Selalu
ada
hubungan
antara
penemuan adanya telefon hingga sekarang
serta
adanya aplikasi seperti WhatsApp yang
karakteristik berhuni. Ketiga hal ini selalu
mempermudah kita dalam berkomunikasi
berkembang,
mengurangi
manusia, budaya dan
jika
mengakibatkan
perilaku,
satu
berubah,
frekuensi
manusia
untuk
dua
lainnya
berinteraksi tatap muka. Sehingga frekuensi
perubahan
tersebut.
kegiatan seperti bertamu ke rumah orang
Tidak dapat dipungkiri, perkembangan
akan semakin sedikit hingga ruang-ruang
teknologi telah menuntut perubahan dalam
tersebut akan semakin tidak diperlukan.
menyeimbangkan
berbudaya dan berprilaku manusia kini.
Lama
kelamaan,
akan
terus
perkembangan
Manusia sebagai makhluk yang dinamis
teknologi
mempersempit
terus beradaptasi denngan perubahan yang
kebutuhan hunian bagi manusia. Dalam
ada.
keadaan ekstrim, hunian manusia akan Akibat perubahan dari teknologi
berkurang menjadi sebuah gelembung
tersebut, cara manusia berhuni sedikit demi
imajiner yang merupakan badannya sendiri.
sedikit berubah. Perubahan ini terjadi
Mungkin perkembangan kini masih jauh
seperti sebuah reaksi berantai, dimulai dari
dari keadaan ekstrim tersebut. Namun, jika
perubahan bentuk bentuk pekerjaan dan
seseorang dari generasi milenial ditanya,
cara manusia berkomunikasi. Sebelumnya,
kapan terakhir kali ada kedatangan tamu di
bentuk pekerjaan manusia lebih banyak
rumah anda? Kapan terakhir kali anda
yang menuntut pekerjaan fisik mereka
memasak di dapur anda sendiri? Kapan
contohnya bertani lalu berubah menjadi
terakhir kali anda bercocok tanam, atau
pekerjaan yang menuntut lebih sedikit
berolahraga
pekerjaan
Jawaban ini mungkin akan bervariasi,
fisik
seperti
bidang
jasa.
di
tersebut, tipologi hunian manusia juga kian
mobilitas individu. Namun ada sebuah tren
berubah, karena rasio kebutuhan ruang
yang semakin menonjol contohnya seperti
yang dimiliki semakin sedikit ataupun
lebih banyak menerima tamu di luar rumah
semakin banyak.
seperti kedai kopi, memesan makanan vio di
bidang
pekerjaan, cara manusia berkomunikasi yang
dipengaruhi
teknologi
seperti
dan
sendiri?
melihat
perubahan
pekerjaan
anda
Dikarenakan perubahan bentuk pekerjaan
Selain
jenis
rumah
tingkat
ojek online atau makan di restaurant, berolahraga di gym, dan lain-lain.
Memang
tengah
akan tetap essensial melihat tren
mungkin
kini merupakan ruang-ruang privat
menyatakan hal yang berbeda karena
seperti kamar tidur dan kamar
peraturan agar tetap di rumah. Tetapi,
mandi. Sedangkan ruang seperti
kebanyak orang terlebih kaum milenial saat
dapur
ditanya hal pertama yang akan dilakukan
diperkecil atau ditiadakan.
pasca lockdown apa? Berkumpul dengan
2. Flexibility
teman dan keluarga yang terpisah dan lama
Ruang-ruang yang ada secara fungsi
tidak
dan luasan akan lebih fleksibel
pandemic
keadaan
COVID-19
jumpa.
Hal-hal
di ini
tersebut
dapat
dan
ruang
tamu
disimpulkan bahwa kaum milenial kini
tergantung
lebih sering menghabiskan waktunya di
penghuninya. Fleksibilitas dalam
luar rumah. Karena di luar rumah, mereka
bentuk,
memiliki sebuah komunitas.
Sehingga
Sehingga
muncul
dengan
akan
luasan,
dan
kebutuhan
penataan.
ruang-ruang
tersebut
pertanyaan
membangun sebuah hunian yang
bagaimana bentuk hunian kedepannya?
benar-benar dihidupi oleh jiwa sang
Bagi saya, arsitektur harus tetap dinamis
penghuninya.
mengikuti
3. Community
kebiasaan-kebiasaan
baru
manusia dan dari contoh-contoh yang sudah
Komunitas sudah menjadi bagian
ditampilkan, ada beberapa kata kunci untuk
penting bagi kehidupan masa kini,
menyimpulkan
karena
karakteristik
hunian
komunitas
ini
“memanusiakan� kita. Hunian di
kedepannya, yaitu: 1. Necessity
masa depan perlu memberikan lebih
Hunian di masa yang akan datang
banyak
akan
berkomunitas.
mengalami
banyak
lai
ruang-ruang Selain
itu
untuk juga
pengurangan ruang secara fungsi
memberikan lebih banyak cara bagi
ruang dan luasan tiap ruangnya
orang-orang untuk berpartisipasi
karena
dalam
ruang
tersebut
lama
kelamaan akan menjadi ruang ruang yang tidak essensial. Ruang yang
tersebut.
komunitas-komunitas
Secara filosofis “dwelling” merupakan suatu kegiatan menetap sambil mengembara. Seperti diumpamakan kehidupan sebuah alunan lagu. Sebuah lagu merupakan suatu hal yang sangat terpaut waktu dan “dwelling” seperti proses memberi jeda di tengah lagu yang nanti akan dilanjutkan. Disaat jeda tersebut juga, manusia menjalankan proses “dwelling” yang memiliki nilai-nilai collective, public, dan private. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana lagu ini sebelumnya berbunyi? Dan bagaimana lagu ini akan berbunyi? Apa maksud adanya jeda-jeda tersebut?
Memahami pengertian “dwelling” secara fenomenologis yang menekankan tentang “dwelling” sebagai sebuah proses yang menumbuhkan bentuk bukan lagi sebagai bentuk saja. “Dwelling” sebagai proses merupakan kegiatan yang sangat unik terhadap pribadi masing-masing. Kegiatan ini menjadi sebuah tindakan bagia tiap pribadi untuk memaknai ruang yang ada di sekitarnya. Maka, “dwelling” tidak lagi terpaut dengan ke-“lokasi”-annya namun lebih ke“siapa”-annya. Sehingga, secara ekstrim, “dwelling” merupakan bubble yang terintegrasi dalam diri kita masing-masing.
Untuk mencapai titik ini, peradaban telah melalui berbagai macam perubahan dan kita pun masih bisa melihat bekas-bekas peradaban dahulu dari peradaban kita sekarang. Cara hidup kita ini merupakan manifestasi evolusi dari cara pandang, budaya, dan keadaan yang dialami dari nenek moyang kita terdahulu. Maka dari itu, memahami masa lalu merupakan salah satu cara terbaik untuk memahami masa sekarang dan masa yang akan datang. Tidak hanyak memahami dalam konteks waktu, namun juga memahami dalam konteks budaya.
Tipologi pada awalnya merupakan suatu cara mendefinisikan hal abstrak menjadi suatu bentukan yang konkrit agar manusia dapat lebih memahami keabstrakan dunia. Tipologi berkembang menjadi sebuah system kategorisasi dan klasifikasi yang melucutkan karya dan elemen arsitektur menjadi bentuknya yang paling dasar. Berkembangnya zaman telah mengenalkan dunia kepada bentuk-bentuk baru. Sampai kini, tipologi hadir untuk mendefinisikan jaringan maya menjadi sebuah bentukan.
Ada beberapa cara manusia mendefinisikan hal abstrak, yang pertama menjadikannya logis dengan bentuk-bentuk konkrit yang terukur. Sedangkan ada yang mendefinisikan hal abstrak tersebut dengan membiarkan hal tersebut abstrak. Dalam konteks fenomenologis, bukan hanya hal kasat mata seperti ukurannya dan bentukannya yang penting namun juga perasaannya. Bagaimana sebuah ruang disajikan di dalam selubungnya, ada cerita apa di balik yang terlihat di depan mata.
Membayangkan masa depan kadang menakutkan karna kita tidak punya gambaran pasti tentang apa yang akan terjadi. Kita mungkin dapat memulai memprediksi sejak dini apa yang akan terjadi, mungkin akan terjadi scenario terbaik dan terburuk. Namun, ada baiknya kita menetapkan suatu konstan bagi diri agar tidak terus berangan-angan.
Dalam mengembangkan desain ada berbagai macam titik awal yang dapat dilalui yang akan membawa desain tersebut ke jalan yang berbeda. Namun, hal yang penting bukan hanya titik awalnya tetapu juga konsistensi dalam pengambilan keputusannya.
Tahun
menjadi
tahun
menjadi salah satu tema yang nampaknya
besar-besaran bagi
seluruh
akan terus menetap untuk kedepannya
peradaban manusia. Datangnya pandemi
melebihi masa lockdown ini. Karena tema
COVID-19 yang mengagetkan seluruh
tersebut merupakan hal yang semua orang
dunia
dapat menghubungkan dengan dirinya
perubahan
2020
memaksa
kita
untuk
segera
beradaptasi dengan kehidupan yang baru.
sendiri.
Tentu, pada awalnya kita merasakan berbagai emosi mulai dari panik, gelisah, dan takut. Hal tersebut dialami tidak hanya oleh segelintir orang dalam waktu yang sangat singkat sehingga banyak orang yang belum benar-benar memprosesnya. Pada
awal
merebaknya
Walaupun mungkin tidak semua orang merasakan hal yang sama, setiap orang pasti pernah melewati masa-masa rendah dalam hidup. Ada beberapa bentuk dari perasaan yang biasa orang rasakan dalam kehidupan, hal di bawah ini ingin
berita
tentang wabah ini, banyak orang yang
menekankan
beberapa
perasaan
yang
mungkin dirasakan selama lockdown ini:
langsung panic buying karena merasakan
Anxiety
kepanikan dan kegelisahan yang tidak terkontrol
diakibatkan
tidak
Anxiety
ingin
atau
biasa
disebut
kehabisan pasokan. Lalu memasuki minggu
kegelisahan merupakan perasaan yang tak
awal
lockdown
mengaku
stress
banyak
orang
yang
asing saat menghadapi suatu hal baru yang
karena
tidak
dapat
tidak
tentu
hasilnya. bahwa
ada
Beberapa
ahli
beradaptasi dengan lingkungan barunya.
menyatakan
kemungkinan
Lalu ada juga orang yang merasakan
setelah lockdown akan ada beberapa hal
kesedihan dan kesepian di kala seluruh
yang mungkin terasa aneh untuk keluar
kegiatan social dibatasi.
rumah dan mulai
bersosialisasi lagi.
Sedangkan bagi orang yang menderita Kejadian pandemi COVID-19 ini telah
membuka
perbincangan
tentang
kesehatan mental manusia. Bukan hanya
anxiety rasa takut ini akan sangat tinggi akibat harusnya melakukan hal yang dianggap asing.
kesehatan mental selama lockdown, namun kesehatan mental secara general yang dulu
Stress
dianggap tabu. Salah satu kelompok yang
Rasa tertekan bisa datang dari mana
sangat banyak memberi tanggapan tentang
saja. Salah satu sumber stress adalah saat
isu ini merupakan kaum Millennial dan
adanya hal yang tidak dapat berjalan sesuai
Generasi Z. Tema kesehatan mental ini
dengan rencana. Seperti saat awalnya kita
beradaptasi
dengan
baru
Indonesia. Namun, tidak jarang bahwa
dimana batas antara kehidupan professional
gangguan mental tidak terdiagnosa karena
dan privat menjadi buram. Karna batasan
dianggap ringan atau dianggap bukan
yang
dapat
merupakan gangguan sama sekali. Hal ini
membedakan kapan waktunya bekerja dan
dikarenakan rendahnya tenaga kerja medis
beristirahat.
dalam bidang ini. Menurut WHO tahu 2014
buram,
lingkungan
orang
tidak
rasio psikiater di Indonesia ada 0,01 setiap
Kesedihan Isolasi fisik telah membuat banyak orang merasa terisolasi secara emosional karena harus berada dalam kesendirian dalam jangka waktu yang lama. Rasa terisolasi emosional ini dapat berujung menjadi rasa kesepian yang medalam.
100.000
penduduk.
menunjukkan
bahwa
rehabilitasi
bagi masyarakat Indonesia
terlebih ke generasi muda.
yang
menyangkut
kesehatan mental di Indonesia memiliki
Kesehatan mental di Indonesia sudah lama menjadi topik yang tabu, diakibatkan
kebanyakan
masyarakat
Indonesia.
kesehatan
salah Menurut
nasional
kaprah riset
Indonesia
beberapa
faktor
lambannya
yang
mempengaruhi
perkembangan
fasilitas
kesehatan mental ke arah yang lebih baik. Salah satu faktor yang paling utama adala stigma yang ditempelkan masyarakat bagi para orang yang memiliki gangguan
(RISKESDAS) 2013:
mental.
-
sangat
Problematika
Urgensi
-
sedang
ini
dibutuhkannya lembaga preventif dan
Hal-hal
-
Data-data
Di
masyarakat,
orang
yang
Sekitar 3,7% (9 juta) orang menderita
memiliki
depresi, dari populasi 250 juta orang.
dianggap gila, memiliki masalah tingkah
Sekitar 6% (14 juta) orang berusia 15
laku, dan sangat memalukan bagi diri
tahuan ke atas menderita gangguan
mereka bahkan keluarganya. Masyarakat
mood (suasana hati) seperti depresi dan
pun seperti telah menentukan takdir bagi
kecemasan.
para orang dengan gangguan mental
Sekitar 1,7 per 1000 orang menderita
sebagai bahan ejekan dan cemooh. Mereka
gangguan psikologis kronis, seperti
berpikir orang “gila� adalah bahan candaan
skizofrenia.
dan tidak perlu diperlakukan seperti
Angka di atas merupakan gambaran tentang
kesehatan
mental
masyarakat
gangguan
mental
langsung
selayaknya manusia pada dasarnya.
Konklusi What?
How?
Mulai naiknya kesadaran masyarakat
Menciptakan safe space dengan sifat
Indonesia tentang kesehatan mental namun
rehabilitatif yang bebas dari stigma yang
masih ada stigma-stigma.
ada di masyarakat.
Why? Fasilitas kesehatan dengan usaha preventif dan rehabilitative yang masih kurang. Who? Semua orang yang pernah merasakan gangguan mental. When? Dalam beberapa dekade ini. Where? Indonesia yang baru mulai sadar pentingnya kesahatan mental.
Referensi Advanced Architecture Design. (2014, October 15). Dwelling Typologies. Retrieved from issuu: https://issuu.com/aad_lund/docs/assignment_2 Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Ri. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Harari, Y. N. (2018). 21 Lessons for the 21st Century. London: Penguin Randon House UK. Notosoedirjo, 2005. Kesehatan Mental. Malang: UMM Press. Perec, G. (1997). Species of Space. London: Penguin Books. Singgih D, Gunarsa. Psikologi Perkembangan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2003. Butterly, Amelia. 2020. " Coronavirus anxiety: How to cope with life after lockdown" . https://www.bbc.com/news/health-52443108 World Health Organization. (2014, 08). Mental Health: a state of well-being . Retrieved from World Health Organization: http://www.who.int/features/factfiles/mental_health/en/