IKATAN ᬳᬶᬓᬢᬦ᭄
IKATAN adalah manifestasi "Tri Hita Karana" yang diwujudkan dalam
instalasi teater bergerak, dibuat agar para wisatawan bisa mempelajari kebudayaan asli Bali. Ketika anda ikut serta dalam perjalanan teater ini, anda menjadi bagian dari hubungan hidup pulau Bali. Di sini, kami mengundang anda untuk menemukan makna yang lebih dalam dari "Tri Hita Karana" — kepercayaan Bali untuk menjaga keseimbangan dunia dengan menyatukan Tiga Ikatan Suci: Manusia, Alam, dan Spiritual.
M KAMI UNTUK
enganyam
YANG TERLIHAT DAN TAK TERLIHAT
Di balik pemandangan drone yang melintasi sawah dan ombak laut, apa yang sebenarnya anda ketahui tentang Bali? Apa yang tersembunyi di balik gambar-gambar kenikmatannya? Melalui produksi ini, kami mengungkap makna tersembunyi dan kebijaksanaan dari tradisi filosofis budaya Bali yang tersembunyi di balik permukaan, yang sering terlupakan bagi para pengunjung Bali. Dengan menggabungkan seni budaya tradisional dan kontemporer melalui instalasi teater mobil ini, kami berharap dapat menginspirasi para partisipan untuk
H ita 3
KARANA
Produksi teater ini terinspirasi oleh Tri Hita Karana, sebuah filsafat Bali yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara yang nyata dan yang spiritual, termanifestasikan melalui tiga ikatan sakral.
Pawongan mengacu pada hubungan antara manusia dengan manusia. Palemahan adalah hubungan antara manusia dengan alam. Terakhir, siklus ini berakhir dengan Parahyangan, hubungan antara manusia dan Tuhan. Tiga ikatan ini saling terhubung dan terus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali.
Dengan terlibat dalam spiritualitas sehari-hari penduduk Bali, tiga ikatan suci ini mengingatkan kita bahwa hubungan fenomenal dapat berasal dari menghargai setiap hari, menyadari bahwa setiap momen dalam kehidupan tidak dapat diulang; pertemuan tertentu tidak akan pernah terulang, dan oleh karena itu setiap momen
selalu merupakan pengalaman sekali seumur hidup. Demikian pula, Ikatan mengundang Anda untuk 'menghapus' versi instagram pulau Bali, dan sebaliknya mengalami momen travel modern melalui siklus Tri Hita Karana.
[SACRED BOND]
adalah instalasi partisipatif pertama di Bali, bergerak keliling pulau untuk membagikan
membantu pengunjung merasakan spiritualitas Bali dalam bentuk yang paling murni melalui partisipasi seni budaya yang diwarisi dari generasi ke generasi. Setiap sesi, 4 wisatawan dan 4 penduduk setempat berkumpul untuk melaksanakan bersama-sama pertunjukan teater dari awal hingga akhir. Berbeda dengan teater lain di Bali di mana mereka mengalami pertunjukan dengan 'menonton' secara pasif sebagai turis; mereka diberi kesempatan untuk 'berpartisipasi secara aktif'. Peserta dapat terlibat dalam kesenian budaya, merasakan nilai-nilai lokal saat mereka bergaul dengan komunitas setempat, sambil menghasilkan pementasan versi mereka sendiri dengan percakapan yang unik dan formasi yang berbeda
aspek filosofis yang diwujudkan menjadi pengalaman fisik secara menyeluruh, memungkinkan para wisatawan mengalami spiritualitas Bali secara autentik dan tidak hanya duduk menonton. Dengan [SACRED BOND]
4 WISATAWAN, 4 WARGA LOKAL, DAN SEBUAH TEATER MOBIL.M akna
{BERGERAK, DI TEPI PANTAI}
instalasi ini berkelana di sekitar Bali untuk membagikan ilmunya ke semua orang dari berbagai latar belakang untuk dapat mempelajari nilai budaya Bali. Dipentaskan di pantai-pantai di mana setiap sesi terletak di garis pantai yang berbeda, instalasi ini berfungsi sebagai jembatan antara dua dunia; yang nyata dan yang spiritual.
Karena pantai terkenal sebagai ikon pariwisata dan kenikmatan Bali, wisatawan mungkin lupa
bahwa tempat ini pun juga merupakan area suci bagi penduduk setempat untuk melakukan upacara dan ritual. Oleh karena itu, pantai mencerminkan dualitas antara dua dunia tersebut.
Dengan meletakkannya di tepi laut ketika pementasan terjadi, instalasi ini menjadi sebuah totem; di pantai ini, dua dunia ada. Yang Terlihat dan Yang Tidak Terlihat, disatukan untuk membentuk ikatan yang saling seimbang. Ini merupakan pengingat bagi semua pengunjung
Bali, meskipun menikmati pulau ini sebagai kesenangan visual, untuk juga mengingat dalam menjaga penghargaan terhadap budaya spiritual Bali.
IKUT BESERTA
BERBAGI CERITA LOKAL
Walaupun pemandangan di Bali sangatlah menakjubkan, penduduk Bali-lah yang betul menarik perhatian, bertindak sebagai agen dan sumber dari Tri Hita Karana. Ini adalah "budaya hidup" Bali — orang-orang dan kepercayaannya yang membantu mengidentifikasi gaya hidup mereka. Narasi yang berpusat pada kearifan lokal ini sering terlupakan dalam lanskap pariwisata, tetapi dalam teater partisipatif Ikatan, kami hadir untuk menyoroti keberadaan lokalitas pulau ini. Memulai pertunjukan, peserta lokal akan menjadi kenalan, teman, panduan, dan bahkan keluarga anda, saling membagi cerita dan pengalaman mereka.
Alam Ketuhanan ManusiaMAN TO MAN
“Tinggal di Kedonganan, Wayan bersinggah di tepi pantai bersama ibunya menjalankan bisnis warung. Ia menjelaskan bahwa Tri Hita Karana hidup di sekitar kita, di warungnya, interaksinya dengan pelanggan, bahkan pemandangan laut yang dinikmati orang dari tempatnya."
FALISHA, MAHASISWA RONI, PEMILIK WARUNG AGUS, MUSISI DIAN, MANAGERMAN TO NATURE
PUTU, NELAYAN
“Menghabiskan hidupnya di lautan untuk menangkap ikan untuk restoran lokal, Putu melihat sisi gelap dari alam modern, yaitu pantai yang penuh dengan sampah plastik. Putu berharap bahwa teater ini dapat meningkatkan kesadaran akan manifestasi hubungan manusia dan alam yang ada melalui membersihkan pantai dan lingkungan."
BAYU, PENJAGA PANTAI AGUNG, PEMBERSIH PUTU, PEKERJA BENGKEL KADEK, NELAYANMAN TO SPIRIT
GUSDE, PENARI BALI
"Setiap menari, Gusde merasa bersatu dengan alam Atas, menyerahkan tubuhnya untuk beresonansi dengan musik. Inilah cara ia mewujudkan hubungan dengan yang spiritual, melalui keindahan tarian tradisional Bali."
SAYU, PELAYAN DAYU, PENARIJ alan
Saat memulai babak pertama "JALAN", kita memulai tradisi bepergian bersama dengan berjalan kaki menuju tempat yang spiritual. Dari
undangan yang dikirim kepada para peserta, seseorang harus mencari keberadaan instalasi Ikatan bersama dengan yang lain berdasarkan
petunjuk yang ditampilkan dalam undangan teater. Sebagai bentuk
kohesi sosial, dengan berjalan bersama-sama, aktivitas ini mengajak
peserta untuk membentuk hubungan dengan komunitas, berbagi
pengalaman, dan saling mendukung satu sama lain dalam pementasan seni budaya ini.
M ulai
Dalam "MULAI", para peserta menarik sehelai kain panjang yang disebut kamen, sebagai simbol ikatan antara peserta lokal dan wisatawan. Mengenakan kamen dan selendang dimulai sebagai simbol penahanan diri dan pengikatan dari nafsu dunia. Ini adalah cara para peserta untuk menunjukkan penghargaan dan rasa hormat terhadap prosesi yang akan terjadi.
The wearing of traditional fabric and shawl as a symbol of refrain and self-binding from earthly lust and bad behavior.
B ersama
Dalam "BERSAMA", kami memulai acara dengan ikatan antara manusia dengan manusia. Peserta dapat saling mengenal melalui ritual makan bersama yang disebut Megibung, sebuah aktivitas tradisional di mana orang duduk bersama mengelilingi daun pisang besar yang diisi dengan berbagai hidangan khas Bali. Megibung melambangkan pentingnya kebersamaan, kerjasama, dan rasa saling menghormati. Lebih dari sekadar berhidang, ini adalah praktik budaya dengan daya tarik spiritual. Pesta makan ini dilakukan se-tradisional mungkin, di mana tidak ada yang diizinkan meninggalkan lingkaran sampai semua selesai makan. Meja yang dipakai dapat ditarik dari instalasinya, setelah itu para lokal dan wisatawan berkumpul untuk menyiapkan
A lam
Setelah makan, kita lanjut ke "ALAM". Para wisatawan mencari pasangan dengan peserta lokal untuk memulai tradisi bermain layang-layang. Tradisi ini dimulai berabad yang lalu sebagai bagian dari ritual keagamaan untuk berterima kasih kepada para dewa atas hasil panen yang melimpah. Layang-layang dipercaya memiliki tubuh, tulang, dan roh, diterbangkan untuk mengusir roh jahat dan sebagai cara untuk berkomunikasi dengan leluhur. Sekarang, permainan layang-layang berkembang menjadi aktivitas rekreasi yang dinikmati oleh orang-orang dari segala usia, diterbangkan dalam berbagai bentuk dan ukuran, termasuk layang-layang "Bebean" terkenal menyerupai ikan, yang digunakan dalam pementasan ini. Sebagai
penghormatan kepada warisan budaya Bali, kegiatan ini adalah simbol kreativitas budaya masyarakat Bali.
heningan
Saat langit berpadu dengan matahari terbenam, peserta berhenti sejenak di "KEHENINGAN". Pada pukul enam, waktu transisi yang
di kalangan masyarakat Bali, doa suci bernama Tri terdengar di belakang. Doa ini dipercaya dapat membersihkan pikiran dan memberi kedamaian pada jiwa. Peserta duduk dalam
keheningan, merenungkan pikiran dan perasaan. Bersama, peserta mengagumi pemandangan matahari terbenam yang indah dan memberikan penghormatan terhadap aspek spiritual yang terjadi pada
K e mbali
Ketika ketiga simbol Tri Hita Karana telah dilaksanakan, siklus ini selesai. Namun seperti roda, kini kita kembali ke ranah manusia ke manusia dalam aksi terakhir, "KEMBALI". Disini, peserta menikmati perayaan seru yang dipenuhi dengan musik tradisional dan tontonan untuk mengakhiri pertunjukan teater. Aksi terakhir ini menyimbolkan serangkaian kegiatan yang biasanya dilakukan pada akhir sesi upacara Bali, termasuk menikmati pertunjukan seni wayang, mendengarkan gamelan, dan minum arak bersama.
I nstalasi PEMBUATAN
eater
Di sini, kami menangkap momen-momen yang menghidupkan instalasi mobil Ikatan. Proses produksi tersebut ditangkap sebagai perjalanan visual yang memperlihatkan semangat dan komitmen dibalik instalasi artistik ini. Kami bekerja dengan seniman lokal untuk memastikan teater ini mengena pada wisatawan dan komunitas lokal. Instalasi ini menggunakan bahan-bahan alami, mendaur ulang kayu dari Balai tua yang digunakan kembali sebagai komponen struktur. Ini adalah bukti perhatian kami terhadap detail dalam menciptakan teater seni budaya ini yang portabel dan mudah diangkut ke berbagai lokasi.
M elaspas
Seperti semua bangunan di Bali, instalasi ini harus melalui ritual pembersihan. Dengan pelaksanaan
upcara Melaspas, hal ini memastikan semua
pertunjukan dan kegiatan berjalan lancar tanpa
hambatan. Selesai upacara pembersihan, teater
Ikatan sekarang telah menyelesaikan semua aspek
Tri Hita Karana dan siap berpentas.
MOBILE THEATRE
Desain teater ini terinspirasi oleh struktur rumah Jineng, arsitektur tradisional yang menyimbolkan ikatan antara manusia, alam, dan Tuhan. Bentuk struktural ini adalah cerminan dari gaya hidup Bali Tri Hita Karana, mewakili hubungan antara dunia fisik dan spiritual. Demikian pula, instalasi Ikatan ini adalah jembatan antara yang terlihat dan tak terlihat bagi para peserta untuk memulai pementasan.
[SACRED BOND]