Majalah Puisi edisi 8

Page 1

Muhammad Husein Heikal

Ardy Kresna Crenata

Husna Assyafa

Moh. Ghufron Cholid

Angga Wijaya


Dari Redaksi Akan kami ceritakan kepadamu, wahai peminat sepi, pemilik puisi. Majalah kita, Majalah Puisi ini telah sampai pada edisi ke-8 sejak pertama kali diluncurkan, 2016 lalu. Apakah kerja telah sampai? Belum. Sama sekali belum, mengutip Chairil, kerja belum usai. Belum apa-apa. Terseok-seok, hal yang membuat majalah ini tidak dapat konsisten terbit per tanggal 20 tiap bulannya adalah semata-mata, majalah ini tidak punya tim yang mumpuni. Sama sekali bukan keinginan kami untuk menjelek-jelekkan puisi, dengan memberi ilustrasi sekadar, hanya saja, sejak majalah ini lahir, kita belum bertemu dengan sosok yang mau diajak bekerja dalam hal ini. Akibatnya, banyak hal yang membuat luput, dan tidak menarik hati. Terlebih-lebih pada edisi ini, lihatlah! Tidak ada daya dan upayak kami mengakali ilustrasi. Meski begitu, kami berharap, kerja sederhana ini bisa tetap diterima masyarakat luas, terutama pecinta puisi. Mohon maaf kami, bila tidak bisa menampung segala aspirasi kontributor. Salam puisi!


PUISI MUHAMMAD HUSEIN HEIKAL

Catatan Harian Seorang Futuris [1] neraka dalam kepalaku berputar searah kereta api berbahan bakar airmata melintas di depan pintu seorang gadis kecil yang baru saja menjerang sup untuk ia suapkan pada ibunya yang sakit berbaring memikirkan bagaimana bentuk pedang izrail yang tersohor disegala penjuru semesta yang diciptakan tuhan dalam bilangan ganjil seperti kata yang keluar tanpa makna sebelum seorang new yorker dalam angkutan kota merasa takut melihat ketinggian apartemen yang selama setahun yang lalu mesjid mulai

dua tahun ini belum selesai dikerjakan sedangkan mengumpulkan sumbangan untuk

pembangunan sepertinya puing-puing

kenangan ikut runtuh sejak seorang anak lelaki

berumur hari menjadi berumur tahun

sampai ia menjadi seorang ekonom ternama yang

menulis di berbagai majalah internasional

sesekali anak lelaki yang telah menua

digerogoti dunia itu merangkai kata

untuk ia berikan kepada para cucunya

yang berdatangan setiap lima

tahun sekali tepat musim salju di

negara yang sejak dulu

dicita-citakannya menjadi rumah

bagi hari tuanya rencananya ia

susun sejak belajar mengenal cinta

menuliskan gelarnya dan

kepedihan masa lalu lewat iringan

lagu masa kini sampai ia tertidur

hingga matahari telah menggelar

sinarnya menyenter kenangan bagi

yang silam dan terlupakan

untuk itulah beberapa orang sejarah bagi lajunya derap peradaban

menulis buku untuk menjadi yang tak memberi kesempatan untuk

berdoa atau sekedar mengingat

tuhan namun yang paling

menakutkan bukanlah neraka

yang telah tercipta sendirinya

dikepalaku seperti reruntuhan

bangkai anjing yang membelah

malam mengejutkan wanita

cantik yang baru saja memutuskan

untuk tidak jadi bunuh diri karena kekasihnya ternyata masih menyukai kegiatan melarut cairan dalam wajah memahatnya menjadi hidung mata telinga meski ia belum belajar meniup nyawa ketika bertemu profesor yang meraih penghargaan nobel atau ketika berselisih dengan land rover seorang penyanyi hollywood yang pernah patah hati untuk menciptakan lagu-lagu makian seperti putaran disk jockey di sebuah bar yang hanya menyediakan masa depan untuk saling berbagi cerita tentang kota yang membakar dirinya untuk bisa membuat cerita menarik bagaimana sebuah bola bisa menggelinding kearah kiper yang masih teringat akan ibunya dinegeri yang jauh meski ia belum menyadari ibunya telah terlindas kereta api tadi pagi ketika gadis kecil baru saja selesai menjerang sup untuk seseorang yang kini berada di neraka. MAJALAH PUASA PUISI 01


[2] memandangi bunga terlalu cukup untuk menyenangkan hati seorang nenek yang telah berpuasa selama tujuh hari menanti kedatangan cucu tunggalnya bernama masa lalu yang sesungguhnya menjadi khayalan sehari-hari para filolog yang seolah sibuk mencari dan memecahkan sebuah gelas yang dibuat dari bahan kaca juga airmata juga dosa tentang beberapa taxi yang parkir menanti penumpang atau hantu ketika malam mulai melipat meja kursi bartender untuk segera pulang sebelum pagi untuk keinginan sederhana mengecup anaknya yang akan berangkat sekolah tepat pukul tujuh pagi diantar angin yang terlalu melambungkan layang-layang dimata seorang yang pada tengah hari akan menemui ajalnya [3] terimakasih chainsmokers, adele, alan walker, pitbull, adam levine, vin dan natasha terimakasih ibu | serta beberapa makna

MAJALAH PUASA PUISI 02


[4] silakan pergi setelah semua yang mesti kau ketahui berbagai kekonyolan tentang kenangan masa lalu yang masih hinggap dibeberapa daun dan melengket di ban lamborgini warna merah yang dibelikan seorang lelaki lulusan perguruan tinggi luar negeri untuk diberikan kepada tokoh fiksi dalam cerita yang pernah dibacanya ketika ia menginjak kulit pisang yang baru

saja dimakan sutradara sebelum menaiki

pesawat tanpa delay dengan tiket seharga

lima buku tulis dari berbagai bank

yang didapat dari berbagai seminar menjenuhkan tentu saja ketika seorang berbicara soal situasi internasional atau bahkan menjadi tempat tanah suci sebab dirinya mengakui

setelah makan siang yang paling profesor tamatan dalam negeri seperti kota yang akan kau kunjungi berliburmu setiap tahun bukan dirinya bukan seorang pesuci yang

ketika mati seluruh wewangi

meluruh dinding rumah yang

baru saja terjual untuk dibeli

seorang wanita hanya untuk

menikmati angin malam

sendirian dibalkon

bertemankan malam untuk

ia sekedar berkata sebab ia

telah lupa cara untuk

berdoa untuk pergi setelah

semua yang mesti kau

ketahui adalah

kekonyolan yang sama

sekali tak berarti bagi

siapapun yang membaca

ini

[5] bob dylan ► the answer is blowin’ in the wind

*Muhammad Husein Heikal, lahir di Medan, 11 Januari 1997. Menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Karyanya termuat The Jakarta Post, Horison, Kompas, Utusan Malaysia, Media Indonesia, Republika, Koran Sindo, Analisa, Riau Pos, Pikiran Rakyat, Minggu Pagi, Lampung Post, dll. Selain itu termuat dalam antologi Pasie Karam (Temu Penyair Nusantara 2016) dan Matahari Cinta Samudra Kata (Hari Puisi Indonesia 2016). . MAJALAH PUASA PUISI 03


PUISI ARDY KRESNA CRENATA Sepasang Mata di Sebuah Kamar aku menemukan sebuah kamar di antara ratusan angka yang menjelma hujan. kamar itu memiliki sepasang mata yang teramat hitam; sepasang mata yang menarik kuat tulang-tulangku hingga aku kehilangan bentuk, dan menjadi aku yang bukan aku; sepasang mata yang mengingatkanku pada sebuah puisi tentang maut, yang ditulis saat maut itu belum tiba; sepasang mata yang bukan biru, yang bukan matamu yang aku tahu. sepasang mata itu menatapku dan aku seketika menghapus mataku, menghapus tubuhku, menghapus diriku. sebuah siaran dari televisi dan sebuah suara dari pemanas air. aku biarkan diriku membeku di antara ngilu lampu dan tajam paku. aku menghitung berapa degup jantung dari saat mata itu mulai menatapku sampai aku menjadi aku yang aku tahu, sampai menjadi kakiku. sebuah gelas, yang

tanganku menjadi tanganku dan kakiku terbuat dari plastik, seperti mengatakan

kepadaku bahwa kalender telah mati,

dan jasadnya tersimpan nyaman di

sepasang mata yang bukan matamu itu,

yang bukan biru yang aku tahu itu.

dan sepasang mata itu tetap di sana, dan tanpa mata aku

melihatnya seperti sebuah dinding yang

menyembunyikan kata-kata yang pernah ada, yang pernah nyata ada. aku menghitung dan ratusan angka itu berbaris di depanku. mereka seperti ingatan, dan aku seperti aku sebelum ratusan angka itu ada. mereka berbaris di hadapanku, dan aku melihat sepasang mata hitam itu seperti berjalan menapaki mereka satu per satu. hingga jauh. hingga lepuh. aku tetap di sana, dan membiarkan diriku membeku bersama siaran televisi dan pemanas air, bersama ngilu lampu dan tajam paku, bersama malam yang tak lagi kukenali dan hujan yang menyamarkanku. aku di sana, dan sepasang mata itu betapa hitam, hingga aku mulai mengira di tempat itu aku tengah mendustai diriku sendiri. dan pada suatu tarikan napas, ketika aku tak lagi menghitung dan nyaris sempurna kehilangan jantung, hitam itu menjadi biru. aku melihat kamar itu di sana di antara ratusan angka yang menjadi hujan, yang mengubah malam menjadi malam yang tak lagi kukenali. dan sepasang mata itu, sepasang mata yang bukan matamu itu, sepasang mata yang bukan mata yang aku tahu itu, tiba-tiba saja menghampiriku. ia merelakan biru miliknya itu menjadi milikku, dan aku tak lagi berdiri di sana dan mengingatmu. dan mengingatmu. (2014) MAJALAH PUASA PUISI 04


Malam dan Sebuah Kamar sebuah malam di sebuah kamar. lampu mati. sebuah laptop menyala dan sebuah gambar pada layar. sebuah puisi. sebuah buku dengan hitam di seluruh tubuh. sebuah lingkaran. sejumlah angka pada tubuh jam. sebuah kunci. sebuah tas yang tak lagi menyimpan apa pun. selembar koran. sebuah sertifikat dari sebuah acara yang telah lama. sebuah surat. sebuah kandang hamster yang kehilangan hamster. sebuah boneka. sebuah lemari dan sebuahnya lagi. sebuah soletip. sejumlah buku yang terjebak pada pembaca yang gila. sebotol parfum. seplastik pakan hamster

dari setengah tahun yang lalu. sebuah bantal. sebuah jendela yang

tertutup kain

sehari penuh. sebuah lampu. sebuah kabel yang menghubungkan hari

ini dan

kemarin dan kemarin lusa dan kemarinnya lagi. sebuah cermin. sebuah

wajah dari sebuah botol menyimpan

seseorang yang kadang tak mengenali dirinya sendiri. setumpuk uang. air yang tak lagi memiliki air. sebuah tulisan. sebuah dompet yang sejumlah foto dari seseorang yang tak lagi ada. sebuah tangga.

sebuah rumah

yang telah sangat lama tak berpenghuni. sebuah kitiran. sebuah

halaman dari

sebuah novel yang tak selesai dibaca. sebuah nama. sebuah

ilustrasi yang seperti

berusaha mengekalkan diri. sebuah judul. sebuah flashdisk

berbentuk sapi.

Sebuah ear-phone. sebuah ponsel yang menyimpan ratusan

pesan

dari pengirim yang sama. sebuah ingatan. sebuah perjalanan

dari

bandara dan sebuah percakapan dan pelukan. sepasang

kaki.

sepasang kaki dan sepasang tangan yang tengah menanti

kematiannya sarang dengan warna suara dari dua kipas yang

sendiri. sebuah alarm. sebuah sepatu yang hampir menjadi laba-laba yang tak benar-benar ada. sebuah pintu. sebuah dinding yang mengingatkan pagi pada dirinya sendiri. sebuah danau. sebuah berputar di bawah laptop. sebuah modem. sebuah sepi yang nyaman

bersembunyi di balik dua lemari. seekor laba-laba. sebuah jaring yang seperti tengah bercerita tentang sebuah cerpen Murakami. sebuah jas. sebuah gantungan baju dengan beberapa jaket yang terisap kenangan. sebuah penggaris. sebuah kardus yang berisi masa silam dan firman tuhan. sebuah kuning. sebuah bibir dari seseorang bernama Naomi. sebuah hijau. sejumlah dongeng tentang masa lalu Jerman yang pedih. sebuah hitam. sejumlah esai yang terjebak pada agama dan kemanusiaan. sebuah bolpoin. sebuah bolpoin yang kehilangan dirinya sendiri. sebuah kursi. sebuah kursi dengan sebuah sarung dan sebuah sajadah. sebuah lantai. sebuah simcard yang tak lagi dipakai. sebuah deodoran. sejumlah beruang dan sebuah tulisan dan sebuah nama. sebuah jaring. sebuah mantra pada dinding. sebuah tidur. sebuah tidur yang membenci malam dan dirinya sendiri dan kesunyian. sebuah simbol. sebuah buku tentang metamorfosis yang ganjil. sebuah kalender. sejumlah hari yang lama tersesat entah di mana. sebuah charger. sebuah malam dan sebuah kamar dan seorang lelaki. sebuah sabda. dan pagi belum akan menyapa siapa pun di titik ini. di titik ini. (Bogor, Maret 2014) MAJALAH PUASA PUISI 05


MAJALAH PUASA PUISI 06


MAJALAH PUASA PUISI 07


MAJALAH PUASA PUISI 08

*Ardy Kresna Crenata, lahir di Cianjur dan tinggal di Bogor. Ia bergiat di Komunitas Wahana Telisik Seni & Sastra. Buku kumpulan puisinya, Kota Asing (2017). Buku kumpulan ceritanya, Sebuah Tempat di Mana Aku Menyembuhkan Diriku (2017).


PUISI HUSNA ASYSYAFA Akad Senja Selendang jingga surya Telah terdampar tak berdaya Sepi meraup mimpi Angin membelai rindu padi Ada sholawat burung Mengiringi balutan mendung Menjadi saksi bisu Akad senja pada beningnya matamu Duhai bidadari dunia akhiratku Ponorogo, 11 Februari 2017-02-11

MAJALAH PUASA PUISI 09


Pinangan Sepasang mata bidadari menembus gelap malam Cincin surya melingkari temaram Ada khitbah fajar Pada awan-awan malam Meminang deraian hujan Yang asih syahdu dalam nyanyian Ponorogo, 11 Februari 2017-02-11

MAJALAH PUASA PUISI 10

*Husna Assyafa, lahir di Wonogiri, Jawa Tengah, Indonesia pada tanggal 9 November 1994. Saat ini sedang belajar di STAIN Ponorogo, dan menimba ilmu di PPTQ Al-Muqorrobin Ponorogo. Karya penulis yang sudah di terbitkan berjudul Luka dan Cermin Cinta (2016, oleh Soega Publishing) berupa buku kumpulan cerpen, Ruang Cinta Untuk Negeri Kita (harapan III lomba cerpen IPPNU), dan Senja Bulan September (majalah madani Tulung Agung)


PUISI ANGGA WIJAYA Kembara pohon pohon liuk menari meliuk basah tari pagi inikah hidup? nyanyi rindu pendoa hijau mencari pasrah rumah rumah sunyi sunyi 2003

MAJALAH PUASA PUISI 11


Jakarta Kau bercerita tentang kotamu yang hampir tenggelam Hujan berhari-hari melumpuhkan kota Orang-orang membangun belantara beton Tak ada lagi ruang tersisa. Kicau burung hilang sudah Tergantikan oleh deru kendaraan dan bunyi klakson Kota makin tua dan renta, dipenuhi mimpi dan harapan Aku ingin ke kotamu, tenggelam dalam samudera cintamu. RSBI, 10 Februari 2015

MAJALAH PUASA PUISI 12


Potret Penyair Rokok kuhembuskan Menjelma ribuan puisi Menyihir perempuan Diam-diam membaca Ketika sedih melanda Puisiku adalah diriku Manusia kesepian Di batas kesadaran Lahir dalam sunyi Mati dalam kesendirian RSBI, 3 April 2015

MAJALAH PUASA PUISI 13


Di Depan Kamar 101 bayangmu masih disini aku mengenangnya setiap melewati kamar itu pagi hari minum bersama berbincang tentang tempat kita kunjungi perjalanan telah jauh banyak kenangan kita lewati terukir janji lewati sisa usia hidup bersama penuh bahagia mari melukis takdir pada kanvas jiwa berlabuh di pantai senja untuk satu kata; cinta! (RSBI, 18/11/14)

MAJALAH PUASA PUISI 14


Di Penginapan kita bertanya diri “siapakah aku?� hanya tubuh gigil diterpa malam hasrat kian menggebu aku tahu kau bersedih kita berselisih tentang pagi tak jua datang malam kian malam dimanakah kita kini?

MAJALAH PUASA PUISI 15


Catatan Untuk Ibed Bed, rasanya belum lama kau tanyakan tentang kebenaran jalan kita. Jalanmu masih tertatih ketika tanya itu terucap dari bibirmu. Sementara matahari senantiasa memancarkan sinar kekuatan kepada kaki-kaki mungil kita untuk berjalan tegak di lorong yang asing dan berkabut itu. Bed, ternyata jalan kita benar.Kini kau mampu melangkahkan kakimu dengan riang. Mungkin esok atau lusa kau berlari kecil dan bergegas meninggalkan matahari yang kita kenal dulu‌

MAJALAH PUASA PUISI 16

*Angga Wijaya bernama lengkap I Ketut Angga Wijaya, lahir di Negara, Bali 14 Februari 1984. Belajar menulis puisi sejak bergabung di Komunitas Kertas Budaya. Puisi-puisinya pernah dimuat di sejumlah media, dan Antologi Puisi Dian Sastro for President! End of Trilogi (INSIST Press, 2005). Bekerja sebagai wartawan di Denpasar.


PUISI MOH. GHUFRON CHOLID Pelaminan Puisi Puisi memaharkan diksi-diksi nurani Doa-doa: benih keceriaan hati Mata-mata saling menanam percaya Dalam tiap kerling setia Dan duka Kehilangan rupa Blega, 2016

MAJALAH PUASA PUISI 17


Kepada Ramayani Lama tak terbaca Aksara-aksaramu yang beranak-pinak cahaya Semoga kau baik-baik saja Bersetia pada kata Membinarkan dunia Dalam debar ridhaNya Blega, 2016

MAJALAH PUASA PUISI 18


Membaca Gentala Arsy Kubaca kau, gentala arsy Jantung sejarah jambi Padamu bermukim kearifan budi Blega, 4 Juli 2016

MAJALAH PUASA PUISI 19


Langit 29 di langit 29 tafakur terbentang bimbang tak lagi pulang : hati yang tenang tapak-tapak cahaya, terbaca terapal doa-doa bermukimlah setia di kedalaman sukma di langit 29 wirid-wirid getarkan sukma tahlil bergema malam merambat pelan berbaris rapi kearifan tangan-tangan gaduh perlahan bersalaman meniadakan permusuhan Blega, 29 Ramadhan 1437 H

MAJALAH PUASA PUISI 20

*Moh. Ghufron Cholid adalah nama pena Moh. Gufron, S.Sos.I, lahir dan dibesarkan di lingkungan pesantren. Karya-karyanya tersebar di berbagai media Indonesia dan Malaysia. Buku puisi terbarunya Menemukan Allah (Pena House, 2016)



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.