Editor: Yohanes Widodo Bernadus Wijayaka Layout: Yonathan Dri Handarkho Alexander Beny Pramudyanto
copyright Š 2015 Keluarga Alumni Atma Jaya (KAMAJAYA) Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Jln. Babarsari No. 44, Yogyakarta 55281 Phone: 0274 487711 (hunting) Email: kamajaya@mail.uajy.ac.id www.kamajaya.org
2
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
DAFTAR ISI SAMBUTAN
5
Sambutan Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta
5
Sambutan Ketua Keluarga Alumni Atma Jaya (KAMAJAYA)
7
Sambutan Ketua Reuni Akbar KAMAJAYA
11
Sekapur Sirih
13
CERITA, REFLEKSI, TESTIMONI ALUMNI UAJY
15
Citra - H. Sri Sulistyanto
16
Siapkan Manusia Unggul, Bukan Pecundang - Vitorianus Sat Pranyoto
20
Kisah Penggila Organisasi - Carolina Novi Mustikarini
26
Peran UAJY Menghadapi MEA - Christin Septian B.
30
Menjadi Garam dan Terang - Parama Kartika Dewa SP.
37
Sandal Jepit - Marceline Yudith Prawitasari
42
Suka-Duka Mahasiswa 1978 - Jeanne Ellyawati
45
Antara Kampus Babarsari dan Mrican - Rosmawaty Hilderiah Pandjaitan
49
Di Balik Frase ‘Lulusan Terbaik’ - Astri Asih
55
Kok Bisa - Anna Sutanto
58
Role Model - Anggreni Dian Kurniawati
60
Nyasar - Galih Vincentia Ratna Muktyasti
62
Mempengaruhi dan Membentuk - Yusup Erwin S. Situmorang
64
Integritas - G. Winsen Setiawan
65
Menghilangkan Sekat - Dea
65
Tidak Kebetulan - Twin Yoshua R.D.
66
Koreksi - Norma Novianti
67
Universitas Katolik? - Yudho Raharjo
68
Mampir Ngombe - Anggisesa Jalulaga
69
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
3
4
PEMIKIRAN ALUMNI
70
Rekam Jejak pada Perca Kain Pendidikan - Rosalia Prismarini Nurdiarti
71
Knowledge Management pada Program Studi Teknik Sipil - Rudi Waluyo
84
Perlukah Good University Government di Indonesia? - Melvie Paramitha
94
Hujan Buruh di Pabrik Berita: Absennya Universitas? - Luviana
105
Leadership by Walking Around - Wirawan Radianto
116
PUISI KARYA ALUMNI
122
Puisi-Puisi Cyprianus Bitin Berek
123
Puisi-Puisi Agustinus Wahyono
128
Puisi-Puisi Joannes Oye de Mello
132
FOTO KENANGAN
136
NAPAK TILAS UAJY
155
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA IKATAN BATIN Dalam realitas sebuah universitas, alumni memiliki posisi tawar yang unik dan strategis. Begitu juga dengan alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY). Meski tak lagi menjadi bagian aktif dari proses belajar mengajar, namun pengalaman mereka selama menjadi mahasiswa, ikatan batin dan rasa memiliki terhadap almamater mampu menghasilkan berbagai konsep, ide, pemikiran, masukan dan kritik membangun yang hanya bisa diberikan oleh orang-orang yang berada di posisi mereka. Selain itu, disadari atau tidak, alumni merupakan salah satu acuan utama yang mendasari keputusan para orang tua dan calon mahasiswa dalam menentukan pilihan ke jenjang perguruan tinggi. Jika alumni dari suatu insitusi pendidikan memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dalam memasuki dunia kerja dan mampu menunjukkan prestasi dan kontribusi secara riil di masyarakat, hal ini tentu akan menarik minat masyarakat untuk mempercayakan pendidikan putera-puterinya kepada perguruang tinggi tersebut. Dalam konteks inilah para alumni merupakan gambaran perguruang tinggi yang sesungguhnya. Untuk itulah, salah satu wadah yang perlu ditumbuhkembangkan peran dan fungsinya serta didukung keberadaannya oleh perguruan tinggi adalah ikatan alumni. Melalui pengorganisasian alumni secara profesional, berbagai macam peluang dan kesempatan akan dapat terkomunikasikan dengan baik sehingga pada gilirannya mampu memberikan gambaran dan inspirasi serta motivasi kepada mereka dalam menentukan kiprah bagi almamater dan masyarakat secara utuh. Melalui ikatan alumni yang tergabung dalam Keluarga Alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta (KAMAJAYA), diharapkan dapat terjalin komunikasi yang efektif dan efisien. Untuk memperkuat itu, dapat didesain pola komunikasi melalui kegiatan formal dan informal. Kegiatan formal dapat berupa keterlibatan organisasi alumni dalam kegiatan resmi institusi,
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
5
sedangkan kegiatan informal misalnya kegiatan atau interaksi menggunakan media komunikasi, seperti mailing-list, tabloid, buletin, sms, WA, dan lain-lain. Area komunikasi pun tidak terbatas, dan mampu menjangkau seluruh alumni yang ada di daerah atau negara lain sehingga kontribusi dan komunikasi antar alumni UAJY dapat tetap terjalin semakin hangat. Atas nama UAJY, selaku rektor, saya menyambut gembira atas terbitnya buku “UAJY Emas : Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni� sebagai satu persembahan dan rangkaian dalam rangka ReUNI AKBAR KAMAJAYA. Semoga buku ini dapat memberikan koreksi, kontribusi, dan inspirasi demi tercapainya kehidupan yang lebih baik sebagaimana motto yang selalu dipegang teguh dan dipertahankan oleh UAJY, yakni melahirkan generasi muda yang unggul, inklusif, humanis, dan berintegritas dalam mendarmabaktikan ilmu pengetahuan menuju peradaban Indonesia baru. Viva Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Rektor,
6
Dr. Gregorius Sri Nurhartanto, SH. LL.M.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
SAMBUTAN KETUA KELUARGA ALUMNI ATMA JAYA (KAMAJAYA) MENYONGSONG MASA DEPAN Terpujilah Tuhan dengan segala kemuliaan-Nya dan syukur atas segala rahmat-Nya. Dalam perjalanannya, Keluarga Alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta (KAMAJAYA) tidak berbeda dengan kehidupan organisasi yang lain. Dinamika pasti terjadi dan hal itu sangat wajar. KAMAJAYA dibentuk dalam Kongres I Alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada tanggal 15 - 16 Mei 1985 di Wisma Realino Yogyakarta. Menurut keputusan Kongres I, tujuan pembentukan organisasi alumni disebutkan sebagai berikut: 1. Melanjutkan cita-cita Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 2. Mempererat dan membina rasa kekeluargaan di antara sesama alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 3. Membantu para anggota untuk mengembangkan pribadi serta menerapkan ilmu dan keahliannya, untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemajuan masyarakat, bangsa, dan gereja. 4. Membantu meningkatkan peranan Universitas Atma Jaya Yogyakarta dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. 5. Turut berperan serta memberikan bantuan demi tercapainya segala tujuan dan tugas almamater, baik moral, maupun spiritual. Lima hal tersebut semestinya menjadi dasar berbagai aktivitas yang akan dilakukan oleh KAMAJAYA. Sebab kelimanya adalah tujuan yang otentik dibentuknya KAMAJAYA. Kini usia KAMAJAYA sudah 30 tahun tentunya kita rayakan juga, bersamaan dengan perayaan 50 tahun UAJY.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
7
Perayaan 50 tahun sungguh merupakan saat yang membahagiakan. Dengan perayaan itu kita dibangkitkan semangat “hidup baru� dengan harapan-harapan baru. Tahun 2015 Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) genap berusia 50 tahun dan Keluarga Alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta (KAMAJAYA) genap berusia 30 tahun. Dibanding dengan usia manusia, perjalanan selama 50 tahun merupakan waktu yang panjang dan ketika itu pula seseorang sudah menjelang usia lanjut menuju tahap kehidupan selanjutnya. Namun bagi sebuah universitas tentu belum seberapa dibanding dengan universitas-universitas tua dan terkemuka di belahan bumi ini. Harapannya, universitas bisa berkembang terus serta mampu melayani masyarakat sepanjang jaman, dengan tujuan membuat perubahan seperti yang dikatakan Plato: �Tugas pendidikan adalah membebaskan dan memperbaharui; ada pembebasan dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran� (Republica). Itulah sebabnya upaya perbaharuan terus menerus perlu dilakukan tanpa meninggalkan jati diri. Kini kita bisa hadir bersama-sama di kampus tercinta untuk bertemu kembali, berkumpul bersama, untuk mengenang suka-duka kita bersama saat bersama-sama belajar di kampus. Berbagai catatan pengalaman masing-masing alumni terekam dalam hati sanubari sepanjang masa. Sebab -kenyataannya- masa-masa sebelum tahun 1980-an UAJY penuh dengan dinamika yang kadang-kadang cukup menggetarkan. Tentu keadaan waktu itu sangat berbeda dengan keadaan pada saat ini. Dahulu untuk tempat kuliah saja berpindah-pindah, status fakultas masih terdaftar, untuk memperoleh gelar sarjana muda maupun sarjana harus menempuh ujian negara. Untuk bisa ujian negara syaratnya harus lulus ujian lokal. Sarana penunjang juga belum seperti sekarang. Kini kita bisa menyaksikan sendiri UAJY telah berkembang dan bisa melayani masyarakat dengan semakin baik. -Saya ingat bahkan UAJY pernah dinatakan masuk dalam 10 besar perguruan tinggi swasta. Menurut catatan jumlah alumni UAJY sudah mencapai lebih dari 36.000 alumni, tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan berbagai macam profesi. Hal itu menjadi kekuatan bagi kita semua bagi UAJY dan tentunya bagi KAMAJAYA. Bahkan diantara kita banyak yang sudah menjadi guru besar, pejabat di lembaga pemerintahan dan juga menempati posisi penting dalam berbagai lembaga bisnis maupun sebagai pribadi yang berkarya menurut panggilannya masing-masing. Pasti hal ini sangat menggembirakan. Kiranya saat ini para alumnus melalui KAMAJAYA atau sendiri-sendiri saatnya berpikir untuk membantu almamaternya melalui program-program kerja yang disusun.
8
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Kepada KAMAJAYA kiranya sudah saatnya berani lebih mandiri dan mengambil bagian dalam turut serta mengembangkan UAJY. Sebagai pengurus PP KAMAJAYA, kami pernah menggagas dibentuknya semacam Yayasan KAMAJAYA untuk menghimpun dana dari para alumni guna membantu para mahaiswa yang berprestasi maupun UAJY, namun gagasan itu belum bisa dilaksanakan karena berbagai sebab. Pada sisi lain masih ada alumnus yang hingga kini belum beruntung. Mereka masih sibuk dalam kesehariannya, berjuang untuk bangkit menuju yang lebih baik. Berbagai permasalahan dasar belum bisa diselesaikan dengan baik. Mereka masih harus berjuang, bekerja keras agar bisa bangkit. Banyak teman-teman alumni sudah membantu mereka yang belum beruntung. Sungguh sangat mulia dan perlu kita dukung bersama dalam semangat kekeluargaan dan cinta kasih. Itulah salah satu wujud cita-cita Kongres I, sekaligus perwujudan kasih yang sejati; “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu” (Efesus 4). Kiranya tak ada seorang pun utamanya para alumni dan juga pemangku kepentingan rela apabila UAJY “jalan di tempat atau bahkan meredup” seperti yang terjadi pada kebanyakan daur hidup. Saya yakin teman-teman alumni, warga UAJY dan para pemangku kepentingan ingin UAJY bisa berkembang lebih cepat selaras dengan visi dan misinya juga cita-cita para pendiri. Harapannya; mahkota universitas berupa Program S3 atau Program Doktor cepat diwujudkan di UAJY. Tentu hal ini membutuhkan dukungan banyak pihak dan salah satunya adalah dari para alumninya. Empat hal yang kiranya perlu mendapat perhatian kita agar semuanya dapat maju dan berkembang yakni; komitmen, keunggulan, sikap saling asuh--nurture–, dan kebijaksanaan. Para alumni dapat ambil bagian untuk turut serta merawat dalam berbagai bidang yang diminati demi memajukan UAJY dan KAMAJAYA tetap Jaya dalam keunggulan jiwa, dalam naungan Roh Kudus. Pada kesempatan ini PP KAMAJAYA mengucapkan terimakasih kepada Panitia Pelaksana Reuni Akbar Tahun 2015 yang telah bekerja tanpa lelah sehingga reuni akbar ini terlaksana. Juga kepada UAJY yang membantu pelaksanaan Reuni Akbar. Begitu pula kepada para donatur, rekan-rekan alumni dan siapun yang berkehendak baik telah membantu pelaksanaan reuni akbar ini kami menyampaikan pernghargaan yang setinggi-tingginya serta terimakasih. Tuhan memberkati.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
9
Kepada teman-teman alumni saya ucapkan “Selamat Reuni�, terimakasih marilah kita songsong masa depan yang lebih baik dan indah dalam semangat Servien In Lumine Veritatis Selamat Ulang Tahun Ke 50 UAJY VIVA KAMAJAYA ! Tuhan Memberkati. Terimakasih.
H. Soetjipto Ketua Umum
10
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
SAMBUTAN KETUA REUNI AKBAR KAMAJAYA ReCONNECT. ReNEW. ReLIVE Puji syukur kepada Tuhan, karena kita dapat berkumpul di kampus UAJY tercinta dalam acara ReUNI AKBAR KAMAJAYA untuk merayakan Dies Natalis ke-50 Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY Emas). Bagi sebuah universitas, perjalanan 50 tahun bukan waktu singkat. Dinamika panjang sudah dilalui, beragam peristiwa telah terjadi dan dimaknai. Generasi pun terus berganti. Kita bangga dan bersyukur, UAJY dapat melampaui masa-masa sulit sehingga mampu bertahan, eksis bahkan makin maju dan berkembang, berdiri tegak dan megah hingga mengkasilkan ‘buah’ berlimpah. Ribuan alumni UAJY berkarya di berbagai profesi dan tersebar di seluruh tanah air dan manca. Hingga wisuda 29 Agustus 2015, UAJY telah meluluskan 36.865 alumni, terdiri dari 35.151 sarjana strata satu dari 11 program studi S1 dan 1.714 magister dari lima program studi S2. Menyambut Dies Natalis ke-50 UAJY 2015, Keluarga Alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta (KAMAJAYA) menggelar ReUNI AKBAR pada 25-26 September 2015 sekaligus menandai ulang tahun ke-30 KAMAJAYA. ReUNI AKBAR dimaksudkan untuk mengaktifkan kembali (ReConnect) jejaring alumni. Dengan jejaring alumni ini, diharapkan komunikasi antaralumni dan alumni-almamater dapat terjalin makin baik, informasi yang lebih cepat sampai dan akurat, sehingga terjalin kelekatan hubungan (emotional attachment) yang lebih baik. Selain menjadi ajang pertemuan dan kunjungan kembali para alumni ke kampus, ReUNI AKBAR juga menjadi momen untuk memperbarui kembali (ReNew) hubungan alumni-kampus serta menghidupkan kembali semangat dan nilai-nilai atmajaya dan komitmen untuk membangun kepedulian terhadap almamater, bangsa dan negara (ReLive). Selain acara temu kangen, panitia menyelenggarakan serangkaian kegiatan bekerjasama dengan fakultas-fakultas dan sponsor: , yaitu: bakti sosial, bedah rumah, pembuatan gazebo, penanaman pohon, mengecat bersama, bazaar, city tour, fun tennis, karnaval dan napak-tilas Kampus Mrican ke kampus Babarsari. Bakti sosial juga digelar berpa paket sembako murah untuk warga sekitar kampus Tambakbayan dan Mrican serta pengobatan dan pemeriksaan kesehatan gratis bekerjasama dengan Rotary Club of Yogya Tugu dan pengobatan alternatif bekerjasama dengan perkumpulan Budi Abadi. Bedah rumah dilakukan untuk rumah Bapak Panut, pensiunan karyawan
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
11
UAJY dan pembuatan dua uniat gazebo untuk mahasiswa di GedungThomas Aquinas. Kegiatan penanam pohon cemara udang dikoordinir oleh alumni FISIP sedangkan program mengecat bersama diselenggarakan oleh Fakultas Teknik. Sebagai alumni, kita bangga menjadi bagian dari UAJY. Mari kita tanggalkan sejenak segala atribut kita: pangkat, jabatan, gelar, status sosial, dan lain-lainnya, supaya tidak ada sekat yang menghalangi kedekatan hati kita. Marilah kita bersama mengenang masa-masa indah di kampus tercinta, bersuka ria, bergembira sehingga tercipta kesan mendalam. Marilah kita merajut kembali tali kasih persahabatan, persaudaraan antaralumni dan juga tali kasih dengan almamater tercinta. Atas nama keluarga besar UAJY dan alumni mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Rektor UAJY, Dr. G. Sri Nurhartanto, SH, LLM yang telah berkenan hadir dan membuka ReUNI AKBAR KAMAJAYA. 2. Wakil Rektor III UAJY, R. Sigit Widiarto, SH,LLM sebagai ketua panitia Dies Natalis UAJY Emas yang telah memfasilitasi terselenggaranya acara. 3. Wakil Rektor UAJY periode 2011-2015, Mario Antonius Birowo Ph.D yang telah banyak membantu panitia reuni semasa jabatannya. 4. Para donatur, yang telah menyisihkan sebagian rejekinya untuk mensukseskan acara ini. 5. Para sponsor yang telah bekerjasama dengan sangat baik 6. Bapak/Ibu dosen yang tidak hanya memberikan transfer of knowledge saja namun juga membimbing dan menanamkan nilai-nilai kehidupan pembentuk jati diri, ciri khas alumni UAJY. 7. Seluruh teman-teman alumni dari Sabang sampai Merauke yang telah berkenan hadir di kampus tercinta ini. 8. Seluruh tim panitia reuni akbar UAJY yang telah bekerja keras berbulan-bulan untuk menyiapkan rangkaian acara reuni akbar hingga terlaksananya acara ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu terselenggaranya acara ini. 10. Demikian sambutan saya. Semoga Tuhan melindungi dan membimbing kita semua.
J. Ellyawati Ketua Panitia ReUNI AKBAR KAMAJAYA
12
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
SEKAPUR SIRIH JABAT ERAT PERSAHABATAN There are big ships. There are small ships. But there is no ship like friendship. Persahabatan. Saya kira inilah inti atau benang merah dari hajatan besar ReUNI AKBAR KAMAJAYA ini. Kita mau bergerak, kita hadir ke Jogja karena kita pernah dan punya ikatan persahabatan khususnya selama belajar di Atma Jaya. Memang sudah ada Facebook, Whatsapp, atau media sosial lain. Namun, interaksi melalui media tak cukup mewakili keinginan dan dorongan untuk saling bersua dengan sahabat, teman seangkatan, serta kakak maupun adik kelas. Momen ReUNI AKBAR KAMAJAYA menjadi istimewa karena sekaligus ungkapan syukur dan terima kasih kepada almamater, Atma Jaya, yang tahun ini merayakan Pesta Emas. Di lubuk hati yang paling dalam, kita sadar, yakin, dan percaya UAJY ikut berkontribusi dan menjadikan kita ‘orang’ seperti saat ini. Karena itu, kita ikut hadir untuk bersyukur dan berterima kasih atas jasa UAJY dan bergembira atas usia emas UAJY. Meski alumni yang hadir hanya sekian persen dari seluruh alumni yang jumlahnya lebih dari 36.000, tak mengurangi kegembiraan dan kebersamaan kita. Injil pernah mengisahkan, dari 10 orang kusta yang disembuhkan, hanya satu orang yang kembali dan berterima kasih. Kita sedikit dari ribuan alumni yang berterima kasih kepada almamater. Semoga ke depan, almamater lebih memberi perhatian untuk mencari dan menyapa putra-putrinya yang berserak di seluruh pelosok dan penjuru sehingga makin banyak alumni yang ingat, tersentuh, dan mau memberi perhatian. Kita juga berharap kampus mau terus memelihara kedekatan hubungan dengan alumni. Saya yakin, alumni akan merasa senang dan bangga jika mereka disapa dan tak enggan untuk berkontribusi. Hal ini perlu digarisbawahi karena hari ini dan ke depan peran alumni makin sentral, alumni adalah stakeholder penting dalam sebuah universitas--termasuk ketika akreditasi program studi dan institusi.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
13
Wajah sebuah universitas salah satunya tampak dari kiprah alumninya. Untuk menjaga sustainability, alumni adalah marketer dan ujung tombak promosi UAJY dari generasi ke generasi. Alumni perlu dirangkul dan disapa karena pengetahuan mengenai seluk-beluk kampus dan rasa cinta alumni terhadap kampus tak bisa diragukan. Alumni, apalagi mereka yang senior, mengalami sendiri bagaimana pahit getirnya UAJY di masa-masa awal. Mereka yang pernah merasakan pahit getir dan kebersamaan, biasanya memiliki rasa handarbeni yang kuat dan militan. Barangkali hal seperti ini kurang dirasakan atau kurang muncul pada orang-orang muda: mereka yang masuk dan berkarya di UAJY di saat UAJY sudah mentereng. Alumni pulalah yang menjaga kontinyuitas nilai-nilai Atma Jaya: Atma Jaya selalu ada di hati mereka, sampai kapan pun. Buku yang kami beri judul UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni ini hadir sebagai persembahan alumni bagi alma mater yang sedang berulang tahun emas, bagi para pendahulu, seluruh dosen, karyawan, mahasiswa dan sahabat-sahabat alumni. Buku ini berisi catatan tentang apa yang (pernah) kami pikirkan dan rasakan, untaian kenangan yang mengajak kita menoleh ke belakang, dan secercah harapan agar kampus ini terus berperan dalam usia yang makin panjang. Di dalamnya ada tulisan-tulisan yang bernuansa ilmiah, testimoni, maupun catatan ringan dibuang sayang. Buku ini terwujud atas kerja keras kawan-kawan alumni yang punya semangat memberi dan berbagi. Mereka dengan suka rela mau menulis meski dengan tenggat pendek, bersedia mengirimkan foto-foto jadul, serta menyampaikan cerita-cerita pendek yang ringan. Kami berterima kasih atas kerja keras tim penyusun yang mau berjibaku hingga kurang tidur, setidaknya selama dua bulan terakhir. Awalnya ada rasa ketar-ketir, jangan-jangan tak ada yang mau dan bersedia menulis. Namun, akhirnya atas budi baik semua, buku ini bisa terwujud. Verba volant, scripta manent. Spoken words fly away, written words remain. Kata-kata atau wicara akan mudah menguap dan terlupa, namun catatan yang ditulis akan selalu abadi. Semoga apa yang terekam dalam buku ini, menjadi obor yang terus bernyala.
Yohanes Widodo Editor
14
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
CITRA H. Sri Sulistyanto Alumni FE UAJY. Dosen FEB Unika Soegijapranata Semarang. Tak bisa dipungkiri, ada kebanggaan tersendiri menjadi alumni Universitas
Atma Jaya Yogyakarta (UAJY). Tentu bukan tanpa alasan. UAJY adalah kampus besar pada zamannya. Bahkan bagi sebagian mahasiswa saat itu, reputasi UAJY jauh di
atas perguruan tinggi lain. Mungkin hanya beberapa PTN besar yang eksistensinya
diakui, seperti UGM. Lainnya sih lewat. Cuma, sayangnya, semua itu dulu. Sekarang? UAJY saat ini tentu jauh lebih mapan dibandingkan puluhan tahun lalu. Banyak gedung baru dan megah di kawasan Babarsari yang di-branding dengan nama UAJY. Namun, jangan lupa, di berbagai penjuru Jogja juga bermunculan gedung-gedung kampus yang jauh lebih besar dan menjulang dibanding dengan kampus UAJY. PTS lain, yang namanya saja dulu jarang dan hampir tidak dikenal di kalangan mahasiswa, kini menjadi top. Demikian juga dengan kemapanan software maupun brainware-nya. Jika dulu banyak mahasiswa UAJY yang terpaksa harus bimbingan skripsi dengan dosen dari kampus lain, khususnya UGM --karena keterbasan kompetensi dan kapabilitas dosen-dosen UAJY--, sekarang kampus UAJY relatif kaya dengan dosen bergelar doktor. Kepangkatannya pun relatif tinggi-tinggi. Beberapa di antaranya bahkan ada yang profesor. Namun, perlu digarisbawahi juga, pada saat yang sama, kampus-kampus lain di Jogja juga mulai melimpah dengan dosen bergelar doktor dan profesor. Artinya, apa yang dimiliki UAJY saat ini cenderung semakin generik. Tidak spesifik menjadi keunggulan UAJY karena yang dimilikinya juga dipunyai kampus lain. Apa yang ditawarkan juga dijual kampus lain. Oleh karena itu, UAJY tidak bisa lagi mengandalkan penampilan fisik, sumber daya manusia (SDM), kurikulum, sistem pengelolaan akademik, maupun proses belajar mengajarnya untuk membangun reputasi unggul. Artinya, UAJY memang tidak cukup hanya membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana standar sebuah perguruan tinggi. Karena,
16
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
justru, ‘pekerjaan rumah’ terbesarnya adalah menciptakan value added agar alumninya tetap bisa merasa lebih dibandingkan alumni tempat lain. Mungkin seperti beberapa contoh di bawah ini. Misalnya, sebelum era reformasi, UAJY mempunyai Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan model pendampingan ‘super ketat’ dari para asisten pembimbing lapangan (APL). Meski pun saat itu terasa menjengkelkan, harus diakui hal itu membuat peserta KKN menjadi relatif lebih tertib. Dan akhirnya menjadi inspirasi bagi alumni yang berprofesi sebagai dosen untuk menerapkannya di kampusnya. Demikian juga dengan alumni yang berprofesi lain, meski dalam bentuk yang lain. Contoh lain adalah implementasi pengisian KRS computerized saat kampus lain masih menggunakan sistem manual. Atau dengan ungkapan lain, pada saat teknologi komputer masih menjadi barang mewah, mahasiswa UAJY sudah memanfaatkannya untuk mengisi KRS. Itu sebabnya, saat bekerja, jarang ada alumni UAJY yang gaptek. Karena, minimal, pernah memegang komputer. Atau, konon, ada fakultas di UAJY yang hanya mau menerima alumni sendiri atau UGM, sebagai calon dosennya. Dengan kata lain, jangan pernah berharap jadi dosen di fakultas tersebut jika berasal dari perguruan tinggi lain. Kebijakan ini, kalau memang benar-benar ada, tentu membuat alumni terasa di-bombong. Bahwa UAJY berada jauh di atas perguruan tinggi lain di Indonesia. Tidak cukup di atas. Contoh lain lagi adalah batasan minimal IPK yang harus dicapai seorang mahasiswa untuk dapat mengikuti KKN yang relatif lumayan tinggi untuk ukuran saat itu. Hingga, sisi positifnya, alumni UAJY bisa dipastikan mempunyai IPK minimal tertentu ketika menyelesaikan studinya. Meski IPK memang bukan segala-galanya, harus diakui, IPK menjadi seleksi administrasi awal ketika seseorang melamar pekerjaan. Ini artinya, UAJY tidak main-main dalam memberikan bekal untuk alumninya. Bekal yang diberikan UAJY makin banyak jika melihat ‘ancaman’ pengguguran tiga nilai yang pertama keluar bagi mahasiswa yang ketahuan mencontek pada saat pelaksanaan ujian akhir semester. Karenanya, tidak mengherankan jika mahasiswa pun harus berpikir seribu satu kali saat mau mencontek, bahkan, saat yang menjaga ujian adalah asisten dosen, yang sebenarnya adalah teman kuliahnya. Semua itu tentu bukan sekadar untuk menekan mahasiswa agar tidak berbuat curang, tetapi supaya mereka terbiasa mau dan mampu mengoptimalkan potensi diri.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
17
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Selain beberapa contoh di atas, tentu masih ada nilai tambah lain yang diberikan oleh UAJY kepada alumninya yang dapat membangun kebanggaan dan rasa percaya dalam diri alumni, baik saat memilih menjadi profesional maupun enterpreneur. Hal itu muncul ketika bersaing dengan alumni perguruan tinggi lain di Indonesia, seperti dari Bandung dan Jakarta. Alumni tidak hanya dibekali dengan segudang pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), perilaku (attitude), tetapi juga citra (image) sebagai alumni UAJY. Namun demikian, seiring dengan berjalannya waktu, semua keunggulan tersebut akhirnya menjadi generik. Sama halnya Jogja yang tidak bisa lagi mengklaim sebagai satu-satunya ‘kota pelajar’ di Indonesia. Betapa tidak, konon, Bandung dan Malang juga telah berhasil membangun citra sebagai ‘kota pelajar’. Bandung menjadi tempat belajarnya anak muda dari kawasan barat Indonesia, sedangkan Malang menjadi pilihan bagi anak muda dari timur Indonesia. Alasan inilah yang mungkin membuat minat anak muda untuk masuk ke Jogja beberapa tahun terakhir relatif menurun. Hal ini ditandai dengan merosotnya pamor beberapa perguruan tinggi di Jogja. Bahkan ada yang sampai tutup. Itu sebabnya Jogja tidak bisa berdiam diri menghadapi fenomena tersebut. Brand Jogja sebagai satu-satunya ‘kota pelajar’ di Indonesia harus kembali dibangun. Demikian juga dengan citra alumninya sebagai orangorang yang loyal, kreatif, dan nrimo. Semua itu harus sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman. Citra merupakan salah satu kunci untuk unggul di pasar.
UAJY tidak cukup hanya pada membekali alumninya dengan IPK tinggi saja, tetapi, juga kebanggaan, rasa percaya diri dan citra. Hal itu sebagai bekal untuk masuk ke ‘dunia lain’.
Lihat saja, dua mobil berbeda merk di Indonesia, namun dari bentuknya relatif identik antara satu dengan yang lain. Bahkan banyak yang mengatakan bahwa keduanya lahir dari rahim yang sama. Namun, memang tidak perlu heran jika banderol harganya berbeda karena citra dari salah satu merk mobil di atas memang
jauh lebih mapan dibanding yang lain. Maka memang tidak bisa tidak, sebagai salah satu perguruan tinggi besar di Indonesia, UAJY tidak cukup hanya pada membekali alumninya dengan IPK tinggi saja. Tetapi, juga kebanggaan, rasa percaya diri dan citra. Hal itu sebagai bekal untuk masuk ke ‘dunia lain’, yang makin turbulence, dinamis, dan penuh tantangan karena predikat sebagai alumni UAJY akan dibawa ke mana pun dan sampai kapan pun oleh para alumninya.
18
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Artinya, alumni UAJY tidak hanya ‘membutuhkan’ kampus pada saat masih studi saja, namun, juga ketika telah lama dan jauh meninggalkan almamater. Bagaimana pun juga, UAJY harus mampu mewarnai dunia pendidikan tinggi di Indonesia dan diperhitungkan oleh perguruan tinggi lain. Harapannya, alumninya juga selalu diperhitungkan oleh pihak lain, di mana pun dan kapan pun juga. Alasan inilah yang membuat pengembangan UAJY tidak cukup hanya dengan mengikuti mainstream pengelolaan perguruan tinggi di Indonesia. Harus ada atribut-atribut lain yang dilekatkan sebagai citra UAJY agar alumninya tidak menjadi ‘produk’ generik di pasar yang kini tidak hanya dipenuhi oleh ‘produk’ lokal, namun juga dari negara-negara lain. Tentu UAJY tidak perlu se-ekstrim meniru operator seluler XL ketika ingin tampil di depan, setelah sekian lama jadi ‘pecundang’. Mereka menyadari bakal berdarah-darah jika hanya mengikuti arus bisnis operator seluler. Karenanya XL mentransformasikan dirinya menjadi cracking enterprise, atau perusahaan yang, menurut Prof. Reinald Khasali (2010), berani membongkar rule of the game untuk menciptakan tata dunia baru yang jauh berbeda dengan landscape bisnis sebelumnya. Di mana strategi utamanya adalah mengubah tarif seluler yang semula ratusan ribu menjadi hanya ratusan rupiah per jam. Strategi di atas kemudian terbukti tidak hanya membuat XL berhasil mengungguli pesaingnya. Namun juga membuat perusahaan jasa layanan seluler lain tergagap-gagap. Dan tanpa malu-malu mencontek strateginya. Tentu dalam berbagai model dan bentuk. Tetapi, bagaimana pun, follower memang tidak mudah untuk merebut posisi sang inovator. Hingga, sampai sekarang, citra freemium untuk layanan seluler tetap melekat pada XL. Ya. Meski memang harus menciptakan citra sebagai nilai tambah bagi alumninya, memang terlalu tergesa jika berharap UAJY menjadi cracking university. Hal itu karena regulasi tentang perguruan tinggi, termasuk proses reakreditasi, acap membuat pengembangan dan pengelolaan UAJY tidak seleluasa entitas bisnis. Namun, sebenarnya juga tidak mustahil karena selalu saja ada yang berhasil menjadi cracker di industrinya. Justru yang jauh lebih penting adalah bagaimana agar UAJY selalu mampu menjadi agent of change agar alumni selalu punya kebanggaan, di-bombong, merasa lebih dibandingkan alumni perguruan tinggi lain, dan diterima pasar dengan harga mahal. Selamat Tahun Emas.***
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
19
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
SIAPKAN MANUSIA UNGGUL, BUKAN PECUNDANG Victorianus “Gandhoz� Sat Pranyoto Alumni FISIP UAJY 1992. Wartawan Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) merupakan salah satu perguruan
tinggi swasta (PTS) di Yogyakarta yang cukup diperhitungkan. Aku mengenal nama UAJY dari kakak perempuanku yang lebih dulu belajar di Fakultas Hukum, saat aku
masih duduk di kelas satu SMA. Sebelumnya nama ini tidak pernah terdengar dalam benakku.
Aku mendaftar di UAJY karena PTS ini baru saja membuka Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dengan Jurusan Komunikasi, dan pada 1992 merupakan angkatan ke dua. Aku tertarik mendaftar masuk Jurusan Komunikasi karena aku merasa jurusan ini cocok buatku. Aku dinyatakan diterima pada tes gelombang pertama. Setelah mengikuti berbagai rangkaian kegiatan untuk mahasiswa baru di tingkat fakultas maupun universitas yang tentunya saat itu masih sarat perploncoan, aku mulai tahu bahwa nama almamater Atma Jaya merupakan fisolosofi yang sangat bagus. Atma berarti jiwa dan Jaya memiliki arti Unggul, sehingga arti yang paling gampang adalah Jiwa yang Unggul. Tanpa tahu pasti apa itu kriteria dan pemahaman jiwa yang unggul, namun ini merupakan sebuah cita-cita yang luar biasa. Keinginan dan harapan yang ingin disumbangkan lembaga pendidikan ini bagi generasi muda bangsa. Namun saat itu aku tidak terlalu memikirkan filiosofi luhur ini. Seperti mahasiswa lainnya, filosofi ini tidak menjadi fokus perhatianku. Aku menjalani masa kuliah secara mengalir saja, seperti apa yang lumrah terjadi pada mahasiswa. Proses belajar berjalan, aku pun mulai merasa ada banyak dinamika di bangku kuliah, mulai dari proses belajar mengajar, pergaulan, keorganisasian, unit kegiatan mahasiswa (saat itu aku ikut UKM Teater), sampai hal-hal yang di luar keperluan kuliah, bahkan harus diakui ada pula yang mengarah ke perbuatan kriminal dan melanggar hukum.
20
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Harus diakui pula, dalam proses kuliah tersebut aku berhadapan dengan berbagai karakter dosen pengajar, mulai dari yang sok kuasa, sok jaim, galak, ketus, pelit nilai, dosen yang pilih kasih (like and dislike) bahkan sampai dosen dengan julukan killer. Namun ada juga dosen yang ramah, santai, banyak canda dan memiliki metode yang pas untuk menyampaikan materi kuliah kepada mahasiswanya (tentunya ini atas subjektivitas penilaianku). Dinamika ini terus berjalan dari tahun ke tahun. Bahkan aku pernah diusir dari kelas karena sikapku yang dinilai tak sopan. Saat itu ada salah satu dosen yang terlambat masuk ke kelas, sehingga mahasiswa dalam hitungan puluhan menit harus menunggu di kelas. Boro-boro ada permintaan maaf dan langksung memberi materi kuliah, sang dosen langsung marah-marah angkuh. “Kalian mahasiswa, jika terlambat saya masih mengizinkan masuk,” katanya dengan nada tinggi. Pernyataan tersebut, spontan aku tanggapi dengan mengatakan, “Ah, luweh”. Ungkapanku yang mungkin sebagian besar orang akan menilai memang tidak sopan ini, ternyata memicu tensi amarahnya, dan aku langsung diusir ke luar kelas sambil mengancam aku tidak boleh ikut kuliah di kelasnya kalau tidak ada izin atau rekomendasi dari Pembantu Dekan (PD). Karena ada rasa bersalah juga, aku kemudian ‘memohon’ restu dari PD untuk dapat ikut kuliah. Saat memohon ke PD, sudah dapat ditebak, prosesnya ternyata tidak mudah, setelah mendapatkan ‘kotbah’ yang lebih banyak menyudutkanku. Setelah mengikuti sejumlah mata kuliah pengantar di semester awal, pada semester lanjut akhirnya aku seperti menemukan ‘duniaku’ dan aku memutuskan untuk memilih konsentrasi Jurnalistik, dari pilihan lain yang saat itu ada yakni Public Relation (PR), Advertising, dan satu lagi aku lupa, mungkin film. Di semester lanjut, aku merasa lebih nyaman dalam kuliah dan persentase absen kuliah pun makin menurun. Sejumlah pengajar yang berlatar belakang praktisi di bidang jurnalistik mulai mengisi jadwal-jadwal kuliah yang kupilih sendiri. Seperti jurnalistik media cetak, jurnalistik radio, jurnalistik televisi, penulisan berita, editorial dan juga fotografi. Seolah kondisi ini memberi udara segar di kepalaku, meski ada juga dosen yang aku beri ‘label’ dosen pelit nilai dan jaim. Aku sangat merasa, inilah duniaku, dan aku merasa lebih bisa. Dalam proses pembelajaran ini aku mulai merasa optimistis dapat meraih masa depan sesuai bakat maupun minat yang kumiliki. Pada beberapa mata kuliah yang lebih dominan praktik ini, aku merasa bisa belajar lekih banyak tentang dunia jurnalisme. Hal ini yang mendorong aku untuk memilih Kuliah Kerja Lapangan maupun skripsi tentang jurnalistik radio di sebuah stasiun radio swasta, dan semua dapat kujalani dengan lancar dan mendapat nilai yang tidak mengecewakan.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
21
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Meski tidak terlalu mulus, akhirnya pada semester 13 aku berhasil menyelesaikan seluruh rangkaian studiku di FISIP UAJY. Aku ikut dalam gerbong wisuda periode kedua 1999. Berbekal ijazah dan transkip nilai, aku mulai benar-benar menghadapi tantangan hidup, berusaha mencari pekerjaan di lembaga maupun perusahaan yang terkait dengan bidang studiku. Tak sedikit aku kirimkan lamaran ke perusahaan media, mulai surat kabar, radio, televisi lokal dan nasional. Satu tahun lamanya aktivitas mengirim lamaran ini kulakukan dengan setia, aku sadar juga dengan IPK di bawah tiga tentunya tidak mudah bagiku untuk bisa mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang kudambakan. Hingga saat pada awal 2000, seorang teman yang telah bekerja di media menawariku untuk mencoba mendaftar sebagai koresponden sebuah media cetak di Solo, Jawa Tengah. Dengan penuh semangat tawaran ini aku tindaklanjuti dengan mengirimkan lamaran, dan aku diterima sebagai koresponden di media tersebut dengan masa percobaan dua bulan. Namun, belum sempat aku menyelesaikan masa percobaan ini, datang surat panggilan tes di Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA Biro Daerah Istimewa Yogyakarta. Ada rasa gembira ketika itu, terbayang bisa bekerja di sebuah lembaga pemerintah nondepartemen. Setelah melalui serangkaian tes kemampuan, akhirnya aku lolos tes dan diterima bekerja di lembaga pemasok berita ini dengan status kontributor. Aku langsung mendapat tugas liputan di bidang hukum dan kriminal. Mulailah aku bekerja di lembaga ini, aku pun mencoba lebih mengasah kemampuan bidang jurnalistik dari para senior di LKBN ANTARA maupun dari teman-teman di lapangan. Pada awal 2006, LKBN ANTARA membuka program perekrutan karyawan baru, setelah terakhir kali perekrutan karyawan pada 1997. Aku pun mengikuti tes untuk perekrutan karyawan baru ini. Sungguh perjuangan yang menurutku berat. Selain harus bersaing dengan teman-teman dari biro daerah lain, juga harus bersaing dengan pelamar yang baru saja menyelesaikan studi. Akhirnya serangkaian tes seperti layaknya di perusahaan lain aku jalani. Nasib sedang berkata baik. Meski mengalami berbagai ‘pembantaian’ dari para penguji, aku dinyatakan lolos mengikuti Kursus Dasar Pewarta (Susdape), satu tahapan yang harus dilalui untuk bisa menjadi karyawan tetap di LKBN ANTARA. Selama tiga bulan aku mengikuti Susdape Angkatan XIV di Lembaga Pendidikan Jurnalistik ANTARA (LPJA) di kawasan Pasar Baru Jakarta. Akhirnya aku dinyatakan lulus Susdape. Namun, ini tidak otomatis aku langsung bisa diangkat jadi karyawan tetap di LKBN ANTARA.
22
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Aku masih harus mengikuti ‘penggemblengan’ di redaksi LKBN ANTARA di bawah arahan mentor-mentor dari semua desk yang ada selama dua bulan. Masa yang cukup berat dan menentukan ini aku jalani dengan penuh keyakinan dan harapan untuk lebih baik. Peristiwa gempa bumi besar yang melanda DIY-Jateng pada 27 Mei 2006, harus kuakui cukup mengganggu konsentrasiku. Baru setelah aku mendapat kabar keluarga di Yogyakarta, termasuk istriku yang sedang mengandung anak pertama, semua dalam kondisi sehat dan selamat, baru kemudian aku dapat kembali bersemangat. (Saat itu aku tidak boleh pulang ke Yogyakarta, dan petinggi redaksi memintaku meng-handle berita gempa di Yogyakarta dari Jakarta, karena Kantor Biro Yogyakarta rusak berat dan dalam beberapa hari tidak dapat melakukan aktivitas keredaksian). Akhirnya pada 10 Juni 2006, aku diperbolehkan pulang ke Yogyakarta, hingga kemudian pada September 2006 akhirnya aku mendapat Surat Keputusan (SK) dari Pimpinan Umum LKBN ANTARA yang menyatakan aku diangkat sebagai karyawan organik. Aku pun mulai berkarya di lembaga yang akhirnya berubah badan hukum menjadi Perum LKBN ANTARA ini sampai sekarang sebagai pewarta tulis. Selain sebagai pewarta tulis, pada 2012 aku diikutkan untuk mengikuti pendidikan jurnalistik televisi untuk menjadi kontributor di ANTARA TV, mulailah aku memegang kamera video untuk memasok berita-berita bergambar di ANTARA TV. Kemudian, awal 2014, aku mendapat nota dinas dari Direktorat Pemberitaan untuk mengikuti pendidikan Kursus Dasar Penyunting (Susdapen) di LPJA ANTARA Pasar Baru, pendidikan yang harus dilalui untuk menjadi redaktur. *** Ini hanya sedikit pengalamanku saat aku menempuh studi di Jurusan Komunikasi UAJY. Aku yakin teman-teman almamater jauh lebih baik dariku dan mampu mengembangkan diri dengan optimal sesuai dengan niat dan semangat mereka saat memilih jurusan komunikasi. Benih-benih jiwa yang unggul ini aku yakin telah banyak bersemai di sudut-sudut bangsa. Pendapat pribadiku, jiwa yang unggul adalah petarung sejati dan bukan pecundang. Seorang petarung sejati akan berjuang sekuat kemampuan untuk memperoleh kemenangan. Jika kalah dalam pertarungan maka akan terus berjuang dan berlatih lebih keras hingga menjadi pemenang sesuai dengan aturan pertarungan. Sebaliknya, seorang pecundang, jika kalah dalam pertarungan ia akan menghalalkan segala cara, memfitnah lawan hingga cara-cara curang lainnya.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
23
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Universitas Atma Jaya Yogyakarta sejak awal berdiri 50 tahun lalu, telah memantapkan filosofi Jiwa yang Unggul sebagai arah perjuangan dan sumbangsih terhadap bangsa. Maka semangat inilah yang harus diemban seluruh sivitas akademika UAJY. Tantangan khususnya bagi para dosen untuk mengantarkan para mahasiswanya untuk dapat menemukan ‘roh’ dari pilihan jurusan yang telah diambilnya sehingga tumbuh menjadi jiwa-jiwa yang unggul, jiwa yang merdeka dan siap memberi hidup di setiap sendi kehidupan. Dosen bukan hanya sekadar mengajar dan memberi nilai, tetapi juga bagaimana membangun keyakinan mahasiswanya guna menghadapi masa depannya. Mengutip pernyataan Rm YB Mangunwijaya: “Belajar sejati terdorong oleh keyakinan dari dalam dan dalam suasana hati yang merdeka.” Murid hanya belajar secara sejati, apabila ia punya perhatian, merasa diri terlibat dan melibatkan diri dalam materi belajarnya. Semua anak dari kodratnya dan dari dalam dirinya ingin tahu, ingin belajar, ingin mengembangkan diri. Murid adalah guru bagi dirinya sendiri. Bagi sivitas akademika UAJY tak cukup sekadar menyelenggarakan proses pendidikan tinggi, setelah mahasiswanya lulus dengan gelar sarjana kemudian lepas begitu saja dan cukup mewadahi alumnus dengan Keluarga Alumni Universitas Atma Jaya (KAMAJAYA). Manfaat apa yang dirasakan oleh para alumnus yang otomatis langsung tercatat sebagai anggota KAMAJAYA? Apakah jalinan silaturahmi terus terjalin? Jujur saja, sejak lulus pada 1999, aku belum pernah sekalipun Semua anak dari kodratnya dan mendapat ‘sapaan’ dari KAMAJAYA. dari dalam dirinya ingin tahu, Baik itu surat sepele yang berisi peringin belajar, ingin mengembang- tanyaan sudah mendapatkan pekerjaan atau belum setelah lulus, maupun kan diri. Murid adalah guru bagi informasi tentang lapangan pekerjaan, dirinya sendiri. yang pada awal-awal lulus merupakan sesuatu yang sangat aku butuhkan. ~ Romo. YB Manguwijaya Apakah KAMAJAYA juga menjalin kerja sama dengan alumnus yang sudah menduduki pos-pos penting baik itu di pemerintah dan swasta untuk membantu penyaluran tenaga kerja alumnus UAJY. Semoga pertanyaan ini hanya aku yang mengalaminya. Selamat ulang tahun ke-50 Universitas Atma Jaya Yogyakarta, tetap jaya dan memberi manfaat bagi pembangunan bangsa.***
24
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Mati Ketawa Ala Atma Jaya
Booking Kursi A. Sonny Djojoachmadi, Teknik Sipil 1980 Masuk kelas untuk kuliah jelas hal biasa dan menjadi kewajiban seorang mahasiswa. Demikian juga dengan saya sebagai mahasiswa baru. Angkatan saya, angkatan 1980, berjumlah 200 mahasiswa, sehingga sedikit teman angkatan yang bisa kita kenal di kelas, tapi kebutuhan sosial untuk berafiliasi mulai muncul. Maka di antara teman-teman mulai membentuk kelompok-kelompok kecil antara 3-10 orang. Yang lucu adalah penguasaan meja kursi di baris depan oleh beberapa kelompok tersebut. Bila datang 15 bahkan 30 menit sebelum jam kuliah maka sudah pasti di meja baris satu hingga empat sudah ada buku di atasnya pertanda ‘ada yang pesan’ maka jangan berharap dapat duduk di depan dan kita mengerti bahwa duduk di belakang sering tak bisa berkonsentrasi. Kalau pas semangat kuliah muncul, ada rasa jengkel karena ‘monopoli berjamaah’ itu. Suatu saat ada teman mbeling yang usil. Saat para penaruh buku keluar kelas, semua buku-buku itu diambil dan ditumpuk menjadi satu. Akibatnya bisa dibayangkan. Sewaktu ‘pemesan kursi’ datang mereka kebingungan karena semua kursi di depan sudah terisi oleh kelompok lain. Tapi melihat dari sisi positif, itu juga berarti bahwa mahasiswa UAJY jurusan Teknik Sipil waktu itu memang sangat ber-SEMANGAT untuk belajar. ***
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
25
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
KISAH PENGGILA ORGANISASI Carolina Novi Mustikarini Alumni FE Jurusan Manajemen 1995. Dosen Universitas Ciputra Surabaya. UAJY bukanlah universitas tujuan saya. Karena passion saya saat itu adalah
tari dan seni pertunjukkan—saya sangat hobi menari dan berkesenian—maka kampus senilah cita-cita saya sebenarnya. Namun orangtua saya sungguh tidak setuju saya sekolah seni. “Yen arep niat berkesenian nang endi wae iso to, nduk,” kata mereka. Kalau berniat untuk berkesenian di mana pun ‘kan bisa. Akhirnya saya mengikuti
nasihat orang tua dan bergabung di Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta angkatan 1995.
Sejak SD hingga SMA saya senang berkumpul dengan teman-teman. Saya senang menyibukkan diri dalam kegiatan-kegiatan. Saya termasuk orang yang doyan organisasi bahkan dapat dikatakan penggila organisasi. Awal masuk kampus, saya sangat berharap dapat bergabung dalam organisasi kemahasiswaan tertentu—malah tidak terpikir kuliah. Saya senang punya banyak teman, ketemu orang baru, karena dengan banyak teman saya merasa lengkap dalam hidup. Tahun pertama di kehidupan organisasi, saya awalnya diajak oleh mantan teman Forum Komunikasi Pelajar Katolik (FKPK) Jogja untuk bergabung di Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi. Bersyukur banget dapat bergabung di Senat dan diberikan kepercayaan memegang Biro Kaderisasi. Tahun kedua saya masih diberi kepercayaan menjadi koordinator di departemen minat dan bakat. Tahun kedua saya mulai melirik UKM lainnya. Saya pernah ikut Taekwondo, namun hanya sampai sabuk kuning. Waktu itu saya sakit dan tidak diperbolehkan melanjutkan oleh orang tua. Lalu sempat pula bergabung dengan Marching Band Atmajaya (MBA). Waktu itu saya pegang alat musik flugelhorn. Karena kegiatan Senat banyak sehingga banyak jadwal tabrakan, akhirnya hanya bertahan satu semester di MBA. Sedih banget.
26
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Tahun kedua saya juga bergabung di Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), sebuah organisasi kepemudaan (OKP) di luar kampus. Saya terinspirasi oleh Ibu saya (alm) yang pada 1960-an tergabung PMKRI menjadi bendahara era kepemimpinan Cosmas Batubara. Berdasarkan cerita Ibu, bergabung di PMKRI sungguh menyenangkan dan dapat belajar banyak. Tahun ketiga dalam kehidupan beroganisasi membuat saya makin sadar bahwa bekerja dalam organisasi ternyata asyik dan menyenangkan. Tak hanya memperkaya pengalaman, ternyata saya semakin mengenal berbagai karakter individu. Pada 1997 saya terpilih menjadi ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi UAJY setelah melalui proses yang lucu, unik, sekaligus menjengkelkan. Saya merasa tertipu. Waktu itu, beberapa teman dekat mengundurkan diri dari pencalonan. Awalnya jumlah kandidatnya tujuh orang dan berubah menjadi lima orang. Saat itu saya perempuan pertama yang menjadi Ketua Senat di Fakultas Ekonomi. Melalui Senat Mahasiswa saya mengenal politik kampus yang pelik dan unik. Meski hanya satu tahun menjadi ketua Senat, saya mendapatkan banyak pengalaman tak terlupakan. Salah satunya diberi kesempatan mengikuti Konferensi Batik Internasional di Yogyakarta. Saya menjadi peserta termuda karena hanya saya yang mahasiswa. Sebagai Ketua Senat Mahasiswa saya merancang dan melaksanakan berbagai program. Salah satu program unggulan adalah seminar nasional yang mengangkat isu krisis moneter dengan pembicara mantan Menteri Keuangan Frans Seda (alm), Pendiri Matahari Putra Prima (Matahari Group) Hari Darmawan, dan Dr. T Hani Handoko MBA, dosen UGM. Saya tak pernah membayangkan mendapatkan kesempatan speech di depan orang-orang hebat, termasuk bertemu kembali dengan Pak Hani Handoko 10 tahun kemudian, sebagai pembimbing tesis saat mengambil magister sains di UGM.. Program kerja lainnya adalah pelatihan penulisan dan penelitian ilmiah. Program ini memberikan kesempatan kepada saya menjadi asisten peneliti di kampus bersama Ibu Harsiwi. Apalagi sekarang ini, kerjaan dosen kan penelitian. Tidak menyangka saat ini dibutuhkan. Program terakhir setiap tahun adalah pemilu kampus. Program ini terlaksana berbarengan dengan peristiwa reformasi. Sempat menjadi target operasi (TO) karena waktu itu kantor Sema FE digunakan sebagai Posko Pengaduan dan Lembaga Bantuan Hukum atas Kekerasan Aparat. Pernah pula suatu ketika diadakan sweeping mendadak oleh aparat dan terpaksa perkuliahan harus dihentikan, kampus harus dikosongkan, seluruh mahasiswa FE keluar kampus melalui jalan samping parkiran.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
27
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Ketika kampus telah kosong saya bersama Sandy, kandidat ketua Senat FE yang baru, ingin keluar kampus. Tiba-tiba mobil Sandy di-stop oleh aparat untuk bertanya beberapa hal. Deg-deg’an juga waktu itu, karena senapan laras panjang seolah diarahkan ke kami. Tahun keempat, setelah lengser, saya mulai aktif di Surat Kabar Mahasiswa UAJY “PASTI” untuk belajar jurnalistik. Di sini saya dipanggil dengan sapaan codhot karena saya ngefans Batman, sampai-sampai salah satu teman saya Kimpling memberikan buku Migrasi para Kampret yang di dalamnya juga membahas soal Batman yang konon adalah seorang keturunan pangeran Drakula. Bergabung di PASTI tidak mudah. Siapa pun yang akan menjadi anggota harus punya artikel. Tidak hanya belajar menulis, di sini saya belajar mencari berita dan belajar lembur. Di sini pula saya belajar menjadi orang yang bebal, kebal, bersabar menghadapi bully para sesepuh PASTI. Seru banget deh pokoknya bergabung di PASTI. Tak hanya redaksi PASTI, saya mulai bergabung dengan Paduan Suara Mahasiswa (PSM) dan unit kegiatan Teater. Masuk PSM juga tidak mudah, harus melalui tahapan seleksi ketat. Puji Tuhan saya lolos dan sempat ikut lomba paduan suara dan menjadi juara satu waktu itu. UKM yang paling lama saya ikuti adalah teater. Saya bergabung teter sejak 1998 hingga lulus. Setelah lulus pun saya tetap ikut bergabung di teater. Hingga saya berhasil mengajak adik kandung saya bergabung di teater. Adik saya, TomyMoty, alumni arsitek angkatan 2000, merupakan ketua teater pada 2002. Masuk Kegilaan berorganisasi yang teater pun tak mudah, harus melalui seleksi dan gemblengan inisiasi yang sarat dengan saya jalani, sungguh membekali faktor ‘dikerjain’. saya dengan tiga PILAR penting
Di teater siapa pun dapat menggila. pembentuk ability yaitu knowlSungguh menyenangkan. Di teater saya belajar edge, skill dan attitude. menari, akting, gamelan, dan sinematografi. Asyik banget dah! Tahun 2003, setelah lulus dari UAJY, saya berkesempatan menjadi asisten sutradara pementasan drama kolosal dalam rangka HUT Jogjakarta ke-247 dalam Pekan Gemilang Jogja dan melatih lebih dari 500 anak-anak SMA yang tergabung dalam Drama Kolosal “Babat Tanah Jawa” yang disaksikan langsung oleh Sri Sultan HB X. Lantas hal apa yang dapat kita pelajari, Kawan? Kegilaan berorganisasi yang saya jalani, membekali saya dengan tiga PILAR penting pembentuk ability yaitu knowledge, skill (leadership, problem solving, team building, conflict management, etc), dan attitude.
28
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Sinergi ketiga pilar tersebut, membuat saya makin sadar untuk tetap belajar dan belajar lebih baik lagi. Makin belajar kita makin mampu bersikap dengan tepat, karena sikap merupakan pilar pondasi kita untuk berkembang. Saat ini saya terpanggil untuk melayani sebagai dosen di universitas berbasis entrepreneurial, yaitu Universitas Ciputra Surabaya. Pengalaman berorganisasi yang telah saya lalui sungguh berdampak luar biasa dalam pelayanan saya. Atma Jaya adalah Jiwa yang Unggul, Roh yang Menang. Siapa pun Anda yang menjadi bagian dari Atma Jaya, saya yakin dan percaya pasti memiliki spirit JIWA yang UNGGUL. Mengutip status seorang Romo: “Kalau saya diminta melupakan UAJY, saya akan pergi ke kantor kelurahan terdekat, bila perlu ke kantor kecamatan untuk meminta surat keterangan ‘Tidak MAMPU’”. Viva Atma Jaya! Serviens In Lumine Veritatis: Melayani dalam Cahaya Kebenaran.***
Sebaiknya Anda Tahu
Inilah kendaraan pertama yang dimiliki UAJY di awal 1980 ketika melakukan pengabdian di Majalengka Jawa Barat.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
29
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
PERAN UAJY MENGHADAPI MEA Christin Septina B. Alumni Fakultas Hukum 1998. Dosen Fakultas Hukum Universitas Maranatha Bandung Peran perguruan tinggi menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
menjadi bahasan menarik karena perguruan tinggi sebagai pihak yang menghasilkan lulusan yang nantinya lebih banyak digunakan di dunia kerja. Masyarakat Ekonomi
ASEAN yang akan dimulai pada akhir 2015 membutuhkan pihak yang terampil serta terlatih dalam menghadapi era tersebut.
Lulusan perguruan tinggi diharapkan tidak hanya cerdas secara keilmuan tapi juga terlatih dan terampil untuk mendapat peluang yang baik dalam dunia kerja. Segala informasi untuk menghadapi MEA sudah didengungkan oleh banyak pihak. Tetapi, peran perguruan tinggi untuk mencetak atau menghasilkan lulusan menjadi hal yang terlewatkan. Pidato Susilo Bambang Yudono (SBY) ketika di acara wisuda Universitas Moestopo (Beragama), 16 April 2015, menjadi menarik karena ada joke SBY tentang dua orang yang berasal dari background ekonomi dan berdiskusi tentang pasar bebas, neoliberalisme. Ujang berasal dari keluarga yang relatif mapan, sangat nasionalistik dan cenderung antiglobalisasi, sedangkan Maman berasal dari keluarga sederhana, tidak tertarik pada ideologi dan sikapnya terhadap globalisasi netral-netral saja. Ujang membuka percakapan. Ujang: “Maman, saya tidak senang dengan kapitalisme dan pasar bebas. Saya benci neo-lib. Saya juga tidak suka sama perusahaan asing yang mengeksploitasi negara lain”. Maman: “Sama. Saya juga begitu”. Berkata lagi si Ujang. Ujang: “ Saya ingin negara kita mandiri. Kita harus mandiri di bidang pangan, energi, dan industri dasar termasuk pertahanan. Saya juga tidak suka sedikit- sedikit impor”.
30
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Maman: “Sama. Saya juga begitu”. Ujang melanjutnya pandangan kritisnya, dengan nada suara yang makin tinggi. Ujang : “Saya dengar akan ada Masyarakat Ekonomi ASEAN, apa-apaan itu? Apa untungnya bagi Indonesia? Kita rugi Maman. Enggak ada gunanya tuh”. Maman mulai diam. Tidak berkomentar. Kemudian ia mempersilahkan Ujang melanjutkan kata-katanya. Ujang: “Maman, MEA itu merugikan Indonesia. Bisa-bisa rakyat kita membeli produk buatan negara ASEAN lain. Mana nasionalismenya? Mana kecintaan terhadap produk-produk Indonesia? Ini berbahaya Maman”. Setelah diam sejenak, Maman mulai menyampaikan tanggapan dan pandangannya. Maman: “ Ujang, boleh saya bicara sekarang?” Ujang: “Boleh. Tetapi yang bermutu omongan kamu”. Maman: “Begini Ujang. Kalau saya pergi ke sebuah toko mau membeli sepatu dan alat mandi, bagaimana saya harus memilih?” Ujang: “Ya kau pilihlah yang barangnya bagus dan bermutu, tetapi harganya murah. Uang kamu enggak banyak kan?” Maman mengangguk. Kemudian ... Maman: “Ujang, bagaimana jika barang yang bagus, bermutu dan jauh lebih murah itu ternyata buatan negara ASEAN yang lain? Sementara produk perusahaan kita sendiri kurang bagus dan harganya jauh lebih mahal? Apakah saya yang memiliki uang pas-pasan membeli barang bukan produk Indonesia lantas tidak nasionalis?” Ujang mulai diam. Berpikir. Maman: “Ujang, kalau barangnya sama baiknya, meskipun yang buatan Indonesia sedikit lebih mahal saya akan beli produk negeri kita. Saya juga cinta produk Indonesia. Saya Merah Putih. Bukan hanya kamu Ujang. Karenanya, saya punya terori sendiri tentang nasionalisme jika dikaitkan dengan barang dan jasa buatan Indonesia, apalagi dikaitkan dengan MEA”. Maman: “Ujang, yang harus kita lakukan sekuat tenaga adalah membuat produk Indonesia bermutu, baik dan harganya tidak mahal agar rakyat kita berbondong-bondong membelinya. Dunia usaha kita harus produktif, efisien dan produknya memiliki daya saing yang tinggi. Para tenaga kerja juga harus produktif, tentu dengan upah yang makin baik. Pemerin-
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
31
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
tah juga harus memiliki kebijakan dan regulasi yang baik, agar perusahaan kita makin efisien dan tidak menanggung beban yang berlebihan. Pemerintah juga harus terus meningkatkan infrastruktur serta sistem logistik yang efisien, termasuk transportasi dan telekomunikasi agar harga barang buatan Indonesia bisa ditekan lebih rendah lagi. PT serta lembaga pendidikan dan pelatihan juga menyumbangkan teknologi, inovasi, dan tenaga kerja yang trampil dan produktif, agar ekonomi kita makin efisien dan berdaya saing.� Maman: “Ujang, kalau semua ini dilakukan dengan serius ke depan, dengan kepemimpinan dan bimbingan pemerintah, semua akan menang. Negara menang. Perusahaan menang. Buruh menang. Rakyat yang membeli barang juga menang. Nah, kalau semua kita jalankan, Indonesia tidak perlu cemas dan gamang memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN.“ *** Joke SBY ini sederhana, tapi mengena di kehidupan kita. Peran perguruan tinggi serta lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan diharapkan menyumbangkan teknologi dan tenaga kerja yang terampil dan produktif agar perekonomian Indonesia bisa semakin maju tidak kalah dengan negara lain. Selama ini, harga jual produk barang dari luar jauh lebih murah dibanding produk dalam negeri. Sehingga, tak heran bangsa Indonesia diserbu oleh produk dari negara Tiongkok, mulai dari barang elektronik, perabot rumah tangga, baju dan kerajinan sampai mainan anak-anak. Barang-barang tersebut di negaranya mempunyai ongkos produksi yang rendah dan ada daya dukung dari pemerintah negaranya, sehingga mereka bisa menghasilkan barang yang tidak kalah kualitasnya dengan negara kita sendiri, bahkan mungkin bisa jauh lebih baik. Indonesia negara yang kaya sumber daya alam dan sumber daya manusia. Namun, kaya saja tanpa disertai bekal yang cukup bagi sumber daya manusianya atau tanpa pengelolaan yang baik pada sumber daya alamnya, Indonesia tetap akan jadi negara pengguna saja, bukan penghasil. Singapura baru saja memperingati ulang tahun ke-50 tahun 2015, sedang Indonesia berusia 70 tahun. Dibandingkan Singapura, Indonesia 20 tahun lebih tua. Namun dalam hal kemajuan negaranya, Indonesia jauh tertinggal. Singapura menjadi tujuan negara lain, termasuk warga Indonesia, dalam hal pengobatan/kesehatan dan juga pariwisata. Bahkan ada kelakar, Singapura bisa menjadi kaya karena kontribusi rakyat Indonesia yang berinvestasi dan datang ke Singapura, baik untuk berobat atau berwisata. Indonesia tanpa pembenahan yang baik akan jauh tertinggal bukan saja oleh Singapura saja tapi juga negara-negara lain.
32
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Perguruan Tinggi, khususnya Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang juga berusia 50 tahun, diharapkan ikut ambil bagian dalam mempersiapkan lulusannya menghadapi MEA. Perguruan tinggi setiap tahunnya mencetak lulusan dengan beragam ilmu untuk terjun ke lapangan kerja. Satu perguruan tinggi bisa menghasilkan lulusan ratusan jumlahnya, belum lagi universitas atau perguruan-perguruan tinggi lain. Setiap lulusan diharapkan mempunyai keunggulan lebih untuk terserap dalam dunia kerja. Tantangan lain adalah terbukanya pasar bebas. Tenaga kerja asing dari negara-negara ASEAN menawarkan pilihan untuk pangsa pasar kerja, tenaga kerja yang handal dan terlatih menjadi tawaran tersendiri untuk lapangan kerja di Indonesia. Supaya bisa menjadi tuan rumah di negaranya sendiri, lulusan UAJY harus handal dan terlatih dalam bidang ilmunya. Lulusan yang mempunyai hard skill dan oft skill yang tidak kalah dengan orang asing. Bukan hanya kemampuan akademik yang baik, tapi etika dan sosialisasi dengan lingkungan sosialnya juga harus baik. Untuk itu, perguruan tinggi harus mempersiapkan lulusan yang handal, mamKaya saja tanpa bekal yang pu bersosialisai dan berkomunikasi dengan baik. cukup bagi sumber daya manuTeori di bangku kuliah haruslah sianya atau tanpa pengelolaan teori yang bisa menjawab setiap persoalan yang baik pada sumber daya dalam dunia kerja di bidang masing-masing alamnya, Indonesia tetap akan dengan menyelipkan persoalan atau masjadi negara pengguna saja, bualah yang sering dihadapi serta mengajak kan penghasil. mahasiswa peka dengan apa yang terjadi. Dengan demikian mahasiswa nantinya menjadi lulusan yang punya kemampuan menyelesaikan persoalan dalam dunia kerja serta mempunyai sense of belonging yang baik.
Bukan jamannya lagi perguruan tinggi asal mencetak lulusan tanpa memperhatikan tujuan dan arah lulusannya. Lulusan seperti itu hanya akan menghalalkan segala cara untuk kepentingannya, tanpa memperhatikan apakah dirinya bisa memberikan kontribusi yang baik bagi institusi/lembaga/perusahaannya. MEA sudah di depan mata. Persiapan sudah dilakukan. Alangkah baiknya bila persiapan tersebut tak hanya dilakukan pemerintah namun juga oleh masyarakat sesuai kapasitas masing-masing. Perguruan tinggi memiliki peran penting karena berkaitan dengan sumber daya manusia sebagai komponen yang mendukung berjalannya sistem perekonomian sebuah
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
33
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
negara. Tanpa pelatihan, ketrampilan serta pembekalan soft skill yang baik, bangsa Indonesia akan menjadi tamu dalam negaranya sendiri. Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar bukan saja dari jumlah penduduknya namun juga rekam jejaknya di Asia Tenggara. Tanpa pembenahan dan pengelolaan kualitas manusianya, kita akan menjadi negara yang sama ketika kita berulang tahun ke-80, 90 bahkan 100 tahun sekali pun. Perguruan Tinggi, khususnya Universitas Atma Jaya Yogyakarta mempunyai sumber daya potensial untuk ikut menghasilkan lulusan yang berkualitas dan bisa memberikan sumbangsih pada Indonesia. ***
Mati Ketawa Ala Atma Jaya
Nama Tanya Severianus Endi, FISIP Komunikasi 1997 Saya angkatan 1997 di Program Studi Ilmu Komunikasi. Saya pendatang baru di Pulau Jawa. Sebagai orang Dayak asli Kalimantan, saya belum banyak mengerti bahasa Jawa. Suatu hari pada pertemuan perdana mata kuliah yang diampu seorang dosen dari kampus sebelah, dosen yang pinter melucu itu membaca nama-mana mahasiswa di daftar presensi. Tiba pada nama saya, dia diam sejenak. Dengan wajah tanpa ekspresi, dia berseru: “Endi...” (huruf E seperti E pada tElur). Mendengar itu, beberapa teman tertawa. Pak dosen bernama Teguh Dalyono mengulangi dengan nada bertanya: “Ndi...?” Dengan kikuk saya mengacung sambil tersenyum pahit. Perasaan rada gak enak nih. Pak dosen dengan ekspresi tetap datar berkomentar:
34
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
“Ooo, kamu ya yang namanya Ndi? Jeneng kok takon...” (Ind: Nama kok nanya...) Suara tertawa riuh mengiringi wajahku yang terasa menebal beberapa sentimeter. Masih dengan tanpa ekspresi, Pak Dosen yang “kejam” itu bertanya: “Kowe seko ndi to?” dengan nada penekanan pada kada ndi. Lagi-lagi terdengar suara tawa di sekitarku. Seorang teman yang baik hati menerjemahkan pertanyaan itu padaku sambil berbisik: “Beliau tanya, kamu dari mana?” “Saya dari Kalimantan, Pak.” “Ooo, pantes....” *** Masa-masa awal saya di Yogya, memang seakan semua orang sudah mengenalku. Di gang-gang yang saya lalui, atau di selasar kampus, kerap terdengar namaku disebut. Neng ndi, Mas? Lha, ndi kowe wingi? Ndi to cah e? Dan ndi-ndi yang lain! Di kampungku di Kalimantan, memang begitulah orang-orang menyapaku. Di Tanah Jawa Dwipa yang agung ini, awalnya aku selalu menoleh kepada asal suara, apalagi kalau yang menyebutkannya cah wedhok ayu. Gedhe roso? Pasti! Tetapi langsung kecewa ketika mereka menyebutkan ‘Ndi’ tanpa sama sekali menoleh ke arahku. Argghhh!!! Dalam masa-masa awal, persoalan boso Jowo ini cukup menjadi perhatian kami, kaum pendatang. Saya lebih tertarik untuk mempelajarinya sehingga bisa menggunakannya dalam percakapan sehari-hari. Eit, bukan modus supaya bisa memboyong “kamus berjalan” pulang ke kampung saya lho ya. Saya punya teman akrab sesama perantau dari luar pulau, tetapi bukan dari Kalimantan. Sama seperti saya, dia juga belum banyak mengerti Bahasa Jawa. Di sebuah perkuliahan yang lain, dosen sering melontarkan joke-joke dalam Bahasa Jawa, untuk mencairkan suasana. Kami yang belum mengerti,
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
35
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
terpaksa mengeryitkan dahi, atau ikut-ikutan tertawa atau minimal senyum garing karena tidak mengerti. Pak!”
Serta merta teman saya ini protes: “Pake Bahasa Indonesia dong,
Begitu keluar kelas, saya bilang pada teman itu agar jangan protes. Karena di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Atau peribahasa yang maknanya kurang lebih sama berbunyi: masuk kandang ayam berkokok, masuk kandang babi menguik. Dengan santainya dia memotong: Iya, nanti kau malah jadi babi... *Saya langsung nguyah tembok* Kadang, jika baru sepatah dua patah kata mulai dikuasai, terbit keinginan untuk pamer kepada sesama perantau dari luar Jawa. Baru beberapa minggu di Yogya, ketika berjumpa teman seperantauan, langsung berucap: “Piro kabare?” Sudah salah, keras lagi! Tetapi, yang begini tidak termasuk saya, hehehe. Selama di Yogya, saya tinggal di rumah “mewah” alias mengitari sawah. Suatu sore, saya dan beberapa teman mendatangi seorang bapak tua pemilik sawah dengan maksud bersosialisasi. *serius* Pak Tua berbicara kepada kami dalam Bahasa Jawa Kromo sambil ngebul-ngebul klobot. Bahasa ngoko saja kami belum kuasai, apalagi kromo. Kami hanya bisa manggut-manggut sambil sesekali menjawah: “Inggih, Pak, inggih...” Setelah berpamitan (dengan Bahasa Indonesia!) dan setelah agak jauh dari sawah, kami saling bertanya, apa gerangan yang tadi dibicarakan pak tua dan kompak kami jawab inggih? Ndilalah, tak seorang pun dari kami yang tahu! Setelah saling berpandangan, kami ngakak sejadi-jadinya. Bagaimana kalau misalnya pak tua tadi menanyakan: “Kalian dari mana?” dan dijawab “Inggih”. ***
36
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
MENJADI GARAM DAN TERANG Parama Kartika Dewa SP. Alumni Teknik Industri. Dosen Teknik Industri UAJY Tahun 2015 Universitas Atma Jaya Yogyakarta berusia 50 tahun. Usia yang
sungguh dewasa dalam ukuran kedewasaan pribadi manusia. Saya teringat saat
memutuskan untuk memulai proses pembelajaran sebagai mahasiswa di Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta sekian puluh tahun lalu, keberadaan universitas ini sudah terpandang di kota pelajar Yogyakarta.
Pengalaman selama belajar ilmu Teknik Industri sungguh luar biasa. Selain menjalankan rutinitas mengikuti kuliah tatap muka di ruang kuliah, mengerjakan PR dan tugas-tugas di laboratorium, saya memberanikan diri bergabung dengan teman-teman untuk berpartisipasi sebagai anggota di organisasi kemahasiswaan Jurusan Teknik Industri. Menjadi bagian dari organisasi kemahasiswaan ini ternyata membawa saya pada pengalaman dan pengetahuan yang tidak saya dapatkan di ruang kuliah. Bagaimana berinteraksi dengan banyak pribadi dengan beragam budaya, pengetahuan dan kedewasaan sungguh menjadi ajang untuk membentuk diri menjadi pribadi yang lebih baik dan dewasa. Bagaimana menyelesaian konflik dengan cara yang elegan bukan dengan otot merupakan bekal yang saya dapat dan hal tersebut hingga saat ini masih menjadi bagian dari saya berproses menjadi pribadi yang lebih baik. Minat para mahasiswa untuk bergabung dan berkarya dalam organisasi kemahasiswaan relatif kecil. Pernah saya mencoba bertanya ke beberapa teman yang ada, ternyata kebanyakan mereka memiliki persepsi bahwa mahasiswa yang nyambi kuliah sambil berorganisasi akan menurunkan Indeks Prestasi dan lulusnya bertambah lama. Menurut saya persepsi tersebut bisa salah dan benar. Pengalaman saya, saat seorang mahasiswa telah meniatkan diri untuk bergabung dengan organisasi kemahasiswaan maka segala konsekuensi harus menjadi tanggung jawab pribadi. Meraka akan dipaksa melakukan manajemen waktu lebih ekstra dibandingkan dengan mahasiswa lain. Tingkat kompleksitas
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
37
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
kegiatan dan waktu yang harus dikelola makin meningkat. Pernah terjadi saya harus menghadiri rapat koordinasi suatu acara, setelah selesai langsung kuliah, setelah kuliah membantu aktivitas di laboratorium. Kalau dipikir saat ini, wah, suatu kegiatan yang sangat melelahkan. Saat itu saya sungguh menikmati proses itu hingga dua tahun. Banyak manfaat yang didapat bila mahasiswa mau bergabung organisasi kemahasiswaan: memiliki pengalaman bagaimana membangun relasi dengan orang lain, membangun team kerja yang solid, memecahkan masalah dengan banyak ide, membangun jejaring pertemanan dengan mahasiswa baik yang satu jurusan dan dengan jurusan/program studi yang lain. Semua pengalaman tersebut baru bisa dinikmati saat lulus kuliah dan memasuki dunia kerja. Pengalaman dan pengamatan yang saya dapatkan fenomena mahasiswa cenderung engan untuk bergabung dengan organisasi kemahasiswaan masih terus berlangsung hingga saat ini. Menimbang potensi manfaat yang bisa diperoleh oleh mahasiswa saat mereka bergabung dengan organisasi kemahasiswaan, alangkah baiknya bila pengurus program studi, fakultas, dan universitas memperhatikan hal ini. Bagaimana menciptakan sistem pembelajaran yang terintegrasi antara kegiatan akademik dan non akademik menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Sebagai contoh, prestasi akademik diukur dengan komponen dari kegiatan akademik dan non akademik. Hal ini akan menjadi pekerjaan besar karena bagi program studi yang memiliki jumlah mahasiswa yang sangat banyak akan memerlukan sistem penilaian dan monitoring yang berkualitas dan handal. Menurut saya, usaha ini ibarat menanam benih pohon jati di mana manfaat dan dampaknya akan dirasakan beberapa tahun kedepan. Saya menikmati berorganisasi dan menjadi asisten laboratorium di Teknik Industri. Saya senang dan bersyukur bisa menjadi bagian dari karya Tuhan untuk menjadi bagian dari saluran berkatNya sebagai dosen yang mambantu orang lain mampu menguasai ilmu di teknik industri. Setelah lulus, saya bergabung menjadi dosen di program studi Teknik Industri. Pengalaman sebagai pengajar memungkinkan saya mengamati perkembangan mahasiswa teknik industri dari tahun ajaran baru ke tahun ajaran baru berikutnya. Saat saya kuliah, fasilitas pembelajaran berupa papan tulis, kapur tulis, dan projector (OHP). Proses pembelajaran memerlukan konsentasi, karena mahasiswa harus menulis apa yang dijelaskan oleh dosen melalui papan tulis maupun lewat OHP. Bila masa ujian sudah dekat maka mahasiswa yang catatannya kurang lengkap akan sibuk mencari temannya yang memiliki catatan yang lengkap.
38
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Pengalaman setiap menjelang masa ujian sungguh menyenangkan dan menegangkan. Perkembangan teknologi informasi dan fasilitas pembelajaran semakin maju. Pembelajaran di Fakultas Teknologi Industri sudah menggunakan komputer dan proyektor LCD yang lebih canggih. Dosen tak perlu berkeringat menulis di papan tulis dan menerima panasnya mesin OHP. Kelengkapan file presentasi di komputer menjadi andalan dosen untuk mengajar mata kuliah yang diampunya. Kemajuan proses pembelajaran ini ternyata berdampak luar biasa pada perilaku mahasiswa. Mahasiswa yang semula rajin mengikuti proses pembelajaran dengan menulis materi ke buku catatan menjadi mengandalkan alat penyimpan USB. Setiap akhir kuliah mereka berbondong-bondong minta salinan file presentasi yang baru saja disampaikan. Menjelang ujian, kumpulan file materi presentasi berubah peran menjadi ‘buku teks’, sementara buku teks yang sesungguhnya tidak dibaca sama sekali. Perubahan teknologi pembelajaran di UAJY yang lebih maju dan modern perlu diseimbangkan dengan Bukan berarti bahwa dosen sistem pembelajaran yang menjamin bahwa perilaku mahasiswa dalam menjalani atau mahasiswa minta atau proses pembelajaran menjadi lebih baik. haus hormat, akan tetapi Bagaimana dosen dan sistem pendukung budaya luhur dan nilai-nilai pembelajaran mampu menjadikan perperadapan manusia Indonesia ilaku mahasiswa menjadi lebih kreatif, perlu dijaga bersama. lebih mandiri, mampu bekerja sama dalam kelompok belajar, dan mampu melakukan eksplorasi buku-buku teks di perpustakan. Selain itu, sistem pendukung pembelajaran diharapkan juga mampu menjadikan pola pembelajaran yang dirancangkan oleh dosen semakin kreatif dan efektif. Bila pada 1990-an proses komunikasi dosen dan mahasiswa dilakukan melalui media tatap muka, email, dan sms, kini teknologi pembelajaran di UAJY memungkinkan untuk memperluas media komunikasi antara dosen dengan mahasiswa. Fasilitas jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Blogs, memungkinkan komunikasi berjalan secara real time dan 24 jam dalam sehari. Proses komunikasi tidak lagi dibatasi oleh tempat dan waktu. Kebebasan komunikasi yang telah tersedia perlu direspon dengan baik dan hati-hati. Kenapa harus hati-hati? Karena komunikasi yang terjadi dengan teknologi ini memiliki kemampuan meninggalkan jejak
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
39
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
digital yang tidak mudah hilang dan dapat diakses siapapun. Sehingga kode etik pergaulan, penggunaan bahasa komunikasi, dan sopan santun dalam berkomunikai menjadi hal utama yang perlu diperhatikan. Bukan berarti dosen atau mahasiswa haus hormat, akan tetapi budaya luhur dan nilainilai peradapan manusia Indonesia perlu dijaga bersama. Konsep berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis perlu di re-edukasi kembali pada tingkatan pendidikan di perguruan tinggi. Kenapa komunikasi perlu mendapat perhatian serius? Ada keluhan dari dosen berkaitan dengan SMS yang sering dikirimkan dari mahasiswa untuk kepentingan tertentu yang terkait dengan proses pembelajaran. Bahasa dan gaya komunikasi yang digunakan tidak beda dengan komunikasi dengan teman sebayanya atau bahkan mirip dengan adiknya. Sungguh, menjadi sebuah keprihatinan yang luar biasa. Status mahasiswa perlu dipertanyakan dan direfleksikan kembali. Ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama: pola komunikasi yang santun-bermartabat perlu menjadi perhatian serius di UAJY. Jangan sampai pola komunikasi dari beberapa pejabat, pemimpin, dan lembaga perwakilan rakyat makin diperbaiki oleh generasi pemimpin bangsa yang lebih muda, lebih kreatif dan lebih santun serta bermartabat. Setiap kali menjelang liburan panjang, di media jejaring sosial sering kita dapati ajakan beberapa teman kuliah untuk berkumpul kembali. Melakukan reuni sekedar untuk melepas kangen, ingin berbagi informasi dan mempererat jalinan persaudaraan yang telah terbangun sekian puluh tahun yang lalu. Fenomena perilaku ini terus terjadi dan berkembang dari tahun ke tahun. Setiap kegiatan orientasi mahasiswa baru di UAJY selalu menghadirkan para alumni untuk memberikan motivasi kepada mahasiswa baru. Proses untuk mendatangkan para alumni, para alumni sering berkumpul, dan pengumpulan data alumni menjadi kegiatan rutin dalam kehidupan berorganisasi dan belajar di universitas, fakultas, dan program studi. Usaha rutin ini alangkah lebih baiknya bila dikelola oleh kelompok/unit di UAJY. Manfaat utama dari terpusatnya pengelolaan ini adalah para alumni akan memiliki pusat informasi dan kegiatan, tidak terpisah-pisah. Manfaat lainnya, bagaimana menggunakan kekuatan jejaring alumni UAJY dari berbagai program studi, institusi kerja, dan daerah ini menjadi kekuatan alumni yang memberdayakan seluruh alumni UAJY.
40
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Sebagai contoh, informasi prestasi alumni dapat memperkuat jejaring usaha/kewirausahaan yang dilakukan oleh alumni; lulusan UAJY mendapatkan tempat kerja dengan mudah dan cepat; bahkan para pensiunan karyawan UAJY dapat melanjutkan berkarya dengan dukungan jejaring kewirausahaan yang dimiliki oleh para alumni. Bila sistem ini dapat dirancang dan dijalankan dengan baik, maka seluruh entitas manusia yang terlibat di UAJY menjadi pribadi yang sejahtera. Ide dan niatan ini harus menjadi visi dan misi dari setiap pribadi di lingkup UAJY. Para pemegang amanah yang menduduki posisi strategis dalam pengambilan kebijakan di UAJY tentunya dituntut untuk lebih ‘peduli’ dengan sesamanya. Bagaimana rasa ‘sejahtera’ bisa dan harus bisa ditularkan kepada pribadi-pribadi yang sedang mencari kerja, menjelang pensiun, sedang melaksanakan studi lanjut, dll. Mereka yang sedang membutuhkan pertolongan untuk sejahtera tentu menjadi kepedulian kita semua bersama-sama. Semangat pelayanan dan keperpihakan kepada yang lemah jangan hanya menjadi slogan melainkan juga ‘keras’ dan ‘harus’ dilaksanakan di seluruh aspek kehidupan di lingkup UAJY, mulai dari para tukang bersih-bersih hingga para petinggi. Tentunya aplikasinya jangan hanya berupa sekumpulan kebijakan yang disetujui dan disepakati, melainkan pada tataran tindakan nyata yang dampaknya dapat dirasakan oleh semua pihak. Proses ini bisa dimulai dengan menjadi pribadi yang berani mengambil tanggung jawab, bukan pribadi yang selalu melemparkan tanggung jawab. Beranikah kita semua—pribadi yang telah dimatangkan pendidikan dan kedewasaan lewat institusi UAJY—menjadi pribadi yang berani ‘ambil’ tanggung jawab? Mari kita laksanakan amanah guru spiritual kita untuk menjadi ‘garam’ dan ‘terang’ di segala aspek yang bisa kita lakukan. VIVA-UAJY.***
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
41
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
SANDAL JEPIT Marceline Yudith Prawitasari Alumni FISIP 2005 Apa cerita berkesan selama masih kuliah di Atma Jaya? Sejujurnya, lebih
banyak hal kecil yang berkesan ketimbang pengalaman dikirim ke luar negri atau menang lomba.
Masuk Atma Jaya memberikan kesempatan yang luar biasa banyak bagi saya. Pertama kali masuk kuliah, saya sudah tidak mau berharap apakah saya akan punya teman karena dari SMP sampai SMA saya nyaris tidak punya teman. Tapi, ternyata mereka semua open minded. Saya diterima apa adanya. Tidak ada yang ngoceh, ´Kamu sebaiknya jangan terlalu diam´ atau ´Jangan terlalu judes´. Sama sekali tidak. Pertama kali dalam hidup, saya punya banyak teman. Bertemu banyak orang di Atma Jaya mengubah hidup saya. Sewaktu SMA saya tinggal di asrama, tiap hari tinggal bersama 19 teman. Tapi tinggal bersama banyak orang lain, jauh dari rumah hanya membuka mata saya betapa orang lain bisa munafik dan dengki. Well, teenagers can be really cruel. Ketika masuk Atma Jaya, semua juga masih remaja. Baru 18 tahun, juga berasal dari segala penjuru Indonesia.Tapi entah kenapa, rasanya berbeda sekali. Di kampus, nyaris tidak ada yang menyindir kenapa saya kemana-mana pakai sandal jepit padahal orang tua saya mampu. Sampai sekarang, saya juga masih pakai sandal jepit. Traveling ke negara tetangga pun, sandal jepit yang sama masih saya pakai kemana-mana. Point-nya bukan sandal jepit lho ya, tapi betapa kita diperbolehkan nyaman untuk menjadi diri sendiri (Well, kecuali untuk kuliah tertentu di FISIP memang harus pakai sepatu. Begitu keluar kelas, mau ganti sandal jepit lagi juga boleh, kok.) Bagi saya saat itu, momen seperti ini sangat penting karena saya berkesempatan untuk membangun kembali kepercayaan diri saya. Juga meyakinkan diri, bahwa tidak ada yang salah untuk menjadi berbeda dengan orang lain. Kesempatan selanjutnya datang saat saya semester lima. Saya ingin mendaftar menjadi asdos, tapi kurang percaya diri karena saya sedikit kurang memenuhi syarat. Ada satu mata kuliah yang diminta, saya hanya punya B+ dan bukan A. Tapi ternyata, dua hari kemudian Pak
42
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Bonaventura Satya Bharata menelpon saya. Mudah ditebak, selanjutnya saya diterima (atau lebih tepatnya ditunjuk) menjadi asisten dosen (asdos). Saya diberi kesempatan, dan akhirnya saya menjadi asisten Bu Yudi Perbawaningsih selama satu semester. Saya selalu ingin kuliah di luar negri karena sebagian masa kecil saya habiskan di luar negeri. Selalu ada keinginan untuk kembali. Semester enam, kesempatan tersebut datang. Saya ditunjuk Pak Agus Putranto untuk mendaftar beasiswa pertukaran pelajar dan akhirnya saya diterima. Saya kira, bukan kebetulan bahwa saya mendapat begitu banyak kesempatan selama di Atma Jaya, walaupun banyak orang mengira saya mendapat kemudahan karena orangtua saya keduanya bekerja di Atma Jaya. Saya tidak pernah menghiraukan, karena apapun yang orang katakan tidak akan ada yang bisa mengubah fakta bahwa hal tersebut tidak benar dan tidak akan pernah menjadi benar seberapa banyak atau sering orang bicara. Lho, katanya bukan cerita dikirim ke luar negri berkedok cerita berkesan? Memang bukan, karena itu saya tidak bercerita tentang proses seleksinya. Saya hanya mengatakan, bahwa saya hanya beruntung karena diberi kesempatan. Titik. Pengalaman di Taiwan selama satu semester memberi banyak pengetahuan tentang social welfare dan politik. Selama di sana, hampir setiap minggu saya bekerja sosial secara sukarela untuk anak-anak bermasalah di Xinbeitou. Dari salah satu kelas yang saya ambil, saya mendapat pengetahuan tentang keadaan imigran asing dan anak-anak keturunan imigran. Dari situ, saya diajak oleh dosen tersebut They are eager to help you, untuk ikut berpartisipasi di Xinbeitou setiap minggu. Satu lagi pengetahuan and most of all – to give you a yang tentu, kemungkinan berguna di chance. Sudah berapa banyak hari depan karena informasi semacam mahasiswa abadi yang lulus ini tidak mudah begitu saja didapatkan, karena terus didukung oleh sekalipun dengan adanya akses internet. para pengajar, bahkan mungkin Belajar langsung dari negara yang bersangkutan dan tinggal disana tentu beda oleh mereka yang bukan pemdengan membaca berita.
bimbingnya.
Setelah lulus pun, tidak disangka kesempatan studi lanjut pun bisa dikatakan datang dari Atma Jaya, atau lebih tepatnya dari koneksi yang dimiliki Atma Jaya. Universitas tempat saya studi lanjut adalah universitas yang memiliki hubungan baik dengan Atma Jaya. Maka ketika kepala departemen komunikasi se-
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
43
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
dang berada di Jogja, saya berkesempatan bertemu dan disarankan oleh beliau untuk mencoba mendaftar kuliah disana. Mungkin anda bertanya, bedanya apa? Kuliah di tempat lain pun ada kesempatan. Tapi di Atma Jaya, para pengajar dan bahkan koneksinya pun ingin memberi anda kesempatan jika memang dirasa anda bisa dan berhak mendapatkannya. They are eager to help you, and most of all – to give you a chance. Sudah berapa banyak mahasiswa abadi yang lulus karena terus didukung oleh para pengajar, bahkan mungkin oleh mereka yang bukan pembimbingnya? Pesan dari saya yang sudah kuliah di tiga universitas berbeda, show your appreciation while you still have the chance.***
Mati Ketawa Ala Atma Jaya
Wong Ndeso nDaftar Atma Jaya Djanuar Rembono, Fisip 1992 Saya angkatan 1992. Waktu itu, walau dengan semangat kampung (Bantul) saya pengen-nya masuk Atma Jaya. Waktu mendaftar, saya diantar oleh saudara ke kampus Atma Jaya. Perjalanan seperti biasa jauh. Sampai di Babarsari kami pelankan mobil secara kami belum pernah ke kampus Atma Jaya sebelumnya. Dengan semangatnya saya melihat bangunan besar sebelah kiri. Decak kagum luar biasa manakala melihat bangunan besar itu. Akirnya kami masuk ke halaman gedung itu. Belum hilang kendeso-an saya, tiba-tiba ada petugas yang membukakan pintu mobil sambil mengucapkan: “Selamat pagi, Mas.� Edan! Pelayanannya kayak hotel! Dan, memang hotel. Lha, wong saya sama saudara saya salah masuk halaman Hotel SAHID! Pengalaman kedua, saat pendaftaran. Pengen menyesuaikan penampilan dengan anak anak kota. Belilah saya baju baru dengan pedenya saya berkeliling melihat suasana pendaftaran. Bukan terpeleset atau resleting terbuka, tapi di depan mata saya saya melihat 2-3 orang agak mojok dengan baju sama seperti yang saya pakai. Dan mereka sepertinya sadar diri dengan memojokkan dirinya. Hahaha.....
44
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
SUKA-DUKA MAHASISWA 1978 Jeanne Ellyawati Alumni Ekonomi 1978 Dosen Fakultas Ekonomi, UAJY Saya masuk Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) pada bulan Januari
1978 di Kampus Mrican. Ketika itu, UAJY masih dengan status terdaftar menjelang
diakui. Saya masuk di Fakultas Ekonomi bersama 10 orang teman seangkatan dari SMA Stella Duce.
Waktu itu sebenarnya saya ingin masuk Fakultas Teknik Sipil, namun sahabat saya Thio Ay Gin melarang. “Ngopo kowe mlebu FT, wis mlebu FE wae‌â€? Maka jadilah saya mendaftar ke Fakultas Ekonomi (FE). Waktu itu saya juga tidak tahu kenapa saya manut saja dengan sahabat saya itu. Pelajaran apa yang akan saya dapatkan jika kuliah di FE, saya juga tidak tahu. Masa depan belum terpikirkan, yang penting sekolah dan happy. Waktu itu UAJY baru memiliki beberapa ruang kelas dan aula Mrican. Mahasiswa baru Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi mendapat jatah kuliah di aula, sementara mahasiswa Fakultas Teknik masih ngekos di IKIP Sanata Dharma, Kampus Mrican. Aula dibagi menjadi dua bagian, disekat dengan hardboard. Sebelah utara digunakan untuk kuliah mahasiswa tahun pertama FH, sedang bagian selatan digunakan untuk kuliah mahasiswa tahun pertama FE. Mahasiswa FH nakal-nakal dan urakan, sering membuat gaduh saat sedang kuliah, bahkan sampai menendang-nendang hardboard. Daripada bertengkar, mahasiswa FE sering mengalah, jadi keadaan selalu aman dan damai. Sistem perkuliahan saat itu masih sistem kenaikan kelas. Masuk kuliah pertama satu kelas sekitar 200 mahasiswa. Selama dua tahun kami kuliah bareng, sehingga hubungan pertemanan antarmahasiswa sangat baik. Hubungan antarmahasiswa berbagai angkatan juga sangat dekat. Kakak kelas sangat membantu terutama jika ada kesulitan mengikuti mata kuliah tertentu. Mahasiswa yang memerlukan bimbingan belajar dari kakak kelas dapat datang ke kampus untuk ikut tentir di malam hari. Setiap kali ada tentir, kelas terisi penuh, mahasiswa
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
45
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
semangat untuk datang, terutama mata kuliah Pengantar Akuntansi, salah satu tentor-nya adalah Ibu Sukmawati dan Bapak Koeshartono. Mereka mengajar adik-adik kelasnya tanpa menerima honorarium. Sungguh luar biasa semangat belajar mahasiswa UAJY saat itu. Saya melihat di sana ada semangat berbagi dan jiwa menolong yang tinggi. Inilah nilai-nilai kebersamaan yang sekarang rasanya semakin pudar. Semasa kuliah, kami mempunyai kelompok belajar yang solid. Masing-masing anggota mempunyai tugas, ada yang bertugas mencari soal-soal di perguruan tinggi di mana dosen tersebut mengajar, seperti di UGM, UII, STIE YKPN, AA YKPN. Ada yang bertugas menyediakan makanan (karena kalau belajar perut jadi lapar). Ada yang bertugas menggandakan jawaban dan saya biasanya bertugas mengerjakan soal-soal. Di sini tumbuh semangat kerjasama yang tinggi, tidak saling mengklaim, masing-masing berperan sesuai porsinya. Kami kompak sekali.
Dampak Kerusuhan Solo Kerusuhan di Solo bulan November 1980 merembet ke kota kelahiran saya di Banjarnegara. Rumah saya hancur dan isi toko orang tua saya habis dijarah massa, sehingga keluarga kami menjadi miskin. Waktu itu saya sedang menghadapi ujian sarjana muda. Uang kiriman bulanan macet total. Untung adik saya yang waktu itu masih sekolah dasar, sering mengisi Teka-Teki Silang (TTS) majalah Eppo, dan sering menang pula. Adik saya, Albertus Subagyo berbaik hati pada saya, hadiah uang diberikan kepada saya untuk membayar uang kos dan ujian negara. Setelah itu, saya harus berjuang untuk melanjutkan kuliah mengejar Sarjana Ekonomi. Saya kemudian mendaftar menjadi asisten di FE UAJY. Awal karir saya di UAJY dimulai di sini: menjadi asisten laboratorium statistik di bawah binaan Bapak Samuel Dossugi. Karena honor asisten tidak mencukupi untuk hidup di Yogyakarta, kemudian secara financial saya dibantu oleh teman ayah saya, yaitu keluarga Soewatyo (pemilik Gedung bioskop Garuda, Srimaya, Nusantara, dll di Purwokerto). Akhirnya saya dapat menyelesaikan sarjana negara tepat waktu. Separuh uang kiriman dari Om Tyo, begitu sapaan saya kepada beliau, saya kirimkan untuk adik saya Andreas Cahyana yang kuliah di Universitas Diponegoro (Undip) untuk meringankan beban orang tua. Akhirnya adik saya dapat menyelesaikan studinya tepat waktu di Undip dan mandiri. Sementara problem keluarga pun terpecahkan.
46
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Pergantian Sistem Perkuliahan Pada waktu itu, UAJY baru memiliki beberapa dosen tetap, antara lain (alm) Bapak Liem Kong Ho (Dekan FE waktu itu) dan (alm) Bapak Silvester A. Kodhi, selebihnya dosen dari UGM dan Sanata Dharma. Sistem ujian yaitu ujian pertama dan ujian ulang (her). Bahan untuk ujian yaitu seluruh materi, dari awal kuliah sampai selesai, tidak dibagi mid dan akhir semester seperti sekarang. Dengan demikian mahasiswa harus belajar banyak materi. Pernah kami mengambil mata kuliah Manajemen Operasi, dosennya dari UGM, berinisial AH (alm). Selama kuliah satu semester, dosen hanya datang dan mengajar dua kali, yaitu masuk pada awal dan akhir semester saja. Ujian pertama satu kelas nilainya E semua (pasti tidak dikoreksi nih). Setelah mengikuti ujian ulang baru banyak mahasiswa yang lulus. Sistem kenaikan kelas ini kemudian pada tahun 1980 berganti menjadi sistem kredit, di mana kuliah dimulai bulan Juli. Jadi waktu kuliah diperpanjang enam bulan. Masa transisi pergantian sistem perkuliahan menjadikan beberapa mata kuliah harus diambil bersamaan dengan kakak kelas (mahasiswa FE 1977) dan durasi kuliah jadi molor satu semester. Namun berkat kuliah bersama selama masa transisi, menjadikan kami (FE 1978) mempunyai kelekatan hubungan persaudaraan yang istimewa dengan kakak kelas kami (FE 1977). Dua kelompok angkatan ini sering punya acara bersama di luar kuliah, seperti belajar bersama, persekutuan doa, olah raga, dan lain-lain. Kelekatan hubungan ini terbawa sampai tua. Hal ini terbukti, bila reuni kami sering satu paket. Salah satu kegiatan di luar kampus UAJY yang sempat diabadikan antara lain ketika kami mengikuti persekutuan doa bersama FE 1977 dan FE 1978 di Gg. Narada, Mrican, Yogyakarta tahun 1980.
Sarjana Negara dan Karir Dengan status UAJY yang saat itu masih menyandang status ‘terdaftar’ dan dalam proses ‘diakui’ akibatnya mahasiswa harus menempuh ujian negara. Ujian dilakukan dengan ujian tertulis dan lisan. Mahasiswa hanya tahu mata kuliah yang akan diujikan, tetapi tidak tahu siapa dosen yang akan menguji ujian negara. Jadi mahasiswa belajar materi apa saja untuk menyiapkan ujian negara. Bisa dibayangkan, menghadapi dosen yang belum dikenal bahkan belum pernah melihat wajahnya dan mereka umumnya dosen-dosen senior yang angker wajahnya. Maka saat ujian lisan, mahasiswa sering grogi dan akibatnya tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Dengan cara belajar kelompok, saling melengkapi, berjuang bersama untuk mencapai tujuan yang sama, akhirnya saya dan teman-teman seperjuangan lulus ujian sarjana negara.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
47
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Setelah lulus ujian sarjana negara, saya ingin mengejar karir di Jakarta. Berkat kebaikan hati teman yang memberi rekomendasi, saya mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan besar di Jakarta. Saya pamit kepada Bapak Siswanto, yang waktu itu menjadi mentor saya di Fakultas Ekonomi. Beliau mengatakan, “Elly, kalau kamu mau bekerja di perusahaan bisa kapan saja, tapi untuk jadi dosen tidak semua orang mendapat kesempatan. Cobalah satu semester dulu.� Akhirnya saya mencoba satu semester, dua semester, tiga semester sampai sekarang. Ternyata saya kerasan di UAJY. Sudah 31 tahun saya berkarya di UAJY dan sudah mendapatkan dua kali loyalty award dari Rektor UAJY. Viva UAJY! I love UAJY!***
Sebaiknya Anda Tahu
Balon udara diterbangkan pada Dies Natalis ke-37 UAJY, tahun 2002 dalam rangka peluncuran logo baru UAJY.
48
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
ANTARA KAMPUS BABARSARI DAN MRICAN Rosmawaty Hilderiah Pandjaitan Alumni FISIP 1991 Dosen Magister Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta
Jarak dan tempat tidak selamanya jauh. Namun istilah pasti ciptakan mak-
na, perbedaan, dan keberpihakan. Pada akhirnya, jarak dan tempat jadi terasa jauh.
Semua akibat ‘istilah’. Bisakah semua terintegrasi dan terkendali? Kiranya komunikasi, kebersamaan, kasih, dan kemauan. Jembatan integrasi dan kendali sampai nanti.
Pengalaman merupakan guru terbaik bagi saya, salah satunya saya peroleh selama kuliah di Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY). Ada banyak hal yang akhirnya saya pahami, sejak awal kuliah tahun 1991 hingga wisuda, Februari 1996. Salah satunya yaitu, istilah ‘Kampus Babarsari’ dan ‘Kampus Mrican’. Kami menyebut kampus UAJY yang berlokasi di Babarsari sebagai Kampus Babarsari, sedangkan kampus UAJY yang berlokasi di Mrican, disebut sebagai Kampus Mrican. Ironisnya ternyata dua istilah tersebut menghasilkan ‘makna, perbedaan, dan keberpihakan’ bagi saya dan beberapa mahasiswa FISIP angkatan 1991. Bahkan sempat menciptakan jarak dan menimbulkan rasa malas untuk kuliah atau sekadar datang dan kumpul-kumpul dengan teman-teman kuliah, khususnya sejak dipindahkannya FISIP ke Kampus Mrican Sejak pertama kali melihat Kampus Babarsari tahun 1991 dalam hati saya berdoa. Bila nanti diterima, semoga kampus tempat saya kuliah bukan yang di Mrican, tetapi yang di Babarsari, sebab saya sudah terpesona dengan kondisi fisik dan taman Kampus Babarsari. Namun ternyata tidak demikian halnya dengan beberapa teman saya. Mereka lebih senang kuliah di Kampus Mrican, baik karena alasan mudahnya mencari tempat makan, dekat dengan pusat kota dan keramaian, banyaknya pilihan tempat kost, juga karena dekat dengan bioskop dan supermarket. Jadi baik Kampus Babarsari maupun Kampus Mrican, sama-sama memiliki daya tarik, nilai tambah, dan peminat tersendiri.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
49
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Sayangnya, setelah beberapa tahun kuliah di Kampus Babarsari, sekitar tahun 1995, FISIP pindah ke Kampus Mrican. Entah mengapa, saat itu ada rasa kecewa dalam diri saya dan beberapa teman seangkatan, meskipun saya sudah lulus. Bukan hanya karena sudah terlanjur kost di sekitar Babarsari, tetapi juga karena sudah merasa nyaman, akrab, dan senang dengan Kampus Babarsari. Selain itu, sebagai mahasiswa angkatan pertama FISIP, berada di antara Fakultas Teknik dan Biologi Lingkungan yang mayoritas mahasiswa cowok, rasanya buat kami jadi pusat perhatian dan bunga Kampus Babarsari pada saat itu. Berbeda rasanya ketika berada di Kampus Mrican, meski sudah beberapa kali kami kumpul di Kampus Mrican, seperti saat Penataran P4 maupun saat mengikuti beberapa kegiatan kemahasiswaan, namun bagi saya dan teman-teman seangkatan, tetap ada rasa tidak nyaman, tidak akrab, hingga rasa asing dengan Kampus Mrican. Jujur saya akui, saat harus berada di Kampus Mrican, rasanya saya jadi mahasiswa baru lagi, paling junior, dan kurang kenal dengan lingkungan kampus sendiri. Akibatnya, saat dengar kabar bahwa fakultas kami akan dipindahkan ke Mrican, entah mengapa tiba-tiba saya jadi malas kuliah, juga jadi malas kumpul–kumpul maupun belajar kelompok bersama di kampus. Berdasarkan pengalaman dan hasil pemikiran saya, akhirnya dapat saya pahami. Sebenarnya hal tersebut tidak perlu terjadi, bila sejak awal kami kuliah di UAJY, ada komunikasi, kebersamaan, kasih, dan kemauan, sebagai jembatan integrasi dan kendali antarsivitas akademika UAJY, yang juga dapat meminimalkan emosi etnocentris tempat kuliah. Semoga penjelasan ini dapat bermanfaat, sebab memiliki relevansi dengan motivasi ekstrinsik mahasiswa untuk belajar dan datang ke kampus.
Jembatan Integrasi dan Kendali Emosi Etnocentris Ada empat prinsip (4K) yakni Komunikasi, Kebersamaan, Kasih, dan Kemauan yang bisa menjadi jembatan integrasi dan kendali emosi etnosentris. 1. Komunikasi Sivitas Akademika UAJY Sesungguhnya banyak mahasiswa FISIP yang terlibat dalam satu UKM, bahkan berteman dekat, ataupun berpacaran dengan mahasiswa Fakultas Hukum (FH), maupun mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE). Namun entah mengapa, di papan informasi FISIP, hampir tidak ada informasi tentang kegiatan ilmiah mahasiswa FH maupun FE seperti seminar ataupun diskusi ilmiah. Padahal bidang ilmu kami sangat dekat, sehingga sangat dimungkinkan bila kami menyelenggarakan seminar maupun diskusi ilmiah secara bersama dan berkala. Apalagi dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum kami saat itu langsung dari FH, dan dosen mata kuliah Ilmu Ekonomi kami juga langsung dari FE.
50
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Sayangnya, komunikasi ilmiah yang terjalin antara kami dengan mahasiswa FH, dan FE sangat rendah. Kalaupun ada, lebih banyak tentang kegiatan kemahasiswaan, dan itupun dilakukan di Kampus Babarsari. Itulah sebabnya, dapat saya tegaskan, pada tahun 1991–1996, interaksi mahasiswa FISIP dengan lingkungan Kampus Mrican, tempat mahasiswa FH dan FE kuliah, sangat kurang, sebab sangat kecil tingkat kepentingan kami untuk datang ke Kampus Merican. Kalaupun kami datang ke Kampus Merican, biasanya bukan untuk kepentingan yang bersifat ilmiah, dan hanya butuh waktu sebentar saja. Hal ini juga mengakibatkan terbangunnya jarak etnocentris tempat kuliah bagi kami, mahasiswa FISIP angkatan 1991. Kiranya di lingkungan internal UAJY, ada komunikasi ilmiah yang berkala dan terpadu, antarsivitas akademika UAJY, dengan juga memperhatikan lokasi tempat kegiatan berlangsung, agar tidak tercipta jarak etnocentris dan rasa asing dengan sesama lingkungan kampus UAJY. 2. Kebersamaan Sivitas Akademika UAJY Pada tahun-tahun saya kuliah, ada banyak kegiatan akademik dan organisasi kemahasiswaan yang diikuti secara bersama oleh hampir semua mahasiswa dari semua fakultas maupun jurusan. Antara lain seperti saat pembukaan dan penutupan Opspek, upacara bendera 17 Agustus, latihan kepemimpinan, rapat senat universitas, penataran P4, KKN, dan tentunya dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan yang dilakukan oleh UKM. Namun dari semua kegiatan tersebut, hanya penataran P4 yang saya dan sebagian teman-teman rasakan, dilakukan di Kampus Mrican. Selebihnya, hampir semua kegiatan akademik dan organisasi kemahasiswaan yang diikuti secara bersama oleh semua mahasiswa dari semua fakultas maupun jurusan, dirapatkan, dan dipersiapkan di Kampus Babarsari. Hal ini disebabkan karena, semua fasilitas kemahasiswaan dan sekretarian UKM yang ada pada saat itu, berada di Kampus Babarsari. Bagi saya dan teman-teman, kebersamaan antarsivitas akademika UAJY, lebih terasa ada dan hadir di Kampus Babarsari. Itulah sebabnya, Kampus Babarsari jauh lebih banyak memberikan cerita, kesan, maupun kenangan tentang kebersamaan antarsivitas akademika UAJY, dan juga mampu membuat saya dan teman-teman lebih nyaman dan senang saat berada di Kampus Babarsari. Namun ironisnya, semakin lama hal ini dibangun dan dipertahankan oleh saya dan teman-teman, makin membuat kami asing dan jauh dari Kampus Merican. Akibatnya, ketika ada info bahwa fakultas dan jurusan kami akan dipindahkan ke Kampus Merican, dalam diri saya dan teman–teman seangkatan, ada rasa tidak terima, ingin protes, dan bahkan jengkel. Efeknya, saya dan teman–teman seangkatan, banyak yang jadi malas kuliah.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
51
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Sebaiknya manajemen UAJY lebih memperhatikan ‘emosi kebersamaan’ sivitas akademika UAJY dengan lingkungan kampus tempat proses belajar mengajar terselenggara. Hal ini penting untuk dipantau, sebab lingkungan juga mampu mempengaruhi semangat kuliah ataupun belajar mengajar seseorang, dan sebagai alat kontrol dan kendali bagi kampus dan sivitas akademika UAJY. 3. Kasih Sivitas Akademika UAJY Makna ‘kasih’ tidak selalu berkonotasi ‘cinta’. Kasih yang dimaksud dalam penjelasan ini yaitu ‘kasih terhadap sesama dan lingkungan’. Sayangnya ‘kasih terhadap sesama dan lingkungan’ tersebut, baru bisa muncul bila ada ‘proses’ dan ‘kebersamaan’ dalam kurun waktu tertentu. Seperti kata pepatah, ‘tak kenal maka tak sayang’. Artinya, ‘tak kenal maka tak ada kasih’. Demikian halnya dengan pengalaman saya. Semakin hari saya ‘kenal dan bersama’ dengan lingkungan Kampus Babarsari, maka rasa kasih saya terhadap lingkungan Kampus Babarsari makin kuat. Cukup sulit untuk dapat saya ungkapkan tentang perasaan saya, manakala mendapat kabar bahwa FISIP akan segera dipindahkan ke Kampus Babarsari. Seperti orang sedang ‘jatuh cinta’, tiba-tiba harus dipisahkan oleh tempat dan jarak. Boleh percaya boleh tidak, dalam urutan doa-doa saya, saya berdoa agar kiranya fakultas saya baru dipindahkan ke kampus Mrican setelah saya lulus. Puji Tuhan, FISIP baru resmi pindah ke Kampus Mrican setelah saya lulus tahun 1996. Karena ‘kasih’ dapat dikonstruksi, maka sebaiknya, manajemen UAJY punya tim khusus yang khusus bertugas untuk mengkonstruksi ‘kasih’ segenap jajaran sivitas akademika UAJY, agar emosi semangat memiliki dan bangga terhadap sesama dan lingkungan tempat kuliah dapat terkontrol dan terkendali. Salah satunya yaitu, dengan punya seorang Public Relations yang khusus untuk urusan internal relations. 4. Kemauan Sivitas Akademika UAJY Seperti kata orang bijak, ‘di mana ada kemauan, di situ pasti ada hasil’. Artinya, agar bisa berhasil, perlu ‘kemauan’. Berdasarkan pengalaman saya, salah satu hal yang juga sering mempengaruhi saya yaitu adanya ‘kemauan’. ‘Kemauan’ ini bisa bersifat ‘menerima’, bisa juga bersifat ‘menolak’. Bisa berdaya ‘lemah’, bisa juga berdaya ‘kuat’. Selain itu, ‘kemauan’ tidak selamanya muncul dari dalam diri sendiri (faktor intrinsik), tetapi bisa juga muncul akibat bujukan orang lain (faktor ekstrinsik). Adapun ‘kemauan’ yang muncul dari dalam diri sendiri atau yang bersifat intrinsik ini, jauh lebih kuat dari ‘kemauan’ yang muncul akibat faktor ekstrinsik. Apalagi bila ‘kemauan’ tersebut sekaligus didorong oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik, tentu semakin lebih besar dan kuat.
52
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Itulah yang terjadi dengan diri saya. Meski pada awal mula saya kuliah di UAJY lebih karena faktor ekstrinsik, baik karena mendengar nama besar dan keren UAJY, juga karena bentuk bangunan fisik UAJY yang megah, ternyata tanpa saya sadari, saya juga memiliki faktor intrinsik. Hal ini baru disadari setelah saya sempat dilarang masuk UAJY oleh ibu saya, akibat adanya informasi yang negatif dari anak teman ibu saya, tentang biaya SPP UAJY yang katanya sangat mahal, dan juga kondisi lingkungan pergaulan mahasiswa UAJY yang cenderung borjuis. Maklum, saya berasal dari sebuah desa minyak terpencil, Tempino di Propinsi Jambi. Kehidupan orang desa tentu jauh dari sifat borjuis. Saya ‘mati-matian’ berupaya menjelaskan kepada ibu saya, bahwa info tersebut tidak benar, meski saya belum kuliah di UAJY. Saya juga berjanji pada ibu saya dan akan saya buktikan bahwa, kuliah di UAJY tidak akan membuat saya ‘lupa diri’ dan ‘tinggi hati’. Sebab rumor yang beredar pada saat itu, mahasiswa UAJY rata-rata anak orang kaya, sombong, dan suka pamer materi. Kalau soal biaya SPP yang mahal, saya bilang pada ibu saya, semua yang ‘baik’ dan ‘terbaik’ tentu jauh lebih mahal dari yang ‘kurang baik’. Saya juga bilang bahwa, untuk dapat hasil yang besar dan maksimal, tentu harus dengan biaya yang juga besar. Seperti kata pepatah lama, ‘ada harga, ada rupa’. Setelah berdebat sekian kali, akhirnya ibu saya mengijinkan saya kuliah di UAJY, dan ternyata saya mampu buktikan janji saya pada kedua orang tua saya. Adapun hubungannya dengan Kampus Babarsari dan Kampus Merican, ternyata kemauan saya untuk kuliah di UAJY lebih karena Kampus Babarsari. Jadi tentu saja, saya jauh lebih semangat dan senang, ketika kuliah di Kampus Babarsari. Itulah sebabnya, kemauan kuliah saya jadi rendah, sejak dengar kabar bahwa fakultas kami akan dipindahkan ke Kampus Merican. Sebaiknya manajemen UAJY punya tim khusus yang bertugas untuk merangsang, memotivasi, dan memantau ‘kemauan belajar mengajar’ Civitas Akademika UAJY. Sebab ‘kemauan belajar mengajar’ merupakan faktor penting bagi proses belajar mengajar. Jadi, bukan hanya kemauan belajar mahasiswa saja yang harus diperhatikan dan dimotivasi, tetapi kemauan mengajar para dosen UAJY juga harus diperhatikan, dan dimotivasi.
Jemput Bola UAJY tidaklah dibesarkan oleh satu fakultas dan satu pihak saja. Perlu peran serta semua pihak. Tentu akan jauh lebih terkendali dan terintegrasi bila ada manajemen khusus yang dikhususkan untuk mengendalikan dan mengontrol nama UAJY dan segenap jajaran
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
53
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
sivitas akademika UAJY. Sayangnya, bukan hanya butuh manajemen khusus, tetapi juga butuh manajer dan tim kerja yang punya kemampuan sebagai berikut : 1. Punya kemampuan komunikasi yang baik dengan seluruh stakeholder UAJY. 2. Mampu menjalin semangat dan rasa kebersamaan yang kuat di antara sesama keluarga besar UAJY. 3. Punya kasih yang besar dan dapat diamplikasikan baik secara verbal maupun non verbal, baik di lingkungan internal UAJY maupun jauh di luar lingkungan UAJY. 4. Tentu juga harus punya kemauan yang tinggi untuk membesarkan nama besar UAJY. Belajar dari istilah dalam dunia pemasaran yaitu, adanya istilah ‘jemput bola’, yang biasanya diupayakan untuk mendapatkan konsumen/klien. Kiranya manajemen UAJY juga berani melakukan ‘aksi jemput bola’ untuk mendapatkan tenaga kerja yang profesional dan punya kemampuan 4K yang handal. Tentunya juga dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kemampuan 4K dan catatan prestasi pribadi yang bersangkutan, baik selama kuliah di UAJY, maupun setelah wisuda dan meninggalkan UAJY. Artinya, akan jauh lebih baik bila tenaga profesional tersebut dicari dari lingkungan UAJY sendiri, dari pada mereka yang belum kenal dengan UAJY. ***
Mati Ketawa Ala Atma Jaya
Ospek Penjajahan Flo Pattipeilohy, Fisip 1992 OSPEK Tahun 1992 yang saya jalani masih bernuansa penjajahan. Hajat hidup untuk minum dibatasi, kesempatan yang diberikan pun hanya sekali dua dan hanya dibatasi seteguk atau sekedar disuruh ‘menghirup’. Dan keputusasaan biasanya menimbulkan semangat melawan: jadilah saya minta ijin ke toilet. Di sana saya memuaskan diri minum air keran dari waastafel. Kenyang, saya kembali ke ruangan dengan tenang.
54
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
DI BALIK FRASE ’LULUSAN TERBAIK’ Astri Asih Alumni Biologi 2010 Hakikat kehidupan bukanlah peristiwa-peristiwa besar, melainkan saat kese-
harian (A.J. Liem Sioe Siet)
HP bergetar, ternyata telepon dari Wakil Dekan III Fakultas Teknobiologi, Ibu Indah Murwani. Perasaan saya tak enak. Setelah menerima telepon, saya senang sekaligus panik. Beliau bilang kalau saya terpilih menjadi lulusan terbaik. Lantas mengapa saya panik? Saya harus membuat naskah pidato sebagai wakil wisudawan dalam waktu kurang dari 48 jam di samping harus mengurus keribetan saya. Saya pulang. Di dalam kamar saya merenung sebentar. Saya bersyukur atas anugerah Allah SWT yang sangat luar biasa, di luar dugaan saya. Saya lulusan terbaik? Apakah saya pantas? Saya bukan mahasiswa baik-baik. Maksud saya, saya bukan tipe mahasiswa ber-IP 4 yang selalu menomorsatukan sisi akademik. Kalo IP saya bagus, itu karena saya beruntung. Saya sudah menemukan cara belajar saya yang efektif yaitu sistem SKS. Di kelas, saya berusaha memperhatikan dosen, tetapi tak jarang saya tertidur di kelas, di samping teman yang bermain Plant vs Zombie. Saya akui saya tidak pernah terlambat datang ke kelas jika dosennya menerapkan sistem kunci pintu. Saya akui saya rajin ke perpustakaan, tapi itu hanya saat semester satu saja. Lalu mengapa bisa saya yang terpilih? Masih misteri. Mungkin mereka salah pilih. Bisa jadi. Kembali saya merefleksikan perjalanan kuliah saya. Tahun 2010 saya masuk dengan semua kepolosan dan kendesoan saya. Untunglah keluarga Fakultas Teknobiologi UAJY menerima mahasiswa baru layaknya keluarga, jadi saya tidak merasa terkucilkan. Semester satu adalah semester terajin saya. Waktu itu saya masih berorientasi pada nilai A. Bahkan ketika itu, saya kecewa karena ada satu nilai mata kuliah yang mendapat nilai B. Mulai semester dua, saya teracuni oleh berbagai kegiatan yang diadakan oleh Presidium Mahasiswa (Presma) FTB UAJY, Kelompok Studi Biologi (KSB) UAJY, Forum Komunikasi Mahasiswa Islam (Forkomi) UAJY, dan Komunitas PSSB (Program Seleksi Siswa Berprestasi) UAJY. Awalnya sih hanya
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
55
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
asal ikut-ikutan. Semakin lama saya merasa memang butuh kegiatan-kegiatan semacam ini untuk mengurangi kepolosan dan kendesoan saya tadi. Tuhan pun memberi jalan. Entah bagaimana ceritanya waktu itu, semester tiga-empat saya akhirnya menjadi pengurus harian di tiga organisasi: Sekretaris di Forkomi, KSB, dan PSSB). Saya rasa waktu itu saya cukup nekat menjadi pengurus harian di dua organisasi pada periode kepengurusan yang sama di samping saya harus mempertahankan IP bagus agar tetap mendapat beasiswa. Ya, tahu sendiri lah. Penghasilan orang tua saya yang bekerja sebagai penarik becak tak mungkin cukup untuk membayar uang kuliah di UAJY yang terkenal juga sebagai Universitas Anak Jutawan Yogyakarta. Cukup pontang-panting saya menjalankan tugas organisasi dan tugas kuliah yang makin berat. Untunglah saya dibantu oleh keluarga yang sangat baik hati, keluarga Ir. Tarsisius Sutaryanto, yang menyediakan tempat tinggal dan fasilitas pendukung kuliah untuk saya. Semester lima-enam merupakan semester terberat yang saya rasakan. Saya nekat mencalonkan diri sebagai ketua Presma, walaupun sebenarnya saya belum cukup merasa mampu di posisi itu, walaupun akhirnya saya kalah dengan rival sekaligus sahabat saya sendiri dan akhirnya saya menjadi wakilnya. Kegiatan di Presma sangat banyak, membuat saya menghabiskan lebih banyak waktu saya di kampus daripada di rumah—sampai banyak yang bilang saya ini ayam kampus. Lebih gilanya lagi, saya nekat melamar jadi asisten praktikum yang kerjaannya juga seabreg. Waktu itu motivasinya biar ada uang tambahan buat jajan. Semester tujuh saya fokus ke skripsi dan KKN, serta tetap menjadi asisten praktikum. Setelah selesai melakukan penelitian, saya bergabung dengan korps Asisten Dosen Pembimbing Lapangan (ADPL) 65 yang masih bertugas hingga bulan Agustus 2014. Belum habis semester delapan, saya sudah menyelesaikan studi saya. Ini lebih cepat dari yang saya bayangkan. Sungguh di luar ekspektasi saya! Lalu apa hubungannya, perjalanan kuliah saya, dengan pencapaian saya sebagai lulusan terbaik, dan quote pak Liem Sioe Siet di atas? Perjalanan kuliah saya di Atma Jaya sungguh luar biasa melelahkan, saya akui. Dalam keseharian, bekerja keras, beradaptasi, bersosialisasi, bernegosiasi, disiplin, mengatur waktu, mengatur prioritas, dan membangun karakter, ternyata bukan hal mudah. Selama 3,8 tahun saya belajar tentang itu dari banyak orang-orang hebat yang saya temui selama kuliah, dan saya merasa itu belum cukup. Saya masih harus terus belajar dan belajar.
56
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Pencapaian saya sebagai lulusan terbaik, saya anggap sebagai peristiwa besar dalam hidup saya. Saya yakin ini adalah sebuah kebetulan yang bukan kebetulan. Mungkin Tuhan sedang memberikan hadiah buat saya, atau lebih tepatnya memberikan ujian buat saya, agar saya tidak sombong, agar saya tidak lupa diri. Tetapi saya yakin, di balik apakah itu hadiah atau ujian, saya yakin sesungguhnya Tuhan sedang memberikan pelajaran, bahwa proses hidup yang baik yang dilandasi dengan ketulusan, akan memberikan hasil yang baik. Teladan mengenai proses kehidupan telah dicontohkan oleh Bapak A.J. Liem Sioe Siet, salah satu tokoh pendiri Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Perjalanan beliau membangun UAJY sungguh luar biasa. Saya baru membaca separuh dari memoar yang beliau tulis, tetapi saya sudah dapat menyimpulkan bahwa beliau adalah sosok yang selalu mengikuti suara hatinya, sederhana, penuh kejujuran, pemberani dan mempunyai semangat pantang menyerah. Beliau berprinsip bahwa karakter, yang merupakan cerminan diri kita sehari-hari, merupakan kunci kehidupan. Perjalanan selama 3,8 tahun ini, tidak akan pernah saya lupakan karena ini merupakan titik tolak kehidupan saya. Saya menjadi sadar, seperti yang Pak Liem katakan bahwa kehidupan itu adalah sebuah proses. Perjalanan saya selama 3,8 tahun inilah yang dinamakan kehidupan, bukan pada saat saya terpilih menjadi lulusan terbaik. Predikat lulusan terbaik hanyalah euforia sesaat, yang nantinya orang akan lupa, bahkan tidak peduli. tetapi keseharian saya, karakter saya, itulah yang akan semua orang kenang. Ya, itulah hakikat kehidupan! Sekarang, kehidupan saya di Universitas Atma Jaya Yogyakarta telah berakhir dan kini saya sudah berada di dunia yang lain, yaitu dunia kerja. Realita yang terjadi di dunia kerja membuat saya sadar dan merasa sangat bersyukur menjadi alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Saya merasa bangga bisa mengenyam pendidikan di universitas yang selalu mengedepankan pendidikan karakter, yang bukan hanya mengedepankan ilmu semata, tetapi juga mengedepankan semangat jiwa-jiwa yang unggul, inklusif, dan humanis. Universitas Atma Jaya Yogyakarta, di usia emas ini, semoga terus menerus berevolusi dan berkembang ke arah yang lebih baik, semoga terus melahirkan generasi-generasi penuh energi yang siap “melayani dalam cahaya kebenaran� untuk melakukan perubahan-perubahan di negeri ini, yang siap menginspirasi, membukakan perspektif baru, menyodorkan kesadaran baru, dan menyalakan harapan menjadi lebih terang. Selamat Ulang Tahun Emas UAJY!***
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
57
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
KOK BISA? Anna Sutanto Alumni Sosiologi 1999 Konon kata para ahli yang tergabung dalam Commision of Growth and De-
velopment dan sudah susah payah merumuskan bahan-bahan untuk pembangunan
yang sukses, salah satu modal pembangunan yang paling penting adalah pendidikan untuk membangun manusia. Fungsi pendidikan bukan cuma sekedar mengisi otak
dengan banyak informasi yang boleh jadi belum tentu benar, tapi juga melalui pen-
galaman sehingga (semoga saja) produk yang terdidik itu bukan hanya sekedar bisa berpikir tapi juga bisa merasakan.
Nah, berhubung saya suka disetrap waktu SD sampai SMU karena kebanyakan bertanya yang dianggap tidak pada tempatnya, saya cukup menikmati pengalaman saya waktu kuliah di Program Studi Sosiologi, FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Saya memakai kata cukup karena tahun-tahun saya di sana penuh jatuh bangun baik secara akademis maupun personal, dan akumulasi pengetahuan dan pengalaman yang cukupan itulah yang membuat saya sadar kalau saya tidak tahu banyak dan masih perlu banyak belajar. Kesadaran bahwa saya tidak tahu banyak dan kemungkinan besar tidak akan pernah cukup tahu banyak berawal waktu dapat tugas membaca dari para pengajar dan dari hasil menguping pembicaraan teman-teman ketika nongkrong di kantin dan lorong-lorong kampus Mrican. Saya kemudian lebih disadarkan lagi ketika duduk di salah satu kelas di mana pengajarnya hobi menanyakan pendapat mahasiswa dan dia balik bertanya ‘kok bisa?’ ketika mendengar jawaban mahasiswa yang seringnya kurang didukung bukti-bukti yang jelas. Dua kata sederhana itu ‘kok bisa?’ masih menjadi panduan saya ketika membaca atau mendengar hal-hal baru. Segi positifnya, saya jadi orang yang penasaran melulu. Segi negatifnya, saya jadi orang yang tidak gampang percayaan—kecuali kalau kenal baik dengan orangnya atau lagi iba. ‘Kok bisa?’ juga jadi pengingat untuk terus belajar, mulai dari cara yang sangat serius sampai sangat tidak serius. Misalnya memikirkan bahan pelatihan sambil lompat-lompat di trampoline.
58
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Tulisan ini tidak bermaksud membawa pesan khusus karena saya belum cukup pengalaman. Saya yakin pengalaman yang serupa juga dialami mahasiswa-mahasiswa lain yang beruntung bisa memaksimalkan waktu belajar di masa kuliahnya. Ini lebih merupakan ucapan selamat ulang tahun emas untuk Universitas Atma Jaya Yogyakarta! Terima kasih untuk semuanya yang sudah membantu saya ‘berenang’ di kolam latihan, sehingga saya akhirnya lebih percaya diri untuk berenang di kolam yang lebih besar dengan banyak ikan lumba-lumba serta hiu.***
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
59
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
ROLE MODEL Anggreni Dian Kurniawati Alumni Akuntansi 1996 Dosen FE, Akuntansi UAJY Mama dan Papa saya sejak kecil selalu memberi pengajaran kepada saya se-
bagai umat Katolik yaitu sebuah slogan kecil “Solaria Salaria” yang bermakna “Jadilah terang dan garam dunia”.
Slogan kecil indah yang saya bawa tersebut semakin dikuatkan ketika saya menempuh pendidikan di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Bagaimana saya diperkenalkan sebuah slogan Serviens in lumine veritatis yaitu “Melayani dalam cahaya kebenaran” yang bagi saya sebagai jalan pencapaian misi saya yaitu menjadi terang dan garam dunia. Saya tergolong mahasiswi pendiam, individualis, dan tak mudah dekat dengan dosen. Karakter saya seperti itu ternyata sejak saya SMA. Namun setelah saya kuliah semester demi semester, Tuhan menunjukkan kepada saya penyesalan yang amat mendalam dengan karakter saya tersebut. Saya tidak bisa menikmati ini, bahkan saya malah menjadi lupa akan misi kecil saya. Maka saya perlahan membuka diri saya untuk ditempa oleh UAJY. Universitas ini kemudian menjadi tidak sesempit yang saya kira. Dosen maupun karyawan yang saya anggap galak ternyata mereka memiliki sisi positif yang tak terlihat di mata saya. Saya mulai memiliki role model dosen yang betul-betul saya hormati dan teladani. Beliau adalah sosok Bapak yang tegas dan mau menerima masukan. Beliau berani berkata salah apabila memang salah. Itulah yang membuat saya paham bahwa dosen itu bukanlah dewa dan bukan sumber pengetahuan utama. Namun dosen mendidik mahasiswa untuk kritis mengkoreksi dan paham makna yang ada pada materi pembelajarannya. Mahasiswa dapat menemukan cahaya kebenaran dari kondisi tersebut. Saya pun mulai menghayati ‘cahaya kebenaran’ di universitas ini baik dari segi pengajaran yang membentuk karakter saya menjadi lebih baik dan mental saya untuk tidak mudah menyerah. Namun bagi saya ini sudah terlambat. Inilah yang membuat saya kemudian ingin kembali ke Universitas ini dan menjadi bagian dari universitas saya ini.
60
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
Setelah berjuang keras untuk kembali ke UAJY yang saya cintai dan hormati, Tuhan memberi kesempatan saya di bulan Agustus 2014 menjadi bagian dari keluarga besar UAJY. Saya membawa diri saya membawa misi saya yang lebih besar yaitu memajukan universitas ini dengan cahaya kebenaran yang baru, lebih bersinar di masyarakat dengan membentuk karakter yang humanis, unggul, dan inklusif. Saya akan terus belajar dan terus semangat mewujudkan Tri Dharma bukan semata untuk saya sendiri tetapi kepada UAJY untuk menebus penyesalan saya yang terlambat. Semoga UAJY yang saya kenal di usia 50 tahun ini makin berkembang dan menjadi universitas katolik yang terus menerus menerangi dalam cahaya kebenaran, dan menjadi terang dan garam dunia. ***
Sebaiknya Anda Tahu UAJY pernah mendirikan Program Studi Teknik Kimia pada tahun 1967 dan ditutup pada tahun 1974
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
61
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
NYASAR Galih Vincentia Ratna Muktyasti Alumni Ekonomi Pembangunan Saya merasa beruntung diterima di UAJY melalui jalur beasiswa Penerimaan
Siswa Siswi Berprestasi (PSSB) yang notabene saya berasal dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi untuk melanjutkan sekolah tingkat sarjana.
Pada awalnya saya tidak mengenal sama sekali Ilmu Ekonomi Pembangunan itu apa, namun saat ini saya bersyukur atas keputusan saya untuk kuliah pada program studi tersebut. Pada saat duduk di bangku kuliah saya mendapatkan banyak pengalaman berharga. Salah satu pengalaman berharga yang saya alami adalah saya bisa Praktek Kerja Lapangan di Bank Indonesia di bagian Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter. Selama satu bulan di sana saya mendapatkan banyak pelajaran khususnya yang berkaitan dengan penelitian di bidang ekonomi. Selain itu saya juga dapat menerapkan ilmu yang telah saya peroleh di kelas. Pengalaman berharga lainnya saya alami karena aktif di Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi (HMPSIE). HMPSIE merupakan salah satu wadah untuk berbagi ilmu, berorganisasi dan bersosialisasi khususnya dengan sesama mahasiswa Ilmu Ekonomi. Karena jumlah kami mahasiswa Ilmu Ekonomi Pembangunan paling sedikit di Fakultas Ekonomi, hingga ikatan persaudaraan dan persahabatan kami lebih erat. HMPSIE juga tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Pembangunan Indonesia (IMEPI) sehingga melalui HMPSIE saya dapat mengenal mahasiswa dari berbagai daerah. Bahkan sampai saat ini kami sebagai sesama alumni masih saling berhubungan satu sama lain. Di dunia kerja, saat ini saya bekerja di salah satu perusahaan swasta Pembiayaan Mobil dan Motor yang berpusat di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan. Posisi saya saat ini di bagian Internal Audit, bisa dibilang sedikit ‘nyasar’ karena kebanyakan orang audit adalah lulusan Akuntansi. Hal tersebut juga terjadi pada diri saya. Dalam satu divisi Internal Audit di kantor saya, 10 dari 9 orang semuanya merupakan lulusan Akuntansi, hanya saya yang berbeda yaitu Ilmu Ekonomi. Sebagai orang berlatar belakang
62
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
lain, awalnya saya sedikit mengalami kesulitan dengan istilah-istilah yang berkaitan dengan �dunia audit� yang sama sekali tidak saya terima di bangku kuliah Ilmu Ekonomi. Namun hal tersebut bukan hambatan bagi saya. Sebagai lulusan Ilmu Ekonomi Pembangunan saya memiliki kelebihan dibanding yang lain, yaitu dalam analisa data. Secara tidak langsung, patutlah saya berbangga pernah menuntut ilmu sebagai mahasiswa Ilmu Ekonomi Pembangunan, karena sejak kuliah kami terbiasa dengan berfikir secara analitis, kritis dan terstruktur. Hal ini secara tidak sadar terbawa kedalam menjalankan pekerjaan, dimana pekerjaan saya saat ini yang banyak berhubungan dengan menganalisis data. Dengan kuliah di Ilmu Ekonomi Pembangunan saya lebih mudah memahami mengenai situasi dan kondisi perekonomian khususnya yang terjadi di Indonesia. Contoh kecil, di kehidupan sehari-hari saya bisa memahami dan menangkap lebih mudah misalnya mengenai informasi atau berita tentang inflasi, kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah, mengenai perkembangan dunia industri dan lain sebagainya yang berkaitan dengan dunia ekonomi. Saya berharap akan lebih banyak orang yang dapat kuliah di Ilmu Ekonomi Pembanguan Atma Jaya karena banyak manfaat yang dapat diambil dan ilmu ini merupakan ilmu yang berkaitan secara langsung dengan kehidupan nyata sehari-hari. ***
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
63
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
MEMPENGARUHI DAN MEMBENTUK Yusup Erwin S Situmorang Alumni Hukum 2003 Pengacara di Tangerang. Sebagai alumnus yang pernah mencicipi kuliah di UAJY, semua alumnus akan
sepakat jika UAJY sangat besar dalam mempengaruhi dan membentuk masingmasing pribadi.
Semasa kuliah di FH UAJY saya aktif berorganisasi di BEM dan Partai Kampus. Hal ini sangat besar mempengaruhi dan membentuk kepribadian saya. Selain itu, para pengajarnya juga tidak kalah dengan universitas-universitas lain yang memiliki pengetahuan di bidang masing-masing yaitu seputar ilmu hukum. Masih segar dalam ingatan saya motto dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta yaitu melayani dalam cahaya kebenaran (Serviens in lumine veritatis). Motto ini juga saya terapkan dalam diri saya dan kantor hukum saya dalam melayani setiap klien yang menggunakan jasa hukum saya. Di samping itu, jaringan sesama alumni khususnya satu angkatan tetap terbina. Tak jarang, kami sesama angkatan melakukan pertemuan kecil-kecilan baik sebatas makan bersama ataupun membahas perkara-perkara ringan yang terjadi dalam dalam kehidupan sehari-hari. Saya berharap semoga seluruh alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta dapat tetap menjalin komunikasi dan memberikan sumbangsih kepada Universitas Atama Jaya Yogyakarta baik pemikiran atapun sebagainya. VIVA Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY).***
64
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
INTEGRITAS G Winsen Setiawan Alumni FTI 1998 Managing Director PT D&W International
Saya masih ingat waktu kuliah dulu ada teman saya yang juga asisten dosen ketahuan mencontek saat ujian semester. Saat itu juga teman saya langsung dinonaktifkan sebagai asisten dosen dan ujiannya digugurkan. Tegas, Taat aturan dan Berintegritas. Tiga nilai ini yang diajarkan UAJY kepada saya. Hal dasar ini yang menjadi pembeda UAJY dengan kampus lain. Ketika kampus lain berlomba-lomba dengan keunggulan akademik dan kemegahan bangunan, UAJY memilih mendidik keunggulan dalam membentuk karakter mental manusia yang Berintegritas. Hal ini juga yang membentuk karakter pribadi saya sebagai pengusaha. Karena pada akhirnya intelektualitas bukan hal utama untuk memenangi persaingan, tetapi integritas lah yang akan menentukan. Dirgahayu ke 50 almamater ku tercinta. Sukses selalu.***
MENGHILANGKAN SEKAT Dea Alumni Biologi 1995
Awal kuliah rasanya skeptis pas melihat parkiran kampus yang selalu penuh motor dan mobil itu. Apa bisa aku bergaul di sini? Ternyata Atma Jaya Yogya sangat merangkul. Sekat demi sekat terbuka di sini. Kami merasa seperti keluarga. Kepercayaan diri terbentuk, dan inilah modal utama untuk melangkah. Terimakasih. Semoga tetep guyub!***
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
65
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
TIDAK KEBETULAN Twin Yoshua R.D. Alumni T. Industri 2007 Medical Representatif Menjadi alumni mahasiswa PSSB UAJY merupakan salah satu perjalanan saya
menuntut ilmu yang mengesankan.
Saya sangat bersyukur tahun 2007 silam, ketika saya hendak mengundurkan diri sebagai calon mahasiswa UAJY karena diterima di salah satu universitas negeri di Semarang, niat saya tersebut dicegah oleh petugas admisi. Ternyata petugas yang saya percaya tidak kebetulan melayani saya tersebut juga mahasiwa PSSB, sehingga beliau waktu itu menjelaskan apa saja yang akan diterima sebagai mahasiwa PSSB, yang membuat saya mantap untuk tidak jadi mengundurkan diri. Selama kuliah banyak kesempatan yang saya dapatkan untuk mengembangkan hard skill maupun soft skill. Salah satu pengalaman organisasi saya di UAJY adalah sebagai salah satu anggota tim di Kantor Kerjasama dan Promosi yang telah memberikan pengalaman berharga bagi saya dalam mengembangkan skill presentasi dan promosi, dan ternyata telah menjadi latihan saya untuk dipakai di pekerjaan saya saat ini (medical representative sebuah perusahaan farmasi Jerman). Prodi Teknik Industri UAJY juga telah mengantarkan saya untuk saat ini mendapatkan beasiswa Program Master Teknik Industri di salah satu universitas di Taiwan. Hal ini tidak terlepas dari jasa Pak Baju Bawono dan Bu Ririn, Dosen Teknik Industri, yang bersedia memberikan rekomendasi kepada universitas tersebut agar saya dapat dipertimbangkan untuk diterima. Sungguh pengalaman yang tidak akan saya lupakan menjadi bagian dalam keluarga Besar UAJY. Terima kasih UAJY.***
66
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
KOREKSI Nerma Novianti Alumni Hukum 2004 Notaris di Kantor Notaris Nerma Novianti Saat semester tiga, seperti biasa saya sebagai adik kelas bercerita dengan kakak-kakak kelas mengenai dosen-dosen, baik dosen killer, dosen gaul, dosen baik. Salah satunya saya diceritakan mengenai salah satu dosen killer. Dikatakan,�Susah tuh, dosennya. Agak sedikit bawel kalau di kelas.� Mata kuliah tersebut ditawarkan di semester lima dan saya mencoba mengambil mata kuliah tersebut di semester tiga atau empat. Saya ingin membuktikan kata-kata kakak kelas saya itu. Saya bersikap sopan-santun terhadap dosen tersebut dan beliau pun tidak bersikap seperti yang dikatakan oleh kakak kelas saya. Dengan bangga saya bisa mendapatkan nilai A untuk mata kuliah yang diampu pak dosen killer (sementara banyak yang mengatakan dosen tersebut pelit untuk memberikan nilai). Saya hanya ingin memberikan pelajaran apa yang kita dengar dari orang lain belum tentu benar sebelum kita membuktikannya sendiri. Kedua, waktu saya mengikuti kuliah Pak Untung, beliau menceritakan seseorang yang kena tilang polisi karena tidak membawa helm, padahal yang diceritakan orang tersebut sedang membawa helm tetapi tidak dipakai. Waktu itu saya mengoreksi kata-kata Pak Untung dan saya memberikan interupsi. Cerita lain tentang Pak Untung, waktu itu saya mengambil mata kuliah Ekonomi Pembangunan Indonesia dan Pak Untung mengatakan kurang tepat tentang rumusan Pasal 6 UUPA. Karena saya hapal betul dengan isi pasal tersebut, maka saya mengoreksi kekurangtepatan isi pasal yang disampaikan. Makna dari cerita saya tersebut, bahwa kita dan dosen sama-sama dalam proses pembelajaran. Apabila dosen salah, kita juga boleh dan wajib memberikan koreksi/masukan. Bukan karena dosen lalu kita memiliki batasan bahwa kita harus takut. Kita tetap harus menghormati beliau sebagai orang yang dituakan bukan menghormati beliau karena statusnya sebagai dosen. Semoga hubungan antara dosen, mahasiswa dan alumni bisa terjalin dengan baik. Jayalah Atma Jayaku.***
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
67
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
UNIVERSITAS KATOLIK? Yudho Raharjo Alumni FISIP 1997
Ingatan tentang diskusi yang digelar setelah sepekan pemutaran film yang disutradarai Garin Nugroho masih melekat di kepala Ridwan Haryadi, Kindarto Dan Boti serta Fp Hapsara, yang hadir di diskusi yang digelar sekitar bulan Februari atau Maret 1998 itu, dua atau tiga bulan menjelang Soeharto tumbang setelah 32 tahun berkuasa. Diskusi digelar di kampus I UAJY yang terletak di Mrican Baru. Selain Garin Nugroho yang juga hadir menjadi pembicara untuk membahas film-filmnya, juga hadir seorang romo, arsitek, dan juga novelis. Dia adalah Y. B. Mangunwijaya (Romo Mangun). Di area parkir, romo sempat tersesat. Vespa yang dia kendarai justru memasuki pelataran parkir mobil. Petugas satpam yang mengenali romo segera memberitahu jika dia harus keluar kembali ke jalan raya sebelum memasuki area parkir sepeda motor. Setelah berlangsung lebih dari satu jam, diskusi memanas. Pancingan yang dikemukakan Romo Mangun tepat sasaran. Dia bilang kalau salah satu film karya Garin yang menjadi favoritnya adalah Bulan Tertusuk Ilalang. “Film karya Garin yang menjadi favorit saya adalah Bulan Tertusuk Ilalang disingkat BTI,” kata Romo. Kami bertiga tertawa terbahak-bahak. Meski kami adalah alumni terakhir penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) yang digelar pada Agustus 1997 sebelum resmi menjadi mahasiswa, kami juga tahu kalau singkatan BTI dalam alam pikiran Orde Baru adalah Buruh Tani Indonesia. Sebuah organisasi massa yang berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia. Diskusi tambah memanas, salah seorang peserta bertanya; “Apa yang harus kami lakukan jika nanti Soeharto benar-benar tumbang?” Romo Mangun menjawab: “Jangan tanya saya, saya sudah tua. Tugas kalian yang muda-muda untuk menjawab. Dulu Bung Karno, Bung Hatta dan Sutan Sjahrir tidak pernah bertanya kepada generasi yang lebih tua dari mereka apa yang akan dilakukan setelah Indonesia merdeka.” Nada bicara romo naik, suaranya kian meninggi, dia mengatakan menjadi tugas anakanak muda, terutama mereka yang terdidik termasuk mahasiswa di kampus-kampus untuk
68
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Cerita, Refleksi, Testimoni Alumni UAJY
memikirkan Indonesia ke depan. Romo juga sempat mengatakan sangat aneh jika pembangunan sebuah bangsa seperti Indonesia dipercayakan kepada seorang tentara. Tugas tentara menurutnya adalah berperang dan membunuh musuh di pertempuran, bukan membangun. “Jadi tugas mahasiswa untuk mengingatkan, termasuk mahasiswa yang kuliah di universitas-universitas Katolik. Tapi saya nggak tahu Atma Jaya ini universitas Katolik atau bukan,� ujarnya. Kami kembali tertawa terbahak-bahak. Tak ada yang lebih indah dari seorang romo yang mempertanyakan apakah Atma Jaya benar-benar unversitas Katolik? Setelah diskusi berakhir, kami tak berhenti mencari jawab atas pertanyaan romo.***
MAMPIR NGOMBE Anggisesa Jalulaga Alumni T. Informatika 2003 Senior IT Manager Bank Mandiri
Pernah mencicipi perkuliahan di UAJY dengan segala isi, pengajaran, dan fasilitasnya adalah pengalaman dan bagian hidup yang tidak ingin dilupakan. Banyak hal yang dapat saya jadikan bekal dalam mempersiapkan diri di dunia kerja dan usaha, mulai dari kegiatan akademis sampai organisasi kemahasiswaan. Dengan berbekal profil dosen, fasilitas, dan kurikulum yang baik, saya yakin, ke depan UAJY akan tetap menjadi tempat mampir ngombe yang tepat bagi calon-calon pejuang yang tangguh, terutama pada bidang Information Technology (IT).***
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
69
PEMIKIRAN ALUMNI
Pemikiran Alumni UAJY
REKAM JEJAK PADA PERCA KAIN PENDIDIKAN Rosalia Prismarini Nurdiarti Alumni FISIP 2002 Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Lama rasanya waktu menunggu panggilan itu, entah aku ada di urutan wait-
ing list ke berapa. Kulihat satu per satu teman-temanku sudah mendapatkan tempat Kuliah Kerja Lapangan yang diinginkan. Beberapa instansi media di Jakarta sudah
kulamar, mulai production house hingga beberapa media swasta nasional. Hampir satu semester menunggu, panggilan itu tak kunjung terdengar.
Beberapa media dan production house di Jakarta yang aku taksir, belum menyapaku. Beruntung aku mempunyai teman-teman seangkatan yang cukup care. Mereka membantuku memasukkan aplikasi ke TRANS TV. Mereka yang sebelumnya telah magang di beberapa program acara di sana, ternyata tahu celah bagaimana proses dan prosedur waiting list berlangsung. Sehingga ada yang menolongku untuk sampai pada beberapa urutan atas dari daftar panjang itu. Waktu itu teman-teman angkatanku (2002) di Prodi Komunikasi FISIP UAJY memang sangat Jakarta minded ketika memilih tempat magang. Di sisi lain para dosen cenderung mendorong untuk mencari pengalaman pada instansi skala nasional sesuai konsentrasi studi. Tak jarang kami rela menunggu lama demi tempat magang yang sesuai ‘idealisme’ kami. Kompetisi akademik begitu terasa kala itu. Sebuah keberhasilan, ‘kesuksesan’, diukur dari seberapa kredibel dan bergengsi sebuah tempat magang., selain melihat IPK dan keaktifan seorang dalam berbagai kegiatan dan organisasi. Akhirnya aku diterima di sebuah media swasta nasional yang relatif baru kala itu, tapi menurut pandangan beberapa orang cukup bersaing karena memiliki beberapa program yang dinamis dan kreatif. Beberapa hari aku mengalami bagaimana aura bekerja di bagian news Reportase Sore TRANS TV. Menegangkan, penuh konsentrasi, kecepatan dan kecekatan. Seolah individu-in-
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
71
Pemikiran Alumni UAJY
dividu yang bekerja di sana dijadikan sebagai komoditas. Mereka membaktikan waktu dan tenaga mereka hampir 24 jam. Belum lagi ketika harus menyiarkan sebuah berita secara live, seluruh orang yang ada di divisi pemberitaan heboh mempersiapkan segala keperluan mulai dari konsep hingga teknis. Banyak dari mereka sudah kebal dengan lontaran kata-kata kasar dari produser maupun asisten produser. Jika ada sesuatu yang tak beres atau kurang, acap terdengar ungkapan ketidakpuasan mereka. Bagi anak magang sepertiku, hal-hal keseharian rutinitas media seperti ini yang tidak pernah terungkap di bangku kuliah. Setelah hampir satu bulan magang sebagai asisten produksi, aku baru diperbolehkan untuk ikut liputan para reporter itu. Ketika meeting pagi, masing-masing sudah ditentukan pos-pos mana saja yang akan mereka tempati. Gedung DPR, kantor KPK, Mabes POLRI dan beberapa departemen di kementrian menjadi pos wajib yang menjadi sumber berita. Ketika ada reporter atau wartawan yang ketinggalan moment atau kejadian penting, mereka bisa dengan mudah meminta copy visual atau data dari media tetangga. Pengalaman beberapa hari di lapangan membuatku semakin mengenal behind the scene dalam sebuah acara news yang berlangsung 30 menit itu. Sangat berbeda ketika membantu proses produksi di kantor, aku lebih fokus pada pengumpulan naskah berita yang dikirim oleh kontributor daerah. Di newsroom, produser, asisten produser, eksekutif produser dan beberapa reporter menentukan berita-berita mana saja dari para kontributor tersebut yang akan ditayangkan. Pernah suatu kali ketika mengikuti liputan tentang rehabilitasi orang-orang yang baru keluar dari rumah sakit jiwa, seorang reporter meminta salah satu di antara mereka berakting menjadi petugas kebersihan sambil membawa gerobak sampah. Semacam seremonial bagi mereka yang telah sembuh (keluar dari RSJ) dan kembali ke masyarakat setelah dibekali ketrampilan-ketrampilan tertentu. Ironisnya liputan menjadi tidak natural, ketika sang reporter meminta beberapa pasien yang baru sembuh mempraktekkan ketrampilan mereka. Belum lagi ketika ada reporter yang meminta gambar (rekaman kejadian atau peristiwa) pada reporter media lain, tak pelak segala polah itu mengejutkanku. Adakalanya ketika liputan sedang padat, beberapa di antara mereka berperan ganda, menjadi cameraman sekaligus reporter. Satu bulan sudah hampir kulewati, bagian HRD memintaku untuk memperpanjang satu bulan lagi, karena ada salah satu asisten produksi yang sedang cuti hamil. Waktu yang sedikit lebih panjang dari teman-teman lain, semakin membukakan mataku tentang seluk-beluk media, khususnya pada divisi pemberitaan. Rating menjadi jantung dan barometer dari seluruh kerja keras mereka. Setiap satu minggu sekali, masing-masing staf yang terlibat dalam program Reportase Sore melihat rapor mereka.
72
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
Ketika hasil rating mengalami penurunan, para petinggi divisi news seperti kebakaran jenggot. Mereka akan cenderung panik dan akan segera mengadakan rapat. Aku mulai memahami sisi lain berita sebagai ‘barang dagangan’. Bahkan para petinggi di newsroom menyebutnya dengan istilah ‘belanjaan’, ‘jualan’ atau ‘menu’. Itu merupakan kode untuk mendata berita apa saja yang akan tayang hari itu. Layaknya sebuah komoditas, ketika dinyatakan tidak laku oleh rating, mereka akan melakukan beberapa cara untuk memoles kembali. Jauh saat masih di SMU, aku melihat profesi sebagai wartawan, reporter atau jurnalis adalah pekerjaan keren, hebat dan mulia. Mereka memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat dan berani menanggung segala resiko dalam segala peristiwa. Alasan itulah yang mendorongku untuk menekuni bidang ilmu komunikasi, dan memilih Universitas Atma Jaya Yogyakarta sebagai tempat aku berguru. Perjalanan waktu menuntunku untuk melihat lebih dekat bagaimana ‘realitas’ media itu. Suatu ketika ‘menu belanjaan’ sudah diatur sedemikian rupa, hingga beberapa saat sebelum Reportase Sore on air, ada sebuah telepon ‘misterius’, sehingga ada tayangan yang harus di-cancel dan digantikan dengan tayangan ‘pesanan’ berupa seremonial dari salah satu pemegang saham TRANS TV. Saat itu juga, ruang kontrol segera menayangkan acara ‘pesanan’ tersebut. Sebuah peristiwa yang ‘luar biasa’ dan ajaib bagiku saat itu. Bisa-bisanya semudah itu mengganti tayangan hanya gara-gara telepon misterius. Penasaran sebenarnya ingin menanyakan siapa sang penelpon, tapi apa daya pertanyaan sebagai anak magang hanya dianggap sebagai angin lalu. Media pada akhirnya tak ubahnya sebagai penyalur kepentingan para pemilik modal. Gagasan Habermas tentang media sebagai institusi sosial yang memfasilitasi masyarakat, menjalankan diskursus sosial yang komunikatif demi pencapaian kepentingan masyarakat yang demokratis seakan justru menjauh. Profit keuntungan, gejala privatisasi media dan komersialisasi ruang publik menjadi target capaian, ketimbang peran-peran sosial yang harus dikembangkan. Pada fakta-fakta inilah, harapan dan kepercayaanku akan media dan seluruh entitas di dalamnya yang mampu menularkan proses pemberdayaan dan edukasi pada masyarakat perlahan memudar.
Langkah Baru Menghapus Cita-Cita Semu Beberapa waktu setelah proses Kuliah Kerja Lapangan, aku memiliki pandangan yang berbeda tentang bekerja di media. Aku menjadi kurang simpati dan kurang memiliki greget berkecimpung dalam dunia media. Akhirnya aku menentukan pilihan untuk bekerja di
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
73
Pemikiran Alumni UAJY
lingkungan pendidikan, penelitian atau semacam NGO dan LSM. Kuliah hingga hampir tujuh tahun, rasanya membuatku lebih mampu melihat bagaimana seluk-beluk ilmu komunikasi. Setelah lulus di awal 2009, ternyata masa penantianku belum selesai, puluhan berkas lamaran kukirim, tapi hingga sembilan bulan belum menemukan tempat yang sesuai. Beberapa tes yang kuikuti juga tidak membuatku lolos ke tahap berikutnya. Aku sempat berpikir, apa aku terlalu pemilih. Namun bagiku, tak ada salahnya menjadi pemilih, sebab ketika kita berkarya menggarap sebuah ladang maka fokus dan komitmen kita sepenuhnya kita abdikan pada bidang tersebut. Seorang yang memiliki IPK yang mumpuni, mengantongi beberapa skill serta aktif dalam beberapa organisasi ternyata belum tentu ‘ditaksir’ oleh instansi atau lembaga-lembaga itu. Aku mengalami ditolak karena apa yang mereka butuhkan tidak ada padaku. Tak jarang instansi itu menerima orang-orang sesuai yang mereka perlukan saat itu, atau mempunyai spesialisasi atau kualifikasi tertentu sesuai dengan ‘urgensitas’ instansi saat itu. Tampaknya pada sisi ini, Prodi Ilmu Komunikasi Atma Jaya perlu melihat kembali, memetakan ulang kebutuhan stakeholder dalam hal ini lembaga/instansi yang concern di bidang komunikasi. Menyelenggaran penelitian yang berhubungan dengan jaringan yang terkait dengan pendidikan tinggi menjadi penting, untuk mampu memahami setiap perkembangan kebutuhan jaman. Sehingga ini membantu para lulusan untuk mampu menangkap peluang yang ada dan mempunyai kepekaan untuk berproses dalam bidang masing-masing. Elemen pendidikan, tak terkecuali pendidikan tinggi tidak terlepas dari penyelenggara pendidikan yang di dalamnya merupakan satuan pendidikan yang didirikan oleh pemerintah atau masyarakat swasta, didukung oleh pimpinan (rektor, dekan, dll), pendidik (dosen) dan tenaga pendukung administrasi. Pengguna hasil pendidikan, orang tua dan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, tentunya mengharapkan hasil pendidikan berupa kompetensi yang dapat digunakan untuk membangun kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Masing-masing pada akhirnya akan memberi kontribusi berupa sumber dana, fasilitas belajar dan magang, bantuan manajemen serta dukungan atas kebijakan pendidikan agar terwujud kompetensi yang bermutu. Sinergi antara entitas dalam pendidikan ini bisa dilalui dengan beberapa tahap yang merupakan siklus pembelajaran untuk mengidentifikasi masalah, hambatan dan strategi untuk mengatasinya. Tahap tersebut di antaranya: sosialisasi gagasan, uji coba, implementasi skala kecil, implementasi penuh, evaluasi dan penyempurnaan. Tahapan tersebut digunakan untuk memetakan bagaimana strategi pendidikan tinggi dalam mengelola stakeholder yang terlibat di dalamnya (Musa, 2008 : 146).
74
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
Menyadari hal tersebut, aku tak ingin putus asa. Suatu waktu di awal 2010, ketika dalam perjalanan pulang kampung setelah menjalani tes wawancara, seorang teman seangkatan mengabarkan bahwa sebuah universitas swasta di Yogya sedang membuka Prodi Ilmu Komunikasi baru dan membutuhkan tenaga pengajar. Aku melonjak kegirangan dan bersemangat mendengar berita itu. Tadinya kupikir cita-cita untuk berkecimpung di dunia pendidikan jauh panggang dari api, mengingat aku hanya lulusan S1 dan untuk mengajar di Perguruan Tinggi diperlukan pendidikan yang minimal setingkat lebih tinggi. Tak lama waktu yang kuperlukan untuk mengurus proses lamaran di tengah deadline waktu pendaftaran yang diberikan. Keyakinan dan tekad itu akhirnya berbuah manis. Tak berapa lama setelah mengikuti serangkaian tes, aku diterima di Kampus Mercu Buana Yogya, mengalahkan beberapa pesaing, yang salah satunya teman seangkatanku. Aku sampai berpikir ada faktor “X” yang membuatku diterima, barangkali karena aku masih mau “berkompromi” dengan gaji yang ditawarkan. Hari-hari pertama aku masuk, langsung berkoordinasi dengan pihak rektorat dan SDM. Mengawali minggu dan bulan dengan serangkaian ‘pelajaran’ tentang seluk beluk dunia pendidikan. Seperti lari marathon rasanya. Prodi yang baru mendapat ijin dan mulai dirintis, perlu usaha yang optimal untuk mensinergikan antara satu dengan yang lain. Menggawangi sebuah prodi atau fakultas baru untuk anak bau kencur seperti aku, sangat tidak mudah. Sebersit rasa khawatir, takut dan minder turut mewarnai bagaimana pengalamanku di awal menapaki dunia ini. Koordinasi dengan pihak Rektorat Mercu Buana Yogya dan tentunya mahaguru di padepokan Komunikasi FISIP Atma Jaya menjadi hal yang urgen saat itu bagiku. “Learning by doing”, barangkali itulah kondisi yang tepat untukku waktu itu. Aku belajar bagaimana menggodok kurikulum, mencari mahasiswa, marketing prodi, mendata dosen-dosen yang akan mengajar, mengelola keuangan, hingga mengatur teknis perkuliahan. Berkecimpung dalam dunia ini, aku memulainya dengan spirit bahwa pendidikan merupakan pilot project dan agen untuk melakukan perubahan sosial guna membentuk masyarakat baru. Menjadikan pendidikan sebagai pilot project berarti berbicara tentang sistem politik kebudayaan yang melampaui batas-batas teoritis dari doktrin politik tertentu. Di sisi lain juga bicara tentang keterkaitan antara teori, kenyataan sosial dan makna emansipasi yang sebenarnya. Sebagai dasar melakukan perubahan, pendidikan merupakan wadah dan ‘surat perjanjian khusus’ dengan masyarakat yang menentukan kehidupan sosial di masa yang akan datang. Menyitir pandangan Paulo Freire, pendidikan merupakan latihan untuk memahami makna kekuasaan dan komponen yang terlibat di dalamnya dalam berkomunikasi, tidak dalam
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
75
Pemikiran Alumni UAJY
pola kuasa-menguasai. Tetapi lebih pada hubungan dialektis antara individu dan kelompok, untuk melepaskan diri dari dominasi yang membatasi ruang gerak (Freire, 2009 : 5-6). Aku menyadari pekerjaan rumah bagi tantangan pendidikan tak kunjung rampung. Problem sekolah mahal, isi kurikulum dan menjamurnya kebijakan privatisasi pendidikan sangat terkait dengan bagaimana perubahan pada tingkatan makro terjadi. Salah satu unsur yang menjadi jantung adalah sejarah pengembangan kurikulum dengan berbagai variasi perubahannya baik pada wilayah isi dan pengelolaan tema-tema pendidikan, pembiayaan dan tahapan pelaksanaan, selalu dekat dengan gesekan-gesekan berbagai kepentingan. Melangkahkan kaki dalam sistem besar pendidikan, memiliki konsekuensi untuk memahami, mendalami dua sisi dalam dunia tersebut. Tuntutan yang secara normatif ditegaskan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional bahwa tujuan pendidikan harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Kebijakan kurikulum menjadi salah satu mata rantai dari bangunan pendidikan. Kebijakan tersebut bukanlah entitas netral yang yang hanya menjadi kepedulian sektor pendidikan. Kurikulum adalah prototipe wajah generasi pendidikan yang harus disusun dalam kerangka yang luas menyertakan seluas-luasnya keterlibatan masayarakat. Gagasan Louis Althusser barangkali menjadi benar bahwa pendidikan mampu menjadi ’mesin aparatus ideologis’ yang paling efektif untuk membangun berbagai narasi pengetahuan yang mendukung formasi sosial. Tinggal yang terpenting bagi kita saat ini adalah ’formasi hubungan sosial’ apa yang saat ini akan Indonesia rumuskan untuk membangun model-model pendidikan yang tepat bagi kebutuhan masyarakat.
Strategi dalam Berkompetisi pada Pendidikan Tinggi Bagaimana pun, sebuah gagasan besar harus diimplementasikan dan dioperasionalkan dalam tindakan nyata. Elemen lain yang tak kalah penting sebagai Prodi baru adalah terkait mencari calon mahasiswa di tengah belantara persaingan Perguruan Tinggi Swasta yang begitu hebat. Hingga Perguruan Tinggi yang kalah bersaing harus gulung tikar. Dari data Kopertis V, pada tahun 2009 ada 117 Perguruan Tinggi Swasta sedangkan di tahun 2010 tinggal 115 PTS belum lagi ada tiga prodi yang ditutup karena kekurangan mahasiswa (IRE, 2010).
76
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
Data lain menunjukkan bahwa sejak disahkannya UU No. 12/2012 tentang Perguruan Tinggi membuat kondisi PTS semakin terjepit. Hal ini disebabkan PTN diberi kesempatan untuk membuka program Diploma (mulai D1-D4) (Pikiran Rakyat, 15 September 2012). Alhasil persaingan untuk mendapatkan mahasiswa semakin sengit. Problem pada sektor kebijakan pendidikan hampir selalu pragmatis, tanpa menyentuh realitas konkrit di lapangan sehingga acap berbenturan. Negara dalam hal ini tidak seharusnya berposisi hanya sebagai ‘panitia pelaksana’, sehingga sebuah kebijakan seolah terkesan dibentuk dan dikawal oleh para agen penentu yang telah berorientasi pada visi kepentingan kelas dominan. Uraian pembukaan UUD 1945 secara eksplisit menyatakan bahwa hakikat dan tujuan bereksistensinya keindonesiaan adalah meletakan tujuan pendidikan sebagai ihwal yang penting. Salah satu orientasi besar negara ini berdiri adalah ‘mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pada rumusan tersebut, ada nalar profetis bahwa ‘kecerdasan’ harus dimiliki oleh segenap entitas bangsa. Mengikat ‘keindonesiaan’ dalam spirit pengembangan modal pengetahuan adalah cita-cita luhur yang secara normatif belum kita ubah sampai hari ini. Bahkan lebih dari itu, konsepsi di atas ingin mengatakan bahwa pendidikan adalah ‘sumber’ sangat besar dalam membawa Indonesia bisa merdeka dan berdaulat sebagai bangunan masyarakat bangsa yang modern (Narwaya, 2009). Tetapi jika ditilik lebih dalam, ternyata pusat kebijakan dan infrastruktur penting yang hanya terpusat pada pemerintahan pusat yang notabene di Jawa mendorong akses pendidikan sangat terkosentrasi di Jawa. Hal ini tak pelak menimbulkan kesenjangan yang luar biasa, sehingga berdampak pada tingkat kemajuan pendidikan di daerah. Kompleksitas bangunan pendidikan, membuat sepanjang usia kitapun barangkali belum cukup menjelajahinya. Spirit itu membuatku mulai menapak kembali ke tanah, mengurai satu demi satu apa yang harus dilakukan untuk membuat pondasi pada prodi baru ini. Secara manajerial Universitas Mercu Buana sedang melakukan rebranding, setelah pergolakan politik pasca 1998 yang sempat menggoncang kampus yang semula bernama Wangsa Manggala ini. Perlahan aku mempelajari sejarahnya, budaya organisasinya hingga aktor-aktor yang berperan penting dan menjadi “think tank” di kampus tersebut, khususnya pada Fakultas Ilmu Komunikasi dan Multimedia. Secara makro, aku juga membaca beberapa isu terkait pendidikan, tak luput adalah tentang kompetisi yang semakin ketat karena Indonesia telah terintegrasi dalam Masyarakat Ekonomi Asean. Pada level nasional mulai bermunculan PTS yang dibangun dengan model korporasi, salah satunya adalah memiliki fasilitas yang serba lengkap dan berwawasan global (Hadi, 2014). Mengamati hal ini, tentu semakin diperkuat kembali konsolidari internal organ-
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
77
Pemikiran Alumni UAJY
isasi dan juga bagaimana menjalin relasi dan jaringan dengan pihak luar. Apa yang menjadi kekhasan sebuah perguruan tinggi, secara khusus pada tingkatan fakultas harus dipertahankan dan diupayakan agar dapat menjadi unggulan. Kecepatan perkembangan di tingkat global, memaksa sebuah instansi pendidikan untuk mampu berjuang antara ‘idealisme’ dan ‘realitas’ yang tak jarang membuahkan ‘kompromi’. Pasar selalu menjanjikan bahwa dalam situasi ’pasar terbuka’, maka kompetisi dapat berjalan dan selanjutnya membuka tingkat pertumbuhan dan kemajuan masyarakat secara lebih sehat. Inilah mitos yang selalu dibangun. Mungkin ’kompetisi’ menjadi sangat menyenangkan bagi kekuatan negara dengan tingkat modal raksasa yang dimilikinya dan tentu sangat menyakitkan bagi negeri-negeri miskin yang selalu tergantung seperti Indonesia. Tak terkecuali dalam bidang pendidikan, yang tak luput dari ‘jebakan’ hitunganhitungan angka ekonomis yang meletakkan kebijakan pendidikan bak entitas mesin penghasil keuntungan. Aku merasakan tarik-menarik yang demikian hebat ketika investasi modal, laba dan kepentingan pragmatisme pasar menjadi orientasi dasarnya. Pun juga ketika mengkerangkai logikaku bahwa pendidikan tak lebih dari ‘industri’ jasa. Pergulatan itu semakin dalam saat aku harus berdiri untuk memasarkan Prodi Ilmu Komunikasi baru di Mercu Buana. Betapa saat itu, aku juga dikejar belajar tentang strategi marketing untuk perguruan tinggi. Merangkak dari awal hingga bermimpi untuk berkembang, mengusahakan nadi agar terus mengalir: calon-calon mahasiswa baru yang harus kami ‘rayu’. Pendidikan tidak hanya dicermati dalam narasi besar, tantangan berikutnya justru hadir ketika sampai pada spesies problem-problem teknis yang tak kunjung usai. Ketika masuk dalam logika kompetisi, maka ‘menang’ dan ‘kalah’ agaknya menjadi rumus wajib untuk menjawab itu. Salah satu strategi yang bisa diupayakan untuk sebuah prodi baru adalah ‘merangkul’ para ‘pelanggan’, siapa lagi jika bukan calon mahasiswa dan mahasiswa yang mempercayakan ‘hidupnya’ pada sebuah institusi pendidikan. Customer (pelanggan) dalam ‘jasa’ pendidikan akan lebih tepat jika diartikan sebagai ‘constituent’, yakni sebagai elemen penting dalam suatu constituency. Konstituen lebih baik dan lebih jelas dalam menggambarkan berbagai hubungan yang ada dalam organisasi yang bergerak di bidang jasa pendidikan seperti hubungan dengan mahasiswa, orang tua, tenaga pengajar, dewan penyantun, calon mahasiswa atau alumni. Strategi Customer Relationship Management (CRM) ini merupakan suatu cara untuk melakukan komunikasi secara personal dalam skala makro. CRM akan menghasilkan gambaran setiap individu yang berada dalam organisasi beserta segala aktivitasnya dengan jelas dan lengkap. Konsep CRM menuntut
78
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
komitmen dan kontak pelanggan yang tinggi, sehingga akan menghasilkan kualitas total. Tidak hanya sekedar pada orientasi output semata (Gaffar, 2009: 187-198). Jika banyak orang menggadang-gadang agar pendidikan bisa diakses oleh setiap warga negara, maka pilihan tersebut bisa menjadi salah satu alternatif yang tak hanya sebagai pemanis bibir. Pendidikan tinggi akan mampu dijangkau apabila kita sungguh berorientasi pada peserta didik (constituent). Dengan demikian anak dengan tingkat intelektualitas dan ekonomi rata-rata masih dapat mengenyam pendidikan tinggi.
Pendidikan mungkin tidak harus gratis, tapi institusi pendidikan secara mandiri mampu mengupayakan agar terbuka kesempatan yang sama antara si kaya dan si miskin.
Pendidikan mungkin tidak harus gratis, tapi institusi pendidikan secara mandiri mampu mengupayakan agar terbuka kesempatan yang sama antara si kaya dan si miskin. Contact management sebagai tahapan dari CRM bisa dijadikan sebuah langkah untuk mencatat setiap touch point utama dengan konstituen dan selalu meng-update database dengan informasi yang spesifik sehingga antara institusi dan mahasiswa bisa secara kontinyu melakukan interaksi serta komunikasi. Campaign management adalah tahap selanjutnya yang berisi rancangan kampanye dengan content yang unik dan personal, yang secara khusus ditujukan untuk meningkatkan kesempatan belajar bagi semua kalangan. Terakhir adalah senantiasa merawat komitmen untuk memperoleh, meningkatkan dan menganalisis data konstituent sehingga mampu mengambil keputusan secara arif berdasarkan data tersebut. Tahap-tahap tersebut akan membentuk dasar dan pemahaman bagi tahapan selanjutnya dalam proses CRM, sebagai contoh untuk melihat apakah mahasiswa mendapatkan bantuan dana pendidikan, berapa kali dan darimana sumber pendanaan itu (Gafar, 2009 : 192 – 193).
Belajar dari Mahasiswa: Sebuah Perspektif Dialogis Hampir lima tahun aku menggeluti dunia pendidikan yang dalam pandanganku di awal sarat dengan dimensi etis dan ‘kesalehan’ yang kental. Tetapi nyatanya dalam setiap sisi kehidupan dalam menekuni profesi, kita acap dihadapkan pada paradoks dan dua sisi mata uang. Hal itu hampir selalu menimbulkan kelindan antara rasio, rasa dan tindakan. Ketika
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
79
Pemikiran Alumni UAJY
sampai pada kondisi ini, ada nilai-nilai dasar yang seharusnya mampu tetap dipertahankan, tidak semata untuk profesionalitas tapi juga menghidupi Sang hidup itu sendiri. Persoalan pendidikan hadir bukan hanya diterjemahkan dalam disparitas kesenjangan antara yang ideal dan yang real. Nalar korespondensi ini seringkali mengungkung pada analisis dan pemecahan yang sekedar mendorong masalah untuk dikembalikan pada ‘gerbang normatif’ dan ‘batasan-batasan ideal’. Perlu pengkoreksian besar-besaran dalam seluruh nalar paradigma pendidikan sehingga bisa ditemukan problem-problem mendasar yang dapat dipecahkan. Jadi tidak berhenti pada pemecahan-pemecahan teknis dan instrumentalis. Setiap gagasan perubahan sistemik dan paradigmatik sebenarnya banyak mensyaratkan kesiapan-kesiapan mendasar. Tahapan awal yang perlu dipersiapkan adalah kehendak pada mindset nalar pikir perubahan yang menjadi bekal epitestemik untuk mendorong perubahan-perubahan pendidikan lebih maju. Pijakan dan pondasi awal tentunya bisa dimulai dengan mendidik mahasiswa, menjadi dosen, karya pengajaran, dan lain-lain. Berada di tengah input mahasiswa yang bagi sebagian orang dianggap rata-rata memerlukan energi ekstra dan rencana yang berkelanjutan. Jika kita ‘lalai’ sedikit saja atau terkesan ‘mengabaikan’ keinginan dan kebutuhan para mahasiswa, maka mereka bisa saja menghilang dalam relasi kita dan hal ini juga tidak lepas dari teropong kendala sebuah Perguruan Tinggi Swasta. Lebih dari itu, aku tak hendak terpaku pada orientasi tersebut. Merawat mereka tak sebatas pada kepentingan ‘untung rugi’, tapi memahami mereka sebagai bagian dari proses humanisasi. Sebagaimana diungkap Allan Thomas (dalam Alma, 2009 : 16-17), bahwa pendidikan hendaknya bertanggungjawab untuk memberikan pelayanan, menginternalisasikan nilai-nilai dan motivasi serta mengasah kompetensi peserta didik agar terwujud manusia yang berkualitas, bertanggung jawab, serta berkarakter unggul. Melalui perspektif tersebut, aku berusaha melihat kembali pada apa yang telah kukerjakan sepanjang tahun-tahun itu. Aksi-refleksi-aksi perlu dilakukan untuk bercermin pada mozaik karya-karya yang telah aku sumbangkan sejauh ini. Kualitas pendidikan bisa dilihat dalam tiga dimensi: mutu hasil belajar, mutu mengajar dan mutu bahan kajian pengajaran (Acmad Sanusi dalam Alma, 2009 : 24-26). Seorang pendidik dalam praktek mengajar tidak identik dengan apa yang sebenarnya dia ketahui, kuasai atau bahkan yang dia kehendaki sendiri. Sejatinya orang hanya dapat mengajar dan mengajarkan sesuai dengan kepribadiannya. Performa seorang pendidik dipengaruhi oleh dunia makro dan mikronya. Maka selain pengetahuan dan kompetensi pedagogis, setidaknya persepsi dan sikap terhadap sejumlah faktor lain di luar dirinya turut berkontribusi pada pola dan mutu mengajar. Bahan kajian
80
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
dan pengajaran juga menjadi benang merah yang memberi nafas agar peserta didik mampu memilih cara belajar yang berkualitas. Kemampuan mengolah bahan kajian akan memberi daya kekuatan yang dapat membangkitkan seluruh potensi pikiran, rasa, kemamuan dan kepercayaan peserta didik. Guru yang humanis harus tepat dalam memahami hubungan antara kesadaran mausia dan dunia. Bentuk pendidikan yang membebaskan melalui definisi ini menawarkan suatu ‘arkeologi kesadaran’. Dengan usahanya sendiri, seorang bisa menghidupkan kembali proses alamiah dimana kesadaran timbul dari kemampuan mempersepsi diri. Hal ini terjadi karena kesadaran reflektif menyebabkan manusia digolongkan sebagai makhluk yang mampu memahami sesuatu dan sekaligus memahami dirinya sendiri. Oleh karenanya, kesadaran timbul sebagai hasrat, bukan wadah kosong yang harus diisi. Berangkat dari kesadaran itulah, guru adalah subyek yang mencoba mengetahui bersama subyek lainnya. Guru seyogyanya menyadari bahwa dialog tidak dimulai di dalam kelas, sehingga dia mempersipkan suatu program yang mengakui peran murid dalam penciptaan kembali pengetahuan. Peran ini akan melibatkan murid juga dalam pendidikan mereka sendiri yang lebih lanjut. Guru dapat mengusulkan tetapi tidak dapat menentukan, sehingga dia kahirnya berperan dalam mengorganisasikan isi dialog (fasilitator) (Freire 2007; Collins 2011). Relasi guru-murid, dosen-mahasiswa, pendidik-peserta didik menjadi unsur penting dalam pendidikan. Mereka menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam proses belajar mengajar. Peran yang dilakukan sangat kompleks di antaranya sebagai korektor, fasilitator, informator, inspirator, organisator, motivator, inisiator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, mediator, supervisor, dan evaluator. Tetapi masih melihat bahwa sifat yang sering muncul dalam pendidikan kita adalah paternalistik, di mana guru menjadi pusat atau sumber pengetahuan dan kebenaran mutlak. Di sekolah dasar hingga perguruan tinggi, yang kerap terjadi sesungguhnya bukanlah pendidikan dalam arti sebenarnya, tapi sekedar pengajaran. Transformasi yang terjadi belum menyentuh pada transformas etika, perilaku dan moralitas. Hal ini salah satunya berakibat pada gagapnya peserta didik dalam menghadapi perkembangan teknolgi informasi yang begitu pesat hari ini (Susetyo, 2005: 148-152). Kecenderungan untuk menempatkan kemajuan teknologi sebagai nilai tertinggi tidak hanya berarti pendewaan kita pada intelektualisme, tapi lebih gawat adalah keterikatan emosi kita yang mendalam pada mesin, benda mati, pada semua benda buatan manusia. Akibat lebih ekstrim adalah ketika tidak bisa membedakan mana kehidupan dan “sarana menjamin kehidupan� (Pieries, 2007: 56).
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
81
Pemikiran Alumni UAJY
Revolusi teknologi ini turut ‘menjangkiti’ beberapa mahasiswa dalam proses belajar mengajar yang aku alami. Berapa kali aku menjumpai para mahasiswa yang copy paste dalam mengerjakan tugas. Ketika seorang pendidik belum mampu mengelaborasi kemajuan teknologi dan karakter dalam pengajarannya, maka keadaan ini secara sistemik akan memperkeruh kreativitas dan daya nalar seorang murid, akhirnya akan berpengaruh pada daya kritis terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri. Dilema tersendiri ketika harus menghadapi mereka dalam ‘batas kesabaran’, sementara teringat pula bahwa pengajar sebagai bagian dari pendidikan tinggi (Prodi yang masih berkembang) berkewajiban ‘menjaga’ konstituentnya dengan member manfaat seluasnya pada siswa (student centric focus). Belajar memahami dan memaknai bahwa kehadiran ‘media baru’ saat ini tidak luput dari kaitan dengan problem mendasar tentang ‘peradaban material teknologi’. Tidak lagi teknologi yang dikonsepsi sebagai sebatas persoalan ‘perangkat teknis’, tetapi sebuah entitas maha luas yang menjadi bagian utuh dari peradaban manusia. Meminjam pandangan Lewis Mumford bahwa teknologi sebagai bagian penuh dari ‘eksistensi-bertubuh’ dari manusia. Alat teknologi sebagai mediator diantara manusia dan dunia merupakan sebagian dari pengalaman manusia yang bertubuh. Pandangan ini sebenarnya kata kunci khas yang banyak dikembangkan oleh pemikir eksistensialisme seperti Martin Heidegger. Teknologi tidak bisa hanya dibaca sebagai problem tekni tetapi merupakan persoalan penting eksistensi manusia (Lim, 2012: 100-102). Ia tidak hanya problem di luar tubuh manusia, tetapi secara filosofis dan antropologis menjadi karakteristik penting dari eksistensi dan hakikat manusia. Maka ‘keruwetan’ ini pula yang aku sampaikan sebagai bagian dari pendampingan terhadap para mahasiswa. Tidak hanya masalah melesatnya teknologi, tapi juga dimensi-dimensi lain yang berkontribusi dalam sebuah ladang yang bernama pendidikan. Proses penyadaran adalah salah satu yang memang harus dimulai dari keteladanan. Cuplikan rekam jejak pada setiap perca kain pendidikan ini kurajut sebagai karya dan menghidupi spirit “melayani dalam cahaya kebenaran”.
Daftar Pustaka Alma Buchari. 2008. Pemasaran Jasa Pendidikan yang Fokus Pada Mutu dalam Alma, Buchari dan Ratih Hurriyati (ed). Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan, Fokus Pada Mutu dan Layanan Prima. Alfabeta, Bandung.
82
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
Collins, Denis. 2011. Paulo Freire, Kehidupan, Karya & Pemikirannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Freire, Paulo. 2007. Politik Pendidikan: Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Gaffar, Vanessa. 2008. Customer Relationship Management (CRM) Jasa Pendidikan dalam Alma, Buchari dan Ratih Hurriyati (ed). Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan, Fokus Pada Mutu dan Layanan Prima. Alfabeta, Bandung. Lim, Franscis. 2012. Filsafat Teknologi (Don Ihde Tentang Dunia, Manusia dan Alat). Kanisius. Yogyakarta. Musa, Ibrahim. 2008. Korporasi Produksi Pendidikan : Suatu Paradigma Reformasi dan Otonomi dalam Alma, Buchari dan Ratih Hurriyati (ed). Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan, Fokus Pada Mutu dan Layanan Prima. Alfabeta, Bandung. Pieris John (peny.). 2007. Erich Fromm : Revolusi Pengharapan, Menuju Masyarakat Teknologi yang Semakin Manusiawi. Pelangi Cendekia. Jakarta Susetyo, Benny. 2005. Politik Pendidikan Penguasa. LKiS. Yogyakarta Hadi, Bambang Sutopo. Senin, 2 Juni 2014. “Persaingan PTS diperkirakan semakin ketat pada 2015”, diakses dari http://jogja.antaranews.com/berita/322919/persain gan-pts-diperkirakan-semakin-ketat-pada-2015 pada 23 Agustus 2015 Pikiran Rakyat. 15 September 2012. “UU No 12/2012 Buat Kondisi PTS Semakin Terjepit”, diakses dari http://www.pikiran-rakyat.com/node/203549 akses 22 Agustus 2015. IRE. 16 Oktober 2010. “PTS di Yogyakarta Terus Menyusut” diakses dari http://edukasi.kompas.com/read/2010/10/16/08160725/PTS.di.Yogyakarta.Terus.Menyusut Narwaya, Guntur. 2009. Mimpi Pendidikan Untuk Semua, Makalah tidak dipublikasikan
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
83
Pemikiran Alumni UAJY
KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL Rudi Waluyo Alumni T. Sipil Dosen Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya Program Studi Teknik Sipil menjadi wadah yang berfungsi untuk memben-
tuk mahasiswa dan sebagai penyedia layanan pendidikan tinggi. Tantangan yang
semakin tinggi mengharuskan program studi Teknik Sipil mencari cara untuk mengatasinya. Knowledge management (KM) adalah konsep atau cara atau metode yang digunakan organisasi dalam mengelola pengetahuan yang dimiliki. Dengan dukungan konsep ini, organisasi menjadi lebih inovatif dalam menjalankan rutinitas se-
hari-hari dan mengantisipasi perkembagan yang ada. Tahapan-tahapan knowledge management di Program Studi Teknik Sipil dapat menjadi panduan dalam pengelo-
laan knowledge di organisasi untuk aktivitas sehari-hari dan mengantisipasi perkembangan yang ada.
Perguruan tinggi mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan tri dharma perguruan tinggi. Adapun tugas-tugas yang dilaksanakan adalah pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian pada masyarakat dan penunjang. Program Studi Teknik Sipil sebagai salah satu bagian dalam perguruan tinggi menjadi ujung tombak dalam mempersiapkan lulusan yang berkualitas. Selain itu program studi teknik sipil harus memiliki kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Program Studi Teknik Sipil menjadi wadah yang berfungsi mengubah mahasiswa dari yang hanya memiliki pengetahuan dasar menjadi seseorang yang memiliki pengetahuan khusus di bidang teknik sipil dan hal ini sangat dibutuhkan industri konstruksi. Selain itu, saat ini dunia pendidikan tinggi telah memasuki era baru, di mana pendidikan sudah menjadi suatu bentuk industri yang penuh persaingan. Program studi teknik sipil sebagai salah satu penyedia layanan pendidikan dituntut memiliki perspektif pemasaran da-
84
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
lam menjalankan fungsinya. Tuntutan yang semakin tinggi akan sumber daya manusia yang berkualitas memacu program studi teknik sipil untuk meningkatkan daya saingnya. Dengan tantangan yang semakin besar, program studi teknik sipil dituntut mampu menemukan cara atau metode sehingga masalah-masalah yang ada dapat diselesaikan dengan baik. Untuk menemukan cara atau metode baru maka inovasi-inovasi harus dilakukan. Inovasi tidak harus selalu semuanya baru tetapi mengembangkan cara atau metode yang lama sehingga mampu menyelesaikan masalah juga merupakan inovasi. Knowledge management adalah konsep atau cara atau metode yang digunakan organisasi dalam mengelola pengetahuan yang dimiliki. Dengan knowledge management maka pengetahuan tidak hanya dimiliki secara personal tetapi juga dimiliki organisasi. Dengan knowledge management ini diharapkan kemampuan organisasi dalam berinovasi menjadi meningkat. Knowledge management yang dimiliki setiap organisasi pasti berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan organisasi. Knowledge management pada Program Studi Teknik Sipil masih merupakan hal yang baru dan hal ini diterapkan untuk menjawab berbagai permasalahan yang ada. Oleh karena itu, paper ini bertujuan untuk mengetahui penerapan knowledge management pada Program Studi Teknik Sipil.
Knowledge Knowledge merupakan informasi terstruktur, yang mengungkap keterkaitan, wawasan dan generalisasi yang tidak dimiliki informasi sederhana (Muluk, 2008). Atau dengan kata lain knowledge merupakan informasi yang dilengkapi dengan pemahaman pola hubungan dari informasi disertai dengan pengalaman baik individu maupun kelompok (Widayana, 2005). Setiap organisasi pasti memiliki knowledge. Namun, pada kenyataannya knowledge tersebut sering tidak digunakan secara maksimal, karena organisasi tidak memiliki sistem untuk mengelola knowledge tersebut. Untuk dapat mengelola knowledge maka harus dipahami dulu jenis knowledge yang ada. Knowledge secara umum dibagi menjadi dua jenis, yaitu: tacit knowledge dan explicit knowledge. 1. Tacit Knowledge Tacit knowledge adalah knowledge yang sebagian besar berada dalam organisasi. Tacit knowledge merupakan sesuatu yang kita ketahui dan kita alami, namun sulit untuk diung-
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
85
Pemikiran Alumni UAJY
kapkan secara jelas dan lengkap. Tacit knowledge sangat sulit dipindahkan kepada orang lain, karena knowledge tersebut tersimpan pada masing-masing pikiran (otak) para individu dalam organisasi sesuai kompetensinya (Widayana, 2005). Tacit knowledge merupakan knowledge yang diam di dalam benak manusia dalam bentuk intuisi, judgement, skill, values dan belief yang sangat sulit diformulasikan dan dibagi dengan orang lain (Tobing, 2007). Tacit knowledge atau pengetahuan tacit disebut sebagai pengetahuan terbatinkan, terletak dalam benak manusia, bersifat sangat personal dan sulit dirumuskan sehingga membuatnya sulit untuk dikomunikasikan dan disampaikan pada orang lain. Perasaan pribadi, intuisi, bahasa tubuh, pengalaman fisik, petunjuk praktis (rules of thumb) termasuk dalam jenis tacit knowledge (Sangkala, 2007; Munir, 2008). Dari berbagai kajian di atas dapat disimpulkan bahwa secara garis besar ada tiga letak tacit knowledge, yaitu: personal (pikiran manusia), organisasi, dan eksternal organisasi. 2. Explicit Knowledge Explicit knowledge adalah pengetahuan dan pengalaman tentang melakukan suatu pekerjaan yang diuraikan secara lugas dan sistematis (Widayana, 2005). Explicit knowledge adalah sesuatu yang dapat diekspresikan dengan kata-kata dan angka, serta dapat disampaikan dalam bentuk ilmiah, spesifikasi, manual dan sebagainya. Knowledge jenis ini dapat segera diteruskan dari satu individu ke individu lainnya secara formal dan sistematis (Yuliazmi, 2005). Explicit knowledge adalah knowledge yang dapat atau sudah terkodifikasi dalam bentuk dokumen atau bentuk berwujud lainnya sehingga dapat dengan mudah ditransfer dan didistribusikan dengan menggunakan media. Explicit knowledge dapat berupa formula, kaset, cd video dan audio, spesifikasi produk atau modul (Tobing, 2007). Explicit knowledge atau pengetahuan eksplisit, dapat diekspresikan dalam kata-kata dan angka, serta dapat disampaikan dalam bentuk formula ilmiah, spesifikasi, prosedur operasi standar, bagan, manual-manual, dan sebagainya (Sangkala, 2007; Munir, 2008). Dari berbagai kajian di atas dapat disimpulkan bahwa explicit knowledge memiliki empat komponen utama, yaitu: berwujud, berbentuk angka dan kata-kata, bisa berupa metode atau cara melakukan sesuatu, dan bisa diformulasikan dan disampaikan dengan orang lain
86
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
Gambar 1. Perbedaan Tacit dan Explicit Knowledge. Sumber: Waluyo (2014)
Gambar 2. Persamaan Tacit dan Explicit Knowledge. Sumber: Waluyo (2014)
Model Konversi Knowledge Untuk memadukan tacit dan explicit knowledge dalam berbagai tingkatan membutuhkan sistem dan mekanisme yang diciptakan KM. Perpaduan itu bermuara menjadi knowledge yang explicit. Konversi knowledge oleh Nonaka & Takeuchi (1995) memudahkan organisasi untuk mengubah knowledge yang bersifat tacit menjadi explicit. Konversi knowledge ini melalui empat proses, yaitu: sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang konversi knowledge dapat dilihat pada Gambar 3.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
87
Pemikiran Alumni UAJY
Gambar 3. Model Konversi Knowledge Sumber: Diolah dari (Nonaka dan Takeuchi, 1995 cit Tobing, 2007) Model konversi knowledge pada Gambar 3. dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Sosialisasi Sosialisasi adalah pengubahan (konversi) dari tacit knowledge ke tacit knowledge diubah melalui interaksi antarindividu dan dengan proses berbagi (sharing). Dengan proses ini seseorang bisa memperoleh tacit knowledge tanpa harus dengan bahasa. Bentuk pemagangan yang dilakukan oleh seseorang karyawan yang dibantu oleh penasehatnya dan belajar dari seorang ahli tidak perlu melalui penggunaan bahasa, tetapi dengan melakukan observasi, peniruan, dan latihan. Di dalam kegiatan bisnis, prinsip-prinsip tersebut biasanya dilakukan dalam bentuk on the job training (OJT). Kunci untuk mendapatkan tacit knowledge yaitu dengan pengalaman, tanpa melalui cara berbagi pengalaman akan sulit bagi orang yang memiliki tacit knowledge tersebut ditransfer ke orang lain. Hal ini sangat terkait dengan adanya unsur-unsur emosional dan konteks maupun nuansa (Tobing, 2007; Sangkala, 2007; Zuhal, 2010). 2. Eksternalisasi Eksternalisasi adalah proses pengubahan atau konversi dari tacit knowledge ke explicit knowledge melalui proses dialog, diskusi kelompok dan refleksi sehingga terformulasi konsep-konsep ilmiah praktis yang diperlukan perusahaan (Tobing, 2007; Sangkala, 2007; Zuhal, 2010). 3. Kombinasi Kombinasi adalah pengubahan atau konversi explicit knowledge ke explicit knowledge sehingga menjadi lebih diperbarui melalui proses pengkombinasian beragam explicit
88
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
knowledge yang dimiliki seseorang. Seseorang mempertukarkan dan mengkombinasikan knowledge melalui semacam suatu mekanisme pertukaran seperti pertemuan dan percakapan melalui telepon. Rekonfigurasi informasi yang ada tersebut selanjutnya disortir, ditambahkan, dikategorisasi, dan dikontekstualisasikan kembali menjadi knowledge baru (Sangkala, 2007; Zuhal, 2010). 4. Internalisasi Internalisasi adalah konversi dari explicit knowledge ke tacit knowledge di mana kegiatan ini mirip dengan yang telah sering dilakukan untuk mendapatkan knowledge yaitu melalui kegiatan belajar (learning by doing) (Sangkala, 2007; Zuhal, 2010). Sedangkan Tobing (2007) menyatakan, internalisasi (internalization) merupakan proses pembelajaran dan akuisisi knowledge yang dilakukan anggota organisasi terhadap explicit knowledge yang disebarkan keseluruh organisasi melalui pengalaman sendiri sehingga menjadi tacit knowledge anggota organisasi.
Knowledge Management Menurut Hendrik (2003), knowledge management adalah merencanakan, mengumpulkan dan mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan data dan informasi yang telah digabung dengan berbagai bentuk pemikiran dan analisa dari macam-macam sumber yang kompeten. Katsoulakos & Zevgolis (2004) menyatakan, knowledge management adalah tentang perlindungan terhadap pengembangan dan eksploitasi aset knowledge. Sedangkan Muggenhuber (2006) menyatakan, knowledge management adalah suatu cara atau teknik yang digunakan secara sistematis untuk pengumpulan, transfer, keamanan, dan manajemen informasi di dalam organisasi. Pernyataan di atas diperkuat Ellitan & Anatan (2009) yang menyatakan, knowledge management merupakan proses sistematis untuk menemukan, memilih, mengorganisasikan, dan menyajikan informasi dengan cara tertentu sehingga karyawan mampu memanfaatkan dan meningkatkan penguasaan knowledge dalam suatu bidang kajian yang spesifik, untuk selanjutnya mampu menginstitusionalkan knowledge yang dimiliki menjadi knowledge organisasi. Selain itu, KM merupakan sebuah proses yang mentransformasikan knowledge individu menjadi knowledge organisasi (Rasula et al., 2012). Sedangkan Thakur & Sinha (2013) lebih tegas menyatakan bahwa KM adalah suatu proses yang tertib untuk membangkitkan, memperoleh, menghasilkan, mempelajari, mengalokasikan, dan menggunakan knowledge dan memahaminya untuk mencapai tujuan.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
89
Pemikiran Alumni UAJY
Dalam implementasinya di organisasi atau perusahaan, KM memiliki tingkatan tertentu dalam pengelolaannya, yaitu: menjaga dan melindungi, memperkuat dan mengembangkan yang ada, proses yang dilakukan lebih tersistem, dan proses telah sistematis dan diselaraskan dengan tujuan organisasi. Hal ini diperkuat Grundstein (2008) yang menyatakan, dalam KM ada tingkatan yang berbeda-beda dalam penerapannya.
Knowledge Management di Program Studi Teknik Sipil Penerapan knowledge management di program studi teknik sipil melalui beberapa tahapan yang harus dilakukan. 1. Tahap Pertama Tahap pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi letak dan jenis knowledge yang ada di program studi teknik sipil. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa knowledge dimiliki secara individu dan organisasi. Secara individu, knowledge dimiliki oleh dosen, staf program studi, staf laboratorium, ketua dan sekretaris program studi, koordinator tugas akhir dan kerja praktik. Sedangkan knowledge yang dimiliki organisasi ada pada program studi teknik sipil dan laboratorium. Selain itu knowledge yang sudah diidentifikasi ada yang berupa tacit maupun explicit. 2. Tahap Kedua Untuk menggali knowledge lebih mendalam maka pada tahap kedua ini dilakukan wawancara semi terstruktur terhadap ketua dan sekretaris program studi, koordinator kerja praktik dan tugas akhir, kepala laboratorium. Selain itu juga dengan mengumpulkan data, informasi dan knowledge yang ada di tingkat program studi teknik sipil dan laboratorium. 3. Tahap Ketiga Pada tahap ketiga ini, knowledge yang sudah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dan diberi kategori selanjutnya membaginya dalam tingkatan-tingkatan tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan program studi teknik sipil. Proses ini melibatkan pengembangan self report survey, untuk mencari pengukuran level /tingkatan dari keahlian yang dimiliki masing-masing anggota program studi teknik sipil untuk kepentingan pengelompokkan bidang knowledge. Ada dua hal penting yang dilakukan pada tahap ini. Pertama setiap individu mendapat kesempatan untuk melaporkan level knowledge-nya dalam konteks bidang dari knowledge. Kedua adalah berkaitan dengan
90
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
validitas data maka perlu validity check untuk meyakinkan bahwa yang telah diukur memang benar telah diukur. 4. Tahap Keempat Pada tahap keempat ini menyesuaikan knowledge dan skill yang dibutuhkan program studi teknik sipil dan industri konstruksi dengan dasar knowledge dan skill yang ada. Jadi tahap terakhir pada proses knowledge management ini memberikan manfaat ke dalam program studi teknik sipil tentang bidang dasar knowledge dan skill yang dibutuhkan. Selain itu dapat mengetahui perkembangan dan knowledge yang dibutuhkan industri konstruksi. Keempat tahap di atas dalam proses knowledge management akan banyak membantu dalam hal knowledge sharing. Setiap anggota program studi teknik sipil akan mengetahui informasi yang berguna dan dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, penelitian, pengabdian dan penunjang. Tahap-tahap penerapan knowledge management di program studi teknik sipil dapat dilihat pada Gambar 4.
Kesimpulan Konsep knowledge management telah banyak digunakan di dalam bisnis, tetapi sedikit yang mengetahui bahwa knowledge management sangat menguntungkan bagi lembaga pendidikan. Knowledge management dapat menjadi keuntungan jangka pendek dan jangka panjang. Paper ini mengembangkan tahapan-tahapan knowledge management yang dapat diterapkan pada program studi teknik sipil. Tahapan-tahapan yang dilakukan akan memandu dalam penerapan knowledge management.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
91
Pemikiran Alumni UAJY
Gambar 4. Tahap-tahap Penerapan Knowledge Management di Program Studi
Teknik Sipil
Knowledge yang dibutuhkan dalam aktivitas sehari-hari akan dapat dengan mudah diperoleh. Selain itu, knowledge untuk pengembangan dapat membantu program studi teknik sipil dalam mengantisipasi tantangan yang akan datang. Knowledge management dapat digunakan untuk membantu dalam pengembangan kompetensi sumber daya manusia yang ada di Program Studi Teknik Sipil.
Daftar Pustaka Ellitan, L., dan Anatan, L., 2009. Manajemen Inovasi Transformasi Menuju Organisasi Kelas Dunia, Penerbit Alfabeta, Bandung. Grundstein, M. 2008. Assessing Enterprise’s Knowledge Management Maturity Level, International Journal Knowledge and Sharing, Vol.4, No.5, pp.415-426.
92
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
Hendrik, 2003. Sekilas tentang Knowledge Management, Artikel Populer Ilmu Komputer.com, pp.1-7. Katsoulakos, P and Zevgolis, D., 2004. Knowledge Management Review, @ K- Net 2004, pp.1-16. Muggenhuber, G, 2006. Knowledge Management as a useful tool for implementing projects, The FIG Workshop on eGovernance, Budapest, Hungary, pp.215-222. Muluk, M.R.K., 2008, Knowledge Management Kunci Sukses Inovasi dan Pemerintahan Daerah, Bayu Media Bekerja Sama Dengan Lembaga Penerbitan dan Dokumentasi FIA dan Unibraw, Malang. Munir, N., 2008. Knowledge Management Audit, Pedoman Evaluasi Kesiapan Organisasi Mengelola Pengetahuan, Penerbit PPM, Jakarta. Rašula, J., Vukšić, V.B., and Štemberger, M.I., 2012. The impact of knowledge Management on organizational Performance, Economic And Business Review, Vol. 14, No.2, pp. 147–168. Sangkala, 2007. Knowledge Management, Suatu Pengantar Memahami Bagaimana Organisasi Mengelola Pengetahuan Sehingga Menjadi Organisasi Yang Unggul, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Thakur, V., and Sinha, S., 2013., Knowledge Management in an Indian Perspective, The SIJ Transactions on Industrial, Financial & Business Management (IFBM), Vol. 1, No. 1, pp.7-12. Tobing, P.L., 2007. Knowledge Management: Konsep, Arsitektur dan Implementasi, Graha Ilmu, Yogyakarta. Waluyo, R., 2014. Model Hubungan Antara Culture, Knowledge Management Dan Performance Di Perusahaan Konstruksi, Disertasi, Program Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang. Widayana, L., 2005. Knowledge Management Meningkatkan Daya Saing Bisnis, Bayumedia Publishing, Malang.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
93
Pemikiran Alumni UAJY
PERLUKAH GOOD UNIVERSITY GOVERNANCE DI INDONESIA? Melvie Paramitha Alumni Akuntansi 1998 Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Widya Kartika Surabaya Universitas merupakan organisasi yang terdiri dari orang-orang yang ber-
pendidikan dan memiliki integritas tinggi terhadap pengembangan pendidikan di
Indonesia. UU No. 12 Tahun 2012 pasal 63 menyatakan, perguruan tinggi (PT) memiliki otonomi masing-masing dalam pengelolaan universitasnya. Bagaimana dengan PT yang juga merupakan suatu institusi? Apakah diperlukan good corporate gover-
nance (GCG)? Mengingat bahwa informasi keuangan universitas tidak disampaikan ke publik/masyarakat. Terdapat perbedaan dan persamaan dari asas GCG dengan
prinsip penyelenggaraan pendidikan. Tulisan ini ingin memaparkan penerapan prinsip-prinsip pengelolaan pendidikan sesuai UU No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi dalam mendukung good university governance di Indonesia. Pemerintah telah menetapkan UU yang di dalamnya terdapat prinsip-prinsip pengelolaan dan penye-
lenggaraan pendidikan. Prinsip-prinsip tersebut hendaknya diterapkan pula dalam tri dharma perguruan tinggi. Dengan prinsip tersebut, diharapkan PT dapat mendukung terciptanya good university governance.
Manusia adalah ciptaan Tuhan yang sempurna dan memiliki akal budi yang hendaknya digunakan untuk berpikir dalam menyikapi sesuatu fenomena atau kejadian. Manusia juga mempunyai kebebasan menentukan dari sudut pandang mana manusia menyikapi sesuatu hal. Sering kali, sudut pandang antara satu orang dengan yang lain tidak sama, sehingga memunculkan persepsi yang berbeda terhadap sesuatu hal. Itulah yang dimaksud dengan berfilsafat. Filsafat merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang tidak mudah untuk dicerna dan abstrak. Dalam berfilsafat, tidak ada yang benar dan yang salah. Tetapi dengan mempela-
94
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
jari ilmu filsafat, kita belajar untuk mengetahui pola pikir seseorang terhadap sesuatu. Dengan belajar filsafat, kita tidak merasa menjadi orang yang paling benar, tetapi belajar memosisikan diri kita kepada orang lain yang memiliki sudut pandang berbeda. Dengan belajar filsafat, kita belajar bagaimana mendengarkan dan menerima pendapat orang lain. Ilmu filsafat dapat diterapkan di berbagai bidang termasuk ilmu akuntansi. Dengan ilmu filsafat, kita dapat melihat hal-hal yang berkaitan dengan bidang di akuntansi dari sisi berbeda. Dalam artikel ini, penulis ingin memaparkan tentang prinsip-prinsip pengelolaan pendidikan yang dapat diterapkan sebagai pendukung terciptanya good university governance. Di Indonesia, topik yang sering dibicarakan adalah good corporate governance (GCG). Perusahaan go public memiliki berbagai stakeholders yang memerlukan laporan keuangan perusahaan dalam pembuatan keputusan. Dengan demikian, perusahaan diharapkan melaksanakan GCG sehingga dapat membuat laporan keuangan yang baik dan berguna bagi stakeholders. Bagaimana dengan universitas? Universitas merupakan organisasi yang terdiri dari orang-orang yang berpendidikan dan memiliki integritas yang tinggi terhadap pengembangan pendidikan di Indonesia. Para akademisi diharapkan mampu menjalankan universitas dengan baik dan menjadi contoh bagi pemerintah, pengusaha, dan masyarakat. Universitas merupakan institusi otonom, sehingga mampu membuat keputusan sendiri untuk pengembangan universitasnya. Pada 2012, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh mencanangkan pelaksanaan good university governance. Pada 2012 juga, pemerintah menetapkan UU No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan tertinggi. Perguruan tinggi dihimbau memiliki good university governance sehingga mampu menciptakan lulusan yang baik dan berkualitas, baik secara intelektual maupun secara moral.
Peraturan Pemerintah Mengenai Pengelolaan Pendidikan Pendidikan merupakan modal utama suatu negara. Dengan memiliki pendidikan yang baik, masyarakat memiliki kompetensi dan kemampuan dalam pembangunan dan pengembangan negara. Untuk menghasilkan masyarakat berpendidikan, dibutuhkan suatu sistem pendidikan yang baik dan memiliki standar/peraturan nasional. Dengan adanya peraturan tertulis, maka penyelenggara pendidikan di Indonesia dapat mematuhi peraturan tersebut sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki kualitas standar.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
95
Pemikiran Alumni UAJY
Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan yang ditandatangani oleh Presiden pada 28 Januari 2010. Pada 28 September 2010, pemerintah mengeluarkan PP No 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas PP No 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Kedua PP tersebut mengatur pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan dari pendidikan anak usia dini sampai dengan PT. PP No 66 Tahun 2010 menguraikan aturan pengelolaan pendidikan dengan lebih rinci dibandingkan dengan PP No 17 Tahun 2010. Salah satu uraian pada pasal 49 PP No 66 Tahun 2010 menyatakan bahwa dasar/pedoman dalam pengelolaan pendidikan yaitu: •
Nirlaba: pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan tidak memiliki tujuan utama mencari keuntungan /profit.
•
Akuntabilitas: segala kegiatan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pendidikan dapat dipertanggungjawabkan kepada stakeholders.
•
Penjaminan mutu: kegiatan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pendidikan berdasarkan pada standar nasional yang ada sehingga pendidikan yang diberikan memiliki mutu yang terjamin.
•
Tranparansi: informasi yang disampaikan terbuka, relevan, dan tepat waktu diberikan kepada para stakeholders.
•
Akses berkeadilan: pelayanan pendidikan diberikan kepada semua pihak tanpa ada pembedaan.
Selain pasal 49 tersebut, ada beberapa pasal lain yang diuraikan dengan lebih rinci. Pemerintah mengharapkan agar penyelenggara pendidikan dapat menjalankan pengelolaan pendidikan dengan lebih baik. Pemerintah menginginkan pendidikan di Indonesia dapat berjalan dengan lebih terbuka/transparan dan tidak hanya mengejar keuntungan saja, tanpa memperhatikan sistem pendidikan dan kualitas lulusan. Jika masyarakat menerima pendidikan berkualitas, maka kondisi negara dan masyarakat menjadi lebih kondusif. Dengan demikian, pendidikan merupakan tumpuan utama dalam pengembangan kemampuan dan pola pikir masyarakat. Pada 2012, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang (UU) No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi sebagai pedoman penyelenggaraan perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri (PTN) maupun perguruan tinggi swasta (PTS). UU ini melengkapi peraturan pe-
96
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
merintah tentang penyelenggaraan pendidikan yang mengatur lebih lanjut mengenai pengelolaan dan penyelenggaraan PT. UU ini tidak dapat dipisahkan dengan peraturan pemerintah sebelumnya karena ada beberapa hal yang tidak disampaikan di UU ini karena telah disebutkan di peraturan pemerintah.
Good University Governance Pembahasan mengenai GCG merupakan trending topic di Indonesia. Perusahaan go public diharapkan melaksanakan GCG untuk membantu pengambilan keputusan bagi stakeholders berdasarkan informasi keuangan yang disampaikan oleh perusahaan. Bagaimana dengan perguruan tinggi yang juga merupakan sebuah institusi? Apakah diperlukan good university governance mengingat informasi keuangan universitas tidak disampaikan ke publik sehingga kondisi keuangan dan bagaimana penggunaan keuangan sebuah univesitas tidak diketahui oleh umum? Dilihat dari sisi filsafat ilmu, good university governance diperlukan di Indonesia. Dari sisi ontologi, PT merupakan institusi pendidikan tertinggi yang terdiri dari orang-orang yang memiliki kemampuan intelektual tinggi sehingga diharapkan mampu mengelola universitas dengan baik dan mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kualitas baik dan kompeten. Dari sisi epistemologi, asas GCG dapat diterapkan pada good university governance karena PT merupakan institusi yang otonom yang mampu mengelola universitas dan mengambil keputusan dengan mandiri. Penelitian Saint (2009) menyatakan, pengelolaan universitas di Indonesia memiliki otonomi yang tinggi. Selain itu, UU No 12 Tahun 2012 pasal 63 menyatakan, PT memiliki otonomi masing-masing dalam pengelolaan universitasnya. Dari sisi human nature, PT terdiri dari orang-orang yang memiliki idealisme dan pemikiran masing-masing, Dengan demikian, merekalah yang menentukan bagaimana kondisi dan jalannya PT. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa good university governance diperlukan di PT Indonesia. Good university governance dapat mengarahkan para akademisi PT dalam menjalankan penyelenggaraan pendidikan tinggi. Menurut Kruecken (2011: 4) universitas adalah institusi yang terdiri dari aktor-aktor intelektual. Mereka menentukan apa tujuan yang akan dicapai dalam pengelolaan PT, memilih sendiri kegiatan dan program kerja yang akan dilaksanakan dan mampu bertanggung jawab dengan apa yang dilaksanakan. Penelitian mengenai good university governance sering dilakukan di luar negeri dengan memberi perhatian khusus terhadap pendidikan dan pengelolaannya. Negara-negara maju seperti Australia, Amerika, Inggris, Belanda, Austria, Pakistan, Skotlandia (Swansson,
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
97
Pemikiran Alumni UAJY
2005: 98; Barakonyi, 2007: 73; Aurangzeb and Asif, 2012: 197; Prondzynski, 2012: iv) memiliki badan atau lembaga sendiri yang mengatur mengenai good university governance. Negara memiliki aturan, standar, karakteristik, dan teori yang baku sehingga dapat digunakan sebagai pedoman bagi pengelola universitas negeri maupun swasta dalam menjalankan penyelenggaraan pendidikan tinggi. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh mencanangkan pelaksanaan good university governance pada 2012 bersamaan dengan keluarnya UU No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Dengan demikian, pelaksanaan good university governance juga didukung oleh aturan tertulis. UU tersebut menyampaikan prinsip-prinsip pengelolaan perguruan tinggi yang tak jauh beda dengan PP No 66 tahun 2010, yaitu akuntabilitas, transparansi, nirlaba, penjaminan mutu, dan efektivitas dan efisiensi. Selain prinsip efektivitas dan efisiensi, pengertian dari prinsip-prinsip tersebut sama dengan pengertian di PP No 66 Tahun 2010.
Penerapan Prinsip Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Pemerintah mengeluarkan PP No 66 Tahun 2010 dan UU No 12 Tahun 2012. Kedua aturan tersebut memiliki perbedaan dan persamaan asas GCG dan prinsip penyelenggaraan pendidikan sebagai berikut:
Tabel 1. Asas GCG dan Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Sumber: KNKG, 2006; PP no. 66 tahun 2010; UU no. 12 tahun 2012 Terdapat perbedaan yang utama antara prinsip GCG dan penyelenggaraan pendidikan yaitu prinsip nirlaba. Di asas GCG tidak terdapat prinsip nirlaba seperti yang terdapat
98
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
pada prinsip penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan tidak memiliki tujuan utama untuk mencari keuntungan. Hasil dari proses pengelolaan dana bagi pendidikan digunakan untuk pengembangan sumber daya manusia, sarana, dan prasarana perguruan tinggi. Sedangkan di perusahaan, tujuan utama dari operasional perusahaan adalah mencari keuntungan. Perbedaan lain antara asas GCG dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan yaitu prinsip penjaminan mutu. Di asas GCG tidak terdapat prinsip penjaminan mutu seperti yang terdapat pada prinsip penyelenggaraan pendidikan. Institusi pendidikan, terutama PT, merupakan institusi yang mencetak dan menghasilkan lulusan yang diharapkan memiliki kompetensi dan kualitas yang baik. Untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kualitas baik, maka dibutuhkan proses pembelajaran, kurikulum, pendidik, sarana dan prasarana yang bermutu dan sesuai standar yang telah ditetapkan. Dengan demikian, dalam proses pendidikan hendaknya terdapat penjaminan mutu bahwa lulusan yang dihasilkan akan sesuai dengan standar dan memiliki kualitas yang baik. Selain itu, di dalam PP No 66 Tahun 2010 terdapat prinsip akses berkeadilan sedangkan di UU No 12 Tahun 2012 prinsip tersebut digantikan dengan prinsip efisiensi dan efektivitas. Berdasarkan pengertian efisiensi dan efektivitas, maka penggunaan sumber daya yang diperoleh oleh perguruan tinggi hendaknya tepat sasaran dan tidak terjadi pemborosan. Perguruan tinggi dapat mencari sumber pendanaan sendiri, mandiri, otonomi, yang berasal dari luar penerimaan dana mahasiswa. Dana-dana tersebut dapat diperoleh dari pemerintah (misalnya hibah penelitian dan nonpenelitian), donatur, yayasan, kerja sama dengan lembaga atau perusahaan dalam negeri maupun luar negeri. Dana hendaknya digunakan sesuai tujuan penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan sumber daya yang tepat sasaran. Juga tidak digunakan dengan semena-mena sehingga terjadi pemborosan atau untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Penerapan prinsip penyelenggaraaan pendidikan tinggi berdasarkan UU No 12 Tahun 2012 tentang PT dalam mendukung good university governance sebagai berikut: 1. Prinsip Akuntabilitas Akuntabilitas adalah komitmen PT untuk mempertanggungjawabkan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses penyelenggaraan pendidikan kepada stakeholders. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat diukur dengan jumlah mahasiswa dan dosen yang ada, sarana dan
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
99
Pemikiran Alumni UAJY
prasarana, proses belajar mengajar (PBM) yang mendukung kualitas dan kompetensi lulusan, penelitian dan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan. PT di Indonesia memiliki otonomi yang besar dalam menyelenggarakan proses pendidikan (Saint, 2009). Menurut Gillies (2011; 11), otonomi sebuah perguruan tinggi bisa meliputi rekrutmen dan promosi karyawan di semua level dan bagian, menyetujui adanya pembukaan prodi baru atau lembaga/unit baru, melakukan dan memilih kegiatan penelitian, dan dapat menentukan arah, visi, misi, dan kebijakan universitas. Dengan otonomi yang tinggi di universitas, maka kegiatan dan proses penyelenggaraan ditentukan dan diputuskan sendiri oleh sivitas akademika. Apapun kegiatan dan program kerja yang dilaksanakan oleh universitas hendaknya dapat dipertanggungjawabkan sehingga prinsip akuntabilitas dalam perguruan tinggi dapat tercapai, dengan demikian, terciptalah good university governance. 2. Prinsip Transparansi Transparansi adalah keterbukaan dalam penyajian informasi yang relevan mengenai kegiatan dan proses penyelenggaraan pendidikan secara tepat waktu dan akurat kepada stakeholders. Dalam proses pengambilan keputusan, pimpinan dan pejabat struktural di PT mengutamakan kesepakatan secara kolegial. Kolegial memiliki arti kesepakatan/keputusan yang dibuat berdasarkan keputusan bersama pada posisi sebagai kolega atau rekan kerja. Kolegial bersifat kolektif dan keputusan diputuskan dan disetujui bersama-sama. Dengan proses yang seperti itu, maka transparansi merupakan persyaratan dasar untuk menjaga akuntabilitas institusi perguruan tinggi/universitas (Jensen, 2010; 19). Perguruan tinggi memiliki stakeholders yang mempunyai kepentingan masing-masing. Mahasiswa menginginkan pendidikan yang berkualitas, karyawan menginginkan kondisi yang kondusif dalam kegiatan pelayanan ke mahasiswa, lingkungan bisnis menginginkan lulusan yang berpendidikan baik, pemerintah menginginkan pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan, yang meliputi tridharma perguruan tinggi, dapat berjalan dengan baik (Gillies, 2011: 4). Dengan adanya berbagai kepentingan tersebut, maka hendaknya PT dapat transparan dalam pengambilan keputusan sehingga stakeholders mengetahui dengan pasti tujuan dan proses pembuatan suatu keputusan, dengan demikian, terciptalah good university governance.
100
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
3. Prinsip Nirlaba Nirlaba adalah penyelenggaraan pendidikan tidak bertujuan untuk mencari keuntungan sehingga dana yang diperoleh digunakan untuk peningkatan kualitas pelayanan dan pengembangan sarana prasarana sehingga dapat mendukung pembentukan lulusan yang berkualitas. PT merupakan institusi yang bergerak di bidang jasa dalam rangka pembentukan lulusan yang berpendidikan. Baik PTN maupun PTS, masing-masing memiliki otonomi untuk mengelola keuangan. PTN bertanggung jawab kepada pemerintah, sedangkan PTS bertanggung jawab kepada yayasan. Harapannya adalah baik PTN maupun PTS tidak menghalalkan segala cara untuk mencari dana dan keuntungan hanya semata-mata dorongan/motivasi dari pihak-pihak tertentu untuk kepentingannya. Prinsip nirlaba ini juga diterapkan dalam tri dharma PT. Dalam hal pengajaran, hendaknya pendidik lebih mengutamakan kualitas pengajaran dan pembelajaran bagi mahasiswa dibandingkan dengan hasil yang akan diperoleh bagi pendidik. Dalam hal penelitian, dana penelitian yang diperoleh melalui berbagai sumber hendaknya digunakan dengan semestinya dan tidak mencari keuntungan sendiri atau kelompok tertentu. Dalam hal pengabdian masyarakat, program kerja dan kegiatan kepada masyarakat hendaknya bertujuan untuk mengembangkan potensi, kemampuan, dan pengetahuan masyarakat. Para akademisi lebih menekankan kepada cara dan metode yang baik dalam pengabdian kepada masyarakat, tidak menekankan akan hasil yang diterima dari program pengabdian tersebut, dengan demikian, terciptalah good university governance. 4. Prinsip Penjaminan Mutu Penjaminan mutu adalah kegiatan, program kerja dan layanan PT dilaksanakan dengan memenuhi/melampaui standar nasional dan secara terus-menerus berupaya meningkatkan mutu pelayanan pendidikan. PT merupakan institusi di bidang jasa yang mencetak lulusan yang berkualitas. Maka proses pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan berpedoman pada standar pendidikan sehingga lulusan yang dihasilkan memiliki kualitas sesuai harapan stakeholders. Hasil akhir dari proses penyelenggaraan pendidikan adalah lulusan yang berkualitas dan sesuai dengan standar. Untuk itu, dibutuhkan kerja sama semua pihak di dalam universitas. Bukan hanya tugas pendidik, tetapi semua pihak dalam pemberian pelayanan juga berperan dalam penjaminan mutu.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
101
Pemikiran Alumni UAJY
Prinsip penjaminan mutu ini juga dapat diterapkan dalam tri dharma PT. Dalam hal pengajaran, pendidik hendaknya memberikan informasi terbaru berkenaan dengan ilmu yang disampaikan. Proses belajar mengajar dilakukan interaktif dan mengutamakan keaktifan mahasiswa. Dalam hal penelitian, pendidik hendaknya melakukan penelitian sesuai dengan bidangnya, sehingga hasil penelitian tersebut dapat dibagikan ke berbagai pihak dan memberi tambahan wawasan baru sehingga kualitas pendidik dan mahasiswa lebih baik. Dalam hal pengabdian masyarakat, program kerja dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat hendaknya dapat membantu dan mengembangkan potensi dan kemampuan masyarakat sehingga kegiatan tersebut memiliki nilai tambah, berkualitas, dan bermanfaat, dengan demikian, terciptalah good university governance. 5. Prinsip Efektivitas dan Efisiensi Efektivitas dan efisiensi adalah kegiatan dan program kerja perguruan tinggi yang menggunakan berbagai sumber daya diupayakan agar tepat sasaran dan tidak terjadi pemborosan. Perguruan tinggi membutuhkan sumber daya dan dana untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal. Dana yang diperoleh dapat berasal dari penerimaan mahasiswa, pemerintah, yayasan, lembaga/perusahaan, dan donatur. Perguruan tinggi mempunyai otonomi dan kemandirian untuk memperoleh dana tersebut. Dana yang diperoleh hendaknya digunakan dengan sebaik-baiknya untuk mendukung proses pendidikan yang berkualitas. Prinsip ini juga dapat diterapkan dalam tridharma perguruan tinggi. Dalam hal pengajaran, apapun kegiatan yang mendukung proses belajar mengajar yang berkualitas hendaknya memiliki tujuan yang jelas dan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh lulusan. Dalam hal penelitian, dana penelitian yang diperoleh hendaknya dapat digunakan dengan sebaik-baiknya tanpa ada pemborosan dan mencari keuntungan untuk diri sendiri atau suatu kelompok. Dalam hal pengabdian kepada masyarakat, program kerja yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat sehingga pengabdian yang diberikan tepat sasaran dan dilaksanakan dengan pertimbangan dana yang sesuai dengan proses pelaksanaan pengabdian masyarakat, dengan demikian, terciptalah good university governance. Berdasarkan uraian di atas, pemerintah telah menetapkan UU yang di dalamnya terdapat prinsip-prinsip pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan. Dengan adanya prinsip tersebut, diharapkan PT dapat melaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mendukung terciptanya good university governance.
102
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
Kesimpulan Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas dan memiliki mutu standar sangat diharapkan oleh berbagai pihak. Lulusan yang berkompeten dari PT dapat membantu pembangunan dan pengembangan suatu negara. Universitas merupakan institusi yang relevan dalam membantu pertumbuhan ekonomi yang terdiri dari para akademisi dan orang berpendidikan. Universitas memiliki kemampuan dalam menciptakan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, mengembangkan talenta dan kemampuan mahasiswa, mendorong terciptanya inovasi/ide baru dalam ilmu pengetahuan dan kaya dengan pembelajaran nilai-nilai budaya dan kehidupan. Proses penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, tidak hanya bertitik berat pada proses belajar mengajar atau sistem pengajaran, tetapi juga didukung dengan program dan hasil penelitian serta pengabdian kepada masyarakat. Dengan demikian, universitas tidak hanya merupakan tempat pengajaran saja, tetapi juga tempat penelitian yang dapat menghasilkan suatu karya atau ilmu pengetahuan baru. Tri dharma PT harus dilaksanakan sesuai prinsip penyelenggaraan pendidikan sehingga pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik. Meskipun informasi keuangan tidak disampaikan kepada publik, demi menjaga image dan nama baik perguruan tinggi, maka good university governance diperlukan penerapannya di universitas di Indonesia.
Daftar Pustaka Aurangzeb and Khola Asif, 2012, Developing Good Governance, Management and Leadership in Universities and Degree Awarding Institutions (DAIs): A Case of Pakistan., International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences November 2012, Vol. 2, No. 11. Barakonyi, Karoly., 2007, University Governance Overview And Criticism on The Hungarian Situation., Proceeding DRC Summer. Endri, 2006, “Best Practice Good Corporate Governance Dalam Pengelolaan Perguran Tinggi Swasta.�, ILMU dan BUDAYA Volume : 27, No. 2. Gillies, Malcolm., 2011, University Governance Questions for New Era. Hatmodjosoewito, Soenarmo J., 2010, “Hubungan Antara Transparansi Pengelolaan Universitas dengan Kinerja Karyawan dalam Rangka Menciptakan Good University Gover-
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
103
Pemikiran Alumni UAJY
nance.”, Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis vol. 10 no. 1 hal. 1-18, Jakarta: Universitas Kristen Krida Wacana Jensen, Hans Siggaard., 2010, “Collegialism, Democracy, and University Governance –The Case of Denmark.”, Working Paper on University Reform no. 15., Denmark: Danish School of Education University of Aarhus. Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), 2006, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Kruecken, Georg., 2011, A European Perspective on New Modes of University Governance And Actorhood. Research & Occasional Paper Series: Center for Studies in Higher Education. 17. 11., Berkeley: University of California. Muhi, Ali Hanapiah., 2012; Membangun Good Governance pada Perguruan Tinggi di Indonesia. Peraturan Pemerintah no. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Peraturan Pemerintah no. 66 tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah no. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Peraturan Pemerintah no. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Prondzynski, Ferdinand Von., 2012, “Report of the Review of Higher Education Governance in Scotland.”, The Review of Higher Education Governance. Saint, William, 2009, “Guiding Universities: Governance and Management Arrangements around the Globe”, Human Development Network World Bank. Soegiono, Like dan Yudi Sebastian, 2012, Prinsip-Prinsip Good University Governance Berbadan Hukum Yayasan di Indonesia. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Swansson, James A., Karen E. Mow, Stephen Bartos., 2005, “Good University Governance in Australia.”, Proceedings of 2005 Forum of the Australasian Association for In stitutional Research. http://gustiphd.blogspot.com http://kampus.okezone.com/read/2012/01/09/373/553998/large
104
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
HUJAN BURUH DI PABRIK BERITA: ABSENNYA UNIVERSITAS? Luviana Alumni FISIP 1991 Jurnalis dan Dosen “Jika masih ada buruh yang turun ke jalan, artinya masih ada dosen yang ter-
lelap dan para mahasiswa yang tertidur pulas di kampus-kampus.�
Pameo ini sering terdengar di antara kelompok buruh di Jakarta. Pertimbangannya sederhana: jika masih ada buruh yang turun ke jalan untuk memperjuangkan nasibnya, ini artinya dosen di kampus gagal mendidik para calon borjuis, elit dan pemilik modal. Yang lainnya, sebagai dosen ia akan dinilai gagal, karena ia tak mengajak mahasiswanya turun ke jalan, berjuang bersama para buruh lainnya.
Di kalangan jurnalis sendiri, organisasi Cerita lain tentang bagaimana relaserikat buruh atau serikat pekerja tak si antara dosen dan buruh ini datang dari salah seorang aktivis buruh Indonesia, Dina pernah membesar. Penyebabnya, Ardiyanti. Dina adalah lulusan pascasarjana pemberangusan serikat pekerja meUniversidade Estadual De Campinas, Brazil. dia yang terjadi dari jaman Orde Baru Dina bercerita bagaimana di Brazil, ketika hingga sekarang menjadi momok bagi ada satu buruh yang di PHK di pabrik, maka para dosen dan mahasiswa kemudian para buruh di media. akan bersama-sama turun ke jalan untuk memberikan pembelaannya. Kampus-kampus akan menutup gerbangnya, para dosen dan mahasiswa memegang pengeras suara di atas mobil-mobil komando para buruh. Tentu, cerita di Brazil tidak bisa begitu saja dibandingkan dengan cerita di Indonesia. Namun cerita Dina Ardiyanti dan diskusi yang diadakan kelompok-kelompok buruh di Jakarta memberikan catatan penting tentang bagaimana dosen dan mahasiswa di kampus selalu ditahbiskan menjadi kelompok penentu dalam sebuah gerakan sosial politik.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
105
Pemikiran Alumni UAJY
Jumisih, buruh di pabrik sepatu di Tangerang dan Sri, buruh pabrik konveksi di Cakung, Jakarta Utara tentu tak akan merasa sendiri dalam berjuang, jika ada dosen dan mahasiswa yang menemaninya merubah nasib. Jumisih, setiap hari harus bekerja menyiapkan sol sepatu yang kemungkinan akan dipakai David Bechkam di pertandingan-pertandingan bola paling prestisius di dunia. Sri harus meninggalkan anaknya kala sakit, hanya untuk menyiapkan kain-kain yang akan dipakai oleh para model-model di Amerika. Sepatu dan baju ini kemudian dipercantik, menjadi keluaran merk-merk terkenal, menggelinding dari pabrik-pabrik di Tangerang ke Eropa, Amerika dan dipakai oleh para pesohor dunia. Tak salah jika banyak orang kemudian menyebut, bahwa buruh adalah alas kaki dunia. Jika demikian, pertanyaan berikutnya: apakah kampus atau universitas-universitas sudah mempersiapkan mahasiswanya sebagai penggerak perubahan nasib buruh? Atau kampus hanya mempersiapkan skill dan ketrampilan agar mahasiswanya menjadi buruh yang ‘unggul’ di bidangnya dan mendidik calon borjuis dan elit politik untuk lebih menguasai kapital? Jika buruh memang diakui sebagai entitas penting dalam kurikulum universitas, lalu mengapa masih minim mata kuliah yang spesifik mempelajari tentang buruh dan relasinya secara ekonomi politik yang diajarkan pada mahasiswa? Tulisan ini akan memfokuskan mengapa pelajaran tentang buruh minim masuk dalam kurikulum. Pertanyaannya sederhana: jika tak pernah menjadi subyek, bagaimana buruh bisa menjadi catatan penting bagi para mahasiswa yang nantinya akan bekerja sebagai buruh? Jika tak pernah menjadi subyek, bagaimana gerakan sosial bisa percaya bahwa perubahan awal telah dilakukan oleh kampus sebagai pencetak buruh dan para pemilik modal? Catatan ini paling tidak untuk mengkritisi sejumlah mata kuliah ketika saya dan beberapa kawan mengambil kuliah—khususnya di Jurusan Ilmu komunikasi. 1. Buruh dan Gerakan Sosial Politik Sebagai sebuah sekolah, gerakan buruh adalah sekolah ‘perang’ yang baik. Tak pernah kalah militan jika dibandingkan dengan sekolah gerakan mahasiswa di jaman Soeharto atau gerakan petani di masa Orde lama hingga Orde baru. Pun, ketika gerakan petani mengalami ketertatihan di masa reformasi hingga kini. Gerakan buruh mengajarkan ilmu kritis secara langsung, ilmu bagaimana cara menggalang perubahan dan berlawan.
106
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
Buruh adalah kelas maha penting di dunia ini, namun nasibnya selalu buruk. Terpuruk oleh tumpukan kepentingan bisnis dan para pemodal. Penentu nasib jutaan orang namun selalu dilindas roda industri tak menentu: kapitalisme, kepentingan politik. Di masa kini, tak ada partai di Indonesia yang serius memperjuangkan buruh, tak ada pemerintahan yang dengan kepala tegak membela nasib buruh. Semua cuci tangan oleh banyaknya kepentingan jika berbicara buruh. Padahal ada nasib Jumisih yang di ujung tanduk, nasib Sri yang akan di PHK karena union busting, ada banyak buruh migran yang harus dihukum gantung karena membela nasibnya di negeri orang. Kelas buruh lahir di Indonesia sejak jaman pendudukan Belanda seiring dengan lahirnya imperialisme di Indonesia. Sejahrawan M.C. Ricklefs dalam buku Sejarah Indonesia Modern menyebut bahwa sejarah buruh dimulai setelah VOC, sebuah perusahaan dagang Belanda datang ke Indonesia. M.C. Riffklefs selanjutnya menulis, serikat buruh pertama di Jawa didirikan pada tahun 1905 oleh buruh-buruh kereta api dengan nama SS Bond (Staatspoorwegen Bond). Kepengurusan organisasi ini sepenuhnya dipegang oleh orang-orang Belanda. Serikat buruh SS Bond tidak pernah berkembang menjadi gerakan yang militan dan berakhir pada tahun 1912, John Ingleson dalam buku Perkotaan, Masalah Sosial, dan Perburuhan di Jawa Masa Kolonial, mencatat bahwa pergerakan serikat buruh memiliki peran penting dalam membangun kesadaran perjuangan nasional sejak lahirnya VSTP atau Vereniging van Spoor en Tramwegpersoneel yang berdiri pada tanggal 14 November 1908. Beberapa serikat buruh kereta api di Pulau Jawa mulai menginisiasi pemogokan demi pemogokan besar guna melakukan tuntutan atas upah mereka. Ini adalah peristiwa yang sangat layak diingat di dalam sejarah Indonesia mengingat pada kesempatan itulah muncul sebuah bentuk organisasi modern pertama yang memiliki massa begitu banyak yang secara terang-terangan berani menyuarakan pendapat mereka. Peristiwa pemogokan tersebut memang gagal dan mengakibatkan ribuan buruh dipecat dan digantikan dengan yang baru, namun masa ini kemudian banyak melahirkan tokoh sosialis di Indonesia, salah satunya Semaun. Peristiwa tersebut dapat menjadi bahan refleksi bagi perjuangan kaum buruh kontemporer akan posisi mereka di dalam politik nasional bahwa buruh pernah menjadi kekuatan politik yang revolusioner. Pada masa Orde`Lama, kekuatan buruh kemudian membentuk Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai organisasi dan partai yang besar dan berhasil masuk parlemen. Di masa
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
107
Pemikiran Alumni UAJY
Orde Baru, Presiden Soeharto membubarkan organisasi buruh dan partai buruh. Setelah itu, ia hanya memperbolehkan satu serikat yang muncul dan tanpa menggunakan embel-embel kata buruh, melainkan dengan kata pekerja. Yang diperbolehkan hidup kala itu hanyalah Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). Kepentingan buruh menjadi mati karena dikendalikan pemerintah. Organisasi di masa ini hanya sekedar menjadi organisasi kepanjangan pemerintah dan tak memperjuangkan kepentingan buruh karena buruh tak boleh memperjuangkan kesejahteraan apalagi berpolitik. Mykaela Nyman mencatat, di masa inilah, Soeharto menutup katup-katup perjuangan ekonomi dan politik bagi buruh. Di awal tahun 1990 organisasi buruh tak mau lagi dibungkam dan terus tumbuh walau hingga sekarang, kondisi buruh tetap tergilas oleh kepentingan-kepentingan kapital yang tak berpihak pada mereka. Di kalangan jurnalis sendiri, organisasi serikat buruh atau serikat pekerja tak pernah membesar. Penyebabnya, pemberangusan serikat pekerja media yang terjadi dari jaman Orde Baru hingga sekarang menjadi momok bagi para buruh di media. Di masa Orde Baru misalnya, ketika pemerintahan Soeharto tak memperbolehkan berdirinya serikat dan organisasi, yang muncul kemudian hanya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) sebagai organisasi tunggal yang mendapat ijin dari pemerintah. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) lahir di tahun 1996 sebagai kemarahan kepada pemerintah yang selalu melakukan pemberangusan media dan organisasi media. AJI mencatat, hingga tahun 2015 hanya sekitar 30 serikat pekerja media yang terbentuk dari kurang lebih 3.000 media yang ada di Indonesia saat ini. Selain soal banyaknya pemberangusan serikat pekerja media, persoalan lain yang menimpa media di Indonesia saat ini adalah terdapatnya sejumlah media yang digunakan untuk kepentingan politik pemiliknya: selain untuk kepentingan bisnis pribadi, juga untuk kepentingan partai pemiliknya. Hal inilah yang menyebabkan para jurnalis kemudian berada dalam posisi terpojok, tak bisa kritis pada ruang redaksi, apalagi masuk dalam sebuah organisasi. Kepongahan Orde Baru ternyata menimbulkan persoalan hingga sekarang. Jika di jaman Orde Baru, media dan posisi para buruhnya dikuasai oleh pemerintah, maka untuk kondisi saat ini, media dan para buruhnya dikuasai oleh pemilik-pemilik media. Dalam kondisi ini, maka jurnalis tak boleh mengkritisi ruang redaksi. Ia juga tak boleh kritis terhadap tulisan yang mengkritik para pemilik media. Padahal ruang redaksi sejatinya harus berjuang bagi publik.
108
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
Mengapa jurnalis sulit untuk berorganisasi dan sulit menjadi kritis di medianya sendiri? Pertanyaan penting ini paling tidak bisa dijawab, ketika sejak mahasiswa, pihak universitas atau kampus-kampus sudah memberikan pemetaan soal kondisi industri, kondisi media di Indonesia dan apa yang harus diperbuat oleh para buruh-buruhnya. 2. Buruh dan Media di Indonesia Ada tiga hal penting yang bisa dikritisi di media. Pertama, soal siapakah pemilik media dan ada kepentingan apakah di dalamnya? Kedua, apakah media sudah memberikan ruang bagi publik? Ketiga, soal bagaimana nasib buruh di media?
Selain soal kepemilikan media
dan ruang publik, persoalan maha
penting di media yaitu soal mem-
perjuangkan nasib buruh di media.
Hal inilah yang minim sekali dibahas Sejarah turut mencatat bagaimana sedi diskusi-diskusi tentang media, di buah ruang publik digunakan untuk berbagai kuliah-kuliah yang diselenggarakan macam kepentingan. Kepentingan politik dan universitas. juga ekonomi. Trend yang terjadi di Indonesia saat ini membuktikan, ruang publik di media digunakan oleh para pemilik media untuk kepentingan ekonomi dan politik. Jurgen Habermas menyatakan, ruang publik seharusnya digunakan sebagai komunikasi bagi publik sebagai bagian dari entitas publik. Hannah Arrendt kemudian mengkategorikan ada kelas marjinal yang tidak mendapatkan tempat di ruang publik, seperti perempuan dan anak-anak. Dalam situasi sosial dan pesatnya perkembangan media virtual saat ini, media telah menjadi kekuatan tersendiri dalam perubahan. Media mampu membentuk, memberi fokus dan mempercepat opini publik. Sehingga ada dictum yang mengatakan bahwa media tidak hanya berfungsi untuk menciptakan, tetapi juga menghancurkan citra. Sejumlah televisi di Indonesia contohnya. TV di Indonesia dalam programnya, lebih banyak memberikan porsi atau program hiburan kepada masyarakat. Yang lainnya, sejumlah program kemudian dibuat untuk kepentingan politik pemilik media. Pembawa acara program TV, misalnya, menjadi caleg salah satu partai yang pemilik medianya adalah pemimpin partai tersebut. Dari sinilah kita bisa melihat bahwa media sarat dengan kepentingan politik. Pemilik media melakukan framing seolah-olah bahwa suara
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
109
Pemikiran Alumni UAJY
editor di media adalah suara redaksi yang independen, padahal ini hanyalah framing pemilik media yang juga pemilik partai. Di luar itu, tentu saja ada banyak framing yang kemudian terjadi di media mainstream di Indonesia. Belum lagi kampanye-kampanye terselubung yang menggunakan frekuensi publik di televisi, ada kampanye berbentuk kuis, ada pula kampanye dalam program yang tayang hampir setiap hari yang dibungkus layaknya berita. Publik tak hanya kehilangan ruangnya, tetapi juga nasib ruang-ruang independensi newsroom yang terus digerogoti. Padahal ketika Edmund Burke mendeskripsikan bahwa media merupakan pilar penting untuk menyehatkan demokrasi, maka yang harus dilakukan adalah bagaimana media seharusnya bekerja secara independen dan menjauhkan diri dari kekerasan politik. Media harusnya berfungsi untuk memproteksi adanya kekerasan politik baru di media. Walaupun pada kenyataannya media sulit sekali melepaskan diri dari banyaknya intervensi. Namun pers yang sehat tetap harus independen, melakukan kritik terhadap pemerintah dan memberikan informasi dan ruang ekspresi bagi publik. Selain soal kepemilikan media dan ruang publik, persoalan maha penting di media yaitu soal memperjuangkan nasib buruh di media. Hal inilah yang minim sekali dibahas di diskusi-diskusi tentang media, di kuliah-kuliah yang diselenggarakan universitas. Buruh, dalam entitas di universitas seolah dilupakan, tergilas oleh atas nama keahlian, ketrampilan dan profesionalisme. Padahal buruh adalah entitas manusia. Di pundaknyalah nasib kita dipertaruhkan. 3. Kondisi Buruh di Media Adalah Karl Marx, yang pemikirannya mempengaruhi teori-teori kritis. Karl Max mengembangkan teori kritis di abad 19 ketika Eropa terjadi perubahan sosial. Teorinya tentang kelas, borjuisme dan kapital tak tergantikan oleh pemikir-pemikir modern hingga abad ini. Marx mengidentifikasi berbagai masalah terkait industrialisasi dan urbanisasi sebagai akibat dari tindakan yang diambil para elite dan kelas borjuis. Masalah muncul ketika kapitalis memaksimalkan keuntungan pribadi dengan mengeksploitasi kelas buruh. Marx menulis, kelas buruh harus bangkit melawan kapitalisme dan mengakhiri eksploitasi. Mereka harus bersatu untuk merebut alat-alat produksi (tenaga kerja, pabrik, dan tanah). Di Indonesia, gugatan terhadap media di Indonesia semakin menguat dengan semakin mencengkeramnya kapitalisme dalam industri media. Dalam persepektif ekonomi politik,
110
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
media merupakan wadah di mana terjadi tarik-menarik antara kepentingan ekonomi (pemilik modal) dan politik (permainan kekuasaan). Golding dan Murdock melihat bahwa produk media merupakan hasil konstruksi yang disesuaikan dengan dinamika ekonomi yang sedang berlangsung dan struktur-struktur dalam institusi yang menyokong berputarnya roda institusi media. Jadi dalam perspektif ekonomi politik, media tak pernah lepas dari kepentingan kekuasaan pemilik, politik dan struktur yang ada. Untuk melihat lebih dalam tentang kajian ekonomi dan politik media, Golding menyatakan ada posisi jurnalis (manusia) yang penting sekali untuk dibahas. Dari sinilah kita bisa bertanya sejumlah pertanyaan penting: dimanakah posisi jurnalis? Pertama, karena jurnalis berada dalam posisi penting untuk menegakkan independensi ruang redaksi. Kedua, mengapa jurnalis sangat sulit untuk berserikat? Ketiga, lalu apa yang dilakukan buruh jurnalis saat ini yang suaranya dibungkam pemilik media? Akankah para buruh jurnalis mencatatkan perlawanan seperti yang terjadi pada masa Orde Baru? Selain menegakkan independensi ruang redaksi, posisi penting lain dari jurnalis yaitu sebagai orang yang menjaga kebebasan pers di negeri ini. Ia adalah salah satu penjaga kebebasan berorganisasi dan berpendapat. Tulisannya soal manusia akan mempengaruhi banyak manusia yang lain. Kekuatannya dalam membaca jaman adalah bukti bahwa posisinya harus membawa suara masyarakat yang kritis terhadap pemerintah. Maka ia pun harus kritis di tempat di mana ia bekerja. Dalam pemetaan kelas misalnya, jurnalis bukanlah kelas buruh kasar yang tidak punya keahlian, namun jurnalis juga bukan kelas pemilik modal. Walaupun ia tetaplah buruh, sebutan untuk orang yang mendapatkan upah setiap bulannya. Banyak orang kemudian menyebutkan bahwa jurnalis adalah buruh intelektual, pekerja kreatif atau buruh kelas menengah (white collar). Jurnalis bukan pekerja teknis semata (tukang), namun jurnalis menuliskan berbagai macam peristiwa penting di negeri ini. Dalam UU ketenagakerjaan, jurnalis tetaplah buruh/ pekerja, tidak punya hak istimewa. Namun di sisi yang lain, jurnalis adalah sebuah profesi yang bekerja dan dilengkapi dengan kode etik jurnalistik. Kode etik jurnalistik di Indonesia menyebutkan jurnalis dan media tidak boleh berpihak, dll. Pertanyaan selanjutnya, mengapa jumlah serikat pekerja media jumlahnya minim jika dibandingkan dengan serikat buruh di pabrik yang kondisinya menjamur? Salah satu jawabannya adalah pemberangusan serikat yang tiada henti dari pemilik media. Hal lain yaitu banyak jurnalis yang belum sadar bahwa mereka adalah kelas buruh. Banyak yang belum mempunyai
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
111
Pemikiran Alumni UAJY
kesadaran tentang kekuatan perlawanan sebuah organisasi buruh. Seringkali, mengakui dirinya sebagai buruh adalah sebagai bagian dari bunuh diri kelas. Bagi beberapa buruh media, bekerja sebagai jurnalis atau produser di televisi misalnya merupakan sesuatu yang membanggakan di jaman ini. Ia bisa melihat perubahan di meja tempatnya bekerja. Ada kubikel-kubikel di mana ia mempunya tempat untuk merenung ketika bekerja. Ia bisa melihat kemeriahan suasana pesta tahunan di luar negeri, melihat kondisi politik terkini di negeri ini. Namun kondisi ini tak semulus yang dilihat orang. Jurnalis masih menghadapi persoalan lain. AJI mencatat banyak jurnalis yang kemudian mendapat PHK karena kritis. Kondisi serikat pekerja yang minim dengan jumlah media yang banyak membuat posisi jurnalis kian terdesak. Media yang sudah digunakan untuk kepentingan ekonomi politik juga menambah runyamnya nasib jurnalis. Selain itu minimnya jumlah serikat pekerja Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan ancaman untuk selalu di PHK ketika seharusnya tak hanya diisi mempertanyakan sesuatu.
untuk mahasiswa yang ingin
Dalam konsep berkumpul dan menjadi profesional, namun berorganisasi, jurnalis sebagai buruh kelas seharusnya mampu mencemenengah seharusnya mempunyai posisi tak mahasiswa yang kritis dan kuat karena posisinya yang strategis memmembangun perubahan. buatnya mudah untuk mengakses banyak hal. Namun yang terjadi, ketika ada jurnalis di-PHK misalnya, jurnalis lain memberikan dukungan dengan rasa takut. Jawabannya jelas, ada solidaritas hitam antarpengusaha media yang membuat kesetiakawanan di antara jurnalis menjadi tercerai-berai. Ini artinya, jurnalis di Indonesia masih bekerja di bawah ancaman. Tak hanya tak menguasai alat produksi, namun juga lemah karena tak bisa bernegosiasi. Jika ini terus terjadi, maka jangan heran jika banyak lagi buruh jurnalis yang akan gugur di tanah air ini. 4. Buruh dan Absennya Kurikulum Universitas Apakah kampus harus menyumbang pemikiran kritis untuk ini? Tentu saja. Sekolah, universitas akan mempersiapkan buruh-buruh yang bekerja di pabrik, buruh kelas menengah, kalangan profesional, elit dan para borjuis kecil.
112
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
Absennya universitas dalam menampilkan buruh dalam kurikulum di masa orde baru menjadi catatan penting di mana universitas ikut menyumbang ruang gelap di masa Orde Baru. Pendidikan tentang buruh tak diajarkan di kampus. Diskusi buruh hanya dilakukan oleh segelintir mahasiswa yang kritis terhadap pemerintah Orde Baru. Isu buruh hanya menjadi isu marjinal dalam diskusi kecil mahasiswa dan dalam aksi turun ke jalan yang disuarakan sejumlah mahasiswa. Padahal gerakan buruh telah lahir sebelum nusantara menjadi sebuah kesatuan bernama Indonesia, jaman di mana para buruh melawan perusahaan asing VOC yang menguasai nusantara. Setelah itu, di masa Orde Lama bahkan gerakan buruh menjadi partai besar dan mewujud ke dalam kekuasaan dan menguasai ruang parlemen. Namun suara buruh tak pernah disuarakan di dalam ruangan-ruangan kampus. Ideologi pemerintahan Orde Baru yang membunuh kekuatan buruh ternyata menjalar hingga ke kampus-kampus. Akibatnya, lebih banyak mahasiswa yang memilih untuk menjadi kalangan profesional, bangga mendapat cap sebagai kalangan menengah yang cerdas dan berkarir cemerlang, daripada bergabung bersama masyarakat, kritis dan mau turun ke jalan. Di masa reformasi hingga sekarang, kelas buruh di pabrik-pabrik terus bergerak. Melakukan kritik dan kampanye melalui media virtual, memenuhi jalanan, menutup jalan tol dan menduduki pabrik hingga istana presiden. Kekuatan buruh di Indonesia menjadi kekuatan dahsyat dalam lima tahun terakhir. Mereka membentuk serikat besar, organisasi besar dan berjuang untuk upah murah, menghapuskan outsourching hingga isu-isu baru yang lazim terjadi dalam gerakan sosial baru. Sejumlah aktivis buruh kemudian juga masuk ke ruang-ruang di parlemen. Walau tak ada partai yang serius memperjuangkan buruh dan pemerintah yang mempunyai banyak kepentingan, namun gerakan buruh tetap berdiri kokoh untuk melawan. Konstruksi dan semangat gerakan buruh ini seharusnya menjadi semangat universitas untuk memperbaiki kurikulum. Hari ini, setelah meninggalkan gelapnya masa Orde Baru, seharusnya isu buruh sudah masuk menjadi kurikulum universitas. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) seharusnya tak hanya diisi mahasiswa yang ingin menjadi profesional, namun seharusnya mampu mencetak mahasiswa yang kritis dan membangun perubahan. Universitas harus menjadi ruang kritis dalam melihat persoalan. Untuk tak hanya sekedar membuat prestasi dan berkarir cemerlang, namun bagaimana menumbuhkan kekritisan menjadi dan membuat perubahan.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
113
Pemikiran Alumni UAJY
Solidaritas adalah makna penting yang harus ditumbuhkan di ruang kuliah. Berteriak di jalan tentu tidak cukup jika di ruang kuliah kita hanya mendengar tentang gegap-gempita bagaimana cara membuat prestasi gemilang. Lalu bagaimana cara universitas memberikan sumbangan bagi buruh yang kritis yang akan berlaga di medan ‘perang’? Universitas sebaiknya menjadikan mata kuliah buruh sebagai mata kuliah wajib, dimana para mahasiswa kemudian diajarkan tentang perspektif kritis dan melihat media dalam perspektif ekonomi politik. Diskusi-diskusi buruh dan isu marjinal lain seperti petani, miskin kota, nelayan hendaknya tak lagi dilakukan oleh segelintir mahasiswa, namun mampu memenuhi ruang kuliah dan turun ke jalan. Mahasiswa tak hanya melakukan kampanye individual di ruang virtual namun kampanye tentang gerakan buruh dan gerakan marjinal. Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang menjadi kuliah wajib bagi mahasiswa harusnya juga bukan berisi laporan catatan apa yang telah mahasiswa lakukan untuk menambah ketrampilan, namun harus berisi catatan kritis tentang apa yang ia lihat sebagai sebuah sistem, mesin pencetak dan hubungannya dengan manusia (human right). Kuliah Kerja Nyata (KKN) juga hendaknya digunakan sebagai media bagi mahasiswa untuk melihat kemiskinan yang tergerus oleh kepentingan-kepentingan besar di negeri ini. Petani yang tak punya tanah, buruh yang harus ngenger hingga ke Malaysia dan Saudi, atau anak-anak nelayan yang mati kelaparan dan tak bisa bersekolah. UKM tak hanya diisi untuk menjadi kalangan profesional, namun kritis memandang jaman. Sejumlah universitas di Indonesia memang telah mencoba memasukkan mata kuliah kajian kritis dalam jurusan kajian media, namun ternyata tak banyak universitas yang bertahan untuk memperjuangkannya. Penyebabnya, karena para mahasiswa nyaris hanya tertarik untuk bekerja setelah kuliah, lebih tertarik mengambil mata kuliah praktis dan tidak mau memilih mata kuliah kajian. Jika memang ini yang terjadi, maka mata kuliah perburuhan seharusnya masuk dalam kurikulum atau menjadi perspektif wajib dalam mata kuliah komunikasi pada umumnya. Jika ini terus dilakukan, maka mahasiswa dan dosen pun akan cepat bergegas turun ke jalan jika ada buruh yang sedang berjuang mengubah nasibnya. Kita tak akan kehilangan anak-anak muda kritis yang mencetak perubahan. Tak akan ada dosen yang menolak untuk mengajak mahasiswanya memegang pengeras suara di atas mobil-mobil komando.
114
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
Hal lain, para pejuang di kampus ini tentu akan mengubah nasib para buruh di Indonesia dari putaran roda kemiskinan. Dan tentu saja, memotong daftar buruh yang banyak berguguran di pabrik berita. Pejuang perubahan siap menancapkan nyali, untuk merubah jaman. ***
Daftar Pustaka Mosco, Vincent, The Political Economy of Communication, SAGE Publication, London, 2009. Peter Golding dan Graham Murdock, The Political Economy of the Media, Edward Egar Publishing, 1997 Abdul Manan dkk, Laporan Tahunan AJI 2014, 2014 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Serambi, 2008. Michele Ford, “Civil Society dan The Challengers of The Post Suharto era”, Jurnal LMD, 2000 Baran dan Davis, Mass Communication Theory: Foundations, Ferment, and Future. 6th, ed. Boston: Wadsworth Publising, 2011 John Ingleson dalam “Perkotaan, Masalah Sosial, & Perburuhan di Jawa Masa Kolonial”, Akatiga, Bandung. Mikaela Nyman, “Civil Society dan The Challengers of The Post Suharto era” dalam Democratization in Post Soeharto Indonesia, Edited Marco Bunte and Andreas Ufen, Routledge, 2009 Michele Ford, “Civil Society dan The Challengers of The Post Suharto era”, Jurnal LMD, 2000 Fahmi Panimbang dkk, Memetakan Gerakan Buruh, LIPS, Penerbit Kecik, Sawit Watch, 2012.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
115
Pemikiran Alumni UAJY
LEADERSHIP BY WALKING AROUND Wirawan Radianto FE Akuntansi 1990 Dosen Universitas Ciputra Surabaya
Life is a matter of giving and making difference. Dua puluh tahun lalu saya menyelesaikan studi saya di UAJY. Lahir di Yogyakarta dan besar di Sunda (Sukabumi dan Bogor) lalu kembali lagi ke Yogyakarta tahun 1990. Pengalaman kuliah tidak mungkin dilupakan, karena selama lima tahun itulah ‘hidup’ saya terbentuk. Kuliah sambil bekerja, kuliah sambil pacaran dengan dana pas-pasan, kuliah sambil ‘berpuasa’ karena bulanan tidak selalu mencukupi, kuliah sambil mengajar Lotus dan Wordstar dengan gaji Rp 20.000, kuliah sambil menerima pengetikan, dan yang pasti kuliah sambil menikmati kota Jogja yang begitu menginspirasi. No regret! Melalui proses panjang dalam kehidupan saya, sejak menjadi junior akuntan sampai manajer toko di salah satu toko di Malioboro sejak saya kuliah—saat itu tidak jelas apakah saya kuliah sambil bekerja atau bekerja sambil kuliah—lalu menjadi dosen kemudian menjadi Ketua Program Studi Akuntansi sampai wakil dekan di salah satu PTS Yogyakarta, anggota tim sampai project leader berbagai proyek dari Jogja hingga Aceh—saya aktif di LSM—, staf ahli salah satu BPR milik pemerintah daerah, sampai berwirausaha membuka warung makan dan catering dengan istri saya, hingga saat ini saya menjadi dekan dan entah besok apa lagi: saya merasakan bagaimana proses leadership merupakan aspek yang sangat penting bagi karir saya. Pengalaman saya masih sangat sedikit dibandingkan dengan banyak orang. Meski sedikit tapi saya ingin berbagi karena UAJY adalah bagian dari kehidupan saya yang tidak pernah saya lupakan—termasuk menemukan istri. Tulisan ini adalah refleksi dari pengalaman kuliah di jurusan Akuntansi UAJY (19901995) yang ternyata memberi dampak besar bagi kehidupan saya. Tulisan ini terinspirasi dari seorang kolega saya yang mengatakan: “Boleh saya bilang gaya leadership Pak Wir ini adalah Leadership by walking around”.
116
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
Kegagalan: Jembatan Emas Kehidupan Satu hal yang seringkali ditakuti manusia adalah kegagalan. Namun demikian kegagalan tidak pernah pergi dari kehidupan setiap orang. Karena itu kita harus selalu siap dengan kegagalan, namun demikian jangan kegagalan itu menjadi sahabat karena kalau kita bersahabat dengan kegagalan maka pastilah hidup kita selalu ‘ditemani’ oleh kegagalan. Saya alumni Jurusan Akuntansi UAJY tahun 1990. Saat itu Jurusan Akuntansi masih dua kelas, masih dibagi kelas ganjil dan kelas genap, masih akrab satu dengan yang lainnya bahkan sampai saat ini saya masih ingat teman-teman saya. For some reasons it was a great class! Kira-kira satu tahun berikutnya, saya diajak Christian Prasetya menjadi salah satu anggota BEM. Saat itu saya tertarik karena ingin tahu bagaimana bergorganisasi di universitas. Sejak SMP sampai SMA selalu berorganisasi bahkan di SMP saya menjadi ketua OSIS. Setelah bergabung beberapa waktu, ternyata saya merasa ‘tidak pas’ untuk bergorganisasi saat itu. Saya merasa tidak bisa bergaul dengan baik, saya merasa tidak nyaman berada di tengah-tengah mereka, merasa tidak cocok dengan programnya. Alhasil saya tidak melakukan tugas apapun yang signifikan, saya hanya ‘penggembira’ bahkan ketika ada acara besar saya tidak ikut bekerja. Saya merasa gagal saat itu, beberapa teman mencibir saya. Apa boleh buat, saya harus menerima kondisi tersebut dengan rasa malu. Pengalaman tersebut begitu membekas di hati saya karena begitu menyakitkan. Sejak saat itu saya tidak mau lagi berorganisasi apalagi menjadi pemimpin. What a bad experience! Waktu terus berjalan dan saat ada retret dengan Jurusan Arsitektur, entah bagaimana kami dapat berinteraksi dengan luar biasa, sehingga setelah retret berakhir kami masih sering bertemu bahkan mendirikan persekutuan yang diberi nama PPMK Kasih. Tanpa disadari proses tersebut membawa saya belajar lagi berorganisasi. Banyak kegiatan yang kami lakukan sampai kami pernah mendukung pembangunan sebuah gereja di Sragen. Luar biasa! Waktu pun berlalu dan akhirnya kami berkarir, menikah, pindah kota, fokus pada pekerjaan masing-masing namun beberapa di antara kami masih saling berhubungan sampai saat ini lewat Whatsapp. Saya merenungkan kegagalan saya di BEM. Apakah salah rekan-rekan saya? Jawabannya TIDAK. Kesalahan ada pada saya. Kenapa? Karena saya tidak memberikan diri saya untuk belajar mengenal mereka, saya tidak memberikan telinga saya untuk mendengar mereka, saya tidak memberikan mata saya untuk memperhatikan mereka. Saya tidak belajar. Saya tidak belajar. Sekali lagi saya tidak belajar! Ketika di PPMK Kasih mengapa saya begitu menikmati kebersamaan tersebut? Karena saya memberikan diri saya untuk dikenal dan mengenal mer-
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
117
Pemikiran Alumni UAJY
eka, saya belajar mengenal sahabat-sahabat saya. Itulah perbedaannya dan itulah ‘KLIK’ buat saya untuk melihat bahwa kegagalan adalah ‘jembatan emas’. Kegagalan adalah jembatan untuk kita terus maju, menghubungkan masa lalu dan masa depan. Emas yang berkualitas adalah emas yang ditempa oleh panas. Selama kita berjalan melalui jembatan emas maka kita sebenarnya ditempa oleh panas, kesulitan, hambatan, keterpurukan, penyesalan dan KEGAGALAN. Ketika kita berhasil melewati jembatan tersebut maka apakah kita pasti berhasil? Belum tentu. Mungkin ada jembatan emas lain yang menanti kita. Satu hal yang kita yakini: semua jembatan emas tersebut akan mengasah karakter kita makin hari makin baik. Saat ini saya dipercaya sebagai Dekan Fakultas Manajemen dan Bisnis di Universitas Ciputra Surabaya. Universitas baru tetapi punya visi yang besar, visi yang berbeda, visi untuk membangun Indonesia melalui entrepreneurship. Sampai saat ini saya masih ingat kegagalan saya di BEM FE UAJY dan masa menyenangkan di PPMK Kasih. Itulah yang saya rasa sebagai ‘klik’ buat untuk terus maju pantang Temuan saya di lapangan sangat menarmundur. Setiap orang punya ‘klik’ tertentu untuk mengubah hidupnya, demikian juga dengan saya.
Pemimpin adalah Memberi Perhatian
ik. Hampir seluruh informan menyatakan
bahwa mereka termotivasi dengan penghargaan. Penghargaan yang bagaimana? Ternyata bukan insentif, bukan bonus,
bukan finansial. Ternyata perhatian ada-
Memberikan perhatian adalah lah penghargaan buat mereka. ‘membayar harga’, artinya memberikan apa yang kita miliki untuk orang lain. Waktu dan tenaga adalah dua hal yang pasti kita miliki. Pertanyaannya apakah kita mau memberikan hal tersebut pada orang lain? Anda harus berjalan-jalan menyapa rekan-rekan yang anda pimpin dan tentunya hal itu akan menyita waktu dan tenaga anda. Tanyakan kabar mereka hari ini, tanyakan bagaimana keluarga mereka, tanyakan kesehatan mereka terutama bagi yang baru sembuh dari sakit. Tanyakan dan tanyakan. Berkeliling dan berkeliling. Bertemulah dengan kolega dan rekan-rekan anda. Saya sangat senang bisa berkeliling untuk menyapa rekan-rekan saya. Entah kenapa saya tidak tahu. Yang pasti saat bertemu, menyapa, menanyakan kabar, ngobrol sambil berdiri di selasar dan di pintu kantor sangat menyenangkan saya. Hal itu membuat adrenalin saya bekerja dan itu membuat saya bahagia.
118
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
Tentu Anda sangat memahami bahwa sangat sulit bagi ‘anak buah’ untuk menghadap anda! Ada rasa takut, kuatir, tidak enak dan beribu-ribu perasaan campur aduk ketika mereka ingin bertemu Anda hanya untuk curhat. Karena itu Andalah yang harus ‘turun gunung’ menyapa mereka. Hai pemimpin, jangan hanya bertapa di gunung saja karena permasalahan bukan di gunung tapi di bawah. Anda tentu tahu curhat kolega dan rekan Anda sebenarnya sangat berharga. Ketika ada kolega atau rekan yang bisa curhat artinya mereka percaya dengan Anda. Jangan sia-siakan hal tersebut karena hanya orang yang dekat yang bisa curhat dan biasanya mereka mengungkapkan apa adanya. Informasi itulah yang sangat berharga bagi seorang pemimpin untuk mengelola organisasinya. Semakin anda berinteraksi dengan kolega maka semakin Anda paham permasalahan yang terjadi dan mampu untuk mengatasinya. Anda nanti akan seperti cenayang yang tahu apapun yang terjadi di organisasi Anda. Kuncinya, Anda mesti memberikan waktu, tenaga, dan yang terpenting berikan hati Anda untuk mereka. Setahun yang lalu saya melakukan penelitian mengenai pengendalian manajemen— topik Akuntansi yang paling saya suka. Temuan saya di lapangan sangat menarik. Hampir seluruh informan menyatakan bahwa mereka termotivasi dengan penghargaan. Penghargaan yang bagaimana? Ternyata bukan insentif, bukan bonus, bukan finansial. Ternyata perhatian adalah penghargaan buat mereka. Tidak terlalu sulit bukan? Saya ingat maha guru kepemimpinan John Maxwell menyatakan bahwa “Gunakan golden rule sebagai etika seorang pemimpin.” Apa itu golden rule? Singkat saja ini ilustrasinya: anda jangan mencubit kalau tidak mau dicubit, anda jangan memukul kalau tidak mau dipukul. Artinya perlakukan orang lain seperti kamu ingin diperlakukan. Penghargaan adalah ‘harga mati’ bagi setiap manusia karena penghargaan ternyata adalah kebutuhan manusia. Jangan hanya memperhatikan kepentinganmu saja tetapi perhatikanlah kepentingan orang lain, perhatian juga kepentingan kolega dan rekan-rekan seperjuangan Anda. Sebab tanpa mereka anda bukan siapa-siapa. Kalau Anda bisa memperhatikan mereka seperti layaknya keluarga maka sebenarnya Anda sudah menyelesaikan satu persoalan di dalam organisasi anda. Apakah itu? TRUST. Ketika ada rasa percaya di organisasi maka organisasi akan berjalan dengan baik karena mereka saling percaya, tidak ada jegal-jegalan, tidak ada ‘manajemen katak’. Dalam beberapa kajian Akuntansi keperilakuan sudah terbukti bahwa Trust akan mampu untuk meningkatkan kinerja organisasi dan kinerja individual. Jadi, berikan perhatian pada rekan-rekan Anda karena perhatian adalah penghargaan.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
119
Pemikiran Alumni UAJY
Pemimpin adalah Memberi Inspirasi Banyak referensi saat ini yang menyatakan bahwa inovasi merupakan bagian dari strategi organisasi. Saya setuju, karena selama tujuh tahun ini saya belajar tentang inovasi. Inovasi jadi core competency yang amat penting. Karena itu Anda punya tanggung jawab memunculkan inovasi-inovasi rekan-rekan anda karena mereka adalah orang-orang yang potensial. Inovasi mereka akan berdampak positif bagi kinerja organisasi anda. Salah satu caranya, Anda harus bisa menginspirasi mereka. Pemimpin harus menginspirasi rekan-rekannya. Melalui inspirasi, tidak hanya paradigma mereka yang berubah namun juga perilaku mereka. Menginspirasi berarti mengembangkan rekan-rekan Anda menuju tingkatan yang lebih baik. Tanggungjawab Anda sebagai pemimpin untuk menggandeng, mendorong, dan menarik rekan-rekan Anda supaya maju. Jadi pemimpin jangan maju sendirian tetapi harus mengantar rekan-rekan Anda untuk maju. Salah satu pemimpin yang berhasil adalah kalau rekan-rekannya berhasil, sebaliknya kegagalan pemimpin kalau rekan-rekannya stagnan, tidak berkembang, dan gagal. Jadi, keberhasilan pemimpin adalah karena rekan-rekannya tetapi kegagalan organisasi karena pemimpinnya. Reinald Khasali pernah menyatakan, lebih baik sekelompok kambing yang dipimpin oleh seekor singa daripada sekelompok singa yang dipimpin oleh seekor kambing. Jangan menjadi pemimpin yang tidak ingin melihat rekan-rekannya maju. Jangan menjadi pemimpin yang ingin maju sendirian, nanti anda akan ‘sendirian di puncak’. Jadilah inspirator bagi rekan-rekan Anda! Inspirasi bisa timbul melalui banyak hal. Pengalaman saya, yang paling mudah dan menantang adalah melalui interaksi yang intens dengan rekan-rekan. Maklum, karena saya Akuntan sehingga saya menerapkan interactive control system (Simons, 1995). Salah satu inspirasi yang sering saya lakukan dan berhasil adalah menginspirasi melalui hal-hal yang berbeda yaitu cara yang berbeda, pemikiran yang berbeda, tindakan yang berbeda, dan hal-hal yang dapat membuat perbedaan dengan orang lain. Ketika Anda melihat kolega dan rekan Anda mulai mencoba hal-hal yang berbeda, mau mengubah kebiasaan yang lama, mereka ingin tampih beda, maka Anda berhasil menginspirasi mereka. Sebagai contoh, saya menginspirasi rekan-rekan untuk membuat makalah ilmiah dari masalah-masalah sederhana sehari-hari. Biasanya dosen ketika membuat makalah pasti yang ‘berat-berat’. Entah itu metode yang canggih, alat analisis statistika yang hebat dan hal lainnya. Tiga tahun lalu saya menginspirasi kolega dan rekan saya dengan penelitian sederhana. Kasus yang saya angkat adalah kasus sehari-hari yang dihadapi dosen. Beberapa tulisan
120
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Pemikiran Alumni UAJY
saya masuk ke seminar nasional dan internasional untuk dipresentasikan. Selanjutnya cukup banyak para dosen yang mengikuti jejak saya untuk meneliti kasus nyata di sekitar hidup mereka, bahkan beberapa mendapat penghargaan sebagai paper terbaik di seminar nasional dan internasional. Ketika iseng-iseng saya tanyakan beberapa dosen tersebut saya cukup kaget. Mereka menyatakan bahwa apa yang saya lakukan menginspirasi mereka. Ada yang belum pernah menulis jadi menulis, ada yang hanya menulis level nasional menjadi level internasional, ada yang mulai mentarget menulis setiap semester. Pokoknya banyak deh, perubahannya. Amazing! Proses tersebut terjadi melalui interaksi yang sangat intens maka akan muncul ide, gagasan, inovasi, kreativitas. Bahkan yang paling penting Anda akan tahu bagaimana kompetensi dan potensi rekan-rekan anda. Cobalah resep saya ini: berinteraksi dengan rekan-rekan Anda. Jadi, berinteraksilah!
Pemimpin adalah Memberi Pengaruh Salah satu aspek yang sulit adalah keteladanan. Ada pepatah bijak mengatakan “Action speaks louder!� Tindakan atau teladan lebih kuat dampaknya daripada kata-kata. So, please jangan NATO! Kalau Anda minta rekan-rekan datang jam 07.30, Anda harus datang jam 07.30 kalau perlu lebih awal. Aksi-aksi Anda akan lebih terekam dengan mendalam dan lama dibanding kata-kata Anda. Artinya, teladan perilaku Anda akan mempengaruhi orang lain. Keteladanan juga akan membentuk TRUST dari kolega dan rekan anda. Mereka akan lebih percaya pada tindakan daripada perkataan. John Maxwell mengatakan “Leadership adalah pengaruh, tidak lebih tidak kurang.� Inilah yang selalu saya ingat. Kalau kita mau memberikan pengaruh maka berilah teladan. Teladan dalam hidup sehari-hari, teladan dalam bekerja, teladan dalam banyak hal terutama teladan Anda dalam hubungan anda dengan Tuhan. Ingat, God first! Teladan berbicara sangat kuat. Memberi teladan memang sangat sulit karena kita sebagai manusia memiliki kekurangan dan kelemahan. Namun teruslah memperbaiki diri, teruslah mengembangkan diri, teruslah berusaha untuk menjadi sempurna walau kita tidak bisa sempurna yang sejati karena kesempurnaan milik Tuhan. Jadi, jadilah teladan! Jadi, apakah ini yang disebut Leadership by walking around? ***
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
121
122
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Puisi-Puisi Cyprianus Bitin Berek Cyprianus Bitin Berek. Alumni Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi UAJY angkatan 1991. Tingggal di Betun, Timor.
Perjumpaan Siang di Sumur Yakub - Perempuan Samaria Di terik siang lelaki asing itu berkata, “Akulah air hidup!
Dahaga tak kan lagi, bagi yang minum dariKu.” Takjub dan heran aku. Betapa bisa kupercaya pada lelaki keletihan yang sekejap lalu
padaku meminta air. Sedang timba Dia tak punya dan sumur alangkah dalamnya.
Dia bercerita bagai dunia impian. Tentang hal tak kumengerti
tapi serasa akrab; karunia ilahi.
“Air ini fana dan kau selalu haus lagi.
Tapi benih air dariKu memuaskan dahaga selamanya. Lalu akan terlahir mata air dalam dirimu memancar sampai kekal.”
Duhai, penasaran aku. Tergiur air ajaib
kutantang juga Dia, “Baik, beri dulu aku dahaga, biar dapat kuminum airMu.
Sebab letih aku terus menimba.”
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
123
Menatapku lembut Dia berkata,
“Alangkah dahaga rohmu. Buka hatimu agar padamu tinggal RohKu.�
Lalu bagai kelopak bunga karang kering kuhisap air dari tiap percik sabdaNya. Bertahun terlewat sudah.
Air itu membenihiku, mewujud mata air
tumbuh di jantung, mengaliri sekujur tubuh. Bercabang ia ribuan anak sungai
dan ditimba para musafir tersesat. Kadang di senyap malam
kudengar berbual-bual air di hatiku
gemercik riuh beragam cerita. Maka mulai kupahami dan kian tak asing: Air yang menabur gita sorgawi agar sujud aku di pekat malam menyembah dalam mazmur renungkan kasihNya.
Tak lagi perempuan kehausan aku, nista dan terhina selalu
berganti lelaki tanpa lelah.
Aku kaya kini, tapi bukan harta. Tak lagi perlu kubunuh hausku pada dekap sembarang lelaki karena dalam diriku
tumbuh sudah mata air kekal. Makassar, Oktober-Desember 2013
124
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Azazel (1) Kita adalah kembar yang gemetar di muka imam agung sebelum akhirnya berbeda nasib. Kita hanya dua kambing jantan. Sehat, cacat tak ada. Terbaik dari segala
kambing Israel, terpilih untuk tumbal hanya. Kita yang menangis diam-diam usai pupus segala degup bangga, lantas sadar akan kesudahan takdir.
“Mana sebenarnya yang terbaik antara undian bagi Tuhan dan Azazel?� kau coba
bergumam, memecah sepi yang buntu. “Tak ada, Azazel pun sebenarnya mayat belaka berbalut kehidupan. Terbuang ke runcing sepi,� kujawab bagai igauan. Gamang.
Undian sudah dijatuhkan depan pintu Kemah Pertemuan, di hadapan Allah yang konon murka: Kau korban bagi Allah, aku Azazel. Maka menetes air di matamu,
sesaat sebelum padam usiamu. Sedangkan aku, kelak menempuh hari berduri. Memanjang ke kaki cakrawala. 25-05-2014
Azazel (2) Siang membara bagai tembaga. Mezbah akasia pun warna tembaga. Di halaman
kemah suci, hiruk orang memindahkan dosa setahun ke ubun-ubun kita. Tembaga! Tembaga! Penghukuman dan murka! Tembaga! Tembaga! Harus ada korban pengganti!
Gemetarkah engkau, atau belum jua paham akan nasibmu, saudaraku? Di wajahmu ngungun angin yang amis menggenang beku, sebelum sebilah belati
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
125
dengan mata licik dan jahat mengalirkan darahmu - getah karet paling subur. “Darah itu menyimpan nyawa,” seseorang berbisik bagai doa. “Dan tiada tebusan tanpa
curahan darah,” seseorang seperti menyahut. “Dosa yang laknat beralih sudah ke
ruang paling kudus melalui darah,” ujar yang lain. Kau tak lagi dengar. Selain erang darahmu berjuang padamkan api – murka Bapa. 25-05-2014
Azazel (3) Tapi padaku belati tak sayat. Dingin telapak imam agung tangkupi kepala: “Ya
Allah, selalu tak berhingga dosa kami dan hukuman itu tak kuat kami tanggung.
Maka segala dosa dunia, kami timpakan ke atas kambing ini.” Maka, mataku sontak menggelap.
Aku Azazel. Hanya seekor kambing. Aku hitam, tapi bukan saja kulitku. Aku hitam
karena padaku ditimpa segala dosa dan sial bangsa ini. Di punggungku beban najis
tak terbatas. Terbuang ke gurun, tandus dan asing. Bau jejak kaki pun sembunyikan diri. Tersesat aku, terhilang selamanya. Teman tak ada. Di mana engkau, Bapa? Laknat dosa, laknat dosa! Alangkah pahit di pangkal lidah!
Di kecamuk pilu murka Bapa, di celah gemertak tulangmu dalam terik api mezbah tembaga,
seperti masih kudengar suaramu tercekat dari tenggorokan yang kulai. 25-05-2014
126
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Azazel (4) Kita kembar paling malang yang terus terulang, sepasang demi sepasang diundi untuk mati atau terhilang, seperti kita hari ini, hari Yom Kippur, saat manusia
berdamai dengan Allah. Selalu, korban demi korban. Seperti kita, tumbal kutuk dosa, perlambang yang tak kita mengerti
dari rahasia paling agung. Engkau terbunuh dan aku Azazel - domba terhilang –
gambar kesepian Allah, terasing dari kasihNya sendiri. Jalan pulang tak ada. Hanya rindu kian pelan membuncah sebelum akhirnya tersia-sia.
Mengapa perlu dua korban untuk satu perlambang, dari dosa yang tak kami lakukan? Kelak terulang selalu hingga tiba saatnya terhenti semua korban tatkala meregang
nyawa Dia Yang Diurapi, pada – sesuai nubuatan - setengah dari tujuh masa itu. Ya,
segala akan berakhir dan sempurna, sayang. Segala. Tatkala mati raja terjanji, bukan dikorbankan, tapi menyerahkan diri dengan berani kendati tak ada dosanya. 25-05-2014 *) Pada Hari Raya Pendamaian antara manusia dan Tuhan (Yom Kippur), umat Israel
memilih dua kambing. Seekor dikorbankan dan seekor lagi dibuang di padang gurun. Azazel berarti kambing yang dibuang.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
127
Puisi-Puisi Agustinus Wahyono Agustinus Wahyono. Alumni Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik UAJY angkatan 1991. Aktif di MMT SIGMA dan SKM PASTI. berdomisili di Balikpapan, Kalimantan Timur
Anak-anak Panah Anak-anak panah dalam tabung Di punggung sang pemanah Akan dilesakkan #1
Yang mengena lutut matahari
Lepas jatuh kembali dekat pemanah #2
Yang menancap ke bahu bulan Gelap membawanya pergi #3
Yang tidak keluar tabung
Menggores punggung pemanah *******
Panggung Renung, 2015
128
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Kita kita pernah berselisih angka kata pada tiga tiang api Babarsari
membakar rumus-rumus teori-teori di bawah nyala lampu taman
bukankah buku-buku adalah dosen bayangan? kita pernah berselisih kepala tangan berteriak bersama rumput-rumput
-- jangan sampai batu-batu berteriak -kepada tiang-tiang atap-atap
karena rekening di warung bikin pening bukankah warung adalah yayasan bayangan? kita pernah berselisih ruang waktu suntuk menekuri dalil-dalil
seperti pahlawan kepagian
mencari musuh tanpa senjata bukankah proses adalah ujian bayangan? kini kita pun masih berselisih dan akan terus berselisih
melampaui segala perih nyeri dengan putaran matahari
bukankah hasil adalah selisih bayangan? *******
Panggung Renung, 2015
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
129
Terjebak Kata-Kata di Basement garis lurus lengkung kutarik dari pensil rapido di lantai empat
meninggalkan nafas-nafas di bangku-bangku menuruni tangga tengah menuju basement
marak kata depan beton-beton dengan rupa dasar Silvester A. Kodhi aku memiuhkan gambar teknik di basement
menjadi andeng-andeng Kusumadmo menjewerku naik ke lantai tiga
sampai laporan pertanggungjawaban menghitam di kertas kalkir
pensil rapido tidak bisa bicara pada hitam kalkir
maka kata-kata mengambil alih suara basement
dengan perintah ojon
kata-kata mengalir ke dalam disket tentang tawa pada diri sendiri tentang studio pindah ke basement
ojon mengajakku tertawa
dalam kata-kata seperti air bah
130
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
memenuhi seisi basement dari kantin hingga dapur
dari Babarsari hingga Mrican
lupa pada garis lurus lengkung
lupa pada nafas-nafas berkeringat di Gunung Kidul menjemput toga sebelum tiba di Gunung Bromo letih meladeni ojon
aku beranjak dari basement menuju lantai dua
membaca nafas-nafas memakai toga memukul kepalaku
“kembalilah ke garis tanganmu sebelum Djarot Purbadi jadi rektor!� *******
Panggung Renung, 2015
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
131
Puisi-Puisi Joannes Oye de Mello Joannes Oye de Mello, Alumni Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UAJY. Pemuda desa. Tinggal di Wedomartani.
Terbanglah Manyarku : buat Rm Mangun Mentari menorehkan bayangnya
Saat seraut sembilu terjulur dalam luka Meranggas di dada, tuk sucikan nurani Ada suara berseru-seru
Ada perjuangan seru mempertahankan hidup Menguras teras samudera kedung Menahan tegaknya code
Jambang putih terikal tergerai
Sayup-sayup samar masih kudengar “.... bangkitkanlah kebenaran ..... serukanlah kembali .... “
Suara terbang bersama manyar
Merantau melanglang tanpa ingat diri Menguntai kata; jadi fakta Ya,
terbanglah manyarku: Jangan pulang
tetaplah bersama puntung-puntung dalam
132
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
kardus-kardus di tepian membelai lolongan menyayat minta tolong pergilah ke rantau
kan kuuntit kamu,
‘tuk jadikan satu bentuk! Palembang, 1992.
Selamat Jalan Manyarku -- sekali lagi: untuk Pakde Mangun :) Pejuang mati di padang kurusetra perang dan musafir mengakhiri ajalnya di padang pasir pengembaraan. Detik-detik akhir hidup petualang, di puncak ketinggian. Jalanan merah oleh darah demonstran. Seorang bapak bangsa, mengakhiri hidupnya
dalam suasana biasa, di sekeliling para sahabat. Ia telah turun dari mimbar tanah air.
Tempat petuah, makna, dan butir-butir kehidupan mengalir dan tak pernah berhenti. Hari ini burung manyar itu terbang merantau ke dunia keabadian
melanglang buana ke ruang dan waktu yang tidak terbatas Ia tinggalkan warisan nilai dan catatan sejarah Memasuki dunia yang serba baru Jogja, 12 Februari 1999; 01.35
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
133
Satu, Keyakinan : untuk generasiku Engkau adalah tonggak sejarah yang dipangkas: kerdil
Tertancap pada tanah liat kenyataan yang kering, keras, pelik dibiarkan begitu saja, hidup atau mati!
Kau, mata-titik tumbuh, dalam keyakinan-sikap siap meretas Menghijaukan padang pasir tanah lapang realitas dan mimpi tentang hari esok
bersemi, sebagai generasi yang terlibat dan memandang Di depan sana, sejuta massa bangkit menahan amarah
Tentang terbunuhnya sisa-sisa sebuah sisi kemanusiaan: mati!
terbujur begitu saja, seperti bangkai kayu yang digilas dan ditendang oleh siapa saja, sia-sia
tak dianggap sebagai manusia: percuma! Kita, adalah angkatan yang gemetar, miris
di depan sana: hari esok menjerit-menahan tangis saling tawur, baku-tarung, atas nama harga diri hak asasi, dan daulat rakyat
Hari ini, kita menegaskan berada di pihak mereka: Memimpin perubahan: REVOLUSI
Atau MATI! 28 Februari 1999, 22.35
134
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Kuliah Hidup : saat aku memperoleh kekuatan kembali, dari oase air mata harapan dan motivasi
Tak ada yang salah,
Kecuali sebuah pertanyaan:
ada apa di balik semua ini
Tak ada yang salah
Kecuali setumpuk gugatan:
kalau kekalutan itu menghempas.
kalau bunga kertas itu kemudian seputih salju kalau daun itu terbang ke angkasa surga : SALAHKAH
Justru kebenaran itu
Saat aku menggenggam harapan: Ada yang sangat indah di sana, Ada kesejatian di situ
Kendati berat. Pahit. Sakit. Tak berhenti mendera
Pagi ini aku menegaskan harapanku kembali:
“Pertanyaan-pertanyaan itu adalah jawaban.� Inilah KULIAH HIDUP
yang skripsinya justru tidak akan pernah selesai :)
Senin Pagi, 21 Desember 1998
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
135
FOTO KENANGAN
136
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
AWAL MULA...
Tokoh-tokoh pendiri Univeritas Katolik Indonesia “Atma Jaya� Tjabang Jogyakarta, yaitu Prof. R.A. Soehardi,S.H., Drs. A.J. Liem Sioe Siet, A., Sutijoso, S.H., Prof. Drs. Oey Liang Lee, dan Dr. Leo Sukoto, S.J.
Undangan peresmian pembuka fakultas-fakultas Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jogjakarta.
Iklan penerimaan mahasiswa baru Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Tjabang Jogjakarta
Drs. Liem Soe Siet, salah satu pendiri Unika Atma Jaya Cabang Yogyakarta.
Peresmian pembukaan Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi Unika Atma Jaya Jogjakarta di Gedung Bank Negara Indonesia Unit V Jalan Sudirman 43 Yogyakarta pada 27 September 1965, didahului Misa Kudus yangUAJY dipimpin oleh Romo Dr. Leo Soekoto, S.J Gereja Santo Antonius,137 EMAS: Catatan, Kenangan, dandiHarapan Alumni Kotabaru.
PLONCO
AULA MRICAN
Tahun 1973 ada kabar gembira bagi mahasiswa Atma Jaya, bahwa di atas tanah yang mereka pijak akan dibangun kampus UAJY yakni Aula Serbaguna Mrican.
Kemah mahasiswa UAJY menanti peletakan batu pertama pembangunan Aula Serbaguna Mrican sebagai (tanda) kelahiran Atma Jaya Yogyakarta, 5 Oktober 1973.
Mahasiswa UAJY sedang ‘bekerja bakti’ tanpa pamrih membantu pengecoran struktur bangunan Aula Serbaguna Mrican, 1973.
Mahasiswa UAJY dengan gembira dan bangga berbaris mengawal cikal bakal kampus Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Kampus Mrican.
Mahasiswa baru UAJY angkatan 1973 dengan penuh keyakinan berpose di depan bangunan Aula Serbaguna Mrican.
Atma Jaya diperjuangkan dan dibela melalui organisasi eksternal dengan terdaftar sebagai anggota Badan Koordinasi MahaUAJY EMAS: Catatan, dan Harapan Alumni siswaKenangan, Indonesia Yogyakarta (BKMI).
139
DEMA-MPM
Setelah aula dibangun, tokoh-tokoh mahasiswa UAJY (1975-1977) melakukan lokakarya untuk membahas pergantian Dema dan Sema serta sekaligus sumbangan pemikiran untuk Universitas dan Yayasan Slamet Rijadi. Hal penting yang juga dibahas adalah soal kepemimpinan UAJY masa depan yang waktu itu dipimpin Bapak A. Sutiyo, SH.
140
Pengurus Dewan Mahasiswa dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) UAJY 1974 – 1976 siap membantu Yayasan Slamet Rijadi dan UAJY agar dapat ‘hidup’ dengan diskusi yang penuh kekeluargaan di dalam keprihatinan yang masih panjang menuntun perjalanan Universitas Atma Jaya Yogyakarta menuju masa depan.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UKM, PALAWA Tim Basket UAJY didampingi lembaga mahaasiswa UAJY saat berpose di kantor bayangan UAJY (rumah Bapak MT. Soegito Jalan Solo, saat ini Hotel Saphier).
Mahasiswa UAJY mengikuti Pekan Olah Raga Mahasiswa (POM) di Palembang, 1971. Cabang renang diwakili Petrus Swarnam dan kawan-kawan.
Petrus Swarnam dan Hendra Suryadharma (Yongki) memimpin ekspedisi Tim Pecinta Alam (Palawa) UAJY ke gunung Merbabu, 1973/1974.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
141
POSMA
Suasana Pekan Orientasi Mahasiswa (POSMA) TA 1973/1974
Misa Pembukaan POSMA bersama Romo Moderator R. Suaso De Lima De Prado, SJ., (1973/1974).
142
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
BAKTI SOSIAL
Kunjungan mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta ke Lembaga Pemasyarakatan Cilacap, sebagai bagian dari pembelajaran dan bakti sosial mahasiswa.
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
143
BERMAIN, BERKARYA
144
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
SENI, PERAYAAN...
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
145
MENDAKI 146
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
KIBARKAN PANJI
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
147
OSPEK FAKULTAS TEKNIK
148
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
149
150
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
151
152
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
153
MARSAR INTERNATIONAL
154
Jl. Prof. M Yamin, 42 a, Pekanbaru - Riau - Indonesia UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
155
156
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
157
158
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
159
160
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
161
162
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
163
164
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
165
166
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
167
168
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
169
170
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
171
172
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
173
174
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
175
176
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
177
178
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
179
180
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
181
182
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
183
184
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
185
186
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
187
188
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
189
190
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
191
192
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
193
194
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
195
DI BALIK LAYAR REUNI AKBAR KAMAJAYA 2015 50TAHUN UAJY EMAS
196
UAJY EMAS: Catatan, Kenangan, dan Harapan Alumni
Perkumpulan Budi Abadi PT. GLOBAL SUMATERA LESTARI Specialist Sumatera Arabica Coffee Export & Domestic Trading www.globalsumatera.com Phone: +62 821 6538 6523
Rotary Club of Yogya Tugu
Selamat dan Sukses atas terselenggaranya
Reuni Akbar Kamajaya 2015 50 Tahun UAJY EMAS
Arif Budiman
Yosh Maubere
(Alumni Fakultas Ekonomi 1985)
(Alumni Fakultas Ekonomi 1978)
Tjong Tjai Tong (Hartono)
Retno Dewayani
(Alumni Fakultas Ekonomi 1978)
Merry Walelang (Alumni Fakultas Ekonomi 1978)
RM. Suparso Prodjosoetarso, BE. (Alumni Fakultas Teknik 1967)
(Alumni Fakultas Ekonomi 1991)
Mettawati Megosury (Alumni Fakultas Ekonomi 1986)
Terima Kasih Segenap Panitia Reuni Akbar Kamajaya 2015, menghaturkan terima kasih atas segala dukungan moril dan materiil kepada: Anwar Effendie
Dwi Hartiningsih
Slamet Antonius Dairin Andreas
Alumni Prodi Akuntansi Angkatan 1995 Yosh Maubere
Putu Subada Kusuma Sonny Widayat Ramly Gianto
Inneke Liem & Howard Setiabudi L. Bambang Siswanto Sunanti Nurani
Michael Yudha Winarno H. Sucipto
Anastasia Tiza Mayang Puspa Heru Santoso Hansen Novita
Perkumpulan Budi Abadi
Rotary Club of Yogya Tugu Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Lorem Ipsum
PRIMA KARYA PONDASI
PKP
ReUNI AKBAR KAMAJAYA UAJY EMAS
Komp. Inti Batam Blok H no 1 Batam Tlp. 0778-‐450413, 450642
IKLAN KOMPAS
#Kompas50th KOMPAS/ ERWIN EDHI PRASETYA