WARNA EDITORIAL
DALAM SEBUAH SIKLUS Majalah Unesa
ISSN 1411 – 397X Nomor 70 Tahun XV - Juni 2014 PELINDUNG Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd (Rektor) PENASIHAT Prof. Dr. Kisyani Laksono, M.Hum (PR I) Prof. Dr. Warsono, M.S. (PR III) Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB Dr. Purwohandoko, M.M (PR II) PEMIMPIN REDAKSI Dr. Suyatno, M.Pd REDAKTUR A. Rohman PENYUNTING/EDITOR Basyir Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd REPORTER: Herfiki Setiono, Aditya Gilang, Ari Budi P, Rudi Umar Susanto, M. Wahyu Utomo, Putri Retnosari, Fauziyah Arsanti, Putri Candra Kirana, Lina Rosidah FOTOGRAFER A. Gilang, M. Wahyu U. Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT (Arman, Basir, Wahyu Rukmo S) ADMINISTRASI Supi’ah, S.E. Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI Hartono PENERBIT Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124 Fax (031) 8280804
D
alam sebuah siklus, salah yang dibukukan dari siklus terdahulu harus ada penanda yang bertugas sebagai dilanjutkan jika membe awal bergulirnya proses rikan harapan ba gi ke selanjutnya setelah siklus berlangsungan Unesa. yang lalu dianggap telah Pa da poin ini, pe nam sam pai pada titik balik. baha n, pengurangan, Penanda awal itu biasanya penggantian, dan pene di iringi oleh haru-biru rapa n terhadap kinerja pe nentuan jalan untuk siklus lama akan terjadi pro ses berikutnya. Haruda lam menyusun dan biru itu teramat lazim ji melaksanakan program ka penuh kasak-kusuk, ker ja bagi rektor baru; lasak-lasik, silang-saling, (3) Warna Memberi Arti; dan asah-asih yang me Sik lus yang berjalan ini ngerucut pada sosok yang l DR. SUYATNO, M.PD harus diberi warna yang diamanahkan dapat me lebih baik dari warna sik ngantarkan sampai puncak siklus berikut lus yang lalu sehingga memunculkan nya. Itulah siklus. kesan tersendiri di akhir siklus empat ta Unesa, seperti lembaga pendidikan hun ke depan. Warna baru itulah yang tinggi lainnya, juga menjalankan peran akan memberikan arti bagi perjalanan dan fungsinya berdasarkan siklus empat sang sosok baru. Program baru, bermutu, ta hunan. Pada awal siklus di 2014 s.d. dan penuh menu harus digulirkan de 2018, amanah disematkan kepada Prof. ngan seksama bersama semua warga Dr. Warsono, M.S untuk berada di ruang Unesa; (4) Keris di Kiri Pedang di Kanan; ken dali dalam menghela perjalanan Metode kepemimpinan haruslah berva sebuah kampus. Amanah itu tentu akan riasi sesuai dengan variasi warga yang diejawantahkan ke dalam tugas konkret teramat berwarna-warni, dari yang secara kolegial bersama pemegang ken bawah sampai yang di atas, dari yang dali di bawahnya. Proses ejawantah itulah bulat sampai dengan yang kotak. Kon yang memunculkan seni tersendiri de teks kepemimpinan memberikan ca ngan aroma keberhasilan sehingga mam tatan keberagaman tindakan; dan (5) pu meninggikan bendera Unesa agar ber Di Atas Langit Masih Ada Langit; Pengu kibar lebih bergairah. asaan informasi perkembangan pi hak Pada awal titik siklus, Pak Warsono lain, di luar Unesa perlu dilakukan agar dapat disebut sebagai rektor baru kare memberikan masukan bagi pembangun na baru saja berserah-terima dengan rek an irama Unesa. Dengan begitu, Unesa tor yang lama. Sebagai sosok yang baru, akan turut memberikan kontribusi bagi tentu area problematika yang se sung pem bangunan bangsa. Informasi itu guhnya dalam tugas kerektoran dengan tentu tidak saja dari sesama perguruan sangat cepat harus dikuasai. Area itu ha tinggi, melainkan juga berasal dari lem rus mampu diblusuki secara intensif, mas baga di manapun, baik di dalam negeri sif, dan terintegratif dari waktu ke waktu. maupun di luar negeri. Dalam blusuk-memblusuk, diperlukan ke Dalam sebuah siklus, ucapan se la kuatan rasa, daya, dan karsa yang meng mat akan berdatangan saat puncak sik hasilkan menu baru. Menu baru itu pada lus awal. Ucapan selamat itu akan mem akhirnya memberikan jalan lempang bagi berikan energi berbuat dan bertindak da se luruh komponen dalam menjalankan lam menjalankan kemudi. Namun, ucapan siklus Unesa ke depan. selamat itu akan cepat tenggelam ma Banyak tantangan yang akan dihadapi nakala tidak muncul keberhasilan demi saat blusuk-memblusuk. Tantangan terse keberhasilan setiap waktu dalam sebuah but dapat dihadapi asalkan (1) Unesa un proses. Untuk itu, perlu usaha agar setiap tuk semua; Dukung-mendukung saat per waktu, orang lain mengucapkan selamat gantian siklus yang mengkristalkan faksi aki bat titik keberhasilan bermunculan harus secepatnya berakhir dan bermuara dari momen ke momen meskipun tidak pada mendukung rektor baru. Kemudian, di awal siklus. Tiap waktu, ada saja orang rektor baru harus berada pada rel Diriku mengucapkan selamat akibat kesuksesan untuk Semua; (2) Risalah Lama Amunisi berbagai lini. Selamat mengabdi Pak Berharga; Keberhasilan dari rektor yang Rektor! n lama merupakan amunisi bagi pe lak sanaan tugas rektor baru. Untuk itu, ri
Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA
|
3
CONTENT
INFO HALAMAN
24
03. WARNA Dalam SebuahSiklus oleh Dr. Suyatno, M.Pd
05
05. LAPORAN UTAMA
Unesa terus menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi luar negeri untuk meningkatkan kualitas SDM dan lulusan terbaik. Salah satunya ialah merintis S1 Bahasa Jepang dengan Hokuriku University.
• Rektor Baru Unesa: Selamat Mengabdi, Prof! • Perlu Diperkuat Tim yang Lincah & Agresif • Sinergi Semua Leader Unesa • Etos Kerja, Integritas, dan Loyalitas Dosen Perlu Diperkuat • Rektor Baru, Semangat Baru, Harapan Baru
33
12. WAWANCARA
• Tantangan Terberat, Mengubah Mindset Civitas Akademika
15. SEPUTAR UNESA • Hokuriku University-Unesa Rintis S-1 Double Degree Bahasa Jepang • Membumikan Growing With Character
• 18. LENSA UNESA 22. KABAR PRESTASI
• Unesa: Excellence Achiever University
24. KABAR MANCA • Mengunjungi Rumah Einstein
18
26. KOLOM REKTOR
• Alhamdulillah, Demokrasi Kita Semakin Dewasa
28 ARTIKEL ILMIAH • Memajukan Teknologi dengan Katastrof
30. KABAR SM-3T • We Love Papua
34. CATATAN LIDAH • “R” atau “r” oleh Djuli Djatiprambudi 4 |
MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014
12
LAPORAN UTAMA
REKTOR BARU UNESA:
SELAMAT MENGABDI, PROF! Rapat Senat Universitas Negeri Surabaya bersama perwakilan Mendikbud memilih Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Unesa Prof Dr Warsono MS menjadi rektor perguruan tinggi yang dulu bernama IKIP Surabaya untuk periode 2014-2018. Tentu, banyak kalangan berharap sosok yang dikenal memiliki pemikiran yang matang dan filosofis itu mampu membawa Unesa semakin berjaya.
S
uksesi kepemimpinan Unesa te lah berlangsung sejak 23 April 2014 lalu ketika senat Unesa dan perwakilan Kemendikbud menen tukan suaranya melalui mekanisme pe mungutan suara secara tertutup. Dalam pemilihan tersebut, Prof. Warsono unggul dari dua kandidat calon rektor yakni Prof. Nurhasan dan Prof. Yatim Rianto. Warsono,
yang sebelumnya menjabat sebagai Pem bantu Rektor III itu memperolah 62 suara, sementara Prof, Nurhasan dan Prof. Yatim Riyanto masing-masing memperoleh 35 dan 2 suara. Sementara yang abstain 1 dan yang tidak hadir 2 suara. Raihan suara Prof. Warsono yang cukup telak tersebut memang di luar dugaan jika dilihat dari hasil pada tahap penjaringan
yang melibatkan civitas akademika Unesa. Pa da proses penjaringan tersebut, Prof. Nurhasan mendulang suara terbanyak de ngan raihan 5.274 suara, sedangkan Prof. Warsono 3.592 suara dan Prof. Yatim Ri yanto memperoleh 1.549 suara. Menanggapi hasil itu, Ketua Panitia Pelaksana Pemilihan Rektor Unesa, Prof Dr dr Tjandrakirana mengatakan, hasil tahap
Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA
|
5
LAPORAN UTAMA penjaringan belum mewakili keseluruhan civitas akademika. Sebab, yang ikut ber partisipasi dalam tahap penjaringan ter sebut hanya 11.200. Padahal, jumlah ke se luruhan civitas akademika berjumlah hampir 30 ribu orang. Di bagian lain, rektor terpilih Prof War sono mengaku tidak menduga bisa terpilih menjadi rektor Unesa. Guru besar yang ber penampilan sederhana itu mengaku dirinya tidak pantas menjadi Rektor Unesa karena para calon yang ikut berkompetisi dalam pilrek merupakan yang terbaik. Se lain itu, beban Unesa ke depan tentu se makin berat sehingga dirinya hanya ber sifat melanjutkan program dari rektor ter dahulu yang sudah baik. Meski demikian, karena amanah telah diberikan ke pundaknya, ia pun berjanji akan bekerja sebaik-baiknya untuk kema juan Unesa. Warsono berjanji akan me lan jutkan kepemimpinan Prof. Muchlas yang sudah begitu baik dan meneruskan visi-misi besar Unesa menjadi unggul dan bermartabat.
“Saya akan meneruskan keunggulan dan martabat Unesa yang selama ini sudah diletakkan dasarnya oleh Prof Muchlas Sa ma ni. Keunggulan Unesa terletak pada penelitian dan relevansi lulusan dengan pasar,” katanya. Prof. Warsono mengatakan, untuk meng ukur kemajuan sebuah perguruan tinggi bisa dilihat dari kualitas penelitian dan kualitas lulusannya. Lulusan yang ber kualitas merupakan buah dari hasil proses perguruan tinggi tersebut. Tentu saja, kua litas lulusan tersebut diperoleh dari peng ajaran dosen yang telah melakukan pene litian-penelitian yang berkualitas. “Karena itu, saya memiliki tujuh kom petensi untuk mengukur kualitas dosen yakni, kompetensi penelitian, kompetensi me nulis, kompetensi akademik, kom pe tensi bahasa asing, kompetensi pe dagogik, kompetensi sosial dan kompen tensi personal,” paparnya. Sementara itu, sikap rendah diri ditun jukkan Prof Muchlas Samani. Rektor yang sukses mengubah wajah Unesa menjadi
lebih nyaman dan asri itu mengaku selama periode kepemimpinannya masih banyak yang perlu dibenahi. Guru besar Ilmu Tek nik itu mengaku baru meletakkan dasardasarnya saja untuk perkembangan Une sa. “Saya masih memiliki tiga utang yakni meningkatkan iklim akademik, menaikkan kelas Unesa menjadi lebih dikenal, dan mem bangun budaya perilaku sebagai lembaga pencetak guru,” ungkapnya. Peralihan estafet kepemimpinan dari Prof. Muchlas Samani ke Prof. Warsono, di harapkan mampu membawa perubahan yang signifikan bagi perkembangan dan kemajuan Unesa ke depan menjadi kam pus yang unggul dalam akademik dan ber martabat. Tentu, untuk mewujudkan harapan-harapan itu, rektor baru perlu be kerja keras untuk mewujudkan visi dan misi besar yang setidaknya telah ditancapkan oleh rektor sebelumnya. Semoga rektor baru mampu menjadi nahkoda yang baik bagi kemajuan kampus Unesa. Sugeng ra wuh, Prof. Warsono dan matur nuwun Prof. Muchlas Samani. (SIR)
Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd., Direktur PPPG:
Perlu Diperkuat Tim yang Lincah & Agresif
S
elama empat tahun ini, perubahan masif dilakukan Universitas Negeri Su rabaya. Yang paling menonjol tentu saja perubahan fisik di kam pus Unesa Ketintang dan sebagian di Li dah Wetan. Meski pembangunan fisik ter lihat begitu menonjol, bukan berarti pem bangunan nonfisik tidak dilakukan. Pem bangunan nonfisik terus digenjot untuk menjadikan Unesa sebagai Growing with Character yang menjadi menjadi cerminan sikap, perilaku, dan etos kerja. Prof. Luthfiyah, Direktur PPPG Unesa menjelaskan, selain bangunan fisik, capai an prestasi dan kemajuan Unesa banyak di peroleh. Mulai menjadi LPTK dengan peminat terbanyak, peringkat webometric yang terus membaik, prestasi nasional dan internasional serta keberhasilan menda patkan bantuan dari IDB dan kerja sama baik dari dalam maupun luar negeri. Di bagian kemahasiswaan, terang pe raih program doktoral di Universitas Negeri Malang itu, Unesa mendapatkan berbagai pre stasi. Di antaranya, perlombaan ro bot, perlombaan lakon di PEKSIMNAS dan capaian prestasi lainnya. Capaian pres tasi tersebut harus dipertahankan dan
6 |
ditingkatkan. Mengingat, jika dibanding kan dengan perguruan tinggi lain di Jawa Timur, Unesa masih kurang bersaing. “Ma sih banyak hal yang kurang dan perlu kita benahi,” terangnya. Karena masih banyak hal yang perlu dibenahi itulah, ia berharap rektor baru
MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014
akan melanjutkan program-program yang harus ditingkatkan dan yang belum ada harus direalisasikan. “Kita semua berharap banyak terhadap pimpinan (rektor) yang baru ini,” tambah dosen kelahiran Tuban. Lebih jauh, alumnus Magister di Universitas Negeri Yogyakarta itu percaya bahwa Prof. Dr. Warsono mampu mem bawa Unesa lebih maju. Selain dikenal se bagai orang yang filosofis, Prof. Warsono juga memiliki pemikiran yang matang. “Memang dari kelincahan dan agresivitas kurang sehingga butuh orang-orang yang mem bantu Prof. Warsono melengkapi kekurangan beliau sehingga bisa kuat da lam komunikasi dan jejaring,“ ujarnya. Sebagai Direktur PPPG, Luthfiyah dan temen-temen yang ditugasi memba ngun pondasi PPPG berharap rektor baru memiliki kesamaan pikiran untuk menja dikan PPPG sebagai salah satu unggulan Unesa sebagai LPTK. “Di perguruan tinggi lain belum memiliki gedung PPG sendiri dan memiliki tata kelola setara dengan fakultas. Itu semua dapat diharapkan me miliki jaminan mutu mulai dari input mau pun output,” pungkasnya. (RUDI_HUMAS)
LAPORAN UTAMA Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., PR IV Unesa:
Sinergi Semua Leader Unesa Keberhasilan Unesa dalam mengembangkan diri dari sisi akademik dan infrastruktur sehingga menjadi salah satu universitas favorit pilihan masyarakat, tentu tak bisa dilepaskan dari peran kepemimpinan rektor-rektor sebelumnya. Namun, ia mengakui jika perkembangan Unesa makin cepat ketika tampuk kepemimpinan dipegang oleh Prof. Muchlas Samani.
D
i sela-sela kesibukan bermain tenis dengan para dosen FIK di lapangan tenis Unesa Lidah Wetan, Prof. Dr. Nur hasan, M.Kes mengemukakan berbagai hal kepada re porter majalah Unesa mengenai perkembangan Unesa dan harapannya terhadap rektor terpilih pengganti Prof. Muchlas Samani. “Keberhasilan pembangunan Unesa tidak bisa dilepaskan dari periode-periode kepemimpinan sebelumnya. Namun, per tumbuhan pembangunan di Unesa semakin pesat ketika tampuk kepemimpinan dipegang Prof. Muchlas Samani,” ungkap Nurha san mengawali perbincangan. Ia menjelaskan lebih lanjut, sewaktu masih dipimpin Prof. Haris Supratno, anggaran dana Unesa sangat terbatas. Dengan dana terbatas itu, pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi pun ma sih belum maksimal. “SPP mahasiswa saat itu masih berkisar Rp 500.000 per se mes ter sehingga PNBT Une sa terbatas. Selain itu, bantuan dari peme rintah untuk pemba ngunan juga masih terbatas,” papar nya.
Meski demikian, nuansa akademis sudah dibangun oleh Prof Haris walaupun perlu ditingkatkan oleh rektor berikutnya. Pro gram pengabdian masyarakat juga sudah dilakukan meski ang garannya terbatas. Sementara, penelitian juga sudah berjalan walaupun masih dengan anggaran yang terbatas. “Saat periode Prof. Haris sebagai rektor, suasana akademis sudah terbangun dengan baik walaupun sifatnya masih rintisan,” terang Nurhasan. Salah satu program dari Prof. Haris yang cukup mengemuka adalah program AC-nisasi. Semua ruang belajar harus dipasangi pendingin ruangan agar suasana belajar mahasiswa men jadi nyaman. Sayang, karena keterbatasan anggaran, program pemasangan AC di setiap kelas kurang berjalan maksimal. Se mentara di sektor penelitian, sudah dilaksanakan kerjasama de ngan mitra luar meski masih bersifat rintisan seperti dengan BTN, dll. “Semua rintisan itu kemudian bisa dilaksanakan dengan baik di era kepemimpinan Prof. Muchlas,” terangnya. Nurhasan pun mengakui di bawah kepemimpinan Prof. Muchlas, ada berbagai inovasi dan terobosan baru. Ia mencon tohkan, jika ada anggaran pembangunan maka Prof. Muchlas akan memprioritaskan mana dulu yang perlu didahulukan untuk peng gunaan anggaran tersebut. Inovasi lain yang dilakukan adalah para pimpinan Unesa berupaya mencari anggaran dari pemerintah pusat di luar SDP, BPKP, UK dan SPP Mahasiswa agar membantu kualitas gedung yang belum ada. Upaya itu berhasil dengan terwujudnya gedung PPG dan gedung Rektorat di Lidah Wetan. Selain fokus di pembangunan fisik, di era kepemimpinan Prof. Muchlas kemitraan dengan perguruan tinggi lain juga di ting katkan. Nuansa akademis dan anggaran penelitian pun ditingkatkan. Upaya-upaya itu lambat laun membuahkan hasil de ngan bukti kepercayaan masyarakat terhadap Unesa se makin meningkat. Nurhasan pun berharap, kesuksesan yang telah dilaku kan Prof. Muchlas mampu dilanjutkan rektor baru. Seperti meneruskan pembangunan, meningkatkan bandwith (wifi) khususnya untuk kampus Unesa Lidah Wetan, meningkatkan jejaring di pascasarjana seperti program double degree dengan Utrech University (Belanda), dan double degree kerjasama de ngan Thailand, Inggris, dan Australia. “Saya berharap rektor baru bisa menggunakan anggaran de ngan baik, meningkatkan kualitas penelitian, dan meningkatkan kualitas SDM melalui studi lanjut melalui kursus atau magang di kampus-kampus luar negeri dengan cara masing-masing fakultas mengirimkan wakilnya 1 dosen. Termasuk juga, pertukaran ma hasiswa dengan kampus-kampus luar negeri agar Unesa makin bisa berkompetisi dan sejajar dengan perguruan tinggi lain yang sudah lebih dulu mapan,” pungkasnya. (CRH-SANDI)
Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA
|
7
LAPORAN UTAMA Prof. Dr. Sarmini, M.Hum, Pembantu Dekan II FIS:
Etos Kerja, Integritas, dan Loyalitas Dosen Perlu Diperkuat
U
nesa yang dulu bernama Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Surabaya memang mengalami per kem bangan pesat, terutama terkait infrastruktur se perti gedung dan sarana prasarana penunjang semisal taman, foodcourt, danau, layanan wifi dan sebagainya. Perkembangan infrastruktur tersebut tentu menjadikan Unesa se makin sedap dipandang dan nyaman sebagai tempat be lajar mahasiswa. Apalagi, layanan wifi yang semakin membaik membuat mahasiswa dan dosen mudah men-download bahan ajar. Selain itu, Unesa juga melakukan pening katan dalam sistem administrasinya dengan memberlakukan sistem administrasi E-Office. Dengan E-Office, proses surat menyurat menjadi lebih mudah karena tidak perlu menggunakan tanda ta ngan. Surat menyurat dapat dilakukan melalui email. Tentu, perkembangan sistem tersebut merupakan salah satu perkembangan pesat di Unesa. Namun, dari sekian perkembangan-perkembangan itu, tentu masih ada berbagai kekurangan. Salah satunya, dikemukakan Prof. Sarmini. Guru besar Fakultas Ilmu Sosial itu menyoroti masalah etos kerja, integritas, dan loyalitas dosen-dosen dan mahasiswa yang masih jauh di bawah universitas lain. “Masih banyak alumni Unesa yang kurang bangga dengan almamaternya. Itu menjadi bukti bahwa Unesa perlu meningkatkan etos kerja, integritas dan loyalitasnya,” papar Pembantu Dekan II FIS tersebut. Growing with Character yang menjadi slogan Unesa juga dirasa kurang terealisasi dengan baik karena kurangnya kejel asan jenis karakter seperti apa yang akan dibentuk dan ditum buh kembangkan dan bagaimana cara menanamkan karakter tersebut. Jika jenis karakter sudah diketahui, tentu alumni Unesa akan dengan mudah dikenali karena karakter khas yang ditanam kan Unesa.
Karena itulah, guru besar termuda dari FIS itu berharap Une sa memiliki program mata kuliah pendidikan karakter untuk para mahasiswa. Mata kuliah tersebut akan mengajak mahasiswa me mikirkan masa depan dan masa lalunya sehingga akan terbiasa berpikir seperti itu. “Selain itu, konsistensi dan kejujuran para do sen dan mahasiswa juga harus ditingkatkan,” tambahnya. Prof. Sarmini membandingkan Indonesia dengan Pe rancis dari segi cara pengajar menyelesaikan tu gas yang dibebankan. Di Perancis, pengajar akan menanyakan kepada atasannya apa hak dan kewajiban yang akan didapat. Se mentara pengajar di Indonesia ke ba nyakan masih memerlukan banyak bimbingan untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan sehingga cenderung kurang mandiri. “Saya berharap dosen di Unesa mampu meniru gaya pengajar dari Perancis itu,” kritiknya. Terkait suksesi kepemimpinan di Unesa, Guru Besar kelahiran 1968 itu berpesan agar pergantian rektor lama dengan rektor baru mampu membawa Unesa menjadi Perguruan Tinggi bermartabat yang berarti memiliki keunggulan dalam hal ka raktek, akademik, tenaga kerja, dan tentunya alum ni yang berkualitas. Rektor baru juga diharapkan bi sa mensinergikan program barunya dengan program lama rek tor sebelumnya, membenahi sistem pengembangan Sumber Da ya Manusia (SDM), keuangan, dan iklim akademik sehingga mahasiswa dan dosen UNESA memiliki keberanian dan kebanggaan. “Dengan kebanggaan, maka melakukan sesuatu apapun akan terasa ringan. Yang paling penting adalah dibutuhkan suatu kesadaran untuk membenahi diri sendiri agar dapat mandiri dan tidak melulu minta untuk dibimbing,” tandasnya. n [RIZAL]
Prof. Yoyok Susatyo, S.H., M.M., Ph.D., Guru Besar FIS:
M
Unesa Perlu Pemimpin Tegas, Jujur dan Amanah
endapat kepercayaan menjadi pe mimpin tentu sebuah amanah yang harus dijalankan de ngan baik dan sungguhsungguh. Begitulah, salah satu harapan Prof. Yoyok Susatyo menanggapi suksesi kepemimpinan di Unesa. “Saya berharap pemimpin baru lembaga ini (Unesa) berani bertanggung jawab, amanah dan mampu bekerja sama dengan semua lembaga di lingkungan Unesa,” ujarnya. Menurut Prof. Yoyok, pembangunan da lam sebuah ketatapengelolaan tentu su dah menjadi perencanaan dari awal bagi Unesa sejak didirikan. Pembangunan itu ada yang bersifat rancangan jangka pendek, ada yang jangka panjang. Semua pe rencanaan itu, tentu sudah digodok oleh senat dan harus lakukan sesuai yang
8 |
telah dirancangkan. Ia mengakui ke pe mimpinan Pak Muchlas dinilai sudah men jalankan apa yang telah dirancang dalam rapat senat. Seperti pembangunan ge dung FIS. Bagi Prof. Yoyok, sejauh ini tidak a da masalah dalam hal pembangunan di Unesa. Jika timbul masalah, se sung guhnya itu hanyalah keluhan dari perseorangan saja. Unesa tentu memerlu kan sinergi dari semua civitas akademika sehingga bisa berjalan sesuai dengan visi misi dan mampu bersaing dengan univer sitas lain. “Permasalahannya terletak pada individu-individu itu, mau tidak mereka menciptakan sistem yang baik untuk lem baganya,” ungkapnya. Agar lembaga perguruan tinggi ter sebut bisa berjalan efektif, tentu membu
MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014
tuh kan pemimpin dan jajarannya yang tegas jujur dan amanah sehingga mereka akan lebih mementingkan kepentingan umum di lingkup lembaga daripada ke pentingan pribadi. “Saya yakin pilihan rek tor itu sudah dipilih dari yang paling baik dari yang terbaik,” ujar mantan Dekan FIS tersebut. Ketika menjadi Dekan FIS, Prof. Yoyok adalah orang yang keras mengomentari jika ada dosen yang bilang tidak ada per kembangan di Unesa dan akan memper tanyakan sejauh mana si dosen tersebut sudah berkontribusi bagi lembaga. Ia se nan tiasa berprinsip tidak akan mencari ke kurangan lembaga, tetapi berupaya berbuat sesuatu untuk lembaga. Karena sifat itulah, Prof. Yoyok senantiasi disegani di lingkungan FIS. (CRH-MAHMUD ALREZA)
LAPORAN UTAMA
D Rektor Baru,
Prof. Dr. Suyono,M.Pd, Dekan FMIPA:
Semangat Baru, Harapan Baru
alam pandangan Prof. Suyono, Unesa saat ini sudah menjadi kam pus yang posisinya berada di tengah-tengah. Artinya, Une sa sudah tidak lagi sebagai kampus le vel bawah tapi sudah mulai menuju ke le vel menengah atas. Kemajuan Unesa, salah satunya bisa dilihat dari segi fisik (bangunan). “Bidang fisik ini sangat pen ting, karena orang pertama kali melihat dari fisiknya. Jika fisiknya baik maka akan men dukung bidang-bidang lain seperti bi dang akademik dan lainnya,” ungkap Dekan FMIPA itu. Sebagai bagian dari civitas akade mika, Prof. Suyono berharap terpilihnya Prof. War sono sebagai rektor baru Unesa periode 2014-2018 dapat mem be rikan se mangat baru bagi para ci vi tas akademika Une sa dan mampu
membawa Unesa lebih baik dari se belumnya. “Rektor baru, semangat baru, harapan baru,” tegasnya. Selain mampu memberi semangat baru, Prof. Suyono juga berharap rektor baru mampu menjaga keharmonisan an tar civitas akademika Unesa. Sebab, ke harmonisan tersebut sangat penting agar suasana kampus tetap nyaman sehingga etos kerja terjaga. “Tanpa adanya kehar mo nisan antarcivitas akademika maka akan sulit untuk mewujudkan Unesa lebih baik,” terangnya. Selain itu, rektor beserta jajarannya ha rus lebih memperhatikan masyarakat kampus Unesa. Suyono berharap nantinya tidak ada pembiaran, dalam arti jika ada yang melanggar aturan atau kesepakatan bersama segera ditegur agar tidak diikuti oleh yang lain. n [HABIB]
Drs. Martadi, MSn, Dosen Seni Rupa & Desain Grafis:
Makin Pesat dengan Gedung-Gedung Bertingkat
S
ekitar tahun 1998-1999, IKIP Su rabaya berubah menjadi Universi tas Negeri Surabaya (Unesa). Peru bahan nama itu berhubungan erat dengan nasib LPTK yang sedang meng alami pasang surut. Banyaknya LPTK swasta berpengaruh pada peminat yang sedikit dan para lulusan yang tidak bekerja se suai bidang pendidikannya. “Hal itulah yang menjadi salah satu pendo rong berubahnya IKIP menjadi U n ive rs it a s,” terang Mar tadi ketika di mintai komen tar seputar per kembangan Unesa. Martadi menam bahkan, perubahan menjadi universitas tentu tidaklah mudah. Salah satu syaratnya harus memiliki 6 Fakultas dengan rincian 3 Fakultas eksak dan 3 fakultas sosial. Saat itu, Unesa masih memiliki 5 fakultas, yakni 2 fakultas eksak dan 3 fakultas sosial. Keenam fakultas itu adalah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Keguruan Ilmu So sial (FKIS), Fakultas Keguruan Sastra Se ni (FKSS),
Fakultas Keguruan Ilmu Eksakta (FKIE), dan Fakultas Keguruan Ilmu Tek nik (FKIT). Setelah dilakukan rapat yang didata ngi LPTK seluruh Indonesia di Hotel Sim pang, perubahan IKIP Surabaya menjadi uni versitas pun terwujud. Berdasarkan perluasan mandat dan perubahan ter sebut, Unesa tetap memiliki lima fakultas. Hanya saja berganti nama, yaitu Fa kultas Ilmu Pen didikan (FIP), Fakultas Ba hasa dan Seni (FBS), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengeta huan Alam (FMIPA), Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Fakultas Teknik (FT), dan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK). Da lam perkembangannya, Unesa berhasil me nam bah dua fakultas yakni Fakultas Ekono mi. Sehingga, sampai sekarang Unesa memiliki tujuh fakultas. “Berubahnya IKIP menjadi Une sa sangat memengaruhi animo ma sya rakat mendaftar di Unesa. Bahkan, se te lah sekitar 25 tahun berdiri, Unesa
kini memiliki peminat 60 ribu peserta,” terang Martadi. Tak hanya itu, anggapan yang se la man ini berkembang bahwa Unesa merupakan tempat kuliah anak-anak dae rah, berangsur hilang. Secara oto matis tingkat keberterimaan masyarakat terhadap Unesa semakin meningkat dan lebih positif. Itu dibuktikan dengan banyaknya peminat menjadi mahasiswa Unesa baik dari Surabaya maupun daerah lain di Indonesia. Apalagi, kini perkembangan gedung di Unesa juga semakin membanggakan. “Kini, jumlah gedung di setiap jurusan sudah terpenuhi jika di ban dingkan dengan ketidaklayakan gedung-gedung yang hanya satu lantai,” tutur dosen Seni Rupa dan Desain Grafis (SRDG) yang juga salah satu alumni dari IKIP Surabaya itu. Martadi menambahkan, satu tahun ke depan Unesa Lidah wetan akan dibenahi. Akan ada lima sampai enam gedung berlantai enam hingga sembilan yang akan dibangun di Unesa Lidah Wetan. Seperti gedung rektorat, gedung perpustakaan berlantai 6, gedung pe ngem bangan pendidikan inklusi dan PAUD, dan gedung student center. (CRHYUSUF)
Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA
|
9
LAPORAN UTAMA Warju, S.Pd., S.T., M.T, Dosen Teknik Mesin:
Berharap Sarana Prasarana Lab Lebih Terpenuhi
S
ebagai salah satu dosen di Unesa, Warju, S.Pd., S.T., M.T mengakui bahwa sarana dan prasarana labo ra torium sangatlah penting dalam me nunjang perkuliahan, khususnya bagi jurusan yang mengedepankan prak ti kum seperti Teknik Mesin. Ia pun mengaku bersyukur dan mengapresiasi pembangu nan Laboratorium Terpadu di periode ke pemimpinan Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd. “Pembangunan Laboratorium Terpadu itu sangat menunjang fa silitas praktikum di FakultasTeknik,” ujarnya. Warju mengaku sudah merasakan manfaat Laboratorium Terpadu. Dosen muda yang pernah mengikuti Bridging Program for Doctoral Study of Indonesia Student di Uni versity First Tech Taiwan ini mengaku se tiap saat selalu berkutat di laboratorium bahan bakar dan pelumas untuk penelitian dan pengabdian masyarakat. “Sarana dan
prasarana laboratorium khususnya Tek nik Mesin sudah baik namun masih per
lu ditingkatkan lagi. Banyak aspek yang harus ditingkatkan dalam membina ma ha siswa khusunya pada PKM,” ungkap Ketua sub laboratorium bahan bakar dan pelumas FT Unesa itu. PKM (Program Kreativitas Mahasiswa), tambah Warju merupakan ajang bergeng si mahasiswa se- Indonesia. Tahun lalu, sekitar 80 proposal PKM dari Unesa yang lolos. Dari 80 proposal tersebut, 20 pro posal di antaranya berasal dari Jurusan Teknik Mesin dan 6 proposal di antaranya dibimbing Warju. Warju berharap, kepemimpinan baru Unesa semakin mampu menjadikan Une sa berprestasi dan mengantarkan ma ha siswanya maju ke PIMNAS melalui pe nelitian-penelitiannya. “Bukan hanya dosen yang berprestasi, namun mahasiswanya pun harus berprestasi. Dengan begitu, akan tercipta Unesa menjadi universitas yang lebih unggul,” pungkasnya. (CRH-KHUSNUL)
apa kata mereka Wahyu Lumaksono, Ketua BEM Unesa:
Kultur Akademik Perlu Diperkuat
S
ebagai kampus Eks IKIP Sura baya, Une sa tentu di harapkan mampu mencetak lulusanlulusan calon pen didik/ guru yang berkualitas. Tentu, untuk menghasil kan calon pendidik yang berkualitas, haruslah di tun jang kultur akademik yang memadai. Demikian salah satunya dikemukakan Wahyu Lumaksono, Ketua BEM Unesa. Menurutnya, un tuk menciptakan kultur akademik harus
10 |
didukung infrastruktur yang memadai. Nah, pembangunan infrastuktur telah dirintis Prof. Muchlas Samani. Ia juga mengakui bahwa naiknya SPP dan biaya perkuliahan selaras dengan peningkatan sa rana dan prasarana yang dirasakan sekarang yakni penambahan gedungge dung bertingkat, la boratorium, peralatan dan bahan ajar yang mendukung perkuliahan.
MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014
“Tidakhanya itu, Prof. Muchlas juga telah merombak budaya birokrasi yang berbelit. Administrasi mahasiswa sebelumnya masih menggunakan sistem manual, se ka rang telah menggunakan sistem online sehingga dapat memudahkan mahasiswa.” ungkapnya. Wahyu berharap Prof. Warsono se ba gai rektor baru mampu melanjutkan pro gram-program rektor sebelumnya yang sudah baik. “Saya rasa Pak Warsono mampu memimpin Unesa karena beliau memiliki kapabilitas yang mumpuni dan kompetensi yang sesuai serta memiliki banyak pengalaman, antara lain sebagai
LAPORAN UTAMA kajur, dekan dan pembantu rektor,” papar mahasiswa kelahiran 9 Agustus 1990 itu Selama menjabat Pembantu Rektor III, Prof. Warsono sedikit banyak telah me ngubah pola pikir mahasiswa melalui or ganisasi intra. Ia mencontohnya banyak
nya aktivis UKM yang meraih prestasi. Selain itu, UKM yang dulunya vakum atau tidak ada kegiatan juga mulai bergerak maju. “Sebagai Ketua BEM Unesa, saya me rasakan banyak peningkatan. Saat ini BEM Unesa sudah mulai intens ber
ko munikasi dengan kampus lain se-In donesia, bahkan BEM Unesa dipercaya menjadi koordinator wilayah dan menjadi presidium sidang di BEM Nusantara,” ung kapnya. (CRH-ANDINI OKTAPUTRI)
Jevy Andi Rokhman, Ketua MPM Unesa:
S
Berharap Birokrasi Lebih Baik Lagi
ebagai ketua Majelis Permusyara wa tan Mahasiswa (MPM) Unesa, Jevy Andi Rokhman banyak ber harap perubahan Unesa semakin lebih baik ke depan dengan rektor baru. Ia berharap rektor baru semakin membe ri perhatian terhadap organisasi ke ma hasiswaan. “Banyak sektor di Unesa yang perlu disoroti, terutama di sektor birokrasi dan demokrasi,” paparnya. Menurut Jevy, meskipun birokrasi di Unesa sudah banyak perbaikan di ban ding kan dengan dulu. Terutama, sudah tidak ada pengekangan-pengekangan pa da mahasiswa untuk bergerak dalam demokrasi dan berorganisasi. Namun, ma sih ada banyak yang perlu dibenahi dan lebih ditata rapi. Ia menyebut, birokrasi saat ini masih ada sisa sistem klasik yang merugikan mahasiswa. Ia mencontohkan masalah pembayaran SPP, persoalan nilai, dan kebijakan-kebijakan per fakultas yang dirasa masih kerap merugikan ma hasiswa. “Masalah nilai yang belum keluar,
masalah pembayaran, dan masalah admi nistrasi lainnya diharap sudah tidak ada. Jadi perlu ada pembenahan di sistem ad ministrasi,” ujar mahasiswa jurusan Pendidikan dan Kepelatihan Olahraga – Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) tersebut. Mahasiswa angkatan 2009 itu juga berharap de mokrasi di kampus se makin dewasa. Me nurutnya, masih banyak permasalahan demo krasi di Unesa yang be lum tuntas, terutama permasalahan ormawa tingkat fa kul tas dan dengan permasalahan Pemira BEM-U kemarin. Ia berharap ke depan tidak ada lagi konflik antarfakultas maupun ormawa akibat Pemira BEM-U. Untuk hal lain, mahasiswa kelahiran Sidoarjo, 3 Januari 1991 itu me nam bahkan, di sektor sarana dan prasarana
me nurutnya sudah baik. Karena geliat pem ba ngunan di Unesa saat ini sudah terlihat dan tampak bagus, tinggal rektor baru nan ti meneruskan estafet pembangunan dari rektor lama. “Untuk masalah sarana dan prasarana tinggal meneruskan rektor yang kemarin,” paparnya. Terakhir, Jevy ingin agar Unesa melakukam penam bah an tenaga pendidik yang lebih profesional dan kompeten di bidangnya, untuk menciptakan output Unesa yang le bih baik lagi. Karena dirinya menganggap saat ini kualitas tenaga pendidik di Unesa masih jauh untuk bisa dikatakan baik. “Saat ini kua litas tenaga pendidik di Unesa masih ku rang baik, maka perlu pengadaan tenaga pendidik yang lebih kompeten di bidangnya,” tuturnya. (CRH-FITRO KURNIADI)
Henny Ekawati Haryono, S.Pd, Mahasiswa Pascasarjana:
Harus Mampu Menciptakan Lulusan Berkualitas
H
enny Ekawati Haryono, S.Pd, pe rempuan asal Lamongan yang kini menjadi mahasiswa pas casarjana Unesa mengata kan bahwa banyak sekali pembenahan infrastruktur baik di kampus Ketintang maupun Lidah Wetan. Me nu rutnya, kuantitas dan kualitas bahan ajar serta me dia pembelajaran yang diadopsi Unesa sudah sangat baik. Pengembangan kurikulum secara periodik ter ma suk Silabus dan SAP sudah baik. Hanya saja kolaborasi dengan pihak dunia usaha dan industri yang masih perlu ditingkatkan lagi.
Harapannya Unesa mampu menjadi universitas yang menciptakan lulusanlulusan yang berkualitas baik da lam bidang pendidikan mau pun non-kependidikan yang mam pu berdaya saing re gional. Ia mengakui bahwa kemajuan yang te lah dicapai Unesa, tidak da pat lepas dari sejarah terdahulunya. Unesa di ma sa lalu telah menjadi tolok ukur untuk mencapai Unesa saat ini, yang lebih baik dari segala bidang. Pembangungan infrastruktur, peningkatan pelayanan, dan peningkatan kua litas pribadi Unesa menjadi acuan dalam menumbuhkan
Unesa menjadi semakin baik saat ini, dibuktikan dengan banyaknya perbaikan dan pem bangunan sarana prasarana yang di lakukan, upaya perbaikan pelayanan bagi mahasiswa, dan juga peningkatan prestasi di dalam dan luar Unesa. Namun, de ngan diawalinya pembangunan yang sedemikian besarnya di kampus Li dah maupun kampus Ketintang, ti dak serta merta berjalan dengan baik se cara keseluruhan. Ia pun berharap Une sa semakin lebih baik dan mampu membenahi diri mulai dari peningkatan kualitas pelayanan di jurusan hingga universitas. Untuk mahasiswanya, semoga lebih mampu menjaga sarana dan prasarana yang sudah ada, dan untuk pembangunan fasilitas harap disamaratakan antara kampus Lidah dan Ketintang. (ANNISA ILMA, FBS)
Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA
|
11
LAPORAN UTAMA Imam Hasan, Mahasiswa FE:
Growing With Character untuk SDM Berkualitas
I
mam Hasan, mahasiswa Fakultas Ekonomi prodi pendidikan Aku tan si mengakui bahwa pembangunan Unesa era kepemimpinan Prof. Muchlas Samani sa ngat menonjol dalam pembangunan infra struktur. Yang masih menjadi pertanyaannya adalah ten tang motto Unesa yakni Growing With Character. Mahasiswa semester 6 ini mengaku belum
mengerti karakter ba gai mana, dan seperti apa yang hendak di ca pai Unesa. Hasan mencoba mem bandingkan dengan kam pus lain seperti ITS dengan mottonya kam pus biru atau Unnes dengan mottonya kampus konservasi. Fakta sebenarnya me mang demikian sehingga menimbulkan persepsi orang lebih dipandang unggul.
Wawancara dengan Rektor Baru, Prof. Dr. Warsono, MS:
Tantangan Terberat,
MENGUBAH MINDSET
Civitas Akademika
Di sela kesibukan setelah Unesa menyelenggarakan halal bihalal sivitas akademika Unesa, reporter humas mewawancarai Rektor Unesa terpilih periode 2014-2018, Prof. Dr. Warsono, MS mengenai bagaimana masa depan Unesa di bawah kendalinya. Implementasi seperti apa dari visi dan misi Bapak untuk Unesa? Yang pertama, tentu saya akan me lan jutkan kepemimpinan Pak Muchlas dan berupaya mewujudkan mimpi be liau menjadikan Unesa lebih baik dan ma ju dengan visi saya yaitu menuju Une sa yang unggul dan bermartabat. Un tuk mengukur maju tidaknya suatu perguruan tinggi itu dari dua hal, yakni kualitas penelitian dan kualitas lulusannya. Lulusan yang berkualitas adalah hasil proses dari pilar suatu per guruan tinggi tersebut, yaitu dosen dan di peroleh dari pengajaran dosen yang
12 |
telah melakukan penelitianpenelitian yang berkualitas. Bagaimana Bapak akan menilai atau mengukur ku alitas dosen Unesa? Saya memiliki tujuh kom petensi untuk meng ukur kualitas dosen yakni, kompetensi penelitian, kom petensi menulis, kom petensi akademik, kom pe tensi bahasa asing,
MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014
Ia berharap dalam pembangunan bi dang penelitian ide kreatif mahasiswa se perti PKM memiliki wadah tersendiri seperti yang ada di Universitas Pa ra madina Jakarta yang kini telah me nerapkan konsep tersebut. Harapan lain, agar pembangunan Unesa ke depan lebih baik lagi dengan membuat rancangan pem bangunan jangka panjang tentang ke pentingan mana yang didahulukan dan dihapuskan untuk menciptakan pem bangunan keadilan di setiap fakultas. n [MAHMUD]
LAPORAN UTAMA kompetensi pedagogik, kompetensi sosial dan kompetensi personal. Bisa dijelaskan masing-masing kompeten si itu, Pak? Kompetensi penelitian itu bisa dilihat ba gaimana dosen kita mampu melakukan pene lit ian dan bagaimana tingkat persaingannya. Apakah mereka mampu mengambil danadana penelitian berskala nasional atau bahkan tingkat internasional, atau hanya tingkat de sentralisasi atau tingkat lokal. Tentu saja pe nelitian-penelitian yang telah dihasilkan baik di tingkat nasional maupun internasional akan se makin baik karena nama perguruan tinggi akan terangkat. Lalu, kompetensi menulis akan mengukur apakah dosen mampu menulis jurnal tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Ka lau para dosen mampu menulis jurnal internasio nal maka nama perguruan tinggi kita akan di kenal di dunia internasional melalui tulisan. Untuk kompetensi akademik, bisa dilihat dari formalitas pendidikan para dosen. Berapa do sen yang bergelas S-2, S-3, dan guru besarnya. Se makin banyak guru besar dan semakin banyak doktor akan semakin baik. Karena se karang guru besar harus doktor, maka kita do rong para dosen itu minimal doktor. Selain itu jika para dosen menempuh studi S-2 dan S-3 di luar negeri akan semakin baik pula, hal itu di karenakan kesempatan memiliki jaringan in ter na sional lebih besar. Jejaring itulah yang nanti bisa digunakan untuk membangun networking secara internasional. Kemudian, kompetensi bahasa asing jelas terkait dengan kemampuan bahasa asing mu lai dari keahlian yang paling tinggi meliputi writing, speaking, dan reading. Kalau para dosen sudah bisa writing itu sangat bagus karena dia bisa membuat jurnal internasional. Selain ke empat kompetensi yang digunakan untuk mengukur kualitas dosen, ada tiga kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, personal, dan sosial yang menjadi bagian internal dalam pro ses pembelajaran. Lantas, bagaimana cara Bapak mengukur kemajuan sebuah perguruan tinggi? Kata kunci untuk bisa dikatakan maju tidak nya suatu perguruan tinggi atau World Class University, ya tentu berdasarkan SDM yang di mi liki lembaga tersebut. SDM yang dimiliki harus berkualitas. Begitu juga dengan proses pembelajarannya, harus juga berkualitas. Kalau ingin mewujudkan unggul dalam keilmuan dan bermartabat dalam karakternya, SDM di Unesa
harus berkomitmen untuk mengembangkan keilmuannya. Yang menjadi tantangan besar kita saat ini adalah mengubah mindset dari seluruh si vitas akademika Unesa. Idealnya memang do sen hasus menghasilkan research yang bisa di sumbangkan ke negara dan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Sementara mahasiswa sebagai produk dan proses dari suatu perguru an tinggi harus memiliki motivasi, sedangkan kar yawan haruslah dengan kesadaran diri memberikan pelayanannya yang bagus. Suatu bangsa akan maju, jika bangsa itu me miliki tantangan. Pada zaman sekarang tantangan itu dibuat untuk menghadapi per u bahan. Perubahan itu kepastian, jika orang tidak mau berubah, maka akan terlindas oleh perubahan. Selanjutnya, mengembangkan bu daya akademik dalam kehidupan kampus, ya itu dengan kegiatan menulis, membaca, dan ber diskusi. Melalui membaca dan berdiskusi, orang akan mendapatkan banyak ilmu dan me nulis adalah bentuk ekspresi pikiran yang ter publish. Orang tidak mungkin dapat menulis tanpa membaca dan berdiskusi. Tulisan itu melampaui langkah penulisnya. Kalau pe nu lisnya mati, tulisannya masih hidup dan dibaca oleh orang lain. Tulisan itu mewakili siapa pe nu lisnya. Dan, tulisan itu melatih peradaban. Ka lau tidak punya tulisan, orangnya mati ya mati, orangnya di lokal ya di lokal. Ilmu yang di miliki oleh seseorang akan diverifikasi dan dik lasifikasi oleh orang lain sehingga terjadi dialektika, dengan melihat benar atau tidaknya akan terjadi objektivitas.
Prof. Warsono sedang beraktivitas di ruang kerjanya. [FOTO: GILANG/WAHYU/HUMAS]
Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA
|
13
LAPORAN UTAMA Program kerja apa saja yang sudah Bapak rencanakan untuk Unesa ke depan? Ada enam program yang sudah saya renca nakan untuk mewujudkan Unesa yang unggul dalam keilmuan dan bermartabat dalam karak ter. Kami akan komitmen pada hal-hal berikut: Mendorong dan memfasilitasi kegiatan akademis dari sivitas akademika untuk melaku kan penelitian dan penulisan karya ilmiah serta publikasi karya akademis. Meningkatkan kompetensi dosen, baik di bi dang keilmuan, penelitian, pe nu lisan, ke mampuan berbahasa asing, pedagogik, sosial, dan personal. Meningkatkan jaringan kerjasama (networ king) dengan perguruan tinggi di luar negeri. Meningkatkan kualitas lulusan dan mem bantu mereka mencari pekerjaan. Meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan akun tabilitas dalam pengelolaan Unesa de ngan ber dasarkan pada prinsip Good Gover nance dan demokrasi. Membangun dan mengoptimalkan unitunit usaha untuk meningkatkan pendapatan Unesa untuk me ningkatkan kesejahteraan warga Unesa.
Sewaktu menjadi PR III, tentu sudah ba nyak program yang sudah Bapak jalankan, ki ra-kira apa saja Pak? Impian saya bagaimana mengembalikan roh mahasiswa. Mahasiswa adalah intelektual muda, orang yang berada di perguruan tinggi yang mengembangkan intelektualnya, berlatih dalam bentuk kepemimpinan, karena mahasis wa nanti menjadi tiga tumpuan bangsa, yaitu pemimpin bangsa, sumber ekonomi, dan sum ber peradaban. Calon-calon pemimpin pasti lahir dari mahasiswa. Pemimpin sekarang itu harus memiliki keunggulan, keunggulannya adalah kuat dalam intelektual dan kuat dalam integritas. Menjadi sumber ekonomi, dari eko nomi pertanian bergeser ke ekonomi industri, namun sekarang bergeser ke ekonomi kreatif, ekonomi yang menjual otak, mahasiswa di tuntut kreatif. Nah, untuk sumber peradaban, mahasiswa akan dilihat dalam perilakunya, ma syarakat yang beradab adalah masyarakat yang rasional, taat pada hukum, masyarakat yang menghargai hak-hak orang lain. Oleh karena itu, Unesa harus menyiapkannya di bidang ke ma hasiswaan. Jika pemimpin ingin memiliki kekuatan hegemoni, maka harus memiliki ke pe mimpinan yang rasionalitas dan moralitas. Con tohnya orang yang pintar itu tunduknya kepada orang pintar, itu rasionalitas. Sedangkan moralitas itu seperti para kiai, orangnya alim pasti banyak yang mengikuti karena mo ra li tasnya. Selama ini ketika para mahasiswa meng aju kan anggaran selalu memiliki kegiatan yang sudah dijalankan selama bertahun-ta hun. Justru itu tidak cerdas, mestinya harus di evaluasi. Saya pernah mengatakan bahwa kebudayaan itu harus dikritik, nilainya tetap di pertahankan namun dimetamorfosa ke bentuk yang lain, jangan diadopsi dengan bentuk yang sama, karena itu namanya tidak kreatif. Bagaimana kunci untuk mewujudkan misi dan visi Bapak? Kembali ke komitmen. Tidak mungkin saya berusaha sendiri untuk menjadikan Unesa yang lebih baik. Mimpi besar saya adalah menjadikan seluruh warga Unesa merasa memiliki dengan membangun komitmen untuk wujudkan Une sa lebih baik dengan bekerja sesuai dengan pro fesi dan melakukan pekerjaan sebaik-ba iknya. Jika semua komitmen bersama tercapai ibaratnya seluruh gerbong dan satu nahkodan ya telah memiliki visi dan misi yang sama men jadikan Unesa lebih baik dan maju (LINA)
14 |
MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014
SEPUTAR UNESA
Hokuriku University-Unesa
Rintis S-1 Double Degree Bahasa Jepang
Rektor Unesa Prof Muchlas Samani dan Chairman, Board of Trustees Hokuriku University Tsutomu Ogura, Ph.D usai melakukan penandatanganan kerja sama joint degree program.
U
nesa kembali mengepakkan sayap di ranah internasional. Sebelumnya di Jepang, Unesa juga telah membangun kerja sama dengan tiga universitas, yaitu Aichi University of Education, Aichi Ritsu University, dan Nagoya Univer sity. Selasa, 17 Juni 2014 Unesa kembali bekerja sama dengan uni versitas di Jepang, yaitu Hokuriku University. Tiga perwakilan dari Hokuriku University yang datang ke Unesa adalah Tsutomu Ogura, Ph.D. (Chairman, Board of Trustees), Shigeru Minamino (Member Board of Trustees Chief Administrator), dan Justin Tobias (Deputy Manager International Exchange Cen ter). Pembahasan mengenai kerja sama itu dilakukan di ruang pertemuan Rektorat Unesa pukul 15.00 WIB. Pembahasan di mulai dengan pengenalan mengenai Unesa dan sejarah singkat Surabaya oleh Rektor Unesa, kemudian dilanjutkan dengan pem bahasan kerja sama. Di antara kerja sama yang ditandatangani Prof. Dr. Muchlas Sa mani, M.Pd. dan Tsutomu Ogura, Ph.D., ada tiga hal pokok. Pertama,
kerja sama di bidang joint degree program, yaitu mahasiswa Pendidik an Bahasa Jepang Unesa belajar selama tiga tahun di Unesa dan satu tahun di Jepang. Kedua, mengirim guru atau dosen Bahasa Jepang dari Unesa ke Jepang selama tiga minggu. Di sana nanti mereka akan diberi kesempatan belajar bahasa dan kebudayaan Jepang le bih mendalam, termasuk mengunjungi sekolah-sekolah di Jepang. Ketiga, dosen Hokuriku University akan mengajar Bahasa Jepang di Unesa dan mereka juga akan belajar kebudayaan Indonesia. Sebagai tindak lanjut, pada 25 Juni 2014 mendatang delegasi Unesa akan diberangkatkan untuk berkunjung ke Hokuriku Univer sity. Mengenai pengiriman guru Bahasa Jepang, Unesa akan mela kukan penjajakan dengan Kepala Dinas Pendidikan (Kadindik) Jawa Timur. “Kami akan berkomunikasi dengan Kadindik Jatim agar para guru yang akan diberangkatkan ke Jepang nanti mendapat izin resmi dari pemerintah untuk mengikuti program tersebut,” tutur Tsuroyya, Koordinator Kerjasama Luar Negeri Kantor Urusan Internasional (KUI) Unesa. (SYAIFUL/BYU) Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA
| 15
SEPUTAR UNESA
Prof. Yoyok Soesatya, SH, MM, PhD bersama keluarga usai dikukuhkan sebagai Guru Besar ke-3 Fakutas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya.
Pengukuhan Guru Besar: Prof. Yoyok Soesatyo, S.H., M.M., Ph.D.
MEMBUMIKAN GROWING WITH CHARACTER Supaya pendidikan karakter dapat terlaksana pada pembelajaran eko nomi Indonesia diperlukan strategi dan model khusus. Pembentukan karakter memerlukan communities of character yang terdiri atas keluarga, lem baga pendidikan, instituisi keagamaan, me dia, pemerintah, dan berbagai pihak yang mempengaruhi nilai-nilai generasi muda.
S
aat ini pendidikan nasional dinilai belum mampu mencetak figur manusia Indonesia seutuhnya seperti yang tersurat pada tujuan pendidikan nasional. Hal tersebut tercermin pada fenomena yang terjadi di masyarakat, yaitu terjadinya degradasi moral yang pada gilirannya ber dampak pada aspek ekonomi masyarakat. Melihat kondisi Indonesia saat ini, maka proses perbaikannya tidak dapat dilakukan dengan cara dan waktu yang singkat. Dibutuhkan serangkaian tahapan dan proses yang terus-menerus yakni me lalui pendidikan berbasis karakter. Penguatan ide itu disampaikan Prof. Yoyok Soesatyo, S.H., M.M., Ph.D. pada pidato pengukuhan jabatan guru be sarnya dalam bidang ilmu Pendidikan Ekonomi di Unesa pada Rabu, 18 Juni 2014.
16 |
MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014
Selama ini sistem pendidikan di Indonesia hanya menekankan nilai akademik sebagai pa tokan keberhasilan sebuah pendidikan. Ke ber hasilan seorang anak hanya dilihat dari ukuran se berapa tinggi nilai matematikanya, seberapa ting gi rangkingnya di kelas, seberapa banyak kejuaraan olimpiade yang didapat dengan me ngesampingkan nilai-nilai luhur kepribadian anak. Se harusnya pendidikan juga dilihat dari aspek moralnya, yaitu seberapa disiplin terhadap waktu, peduli dengan lingkungan, bagaimana tutur kata yang digunakan dan sebagainya. Menurut, Prof. Yoyok pendidikan karakter ber arti menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menja di paham (kognitif) tentang mana yang baik dan
SEPUTAR UNESA salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Dalam penerapan pendidikan karakter diper lukan kolaborasi dengan bidang studi tertentu. Pembelajaran ekonomi Indonesia berbasis pendi dikan karakter merupakan salah satu solusi meng hadapi krisis yang terjadi di masyarakat. Dengan be gitu diharapkan dapat terwujud kehidupan bang sa yang utuh dari segi ekonomi dengan mendepankan nilai-nilai pancasila. Perguruan tinggi memiliki peran yang sangat strategis dalam mengimplementasikan pen di dikan karakter secara integratif dan dilandasi ke rangka berpikir yang komprehensif dalam upaya menanamkan karakter alumninya untuk me masuki dunia kerja dan kembali ke lingkungan masyarakat sebagai agent of change. STRATEGI DAN MODEL Jika pendidikan karakter dikaitkan dengan pem belajaran Ekonomi Indonesia, maka di per lukan beberapa strategi dan model. Strategi per tama antara lain, pemahaman secara jelas, tegas, dan tepat tentang sistem ekonomi yang didasar kan pada landasan ideal pancasila, landasan kons titusional, dan UUD 1945. Kedua, menjadikan tenaga kependidikan se bagai subjek yang berperan penting dan bertang gung jawab dalam keberhasilan mencapai tujuan dan melaksanakan pendidik ekonomi Indonesia yang berbasis karakter. Ketiga, dalam proses pembelajaran ekonomi Indonesia diberikan gambaran tentang bagaimana kondisi ekonomi Indonesia secara mikro dan makro, memberikan berbagai informasi tentang kemam puan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia serta mengetahui bagaimana sebenarnya posisi ekonomi Indonesia secara global. Keempat, pemanfaatan budaya organisasi di perguruan tinggi sebagai wadah untuk menempa karakter yang diinginkan. Kelima, menciptakan lingkungan yang menekan kan pada keteladanan dan pembinaan secara bertahap antara lain: sikap selama dalam kegiatan pembelajaran (kegiatan PBM, penyelesaian tugas, UTS, dan UAS) dan pergaulannya dengan ci vitas akademika. Terakhir, dengan melakukan kerja sama dengan pihak-pihak yang terkait sehingga terjadi efektivitas dan efisiensi dalam penerapan pendidikan karakter. Model yang digunakan antara lain: pertama, pem berian informasi yang rasional dan benar tentang bagaimana ekonomi Indonesia ditinjau secara mikro dan makro sejak awal kemerdekaan sampai era reformasi. Kemudian menganalisis se tiap perencanaan yang dibuat pemerintah dan kelemahan sistem yang sudah ada serta memban dingkan dengan sistem negara yang lebih maju. Kedua, perlu dirumuskan kebijakan atau pe raturan, budaya organisasi serta standar perilaku
BIODATA SINGKAT Prof. Yoyok Soesatyo, S.H., M.M., Ph.D. • Guru besar ke-3 di FE Unesa • Guru besar bidang Pendidikan Ekonomi • S-1 di IKIP Surabaya (sekarang Unesa) • S-2 di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mitra Indonesia • S-3 di Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia • Pengukuhan pada 18 Juni 2014
yang dirumuskan bersama-sama untuk ditaati oleh semua civitas akademika agar dapat atau mampu mewujudkan kondisi yang kondusif kampus seba gai wadah pencetak calon pemimpin bangsa yang berkarakter dan cinta tanah air Indonesia. Ketiga, perlu diciptakan komunikasi dengan berbagai pihak yang dapat mempererat hubung an dan kerjasama, menyosialisasikan secara te rus menerus visi dan misi universitas, isi dan tar get pendidikan karakter kepada seluruh civitas akademika agar mampu mengubah pola pi kir, sikap, tingkah laku, jiwa wirausaha yang pro fesional, percaya diri, menjadi pribadi yang me miliki kepribadian dan harga diri sebagai warga negara Indonesia. Keempat, proses pe ngem ba ngan karakter memerlukan model keteladanan dan kejujuran di lingkungan civitas akademika. Kemudian penggunaan pendekatan dalam pem belajaran ekonomi Indonesia berbasis ka rakter lebih tepat dengan menggunakan student centered karena lebih ditekankan pada aktivitas dan sikap peserta didik. Melalui pendekatan ini di harapkan perkembangan pendidikan karakter akan muncul atas dasar kesadaran hati dari peserta didik sendiri, mereka asyik untuk mendiskusikan fe nomena dan mengkreasikan pikirannya serta mencari solusi pemecahannya. Jadi, menurut Yoyok supaya pendidikan ka rakter dapat terlaksana pada pembelajaran eko no mi Indonesia diperlukan strategi dan model khusus. Pembentukan karakter memerlukan com munities of character yang terdiri atas keluarga, lembaga pendidikan, instituisi keagamaan, me dia, pemerintah, dan berbagai pihak yang mem pengaruhi nilai-nilai generasi muda. Semua com munites of character tersebut hendaknya memberi suatu keteladanan, intervensi, pembiasaan yang dilakukan secara konsisten dan penguatan. Pe nguatan nilai karakter itu bisa dirancang dan dibumikan melalui penerbitan buku ajar bernu ansa pendidikan karakter sesuai dengan bidang studi masing-masing yang pada gilirannya akan digunakan mahasiswa sebagai sumber belajar. (ANDINI OKTAPUTRI)
Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA
| 17
LENSA UNESA
MAHAKARYA CIPTA SENI 2014
T
anggal 30 Mei - 2 Juni 2014, FBS Unesa menggelar event D’tik Art Production. Pertunjukan ini menampilkan 29 karya seni yang terdiri atas 21 karya seni musik dan 8 karya seni tari. Tema keseluruhan pada acara ini adalah ‘Think Brightly and be Grateful with Art Education’, tema ini dipilih karena keinginan mendekatkan seni pada pendidikan. Acara berlangsung sepenuhnya di Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur Jl. Genteng Kali 83 Surabaya.
GRAND LAUNCHING UKM KEPENDUDUKAN
G
rand Launching UKM Kependudukan yang berlangsung Selasa (3/6/2014) di Auditorium Rektorat Unesa merupakan acara peresmian Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kependudukan gabungan untuk beberapa kampus di wilayah Jawa Timur. Kampus itu adalah Unesa, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Negeri Jember (Unej), Universitas Airlangga (Unair), Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), dan Universitas Bojonegoro (Unigoro). Acara yang berlangsung pukul 08.30 WIB sampai 09.45 WIB tersebut kemudian dilanjutan dengan Seminar Kependudukan hingga sekitar pukul 12.30 WIB. Dibuka serangkaian sambutan mulai dari Ketua UKM Kependudukan Unesa, Angga Eko Purnomo, lalu sambutan dari Pembina UKM Kependudukan Unesa, Dra. Hj. Ita Mardiani Zain, dilanjutkan Rektor Unesa, Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd., dan terakhir sambutan Kepala BKKBN Jawa Timur, Ir. Dwi Listyawardhani, M.Sc, Dip. Com. Acara itu kemudian diteruskan dengan peresmian UKM Kependudukan. Peresmian tersebut dilakukan secara simbolis berupa potong tali oleh Kepala BKKBN Jatim bersama Rektor dan Pembina UKM Kependudukan Unesa. (DANANG JAYA ARGANATA/
BYU)
P
HOKURIKU UNIVERSITY-UNESA RINTIS S-1 DOUBLE DEGREE
18 |
rof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd. dan Tsutomu Ogura, Ph.D saling memberikan cenderamata usai menandatangani kerja sama dalam rangka merintis S-1 Double Degree Bahasa Jepang. Sebagai tindak lanjut, Unesa memberangkatkan perwakilan ke Jepang. (HUMAS) MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014
LENSA UNESA
UJIAN TERBUKA DI MALL
P
ameran Tugas Akhir Desain Grafis Unesa (Paradesia) ta hun ini memasuki ta hun ke-3. Unjuk karya ma hasiswa D-3 Desain Grafis Unesa ini menjadi ujian terbuka yang sebenarbenarnya sebab penilaiannya digelar di Ballroom Pakuwon Trade Centre (PTC), sebuah pusat perbelanjaan elite di kawasan Surabaya Barat yang ke betulan lokasinya bersebelahan dengan kampus Unesa di Lidah Wetan. Inilah karya mereka yang terbagi men jadi empat kategori yakni ilustrasi, fo tografi, corporate identity, dan media in teraktif. Mereka siap menghadapi tantangan industri media kreatif era pasar bebas. (HUDA)
SENAM SEHAT KOCIKA
P
alam rangka ulang tahun Kocika, dise lenggarakan se rangkaian acara di kampus Ketintang Surabaya, di an taranya adalah Senam Sehat dengan aneka hadiah. (HUMAS)
Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA
| 19
SEPUTAR UNESA
Prof. Dr. Tukuran, MSi bersama keluarga usai dikukuhkan sebagai Guru Besar MIPA Universitas Negeri Surabaya, bidang bidang Kimia Organik Bahan Alam spesifikasi non-herba.
Pengukuhan Guru Besar: Prof. Dr. Tukiran, M.Si.
MASA DEPAN BIOPESTISIDA Biopestisida ORGANEM dikembangkan menjadi formula EHPC 10 EC, EKPC 10 EC, dan EMPC 40 EC mengantarkan Dr. Tukiran MSi meraih gelar guru besar bidang Kimia Organik Bahan Alam spesifikasi non-herba.
20 |
L
ebih dari 50 persen fauna yang menghuni per mukaan bumi ini tidak lain adalah se rang ga. Selama ini kehadiran beberapa jenis serangga telah mendatangkan manfaat yang luar biasa bagi manusia, misal nya lebah madu, ulat sutra, dan serangga penyerbuk. Namun ti dak sedikit serangga justru membawa petaka dan kerugian bagi kehidupan manusia, misal nya serangga perusak tanaman. Bagi Prof. Dr. Tukiran, M.Si., fe nomena itu menarik hingga le bih dari 10 tahun petualangan penelitiannya. Kerugian yang dialami sektor pertanian Indonesia akibat se rangan hama dan penyakit te
MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014
lah mencapai miliaran ru pi ah dan telah menurunkan pro duktivitas pertanian hingga 20 persen. Karena itu, sebagian besar petani Indonesia ber upaya menggunakan pestisida kimia (sintetik) untuk meng atasi masalah tersebut. Kini, kebutuhan pestisida sintetik telah memperlihatkan pertum buhan yang pesat tiap tahun. Rata-rata peningkatan konsum si pestisida sintetik per tahun tercatat mencapai 6,33%. Bah kan, kenyataan di lapangan peng gunaan pestisida sintetik dapat mencapai lebih 10-20%. Penggunaan pestisida sin tetik yang berlebihan tentu da pat menimbulkan dampak ne gatif terhadap lingkungan dan
manusia. Bahkan dapat meng akibatkan timbulnya hama yang resisten, ancaman bagi predator, parasit, ikan, burung, dan satwa lain. Salah satu dampak negatif pestisida sintesik terhadap ling kungan adalah munculnya re sidu pestisida sintesik di dalam tanah sehingga dapat meracuni or ganisme nontarget, terbawa sam pai ke sumber-sumber air dan meracuni lingkungan se ki tar. Residu pestisida sintetik pa da tanaman dapat terbawa me lalui mata rantai makanan sehingga dapat meracuni kon su men, baik hewan maupun manusia. Sejumlah dampak negatif peng gunaan pestisida sintesik mendorong disusunnya strategi
SEPUTAR UNESA dan metode lain yang dapat di lakukan untuk mengurangi peng gunaan pestisida sintesik da lam upaya mengendalikan ha ma dan penyakit tanaman. Har ga pestisida sintetik cukup tinggi sehingga membebani bi aya produksi pertanian. Har ga pestisida sintetik yang ting gi disebabkan bahan aktif pestisi da sintetik sebagian besar ma sih impor dan umumnya meng gu nakan pelarut bahan bakar mi nyak. Untuk mengurangi ke tergantungan terhadap pes tisida sintetik, secara berangsurangsur harus segera diupayakan pengurangan penggunaan pes tisida sintetik dan mulai beralih kepada jenis-jenis pestisida na bati (biopestisida) yang murah, mudah, dan aman bagi ling kungan. PESTISIDA NABATI Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan dan me rekayasa komponen kimia seba gai alat pertahanan diri secara alami terhadap pengganggunya. Tum buhan mengandung ba nyak komponen kimia yang merupakan metabolit se kun der dam digunakan oleh tum buhan sebagai alat per ta hanan dari organisme peng gangu. Grainge et al.,1984 dalam Sastrosiswojo (2002), me laporkan ada 1800 jenis tumbuhan yang mengandung pestisidanabati yang dapat di gu nakan untuk pengendalian ha ma. Di Indonesia, diketahui sa ngat banyak tumbuhan penghasil pestisida nabati dan diperkirakan ada sekitar 2400 tanaman dari 235 famili (Kardi nan, 1999). Dalam mendukung kebija kan tersebut, penggunaan pes t isida nabati dalam kegiatan pe rlindungan tanaman perlu selalu dipromosikan dan dima sya rakatkan. Salah satu upaya pe masyarakatan tersebut ada lah dengan penyebarluasan informasi jenis-jenis tumbu han yang berpotensi se ba gai pestisida nabati, yang dapat
dimanfaatkan dalam pengenda lian hama dan penyakit. Bahan yang dapat dimanfaatkan untuk biopeptisida antara lain adalah pohon neem (Azadirachta indi di ca) atau mindi. Pohon min termasuk tumbuhan Meliaceae yang mengandung senyawa li minoid, yaitu senyawa tetranor triterpenoid azadirachtin. Suatu ba han bioaktif pestisida yang am puh melindungi tanaman terhadap serangga perusak (Nurhidayati dkk. 2008). Bermodal pengetahuan dan pemahaman didukung da ta yang komprehensif pada tum buhan Meliaceae, kegiatan ter kait pengembangan formula pes tisida nabati (biopestisida) te lah dilakukan Prof. Tukiran sejak 2007 hingga sekarang
(TA 2007 dan 2008). Selain itu, juga pernah diterapkan di perkebunan tanaman sa yur (sawi dan kentang) di Ke ca matan Sukapura, Nongkojajar, Probolinggo melalui PKM da na DIPA Unesa (TA 2010) dan hasilnya cukup menggembira kan. “Kami juga menerapkan pa da tanaman hias baik yang dijual di stan bunga maupun rumah tangga. Bahkan, diseminasi for mula biopestisida telah ka mi lakukan pula pada mata kuliah Sumber Daya di Prodi Pen di dikan Sains, FMIPA Unesa dan belasan biopestisida telah dibu at mereka (mahasiswa) se cara tradisional dengan mengopti malkan penggunaan berbagai je nis tumbuhan Meliaceae se
Tumbuhan jenis Meliaceae di tangan Prof Tukiran bisa disulap menjadi biopeptisida yang aman dan ramah lingkungan serta berdayaguna tinggi untuk pertanian.
BIODATA SINGKAT Prof. Dr. Tukiran, M.Si. • Guru besar ke-8 di Jurusan Kimia FMIPA Unesa • Guru besar bidang bidang Kimia Organik Bahan Alam spesifikasi non-herba • S-1 di IKIP Surabaya (sekarang Unesa) • S-2 dan S-3 di Institut Teknologi Bandung (ITB) • Pengukuhan pada 18 Juni 2014
dan telah menghasilkan sejum lah biopestisida yang di beri nama “ORGANEM”, lalu dii ku ti pengembangan formula EHPC 10 EC (ekstrak heksana tum buhan pacar cina), EKPC 10 EC (ekstrak kloroform pacar cina), dan EMPC 40 EC (ekstrak meta nol pacar cina). Dari formula-formula bio pestisida yang dihasilkan itu se bagian telah diaplikasikan pada sejumlah UKM pelepah pisang dan enceng gondok untuk pe ningkatan kualitas bahan dasar meu bel yang berbahan rotan de ngan kombinasi bahan dari pe lepah pisang dan enceng gon dok di daerah Beton dan Wri nginanom, Gresik melalui pro gram Hi-Link-JICA, Dikti
bagai bahan dasar beserta apli kasinya,” ungkapnya. Tumbuhan Meliaceae sa ngat potensial dan mem be ri kan prospek positif yang menjanjikan untuk diteliti dan dikembangkan sebagai biopes tisida yang efektif, efisien, dan aman. Semoga, upaya ini dapat mendegradasi ketergantungan stakeholder, khususnya petani pada pengadaan dan pemakaian pes tisida sintetik pada masa mendatang. (AHMAD ILHAM HABIBI)
Nomor: 70 Tahun XIV - Juni 2014 MAJALAH UNESA
| 21
KABAR PRESTASI
Kepala Pusat Komputer (Puskom) Unesa, Drs. H. Edy Sulistyo, M.Pd. menerima secara langsung penghargaan tersebut pada Malam Penganugerahan TeSCA 2014.
TELKOM SMART CAMPUS AWARD (TESCA) 2014
Unesa: Excellence Achiever University Kepala Pusat Komputer (Puskom) Unesa, Edy Sulistyo mengatakan, selain infastuktur, pemanfaatan ICT dalam praktik belajar mengajar wajib dikembangankan bu kan hanya sebagai strategi memasukkan Unesa ke Peringkat Top TeSCA tapi juga sebagai perencanaan implementasi jangka panjang. 22 |
U
nesa mendapat predikat sebagai Excel lence Achiever University di ajang Telkom Smart Campus Award (TeSCA) 2014. Selasa (17/6/2014) bertempat di Hotel JS Luwansa Jakarta, Kepala Pusat Komputer (Puskom) Unesa, Drs. H. Edy Sulistyo, M.Pd. menerima secara langsung penghargaan tersebut pada Malam Penganugerahan TeSCA 2014. Ada tiga universitas yang masuk kategori ini, di antaranya ialah Universitas Komputer Indonesia (Unikom), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan Universitas Telkom Bandung. Selain Excellence Achiever, acara yang dihadiri oleh Muhammad Nuh (Menteri
MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014
Pendidikan dan Kebudayaan RI) dan Arief Yahya (Direktur Utama Telkom Indonesia) itu juga mengumumkan pemenang untuk tiga penghargaan lain, yaitu peringkat 10 besar perguruan tinggi terbaik TeSCA atau Top National Winner, The Higest Leap, dan Outstanding Achiever. Total ada 53 penerima penghargaan dari 568 perguruan tinggi seIndonesia yang berpartisipasi dalam TeSCA tahun ini. Edy Sulistyo mengatakan, “Sejak mengi kuti TeSCA tahun 2012, prestasi sebagai excellence achiever university tahun ini adalah terbaik yang pernah diraih Unesa. Gelar ini memang ditujukan ke pa da perguruan tinggi yang mengembangankan
KABAR PRESTASI Information and Comunication Technology (ICT) secara signifikan dari tahun ke tahun. Unesa mendapat penghargaan ini karena dianggap sebagai per guruan tinggi yang mulai menanjak profil dan pengembangan ICT,” ungkapnya. NAIK PERINGKAT DARI TAHUN KE TAHUN Berdasarkan rekam jejak TeSCA, pres ta si Unesa memang meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2012 menduduki peringkat 28, kemudian tahun 2013 naik menjadi peringkat 18, dan sekarang tahun 2014 makin maju di peringkat 13. Menurut Edy, untuk menjadi Top National, Unesa masih perlu ba nyak pengembangan. Misalnya pelebaran bandwidth, penguatan rasio penggunaan ICT dan peningkatan kualitas sistem informasi. “Yang terpenting adalah ICT kita nantinya mampu melayani mahasiswa, dosen, dan kebutuhan kampus secara baik. Kalau ingin menjadi lebih baik lagi ya harus diperbaiki,” im buh Dosen Jurusan Teknik Elektro ini. TESCA seperti yang diketahui adalah program yang diinisiasi PT. Telekomunikasi Indonesia untuk mengukur pemanfaatan In formation Communication Technology (ICT) perguruan tinggi dengan menggunakan metode ZEN framework yang dikembangkan oleh Prof. Zainal A. Hasibuan, Ph.D. (Wakil Ketua Dewan Teknologi dan Komunikasi Na sional), Prof. Dr. Richardus Eko Indrajit (Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi I nformasi dan Komunikasi), dan Prof. Ir. Nizam, M.Sc., Ph.D. (Kepala Pusat Penilai an Pendidikan, Badan Penelitian dan Pe ngem bangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI). Metode ini tersusun atas delapan parameter penilaian yaitu: (1) Suprastruktur Kampus, (2) Infrastruktur Tek nologi, (3) Profil Pemangku Kepentingan, (4) Ragam Pemanfaatan Aplikasi, (5) Stra tegi Pendidikan Nasional, (6) Dampak dan Man fa at Penerapan Teknologi, (7) Komunitas Eksternal dan (8) Adopsi Trend. Pemeringkatan TeSCA 2014 ini diawali dengan roadshow ke beberapa kota, ke mudian self assessment perguruan tinggi melalui pengisian 109 poin kuesioner, se lanjutnya melewati tahap penjurian perta ma, kunjungan kampus, dan berakhir pada penjurian final. Pemeringkatan TeSCA dilihat dari berbagai kategori meliputi: peringkat terbaik secara nasional, berdasarkan wilayah MP3EI, berdasarkan kategori perguruan ting gi (institut, sekolah tinggi, politeknik, akademi) dan juga skala indeks (bintang 3, bintang 2, dan bintang 1).
Para peraih penghargaan Telkom Smart Campus Award (TeSCA) 2014, di Hotel JS Luwansa Jakarta (17/6/2014). Direktur Utama Telkom, Arief Yahya me ngatakan bahwa TeSCA merupakan salah satu sumbangsih Telkom untuk mendukung du nia pendidikan khususnya perguruan tinggi. “TeSCA merupakan inisiatif Tel kom untuk mendorong perguruan ting gi di Indonesia melakukan berbagai per ce patan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui pemanfaatan TIK dalam praktik belajar mengajar di kampus,” ujar Arief. MENJADI MESIN TRANSFORMASI KUALITAS Senada dengan pernyataan di atas, Edy Sulistyo menambahkan bahwa selain in fastuktur, pemanfaatan ICT dalam praktik belajar mengajar wajib dikembangankan bukan hanya sebagai strategi memasukkan Unesa ke Peringkat Top TeSCA tapi juga sebagai perencanaan implementasi jangka panjang. Pemanfaatan tersebut sudah menjadi blueprint pengembangan Puskom sebagai pelaksana ICT di Unesa. Edy dan tim nya setelah menerapkan e-office dan e-learning, kini tengah mempersiapkan uji coba penelitian synchronize e-learning seba gai bentuk riil dari pengembangan itu. Program ini adalah implementasi dari e-learning yang disinkronisasikan dengan metode teleconference namun tidak meng gunakan perangkat mahal seperti polycom, me lainkan cukup menggunakan laptop. Synchronize e-learning yang selanjutnya di sebut virtual learning ini adalah program yang memungkinkan dosen melaksanakan tatap muka, presentasi, dan memantau pre sentasi yang dilakukan mahasiswa di dalam kelas secara virtual. Bahkan, program ini juga
ada di dalamnya, piranti itu bisa digunakan sebagai pengganti papan tulis. Dengan metode ini, diharapkan do sen dapat tetap mengajar saat yang ber sang kutan sedang berhalangan hadir. “Contohnya, katakanlah saya sedang ber tugas di luar kota, saya cukup bawa laptop, lal u ada akses internet-nya, dan di kelas juga ada laptop. Saya bisa tatap muka, saya bisa presentasi, dan saya bisa meminta mahasiswa di kelas untuk presentasi baik menggunakan Power Point, MS Word, dan sebagainya. Bahkan ada pengganti papan tulis selama saya menggunakan perangkat ini,” papar mantan Kepala Jurusan Teknik Elektro ini. Selain itu, blueprint pengembangan ICT di Unesa yang lain adalah melaksanakan 4 pilar pengembangan TIK perguruan tinggi se suai yang disampaikan Mendikbud di acara yang sama. Pengembangan pertama sebagai awal adalah sebagai buffer atau pe nopang sistem, pengembangan kedua adalah sebagai driver atau pengendali pe ker jaan, dan yang ketiga sebagai enabler atau pemercepat perkembangan serta yang terakhir adalah sebagai transformer yang berarti pengubah atau dalam hal ini maknanya adalah sebagai mesin transfor masi kualitas. Sekarang, Unesa sedang pada tahap dari enabler yakni menjadi transformer. (DANANG/BYU).
Nomor: 70 Tahun XIV - Juni 2014 MAJALAH UNESA
| 23
KABAR MANCA
MENGUNJUNGI RUMAH EINSTEIN DAN RAHASIA TUHAN n oleh Shofan Fiangga Tuhan memberi kesempatan saya ke Belanda ini bukan hanya untuk meng unjungi rumah Albert Einstein. Pasti ada rencana jauh lebih besar yang telah ditakdirkan buat saya.
24 |
S
eingat saya, kali pertama me ngenal Einstein se bagai ilmuwan fisika ter kenal saat saya duduk di bangku SD, ketika melihat tokoh kartun Daffy Duck memerankan Einstein. Kalau Anda ingat kartun Looney Toons, saya berpikir me ngapa kepala orang pintar itu ha rus botak dan besar? Saat SMP, saya baru tahu kalau E=mc2 merupakan rumus terkenal se antero jagat diperkenalkan oleh
MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014
Einstein. Kemudian saat sa ya SMA, saya mulai membaca be be rapa buku di bidang fisika terutama mengenai sejarah perkembangan fisika dari zaman kuno hingga fisika modern. Se ringkali, nama Einstein disebut sebagai fisikawan berpengaruh di dunia. Saat itu, saya sempat membaca bahwa ia tinggal di sebuah rumah di Bern, Swiss, tempat berbagai ide-ide hebat Einstein muncul hasil diskusi de ngan istrinya. Saat itu, terpikir oleh saya, “Andai saya bisa me ngunjungi rumah einstein” dan kini siapa sangka ternyata im pian itu bisa jadi kenyataan. Salah satu ungkapan terke nal Einstein itu adalah “TUHAN TIDAK BERMAIN DADU”. Itulah yang saya rasakan selama per jalanan hidup saya sampai saat ini. Bersekolah di SMA Ne geri 2 Surabaya, membuat sa ya dapat bertemu dengan so sok guru matematika, Pak Syam sul, guru paling hebat yang per nah saya kenal dan juga memberi kesempatan saya me ngenal Einstein lebih jauh dari buku-buku yang ada di per pustakaannya. Dari buku-bu ku yang ada, saya mengenal Einstein sebagai ilmuwan yang agamis. Dia tetap percaya bah wa tuhan berkuasa di segala fe nomena fisika baik makro mau pun mikro. Setelah lulus SMA, saya me mutuskan melanjutkan ku liah di Universitas Negeri Surabaya untuk memperdalam ma te ma tika di jurusan Pendidikan Ma tematika. Walaupun saya
suka Fisika, saya benci dengan kegiatan eksperimen. Itulah se babnya saya memilih matema tika. Sejenak saya melupakan apa yang pernah jadi impian saya, yang saya lakukan saat itu adalah fokus kuliah dan lu lus hingga akhirnya saya meng ajar di salah dua sekolah RSBI di Surabaya walaupun hanya se bagai Guru Tidak Tetap (GTT). Pengalaman mengajar di kedua sekolah itu membuat sa ya berpikir, “Mengapa anakanak SMP-SMA di Indonesia se karang sangat susah kalau diajak belajar?”. Belum sempat me nemukan jawabannya, saat itu datang tawaran melanjutkan S-2 lewat beasiswa IMPOME. International Master Program on Mathematics Education (IM POME) adalah program exchange master kerjasama Ut recht University (Belanda), Uni versitas Sriwijaya, dan Uni versitas Negeri Surabaya di bi dang Pendidikan Matematika yang saat ini sedang berusaha me lakukan perubahan dalam pen didikan matematika di In do nesia. Kegalauan muncul saat saya timbang apakah akan me lanjutkan kuliah atau tetap fo kus kerja karena tanggung ja wab sebagai anak pertama. Saya putuskan coba-coba me masukkan lamaran. Siapa tahu diterima karena juga tidak ada ruginya kalau ditolak. Alhamdulliah, setelah me lalui tes administrasi dan wa wan cara, saya dinyatakan di te rima di fase 1. Penanggung jawab acara langsung memberi
KABAR MANCA in formasi kalau peserta yang lulus fase pertama harus ber kumpul di Jogja untuk melan jutkan pelatihan intensif bahasa Inggris selama 4 bulan un tuk memperoleh nilai IELTS yang menjadi syarat kelulusan. Be rita mendadak itu sangat me ngagetkan dan mau tak mau saya harus berhenti dari peker jaan. Saat itu, terpikir oleh saya ungkapan Einstein, “TUHAN TI DAK BERMAIN DADU”. Tuhan mem beri jawaban, nilai IELTS yang merupakan syarat utama saya bisa kuliah di Eropa meme nuhi yang diminta pihak kam pus. Rasanya senang sekali, Ero pa sudah di depan mata. Eins tein, I am coming. Kemudian saya harus me lalui fase ke-2, yaitu 6 bulan kuliah semester 1 di Unesa. Al hamdulillah bisa dilalui dengan baik. Namun tiba-tiba ada berita kalau ternyata saya terdepak dari beasiswa NESO. Mereka me nurunkan kuota yang sebelum nya 15 menjadi 10. Entah apa alasannya mengapa harus saya yang terdepak. Tuhan tidak ber main dadu. Rencana tuhan siapa yang tahu, Alhamdulillah, kalau me mang sudah direncanakan oleh-Nya tak ada yang bisa me nahan dan yang mengetahui. Akhirnya, keputusannya adalah saya dibantu DIKTI bersama 3 orang teman saya lainnya da lam pembiayaan selama di Be lan da. Mulailah kita persiapan keberangkatan ke Belanda. Na mun, pemberitahuan dari DIKTI bahwa kami akan berangkat baru kami terima sehari men jelang kami terbang. Ya, men da dak selalu jadi sifat DIKTI, dengan persiapan seadanya, kami pun berangkat ke Belanda tanggal 25 Januari 2012 untuk menempuh fase 3 yaitu 1 tahun kuliah di Utrecht University. Setiba di Belanda, mulailah ka mi beradaptasi dengan Ero pa. Belahan bumi yang saya sa ma sekali tidak pernah ba yangkan bisa merasakan di sisa hidup saya. Kuliah di salah satu
uni versitas terbaik di dunia. Berada di Eropa yang katanya merupakan pusat peradaban dunia saat ini. Berada di kota-kota terkenal, Utrecht, Amsterdam, Den hag, dan lainnya. Bersama bule yang dulu cuma ketemu di tempat wisata, kini bisa ketemu dimana-mana bahkan di toilet. Namun, yang saya rasakan ada lah perasaan galau, mungkin karena homesick. Akibatnya saya ke sulitan mengikuti beberapa mata kuliah. Di tengah kegalauan ter sebut, saya bersyukur me mi liki kesempatan bertemu dengan Pak Muchlas yang se dang melakukan kunjunagn ke Belanda dalam rangka pe run dingan kerja sama dengan be be rapa universitas di Belanda. Saya merasa beruntung da pat menjadi guide Pak Much las selama kunjungan di Be landa. Beberapa diskusi seru dengan Pak Muchlas mem beri banyak inspirasi bagi usaha untuk bangkit me nge jar ketertinggalan dan Alham dulillah saya mampu me nye lesaikan semuanya dengan baik. Saya pun teringat impian saya ketika masih kecil, berkun jung ke rumah Einstein. Akhi rnya, Jumat, 9 November 2012 saya berangkat ke Swiss ber sama rombongan tour Pak Eko Hardjanto (Eindoven) berangkat dari Utrecht pukul 2 dini hari waktu setempat bersama 12 pe serta rombongan yang lain. Perjalanan ambisisus 2.100 km dalam 3 hari ini sungguh lu ar biasa. Sesuai rencana, kami mengunjungi Stutgart (Jer man), Zurich, Wintertur, Lu ce rne, Mount Titlis, Bern, dan Interlaken. Namun tujuan utama saya hanya satu, yaitu aparte men Einstein di Bern yang seka rang ini menjadi museum. Tiba di Bern malam minggu sekitar pukul 7 waktu setempat, kami disambut light show di de pan gedung pemerintahan Kota Bern. Segera kami menyusuri ja lanan indah di Kota Bern ini. Tak ada yang saya pedulikan di situ
Penulis bersama rekan dosen, mahasiswa lainnya dan Rektor Unesa Prof. Muchlas Samani saat berkunjung ke Belanda. ke cuali untuk segera menuju ke rumah Einstein. Sesampai di apartemen itu, yang saya ra sakan tidak jelas. Kecewa muncul karena kami tidak bisa masuk ke dalam museum itu ka rena sedang dalam perbaikan. Namun, saya pun berpikir, ka laupun saya bisa masuk, apakah itu artinya saya telah mencapai im pian saya. Jikalau telah men capai impian yang saya angan-angankan sejak SMA, apa yang akan saya lakukan se telah itu. Malam minggu itu, ke galauanlah yang menguasai saya karena dibingungkan oleh pikiran itu. Bahkan indahnya Ko ta Bern pun tak ada artinya buat saya malam itu. Jawaban dari kegalauan saya itu ternyata saya temui se te lah saya kembali mem-flash back apa yang telah saya alami selama ini. Saya kuliah di pro gram IMPOME ini visinya ada lah mengubah pendidikan ma
te matika di Indonesia sedikit demi sedikit. Hal ini ditambah juga dengan yang menjadi per tanyaan berat saya saat masih mengajar di Surabaya, “Me nga pa anak-anak SMP-SMA di Indonesia sekarang sangat su sah kalau diajak belajar?” Ter nyata Tuhan memang memberi kesempatan saya ke Be lan da ini bukan hanya untuk me ngunjungi rumah Albert Eins tein. Pasti ada rencana jauh lebih be sar yang telah ditakdirkan buat saya oleh Sang Maha Kua sa. Lagi-lagi, “TUHAN TIDAK BER MAIN DADU”. Itulah yang saya rasakan. Apa mimpi saya sebenarnya saat ini, saat hampir genap saya 1 tahun di negeri Belanda ini. Manusia akan mati jika berhenti bermimpi. Saat kau anggap kau telah mencapai im pianmu. MIMPI ITU LEBIH DARI SEKADAR YANG KAMU IMPIKAN. n(BYU)
*Shofan Fiangga adalah Mahasiswa S-2 IMPOME PPs Unesa, saat ini menjadi CPNS dosen di Jurusan Pendidikan Matematika Unesa.
Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA
| 25
KOLOM REKTOR
ALHAMDULILLAH, DEMOKRASI KITA SEMAKIN DEWASA “Saya sangat setuju dengan ungkapan bahwa kalah dalam kompetisi itu bermartabat. Mengakui kekalahan itu juga terhormat. Karena itu adalah bukti darma bakti kepada negara. “
K Oleh Prof. Muchlas Samani
26 |
etika akan mulai Pe milihan Umum, saya khawatir kalau-ka lau ada kerusuhan. Pa ling tidak arak-arakan yang ka dang membuat kemacetan dan juga ada peserta yang meng ganggu pengguna jalan lainnya. Seorang teman punya pe ngalaman mobilnya pesok karena dipukul dengan tongkat kayu oleh peserta kampanye Pi leg tahun 2009. Saya sendiri juga punya pengalaman kena macet akibat arak-arakan, padahal saya terburu-buru untuk mengikuti suatu acara.
MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014
Seorang kawan berpesan agar berhati-hati karena pada Pi leg 2014 Partai Penguasa (mak sudnya Partai Demokrat) tidak lagi dominan dan karena Pak SBY tidak dapat mencalonkan lagi menjadi presiden, sangat mungkin pertarungan dalam Pi leg akan lebih sengit dibanding Pileg 2009. Sebagai orang yang awam dalam urusan politik, saya percaya kepada teman ta di. Oleh karena itu menjelang kampanye dimulai saya sangat berhati-hati. Saya berusaha ti dak lewat di lokasi kampanye dan berusaha sedapat mungkin
meng hindar dari berpapasan dengan arak-arakan. Alhamdulillah, ternyata si tuasi tidak segawat yang saya ba yangkan. Kampanye Pileg 2014 seperti tidak “semeriah” Pileg 2009. Saya tidak tahu mengapa. Apa orang sudah jenuh atau bo san. Apa semangat caleg untuk mengerahkan masa menurun. Apa “modal” mereka terbatas, sehingga harus berhemat dalam pengerahkan masa. Jujur saya tidak paham. Sehabis Pileg selesai, saya berkesempatan ngobrol dengan se orang teman yang paham
dengan persoalan politik. Dia ber cerita, dalam Pileg yang sengit itu justru persaingan di dalam partai. Bukan antarpartai. Mengapa? Karena sebenarnya setiap partai sudah tahu ceruk suara masing-masing. Nah da lam daerah itu, antara caleg da lam satu partai yang justru bersaing. Akibatnya kampanye tidak terlalu meriah karena ha nya disokong oleh individu caleg. Antar-caleg dalam satu par tai mengadakan kampanye masing-masing, sehingga tidak terlalu ramai. Konon juga banyak caleg yang berpikir efisiensi. Lebih efisien mana kampanye dengan mengerahkan masa di lapangan atau arak-arakan dengan meng gunakan dana itu untuk mem bantu konstituennya. Bahasa ka sarnya mana yang lebih efisien kampanye besar-besaran atau melakukan serangan fajar, serangan siang dan sebagainya. Konon serangan fajar jus tru lebih efisien. Saya juga tidak paham, benar tidaknya. Mung kin justru pembaca lebih tahu. Namun yang jelas, saya senang karena Pileg berjalan dengan lancar dan aman. Setelah Pileg selesai dan mu lai masuk tahapan Pilpres, sa ya bertemu dengan kawan dari Bidang Keamanan dengan pang kat yang cukup tinggi. Be liau bercerita Pilpres nanti
akan lebih ramai dibanding Pi leg. Konon dalam Pilpres ma sing-masing pihak akan ber juang mati-matian. Karena ke dua pasangan calon adalah baru (bukan incumbent) dan ke betulan seimbang, maka pertar ungan akan sengit. Saya bertanya, apa be da nya dengan Pileg? Bukankah dalam Pilpres malah hanya dua pasangan yang akan berkompe tisi? Beliau menjelaskan, dalam Pi leg yang bertarung bukan masing-masing caleg secara in dividual, tetapi dua kelompok yang masing-masing punya massa besar. Kedua-duanya punya modal besar dan keduaduanya sangat yakin akan me nang. Mendengar penjelasan te man tadi saya menjadi agak pa ham dan oleh karena itu lebih hati-hati. Namun setelah masa kampanye Pilpres berjalan, saya menjadi bertanya-tanya. Kok tidak semeriah yang saya ba yangkan dan seperti yang saya tangkap dari cerita teman ta di. Spanduk juga tidak terlalu banyak dan bahkan lebih ba nyak saat Pileg. Tetapi ada suatu fenomena yang menarik sekaligus mem buat saya khawatir, yaitu kedua pihak membuat deklarasi me nang. Saya jadi khawatir lagi, ja ngan-jangan kalau ternyata kalah dan tentu nanti ada yang
“
KOLOM REKTOR
Semoga ini menjadi indikator bahwa demokrasi kita semaki dewasa. Kita boleh berkompetisi dan setiap Pileg, Pilpres, Pilgub, Pilkada atau pemilihan apa saja. Namun bekompetisi secara sehat dan ketika sudah ada yang dinyatakan memang, semua pihak dengan lapangan dada menerimanya.” kalah, terus terjadi kekisruhan. Apalagi, konon di tingkat elite komunikasi dapat mudah dijalin, tetapi massa akar rumput dapat saja beringas. Ketika pengumuman Pil pres dilakukan, alhamdulillah keadaan aman. Waktu itu saya pu lang dari acara di Senayan dan pulang ke Surabaya. Penga ma tan saya situasi jalan-jalan aman dan tidak ada fenomena yang mencolok. Memang di dekat rumah saya, kantor KPU Jawa Timur ada penjagaan apa rat keamanan dan juga ada kendaraan aparat keamanan. Tetapi situasi di sekitarnya sepi, tidak ada tanda-tanda aktivitas masa. Alhamdulillah, sampai saat artikel ini ditulis saya tidak me nangkap gejala-gejala akan terjadi kekisruhan. Semoga ini menjadi in di kator bahwa demokrasi kita se maki dewasa. Kita boleh
berkompetisi dan setiap Pileg, Pilpres, Pilgub, Pilkada atau pe milihan apa saja. Namun be kompetisi secara sehat dan ketika sudah ada yang di nya takan memang, semua pihak dengan lapangan dada mene rimanya. Saya sangat setuju de ngan ungkapan, bahwa ka lah dalam kompetisi itu juga bermartabat. Mengakui ke ka lahan itu juga terhormat. Yang kalah dan menerima kekalahan dengan lapang dada itu justru sudah membuktikan darma baktinya kepada negara. Yaitu me lalui keikutsertaan dalam Pilpres/Pileg/Pilgub/Pilkada dan lainnya. Sementara yang menang masih harus mem buk tikan janji-janjinya selama kam panye dan janjinya untuk me ngemban amanah sebagai pemimpin. Semoga.n
Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA
| 27
ARTIKEL WAWASAN
Memajukan Teknologi dengan Katastrof
S
elama ini matematika dianggap se bagai bidang ilmu pengetahuan yang paling sulit dan menakutkan bagi sebagian besar siswa dan ter masuk mahasiswa. Banyak orang ber anggapan matematika adalah ilmu yang hanya mempelajari teori hitung-meng hitung sehingga terkesan abstrak dan tak bermanfaat bagi kehidupan se cara langsung. Namun sebenarnya, ba gai manapun kehidupan kita tak akan pernah lepas dan selalu bersinggungan dengan matematika. Karena itu, tak heran jika ma tematika disebut sebagai “Ratu Ilmu Pengetahuan”.
28 |
Salah satu peran penting matematika di dunia nyata adalah pada kemajuan tek nologi, khusunya yang bersinggungan de ngan teori Katastrof. Hal ini disampaikan oleh Guru Besar Unesa, Prof. Dr. Dwi Juniati, M.Si. dalam pidato ilmiah pengukuhan ja batan guru besarnya dalam bidang ilmu matematika (topologi) pada Rabu, 18 Juni 2014. Teori Katastrof adalah analisis menge nai perubahan tiba-tiba dalam perubahan ti pe titik kritis atau titik penting. Telah banyak aplikasi yang dihasilkan dari teori ini, antara lain pada bidang Biologi
MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014
(penyebaran lebah), Fisika (optik), Sosial, dan Psikologi. Teori ini dicetuskan oleh seorang matematikawan Perancis, Rhene Thom. Pada tahun 1972, matematikawan ter sebut mendadak sangat terkenal dengan bukunya yang berjudul: “Stabilite’ Structur’elle et Morphogene’se” (Struktur Kestabilan dan Morfogenesis). Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai perubahan yang bersifat tibatiba, misalnya jembatan yang relatif stabil dalam menahan beban maksimum yang sudah ditentukan, tiba-tiba akan patah saat kelebihan beban. Contoh lain adalah
ARTIKEL WAWASAN permukaan lapisan tanah yang tiba-tiba membentuk patahan/retakan akibat ada nya pergeseran tanah. Juga tentang peri laku seekor binatang yang ketakutan ke tika diserang, tiba-tiba dan berubah ber balik menyerang. Suatu teori matematika baru terlihat manfaatnya jika telah diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari. Berikut contoh pe ranan teori Katastrof pada kemajuan tek nologi, khusunya neuroscience, scanner 3D dan printer 3D. Neuroscience Neuroscience adalah ilmu yang mem pe lajari sistem syaraf. Awalnya ilmu ini merupakan salah satu cabang dari Biologi, se karang lebih merupakan interdisiplin ilmu karena banyak ilmu yang terkait se lain Biologi, seperti Kimia, Fisika, Komputer Sains, Psikologi, Teori Kognitif, Kedokteran, dan juga Matematika. Otak manusia terdiri atas milyaran neu ron yang terhubung satu sama lain. Setiap interaksi antarneuron menciptakan sinyal listrik. Sinyal-sinyal listrik yang dikeluarkan oleh neuron-neuron dalam otak disebut gelombang otak atau brainware. Gelom bang otak bisa diukur dengan alat EEG (Electro Enchephalography) melalui eletro da yang dipasang di kepala. Pada zaman modern ini banyak tek nologi yang ditawarkan untuk mengatur pola gelombang otak agar sesuai dengan kebutuhanm yang dikenal dengan terapi ge lombang otak (Brainware Entraiment). Cara kerjanya merangsang otak meng ha silkan gelombang otak dengan pola ter tentu sesuai kebutuhan melalui sin kronisasi gelombang suara atau cahaya. Saat ini banyak dijumpai software yang diaplikasikan melaui handphone untuk menghasilkan gelombang suara sehingga hasil sinkronisasi antara gelombang sua ra dengan gelombang otak penguna meng hasilkan suatu kondisi untuk me mudahkan konsentrasi atau relaksasi. Bahkan pusat penelitian tentara Ame rika memberikan dana sebesar 4 juta dollar pada tahun 2009 kepada pe ne liti-peneliti Universitas California un tuk mengembangkan suatu teknik pem ro sesan EEG guna mengidentifikasi perca ka pan imajinasi. Suatu teknik atau alat yang dapat menerjemah pikiran manusia me lalui pola gelombang otak yang di hasilkan EEG. Dengan menganalisis gra fik gelombang otak yang dikirim dapat ditentukan apa yang dimaksud oleh
pengirim. Salah satu tujuannya ada lah menciptakan alat komunikasi me la lui rekonstruksi gelombang otak de ngan mediasi komputer melalui signal EEG supaya terjaga kerahasiannya. Ini meru pakan alat komunikasi terobosan baru yang sudah bukan lagi berupa tulisan maupun suara. Selain itu, akhir-akhir ini juga banyak game berbasis gelombang otak yang di tawarkan, yaitu menggunakan alat yang da pat membaca pikiran penggunanya. Be berapa contoh di antaranya adalah Min dflex dan Necomimi. Mindflex atau permainan telekinesis bola yang di pa sarkan tahun 2009 yang meraih sukses besar dengan terjual habis dalam waktu singkat. Mindflex merupakan game yang bertujuan menggerakkan bola melintasi rintangan yang ada melalui konsentrasi pemainnya. Hal ini terlihat seolah pemain me lakukan telekinesis (memindahkan benda dengan pikran) terhadap bola. Sementara itu, Necomimi adalah pro yek gadget Jepang yang dirilis pada tahun 2012. Necomimi berupa headset yang di lengkapi bentuk telinga kucing yang da pat bergerak sesuai dengan emosi penggunanya. Telinga kucing akan tegak jika penggunanya bersemangat dan akan me nekuk ketika penggunanya dalam keadaan santai. Scanner 3 Dimensi Teknologi baru yang membuat pe ru bahan besar dalam berbagai aspek kehidupan dan sampai sekarang masih terus dikembangkan adalah Scanner 3D dan Printer 3D. Selama ini scanner hanya di gunakan untuk mendokumentasikan surat-surat penting seperti ijasah dan SK. Apa jadinya jika yang ingin dipindai adalah ber dimensi tiga misalnya piala, bola, atau bagian tubuh sekalipun. Kemajuan tek nologi memungkinkan untuk hal tersebut, yaitu dengan terciptanya scanner 3D. Scanner 3D adalah suatu alat yang di gunakan untuk menganalisis objek nyata guna pengumpulan data sesuai bentuk dan warna obyek tersebut. Data yang ter kumpul nantinya digunakan untuk meng konstruk model tiga dimensi secara digital. Beberapa teknologi berbeda diguna kan untuk membentuk alat scanner 3D. Awalnya scanner 3D memancarkan sinar laser ke bagian tertentu objek kemudian scanner menghitung waktu yang di bu tuh kan sinar mulai dipancarkan sampai dipantulkan kembali. Dengan mengetahui
kecepatan cahaya yang digunakan, dapat ditentukan jarak titik-titik pada ba gian objek, sehingga dapat diperoleh kum pulan titik geometris dari bagian obyek yang dipindai. Pada scanner 3D portabel, sistem ko or dinatnya relatif menggunakan sistem koordinat internal terkait posisi saat menscan. Untuk suatu objek tidak mustahil titik yang dikumpulkan dalam men-scan lebih dari jutaan titik yang diperoleh dari berbagai arah dan sudut. Secara proses matematisasi, proses pembentukan objek 3D dari kumpulan titik-titik diberikan dengan berbagai koordinat yang berbeda. Printer 3 Dimensi Hasil dari scanner 3D belum lengkap jika belum dicetak ke dalam bentuk 3D. Printer 3D ini biasanya untuk mencetak miniatur mobil, gelas, miniatur bangunan, dan lain-lain. Prinsip kerja dari printer 3D adalah membuat objek solid 3D dari mo del digital. Selama objek tersebut dibuat dalam bentuk digital, maka obyek tersebut dapat dicetak ke 3D. Proses kerja printer 3D adalah dengan pembentukan secara lapis demi lapis mu lai bagian dasar, bahan yang digunakan bisa berupa campuran pasir dengan magnesium oxide atau bermacam polimer. Proses kerja yang lain adalah dengan cara pengukiran yang salah satu metodenya adalah menggunakan prinsip jarak dan identifikasi titik krisis atau titik terpenting. Di Indonesia, ada Johanes Djauhari yang berhasil membuat printer 3D. Ia membuat printer buatan yang berbeda dari produk asing yakni printer buatannya meng gunakan bahan plastik jenis poly lactic acid (PLA) yang terbuat dari biji jagung dan kulit ketela sehingga harga printer ciptaanya relatif lebih murah dan ramah lingkungan karena bisa terurai. Itulah beberapa contoh aplikasi ma tematika terutama teori Katastrof pada ke majuan teknologi. Dwi Juniati pun berharap kita lebih tertarik mempelajari ma tematika. Guru besar yamg juga menguasai bahasa Inggris dan Perancis tersebut berharap banyak orang akan mengubah angapan bahwa matematika itu sulit dan tidak menarik. n *Disarikan oleh Fitro Kurniadi.
Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA
| 29
KABAR SM-3T
Penulis bersama anak Papua yang turut hadir pada acara peringatan Hari Pendidikan Nasional di Sorong, Papua.
CATATAN SM-3T DI BUMI CENDERAWASIH
WE LOVE PAPUA n oleh Prof. Luthfiyah Nurlaela
Lagu Indonesia Raya dibawakan oleh sekelompok anak SMP diikuti oleh semua yang hadir. Sambutan wakil peserta SM-3T UNM, Suwandi, mencairkan sekaligus membekukan suasana. Cerita tentang perjuangannya mengabdi di tempat terpencil, sulitnya medan, harapan anak didik dan masyarakat, serta kerinduannya pada keluarga, memancing tepuk tangan sekaligus air mata.
P
agi, sekitar pukul 09.00 WIT, kami semua su dah siap di lobi. Di rek tur Diktendik, Prof. Supriadi Rustad, sudah ha dir bersama para direktur se lingkung Dikti yang lain, yaitu Direktur Litabmas dan Lemker ma. Direktur Belmawa, Dr. Illah Saillah, tidak hadir karena se dang berkunjung ke China. Ada beberapa mobil yang sudah disiapkan untuk kami se mua. Enam mobil di antaranya disediakan oleh Universitas Mu ham madiyah Sorong (UMS). UMS merupakan salah satu PT swasta yang cukup diminati di Sorong, saat ini mahasiswanya
30 |
MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Junii 2014
sebanyak lima ribu lebih. Selain UMS, ada juga STKIP Muham mad iyah serta Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), satu-satunya PTN di Sorong. Uni versitas swasta yang lain adalah Uni versitas Victory, Universitas Kris ten Papua (UKIP), Poltek Saint Paul, IKIP Kristen Papua, dan sebagainya. Kami bergerak menjemput rombongan Mendikbud di Hotel Royal Mamberamo. Tepatnya bukan menjemput, tapi berga bung. Bertemu dengan para pe jabat kemdikbud yang lain. Juga ber temu Dr. Sukemi, staf ahli Mendikbud. Beramah-tamah sekadarnya, sebelum akhirnya
kon voi bergerak menuju SDSNP Satap Ninjemor 1, Distrik Moi segen, Kabupaten Sorong. Salah satu SD yang menjadi tempat mengajar para peserta SM-3T. Jaraknya sekitar 60 km, dua jam dari Kota Sorong. Jalan menuju Kabupaten So rong kebanyakan adalah jalan beraspal, cukup baik, dan be berapa bagian adalah jalur yang ramai. Sebagian lagi jalan berkelok-kelok, naik turun, ber hutan, berbukit. Batas kota dan kabupaten, adalah Taman Wi sata Alam (TWA), yang sampai saat ini konon masih menjadi sengketa, apakah TWA itu mi lik kota atau kabupaten. Di
KABAR SM-3T sepanjang jalan ditemui para penjual manggis, langsap, dan buah-buahan lain. Langsap me rupakan buah asli Sorong, juga matoa dan durian. Sayang se kali saat ini sedang tidak musim matoa dan durian. Kalau durian bisa didapatkan di mana pun, tapi matoa bukanlah buah yang mudah diperoleh. Buah yang berwarna coklat tua, ber kulit tebal, rasa dagingnya mi rip kelengkeng itu, baru saya nik mati dua kali saja, saat seorang teman pulang dari Papua. Ma toa, adalah hasil bumi khas Pa pua, selain buah merah, sarang semut dan daun gatal. MENEPIS PANAS Mobil kami melaju cepat. Ber lomba dengan mendung tipis yang menggantung di langit. Sorong, bila tidak se dang hujan, suhunya panas se kali. Kata seorang teman dari Dikti, panasnya Makassar di gabung Surabaya belum dapat Sorong. Syukurlah hari ini agak mendung, membantu me ngu rangi panas yang biasanya sa ngat menyengat. Jalan antara kota dan ka bu paten dulunya merupakan jalan yang rawan dengan tindak ke kerasan pemalakan. Para pe malak kebanyakan adalah
penduduk asli yang tinggal di hutan-hutan. Mabuk juga men jadi ‘budaya’, yang sering me nim bulkan banyak kericuhan. Beberapa waktu yang lalu, garagara ulah orang mabuk yang memukul imam masjid, sempat menimbulkan pertikaian sengit yang menjurus ke SARA. Kabupaten Sorong me ru pakan daerah transmigrasi, ma yo ritas penduduknya adalah orang Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur). Para transmigran itu datang sejak tahun 1980-an. Yang mem buat kabupaten Sorong ramai pada awalnya adalah para transmigran ini. Saat ini, ma syarakatnya sudah sangat hete rogen, Jawa, Ambon, Sulawesi, China, dan penduduk asli (suku Moi), Ayamaru dan dari suku yang lain. Selain suku Moi, se mua suku di sini dianggap seba gai pendatang. Jalan mulus hanya sekitar tiga puluh menit, sisanya ada lah jalan-jalan rusak. SP1, SP2, SP3 dan seterusnya adalah le bih popules untuk menyebut wilayah daripada nama desa. SP singkatan dari satuan pe mukiman. Di wilayah SP3, ada se junlah rumah yang bentuk dan ukurannya seragam, diba ngun oleh departemen sosial
untuk para penduduk asli. Na mun rumah-rumah itu tidak semua ditempati, melainkan disewakan pada orang lain, dan mereka kembali hidup di hutanhutan. SAMBUTAN HANGAT Memasuki kawasan SP4, barisan anak sekolah dan guruguru berjejer di sepanjang jalan, mereka bernyanyi sambil me lambai-lambaikan bendera. Me nyambut para pejabat negara yang hanya lewat di de pan mereka sekejap saja. Se kadar melambai terus berlalu. Meng ha rukan, hanya karena jalan dan sekolah mereka dilewati kon voi mobil pejabat, mereka rela memasang ratusan bendera dan berbaris berpanas-panas di pinggir jalan. Saya sedang membayang kan menjadi mereka. Mem ba yangkan bermimpi melihat wajah menteri. Begitu raungan sirine terdengar, tegopoh me ra pikan barisan, dan bersiap melemparkan senyum termanis. Dalam balutan seragam sekolah, keringat yang mengucur de ras, haus dan mungkin lapar, tapi betapa puas karena sudah melambai pada belasan mo bil yang lampunya terus ber kelip-kelip itu. Di manakah pak
Menteri? Pasti di mobil yang terdepan. Sudah berlalu. Mung kin yang tadi tangannya keluar melambai-lambai. Puas sekali rasanya bisa menyambut orang besar itu. Mobil terus melaju di jalan yang sangat berdebu. Anakanak sekolah dan guru-guru terus berbaris dan tertepa de bu-debu itu. Pohon-pohon sa gu berbaris di kanan-kiri jalan. Menurut Mas Lestari, driver UMS yang bersama kami, ulat sagu disukai penduduk setempat. Dijual juga di pasar-pasar tradi sonal. Saya jadi ingat, kemarin saya ke pasar Remu, untung ti dak menemui ulat sagu. Tapi itu warning bagi saya, musti hati-hati dan waspada kalau berkunjung ke pasar tradisonal lagi, supaya saya tidak kaget dan lantas berteriak histeris saking ketakutannya. Ulat, apa pun jenisnya, adalah makhluk ter aneh dan ter’nggilani’ di mata saya. Saya lebih baik disuruh nge pel alun-alun daripada di suruh lihat ulat. Hehehe. SUASANA KEAKRABAN Gerimis menyambut ka mi saat mendekati Distrik Moise gen. Hanya sekejap. Berbaur de ngan debu tebal dari jalan-jalan yang berbatu dan bertanah ke ring. Semakin mendekati tem pat kegiatan, keramaian terlihat di mana-mana. Juga bunyi-bu nyian dari alat-alat musik tra disional. Tari Yospan, tari pe nyam butan, dibawakan oleh se ke lompok anak sekolah. Dengan ber telanjang dada, dan tubuh dicat warna-warni, tarian itu ran cak diiringi dengan bunyibunyian. Rombongan Mendikbud, Pemda Sorong, Universitas Ne geri Papua (UNIPA), Univesitas Para siswa di Papua menyambut hangat kehadiran Mendikbud dalam acara Hari Pendidikan Nasional yang di pusatkan di bumi Papua.
Nomor: 70 Tahun XV - Junii 2014 MAJALAH UNESA
| 31
KABAR SM-3T Negeri Makassar (UNM) masuk ke ruang SD yang sudah disiapkan. Lagu Indonesia Raya dibawakan oleh sekelompok anak SMP di iku ti oleh semua yang hadir. Sambutan wakil peserta SM-3T UNM, Suwandi, mencairkan se ka ligus membekukan suasana. Cerita tentang perjuangannya mengabdi di tempat terpencil, su litnya medan, harapan anak didik dan masyarakat, serta ke rinduannya pada keluarga, me mancing applaus sekaligus air mata. Dalam dialog Mendikbud de ngan siswa, beberapa ke lu cuan terjadi. Mendikbud me rangkul seorang siswa SD dan bertanya. “Siapa namamu?” “Anita.” “Kelas berapa?” “Empat.” “Berapa usiamu?” “Tidak apa-apa.” “Lho?” “Umur, berapa umurmu?” Anita diam. “Ya sudah, tidak pakai umur tidak apa-apa, yang penting sekolah ya?” Semua tertawa. Seorang anak laki-laki, juga di tanya dengan pertanyaan yang sama oleh Mendikbud. Saat ditanya tentang nama dan kelas, dia bisa menjawab. Tapi begitu ditanya umur, dia bingung lalu menjawab: “Dua bulan.” Tentu saja jawaban itu mengundang tawa. Giliran ditanya, “di mana rumahmu?”, dia menjawab: “di belakang.” Meski mungkin terdengar lu cu, tapi hati saya justeru menangis mendengar jawaban siswa itu. Betapa terbelakangnya mereka. Betapa tertinggalnya. Seperti itu, tentulah tidak hanya di tempat ini. Seperti itu, ter sebar di ratusan bahkan ribuan tempat di berbagai pelosok Ta nah Air. PERAN SM-3T DAN HARAPAN Perjuangan para peserta SM-3T, bukan sekadar kisah pengabdian pada dunia pen
32 |
JADI IDOLA: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Mohammad Nuh menjadi idola untuk diajak foto bersama oleh pada peserta SM-3T dan pejabat pemerintahan setempat. didikan, namun kisah pengab dian untuk kemanusiaan. Lihat lah anak-anak itu, para orang tua itu. Mereka kotor, kurus kering, miskin. Mereka bisa jadi tidak peduli dengan pen di dikan bukan karena tidak butuh. Mereka hanya perlu hi dup. Kebutuhan dasar mereka yang tidak pernah tercukupi me merlukan perhatian yang tidak kalah pentingnya dengan pen didikan itu sendiri. Belajar bagi mereka tidak hanya baca tulis hitung. Menggembala ternak, mencari kayu bakar, menanam ubi, mencari air, adalah bagian dari belajar itu sendiri, dan de ngan itu semua mereka bisa ber tahan hidup. Guru-guru SM-3T itu, mem punyai tugas berat untuk keduaduanya. Memastikan mereka te tap bisa bertahan dalam kondisi serba kekurangan, sembari me ning katkan kesadaran mereka akan pentingnya pendidikan, kesehatan dan kecintaan pada Tanah Air. Memastikan di dada me reka tetaplah merah putih, meyakinkan bahwa Papua ada lah bagian dari NKRI, dan NKRI itu menghampar dari Sabang sampai Merauke.
MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014
Pendidikan di Papua ha rus bangkit. Tugas kita adalah menyentuh mereka, me ngan tarkan mereka, agar mereka bisa bangun, keluar dari matarantai ketidaktahuan, kemiskinan, me nuju dunia terang-benderang. Salah besar jika kita, sebagai bangsa dan negara, tidak mem berikan perhatian pada mereka. Berapa banyak energi, be rapa lama waktu, yang dibu tuhkan untuk membuat Papua se jajar, atau setidaknya tidak ketinggalan terlalu jauh dengan saudara-saudaranya di belahan lain di Indonesia? Itu PR besar bagi negera besar bernama In donesia. Tugas berat bagi siapa pun pemimpin negeri kaya raya tapi miskin ini. Namun, kebijakan apa pun yang diambil oleh para pemimpin negeri, pendidikan harus menjadi prioritas. Pen di dikan telah terbukti mampu memangkas matarantai ke mis kinan dan kebodohan. Pen di dikan memberikan multiplier effect terhadap peningkatan ke sehatan dan ekonomi, yang pada akhirnya mampu meningkatkan mutu SDM seutuhnya. Di akhir dialognya, Mendik bud mengatakan: “Kami bangga
Papua, Kami cinta Papua. We lo ve Papua, we love Indonesia”. Sorong, 8 Mei 2014 Penulis adalah Direktur PPPG dan Koordinator SM-3T Unesa.
3 S
INFO SEHAT MANFAAT UTAMA
Makan dengan Tangan untuk Kesehatan
ebelum makan dengan sen dok dan garpu, hal pertama yang Anda pe lajari adalah makan de ngan tangan. Seiring dengan per kembangan jaman, banyak alat makan yang ditemukan yang membantu manusia untuk makan. Alat makan ini di pan dang lebih modern, bersih, dan canggih. Namun banyak pula orang yang tidak menyadari bahwa
saraf Anda bisa merasakan suhu dan tekstur makanan sehingga mem persiapkan otak Anda untuk menerima makanan yang akan datang. Proses ini mem bantu otak melepaskan enzim yang tepat untuk menikmati makanan. Selain itu saat makan dengan tangan, Anda bisa me rasakan panasnya makanan ter sebut. Sehingga Anda menung gunya hingga hangat sebelum memakannya.
ma kan dengan tangan bisa bermanfaat untuk kesehatan. Seperti dilansir dari healthmeup. com, inilah manfaat makan de ngan tangan bagi kesehatan tu buh Anda. LEBIH MENIKMATI MAKANAN Tidak seperti makan dengan sendok dan garpu, jari-jari An da memiliki kontak langsung de ngan makanan ketika Anda ma kan dengan tangan. Ujung
MELINDUNGI DARI BAKTERI Tubuh manusia me ngan dung jenis bakteri tertentu yang bi sa melindungi tubuh Anda dari bakteri berbahaya yang ber asal dari luar tubuh. Bakteri baik ini terletak di tangan, mulut, tenggorokan, usus, dan sistem pen cernaan Anda yang lain. Ke tika makan dengan tangan, bakteri baik ini bisa melindungi Anda dari bakteri jahat. Tentu saja pastikan bahwa Anda men
cuci tangan sebelum dan se sudah makan dengan bersih. MENURUNKAN BERAT BADAN Jika Anda makan dengan alat makan, terjadi proses me kanis saat Anda makan. Namun ke tika Anda makan dengan tangan, Anda benar-benar mem perhatikan makanan apa yang Anda makan. Anda pun akan menikmatinya dengan sek sama. Pola makan seperti inilah yang bisa menghindarkan Anda dari kenaikan berat badan yang signifikan. Siapa bilang bahwa ma kan dengan tangan bisa mem ba hayakan kesehatan Anda? Bahkan menurut ajaran India kuno, jari tangan Anda mewakili lima elemen penting dalam hi dup yaitu api, udara, tanah, air, dan langit. Jika elemen ini be kerja sama pada makanan, maka akan tercipta energi positif yang ada di dalam makanan Anda. [MAN]
CARA EFEKTIF TURUNKAN ASAM URAT
A
sam urat adalah zat asam yang berasal dari pemecahan nitrogen di dalam tubuh yang disebut dengan purin. Ke tika kadar asam urat Anda tinggi, maka akan menetap di sendi. Jika terlalu banyak, asam urat akan menekan sendi yang dapat menyebabkan nyeri dan pegal. Asam urat tidak hanya disimpan pada sendi Anda saja. Namun juga bisa di dalam ginjal. Kristal dari asam urat ini akan membentuk batu dalam ginjal Anda dan bagian kemih yang sering disebut de ngan batu ginjal. Berikut adalah cara paling sederhana dan efektif untuk menu runkan kadar asam urat seperti dilansir dari healthmeup.com. • Hindari mengonsumsi alkohol • Kurangi minum minuman berkafein seperti kopi, teh, dan minuman soda • Kurangi mengonsumsi makanan berlemak dan kerang. • Minum banyak air yang bermanfaat untuk eksresi asam urat. • Hindari mengonsumsi jamur, bayam, kacang hijau, terong, kembang kol, dan asparagus.
• Perbanyak mengonsumsi buah dan sayur yang bermanfaat untuk menurunkan asam urat. • Jika Anda kelebihan berat badan, segera atur po la makan Anda se hingga Anda bisa m en u r u n k a n berat badan yang mampu men yebabkan asam urat. Penyakit asam urat memang me nge rikan dan bisa membahayakan ke se hatan tubuh Anda. Oleh karena itu terapkan cara di atas agar Anda bisa terhindar dari penyakit ini. [MAN] Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA
| 33
CATATAN LIDAH
“R” atau “r” l Djuli Djatiprambudi
M
enjadi ketua jurusan, dekan, rektor, menteri, hingga menja di presiden sekalipun, tidak terhindarkan kalau takdir telah menulisnya. Siapapun tidak bisa memilih sesukanya pre dikat tertentu yang akan menjadi bagian skenario perja lanan hidupnya. Siapapun tidak kuasa untuk mengatakan “jangan pi lih saya” atau “saya tidak pantas menyandang jabatan itu”, atau “masih banyak orang lain yang lebih pantas daripada saya”, kalau suratan takdir telah menulis posisi kita dalam orbit ruang dan waktu tertentu. Maka, sesungguhnya sebuah jabatan tertentu, seperti halnya men jadi seorang rektor, di baliknya ada dimensi religiusitas. Istilah rektor lazim dikenal di Indonesia sebagai jabatan pimpinan perguruan ting gi. Sementara di sejumlah negara Commonwealth seperti Inggris Ra ya, Malaysia, India, dan Australia, lazim menggunakan istilah Chan cellor. Lain halnya di negara Anglo-Saxon seperti Amerika Serikat dan Kanada lazim menggunakan istilah President. Dimensi religiusitas yang melekat dalam jabatan rektor bukan bersifat materialistik, fenomenologis, atau mungkin eksistensialistik. Namun, dimensi ini haruslah dipandang dari spiritual world view. De ngan ini, maka menjadi seorang rektor mestilah disadari merupakan cobaan Allah kepada hambaNya yang dinilai mampu mengelola amanah dan mampu membawa entitas akademik kepada dimensi ruang dan waktu dalam periode tertentu bernilai ibadah, serta sema ta-mata untuk ridha Allah. Spiritual world view perlu ditegakkan terus, mengingat ada gejala pemiskinan nilai-nilai ibadah dalam berbagai posisi kita masing-ma sing. Bila kita berposisi menjadi dosen, misalnya, disadari atau tidak, kita sering berlaku sekadarnya menjadi dosen. Hadir ke kampus se perlunya. Mengajar ala kadarnya. Penelitian dan pengabdian kepada masyarakat juga terkesan memenuhi rutinitas saja. Publikasi di jurnal ilmiah dan menjadi narasumber di forum-forum ilmiah juga terle watkan begitu saja, tanpa makna bagi individu dosen itu sendiri dan lembaga. Itu semua terjadi, karena diam-diam kita terjebak oleh ruti nitas kerja yang tidak disandarkan pada nilai-nilai moralitas. Begitu juga tatkala kita tengah diberi cobaan duduk di jabatan tertentu dalam organisasi tata kerja di perguruan tinggi, diam-diam minus visi dan tata pamong yang memungkinkan terjadinya per ubahan yang signifikan. Jabatan yang sedang melekat dalam wak tu terbatas itu kurang disadari sepenuhnya sebagai bentuk peng ikhlasan diri untuk secara total mendorong lembaga menuju visi yang telah dicanangkan. Dengan kata lain, seorang pejabat, dengan jenis dan level jabatan apapun tidak bisa tidak meski berkonsentrasi penuh pada visi universitas yang berkemajuan. Sekali lagi, nilai moralitas sebagai semacam “software” inilah yang sering dilupakan. Dalam konteks ini, nilai-nilai moralitas meski di pandang sebagai implementasi dari spiritual world view. Dalam kon teks pendidikan tinggi, nilai-nilai moralitas tidak bisa disepelekan. Sebab, asas pendidikan tinggi seperti tercantum pada Pasal 3 UU No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yaitu: a. kebenaran ilmiah; b. penalaran; c. kejujuran; d. keadilan; e. manfaat; f. kebajikan; g. tanggungjawab; h. kebhinekaan; i. keterjangkauan, semuanya bi sa ditegakkan jika didasarkan pada nilai moralitas dalam tingkatan praksisnya. Tegasnya, sembilan asas ini tidak bisa dilaksanakan dengan baik, bilamana tidak didasarkan atas nilai moralitas yang tinggi. Asas kebenaran ilmiah, misalnya, tidak akan mungkin tercapai dengan baik, jika dilakukan dengan nilai moralitas yang rendah. Jika asas yang
34 |
MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014
pertama ini sudah disepelekan alias dilanggar dengan se enaknya, maka runtuhlah asasasas lainnya. Mana mung kin kebenaran ilmiah yang tidak di dasarkan pada moralitas yang ting gi akan da pat menjamin tercapainya asas penalaran, ke jujuran, keadila n, manfaat, ke bajikan, tanggungjawab, kebhi nekaan, dan keterjangkauan? Maka, tugas terberat rektor dalam konteks spiritual world view pertama-tama mestilah me ngondisikan atmosfer akademik untuk menjunjung tinggi asas per guruan tinggi tersebut dalam bingkai nilai moralitas yang tinggi. Nilai moralitas tinggi yang tercermin dalam praksis pendidikan tinggi akan menyelematkan visi pendidikan tinggi dari pengaruh libera lisme pendidikan, yang makin hari makin menguat. Liberalisme pen didikan dipicu oleh apa yang dinamakan globalisasi pendidikan. Menurut Darmanaingtyas, dkk. (2014) dalam Melawan Liberalisme Pendidikan, “Globalisasi pendidikan merupakan agenda yang diso kong terutama oleh negara-negara maju, korporasi multinasional, dan sektor-sektor swasta. Mereka tidak segan-segan ‘menyusup’ ke dalam negara melalui kerja sama melakukan suatu program, yang dikemas dengan dalih peningkatan mutu pendidikan. Karenanya, mereka pun bisa leluasa memengaruhi kebijakan pemerintah dalam meliberalkan pendidikan. Hal yang lebih mengerikan adalah bahwa upaya ‘menyusup’ ini dilakukan dalam bentuk pemberian pinjaman (baca: utang), misalnya melalui proyek perluasan akses, peningkatan kualitas, serta penguatan pengelolaan sistem pendidikan.” Selain liberalisme pendidikan, isu lain yang tidak kalah menariknya ialah seperti halnya standar pendidikan, internasionalisasi pendi dikan, swastanisasi pendidikan, kualifikasi pendidikan, kompetensi, sertifikasi, dan sebagainya, yang semua itu diam-diam mengacu pada spirit globalisasi pendidikan. Akibatnya, perguruan tinggi, seperti halnya Unesa, disadari atau tidak diam-diam juga tersedot oleh pusa ran isu tersebut. Pusaran isu itu secara nyata mempengaruhi cara ber pikir sivitas akademika Unesa untuk senantiasa memikirkan visi-misitujuan-sasaran Unesa dengan dasar “software” globalisasi pendidikan tersebut. Inilah tugas terberat rektor untuk tidak larut dalam konteks global isasi pendidikan yang didasarkan pada paradigma liberalisme pen didikan. Kita harus ingat, bahwa liberalisme pendidikan di baliknya terdapat kapitalisme pendidikan. Acuan dua paradigma ini tentulah berasal dari negara-negara yang mengklaim sebagai negara maju, karena itu semua standar capaian kemajuannya harus diikuti secara global. Dengan cara macam ini, maka kita lantas berusaha keras un tuk menjadi perguruan tinggi dengan serta-merta mengikuti standar internasional model Barat yang dimitoskan sebagai pusat kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban. Lantas, apakah Unesa mampu ter lepas dari pembingkaian isu liberalisme pendidikan? Memang, menjadi seorang rektor di zaman sekarang tidaklah mu dah. Isu-isu eksternal yang makin kuat tersebut harus diakui tidak mu dah dibiarkan begitu saja. Sementara, sumber daya internal masih belum sepenuhnya memiliki kesadaran penuh, baik dalam konteks global macam itu dan dalam konteks profesional-akademik yang didasarkan spiritual world view. Maka, bila Pak Warsono mampu mensintesiskan kekuatan global dan potensi internal dalam visi-misitujuan-sasaran Unesa yang baru, dia akan tercatat sebagai rektor dengan “R” kapital. Sebaliknya, jika tidak, dia dicatat sebagai rektor dengan “r” kecil. Tetapi, saya yakin Pak Warsono akan mampu menjadi rektor dengan “R” kapital. Semoga! n (Email: djulip@yahoo.com)