Majalah Unesa Edisi 73

Page 1



WARNA EDITORIAL

Majalah Unesa

ISSN 1411 – 397X Nomor 73 Tahun XV - September 2014 PELINDUNG Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd (Rektor) PENASIHAT Prof. Dr. Kisyani Laksono, M.Hum (PR I) Prof. Dr. Warsono, M.S. (PR III) Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB Dr. Purwohandoko, M.M (PR II) PEMIMPIN REDAKSI Dr. Suyatno, M.Pd REDAKTUR A. Rohman PENYUNTING/EDITOR Basyir Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd REPORTER: Herfiki Setiono, Aditya Gilang, Ari Budi P, Rudi Umar Susanto, M. Wahyu Utomo, Putri Retnosari, Fauziyah Arsanti, Putri Candra Kirana, Lina Rosidah FOTOGRAFER A. Gilang, M. Wahyu U. Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT (Arman, Basir, Wahyu Rukmo S) ADMINISTRASI Supi’ah, S.E. Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI Hartono PENERBIT Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124 Fax (031) 8280804

B

UNESA DI ASIA TENGGARA

dikelola oleh tim yang agaimanapun, Une­ sa ada di dibentuk sebagai wa­ kil A­sia Tenggara promosi di Asia Teng­ a­ki­bat ca­ gara. Sebaliknya, jurnal dari Unesa harus mampu ku­p­an geografis. Itu memuat karya ilmiah me­­nandakan bahwa dosen dari negara di Une­ sa sejajar dengan Asia Tenggara. Pokonya, per­ guruan tinggi di Thai­ land, Philipina, Si­ sim­­biosis mutualis harus nga­pura, maupun dijalankan dengan baik. Keempat, pertukaran Malaysia dari segi lo­ kus. Lalu, pembeda ma­ hasiswa, dosen, dan apa­ kah kiranya yang profesor dilakukan ke me­n inggi-rendahk an per­guruan tinggi di Asia antarperguruan tinggi l DR. SUYATNO, M.PD Tengara. Pertukaran itu di wilayah Asia Tengara di­ kemas dengan baik itu? Jawabannya ada­ agar didapatkan hasil lah kualitas perguruan tinggi ter­se­but yang maksimal. Kelima, mahasiswa Unesa sangat dalam menjalankan peran se­ ba­ gai kawah Candradimuka para ma­ha­sis­wa­ per­lu dikenalkan karakteristik ke­ne­ga­ nya. ra­ an dan kebangsaan negara-negara Unesa tidak akan mau menjadi pe­ di Asia Tenggara agar kelak ketika lulus nonton perkembangan dan per­ tum­ me­reka bersedia dengan hati yang tu­ buhan di Asia Tenggara. Apalagi, MEA lus bekerja atau berkreasi di negara(Masyarakat Ekonomi Asean) pada negara Asia Tenggara. Pengenalan itu 2015 akan dimulai. Unesa harus me­li­ bukan hanya di Jurusan Sejarah tetapi batkan diri sebagai subjek yang turut di semua jurusan di Unesa. Pengenalan me­ ramaikan keterlaksanaan MEA itu. itu berupa sejarah pendidikan ne­ ga­ Tim MEA dari Unesa perlu dibentuk ra X di Asia Tenggara, peluang ber­kar­ dengan target mengibarkan bendera ya di negara X di Asia Tenggara, bu­ Une­sa di Asia Tenggara. Bagaimana ca­ daya negara X di Asia Tenggara, dan ranya? seterusnya. Sisipkan topic itu di per­ku­ Pertama, membangun kerja sama liahan mahasiswa Unesa. Keenam, undang dosen dari negara per­ guruan tinggi lintas negara Asia Tenggara. FIP Unesa telah merintis ker­ X di Asia Tenggara untuk memberikan ja sama dengan perguruan tinggi di pe­r­kuliahan di Unesa. Segaris dengan Ma­ laysia. Jurusan Bahasa dan Sastra itu, serap ilmunya dan ajaklah untuk In­donesia pernah didatangi oleh ju­ru­ im­bal-balik dosen Unesa mengajar di san serupa dari Universitas Brunei Da­ perguruan tinggi tempat dosen itu ber­ rus­salam meskipun JBSI Unesa belum asal. Sekarang Unesa berada pada era men­datangi balik ke Universitas Brunei keterbukaan di Asia Tenggara. Peluang sudah dibuka oleh negara. tersebut. Tentu, fakultas dan jurusan lain perlu didorong untuk membangun Une­sa tentu akan lebih bergengsi jika ker­ja sama. turut mengambil inisiatif dari peluang Kedua, Unesa perlu berpromosi itu. Unesa adalah bagian dari negara agar mendapatkan mahasiswa dari ne­ dan negara mempunyai kewajiban un­ ga­ra di Asia Tenggara. Bisa jadi, siswa tuk turut mengibarkan bendera Unesa. dari Vietnam, Myanmar, Laos, Kamboja, Oleh karena itu, Unesa harus dengan Ma­laysia, dan yang lainnya meneruskan gagah berani membuka kran kerja jenjang perguruan tinggi ke Unesa. sama dengan negara di Asia Tenggara. Cara yang ditempuh misalnya melalui Tentu, tidak ada yang sulit kecuali ke­ ban­ tuan para duta besar Indonesia su­litan itu sendiri. Ayo ramaikan MEA yang ada di negara tersebut. dengan mengikuti dinamika sebagai Ketiga, karya ilmiah hasil pikiran sub­jek pelaku. Unesa layak menjadi pe­ war­ ga Unesa dapat dimuat di jurnal la­ku di Asia Tenggara. n perguruan tinggi di negara Asia Teng­ gara. Tentu, upaya memasukkan kar­ ya ilmiah tersebut perlu didorong dan Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA

|

3


CONTENT

INFO HALAMAN

15

03. WARNA

Unesa di Asia Tenggara oleh Dr. Suyatno, M.Pd

18

05. LAPORAN UTAMA

Kepala Humas Unesa, Dr. Suyatno tengah me­ ne­rima kunjungan Humas Dikti. Banyak hal di­ sampaikan Suyatno untuk pengembangan Humas Dikti lebih baik lagi ke depan.

• Unesa Bersiap Sambut MEA 2015 • Kesiapan FKIP Hadapi MEA 2015 • Rektor Sudah Siapkan Tiga Pilar Hadapi MEA 2015 • Mahasiswa Siap Berdaya Saing Internasional • Benahi Fasilitas untuk Mahasiswa Berkualitas • Lulusan Unesa Harus Mampu Berdaya Saing

16. SPEAK UP!

• Mereka Bicara tentang MEA 2015

17. KABAR PRESTASI

• Mobil Garnesa Juara 3 Indonesia Energy Marathon Challenge 2014

18. LENSA UNESA 20. KOLOM REKTOR

• Belajar dari Kesiapan China Hadapi MEA 2015

22 INSPIRASI ALUMNI

• Pengalaman Inspiratif Praptono sang Kasubdit Pembalajaran

25. KABAR SM-3T

19

• SM-3T Bukan untuk Mencari Popularitas

26. JATIM MENGAJAR

• Tersentuh di Hari Pertama Sekolah

28. ARTIKEL WAWASAN

• Pilpres dan Wahyu Makutha Rama

34. CATATAN LIDAH • 2015 oleh Djuli Djatiprambudi

4 |

MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014

33


LAPORAN UTAMA

CIVITAS UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

BERSIAP SAMBUT MEA 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN sudah di depan mata. Sebagai salah satu negara yang tergabung dalam organisasi tersebut, mau tidak mau Indonesia harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya agar mampu berkompetisi di tengah sengitnya persaingan.

Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA

|

5


LAPORAN UTAMA

Apa itu MEA? MEA merupakan kepanjangan da­ri Masyarakat Ekonomi Asean. Ter­ ben­ tuknya MEA digagas oleh para pe­ mimpin Asean satu dekade lalu. Para pemimpin Asean itu, termasuk Indonesia telah menyepakati pembentukan pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara yang akan diberlakukan pada akhir 2015 mendatang. MEA digagas dengan tujuan agar daya saing di kawasan Asia Tenggara meningkat sehingga mampu bersaing de­ ngan Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing. Pem­ bentukan pasar tunggal yang lebih po­ pu­ler disebut Masyarakat Ekonomi Asean itu memang akan berimbas pada semakin mudahnya suatu negara anggota MEA menjual barang dan jasa dengan mudah ke ne­ gara-negara lain di seluruh Asia Tenggara. Imbasnya, per­ saingan di bursa tenaga ker­ja, terutama pekerja yang ber­ kecimpung pada sektor ke­ah­ lian khusus akan semakin ketat. Pemberlakuan MEA, ti­ dak hanya membuka arus per­ dagangan barang dan ja­ sa saja, tetapi tenaga kerja pro­ fesional seperti dokter, pe­ nga­­ cara, akuntan, pendidik dan la­ innya akan turut berkompetisi. Apa­ lagi, dalam butir kesepakatan MEA mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang sebelumnya menghalangi pe­rekrutan tenaga kerja asing, terutama pada sektor te­ naga kerja profesional. Kesepakatan itu, tentu akan lebih membuka peluang tenaga kerja asing untuk mengisi ber­ bagai jabatan serta profesi di Indonesia yang tertutup atau mi­nim tenaga asing. Sebagai salah satu negara anggota Asean, Indonesia ten­tu telah menyiapkan berbagai langkah agar pem­ber­ lakuan MEA tidak menjadi bumerang, tetapi justru meng­ha­ si­lkan manfaat yang besar bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Apa Keuntungan MEA? Riset terbaru dari Organisasi Per­bu­ruhan Dunia atau ILO menyebutkan pem­bukaan pasar tenaga kerja men­da­ tangkan manfaat yang besar. Se­ lain dapat men­ cip­ takan

6 |

MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014

jutaan la­ pa­ ngan kerja baru, skema ini juga dapat me­ ningkatkan kesejahteraan 600 juta orang yang hidup di Asia Tenggara. Pada 2015 mendatang, ILO merinci bahwa permintaan te­naga kerja profesional akan naik 41% atau sekitar 14 juta. Sementara permintaan akan tenaga kerja kelas menengah akan naik 22% atau 38 juta, sementara tenaga ker­ja level rendah meningkat 24% atau 12 juta. Namun laporan ini memprediksi bahwa banyak perusahaan yang akan menemukan pegawainya ku­ rang terampil atau bahkan salah pe­nem­pat­an kerja karena kurangnya pelatihan dan pendidikan profesi. Untuk menghadapi MEA 2015 pe­me­rintah telah me­ngam­ bil kebijakan dan ketentuan an­ tara lain Inpres No. 5 thn 2008 tentang fokus progam eko­ nomi, Inpres No 11 tahun 2011 ten­tang Pelaksanaan Komitmen Ce­tak Biru Ma­sya­rakat Eko­nomi ASEAN, Kepres No 23 thn 2012 tentang su­­su­nan Keanggotaan Sek­retariat Na­­sional Asean, Program Pem­ ba­ ngu­ nan Seperti MP3EI, Pro­­gram Lo­gistik Nasional, Pe­nyusunan Road­map Daya Saing, Po­licy Paper me­ngenai ke­ siapan Indonesia meng­ hadapi AEC, Pe­bentukan Ko­mite Nasional AEC 2015 dan UKP4-Mo­nitoring Langkah Pemerintah. Tantangan yang dihadapi antara lain kondisi In­fra­stuk­tur yang masih belum baik, tentang kepastian hukum se­perti ada UU yang tumpang tindih, ma­salah ineffisien bi­ro­krasi, kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai Asean yang masih sangat terbatas. Untuk menghadapi itu, perlu adanya strategi yang jitu untuk meningkatkan daya saing nasional se­ca­ra ke­se­ luruhan, dalam menyusun strategi harus mem­per­­ha­ti­kan antara lain harus selalu mengutamakan ke­pen­tingan na­ sional dalam setiap perundingan per­da­ga­ngan in­ter­na­ sio­ nal yaitu perjanjian perdagangan yang mem­ berikan ke­untungan bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya, mem­perkuat ekonomi dalam negeri dan me­ning­katkan pe­ layanan publik. n [SIR/BERBAGAI SUMBER]


LAPORAN UTAMA

Kesiapan FKIP Hadapi MEA 2015 Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015, rupanya bukan hanya dipikirkan bagi akademisi yang bergerak di bidang perkembangan ekonomi. Dunia pendidikan pun harus menyesuaikan diri agar bisa memanfaatkan MEA ini dengan baik. Karena itu, khususnya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) harus sudah mulai direalisasikan materi persoalan ekonomi ASEAN agar calon guru bisa berkembang dan mengikuti arus MEA dalam proses pembelajaran kepada siswa.

P

ersiapan yang harus dila­ ku­ kan antara lain me­ ning­­katkan kualitas dan ca­kupan penelitian ba­gi perguruan tinggi agar dapat mem­­ berikan saran kebijakan dan ma­suk­ an kepada pemerintah dan swasta ten­tang langkah dan peluang yang diraih Indonesia dalam pasar ASEAN. Itu perlu ditanamkan kepada peserta didik. Dan, gurulah yang harus memberikan pemahaman itu. Maka itu, mahasiswa maupun alum­ni FKIP, seluruhnya telah di­ bekali dengan ilmu pengetahuan mengenai MEA, sehingga dapat bersaing di dunia kerja. Masyarakat Ekonomi Asean tidak hanya mem­ buka arus perdagangan barang atau jasa, tetapi juga pasar tenaga ker­ja profesional, seperti dokter, penga­ca­ ra, akuntan, guru dan lainnya. Untuk itu, tugas guru jangan hanya meng­ ajar dan memberikan cakupan ilmu tanpa dikembangkan. Akan lebih baik jika MEA masuk dan di­imple­ mentasikan ke kurikulum 2013.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mo­ ham­­mad Nuh mengajak perguruan tin­ ggi untuk bersiap menghadapi ASEAN Economy Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dimulai pada 2015 men­ da­tang. Persiapan itu dilakukan agar

perguruan tinggi tidak kaget dengan perubahan yang akan mengiringi MEA ini. Menurut M. Nuh, urusan se­ be­ sar MEA tidak cukup sekadar ja­ di pengetahuan. Tetapi harus di­ ter­ jemahkan. Apa implikasi dan apa yang harus disiapkan dalam meng­ ha­dapi perubahan pasar, perubahan in­teraksi sosial. M. Nuh menekankan pen­tingnya mengelola seluruh sum­ ber daya yang ada di perguruan ting­ gi dengan mengedepankan prinsip trans­paran dan akuntabel. “Kita tidak ingin mendengar kawan-kawan kita di perguruan tinggi terjebak masuk pa­da urusan-urusan yang jauh dari yang kita bayangkan, hanya karena me­reka tidak tahu atau belum tahu tentang sistem aturan yang harus ia ikuti,” ujarnya. Untuk itu, lanjut pria asal Su­ rabaya, perguruan tinggi harus mem­perkuat sistem kendali pe­nga­ was­an internal. Selain itu, perguruan tinggi harus tidak takut menolak iming-iming apapun yang mengarah pa­da penyimpangan. Hal lain yang perlu dilakukan agar perguruan tinggi selalu menerapkan prinsip tran­ sparan dan akuntabel adalah de­ngan melibatkan sebanyak mung­ kin sivitas akademika, mulai dari pe­ rencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi ke­bijakan tertentu. Nuh kembali menegaskan bahwa per­ guruan tinggi tidak mengenal sistem politik seperti halnya yang ada di pemerintahan. Tidak ada fraksi

Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA

|

7


LAPORAN UTAMA A atau fraksi B. Maka, saat proses alih kepemimpinan selesai, seluruh pi­ hak harus kembali bersatu dalam ke­luarga besar kampus. Tak Siap, PT Bisa Gulung Tikar Kesiapan perguruan tinggi meng­ ­ hadapi Masyarakat Ekonomi Ase­ an (MEA) 2015 dinilai ma­sih sangat minim. Bahkan, Ke­ tua Asosiasi Perguruan Tinggi Swa­ s­ ta Indonesia (Aptisi), Edi Su­wan­di Hamid, menilai, akan banyak per­gu­ruan tinggi negeri (PTN) dan per­ gu­ruan tinggi swasta (PTS) gulung ti­kar akibat tak siap meng­ha­dapi per­sa­ingan global. “Tak menutup kemungkinan ada PTN maupun PTS yang gulung tikar ka­rena tak siap dengan gempuran uni­ versitas dari negara lainnya saat MEA diberlakukan,” kata Edi Menurutnya, perguruan tinggi di In­ donesia harus mempersiapkan diri de­ngan meningkatkan kualitas. Se­lain itu, pemerintah juga harus ber­ tang­ gung jawab dalam me­ ngem­ bang­ kan PTN dan PTS di tanah air, de­ngan mengarahkan pem­ba­ngun­an per­gu­ru­ an tinggi di luar Jawa. Aptisi mencatat, pada 2014 jum­lah perguruan tinggi mencapai 3.485, de­ ngan PTN berjumlah 100 (tiga persen) yang menampung ma­ hasiswa sekitar 35 persen atau 1.541.261 orang, serta se­banyak 3.385 (97 persen) merupakan PTS de­ ngan menampung mahasiswa se­­banyak 2.825.466 orang (65 persen). Pengamat pendidikan, Ari S Wi­do­do, mengatakan, pemberlakuan MEA akan berdampak pada masuknya war­ ga negara asing ke tanah air. Me­re­ka akan bersaing secara bebas de­ngan segala potensi pendidikan lo­ kal. Untuk itu, dibutuhkan kualitas mum­puni dengan penguasaan ba­hasa internasional yang baik. Dengan masuknya orang-o­ rang asing itu, diperlukan benteng yang kuat pada ciri khas dan ke­ bu­ ­

8 |

dayaan Indonesia. Tak hanya itu, pe­ ma­haman terhadap bahasa pun layak di­tingkatkan, sebab per­gu­ruan tinggi yang masih belum mem­ perkuat pe­ ngua­ saan bahasa in­ ternasional akan s­epi peminat. Praktisi sekaligus pemerhati pen­ di­ dikan ini menegaskan, PTN dan PTS yang tidak membuka diri dan mem­ per­ baiki mutu akan ditinggalkan pe­minat. Dia juga mendesak pe­ me­ rintah untuk melakukan pe­ nye­ taraan dengan sertifikasi dan per­ baikan infrastruktur, kualitas pe­ng­ajar, serta pemberian beasiswa. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Ko­misi Nasional (Komnas) Pendidikan, An­dreas Tambah menambahkan, men­ jelang MEA 2015, perguruan ting­ gi harus menyiapkan lulusan yang berdaya saing pada tempat stra­te­gis. Pasalnya, lulusan perguruan ting­gi akan menjadi sorotan, terlebih bagi yang memiliki akreditasi baik. Sementara itu, Direktur Jenderal Per­guruan Tinggi (Dirjen Dikti) Ke­men­ te­ rian Pendidikan dan Kebudayaan (Kem­ dikbud), Djoko Susanto, tak me­ nam­pik persaingan akan semakin ketat pada saat MEA diberlakukan. Namun, dia membantah akan banyak PTN dan PTS gulung tikar, jika ku­alitas mereka

MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014

Se­luruh PTN dan PTS sudah didorong me­lakukan akreditasi melalui Badan Akreditasi Nasional Perguran Tinggi (BANPT). Hal tersebut merupakan salah satu cara pemerintah me­naik­kan mutu perguruan tinggi. Djoko Susanto, Dirjen Dikti mampu bertahan bah­ kan lebih baik dari saat ini. Mantan Rektor Institut Teknologi Ban­ dung (ITB) ini mengatakan, se­ luruh PTN dan PTS sudah didorong me­ lakukan akreditasi melalui Badan Akreditasi Nasional Perguran Tinggi (BANPT). Hal tersebut merupakan salah satu cara pemerintah me­naik­kan mutu perguruan tinggi. Ia menambahkan jika kualitas suatu per­guruan tinggi masih kurang baik maka akan diberikan bantuan dan pem­ binaan untuk menaikkan mutu. Dia juga menegaskan, pembangunan dan pemantauan PTN dan PTS di luar Pu­lau Jawa sudah dilakukan sejak dulu. Na­mun, dia mengakui pada realisasinya mengalami banya kendala. (SIR/BER­BA­GAI SUMBER)


LAPORAN UTAMA

MELIHAT KESIAPAN UNESA HADAPI MEA Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam Asean (Association of South East Asia Nations), tentu mau tidak harus bersiap diri menjelang diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean akhir 2015 mendatang. Kesiapan menghadapi MEA tidak saja berlaku pada sektor ekonomi saja, tetapi bidang pendidikan pun lebih-lebih harus bersiap diri menghadapi persaingan tenaga pengajar yang kompetitif dengan negara-negara Asean lainnya seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.

Rektor: Unesa Siapkan Tiga Pilar

T

erkait hal itu, perguruan tinggi tentu harus sejak dini mempersiapkan diri menghadapi persaingan tersebut. Bagaimana dengan Unesa? Prof. Dr. Warsono, M. S, Rektor Unesa mengaku telah mempersiapkan berbagai hal menjelang diberlakukannya MEA pada akhir 2015 mendatang. Rektor yang belum lama menggantikan Prof. Muchlas itu menjelaskan bahwa MEA sebenarnya semakin menyadarkan masyarakat bahwa era ke depan adalah era persaingan. Tentu, persaingan yang akan dihadapi lebih berat karena menjadi lebih banyak dan semakin ketat. “Prinsipnya, siapa yang memenangkan persaingan adalah

mereka yang mempunyai kualitas utama. Pertanyaan yang muncul adalah persaingan dalam bidang apakah yang nanti akan kita hadapi? Dari pertanyaan itulah kita bisa mengidentifikasi apa yang kita butuhkan untuk menghadapi persaingan tersebut,� ungkapnya. Menghadapi persaingan yang ketat tersebut, tentu Unesa tidak boleh berdiam diri. Apalagi salah satu lulusan yang dicetak adalah guru. Untuk itu, Unesa, lanjut Warsono, telah menyiapkan tiga pilar agar lulusan Unesa mampu bersaing di pasar bebas Asean. Ketiga pilar tersebut adalah profesionalitas, kemandirian dan keberanian menghadapi tantangan. “Lulusan yang dihasilkan haruslah memiliki profesionalitas agar mampu bersaing di era pasar global tersebut,� ungkapnya. Warsono mencontohkan seorang guru haruslah memiliki empat kompetensi yaitu keilmuan, pedagogik, sosial, dan moral. Guru harus ahli dan profesional dalam bidang tersebut dan tidak boleh setengah-setengah. Nomor: 72 Tahun XV - Agustus 2014 MAJALAH UNESA

|

9


LAPORAN UTAMA Untuk mengukur profesionalitas guru, salah satu indikator yang bisa dilihat adalah sejauh mana guru tersebut menguasai kompetensi-kompetensi yang dimiliki. “Jika dia (guru) tidak profesional, pasti akan kalah bersaing,” ungkapnya. Selain profesionalitas, lanjut mantan Pembantu Rektor III itu, komponen yang penting adalah kemandirian. Komponen tersebut bisa menjadi bekal yang utama dalam menghadapi ketattnya persaingan. Jika seseorang tidak memiliki kemandirian, maka orang itu akan bergantung pada orang lain. Jika sudah bergantung, mereka tentu akan menjadi lemah. Oleh karena itu, menjadi hal yang penting untuk menciptakan lingkungan kemandirian dalam ekonomi. “Di Unesa, kemandirian sudah mulai diajarkan kepada mahasiswa. melalui mata kuliah Kewirausahaan. Mata kuliah tersebut tidak hanya terbatas pada pelajaran di kelas saja, tetapi mahasiswa diberi ruang untuk mempraktekkan serta diberi anggaran dana untuk mengaplikasikan ilmu kewirausahaan tersebut,” jelasnya. Komponen penting lain dalam menghadapi persaingan, terang Warsono adalah memiliki tantangan. Seringkali

persoalan yang timbul adalah apakah setiap individu sadar atau tidak bahwa ada tantangan? Pertanyaan besar itu harus ditanyakan kepada masing-masing orang termasuk diri sendiri. “Sadarkah bahwa kita memiliki tantangan. Karena ketika kita tidak memiliki tantangan, kita tidak akan mempersiapkan diri.” jelas rektor kelahiran Boyolali itu. Jika sudah sadar bahwa ada tan­ta­ ngan, pertanyaan selanjutnya ada­lah se­ per­ti apa tantangan yang dimiliki ter­se­but? Jika sudah mampu mengidentifikasi tantangan, selanjutnya adalah bagaimana cara mengatasi tan­ ta­ngan tersebut. Warsono mengatakan, empat kata untuk menyiapkan masa depan, yaitu pekerjaan apa yang kamu inginkan? Apakah yang dibutuhkan untuk pekerjaan yang kamu inginkan? Apakah kamu sudah memenuhi syarat itu? dan yang terakhir apakah syarat yang kamu miliki sudah memenangkan pekerjaan tersebut?. “Setiap mahasiswa harus memiliki tantangan, karena ada tantangan di masa depan. Masa depan diciptakan oleh dirinya sendiri. Akan menjadi apa seseorang itu nantinya, bergantung pada apa yang ia lakukan.” tandasnya. (ULIL/GILANG)

Prof. Dr. Bambang Suratman, M.Pd, Dekan FE

Mahasiswa Siap Berdaya Saing Internasional “Di Unesa, sertifikasi profesi sudah di­lakukan di Fakultas Teknik, berkaitan de­ngan jurusan-jurusan yang ada di tek­nik. Harapannya, sertifikasi profesi itu dapat dilakukan untuk semua fa­ kul­tas yang ada di Unesa.”

M

asyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah b­ erada di depan mata. Ber­bagai persiapan harus benar-benar dilakukan dengan

10 |

baik untuk menghadapi semua tan­ tangan. Apapun alasannya, ke­ nya­ taan tersebut sudah tidak bisa di­ hin­ dari lagi. Semua potensi yang ada mesti dimaksimalkan dengan se­ baik-baiknya. Begitu pun dengan Universitas Negeri Surabaya (Une­ sa) yang memiliki tugas untuk me­ la­ hirkan insan-insan akademik yang ber­karakter dan bermartabat. Dekan FE Unesa, Prof. Dr. Bam­ bang Suratman, M.Pd. memaparkan pan­dangannya terkait kesiapan me­ ng­ hadapi MEA. Menurutnya, se­ di­ kit­ nya ada empat hal yang ha­ rus di­lakukan Unesa untuk meng­in­­ter­ nasionalisasikan akademik­ nya. Per­

MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014

ta­ma, Unesa harus mem­per­siapkan ma­hasiswanya agar siap beradu atau ber­tarung di du­nia internasional. Da­ lam hal ini, mahasiswa perlu dibekali il­mu-ilmu yang berkaitan dengan ke­ in­ternasionalan. Salah satunya adalah ke­ mampuan mahasiswa dalam ber­ ko­munikasi secara internasional dan ke­mampuan berbahasa Inggris. “Untuk menunjang kemampuan ber­ komunikasi internasional, Unesa su­ dah melakukan. Sebagai contoh, un­tuk mahasiswa S-1 harus memiliki score TOEFL minimal 400. Rasanya. TOEL tersebur masih kurang karena un­tuk bersaing di dunia internasional dibutuhkan score TOEFL minimal


LAPORAN UTAMA

Dekan FE Unesa, Prof. Dr. Bam­bang Suratman, M.Pd. 450. Jadi, masih perlu ditingkatkan lagi. Selain itu, mahasiswa juga ha­ rus sadar akan pentingnya bahasa se­ hingga mahasiswa tidak hanya be­lajar bahasa Inggris di kuliah sa­ja melainkan juga di luar kuliah, mi­sal­ nya mengikuti kursus,” ungkapnya. Kedua, Unesa hendaklah mem­per­ ku­ at ilmu-ilmu yang sesuai dengan bi­ dang keahliannya masing-masing. Ma­ hasiswa harus selalu mengukur ke­­mampuannya, kemudian me­ ngem­ bangkannya menjadi lebih baik. Untuk melakukan pengukuran ter­ hadap kemampuan mahasiswa, ten­tunya tidak bisa hanya di lingkup Unesa tetapi, mahasiswa harus men­ coba mengukur kemampuannya de­ ngan cara ke luar dari lingkup Unesa. “Misalnya dengan cara me­ ngun­­ jungi tempat-tempat lain, uni­ versitas-universitas lain, dan meng­ iku­ ti seminar-seminar berskala na­

sio­ nal hingga internasional. Karena kalau hanya berkutat di Unesa ma­ka mahasiswa akan sulit untuk me­ngu­ kur kemampuan dirinya sendiri,” te­ rang Bambang. Bambang menjelaskan, se­be­nar­nya banyak undangan untuk ma­ha­sis­wa yang datang dari luar. Tetapi, se­pertinya sosialisasi yang telah di­la­kukan belum menyentuh atau mung­ kin masih kurang diperhatikan oleh mahasiswa. Padahal, itu merupakan kesempatan bagi mahasiswa untuk bertemu orangorang dari luar untuk mengukur kemampuannya sehingga mahasiswa tidak hanya jago kandang. Hal yang sama pun berlaku bagi dosen. “Sebenarnya sudah ada dana un­ tuk mengembangkan diri seperti itu. Bagi dosen yang ingin mengikuti se­ mi­nar dengan menjadi pemateri atau pe­makalah itu sudah ada dananya, di

jurusan ada, di PD I ada, dan di uni­ver­ si­tas pun ada,” tuturnya. Ketiga, mahasiswa harus siap me­ne­ rima tenaga kerja dari luar dan juga harus siap untuk bekerja di luar. Kalau tidak, mahasiswa tersebut tentu akan kalah bersaing dengan mahasiswa-mahasiswa lain yang datang dari luar. Keempat, perlu diadakan pengakuan pro­ fesi seseorang yang disebut ser­ti­fikasi profesi. Sertifikasi ini berupa penyetaraan profesi dengan negara lain. Dengan adanya sertifikat, sarjana-sarjana di Indonesia pun diakui oleh negara-negara bersangkutan, tidak di­ragukan lagi jika akan bekerja di ne­gara lain. “Di Unesa, sertifikasi profesi sudah di­lakukan di Fakultas Teknik, berkaitan de­ngan jurusan-jurusan yang ada di tek­nik. Harapannya, sertifikasi profesi itu dapat dilakukan untuk semua fa­ kul­tas yang ada di Unesa,” harapnya. (SYAIFUL)

Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA

|

11


LAPORAN UTAMA Dr. Hj. Sri Joeda Andajani, M.Kes.

Benahi Fasilitas, untuk Mahasiswa Berkualitas “Jika ingin sukses bersaing di Asean Community, Unesa harus memperbaiki dulu berbagai fasilitas. Misalnya saja aksesbilitas bagi penyandang difabilitas, karena Unesa kan kampus peraih Inklusi Award.”

P

ernyataan tersebut di­lon­­ tarkan Dr. Hj. Sri Joeda An­ da­ jani, M.Kes. Dosen FIP ke­ lahiran Madiun 09 April 1963 itu mengungkapkan bahwa pro­blem yang mendasar bagi Unesa adalah mengenai fasilitas. Mes­ kipun saat ini Unesa tengah ber­be­ nah, tetapi masih perlu banyak pe­ ningkatan. Sebenarnya, Unesa me­ nyimpan banyak potensi yang da­pat dikembangkan agar dapat ber­ sa­ ing di era MEA. Namun, jika tidak di­ba­ rengi dengan peningkatan fasilitas, hal itu akan kurang sejalan. Berkaitan dengan MEA, Unesa per­ lu mengembangkan potensinya agar dapat menghasilkan lulusan yang berdaya saing global. Adanya ko­laborasi yang mantap antara ma­ hasiswa dan segenap civitas aka­ demik yang lain diharapkan akan menghasilkan lulusan yang ber­ kualitas. Dengan adanya ku­ rikulum Unesa yang baru, yang mem­per­bo­ lehkan mahasiswa mengambil ma­ ta kuliah berkaitan dengan kom­

12 |

petensinya meskipun dari ju­ rusan lain, akan lebih menambah kom­pe­ ten­si mahasiswa selain ditunjang de­ ngan berbagai praktek lapangan. Lulusan yang berdaya saing glo­ bal tidak hanya ditempa se­ cara intelektual, namun juga me­ ngembangkan hardskill dan softskill. Mahasiswa dapat me­ngem­bang­ kan­ nya melalui organisasi di badan eksekutif mahasiswa, himpunan ma­ ha­ siswa atau UKM-UKM yang ada di Universitas. Selain itu, mahasiswa juga dapat aktif di berbagai kegiatan yang sesuai dengan kompetensinya masing-masing.

MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014

Peningkatan jurnal ilmiah dan ke­ ber­hasilan mahasiswa dalam Pimnas da­ pat menjadi tolok ukur kesiapan ma­ hasiswa dalam menghadapi MEA. Disamping itu, deretan prestasi yang ditoreh mahasiswa bila di­ im­ ba­ ngi dengan pemberitaan keluar juga akan meningkatkan daya sa­ ing universitas, yang tentu akan ber­ dampak positif bagi mahasiswa. In­ dikator lainnya adalah seberapa ba­ nyak lulusan yang dapat terserap ke dunia kerja. “Kalau ditanya mahasiswa FIP siap atau belum menghadapi MEA, me­nurut saya relatif dan tergantung pada mahasiswanya masing-ma­ sing. Namun jika sudah waktunya, meng­ ingat MEA sebentar lagi, mereka akan dipaksa untuk siap,” ujarnya. Dalam hal kerja sama in­ ter­ na­ sional, FIP telah melakukan cukup ba­ nyak kerja sama, di antaranya dengan Jepang, Australia, Ing­ gris, Ma­ laysia, dan Thailand. Na­ mun, un­ tuk memperluas networking FIP akan terus melakukan kerja sama in­ ternasional. Hal itu akan memacu ma­ hasiswa untuk berkompetisi de­ngan mahasiswa lain yang tak hanya dari dalam negeri, melainkan juga ma­ hasiswa dari luar negeri. “Semoga mahasiswa Unesa, khu­ susnya FIP jika diwadahi sesuai de­ ngan kompetensinya masing-masing mampu mengembangkan sayapnya se­ bagai generasi penerus bangsa yang berkualitas dan dapat bersaing di era Asean Community,” harapnya. (LINA MEZALINA)


LAPORAN UTAMA Sadewo:

Perlu Menunjang SDM agar Hasil Lebih Baik

D

alam waktu dekat, Indonesia sebagai Negara Asean akan menghadapi MEA (Masyarakat Eko­ no­mi Asean). Pasar bebas Asean tersebut di satu sisi menguntungkan, tetapi di sisi lain Negara-ne­ ga­ra yang tergabung dalam perjanjian tersebut tentu harus mem­persiapakan diri dengan baik.

Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki tan­ta­ ngan besar terutama pada persiapan Sumber Daya Manusia yang mampu bersaing dengan negara lain. Sumber Daya Manusia merupakan penunjang agar menghasilkan bangsa yang memiliki tingkat kemampuan perekonomian tinggi. Di Unesa, yang menjadi modal mencapai MEA itu perlu adanya persiapan terhadap Sumber Daya Manusia. Yang menjadi pertanyaaan, siapkah masyarakat Unesa agar mampu menunjang tantangan MEA mendatang? Interventarisasi potensi kelembagaan dan civitas aka­de­ mika tentu sangat penting diinventaris. Saat ini yang menjadi ung­gulan di Unesa adalah MIPA kelas internasional dan Pusat Studi Sains dan Matematika. Pengembangan pusat ins­tru­men­ tasi pada pendidikan dan pembentukan SDM salah satu al­ter­ na­tifnya dan memperkuat FIK dan seni kreatifitas. Sadewo menjelaskan, jika dikelola dengan baik akan meng­hasilkan banyak masyarakat yang baik. Sayang, pada ke­nyataannya, Sumber Daya sudahdimiliki, hanya saja masih belum siap. Jika dilihat mahasiswa banyak yang cenderung bermain facebook daripada mencari jurnal. Budaya membaca dan menulis tidak seberapa diminati. “Marilah kita sama- sama untuk menunjukkan seberapa ku­at SDM yang dimiliki. Saya tetap yakin Unesa pasti bisa,” pung­kas­ nya. (UMI)

Dr. Meda Wahini, M.Si, Dosen FT

LSP di Semua Jurusan

P

erencanaan kerja sama antarnegara anggota ASEAN dalam bidang ekonomi, akan segera ter­wu­ jud. Menghadapi era tersebut, Dr. Meda Wahini, M.Si mengungkapkan bahwa kerja sama akan sa­ngat ber­manfaat apabila Indonesia bisa memaksimalkan pe­luang. Menurut Dosen Tata Boga tersebut, secara tidak lang­sung pasar bebas antarnegara anggota Asean akan me­nimbulkan persaingan terbuka dimana nanti akan muncul ne­gara yang mendominasi sektor-sektor ekonomi atau per­ bankan di ASEAN berdasarkan kekuatan di masing-masing sek­tor. Unesa sebagai Universitas unggul dalam kependidikan dan kukuh dalam keilmuan sangat berpotensi untuk me­la­ hirkan lulusan yang berdaya saing global. Tentunya, lulusan tersebut haruslah kompeten dan telah memiliki sertifikasi profesi di bidangnya. Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) adalah lembaga pe­ laksanaan kegiatan sertifikasi profesi yang memperoleh li­ sensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Di fakultas Teknik, khususnya jurusan PKK telah siap me­

nyongsong MEA 2015 melalui persiapan lulusan yang ber­ ser­tifikasi LSP. Lisensi diberikan melalui proses akreditasi oleh BNSP yang menyatakan bahwa LSP bersangkutan te­ lah memenuhi syarat untuk melakukan ser­ti­fikasi profesi. Sertifikasi dari LSP ini merupakan nilai tambah seorang lu­­lusan, sehingga akan memudahkan lulusan untuk ber­sa­ ing dalam dunia kerja. “Harapannya semua jurusan di Unesa mam­ pu mempunyai LSP ini, guna menciptakan lulusan yang berkompeten dan berdaya saing global,” ungkap do­ sen kelahiran Jakarta tersebut. (KHUSNUL KHOTIMAH)

Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA

|

13


LAPORAN UTAMA Hendry Cahyono, S.E., M.M, Dosen FE

S

Lulusan Unesa Harus Mampu Berdaya Saing

ebagai lembaga kependidikan, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) memiliki tugas pokok un­ tuk mencetak generasi masa depan. Adapun ob­ jek yang akan dicetak adalah mahasiswa. Oleh karena itu, potensi yang dimiliki oleh Unesa adalah ma­ha­ siswa. Karena mahasiswa merupakan gudang inovasi. De­ mikian disampaikan salah seorang dosen dari Fakultas Eko­ no­mi Unesa, Hendry Cahyono, S.E., M.M. Menurut Hendry, Unesa harus benar-benar me­ nyi­ apkan mahasiswa agar mampu bersaing di dunia per­da­ gangan bebas. Para dosen harus mampu men­ce­tak mahasiswa yang mem­ punyai kompetensi ting­ gi. Karena basis dari per­ da­ ga­ ngan bebas itu adalah per­ sa­ ingan. Sementara dalam per­ saingan hanya dikenal dua kata, yaitu pemenang atau pecundang. Kalau ingin menjadi pemenang maka harus berjuang se­ kuat tenaga. Karena itu, ma­ hasiswa harus giat untuk me­ngembangkan soft skill yang dimiliki, tidak hanya hard skill. Mahasiswa juga ha­ rus memiliki ide-ide yang bisa dijual. Hendry menjelaskan, persaingan seperti itu sudah per­ nah dicetuskan oleh Adam Smith. Adam Smith mengatakan bah­wa dalam persaingan bebas itu, kemenangan ber­gan­ tung kepada individu masing-masing. Pemerintah sudah tidak bisa terlalu banyak campur tangan. Dalam kaitannya dengan perdagangan bebas (Masyarakat Ekonomi ASEAN/ MEA) yang akan segera dihadapi Indonesia maka ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu individu dan lembaga atau negara. “Individu di sini adalah mahasiswa. Oleh karena itu, ma­ hasiswa harus diberi ruang kebebasan untuk berpikir, ber­ tin­dak, dan berkreasi. Dari situlah nanti akan dapat dilihat mi­natnya yang berbeda-beda. Harusnya, minat itu sesuai

14 |

MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014

de­ngan keilmuan yang dimiliki. Kalau mereka minat untuk men­jadi guru maka bagaimana caranya agar mereka tidak ha­nya mampu menjadi guru di dalam negeri tapi juga di luar negeri,” tambahnya. Sementara dari negara, pemerintah harus menentukan lea­ding sector yang akan dikembangkan. Untuk In­ do­ nesia, leading sector yang cukup potensial untuk di­kem­ bang­ kan adalah di bidang pertanian. Pertanian dapat me­ nyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Hanya sa­ ja kebanyakan tenaga kerja yang bekerja di bidang per­ta­ nian berpendidikan di ba­ wah SMA. Di samping itu, se­ tidaknya sudah ada 12 sektor jasa dengan 160 sub sek­ tor yang direncanakan un­ tuk dikembangkan oleh pe­ me­ rin­tah. Salah satu sektor yang cu­kup potensial adalah sektor pendidikan. “Unesa harus me­mer­ha­ tikan leading sector pe­me­rin­ tah. Program yang akan di­ja­ lan­kan harus sinkron dengan leading sector pemerintah. Ja­ ngan sampai ada missing link an­tara leading sector dengan sum­ber daya yang disiapkan, be­gitu juga sebaliknya,” kata dosen kelahiran Madura itu. Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan un­ tuk mengembangkan potensi yang dimiliki Unesa (ma­ hasiswa) ada dua macam. Dari mahasiswa sendiri mi­sal­nya, membentuk English Day di setiap kelas untuk mem­per­si­ apkan diri dalam menghadapi MEA ke depan atau klubklub lain untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ma­hasiswa. Sementara dari lembaga, dapat menyediakan wa­dah-wadah untuk pengembangan mahasiswa, me­nye­ dia­kan pelatihan-pelatihan di luar mata kuliah, dan bisa ju­ga menambah porsi mata kuliah Bahasa Inggris misalnya. In­ti­ nya, seluruh program yang diselenggarakan harus benarbe­nar sinkron dengan leading sector yang telah ditentukan. (SYAIFUL)


LAPORAN UTAMA Dr. Tatag Yuli Eko Siswono ,M.Pd, Pembantu Dekan III FMIPA:

FMIPA Kembangkan Kemampuan Komuniksi

D

alam menyambut MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) 2015, Unesa harus mengembangkan potensi mahasiswa agar siap melahirkan lulusan berdaya saing global. Sebab, dampak dari MEA adalah terjadinya globalisasi perdagangan barang, jasa, dan tenaga kerja yang membuat pergerakan manusia menjadi lebih intens, termasuk kebutuhan berkomunikasi. Agar mampu menghadapi MEA dengan baik, MIPA telah bersiap diri dengan membangun kemampuan berkomunikasi. Komunikasi di sini adalah komunikasi global yakni berbahasa Inggris yang dapat menopang aktivitas ekonomi. Kemampuan komunikasi tersebut mulai

dikembangkan pada saat pengenalan dunia kampus atau sering disebut (PKKMB) dan saat proses perkuliahan di setiap jurusan berlangsung. Berbeda dengan fakultas lain, FMIPA merupakan salah satufakultas yang lulusannya memiliki fleksibilitas dalam bidang pekerjaan. Maksudnya memiliki keterampilan tertentu yang siap terjun langsung di dunia kerja. Sehingga lulusan FMIPA bisa masuk pada semua bidang pekerjaan dengan kemampuan berkomunikasi bahasa Inggris. FMIPA sebenarnya sudah melakukan kegiatan wira­usa­ ha, dengan menerapkan ilmu yang didapat dari matakuliah Ke­ wirausahaan (KWU) dan workshop ataupun seminar Ke­ wirausahaan yang diadakan di FMIPA. Contohnya kon­ servasi burung, bisnis jamur, recycling sampah dan pembuatan pupuk kompos. Namun tujuan kegiatan ini masih untuk memenuhi nilai akademik dan produknya belum terlalu terlihat. Harapannya beberapa tahun ke depan bisa jadi produk paten usaha dari FMIPA dan dapat memberikan skill kepadalulusan FMIPA. (ANDINI OKTAPUTRI)

Prof Tian Belawati

Dunia Pendidikan Harus Mampu Buat Terobosan

U

ntuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, dunia pendidikan harus membuat terobosan meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga mampu mencetak tenaga-tenaga profesional. Dan masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia saat ini adalah tidak meratanya pendidikan yang berkualitas. Demikian dikatakan Rektor Universitas Terbuka (UT), Prof Tian Belawati, di sela-sela temu wicara rektor, di­dam­pi­ ngi pembantu rector dan silaturahmi dengan para calon wi­ su­dawan, di Kampus UT, Tangerang Selatan. “Untuk meningkatkan aksesibilitas pendidikan, pe­ me­ rintah mendirikan SMP dan SMA terbuka, universitas ter­ buka dan mendorong perguruan tinggi lain untuk membuka program atau mata kuliah jarak jauh,” katanya, Tangerang, Senin (13/10). Tian menambahkan, kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia perlu ditingkatkan dalam menghadapi MEA 2015.

Pernyataan Tian ini didukung Dekan FakultasI lmu Sosial dan Politik UT, Prof Daryono. Ia mengungkapkan UT pun menyiapkan SDM tenaga didiknya menghadapi MEA 2015. Namun sayang, road map MEA 2015 Indonesia belum jelas, sehingga pendidikan tinggi perlu mengejar terus angka partisipasi dan meningkatkan kualitas. “Salah satu rintangan di dunia pendidikan di Indonesia adalah belum dibukanya pendidikan luar negeri ke Indonesia,” ucapnya. Kondisi ini, menurutnya berbeda dengan Malaysia, Si­ nga­pura, Vietnam atau negara-negara tetangga yang sudah mel­akukannya. (SIR/SUARAPEMBARUAN)

Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA

|

15


LAPORAN UTAMA

apa kata mereka Erwin Fajar Kurniawan, Mahasiswa FT:

MEA, Dua Sisi Mata Uang

M

asyarakat Ekonomi Asean (MEA), menurut Erwin Fajar Kurniawan, ibarat mata uang yang memiliki dua sisi, yakni sisi positif dan sisi negatif. Sisi positifnya adalah, kualitas perekonomian Indonesia akan lebih cepat berkembang secara global dengan adanya MEA. Itu pun bisa terjadi jika kita lebih agresif dalam menghadapi MEA yang akan berlangsung pada akhir 2015 tersebut. Namun jika Indonesia kurang mampu bergerak atau tak bisa bicara banyak, tentu akan menjadi jajahan perekonomian dari kesembilan negara peserta MEA lainnya. “Ibarat mata uang, MEA memiliki dua sisi, menguntungkan atau merugikan, tergantung kita menyikapinya,” ujar mahasiswa Fakultas Teknik itu. Erwin menambahkan, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat Indonesia yang menjadi kendala dan problema besar untuk menghadapi MEA. Karena Indonesia adalah negara yang paling rendah untuk masalah tingkat pendidikannya. Tak lebih dari 40% penduduk Indonesia yang mampu melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi. Jika Indonesia ingin bersaing, pihak pemerintah harus banyak turut andil dalam pengembangan SDM. Atau kalau tidak, masyarakat Indonesia akan menjadi budak di negara sendiri, mengingat Indonesia adalah ladang emas bagi pelaku bisnis global. “Selain bantuan modal, promosi, dan pengembangan, pemerintah juga harus membantu masalah pengembangan SDM,” imbuh pria kelahiran Lamongan tersebut. Erwin berharap masyarakat Indonesia terutama para mahasiswa dan lulusan Perguruan Tinggi, untuk segera membangun jiwa wirausaha. Karena kini masyarakat Indonesia terkenal dengan perilakunya yang konsumtif ketimbang jiwa wirausaha. Mahasiswa atau yang sudah lulus utamanya, adalah promotor dalam pengembangan suatu bisnis global demi kemajuan perekonomian negara. (FITRO KURNIADI)

16 |

MAJALAH UNESA Nomor: 72 Tahun XV - September 2014

Agam Haris, Ketua BEM FIK:

Bisa Baik, Bisa Buruk

A

gam Haris Pambudi beranggapan bahwa MEA ada­ lah sesuatu perubahan besar, harus didukung dan disukseskan karena Indonesia adalah bagian dari ASEAN. “MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) atau Per­da­ga­ ngan bebas masyarakat ASEAN yang akan dimulai akhir ta­hun 2015 mungkin berakibat baik ataupun berakibat ku­ rang baik bagi masyarakat Indonesia itu tergantung ba­gai­ ma­na kita mempersiapkan diri”, ungkanya. Langkah konkrit Ketua BEM-F Fakultas Ilmu Ke­olah­ra­ gaan ini adalah memperkaya dirinya dengan skill dan know­ ledge di antaranya yaitu dengan membuat software peng­hi­ tung kebutuhan kalori yang diajukan dalam program PKMKC tingkat Universitas, Agam juga berperan aktif mengikuti PMW Unesa dalam bidang sport industry yaitu mendirikan usaha jasa physical Fitness Test (PFT). Peraih juara 2 hockey piala walikota Surabaya ini ber­ ha­rap MEA akan membawa perubahan positif khususnya da­lam bidang pendidikan dan olahraga. Indonesia tidak di­ pandang sebelah mata dan mampu menunjukkan ta­ringn­ ya sebagai macan ASEAN. Hal ini tidak terlepas dari peran serta generasi muda sebagai ujung tombak Indonesia he­ bat. “Saya berharap terjadinya atmosfer persaingan positif da­lam memasuki era MEA, dan itu semua berkaitan erat dengan peran kita generasi muda,” tandasnya. (DIYANTI)


KABAR PRESTASI Indonesia Energy Marathon Challenge 2014

Mobil Garnesa Raih Peringkat ke-3 Nasional

I

ndonesia Energy Marathon Chal­ lenge (IEMC) 2014 telah dihelat pada Kamis – Minggu (16 -19/10/2014) di Ken­park Circuit Kenjeran Surabaya. Dalam kompetisi yang bertemakan “In­no­vate and Inspire” itu yang menjadi tuan rumah adalah ITS. Kompetisi itu diikuti oleh seluruh universitas, in­ stitut, dan Politeknik di seluruh In­do­ nesia untuk menguji kemampuan me­ ran­cang dan membangun kendaraan yang aman, irit, dan ramah lingkungan. Garnesa (Garuda Unesa), tim mo­bil

listrik Unesa berhasil meraih pe­ ring­ kat ke-3 pada IEMC 2014 dalam ka­ te­gori urban concept kelas listrik. Tim yang beranggotakan Andi Ferianto (ma­najer), Ferry Ferrari Ahmad (dri­ver and mechanic), Pandu Arista (cha­sis manajer), M. Taufiqurrohman (ac­cesoris manager), Bidia (wearing diagram), Candra T.K (second driver), Ha­nifah M (non teknis) mampu meraih pen­ capaian konsumsi listrik hanya 64,2 km/kwh. “Walaupun tidak sesuai de­ ngan prediksi kita, namun kami merasa

bersyukur bisa menempati pe­ringkat ke-3 nasional. Ini bukanlah ha­sil yang terbaik, namun inilah jalan kami se­ be­lum menjadi juara 1 yang tak­ter­ka­ lahkan,” tegas Faqihuddin, general ma­ najer Garnesa. Kompetisi mobil hemat energi ting­­ kat nasional di bawah naungan Direktorat Pendidikan Nasional itu terdiri dari dua kategori, yakni kategori pro­totype dan urban concept. Kedua kategori itu sendiri terdiri dari empat kelas, yakni bahan bakar bensin, diesel, listrik, dan etanol. Ajang itu diikuti oleh 68 tim dari 40 universitas negeri seIndonesia. Sementara itu, Garnesa mengikuti 2 cabang lomba sekaligus, yakni tipe urban concept dan prototype de­ngan kelas diesel dan listrik. Dalam urban concept, tampilan kendaraan mirip de­ ngan mobil pada umumnya de­ngan syarat beroda 4 yang ber­pen­dorong energi fosil sedangkan da­lam prototype, berupa kendaraan ma­sa depan dengan desain khusus yang lebih mengejar pada aspek aero­di­na­mika. n (KHUSNUL/PUUT/ ANDINI/SR)

Jurusan Biologi Kerja Sama dengan ProFauna

U

ntuk mendorong mahasiswa agar lebih mencintai ling­kungan, Jurusan Biologi, FMIPA Unesa meng­ gelar kuliah tamu yang bekerja sama dengan Pro­tection of Forest and Fauna (ProFauna), Jumat (24/10/2014). Kegiatan itu diselenggarakan di Gedung D-1 lan­tai 3 dan dimulai pukul 15.40 WIB. Adapun yang menjadi pembicara adalah pendiri ProFauna, Rosek Nursyahid. Se­ ba­nyak 250 mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa Jurusan Biologi mulai angkatan 2010—2014 ikut aktif menjadi pe­ser­ ta dari kegiatan tersebut. Mulanya, kuliah tamu itu dilatarbelakangi oleh adanya ma­ta kuliah konservasi bagi Program Studi (Prodi) Pendidikan Bio­logi. Mata kuliah pilihan itu diikuti oleh 18 mahasiswa da­

ri angkatan 2011. Akan tetapi, melihat jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah itu sedikit, setelah melalui per­ timbangan diputuskan untuk mewajibkan mahasiswa ang­katan 2014 agar mengikuti kuliah tamu itu juga. “Ini kan masih masa-masa Ospek, jadi sekalian untuk memberi tam­ bah­an ilmu bagi mahasiswa angkatan 2014,” jelas Seyla Budi Agustin, mahasiswa Prodi Biologi angkatan 2011 sekaligus Ko­ordinator Supporter Chapter Unesa. Seyla menjelaskan, kuliah tamu itu merupakan kerja sama per­tama antara Unesa dengan organisasi ProFauna. Melalui kuliah tamu itu tidak hanya diharapkan untuk menambah pengetahuan melainkan juga memancing para mahasiswa lain untuk ikut dalam organisasi itu. n (SYAIFUL) Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA

| 17


LENSA UNESA

HUT LANTAS

U

niversitas Negeri Surabaya (Unesa) mengadakan kerja sama dengan Polda Jatim untuk menjadi pelopor keselamatan dan etika yang berkualitas khususnya berlalu lintas di lingkungan pendidikan. Pertemuan itu dilaksanakan di Auditorium Rektorat Unesa lantai 3 pada Senin (22/09/2014). Kerja sama itu tidak hanya dengan Unesa tapi juga dengan Universitas Brawijaya (UB), JTV, BBS TV, Radio Sindo, Radio Gen FM, dan lembaga spiritual. (Syaiful)

18 |

MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014


LENSA UNESA 1. Dua staf Layanan Informasi Direktorat Jendral Pendidikan Perguruan Tinggi (Ditjen Dikti), Dina dan Indah sedang berbincang-bincang dengan Kepala Hubungan Masyarakat (Humas) Unesa Dr. Suyatno, M.Pd. dalam acara supervisi kehumasan perguruan tinggi seIndonesia, Senin (1/8/2014). 2. Dua staf Layanan Informasi (Ditjen Dikti) berfoto bersama seluruh staf Humas Unesa di depan kantor Humas Unesa. (Syaiful)

PKMB 2014-2015 Rektor Unesa, Prof Warsono menyematkan almamater kepada mahasiswa baru Unesa angakatan 2014-2015 dalam acara PKMB di lapangan Unesa Ketintang.

Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA

| 19


KOLOM REKTOR

BELAJAR DARI KESIAPAN CHINA HADAPI MEA 2015 Dalam menghadapi globalisasi, yang di­tandai dengan persaingan antarbangsa, ter­ma­suk MEA, salah satu syarat yang dibutuhkan me­ mang kemampuan berbahasa asing, terutama bahasa internasional. Kemampuan ber­bahasa asing merupakan pintu masuk un­tuk melakukan transaksi dengan berbagai bang­sa.

T

anggal 23 sd 25 Oktober 2014 la­lu, kami mendapat undangan ber­kun­ jung ke Central China Normal Uni­ versity (CCNU) dan Tianjin Foreign Studies University. Rangkaian kun­ jungan itu disponsori oleh Confusius Institut (CI) yang memiliki kerja sama dengan Unesa. Kunjungan ke CCNU, selain untuk me­ ning­ katkan hubungan kerja sama, juga se­ kaligus untuk mengunjungi mahasiswa pro­ gram studi bahasa Mandarin Unesa yang memperoleh beasiswa dari CI. Ada 39 mahasiswa program studi bahasa mandarin yang memperoleh beasiswa dari CI untuk belajar bahasa mandarin di Cina selama satu tahun dan ada juga yang hanya 6 bulan. Dari 39 mahasiswa tersebut, yang ada di CCNU sebanyak 19 orang, yang lain tersebar di ber­ bagai perguruan tinggi di China. Dari penuturan para mahasiswa, ter­ ke­ san bahwa mereka sangat senang bisa belajar di CCNU. Selama berada di CCNU, me­ reka ditempatkan di asrama mahasiswa, yang kondisinya sangat baik. Selama di CCNU, mereka ditempatkan di asrama ma­ hasiswa yang terletak di dalam kampus. Mes­ kipun tinggal di asrama mahasiswa, mereka me­rasa betah karena fasilitasnya sangat me­ madai. Dari segi komunikasi, mereka juga tidak mengalami hambatan karena me­reka rata-rata sudah semester 6 sehingga sudah memiliki kemampuan dasar dalam ber­ ko­ munikasi dengan menggunakan bahasa Man­darin. Sejak program bahasa Mandarin dibuka 4 tahun lalu, hubungan antara CCNU dan CI de­ ngan Unesa berjalan baik. Selain mendapat bantuan dana dari CI, Unesa juga mendapat

20 |

bantuan tenaga pengajar yaitu Ibu Prof. Chencin, (maaf kalau salah tulis) yang sekaligus juga pengurus CI. Hubungan ini juga dilandasi oleh kesamaan antara CCNU dengan Unesa sebagai perguruan tinggi yang menghasilkan tenaga kependidikan. Sebagai lembaga penghasil tenaga kependidikan (LPTK), CCNU telah memiliki program e-learning yang bagus, yang didukung dengan peralatan yang canggih, sehingga dalam kunjungan ini juga dimanfaatkan untuk belajar mengenai e-learning. Setelah dari CCNU, kami menuju ke kota Tianjin, yang berjarak sekitar 200 km dari Beijing untuk memenuhi undangan rektor Tianjin Foreign Studies University (TFSU) sekaligus menghadiri perayaan Dies Natalis ke-50 universitas tersebut. Semua perguruan tinggi dari berbagai negara yang memiliki kerja sama dengan TFSU diundang, ter­ ma­suk dari Unesa. TFSU memiliki program pen­ didikan bahasa dari berbagai bahasa. Mu­ lai dari bangsa Eropa, se­ perti Inggris, Jerman, Belanda, Perancis, Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Dalam acara ter­sebut, ada 43 universitas yang mewakili ma­ sing-masing program pendidikan bahasa dari seluruh dunia. Dalam rangka mendukung pendidikan ba­hasa Indonesia, TFSU meminta bantuan dosen pendidikan bahasa Indonesia dari Unesa. Selama dua tahun, Unesa telah me­ ngirimkan dua dosen untuk mengajar bahasa Indonesia di TFSSU. Program studi bahasa Indonesia di TFSU termasuk baru, karena baru dibuka sejak dua tahun lalu. Meskipun merupakan program baru, peminatnya me­ ningkat secara signifikan. Berdasarkan

MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014

Oleh Prof. Warsono observasi dosen Unesa yang ditugaskan di TFSU (Pak Adam) salah satu alasan mereka memilih prodi pendidikan bahasa Indonesia adalah karena ingin bekerja di Indoesia. Fakta ini sungguh mengejutkan. Artinya mereka sudah mengantisipasi globalisasi, yang memberi kebebasan dan keterbukaan pasar. Meskipun tahun 2015 ini diawali di tingkat Asean, yang memberi kebebasan arus keluar masuk barang, jasa dan tenaga kerja di wilayah Negara Asean, mereka su­ dah mulai mengantisipasi kemungkinan untuk bisa bekerja di Indonesia. Sudah barang tentu salah satu bekal yang mereka bu­ tuhkan adalah kemampuan berbahasa Indonesia.. Dengan kemampuan berbahasa In­donesia, mereka akan dengan mudah bisa beriteraksi dan bekerja di Indonesia. Dalam konteks ekonomi, Indonesia me­­ rupakan sasaran bagi para pencari kerja maupun penanaman modal. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 240 juta jiwa dan pertumbuhan ekonomi yang terus tumbuh stabil, Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial. Jumlah penduduk yang besar dan daya beli yang tinggi, tentu akan menjadi pasar yang menjanjikan bagi penanam modal. Dengan meningkatnya penanaman modal, maka akan banyak membutuhkan tenaga kerja. Kesempatan seperti ini sudah dilirik oleh para pencari kerja dan pengusaha dari luar negeri, ter­ma­ suk dari China. Kesiapan Mahasiswa Hadapi MEA Bagaimana dengan kesiapan para ma­ hasiswa Unesa menghadapi masyarakat


KOLOM REKTOR ekonomi asean (MEA) yang tinggal meng­ hi­tung hari. Berdasarkan hasil pengamatan dan dialog dengan para mahasiswa, per­si­ apan mereka menghadapi MEA masih sa­ ngat kurang. Sebagian besar mahasiswa be­lum menyadari adanya tantangan dalam meng­hadapi MEA. Bahkan masih ada ma­ hasiswa yang belum paham tentang MEA. Kondisi seperti itu tentu sangat mem­ prihatinkan, karena tanpa persiapan yang ma­tang mereka akan kalah bersaing dengan te­naga kerja dari asing. Dalam menghadapi globalisasi, yang di­ tandai dengan persaingan antarbangsa, ter­ ma­suk MEA, salah satu syarat yang dibutuhkan me­ mang kemampuan berbahasa asing, terutama bahasa internasional. Kemampuan ber­bahasa asing merupakan pintu masuk un­ tuk melakukan transaksi dengan berbagai bang­ sa. Jika dilihat dari kemampuan ber­ ba­hasa asing, dalam hal ini bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, mahasiswa Une­sa masih kalah dengan mahasiswa dari ne­ gara-negara Asean. Kemampuan bahasa inggris mahasiswa dari negara-negara Asean lainnya umumnya jauh lebih baik, karena mereka umunya adalah pernah dijajah oleh Inggris atau negara yang berbahasa Inggris. Ambil contoh Malaysia, Singapura, dan Brunai pernah dijajah Inggris, Philipina pernah dijajah Amerika. Vietnam, pernah lama berperang dengan Amerika, sehingga kemampuan bahasa inggris mereka masih terjaga. Selain bahasa, syarat yang dibutuhkan adalah profesionalisme. Profesionalisme ini bukan hanya berkaitan dengan bi­ dang keahlian khusus (kompetensi), te­ tapi juga berkaitan dengan etos kerja. Dalam masyarakat modern, semakin jelas pembagian kerja. Orang dituntut untuk bisa melakukan suatu pekerjaan tertentu. Yang dibutuhkan dalam kerja bukan apa yang kamu miliki (what do you have), tetapi kompetensi, apa yang bisa Anda kerjakan (what can you do). Para mahasiswa kita sebagian masih mengandalkan ijazah (what do you have) dalam mencari kerja, bukan apa yang bisa dikerjakan. Ini terlihat ketika mereka mengajukan lamaran kerja atau pada saat wawancara. Yang tertulis dalam lamaran kerja biasanya adalah permohonan agar bisa diterima bekerja di tempat yang dituju, dengan melampirkan ijazah yang dimiliki, jarang sekali yang menjelaskan keahlian yang dimiliki. Padahal uraian tentang keahlian yang dimiliki itu menjadi pintu masuk dalam “komunikasi” lamaran kerja. Si pemilik kerja bisa mengetahui keahlian

yang dimiliki oleh pelamar, sehingga mereka akan segera bisa merespon, apakah membutuhkan atau tidak. Hal yang dibutuhkan untuk mendukung profesionalisme, adalah penguasaan tekno­ lo­gi, sebab pada saat ini hampir tidak ada pekerjaan yang tidak berkaitan dengan tek­nologi. Bagi dunia industri, dukungan tek­ nologi dalam proses produksi sangat di­butuhkan. Oleh karena itu, para pencari kerja dituntut menguasai teknologi yang berkaitan dengan jenis perkerjaan yang akan dimasuki, minimal tidak gagap teknologi. Syarat lain yang dibutuhkan dalam

Hadirnya MEA, yang sudah tidak bisa dihindari, memberikan dua hal yaitu an­ca­ man atau ha­rapan. menghadapi persaingan global adalah etos kerja, yang meliputi kedisiplinan, kerja keras, tanggung jawab, dan kejujuran. Jika dilihat dari aspek kedisiplinan dan kerja keras, ratarata mahasiswa kita masih kalah dengan mahasiswa di China. Dalam hal kedisiplinan, mahasiswa Unesa, (termasuk masyarakat pada umumnya) masih sangat rendah. Hal ini bisa dilihat setiap acara mulainya hampir selalu molor dari waktu yang ditentukan. Kita kurang menghargai waktu, karena kita tidak punya konsep tentang waktu. Hal ini berbeda dengan orang “Barat” yang menyatakan waktu itu adalah uang (time is money). Seandainya kita memiliki konsep tentang waktu seperti itu, tentu kita tidak ingin kehilangan waktu sedikitpun. Dalam setiap acara kita akan selalu tepat waktu pada saat datang dan tidak akan meninggalkan sebelum waktu yang ditentukan habis. Berkaitan dengan waktu, sebenarnya telah banyak diingatkan dalam ajaran agama. Dalam agama Islam banyak firman Allah yang mengingatkan tentang pentingnya waktu, seperti dalam surat Al Asher, Ad-Dhuha. Manusia akan rugi dengan waktu, tentu jika kita tidak menggunakan waktu dengan baik untuk ibadah (bekerja termasuk ibadah). Dan kita sering menyianyiakan waktu, menghabiskan waktu tanpa ada tindakan yang bermakna.

Dari segi kerja keras, kita juga kalah dengan mahasiswa China. Fenomena tersebut juga bisa dilihat di Indonesia, termasuk di Surabaya. Etnis China rata-rata meiliki budaya kerja lebih keras dibanding bangsa Indonesia. Bukan hanya jumlah jam kerja, termasuk jam belajar, tetapi juga kecepatan dalam bekerja. Dalam konsep kerja, kita memiliki pameo “alon-alon wathon kelakon”, biar lambat yang penting tercapai. Pandangan seperti ini tidak lagi sesuai dengan tuntutan global, yang menuntut kecepatan. Pada era global, yang dituntut adalah kerja cepat dan tepat. Dari sisi tanggung jawab, kita juga harus belajar dari mereka. Selama perjalanan pergi pulang ke China, saya melihat tanggung jawab yang luar biasa dari Ibu Chencin. Tanggung jawab merupakan manifestasi diri seseorang. Bahkan nilai dari seseorang terletak pada tanggung jawabnya. Kalau kita sudah tidak bisa bertanggung jawab, maka lama kelamanaan orang akan tidak lagi percaya kepada kita. Dan ketika orang sudah tidak percaya kepada kita, maka eksistensi diri kita hancur. Hadirnya MEA, yang sudah tidak bisa dihindari, memberikan dua hal yaitu ancaman atau harapan. Bagi mereka yang telah mempersiapkan diri, maka MEA merupakan harapan untuk bisa meraih kehidupan lebih baik. Tetapi bagi mereka yang belum siap, maka MEA merupakan ancaman, karena akan tersingkir dari persaingan yang tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, meskipun sudah terlambat, para mahasiswa harus sadar bahwa ada tantangan, dan sekaligus peluang. Agar MEA bisa menjadi peluang yang menumbuhkan harapan untuk hidup lebih baik, harus dipersiapkan dengan memiliki kompetensi (profesionalisme), kemampuan berbahasa asing, menguasai teknologi, dan membangun etos kerja. Kita seringkali melakukan “budaya terkejut”, (kagetan: jawa) kalau sudah terjadi baru berpikir mencari solusi. Kita harus bangun budaya antisipasi, dengan memikirkan apa yang akan terajdi, agar kita bisa mempersiapkan diri dalam menghadapi setiap perubahan. Kita harus membuka wawasan dan mau belajar dari orang lain, bagaimana mereka mengantisipasi perubahan ke depan. Labih baik terlambat daripada tidak sama sekali. n

Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA

| 21


INSPIRASI ALUMNI

Praptono, sang Kasubdit Pembelajaran

PROFESI TERHORMAT Itu Ya GURU

P

raptono. Demikian nama lengkap pria asal Desa Sidowarek Kecamatan Plemahan Ke­diri. Sejak kecil, ia memang telah me­ miliki cita-cita menjadi guru. Apa­la­ gi, sang ayah, meski hanya lulusan SD ke­rap mengatakan bahwa profesi paling ter­hor­ mat adalah menjadi guru. Motivasi sang ayah itu membuat Prap­ to­ no semakin mantap untuk menatap ma­ sa depan dengan menjadi guru ke­ lak setelah lulus dari perguruan tinggi. Un­tuk mewujudkan impian itu, Praptono me­ lan­ jut­kan kuliah. Awalnya, ia dipilihkan teman-

Bagi anak desa seperti Praptono, bisa mengenyam pendidikan tinggi merupakan kebahagiaan luar biasa. Apalagi, berkat pendidikan tinggi itu, ia kini sukses berkarier di dunia pendidikan hingga menjadi Kasubdit Pembelajaran Pendidikan Dasar. Seperti apa perjuangannya? 22 |

MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014

temannya di jurusan Fi­ sika di Universitas Ne­ geri Malang (eksIKIP Negeri Malang). Na­ mun, ketika se­ dang mengisi pe­ ngi­ sian calon ma­ hasiswa jalur pe­ ne­lurusan minat dan kemampuan (PMDK), Praptono ber­ubah haluan dan le­ bih memilih IKIP


INSPIRASI ALUMNI Surabaya. Salah satu pertimbangan pilihannya adalah ingin mencari suasana baru karena mayoritas temante­ mannya memilih kuliah di Malang. Melalui jalur PMDK, Praptono diterima di Jurusan Fisika FPMIPA pa­ da tahun 1988. Sejak awal kuliah, Praptono terlihat berbeda. Ia sa­ ngat tertantang untuk mencoba hal-hal di luar kebiasaan mahasiswa. Pada semester 2, misalnya, ia su­ dah mengambil mata kuliah bersama kakak kelasnya angkatan 87 dan bahkan angkatan 86. Tak pelak, pada se­ mester 6, ia sudah banyak menyelesaikan mata kuliah. Prestasi yang dicapai itu, menarik perhatian salah satu dosennya. Pada semester 7 dan 8, Praptono di­ min­ta menjadi asisten dosen untuk mata kuliah listrik mag­net padahal teman-teman kuliah seangkatannya ma­sih mengambil praktik lanjutan mata kuliah ter­se­ but. Untuk mata kuliah itu, Praptono memang sudah me­nyelesaikan terlebih dahulu dengan kakak kelasnya. Praptono tentu sangat diuntungkan dengan ke­ pu­­tus­annya mengambil mata kuliah lebih cepat. Ia men­jadi ber­ke­sempatan mempunyai hubungan dekat dengan kakak ke­las­nya dan berkesempatan mengikuti organisasi kampus. Di or­ganisasi kampus, Praptono pernah menjabat sebagai ketua m­ahasiswa Jurusan Fisika dan aktif di kegiatan kemahasiswaan fakultas. Ia pun sering dilibatkan oleh dosen untuk kegiatan penelitian. Beberapa dosen yang kerap mengajak pe­ ne­litian adalah Alimufi dan Masyithah. Terkesan Tantangan Dosen Bukan Praptono namanya jika tidak suka dengan se­suatu yang berbau tantangan. Nah, tantangan paling berkesan bagi Praptono adalah ketika mendapatkan tantangan dari dosen Mekanika Dasar, Drs. Soeharto. Pada awal perkuliahan, Soeharto mengatakan kepada mahasiswa bahwa hanya mahasiswa luar biasa yang bisa mendapatkan nilai 4 untuk mata kuliah Mekanika Dasar tersebut. Mata kuliah Mekanika Dasar memang menjadi mo­mok bagi para mahasiswa. Hampir separo temanteman Praptono tidak lulus pada mata kuliah itu. Sisanya, yang berhasil lulus pun hanya mendapatkan nilai C. Namun, tidak bagi Praptono. Ia menjadi satu-sa­ tunya mahasiswa dan baru yang pertama kali berhasil men­dapatkan nilai A untuk mata kuliah Mekanika Da­ sar. Soeharto pun mengucapkan selamat atas prestasi yang dicapai anak didiknya itu.

BERPRESTASI: Praptono (tengah) bersama keluarga saat wisuda pendidikan tingkat lanjut.

Pengalaman bisa mendapatkan nilai A dan men­ jadi yang pertama mendapatkan itu, tentu sebuah pe­ristiwa yang sangat berkesan. Saking terkesannya, ia pun membawa hingga menulis skripsi. Saat itu, menulis skripsi tidak wajib bagi mahasiswa. Ma­ha­ sis­wa diperbolehkan memilih jalur bebas atau nonskrip­ si. Pada semester 8, Praptono mulai menulis skripsi dibimbing Prof. Drs. Bambang Subali dan Drs. Budiyono. Bersama temannya, Supiyanto yang se­ka­ rang meniti karier di kepolisian Praptono menjadi ma­ ha­siswa pertama yang berhasil lulus dari jalur skripsi de­ngan masa studi 4,5 tahun. Tidak hanya keberhasilannya lulus dari jalur skripsi, ni­lai skripsi pun sempurna dengan nila A (4). Bahkan, Praptono pun lulus dengan IPK 2,75. Padahal, saat itu, tidak mudah bagi mahasiswa untuk mendapatkan IPK 2,5. Sejumlah mahasiswa banyak lulus dengan IPK 2,0 se­kian. Awal Karier Praptono adalah dua dari mahasiswa angkatan 88 penerima beasiswa Ikatan Dinas (TID). Beasiswa ter­sebut merupakan beasiswa terakhir setelah Prap­ tono menerima beasiswa Supersemar sejak se­mes­ ter 4. Setelah wisuda, Praptono mendapatkan SK penempatan sebagai pegawai Kementerian Pen­di­dik­ an dan Kebudayaan di Jakarta. Mulai tahun 1994, ia ditempatkan di Direktorat Sekolah Swasta. Setelah be­ ker­ja beberapa hari, Praptono dipanggil oleh Direktur dan diberi tahu bahwa ia direkrut ke Pusat untuk di­tu­ gas­kan dalam proyek luar negeri yaitu ADB loan 1359Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA

| 23


INSPIRASI ALUMNI INO, yaitu proyek peningkatan mutu sekolah swasta. Melalui proyek itu, Praptono memiliki pengalaman be­kerja sama dengan konsultan asing. Ia terlibat dalam perancangan desain proyek dan implementasinya. Ten­tu saja, lapangan pekerjaan itu benar-benar ba­ ru dan tidak berhubungan dengan perkuliahan yang diambilnya dulu. Pada proyek itu, Praptono di­tu­gas­ kan sebagai sekretaris proyek, Biasanya, posisi ter­se­ but diberikan kepada orang-orang yang sudah ber­ pe­ngalaman. Untuk pekerjaan rutinnya, ia bertugas di bagian perencanaan dengan tugas merumuskan ke­ bi­jakan, program dan penganggaran untuk pusat dan dae­rah (provinsi). Di pekerjaan rutin itulah ia banyak ber­ hubungan dengan pejabat-pejabat dari seluruh Indonesia. Setelah 5 tahun bekerja, Praptono berkesempatan mendapatkan beasiswa. Ia pun mengambil program master degree di University of Leeds. Ia mengambil Ju­ rus­an International Education Management. Kuliah di luar negeri tentu menjadi pengalaman pertama dan sa­ngat beratbagi Praptono karena harus berjauhan de­

ngan istri dan ketiga putrinya yang masih kecil-kecil. Selepas studi luar negeri, Agustus 2002, Praptono kem­bali ke Indonesia dan mulai ditempatkan di Di­rek­ to­rat Pendidikan Luar Biasa untuk mengurusi anak-anak cacat yang merupakan dunia baru baginya. Praptono kem­bali ditugaskan di bagian Perencanaan. Di samping itu, ia juga ditunjuk menjadi pemimpin proyek hibah dari Belanda (World Population Foundation) untuk me­ ngem­bangkan pembelajaran pendidikan seks dan ke­ se­hatan reproduksi bagi tunanetra dan tunarungu. Setahun kemudian, tahun 2003 Praptono men­ da­patkan beasiswa program S3. Ia pun mengambil Ju­rusan Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (PEP) di Universitas Negeri Jakarta hingga tahun 2010. Karier Praptono makin moncer. Tahun 2011, ia diangkat men­ ja­di Kepala Seksi Penilaian dan Akreditasi di Direktorat Pem­binaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pen­didikan Dasar (eselon 4). Dan, dua tahun kemudian, pada Maret 2013 ia diangkat menjadi Kasubdit Pem­be­ lajaran (eselon 3) hingga sekarang. Sebagai alumni IKIP Surabaya, Praptono tentu sa­ngat berharap agar Unesa banyak menjalin kerja sa­ma dengan perguruan tinggi luar negeri. Ia pun mengakui ingin bisa memfasilitasi kerja sama dengan Uni­versity of Leeds. Selain kerja sama, Unesa perlu me­ ningkatkan kualitas dosen dengan memberikan ke­ sem­patan belajar yang luas hingga S3. Ia pun berharap Pusat Layanan Autis dan Pusat Keberbakatan yang fa­ silitasnya menggunakan anggaran pusat itu bisa di­manfaatkan oleh mahasiswa dan dosen untuk pe­ ngab­dian masyarakat dan penelitian. “Kepada para mahasiswa, saya berpesan agar se­ nan­tiasa menjaga citra baik kampus dan kalau lulus lakukan hal-hal yang berdampak pada pengembangan Unesa sesuai dengan bidang dan karier yang di­tem­ puh,” pungkasnya. n (LINA)

AKRAB: Praptono (tengah) bersama kawan dan anak-anak sa­at ber­kunjung dalam sebuah kegiatan. CINTA KELUARGA: Praptono sayang keluarga, dalam sua­tu kesempatan ia tak lupa mengajak liburan ke alam be­ bas, seperti pegunungan.

24 |

MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014


KABAR SM-3T CATATAN DARI SILATURAHIM SM3T

SM3T BUKAN untuk mencari

POPULARITAS

R

uang Birawa Hotel Bidakara. Se­kitar 1500 orang memenuhi kursi-kursi. Mendikbud, para pe­jabat eselon satu dan dua, pa­ra rektor LPTK, dan peserta PPG SM-3T, PPGT, PPG Kolaboratif, dan peserta SM3T, perwakilan dari seluruh Indonesia. Dalam sambutannya, Mendikbud, Prof. Dr. Ir. KH. Mohammad Nuh, DEA me­­ ngemukakan, penyakit sosial ada tiga, yaitu: kemiskinan, ketidaktahuan, ke­­terbelakangan peradaban. Lingkaran penyakit sosial tersebut harus dipotong, dan pisau pendidikanlah yang paling tajam untuk memotongnya. Tidak hanya sekedar teori, praktek telah membuktikan, bahwa ketiga hal tersebut bisa diatasi dengan pendidikan. Para peserta SM-3T adalah pisau-pisau yang memotong tiga penyakit sosial itu. Pendidikan sebagai penggerak da­ lam pembangunan. Hasilnya belum bi­ sa dilihat hasilnya secara signifikan da­lam lima-enam tahun. Namun pada lima belas sampai dua puluh lima ta­ hun ke depan, karena disentuh oleh tangan-tangan halus, pikiran-pikiran cerdas para peserta SM-3T, maka keadaan akan berubah. Perubahan itu karena tangan-tangan peserta SM-3T. Mereka tidak hanya menyentuh dengan sentuhan-sentuhan fisik, namun lebih dari itu, dengan sentuhan-sentuhan nilai kemanusiaan. Bagaimana mungkin seorang guru dan para siswanya bisa

OLEH Luthfiyah Nurlaela [Koordinator SM3T Unesa] menangis bersama, kalau bukan karena sentuhan kasih sayang. Para guru SM3T itu bergerak dan berjuang bukan karena didasari adat-istiadat dan agama, namun karena sejatinya, kita semua

"Plis deh... jangan dilupakan SM-3T. Ini bukan program politik, bukan untuk mencari popularitas." [PROF. MOHAMMAD. NUH] adalah bersaudara. Tidak ada satu ungkapan yang bisa kita ucapkan untuk para guru SM-3T, kecuali keharuan dan tetesan air mata. Mereka tidak perlu diberi penghargaan, tapi perjuangan mereka sudah dicatat oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Merekalah para pejuang itu. Ada merah putih di dadanya. Terkait dengan menjelang akhir ma­ sa baktinya di Kemdikbud, yaitu pada tanggal 20 Oktober 2104, Mendikbud merekomendasikan supaya program yang memiliki rasionalitas dan manfaat yang bisa dirasakan langsung, harus te­ rus dilanjutkan. Kata Mendikbud: “Plis deh... ja­ngan dilupakan SM-3T. Ini bukan pro­ gram politik, bukan untuk mencari po­ pu­ laritas.”

SM-3T adalah solusi temporer untuk mengatasi berbagai masalah pendidikan di daerah 3T. Sebelum solusi permanen bisa didapatkan, solusi temporer pun harus dilakukan. Untuk pengangkatan guru tahun 2014, Mendikbud juga menjelaskan, ada jatah khusus untuk alumni SM-3T. Rekrutmen dibuat skenario sendiri. Dengan kecintaannya, para guru SM3T itu akan kembali ke tempat-tempat di mana mereka mengabdi itu. Selain itu, juga ada pemberian beasiswa bagi alumni SM-3T untuk memasuki program Magister dan Doktor. Mendikbud juga berpesan, tidak se­ mua orang punya kesempatan un­ tuk mengikuti SM-3T. Maka setiap pe­ serta SM-3T sebaiknya menulis semua pengalaman mereka selama di tempat tugas. Tambah Mendikbud, alang­ kah indahnya bila peserta SM3T bertemu dengan peserta SM-3T. Bersatu menorehkan sejarah dalam pem­ bangunan pendidikan di daerah 3T. Memberikan sentuhan pada mereka yang lemah. Pesan Mendikbud juga, sebagai pe­ ju­ang, guru SM-3T jangan sekali-sekali me­ngeluh. Setiap persoalan, harus di­ ha­dapi. Setiap persoalan itu, selalu ada jawaban. Bila tidak menemukan ja­wab­ an, tidak ada jawaban atas persoalan itu sendiri, juga merupakan bagian dari ja­ wab­an. n (MAN)

Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA

| 25


JATIM MENGAJAR

LAPORAN JATIM MENGAJAR (BAGIAN 2)

Tersentuh di Hari Pertama Sekolah n oleh Muhtar Anas

Adalah Pak Punaji, bapak muda dengan seorang anak yang menampungku untuk tinggal di rumahnya selama aku bertugas di Lamongan. Ber­sama Pak Matelan yang mengantarkan aku menuju rumah Pak Punaji. Tak jauh dari masjid. Masuk gang kecil dari jalan utama antara sekolah menuju masjid.

S

alat Jumat telah u­sai. Mes­ki hanya di­ikuti oleh be­be­ ra­ pa jamaah saja. Ka­­ mi pun berkenalan de­ ngan beberapa warga. Ada be­­berapa tokoh masyarakat yang menemui kami. Takmir mas­ jid dan kepala dusun serta beberapa yang lain. “Pak Sali. Ini adalah rom­ bong­an dari Surabaya yang akan menempatkan guru ba­ru di SD kita.” Pak Matelan mem­ perkenalkan kami ke­ pa­da Pak Sali, takmir Masjid tem­ pat kami melaksanakan ­ salat Jumat. “Yang akan ditempatkan di sini adalah Pak Muhtar ini, dari Trenggalek. Semoga Pak Muh­ tar betah dan kerasan ber­sosialisasi dengan warga du­sun sini,” tambah Pak Hari sambil memegang pundak saya. “Selamat datang di Dusun Mlu­rus, Pak Guru. Beginilah ke­adaan di sini. Lingkungan kam­ pung di tengah hutan. Ja­lannya berlubang-lubang. Apa lagi kalau musim hujan, ja­lannya susah dilewati. Tapi

26 |

ma­syarakat di sini ramah-ra­ mah. Semoga betah tinggal di sini.” Kata Pak Sali. Setelah saling mem­ per­ kenalkan diri, Pak Hari be­ serta rombongan bersiap melanjutkan perjalanan me­­­­nuju tempat dimana Arif akan bertugas. Ada perasaan gan­­jil di hatiku. “Benarkah aku akan ting­ gal di sini? Sedangkan aku be­lum pernah mengenal na­ ma Desa ini sebelumnya.” Ber­ bagai pertanyaan hanya ter­ ucap dalam hatiku saja. Aku berusaha bersikap wa­jar dan tersenyum untuk me­ nun­jukkan bahwa aku baikbaik saja. Perlahan mobil rom­ bo­ ngan me­ninggal­kan aku. Dan akupun belum begitu sa­­dar akan semuanya. Seolah aku berada tidak jauh dari ru­ mah­ku sendiri, di Ka­bupaten Trenggalek. *** Adalah Pak Punaji, bapak muda dengan seorang anak yang menampungku untuk tinggal di rumahnya selama

MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014

aku bertugas di Lamongan. Ber­ sama Pak Matelan yang mengantarkan aku menuju rumah Pak Punaji. Tak jauh dari masjid. Masuk gang kecil dari jalan utama antara sekolah menuju masjid. Sebuah rumah berbentuk joglo. Rumah adat Jawa Ti­ mur. Berdiri dari rangkaian kayu jati. Mulai dari tiang de­pan, tiang bagian dalam, dinding, pintu maupun jen­ de­ la. Semua asli kayu jati. Se­bagaimana yang lain, ru­ mah Pak Punaji dikelilingi per­sawahan. Meskipun sa­­­ ling berdekatan antara satu dengan yang lain te­ tap saja rumah-rumah di si­ ni dikelilingi sawah yang di­ta­ na­mi tebu dan tem­ba­kau. Be­berapa sawah kosong ka­ re­na tidak ada air. Ya, di dusun ini cukup sulit menemukan air. Ja­ ngan­­kan untuk mengairi per­ sawahan, untuk mandi dan untuk kebutuhan se­ hari-hari pun beberapa war­ ga harus mengantri di su­ mur dusun yang letaknya di tengah sawah. Jika ada yang


JATIM MENGAJAR

Kondisi sekolah tempat Muhtar Anas mengabdi selama setahun di Sambeng Lamongan. Inset Anas saat menerima kunjungan dari tim PPPG Unesa.

mempunyai sumur, sum­ber­ nya teramat kecil. Atau kalau, tidak airnya terasa payau, bahkan asin. Sampai beberapa hari ting­gal di Dusun Mlurus, aku ma­sih belum bisa menyadari ke­napa aku harus berada di sini. Seolah-olah aku belum ter­bangun dari tidur panjang. Hingga akhirnya aku me­ ya­kinkan hatiku bahwa aku harus mengabdikan se­ genap pengetahuan dan kemampuanku untuk mem­ berikan warna bagi ma­ syarakat dusun Mlurus. Khu­ susnya dalam pen­di­dikan. “Biasanya para pen­ da­ tang kalau sudah mengon­ sumsi air sini pasti akan ke­ra­ san tinggal lama di sini.” Kata salah satu warga saat saya be­ rsilaturahmi. Sebenarnya bukan ka­re­ na aku mudah teringat sua­ sa­na rumah saat saya jauh da­ri keluarga. Namun kali ini be­nar-benar memberikan pe­ngalaman yang baru dan lain dalam hidupku. Sei­ring berjalannya waktu, ber­ so­ sialisasi dengan warga du­

sun Mlurus memberikan pe­ ngalaman menarik. Banyak hikmah dan pelajaran yang dapat ku­am­bil. *** Hari Sabtu, tanggal 14 Sep­tember 2013. Hari itu hari pertama kali aku bertugas se­bagai tenaga pendidik di SDN Jatipandak. Pukul 06.15 WIB aku berangkat dari ru­ mah Pak Punaji. Sang surya yang telah menampakkan ke­perkasaannya di ujung ti­ mur. Langit yang cerah se­ makin menyemangati lang­ kah-langkah kakiku. “Selamat pagi, Pak Guru.” “Eh, siapa itu?” “Itu kan Pak Guru yang da­ tang dari Surabaya kemarin. Kemarin datang diantarkan rombongan.” Terdengar sapaan dan per­ cakapan dari be­ be­ rapa warga yang ber­ papasan denganku. Be­be­ra­ pa warga yang lain te­­ngah bercengkerama di depan rumah. Aku pun mem­ ba­ ­ lasnya dengan senyuman se­ ramah mungkin. Jalanan ber­ debu tak menyurutkan

lang­ kahku menuju sekolah un­tuk berjumpa dengan mu­ rid-murid baruku. Tidak membutuhkan wak­­tu lama untuk tiba di se­ kolah. Kurang dari se­ pu­ luh menit berjalan kaki. Ter­li­­hat anak-anak bermain di ha­ laman dengan riang. Be­be­ra­ pa dari mereka me­man­dang dengan begitu asing ke arah­ ku. Siapa dia? Mungkin per­ tanyaan seperti itulah yang ada di benak mereka. Aku pun hanya melewatinya de­ ngan membagikan se­nyum­ an kepada mereka. Ternyata Pak Usman te­ lah menunggu di dalam. “Assalamualaikum,” se­ ge­­­ra aku mengucapkan sa­ lam begitu sampai di pintu kan­tor. “Waalaikum salam. Mari si­­lakan duduk, Pak Muhtar.” Kami pun terlibat per­ca­ ka­ pan. Saling bertanya ja­ wab. Hingga waktu me­nun­ juk­ kan pukul tujuh tepat. Ha­nya kami berdua duduk di da­lam kantor. “Tidak adakah gu­ru lain yang datang hari ini? Bu­kankah di papan tercantum

be­berapa nama? Sedangkan di atasnya terpasang sebaris foto, yang aku kira itu juga foto para guru.” Beberapa per­ tanyaan hanya bisa aku sim­pan di hati saja. Tibalah saatnyaaku ber­ke­ nalan dengan seluruh siswa. Teet…teet…teet…teet…. Pak Usman memencet bel em­ pat kali. Begitu cekatan anak-anak berbaris di ha­ laman. Langsung saja Pak Usman mempersilakanaku un­tuk memperkenalkan diri di hadapan anak-anak. Dua puluh dua anak ber­­ baris dengan rapi se­ suai kelasnya. Bersepatu dan berseragam. Begitu se­ der­­hana. Namun terlihat se­­ mangat yang besar dari se­­pasang mata mereka. Ta­­ pi, tidak. Sepintas ada yang aneh pada barisan me­reka. Ter­­nyata barisan me­reka hanya ada lima. Kok, lima...? (BERSAMBUNG) Penulis adalah peserta Jatim Mengajar (Angkatan ke-1)

Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA

| 27


ARTIKEL WAWASAN

Pemilihan Legislatif, Presiden RI dan Wapres Tahun 2014 Ibarat Mencari Wahyu Makutha Rama Pileg 5 April 2014, Pilpres 9 Juli 2014 ibarat mencari wahyu Kraton dan wahyu Makutha Rama. Mereka yang menang dalam dukungan rakyat akan duduk di singgasana Wahyu Makutha Rama.

oleh Suparnomo

D

alam lakon wahyu Makutha Rama da­ri kerajaan Astina memberikan we­wenang Adipati Karno untuk mencarinya tapi gagal dalam perjalanan. Di pihak lain, Harjuna ditemani pa­ra pena kawan, Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Harjuna adalah sosok satriya Pan­ dhawa (Pandhawa ada lima putera) yang mempunyai wilayah territorial di Ma­ du­ kara. Harjuna hendak mencari wahyu Mak­hutha Rama mendapatkan jalan bah­wa wahyu tersebut di lereng gunung Kutha­ runggu. Para punakawan memberi motivasi dan menemaninya. Sesampainya di pertapaan, Kutha­ ru­ nggu dapat bertemu dengan Begawan/ pan­ dhita yang bernama Kesawasidi. Da­ lam pembicaraannya dengan Begawan Ke­sawasidi, Harjuna mencari/minta wahyu Ma­ khutha Rama. Kesawasidi menjawab bah­wa wahyu Makutha Rama tidak ada, mes­kipun Harjuna tahu bahwa wahyu ter­ sebut ada di Begawan Kesawasidi. Setelah berdialog sekian lama, akhirnya Be­gawan Kesawasidi memberikan wahyu ter­sebut. Kesawasidi mengatakan kepada Har­juna bahwa wahyu ini tidak berwujud yang ada adalah suatu ajaran atau pe­ mi­ kiran-pemikiran seorang raja kesatria, yang dahulu di singgasana mendapatkan bim­bingan dukungan dari delapan de­wa, kepada seorang satria sebagai raja yang bernama Bathara Rama sewaktu di­ lantik atau diwisuda menjadi raja di Nga­yod­ya­ pala. Delapan dewa itu Bathara : Kuwira, Brah­ma, Bayu, Baruna, Indra, Candra, Surya, dan Rodra.

28 |

Dalam sembilan tokoh itu, termasuk Ba­ thara Rama adalah cikal bakal raja di Ngayodyapala. Pemikiran tersebut adalah Has­ta Brata. Lebih jelasnya wahyu Makutha Rama. Wahyu sebagai anugerah Makutha itu mahkota meskipun ini hanya kiasan, sedangkan Rama adalah nama dari seorang Raja di Pacawati atau Ngayodyapala. Hasta Brata sendiri mempunyai arti, Hasta itu delapan Brata itu laku (tindakan). Jadi, siapa yang mendapatkan Hasta Brata itu harus dapat melaksanakan, mengajarkan hal- hal yang sesuai Hasta Brata itu sendiri. Dan Hasta Brata itu sendiri dapat dimaknai antara lain, laku sebagai:

angin yang dapat memberikan suasana kehidupan bagi pimpinan (pamong), hendaknya memberikan kesegaran hidup bagi semua rakyatnya, dapat memberikan pelayanan tentang kesehatan dll.

Bumi Mempunyai sifat yang memberikan kemurahan kepada siapa saja. Bumi sebagai tempat tinggal, mencari makan/hasil bumi dan sebagainya. Artinya, menjadi pimpinan (pamong) hendaknya memberikan kepada siapa saja untuk bernaung dalam negara serta memberikan penghasilan, lapangan kerja (papan, pangan, sandang, pekerjaan).

Bulan Mempuyai sifat bulan memberi pe­ ne­­rangan yang sejuk kepada semua ma­ syarakat dan daerah. Dengan kata lain mampu memberikan pendidikan bagi semua lapisan masyarakat dengan tem­ pat sarana yang memadai. Masyarakat di perkotaan, pedesaan, pegunungan, da­ erah nelayan semuanya sama derajat ka­ pasitasnya dalam mencerdaskan ke­ hi­ dupan.

Air Seperti sifat air, lemah lembut sangat di­ butuhkan tanpa memandang siapa orang­ nya, dapat memberi ketegasan, sebagai air kehidupan. Realitasnya, hendaknya pim­pinan (pamong) dapat memberikan pen­ jernihan masalah dalam kehidupan di ma­syarakat. Angin Mempunyai sifat angin di sini bukan angin yang membawa bencana namun

MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014

Samudra Mempunyai sifat samudra. Artinya men­jadi pimpinan (pamong) hendaknya mem­punyai kesabaran. Setiap meng­ha­ dapi masalah dilakukan dengan senyum manis dan mencari alternatif terbaik da­ lam menyelesaikan masalah, dengan la­pang dada, wawasan luas seperti sa­ mudera.

Matahari Sifat matahari memberi terang seluruh bumi, memberikan kekuatan segala yang ada di bumi termasuk tumbuh- tumbuhan, sa­ mudera, memberikan perkembangan ke­hidupan, ada hujan dan sebagainya. Pim­ pinan (pamong) hendaknya memberikan masyarakat sesuai bidangnya sebagai mo­ dal untuk berkembang.


ARTIKEL WAWASAN Api Mempunyai sifat dapat melebur atau memusnahkan,. Seorang pimpinan (pa­ mong) hendaknya dapat menyelesaikan masalah di masyarakat dengan adil dan ti­ dak memihak. Kartika Sifat bintang memberikan petujuk se­ perti gunung. Meskipun terkena angin besar seperti puting beliung, angin tersebut ter­ pecah ke kanan dan ke kiri karena kuatnya fisik gunung tersebut. Seorang pimpinan (pamong) haruslah memberikan keputusan yang kelak berguna bagi semua kehidupan atau kemaslahatan orang banyak harus di­ jalankan. Demikianlah penjabaran tentang Hasta Brata oleh Kesawasidi yang tak lain adalah Kresna Raja Dwarawati. Ia merupakam inkarnasi dari Dewa Wisnu. Seperti halnya Rama Wijaya, orang yang bidjak dan pandai. Kresna dan Harjuna pewaris Hasta Brata secara kodrati karena dekat dan me­ ngayomi rakyatnya, dan punakawan se­ bagai simbol sebagai rakyat. Pilihan Presiden dan Wakilnya Pencalonan presiden dan wakil pre­ siden dari kubu Prabowo Subianto dan Joko Widodo ibarat dua kubu dalam per­ sepsi pewayangan yakni Harjuna mencari wahyu makutha Rama. Keduanya adalah Harjuna hanya versinya saja menjadi dua: versi Prabowo dan versi Jokowi. Dalam hal ini kubu tidak saling bermusuhan, na­ mun kedua kubu tersebut ditempatkan masing- masing sebagai putra manusia un­ tuk mencari wahyu demi mendapatkan du­ kungan rakyat dalam pencalonan sebagai presiden. Kita tarik benang merah dalam ceritera Pra­bu Rama Wijaya tatkala dilantik menjadi raja di kerajaan Pancawati. Hal ini dapat diekspresikan dalam Negara Indonesia akan merdeka telah dibentuk panitia sembilan, dalam PPKI ( Pantia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) ini mirip dengan dewa delapan plus Prabu Bathra Rama sehingga sem­ bilan dewa memproklamirkan Prabu Ra­ ma Wijaya sebagai raja pancawati sepertinya tak jauh berbeda SoekarnoHatta memproklamirkan Negara Republik In­donesia pada 17 Agustus 1945. Panitia sem­bilan dalam PPKI termasuk Soekarno – Hatta disebut Founding Fathers.

Semoga yang mendapatkan wahyu Mahkutha Rama Pikukuhing Praja dalam mengemban amanat tidak ada masalah dapat me­menuhi janjinya, program- program yang ditawarkan kepada rakyat dan tugas yang diembannya sesuai UUD 1945. Soekarno-Hatta, pemimpin Negara RI I yang mempunyai wawasan nasionalisme, Pancasila dan ilmu pengetahuan bisa di­ katakan termasuk Hasta Brata. Pilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 dan Pihak PDIP yang diketuai Megawati Soekarno Putri mengambil keputusan untuk mencalonkan Joko Widodo sebagai pre­ siden sedang wakilnya adalah Jusuf Kalla. Bila dikorelasikan dengan ceritera Har­ juna mencari wahyu Makutha Rama dan Srikandhi mencari Harjuna, Megawati Soekarnoputri adalah sosok satrio putri yaitu Srikandhi dan Joko Widodo sebagai Harjuna, sedangkan Jusuf Kalla sebagai Kresna. Srikandhi (Megawati) sudah berpe­nga­ laman tentang perjuangannya. Dengan ber­temunya Harjuna (Joko Widodo) berikut Kresna (Jusuf Kalla) mereka adalah sosok negarawan, mereka sudah berpengalaman di bidang pemerintahan yang tak terlepas dari ajaran Hasta Brata. Lain dengan Harjuna versi Prabowo. Di sini Srikandhi no­ tabone dalam institusi partai Golkar. Setelah partai Golkar menemuai Jokowi, capres yang diusung PDIP didukung koalisi Nasdem, PKB, Hanura dan PKPI, partai Golkar sepertinya bimbang. Akhirnya, ia ber­koalisi mendukung Prabowo-Hatta se­ bagai Presiden dan Wakil Presiden RI. Prabowo diumpamakan sebagai Har­ juna yang mempunyai pengalaman ke­pra­ juritan, organisasi masyarakat sudah lama murca (tidak kelihatan) berikut ketemu de­ngan Hatta Rajasa (sebagai Bengawan Ke­ sawasidi) jelmaan Kresna, mempunyai pengalaman dalam pemerintahan. Partai Golkar seolah-olah sebagai Dewi Subadra (adik kandung Kresna) dan di dalamnya ada Srikandhi. Srikandhi dalam partai Golkar di sini adalah Titik Soeharto yang terpilih sebagai calon legislatif pusat periode tahun 2014- 2019. Meskipun Srikandhi tidak

mencari langsung kepada Harjuna, ka­rena terbawa oleh partai Golkar akhirnya Sri­ kandhi (Titik Soeharto) mendukungnya dan per­nah bertemu dalam keluarga. Kedua versi Harjuna, sebagai Satria Pi­ ningit massing- masing telah mendapat dukungan rakyat dalam pilpres tanggal 9 Juli 2014. Dukungan itu sebagai wahyu, hasil pemilihan presiden dari rakyat. Hasil Pilpres diumumkan KPU 22 Juli 2014, hendaknya bagi yang kalah legowo, sifat ksatria, untuk mendidik rakyat berdemokrasi. Hen­ dak­ nya menciptakan suasana damai demi kepentingan bersama, lebih- lebih bagi ma­ sing- masing pendukung. Presiden terpilih mendapat legitimasi dari KPU, merupakan lambang atau gambaran tentang wahyu Makutha Rama, dan belum sah wahyu tersebut sebelum ada Pikukuhing Praja ar­ tinya penguatan dari dewa. Dewa di sini adalah MPR/DPR yang akan melantik Presiden dan Wakil Presiden terpilih (UUD 1945 setelah perubahan pasal 9). Presiden ter­ pilih mengucapkan sumpah dan janji di hadapan MPR/DPR. Semoga yang mendapatkan wahyu Mahkutha Rama Pikukuhing Praja dalam mengemban amanat tidak ada masalah dapat me­ menuhi janjinya, program- program yang ditawarkan kepada rakyat dan tugas yang diembannya sesuai UUD 1945. Catatan: Tulisan ini dibuat sesudah pemilihan ca­lon Presiden R.I 2014 dan wakilnya, se­be­ lum adanya gugatan Tim Prabowo- Hatta ke KPU (Komisi Pemilihan Umum).

DAFTAR PUSTAKA Media Massa : Kompas, Jawa Pos, Radar, Edisi Minggu Pertama Bulan Juli, 2014 Siswodharsoyo, Ki, Pakem Pendalangan Lampahan Makutha Rama, Nga­yog­ya­ karto : Toko Buku S. G., 1979. Sondang P. Siagian, M. PA., Prof, Dr., Ad­ mi­nistrasi Pembangunan, Konsep, Di­ mensi dan Strateginya, Bumi Aksara, Ja­karta, 1999.

Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA

| 29


SEPUTAR UNESA Dies Natalis Unesa ke-50

Selamatkan 3 Nyawa dengan Sekantong Darah

S

ebagai kelanjutan dari kegiatan bakti sosial, donor darah dalam rangka menyambut Dies Natalis Unesa ke-50 di Kantor Penjaminan Mutu (PJM) Unesa (21/10/2014) lalu, kini kegiatan donor darah juga dilaksanakan di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) pada Rabu (29/10/2014). Dalam kegiatan itu, Unesa bekerja sama dengan RSU Dr. Soetomo. “Serangkaian acara dalam rangka memperingati Dies Natalis Unesa ke-50, salah satunya adalah donor darah yang kami lanksanakan di Unesa, Kampus Ketintang dan kali ini acara donor yang kedua dilaksanakan di Kampus Lidah,” papar Rahmat, koordinator donor darah dan bakti sosial Dies Natalis Unesa. Kegiatan yang direncanakan mulai pukul 08.00 WIB itu mengalami kemoloran hingga satu jam karena dokter beserta tim donor darah mengalami kemacetan lalu lintas. Akan tetapi, hal itu tidak menyurutkan semangat para pendonor yang telah mengantre sejak pukul 08.00 WIB. Banyak mahasiswa, dosen, dan karyawan yang siap mendonorkan darahnya meski harus melewati beberapa ketentuan terlebih dahulu. Di antara ketentuan yang harus dilalui oleh setiap pendonor adalah mengisi formulir, berat badan lebih dari 45 kg, tekanan darah normal, tidak sedang menstruasi bagi

wanita, dan beberapa persyaratan teknis lainnya. Selain satu kantong darah dapat menyelamatkan tiga nyawa, donor darah juga memiliki beberapa fungsi yang berguna dalam menjaga kesehatan, misalnya dapat mengurangi resiko serangan jantung 4—5 kali lipat, membantu sirkulasi darah, dan dapat mendeteksi resiko kesehatan sejak dini. “Tujuan saya sangatlah sederhana, semoga sekantong darah saya bisa membantu mereka yang membutuhkan,” tutur Catur, salah satu dosen yang mendonorkan darahnya. (Diyanti/SR). n (DIYANTI/SR)

Seminar Nasional dan Workshop

Siapkan Implementasi K13 Ilmu Biologi

J

urusan Biologi FMIPA Uni­ ver­ sitas Negeri Surabaya me­ nga­ dakan Seminar Nasional dan Workshop Biologi 2014 dengan tema “Implementasi Ku­rikulum 2013 dan KKNI dalam Pe­ngem­bangan Pendidikan dan Pe­ne­litian Biologi”. Bertempat di Ge­ dung D1 Lantai 3 Ruang Sidang FMIPA kampus Ketintang, acara itu di­ lak­ sa­ nakan selama dua hari, Sabtu - Ming­ gu (18 - 19/10/2014). Seminar nasio­nal dilaksanakan pada Sabtu dan di­lanjutkan dengan workshop pada Ming­gu. “Seminar ini diselenggarakan se­ba­ gai salah satu bentuk kepedulian, per­ ha­tian, dan sumbangsih kami, FMIPA Uni­ versitas Negeri Surabaya dalam

30 |

me­wujudkan suksesnya implementasi ku­ rikulum 2013 dan KKNI. Inovasi dan bentuk-bentuk penyegaran yang di­ usung dalam struktur kurikulum 2013 dan KKNI diharapkan dapat me­ ningkatkan pembelajaran dan pen­ di­dikan di Indonesia,” ucap Dr. Sunu Kuntjoro, M.Si. selaku ketua panitia. Seminar itu mendatangkan tiga pe­ makalah utama, yaitu : 1. Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd., pakar pendidikan sekaligus mantan Rektor Unesa. 2. Prof. Dr. Sutiman Bambang Sumito, SU., D.Sc., guru besar Biologi sel dan mo­le­ kuler Universitas Brawijaya Malang. 3. Dr. Tarzan Purnomo, M.Si., pakar ilmu

MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014

Lingkungan dari Jurusan Biologi FMIPA Unesa. “Selama ini Biologi dikenal sebagai pe­lajaran menghafal, sebenarnya bu­ kan hanya itu,” kata Prof. Sutiman meng­awali pembicaraanya. Me­nu­ rutnya, guru Biologi harus lebih krea­ tif lagi agar pembelajaran Biologi le­ bih menarik. Seorang pakar Biologi ju­ ga harus menguasai bidang ilmu yang lain, seperti Fisika, Kimia, dan Ma­tematika. Selama ini pakar Biologi hanya mendalami ilmu Biologi saja tan­ pa mempelajari bidang ilmu yang la­in­ nya. Harus ada korelasi antara Biologi, Fi­sika, dan Kimia agar diperoleh suatu pengetahuan yang utuh. n (HABIBI/LINA)


SEPUTAR UNESA Aktivitas Mahasiswa

British Carnival English Week XIX Kostum Jadul

A

da yang berbeda di Joglo Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) pada 28 Oktober 2014 kemarin, tampak ma­ha­sis­wa menggunakan pakaian model lama (jadul), tahun 1970-an, yang ra­ mai memenuhi joglo dan sekitarnya. Itu merupakan salah satu bagian dari rang­kaian acara English Week XIX bagi ma­hasiswa English Department (ED) di hari kedua. Acara yang mengusung tema “Vintage British” itu dihadiri oleh ma­ha­siswa ED mulai dari angkatan 2012--2014 yang terdiri dari 15 kelas. Mereka mengikuti acara British Carnival mulai pukul 09.00 WIB--14.00 WIB. “Selain unjuk kostum Vintage, ada perlombaan yang harus diikuti oleh setiap

kelas. Perlombaan itu ialah speech, news casting, dan drama musical. Setiap kelas wajib mengirimkan perwakilan kelas mereka pada setiap perlombaan,” jelas Iffatur Nyssa Putri, penanggung jawab acara Selain itu, bertepatan dengan pe­ ri­ ngatan Sumpah Pemuda, tampak berbondong-bondong siswa SMA ke gedung T-4 guna berpartisipasi da­lam lomba Speech. Lomba tersebut me­ rupakan salah satu dari sekian lomba yang dilombakan untuk siswa SMA se-Jawa. Lebih dari 50 peserta yang mengikuti kegiatan yang dimulai pukul 08.30 WIB tersebut. (Annisa/Yusuf/SR). n (ANNISA/YUSUF/SR)

Aktivitas Mahasiswa JBSI

Sambut Bulan Bahasa dengan Wajah Baru

S

esuai runtutan sejarah, bahasa In­donesia kali pertama d­i­ik­ rar­kan adalah pada bulan Ok­ tober, Mungkin saja ini yang me­macu banyak orang untuk silih ber­ ganti merayakannya. Sebagai wujud rasa memiliki, Himpunan Mahasiswa Ju­rusan Bahasa dan Sastra Indonesia (HMJBSI) turut memeriahkan dengan me­ ngadakan Festival Lomba Bulan Bahasa Nasional (18/10/2014). Kegiatan tersebut diadakan di Auditorium Prof.

Dr. Leo Idra Adriana yang dikhususkan bagi siswa SMA sederajat. Adapun tangkai lomba yang di­lom­­ bakan adalah musikalisasi puisi, men­ do­ngeng, cerdas cermat, baca berita, dan menulis resensi. Nama pe­serta dan pen­ damping yang tercatat di daftar hadir mencapai lebih dari 300 orang. Menurut Ketua Pelaksana Mar­haendra Putra, kegiatan festival ini merupakan kegiatan tahunan, na­ mun kali ini diramu berbeda dari se­belumnya.

Pada kegiatan yang dimulai pukul 07.00 WIB tersebut diikuti oleh setiap peserta dengan semangat. Terbukti oleh pernyataan salah satu juri dari dosen JBSI Jack Parmin di akun media sosialnya bahwa semua peserta layak jadi pemenang. Titik perbedaan dan peningkatan festival lomba tersebut adalah lomba menulis resensi (lomba baru), konsep cerdas cermat, dan konsep baca berita yang sudah tidak lagi berhadapan dengan juri, namun peserta ditantang untuk membacakan berita layaknya presenter sungguhan dengan harus menghadap kamera secara langsung. Pada puncaknya, semua peserta dan pendamping dengan rasa pe­ nasarannya menunggu hasil dari lomba yang sudah dilaksanakan. Gegap gem­ pita suara peserta dan pendukung pun memenuhi auditorium tempat pe­ ngumuman. Alhasil, yang menjadi juara umum adalah SMAN 2 Sidoarjo. n (YUSUF/ANNISA/SR)

Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA

| 31


INFO SEHAT

ADA KHASIAT

di Balik Pedasnya

Berbagai kegiatan penelitian menyimpulkan di balik rasa pedasnya, cabe memiliki banyak man­faat terutama bagi kesehatan. Di antara manfaatnya cabe dapat mengurangi risiko kan­ ker, menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan bahkan dapat menyembuhkan luka.

Adalah dr Khursheed Jeejeebhoy, seorang ahli penyakit dalam dari University of Toronto ini menganjurkan konsumsi makanan pedas secara teratur untuk meningkatkan kualitas kesehatan tubuh. Menurutnya, mengonsumsi makanan pedas secara tidak berlebihan sangat baik bagi kesehatan dan mengurangi risiko kanker. Hasil penelitian laboratorium di Inggris menemukan, kandungan capsaicin pada cabai yang menimbulkan rasa pedas, dapat membunuh sel kanker tanpa merusak sel normal. Jadi tidak heran mengapa beberapa kasus kanker di Meksiko dan India, yang masyarakatnya banyak mengonsumsi makanan pedas, lebih sedikit dibandingkan negara-negara Barat, yang masyarakatnya cenderung tidak suka makanan pedas. Sementara itu, dua penelitian yang dilakukan tim dari Australia juga mengungkap, menambahkan cabai dalam setiap masakan bisa menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Hasil penelitian itu juga menjelaskan, makanan pedas juga bisa menstabilkan kadar insulin dalam darah. Dalam takaran yang tidak berlebihan, makanan pedas bahkan bermanfaat

32 |

untuk kesehatan lambung. Demikian hasil studi yang dilakukan tim peneliti dari Hungaria. Capsaicin bisa mengurangi asam lambung dan berfungsi sebagai antiinflamasi. Berikut Manfaat Lain dari Cabe 1. Cabe dapat meredakan pilek dan hidung tersumbat karena capsaicin dapat mengencerkan lendir. Sehingga, lendir yang tersumbat dalam rongga hidung akan menjadi encer dan keluar. Akibatnya, hidung menjadi tidak tersumbat lagi. Ini berlaku pada sinusitis dan juga batuk berdahak. 2. Cabe dapat memperkecil risiko terserang stroke, penyumbatan pembuluh darah, impotensi, dan jantung koroner. Karena, dengan mengkonsumsi capsaicin secara rutin darah akan tetap encer dan kerak lemak pada pembuluh darah tidak akan terbentuk. Sehingga, darah akan mengalir dengan lancar. Jadi, cabe juga berkhasiat mengurangi terjadinya penggumpalan darah (trombosis). 3. Sebagai antibiotik alami. 4. Cabe dapat meringankan keluhan sakit kepala dan nyeri sendi. Karena, rasa

MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014

pedas dan panas yang ditimbulkan capsaicin akan menghadang pengiriman sinyal rasa sakit dari pusat sistem saraf ke otak. Sehingga, rasa sakit tersebut akan berkurang, bahkan hilang. 5. Cabe dapat meningkatkan nafsu makan pengkonsumsinya. Karena, capsaicin dapat merangsang produksi hormon endorphin, hormon yang mampu membangkitkan rasa nikmat dan kebahagiaan. Sehingga, nafsu makan menjadi bertambah. 6. Kandungan antioksidannya dapat digunakan untuk mengatasi ketidaksuburan (infertilitas), afrodisiak, dan memperlambat proses penuaan. 7. Ekstrak buah cabai rawit mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan jamur Candida Albicans, yaitu jamur pada permukaan kulit. 8. Untuk gangguan rematik dan frostbite (jari nyeri karena kedinginan). 9. Daunnya bisa digiling untuk dibalurkan di daerah yang sakit guna mengatasi sakit perut dan bisul. 10. Mengobati perut kembung. 11. Membantu pembakaran kalori hingga 25%. 12. Memberikan kalsium dan fosfor bagi tubuh. 13. Cabe menghasilkan vitamin C (lebih banyak daripada jeruk) dan provitamin A (lebih banyak daripada wortel) yang sangat diperlukan bagi tubuh. Walau banyak manfaat yang bisa diambil dari mengkonsumsi cabe, namun dianjurkan untuk tidak mengonsumsi cabe secara berlebihan. Jadi tidak salah bila mulai menyisipkan makanan pedas dalam menu harian Anda secara berkala. n [MAN/BBS]


INFO SEHAT

SI ORANGE

Anti Kanker Wortel merupakan salah satu sayuran yang memiliki berbagai nutrisi serta vi­ta­ min yang dibutuhkan oleh seluruh or­gan tubuh manusia. Berdasarkan fakta yang telah terungkap, wortel merupakan sum­ ber vitamin A yang sempurna. Vitamin A da­lam wortel sangat baik untuk menjaga dan mempertahankah kesehatan tubuh. Be­rikut berbagai manfaat sayuran orange ini:

W

ortel merupakan salah satu sa­ yuran yang sudah tidak asing bagi semua orang di se­ lu­ ruh penjuru dunia. Dari bentuknya yang memanjang serta warnanya yang se­ba­gi­ an besar orange atau merah mudah men­ ja­dikan wortel salah satu sayuran yang mu­ dah dikenali. Sebagian besar dari kita juga pas­ti mengetahui bahwa sayuran tersebut sa­ngat baik untuk menjaga kesehatan or­ gan mata. Mengonsumsi wortel, baik se­ ca­ra langsung maupun dibuat jus serta sa­yuran sangat dianjurkan. Namun, ternyata bukan itu saja man­ faat wortel bagi tubuh kita. Ada ba­nyak sekali manfaat tersembunyi ter­ kan­ dung dalam sebuah wortel. Lalu, apa sa­ja manfaat tersembunyi wortel bagi ke­se­ha­ tan tubuh tersebut...?

1. Penglihatan Yang Lebih Baik. Sumber be­takaroten dalam wortel akan di ubah oleh organ hati menjadi sumber vi­ta­ min A. Maka tak mengherankan, jika se­seorang rutin mengonsumsi wortel dalam menu hariannya, maka organ matapun akan terjaga kesehatannya sepanjang waktu. 2. Sayuran Anti Kanker. Wortel menjadi sa­lah satu sayuran yang sangat efektif untuk menangkal berbagai jenis kan­ ker yang sangat mematikan seperti kanker payudara, paru-paru serta u­sus besar. Ini dikarenakan adanya kan­du­ ngan falcarinol serta falcarindiol yang mana bersifat antikanker dalam se­bu­ ah wortel. 3. Jantung Yang Lebih Sehat. Kan­du­ ngan betakaroten, alfa karoten serta lu­ tein menjadikan wortel sangat di­ bu­tuhkan oleh organ jantung. Ini di­ karenakan berbagai kandungan zat

tersebut akan membuat Anda ter­ hin­dari dari berbagai gangguan atau serangan jantung. 4. Gigi yang Lebih Sehat dan Kuat. Wor­tel berperan penting dalam mem­ bantu menghilangkan plak dan sisa ma­ kanan yang dapat merusak gigi dan gusi anda. Ini dikarenakan, wortel me­miliki kandungan mineral tertentu yang dapat mencegah kerusakan gigi dari waktu ke waktu. 5. Pencegah Stroke Yang Ampuh. Ru­tin mengkonsumsi sayuran orange atau wortel dapat mengurangi dan men­ cegah penyakit stroke yang bisa me­ ngan­ cam keselamatan nyawa dalam wak­tu sekejap. 6. Tampil Lebih Awet Muda. Kandungan be­takaroten yang sangat tinggi dalam se­buah wortel dapat memperlambat pe­nuaan sel. Sehingga membuat se­se­ orang terlihat lebih awet muda mes­ki­ pun usia terus bertambah. 7. Pembersih Racun Pada Tubuh. Kan­ du­ngan Vitamin A dalam wortel dapat membersihkan organ usus besar serta empedu dan lemak dalam organ hati anda secara alami serta efektif. n (MAN/ BBS)

Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA

| 33


CATATAN LIDAH

2015 l Djuli Djatiprambudi

P

ernahkah Anda membayangkan, bahwa dalam waktu tidak terlalu la­ma lagi rektor ataupun para dekan di lingkungan Unesa akan di­ ja­bat oleh akademisi dari Singapura, Thailand, Malaysia, atau dari Fi­lipina? Atau, mungkin juga para kepala biro, ketua jurusan dan se­ ba­gainya akan dikendalikan oleh tenaga profesional dari negara tetangga? Bi­sa jadi, separo dari jumlah dosen Unesa ke depan akan diisi oleh tenaga do­sen kampiun dari negeri seberang? Mungkin juga, otonomi kampus kita akan dikendalikan penuh oleh apa yang dinamakan global management? Bila itu semua benar-benar terjadi di kampus Unesa, apa yang hendak ki­ ta perbuat? Itulah sejumlah implikasi yang mungkin terjadi pada era yang di­ se­but Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Sekalipun MEA belum mengharubiru ke dalam berbagai dimensi kehidupan kampus, kenyataannya MEA te­lah diomongkan di mana-mana sebagai paradigma baru pada era ke­se­ ja­gadan di lingkup negara anggota Asean. Pada era ini batas-batas negara akan dibongkar, tanpa sekat birokrasi berbasis masing-masing negara. Te­ ta­pi, semua sekat akan ditembus dengan mengatasnamakan kerjasama an­tar bangsa untuk mencapai kemakmuran bersama yang adil. Dengan ini, ma­ka kemudian Asean diproyeksikan menjadi kawasan yang terbuka dan ter­integrasi dengan pendekatan trans-nasional. Sementara itu, kita tahu, pada pertemuan puncak Asean ke-12, Januari 2007, para pemimpin Asean bersepakat mempercepat MEA pada tahun 2015. Inti dari kesepakatan itu, Asean akan dijadikan sebagai suatu kawasan yang bebas keluar-masuk barang perdagangan, jasa, investasi, tenaga ker­ja dan modal. Dengan kondisi semacam itu, maka idealnya Asean akan men­ jadi kawasan yang dinamis dan kompetitif. Implikasi dari kesepakatan ini, tentu segala instrumen kebijakan dan infrastruktur disiapkan untuk men­do­ rong dan memfasilitasi berlangsungnya MEA. Artinya, dengan merujuk kesepakatan itu, mau tidak mau, kita tidak bi­sa tinggal diam dan duduk bersilang dagu, hanya terbengong-bengong me­nyongsong tahun 2015 sebagai awal MEA dilaksanakan. Barang, jasa, in­vestasi, tenaga kerja, dan modal akan keluar masuk dengan bebas, un­ tuk selanjutnya akan berada di seputar kita. Maka, sekali lagi, kita jangan ter­bengong-bengong, kalau kemudian berbagai peraturan perundangan yang selama ini menjadi dasar kita bergerak, akan diganti dengan sangat sig­nifikan dalam konteks Asean. Berbagai regulasi yang terkait dengan pe­ngelolaan perguruan tinggi, akreditasi, standar pendidikan tinggi, stan­ dar kompetensi dan kinerja dosen, standar proses pembelajaran, stan­dar penelitian, publikasi, dan masih banyak lagi, mau tidak mau akan di­se­la­ras­ kan dengan blueprint MEA. Kehadiran MEA, pada sisi tertentu memang menerbitkan berbagai pe­ lu­ang. Tetapi, di balik itu juga memberikan sinyal-sinyal ancaman. Jumlah pen­duduk Indonesia yang sangat besar dan wilayah Indonesia yang paling luas di antara negara Asean, agaknya akan menjadi modal posisi tawar kita di antara negara-negara Asean. Dengan modal sebesar itu, kita bisa memiliki po­sisi yang signifikan dalam banyak hal, misalnya di sektor ternaga kerja ter­didik, yang belakangan ini keberadaannya berada dan berkontribusi di­ ber­bagai sektor ekonomi dan industri kratif; desain, fashion, kuliner, komik, kar­ya seni, kriya, film, musik, buku, peralatan elektronik, penelitian terapan, oto­motif, dan masih banyak lagi.

34 |

MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014

Namun, sebaliknya, kita harus was­pada atas berbagai sinyal-sinyal an­caman. Taruhlah data tentang In­ deks Kompetisi Global 2014/2015 dari World Economic Forum 2014, yang mengukur 144 negara dalam hal kemampuan kompetisinya. Ter­ nyata, Indonesia berada pada u­rutan 34, berada jauh di bawah Si­ ngapura (urutan 2), Malaysia (20), Thailand (31). Khusus untuk urusan kualitas pendidikan dasar/ ke­sehatan, Indonesia malah menduduki urutan lebih rendah lagi, yaitu ber­ ada pada ururtan 74 dibandingkan misalnya dengan Singapura (urutan 3), Malaysia (33) dan Thailand (66). Memang, kita tidak sepantasnya menaruh sikap inferior ketika MEA mu­lai berlangsung. Indonesia sebagai sebuah bangsa yang dibayangkan ber­sama akan menjadi kongkret keberadaannya manakala segala aspek yang terkait ke-Indonesia-an dijadikan paradigma yang dipegang teguh. Hal demikian pernah terjadi ratusan tahun yang lampau, ketika bangsa ini de­ngan sukses meramu berbagai gelombang peradaban dari luar (Hindu, Budha, Tionghoa, Islam, Barat) menjadi sebuah entitas baru. Entitas itu ber­ nama Nusantara. Melalui entitas ini, kita mendapatkan pelajaran berharga, bahwa bangsa Nu­santara selalu keluar sebagai bangsa yang memiliki“DNA”peradaban yang kokoh, berakar tunjang sampai masuk ke dalam perut peradaban asali, yaitu za­man neolithikum dan megalithikum. Pada zaman ini akar kebudayaan dibentuk dengan kuatnya, karena di dalamnya telah memperlihatkan sistem yang kompleks, terkait dengan mentalitas kemaritiman, keterbukaan, ke­ man­dirian, kecerdasan, kebijaksanaan, spiritualitas, kemegahan maknawi dan bendawi. Maka, dengan merujuk konsep “ideal type” dari Weber, tampaknya ma­nusia Nusantara tidak dimungkinkan memiliki dasar struktur berpikir yang konvergen, tetapi sebaliknya divergen. Model berpikir ini lebih meng­utamakan membuka diri seluas-luasnya dengan bangsa lain, un­­tuk kemudian saling bernegoisasi, dan selanjutnya secara cerdas mem­for­mu­ lasikan suatu struktur budaya hibrit yang kaya, beragam, dan fleksibel. Dia tidak kaku, tetapi lentur dalam memaknai apa pun dalam ruang dan wak­tu sejarah tanpa kehilangan “jadi dirinya”. Hal ini memberikan pelajaran bah­ wa dengan banyak berinteraksi dengan entitas lain, kita justru makin me­ ne­mukan “diri kita”. Pelajaran berharga dari proses hibridasi kebudayaan Nusantara ter­se­ but, akhirnya tidak ada alasan lagi kita tidak siap manakala MEA menjadi pa­ radigma baru yang tak terelakan. Dalam tingkatan yang mikro, seperti hal­ nya Unesa, spirit yang diperlihatkan oleh manusia Nusantara masa lampau, per­lu dijadikan refleksi untuk mengimajinasikan di mana kesiapan dan po­ si­si kita sesungguhnya. Memang, sejarah bisa berulang lagi. Tapi, ketika sejarah berulang se­ sung­guhnya dia sudah melakukan metamorfosis terus-menerus. Sejarah ti­dak pernah hadir sama dan sebangun. Sejarah selalu hadir dengan segala taf­sir politisnya. Sejarah akan hadir sebagai sosok yang abstrak, menyerupai ruh, menyerupai energi yang sulit dilihat formulasinya, tetapi dia benar-be­ nar ada dan mengada dalam ruang dan waktu. Karena itu, bila kita mengimajinakan Unesa sebagai entitas yang me­ mi­liki sejarah, maka Unesa akan bergerak liat, mengambil peran aktif untuk ber­bagi dan berkoneksi dengan entitas manapun. Dalam konteks ini, MEA haruslah dipandang sebagai sebuah peluang yang besar, manakala seluruh si­vitas akademika dengan sadar merevolusi mentalnya menjadi satuan-sa­ tu­ an energi biofili yang menyatu, dan selanjutnya meledak membahana meng­hiasi langit Asean, karena kontribusinya yang dinamis. n (Email: djulip@yahoo.com)




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.