Majalah Unesa Edisi 66

Page 1



WARNA EDITORIAL

Majalah Unesa

ISSN 1411 – 397X Nomor 66 Tahun XV - Februari 2014 PELINDUNG Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd (Rektor) PENASIHAT Prof. Dr. Kisyani Laksono, M.Hum (PR I) Prof. Dr. Warsono, M.S. (PR III) Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB Dr. Purwohandoko, M.M (PR II) PEMIMPIN REDAKSI Dr. Suyatno, M.Pd REDAKTUR A. Rohman PENYUNTING/EDITOR Basyir Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd REPORTER: Herfiki Setiono, Aditya Gilang, Ari Budi P, Rudi Umar Susanto, M. Wahyu Utomo, Putri Retnosari, Fauziyah Arsanti, Putri Candra Kirana, Lina Rosidah FOTOGRAFER A. Gilang, Sigit Widodo Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT (Arman, Basir, Wahyu Rukmo S) ADMINISTRASI Supi’ah, S.E. Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI Hartono PENERBIT Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124 Fax (031) 8280804

Siapapun Rektornya, Minumnya tetap Optimistis

P

l

DR. SUYATNO, M.PD

ilot pesawat boleh berganti tetapi tujuan selalu di angka pasti. Itulah formula perjalanan yang digemari oleh para penumpang pesawat. Penumpang boleh tidak mengenal pilotnya tetapi penumpang akan merasakan kenyamanan duduk di kursi sambil membayangkan aktivitasnya yang akan dilakukan saat sampai tujuan nanti. Guncangan pesawat dirasakan oleh penumpang. Kestabilan pesawat juga mampu dirasakan. Penumpang akan damai di hati jika pilot memberitakan kondisi cuaca di luar. Itulah asyiknya perjalanan dengan pesawat. Awak Unesa memaklumi jika rektor lama diganti dengan yang baru. Pemakluman itu akibat norma yang tertera di lembar aturan. Jika disuruh memberikan suara, awak Unesa akan memberikan sesuai dengan kriterianya sendiri. Jika tidak disuruh memilih, awak Unesa juga tidak akan memberikan suara hatinya. Suara awak Unesa yang sesungguhnya secara normatif sudah diserahkan kepada para senator yang akan memberikan jumlah suara ke calon rektornya. Oleh karena itu, bola berada di kaum senator Unesa. Arah bola seharusnya menuju ke gawang dengan tepat sehingga dapat memberikan skor yang didambakan para awak Unesa di lingkungannya. Sebaliknya, bola jangan sampai asal ditendang sehingga melesat ke penyimpangan gawang. Suara awak Unesa harus menjadi titik refleksi bagi senator yang menggumpal menjadi bola dengan satu skor. Hati nurani yang penuh keikhlasan, ketulusan, dan kemandatan harus mewarnai pikiran sang senator. Senator yang hebat akan mampu menarik benang merah suara hati awak Unesa sampai ke tingkat paling bawah. Renungannya penuh kemurnian. Sikap dirinya adalah keterwakilan jeritan hati awak Unesa. Kebijakan yang diambilnya adalah suara sejati awak Unesa. Bukan sebaliknya, pilihan sang senator adalah suara terbeli. Senator kacau adalah senator yang memiliki ketidaksamaan antara harapan awak Unesa di lingkungannya dan kenyataan yang disuarakannya. Jiwa dan pikirannya sudah tergadaikan oleh transaksional yang menguntungkan bagi dirinya. Menurut pikiran senator kacau, pilihan rektor merupakan kesempatan untuk menambah pundi-pundi atau menambah projek baru yang akan dikerjakan. Senator seperti itu dapat ditebak ciri-cirinya. Dia berkata bukan dengan makna yang sesungguhnya. Dia selalu identik dengan peribahasa “ada udang di balik batu.” Pascapilihan, dia langsung meminta jatah entah apa bentuknya. Jika tidak diberi, dia akan membabi-buta dengan omongan menagih, menghujat, menelikung, dan bahkan menantang. Tujuan dirinya bukan tujuan lembaganya. Lembaga maju atau tidak, selalu dikarantinakan ke jalur “emang gua pikirin.” Awak Unesa berharap tidak akan ada senator kacau seperti diurai di atas, di Unesa. Yang ada adalah senator damai yang dapat pula disebut sebagai senator mewakili dan melayani. Senator mewakili adalah sosok yang dengan tulus menyuarakan hati dan nurani, jiwa dan rasa, raga dan karsa, dari awak Unesa yang memang tidak berkesempatan memberikan suara langsung karena jabatan atau tidak ditunjuk menjadi senat dari fakultasnya. Senator melayani adalah sosok yang tenaga dan pikirannya untuk melakukan sesuatu yang penuh rahmat dan amanah dari awak yang diwakilinya. Senator yang demikian itu malu menjadi senator jika tidak bermanfaat dan berfungsi bagi khalayak Unesa. Dalam kurun sekarang, kedua warna senator akan dibuktikan oleh sejarah pilihan rektor Maret nanti. Akankah senator kacau mewarnai atau senator damai yang menguasai. Semua awak berharap bahwa senator Unesa adalah senator damai. Gerak dan langkahnya adalah gerak seorang ksatria demi kemajuan lembaganya. Tidak ada musuh bagi dirinya. Yang ada adalah sahabat yang juga turut mewakili dan melayani. Pilihan rektor merupakan kewajiban karena norma. Bukan keharusan karena kepentingan sempit dan sektoral. Pilihan rektor merupakan momentum dari sebuah momen yang harus diwarnai oleh keterbukaan diri yang penuh damai demi Unesa ke depan. Unesa itu lembaga milik bangsa yang harus memajukan anak bangsa. Unesa itu lembaga besar yang dimungkinkan tumbuh dan berkembang memunculkan kebanggaan bangsa. Salah satu kunci untuk menjadi lembaga kebangaan bangsa adalah keberlangsungan pergantian pilotnya. Pergantian itu harus lancer, damai, dan demi kepentingan semua. Selamat memilih rektor baru. n

Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014 MAJALAH UNESA

|

3


CONTENT

INFO HALAMAN

16

03. WARNA Siapapun Rektornya, Minumnya tetap Optimistis oleh Dr. Suyatno, M.Pd

18

05. LAPORAN UTAMA

• Siapa Suksesor Rektor Unesa; Tiga Kandidat Siap Berkompetisi • Mengenali Profil & Kiprah Tiga Kandidat Calon Rektor • Prof. Dr. Warsono, MS Bertekad Bangun Budaya Akademik Unesa • Prof. Dr. Yatim Riyanto, M.Pd Jadikan Unesa Maju Di Pendidikan & Kukuh di Keilmuan • Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes Utamakan Kepentingan Lembaga

14. KABAR MANCA

• Ngerasani Budaya Baca Orang Jepang oleh Parastuti

16. KABAR PRESTASI & KIPRAH DOSEN

• Dr. Tukiran, M.Si Raih Dosen Terbaik; Aktif Ngajar dan Penelitian • Kiat Sukses Prof. Dr. Ali Maksum

18. LENSA UNESA 20. INSPIRASI ALUMNI • Belajar Kuliah di Australia oleh Arini Siti Wahyuningsih

24. ARTIKEL WAWASAN • Sepuluh Laku Hidup Bahagia

26. KOLOM REKTOR

19

• ‘Ruh’ Generic Skills ‘Berwadahkan’ Specific Skills

28 JATIM MENGAJAR • Di Ponorogo, Gaji Guru Lebih Rendah daripada Karyawan Pabrik

31. SEPUTAR UNESA 32. INFO SEHAT • Pentingnya Check Up Kesehatan

31. CATATAN LIDAH • Pak A/PakB/Pak C? oleh Djuli Djatiprambudi 4 |

Bantuan dan relawan Unesa untuk korban erupsi Gunung Kelud disalurkan langsung ke lokasi bencana oleh aktivis Unesa.

MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014


LAPORAN UTAMA

Siapa Suksesor Rektor Unesa TIGA KANDIDAT SIAP BERKOMPETISI

Proses pemilihan rektor Unesa sudah menggelinding. Tiga guru besar Unesa, telah resmi mendaftarkan diri sebagai kandidat bakal calon rektor. Mereka dinyatakan telah memenuhi syarat untuk melanjutkan suksesi kepemimpinan Prof. Muchlas Samani, rektor saat ini. Lantas siapa diantara ketiga kandidat itu yang kelak akan terpilih menjadi nahkoda Unesa 2014-2018?

S

ejatinya, sejak pe­ngu­ mu­man pen­daf­taran ca­lon rektor Une­sa yang digeber mu­ lai 14 Februari hingga 21 Feb­ruari ma­ sih sepi pendaftar. Tam­ paknya, para kandidat se­ngaja menunggu detik-detik akhir masa penutupan pendaftaran de­ngan alasan tak ingin di­ang­ gap berambisi karena tergesage­ sa mendaftar. Itu terbukti pa­da hari terakhir masa pen­ daf­ taran, para kandidat silih ber­ ganti mendaftar sebagai kan­ didat calon rektor. Kali per­ tama, yang mendaftarkan diri adalah Prof. Dr. Warsono. Gur­u besar dari Fakultas Ilmu So­sial (FIS) itu datang ke pa­ni­ tia pendaftaran sekitar pukul 14.15. Tak berapa lama, gu­

ru besar dari Fakultas Ilmu Pen­ didikan (FIP), Prof. Dr. Ya­ tim Rianto mendaftarkan di­ri satu jam kemudian. Di­su­ sul kemudian, kandidat ba­kal calon rektor ketiga, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes, gu­ ru besar dari Fakultas Ilmu Keolah­ ra­ gaan (FIK) yang datang men­ daf­tar. Dengan terpenuhinya pen­­­daf­tar calon rektor ter­se­ but, bi­sa dipastikan di antara ke­ti­ga guru besar itulah nanti yang akan menjadi suksesor ke­pe­mim­pinan Unesa ke de­ pan. Bisa dipastikan pula bah­ wa agen­ da acara yang disusun pa­ nitia pemilihan rek­ tor akan ber­ jalan sesuai rencana. Setelah berhasil menjaring

kan­ didat calon rektor, se­ lan­ jut­nya pantia akan melakukan pen­ jaringan aspirasi dengan se­ buah polling ke sejumlah do­ sen, karyawan, dan ma­ ha­ sis­ wa. Meski tidak memiliki ke­mutlakan, tapi hasil pen­ja­ri­ ngan aspirasi itu bisa menjadi per­ timbangan para anggota se­ nat untuk menentukan kan­didat calon rektor terbaik Unesa. Akademisi Sambut Baik Terjaringnya tiga kandidat ca­lon rektor Unesa disambut baik sejumlah akademisi Une­ sa. Tentu saja, mereka ber­ha­ rap siapapun kelak yang ter­ pilih sebagai rektor dari ke­tiga kandidat tersebut, bisa mem­ ba­ wa Unesa semakin kukuh

dalam keilmuan, semakin ber­ integritas dan semakin mem­ per­luas jejaring nasional dan inte­rnasional. Sambutan positif disam­ pai­kan Rektor Unesa saat ini, Prof. Muchlas Samani. Ia me­ nga­ku bersyukur akhirnya ada kandidat calon rektor peng­ gan­ ti dirinya yang bersedia men­daftarkan diri. Dengan de­ mikian, kata Muchlas, pe­mi­li­ han rektor bisa berjalan sesuai jad­wal dan tidak perlu diundur lagi. “Saya yakin mereka adalah figur-figur pilihan yang sudah me­menuhi kriteria,” ujarnya. Muchlas berharap, ketiga kan­didat rektor tersebut bisa me­lakukan kompetisi dengan baik dan menjunjung tinggi nor­ma-norma akademik. Apa­

Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014 MAJALAH UNESA

|

5


LAPORAN UTAMA

lagi, lingkungan kompetisi ter­ sebut berada di lingkup akademik. Jadi, seyogyanya ca­ra-cara yang dilakukan da­ lam berkompetisi pun meng­ gu­ nakan norma-norma aka­ de­ mik. “Yang paling penting dipahami bahwa pilihan rektor itu untuk masa depan Unesa bu­ kan kepentingan per­ sonal. Ka­ rena itu, mari bersama-sa­ ma membangun Unesa dengan kom­­petensi yang dimiliki ma­singmasing,” pe­san­ nya. M u c h l a s memastikan se­ bagai rektor incum­ bent dirinya mengaku akan menjaga jarak de­ ngan semua kandidat. Ia ti­ dak akan mendukung ke salah satu kandidat, tapi akan mendukung ketiga kandidat. Baginya, semua kandidat calon rektor memiliki kompetensi yang baik. “Saya tidak ingin ikut sana ikut sini, karena tentu hal itu tidak bagus. Semua yang berkompetisi itu adikadik saya, yang tentu telah me­miliki kemampuan masingma­sing,” terangnya. Mengenai masih ba­ nyak­ nya pihak yang berharap Much­las bisa melanjutkan ke­ pemimpinannya, secara dip­ lomatis ia mengatakana bah­ wa melanjutkan pekerjaan se­ bagai rektor di tengah usia yang sudah tidak muda lagi, tentu tidak bagus ka­re­ na manusia sebenarnya me­ miliki titik jenuh yang ber­ aki­ bat pekerjaan menjadi tidak maksimal lagi. Ia menambahkan, masalah usia ada­lah sesuatu yang alamiah dan tidak bisa dilawan oleh si­apapun. “Usia tua seperti sa­ ya ini tidak akan maksimal di­ bandingkan dengan yang ma­ sih muda. Orang itu ada titik je­nuh atau tidak lagi muncul inovasi, empat tahun cukup

6

|

lah menuangkan keilmuan sa­ ya. Cukuplah biar yang muda. Sa­ ya yakin teman-teman itu baik-baik, malah bisa jadi le­ bih cepat daripada saya,” pa­par­nya.

Prof. Dr. Tjandra Kirana, ketua panitia pemilihan rektor berharap semua kandidat bisa berkompetisi dengan baik dan tidak saling gegeran yang justru bisa merugikan Unesa. “Saya berharap tidak gontok-gontokkan terjadi atau gegeran karena semua berharap untuk kemajuan Unesa,” ungkapnay. Hal yang sama dikemukakan Dr. Budinuryanta, sekretaris pemilihan Rektor Unesa 2014. Ia berharap para kandidat rektor bisa menciptakan suasana tentram, damai, dan bersama-sama memikirkan Unesa ke depan “Tiga orang ini ber­ saudara sama-sama dari ke­luarga Unesa. Berharap dapat menciptakan suasana tentram, damai, bersamamama me­ mi­ kirkan unesa ke depan” pe­sannya. Selevel Rektor Sekarang Sementara itu, Prof. Dr. Wayan, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan mengungkapkan bah­ wa Unesa membutuhkan Rektor yang peduli secara fi­ sik, akademik dan memiliki outstanding. Secara spesifik ia menyebut rektor Unesa pa­

MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014

ling tidak selevel Rektor yang sekarang in. Hal yang sama diungkapkan Prof. Dr. Kisyani Laksono M, Hum ketika ditanya perihal rektor masa depan Unesa. Ia berharap sosok rek­ tor Unesa ke depan adapam fi­gure pemimpin yang tegas, dan berwibawa. “Sebetulnya, ka­mi sangat mengaharapkan kalau pak rektor sekarang (Pak Muchlas), masih bisa di­ teruskan. Tapi karena memang terkendala usia, ya apa boleh buat,” ujarnya ketika ditemui di ruang kerjanya. Kisyani menambahkan, selain tiga kriteria yang diajukan pak Rek­ tor, Unesa juga

m e m ­ butuhkan pe­mim­pin yang memiliki ka­rakter. Artinya, selain berwibawa, dibutuhkan pe­mim­pin yang bisa menjadi te­ ladan. Menurut Kisyani, Karakter adalah sesuatu yang dibangun oleh Unesa. Oleh sebab itu, hal tersebut penting untuk Unesa “Ada tiga kriteria yang diajukan oleh pak Rektor, tapi di samping itu mungkin yang kita perlukan adalah pemimpin yang berkarakter, bisa menjadi teladan khu­ sus­ nya untuk karakter, ba­ gai­ mana pun karakter itu ada­ lah sesuatu yang kita bangun. Karena motto kita adalah growing with character maka pemimpin kita juga ber­ wibawa dan berkarakter. Berkarakter itu juga hablu­ mi­nallah (berhubungan baik dengan sang Pencipta dan hab­li­minannas (berhubungan baik dengan sesame manusia). Hal yang sama di­ kemukakan Prof. Dr. I Nyoman

Su­darka M.S.. Dekan FIP Une­ sa mengatakan bahwa Unesa membutuhkan rektor yang tidak jauh beda dengan rektor saat ini. “Kepemimpinan se­per­ ti Prof.Dr.Muchlas Samani itu sa­ngat sesuai dengan Unesa. Mu­lai dari fisik, akademik dan outstanding bisa berjalan se­ irama. Sementara itu, Prof. Dr. Luth­fiyah Nurlaela, guru besar FT Unesa mengakui bahwa Un­ esa membutuhkan rektor yang visioner dan memiliki ko­mitmen untuk memajukan Une­sa sebagai LPTK yang da­ pat diperhitungkan. Direktur PPG itu menyebut, di In­do­ nesia ada sebanyak 400 LPTK yang memiliki daya saing sehingga rek­­tor Une­ sa masa de­ pan kelak h a­r u s l a h da­pat men­ j a­d i k a n Une­­­sa sebagai LPTK yang ber­ mu­ tu dan men­ jadi sorotan. Ter­ lebih, ke depan adalah era WTO dan AF­ TA sehingga Unesa benarbenar membutuhkan rek­ tor yang memiliki kom­petensi ting­gi. “Rek­ tor Unesa perlu yang vi­ sioner, memiliki ko­ mitmen me­majukan Une­sa sebagai LPTK yang di­ perhitungkan” ujarnya. (SIR/PUTRI)


LAPORAN UTAMA

MENGENALI PROFIL & KIPRAH TIGA KANDIDAT CALON REKTOR Tiga kandidat rektor Unesa periode mendatang sudah resmi mendaftarkan diri. Mereka adalah Prof. Dr. Warsoni MS, Prof. Dr. Yatim Rianto, M.Pd dan Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. Di antara ketiga guru besar tersebut, siapa yang paling berpeluang menjadi pengganti Prof. Muchlas Samani? Berikut profil dan kiprah ketiga kandidat...

Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014 MAJALAH UNESA

|

7


LAPORAN UTAMA

Prof. Dr. Warsono, MS

P

BERTEKAD BANGUN BUDAYA AKADEMIK UNESA

rof. Dr. Warsono, MS lahir di Boyolali 19 Mei 1960. Guru be­sar Fakultas Ilmu So­ sial yang saat ini menjabat se­ba­gai Pembantu Rektor III itu me­ru­ pa­kan salah satu kandidat calon rek­tor yang memiliki komitmen ting­ gi membangun budaya aka­demik di Unesa. Setidaknya, hal itulah yang salah satunya ia kemukakan dalam visi misinya sebagai calon rektor.

8

|

MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014

Warsono, demikian panggi­ lan akrabya, yakin dengan mem­bangun budaya akademik akan menumbuhkan jiwa-jiwa ma­ hasiswa berprestasi dan ber­ karakter seperti budaya membaca, meneliti dan menulis. Ia berkomitmen menjadikan Une­ sa sebagai kampus yang ung­ gul dan bermartabat “Mi­ si saya adalah menjadikan kam­ pus Unesa yang unggul, de­ ngan karakter yang kuat, inte­

lek­tualitas kuat. Dengan begitu, Une­ sa akan menjadi kampus yang disegani,” ujarnya. Warsono menyebut, se­ ba­ gai lembaga pendidikan tinggi yang memiliki fungsi dan peran strategis, Unesa per­ lu mempersiapkan tiga hal. Per­ ta­ ma, menyiapkan pemimpin bang­ sa. Kedua, menyiapkan sum­ber daya manusia sebagai mo­dal pembangunan. Dan, yang ke­tiga, membangun peradaban.


LAPORAN UTAMA Ketiga hal itu, ungkap Warsono, me­miliki kaitan erat dengan ma­ nu­sianya. Karena itulah, program ung­­ gulan yang nantinya akan ia laksanakan jika ter­ pilih sebagai rektor Unesa ada­ lah membangun ketiga hal tersebut. Selanjutnya, akan dikembangkan menuju ma­ hasiswa berintelektual, ber­ ka­ rakter, dan membangun ke­ mam­puan memimpin “Tiga hal ter­sebut tidak bisa ditinggalkan, dari ketiga hal tersebut dapat di­ kembangkan intelektual dan karakter, selanjutnya mem­ ba­ ngun kemampuan leadership dan profesionalitas mereka,” pa­ par­nya. Modal Bersaing di Era Global Ketiga hal tersebut, tam­ bah Warsono merupakan mo­dal besar bagi Unesa untuk meng­ ha­silkan sumber daya manusia yang siap bersaing di era global. De­ngan mempersiapkan ketiga elemen tersebut, akan berimbas pa­ da sumber daya manusia, te­ rutama pada mahasiswa. War­­sono mengakui, untuk me­­ wujudkan mahasiswa ber­ in­ telektual dan berkarakter di­ butuhkan dosen yang ber­kua­li­ tas. “Dosen merupakan titik po­ in dalam perguruan tinggi. Do­ sen menentukan mahasiswa yang berkualitas, dosen juga sim­­ bol dari perguruan tinggi ter­sebut. Jadi, dosen juga harus ber­kualitas baik dalam hal me­ nga­­jar maupun penelitian-pe­ ne­­litiannya,” paparnya Produk perguruan tinggi, ung­­kap Warsono adalah lu­lu­ san dan penelitiannya. Ka­ r­ ena itu, diperlukan upaya un­­ tuk mendorong dosen men­­jadi orang-orang yang ber­kom­pe­ ten­si dalam iklim pe­ne­litian dan tu­ lisan. Dengan de­ mikian, jika dosen sudah me­ miliki budaya pe­nelitian di­pastikan nama lem­ baga ter­se­but akan ikut te­rang­ kat. “Produk perguruan tinggi itu lulusan dan research-nya ke

de­ pan. Dosen harus didorong men­­jadi orang-orang yang ber­ kompetensi, terutama kom­ pe­ tensi dalam penelitian. Se­ bab, penelitian dan publikasi il­­miah itulah yang nanti bisa men­do­ rong perguruan tinggi ini ke kan­cah internasional,” je­las­nya. Sarana dan prasarana yang saat ini sudah disiapkan oleh Prof. Dr. Muchlas Samani me­ru­ pa­­kan dukungan konkret untuk mahasiswa dan dosen ke depan. Ha­­nya saja, fasilitas sarana dan pra­ sarana tersebut bukan se­ ba­­gai tujuan utama perguruan tinggi. Ia menegaskan tugas uta­­ma perguruan tinggi ada­lah menghasilkan lulusan yang ber­ ku­alitas “Sarana dan pra­sa­rana juga dibutuhkan untuk men­ du­ kung bukan sebagai tujuan uta­ma. Tugas perguruan tinggi meng­hasilkan lulusan yang ber­ kua­litas,” tandasnya. Membangun budaya aka­ de­ mik berprestasi juga me­ ru­ pakan visi guru besar asal PPKN ini. Menurutnya de­ ngan mem­bangun iklim aka­de­mik berprestasi, Unesa akan mam­­ pu berdaya saing di kan­­ cah internasional. “Tidak hanya mahasiswa atau dosen, kar­ ya­ wan juga dituntut untuk ber­prestasi. Untuk iklim kar­ya­ wan, saya akan berusaha me­ wujudkan manajemen yang tran­ sparan, rasional dan bisa di­pertanggungjawabkan. Be­ ker­ja bukan karena uang, tapi karena diri, artinya pe­ ker­ jaan mencerminkan siap diri kita. Tentunya di­bu­tuh­kan manajemen yang trans­pa­ran, rasional dan bisa dipertang­ gung­jawabkan,” pungkasnya. (PUTRI_HUMAS)

“Dosen merupakan titik po­in dalam perguruan tinggi. Do­sen menentukan mahasiswa yang berkualitas, dosen juga sim­­bol dari perguruan tinggi ter­sebut."

BIODATA: • Nama Lengkap: Prof. Dr. Warsono, MS • Tempat dan Tanggal Lahir: Boyolali, 19 Mei 1960 • Pangkat, golongan/ruang: Pembina Utama Madya IVD • Jabatan Fungsional: Guru Besar FIS VISI • Menuju Unesa yang Unggul & Bermartabat MISI • Menumbuhkembangkan budaya akademik, dan budaya berprestasi • Membawa Unesa dikenal di tingkat internasional • Menghasilkan lulusan yang kompeten • Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dosen dan karyawan • Mewujudkan system pengelolaan (managemen) yang efisien, produktif dan akuntabel • Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan dosen. • Program Kerja • Mendorong dan memfasilitasi kegiatan akademis dari civitas akademika untuk melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah serta publikasi karya akademis. • Meningkatkan kompetensi dosen, baik di bidang keilmuan, penelitian, penulisan, pedagogik, dan kemampuan berbahasa asing. • Meningkatkan jaringan kerjasama (networking) dengan perguruan tinggi di luar negeri. • Meningkatkan kualitas lulusan dan membantu mereka mencari pekerjaan. • Meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan akuntabilitas dalam pengelolaan Unesa dengan berdasarkan pada prinsip Good Governance dan demokrasi. • Membangun dan mengoptimalkan unit-unit usaha untuk meningkatkan pendapatan Unesa untuk meningkatkan kesejahteraan warga Unesa. MOTTO KERJA/KEPEMIMPINAN • Kerja cerdas, ikhlas, dan amanah

Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014 MAJALAH UNESA

|

9


LAPORAN UTAMA Prof. Dr. Yatim Riyanto, M.Pd

JADIKAN UNESA MAJU DI PENDIDIKAN & KUKUH DI KEILMUAN Yatim Riayanto, demikian nama guru besar FIP Unesa kelahiran Blitar 1961 itu. Ia mengaku tertantang mendaftarkkan diri sebagai calon rektor Unesa selain memiliki kapabilitas, juga karena selama ini belum pernah ada satupun rektor Unesa yang berasal dari Fakultas Ilmu Pendidikan.

S

ejak zaman masih ber­na­ ma IKIP Surabaya hing­ga bertransformasi men­ jadi Universitas Ne­ geri Surabaya, rektor selalu ber­ asal dari fakultas di luar FIP. Se­hingga, barangkali saat inilah, FIP diberi kesempatan untuk me­ mimpin Unesa ke depan,” pa­parnya. Yatim menyadari bahwa ala­san yang dikemukakan itu sa­ ngat bersifat subjektif. Namun, se­benarnya bukan hanya faktor rek­tor Unesa yang tidak pernah dari Fakultas Ilmu Pendidikan akan tetapi faktor lain yang mem­buat Yatim memberanikan di­ri untuk maju sebagai kandidat calon rektor adalah reputasi dan kre­dibilitasnya di Dikti. Untuk di­ ketahui, saat ini Yatim cukup me­ miliki peran dan kiprah di Dik­ti. Salah satunya, ia dipercaya men­ ja­ di anggota BAN-PNF (Badan Ak­ reditas Nasional Pendidikan Non Formal) dan dipercaya men­jadi penilai guru besar. Kembangkan Pendidikan Ketika disinggung soal pro­ gram inti yang nanti akan di­ ja­ lankan jika terpilih sebagai rek­ tor, dengan tegas Yatim me­milih untuk melakukan pro­ gram pengembangan pen­di­di­ kan. Menurutnya program pen­ didikan selama ini kurang men­ da­ patkan perhatian. Padahal, asal mula Unesa berdiri adalah da­ri IKIP (Institut Keguruan dan

10

|

Ilmu Pendidikan). Menyadari hal tersebut, Yatim berjanji akan me­ ngembangkan akademik di ling­kungan Unesa “Program inti saya adalah Pro­ gram Pengembangan Aka­ de­mik, program tersebut kurang per­hatian. Kita harus ingat dulu namannya IKIP, sebelum ber­ubah menjadi Univeristas. Lebih me­ nekankan ke pendidkan ja­ ngan melupakan ruhnya,” pang­kas­nya Transformasi menjadi Uni­ versitas tentu membuat Une­sa menjadi lembaga yang ber­kem­ bang juga dalam iklim keilmuan se­perti visi Unesa yang kukuh dalam keilmuan. Hal tersebut ti­ dak ditampik oleh Yatim. Di­ri­nya juga akan memperbaiki keil­mu­ an Unesa agar sejajar dengan Unair, UI, ITB dan beberapa per­ guruan tinggi lain yang sudah lebih dulu mapan. Untuk men­ ja­dikan Unesa kukuh dalam keil­ muan, ia akan kontinyu me­la­ku­ kan pengiriman dosen ke luar negeri. “Kalau keilmuan juga harus be­ tul-betul dikembangkan il­ mu-ilmu murni, tentu hal ini kon­ sekuensi dari perubahan. Me­ mang perlu kerja keras, ilmu murni (di Unesa) setara de­ ngan ilmu murni yang ada diperguruan tinggi yang lain. Rencananya akan ada pe­ ngi­ ri­ man dosen-dosen ke luar untuk memperkokoh keilmuan,” tegasnya

MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014

Selanjutnya ketika ditanya soal target jangka pendek yang direncanakan oleh Yatim ia lebih memilih melanjutkan pro­ gram-program yang sudah di­ lakukan oleh rektor lama seperti pembangunan fisik. Se­te­lah me­ lak­sanakan program-pro­gram yang sudah dilakukan oleh rek­ tor lama, barulah merangkak

pada program yang baru. “Pro­ gram Seratus hari kerja saya ya melanjutkan program-pro­gram yang sudah dilakukan oleh rektor lama, seperti pem­ba­ngu­ nan-pembangunan gedung. Se­ telah itu, baru berlanjut ke program-program baru,” ung­ kap­nya. (PUTRI_HUMAS)


LAPORAN UTAMA • mengembangkan incubator bisnis yang hasilnya untuk mendorong riset yang dapat diterapkan di industri • meningkatkan kuantitas kerjasama dengan perguruan tinggi dalam dan luar negeri serta lembaga terkait

BIODATA • Nama Lengkap: Prof. Dr. H.Yatim Riyanto, M.Pd. • Tempat/Tgl. Lahir: Blitar/ 10 Nopember 1961 • Agama: Islam • Jabatan Fungsional: Guru Besar • Jur./Prodi/Fakultas: PLS/Manajemen Pendidikan/FIP VISI • Menghantarkan UNESA sebagai Universitas unggul dalam Kependidikan dan kukuh dalam keilmuan untuk menuju Universitas yang termasuk terdepan di Asia MISI • Meningkatkan Layanan Mutu Pendidikan • Meningkatkan Relevansi pendidikan (Link & Match) dengan dunia usaha dan industry • Meningkatkan akses dan pemerataan pendidikan • mengembangkan keilmuan dalam bidang pendidikan dan non pendidikan • mengembangkan pusat keilmuan dan pusat pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah • meningkatkan kuantitas dan kualitas lulusan yang mampu berdaya saing regional • meningkatkan sistem tata kelola yang sehat dan mandiri, efektif, efesien dan transparan • meningkatkan kuantitas dan kualitas dosen dalam penelitian dan pengabdian PROGRAM KERJA 1. MENINGKATKAN LAYANAN MUTU PENDIDIKAN • meningkatkan kualitas proses pembelajaran/ perkuliahan • peningkatan kuantitas dan kualitas bahan ajar dan media pembelajaran • meningkatkan kuantitas kegiatan PPLdan PKL mahasiswa • peningkatan kualitas dosen melalui studi lanjut S3 dan pelatihan/ workshop lainnya • melakukan pengembangan kurikulum secara periodic termasuk silabus dan SAP • pengembangan sarana perkuliahan dan praktikum • meningkatkan kualitas dan kuantitas pembimbingan skripsi, tesis dan disertasi • melakukan evaluasi perkuliahan setiap semester 2. MENINGKATKAN RELEVANSI PENDIDIKAN (LINK & MATCH) DENGAN DUNIA USAHA DAN INDUSTRY • mengembangkan kurikulum yang berkolaborasi dengan pihak dunia usaha dan industry serta pengembangan UJTC • melakukan kemitraan dan riset terapan yang bersifat inovatif serta dapat didesiminasikan ke dunia usaha dan industry

3. MENINGKATKAN AKSES DAN PEMERATAAN PENDIDIKAN SERTA KUALITAS LULUSAN YANG MAMPU BERDAYA SAING REGIONAL • memfasilitasi akses pendidikan yang lebih luas serta pengembang prodi sesuai dengan kebutuhan masyarakat • memfasilitasi kegiatan mahasiswa yang terkait dengan peningkatan kreativitas dan program Enterprenure • meningkatkan potensi dan peran mahasiswa sebagai aset bangsa yang unggul terutama melalui pendidikan karakter • meningkatkan kualitas perkuliahan yang berbasis IT (Cyber Learning) yang mampu menghasilkan lulusan berdaya saing • meningkatkan kualitas perkuliahan berbasis penjamin mutu akademik 4. MENGEMBANGKAN KEILMUAN DALAM BIDANG PENDIDIKAN DAN NON PENDIDIKAN • mendorong dosen untuk meningkatkan kompetisi dan penguasaan ilmu pendidikan melalui seminar, workshop dan studi lanjut • mendorong dosen untuk meningkatkan kompetensi dan penguasaan ilmu murni melalui seminar, workshop dan studi lanjut • mengupayakan pembukaan prodi baru ilmu pendidikan baik S2 maupun S3 • mengembangkan pusat studi ilmu pendidikan dan non pendidikan melalui kemitraan dengan lembaga pendidikan tinggi 5. MENINGKATKAN SISTEM TATA KELOLA YANG SEHAT DAN MANDIRI, EFEKTIF, EFISIEN DAN TRANSPARAN • mengimplementasikan sistem keuangan yang transparan dan akuntable • implementasi sistem monev terhadap kinerja pimpinan dari level universitas, fakultas, jurusan/prodi • mengembangkan sistem tata kelola yang efektif dan efisien berbasis On line • peningkatan pemberdayaan prodi di S1, S2, S3 sebagai ujung tombak kredibilitas lembaga Unesa • mengembangkan potensi fakultas berbasis aset dan infrastruktur unesa yang potensi bisnis untuk meningkatkan kesejahteraan sivitas akademika 6. MENINGKATKAN KUANTITAS DAN KUALITAS DOSEN DALAM PENELITIAN DAN PENGABDIAN • peningkatan kuantitas dan kualitas peneliti pada semua jenis penelitian di PT dari berbagai sumber pendanaan • membangun program budaya meneliti/mengabdi dan menulis jurnal baik dosen dan mahasiswa • memmbangun sistem jaringan kemitraan dalam penelitian dan pengabdian • fasilitas dalam penelitian dosen untuk Instructional Quality Improvement • pengembangan model difusi hasil penelitian dan pengabdian (on line) • mengembangkan hasil penelitian dosen dan mahasiswa yang dimuat dalam jurnal nasional dan Internasional. Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014 MAJALAH UNESA

|

11


LAPORAN UTAMA

Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes

UTAMAKAN KEPENTINGAN LEMBAGA Pendaftar terakhir kandidat calon rektor adalah Prof. Dr. Nurhasan. Guru besar dari FIK memantapkan langkahnya dengan mendaftarkan diri sebagai calon rektor Unesa dengan komitmen tinggi untuk perubahan.

M

enurutnya, Unesa membutuhkan pemimpin yang memiliki komit­ men dan konsisten. “Komitmen saja tidak cukup, harus di­ba­re­ ngi dengan konsisten agar lem­ ba­ga itu bisa dibawa sesusai de­ngan tujuan yang di­se­ pakati,” jelasnya. Nurhasan ber­ce­ri­ ta, rektor Unesa se­­ karang ini sudah mem­bangun ber­ bagai ma­cam p r o­­g r a m s e­­h i n g g a s i a p a­p u n nan­ti yang m e­m i m p i n Unes­a di­ harapkan bisa me­lan­jut­ kan program rektor se­ karang ini. Jika nanti ia ter­ pilih menjadi rektor se­lanjutnya, di samping me­lakukan program yang sudah ada ia akan merealisasikan pro­gram yang bel­um terlaksana, ke­mu­ dian tentunya ada program ino­­va­si yang lain “Rektor se­ ka­ra­ ng sudah me­­rintis, aktivitas pem­­be­la­ja­ran sudah sa­ ngat baik, siapa pun yang

12 |

MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014

men­ jadi pimpinan di Unesa ha­ rus melakukan yang sudah ada dan melakukan pro­ gramprogram yang belum ber­jalan, di samping program-pro­ gram inovasi yang nanti akan dilaksanakan.” ujarnya di selasela sesi pemotretan untuk kan­ di­dat calon rektor. Program pertama yang akan di­ jalankan jika terpilih adalah Job Center. Program andalan ter­sebut adalah program yang me­ nampung kerjasama antara Unesa dengan berbagai mitra pe­ rusahaan yang kemudian me­ mudahkan para alumnus men­cari pekerjaan. Ia akan me­ nyia­pkan formula untuk meracik pro­gram itu agar lulusan Unesa tidak perlu menunggu. Ide job center tersebut mun­ cul dari kunjungan Nurhasan ke uni­ versitas-universitas di luar ne­ geri yang memiliki gedung khu­sus untuk pelayanan infor­ masi lowongan kerja bagi alum­ ni. Menurutnya, gedung job center itu sudah biasa di Uni­ versitas terkemuka di luar ne­ geri. Sehingga pantas saja jika lulusan-lulusan perguruan ting­ gi tersebut segera mendapatkan pe­kerjaan cepat dan akurat. Dosen yang juga salah satu Ketua KONI Jawa Timut itu menambahkan, menjadi Rek­tor tidak bisa bekerja sendiri, me­ lain­kan dibutuhkan team work


LAPORAN UTAMA

un­ tuk mewujudkan programprogram yang dijalankan. Pe­ mim­ pin itu, jelas Nurhasan me­ miliki batasan sehingga per­lu menyiapkan team work untuk dilatih agar siap meng­ ha­ dapi era global “Kita harus mem­buat team work. Kita tidak

bisa bekerja sendiri karena ke­ mampuan pimpinan itu ter­ batas,” tegasnya. Demi kemajuan Unesa, lanjut Nur­ hasan, hendaknya rektor me­ngutamakan kepentingan lem­ baga bukan pribadi dan golongan. Selanjutnya, pe­

Biodata: • Nama lengkap: Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes • Tempat/Tgl. Lahir: Surabaya, 29 April 1963 • Agama: Islam • Jabatan Fungsional: Guru Besar • Pangkat/Golongan : Pembina Utama Madya - IV/d • Jur./Prodi/Fakultas: S-1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan Dan Rekreasi/FIK VISI • Tertatanya sarana dan prasarana untuk meningkatkan atmosfir akademik dan semakin luasnya kerjasama untuk meningkatkan pencitraan lembaga dalam rangka menuju unggul dalam kependidikan dan kukuh dalam keilmuan. MISI • Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, baik sarana dan prasarana yang baru maupun menyelesaikan pembangunan sarana dan prasarana yang belum selesai. • Meningkatkan atmosfir akademik dengan menghidupkan rumpun keahlian di masing-masing fakultas. • Meningatkan kualitas SDM dalam rangka peningkatan layanan akademik dan nonakademik baik melalui degree training maupun non degree training. • Meningkatkan penelitian dan PKM oleh dosen, baik kualitas maupun maupun kuantitasnya. • Meningkatkan akuntabilitas dan tranparansi pengelolaan perguruan tinggi, baik pengelolaan akademik maupun non akademik. • PROGRAM • Mengupayakan terselesaikannya pembangunan gedung pendidikan yang belum terselesaikan sampai saat ini. • Mengupayakan percepatan pembangunan 7 gedung dari program IDB. • Melanjutkan penataan infrastrukru di kampus Lidah, kampus Ketintang, kampus Teratai, kampus Darma Husada dan kampus Gedangan. • Mendorong percepatan berdirinya Lab School mulai tingkat SD hingga SMA dan SMK. • Merevitalisasi pengelolaan Lab School Ketintang menuju tata kelola Unesa • Mengembangkan sistem informasi yang terintegrasi dalam pengelolaan perguruan tinggi. • Meningkatkan kinerja rumpun keahlian dengan memberikan hibah kepada rumpun bidang keahlian.

mim­ pin ke depan juga harus me­ layani sivitas akademika. An­tara akademik dan SDM ha­ rus berjalan bersamaan. Me­ nu­rutnya, itu tidak sulit karena Une­sa punya anggaran dan pas­ ti bisa. (PUTRI/WAHYU)

GAYENG: Prof. Nurhasan saat bercengkerama dengan mahasiswa di salah satu taman kampus Unesa, Ketintang Surabaya. • Membuka peluang dan mencarikan akses seluas-luasnya untuk studi lanjut dan pelatihan, baik dalam negeri maupun luar negeri, baik tenaga dosen maupun tenaga kependidikan. • Membuka peluang yang lebih besar kepada dosen untuk melaksanakan penelitian dan PKM dengan meningkatkan anggaran penelitian. • Mendorong penerapan kurikulim yang sesuai dengan KKNI untuk setiap prodi. • Mendorong percepatan legalisasi aset yang dimiliki Unesa. • Mengupayakan pengembangan alat laboratorium dan mebelair untuk gedung yang baru dibangun.

“Rektor se­ka­r­ang sudah me­­rintis, aktivitas pem­­ be­la­ja­ran sudah sa­ngat baik, siapa pun yang men­jadi pimpinan di Unesa ha­rus melakukan yang sudah ada dan melakukan pro­gram-program yang belum ber­jalan, di samping program-pro­gram inovasi yang nanti akan dilaksanakan.” Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014 MAJALAH UNESA

| 13


KABAR MANCA

TAK ADA WAKTU TERBUANG PERCUMA. Begitulah masyarakat Jepang memanfaatkan waktu untuk membaca. Meski di keramaian kendaraan umum, mereka masih menyempatkan diri untuk membaca.

Ngerasani Budaya BACA ORANG Jepang Oleh PARASTUTI*

Karena budaya baca inilah, orang Jepang tidak pandai bi­cara dalam segala situasi. Kebanyakan mahasiswa Jepang kurang pandai presentasi, oleh karena itu orasi ilmiah ma­ha­sis­wa kurang begitu ngetren--meski wawasan mereka luas ber­kat membaca.

14 |

B

anyak orang Indonesia, te­ ru­tama yang menggeluti bi­dang pendidikan, tiada hentinya membicarakan budaya baca orang Jepang. Bagaimana sih budaya baca orang Jepang itu? Apakah mereka benar-be­ nar gemar baca? Inilah rasa pe­ na­ saran saya sejak mengenal Jepang. Saya amati selama me­ nim­ba ilmu di Nagoya, ternyata tidak banyak orang Jepang yang ge­mar membaca. Persis kebanyakan orang In­ do­nesia, yang tidak suka baca pun banyak. Tetapi bagi penyuka ba­ca, betapa bahagianya ter­la­

MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XIV - Februari 2014

hir sebagai orang Jepang. Ne­ ga­ra ini laksana surga. Betapa ti­dak, hampir tiap hari ada bu­ku terbitan baru di segala bi­dang. Harganya terjangkau, wa­lau jika dirupiahkan termasuk ma­ hal. Kemasan dan kertasnya ber­ kualitas tinggi. Terkesan pe­ner­ bit­nya serius bekerja. Bagi orang Jepang, walau di era e-book, buku cetakan ini ma­ sih menjadi pilihan tersendiri. Mung­ kin sama dengan yang saya rasakan; ada keasyikan ter­ sendiri saat membaca buku ce­ tak, sembari ujung-ujung jari me­nyentuh lembar per lembar

ha­­laman buku yang sedang di­ ba­canya. Kalau begitu, apa maksud bu­daya baca orang Jepang itu? Sa­ya kira, budaya baca bukanlah be­rarti bahwa semua manusia Je­pang itu membaca buku apa saja dalam setiap waktu. Te­ta­ pi, itu lebih menciptakan si­tu­asi membaca dalam kondisi apa pun. Nah, bagaimana men­cip­ta­ kan situasi baca demikian? Saya tidak akan mem­ ban­ ding­kan atau mengupas semua fa­silitas yang bersangkutan de­ ngan budaya baca antara In­do­ ne­sia dan Jepang. Karena jelas


KABAR MANCA akan berbeda dalam segala hal, jika kita bicara tentang fasilitas pen­dukungnya. Saya hanya fo­ kus pada budaya baca karena si­tuasi ini. Masyarakat Jepang men­cip­ ta­kan ‘situasi membaca’ itu dari lingkup terkecil dan dari level te­rendah dalam segala hal. Di sekolah-sekolah sampai jenjang SMA, diadakan waktu wajib ba­ ca setengah jam sebelum di­mu­ lai­nya jam belajar setiap hari. Di se­mua lobby mana pun tersedia ba­han bacaan mulai anak-anak sam­pai dewasa yang dipisahkan rak berbeda. Selain itu, di tempat-tempat umum kesadaran untuk saling meng­hormati privasi orang di­ tum­buhkan, misalnya tidak me­ ngobrol dengan suara keras. Jadi orang yang ingin menikmati bu­­kunya bisa membaca dengan leluasa. Lalu perpustakaan di­bi­ kin nyaman dan buku jenis apa pun mudah untuk dipinjam. Ra­ta-rata perpustakaan daerah, dilengkapi taman bermain, café, ruang diskusi, dan kadang ada ju­ga ruang konser musik yang tidak besar. Pernah suatu saat saya mengawasi perilaku pe­ num­ pang kereta saat jam sibuk be­ rangkat kantor. Begitu masuk ger­bong, ada yang duduk dan lang­ sung sibuk memainkan gad­get-nya. Yang lain duduk sambil terkantuk-kantuk, yang lainnya lagi membuka bu­ ku, dan beberapa lagi asyik teng­ ge­lam dalam bukunya. Apakah se­ muanya yang pegang buku itu membaca? Sudah pasti ja­ wabnya: “Tidak”. Bahkan ada yang hanya memegang buku itu dan melamun, atau tertidur de­ ngan buku yang tetap di­ pegangnya. Yang penting bagi mereka ada­lah bukan pada aksi mem­ ba­ca isi buku itu sampai tuntas, te­­tapi menciptakan hidup yang dikeliling buku. Dengan be­ ­ gitu, jika sudah terbiasa hidup dengan buku, jika kelak me­ne­ mui kendala dalam hidup, me­ reka bisa mencari tahu lebih

da­hulu sebelum bertanya pada ah­linya. Dengan begitu, semuanya men­ jadi lebih tinggi tingkat ke­ percayaannya tatkala orang ber­ bicara berdasarkan apa yang telah ditulis oleh orang se­ belumnya. Dampaknya, isi pem­bicaraan itu lebih berisi dan me­ ngarah. Segala sesuatu itu ada sisi mata uang, dalam hal ini tentunya juga ada. Karena budaya baca inilah, orang Jepang tidak pandai bi­ cara dalam segala situasi. Kebanyakan mahasiswa Jepang kurang pandai presentasi, oleh karena itu orasi ilmiah ma­ha­sis­wa kurang begitu ngetren--meski wawasan mereka luas ber­kat membaca. Umumnya manusia Jepang juga kurang pandai bertegur sapa. Ada suatu rasa ketakutan dan rasa malu, jika sapaannya ti­dak berbalas. Karena itu, buku menjadi salah satu pelariannya yang jitu saat mereka berada di tem­pat-tempat umum. Padahal sebetulnya mereka, seperti pada da­sarnya manusia biasa, suka di­ sapa, dipuji dan saling memuji. Efek budaya baca ini ada juga yang aneh di mata orang asing. Dalam acara resepsi per­ nikahan, ada bagian acara yang memberikan kesempatan pe­ ngan­ tin perempuan untuk mem­bacakan surat pernyataan te­rimakasihnya pada orang tua yang telah membesarkannya. Pada saat itu pengantin pe­ rem­puan membacakan surat di hadapan orang tuanya. Surat yang ditulisnya sendiri itu dibaca sambil menangis ter­ha­ ru bahagia dan sedih karena ti­dak lagi menjadi satu marga dengan ayah ibunya. Dan ke­ mu­ dian orang tuanya akan me­ nyimpannya dengan baik, se­bagai tanda bahwa anaknya, se­telah ini, sudah milik keluarga orang lain.

Pertama melihatnya itu ter­ kesan lucu, karena dalam imej kita, aksi membaca surat di­la­ kukan oleh si penerima, dan si pe­nulisnya itu jauh dari orang yang menerima surat itu. Bukan sa­ling berhadapan seperti itu. Pada saat itu dalam benak saya sebagai orang asing, orang Jepang ini aneh. Lamake­ lamaan saya paham, karena budaya baca itulah yang me­ nga­ kibatkan acara semacam ini ada.

Budaya baca orang Je­pang bukanlah memaksa orang atau anak untuk membaca isi tun­tas dari sebuah bacaan, melainkan lebih menciptakan cara hi­dup yang dikelilingi buku.

Mereka tidak pandai ber­tutur kata di depan banyak orang, apalagi jika situasinya meng­gugah emosi kebahagian dan kesedihan. Setelah mengamati perilaku me­reka, saya menggarisbawahi, bahwa ‘budaya baca’ orang Je­ pang bukanlah memaksa orang atau anak untuk membaca isi tun­ tas dari sebuah bacaan. Ia lebih menciptakan cara hi­ dup yang dikelilingi buku. Ha­ki­kat­ nya, dengan hanya melihat je­ jeran punggung buku, tanpa mem­buka isinya pun, itu sudah meng­ inspirasi pembaca untuk ber­buat sesuatu yang positif.*** Penulis adalah Staf Pengajar Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Saat ini sedang studi S3, konsentrasi bidang Kajian Jepang di Aichi Prefectural University. Email: paras2t3@yahoo.com

Nomor: 66 Tahun XIV - Februari 2014 MAJALAH UNESA

| 15


KABAR PRESTASI Dr. Tukiran, M.Si Raih Dosen Terbaik Ketiga

SELAIN NGAJAR, AKTIF DI PENELITIAN

T

erpilih sebagai do­ sen terbaik ketiga, tak membuat Dr. Tu­ kiran berbangga ha­ ti. Justru, ia menyarankan agar kom­ petisi pemilihan dosen ter­ baik ke depan bisa lebih kom­ petitif melalui presentasi antar­ kandidat, bukan hanya me­lalui pengumpulan berkas saja. Tukiran mengakui proses pe­milihan dosen terbaik saat ini belum berjalan optimal dan fair sesuai yang diharapkan. Selama ini, pemilihan dosen terbaik dilakukan berdasarkan track record saja dan langsung di­ pilih. Padahal menurutnya, dosen terbaik itu harus di­ten­ tukan setidaknya melalui pre­ sen­ tasi dari masing-masing kan­didat tiap jurusan. Dengan demikian, dosen terbaik yang ter­pilih, benar-benar fair, layak dan sesuai harapan. Tukiran menambahkan, jika me­ngacu pada tiga kewajiban dosen sebagaimana termuat dal­am Tridarma Perguruan Ting­ gi, yaitu mengajar, meneliti dan mengabdi, seharusnya do­sen berprestasi yang diajukan minimal

16 |

MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XIV - Februari 2014

memenuhi ketiga hal itu baru nanti diadu untuk me­ li­ hat kualitas masing-masing. “Se­ be­narnya, yang menjadi kunci di­ katakan dosen berprestasi itu perbedaannya adalah me­ neliti dan mengabdi,” ung­kap­ nya. Untuk bidang penelitian, Tu­ kiran bersyukur karena setiap ta­ hun ia mendapatkan dana pe­nelitian. Terakhir, bahkan ia terpaksa menghentikan sa­lah satu penelitian karena men­da­ patkan dana double yakni me­ lalui Dana Hibah Bersaing dan Penelitian Unggulan Per­ gu­ ruan Tinggi (PUPT), DIPA UNE­ SA Bekerjasama dengan IDB. Ka­ rena Dikti memiliki aturan tidak boleh double, maka pe­ ne­litian yang didanai IDB, se­ hing­ ga yang proposal Dana Hi­bah Bersaing harus dicancel. Proposal penelitian Danah Hi­bah Bersaing itu mengenai Kimia Bahan Alam, sedangkan yang didanai IDB ini tentang kependidikan, namun tetap berbau Kimia Bahan Alam. “Keluaran IDB itu kan dalam ben­tuk buku ajar yang ber­ba­ sis research, jadi tahun 2015 harus sudah dihasilkan bu­ ku tersebut. Dari situ meng­ gambarkan mungkin be­be­ra­

pa teman dosen tidak punya wak­tu untuk melahirkan pro­ po­sal yang didanai IDB. Ketiga adalah mengabdi. Ini memang yang mungkin se­bagian besar tingkatan Do­ sen Unesa atau di seluruh uni­ versitas di Indonesia me­ ngab­­dinya tidak banyak, beda de­ngan mengajar dan meneliti to­tal minimal 12 SKS-16 SK per se­ mester. Celakanya, untuk me­ ngajar dan meneliti itu 9 SKS, sehingga muatan untuk me­ ngabdi itu memiliki porsi banyak, dan dananya juga ti­ dak terlalu besar. Biasanya, di­ isi secara insidental saja. “Di Kimia sendiri kondusif un­ tuk melakukan penelitian, ta­hun kemarin mulai ada PKM untuk dosen, saya juga ba­ gian dari yang mereview itu. Yang menembus 50 juta ke atas itu belum, namun tahun 2012 di FMIPA hanya saya yang mendapatkan itu. Nah, se­­ karang saya sedang juga me­ nung­ gu pengumuman PKM di­ danai Dikti yang dinamai IBM (Iptek Bagi Masyarakat), ya mungkin itu tingkat per­ be­ daan prestasi, sehingga Pak Dekan menyuruh saya untuk segera mengisi form,” tandasnya. (LINA)

Nama Lengkap

Dr. Tukiran, M.Si.

Jenis kelamin

Laki-laki

Jabatan Fungsional

Lektor Kepala

NIP/NIK/identitas lainnya

196612281992031002

NIDN

0028126604

Tempat dan Tanggal Lahir

Magetan/28 Desember 1966

E-mail

btukiran@yahoo.com

Nomor Telp/Faks/HP

081332083184

Nomor Telp/Faks

031-8298761

Riwayat Pendidikan

S1 Pendidikan Kimia IKIP Surabaya S2 Kimia Organik Bahan Alam ITB Bandung S3 Kimia Organik Bahan Alam ITB Bandung


KIPRAH DOSEN Kiat Sukses Prof. Dr. Ali Maksum, Sekretaris Pelaksana Kopertis Wilayah VII Dikti

UNTUK SUKSES, PERLU PERENCANAAN MATANG

S

“Belajar, Kerja Keras, Persiapan, dan Perencanaan. Empat hal itulah yang menjadikan pria ini terus termotivasi untuk maju”

aat ini orang lebih su­ka kepada hal yang ins­ tan dan serba cepat. Ter­masuk, dalam me­ raih sukses. Padahal justru ke­ inginan untuk mendapatkan se­suatu yang instan itu akan mem­perpanjang anganangan. Yang terjadi, hidup orang itu bukan diisi dengan kerja keras untuk meraih suk­ ses, tetapi diisi dengan meng­ hayalkan bagaimana me­la­ku­ kan cara meraih sukses secara instan. Untuk sukses, orang perlu se­ buah perencanaan yang pan­jang dan maksimal. Prinsip itu pula yang senantiasa di­ pe­gang Prof. Dr. Ali Maksum hingga mengantarnya meraih ke­suksesan. Ia mengatakan un­ tuk bisa seperti sekarang, Prof. Ali mengaku melakukan proses yang sangat panjang dengan be­kerja keras, persiapan, dan perencanaan yang sangat ma­tang. “Tiga hal itulah yang se­ lalu saya terapkan dalam se­ gala aktivitas yang saya lakukan,” tutur pria alumni S3 Psi­kologi Universitas Indonesia itu. Prof. Ali, dosen kelahiran Tu­lunggagung 14 Mei 1969 men­jelaskan bahwa tidak ada orang yang tiba-tiba sukses. Ke­ suksesan, tambahnya, ti­ dak terjadi dalam sekejap. Ti­ dak juga terjadi dalam sa­ tu hari. Kesuksesan adalah pro­ ses. Karena merupakan se­ buah proses, tentu ha­ rus diawali dengan pe­ ren­ ca­ naan. Perencanaan akan me­ nentukan sukses atau ti­ daknya seseorang. Jika pe­

ren­ canaan tidak matang apa­ lagi terlihat asal-asalan, ma­ ka bersiap-siap sajalah meng­ hadapi kegagalan. Se­ baliknya, jika memiliki pe­ ren­ canaan yang bagus dan matang, maka bukan ti­ dak mungkin kesuksesaan be­ sar akan mendatangi. “Orang bijak berkata, gagal me­ rencanakan berarti me­ren­ca­ nakan kegagalan, sukses me­ rencanakan berarti me­ren­ca­ na­kan kesuksesan,” ujarnya. Lalui Tahapan Jenjang meraih sukses itu, menurut Prof. Ali, bisa di­ana­lo­ gikan dengan seseorang yang hen­dak pergi ke suatu tujuan. Ke­ mana pun seseorang itu per­ gi dan sejauh apapun, se­ lalu diawali dengan satu lang­kah, kemudian dikuti de­ ngan langkah-langkah be­ ri­ kutnya. Tidak bisa hanya de­ ngan sekejapan mata, lang­ sung sampai kepada tu­ juan tersebut. “Pepatah me­nga­ta­ kan, perjalanan 100 mil itu di­ mu­ lai dengan satu langkah. Lalu mengapa kita harus ter­ ge­ sa-gesa. Bukankah sudah su­natullah segala sesuatu di­ raih dengan cara bertahap,” tan­dasnya. Dosen yang meraih gu­ ru besar dengan disertasi ber­ tema model mental itu me­ ngatakan bahwa saat ini pro­ blem terbesar bangsa adalah me­ nyangkut masalah model men­tal. Bukan soal uang atau ang­garan karena anggaran ne­ gara saat ini sudah luar biasa. Bu­kan juga soal fasilitas karena fa­silitas sudah dikatakan men­

cukupi. Tapi, yang harus se­ di­ kit demi sedikit diubah ada­ lah model mental. Prof. ali mencontohkan, para ma­ hasiswa ketika sedang me­ nger­jakan soal ujian, acap kali mo­del mental mereka kurang, se­hingga mereka mencontek, atau melihat buku dengan sem­bunyi-sembunyi. Lebih lanjut, dosen yang per­nah mengikuti Program Par­ tnership Komisi Nasional Pen­didikan Jasmani dan Olah­ ra­ga dengan Korean National Sport University dan Hanyang Uni­versity, di Korea Selatan itu mengatakan, materi bukanlah se­galanya untuk menunjukkan su­atu prestasi dalam mencapai ke­ berhasilan.Tetapi lebih ke­ pa­da caranya untuk berkarya ber­ integritas dan bekerja se­ ca­ ra total dengan semangat yang tinggi. Atau dengan kata lai­ n, memikirkan apa yang a­kan diberi, bukan apa yang akan diterima. “Untuk membangun men­ tal yang kuat kita itu harus pu­nya prinsip. Jangan mudah me­nyerah karena ada satu ke­ salahan yang telah kita bu­at. Ingatlah bahwa setiap orang

bisa salah, sengaja atau tidak disengaja. Dan, di dunia ini tidak ada yang sem­ purna, lebih baik ketika kita berbuat satu kesalahan, ma­ ri­ lah kita tindklanjuti dengan per­ bua­t­an-perbuatan baik atau prestasi yang lebih banyak lagi. Ketimbang kita mikirikan sa­ tu kesalahan berlarut-larut, le­bih baik kita buat banyak ke­ baikan atau karya-karya baru yang lebih bermanfaat,” pung­ kasnya. (RUDI_HUMAS)

Nomor: 66 Tahun XIV - Februari 2014 MAJALAH UNESA

| 17


LENSA UNESA

Bantuan Kemanusian Unesa untuk Korban Erupsi Kelud

R

abu, 19 Februari 2014 (siang ini), Unesa mem足 be足rangkatkan sejumlah tim relawan yang akan membawa bantuan bagi para pengungsi korban erup足si Gunung Kelud. Bantuan diperoleh dari berbagai pihak, antara lain dari Himapala, PPPG, BEM Jurusan Teknik Elektro, BEM Universitas, UKKI, dan dari para donatur perseorangan, yang berhasil dihimpun oleh anggota Himapala. Upacara pemberangkatan dihelat di halaman Rektorat, di足hadiri Rektor (Prof. Dr. Muchlas Samani), PR I (Prof. Dr. Kisyani), PR III, dan Pembina Himapala. Selain itu juga dihadiri oleh delegasi dari BEM-U, BEM-Teknik Elektro, dan UKKI. Foto kiri atas dan kanan tengah.

DONOR DARAH HIMAPALA UNESA: Bertempat di Gedung Pusat Jaminan Mutu (PJM) Unesa, Himpala melaksanakan kegiatan donor darah Selasa, 18 Februari 2014, menandai Ulang Tahun Himapala yang ke 36. Hadir pada upacara pembukaan antara lain Pembantu Rektor III, Prof. Dr. Warsono, dan Pembina Himapala, Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd, serta perwakilan dari Palang Merah Indonesia (PMI) Surabaya, sebagaimana tampak pada foto-foto di bawah ini.

PROMOVENDUS: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Surabaya (Unesa) kembali melahirkan doktor baru dalam ilmu pendidikan sains. Pada tanggal 5 Maret 2014 lalu, Promovebdus Drs. Sunyono, M.Si (tengah tanpa tiga) dengan sukses mempertahankan desertasinya di hadapan para guru besar yang mengujinya dalam sidang terbuka di auditorium gedung program pasca sarjana Kampus Unesa, Ketintang Surabaya.

18 |

MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014


LENSA UNESA

Program Pengenalan Akademik PPG Prajabatan SM-3T Bertempat di gedung Wiyata Manggala PPG Unesa, Kampus Lidah Wetan Surabaya, Kamis, 27 Februari 2013, dilaksanakan acara pembukaan Program Pengenalan Akademik (PPA) Program Profesi Guru (PPG) Prajabatan SM-3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal). Kegiatan secara resmi dibuka oleh Pembantu Rektor III (PD III) Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S. Selama menempuh PPG, semua peserta diasramakan, dengan demikian kegiatan pengembangan kepribadian dan kompetensi tidak hanya di dalam kampus dan di sekolah mitra, tetapi juga dirancang sedemikian rupa, termasuk kehidupan di asrama. Bahkan kehidupan di asrama juga turut menentukan kelulusan peserta dalam mengikuti PPG.

SMAN 4 Jember Serbu Unesa

S

elasa pagi (18/2/2014) Unesa kedatangan rombongan siswasiswi SMA Negeri 4 Jember. Berangkat dini hari dari Jember, rombongan SMA Negeri 4 Jember langsung ke gedung Gema Unesa. Acara yang berlangsung sekitar dua jam mulai pukul 09.00 WIB tersebut langsung diterima tim sosialisasi SNMPTN 2014, Kepala BAAKPSI, Dra. Hertiti Setyowati, M.Si. dan Pembantu Dekan I FMIPA, Sri Yuni Rahayu, M.Si., Ph.D. Saat diwawancarai reporter Humas Unesa, siswa-siswi SMA Negeri 4 Jember merasa lebih memahami SNMPTN dan prodi di lingkungan Unesa dengan adanya sosialisasi ini. “Saya sangat terbantu, Mas. Kini saya jadi paham betul bagaimana mekanisme-mekanisme dalam pendaftaran SNMPTN 2014 ini,� kata Rahardian, pelajar SMA Negeri 4.

Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014 MAJALAH UNESA

|

19


INSPIRASI ALUMNI

BELAJAR KULIAH DI AUSTRALIA

CURTIN UNIVERSITY OF TECHNOLOGY PERTH, WESTERN AUSTRALIA OLEH ARINI SITI WAHYUNINGSIH Mahasiswi Prodi Pendidikan Sains Pascasarjana UNESA Program Dual Degree Curtin University of Technology dan UNESA

PERKULIAHAN: Suasana perkuliahan Colloquium/ Candidacy of Doctoral Program ketika mahasiswi program doktor yang berasal dari Jerman sedang mempresentasikan disertasinya. Sumber: dokumentasi pribadi

20 |

P

engalaman study over­seas merupakan im­ pian dari setiap ma­hasiswa yang ingin melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan tinggi. Me­ lalui jalur beasiswa DIKTI pro­ gram Dual Degree untuk pro­di Pendidikan Matematika dan Sains Pascasarjana UNESA de­ ngan Curtin University of Tech­nology Perth, Western Australia, saya mendapat ke­ sem­ patan yang sangat luar biasa tersebut. Program Dual Degree memberikan kesem­pa­

MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014

tan mahasiswa untuk belajar di Curtin University of Technology se­ lama 1 semester pada se­ mes­ter 3 dan selebihnya per­ ku­ liahan berjalan di UNESA. Pro­ gram ini sudah berjalan se­lama dua tahun. Pada tahun pe­rtama, Pascasarjana UNESA telah berhasil mengirim 10 mahasiswa dari Prodi Pen­ di­ di­ kan Matematika dan Sains dan untuk tahun kedua ini, 9 mahasiswa terpilih untuk me­ nim­ba ilmu di sana selama ku­ rang lebih 1 semester. Dalam Surat Untuk Alumni

ini, saya akan berbagi sedikit pe­­ngalaman belajar selama di Curtin University. Semoga kira­ nya tulisannya saya ini dapat men­ jadi motivasi bagi adik-adik generasi selanjutnya un­tuk berusaha mewujudkan impiannya. Selain itu, semoga tulisan saya ini juga dapat menjadi saran dan masukan yang kontruktif bagi kampus ter­cinta saya UNESA agar men­ jadi kampus yang lebih ber­ kua­ litas dan terdepan dalam se­gala hal.


INSPIRASI ALUMNI

SISTEM PERKULIAHAN BERBASIS WEB Curtin University of Tech­ no­logy merupakan universitas ter­besar di Perth, Western Aus­ tralia. Di universitas tersebut, per­kuliahan kami dilaksanakan di gedung 220 yaitu Science and Mathe­matics Education Centre (SMEC). SMEC merupakan pu­ sat untuk pendidikan Sains dan Matematika di Curtin Uni­ versity. Perkuliahan kami ter­ di­ri dari 4 mata kuliah antara lain Transformative Curriculum, Lear­ning Environment, Evalua­ tion Issues/Assessment, dan Spe­ cial Topics/Research Pro­ po­sal. Tidak hanya itu, Prof. Dr. David Treagust selaku do­ sen kemahasiswaan mem­ beri kami kesempatan juga untuk mengikuti per­ku­li­ah­ an tambahan (seat-in) yaitu Research Methods dan Collo­ qu­ ium/Candidacy of Doctoral Pro­gram. Kesempatan ini sung­ guh sangat bermanfaat sekali bagi kami karena da­ pat memberikan banyak pe­ ngetahuan tentang pe­nyu­su­ nan proposal seperti halnya ten­tang Ethics yang belum begitu banyak digunakan pa­da penelitian di Indonesia. Se­lain itu, kami juga senang karena kami bisa belajar dan berbagi ilmu dengan ma­ha­sis­wa progam master maupun dok­ tor dari berbagai Negara se­ per­ti dari Jerman, Arab Saudi, Mek­ siko, Malaysia, Nigeria, Oman, Cina, dan masih banyak lagi. Metode pengajaran do­ s­ en-dosen SMEC tidak ber­ be­ da jauh dengan metode pe­ ngajaran yang digunakan oleh dosen UNESA. Akan te­ tapi, sistem perkuliahan yang digunakan oleh Curtin Uni­ versity sudah terpusat dan sangat memudahkan ma­ha­sis­ wa karena berbasis web. Menjadi mahasiswa Curtin kami mendapat fasilitas untuk bisa mengakses website res­ mi­ nya yaitu OASIS dengan meng­gunakan student ID

num­ber sebagai nama akun. Di website tersebut terdapat be­berapa pilihan menu, yaitu ak­ses perkuliahan mahasiswa (my studies), perpustakaan (my library), dan kegiatan dan ke­ hidupan sekitar kampus (cam­ pus life and guild). Un­ tuk akses perkuliahan ma­ ha­ siswa, website tersebut te­ lah menyediakan bahan pem­ belajaran yang akan di­ be­ rikan dosen selama satu se­ mester (powerpoint, tugas per­ kuliahan, dan sumber lain yang berkaitan) di menu Black­boards. Di akses tersebut juga, mahasiswa dapat me­ ngum­ pulkan tugasnya dan men­ dapat penilaian serta ma­ sukan dari dosen yang ber­ sangkutan. Pada menu eStu­dent, mahasiswa dapat me­ lihat dan langsung mencetak transkip nilai se­ te­ lah mengikuti perkuliahan se­lama satu semester. Sistem seperti ini dapat menghemat peng­ gunaan kertas sebagai ba­gian dari go green ka­rena mahasiswa cukup me­ lam­ pir­ kan file tugasnya dalam web­ site tersebut. Sistem se­ perti ini juga sangat me­ mu­ dahkan mahasiswa un­ tuk mempersiapkan per­ku­liahan­ nya selama satu semester ke depan karena dosen su­ dah menyediakan bahan pem­be­la­ jaran seluruhnya sehingga per­ ku­liahan dapat berjalan efektif. Kemudian, di setiap a­ khir semester, seluruh ma­­ hasiswa tanpa kecuali ber­ ke­ sempatan untuk mengisi se­ buah kuesioner online yang juga disediakan da­ lam OASIS untuk menilai pe­ nga­ jaran dosen pengampu ma­ta kuliah yang mengajar me­ re­ ka selama satu semester se­ ba­ gai bahan evaluasi untuk pe­ ngajaran selanjutnya. Sa­ ya juga berkesempatan un­ tuk mengisi kuesioner ter­ se­ but. Saya merasa sistem se­perti ini sangat bagus dan mendukung jalannya per­ ku­ liahan menjadi lebih baik ke

depannya. Kuesioner on­line memberikan ruang dan tem­ pat bagi mahasiswa un­ tuk mengungkapkan dan me­ ngutarakan persepsinya se­ bagai peserta didik di ke­ las tentang jalannya pem­be­la­ jaran. Dosen SMEC sangat se­ nang dan berterima kasih ke­ pada mahasiswa apabila me­ reka berkenan memberikan pe­ ni­laian terhadap pembelajaran yang telah diberikan. Hasil kue­sioner tersebut sangat di­ hargai dan dijadikan sebagai ba­han evaluasi mereka. ROBERTSON LIBRARY MEMBUAT BETAH BELAJAR Satu hal lagi yang ingin sa­ya bagi dalam Surat Untuk Alu­ mni dari pengalaman sa­ ya selama belajar di Cur­ tin University adalah per­pus­ta­ kaan T.L Robertson yang sa­ ngat nyaman dan tenang di­ jadikan tempat untuk belajar. Per­pustakaan T.L Robertson me­rupakan perpustakaan Curtin University yang ber­ lo­kasi di kampus Bentley ge­ dung 105. Koleksi dan refe­ ren­si dalam perpustakaan ini ter­sebar sampai lantai 6. Perpustakaan tersebut bu­ka setiap hari dengan jam

GUDANG ILMU: Perpustakaan T.L Robertson yang berlokasi di kampus Bentley. [DOKUMEN PRIBADI]

Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014 MAJALAH UNESA

| 21


INSPIRASI ALUMNI

CANGGIH: Rechargable and Printing/Copying Machine.

22 |

pelayanan yang berbeda. Ha­ ri efektif perpustakaan T.L Robertson buka mulai jam 8 pagi sampai jam 10 malam. Sedangkan untuk hari sabtu dan minggu, perpustakaan buka hanya sampai jam 6 malam. Di dalam perpustakaan ini terdapat banyak fasilitas yang sangat membuat saya nyaman dan betah belajar hingga malam hari. 1. Recharge and Print/Copy Stations Dalam perpustakaan T.L Robertson terdapat ru­ angan atau tempat khusus un­tuk printing, copying, dan scan­ning di setiap lantai. De­ ngan menggunakan kartu ma­ hasiswa kami yang sudah terisi saldo, maka kami bisa men­ cetak dan mengkopi di da­lam ruangan tersebut. Biaya per­cetakan per lembarnya se­ besar AUD 11 sen atau sekitar Rp 1.100,-. Di sekitar print/ copy station itu juga terdapat

MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014

se­buah mesin yang dapat di­ gunakan untuk mengisi saldo da­lam kartu mahasiswa kami jika sewaktu-waktu habis. Setiap mesin fotokopi dan prin­ter dilengkapi dengan me­ sin berwarna biru yang ber­ fungsi untuk meletakkan kar­tu mahasiswa sebelum kita mulai untuk mencetak dan meng­ kopi. Dengan mesin biru ter­se­ but, kita dapat mengecek sisa sal­do kita sewaktu – waktu dan juga file yang akan kita cetak atau kopi. 2. Study Group Rooms Di dalam perpustakaan T.L Robertson terdapat be­ be­ rapa ruangan kelompok be­ lajar di setiap lantai yang me­mungkinkan mahasiswa un­tuk belajar bersama dalam ru­angan tertutup sehingga ti­ dak mengganggu mahasiswa lain­ nya yang sedang belajar di perpustakaan. Di dalam ru­ angan tersebut biasanya mak­ si­mal terdiri dari 4 mahasiswa dan di dalamnya terdapat se­ buah papan tulis dan televisi yang dapat dihubungkan de­ ngan USB untuk presentasi. Sa­ ya biasanya menggunakan ru­angan ini untuk belajar ber­ sama dengan teman – teman. Akan tetapi, untuk men­da­pat­ kannya cukup sulit juga ka­ rena banyak mahasiswa juga yang ingin menggunakan fa­

silitas tersebut terutama ke­ti­ka mendekati atau sedang me­ nem­puh ujian akhir semester. 3. Borrowing machine Proses peminjaman buku di perpustakaan T.L Robertson ti­ dak melalui pelayanan pe­ tu­ gas perpustakaan tetapi me­ lalui mesin peminjaman yang mudah penggunaannya. Ki­ ta hanya meletakkan kartu ma­ hasiswa untuk membuka akun kita, kemudian langsung me­letakkan barcode yang ter­­ dapat dalam halaman te­ r­­ akhir buku di bawah la­ ser agar bisa terdeteksi oleh mesin tersebut. Untuk ma­ha­siswa program master di­per­bo­ lehkan meminjam koleksi per­ pustakaan maksimal se­ jum­ lah 20 buku. Sedangkan ma­ hasiswa program doctor men­ da­pat kesempatan meminjam ko­leksi lebih banyak lagi yaitu se­kitar mencapai 60 buku. 4. Study tables and Computers Selain menyediakan ru­ angan belajar untuk ke­ lom­ pok, perpustakaan T.L Ro­ ber­ tson juga menyediakan ba­ nyak meja dan komputer bagi mahasiswa yang tidak men­dapat kesempatan un­tuk belajar dalam ruangan ke­lom­ pok. KETAGIHAN BERKUNJUNG KE TOKO BUKU BEKAS Di dalam kampus terdapat kom­ pleks tempat mahasiswa berbelanja keperluan kuliah ten­tunya dengan harga yang cukup terjangkau. Nama tem­ pat tersebut adalah Curtin Stu­ dent Guild Complex. Di lokasi tersebut terdapat, toko yang menjual beberapa souvenir Curtin University seperti ja­ ket, topi, payung, kaos dan masih banyak lagi, toko yang men­jual buku bekas, dan toko alat tulis. Karena kami telah mengurus Student Guild maka setiap pembelian barang akan mendapat diskon 10%.


INSPIRASI ALUMNI

STORE: Curtin Second Handbook Store. Tetapi diantara tempat ter­ sebut yang sangat menarik ka­mi adalah toko buku bekas (Second Handbook Shop) ka­rena menjual beberapa refe­ ren­ si buku yang biasa dijual dengan harga fantantis di online tetapi di toko tersebut di­ jual dengan harga yang le­bih murah dan dengan

kondisi yang masih bagus. Kami cukup ke­tagihan pergi ke sana karena cu­kup banyak koleksinya ter­ utama buku Matematika dan Sains. Rata – rata buku be­ kas dijual mulai harga AUD $20 sampai $50. Tetapi ada ju­ ga buku yang dijual masih de­ ngan harga yang sangat tinggi

mencapai AUD $ 100 karena kon­disinya masih sangat bagus. Tetapi ada juga buku yang dijual dalam rak khusus de­ngan harga yang sangat murah yaitu sekitar AUD $2 - $5. Dari beberapa pengalaman saya tersebut, saya berharap dan bermimpi di usianya yang memasuki 48 tahun, Unesa dapat berbenah fasilitas yang mendukung lingkungan bela­ jar mahasiswanya. Mulai dari per­pustakaan yang lebih nya­ man, menerapkan sistem pe­ ngelolaan website untuk ke­ giatan perkuliahan sehingga pe­ringkat Unesa dalam webo­ metrics dapat meningkat dari peringkatnya sekarang ya­itu peringkat ke – 42 se In­ donesia, dan juga kompleks per­ tokoan untuk keperluan be­ lajar mahasiswa. Semoga pe­ ngalaman yang saya da­ pat dari Curtin University ini menjadi kado untuk Dies Na­ talies Unesa tahun 2013. Se­ moga Unesa Tetap Jaya dan se­ makin terdepan !! [arini.siti@ymail.com]

Gambar kiri atas: Student tables and computers. Gambar kiri bawah: Study Group Rooms Gambar kanan bawah: Curtin Student Guild Complex.

Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014 MAJALAH UNESA

| 23


ARTIKEL WAWASAN

Tentang cara memperoleh ke­ bahagiaan, mereka me­ nga­ta­kan, “Kesenangan hidup yang sebenarnya hanya da­pat diperoleh ketika Anda bi­sa membahagiakan orang lain. Makin banyak yang di­ba­hagiakan, makin banyak ke­se­nangan dan kebahagiaan yang jus­tru kembali kepada kita.

S

aya dan istri menyaksikan wa­jah keduanya sum­ri­ ngah. Mereka menyapa se­ mua orang dengan ramah. Hari itu adalah hari yang berbahagia. Lebih dari seribu lima ratus ta­mu datang untuk memberikan se­la­ mat. Ada berbagai rombongan yang datang dari luar kota, khu­ sus untuk acara kali ini. Dari Bandung, Pekalongan, Se­ ma­ rang, Solo, dan entah dari mana lagi. Mereka menyewa bis khusus. Minggu siang di per­ tengahan bulan Juli itu, tempat parkir Balai Sudirman di wilayah Te­ bet, Jakarta Selatan, penuh. Pe­tugas parkir nampak sibuk me­ ngatur kendaraan yang da­tang. Satu per satu tamu yang ha­ dir menyalami mereka ber­ gan­ tian. Sebagian minta foto

24 |

Se­puluh Laku Hidup Bahagia Oleh ANDRIAS HAREFA*)

MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XIV - Februari 2014

ber­sama. Sebagian lainnya mem­ persembahkan lagu-lagu nos­ tal­gia. Suasana nampak meriah. Ruangan penuh sesak karena tak semua tamu kebagian meja dan tempat duduk. Namun se­ mua yang hadir menunjukkan eks­ presi gembira. Suara ta­ wa penuh canda terdengar di­ma­namana. Makanan yang di­hi­dang­ kan ludes tak berbekas, ke­ tika tetamu mulai berpamitan. Sung­ guh sebuah pesta yang semarak. Yang paling unik dari pesta ter­sebut adalah usia para tamu. Sebagian besar berusia di atas 60 tahun. Umumnya mereka ang­ gota WULAN, perkumpulan nir­laba Warga Usia LANjut. Me­ mang, yang mengadakan pesta ada­ lah salah satu pendirinya, Ja­ nuar dan Indira Darmawan. Itu sebabnya tetamu yang hadir umum­nya berusia lanjut. Mereka adalah kawan-kawan lama yang sudah saling mengenal ber­ pu­ luh tahun. Hubungan yang baik dalam rentang waktu yang pan­ jang menunjukkan bahwa pa­ sangan ini disukai handai tau­ lannya. Sudah jelas bahwa ini bukan pes­ta pernikahan. Tuan dan nyo­ nya rumah hadir lengkap de­ ngan kedua anak, menantu, dan pa­ ra cucu. Yang perempuam se­ muanya berbaju warna ku­ ning keemasan, sesuai tema pes­ ta. Mereka mengadakan pesta syukur. Berbagi suka cita me­ nyambut 50 tahun hidup ber­


ARTIKEL WAWASAN sa­ ma sebagai suami-istri. Meski mampu menikmati kemapanan se­bagai kelas atas, pasangan ini justru memilih gaya hidup sa­ ngat sederhana. Walau ke­ dua­­nya juga menyandang gelar akademis tingkat doktoral da­lam disiplin ilmu yang berbeda, mereka sungguh menampilkan ke­rendahan hati yang tulus. Tak ada hal yang nampak ber­ le­ bihan. Semua terasa wajar, na­ mun berkualitas. Dan yang juga mengundang decak kagum ada­ lah kesehatan mereka yang relatif masih prima di usia men­je­lang 80 tahun. Mungkin karena pasangan yang merayakan ulang tahun emas perkawinan ini adalah orang terdidik, maka sovenir yang diberikan kepada para ta­ mu adalah dua buku. Buku yang satu, diterbitkan Gramedia Pus­taka Utama dengan tajuk Profit and Beyond, berkisah ten­tang kip­ rah mereka dalam du­ nia bisnis, melakukan upa­ya de­ve­loping ethi­ cal business lea­ ders. Buku yang kedua, yang di­terbitkan khusus untuk acara ini dengan judul 50 Tahun Ber­sama, berisi pandangan-pan­ da­ ngan pribadi keduanya tentang per­­kawinan, keluarga, bisnis, per­­­sahabatan, dan lain-lain. Ke­duanya hampir sama tebal, men­­dekati 300 halaman. Di bagian pengantar buku 50 Tahun Bersama ada tertulis: “Ba­ gi kami berdua, pernikahan me­rupakan wujud kerelaan hati dua pribadi yang berbeda untuk ber­satu dan saling mengerti, bu­kan saling memaksa dan ma­lah berusaha mengubah diri. Ba­gi kami berdua, pernikahan me­­rupakan kehidupan baru un­tuk dua pribadi yang harus di­ja­lani dengan hati yang selalu ber­gem­bira. Dalam kesusahan dan ke­sedihan yang kerap terasa pun, perasaan bahagia bisa diundang selalu ada, jika terus disyukuri bersama. Bagi kami berdua, pernikahan merupakan kolaborasi dua pikiran dan dua tenaga yang secara kompak harus dapat memberi dampak yang baik, bukan hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi lingkungan sosial, masyarakat luas, dan bahkan negeri ini. Bagi kami berdua, pernikahan merupakan kesepakatan dua orang teman hidup yang akan saling menemani memasuki usia lanjut dengan tetap mampu untuk mandiri, terhormat, dan bermakna”. Wow!

Tentang cara memperoleh ke­bahagiaan, mereka me­nga­ta­kan, “Kesenangan hidup yang sebenarnya hanya da­ pat diperoleh ketika Anda bi­sa membahagiakan orang lain. Makin banyak yang di­ ba­ hagiakan, makin banyak ke­se­nangan dan kebahagiaan yang jus­tru kembali kepada kita. Maka satu-satunya cara untuk mem­ peroleh kesenangan dan kebahagiaan yang abadi adalah ke­tika Anda mampu membuat orang lain puas dengan dirinya sen­diri. Itulah yang disebut se­bagai contentment di dalam hidup kita”. Menyaksikan dari dekat ke­ hidupan Januar dan Indira Dar­ ma­ wan, yang me­ rupakan kakak kan­ dung dan ipar dari politikus dan

ekonom senior Kwik Kian Gie, saya teringat sebuah buku karya John Powel yang bertajuk Happiness Is An Inside Job. Dalam buku tersebut Po­wel menuturkan bahwa kata “ba­hagia” dan “kebahagiaan” di­ambil dari kata latin beatus dan beatitude yang berarti tan­ ta­ ngan dan perolehan, yakni men­jan­jikan memberikan (secara tak langsung) kebahagiaan sejati kepada orang yang menyambut tan­tangan dan selangkah de­ mi selangkah memperoleh se­ suatu, mencapai sesuatu, atau me­nye­le­saikan sesuatu. Powel juga memaparkan Se­puluh Laku Hidup Bahagia se­bagai berikut: • Menerima diri apa adanya • Menerima sepenuhnya tang­gung jawab atas hidup kita • Berusaha memenuhi segala kebutuhan kita untuk bersan­tai, berolah raga, dan makan • Hidup kita harus kita jadikan wu­jud cinta kasih • Kita harus menghirup udara baru dengan keluar dari kung­kungan kemapanan yang nyaman • Kita harus belajar menjadi “pe­nemu jalan baik” • Kita harus mengupayakan per­tumbuhan, bukan kesem­pur­naan

• Kita harus belajar berko­mu­ni­ka­si secara efektif • Kita harus belajar bersuka cita atas hal-hal baik dalam hidup • Kita harus berdoa sebagai ba­ gian dari hidup kita sehari-hari. Yang paling menarik dari Powel adalah pernyataannya bah­wa kodrat hidup manusia adalah hidup bahagia. Dengan kata lain, segala upaya untuk hidup bahagia adalah upaya me­ menuhi “panggilan kodrati” sebagai manusia ciptaan Tuhan. Saya sungguh bersyukur di­ undang dalam pesta emas 50 tahun perkawinan Januar dan Indira Darmawan. Pesta itu sungguh menginspirasi. sebagian Ke­tika orang masih m e m­b i­c a r a k a n kebahagiaan dalam konsep dan menjadi makelar-ma­ kelar kebahagiaan, saya me­ nemukan contohnya yang nyata. Mereka mengajarkan bah­ wa kebahagiaan justru ha­ nya bisa diperoleh dengan cara memberikannya kepada orang lain. Kebahagiaan bu­kanlah sesuatu yang bisa d­ iburu, dikejar, dan diraih se­ per­ ti kita berburu harta dan ka­rier. Ia bukan sesuatu yang bisa diperebutkan dengan per­saingan sikut menyikut. Ia bisa diperoleh dengan cara diberi. Cara mendapatkan kebahagiaan adalah dengan memberikannya kepada orang lain. Sungguh luar biasa. Berilah, maka kamu akan mendapat. Salam proaktif.

*)ANDRIAS HAREFA, WTS adalah writer: 40 Best-selling Books; Trainer-Speaker: Berpengalaman 20 Tahun, Pendiri www. pembelajar.com; Twitter @aharefa atau @ andriasharefa.

Nomor: 66 Tahun XIV - Februari 2014 MAJALAH UNESA

| 25


KOLOM REKTOR

‘RUH’ GENERIC SKILLS ‘BERWADAHKAN’ SPECIFIC SKILLS

S

Oleh Prof. Muchlas Samani

26 |

udah beberapa kali sa­ ya gagal untuk ke Pon­ dok Pesantren Al Fit­ rah di Kendiding Lor Surabaya. Gagal karena wak­ tunya tidak cocok. Saya ingin pas ke Al Fitrah ada Pak Wa­wan Setiawan, kawan lama yang sekarang menjadi salah satu pembinanya. Karena saya belum pernah ke Al Fitrah, jika ada Pak Wawan maka saya tidak kikuk bagaimana me­nye­ suaikan diri. Saya tahu Ponpes Al Fitrah adalah ponpes salafiah besar yang didirikan oleh almarhum Kiai Asrori. Salah seorang to­ koh Tariqoh di Indonesia. Saya menjadi lebih tertarik ke Al Fitrah, setelah mendapat cerita Mas Pratama, mahasiswa S2 Manajemen Pendidikan Unesa. Akhirnya saya dapat datang ke Al Fitrah pada Jumat, tanggal 31 Januari 2014, bertepatan dengan Tahun Baru Imlek. Di Al Fitrah saya diminta me­nyampaikan pemikiran ten­tang Tantangan Pondok Pe­santren Menghadapi Era Bo­ nus Demografi 2020-2030. Sa­

MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Ferbruari 2014

ya agak terkejutm tetapi bang­ ga. Pondok salafiah tetapi pe­duli dengan tantangan era tekonolgi. Sebelum mu­ lai, saya minta izin untuk meng­ ganti kata “Tantangan” men­ jadi “Peluang” dalam topik tersebut. Mengapa? Ka­re­na menurut saya pondok pe­san­ tren memiliki peluang tinggi di era bonus demografi. Forum diskusi tersebut h­ anya diikuti oleh sekitar 30 orang dan semuanya da­ri pengurus dan pengajar pon­ dok. Jadi forum kecil, sehingga dis­kusi menjadi gayeng. Apa­ la­ gi semua peserta adalah ”orang” pondok yang tentu se­ cara psikologis ingin me­ngem­ bangkan pondoknya. Hanya sa­ja waktunya sangat pendek, se­kitar 1,5 jam, karena sebelum acara dimulai ada salat jenazah di masjid pondok. Salah satu pokok bahasan yang saya sampaikan adalah ha­sil survai Bank Dunia Tahun 2010 yang dikutip oleh Wa­ pres Boediono saat pidato di Australia. Isinya sebagai be­ ri­kut: “the skills of Indonesian

se­ condary school leavers do not match the expectations of employers, due to their inade­quate generic skills”. Se­ benarnya temuan survai Bank Du­nia itu, jauh-jauh hari sudah disinyalir oleh banyak pakar. Tony Wagner (2008) dalam bukunya yang berjudul The Global Achivement Gap sudah menjelaskannya panjang le­ bar. Trilling dan Fadel juga men­jelaskan hal serupa dalam bu­kungan the 21st Century Skills. Mengapa saya mengajukan ha­ sil survai Bank Dunia tersebut sebagai salah satu bahasan utama? Karena saya yakin itulah trend ke depan. Ketika kemajuan ilmu dan tek­ nologi semakin pesat, pola ker­ ja dan keterampilan kerja akan sangat cepat berubah. Globalisasi telah masuk ke semua belahan bumi, sehingga orang bekerja bersama-sama bangsa lain. Dengan situasi seperti itu, setiap orang harus mampu bekerja sama dalam tim, memiliki integritas tinggi, ha­ rus mampu berpikir logis


KOLOM REKTOR

dan kritis, harus mampu me­ mecahkan masalah, harus memiliki kelincahan dan se­ kaligus adaptasi dengan si­ tuasi dan sebagainya. Beberapa tahun lalu, saya de­ ngan beberapa teman per­ nah diminta JICA untuk untuk me­ lakukan studi pe­ lacakan (tracer study), terhadap lulusan politeknik. Se­ telah mendatangi banyak pe­ ru­ sa­haan yang mem­perker­ja­ kan lulusan Politeknik, ka­ mi menemukan hal yang sa­ngat menarik. Untuk aspek ke­ te­rampilan (specific skills), ham­ pir tidak akan komplain. Yang dianggap kurang ada­ lah kebiasaan mencatat pe­ kerjaan, kemampuan ko­ mu­ ni­kasi dan bekerja sama, dan ke­mampuan memimpin tim. Bukankah ini juga sejalan de­ ngan temuan Bank Dunia? Menutut saya kekuatan pon­dok pesantren justru ter­le­ tak mengembangkan generic skills. Pondok pesantren sa­ lafiah seperti Al Fitrah ten­ tu tidak memberikan bekal spe­ cific skills, misalnya kompetensi khu­sus sebagai pengacara, se­ bagai insinyur, sebagai dokter dan sebagainya. Kalau toh ada mungkin sebagai dai. Namun yang jelas, selama menyantri pa­ra santri akan digembleng generic skills-nya. Selama di pon­dok, santri akan mendapat gem­blengan dan pembiasaan ten­tang berkomunikasi, be­ker­ ja sama, berintegritas, berpikir lo­gis dan kritis dan sebagainya. Tanpa Ijasah Sejauh pengetahuan saya, ham­pir tidak ada alumni (boleh di­sebut lulusan?) pondok pe­ santren yang melamar pe­ ker­ jaan. Mungkin karena me­ reka tidak memiliki ijasah dan memang pada umumnya orang mondok (belajar di pon­dok) tidak mengharapkan men­ dapat ijasah. Dengan bekal kemampuan yang di­ te­ rima selama mondok (dan juga dari sumber lainnya), ke­

mu­dian pada alumni bekerja se­suai dengan minatnya. Oleh karena itu pada umum­ nya alumni pondok pe­santren memiliki jiwa kemandirian yang kuat. Rasa per­caya diri dan keyakinan akan bimbingan Sang Pencipta men­jadi bekal utama dalam bekerja dan mengarungi ke­hidupan. Mereka yakin, de­ ngan mengamalkan prinsipprin­ sip Islam dan kehidupan, maka Sang Pencipta akan mem­bimbing langkah me­nu­ju sukses. Sering kita de­ngar ung­ k a­p a n s e ­­

der­ h a­­n a , “ b e­k e r­j a apa sa­ ja asal­ kan halal dan di­ ker­ jakan dengan baik ha­sil­nya akan barokah”. “Se­mua ini bu­mi Allah, se­hingga ki­ta dapat be­kerja dimana sa­ja”. Memang banyak alumni pon­ dok pesantren yang kemudian menjadi pegawai atau karyawan. Namun pada umumnya itu terjadi pondok pe­ santren yang sudah me­ mi­ liki lembaga pendidikan form­ al, seperti MI, MTs, MA dan sebagainya. Jadi bukan lagi pondok salafiah seperti Al Fitrah. Atau orang yang di­samping mondok juga me­ nempuh pendidikan formal. Dalam sesi tanya ja­ wab, semua peserta yang mem­ berikan respons setuju dengan pemikiran yang saya ajukan.

Per­tanyaannya bagaimana me­numbuhkan generic skills itu secara baik. Bagaimana cara menggabungkan antara generic skills dan specific skills. Di satu sisi ada keinginan pe­ ngasuh pondok untuk juga mem­berikan specific skills yang cocok dengan dunia ker­ja (marketable skills) agar lulusannya mudah men­­ dapatkan kerja atau me­ mu­ lai usaha. Namun di sisi lain, pengasuh juga setuju pen­ting­ nya generic skills.

Ker­ja Keras, Kerja Sama, dan Krea­tivitas Saya tidak memiliki pe­ nga­laman mondok, se­hing­ga saya tidak berani memberikan solusi yang pasti. Yang saya ajukan adalah analogi dari apa yang saya ketahui dan apa yang pernah saya lakukan. Memang tidak perlu ada pelajaran atau pokok bahasan kerja keras, kerja sama, kreativitas dan sebagainya. Namun ke­ tika kuliah mahasiswa ha­ rus didorong kerja keras, me­ me­­cahkan masalah secara kreatif dan diberi pengalaman untuk kerjasama. Misalnya me­ ngerjakan tugas bersamasama. Misalnya dalam setiap saat kepada mahasiswa diberi

tugas yang “memaksa” dia bekerja keras. Jika semua dosen melakukan itu, maka kerja keras dan bekerja sama akan menjadi kebiasaan se­ hari-hari. Dan jika pada sa­ at­nya dijelaskan bahwa ker­ja keras dan bekerjasama itu penting, maka itu akan men­ jad­i proses pembudayaan. Trilling dan Fadel dalam bu­ku The 21st Century Skills menceritakan dialog antara de­ legasi China dengan Direktur Napa New Tech Hogh School, sebuah sekolah inovatif di Nort­hern California. Delegasi Chi­ na bertanya bagaimana atau pada kurikulum ba­ gian mana, sekolah itu me­ nga­ jarkan kreativitas dan inovasi. Ja­waban yang didapat ku­rang lebih: “It is not in our curricu­ lum guide”. “It is more in the air we breathe or maybe the water we drink, the history of our country-Thomas Edison, Henry Ford, Benjamin Franklin, it is I our business culture, our entrepreneurs, our willingness to try new ideas, the tinkering and inventing in our garages, the challenge of tackling tough problems and the excitement of creating something new, in being rewarded for our new ideas, taking risks, failing and trying again”. Saya menggunakan istilah budaya sekolah. Jadi generic skills pada siswa atau santri di­ harapkan tumbuh karena sehari-hari mereka hidup da­ lam komunitas yang jujur, kerja keras, berpikir kritis, memecahkan masalah secara arif dan kreatif dan sebagainya. Jadi generic skills itu sebagai ruh kehidupan. Apapaun ke­ giatan dan pekerjaan yang dilakukan itulah yang men­ jadi ruh dan nilai-nilai yang mengilhaminya. Generic skills sebagai ruh sedangkan pe­ kerjaan real (penerapan specific skills) sebagai wadahnya. Se­ moga.*

Nomor: 66 Tahun XV - Ferbruari 2014 MAJALAH UNESA

| 27


JATIM MENGAJAR

BELAJAR MEMBACA: Seorang guru sedang menyampaikan pembelajaran kepada Siswa SDN 3 Sendang dengan sarana-prasarana apa adanya.

MONEV JATIM MENGAJAR DI PONOROGO (2)

GAJI GURU LEBIH RENDAH DARIPADA KARYAWAN PABRIK Ini bukan di Sumba Ti­ mur atau di Papua, kawan. Ini di sebuah desa bernama Sen­dang, di Kecamatan Ngrayun, Ka­bupaten Ponorogo.

28 |

D

alam balutan men­ dung dan kabut ser­­ta udara dingin, ka­­mi berempat ber­­­se­pedamotor dengan em­­­pat orang guru. Tidak tang­­gung-tanggung. Be­gi­ tu pantat menempel di sa­del sepedamotor, jalan me­nan­­ jak langsung memaksa ka­ mi menahan napas me­nik­m­ati sensasinya. Mesin yang men­ de­ru-deru dan gun­cangangun­cangan, tak mem­beri ka­ mi kesempatan sedikit pun un­ tuk sekadar melakukan pe­ manasan. Setidaknya me­ nyiap­ kan mental dan posisi tem­pat duduk. Yang membonceng saya ada­ lah pak Santoso, guru

MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014

Oleh Prof. Luthfiyah Nurlaela Aga­ma, dan tampaknya guru paling senior di SDN 2 Sen­ dang. Saya memasrahkan ke­ selamatan diri saya pada ke­piawaiannya mengendarai mo­ tor, selain, tentu saja, pa­ da lindungan Allah SWT. Be­ be­rapa kali kami harus turun dan berjalan belasan bahkan pu­luhan meter di jalan yang sa­ngat curam dan licin, karena se­peda motor tidak kuat me­ nan­jak, atau tidak berani me­ nu­run dengan beban berat. Kami juga melintasi jem­ba­ tan gantung yang panjang di atas sungai besar yang arusnya sa­ ngat deras. Warna airnya yang cokelat keruh dengan riak-riak putih bekerjaran me­ nimbulkan kengerian ter­ sen­

diri di hati. Kalau sungai ini penuh, jembatan ini tak ada artinya. Jalan yang meng­ hu­ bu­ ngkan kampung sebelah de­ngan sekolah terputus, dan siswa maupun guru-guru yang rumahnya di kampung ter­ sebut, tidak akan bisa men­ca­ pai sekolah. Ya, ini bukan di Sumba Ti­ mur atau di Papua, kawan. Ini di sebuah desa bernama Sen­ dang, di Kecamatan Ngrayun, Ka­bupaten Ponorogo. Po­no­ ro­ go itu, kalau tidak salah, ma­ sih termasuk Jawa Timur. Me­ mang betul. Sensasinya tid­ak kalah dengan di Sumba Ti­mur atau di tempat lain di da­ erah 3T (daerah tertinggal ter­depan dan terluar). Hanya


JATIM MENGAJAR un­tuk mecapai sekolah, guru dan siswa harus bersama-sa­ ma menempuh risiko karena be­gitu beratnya medan. Seragam dari Dana BOS Di bawah guyuran gerimis, ha­ ti saya juga dipenuhi ge­ ri­ mis. Lebih-lebih setiap kali pak Santoso menceritakan kon­ disi anak-anak sekolah dan guru-guru, terutama guru GTT. Anak-anak yang rapi dan ber­ sih-bersih itu, bukanlah se­ suatu yang serta merta. Dana BOS harus disisihkan un­ tuk membelikan baju dan sepatu mereka. Sebelumnya, me­ reka mengenakan sepatu ‘jitu’. Artinya, ‘drijine metu’ (je­ mari kaki keluar karena sepatunyanya bolong, red). Ya, sepatu bolong, jebol, ber­ jendela. Yang selalu di­ te­ kan­ kah oleh kepala sekolah, ‘mosok pak guru lan bu gurune tok sing resik-resik.....anakana­ke yo kudu resik....”. Maka me­ ngajari mereka, memberi con­ toh mereka, untuk se­ la­ lu berperilaku bersih, ada­­ lah tugas sehari-hari. Ter­ma­suk konsekuensi harus mem­be­li­ kan mereka seragam dan se­ patu dari dana BOS. Juga alatalat sekolah yang lain. Mes­ki dana BOS itu adalah da­ na mereka, namun kalau di­be­ri­ kan dalam bentuk uang, bisabi­sa tidak tepat sasaran. Dan gaji guru GTT? Al­ham­ du­lilah, sudah ada insentif da­ri Pemda sebesar 1,7 juta yang diterimakan per tiga bu­ lan. Selain itu, mereka juga men­da­ patkan 10 ribu rupiah tiap ma­ suk kerja. Tapi, hari gini? Sam­ pai di mana uang gaji sebesar itu? Dengan harga kebutuhan se­hari-hari yang harus mereka pe­nuhi untuk menghidupi ke­ luarga? Sedang tuntutan tugas me­ reka sebagai guru begitu berat? Bandingkan dengan upah pe­ kerja pabrik. Di Ponorogo, bah­kan hanya lulusan SD, be­ gi­tu masuk kerja, gaji pertama me­reka sebesar 1 juta, sesuai UMK. Tidak besar memang. Tapi masih lebih besar di­ban­ ding insentif guru-guru GTT yang sudah bertahun-tahun me­ ngabdikan diri mereka

men­cerdaskan anak-anak bangsa itu. Insentif sebesar itu, yang mes­kipun lebih kecil dibanding gaji pertama pekerja pabrik, masih jauh lebih besar bila di­ bandingkan insentif guru-guru GTT di tempat lain. Mungkin kita semua sama-sama tahu bah­wa guru-guru GTT bahkan ada yang hanya menerima se­ kitar 100-200 ribu per bulan se­bagai insentifnya. Ya. Itu pun se­ ringkali tidak diterimakan tiap bulan, namun per triwulan se­suai turunnya dana BOS, ka­ rena memang insentif mereka dicuilkan dari dana APBN itu. Terguncang Guncangan-guncangan di sepanjang jalan makadam yang naik turun berkelok-kelok itu seperti mengguncanggun­­cang perasaan saya. Saya sebenarnya bukan baru kali ini mendengar begitu mem­ prihatinkannya gaji gu­ ru GTT. Namun dalam kon­ di­ si yang begini lengkap, se­ ko­ lah yang fasilitasnya serba ter­ batas, medan berat yang ha­ rus ditempuh, anak-anak se­kolah yang miskin, dan ke­ tulusan guru-gurunya un­ tuk mengabdi, membuat ke­ gun­ da­han saya serasa begitu sem­ purna. Mata saya nanar me­na­ tap jalan-jalan berbatu-batu itu. Keindahan bukit, lembah, hu­ tan-hutan pinus, seperti hampa. Kata-kata pak Santoso yang juga ikut bergetar-ge­tar di antara deru mesin se­ pe­ damotor, seperti suara ma­lai­ kat dari langit. “Menjadi guru se­perti ini, bu.....kedah dipun niati ibadah...... (menjadi guru ha­rus diniati ibadah, red)” “Inggih, pak. Leres.... (Ya, pak. Benar…)” Jawab saya, sam­ bil mengencangkan pe­ ga­ngan tangan saya pada ba­ gian belakang sadel sepeda mo­ tor. Jalan menanjak cu­ ram dan saya tidak ingin me­ lorot ke belakang. “Ibu men­ del kemawon nggih, meniko ra­ dosani pun minggah. (Ibu tenang ya, ini jalannya me­nan­ jak)” Saya menjawab, “Inggih, pak. Dalem mendel kalih sha­ la­watan mawon... (Ya, pak. Saya akan dia sembari baca

sa­lawat)” Pak Santoso tertawa. Kami tiba di SDN 7 Baosan Ki­dul pada sekitar pukul 14.00. Perjalanan berat yang ha­ rus kami tempuh begitu me­ le­ lah­kan. Membuat lutut, paha, pan­tat, pinggang, punggung, le­ngan dan leher, sakit dan ka­ ku-kaku. Tapi semua itu terbayar de­ ngan keramahan kepala sekolah dan guru-guru serta ba­ pak penjaga sekolah. Teh ha­ngat menyapa tenggorokan ka­ mi. Cerita-cerita tentang pro­ fil sekolah, kinerja guru, kon­ disi siswa, mengalir di­ te­ mani cuaca mendung dan ha­ wa yang dingin menusuk. GTT Dibayar 125 Ribu Heri, yang ditugaskan di se­ kolah ini, dipuji sebagai sosok yang sangat rajin. Anak-anak se­kolah yang menurut kepala se­ kolah, bapak Suparyanto, S.Pd., pada dasarnya sudah ra­ jin, semakin rajin dengan kehadiran pak Heri. Pukul 06.00 anak-anak sudah tiba, dan Heri sudah menyiapkan semuanya bersama pak Jemadi, penjaga sekolah yang kebetulan juga bapak kost-nya. Sekolah ini memiliki sis­ wa 111 orang, dengan 10 gu­ ru, termasuk Heri. Tiga gu­ ru di antaranya sudah PNS (ter­ masuk kepala sekolah dan penjaga sekolah), dan se­le­bih­ nya adalah GTT. Mau tahu berapa gaji guru GTT di sekolah ini? Gaji guru GTT adalah sebesar 125.000/ bu­ lan, diterima per triwulan. Ya, 125 ribu. Dicuilkan dari da­ na BOS. Terbayang nggak se­ be­rapa banyak lembaran uang se­besar itu? Yang biasanya kita gunakan hanya untuk sekali dua kali makan baik sendiri atau bersama teman. Dan itu gaji guru GTT untuk sebulan. Di desa Baosan Kidul ini, lis­trik masuk baru sekitar 3 bu­ lan yang lalu. Jadi jangan ba­ yangkan ada komputer, laptop, LCD, atau media pembelajaran ber­ basis komputer lainnya di sekolah. Untuk mengetik saja, sebelum ada listrik, kasek musti pergi ke rental komputer di Ponorogo. “Isin bu, mosok la­ poran-laporan lan data

Heri, yang ditugaskan di se­ kolah ini, dipuji sebagai sosok yang sangat rajin. Anakanak se­kolah yang menurut kepala se­kolah, bapak Suparyanto, S.Pd., pada dasarnya sudah ra­jin, semakin rajin dengan kehadiran pak Heri. Pukul 06.00 anak-anak sudah tiba, dan Heri sudah menyiapkan semuanya bersama pak Jemadi, penjaga sekolah yang kebetulan juga bapak kost-nya.

Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014 MAJALAH UNESA

| 29


JATIM MENGAJAR badhe diketik manual. Koncokon­ conipun sampun ngangge kom­puter sedanten. (Malu bu, masak laporam-laporan dan data diketik manual. Te­ manteman lainnya sudah meng­gu­ na­kan komputer semua.)”

BERBAGI ILUMU: Heri, peserta Jatim Mengajar berbagi ilmu kepada siswa SDN 3 Sendang, Ngerayun, Ponorogo.

30 |

Menuju Lokasi Lain Pukul 15.30, setelah me­ nye­rahkan empat buah bu­ku dan sedikit dana untuk kas sekolah, bersama para guru dari SDN 7 Baosan dan Heri, kami bergerak menuju Ga­ wangan, di mana mobil kami menunggu. Gerimis ra­ pat, kabut mulai turun. Saya mem­ bon­ceng Heri. Dua kali kami nya­ris jatuh tergelincir, ‘mrusut’ (me­lorot) ke belakang karena jalan licin dan menanjak cu­ ram, berbatu-batu. Pada pukul 16.30, sam­ pailah kami di Gawangan. Di sa­ na sudah menunggu cak Jum dan pak Hadi, kepala SDN 3 Sendang, yang masih setia me­nunggu. Dipandu oleh pak Hadi yang sekarang mengendarai mo­ bil sendiri, kami bergerak menuju SDN 2 Mrayan. Hanya se­­bentar ketemu jalan beraspal yang agak halus. Selebihnya makadam lagi, naik-turun lagi, curam dan berkelok-kelok lagi. Melihat rute dan medan yang begitu berat, tak ter­ba­ yang­­kan jika kunjungan kami ti­­dak dipandu. Sangat mustahil

MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014

bisa menempuh perjalanan yang luar biasa sulit ini. Yang mem­butuhkan nyali sekaligus keteguhan niat. Untunglah, sejak dari Dinas Pendidikan Po­ no­rogo, kami terus didampingi para petugas dan guru yang tulus. Serupiah pun mereka tidak mau menerima dari kami meski hanya untuk sekadar mem­beli bensin. Dipaksa-pak­ sa pun, mereka tetap ber­ si­ keras menolak. Kami tiba di SDN 2 Mrayan pada pukul 17.15. Sekolah su­ dah sepi, tapi masih ada kepala sekolah, seorang guru, seorang penjaga sekolah, dan Wachid, peserta Jatim Mengajar. Bapak kepala se­ko­lah, Suyanto, S.Pd., meng­ung­kap­ kan rasa terima kasihnya ka­ re­na kehadiran Wachid. Beliau ber­harap program ini akan te­ rus berlanjut dan sekolahnya te­ tap menjadi sasaran pe­ nu­ gasan. Wachid ditugasi membantu gu­ru kelas IV dan VI. Sore hari, dia mengisi les dan eks­ tra­ ku­ rikuler Pramuka. Dia juga ber­tugas mengisi kelas-ke­las kosong sebagai guru peng­ gan­ti. Dengan demikian, Wa­ chid harus terus standby ka­ pan pun dibutuhkan. Tapi Wachid sempat me­ nge­ luhkan siswa-siswa yang cen­derung malas, kurang mo­ ti­ vasi belajar. Saya katakan, “Jus­ tru itu adalah tugasmu

untuk membuat mereka me­ mi­ liki motivasi belajar. Kamu pikir, memangnya buat apa kamu jauh-jauh dikirim ke sini?” Wachid tertawa men­de­ ngar pertanyaan saya. “Iya ya, bu...” katanya. Pukul 17.45. Setelah kami se­ rahkan empat buah buku dan sejumlah dana untuk kas sekolah, mobil kami bergerak me­ ninggalkan sekolah, me­ nuju kota Ponorogo. Me­nem­ puh jalan makadam yang kondisinya naik turun ber­ke­ lok-kelok dan sangat curam. Lagi. Melewati bukit-bukit yang bersabuk pipa-pipa air. Di­ temani keramahan khas “wong ndusun”, yang selalu me­nyapa, “Monggo, pinarak.... (Si­ lakan, mampir…)” Juga suara-suara binatang hutan yang ramai riuh rendah. Hari semakin gelap dan ka­ mi sedang berada di tengah hu­tan. Masih di atas jalan ma­ ka­ dam. Jendela mobil yang se­mula kami biarkan terbuka, kami tutup. Udara sudah tidak hanya sejuk, tapi juga dingin menusuk. Binatang-binatang ma­ lam yang beterbangan meng­khawatirkan kami kalauka­lau mereka masuk mobil dan terbawa sampai Surabaya. Bisa repot kami nanti kalau mereka min­ta dipulangkan kembali ke Ngrayun. Hehe.. Ditemani suara alam yang masih lamat-lamat terdengar meski mobil sudah tertutup ra­ pat, saya memutar musik. Dan mengalunlah suara Ermi Kulit. “Malam ini, kasih.... teringat aku padamu. Seakan kau hadir di sini menemaniku... (bersambung)


SEPUTAR UNESA

Himapala; Aksi Kecil untuk Kemanusiaan Berbagi untuk sesama. Itulah tujuan yang diusung oleh event kemanusiaan Himapala, berupa kegiatan Donor Darah yang dilanjutkan dengan turut menyalurkan bantuan Unesa kepada korban erupsi gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur.

S

elasa, 18 Februari 2014, ber­tempat di Gedung Pu­ sat Jaminan Mutu (PJM) Unesa, telah di­ lak­sanakan kegiatan donor da­ rah. Pelaksana kegiatan adalah Him­punan Mahasiswa Pecinta Alam (Himapala) Unesa. Do­ nor Darah ini merupakan rang­kaian kegiatan untuk me­ nan­dai Ulang Tahun Himapala yang ke 36. Hadir pada upacara pem­ bu­kaan antara lain Pembantu Rek­tor III, Prof. Dr. Warsono, dan Pem­ bina Himapala, Prof. Dr. Luth­fiyah Nurlaela, M.Pd, serta per­wakilan dari Palang Merah In­ donesia (PMI) Surabaya. Dalam sambutannya, Prof. War­ sono menyampaikan ap­ re­siasinya pada Himapala ka­ rena kegiatan donor darah me­rupakan kegiatan yang sa­ ngat mulia. Darah adalah ke­ hi­ dupan, dan sebagaimana slo­gan PMI, setetes darah kita sa­ngat besar artinya bagi jiwaji­wa yang membutuhkan. Ibu Vera, wakil dari PMI, menyampaikan rasa te­ri­ma kasihnya yang tak ter­ hing­ ga atas kegiatan donor da­rah tersebut. Beliau juga me­nge­ mukakan harapannya, agar kegiatan seperti ini tidak ha­ nya dalam rangka menandai ulang tahun Himapala, tapi bi­sa dilakukan secara periodik, mi­salnya tiga bulan sekali, di ba­wah koordinasi Himapala. Perlu disampaikan, donor da­ rah hari ini memang bu­ kan­lah kegiatan pertama. Hi­ ma­ pala sudah melaksanakan

ke­giatan tersebut belasan kali, dan animo masyarakat kampus un­ tuk menyemarakkan ke­ gi­atan sosial ini cukup mem­ bang­gakan. Dosen, karyawan dan mahasiswa berbondongbon­dong untuk mendonorkan da­ rahnya. Bahkan sebelum pem­ bukaan acara dimulai, kru PMI telah melayani para pen­donor tersebut. Ke depan, Prof. Warsono berharap, ke­ gi­atan donor darah bisa di­so­ sialisasikan lebih luas, se­hing­ ga masyarakat di luar kampus juga mengetahuinya, dan me­ reka akan berbondongbondong datang untuk men­ donorkan darahnya. Se­ lain untuk membangun ke­ pe­ dulian, juga sekaligus se­ ba­ gai wahana untuk lebih men­ dekatkan Unesa pada ma­sya­ rakat. Selanjutnya pada hari Ra­ bu, 19 Februari 2014 (siang ini), Himapala juga mem­ be­ rangkatkan sejumlah tim re­la­ wan yang akan membawa ban­ tuan bagi para pengungsi kor­ ban erupsi Gunung Kelud. Ban­ tu­an diperoleh dari berbagai pi­ hak, antara lain dari PPPG, BEM Jurusan Teknik Elektro, BEM Universitas, UKKI, dan dari para donatur perseorangan, yang berhasil dihimpun oleh ang­gota Himapala. Upacara pemberangkatan di­ helat di halaman Rektorat, dihadiri Rektor (Prof. Dr. Much­ las Samani), PR I (Prof. Dr. Kis­ yani), PR III, dan Pembina Hi­ ma­pala. Selain itu juga dihadiri oleh delegasi dari BEM-U, BEM-

Foto Atas: Salah satu pedonor tengah diambil darahnya oleh tim medis dalam acara donor darah di halaman Humas Unesa. Foto Bawah: Tim relawan Unesa siap berangkat ke Kelud Kediri. Teknik Elektro, dan UKKI. Selain tim yang akan be­ rang­ kat tersebut, beberapa anggota Himapala sudah ber­ gabung dengan para relawan yang lain di tempat-tempat pe­ngungsian, sejak hari kedua Kelud meletus. Mereka juga yang memberikan informasi ke­ pada para relawan yang akan berangkat, di titik-titik ma­ na sebaiknya bantuan di­ salurkan. Dalam kondisi di mana rasa ke­ pedulian pada lingkungan, baik lingkungan fisik mau pun

sosial, yang semakin menipis di kalangan anak muda, ke­ gi­ atan donor darah dan pemberian bantuan bagi para kor­ban bencana alam, menjadi salah satu tumpuan harapan un­tuk terus memercikkan ra­ sa kepedulian itu. Meskipun mung­kin merupakan aksi yang kecil, namun hal tersebut sa­ ngat berarti untuk menempa ke­pekaan dan kepedulian me­ re­ ka, sekaligus demi sebuah mi­si kemanusiaan. (LUTHFIYAH/ ARMAN)

Nomor: 66 Tahun XIV - Februari 2014 MAJALAH UNESA

| 31


INFO SEHAT

Pentingnya Check Up Kesehatan Ibarat pepatah “lebih baik mencegah daripada mengobati” alangkah baiknya bila kita bisa mengantisipasi gangguan kesehatan dan melakukan upaya-upaya yang benar dalam mencegah timbulnya gangguan kesehatan itu.

32 |

P

emeriksaan ke­se­ha­ tan perlu sekali un­ tuk di lakukan dalam be­berapa tahun sekali. Apalagi bila orang te­lah berusia 45 tahun ke atas. Me­ me­riksakan kesehatan adalah me­rupakan salah satu cara dan tips pencegahan penyakit yang bisa dilakukan oleh kita se­mu­ anya. Mencegah lebih baik da­ ri­ pada mengobati, demikian ka­ta orang bijak dahulu. Ter­ ma­suk di dalamnya adalah ru­ tin dalam melakukan check up ke­ sehatan. Perubahan gaya hi­dup dalam bersosialisasi de­ ngan aktivitas, pola makan dan str­ ess memiliki potensi yang da­pat mempengaruhi kondisi ke­sehatan fisik dan mental seseorang. General Check Up adalah me­ rupakan sebuah tindakan pre­ ventif (pencegahan) yang ber­ fungsi dan bermanfaat untuk mengetahui serta me­ ngukur kesehatan fisik tu­buh kita secara laboratoris, khu­ sus­nya dengan kinerja faal or­ gan dalam tubuh ( Jantung, Pa­ru-paru, Hati , Ginjal dan Or­

MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XIV - Februari 2014

gan tubuh yang lain ). Ini lah sebagin dari apa yang di­mak­ sud dengan pengertian ge­ne­ ral check up itu sendiri. Manfaat pemeriksaan ke­ se­hatan lengkap salah satunya ada­lah untuk mengetahui ke­ ku­ rangan ataupun kelebihan pro­duk kimia klinik dalam da­ rah (kadar gula, lemak, asam urat dan produk kimia dalam da­rah yang lain). Ini bila di­la­ kukan dalam pengecekan da­ rah di laboratorium. Manfaat Check Up Pemeriksaan Kesehatan Tes kesehatan atau yang di­kenal dengan nama general check up atau medical check up adalah salah satu tindakan pen­ cegahan yang sebaiknya su­ dah dilakukan oleh semua orang sejak berusia 40 tahun ke atas. Tentu saja tidak perlu se­ mua tes kesehatan harus dijalani. Pertimbangkan juga be­ berapa hal yang akan dilakukan se­belum melakukan tes ke­se­ hatan juga. Di antaranya ya­ itu riwayat kesehatan dalam

ke­ luarga, biaya yang telah disipkan, dan juga waktu yang dimiliki untuk melakukannya. Ada beberapa jenis pe­me­ rik­saan medical check up yang perlu dilakukan di antaranya: Pemeriksaan Kesehatan Jantung Pemeriksaan yang bi­ sa dilakukan ketika me­la­ku­kan pemeriksaan ke­se­ha­tan jan­ tung yaitu EKG, Echo­ kar­ dio­ gra­fi, Rontgen Tho­rax, dan ju­ ga pemeriksaan treadmill test. Karena memang banyak juga jenis penyakit jantung yang ada di dunia ini termasuk di Indonesia. Kondisi dan fungsi dari jan­ tung Anda bisa dilihat dengan alat yang bernama EKG (elektrokardiograf ). Selain de­ ngan EKG juga bisa didukung de­ ngan pemeriksaan foto thorax (pemotretan dengan si­ nar rontgen di daerah dada untuk melihat organ dalam). Untuk usia 40 tahun ke atas, ada treadmill stress test. Hasil dari treadmill tes ini bisa menggambarkan


INFO SEHAT kon­ disi pembuluh darah ko­ roner adakah risiko dan ke­ mungkinan mengalami pe­ nyumbatan atau pun pe­nyem­ pitan. Yang dinamakan dengan penyakit jantung koroner. Pemeriksaan Tekanan Darah Batas kadar normal te­ ka­ nan darah adalah berkisar pada 130 /80 mmHg. Ini juga disesuaikan dengan umur yang diperiksa. Karena tekanan darah juga akan mengalami peningkatan bersamaan de­ ngan bertambahnya usia se­ seorang. Bila lebih maka inilah yang disebut dengan hi­ pertensi (tekanan darah tinggi) dan bila kurang disebut hi­potensi (tekanan darah ren­ dah). Pemeriksaan Test Kolesterol Test ini untuk mengetahui kadar kolesterol, HDL (High Density Lipoprotein), LDL (Low Density Lipoprotein), dan trigliserida. Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kadar kolesteol dalam darah kita yang bila kadar kolesterol tinggi terutama adalah kolesterol jahat yang merupakan bagian dari faktor resiko penyakit jantung. Frekuensi pemeriksaan test adalah 5 tahun sekali bila memang tidak mempunyai faktor resiko tingginya kadar kolesterol. Pemeriksaan Test Anemia Secara umum, test darah ber­ guna untuk menghitung kadar Hb (hemoglobin), He­ ma­ tokrit (kekentalan darah), ka­dar eritrosit (sel darah me­ rah), dan leukosit (sel darah putih). pemeriksaan check up kesehatan ini dilakukan da­ lam rangka mendapatkan ha­ sil yang lebih mendetail bila me­mang dalam tubuh kita ada ke­ lainan pada darah secara kimiawi. Anemia banyak diderita oleh wanita dibandingkan pria, hal ini dikarenakan wanita se­ tiap bulan mendapatkan menstruasi, penyebab lainnya

ada­ lah kekurangan gizi aki­ bat program diet yang tidak se­ imbang. Anemia yang be­ rat dapat mempertinggi risiko terserang keracunan saat kehamilan (toksemia), yang merupakan penyebab ke­ ma­ tian ibu hamil di Indonesia. Pemeriksaan Kesehatan Pra Nikah Pemeriksaan ini dilakukan oleh calon suami dan istri yang akan menikah dan me­ liputi pemeriksaan jasmani oleh dokter, foto rontgen dada, gula darah, VDRL un­ tuk mengetahui penyakit si­ filis, HBsAg dan Anti HBsAg un­ tuk mengetahui penyakit hepatitis, TORCH pada wanita un­ tuk mengetahui penyakit infeksi yang dapat berakibat buruk pada janin jika hamil, penyakit yang diturunkan dan

pemeriksaan sperma untuk pria. tetapi hal ini kurang umum dilakukan dalam ma­ syarakat kita. Pemeriksaan Kesehatan Calon Pegawai Pemeriksaan yang di­lak­sa­ nakan, meliputi pemeriksaan jasmani oleh dokter berupa pemeriksaan foto rontgen da­da, dan pemeriksaan la­bo­ ratorium darah lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, gula darah, dan urin lengkap. Dan ini mulai juga diberlakukan dalam proses rekrutmen pendaftaran

cpns 2013 bila sang pelamar CPNS lulus dalam uji tulis yang diadakan. Karena memang kelulusan da­ lam mengerjakan soalsoal cpns adalah salah satu se­ bab diterimanya sebagai PNS. Uji tes kesehatan akan leng­ kap dilakukan untuk memeriksa dan memantau ting­kat kesehatan pada calon pegawainya. Medical check up justru akan memberikan manfaat besar atas kesehatan kita. Yang pasti, kita lebih mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh kita. Adanya catatan dan riwayat pemeriksaan ke­ sehatan yang kita lakukan akan sangat membantu dokter menganalisa kondisi tubuh kita yang sebenarnya. Ibarat pepatah “lebih baik mencegah daripada me­ ngo­

bati” alangkah baiknya bila kita bisa mengantisipasi gangguan kesehatan dan melakukan upa­ ya-upaya yang benar da­ lam mencegah timbulnya gang­ guan kesehatan itu. Pe­ nyakit-penyakit seperti pe­ nyakit jantung, paru, diabetes (kencing manis) dan ginjal pada dasarnya dapat dideteksi secara dini, dan bila sudah terdeteksi maka masih banyak cara agar penyakit tersebut tidak timbul atau bahkan tidak menjadi lebih berat. (ARMAN/NET)

Nomor: 66 Tahun XIV - Februari 2014 MAJALAH UNESA

| 33


CATATAN LIDAH

Pak A/PakB/Pak C? l Djuli Djatiprambudi

S

udah jelas, rektor Unesa (2014-2018) hampir pasti di antara tiga nama yang telah mendaftarakan diri itu. Dalam tulisan ini, mereka saya sebut Pak A, Pak B, Pak C. Saya akan menemui tiga nama itu dan melakukan wawancara secara imajiner. Wawancara saya rencanakan di sebuah tempat yang menyenangkan di atas lantai 22 sebuah hotel dekat kampus Unesa Lidah Wetan. Di atas lantai 22 hotel ini ada sebuah tempat (boleh dibilang semacam café) yang bisa disewa dengan daftar menu serba ikan laut yang disajikan dengan kemasan pedesaan, tetapi disajikan dengan kemasan modern. “Selamat malam Pak A, Pak B, Pak C!”. Saya membuka percakapan dengan terlebih dahulu mengucapkan salam. “Selamat malam Pak Djuli”.Mereka menjawab hampir bersamaan. “Santai saja ya Pak. Tidak perlu terlalu serius. Malam ini saya ingin ngobrol seputar pencalonan Bapak sebagai bakal calon Rektor Unesa. Saya ingin mengajukan satu pertanyaan dulu Pak. Apa tanggapan Bapak dengan tiga kreteria bakal calon Rektor Unesa seperti yang telah diungkapkan Pak Muchlas?” “Tiga syarat itu menurut saya cukup berat”. Sahut Pak A meres­ pons pertanyaan yang saya ajukan. “Apa merurut Pak B dan Pak C juga berat?” Pertanyaan saya tujuan kepada Pak B dan Pak C. “Ya…memang cukup berat”. Jawabnya serempak. “Beratnya di mana Pak? Bukankah syarat itu realistis dalam kon­ teks Unesa sekarang dan ke depan?” “Saya kira titik beratnya bukan pada tiga syarat itu Pak Djuli. Te­tapi, bagaimana tiga syarat itu disinergikan. Itupun kalau tiga syarat itu ada di dalam bakal calon rektor. Soalnya, mungkin ada yang kuat di bidang akademik, tetapi kurang di bidang kemampuan membangun jejaring. Atau sebaliknya. Kalau soal integritas, itu sudah domain moralitas seorang pemimpin. Saya kira masing-masing pu­ nya komitmen ke arah itu”. Kali ini Pak B menjawab agak panjang. “Menurut pendapat saya, soal integritas malah menjadi syarat paling utama. Limbungnya negeri ini dengan berbagai kasus korupsi bukan karena negeri ini kekurangan orang cerdik-pandai atau tidak adanya orang yang bereputasi internasional. Tetapi, justru soal in­teg­ ri­tas itu yang jauh dari harapan. Benar kan Pak?”. “Ya, saya setuju. Unesa memang harus dipimpin oleh orang yang me­miliki integritas tinggi. Selain juga memiliki reputasi akademik yang kokoh dan kemampuannya membangun jejaring. Tapi, in­teg­ ritas akan memegang segalanya”. Tegas Pak C dengan intonasi me­ ninggi”. “Maksudnya, Pak?” Tanya saya kemudian. “Bagi saya integritas itu dasar paling pokok untuk menggerakkan kam­pus yang notabene dihuni orang-orang pandai dengan re­pu­ta­ sinya masing-masing. Memimpin lembaga yang bernama kampus itu sebenarnya hanya tinggal how to manage, bukan how to instruct. Karena, sivitas akademik itu hakikatnya kan orang-orang yang memiliki kapasitas di atas standar. Maka, tanpa perlu diperintah, diberi petunjuk sampai mendetail, mereka sudah bisa menerjemahkan segala kebijakkan dalam kerja yang diselimuti kreativitas dan inovasi yang tinggi. Dalam situasi demikian, pemimpin kampus tinggal

34 |

MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014

tut wuri handayani. Intinya, kalau menghadapi masyarakat terpelajar itu kita harus menggunakan pendekatan dialogis. Menghargai sivitas akademik sebagai orang yang memiliki hasrat untuk selalu maju dan hasrat untuk menciptakan sesuatu yang bermutu”. Kali ini Pak C menjawab dengan nada serius. “Apa memimpin Unesa sudah bisa de­ngan pendekatan semacam itu Pak? “Mengapa tidak? Saya kira, kita ja­ngan menganggap remeh potensi SDM Unesa. Realitasnya banyak do­sen-dosen muda yang kiprahnya ada di mana-mana. Keahliannya dipakai di berbagai lembaga. Publikasinya ju­ ga ada di banyak jurnal bereputasi, di berbagai harian yang bergengsi. Me­reka juga banyak yang menjadi te­naga konsultan lembaga-lembaga pemerintah dan swasta. Sayang, energi mereka yang besar itu sam­pai saat ini masih belum terakomodasi secara baik untuk kemajuan Unesa. Saya yakin, di luar kita bertiga ini, masih banyak teman-teman lain, terutama dosen-dosen muda yang usianya antara 40-50 tahun pu­nya kompetensi memimpin Unesa”. Pak B tiba-tiba menyaut de­ngan gaya bicara agak ekspresif. “Tetapi, mengapa mereka tidak mau muncul mencalonkan se­ bagai Unesa 1?” Selidik saya kemudian. “Ya… mungkin teman-teman itu nggak mau repot dengan se­ gala kasak-kusuk, strategi, dan pendekatan kepada anggota senat yang punya hak suara memilih calon rektor. Atau bisa jadi, juga soal integritas itu tadi. Orang pinter banyak. Orang punya jejaring luas juga cukup banyak. Tapi, kalau tidak memiliki integitas memajukan Unesa, ya percuma saja”. Jelas Pak B dengan lebih terbuka. “Ngomong-omong, syarat untuk Unesa 1 apa cukup dengan tiga syarat itu?” Saya berusaha mengelaborasi lebih jauh. “Menurut saya tidak cukup. Seorang rektor harus memiliki ke­ mam­puan manajerial yang mumpuni. Pada era sekarang, dengan makin rumit dan cepatnya perkembangan masyarakat, ilmu pe­nge­ tahuan dan teknologi, Unesa 1 harus mampu membaca dinamika perubahan itu dengan menciptakan atmosfir akademik yang re­ le­van dengan perkembangan tersebut. Ini perlu kemampuan ma­ na­jerial yang baik dalam rangka memaksimalkan segala potensi de­ngan memilih orang-orang yang tepat, punya kompetensi baik, dan berintegritas”. Pak A setelah minum kopi luwak dengan cepat menyambar pertanyaan saya. “Ngomong-omong, apa bapak-bapak sudah mengantongi satu agenda unggulan bapak kalau bapak-bapak nanti benar-benar ter­ pilih menjadi rektor Unesa?” Kali ini terus terang saya penasaran ingin mendengarkan jawabannya. “Saya ingin Pascasarjana diintegrasikan ke tiap-tiap fakultas, biar le­bih efisien dan efektif. Jadi tiap fakultas akan mengelola prodi S1, S2, dan S3. Toh…dosen-dosen pasca semua berasal dari fakultas se­ ba­gai unit kerjanya”. Jelas Pak A dengan nada serius. “Kalau Pak B, apa program unggulannya?” Tanya saya. “Saya akan mengembalikan Unesa menjadi perguruan tinggi yang fokus menyiapkan calon-calon guru. Dengan ini saya akan me­nata ulang visi Unesa sebagai semacam pusat pendidikan calon guru di Indonesia”. Jelas Pak B tidak mau kalah. “Program unggulan Pak C apa?” “Saya akan membuat Unesa sebagai cyber-university. Program ini untuk menyiapkan lebih jauh peran Unesa di era kesejagatan yang tidak bisa dielakkan”. Wawancara berakhir sekitar pukul 22 dan diakhiri dengan cipikacipiki plus tertawa lepas. n (Email: djulip@yahoo.com)




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.