WARNA REDAKSI
K
abar bakal masuknya perguruan tinggi asal luar negeri (baca: perguruan tinggi asing) ke Indonesia dan membuka cabang di wilayah nusantara menjadi bahasan hangat belakangan ini. Tak terkecuali para sivitas akademika Unesa juga sempat merasakan pro dan kontranya. Sebagai lembaga yang konsen di dunia pendidikan tinggi, Unesa yang bernaung di bawah Kemenristekdikti tentulah selalu patuh dengan ketetapan yang dibuat atasan. Konsekuensinya Unesa harus turut berpacu meningkatkan segala
sumberdaya untuk bersaing di era universitas global. Edisi ini, Majalah Unesa coba menelisik seberapa mengkhawatirkannya peguruan tinggi asing ketika diperbolehkan
Pada bagian lain editorial edisi ini, majalah Unesa juga mengangkat sejumlah isu menarik lainnya di sekitaran Unesa, seperti beberapa kabar prestasi yang berhasil dicapai mahasiswa maupun dosen dan lembaga yang barangkali selama ini kurang mendapat perhatian khusus. Semoga edisi ini majalah Unesa tetap mampu menjadi bagian dari sumber informasi terpercaya di lingkungan Unesa sekaligus menjadi referensi sekaligus informasi bagi yang ada di luar Unesa.
PERGURUAN TINGGI ASING SEBUAH
TANTANGAN membuka cabang dan beroperasi di Indonesia? Bagaimana tanggapan dan antisipasi Unesa dalam ‘menyambut’ kehadiran perguruan tinggi asing tersebut? Sejumlah pejabat penting Unesa, tak terkecuali Rektor memberi tanggapan serius atas persoalan tersebut di halaman Liputan Utama.
Majalah Unesa
Selamat membaca. n ARM
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
3
DAFTAR RUBRIK
18 - 19 FOTO: DOK/ISTIMEWA
EDISI MARET 2018
Edisi Ini
22
13
LIKA-LIKU PROF. TITIK TEMUKAN NANOGOLD
YOUTH FOR MOVEMENT 2018
29
HOLIL ANWAR DI BELANTARA PENDIDIKAN
11
YAKIN PT ASING BERI KONTRIBUSI POSITIF
Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 115 Tahun XIX - Maret 2018 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor), Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (WR Bidang I), Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (WR Bidang II), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (WR Bidang III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (WR Bidang IV) PENANGGUNG JAWAB: Dra. Ec. Ratih Pudjiastuti, M.Si (Kepala BAAK) PEMIMPIN REDAKSI: Dra. Titin Sumarti, M.Pd (Kabag. Kerja Sama dan Humas) REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto REPORTER: Lina Mezalina, Murbi Astuti, Suryo Waskito, Emir Musa, Khusnul, Syaiful Hidayat, Asnaul Ilmiyah, M. Hasan Zaki, Mira Carera, Merry, Fikriyatul Umah, Nely Eka, Novita, Belya Dwi, Geofany FOTOGRAFER: Sudiarto Dwi Basuki, M. Wahyu Utomo, DESAIN/LAYOUT: Abdur Rohman, Basir Aidi ADMINISTRASI: Rr. Dwi Astuti, S.H., MM. (Kasubbag. Humas), Supi’ah, S.E. DISTRIBUSI: Lusia Patria, S.Sos, Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung Rektorat Kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya
4
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
PRO-KONTRA RENCANA UNIVERSITAS ASING BUKA CABANG DI INDONESIA RENCANA PEMERINTAH MENGIZINKAN PERGURUAN TINGGI ASING BEROPERASI DI INDONESA MELALUI KERJA SAMA DENGAN KAMPUS SWASTA DALAM NEGERI, MENUAI PRO DAN KONTRA. ADA YANG SETUJU. ADA PULA YANG KURANG SETUJU DENGAN BERBAGAI ARGUMEN MASING-MASING.
Majalah Unesa
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
5
LAPORAN
UTAMA
REKTOR PASTIKAN UNESA TIDAK AKAN TERANCAM
P
ihak yang pro alias setuju berargumen bahwa beroperasinya perguruan tinggi asing yang sudah memiliki nama dinilai sangat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia karena akan mendapatkan pengalaman berkuliah di perguruan tinggi terbaik di dunia. Bahkan, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengisyaratkan kesetujuannya atas beroperasinya perguruan tinggi asing di Indonesia. Wapres yang akrab disapa JK itu mengatakan, selama ini, pemerintan kerap memberikan beasiswa yang mahal-mahal untuk sekolah di luar
6
negeri melalui LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan). Dan, itupun jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, jika Perguruan Tinggi Asing ternama bisa buka cabang di Indonesia, tentu akan memberikan kesempataran kepada banyak anak-anak Indonesia untuk kuliah dengan standar luar negeri sehingga terjadi transfer ilmu yang sangat bermanfaat. Untuk diketahui, pemerintah melalui Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir sempat mengutarakan untuk mulai
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
Majalah Unesa
mengizinkan perguruan tinggi asing beroperasi di Indonesia. Nasir bahkan mengungkapkan ada 5-10 universitas asing yang dalam proses pengajuan izin untuk membuka cabang di Indonesia. Rencana itu diharapkan terwujud pada pertengahan tahun ini. Sejatinya, kebijakan pemerintah tersebut sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi yang memang membuka pintu bagi kampus asing untuk beroperasi di Indonesia. Hanya saja, ada persyaratan sebagaimana bunyi
LAPORAN UTAMA pasal 90 ayat (1) disebutkan bahwa persyaratan yang mesti dipenuhi oleh kampus asing yang tertarik diatur dalam ayat (3) dan (4), termasuk soal letak universitas, program studi, kewajiban bekerja sama dengan perguruan tinggi Indonesia, serta mengutamakan dosen dan tenaga kependidikan berkewarganegaraan Indonesia. UU Dikti pernah diuji materi oleh enam orang mahasiswa Universitas Andalas, Sumatra Barat ke Mahkamah Konstitusi (MK) pada Desember 2012, termasuk pasal soal perguruan tinggi asing. Namun, majelis hakim MK, yang saat itu diketuai Hamdan Zoelva, menolak permohonan tersebut. Mereka menyatakan kehadiran perguruan tinggi asing di Indonesia tidak akan menyebabkan swastanisasi pendidikan tinggi dan tak menimbulkan diskriminasi antara masyarakat mapan dan lemah. Hanya saja, MK menegaskan perguruan tinggi asing tersebut harus mematuhi peraturan perundangundangan dan bekerja sama dengan perguruan tinggi Indonesia. Nasir, dikutip situs resmi Ristekdikti, mengisyaratkan pemerintah akan mematuhi undang-undang yang berlaku. Ia menyatakan tidak semua universitas asing bebas masuk dan beroperasi di Indonesia. Hanya perguruan tinggi asing dengan kualitas baik, minimal masuk peringkat 200 besar dunia, yang masuk kriteria.Selain itu, Kemenristekdikti juga telah menetapkan program studi prioritas yang bisa ditawarkan kampus asing adalah sains, teknologi, keinsinyuran, matematika, bisnis, teknologi, dan manajemen. Nasir menyebut beberapa perguruan tinggi asing yang telah menyatakan ketertarikan mereka antara lain Universitas Cambridge dan Imperial College London dari Inggris dan dua dari Australia, yaitu Universitas Melbourne dan Universitas Quensland. Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) menolak masuknya perguruan tinggi asing, terutama karena masih rendahnya
Ketua APTISI, Budi Djatmiko
KETUA APTISI, BUDI DJATMIKO MEMINTA PEMERINTAH UNTUK TERLEBIH DULU MENAIKKAN APK SEBELUM MEMBUKA PINTU UNTUK KAMPUS ASING AGAR KAMPUSKAMPUS LOKAL TIDAK LANTAS MATI. BUDI MENJELASKAN, SEHARUSNYA KAMPUS ASING DIIZINKAN MASUK KE INDONESIA KETIKA ANGKA PARTISIPASI PENDIDIKAN TINGGI SUDAH MENCAPAI 70 PERSEN ATAU LEBIH, SEPERTI DI SINGAPURA, YANG MENCAPAI 78 PERSEN. Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi yang hanya sekitar 31 persen. APK adalah rasio jumlah warga usia kuliah (19-23 tahun) yang meneruskan ke pendidikan tinggi. Saat ini ada 4.504 perguruan tinggi di Indonesia yang didominasi 3.136 universitas swasta. Ketua APTISI, Budi Djatmiko, dikutip Suara Pembaruan (31/1), meminta pemerintah untuk terlebih dulu menaikkan APK sebelum membuka pintu untuk kampus asing agar kampus-kampus lokal tidak lantas mati. Budi menjelaskan, seharusnya kampus asing diizinkan masuk ke Indonesia ketika angka partisipasi pendidikan tinggi sudah mencapai 70 persen atau lebih, seperti di Singapura, yang mencapai 78 persen. Jika kebijakan ini jadi dilaksanakan, Budi menegaskan para anggota APTISI akan turun ke jalan
Majalah Unesa
untuk meresponnya. Sementara itu, Ketua Forum Rektor Indonesia, Suyatno, mengeluarkan tanggapan yang lebih netral. Ia menyatakan ada dampak negatif dan positif jika kebijakan ini diberlakukan pemerintah. Dampak positifnya, tulis Suyatno adalah universitas lokal, baik negeri maupun swasta, akan terpacu untuk mengembangkan infrastruktur. Begitu juga pengembangan kemampuan dosen. Dampak negatifnya, perguruan tinggi asing, karena anggapan bahwa mereka lebih baik dibandingkan kampus lokal, akan menjadi daya tarik sendiri bagi generasi millenial Indonesia. n (SIR)
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
7
LAPORAN
UTAMA
YAKIN UNIVERSITAS ASING BUKAN ANCAMAN UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA SEBAGAI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI NEGERI DI JAWA TIMUR, TENTU PERLU BERSIAP MENGHADAPI WACANA BEROPERASINYA PERGURUAN TINGGI ASING DI INDONESIA. NAMUN, UNESA YAKIN KEBERADAAN KAMPUS LUAR NEGERI TERSEBUT BUKAN SEBUAH ANCAMAN BAGI UNESA.
R
ektor Unesa, Prof. Warsono mengatakan bahwa kehadiran perguruan tinggi asing bukan ancaman, terutama bagi Unesa karena segmen pasarnya berbeda. Unesa lebih fokus menghasilkan tenaga pendidik karena sebagian besar prodinya kependidikan, meskipun juga memiliki program studi nonkependidikan. Selain itu, mahasiswa Unesa sebagian besar berasal dari kalangan menengah bawah, dari daerah pedesaan atau dari keluarga guru. Warsono mengatakan, orientasi perguruan tinggi asing yang buka cabang di Indonesia tentu lebih membidik segmen pasar menengah atas dan menawarkan program studi yang menjanjikan lulusannya bergaji besar. “Perguruan tinggi asing tidak akan tertarik membuka program studi kependidikan, karena dianggap tidak menguntungkan,” terang Warsono. Rektor menambahkan, pada umumnya, masyarakat kalangan menengah ke atas, tidak tertarik pada program studi kependidikan, karena tidak menjanjikan gaji yang tinggi. Oleh karena itu, kehadiran perguruan tinggi asing tidak akan menjadi pesaing dan ancaman bagi Unesa. “Justru kehadiran perguruan tinggi asing dapat dijadikan model dalam meningkatkan mutu dan pelayanan di Unesa,” ungkapnya. Rektor mengakui bahwa
8
Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd Guru besar Fakultas Teknik (FT) Unesa.
perguruan tinggi asing ternama memiliki kelebihan, terutama dalam hal kemampuan berpikir yang lebih sistemik dan ilmiah. Kemampuan berpikir ilmiah, dan lingkungan yang kondusif dalam kebebasan berpikir, serta dukungan laboratorium itulah yang senantiasa dikembangkan dengan baik oleh perguruan tinggi luar negeri. “Budaya mutu yang seperti itulah, yang harus dibangun dan dikembangkan di Unesa,” paparnya. Sementara itu, mantan Rektor Unesa, Muchlas Samani mengatakan bahwa masuknya perguruan tinggi asing ke Indonesia merupakan
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
Majalah Unesa
sesuatu yang tidak dapat ditolak. Sebab, hal itu tidak bertentangan dengan UU Pendidikan Tinggi Nomor 12/2012. Namun, sebagaimana tercantum pada Pasal 90, PT asing harus memperoleh izin terlebih dulu, berprinsip nirlaba, bekerja sama dengan perguruan tinggi di Indonesia, dan mengutamakan dosen serta tenaga kependidikan Indonesia. “Lokasi penempatan harus dari pemerintah dan lembaga luar negeri mendukung kepentingan nasional,” ungkap Muchlas. Muchlas menjelaskan masuknya perguruan tinggi asing bisa berdampak positif bagi perguruan
LAPORAN UTAMA
Prof. Haris Supratno, Guru besar Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa.
“JIKA KUALITAS SARANA DAN PRASARANA, SUMBER DAYA MANUSIA SERTA AKADEMIK TIDAK DIPERBAIKI, MAKA ITU AKAN MENYULITKAN PERGURUAN TINGGI INDONESIA UNTUK BERSAING DENGAN PERGRUAN TINGGI ASING.“ tinggi dalam negeri agar semakin dewasa dalam mengelola kampus. Muchlas mengibaratkan seperti orang berjualan, jika tidak ada pesaing maka tidak akan maju usaha tersebut. Selain itu, dengan beroperasinya kampus asing ternama dunia di Indonesia akan semakin memberi kesempatan besar bagi orang tua yang berkecukupan untuk menguliahkan anaknya di kampus luar negeri yang beroperasi di Indonesia. “Era saat ini adalah era global. Karena itu, semua kampus perlu pembaruan dan terus mengikuti zaman,” jelasnya. Namun, dampak negatif juga ada. Muchlas mengatakan, apakah perguruan tinggi di Indonesia sudah siap bersaing. Juga, apakah PTA benar-benar berpsinsip nirlaba. Jadi pertanyaan yang penting untuk direnungkan adalah, apakah kita benar-benar sudah siap jika PTA membuka cabang di Indonesia? “Jika sudah siap, kita dapat memperbaiki pendidikan di Indonesia karena pesaing berat. Namun jika kita tidak siap maka
bisa saja perguruan tinggi negeri akan digilas oleh PTA,” tandas guru besar Fakultas Teknik itu. Momentum Tingkatkan Mutu Prof. Haris Supratno. Guru besar Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), yang juga mantan rektor Unesa mengatakan bahwa wacana PT Asing buka cabang di Indonesia sangat baik agar perguruan tinggi di Indonesia, khususnya Perguruan Tinggi Negeri semakin meningkatkan kualitas sarana dan prasarana, sumber daya manusia serta akademiknya. “Jika kualitas sarana dan prasarana, sumber daya manusia serta akademik tidak diperbaiki, maka itu akan menyulitkan Perguruan Tinggi Indonesia untuk bersaing dengan Pergruan Tinggi Asing. Pasalnya, perguruan tinggi asing yang diizinkan beroperasi di Indonesia sudah mempunyai nama,” ujar Haris. Haris menambahkan, masuknya Perguruan Tinggi Asing, juga bisa dimanfaatkan Unesa untuk
Majalah Unesa
meningkatkan Sumber Daya Manusia dengan cara bekerja sama dengan perguruan tinggi asing. Ia juga meyakini, Unesa tidak akan terancam dengan keberadaan perguruan tinggi asing karena Unesa memiliki keunggulan dan ciri khas sebagai Universitas yang berbentuk LPTK (Lembaga Pendidikan dan Tenaga kependidikan) yang sejak dulu ada saat masih bernama IKIP Surabaya. “Ciri khas tersebut menjadikan Unesa sebagai perguruan Tinggi yang memiliki pangsa pasarnya sendiri. Begitu juga Perguruan Tinggi Asing yang akan beroperasi di Indonesia, mereka memiliki pangsa pasarnya sendiri yang tentu saja berbeda dengan Unesa,” terang Haris. Sementara itu, Thomas, salah seorang dosen FISH mengatakan bahwa Unesa perlu menjalankan beberapa dasar yang sudah dilakukan ITS dan Unair, terutama dalam upaya meningkatkan penggunaan bahasa Inggris. Menurut Thomas, tahun 2020 Indonesia akan menjadi negara dengan tingkat pelulusan wisuda terbanyak nomer 5 di dunia dan no 1 di Asia. Saat itu, Indonesia akan surplus kelulusan sarjananya. Namun, apakah kelulusan tersebut diimbangi dengan kualitas sumber daya? “Itu yang perlu ditingkatkan oleh Indonesia,” jelasnya. Bambang, dosen di prodi Geografi menanggapi wacana tersebut dengan mengatakan bahwa saat ini Indonesia berada dalam posisi hanya bisa menerima karena tidak bertentangan dengan undang-undang. Yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan sumber dayanya. Selain itu, regulasi mengenai PT Asing juga harus jelas. Selain itu, mata kuliah yang masih menerapkan atau membawa materimateri kebangsaan Indonesia harus tetap dipertahankan. Sadewo, dosen pengampu di prodi Sosiologi ini mengatakan bahwa dengan adanya wacana tersebut universitas di Indonesia harus berani melakukan inovasi. Perguruan tinggi dalam negeri harus berani melakukan perbaikan. “Terkadang, mereka sering merasa terlalu nyaman karena sudah merasa banyak lulusannya,” paparnya. n (SIR/NEA/MED/TAR)
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
9
LAPORAN
UTAMA
RAGAM TANGGAPAN SIVITAS AKADEMIKA UNESA WACANA PEMBUKAAN CABANG UNIVERSITAS LUAR NEGERI DI INDONESIA MENUAI PRO DAN KONTRA. SEBAGAI NEGARA BERKEMBANG, INDONESIA TENTUNYA INGIN MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI KERJA SAMA DENGAN PIHAK LUAR NEGERI YANG MEMILIKI KUALITAS PENDIDIKAN LEBIH MAJU. BERIKUT TANGGAPAN SIVITAS AKADEMIKA UNESA, YANG BERHASIL DIWAWANCARAI TIM REPORTER MAJALAH UNESA.
Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd, M.T, Wakil Rektor II Unesa
PT Asing Harus Bereputasi Kelas Dunia Drs. Tri Wrahatnolo,M.Pd, M.T, Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan mengatakan bahwa pembukaan cabang PT Luar Negeri di Indonesia berdampak negatif dan positif. Dampak positifnya, devisa negara akan meningkat dengan masuknya PT Luar negeri. Selain itu, terjadi transfer Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang lebih intens dari universitas luar negeri yang membuka cabang di Indonesia. Dengan nilai plus minus itu, tentu harus mengikuti regulasi yang ada dan tidak semata-mata memasukkan perguruan luar negeri di Indonesia. Tetapi, harus ada pertimbangan sehingga dampaknya dapat bermanfaat. Jika nanti, perguruan tinggi luar negeri membuka cabang di Indonesia harus memiliki kualitas lebih dibandingkan dengan universitas maju di Indonesia. Hal itu, dapat dilihat dari reputasi perguruan tinggi, reputasi penelitian, proses pembelajaran, kiprah lulusan, dan penghargaan nobel. “Perguruan tinggi luar negeri yang ingin membuka cabang di Indonesia jangan sampai standarnya di bawah universitas maju di Indonesia. Tetapi, harus memiliki keunggulan lebih dan reputasi prestasi yang jauh lebih maju,” ujar Tri. n (WHY/TONI)
10
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt, Wakil Rektor Bidang Perencanaan & Kerja Sama
PTN di Indonesia Perlu Berkolaborasi Tingkatkan Mutu
Wakil Rektor Bidang Perencanaan & Kerja Sama, Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt., menanggapi wacana tersebut dengan santai. Jika wacana tersebut terjadi dan terealisasi, di Indonesia harus ada ikatan kolaborasi dengan perguruan tinggi negeri di Indonesia sehingga terdapat sinergi dalam upaya pengembangan ilmu pendidikan. Djojok menambahkan, tidak serta merta pihak luar negeri langsung membangun cabang di Indonesia. Tentunya, harus mengikuti prosedur yang berlaku. Unesa akan siap mencetak penerus bangsa yang berkualitas jika ada kolaborasi antara perguruan tinggi luar negeri untuk mengembangkan ilmu di bangsa ini. Djodjok mengatakan, untuk merambah dunia pendidikan luar negeri memang sulit. Mengingat kualitas pendidikan di Indonesia belum merata. Pendidikan di Indonesia hanya condong pemahaman materi. Hanya sebagian yang hanya menghasilkan produk dan memanfaatkannya. Sedangkan pendidikan luar negeri memiliki skop internasional yang lebih memanfatkan hasil produk dalam pendidikan. Djodjok berharap mutu pendidikan Unesa harus terus dikembangkan. Tidak hanya pemahaman teori melainkan menciptakan produk. Serta dapat memanfaatkan produk tersebut untuk kehidupan masyarakat luas. n (WHY/TONY)
Prof. Dr. Subandi, S.Pd., M.A, Wadek Bidang Akademik FBS
Yakin Kehadiran Perguruan Tinggi Asing Beri Kontribusi Positif
Wacana universitas asing yang akan beroperasi di Indonesia menuai pro dan kontra. Ada yang khawatir dapat mematikan universitas dalam negeri. Sebaliknya, ada yang optimis semakin memacu universitas dalam negeri untuk berbenah. Menanggapi hal itu, Prof. Dr. Subandi, S.Pd, M.A, wadek bidang akademik FBS mengatakan wajar pro dan kontra itu ada. Namun, yang perlu dilakukan adalah
menyiapkan dan mengondisikan agar tidak selamanya berada di posisi bawah. “Seandainya wacana itu direalisasikan, kita dapat mengambil sisi positifnya. Jika mahasiswa ingin belajar di universitas asing di luar negeri tentu akan membutuhkan biaya besar, tetapi jika universitas asing tersebut ada di Indonesia dengan kualitas yang hampir lebih sama maka pembiayaan akan jauh lebih murah. Sisi negatifnya, manakala universitas di Indonesia tidak siap bersaing dengan universitas asing maka ada kemungkinan bukan hanya PTS , bahkan mungkin PTN pun bisa dilibas oleh kedatangan universitas asing tersebut,� paparnya. Guru besar bahasa Jepang itu optimis kehadiran perguruan asing tersebut dapat memberikan kontribusi positif terutama untuk peningkatan kualitas bagi perguruan tinggi di Indonesia. Oleh karena itu, tidak perlu terlalu protect terhadap hal-hal yang berbau asing selama hal tersebut positif. “Tidak selama yang berbau asing itu negatif, karena teknologi juga tidak dapat dipungkiri sebagian besar berasal dari luar. Ini sebagai realitas yang harusnya dijadikan sebagai acuan berpikir kita,“ tandas Prof. Dr. Subandi, S.Pd., M.A. n (HASNA)
Majalah Unesa
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
11
LAPORAN
UTAMA
Dra.Pratiwi Retnaningdyah, M.Hum, M.A., Ph.D, Kajur Bahasa dan Sastra Inggris
Unesa Harus Terus Bergerak Tingkatkan Mutu
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohammad Nasir mewacanakan kebijakan yang membolehkan Perguruan Tinggi Asing beroperasi di Indonesia. Kebijakan tersebut menuai berbagai tanggapan pro maupun kontra dari berbagai pihak. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya, Dra. Pratiwi Retnaningdyah, M.Hum., M.A., Ph.D. mengatakan, kebijakan tersebut menimbulkan polemik. Pasalnya, dengan kebijakan tersebut bukan hanya berarti import universitas asing, tetapi juga impor dosen dari luar negeri. Mengingat, MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) telah diberlakukan, maka hal semacam itu bisa saja terjadi. Menghadapi hal itu, Unesa sebenarnya sudah memiliki banyak dosen muda yang sangat potensial. Selain itu, tidak sedikit program studi Unesa yang telah mendapatkan akreditasi A. Hanya saja kendala yang dihadapi adalah kurang memiliki rasa percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki. Unesa terlihat seperti seorang individu yang rendah hati, bahkan cenderung rendah diri. “Ada sebuah perasaan dalam diri seakan kita adalah orang second class,” ungkap Tiwik. Perempuan yang kerap disapa Maam Tiwik menambahkan akreditasi A yang telah didapatkan Unesa pada Desember 2017 layak menjadi kebanggaan sebagai langkah awal mempersiapkan diri bersaing dengan Perguruan Tinggi lain. Unesa juga perlu meningkatkan kualitas dengan cara update ilmu dengan mengadakan forum akademik secara rutin agar suasana akademik Unesa semakin kondusif. “Hadir atau tidaknya Perguruan Tinggi Asing , Unesa tetap harus bergerak. Motivasi yang ada untuk berubah haruslah berasal dari dalam diri kita sendiri, baik pimpinan, para dosen dan seluruh Sivitas Akademika Unesa,” tandasnya. n (ROYYAN)
12
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
Dr. Waspodo, Dosen FE
PTN Indonesia Perlu Tingkatkan Kualitas dan Siap Bersaing Dr. Waspodo Tjipto Subroto, M.Pd mengatakan setuju dengan beroperasinya Perguruan Tinggi Asing ternama di Indonesia. Sebab, selain akan ada transfer ilmu, mahasiswa yang hendak berkuliah ke luar negeri, tidak perlu jauh-jauh sehingga menghemat biaya. “Tapi, kalau membuka cabang di Indonesia tentu dengan standar tinggi mulai dari kurikulum, sumber daya manusia dosen, dan kualitas harus berstandar internasional,” paparnya. Keberadaan PT Asing sangat menguntungkan bagi generasi muda Indonesia yang memiliki potensi melanjutkan kuliah di perguruan tinggi ternama di dunia. Biaya yang dikeluarkan mungkin bisa lebih ekonomis dibandingkan jika harus kuliah ke luar negeri. Waspodo menambahkan, tantangan bagi PTN Indonesia adalah harus berani bersaing dengan cara meningkatkan kualitasnya. Sebab, persaingan tidak bisa dihindari. “Mau tidak mau harus meningkatkan daya saing, terutama dalam penguasaan IPTEK,” jelasnya. n (SH)
Drs. Benny Herawanto M.Psi, Dosen Bahasa Jerman
Lebih Baik PTN Dalam Negeri Ditingkatkan Mutunya Benny Herawanto, dosen bahasa Jerman mengatakan bahwa wacana PT luar negeri yang akan buka di Indonesia dapat menguntungkan jika dilihat dari sisi positifnya. Sebab, akan terjadi transfer ilmu lintas disiplin dan lintas sektoral tentang keilmuan. Hanya saja, kalau institusi saja yang diuntungkan, lebih baik PTN dalam negeri yang ditingkatkan mutunya. Menurut Benny, PTN dalam negeri perlu ditingkatkan mutunya agar dapat bersaing dengan PTN luar negeri. Kerja sama yang dapat dilakukan untuk meningkatkan lulusan PTN dalam negeri dapat dengan cara perekrutan lulusan sebagai tenaga kerja, melakukan pelatihan atau magang di perusahaan terkait. “Dengan kerja sama tersebut dapat mencetak lulusan yang unggul dan bersaing untuk masa mendatang,” paparnya. n (MC)
Majalah Unesa
KABAR PRESTASI
PENGALAMAN ANGRAINI SULISTYA, MAHASISWA FMIPA MENGIKUTI YOUTH FOR MOVEMENT 2018
SENANG BISA BERKONTRIBUSI UNTUK ANAK-ANAK INDONESIA DI MALAYSIA Majalah Unesa
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
13
KABAR
PRESTASI
DITA ANGGRAINI SULISTYA, MAHASISWI ANGKATAN 2015, PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA, JURUSAN MATEMATIKA, FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNESA BERHASIL MENJADI DELEGASI DALAM AJANG YOUTH FOR MOVEMENT 2018. PEREMPUAN KELAHIRAN 2 MEI 1997 ITU BERKESEMPATAN BERKUNJUNG KE 3 NEGARA ASEAN YAKNI MALAYSIA, SINGAPURA, DAN THAILAND.
D
ita Anggraini Sulistya yang biasa dipanggil Dita, mengatakan awal mengetahui informasi even Youth for Movement 2018 dari temannya yang kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB). Sebelumnya, ia pernah menjumpai even Indonesian Creative Leadership and Camp (ICLC) Tahun 2017. Dalam even tersebut, ada kompetisi di antaranya Final LKTIN dan LKMM-TN di Politeknik Negeri Sriwijaya (Polsri) Palembang, Sumatera Selatan. Even tersebut, menginspirasi Dita untuk mengikuti even Youth For Movement 2018. YFM 2018 merupakan persembahan dari beasiswa aktivis Nusantara Bakti Nusa (NBN) Regional Bogor IPB dengan mengangkat tema “Melihat dari luar, Membangun Cita untuk Merawat Indonesia.” Acara yang berlangsung sejak 23 sampai 28 Januari 2018 lalu itu diawali dengan mengunjungi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia, kunjungan ke sekolah WNI di Klang, Selangor Malaysia. Selanjutnya, menghadiri Konferensi Teknologi Agriculture di Universitas Negeri Singapura (NUS). “Terakhir, kegiatan kunjungan di Thailand dengan mengunjungi Muslim Center di Hatyai, Floating Market, dan Pasar Asean,” kata Dita. Menriknya, Dita merupakan satu-satunya warga asli Surabaya yang berhasil lolos delegasi pada ajang tersebut. Menurut Dita, ada beberapa tahapan dalam proses seleksi YFM 2018 yaitu seleksi pemberkasan, penulisan esai, dan interview. Setelah lolos tahapan tersebut, Dita melaksanakan project bersama para delegasi Youth For Movement pada bidang sosial, budaya, serta pendidikan ke-3 Negara Asean.
14
Mahasiswa S1 Matematika angkatan 2015 itu menceritakan selama perjalanan melakukan project di 3 Negara Asean tersebut. Ia mengaku sangat tersentuh ketika mengajar di sekolah Indonesia luar Negeri (SILN) Klang Malaysia. Kondisi sekolah tersebut sangat memperihatinkan. Selain lokasinya terletak di bawah apartemen sederhana dengan fasilitas yang sangat minim, para siswa merupakan anak-anak Indonesia yang mengalami masalah berkas kewarganegaraan. Tidak sedikit, para siswa yang identitasnya tidak tercantum di pemerintahan Indonesia. “Karena, kendala biaya mereka kesulitan mengurus administrasi ke Kedubes RI,” terang Dita. Akibat masalah dokumen kewarganegaraan itu, para siswa sangat dibatasi dalam mengakses perjalanan ke luar negeri karena tidak memiliki paspor sebagai identitas seseorang di negara lain. Selain itu masalah fasilitas sekolah juga mengalami keterbatasan. Para siswa sangat membutuhkan buku sebagai penunjang kesuksesan mereka. Minimnya bantuan yang datang, termasuk dari Pemerintrarh RI karena permasalahan berkas kewarganegaraan tersebut, sehingga di sana hanya tersedia buku seadanya. Salah satu tugas dari para delegasi Youth for Movement adalah menyalurkan bantuan. Salah satunya, penyaluran buku kepada para siswa di sekolah klang Malaysia. Menurut Dita, mereka terlihat senang, gembira dan bahagia dalam menyambut kedatangan kami. “Sebagai volunteer kami bercita-cita ingin memajukan anak-anak yang berdarah Indonesia itu,” papar Dita.
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
Majalah Unesa
Dita yang lahir pada 2 Mei 1997 itu mengakui bahwa pemuda harus menjadi pelopor perubahan dimanapun berada. Peran pemuda sangat penting sebagai penentu sejarah perjalanan bangsa. “Kita tidak bisa selalu melihat ke belakang karena jalan yang akan dilalui ada di depan mata. Apa dan bagaimana kontribusi yang kita berikan untuk masa depan? Lihatlah Indonesia dari luar, bangunglah cita, dan rawatlah Indonesia. Berjuanglah pemuda Indonesia,” pesan Dita antusias.n (SH)
BIODATA SINGKAT NAMA
Dita Anggraini Sulistya
PRODI /ANGKATAN S1 Matematika 2015 JURUSAN
Matematika
FAKULTAS FMIPA ASAL Surabaya HOBBY Membaca, Menulis, Berhitung MOTTO
If You Change, Change for the better
ORGANISASI
Pengurus Departemen Bisnis dan Kemitraan BEM FMIPA 2018
PRESTASI 1. Finalis paper LKTIN 2017 held by Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang Sumsel 2. Representative UNESA pada event ICLC (Indonesian Creative Leadership and Camp) 2017 held by Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang Sumsel 3. Finalis LKTIN 2017 held by FIP UNESA 4. Delegation of Youth for Movements Indonesia ke-3 negara ASEAN (Singapore, Malaysia, Thailand) held by beasiswa aktivis nusantara regional Bogor IPB 5. Succesful participant of arkavidia competition held by ITB 2018
KABAR MANCA
Berfoto di Yellow Crane Tower bersama Rokhis.
PENGALAMAN BELAJAR SETAHUN DI TIONGKOK
BELAJAR, BERWISATA, BERSAHABAT LINTAS NEGARA MERRY PRASETYANING U.W, MAHASISWI JURUSAN BAHASA DAN SASTRA MANDARIN 2014 UNESA MENDAPAT KESEMPATAN BELAJAR SELAMA SATU TAHUN DI TIONGKOK MELALUI LEMBAGA MITRA UNESA, CONFUCIUS INSTITUTE SURABAYA. BERSAMA TEMAN SEANGKATAN, SEKITAR BULAN APRIL 2017 MERRY BELAJAR DI CENTRAL CHINA NORMAL UNIVERSITY (CCNU) TIONGKOK. SEPERTI APA PENGALAMANNYA?
Majalah Unesa
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
15
KABAR
MANCA
M
endapat kesempatan belajar di luar negeri tentu impian banyak orang, termasuk Merry. Ia merupakan satu di antara 10 mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Mandarin Unesa yang beruntung mendapat jatah belajar selama satu semester di CCNU Tiongkok. Meski CCNU sudah sangat terkenal memiliki banyak mahasiswa asing asal Indonesia, namun hal itu bukan menjadi persoalan bagi Merry. Baginya, yang terpenting adalah belajar dengan sungguh-sungguh, pasti hasil yang didapat baik. 4 September 2017 dini hari, Merrry dan rombongan tiba di Tianhe International Airport, Wuhan. Rombongan disambut Mas Farhan, salah satu alumni Jurusan Bahasa dan Sastra Mandarin Unesa yang saat ini sedang melanjutkan studi Master of Teaching Chinese to Speakers of Other Language (MTCSOL) di CCNU. “Mas Farhan inilah yang membantu kami mengurus pendaftaran asrama dan mengenalkan dengan lingkungan sekitar kampus,” papar Merry. Di CCNU, Merry ditempatkan di kelas Zhongji 2. Di kelas tersebut, hanya ada 3 orang asal Indonesia, termasuk Merry. Di kelas itu, Merry mulai “dipaksa” untuk selalu berbahasa Mandarin baik berbicara dengan dosen maupun ketika bergurau dengan teman sekelas. Kelas Zhongji 2, boleh dibilang kelas miniatur dunia. Di kelas itu, terdapat berbagai siswa dari belahan bumi. Ada yang dari Turki, Azerbaijan, Korea Selatan dan negara-negara lain. KARNAVAL BUDAYA & ALAT MUSIK TRADISIONAL Saat acara pembukaan Yundonghui, yang merupakan pesta olahraga tingkat universitas, Merry terkesima dengan karnaval budaya yang disajikan. Semua mahasiswa asing diharuskan mengenakan pakaian adat dari masing-masing negara, kemudian bersama-sama berjalan menuju lapangan olahraga kampus CCNU. Memang, belajar bahasa asing tidak akan lengkap jika tidak belajar budayanya. Ada salah satu alat musik yang sangat ingin dipelajari Merry. Alat musik itu adalah Hulusi, sebuah alat musik tradisional asal Tiongkok. Sebagai wujud keseriusannya, Merry mendaftarkan diri di komunitas Hulusi, yang seluruh anggotanya adalah mahasiswa CCNU. Di komunitas tersebut, hanya ada 2 mahasiswa asing yakni Merry dan Maudy. Hulusi adalah salah satu alat musik yang tergolong sulit dimainkan. Meski demikian, Merry berkeyakinan dengan belajar bersungguh-sungguh, ia yakin dapat memainkan alat musik tiup tersebut. Setidaknya, ia dapat membawakan tiga lagu ketika kembali ke Indonesia nanti. Merry pun rajin berlatih setiap Kamis malam. Tidak hanya mempelajari budaya di negeri orang, Merry juga memperkenalkan budaya Indonesia bersama temanteman Perhimpunan Pelajar Indonesia Tiongkok (PPIT) yang berada di kota Wuhan. Ia bergabung dalam sebuah kelompok tari, Rampak Nusantara. Sekali penampilan, mereka membawakan beberapa tari tradisional Indonesia seperti Tari Saman, Tari Payung, Tari Lenggang Nyai, Tari
16
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
Shared bicycle yang siap dipakai.
Jaipong, Tari Karonsih, Tari Variasi Gaba, Tari Kipas, dan Tari Papua. “Tidak semua dari kami bisa menari, namun keinginan untuk mengenalkan budaya Indonesia di kancah luar negeri membuat kita rajin berlatih. Kami mendapat kesempatan menari di festival budaya Wuhan University dan acara menyambut tahun baru di Hubei University of Science and Technology (HUST). Di dalam hidup saya, festival budaya Wuhan University adalah panggung pertama saya untuk tampil menari. Dengan menampilkan tarian asal Indonesia, saya semakin mencintai budaya Indonesia,” ungkapnya. TERPUKAU TRANSPORTASI UMUM DI WUHAN Sejak kali pertama tiba di Tiongkok, Merry sudah jatuh cinta dengan kemudahan transportasi umum di kota Wuhan. Hanya dengan 1 yuan (sekitar Rp.2000), penumpang dapat bepergian menggunakan subway yang selalu tiba setiap 2 menit sekali. Selain itu, ada pula bus kota yang memiliki banyak jalur berbeda. Tarifnya pun sama dengan subway. Namun jika membeli Wuhan Card akan jauh lebih murah. “Saya memutuskan membeli Wuhan Card. Selain digunakan untuk membayar transportasi umum, kartu tersebut juga bisa digunakan untuk membeli jajanan di vinding machine,” terangnya. Penemuan besar Tiongkok adalah Kereta Cepat. Jika menggunakan kereta biasa, perjalanan dari Wuhan menuju Beijing membutuhkan waktu 11 hingga 15 jam, sedangkan menggunakan kereta cepat hanya
Majalah Unesa
KABAR MANCA
Berfoto bersama kawan-kawan di depan East Lake.
membutuhkan waktu 4 hingga 5 jam. Selama kurang lebih 5 bulan berada di Tiongkok, Merry belum pernah menggunakan transportasi itu. Selain harga tiket yang cukup mahal, ia juga tidak pernah bepergian terlalu jauh. Selain kemudahan transportasi, Wuhan juga menyediakan aplikasi Alipay untuk membayar sehingga tak perlu lagi membawa uang tunai saat pergi berbelanja atau sekedar hang out. Aplikasi tersebut tersambung dengan akun bank milik kita sehingga setelah membayar, uang yang berada di dalam akun bank akan otomatis terpotong. “Hal ini memberi kenyamanan tersendiri bagi saya yang tidak suka membawa dompet ketika pergi keluar,” ungkapnya. Dengan aplikasi Alipay, pengunjung juga dapat memanfaatkan sepeda umum yang berjajar di pinggir jalan. Cukup dengan memindai barcode yang tertera di sepeda, pengunjung dapat menggunakan sepeda tersebut sesuka hati. “Harganya juga sangat terjangkau,” cerita Merry. Selain aplikasi Alipay, ada lagi yang spesial di Tiongkok, yakni Taobao. Aplikasi belanja online asal negeri panda ini menjadi referensi utama bagi para mahasiswa yang hendak berbelanja namun masih merasa kesulitan berbicara Mandarin. Atau, mahasiswa yang malas pergi ke pasar dan harus melakukan tawar menawar. “Kita dapat membeli apapun di Taobao, mulai baju, sepatu, pernak pernik khas Tiongkok, kebutuhan sehari-hari, snack, novel, hingga bibit tanaman,” paparnya. Hanya saja, pengunjung jangan mudah tergiur dengan harga barang yang terlalu murah dan tidak wajar. Sebab, bisa saja akan mendapatkan barang dengan kualitas buruk atau jika bernasib sial, bisa ditipu.
PATUNG KEPALA MAO ZEDONG BERUKURAN RAKSASA Liburan tahun baru 2018, Merry berlibur ke kota Changsha, ibukota Provinsi Hunan. Ditemani seorang teman asal Tiongkok, Deng Xuewen, Merry pergi berlibur ke Orange Island Park, sebuah pulau kecil di tengah sungai Xiangjiang. Di sana, terdapat ribuan pohon jeruk sehingga dinamakan Orange Island Park. Pulau kecil itu merupakan tempat Mao Zedong, pendiri Republik Rakyat Tiongkok (RRT) menghabiskan masa kecilnya. Tak heran, di tengah pulau itu terdapat patung kepala Mao Zedong berukuran raksasa. Patung tersebut nampak megah di antara hijaunya pemandangan. Selain ribuan pohon jeruk dan patung kepala Mao Zedong berukuran raksasa, pulau itu juga memiliki pantai yaitu The Orange Isle Beach Park. Pengunjung bisa berjalan kaki maupun menggunakan kereta wisata untuk berkeliling pulau itu. Di Kota Wuhan, ada beberapa tempat wisata yang bisa dikunjungi. Pertama, Yellow Crane Tower, yakni menara bangau kuning yang berada di tepi sungai Yangtze. Kedua, East Lake merupakan danau yang sangat luas dan memiliki beberapa pintu masuk. Ketiga, Hubuxiang merupakan pusat jajanan dengan berbagai macam menu daging panggang seperti ayam panggang, usus bebek panggang, hingga olahan lobster. Bagi orang muslim, jangan sampai salah membeli daging babi panggang. Keempat, Jembatan Sungai Yangtze, jembatan megah yang berdiri di atas sungai terpanjang di Tiongkok. Kelima, Tanhualin merupakan jalanan berkonsep bangunan kuno yang juga terdapat jajanan. Keenam, Optic Valley, Hanjie, dan Jianghanlu merupakan pusat perbelanjaan di kota Wuhan, sekaligus tempat nongkrong para remaja. n (MER)
Majalah Unesa
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
17
LENSA
UNESA
FBS Raih NUDC 2018
Tingkat Universitas
D
ebat Bahasa Inggris atau yang dikenal National University Debating Championship (NUDC) 2018 Unesa berlangsung seru di Auditorium LP3M, Kamis (15/3). Kegiatan ini diikuti delapan tim, satu timnya terdiri atas 2 orang. Para peserta berasal dari FIP, FBS, FIO, FE, FISH, FT, FMIPA, dan Swing Team. Pelaksanaan lomba dibagi menjadi dua grup masing-masing terdiri atas 4 tim. Tim yang lolos pada fase grup akan melaju ke tahap final. Saat pembukaan, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Ketut Prasetyo, M.S., berharap kegiatan dapat berlangsung dengan baik dan peserta yang mengikuti perlombaan menjunjung tinggi profesionalitas, sehingga dapat melahirkan juara yang berkompeten. Hasil seleksi NUDC tingkat Universitas meloloskan 4 tim yakni FIP, FBS, FMIPA, dan FE. Keempat tim ini bersaing memperoleh gelar juara. Akhirnya tim FBS mampu mengalahkan tim lainnya serta meraih gelar juara NUDC 2018 tingkat universitas. Selamat atas wakil FBS, Alfia Sari dan Diyah Ayu. n (WHY/TONI)
18
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
Baru, Kompetisi Debat Bahasa Indonesia Tingkat Universitas
K
ali pertama Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia tingkat universitas dilaksanakan di Unesa. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FBS, Dr. Syamsul Sodiq mengungkapkan bahwa debat kali ini memang ajang pertama kalinya di Unesa. Acara berlangsung meriah. Masing-masing tim beradu argumen untuk dapat nilai tertinggi dari dewan juri. Setelah tahap Pra-Eliminasi I dan II selesai, tim yang berhak melaju ke tahap semi-final adalah FISH, FE, FT, dan FBS. Sebagai juaranya adalah FT pertama, disusul FBS kedua, dan juara ketiga FISH. n (WHY/TONY)
Majalah Unesa
LENSA UNESA
Pilmapres 2018
P
LAHIRKAN JUARA BARU
emilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) 2018 tingkat universitas digelar, Selasa (20/03), di lantai 10 Gedung Pendidikan Unesa. Dari hasil penjurian untuk program sarjana, juara satu diraih oleh Dela Andika Tri Pamungkas dari FIO, juara kedua Galuh Gita I. dari FISH, dan juara tiga diraih oleh Wahyuningsari dari FE. Juara program diploma diraih oleh Elizha Ertin dari FISH dan Nindya Citra Utami dari FE. Yang berhak melaju ke tahap nasional adalah Dela Andika Tri Pamungkas dari FIO. n (WHY)
DUA FAKULTAS BARU SEGERA TEREALISASI
D
dua fakultas baru di di Unesa, Fakultas Ilmu Kesejahteraan Keluarga dan Fakultas Seni dan Desain segera terealisasi. Kamis (22/3) tim visitasi dari Kemenrsitekdikti mulai mengevaluasi proposal pembentukan fakultas baru tersebut. Hadir dalam kesempatan tersebut Kepala Bagian Organisasi Hukum dan Organisasi Kemenristekdikti, Dra. Salhefni untuk melihat langsung persiapan Unesa terkait SDM, fasilitas, tata kelola, dan lain-lain. n (WHY/TONY)
PENUTUPAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER
M
inggu (4/3), Pelatihan pendidikan karakter dan wawasan kebangsaan mahasiswa Bidikmisi dan Afirmasi Unesa yang terpusat di Puslatpasrat Kodikmar AL, resmi ditutup. Selamat dan sukses untuk para peserta dan panitia. n (WHY/TONY)
Majalah Unesa
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
19
KOLOM REKTOR
Bagaimanapun juga orientasi perguruan tinggi asing yang akan hadir di Indonesia adalah keuntungan (profit). Mereka tentu akan membidik segmen pasar kelas menengah ke atas, dan menawarkan program studi yang menjanjikan lulusannya dapat memperoleh gaji yang tinggi. Prof. Dr. Warsono, M.S.
P
emerintah telah mengambil kebijakan mengizinkan perguruan tinggi asing membuka cabang di Indonesia. Kehadiran perguruan tinggi asing, telah menimbulkan pro dan kontra. Ada yang menyatakan bahwa kehadiran perguruan tinggi asing dapat mengancam keberadaan perguruan tinggi di dalam negeri, karena akan menyedot calon mahasiswa yang selama ini kuliah di berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta. Di sisi lain, ada yang menyatakan bahwa kehadiran perguruan tinggi asing di Indonesia dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, karena mereka memiliki sumber daya yang kompeten. Ada juga yang menyatakan bahwa kehadiran perguruan tinggi asing dapat mengurangi devisa yang mengalir ke luar negeri, sebab orang tidak harus melanjutkan studi ke luar negeri. Mereka yang ingin studi di perguruan tinggi luar negeri bisa kuliah di dalam negeri. Bagi Unesa, kehadiran perguruan tinggi asing bukanlah ancaman, sebab segmen pasarnya berbeda. Unesa merupakan perguruan tinggi yang fokus utamanya adalah menghasilkan tenaga pendidik. Meskipun Unesa juga memiliki program studi nonkependidikan, sebagian besar prodi di Unesa adalah
kependidikan, termasuk program studi di pascasarjana. Di samping itu, sebagian besar mahasiswa Unesa berasal dari kalangan menengah ke bawah. Data menunjukkan bahwa yang ingin menjadi guru sebagian
PT ASING
meningkatkan mutu dan pelayanan. Sampai saat ini, mutu perguruan tinggi dalam negeri masih berada di bawah perguruan tinggi luar negeri. Di wilayah Asean saja, perguruan tinggi Indonesia masih berada di bawah perguruan tinggi di Singapura, Malaysia, dan Thailand dalam ranking dunia. Perguruan tinggi di dalam negeri yang termasuk dalam 500 ranking dunia masih dapat dihitung dengan jari. Baru perguruan tinggi “besar�yang masuk 500 ranking dunia, di antaranya ITB, UI, UGM, dan IPB. Padahal, jika dilihat dari potensi, bangsa Indonesia tidak termasuk bangsa yang “bodoh�. Banyak orang Indonesia yang mampu menjadi pemimpin dunia, bahkan juga menjadi ilmuwan yang diakui dunia. Sebut saja B. J Habibie yang diakui dunia dalam bidang industri pesawat terbang. Belakangan muncul Dr. Warsito penemu dan pengembang teknologi pemindai atau Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT), Choirul Anwar pria kelahiran Kediri jawa Timur tahun 1978 yang mengambil master dan doktor di Nara Institut of Science and Technology Amerika adalah penemu dan pemegang hak paten teknologi 4G berbasis Orthogonal Frequency Devision (OFD, Yogy Achmad Erlangga yang mengambil S3 di Deft Belanda adalah ahli Matematika yang berhasil memecahkan rumus Hemlholtz, Mulyoto Pangestu mahasiswa Indonesia yang mengambil gelar
BUKAN ANCAMAN BAGI UNESA
20
| Nomor: 115 Tahun XIV - Maret 2018 |
besar berasal dari daerah pedesaan, atau dari keluarga guru. Bagaimanapun juga orientasi perguruan tinggi asing yang akan hadir di Indonesia adalah keuntungan (profit). Mereka tentu akan membidik segmen pasar kelas menengah ke atas, dan menawarkan program studi yang menjanjikan lulusannya dapat memperoleh gaji yang tinggi. Perguruan tinggi asing tidak akan tertarik membuka program studi kependidikan, karena dianggap tidak menguntungkan. Pada umumnya, masyarakat kalangan menengah ke atas, tidak tertarik pada program studi kependidikan, karena tidak menjanjikan gaji yang tinggi. Oleh karena itu, kehadiran perguruan tinggi asing tidak akan menjadi pesaing dan ancaman bagi Unesa. Justru kehadiran perguruan tinggi asing dapat dijadikan model dalam
Majalah Unesa
KOLOM REKTOR Ph.D di Monash University berhasil menemukan teknik pengeringan serta penyimpanan sperma dalam ruangan bertemperatur kamar yang sangat berguna bagi para ilmuwan dan dokter di negara-negara berkembang yang kurang biaya untuk pengadaan alat pendingin. Dan, masih banyak yang lainnya. Bahkan, mereka yang kuliah di perguruan tinggi kelas dunia juga dapat memeroleh predikat cumlaude. Lalu, apa yang membedakan antara perguruan tinggi luar negeri dengan perguruan tinggi dalam negeri? Bedanya, mereka yang lulus dari perguruan tinggi luar negeri memiliki kemampuan berpikir yang lebih sistemik dan ilmiah. Kemampuan berpikir yang seperti ini belum menjadi budaya bagi Unesa. Kemampuan berpikir ilmiah, dan lingkungan yang kondusif dalam kebebasan berpikir, serta dukungan laboratorium, memungkinkan potensi pemikiran berkembang dengan baik. Kebiasaan membaca, menulis, berdiskusi dan mempresentasikan gagasan belum menjadi bagian budaya Unesa. Budaya literasi dan budaya mutu masih harus dibangun dan dikembangkan di Unesa. Pengalaman dalam kunjungan dan dialog dengan perguruan tinggi di luar negeri, menunjukkan bahwa mereka sudah memiliki standar mutu dan prosedur operasional standar jelas, serta didukung teknologi yang tinggi. Perguruan tinggi yang masuk dalam ranking seratus ke bawah dunia, memiliki sistem penjaminan mutu dan capaian pembelajaran yang jelas dan terukur. Kebiasaan membuat perencanaan yang terarah, programprogram yang kongkrit dan capaian pembelajaran yang jelas dan visioner belum dimiliki Unesa. UNESA PERLU BERUBAH DALAM SEGALA HAL Meskipun Unesa telah memperoleh kreditasi A untuk perguruan tinggi, dan hampir 45% prodinya terakreditasi A, masih belum menduduki peringkat dunia. Peringkat Unesa masih berada di atas 700 ranking perguruan tinggi dunia. Unesa masih harus banyak belajar dari perguruan tinggi yang masuk peringkat kelas dunia, terutama dari segi penjaminan mutu dan pelayanan. Unesa harus berubah
dalam hal pembelajaran, budaya mutu, dan kurikulum. Kita harus sadar bahwa perubahan merupakan suatu keniscayaan. Perubahan tersebut semakin cepat dan menyeluruh di semua aspek kehidupan, termasuk dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, Unesa baik dari segi manajemen, kurikulum, proses belajar mengajar, paradigma berpikir para dosen dan tenaga kependidikannya harus berubah. Unesa harus memiliki suatu rencana strategis (renstra) yang sesuai kebutuhan ke depan sejalan dengan perubahan yang sangat cepat. Dalam renstra tersebut, Unesa harus bisa memposisikan diri dalam konteks pembangunan nasional. Jika selama ini Unesa berperan menghasilkan tenaga guru, maka profil guru seperti apa yang dibutuhkan di masa depan, tentu berbeda dengan yang ada saat ini. Sebagaimana peringatan Muchlas Samani, Rektor Unesa ke-9 bahwa sebagian besar pekerjaan guru bisa digantikan oleh google. Memasuki era perubahan industri 4.0 dan digitalisasi, hampir semua pekerjaan yang bersifat mekanik dapat digantikan teknologi robotik. Hal itu berarti kompetensi guru yang ada dalam kurikulum saat ini mungkin tidak lagi relevan dengan kebutuhan pasar kerja, pada saat mahasiswa lulus. Guru di era digital tentu akan berbeda dengan guru saat ini. Oleh karena itu, para dosen harus melakukan perubahan dalam pembelajaran, baik dalam metode maupun materi yang diberikan. Dosen harus memiliki visi yang jauh ke depan, dalam arti bisa mengidentifikasi dan mengantisipasi kompetensi yang dibutuhkan oleh para mahasiswa ke depan. Dosen juga harus bisa mengaktualisasikan ilmunya agar mampu menjawab tantangan dan kebutuhan masa depan. Jika para dosen tidak mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, mereka hanya akan memberi suatu yang sudah usang kepada para mahasiswa. Para mahasiswa harus dilatih untuk mengemukakan pendapat dan berargumentasi melalui forum-forum diskusi. Dosen harus bisa menstimulus kemampuan berpikir secara kritis para mahasiswa. Daya kritis mahasiswa harus ditumbuhkembangkan melalui diskusi-diskusi yang dirancang oleh para dosen. Tugas dosen adalah
Majalah Unesa
membantu mahasiswa melahirkan pikiran-pikiran cerdas, dengan menggunakan metode “kebidanan” (meminjam istilah Plato). Untuk itu, para dosen juga harus mampu berpikir kritis dan kreatif, sehingga mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis untuk melahirkan pikiran-pikiran cerdas para mahasiswa. Perguruan tinggi di Eropa dan Amerika memiliki tradisi kebebasan berpikir yang diwariskan oleh para filsuf Yunani. Tradisi tersebut mampu melahirkan ilmuwan-ilmuwan yang menghasilan temuan yang spektakuler dalam bidang ilmu dan teknologi, seperti Newton, Einstein, Stephen Hawking seorang ahli fisika yang baru meninggal tanggal 14 Maret 2018. Tradisi kebebasan berpikir yang terpelihara di perguruan tinggi di negara-negara “Barat” juga telah membantu orang-orang Indonesia menjadi ilmuwan-ilmuwan yang dikenal di dunia, seperti B.J Habibie, Warsito, Choirul Anwar, Yogy Achmad Erlangga, dan Mulyoto. Tampaknya, hal yang dapat dicontoh dari perguruan tinggi asing, selain aspek menajemen, kurikulum dan proses pembelajaran adalah tradisi kebebasan berpikir seperti yang diwariskan para fisuf Yunani. Kebebasan berpikir bukan hanya melahirkan banyak temuan dalam bidang ilmu dan teknologi tetapi juga melahirkan kebijaksanaan (wisdom). Tradisi itu harus dibangun dan dimulai dari para dosen, dalam bentuk kesediaan untuk berdiskusi secara terbuka disertai sikap untuk menerima kebenaran dari orang lain dan mengakui kesalahannya sendiri. Sesuai dengan prinsip dasar dalam dunia akademis, yaitu Logico-HypotheticoEmpirico. Ilmu itu dibangun dengan logika, sehingga harus logis atau dasar fakta dan data sebagai hakim kebenaran, dan tidak tidak ada kebenaran mutlak dan tunggal. Oleh karena itu, seorang akademisi tidak boleh “mendewakan” kebenaran teori atau pendapatnya sendiri. Tugas utama ilmuwan adalah membuktikan bahwa teori atau pendapatnya yang terdahulu salah dan mencari kebenaran baru (novelty). n
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
21
GURU
BESAR LIKA-LIKU PROF. TITIK TEMUKAN HASIL KARYANYA
NANOGOLD, TERINSPIRASI SUSUK EMAS WARISAN LELUHUR PERJALANAN PANJANG DAN BERLIKU DILALUI Prof. Dr. TITIK TAUFIKUROHMAH, M.Si DALAM MENITI KARIER SEBAGAI DOSEN HINGGA BERHASIL MERAIH JABATAN FUNGSIONAL SEBAGAI GURU BESAR BIDANG KIMIA ANALITIK SPESIFIKASI MATERIAL KOSMETIK. DOSEN JURUSAN KIMIA FAKULTAS MIPA ITU MENEMUKAN NANOGOLD SEBUAH KOSMETIK DENGAN TEKNOLOGI PERAWATAN KULIT TERCANGGIH YANG MENGGUNAKAN TEKNOLOGI EMAS BERUKURAN NANO (10-9M), SEHINGGA MEMUDAHKAN PROSES PENYERAPAN BAGI KULIT, AMAN MENYEHATKAN KULIT, DAN HALAL YANG MEMILIKI KHASIAT TAK JAUH BERBEDA DENGAN SUSUK EMAS.
P
rof. Dr. Titik Taufikurohmah, M.Si mengawali karier sebagai dosen Unesa (IKIP Surabaya) pada tahun 1998. Kala itu, ia sempat tersendat saat hendak masuk ke tenaga pendidik karena tidak segera melanjutkan S2. Ia pun melanjutkan S2 tahun 2000 dan lulus pada tahun 2003. Selanjutnya, tahun 2005 ia mulai aktif melakukan penelitian. “Kebetulah tahun 2008 ada penelitian dasar yang dilakukan oleh Kemenristekdikti. Itulah, awal mula saya mulai aktif di penelitian,” ujar Titik Selanjutnya, tahun 2009 sampai 2018 ia terus melakukan kegiatan penelitian yang berkaitan dengan kosmetik baik terkait bahan merkuri dan bagaimana proses pemulihan kembali dari kerusakan-kerusakan kulit akibat bahan merkuri. Dari serangkaian penelitian itu, Titik akhirnya berhasil melakukan penemuan nanogold. Titik mengatakan bahwa penelitian itu diilhami oleh warisan leluhur nenek moyang zaman dulu yang banyak menggunakan susuk emas. Ia lantas melakukan penelitian untuk memberikan penjelasan ilmiah mengenai susuk emas dalam penelitian disertasinya. Ia mengaplikasikan nanogold dalam kosmetik ini mulai tahun
22
2015 dengan membuat wirausaha kosmetik melalui kegiatan PKK UB. Dari disertasinya itu Titik menemukan bagaimana aktivitas susuk emas dalam tubuh. Setelah dikaji, ternyata tidak harus menggunakan susuk emas untuk mendapatkan khasiat dari emas untuk kosmetik. Ia lantas mengubah dulu di laboratorium sehingga menjadi nanogold, baru dimasukkan ke formulaformula kosmetik. Dari sinilah, bisa didapatkan khasiat seperti menggunakan susuk emas tanpa melalui proses memasukkan susuk emas. “Kita tinggal mengaplikasikan nanogold kosmetik saja untuk mendapatkan khasiat seperti menggunakan susuk emas,” paparnya. Sebagai dosen, Titik sangat menyadari bahwa tugas dosen selain mengajar, harus melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Ia pun sering mempublikasikan karyanya ke jurnal-jurnal. Kali pertama, ia memublikasikan ke jurnal terakreditasi untuk kenaikan
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
Majalah Unesa
pangkat. Lalu, saat kuliah S2 dan S3 ia memublikasikan ke jurnal internasional. “Sebagai dosen, harus bisa membuat artikel dan dipublikasikan ke jurnal internasional,” terangnya.
GURU BESAR 4 KEUNGGULAN NANO GOLD 1. Berfungsi sebagai antiaging yang menstimulasi pertumbuhan kolagen secara alamiah untuk memperlambat penuaan, mengencangkan kulit, mengembalikan kondisi kulit menjadi normal/seperti aslinya dan regenerasi kulit. 2. Tidak mengandung merkuri dan hidrokuinon sehingga aman dan tidak mengakibatkan rebound. 3. Kemampuan antioksidan Nano Gold 3x lebih baik dibandingkan dengan vitamin C. 4. Telah teruji dan dapat menjaga kesehatan kulit secara alami.
Inspirasi Warisan Leluhur Perempuan kelahiran Kediri itu menyampaikan bahwa pemanfaatan teknologi nanomaterial emas dalam inovasi produk kosmetika modern berdasar warisan leluhur susuk emas dilatarbelakangi bahwa produk ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat, bahkan mendekati kebutuhan pokok pangan. Terutama, bagi wanita maupun pria yang setiap hari keluar rumah untuk bekerja baik di instansi pemerintah maupun swasta. Apalagi, sekarang masih banyak masyarakat yang menjadi korban kosmetik mengandung pemutih berbahaya merkuri dan hidroquinon. Hal itu, diperparah dengan edukasi yang tidak benar dari iklan bahwa cantik itu identik putih sehingga masyarakat terpengaruh dan berlomba-lomba memiliki kulit putih tanpa memedulikan jenis kulit mereka. Titik mengklaim bahwa aktivitas nanogold sebagai antioksidan yang berfungsi meredam radikal 3-5 kali lebih kuat dibandingkan dengan Vit C sampai Vit E. Selain itu, nanogold meningkatkan proliferasi sel felbroblast atau sel kulit sehingga mampu meningkatkan kerapatan kolagen. “Bagi yang pernah menggunakan kosmetik bermerkuri harus sabar sampai hingga merkuri tersebut terdesak keluar. Selanjutnya, kulit akan sehat dan mulus,” jelas Guru Besar Kimia FMIPA itu. Saat ini, upaya penyusunan paten terhadap nanogold dilakukan Titik
BIODATA Nama Lengkap Prof. Dr. Titik Taufikurohmah, M.Si Tempat,Tanggal lahir Kediri, 13 April 1968 Pangkat/Golongan Pembina Tingkat I/IV a Jabatan Fungsional Guru Besar Jurusan Kimia FMIPA Pekrjaan Dosen Jurusan Kimia FMIPA Unesa
di sela-sela studi dan penelitiannya. Mematenkan temuan menjadi hal penting karena potensi ekonomi sangat besar dari produk penelitian kosmetik berbasis material nanogold tersebut. Saat ini, produk kosmetik yang mengandung nanogold telah ada di pasar Eropa dan Amerika. Tetapi, harganya masih sangat mahal. “Produk dari Eropa sebesar 15,95 poundsterling dan produk Amerika sebesar 420$ (dolar amerika) masing-masing untuk 50 ml. Titik menambahkan, yang sudah menggunakan nanogold bahan kosmetik di jurusan Kimia sekitar 50% baik itu dosen maupun mahasiswa. Sedangkan persentase di luar masih sedikit karena masih belum kenal tentang nanogold, bahan kosmetik ini. Di Unesa, sekitar 20% sudah menggunakan nanogold bahan kosmetik. “Bahkan, nanogold ini sudah ada di berbagai tempat di kampus Unesa. Salah satunya di FBS, FIP, FMIPA, LPPM, dan asrama putri,” jelas Titik.
Majalah Unesa
Rasakan Manfaat Penggunaan Nanogold Sejauh ini, nanogold sudah banyak digunakan pelanggan. Hampir semua pengguna nanogold merespon baik dan tidak ada permasalahan, kecuali yang sudah pernah menggunakan bahan kosmetik merkuri. Jika pernah menggunakan bahan kosmetik merkuri, pasti itu ada efek yang disebutkan dengan efek kebalikan. Nanogold memiliki khasiat mengatasi jerawat dan kulit hitam. Titik berharap nanogold kosmetik bisa menjadi bahan efensial dari kosmetik apa saja yang ada di Indonesia. Sebelumnya, Titik sudah bekerja sama dengan PT Gizi untuk membuat kosmetik dan menyiapkan bahan-bahan efensial sebagai ruh material kosmetika agar bisa dijual di pabrik-pabrik kosmetik. “Kita mengupayakan juga agar harganya menjadi murah. Terus, buatan pabrik otomatis secara higenis terlebih terjamin daripada buatan tangan manusia,” jelasnya. Titik berharap bisa promos ke pabrik supaya dibeli melalui PT Gizi sehingga yang lain dapat mengikuti dengan tidak mengikuti kosmetik yang merkuri. Dengan menggunakan formula nanogold Titik berharap Indonesia terlepas dari peredaran kosmetik yang berbahan merkuri. “Semoga nanogold menjadi obat masa depan,” paparnya lagi. Kepada seluruh dosen Unesa, Titik berpesan segera mengaktualisasi diri dengan penelitian-penelitian berdasarkan topik tertentu. Dan, penelitain itu harus terus diperjuangkan sampai menjadi produk-produk yang bermanfaat bagi masyarakat luas. “Sekarang sudah menjadi tuntutan bagi setiap dosen untuk tidak asal melakukan penelitian dan hanya menghasilkan laporan saja. Tetapi, juga harus menghasilkan produk aplikasi maupun produk Teknologi Tepat Guna (TTG) yang bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” pungkas ibu lima anak itu. n (SH)
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
23
KIPRAH
LEMBAGA UNESA BERPACU DI KANCAH KAMPUS GLOBAL
FE SIAP BERSAING DI PROGRAM
KELAS INTERNASIONAL
Wakil Dekan Bidang Akademik FE Unesa, Susi Handayani, S.E.,Ak.,M.Ak.
W
akil Dekan Bidang Akademik FE Unesa, Susi Handayani, S.E.,Ak.,M.Ak mengatakan bahwa sebenarnya program kelas internasional ini salah satu poin pertama dari internal Fakultas Ekonomi. Apalagi kita memang ingin dalam bahasanya Pak Dekan yaitu Kita ini harus naik kelas. Ujar Susi. “Karena, kita sudah menunjukkan bahwa hampir semua program studi di Fakultas Ekonomi telah akreditasi A dalam istilahnya sudah naik kelas. Tentunya, hal ini sebagai tuntutan kita untuk naik kelas.” ujar Susi. Wakil Dekan Bidang Akademik FE Unesa menambahkan bahwa tahun kemarin, kita sudah mengawali transfer dengan Singapura tetapi
24
ada kendala. Jadi, tidak bisa direalisasikan, baru realisasi tahun ini. “Bahkan, tahun kemarin juga Pak Dekan sudah ke UTHM Malaysia untuk menginisiasikan kerja sama dengan salah satu program tersebut. Maka, merealisasikan itu sebagai tuntutan kita di Fakultas maupun Universitas. Apalagi, Universitas telah dapat akreditasi A oleh APT. Seharusnya sebagai Universitas pada umumnya, pada khususnya tingkat fakultas sudah naik kelas, ujar Susi. “Seharusnya kita sudah melakukannya, bagaimana kita berdaya saing? Paling tidak nasional sudah bagus, maka naik untuk bersaing dengan negara-negara tetangga dalam istilahnnya negaranegara ASEAN,” ujarnya. Salah satu yang dilakukan adalah kenapa tidak sharing
| Nomor: 115 Tahun XIX - Februari 2018 |
Majalah Unesa
dengan negara tetangga dari sisi akademiknya melalui agent of change. Maka itulah yang membuat kita. Kalau kita mau sharing jadi perlu adanya agent of change. Tambah Wakil Dekan Bidang Akademik FE Unesa. “Tahun 2018 kita sudah merumuskan kurikulum kelas internasional. Yang memang kita, dalam tanda kutip “Merealisasikan”. Karena, kita tidak melakukan kelas itu di jurusan. Maka sekarang itu, kelas internasional sementara dilakukan oleh Fakultas,” kata dosen akuntansi tersebut. Kemudian, kelas internasional itu terdiri dari mahasiswa-mahasiswi dari berbagai program studi di Fakultas Ekonomi dengan memiliki kemampuan bahasa inggris yang dibuktikan lolos TEP yang dilakukan oleh Pusat Bahasa. Kami berharap
KIPRAH LEMBAGA TEP mereka lolos dengan nilai 425 yang sesuai ketentuan berlaku. Dengan itu, kami melihat bahwa mahasisw FE ini ternyata banyak yang TEPnya diatas 425. Jelasnya. “Di situlah yang menjadi dasar kami, kenapa tidak menginspirasi mereka agar bisa mengembangkan dan beradaptasi dengan dunia luar. Hal ini adalah bagaimana mereka ketika studi di universitas di luar Indonesia. Dengan itulah, mereka dibekali melalui program kelas internasional,” terangnya. Di sisi lain itu, Fakultas Ekonomi juga memiliki dosen-dosen yang notabenenya telah memiliki kemampuan bahasa asing bagus. Apalagi, ini dasar kita sekaligus sebagai tuntutan dari akademik Unesa bahwa Unesa sudah waktunya menyelenggarakan kelas internasional. Lalu, mata kuliah semester genap tahun 2018 kelas internasional ini terdiri dari manajemen MSDM, Hukum Bisnis, Komunikasi Bisnis dan lain-lain. Kemudian, semester gasal tahun 2018 ada 6 mata kuliah. “Kelas internasional FE tahun depan akan menindaklanjuti kerja sama dengan UTHM Malaysia untuk pertukaran mahasiswa. Berharap kelas internasional ini bisa menjadi budaya FE Unesa,” tandasnya. n (SH)
ANDARINI INDARWATI, S.E., M.M
Skor TEP Mahasiswa Minimal 425
T
ias Andarini Indarwati, S.E., M.M salah satu dosen Manajemen serta mengajar mata kuliah Komunikasi Bisnis di Kelas Internasional FE Unesa mengatakan bahwa kuliah ini adalah pesertanya mengambil dari nilai TEP yang skornya 425. “Artinya,kita beranggapan anak-anak secara komunikasi mereka mengerti. Praktek di kelas Komunikasi Bisnis yang diajari dia sendiri,” ujar Tias. “Karena ini belajar Komunikasi Bisnis, kemarin menerapkan bahwa kelas itu pasif hanya mendengarkan dan membaca. Kadang-kadang anakanak masih kurang membaca prolog, akhirnya saya menyuruh mereka untuk membaca. Tapi, terbukti nilai TEP yang cukup tinggi, fokus dalam belajar mereka. Ternyata lebih fokus daripada kelas reguler. Kalau kelas reguler biasanya mereka malu-malu kucing. Tapi, kelas internasionalnya malumalunya agak turun,” ujarnya. “Memang jelas, proses mengajarnya menggunakan full bahasa Inggris. Karena, mereka lebih aktif daripada kelas reguler walaupun susah untuk berbicara dalam bahasa Inggris harus
Antusiasme Mahasiswa Program Kelas Internasional
L
anggam Bujang Asmaradana salah satu mahasiswa dari program studi S1 Akuntansi 2016 B yang gabung di program kelas Internasional. Ia mengatakan bahwa sangat bagus dan membangun. Karena, dengan adanya program kelas internasional dapat menjadi wadah mahasiswa dan dosen dalam mempelajari dan mengembangkan mata kuliah lebih dari satu bahasa. Dan adanya program kelas internasional ini juga membuka peluang bagi mahasiswa asing untuk bisa menimbah ilmu di sini. “Bahkan, berdampak pada proses pembejalaran menjadi lebih aktif. Karena, adanya pendapat baru untuk bertukar ilmu dari mahasiswa yang memiliki perbedaan di bidang sosial dan bahasa,” Ujarnya. “Dalam proses pembelajaran kelas internasional ini hampir sama seperti kelas reguler, hanya saja di program kelas
lebih dulu bahasa Indonesia. Itu masih awal saja tetapi lama-kelamaan akan terus memakai bahasa inggris untuk komunikasi. Perlu dilatih dengan setiap hari agar terbiasa menggunakan bahasa Inggris saat persentasi”. Terang Dosen Manajemen. Kemudian, buku memakai e-book berbasis bahasa Inggris dengan cetakan. “Komunikasi lebih banyak bahasa Inggris karena kita melatih mereka komunikasi bahasa Inggris pasif. Kelas internasional itu terdiri dari 30 mahasiswa. Karena, kelas itu dibatasi terlebih dahulu dengan bisa konsisten dan fokus tidak seperti di kelas reguler,” tambahnya. Berharap kelas internasional ini menumbuhkan percaya diri terutama bisa membawa ke nasional tetapi kalau bisa ke seluruh dunia. Pesan tetap semangat dan tetap belajar bahasa inggris terutama komunikasinya. Belajar bahasa itu tidak hanya 1-2 hari. Karena, butuh setiap hari dan perlu dilatih. “Dengan bahasa Inggris sudah baik dan bagus berharap bisa mengikuti kompetisi dikancah internasional. Apalagi, ada pertukaran mahasiswa dengan Malaysia,” tandasnya. n (SH)
internasional. Mahasiswa dituntut dapat berkomunikasi dan berpendapat dengan menggunakan bahasa Inggris. Serta cara dosen memberikan perkuliahan juga dengan bahasa Inggris,” kata mahasiswi S1 Akuntansi itu. Selama mengkuti program ini, ada beberapa kendalakendala yang dihadapi diantaranya dalam hal pemahaman materi. Beberapa mahasiswa yang kemampuan dalam menangkap informasi dalam bahasa inggrisnya masih kurang, ini salah satu menjadi tantangan tersendiri. “Namun hal ini juga dapat berdampak positif bagi mahasiswa tersebut, karena mahasiswa dituntut untuk terus belajar dalam bahasa Inggris,” ujarnya. Ia berharap program kelas internasional dapat menampung lebih banyak mahasiswa dan bisa menambahkan jadi beberapa kelas. Karena, banyak mahasiswa yang tertarik untuk mengikuti program tersebut. Juga, tenaga pengajar/dosen diharapkan fakultas dapat melatih dosen-dosen untuk dapat mengisi program tersebut agar dapat berkualitas. n (QQ/SH)
Majalah Unesa
| Nomor: 115 Tahun XIX - Februari 2018 |
25
BINCANG TOKOH
WAWANCARA DENGAN MUCH. KHOIRI, KEPALA UPT PUSAT BAHASA UNESA
TINGKAT KELULUSAN TEP MAHASISWA UNESA MENINGKAT PUSAT BAHASA UNESA MERUPAKAN LEMBAGA YANG MENJADI PUSAT PERHATIAN DI LINGKUNGAN UNESA. SEBAB, HAMPIR SETIAP LULUSAN HARUS ‘MENINGGALKAN JEJAKNYA’ DI SANA SEBELUM BENAR-BENAR DINYATAKAN LULUS DAN BERHAK MENYANDANG GELAR TERTENTU. APA DAN BAGAIMANA LEMBAGA INI SEBENARNYA. BERIKUT WAWANCARA KHUSUS DENGAN KEPALA PUSAT BAHASA UNESA, Drs. MUCH. KHOIRI, M.Si DENGAN MAJALAH UNESA.
Bagaimana peran Pusba dalam meningkatkan kemampuan penguasaan bahasa asing mahasiswa , terutama bahasa Inggris? Pertama, dalam rangka menjalankan amanah dari Wakil Rektor bidang Akademik, bersama tim dosen dari Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris kami telah melakukan workshop pembelajaran Bahasa Inggris, yang materinya mengarah ke persiapan TEP (Test of English Proficiency), bagi dosen-dosen program studi. Para dosen prodi kemudian menerapkannya di kelas Bahasa Inggris masing-masing. Kemudian, pada akhir semester mahasiswa mereka diuji dengan TEP di Pusba. Dalam pelaksanaannya sejak sekitar dua tahun lalu, koordinasi senantiasa dilakukan agar hasilnya lebih baik. Kedua, Pusba juga melayani treatment bagi mahasiswa yang memerlukan bantuan pembelajaran tambahan. Ada treatment yang
26
berdurasi pendek (3 sesi), ada yang berdurasi panjang (14 sesi). Dalam treatment ini mahasiswa dibekali pengetahuan dan keterampilan tentang strategi dan tip untuk mengerjakan soal-soal latihan TEP. Sepanjang peserta serius, mereka biasanya mengalami kenaikan skor TEP yang signifikan. Apa saja program yang sudah dan yang akan direalisasikan untuk terus meningkatkan kualitas dan kinerja Pusba? Pusba memiliki empat kelompok program, yakni tes bahasa, pelatihan bahasa, penerjemahan, dan pelatihan keterampilan bahasa—di samping kegiatan upgrading dosen Unesa berupa IELTS Preparation Camp, English for Presentation, Academic Writing for Scientific Journal, dan sebagainya. Untuk tes bahasa, kami telah melayani TEP, TOEFL ITP, TOEP/ TKDA, TEC, serta IELTS. Tes-tes ini
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
Majalah Unesa
telah berjalan lancar selama ini. Selain itu, kami sedang menyiapkan instrumen untuk tes bahasa Jepang, bahasa Jerman, bahasa Arab, bahasa Mandarin, dan bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA). Bahkan, kami berharap untuk segera diberi kepercayaan menjadi tempat Uji Kemahiran Bahasa Indonesia (UKBI). Kami telah mengupayakannya agar tes-tes ini bisa terselenggara pula di Pusba. Untuk pelatihan bahasa, kami lebih memfokuskan perhatian pada pelatihan persiapan tes-tes bahasa Inggris, sesuai dengan permintaan peminat, termasuk mahasiswa Unesa dan umum. Ke depan kami berharap pelatihan ini meluas ke bahasa-bahasa lain dalam layanan kami. Untuk penerjemahan, kami juga melayani penerjemahan dokumen resmi, ijasah, abstrak, artikel ilmiah, dan lain-lain. Yang perlu pula ditingkatkan adalah pelatihan keterampilan bahasa, yakni creative writing, academic writing, dan public
BINCANG TOKOH speaking. Selama ini, sangat sedikit mahasiswa yang memanfaatkan layanan ini. Padahal ketiga keterampilan bahasa ini sangat berguna untuk memperkuat kompetensi mereka dalam menunjang perkuliahan dan masa depan mereka. Di samping itu, kami telah berusaha untuk meningkatkan kualitas fasilitas penunjang, agar pelaksanaan layanan di Pusba berjalan dengan baik dan lancar. Mudah-mudahan akan semakin baik.
Bagaimana tingkat kelulusan TEP Mahasiswa Unesa dalam 3 tahun terakhir? Dengan intensifikasi pembelajaran bahasa Inggris di prodi-prodi, yang lebih diarahkan ke persiapan TEP, dan dengan treatment yang kami berikan bagi para peminat, ada peningkatan tingkat kelulusan mahasiswa dalam skor TEP. Terlebih ada kebijakan ‘keringanan’ bagi yang benar-benar mengalami kesulitan— yakni dengan ketentuan minimal
10 kali tes dan 2 kali treatment. Ke depan, kami berharap, mahasiswa benar-benar menjalani proses intensifikasi pembelajaran dengan lebih baik, sehingga mereka lulus dengan sendirinya. Apalagi nilai TEP minimum kini ditetapkan pada 425; mahasiswa harus benar-benar serius menyiapkan diri. Apa saja tantangan atau kendala Pusba ke depan, dan bagaimana cara menghadapi tantangan atau kendala tersebut?
TANGAN DINGIN: Di bawah kepemimpinan Drs. Much. Khoiri, Pusat Bahasa Unesa melakukan banyak terobosan sebagai upaya meningkatkan kualitas berbahasa Inggris lulusan Unesa.
Majalah Unesa
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
27
BINCANG TOKOH Tantangan yang mencolok adalah kebiasaan mahasiswa menunda-nunda mengambil TEP di akhir masa studi. Mereka seakan meremehkan pentingnya TEP. Barulah di akhir masa studi mereka mengalami masalah besar ketika mereka tidak kunjung lulus TEP, dan Pusba-lah yang mereka salahkan seakan menghambat studi mereka. Padahal, seandainya mereka telah mengambil tes lebih awal, pembendolan masalah tidak akan terjadi di belakang. Untuk hal ini, kami akan meningkatkan sosialisasi ke mahasiswa, baik langsung maupun lewat website. Untuk fasilitas, kami berharap untuk memiliki fasilitas ruang tes yang lebih representatif sebagai tes bahasa—yakni ruang kedap suara dan aman dari upaya kecurangan selama tes. Sementara itu, posisi Pusba yang rendah dibandingkan gedung-gedung sekitarnya, halaman Pusba selalu kebanjiran ketika datang hujan cukup deras. Hal ini bisa mengganggu kenyamanan dan layanan secara umum. Untuk itu, secara bertahap kami mengadakan perbaikan sarana-prasarana untuk mendukung terlaksananya layanan di Pusba. Sementara, untuk programprogram yang belum berjalan dengan baik (terutama tes bahasa selain bahasa Inggris, creative writing, academic writing dan public speaking), itu tantangan tersendiri. Dalam hal ini kami akan meningkatkan sosialisasi dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait, baik internal Unesa maupun eksternal Unesa. Apa saja capaian Pusba yang harus dipertahankan dan yang harus ditingkatkan? Ada beberapa capaian Pusba selama ini. Pertama, Pusba telah menerapkan sistem online dengan baik, terutama pendaftaran tes dan pelatihan bahasa. Virtual account telah berjalan dengan baik, dan mahasiswa dan peserta pengguna layanan Pusba perlu menyesuaikan
28
NARASUMBER: Dalam sebuah kegiatan peningkatan kualitas berbahasa Inggris para dosen, Pusat Bahasa Unesa juga mendatangkan narasumber dari IALF.
diri dengan sistem ini. Website Pusba menunjang untuk keperluan ini. Dalam manajemen keuangan, Pusba telah dinilai baik, baik pihak internal Unesa maupun pihak eksternal Unesa. Kedua, dalam bidang akademik, sertifikat TEP keluaran Pusba diakui dan diterima di berbagai institusi lain. Karena itu, cukup banyak peserta tes yang berasal dari luar Unesa. Ketiga, Selain itu, Pusba telah mendukung Bidang Akademik dalam program upgrading dosen, yang meliputi IELTS Preparation Camp, English for Presentation Camp, TOEFL Preparation, serta academic writing for journal. Untuk tendik, Pusba juga telah menyelenggarakan English for Communication Camp. Terkait dengan ini adalah kerja sama dengan PLTI untuk menyelenggarakan TOEP/TKDA, dan dengan ETS untuk TOEFL ITP. Animo pengambil dua jenis tes ini cukup bagus. Keempat, Pusba memiliki kegiatan-kegiatan penunjang yang makin dikenal luas oleh masyarakat, di antaranya adalah Language Festival dan Ngaji Sastra. Language festival adalah pelaksanaan lombalomba bahasa semisal lomba pidato, mendongeng, baca berita,
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
Majalah Unesa
menulis esai, dan sebagainya, yang diperuntukkan bagi siswa SMP/SMA dan sederajat. Ngaji Sastra adalah kegiatan bulanan yang terbuka untuk sastrawan, mahasiswa, dosen, penulis secara umum. Didukung oleh Bidang Akademik, kegiatan Ngaji Sastra meliputi bedah buku, penampilan karya, pamajangan karya, diskusi, dan sejenisnya. Ke depan, Ngaji Sastra akan diisi pula dengan pelatihan penulis kreatif. Sebagai penutup, tentu ada capaian-capain lain yang tak perlu disebutkan satu persatu sini. Yang jelas, Pusba telah berupaya sebaikbaiknya untuk meningkatkan kualitas dan kinerja. Meski demikian, kami menyadari masih ada yang perlu ditingkatkan lagi. Ibarat sebuah lukisan, saputansaputan yang sudah kami lakukan masih harus kami lanjutkan untuk memperoleh lukisan yang lengkap, utuh, dan harmonis. Untuk semua ini, kami perlu waktu dan perjuangan untuk mewujudkannya. n (INA)
INSPIRASI ALUMNI Anwar bersama Sabina Behague, Communication Specialist RTI International - Washington DC
KIPRAH ANWAR HOLIL DI BELANTARA PENDIDIKAN
JABAT KONSULTAN USAID, WORLD BANK, INOVASI, HINGGA TANOTO FOUNDATION DUNIA PENDIDIKAN ADALAH PANGGILAN JIWANYA. IA MEMILIKI PRINSIP, DI MANA PUN DIRINYA BERTUGAS, SELALU ADA KESEMPATAN UNTUK BERBAGI MELALUI DUNIA PENDIDIKAN. BERKAT PRINSIP DAN KETEKUNAN ITU, IA SUKSES MENGGAPAI ASA DAN CITA. DIALAH ANWAR HOLIL, ALUMNI IKIP SURABAYA ANGKATAN 1997. SEPERTI APA KIPRAHNYA?
P
ria yang dikenal kaya ide dan pengalaman ini dipercaya menduduki beberapa posisi di program-program
yang didanai lembaga donor internasional. Ia pernah menjabat sebagai manager dan konsultan di program Pendidikan USAID Decentralized Basic Education, World
Majalah Unesa
Bank, USAID PRIORITAS, Inovasi untuk sekolah anak Indonesia program kerja sama Pemerintah Australia dan Pemerintah Indonesia, serta Tanoto Foundation.
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
29
INSPIRASI
ALUMNI
Saat ini, dia dipercaya sebagai Communication Manager di Tanoto Foundation, sebuah lembaga filantropi yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto yang memiliki fokus pada penanggulangan kemiskinan melalui dukungan terhadap pendidikan, pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan kualitas hidup. Di sinilah ia terus aktif mengampanyekan program budaya literasi, pembelajaran aktif, manajemen berbasis sekolah, dan peningkatan mutu perkuliahan untuk calon guru di berbagai LPTK di Indonesia. AWAL KULIAH Anwar Holil mulai berkuliah di Unesa tahun 1997, saat masih bernama IKIP Surabaya. Di awal perkuliahan, ia sempat tertarik masuk semua UKM. Motivasinya ingin belajar apa saja. Belakangan, ia hanya sanggup untuk belajar di Himapala, tabloid kampus Gema, HMJ, dan senat fakultas. Aktif di Gema membuat Anwar memiliki banyak kesempatan bertemu dosen hebat dan meliput banyak kegiatan kampus yang menarik sehingga banyak inspirasi yang didapatkan. Ia mengakui banyak pengalaman menarik selama kuliah di IKIP Surabaya. Yang paling berkesan adalah saat dia mengikuti
perkuliahan Prof. Moedjiarto, dosen yang selalu tampil dengan pilihan joke cerdasnya. ”Mungkin karena saya dianggap aktif berdiskusi, pada saat UAS saya dipersilakan memilih nilai sendiri. Cara beliau mengapresiasi mahasiswanya ternyata sangat ampuh untuk mendorong motivasi dan kepercayaan diri,” tuturnya. Anwar juga mendapat kesempatan dari Prof. Moedjiarto untuk mengikuti beberapa kegiatannya. Misalnya, mengikuti seminar yang mengundang Mario Teguh dan Dahlan Iskan. Dari Mario Teguh, Anwar Kholil menjadi tahu pentingnya memiliki ide. Dari Dahlan Iskan, ia mendapat inspirasi cara menyenangi pekerjaan dan bekerja militan. Sampai sekarang, model berpikir dengan ide kreatif dan bekerja keras sudah menjadi bagian dari hidup Anwar. Pada tahun 1999, Dikti mengeluarkan program kewirausahaan yang mendorong dosen dan mahasiswa mengembangkan program kewirausahaan. Anwar mengetahui informasinya karena sering mengikuti kegiatan di LPM Unesa untuk peliputan Tabloid Kampus Gema. Saat ikut perkuliahan tentang rancang bangun teknologi tepat guna (TTG), ia mengusulkan agar TTG tersebut dimasukkan
Anwar saat memberi pelatihan untuk kepala sekolah dan pengawas sekolah berprestasi tingkat nasional di Jakarta.
30
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
Majalah Unesa
sebagai bagian dari program Karya Alternatif Mahasiswa (KAM). Anwar membuat proposal tentang rancang bangun mesin penggiling kedelai. ”Alhamdulillah diterima dan mendapat uang Rp 15 juta. Lolosnya KAM tersebut berhasil menginspirasi teman-teman mahasiswa lain untuk membuat proposal dan banyak juga yang lolos,” terangnya. AKTIF DI HUMAS UNESA Ia menuturkan bahwa humas Unesa adalah salah satu keluarga yang paling ia rindukan saat ini. Sejak tahun 1998 sampai 2008 ia terlibat dalam kegiatan humas mulai saat dipimpin Fatoni Rodli, Suyatno, hingga Indiyah Suprapti. Pada saat dipimpin Suyatno, Humas Unesa memiliki program Pusat Informasi dan Promosi Unesa (PIPU). Idenya semua informasi, dokumentasi, dan promosi Unesa ada di PIPU. ”Saya mengusulkan agar PIPU lebih menarik, disediakan sudut untuk memberikan informasi kepada mahasiswa yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri. Pak Suyatno setuju dengan usulan tersebut. Pak Martadi yang saat itu menjadi staf ahli humas, saya minta bantuan untuk ikut melobi ke Village International Ubaya dan Konsulat Prancis untuk mau mendukung PIPU,” ujarnya. Gayung bersambut, mereka bersedia. Pada saat pembukaan PIPU, Aminef, Netherland Education Center, Konsulat Prancis melalui CCF, dan beberapa perwakilan lembaga pendidikan dari berbagai negara ikut meramaikan kegiatan PIPU. Berikutnya mereka mengirimkan informasi leafletnya. Anwar Holil memang lekat dengan media dan kepenulisan. Ia pernah didapuk menjadi redaktur pelaksana di tabloid kampus Gema dan majalah Unesa. Di Humas pula, ia bisa dekat dengan banyak wartawan. ”Saking dekatnya, kalau ada wartawan yang perlu berita, mereka akan menghubungi saya untuk menanyakan berita yang bisa diliput. Di situlah saya belajar mengemas isu untuk media,” jelasnya.
INSPIRASI ALUMNI MENGAMBIL S-2 DI UNESA Setelah menggali banyak pengalaman, selepas lulus S-1 ia tertarik melanjutkan kuliah S-2 di Program Pascasarjana (PPs) Unesa. ”Alhamdulilah, saya diterima dengan beasiswa,” tuturnya. Di PPs Unesa, Anwar melanjutkan untuk mengasah ide-ide. Salah satunya, mengembangkan program Wajar Dikdas. Program ini difasilitasi oleh Direktorat PSMP Kemendikbud yang memiliki target program wajib belajar pendidikan dasar dapat tuntas pada tahun 2004. Hanya, kenyataannya, APK SMP yang diharapkan mencapai 95% saat itu masih di bawah 75%. Tawaran ini datang dari Sholeh, konsultan Direktorat PSMP yang sekarang menjadi dosen FIP Unesa. Selain itu, bersama dosen Unesa, seperti Prof. Muchlas Samani dan Martadi, Anwar pernah membuat grand design pendidikan Kota Surabaya. Inisiatif ini murni sumbangan warga kota untuk pendidikan Surabaya. Anwar diminta mengatur hal teknis, termasuk memikirkan konsepnya. KONSULTAN DBE DAN WORLD BANK Setelah lulus S-2 pada 2008, Anwar mulai bekerja di luar kampus. Ia bekerja menjadi konsultan di program Decentralized Basic Education (DBE) 3 yang didanai oleh USAID. Program ini bertujuan untuk membantu peningkatan mutu pembelajaran di SMP. Tugasnya menyusun modul pelatihan, melatih, dan mendampingi para fasilitator daerah dalam melatih dan mendampingi SMP dan MTs mitra program. Setelah program selesai, Anwar menjadi konsultan di World Bank dalam program WAPIK (Wahana Aplikasi Praktik Pendidikan yang Baik), yaitu sebuah program yang didesain untuk mengumpulkan praktik-praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Para guru, kepala sekolah, dan pemangku kepentingan diharapkan dapat berbagi pengalaman keberhasilan
Anwar berfoto bersama guru dan siswa kelas 2 SDN Sumbergondo 2 Batu, saat mengunjungi sekolah mitra USAID PRIORITAS.
dalam pembelajaran, manajemen sekolah, dan kebijakan. Anwar juga menggandeng kerja sama antara World Bank dan Unesa. Hanya saja, sebelum program WAPIK selesai, Anwar diminta Stuart Weston untuk bergabung dalam program USAID PRIORITAS. Dia dipercaya menjadi national advocacy and communication specialist di USAID PRIORITAS. Jabatan ini sebenarnya tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya di Unesa, yaitu S-1 Pendidikan Teknik Mesin dan S-2 Pendidikan Sains. Walaupun begitu, Anwar berhasil membawa tim komunikasi USAID PRIORITAS yang ada di tujuh provinsi menjadi the best USAID project in terms of generating press coverage. Mereka juga mendapat penilaian exceptional (luar biasa) dari USAID karena program-program komunikasinya yang membuat program USAID PRIORITAS menjadi lebih berhasil. Di USAID PRIORITAS, ia berkesempatan bertemu dengan para guru, kepala sekolah, komite sekolah, dosen, dan pemangku kepentingan yang sangat luar biasa dalam menciptakan
Majalah Unesa
perubahan positif dalam pendidikan. Mereka berhasil mengembangkan pembelajaran aktif, budaya baca, manajemen sekolah yang mendukung pelaksanaan pembelajaran aktif, dan mengeluarkan kebijakan yang mendukung terwujudnya peningkatan mutu pendidikan. Saat ini, Anwar masih melanjutkan S3 Teknologi Pendidikan di Pascasarjana Unesa. Selain itu, ia juga aktif mengajar di S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S1 PGSD) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Di tengah kesibukannya, dia juga berhasil meraih IPK terbaik di prodinya, bahkan masuk lima besar peraih IPK terbaik di Unesa. “Prinsipnya, saya selalu berupaya melakukan yang terbaik dalam setiap kesempatan,” pungkasnya. n (RUDI)
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
31
RESENSI
BUKU
KISAH TENTANG ANAK-ANAK REVOLUSI JUDUL: LAUT ERCERITA PENULIS:LEILA S. CHUDORI PENERBIT: KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA) 2017 TEBAL: 379 halaman
N
ovel ini ditulis sang penulis terinspirasi dari kisah nyata. Kisah dari hasil riset dan wawancara gerakan mahasiswa tahun 90-an, anak-anak revolusi, aktivis yang diculik, yang kembali maupun tak kembali dipenghujung Orde Baru. Biru Laut merupakan sudut pandang Bab I yang digunakan, sekaligus tokoh utama dari novel ini. Mahasiswa Sastra Inggris UGM yang idealis dan tak bisa diam melihat ketidakadilan di depan mata. Ia bersama aktivis mahasiswa melakukan pendampingan petani miskin di BlangguanJawa Timur. Namun rencana mereka bocor, mereka dibuntuti, merayapi sawah melarikan diri, ditangkap, diinterogasi hingga disiksa. Ia tak merasa kalah, justru semakin tergerak melakukan perubahan untuk negeri ini. Biru terus bergerak dari pemikirannya di forum diskusi, tulisan-tulisan di surat kabar, maupun gerakan
32
nyatanya berdemonstrasi. Asmara Jati, adik perempuan Biru Laut menjadi sudut pandang bab II. Dari sudut pandangnya yang pragmantis, dokter muda ini mulai memahami jejak abangnya. Dia lah yang berusaha waras menyaksikan kedua orang tuanya yang selalu berimajinasi kepulangan abangnya. Ritual makan malam keluarga setiap hari minggu terus dilakukan, ibu akan memasak tengkleng favorit Biru, dan Bapak akan menata 4 piring makan di meja makan, mereka menunggu kehadiran Biru. Buku ini menarik untuk dibaca, di tengah situasi seperti saat ini dan pergerakan aktivis mahasiswa. Selain gambaran mengenai perjuangan pada masa Orde Baru tersebut, kisah cinta orang tua, keluarga, kekasih dan sahabat yang kehilangan bisa turut kita rasakan. Mereka yang masih menanti kabar Biru Laut dan kawan-kawannya yang tak kembali hingga saat ini. n (MAN)
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
Majalah Unesa
3S RESEP
WACANA PEMIKIRAN
SIAPKAN ANAK HADAPI DISRUPTIVE ERA
M
enarik saat ‘Dialog Titik Tengah’ di sebuah stasiun TV Nasional dengan topik mencari solusi untuk menguatkan kembali pentingnya Pendidikan Karakter sebagai fondasi untuk membekali anak menghadapi “disruptive era”. Apa itu disruptive era? Disruptive era adalah masa di mana penuh gangguan dengan banyaknya perubahan. Di era seperti penuh ketidakpastian itulah ada tiga hal yang perlu Martadi kita lakukan untuk menyiapkan anak bisa bertahan. Pertama, biasakan anak berpikir solutif. Apa artinya? Setiap ada permasalahan yang ada di sekolah-kehidupan anak harus menjadi salah satu yang ikut memberikan solusi secara kreatif atas pemasalahan yang ada. Jangan biasakan “mencari kambing hitam” atau mencari-cari kesalahan sehingga permasalahan menjadi semakin ruwet atau justru memunculkan masalah baru. Anak yang solutif secara kreatif akan dicari dan dibutuhkan di ‘disruptive era’ ini. Kedua, tanamkan kemampuan bersinergi. Sehebat dan secerdas apapun anak, bila egois dan enggan bersinergi maka akan “tersingkir” di era ini. Bangunlah sikap slalu bersinergi, saling berkerja sama dengan banyak pihak. Untuk bisa bersinergi dengan baik anak harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang sistematis, mudah dipahami, dan disampaikan dengan cara yang sopan kepada semua pihak. Ketiga, tingkatkan mental spiritualitas anak. Era yang penuh gangguan ini membuat anak mudah stress, galau, dan gelisah. Berikan anak dasar spiritual agar senantiasa memiliki kedekatan dengan Sang Khalik. Biasakan anak slalu berdoa, dano mengingat-Nya, karena Dia lah yang menciptakan maka Dia lah yang maha tahu berbagai solusi dari semua permasalahan yang kita hadapi. Dia lah sang penguasa pikiran dan hati kita, maka meminta bantuan kepadaNya harus menjadi kebiasaan bagi anak-anak. Menghadapi era disruptive, yang perlu diingat selalu bekali anak dengan ‘Tiga S’: Solutif, Sinergi, Spiritual. Melupakan tiga S ini membuat anak kita semakin tergilas oleh zaman begitu cepat berubah.n (MAN)
Majalah Unesa
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
33
POJOK KETINTANG
SEKOLAH ITU BUKAN PABRIK ROTI
K
etika diskusi tentang pendidikan, kita menganalogkan proses pendidikan itu dengan proses produksi di sebuah industri. Dengan menggunakan diagram input (raw input dan instrumental input), proses dan output, lantas kita mengatakan agar output-nya memenuhi standar begini, maka input-nya harus begini dan prosesnya harus begini. Mirip dengan pabrik roti, berdasarkan berkali-kali percobaan untuk menghasilkan roti Boy yang enak, maka komposisi campuran bahannya harus begini, mengaduknya harus begini, memanggangnya dengan alat begini, dengan suhu segini, lamanya sekian dan seterusnya. Pokoknya semua harus sesuai dengan standar. Konon prinsip itulah yang dipegang ketika pembuatan roti Boy dilakukan di berbagai tempat dan oleh banyak orang, tetapi rasanya sama. Konon prinsip yang sama juga diterapkan oleh makanan cepat saji yang banyak diwaralabakan di Indonesia. Nah, apakah proses pendidikan dapat disamakan dengan membuat roti Boy atau menggoreng ayam McDonal? Rasanya tidak. Oke-lah jika kita ingin mendapatkan output yang terstandar, yang biasanya disebut dengan standar kualitas lulusan (SKL) atau capaian pembelajaran (CP) lulusan. Namun yang pasti, raw input pendidikan tidak dapat kita standarkan seperti pembuatan roti. Setiap siswa atau bahkan mahasiswa itu unik. Mungkin kita dapat berasumsi mereka memiliki bekal awal minimal tertentu, tetapi bukankah mereka memiliki gaya belajar yang
34
Jika proses pembelajarannya tidak mungkin dibakukan secara kaku, keperluan instrumental input juga tidak mudah dibakukan secara kaku, lantas bagaimana membuat standar sekolah yang baik? berbeda-beda, motivasi belajar yang berbeda-beda. Nah, jika proses pembelajaran dikonsepkan agar siswa dapat belajar maksimal sehingga mencapai kompetensi yang diinginkan, maka setiap anak memerlukan proses pembelajaran yang berbeda-beda. Itu tidak berarti guru harus mengajar anak secara individual, tetapi paling tidak pola pembelajaran yang sukses diterapkan di kelas A belum tentu cocok diterapkan di kelas B. Jadi tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk semua kelas. Di situlah pentingnya kita guru untuk melakukan improvisasi agar pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi kelasnya. Itu yang mungkin menjadi dasar Aboedohuo menyebutkan peningkatan hasil belajar siswa banyak ditentukan oleh inovasi guru dalam mengajar. Kalau proses pembelajarannya memerlukan improvisasi (bahasa canggihnya disebut inovasi), maka instrumental input (sarana dan sebagainya) yang diperlukan sangat
| Nomor: 115 Tahun XIX - Maret 2018 |
Majalah Unesa
OLEH MUCHLAS SAMANI
mungkin berbeda. Siswa yang cerdas sangat mungkin tidak memerlukan hands on terlalu banyak, jika hanya untuk memahami sebuah konsep karena mampu berpikir abstrak. Namun siswa yang kurang cerdas memerlukan itu untuk memudahkan memahami konsep yang abstrak. Itulah sebabnya (konon) hanya anakanak yang cerdas yang mampu belajar stereometri dengan baik, karena konsep-konsep di dalamnya sangat sulit dipraktikkan atau dibuatkan alat peraga. Jika proses pembelajarannya tidak mungkin dibakukan secara kaku, keperluan instrumental input juga tidak mudah dibakukan secara kaku, lantas bagaimana membuat standar sekolah yang baik? Katakanlah bagaimana kita membuat instrumen akreditasi sekolah? Di situlah ketidakmudahannya. Memang sulit, tetapi bukan tidak dapat dikerjakan. Ibarat membuat instrumen sikap, memang sulit tetapi bukan berarti tidak dapat dibuat. Jika ingin disederhanakan, dapat digunakan pola pikir bahwa mutu pendidikan dapat dilihat dari tiga aspek utama saja, yaitu lulusan, iklim pembelajaran di kelas/lab/workshop dan budaya sekolah. Dengan melihat tiga aspek itu sudah dapat tergambar seperti apa proses pendidikan dan hasilnya. Tinggal bagaimana menyusun instrumen untuk mengukur iklim pembelajaran di kelas (classroom climate), budaya sekolah (school culture) dan mutu lulusan. Semoga. n *http://muchlassamani.blogspot.co.id