WARNA EDITORIAL
Majalah Unesa
ISSN 1411 – 397X Nomor 73 Tahun XV - September 2014 PELINDUNG Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd (Rektor) PENASIHAT Prof. Dr. Kisyani Laksono, M.Hum (PR I) Prof. Dr. Warsono, M.S. (PR III) Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB Dr. Purwohandoko, M.M (PR II) PEMIMPIN REDAKSI Dr. Suyatno, M.Pd REDAKTUR A. Rohman PENYUNTING/EDITOR Basyir Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd REPORTER: Herfiki Setiono, Aditya Gilang, Ari Budi P, Rudi Umar Susanto, M. Wahyu Utomo, Putri Retnosari, Fauziyah Arsanti, Putri Candra Kirana, Lina Rosidah FOTOGRAFER A. Gilang, M. Wahyu U. Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT (Arman, Basir, Wahyu Rukmo S) ADMINISTRASI Supi’ah, S.E. Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI Hartono PENERBIT Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124 Fax (031) 8280804
B
UNESA DI ASIA TENGGARA
dikelola oleh tim yang agaimanapun, Une sa ada di dibentuk sebagai wa kil Asia Tenggara promosi di Asia Teng akibat ca gara. Sebaliknya, jurnal dari Unesa harus mampu kupan geografis. Itu memuat karya ilmiah menandakan bahwa dosen dari negara di Une sa sejajar dengan Asia Tenggara. Pokonya, per guruan tinggi di Thai land, Philipina, Si simbiosis mutualis harus ngapura, maupun dijalankan dengan baik. Keempat, pertukaran Malaysia dari segi lo kus. Lalu, pembeda ma hasiswa, dosen, dan apa kah kiranya yang profesor dilakukan ke men inggi-rendahk an perguruan tinggi di Asia antarperguruan tinggi l DR. SUYATNO, M.PD Tengara. Pertukaran itu di wilayah Asia Tengara di kemas dengan baik itu? Jawabannya ada agar didapatkan hasil lah kualitas perguruan tinggi tersebut yang maksimal. Kelima, mahasiswa Unesa sangat dalam menjalankan peran se ba gai kawah Candradimuka para mahasiswa perlu dikenalkan karakteristik kenega nya. ra an dan kebangsaan negara-negara Unesa tidak akan mau menjadi pe di Asia Tenggara agar kelak ketika lulus nonton perkembangan dan per tum mereka bersedia dengan hati yang tu buhan di Asia Tenggara. Apalagi, MEA lus bekerja atau berkreasi di negara(Masyarakat Ekonomi Asean) pada negara Asia Tenggara. Pengenalan itu 2015 akan dimulai. Unesa harus meli bukan hanya di Jurusan Sejarah tetapi batkan diri sebagai subjek yang turut di semua jurusan di Unesa. Pengenalan me ramaikan keterlaksanaan MEA itu. itu berupa sejarah pendidikan ne ga Tim MEA dari Unesa perlu dibentuk ra X di Asia Tenggara, peluang berkar dengan target mengibarkan bendera ya di negara X di Asia Tenggara, bu Unesa di Asia Tenggara. Bagaimana ca daya negara X di Asia Tenggara, dan ranya? seterusnya. Sisipkan topic itu di perku Pertama, membangun kerja sama liahan mahasiswa Unesa. Keenam, undang dosen dari negara per guruan tinggi lintas negara Asia Tenggara. FIP Unesa telah merintis ker X di Asia Tenggara untuk memberikan ja sama dengan perguruan tinggi di perkuliahan di Unesa. Segaris dengan Ma laysia. Jurusan Bahasa dan Sastra itu, serap ilmunya dan ajaklah untuk Indonesia pernah didatangi oleh juru imbal-balik dosen Unesa mengajar di san serupa dari Universitas Brunei Da perguruan tinggi tempat dosen itu ber russalam meskipun JBSI Unesa belum asal. Sekarang Unesa berada pada era mendatangi balik ke Universitas Brunei keterbukaan di Asia Tenggara. Peluang sudah dibuka oleh negara. tersebut. Tentu, fakultas dan jurusan lain perlu didorong untuk membangun Unesa tentu akan lebih bergengsi jika kerja sama. turut mengambil inisiatif dari peluang Kedua, Unesa perlu berpromosi itu. Unesa adalah bagian dari negara agar mendapatkan mahasiswa dari ne dan negara mempunyai kewajiban un gara di Asia Tenggara. Bisa jadi, siswa tuk turut mengibarkan bendera Unesa. dari Vietnam, Myanmar, Laos, Kamboja, Oleh karena itu, Unesa harus dengan Malaysia, dan yang lainnya meneruskan gagah berani membuka kran kerja jenjang perguruan tinggi ke Unesa. sama dengan negara di Asia Tenggara. Cara yang ditempuh misalnya melalui Tentu, tidak ada yang sulit kecuali ke ban tuan para duta besar Indonesia sulitan itu sendiri. Ayo ramaikan MEA yang ada di negara tersebut. dengan mengikuti dinamika sebagai Ketiga, karya ilmiah hasil pikiran subjek pelaku. Unesa layak menjadi pe war ga Unesa dapat dimuat di jurnal laku di Asia Tenggara. n perguruan tinggi di negara Asia Teng gara. Tentu, upaya memasukkan kar ya ilmiah tersebut perlu didorong dan Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA
|
3
CONTENT
INFO HALAMAN
15
03. WARNA
Unesa di Asia Tenggara oleh Dr. Suyatno, M.Pd
18
05. LAPORAN UTAMA
Kepala Humas Unesa, Dr. Suyatno tengah me nerima kunjungan Humas Dikti. Banyak hal di sampaikan Suyatno untuk pengembangan Humas Dikti lebih baik lagi ke depan.
• Unesa Bersiap Sambut MEA 2015 • Kesiapan FKIP Hadapi MEA 2015 • Rektor Sudah Siapkan Tiga Pilar Hadapi MEA 2015 • Mahasiswa Siap Berdaya Saing Internasional • Benahi Fasilitas untuk Mahasiswa Berkualitas • Lulusan Unesa Harus Mampu Berdaya Saing
16. SPEAK UP!
• Mereka Bicara tentang MEA 2015
17. KABAR PRESTASI
• Mobil Garnesa Juara 3 Indonesia Energy Marathon Challenge 2014
18. LENSA UNESA 20. KOLOM REKTOR
• Belajar dari Kesiapan China Hadapi MEA 2015
22 INSPIRASI ALUMNI
• Pengalaman Inspiratif Praptono sang Kasubdit Pembalajaran
25. KABAR SM-3T
19
• SM-3T Bukan untuk Mencari Popularitas
26. JATIM MENGAJAR
• Tersentuh di Hari Pertama Sekolah
28. ARTIKEL WAWASAN
• Pilpres dan Wahyu Makutha Rama
34. CATATAN LIDAH • 2015 oleh Djuli Djatiprambudi
4 |
MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014
33
LAPORAN UTAMA
CIVITAS UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
BERSIAP SAMBUT MEA 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN sudah di depan mata. Sebagai salah satu negara yang tergabung dalam organisasi tersebut, mau tidak mau Indonesia harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya agar mampu berkompetisi di tengah sengitnya persaingan.
Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA
|
5
LAPORAN UTAMA
Apa itu MEA? MEA merupakan kepanjangan dari Masyarakat Ekonomi Asean. Ter ben tuknya MEA digagas oleh para pe mimpin Asean satu dekade lalu. Para pemimpin Asean itu, termasuk Indonesia telah menyepakati pembentukan pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara yang akan diberlakukan pada akhir 2015 mendatang. MEA digagas dengan tujuan agar daya saing di kawasan Asia Tenggara meningkat sehingga mampu bersaing de ngan Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing. Pem bentukan pasar tunggal yang lebih po puler disebut Masyarakat Ekonomi Asean itu memang akan berimbas pada semakin mudahnya suatu negara anggota MEA menjual barang dan jasa dengan mudah ke ne gara-negara lain di seluruh Asia Tenggara. Imbasnya, per saingan di bursa tenaga kerja, terutama pekerja yang ber kecimpung pada sektor keah lian khusus akan semakin ketat. Pemberlakuan MEA, ti dak hanya membuka arus per dagangan barang dan ja sa saja, tetapi tenaga kerja pro fesional seperti dokter, pe nga cara, akuntan, pendidik dan la innya akan turut berkompetisi. Apa lagi, dalam butir kesepakatan MEA mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang sebelumnya menghalangi perekrutan tenaga kerja asing, terutama pada sektor te naga kerja profesional. Kesepakatan itu, tentu akan lebih membuka peluang tenaga kerja asing untuk mengisi ber bagai jabatan serta profesi di Indonesia yang tertutup atau minim tenaga asing. Sebagai salah satu negara anggota Asean, Indonesia tentu telah menyiapkan berbagai langkah agar pember lakuan MEA tidak menjadi bumerang, tetapi justru mengha silkan manfaat yang besar bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Apa Keuntungan MEA? Riset terbaru dari Organisasi Perburuhan Dunia atau ILO menyebutkan pembukaan pasar tenaga kerja menda tangkan manfaat yang besar. Se lain dapat men cip takan
6 |
MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014
jutaan la pa ngan kerja baru, skema ini juga dapat me ningkatkan kesejahteraan 600 juta orang yang hidup di Asia Tenggara. Pada 2015 mendatang, ILO merinci bahwa permintaan tenaga kerja profesional akan naik 41% atau sekitar 14 juta. Sementara permintaan akan tenaga kerja kelas menengah akan naik 22% atau 38 juta, sementara tenaga kerja level rendah meningkat 24% atau 12 juta. Namun laporan ini memprediksi bahwa banyak perusahaan yang akan menemukan pegawainya ku rang terampil atau bahkan salah penempatan kerja karena kurangnya pelatihan dan pendidikan profesi. Untuk menghadapi MEA 2015 pemerintah telah mengam bil kebijakan dan ketentuan an tara lain Inpres No. 5 thn 2008 tentang fokus progam eko nomi, Inpres No 11 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN, Kepres No 23 thn 2012 tentang susunan Keanggotaan Sekretariat Nasional Asean, Program Pem ba ngu nan Seperti MP3EI, Program Logistik Nasional, Penyusunan Roadmap Daya Saing, Policy Paper mengenai ke siapan Indonesia meng hadapi AEC, Pebentukan Komite Nasional AEC 2015 dan UKP4-Monitoring Langkah Pemerintah. Tantangan yang dihadapi antara lain kondisi Infrastuktur yang masih belum baik, tentang kepastian hukum seperti ada UU yang tumpang tindih, masalah ineffisien birokrasi, kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai Asean yang masih sangat terbatas. Untuk menghadapi itu, perlu adanya strategi yang jitu untuk meningkatkan daya saing nasional secara kese luruhan, dalam menyusun strategi harus memperhatikan antara lain harus selalu mengutamakan kepentingan na sional dalam setiap perundingan perdagangan interna sio nal yaitu perjanjian perdagangan yang mem berikan keuntungan bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya, memperkuat ekonomi dalam negeri dan meningkatkan pe layanan publik. n [SIR/BERBAGAI SUMBER]
LAPORAN UTAMA
Kesiapan FKIP Hadapi MEA 2015 Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015, rupanya bukan hanya dipikirkan bagi akademisi yang bergerak di bidang perkembangan ekonomi. Dunia pendidikan pun harus menyesuaikan diri agar bisa memanfaatkan MEA ini dengan baik. Karena itu, khususnya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) harus sudah mulai direalisasikan materi persoalan ekonomi ASEAN agar calon guru bisa berkembang dan mengikuti arus MEA dalam proses pembelajaran kepada siswa.
P
ersiapan yang harus dila ku kan antara lain me ningkatkan kualitas dan cakupan penelitian bagi perguruan tinggi agar dapat mem berikan saran kebijakan dan masuk an kepada pemerintah dan swasta tentang langkah dan peluang yang diraih Indonesia dalam pasar ASEAN. Itu perlu ditanamkan kepada peserta didik. Dan, gurulah yang harus memberikan pemahaman itu. Maka itu, mahasiswa maupun alumni FKIP, seluruhnya telah di bekali dengan ilmu pengetahuan mengenai MEA, sehingga dapat bersaing di dunia kerja. Masyarakat Ekonomi Asean tidak hanya mem buka arus perdagangan barang atau jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja profesional, seperti dokter, pengaca ra, akuntan, guru dan lainnya. Untuk itu, tugas guru jangan hanya meng ajar dan memberikan cakupan ilmu tanpa dikembangkan. Akan lebih baik jika MEA masuk dan diimple mentasikan ke kurikulum 2013.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mo hammad Nuh mengajak perguruan tin ggi untuk bersiap menghadapi ASEAN Economy Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dimulai pada 2015 men datang. Persiapan itu dilakukan agar
perguruan tinggi tidak kaget dengan perubahan yang akan mengiringi MEA ini. Menurut M. Nuh, urusan se be sar MEA tidak cukup sekadar ja di pengetahuan. Tetapi harus di ter jemahkan. Apa implikasi dan apa yang harus disiapkan dalam meng hadapi perubahan pasar, perubahan interaksi sosial. M. Nuh menekankan pentingnya mengelola seluruh sum ber daya yang ada di perguruan ting gi dengan mengedepankan prinsip transparan dan akuntabel. “Kita tidak ingin mendengar kawan-kawan kita di perguruan tinggi terjebak masuk pada urusan-urusan yang jauh dari yang kita bayangkan, hanya karena mereka tidak tahu atau belum tahu tentang sistem aturan yang harus ia ikuti,” ujarnya. Untuk itu, lanjut pria asal Su rabaya, perguruan tinggi harus memperkuat sistem kendali penga wasan internal. Selain itu, perguruan tinggi harus tidak takut menolak iming-iming apapun yang mengarah pada penyimpangan. Hal lain yang perlu dilakukan agar perguruan tinggi selalu menerapkan prinsip tran sparan dan akuntabel adalah dengan melibatkan sebanyak mung kin sivitas akademika, mulai dari pe rencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan tertentu. Nuh kembali menegaskan bahwa per guruan tinggi tidak mengenal sistem politik seperti halnya yang ada di pemerintahan. Tidak ada fraksi
Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA
|
7
LAPORAN UTAMA A atau fraksi B. Maka, saat proses alih kepemimpinan selesai, seluruh pi hak harus kembali bersatu dalam keluarga besar kampus. Tak Siap, PT Bisa Gulung Tikar Kesiapan perguruan tinggi meng hadapi Masyarakat Ekonomi Ase an (MEA) 2015 dinilai masih sangat minim. Bahkan, Ke tua Asosiasi Perguruan Tinggi Swa s ta Indonesia (Aptisi), Edi Suwandi Hamid, menilai, akan banyak perguruan tinggi negeri (PTN) dan per guruan tinggi swasta (PTS) gulung tikar akibat tak siap menghadapi persaingan global. “Tak menutup kemungkinan ada PTN maupun PTS yang gulung tikar karena tak siap dengan gempuran uni versitas dari negara lainnya saat MEA diberlakukan,” kata Edi Menurutnya, perguruan tinggi di In donesia harus mempersiapkan diri dengan meningkatkan kualitas. Selain itu, pemerintah juga harus ber tang gung jawab dalam me ngem bang kan PTN dan PTS di tanah air, dengan mengarahkan pembangunan perguru an tinggi di luar Jawa. Aptisi mencatat, pada 2014 jumlah perguruan tinggi mencapai 3.485, de ngan PTN berjumlah 100 (tiga persen) yang menampung ma hasiswa sekitar 35 persen atau 1.541.261 orang, serta sebanyak 3.385 (97 persen) merupakan PTS de ngan menampung mahasiswa sebanyak 2.825.466 orang (65 persen). Pengamat pendidikan, Ari S Widodo, mengatakan, pemberlakuan MEA akan berdampak pada masuknya war ga negara asing ke tanah air. Mereka akan bersaing secara bebas dengan segala potensi pendidikan lo kal. Untuk itu, dibutuhkan kualitas mumpuni dengan penguasaan bahasa internasional yang baik. Dengan masuknya orang-o rang asing itu, diperlukan benteng yang kuat pada ciri khas dan ke bu
8 |
dayaan Indonesia. Tak hanya itu, pe mahaman terhadap bahasa pun layak ditingkatkan, sebab perguruan tinggi yang masih belum mem perkuat pe ngua saan bahasa in ternasional akan sepi peminat. Praktisi sekaligus pemerhati pen di dikan ini menegaskan, PTN dan PTS yang tidak membuka diri dan mem per baiki mutu akan ditinggalkan peminat. Dia juga mendesak pe me rintah untuk melakukan pe nye taraan dengan sertifikasi dan per baikan infrastruktur, kualitas pengajar, serta pemberian beasiswa. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Komisi Nasional (Komnas) Pendidikan, Andreas Tambah menambahkan, men jelang MEA 2015, perguruan ting gi harus menyiapkan lulusan yang berdaya saing pada tempat strategis. Pasalnya, lulusan perguruan tinggi akan menjadi sorotan, terlebih bagi yang memiliki akreditasi baik. Sementara itu, Direktur Jenderal Perguruan Tinggi (Dirjen Dikti) Kemen te rian Pendidikan dan Kebudayaan (Kem dikbud), Djoko Susanto, tak me nampik persaingan akan semakin ketat pada saat MEA diberlakukan. Namun, dia membantah akan banyak PTN dan PTS gulung tikar, jika kualitas mereka
MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014
Seluruh PTN dan PTS sudah didorong melakukan akreditasi melalui Badan Akreditasi Nasional Perguran Tinggi (BANPT). Hal tersebut merupakan salah satu cara pemerintah menaikkan mutu perguruan tinggi. Djoko Susanto, Dirjen Dikti mampu bertahan bah kan lebih baik dari saat ini. Mantan Rektor Institut Teknologi Ban dung (ITB) ini mengatakan, se luruh PTN dan PTS sudah didorong me lakukan akreditasi melalui Badan Akreditasi Nasional Perguran Tinggi (BANPT). Hal tersebut merupakan salah satu cara pemerintah menaikkan mutu perguruan tinggi. Ia menambahkan jika kualitas suatu perguruan tinggi masih kurang baik maka akan diberikan bantuan dan pem binaan untuk menaikkan mutu. Dia juga menegaskan, pembangunan dan pemantauan PTN dan PTS di luar Pulau Jawa sudah dilakukan sejak dulu. Namun, dia mengakui pada realisasinya mengalami banya kendala. (SIR/BERBAGAI SUMBER)
LAPORAN UTAMA
MELIHAT KESIAPAN UNESA HADAPI MEA Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam Asean (Association of South East Asia Nations), tentu mau tidak harus bersiap diri menjelang diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean akhir 2015 mendatang. Kesiapan menghadapi MEA tidak saja berlaku pada sektor ekonomi saja, tetapi bidang pendidikan pun lebih-lebih harus bersiap diri menghadapi persaingan tenaga pengajar yang kompetitif dengan negara-negara Asean lainnya seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.
Rektor: Unesa Siapkan Tiga Pilar
T
erkait hal itu, perguruan tinggi tentu harus sejak dini mempersiapkan diri menghadapi persaingan tersebut. Bagaimana dengan Unesa? Prof. Dr. Warsono, M. S, Rektor Unesa mengaku telah mempersiapkan berbagai hal menjelang diberlakukannya MEA pada akhir 2015 mendatang. Rektor yang belum lama menggantikan Prof. Muchlas itu menjelaskan bahwa MEA sebenarnya semakin menyadarkan masyarakat bahwa era ke depan adalah era persaingan. Tentu, persaingan yang akan dihadapi lebih berat karena menjadi lebih banyak dan semakin ketat. “Prinsipnya, siapa yang memenangkan persaingan adalah
mereka yang mempunyai kualitas utama. Pertanyaan yang muncul adalah persaingan dalam bidang apakah yang nanti akan kita hadapi? Dari pertanyaan itulah kita bisa mengidentifikasi apa yang kita butuhkan untuk menghadapi persaingan tersebut,� ungkapnya. Menghadapi persaingan yang ketat tersebut, tentu Unesa tidak boleh berdiam diri. Apalagi salah satu lulusan yang dicetak adalah guru. Untuk itu, Unesa, lanjut Warsono, telah menyiapkan tiga pilar agar lulusan Unesa mampu bersaing di pasar bebas Asean. Ketiga pilar tersebut adalah profesionalitas, kemandirian dan keberanian menghadapi tantangan. “Lulusan yang dihasilkan haruslah memiliki profesionalitas agar mampu bersaing di era pasar global tersebut,� ungkapnya. Warsono mencontohkan seorang guru haruslah memiliki empat kompetensi yaitu keilmuan, pedagogik, sosial, dan moral. Guru harus ahli dan profesional dalam bidang tersebut dan tidak boleh setengah-setengah. Nomor: 72 Tahun XV - Agustus 2014 MAJALAH UNESA
|
9
LAPORAN UTAMA Untuk mengukur profesionalitas guru, salah satu indikator yang bisa dilihat adalah sejauh mana guru tersebut menguasai kompetensi-kompetensi yang dimiliki. “Jika dia (guru) tidak profesional, pasti akan kalah bersaing,” ungkapnya. Selain profesionalitas, lanjut mantan Pembantu Rektor III itu, komponen yang penting adalah kemandirian. Komponen tersebut bisa menjadi bekal yang utama dalam menghadapi ketattnya persaingan. Jika seseorang tidak memiliki kemandirian, maka orang itu akan bergantung pada orang lain. Jika sudah bergantung, mereka tentu akan menjadi lemah. Oleh karena itu, menjadi hal yang penting untuk menciptakan lingkungan kemandirian dalam ekonomi. “Di Unesa, kemandirian sudah mulai diajarkan kepada mahasiswa. melalui mata kuliah Kewirausahaan. Mata kuliah tersebut tidak hanya terbatas pada pelajaran di kelas saja, tetapi mahasiswa diberi ruang untuk mempraktekkan serta diberi anggaran dana untuk mengaplikasikan ilmu kewirausahaan tersebut,” jelasnya. Komponen penting lain dalam menghadapi persaingan, terang Warsono adalah memiliki tantangan. Seringkali
persoalan yang timbul adalah apakah setiap individu sadar atau tidak bahwa ada tantangan? Pertanyaan besar itu harus ditanyakan kepada masing-masing orang termasuk diri sendiri. “Sadarkah bahwa kita memiliki tantangan. Karena ketika kita tidak memiliki tantangan, kita tidak akan mempersiapkan diri.” jelas rektor kelahiran Boyolali itu. Jika sudah sadar bahwa ada tanta ngan, pertanyaan selanjutnya adalah se perti apa tantangan yang dimiliki tersebut? Jika sudah mampu mengidentifikasi tantangan, selanjutnya adalah bagaimana cara mengatasi tan tangan tersebut. Warsono mengatakan, empat kata untuk menyiapkan masa depan, yaitu pekerjaan apa yang kamu inginkan? Apakah yang dibutuhkan untuk pekerjaan yang kamu inginkan? Apakah kamu sudah memenuhi syarat itu? dan yang terakhir apakah syarat yang kamu miliki sudah memenangkan pekerjaan tersebut?. “Setiap mahasiswa harus memiliki tantangan, karena ada tantangan di masa depan. Masa depan diciptakan oleh dirinya sendiri. Akan menjadi apa seseorang itu nantinya, bergantung pada apa yang ia lakukan.” tandasnya. (ULIL/GILANG)
Prof. Dr. Bambang Suratman, M.Pd, Dekan FE
Mahasiswa Siap Berdaya Saing Internasional “Di Unesa, sertifikasi profesi sudah dilakukan di Fakultas Teknik, berkaitan dengan jurusan-jurusan yang ada di teknik. Harapannya, sertifikasi profesi itu dapat dilakukan untuk semua fa kultas yang ada di Unesa.”
M
asyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah b erada di depan mata. Berbagai persiapan harus benar-benar dilakukan dengan
10 |
baik untuk menghadapi semua tan tangan. Apapun alasannya, ke nya taan tersebut sudah tidak bisa di hin dari lagi. Semua potensi yang ada mesti dimaksimalkan dengan se baik-baiknya. Begitu pun dengan Universitas Negeri Surabaya (Une sa) yang memiliki tugas untuk me la hirkan insan-insan akademik yang berkarakter dan bermartabat. Dekan FE Unesa, Prof. Dr. Bam bang Suratman, M.Pd. memaparkan pandangannya terkait kesiapan me ng hadapi MEA. Menurutnya, se di kit nya ada empat hal yang ha rus dilakukan Unesa untuk menginter nasionalisasikan akademik nya. Per
MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014
tama, Unesa harus mempersiapkan mahasiswanya agar siap beradu atau bertarung di dunia internasional. Da lam hal ini, mahasiswa perlu dibekali ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ke internasionalan. Salah satunya adalah ke mampuan mahasiswa dalam ber komunikasi secara internasional dan kemampuan berbahasa Inggris. “Untuk menunjang kemampuan ber komunikasi internasional, Unesa su dah melakukan. Sebagai contoh, untuk mahasiswa S-1 harus memiliki score TOEFL minimal 400. Rasanya. TOEL tersebur masih kurang karena untuk bersaing di dunia internasional dibutuhkan score TOEFL minimal
LAPORAN UTAMA
Dekan FE Unesa, Prof. Dr. Bambang Suratman, M.Pd. 450. Jadi, masih perlu ditingkatkan lagi. Selain itu, mahasiswa juga ha rus sadar akan pentingnya bahasa se hingga mahasiswa tidak hanya belajar bahasa Inggris di kuliah saja melainkan juga di luar kuliah, misal nya mengikuti kursus,” ungkapnya. Kedua, Unesa hendaklah memper ku at ilmu-ilmu yang sesuai dengan bi dang keahliannya masing-masing. Ma hasiswa harus selalu mengukur kemampuannya, kemudian me ngem bangkannya menjadi lebih baik. Untuk melakukan pengukuran ter hadap kemampuan mahasiswa, tentunya tidak bisa hanya di lingkup Unesa tetapi, mahasiswa harus men coba mengukur kemampuannya de ngan cara ke luar dari lingkup Unesa. “Misalnya dengan cara me ngun jungi tempat-tempat lain, uni versitas-universitas lain, dan meng iku ti seminar-seminar berskala na
sio nal hingga internasional. Karena kalau hanya berkutat di Unesa maka mahasiswa akan sulit untuk mengu kur kemampuan dirinya sendiri,” te rang Bambang. Bambang menjelaskan, sebenarnya banyak undangan untuk mahasiswa yang datang dari luar. Tetapi, sepertinya sosialisasi yang telah dilakukan belum menyentuh atau mung kin masih kurang diperhatikan oleh mahasiswa. Padahal, itu merupakan kesempatan bagi mahasiswa untuk bertemu orangorang dari luar untuk mengukur kemampuannya sehingga mahasiswa tidak hanya jago kandang. Hal yang sama pun berlaku bagi dosen. “Sebenarnya sudah ada dana un tuk mengembangkan diri seperti itu. Bagi dosen yang ingin mengikuti se minar dengan menjadi pemateri atau pemakalah itu sudah ada dananya, di
jurusan ada, di PD I ada, dan di univer sitas pun ada,” tuturnya. Ketiga, mahasiswa harus siap mene rima tenaga kerja dari luar dan juga harus siap untuk bekerja di luar. Kalau tidak, mahasiswa tersebut tentu akan kalah bersaing dengan mahasiswa-mahasiswa lain yang datang dari luar. Keempat, perlu diadakan pengakuan pro fesi seseorang yang disebut sertifikasi profesi. Sertifikasi ini berupa penyetaraan profesi dengan negara lain. Dengan adanya sertifikat, sarjana-sarjana di Indonesia pun diakui oleh negara-negara bersangkutan, tidak diragukan lagi jika akan bekerja di negara lain. “Di Unesa, sertifikasi profesi sudah dilakukan di Fakultas Teknik, berkaitan dengan jurusan-jurusan yang ada di teknik. Harapannya, sertifikasi profesi itu dapat dilakukan untuk semua fa kultas yang ada di Unesa,” harapnya. (SYAIFUL)
Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA
|
11
LAPORAN UTAMA Dr. Hj. Sri Joeda Andajani, M.Kes.
Benahi Fasilitas, untuk Mahasiswa Berkualitas “Jika ingin sukses bersaing di Asean Community, Unesa harus memperbaiki dulu berbagai fasilitas. Misalnya saja aksesbilitas bagi penyandang difabilitas, karena Unesa kan kampus peraih Inklusi Award.”
P
ernyataan tersebut dilon tarkan Dr. Hj. Sri Joeda An da jani, M.Kes. Dosen FIP ke lahiran Madiun 09 April 1963 itu mengungkapkan bahwa problem yang mendasar bagi Unesa adalah mengenai fasilitas. Mes kipun saat ini Unesa tengah berbe nah, tetapi masih perlu banyak pe ningkatan. Sebenarnya, Unesa me nyimpan banyak potensi yang dapat dikembangkan agar dapat ber sa ing di era MEA. Namun, jika tidak diba rengi dengan peningkatan fasilitas, hal itu akan kurang sejalan. Berkaitan dengan MEA, Unesa per lu mengembangkan potensinya agar dapat menghasilkan lulusan yang berdaya saing global. Adanya kolaborasi yang mantap antara ma hasiswa dan segenap civitas aka demik yang lain diharapkan akan menghasilkan lulusan yang ber kualitas. Dengan adanya ku rikulum Unesa yang baru, yang memperbo lehkan mahasiswa mengambil ma ta kuliah berkaitan dengan kom
12 |
petensinya meskipun dari ju rusan lain, akan lebih menambah kompe tensi mahasiswa selain ditunjang de ngan berbagai praktek lapangan. Lulusan yang berdaya saing glo bal tidak hanya ditempa se cara intelektual, namun juga me ngembangkan hardskill dan softskill. Mahasiswa dapat mengembang kan nya melalui organisasi di badan eksekutif mahasiswa, himpunan ma ha siswa atau UKM-UKM yang ada di Universitas. Selain itu, mahasiswa juga dapat aktif di berbagai kegiatan yang sesuai dengan kompetensinya masing-masing.
MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014
Peningkatan jurnal ilmiah dan ke berhasilan mahasiswa dalam Pimnas da pat menjadi tolok ukur kesiapan ma hasiswa dalam menghadapi MEA. Disamping itu, deretan prestasi yang ditoreh mahasiswa bila di im ba ngi dengan pemberitaan keluar juga akan meningkatkan daya sa ing universitas, yang tentu akan ber dampak positif bagi mahasiswa. In dikator lainnya adalah seberapa ba nyak lulusan yang dapat terserap ke dunia kerja. “Kalau ditanya mahasiswa FIP siap atau belum menghadapi MEA, menurut saya relatif dan tergantung pada mahasiswanya masing-ma sing. Namun jika sudah waktunya, meng ingat MEA sebentar lagi, mereka akan dipaksa untuk siap,” ujarnya. Dalam hal kerja sama in ter na sional, FIP telah melakukan cukup ba nyak kerja sama, di antaranya dengan Jepang, Australia, Ing gris, Ma laysia, dan Thailand. Na mun, un tuk memperluas networking FIP akan terus melakukan kerja sama in ternasional. Hal itu akan memacu ma hasiswa untuk berkompetisi dengan mahasiswa lain yang tak hanya dari dalam negeri, melainkan juga ma hasiswa dari luar negeri. “Semoga mahasiswa Unesa, khu susnya FIP jika diwadahi sesuai de ngan kompetensinya masing-masing mampu mengembangkan sayapnya se bagai generasi penerus bangsa yang berkualitas dan dapat bersaing di era Asean Community,” harapnya. (LINA MEZALINA)
LAPORAN UTAMA Sadewo:
Perlu Menunjang SDM agar Hasil Lebih Baik
D
alam waktu dekat, Indonesia sebagai Negara Asean akan menghadapi MEA (Masyarakat Eko nomi Asean). Pasar bebas Asean tersebut di satu sisi menguntungkan, tetapi di sisi lain Negara-ne gara yang tergabung dalam perjanjian tersebut tentu harus mempersiapakan diri dengan baik.
Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki tanta ngan besar terutama pada persiapan Sumber Daya Manusia yang mampu bersaing dengan negara lain. Sumber Daya Manusia merupakan penunjang agar menghasilkan bangsa yang memiliki tingkat kemampuan perekonomian tinggi. Di Unesa, yang menjadi modal mencapai MEA itu perlu adanya persiapan terhadap Sumber Daya Manusia. Yang menjadi pertanyaaan, siapkah masyarakat Unesa agar mampu menunjang tantangan MEA mendatang? Interventarisasi potensi kelembagaan dan civitas akade mika tentu sangat penting diinventaris. Saat ini yang menjadi unggulan di Unesa adalah MIPA kelas internasional dan Pusat Studi Sains dan Matematika. Pengembangan pusat instrumen tasi pada pendidikan dan pembentukan SDM salah satu alter natifnya dan memperkuat FIK dan seni kreatifitas. Sadewo menjelaskan, jika dikelola dengan baik akan menghasilkan banyak masyarakat yang baik. Sayang, pada kenyataannya, Sumber Daya sudahdimiliki, hanya saja masih belum siap. Jika dilihat mahasiswa banyak yang cenderung bermain facebook daripada mencari jurnal. Budaya membaca dan menulis tidak seberapa diminati. “Marilah kita sama- sama untuk menunjukkan seberapa kuat SDM yang dimiliki. Saya tetap yakin Unesa pasti bisa,” pungkas nya. (UMI)
Dr. Meda Wahini, M.Si, Dosen FT
LSP di Semua Jurusan
P
erencanaan kerja sama antarnegara anggota ASEAN dalam bidang ekonomi, akan segera terwu jud. Menghadapi era tersebut, Dr. Meda Wahini, M.Si mengungkapkan bahwa kerja sama akan sangat bermanfaat apabila Indonesia bisa memaksimalkan peluang. Menurut Dosen Tata Boga tersebut, secara tidak langsung pasar bebas antarnegara anggota Asean akan menimbulkan persaingan terbuka dimana nanti akan muncul negara yang mendominasi sektor-sektor ekonomi atau per bankan di ASEAN berdasarkan kekuatan di masing-masing sektor. Unesa sebagai Universitas unggul dalam kependidikan dan kukuh dalam keilmuan sangat berpotensi untuk mela hirkan lulusan yang berdaya saing global. Tentunya, lulusan tersebut haruslah kompeten dan telah memiliki sertifikasi profesi di bidangnya. Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) adalah lembaga pe laksanaan kegiatan sertifikasi profesi yang memperoleh li sensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Di fakultas Teknik, khususnya jurusan PKK telah siap me
nyongsong MEA 2015 melalui persiapan lulusan yang ber sertifikasi LSP. Lisensi diberikan melalui proses akreditasi oleh BNSP yang menyatakan bahwa LSP bersangkutan te lah memenuhi syarat untuk melakukan sertifikasi profesi. Sertifikasi dari LSP ini merupakan nilai tambah seorang lulusan, sehingga akan memudahkan lulusan untuk bersa ing dalam dunia kerja. “Harapannya semua jurusan di Unesa mam pu mempunyai LSP ini, guna menciptakan lulusan yang berkompeten dan berdaya saing global,” ungkap do sen kelahiran Jakarta tersebut. (KHUSNUL KHOTIMAH)
Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA
|
13
LAPORAN UTAMA Hendry Cahyono, S.E., M.M, Dosen FE
S
Lulusan Unesa Harus Mampu Berdaya Saing
ebagai lembaga kependidikan, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) memiliki tugas pokok un tuk mencetak generasi masa depan. Adapun ob jek yang akan dicetak adalah mahasiswa. Oleh karena itu, potensi yang dimiliki oleh Unesa adalah maha siswa. Karena mahasiswa merupakan gudang inovasi. De mikian disampaikan salah seorang dosen dari Fakultas Eko nomi Unesa, Hendry Cahyono, S.E., M.M. Menurut Hendry, Unesa harus benar-benar me nyi apkan mahasiswa agar mampu bersaing di dunia perda gangan bebas. Para dosen harus mampu mencetak mahasiswa yang mem punyai kompetensi ting gi. Karena basis dari per da ga ngan bebas itu adalah per sa ingan. Sementara dalam per saingan hanya dikenal dua kata, yaitu pemenang atau pecundang. Kalau ingin menjadi pemenang maka harus berjuang se kuat tenaga. Karena itu, ma hasiswa harus giat untuk mengembangkan soft skill yang dimiliki, tidak hanya hard skill. Mahasiswa juga ha rus memiliki ide-ide yang bisa dijual. Hendry menjelaskan, persaingan seperti itu sudah per nah dicetuskan oleh Adam Smith. Adam Smith mengatakan bahwa dalam persaingan bebas itu, kemenangan bergan tung kepada individu masing-masing. Pemerintah sudah tidak bisa terlalu banyak campur tangan. Dalam kaitannya dengan perdagangan bebas (Masyarakat Ekonomi ASEAN/ MEA) yang akan segera dihadapi Indonesia maka ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu individu dan lembaga atau negara. “Individu di sini adalah mahasiswa. Oleh karena itu, ma hasiswa harus diberi ruang kebebasan untuk berpikir, ber tindak, dan berkreasi. Dari situlah nanti akan dapat dilihat minatnya yang berbeda-beda. Harusnya, minat itu sesuai
14 |
MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014
dengan keilmuan yang dimiliki. Kalau mereka minat untuk menjadi guru maka bagaimana caranya agar mereka tidak hanya mampu menjadi guru di dalam negeri tapi juga di luar negeri,” tambahnya. Sementara dari negara, pemerintah harus menentukan leading sector yang akan dikembangkan. Untuk In do nesia, leading sector yang cukup potensial untuk dikem bang kan adalah di bidang pertanian. Pertanian dapat me nyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Hanya sa ja kebanyakan tenaga kerja yang bekerja di bidang perta nian berpendidikan di ba wah SMA. Di samping itu, se tidaknya sudah ada 12 sektor jasa dengan 160 sub sek tor yang direncanakan un tuk dikembangkan oleh pe me rintah. Salah satu sektor yang cukup potensial adalah sektor pendidikan. “Unesa harus memerha tikan leading sector pemerin tah. Program yang akan dija lankan harus sinkron dengan leading sector pemerintah. Ja ngan sampai ada missing link antara leading sector dengan sumber daya yang disiapkan, begitu juga sebaliknya,” kata dosen kelahiran Madura itu. Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan un tuk mengembangkan potensi yang dimiliki Unesa (ma hasiswa) ada dua macam. Dari mahasiswa sendiri misalnya, membentuk English Day di setiap kelas untuk mempersi apkan diri dalam menghadapi MEA ke depan atau klubklub lain untuk mengembangkan potensi yang dimiliki mahasiswa. Sementara dari lembaga, dapat menyediakan wadah-wadah untuk pengembangan mahasiswa, menye diakan pelatihan-pelatihan di luar mata kuliah, dan bisa juga menambah porsi mata kuliah Bahasa Inggris misalnya. Inti nya, seluruh program yang diselenggarakan harus benarbenar sinkron dengan leading sector yang telah ditentukan. (SYAIFUL)
LAPORAN UTAMA Dr. Tatag Yuli Eko Siswono ,M.Pd, Pembantu Dekan III FMIPA:
FMIPA Kembangkan Kemampuan Komuniksi
D
alam menyambut MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) 2015, Unesa harus mengembangkan potensi mahasiswa agar siap melahirkan lulusan berdaya saing global. Sebab, dampak dari MEA adalah terjadinya globalisasi perdagangan barang, jasa, dan tenaga kerja yang membuat pergerakan manusia menjadi lebih intens, termasuk kebutuhan berkomunikasi. Agar mampu menghadapi MEA dengan baik, MIPA telah bersiap diri dengan membangun kemampuan berkomunikasi. Komunikasi di sini adalah komunikasi global yakni berbahasa Inggris yang dapat menopang aktivitas ekonomi. Kemampuan komunikasi tersebut mulai
dikembangkan pada saat pengenalan dunia kampus atau sering disebut (PKKMB) dan saat proses perkuliahan di setiap jurusan berlangsung. Berbeda dengan fakultas lain, FMIPA merupakan salah satufakultas yang lulusannya memiliki fleksibilitas dalam bidang pekerjaan. Maksudnya memiliki keterampilan tertentu yang siap terjun langsung di dunia kerja. Sehingga lulusan FMIPA bisa masuk pada semua bidang pekerjaan dengan kemampuan berkomunikasi bahasa Inggris. FMIPA sebenarnya sudah melakukan kegiatan wirausa ha, dengan menerapkan ilmu yang didapat dari matakuliah Ke wirausahaan (KWU) dan workshop ataupun seminar Ke wirausahaan yang diadakan di FMIPA. Contohnya kon servasi burung, bisnis jamur, recycling sampah dan pembuatan pupuk kompos. Namun tujuan kegiatan ini masih untuk memenuhi nilai akademik dan produknya belum terlalu terlihat. Harapannya beberapa tahun ke depan bisa jadi produk paten usaha dari FMIPA dan dapat memberikan skill kepadalulusan FMIPA. (ANDINI OKTAPUTRI)
Prof Tian Belawati
Dunia Pendidikan Harus Mampu Buat Terobosan
U
ntuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, dunia pendidikan harus membuat terobosan meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga mampu mencetak tenaga-tenaga profesional. Dan masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia saat ini adalah tidak meratanya pendidikan yang berkualitas. Demikian dikatakan Rektor Universitas Terbuka (UT), Prof Tian Belawati, di sela-sela temu wicara rektor, didampi ngi pembantu rector dan silaturahmi dengan para calon wi sudawan, di Kampus UT, Tangerang Selatan. “Untuk meningkatkan aksesibilitas pendidikan, pe me rintah mendirikan SMP dan SMA terbuka, universitas ter buka dan mendorong perguruan tinggi lain untuk membuka program atau mata kuliah jarak jauh,” katanya, Tangerang, Senin (13/10). Tian menambahkan, kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia perlu ditingkatkan dalam menghadapi MEA 2015.
Pernyataan Tian ini didukung Dekan FakultasI lmu Sosial dan Politik UT, Prof Daryono. Ia mengungkapkan UT pun menyiapkan SDM tenaga didiknya menghadapi MEA 2015. Namun sayang, road map MEA 2015 Indonesia belum jelas, sehingga pendidikan tinggi perlu mengejar terus angka partisipasi dan meningkatkan kualitas. “Salah satu rintangan di dunia pendidikan di Indonesia adalah belum dibukanya pendidikan luar negeri ke Indonesia,” ucapnya. Kondisi ini, menurutnya berbeda dengan Malaysia, Si ngapura, Vietnam atau negara-negara tetangga yang sudah melakukannya. (SIR/SUARAPEMBARUAN)
Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA
|
15
LAPORAN UTAMA
apa kata mereka Erwin Fajar Kurniawan, Mahasiswa FT:
MEA, Dua Sisi Mata Uang
M
asyarakat Ekonomi Asean (MEA), menurut Erwin Fajar Kurniawan, ibarat mata uang yang memiliki dua sisi, yakni sisi positif dan sisi negatif. Sisi positifnya adalah, kualitas perekonomian Indonesia akan lebih cepat berkembang secara global dengan adanya MEA. Itu pun bisa terjadi jika kita lebih agresif dalam menghadapi MEA yang akan berlangsung pada akhir 2015 tersebut. Namun jika Indonesia kurang mampu bergerak atau tak bisa bicara banyak, tentu akan menjadi jajahan perekonomian dari kesembilan negara peserta MEA lainnya. “Ibarat mata uang, MEA memiliki dua sisi, menguntungkan atau merugikan, tergantung kita menyikapinya,” ujar mahasiswa Fakultas Teknik itu. Erwin menambahkan, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat Indonesia yang menjadi kendala dan problema besar untuk menghadapi MEA. Karena Indonesia adalah negara yang paling rendah untuk masalah tingkat pendidikannya. Tak lebih dari 40% penduduk Indonesia yang mampu melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi. Jika Indonesia ingin bersaing, pihak pemerintah harus banyak turut andil dalam pengembangan SDM. Atau kalau tidak, masyarakat Indonesia akan menjadi budak di negara sendiri, mengingat Indonesia adalah ladang emas bagi pelaku bisnis global. “Selain bantuan modal, promosi, dan pengembangan, pemerintah juga harus membantu masalah pengembangan SDM,” imbuh pria kelahiran Lamongan tersebut. Erwin berharap masyarakat Indonesia terutama para mahasiswa dan lulusan Perguruan Tinggi, untuk segera membangun jiwa wirausaha. Karena kini masyarakat Indonesia terkenal dengan perilakunya yang konsumtif ketimbang jiwa wirausaha. Mahasiswa atau yang sudah lulus utamanya, adalah promotor dalam pengembangan suatu bisnis global demi kemajuan perekonomian negara. (FITRO KURNIADI)
16 |
MAJALAH UNESA Nomor: 72 Tahun XV - September 2014
Agam Haris, Ketua BEM FIK:
Bisa Baik, Bisa Buruk
A
gam Haris Pambudi beranggapan bahwa MEA ada lah sesuatu perubahan besar, harus didukung dan disukseskan karena Indonesia adalah bagian dari ASEAN. “MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) atau Perdaga ngan bebas masyarakat ASEAN yang akan dimulai akhir tahun 2015 mungkin berakibat baik ataupun berakibat ku rang baik bagi masyarakat Indonesia itu tergantung bagai mana kita mempersiapkan diri”, ungkanya. Langkah konkrit Ketua BEM-F Fakultas Ilmu Keolahra gaan ini adalah memperkaya dirinya dengan skill dan know ledge di antaranya yaitu dengan membuat software penghi tung kebutuhan kalori yang diajukan dalam program PKMKC tingkat Universitas, Agam juga berperan aktif mengikuti PMW Unesa dalam bidang sport industry yaitu mendirikan usaha jasa physical Fitness Test (PFT). Peraih juara 2 hockey piala walikota Surabaya ini ber harap MEA akan membawa perubahan positif khususnya dalam bidang pendidikan dan olahraga. Indonesia tidak di pandang sebelah mata dan mampu menunjukkan taringn ya sebagai macan ASEAN. Hal ini tidak terlepas dari peran serta generasi muda sebagai ujung tombak Indonesia he bat. “Saya berharap terjadinya atmosfer persaingan positif dalam memasuki era MEA, dan itu semua berkaitan erat dengan peran kita generasi muda,” tandasnya. (DIYANTI)
KABAR PRESTASI Indonesia Energy Marathon Challenge 2014
Mobil Garnesa Raih Peringkat ke-3 Nasional
I
ndonesia Energy Marathon Chal lenge (IEMC) 2014 telah dihelat pada Kamis – Minggu (16 -19/10/2014) di Kenpark Circuit Kenjeran Surabaya. Dalam kompetisi yang bertemakan “Innovate and Inspire” itu yang menjadi tuan rumah adalah ITS. Kompetisi itu diikuti oleh seluruh universitas, in stitut, dan Politeknik di seluruh Indo nesia untuk menguji kemampuan me rancang dan membangun kendaraan yang aman, irit, dan ramah lingkungan. Garnesa (Garuda Unesa), tim mobil
listrik Unesa berhasil meraih pe ring kat ke-3 pada IEMC 2014 dalam ka tegori urban concept kelas listrik. Tim yang beranggotakan Andi Ferianto (manajer), Ferry Ferrari Ahmad (driver and mechanic), Pandu Arista (chasis manajer), M. Taufiqurrohman (accesoris manager), Bidia (wearing diagram), Candra T.K (second driver), Hanifah M (non teknis) mampu meraih pen capaian konsumsi listrik hanya 64,2 km/kwh. “Walaupun tidak sesuai de ngan prediksi kita, namun kami merasa
bersyukur bisa menempati peringkat ke-3 nasional. Ini bukanlah hasil yang terbaik, namun inilah jalan kami se belum menjadi juara 1 yang takterka lahkan,” tegas Faqihuddin, general ma najer Garnesa. Kompetisi mobil hemat energi ting kat nasional di bawah naungan Direktorat Pendidikan Nasional itu terdiri dari dua kategori, yakni kategori prototype dan urban concept. Kedua kategori itu sendiri terdiri dari empat kelas, yakni bahan bakar bensin, diesel, listrik, dan etanol. Ajang itu diikuti oleh 68 tim dari 40 universitas negeri seIndonesia. Sementara itu, Garnesa mengikuti 2 cabang lomba sekaligus, yakni tipe urban concept dan prototype dengan kelas diesel dan listrik. Dalam urban concept, tampilan kendaraan mirip de ngan mobil pada umumnya dengan syarat beroda 4 yang berpendorong energi fosil sedangkan dalam prototype, berupa kendaraan masa depan dengan desain khusus yang lebih mengejar pada aspek aerodinamika. n (KHUSNUL/PUUT/ ANDINI/SR)
Jurusan Biologi Kerja Sama dengan ProFauna
U
ntuk mendorong mahasiswa agar lebih mencintai lingkungan, Jurusan Biologi, FMIPA Unesa meng gelar kuliah tamu yang bekerja sama dengan Protection of Forest and Fauna (ProFauna), Jumat (24/10/2014). Kegiatan itu diselenggarakan di Gedung D-1 lantai 3 dan dimulai pukul 15.40 WIB. Adapun yang menjadi pembicara adalah pendiri ProFauna, Rosek Nursyahid. Se banyak 250 mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa Jurusan Biologi mulai angkatan 2010—2014 ikut aktif menjadi peser ta dari kegiatan tersebut. Mulanya, kuliah tamu itu dilatarbelakangi oleh adanya mata kuliah konservasi bagi Program Studi (Prodi) Pendidikan Biologi. Mata kuliah pilihan itu diikuti oleh 18 mahasiswa da
ri angkatan 2011. Akan tetapi, melihat jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah itu sedikit, setelah melalui per timbangan diputuskan untuk mewajibkan mahasiswa angkatan 2014 agar mengikuti kuliah tamu itu juga. “Ini kan masih masa-masa Ospek, jadi sekalian untuk memberi tam bahan ilmu bagi mahasiswa angkatan 2014,” jelas Seyla Budi Agustin, mahasiswa Prodi Biologi angkatan 2011 sekaligus Koordinator Supporter Chapter Unesa. Seyla menjelaskan, kuliah tamu itu merupakan kerja sama pertama antara Unesa dengan organisasi ProFauna. Melalui kuliah tamu itu tidak hanya diharapkan untuk menambah pengetahuan melainkan juga memancing para mahasiswa lain untuk ikut dalam organisasi itu. n (SYAIFUL) Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA
| 17
LENSA UNESA
HUT LANTAS
U
niversitas Negeri Surabaya (Unesa) mengadakan kerja sama dengan Polda Jatim untuk menjadi pelopor keselamatan dan etika yang berkualitas khususnya berlalu lintas di lingkungan pendidikan. Pertemuan itu dilaksanakan di Auditorium Rektorat Unesa lantai 3 pada Senin (22/09/2014). Kerja sama itu tidak hanya dengan Unesa tapi juga dengan Universitas Brawijaya (UB), JTV, BBS TV, Radio Sindo, Radio Gen FM, dan lembaga spiritual. (Syaiful)
18 |
MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014
LENSA UNESA 1. Dua staf Layanan Informasi Direktorat Jendral Pendidikan Perguruan Tinggi (Ditjen Dikti), Dina dan Indah sedang berbincang-bincang dengan Kepala Hubungan Masyarakat (Humas) Unesa Dr. Suyatno, M.Pd. dalam acara supervisi kehumasan perguruan tinggi seIndonesia, Senin (1/8/2014). 2. Dua staf Layanan Informasi (Ditjen Dikti) berfoto bersama seluruh staf Humas Unesa di depan kantor Humas Unesa. (Syaiful)
PKMB 2014-2015 Rektor Unesa, Prof Warsono menyematkan almamater kepada mahasiswa baru Unesa angakatan 2014-2015 dalam acara PKMB di lapangan Unesa Ketintang.
Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA
| 19
KOLOM REKTOR
BELAJAR DARI KESIAPAN CHINA HADAPI MEA 2015 Dalam menghadapi globalisasi, yang ditandai dengan persaingan antarbangsa, termasuk MEA, salah satu syarat yang dibutuhkan me mang kemampuan berbahasa asing, terutama bahasa internasional. Kemampuan berbahasa asing merupakan pintu masuk untuk melakukan transaksi dengan berbagai bangsa.
T
anggal 23 sd 25 Oktober 2014 lalu, kami mendapat undangan berkun jung ke Central China Normal Uni versity (CCNU) dan Tianjin Foreign Studies University. Rangkaian kun jungan itu disponsori oleh Confusius Institut (CI) yang memiliki kerja sama dengan Unesa. Kunjungan ke CCNU, selain untuk me ning katkan hubungan kerja sama, juga se kaligus untuk mengunjungi mahasiswa pro gram studi bahasa Mandarin Unesa yang memperoleh beasiswa dari CI. Ada 39 mahasiswa program studi bahasa mandarin yang memperoleh beasiswa dari CI untuk belajar bahasa mandarin di Cina selama satu tahun dan ada juga yang hanya 6 bulan. Dari 39 mahasiswa tersebut, yang ada di CCNU sebanyak 19 orang, yang lain tersebar di ber bagai perguruan tinggi di China. Dari penuturan para mahasiswa, ter ke san bahwa mereka sangat senang bisa belajar di CCNU. Selama berada di CCNU, me reka ditempatkan di asrama mahasiswa, yang kondisinya sangat baik. Selama di CCNU, mereka ditempatkan di asrama ma hasiswa yang terletak di dalam kampus. Mes kipun tinggal di asrama mahasiswa, mereka merasa betah karena fasilitasnya sangat me madai. Dari segi komunikasi, mereka juga tidak mengalami hambatan karena mereka rata-rata sudah semester 6 sehingga sudah memiliki kemampuan dasar dalam ber ko munikasi dengan menggunakan bahasa Mandarin. Sejak program bahasa Mandarin dibuka 4 tahun lalu, hubungan antara CCNU dan CI de ngan Unesa berjalan baik. Selain mendapat bantuan dana dari CI, Unesa juga mendapat
20 |
bantuan tenaga pengajar yaitu Ibu Prof. Chencin, (maaf kalau salah tulis) yang sekaligus juga pengurus CI. Hubungan ini juga dilandasi oleh kesamaan antara CCNU dengan Unesa sebagai perguruan tinggi yang menghasilkan tenaga kependidikan. Sebagai lembaga penghasil tenaga kependidikan (LPTK), CCNU telah memiliki program e-learning yang bagus, yang didukung dengan peralatan yang canggih, sehingga dalam kunjungan ini juga dimanfaatkan untuk belajar mengenai e-learning. Setelah dari CCNU, kami menuju ke kota Tianjin, yang berjarak sekitar 200 km dari Beijing untuk memenuhi undangan rektor Tianjin Foreign Studies University (TFSU) sekaligus menghadiri perayaan Dies Natalis ke-50 universitas tersebut. Semua perguruan tinggi dari berbagai negara yang memiliki kerja sama dengan TFSU diundang, ter masuk dari Unesa. TFSU memiliki program pen didikan bahasa dari berbagai bahasa. Mu lai dari bangsa Eropa, se perti Inggris, Jerman, Belanda, Perancis, Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Dalam acara tersebut, ada 43 universitas yang mewakili ma sing-masing program pendidikan bahasa dari seluruh dunia. Dalam rangka mendukung pendidikan bahasa Indonesia, TFSU meminta bantuan dosen pendidikan bahasa Indonesia dari Unesa. Selama dua tahun, Unesa telah me ngirimkan dua dosen untuk mengajar bahasa Indonesia di TFSSU. Program studi bahasa Indonesia di TFSU termasuk baru, karena baru dibuka sejak dua tahun lalu. Meskipun merupakan program baru, peminatnya me ningkat secara signifikan. Berdasarkan
MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014
Oleh Prof. Warsono observasi dosen Unesa yang ditugaskan di TFSU (Pak Adam) salah satu alasan mereka memilih prodi pendidikan bahasa Indonesia adalah karena ingin bekerja di Indoesia. Fakta ini sungguh mengejutkan. Artinya mereka sudah mengantisipasi globalisasi, yang memberi kebebasan dan keterbukaan pasar. Meskipun tahun 2015 ini diawali di tingkat Asean, yang memberi kebebasan arus keluar masuk barang, jasa dan tenaga kerja di wilayah Negara Asean, mereka su dah mulai mengantisipasi kemungkinan untuk bisa bekerja di Indonesia. Sudah barang tentu salah satu bekal yang mereka bu tuhkan adalah kemampuan berbahasa Indonesia.. Dengan kemampuan berbahasa Indonesia, mereka akan dengan mudah bisa beriteraksi dan bekerja di Indonesia. Dalam konteks ekonomi, Indonesia me rupakan sasaran bagi para pencari kerja maupun penanaman modal. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 240 juta jiwa dan pertumbuhan ekonomi yang terus tumbuh stabil, Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial. Jumlah penduduk yang besar dan daya beli yang tinggi, tentu akan menjadi pasar yang menjanjikan bagi penanam modal. Dengan meningkatnya penanaman modal, maka akan banyak membutuhkan tenaga kerja. Kesempatan seperti ini sudah dilirik oleh para pencari kerja dan pengusaha dari luar negeri, terma suk dari China. Kesiapan Mahasiswa Hadapi MEA Bagaimana dengan kesiapan para ma hasiswa Unesa menghadapi masyarakat
KOLOM REKTOR ekonomi asean (MEA) yang tinggal meng hitung hari. Berdasarkan hasil pengamatan dan dialog dengan para mahasiswa, persi apan mereka menghadapi MEA masih sa ngat kurang. Sebagian besar mahasiswa belum menyadari adanya tantangan dalam menghadapi MEA. Bahkan masih ada ma hasiswa yang belum paham tentang MEA. Kondisi seperti itu tentu sangat mem prihatinkan, karena tanpa persiapan yang matang mereka akan kalah bersaing dengan tenaga kerja dari asing. Dalam menghadapi globalisasi, yang di tandai dengan persaingan antarbangsa, ter masuk MEA, salah satu syarat yang dibutuhkan me mang kemampuan berbahasa asing, terutama bahasa internasional. Kemampuan berbahasa asing merupakan pintu masuk un tuk melakukan transaksi dengan berbagai bang sa. Jika dilihat dari kemampuan ber bahasa asing, dalam hal ini bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, mahasiswa Unesa masih kalah dengan mahasiswa dari ne gara-negara Asean. Kemampuan bahasa inggris mahasiswa dari negara-negara Asean lainnya umumnya jauh lebih baik, karena mereka umunya adalah pernah dijajah oleh Inggris atau negara yang berbahasa Inggris. Ambil contoh Malaysia, Singapura, dan Brunai pernah dijajah Inggris, Philipina pernah dijajah Amerika. Vietnam, pernah lama berperang dengan Amerika, sehingga kemampuan bahasa inggris mereka masih terjaga. Selain bahasa, syarat yang dibutuhkan adalah profesionalisme. Profesionalisme ini bukan hanya berkaitan dengan bi dang keahlian khusus (kompetensi), te tapi juga berkaitan dengan etos kerja. Dalam masyarakat modern, semakin jelas pembagian kerja. Orang dituntut untuk bisa melakukan suatu pekerjaan tertentu. Yang dibutuhkan dalam kerja bukan apa yang kamu miliki (what do you have), tetapi kompetensi, apa yang bisa Anda kerjakan (what can you do). Para mahasiswa kita sebagian masih mengandalkan ijazah (what do you have) dalam mencari kerja, bukan apa yang bisa dikerjakan. Ini terlihat ketika mereka mengajukan lamaran kerja atau pada saat wawancara. Yang tertulis dalam lamaran kerja biasanya adalah permohonan agar bisa diterima bekerja di tempat yang dituju, dengan melampirkan ijazah yang dimiliki, jarang sekali yang menjelaskan keahlian yang dimiliki. Padahal uraian tentang keahlian yang dimiliki itu menjadi pintu masuk dalam “komunikasi” lamaran kerja. Si pemilik kerja bisa mengetahui keahlian
yang dimiliki oleh pelamar, sehingga mereka akan segera bisa merespon, apakah membutuhkan atau tidak. Hal yang dibutuhkan untuk mendukung profesionalisme, adalah penguasaan tekno logi, sebab pada saat ini hampir tidak ada pekerjaan yang tidak berkaitan dengan teknologi. Bagi dunia industri, dukungan tek nologi dalam proses produksi sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, para pencari kerja dituntut menguasai teknologi yang berkaitan dengan jenis perkerjaan yang akan dimasuki, minimal tidak gagap teknologi. Syarat lain yang dibutuhkan dalam
“
Hadirnya MEA, yang sudah tidak bisa dihindari, memberikan dua hal yaitu anca man atau harapan. menghadapi persaingan global adalah etos kerja, yang meliputi kedisiplinan, kerja keras, tanggung jawab, dan kejujuran. Jika dilihat dari aspek kedisiplinan dan kerja keras, ratarata mahasiswa kita masih kalah dengan mahasiswa di China. Dalam hal kedisiplinan, mahasiswa Unesa, (termasuk masyarakat pada umumnya) masih sangat rendah. Hal ini bisa dilihat setiap acara mulainya hampir selalu molor dari waktu yang ditentukan. Kita kurang menghargai waktu, karena kita tidak punya konsep tentang waktu. Hal ini berbeda dengan orang “Barat” yang menyatakan waktu itu adalah uang (time is money). Seandainya kita memiliki konsep tentang waktu seperti itu, tentu kita tidak ingin kehilangan waktu sedikitpun. Dalam setiap acara kita akan selalu tepat waktu pada saat datang dan tidak akan meninggalkan sebelum waktu yang ditentukan habis. Berkaitan dengan waktu, sebenarnya telah banyak diingatkan dalam ajaran agama. Dalam agama Islam banyak firman Allah yang mengingatkan tentang pentingnya waktu, seperti dalam surat Al Asher, Ad-Dhuha. Manusia akan rugi dengan waktu, tentu jika kita tidak menggunakan waktu dengan baik untuk ibadah (bekerja termasuk ibadah). Dan kita sering menyianyiakan waktu, menghabiskan waktu tanpa ada tindakan yang bermakna.
Dari segi kerja keras, kita juga kalah dengan mahasiswa China. Fenomena tersebut juga bisa dilihat di Indonesia, termasuk di Surabaya. Etnis China rata-rata meiliki budaya kerja lebih keras dibanding bangsa Indonesia. Bukan hanya jumlah jam kerja, termasuk jam belajar, tetapi juga kecepatan dalam bekerja. Dalam konsep kerja, kita memiliki pameo “alon-alon wathon kelakon”, biar lambat yang penting tercapai. Pandangan seperti ini tidak lagi sesuai dengan tuntutan global, yang menuntut kecepatan. Pada era global, yang dituntut adalah kerja cepat dan tepat. Dari sisi tanggung jawab, kita juga harus belajar dari mereka. Selama perjalanan pergi pulang ke China, saya melihat tanggung jawab yang luar biasa dari Ibu Chencin. Tanggung jawab merupakan manifestasi diri seseorang. Bahkan nilai dari seseorang terletak pada tanggung jawabnya. Kalau kita sudah tidak bisa bertanggung jawab, maka lama kelamanaan orang akan tidak lagi percaya kepada kita. Dan ketika orang sudah tidak percaya kepada kita, maka eksistensi diri kita hancur. Hadirnya MEA, yang sudah tidak bisa dihindari, memberikan dua hal yaitu ancaman atau harapan. Bagi mereka yang telah mempersiapkan diri, maka MEA merupakan harapan untuk bisa meraih kehidupan lebih baik. Tetapi bagi mereka yang belum siap, maka MEA merupakan ancaman, karena akan tersingkir dari persaingan yang tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, meskipun sudah terlambat, para mahasiswa harus sadar bahwa ada tantangan, dan sekaligus peluang. Agar MEA bisa menjadi peluang yang menumbuhkan harapan untuk hidup lebih baik, harus dipersiapkan dengan memiliki kompetensi (profesionalisme), kemampuan berbahasa asing, menguasai teknologi, dan membangun etos kerja. Kita seringkali melakukan “budaya terkejut”, (kagetan: jawa) kalau sudah terjadi baru berpikir mencari solusi. Kita harus bangun budaya antisipasi, dengan memikirkan apa yang akan terajdi, agar kita bisa mempersiapkan diri dalam menghadapi setiap perubahan. Kita harus membuka wawasan dan mau belajar dari orang lain, bagaimana mereka mengantisipasi perubahan ke depan. Labih baik terlambat daripada tidak sama sekali. n
Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA
| 21
INSPIRASI ALUMNI
Praptono, sang Kasubdit Pembelajaran
PROFESI TERHORMAT Itu Ya GURU
P
raptono. Demikian nama lengkap pria asal Desa Sidowarek Kecamatan Plemahan Kediri. Sejak kecil, ia memang telah me miliki cita-cita menjadi guru. Apala gi, sang ayah, meski hanya lulusan SD kerap mengatakan bahwa profesi paling terhor mat adalah menjadi guru. Motivasi sang ayah itu membuat Prap to no semakin mantap untuk menatap ma sa depan dengan menjadi guru ke lak setelah lulus dari perguruan tinggi. Untuk mewujudkan impian itu, Praptono me lan jutkan kuliah. Awalnya, ia dipilihkan teman-
Bagi anak desa seperti Praptono, bisa mengenyam pendidikan tinggi merupakan kebahagiaan luar biasa. Apalagi, berkat pendidikan tinggi itu, ia kini sukses berkarier di dunia pendidikan hingga menjadi Kasubdit Pembelajaran Pendidikan Dasar. Seperti apa perjuangannya? 22 |
MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014
temannya di jurusan Fi sika di Universitas Ne geri Malang (eksIKIP Negeri Malang). Na mun, ketika se dang mengisi pe ngi sian calon ma hasiswa jalur pe nelurusan minat dan kemampuan (PMDK), Praptono berubah haluan dan le bih memilih IKIP
INSPIRASI ALUMNI Surabaya. Salah satu pertimbangan pilihannya adalah ingin mencari suasana baru karena mayoritas temante mannya memilih kuliah di Malang. Melalui jalur PMDK, Praptono diterima di Jurusan Fisika FPMIPA pa da tahun 1988. Sejak awal kuliah, Praptono terlihat berbeda. Ia sa ngat tertantang untuk mencoba hal-hal di luar kebiasaan mahasiswa. Pada semester 2, misalnya, ia su dah mengambil mata kuliah bersama kakak kelasnya angkatan 87 dan bahkan angkatan 86. Tak pelak, pada se mester 6, ia sudah banyak menyelesaikan mata kuliah. Prestasi yang dicapai itu, menarik perhatian salah satu dosennya. Pada semester 7 dan 8, Praptono di minta menjadi asisten dosen untuk mata kuliah listrik magnet padahal teman-teman kuliah seangkatannya masih mengambil praktik lanjutan mata kuliah terse but. Untuk mata kuliah itu, Praptono memang sudah menyelesaikan terlebih dahulu dengan kakak kelasnya. Praptono tentu sangat diuntungkan dengan ke putusannya mengambil mata kuliah lebih cepat. Ia menjadi berkesempatan mempunyai hubungan dekat dengan kakak kelasnya dan berkesempatan mengikuti organisasi kampus. Di organisasi kampus, Praptono pernah menjabat sebagai ketua mahasiswa Jurusan Fisika dan aktif di kegiatan kemahasiswaan fakultas. Ia pun sering dilibatkan oleh dosen untuk kegiatan penelitian. Beberapa dosen yang kerap mengajak pe nelitian adalah Alimufi dan Masyithah. Terkesan Tantangan Dosen Bukan Praptono namanya jika tidak suka dengan sesuatu yang berbau tantangan. Nah, tantangan paling berkesan bagi Praptono adalah ketika mendapatkan tantangan dari dosen Mekanika Dasar, Drs. Soeharto. Pada awal perkuliahan, Soeharto mengatakan kepada mahasiswa bahwa hanya mahasiswa luar biasa yang bisa mendapatkan nilai 4 untuk mata kuliah Mekanika Dasar tersebut. Mata kuliah Mekanika Dasar memang menjadi momok bagi para mahasiswa. Hampir separo temanteman Praptono tidak lulus pada mata kuliah itu. Sisanya, yang berhasil lulus pun hanya mendapatkan nilai C. Namun, tidak bagi Praptono. Ia menjadi satu-sa tunya mahasiswa dan baru yang pertama kali berhasil mendapatkan nilai A untuk mata kuliah Mekanika Da sar. Soeharto pun mengucapkan selamat atas prestasi yang dicapai anak didiknya itu.
BERPRESTASI: Praptono (tengah) bersama keluarga saat wisuda pendidikan tingkat lanjut.
Pengalaman bisa mendapatkan nilai A dan men jadi yang pertama mendapatkan itu, tentu sebuah peristiwa yang sangat berkesan. Saking terkesannya, ia pun membawa hingga menulis skripsi. Saat itu, menulis skripsi tidak wajib bagi mahasiswa. Maha siswa diperbolehkan memilih jalur bebas atau nonskrip si. Pada semester 8, Praptono mulai menulis skripsi dibimbing Prof. Drs. Bambang Subali dan Drs. Budiyono. Bersama temannya, Supiyanto yang seka rang meniti karier di kepolisian Praptono menjadi ma hasiswa pertama yang berhasil lulus dari jalur skripsi dengan masa studi 4,5 tahun. Tidak hanya keberhasilannya lulus dari jalur skripsi, nilai skripsi pun sempurna dengan nila A (4). Bahkan, Praptono pun lulus dengan IPK 2,75. Padahal, saat itu, tidak mudah bagi mahasiswa untuk mendapatkan IPK 2,5. Sejumlah mahasiswa banyak lulus dengan IPK 2,0 sekian. Awal Karier Praptono adalah dua dari mahasiswa angkatan 88 penerima beasiswa Ikatan Dinas (TID). Beasiswa tersebut merupakan beasiswa terakhir setelah Prap tono menerima beasiswa Supersemar sejak semes ter 4. Setelah wisuda, Praptono mendapatkan SK penempatan sebagai pegawai Kementerian Pendidik an dan Kebudayaan di Jakarta. Mulai tahun 1994, ia ditempatkan di Direktorat Sekolah Swasta. Setelah be kerja beberapa hari, Praptono dipanggil oleh Direktur dan diberi tahu bahwa ia direkrut ke Pusat untuk ditu gaskan dalam proyek luar negeri yaitu ADB loan 1359Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA
| 23
INSPIRASI ALUMNI INO, yaitu proyek peningkatan mutu sekolah swasta. Melalui proyek itu, Praptono memiliki pengalaman bekerja sama dengan konsultan asing. Ia terlibat dalam perancangan desain proyek dan implementasinya. Tentu saja, lapangan pekerjaan itu benar-benar ba ru dan tidak berhubungan dengan perkuliahan yang diambilnya dulu. Pada proyek itu, Praptono ditugas kan sebagai sekretaris proyek, Biasanya, posisi terse but diberikan kepada orang-orang yang sudah ber pengalaman. Untuk pekerjaan rutinnya, ia bertugas di bagian perencanaan dengan tugas merumuskan ke bijakan, program dan penganggaran untuk pusat dan daerah (provinsi). Di pekerjaan rutin itulah ia banyak ber hubungan dengan pejabat-pejabat dari seluruh Indonesia. Setelah 5 tahun bekerja, Praptono berkesempatan mendapatkan beasiswa. Ia pun mengambil program master degree di University of Leeds. Ia mengambil Ju rusan International Education Management. Kuliah di luar negeri tentu menjadi pengalaman pertama dan sangat beratbagi Praptono karena harus berjauhan de
ngan istri dan ketiga putrinya yang masih kecil-kecil. Selepas studi luar negeri, Agustus 2002, Praptono kembali ke Indonesia dan mulai ditempatkan di Direk torat Pendidikan Luar Biasa untuk mengurusi anak-anak cacat yang merupakan dunia baru baginya. Praptono kembali ditugaskan di bagian Perencanaan. Di samping itu, ia juga ditunjuk menjadi pemimpin proyek hibah dari Belanda (World Population Foundation) untuk me ngembangkan pembelajaran pendidikan seks dan ke sehatan reproduksi bagi tunanetra dan tunarungu. Setahun kemudian, tahun 2003 Praptono men dapatkan beasiswa program S3. Ia pun mengambil Jurusan Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (PEP) di Universitas Negeri Jakarta hingga tahun 2010. Karier Praptono makin moncer. Tahun 2011, ia diangkat men jadi Kepala Seksi Penilaian dan Akreditasi di Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar (eselon 4). Dan, dua tahun kemudian, pada Maret 2013 ia diangkat menjadi Kasubdit Pembe lajaran (eselon 3) hingga sekarang. Sebagai alumni IKIP Surabaya, Praptono tentu sangat berharap agar Unesa banyak menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi luar negeri. Ia pun mengakui ingin bisa memfasilitasi kerja sama dengan University of Leeds. Selain kerja sama, Unesa perlu me ningkatkan kualitas dosen dengan memberikan ke sempatan belajar yang luas hingga S3. Ia pun berharap Pusat Layanan Autis dan Pusat Keberbakatan yang fa silitasnya menggunakan anggaran pusat itu bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa dan dosen untuk pe ngabdian masyarakat dan penelitian. “Kepada para mahasiswa, saya berpesan agar se nantiasa menjaga citra baik kampus dan kalau lulus lakukan hal-hal yang berdampak pada pengembangan Unesa sesuai dengan bidang dan karier yang ditem puh,” pungkasnya. n (LINA)
AKRAB: Praptono (tengah) bersama kawan dan anak-anak saat berkunjung dalam sebuah kegiatan. CINTA KELUARGA: Praptono sayang keluarga, dalam suatu kesempatan ia tak lupa mengajak liburan ke alam be bas, seperti pegunungan.
24 |
MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014
KABAR SM-3T CATATAN DARI SILATURAHIM SM3T
SM3T BUKAN untuk mencari
POPULARITAS
R
uang Birawa Hotel Bidakara. Sekitar 1500 orang memenuhi kursi-kursi. Mendikbud, para pejabat eselon satu dan dua, para rektor LPTK, dan peserta PPG SM-3T, PPGT, PPG Kolaboratif, dan peserta SM3T, perwakilan dari seluruh Indonesia. Dalam sambutannya, Mendikbud, Prof. Dr. Ir. KH. Mohammad Nuh, DEA me ngemukakan, penyakit sosial ada tiga, yaitu: kemiskinan, ketidaktahuan, keterbelakangan peradaban. Lingkaran penyakit sosial tersebut harus dipotong, dan pisau pendidikanlah yang paling tajam untuk memotongnya. Tidak hanya sekedar teori, praktek telah membuktikan, bahwa ketiga hal tersebut bisa diatasi dengan pendidikan. Para peserta SM-3T adalah pisau-pisau yang memotong tiga penyakit sosial itu. Pendidikan sebagai penggerak da lam pembangunan. Hasilnya belum bi sa dilihat hasilnya secara signifikan dalam lima-enam tahun. Namun pada lima belas sampai dua puluh lima ta hun ke depan, karena disentuh oleh tangan-tangan halus, pikiran-pikiran cerdas para peserta SM-3T, maka keadaan akan berubah. Perubahan itu karena tangan-tangan peserta SM-3T. Mereka tidak hanya menyentuh dengan sentuhan-sentuhan fisik, namun lebih dari itu, dengan sentuhan-sentuhan nilai kemanusiaan. Bagaimana mungkin seorang guru dan para siswanya bisa
OLEH Luthfiyah Nurlaela [Koordinator SM3T Unesa] menangis bersama, kalau bukan karena sentuhan kasih sayang. Para guru SM3T itu bergerak dan berjuang bukan karena didasari adat-istiadat dan agama, namun karena sejatinya, kita semua
"Plis deh... jangan dilupakan SM-3T. Ini bukan program politik, bukan untuk mencari popularitas." [PROF. MOHAMMAD. NUH] adalah bersaudara. Tidak ada satu ungkapan yang bisa kita ucapkan untuk para guru SM-3T, kecuali keharuan dan tetesan air mata. Mereka tidak perlu diberi penghargaan, tapi perjuangan mereka sudah dicatat oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Merekalah para pejuang itu. Ada merah putih di dadanya. Terkait dengan menjelang akhir ma sa baktinya di Kemdikbud, yaitu pada tanggal 20 Oktober 2104, Mendikbud merekomendasikan supaya program yang memiliki rasionalitas dan manfaat yang bisa dirasakan langsung, harus te rus dilanjutkan. Kata Mendikbud: “Plis deh... jangan dilupakan SM-3T. Ini bukan pro gram politik, bukan untuk mencari po pu laritas.”
SM-3T adalah solusi temporer untuk mengatasi berbagai masalah pendidikan di daerah 3T. Sebelum solusi permanen bisa didapatkan, solusi temporer pun harus dilakukan. Untuk pengangkatan guru tahun 2014, Mendikbud juga menjelaskan, ada jatah khusus untuk alumni SM-3T. Rekrutmen dibuat skenario sendiri. Dengan kecintaannya, para guru SM3T itu akan kembali ke tempat-tempat di mana mereka mengabdi itu. Selain itu, juga ada pemberian beasiswa bagi alumni SM-3T untuk memasuki program Magister dan Doktor. Mendikbud juga berpesan, tidak se mua orang punya kesempatan un tuk mengikuti SM-3T. Maka setiap pe serta SM-3T sebaiknya menulis semua pengalaman mereka selama di tempat tugas. Tambah Mendikbud, alang kah indahnya bila peserta SM3T bertemu dengan peserta SM-3T. Bersatu menorehkan sejarah dalam pem bangunan pendidikan di daerah 3T. Memberikan sentuhan pada mereka yang lemah. Pesan Mendikbud juga, sebagai pe juang, guru SM-3T jangan sekali-sekali mengeluh. Setiap persoalan, harus di hadapi. Setiap persoalan itu, selalu ada jawaban. Bila tidak menemukan jawab an, tidak ada jawaban atas persoalan itu sendiri, juga merupakan bagian dari ja waban. n (MAN)
Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA
| 25
JATIM MENGAJAR
LAPORAN JATIM MENGAJAR (BAGIAN 2)
Tersentuh di Hari Pertama Sekolah n oleh Muhtar Anas
Adalah Pak Punaji, bapak muda dengan seorang anak yang menampungku untuk tinggal di rumahnya selama aku bertugas di Lamongan. Bersama Pak Matelan yang mengantarkan aku menuju rumah Pak Punaji. Tak jauh dari masjid. Masuk gang kecil dari jalan utama antara sekolah menuju masjid.
S
alat Jumat telah usai. Meski hanya diikuti oleh bebe ra pa jamaah saja. Ka mi pun berkenalan de ngan beberapa warga. Ada beberapa tokoh masyarakat yang menemui kami. Takmir mas jid dan kepala dusun serta beberapa yang lain. “Pak Sali. Ini adalah rom bongan dari Surabaya yang akan menempatkan guru baru di SD kita.” Pak Matelan mem perkenalkan kami ke pada Pak Sali, takmir Masjid tem pat kami melaksanakan salat Jumat. “Yang akan ditempatkan di sini adalah Pak Muhtar ini, dari Trenggalek. Semoga Pak Muh tar betah dan kerasan bersosialisasi dengan warga dusun sini,” tambah Pak Hari sambil memegang pundak saya. “Selamat datang di Dusun Mlurus, Pak Guru. Beginilah keadaan di sini. Lingkungan kam pung di tengah hutan. Jalannya berlubang-lubang. Apa lagi kalau musim hujan, jalannya susah dilewati. Tapi
26 |
masyarakat di sini ramah-ra mah. Semoga betah tinggal di sini.” Kata Pak Sali. Setelah saling mem per kenalkan diri, Pak Hari be serta rombongan bersiap melanjutkan perjalanan menuju tempat dimana Arif akan bertugas. Ada perasaan ganjil di hatiku. “Benarkah aku akan ting gal di sini? Sedangkan aku belum pernah mengenal na ma Desa ini sebelumnya.” Ber bagai pertanyaan hanya ter ucap dalam hatiku saja. Aku berusaha bersikap wajar dan tersenyum untuk me nunjukkan bahwa aku baikbaik saja. Perlahan mobil rom bo ngan meninggalkan aku. Dan akupun belum begitu sadar akan semuanya. Seolah aku berada tidak jauh dari ru mahku sendiri, di Kabupaten Trenggalek. *** Adalah Pak Punaji, bapak muda dengan seorang anak yang menampungku untuk tinggal di rumahnya selama
MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014
aku bertugas di Lamongan. Ber sama Pak Matelan yang mengantarkan aku menuju rumah Pak Punaji. Tak jauh dari masjid. Masuk gang kecil dari jalan utama antara sekolah menuju masjid. Sebuah rumah berbentuk joglo. Rumah adat Jawa Ti mur. Berdiri dari rangkaian kayu jati. Mulai dari tiang depan, tiang bagian dalam, dinding, pintu maupun jen de la. Semua asli kayu jati. Sebagaimana yang lain, ru mah Pak Punaji dikelilingi persawahan. Meskipun sa ling berdekatan antara satu dengan yang lain te tap saja rumah-rumah di si ni dikelilingi sawah yang dita nami tebu dan tembakau. Beberapa sawah kosong ka rena tidak ada air. Ya, di dusun ini cukup sulit menemukan air. Ja ngankan untuk mengairi per sawahan, untuk mandi dan untuk kebutuhan se hari-hari pun beberapa war ga harus mengantri di su mur dusun yang letaknya di tengah sawah. Jika ada yang
JATIM MENGAJAR
Kondisi sekolah tempat Muhtar Anas mengabdi selama setahun di Sambeng Lamongan. Inset Anas saat menerima kunjungan dari tim PPPG Unesa.
mempunyai sumur, sumber nya teramat kecil. Atau kalau, tidak airnya terasa payau, bahkan asin. Sampai beberapa hari tinggal di Dusun Mlurus, aku masih belum bisa menyadari kenapa aku harus berada di sini. Seolah-olah aku belum terbangun dari tidur panjang. Hingga akhirnya aku me yakinkan hatiku bahwa aku harus mengabdikan se genap pengetahuan dan kemampuanku untuk mem berikan warna bagi ma syarakat dusun Mlurus. Khu susnya dalam pendidikan. “Biasanya para pen da tang kalau sudah mengon sumsi air sini pasti akan kera san tinggal lama di sini.” Kata salah satu warga saat saya be rsilaturahmi. Sebenarnya bukan kare na aku mudah teringat sua sana rumah saat saya jauh dari keluarga. Namun kali ini benar-benar memberikan pengalaman yang baru dan lain dalam hidupku. Seiring berjalannya waktu, ber so sialisasi dengan warga du
sun Mlurus memberikan pe ngalaman menarik. Banyak hikmah dan pelajaran yang dapat kuambil. *** Hari Sabtu, tanggal 14 September 2013. Hari itu hari pertama kali aku bertugas sebagai tenaga pendidik di SDN Jatipandak. Pukul 06.15 WIB aku berangkat dari ru mah Pak Punaji. Sang surya yang telah menampakkan keperkasaannya di ujung ti mur. Langit yang cerah se makin menyemangati lang kah-langkah kakiku. “Selamat pagi, Pak Guru.” “Eh, siapa itu?” “Itu kan Pak Guru yang da tang dari Surabaya kemarin. Kemarin datang diantarkan rombongan.” Terdengar sapaan dan per cakapan dari be be rapa warga yang ber papasan denganku. Bebera pa warga yang lain tengah bercengkerama di depan rumah. Aku pun mem ba lasnya dengan senyuman se ramah mungkin. Jalanan ber debu tak menyurutkan
lang kahku menuju sekolah untuk berjumpa dengan mu rid-murid baruku. Tidak membutuhkan waktu lama untuk tiba di se kolah. Kurang dari se pu luh menit berjalan kaki. Terlihat anak-anak bermain di ha laman dengan riang. Bebera pa dari mereka memandang dengan begitu asing ke arah ku. Siapa dia? Mungkin per tanyaan seperti itulah yang ada di benak mereka. Aku pun hanya melewatinya de ngan membagikan senyum an kepada mereka. Ternyata Pak Usman te lah menunggu di dalam. “Assalamualaikum,” se gera aku mengucapkan sa lam begitu sampai di pintu kantor. “Waalaikum salam. Mari silakan duduk, Pak Muhtar.” Kami pun terlibat perca ka pan. Saling bertanya ja wab. Hingga waktu menun juk kan pukul tujuh tepat. Hanya kami berdua duduk di dalam kantor. “Tidak adakah guru lain yang datang hari ini? Bukankah di papan tercantum
beberapa nama? Sedangkan di atasnya terpasang sebaris foto, yang aku kira itu juga foto para guru.” Beberapa per tanyaan hanya bisa aku simpan di hati saja. Tibalah saatnyaaku berke nalan dengan seluruh siswa. Teet…teet…teet…teet…. Pak Usman memencet bel em pat kali. Begitu cekatan anak-anak berbaris di ha laman. Langsung saja Pak Usman mempersilakanaku untuk memperkenalkan diri di hadapan anak-anak. Dua puluh dua anak ber baris dengan rapi se suai kelasnya. Bersepatu dan berseragam. Begitu se derhana. Namun terlihat se mangat yang besar dari sepasang mata mereka. Ta pi, tidak. Sepintas ada yang aneh pada barisan mereka. Ternyata barisan mereka hanya ada lima. Kok, lima...? (BERSAMBUNG) Penulis adalah peserta Jatim Mengajar (Angkatan ke-1)
Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA
| 27
ARTIKEL WAWASAN
Pemilihan Legislatif, Presiden RI dan Wapres Tahun 2014 Ibarat Mencari Wahyu Makutha Rama Pileg 5 April 2014, Pilpres 9 Juli 2014 ibarat mencari wahyu Kraton dan wahyu Makutha Rama. Mereka yang menang dalam dukungan rakyat akan duduk di singgasana Wahyu Makutha Rama.
oleh Suparnomo
D
alam lakon wahyu Makutha Rama dari kerajaan Astina memberikan wewenang Adipati Karno untuk mencarinya tapi gagal dalam perjalanan. Di pihak lain, Harjuna ditemani para pena kawan, Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Harjuna adalah sosok satriya Pan dhawa (Pandhawa ada lima putera) yang mempunyai wilayah territorial di Ma du kara. Harjuna hendak mencari wahyu Makhutha Rama mendapatkan jalan bahwa wahyu tersebut di lereng gunung Kutha runggu. Para punakawan memberi motivasi dan menemaninya. Sesampainya di pertapaan, Kutha ru nggu dapat bertemu dengan Begawan/ pan dhita yang bernama Kesawasidi. Da lam pembicaraannya dengan Begawan Kesawasidi, Harjuna mencari/minta wahyu Ma khutha Rama. Kesawasidi menjawab bahwa wahyu Makutha Rama tidak ada, meskipun Harjuna tahu bahwa wahyu ter sebut ada di Begawan Kesawasidi. Setelah berdialog sekian lama, akhirnya Begawan Kesawasidi memberikan wahyu tersebut. Kesawasidi mengatakan kepada Harjuna bahwa wahyu ini tidak berwujud yang ada adalah suatu ajaran atau pe mi kiran-pemikiran seorang raja kesatria, yang dahulu di singgasana mendapatkan bimbingan dukungan dari delapan dewa, kepada seorang satria sebagai raja yang bernama Bathara Rama sewaktu di lantik atau diwisuda menjadi raja di Ngayodya pala. Delapan dewa itu Bathara : Kuwira, Brahma, Bayu, Baruna, Indra, Candra, Surya, dan Rodra.
28 |
Dalam sembilan tokoh itu, termasuk Ba thara Rama adalah cikal bakal raja di Ngayodyapala. Pemikiran tersebut adalah Hasta Brata. Lebih jelasnya wahyu Makutha Rama. Wahyu sebagai anugerah Makutha itu mahkota meskipun ini hanya kiasan, sedangkan Rama adalah nama dari seorang Raja di Pacawati atau Ngayodyapala. Hasta Brata sendiri mempunyai arti, Hasta itu delapan Brata itu laku (tindakan). Jadi, siapa yang mendapatkan Hasta Brata itu harus dapat melaksanakan, mengajarkan hal- hal yang sesuai Hasta Brata itu sendiri. Dan Hasta Brata itu sendiri dapat dimaknai antara lain, laku sebagai:
angin yang dapat memberikan suasana kehidupan bagi pimpinan (pamong), hendaknya memberikan kesegaran hidup bagi semua rakyatnya, dapat memberikan pelayanan tentang kesehatan dll.
Bumi Mempunyai sifat yang memberikan kemurahan kepada siapa saja. Bumi sebagai tempat tinggal, mencari makan/hasil bumi dan sebagainya. Artinya, menjadi pimpinan (pamong) hendaknya memberikan kepada siapa saja untuk bernaung dalam negara serta memberikan penghasilan, lapangan kerja (papan, pangan, sandang, pekerjaan).
Bulan Mempuyai sifat bulan memberi pe nerangan yang sejuk kepada semua ma syarakat dan daerah. Dengan kata lain mampu memberikan pendidikan bagi semua lapisan masyarakat dengan tem pat sarana yang memadai. Masyarakat di perkotaan, pedesaan, pegunungan, da erah nelayan semuanya sama derajat ka pasitasnya dalam mencerdaskan ke hi dupan.
Air Seperti sifat air, lemah lembut sangat di butuhkan tanpa memandang siapa orang nya, dapat memberi ketegasan, sebagai air kehidupan. Realitasnya, hendaknya pimpinan (pamong) dapat memberikan pen jernihan masalah dalam kehidupan di masyarakat. Angin Mempunyai sifat angin di sini bukan angin yang membawa bencana namun
MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014
Samudra Mempunyai sifat samudra. Artinya menjadi pimpinan (pamong) hendaknya mempunyai kesabaran. Setiap mengha dapi masalah dilakukan dengan senyum manis dan mencari alternatif terbaik da lam menyelesaikan masalah, dengan lapang dada, wawasan luas seperti sa mudera.
Matahari Sifat matahari memberi terang seluruh bumi, memberikan kekuatan segala yang ada di bumi termasuk tumbuh- tumbuhan, sa mudera, memberikan perkembangan kehidupan, ada hujan dan sebagainya. Pim pinan (pamong) hendaknya memberikan masyarakat sesuai bidangnya sebagai mo dal untuk berkembang.
ARTIKEL WAWASAN Api Mempunyai sifat dapat melebur atau memusnahkan,. Seorang pimpinan (pa mong) hendaknya dapat menyelesaikan masalah di masyarakat dengan adil dan ti dak memihak. Kartika Sifat bintang memberikan petujuk se perti gunung. Meskipun terkena angin besar seperti puting beliung, angin tersebut ter pecah ke kanan dan ke kiri karena kuatnya fisik gunung tersebut. Seorang pimpinan (pamong) haruslah memberikan keputusan yang kelak berguna bagi semua kehidupan atau kemaslahatan orang banyak harus di jalankan. Demikianlah penjabaran tentang Hasta Brata oleh Kesawasidi yang tak lain adalah Kresna Raja Dwarawati. Ia merupakam inkarnasi dari Dewa Wisnu. Seperti halnya Rama Wijaya, orang yang bidjak dan pandai. Kresna dan Harjuna pewaris Hasta Brata secara kodrati karena dekat dan me ngayomi rakyatnya, dan punakawan se bagai simbol sebagai rakyat. Pilihan Presiden dan Wakilnya Pencalonan presiden dan wakil pre siden dari kubu Prabowo Subianto dan Joko Widodo ibarat dua kubu dalam per sepsi pewayangan yakni Harjuna mencari wahyu makutha Rama. Keduanya adalah Harjuna hanya versinya saja menjadi dua: versi Prabowo dan versi Jokowi. Dalam hal ini kubu tidak saling bermusuhan, na mun kedua kubu tersebut ditempatkan masing- masing sebagai putra manusia un tuk mencari wahyu demi mendapatkan du kungan rakyat dalam pencalonan sebagai presiden. Kita tarik benang merah dalam ceritera Prabu Rama Wijaya tatkala dilantik menjadi raja di kerajaan Pancawati. Hal ini dapat diekspresikan dalam Negara Indonesia akan merdeka telah dibentuk panitia sembilan, dalam PPKI ( Pantia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) ini mirip dengan dewa delapan plus Prabu Bathra Rama sehingga sem bilan dewa memproklamirkan Prabu Ra ma Wijaya sebagai raja pancawati sepertinya tak jauh berbeda SoekarnoHatta memproklamirkan Negara Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Panitia sembilan dalam PPKI termasuk Soekarno – Hatta disebut Founding Fathers.
Semoga yang mendapatkan wahyu Mahkutha Rama Pikukuhing Praja dalam mengemban amanat tidak ada masalah dapat memenuhi janjinya, program- program yang ditawarkan kepada rakyat dan tugas yang diembannya sesuai UUD 1945. Soekarno-Hatta, pemimpin Negara RI I yang mempunyai wawasan nasionalisme, Pancasila dan ilmu pengetahuan bisa di katakan termasuk Hasta Brata. Pilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 dan Pihak PDIP yang diketuai Megawati Soekarno Putri mengambil keputusan untuk mencalonkan Joko Widodo sebagai pre siden sedang wakilnya adalah Jusuf Kalla. Bila dikorelasikan dengan ceritera Har juna mencari wahyu Makutha Rama dan Srikandhi mencari Harjuna, Megawati Soekarnoputri adalah sosok satrio putri yaitu Srikandhi dan Joko Widodo sebagai Harjuna, sedangkan Jusuf Kalla sebagai Kresna. Srikandhi (Megawati) sudah berpenga laman tentang perjuangannya. Dengan bertemunya Harjuna (Joko Widodo) berikut Kresna (Jusuf Kalla) mereka adalah sosok negarawan, mereka sudah berpengalaman di bidang pemerintahan yang tak terlepas dari ajaran Hasta Brata. Lain dengan Harjuna versi Prabowo. Di sini Srikandhi no tabone dalam institusi partai Golkar. Setelah partai Golkar menemuai Jokowi, capres yang diusung PDIP didukung koalisi Nasdem, PKB, Hanura dan PKPI, partai Golkar sepertinya bimbang. Akhirnya, ia berkoalisi mendukung Prabowo-Hatta se bagai Presiden dan Wakil Presiden RI. Prabowo diumpamakan sebagai Har juna yang mempunyai pengalaman kepra juritan, organisasi masyarakat sudah lama murca (tidak kelihatan) berikut ketemu dengan Hatta Rajasa (sebagai Bengawan Ke sawasidi) jelmaan Kresna, mempunyai pengalaman dalam pemerintahan. Partai Golkar seolah-olah sebagai Dewi Subadra (adik kandung Kresna) dan di dalamnya ada Srikandhi. Srikandhi dalam partai Golkar di sini adalah Titik Soeharto yang terpilih sebagai calon legislatif pusat periode tahun 2014- 2019. Meskipun Srikandhi tidak
mencari langsung kepada Harjuna, karena terbawa oleh partai Golkar akhirnya Sri kandhi (Titik Soeharto) mendukungnya dan pernah bertemu dalam keluarga. Kedua versi Harjuna, sebagai Satria Pi ningit massing- masing telah mendapat dukungan rakyat dalam pilpres tanggal 9 Juli 2014. Dukungan itu sebagai wahyu, hasil pemilihan presiden dari rakyat. Hasil Pilpres diumumkan KPU 22 Juli 2014, hendaknya bagi yang kalah legowo, sifat ksatria, untuk mendidik rakyat berdemokrasi. Hen dak nya menciptakan suasana damai demi kepentingan bersama, lebih- lebih bagi ma sing- masing pendukung. Presiden terpilih mendapat legitimasi dari KPU, merupakan lambang atau gambaran tentang wahyu Makutha Rama, dan belum sah wahyu tersebut sebelum ada Pikukuhing Praja ar tinya penguatan dari dewa. Dewa di sini adalah MPR/DPR yang akan melantik Presiden dan Wakil Presiden terpilih (UUD 1945 setelah perubahan pasal 9). Presiden ter pilih mengucapkan sumpah dan janji di hadapan MPR/DPR. Semoga yang mendapatkan wahyu Mahkutha Rama Pikukuhing Praja dalam mengemban amanat tidak ada masalah dapat me menuhi janjinya, program- program yang ditawarkan kepada rakyat dan tugas yang diembannya sesuai UUD 1945. Catatan: Tulisan ini dibuat sesudah pemilihan calon Presiden R.I 2014 dan wakilnya, sebe lum adanya gugatan Tim Prabowo- Hatta ke KPU (Komisi Pemilihan Umum).
DAFTAR PUSTAKA Media Massa : Kompas, Jawa Pos, Radar, Edisi Minggu Pertama Bulan Juli, 2014 Siswodharsoyo, Ki, Pakem Pendalangan Lampahan Makutha Rama, Ngayogya karto : Toko Buku S. G., 1979. Sondang P. Siagian, M. PA., Prof, Dr., Ad ministrasi Pembangunan, Konsep, Di mensi dan Strateginya, Bumi Aksara, Jakarta, 1999.
Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA
| 29
SEPUTAR UNESA Dies Natalis Unesa ke-50
Selamatkan 3 Nyawa dengan Sekantong Darah
S
ebagai kelanjutan dari kegiatan bakti sosial, donor darah dalam rangka menyambut Dies Natalis Unesa ke-50 di Kantor Penjaminan Mutu (PJM) Unesa (21/10/2014) lalu, kini kegiatan donor darah juga dilaksanakan di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) pada Rabu (29/10/2014). Dalam kegiatan itu, Unesa bekerja sama dengan RSU Dr. Soetomo. “Serangkaian acara dalam rangka memperingati Dies Natalis Unesa ke-50, salah satunya adalah donor darah yang kami lanksanakan di Unesa, Kampus Ketintang dan kali ini acara donor yang kedua dilaksanakan di Kampus Lidah,” papar Rahmat, koordinator donor darah dan bakti sosial Dies Natalis Unesa. Kegiatan yang direncanakan mulai pukul 08.00 WIB itu mengalami kemoloran hingga satu jam karena dokter beserta tim donor darah mengalami kemacetan lalu lintas. Akan tetapi, hal itu tidak menyurutkan semangat para pendonor yang telah mengantre sejak pukul 08.00 WIB. Banyak mahasiswa, dosen, dan karyawan yang siap mendonorkan darahnya meski harus melewati beberapa ketentuan terlebih dahulu. Di antara ketentuan yang harus dilalui oleh setiap pendonor adalah mengisi formulir, berat badan lebih dari 45 kg, tekanan darah normal, tidak sedang menstruasi bagi
wanita, dan beberapa persyaratan teknis lainnya. Selain satu kantong darah dapat menyelamatkan tiga nyawa, donor darah juga memiliki beberapa fungsi yang berguna dalam menjaga kesehatan, misalnya dapat mengurangi resiko serangan jantung 4—5 kali lipat, membantu sirkulasi darah, dan dapat mendeteksi resiko kesehatan sejak dini. “Tujuan saya sangatlah sederhana, semoga sekantong darah saya bisa membantu mereka yang membutuhkan,” tutur Catur, salah satu dosen yang mendonorkan darahnya. (Diyanti/SR). n (DIYANTI/SR)
Seminar Nasional dan Workshop
Siapkan Implementasi K13 Ilmu Biologi
J
urusan Biologi FMIPA Uni ver sitas Negeri Surabaya me nga dakan Seminar Nasional dan Workshop Biologi 2014 dengan tema “Implementasi Kurikulum 2013 dan KKNI dalam Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Biologi”. Bertempat di Ge dung D1 Lantai 3 Ruang Sidang FMIPA kampus Ketintang, acara itu di lak sa nakan selama dua hari, Sabtu - Ming gu (18 - 19/10/2014). Seminar nasional dilaksanakan pada Sabtu dan dilanjutkan dengan workshop pada Minggu. “Seminar ini diselenggarakan seba gai salah satu bentuk kepedulian, per hatian, dan sumbangsih kami, FMIPA Uni versitas Negeri Surabaya dalam
30 |
mewujudkan suksesnya implementasi ku rikulum 2013 dan KKNI. Inovasi dan bentuk-bentuk penyegaran yang di usung dalam struktur kurikulum 2013 dan KKNI diharapkan dapat me ningkatkan pembelajaran dan pen didikan di Indonesia,” ucap Dr. Sunu Kuntjoro, M.Si. selaku ketua panitia. Seminar itu mendatangkan tiga pe makalah utama, yaitu : 1. Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd., pakar pendidikan sekaligus mantan Rektor Unesa. 2. Prof. Dr. Sutiman Bambang Sumito, SU., D.Sc., guru besar Biologi sel dan mole kuler Universitas Brawijaya Malang. 3. Dr. Tarzan Purnomo, M.Si., pakar ilmu
MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014
Lingkungan dari Jurusan Biologi FMIPA Unesa. “Selama ini Biologi dikenal sebagai pelajaran menghafal, sebenarnya bu kan hanya itu,” kata Prof. Sutiman mengawali pembicaraanya. Menu rutnya, guru Biologi harus lebih krea tif lagi agar pembelajaran Biologi le bih menarik. Seorang pakar Biologi ju ga harus menguasai bidang ilmu yang lain, seperti Fisika, Kimia, dan Matematika. Selama ini pakar Biologi hanya mendalami ilmu Biologi saja tan pa mempelajari bidang ilmu yang lain nya. Harus ada korelasi antara Biologi, Fisika, dan Kimia agar diperoleh suatu pengetahuan yang utuh. n (HABIBI/LINA)
SEPUTAR UNESA Aktivitas Mahasiswa
British Carnival English Week XIX Kostum Jadul
A
da yang berbeda di Joglo Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) pada 28 Oktober 2014 kemarin, tampak mahasiswa menggunakan pakaian model lama (jadul), tahun 1970-an, yang ra mai memenuhi joglo dan sekitarnya. Itu merupakan salah satu bagian dari rangkaian acara English Week XIX bagi mahasiswa English Department (ED) di hari kedua. Acara yang mengusung tema “Vintage British” itu dihadiri oleh mahasiswa ED mulai dari angkatan 2012--2014 yang terdiri dari 15 kelas. Mereka mengikuti acara British Carnival mulai pukul 09.00 WIB--14.00 WIB. “Selain unjuk kostum Vintage, ada perlombaan yang harus diikuti oleh setiap
kelas. Perlombaan itu ialah speech, news casting, dan drama musical. Setiap kelas wajib mengirimkan perwakilan kelas mereka pada setiap perlombaan,” jelas Iffatur Nyssa Putri, penanggung jawab acara Selain itu, bertepatan dengan pe ri ngatan Sumpah Pemuda, tampak berbondong-bondong siswa SMA ke gedung T-4 guna berpartisipasi dalam lomba Speech. Lomba tersebut me rupakan salah satu dari sekian lomba yang dilombakan untuk siswa SMA se-Jawa. Lebih dari 50 peserta yang mengikuti kegiatan yang dimulai pukul 08.30 WIB tersebut. (Annisa/Yusuf/SR). n (ANNISA/YUSUF/SR)
Aktivitas Mahasiswa JBSI
Sambut Bulan Bahasa dengan Wajah Baru
S
esuai runtutan sejarah, bahasa Indonesia kali pertama diik rarkan adalah pada bulan Ok tober, Mungkin saja ini yang memacu banyak orang untuk silih ber ganti merayakannya. Sebagai wujud rasa memiliki, Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (HMJBSI) turut memeriahkan dengan me ngadakan Festival Lomba Bulan Bahasa Nasional (18/10/2014). Kegiatan tersebut diadakan di Auditorium Prof.
Dr. Leo Idra Adriana yang dikhususkan bagi siswa SMA sederajat. Adapun tangkai lomba yang dilom bakan adalah musikalisasi puisi, men dongeng, cerdas cermat, baca berita, dan menulis resensi. Nama peserta dan pen damping yang tercatat di daftar hadir mencapai lebih dari 300 orang. Menurut Ketua Pelaksana Marhaendra Putra, kegiatan festival ini merupakan kegiatan tahunan, na mun kali ini diramu berbeda dari sebelumnya.
Pada kegiatan yang dimulai pukul 07.00 WIB tersebut diikuti oleh setiap peserta dengan semangat. Terbukti oleh pernyataan salah satu juri dari dosen JBSI Jack Parmin di akun media sosialnya bahwa semua peserta layak jadi pemenang. Titik perbedaan dan peningkatan festival lomba tersebut adalah lomba menulis resensi (lomba baru), konsep cerdas cermat, dan konsep baca berita yang sudah tidak lagi berhadapan dengan juri, namun peserta ditantang untuk membacakan berita layaknya presenter sungguhan dengan harus menghadap kamera secara langsung. Pada puncaknya, semua peserta dan pendamping dengan rasa pe nasarannya menunggu hasil dari lomba yang sudah dilaksanakan. Gegap gem pita suara peserta dan pendukung pun memenuhi auditorium tempat pe ngumuman. Alhasil, yang menjadi juara umum adalah SMAN 2 Sidoarjo. n (YUSUF/ANNISA/SR)
Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA
| 31
INFO SEHAT
ADA KHASIAT
di Balik Pedasnya
Berbagai kegiatan penelitian menyimpulkan di balik rasa pedasnya, cabe memiliki banyak manÂfaat terutama bagi kesehatan. Di antara manfaatnya cabe dapat mengurangi risiko kan ker, menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan bahkan dapat menyembuhkan luka.
Adalah dr Khursheed Jeejeebhoy, seorang ahli penyakit dalam dari University of Toronto ini menganjurkan konsumsi makanan pedas secara teratur untuk meningkatkan kualitas kesehatan tubuh. Menurutnya, mengonsumsi makanan pedas secara tidak berlebihan sangat baik bagi kesehatan dan mengurangi risiko kanker. Hasil penelitian laboratorium di Inggris menemukan, kandungan capsaicin pada cabai yang menimbulkan rasa pedas, dapat membunuh sel kanker tanpa merusak sel normal. Jadi tidak heran mengapa beberapa kasus kanker di Meksiko dan India, yang masyarakatnya banyak mengonsumsi makanan pedas, lebih sedikit dibandingkan negara-negara Barat, yang masyarakatnya cenderung tidak suka makanan pedas. Sementara itu, dua penelitian yang dilakukan tim dari Australia juga mengungkap, menambahkan cabai dalam setiap masakan bisa menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Hasil penelitian itu juga menjelaskan, makanan pedas juga bisa menstabilkan kadar insulin dalam darah. Dalam takaran yang tidak berlebihan, makanan pedas bahkan bermanfaat
32 |
untuk kesehatan lambung. Demikian hasil studi yang dilakukan tim peneliti dari Hungaria. Capsaicin bisa mengurangi asam lambung dan berfungsi sebagai antiinflamasi. Berikut Manfaat Lain dari Cabe 1. Cabe dapat meredakan pilek dan hidung tersumbat karena capsaicin dapat mengencerkan lendir. Sehingga, lendir yang tersumbat dalam rongga hidung akan menjadi encer dan keluar. Akibatnya, hidung menjadi tidak tersumbat lagi. Ini berlaku pada sinusitis dan juga batuk berdahak. 2. Cabe dapat memperkecil risiko terserang stroke, penyumbatan pembuluh darah, impotensi, dan jantung koroner. Karena, dengan mengkonsumsi capsaicin secara rutin darah akan tetap encer dan kerak lemak pada pembuluh darah tidak akan terbentuk. Sehingga, darah akan mengalir dengan lancar. Jadi, cabe juga berkhasiat mengurangi terjadinya penggumpalan darah (trombosis). 3. Sebagai antibiotik alami. 4. Cabe dapat meringankan keluhan sakit kepala dan nyeri sendi. Karena, rasa
MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014
pedas dan panas yang ditimbulkan capsaicin akan menghadang pengiriman sinyal rasa sakit dari pusat sistem saraf ke otak. Sehingga, rasa sakit tersebut akan berkurang, bahkan hilang. 5. Cabe dapat meningkatkan nafsu makan pengkonsumsinya. Karena, capsaicin dapat merangsang produksi hormon endorphin, hormon yang mampu membangkitkan rasa nikmat dan kebahagiaan. Sehingga, nafsu makan menjadi bertambah. 6. Kandungan antioksidannya dapat digunakan untuk mengatasi ketidaksuburan (infertilitas), afrodisiak, dan memperlambat proses penuaan. 7. Ekstrak buah cabai rawit mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan jamur Candida Albicans, yaitu jamur pada permukaan kulit. 8. Untuk gangguan rematik dan frostbite (jari nyeri karena kedinginan). 9. Daunnya bisa digiling untuk dibalurkan di daerah yang sakit guna mengatasi sakit perut dan bisul. 10. Mengobati perut kembung. 11. Membantu pembakaran kalori hingga 25%. 12. Memberikan kalsium dan fosfor bagi tubuh. 13. Cabe menghasilkan vitamin C (lebih banyak daripada jeruk) dan provitamin A (lebih banyak daripada wortel) yang sangat diperlukan bagi tubuh. Walau banyak manfaat yang bisa diambil dari mengkonsumsi cabe, namun dianjurkan untuk tidak mengonsumsi cabe secara berlebihan. Jadi tidak salah bila mulai menyisipkan makanan pedas dalam menu harian Anda secara berkala. n [MAN/BBS]
INFO SEHAT
SI ORANGE
Anti Kanker Wortel merupakan salah satu sayuran yang memiliki berbagai nutrisi serta vita min yang dibutuhkan oleh seluruh organ tubuh manusia. Berdasarkan fakta yang telah terungkap, wortel merupakan sum ber vitamin A yang sempurna. Vitamin A dalam wortel sangat baik untuk menjaga dan mempertahankah kesehatan tubuh. Berikut berbagai manfaat sayuran orange ini:
W
ortel merupakan salah satu sa yuran yang sudah tidak asing bagi semua orang di se lu ruh penjuru dunia. Dari bentuknya yang memanjang serta warnanya yang sebagi an besar orange atau merah mudah men jadikan wortel salah satu sayuran yang mu dah dikenali. Sebagian besar dari kita juga pasti mengetahui bahwa sayuran tersebut sangat baik untuk menjaga kesehatan or gan mata. Mengonsumsi wortel, baik se cara langsung maupun dibuat jus serta sayuran sangat dianjurkan. Namun, ternyata bukan itu saja man faat wortel bagi tubuh kita. Ada banyak sekali manfaat tersembunyi ter kan dung dalam sebuah wortel. Lalu, apa saja manfaat tersembunyi wortel bagi keseha tan tubuh tersebut...?
1. Penglihatan Yang Lebih Baik. Sumber betakaroten dalam wortel akan di ubah oleh organ hati menjadi sumber vita min A. Maka tak mengherankan, jika seseorang rutin mengonsumsi wortel dalam menu hariannya, maka organ matapun akan terjaga kesehatannya sepanjang waktu. 2. Sayuran Anti Kanker. Wortel menjadi salah satu sayuran yang sangat efektif untuk menangkal berbagai jenis kan ker yang sangat mematikan seperti kanker payudara, paru-paru serta usus besar. Ini dikarenakan adanya kandu ngan falcarinol serta falcarindiol yang mana bersifat antikanker dalam sebu ah wortel. 3. Jantung Yang Lebih Sehat. Kandu ngan betakaroten, alfa karoten serta lu tein menjadikan wortel sangat di butuhkan oleh organ jantung. Ini di karenakan berbagai kandungan zat
tersebut akan membuat Anda ter hindari dari berbagai gangguan atau serangan jantung. 4. Gigi yang Lebih Sehat dan Kuat. Wortel berperan penting dalam mem bantu menghilangkan plak dan sisa ma kanan yang dapat merusak gigi dan gusi anda. Ini dikarenakan, wortel memiliki kandungan mineral tertentu yang dapat mencegah kerusakan gigi dari waktu ke waktu. 5. Pencegah Stroke Yang Ampuh. Rutin mengkonsumsi sayuran orange atau wortel dapat mengurangi dan men cegah penyakit stroke yang bisa me ngan cam keselamatan nyawa dalam waktu sekejap. 6. Tampil Lebih Awet Muda. Kandungan betakaroten yang sangat tinggi dalam sebuah wortel dapat memperlambat penuaan sel. Sehingga membuat sese orang terlihat lebih awet muda meski pun usia terus bertambah. 7. Pembersih Racun Pada Tubuh. Kan dungan Vitamin A dalam wortel dapat membersihkan organ usus besar serta empedu dan lemak dalam organ hati anda secara alami serta efektif. n (MAN/ BBS)
Nomor: 73 Tahun XV - September 2014 MAJALAH UNESA
| 33
CATATAN LIDAH
2015 l Djuli Djatiprambudi
P
ernahkah Anda membayangkan, bahwa dalam waktu tidak terlalu lama lagi rektor ataupun para dekan di lingkungan Unesa akan di jabat oleh akademisi dari Singapura, Thailand, Malaysia, atau dari Filipina? Atau, mungkin juga para kepala biro, ketua jurusan dan se bagainya akan dikendalikan oleh tenaga profesional dari negara tetangga? Bisa jadi, separo dari jumlah dosen Unesa ke depan akan diisi oleh tenaga dosen kampiun dari negeri seberang? Mungkin juga, otonomi kampus kita akan dikendalikan penuh oleh apa yang dinamakan global management? Bila itu semua benar-benar terjadi di kampus Unesa, apa yang hendak ki ta perbuat? Itulah sejumlah implikasi yang mungkin terjadi pada era yang di sebut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Sekalipun MEA belum mengharubiru ke dalam berbagai dimensi kehidupan kampus, kenyataannya MEA telah diomongkan di mana-mana sebagai paradigma baru pada era kese jagadan di lingkup negara anggota Asean. Pada era ini batas-batas negara akan dibongkar, tanpa sekat birokrasi berbasis masing-masing negara. Te tapi, semua sekat akan ditembus dengan mengatasnamakan kerjasama antar bangsa untuk mencapai kemakmuran bersama yang adil. Dengan ini, maka kemudian Asean diproyeksikan menjadi kawasan yang terbuka dan terintegrasi dengan pendekatan trans-nasional. Sementara itu, kita tahu, pada pertemuan puncak Asean ke-12, Januari 2007, para pemimpin Asean bersepakat mempercepat MEA pada tahun 2015. Inti dari kesepakatan itu, Asean akan dijadikan sebagai suatu kawasan yang bebas keluar-masuk barang perdagangan, jasa, investasi, tenaga kerja dan modal. Dengan kondisi semacam itu, maka idealnya Asean akan men jadi kawasan yang dinamis dan kompetitif. Implikasi dari kesepakatan ini, tentu segala instrumen kebijakan dan infrastruktur disiapkan untuk mendo rong dan memfasilitasi berlangsungnya MEA. Artinya, dengan merujuk kesepakatan itu, mau tidak mau, kita tidak bisa tinggal diam dan duduk bersilang dagu, hanya terbengong-bengong menyongsong tahun 2015 sebagai awal MEA dilaksanakan. Barang, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal akan keluar masuk dengan bebas, un tuk selanjutnya akan berada di seputar kita. Maka, sekali lagi, kita jangan terbengong-bengong, kalau kemudian berbagai peraturan perundangan yang selama ini menjadi dasar kita bergerak, akan diganti dengan sangat signifikan dalam konteks Asean. Berbagai regulasi yang terkait dengan pengelolaan perguruan tinggi, akreditasi, standar pendidikan tinggi, stan dar kompetensi dan kinerja dosen, standar proses pembelajaran, standar penelitian, publikasi, dan masih banyak lagi, mau tidak mau akan diselaras kan dengan blueprint MEA. Kehadiran MEA, pada sisi tertentu memang menerbitkan berbagai pe luang. Tetapi, di balik itu juga memberikan sinyal-sinyal ancaman. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan wilayah Indonesia yang paling luas di antara negara Asean, agaknya akan menjadi modal posisi tawar kita di antara negara-negara Asean. Dengan modal sebesar itu, kita bisa memiliki posisi yang signifikan dalam banyak hal, misalnya di sektor ternaga kerja terdidik, yang belakangan ini keberadaannya berada dan berkontribusi di berbagai sektor ekonomi dan industri kratif; desain, fashion, kuliner, komik, karya seni, kriya, film, musik, buku, peralatan elektronik, penelitian terapan, otomotif, dan masih banyak lagi.
34 |
MAJALAH UNESA Nomor: 73 Tahun XV - September 2014
Namun, sebaliknya, kita harus waspada atas berbagai sinyal-sinyal ancaman. Taruhlah data tentang In deks Kompetisi Global 2014/2015 dari World Economic Forum 2014, yang mengukur 144 negara dalam hal kemampuan kompetisinya. Ter nyata, Indonesia berada pada urutan 34, berada jauh di bawah Si ngapura (urutan 2), Malaysia (20), Thailand (31). Khusus untuk urusan kualitas pendidikan dasar/ kesehatan, Indonesia malah menduduki urutan lebih rendah lagi, yaitu ber ada pada ururtan 74 dibandingkan misalnya dengan Singapura (urutan 3), Malaysia (33) dan Thailand (66). Memang, kita tidak sepantasnya menaruh sikap inferior ketika MEA mulai berlangsung. Indonesia sebagai sebuah bangsa yang dibayangkan bersama akan menjadi kongkret keberadaannya manakala segala aspek yang terkait ke-Indonesia-an dijadikan paradigma yang dipegang teguh. Hal demikian pernah terjadi ratusan tahun yang lampau, ketika bangsa ini dengan sukses meramu berbagai gelombang peradaban dari luar (Hindu, Budha, Tionghoa, Islam, Barat) menjadi sebuah entitas baru. Entitas itu ber nama Nusantara. Melalui entitas ini, kita mendapatkan pelajaran berharga, bahwa bangsa Nusantara selalu keluar sebagai bangsa yang memiliki“DNA”peradaban yang kokoh, berakar tunjang sampai masuk ke dalam perut peradaban asali, yaitu zaman neolithikum dan megalithikum. Pada zaman ini akar kebudayaan dibentuk dengan kuatnya, karena di dalamnya telah memperlihatkan sistem yang kompleks, terkait dengan mentalitas kemaritiman, keterbukaan, ke mandirian, kecerdasan, kebijaksanaan, spiritualitas, kemegahan maknawi dan bendawi. Maka, dengan merujuk konsep “ideal type” dari Weber, tampaknya manusia Nusantara tidak dimungkinkan memiliki dasar struktur berpikir yang konvergen, tetapi sebaliknya divergen. Model berpikir ini lebih mengutamakan membuka diri seluas-luasnya dengan bangsa lain, untuk kemudian saling bernegoisasi, dan selanjutnya secara cerdas memformu lasikan suatu struktur budaya hibrit yang kaya, beragam, dan fleksibel. Dia tidak kaku, tetapi lentur dalam memaknai apa pun dalam ruang dan waktu sejarah tanpa kehilangan “jadi dirinya”. Hal ini memberikan pelajaran bah wa dengan banyak berinteraksi dengan entitas lain, kita justru makin me nemukan “diri kita”. Pelajaran berharga dari proses hibridasi kebudayaan Nusantara terse but, akhirnya tidak ada alasan lagi kita tidak siap manakala MEA menjadi pa radigma baru yang tak terelakan. Dalam tingkatan yang mikro, seperti hal nya Unesa, spirit yang diperlihatkan oleh manusia Nusantara masa lampau, perlu dijadikan refleksi untuk mengimajinasikan di mana kesiapan dan po sisi kita sesungguhnya. Memang, sejarah bisa berulang lagi. Tapi, ketika sejarah berulang se sungguhnya dia sudah melakukan metamorfosis terus-menerus. Sejarah tidak pernah hadir sama dan sebangun. Sejarah selalu hadir dengan segala tafsir politisnya. Sejarah akan hadir sebagai sosok yang abstrak, menyerupai ruh, menyerupai energi yang sulit dilihat formulasinya, tetapi dia benar-be nar ada dan mengada dalam ruang dan waktu. Karena itu, bila kita mengimajinakan Unesa sebagai entitas yang me miliki sejarah, maka Unesa akan bergerak liat, mengambil peran aktif untuk berbagi dan berkoneksi dengan entitas manapun. Dalam konteks ini, MEA haruslah dipandang sebagai sebuah peluang yang besar, manakala seluruh sivitas akademika dengan sadar merevolusi mentalnya menjadi satuan-sa tu an energi biofili yang menyatu, dan selanjutnya meledak membahana menghiasi langit Asean, karena kontribusinya yang dinamis. n (Email: djulip@yahoo.com)