan dan meriah di setiap jalanan di negara Jerman. Mayoritas perayaan keagamaan hampir sama dengan di Indonesia, tapi karena beda negara, tentu ada yang sedikit berbeda pada cara merayakannya. Misalnya perayaan natal atau weihnachten, di Jerman sudah dirayakan beberapa minggu sebelum tanggal 25 Desember, bahkan kuekue khas juga harus disediakan selama bulan natal. Para mahasiswa yang beragama Kristen atau Katolik saling bertukar cara merayakan perayaan tersebut dengan dosen native speaker dari Jerman dalam bahasa Jerman. Tak hanya perayaan agama saja, perayaan umum lain di Jerman juga ada, seperti oktoberfest, silvester, dan karneval. Selain dijelaskan perayaan yang populer di Jerman, Frau Marie juga menjelaskan berbagai keperluan selama perayaan dan ucapan-ucapan yang sering diucapkan oleh masyarakat Jerman untuk menandai perayaan tersebut.n (CHIKITA)
Pelatihan Jurnalistik & Fotografi FBS
F
akultas Bahasa dan Seni Unesa menggelar Pelatihan Kepenulisan Jurnalistik dan Fotografi pada Jumat, 18 Maret 2016 di Auditorium Prof. Dr. Leo Idra Ardiana. Pelatihan diikuti delegasi dari setiap jurusan yang ada di FBS. Pelatihan tersebut merupakan cikal bakal dari terbentuknya tabloid FBS yang digagas mulai tahun ini. Fafi Innayatillah, S.Pd, M.Pd., panitia pelatihan mengatakan bahwa pelatihan tersebut memang ditujukan sebagai proses awal cikal bakal tabloid FBS yang rencananya akan terbit tahun ini. oleh karena itu, antusiasme mahasiswa FBS cukup tinggi untuk mengikuti pelatihan tersebut dan bergabung dengan tim tabloid FBS. “Pelatihan ini tidak hanya sekali, tapi, tiga kali dalam setahun,� terang Fafi.
Dalam pelaksanaannya. FBS bekerja sama dengan harian Surya. Musahadah, salah seorang pemateri menulis berita mengaku senang melihat antusiasme mahasiswa dalam pelatihan jurnalistik. Ia juga memberikan beberapa tips dalam menulis terkait dengan insting seorang jurnalis yang dapat memilih
Majalah Unesa
angle terbaik dalam menulis berita. Materi fotografi juga tak kalah serunya. Para mahasiswa yang hobi foto, tak mau ketinggalan belajar bagaimana cara mengambil gambar dengan angle yang tepat dan menghasilkan kualitas gambar yang bagus dan menarik.n (BAYU/ISMI)
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
29
SEPUTAR
UNESA
Debat Calon Kahima PLB
H AKREDITASI: Para asesor bersama pejabat dekanat FIK berfoto bersama usai proses vistasi.
Prodi Teknologi Pendidikan Tingkatkan Akreditasi
impunan Mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) menadakan debat dialogis calon kahima dan wakahima PLB periode 2016 di Auditorium PLB Gedangan Sidoarjo, pada Rabu (17/03/2016). Debat dialogis tersebut mengusung tema “Mewujudkan Pemira yang Selektif, Sportif, Demokratis, dan Anti Golput”. Dra. Hj Endang Purbaningrum, M.kes, ketua jurusan PLB dalam sambutannya memaparkan bahwa peran HMJ sangat membantu bagi jurusan. Itu dibuktikan dengan berbagai prestasi yang telah ditorehkan HMJ periode sebelumnya, di antaranya juara umum MTQ tingkat fakultas, juara umum pekan olahraga se-fakultas, dan juara 1 mahasiswa berprestasi Fakultas Ilmu Pendidikan. Endang berpesan, agar mahasiswa mampu mencarih pemimpin yang jujur dan amanah agar mampu menjalankan organisasi dengan baik dan menjadikan HMJ PLB lebih baik lagi ke depan. Debat diikuti oleh duan kandidat pasangan calon kahima dan wakahima PLB periode 2016, Mereka adalah pasangan nomer urut 1, Muhammad Ulul Albab dan Hadziq Nur Humaidi dan pasangan nomer urut 2, Eka Boma Anggara dan Hudan Fajar Rohmatillah. Masing-masing kandidat, memaparkan program-program unggulan masing-masing untuk meyakinkan para mahasiswa yang akan memilihnya.n (AZIZ)
P
rogram Studi Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) kedatangan Tim Asesor Akreditasi dari BAN-PT dalam rangka visitasi akreditasi pada Kamis, (10/03/2016). Pertemuan bertempat di ruang sidang FIP dan Prodi Teknologi Pendidikan dihadiri Prof. Dr. Sugiyono, M.Pd dan Dr. Darmansyah S.T, M.Pd. sebagai penilik. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan akreditasi prodi Teknologi Pendidikan. Hal-hal yang dinilai dalam peningkatan akreditasi adalah visi dan misi dari lembaga itu. Visi dan misi tersebut diperlukan sebagai indikator untuk mencapai tujuan yang pasti. Visi dari Fakultas Ilmu Pendidikan adalah “Unggul dalam Ilmu Pendidikan dan Kukuh dalam Keilmuan”. Visi tersebut diikuti oleh misi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi dari Fakultas Ilmu Pendidikan. Akreditasi program studi dalam perguruan tinggi melalui dua tahap. Tahap pertama adalah penilaian terhadap borang dan atau portofolio program studi/institusi, beserta lampiran-lampirannya melalui pengkajian “di atas meja” (desk evaluation). Tahap selanjutnya yakni penilaian di lapangan (visitasi) untuk validasi dan verifikasi hasil desk evaluation atau penilaian di tempat kedudukan program studi/institusi. Visitasi terkait tiga hal yang harus dinilai, yaitu wawancara langsung dengan kaprodi (ketua program studi) dan sekprodi (sekretaris program studi), dosen, dan alumni/ mahasiswa. Dari hasil wawancara tersebut akan didata oleh para asesor, yang kemudian jawaban dari mereka mampu menjadi indikator peningkatan akreditasi dari prodi tersebut.n (VIYKI/SHAFI/PIF)
30
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
FIP Gelar Lomba Debat Bahasa Inggris
D
alam rangka mempersiapkan diri menuju lomba debat bahasa Inggris tingkat universitas, Fakultas Ilmu Pendidikan melakukan persiapan dengan menggelar lomba debat bahasa Inggris mahasiswa tingkat Fakultas. Kegiatan dilaksanakan di auditorium Gedung O1 Lantai 3 FIP. Sebanyak 26 mahasiswa perwakilan dari seluruh jurusan dan program studi di FIP ikut ambil bagian pada kegiatan yang diadakan pada Rabu, (16/03/2016). Lomba tersebut dihadiri juri-juri kompeten di bidangnya. Mereka adalah Gusti Nur Hafifah, S.Pd., M.Pd dari Universitas Muhamadiyah Surabaya dan Ulhaq Zuhdi, S.Pd., M.Pd dari Universitas Negeri Surabaya. Lomba debat dibuka oleh Drs. Heru Siswanto, M.Si, Pembantu Dekan III FIP. Isu yang diperdebatkan mengenai pro kontra pelegalan LGBT di Indonesia dan tentang penghapusan uang SPP perkuliahan. Hasilnya, juara 1 diraih Hanggara Sakti jurusan BK. Juara 2 diraih Muhammad Fajrul Hadi prodi TP. Juara harapan 1 diraih Islah Isrofana Fitriah jurusan PLB. n (SHAFI/LESTARI/PIF)
Majalah Unesa
SEPUTAR UNESA
FIK Kerja Sama dengan Liverpool John Moores University
F
akultas Ilmu Keolahragaan (FIK) kembali menjalin kerja sama internasional. Kali ini, yang menjadi mitra kerja sama internasional adalah Liverpool John Moores University (LJMU). Jumat, 4 Maret 2016, Mr. Alek Lee bersama tims ports science degrees bertemu
langsung dengan Dekan FIk Unesa , Prof. Dr. H. Nurhasan, M.Kes di ruang rapat dekan DIK. Setelah sambutan dan pengenalan, acara yang berlangsung selama 1.5 jam tersebut dilanjutkan pembahasan sektor kerja sama pendidikan, di antaranya pertukaran dosen dan
mahasiswa, pembuatan jurnal internasional, join research, short Course, dan Phd Candidate. Selain itu, pihak LJMU juga berencana mengisi sebagai pembicara dan atau pemateri dalam Workshop, Seminar Nasional dan Internasional. “Mungkin juga diadakan kerja sama double degree dengan komposisi studi satu tahun di sini (Unesa) dan 1 tahun di sana (LJMU) untuk program master (S2). Tapi, itu masih dalam perintisan,” ujar Nurhasan. Untuk program double degree S1 masih dalam proses penjajakan, namun S1 bisa mengikuti program student exchange. Sebelumnya, FIK juga mendapatkan kunjungan kerja sama dari Malaysia dan Denmark. Bagi Nurhasan, kerja sama internasional sangat penting untuk meningkatkan mutu SDM Unesa bagik dosen maupun mahasiswa agar memiliki wawasan internasional menyikapi era MEA ini. n(EMIR/LINA)
AUE Perkenalkan Kampus ke Mahasiswa MIPA
U
sai bersilahturahmi dengan jajaran petinggi universitas dan beberapa dosen dari bahasa Jepang Unesa, Aichi University of Education mempromosikan universitasnya kepada mahasiswa FMIPA Unesa. Kegiatan digelar pada Selasa (8/3/2016) mengundang mahasiswa angkatan 2013 seluruh jurusan/prodi di FMIPA untuk mendapatkan info menarik berkuliah di AUE. Sekitar 100 mahasiswa berkumpul di Auditorium Slamet Dajono Gedung FMIPA lantai 3 untuk memperoleh arahan dan informasi tentang Jepang maupun AUE. Pembicara yang akan menyampaikan informasi tentang AUE adalah Kenji Iwamatus Ph.D., Yoshitaka Kozuka Ph.D., dan Doki Kazuhiro Ph.D., serta salah satu dosen jurusan bahasa Jepang yang bertugas sebagai penerjemah. Pertama, mahasiswa diberikan gambaran tentang Aichi University of Education melalui pemutaran video. Selanjutnya, dibuka sesi tanya jawab antara mahasiswa dengan pihak AUE. Mahasiswa yang ikut dalam acara perkenalan kampus terlihat antusias dengan serangkaian pertanyaan tentang Aichi University of Education. Mulai dari info pendaftaran, biaya kuliah, jurusan serta fasilitas di AUE, dan biaya hidup jika nanti bisa kuliah di sana. Di sisi lain, mahasiswa juga tertarik dengan pengalaman
Anisa Arbawati, alumni mahasiswa Tata Boga Unesa yang mendapat kesempatan bisa mengikuti pertukaran pelajar di Jepang. Hal ini selaras dengan pertanyaan salah satu mahasiswa Fisika angkatan 2013 yang mempunyai keinginan bisa mengikuti program summer school di sana. Dalam kasus tersebut, Yoshitaka Kozuka menerangkan bahwa summer school di AUE tidak dipungut biaya. “Untuk summer school tidak dipungut biaya, hanya saja harus membayar sendiri biaya tiket PP pesawat dan penginapan selama 7-10 berada di Jepang,” ujarnya. n (SURYO)
Majalah Unesa
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
31
SEPUTAR
UNESA
FISH Kuliah Umum Bersama Prof. Sahetapy
P
rodi Hukum Universitas Negeri Surabaya , menggelar kuliah umum di gedung I6 Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH) pada Kamis, 24 Maret 2016). Kuliah umum yang mengusung tema “carut marut penegakan hukum di Indonesia” itu menghadirkan pakar hukum nasional Prof. Dr. Jacob Elfinus Sahetapy SH., MA. yang merupakan Guru Besar dari Universitas Airlangga Surabaya. Di hadapan mahasiswa hukum dan PPKn Unesa, Prof. Sahetapy memaparkan bahwa penegakan hukum di Indonesia yang masih carut marut disebut legislative miskabel. Untuk mengatasi carut marut hukum di Indonesia, lanjut Prof. Sahetapi membutuhkan waktu satu generasi atau 25 tahun paling cepat. “Di Indonesia, tidak ada shame culture seperti di Jepang atau guilt culture seperti di Eropa. Faktanya, meskipun sudah diajarkan oleh agama bahwa nyontek, korupsi dan pelanggaran lain tidak diperbolehkan, tapi tetap saja dilakukan tanpa ada rasa malu,” terang Sahetapy. Lebih jauh, Prof. Sahetapy memaparkan, perlu dipahami bahwa hukum merupakan subjek yang paling luas
dan tidak terlihat. Pada akhirnya, yang dapat terlihat adalah sistemnya, apakah ada atau tidak melalui oknum penegakan hukum. “Yang perlu diperhatikan adalah, yang carut marut itu hukumnya atau orangnya. Sebab, kejujuran adalah tetap kejujuran, tinggal bagaimana mengaplikasikannya,” pungkasnya. n(ILMI)
DEMOKRASI: Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Sosiologi saat menggelar Pemira di kampus Ketintang.
Hima Sosiologi Gelar Pemira 32
H
impunan Mahasiswa (hima) jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, pada Kamis, 17 Maret 2016 menggelar pemilu raya untuk memilih ketua dan wakil ketua hima periode 2016-2020. Para mahasiswa nampak antusias dan rela mengantri untuk memilih kandidat pilihan mereka.Pemira berlangsung mulai pukul 07.00 hingga 13.00. Ada dua kandidat yang mengikuti pemira jurusan Sosiologi. Salah satu kandidat Kahima dari Sosiologi nomor 01 mengaku bahwa menjadi kandidat
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
Majalah Unesa
merupakan hal yang tidak didugaduga karena kepercayaan dari temanteman “Awalnya, saya tidak percaya jika diberi amanah dari teman-teman untuk menjadi calon Kahima,” ungkap Arif kandidat nomer 1 dari program studi Sosiologi. Pada prosesi pemilihan kahima, kandidat nomor dua, pasangan M. Mukhibuddin Niam dan Mutiara Aldika Nurfatimah berhasil unggul dengan jumlah suara 104. Sementara pasangan nomor 1 mendapatkan 79 suara.n (UM)
SEPUTAR UNESA
Target Juara, Tim Bima Cakrawangsa Rutin Latihan
U
ntuk menjadi mekanik handal, diperlukan kerja keras dan latihan terus-menerus. Itulah yang sedang digalakkan tim mobil listrik Bima Cakrawangsa Unesa. Rabu (15/3/2016) malam, sekitar pukul 18.30 sampai 21.30 WIB, tim asuhan Ir. H. Dwi Heru Sutjahjo, M.T. tersebut mengadakan pelatihan perakitan mobil. Pelatihan yang
sekaligus jadi ajang perkenalan penggawa baru tim ini diadakan di labolatorium bahan bakar, gedung A8 lantai 1. Sebanyak 25 anggota semuanya adalah mahasiswa Teknik Mesin dari angatan 2013, 2014, dan 2015 itu nampak serius mengikuti pelatihan bertopik rancang desain prototype mobil hemat energi itu. Beberapa materi dibahas dalam pelatihan, dipandu oleh personel senior angkatan 2012 dan 2009. Materi yang bahas mulai tahap merancang bodi kendaraan menggunakan software solidwork dan inventor. Pelatihan dilanjutkan pembahasan tentang pembuatan body kendaraan dari bahan resin dan fiberglas. Selain itu, peserta juga diajak meriset pembuatan rangka kendaraan berbahan komposit nonlogam yang dewasa ini merupakan inovasi terbaru kendaraan. Muayat Khoirun Nafis, ketua tim robot Bima Cakrawangsa mengatakan, pelatihan ini penting untuk melatih anggotaanggotanya agar terasah keterampilannya. Apalagi tim ini sedang memburu target lolos, setidaknya juara tiga kompetisi KHME Menristekdikti. Demi target itu pula, tim juga merencanakanan akan mengadakan pelatihan ini rutin setiap Selasa dan Kamis. “Kami ingin mengulang sukses ketika berlaga di ajang internasional di Luneta Park, Filipina, 2014 silam,” ungkap mahasiswa Teknik mesin itu. n (DANANG)
BEM FE Gelar Pentas Seni Kontemporer
B
EM Fakultas Ekonomi (FE) UNESA pada Minggu, 6 Maret 2016 menyelenggarakan gebyar seni bertajuk Pentas Apresiasi Seni Kontemporer (PASTER) di Ballroom Surabaya Town Square (SUTOS) dengan tema “Bring Your Volume Up”. Gebyar seni tersebut merupakan salah satu rangkaian acara yang digelar untuk memperingati Dies Natiles ke-10 Fakultas Ekonomi. Selain diisi kreativitas dari mahasiswa FE, gebyar seni tersebut dimeriahkan penampilan beberapa komunitas di Surabaya. Di antaranya, pentas seni tari, dance modern, tutorial make up dan hijab, akustik dan beberapa band indie. Bahkan, BEM FE juga mengundang band asal Surabaya yang sedang naik daun di kalangan anak muda, Silampukau. “Anak muda sekarang lagi suka musik-musik ber-genre folks, makanya kita undang Silampukau buat mengisi acara ini,” ungkap Febrika Yogi Hermanto, ketua BEM FE. Selain gebyar seni, ada pula pameran bazaar. Sekitar 55 stand bazar mengelilingai panggung utama dengan berbagai produk dan merek yang ditawarkan. Menurut
Febrika, diadakannya gebyar seni di luar kampus bertujuan mengenalkan kampus Unesa ke masyarakat luar, khususnya Fakutas Ekonomi. “Selama ini BEM FE jarang mengadakan pentas seni di luar kampus, terakhir tahun lalu kami mengadakannya di belakang GEMA. Saatnya kita mengadakan kegiatan gebyar seni ini di luar kampus,” tutur Febrika. n(SURYO/ANDINI)
Majalah Unesa
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
33
CATATAN LINTAS
TEPAKNO AWAKMU DEWE
Menggugah Empati yang Mati Oleh Muchlas Samani
O
rang Surabaya terkenal lugas dalam berbicara. Walaupun menggunakan bahasa Jawa, tentu dengan dialek Suroboyoan, yang dipahami oleh pengguna bahasa Jawa lainnya, namun cara orang Surabaya mengungkapkan pikiran berbeda dengan masyarakat Jawa Tengah ataupun masyarakat Jawa Timur Mataraman (masyarakat Jawa Timur bagian barat). Konon orang Surabaya dengan budaya Mataraman, menggunakan bahasa simbol dalam menyampaikan pemikiran, sementara orang Surabaya cenderung menyampaikan secara lugas, to the point apa adanya. Beberapa hari lalu ada diskusi tentang linieritas guru, yaitu kaitan matapelajaran yang diampu guru dengan pendidikan S1/ D4 ketika kuliah. Karena berbagai sebab, selama ini banya guru yang mismatch yaitu guru yang antara latar belakang pendidikan dan matapelajaran yang diampu tidak cocok. Tentu guru mismatch tidak ideal, karena tugas mengajar yang dilakukan tidak pas dengan bekal yang dipelajari ketika kuliah. Oleh karena itu program sertifikasi dan pemberian tunjangan profesi digunakan untuk menghilangkan atau paling tidak mengurangi jumlah guru mismatch. Ketika mengikuti program sertifikasi, guru didorong untuk mengambil bidang keahlian yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya sehingga sertifikat pendidik yang nanti diperoleh juga sesuai dengan itu. Ketika, mereka sudah memiliki sertifikat pendidik dan kembali bekerja, juga didorong untuk mengajar matapelajaran yang pas. Persoalan muncul karena cukup banyak guru yang mismatch. Guru berijazah Pendidikan Bahasa Indonesia mengajar Bahasa Daerah, guru berijazah PAI mengajar TIK, guru berijazah Olahraga mengajar Seni Budaya dan sebagainya. Mereka ini mengajar mapel itu sudah bertahun-tahun, sehingga menjadi dilema kalau harus kembali ke bidang studi asalnya. Apalagi
34
di sekolah tempat mengajar tidak ada guru yang berijazah mapel itu, misalnya bahasa Daerah, Seni Budaya dan TIK. Kalau mereka mengikuti program sertifikasi seperti ijasah yang dimiliki dan ketika kembali ke sekolah mengajar mapel yang selama ini dipegang, tentu tidak memperoleh tunjangan profesi. Dalam diskusi itu yang hadir sebagian besar dosen dan pejabat atau staf di Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud. Tampaknya keinginan untuk mengembalikan guru ke bidang aslinya begitu kuat. Oleh karena itu linieritas dalam sertifikasi dan pemberian tunjangan profesi ingin diterapkan dengan cukup ketat. Alasan yang diajukan sangat bagus, yaitu agar mutu pembelajaran yang diampu guru itu menjadi bagus. Guru juga akan menjadi ringan dalam menjalankan tugas, karena materi yang diajarkan sudah dipelajari dengan baik ketika kuliah. Namun lapangan ternyata tidak seideal itu. Para guru mismatch itu sebagian besar justru “mengorbankan diri menjadi dewa penolong”. Ketika TIK muncul sebagai matapelajaran baru, LPTK belum menghasilkan lulusan untuk mengajar itu. Akhirnya sekolah mengambil kebijakan guru yang memiliki kemampuan TIK diminta mengajarkannya. Banyak di antaranya guru berijazah Fisika atau ijazah apa saja yang penting punya kemampuan TIK. Nah tidak sedikit yang latar belakang pendidikan formalnya jauh dari TIK, tetapi menyenangi TIK dan bahkan sehari-hari menggunakannya untuk berbagai aktivitas. Misalnya ada yang belajar belakang PAI (Pendidikan Agama Islam) dan seingat saya di Unesa dan staf yang ijazahnya S1 Filsafat tetapi jagoan dalam TIK. Mencari guru Seni Budaya dan Bahasa Daerah ternyata tidak mudah, sehingga banyak sekolah meminta guru yang memiliki kemampuan bidang itu untuk mengajar. Persoalan menjadi lebih serius untuk sekolah di daerah terpencil. Pengalaman melaksanaan program SM3T (Sarjana
| Nomor: 91 Tahun XVII - Maret 2016 |
Majalah Unesa
Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar dan Terpencil) kita dapat menyaksikan sulitnya mendapatkan guru. Mendapatkan guru sekadar berijazah S1/D4 saja bukan main sulitnya, apalagi harus pas antara ijazah dengan matapelajarannya. Ada sebuah SMP Negeri di daerah SM3T dengan 6 rombongan belajar, yang sejak berdiri tidak punya guru dengan latar belakang IPA dan bahasa Inggris. Yang megajar IPA adalah guru dengan ijazah S1 Olahraga yang kebetulan SMA-nya IPA. Yang mengajar bahasa Inggris adalah guru dengan S1 Theologi. Nah, guru IPA itu harus ikut sertifikasi IPA atau Olahraga? Guru bahasa Inggris itu harus ikut sertifiasi bahasa Inggris atau Agama Katolik? Ketika terjadi diskusi sengit dan para dosen cenderung mendorong guru ikut sertifikasi sesuai ijasah S1/D4-nya, muncul ungkapan Surabaya: “Mbok ditepakno awake dewe opo’o rek” (coba dipikirkan seandainya itu terkena dengan diri kita sendiri). Bukankah di perguruan tinggi banyak dosen yang mengajar tidak pas dengan ijazah S2/S3-nya. Bukankah para pejabat dan staf di Kemdikbud itu banyak yang menangani pekerjaan yang tidak pas dengan ijazah S1/S2/S3-nya. Mestinya kita justru berempati kepada guru seperti itu, karena mereka sudah kerja keras, bejalar keras karena mengajar bukan bidang aslinya. Empati seperti itu seringkali dikalahkan dengan idealisme akademik dan tidak dilengkapi dengan wawasan lapangan. Empati kita seringkali menjadi tumpul karena tidak memahami pengorbanan orang lain. Empati kita tidak mucul karena ego kita terlalu tinggi tinggi. Empati kita sirna karena kita tidak mampu mengidentikan diri seperti orang yang sedang kita nilai. Ungkapan “Tepakno awakmu dewe” rasanya cocok untuk menggugah empati yang hampir mati.n (Blog: muchlassamani.blogspot.com)