Zine :
Publishing :
M Faathir Fachrozi Monique Septia
Peladi
Name Zine :
Support :
Monique Septia
Press & Publishing
Tenanan Zine Disappointed Zine
Copywriting & Design Zine : M Faathir Fachrozi
Cover : Fairly Apriani
Contributor :
WE’RE
Fairly Apriani Inka Yulianti M Alvi Variansyah Ahmedov Windija Hary Fahrizal Christhoper Kelvianto Dwinda Seto Aryo Yoan Diara Yurizka Anonymous
Z IN E
01
e to m o c l e W e n i Z t s o t Li
Kau punya client, kami tidak.
Kau punya projek besar, kami tidak. Kau punya setelan rapi, kami tidak. Kau punya gaji besar, kami tidak. Kau punya apa yang Kau punya derajat yang tinggi, tidak kami punya , kami tidak. dan kami inginkan. Kau punya kantor sendiri, kami tidak. Yang kami punya hanyalah zine ini. Kami berharap ini menjadi hal yang spesial, walau tidak sebanding dengan apa yang kau punya.
00 _
Selamat datang dan menikmati galeri zine kami.
Litost Zine
issue #01
asih k a m i r e T ehe Ucapan h a y n d ksu a M f a a M Kata terimakasih itu penting dan terkadang
01 _
sulit untuk diutarakan, akan tetapi apakah kalian sadar, kata maaf itu jauh lebih sulit untuk dapat diutarakan. Jangankan hanya untuk sekedar mengutarakannya, menyadari dan dengan tegas mengakui kesalahan diri saja adalah hal yang sangat sulit, dan banyak pengelakan atau pelarian dalam diri. Menyalahkan orang lain untuk menutupi kesalahan diri. Kata ‘’terimakasih’’ akan hilang begitu saja, akan tetapi kata ‘’maaf’’ akan terkenang dalam ingat, dikenang karena sangat berkesan. Mempersatukan hal-hal yang tercerai-berai, berantakan dan tidak karuan. Kata maaf itu indah, berawal dari kecanggungan formalitas personal dan di akhiri dengan hal yang melegakan gejolak jiwa. Saat menyadari dirimu memiliki kesalahan, mengetahui kesalahannya apa, dan penuh keresahan yang mengigit dalam diri. Tanpa disadari dirimu berjalan menuju ke step awal yang lebih baik dari yang diperkirakan. Dan permintaan maaf adalah step selanjutnya ataupun akhir yang lebih mulia dari pada terimakasih basi yang kosong melompong. Sama halnya dengan diriku yang bodoh dan keras kepala ini, sulit untuk dapat mengakui kesalahan sendiri, dan penuh dengan keraguan untuk memulai permintaan maaf, saat menyadarinya.
Dan tak dapat dipungkiri ada rasa takut yang mengecam jiwa, yang sebenarnya hanyalah ekspektasi buram belaka. Sadarlah, aku bukanlah orang baik seperti yang kalian kira sebelumnya. Aku hanyalah manusia biasa yang memiliki takdir untuk memiliki tangan kiri dan kanan, malaikat dan setan. Dan mungkin jauh lebih banyak setannya. Aku memohon maaf sebesar-besarnya kepada Kalian semua, teman-teman yang dikenali, yang membaca zine ini. Pikirkan kesalahan yang telah aku perbuat terhadap kalian. Aku berharap bukan untuk kalian memaafkanku atau melupakan kesalahanku. Sekali lagi jauh dari gambaran seorang malaikat atau apapun itu yang baik. Aku harap kalian memandangku buruk dan begitulah seharusnya. Sehingga tidak pernah ada rasa kecewa terhadap diriku dan apa yang telah diriku perbuat, layaknya padanganmu terhadap mantan pencuri yang mungkin saja dapat mencuri kembali. Begitu juga terhadap diriku yang hina ini.
Emotional Zine
Rasa bersalah yang tidak akan aku lupakan,
atas perbuatan yang telah diperbuat walaupun permintaan maaf telah diutarakan secara bijak maupun secara online. Aku manusia, tidak pernah puas. Masih merasa kurang dan terus kurang. Oleh karena itu aku mencoba mengunakan beberapa kolom di zine ini untuk kalian mengingat kesalahanku kembali dan merelakannya, sejenak saja pun tidak masalah. Ingat aku berbeda dengan orang baik diluar sana. AKu harap dengan ini membuat sedikit beban yang ada dipikiranku dapat berkurang. Terimakasih teman. Salam dariku, teman lamamu. Salam juga dari masa depan untuk masa lalu yang tidak pernah berlalu diingatanku saat ini dan seterusnya. Di masa ini dan masa yang akan datang. Sampai bertemu kembali teman lama. Salam kenal juga teman baru. Perkenalkan namaku Faathir. Maaf jika aku sedikit pemalu, eh malu-maluin maksudnya hehehe. Photo : Three Colours: Blue (1993)
02 _
Litost Zine
issue #01
g n a t a D t :’) i Selama m a K e Zin i r e l a G di Banyak kata yang ingin diutarakan, hanya
03 _
saja banyak yang menghilang saat mulai menuliskannya. Hanya menggebu-gebu secara spontan di beberapa rutinas hari-hari yang membosankan. Banyak hal yang terjadi tidak sesuai rencana, ekspetasi semu di masa-masa kelabilan diri. Dan sekarang menolak hal yang tidak bisa diganggu-gugat, menentang otoritas diri yaitu kedewasaan. Terjebak dalam pertarungan melawan rival abadi yang ternyata hanya cermin diri. Pahitnya masa lalu yang tak senikmat pahitnya kopi. Ingin keluar sejenak dari lingkaran setan biadap ini, menghancurkan berbagai penghalang untuk melegahkan kalbu dan untuk teman-temanku yang di sayang. Sudah sejak lama berfikir untuk berkolaborasi bersama, ‘’Faathir dan Monique’’. Mungkin sudah 3 tahun yang lalu tetapi tidak pernah terlealisasikan atas banyak sebab dan alasan demi alasan. Dan Akhirnya dapat terlealisasikan juga dengan sebuah zine. Kami bukanlah seorang yang spesial, berprestasi, ataupun terkenal. Jauh dari itu, kami hanyalah seorang pria dan wanita biasa yang mungkin hanyalah pecundang. Hanya saja mempunyai kemiripan. Tanpa harus mencari-mencari dengan susah payah seorang yang mirip dapat bertemu dan mudah untuk menjadi teman akrab. Karena adanya kemiripan itulah yang menjadi alasan terciptanya zine dengan tema seperti ini. Dan pada akhir mengajak teman-teman yang lain untuk dapat berkontribusi, membantu kami.
Emotional Zine
Kami penuh keterbatasan atas banyak hal,
di usia kepala dua ini untuk dapat melakukan apa-apa sudah jauh lebih sulit. Tidak dapat melakukan beberapa hal secara spontan seperti quote bodoh Nike ‘’Just do it’’. Kami bukanlah anak kuliah lagi yang dapat melakukan banyak hal secara asal-asalan bikin pameran, acara atau kegiatan yang asal tempel karya saja. Banyak hal yang harus dilakukan, dipikirkan dan dipertimbangkan kembali secara optimal. Telebih lagi sudah sangat membosankan untuk berkarya secara instans seperti di media sosial. Ya begitu-begitu saja, bosan. tertutupi dengan banyak kebahagian fake. Menunggu keajaiban datangnya seorang client baik untuk membuat sebuah karya yang baik juga, sampai kapan ? kami belum mendapatkan secerca cahaya keberuntungan itu. Dan kami sedikit muak dengan batasan seorang desainer yang di pandang kurang baik, seperti tidak memenuhi target pasar atau terlalu nyeni. Desainer harus ini, itu, bla bla bla bla, dan semuanya omong kosong, yang ujung-ujungnya di tuntut bahkan di paksa untuk mengambil font, foto, vector gratisan bahkan yang illegal yang sama saja mencuri karya orang lain. Dan juga adanya paksaan lain untuk meniru referensi, meniru karya orang lain dengan sama persis. Kami hanya ingin berkata, ‘’yap kami bukan desainer’’ dan ‘’apakah kalian sudah lebih desainer dari kami ?’’. Apakah sebuah kejujuran dalam mendesain dikatakan idealist ? dunia ini emang sialan hahaha. Layakanya ‘’orang yang melakukan sikap baik lalu dikatakan bodoh’’. Sungguh menyedihkan. Kami ingin keluar sejenak dari dunia omong kosong ini semua. Kami memilih zine sebagai media berkarya, kami bukan desainer, bukan seniman, bukan illustrator, apalagi dikatakan tukang atau apalah. Kami saat ini adalah ‘’zinemaker’’ dan juga di lain sisi pecundang yang ingin di sanjung bukan di tunjang (bahasa medan : artinya ‘’di tendang’’). Selamat datang di galeri kami, eh zine kami maksudnya. Semoga kalian dapat menikmatinya dan menemukan sesuatu yang spesial dalam besarnya kubangan sampah emosional ini.
04 _
Litost Zine
issue #01
ook b t r A t s Lito ine Z l a n o i t Emo l
05 _
‘’ ítost’’ (bahasa Czech), pengartiannya banyak dan luas. Salah satunya, ‘’ketika seseorang menyadari bahwa banyak hal yang mau atau ingin dilakukan akan tetapi terlihat sangat mustahil, ketika sadar bahwa pernah melakukan suatu kesalahan atau berada di situasi dimana dirinya menyakiti orang lain. Dan juga ketika sedang berada di situasi yang menyedihkan, tidak dapat bertindak banyak. Ide awal nama ‘’Litost’’ didapatkan oleh Monique, entah bagaimana ia mendapatkan nama yang sesuai dengan waktu yang singkat. Kami berfikir, dan sadar bahwa waktu dimiliki sedikit sehingga apa yang akan dibuat apa adanya saja, tidak perlu jauh-jauh dari diri sendiri dan apa yang di alami dan rasakan di waktu atau masa terkini. Tidak dapat menerima atas banyak hal, rasa pesimis yang sangat menusuk jiwa, sering sekali terjadi dan dipenghujung stuck tidak dapat berbuat apa-apa.
Photo : Three Colours: Blue (1993)
Emotional Zine
L
‘’ itost’’ sebagai penenang jiwa dan perasaan kami yang kusam dan meranah. Banyak hal terjadi atas apa yang telah dilakukan oleh diri sendiri. Waktu tidak dapat terulang kembali, terlebih lagi di beli. Di kejar-kejar oleh masa lalu yang tak kunjung berlalu. Tak dapat juga menerima masa terkini, dan tidak siap untuk masa yang akan datang. Inilah Litost, kami Litost, dan siapa pun di luar sana merasakannya adalah Litost. Kita Litost :). Kalian tidak sendiri, ada kami disini sebagai teman, walaupun belum pernah berjumpa, berkenalan, berteman dan terlebih lagi berbagi cerita kumuhnya kehidupan. Sulit untuk mendapatkan seseorang yang dapat mengerti atau mendengarkan dengan baik, tidak berporos pada satu jawaban positif semu belaka yang tumpul. Jika ada, mungkin di beberapa waktu ia tidak ada. Kami sadar, kami batu :) malah sangat. Litost adalah ruang dimana dapat membatu dan bertelanjang, dalam artian membuka ‘’topeng senyuman kosong munafik ini, jujur terhadap apapun’’. Tidak perlu keluarkan senyum dan tawamu palsumu di sini, karena Litost sangat menerima kejujuran murni, apapun hal itu yang ingin diutarakan hahaha. Maka dari itu semua, kami menyebut Litost dengan sebutan ‘’Emosional Zine’’. Kami sadar Litost masih jauh dari kata, terlebih lagi tampilan artbook, yang di lihat dari proses, medium, cetakan dan lain sebagainya. Apapun ini yang terpenting, semoga kalian dapat merasakan feelnya dengan sangat kuat. Yap semoga saja. Selamat menuju halaman selanjutnya, selamat merenung dan bermuram bersama-sama.
06 _
Litost Zine
issue #01
07 _
Membakar Semua Omong Kosong Kebohongan Publik untuk Jiwa Yang Benar Terperaskan.
by : M Faathir Fachrozi
Emotional Zine
08 _
Merasa ada kemuakan lebih, semua hal berujung pada kepentingan pribadi tanpa mempedulikan kesakitan seeorang atau kelompok yang sebenarnya terperaskan secara tersirat. Semua orang hanya berpura-pura peduli, sayang kami mengetahui bahwa itu hanyalah mementum yang tepat untuk ajang menjadi sorotan publik berkomersil. Percayalah tidak lebih dari itu.Kalian hanyalah anti-sosial-an.
Emotional Zine
09 _
Litost Zine
issue #01
Do you ever get sick of seeing your face in the mirror, because people have been telling you that you gained weight or told you to wash your face, often without knowing you have tried plenty of skin care just to get rid of those disgusting thing on your face ? yeah, me too.
10 _
nxckw
21 Jam lalu
11 _
@nxckw
84 kali dilihat
Sorotan
Lainnya
nxckw
21 Jam lalu
12 _
@nxckw
84 kali dilihat
Sorotan
Lainnya
Emotional Zine
13 _
Litost Zine
issue #01
?
Why are we trying so hard living up to people’s expectations
18 14 _
Litost Zine
15 _
issue #01
16 _
living on this day mean you can’t really have something to say about how you really feels because someone has it worse, and sometimes you have no choice but to move on and suppress those feelings.
Litost Zine
17 _
issue #01
Emotional Zine
sometiumes you can’t blame people when they wear a mask just to survive in this society, because at the end of the day we never really get to know someone. How they feels, what they have been through, the things they need, sometimes, they decided to lock everything inside because it’s way easier than to open up to someone. Niki Wonho
18 _
Emotional Zine
19 _
Litost Zine
issue #01
, t i ah p ah i d u pa tak s ni sam ng i p h a lah . u y a d i u l m i r n a H nga an . C manis ja num juga ng mi rasa an ya be num by : Yoan Diara Yurizka i m
Photo : Pepsiman (Playstations 01)
20 _
Emotional Zine
ng bar o oh -um sial. nku b er bar so aka b ka gum edia rtaw kan, u n s en di m ene dih a i al an m an n m nye . a ki me lsu idup i g g n g de baha mun pku k pa ya h kan. ke lian hidu i tida narn edih Ka rena ya in sebe eny ka atan nya ng m ny balik ah ya Se lianl ka
K 21 _
Photo : JOJI (88 Rising)
Litost Zine
issue #01
ek d n e P a t Ceri ‘’Waktu, bukan uang dan bukan juga kekuasaan’’
by : M Alfi Variansyah edit : M Faathir Fachrozi
Saat tertidur nyenyak, sepontan ku merasakan ada suatu keganjalan untuk meneruskan kembali tidurku. Terbangun di ufuk subuh, tepatnya pukul 05.30 WIB. Mimpi indahku yang jarang kudapatkan seketika buyar. Semua ini diakibatkan rasa lapar yang cukup menggejolak lambung tipisku. Ku bangkit dan berjalan meninggalkan kasurku yang nyaman, meninggalkan ego malasku dan bergerak melangkah menuju penjual sarapan pagi yang mana sudah buka. Sesampainya di tempat si penjual, tak sengaja ku berjumpa dengan dua orang tua yang kukenal yang sedang makan di tempat ini juga. Di sebelah mereka duduk, ku lihat ada satu bangku kosong, dan ku spontan mendudukinya. Menikmati duduk diam saat menunggu pesanan, kedua orang tua itu menyautku dengan kata "dari mana ko, tumben pagi-pagi begini sudah nongol, bergadang ko kan tadi malam" dan ku menjawab, "aku gak begadang, pas lagi enak tidur, aku tersentak terbangun karna lapar kali’’. Dari perkataan dan cara berbicara mereka, terbesit halus dipikiranku jika mereka mendugaku sehabis menggunakan narkoba, sehingga kesulitan untuk dapat tidur di malam hari. Kemudian, pesananku akhirnya selesai dan tidak ingin lama-lama, ku langsung saja bergegas untuk pulang. Di saat ku bangkit dari bangku yang sudah panas tersebut, mereka langsung spontan berkata "hati-hati zaman sekarang berkawan, teman sekarang bisa seketika menjadi lawan". Ku hanya berdiam diri saja, tak berkata apa-apa sambil meneruskan langkah demi langkahku.
Di perjalanan pulang terbesit tajam perkataan mereka tadi, ‘’Kenapa mereka bisa seenaknya berkata seperti itu ? ah Bodoh amat’’. Diri sungguh benar-benar malas untuk memikirkannya, mereka hanyalah orang tua yang sok bijaksana. Sebelum mereka menyampaikan hal tersebut, ku sudah lebih dahulu memulai untuk memilih-memilih teman, bukan berarti rasis atau sombong. ‘’aku benar-benar bukan si pecundang pengguna narkoba yg susah tidur malam". Lalu sesaat sampai di rumah, langsung saja ku membuka bungkus sarapan pagi yang tadi di beli dan spontan menyantapnya dengan lahapnya. Sekejab mata ludes. Bukan karena rakus, seperti yang tadi ku katakan ‘’aku sangat lapar’’. Setelah makan, biasa ku tak dapat terlepas dari namanya menyeduh kopi hitam panas, membakar tembakau dan menikmati alunan musik-musik favoritku. Ini ku lakukan di teras rumah sambil menikmati cerah dan segarnya angin pagi. Tanpa sadar, seketika ibu duduk disampingku. Ibu seorang wanita yang sangat kuat dan tegar menjalani hidup, meski beliau menderita penyakit stroke dalam kurun waktu 3 tahun lebih ini. Beliau tetap kuat dan semangat untuk dapat menjalani hidupnya ini. Beliau sederhana, tidak membutuhkan uang, ia hanya membutuhkan kenikmatan umur panjang dan kesehatan dari Allah SWT, untuk dapat terus berkumpul dengan keluarganya. Ku spontan mencium keningnya sambil berkata dalam hati, "ya Allah panjangkan lah umur ibuku, sehat kan dia ya Allah, dan murah kan rejeki nya, amin".
22 _
Litost Zine
23 _
Lalu beberapa waktu kemudian ku memandangi ayah dan adikku yang sedang sibuknya mempersiapkan diri untuk menjalani aktivitas pagi wajib ini. Mereka takut akan keterlambatan yang berakibat mendapatkan teguran atau amarah dari penguasa kerja mereka. Ku terdiam sejenak memperhatikan gerak-gerik kesibukan yang mereka lakukan. Tersirat dipikiranku, ‘’ada hal yang mereka sering lupakan’’. Mereka hampir melupakan perlunya waktu untuk dapat berkumpul dengan keluarga. Pikiran mereka ‘’teracuni oleh uang, uang, uang, dan uang’’ saja. Yang sebenarnya hanyalah untuk menaikkan kasta kami saja. Kerja banting tulang hanya untuk mendapatkan setan uang. Dengan muka datar sebenarnya ku tersenyum dalam hati sambil berkata kepada diri sendiri, "mengapa ya manusia takut tidak mendapat uang, takut tidak mempunyai uang, takut akan kemiskinan, takut merasa tidak mempunyai apa-apa’’. Sebenarnya jika mereka tarik nafas sejenak serentak dengan membuka mata, ‘’mereka seharusnya menyadari bahwa manusia terlahir terlanjang diri. Maksudnya dalam artian, tidak mempunyai apa-apa, harusnya kita hanya bersyukur’’. Sangat miiris melihat orang-orang yg haus akan harta, haus akan uang, sampai-sampai mereka lupa kalau semua itu hanya bersifat ‘’sementara saja". Pada detik yg sama, jam yg sama, ku mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, "lebih baik di rumah menjaga ibu yang masih sakit, lebih memilih mempunyai waktu panjang bersamanya, dari pada memilih menghabiskan waktu hanya untuk bekerja keras mengejar setan uang’’. Seandainya pun ku memiliki mendapatkan uang banyak, harta melimpah, namun akan sia-sia saja. Semua tidak ada artinya, jika tidak berbagi atau hanya sekedar menikmatinya sendiri. "karena kenikmatan dunia hanyalah tuhan palsu". Manusia terus berfikir hidup hanya bergantung kepada uang, sampai lupa kalau hidup hanya bergantung kepada Allah SWT sang pencipta (atau tuhan lain yang kalian percayain sesuai ajaran agama kalian).
M
issue #01
ereka lupa jika kewajiban manusia yg beragama, hidup hanya untuk sholat/ibadah lain, beramal, dan menyayangi keluarga , terutama ibunya. Sesungguhnya manusia yang cerdik adalah manusia yang berfikir ‘’membutuhkan banyak waktu lebih, bukan membutuhkan banyak uang lebih’’. Karena uang dan uang, manusia tidak memiliki rasa puas, dan timbul sifat keserakahan di diri. Jika semua yang disayangi (keluarga) sudah tidak ada lagi, ‘’waktu tidak dapat diputar kembali untuk dapat menikmati momen bersamanya. Hilang ya hilang, dan uang tidak mampu untuk membayarnya atau membelinya sama sekali". Kehidupan manusia saat ini, pada umumnya hanya untuk mencari uang, kekuasaan dan kasta agar dapat diakui sukses, kaya, menaiki derajat dan bukannya untuk memperbayak waktu berkumpul dengan keluarganya, beramal ibadah kepada sang penciptanya untuk mengumpulkan pundi pahala dan memperkuat iman sambil menunggu datangnya ajal yang masih penuh dengan tanda tanya, kapan (?).
Emotional Zine
Jangan katakan benar, mengetahui, mengerti atau berjanji, karena sesuatu yg membuat senang, di kenal, sensasi, yang dapat menguntungkan di satu kelompok oposisi/lembaga dengan sejenak cepatnya menghilangkan sifat kemanusian. Kemudian dengan upaya pemikiran otak picik manusia untuk menjadi Raja/Pemimpin pada suatu Kerajaan/Negara yang ingin berkuasa dan menguasai dengan banyak cara membuat pemberontakan, kehancuran, permusuhan serta hilangnya asas norma manusia dan musnahnya perdamaian karena ingin berkuasa dan menguasai. Semua terjadi atas rasa kerakusan, kekuasaan, uang lagi dan lagi yang memicu segalanya. Namun... katakan lah yang benar, mengetahui, mengerti atau berjanji jika benar paham dengan makna kata tersebut, untuk berkuasa dan menguasai menjadi Raja di kerajaannya, dan menjadi Pemimpin di Negaranya. Bukan dikarenakan rakus akan kekuasaan dan uang, atau ada seuatu yang dapat menguntungkan di satu kelompok oposisi/lembaga. "Berkatalah dan bersikap dengan REALITA dan LOGIKA yang dapat di cerna" sehingga tidak adanya terjadi pemberontakan, perdebatan, kehancuran, permusuhan. Serta tidak raibnya asas norma manusia dan sifat manusiawi yang terkotori oleh otak-otak picik rakus akan uang yang tidak mempunyai sifat ‘’puas’’. Tidak adanya rasa ibah, ingin memusnahkan perdamaian, memicu kehancuran, dan permusuhan karena kekuasaan serta ambisi ingin menjadi penguasa untuk menaikkan kasta. Balik kembali berfikir mengenai kehidupan, hidup hanya perlu banyak ‘’waktu’’, sekali lagi bukan banyak ‘’uang’’. Karena tanpa banyak waktu, kita tidak dapat menggapai banyak hal apalagi di luar nalar manusia. Hidup bukan tempat pemuas nafsu diri, bukan ajang mansturbasi masal. Yang akan timbul hanyalah sifat ke ‘’anti-sosial’’an, munafik untuk mendapatkan semua yg diinginkan tanpa memikirkan orang lain, hanya pemujaan pada diri sendiri.
Berhasil seharusnya menjalankan hidup tanpa harus merusak populasi lainnya dan tetap pada ajarannya. Tanpa sadar, manusia telah menguras apa yg diberikan oleh alam dan semesta ini. Yang lebih kacaunya sebenarnya mereka sadar akan tetapi mereka acuh terhadap dampaknya, hidup mereka hanya untuk diri mereka sendiri, keegoisan kosong.
S
etiap manusia mempunyai jalan dari setiap pemikirannya masing-masing. Tidak melulu harus mengikuti atau berpacu pada jalan dari pemikiran perorangan. ‘’Begitu banyak jalan-jalan lainnya yang dapat mengarahkan pada kebaikan yang lainnya". Cangkupannya yang cukup luas, bukanlah suatu hal yang cetek. Dan pada akhirnya, akan ku utarakan kembali bahwa berkeinginan untuk tetap dapat berkomitmen jujur dengan pemikiran awalku, berhenti bekerja sejenak untuk menikmati waktu bersama ibuku yang sedang sakit. Memberikan semangat hidup kepadanya. Siapa lagi yang bisa. ‘’Waktu terus dan terus berjalan, waktu bersamanya dan keluarga jauh lebih berharga dari apapun, tak akan dapat tergantikan sekali lagi, jika dibandingkan kembali dengan uang dan kekuasaan di masa yang akan datang’’.
24 _
Litost Zine
99) 9 1 ( d e t pp u r t n I l r i G Qoutes vie Best Mo
Girl Interrupted adalah sebuah film berdasarkan memoir tahun 1993 Susanna Kaysen, yang berkisah tentang pengalamannya sebagai wanita muda dalam sebuah rumah sakit psikiatris pada 1960an setelah di diagnosa mengidap penyakit ‘’borderline personality disorder’’.
25 _
issue #01
Emotional Zine
26 _
Judul memoir tersebut adalah sebuah rujukan kepada sebuah lukisan ‘’Vermeer Girl Interrupted at Her Music’’.
Litost Zine
etry o P & m Poe by : Inka Yulianti 01 - 06
issue #01
Cacat Batin
Aku sangat lelah, aku butuh istirahat Aku lapar, aku mau makan Aku sakit, aku butuh obat Aku sangat kesepian, aku butuh kamu untuk menjadi pendengar baik ku
Tapi tidak ada seorang pun yang ingin menjadi pendengar baikku Seperti bumerang yang kudapatkan Menyakitkan . . . Hingga aku tak dapat berkata apa-apa Aku berusaha memendam emosiku Hingga aku tak dapat meneteskan air mata hingga akhirnya...
27 _
Darah segar yang keluar dari mataku Sampai aku melemah, tak sadarkan diri, dan mati rasa
Sunyi Tak bisa ku dengar, namun dapat kurasakan
Aku berdiri dikerumunan orang saat aku kehilangan arah dan nyatanya mereka tak mengerti apa yang kukatakan
Acuh, hanya perlakuan itu mereka bersikap Sebuah hinaan, cibiran, dan cacian sudah menjadi makan setiap hariku Tapi aku berusaha acuh meskipun perasaan sangat sakit Aku berusaha tak mendengar dan pergi ketempat yang sangat sunyi, tenang dan tanpa suara Dan mulai menutup kedua telingaku, seolah berada di tempat keramaian Suara yang ku rasa itu semu dan tak bisa ku sentuh secara kasat Layaknya warna yang terlihat monokrom Entahlah yang kunikmati hanya dengung suara yang kosong
Dan kurasakan seperti tak mendengar apa-apa. Kosong dan dingin Aku harus jujur bahwa..... Aku tak kuat jika kata-kata yang kalian katakan itu cacian Maafkan aku, itu sangat menyakitkan
Emotional Zine
Tumpukan Jarum Terbaring dan merasakan pedih sepanjang hari Di sisa hidupku sulit untuk berdiri, membersihkan diri dan batin Entah sampai aku berada di sebuah jerami berbobot jarum Aku ingin berteriak, menyusuri alam semesta merasakan kegundahan dan pedih Bolehkan aku menangis sendirian seperti ku berasa di hutan pinus yang sunyi senyap ? Tapi aku tak bisa merasakannya, seolah-olah hidupku merasa diambil pusing Tapi nyatanya mereka tak tahu apa yang aku alami sehingga menjadi sekarang Frustasi dan stress, bersatu menjadi sebuah depresi Tapi aku mencoba tak memikirkannya, aku seorang manusia yang ingin mencari celah untuk bahagia
Kuldesak "Ketika berada di sebuah titik kejenuhan yang telah melampaui batas"
Saat dimana keinginanku tidak dapat di dukung oleh mereka
Saat dimana aku merasa terpuruk Aku tidak menceritakan kepada mereka karna sangat tak tega melihat mereka senasib denganku, dan terkadang teman-temanku menjauhi dan tak ada yang membantu Disitulah aku merasa terpuruk . . . Oh tuhan, jika raga ku ini Ragaku tak mampu buat berdiri sudah tak sanggup dari rasa terpuruk di setiap nafasku. untuk jalani hidup ini Inikah pertanda bahwa aku berada Berikan aku kekuatan di titik kejenuhan yang asa ? dan keyakinan yang hakiki, agar memiliki jalan lain Aku tak pernah menangis dan yang lebih baik terlihat seperti orang yang tak mempunyai beban, namun hatiku Akankah aku menatap jendela, menjerit dan mengeluh dengan memandangi angan-angan dan apa yang sudah menjadi buntu bermimpi untuk dapat hidup bebas ? Melayang bersama hembusan angin yang menemaniku di setiap kejenuhan ? Aku ingin bebas seperti burung gereja yang bebas tanpa beban di raganya Tapi semua angan dan mimpi yang ku miliki hanyalah semu. . .
28 _
Litost Zine
issue #01
Gumam Tak berasa, gumam tak berasa. Sebuah goresan tangan yang ku gerakan dengan perasaan, bercampur imajinasi nyata yang ku alami saat ini Menggambarkan betapa sulit Bimbang realita kehidupan saat mereka memandang Sebuah pertanyaan seseorang sebelah mata tentang apa yang membuatku ingin meninggalkan semuanya, Sebuah proses yang saat mereka sudah merasa tidak akan sia-sia kan hasilnya tidak dibutuhkan lagi Sejak lama aku memikirkan itu hingga air mata dan luapan emosi yang selalu ku pendamkan dan menjadi cacat batin
29 _
Sebagian orang yang memandangku sebelah mata, dan terkadang mereka tidak peduli dengan ku Karena mereka tidak tahu diriku dan apa yang terjadi sebenarnya Saat perasaan seperti permen karet manis di awal dan pahit di akhir tapi membekas di mulut Apakah kau pernah merasakanya ?
Aku ingin pergi ke tempat di mana... aku dapat meringankan batin, dimana dapat belajar untuk bertahan hidup, dan dimana dapat merasa kebahagiaan, dan disitu aku merasa bersyukur
Tapi aku tak dapat. Tak ada yang mengizinkanku untuk dapat pergi Mereka hanya memikirkan ketakutan pernah terjadi selama ini Ketika sebuah masalah fatal yang terjadi pada saudaraku Dampaknya, mereka mengekangku seperti dalam jeruji
Batinku ingin menjerit dalam kebebasan, dengan luapan emosional tinggi Berteriak sekeras-kerasnya sampai mulutku berbusa dan mati Aku..... merasa tak berdaya .
Emotional Zine
Aku Ku berenang seketika tenggelam
by : Anonymous 01 - 04
Terombang ambing di samudra gejolak arus kerapuhan jiwa
Beliau
Tergelincir jatuh di juram dalamnya pikiran
Adamu kumerasakan amarah Tanpamu kumerasa bersalah
Tersandung batu keras meremukkan pondasi mental
Sulit rasa membohongi diri
Semakin senyam semakin jauh lebih lelap Hening dalam gemuruh teriakan konstan
Dibimbangkan atas formalitas dosa Dihakimi oleh sebuah ikatan genetik Hanya menanti sebuah penyesalan Entah kapan datang mengejutkan diri
Kita Bergurau dikehangatan semesta Bersama meratapi dunia yang kusam Berada di ufuk duka dan bahagia Tanpa berpihak di satunya sisinya Walau terkadang, bahkan sering harus meninggalkan atau ditinggalkan Tetapi tak apa ini selamanya....
by : Hary Fahrizal 01 - 02
Kematian yang diundang
Saat zat itu mengedap dan menguasai raga Kemudian meminta kembali tumbalnya Saat itu juga keringat kecil menerobos pori-pori Kegelapanmu menjadi kecerahanku Dalam setiap sujud subuhmu yang selalu berdoa “ambil saja nyawaku� Pintanya hanya ingin membawa zat ini kesurga
30 _
Litost Zine
issue #01
Jarak Tempuh Apa yang kau dapatkan dari jarak tempuh? Saya melewati beberapa kota dimana, setiap kota berisi seribu angkot Dalam kondisi yang sama berhenti seenaknya dan sepi penumpang, Kemudian saya melihat tiga orang gila mencari kewarasan dan dua tikus mati ditengah jalan hingga gepeng. Lalu saya melihat empat mobil plat merah yang dimodifikasi menjadi hitam, Matahari mengikutiku sepanjang jalan dan sisanya air hujan. Kota tujuan tampak pudar, baliho-baliho pengumbar janji berkibar, lahan hijau berubah fungsi yang ditanami beton dan rumah tinggal Tapi semua itu pecah ketika ibuku menyambut hangat kedatanganku.
31 _
Riskan by : Cristhoper Rosady
Mencintaimu ialah suatu resiko Aku bukanlah gigolo yang dipelihara seorang wanita Menjadi pasangan berdansa Menurutmu setia itu berbahaya Bosan merasakan seleranya Hidupmu seperti sirkus Nyenyat Jiwamu terbakar hangus Daku bersiteguh Firasat kalbu terus membisik Tuk menjauh Tak salah merenung kepada langit Sekali salah tetaplah salah Meminta pada-Nya jalan terbaik Kamu menang, aku kalah Agar hidup tak selamanya pahit Diriku ingin menjadi mutan Kupegang kepalaku Segalanya persetan Penuh perasaan hening dan sepi Menyesal mengenalmu Raga ini semakin membeku Esok kau tidak akan menjadi ibu Tak sanggup diriku berlari Ku elus dadaku Sabar menjadi alasan Biar waktu yang kutunggu Menunggu datangnya kesenyapan Masa bodoh dengan masa depan Tak peduli dengan omongan orang Iringi langkah perlahan-lahan Semoga tak terperosok ke jurang 01 - 02
Emotional Zine
Semestinya Ketibaan itu hadir dalam suatu waktu Piazza del Campo cerah bersinar Memancarkan rona sedikit malu Tentang harapan di alam sadar. Buongiorno ujarku Menyapa paras tirusmu Ia membalas dalam kantuk tersisa Dalam aksen dari Tolima. Fammi sappere, caro cosa vuoi vedere oggi? Kesinggahan ini menjadi pertama Sekali itu tak perlu lagi berikutnya Bilamana Tuscano mencuri seluruh hari Tak ada sesal dalam sepi.
Kupastikan tak ada pengulangan-pengulangan Namun hari akan bertahan Waktu kupaksa menunggu Ditengah keberadaan kita Tanpa secuil pun ragu Hanya berbuih amarah
Nafasnya lembut menghempas, Menyambangi keheningan, Hingga relung dalam angan, Adiktif dan naif.
Atau mungkingkah kita menetap disini... Di Siena... Tak ada yang peduli tentang hari ini Bukan saja dirimu Apalagi untukku Hanya menyisakan sebuah diagram. Seandainya sebentar saja walaupun hanya sejenak.
by : Dwinda Seto 01
Sudikah mendengarkan ketidak mungkinan Tentang kerisaun dalam tangismu Apalagi segala bual di hari-hari nanti Bagiku itu perkara lama. Dan kita pernah bersumpah Untuk menetap disana.
32 _
Emotional Zine
Karya yang ditampilkan berbeda dengan Monique. Perbedaanya bukan dari visual tetapi dari pandangannya. Persoalnya gender sangat mempengaruhi karya kami. Karya monique sangat memperlihatkan permasalah-masalahan wanita, yang berasal dari sebuah pertanyaan yang diajukan lewat twitter dan di jawab oleh beberapa orang mempunyai sesuatu yang terpendam dan pada momen tersebut dapat diutarakan lalu dijadikan sebuah karya. Pemilihan jawaban mungkin tak terlepas dengan apa yang dirasakan diri, akan tetapi semua berasal dan berawal dari orang lain.
Sedangkan
33 _
apa yang saya tampilkan sangat subjektif, berasal dari diri sendiri lewat berbagai pengalaman internal dan external yang di lihat dan alami dalam waktu dekat, lalu berhubungan dengan masa lalu. Antara diri sendiri dan orang lain disekitar, teman, kerabat, keluarga dan orang lain di luar sana yang memiliki kesamaan walau tak saling mengenal. Dan beberapa karya ada lelasi dengan sesuatu hal yang jauh disana. Pengalaman tersebut direkam dan dibekukan dalam karya-karya grafis.
Mencoba berbicara, menegur siapapun termasuk diri sendri. Ide-ide karya didapatkan saat kondisi fisik dan pikiran buruk, dimana mengalami sakit kepala yang berkepanjangan (dalam artian sakit yang sebenarnya) dikarenakan diri memikirkan terlalu banyak hal melewati batasan-batasan diri, lalu menuju fisik. Photo : Jane Burnham, American Beauty (1999)
Litost Zine
issue #01
34 _
Litost Zine
35 _
issue #01
Emotional Zine
36 _
Litost Zine
37 _
issue #01
Emotional Zine
38 _
Litost Zine
39 _
issue #01
Emotional Zine
40 _
Litost Zine
41 _
issue #01
Emotional Zine
42 _
Litost Zine
43 _
issue #01
Emotional Zine
Playlist
Playlist
Aimyon - Marigold Kenshi Yonezu - Gomen Ne Keyakizaka46 - I’m Out Nulbarich - Handcuffed Daughtry - Over You Mcfly - Walk in The Sun A.B.C-Z - Vanilla MCR - Cancer Avril Lavigne - Innocence Simple Plan - Me Against the World Yuichanzu - 1 Gyou Dake No Airmail Kyuhyun - at Gwanghwamun Tokio Hotel - By Your Side Soneohair - Waltz Luck Life - Namae Wo Yobu Yo
Code Orange - Dreams In Inertia Foo Fighters - Hero Eminem - Beautiful Slipknot - Vermilion pt. 1 Mushroomhead - Qwerty Joy Division - Disorder Black Sabbath - Heaven & Hell Low - Lullaby Sonic Youth - Schizophrenia Slowdive - Here She Comes Opeth - Ghost of Perdition Richard Sanderso - Reality Thy Art Is Murder - They Will Know Another Gojira - Low Lands Annie Hall - Million Dreams
Top 15 Songs
Top 15 Songs
44 _
Photo : Angela Hayes, American Beauty (1999)
Emotional Zine
45 _
Artwork by Windija Ismail
Litost Zine
issue #01
cil e K n a t a Curh Arti Hidup (?)
Tiada artinya, di penghujung kita musnah,
harus menerima siksaan di akhir tempat berlabu. Mengharapkan kemegahan besar dalam ketidakberdayaan sebuah gemurunya tangisan. Tak Bersyukur (?)
Bahagia (?)
Kau, kalian yang berada disana. Hei wahai teman-temanku, asal kau tau kita berbeda, nilai yang kita ambil dan punyai tidaklah sama. Bukan tidak mensyukurinya segalanya, semua hal semakin rumit, Mencoba menjujurkan diri pada sebuah kenyataan-kenyataan mega yang semakin logis. Berfikir terlalu dalam, larut dan semakin terlarut, seperti manisnya gula dalam secangkir Americano pahit yang panas.
‘’Apa yang membuatmu bahagia ?’’ sebuah pertanyaan yang sebenarnya tertuju untuk diriku sendiri. Sungguh ironi, ku terdiam dan tanpa sadar ku sejenak merenung dan memikirkannya. Teringat suatu masa yang telah lama berlalu, tepatnya saat masa kanak-kanak. Entah mengapa ku selalu tau apa yang membuatku bahagia dan apa yang menjadi cita-cita. ‘’Bahagia se-simple mempunyai save-an memory card PS 1 yang terjaga dengan baiknya’’. Hari-hari berlalu dengan cepatnya dan aku semakin dewasa dan menyadari banyak hal. Semakin menuju ke arah sini, jawaban demi jawaban itu semakin sulit untuk dapat dijawabkan walau dengan halus bahkan berbisik-bisik kecil dalam hati. Aku merana. Mencoba memutar balik memori lama, ada satu hal yang sebenarnya tidak berubah dibalik banyaknya perubahan diri, yaitu saat apa yang ku buat di lihat orang lain dan mungkin sampai di puji. Aku tersenyum sejenak, sedikit lega. Setelah itu bodohnya ku tetap merana kembali.
Hei sekali lagi wahai teman-temanku di luar sana, dengan mudahnya engkau mengatakan dan juga menyatakan sesuatu bahkan banyak hal tanpa mengerti, mengetahui lalu memahami diri kami terlebih dahulu. Yang kami semua butuhkan adalah hal lain, tentunya jawaban lain yang lebih rasional dari pada ucapan dari mulut kasarmu yang bau. Kumohon janganlah mengecap, menjatuhkan, meremehkan dan terlebih lagi menertawakan. Sebaliknya Kami lah yang seharusnya menertawakan kalian dalam realita yang bodoh ini.
46 _
Litost Zine
issue #01
Tegas pada Diri
Aku berlari dari masa lalu, mahluk halus
47 _
yang selalu mengejar dan menghantuiku. Walau mengetahui bahwa diri yang memancingnya. Sering sekali menghakimi orang-orang yang hidup di masa lalu. Membenci dan tidak membuka pintu lebih kepada mereka-mereka. Bukan apa-apa, mereka sendirilah yang tidak mendatangi pintu tersebut, mengetuk pintu ‘’knock knock’’, memanggil, dan mengucapkan salam lalu berkata ‘’maaf’’. Bodohnya aku selalu menunggu mereka. Aku lari dan terus berlari, tanpa sadar di sela-sela pelarianku yang tiada akhirnya, aku menyakiti orang lain juga. . Menyakiti teman terdekatku sendiri. Disakiti dan menyakiti, berburu dan diburu. Hidup memang sialan. Kenapa aku harus menyakitinya ? kenapa tidak orang-orang di masa lalu saja yang kusakiti. Kenapa harus sahabatku sendiri, aku kehilangannya. Aku berubah, aku belum dapat mengontrol perubahan pada diriku yang baru. Betapa jahatnya diriku ke dirinya, ia yang selama ini baik terhadapku. Aku ingin menyembunyikan kesalahanku selamanya. Bukan ingin terlihat baik. Hanya aja aku takut ada yang terluka. Tuhan maha adil, aku tau sebenarnya suatu rahasia tidak dapat tersimpan selamanya. Ini adalah ganjaran buat diriku, agar aku sadar. Permintaan maaf kedirinya sudah kulaksanakan, dan mungkin saja ia sudah memaafkannya. Akan tetapi kesalahan ini tidak ingin kulupakan. Ini ganjaran buatku bukan dari tuhan, tetapi dari diriku sendiri. Aku ingin dan harus tegas pada diriku sendiri, ini tanggung jawabku sebagai seorang teman. Aku bukanlah orang yang baik, aku tidak ingin menganggap diriku baik. Karena yang paling tau diriku adalah diriku sendiri, yang pastinya tetap tuhan lebih mengetahuinya, selama aku tidak menutupi banyak kebohongan pada diri. Yang kuinginkan hanya seperti dulu berteman, aku mengetahui dan menyadari bawha seorang teman tidak selamanya, pasti ada saja hal yang membuatnya pergi. Walaupun bukan karena diriku.
Emotional Zine
Maafkan Anakmu (1)
Mama, langkahku menghitam di perjalanan
jalan yang menuntunku harus tetap terus berjalan dan seketika itu juga terjatuh. Kau memberikan penerangan, kau selalu ada saat aku membutuhkanmu. Dan sebaliknya, aku sering tak ada disampingmu. Berputar terbalik, aku lah yang sering membuatmu terpuruk. Apa yang kurasakan, kau rasakan juga. Kau selalu membuatku tersenyum, dan aku membuatmu menangis. Orang-orang disekelilingku mulai meninggalkanku, dengan sebab maupun tanpa sebab. Tetapi kau tidak pernah menjauh dariku, malah diriku yang sering menjauh darimu. Hanya kau satu-satunya kenyataan terindah dalam hidupku dan aku terlalu sering lupa hal tersebut. Maafkan aku mama. dari Anakmu yang masih tersesat, yang suatu saat akan menyesalinya dalam tangisan dan doa demi doa.
Photo : www.google.com
48 _
Litost Zine
issue #01
Maafkan Anakmu (2)
Aku mencintamu. Mama‌.. aku ingin kau tak
49 _
memikirkanku untuk sementara waktu saja. Bukan melarangmu untuk menyayangiku. Hanya saja, aku tidak ingin hati kecilmu terluka karenaku. Aku tak ingin kau sedih melihatku, aku tak ingin pikiranmu terbebani saat melihatku. Aku sedang kacau mama, sudah banyak air matamu jatuh karenaku. Kau pergi keluar membelikan makanan lezat, di saat hujan turun dengan derasnya, hanya untuk membuatku tersenyum. Kau tak bisa melihatku seperti ini. Kau ingin anakmu tampak menikmati hidupnya. Karena Senyumku adalah senyummu, dan sedihku adalah sedihmu. Hidupku adalah hidupmu.
Dan sebaliknya aku malah hidup untuk diriku sendiri. Kau manusia tetapi kau jauh lebih tampak seperti malaikat di pandanganku. Dan aku hanya terlihat bagaikan seorang pengemudi yang mabuk sekaligus buta arah. Lebih tepatnya manusia pembangkang, pembangkang yang tersesat. Aku hanya tak dapat membohongi diriku sendiri, dan juga engkau tentunya mama. Walaupun ini pahit. Kau selalu bertanya dan minta jawaban atas segala hal ? aku hanya tak dapat menjawabnya sekarang dan tidak dapat menjawabnya dengan jujur sepenuhnya kepadamu ma. Aku tak ingin kau mendengar jawaban jujurku, aku tak ingin kau menangis dihadapanku. Kau tau pasti aku sulit untuk berbohong. Sulit sekali. Terimakasih mama, yang telah mau melewati masa-masa sulitku, bersama. Terimakasih telah memberikan cahaya kecil nan terang benderang, menerangi kegelapan yang tertutup kulit dan daging pinjaman ini yang suatu saat nanti akan dikembalikan kembali kepadanya dan lenyap menuju tempat asalnya. Sungguh mengerikan. Photo : www.google.com
Emotional Zine
Masih Malu
Tanganku kotor, penuh dosa, bukalah orang
yang baik seperti pandangan polos orang lain saat memandangku. Kau yang tau segalanya, melebih pengetahuanku tentang diriku sendiri. Melebihin diriku mengenali diriku sendiri. Aku terlalu sering melalaikan ibadah kepadamu, jangankan ibadah layaknya sholat, doa pun aku jarang melakukannya. Aku selalu berfikir, bahwa aku terlalu kotor, aku malu beribadah kepadamu, aku malu menyentuh kitab mu yang suci itu. Aku menyadari kitab mu adalah suatu yang tinggi derajatnya, jauh berlipat-lipat dari pada diriku sendri. Buku yang lebih baik dari buku lainnya, penuh dengan sejarah panjang. Aku merasa tanganku belum berhak menyentuhnya, dan terlebih lagi pikiranku, penuh dengan emosi negatif yang tak karuan, sangat belum pantas untuk dapat menyentuh, membaca terlebih lagi melafaskannya ayat-ayatmu dengan tulus dan penuh pikiran jernih dan bersih. Maafkan, diriku Tuhan, sekali lagi aku belum layak untuk menjamahnya. Maaf sekali, aku terlalu selalu mengecewakanmu, Aku tau engkau maha pemurah, lagi maha penyayang yang sebenarnya sangat mengizinkanku untuk ini. Akan tetapi ini sangat sulit, faktor lainnya aku masih egois di dalam pikiranku tentangmu. Entah bagimana dan sampai kapan. Ku berharap, semoga saja perang dingin dengan diriku sendiri ini dapat terselesaikan dengan segera .
Aku hanyalah seorang anak kecil dan engkau adalah orang tuaku. Aku bertindak dengan naluri dan intuisi hewaniku di jalan lain, yang berbeda seperti yang engkau perintahkan dan harapkan. Banyak hal yang tak kuinginkan sebenarnya. Tanpa harus memulai memberitahukanmu, engkau pasti mengetahuinya dan hanya engkau yang tau. Sekali lagi aku tak tau siapa diriku yang sebenarnya, kabut yang berkepanjangan masih belum sedikit pun memudar. Aku tidak dapat mempercayai apa yang aku percayai. Hasrat hewan ini sulit untuk dijinakkan, karena aku rasa kemanusianku meningkat tajam seketika. Kau memberikan pilihan. Aku tak tau harus berbuat apa, hanya tidak tau. Aku disini dan masih saja disini, membatu dalam dangkalnya kolam renang anak yang bau pesing. Mencoba menyabarkan diri dengan hening menunggu dan terus menunggu, sebuah jawaban. Nyatanya aku tidak sabar, aku butuh jawaban sesegera mungkin.
50 _
Litost Zine
issue #01
Sepiring Mie Instan di Villa Khansa Setelah hujan, muncul sore yang tersenyum. Airnya membasahi jalanan Pacet yang menanjak. Jauh dari hiruk pikuk metropolitan membuat hatiku tenang. Aku hanya menghirup udara segar nan sejuk di lantai dua. Tak lupa ditemani sepiring mie instan beserta nasi putih hangat. Ku lahap sampai habis di lantai dua, sungguh nyaman rasanya. Terdengar suara burung berkicau ria dan suara orang penawar villa semakin menambah hasrat tuk tinggal lama disana.
Pepohonan yang rindang nan hijau pun turut menemani soreku. Adem rasanya di mata, otak serasa dingin. Hijaunya tak kan luntur sampai kapanpun, Pacet tak bakal macet. Karena disanalah engkau bisa merasakan ketenangan dari kota Pahlawan.
Usai sudah yang ku santap. Villa
51 _
Khansa, tempat sempurna bagi para pekerja untuk melepas penat ibukota. Tak ada nikmat selain mie instan, bak micin yang mengguyur di ruang mulutku. Serasa dunia fantasi di depan mata. Pulang bukan akhir segalanya, melainkan berakhir dari keindahannya. Selamat tinggal, sampai jumpa Khansa.
by : Cristhoper Rosady 01 - 02
Emotional Zine
Kardus Coklat Seminggu aku menyaksikan pertandingan bulu tangkis antar kampus di kampus yang terkenal di kota pahlawan. Aku bukan penonton yang duduk di tribun, apalagi pemegang raket di lapangan. Aku hanyalah kru di balik layar, seminggu aku berteman dengan kardus coklat yang memiliki nama yang tak asing bagiku. Aku kenal padanya sedari aku kecil, sekarang aku berkumpul dengan tiga teman baru, ada air mineral, teh, dan makanan cepat saji dari negeri paman Sam. Tumpukan kardus selalu menyapaku dari fajar datang hingga fajar pergi, kardus mengajariku bahwa mencari nafkah itu susah. Empat belas kali aku menyantap makanan cepat saji, hingga perut mulai menolak semuanya. Suara-suara manusia di lapangan membuat diriku ingin menyaksikan aksinya, tapi daya hanya bisa mengintip di balik tirai hitam yang menyelimuti dinding di sekitarku. Daku meratap ke kardus coklat dan berkata padanya, mengapa aku terkurung disini bersamamu ?
52 _
Rasanya mencari pundi-pundi Rupiah
tak mudah, kau butuh perjuangan, terkadang perjuanganmu monoton, tetapi liat hasilnya kelak, engkau pasti akan tersenyum. Tujuh hari bertegur sapa dengan kardus coklat, seolah-olah mereka membisu tapi berbisik dalam sanubari "kamu lagi, kamu lagi’’. Manusia ini tak ada bosannya". Hari telah berlalu, engkau semakin berkurang, banyak orang yang membutuhkanmu, karena kau sumber finansial. Terima kasih, dus.
Photo : www.google.com
Litost Zine
Sometimes we are like a tea bags, useful but at the same time drowning and waiting to be thrown away.
53 _
Artwork by Windija Ismail
issue #01
Emotional Zine
ukan b p u t u Pen n a h a s i p r e berarti p Sekali lagi akan kami utarakan, zine ini tercipta dari perasaan yang lumayan dalam, di umur yang sudah dikatakan dewasa ini. Banyak hal yang baru dirasakan, kewajiban yang harus dijalani, teman yang mengurang dan rasa sepi yang kian menggejolak. Orang-orang di kenal yang sudah bersibuk diri dengan urusan-urusan dan tuntutannya masing-masing. Tidak adanya teman untuk dapat ngobrol dalam keintiman emosional. Oleh karena itu zine ini tercipta.
Jangan pedulikan orang-orang yang hanya menghakimi, tanpa dapat memberi arahan-arahan yang tepat dan logis. Dengan emosi-emosi negatif yang disalurkan dalam zine, tidak menjadikannya hal yang buruk. Malah sebaliknya, justru menjadikannya suatu kegiatan yang bernilai positif, yang akan di jual belikan dan diikutsertakan dalam acara, kegiatan, pameran artbook fair dan tenant zinefest yang akan diadakan dalam kurun waktu dekat ini dan yang akan datang.
Benar kami masih anak-anak. Kami belum dewasa, dan tidak ingin menjadi dewasa. Suatu pengelakan yang munafik. Dewasa adalah suatu jebakan, lucunya kata-kata ini berasal dari qoute di baju belakang anak alay berjalan di pinggir jalan yang terlihat saat sedang berada dalam kemacetan. Di umur yang dewasa ini, Banyak kenyataan yang tak disadari oleh kebanyakan orang. Kehidupan yang normal dan datar kuranglah cukup. Zine meringankan beban, sebuah sarana penyaluran pelampiasan diri. Penyemangat diri dan orang lain di luar sana, bahwa mereka tidak sendiri. Kami litost, kami sama dengan kalian. jangan pernah takut dengan pikiran kalian sendiri.
Pada Volume 01 lebih menjurus kepada masalah-masalahnya saja, bagaimana pola berfikir kami dan cara kami memandang (persepsi) kehidupan yang sengsara ini. Setiap orang yang berkontribiusi dalam zine ini memiliki nilainya masing-masing yang berbeda tetapi dalam satu cangkupan transmisi yang mendekati. Pada volume selanjutnya akan lebih teratur dan lebih baik. Ini adalah sebuah spoiler sedikit hehehe.
Dan yang paling terpenting terimakasih untuk yang telah menyempatkan diri untuk berkontribusi dalam zine. Tanpa bantuan dari kalian, Litost zine mungkin tak dapat terselesaikan dengan sebaik ini. Terimakasihh juga untuk yang membeli lalu membaca, melihat-lihat dan tentunya mengapresiasi Litost zine. Litost bukanlah apa-apa, kalian yang memperkuat zine ini menjadi lebih kokoh. Semoga kalian mendapakatkan sensasi-sensasi pengalaman yang menakjubkan layak menonton sebuah film di sebuah bioskop dan tentunya juga semoga memberikan hal yang baik untuk kedepannya. Ciyeellah. Photo : Ian Curtis, Control (2007)
54 _
Zine : 01.
02.
Contributor : 01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
55 _
ZINE
01
01.
M Faathir Fachrozi @mfaathirf mfaathirf@gmail.com
02.
Monique Septia @nxckw nikiwonho@gmail.com
01.
Fairly Apriani @ppppeeeiiiiiiii apriani.fairly@gmail.com
02.
Inka Yulianti https://steller.co/yulink/ yuliantinka@gmail.com
M Alvi Variansyah @alfivariansyah muhammadalfi395@yahoo.com
04.
Ahmedov Windija ahmedovrfq@gmail.com @windija
05.
Hary Fahrizal @haryhoree earthstore93@gmail.com
06.
Christhoper Kelvianto Rosady @ckelviantor kevin.rosady@gmail.com
07.
Dwinda Seto Aryo setoborang@gmail.com
08.
Yoan Diara Yurizka yoandiara95@gmail.com
09.
to Be Continued.....
Anonymous
01 _
lITOST
03.
l
‘’ ítost’’ (bahasa Czech), pengartiannya banyak dan luas. Salah satunya, ‘’ketika seseorang menyadari bahwa banyak hal yang mau atau ingin dilakukan akan tetapi terlihat sangat mustahil, ketika sadar bahwa pernah melakukan suatu kesalahan atau berada di situasi dimana dirinya menyakiti orang lain. Dan juga ketika sedang berada di situasi yang menyedihkan, tidak dapat bertindak banyak. Litost adalah ruang dimana dapat telanjang dalam artian membuka topeng senyuman kosong munafik ini, jujur terhadap apapun. Litost adalah pendengar yang baik melebih seorang teman, ia menerima apapun yang kami ungkapkan hahaha. Maka dari itu semua, kami menyebut ‘’Litost’’ adalah Emosional Zine.
lI TO ST
Publishing :
Peladi Press & Publising . @peladipress . peladi.press@gmail.com