WARNA REDAKSI
N
ilai “A” merupakan prestasi tersendiri dalam dunia akademik. Dan itulah yang dicapai Unesa saat ini. Sebuah identitas baru disematkan BAN PT kepada Unesa yang telah mampu menunjukkan keberadaannya sebagai salah satu perguruan tinggi yang mumpuni. Capaian “A” ini juga sebagai tonggak sejarah bagi Unesa selama 53 tahun berdiri mewarnai dunia pendidikan tinggi tanah air. Liku-liku perjuangan yang tidak ringan dalam menggapainya tentulah sepadan dengan hasil yang diperoleh. Ini adalah prestasi luar biasa bagi mereka yang telah berjuang keras di bawa komando Wakil Rektor Bidang Akademik Unesa selama mengikuti proses APT 2017. Akhir 2017 kemarin adalah sejarah. Bagian dari yang tak akan terlupakan oleh segenap warga Unesa dan seluruh stakeholder-nya. Karena mimpi yang sekian puluh tahun didamba sudah tergapai indah.
Nilai A juga merupakan tantangan lebih berat bagi Unesa ke depan. Petama adalah upaya mempertahankannya, kedua, menjadikan Unesa lebih baik lagi dari capaian “A” tersebut, dan ketiga adalah merealisasikan Renstra yang yang telah dicanangan rektor periode ini. Barangkali target menjadi PTN-BH adalah hal terdekat yang perlu direalisasikan.
keberhasilan lebih tinggi lagi. Ibarat jajaran abjad, “A” adalah awal. Titik di mana tempat kakikaki kita melangkah. Sementara deretan huruf di depannya masih ada yang lainnya, sampai Z. Kita juga harus belajar dari filosofi huruf A itu sendiri. Huruf yang berasal dari bahasa Yunani A (alfa) ini sering digunakan sebagai indikasi sesuatu yang bermakna “awal” atau yang “terbaik”. Terserah kita mau memilih makna yang mana. Apabila kita menerima “A” sebagai awal, maka tentu saja kita harus mengakui dan mau bekerja keras lagi untuk melangkah melalui capaian-capaian berikutnya. Sebaliknya, bila kita menganggap huruf “A” yang kita peroleh adalah sesuatu yang terbaik, maka kita pun dituntut untuk mempertahankannya. Mempertahankan bukanlah sesuatu yang sederhana dan mudah. Sebaliknya, mempertahankan adalah perjuangan yang tiada henti. Selamat kepada Unesa. Sukses untuk akreditasi “A”-nya. Semoga Unesa tetap dan semakin jaya selamanya. ARM
AKREDITASI “A” SEBAGAI AWAL ATAU
TERBAIK Selanjutnya menjadikan Unesa sebagai perguruan tinggi berbasis riset. Cita-cita mulia yang perlu kembali didukung sepenuhnya oleh segenap warga Unesa. Dengan semangat kerja tinggi, bertanggung jawab, dan mengedepankan prestasi, tentu keberhasilan akan kembali berpihak kepada kita. Namun, yang patut kita renungkan sekarang adalah bahwa ternyata nilai “A” itu adalah masih sebuah awal. Awal untuk menata
Majalah Unesa
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
3
DAFTAR RUBRIK
18 - 19 FOTO: HUMAS
EDISI JANUARI 2 01 8
Edisi Ini
22
05
SUDAH AWALI MEMBENTUK TIM RE-AKREDITASI
LANGKAH AWAL MENUJU LEBIH BAIK
20
MENAMBAH KEPERCAYAAN MASYARAKAT
14
TITIK AWAL MEMBUMIKAN BUDAYA MUTU
Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 113 Tahun XIX - Januari 2018 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor), Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (WR Bidang I), Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (WR Bidang II), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (WR Bidang III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (WR Bidang IV) PENANGGUNG JAWAB: Dra. Ec. Ratih Pudjiastuti, M.Si (Kepala BAAK) PEMIMPIN REDAKSI: Dra. Titin Sumarti, M.Pd (Kabag. Kerja Sama dan Humas) REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto REPORTER: Lina Mezalina, Murbi Astuti, Suryo Waskito, Emir Musa, Khusnul, Syaiful Hidayat, Asnaul Ilmiyah, M. Hasan Zaki, Mira Carera, Merry, Fikriyatul Umah, Nely Eka, Novita, Belya Dwi, Geofany FOTOGRAFER: Sudiarto Dwi Basuki, M. Wahyu Utomo, DESAIN/LAYOUT: Abdur Rohman, Basir Aidi ADMINISTRASI: Rr. Dwi Astuti, S.H., MM. (Kasubbag. Humas), Supi’ah, S.E. DISTRIBUSI: Lusia Patria, S.Sos, Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung Rektorat Kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya
4
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
SUKSES: Para parajabat Tinggi Unesa se-lingkungan Unesa mengangkat tinggi leter “A� sebagai simbol keberhasilan Unesa meraih akreditas A dari BAN PT akhir Desember 2017 kemarin.
foto: WAHYU
Unesa Raih Akreditasi A dari BAN PT
LANGKAH AWAL MENUJU YANG LEBIH MAJU Unesa patut berbangga atas capaian akreditasi A yang baru-baru ini didapat dari Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT). Kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas yang didengungkan Unesa pun tak sia-sia. Keberhasilan itu tentu harus menjadi pemicu untuk lebih meningkatkan kualitas Unesa menuju kampus yang lebih siap berkompetisi.
Majalah Unesa
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
5
LAPORAN
UTAMA
R
ektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut serta membantu menyukseskan akreditasi Unesa. Rektor mengatakan, pencapaian APT A itu bukanlah pekerjaan mudah seperti membalikkan tangan. Tetapi, semua itu merupakan buah dari kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas. “Sebagai rektor, saya tentu sangat bersyukur kepada Allah SWT dan berterima kasih kepada seluruh warga Unesa baik pimpinan, kepala biro, dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, dan alumni yang ikut serta bekerja sama menyukseskan akreditasi Unesa sehingga berhasil mendapat predikat A,” ujar Rektor. Bagi Rektor, pencapaian akreditasi A bukan langkah akhir, tetapi justru merupakan langkah awal melangkah lebih maju lagi. Bahkan, tidak menutup kemungkinan Unesa bertekad menjadi kampus bertaraf internasional. “Memang banyak persiapan untuk menuju kampus bertaraf internasional. Namun, semuanya tidak ada yang tidak mungkin dengan kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas,” papar Warsono. Untuk melangkah menuju kampus bertaraf internasional, Unesa telah merintis jalan. Salah satunya, dengan menyediakan kelas-kelas internasional dan
6
| Nomor: 113 Tahun XIX- Januari 2018 |
SAMBUTAN: Rektor Unesa, Prof. Warsono, MS., saat menyampaikan sambutan dalam acara syukuran atas keberhasilan Unesa memperoleh akreditasi A. Syukuran dilaksanakan di Auditorium Gedung Rektorat Unesa dengan dihadiri para pimpinan selingkung Unesa dan segenap stakeholder. foto: HUMAS
menyiapkan kurikulum. Selain itu, kompetensi akademik dosen juga terus ditingkatkan agar memiliki standar yang lebih baik. “Unesa harus bisa go public dengan memperkenalkan karya-karya intelektual para dosen,” terangnya. Dengan raihan akreditasi A, menurut Warsono, Unesa perlu melakukan banyak pembenahan. Terutama, sisi kekurangan yang dinilai oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). “Catatan BAN-PT itu bisa menjadi masukan agar kita bisa berbenah diri,” ungkapnya. Rektor tak menampik bahwa selama proses persiapam APT banyak hambatan yang ditemui. Salah satunya, yang paling mendasar adalah kurangnya dokumentasi terkait arsip-arsip. Oleh karena itu, ke depan perlu adanya koordinasi dan pembuatan program agar arsip yang ada dapat terdokumentasi dengan baik. “Hal yang paling sulit adalah menggambarkan
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA perjalanan Unesa ke depan dan langkah-langkah yang perlu dilakukan. Perlu adanya koordinasi dengan semua pihak untuk menggambarkan Unesa ke depan,” tandasnya. PRESTASI LUAR BIASA Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T mengaku gembira dengan capaian akreditasi A Unesa. Menurut Tri Wrahatnolo, pencapaian itu merupakan prestasi luar biasa bagi Unesa. Sebagai lembaga perguruan tinggi negeri yang kompeten, Unesa layak menyandang akreditasi A. “Banyak prodi di Unesa juga telah memperoleh akreditasi A. Ini salah satu wujud bahwa Unesa mampu melangkah ke taraf yang lebih baik dan menjadi kampus yang unggul,” papar dosen Fakultas Teknik itu. Perolehan akreditasi A itu, menurut Tri, merupakan kerjas keras seluruh sivitas akademika yang mampu memaksimalkan kinerjanya demi Unesa. Ia juga mengakui bahwa persiapan Unesa untuk memperoleh akreditasi A sudah cukup lama. Dari
proses tersebut, memang banyak sisi yang perlu dimaksimalkan. Oleh karena itu, Tri mengajak seluruh warga Unesa bersama-sama meningkatkan kualitas kinerja baik pengelolaan sarana prasarana, keuangan, daya mutu dan penunjang lainnya.. “Capaian akreditasi A yang diperoleh Unesa ini harus jadi pelecut untuk meningkatkan mutu agar mampu bersaing dengan perguruan tinggi secara nasional maupun internasional,” harap Tri Wrahatnolo. TARGET SUDAH TERLAMPAUI Hal yang sama diungkapkan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Ketut Prasetyo, M.S. Ia mengatakan bahwa target awal
Unesa sudah terlampaui dengan memperoleh akreditasi A. Ke depan, Unesa harus mempersiapkan untuk target selanjutnya, yakni kampus bertaraf internasional. “Untuk menuju target berikutnya, memang masih banyak yang perlu dibenahi akan tetapi semangat warga Unesa harus tetap ditingkatkan agar Unesa mampu berkiprah di kancah internasional,” papar Ketut. Mengenai capaian akreditasi A yang didapat Unesa, Ketut mengakui bahwa semua itu tidak lepas dari kerja keras semua pihak, termasuk mahasiswa. Berbagai prestasi yang ditorehkan mahasiswa dikancah nasional dan internasional, ikut menjadi bagian penting dalam menunjang proses akreditasi
SYUKURAN: Dari kiri: Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. menyaksikan pemotongan tumpeng syukuran capaian APT Unesa yang dilakukan Rektor Unesa Prof. Dr. Warsono, M.S. Turut dalam seremonial itu Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Ketut Prasetyo, M.S., Wakil Rektor Bidang Akademik Dr. Yuni Sri Rahayu, M. Si, Ketua Komisi Penjaminan Mutu Unesa Prof. Dr. Aminuddin Kasdi, M.S., dan Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt. foto: HUMAS
Majalah Unesa
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
7
LAPORAN
UTAMA
perguruan tinggi. Ketut, yang juga doses FISH itu memaparkan berbagai prestasi mahasiswa. Di antaranya, meraih medali emas PKM PE dari FMIPA Unesa dalam ajang Pimnas di Makassar tahun 2017 lalu. Bahkan, yang lebih membanggakan lagi, mahasiswa FIK Unesa berhasil menyabet medali perak dalam cabor renang Sea Games 2017 di Malaysia. Ke depan, Ketut terus akan memacu prestasi mahasiswa agar semakin banyak prestasi nasional dan internasional yang didapat. “Semua itu kami lakukan untuk ikut serta memberikan prestasi bagi Unesa,” tegasnya. MODAL 5 TAHUN KE DEPAN Kebahagiaan serupa atas keberhasilan Unesa meraih akreditasi A diamini Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama, Prof.
Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt. Guru Besar jurusan Bahasa Jepang itu mengatakan bahwa akreditasi A itu dapat menjadi modal Unesa 5 tahun ke depan untuk lebih optimal dalam berbagai standar yang disediakan, baik untuk mahasiswa, staf maupun masyarakat. Djodjok menilai, tantangan mempertahankan yang baik bukan hal yang mudah, termasuk dalam mempertahankan penilaian akreditasi A. Menurut Djodjok, Unesa masih perlu membenahi beberapa hal terutama dalam budaya pendokumentasian berbagai bidang. Pendokumentasian ini dapat menjadi pelajaran untuk 5 tahun ke depan agar sesuai dengan 7 standar penilaian akreditasi BAN-PT. Selain itu, sarana dan prasarana yang mendukung juga dapat membangun semangat belajar
sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Akan bertambah baik jika pembelajaran itu dilandasi dengan penelitian yang dipatenkan. “Akreditasi A yang didapat Unesa itu tentu menambah semangat untuk mencapai target yang lebih tinggi lagi,” papar Djodjok. Pembangunan infrastruktur menjadi salah satu faktor yang mendapat penilaian kurang dari BAN-PT. Oleh karena itu, Unesa perlu melakukan pembangunan infrastruktur yang dapat menjadi investasi memajukan Unesa ke depan. Selain itu, tertib dokumentasi, menggiatkan dosen untuk melakukan penelitian yang dipatenkan, dan meningkatkan kerja sama dengan instansi luar negeri merupakan halhal yang perlu digenjot Unesa.n (WHY/ TONY/SIR)
AKREDITASI A: Dari kiri: Ketua Komisi Penjaminan Mutu Unesa Prof. Dr. Aminuddin Kasdi, M.S., Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt. Direktur Pascasarjana Unesa Prof. Dr. Ismet Basuki, M.Pd., Kepala LP3M Unesa Prof. Dr. Lusijono, M.Pd., dan Kepala BAKPK Unesa, Dra. Ec. Ratih Pudjiastuti, M.Si, dan Kepala BUK Undesa Drs. Budiarso, SH, MM., dan pejabat tinggi Unesa lainnya berfoto dengan icon huruf “A” sebagai simbol keberhasilan Unesa memperoleh akreditas A dari BAN PT.
8
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
KEPALA BAKPK Dra. Ec. RATIH PUDJIASTUTI, M.Si
SISTEM LAYANAN HARUS TERUS DIPERBAIKI
“
Saya merasa bersyukur atas capaian Unesa kali ini. Sistem layanan yang sudah diperbaiki telah berjalan maksimal. Semoga Unesa dapat mempertahankan capaian ini, dan ke depan Unesa dapat melangkah lebih maju serta menjadi universitas yang bertaraf internasional.”
Majalah Unesa
U
niversitas Negeri Surabaya berhasil mendapatkan akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT). Capaian Unesa ini, menurut Dra. Ec. Ratih Pudjiastuti, M.Si, Kepala Biro Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan, dan Kerja Sama (BAKPK merupakan tonggak pencapaian (milestone) kedua yang menjadi target prioritas perencanaan Unesa mulai tahun 2016-2020. Ratih Pudjiastuti mengatakan bahwa persiapan Unesa untuk bisa mewujudkan perguruan tinggi yang terakreditasi A memang sudah cukup lama. Banyak pembenahan dilakukan di segala lini. Yang masih menjadi catatan kala itu terkait pelayanan di Unesa yang belum maksimal. Untuk itu, sebelum capaian ini, telah dilakukan pembaruan sistem dalam layanan di Unesa. “Saya merasa bersyukur atas capaian Unesa kali ini. Sistem layanan yang sudah diperbaiki telah berjalan maksimal,” ujarnya. Ratih berharap Unesa dapat mempertahankan capaian tersebut, dan ke depan Unesa dapat melangkah lebih maju serta menjadi universitas yang bertaraf internasional. Agar dapat mencapai itu, menurut Ratih, Unesa perlu membuat sistem yang lebih baik dengan mematuhi peraturan dan SOP yang berlaku.n (WAHYU)
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
9
LAPORAN
UTAMA
DEKAN FISH, Prof. Dr. SARMINI, M.Hum
BERI TANTANGAN BARU PRODI YANG SUDAH TERAKREDITASI A
D
ekan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH) Prof. Dr. Sarmini, M.Hum mengatakan bahwa akreditasi A adalah tujuan setiap Program Studi (Prodi) dan sudah menjadi bagian dari target yang harus dilakukan di fakultas. Berdasarkan kontrak kinerja fakultas pada tahun 2017, menurut Sarmini, setidaknya ada lima prodi yang ditarget harus mendapatkan akreditasi A yakni S1 Pendidikan Sejarah, S1 Sosiologi, S1 Pendidikan Geografi, S1 Pendidikan PPKn, dan S1 Ilmu Administrasi Negara. “Kelima prodi itu, semuanya sudah terakreditasi A,” paparnya. Saat ini, menurut satu-satunya dekan perempuan di Unesa itu, justru yang perlu dikejar adalah pengembangan jurusan/prodi yang sudah mendapat akreditasi A. Sarmini mengungkapkan, berdasarkan penyusunan kontrak kerja tahun 2018 , prodi yang sudah terakreditasi A diberikan tantangan baru. “Ada prodi yang kita target membuka program studi S2, ada yang kita target untuk meningkatkan jejaring kerja sama dengan pihak luar, dan ada yang kita tawarkan target akreditasi internasional,” terang Sarmini. Menurut Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum itu, tantangan ke depan banyak sekali. Namun, tantangan itu bisa menjadi peluang jika mampu dicermati dengan baik. Menurut Sarmini, setiap prodi memiliki tantangan berbeda, meskipun samasama mendapatkan akreditasi A. Ada
10
yang sudah siap membuka program studi S2, tapi ada juga yang belum siap. “Jadi kita dalam menentukan target juga harus disesuaikan dengan kesiapan prodi. Justru yang menjadi sulit sekarang adalah membangun jiwa inovasi dan tanggung jawab yang kuat untuk tenaga kependidikan,” jelasnya. Sarmini mengatakan, untuk dosen sejauh ini sudah tidak ada masalah, tapi untuk tenaga kependidikan pimpinan universitas harus mencermati kembali terkait kebijakan mutasi pegawai. Menurutnya, mutasi pegawai memang dibutuhkan tetapi harus direncanakan dengan jelas. “Jika mutasi sering dilakukan, kami yang berada di fakultas sering kali harus melakukan penyesuaian dan itu suka atau tidak suka akan mengganggu kinerja,” paparnya.
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
Majalah Unesa
Untuk meningkatkan kualitas dosen, FISH sudah melakukan proyeksi bahwa pada 2025, semua dosen FISH diharapkan sudah S3. Selain itu, optimalisasi laboratorium dan membangun jejaring dengan pihak luar negeri juga menjadi target FISH tahun 2018 ini. Sementara untuk meningkatkan kualitas mahasiswa, IPK mahasiwa di FISH ditarget minimal 3.35 tahun 2018 ini. “Selain itu, target yang ingin kami capai adalah memperjuangkan masa tunggu lulusan dalam memperoleh pekerjaan,” papar Sarmini. Serapan lulusan mahasiswa di dunia kerja menjadi bagian penting dan harus dipersiapkan dengan baik dengan meningkatkan pembekalan mahasiswa setelah lulus. Seperti teknik wawancara ketika ingin melamar pekerjaan dan sebagainya. Walaupun itu menjadi bagian bidang kemahasiswaan di Universitas, namun pembekalannya selama ini dirasa kurang maksimal. “Pembekalan yang kita lakukan lebih mengarah ke personal training dan menjadi bagian dari kemahasiswaan dan berkerja sama dengan Himpunan Mahasiswa (Hima) di setiap prodi. Ketika mahasiswa yang belum atau sudah lulus kita siapkan dengan baik sampai mereka mendapatkan pekerjaan atau melanjutkan studi yang lebih tinggi, diharapkan mampu meningkatkan rasa bangga mahasiswa terhadap kampusnya sendiri,” pungkas Sarmini.n (INAYAH)
LAPORAN UTAMA
WAKIL DEKAN BIDANG AKADEMIK FE UNESA, SUSI HANDAYANI, S.E Ak, M.Ak,
W
akil Dekan Bidang Akademik FE, Susi Handayani S.E, Ak,M. Ak mengatakan, sebenarnya mencapai akreditasi A merupakan bentuk kerja keras seluruh sivitas akademika di FE Unesa. Fakultas berfungsi sebagai supporting. Kerja keras dan support yang luar biasa dari semua sivitas akademika itulah yang menjadi kunci sukses Fakultas Ekonomi berhasil mencapai akreditasi A terhadap 6 jurusan dan prodi. Meski demikian, Wakil Dekan Bidang Akademik FE Unesa itu mengingatkan bahwa capaian akreditasi A yang telah didapatkan tidak hanya status saja, tapi harus tetap dipertahankan dengan meningkatkan kualitas. Semisal, bagaimana pembelajaran perkuliahan lebih baik dan kreatif. “Kita mendukung program Universitas untuk membumikan budaya mutu,” paparnya. Susi menambahkan, program studi yang telah mendapatkan akreditasi A sebenarnya memiliki banyak keuntungan. Selain akan mendapatkan pencitraan dari program studi itu, juga dapat meningkatkan prodi tersebut.
KUNCINYA, KERJA KERAS DAN SINERGI SIVITAS AKADEMIKA
TABEL CAPAIAN AKREDITASI PRODI DI FAKULTAS EKONOMI UNESA No. 1.
JURUSAN Pendidikan Ekonomi
2
PRODI
AKRE DITASI
No. SK BAN PT
S1 Pendidikan Ekonomi
A
0498/SK/BAN-PT/Akred/S/V/2016
S1 Pendidikan Akuntansi
A
2500/SK/BAN-PT/Akred/S/ VIII/2017
3.
S1 Pendidikan Administrasi
A
3035/SK/BAN-PT/Akred/S/XII/2016
A
4224/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2017
dan Perkantoran 4.
S1 Pendidikan Tata Niaga
5.
Manajemen
6.
Akuntansi
7.
A
4222/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2017
S1 Akuntansi
A
3690/SK/BAN-PT/Akred/S/X/2017
D3 Akuntansi
B
1131/SK/BAN-PT/Akred/Dpl-
S1 Ekonomi Islam
B
III/X/2015 8.
Ilmu Ekonomi
“Akreditasi A adalah awal untuk melangkah ke perencanaan yang lebih baik lagi,” terang dosen akuntansi tersebut. Menurut Susi, yang paling utama dilakukan perguruan tinggi adalah terkait proses dan kualitas lulusan. Oleh karena itu, Unesa harus dapat memastikan bagaimana menghasilkan mahasiswa dengan lulus tepat waktu, akademiknya baik, dan memiiliki soft kill. “Karena, tidak hanya IQ, ESQ juga harus dimiliki lulusan Unesa agar mampu bersaing
Majalah Unesa
0802/SK/BAN-PT/Akred/S/III/2017
di dunia kerja,” terangnya. Menurut Susi, di sinilah peran penting standar penjaminan mutu yang sesuai dengan borang. Jadi seluruh program studi, jurusan maupun fakultas akan mengacu pada standar mutu pendidikan yang telah ditetapkan. “Kita akan lakukan up to date dengan pendataan ulang. Kami juga akan melakukan evaluasi bagi prodi yang masih terakreditasi B agar bisa secepatnya mencapai akreditasi A,” ungkap Susi. n (DAYAT/SIR)
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
11
LAPORAN
UTAMA
DEKAN FT, PROF. Dr. EKOHARIADI, M.Pd
AKREDITASI A MODAL DASAR UNTUK KEMBANGKAN UNESA Dekan Fakultas Teknik Unesa, Prof. Dr. Ekohariadi, M.Pd berharap, dengan modal capaian akreditasi A yang didapat, ke depan Unesa mampu mengembangkan beberapa hal. Pertama, mengembangkan skema kompetensi keahlian sehingga lulusan Unesa tidak hanya memiliki ijazah tetapi juga memilki sertifikat kompetensi keahlian.
P
rof. Dr. Ekohariadi, M.Pd, Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya mengatakan, akreditasi A bagi Unesa merupakan modal dasar untuk melangkah ke jenjang selanjutnya. Menurut Eko, di Unesa, sudah sekitar 50 persen prodi atau jurusan yang mendapatkan akreditasi A. Sementara di Fakultas Teknik, sekitar 7 prodi yang sudah mendapat akreditasi A.
12
Menurut Eko, ke depan banyak hal yang harus dilakukan Unesa. Salah satunya berkaitan dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT). SNPT merupakan kriteria minimal tentang berbagai aspek yang relevan dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional dan harus dipenuhi oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. “Lulusan perguruan tinggi itu
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
Majalah Unesa
paling tidak mempunyai dua output, yaitu ijazah dan sertifikat kompetensi keahlian. Sertifikat kompetensi keahlian itulah yang harus digarap secara optimal ke depan karena ini adalah tuntutan undang-undang,� jelas Eko. Eko mengatakan, Unesa merupakan salah LPTK di Indonesia yang sudah mempunyai Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Keberadaan LSP ini sangat penting untuk menilai
LAPORAN UTAMA kompetensi keahlian lulusan Unesa. “Nantinya, mahasiswa sebelum lulus sudah harus mempunyai paling tidak satu sertifikat kompetensi keahlian dan yang berhak mengeluarkan sertifikat kompetensi keahlian itu adalah LSP,” terang Eko. Menurut Eko, mendirikan LSP hanya salah satu cara. Agar keberadaan LSP berfungsi optimal, diperlukan skema kompetensi. Di Unesa, sudah ada 18 skema kompetensi. Kalau di FT, sudah ada 16 skema kompetensi. Eko mengatakan, skema kompetensi di semua prodi atau jurusan di FT itu yang akan dikembangkan lagi. “Jadi, mahasiswa nantinya mempunyai dua output, yaitu ijazah dan sertifikat kompetensi keahlian. Eko menambahkan, sertifikat kompetensi keahlian penting dalam mencari pekerjaan. Dunia Industri lebih suka dan percaya dengan sertifikat kompetensi keahlian atau skill yang dimiliki. Selain mahasiswa
diberikan sertifikat kompetensi keahlian, menurut Eko mahasiswa juga perlu diberikan keterampilan digital literacy yakni keterampilan dalam penggunaan dan pemahaman informasi di era digital. “Dalam digital literacy ada yang lebih khusus lagi yaitu computational thinking atau berpikir secara komputasi. Menurut para pakar, berpikir komputasi merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap orang setelah calistung (membaca, menulis, dan berhitung),” terang Eko. Selain kemampuan digital literacy yang di dalamnya memuat computational thinking, kemampuan nonkognitif mahasiswa juga perlu ditingkatkan. Menurut survei orang sukses itu tidak hanya dilihat dari kemampuan kognitifnya saja, tetapi kemampuan nonkognitifnya juga memberikan sumbangan yang besar. Kemampuan nonkognitif itu di
antaranya adalah jujur, berintegritas, loyal, disiplin, tekun, pekerja keras, tangguh, dan masih banyak lagi yang lain. ”Sebenarnya, Unesa denga motto growing with character sudah luar biasa jika mampu diimplementasikan,” tegas Eko. Eko berharap, dengan modal capaian akreditasi A yang didapat, ke depan Unesa mampu mengembangkan beberapa hal. Pertama, mengembangkan skema kompetensi keahlian sehingga lulusan Unesa tidak hanya memilki ijazah tetapi juga memilki sertifikat kompetensi keahlian. Kedua, mengembangkan digital literacy yang di dalamnya terdapat computational thinking sebagai keterampilan tambahan yang wajib dimiliki mahasiswa. Ketiga, perlu ditekankan lagi keterampilan nonkognitif yang menjadi dasar growing with character.n (INAYAH)
BANGGA: Rektor Unesa Prof. Dr. Warsono, M.S. bersama Ka BAAKP, dan Tenaga Kependidikan Unesa membawa leter ‘A’ sebagai simbol capaian akreditas A yang diperoleh Unesa pada akhir tahun 2017 kemarin.
Majalah Unesa
| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desemb Majalah
Unesa
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
13
LAPORAN
UTAMA
WAWANCARA DENGAN WAKIL REKTOR BIDANG AKADEMIK SEKALIGUS KETUA PANITIA APT UNESA
CAPAIAN AKREDITASI A TITIK AWAL BUMIKAN BUDAYA MUTU Keberhasilan Unesa memperoleh akreditasi A tidak lepas dari peran penting ‘komandan’ APT Unesa yang tanpa lelah ‘ubrak-ubrak’ setiap bagian untuk mendukung sukses dan terselenggaranya proses akreditasi BAN PT dengan baik. Dialah Wakil Rektor 1 Bidang Akademik Unesa, Dr. Yuni Sri Rahayu, M. Si. Berikut wawancara khusus dengan Majalah Unesa.
WAWANCARA: Wakil Rektor 1 Bidang Akademik Unesa, Dr. Yuni Sri Rahayu, M. Si., saat diwawancara reporter Majalah Unesa.
14
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA Selamat atas akreditasi A yang dicapai Unesa. Bagaimana ungkapan perasaan dan komentar ibu atas keberhasilan Unesa mendapatkan akreditasi A ini?
terbagi. Ketika semua komponen di Unesa sudah paham tupoksi, tentu semua akan bergerak sendiri sehingga dapat terkonsolidasi dengan baik.
Pertama, tentu bangga ya. Karena hasil kerja keras itu akhirnya berbuah hasil maksimal. Namun, sebenarnya pencapaian APT A ini bukanlah titik akhir. Ini merupakan titik awal untuk membumikan budaya mutu di Unesa. Jika sudah ditarget A, maka semua komponen yang ada di Unesa harus sudah dapat dipastikan. Sekali lagi, ini merupakan titik awal untuk membumikan budaya mutu di Unesa.
Komponen-komponen apa saja yang diperlukan dalam penilaian Akreditasi Perguran Tinggi?
Untuk membina dan meningkatkan SDM Unesa dalam kaitannya dengan pencapaian akreditasi, upaya apa yang dilakukan oleh Unesa ke depan? Banyak target yang harus disasar. Salah satunya, terkait SDM. Berkaitan dengan SDM hal paling mendasar adalah berkaitan dengan kualifikasi pendidikan. Secara kualifikasi di Unesa, dosen yang S3 baru 31 persen. Padahal, secara keseluruhan, syarat minimal yang harus dipenuhi harusnya 40 persen. Oleh karena itu, harus ada upaya untuk menfasilitasi pada dosen studi lanjut S3. Di antaranya menfasilitasi mengenai persyaratan untuk S3 seperti kemampuan bahasa Inggris bagi dosen Unesa yang studi lanjut ke luar negeri, atau kemampuan publikasi, dan kompetensi akademik lainnya. Selain meningkatkan jumlah dosen S3, salah satu yang menjadi titik Unesa tahun 2018 ini adalah program percepatan penambahan guru besar. Bagaimana cara mengonsolidasi dan mengelola sumber daya Unesa agar bisa efektif sehingga bisa mendapatkan akreditasi A sekaligus terus mempertahankannya? Kunci utama adalah semua komponen yang ada di Unesa mereka harus tahu dulu tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) masing-masing. Sebab, semua tupoksi itu sudah
Majalah Unesa
Ada tujuh standar atau komponen yang menjadi penilaian akreditasi. Pertama terkait tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan dan penjaminan mutu. Kedua terkait visi misi bagaimana membumikan visi misi di masyarakat Unesa dan bagaimana mencapai visi tersebut. Ketiga, terkait mahasiswa dan lulusan. Keempat terkait Sumber Daya Manusia (SDM). Kelima, terkait kurikuluim, pembelajaran dan suasana akademik. Keenam, terkait pembiayaan, sarana dan prasarana serta sistem informasi. Dan, ketujuh terkait penelitian, pelayanan/pengabdian kepada masyarakat, dan kerja sama. Sejauh ini berbagai sarana dan prasarana begitu getol digalakkan oleh Unesa. Apakah sarana-sarana tersebut juga menjadi bagian penting dari proses akreditasi?
berlomba menampilkan wajah terbaik unesa. Terakhir, pesan dan harapan ibu kepada para sivitas akademika Unesa agar Unesa semakin maju dan berkualitas? Ada dua pesan dan harapan yang yang masih menjadi pekerjaan rumah Unesa. Pertama, bagaimana membumikan mutu di Unesa. Ini tidak mudah karena menyangkut seluruh komponen di Unesa. Kedua, internasionalisasi dari Unesa. Maksudnya, Unesa harus siap menuju langkah berikutnya yang lebih kompetitif. Kalau sudah menjadi perguruan tinggi yang unggul, Unesa harus siap di era kompetitif ini, semua komponen bisa diterima dan diakui baik secara nasional maupun regional. Pengakuan ini, salah satunya terkait lulusannya yang kompeten. Oleh karena itu, inisiasi ke arah pengakuan secara regional harus dikembangkan. Sementara itu, terkait konsep internasionalisasi tidak hanya kebahasaan saja, tapi bagaimana nilai budaya mutu betul-betul tercermin dari pengakuan di dunia kerja.n (WAHYU/SIR)
Ya. Salah satunya, menjadi penilaian. Semua komponen menjadi penilaian. Menurut ibu, apa tantangan dan hambatan terberat saat mempersiapkan akreditasi Unesa? Ketika menyiapkan APT adalah mengevaluasi titik tertentu yang belum ada. Hambatan terbesar adalah terkait dokumen. Sebenanrya, Unesa memiliki kekayaaan intelektual, SDM, dana dan sarpras asset sudah luar biasa. Tantangan terbesar adalah bagaimana semua itu menjadi satu data yg mudah diakses. Itu pr kita. Terus terang dari sisi teknologi informasi. Dari tri darma masih berproses bagaimana pengelolaan asset yang itu dikelola baik semua bisa sinergi semua adalah tantangan besar. Semua warga unesa memiliki keinginan untuk unesa baik. indikasinya semua warga unesa
| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desemb Majalah
Unesa
BUKU SAKU: Persiapan matang dilakukan WR Bidang Akademik dengan menyediakan buku saku khusus APT 2017.
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
15
LAPORAN
UTAMA
CERITA DI BALIK SUKSES JURUSAN DAN PRODI RAIH AKREDITASI A Sepanjang 2017 kemarin berbagai jurusan dan prodi di Unesa berhasil mendapatkan akreditasi A. Kenaikan jumlah akreditasi A itu sangat menunjang keberhasilan Unesa mendapatkan Akreditasi Perguruan Tinggi A dari BAN-PT. Seperti apa lika-likunya?
16
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
PRODI PENDIDIKAN S1 GEOGRAFI
SUDAH MELALUI SISTEM APTO
J
urusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH) berhasil mendapatkan akreditasi A. Prodi Geografi menyusul Jurusan Pendidikan Sejarah, Prodi Sosiologi, Prodi S1 Ilmu Administrasi Negara dan Prodi Pendidikan PMPKN yang telah terlebih dahulu mendapatkan akreditasi A. Sore itu, sang ketua Ketua Program Studi S1 Pendidikan Geografi Dra. Ita Mardiani Zain terlihat sumringah. Perempuan murah senyum itu mengucapkan syukur alhamdulillah dan memberi ancungan jempol atas kerja sama tim yang luar biasa dan sangat baik sehingga dapat memperoleh akreditasi A. “Terima kasih saya sampaikan kepada para dosen, mahasiswa, alumni, user, dan berbagai pihak yang ikut menyukseskan proses akreditasi mulai awal persiapan sampai pada proses visitasi selesai sehingga berhasil mendapatkan akreditasi A,” paparnya. Mulanya, Ita Mardiani merasa terbebani karena beberapa jurusan atau prodi di FISH seperti Jurusan Pendidikan Sejarah, Prodi Sosiologi, Prodi S1 Ilmu Administrasi Negara, dan Prodi Pendidikan PMPK-n sudah
Majalah Unesa
mendapatkan akreditasi A. Sementara Jurusan Pendidikan Geografi belum mendapatkan akreditasi A. “Dari sinilah saya termotivasi untuk mendorong Program Studi S1 Geografi mampu mendapatkan akreditasi A,” ungkap perempuan yang akrab dipanggil Ita. Menurut Ita, Jurusan Geografi merupakan satu-satunya jurusan di FISH yang kali pertama melakukan sistem Akreditasi Perguruan Tinggi Online (APTO). Awalnya, mengalami beberapa kendala dalam proses persiapan. Namun, hal itu dapat segera teratasi. Bahkan, proses akreditasi Prodi Pendidikan Geografi termasuk yang paling cepat di FISH. “Kita mengunggah berkas borang pada 5 Oktober 2017, dan pada 12 Desember sudah divisitasi. Berkat kerja sama tim yang bagus, proses visitasi pun berjalan sangat cepat, mudah, dan lancar. Kita juga sangat terbantu dengan adanya unit penjaminan mutu yang ada di setiap prodi. Setelah visitasi selesai, hanya dalam waktu dua minggu pengumuman hasil akreditasi Jurusan Geografi sudah keluar dan berhasil meraih akreditasi A,” jelas Ita. Dengan diperolehnya akreditasi A, tentu ada banyak tantangan yang
| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desemb Majalah
Unesa
harus dihadapi Prodi Pendidikan Geografi ke depan. Salah satunya, merealisasikan visi dan misi Prodi Geografi di lingkup internasional, dalam hal ini ASEAN pada tahun 2025. Menurut penuturan Ita, memang lebih susah kalau lingkupnya internasional, tetapi ini sudah mulai dirancang dan Prof. Sarmini, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum mendukung sepenuhnya, terutama dalam peningkatan dan penguasaan Bahasa Inggris, serta dalam melakukan kerja sama tingkat ASEAN seperti kerja sama dalam jurnal, konferensi, atau pertukaran mahasiswa atau dosen. “Untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris dosen dan mahasiswa Pendidikan Geografi, dicanangkan penggunaan bahasa Inggris setiap Rabu. Pada hari itu, mahasiswa maupun dosen harus menggunakan bahasa Inggris,” ujar Ita. Ita menambahkan, kerja sama yang baik dan kompak dari berbagai pihak diharapkan dapat membuat Pendidikan Geografi lebih baik lagi dan mampu mempertahankan akreditasi A. Bahkan, kalau bisa ditingkatkan menjadi akreditasi AUNQA (Asean University Network Quality Assurance). n (INAYAH/INTAN)
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
17
LENSA
UNESA
UNESA SYUKURAN CAPAIAN AKREDITASI A
MERIAH: Suasana syukuran pencapaian Akreditasi “A” Unesa yang diikuti warga Unesa berlangsung meriah.
18
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
Majalah Unesa
U
LENSA UNESA
nesa menggelar syukuran atas tercapaianya Akreditas A yang disematkan oleh BAN PT pada akhir Desesember 2017 lalu. Segenap pimpinan dan para sivitas akademika dan stakeholder Universitas Negeri Surabaya hadir pada acara yang dikemas sederhana namun penuh makna. Berikut beberapa momen istimewa dalam acara syukuran tersebut.
KHIDMAT: Para warga Unesa yang turut dalam tasyakuran khidmat memanjatkan doa sebagai bentuk syukur atas keberhasilan pencapaian Akreditasi ‘A� yang dicapai Unesa .
Majalah Unesa
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
19
LAPORAN
UTAMA
PRODI S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA
AKREDITASI A MENAMBAH KEPERCAYAAN MASYARAKAT
K
etua Program Studi S1 Ilmu Administrasi Negara, Indah Prabawati, S.Sos, M.Si mengatakan, akreditasi merupakan wujud dari pelaksanaan penjaminan mutu dan kualiatas suatu program studi. Keberhasilan Program Studi S1 AN meraih akreditasi A merupakan wujud pertanggungjawaban terhadap masyarakat. Dengan perolehan akreditasi A tersebut, diharapkan masyarakat semakin percaya bahwa program studi ini menghasilkan lulusan yang handal dan terjamin kualitasnya. Menurut Indah, setiap perguruan tinggi memiliki standarstandar nasional yang sudah ditetapkan agar dapat mempertahankan akreditasi A. Salah satu standar yang sudah ditetapkan adalah terkait kualitas lulusan dan lama masa studi. Dikatakan Indah, Jurusan SI Ilmu Administrasi Negara sudah ada sekitar 80-90 persen mahasiswa yang lulus tepat waktu. Bahkan, sebagian mahasiswa ada yang lulus 3,5 tahun. “Selain itu, kita juga terus berupaya menyiapkan kompetensi lulusan, pembelajaran, sarana dan prasarana dengan baik agar proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik dan terjamin kualiatasnya,” terang Indah. Indah menambahkan, setidaknya ada empat hal yang perlu dilakukan untuk mempertahankan akreditasi A. Pertama, menjaga konsistensi kegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan seperti kegiatan dosen, mahasiswa, administrasi, dan sebagainya. Kedua, meningkatkan publikasi karya ilmiah baik berupa artikel atau jurnal, terutama publikasi jurnal internasional, jurnal nasional terakreditasi. Ketiga, mendukung dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan mahasiswa seperti menyediakan klinik PKM 5 bidang dan PKM AI- GT, memfasilitasi mahasiswa yang mengikuti kompetisi-kompetisi tingkat nasional maupun internasional, dan mendukung kegiatan mahasiswa dalam bidang enterpreneurship, penalaran, seni, olahraga, dan lain sebagainya. “Keempat, meningkatkan jumlah lektor kepala, doktor, dan guru besar,” paparnya. Untuk menjamin kualitas program studi, terang Indah, yang perlu dijaga adalah konsistensi pelaksanaan tri darma perguruan tinggi plus. Jadi, dalam Tri Darma Perguruan Tinggi tidak hanya berkaitan dengan pendidikan atau pengajaran, penelitian, dan pengabdian terhadap masyarakat saja, tetapi juga diperkuat dengan pengelolaan yang baik. “Plusnya itu adalah pengelolaan. Jika pengelolaan program studi itu baik dan sesuai dengan standar mutu yang sudah ditetapkan, maka kualitas program studi tersebut akan terjaga, bahkan akan terus meningkat,” pungkasnya. n (INAYAH)
20
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
JURUSAN PMP-KN
K
TIDAK HANYA DIPERTAHANKAN, TAPI HARUS DITINGKATKAN
etua Jurusan PMP-KN, Dr. Totok Suyanto, M.Pd sangat senang dengan raihan akreditasi A Jurusan PMP-KN. Menurut Totok, akreditasi A merupakan penghargaan atas kerja keras dan kesungguhan berbagai pihak yang turut menyukseskan pelaksanaan akreditasi. Menurut Totok, keinginan mendapatkan akreditasi A sudah sejak lama dicanangkan, namun karena proses akreditasi Jurusan PMP-KN agak berliku, baru pada 2017 dapat terealisasi. Ia mengakui, selama proses akreditasi sangat terbantu dengan adanya PPM (Pusat Penjaminan Mutu), baik yang ada di tingkat pusat maupun di tingkat prodi. Setelah berhasil meraih akreditasi A, menurut Totok, ada beberapa tantangan bagi Jurusan PMP-KN ke depan. Pertama, bagaimana jurusan PMP-KN mampu berkompetisi dalam persaingan yang semakin ketat di dunia internasional. Kedua, jurusan PMP-KN dituntut menghasilkan lulusan yang bermutu sehingga pengelolaan prodi atau jurusan harus dapat menjawab tantangan zaman. Ketiga, para dosen dan mahasiswa harus dapat membuat publikasi internasional, baik berupa artikel atau jurnal. Keempat, pemberian layanan akademik yang baik dan berbasis IT. Kelima, dapat memberikan berbagai macam kontribusi baik secara akademik maupun nonakademik, seperti hasil-hasil penelitian dan
Majalah Unesa
pengabdian kepada masyarakat. “Jadi, tantangan sekarang berbeda dengan 10 atau 20 tahun lalu. Di mana, pada era global seperti ini, salah satu tantangan besar adalah persaingan di tingkat internasional seperti publikasi karya ilmiah internasional yang akan menjadi nilai plus bagi sebuah prodi,” tegas Totok. Totok menambahkan, akreditasi A tidak selalu menjamin mahasiswa cepat mendapat pekerjaan. Tetapi, akreditasi A memberikan jaminan bahwa penyelenggaraan prodi itu sudah sesuai ketentuan yang menjadi standar nasional. Sehingga, bagi Totok, mempertahankan akreditasi adalah sebuah keharusan. “Dalam mempertahankan akreditasi diperlukan kekompakan dari dosendosen, pimpinan jurusan dan fakultas. Selain itu juga perlu dikembangkan sistem yang memungkinkan prodi, fakultas, dan universitas bersinergi dengan baik,” jelas Totok. Sejauh ini, terang Totok,
| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desemb Majalah
Unesa
kualitas Jurusan PMP-KN selain harus dipertahankan juga perlu ditingkatkan, khususnya Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), terutama dosen. Kualitas dosen sangat menentukan di bidang pengajaran maupun penelitian. Seorang dosen harus mampu menghasilkan berbagai karya baik berupa buku, artikel, maupun jurnal. Selain itu, dosen juga harus aktif melakukan penelitian yang memberikan kontribusi pengembangan pengetahuan kepada masyarakat dan melibatkan mahasiswa dalam penelitiannya. “Tidak hanya itu, seorang dosen juga perlu memperbanyak portofolio mahasiswa sehingga yang berkembang tidak hanya pengetahuan, tetapi sikap dan keterampilan serta pengalamannya,” terangnya. Untuk meningkatkan kualitas mahasiswa Jurusan PMP-KN, pihak jurusan sudah mencanangkan membangun laboratorium sebagai sumber belajar dan tempat mahasiswa menghasilkan karyakarya penelitian, pengajaran maupun pengabdian pada masyarakat di tingkat prodi. Selain laboratorium, juga akan dibangun perpustakaan digital (e-library). Perpustakaan itu tidak hanya berupa buku yang berjajar di rak dan memakan banyak tempat, tetapi sudah dikembangkan secara modern berbasis IT. n (INAYAH/ INTAN)
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
21
LAPORAN
UTAMA
JURUSAN MANAJEMEN
BENTUK TIM RE-AKREDITASI & TANAMKAN KEKOMPAKAN
T
ak ada hasil maksimal yang diraih dengan perencanaan seadanya. Diperlukan ketangguhan dan kekompakan tim dengan perencanaan yang maksimal untuk merasih hasil sempurna. Itu pula yang dilakukan jurusan Manajemen FE Unesa. Menurut Dr. Ulil Hartono, S.E, M.Si, Ketua Jurusan Manajemen, akreditasi A yang diperoleh jurusan Manajemen merupakan hasil kerja dan kekompakan semua pihak, termasuk support dari fakultas. Ia mengatakan, dari jurusan dibentuk tim Re-akreditasi yang telah bekerja dengan baik. Di Jurusan Manajemen juga sangat kompak dalam melakukan program kerja sesuai dengan bekal yang telah disiapkan sebelumnya. Selain itu, Tim Akreditasi tingkat fakultas baik jajaran Dekanat dan tenaga administrasi memberikan support secara total. “Itu salah satu kunci sukses kami berhasil mendapatkan akreditasi A,”ujar dosen yang akrab dipanggil Ulil tersebut. Ulil menambahkan, ke depan, tantangan semakin banyak. Oleh karena itu, harus ada perubahan dari sebelumnya. Jurusan Manajemen tidak boleh memberikan layanan yang mengecewakan. Jurusan Manajemen harus memberikan layanan dengan standar menuju A. “Jadi, tidak boleh melayani yang tidak menuju standar A,”ungkapnya. Bagi Ulil, akreditasi A hanyalah pondasi awal menuju tahaptahap selanjutnya. Selain tetap mempertahankan akreditasi A, jurusan Manajemen harus bisa meningkatkan kualitas sehingga semakin dipercaya masyarakat. n
“
Akreditasi A yang diperoleh jurusan Manajemen merupakan hasil kerja dan kekompakan semua pihak, termasuk support dari fakultas. Selain itu, Tim Akreditasi tingkat fakultas baik jajaran Dekanat dan tenaga administrasi memberikan support secara total.”
(DAYAT)
22
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
JURUSAN S1 AKUNTANSI
KOMITMEN TINGKATKAN KUALITAS
K
etua Jurusan S1 Akuntansi Dr. Dian Anita Nuswantara, S.E, Ak.,M.Si mengaku senang dan bersyukur jurusan Akuntansi mendapatkan akreditasi A. Meski masih terdapat beberapa kelemahan yang harus diperbaiki, namun capaian tersebut menjadi pemicu untuk semakin meningkatkan kualitas jurusan. Dian, demikian ia akrab disapa mengatakan bahwa keberhasilan mendapatkan akreditasi A tak lepas dari kerja sama yang baik dari dekanat, jurusan, prodi, mahasiswa, administrasi, dan semua pihak.
Majalah Unesa
Akreditasi A sebagai sebuah prestasi, harus dipertahankan dengan meningkatkan hal-hal lain yang masih terdapat kelemahan. “Kalau kemarin masih banyak kekurangan mendapatkan A, ke depan harus lebih baik lagi dengan melengkapi yang masih kurang tersebut,”ujar Dian. Bagaimana mempertahankan akreditasi A? Menurut Dian yang harus dilakukan adalah pertama memperbanyak evaluasi diri. Kedua, memperluas keterlibatan stakeholder (mahasiswa, orang tua mahasiswa, dan alumni). Ketiga, selalu menerima krtitik yang membangun dari pihak
| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desemb Majalah
Unesa
luar. Keempat, selalu update dengan mengikuti perkembangan dunia luar. “Kalau kita mengikuti perkembangan, kita akan lebih siap menyiapkan lulusan yang mampu berdaya saing di dunia luar,” jelas Dian. Ia berharap karena S1 Akuntansi sudah terakreditasi A, maka D3 Akuntansi juga harus segera menyusul mendapatkan akreditasi A. Selain itu, agar raihan akreditasi A yang diperoleh S1 Akuntansi meningkat, akan dibentuk tim Re-Akreditasi A dengan menyelenggarakan kelas internasional agar lulusannnya bisa memiliki daya saing tinggi. n (DAYAT)
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
23
LAPORAN UTAMA
DEKAN FBS, Prof. Dr. BAMBANG YULIANTO, M.Pd
P
BERI WAWASAN GLOBAL KEPADA MAHASISWA
encapaian akreditasi A yang diraih Unesa tentu didapat dengan sebuah kerja keras dari berbagai pihak. Pencapaian akreditasi A itu juga merupakan wujud pengakuan akan kualitas Unesa saat ini sebagai sebuah perguruan tinggi. Demikian dikatakan Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa Prof. Dr. H. Bambang Yulianto, M.Pd. “Akreditasi A merupakan bukti pengakuan pemerintah bahwa Unesa termasuk perguruan tinggi yang unggul dalam segala aspek terkait dengan tridarma, pendidikan dan pengajaran,” ungkapnya. Menurut dekan yang akrab dipanggil Bambang itu, setelah mendapat akreditasi A, tugas berikutnya selain mempertahankan capaian akreditasi tersebut, juga secara bertahap melakukan perbaikan di segala bidang untuk menuju kampus berstandar internasional. Dengan demikian, Unesa akan terus berkembang menjadi kampus yang berkualitas tinggi. FBS sebagai salah satu fakultas di Unesa, tentu akan melakukan supporting universitas dengan mewujudkan prodi yang berakreditasi A pada tahun 2018, menargetkan jurnal dipublikasikan secara nasional dan internasional, memberikan pelatihan kepada dosen untuk melakukan penelitian dan pengabdian setiap tahun dan menyiapkan SDM yang baik dengan tata kelola yang kuat. “Semua itu merupakan tantangan untuk FBS,” terangnya. Untuk menunjang kegiatan
24
akademik yang baik, FBS senantiasa mendorong kinerja semua unsur baik dosen maupun tenaga kependidik anmelakukan perbaikan dengan terlibat dalam kegiatan akademik dan kerap mengikuti kompetisi nasional. FBS juga bertekad memberikan wawasan global kepada mahasiswa yang nantinya dapat menjadi modal dalam dunia kerja. “Tahun 2018 ini banyak perwakilan mahasiswa maupun dosen yang akan dikirim ke luar negeri baik untuk menimba ilmu, magang ataupun kerja sama lainnya,” jelas Bambang. Bambang mengakui tak mudah mendapatkan nilai akreditasi A. Dibutuhkan kerja yang lebih baik lagi. Selain mempererat kerja sama, Unesa perlu memperluas pengiriman mahasiswa dan dosen untuk mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Selain itu, basis data yang terintegrasi menjadi poin tersendiri untuk ditingkatkan oleh FBS, khususnya. n MIRA
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
DEKAN FIP, Drs. SUJARWANTO, M.Pd
TAHAP AWAL UNTUK PELAYANAN LEBIH PRIMA
“
Kampus harus menjadi tempat rekreasi, tempat belajar, tempat berdiskusi dengan suasana yang hijau, sejuk dan bersih sehingga membuat yang berada di sana betah berlamalama.”
K
erja keras seluruh sivitas akademik yang solid dan kompak membuahkan hasil. Unesa berhasil mendapatkan nilai akreditasi A dari BAN-PT. Raihan akreditasi ini, tentu menjadi tanggung jawab moral untuk memulai pelayanan yang lebih sempurna agar masyarakat memandang Unesa lebih bagus dari segi kinerja dan lulusannya yang kompeten. Pernyataan tersebut disampaikan Drs. Sujarwanto, M.Pd, Dekan FIP menanggapi keberhasilan Unesa meraih predikat A. Ia mengatakan bahwa perbaikan tenaga pendidik dan kependidikan harus lebih ditingkatan kualitas. “Fakultas Ilmu Pendidikan menerapkan sapa dan senyum kepada semua yang ditemui,” paparnya. Sujarwanto juga mendorong terlaksananya visi dan misi setiap prodi agar dapat masuk dalam ranah Asean Network University dan lulusan Unesa bisa bersaing dalam dunia kerja. Sujarwanto mengatakan, secara perlahan prodiprodi yang telah mendapatkan A akan memasuki level Asean. Mimpi tersebut juga diimbangi dengan rumah yang bagus, yang membuat penghuninya nyaman. “Kampus harus menjadi tempat rekreasi, tempat belajar, tempat berdiskusi dengan suasana yang hijau, sejuk dan bersih sehingga membuat yang berada di sana betah berlama-lama,” papar Sujarwanto memberi perumpamaan. Dengan kualitas tersebut, masyarakat akan menaruh kepercayaan kepada Unesa karena pelaku di dalamnya menciptakan karya yang dapat digunakan untuk masyarakat luas. Ia mengatakan, ilmu murni yang ada di Unesa harus bekerja lebih keras agar menghasilkan produk yang berguna bagi masyarakat. “Karya inovatif tersebut perlu dipublikasikan bukan hanya pada ranah nasional tetapi juga internasional,” tandasnya. Sujarwanto menambahkan, penguatan kerja sama juga terus berlanjut dari waktu ke waktu. Selain itu, perekrutan tenaga kerja yang ahli juga dilakukan untuk meningkatkan kinerja yang sejalan dengan visi dan misi Unesa.n (MIRA)
Majalah Unesa
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
25
LAPORAN UTAMA
WAKIL DEKAN BIDANG UMUM DAN KEUANGAN FIK, MOKHAMAD NUR BAWONO, S.Or., M.Kes
FIK SIAPKAN 4 PRODI BARU
INTEGRITAS: Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Unesa, Mokhamad Nur Bawono, S.Or., M.Kes., (kiri) saat berbincang dengan reporter Majalah Unesa di gedung Dekanat FIK Unesa, Kampus Lidah Wetan Surabaya.
I
nstitusi pendidikan yang mendapat peringkat akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BANPT) akan memiliki banyak keuntungan. Selain menjadi bukti bahwa institusi tersebut telah sesuai dengan standar yang ditetapkan BAN-PT, institusi tersebut juga akan mendapatkan kemudahan dalam membuka program studi baru. Dengan nomor SK 5245/SK/BAN-PT/Akred/ PT/XII/2017, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) telah dinyatakan meraih akreditasi A. Menurut Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Unesa, Mokhamad Nur Bawono, S.Or., M.Kes., tidak ada
26
trik khusus untuk meraih akreditasi A. “Ini merupakan rutinitas. Artinya, bagaimana perguruan tinggi menjalankan kewajiban-kewajibannya, seperti bidang pendidikan, pengabdian kepada masyarakat, dan lainnya. Dalam menjalankan itu semua, terdapat standar yang ditetapkan. Jadi, tidak ada yang disulap,” tutur Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Ilmu Keolahragaan Unesa itu. Menurut Peraturan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Kebijakan Penyusunan Instrumen Akreditasi, ada empat dimensi yang akan diukur kelayakannya dari suatu lembaga pendidikan.
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
Pertama, mutu kepemimpinan dan kinerja tata kelola yang meliputi integritas visi dan misi, kepemimpinan (leadership), tata pamong, sistem manajemen sumber daya, kemitraan strategis (strategic partnership), dan sistem penjaminan mutu internal. Kedua, mutu dan produktivitas luaran (outputs) dan capaian (outcomes) yang berupa kualitas lulusan, produk ilmiah dan inovasi, serta kemanfaatan bagi masyarakat. Ketiga, mutu proses yang mencakup proses pembelajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan suasana akademik. Keempat, mutu input yang meliputi sumber daya manusia (dosen dan tenaga
Majalah Unesa
kependidikan), mahasiwa, kurikulum, sarana prasarana, keuangan (pembiayaan dan pendanaan). Menurut Bawono, langkah selanjutnya adalah upaya Unesa untuk mempertahankan dan kalau bisa meningkatkan capaiannya. “Unesa harus maintenance, yakni berusaha agar apa yang telah kita capai tidak turun. Kalau bisa malah harus terus ditingkatkan mutunya,” katanya menjelaskan. Selain itu, Bawono juga menyampaikan langkah FIK selanjutnya. Tahun 2017 kemarin, semua program studi yang ada di FIK sudah berhasil meraih akreditasi A dan juga sudah memperoleh ISO 9001: 2008. Saat ini, berbagai persiapan telah dilakukan untuk mendapatkan ISO 9001: 2015. “Kami juga sedang mempersiapkan dokumen pengajuan empat program studi baru. Yaitu, program studi Olahraga Rekreasi, program studi Kepelatihan Fisik dan Olahraga, program studi Penjas SD, dan program studi Manajemen Olahraga,” ungkapnya. Saat ini, FIK baru memiliki tiga program studi, yaitu program studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga, program studi Ilmu Keolahragaan, dan program studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi. Tiga program studi tersebut telah mendapat akreditasi A.n (SYAIFUL RAHMAN)
LAPORAN UTAMA
KEPALA PUSAT BAHASA UNESA, Drs. MUCH KHOIRI, M.Si.
HARUS TERUS PERBAIKI KUALITAS KE DEPAN
M
endapatkan akreditasi A sudah menjadi harapan setiap lembaga pendidikan, termasuk Universitas Negeri Surabaya. Sesuai dengan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2016 Tentang Akreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi dinyatakan, tujuan akreditasi secara umum adalah untuk menentukan kelayakan lembaga pendidikan bersangkutan. Artinya, capaian penilaian yang dikeluarkan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) menjadi salah satu fakta penting untuk melihat suatu lembaga sudah layak dan sesuai standar atau belum.
Terdapat dua penilaian dalam menentukan suatu program studi atau perguruan tinggi, yaitu terakreditasi dan tidak terakreditasi. Adapun yang terakreditasi memiliki tiga tingkatan, yaitu terakreditasi baik, terakreditasi baik sekali, dan terakreditasi unggul. Menurut Peraturan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Kebijakan Penyusunan Instrumen Akreditasi, ada empat dimensi yang akan diukur kelayakannya dari suatu lembaga pendidikan. Oleh karena itu, setiap lembaga pendidikan membutuhkan kerja yang tidak mudah untuk mencapai dimensi-dimensi tersebut. Drs. Much. Khoiri, M.Si. sangat mengapresiasi pencapaian Universitas Negeri Surabaya. Usaha dan kerja keras seluruh pihak tidak sia-sia. Dengan nomor SK 5245/SK/BAN-PT/Akred/PT/XII/2017, universitas bekas IKIP ini telah meraih peringkat akreditasi A. Meski demikian, Kepala Pusat Bahasa ini masih mengharap agar Unesa terus meningkatkan kualitas ke depan. “Peringkat A itu ada yang A gemuk dan A kurus. Unesa sudah melebihi batas standar nilai A, sehingga Unesa dapat peringkat A. Tapi, Unesa tetap harus meningkatkan kualitasnya,” tutur Khoiri. Sampai saat ini, hampir 50 persen program studi yang ada di Unesa memang sudah mendapat akreditasi A. Pencapaian ini yang menjadi penunjang besar terhadap peringkat akreditasi yang diperoleh perguruan tinggi. Oleh karena itu, kerja keras untuk terus berbenah agar semua program studi mendapat akreditasi A memang perlu selalu dilakukan. “Sebab, kalau tidak, pada akreditasi berikutnya bisa-bisa turun. Perbaikan sarana prasarana, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan perbaikan program kerja perlu terus dibenahi. Bagaimana pun, akreditasi A tidak secara otomatis Unesa telah sempurna. Masih perlu ada upaya perbaikan di sana-sini,” tegas dosen jurusan Bahasa Inggris ini. Khoiri menambahkan, dengan peringkat yang telah dicapai saat ini, justru tim Unesa harus lebih berhati-hati. Pasalnya, bobot yang dicapai Unesa dari batasan standar nilai A yang ditetapkan oleh BAN-PT masih perlu terus diperbaiki. Nilai akreditasi A tidak berarti sempurna. Apalagi, tahun-tahun berikutnya akan ada perubahan pada sistem penilaian akreditasi. n (SYAIFUL RAHMAN) BICARA AKREDITASI A: Kepala Pusat Bahasa Unesa, Drs. Much Khoiri, M.Si dalam sebuah seminar.
Majalah Unesa
| Nomor: 112 Tahun XVIII - Desemb Majalah
Unesa
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
27
KOLOM REKTOR
Selain menjadi PTN-BH, Unesa juga akan menuju ke perguruan tinggi internasional. Program studi yang telah memperoleh akreditasi A didorong untuk menyiapkan diri membuka kelas-kelas internasional. Prof. Dr. Warsono, M.S.
T
ahun 2017 Unesa telah berhasil memperoleh akreditasi perguruan tinggi dengan nilai A. Hasil ini tentu sangat menggembirakan, karena telah ditunggu sejak lama. Upaya untuk memperoleh nilai A ini juga tidak mudah, membutuhkan kerja keras, cerdas, ikhlas, dan tuntas dari seluruh warga Unesa, termasuk mahasiswa dan alumni. Bahkan Unesa juga telah berhasil meningkatkan perolehan akreditasi program studi. Sampai awal Januari 2018 program studi yang memperoleh akreditasi A mencapai 41 prodi (41%), yang pada tahun 2015 baru ada 10 prodi yang terakreditasi A. Perolehan nilai akreditasi A untuk perguruan tinggi dan prodi merupakan salah satu modal Unesa untuk melangkah ke tahapan yang lebih tinggi lagi yaitu menuju Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) dan internasionalisasi. Memang tidak mudah untuk menjadi PTN-BH, banyak syarat yang harus dipenuhi, baik dari segi akademik, keuangan, maupun sumber daya. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor 88 tahun 2014, persyaratan menjadi PTN-BH meliputi: a) menyelenggarakan Tridharma Perguruan Tinggi yang bermutu; b) mengelola organisasi PTN berdasarkan prinsip tata kelola yang baik; c) memenuhi standar
minimum kelayakan finansial; d) menjalankan tanggungjawab sosial; dan e) berperan dalam pembangunan nasional. Dari aspek tata kelola dan
dilakukan pemeriksaan awal tahun 2018 ini juga tidak ada temuan. Dilihat dari kriteria menjadi PTN-BH, persyaratan yang paling berat adalah persoalan mutu. Kriteria perguruan tinggi bermutu antara lain adalah: status akreditasi perguruan tinggi unggul dan 80% program studi yang diselenggarakan juga harus unggul; hasil publikasi internasional dan/ atau kekayaan intelektual; memiliki prestasi mahasiswa di tingkat nasional dan internasional. Dari aspek ini, Unesa masih harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kriteria yang dibutuhkan. Tahun 2018 Unesa menargetkan jumlah prodi yang terakreditasi A mencapai minimal 50%, dan seluruh prodi terakreditasi minimal B. Dari sisi akademik, perguruan tinggi harus meningkatkan produktivitas karya ilmiah yang terpublikasi secara internasional. Publikasi internasional tersebut menjadi media “promosi� bagi perguruan tinggi, sehingga masyarakat internasional mengenal perguruan tinggi tersebut. Untuk menghasilkan publikasi yang bisa dimuat di jurnal-jurnal terindek di tingkat internasional tentu membutuhkan penelitian yang “serius� sehingga mampu memberi kontribusi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Hasil penelitian yang memberi kontribusi dalam perkembangan ilmu dan teknologi tersebut yang menarik untuk dipublikasikan di tingkat internasional.
AKREDITASI A TANTANGAN YANG
DIHADAPI
28
kelayakan finansial, Unesa sudah relatif cukup baik. Salah satu kriteria kelayakan tata finansial adalah perolehan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) selama dua tahun berturut-turut telah dipenuhi oleh Unesa. Bahkan Unesa telah memperoleh opini WTP selama tiga tahun berturut-turut. Meskipun demikian kondisi ini harus terus dijaga dan ditingkatkan. Perolehenan opini WTP ini sangat berkaitan dengan tata kelola yang baik, meliputi: akuntabilitas, transparansi, efektivitas, efisiensi, dan nirlaba, serta ketaatan terhadap peraturan perundangundangan dalam pengelolaan PTN. Sampai saat ini tata kelola organsisasi di Unesa terus membaik. Hal ini ditandai dengan semakin menurunnya temuan BPK maupun BPKP. Bahkan untuk tahun 2016 di Unesa tercatat tidak ada temuan dari BPK maupun BPKP. Mudah-mudahan di tahun 2017 yang baru akan
| Nomor: 113 Tahun XIV - Januari 2018 |
Majalah Unesa
KOLOM REKTOR Berkaitan dengan penelitian yang “baik” tentu membutuhkan lingkungan dan budaya akademis yang kondusif. Tradisi keilmuan harus dibangun di dalam masyarakat kampus. Kebiasaan untuk membaca, berdiskusi, dan menulis harus ditumbuhkembangkan sebagai bagian dari budaya mutu. Kebiasaan untuk berdiskusi setelah membaca merupakan bagian dari dialektika intelektual untuk menambah dan mempertajam cara pandang kita. Perdebatan secara ilmiah adalah “motor” bagi perkembangan intelektual. Sebagai akademisi harus meragukan setiap pendapat, maupun teori, termasuk pendapat kita sendiri. Diskusi atau berdebat merupakan bagian dari wujud keraguan terhadap suatu pendapat atau teori sehingga bisa melihat kekuatan dan kelemahan setiap pendapat atau teori yang sedang diperdebatkan. Bagi seorang akademisi, memahami setiap teori dalam bidang ilmu yang ditekuni, termasuk kekuatan dan kelemahannya merupakan imperative categories (keharusan moral). Dengan memahami kekuatan dari suatu teori, seseorang bisa memilih teori mana yang tepat untuk menganalisis suatu permasalahan atau suatu fenomena. Begitu juga dengan memahami kelemahan suatu teori, kita bisa menyusun suatu penelitian untuk mengembangkan teori atau temuan baru (novelty). Oleh karena itu, diskusi dengan sesama kolega merupakan bagian dari kegiatan untuk menguji pemahaman kita terhadap suatu teori. Dalam upaya membangun budaya mutu, perpustakaan dan jurnal ilmiah menjadi komponen penting. Perpustakaan merupakan “jantung” dari suatu perguruan tinggi. Perpustakaan yang akan menggerakan kegiatan intelektual dan melahirkan berbagai tulisan maupun proposal penelitian. Perpustakaan bukan hanya sebagai tempat untuk menyimpan buku-buku teks dan jurnal-jurnal ilmiah, tetapi juga bisa menjadi tempat membaca, berdiskusi, dan menulis. Di perpustakaan tentu tersedia banyak referensi yang bisa dijadikan rujukan dalam penulisan karya ilmiah, sehingga proses menulis bisa berjalan dengan cepat. Meskipun demikian, perpustakaan hanya akan “hidup”, manakala
ada kegelisahan intelektual, yang ditandai dengan rasa penasaran untuk memecahkan suatu masalah. Kegelisahan intelektual ini tidak akan terjadi jika tidak ada kepekaan intelektual, yaitu kemampuan untuk melihat ada suatu permasalahan. Salah satu hal yang harus ada dalam karya ilmiah adalah permasalahan yang kemudian dirumuskan dalam bentuk rumusan masalah. Kemampuan melihat adanya suatu permasalahan dan merumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian (rumusan masalah) yang layak merupakan bagian penting dari proses penelitian. Saat ini, Unesa sedang membangun suatu perpustakaan yang berbasis teknologi (digital liberary) yang didanai oleh Islamic Development Bank (IDB). Perpustakaan tersebut diharapkan mampu menggerakkan dan sekaligus menumbuhkan budaya mutu di Unesa. Unesa juga telah menyediakan jumlah-jurnal internasional melalui Springer agar bisa diakses oleh semua dosen dan mahasiswa. Jaringan internet juga sudah disediakan di semua fakultas, jurusan maupun prodi, dan lingkungan kampus sehingga mahasiswa bisa mengakses internet di kampus. Persoalannya adalah adakah kemauan dari seluruh sivitas akademika Unesa untuk memafaatkan fasilitas yang ada dan menumbuhkan kepekaan intelekktual sehingga dapat melahirkan proposal-proposal penelitian yang baik (layak). Di sisi lain, prestasi mahasiswa juga masih harus ditingkatkan agar memiliki prestasi di tingkat internasional. Prestasi mahasiswa Unesa dalam bidang karya ilmiah masih perlu kerja keras, karena jumlah mahasiswa yang berhasil mencapai prestasi di tingkat nasional masih sangat minim. Namun dalam bidang seni dan olah raga prestasi mahasiswa Unesa sudah cukup baik. Paling tidak sudah ada yang mencapai prestasi di tingkat internasional. Peningkatan prestasi mahasiswa dalam karya ilmiah sangat dipengaruhi oleh prestasi dosen. Oleh karena itu, budaya mutu dan budaya akademik harus terus ditumbuhkankembangkan di Unesa. Selain menjadi PTN-BH, Unesa
Majalah Unesa
juga akan menuju ke perguruan tinggi internasional. Program studi yang telah memperoleh akreditasi A didorong untuk menyiapkan diri membuka kelas-kelas internasional. Untuk membuka kelas internasional, dibutuhkan persiapan para dosen, minimal mereka menguasai bahasa Inggris dengan baik. Langkah pertama bisa dilakukan adalah menyelenggarakan kuliah berbahasa Inggris. Bagi dosen-dosen yang telah memliki kemampaun bahasa Inggris dengan baik, didorong untuk memberi kuliah dengan menggunakan bahasa Inggris secara penuh. Perlu dibangun “komunitas berbahasa Inggris” di kalangan dosen, sehingga mereka secara rutin dan terus menerus belajar dan berlatih berbahasa inggris. Untuk menuju nternasionalisasi, dosen-dosen muda harus didorong untuk melanjutkan studi ke luar negeri agar memiliki pengelaman akademis dan kemampuan bahasa Inggris yang baik serta mampu membangun jejaring dengan perguruan tinggi luar negeri. Jumlah dosen Unesa yang lulusan luar negeri masih relatif sedikit. Meskipun Unesa telah memfasilitasi dan melakukan kursus bahasa Inggris, semangat para dosen Unesa untuk melanjutkan studi ke luar negeri ini masih perlu terus dipompa agar mereka mau kuliah di luar negeri. Hal yang tidak kalah penting dalam menuju PTN-BH dan internasionalisasi adalah melakukan restrukturasi kurikulum. Memasuki era revolusi industri 4.0, kurikulum yang ada harus dikaji apakah masih relevan untuk memenuhi kebutuhan masa depan, yang cepat berubah. Munculnya massive open online course (MOOC), memnyebabkan mahasiswa bisa belajar sendiri. Oleh karena itu, model perkulian darling dan distance learning merupakan kebutuhan yang harus diantisipasi oleh Unesa sebagai konsekuensi dari revolusi industri 4.0. Bagi perguruan tinggi yang tidak mengikuti perkembangan teknologi akan tertinggal dan ditinggalkan oleh customer mereka. Sebagai konsekuensi para dosen dan seluruh tenaga kependidikan harus menguasai teknologi.n
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
29
ARTIKEL GAGASAN
BANGUN REPUTASI PERGURUAN TINGGI MELALUI PUSAT PENGEMBANGAN KARIER Oleh Lutfi Saksono*
Peran penting pusat pengembangan karier di perguruan tinggi adalah membantu membangun reputasi perguruan tinggi. Salah satu penentu reputasi perguruan tinggi adalah tingginya jumlah lulusan perguruan tinggi yang bekerja, baik secara mandiri maupun berkarier di perusahaan lain, dan posisi strategis yang dimiliki.
P
ada tahun 2016, saya mendapat kesempatan dari Islamic Development Bank (IDB)-Unesa untuk mengikuti non degree training selama satu bulan di Freie Universität Berlin, Jerman. Topik yang saya pilih adalah karya-karya penting dalam perjalanan kesusasteraan Jerman (Schlüsselwerke der deutschen Literatur). Tentu saja atmosfer belajar (Lernatmosphäre) sastra di FU Berlin sudah didesain sangat bagus, sehingga mahasiswa betah membaca, mengapresiasi dan menganalisis karya sastra. Tetapi ada hal lain yang membuat saya terkesan dengan FU Berlin, yaitu peran dan kegiatan Pusat Pengembangan Karier atau di FU Berlin dinamakan Career Service. Pusat pengembangan karier FU Berlin seolah tidak berhenti berkegiatan. Hal ini dapat saya pahami dari pengumuman yang ditempel. Ada beberapa kegiatan penting di bulan Juni dan Juli 2016 yang sempat saya catat, antara lain (1) Dialog tentang gaji pertama dan bagaimana nilai/potensi saya (Mein erstes Gehalt: Was bin ich wert?); (2) Konsultasi peluang kerja di Uni Eropa (Sprechstunde zur Berufsmöglichkeiten bei der europäischen Union); (3) Konsultasi pengetahuan dasar untuk memulai wiraswasta (Freiberuflich
30
bersama ahli yang setiap saat ada di kantor Career Service. Banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh pusat pengembangan karier merupakan salah satu bentuk kepedulian yang besar FU Berlin terhadap masa depan mahasiswa dan lulusannya. Semangat didirikannya pusat pengembangan karier adalah untuk membantu mahasiswa dan alumni merancang dan mewujudkan masa depan mereka. Semangat ini tidak hanya berlaku di FU Berlin, tetapi juga di semua perguruan tinggi dunia yang sudah memaksimalkan peran pusat pengembangan kariernya. arbeiten: Basiswissen für den Start); (4) Pelatihan mencegah dan menangani stres (Stressprävention und – bewältigung); (5) Pelatihan persiapan wawancara kerja (Wie können Sie durch intensive Vorbereitung im Bewerbungsgespräch punkten?); dan (6) Dialog Bisnis (Business Knigge). Itu adalah kegiatan menjelang libur musim panas. Tentu saja pusat pengembangan karier FU Berlin memiliki kegiatan-kegiatan lain sebelum bulan Juni 2016. Selain itu ada juga kegiatan wajib tahunan berupa pengembangan jaringan (networking), pemberian informasi kerja, dan konsultasi karier
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
Majalah Unesa
Fungsi Pusat Pengembangan Karier di Perguruan Tinggi Kita sudah sering mendengar bahwa perguruan tinggi selalu meletakkan stakeholders pada posisi yang penting. Perguruan tinggi selalu bisa menggambarkan secara jelas stakeholders seperti apa yang dibutuhkan. Sementara itu, bagi stakeholders peran perguruan tinggi juga sangat penting, terutama dalam menyiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan. Hubungan antara perguruan tinggi dengan stakeholders, dalam hal ini bisa perusahaan dan pemerintahan, merupakan hubungan yang saling membutuhkan dan menguntungkan.
ARTIKEL GAGASAN Perguruan tinggi membutuhkan stakeholders karena perguruan tinggi memiliki tanggung jawab terhadap lulusannya. Jika lulusannya diterima oleh beberapa stakeholders besar dan relevan maka hal itu akan mempengaruhi reputasi perguruan tinggi. Di sisi lain stakeholders akan kecewa, bila sumber daya manusia yang mereka harapkan tidak bisa dipenuhi oleh perguruan tinggi. Saat ini perguruan tinggi harus cerdas melihat perkembangan zaman. Ketika masyarakat berubah, maka perguruan tinggi juga harus berubah. Jika perguruan tinggi tidak mampu melihat secara detail fenomena yang terjadi dalam masyarakat, maka perguruan tinggi akan dicap sebagai lembaga pendidikan yang tidak memiliki kontribusi pada perbaikan kehidupan di dalam masyarakat. Salah satu perkembangan yang cukup masif dalam masyarakat dan harus menjadi perhatian ekstra perguruan tinggi adalah perkembangan yang terjadi di dunia usaha dan dunia industri. Perguruan tinggi tidak bisa selalu berpikir tentang dirinya sendiri, tetapi juga harus berpikir tentang masa depan lulusannya. Kadangkadang ada perguruan tinggi yang egois, yaitu perguruan tinggi yang hanya menerima input, tetapi tidak pernah memikirkan kualitas output dan kelangsungannya. Ketika perguruan tinggi menentukan input atau calon mahasiswa, maka perguruan tinggi wajib menentukan kompetensi output -nya. Penentuan input dan kompetensi output akan berpengaruh pada pelaksanaan proses. Proses tidak dimaknai sebagai proses pembelajaran di kelas saja, tetapi juga pengembangan soft skills yang difasilitasi oleh perguruan tinggi. Kalau kita perhatikan, beberapa perguruan tinggi sudah melakukan hal-hal ideal. Contohnya, ada perguruan tinggi yang telah menentukan standard nilai tes potensi akademik (TPA) dan prestasi input-nya, melaksanakan pembelajaran secara baik disertai
Perguruan tinggi tidak bisa selalu berpikir tentang dirinya sendiri, tetapi juga harus berpikir tentang masa depan lulusannya. Kadang-kadang ada perguruan tinggi yang egois, yaitu perguruan tinggi yang hanya menerima input, tetapi tidak pernah memikirkan kualitas output dan kelangsungannya. dengan monitoring dan evaluasi pembelajaran, dan memetakan lulusannya. Memang ideal. Tetapi, hal ini akan menjadi lebih baik, jika perguruan tinggi tersebut juga bertanggung jawab terhadap masa depan lulusannya. Sebaiknya perguruan tinggi mampu “memfasilitasi� lulusannya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan dapat meningkatkan martabat lulusannya. Peran seperti ini biasanya oleh perguruan tinggi diberikan kepada pusat pengembangan karier. Sudah banyak perguruan tinggi yang mengakui peran penting pusat pengembangan karier sebagai pengemban tanggung jawab perguruan tinggi kepada masyarakat. Perguruan tinggi sekelas Harvard University, yang kualitas lulusannya diakui dunia, menempatkan posisi pusat pengembangan karier di posisi yang penting. Pusat pengembangan karier berada pada posisi yang spesial, karena mereka sadar pusat pengembangan karier memiliki tugas ganda, yaitu sebagai jembatan penghubung antara perguruan tinggi dengan stakeholders dan sebagai pusat pengembangan soft skills mahasiswa dan alumni. Meskipun demikian masih saja ada perguruan tinggi yang belum memahami peran pusat pengembangan karier. Dalam konteks di atas, ada banyak perguruan tinggi di Indonesia yang hanya menciptakan lulusan, tetapi tidak mampu menghasilkan lulusan yang siap kerja. Salah satu penyebabnya adalah kegagalan perguruan tinggi membaca dan menganalisis kebutuhan masyarakat dan dunia usaha dan dunia industri. Ketidakcermatan dan ketidakmampuan perguruan tinggi membaca “zaman“ dan
Majalah Unesa
ketidaktahuan perguruan tinggi terhadap peran pusat pengembangan karier membuat Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Ditjen Belmawa) Kemenristekdikti memberikan stimulus berupa dana hibah yang cukup besar untuk pusat pengembangan karir perguruan tinggi. Mengapa Ditjen Belmawa sampai perlu menawarkan program hibah tersebut? Karena pusat pengembangan karier merupakan sebuah kebutuhan. Dalam buku panduan Hibah Pusat Karier disebutkan, bahwa ada keprihatinan terhadap jumlah pengangguran yang berasal dari lulusan pendidikan tinggi. Untuk mengurangi jumlah pengangguran tersebut Ditjen Belmawa melihat peran penting pusat karier atau pusat pengembangan karier dalam mengurangi jumlah pengangguran terdidik yang berasal dari perguruan tinggi. Usaha mengurangi pengangguran terdidik seharusnya sudah dilakukan sejak lulusan masih menjadi mahasiswa. Melalui pusat pengembangan karier usaha-usaha tersebut bisa dilakukan secara terstruktur dan sesuai kebutuhan. Inilah salah satu tugas penting pusat pengembangan karier perguruan tinggi. Beberapa fungsi pusat pengembangan karier di perguruan tinggi yang harus kita pahami adalah fungsi identifikasi, fungsi pelatihan, fungsi pelacakan, fungsi kerja sama dan fungsi penyaluran. Fungsi identifikasi merupakan tugas pertama yang harus dilakukan oleh pusat pengembangan karier. Fungsi identifikasi berhubungan dengan profil mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi. Melalui
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
31
ARTIKEL GAGASAN profil mahasiswa dan lulusan kita akan mendapat gambaran yang jelas tentang potensi dan kualitas yang dimiliki oleh mahasiswa dan lulusan sebuah perguruan tinggi. Profil tidak hanya berbicara tentang gelar yang akan diperoleh tetapi juga kompetensi, prestasi, hard skills dan soft skills yang dimiliki oleh mahasiswa dan lulusan. Profil yang baik akan memberi dampak positif bagi perguruan tinggi. Profil mahasiswa dan lulusan bukanlah semata-mata untuk kepentingan perguruan tinggi saja. Stakeholders perguruan tinggi juga membutuhkan profil tersebut. Bagi stakeholders profil mahasiswa dan lulusan akan membantu mereka untuk mendapatkan sumber daya manusia yang mereka butuhkan. Sebaliknya, pusat pengembangan karier perguruan tinggi juga harus mengidentifikasi profil stakeholders. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran konkret kepada perguruan tinggi tentang kebutuhan yang diharapkan oleh stakeholders, sehingga perguruan tinggi dapat menyiapkan mahasiswa dan lulusannya sesuai dengan kebutuhan pasar atau melebihi ekspektasinya. Fungsi kedua adalah fungsi pelatihan yang merupakan fungsi pascaidentifikasi. Setelah mengidentifikasi kebutuhan mahasiswa dan kebutuhan pasar kerja, pusat pengembangan karier melakukan beberapa pelatihan. Umumnya pelatihan yang diberikan bersifat soft skills yang bermanfaat di dunia kerja. Soft skills diberikan karena biasanya soft skills tidak diperoleh di bangku kuliah. Oleh sebab itu, soft skills seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerja sama dalam tim, kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain, kemampuan menyelesaikan masalah, berpikir kritis, kemampuan berorganisasi, kemampuan beradaptasi, kemampuan bernegoisasi, mengoptimalkan potensi diri dan lain sebagainya difasilitasi oleh pusat pengembangan karier. Pusat Pengembangan Karier Universitas Indonesia, misalnya, sudah memiliki kurikulum pelatihan soft skills yang bisa
32
diikuti oleh mahasiswa sejak semester satu. Jadi, pelatihan memasuki dunia kerja bukan baru dilaksanakan menjelang mahasiswa lulus, tetapi sudah ditunjukkan kepada mahasiswa sejak mereka pertama masuk kuliah. Dan soft skills yang harus diketahui dan dikuasai bukan hanya dua atau tiga, tetapi banyak. Oleh sebab itu, pelatihannya dilakukan dalam tempo yang cukup lama dan bertahap. Unesa merupakan perguruan tinggi yang beruntung karena memiliki jurusan psikologi, yang sangat memahami persoalan-persoalan soft skills dan juga psikotes serta wawancara kerja. Fungsi pusat pengembangan karier selanjutnya adalah fungsi pelacakan. Fungsi ini berhubungan dengan pelacakan lulusan (tracer study). Sampai saat ini pelacakan lulusan merupakan barometer bagi perguruan tinggi untuk mengamati dan menilai peran lulusannya di masyarakat. Perguruan tinggi yang peka adalah perguruan tinggi yang secara rutin melacak lulusannya. Sebenarnya pelacakan lulusan bisa dilakukan oleh siapa saja. Beberapa perguruan tinggi di Amerika dan Eropa menggunakan bantuan pihak ketiga untuk melakukan studi pelacakan lulusan (Syafiq dan Fikawati, 2017). Metode dan manajemen studi pelacakan pun berbeda-beda. Tetapi tetap saja hasil dari studi pelacakan lulusan akan digunakan oleh perguruan tinggi untuk menilai kualitas dan peran lulusan di masyarakat, serta dapat dijadikan acuan untuk merancang kurikulum dan rencana strategis sebuah perguruan tinggi. Pusat pengembangan karier juga memiliki fungsi kerja sama dan penyaluran. Kerja sama yang paling penting adalah kerja sama dengan stakeholders. Dalam prospectus Unesa kita melihat ada DUDI yang bekerja sama dengan Unesa, antara lain BTN dan BNI. Tetapi dua DUDI tersebut hanya sebatas bekerja sama di bidang administrasi keuangan Unesa, bukan perekrutan. Yang dibutuhkan oleh pusat pengembangan karier adalah kerja sama yang bisa menguntungkan lulusan Unesa, sehingga lulusan Unesa bisa bekerja dan menduduki posisi
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
Majalah Unesa
strategis di DUDI tersebut. Oleh sebab itu, pusat pengembangan karier harus memiliki orang-orang yang piawai dalam membangun jaringan dan kerja sama dengan berbagai institusi. Memaksimalkan fungsi kerja sama pusat pengembangan karier dengan perusahaan akan menguntungkan perguruan tinggi bukan saja dari sisi terserapnya lulusan, tetapi juga dari sisi finansial. Pusat pengembangan karier bisa menambah pendapatan finansial, jika mampu melaksanakan secara baik bursa kerja (job fair), perekrutan SDM di kampus (campus hiring) dan pelatihanpelatihan untuk karyawan perusahaan. Jadi, sebenarnya secara finansial pusat pengembangan karier bukanlah benalu yang menggerogoti keuangan perguruan tinggi, tetapi justru sebaliknya pusat pengembangan karier dapat membantu perguruan tinggi menemukan sumber pendapatan baru. Melihat fungsi-fungsi pusat pengembangan karier di atas, maka sudah pasti pusat pengembangan karier memiliki peran penting dalam membantu membangun reputasi perguruan tinggi. Salah satu penentu reputasi perguruan tinggi adalah tingginya jumlah lulusan perguruan tinggi yang bekerja, baik secara mandiri maupun berkarier di perusahaan lain, dan posisi strategis yang dimiliki. Posisi strategis di sebuah perusahaan multinasional, misalnya, akan membantu mengerek reputasi perguruan tinggi. Andai kata banyak lulusan dari sebuah perguruan tinggi yang dapat menduduki posisi strategis di perusahaan-perusahaan besar atau pemerintahan, maka bisa dibayangkan betapa bagus reputasi perguruan tinggi tersebut. Sehingga tidak heran bila Full Sail University Florida di situs resmi pusat pengembangan karirnya mencantumkan slogan we measure our success by your success. n *Lutfi Saksono. Dosen Sastra Jerman FBS Unesa. Pernah mengikuti Pelatihan Pengembangan Pusat Karier Perguruan Tinggi dan Tracer Study di Career Development Center (CDC) UI tahun 2017.
BEST PRACTICE
KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PENERAPAN STATIONENLERNEN DI SMAN 13 SURABAYA Oleh Dwi Imroatu Julaikah., S.Pd.,M.Pd
M
enjadi pembelajar yang dinantikan peserta didik (baca: ideal) tentu menjadi impian semua pembelajar. Performa prima di kelas menjadi salah satu poin yang harus diwujudkan. Penguasaan multimetode dalam pembelajaran bagi seorang guru mutlak dimiliki. Ini semua tak terlepas dari tanggung jawab seorang pengajar untuk menyampaikan dan membawa tujuan pembelajaran agar berhasil. Untuk mewujudkan hal tersebut, penyegaran pemodelan terhadap kompetensi yang wajib dimiliki oleh guru perlu terus diupayakan. Penguasaan yang baik terhadap berbagai multi media serta strategi dalam pengajaran perlu dilakukan. Prodi Pendidikan Bahasa Jerman Unesa mencoba ikut ambil bagian dalam upaya tersebut. Salah satu kegiatan yang dihadirkan adalah Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM). Kegiatan rutin yang dilakukan setiap tahun ini bertujuan sebagai sarana bertukar pengalaman terkait pembelajaran Bahasa Jerman
di sekolah, selain juga untuk menjalin komunikasi sekaligus wahana silaturahmi dengan pihak sekolah (stakeholder). Pada tahun 2017, pengabdian dilakukan di SMAN 13 Surabaya. Di sekolah negeri kawasan Surabaya Barat pimpinan Drs. Agus Setiawan, mitra dan sasaran kegiatan ini adalah guru dan siswa bahasa Jerman di SMA setempat. Tim Prodi yang tergabung dalam pengabdian ini adalah Drs. Benny Herawanto Susetyo, M.Psi, Dwi Imroatu Julaikah, S.Pd., M,Pd., dan dosen muda Dianing Kartika, Ss, M.Hum. Kegiatan diisi dengan pemodelan dan praktik pembelajaran Bahasa Jerman dengan metode Stationenlernen. Stationenlernen diterapkan dalam kelas Bahasa Jerman sebagai lintas minat di sekolah ini yang diikuti guru bahasa Jerman dan siswa kelas X SMAN. Matapelajaran bahasa Jerman di SMAN 13 Surabaya sehari-hari dibimbing oleh Devita Anggraini, S.Pd. Stationenlernen merupakan salah satu metode yang bisa dilakukan di kelas pembelajaran Bahasa Jerman. Metode ini ditampilkan dengan Station (stasiun)
Majalah Unesa
dalam kelas. Dalam Station tersebut disediakan berbagai sumber belajar dan materi yang berbeda. Masing-masing Station dibuat berbeda, dengan tujuan memberikan keleluasaan bagi peserta didik untuk memilih materi apa yang akan dipelajari. Siswa diminta mengunjungi stasiun-stasiun yang berbeda. Melalui stasiun tersebut siswa belajar, memahami materi, berdiskusi dengan teman dalam stasiun yang sama. Mereka di desain untuk mengalami pengalaman berbeda dari satu stasiun ke stasiun lainnya. Pada pelaksanaan PKM ini, pebelajar bahasa Jerman diberi pilihan puzzle untuk Station 1, merekonstruksi teks di stasiun 2, menyusun kata di stasiun 3. Selanjutnya mereka harus mengidentifikasi kultur yang ada di Jerman, seperti identifikasi bendera dan sebagainya di stasiun 4. Pemodelan seperti ini penting bagi guru sehingga dapat memberikan contoh penggunaan metode yang dapat dikembangkan di kelas berikutnya. Pelaksanaan pengabdian berlangsung dengan baik, terlihat dari antusiasme siswa yang mengikuti proses pembelajaran Stationenlernen. n
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018
|
33
POJOK KETINTANG
DARI DISCIPLINARY MIND SAMPAI ETHICAL MIND MUCHLAS SAMANI
A
khir-akhir ini diskursus tentang ke mana arah pendidikan kembali marak. Sampai-sampai Balitbang Dikbud, sebagai lembaga pemikir bidang pendidikan dan kebudayaan menyelenggarakan serangkaian diskusi untuk membahasnya. Banyak kalangan pendidikan, baik dari para akademisi maupun praktisi terlibat di dalamnya. Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro, dosen ITB dan juga mantan Dirjen Pendidikan Tinggi, yang kini menjadi anggota Akademi Ilmu Pengetahuan ditunjuk untuk mengomandani aktivitas itu. Seperti biasanya diskusi berlangsung secara terbuka dan bahkan disambung secara virtual melalui WA Group. Sungguh menarik mengikutinya. Karena yang terlibat dalam diskusi itu memiliki latar belakang sangat beragam, maka sudut pandang, pola pikir dan cara berargumentasipun juga sangat beragam. Kemandirian masing-masing peserta juga sangat terasa, sehingga forum itu menjadi ajang mengekspresikan gagasan tanpa dibatasi rasa ewuh-pakewuh. Mengikuti diskusi virtual itu, saya teringat tahapan berpikir yang diajukan para pakar, dari disciplinary mind - synthesizing mind - creative mind-respectiveful mind - ethical mind. Pemikiran matang dalam bidang yang ditekuni (disciplinary mind) itu penting tetapi tidak cukup, karena masalah kehidupan sangat kompleks sehingga tidak dapat dipahami dan dipecahkan dengan hanya menggunakan satu disiplin ilmu. Oleh karena itu diperlukan pola pikir multidisiplin, interdisplin dan transdisiplin, sehingga kita dapat mensintesiskan berbagai disiplin ilmu
34
Diperlukan kemauan dan kemampuan untuk menghargai pendapat orang lain yang berbeda dan mungkin bertolak belakang dengan pendapat kita. Itulah yang disebut respectiveful mind, yaitu pola pikir yang menghargai perbedaan. untuk memahami dan memecahkan masalah. Synthesizing mind bukan sekadar memandang masalah dengan dua atau lebih keahlian, bukan pula sekadar menggabungkan dua atau ilmu bidang keahlian tetapi mensintesakan dua atau lebih bidang keahlian sehingga menjadi suatu keutuhan pandangan dalam memahami masalah. Dalam konteks inilah diperlukan keterbukaan berpikir untuk menerima kerangka pikir bidang keahlian lain, yang mungkin sangat berbeda bahkan berseberangan dengan bidang keahlian kita. Apa synthesizing mind cukup? Ternyata tidak. Untuk dapat memecahkan masalah kehidupan dengan baik, diperlukan berpikir kreatif (creative problem solving). Semakin kompleks persoalan semakin perlu kreativitas untuk dapat menyelesaikannya. Tentu kreativitas yang telah didasari oleh pemahaman yang baik terhadap
| Nomor: 113 Tahun XIX - Januari 2018 |
Majalah Unesa
permasalahan yang terjadi. Itulah sebabnya, creative thinking selalu dibarengi dengan critical thinking. Dalam konteksi ini creative thinking tidak selalu merupakan out of the box, tetapi juga sangat mungkin in-side the box, sebagaimana dicontohkan oleh Drew Boyd. Berpikir kreatif artinya berpikir non linier, sehingga setiap orang memiliki kreativitas yang berbeda-beda. Oleh karena itu diperlukan kemauan dan kemampuan untuk menghargai pendapat orang lain yang berbeda dan mungkin bertolak belakang dengan pendapat kita. Itulah yang disebut respectiveful mind, yaitu pola pikir yang menghargai perbedaan. Jika di satu sisi kita dituntut memiliki respectiveful mind, di lain pihak bagi yang mengeluarkan gagasan dan kreativitas diperlukan etika agar daya kreatif yang terjadi tidak bertentangan dengan norma dan nilai-nilai yang berlaku. Itulah yang disebut ethical mind. Di era keterbukaan yang memberi peluang luas kepada setiap orang untuk mengekspresikan pendapatnya, maka ethical mind semakin penting. Saya sangat gembira, karena kelima jenjang pola pikir itu terasa berimbang selama terjadi diskusi baik pada forum tatap muka, maupun virtual. Mungkin karena mereka yang terliba relatif “sudah matang�. Moga-moga itu gambaran personal kita, paling tidak mereka yang menekuni atau perhatian pada bidang pendidikan. Semoga. n *http://muchlassamani.blogspot.co.id