Majalah Unesa Edisi 70

Page 1



WARNA EDITORIAL

DALAM SEBUAH SIKLUS Majalah Unesa

ISSN 1411 – 397X Nomor 70 Tahun XV - Juni 2014 PELINDUNG Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd (Rektor) PENASIHAT Prof. Dr. Kisyani Laksono, M.Hum (PR I) Prof. Dr. Warsono, M.S. (PR III) Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB Dr. Purwohandoko, M.M (PR II) PEMIMPIN REDAKSI Dr. Suyatno, M.Pd REDAKTUR A. Rohman PENYUNTING/EDITOR Basyir Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd REPORTER: Herfiki Setiono, Aditya Gilang, Ari Budi P, Rudi Umar Susanto, M. Wahyu Utomo, Putri Retnosari, Fauziyah Arsanti, Putri Candra Kirana, Lina Rosidah FOTOGRAFER A. Gilang, M. Wahyu U. Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT (Arman, Basir, Wahyu Rukmo S) ADMINISTRASI Supi’ah, S.E. Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI Hartono PENERBIT Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124 Fax (031) 8280804

D

alam sebuah siklus, salah yang dibukukan da­­ri siklus terdahulu ha­­rus ada penanda yang ber­tugas sebagai dilanjutkan jika mem­­be­ awal bergulirnya proses rikan harapan ba­ gi ke­ se­lanjutnya setelah siklus ber­langsungan Une­­sa. yang lalu dianggap telah Pa­ da poin ini, pe­ nam­ sam­ pai pada titik balik. ba­ha­ n, pen­gu­ra­ng­an, Pe­nanda awal itu biasanya pe­ng­­­­gantian, dan pe­ne­ di­ iringi oleh haru-biru ra­pa­ n terhadap ki­ner­ja pe­ nentuan jalan untuk sik­­lus lama akan ter­jadi pro­ ses berikutnya. Haruda­ lam menyusun dan bi­ru itu teramat lazim ji­ me­laksanakan program ka penuh kasak-kusuk, ker­ ja bagi rektor baru; la­sak-lasik, silang-saling, (3) Warna Memberi Arti; dan asah-asih yang me­ Sik­ lus yang berjalan ini nge­rucut pada sosok yang l DR. SUYATNO, M.PD ha­rus diberi warna yang diamanahkan dapat me­ le­bih baik dari warna sik­ ngantarkan sampai puncak siklus be­ri­kut­ lus yang lalu sehingga memunculkan nya. Itulah siklus. ke­san tersendiri di akhir siklus empat ta­ Unesa, seperti lembaga pendidikan hun ke depan. Warna baru itulah yang ting­gi lainnya, juga menjalankan peran akan memberikan arti bagi perjalanan dan fungsinya berdasarkan siklus empat sang sosok baru. Program baru, bermutu, ta­ hunan. Pada awal siklus di 2014 s.d. dan penuh menu harus digulirkan de­ 2018, amanah disematkan kepada Prof. ngan seksama bersama semua warga Dr. Warsono, M.S untuk berada di ruang Unesa; (4) Keris di Kiri Pedang di Kanan; ken­ dali dalam menghela perjalanan Me­tode kepemimpinan haruslah ber­va­ sebuah kampus. Amanah itu tentu akan riasi sesuai dengan variasi warga yang di­ejawantahkan ke dalam tugas konkret teramat berwarna-warni, dari yang se­cara kolegial bersama pemegang ken­ bawah sampai yang di atas, dari yang da­li di bawahnya. Proses ejawantah itu­lah bulat sampai dengan yang kotak. Kon­ yang memunculkan seni tersendiri de­ teks kepemimpinan memberikan ca­ ngan aroma keberhasilan sehingga mam­ tatan keberagaman tindakan; dan (5) pu meninggikan bendera Unesa agar ber­ Di Atas Langit Masih Ada Langit; Pe­ngu­ ki­bar lebih bergairah. asaan informasi perkembangan pi­ hak Pada awal titik siklus, Pak Warsono lain, di luar Unesa perlu dilakukan agar da­pat disebut sebagai rektor baru ka­re­ memberikan masukan bagi pem­ba­ngun­ na baru saja berserah-terima dengan rek­ an irama Unesa. Dengan begitu, Unesa tor yang lama. Sebagai sosok yang ba­ru, akan turut memberikan kontribusi bagi tentu area problematika yang se­ sung­ pem­ bangunan bangsa. Informasi itu guh­nya dalam tugas kerektoran dengan tentu tidak saja dari sesama perguruan sa­ngat cepat harus dikuasai. Area itu ha­ ting­gi, melainkan juga berasal dari lem­ rus mampu diblusuki secara intensif, mas­ ba­ga di manapun, baik di dalam negeri sif, dan terintegratif dari waktu ke waktu. mau­pun di luar negeri. Da­lam blusuk-memblusuk, diperlukan ke­ Dalam sebuah siklus, ucapan se­ la­ kuatan rasa, daya, dan karsa yang meng­ mat akan berdatangan saat puncak sik­ ha­silkan menu baru. Menu baru itu pada lus awal. Ucapan selamat itu akan mem­ akhirnya memberikan jalan lempang bagi berikan energi berbuat dan bertindak da­ se­ luruh komponen dalam menjalankan lam menjalankan kemudi. Namun, ucapan sik­lus Unesa ke depan. selamat itu akan cepat tenggelam ma­ Banyak tantangan yang akan dihadapi nakala tidak muncul keberhasilan demi sa­at blusuk-memblusuk. Tantangan ter­se­ keberhasilan setiap waktu dalam sebuah but dapat dihadapi asalkan (1) Unesa un­ pro­ses. Untuk itu, perlu usaha agar setiap tuk semua; Dukung-mendukung saat per­ wak­tu, orang lain mengucapkan selamat gan­tian siklus yang mengkristalkan faksi aki­ bat titik keberhasilan bermunculan ha­rus secepatnya berakhir dan bermuara dari momen ke momen meskipun tidak pa­da mendukung rektor baru. Kemudian, di awal siklus. Tiap waktu, ada saja orang rek­tor baru harus berada pada rel Diriku meng­ucapkan selamat akibat kesuksesan un­tuk Semua; (2) Risalah Lama Amunisi ber­bagai lini. Selamat mengabdi Pak Ber­harga; Keberhasilan dari rektor yang Rektor! n lama merupakan amunisi bagi pe­ lak­ sa­naan tugas rektor baru. Untuk itu, ri­

Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA

|

3


CONTENT

INFO HALAMAN

24

03. WARNA Dalam SebuahSiklus oleh Dr. Suyatno, M.Pd

05

05. LAPORAN UTAMA

Unesa terus menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi luar negeri untuk meningkatkan kualitas SDM dan lulusan terbaik. Salah satunya ialah merintis S1 Bahasa Jepang dengan Hokuriku University.

• Rektor Baru Unesa: Selamat Mengabdi, Prof! • Perlu Diperkuat Tim yang Lincah & Agresif • Sinergi Semua Leader Unesa • Etos Kerja, Integritas, dan Loyalitas Dosen Perlu Diperkuat • Rektor Baru, Semangat Baru, Harapan Baru

33

12. WAWANCARA

• Tantangan Terberat, Mengubah Mindset Civitas Akademika

15. SEPUTAR UNESA • Hokuriku University-Unesa Rintis S-1 Double Degree Bahasa Jepang • Membumikan Growing With Character

• 18. LENSA UNESA 22. KABAR PRESTASI

• Unesa: Excellence Achiever University

24. KABAR MANCA • Mengunjungi Rumah Einstein

18

26. KOLOM REKTOR

• Alhamdulillah, Demokrasi Kita Semakin Dewasa

28 ARTIKEL ILMIAH • Memajukan Teknologi dengan Katastrof

30. KABAR SM-3T • We Love Papua

34. CATATAN LIDAH • “R” atau “r” oleh Djuli Djatiprambudi 4 |

MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014

12


LAPORAN UTAMA

REKTOR BARU UNESA:

SELAMAT MENGABDI, PROF! Rapat Senat Universitas Negeri Surabaya bersama perwakilan Mendikbud memilih Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Unesa Prof Dr Warsono MS menjadi rektor perguruan tinggi yang dulu bernama IKIP Surabaya untuk periode 2014-2018. Tentu, banyak kalangan berharap sosok yang dikenal memiliki pemikiran yang matang dan filosofis itu mampu membawa Unesa semakin berjaya.

S

uksesi kepemimpinan Unesa te­ lah berlangsung sejak 23 April 2014 lalu ketika senat Unesa dan perwakilan Kemendikbud me­nen­ tukan suaranya melalui mekanisme pe­ mu­ngutan suara secara tertutup. Dalam pe­milihan tersebut, Prof. Warsono unggul dari dua kandidat calon rektor yakni Prof. Nur­hasan dan Prof. Yatim Rianto. Warsono,

yang sebelumnya menjabat sebagai Pem­ ban­tu Rektor III itu memperolah 62 suara, sementara Prof, Nurhasan dan Prof. Yatim Riyanto masing-masing memperoleh 35 dan 2 suara. Sementara yang abstain 1 dan yang tidak hadir 2 suara. Raihan suara Prof. Warsono yang cukup telak tersebut memang di luar dugaan jika di­lihat dari hasil pada tahap penjaringan

yang melibatkan civitas akademika Unesa. Pa­ da proses penjaringan tersebut, Prof. Nurhasan mendulang suara terbanyak de­ ngan raihan 5.274 suara, sedangkan Prof. Warsono 3.592 suara dan Prof. Yatim Ri­ yan­to memperoleh 1.549 suara. Menanggapi hasil itu, Ketua Panitia Pe­laksana Pemilihan Rektor Unesa, Prof Dr dr Tjandrakirana mengatakan, hasil tahap

Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA

|

5


LAPORAN UTAMA pen­jaringan belum mewakili keseluruhan civitas akademika. Sebab, yang ikut ber­ par­tisipasi dalam tahap penjaringan ter­ se­but hanya 11.200. Padahal, jumlah ke­ se­ luruhan civitas akademika berjumlah ham­pir 30 ribu orang. Di bagian lain, rektor terpilih Prof War­ so­no mengaku tidak menduga bisa terpilih menjadi rektor Unesa. Guru besar yang ber­ penampilan sederhana itu mengaku di­rinya tidak pantas menjadi Rektor Unesa karena para calon yang ikut berkompetisi da­lam pilrek merupakan yang terbaik. Se­ lain itu, beban Unesa ke depan tentu se­ makin berat sehingga dirinya hanya ber­ sifat melanjutkan program dari rektor ter­ da­hulu yang sudah baik. Meski demikian, karena amanah telah di­berikan ke pundaknya, ia pun berjanji akan bekerja sebaik-baiknya untuk ke­ma­ juan Unesa. Warsono berjanji akan me­ lan­ jutkan kepemimpinan Prof. Muchlas yang sudah begitu baik dan meneruskan vi­si-misi besar Unesa menjadi unggul dan ber­martabat.

“Saya akan meneruskan keunggulan dan martabat Unesa yang selama ini sudah di­letakkan dasarnya oleh Prof Muchlas Sa­ ma­ ni. Keunggulan Unesa terletak pada pe­nelitian dan relevansi lulusan dengan pa­sar,” katanya. Prof. Warsono mengatakan, untuk meng­ ukur kemajuan sebuah perguruan ting­gi bisa dilihat dari kualitas penelitian dan kualitas lulusannya. Lulusan yang ber­ kua­litas merupakan buah dari hasil proses per­guruan tinggi tersebut. Tentu saja, kua­ litas lulusan tersebut diperoleh dari peng­ ajaran dosen yang telah melakukan pe­ne­ li­tian-penelitian yang berkualitas. “Karena itu, saya memiliki tujuh kom­ pe­tensi untuk mengukur kualitas dosen yak­ni, kompetensi penelitian, kompetensi me­ nulis, kompetensi akademik, kom­ pe­ tensi bahasa asing, kompetensi pe­ dagogik, kompetensi sosial dan kom­pen­ ten­si personal,” paparnya. Sementara itu, sikap rendah diri di­tun­ juk­kan Prof Muchlas Samani. Rektor yang suk­ses mengubah wajah Unesa menjadi

le­bih nyaman dan asri itu mengaku se­la­ma periode kepemimpinannya masih ba­nyak yang perlu dibenahi. Guru besar Ilmu Tek­ nik itu mengaku baru meletakkan da­sardasarnya saja untuk perkembangan Une­ sa. “Saya masih memiliki tiga utang yakni me­ningkatkan iklim akademik, menaikkan kelas Unesa menjadi lebih dikenal, dan mem­ bangun budaya perilaku sebagai lem­baga pencetak guru,” ungkapnya. Peralihan estafet kepemimpinan dari Prof. Muchlas Samani ke Prof. Warsono, di­ ha­rapkan mampu membawa perubahan yang signifikan bagi perkembangan dan kemajuan Unesa ke depan menjadi kam­ pus yang unggul dalam akademik dan ber­ martabat. Tentu, untuk mewujudkan ha­rapan-harapan itu, rektor baru perlu be­ kerja keras untuk mewujudkan visi dan misi be­sar yang setidaknya telah ditancapkan oleh rektor sebelumnya. Semoga rektor ba­ru mampu menjadi nahkoda yang baik bagi kemajuan kampus Unesa. Sugeng ra­ wuh, Prof. Warsono dan matur nuwun Prof. Muc­hlas Samani. (SIR)

Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd., Direktur PPPG:

Perlu Diperkuat Tim yang Lincah & Agresif

S

elama empat tahun ini, perubahan ma­sif dilakukan Universitas Negeri Su­ rabaya. Yang paling menonjol ten­tu saja perubahan fisik di kam­ pus Unesa Ketintang dan sebagian di Li­ dah Wetan. Meski pembangunan fisik ter­ lihat begitu menonjol, bukan berarti pem­ bangunan nonfisik tidak dilakukan. Pem­ ba­ngunan nonfisik terus digenjot untuk men­jadikan Unesa sebagai Growing with Char­acter yang menjadi menjadi cerminan sikap, perilaku, dan etos kerja. Prof. Luthfiyah, Direktur PPPG Unesa men­jelaskan, selain bangunan fisik, ca­pai­ an prestasi dan kemajuan Unesa banyak di­ peroleh. Mulai menjadi LPTK dengan pe­minat terbanyak, peringkat webometric yang terus membaik, prestasi nasional dan internasional serta keberhasilan men­da­ patkan bantuan dari IDB dan kerja sama baik dari dalam maupun luar negeri. Di bagian kemahasiswaan, terang pe­ ra­ih program doktoral di Universitas Negeri Malang itu, Unesa mendapatkan berbagai pre­ stasi. Di antaranya, perlombaan ro­ bot, perlombaan lakon di PEKSIMNAS dan capaian prestasi lainnya. Capaian pres­ tasi tersebut harus dipertahankan dan

6 |

ditingkatkan. Mengingat, jika di­ban­ding­ kan dengan perguruan tinggi lain di Ja­wa Timur, Unesa masih kurang bersaing. “Ma­ sih banyak hal yang kurang dan perlu kita be­nahi,” terangnya. Karena masih banyak hal yang perlu di­benahi itulah, ia berharap rektor baru

MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014

akan melanjutkan program-program yang ha­rus ditingkatkan dan yang belum ada ha­rus direalisasikan. “Kita semua berharap ba­nyak terhadap pimpinan (rektor) yang ba­ru ini,” tambah dosen kelahiran Tuban. Lebih jauh, alumnus Magister di Universitas Negeri Yogyakarta itu per­ca­ya bahwa Prof. Dr. Warsono mampu mem­ ba­wa Unesa lebih maju. Selain dikenal se­ ba­gai orang yang filosofis, Prof. Warsono juga memiliki pemikiran yang matang. “Me­mang dari kelincahan dan agresivitas ku­rang sehingga butuh orang-orang yang mem­ bantu Prof. Warsono melengkapi kekurangan beliau sehingga bisa kuat da­ lam komunikasi dan jejaring,“ ujarnya. Sebagai Direktur PPPG, Luthfiyah dan temen-temen yang ditugasi mem­ba­ ngun pondasi PPPG berharap rektor baru memiliki kesamaan pikiran untuk men­ja­ di­kan PPPG sebagai salah satu unggulan Une­sa sebagai LPTK. “Di perguruan tinggi lain belum memiliki gedung PPG sendiri dan memiliki tata kelola setara dengan fa­kultas. Itu semua dapat diharapkan me­ miliki jaminan mutu mulai dari input mau­ pun output,” pungkasnya. (RUDI_HUMAS)


LAPORAN UTAMA Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., PR IV Unesa:

Sinergi Semua Leader Unesa Keberhasilan Unesa dalam mengembangkan diri dari sisi akademik dan infrastruktur sehingga menjadi salah satu universitas favorit pilihan masyarakat, tentu tak bisa dilepaskan dari peran kepemimpinan rektor-rektor sebelumnya. Namun, ia mengakui jika perkembangan Unesa makin cepat ketika tampuk kepemimpinan dipegang oleh Prof. Muchlas Samani.

D

i sela-sela kesibukan bermain tenis dengan para dosen FIK di lapangan tenis Unesa Lidah Wetan, Prof. Dr. Nur­ ha­san, M.Kes mengemukakan berbagai hal kepada re­ por­ter majalah Unesa mengenai perkembangan Unesa dan harapannya terhadap rektor terpilih pengganti Prof. Muchlas Sa­mani. “Keberhasilan pembangunan Unesa tidak bisa dilepaskan da­ri periode-periode kepemimpinan sebelumnya. Namun, per­ tumbuhan pembangunan di Unesa semakin pesat ketika tam­puk kepemimpinan dipegang Prof. Muchlas Samani,” ungkap Nur­ha­ san mengawali perbincangan. Ia menjelaskan lebih lanjut, sewaktu masih dipimpin Prof. Ha­­ris Supratno, anggaran dana Unesa sangat terbatas. Dengan da­­na terbatas itu, pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi pun ma­ sih belum maksimal. “SPP mahasiswa saat itu m­asih berkisar Rp 500.000 per se­ mes­ ter sehingga PNBT Une­ sa terbatas. Selain itu, bantuan dari pe­me­ rintah untuk pem­ba­ ngunan juga ma­sih ter­batas,” pa­par­ nya.

Meski demikian, nuansa akademis sudah dibangun oleh Prof Haris walaupun perlu ditingkatkan oleh rektor berikutnya. Pro­ gram pengabdian masyarakat juga sudah dilakukan meski ang­ ga­r­annya terbatas. Sementara, penelitian juga sudah berjalan wa­laupun masih dengan anggaran yang terbatas. “Saat periode Prof. Haris sebagai rektor, suasana akademis sudah terbangun de­ngan baik walaupun sifatnya masih rintisan,” terang Nurhasan. Salah satu program dari Prof. Haris yang cukup mengemuka ada­lah program AC-nisasi. Semua ruang belajar harus di­pasangi pendingin ruangan agar suasana belajar mahasiswa men­ jadi nyaman. Sayang, karena keterbatasan anggaran, pro­gram pemasangan AC di setiap kelas kurang berjalan maksimal. Se­ mentara di sektor penelitian, sudah dilaksanakan kerjasama de­ ngan mitra luar meski masih bersifat rintisan seperti dengan BTN, dll. “Semua rintisan itu kemudian bisa dilaksanakan dengan ba­ik di era kepemimpinan Prof. Muchlas,” terangnya. Nurhasan pun mengakui di bawah kepemimpinan Prof. Muchlas, ada berbagai inovasi dan terobosan baru. Ia men­con­ toh­­kan, jika ada anggaran pembangunan maka Prof. Muchlas akan memprioritaskan mana dulu yang perlu di­da­hulukan untuk peng­ gunaan anggaran tersebut. Inovasi lain yang dilakukan ada­lah para pimpinan Unesa berupaya mencari anggaran dari pe­­merintah pusat di luar SDP, BPKP, UK dan SPP Mahasiswa agar mem­bantu kualitas gedung yang belum ada. Upaya itu berhasil dengan terwujudnya gedung PPG dan gedung Rektorat di Lidah Wetan. Selain fokus di pembangunan fisik, di era ke­pemimpinan Prof. Muchlas kemitraan dengan perguruan tinggi lain juga di­ ting­ katkan. Nuansa aka­demis dan anggaran penelitian pun di­ting­katkan. Upaya-upaya itu lambat laun membuahkan hasil de­ ngan bukti kepercayaan masyarakat terhadap Unesa se­ makin me­ningkat. Nurhasan pun berharap, kesuksesan yang telah di­la­ku­ kan Prof. Muchlas mampu dilanjutkan rektor baru. Seperti me­­ne­rus­kan pembangunan, meningkatkan bandwith (wifi) khu­susnya un­tuk kampus Unesa Lidah Wetan, meningkatkan je­jaring di pas­ca­sarjana seperti program double degree dengan Utrech University (Belanda), dan double degree kerjasama de­ ngan Thailand, Inggris, dan Australia. “Saya berharap rektor baru bisa menggunakan anggaran de­ ngan baik, meningkatkan kualitas penelitian, dan meningkatkan ku­a­litas SDM melalui studi lanjut melalui kursus atau magang di kam­pus-kampus luar negeri dengan cara masing-masing fakultas mengirimkan wakilnya 1 dosen. Termasuk juga, pertukaran ma­ ha­siswa dengan kampus-kampus luar negeri agar Unesa makin bisa berkompetisi dan sejajar dengan perguruan tinggi lain yang su­dah lebih dulu mapan,” pungkasnya. (CRH-SANDI)

Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA

|

7


LAPORAN UTAMA Prof. Dr. Sarmini, M.Hum, Pembantu Dekan II FIS:

Etos Kerja, Integritas, dan Loyalitas Dosen Perlu Diperkuat

U

nesa yang dulu bernama Institut Keguruan dan Ilmu Pen­didikan (IKIP) Surabaya memang mengalami per­ kem­ bangan pesat, terutama terkait infrastruktur se­ perti gedung dan sarana prasarana penunjang se­mi­sal taman, foodcourt, danau, layanan wifi dan sebagainya. Per­kembangan infrastruktur tersebut tentu menjadikan Unesa se­ makin sedap dipandang dan nyaman sebagai tempat be­ lajar mahasiswa. Apalagi, layanan wifi yang se­makin membaik membuat mahasiswa dan do­sen mudah men-download bahan ajar. Selain itu, Unesa juga melakukan pe­ning­ katan dalam sistem administrasinya de­ngan memberlakukan sistem ad­mi­nis­trasi E-Office. Dengan E-Office, proses su­rat menyurat menjadi lebih mudah ka­rena tidak perlu menggunakan tanda ta­ ngan. Surat menyurat dapat dilakukan me­lalui email. Tentu, perkembangan sis­tem tersebut merupakan salah satu per­kem­bangan pesat di Unesa. Namun, dari sekian perkembangan-per­kembangan itu, tentu masih ada ber­bagai kekurangan. Salah satunya, di­ke­mu­ka­kan Prof. Sarmini. Guru besar Fakultas Ilmu So­sial itu menyoroti masalah etos kerja, integritas, dan loyalitas dosen-dosen dan mahasiswa yang ma­sih jauh di bawah universitas lain. “Masih banyak alumni Une­sa yang kurang bangga dengan almamaternya. Itu menjadi bukti bahwa Unesa perlu meningkatkan etos kerja, integritas dan lo­yalitasnya,” papar Pembantu Dekan II FIS tersebut. Growing with Character yang menjadi slogan Unesa juga di­rasa kurang terealisasi dengan baik karena kurangnya ke­je­l­ asan jenis karakter seperti apa yang akan dibentuk dan di­tum­ buh­ kembangkan dan bagaimana cara menanamkan karakter tersebut. Jika jenis karakter sudah diketahui, tentu alumni Une­sa akan dengan mudah dikenali karena karakter khas yang di­ta­nam­ kan Unesa.

Karena itulah, guru besar termuda dari FIS itu berharap Une­ sa memiliki program mata kuliah pendidikan karakter untuk para mahasiswa. Mata kuliah tersebut akan mengajak mahasiswa me­ mi­kirkan masa depan dan masa lalunya sehingga akan terbiasa ber­pikir seperti itu. “Selain itu, konsistensi dan kejujuran para do­ sen dan mahasiswa juga harus ditingkatkan,” tambahnya. Prof. Sarmini membandingkan Indonesia dengan Pe­ rancis dari segi cara pengajar menyelesaikan tu­ gas yang dibebankan. Di Perancis, pengajar akan menanyakan kepada atasannya apa hak dan kewajiban yang akan didapat. Se­ mentara pengajar di Indonesia ke­ ba­ nyakan masih memerlukan banyak bim­bingan untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan sehingga cenderung ku­rang mandiri. “Saya berharap dosen di Unesa mampu meniru gaya pengajar da­­ri Perancis itu,” kritiknya. Terkait suksesi kepemimpinan di Une­sa, Guru Besar kelahiran 1968 itu ber­pe­­san agar pergantian rektor lama dengan rek­tor baru mampu membawa Unesa men­jadi Perguruan Tinggi bermartabat yang berarti memiliki keunggulan dalam hal ka­ raktek, akademik, tenaga kerja, dan tentunya alum­ ni yang berkualitas. Rektor baru juga diharapkan bi­ sa mensinergikan program barunya dengan program lama rek­ tor sebelumnya, membenahi sistem pengembangan Sumber Da­ ya Manusia (SDM), keuangan, dan iklim akademik sehingga ma­hasiswa dan dosen UNESA memiliki keberanian dan ke­bang­gaan. “Dengan kebanggaan, maka melakukan sesuatu apa­pun akan terasa ringan. Yang paling penting adalah di­bu­tuhkan suatu kesadaran untuk membenahi diri sendiri agar da­pat man­diri dan tidak melulu minta untuk dibimbing,” tan­dasnya. n [RIZAL]

Prof. Yoyok Susatyo, S.H., M.M., Ph.D., Guru Besar FIS:

M

Unesa Perlu Pemimpin Tegas, Jujur dan Amanah

endapat kepercayaan menjadi pe­ mimpin tentu sebuah a­manah yang harus dijalankan de­ ngan baik dan sungguhsungguh. Begitulah, salah satu harapan Prof. Yoyok Susatyo menanggapi suksesi ke­pemimpinan di Unesa. “Saya berharap pemimpin baru lembaga ini (Unesa) berani ber­tanggung jawab, amanah dan mampu be­kerja sama dengan semua lembaga di ling­kungan Unesa,” ujarnya. Menurut Prof. Yoyok, pembangunan da­­ lam sebuah ketatapengelolaan tentu su­ dah menjadi perencanaan dari awal bagi Unesa sejak didirikan. Pembangunan itu ada yang bersifat rancangan jangka pen­dek, ada yang jangka panjang. Semua pe­ rencanaan itu, tentu sudah digodok oleh senat dan harus lakukan sesuai yang

8 |

telah dirancangkan. Ia mengakui ke­ pe­ mim­pinan Pak Muchlas dinilai sudah men­ jalankan apa yang telah dirancang da­lam rapat senat. Seperti pembangunan ge­ dung FIS. Bagi Prof. Yoyok, sejauh ini tidak a­ da masalah dalam hal pembangunan di Unesa. Jika timbul masalah, se­ sung­ guhnya itu hanyalah keluhan dari perseorangan saja. Unesa tentu me­mer­lu­ kan sinergi dari semua civitas akademika se­hingga bisa berjalan sesuai dengan visi misi dan mampu bersaing dengan uni­ver­ si­tas lain. “Permasalahannya terletak pada in­dividu-individu itu, mau tidak mereka menciptakan sistem yang baik untuk lem­ ba­ganya,” ungkapnya. Agar lembaga perguruan tinggi ter­ sebut bisa berjalan efektif, tentu mem­bu­

MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014

tuh­ kan pemimpin dan jajarannya yang te­gas jujur dan amanah sehingga mereka akan lebih mementingkan kepentingan umum di lingkup lembaga daripada ke­ pen­tingan pribadi. “Saya yakin pilihan rek­ tor itu sudah dipilih dari yang paling baik da­ri yang terbaik,” ujar mantan Dekan FIS ter­sebut. Ketika menjadi Dekan FIS, Prof. Yoyok ada­lah orang yang keras mengomentari jika ada dosen yang bilang tidak ada per­ kembangan di Unesa dan akan mem­per­ ta­nyakan sejauh mana si dosen tersebut su­dah berkontribusi bagi lembaga. Ia se­ nan­ tiasa berprinsip tidak akan mencari ke­ kurangan lembaga, tetapi berupaya ber­buat sesuatu untuk lembaga. Karena si­fat itulah, Prof. Yoyok senantiasi disegani di lingkungan FIS. (CRH-MAHMUD ALREZA)


LAPORAN UTAMA

D Rektor Baru,

Prof. Dr. Suyono,M.Pd, Dekan FMIPA:

Semangat Baru, Harapan Baru

alam pandangan Prof. Suyono, Unesa saat ini sudah menjadi kam­ pus yang posisinya berada di tengah-tengah. Artinya, Une­ sa sudah tidak lagi sebagai kampus le­ vel bawah tapi sudah mulai menuju ke le­ vel menengah atas. Kemajuan Unesa, sa­lah satunya bisa dilihat dari segi fisik (bangunan). “Bidang fisik ini sangat pen­ ting, karena orang pertama kali melihat dari fisiknya. Jika fisiknya baik maka akan men­ dukung bidang-bidang lain seperti bi­ dang akademik dan lainnya,” ungkap Dekan FMIPA itu. Sebagai bagian dari civitas aka­de­ mika, Prof. Suyono berharap terpilihnya Prof. War­ sono sebagai rektor baru Unesa periode 2014-2018 dapat mem­ be­ rikan se­ mangat baru bagi para ci­ vi­ tas akademika Une­ sa dan mampu

membawa Unesa lebih baik dari se­ belumnya. “Rektor baru, se­ma­ngat baru, harapan baru,” tegasnya. Selain mampu memberi semangat ba­ru, Prof. Suyono juga berharap rektor ba­ru mampu menjaga keharmonisan an­ tar­ civitas akademika Unesa. Sebab, ke­ har­mo­nisan tersebut sangat penting agar su­asana kampus tetap nyaman sehingga etos kerja terjaga. “Tanpa adanya ke­har­ mo­ nisan antarcivitas akademika maka akan sulit untuk mewujudkan Unesa lebih ba­ik,” terangnya. Selain itu, rektor beserta jajarannya ha­ rus lebih memperhatikan masyarakat kam­pus Unesa. Suyono berharap nantinya tidak ada pembiaran, dalam arti jika ada yang melanggar aturan atau kesepakatan bersama segera ditegur agar tidak diikuti oleh yang lain. n [HABIB]

Drs. Martadi, MSn, Dosen Seni Rupa & Desain Grafis:

Makin Pesat dengan Gedung-Gedung Bertingkat

S

ekitar tahun 1998-1999, IKIP Su­ rabaya berubah menjadi Uni­ver­si­ tas Negeri Surabaya (Unesa). Pe­ru­ bahan nama itu berhubungan erat dengan nasib LPTK yang sedang meng­ alami pasang surut. Banyaknya LPTK swasta berpengaruh pada pe­minat yang sedikit dan para lu­lusan yang tidak bekerja se­ suai bidang pendidikannya. “Hal itulah yang men­jadi sa­lah satu pen­do­ rong ber­ubah­nya IKIP menjadi U n i­ve r­s i­t a s,” terang Mar­ ta­di ke­tika di­ min­tai ko­men­ tar seputar per­ kem­­bangan Unesa. Martadi me­nam­ bah­kan, perubahan men­­jadi universitas ten­­tu tidaklah mudah. Sa­­lah satu syaratnya harus me­­miliki 6 Fakultas dengan rin­­cian 3 Fakultas eksak dan 3 fakultas sosial. Saat itu, Unesa masih memiliki 5 fakultas, yakni 2 fakultas eksak dan 3 fakultas sosial. Keenam fakultas itu adalah Fakultas Ilmu Pen­didikan (FIP), Fakultas Keguruan Ilmu So­ sial (FKIS), Fakultas Keguruan Sastra Se­ ni (FKSS),

Fakultas Keguruan Ilmu Ek­sak­ta (FKIE), dan Fakultas Keguruan Ilmu Tek­ nik (FKIT). Setelah dilakukan rapat yang di­da­ta­ ngi LPTK seluruh Indonesia di Hotel Sim­­ pang, perubahan IKIP Surabaya men­jadi uni­ versitas pun terwujud. Ber­da­sarkan per­luasan mandat dan perubahan ter­ sebut, Unesa tetap memiliki lima fa­kul­tas. Hanya saj­a berganti nama, yaitu Fa­ kultas Ilmu Pen­ didikan (FIP), Fa­kultas Ba­ hasa dan Seni (FBS), Fa­kultas Ma­te­matika dan Ilmu Pe­nge­ta­ huan Alam (FMIPA), Fa­­kultas Ilmu So­­sial (FIS), Fa­­kultas Tek­nik (FT), dan Fa­kul­tas Ilmu Ke­olah­ra­gaan (FIK). Da­ lam per­kembang­an­nya, Unesa berhasil me­ nam­ bah dua fakultas yakni Fakultas Eko­no­ mi. Sehingga, sam­pai sekarang Unesa memiliki tujuh fa­kultas. “Berubahnya IKIP menjadi Une­ sa sangat memengaruhi animo ma­ sya­ rakat mendaftar di Unesa. Bahkan, se­ te­ lah sekitar 25 tahun berdiri, Unesa

kini memiliki peminat 60 ribu peserta,” terang Martadi. Tak hanya itu, anggapan yang se­ la­ man ini berkembang bahwa Unesa merupakan tempat kuliah anak-anak dae­ rah, berangsur hilang. Secara oto­ matis tingkat keberterimaan masyarakat terhadap Unesa semakin meningkat dan lebih positif. Itu dibuktikan dengan banyaknya peminat menjadi mahasiswa Unesa baik dari Surabaya maupun daerah lain di Indonesia. Apalagi, kini perkembangan ge­dung di Unesa juga semakin mem­bang­gakan. “Kini, jumlah gedung di setiap jurusan sudah terpenuhi jika di­ ban­ dingkan dengan ketidaklayakan gedung-gedung yang hanya satu lantai,” tutur dosen Seni Rupa dan Desain Grafis (SRDG) yang juga salah satu alumni dari IKIP Surabaya itu. Martadi menambahkan, satu tahun ke depan Unesa Lidah wetan akan dibenahi. Akan ada lima sampai enam gedung berlantai enam hingga sembilan yang akan dibangun di Unesa Lidah Wetan. Seperti gedung rektorat, gedung perpustakaan berlantai 6, gedung pe­ ngem­ bangan pendidikan inklusi dan PAUD, dan gedung student center. (CRHYUSUF)

Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA

|

9


LAPORAN UTAMA Warju, S.Pd., S.T., M.T, Dosen Teknik Mesin:

Berharap Sarana Prasarana Lab Lebih Terpenuhi

S

ebagai salah satu dosen di Unesa, Warju, S.Pd., S.T., M.T mengakui bah­­wa sarana dan prasarana la­bo­ ra­­ torium sangatlah penting dalam me­­ nunjang perkuliahan, khususnya bagi jurusan yang mengedepankan prak­ ti­ kum seperti Teknik Mesin. Ia pun me­nga­ku bersyukur dan mengapresiasi pem­ba­ngu­ nan Laboratorium Terpadu di periode ke­ pemimpinan Prof. Dr. Much­las Samani, M.Pd. “Pembangunan La­bo­ra­torium Terpadu itu sangat menunjang fa­ silitas praktikum di FakultasTeknik,” ujar­nya. Warju mengaku sudah merasakan man­faat Laboratorium Terpadu. Dosen muda yang pernah mengikuti Bridging Program for Doctoral Study of Indonesia Student di Uni­ versity First Tech Taiwan ini mengaku se­ tiap saat selalu berkutat di laboratorium bahan bakar dan pelumas untuk penelitian dan pengabdian masyarakat. “Sarana dan

prasarana laboratorium khususnya Tek­ nik Mesin sudah baik namun masih per­

lu ditingkatkan lagi. Banyak aspek yang harus ditingkatkan dalam membina ma­ ha­ siswa khusunya pada PKM,” ungkap Ke­tua sub laboratorium bahan bakar dan pe­lumas FT Unesa itu. PKM (Program Kreativitas Mahasiswa), tam­bah Warju merupakan ajang ber­geng­ si mahasiswa se- Indonesia. Tahun lalu, sekitar 80 proposal PKM dari Unesa yang lolos. Dari 80 proposal tersebut, 20 pro­ po­sal di antaranya berasal dari Jurusan Tek­nik Mesin dan 6 proposal di antaranya di­bimbing Warju. Warju berharap, kepemimpinan baru Une­­sa semakin mampu menjadikan Une­ sa berprestasi dan mengantarkan ma­ ha­­­ siswanya maju ke PIMNAS melalui pe­­ nelitian-penelitiannya. “Bukan hanya do­sen yang berprestasi, namun ma­ha­sis­wanya pun harus berprestasi. De­ngan be­gitu, akan tercipta Unesa men­ja­di uni­ver­sitas yang lebih unggul,” pung­kas­nya. (CRH-KHUSNUL)

apa kata mereka Wahyu Lumaksono, Ketua BEM Unesa:

Kultur Akademik Perlu Diperkuat

S

ebagai kampus Eks IKIP Su­ra­ baya, Une­ sa tentu di­ ha­rapkan mampu men­cetak lu­lus­anlulusan calon pen­ didik/ guru yang ber­kua­litas. Tentu, un­­tuk meng­ha­sil­ kan ca­lon pendidik yang ber­­kualitas, haruslah di­ tun­ jang kultur akademik yang memadai. Demikian salah sa­tu­nya di­kemukakan Wah­yu Lumaksono, Ketua BEM Unesa. Menurutnya, un­ tuk men­ciptakan kultur aka­de­­mik harus

10 |

didukung infrastruktur yang memadai. Nah, pembangunan in­fra­stuktur telah dirintis Prof. Muchlas Sa­­ma­ni. Ia juga mengakui bahwa naiknya SPP dan biaya perkuliahan selaras de­ngan peningkatan sa­ rana dan prasarana yang di­ra­sa­kan sekarang yakni pe­nambahan gedungge­ dung bertingkat, la­ bo­­ratorium, peralatan dan ba­han ajar yang men­du­kung perkuliahan.

MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014

“Tidakhanya itu, Prof. Muchlas juga te­lah merombak budaya bi­ro­krasi yang berbelit. Ad­mi­nis­trasi mahasiswa sebelumnya ma­sih menggunakan sistem manual, se­ ka­ rang telah menggunakan sistem on­line sehingga dapat memudahkan ma­ha­sis­wa.” ungkapnya. Wahyu berharap Prof. Warsono se­ ba­ gai rektor baru mampu melanjutkan pro­ gram-program rektor sebelumnya yang sudah baik. “Saya rasa Pak Warsono mampu memimpin Unesa karena beliau me­miliki kapabilitas yang mumpuni dan kompetensi yang sesuai serta memiliki banyak pengalaman, antara lain sebagai


LAPORAN UTAMA kajur, dekan dan pembantu rektor,” papar mahasiswa kelahiran 9 Agustus 1990 itu Selama menjabat Pembantu Rektor III, Prof. Warsono sedikit banyak telah me­ n­gubah pola pikir mahasiswa melalui or­­ ganisasi intra. Ia mencontohnya ba­nyak­

nya aktivis UKM yang meraih prestasi. Se­lain itu, UKM yang dulunya vakum atau ti­dak ada kegiatan juga mulai bergerak ma­ju. “Sebagai Ketua BEM Unesa, saya me­ rasakan banyak peningkatan. Saat ini BEM Unesa sudah mulai intens ber­

ko­ munikasi dengan kampus lain se-In­ donesia, bahkan BEM Unesa dipercaya men­jadi koordinator wilayah dan menjadi pre­sidium sidang di BEM Nusantara,” ung­ kapnya. (CRH-ANDINI OKTAPUTRI)

Jevy Andi Rokhman, Ketua MPM Unesa:

S

Berharap Birokrasi Lebih Baik Lagi

ebagai ketua Majelis Per­mu­sya­ra­ wa­ tan Mahasiswa (MPM) Unesa, Je­vy Andi Rokhman banyak ber­ ha­rap perubahan Unesa semakin le­bih baik ke depan dengan rektor ba­ru. Ia berharap rektor baru semakin mem­be­ ri perhatian terhadap organisasi ke­ ma­ ha­siswaan. “Banyak sektor di Unesa yang per­lu disoroti, terutama di sektor birokrasi dan demokrasi,” paparnya. Menurut Jevy, meskipun birokrasi di Unesa sudah banyak perbaikan di­ ban­ ding­ kan dengan dulu. Terutama, sudah tidak ada pengekangan-pengekangan pa­ da mahasiswa untuk bergerak dalam de­mokrasi dan berorganisasi. Namun, ma­ sih ada banyak yang perlu dibenahi dan le­bih ditata rapi. Ia menyebut, birokrasi saat ini masih ada sisa sistem klasik yang me­rugikan mahasiswa. Ia mencontohkan ma­salah pembayaran SPP, persoalan nilai, dan kebijakan-kebijakan per fakultas yang dirasa masih kerap merugikan ma­ hasiswa. “Masalah nilai yang belum keluar,

ma­salah pembayaran, dan masalah ad­mi­ nistrasi lainnya diharap sudah tidak ada. Ja­di perlu ada pembenahan di sistem ad­ ministrasi,” ujar mahasiswa jurusan Pen­di­dikan dan Kepelatihan Olahraga – Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) tersebut. Mahasiswa angkatan 2009 itu juga berharap de­ mokrasi di kampus se­ makin dewasa. Me­ nu­rutnya, masih ba­nyak permasalahan de­mo­ krasi di Unesa yang be­ lum tuntas, terutama per­ma­salahan ormawa tingkat fa­ kul­ tas dan dengan permasalahan Pe­mira BEM-U kemarin. Ia berharap ke de­pan tidak ada lagi konflik antarfakultas maupun ormawa akibat Pemira BEM-U. Untuk hal lain, mahasiswa ke­la­hiran Sidoarjo, 3 Januari 1991 itu me­ nam­ bah­kan, di sektor sarana dan prasarana

me­ nurutnya sudah baik. Karena geliat pem­ ba­ ngunan di Unesa saat ini sudah terlihat dan tampak bagus, tinggal rektor baru nan­ ti meneruskan estafet pembangunan dari rektor lama. “Untuk masalah sarana dan prasarana tinggal meneruskan rektor yang kemarin,” paparnya. Terakhir, Jevy ingin agar Unesa melakukam pe­nam­ bah­ an tenaga pendidik yang lebih profesional dan kompeten di bi­dang­nya, untuk menciptakan out­put Unesa yang le­ bih baik lagi. Karena di­rinya menganggap saat ini kua­litas tenaga pendidik di Unesa masih jauh untuk bisa dikatakan baik. “Saat ini kua­ litas tenaga pendidik di Unesa masih ku­ rang baik, maka perlu pengadaan te­naga pendidik yang lebih kompeten di bi­dang­nya,” tuturnya. (CRH-FITRO KURNIADI)

Henny Ekawati Haryono, S.Pd, Mahasiswa Pascasarjana:

Harus Mampu Menciptakan Lulusan Berkualitas

H

enny Ekawati Haryono, S.Pd, pe­ rempuan asal La­mo­­ngan yang ki­ni men­jadi ma­ha­siswa pas­ ca­sarjana U­ne­­sa me­nga­ta­ kan bah­­­wa banyak se­kali pembenahan in­fra­­struktur baik di kam­pus Ketintang mau­pun Lidah Wetan. Me­ nu­ rutnya, kuantitas dan kualitas bahan ajar serta me­ dia pembelajaran yang dia­dopsi Unesa sudah sangat baik. Pe­ngem­bangan kurikulum secara periodik ter­ ma­ suk Silabus dan SAP sudah baik. Hanya saja kolaborasi dengan pihak dunia usaha dan industri yang masih perlu di­tingkatkan lagi.

Harapannya Unesa mampu menjadi universitas yang menciptakan lulusanlulusan yang berkualitas baik da­ lam bidang pendidikan mau­ pun non-kependidikan yang mam­ pu berdaya saing re­ gional. Ia mengakui bah­wa kemajuan yang te­ lah dicapai Unesa, tidak da­ pat lepas dari sejarah terdahulunya. Unesa di ma­ sa lalu telah menjadi tolok ukur untuk mencapai Unesa saat ini, yang lebih baik dari segala bidang. Pembangungan infrastruktur, pe­ning­­katan pelayanan, dan peningkatan kua­­ litas pribadi Unesa menjadi acuan dalam menumbuhkan

Unesa menjadi se­makin baik saat ini, dibuktikan dengan banyaknya perbaikan dan pem­ bangunan sarana prasarana yang di­ lakukan, upaya perbaikan pelayanan bagi mahasiswa, dan juga peningkatan prestasi di dalam dan luar Unesa. Namun, de­ ngan diawalinya pembangunan yang sedemikian besarnya di kampus Li­ dah maupun kampus Ketintang, ti­ dak serta merta berjalan dengan baik se­­ cara keseluruhan. Ia pun berharap Une­ sa semakin lebih baik dan mampu mem­benahi diri mulai dari peningkatan kua­litas pelayanan di jurusan hingga universitas. Untuk mahasiswanya, semoga lebih mampu menjaga sarana dan prasarana yang sudah ada, dan untuk pembangunan fasilitas harap disamaratakan antara kampus Lidah dan Ketintang. (ANNISA ILMA, FBS)

Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA

|

11


LAPORAN UTAMA Imam Hasan, Mahasiswa FE:

Growing With Character untuk SDM Berkualitas

I

mam Hasan, mahasiswa Fakultas Eko­nomi prodi pendidikan Aku­ tan­ si mengakui bahwa pem­bangunan Unesa era kepemimpinan Prof. Muchlas Samani sa­ ngat menonjol dalam pembangunan infra­ struk­tur. Yang masih menjadi per­tanyaannya adalah ten­ tang motto Unesa yakni Growing With Character. Ma­hasiswa semester 6 ini mengaku belum

mengerti karakter ba­ gai­ mana, dan seperti apa yang hendak di­ ca­ pai Unesa. Hasan mencoba mem­ ban­dingkan dengan kam­ pus lain seperti ITS dengan mottonya kam­ pus biru atau Unnes de­ngan mottonya kampus kon­ser­vasi. Fakta sebenarnya me­ mang demikian se­hing­ga menimbulkan per­sep­si orang lebih dipandang unggul.

Wawancara dengan Rektor Baru, Prof. Dr. Warsono, MS:

Tantangan Terberat,

MENGUBAH MINDSET

Civitas Akademika

Di sela kesibukan setelah Unesa menyelenggarakan halal bihalal sivitas akademika Unesa, reporter humas mewawancarai Rektor Unesa terpilih periode 2014-2018, Prof. Dr. Warsono, MS mengenai bagaimana masa depan Unesa di bawah kendalinya. Implementasi seperti apa dari visi dan misi Bapak untuk Unesa? Yang pertama, tentu saya akan me­ lan­ jutkan kepemimpinan Pak Muchlas dan berupaya mewujudkan mimpi be­ liau menjadikan Unesa lebih baik dan ma­ ju dengan visi saya yaitu menuju Une­ sa yang unggul dan bermartabat. Un­ tuk mengukur maju tidaknya suatu perguruan tinggi itu dari dua hal, yakni kualitas penelitian dan kualitas lulusannya. Lulusan yang berkualitas ada­lah hasil proses dari pilar suatu per­ guruan tinggi tersebut, yaitu dosen dan di­ peroleh dari pengajaran dosen yang

12 |

telah melakukan penelitianpenelitian yang berkualitas. Bagaimana Bapak akan me­nilai atau mengukur ku­ a­­litas dosen Unesa? Saya memiliki tujuh kom­ petensi untuk meng­ ukur kualitas dosen yakni, kom­petensi penelitian, kom­ petensi menulis, kom­ petensi akademik, kom­ pe­ tensi bahasa asing,

MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014

Ia berharap dalam pembangunan bi­ dang penelitian ide kreatif mahasiswa se­ perti PKM memiliki wadah tersendiri seperti yang ada di Universitas Pa­ ra­ madina Jakarta yang kini telah me­ nerapkan konsep tersebut. Harapan lain, agar pembangunan Unesa ke depan lebih baik lagi dengan membuat rancangan pem­ bangunan jangka panjang tentang ke­ pentingan mana yang didahulukan dan dihapuskan untuk menciptakan pem­ ba­ngu­nan keadilan di setiap fakultas. n [MAHMUD]


LAPORAN UTAMA kom­petensi pedagogik, kompetensi sosial dan kompetensi personal. Bisa dijelaskan masing-masing kompe­ten­ si itu, Pak? Kompetensi penelitian itu bisa dilihat ba­ gai­mana dosen kita mampu melakukan pe­ne­ lit­ ian dan bagaimana tingkat persaingannya. Apakah mereka mampu mengambil danadana penelitian berskala nasional atau bahkan tingkat internasional, atau hanya tingkat de­ sentralisasi atau tingkat lokal. Tentu saja pe­ nelitian-penelitian yang telah dihasilkan baik di tingkat nasional maupun internasional akan se­ ma­kin baik karena nama perguruan tinggi akan terangkat. Lalu, kompetensi menulis akan mengukur apa­kah dosen mampu menulis jurnal tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Ka­ lau para dosen mampu menulis jurnal in­ter­na­sio­ nal maka nama perguruan tinggi kita akan di­ kenal di dunia internasional melalui tulisan. Untuk kompetensi akademik, bisa dilihat dari formalitas pendidikan para dosen. Berapa do­ sen yang bergelas S-2, S-3, dan guru besarnya. Se­ makin banyak guru besar dan semakin banyak doktor akan semakin baik. Karena se­ karang guru besar harus doktor, maka kita do­ rong para dosen itu minimal doktor. Selain itu jika para dosen menempuh studi S-2 dan S-3 di luar negeri akan semakin baik pula, hal itu di­ karenakan kesempatan memiliki jaringan in­ ter­ na­ sional lebih besar. Jejaring itulah yang nanti bi­sa digunakan untuk membangun networking se­cara internasional. Kemudian, kompetensi bahasa asing jelas ter­kait dengan kemampuan bahasa asing mu­ lai dari keahlian yang paling tinggi meliputi writ­ing, speaking, dan reading. Kalau para dosen sudah bisa writing itu sangat bagus karena dia bisa membuat jurnal internasional. Selain ke­ empat kompetensi yang digunakan untuk meng­ukur kualitas dosen, ada tiga kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, personal, dan sosial yang menjadi bagian internal dalam pro­ ses pembelajaran. Lantas, bagaimana cara Bapak mengukur kemajuan sebuah perguruan tinggi? Kata kunci untuk bisa dikatakan maju ti­dak­ nya suatu perguruan tinggi atau World Class Uni­versity, ya tentu berdasarkan SDM yang di­ mi­ liki lembaga tersebut. SDM yang dimiliki ha­rus berkualitas. Begitu juga dengan proses pem­belajarannya, harus juga berkualitas. Kalau in­gin mewujudkan unggul dalam keilmuan dan bermartabat dalam karakternya, SDM di Unesa

harus berkomitmen untuk mengembangkan keilmuannya. Yang menjadi tantangan besar kita saat ini adalah mengubah mindset dari seluruh si­ vitas akademika Unesa. Idealnya memang do­ sen hasus menghasilkan research yang bisa di­ sumbangkan ke negara dan menghasilkan lu­lusan yang berkualitas. Sementara mahasiswa se­bagai produk dan proses dari suatu per­gu­ru­ an tinggi harus memiliki motivasi, sedangkan kar­ yawan haruslah dengan kesadaran diri mem­berikan pelayanannya yang bagus. Suatu bangsa akan maju, jika bangsa itu me­ miliki tantangan. Pada zaman sekarang tan­tangan itu dibuat untuk menghadapi per­ u­ bahan. Perubahan itu kepastian, jika orang ti­dak mau berubah, maka akan terlindas oleh perubahan. Selanjutnya, mengembangkan bu­ daya akademik dalam kehidupan kampus, ya­ itu dengan kegiatan menulis, membaca, dan ber­ diskusi. Melalui membaca dan berdiskusi, orang akan mendapatkan banyak ilmu dan me­ nulis adalah bentuk ekspresi pikiran yang ter­ pub­lish. Orang tidak mungkin dapat menulis tanpa membaca dan berdiskusi. Tulisan itu melampaui langkah penulisnya. Kalau pe­ nu­ lis­nya mati, tulisannya masih hidup dan dibaca oleh orang lain. Tulisan itu mewakili siapa pe­ nu­ lisnya. Dan, tulisan itu melatih peradaban. Ka­ lau tidak punya tulisan, orangnya mati ya ma­ti, orangnya di lokal ya di lokal. Ilmu yang di­ miliki oleh seseorang akan diverifikasi dan dik­ lasifikasi oleh orang lain sehingga terjadi dialektika, dengan melihat benar atau tidaknya akan terjadi objektivitas.

Prof. Warsono sedang beraktivitas di ruang kerjanya. [FOTO: GILANG/WAHYU/HUMAS]

Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA

|

13


LAPORAN UTAMA Program kerja apa saja yang sudah Bapak rencanakan untuk Unesa ke depan? Ada enam program yang sudah saya ren­ca­ na­kan untuk mewujudkan Unesa yang unggul da­­lam keilmuan dan bermartabat dalam ka­rak­ ter. Kami akan komitmen pada hal-hal berikut: Mendorong dan memfasilitasi kegiatan aka­­­demis dari sivitas akademika untuk me­la­ku­ kan penelitian dan penulisan karya ilmiah serta pub­­likasi karya akademis. Meningkatkan kompetensi dosen, ba­ik di bi­ dang keilmuan, penelitian, pe­ nu­ lisan, ke­ mam­­pu­an berbahasa asing, pedagogik, sosial, dan personal. Meningkatkan jaringan kerjasama (net­wor­ k­ing) dengan perguruan tinggi di luar negeri. Me­ningkatkan kualitas lulusan dan mem­ ban­­tu mereka mencari pekerjaan. Meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan akun­ tabilitas dalam pengelolaan Unesa de­ ngan ber­ dasarkan pada prinsip Good Go­ver­ nan­ce dan demokrasi. Membangun dan mengoptimalkan unitunit usaha untuk meningkatkan pen­dapatan Une­sa untuk me­ ning­katkan kesejahteraan war­­ga Unesa.

Sewaktu menjadi PR III, tentu sudah ba­ nyak program yang sudah Bapak jalankan, ki­ ra-kira apa saja Pak? Impian saya bagaimana mengembalikan roh mahasiswa. Mahasiswa adalah intelektual mu­­da, orang yang berada di perguruan tinggi yang mengembangkan intelektualnya, ber­latih dalam bentuk kepemimpinan, karena ma­ha­sis­ wa nanti menjadi tiga tumpuan bangsa, yaitu pe­mimpin bangsa, sumber ekonomi, dan sum­ ber peradaban. Calon-calon pemimpin pasti la­hir dari mahasiswa. Pemimpin sekarang itu harus memiliki keunggulan, keunggulannya ada­­lah kuat dalam intelektual dan kuat dalam in­­tegritas. Menjadi sumber ekonomi, dari eko­ nomi pertanian bergeser ke ekonomi industri, na­­mun sekarang bergeser ke ekonomi kreatif, ekonomi yang menjual otak, mahasiswa di­ tun­­tut kreatif. Nah, untuk sumber peradaban, ma­hasiswa akan dilihat dalam perilakunya, ma­ sya­rakat yang beradab adalah masyarakat yang rasional, taat pada hukum, masyarakat yang menghargai hak-hak orang lain. Oleh karena itu, Unesa harus menyiapkannya di bidang ke­ ma­ hasiswaan. Jika pemimpin ingin memiliki ke­kuatan hegemoni, maka harus memiliki ke­ pe­­ mimpinan yang rasionalitas dan moralitas. Con­ tohnya orang yang pintar itu tunduknya ke­­pada orang pintar, itu rasionalitas. Sedangkan mo­ralitas itu seperti para kiai, orangnya alim pasti banyak yang mengikuti karena mo­ ra­ li­ tasnya. Selama ini ketika para mahasiswa meng­ aju­ kan anggaran selalu memiliki kegiatan yang sudah dijalankan selama bertahun-ta­ hun. Justru itu tidak cerdas, mestinya harus di­­ evaluasi. Saya pernah mengatakan bahwa ke­­­budayaan itu harus dikritik, nilainya tetap di­ per­­tahankan namun dimetamorfosa ke bentuk yang lain, jangan diadopsi dengan bentuk yang sa­ma, karena itu namanya tidak kreatif. Bagaimana kunci untuk mewujudkan misi dan visi Bapak? Kembali ke komitmen. Tidak mungkin saya ber­usaha sendiri untuk menjadikan Unesa yang lebih baik. Mimpi besar saya adalah menjadikan se­luruh warga Unesa merasa memiliki dengan mem­bangun komitmen untuk wujudkan Une­ sa lebih baik dengan bekerja sesuai dengan pro­ fesi dan melakukan pekerjaan sebaik-ba­ iknya. Jika semua komitmen bersama ter­ca­pai ibaratnya seluruh gerbong dan satu nah­ko­dan­ ya telah memiliki visi dan misi yang sama men­ ja­dikan Unesa lebih baik dan maju (LINA)

14 |

MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014


SEPUTAR UNESA

Hokuriku University-Unesa

Rintis S-1 Double Degree Bahasa Jepang

Rektor Unesa Prof Muchlas Samani dan Chairman, Board of Trustees Hokuriku University Tsutomu Ogura, Ph.D usai melakukan penandatanganan kerja sama joint degree program.

U

nesa kembali mengepakkan sayap di ranah internasional. Se­belumnya di Jepang, Unesa juga telah membangun ker­ja sama dengan tiga universitas, yaitu Aichi University of Education, Aichi Ritsu University, dan Nagoya Uni­ver­ sity. Selasa, 17 Juni 2014 Unesa kembali bekerja sama dengan uni­ ver­sitas di Jepang, yaitu Hokuriku University. Tiga perwakilan dari Hokuriku University yang datang ke Unesa ada­lah Tsutomu Ogura, Ph.D. (Chairman, Board of Trustees), Shigeru Mi­namino (Member Board of Trustees Chief Administrator), dan Justin To­bias (Deputy Manager International Exchange Cen­ ter). Pembahasan me­ngenai kerja sama itu dilakukan di ruang pertemuan Rektorat Une­sa pukul 15.00 WIB. Pembahasan di­ mulai dengan pengenalan me­ngenai Unesa dan sejarah singkat Su­rabaya oleh Rektor Unesa, ke­mudian dilanjutkan dengan pem­ bahasan kerja sama. Di antara kerja sama yang ditandatangani Prof. Dr. Muchlas Sa­ mani, M.Pd. dan Tsutomu Ogura, Ph.D., ada tiga hal pokok. Per­tama,

kerja sama di bidang joint degree program, yaitu mahasiswa Pen­di­di­k­ an Bahasa Jepang Unesa belajar selama tiga tahun di Unesa dan satu ta­hun di Jepang. Kedua, mengirim guru atau dosen Bahasa Jepang dari Unesa ke Jepang selama tiga minggu. Di sana nanti mereka akan diberi kesempatan belajar bahasa dan kebudayaan Jepang le­ bih mendalam, termasuk mengunjungi sekolah-sekolah di Jepang. Ke­tiga, dosen Hokuriku University akan mengajar Bahasa Jepang di Une­sa dan mereka juga akan belajar kebudayaan Indonesia. Sebagai tindak lanjut, pada 25 Juni 2014 mendatang delegasi Une­sa akan diberangkatkan untuk berkunjung ke Hokuriku Uni­ver­ sity. Mengenai pengiriman guru Bahasa Jepang, Unesa akan me­la­ ku­kan penjajakan dengan Kepala Dinas Pendidikan (Kadindik) Jawa Timur. “Kami akan berkomunikasi dengan Kadindik Jatim agar para gu­ru yang akan diberangkatkan ke Jepang nanti mendapat izin resmi da­ri pemerintah untuk mengikuti program tersebut,” tutur Tsuroyya, Koordinator Kerjasama Luar Negeri Kantor Urusan Internasional (KUI) Unesa. (SYAIFUL/BYU) Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA

| 15


SEPUTAR UNESA

Prof. Yoyok Soesatya, SH, MM, PhD bersama keluarga usai dikukuhkan sebagai Guru Besar ke-3 Fakutas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya.

Pengukuhan Guru Besar: Prof. Yoyok Soesatyo, S.H., M.M., Ph.D.

MEMBUMIKAN GROWING WITH CHARACTER Supaya pendidikan ka­rakter dapat terlaksana pada pembelajaran eko­ no­mi Indonesia diperlukan strategi dan model khu­sus. Pembentukan karakter memerlukan com­mu­nities of character yang terdiri atas keluarga, lem­ baga pendidikan, instituisi keagamaan, me­ dia, pemerintah, dan berbagai pihak yang mem­pe­ngaruhi nilai-nilai generasi muda.

S

aat ini pendidikan nasional dinilai belum mam­pu mencetak figur manusia Indonesia se­­utuhnya seperti yang tersurat pada tu­ju­an pen­didikan nasional. Hal tersebut ter­cer­min pada fenomena yang terjadi di masyarakat, yaitu ter­jadinya degradasi moral yang pada gi­lirannya ber­ dam­pak pada aspek ekonomi ma­sya­ra­kat. Melihat kondisi Indonesia saat ini, maka proses per­baikannya tidak dapat dilakukan dengan cara dan waktu yang singkat. Dibutuhkan serangkaian ta­hapan dan proses yang terus-menerus yakni me­ lalui pendidikan berbasis karakter. Penguatan ide itu disampaikan Prof. Yoyok Soesatyo, S.H., M.M., Ph.D. pada pidato pengukuhan jabatan guru be­ sar­nya dalam bidang ilmu Pendidikan Ekonomi di Unesa pada Rabu, 18 Juni 2014.

16 |

MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014

Selama ini sistem pendidikan di Indonesia ha­nya menekankan nilai akademik sebagai pa­ tokan keberhasilan sebuah pendidikan. Ke­ ber­ ha­silan seorang anak hanya dilihat dari ukuran se­ berapa tinggi nilai matematikanya, seberapa ting­ gi rangkingnya di kelas, seberapa banyak ke­juaraan olimpiade yang didapat dengan me­ ngesampingkan nilai-nilai luhur kepribadian anak. Se­ harusnya pendidikan juga dilihat dari aspek mo­ralnya, yaitu seberapa disiplin terhadap waktu, pe­duli dengan lingkungan, bagaimana tutur kata yang digunakan dan sebagainya. Menurut, Prof. Yoyok pendidikan karakter ber­ ar­ti menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik men­ja­ di paham (kognitif) tentang mana yang baik dan


SEPUTAR UNESA sa­­lah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Dalam penerapan pendidikan karakter di­per­ lu­kan kolaborasi dengan bidang studi tertentu. Pem­belajaran ekonomi Indonesia berbasis pen­di­ dikan karakter merupakan salah satu solusi meng­ ha­dapi krisis yang terjadi di masyarakat. Dengan be­ gitu diharapkan dapat terwujud kehidupan bang­ sa yang utuh dari segi ekonomi dengan mendepankan nilai-nilai pancasila. Perguruan tinggi memiliki peran yang sa­ngat strategis dalam mengimplementasikan pen­ di­ dikan karakter secara integratif dan dilandasi ke­ rangka berpikir yang komprehensif dalam upa­ya menanamkan karakter alumninya untuk me­ masuki dunia kerja dan kembali ke lingkungan masyarakat sebagai agent of change. STRATEGI DAN MODEL Jika pendidikan karakter dikaitkan dengan pem­ belajaran Ekonomi Indonesia, maka di­ per­ lu­kan beberapa strategi dan model. Strategi per­ tama antara lain, pemahaman secara jelas, te­gas, dan tepat tentang sistem ekonomi yang di­da­sar­ kan pada landasan ideal pancasila, landasan kons­ ti­tusional, dan UUD 1945. Kedua, menjadikan tenaga kependidikan se­ bagai subjek yang berperan penting dan ber­tang­ gung jawab dalam keberhasilan mencapai tujuan dan melaksanakan pendidik ekonomi Indonesia yang berbasis karakter. Ketiga, dalam proses pembelajaran ekonomi In­donesia diberikan gambaran tentang bagaimana kondisi ekonomi Indonesia secara mikro dan mak­ro, memberikan berbagai informasi tentang ke­mam­ puan sumber daya alam dan sumber daya ma­nusia yang dimiliki Indonesia serta mengetahui ba­gaimana sebenarnya posisi ekonomi Indonesia se­cara global. Keempat, pemanfaatan budaya organisasi di per­guruan tinggi sebagai wadah untuk menempa ka­rakter yang diinginkan. Kelima, menciptakan lingkungan yang me­ne­kan­ kan pada keteladanan dan pembinaan secara ber­tahap antara lain: sikap selama dalam kegiatan pem­belajaran (kegiatan PBM, penyelesaian tu­gas, UTS, dan UAS) dan pergaulannya dengan ci­ vitas akademika. Terakhir, dengan melakukan ker­ja sa­ma dengan pihak-pihak yang terkait sehingga ter­jadi efektivitas dan efisiensi dalam penerapan pen­di­dikan karakter. Model yang digunakan antara lain: pertama, pem­ berian informasi yang rasional dan benar ten­tang bagaimana ekonomi Indonesia ditinjau se­cara mikro dan makro sejak awal kemerdekaan sam­pai era reformasi. Kemudian menganalisis se­ tiap perencanaan yang dibuat pemerintah dan kelemahan sistem yang sudah ada serta mem­ban­ ding­kan dengan sistem negara yang lebih maju. Kedua, perlu dirumuskan kebijakan atau pe­ ra­turan, budaya organisasi serta standar perilaku

BIODATA SINGKAT Prof. Yoyok Soesatyo, S.H., M.M., Ph.D. • Guru besar ke-3 di FE Unesa • Guru besar bidang Pendidikan Ekonomi • S-1 di IKIP Surabaya (sekarang Unesa) • S-2 di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mitra Indonesia • S-3 di Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia • Pengukuhan pada 18 Juni 2014

yang dirumuskan bersama-sama untuk ditaati oleh se­mua civitas akademika agar dapat atau mampu me­wujudkan kondisi yang kondusif kampus se­ba­ gai wadah pencetak calon pemimpin bangsa yang ber­karakter dan cinta tanah air Indonesia. Ketiga, perlu diciptakan komunikasi dengan ber­bagai pihak yang dapat mempererat hu­bu­ng­ an dan kerjasama, menyosialisasikan secara te­ rus menerus visi dan misi universitas, isi dan tar­ get pendidikan karakter kepada seluruh civitas akademika agar mampu mengubah pola pi­ kir, sikap, tingkah laku, jiwa wirausaha yang pro­ fesional, percaya diri, menjadi pribadi yang me­ miliki kepribadian dan harga diri sebagai war­ga negara Indonesia. Keempat, proses pe­ ngem­ ba­ ngan karakter memerlukan model keteladanan dan kejujuran di lingkungan civitas akademika. Kemudian penggunaan pendekatan dalam pem­ belajaran ekonomi Indonesia berbasis ka­ rak­ter lebih tepat dengan menggunakan student cen­tered karena lebih ditekankan pada aktivitas dan sikap peserta didik. Melalui pendekatan ini di­ harapkan perkembangan pendidikan karakter akan muncul atas dasar kesadaran hati dari peserta di­dik sendiri, mereka asyik untuk mendiskusikan fe­ nomena dan mengkreasikan pikirannya serta men­cari solusi pemecahannya. Jadi, menurut Yoyok supaya pendidikan ka­ rakter dapat terlaksana pada pembelajaran eko­ no­ mi Indonesia diperlukan strategi dan model khu­sus. Pembentukan karakter memerlukan com­ mu­nities of character yang terdiri atas keluarga, lem­baga pendidikan, instituisi keagamaan, me­ dia, pemerintah, dan berbagai pihak yang mem­ pe­ngaruhi nilai-nilai generasi muda. Semua com­ mu­nites of character tersebut hendaknya memberi su­atu keteladanan, intervensi, pembiasaan yang di­lakukan secara konsisten dan penguatan. Pe­ nguatan nilai karakter itu bisa dirancang dan dibumikan melalui penerbitan buku ajar ber­nu­ an­sa pendidikan karakter sesuai dengan bidang stu­di masing-masing yang pada gilirannya akan di­gunakan mahasiswa sebagai sumber belajar. (AN­DINI OKTAPUTRI)

Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA

| 17


LENSA UNESA

MAHAKARYA CIPTA SENI 2014

T

anggal 30 Mei - 2 Juni 2014, FBS Unesa menggelar event D’tik Art Pro­duc­tion. Pertunjukan ini menampilkan 29 karya seni yang terdiri atas 21 karya seni musik dan 8 karya seni tari. Tema keseluruhan pada acara ini adalah ‘Think Brightly and be Grateful with Art Education’, tema ini dipilih karena keinginan mendekatkan seni pada pendidikan. Acara berlangsung sepenuhnya di Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur Jl. Genteng Kali 83 Surabaya.

GRAND LAUNCHING UKM KEPENDUDUKAN

G

rand Launching UKM Kependudukan yang berlangsung Selasa (3/6/2014) di Auditorium Rektorat Unesa merupakan acara peresmian Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kependudukan gabungan untuk beberapa kampus di wilayah Jawa Timur. Kampus itu adalah Unesa, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Negeri Jember (Unej), Universitas Airlangga (Unair), Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), dan Universitas Bojonegoro (Unigoro). Acara yang berlangsung pukul 08.30 WIB sampai 09.45 WIB tersebut kemudian dilanjutan dengan Seminar Kependudukan hingga sekitar pukul 12.30 WIB. Dibuka serangkaian sambutan mulai dari Ketua UKM Kependudukan Unesa, Angga Eko Purnomo, lalu sambutan dari Pembina UKM Kependudukan Unesa, Dra. Hj. Ita Mardiani Zain, dilanjutkan Rektor Unesa, Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd., dan terakhir sambutan Kepala BKKBN Jawa Timur, Ir. Dwi Listyawardhani, M.Sc, Dip. Com. Acara itu kemudian diteruskan dengan peresmian UKM Kependudukan. Peresmian tersebut dilakukan secara simbolis berupa potong tali oleh Kepala BKKBN Jatim bersama Rektor dan Pembina UKM Kependudukan Unesa. (DANANG JAYA ARGANATA/

BYU)

P

HOKURIKU UNIVERSITY-UNESA RINTIS S-1 DOUBLE DEGREE

18 |

rof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd. dan Tsutomu Ogura, Ph.D saling memberikan cenderamata usai menandatangani kerja sama dalam rangka merintis S-1 Double Degree Bahasa Jepang. Sebagai tindak lanjut, Unesa memberangkatkan perwakilan ke Jepang. (HUMAS) MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014


LENSA UNESA

UJIAN TERBUKA DI MALL

P

ameran Tugas Akhir Desain Grafis Unesa (Paradesia) ta­ hun ini memasuki ta­ hun ke-3. Unjuk karya ma­ ha­siswa D-3 Desain Grafis Unesa ini men­jadi ujian terbuka yang sebenarbe­narnya sebab penilaiannya digelar di Ballroom Pakuwon Trade Centre (PTC), sebuah pusat perbelanjaan elite di kawasan Surabaya Barat yang ke­ betulan lokasinya bersebelahan dengan kampus Unesa di Lidah Wetan. Inilah karya mereka yang terbagi men­ jadi empat kategori yakni ilustrasi, fo­ to­grafi, corporate identity, dan media in­ teraktif. Mereka siap menghadapi tan­tangan industri media kreatif era pasar bebas. (HUDA)

SENAM SEHAT KOCIKA

P

alam rangka u­lang tahun Ko­­cika, di­se­ leng­garakan se­ rang­­­­kaian acara di kampus Ke­­­­tintang Surabaya, di an­ ta­­­ranya adalah Senam Sehat de­­ngan aneka hadiah. (HUMAS)

Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA

| 19


SEPUTAR UNESA

Prof. Dr. Tukuran, MSi bersama keluarga usai dikukuhkan sebagai Guru Besar MIPA Universitas Negeri Surabaya, bidang bidang Kimia Organik Bahan Alam spesifikasi non-herba.

Pengukuhan Guru Besar: Prof. Dr. Tukiran, M.Si.

MASA DEPAN BIOPESTISIDA Biopestisida ORGANEM dikembangkan menjadi formula EHPC 10 EC, EKPC 10 EC, dan EMPC 40 EC mengantarkan Dr. Tukiran MSi meraih gelar guru besar bidang Kimia Organik Bahan Alam spesifikasi non-herba.

20 |

L

ebih dari 50 persen fau­na yang menghuni per­ mukaan bumi ini tidak lain adalah se­ rang­ ga. Selama ini kehadiran be­berapa jenis serangga te­lah mendatangkan manfaat yang luar biasa bagi manusia, mi­sal­ nya lebah madu, ulat sutra, dan se­­rangga penyerbuk. Namun ti­ dak sedikit serangga justru mem­bawa petaka dan kerugian bagi kehidupan manusia, mi­sal­ nya serangga perusak tanaman. Bagi Prof. Dr. Tukiran, M.Si., fe­ no­mena itu menarik hingga le­ bih dari 10 tahun petualangan pe­nelitiannya. Kerugian yang dialami sektor per­tanian Indonesia akibat se­ ra­ngan hama dan penyakit te­

MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014

lah mencapai miliaran ru­ pi­ ah dan telah menurunkan pro­ duk­tivitas pertanian hingga 20 persen. Karena itu, sebagian besar petani Indonesia ber­ upa­ya menggunakan pes­ti­sida kimia (sintetik) untuk meng­ atasi masalah tersebut. Kini, kebutuhan pestisida sin­te­tik telah memperlihatkan per­tum­ buhan yang pesat tiap ta­hun. Rata-rata peningkatan kon­sum­ si pestisida sintetik per tahun tercatat mencapai 6,33%. Bah­ kan, kenyataan di lapangan peng­ gunaan pestisida sintetik da­pat mencapai lebih 10-20%. Penggunaan pestisida sin­ te­tik yang berlebihan tentu da­ pat menimbulkan dampak ne­ gatif terhadap lingkungan dan

manusia. Bahkan dapat meng­ aki­batkan timbulnya hama yang re­sisten, ancaman bagi predator, pa­rasit, ikan, burung, dan satwa lain. Salah satu dampak negatif pes­tisida sintesik terhadap ling­ kungan adalah munculnya re­ si­du pestisida sintesik di dalam ta­nah sehingga dapat meracuni or­ ganisme nontarget, terbawa sam­ pai ke sumber-sumber air dan meracuni lingkungan se­ ki­ tar. Residu pestisida sintetik pa­ da tanaman dapat terbawa me­ lalui mata rantai makanan se­hingga dapat meracuni kon­ su­ men, baik hewan maupun ma­nusia. Sejumlah dampak negatif peng­ gunaan pestisida sintesik men­dorong disusunnya strategi


SEPUTAR UNESA dan metode lain yang dapat di­ lakukan untuk mengurangi peng­ gunaan pestisida sintesik da­ lam upaya mengendalikan ha­ ma dan penyakit tanaman. Har­ ga pestisida sintetik cukup ting­gi sehingga membebani bi­ aya produksi pertanian. Har­ ga pestisida sintetik yang ting­ gi disebabkan bahan aktif pesti­si­ da sintetik sebagian besar ma­ sih impor dan umumnya meng­ gu­ nakan pelarut bahan bakar mi­ nyak. Untuk mengurangi ke­ tergantungan terhadap pes­ ti­sida sintetik, secara berangsurang­sur harus segera diupayakan pengurangan penggunaan pes­ ti­sida sintetik dan mulai beralih ke­pada jenis-jenis pestisida na­ bati (biopestisida) yang mu­rah, mudah, dan aman bagi ling­ kungan. PESTISIDA NABATI Secara evolusi, tumbuhan te­lah mengembangkan dan me­ rekayasa komponen kimia se­ba­ gai alat pertahanan diri secara ala­mi terhadap pengganggunya. Tum­ buhan mengandung ba­ nyak komponen kimia yang me­­rupakan metabolit se­ kun­­ der dam digunakan oleh tum­ buhan sebagai alat per­ ta­ hanan dari organisme peng­ gan­­gu. Grainge et al.,1984 da­­lam Sastrosiswojo (2002), me­­ laporkan ada 1800 jenis tum­­buhan yang mengandung pes­tisidanabati yang dapat di­ gu­ nakan untuk pengendalian ha­ ma. Di Indonesia, diketahui sa­ ngat banyak tumbuhan peng­hasil pestisida nabati dan diperkirakan ada sekitar 2400 tanaman dari 235 famili (Kar­di­ nan, 1999). Dalam mendukung ke­bi­ja­ kan tersebut, penggunaan pes­ t­ isida nabati dalam kegiatan pe­ rlindungan tanaman perlu se­lalu dipromosikan dan di­ma­ sya­ rakatkan. Salah satu upaya pe­ masyarakatan tersebut ada­ lah dengan penyebarluasan in­formasi jenis-jenis tum­bu­ han yang berpotensi se­ ba­ gai pestisida nabati, yang dapat

dimanfaatkan da­lam pe­ngen­da­ lian hama dan penyakit. Bahan yang da­pat dimanfaatkan untuk bio­pep­tisida antara lain adalah po­hon neem (Azadirachta indi­ di ca) atau mindi. Pohon min­ ter­masuk tumbuhan Me­lia­ceae yang mengandung se­nya­wa li­ minoid, yaitu senyawa tet­ra­nor­ tri­terpenoid azadirachtin. Suatu ba­­ han bioaktif pestisida yang am­ puh melindungi tanaman ter­­hadap serangga perusak (Nur­­hidayati dkk. 2008). Bermodal pengetahuan dan pemahaman didukung da­ ta yang komprehensif pada tum­ buhan Meliaceae, kegiatan ter­ kait pengembangan formula pes­ tisida nabati (biopestisida) te­ lah dilakukan Prof. Tukiran sejak 2007 hingga sekarang

(TA 2007 dan 2008). Selain itu, juga pernah diterapkan di perkebunan tanaman sa­ yur (sawi dan kentang) di Ke­ ca­ matan Sukapura, Nong­ko­ja­jar, Probolinggo melalui PKM da­ na DIPA Unesa (TA 2010) dan hasilnya cukup meng­gem­bi­ra­ kan. “Kami juga menerapkan pa­ da tanaman hias baik yang dijual di stan bunga maupun rumah tang­ga. Bahkan, diseminasi for­ mula biopestisida telah ka­ mi lakukan pula pada mata ku­liah Sumber Daya di Prodi Pen­ di­ dikan Sains, FMIPA Unesa dan belasan biopestisida telah di­bu­ at mereka (mahasiswa) se­ cara tradisional dengan meng­op­ti­ malkan penggunaan berbagai je­ nis tumbuhan Meliaceae se­

Tumbuhan jenis Meliaceae di tangan Prof Tukiran bisa disulap menjadi biopeptisida yang aman dan ramah lingkungan serta berdayaguna tinggi untuk pertanian.

BIODATA SINGKAT Prof. Dr. Tukiran, M.Si. • Guru besar ke-8 di Jurusan Kimia FMIPA Unesa • Guru besar bidang bidang Kimia Organik Bahan Alam spesifikasi non-herba • S-1 di IKIP Surabaya (sekarang Unesa) • S-2 dan S-3 di Institut Teknologi Bandung (ITB) • Pengukuhan pada 18 Juni 2014

dan telah menghasilkan se­jum­ lah biopestisida yang di­ beri nama “ORGANEM”, lalu dii­ ku­ ti pengembangan formula EHPC 10 EC (ekstrak heksana tum­ buh­an pacar cina), EKPC 10 EC (ekstrak kloroform pacar ci­na), dan EMPC 40 EC (ekstrak me­ta­ nol pacar cina). Dari formula-formula bio­ pes­tisida yang dihasilkan itu se­ ba­gian telah diaplikasikan pada se­jumlah UKM pelepah pisang dan enceng gondok untuk pe­ ning­katan kualitas bahan dasar meu­ bel yang berbahan rotan de­ ngan kombinasi bahan dari pe­ lepah pisang dan enceng gon­ dok di daerah Beton dan Wri­ nginanom, Gresik melalui pro­ gram Hi-Link-JICA, Dikti

bagai bahan dasar beserta ap­li­ kasinya,” ungkapnya. Tumbuhan Meliaceae sa­ ngat potensial dan mem­ be­ ri­ kan prospek positif yang men­janjikan untuk diteliti dan dikembangkan sebagai bio­pes­ ti­sida yang efektif, efisien, dan aman. Semoga, upaya ini dapat men­degradasi ketergantungan stake­holder, khususnya petani pa­da pengadaan dan pemakaian pes­ tisida sintetik pada masa men­datang. (AHMAD ILHAM HABIBI)

Nomor: 70 Tahun XIV - Juni 2014 MAJALAH UNESA

| 21


KABAR PRESTASI

Kepala Pusat Komputer (Puskom) Unesa, Drs. H. Edy Sulistyo, M.Pd. menerima secara langsung penghargaan tersebut pada Malam Penganugerahan TeSCA 2014.

TELKOM SMART CAMPUS AWARD (TESCA) 2014

Unesa: Excellence Achiever University Kepala Pusat Kom­puter (Puskom) Unesa, Edy Sulistyo mengatakan, selain in­fastuktur, pemanfaatan ICT dalam praktik belajar mengajar wajib dikembangankan bu­ kan hanya sebagai strategi memasukkan Unesa ke Peringkat Top TeSCA tapi juga sebagai perencanaan implementasi jangka panjang. 22 |

U

nesa mendapat predikat sebagai Excel­ lence Achiever University di ajang Telkom Smart Campus Award (TeSCA) 2014. Selasa (17/6/2014) bertempat di Hotel JS Luwansa Jakarta, Kepala Pusat Kom­puter (Puskom) Unesa, Drs. H. Edy Sulistyo, M.Pd. me­nerima secara langsung penghargaan tersebut pada Malam Penganugerahan TeSCA 2014. Ada tiga universitas yang masuk kategori ini, di an­ta­ranya ialah Universitas Komputer Indonesia (Unikom), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan Universitas Telkom Bandung. Selain Excellence Achiever, acara yang dihadiri oleh Muhammad Nuh (Menteri

MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014

Pendidikan dan Ke­budayaan RI) dan Arief Yahya (Direktur Utama Tel­kom Indonesia) itu juga mengumumkan pemenang untuk tiga penghargaan lain, yaitu pe­ringkat 10 besar perguruan tinggi terbaik TeSCA atau Top National Winner, The Higest Leap, dan Outstanding Achiever. Total ada 53 penerima peng­hargaan dari 568 perguruan tinggi seIndonesia yang berpartisipasi dalam TeSCA tahun ini. Edy Sulistyo mengatakan, “Sejak mengi­ kuti TeSCA tahun 2012, prestasi sebagai excellence achiever university tahun ini adalah terbaik yang per­nah diraih Unesa. Gelar ini memang ditujukan ke­ pa­ da perguruan tinggi yang mengembangankan


KABAR PRESTASI Information and Comunication Technology (ICT) se­cara signifikan dari tahun ke tahun. Unesa men­da­pat penghargaan ini karena dianggap sebagai per­ guruan tinggi yang mulai menanjak profil dan pe­ngembangan ICT,” ungkapnya. NAIK PERINGKAT DARI TAHUN KE TAHUN Berdasarkan rekam jejak TeSCA, pres­ ta­ si Unesa memang meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2012 menduduki peringkat 28, kemudian tahun 2013 naik menjadi pe­ringkat 18, dan sekarang tahun 2014 makin maju di peringkat 13. Menurut Edy, untuk menjadi Top National, Unesa masih perlu ba­ nyak pengembangan. Misalnya pelebaran ban­dwidth, penguatan rasio penggunaan ICT dan peningkatan kualitas sistem informasi. “Yang terpenting adalah ICT kita nantinya mampu melayani mahasiswa, dosen, dan ke­butuhan kampus secara baik. Kalau ingin menjadi lebih baik lagi ya harus diperbaiki,” im­ buh Dosen Jurusan Teknik Elektro ini. TESCA seperti yang diketahui adalah pro­gram yang diinisiasi PT. Telekomunikasi Indonesia untuk mengukur pemanfaatan In­ for­mation Communication Technology (ICT) perguruan tinggi dengan menggunakan me­tode ZEN framework yang dikembangkan oleh Prof. Zainal A. Hasibuan, Ph.D. (Wakil Ketua Dewan Teknologi dan Komunikasi Na­ sional), Prof. Dr. Richardus Eko Indrajit (Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi I­ nformasi dan Komunikasi), dan Prof. Ir. Nizam, M.Sc., Ph.D. (Kepala Pusat Pe­ni­lai­ an Pendidikan, Badan Penelitian dan Pe­ ngem­ bangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI). Metode ini tersusun atas delapan parameter penilaian yaitu: (1) Suprastruktur Kampus, (2) Infrastruktur Tek­ no­logi, (3) Profil Pemangku Kepentingan, (4) Ragam Pemanfaatan Aplikasi, (5) Stra­ tegi Pendidikan Nasional, (6) Dampak dan Man­ fa­ at Penerapan Teknologi, (7) Komunitas Eks­ternal dan (8) Adopsi Trend. Pemeringkatan TeSCA 2014 ini diawali de­ngan roadshow ke beberapa kota, ke­ mudian self assessment perguruan tinggi me­­lalui pengisian 109 poin kuesioner, se­ lanjutnya melewati tahap penjurian per­ta­ ma, kunjungan kampus, dan berakhir pada pen­jurian final. Pemeringkatan TeSCA dilihat dari berbagai kategori meliputi: peringkat ter­baik secara nasional, berdasarkan wilayah MP3EI, berdasarkan kategori perguruan ting­ gi (institut, sekolah tinggi, politeknik, aka­demi) dan juga skala indeks (bintang 3, bin­tang 2, dan bintang 1).

Para peraih penghargaan Telkom Smart Campus Award (TeSCA) 2014, di Hotel JS Luwansa Jakarta (17/6/2014). Direktur Utama Telkom, Arief Yahya me­ nga­takan bahwa TeSCA merupakan salah satu sumbangsih Telkom untuk mendukung du­ nia pendidikan khususnya perguruan tinggi. “TeSCA merupakan inisiatif Tel­ kom untuk mendorong perguruan ting­ gi di Indonesia melakukan berbagai per­ ce­ patan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui pemanfaatan TIK dalam praktik belajar mengajar di kampus,” ujar Arief. MENJADI MESIN TRANSFORMASI KUALITAS Senada dengan pernyataan di atas, Edy Sulistyo menambahkan bahwa selain in­ fastuktur, pemanfaatan ICT dalam praktik belajar mengajar wajib dikembangankan bu­kan hanya sebagai strategi memasukkan Unesa ke Peringkat Top TeSCA tapi juga sebagai perencanaan implementasi jangka panjang. Pemanfaatan tersebut sudah men­jadi blueprint pengembangan Puskom se­bagai pelaksana ICT di Unesa. Edy dan tim­ nya setelah menerapkan e-office dan e-learning, kini tengah mempersiapkan uji coba penelitian synchronize e-learning se­ba­ gai bentuk riil dari pengembangan itu. Program ini adalah implementasi dari e-learning yang disinkronisasikan dengan me­tode teleconference namun tidak meng­ gu­nakan perangkat mahal seperti polycom, me­ lainkan cukup menggunakan laptop. Synchronize e-learning yang selanjutnya di­ sebut virtual learning ini adalah program yang memungkinkan dosen melaksanakan tatap muka, presentasi, dan memantau pre­ sentasi yang dilakukan mahasiswa di dalam kelas secara virtual. Bahkan, program ini juga

ada di dalamnya, piranti itu bisa digunakan se­bagai pengganti papan tulis. Dengan metode ini, diharapkan do­ sen dapat tetap mengajar saat yang ber­ sang­ kutan sedang berhalangan hadir. “Contohnya, katakanlah saya sedang ber­ tu­gas di luar kota, saya cukup bawa laptop, lal­ u ada akses internet-nya, dan di kelas juga ada laptop. Saya bisa tatap muka, saya bisa presentasi, dan saya bisa meminta mahasiswa di kelas untuk presentasi baik menggunakan Power Point, MS Word, dan sebagainya. Bahkan ada pengganti papan tulis selama saya menggunakan perangkat ini,” papar mantan Kepala Jurusan Teknik Elektro ini. Selain itu, blueprint pengembangan ICT di Unesa yang lain adalah melaksanakan 4 pilar pengembangan TIK perguruan tinggi se­ suai yang disampaikan Mendikbud di acara yang sama. Pengembangan pertama sebagai awal adalah sebagai buffer atau pe­ nopang sistem, pengembangan kedua adalah sebagai driver atau pengendali pe­ ker­ jaan, dan yang ketiga sebagai enabler atau pemercepat perkembangan serta yang terakhir adalah sebagai transformer yang berarti pengubah atau dalam hal ini maknanya adalah sebagai mesin tran­sfor­ ma­si kualitas. Sekarang, Unesa sedang pada tahap dari enabler yakni menjadi transformer. (DANANG/BYU).

Nomor: 70 Tahun XIV - Juni 2014 MAJALAH UNESA

| 23


KABAR MANCA

MENGUNJUNGI RUMAH EINSTEIN DAN RAHASIA TUHAN n oleh Shofan Fiangga Tuhan mem­beri kesempatan saya ke Be­lan­da ini bukan hanya untuk meng­ unjungi rumah Albert Eins­tein. Pasti ada rencana jauh lebih be­sar yang telah ditakdirkan buat saya.

24 |

S

eingat saya, kali pertama me­ ngenal Einstein se­ ba­gai ilmuwan fisika ter­ ke­nal saat saya duduk di bangku SD, ketika melihat tokoh kartun Daffy Duck memerankan Einstein. Kalau Anda ingat kartun Loo­ney Toons, saya berpikir me­ nga­pa kepala orang pintar itu ha­ rus botak dan besar? Saat SMP, saya baru tahu kalau E=mc2 me­rupakan rumus terkenal se­ antero jagat diperkenalkan o­leh

MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014

Einstein. Kemudian saat sa­ ya SMA, saya mulai membaca be­ be­ rapa buku di bidang fisika terutama mengenai sejarah perkembangan fisika dari zaman kuno hingga fisika modern. Se­ ringkali, nama Einstein disebut sebagai fisikawan berpengaruh di dunia. Saat itu, saya sempat membaca bahwa ia tinggal di sebuah rumah di Bern, Swiss, tempat berbagai ide-ide hebat Eins­tein muncul hasil diskusi de­ ngan istrinya. Saat itu, terpikir oleh saya, “Andai saya bisa me­ ngunjungi rumah einstein” dan kini siapa sangka ternyata im­ pian itu bisa jadi kenyataan. Salah satu ungkapan ter­ke­ nal Einstein itu adalah “TUHAN TIDAK BERMAIN DADU”. Itulah yang saya rasakan selama per­ ja­lanan hidup saya sampai saat ini. Bersekolah di SMA Ne­ geri 2 Surabaya, membuat sa­ ya dapat bertemu dengan so­ sok guru matematika, Pak Syam­ sul, guru paling hebat yang per­ nah saya kenal dan juga mem­beri kesempatan saya me­ ngenal Einstein lebih jauh da­ri buku-buku yang ada di per­ pustakaannya. Dari buku-bu­ ku yang ada, saya mengenal Eins­tein sebagai ilmuwan yang aga­mis. Dia tetap percaya bah­ wa tuhan berkuasa di segala fe­ nomena fisika baik makro mau­ pun mikro. Setelah lulus SMA, saya me­ mutuskan melanjutkan ku­ liah di Universitas Negeri Su­ra­baya untuk memperdalam ma­ te­ ma­ tika di jurusan Pendidikan Ma­ tematika. Walaupun saya

su­ka Fisika, saya benci dengan ke­giatan eksperimen. Itulah se­ babnya saya memilih ma­te­ma­ tika. Sejenak saya melupakan apa yang pernah jadi impian sa­ya, yang saya lakukan saat itu adalah fokus kuliah dan lu­ lus hingga akhirnya saya meng­ ajar di salah dua sekolah RSBI di Surabaya walaupun hanya se­ bagai Guru Tidak Tetap (GTT). Pengalaman mengajar di kedua sekolah itu membuat sa­ ya berpikir, “Mengapa anakanak SMP-SMA di Indonesia se­ karang sangat susah kalau di­ajak belajar?”. Belum sempat me­ nemukan jawabannya, saat itu datang tawaran melanjutkan S-2 lewat beasiswa IMPOME. International Master Program on Mathematics Education (IM­ POME) adalah program exchange master kerjasama Ut­ recht University (Belanda), Uni­ versitas Sriwijaya, dan Uni­ versitas Negeri Surabaya di bi­ dang Pendidikan Matematika yang saat ini sedang berusaha me­ lakukan perubahan dalam pen­ didikan matematika di In­ do­ nesia. Kegalauan muncul saat saya timbang apakah akan me­ lanjutkan kuliah atau tetap fo­ kus kerja karena tanggung ja­ wab sebagai anak pertama. Saya putuskan coba-coba me­ ma­sukkan lamaran. Siapa tahu di­terima karena juga tidak ada ru­ginya kalau ditolak. Alhamdulliah, setelah me­ lalui tes administrasi dan wa­ wan­­ cara, saya dinyatakan di­ te­ rima di fase 1. Penanggung ja­wab acara langsung memberi


KABAR MANCA in­ formasi kalau peserta yang lulus fase pertama harus ber­ kumpul di Jogja untuk me­lan­ jutkan pelatihan intensif ba­hasa Inggris selama 4 bulan un­ tuk memperoleh nilai IELTS yang menjadi syarat kelulusan. Be­ rita mendadak itu sangat me­ ngagetkan dan mau tak mau saya harus berhenti dari pe­ker­ jaan. Saat itu, terpikir oleh saya ung­kapan Einstein, “TUHAN TI­ DAK BERMAIN DADU”. Tuhan mem­ beri jawaban, nilai IELTS yang merupakan syarat utama saya bisa kuliah di Eropa me­me­ nuhi yang diminta pihak kam­ pus. Rasanya senang sekali, Ero­ pa sudah di depan mata. Eins­ tein, I am coming. Kemudian saya harus me­ lalui fase ke-2, yaitu 6 bulan ku­liah semester 1 di Unesa. Al­ ham­dulillah bisa dilalui dengan baik. Namun tiba-tiba ada berita kalau ternyata saya terdepak dari beasiswa NESO. Mereka me­ nurunkan kuota yang se­be­lum­ nya 15 menjadi 10. Entah apa alasannya mengapa harus sa­ya yang terdepak. Tuhan tidak ber­ main dadu. Rencana tuhan siapa yang ta­hu, Alhamdulillah, kalau me­ mang sudah direncanakan oleh-Nya tak ada yang bisa me­ nahan dan yang mengetahui. Akhir­nya, keputusannya adalah saya dibantu DIKTI bersama 3 orang teman saya lainnya da­ lam pembiayaan selama di Be­ lan­ da. Mulailah kita persiapan ke­berangkatan ke Belanda. Na­ mun, pemberitahuan dari DIKTI bahwa kami akan berangkat baru kami terima sehari men­ je­lang kami terbang. Ya, men­ da­ dak selalu jadi sifat DIKTI, dengan persiapan seadanya, ka­mi pun berangkat ke Belanda tang­gal 25 Januari 2012 untuk me­nempuh fase 3 yaitu 1 tahun ku­­liah di Utrecht University. Setiba di Belanda, mulailah ka­ mi beradaptasi dengan Ero­ pa. Belahan bumi yang saya sa­ ma sekali tidak pernah ba­ yangkan bisa merasakan di sisa hi­dup saya. Kuliah di salah satu

uni­ versitas terbaik di dunia. Berada di Eropa yang katanya merupakan pusat peradaban dunia saat ini. Berada di kota-kota terkenal, Utrecht, Amsterdam, Den hag, dan lainnya. Bersama bule yang dulu cuma ketemu di tempat wisata, kini bisa ketemu dimana-mana bahkan di toilet. Namun, yang saya rasakan ada­ lah perasaan galau, mungkin ka­rena homesick. Akibatnya saya ke­ sulitan mengikuti beberapa ma­ta kuliah. Di tengah kegalauan ter­ sebut, saya bersyukur me­ mi­ liki kesempatan bertemu de­ngan Pak Muchlas yang se­ dang melakukan kunjunagn ke Belanda dalam rangka pe­ run­ dingan kerja sama dengan be­ be­ rapa universitas di Belanda. Saya merasa beruntung da­ pat menjadi guide Pak Much­ las selama kunjungan di Be­ landa. Beberapa diskusi seru dengan Pak Muchlas mem­ beri banyak inspirasi bagi usaha untuk bangkit me­ nge­ jar ketertinggalan dan Alham­ dulillah saya mampu me­ nye­ lesai­kan semuanya dengan baik. Saya pun teringat impian saya ketika masih kecil, ber­kun­ jung ke rumah Einstein. Akhi­ rnya, Jumat, 9 November 2012 saya berangkat ke Swiss ber­ sa­ma rombongan tour Pak Eko Hardjanto (Eindoven) berangkat dari Utrecht pukul 2 dini hari waktu setempat bersama 12 pe­ serta rombongan yang lain. Per­jalanan ambisisus 2.100 km dalam 3 hari ini sungguh lu­ ar biasa. Sesuai rencana, ka­mi mengunjungi Stutgart (Jer­ man), Zurich, Wintertur, Lu­ ce­ rne, Mount Titlis, Bern, dan Interlaken. Namun tujuan uta­ma saya hanya satu, yaitu apar­te­ men Einstein di Bern yang se­ka­ rang ini menjadi museum. Tiba di Bern malam minggu se­kitar pukul 7 waktu setempat, ka­mi disambut light show di de­ pan gedung pemerintahan Kota Bern. Segera kami menyusuri ja­ la­nan indah di Kota Bern ini. Tak ada yang saya pedulikan di situ

Penulis bersama rekan dosen, mahasiswa lainnya dan Rektor Unesa Prof. Muchlas Samani saat berkunjung ke Belanda. ke­ cuali untuk segera menuju ke rumah Einstein. Sesampai di apartemen itu, yang saya ra­ sakan tidak jelas. Kecewa muncul karena kami tidak bisa ma­suk ke dalam museum itu ka­ rena sedang dalam perbaikan. Na­mun, saya pun berpikir, ka­ lau­pun saya bisa masuk, apakah itu artinya saya telah mencapai im­ pian saya. Jikalau telah men­ capai impian yang saya angan-angankan sejak SMA, apa yang akan saya lakukan se­ telah itu. Malam minggu itu, ke­ galauanlah yang menguasai sa­ya karena dibingungkan oleh pi­kiran itu. Bahkan indahnya Ko­ ta Bern pun tak ada artinya buat sa­ya malam itu. Jawaban dari kegalauan sa­­ya itu ternyata saya temui se­ te­ lah saya kembali mem-flash back apa yang telah saya ala­mi selama ini. Saya kuliah di pro­ gram IMPOME ini visinya ada­ lah mengubah pendidikan ma­

te­­ matika di Indonesia sedikit de­­mi sedikit. Hal ini ditambah ju­ga dengan yang menjadi per­ tanyaan berat saya saat ma­sih mengajar di Surabaya, “Me­ nga­ pa anak-anak SMP-SMA di Indonesia sekarang sangat su­ sah kalau diajak belajar?” Ter­ nyata Tuhan memang mem­beri kesempatan saya ke Be­ lan­ da ini bukan hanya untuk me­ ngunjungi rumah Albert Eins­ tein. Pasti ada rencana jauh lebih be­ sar yang telah ditakdirkan buat saya oleh Sang Maha Kua­ sa. Lagi-lagi, “TUHAN TIDAK BER­ MAIN DADU”. Itulah yang saya rasakan. Apa mimpi saya se­benarnya saat ini, saat hampir ge­nap saya 1 tahun di negeri Belanda ini. Manusia akan mati ji­ka berhenti bermimpi. Saat kau anggap kau telah mencapai im­ pianmu. MIMPI ITU LEBIH DARI SEKADAR YANG KAMU IMPIKAN. n(BYU)

*Shofan Fiangga adalah Mahasiswa S-2 IMPOME PPs Unesa, saat ini menjadi CPNS dosen di Jurusan Pendidikan Matematika Unesa.

Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA

| 25


KOLOM REKTOR

ALHAMDULILLAH, DEMOKRASI KITA SEMAKIN DEWASA “Saya sangat setuju de­ngan ungkapan bahwa ka­lah dalam kompetisi itu bermartabat. Mengakui ke­ka­lahan itu juga terhormat. Karena itu adalah bukti darma bak­ti kepada negara. “

K Oleh Prof. Muchlas Samani

26 |

etika akan mulai Pe­ milihan Umum, sa­ya khawatir kalau-ka­ lau ada kerusuhan. Pa­ ling tidak arak-arakan yang ka­ dang membuat kemacetan dan juga ada peserta yang meng­ ganggu pengguna jalan lain­nya. Seorang teman punya pe­ ngalaman mobilnya pesok ka­rena dipukul dengan tongkat kayu oleh peserta kampanye Pi­ leg tahun 2009. Saya sendiri juga punya pengalaman kena macet akibat arak-arakan, padahal saya terburu-buru untuk mengikuti suatu acara.

MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014

Seorang kawan berpesan agar berhati-hati karena pada Pi­ leg 2014 Partai Penguasa (mak­ sudnya Partai Demokrat) tidak lagi dominan dan karena Pak SBY tidak dapat mencalonkan lagi menjadi presiden, sangat mungkin pertarungan dalam Pi­ leg akan lebih sengit dibanding Pileg 2009. Sebagai orang yang awam dalam urusan politik, saya percaya kepada teman ta­ di. Oleh karena itu menjelang kam­panye dimulai saya sangat ber­hati-hati. Saya berusaha ti­ dak lewat di lokasi kampanye dan berusaha sedapat mungkin

meng­ hindar dari berpapasan de­ngan arak-arakan. Alhamdulillah, ternyata si­ tua­si tidak segawat yang saya ba­ yangkan. Kampanye Pileg 2014 seperti tidak “semeriah” Pileg 2009. Saya tidak tahu mengapa. Apa orang sudah jenuh atau bo­ san. Apa semangat caleg untuk mengerahkan masa menurun. Apa “modal” mereka terbatas, sehingga harus berhemat dalam pengerahkan masa. Jujur saya tidak paham. Sehabis Pileg selesai, saya ber­kesempatan ngobrol dengan se­ orang teman yang paham


dengan persoalan politik. Dia ber­ cerita, dalam Pileg yang sengit itu justru persaingan di dalam partai. Bukan antarpartai. Mengapa? Karena sebenarnya setiap partai sudah tahu ceruk suara masing-masing. Nah da­ lam daerah itu, antara caleg da­ lam satu partai yang justru bersaing. Akibatnya kampanye tidak terlalu meriah karena ha­ nya disokong oleh individu caleg. Antar-caleg dalam satu par­ tai mengadakan kampanye masing-masing, sehingga tidak terl­alu ramai. Konon juga banyak caleg yang berpikir efisiensi. Lebih efi­sien mana kampanye dengan me­ngerahkan masa di lapangan atau arak-arakan dengan meng­ gunakan dana itu untuk mem­ bantu konstituennya. Bahasa ka­ sarnya mana yang lebih efisien kam­panye besar-besaran atau me­lakukan serangan fajar, se­rangan siang dan sebagainya. Konon serangan fajar jus­ tru lebih efisien. Saya juga tidak paham, benar tidaknya. Mung­ kin justru pembaca lebih tahu. Namun yang jelas, saya senang karena Pileg berjalan dengan lancar dan aman. Setelah Pileg selesai dan mu­ lai masuk tahapan Pilpres, sa­ ya bertemu dengan kawan dari Bidang Keamanan dengan pang­ kat yang cukup tinggi. Be­ liau bercerita Pilpres nanti

akan lebih ramai dibanding Pi­ leg. Konon dalam Pilpres ma­ sing-masing pihak akan ber­ juang mati-matian. Karena ke­­ dua pasangan calon adalah baru (bukan incumbent) dan ke­­ betulan seimbang, maka per­ta­r­ ungan akan sengit. Saya bertanya, apa be­ da­ nya dengan Pileg? Bukankah da­lam Pilpres malah hanya dua pasangan yang akan ber­kom­pe­ tisi? Beliau menjelaskan, dalam Pi­ leg yang bertarung bukan ma­sing-masing caleg secara in­ dividual, tetapi dua kelompok yang masing-masing punya massa besar. Kedua-duanya pu­nya modal besar dan keduaduanya sangat yakin akan me­ nang. Mendengar penjelasan te­ man tadi saya menjadi agak pa­ ham dan oleh karena itu lebih ha­ti-hati. Namun setelah masa kam­panye Pilpres berjalan, saya menjadi bertanya-tanya. Kok tidak semeriah yang saya ba­ yangkan dan seperti yang saya tangkap dari cerita teman ta­ di. Spanduk juga tidak terlalu banyak dan bahkan lebih ba­ nyak saat Pileg. Tetapi ada suatu fenomena yang menarik sekaligus mem­ bu­at saya khawatir, yaitu ke­dua pihak membuat deklarasi me­ nang. Saya jadi khawatir lagi, ja­ ngan-jangan kalau ternyata kalah dan tentu nanti ada yang

KOLOM REKTOR

Semoga ini menjadi in­di­kator bahwa demokrasi kita se­maki dewasa. Kita boleh ber­kompetisi dan setiap Pileg, Pil­pres, Pilgub, Pilkada atau pe­milihan apa saja. Namun be­kompetisi secara sehat dan ketika sudah ada yang di­nya­takan memang, semua pihak dengan lapangan dada me­ne­rimanya.” kalah, terus terjadi kekisruhan. Apalagi, konon di tingkat elite komunikasi dapat mudah dijalin, tetapi massa akar rumput dapat saja beringas. Ketika pengumuman Pil­ pres dilakukan, alhamdulillah kea­daan aman. Waktu itu saya pu­ lang dari acara di Senayan dan pulang ke Surabaya. Pe­nga­ ma­ tan saya situasi jalan-jalan aman dan tidak ada fenomena yang mencolok. Memang di de­kat rumah saya, kantor KPU Jawa Timur ada penjagaan apa­ rat keamanan dan juga ada ken­da­ra­an aparat keamanan. Tetapi situasi di sekitarnya sepi, tidak ada tanda-tanda aktivitas masa. Alhamdulillah, sampai saat artikel ini ditulis saya tidak me­ nangkap gejala-gejala akan ter­jadi kekisruhan. Semoga ini menjadi in­ di­ kator bahwa demokrasi kita se­ maki dewasa. Kita boleh

ber­kompetisi dan setiap Pileg, Pil­pres, Pilgub, Pilkada atau pe­ milihan apa saja. Namun be­ kompetisi secara sehat dan ketika sudah ada yang di­ nya­ takan memang, semua pihak dengan lapangan dada me­ne­ rimanya. Saya sangat setuju de­ ngan ungkapan, bahwa ka­ lah dalam kompetisi itu juga bermartabat. Mengakui ke­ ka­ lahan itu juga terhormat. Yang kalah dan menerima kekalahan dengan lapang dada itu justru sudah membuktikan darma bak­tinya kepada negara. Yaitu me­ lalui keikutsertaan dalam Pilpres/Pileg/Pilgub/Pilkada dan lainnya. Sementara yang menang masih harus mem­ buk­ tikan janji-janjinya selama kam­ panye dan janjinya untuk me­ ngemban amanah sebagai pe­mimpin. Semoga.n

Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA

| 27


ARTIKEL WAWASAN

Memajukan Teknologi dengan Katastrof

S

elama ini matematika dianggap se­ bagai bidang ilmu pengetahuan yang paling sulit dan menakutkan bagi sebagian besar siswa dan ter­ masuk mahasiswa. Banyak orang ber­ anggapan matematika adalah ilmu yang hanya mempelajari teori hitung-meng­ hitung sehingga terkesan abstrak dan tak bermanfaat bagi kehidupan se­ cara langsung. Namun sebenarnya, ba­ gai­ manapun kehidupan kita tak akan pernah lepas dan selalu bersinggungan dengan matematika. Karena itu, tak heran jika ma­ tematika disebut sebagai “Ratu Ilmu Pengetahuan”.

28 |

Salah satu peran penting matematika di dunia nyata adalah pada kemajuan tek­ no­logi, khusunya yang bersinggungan de­ ngan teori Katastrof. Hal ini disampaikan oleh Guru Besar Unesa, Prof. Dr. Dwi Juniati, M.Si. dalam pidato ilmiah pengukuhan ja­ ba­tan guru besarnya dalam bidang ilmu ma­tematika (topologi) pada Rabu, 18 Juni 2014. Teori Katastrof adalah analisis me­nge­ nai perubahan tiba-tiba dalam perubahan ti­ pe titik kritis atau titik penting. Telah banyak aplikasi yang dihasilkan dari teori ini, antara lain pada bidang Biologi

MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014

(penyebaran lebah), Fisika (optik), Sosial, dan Psikologi. Teori ini dicetuskan oleh se­orang matematikawan Perancis, Rhene Thom. Pada tahun 1972, matematikawan ter­ sebut mendadak sangat terkenal dengan bukunya yang berjudul: “Stabilite’ Structur’elle et Morphogene’se” (Struktur Kestabilan dan Morfogenesis). Dalam kehidupan sehari-hari sering ki­ta jumpai perubahan yang bersifat tibatiba, misalnya jembatan yang relatif stabil da­lam menahan beban maksimum yang sudah ditentukan, tiba-tiba akan patah saat kelebihan beban. Contoh lain adalah


ARTIKEL WAWASAN per­mukaan lapisan tanah yang tiba-tiba mem­bentuk patahan/retakan akibat ada­ nya pergeseran tanah. Juga tentang pe­ri­ laku seekor binatang yang ketakutan ke­ tika diserang, tiba-tiba dan berubah ber­ ba­lik menyerang. Suatu teori matematika baru terlihat man­faatnya jika telah diaplikasikan pada ke­hidupan sehari-hari. Berikut contoh pe­ ranan teori Katastrof pada kemajuan tek­ nologi, khusunya neuroscience, scanner 3D dan printer 3D. Neuroscience Neuroscience adalah ilmu yang mem­ pe­ lajari sistem syaraf. Awalnya ilmu ini merupakan salah satu cabang dari Biologi, se­ karang lebih merupakan interdisiplin ilmu karena banyak ilmu yang terkait se­ lain Biologi, seperti Kimia, Fisika, Komputer Sains, Psikologi, Teori Kognitif, Kedokteran, dan juga Matematika. Otak manusia terdiri atas milyaran neu­ ron yang terhubung satu sama lain. Setiap interaksi antarneuron menciptakan sinyal listrik. Sinyal-sinyal listrik yang dikeluarkan oleh neuron-neuron dalam otak disebut gelombang otak atau brainware. Ge­lom­ bang otak bisa diukur dengan alat EEG (Electro Enchephalography) melalui elet­ro­ da yang dipasang di kepala. Pada zaman modern ini banyak tek­ no­logi yang ditawarkan untuk mengatur pola gelombang otak agar sesuai dengan ke­butuhanm yang dikenal dengan terapi ge­ lombang otak (Brainware Entraiment). Cara kerjanya merangsang otak meng­ ha­ silkan gelombang otak dengan pola ter­ tentu sesuai kebutuhan melalui sin­ kro­nisasi gelombang suara atau cahaya. Saat ini banyak dijumpai software yang diap­likasikan melaui handphone untuk meng­hasilkan gelombang suara sehingga hasil sinkronisasi antara gelombang sua­ ra dengan gelombang otak penguna meng­ hasilkan suatu kondisi untuk me­ mudahkan konsentrasi atau relaksasi. Bahkan pusat penelitian tentara Ame­ rika memberikan dana sebesar 4 juta dollar pada tahun 2009 kepada pe­ ne­ liti-peneliti Universitas California un­ tuk mengembangkan suatu teknik pem­ ro­ sesan EEG guna mengidentifikasi per­ca­ ka­ pan imajinasi. Suatu teknik atau alat yang dapat menerjemah pikiran manusia me­ lalui pola gelombang otak yang di­ ha­silkan EEG. Dengan menganalisis gra­ fik gelombang otak yang dikirim da­pat ditentukan apa yang dimaksud oleh

pengirim. Salah satu tujuannya ada­ lah menciptakan alat komunikasi me­ la­ lui rekonstruksi gelombang otak de­ ngan mediasi komputer melalui signal EEG supaya terjaga kerahasiannya. Ini me­ru­ pakan alat komunikasi terobosan baru yang sudah bukan lagi berupa tulisan mau­pun suara. Selain itu, akhir-akhir ini juga banyak game berbasis gelombang otak yang di­ tawarkan, yaitu menggunakan alat yang da­ pat membaca pikiran penggunanya. Be­ berapa contoh di antaranya adalah Min­ dflex dan Necomimi. Mindflex atau permainan telekinesis bola yang di­ pa­ sarkan tahun 2009 yang meraih sukses be­sar dengan terjual habis dalam waktu singkat. Mindflex merupakan game yang ber­tujuan menggerakkan bola melintasi rintangan yang ada melalui konsentrasi pe­mainnya. Hal ini terlihat seolah pemain me­ lakukan telekinesis (memindahkan benda dengan pikran) terhadap bola. Sementara itu, Necomimi adalah pro­ yek gadget Jepang yang dirilis pada tahun 2012. Necomimi berupa headset yang di­ lengkapi bentuk telinga kucing yang da­ pat bergerak sesuai dengan emosi penggunanya. Telinga kucing akan tegak jika penggunanya bersemangat dan akan me­ nekuk ketika penggunanya dalam keadaan santai. Scanner 3 Dimensi Teknologi baru yang membuat pe­ ru­ bahan besar dalam berbagai aspek kehidupan dan sampai sekarang masih terus dikembangkan adalah Scanner 3D dan Printer 3D. Selama ini scanner hanya di­ gunakan untuk mendokumentasikan su­rat-surat penting seperti ijasah dan SK. Apa jadinya jika yang ingin dipindai adalah ber­ dimensi tiga misalnya piala, bola, atau bagian tubuh sekalipun. Kemajuan tek­ nologi memungkinkan untuk hal tersebut, yaitu dengan terciptanya scanner 3D. Scanner 3D adalah suatu alat yang di­ gunakan untuk menganalisis objek nyata guna pengumpulan data sesuai bentuk dan warna obyek tersebut. Data yang ter­ kumpul nantinya digunakan untuk meng­ konstruk model tiga dimensi secara digital. Beberapa teknologi berbeda digu­na­ kan untuk membentuk alat scanner 3D. Awalnya scanner 3D memancarkan si­nar laser ke bagian tertentu objek ke­mu­dian scanner menghitung waktu yang di­ bu­ tuh­ kan sinar mulai dipancarkan sampai di­pantulkan kembali. Dengan mengetahui

ke­cepatan cahaya yang digunakan, da­pat ditentukan jarak titik-titik pada ba­ gian objek, sehingga dapat diperoleh kum­ pulan titik geometris dari bagian obyek yang dipindai. Pada scanner 3D portabel, sistem ko­ or­ dinatnya relatif menggunakan sistem koordinat internal terkait posisi saat menscan. Untuk suatu objek tidak mustahil titik yang dikumpulkan dalam men-scan le­bih dari jutaan titik yang diperoleh dari berbagai arah dan sudut. Secara proses matematisasi, proses pembentukan objek 3D dari kumpulan titik-titik diberikan dengan berbagai koordinat yang berbeda. Printer 3 Dimensi Hasil dari scanner 3D belum lengkap jika belum dicetak ke dalam bentuk 3D. Prin­ter 3D ini biasanya untuk mencetak miniatur mobil, gelas, miniatur bangunan, dan lain-lain. Prinsip kerja dari printer 3D adalah membuat objek solid 3D dari mo­ del digital. Selama objek tersebut dibuat dalam bentuk digital, maka obyek tersebut dapat dicetak ke 3D. Proses kerja printer 3D adalah dengan pem­bentukan secara lapis demi lapis mu­ lai bagian dasar, bahan yang digunakan bisa berupa campuran pasir dengan magnesium oxide atau bermacam polimer. Proses kerja yang lain adalah dengan cara pengukiran yang salah satu metodenya adalah menggunakan prinsip jarak dan iden­tifikasi titik krisis atau titik terpenting. Di Indonesia, ada Johanes Djauhari yang berhasil membuat printer 3D. Ia mem­buat printer buatan yang berbeda dari produk asing yakni printer buatannya meng­ gunakan bahan plastik jenis poly­ lactic acid (PLA) yang terbuat dari biji ja­gung dan kulit ketela sehingga harga prin­ter ciptaanya relatif lebih murah dan ra­mah lingkungan karena bisa terurai. Itulah beberapa contoh aplikasi ma­ tematika terutama teori Katastrof pada ke­ majuan teknologi. Dwi Juniati pun berharap kita lebih tertarik mempelajari ma­ tematika. Guru besar yamg juga menguasai bahasa Inggris dan Perancis tersebut berharap banyak orang akan meng­ubah angapan bahwa matematika itu sulit dan tidak menarik. n *Disarikan oleh Fitro Kurniadi.

Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA

| 29


KABAR SM-3T

Penulis bersama anak Papua yang turut hadir pada acara peringatan Hari Pendidikan Nasional di Sorong, Papua.

CATATAN SM-3T DI BUMI CENDERAWASIH

WE LOVE PAPUA n oleh Prof. Luthfiyah Nurlaela

Lagu Indonesia Raya dibawakan oleh sekelompok anak SMP di­iku­ti oleh semua yang hadir. Sambutan wakil peserta SM-3T UNM, Suwandi, mencairkan se­ka­ligus membekukan suasana. Cerita tentang perjuangannya mengabdi di tempat terpencil, su­litnya medan, harapan anak didik dan masyarakat, serta ke­rinduannya pada keluarga, me­mancing tepuk tangan sekaligus air mata.

P

agi, sekitar pukul 09.00 WIT, kami semua su­ dah siap di lobi. Di­ rek­ tur Diktendik, Prof. Supriadi Rustad, sudah ha­ dir bersama para direktur se­ lingkung Dikti yang lain, ya­itu Direktur Litabmas dan Lem­ker­ ma. Direktur Belmawa, Dr. Illah Saillah, tidak hadir karena se­ dang berkunjung ke China. Ada beberapa mobil yang su­dah disiapkan untuk kami se­ mua. Enam mobil di antaranya di­sediakan oleh Universitas Mu­ ham­ madiyah Sorong (UMS). UMS merupakan salah satu PT swas­ta yang cukup diminati di So­rong, saat ini mahasiswanya

30 |

MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Junii 2014

se­banyak lima ribu lebih. Se­lain UMS, ada juga STKIP Mu­ham­ mad­ iyah serta Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), satu-satunya PTN di Sorong. Uni­ versitas swasta yang lain adalah Uni­ versitas Victory, Universitas Kris­ ten Papua (UKIP), Poltek Saint Paul, IKIP Kristen Papua, dan sebagainya. Kami bergerak menjemput rom­bongan Mendikbud di Hotel Royal Mamberamo. Tepatnya bu­kan menjemput, tapi ber­ga­ bung. Bertemu dengan para pe­ jabat kemdikbud yang lain. Juga ber­ temu Dr. Sukemi, staf ahli Men­dikbud. Beramah-tamah se­ka­darnya, sebelum akhirnya

kon­ voi bergerak menuju SDSNP Satap Ninjemor 1, Distrik Moi­ segen, Kabupaten Sorong. Salah satu SD yang menjadi tem­pat mengajar para peserta SM-3T. Jaraknya sekitar 60 km, dua jam dari Kota Sorong. Jalan menuju Kabupaten So­ rong kebanyakan adalah jalan beraspal, cukup baik, dan be­ berapa bagian adalah jalur yang ramai. Sebagian lagi jalan ber­kelok-kelok, naik turun, ber­ hu­tan, berbukit. Batas kota dan kabupaten, adalah Taman Wi­ sa­ta Alam (TWA), yang sampai saat ini konon masih menjadi seng­keta, apakah TWA itu mi­ lik kota atau kabupaten. Di


KABAR SM-3T sepanjang jalan ditemui para penjual manggis, langsap, dan buah-buahan lain. Langsap me­ rupakan buah asli Sorong, juga matoa dan durian. Sayang se­ ka­li saat ini sedang tidak musim ma­toa dan durian. Kalau durian bisa didapatkan di mana pun, tapi matoa bukanlah buah yang mudah diperoleh. Buah yang berwarna coklat tua, ber­ kulit tebal, rasa dagingnya mi­ rip kelengkeng itu, baru saya nik­ ma­ti dua kali saja, saat seorang te­man pulang dari Papua. Ma­ toa, adalah hasil bumi khas Pa­ pua, selain buah merah, sarang se­mut dan daun gatal. MENEPIS PANAS Mobil kami melaju cepat. Ber­ lomba dengan mendung tipis yang menggantung di langit. Sorong, bila tidak se­ dang hujan, suhunya panas se­ kali. Kata seorang teman dari Dikti, panasnya Makassar di­ gabung Surabaya belum da­pat Sorong. Syukurlah hari ini agak mendung, membantu me­ ngu­ rangi panas yang biasanya sa­ ngat menyengat. Jalan antara kota dan ka­ bu­ paten dulunya merupakan jalan yang rawan dengan tindak ke­ kerasan pemalakan. Para pe­ malak kebanyakan adalah

pen­duduk asli yang tinggal di hutan-hutan. Mabuk juga men­ jadi ‘budaya’, yang sering me­ nim­ bulkan banyak kericuhan. Be­berapa waktu yang lalu, garagara ulah orang mabuk yang me­mukul imam masjid, sempat me­nimbulkan pertikaian sengit yang menjurus ke SARA. Kabupaten Sorong me­ ru­ pakan daerah transmigrasi, ma­ yo­ ritas penduduknya adalah orang Jawa (Jawa Barat, Jawa Te­ngah, DIY, Jawa Timur). Para transmigran itu datang sejak tahun 1980-an. Yang mem­ buat kabupaten Sorong ramai pada awalnya adalah para transmigran ini. Saat ini, ma­ sya­rakatnya sudah sangat he­te­ rogen, Jawa, Ambon, Sulawesi, China, dan penduduk asli (suku Moi), Ayamaru dan dari suku yang lain. Selain suku Moi, se­ mua suku di sini dianggap se­ba­ gai pendatang. Jalan mulus hanya sekitar ti­ga puluh menit, sisanya ada­ lah jalan-jalan rusak. SP1, SP2, SP3 dan seterusnya adalah le­ bih popules untuk menyebut wilayah daripada nama desa. SP singkatan dari satuan pe­ mukiman. Di wilayah SP3, ada se­ junlah rumah yang bentuk dan ukurannya seragam, di­ba­ ngun oleh departemen sosial

untuk para penduduk asli. Na­ mun rumah-rumah itu tidak semua ditempati, melainkan di­sewakan pada orang lain, dan me­reka kembali hidup di hutanhutan. SAMBUTAN HANGAT Memasuki kawasan SP4, ba­risan anak sekolah dan guruguru berjejer di sepanjang ja­lan, mereka bernyanyi sambil me­ lambai-lambaikan bendera. Me­ nyambut para pejabat negara yang hanya lewat di de­ pan mereka sekejap saja. Se­ kadar melambai terus berlalu. Meng­ ha­ rukan, hanya karena jalan dan sekolah mereka dilewati kon­ voi mobil pejabat, mereka rela memasang ratusan bendera dan berbaris berpanas-panas di ping­gir jalan. Saya sedang mem­ba­yang­ kan menjadi mereka. Mem­ ba­ yangkan bermimpi melihat wa­jah menteri. Begitu raungan sirine terdengar, tegopoh me­ ra­ pikan barisan, dan bersiap me­lemparkan senyum termanis. Da­lam balutan seragam sekolah, keringat yang mengucur de­ ras, haus dan mungkin lapar, tapi betapa puas karena su­dah melambai pada belasan mo­ bil yang lampunya terus ber­ kelip-kelip itu. Di manakah pak

Menteri? Pasti di mobil yang terdepan. Sudah berlalu. Mung­ kin yang tadi tangannya keluar melambai-lambai. Puas sekali rasanya bisa menyambut orang besar itu. Mobil terus melaju di jalan yang sangat berdebu. Anakanak sekolah dan guru-guru te­rus berbaris dan tertepa de­ bu-debu itu. Pohon-pohon sa­ gu berbaris di kanan-kiri jalan. Me­nurut Mas Lestari, driver UMS yang bersama kami, ulat sagu disukai penduduk se­tem­pat. Dijual juga di pasar-pasar tra­di­ so­nal. Saya jadi ingat, kemarin saya ke pasar Remu, untung ti­ dak menemui ulat sagu. Tapi itu warning bagi saya, musti hati-hati dan waspada kalau ber­kunjung ke pasar tradisonal lagi, supaya saya tidak kaget dan lantas berteriak histeris sa­king ketakutannya. Ulat, apa pun jenisnya, adalah makhluk ter­ aneh dan ter’nggilani’ di mata saya. Saya lebih baik disuruh nge­ pel alun-alun daripada di­ suruh lihat ulat. Hehehe. SUASANA KEAKRABAN Gerimis menyambut ka­ mi saat mendekati Distrik Moise­ gen. Hanya sekejap. Berbaur de­ ngan debu tebal dari jalan-jalan yang berbatu dan bertanah ke­ ring. Semakin mendekati tem­ pat kegiatan, keramaian terlihat di mana-mana. Juga bunyi-bu­ nyian dari alat-alat musik tra­ disional. Tari Yospan, tari pe­ nyam­ butan, dibawakan oleh se­ ke­ lom­pok anak sekolah. Dengan ber­ telanjang dada, dan tubuh dicat warna-warni, tarian itu ran­ cak diiringi dengan bunyibunyian. Rombongan Mendikbud, Pem­da Sorong, Universitas Ne­ geri Papua (UNIPA), Univesitas Para siswa di Papua menyambut hangat kehadiran Mendikbud dalam acara Hari Pendidikan Nasional yang di pusatkan di bumi Papua.

Nomor: 70 Tahun XV - Junii 2014 MAJALAH UNESA

| 31


KABAR SM-3T Ne­geri Makassar (UNM) masuk ke ruang SD yang sudah disiapkan. Lagu Indonesia Raya dibawakan oleh sekelompok anak SMP di­ iku­ ti oleh semua yang hadir. Sambutan wakil peserta SM-3T UNM, Suwandi, mencairkan se­ ka­ ligus membekukan suasana. Cerita tentang perjuangannya mengabdi di tempat terpencil, su­ litnya medan, harapan anak didik dan masyarakat, serta ke­ rinduannya pada keluarga, me­ mancing applaus sekaligus air mata. Dalam dialog Mendikbud de­ ngan siswa, beberapa ke­ lu­ cuan terjadi. Mendikbud me­ rang­kul seorang siswa SD dan bertanya. “Siapa namamu?” “Anita.” “Kelas berapa?” “Empat.” “Berapa usiamu?” “Tidak apa-apa.” “Lho?” “Umur, berapa umurmu?” Anita diam. “Ya sudah, tidak pakai umur tidak apa-apa, yang penting sekolah ya?” Semua tertawa. Seorang anak laki-laki, juga di­ tanya dengan pertanyaan yang sama oleh Mendikbud. Saat di­tanya tentang nama dan kelas, dia bisa menjawab. Tapi begitu ditanya umur, dia bingung lalu menjawab: “Dua bulan.” Tentu saja jawaban itu mengundang tawa. Giliran ditanya, “di mana rumahmu?”, dia menjawab: “di be­lakang.” Meski mungkin terdengar lu­ cu, tapi hati saya justeru menangis mendengar jawaban siswa itu. Betapa terbelakangnya mereka. Betapa tertinggalnya. Se­perti itu, tentulah tidak ha­nya di tempat ini. Seperti itu, ter­ sebar di ratusan bahkan ribuan tempat di berbagai pelosok Ta­ nah Air. PERAN SM-3T DAN HARAPAN Perjuangan para peserta SM-3T, bukan sekadar kisah pengabdian pada dunia pen­

32 |

JADI IDOLA: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Mohammad Nuh menjadi idola untuk diajak foto bersama oleh pada peserta SM-3T dan pejabat pemerintahan setempat. didikan, namun kisah pe­ngab­ di­an untuk kemanusiaan. Li­hat­ lah anak-anak itu, para orang tua itu. Mereka kotor, kurus kering, miskin. Mereka bisa jadi tidak peduli dengan pen­ di­ dikan bukan karena tidak butuh. Mereka hanya perlu hi­ dup. Kebutuhan dasar mereka yang tidak pernah tercukupi me­ merlukan perhatian yang tidak kalah pentingnya dengan pen­ di­dikan itu sendiri. Belajar bagi mereka tidak hanya baca tulis hitung. Menggembala ternak, men­cari kayu bakar, menanam ubi, mencari air, adalah bagian dari belajar itu sendiri, dan de­ ngan itu semua mereka bisa ber­ tahan hidup. Guru-guru SM-3T itu, mem­ punyai tugas berat untuk keduadu­anya. Memastikan mereka te­ tap bisa bertahan dalam kon­disi serba kekurangan, sembari me­ ning­ katkan kesadaran mereka akan pentingnya pendidikan, ke­sehatan dan kecintaan pada Ta­nah Air. Memastikan di dada me­ reka tetaplah merah putih, me­yakinkan bahwa Papua ada­ lah bagian dari NKRI, dan NKRI itu menghampar dari Sabang sampai Merauke.

MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014

Pendidikan di Papua ha­ rus bangkit. Tugas kita ada­lah menyentuh mereka, me­ ngan­ tar­kan mereka, agar mereka bisa ba­ngun, keluar dari matarantai ke­tidaktahuan, kemiskinan, me­ nuju dunia terang-benderang. Salah besar jika kita, sebagai bang­sa dan negara, tidak mem­ berikan perhatian pada mereka. Berapa banyak energi, be­ rapa lama waktu, yang di­bu­ tuh­kan untuk membuat Papua se­ jajar, atau setidaknya tidak ke­tinggalan terlalu jauh dengan sau­dara-saudaranya di belahan lain di Indonesia? Itu PR besar bagi negera besar bernama In­ donesia. Tugas berat bagi siapa pun pemimpin negeri kaya raya tapi miskin ini. Namun, kebijakan apa pun yang diambil oleh para pemimpin negeri, pendidikan harus menjadi prioritas. Pen­ di­ dikan telah terbukti mampu memangkas matarantai ke­ mis­ kinan dan kebodohan. Pen­ di­ dikan memberikan multiplier effect terhadap peningkatan ke­ se­hatan dan ekonomi, yang pada akhirnya mampu meningkatkan m­utu SDM seutuhnya. Di akhir dialognya, Men­dik­ bud mengatakan: “Kami bangga

Pa­pua, Kami cinta Papua. We lo­ ve Papua, we love Indonesia”. Sorong, 8 Mei 2014 Penulis adalah Direktur PPPG dan Koordinator SM-3T Unesa.


3 S

INFO SEHAT MANFAAT UTAMA

Makan dengan Tangan untuk Kesehatan

ebelum makan dengan sen­ dok dan garpu, hal per­tama yang Anda pe­ lajari adalah makan de­ ngan tangan. Seiring dengan per­ kembangan jaman, banyak alat makan yang ditemukan yang membantu manusia un­tuk makan. Alat makan ini di­ pan­ dang lebih modern, bersih, dan cang­gih. Namun banyak pula orang yang tidak menyadari bahwa

sa­raf Anda bisa merasakan suhu dan tekstur makanan sehingga mem­ persiapkan otak Anda untuk menerima makanan yang akan datang. Proses ini mem­ ban­tu otak melepaskan enzim yang tepat untuk menikmati ma­kanan. Selain itu saat makan de­ngan tangan, Anda bisa me­ ra­sakan panasnya makanan ter­ sebut. Sehingga Anda me­nung­ gu­nya hingga hangat sebelum me­makannya.

ma­ kan dengan tangan bisa bermanfaat untuk kesehatan. Seperti dilansir dari healthmeup. com, inilah manfaat makan de­ ngan tangan bagi kesehatan tu­ buh Anda. LEBIH MENIKMATI MAKANAN Tidak seperti makan dengan sendok dan garpu, jari-jari An­ da memiliki kontak langsung de­ ngan makanan ketika Anda ma­ kan dengan tangan. Ujung

MELINDUNGI DARI BAKTERI Tubuh manusia me­ ngan­ dung jenis bakteri tertentu yang bi­ sa melindungi tubuh Anda dari bakteri berbahaya yang ber­ asal dari luar tubuh. Bakteri baik ini terletak di tangan, mulut, teng­gorokan, usus, dan sistem pen­ cernaan Anda yang lain. Ke­ tika makan dengan tangan, bak­teri baik ini bisa melindungi Anda dari bakteri jahat. Tentu saja pastikan bahwa Anda men­

cuci tangan sebelum dan se­ sudah makan dengan bersih. MENURUNKAN BERAT BADAN Jika Anda makan dengan alat makan, terjadi proses me­ kanis saat Anda makan. Namun ke­ tika Anda makan dengan tangan, Anda benar-benar mem­ perhatikan makanan apa yang Anda makan. Anda pun akan menikmatinya dengan sek­ sama. Pola makan seperti inilah yang bisa menghindarkan Anda dari kenaikan berat badan yang sig­nifikan. Siapa bilang bahwa ma­ kan dengan tangan bisa mem­ ba­ hayakan kesehatan Anda? Bahkan menurut ajaran India kuno, jari tangan Anda mewakili lima elemen penting dalam hi­ dup yaitu api, udara, tanah, air, dan langit. Jika elemen ini be­ kerja sama pada makanan, maka akan tercipta energi positif yang ada di dalam makanan Anda. [MAN]

CARA EFEKTIF TURUNKAN ASAM URAT

A

sam urat adalah zat asam yang berasal dari pemecahan nitrogen di dalam tubuh yang disebut dengan purin. Ke­ ti­ka kadar asam urat Anda tinggi, maka akan menetap di sendi. Jika terlalu banyak, asam urat akan menekan sendi yang dapat menyebabkan nyeri dan pegal. Asam urat tidak hanya disimpan pa­da sendi Anda saja. Namun ju­ga bisa di da­lam ginjal. Kristal dari asam urat ini akan mem­bentuk batu dalam ginjal Anda dan bagian kemih yang sering disebut de­ ngan batu gin­jal. Berikut adalah cara paling sederhana dan efektif untuk me­nu­ run­kan kadar asam urat seperti dilansir dari healthmeup.com. • Hindari mengonsumsi alkohol • Kurangi minum minuman berkafein seperti kopi, teh, dan minuman soda • Kurangi mengonsumsi makanan ber­lemak dan kerang. • Minum banyak air yang bermanfaat untuk eksresi asam urat. • Hindari mengonsumsi jamur, bayam, kacang hijau, terong, kembang kol, dan asparagus.

• Perbanyak mengonsumsi buah dan sayur yang bermanfaat untuk me­­nurunkan asam urat. • Jika Anda kelebihan berat ba­­dan, segera atur po­ la makan Anda se­ hing­­ga Anda bisa m e­n u r u n k a n be­­rat badan yang mampu me­­­n yebabkan asam urat. Pe­nyakit asam urat memang me­ nge­ rikan dan bisa membahayakan ke­ se­ hatan tubuh Anda. Oleh karena itu terapkan cara di atas agar Anda bisa terhindar dari penyakit ini. [MAN] Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014 MAJALAH UNESA

| 33


CATATAN LIDAH

“R” atau “r” l Djuli Djatiprambudi

M

enjadi ketua jurusan, dekan, rektor, menteri, hingga men­ja­ di presiden sekalipun, tidak terhindarkan kalau takdir te­lah menulisnya. Siapapun tidak bisa memilih sesukanya pre­ dikat tertentu yang akan menjadi bagian skenario per­ja­ lanan hidupnya. Siapapun tidak kuasa untuk mengatakan “jangan pi­ lih saya” atau “saya tidak pantas menyandang jabatan itu”, atau “masih ba­nyak orang lain yang lebih pantas daripada saya”, kalau suratan takdir telah menulis posisi kita dalam orbit ruang dan waktu tertentu. Maka, sesungguhnya sebuah jabatan tertentu, seperti halnya men­ ja­di seorang rektor, di baliknya ada dimensi religiusitas. Istilah rektor la­zim dikenal di Indonesia sebagai jabatan pimpinan perguruan ting­ gi. Sementara di sejumlah negara Commonwealth seperti Inggris Ra­ ya, Malaysia, India, dan Australia, lazim menggunakan istilah Chan­ cellor. Lain halnya di negara Anglo-Saxon seperti Amerika Serikat dan Ka­nada lazim menggunakan istilah President. Dimensi religiusitas yang melekat dalam jabatan rektor bukan ber­sifat materialistik, fenomenologis, atau mungkin eksistensialistik. Na­mun, dimensi ini haruslah dipandang dari spiritual world view. De­ ngan ini, maka menjadi seorang rektor mestilah disadari merupakan co­baan Allah kepada hambaNya yang dinilai mampu mengelola amanah dan mampu membawa entitas akademik kepada dimensi ruang dan waktu dalam periode tertentu bernilai ibadah, serta se­ma­ ta-mata untuk ridha Allah. Spiritual world view perlu ditegakkan terus, mengingat ada gejala pe­miskinan nilai-nilai ibadah dalam berbagai posisi kita masing-ma­ sing. Bila kita berposisi menjadi dosen, misalnya, disadari atau tidak, kita sering berlaku sekadarnya menjadi dosen. Hadir ke kampus se­ per­lunya. Mengajar ala kadarnya. Penelitian dan pengabdian kepada ma­syarakat juga terkesan memenuhi rutinitas saja. Publikasi di jur­nal ilmiah dan menjadi narasumber di forum-forum ilmiah juga ter­le­ watkan begitu saja, tanpa makna bagi individu dosen itu sendiri dan lembaga. Itu semua terjadi, karena diam-diam kita terjebak oleh ru­ti­ ni­tas kerja yang tidak disandarkan pada nilai-nilai moralitas. Begitu juga tatkala kita tengah diberi cobaan duduk di jabatan ter­tentu dalam organisasi tata kerja di perguruan tinggi, diam-diam minus visi dan tata pamong yang memungkinkan terjadinya per­ ubahan yang signifikan. Jabatan yang sedang melekat dalam wak­ tu terbatas itu kurang disadari sepenuhnya sebagai bentuk peng­ ikhlasan diri untuk secara total mendorong lembaga menuju visi yang telah dicanangkan. Dengan kata lain, seorang pejabat, dengan je­nis dan level jabatan apapun tidak bisa tidak meski berkonsentrasi pe­nuh pada visi universitas yang berkemajuan. Sekali lagi, nilai moralitas sebagai semacam “software” inilah yang sering dilupakan. Dalam konteks ini, nilai-nilai moralitas meski di­ pandang sebagai implementasi dari spiritual world view. Dalam kon­ teks pendidikan tinggi, nilai-nilai moralitas tidak bisa disepelekan. Se­bab, asas pendidikan tinggi seperti tercantum pada Pasal 3 UU No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yaitu: a. kebenaran ilmiah; b. penalaran; c. kejujuran; d. keadilan; e. manfaat; f. kebajikan; g. tanggungjawab; h. kebhinekaan; i. keterjangkauan, semuanya bi­ sa ditegakkan jika didasarkan pada nilai moralitas dalam tingkatan prak­sisnya. Tegasnya, sembilan asas ini tidak bisa dilaksanakan dengan baik, bilamana tidak didasarkan atas nilai moralitas yang tinggi. Asas kebenaran ilmiah, misalnya, tidak akan mungkin tercapai de­ngan baik, jika dilakukan dengan nilai moralitas yang rendah. Jika asas yang

34 |

MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014

pertama ini sudah disepelekan alias dilanggar dengan se­ enaknya, maka runtuhlah asasasas lainnya. Mana mung­ kin kebenaran ilmiah yang tidak di­ da­sarkan pada mo­ra­litas yang ting­ gi akan da­ pat menjamin ter­capainya asas penalaran, ke­ jujuran, ke­adi­la­ n, manfaat, ke­ bajikan, tang­gung­jawab, ke­bhi­ ne­kaan, dan ke­ter­jang­kauan? Maka, tugas terberat rektor da­lam konteks spiritual world view pertama-tama mestilah me­ ngondisikan atmosfer akademik untuk menjunjung tinggi asas per­ guruan tinggi tersebut dalam bingkai nilai moralitas yang tinggi. Nilai moralitas tinggi yang tercermin dalam praksis pendidikan ting­gi akan menyelematkan visi pendidikan tinggi dari pengaruh li­be­ra­ lisme pendidikan, yang makin hari makin menguat. Liberalisme pen­ di­dikan dipicu oleh apa yang dinamakan globalisasi pendidikan. Menurut Darmanaingtyas, dkk. (2014) dalam Melawan Liberalisme Pen­didikan, “Globalisasi pendidikan merupakan agenda yang di­so­ kong terutama oleh negara-negara maju, korporasi multinasional, dan sektor-sektor swasta. Mereka tidak segan-segan ‘menyusup’ ke da­lam negara melalui kerja sama melakukan suatu program, yang di­kemas dengan dalih peningkatan mutu pendidikan. Karenanya, me­re­ka pun bisa leluasa memengaruhi kebijakan pemerintah dalam me­liberalkan pendidikan. Hal yang lebih mengerikan adalah bahwa upaya ‘menyusup’ ini dilakukan dalam bentuk pemberian pinjaman (baca: utang), misalnya melalui proyek perluasan akses, peningkatan kua­litas, serta penguatan pengelolaan sistem pendidikan.” Selain liberalisme pendidikan, isu lain yang tidak kalah menariknya ialah seperti halnya standar pendidikan, internasionalisasi pen­di­ dikan, swastanisasi pendidikan, kualifikasi pendidikan, kompetensi, ser­tifikasi, dan sebagainya, yang semua itu diam-diam mengacu pada spirit globalisasi pendidikan. Akibatnya, perguruan tinggi, seperti hal­nya Unesa, disadari atau tidak diam-diam juga tersedot oleh pu­sa­ ran isu tersebut. Pusaran isu itu secara nyata mempengaruhi cara ber­ pikir sivitas akademika Unesa untuk senantiasa memikirkan visi-misitujuan-sasaran Unesa dengan dasar “software” globalisasi pendidikan tersebut. Inilah tugas terberat rektor untuk tidak larut dalam konteks glo­bal­ isasi pendidikan yang didasarkan pada paradigma liberalisme pen­ di­dikan. Kita harus ingat, bahwa liberalisme pendidikan di baliknya ter­dapat kapitalisme pendidikan. Acuan dua paradigma ini tentulah ber­asal dari negara-negara yang mengklaim sebagai negara maju, ka­rena itu semua standar capaian kemajuannya harus diikuti secara global. Dengan cara macam ini, maka kita lantas berusaha keras un­ tuk menjadi perguruan tinggi dengan serta-merta mengikuti standar in­ternasional model Barat yang dimitoskan sebagai pusat kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban. Lantas, apakah Unesa mampu ter­ le­pas dari pembingkaian isu liberalisme pendidikan? Memang, menjadi seorang rektor di zaman sekarang tidaklah mu­ dah. Isu-isu eksternal yang makin kuat tersebut harus diakui tidak mu­ dah dibiarkan begitu saja. Sementara, sumber daya internal masih belum sepenuhnya memiliki kesadaran penuh, baik dalam konteks global macam itu dan dalam konteks profesional-akademik yang didasarkan spiritual world view. Maka, bila Pak Warsono mampu men­sintesiskan kekuatan global dan potensi internal dalam visi-misitu­juan-sasaran Unesa yang baru, dia akan tercatat sebagai rektor dengan “R” kapital. Sebaliknya, jika tidak, dia dicatat sebagai rektor dengan “r” kecil. Tetapi, saya yakin Pak Warsono akan mampu menjadi rektor dengan “R” kapital. Semoga! n (Email: djulip@yahoo.com)




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.