Mata ntt The NTT’s picture style
Edisi II
MATA NTT | the NTT’s picture style Adalah sebuah wadah bagi para pecinta fotografi untuk mengeksplorasi dirinya dalam bentuk belajar, memamerkan hasil karya serta berbagi pengetahuan tentang fotografi sekaligus menunjukan keindahan dan kearifan dari alam dan kebudayaan Nusa Tenggara Timur (NTT). Ide untuk menerbitkan majalah ini tumbuh dari pesatnya kemajuan dunia fotografi di NTT. Fotografi yang dulunya hanya digeluti oleh sebagian orang yang menjadikannya sebagai profesi, mulai berkembang menjadi salah satu hobi dengan tingkat ketertarikan yang luar biasa. Fotografi mulai dipandang sebagai suatu bentuk penyaluran ekpresi dalam bentuk visual oleh para pencintanya. Bentuk penyaluran ekspresi inilah yang turut memperkaya dunia fotografi NTT bukan hanya dari segi jumlah tetapi juga jenis atau genre fotografi yang diminati. Dengan kondisi inilah maka MATA NTT akan selalu mencoba menampilkan hasil karya rekan-rekan pecinta fotografi NTT sesuai dengan gaya berfotografi ala anak NTT sekaligus mengeksplorasi kekayaan budaya dan pariwisata di Nusa Tenggara Timur. Untuk itu kami menanti kontribusi dari rekan-rekan semua dalam bentuk foto tunggal, foto essay, tulisan wisata, pengalaman perjalanan atau tulisan tentang budaya yang berlokasi di NTT dengan menyertakan informasi dan deskripsi foto.
Markus Ely Manafe
Olyvianus Dadi Lado
Wilson Therik
Wilfridus Ero
Lans Lolo
Noya Letuna
Danny Wetangterah
Ody Mesakh
Vico S.Patty
Danny S. A. Mooy
Salam Semangat NTT... Sesungguhnya MATA NTT Edisi I yang kami launching pada tanggal 23 Desember 2012 adalah edisi ”terobosan” yang memanfaatkan momentum Hari Ulang Tahun Nusa Tenggara Timur ke-57 yang jatuh pada tanggal 20 Desember 2012 dan juga menyongsong Natal 25 Desember 2012. Rasa-rasanya tidak akan ada cerita yang berkesan kalau MATA NTT terbit sesudah Desember, karena MATA NTT hadir untuk NTT, pilihannya adalah MATA NTT harus launching pada bulan Desember. Banyaknya kritikan dan juga pujian yang kami terima adalah spirit dan motivasi yang tak ternilai harganya bagi kami, karena itu MATA NTT Edisi II Januari 2013 adalah bentuk tanggungjawab dan juga rasa terima kasih kami. Tema Semangat NTT tidak datang begitu saja, tetapi lahir dari serangkaian diskusi dan debat diantara kami serta beberapa riset kecil hingga kami bersepakat Semangat NTT edisi kali ini yang menggambarkan semangat masyarakat NTT dalam mempertahankan hidupnya dengan menyatu bersama alam yang dianugrahi oleh Tuhan, seperti kehidupan masyarakat di Kabupaten Alor yang kami suguhkan, kekayaan orang Alor mengingatkan kita bahwa dengan menjaga alam maka alam akan menjaga kita, itu-lah sebagian kecil dari Semangat NTT. Hadirnya MATA NTT adalah bukti bahwa fotografi sudah berkembang pesat di Nusa Tenggara Timur dan kami ingin menunjukkan pada masyarakat luas bahwa NTT adalah “surganya” fotografi dan traveler. MATA NTT akan selalu menghadirkan karyakarya foto NTT yang exotic dan humanistik yang tidak kalah dengan keindahan berbagai destinasi lainnya di dunia.
Mari kita majukan NTT lewat fotografi
the NTT’s picture style
Mari kita majukan NTT lewat fotografi...
Bagaimana mengirimkan karya anda? MATA NTT adalah media fotografi yang terbuka bagi siapapun yang ingin berkarya, sehingga kami tidak membatasi olah digital yang dilakukan oleh fotografer asalkan setiap foto di bubuhi info dan deskripsi karya. Namun yang perlu diingat bahwa redaksi tidak akan menampilkan foto yang mengandung unsur pornografi, SARA atau bentuk provokasi negatif lainya. Karya yang dikirim merupakan karya sendiri dan bila merupakan karya orang lain maka sang pengirim harus telah mendapatkan persetujuan dari pemilik foto tersebut. Redaksi tidak bertanggung jawab atas penyalahgunaan hasil karya orang lain ataupun penyalahgunaan hak publikasi dari objek yang ditampilkan. Dengan mengirimkan foto ke majalah ini maka sang pengirim dinilai telah menyepakati ketentuan kami ini. Ukuran foto yang diterima oleh redaksi adalah foto yang memiliki ukuran sisi terpanjang 1024 px dengan Resolusi 200-300 dpi Karya foto dikirmkan ke: mata_ntt@yahoo.com
Semangat NTT
Alor
12
Profil
24
Galeri
26
4
Fotografer Indonesia Regional NTT Komunitas
44
FOTO SAMPUL Oleh : Danny Wetangterah
the NTT’s picture style
Ekspresi mencetak gol | Danny Wetangterah
Ketika hujan masih membasahi bumi Flobamora di musim kemarau, masyarakat semakin percaya bahwa perubahan iklim dan anomali cuaca bukan fiksi tetapi fakta. “kemarau basah” adalah “reality show”. Ketika semua yang punya kompetensi pengetahuan dan kemampuan memberi saran ternyata cuma tenang-tenang saja, bekerja seperti biasa (business as usual) maka kami kuatir, bahwa kita telah menemukan musuh sejati dalam peperangan terhadap kemiskinan di bumi Flobamora, dan musuh itu adalah “diri kita” sendiri. Maaf. Apakah benar NTT itu daerah miskin? MATA NTT edisi Februari 2013 menjawabnya. Semangat NTT adalah semangat pekerja keras, semangat anak-anak untuk terus bersekolah, semangat bertahan hidup sebagai petani, nelayan, peternak, buruh, supir, ojek, penjual dan penjagal daging, pedagang kaki lima hingga menjadi “pahlawan devisa” di negeri seberang. Mereka adalah Semangat NTT yang hidup tanpa mengemis dan minta-minta di pinggir jalan apalagi korupsi. MATA NTT__The NTT's Picture Style selalu hadir untuk kita semua.
the NTT’s picture style
Bekerja dengan senyum | Markus Ely Manafe
the NTT’s picture style
Semangat ibu tulang punggung keluarga | Markus Ely Manafe
the NTT’s picture style
Penyadap lontar, sekitar pantai oesapa, Kupang| Hendrik Mau
the NTT’s picture style
Pembuat “Gula Lempeng” dari pohon Lontar| Vico S. Patty
the NTT’s picture style
Memasak gula dari pohon lontar | Vico S. Patty
the NTT’s picture style
Pikul kayu bakar | Fiqul El Khoir
the NTT’s picture style
Semangat Gotong Royong | Markus Ely Manafe Masyarakat kampung Lenang, Sumba Tengah bahu-membahu membangun rumah adat. Bahkan dari suku lainpun ikut membantu
the NTT’s picture style
Tarian Lego-Lego di Kampung Takpala | Abdeto Adinilah Massa
Abdeto Abdinila Massa Ada banyak tebing dan jurang di taman bawah laut Alor (Selat Pantar salah satunya yang terletak antara Pulau Alor dan Pulau Pantar) seakan tak terlukiskan kata-kata. Tersusun seperti rak buku di mana setiap bagian dihuni oleh beragam biota dan karang yang mengagumkan. Semua yang pernah melihatnya secara langsung pasti lebih menyarankan untuk menyaksikannya sendiri lalu bercerita hingga kehabisan kata-kata. Selat Pantar adalah “surga�nya para penyelam dan fotografer underwater. Selain wisata bawah lautnya yang indah. Alor juga kaya akan beragam bahasa, suku, dan budaya yang masih lestari serta jauh dari sentuhan moderthe NTT’s picture style
nitas. Berkunjung ke Pulau Alor belumlah sempurna kalau tidak menginjakan kaki di Pulau Pantar, Pulau Pura yang terkenal dengan Sopi (minuman lokal beralkolol); Pulau Kepa dengan taman wisata bawah lautnya yang indah, Pulau Ternate yang populer dengan sentra tenun ikat yang dikelola oleh kaum perempuan; Pulau Buaya yang bentuknya unik seperti kepala buaya hingga Pulau Tereweng yang masyarakat di sana bertahan hidup dengan menyuling air laut menjadi air tawar, dan tak jarang mereka membarter hasil bumi dengan air tawar dari Pantar Tengah. Masih banyak misteri dan destinasi di Alor yang perlu diungkap.
Anak kampung Takpala | Abdeto Adinilah Massa
the NTT’s picture style
Ibu dan anak kampung Latifui | Abdeto Adinilah Massa
the NTT’s picture style
Tarian adat dengan menyertakan “Moko� di Kampung Takpala| Abdeto Adinilah Massa Moko merupakan benda adat berharga yang memiliki nilai tersendiri bagi masyarakat Alor. Selain digunakan dalam acara-acara adat, Moko juga digunakan sebagai mas kawin.
Suku Kabola yang ramah | Abdeto Adinilah Massa
the NTT’s picture style
Tarian adat oleh Suku Kabola | Abdeto Adinilah Massa
the NTT’s picture style
Pengrajin sarung tenun kafate | Abdeto Abdinilah Massa
the NTT’s picture style
Pantai Mali | Abdeto Abdinilah Massa the NTT’s picture style
Pulau Buaya | Abdeto Abdinilah Massa
Pulau Kepa | Abdeto Abdinilah Massa
the NTT’s picture style
Teluk Kalabahi pagi hari | Abdeto Abdinilah Massa
the NTT’s picture style
Jawotada | Abdeto Abdinilah Massa
PROFIL FOTOGRAFER "Fotografi itu seni menuangkan pesan dari objek atau model bersamaan dengan emosi dan perasaan kita. Seperti menyampaikan sesuatu - yang bahkan susah dijelaskan dengan kata kata" - Meiske Olga Putri Samdoko Nama lengkap Nama panggilan Umur/TTL Sekolah Kelas Hobby
Uthe memang datang dari keluarga yang menyukai Fotografi. "Uthe mulai tertarik dengan fotografi karena dari kecil suka difoto. Lama kelamaan di sekolah suka candid wajah-wajah teman dan foto aktifitas teman dengan ponsel. Trus beralih ke kamera Ayah, walaupun cuman pinjam untuk foto diri sendiri. “Setelah dibelikan kamera poket, trus punya DSLR sendiri, Saya mulai serius ikut fotografi" jelas murid kelas IX C, SMP Kristen Mercusuar ini. Uthe senang sekali bisa mengikuti kegiatan Fotografer Kupang menyambut HUT Kota Kupang (MJKK), September 2012 lalu. "Waktu itu ikut acara (hunting) di Subasuka dan hunting sebagai anak kecil yang pegang kamera DSLR, bareng adik saya. Hunting dengan orang yang lebih senior walau lensa standar" jelas Uthe mengenang momen tak terlupakan ketika bersama para fotografer Kupang yang lain. Pernah sekali, pas mau foto candid, modelnya masyarakat. Yang awalnya dia minta di foto,.. eh.. malah marah marah sampai ngebentak." kenang Uthe, seperti menjelaskan kalau memotret aktivitas manusia memang butuh pendekatan khusus. Gadis yang juga hobby membaca dan travel ini menilai fotografi sebagai seni yang unik. "Fotografi itu seperti lukisan abstrak. Kalau diliat oleh orang biasa, paling hanya dilihat bagus dan tidaknya saja. Padahal fotografi itu seni menuangkan pesan dari objek atau model bersamaan dengan emosi dan perasaan kita. Seperti menyampaikan sesuatu yang bahkan susah dijelaskan dengan kata kata" lanjut Uthe. Fotografi memang selalu membawa kesan yang mendalam dalam aktifitas kesehariannya. "Uthe ingin agar teman teman yang hobi foto tambah banyak dan lebih percaya diri. Banyak teman-teman di sekolah yang kurang percaya diri karena hasil foto kurang bagus. Sudah gitu, baru masuk grup (facebook) sudah dihapus admin grup. Atau mereka takut tidak 'nyeni', dll" keluh Uthe.
the NTT’s picture style
: Meiske Olga Putri Samdoko : Uthe, Mei, Olga : 14 Tahun, Kupang 14 Agustus 1998 : SMP Kristen Mercusuar : IX C : Membaca, Fotografi, menulis, travel
"Uthe berharap agar fotografer muda (di kupang) yang umurnya di bawah Uthe lebih banyak lagi dan hasil fotonya itu bisa bagus dan berkualitas. Bukan hanya asal jepret. Juga semoga makin banyak event hunting, perorangan, grup, atau event-event khusus di Kupang. Kalau bisa bukan event-nya jangan pas hari ujian sekolah, ya" pinta Uthe sambil tersenyum. Permintaan dari seorang fotografer muda yang lincah, kepada para fotografer dewasa di Kupang. Bukan sebuah permintaan yang mustahil, kan?***(Danny Wetangterah)
Š Meiske Olga Putri Samdoko
© Meiske Olga Putri Samdoko
© Meiske Olga Putri Samdoko
the NTT’s picture style
Pembakar Bata Merah dari desa Oebelo, Kabupaten Kupang | Markus Eli Manafe
the NTT’s picture style
“Lamava” cilik dari Lamalera, Lembata| Yoas Enzo
the NTT’s picture style
Hening Dalam Doa| Wilfridus Ero Taman Doa Gua Lourdes, Kota Kupang
the NTT’s picture style
Kecerian Anak Pantai Kelapa lima | Fiqul El Khoir
the NTT’s picture style
the NTT’s picture style
Refleksi Pantai Oetune, Kabupaten Timor Tengah Selatan | Wilson Therik the NTT’s picture style
Kabut Danau Kelimutu | Bernard Lazar Kabut tebal yang menyelimuti kawah danau kelimutu sering menjadi penghalang utama para wisatawan untuk menikmati keindahan danau tiga warna ini. Danau yang terletak di kabupaten Ende di pulau Flores ini memiliki tiga warna yaitu merah, biru dan putih pada awalnya, namun seiring berjalannya waktu warna-warna tersebut semakin sering berubah.
Lewoleba - Larantuka | Bernard Lazar Kapal kayu bermotor ini adalah alat transportasi utama masyarakat dari kota Lewoleba di pulau Lembata untuk menuju kota Larantuka di pulau Flores dengan harga sekitar Rp.30.000,- . Disisi kanan terlihat kota kecamatan Waiwerang di pulau Adonara sedangkan pulau Flores masih nampak samar-samar di kejauhan. Selama perjalanan ini kita akan disuguhi pemandangan khas alam NTT yaitu padang sabana dan pantai-pantai yang masih sangat natural dengan laut yang biru. Berada di anjungan kapal adalah cara terbaik mengabadikan moment sepanjang perjalanan ini.
the NTT’s picture style
Tugu selamat dating, Aufuik, Kolam Susu, Atambua-Belu| Feery Zan
the NTT’s picture style
rise Embung Haekrit, Atambua-Belu | Ferry Zan
BATANYA & BABAGI Rubrik Tanya Jawab Pemirsa Via Facebook : Mata Ntt Pertanyaan 1. Apakah pada saat mengeksekusi foto Levitasi, sang Fotografer juga ikut melompat atau cukup Model yg melompat saja? 2. Apa pengertian dari diafragma atau bukaan? Soalnya saya belum terlalu paham ketika mendengar Fotografer lain membicarakan tentang diafragma?
Ryan Mancunian Mofers (Pelajar) Mimpi saya ingin memotret setiap moment dengan hati Jawaban Ronny W Tanjung (Wedding Photographer, Editing Instructure) Belajar dan pahamilah dua hal, Teknis Kamera, dan Dasar Pemotretan, setelah anda paham, silahkan foto sebanyak-banyaknya seperti ada pepatah berkata “PRACTISE MAKE PERFECT!!”
1. FOTO LEVITASI adalah pemotretan yang dilakukan dengan menggunakan speed (kecepatan rana) yang tinggi, sehingga memungkinkan kita untuk membekukan momen-momen yang singkat, seperti melompat, lari, membuat seolah-olah obyek jadi melayang. Fotografer sebagai subyek, dengan alasan untuk menjaga stabilitas gambar maka mereka tidak di anjurkan untuk ikut melompat! Mereka (Fotografer – red) hanya cukup berdiri dan menunggu momen yang tepat untuk mengeksekusi dengan benar.
supaya cahaya yang diterima mata tidak berlebihan. Seperti itu juga DIAFRAGMA/BUKAAN pada lensa kamera kita, ada sebuah jendela yang membesar dan menyempit di tengah tengah lensa yang berfungsi untuk mengatur cahaya yang masuk ke lensa kamera kita, semakin besar bukaan lensa maka akan semakin banyak atau semakin terang cahaya yang masuk melalui kamera kita, sebaliknya semakin kecil bukaan maka semakin kecil pula cahaya yang masuk ke lensa kita.
2. DIAFRAGMA / BUKAAN LENSA : saya akan mencoba mengilustrasikan lensa seperti BOLA MATA; coba kita melihat dengan mata kita ke suatu tempat dimana tempat itu sejuk / teduh, dimana tidak terdapat banyak cahaya yang menyilaukan, otomatis mata kita akan dapat membuka dengan lebarnya sehingga membuat mata kita pun nyaman, setelah itu alihkan pandangan kita ke tempat yang pada umunyanya mengandung cahaya yang sangat menyilaukan (biasanya di panas terik matahari), otomatis bola mata kita akan menyempit dengan sendirinya, itu disebabkan cahaya yang sangat keras yang diterima mata sehingga kelopak mata kita mengecilkan pandangan kita
Diafragma biasa di wakilkan dengan huruf F (biasa disebut aperture) , bukaan besar berarti angka yang muncul adalah kecil seperti : f/1,8; f/2,8; f/3,5; f/4 dst bukaan kecil berarti angka yang muncul seperti : f/11;f/16;f/22 dst… Diafragma akan berpengaruh sekali kepada Ruang Ketajaman gambar atau biasa disebut dengan DOF (Dept of Field), dan perlu diingat DOF berbeda dengan BLUR atau biasa disebut dengan BOKEH.
the NTT’s picture style
Sekian dulu dari saya semoga bermanfaat!!! Ronny Tanjung.
Fiqul El Khoir Mencintai Fotografi sebagai hobi dan menjadikan hobi ini sebagai ajang menyalurkan ekspresi sekaligus sebagai wadah untuk mempererat persaudaraan serta memajukan Nusa Tenggara Timur.
1. Apakah pada saat mengeksekusi foto levitasi, sang fotografer jga ikut melompat atau cukup model yg melompat saja? Pertama – tama Apa itu fotografi levitasi? Adalah teknik fotografi yang membuat sesuatu/seseorang tampak seolah-olah melayang tanpa menggunakan alat bantu. Levitation (dari bahasa Latin “ringan” levitas) adalah proses dimana objek dihentikan oleh kekuatan fisik melawan gravitasi, dalam posisi stabil tanpa kontak fisik yang solid. Sejumlah teknik yang berbeda telah dikembangkan untuk melayang materi, termasuk metode levitasi aerodinamis, magnet, akustik, elektromagnetik, elektrostatik, film gas, dan optik. foto-foto levitasi yang mendunia diperkenalakan oleh Natsumi Hayashi (Wikipedia/levitasihore). Untuk membuat foto levitasi yang melompat hanya modelnya saja, sedangkan fotografernya diam..dalam mengambil foto diusahakan ambil low angle…dan pose modelnya diupayakn se natural mungkin jangan sampai terlihat loncat. 2. Apa pengertian dri diafragma atau bukaan? Definisi aperture/diafragma adalah ukuran seberapa besar lensa terbuka (bukaan lensa) saat kita mengambil foto. Aperture atau bukaan dinyatakan dalam satuan f-stop. Sering kita membaca istilah bukaan/aperture 5.6, dalam bahasa fotografi yang lebih resmi bisa dinyatakan sebagai f/5.6. Seperti diungkap diatas, fungsi utama aperture adalah sebagai pengendali seberapa besar lubang didepan sensor terbuka. Semakin kecil angka f-stop berarti semakin besar lubang ini terbuka (dan semakin banyak volume cahaya yang masuk) serta sebaliknya, semakin besar angka f-stop semakin kecil lubang terbuka.
ture(bukaan lebar) semakin besar (cepat) speed shutlernya, missal lensa fix 50mm f/1.8 maka speed shuternya akan besar dibanding menggunakan f/10.
Untuk lebih jelasnya bisa lihat di http://belajarfotografi.com/cara-foto-levitasi-levitation/ http://levitasihore.net/tips Aperture bias di istilahkan sebagai mata kita se- http://belajarfotografi.com/memahami-aperture-depth-ofmakin besar kita membuka mata semakin banyak cahaya field/
yang masuk semakin terang yg kita lihat…semakin besar bukaan lensa semakin terang foto yg dihasilkan. Bi- “Tetap lah memotret dengan hati dan pelajaran yang asanya angka aperture berbanding terbalik dengan ang- berharga adalah pengalaman maka keep jepret slalu” Semoga membantu..salam KLIk slalu dari Newbie ka speedshutler. Semakin kecil angka aper
the NTT’s picture style
Baktiar Sontani “Hanya butuh tak lebih dari 6 jam untuk mengerti teknik fotografi, tapi butuh waktu bertahun-tahun untuk mengasah seni dan rasa “
1. Yang perlu dipahami tentang levitasi adalah obyek yang dalam kondisi melayang. apakah model harus meloncat atau tidak itu tergantung cara fotografer mendapatkan efek melayang. tidak setiap tindakan meloncat akan menghasilkan sebuah foto levitasi. Sebenarnya awal foto levitasi bukan modelnya meloncat menset ruangan sehingga dinding seperi lantai dan lantai seperti dinding sehingga dengan shot gaya tertentu model tampak melayang. Hanya memang menset ruangan untuk menghasilkan foto levitasi membutuhkan biaya lebih besar selain hanya bias dilakukan secara indoor. Cara meloncat yang tampak melayang memang cara termurah membuat foto levitasi tapi kesulitannya adalah bagaimana agar model tidak tampak sedang meloncat tapi tampak mengambang. 2.
Diafragma atau sering disebut bukaan dan dilambangkan dengan f adalah sebuah lubang iris di bagian lensa yang bisa melebar mengecil yang digunakan untuk menentukan seberapa besar sinar yang masuk.jika anda perhatikan pada mata di bagian hitam di tengah terdapat lubang yang berfungsi layaknya diafragma. contoh lain bisa dilihat pada kucing yang mengecil pupil saat siang hari dan membesar saat malam hari. saat diafragma terbuka lebar (bukaan lebar yang dilambangkan dengan nilai kecil) maka sinar akan masuk banyak, ini berguna untuk pemotretan dalam kondisi kurang pencahayaan agar tetap mendapatkan cukup sinar sehingga foto tidak mengalami apa yang disebut dengan undereksposure (kurang cahaya), demikian sebaliknya. Apakah dengan diagframa lebar maka kita akan mendapatkan gambar yang tidak undereksposure? Tidak selalu. Dalam fotografi, kita mengenal segitiga fotografi dalam menghasilkan sebuah gambar yaitu: diafragma (aperture), kepekatan (ISO/ASA) dan kecepatan membuka rana (speed). Untuk mendapatkan cukup cahaya pada suatu gambar pada pencahayaan rendah, kita bisa memilih satu atau kombinasi dari ketiganya: memperlebar di
the NTT’s picture style
afragma, meningkatkan kecepatan buka tutup rana, atau meningkatkan nilai ISO/ASA. Masing-masing dari pilihan ini tentunya akan menimbulkan konsekuensi tersendiri. Meningkatkan ISO/ ASA akan meningkatkan kemungkinan gambar dari efek noise, memperbesar diafragma/bukaan akan memperdangkal ruang tajam. Jadi semakin lebar diafragma maka semakin dangkal ruang tajam (DoF/Depth of Field) yang biasanya akan menimbulkan efek defocus seperti background/latar belakang atau foreground/latar depan menjadi kabur. Efek ini bisa dimanfaatkan untuk memotret jenis portrait. Sedangkan diafragma/bukaan kecil akan memperlebar ruang tajam sehingga pada pemilihan jarak fokus yang tepat akan didapatkan ketajaman sampai jarak tak terhingga (infinity). Penggunaan diafragma kecil ini biasanya bermanfaat untuk memotret landskap dimana kita menginginkan foto yang tajam dari jarak paling dekat sampai yang terjauh. Pengecilan diafragma juga bisa digunakan untuk memotret orang lebih dari satu dimana kita ingin semua orang dalam foto terlihat tajam. Seberapa besar ruang tajam yang dihasilkan dari besarnya diafragma dipengaruhi oleh 3 hal: lebar diafragma, jarak fokal lensa, dan jarak kamera ke titik focus. Secara teknis efek paduan ketiga hal tersebut dapat diukur dengan rumus. Tapi tak perlu dijelaskan disini karena mungkin terlalu teknis. Tentunya bukan berarti rumus ini baku, tidak selalu diafragma kecil untuk landskap dan diafragma besar untuk potrait. Kadang-kadang menabrak aturan diperlukan untuk menghasilkan foto yang tidak biasa.
Rihana, anak di camp pengungsi Eks. Timor Timur | Erwin Yuan
the NTT’s picture style
Teks dan foto oleh Wilson Therik
Pulau Kera selalu menjadi perhatian bagi siapa
ti, saat ini Pulau Kera dihuni oleh sekitar 78 Kepala
saja yang baru pertama kali berkunjung ke Kota
Keluarga dan 312 Jiwa (sebagian besar buta huruf)
Kupang karena letaknya persis di tengah-tengah Te-
yang mendiami 56 rumah, 20 rumah diantaranya
luk Kupang. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk
menggunakan generator sebagai pembangkit listrik,
sampai di Pulau Kera dari Kota Kupang dengan pe-
rumah yang lain menggunakan lampu pelita sebagai
rahu motor.
sumber penerangan di malam hari. Seluruh
Sesungguhnya banyak versi cerita tentang
penghungi beragama Islam yang merupakan warga
awal mula penghunian Pulau Kera, namun yang pas-
keturunan suku Buton dan suku Bajo dari Sulawesi. Sinyal Telkomsel dan siaran televisi bisa dijangkau
Pemukiman warga di Pulau Kera
the NTT’s picture style
di daerah ini. Sumber kehidupan mereka seharihari adalah sebagai nelayan. Tak terasa sudah 1,5 jam saya berjalan kaki mengelilingi Pulau Kera ditemani Bantiu Rabana (59 Tahun), Imam di Masjid "Darul Bahar", satusatunya Masjid yang merupakan bantuan dari MUI NTT yang diresmikan penggunaannya pada Tahun 2000. Bantiu Rabana juga merangkap sebagai Ketua Badan Pengurus Madrasah Hifidiyah, satu-satunya Madrasah yang dibangun secara Bersama Bantiu Rabana
swadaya oleh masyarakat Pulau Kera dengan bahan seadanya dan baru beroperasi pada Tahun
mau nonton televisi juga bisa, jika ingin suasana
2007. Madrasah yang belum diberi nama ini
kota, tinggal naik perahu motor. Meskipun kami
memiliki 43 orang siswa yang terbagi dalam 3 ke-
tidak memiliki KTP, tidak punya RT/RW, tidak pu-
las
sukarelawan
nya Kepala Desa, untuk menikah, cukup ke KUA
sebanyak 3 orang. Yakni: Bantiu Rabana (lulusan
(Kantor Urusan Agama) di Sulamu. Kami hanya
SMEA), Dirman Surang (lulusan MTs) dan Rustam
dibutuhkan pemerintah waktu Pemilu saja
dengan
tenaga
pengajar
Ndou (lulusan SMA). Madrasah ini dibina oleh HMI Cabang Kupang. Bantiu Rabana adalah putera Sulawesi Tenggara kelahiran 13 November 1953. Menyelesaikan pendidikan SR di Sulawesi Tenggara, kemudian merantau ke Kota Kalabahi, Kabupaten Alor (NTT) dan menyelesaikan pendidikan SMP dan SMEA. Baru pada Tahun 1979 memutuskan untuk menetap di Pulau Kera hingga sekarang. Alasannya sederhana saja, kami di sini tinggal dalam damai, tidak ada konflik, tidak ada keributan,
Masjid "Darul Bahar" sesudah itu kami dilupakan.
tidak ada pencuri, tidak ada yang mengganggu, di sini tenang, sunyi, sepi. Mau listrik, ada genera-
Pulau Kera secara administratif berada da-
tor, mau telepon sudah ada sinyal Telkomsel,
lam wilayah Kecamatan Sulamu Kabupaten Kupang. Dari kacamata pemerintahan, Pulau Kera dianggap sebagai pulau tak berpenghuni karena itu perhatian pemerintah Kabupaten Kupang dan Kecamatan Sulamu kepada masyarakat di Pulau Kera sangatlah minim. Pulau Kera memang Pulau Yang Aman “Tanpa� Pemerintahan. (WT)
Kondisi bangunana Madrasah Hifidiyah the NTT’s picture style
the NTT’s picture style
Penulis: Matheos Viktor Messakh | matheosmessakh.blogspot.com
P
ernahkah anda mendengar orang menyebut nama sebuah tempat di Kota Kupang dengan “Ikaf”? Memang sekarang sudah sangat jarang orang menyebut tempat itu dengan nama Ikaf. Di mana sebenarnya tempat itu dan mengapa dinamai demikian? Tempat itu sebenarnya hanya berjarak beberapa meter dari perempatan dekat kantor Polda NTT yang sering disebut sebagai perempatan Komdak menunjuk kepada nama lama dari institusi kepolisian “Komando Militer Daerah Kepolisian”. Beberapa meter dari arah Komdak ke arah Airnona anda akan melihat sebuah rumah mewah yang berdiri di antara Kantor Penggadaian dan sebuah lapangan volleyball. Di tempat di mana rumah mewah dan lapangan volloeyball berdiri itulah pernah berdiri sebuah pabrik yang disebut ICAFF singkatan dari Indonesia Canning and Freezing Factory.
tinggal beberapa keluarga antara lain keluarga Neppa, keluarga Bano, dan keluarga Rona. Di belakang pabrik itu tinggal adik Peter, tepatnya di sebelah barat rumah "pak Daulima, Direktur SGB". Di dekat pabrik itu juga tinggal pak Dillak, direktur SMP Kristen. Di sebelah rumah keluarga Dillak adalah rumah Ang Hoo Lang, seorang China yang menurut Peter sangat berjasa dalam sejarah pergerakan nasional. Dari beberapa keluarga ini, setahu saya yang masih berdiri di tempatnya adalah rumah keluarga Dillak. Leopold Nisnoni menegaskan hubungan antara keluarga Nisnoni dengan perusahaan ini dalam wawancaranya dengan Steve Farram pada 17-19 Novemver 2002 (From 'Timor Koepang' to 'Timor NTT': A Political History of West Timor 1901-1967). Farram menulis:
"Leopold Nisnoni, the son of Raja Kupang, managed two major enterprises in Kupang, a printery and a canning factory, and later went into business." (341-42).
Itulah sebabnya setiap penumpang angkot yang hendak turun Sumber : Buku “Tanah Air Kita: A pictorial introduction to Indonesia." di pertigaan ke arah SMP/SMA (Sekarang SMP Lentera) biasa Namun harus ditelusuri lebih jauh kepastian mengatakan kepada sopir angkot: “turun di Ikaf e”. Per- kepemilikan saham dalam perusahaan tersebut mempertimmintaan ini biasanya dilakukan oleh orang-orang tua yang bangkan informasi yang diberikan Peter Rohi bahwa pernah mengetahui akan parbrik itu. Seingat saya, gedung tua kepemilikan perusahaan itu mempunyai hubungan dengan dari pabrik itu masih berdiri sekitar tahun 1980-an semasa agenda politik pada waktu itu dan bahwa kepemilikannya saya di bangku SMP. Waktu itu, gedungnya sudah sangat tidak bukan oleh pihak keluarga Nisnoni semata. terawat. Seingat saya, dinding-dinding bagian luarnya ditempeli dengan seng. Pernah juga dipakai sebagai gedung Menurut I.H. Doko dalam bukunya Timor, Pulau sebuah sekolah swasta, namun kemudian dirobohkan. Gunung Fatuleu (Balai Pustaka, 1982, hal. 44-45), pabrik penMenurut penulis Peter Apollonius Rohi, Icaff itu kebanggaan orang Kupang tahun 1950-an. Pemegang sahamnya kebanyakan pedagang besar di Kupang dan raja-raja serta para pemimpin pergerakan. Gedung pabrik itu didirikan di atas tanah raja Kupang, Don Alfonsus Nisnoni. "Ini memang cita-cita para pemimpin pergerakan. Makanya sebagian pemegang saham adalah para anggota koperasi Timor Verbond yug berfusi dengan Partai Indonesia Raya (Parindra) di Surabaya," kata anggota marinir yang memutuskan untuk menjadi wartawan ini. "Partai ini diketuai langsung oleh Dr Soetomo. Para pedagang yang bergabung dalam Icaff antara lain Lie Tie Pau, eksportir ternak terbesar di Kupang, Umar Bakhtiar, para rajaraja dan pegawai kerajaan, serta para pemimpin pergerakan. Papa saya dulu menyimpan buku yang berisi daftar namanama para pemegang saham Icaff". Menurut Peter di sekitar tempat berdirinya pabrik tersebut
golahan daging dalam kaleng ini didirikan tahun 1952. Pada waktu berproduksi perusahaan ini membutuhkan 16-20 ekor sapi sehari. Kesulitan transportasi dan harga tin plate (bahan baku untuk kaleng) yang tinggi membuat pabrik ini berhenti berproduksi. Tahun 1963 sudah tidak berproduksi lagi. Sebagian besar notes ini telah saya tulis sebagai draft sekitar tahun 2006 namun beberapa hari lalu seorang teman saya berkunjung ke rumah sebuah keluarga Belanda. Di sana ia diberikan sebuah buku fotografi tentang Indonesia berjudul “Tanah Air Kita: A pictorial introduction to Indonesia." Teman saya ini memilih buku ini untuk saya karena dia tahu saya sangat berminat tentang sejarah Timor. Buku yang tidak mencantumkan nama penulis dan tahun penerbitan itu diterbitkan oleh penerbit W. Van Hoeve N.V. The Hegue dan Bandung. Pada halaman 196 terdapat sebuah foto dengan caption: Picture of a meat canning factory at Kupang, also called Timor Kupang. Sudah sejak lama saya ingin mengoleksi fotofoto bersejarah kota Kupang dan rupanya saya telah menemukan salah satu diantaranya.
the NTT’s picture style
Kristofel C. Mesah
S
Joni Trisongko
Fotografer Indonesia Regional NTT
ebagai bagian dari komunitas Fotografer Indonesia, Fotografer Indonesia Regiaonal NTT lahir bersama cabang-cabang lainya di seluruh Indonesia tepat pada tanggal 09 Oktober 2011. Momentum kehadirannya di NTT di tandai dengan kegiatan Hunting Akbar yang merupakan bagian dari kegiatan serentak diseluruh Indonesia termasuk juga di empat negara lainnya. “FI Regional NTT bukanlah yang pertama atau satusatunya perkumpulan pecinta fotografi yang ada di NTT. FI Regional NTT hadir dengan bentuk yang berbeda dari komunitas serupa lainnya. FI Regional NTT memiliki jaringan di 33 provinsi di seluruh Indonesia, sehingga ada juga kegiatan yang dilakukan secara nasional” ujar Kristofel C. Mesah (Koordinator FI Regional NTT) saat ditemui di kediamannya. Dalam perjalanannya FI Regional NTT tidak memiliki badan pengurus baku selain seorang Koordinator yang menjembatani komunikasi program FI pusat dengan program kegiatan lokal. Sebagai salah satu pendiri FI Regional NTT, Kristofel C. Mesah ditunjuk sebagai Koordinator FI Regional NTT sampai sekarang. “Karena ini merupakan komunitas pecinta fotografi maka programprogram yang dilakukan oleh para anggotanya, semuanya dilakukan dengan penuh cinta dan tanggung jawab walaupun tanpa badan pengurus baku” lanjut Kristofel C. Messah. Tanpa badan pengurus baku, bukan berarti FI Regional NTT minim dari kegiatan. Setiap kegiatan yang dilaksanakan akan ditangani oleh Tim Kerja yang dibentuk oleh semua anggota. Dalam pelaksanaan kegiatan,
Fi Regional NTT tidak hanya melakukan kegiatan yang berhubungan dengan fotografi tetapi kegiatan sosialpun sering dimasukan dalam program kerja. Menururt Kristofel, selain perkembangan kuantitas pecinta fotografi, yang turut maju pesat di NTT adalah keragaman genre foto yang dianut oleh pecinta fotografi seperti Modeling, Fashion, Makro, Landscape, Human Interes, Jurnalistik dan masih banyak lainnya juga turut memperkarya fotografi di NTT. Dalam menanggapi kekayaan inilah FI Regional NTT tidak membatasi diri dari jenis foto tertentu dengan mengakomodirnya melalui album-album yang disediakan oleh FI Regional NTT dalam Group Facebooknya. Kehadiran grup atau komunitas fotografi di NTT bukan saja FI Regional NTT merupaka wadah bagi semua pecinta fotografi untuk saling berbagi, belajar dan menunjukan hasil karya mereka. “Banyak anggota yang mengalami kemajuan luar biasa setelah bergabung dengan sebuah grup. Karena mereka dapat belajar secara langsung lewat Konsultasi melalui jejaring Facebook, bertatap muka lansung lewat hunting bersama, ataupun melalui workshop yang diselenggarakan oleh grup tersebut. Sehingga para pemula disarankan untuk bergabung bersama grup-grup yang dirasa sesuai” ujar Joni Trisongko yang juga merupakan salah satu pendiri FI Regional NTT. Di akhir percakapan, para pendiri FI Regional NTT ini berharap agar dengan majunya perkembangan fotografi di NTT kiranya juga membantu promosi visual tentang budaya dan pariwisata di bumi FLOBAMORA (AS) Fotografer Indonesia Regional NTT
the NTT’s picture style
REKAMAN KEGIATAN Fotografer Indonesia Regional NTT
Hunting “Ragam Budaya Dalam Lensa”
Weekly Hunting
Workshop Wedding & Fashion photography by Dedy Baros
Hunting “Lost In The Exotic island” Pulau Kera
Hunting Peduli “Pray for Bina D’trisna”
Family Gathering “Go Green”
Kegiatan Sosial di Camp pengungsi ex Tim-tim
Hunting “Koepang Jadoel”
the NTT’s picture style
KALENDER BUDAYA NTT Februari
Maret
PAHORU Dari Pulau Sabu, Kabupaten Kupang. Upacara pengucapan syukur kepada penguasa alam yang diikuti dengan kegiatan atau atraksi perang-perangan antar pemuda, pawaikuda dan pada waktu malam hari ada tarian muda-mudi yang dinamakan Padoa. Acara ini diselenggarakan di tepi Pantai Kampung Bhodo, jaraknya 2 Km dari Kota Seba.
PATE BALOI Upacara tradisional dari Kabupaten Alor. Upacara pembukaan musim tanam pada minggu II bulan Maret yang ditandai dengan pemancangan tiang bambu kemudian membelah pinang serta dilanjutkan dengan makan bersama yang diiringi dengan tarian tradisional LEGO -LEGO. Acara ini tepatnya berlangsung di Kampung Takpala Desa Lembor Barat dimana juga terdapat Taman Wisata Alam Laut Selatan Pulau Pantar, kampung tradisional Mombang dan Bampola.
PROSESI JUMAT AGUNG Dari Kabupaten Flores Timur. Prosesi ini diawali pada akhir Maret hingga awal April. Devosi terhadap Bunda Maria yang dilakukan oleh seluruh umat Katolik di Kota Larantuka, juga ada yang berasal dari luar daerah yang dilakukan secara turun temurun sejak abad XV yang lalu. Dan masih ada atraksi penunjang yaitu melihat dan berkunjung ke Kampung tradisional Muda Keputu, Kawaliwu Riang Kemie dan Wurek Adonara Barat dan Kongo.
RITUAL BOLE BUNDO Dari Kabupaten Flores Timur. Upacara ritual syukuran atas keberhasilan dalam perang atau panendi desa Lewatolo dan desa Sinar Hadding Kecamatan Tanjung Bunga. Upacara ini dilaksanakan setiap saat tergantung pada keperluan. Disekitar lokasi upacara ini masih ada kampung tradisional Riang Sungai, Danau Asmara dan Air Panas Oka. Sumber : http://nttprov.go.id
OCD Beach Lasiana, Kupang-NTT
SAHABAT FACEBOOK Bagi rekan-rekan fotografer yang ingin berkunjung ke Nusa Tenggara Timur dan ingin mendapat info lebih banyak tentang daerah tujuan maka depat menghubungi teman-teman di bawah ini. Mari pererat persahabatan lewat fotografi.
Kupang
Adhyt Sa
Sumba
Yushe Dunga
Maya Susetyo
Joni Trisongko Joni Photocolor
Lembata
Aldino Hadi Alkatiri
Rote
Wilson Therik
Ayank Chaniago
Maumere
Wily Otak Mofers
Yoas Enzo
Pande Putu Hadi Wiguna
Teddy Johannis Rikky Saba
Alor
Abdinillah Massa
Manggarai
Daeng Irman
Atambua, Belu
Ferry Zan
Him 'movic' Massa
the NTT’s picture style