Majalah Unesa 93

Page 1



WARNA REDAKSI Pendidikan pada Taman Siswa tidak menggunakan dasar paksaan. Dasar pendidikan yang dipergunakan adalah Momong, Among, dan Ngemong. Dalam hal ini, tidak ada paksaan terhadap anak didik, tetapi lebih kepada membimbing dan memimpin meskipun pada hal-hal tertentu peran tersebut juga tidak diperlukan. Oleh

Dr. Mustaji, M.Pd.

S

etiap tahun tepatnya pada 2 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) meski ban足 yak kalangan yang kurang bisa memahami maknanya, termasuk mereka yang berprofesi sebagai pendidik dan tenaga kependidik足 an. Sebenar足nya tanggal tersebut merupakan hari kelahiran tokoh, peletak dasar pendidikan nasi足 onal, Ki Hadjar Dewantara. Prinsip-prinsip pendidikan yang dilontarkan oleh beliau dikenal dengan istilah Sistem Among. Dan dalam kedudukannya sebagai guru yang berhadapan langsung dengan siswa (sang Anak), beliau mencanangkan tiga semboyan yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani. Artinya, guru jika di depan harus layak menjadi teladan, ketika di tengah-tengah harus memberikan semangat, dan ketika di belakang harus mampu memberikan daya kekuatan. Dan sampai sekarang semboyan tersebut digunakan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Yang perlu dipahami adalah bahwa peringatan Hardiknas sesungguhnya tidak boleh hanya bernilai seremonial. Yang terpenting adalah bagaimana bangsa Indonesia dapat menghayati makna perjuangan

sang tokoh yang dijuluki Bapak Pendidikan Nasional. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin atau karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak. Ketiganya bersifat integral, tidak bisa dipisahpisahkan agar anak didik dapat mencapai kesempurnaan hidup dan penghidupan selaras dengan

Taman Siswa lahir karena adanya model pendidikan yang diterapkan oleh Belanda pada saat itu yang dianggap tidak sesuai dengan bangsa Indonesia. Prinsip-prinsip regering, tucht, dan orde (perintah, hukuman, dan ketertiban) tidak dapat menyelesaikan masalah peningkatan sumber daya manusia. Justru prinsip-prinsip tersebut dianggap merupakan perkosaan terhadap batin anakanak. Sebagai akibatnya, kelak jika dewasa mereka tidak dapat bekerja jika tidak ada paksaan atau jika tidak diperintah. Pendidikan pada Taman Siswa tidak menggunakan dasar paksaan. Dasar pendidikan yang dipergunakan adalah Momong, Among, dan Ngemong. Dalam hal ini, tidak ada paksaan terhadap anak didik, tetapi lebih kepada membimbing dan memimpin meskipun pada hal-hal tertentu peran tersebut juga tidak diperlukan. Anak didik dapat berkembang sesuai pada kodratnya, sehingga peran guru sebagai pendamping dan orang yang membantu mengarahkan anak sesuai dengan perkembangannya. n

SISTEM AMONG

ala KI HAJAR DEWANTARA dunianya. Selanjutnya, pendidikan adalah tuntunan segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai bagian dari masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya. Hal ini berarti, tumbuh kembangnya anak didik di luar kehendak pendidik, dan berkembang sesuai kodratnya. Menurut Dewantara, pendidikan nasional haruslah berdasarkan garis hidup bangsa sendiri (cultureel national) dan ditujukan untuk keperluan peri kehidupan (maatschappelijk) yang dapat mengangkat derajad Negara dan rakyatnya, agar dapat bekerja bersama-sama dengan bangsa lain untuk kemuliaan segenap manusia diseluruh dunia. Dengan demikian,

Majalah Unesa

*) Wakil Dekan BidangAkademik FIP Unesa

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

3


DAFTAR RUBRIK

14 Edisi Ini

05

WAJAH PENDI­ DIKAN NASIONAL KITA

Guru-guru kini harus mulai berpikir ulang untuk menegur muridnya. Sebab, salah-salah mereka bisa dikenai pelanggaran pidana dan harus berurusan dengan pihak berwajib. Paling tidak sudah tiga guru menjadi korban.

07

PARA GURU PERLU SADAR HUKUM

09

TINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN HADAPI MEA

07

E D I S I M E I 2 0 18 16 15

22

PERJUANGAN IDA YUHANA WUJUD­ KAN MIMPI

Tidak ada sesuatu yang tidak mungkin. Semua berawal dari mimpi. Jika menginginkan sesuatu, mulailah dengan terus menuliskan mimpi itu. Suatu saat, mimpi itu niscaya akan terwujud. Dan itulah yang kini dirasakan Ida Yuhana Ulfa, alumnus PPB FIP Unesa yang bisa menjadi inspirasi alumni edisi ini.

34

GAWEYAN KETOK WAE MOSOK ORA ISO Sebuah catatan kritis Prof Muchlas Samani tentang ide-ide inovatif.

Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 93 Tahun XVII - Mei 2016 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor) PENASIHAT: Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (PR I), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (PR III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB: Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. ­(PR II) PEMIMPIN REDAKSI: Dr. Heny Subandiyah, M.Hum REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto, M. Wahyu Utomo, Bayu DN REPORTER: Lina Rosyidah, Syaiful Rahman, Yusuf Nur Rohman, Lina Mezalina, Ulil, Fitro Kurniadi, AnnisaI lma, Andini Okta, Sandi, Rizal, Murbi, Diyanti, Mahmud, Umi Khabibah, Suryo, Danang, Emir, Khusnul, Mutya FOTOGRAFER: Huda, A. Gilang P., Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/ LAYOUT: Arman, Basir, Wahyu Rukmo S ADMINISTRASI: Supi’ah, S.E., Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI: Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124, Fax (031) 8280804

4

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

Wajah Pendidikan Nasional Kita Guru-guru kini harus mulai berpikir ulang untuk menegur muridnya. Sebab, salah-salah mereka bisa dikenai pelanggaran pidana dan harus berurusan dengan pihak berwajib. Paling tidak sudah tiga guru menjadi korban.

“

Sidang ditunda!� kata hakim Riny Sasulih lantas mengetok palu sidang. Suasana di ruang utama Pengadilan Negeri Sidoarjo pada Selasa, 28 Juni, itupun langsung pecah. Samhudi yang sejak pagi menahan emosinya pun tak bisa menahan diri lagi. Air mata bercucuran dari kedua matanya. Bulir-bulir air mata membasahi pipi dan jatuh ke kemeja batik PGRI hitam putih yang dia kenakan. Sorak ramai para guru pun terdengar. Mereka mendatangi Samhudi dan menepuk pundaknya. Samhudi tidak sendiri. “Tetap

semangat, Pak,� kata mereka kepada guru SMP Raden Rahmat, Balongbendo, Sidoarjo, tersebut seperti dikutip Jawa Pos. Puluhan guru lainnya memberi dukungan dari luar pengadilan. Mereka membawa tulisan berisi dukungan kepadanya. Sidang tersebut adalah sidang ketujuh kasus kriminalisasi pada Samhudi. Tindakannya menegur salah satu murid berbuah kasus pidana. Semua berawal pada 3 Februari lalu saat seluruh siswa di SMP Raden Rahmat melakukan salat dhuha. Alif, bukan nama sebenarnya, tak mengikutinya. Dia justru duduk-

Majalah Unesa

duduk di pinggir sungai. Samhudi lantas mendatanginya dan menyuruh bergabung bersama rekan-rekannya. Versi Alif, dia dicubit. Versi Samhudi, dia hanya menepuk pundaknya. Alif pun melapor kepada ayahnya yang berprofesi sebagai tentara. Dia lantas melaporkan Samhudi dengan tuduhan penganiayaan. Polisi tetap memproses kasus itu hingga berlanjut ke pengadilan. Sejumlah upaya mediasi sudah dilakukan. Tapi, tak pernah bisa memuaskan orang tua Alif. Mereka meminta Samhudi dinonaktifkan dari jabatannya sebagai guru. Tentu saja pihak sekolah tak bisa

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

5


LAPORAN

UTAMA

meluluskannya. Kasus Samhudi adalah perkara “kriminalisasi” terbaru yang berlanjut ke kepolisian. Sebelumnya, ada dua guru lainnya yang dipidanakan orang tua gara-gara menegur anaknya. Mereka adalah Nurmayani, guru di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, yang dibui gara-gara mencubit siswanya. Dan Aop Saopudin, guru SD Penjalin Kidul V, Majalengka, Jawa Barat. Aop dipidana gara-gara memotong rambut siswanya. Orangtua siswa yang tak terima lantas melaporkannya ke polisi. Aop dinyatakan bersalah di pengadilan tingkat pertama, tingkat banding, tapi kemudian dinyatakan bebas di tingkat kasasi. Sebaliknya, justru orang tua siswa tersebut yang dikenai penjara 3 bulan. Kasus guru yang dipidana tersebut memantik reaksi besar. Ratusan guru rekan Samhudi ikut mendatangi PN Sidoarjo. Di media sosial, dukungan untuk Nurmayani mengalir deras. Begitu juga untuk Aop. Bahkan, mulai muncul gambar-gambar sindiran dalam bentukmeme yang meminta kepada orang tua untuk mendidik anak mereka sendiri. Sekalian membuat rapor dan ijazah sendiri. Pembantu Rektor I Universitas Negeri Surabaya Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. mengatakan bahwa seharusnya insiden seperti itu tidak terjadi jika semua pihak memahami kewenangannya. Jika orang tua sudah mempercayakan anaknya kepada sekolah, kejadian tersebut sudah bisa diselesaikan sebelum masuk ke penegak hukum. “Semua pihak harus memahami peran masing-masing. Orang tua sudah memberikan amanah, guru menjalankan sebaik-baiknya,” kata Yuni kepada Majalah Unesa. Yuni mengatakan, ketika seseorang memahami kewajibannya, masing-

6

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

WAKIL Rektor I Unesa Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si., mengutarakan bahwa Orang tua harus memahami profesionalisme dan menyadari kompetensi mereka. foto: AROHMAN

masing bisa sinergis. “Orang tua percaya kepada guru. Guru menjalankan sebaik-baiknya. Kalau saling tidak memahami, bisa begini akibatnya,” katanya. Karena itu, Yuni tidak tertarik membahas siapa yang salah dalam insiden-insiden tersebut. Apakah orang tua atau guru. “Orang tua harus memahami profesionalisme guru itu seperti apa. Dan menyadari kompetensi mereka. Orang tua juga harus sadar hak dan kewajibannya,” katanya. Namun, Yuni sepakat bahwa seharusnya kasus tersebut tidak sampai dibawa ke penegak hukum. Upaya penyelesaian kekeluargaan lebih diutamakan. Caranya, ketika anak melaporkan insiden seperti itu, orang tua bisa mengonfirmasinya kepada guru atau pihak sekolah. “Kan tidak bisa seseorang anak lapor ke orang tua lantas orang tua balas menghukum guru. Ada tahapannya. Jika semuanya masih dalam koridor mendidik, tidak masalah. Karena semuanya dalam

Majalah Unesa

koridor pendidikan,” katanya. Yuni juga meminta agar orang tua tidak reaktif. Jika hukumanhukuman tersebut digolongkan sebagai “menyiksa” anak, maka akan banyak pengajar yang dibui. Dia mencontohkan pendidikan di pesantren. Di pondok-pondok, santri biasa hidup “keras”. Mereka harus bangun sebelum subuh untuk salat malam. Mereka juga harus bekerja merawat pondok. Itu belum termasuk hukuman jika mereka membandel. “Semuanya itu bukan berarti berniat menganiaya siswa atau santri. Orang tua harus percaya kepada sekolah. Kalau ada yang tidak cocok, bisa menegur dan memberi masukan kepada sekolah,” katanya. “Sebetulnya, kalau semua orang tahu kompetensinya, mereka akan saling menghormati. Tapi kalau saling tidak sadar, mereka akan saling mencampuri. Begini jadinya,” katanya. n [AGUNG]


LAPORAN UTAMA

PARA GURU Perlu Sadar Hukum

M

erebaknya kasus “kriminalisasi� guru membuat sejumlah pihak merasa perlu adanya perlindungan untuk profesi tersebut. Sejumlah sekolah bahkan meminta orang tua meneken nota kesepahaman saat anaknya hendak masuk ke sekolah tersebut. Tujuannya, agar guru tidak diperkarakan. Namun, Direktur Program Pendidikan Profesi Guru (PPPG) Universitas Neger Surabaya (Unesa) Prof. Dr. Ismet Basuki, M.Pd mengatakan bahwa tindakan tersebut tidak perlu. Sebab, profesi guru sejatinya sudah mendapat perlindungan dalam rangka melakukan kegiatan profesionalnya. Dia mencontohkan UndangUndang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam beleid tersebut, disebutkan bahwa guru dan dosen tidak bisa

Majalah Unesa

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

7


LAPORAN

UTAMA

diperkarakan sepanjang yang dia lakukan adalah untuk mendidik siswa. Hal itu dijabarkan dalam Pasal 7 Ayat 1. Bunyinya, guru memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Namun, di ayat yang sama, guru juga diwajibkan untuk memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan tersebut. Artinya, kata Ismet, undangundang tersebut tidak lantas membuat guru kebal hukum. Sepanjang guru bisa mempertanggungjawabkan tindakannya dalam konteks pendidikan, dia tidak bisa diperkarakan. Karena itulah, Ismet menyarankan agar para guru juga membatasi hukuman yang bersifat fisik. Dia menganggap sanksi berupa cubit, pukul, jewer, dan sejenisnya sudah bukan zamannya lagi. “Apa nilai edukasinya?” katanya. Namun, bukan berarti Ismet sepakat bahwa guru yang memberi hukuman seperti itu layak dipidana. Sebab, meskipun dia tidak setuju, tindakan guru tersebut adalah dalam rangka penegakan disiplin. “Guru itu bertugas untuk mendidik siswa dalam hal akhlak, spiritual, dan sosial. Orang tua harus memahaminya. Apa yang dilakukan guru ya dalam konteks itu,” katanya. Perlu Bentuk Komunitas Guru dan Orang Tua Direktur Program Pendidikan Profesi Guru (PPPG) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof. Dr. Ismet Basuki, M.Pd mengatakan, kasus “kriminalisasi guru” sebaiknya menjadi pelajaran bagi semua pihak. Insiden tersebut menunjukkan bahwa semua unsur dalam pendidikan belum satu persepsi. Ismet yang juga Direktur Program Pasca Sarjana (PPS) tersebut mengatakan bahwa pendidikan adalah tugas empat pihak. Pertama, tentu saja pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan. Kedua, sekolah, guru, baru orang tua.

8

Guru itu bertugas untuk mendidik siswa dalam hal akhlak, spiritual, dan sosial. Orang tua harus memahaminya. Apa yang dilakukan guru ya dalam konteks itu.”

“Masing-masing pihak harus satu persepsi soal apa itu pendidikan,” katanya. Jika salah satu unsur tersebut tidak paham, akan terjadi persoalan. Situasi yang dianggap tidak menguntungkan di sekolah, misalnya, akan ditafsirkan sebagai hal negatif oleh orang tua. “Misalnya, nyubit. Orang tua menganggap menyiksa. Padahal, itu kan sebenarnya hal sepele,” kata Ismet. Lantas, bagaimana membangun satu persepsi tersebut? Menurut dia, masing-masing pihak harus mulai membenahi dirinya sendiri. Caranya dengan mempelajari hak dan kewajiban mereka sebagai salah satu unsur pendidikan tersebut. “Jika sudah selesai dengan dirinya sendiri, baru ke level yang lebih luas,” katanya. Empat unsur tersebut, kata Ismet, bisa membangun komunikasi yang baik. Bisa dengan pertemuan rutin antara guru dan orang tua atau yang lebih serius membentuk komunitas. Jika komunikasi sudah terbangun, forum tersebut bisa menjadi media klarifikasi masing-masing pihak. “Misalnya, tiba-tiba ada anak yang mengadu ke orang tua karena dikasari guru. Cuma dicubit, tapi ke orang tua bilang dipukuli. Dengan adanya media komunikasi itu, orang tua bisa mengklarifikasi kepada guru,” katanya. Namun, Ismet juga berharap orang tua tidak berlebihan terhadap anaknya. Harus ada kepercayaan terhadap guru. Jika guru terusmenerus ditekan dengan kasuskasus seperti ini, lama-lama mereka akan apatis. Mereka jadi enggan

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

Majalah Unesa

mendidik siswa-siswanya. “Apalagi dengan siswa yang memiliki orang tua dari profesi tertentu. Wes jarno ae, engkok nggarai onok opo-opo(sudah biarkan saja. Daripada nanti ada apa-apa, Red.). Kan juga tidak bagus bagi siswa dan bagi guru. Guru malah takut melakukan hal-hal yang menjadi tugasnya,” katanya. n [AGUNG]


WARTA UTAMA

SEMINAR INTERNASIONAL PENDIDIKAN

TINGKATKAN Kualitas Pendidik Hadapi MEA

M

emperingati Hari Pendidikan Nasional, Program Studi S2 Pendidikan Dasar (Dikdas) Program Pascasarjana Unesa melaksanakan Seminar Internasional bertema “The Role of Primary Education in Asean Economic Community and Globalization Era”. Seminar berlangsung pada Sabtu 28 Mei 2016 di Lanti 3 Gedung K.10, Auditorium Pascasarjana. Sebanyak 225 peserta yang terdiri atas mahasiswa S2 Pendidikan Dasar PPs, para guru, peserta umum, dan dua peserta pemakalah dari Malaysia. Sementara, narasumber yang dihadirkan dalam seminar tersebut adalah Harufumi Miwa, M.Sc dari Jepang, Prof. Dr. Rosna Awang Hashim dari Malaysia, Melissa Marie Whalen, M.A,Ph.D dari USA, Prof. Andy Plowman, M.BA dari Inggris, dan Dr.

Waspodo Tjipto Subroto, M.Pd dari Indonesia. Seminar dibuka Wakil Rektor IV, Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt. Setelah seminar, acara dilanjutkan diskusi panel yang dibagi dalam dua sesi. Sesi I dipaparkan narasumber oleh Harufumi Miwa, M.Sc (Jepang), Prof. Dr. Rosna Awang Hashim (Malaysia), Melissa Marie Whalen, M.A. Ph.D (USA), dan Prof. Andy Plowman, M.BA. (Inggris). Selanjutnya, pada sesi II narasumber yang memaparkan adalah Prof. Madya Dr. Ahmad Bin Esa. (Malaysia), Dr. Jamil Bin Abd. Baser (Malaysia), dan Dr. Waspodo Tjipto Subroto, M.Pd (Indonesia) dengan didampingi oleh moderator, Imron Rois Rosi. Dalam paparannya, Prof. Dr. Rosna Awang Hashim mengatakan, Guru Praktisi Profesional dan Guru sebagai Ahli Technology Motivation dan dosen maupun guru pengajar harus bernuansa

Majalah Unesa

penelitian. Meraka harus tahu cara mengajar melalui kaidah-kaidah cara mengajar yang baik. Prof. Dr. Wahyu Sukartiningsih, M.Pd, Ketua Program Studi S-2 Pendidikan Dasar PPs Unesa, mengatakan bahwa kegiatan seminar ini bertujuan memberikan kontribusi terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan bangsa Indonesia, sekaligus menghadapi era MEA, globalisasi, ajang komunikasi ilmiah antarnegara, dan sebagai bentuk pemberian kesempatan kepada mahasiswa S2 dengan menyelenggarakan forum ilmiah dan merintis kolaborasi antarnegara manapun. “Kami berharap melalui acara ini akan terjadi peningkatan kualitas dan komunikasi antarnegara dalam mengenal Pendidikan Dasar,” papar Wahyu Sukartinigsih.n (SYAIFUL H)

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

9


WARTA

UTAMA

MENARIK: Dr. Suko Widodo, M.Si., menjadi pusat perhatian saat menjadi narasumber dalam Seminar Pendidikan di FISH Unesa bersama Rektor Unesa dan pembicara lainnya. foto: HUMAS

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN

Bangun Generasi Tangguh Melalui Pendidikan

B

adan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISH Unesa menggelar Seminar Pendidikan Nasional di Auditorium Gedung I6 pada Kamis, 19 Mei 2016. Seminar yang bertujuan mewujudkan generasi bangsa melalui pendidikan ini mengambil tema “Kegelisahan Kritik terhadap Pendidikan Tinggi Indonesia�. Selain dihadiri mahasiswa FISH, seminar ini juga diikuti mahasiswa lain di Unesa dan

10

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

mahasiswa di luar Unesa seperti UTM Madura, UIN Malang, Unair, ITS, UPN, dan lainnya. Hadir sebagai narasumber dalam seminar tersebut adalah Prof. Daniel M. Rosyid, Ph.D, M.RINA, Penasihat Dewan Pendidikan Jawa Timur sekaligus Guru Besar Jurusan Teknik Perkapalan ITS Surabaya. Prof.Dr.Warsono, M.Si Rektor Unesa yang sekaligus guru besar FISH, Dr. Suko Widodo, M.Si, Pakar Komunikasi dan Politik Unair. Kegiatan dibuka oleh

Majalah Unesa

Ketua BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Ali Masnoen. Beberapa narasumber yang hadir memaparkan pentingnya peran pendidikan dalam upaya membangun generasi bangsa yang tangguh dan berkarakter. Dalam kegiatan tersebut dilakukan pemberian cenderamata oleh Dekan FISH, Prof. Dr. Sarmini, M.Hum, didampingi Bidang Kemahasiswaan FISH Tamsil, S.H,M.H, dan Ketua BEMJ FISH. kepada narasumber n (SYAIFUL H)


WARTA UTAMA

UNESA Jalin Kerja Sama dengan

Universiti Kebangsaan Malaysia

KERJA SAMA: Prof. Dr. Mansor Mohd Noor (kiri) dari Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) berjabat tangan dengan Wakil Rektor IV Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt., disaksikan Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S usai menandatangani MoU antar kedua universitas . foto: HUMAS

K

erja sama Internasional kembali dilakukan Unesa. Kali ini, kerja sama dilakukan dengan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) pada Senin, 16 Mei 2016 di Gedung Kantor Pusat Lantai 3 Unesa. Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S bersama jajaran pimpinan Unesa menyambut hangat rombongan dari UKM yang dipimpin oleh Prof. Dr. Mansor Mohd Noor. Setelah kegiatan Kajian Sosiologi Indonesia dan Malaysia, acara dilanjutkan dengan penandatanganan MoU oleh Pembantu Rektor IV Unesa, Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt dengan Prof. Dr. Mansor Mohd Noor,

Felo Utama Malaysia. Turut hadir dan menyaksikan penandatanganan MoU tersebut Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S, Wakil Rektor II, Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd.,M.T, dan Wakil Rektor III, Dr. Ketut Prasetyo, M.S. Usai penandatangan, Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S memberikan cinderamata kepada Prof. Dr. Mansor Mohd Noor sebagai Felo Utama UKM. Selain dihadiri pejabat Unesa, MoU ini dihadiri beberapa pakar dari Universitas di Jawa Timur. Di antara yang hadir adalah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) dan Universitas Trunojoyo Madura. Beberapa rangkaian kegiatan setelah MoU, di antaranya adalah pembahasan

Majalah Unesa

tentang Kolokium Perbandingan Kajian Sosiologi Indonesia dan Malaysia yang dilaksanakap mulai pukul 10.00 – 11.30 WIB. Lalu, paparan mengenai Sejarah Alam Melayu ke Negara Modern oleh Prof. Madya Dr. Kassim Thukiman. Paparan Perlembagaan dari Empayar Melaka, Kesultanan Malaysia yang disampaikan oleh Prof. Madya Dr. Nazri Muslim. Dan, paparan terkait Pembangunan dan Modernisasi yang disampaikan oleh Dr. Nor Hayati Sa’at, Dr. Azlina & Dr. Faridatulazna. Pada kegiatan tersebut, juga disinggung pembahasan Penulisan Buku antara Unesa (Indonesia) dengan UKM Malaysia. n

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

11


WARTA

UTAMA

KERJA SAMA: Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, MS bersama Wakil Rektor I Unesa, Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. berfoto bersama dengan perwakilan IALF Surabaya didampingi Ketua Kantor Urusan Internasional (KUI) Unesa, Mukhzamilah, PhD. dan Kepala Pusat Bahasa Unesa, Drs. Much Khoiri. foto: HUMAS

UNESA KERJA SAMA DENGAN IALF SURABAYA

Tingkatkan Bahasa Inggris Mahasiswa dan Staf Melalui Pendidikan

U

niversitas Negeri Surabaya melakukan penandatanganan kerja sama dengan Indonesia Australia Language Foundation (IALF) Surabaya. Kerja sama ini merupakn komitmen Unesa untuk membekali mahasiswa dan staf agar kemampuan berbahasa Inggrisnya meningkat. Penandatanganan dilakukan di Ruang Rektor Kampus Ketintang, pada Selasa 10 Mei 2016, dihadiri Pejabat Struktural Unesa dan Manajer IALF Surabaya. Tujuan umum dan tujuan khusus dari perjanjian kerja sama ini adalah

12

mengesahkan persetujuan di antara kedua instansi untuk bekerja sama dalam rangka meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris para mahasiswa dan staf Unesa. Mukhzamilah, PhD., Ketua Kantor Urusan Internasional (KUI) Unesa menjelaskan bahwa acara ini merupakan bentuk inisiatif pihak rektorat Unesa dalam rangka menjalin kerja sama terutama di bidang keterampilan berbahasa Inggris. Unesa mendorong staf dan pengajarnya untuk studi lanjut di luar negeri, salah satu caranya dengan meningkatkan kemampuan dan dibuktikan dengan skor bahasa

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

Majalah Unesa

Inggris yang mumpuni. “Isi dalam kerja sama ini salah satunya memberikan beberapa kemudahan untuk tes IELTS dan khusus IELTS di IALF Surabaya, di antaranya potongan harga bagi mahasiswa, staf, dan dosen Unesa. Selain itu pihak IALF Surabaya akan mengadakan tes IELTS di Unesa. Tes ini tidak dipungut biaya melainkan gratis,” tutur Mukhzamilah. Alex Gough, Manajer IALF Surabaya menuturkan bahwa IALF Surabaya merupakan suatu institusi yang memiliki spesialis pada pelatihan bahasa Inggris akademik dan bahasa Inggris umum, jasa penilaian bahasa, penyelenggara tes IELTS testing, dan persiapan IELTS. Institusinya akan memberitahukan beberapa program untuk meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris. “Kami akan memberikan potongan harga, bagi mahasiswa, staf maupun dosen Unesa yang ingin meningkatkan nilai IELTS di tempat kami,” ungkapnya.n (RUS/EMIR)


WARTA UTAMA

UNESA DIKUNJUNGI Universiti Tun Hussein Onn Malaysia

U

nesa kedatangan tamu dari luar negeri. Kali ini, tamu yang hadir adalah Universiti Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM). Rombongan UTHM yang dipimpin langsung Rektornya, mendapat sambutan hangat pimpinan Unesa di Auditorium LT. 3 Kantor Pusat pada Senin, 2 Mei 2016. Kedatangan rombongan UTHM bertujuan untuk publikasi dan menawarkan kerja sama studi program doctor untuk meningkatkan kualitas dosen. Unesa yang berkeinginan kuat mendorong para dosen muda melanjutkan studi di luar negeri tentu menyambut baik tawaran tersebut. Para dosen muda dari berbagai fakultas beserta pimpinan, tampak hadir dalam kunjungan tersebut. Sebelumnya, Unesa sudah menjalin kerja sama (MoU) dengan UTHM pada 2014 lalu. Kunjungan kali kedua itu, merupakan tindak lanjut dari kerja sama yang sebelumnya sudah dilakukan.n (EMIR)

SERIUS: Perwakilan tamu Universiti Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM) menyampaikan maksud dan tujuannya di hadapan Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S. dan staf rektorat lainnya. foto: HUMAS

Majalah Unesa

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

13


PRESTASI

KABAR

PRESTASI: Para mahasiswa yang sukses antarkan Tim Robotik Dewo Unesa meraih empat gelar di ajang KRI Regional 2016.

AJANG KRI REGIONAL IV 2016

Tim Robotik Dewo Unesa Borong 4 Piala

S

ivitas akademika Unesa patut berbangga. Dewo, robot tim Fakultas Teknik Unesa berhasil menyabet 4 juara sekaligus dalam Kontes Robot Indonesia (KRI) Regional IV 2016 di Gedung Olahraga (GOR) Perjuangan 45 Politeknik Negeri Jember pada Kamis-Sabtu, 5-7 Mei 2016. Kontes yang mendapatkan dukungan penuh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) itu mempertandingkan lima kategori, yakni Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI), Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) Beroda, Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) Berkaki, Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) dan Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI). Tim robot FT merupakan komunitas robotika yang lahir sejak 2009. Menghadapi kompetisi

14

kali ini, mereka telah melakukan latihan selama kurang lebih 3 bulan. Bersama 20 orang anggotanya, tim robot Dewo mengikuti 3 kategori dari 5 kategori yang dipertandingkan. Dari pertandingan itu, mereka berhasil menyabet 4 juara sekaligus, yakni juara III kategori KRSTI (Kontes Robot Seni Tari Indonesia) dan memenangkan Desain dan Artistik Terbaik oleh Tim Azzahraly yang digawangi oleh M. Maulana Husein, Baasito Trimarwan, Risky Wahyu R., dan Saffana Al Barqi. Juara III kategori KRPAI (Kontes Robot Pemadam Api Indonesia) Berkaki serta memenangkan Best Design oleh Tim Dewayani yang dianggotai oleh Fajar Rifa’i, Armanda Hari, dan Slamet Ardiansyah. Sementara itu, kategori KRPAI Beroda masih belum beruntung dalam ajang KRI tahun ini. Selain Tim Robotik Dewo, Tim Rengganis Robot

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

Majalah Unesa

Club (RRC) dari Jurusan Fisika FMIPA Unesa juga berhasil menyabet juara divisi Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI). Selanjutnya, Tim Deworobotic dan Tim RRC akan diundang untuk ikut serta dalam Kontes Robot Tingkat Nasional pada tanggal 1-4 Juni 2016 di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dapat juara II. “Suasana KRI 2016 ini sangat meriah dan menegangkan. Semua peserta saling berlomba mempersiapkan robotnya untuk tampil maksimal dalam kontes ini. Walau kami sedikit kesulitan saat mengatur waktu dan pengecekan data-data dari sensor tapi kami dapat menyelesaikan dengan baik. Harapan ke depan semoga dapat meraih juara 1 KRI 2016 tingkat nasional dan melanjutkan ke kancah internasional,” ucap Fajar Rifa’I, Ketua Tim Deworobotic FT Unesa. n (NELY/KHUSNUL)


KABAR PRESTASI MAWAPRES: Rektor Unesa dan Wakil Rektor III Unesa antusas menyimak paparan pembicara dalam acara Mawapres tingkat Unesa Dekan. Sementara para Wakil III dan mahasiswa serius mengiikuti pembukaan acara.

Mawapres, Ajang Bergengsi Mahasiswa

M

awapres 2016 kembali digelar. Kegiatan pemilihan mahasiswa berprestasi ini merupakan salah satu acara pamungkas penyaluran minat dan bakat mahasiswa Unesa. Memang, serangkaian acara khusus digeber guna menjaring potensipotensi mahasiswa Unesa. Menurut Kabag Kemahasiswaan Unesa, serangkaian kegiatan tersebut yakni pemilihan Mawapres, Debat Bahasa Inggris serta Pekan Olahraga dan Seni. Sebelumnya, peserta Mawapres dijaring di tingkat jurusan kemudian mengerucut hingga sampai diperoleh kontestan tiap fakultas. Seolah mewakili kualitas dari potensi mahasiswa berprestasi Unesa, kegiatan inti Mawapres yang diadakan kali ini menyuguhkan karya ilmiah dari tiap peserta per fakultas yang ada di Unesa. Kegiatan ini digelar pada Kamis (14/04/2016) bertempat di Auditorium lantai 3 Rektorat Unesa Kampus Ketintang. Tidak hanya

kontestan dari S1 namun juga meliputi kontestan D3 menjajaki persaingan ketat memperebutkan gelar Mawapres 2016. Dr. Syamsul Sodiq, M.Pd sebagai salah satu pendamping kontestan Mawapres dari Fakultas Bahasa dan Seni menanggapi baik iklim persaingan untuk menyandang gelar jawara Mawapres 2016. Lebih lanjut, Wakil Dekan III FB itu mensyaratkan kualifikasi mahasiswa sebagai kontestan (Pegy, red) memiliki IPK 3,9. Tidak hanya itu, kontestan juga merupakan aktivis BEM dan Senat Unesa serta menjuarai beberapa debat Bahasa Inggris. «Mahasiswa berprestasi harus dipersiapkan dengan matang, salah satunya dengan sistem pengkaderan untuk tahun 2017,» terangnya. Berkaca pada mawapres sebelumnya, pada pemilihan Mawapres yang akan datang (2017), dia berharap sebelum diadakan Mawapres, setiap fakultas telah memiliki kader-kader

Majalah Unesa

calon kontestan yang memang sudah dipersiapkan dan dibina guna menjadi cikal bakal jawara Mawapres 2017 yang mumpuni. Kezia Eka, salah seorang kontestan dari Fakultas Teknik melalui karya ilmiah Program Optimalisasi Ketahanan Pangan mengatakan, Mawapres merupakan wadah belajar dan pengalaman yang menggiurkan. Dia mengaku membutuhkan waktu kurang lebih 1 bulan untuk menyusun karya ilmiah. Kontestan lain, M. Nurul Ashar dari Fakultas Ilmu Pendidikan yang sudah dua kali mengikuti Mawapres mengatakan, acara kali ini sedikit berbeda dengan Mawapres tahun lalu. Ashar merasakan Mawapres 2016 lebih ramai dibandingkan Mawapres tahun lalu. «Ajang ini lebih hidup dengan adanya suporter (mahasiswa Unesa, red) yang mampu membangkitkan motivasi mereka untuk terus berprestasi,» ungkapnya. n(RARAS)

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

15


SEPUTAR

UNESA

13 Prodi Unesa Ikuti Akreditasi AUN-QA

SEMANGAT: Sejumlah petinggi Pusat Penjaminan Mutu Unesa bersama pejabat program studi di Unesa usai mengikuti kegiatan strategi mendapatkan akreditasi AUN-QA.

usat Penjamin Mutu (PPM) bekerja sama bidang 1 Unesa menyelenggarakan kegiatan “Strategi untuk Mendapatkan Akreditasi ASEAN University Network – Quality Assurance (AUN - QA)” di Auditorium Kantor Pusat lantai 3, pada Rabu 25 Mei 2016. AUN-QA sendiri merupakan salah satu kegiatan AUN yang bertujuan untuk melakukan penjaminan mutu program studi (prodi). Dalam pembukaan oleh Rektor dan Wakil Rektor 1 berkomitmen mendukung terlaksananya

tingkat Internasional oleh member AUN. AUN sendiri dibentuk untuk memperkuat jaringan perguruan tinggi di tingkat ASEAN, sehingga bergabungnya Unesa akan membawa keuntungan tersendiri. Untuk memenuhi akreditasi, banyak syarat dan proses yang harus dilalui, banyak fasilitas yang perlu diperbaiki dan ditataulang, sehingga anggaran dikeluarkan tidak sedikit. Namun hingga akhir acara sedikitnya terdapat perwakilan 13 prodi yang berniat untuk mengikuti akreditasi tersebut. n(EMIR)

P

Akreditasi AUN-QA di prodi-prodi yang ada di Unesa. Menurut kepala PPM Dr. Meini Sondang, dari 92 prodi yang ada di Unesa, 22% sudah terakreditas A oleh BAN-PT, banyak juga yang sampai berturut-turut selalu A. Titik jenuh tersebut memotivasi prodi untuk mendapatkan akreditas yang lebih tinggi lagi salah satunya AUN – QA. Kelebihan terakreditasi AUNQA akan berdampak pada sistem manajemen yang lebih baik. Unesa juga menjadi lebih dipercaya untuk menyelenggarakan konferensi

Pengarahan Pengawas Panlok 50

S

eminggu menjelang pelaksanaan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2016, pada 31 Mei 2016, Unesa sebagai koordinator Panlok 50 mengundang seluruh penanggung jawab ruang dan pengawas ujian tertulis untuk diberikan pengarahan secara teknis. Pengarahan bertempat di gedung PPG Unesa Kampus Lidah Wetan. Pengarahan dilakukan secara bertahap selama 3 hari mulai Selasa 24 Mei hingga 26 Mei 2016, dimana perhari dibagi menjadi 3 sesi pertemuan (persesi 250 orang) mulai dari kelompok Saintek, Soshum, dan Campuran. Untuk para pengawas sendiri berasal dari dosen enam PTN yang tergabung dalam Panlok 50 Surabaya serta dosen dari Perguruan Tinggi Swasta yang ada di Surabaya. Pengarahan pada Rabu 25 Mei 2016 dibuka Wakil Rektor III Unesa, Dr. Ketut Prasetyo, M.S yang juga menjabat sebagai Sekretaris Panlok 50. Dr. Ketut mengatakan, Panlok 50 Surabaya merupakan panlok terbesar/tergemuk se-Indonesia karena beranggotakan 6 Perguruan Tinggi

16

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

Majalah Unesa

Negeri, yakni Unesa, Unair, ITS, UIN SA, UPN, dan UTM. Berbeda dengan panlok lain yang hanya terdiri atas 2 atau 3 PTN. Untuk itu, Ketut berharap agar kesolidan antarPTN di Surabaya tetap terjaga dengan baik. “Para pengawas dan pelaksana di lapangan harus benar-benar serius dalam melaksanakan tugas. Jangan sampai ada pengawas yang tidak bertanggung jawab dengan melimpahkan tugas kepada orang lain tanpa sepengetahuan panitia karena bisa menimbulkan masalah pada hari H pelaksanaan,” paparnya. Sementara itu, pengarahan secara teknis disampaikan Koordinator Ujian Tertulis Panlok 50 Surabaya, Dr. Danang Tandyonomanu, M.Si. Kepada para penanggung jawab ruang dan pengawas ujian, Dr. Danang menyampaikan bahwa mereka harus menaati pedoman dan tata tertib demi kelancaran pelaksanaan ujian, termasuk mengecek alat dan kelengkapan tes yang dibawa para peserta.n (WAHYU)


SEPUTAR UNESA

PRESTASI: Para peserta pelatihan kearsipan berfoto bersama para narasumber.

Unlam Studi Banding Pengelolaan Arsip

K

earsipan Unesa mendapat kepercayaan dari universitas lain. Itu dibuktikan dengan kehadiran Universirsitas Lambung Mangkurat (Unlam) yang melakukan studi banding dan belajar pengelolaan arsip di Unesa. Lima arsiparis Unlam Banjarmasin melakukan kegiatan Pelatihan Kearsipan Unlam di Unesa ini pada Senin-Jumat, 18-22 April 2016 di Ruang Pertemuan Kearsipan Unesa, belakang Gedung Serba Guna (Gema) Kampus Ketintang. Pelatihan kearsipan ini dibuka secara resmi oleh Drs. Budiarso, S.H., M.M. (Kepala BAUK) mewakili Pimpinan Unesa pada Senin, 18 April 2016 sekitar pukul 08.00. Turut hadir pada acara penyambutan dan pembukaan pelatihan ini adalah Yakup, S.Sos.,

M.M. (Kabag. Uhutalakap.), Rr. Dwi Astuti, S.H., M.M. (Kasubbag. TU), dan Suwono, S.H. (Kasubbag. Hutalak), selaku Ketua Panitia. Sementara itu dari pihak Unlam diwakili oleh Mayang Muhairinnisa, S.Pd., M.Pd. (Kasubbag. TU) dan Salamah, S.A.P. (Kepala UPT Kearsipan). Kegiatan pelatihan yang dibiayai dari bantuan Islamic Development Bank (IDB)-Unlam ini dilaksanakan mulai pukul 08.00 s.d. 16.00 selama lima hari. Narasumber/ pemateri dari Unesa, yaitu: Yakup, S.Sos., M.M., Suwono, S.H., Djoko Pramono, S.Pd., M.Si., dan Bambang Indragiri, S.P., M.M. Selain pemateri dari Unesa, panitia juga melibatkan arsiparis dari Universitas Negeri Malang dan Badan Perpustakaan dan Kearsipan Prov. Jatim. Salamah, arsiparis sekaligus Kepala UPT Kearsipan Unlam

“Semoga Kearsipan Unesa segera berbentuk UPT, supaya semakin jelas struktur atau organisasinya dan semakin maju.” mengatakan, nomenklatur Kearsipan Unlam memang sudah berbentuk UPT. Salamah sendiri dilantik sebagai Kepala UPT Kearsipan pada 10 Juli 2015. Namun, dalam hal fungsi kearsipan, Unlam jauh tertinggal dibandingkan dengan Unesa. Meskipun Kearsipan Unesa belum ada dasar hukum pembentukannya, tetapi kegiatan kearsipan Unesa bisa dilihat hasil kerjanya. Apalagi prestasi arsiparis Unesa, telah dua kali juara nasional.

Majalah Unesa

“Semoga Kearsipan Unesa segera berbentuk UPT, supaya semakin jelas struktur atau organisasinya dan semakin maju,” harap Salamah. Senada, Basirun, salah seorang arsiparis Unlam mengatakan, salah satu alasan memilih Unesa karena aktivitas kearsipan Unesa sangat beragam. “Hal itu bisa kami lihat di internet,” ungkapnya,. Pada akhir pelatihan, Jumat, 22 April 2016dilaksanakan kegiatan Kunjungan Kearsipan. Para peserta diajak berkunjung sekaligus mengamati kegiatan kearsipan di fakultas/unit kerja di Kampus Lidah Wetan. Unit Kearsipan LP3M (PPG) dan Unit Kearsipan FIK terpilih menjadi tempat kegiatan Kunjungan Kearsipan ini.n (DJP/HUMAS)

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

17


LENSA UNESA

Upacara Peringatan Hardiknas 2016 emperingati Hari Pendidik­ an Nasional, yang jatuh pada 2 Mei 2016, Unesa mengadakan upacara bedndera yang melibatkan sivitas akademika terdiri atas dosen, karyawan dan mahasiswa se-lingkung Unesa. Peringantan upacara Hardiknas dipimpin langsung oleh Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S selaku pembina upacara. lHUMAS

18

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

Majalah Unesa


LENSA UNESA

UPACARA

HARKITNAS KE-108 JUMAT, 20 Mei 2016, Unesa melaksanakan Upacara Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-108 bertempat di halaman Gedung Pusat Kam­ pus Unesa Ketintang. Upacara bendera peringat­ an Hari Kebangkitan Nasional ke-108 ini dihadiri jajaran civitas akademika Unesa mengusung tema “Mengukir Makna Kebangkitan Nasional dengan Mewujdukan Indonesia yang Bekerja Nyata, Mandiri, dan Berkarakter. “Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S bertindak sebagai Pembina Upacara.. l(HUMAS)

SEMARAK SBMPTN 2016 DI UNESA

SELEKSI Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dilakukan secara serentak di seluruh Indonesia. Unesa yang diper­ caya sebagai Panitia Lokal 50 Surabaya dan Madura SBMPTN 2016 melaksanakan Tes SBMPTN 2016 pada Selasa (31/05/2016) di Universitas Negeri Surabaya. Ada dua dua tes yang dilakukan, yakni melalui Tes CBT (Computer Basic Test) dan PBT (Basic Tes). Tes CBT dilakukan secara online dan bertempat di beberapa perguruan tinggi negeri yakni Unesa , Unair dan ITS. Tes CBT SBMPTN 2016 yang berada di Unesa bertempat di Gedung G9 Fakultas Ekonomi Unesa Surabaya.l HUMAS RALAT

Pada rubrik Lensa Unesa edisi 91 terjadi kesalahan ketik ‘Pelatihan Auditor Terintegrasi Ban-FT dan ISO’ yang benar ‘Pelatihan Auditor Terintegrasi Ban-PT dan ISO’

Majalah Unesa

| Nomor: 93 Tahun XVI I- Mei 2016 |

19


KOLOM REKTOR Bagi setiap anak, pendidikan merupakan hak yang harus dipenuhi oleh para orang tua dan pemerintah, karena melalui pendidikanlah potensi yang dimiliki bisa dikembangkan secara optimal. Pendidikan merupakan sarana untuk membangun kompetensi anak, sehingga memiliki modal untuk hidup secara mandiri. Oleh karena itu, peringatan hari pendidikan nasional harus dimaknai sebagai gerakan untuk menumbuhkan kesadaran dan kepedulian terhadap pendidikan anak.

S

etiap tahun kita selalu mempe­ ringati hari pendidikan nasional yang jatuh pada 2 Mei, yang sebenarnya merupakan hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara salah satu tokoh pendidikan nasional. Pe­ ringatan hari pendidikan nasional tentu bukan sekadar melaku­ kan upacara, tetapi juga untuk mengukuhkan dan mempertegas bahwa pendidikan merupakan hal penting bagi bangsa Indonesia, sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan UUD 1945, bahwa salah satu tujuan kemerdekaan adalah mencerdaskan kehidup­ an bangsa. Para pendiri negara menyadari bahwa untuk mengisi kemerdekaan dan suatu negara maju dibutuhkan sumber daya manusia yang cerdas dalam berkehidu­ pan. Untuk itu, pendidikan menjadi salah satu cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bukan hanya penting dan dibutuhkan bagi bangsa dan negara, tetapi juga oleh masyarakat, orang tua, dan anak. Bagi bangsa dan negara pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai modal pembangunan. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kemajuan suatu bangsa bukan ditentukan oleh banyaknya sumber daya alam, tetapi lebih ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Telah terjadi pergeseran paradigma dalam perkembangan ekonomi dari ekonomi berbasis pertanian ke industri dan sekarang ke arah ekonomi berbasis pengetahuan (Knowledge based economy). Oleh karena itu, bangsa yang memiliki

sumber daya manusia yang kreatif memungkinkan untuk menghasilkan berbagai inovasi dalam bidang ilmu dan teknologi, yang akan menjadi basis kekuatan ekonomi. Bagi masyarakat pendidikan merupakan bagian dari proses

MEMAKNAI

HARI PENDIDIKAN

20

NASIONAL

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

internalisasi nilai dan norma kepada generasi baru. Internalisasi tersebut dilakukan untuk menjamin keberlanjutan budaya yang telah dibentuk oleh generasi sebelumnya. Proses internalisasi tersebut dilakukan melalui lembaga keluarga dan sekolah. Keluarga dan sekolah menjadi lembaga untuk mewariskan budaya kepada generasi muda. Sejak kecil anak dikenalkan dengan nilainilai dan norma yang diyakini dan dianut oleh masyarakat. Bagi orang tua, pendidikan juga bisa menjadi sarana untuk mengukuhkan status sosial. Kesadaran para orang tua akan arti pendidikan telah mulai meningkat, meskipun sebagian masyarakat masih memaknai sebagai simbol status sosial. Bagi orang tua yang bisa menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi akan memiliki “gengsi” tersendiri. Fenomena itu bisa kita lihat pada tahun ajaran baru. Semangat orang tua (khususnya

Majalah Unesa

Oleh Prof. Dr. Warsono, M.S.

mereka yang memiliki kemampuan ekonomi) terkadang lebih tinggi dibandingkan dengan anaknya dalam mencari sekolah, termasuk masuk ke perguruan tinggi. Bagi setiap anak, pendidikan merupakan hak yang harus dipenuhi oleh para orang tua dan pemerintah, karena melalui pendidikanlah potensi yang dimiliki bisa dikembangkan secara optimal. Pendidikan merupakan sarana untuk membangun kompetensi anak, sehingga memiliki modal untuk hidup secara mandiri. Oleh karena itu, peringatan hari pendidikan nasional harus dimaknai sebagai gerakan untuk menumbuhkan kesadaran dan kepedulian terhadap pendidikan anak. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat, dan pemerintah sesuai dengan perannya masing-masing. Kebijakan pemerintah untuk memberi beasiswa pendidikan bagi masyarakat miskin (Bidikmisi), telah menumbuhkan kesadaran, harapan dan kepercayaan masyarakat untuk bisa melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi, bahkan sampai ke jenjang S2 dan S3. Dari tahun ke tahun jumlah pendaftar beasiswa bidik misi terus meningkat. Bahkan semangat mahasiswa Bidikmisi untuk melanjutkan studi ke jenjang S2 pun terus meningkat. Sekarang tinggal bagaimana komitmen pemerintah dalam menyediakan anggaran untuk mewadahi semangat dan harapan mutiara-mutiara bangsa yang lahir dari keluarga yang kurang beruntung. Mahasiswa Bidikmisi telah terbukti mampu berprestasi dan tidak kalah


KOLOM REKTOR dengan mereka yang lahir dari keluarga berada. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana Unesa memaknai hari pendidikan nasional. Bagi Unesa, peringatan hari pendidikan nasional, tentu bukan sekadar melakukan serangkaian upacara dan kegiatan seremonial. Bagi Unesa, khususnya Fakultas Ilmu Pendidikan menjadikan bulan Mei sebagai bulan pendidikan yang diisi dengan berbagai kegiatan dan seminar yang mendatangkan para pakar pendidikan dari luar Unesa. Bagi Unesa, peringatan hari pendidikan tentu bukan sekadar mengingat sebagai bulan pendidikan, tetapi harus dimaknai sebagai suatu refleksi dan kajian terhadap berbagai masalah pendidikan yang sedang maupun yang akan dihadapi oleh bangsa ini. Sayang, peringatan hari pendidikan belum dijadikan sebagai momen untuk melakukan kajian kritis dan refleksi terhadap pendidikan secara utuh, sehingga mampu menghasilkan suatu karya atau sumbangan pemikiran tentang pendidikan kepada bangsa dan negara. Unesa sebagai lembaga pendidikan tinggi tenaga kependidikan memiliki tanggung jawab moral untuk terus mengkaji dan mengembangkan ilmu pendidikan dan teori pembelajaran. Unesa memiliki sejarah dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), yang memiliki tugas utama menghasilkan tenaga pendidik (guru) dan kependidikan. Tugas tersebut sampai sekarang masih terus melekat di Unesa dengan diberi kewenangan tambahan untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi di bidang ilmu nonkependidikan, dengan maksud untuk memperkuat keilmuan dari para calon tenaga pendidik. Sejak berubah dari IKIP surabaya menjadi Universitas Negeri Surabaya tahun 1999, sampai sekarang yang sudah berlangsung hampir 17 tahun belum pernah dilakukan evaluasi terhadap perubahan paradigma tersebut. Evaluasi terhadap perubahan paradigma ini seharusnya menjadi bagian yang harus dilakukan oleh seluruh sivitas akademika Unesa, terutama para pimpinan dan para

guru besar, sebagai bagian dari kajian kritis dan reflektif dalam bulan pendidikan. Sampai saat ini, seluruh fakultas di Unesa masih menyelenggarakan pendidikan program studi (prodi) kependidikan, disamping prodi nonkependidikan. Dalam kenyataannya, antara prodi kependidikan dan nonkependidikan memiliki perbedaan, bukan hanya dalam bidang kajian, tetapi juga budaya. Prodi kependidikan yang akan menghasilkan tenaga pendidik (guru), menuntut lingkungan (budaya) yang kondusif untuk membangun kepribadian sebagai seorang pendidik. Para calon guru diharapkan mampu menjadi suri teladan bagi para siswanya baik dalam berpakaian, bertutur kata, bersikap dan bertindak. Kepribadian ini merupakan bagian yang tidak bisa diabaikan dalam menghasilkan pendidik. Bahkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen, kepribadian merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Berbeda dengan prodi ilmu nonkependidikan yang tidak menjadikan kepribadian sebagai bagian dari kompetensi. Kompetensi prodi ilmu nonkependidikan lebih menekankan kepada penguasaan konsep dan teori, serta mampu mengaplikasikan teori untuk memacahkan masalah. Kemampuan berpikir secara ilmiah dan bernalar secara sehat merupakan bagian penting dalam kompetensi prodi ilmu nonkependidikan. Akibatnya, budaya yang dibutuhkan bagi prodi ilmu nonkependidikan berbeda dengan budaya prodi ilmu pendidikan. Integrasi antara mahasiswa prodi ilmu kependidikan dan nonkependidikan dalam satu fakultas tentu akan menghasilkan dialektika budaya yang sintesanya tentu berbeda dengan budaya pada saat Unesa masih berstatus sebagai IKIP. Memang pendapat ini masih merupakan hipotesis, karena sampai saat ini belum dilakukan penelitian untuk membuktikan hipotesis tersebut. Namun secara logika interaksi antara budaya ilmu nonkependidikan dengan

kependidikan akan menghasilkan akultarasi budaya yang hasilnya berbeda dengan budaya sebelumnya. Salah satu yang diharapkan dengan perubahan status menjadi universitas dan perluasan mandat adalah menghasilkan kualitas guru yang labih baik. Secara konkret pertanyaannya adalah apakah calon guru yang dihasilkan sekarang lebih baik daripada ketika masih berstatus sebagai IKIP. Penelitian untuk menjawab pertanyaan di atas menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh para pakar pendidikan di Unesa. Persoalan lain yang juga menuntut kajian secara kritis dan mendalam adalah adanya kebijakan pemerintah tentang kurikulum yang berganti-ganti yang membawa dampak pada keresahan para guru. Para guru bukan hanya mengalami kebingungan tetapi juga mengalami kesulitan mengimplementasikan kurikulum baru (Kurikulum 2013). Sebagai perguruan tinggi yang memiliki fokus utama dalam bidang pendidikan, Unesa juga mempunyai tanggung jawab moral untuk memberi pencerahan dan bimbingan kepada para guru, karena sebagian guru yang resah adalah alumni Unesa. Sebagai lembaga pendidikan tinggi yang memiliki banyak pakar pendidikan (guru besar), Unesa harus tampil dengan pemkiran kritis dan inovatif dalam pengembangan sistem pendidikan di Indonesia. Para pakar harus tertantang untuk melakukan penelitian yang hasilnya bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sehingga bisa disumbangkan kepada pemerintah. Para pakar bukan hanya sebagai pengguna kebijakan, tetapi seharusnya menjadi penguat atau pengkritik kebijakan atas dasar hasil penelitian dan kajian akademis. Tugas akademis seperti ini tampaknya masih belum dilakukan oleh Unesa secara maksimal, dan ini menjadi tantangan sekaligus pekerjaan rumah yang harus dilakukan, jika Unesa ingin menjadi perguruan tinggi yang disegani. n

Majalah Unesa

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

21


ARTIKEL

WAWASAN

OF IMAGINATION Oleh RUDY INDARTO, S.Pd.*

Dampak sebuah imajinasi begitu dahsyat. Imajinasi ini dapat diarahkan menjadi hal yang positif. Salah satu di antaranya adalah menggunakannya sebagai alat dalam proses pembelajaran di sekolah. Bukan saja dalam bidang ilmu bahasa dab sosial budaya, tetapi juga dapat digunakan dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam.

D

alam sebuah proses pembelajaran, guru meminta salah seorang siswa bercerita tentang cerita rakyat yang diketahui. Dengan lancar dan jelas, siswa itu bercerita tentang kisah cinta Roro Mendut dan Pronocitro. Piawai sekali si siswa memainkan ritme, volume dan penekanan kata. Dia bercerita seakan terlibat dalam kisah itu. Cerita si siswa mampu membuat perasaan pendengarnya terhanyut, bahkan ada yang terharu. Selesai bercerita, suasana kelas hening. Beberapa detik kemudian, terdengar riuh tepuk tangan dari guru dan siswa lain. Dalam sebuah lomba poster yang diadakan BNN, seorang siswa tampil sebagai pemenangnya. Pada lomba ini, panitia lomba hanya memberikan tema “katakan tidak untuk narkoba�,. Semua peserta lomba diminta menerjemahkan tema itu dalam sebuah poster. Siswa ini mampu menerjemahkan tema tersebut menjadi sebuah poster yang begitu menarik. Dengan mahir, si siswa memainkan warna, tulisan dan simbol-simbol antinarkoba, sehingga menjadi poster yang sangat menarik. Hanya dengan sekali lihat, orang dapat menangkap pesan betapa jahatnya narkoba. Bukan itu saja, kalau lihat poster ini, orang akan tahu bahwa pembuat poster adalah seorang yang

22

benar-benar antinarkoba. Dalam kelas Matematika, seorang siswa dapat mengerjakan soal-soal yang komplek tanpa membuat coretan di kertas. Seakan-akan jawaban dari soal itu, sudah muncul begitu saja. Dengan hanya membaca soal itu, si siswa langsung dapat menulis jawabannya. Siswa ini seperti menguasai ilmu sihir atau prewangan. Guru tidak percaya dengan kehebatan si siswa, maka beliau membuat soal yang lebih sulit. Dan, dalam hitungan detik, setelah dia membaca soal itu, siswa tersebut langsung dapat menulis jawabannya. Wow amazing. Hanya itu yang bisa diucapkan sang guru. Ketiga kisah di atas adalah contoh “kekuatan imajinasi�. Kemampuan ini, istilah kerennya disebut sebagai kemampuan imajinasi sintetis. Kemampuan ini, membuat seseorang dapat mengatur konsep, gagasan atau rencana lama menjadi perpaduan yang baru. Kemampuan ini sebenarnya sederhana karena dia, hanya bekerja dengan bahan pengalaman, pendidikan dan pengamatan yang dilakukan. Kemampuan berimajinasi inilah yang menjadi awal berbagai penemuan yang menyejahterakan manusia. Demikian dahsyatnya akibat sebuah imajinasi. Imajinasi ini dapat diarahkan menjadi hal yang positif. Salah satu di antaranya adalah menggunakannya

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

Majalah Unesa

sebagai alat dalam proses pembelajaran di sekolah. Bukan saja dalam bidang ilmu bahasa, seni, sosiologi dan antropologi, kemampuan berimajinasi sintesis juga dapat digunakan dalam proses pembelajaran Ilmu Alam seperti Kimia, Fisika, maupun Biologi. Bahkan, kemampuan berimajinasi telah diterapkan dalam ilmu matematika sejak dulu. Saat siswa mulai belajar bangun ruang (3 dimensi) maka siswa mulai belajar dengan menggunakan imajinasinya. Mereka membayangkan bentuk balok, kerucut, prisma dan bentu-bentuk lain. Walaupun pada proses belajar ini biasanya digunakan benda nyata (model bangun) tetapi peran imajinasi sangatlah penting. Saat siswa kelas rendah belajar berhitung biasanya dalam kelas kontekstual learning digunakan gambar bendabenda nyata seperti pensil, sepeda dan benda lain sebagai alat bantu. Pada proses belajar ini anak yang memiliki daya imajinasi lebih cepat belajarnya. Mengingat begitu pentingnya peran imajinasi dalam proses belajar, maka kemampuan imajinasi harus selalu diperkuat. Menurut penelitian, kemampuan imajinasi seseorang akan melemah bila jarang digunakan. Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu menggunakan imajinasi siswa dalam proses belajar, sehingga kemampuan imajinasi ini dapat semakin kuat dan


ARTIKEL WAWASAN membantu siswa mempelajari ilmu yang sedang dipelajari. Pertanyaan sederhana dalam pelajaran PKn seperti “apa yang akan Anda lakukan bila menjadi komisioner KPK?“ Pertanyaan ini dapat membuat siswa mengembangkan kemampuan imajinasinya. Atau, guru Biologi dapat memaparkan sebuah data sederhana seperti “puluhan tahun yang lalu untuk mendapatkan hasil panen padi diperlukan waktu 6 bulan. Sudah dua dekade ini untuk padi mulai dari proses tanam hingga panen diperlukan waktu 3,5 bulan. Kira-kira 50 tahun lagi, berapa waktu yang diperlukan mulai tanam hingga panen?” Siswa akan berimajinasi begitu jauh mungkin sampai pada suatu keinginan bahwa “suatu saat manusia akan memanen padi di sore hari dari benih yang dia tanam di pagi hari.” Tetapi, seorang guru harus berhatihati bermain dengan imajinasi. Guru sebagai fasilitator dalam proses belajar harus mengerti perbedaan antara imajinasi, fantasi, dan khayalan. Imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan atau menciptakan gambar (lukisan, karangan, dsb) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang. Fantasi merupakan sebuah mimpi yang berkembang di luar jangkauan manusia sehingga tidak memiliki parameter yang real dalam mewujudkannya. Contoh, seorang berfantasi dapat kembali ke masa lalu dan memperbaiki kehidupannya. Sedangkan khayalan atau ilusi adalah wujud dari kepalsuan. Berimajinasi beda dengan berfantasi dan lebih beda lagi dengan berkhayal. Berkhayal adalah sesuatu yang tidak produktif dan cenderung bersifat negatif. Khayalan mengingkari kenyataan yang tidak dapat diubah. Misalnya seorang wanita berhayal jadi pria. Olah karena itu, siswa tidak boleh hidup dalam dunia khayal. Walaupun kemampuan imajinasi dapat menjadi alat dalam pembelajaran, tetapi pembelajaran juga dapat melemahkan kemampuan ini. Cara mengajar dan kebenaran yang diyakini oleh sang pembelajar (guru) sangat memengaruhi kemampuan imajinasi siswanya. Kalau hal ini positif, maka akan meningkatkan kemampuan berimajinasi. Sebaliknya, jika bersifat negatif,

Kemampuan imajinasi merupakan bakat alam yang dimiliki setiap anak. Menggunakan kemampuan imajinasi siswa sebagai alat dalam pembelajaran adalah sebuah strategi yang perlu dilakukan.

kemampuan imajinasi siswa menjadi lemah. Sebagai contoh, dari zaman saya TK, sampai sekarang jika siswa diminta menggambar pemandangan alam, maka dia akan menggambar dua gunung yang menjulang, di tengah-tengah gunung muncul matahari mulai bersinar. Di sudut salah satu gunung, tergambar jalan raya yang meliuk lengkap dengan tiang listrik di sebelah kiri dan pohon di sebelah kanan jalan. Pengalaman saya, sebelum masuk TK, anak saya suka sekali menggambar dan dengan imajinasinya dia mengambar yang aneh-aneh, tetapi setelah masuk TK buku gambarnya sepi dengan coretan. Isi buku gambarnya hanya gambar pemandangan yang berpola sama dengan yang saya paparkan di atas. Guru telah mematikan imajinasi siswanya. Contoh lain, seorang guru memberi nilai kurang kepada siswa TK ketika dia mewarnai gambar buah jeruk dengan warna ungu. “Nak, jeruk itu warnanya kuning atau hijau, kalau ungu itu anggur.” Demikian kata bu guru dengan penuh kesabaran. Juga, dalam sebuah kelas sains guru memarahi siswa yang tidak melakukan percobaan sesuai prosedur. Padahal, siswa sedang berpikir dengan cara lain mengenai percobaan itu. Dia sedang berimajinasi untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Sesuatu yang prosedural juga dapat mematikan imajinasi siswa. Mungkin hari ini jeruk hanya berwarna kuning dan hijau, tetapi siapa tahu suatu saat ada jeruk yang

Majalah Unesa

berwarna ungu, dan yang menemukan varietas ini adalah siswa yang mewarnai gambar jeruk dengan warna unggu tadi. Guru juga tidak akan menduga bahwa si siswa yang tidak prosedural ini suatu hari menjadi seorang penemu yang luar biasa. Tetapi semua kemungkinan ini tidak akan terjadi saat kedua contoh siswa itu berhenti berimajinasi karena dianggap salah oleh guru mereka. Hal lain yang dapat melemahkan kemampuan imajinasi siswa adalah komentar negatif. Sebagai orangtua, saya punya anak yang sangat pandai berimajinasi. Dia sering bercerita tentang hal-hal kesukaannya. Suatu kali, entah karena lelah atau bosan mendengar cerita adiknya, kakaknya memberi komentar “BOHONG.” Si adik jadi terdiam, dan berlalu dari kakaknya. Kebetulan, saya melihat kejadian itu. Si kakak lantas saya beri nasihat agar tidak berkata seperti itu lagi kepada adiknya. Melihat kemampuan si kecil itu, saya memiliki keyakinan bahwa jika dibimbing dengan baik dia akan menjadi “sesuatu”. Komentar negatif dari guru atau orang lain yang dipercaya oleh siswa dapat melemahkan kemampuan imajinasi siswa yang merupakan mesin kreatif siswa. Kemampuan imajinasi merupakan bakat alam yang dimiliki setiap anak. Menggunakan kemampuan imajinasi siswa sebagai alat dalam pembelajaran adalah sebuah strategi yang perlu dilakukan. Banyak hal yang dapat dicapai bersama siswa jika kita menggunakan imajinasi mereka dalam proses belajar. Sejalan dengan daya imajinasi yang meningkat, maka keberhasilan belajar siswa juga meningkat. Memang masih perlu sebuah kajian lebih serius akan hal ini. Tetapi, kita pasti maklum bahwa banyak hal yang dapat dilakukan dengan “The Power Of Imagination.” n *)Penulis adalah Guru Kimia SMAN Kedungadem-Bojonegoro.

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

23


INSPIRASI

ALUMNI

Perjuangan Ida Yuhana Wujudkan Mimpi

STUDI S2 DAN DIRIKAN SEKOLAH SENDIRI TIDAK ADA SESUATU YANG TIDAK MUNGKIN. SEMUA BERAWAL DARI MIMPI. JIKA MENGINGINKAN SESUATU, MULAILAH DENGAN TERUS MENULISKAN MIMPI ITU. SUATU SAAT, MIMPI ITU NISCAYA AKAN TERWUJUD.

I

da Yuhana Ulfa. Demikian nama lengkap alumni PPB FIP Unesa itu. Sejak kecil, dia hidup di lingkungan yang agamis meski tidak ada pesantren di sekitarnya. Pendidikan dan lingkungannya sarat dengan kegiatan keagamaan, mulai TPQ dan kegiatan mengaji setiap sore hingga malam. Saat sekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI), dia mulai mengenal pesantren. Dia selalu ikut kakak keponakannya mondok di pesantren Desa Temboro Magetan dan di Jombang setiap libur akhir semester. Sejak itu dia bercitacita, kelak jika sudah lulus MI ingin mondok. Sesuai keinginannya, lulus dari MI, dengan keyakinan penuh dia berketetapan hati mondok di PP Al-Fathimiyah, Bahrul Ulum Tambak Beras, Jombang, salah satu pesantren salaf terbesar di Jawa Timur. Selama 6 tahun, dia bersekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Tambak Beras dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tambak Beras. Perempuan berjilbab kelahiran Magetan 8 Oktober 1981 itu mengakui, selama digembleng di PP Al Fathimiyah inilah, dia mulai mengenal dasar-dasar berorganisasi dan memanajemeni sebuah organisasi yang agamis. “Di ponpes ini, selain belajar agama, saya

24

mengikuti berbagai macam pelatihan, baik latihan kepemimpinan, manajemen dan berbagai hal terkait organisasi,” paparnya. Usia remaja yang dihabiskan di pesantren, membuat Ida Yuhana memiliki banyak pengalaman hidup. Dia pun mengenal dan memiliki teman dari berbagai penjuru Indonesia dengan berbagai latar budaya. “Dari situlah, saya belajar bertoleransi dengan berbagai macam budaya baru,” kenangnya. Selama mondok, pengalaman yang paling membuat dia kerap bersedih adalah ketika rindu orang tua. Maklum, sebagai santri yang masih remaja, tentu perasaan rindu kepada orang tua akan terasa membuncah ketika harus jauh dari orang-orang terdekatnya. Apalagi, sebagaimana tradisi pesantren, tertib dan disiplin menjadi aturan yang wajib bagi para santri. Orang tua hanya boleh sambang pesantren satu bulan sekali. “Jika saya merindukan orang tua, apalagi pas uang habis, saya biasanya menangis sembari duduk meringkuk di pojok kamar. Nelangsa sekali rasanya,” kenangnya. Meski demikian, dia sadar bahwa hal-hal seperti itulah yang mampu membentuknya menjadi pribadi mandiri, matang, dan tidak bergantung pada orang lain. Apalagi,

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

Majalah Unesa

kedua orang tuanya, senantiasa menanamkan hidup hemat dan sederhana agar semua saudaranya mendapatkan pendidikan terbaik. Kedua orang tua Ida Yuhana, berlatar belakang PNS. Ayahnya, menjabat sebagai Kepala BP7 di Kabupaten Magetan. Ibunya, kepala sekolah yang berstatus PNS juga. “Orang tua kami selalu menekankan bahwa kualitas seseorang tidak ditentukan dari harta yang berlimpah, tapi dari kualitas ilmu yang dimiliki,” ungkapnya. Guru Bukan Profesi Keren Setelah menamatkan MAN Tambak Beras, Unesa menjadi pilihan melanjutkan studi. Pilihan melanjutkan ke eks IKIP Surabaya itu dilakukan setelah mempertimbangkan saran gurunya agar ikut jalur PMDK. Waktu itu, dia langsung mengiyakan meski sebenarnya tidak tahu harus memilih jurusan apa. Akhirnya, dengan pertimbangan seperlunya, dia memilih jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (sekarang Bimbingan dan Konseling). “Waktu itu, saya pikir setelah lulus S1 akan menjadi psikolog. Setelah pengumuman diterima PMDK, saya baru tahu kalau ternyata nanti menjadi guru. Entahlah, saat itu, bagi saya, guru bukanlah salah satu profesi


INSPIRASI ALUMNI yang keren dan bergengsi,” terangnya. mampu membentuk dirinya menjadi Tahun 2010, dia sampaikan ke Jika mengingat masa itu, Ida perempuan tangguh dan pantang suaminya tentang kedua mimpi Yuhana selalu ingin tertawa. menyerah. “Semua pengalaman tersebut. Dia bilang kepada sang Dia menyadari betapa labil dan itu, benar-bernar saya dapatkan di suami, “Kalau nanti kita punya rezeki. bingungnya dia kala itu akibat almamater tercinta, Unesa,” terangnya. Saya tidak ingin rumah mewah minimnya informasi. Namun, kini dia atau mobil bagus. Tapi, saya ingin sangat bersyukur bisa mengenyam Mimpi yang Direstui punya sekolah sendiri, khususnya pendidikan di Unesa. “Saya tersesat di Suatu ketika, saat kuliah dulu, dia untuk anak-anak yang tidak mampu, jalan yang benar. Unesa pilihan yang pernah mendapat petuah penting dari tapi tetap unggul dan berkualitas. sangat tepat bagi saya,” ungkapnya salah seorang seniornya. Kala itu, sang Alhamdulillah, suami setuju. sembari tersenyum. senior bilang, “Tidak ada sesuatu yang Kedua mimpi itu pun dia wujudkan. Tahun pertama, tepatnya Tahun 2012, dia menempuh tahun 1999 menjadi studi S2 di Universitas Negeri mahasiswa Unesa, dia benarMalang (UM). Setahun benar menjadi mahasiswa kemudian, pada 2013, dia “lurus”. Setiap hari kuliah, berhasil lulus S2. Mimpi tidak pernah membolos, dan pertama, di coretan dinding selalu rajin mengerjakan kamarnya pun kini telah dia tugas. Semester ketiga, wujudkan. cara pandangnya mulai Lulus S2, dia pun berbalik arah. Saat itu, berkomitmen untuk akademisi baginya sangat mewujudkan mimpi membosankan, dan tidak berikutnya, mendirikan membuatnya menjadi sekolah. Setelah pintar. Ini juga dipengaruhi berkonsultasi ke sana-sini, karena dia mulai mengenal akhirnya dia memberanikan organisasi intra kampus, saat diri mendirikan SMK. Maka itu disebut HMJ (Himpunan tahun 2014, berdirilah SMK Mahasiswa Jurusan). “Saya Roudlotul Huda Magetan, benar-benar terkagumdan penanggungjawab kagum dengan para senior manejemennya adalah dia yang pandai bicara, dan sendiri. berani menyuarakan kebenaran,” ingatnya sambil Kepala Sekolah Sekaligus tersenyum. Pemilik Yayasan Dia pun berkomitmen Banyak suka dan duka untuk masuk ke organisasi. ketika menjabat sebagai WAKTU ITU, SAYA PIKIR SETELAH Beberapa jabatan LULUS S1 AKAN MENJADI PSIKOLOG. kepala sekolah sekaligus organisasipun dilahapnya. pemilik yayasan. Passionnya SETELAH PENGUMUMAN DITERIMA Mulai ketua HMJ PPB, memang di manajemen. Ketua BEM Fakultas, UKM, Namun, dia mengaku agak PMDK, SAYA BARU TAHU KALAU dan di kepengurusan pelupa. Meski demikian, TERNYATA NANTI MENJADI GURU. BEM Universitas. Dia juga dia bisa sangat detail dan ENTAHLAH, SAAT ITU, BAGI SAYA, GURU aktif di berbagai kegiatan memiliki kemampuan daya ekstra kampus seperti kontrol yang cukup baik. Jadi, BUKANLAH SALAH SATU PROFESI YANG Sanggar Abu-Abu dan PMII. karena fokus Kepala Sekolah KEREN DAN BERGENGSI. ” “Dengan berorganisasi adalah di manajemen, dia saya merasakan kebebasan menikmati tahapan proses berpikir dan bereksplorasi secara tidak mungkin. Dan, itu semua berawal dari kerja keras ini. “Satu hal yang saya kritis,” tandasnya. dari mimpi. Jika kamu menginginkan yakini, tidak akan ada usaha yang Ida Yo, demikian panggilan sesuatu, mulailah dengan terus sia-sia selama usaha itu dilakukan akrabnya, mengaku menikmati menuliskan mimpi itu, niscaya ia akan di waktu dan tempat yang tepat,” setiap detik kehidupan di kampus terjadi.” Petuah itu begitu membekas ungkapnya. yang semua serba menantang dan dalam dirinya. Oleh karena itu, ketika Sebagai pengelola yayasan menyenangkan. Dia mengaku tidak awal-awal menjadi guru PNS, dia pun sekaligus kepala sekolah, tentu pernah sedih selama menghabiskan sudah menulis di dinding kamarnya ada dilemanya, terutama pada dua kuliah S1 selama 5 tahun. Dia sangat sebuah mimpi 2 hal. Pertama, ingin pilihan, antara pilihan kemanusiaan bersyukur mendapatkan pengalaman melanjutkan studi S2. Kedua, ingin atau pilihan disiplin manajemen. Dia berorganisasi di kampus karena punya sekolah sendiri. mencontohkan ketika menghadapi

Majalah Unesa

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

25


INSPIRASI

ALUMNI

siswa yang bandel, suka membolos dan sebagainya. Satu sisi, kalau bicara kemanusiaan, siswa tersebut seharusnya tetap diberi kesempatan bersekolah meskipun sudah membolos berkali-kali. Sebab, jika si siswa sampai dikeluarkan, justru sekolah sudah tidak dapat mengontrol mereka dan masa depannya pasti akan semakin tidak karu-karuan. Namun, jika mengacu pada sistem disiplin manajemen, siswa yang membolosnya sudah di luar batas maksimal, tentu harus dikeluarkan agar tidak menjadi virus bagi teman-temannya. “Dilemadilema seperti itu sering terjadi pada sekolah swasta, apalagi yang baru berdiri 2 tahun. Ya, bagaimanapun ini resiko, harus dihadapi,” tegasnya. Sebagai guru yang berlatar belakang BK, dia kerap melakukan home visit alias berkunjung ke rumah siswa yang sering membolos untuk mengetahui akar persoalannya. Saat home visit itulah, dia sering harus mengelus dada karena prihatin. Rumah-rumah siswa masih berlantai tanah, tidak punya jamban, temboknya masih terbuat dari bambu atau kayu. Antara satu ruang dengan ruang lain hanya diberi sekat kain usang. Sungguh memprihatinkan. Sementara, di sisi lain, siswa-siswa tersebut banyak

26

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

B I O D AT A S I N G K AT NAMA LENGKAP Ida Yuhana Ulfa S.Pd.,M.Pd NAMA BEKEN Ida Yo TEMPAT TANGGAL LAHIR Magetan, 8 Oktober 1981 RIWAYAT PENDIDIKAN MI Plumpung MTsN Tambakberas Jombang MAN Tambakberas Jombang SI PPB - FIP Unesa S2 BK - UNM RIWAYAT ORGANISASI Ketua HMJ PPB Unesa Ketua BEM FIP Unesa Anggota DLM Universitas Sekretaris IPPNU Kab. Magetan Ketua PAC Fatayat Lembeyan RIWAYAT PEKERJAAN Wartawan Surabaya Post PNS guru di SMPN 1 Sidorejo PNS guru di SMPN 1 Lembeyan (2009-2016) PNS guru dan Kepsek di SMK Roudlotul Huda Magetan.

KIPRAH: Ida Yuhana Ulfa bersama Muspika dan Tim Paskibra SMK Roudlotul Huda Magetan.

yang sering melanggar aturan, sering membolos dan sebagainya. “Inilah yang kemudian menguatkan hati saya untuk selalu sabar menghadapi anakanak ini. Sebab, apapun keadannya, mereka adalah calon generasi masa depan,” jelasnya sambil menitikkan airmata. Sebagaimana cita-cita luhurnya, Ida Yuhana ingin agar SMK Roudlotul Huda Magetan yang dipimpin dan dikelolanya, dapat menjadi sekolah berkualitas dengan biaya yang sangat ringan. Dia ingin agar sekolah yang bagus dan berkualitas tidak hanya dinikmati siswa yang kaya, tapi bisa juga dari keluarga kurang mampu. Selain menjadi kepala sekolah, Ida Yuhana juga aktif di organisasi Fatayat tingkat desa, mengelola pesantren dan sebagai ibu rumah tangga. “Saya belum menjadi orang sukses. Saya hanya berusaha menjadi pribadi yang bisa memberi manfaat bagi orang lain. Dan, saya yakin bahwa kerja keras, tidak akan pernah menghasilkan hal yang sia-sia. Jangan lupa, tetap open mind, kreatif, dan out of the box,” pungkasnya. n (RUDI UMAR)

Majalah Unesa


SEPUTAR FBS

FBS Pelopori Kegiatan Literasi Siswa

M

engenalkan literasi sejak dini kepada anak menjadi hal penting yang harus dilakukan. Itulah yang menjadi komitmen FBS untuk membantu mewujudkan upaya pemerintah membudayakan literasi kepada anakanak melalui Pelatihan dan Lomba Menulis Cerpen khusus Sekolah Dasar. Kegiatan yang diselenggarakan Tim Literasi FBS itu dilaksanakan di Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Unesa pada Minggu 29 Mei 2016 di Auditorium Lantai III FBS. Pelatihan dan Lomba Menulis Cerpen itu mendapat sambutan antusias dari peserta. Itu dibuktikan dengan jumlah peserta yang mencapai 172 peserta dari berbagai siswa sekolah dasar di Surabaya dan Jawa Timur. Wakil Rektor I Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si, ikut mendampingi bersama Dekan FBS, Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd. Dalam sambutannya, Dekan FBS, Prof. Bambang Yulianto

menyampaikan kepada para peserta bahwa kegiatan tersebut merupakan tahap awal dalam mewujudkan budaya literasi siswa SD. Pada tahap berikutnya, ungkap Bambang, akan dilanjutkan dengan kegiatan serupa untuk siswa SMP & SMA sederajat. Bahkan, nanti dirancang pula untuk para guru. “Kegiatan ini sejalan dengan program Gerakan Literasi Sekolah yang dicanangkan pemerintah secara nasional. Kami berharap FBS Unesa bisa menjadi pioner dalam mewujudkan program tersebut melalui pelatihan kepada anak-anak SD,SMP dan SMA,” paparnya Dr.Yuni Sri Rahayu, M.Si, Wakil Rektor 1 mengapresiasi kegiatan yang dilakukan FBS. Kegiatan tersebut, bisa menjadi embrio pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah dan menjadi contoh bagi fakultas lain di Unesa. Yuni, demikian panggilan akrabnya, sangat berharap dan mendorong FBS menjadi pioner untuk pelaksanaan

Majalah Unesa

Gerakan Literasi Sekolah. “Saya berharap kegiatan seperti ini tidak berhenti di tahun ini saja, tapi bisa menjadi agenda rutin setiap tahun dengan jangkauan peserta lebih luas dan jumlah lebih banyak lagi,” harapnya. Pada pelatihan menulis cerpen, Sirikit Syah, salah satu tokoh literasi ternama menjadi pemateri dan pembimbingnya. Sementara, juri lomba terdiri atas Pratiwi Retnangdiyah, Ph.D, Dr. Ririe Rengganis, SS, M.Hum, Dr.Heni Subandiyah, M.Hum, Drs. Much Khoiri, M.Si, Endah Imawati, M.Pd, dan Drs. Evi Suryani. Selain pelatihan dan lomba menulis cerpen, acara juga diisi dengan hiburan dari mahasiswa FBS Unesa. Salah satunya, persembahan tari dari Jurusan Seni Drama Tari dan Musik, Seruling dan Tari dari Jurusan Bahasa Mandarin.n (SYAIFUL H)

| Nomor: 83 Tahun XVII - Mei 2016 |

27


SEPUTAR

FIP SEREMONIAL: Pelepasan balon ke udara tanda dimulainya perayaan Hardiknas di FIP Unesa

Kemeriahan Perayaan Bulan Pendidikan di FIP Unesa

F

akultas Ilmu Pendidikan memiliki agenda rutin menyambut peringatan Hari Pendidikan Nasional. Agenda rutin itu adalah perayaan peringatan bulan pendidikan. Kali ini, acara yang juga menjadi andalan fakultas tertua di Unesa itu digelar pada 14 – 15 Mei 2016. Berbagai rangkaian acara ikut menyemarakkan perayaan bulan pendidikan 2016 ini. Mulai jalan sehat, apresiasi seni mahasiswa, pagelaran wayang kulit, grand final putra dan

putri FIP, bazaar, bakti sosial, hingga bedah buku. Peringatan bulan pendidikan kali ini mengambil tema “Dengan Semangat Hardiknas Kita Tingkatkan Peran Fakultas Ilmu Pendidikan dalam Memperkuat Karakter Bangsa”. Sesuai tema yang diusung, FIP pada bulan pendidikan tahun 2016 ini berupaya meningkatkan perannya dalam memperkuat karakter bangsa. Hal ini dilakukan dengan terus berbenah dalam segala aspek

untuk menghasilkan mahasiswa yang berkarakter dan berkualitas, sehingga mereka siap terjun dalam masyarakat. Selain itu, FIP juga akan terus memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. “Yang terpenting adalah bagaimana FIP dapat memberikan kontribusi bagi pendidikan nasional dan memberikan solusi atas permasalahan pendidikan di Indonesia,” tutur Wakil Rektor II, Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. n(LINA MEZALINA)

Bedah Buku Karya Dosen Unesa

B

edah buku merupakan kegiatan rutin yang dilakukan di universitas. Pada bulan pendidikan tahun 2016, FIP mengadakan kegiatan bedah buku. Ada dua buah buku yang dibedah. Buku pertama berjudul Seuntai Asa untuk Unesa karya Muchlas Samani, Supari Muslim, Siti Magfirotun Amin, dkk dengan editor Lies Amin Lestari. Buku kedua berjudul Bhakti Unesa untuk Pendidikan karya M.V. Roesminingsih, Siti Masitoh, Wahyu Sukartiningsih, dkk dengan editor Mustaji. Kegiatan bedah buku diadakan pada 15 Mei 2016 dengan para pembahas yang mumpuni. Buku Seuntai Asa untuk Unesa dibahas oleh Dra. Pratiwi Retnaningdyah, M.Hum., M.A., Ph.D. Dosen Jurusan Bahasa Inggris FBS ini menyoroti terkait tulisan-tulisan reflektif. “Tulisan-tulisan reflektiflah yang perlu kita kembangkan,” ujarnya. Sementara, buku berjudul Bhakti Unesa untuk Pendidikan dibahas Prof. Dr. Yatim Riyanto, M.Pd. Buku tersebut merupakan kompilasi dari tulisan 20 dosen Fakultas Ilmu Pendidikan. Meski ada beberapa kekurangan dalam buku ini, Prof. Yatim memberikan apresiasi luar biasa kepada para dosen yang telah menghasilkan karya dalam durasi waktu

28

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

Majalah Unesa

cukup pendek. “Durasi yang cukup pendek saja sudah bisa menghasilkan karya. Apalagi durasinya panjang,” beber Yatim Riyanto. Kegiatan bedah buku seperti ini diharapkan lebih sering dilakukan di Unesa. Fakultas Ilmu Pendidikan dalam hal ini mencoba mensinergikan dan mewadahi karya-karya insan Unesa agar dapat dipublikasikan kepada dosen, mahasiswa, maupun masyarakat. “Jika Pak Jokowi terkenal dengan revolusi mental, Unesa sebagai LPTK ditantang dan ditunggu dengan revolusi pembelajaran,” tegas Wakil Rektor I, Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si menanggapi karya para dosen tersebut. n(LINA MEZALINA)


SEPUTAR FE

Talkshow FE Bersama TVRI

F

akultas Ekonomi menggelar acara talkshow melalui program Cendikia bersama TVRI di gedung G2 Fakultas Ekonomi. Talkshow dengan tema “Keunggulan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya” itu menghadirkan pimpinan Fakultas Ekonomi Unesa, yakni Drs. Eko Wahjudi, M.Si, Dekan, Susi Handayani. SE., Ak., M.Ak, Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Pujiono, SE., Ak., M.Si, Wakil Dekan II Bidang Keuangan dan Sarana Prasarana, dan Dr. Anang Kistyanyo, S. Sos., M.Si, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan. Mengawali talkshow, Dekan FE, Eko Wahyudi mengatakan bahwa meski Fakultas Ekonomi baru 10 tahun berdiri dan terbilang masih anak-anak, tapi bukan berarti tidak bisa berkompetisi dengan fakultas lain yang sudah lama ada. Eko menjelaskan, pada awalnya Fakultas Ekonomi hanya memiliki tiga program pendidikan saat memutuskan mendirikan Fakultas Ekonomi yang sudah berpisah dengan Fakultas Ilmu Sosial. “Alhamdulillah, FE terus berkembang sehingga

sekarang sudah memiliki 7 program pendidikan yang cukup diminati calon mahasiswa,” paparnya. Eko tak menampik, dengan begitu besarnya animo masyarakat mau tak mau Fakultas Ekonomi harus terus berbenah. Salah satunya, dengan menjaga kualitas pendidik atau dosen. Menurut Eko, Fakultas Ekonomi sudah dipersiapkan agar unggul pada dua ranah, yakni ranah Pendidikan Ekonomi dan ranah bidang Ekonomi itu

SYUTING: Pejabat Unesa menjadi narasumber dan pembawa acara dalam syuting Cendikia TVRI Jawa Timur.

sendiri. Tidak hanya unggul di kancah nasional, tapi juga mampu bersaing di kancah internasional. Wakil Dekan 1, Susi Handayani menargetkan semester depan masingmasing program pendidikan setidaknya akan memiliki satu kelas program pendidikan bilingual. Wacana itu, lanjut Susi Handayani sangat mungkin dilakukan karena dosen Fakultas Ekonomi saat ini dinilai mumpuni. Tercatat, ada 10 karya dosen yang tersebar sudah terindeks dan dipublikasikan secara internasional. “Mengingat Unesa pencetak guru profesional, dosen dituntut melalui penugasan, penelitian dan pengabdian. Selanjutnya, keseluruhan aspek yang dilakukan itu juga berguna dalam aktualisasi pembelajaran ekonomi di Unesa,” papar

Majalah Unesa

Susi Handayani. Tentu, untuk mewujudkan output yang unggul secara internasional harus disokong sarana dan prasaran yang memadai. Menanggapi hal itu, Wakil Dekan II, Pujiono mengatakan, FE sudah mempunyai laboratorium Pendidikan Ekonomi yang ditunjang software khusus praktik pembelajaran hasil MoU dengan Bank BNI Syariah. Selain itu, FE juga telah memiliki Galeri Investasi. Kiprah FE, ternyata tidak hanya pada lingkup Unesa saja, di Jawa Timur FE juga terlibat aktif dalam berbagai kegiatan. Di antaranya, pemberdayaan koperasi setiap tahun dan memiliki UMKM binaan di daerah Malang dan Magetan dalam hal menajemen keuangan. n(RARAS)

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

29


SEPUTAR

FE & FIP

BK Gelar Kuliah Tamu dan Seminar Nasional

D

alam rangka memperingati bulan pendidikan, jurusan Bimbingan dan Konseling mengadakan Seminar Nasional bertajuk Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan Karakter Menyongsong Generasi Emas. Acara dilaksanakan pada 28 Mei 2016 pukul 08.00 – 16.00 di Gedung O5 FIP. Peserta yang hadir berasal dari dosen PTN/PTS, guru SMP dan SMA se-Jatim serta mahasiswa. Seminar nasional menghadirkan pembicara yang kompeten di dunia pendidikan dan BK. Di antaranya, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jatim, Ketua ABKIN Jatim, Koordinator Dewan Pakar ABKIN Jatim, Sekjen MGBK Nasional, dan Ketua Jurusan BK UNESA. Seminar kali ini juga menghadirkan sesi prosiding. Selain seminar, jurusan BK juga menggelar kuliah tamu dengan menghadirkan pembicara AKBP Suparti, Kepala BNN. Para peserta mengaku senang dengan acara tersebut karena

Kuliah Tamu Direktur Mengajar

sangat bermanfaat. “Pembahasan seminar nasional sangat bagus karena berbicara mengenai karakter anak bangsa dalam dunia pendidikan. Saya berharap seminar ini mampu memberikan pendidikan karakter yang bermutu”, tutur Dedik Sutiawan, salah seorang peserta. n

Gebyar Kewirausahaan Young Enterpreneur Fest 2016

J J

urusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya mengadakan kegiatan kuliah tamu Direktur Mengajar di G3 Auditorium Fakultas Ekonomi, pada Selasa 10 Mei 2016. Kuliah tamu menghadirkan narasumber dari PT Swadaya Graha Gresik Nanang Sutedjo, S.E, M.M. Dalam paparannya, Nanang menjelaskan bagaimana Mengelola bisnis by Mindset for Winning Strategy . Kajur Manajemen, Dr. Ulil Hartono, S.E., M.Si mengatakan, kegiatan Kuliah Tamu Direktur Mengajar ini bertema “Mengelola Perusahaan yang cerdas cepat, cerdas ikhlas, cerdas tuntas”. Kuliah tamu dihadiri para mahasiswa, khususnya jurusan Manajemen. n(SYAIFUL H)

30

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

Majalah Unesa

urusan Manajemen melaksanakan Gebyar Kewirausahaan bertema “ Young Entrepreneur Fest 2016”. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari Mata Kuliah Kewirausahaan. Kegiatan diadakan selama dua hari mulai 26 s.d 27 Mei 2016 (Kamis dan Jumat) di area parkir Fakultas Ekonomi. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih mahasiswa, khususnya Jurusan Manajemen 2012 agar mempersiapkan diri menambah soft skills melalui kewirausahaan. Selain diramaikan dengan stand, berbagai kegiatan juga dilakukan seperti performance meliputi Festival Jajanan, Live Akustik, Stand Up Comedi, dan Games sefrta lomba fashion show “Muslim” dan Kreasi Hijab Tingkat Mahasiswa dan umum. Hari berikutnya, dilanjutkan dengan kegiatan pembukaan yang dilakukan oleh Ketua Jurusan Manajemen, Dosen Pembimbing Mata Kuliah, dan Dekan Fakultas Ekonomi yang sekaligus meresmikan kegiatan Gebyar Wirausaha tersebut. n(SYAIFUL H)


SEPUTAR BEM & UKM

UKIM Siap Mandiri Berwirausaha

U

nit Kegiatan Ilmiah Mahasiswa (UKIM) Unesa mengadakan seminar RnB (Research and Business). Kegiatan seminar ini bertujuan membekali anggota UKIM untuk meningkatkan secara mandiri dan belajar di dunia bisnis. Seminar dilaksanakan pada Minggu 1 Mei 2016, di Home Theater Perpustakaan Universitas Negeri Surabaya. Seminar dihadiri mahasiswa Unesa, Pengurus Ukim 2015 dan mahasiswa luar. Sebelumnya materi dimulai, para peserta terlebih dahulu melakukan praktik berjualan maupun observasi. Itu dilakukan agar peserta bisa mengetahui strategi pemasaran maupun peluang yang ada di pasar atau lapangan secara nyata. Sebagai pemateri pada kegiatan tersebut adalah Fijar Dianti, Pengusaha Onde-Onde, dan Ahimsa D.Afrizal, CEO Jejakku.co. n(SYAIFUL H)

S

Aksi Simpatik BEM Unesa Peringati Hardiknas Majalah Unesa

eputar BEM & UKMBadan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (BEM UNESA) menggelar aksi simpatik untuk memperingati hari pendidikan nasional pada 2 Mei 2016. Dalam aksi ini, BEM Unesa menggandeng mahasiswa yang tergabung dalam program Sinergi (Aksi Unesa untuk Negeri) sebagai volunteer pendidik. Bertajuk “1000 Pena untuk Bangsa”, aksi ini dilakukan dengan membagikan seribu pena kepada para pengguna jalan. Selepas mengikuti upacara peringatan Hardiknas di depan Gedung Rektorat Unesa, peserta aksi mulai bergerak menuju depan Kebun Binatang Surabaya (KBS). Kegiatan aksi simpatik ini kemudian berlanjut ke Tugu Pahlawan Surabaya. Dalam orasinya, mahasiswa menyoroti tentang kebijakan pendidikan di Indonesia, terutama tentang kebijakan wajib belajar 12 tahun yang masih belum merata ke seluruh nusantara. “Melalui aksi ini kami ingin menyuarakan aspirasi kami, juga meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat pada pendidikan,” ujar koordinator aksi, Fauzi.n (LINA MEZALINA)

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

31


SEPUTAR

LITERASI

Keluarga Literat dan Orang Tua Mendongeng

R

Oleh EKO PRASETYO

endahnya budaya membaca di kalangan masyarakat kita barangkali bukan kabar baru yang mengejutkan. Kendatipun saat ini gerakan literasi sekolah tengah digelorakan, upaya tersebut tidak lantas meningkatkan budaya literasi membaca dan menulis di kalangan pelajar umpamanya. Menyadari pentingnya budaya literasi ini, pemerintah melalui Kemendikbud mengeluarkan program wajib membaca 15 menit sebelum jam pelajaran. Selain itu, berbagai kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas membaca terus digencarkan di sekolah-sekolah. Di Surabaya, misalnya, sejak 2014 Pemerintah Kota Surabaya mencanangkan program kota literasi. Para pemangku kebijakan dan kepentingan dari berbagai kalangan pun dirangkul demi suksesnya program tersebut. Salah satu bentuknya, Pemkot Surabaya memberdayakan dan meningkatkan fungsi taman baca masyarakat. Perpustakaanperpustakaan yang ada di Kota Pahlawan pun dibenahi, baik dari sisi layanan, tampilan, maupun koleksi bacaannya. Sekolah-sekolah pun didorong untuk mampu mewadahi kreativitas siswa lewat karya tulis berupa buku. Dalam aktivitas gerakan literasi sekolah, para siswa melaksanakan program membaca 15 menit. Mereka bebas membawa buku yang disukai dari rumah, kemudian dibaca di sekolah lewat program silent reading (membaca senyap). Selanjutnya siswa meresume bacaan tersebut atau membuat resensinya sebagai bukti bahwa mereka telah membaca buku itu. Ada pula sekolah yang mengadakan kegiatan pelatihan jurnalistik, lomba menulis cerpen atau puisi, dan banyak lagi. Tak sedikit pula yang hasil dari perlombaan menulis di sekolah itu dihimpun menjadi buku kumpulan karya siswa. Kendatipun demikian, toh upaya tersebut bukan tanpa kerikil hambatan. Masih terdapat banyak celah sehingga gerakan literasi sekolah itu masih menuai protes dari masyarakat, terutama kalangan orang tua. Hal ini berkaitan dengan penyediaan bacaan dan pelibatan orang tua terhadap kegiatan literasi anaknya di sekolah. Ada saja orang tua yang beralasan tak punya waktu luang untuk menemani anaknya membaca buku atau sekadar mengantarnya ke toko buku guna mencari bacaan-bacaan yang diinginkan si anak. Keterampilan Hidup Barangkali kita sudah tidak asing dengan kalimat motivasi bahwa buku adalah gudang ilmu dan membaca adalah kuncinya. Sayangnya, �kunci� inilah yang saat ini ini hilang dari tradisi pendidikan kita. Sebagai ilustrasi kecil, angka kemiskinan di Indonesia masih tergolong tinggi dan kondisi tersebut berkorelasi dengan rendahnya kualitas hidup. Maka, di sinilah tradisi membaca harus dikembalikan dan diletakkan sebagaimana mestinya untuk meningkatkan kualitas hidup tersebut. Menurut Suherman, seorang pustakawan nasional, bekal kesuksesan yang sudah pasti adalah banyaknya ilmu dan luasnya wawasan seseorang. Salah satu cara termudah dan paling fundamental untuk memperolehnya adalah rajin membaca. Dia pun dengan tegas menyatakan bahwa bencana

32

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

Majalah Unesa

pengangguran lebih disebabkan oleh sikap malas membaca (2012: 13). Oleh sebab itu, pemerintah diharapkan betul-betul memperhatikan pentingnya budaya literasi di semua lini ini. Di sisi lain, dibutuhkan sinergi yang baik antara pemangku kebijakan dan elemen masyarakat secara luas untuk memperkokoh budaya literasi ini. Harus ada kesadaran bahwa membaca ialah instrumen yang sangat penting demi memerdekakan manusia dari penjajahan, kebodohan, dan kemiskinan. Kuncinya Adalah Keluarga Yang perlu disadari, kebiasaan membaca tidak bisa ditumbuhkan secara tiba-tiba. Tidak bisa instan. Karena itu, penanaman cinta buku perlu dilakukan sejak dini. Namun, upaya tersebut pun tidak semata-mata merupakan tugas dan tanggung jawab sekolah saja. Justru keluargalah yang memegang andil besar. Sebab, sulit dibantah bahwa perilaku gemar membaca itu amat dipengaruhi oleh kebiasaan atau tradisi yang dibangun di dalam keluarga. Dengan kata lain, upaya pertama pembiasaan literasi berada di tangan keluarga. Sebagai satu contoh, ayah atau ibu yang gemar mendongeng untuk anak-anaknya dapat memberikan stimulus tersendiri bagi tumbuh kembang si anak. Sebagaimana diketahui, aktivitas mendongeng memberikan banyak manfaat. Di antaranya, meningkatkan rasa ingin tahu anak lewat kebiasaan bertanya, membangun daya imajinasi anak, dan tentu saja membuka cakrawala pengetahuan. Yang paling penting, kegiatan mendongeng dapat membangun kedekatan antara anak dan buku. Di sinilah peran orang tua sebagai fasilitator bagi anak memegang kunci penting. Dari penelitian yang pernah dilakukan penulis, orang dewasa yang gemar membaca buku salah satunya dipengaruhi oleh kebiasaan membaca yang dahulu pernah ditanamkan oleh orang tua mereka. Novelis Md. Aminudin yang meraih penghargaan sastra pada 2008 pernah mengatakan bahwa dirinya gemar membaca buku karena masa kecilnya sering mendengarkan dongeng dari ayahandanya. Dari sini bisa dikatakan bahwa keluarga memegang andil besar dalam menciptakan budaya literasi bagi anak. Oleh sebab itu, perlu disosialisasikan kembali kepada kaum orang tua akan pentingnya kegiatan mendongeng untuk anak. Misalnya, mendongeng sebelum anak tidur malam atau mendongeng di sela-sela waktu luang keluarga. Yang perlu disadari, mendongeng tidak hanya menjadi alat untuk mendekatkan anak-anak pada buku semata, tetapi juga membangun kedekatan emosional antara orang tua dan si anak. Dengan demikian, mencetak generasi literat sebagai calon pemimpin literat di masa mendatang bukanlah angan-angan. Semoga. n *)

Pemred Media Guru Indonesia, pegiat literasi


RESENSI BUKU

GURU, OASE MENDIDIK, DAN TELADAN MEMBACA

P

ada akhir Juni hingga awal Juli 2016 ini, dunia pendidikan disibukkan dengan isu kasus Samhudi, guru SMP Raden Rachmat Balongbendo, Sidoarjo. Ia dilaporkan oleh Yuni Kurniawan, orang tua siswa bernama sebut saja A, ke polisi karena tuduhan melakukan kekerasan. Kasus ini mendapat perhatian luas dari masyarakat, terutama para pendidik. Pro dan kontra mewarnai kasus Samhudi yang sempat menjalani persidangan di PN Sidoarjo. Upaya penyelesaian masalah itu secara kekeluargaan awalnya buntu. Namun, berkat mediasi dari jajaran Muspida Sidoarjo, kasus tersebut akhirnya berakhir damai dan laporan dicabut oleh Yuni. Kekerasan di lingkungan sekolah memang tengah menjadi isu hangat di jagat pendidikan tanah air saat ini. Belum lagi kasus-kasus lainnya seperti narkoba di kalangan pelajar dan kenakalan remaja lainnya. Berita-berita negatif yang menyeret warga sekolah seakan-akan tak ada habisnya di media massa. Karena itu, buku Sekolah Cinta ini bisa dikatakan laksana oase di padang gurun yang luas dan diterpa terik. Buku ini merupakan kelanjutan dari Pemimpin Cinta yang memang merupakan bagian dari trilogi Manajemen Sekolah Cinta. Sang penulis, Edi Sutarto, merupakan sosok di balik keberhasilan Sekolah Islam Athirah yang tersebar di wilayah Sulawesi Selatan. Kiprahnya di dunia pendidikan bisa dikatakan gelimang. Pernah menjabat sebagai kepala SMA Islam Al-Azhar Pondok Labu, Jakarta Selatan, ia juga dikenal sebagai konsultan dan motivator pendidikan. Prestasinya berlanjut saat menjadi direktur di Sekolah Islam Athirah milik keluarga besar H.M. Jusuf Kalla sejak 2011. Tak heran jika pada 2015 ia dianugerahi penghargaan Tokoh Inspiratif Bidang Penididkan Sulsel oleh Tim Ekspedisi Kapsul Waktu Presiden RI bersama Fajar Group, media terbesar di Sulsel. Dalam buku ini, Edi mengutip pernyataan Dr M. Syafii Antonio MEc di buku Muhammad SAW The Super Leader Super Manager (2015: 3-8) bahwa krisis terbesar saat ini adalah krisis keteladanan. Akibat yang ditimbulkan dari krisis ini jauh lebih dahsyat daripada krisis energi, kesehatan, pangan, transportasi, dan air. Karena absennya

Judul : Sekolah Cinta: Menjadi Pemimpin dan Guru Hebat Penulis : Edi Sutarto Penerbit : Emir Cetakan : Pertama, 2016 Tebal : 236 halaman ISBN : 978-602-0935-44-7 pemimpin yang visioner, kompeten, dan punya integritas tinggi, maka masalah air, konservasi hutan, kesehatan, pendidikan, sistem peradilan, dan transportasi akan semakin parah (hlm. 13). Karena itu, ia menilai bahwa kunci keberhasilan sebuah proses pendidikan di sekolah amat ditentukan oleh faktor pemimpinnya. Sudah saatnya kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi di sekolah melakukan perubahan. Dengan lugas, disebutkan oleh penulis bahwa kunci dari jawaban seluruh persoalan itu ada di Alquran surat Al-Alaq. Mengapa Al-Alaq? Sebab, di surat ini ada perintah paling utama dan pertama dari Allah SWT, yakni iqra’ (bacalah), sebelum perintah melakukan shalat dan bentuk ketakwaan yang lainnya. Jadi, kalau seseorang mengaku beragama Islam lalu enggan membaca, maka keislamannya patut dipertanyakan. Disimpulkan bahwa kepala sekolah yang rajin membaca dapat dipastikan cakrawala berpikirnya luas. Orang yang cakrawala berpikirnya luas

Majalah Unesa

sudah pasti berbanding lurus dengan kecakapan memandang sebuah persoalan dan kecakapan mengurai solusi persoalan tersebut. Ia pasti akan mengurainya dengan cara yang paling menguntungkan namun tetap dalam rida Allah SWT (hlm. 16). Menjawab persoalan hukum yang belakangan ini sering menyeret guru, di buku ini juga dijelaskan bagaimana seyogianya pendidikan itu menjauhi kekerasan, apa pun bentuknya. Di Bab II Menjadi Guru Cinta, dipaparkan secara jelas dan tegas bagaimana semestinya seorang guru menjadi guru yang bergairah, guru yang menaklukkan diri, bersedia mencintai, tegar, mengajarkan realitas, dan tak sekadar bicara. Terlebih dahulu ia mengingatkan bahwa guru harus paham tentang hakikat mendidik. Selain membuat anak dari tidak tahu menjadi tahu, seorang guru juga harus membuat anak yang tidak disiplin menjadi disiplin. Akan tetapi, hal-hal yang berbau kekerasan harus dijauhi. Mendidik kedisiplinan bisa dilakukan dengan pendekatan pendidikan akhlak. Oleh sebab itu, seorang guru selayaknya memiliki gairah besar dalam mendidik, mengajar, membimbing, dan membina siswa dengan memberikan keteladanan. Di tengah krisis keteladanan yang saat ini terjadi di berbagai bidang, guru semestinya mampu tampil di depan. Keteladanan itu harus dimulai dari kesadaran dan kegairahan untuk terus mengembangkan potensi dan kompetensi diri. Kuncinya, sebagaimana diterangkan dalam buku ini, adalah banyak membaca. Artinya, literasi juga menjadi kunci penting dalam proses membangun keteladanan itu. Buku ini tidak sekadar motivasi di mulut saja. Sebab, si penulis merupakan praktisi pendidikan yang lama berkecimpung di lingkungan sekolah sehingga sedikit banyak saran atau solusinya berasal dari pengalamannya langsung. Hebatnya, itu dituliskan dengan sederhana sehingga enak dibaca dan menjawab implementasi pembudayaan literasi sebagai salah satu alat pendorong keteladanan. n Peresensi Eko Prasetyo

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

33


CATATAN LINTAS

GAWEYAN KETOK Wae Mosok Ora Iso

Oleh Muchlas Samani

J

udul di atas merupakan ungkapan populer di keluarga masa kecil saya di kampung. Almarhum Bapak saya yang menggunakan dan sering kali kami menggunakannya untuk hal-hal serius maupun kelakar. Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kira-kira: ”pekerjaan kelihatan saja seharusnya kita bisa”. Ungkapan itu sering terucap ketika Mbah Kung (almarhum Bapak saya) melihat anak-anaknya atau anak muda lainnya takut tidak berhasil mengerjakan sesuatu atau bahkan ketika beliau sendiri kesulitan mengerjakan sesuatu. Sepertinya ungkapan itu dimaksudkan untuk memberi semangat bahwa tidak ada pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan asal kita mau belajar dan kerja keras. Kang Rin, orang muda yang sering membantu kerja di rumah kami, sering meniru ungkapan itu ketika mengerjakan sesuatu dan mendapat kesulitan. “Mengko dioloke semak, mandak gaweyan ketika wae ora iso” (nanti dikomentari Bapak, lha pekerjaan kelihatan saja tidak dapat menyelesaikan). Saya juga sering menggunakan ungkapan itu, walaupun dalam hati dan saya ubah “orang bisa mengapa saya tidak bisa”. Ungkapan itu sering saya gunakan untuk meyakinkan diri sendiri ketika mengerjakan hal-hal yang sulit. Dengan anak-istri saya sering berkelakar “mosok anake mbah Samani ngena wae ora iso”. Wajarkah Mbah Kung mengutarakan ungkapan itu? Sungguh menarik untuk didiskusikan. Beliau hanya tamat Sekolah Ongko Loro zaman

34

Belanda. Konon hanya itu sekolah yang ada di desa untuk mayarakat awam. Sekolahnya hanya 2 tahun dan dilaksanakan di rumah Pak Lurah dengan pengantar bahasa Jawa. Oleh karena itu Mbah Kung tidak lancar ketika berbahasa Indonesia. Saya tidak tahu pasti lancar atau tidak dalam membaca, tetapi beliau membaca Panyebar Semangat. Dengan sekolah hanya sampai Ongko Loro, tinggal di desa dengan pekerjaan utama petani tentulah pengetahuan Mbah Kung juga terbatas. Namun kalau dilihat kehidupan dan pekerjaan keseharian, sayapun sebagai anaknya seringkali terkagum-kagum. Idenya banyak dan berani sekali melakukan eksperimen dengan idenya itu. Sebagai petani padi, beliaulah yang pertama kali membuat dan melaknakan penanaman dengan “rengkek” agar jarak antar tanaman padi sama dan teratur. Setelah itu beliau menciptakan “sorok beroda” untuk menyiangi padi. Rengkek dan sorok itulah yang sekarang ditiru oleh petani oleh tetangga dan bahkan kampung sekitar. Beliau yang memulai menanam eceng ketika hujan turun dan kemudian dibajak sehingga menjadi pupuk hijau. Hampir semua pekerjaan di desa dapat dikerjakan oleh beliau, bertani, menukang kayu, berternak ayam, berdagang kapur dan pekerjaan sederhana lainnya. Ketika berternak ayam petelur beliau menjadi juara 1 lomba peternak kecil yang diadakan oleh Charon Pokpan. Beliau sangat berani berinovasi, misalnya ayam diberi makan daging bekicot dengan

| Nomor: 93 Tahun XVII - Mei 2016 |

Majalah Unesa

analogi bekicot bergizi sehingga diharapkan ayam bertelur banyak. Ayam diberi makanan daun papaya dengan asumsi supaya tidak mudah terserang penyakit. Diberi makan campuran kulit kerang yang ditumbuh agar kulit telornya tebal. Apakah inovasi itu didapat dengan mudah? Ternyata tidak. Apakah beliau tidak pernah gagal? Ternyata sering. Tetapi tampaknya beliau tidak mudah menyerah. Misalnya inovasi memberi makan ayam dengan kulit kerang gagal, karena telor ayam menjadi mudah pecah. Ketika mencoba membuat gilingan padi secara manual juga gagal, karena beras yang dihasilkan pecah-pecah. Mbah Kung juga pernah mencoba membuat sandal dari ban mobil. Pekerjaan yang sukses dalam beberapa tahun kemudian bangkrut ketika muncul sandal jepit. Mbah Kung juga pernah berdagang gamping, yang pada awalnya sukses tetapi kemudian bangkrut ketika muncul semen PC dan masuk ke desa-desa. Gambaran di atas itulah yang membuat saya sering merenung, bagaimana Mbah Kung punya ide-ide inovatif dan daya juang untuk mewujudkan gagasan itu, walaupun tidak semuanya berhasil. Jika proses bertumbuhnya gagasan dan daya juang itu dapat diketahui, rasanya sangat bermanfaat untuk pendidikan kita. Bukankan pengembangan kreativitas dan daya juang merupakan aspek penting dalam pendidikan kita. Jujur sampai saat ini saya belum mampu mereplikasi dua kemampuan tersebut.i.n

(Blog: muchlassamani.blogspot.com)




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.