Majalah Unesa 100

Page 1



WARNA REDAKSI Selamat Berulang Tahun Unesa, dalam Dies Natalis yang ke-52. Semoga Unesa semakin jaya, sebagai universitas yang Unggul dalam Kependidikan dan Kukuh dalam Keilmuan. Semoga seluruh sivitas akademika senantiasa bersinergi dalam menggapai cita-cita sebagai lembaga yang berkualitas dan terhormat. Oleh

Dr. Heny Subandiyah, M. Hum

P

ada tanggal 19 Desem­ ber 2016, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) genap berusia 52 tahun dan diperingati sebagai peristiwa Dies Natalis. Jika dilihat dari usia manusia, 52 tahun merupakan usia yang sudah sangat matang. Na­ mun, sebagai sebuah institusi, Unesa adalah sebuah lembaga yang sudah melalui sejarah panjang, tetapi dari tahun ke tahun masih terus berusaha berkembang. Hal ini terbukti dari adanya visi dan misi Unesa selama ini yang terus berubah. Perubahan tersebut mengindikasikan adanya upaya untuk selalu menjadi lebih baik terutama dalam hal memenuhi tuntutan dan perkembangan zaman. Perubah­ an visi dan misi tentu berimbas kepada lahirnya seperangkat kebijakan yang dicanangkan oleh pimpin­ an dan yang menjadi acuan langkah-langkah bagi segenap sivitas akademika Unesa. Semuanya bermuara pada tercip­ tanya peningkatan kualitas kinerja para sivitas akademika dan lulusan yang memadai, yakni lulusan yang siap tempur, berjuang di masyarakat pengguna baik dalam bidang kepen­ didikan maupun nonkependidikan. Peringatan Dies Natalis Unesa tahun 2016 ini dilaksanakan dengan beragam kegiatan yang menarik, yang dapat digolongkan menjadi enam jenis (bidang), yang meliputi: (1) Upacara Seremonial yang telah dilaunching pada 6 November 2016 di

halaman PPG Kampus Lidah Wetan. Kemudian pada 19 Desember 2016, tepatnya pada hari H ulang tahun Unesa, dilaksanakan upacara bendera dan tumpengan di kampus Ketintang. Selanjutnya dilaksanakan Rapat Terbuka Senat Dies Natalis ke-52 dan Penganugerahan Pertama Doktor Honoris Causa (Hc) di Gema Kampus Ketintang; (2) Bidang Akademik, meliputi pidato 52 tokoh yang dilakukan pada 10-12 November di Kampus Ketintang, Lidah Wetan, dan di Royal Plaza Surabaya. Dilanjutkan pada 11-13 November bertempat di Royal Plaza Surabaya, diadakan Pameran Pendidikan dan beragam Pentas Seni. Pada 27-28 Oktober

purnatugas, antarinstansi Jawa Bali (memperebutkan Piala Rektor), lomba mural bersama, parade 36 Band Unesa, dan Festival Sastra Unesa; (4) Bidang Sosial, meliputi kegiatan Bazaar Dharma Wanita Unesa/UMKM, pemeriksaan papsmear, kunjungan ke Panti Wreda dan Panti Asuhan oleh Dharma Wanita Unesa, serta donor darah; (5) Bidang Religius, yakni dilaksanakan kegiatan Dzikir Akbar dan doa pada 3 Desember 2016 di Masjid Unesa; (6) Bidang Pengembangan Softskill, yaitu pemilihan pegawai teladan di Rektorat. Segenap panitia yang diketuai oleh Prof. Dr. Suyatno. M.Pd., telah bekerja keras untuk menyiapkan dan melaksanakan berbagai kegiatan tersebut, semata bertujuan agar peringatan Dies Natalis Unesa tahun ini bisa meriah dan berkeksan. Untuk itu, seluruh sivitas akademika dilibatkan, baik mahasiswa, dosen, maupun tenaga kependidikan (tendik) mulai tingkat prodi, fakultas, sampai universitas bahkan dengan para stakeholder dan masyarakat umum. Akhirnya kami mengucapkan Selamat Berulang Tahun Unesa, dalam Dies Natalis yang ke-52. Semoga Unesa semakin jaya, sebagai universitas yang Unggul dalam Kependidikan dan Kukuh dalam Keilmuan. Semoga seluruh sivitas akademika senantiasa bersinergi dalam menggapai cita-cita sebagai lembaga yang berkualitas dan terhormat. n

MAKIN BERKUALITAS dilakukan sosialisasi Program Unesa dengan segenap Stakeholder bertempat di Hotel Ibis Surabaya. Pada 21 Oktober dan 25 November telah dilaksanakan Talkshow Pendidikan di RRI Surabaya. Kemudian, pada 25 Oktober dan 22 November diadakan acara Cendekia di TVRI Jatim; (3) Bidang Seni dan Olah Raga, antara lain kegiatan jalan sehat di kampus Lidah Wetan, aerobic competision di Royal Plaza Surabaya, futsal antarinstansi, atletik downsyndrome, bola volley dan bulu tangkis antar dosen, karyawan, mahasiswa, dan siswa SMA, tennis lapangan antardosen, karyawan,

Majalah Unesa

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

3


DAFTAR RUBRIK

10 Edisi Ini

05

DIES NATALIS KE-52 ERA EVALUASI DIRI

Tak terasa, Unesa kini berusia 52 tahun. Usia yang cukup matang untuk berkompetisi dengan tantangan global. Warsono menyebut, yang perlu dibenahi di Unesa adalah bagaimana membangun budaya mutu dan budaya akademik. Juga, lanjut Warsono, Unesa perlu meningkatkan pelayanan kepada stakeholder serta membenahi sikap dan perilaku para tenaga pendidik.

07

BANGUN BUDAYA AKADEMIK DENGAN IDAMAN JELITA

09

TONJOLKAN SEMANGAT BERMITRA DAN BERDAYA CIPTA

EDISI DESEMBER 2016 18

10

WARTA UTAMA

16

KABAR PRESTASI

20

ARTIKEL

28

Berita Foto Dies Natalis dan Kegiatan Unesa Lainnya

30

LENSA UNESA

KOLOM REKTOR

22

18 - 19 23

KABAR SM-3T

INSPIRASI ALUMNI KABAR MANCA

32

SEPUTAR UNESA

Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 100 Tahun XVII - Desember 2016 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor) PENASIHAT: Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (PR I), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (PR III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB: Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (PR II) PEMIMPIN REDAKSI: Dr. Heny Subandiyah, M.Hum. REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto REPORTER: Syaiful Rahman, Lina Mezalina, Andini Okta, Murbi, Umi Khabibah, Suryo, Danang, Emir, Khusnul, Aziz, Raras, Puput, Syaiful H FOTOGRAFER: M. Wahyu Utomo, Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT: Arman, Basir, Wahyu Rukmo S ADMINISTRASI: Supi’ah, S.E., Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI: Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124, Fax (031) 8280804

4

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

PEMBUKAAN: Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, MS saat membuka gelaran Dies Natalis ke-52 Unesa yang ditandai dengan acara jalan sehat bersama warga Unesa di Kampus Lidah Wetan, Surabaya

Dies Natalis ke-52 Unesa

ERA EVALUASI DIRI Tak terasa, Unesa kini berusia 52 tahun. Usia yang cukup matang untuk berkompetisi dengan tantangan global. Warsono menyebut, yang perlu dibenahi di Unesa adalah bagaimana membangun budaya mutu dan budaya akademik. Juga, lanjut Warsono, Unesa perlu meningkatkan pelayanan kepada stakeholder serta membenahi sikap dan perilaku para tenaga pendidik. Majalah Unesa

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

5


LAPORAN

S

UTAMA

etiap rektor tentu ingin membawa kampus yang dipimpinnya semakin maju baik dari segi fasilitas maupun kualitas akademiknya. Begitupun yang diharapkan Rektor Unesa Prof. Dr. Warsono. Untuk mewujudkan hal itu, Warsono selalu melakukan evaluasi program kerja setiap tahunnya, termasuk Dies Natalis Unesa ke-52 kali ini, yang dijadikan sebagai era evaluasi diri. Tak terasa, Unesa kini berusia 52 tahun. Usia yang cukup matang untuk berkompetisi dengan tantangan global. Warsono menyebut, yang perlu dibenahi di Unesa adalah bagaimana membangun budaya mutu dan budaya akademik. Juga, lanjut Warsono, Unesa perlu meningkatkan pelayanan kepada stakeholder serta membenahi sikap dan perilaku para tenaga pendidik. Rektor menuturkan, upaya telah dilakukan untuk meningkatkan budaya mutu dan budaya akademik. Di antaranya yang dilakukan adalah melakukan sosialisasi, workshop program kerja, dan workshop membut indikator-indikator kinerja, mengevaluasi tingkat kepuasan mahasiswa, mengidentifikasi persoalan-persoalan yang terjadi dan mencari solusi. Tak hanya itu, Unesa juga berfokus pada peningkatan akreditasi lembaga dari B menjadi A. Untuk mencapai target akreditasi itu, tentu harus didukung semua prodi di Unesa. Hal ini dikarenakan penilaian akreditasi lembaga juga dipengaruhi akreditasi prodi di Unesa. “Semakin banyak prodi di Unesa berakreditasi baik, maka akreditasi lembaga juga akan baik,” paparnya. Warsono menambahkan, penilaian akreditasi lembaga juga dipengaruhi banyaknya jumlah penelitian ilmiah mahasiswa dan dosen. Setiap perguruan tinggi harus punya jurnal ilmiah sebagai media komunikasi intelektual. Karena di situlah pemikiran-pemikiran intelektual dituangkan untuk dishare atau dibagikan sehingga bisa jadi rujukan dan bisa ditanggapi.

6

Selain itu, publikasi karya ilmiah juga dianggap penting oleh Prof Warsono. “Kita akan lebih konkret ke tindakan pendampingan-pendampingan, dalam rangka meningkatkan publikasi,” ujar Warsono. Rektor mengakui selama 52 tahun perjalanan Unesa, masih banyak yang harus dibenahi agar menjadi perguruan tinggi dewasa yang mampu berkarya, menghasilkan lulusan yang siap bersaing dalam masyarakat global, dan karyakarya ilmiah yang menjadi rujukan masyarakat ilmiah di dunia. Dalam segi fasilitas, Unesa akan melakukan mobilisasi seluruh elemen di Gedung

Rektorat yang berada di Kampus Ketintang, untuk menempati Gedung Rektorat baru di Kampus Lidah Wetan. “Di kampus Lidah Wetan sudah ada tempatnya. Kami akan pindah ke sana. Gedung Rektorat yang lama bisa digunakan untuk perluasan Fakultas Teknik,” ungkapnya. Tak hanya itu, Warsono menambahkan, rencana membangun Graha Unesa juga menjadi target pada tahun mendatang. Rencana besar membangun Graha Unesa itu suatu kebutuhan mendesak. Salah satunya, digunakan sebagai tempat wisuda yang dari tahun ke tahun jumlahnya semakin banyak.

SEREMONIAL. Suasana pembukaan Dies Natalis ke-52 Unesa di Kampus Lidah Wetan ditandai dengan kesenian Reog Ponorogo dan penanaman pohon di Hutan Kampus Unesa.

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

DR. YUNI SRI RAHAYU, M.SI

BANGUN BUDAYA AKADEMIK DENGAN IDAMAN JELITA Sebagai salah satu perguruan ringgi negeri (PTN), Unesa harus berupaya memfasilitasi mahasiswa dengan menyediakan jurnal ilmiah terakreditasi.

W

akil Rektor I, Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si sepaham bahwa Unesa sangat perlu meningkatkan budaya mutu dan budaya akademik. Nah, salah satu cara agar budaya akademik terbangun di Unesa adalah dengan membangun dan menerapkan karakter Idaman Jelita yang meliputi Iman, Cerdas, Jujur, Peduli dan Tangguh. “Karakter tersebut menjadi ciri khas yang harus ditanamkan dan ditumbuhkan di Unesa agar Growing with Character yang mejadi motto bisa direalisasikan,” papar Yuni. Yuni mengatakan, sebagai salah satu perguruan tinggi negeri (PTN), Unesa harus berupaya memfasilitasi mahasiswa dengan menyediakan jurnal ilmiah terakreditasi. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Dikti No. 152/E/T/2012 yang mengharuskan setiap sarjana (S1), magister (S2), dan doktor (S3) untuk menghasilkan karya tulis ilmiah yang termuat dalam jurnal ilmiah lokal. Menurut Yuni, jurnal ilmiah dinilai mampu menciptakan iklim akademik yang bagus di Unesa. “Dalam hal publikasi, Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dan paten, beserta jurnal pengelolaannya akan berkerja sama dengan LP3M. Seperti halnya pengalokasian jurnal yang akan dimatikan, ataupun dihidupkan bahkan diakreditasikan. Selanjutnya akan dikirimkan ke lembaga yang terkait, serta menghadirkan pakar dalam hal ini untuk meningkatkan

kualitas tulisan maupun esensinya,” terang Wakil Rektor I. Selain jurnal, Yuni mengaku masih perlu pembenahan dalam berbagai hal di bidang akademik Unesa. “Ia menyebutk PR masih banyak yang harus diselesaikan bersama, terutama dalam sistem informasi akademik akan diupayakan siakad efektif dan efisien. “Selanjutnya, aturan-aturan yang perlu adanya pemangkasan demi memudahkan proses perkuliahan akan juga dilakukan,” ujarnya. Unesa memiliki indikator kinerja yang salah satunya meliputi kinerja dosen dan prestasi mahasiswa. Kinerja dosen dinilai dari produktivitas, kualitas dan kuantitas penelitian, serta perwujudan dalam jurnal ilmiah, penulisan buku serta keaktifan dalam mengikuti kegiatan akademik. Kriteria ini merupakan sebuah langkah untuk meningkatkan kualitas dosen Unesa. Menurut Yuni, fasilitas yang diberikan oleh universitas kepada dosen berprestasi yaitu menyelenggarakan seminar nasional maupun internasional, memberikan kesempatan untuk melanjutkan studi bagi dosen yang berusia muda, dan mengupgrade kualitas kompetensi bahasa Inggris melalui pelatihan luar kota selama beberapa hari. Prestasi mahasiswa dipetakan menjadi bidang akademik dan nonakademik. Bidang non-akademik akan ditangani Wakil rektor 3, namun dalam bidang akademik seperti masa tunggu rata-rata mahasiswa dalam kelulusan, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) kelulusan, proses dan penilaian. Hal ini

Majalah Unesa

adalah kajian dalam pengembangan kualitas mahasiswa yang akan dikembangkan di bidang akademik. Yuni menambahkan bahwa akreditasi prodi juga perlu ditangani dengan bijaksana. “Bidang akademik telah menggandeng 30 program studi untuk meningkatkan akreditasi minimal B. Dan pada tahun ini diusahakan borang akreditasi akan disetorkan semua, sehingga tahun depan dapat diakselerasikan”, tandas Yuni. “Semoga Dies Natalis ke-52 ini, Unesa semakin jaya, punya kiprah dalam masyarakat, kompetitif, dan memiliki kepercayaan diri tinggi, serta bersinergi dengan lembaga dan instansi terkait yang seluruhnya akan mengokohkan Unesa,” pungkasnya. n (ZAKY/KHUSNUL)

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

7


LAPORAN

UTAMA

DR. SUGENG HARIANTO, M.SI, KAJUR ILMU SOSIAL FISH

2025, WUJUDKAN PRODI SOSIOLOGI UNGGUL DENGAN IDAMAN JELITA

M

enyambut Dies Natalis Unesa ke-52, perlu adanya kontribusi nyata bukan sekadar kajian melainkan implementasi terhadap kajian tersebut. Jurusan Ilmu Sosial telah mengupayakan kontribusinya melalui pemaksimalan implementasi Tridharma Perguruan Tinggi yakni Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian. Dr. Sugeng Harianto, M.Si menuturkan bahwa dalam mengimplementasikan Tridharma Perguruan Tinggi, Jurusan Ilmu Sosial telah berupaya meningkatkan kualitas perkuliahan. Hal ini dilakukan salah satunya adalah dengan melakukan validasi soal terutama soal UTS dan UAS sebagai garansi kualitas oleh sesama dosen dengan rumpun yang sama serta penerapan Jumat sebagai pengganti perkuliahan yang kosong. Dosen lulusan S3 Prodi Sosiologi Pedesaan Universitas Brawijaya ini menambahkan, dalam hal penelitian, Jurusan Ilmu Sosial telah memublikasikan hasil penelitian di jurnal nasional dan internasional serta dijadikan sebagai bahan pada kegiatan seminar nasional. Selain itu, lanjut Sugeng, Jurusan Ilmu Sosial telah melakukan pengabdian masyarakat melalui MoU dengan beberapa walikota dan bupati. Di antaranya, Walikota Kediri, Bupati Lamongan serta Bupati Jombang. Semua itu dilakukan sebagai upaya menjalin relasi untuk mengembangkan kualitas lulusan dan distribusi pekerjaan. Tak hanya itu, Jurusan Ilmu Sosial juga kerap menggelar pengembangan kajian ilmiah terhadap realitas sosial

8

Unesa merupakan universitas yang unggul dan berkualitas dalam mencetak guru-guru profesional. Oleh karena itu, Sugeng Harianto memiliki target mewujudkan Prodi Sosiologi yang unggul dalam sisi pendidikan di tahun 2025. setiap bulan melalui Program Mazhab Ketintang. Melalui program itu, mahasiswa, dosen, dan para pakar ikut serta dalam kegiatan. “Kajian terakhir menghadirkan tokoh-tokoh jurnalis seperti Dwi Ekolokononto (Pimpinan Redaksi Berita Jatim.com), Muhmmmad Toha (Jurnalis Forum Keadilan Jakarta), dan Yufinus Guntur Wicaksono (Pengurus Asosiasi Jurnalis Independen Surabaya),” tegas dosen kelahiran Nganjuk tersebut. Unesa merupakan universitas yang unggul dan berkualitas dalam mencetak guru-guru profesional. Oleh

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

Majalah Unesa

karena itu, Sugeng Harianto memiliki target mewujudkan Prodi Sosiologi yang unggul dalam sisi pendidikan di tahun 2025. “Kami ingin menjadikan Prodi Sosiologi Pendidikan unggul di tingkat nasional tahun 2025. Kami tidak ingin menyaingi Universitas Gadjah Mada, UI, maupun Unair yang sudah memiliki Prodi Sosiologi yang lama. Kami berfokus pada Sosiologi Pendidikan. Jadi masyarakat akan tahu ahli pendidikan itu berada di Unesa,” pungkas Sugeng.n (ZAKI/KHUSNUL)


LAPORAN UTAMA

PROF. DR. SUYATNO., M.PD KETUA PELAKSANA DIES NATALIS KE-52 UNESA

TONJOLKAN SEMANGAT BERMITRA DAN BERDAYA CIPTA Pada 19 Desember 2016, Universitas Negeri Surabaya resmi merayakan Dies Natalis ke-52. Berbagai acara telah digelar mulai Oktober untuk menyemarakkan hari lahir kampus yang dulu bernama IKIP Surabaya itu. Kali ini, tema yang diusung adalah “Unesa Bermitra dan Berdaya Cipta.”

S

esuai tema tersebut, Prof. Dr. Suyatno, M.Pd, yang dipercaya sebagai ketua pelaksana mengatakan bahwa tema tersebut lebih mengarahkan pada jejaring yang akan dikuatkan Unesa sehingga memberikan asas kemanfaatan bagi masyarakat dan bangsa. “Unesa akan terus mengembangkan mitra agar secara bersama-sama melakukan kerja sama dengan siapapun, lembaga manapun demi pembangunan bangsa,” jelas Prof. Suyatno. Guru Besar Fakultas Bahasa dan Seni Unesa itu mengungkapkan, proses berdaya cipta yang dilaksanakan Unesa mengarah pada cipta yang kreatif dan inovatif serta dapat memberikan kemanfaatan pada siapapun maupun lembaga manapun. ”Tugas Unesa adalah menjalin kerja sama dan memberikan persembahan terbaik berupa karya cipta,” ungkapnya. Serangkaian acara yang dilakukan oleh panitia Dies Natalis pun disesuai dengan tema yang diusung, yakni berbasis kemitraan dan berdaya cipta. “Kegiatan berpusat di prodi dan fakultas yang dijalankan secara beruntun dan terus menerus sesuai dengan ciri khusus prodi atau jurusan,” ujar Suyatno. Di antara kegiatan yang dilakukan adalah Festival Sastra Unesa (Frasa), Parade 36 band Unesa, ,lomba

olahraga antarkayawan, bazar, bakti sosial, dzikir dan doa bersama hingga pameran pendidikan. “Pameran tahun lalu dilaksanan di kampus, kali ini diadakan di Royal Plaza. Itu artinya Unesa mendekatkan diri kepada Masyarakat,” ungkap Guru Besar Sastra Anak tersebut. Di samping itu, pada Dies Natalis kali ini juga muncul kegiatan-kegiatan baru seperti Pidato 52 tokoh, pameran Tematik Unesa, lomba Mural dan lainnya. Selaku akademisi di Unesa, Suyatno menjelaskan bahwa selama ini Unesa sudah melakukan kerja sama dengan baik. “Unesa mempunyai banyak kapasitas keilmuan dan kevokasian yang perlu dipersembahkan ke masyarakat dalam bentuk kerja sama. Kerja sama itu bukan hanya dalam bidang pendidikan melainkan juga bidang lain yang sinergis,” imbuhnya. Menurutnya, kualitas layanan yang ramah untuk masyarakat perlu dibenahi sehingga banyak masyarakat yang

Majalah Unesa

semakin senang jika bekerja sama dengan Unesa. Di samping itu, kualitas daya cipta perlu terus disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. “Harapan saya di Dies Natalis kali ini bisa dimiliki oleh semua civitas akademika Unesa. Masyarakat harus semakin tahu kiprah Unesa,” pungkas mantan kahumas Unesa itu. (Suryo)

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

9


WARTA

UTAMA

JALAN SEHAT. Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S., bersama Dewan Pendidikan Surabaya, Drs. Martadi, M.Sn., dan pejabat Unesa lainnya turut memarakkan acara jalan sehat dalam pembukaan Dies Natalis ke-52 Unesa di Kampus Lidah Wetan, Surabaya. foto: HUMAS UNESA

SEMARAK DIES NATALIS KE-52 UNESA

DARI UPACARA SEREMONIAL HINGGA PENGEMBANGAN SOFTSKILL Unesa, kini genap sudah berusia 52 tahun. Sebuah usia yang cukup matang untuk meneguhkan jati dirinya sebagap kampus bermartabat dan makin disegani. Selayaknya memperingati hari kelahiran, semarak Dies Natalis ke-52 Unesa begitu terasa dengan berbagai kegiatan. Berikut berbagai kegiatan yang berhasil dihimpun Tim Majalah Unesa.

M

engawali rangkaian acara dalam rangka Dies Natalis ke-52, UniversitasNegeri Surabaya menyelenggarakan Grand Launching Dies Natalis di Gedung Pendidikan (Rektorat) Kampus Unesa Lidah Wetan pada Minggu, 6 November 2016 pukul 06.00. Grand Launching diawali dengan upacara yang dipimpin langsung Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsnono, M.S. Setelah upacara singkat, acara dilanjutkan dengan senam bersama, jalan sehat dan

10

penanaman 52 jenis pohon. Sebanyak 3000 peserta yang terdiri atas sivitas akademika Unesa dan masyarakat umum ikut meramaikan kegiatan tersebut. Ketua panitia Dies, Prof. Dr. Suyatno, M.Pd mengatakan bahwa kegiatan jalan sehat senantiasa dilakukan setiap memperingati Dies Natalis Unesa dengan mengikutsertakan masyarakat. Hal itu dilakukan agar semarak Dies Natalis Unesa juga bisa dirasakan oleh masyarakat umum selain sivitas akademika Unesa. Dalam acara jalan sehat itu, ungkap Suyatno, panitia menye-

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

Majalah Unesa

diakan berbagai macam doorprize, di antaranya empat unit sepeda motor, 20 unit sepeda gunung, dua kulkas dan puluhan hadiah hiburan. Program Penanamaan Pohon Selain jalan sehat, juga dilakukan penanaman pohon langka di kampus Unesa Lidah Wetan. Jumlah tanaman yang ditanam sebanyak 52 menyesuaikan Dies Natalis Unesa yang ke-52. Program penanaman pohon itu, merupaan salah satu peogram Eco Campus yaitu Penghijauan yang akan dilanjutkan dengan pembuatan biopori.


WARTA UTAMA Wakil Rektor II, Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T mengatakan, kegiatan penghijauan itu bertujuan mewujudkan kampus yang hijau, bersih, sehat dan nyaman sebagai wahana inovasi, edukasi, dan rekreasi. “Kegiatan Penghijauan dan Pembuatan Lobang Biopori dilakukan sekitar 200 orang terdiri atas Pimpinan Universitas, Fakultas/ Jurusan, Bagian Umum, Tim Eco Campus Unesa dan didukung adikadik dari Satuan Menwa, Himapala, Badan Eksekutif Mahasiswa, Pramuka dan tim relawan hijau,” papar Tri Wrahatnolo. Tri Wrahatnolo mengatakan, kegiatan tersebut mendapat support pendanaan dari Kementerian LKH, DKP Pemkot, dan Unesa. Kementerian LKH menyediakan 750 bibit tanaman yang diperoleh dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Bagian Persemaian Permanen Mojokerto. Ke- 750 bibit tanaman tersebut terdiri atas trembesi sebanyak 100 bibit, akasia, mahoni, suren sukun, glodokan, kenari, nangka, sirsak, jamia masing-masing sebanyak 50 bibit. Kemudian, tabe buya, tanjung, spathadea, asam masingmasing sebanyak 40 bibit. Matoa dan Pucung masing-masing 20 bibit. Sementara dari persemaian Permanen Tuban sebanyak 125 bibit tanaman berupa cemara udang. “Dari Unesa sendiri sebanyak 110 bibit tanaman berupa tabebuya, sepati cleo, flamboyan, glodokan, tanjung, nyamplung, kamboja, pule, pohon sukarno, sengin, menengen, dan keben masing-masing 10 bibit. Sementara bantuan pupuk kompos berasal dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pemkot Surabaya,” terang Wakil Rektor II, yang sekaligus Ketua Tim Eco Campus Unesa. Penanaman kali ini, terang Tri, dikonsentrasikan pada hutan kampus dan daerah di sekeliling danau. Tri menambahkan, peran dosen, karyawan dan terutama mahasiswa sebagai “agen perubahan” diyakini mampu menjawab tantangan lingkungan ke depan. Perubahan itu dapat dimulai dengan mengubah gaya hidup sehari-hari, seperti berpergian dengan bersepeda

TANAM POHON. Wakil Rektor II, Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T., menanam pohon di Hutan Kampus Unesa (atas). Civitas akademika Unesa turut menanam pohon di area Danau Unesa. foto: HUMAS

(non -motorized), menggunakan transportasi public. Apabila terpaksa menggunakan kendaraan bermotor, gunakan bahan bakar yang ramah lingkungan. Kegiatan penghijauan ini nantinya juga akan dilakukan pelatihan dan

Majalah Unesa

praktik pembuatan lobang resapan Biopori oleh Tim Eco Campus kepada para relawan hijau, Satmenwa, BEM, Himapala, dan siapapun yang berminat. “Mari kita dukung program eco campus Unesa,” pungkasnya. n(SIR)

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

11


WARTA

UTAMA

Pameran Pendidikan & Gelar Karya

S

alah satu rangkaian acara menyambut Dies Natalis Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang ke-52 diramaikan dengan kegiatan Pameran Pendidikan dan Gelar Karya yang diselenggakan pada Jumat-Minggu, 11-13 November 2016 di Royal Plaza Surabaya. Pameran pendidikan yang bertujuan mempublikasikan dan memamerkan perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai Unesa itu diikuti oleh seluruh Fakultas, Jurusan dan Prodi selingkung Unesa dan lembaga lain seperti Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Sarjana Mengajar di daerah Terpencil, Terluar, Tertinggal (SM3T) , Mawapres, Labschool Unesa, dan selaku panitia peyelenggara, Humas Unesa. Selama kegiatan pameran pendidikan dan gelar karya berlansung, antusias para pengunjung cukup tinggi. Para pengunjung yang datang

EXPO. Salah satu stan dalam pameran pendidikan di Royal Plaza yang diikuti lembaga-lembaga internal Unesa untuk diperkenalkan kepada khalayak umum. foto: HUMAS UNESA

banyak bertanya mengenai Universitas Negeri Surabaya. Mereka sangat ingin tahu berbagai keunggulan jurusan dan prodi yang dimiliki Unesa. Selama Pameran Pendidikan berlansung juga dimeriahkan dengan penampilan dari

mahasiswa Unesa dalam bidang seni dan budaya. Di antaranya, band dari mahasiswa Unesa, grup keroncong dan robotika yang membuat pengunjung semakin berminat mendatangai acara pameran pendidikan. n (SIR)

Pidato 52 Tokoh Selama 52 Jam ACARA cukup fenomenal ditampilkan Unesa dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-52. Sebanyak 52 tokoh baik dari Unesa maupun luar Unesa melakukan pidato bertema Membangun Peradaban Melalui Pendidikan. Kegiatan yang berlangsung pada Kamis, 10 November 2016 itu berlangsung meriah dan diikuti oleh berbagai tokoh dari Unesa dan luar Unesa. n

12

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

Majalah Unesa


WARTA UTAMA

Sosialisasi Program Unesa dengan Stakeholder DALAM rangka memopulerkan dan mensosialisasikan program-program unggulan, Unesa melaksanakan kegiatan Sosialisasi Program Unesa dengan mengundang para stakeholders. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada KamisJumat, 27 - 28 Oktober 2016 Hotel Ibis Basra. Acara yang sangat penting itu dihadiri oleh para pimpinan pusat, Dekan Fakultas selingkung Unesa dan lembaga lain seperti LP3M, LPPM, dan lainnya. Diharapkan, melalui sosialisasi program unggulan itu Unesa semakin dapat menjalin kerja sama lebih luas dengan mitra kerja dan stokeholder. n

Aerobic Competition se-Jawa dan Bali MINGGU, 20 November 2016 Unesa menggelar Aerobic Competition se-Jawa dan Bali. Kegiatan yang merupakan agenda dalam rangka memeriahkan Dies Natalis Unesa ke52 ini dilaksanakan di Royal Plaza Surabaya. Aerobic Competition dihadiri perserta dari berbagai sanggar senam dari berbagai daerah se-Jawa dan Bali. Acara berlangsung seru layaknya kompetisi antarnegara. Kompetisi terdiri atas 9 katogori, yakni senam bersama, pemilihan quen body luage, mix impact pemula, mix impact juara baru, mix antarsanggar (regu maks. 3 orang), dan low impact antarkaryawan dan dosen Unesa. (SIR)

Majalah Unesa

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

13


WARTA

UTAMA

Lomba Seni Mural untuk Surabaya dan Indonesia UNESA menyelenggarakan lomba seni mural dalam rangka memperingati Dies Natalis Unesa ke 52 tahun 2016. Kegiatan Lomba Mural Unesa dilaksanakan pada Sabtu (19/11) bertempat di lapangan Ketintang dan samping Gema Unesa. Kegiatan tersebut diikuti mahasiswa, pelajar dan umum bertemakan “Berdaya Cipta untuk Surabaya dan Indonesia”. Marsudi, S. Pd., M. Pd, Ketua Pelaksana Mural Unesa sekaligus Dosen Jurusan Desain FBS mengatakan, kegiatan Mural sangat positif dan kreatif. Kegiatan secara khusus bertujuan memberikan pos-pos yang kosong untuk diisi gambar atau lukisan yang kreatif dan inovatif. “Melalui kegiatan ini kita ingin kampus menjadi semakin indah dan cantik melalui seni mural yang kreatif dan inovatif. Selain itu, kegiatan ini juga bertukuan memcari bakat minat dari kompetensi seni dalam bidang lukisan yang kreatif dan inovatif. Marsudi menambahkan, kegiatan ini diikuti peserta sekitar135 orang dari 45 kelompok. Satu kelompok terdiri atas 3 tiga orang. Para peserta berasal dari berbagai wilayah di Jawa Timur dan Madura. l (SH/SIR)

Zikir dan Doa Bersama

14

UNTUK memeriahkan Dies Natalies Unesa ke-52, serangkaian acara digelar Unesa. Salah satu bentuk kegiatan tersebut adalah Zikir dan Doa Bersama di Masjid Baitul Makmur I, Jumat (2/12). Kegiatan yang diadakan setiap tahun itu dihadiri sivitas akademika Unesa. Wakil Rektor III, Dr. Ketut Prasetyo, M.S yang hadir dalam acara tersebut sangat mengapresiasi digelarnya acara zikir dan doa bersama tersebut. Lantunan zikir dan doa yang dipanjatkan dapat meningkatkan keimanan dan menjadi ‘senjata’ menumbuhkan ketakwaan. “Dengan berzikir dan berdoa bersama seperti ini, insyaallah kita bisa terhindar dari perbuatan zalim dan tercela,” ujar Ketut. Di samping itu,

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

Majalah Unesa

Ketut berharap kegiatan yang bersifat keagamaan membawa barokah sehingga serangkaian acara Dies Natalis Unesa berjalan lancar. Diiringi derasnya hujan, lantuan zikir dan doa terus dipanjatkan. Kegiatan yang bekerja sama dengan UKKI Unesa itu turut mengundang seni terbang Al-Banjari untuk menyemarakkan acara. Setelah zikir dan doa bersama berakhir, acara dilanjutkan kultum yang disampaikan Ustadz Ahmad Fadli. Selain Wakil Rektor III Unesa, turut hadir pula Ketua Prodi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi, Dr. H. Khoirul Anwar S.Ag M.SEI dan Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Pendidikan, Dr.Heru Siswanto, M.Si. (SURYO/ZAKI)


WARTA UTAMA

Donor Darah & Pemeriksaan Pap Smear

DALAM rangka menyambut Dies Natalis Unesa ke-52, Unesa menyelenggarakan Donor Darah pada Sabtu dan Minggu, 15-16 Oktober 2016 di Ruang Pertemuan Gedung Perpustakaan Unesa kampus Ketintang. Kegiatan donor darah ini bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI). Banyak civitas akademika mulai mahasiswa, dosen, dan karyawan yang siap mendonorkan darahnya meski

harus melewati beberapa prosedur terlebih dahulu. Di antaranya adalah mengisi formulir, berat badan minimal 45 kg, tekanan darah normal, sedang tidak menstruasi dan hamil bagi wanita, serta beberapa persyaratan teknis lainnya. Banyak manfaat yang akan didapatkan bagi tubuh pendonor. Mulai dari membantu sirkulasi darah, mengurangi resiko serangan jantung, dan dapat mendeteksi resiko

kesehatan sejak dini. “Alhamdulillah saya bisa mendonorkan darah pada kegiatan ini. Semoga darah yang telah saya sumbangkan ini bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan. Saya merasakan kepuasan tersendiri setelah melakukan donor darah,� tutur Puput Ambarwati, mahasiswa jurusan Teknik Elektro yang telah mendonorkan darahnya. Selain melaksanakan kegiatan Donor Darah, dalam rangka menyambut Dies Natalis Unesa ke-52 juga diselenggarakan kegiatan pemeriksaan pap smear. Pap smear merupakan sebuah tes yang dapat memeriksa keadaan sel-sel pada serviks (leher rahim) dan vagina. Dengan pemeriksaan rutin, perubahan sel-sel yang mungkin bisa berkembang menjadi kanker atau sudah menjadi kanker bisa terdeteksi. Pemeriksaan pap smear ini sangat penting bagi wanita agar bisa mendeteksi secara dini terkait kanker serviks. Sebab, kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker terganas nomor dua yang menyerang kaum wanita. n

BAKTI SOSIAL Kunjugi Panti Asuhan Yatim Piatu SEBAGAI bentuk rasa syukur atas eksistensinya, pada Dies Natalis ke-52, Unesa kembali menggelar kegiatan sosial dengan berkunjung ke Panti Wreda dan Panti Asuhan Yatim Piatu Jam’iyah Muslimat Az Zahra pada Kamis, 13 Oktober 2016. Kunjungan ke Panti Wreda dan Panti Asuhan ini bertujuan untuk berbagi keceriaan di hari ulang tahun Unesa. Sekaligus sebagai sarana bagi Unesa untuk mendekatkan diri dengan anak-anak yang kurang mampu. Beberapa bantuan dari pihak Unesa diberikan kepada anak yatim piatu dan fakir miskin. Di antaranya sembako, selimut, alat tulis, dan lain sebagainya. Dengan bantuan tersebut diharapkan dapat membantu keperluan sehari-hari mereka, termasuk keperluan sekolah. (UPIK/SIR)

Majalah Unesa

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

15


KABAR

PRESTASI

MEMBANGGAKAN: Tim robot Unesa berfoto bersama Rektor (tengah) didampingi Wakil Rektor III (kanan) dan Wakil Rektor II Unesa (kiri), usai membawa pulang prestasi dari ajang Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) 2016 di Universitas Lampung (UNILA).

Unesa Raih Juara III KRTI 2016

D

irektorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ditjen Belmawa Kemenristekdikti) kembali menggelar Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) 2016 di Universitas Lampung (UNILA). Mengusung tema ”Menuju Kemandirian Teknologi Wahana Terbang Tanpa Awak”, kegiatan ini bertujuan mendukung generasi muda berjuang dan berkarya dalam dunia nie-awak baik di udara maupun di angkasa lepas pada masa selanjutnya. KRTI 2016 diikui 73 tim dari 29 perguruan tinggi se-Indonesia. Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mengirimkan wakilnya untuk mengikuti kontes yang pertama kali digelar tahun 2013 di ITB tersebut. Unesa mengirim tim Golden Eagle Art dari jurusan Teknik Elektro. Tim

16

tersebut mengikuti 3 dari 4 divisi yang diperlombakan. Di antaranya Divisi Racing Plan, Divisi Fixed Wing, Divisi Vertikal Take Off Landing dan Divisi Technology Development. Kontes diselenggarakan mulai 2326 November 2016. Dalam kontes tersebut, tim Unesa berhasil meraih juara 3 untuk Divisi Racing Plan. Tim Golden Eagle Art yang beranggotakan Alma Alhana Putra, Indra Bayu Wardani, Jati Waluyo, Bassito Trimarwan Putra tidak menyangka akan memperoleh juara 3 pada divisi itu. Menurut Muhamad Syariffuddin Zuhri, dosen pembimbing Tim Golden Eagle Art, target tim pada kontes ini bukanlah pada divisi Racing Plan. ”Fokus kami mengejar target pada divisi Fixed Wing danVertical Take Off Landing,” jelas Syariffuddin. Syafruddin menjelaskan, untuk

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

Majalah Unesa

mengikuti kontes tersebut, persiapan yang dilakukan tim cukup panjang. Tim ini mengawali proses mengikuti kontes mulai dari November 2015. “Kami memang sengaja melakukan persiapan jauh-jauh hari untuk medapatkanhasil yang maksimal,” ungkap Syariffuddin. Tak hanya segi persiapan yang memakan waktu cukup lama, tim ini juga memiliki kendala ketika kontes berlangsung. Misalnya, perjalanan yang harus ditempuh dari SurabayaLampung menggunakan bis sehingga memakan waktu 27 jam. Tentunya, fisik para anggota tim akan terkuras sebelum kontes dimulai. Disamping itu, faktor cuaca juga menghambat jalannya perlombaan. “Jika kita bisa menang di kontes ini, maka akan menarik minat mahasiswa lain untuk bisa bergabung ke tim ini,” harapnya. n(SURYO)


KABAR PRESTASI

N

Unesa Raih Juara 2 Inovation Concreat Festival

ama Unesa kambali harum di kancah regional. Tim Sunrise Jurusan Teknik Sipil berhasil meraih prestasi sebagai juara kedua di Inovatoin Concreat Festival (ICF) yang berlangsung di Universitas Negeri Jember (Unej) pada Sabtu, 12 November 2016. ICF merupakan ajang tahunan bagi untuk mendapatkan inovasi-inovasi mengenai beton ringan. ICF kali ini mengusung tema Inovasi Ketepatan Mutu Beton Ringan non-Struktural yang Ramah Lingkungan. Awalnya, Tim Sunrise mengirim 4 tim dan mengirim proposal. Setelah seleksi proposal selama 1 bulan, hanya 1 tim yang berhasil lolos dan menjadi finalis hingga meraih juara 2. Ketua Tim Sunrise, Najib mengatakan, saat final ada 5 finalis. Sunrise berhasil mendekati desain beton dengan ketepatan kuat tekan 18 Mpa sehingga berhasil mendapatkan juara 2. n(VITAK)

Mandarin Festival Dibanjiri Siswa SMA se-Jatim

T

ahun ini adalah tahun pertama jurusan Bahasa dan Sastra Mandarin mengikuti perayaan Bulan Bahasa dan Seni yang sudah menjadi agenda tahunan di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa. Judul acara yang diusung oleh Himpunan Mahasiswa (Hima) dari jurusan Bahasa dan Sastra Mandarin ini adalah Mandarin Festival (Manfest). Kegiatan ini diadakan pada l 12 November lalu. Sesuai dengan nama acara, kegiatan pada acara ini dipenuhi dengan serba-serbi bahasa Mandarin dan suasana Chinese. Manfest dimulai pukul 08.00, dibuka dengan sambutan dari Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd selaku Dekan FBS Unesa dan Dr. Maria Mintowati, selaku ketua jurusan Bahasa dan Sastra Mandarin. Walaupun baru tahun pertama diadakan, beberapa sekolah se-Jawa Timur datang untuk mengikuti dan meriahkan festival ini. Tahun ini, panitia mengadakan 5 perlombaan, yaitu Puisi Mandarin, Cerdas Cermat Mandarin, Karaoke Mandarin,

FESTIVAL: Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Mandarin, Dr. Maria Mintowati, saat menye­ rahkan hadiah kepada para pemenang.

Pengetahuan Hanzi, dan Membaca Nyaring. Lomba yang paling banyak diminati adalah Lomba Karaoke Mandarin dan Membaca Nyaring. Gelar juara paling banyak diborong oleh peserta asal SMA National Star Academy Surabaya dan SMA Nurul Jadid Paiton. Selain sertifikat dan

Majalah Unesa

trophy, uang tunai ratusan ribu rupiah juga menjadi hadiah untuk para juara. “Untuk Manfest berikutnya semoga sponsor semakin banyak, lombanya diliput televisi lokal, dan tropi perlu diperbagus lagi karena lombanya tingkat Jatim,�ujar Yolan laoshi, guru pembimbing asal SMA Al Islam Krian Sidoarjo. n (PUW)

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

17


LENSA UNESA

PEMERAN

PENDIDIKAN & GELAR KARYA alah satu rangkaian acara menyambut Dies Natalis Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang ke52 diramaikan dengan kegiatan Pameran Pendidikan dan Gelar Karya yang diselenggakan pada Jumat-Minggu, 11-13 November 2016 di Royal Plaza Surabaya. Pameran pendidikan yang bertujuan mempublikasikan dan memamerkan perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai Unesa itu diikuti oleh seluruh Fakultas, Jurusan dan Prodi selingkung Unesa dan lembaga lain seperti Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), LP3M, Labschool Unesa, Sarjana Mengajar di daerah Terpencil, Terluar, Tertinggal (SM3T) , Mawapres, dan Hubungan Masayarakat (Humas) Unesa. Selama kegiatan pameran pendidikan dan gelar karya berlansung, antusias para pengunjung cukup tinggi. Para pengunjung yang datang banyak bertanya mengenai Universitas Negeri Surabaya. Mereka sangat ingin tahu berbagai keunggulan jurusan dan prodi yang dimiliki Unesa. Selama Pameran Pendidikan berlansung juga dimeriahkan dengan penampilan seni budaya dari mahasiswa Unesa. Di antaranya, band dari mahasiswa Unesa, grup keroncong dan robotika yang membuat pengunjung semakin berminat mendatangai acara pameran pendidikan. l HUMAS

18

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

Majalah Unesa


LENSA UNESA

CENDIKIA TVRI DI FISH PROGRAM rutin cendikia TVRI yang digagas Unesa dalam rangka mensosialisasikan keunggulan masing-masing fakultas dan jurusan, kali ini bergeser ke Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH). Dalam acara tersebut, FISH mengusung tema Menggapai Fakultas Ungggul, Bermartabat dan Berdaya Saing Global. Talkshow Cendikia yang berlangsung pada Kamis, 17 November 2016 itu menghadirkan narasumber Dekan FISH, Prof. Dr. Sarmini, M.Hum dan jajaran Wakil Dekan 1, Wakil Dekan II, dan Wakil Dekan III. l(HUMAS)

JPC 2017, PADUAN BUDAYA JEPANG DAN INDONESIA Majalah Unesa

FAKULTAS Bahasa dan Seni Unesa tampak ramai oleh pecinta budaya Jepang, pada tanggal 27-28 November 2017. Kegiatan yang dikenal dengan Japan Pop Culture (JPC) ini diselenggarakan Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Unesa. Rangkaian acara hari Sabtu adalah lomba siswa SMA dan workshop shodou. Berbagai lomba yang diikuti siswa SMA se-Jatim ini antara lain olimpiade, cerdas cermat, kamishibai (story telling), baca berita, shodou (kaligrafi), dan benron (pidato). Sedangkan acara puncak festival diselengarakan pada hari Minggu dihadiri sekitar 2000 pengunjung yang berasal dari daerah Surabaya dan beberapa kota lain di Jawa Timur. Pada gelaran JPC tahun 2016 ini ada yang hal berbeda dari gelaran tahun sebelumnya. Pada tema “Lets Start Nipponesia� yang memadukan budaya Jepang dan Indonesia. n (MEZALINA, EMIR)

| Nomor: 100 Tahun XVII- Desember 2016 |

19


KOLOM REKTOR Setiap tanggal 19 Desember Unesa memperingati dies natalis. Hal ini didasarkan pada sejarah panjang Unesa. Dimulai dari kursus B2, pada tahun 1960-an yang kemudian menjadi bagian dari FKIP Universitas Airlangga pada tahun 1961. Dengan berdirinya IKIP Malang tahun 1962, kedudukannya menjadi FKIP Universitas Airlangga cabang Surabaya. Baru pada tanggal 19 Desember 1964 resmi berdiri sendiri sebagai IKIP Surabaya.

P

erjalanan dari IKIP Surabaya, sampai saat ini juga penuh dengan dinamikia. Kejayaan IKIP Surabaya yang dirintis sejak awal, harus dikonversi menjadi Universitas Negeri Surabaya pada tahun 1999. Perubahan IKIP menjadi Universitas bukan menghapus eksistensi sebagai lembaga pendidikan tenaga kepandidikan (LPTK), melainkan menambah kewenangan yaitu dengan membuka program studi non kependidikan. Misi dan tugas utama Unesa tetap menghasilkan guru. Ini yang menjadi jati diri Unesa, yaitu sebagai perguruan tinggi yang tetap menjalankan tugas sebagai penghasil tenaga kependidikan. Pada saat masih menjadi lembaga pendidikan tenaga kependidikan, IKIP Surabaya mengambil pola ilmiah pokok pengembangan pendidikan dasar dan menengah. Dengan pola ilmiah pokok tersebut, fokus pengembangan IKIP Surabaya adalah kepada menghasilkan guru pada sekolah dasar dan menengah serta fokus pada pengembangan ilmu kependidikan dan pengajaran. Pola ilmiah pokok tersebut yang menjadi acuan pengembangan IKIP Surabaya sebagai lembaga pendidikan tinggi penghasil guru. Perubahan IKIP menjadi universtas, sempat menimbulkan kegamangan di kalangan internal, terutama untuk memposisikan diri, apakah sebagai universitas yang menjalankan tugas pengembangan ilmu dan teknologi melalui penelitian, atau tetap menjadi LPTK. Hal ini terlihat dari visi yang terus berubah. Dalam statuta Universitas Negeri Surabaya tahun

2001, visi Unesa adalah pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Ipteks) yang mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif di tingkat nasional, regional, dan internasional. Visi tersebut dijabarkan dalam tiga misi, yaitu: (1) mengembangkan Ipteks yang dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan

Oleh Prof. Dr. Warsono, M.S.

pada tahun 2015 Unesa menjadi universitas berbadan hukum, yang memiliki organisasi yang sehat, mampu melaksanakan otonomi perguruan tinggi, dan mampu mengelola manajemen internal yang berdasarakan LRAISE (Leadership; Relevance; Academic atmosphere; Internal manajement and organisation; Sustainability; Efficiency and productivity). Visi tersebut kemudian dijabarkan kedalam 7 misi, yaitu: (1) menyelenggarakan pendidikan tinggi yang bernuasa relegius berwawasan teknologi informasi untuk menghasilkan lulusan yang relegius dan menguasai teknologi informasi, unggul, mandiri dan berkemampuan wirausahaan, berjiwa pemimpin serta profesional; (2) mengembangkan penelitian yang unggul dalam bidang pendidikan dan pengajaran; (3) mengembangkan ipteks yang dilandasi profesionalisme; (4) mengembangkan kerjasama dengan berbagai lembaga/instansi dan stakeholder untuk berkelanjutan pelaksanaan program studi dan/ atau pembukaan program studi baru; (5) menghasilkan tenaga kependidikan dan non kependidikan yang profesional; (6) menjadikan Unesa pusat pendidikan dasar dan menengah; (7) menyelenggarakan perguruan tinggi yang akuntabel, efisien, efektif, transparan, mandiri, dan sesuai dengan perkembangan zaman. Sejalan dengan perkembangan zaman dan perubahan kepemimpinan, visi Unesa berubah kembali. Dalam rancangan statuta yang ditandatangani oleh Rektor pada tanggal 9 April 2012 untuk diajukan ke Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, visi Unesa diubah menjadi:

DIES NATALIS KE-52 UNESA

PENEGASAN KEMBALI VISI DAN MISI

20

kepada Tuhan Yang Maha Esa (IMTAQ) untuk meningkatkan kesejahteraan manusia; (2) menyiapkan lulusan/ ilmuwan di bidang kependidikan dan non kependidikan yang memiliki keunggulan kempetitif dan kooperatif di tingkat nasional, regional, dan internasional; (3) meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dan pembangunan. Namun dalam perjalanannya visi tersebut diubah lagi. Dalam Rencana Strategis (renstra) pengembangan Universitas Negeri Surabaya tahun 2005-2015 yang telah disahkan oleh Senat Universitas Negeri Surabaya pada tanggal 30 September 2005; visi Unesa tertulis Universitas mandiri yang berbasis penelitian dalam pengembangan ipteks serta tenaga kependidikan dan non kependidikan yang profesional. Dalam renstra tersebut, mandiri dimaknai bahwa

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

Majalah Unesa


KOLOM REKTOR Unggul dalam kependidikan kukuh dalam keilmuan. Dari visi tersebut dijabarkan dalam 4 misi, yaitu: (1) mengembangkan ilmu pendidikan, ilmu keguruan, serta menyiapkan pendidik dan tenaga kependidikan profesional; (2) mengembangkan, menerapkan, dan menyebarluaskan keilmuan nonkependidikan; (3) mengembangkan Unesa sebagai pusat kependidikan dan pusat keilmuan berlandaskan nilai-nilai luhur kebudayaan nasional; (4) mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan/ atau olah raga untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan tetap menjunjung tinggi nilainilai kemanusiaan melalui tridharma perguruan tinggi. Statuta yang diusulkan sejak tahun 2012 tersebut sampai sekarang belum disahkan oleh Menteri. Namun sejak tahun 2016, tepatnya sejak 7 April 2016 berdasarkan peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI nomor 15 Tahun 2016 telah memiliki Organisasi dan Tata Kerja (OTK) baru. Dengan adanya OTK yang baru tersebut Unesa harus menyusun statuta sebagai implementasi dari OTK. Penyusunan Statuta ini sangat mendesak, karena statuta merupakan peraturan dasar pengelolaan suatu perguruan tinggi yang digunakan sebagai landasan penyusunan peraturan dan prosedur operasional di Unesa. Dalam draf statuta yang telah disiapkan, visi Unesa tetap yaitu: Unggul dalam Kependidikan Kukuh dalam Keilmuan. Visi tersebut kemudian dijabarkan dalam 5 misi, yaitu: (1) menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang efektif, dan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi; (2) menyelenggarakan penelitian dalam ilmu pendidikan, ilmu alam, ilmu sosial budaya, seni, dan/atau olahraga, dan pengembangan teknologi yang temuannya bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan kesejahteraan masyarakat; (3) menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya dan olah raga, serta hasil penelitian melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang berorientasi pada pemberdayaan dan pembudayaan masyarakat; (4) mewujudkan Unesa sebagai pusat kependidikan terutama pendidikan dasar dan menengah serta

Visi Unggul dalam Kependidikan Kukuh dalam Keilmuan merupakan penegasan komitmen sekaligus pengukuhan jati diri Unesa sebagai LPTK. Meskipun telah menjadi universitas, misi utama Unesa tetap sebagai penghasil guru yang profesional. Kekukuhan untuk tetap mempertahankan bidang keilmuan yaitu kependidikan merupakan esensi dan jati diri Unesa. pusat keilmuan yang didasarkan pada nilai-nilai luhur kebudayaan nasional; (5) menyelenggarakan tatapamong perguruan tinggi yang otonom, akuntabel, dan transparan yang menjamin mutu dan peningkatan kualitas berkelanjutan. Perubahan visi dan misi Unesa menggambarkan bahwa di Unesa ada perubahan yang terus berlangsung sejalan dengan tantangan zaman dan visi pemimpin. Setiap kepemimpinan memiliki visi sendiri-sendiri. Sejak berubah menjadi Universitas, Unesa telah dipimpin oleh empat rektor. Masingmasing kepemimpinan (rektor) memiliki visi yang berbeda. Paling tidak tiga rektor sebelum saya, memiliki visi yang berbeda sebagaimana yang tersebut di atas. Masing-masing kepemimpinan (rektor) juga mengembangkan misi yang berbeda. Ini menunjukan bahwa ada dinamika yang sangat luar biasa di Unesa, yang semua itu tentu dimaksudkan untuk menjadikan Unesa terus maju dan berkembang. Perkembangan dan kemajuan Unesa harus terus didorong agar mampu menjadi perguruan tinggi ternama baik di tingkat nasional maupun internasional. Selain itu, Unesa harus memposisikan dirinya secara jelas dalam kancah perkembangan dunia yang berlangsung sangat cepat. Untuk itu diperlukan suatu permikiran yang jauh ke depan (visi) yang mampu memberi inspirasi sekaligus memotivasi selusuh sivitas akademika untuk terus mengembangkan diri dan ilmu melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Unesa juga harus mampu merumuskan misi yang sejalan dengan misi Kemenristekdikti dan pembangunan nasional. Ini tentu pekerjaan yang tidak mudah, khususnya bagi saya yang saat ini diserahi amanah sebagai rektor memimpin penyelengaraan Unesa sekaligus memandu kemajuan dan perkembangan Unesa sehingga menjadi perguruan tinggi yang berkelas dunia.

Majalah Unesa

Pertama yang harus ditegaskan adalah visi dan misi Unesa, agar jelas arah dan apa yang akan dicapai Unesa dalam jangka waktu tertentu. Visi Unesa Unggul dalam Kependidikan Kukuh dalam Keilmuan masih tetap kita pertahankan karena selain singkat dan jelas visi tersbut juga tetap relevan dalam jangka yang panjang. Persoalannya adalah apa yang dimaksud dalam visi itu, dan tantangan apa yang ada dalam visi tersebut. Visi Unggul dalam Kependidikan Kukuh dalam Keilmuan merupakan penegasan komitmen sekaligus pengukuhan jati diri Unesa sebagai LPTK. Meskipun telah menjadi universitas, misi utama Unesa tetap sebagai penghasil guru yang profesional. Kekukuhan untuk tetap mempertahankan bidang keilmuan yaitu kependidikan merupakan esensi dan jati diri Unesa. Sebagai LPTK, Unesa tentu harus memiliki keunggulan dalam bidang pendidikan, paling tidak bidang kependidikan harus menjadi unggulan di Unesa. Ini berarti penelitian dalam bidang pendidikan dan pembelajaran harus menjadi prioritas di Unesa, meskipun juga tidak mengabaikan bidang lainnya. Selain komitmen untuk mempertahankan fungsi sebagai LPTK, Unesa juga harus terus memperbaiki posisinya dalam peringkat nasional maupun internasional. Keunggulan dalam bidang pendidikan tentu tidak hanya sebatas di tingkat nasional, tetapi juga ditingkat internasional (world class university). Untuk mewujudkannya terus dilakukan dengan meningkatkan peringkat akreditasi baik prodi maupun institusi. Semua prodi diharapkan memiliki akreditasi A, dan bagi yang sudah terakreditas A didorong untuk memperoeh akreditasi di tingkat Asean. Itulah visi yang harus dipahami dan terus diperjuangkan oleh seluruh sivitas akademika Unesa. Semoga kita berhasil mewujudkan visi dan misi yang telah kita sepakati bersama. Aamiin. n

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

21


ARTIKEL

WAWASAN

DAN PERGURUAN TINGGI Oleh ANAS AHMADI*)

Studi tentang etika sudah dilakukan sejak lama. Bahkan, ditengarai muncul pada zaman Yunani kuna. Hal itu tampak pada karya Aristoteles (384—322 SM) yang berjudul Ética Nicomáque. Dalam pandangan Aristoteles, perpaduan dua kebajikan (virtue), yakni intelektual dan moral yang dijadikan sebagai habit, itulah yang disebut dengan etika (ethics) (Aristoteles, 1999:21). Tujuan dari penerapan etika dalam pandangan Aristoteles tersebut adalah eudemonia. Pendahuluan Melalui eudemonia tersebut, manusia akan menjadi sosok human virtue yang memiliki jiwa altruisme dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Etika konteks filosofis mengarah pada dua hal, yakni biophilia (Wilson, 1984), hasrat membangun dan necrofilia (Agrawal, 2011), hasrat merusak. Dalam perkembangan isu terkini, banyak yang menulis tentang etika, salah satunya adalah etika yang dihubungkaitkan dengan pendidikan. Penulis tersebut, misal Bottery (2001) yang mengintroduksi tentang etika, pendidikan, dan lingkungan; Grenee (2007) etika dalam pendidikan (calon) penguasa; Codling (2010) yang membahas tentang etika dalam dunia pendidikan Kristiani dan eskatologi; Shapiro dan Stefkovich (2011) yang membahas tentang etika pemimpin dalam pendidikan melalui paradigma etika keadilan, etika perlindungan, dan etika kritik. Istilah etika dan moral dalam perjalanannya mulai dibedakan. Etika berasal dari bahasa Yunani ethos dan bentuk jamak ta etha yang artinya adat dan kebiasaan. Moral berasal dari bahasa latin Mos (jamak: mores) yang artinya kebiasaan, adat (Bertens, 2002:3—5). Etika lebih dekat dengan studi filsafat, sedangkan moral lebih dekat dengan kajian sosiologi. Etika lebih pada pemikiran, sedangkan moral lebih pada tingkah laku. Meskipun demikian, istilah etika dan moral terkadang masih tumpang-tindih dalam penggunaannya.

22

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

Dalam kaitannya dengan etika konteks pendidikan, salah satu wacana pentingnya adalah etika yang berkait dengan otonomi (Crittenden, 2010:72; Paterson, 2010:24). Otonomi individual dalam kebebasan pendidikan sangatlah diperlukan pada zaman globalisasi seperti sekarang ini. Hal itu juga didukung oleh Unesco dalam World Declaration Education for All (1990) bahwa pendidikan harus mendukung otonomi, kebebasan, etika, dan pendidikan untuk semua. Etika dalam pendidikan memang sangat diperlukan sebab pendidikan membutuhkan etika dan etika bisa dipelajari melalui pendidikan. Di Perguruan Tinggi di Indonesia, etika juga harus dijunjung tinggi. Etika di perguruan tingga tidak lepas dari tridarma pendidikan, dosen memiliki tiga tugas utama, yakni mengajar, meneliti, dan mengabdi. Melalui ketiga hal tersebut diharapkan dosen menjadi sosok yang profesional. Namun, fakta di lapangan tidak demikian adanya. Ada dosen hanya mengajar saja dan tidak pernah meneliti, menulis buku, atau bahkan menulis jurnal (apalagi jurnal internasional) ataupun melakukan pengabdian pada masyarakat. Meskipun demikian, dosen terkadang merasa dirinya sebagai ‘dewa’ yang tak pernah punya celah, selalu merasa benar. Padahal, pembenaran yang dilakukan oleh mereka semakin menunjukkan ketidakbenaran dalam dirinya. Dalam konteks etika, ketika kita mengatakan A kepada murid kita, kita pun juga harus melakukan itu. Jangan sampai, kita menyuruh murid-murid kita melakukan A, tetapi kita tidak pernah melakukan hal tersebut. Fakta

Majalah Unesa


ARTIKEL WAWASAN ini pernah ditulis oleh Samani (2014) yang salut pada etika seorang kiai di Pasuruan. Waktu itu, sang kiai memberikan materi lima belas menit. Padahal, waktunya masih banyak. Setelah ditanya panitia, kiai tersebut menjawab bahwa beliau belum bisa mengajarkan materi yang selanjutnya sebab beliau belum mampu melakukannya. Itulah etika yang sebenarnya, komposisi antara moral dan intelektual, bukan intelektual saja. Etika dan Plagiarisme di Indonesia Pelanggaran etika di Perguruan Tinggi, salah satunya adalah plagiarisme. Plagiasi ialah the use of ideas, concepts, words, or structures without appropriately acknowledging the source to benefit in a setting where originality is expected (Fisman dalam Gipp, 2014:7). Pecorari (2010:11) mengistilahkan plagiasi dengan “kidnapâ€?. Gipp (2014:12—13) mengemukakan bentuk plagiarism di kalangan akademisi, yakni literal plagiarism (copy and paste, shake and paste); disguesed plagiarism (Paraphrasing, Technical disguise, Translated plagiarism, Structural and idea plagiarism, Self-plagiarism). Gipp (2014:62) juga memaparkan lima software profesional plagiarism detector, yakni Plagiarisma, Urkund, Turnitin, Ephorus, dan Plagaware. Berdasarkan riset Gipp, dari tujuh disertasi yang diujicba dengan software plagiasi, 3 diduga kuat plagiat. Di dunia, kasus plagiasi yang mencuat, misal kasus Barrack Obama yang diduga memplagiasi pidato Gubernur Massachusetts Deval Patrick (2008); Stephen Ambrose yang menulis buku The Wild Blue: The Men and Boys Who Flew Who Flew the B-24s over Germany ternyata menjiplak buku Wings of Morning: The Story of the Last American Bomber Shot Down over Germany in World War II, oleh Thomas Childers; Jason Blair seorang jurnalis New York Times (2003) melakukan fabrikasi, sekitar 600 artikel (http:// www.onlineclasses.org/resources/top-

10-plagiarism-scandals-of-all-time). Pelaku plagiarisme adalah kalangan akademisi, dalam artikel ini lebih difokuskan pada dosen. Diakui atau tidak, saat ini marak plagiasi di kalangan dosen. Untuk itu, Mendiknas memunculkan UU No. 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiasi di Perguruan Tinggi. Dalam pasal 1 dijelaskan sebagai berikut. 1. Plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilal untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai. 2. Plagiator adalah orang perseorangan atau kelompok orang ;pelaku plagiat, masing-masing bertindak untuk diri sendiri, untuk kelompok atau untuk dan atas nama suatu badan. 3. Pencegahan plagiat adalah tindakan preventif yang dllakukan oleh Pimpinan 4. Perguruan Tinggi yang bertujuan agar tidak terjadi plagiat di lingkungan perguruan tingginya. Adapun plagiasi dalam UU tersebut, dipaparkan di Bab 2 yakni sebagai berikut. 1. Plagiat meliputi tetapi tidak terbatas pada : a. mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan surnber dalam catatan kutipan dan/ atau tanpa menyatakan sumber secara memadai; b. mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/ atau kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa rnenyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai; c. menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori

Majalah Unesa

tanpa menyatakan sumber secara memadai; . d. merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari sumber kata-kata dan/atau kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara memadai; e. menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara memadai. 2. Sumber sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas orang perseorangan atau kelompok orang, masing-masing bertindak untuk diri sendiri atau kelompok atau untuk dan atas nama suatu badan, atau anonim penghasil .satu atau lebih karya dan/atau karya ilmiah yang dibuat, diterbitkan, dipresentasikan, atau dimuat dalam bentuk tertulis baik cetak maupun elektronik. 3. Dibuat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa:a. komposisi musik; b. perangkat lunak komputer; 4. c. fotografi;d.lukisan;e. sketsa;f. patung; atau g. hasil karya dan/ atau karya ilmiah sejenis yang tidak termasuk huruf a, huruf b,huruf c, huruf d, huruf e, atau huruf f 5. Diterbitkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa:a. buku yang dicetak dan diedarkan oleh penerbit atau perguruan tinggi;b. artikel yang dimuat dalam berkala i1miah,majalah, atau surat kabar;c. kertas kerja atau makalah profesional dari organisasi tertentu;d. isi laman elektronik; atau e. hasil karya dan/atau karya i1miahyang tidak termasuk huruf ej, huruf b, huruf c, dan huruf d. 6. Dipresentasikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa: a. presentasi di depan khalayak umum atau terbatas; b. presentasi melalui radioltelevisi/video/cakram padat/cakram video digital; atau c. bentuk atau cara lain sejenis yang

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

23


ARTIKEL

WAWASAN

tidak termasuk dalam hurufa dan huruf b. 7. Dimuat dalam bentuk tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupacetakan dan/atau elektronik. 8. Pernyataan sumber memadai apa-

Munculnya UU Pencegahan dan

Penanggulangan Plagiasi di Perguruan Tinggi untuk mencegah maraknya plagiasi di Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh, ada beberapa kasus plagiasi di Indonesia, yakni sebagai berikut.

No.

Kasus

Tahun

1.

Universitas Gadjah Mada (UGM) mencabut gelar doktor Ipong S. Azhar. Disertasinya yang diterbitkan menjadi buku berjudul “Radikalisme Petani Masa Order Baru: Kasus Sengketa Tanah Jenggawah” pada pertengahan 1999 ternyata menjiplak karya peneliti LIPI bernama Mochammad Nurhasim.

2000

Sindo (okezone.com)

2

Prof. Agung Dosen Jurusan Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai dosen akibat skandal plagiarisme. Artikelnya di sebuah suratkabar harian Jakarta post (16/11/2009) berjudul “RI as a New Middle Power?” menjiplak karya tulis ilmiah milik Carl Ungerer, “The Middle Power Concept in Australian Foregin Policy” di Australian Journal of Politics and Histroy : Volume 53 Number 4, pada 2007.

2010

Sindo (okezone.com)

3

Dr. M. Zuliansyah,Reputasi Institut Teknologi Bandung (ITB) tercoreng setelah alumninya, melakukan plagiarisme. Makalahnya berjudul “3D Topological Relations for 3D Spatial Analysis” terbukti menjiplak makalah berjudul “On 3D Topological Relationship” karya Siyka Zlatanova yang diterbitkan di jurnal IEEE.

2010

Sindo (okezone.com)

4

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan Guru Besar Universitas Riau (UNRI) Prof Dr. Isjoni Ishaq Msi terbukti melakukan plagiarisme dalam membuat buku judul “Sejarah Maritim”. Buku dimaksud merupakan jiplakan dari Buku Budaya Bahari Karya Mayor Jenderal (Marinir) Joko Pramono pada 2005.

2011

Sindo (okezone.com)

5

Universitas Lampung (Unila) memastikan telah memecat calon guru besar FKIP berinisial BS yang diduga melakukan plagiat karya ilmiah keputusan itu diambil setelah tim verifikasi berhasil membuktikan pelanggaran kode etik dosen tersebut.

2012

Sindo (okezone.com)

6

Senat akademik UPI Bandung menjatuhkan sanksi penurunan jabatan dan golongan bagi tiga calon guru besar karena terbukti melakukan plagiarisme. Mereka adalah Dr. Cecep Darmawan (Direktur Kemahasiswaan UPI & Rektor Universitas Subang), Dr. B Lena Nuryanti (Dosen FPIPS UPI), dan Dr. Ayi Suherman (Dosen UPI Kampus Sumedang).

2012

Sindo (okezone.com)

7

Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Maranatha (YPTKM) memberhentikan sementara Rektor Universitas Kristen Maranatha (UKM) Dr. dr. Felix Kasim MKes. Pemberhentian itu berkaitan dengan proses penyelidikan dugaan plagiarisme yang dilakukan Felix. Felix Kasim diduga telah melakukan plagiarisme terhadap sejumlah karya ilmiah mahasiswanya.

2014

Sindo (okezone.com)

8

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kemenag Anggito Abimanyu mengundurkan diri dari jabatan dosen di UGM. Sikap ksatria itu dilakukan menyusul tuduhan plagiarisme yang dilakukan Anggito terhadap artikelnya “Gagasan Asuransi Becana” yang terbit di harian Kompas, 10 Februari 20174. Tulisan ini memiliki kesamaan dengan artikel Hotbonar Sinaga dan Munawar Kasan berjudul “Menggagas Asuransi Bencana”.

2014

Sindo (okezone.com)

9

Wakil Rektor II Unhas Dr. dr. Wardihan A Sinrang MS diduga menerbitkan hasil penelitian orang lain dengan judul “Effect of Isolated Active Compound (BV103) of Boehmeria Virgata (Forst) Guil Leaves on Anti- Proliferation in Human Cervix Hela Cells Through Activation of Caspase 3 dan p53 Protein” yang dimuat di jurnal Tropical Medicine & Surgery (TMS), Vol.1, Issue 3, 2013. artikel itu memiliki kesamaan/ kemiripan dengan judul sama yang di muat di majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol 16, No 3 November 2012, Halaman 115-120.

2014

Sindo (okezone.com)

10

Ismet Fanany, ahli pendidikan asal Batusangkar, Sumatera Barat, yang bermukim di Amerika Serikat menerbitkan buku tentang plagiat. Buku terbitan CV Haji Masagung Jakarta itu berjudul Plagiat-Plagiat. Isinya tentang plagiat Yahya Muhaimin. Disertasi Yahya dituduh menjiplak tulisan beberapa ahli. The Politics of Client Businessmen, disertasi Yahya yang dipertahankan di MIT Cambridge, Amerika Serikat, 1982, dibandingkan dengan Capitalism and The Bureaucratic State in Indonesia: 1965-1975, judul asli tesis Robison di Universitas Sydney 1977.

1992

Tempo.com

11

Amir Santoso, Ia dituduh membajak karya tulis ilmiah dari berbagai kalangan, bahkan dari kalangan mahasiswanya sendiri. Amir juga mencaplok karya intelektual pakar lain. Apa yang dilakukan Amir Santoso itu dalam rangka mencapai gelar profesor (guru besar Universitas Indonesia).

1979

Tempo.com

2008

Tempo.com

12

24

bila dilakukan sesuai dengan tata carapengacuan dan pengutipan dalam gaya selingkung setiap bidang ilmu,teknologi, dan seni.

I made K, Dosen Institut Seni Indonesia Denpasar, I Made Kartawan, dituduh menjiplak. Tesis Kartawan pada 2003 yang berjudul Keragaman Laras Gong Kebyar di Bali sama persis dengan laporan penelitian berjudulKeragaman Laras (Tuning Systems) Gambelan Gong Kebyar, hasil penelitian Prof Bandem, Prof Rai, Andrew Toth, dan Nengah Suarditha yang dilakukan pada 1999 dari Universitas Udayana.

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

Majalah Unesa

Sumber


ARTIKEL WAWASAN

13

Ade Juhana, Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati itu menyelesaikan tesis doktornya dengan membajak tesis Prof Dr H.M.A. Tihami, MA, Rektor Institut Agama Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin, Banten, dan buku Mohamad Hudaeri M.A., dosen dan Ketua Lembaga Penelitian IAIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten. Sayangnya, ini hanya laporan surat pembaca di harian Kompas, jadi tidak terdengar kelanjutan kasusnya

2010

Tempo.com

14

Dosen Institut Pertanian Bogor, Heri Ahmad Sukria, disomasi Jasmal A. Syamsu dari Universitas Hasanuddin, Sulawesi Selatan. Somasi dilayangkan terkait dengan dugaan plagiarisme buku berjudul Sumber dan Ketersediaan Bahan Baku Pakan di Indonesia. Buku tersebut diterbitkan IPB Press dengan penulis Heri Ahmad dan Rantan Krisnan. Menurut sang Profesor, terdapat tulisan dan data yang diambil dari artikelnya.

2010

Tempo.com

15

Siti Fadilah Supari, Menteri Kesehatan ini pernah dituduh melakukan plagiat. Ketika itu Fadilah menyajikan seminar berjudul Cholesterol-Lowering Effect of Soluble Fibre as an adjunct to Low Calories Indonesian Diet in Patients with Hypercholesterolamia di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta, 29 Oktober 2002. Apa yang dia sajikan mirip dengan karya James W. Anderson berjudul Long-term Cholesterol Lowering Effect of Psyllium as An Adjunct to Diet Therapy in The Treatment of Hypercholesterolamia, yang dimuat di American Journal of Clinical Nutrition, volume 71 tahun 2000.

2004

Tempo.com

16

Buku berjudul Cybernotary (Dalam Aktivitas Notaris di Indonesia) yang ditulis LS, dosen yang memiliki jabatan terakhir sebagai Pembantu Dekan I FH Unpad, bersama I, Sekretaris Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Program Studi Kenotariatan FH Unpad. Ternyata, memplagiasi skripsi mahasiswa, Helen

2013

Kompas.com

17

Mudjia R, Dalam buku terbitan UIN Malang Press tahun 2007 tersebut, sejumlah bab identik dengan karya ilmiah para mahasiswa. Makalah yang dijadikan tugas mata kuliah yang diampu Mudjia tersebut disusun terstruktur tanpa proses penyuntingan. Bahkan, kalimat dan struktur bahasa pun sama persis dengan makalah mahasiswa. Sedangkan makalah mahasiswa yang ditiru antara lain berjudul “Bahasa dan Masyarakat” di halaman 107, “Bahasa dan Agama” (46), “Ragam Bahasa” (86), dan “Pria Wanita dalam Bahasa”

2014

Tempo.com

Bertolak dari data di atas, plagiarisme di Indonesia masih marak. Ironisnya, para pelaku kejahatan tersebut, pinjam istilahnya Picocari, “kidnap”, adalah dosen yang menjunjung integritas, mutu, profesionalisme, dan kredibilitas tinggi. SIMPULAN Maraknya plagiarisme di Indonesia menunjukkan bahwa etika dalam dunia akademisi belum optimal. Faktanya, integritas, mutu tinggi, profesionalisme, belum semuanya menjadi tindakan, tapi masih sebatas ungkapan. Namun, kita juga patut berbangga pada pemerintah sebab para pelaku kejahatan akademis, yakni plagiasi diberi sanksi berupa penurunan jabatan, pencopotan gelar, tetapi untuk kasus pidana masih belum. Penulis ingat ungkapan Menkumham sewaktu Kongres Bahasa Indonesia ke-7 di Jakarta, “Jangankan buat UndangUndang Bahasa, lha wong buat UndangUndang Hukum saja masih banyak yang melanggar.” Semoga, kita tidak. DAFTAR RUJUKAN Aggrawal, Anni. Necrophilia: Forensic and Medico-Legal Aspect. London:

Taylor & Francis Group, 2011. Aristoteles. 1999. Nichomachean Ethics. Translated by WD Ross. Kitchener: Batoche Books. www.constitution.org. Bertens, K. 2002. Etika. Jakarta: Gramedia. Bottery, M. 2001. Education, Policy, and Ethics. London: Continum. Codling, J.L. 2010. Calvin: Ethics, Eschatology, and Education. London: Cambridge. Greene, R. 2007. Kekuasaan. Diterjemahkan oleh Amelia Listiani. Jakarta: Karisma. Okezone.com. plagiarisme di Indonesia (online), diunduh tanggal 25 Februari 2016. Paterson, R.W.K. 2010. Values, Education, and the Adult. London & New York: Roudledge. Pecorari, D. 2010. Academic Writing and Plagiarism. New York: Continum. Samani, M. 2014. Maaf, masih Compang-Camping. Surabaya: Unesa Press. Shapiro, JP. &Stefkovich, JA. 2011. Ethical Leadership And Decision Making In Education. London: Routledge. World Declaration Education for All (1990) (Online), (http://www.unesco.

Majalah Unesa

org) diakses 28 Januari 2016 Wilson, Edward O. Biophilia: The Human Bond with Other Spesies. London: Harvard University, 1984. http://www.online classes.org/resources/top-10-plagiarism-scandals-ofall-time diunduh tanggal 25 Februari 2016. https://m.tempo.co/read/ Crittenden, B. 2010. Autonomy as an Aim of Education in Strike, K.A. & Egan, K. (ed.). Ethics and Educational Policy. London: Routledge. Gipp, B. 2014. Citation-based Plagiarism Detection. Berkeley: Springer. news/2014/02/18/078555420/8kasus-plagiat-yang-menghebohkanindonesia/1 https://m.tempo.co/read/ news/2014/02/18/078555420Rektor UIN Malang Dituding Plagiat Karya Mahasiswa. http://regional.kompas.com/ read/2013/05/15/22280581/Buku. Karya.Doktor.Unpad.Diduga.Jiplakan *) Anas Ahmadi Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Unesa

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

25


KABAR

SM3T Oleh-Oleh Peserta SM-3T Unesa

Pengalaman Berbagi Ilmu Matematika di Raja Ampat Papua Barat Pelajaran Matematika bagi sebagian besar anak di Indonesia tidak terlalui disukai. Matematika seakan menjadi pelajaran paling dibenci anak-anak pada umumnya. Mereka menganggap Matematika penuh angka dan rumus yang perlu dihafal sehingga membuat kepala mereka pusing tujuh keliling.

SM-3T: Seorang anak antusias saat daiajari berhitung oleh peserta SM-3T yang ditugaskan di daerah Raja Ampat, Papua Barat. Dengan sarana pembelajaran serbaterbatas, penggunaan metode Jarimatika cukup efektif diajarkan kepada siswa.

K

ondisi di atas saya rasakan sendiri saat mendapatkan kesempatan berbagi ilmu dengan anak-anak di SMAN 5 Raja Ampat, Papua Barat. Sekolah tersebut berada di Pulau Kabare Distrik Waigeo Utara. Papua terlalu indah untuk dilupakan. Pulau berjuluk Cendrawasih itu selain memiliki pesona keindahan alam, masyarakatnya sangat ramah. Mereka menyambut hangat orang-orang baru di daerah mereka. Meski kehidupan

24

mereka terbilang jauh dari kata layak, tapi semangat hidupnya patut diacungi jempol. Bagi saya, masyarakat Papua mengajarkan bagaimana cara mensyukuri hidup ini. Bergotong royong dengan sesama tanpa melihat suku, agama, ras, dan budaya. Mereka seolah mengajarkan bahwa hidup tidak hanya dinilai dari materi saja, lebih dari itu banyak cara untuk mensyukuri semua karunia Tuhan. Setahun lalu, saya berkesempatan

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

Majalah Unesa

berbagi ilmu di SMAN 5 Raja Ampat, Papua Barat. Tepatnya di Pulau Kabare Distrik Waigeo Utara. Di SMAN 5 Raja Ampat terdapat 3 rombel (kelas X, XI IPS dan XII IPS). Di sana, saya mengajarkan bidang studi Matematika sesuai dengan keahlian saya. Tapi terkadang saya juga mengisi bidang studi lain karena sangat kekurangan tenaga pendidik. Sejatinya, banyak daftar nama tenaga pendidik (guru) di sekolah, namun kebanyakan dari para guru tersebut lalai dengan tanggung


KABAR MANCA Terlihat mereka cukup antusias untuk mengikuti pelajaran matematika yang saya berikan. Itu bisa terlihat dari banyak di antara mereka yang tak sungkan bertanya ketika saya usai menjelaskan. jawabnya sebagai pengajar. Mereka lebih suka pergi ke kota dan baru kembali ke pulau ketika menjelang Ujian Nasional tiba. Padahal anak didik di pulau sangat mebutuhkan ilmu dari mereka. Miris memang, para siswa rela berjalan kaki berkilo-kilometer demi menuntut ilmu. Tapi sang guru malah meninggalkan pulau sesuka hati. Saat pertama saya masuk di kelas XII, saya melihat biodata masing-masing siswa. Yang membuatku terkejut, salah satu diantara mereka ada yang lebih tua dari saya. Mungkin karena dulu lambat daftar sekolah sehingga dia lambat lulus juga. Setiap hari, saya mengajar di SMAN 5 Raja Ampat. Senin sampai Jumat pukul 15.00 WIT hingga pukul 17.00 WIT. Saya bersama teman dari LPTK UNJ turut berbagi ilmu di “Rumah Pintar (Rumpin) Almira�. Rumpin Almira merupakan gagasan dari Ibu Hj. Ani Bambang Yudhoyono melalui yayasan SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu) yang bekerja sama dengan PT. Anugerah Surya Pratama dan Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat. Rumah Pintar Almira terletak di Dusun Bonsayor, Kampung Kabare, distrik waigeo Utara, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Saya mengajar mulai dari tingkat TK, SD, SMP, hingga SMA. Banyak dari mereka yang masih belum bisa membaca (tingkat SD). Sangat disayangkan memang, tapi beruntung semangat belajar mereka sangat tinggi. Jadi saya pun bersemangat mengajari mereka. Mulai dari mengenalkan huruf-huruf hingga mengajari mereka cara berhitung serta berusaha mengentaskan mereka dari buta huruf. Kita juga membagi waktu untuk mengajak mereka bermain yang ada hubungannya dengan pelajaran dan juga menyanyikan lagu-lagu Nasional. Yang paling utama bagaimana caranya bisa memotivasi anak-anak untuk tetap rajin belajar. Siswa SMA pun masih banyak yang

belum mengerti perkalian. Sungguh miris! Pelajaran yang harusnya mereka terima di tingkat SD belum dipaham. Bahkan, ketika saya bertanya pelajaran yang ada di SMP, mereka menjawab saat SMP Matematika selalu kosong karena tidak ada tenaga pendidik yang mengajar bidang studi itu. Jadi mau tidak mau, saya harus mengulang mengajari mereka dari awal. Misalnya saja untuk perkalian, ratarata mereka tidak dapat sama sekali. Mulai siwa di Rumpin hingga siswa di SMAN 5 Raja Ampat pun masih bingung bagaimana cara perkalian. Saya mencoba mengajarkan perkalian sederhana satuan dengan jarimatika. Awalnya mereka menganggap itu hal yang sangat sulit, namun tak lama mereka mulai memahami bagaimana konsep perkalian dengan jarimatika. Saya mengajarkan mulai yang paling sederhana, caranya jika yang ditekuk adalah jari kelingking sama dengan 6, jika yang ditekuk jari kelingking dan jari manis sama dengan 7, jika yang ditekuk jari kelingking, jari manis, dan jari tengah sama dengan 8, jika yang ditekuk jari kelingking, jari manis, jari tengah, dan jari telunjuk sama dengan 9, jika 5 jari yang ditekuk sama dengan 10. Jadi cara menghitungnya memakai 10 jari dari 2 tangan (kiri dan kanan). Misal untuk menghitung 7 x 8 maka jari yang ditekuk dijumlahkan dan bernilai puluhan, sedangkan jari yang tegak berdiri tetap bernilai satuan (dikalikan secara satuan). Kemudian jari yang puluhan dijumlahkan dengan jari satuan yang sudah dikalikan sebelumnya. Jadi 7 x 8 jari yang ditekuk ada 5 buah jari maka artinya 5 puluhan 50, sedangkan perkalian jari yang berdiri adalah 3 x 2 hasilnya 6. Jika dikalkulasi menjadi satu hasilnya adalah 50 + 6, maka diperoleh 7 x 8 = 56. Mungkin di kota-kota besar cara ini terbilang sangat biasa dan sederhana,

Majalah Unesa

tetapi bagi mereka cara tersebut sangat berharga dan membantu mereka untuk menyelesaikan soal perkalian. Tujuan metode ini agar siswa lebih termotivasi (tertarik) untuk belajar Matematika, mempermudah mereka dalam menghitung. Menginspirasi mereka bahwa Matematika tidak sesulit yang mereka bayangkan. Terlihat mereka cukup antusias untuk mengikuti pelajaran matematika yang saya berikan. Itu bisa terlihat dari banyak di antara mereka yang tak sungkan bertanya ketika saya usai menjelaskan. Setelah menjelaskan dan memberi contoh saya selalu memberi soal-soal latihan untuk mereka. Lalu saya meminta perwakilan dari mereka untuk mengerjakannya di papan tulis. Tak lupa setiap pembelajaran selesai saya selalu memberi mereka PR agar di rumah mereka juga bisa latihan. Saya pun juga tidak bosan untuk terus memotivasi mereka supaya terus rajin belajar. Agar tercapai semua cita-cita mereka, mengubah kehidupan yang lebih baik tentunya. Menjadi generasi penerus bangsa Indonesia. Tak jarang mereka sering datang ke rumah untuk sekedar bertanya cara menyelesaikan PR yang ku berikan. Senang rasanya melihat mereka antusias untuk bisa mengerjakan soalsoal itu. Meski masih banyak proses yang salah, tapi setidaknya mereka ada inisiatif untuk bisa. Apalagi hdik-adik yang biasa datang di Rumah Pintar, mereka benar-benar bersemangat untuk belajar. Walaupun saya tidak mengajar di SD tempat mereka sekolah, tapi mereka tetap ramah pada saya. Untuk para guru di Pulau Kabare, Distrik Waigeo Utara Kabupaten Raja Ampat semoga hatinya terketuk untuk setia mengabdi bagi negeri tercinta ini. Agar pendidikan di Indonesia merata, tak terkecuali untuk mereka yang tinggal di daerah 3T. Maju terus pendidikan Indonesia, salam Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia.n Ditulis oleh Masha Fadilah Mahasiswa PPG Unesa Jurusan Pendidikan Matematika

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

25


INSPIRASI

ALUMNI

Amirusholihin, Alumni FE Penerima Beasiswa LPDP Program Magister UGM

BERJUANG WUJUDKAN IMPIAN JADI DOSEN & PENELITI PENGALAMAN ADALAH GURU YANG PALING BERHARGA. ITULAH YANG DIRASAKAN AMIRUSHOLIHIN. BERKAT PENGALAMAN HIDUP YANG DIALAMINYA, DIA MAMPU MENGGAPAI SEGALA IMPIANNYA SEBAGAI DOSEN DAN PENELITI. DENGAN SEGALA KETERBATASAN ORANG TUANYA DIA TAK PERNAH MENYERAH DEMI MENGGAPAI CITACITANYA. BERIKUT INSPIRASI ALUMNI UNTUK PEMBACA SEMUA.

28

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

Majalah Unesa


INSPIRASI ALUMNI

B

e yourself, be different, be number one! Itulah motto hidup Amirusholihin yang dikutip dari kata-kata Bob Sadino. Mahasiswa alumni Prodi S-1 Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Unesa itu merupakan salah satu mahasiswa yang berhasil menyelesaikan studi sarjana tepat waktu dengan predikat cum laude pada tahun 2015. Kini ia masih menempuh program magister di Universitas Gadjah Mada dengan beasiswa LPDP. Perjuangan Amir untuk mencapai segala impiannya tidak dapat dibilang instan. Impian utamanya adalah menjadi dosen dan peneliti. Dengan demikian Amir harus melanjutkan pendidikan hingga tinggi. Padahal, secara perekonomian, keluarga Amir bukanlah dari golongan orang menengah ke atas. Amir beserta keluarga pernah mengalami suatu peristiwa pahit. “Kegagalan manajemen ekonomi keluarga dan ayah tertipu oleh teman bisnisnya, memaksa kami harus menjual rumah dan tanah yang kami miliki. Hingga sekarang kami menempati rumah nenek. Gaji ayah sebagai guru yang belum sertifikasi pun harus dipotong ini itu sehingga hanya dapat memenuhi kebutuhan kami, bahkan bisa dikatan kurang. Oleh Karena itu, sejak lulus SMA, saya harus bekerja demi mewujudkan citacita besar saya. Mulai bekerja sebagai guru privat, freelance design banner dan undangan serta kesibukan saya sebagai seorang guru ngaji menjadi rutinitas setiap hari,” kenang anak ketiga dari pasangan Bapak Misbah dan Ibu Sriningsih itu. Dari hasil kerjanya, Amir menyisihkan sebagian uangnya untuk biaya kuliah. Amir sadar bahwa tanggungan orang tuanya akan membuat mereka keberatan untuk membiayai Amir. Selain dirinya, Amir masih memiliki dua orang kakak. Oleh karena itu, untuk mendaftarkan diri ke perguruan tinggi impiannya, Amir harus rela menyisihkan sebagian dari pendapatannya. Gayung bersambut, tahun

Dengan menjadi dosen dan peneliti, Amir berharap dapat menginspirasi dan memberikan manfaat bagi banyak orang, baik itu mahasiswa maupun orang-orang yang memiliki latar belakang seperti dirinya.

2011, Amir resmi diterima sebagai mahasiswa Prodi S-1 Pendidikan Ekonomi Unesa dengan beasiswa bidikmisi. Sebuah kebahagiaan sekaligus tantangan baru bagi Amir. Kebahagiaan sebab impian untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana telah tercapai. Tantangan karena Amir harus berani berjuang menjadi orang mandiri di kota metropolitan. Namun, Amir bukan orang yang mudah menyerah. Semangat Amir terus berkobar untuk menggapai semua impiannya. Amir berkuliah dengan baik. Bahkan, di tengah kesibukan berkuliah, Amir tetap aktif mengikuti berbagai organisasi kampus. Tahun 2013 Amir memegang amanah sebagai Ketua Hima Jurusan Pendidikan Ekonomi. Tahun 2014 Amir menjadi Wakil Ketua BEM Fakultas Ekonomi. Keganderungan Amir terhadap dunia penelitian dan spirit untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain memantik dirinya untuk mendirikan beberapa komunitas penting di kampusnya. Tahun 2014, Amir mendirikan Economic Research and Discussion Association (ERDA). Komunitas ini dimaksudkan untuk memberikan ruang bagi mahasiswa dalam mengembangkan daya kritis dan pemikiran solutif untuk menghadapi permasalahan nasional. Amir berpikir, mau tidak mau mahasiswa akan meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa. Masih pada tahun yang sama, Amir bersama teman-temannya mendirikan komunitas wirausaha kampus. “Komunitas tersebut bergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Perguruan Tinggi. Sejak itu banyak mahasiswa yang berani mengembangkan wirausaha mereka. Jaringan wirausaha mereka pun semakin luas karena kita sering mengadakan diskusi-diskusi bisnis

Majalah Unesa

untuk pemula dan yang ingin masuk ke dunia bisnis,” terang Ketua HIPMI PT periode 2014 itu. Di samping itu, Amir juga memiliki pengalaman-pengalaman lain yang menunjang pematangan dirinya. Selama kuliah, Amir aktif sebagai takmir masjid Baitul Makmur 1 Unesa, penjual soto di kantin Fakultas Ekonomi Unesa, mendapat dana penelitian dari LPPM Unesa dengan judul penelitian “Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kota Blitar”, LO Asean School Game 2012, dan lolos PKM tahun 2013. Lantas, apa kunci sukses yang selalu dipegang teguh oleh Amir? “Saya selalu mencatat apa yang harus dicapai pada hari ini. Seperti harus salat berjamaah minimal satu kali dalam sehari, meluangkan waktu membaca buku. Menabung jatah uang pada hari ini dan masih banyak target kecil lainnya. Hal ini saya lakukan agar saya bisa lebih fokus lagi untuk mewujudkan cita-cita saya. Mengingat cita cita saya adalah menjadi seorang dosen dan peneliti, saya selalu ingin menjadi lebih baik setiap hari. Saya percaya tidak ada jalan yang mudah dalam menggapai cita-cita. Apa yang kita usahakan maka itu yang akan kembali kepada kita. Man jadda wa jadda,” terang Amir. Dengan menjadi dosen dan peneliti, Amir berharap dapat menginspirasi dan memberikan manfaat bagi banyak orang, baik itu mahasiswa maupun orang-orang yang memiliki latar belakang seperti dirinya. Menurut Amir, pengabdian sebagai dosen akan banyak membantu menyelesaikan masalah-masalah yang ada di Indosenia. Di sana ia akan berkreasi dalam mewujudkan cita-citanya untuk Indonesia. “Walaupun tidak semua masalah dapat terselesaikan tetapi dari kontribusi yang tulus pasti akan membawa multiplayer efek yang baik,” katanya. n(FUL)

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

29


KABAR

MANCA

Kembali ke Bremen, Jerman (bagian 5)

MENGAPA DUAL SYSTEM DI JERMAN BERJALAN? Sekarang mengapa dual system pada sekolah kejuruan di Jerman berjalan baik, ketemu jawabannya, walaupun belum tuntas. Jawaban itu diperoleh melalui diskusi panjang dan intensif dengan Matthias Reinhardt-guru di TBZ (sebuah sekolah kejuruan/Vocational School) di Bremen, Nils Petermann-mahasiswa program Master di ITB-Bremen University, sekaligus sebagai teknisi Lab Automobil dan mantan Meister Craftman di sebuh workshop, serta dengan Dipl. Ing. Jurgen Uhlig-seorang pengembang sekolah di Bremen. Tentu dibantu dengan membaca banyak dokumen dan literatur yang untungnya tersedia berlimpah di ITB Bremen University.

S

ejak datang saya memutuskan akan menggunakan tram dan bus untuk transportasi selama di Bremen. Sejak lama tram dan bus di Bremen dikenal baik, bahkan kadang-kadang orang menyebut Bremen adalah sekumpulan desa yang terhubung dengan tram dan bus. Alasan lain yang juga sangat penting yaitu murah-meriah. Setelah lebih seminggu menggunakan, saya ingin berbagi cerita tetang angkutan masal itu. Siapa tahu dapat menjadi gambaran bagi warga Surabaya yang konon akan segera punya tram lisrik.

30

Beberapa kata kunci itulah yang saya bagi dengan pembaca. Pertama, setiap sekolah memiliki partner DUDI yang permanen. Misalnya Sekolah Kejuruan A berpartner dengan industri X, Sekolah Kejuruan B berpartner dengan DUDI Y dan Z. Permanen artinya sepanjang waktu itulah pasangan antara sekolah dan DUDI. Jika salah satu menghentikan berpartner, maka program pendidikan juga dihentikan. Tanpa memiliki partner DUDI yang permanen, sekolah tidak akan dibuka. Jerman beruntung, karena DUDI yang memenuhi syarat sebagai partner sekolah jumlahnya sangat banyak,

| Nomor: 100 Tahun XVII -Desember 2016 |

Majalah Unesa

sehingga mencukupi untuk melayani sekolah. Kedua, program keahlian yang dibuka, jumlah siswa dan bahkan kurikulum dibuat bersama antara sekolah dan DUDI partnernya. Bahkan pola dual-nya juga disepakati bersama. Dengan begitu dapat dihindari adanya siswa yang tidak memperoleh tempat prakerin (PKL), dapat dihindari adanya ketidaksesuaikan bekal yang diperoleh di sekolah untuk memulai PKL di DUDI. Ketiga, sekolah kejuruan di Jerman tidak mengenal matapelajaran. Sebagai gantinya siswa belajar apa yang disebut dengan Learning Area


KABAR MANCA Di Jerman semua sekolah kejuruan adalah sekolah negeri, sehingga pemerintah dapat mengendalikan dengan penuh. DUDI juga wajib menjadi partner sekolah dan bahkan setiap karyawan baru harus melewati pelatihan. Berbeda dengan di Indonesia yang jumlah SMK-nya sangat banyak, sementara jumlah DUDI yang memenuhi syarat hanya sedikit. (LA), atau kompetensi tertentu. Jadi benar-benar menerapkan competence based secara utuh. Jenis dan tingkatan LA disusun atas dasar kebutuhan tenaga di DUDI. Misalnya, dalam bidang keahlian otomotif dikenal LA antara lain sistem rem, sistem kelistrikan, sistem bahan bakar, bahkan sistem pengaturan ban/roda dan sebagainya. Setiap LA dipelajari dalam 3 minggu di sekolah dan 6 minggu di DUDI. Dalam satu sementer siswa belajar 2 LA saja dan itu dipelajari selama 6 minggu di sekolah dan 12 minggu di DUDI. Jadi selama 3,5 tahun sekolah, siswa hanya belajar 12 LA plus 1 LA di semester akhir sebagai final project. Keempat, pola pembelajaran di LA itu integrated dan project based learning. Integrated, artinya ketika mendalami satu LA tertentu, siswa juga belajar Matematika, Fisika, dan “mapel” lain, tetapi sebatas yang diperlukan untuk mengerjakan LA itu. Di sinilah penting apa yang disebut dengan work process knowledge (WPK), yaitu pengetahuan tentang proses kerja untuk LA yang berangkutan. Dengan dasar WPK itu dapat diketahui dukungan “mapel” apa saja untuk dapat mengerjakan LA tertentu. Misalnya untuk LA mengganti ban mobil, siswa harus belajar beberapa bagian Matematika, Fisika dan Kimia yang terkait. Yang menarik, dukungan “mapel” atau “pengetahuan teori/Matametika/Fisika/Kimia dan sebagainya” itu diberikan secara praktis oleh guru kejuruan yang mengampu LA yang bersangkutan. Project based learning diterapkan, karena di setiap bagian akhir LA siswa harus belajar melakukan diagnosa terhadap problem yang terkait dengan LA yang dipelajari. Misalnya apa yang

terjadi jika ban kurang angin (kurang keras) atau sebaliknya. Apa yang terjadi jika roda mobil tidak balance dan mengapa itu dapat terjadi dan sebagainya. Mungkin semacam trouble shooting yang dikenal di Indonesia. Yang agak beda, pada setiap LA ada trouble shooting-nya. Di sinilah ditumbuhkan kemampuan berpikir kritis-analitis dan kreativitas untuk memecahkan masalah. Kelima, sekolah dan DUDI mendapatkan manfaat dari dual system itu. Sekolah mendapat manfaat karena tidak perlu menyediakan workshop besar dan juga tidak perlu menyediakan guru praktik. Sebaliknya DUDI juga mendapat manfaat, karena siswa yang PKL dianggap sebagai tenaga magang dan tidak perlu dibayar. Kok bisa begitu, berikut ini contoh yang dilakukan di bidang keahlian Automotif di TBZ Bremen. Setiap tahun bidang keahlian itu menerima 120 siswa baru dan dibagi menjadi 3 kelompok, kelompok A, B dan C. Pada 3 minggu pertama kelompok A mulai belajar di sekolah, sementara kelompok B dan C masih melakukan orientasi. Pada 3 minggu berikutnya kelompok B mulai belajar di sekolah dan kelompok A mulai belajar di DUDI. Pada 3 minggu ketiga, kelompok A masih di DUDI, kelompok B mulai masuk DUDI, sedangkan kelompok C mulai belajar di sekolah. Semua siswa tadi mempelajari LA-1. Mulai 3 minggu ke 4, siklus kembali seperti pada 3 minggu pertama tetapi siswa mulai belajat LA-2. Pada 3 minggu ke 7, siklus kembali seperti 3 minggu ke 1 tetapi siswa belajar LA-3. Begitu seterusnya sampai akhir tahun ketiga, siswa belajar LA-12. Nah, dengan demikian setiap saat hanya ada 1/3 siswa yang di sekolah, sedangkan

Majalah Unesa

2/3 siswa lain sedang di DUDI. Yang di DUDI itu, 1/2-nya sudah punya pengalaman dan 1/2 baru. Siswa kelas 1, kelas 2 dan kelas 3 mengerjakan LA yang berbeda, sehingga siswa tidak akan berjubel. Itulah yang menyebabkan DUDI senang karena mendapatkan siswa magang tanpa perlu bayaran. Keenam, di DUDI ada meister yaitu seorang “teknisi ahli” yang bertugas membimbing siswa yang sedang PKL. Meister itu, di samping ahli dalam bidangnya juga pernah mengikuti pelatihan sehingga memperoleh sertifikat meister, sehingga tahu betul apa yang harus dilakukan dan juga dapat berdiskusi dengan guru yang menjadi partnernya di sekolah. Dalam struktur kualifikasi di Jerman, sertifikat itu disetarakan dengan S!, yaitu level 6. Jadi meister bukanlah orang sembarangan. Lulusan sekolah kejuruan hanya mempunyai level 4. Ketujuh, pada setiap akhir LA (sebelum pindah ke LA berikutnya) ada tes yang melibatkan guru dan meister untuk memutusan apakah seorang siswa sudah menguasai LA yang sedang dipelajari atau belum. Dengan begitu kedua belah pihak faham dan merasa bertanggung jawab atas keberhasilan siswa. Setiap tahun ada evaluasi bersama tentang perjalanan pendidikan untuk memutuskan penerimaan siswa baru pada tahun berikutnya. Apakah pola seperti itu dapat diterapkan di Indonesia? Perlu kajian dan persiapan yang baik. Jika tergesa-gesa sangat mungkin tidak dapat berjalan. Di Jerman semua sekolah kejuruan adalah sekolah negeri, sehingga pemerintah dapat mengendalikan dengan penuh. DUDI juga wajib menjadi partner sekolah dan bahkan setiap karyawan baru harus melewati pelatihan. Berbeda dengan di Indonesia yang jumlah SMKnya sangat banyak, sementara jumlah DUDI yang memenuhi syarat hanya sedikit.n BERSAMBUNG Ditulis oleh Prof. Dr. Muchlas Samani, Gurus Besar Fakultas Teknik Unesa.

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

31


SEPUTAR

UNESA

REUNI AKBAR JURUSAN MATEMATIKA UNESA

J

urusan Matematika, Fakultas MIPA Unesa menggelar reuni akbar dan expo bertajuk “Ketika Matematika Menyatukan Kita”. Kegiatan yang dihadiri ratusan alumni angkatan 1969-2012 itu berlangsung meriah di Auditorium Prof. Slamet Dajono Gedung D1 lantai 3, Minggu (4/12). Para alumni yang datang berasal dari berbagai daerah dan profesi. Selain ajang kangen-kangenan, reuni tersebut diisi dengan talk show, pemberian doorprize kepada alumni yang berkontribusi pada kegiatan reuni dan para purna dosen serta pembentukan ikatan alumni matematika. Kegiatan reuni akbar ini juga dimeriahkan pagelaran musiK akustik yang ditampilkan mahasiswa dan alumni matematika Unesa. Talk show yang dikemas ringan itu mengundang narasumber alumnus matematika Unesa lintas generasi. Di antaranya, Prof. Dr. Hj. Siti Maghfirotun Amin, M.Pd (Guru Besar Matematika Unesa), Prof. Dr. Harianto M.Si (Dosen di Universitas Mulawarman Samarinda) dan Ariesta Kartika Sari, M.Pd (Dosen Universitas Trunojoyo Madura). Ketiga narasumber bercerita bagaimana

32

matematika dari dulu hingga sekarang. Di samping itu, tak lupa para alumni berceita mengenai pengalaman mereka menjalani status sebagai mahasiswa di Kampus IKIP atau yang sekarang bernama Unesa. Menurut Prof. Dr. Siti M. Amin, M.Pd, pengalaman yang tak pernah terlupakan saat menjalani perkuliahan di IKIP adalah ketika harus berpindahpindah tempat saat kuliah. “Untuk saat ini kuliah tidak perlu pindah-pindah, cukup di Ketintang,” imbuh alumni angkatan 1973 itu. Prof. Amin juga berkomentar bagaimana susahnya perkuliahan matematika dulu untuk bisa mendapatkan IPK di atas 3. “Kalau zaman sekarang mendapatkan IPK cumlaude sangat mudah. Saking mudahnya sampai-sampai saat wisuda mahasiswa kehabisan slempang bertuliskan ‘cumlaude’,” candanya. Lain ceritanya dengan Ariesta Kartika Sari, M.Pd. Mahasiswa angkatan 2005 tersebut bercerita tentang perkuliahan Analisis Real. “Di kelas saya sangat susah mendapatkan nilai A pada mata kuliah analisis real. Mungkin itu masih terjadi sampai sekarang,” ujarnya. Selanjutnya, acara derusan dengan penyerahan door prize kepada dosen

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

Majalah Unesa

purnatugas yang di berikan oleh Prof. Dr. Soemadi, Drs. Hartono, Dra.T.R. Nindyo dan Drs. B.D. Suharsono. Sebelum ditutup, acara diakhiri dengan pembentukan ikatan alumni mahasiswa matematika. Marsma. TNI (Purn.) Dr. Suprapto, M.Sc selaku ketua panitia menjelaskan tentang tujuan dari kegiatan reuni ini adalah sebagai ajang silahturah midan kangen-kangenan dengan sesama alumni matematika. Menurut mahasiswa angkatan 75 ini, meskipun ini acara reuni yang pertama kali digelar, antusias para alumni yang hadir membuat acara semaki n meriah. “Untuk kegiatan reuni, selanjutnya bisa dikoordinir maupun di-share hasil dokumentasi agar bisa lebih ramai dari reuni saat ini,” pungkas mahasiswa yang mengambil gelas S2 di Amerika ini. “Banyak alumni dari matematika yang sudah sukses di berbagai bidang.. Contoh saja Bambang D.H., mantan Wali Kota Surabaya, Rasiyo, mantan Sekda Provinsi Jawa Timur. Diharapkan dengan adanya kegiatan reuni kali ini, para alumni yang sudah sukses bisa berbagi ilmu sepertikewirausahaan dan workshop serta dapat membanggakan analmamater Unesa,”pungkas Suprapto. n(SURYO)


RESENSI BUKU

MEMBANGUN BUDAYA RAMAH ANAK

A

mat menyedihkan membaca berita kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan. Lebih memprihatinkan lagi karena kasus ini selalu berulang. Yang teranyar, seorang guru SDN Karang Kedawung 1 di Jember menghukum 19 siswanya dengan memakan lem dan kapur. Kasus kekerasan dalam pendidikan di Indonesia memang lumayan tinggi. Pelakunya tidak hanya guru terhadap murid, tetapi juga murid dan orang tua terhadap guru serta siswa terhadap sesama siswa. Jika melihat problem-problem kekerasan tersebut, sekolah sudah menjadi tempat yang horor untuk belajar. Padahal, pendidikan merupakan hak asasi setiap warga Indonesia. Karena itu, setiap warga Indonesia berhak memperoleh pendidikan sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, status ekonomi, etnis, agama, dan gender. sendiri sebenarnya telah memiliki berbagai instrumen hukum untuk mendukung hak anak atas pendidikan. Mulai dari Undang-Undang (UU) Dasar 1945 pasal 28C, pasal 28E, pasal 31, dan pasal 34. Lalu ada UU Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU Nomor 35/2014 tentang Perubahan atas UU Nomor 23/2002 tentang Perlindungan Anak, maupun UU Nomor 4/1979 tentang Kesejahteraan Anak. Buku ini menjadi sebuah bacaan yang penting. Sebab, selain berisi berbagai panduan yang lugas terkait kiat mengatasi kekerasan di dunia edukasi, banyak pengetahuan seputar aspek hukum. Misalnya, secara jelas, dalam pasal 31 ayat 1 UUD 1945 disebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Hak tersebut dipertegas kembali dalam amandemen UUD 1945 pada tahun 2000, yakni dalam pasal 28C ayat (1) yang berbunyi, �Setiap warga negara berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia�. Untuk menindaklanjuti amanah konstitusi tersebut, secara berkelanjutan pemerintah telah mengeluarkan undangundang di bidang pendidikan. Pada tahun 2003 pemerintah menetapkan UU Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional untuk menggantikan UU Nomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dipandang sudah tidak memadai lagi. Berdasarkan UU Nomor 20/2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Judul : Panduan Sekolah dan Madrasah Ramah Anak Penyusun : Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Penerbit : Erlangga Cetakan : Pertama, 2016 Tebal : vii + 213 ISBN : 978-602-298-845-8 peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (hlm. 34). Perlindungan anak memang perlu mendapat perhatian khusus. Segala kegiatan untuk melindungi anak serta hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi harus dilakukan secara optimal. Yang lebih penting, perlindungan itu dilaksanakan sesuai harkat dan martabat kemanusiaan. Artinya, anak selayaknya mendapat perlindungan dari diskriminasi. Sayang, dalam perkembangannya, banyak anak yang menjadi korban kekerasan, eksploitasi, dan penganiayaan, baik di rumah, sekolah, madrasah, maupun di pesantren. Tak heran, banyak anak yang tidak lagi merasa aman dan nyaman untuk bermain dan belajar karena selalu berada dalam tekanan dan ancaman. Dalam upaya perlindungan anak dan untuk mengurangi tindakan kekerasan terhadap anak, terutama di dunia

Majalah Unesa

pendidikan, penting diwujudkan program ramah anak sebagai langkah nyata mencegah berbagai bentuk kekerasan pada peserta didik melalui pola asuh dan proses pembelajaran yang menghargai, melindungi, dan memenuhi hak-hak anak. Caranya, menghidupkan lingkungan pendidikan yang ramah anak dan senantiasa mengutamakan prinsip perlindungan anak (hlm. 76). Secara lugas, dijelaskan dalam buku ini tujuh tingkatan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan pendidikan ramah anak. Pertama, partisipasi dengan menggunakan jasa layanan yang tersedia. Pada tingkatan ini, masyarakat hanya memanfaatkan jasa sekolah untuk mendidik anak-anak mereka. Kedua, partisipasi dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga. Pada peran serta masyarakat jenis ini, masyarakat berpartisipasi dalam perawatan dan pembangunan fisik sekolah dengan menyumbangkan dana, barang, atau tenaga. Ketiga, Partisipasi secara pasif. Masyarakat dalam tingkatan ini menyetujui dan menerima apa yang diputuskan pihak sekolah (komite sekolah). Misalnya, komite sekolah memutuskan agar orang tua membayar iuran bagi anaknya yang bersekolah dan orang tua menerima keputusan itu. Keempat, partisipasi melalui adanya konsultasi. Pada tingkatan ini, orang tua datang ke sekolah untuk berkonsultasi tentang masalah pembelajaran yang dialami anaknya. Kelima, partisipasi dalam pelayanan. Di sini orang tua atau masyarakat terlibat dalam kegiatan sekolah. Misalnya, orang tua ikut membantu sekolah ketika ada study tour, pramuka, kegiatan keagamaan, dan sebagainya. Keenam, partisipasi sebagai pelaksana kegiatan. Contohnya, sekolah meminta orang tua atau masyarakat untuk memberikan penyuluhan pentingnya pendidikan, masalah gender, gizi, dan sebagainya. Ketujuh, partispasi dalam pengambilan keputusan. Maksudnya, orang tua terlibat dalam pembahasan masalah pendidikan, baik akademis maupun nonakademis, serta terlibat dalam proses pengambilan keputusan terkait rencana pengembangan sekolah (hlm. 56-57). Mengingat masih terjadinya kasus-kasus kekerasan di dunia pendidikan, buku ini menjadi oase tersendiri. Sebab, buku ini tidak hanya berisi teori belaka, tetapi juga panduan praktis yang dapat diaplikasikan secara nyata di lapangan oleh para pelaku dan pemerhati pendidikan. Yang terpenting, sebagaimana termaktub dalam buku ini, terjadi sinergi antara semua stakeholder dan pemerintah sehingga pendidikan ramah anak dapat terwujud secara baik dan optimal. n (EKO PRASETYO)

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

33


CATATAN LINTAS

THE WRITER IS BACK

A

rtikel saya “Menulis Membangun Kebudayaan” dimuat di Harian DUTA (8/12/2016). Tiga hari kemudian saya pasang klipingnya di sebuah grup, dan akhirnya masuklah pesan WA dari seorang sahabat: “Saya ini lho kok ya ga pernah nulis blas skrg. Insya Allah hari ini saya akan mulai nulis lagi. Tanpa tulisan rasanya agak kering dunia ini dan hari2 spt berjalan tanpa arti.” Spontan saya bersyukur dalam-dalam, seraya membalas pesan WA-nya berikut ini: “Benar, Sobat. Itu yg sudah lama ingin sy bisikkan ke njenengan. Dulu njenengan itu jago juga menulis di koran. Ilmiah memang wajib, ngajar ya wajib, penelitian jg demikian. Tapi jika tidak nulis artikel ke koran atau blog atau menyusun buku, rasanya kurang jangkep. Saya rindu juga baca tulisan njenengan di koran.” “Njenengan” adalah sebutan dalam Bahasa Jawa yang sepadan dengan “Anda” (tapi lebih santun). Sementara, “kurang jangkep” sepadan dengan “kurang lengkap dan utuh”. Kata-kata Bahasa Jawa yang menyusup dalam kalimat Bahasa Indonesia saya adalah sekadar bukti keakraban kami berdua. Jadi, bayangkan betapa bahagianya ketika sahabat akrab kembali dari perantauan. The writer is back! Sang penulis itu sudah kembali. Dia kembali ke habitatnya: dunia menulis, termasuk menulis di koran. Saya tahu persis penulis itu sebab dia adalah sahabat saya, yang dulu pernah mengaku suka tulisan-tulisan saya, yang kemudian artikelnya bermunculan di kolom opini sejumlah koran. Sahabat saya kembali tepat setelah “terpicu” oleh kliping artikel saya, yang mengingatkan dia akan “kejayaan”nya menulis di koran. Sungguh, the writer is back, kembali dari kevakuman akibat tugas-tugas yang berjibun sebagai dosen--tugas yang telah melenakannya dari tugas menulis. Kini dia berjanji, “Insya Allah hari ini saya akan mulai nulis lagi.” Setelah sekian tahun ini berkutat dalam tugas tanpa henti, dia pun menyadari, “Tanpa tulisan rasanya agak kering

34

dunia ini dan hari2 spt berjalan tanpa arti.” Kevakuman atau berkurangnya produktivitas menulis bisa terjadi pada siapa saja. Namun, lebih baik sadar sekarang dari pada tidak sama sekali. Bandul jam tidak pernah berhenti selama ada baterei di dalamnya. Ada kalanya di atas, ada kalanya di bawah. Siklus dan kisah hidup penulis amat mempengaruhi produktivitas--juga keistiqomahan berkarya. Saya pernah mengalami tahun-tahun agak paceklik karya. Bersyukurlah saya sadar untuk kembali, mirip dengan yang dialami sahabat saya itu. “Kesadaran adalah matahari,” begitu kata WS Rendra. Maka, kesadaran sahabat saya itu menyinari, menghangatkan, membakar semangat, dan menghidupkannya agar menulis kembali ke koran--syukur-syukur bisa melebar ke blog, website, atau buku. Kesadaran itulah yang membangkitkan passion-nya untuk membuat dunianya tidak kering dan melimpahkan makna bagi siapa saja. Makna kesadaran adalah kehadiran atau eksistensi dia kembali. Selagi semangat dan passion itu kembali, saya yakin menulis adalah persoalan kecil--hanya perlu pembiasaan beberapa saat, kembalilah semuanya. Mengapa demikian? Kemahiran, ya, kemahiran tidak mudah hilang dari seseorang. Kemahiran itu melekat pada penguasanya. Menurun ya, kaku ya, namun tidak hilang. Maka, kemahiran menulis sahabat saya--saya yakin-akan kembali secepat dia menulis sejumlah artikel untuk media yang dia inginkan. Setelah itu, dia akan kembali melesat. Sungguh, saya merindukan artikelartikelnya menghiasi kolom koran. Untuk kondisi sekarang, saya rindu artikelnya mewarnai jagad blog dan website. Saya juga rindu dia menyusun buku (lagi) yang bahasanya ringan namun isinya berbobot. Entah berapa karya yang pernah saya baca darinya, namun hal itu telah meyakinkan saya bahwa dia akan mampu kembali ke habitatnya dengan mudah. Saya saksi akan kapabilitasnya. Dia bukan penulis kemarin sore.

| Nomor: 100 Tahun XVII - Desember 2016 |

Majalah Unesa

Rasa syukur saya bertambah, mengingat saya akan OLEH MUCH. KHOIRI menambah mitra lagi dalam menulis. Masih banyak dibutuhkan penulis yang baik, untuk membangkitkan minat baca-tulis bangsa ini. Bangsa ini mengalami “sekarat literasi” dan menunggu hadirnya karya-karya yang menghidupkan, membangkitkan, dan mengerakkan. Maka, kehadiran kembali sahabat saya ini adalah anugerah yang luar biasa. Mengapa diperlukan tambahan mitra penulis? Ya, seorang dia sebagai penulis sepadan dengan 10 atau 100 orang bukan penulis. Kedatangan dia, kini, menambah daftar mitra penulis yang baik, yang setiap hari berlatih dan mengkreasikan karyakaryanya, untuk menyediakan bahan bacaan bermutu bagi masyarakat. Jumlah penulis Indonesia terus bertumbuh dan bertambah, memang. Namun, jumlah (calon) pembaca juga tidak berkurang. Peluang ini harus ditembus dengan cerdas. Maka, di depan tantangan literasi, sahabat saya dan para sahabat penulis lain mungkin akan menginspirasi para sahabat mereka untuk menguatkan barisan penulis negeri ini. “Seribu sahabat masih kurang, satu musuh sudah terlalu banyak.” Mereka diharapkan membangkitkan kembali semangat dan passion menulis sahabat mereka, sebagaimana artikel saya telah menggugah kesadaran sahabat saya. Sekarang, dengan rasa syukur yang menggelora dan menggetarkan jiwa, saya menutup tulisan ini: “Selamat datang kembali, sahabat penulis. Karyamu ditunggu jutaan anak negeri. Insyaallah mereka akan membaca tulisanmu, dan akan menulis karya sendiri karena tulisanmu. Mudahmudahan jariyah ilmu dan pengetahuanmu mendapatkan limpahan pahala yang mengalir setiap waktu.”n *Much. Khoiri adalah dosen Unesa dan penulis buku 26 judul dalam 5 tahun terakhir




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.