Buletin Kegiatan Jaringan Katolik Melawan Covid-19 (JKMC)

Page 1

BULETIN KEGIATAN JKMC Mei

2020

"Kemandirian Pangan Selama Pandemi" Mengenal JKMC (bagian 2 dari 4) hal

4

Pandemi Covid & Kemandirian Pangan hal

24

Sharing Penyintas Covid hal

33


BULETIN KEGIATAN JKMC - EDISI 2 / MEI 2020

TIM PENYUSUN Penanggung Jawab: Cornelia Istiani Penata Letak: Lambertus Alfred Infografis: Marcellia Tania Reportase: Gabriel Toang Kontributor Tulisan: C. Tedjo Endriyanto, Augustinus Widyaputranto, Felix Gunawan, Hargo Mandirahardjo, Indro Surono.

© JKMC 2020


PENGANTAR Buletin JKMC kali ini menyajikan rangkuman seluruh kegiatan JKMC di bulan April-Mei. Yang berbeda adalah terdapat penjelasan sebagian elemen-elemen yang bergabung membentuk JKMC. Dan disajikan secara khusus adalah tema kemandirian/ketahanan pangan sebagai antisipasi krisis pangan di masa pandemi covid-19, sedangkan dari perspektif yang berbeda dapat dimaknai sebagai moment untuk kembali menjadi manusia ekologis yang berbelarasa. Â Tanpa terasa sudah masuk bulan ketiga sejak Maret 2020, Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi global. Langkah-langkah darurat di bidang kesehatan dan pengobatan relatif cukup baik tertangani. Kebutuhan akan obat dan alkes masih terus diusahakan dan diprioritaskan kecukupannya. Satu kendala yang belum teratasi adalah vaksin untuk membunuh virus corona belum ditemukan secara definitif. Hal ini membawa kekuatiran banyak pihak terkait dengan kapan berakhirnya pandemi. Langkah bijak pemerintah adalah apa yang disebut new normal. Â New normal merupakan sebuah exit strategy dari pandemi COVID-19. Kondisi new normal menyiratkan gambaran perubahan perilaku dan tata kelola manusia di berbagai sektor, yaitu individu, sosial dan organisasi. Beberapa kondisi yang akan dihadapi adalah beraktifitas secara terbatas dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Perubahan pola interaksi di berbagai hal yang membuat individu harus berjarak secara fisik. Perubahan-perubahan pola perilaku yang dan bagaimana harus menyikapi situasi perubahan tersebutlah menjadi hal yang penting untuk keberhasilan melalui masa sulit ini. Salah satu hal yang perlu diwaspadai dan diusahakan mulai dari sekarang adalah kecukupan pangan. Â BULETIN JKMC MEI 2020

1


JKMC sebagai salah satu entitas kelompok yang bersifat adhoc, mengambil peran dan ikut bergotongroyong dalam penanganan bencana COVID-19 ini melalui kegiatan nyata, salah satunya adalah melalui Komunikasi dan Edukasi. Pokja yang mempunyai tujuan ikut membangun kesadaran kolektif masyarakat dalam merespon bencana dan mempersiapkannya untuk menghadapi kondisi new normal, yang berpotensi sungguh-sungguh mengubah cara manusia menjalani kehidupannya setelah pandemi “berakhir”. Semoga kita memiliki keberanian untuk memulai new normal dengan penuh harapan. Jakarta, 1 Juni 2020 Pokja Komunikasi dan Edukasi Cornelia Istiani

#staysafe #cucitangandengansabun #jagajarakfisik #gotongroyong #IndonesiaTangguh

BULETIN JKMC MEI 2020

2


DAFTAR ISI 01

36

Pengantar New Normal dan Kemandirian Pangan

03 04 11 13 24 33

Daftar Isi Mengenal JKMC (bagian 2 dari 4) BAKKAT, ISKA, PERDHAKI, APTIK

Berita Kegiatan JKMC Rangkuman Liputan

Dokumentasi Foto Kegiatan dan Data Distribusi

Sajian Utama Pandemi Covid & Kemandirian Pangan

Sharing Sahabat Irene: Penyintas Covid-19

Penutup Program Selanjutnya, Jadwal Webinar


MENGENAL JKMC BAGIAN 2 DARI 4

Melanjutkan edisi sebelumnya, buletin JKMC edisi Mei 2020 kembali memaparkan profil JKMC. Kali ini akan ditampilkan profil singkat institusi dan organisasi yang tergabung dalam JKMC. Secara khusus, edisi ini akan membahas BAKKAT, ISKA, PERDHAKI, dan APTIK. Institusi serta organisasi lainnya akan dibahas di buletin JKMC edisi selanjutnya. Penasaran? Yuk simak lebih lanjut!

BULETIN JKMC MEI 2020

4



MENGENAL JKMC:

BAKKAT Badan Amal Kasih Katolik (BAKKAT) adalah lembaga amal Katolik resmi yang mendapatkan pengesahan dari Pemerintah untuk dapat menerima dan mengelola serta mendistribusikan sumbangan dari seluruh umat Katolik maupun perusahaan yang dimiliki oleh mayoritas umat katolik.

Dengan visi Menjadikan Umat Allah sadar untuk memberikan amal kasih, BAKKAT memiliki Misi untuk: 1. Menghimpun dan mengelola sumbangan pemeluk agama Katolik yang dapat mengurangi Pajak Penghasilan Orang Pribadi maupun Badan yang mayoritas dimiliki secara langsung atau tidak langsung oleh orang beragama Katolik. 2. Menyalurkan sumbangan dana kepada umat yang membutuhkan, membiayai aktivitas umat Gereja Katolik dan masyarakat, pembangunan Gereja Katolik, biaya pendidikan, pembinaan umat kategorial dan parokial, operasional Keuskupan/Paroki, pembiayaan badan-badan sosial yang berkekurangan, mendukung kegiatan pastoral, antara lain : a. Membina dan memajukan hidup keagamaan dan ibadat Gereja b. Melaksanakan karya kerasulan suci dan karya amal kasih di bidang sosial serta kemanusiaan c. Memelihara dan mengurus serta mengelola harta benda dan kekayaan BAKKAT baik yang berupa barang tidak bergerak maupun yang bergerak 3. Agar setiap orang dapat hidup sesuai martabatnya sebagai manusia Organisasi BAKKAT terdiri dari seorang Pembina (Mgr. Ignatius Kardinal Ignatius Suharyo), 4 orang dalam Dewan Pengawas (Romo V. Adi Prasojo, Romo Steve Winarto, Ibu Ratna Wijaya, dan Ibu Bertha Halim), Tim Pengurus yang diketuai oleh Romo Samuel Pangestu, dan Tim Pelaksana Harian & Penyaluran dengan ketuanya Bapak Djumhari Latief.

BULETIN JKMC MEI 2020

6


MENGENAL JKMC:

BAKKAT

Pada awalnya BAKKAT menerima sumbangan dari donator untuk intensi umum, sehingga penyalurannya sesuai dengan yang diputuskan oleh pengurus BAKKAT dalam rapat bulanan. Akan tetapi, kini, sesuai dengan perkembangan sistem IT dan organisasi BAKKAT, maka BAKKAT dapat menjadi semacam platform bagi pihak lain yang membutuhkan dukungan dari donator melalui BAKKAT. Sebagai pilot project, BAKKAT memulai dengan membuat program crowd funding untuk mendukung program pembangunan rumah singgah untuk penderita HIV/AIDS di Keuskupan Agats. Akan tetapi karena tiba-tiba Negara kita dilanda Pandemi COVID-19, maka BAKKAT meluncurkan program baru yaitu Program Membantu Petugas Medis. Hingga saat ini BAKKAT telah menyalurkan ribuan Alat Pelindung Diri ke lebih dari 180 Rumah Sakit/Klinik/Puskesmas di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. dan juga menyalurkan lebih dari 16.000 paket bantuan bahan pokok untuk keluarga pra-sejahtera, panti asuhan, dan panti wredha.

BULETIN JKMC MEI 2020

7


MENGENAL JKMC:

ISKA

ISKA dibentuk pada 22 Mei 1958 di Jakarta, dengan nama Ikatan Katolik Sarjana dan Cendekiawan Indonesia, disingkat IKS. Nama Katolik Sarjana, bukan Sarjana Katolik, dimaksudkan agar organisasi ini dapat pula menampung para sarjana dan cendekiawan bukan Katolik, yang menyetujui asas-asas Katolik.

Pemrakarsa terbentuknya IKS adalah Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) bersama dengan Ikatan Muda Katolik Indonesia (IMKI). Ketika dideklarasikan, IKS masih bertaraf lokal Jakarta. Nama Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) baru mulai digunakan setelah Musyawarah Nasional (Munas) di Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, tanggal 3 sd. 5 September 1964. Sejak itulah organisasi para sarjana dan cendekiawan ini bernama ISKA, bersifat nasional, dengan bentuk federasi. Dalam Munas ini pula disusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) serta program ISKA. ISKA bertujuan mengoptimalkan peran sarjana/cendekiawan Katolik meningkatkan iman dan ilmu pengetahuan, yaitu secara berkesinambungan memadukan iman dan keahliannya tersebut dan mengabdikan ilmu tersebut menurut iman kristiani demi kebaikan sesama manusia dalam masyarakat, bangsa dan negara serta demi kemuliaan Tuhan sumber segala ilmu. Dalam kiprahnya ISKA berkomitmen untuk merawat nilai-nilai kebangsaan untuk menjadi 100% Katolik dan 100% Indonesia.

BULETIN JKMC MEI 2020

8


MENGENAL JKMC:

PERDHAKI ORGANISASI PERDHAKI PERDHAKI adalah singkatan dari “Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia”. PERDHAKI dibentuk pada tahun 1972, dalam Rapat Kerja Nasional Kesehatan Katolik di Wisma Samadi, Klender, Jakarta.

PERDHAKI adalah wadah koordinasi dari 400 UPK (Unit Pelayanan Kesehatan Katolik) yang tersebar diseluruh Indonesia, yang terdiri dari : 95 Rumah Sakit dan 305 Klinik. Kepemilikan UPK tersebut adalah: 80% Tarekat Biarawati, 15 % Keuskupan dan 5 % Kelompok Awam Katolik. Organisasi Perdhaki, terdiri dari Perdhaki Pusat dan Perdhaki Wilayah (di 33 Propinsi/Keuskupan). PROGRAM PERDHAKI Internal : Rapat Paripurna Anggota (setiap 2 tahun sekali), Rapat Pimpinan Rumah Sakit (2 tahun sekali) dan Rapat Koordinasi Wilayah (setiap tahun). External : 1. Rapat Konsultasi dengan Pimpinan Tarekat Biarawati (setiap tahun). 2. Kerja sama dengan organisasi/lembaga keagamaan (Katolik maupun lintas agama). 3. Kerja sama dengan Pemerintah/Kemenkes (antara lain program GERMAS). 4. Kerja sama dengan organisasi/lembaga lain (PERSI, ARSANI, FKPK, KMKI, dll) 5. Kerja sama dengan lembaga-lembaga donor untuk program-program spesifik : a. The Global Fund (Program Malaria, Program TB) b. Misereor (Program HIV, Program pemberdayaan Rumah Sakit & Klinik) c. CORDAID ( Program Disaster Risk Reduction, Program Emergency Respon) d. Pusat Fransiskannes Jerman (Program Pemberdayaan Perempuan) Kantor Sekretariat PERDHAKI Pusat : Alamat : Jl Kramat VI/7, Jakarta Pusat, Jakarta 10430, Indonesia Telpon : 021-3909245, 021-3140455 E-mail: perdhaki@cbn.net.id , sekretariatperdhaki@gmail.com. Website: www.perdhaki.org

BULETIN JKMC MEI 2020

9


MENGENAL JKMC:

APTIK

Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) adalah sebuah lembaga kerja sama antara pengelola Yayasan Pendidikan Katolik yang didirikan oleh empat Perguruan Tinggi Katolik (Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta; Universitas Katolik Parahyangan, Bandung; Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dan Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya) pada tanggal 24 Februari 1984 sebagai kelanjutan dari Yayasan Kerjasama Perguruan Tinggi Katolik (YKPTK) dan Majelis Pendidikan Tinggi Katolik (MPTK).

Tujuan dan kegiatan APTIK sebagai lembaga kerja sama perguruan tinggi Katolik, secara fundamental sejalan dengan amanat dari Konstitusi Apostolik “Ex Corde Ecclesiae� yang menegaskan identitas bahwa perguruan tinggi Katolik merupakan komunitas akademik yang menunaikan misi utamanya yaitu tridarma perguruan tinggi, dalam semangat dan suasana Katolik. Sampai dengan tahun 2020, APTIK beranggotakan 20 yayasan (17 anggota biasa dan 3 anggota kerabat) dengan 20 perguruan tinggi, yaitu: 1. Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta 2. Universitas Katolik Parahyangan, Bandung 3. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta 4. Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya 5. Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang 6. Universitas Atma Jaya Yogyakarta 7. Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang 8. Universitas Katolik Santo Thomas, Medan 9. Universitas Katolik Widya Karya, Malang 10. Universitas Atma Jaya Makassar 11. Universitas Katolik Musi Charitas, Palembang 12. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus, Jakarta 13. Universitas Katolik De La Salle, Manado 14. Universitas Widya Dharma, Pontianak 15. Universitas Katolik Darma Cendika, Surabaya 16. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris, Makassar 17. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Katolik St. Vincentius A Paulo, Surabaya 18. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Weetebula 19. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth, Medan 20. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santo Borromeus, Bandung

BULETIN JKMC MEI 2020

10


BERITA KEGIATAN JKMC merupakan komunitas kasih. Di dalam JKMC, semua lembaga dan elemen masyarakat berbeda, bisa bergandengan tangan, bergotong-royong, untuk berbagi materi, ketrampilan, maupun apa yang dimiliki kepada sesama agar bisa keluar dari pandemi ini. Karena itu pula, komunitas ini diajak oleh Kristus untuk menjadi sahabat dan teman-teman bagi sesamanya yang terkena dampak Covid-19. Kita adalah komunitas kasih yang mengakarkan diri di dalam kasih Allah. Kasih itu mengalir secara terus-menerus. Dalam hidup yang terbatas seperti sekarang ini, kita diajak untuk memupuk kasih di dalam diri kita. Kita tidak tahu kapan pandemi ini akan berakhir. Karena itu, kita dipanggil Tuhan agar pergi dan menghasilkan buah-buah kebaikan bagi semua orang. Dalam beberapa bulan terakhir ini Jaringan Katolik Melawan Covid-19 (JKMC) melaksanakan kegiatan- kegiatan yang merupakan tanda dari kasih Kristus itu sendiri. Kegiatan yang dilakukan selama beberapa bulan terakhir ini tersebar di beberapa kabupaten kota secara terpisah. Perwakilan Badan Amal Kasih Katolik (BAKKAT) menyalurkan bahan pokok ke pesantren di daerah Cikarang. Adapun perwakilan Ikatan Sarjana Katolik (ISKA) menyalurkan bantuan berupa alat medis dan APD ke 18 poliklinik di Keuskupan Agung Medan dan diterima langsung oleh Bapa Uskup Keuskupan Agung Medan, Mgr. Kornelius Sipayung. Pada tanggal 15 Mei 2020 Jesuit Refugee Service (JRS) Bogor menyalurkan masker kepada para pengungsi. Dilakukan juga pembagian 500 paket bahan pokok untuk komunitas ojol dan para tetangga yang membutuhkan bantuan tersebut.

BULETIN JKMC MEI 2020

11


BERITA KEGIATAN Di Jakarta, ISKA bekerja sama dengan jaringan Gusdurian di daerah Jakarta Timur. Mereka menyalurkan hasil penggalangan dana Sobat Ambyar Alm. Didi Kempot dan Kompas TV, berupa 10 paket sembako yang langsung disalurkan ke beberapa wilayah di daerah Cipinang/ Rawamangun 3, Ciracas 3, cipayung 2, dan Kp. Rambutan 2. Pembagian paket ini disertai dengan pengajuan administrasi dan laporan foto. Hal ini dilakukan dengan maksud agar bantuan dapat tepat sasaran. Bantuan tersebut dikhususkan bagi mereka yang belum mendapatkan bantuan dari Pemda DKI dan pemerintah pusat agar tidak terjadi tumpang tindih bantuan. Kebanyakan dari mereka adalah para lansia, single parents dan mereka yang di-PHK oleh perusahaan tempat mereka bekerja karena pandemi. Hal yang sama dilakukan oleh JKMC regio Manado yang dipimpin langsung oleh koordinator regio, bekerja sama dengan PSE Keuskupan Manado dan PMKRI Cab. Manado. Mereka menyalurkan bantuan kepada para mahasiswa Katolik dan mahasiswa rantau yang ada di Kota Manado, terkhusus yang belum menerima bantuan dari pemda setempat dan pemda daerah mereka. Pemuda Katolik Komisariat Anak Cabang Balai Batang Tarang Komcab Sanggau menyelenggarakan Donor Darah bekerjasama dengan PMI Sanggau dan OMK Paroki HKTY Batang Tarang di Aula Paroki Hati Kudus Batang Tarang. Dalam lingkup yang lebih luas, JKMC terlibat dalam gerakan Jaringan Lintas Iman Tanggap Covid-19 (JIC) yang merupakan kolaborasi berbagai organisasi lintas iman dan kepercayaan dalam rangka penanganan Covid-19. JIC telah menggalang bantuan dari berbagai pihak yang ingin berperan serta dalam solidaritas lintas iman untuk membantu warga miskin yang terkena dampak pandemi Covid-19. Diantara lembaga-lembaga yang tergabung dalam JIC adalah Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Pemuda Muhammadiyah, Muhammadiyah Covid-19 Command Center, NU Peduli, GP Ansor, PGI, GEMABUDHI, PERMABUDHI, MBI – KBI, KomHAK KWI, JKMC, BAKKAT, Parusada Hindu Dharma Indonesia, Puskor Hindunesia, Majelis Tinggi Agama Khonghucu (MATAKIN), Majelis Rohani Nasional Bahai Indonesia, Yayasan Sosial Guru Nanak, Temu Kebangsaan Orang Muda, Jaringan GusDurian, Kafkaf Foundation, Jakarta Gotong Royong, dan Yayasan Kesehatan Indonesia. Selain menyalurkan bantuan paket sembako, JIC juga menyalurkan masker medis untuk tenaga kesehatan melalui rumah sakit-rumah sakit di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di wilayah Timur. Sebanyak 100.000 masker kini telah berada di gudang JIC dan tengah dalam proses pengepakan dan penyaluran. (Gabriel)

BULETIN JKMC MEI 2020

12


Dokumentasi Kegiatan Mei 2020


Dokumentasi Kegiatan Mei 2020


Dokumentasi Kegiatan Mei 2020


Dokumentasi Kegiatan Mei 2020

27 APRIL 2020 Sesuai hasil diskusi maka Alkes merk My Lab donasi dari Kantor Staf Presiden sudah diserahterimakan kepada Direktur RS Atma Jaya Dr Shenny Nurmala. Semoga bermanfaat. Terima kasih kepada KSP


Dokumentasi Kegiatan Mei 2020

12 MEI 2020 Relawan JKMC dan PMKRI Manado membantu membungkus paket bantuan untuk mahasiswa.

14 MEI 2020 Ekaristi daring JKMC "Sehati untuk Negeri" bersama Rm. Siswantoko, Pr.


Dokumentasi Kegiatan Mei 2020

18 MEI 2020 Perwakilan ISKA mendistribusikan bantuan ke RS Panti Nugroho Sleman.

18 MEI 2020 Perwakilan BAKKAT mendistribusikan bantuan ke RS RKZ Surabaya.

18 MEI 2020 Persiapan distribusi logistik di Keuskupan Timika


Dokumentasi Kegiatan Mei 2020

20 MEI 2020 Penyaluran bantuan oleh perwakilan DPD ISKA Sulawesi Selatan

21 MEI 2020 Tim PIC Rumah Sakit dan Koordinator Umum JKMC

23 MEI 2020 Pengecekan gejala Covid-19 di Pusat Rehabilitasi Kusta Bunda Pembantu Abadi Naob


Dokumentasi Kegiatan Mei 2020

Relawan JKMC membantu mengemas paket bantuan BAKKAT.

Relawan JKMC membantu proses packing masker dan vitamin untuk dikirim ke 8 keuskupan.

Program Pos Kesehatan PERDHAKI.


Distribusi

BANTUAN MEDIS MEI 2020

BULETIN JKMC MEI 2020

21


Distribusi

BANTUAN MEDIS MEI 2020

BULETIN JKMC MEI 2020

22


Distribusi

BANTUAN MEDIS MEI 2020

BULETIN JKMC MEI 2020

23


sajian sajian utama. utama.


PANDEMI COVID & KEMANDIRIAN PANGAN Indro Surono Pokja Ketahanan Pangan JKMC Virus Corona terbukti menjadi momok menakutkan bagi manusia sekarang ini. Daya infeksi dan penularannya yang cepat menyebabkan banyak orang tertular dalam tempo singkat. Kematian menjadi keniscayaan akibat infeksi virus ini, terutama bagi mereka yang memiliki penyakit bawaan dan imunitas tubuh yang lemah, seperti orang tua. Hanya dalam 5 bulan di tahun 2020, virus corona telah menginfeksi lebih dari 6,2 juta orang di seluruh dunia, dengan jumlah kematian diatas 374 ribu orang, lebih dari 3 juta orang dalam perawatan dan 3,2 juta lebih orang dinyatakan sembuh (worldometer, 31/5/2020). Di Indonesia, hingga akhir Mei terdapat 26 ribu lebih kasus, kematian diatas 1600 orang dan pasien sembuh 7637 orang. Hingga hari ini jumlah kasus penularan virus corona masih terus bertambah dan belum menunjukkan tren penurunan. Pandemi COVID-19 ini memaksa negara-nagara di dunia termasuk Indonesia melakukan tindakan kuratif dan pencegahan meluasnya penularan virus ini. Upaya tersebut nampak dari diberlakukannya karantina wilayah, lock down dan pembatasan social. Pemerintah sendiri sudah menerapkan pembatasan social berskala besar (PSBB) di banyak daerah yang masih berjalan hingga sekarang. PSBB yang diterapkan diikuti dengan penutupan aktivitas ekonomi masyarakat, pembatasan transportasi umum dan himbauan warga untuk tinggal dan bekerja di rumah. Konsekuensi kebijakan ini pemerintah harus memberikan berbagai insentif ekonomi untuk usaha dan bantuan social bagi masyarakat lapisan bawah yang terdampak dari kebijakan ini. BULETIN JKMC MEI 2020

25


Dampak COVID-19 terhadap Ketersediaan dan Produksi Pangan

Pandemi COVID-19 dan penerapan PSBB pada gilirannya melemahkan aktivitas ekonomi yang berdampak pada penurunan pendapatan, meningkatnya PHK dan pengangguran serta bangkrutnya usaha. Hal ini juga berdampak pada ketersediaan dan produksi pangan nasional dalam jangka pendek, diperkirakan Indonesia akan mengalami gangguan ketersediaan pangan,terutama beras, pada akhir tahun 2020 dan awal tahun 2021 (Bustanul, 8/5/2020 & WFP 20/5/2020). Laporan World Food Program (WFP) tentang COVID-19 dan implikasinya bagi ekonomi dan ketahanan pangan di Indonesia(20/5/2020) menyebutkan bahwa stok pangan masih aman hingga akhir Juni 2020 untuk beberapa pangan utama seperti beras, minyak goreng, jagung, gula, telur, ayam, daging sapi, cabe, bawang merah dan bawang putih. Namun, ketersediaan pangan untuk sisa tahun 2020, pemerintah harus memastikan ketersediaannya mencukupi terutama untuk komoditas pangan yang kita masih sangat tergantung dari impor, seperti gandum (100%), bawang putih (93.7%), kedelai (72.5%) dan gula (69,9%). Selain itu Indonesia masih mengimpor daging sapi/kerbau, susu bahkan garam. Yang perlu dicermati di laporan WFP, bahwa beberapa negara eksportir pangan, dimana Indonesia biasa mengimpor, telah menyatakan bahwa produksi pangan akan diprioritaskan untuk dalam negeri dan membatasi ekspor. Ukraina membatasi ekspor gandum tahun 2020/2021, Vietnam mengumumkan penundaan ekspor beras, dan Thailand mengumumkan penurunan ekspor gula karena deficit produksi akibat kekeringan. Selain itu Indonesia tergantung impor pada satu atau dua negara tertentu seperti Bawang putih (China), kedelai (AS, Thailand) dan gula (Thailand). Gangguan produksi, distribusi dan kebijakan pangan mereka, akan berdampak pada ketersediaan pangan kita.

BULETIN JKMC MEI 2020

26


Beras sebagai makanan pokok rakyat Indonesia, diperkirakan cukup stoknya untuk pemenuhan permintaan hingga Juli 2020. Stok beras per Juni dilaporkan mencapai 7,71 ton tersebar di rumah tangga (58%), pengilingan/pedagang dan Bulog (1.4 juta ton). Persoalannya jika iklim kurang bersahabat (kekeringan), maka produksi padi pada musim gadu akan lebih kecil dari target 35% produksi nasional dan berdampak pada kecukupan beras di akhir tahun dan awal tahun depan. Maka untuk pengamanan pangan, dianjurkan untuk mengimpor beras 12 juta ton di tahun ini (Bustanul, 8/5/2020). Di sisi lain, fenomena mudik yang tetap berjalan tahun ini dan kembalinya pekerja migran dari luar negri diperkirakan akan memberikan dampak pada peningkatan penularan COVID-19 ke daerah-daerah, termasuk sentra produksi pangan. Jika ini terjadi, maka akan mengganggu proses produksi pangan karena para petani, peternak, nelayan harus dikarantina dan akhirnya akan berdampak pada penurunan produksi pangan. Tentu kita berharap hal ini tidak terjadi. Fakta lain yang bisa ditemui di berbagai tempat dari pemberitaan media, saat ini cukup banyak petani, peternak dan nelayan yang memproduksi pangan segar seperti sayur dan buah, telur dan ayam, serta ikan segar mengalami kesulitan memasarkan. Hal ini diakibatkan oleh pembatasan pergerakan karena PSBB sehingga sulit menjual ke pasar, atau karena banyak warung makan, restoran dan hotel yang tutup. Harga komoditas tersebut menjadi turun, sehingga produsen merugi. Tidak sedikit yang mencabut tanaman, membuang hasil tangkapan atau sekedar dibagi secara gratis. Gambaran di atas menunjukkan bahwa ketersediaan pangan dan produksi pangan di sisa tahun 2020 menunjukkan ketidakpastian. Kemungkinan akan terjadi kelangkaan atau kenaikan harga pangan khususnya yang tergantung dari impor. Di sisi lain, jika terjadi gangguan produksi akibat penularan virus corona di sentra produksi dan iklim yang tidak bersahabat, akan berdampak juga pada ketersediaan pangan khususnya menjelang akhir tahun. Fenomena lain, banyak produk pangan segar dari produsen yang tidak bisa dijual akibat PSBB. Pada gilirannya, situasi diatas akan membatasi atau menyulitkan akses pangan bagi konsumen, khususnya mereka yang tinggal jauh dari sentra produksi dan berpenghasilan rendah.

BULETIN JKMC MEI 2020

27


Gerakan kemandirian pangan untuk memperkuat ketahanan pangan

Pandemi COVID-19 telah menyadarkan kita, bahwa ketersediaan dan akses pangan kita sangat rentan manakala tergantung dari impor, terjadi gangguan produksi dan distribusi. Karenanya memastikan ketersediaan dan akses pangan mulai dari diri sendiri, keluarga dan komunitas menjadi sangat penting dalam situasi saat ini. Pemerintah memang bertanggungjawab atas produksi dan pemenuhan pangan rakyat, namun dalam situasi pandemic yang tiba-tiba dan sulit diantisipasi segara, diperlukan kontribusi dan sumbangsih warga dalam hal ini. Gerakan untuk memproduksi pangan secara mandiri dalam skala kecil mulai dari rumah tangga (family farming) memanfaatkan lahan sempit atau pekarangan, hingga level komunitas dengan pemanfaatan lahan tidur di sekitar, menjadi sangat relevan dalam situasi sekarang. Dengan memproduksi sebagian pangan sendiri dan mengkonsumsi baik untuk keluarga dan masyarakat sekitar, akan mampu mengurangi ketergantungan dan hambatan akan akses pangan dari luar (pasar). Pemerintah sendiri melalui Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menghimbau hal yang sama dengan meminta masyarakat memanfaatkan lahan pekarangan rumah untuk bercocok tanam. Dalam menghadapi krisis yang ada, pertanian menjadi pilihan untuk bisa survive. Oleh Karena itu, menggalakkan pertanian,  family farming atau lahan-lahan keluarga di sekitar rumah kita menjadi sangat penting (Medcom.id, 31/5/2020). Bertani di rumah (family farming) dapat dilakukan dengan banyak metode baik di lahan sempit atau pekarangan. Mulai dari bertani sayuran dalam polybag, ember/botol plastic bekas atau paralon atau di lahan pekarangan yang ada dengan menanam palawija seperti singkong, ubi jalar, talas dan tanaman penambah imunitas tubuh seperti jahe, kunyit, brotowali, dsb. Jika di tingkat komunitas (RT, RW, lingkungan/paroki) tersedia lahan kosong yang belum digarap, juga bisa dimanfaatkan untuk melakukan penanaman palawija dan sayuran. Bahkan kegiatan ini bisa dikombinasikan dengan beternak seperti ayam, ikan yang mampu menyediakan protein bagi kita.  BULETIN JKMC MEI 2020

28


Yang tidak kalah penting adalah melakukan gerakan untuk hemat dan bijak dalam mengkonsumsi pangan. Makan secukupnya dan tidak membuang-buang makanan. Indonesia adalah negara dengan sumbangan sampah makanan terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi. Sampah makanan atau food waste orang Indonesia jika dikumpulkan dalam satu tahun jumlahnya mencapai 1,3 juta ton atau rata-rata satu orang menghasilkan sampah makanan 300 kilogram per tahun (Media Indonesia, 13/1/2020). Upaya ini akan semakin baik jika dilengkapi dengan memproduksi dan mengkonsumsi pangan local. Pangan yang bisa tumbuh berkembang di sekitar kita dan bisa diolah sesuai dengan kekhasan kuliner yang ada di daerah kita. Terlebih jika Gerakan menanam ini dilakukan dengan mengikuti prinsip pertanian berkelanjutan atau ramah lingkungan, dengan meminimalkan pemakaian asupan pupuk dan pestisida kimia, maka kita telah berkontribusi pada penyelamatan dan pelestarian lingkungan. Upaya yang sejalan dengan ensiklik Paus Fransiskus, “Laudato Si� yakni ikut merawat alam sebagai rumah bersama kita. Jika himbauan atau ajakan di atas digemakan di mana-mana, di rumah ibadat oleh pemuka umat, di RT/RW oleh tokoh masyarakat dan oleh pemerintah di mana pun, maka gerakan kemandirian pangan ini akan mampu berkontribusi pada pemenuhan pangan secara mandiri di tingkat keluarga dan komunitas. Mengurangi ketergantungan pada pangan dari luar/ekspor dan mendorong pemerintah untuk mewujudkan kemandirian pangan. Pada gilirannya, Gerakan ini akan memperkuat ketahanan pangan nasional. Dan, barangkali gerakan ini adalah aktivitas “normal baru� bagi bangsa Indonesia sekarang dan kedepan.

BULETIN JKMC MEI 2020

29


INFO GRAFIS



sumber: www.desanusantara.id


SHARING SAHABAT Saya survivor Covid-19, dan sampai saat ini saya masih belum bisa lepas dari pemakaian oksigen (O2) dan masih berlatih untuk berjalan. Tidak bermaksud untuk menggurui atau mengajarkan apa-apa, melainkan ingin sharing bagaimana dampak virus covid-19 terhadap kesehatan kita. Rentang waktu antara mulai gejala panas yang saya alami sampai saya dirujuk ke Wisma Atlet adalah 10 hari. Panas yang berkepanjangan dan tidak turun setelah minum obat, serta pemeriksaan laboratorium yang mengira saya terkena typhus, menyebabkan virus dalam tubuh saya terus berkembang sampai menimbulkan sesak nafas karena virus sudah mulai mengganggu dan menimbulkan bercak pada paru-paru. Selain itu, terjadi juga pembesaran jantung. Menurut saya, inti utama dari usaha melawan Covid-19 adalah, jangan terlambat. Kita harus selangkah di depan si virus, peka akan gejala, dan harus segera ke dokter/puskesmas untuk mendapatkan pemeriksaan. Dari pengalaman pribadi melihat teman atau pasien yang saya kenal yang tidak survive/selamat, semua hampir memiliki kesamaan, yaitu salah diagnosa yg terlanjur dibiarkan, terlambat check, atau memiliki riwayat penyakit berat lainnya. Apalagi dalam statistik pandemi Covid-19, saya masuk kelompok umur rentan karena umur saya 67 th dan bekerja dengan waktu panjang, banyak bepergian, dan bertemu dengan sangat banyak orang. Stress juga adalah pemicu utama merajalelanya virus dalam tubuh kita. Setelah melihat hasil lab dan rongent saya, dokter langsung merujuk saya ke Wisma Atlet. Saya butuh menunggu selama 10 jam untuk bisa diterima di ruang IGD. Saat itu Wisma Atlet baru berfungsi 1 hari sebagai rumah sakit untuk penderita covid.

BULETIN JKMC MEI 2020

33


SHARING SAHABAT Keterbatasan peralatan, obat dan tenaga sangat dirasakan oleh kami penderita karena penderita terus berdatangan. Keluarga tidak boleh ikut di ruang IGD. Praktis mulai dari sini saya sudah sendirian tidak ada keluarga yang menami. Selesai penanganan di IGD lebih kurang 3 jam baru saya dipindahkan ke ruangan/kamar isolasi. Pada hari ke 4, baru dilakukan Rapid Test dan hasilnya negatif, saya senang sekali karena bukan virus covid yang menyebabkan saya sakit. Tetapi rasa sesak yang saya rasakan makin bertambah. Saya semakin stress di kamar sendirian menghadapi rasa sesak setiap habis melakukan aktivitas dan tanpa oksigen. Saya sempat meminta pulang paksa karena tidak tahan dengan situasi di isolasi ini. Tetapi dokter dan perawat dengan sabar mengatakan kepada saya bahwa mereka tidak memaksa saya untuk tetap dirawat. Namun dengan kondisi saat ini, saya diminta memikirkan kembali dampaknya buat keluarga nanti di rumah. Oleh dokter, perawat diminta mencarikan tabung oksigen buat saya untuk mengatasi rasa sesak dan obat untuk mengurangi sesak. Hari ke-8. Saat kunjungan dokter, melihat keadaan saya, meminta saya untuk dibawa ke IGD kembali untuk melakukan pemeriksaan laboratorium dan rontgen paru, Hasil pengecekan kadar O2 dalam darah saya agak rendah dan butuh tambahan O2. Setelah pemeriksaan laboratorium dan diulang rapid test ternyata hasilnya positif. Melihat hasil positif, kembali saya stress dan menyebabkan tekanan darah saya naik dan kadar oksigen darah tidak mau naik. Akhirnya dokter menyarankan agar saya dirujuk ke rumah sakit rujukan, dan saya dijelaskan oleh dokter bahwa dengan dirujuk bukan berarti sakit saya semakin parah tetapi agar saya mendapat-kan penanganan yang lebih baik. Di rumah sakit peralatan dan obat-obatan jauh lebih lengkap. Untuk bisa sampai dan diterima di rumah sakit rujukan juga butuh waktu. Baru setelah hampir 8 jam saya baru bisa masuk di IGD karena ruangan/kamar penuh. Di sini saya langsung mendapat penanganan oleh tim dokter, mulai mendapat oksigen dan infus, beberapa suntikan dan pemeriksaan laboratorium. Dua malam saya menunggu di IGD untuk bisa pindah ke ruangan. Selama di IGD saya tidak bisa tidur. Pernah terbayang saya sudah ada dalam peti dsb yang membuat saya semakin stress dan pernah tensi sampai 170/120. . BULETIN JKMC MEI 2020

34


SHARING SAHABAT Hanya pertolongan Tuhan yang memampukan saya untuk melewati semua sampai saya pindah ke ruangan. Beratnya menjadi pasien Covid-19 ini adalah suasana kesendirian di kamar isolasi. Seluruh rasa sakit, masa pengobatan, masa kritis, dan pemulihan dijalani sendiri. Bergumul dengan virus yang jahat dan berat ini, bagi saya sungguh penderitaan sekali karena orang-orang yang saya cintai dan semua keluarga berada nun jauh di luar sana. Dalam isolasi, sungguh hanya ada saya dan Tuhan. Dengan banyak bersyukur dan berdoa dan dengan iman yang kuat, saya pasti menang melawan virus covid-19 ini sampai akhirnya saya bisa pulang dan isolasi mandiri di rumah. Karena hasil swab test pertama hasilnya negatif dan hasil swab test kedua saat saya sudah diizinkan pulang masih belum keluar, saya belum bisa dinyatakan sembuh. Ternyata setelah 5 hari di rumah hasil swab test ke 2 ini positif, tetapi karena kondisi saya makin baik maka dokter mengizinkan saya untuk meneruskan isolasi mandiri di rumah dan melakukan pemeriksaan swab tes kembali. Puji Tuhan kedua swab test saya hasil nya negatif dan saya dinyatakan sembuh dari Covid-19. Saran saya kepada teman-teman atau siapa saja yang membaca sharing ini, mari taati peraturan dari pemerintah untuk diam dirumah agar tidak terdampak virus covid-19. Percayalah beratnya penderitaan yang dirasakan. Belum kalau sampai harus dirawat di rumah sakit swasta karena rumah sakit rujukan penuh. Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk perawatan dan pengobatan? Merasakan frustasi di ruang isolasi sendiri tanpa ada yang menemani, dan banyak hal lain yang menambah stress. Belum lagi bila harus di pasang ventilator yang sangat menyakitkan. Maka sekali lagi saya menghimbau marilah kita taat pada peraturan PSBB dari pemerintah untuk kepentingan diri sendiri dan masyarakat umum. Salam, Irene.

BULETIN JKMC MEI 2020

35


PENUTUP Program kerja yang terkait dengan bidang kesehatan dan pengobatan tetap berjalan seperti biasa. Terdapat dua program yang akan dijalankan berikutnya adalah ketahanan pangan dan webinar. Ketahanan pangan dengan program pelatihan dan pendampingan di beberapa kota akan dilaksanakan dalam rangka antisipasi krisis pangan. Dalam skala keluarga, maka sasarannya adalah kecukupan pangan keluarga secara mandiri. Dan secara bergotongroyong membangun kecukupan pangan di lingkungannya. JKMC Webinar adalah sebagai media sharing bagi masyarakat dalam menghadapi kondisi new normal ditinjau dari berbagai perspektif. Tema utama yang diangkat adalah “HIDUP TANGGUH: Menuju Indonesia Mandiri, Sehat, dan Ekologis”. Sasaran dari pelaksanaan kegiatan JKMC Webinar diantaranya adalah sebagai berikut: a. memberikan gambaran perubahan kehidupan pendidikan, sosial, ekonomi, politik, kesehatan dan psikologis yang terjadi b. memberikan gambaran lesson learned dan antisipasi kehidupan setelah pandemi c. Memberikan prior knowledge masyarakat terutama generasi muda sebagai bagian dari perubahan kognisi sosial. Keluaran yang diharapkan dari rangkaian diskusi ini adalah peningkatan wawasan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi kondisi new normal selama dan pasca pandemi.

BULETIN JKMC MEI 2020

36


JADWAL WEBINAR Berikut ini adalah rencana jadwal Webinar JKMC untuk bulan Juni:

BULETIN JKMC MEI 2020

37


www.covidindonesia.com

@covid19.catholicfight

@JKMC19

Buletin JKMC #2 - Mei 2020


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.