BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Fakta di dunia pendidikan Indonesia saat ini, proses belajar
mengajar sebagai inti dari pendidikan formal di sekolah masih menemui berbagai kendala. Berbagai latarbelakang, motif dan kronologi menjadi faktor-faktor penghambat terjadinya proses belajar mengajar ideal yang interktif, edukatif, inovatif, menantang dan menyenangkan, sebagaimana kebutuhan dalam menjawab tantangan pendidikan dimasa sekarang. Berikut beberapa fenomena nyata yang terjadi dalam proses belajar mengajar di dunia pendidikan.
Sumber : http://roebyarto.multiply.com/journal/item/57?&show_interstitial=1&u= %2Fjournal%2Fitem
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
1
Beberapa kejadian dari berbagai daerah, tersebut memperlihatkan proses belajar mengajar di sekolah masih menekankan pada pendekatan fisik dan tekanan mental yang menyudutkan dan bersifat memvonis siswa. Proses belajar mengajar yang tidak efektif juga dipengaruhi keterbatasan kemampuan dan wawasan guru dalam hal metodik didaktik pengajaran, penguasaan psikologi perkembangan siswa cenderung menjadikan guru melakukan pendekatan kekerasan dalam proses belajar mengajar. Hal ini banyak disoroti dalam pemberitaan dari media massa.
Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2010/08/02/19244692/Kurang.Kreatif.Gur u.Pilih.Kekerasan Fakta ini didukung dengan hasil penelitian dari USAID Amerika serikat berdasarkan hasil penelitian, bahwa kemampuan guru dan dosen
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
2
dalam
mengembangkan
proses
belajar
siswa
untuk
aktif
dalam
pembelajarannya mengajar masih lemah. Hal ini diindikasikan dari metode penyampaian
materi
masih didominasi
dengan metode
ceramah.
Kenyataan ini terjadi pada jenjang pendidikan dasar, menengah hingga pendidikan tinggi di Indonesia.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabeknasional/12/10/04/mbde41-kekerasan-dunia-pendidikan-disebabkanbanyak-faktor
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
3
Fenomena-fenomena tersebut memberikan gambaran kepada kita, bahwa masih rendahnya kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar siswa terutama dalam kegiatan tatap muka yang merupakan interaksi utama antar siswa dan guru inclass. Dalam proses belajar mengajar tatap muka guru masih dominan menggunakan metoda ceramah, yang tingkat keberhasilannya sangat kurang signifikan terhadap keberhasilan dan perubahan perilaku siswa sebagai hasil pendidikan. Beberapa kenyataan dalam proses belajar mengajar diantaranya kegiatan teaching learning yang masih terpusat pada guru, sikap pendidik yang tak acuh dan kurangnya kesadaran guru pada kondisi siswa. Hal ini mengakibatkan guru cenderung bersikap apriori terhadap keberhasilan pembelajaran. Para guru tidak berusaha memahami kondisi yang terjadi pada diri siswa, atau lebih jauh mencari penyebab kesulitan yang dialami siswa dalam belajar. Terkadang pendidik hanya menuntut keberhasilan siswa diakhir pembelajaran, tanpa menghiraukan proses belajar, kondisi dan keadaan siswa yang merupakan bagian dari proses pengalaman belajar yang akan selalu diingat siswa secara permanen. Sikap lain yang sering muncul dalam diri guru, jika terjadi kegagalan dan kesalahan pada proses pembelajaran, pendidik cenderung memilih memberikan hukuman kepada siswa --baik secara langsung maupun tidak langsung--, daripada memberikan advise kepada siswa dan menelusuri kendala utama yang menjadi latar belakang permasalahan dalam pembelajaran siswa. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan bersifat behavioristik dengan memberi tugas tambahan, hukuman dengan
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
4
pendekatan fisik dan mental. Hal ini tidak akan memberikan kontribusi positif dalam penyelesaian permasalahan siswa tanpa adanya diagnosa yang dilakukan guru untuk menanggulangi kegagalan siswa dalam belajar. Padahal, kita sepakat bahwa pendidikan adalah upaya mutlak untuk memperoleh
sumberdaya manusia yang unggul dan berkualitas
bagi suatu bangsa. Pendidikan harus mampu meningkatkan mutu pendidikan generasi muda yang progresif dan komprehensif. Berbagai upaya pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan selama ini telah dilakukan, mulai dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional hingga berbagai kebijakan dan peraturan pemerintah yang disusun dan dikembangkan dalam rangka pengejawantahan pengelolaan pendidikan secara holistik dan sistemis dalam kerangka negara secara menyeluruh. Pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan,
akhlak
mulia,
serta
keterampilan
yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Memaknai pendidikan tidak terlepas dari kegiatan pembelajaran dan proses belajar mengajar. Sehingga belajar menitikberatkan pada suatu proses kegiatan penggalian ilmu yang tidak hanya berorientasi pada hasil atau tujuan belajarnya saja. Belajar bukan hanya bagaimana mengingat, akan tetapi belajar lebih bermakna pada bagaimana proses
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
5
pengalaman penggalian ilmu, dan mengkonfirmasi kebenaran ilmunya, pengulangan dan penguatan hingga terjadi perubahan perilaku yang permanen pada siswa. Hasil belajar dapat diamati berdasarkan indikatorindikator ketercapaian dari proses pembelajarannya. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seorang siswa tampak secara tangible dan eksplisit, dari indikator penguasaan pengetahuan, peningkatan kemampuan psikomotorisnya dan terbentuknya gejala-gejala perubahan perilaku pada siswa yang lebih baik. Proses belajar mengajar seharusnya suatu kegiatan edukatif yang bernilai, interaktif, komunikatif, inovatif menantang dan menyenangkan dalam interaksi antara guru dengan siswa. Proses interaksi edukatif terjadi jika kegiatan belajar mengajar dilakukan mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dengan berbagai metode yang students oriented. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dan sistemik dengan memanfaatkan segala sumberdaya dan bahan pembelajaran dengan menciptakan suasana serta metode relevan untuk kepentingan pengajaran. Dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar, guru seharusnya memperhatikan keragaman potensi siswa dan berusaha menumbuhkan kesadaran siswa pentingnya belajar, sehingga siswa merasa bahwa belajar adalah sebuah kebutuhan. Lebih lanjut, siswa harus dianggap sebagai makhluk yang dinamis, sehingga harus diberi kesempatan untuk menentukan harapan dan tujuan mereka. Sehingga kemampuan guru
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
6
tentang
psikologi
perkembangan
siswa
sangat
dibutuhkan
dalam
peranannya mengenali siswa didiknya secara utuh. Seiring perkembangan dunia dalam teknologi informasi dan komunikasi, paradigma guru seharusnya berubah. Guru bukanlah satusatunya sumber pengetahuan dan orang yang paling serba tahu, serta bukan sebagai pusat pembelajaran. Guru merupakan bagian dari instrumen pembelajaran, disamping sumber bahan ajar, metoda dan kurikulum. Dengan perkembangan teknologi komunikasi dan teknologi siswa bisa mendapat informasi dari berbagai sumber bahan ajar dan literatur elektronis maupun cetak sehingga pembelajaran sekarang harus berpusat pada siswa (students centered). Dengan proses belajar mengajar tidak tergantung pada textbook bahan ajar dan metode –metode pengajarannya hanya tekstual yang bersifat statis. Peran guru sebagai pendidik lebih sebagai penasehat, fasilitator, kolaborator, penunjuk arah, pemberi semangat dan rekan dalam memberi penguatan dari temuan selama proses pembelajaran siswa. Menilik
kondisi
nyata
proses
pendidikan
yang
masih
memprihatinkan ini, harus menjadi perhatian bersama dalam mengurut benang merahnya permasalahan utama dari pendidikan bangsa. makalah ini berusaha menguraikan problematika yang terjadi dalam konteks proses belajar mengajar sebagai bagian dari penyelenggaraan pendidikan formal dalam jenjang pendidikan menengah. Proses belajar mengajar (teaching learning) akan dilihat dari perspektif psikologi, metoda yang relevan bisa
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
7
dikembangkan, realita dan urgensi pelaksanaan Teaching and Learning dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. B.
Fokus Permasalahan Fokus permasalahan dalam kajian ini akan dispesifikan pada
beberapa aspek sebagai berikut ; 1. Hakekat dan filosofi teaching and learning. 2. Urgensi teaching and learning dalam pendidikan. 3. Pendekatan psikologi siswa dalam pengembangan teaching and learning. 4. Teknik-teknik teaching and learning yang efektif dan edukatif (PAIKEM). C.
Tujuan Pembahasan
Makalah ini bertujuan; 1. Menguraikan proses kegiatan belajar mengajar (teaching and learning) sebagai suatu proses pembelajaran yang menyenangkan. 2. Mengidentifikasi
permasalahan-permasalahan
yang
menjadi
kendala utama sehingga terjadi penyimpangan dan kesalahan dalam pendekatan pelaksanaan teaching and learning dalam pembelajaran inclass.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
8
3. Menguraikan Kontribusi metoda dan teknik teaching and learning dalam peningkatan mutu pendidikan siswa.
BAB II PEMBAHASAN
A.
Hakekat dan filosofi Belajar dan Mengajar (Teaching and Learning) Secara etimologi menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata
“Belajar” adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut istilah para ahli, Muhibbin Syah mengatakan “Bahwa belajar adalah tahapan perubahan prilaku siswa yang relatif positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”1. Sedangkan menurut M. Sobry Sutikno, mengartikan
1
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), hl.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
9
“Belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”2. Senada dengan itu, Djamarah,
Syaiful
adalah serangkaian
Bahri,
:2008,
kegiatan
jiwa
mengatakan raga
untuk
bahwa memperoleh
“Belajar suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor”3. Menurut
Cronchbach
dalam
Djamarah,
Syaiful
Bahri,
mengemukakan “Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman”4. Menurut Howard L. Kingskey mengatakan “Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan”5. Dalam The Guidance of Learning Activities W.H. Burton (1984) mengemukakan “Belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu, dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya”6. Kemudian
H.C.
Witherington
dalam
Educational
Psychology menjelaskan “Belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian”7. 2
M. Sobry Sutikno, 2011, hl.3
3
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar. (Jakarta : Rineka Cipta; 2008), hl.
4
ibid Ibid
5 6 7
W.H. Burton, The Guidance of Learning Activities (1984) H.C. Witherington, Educational Psychology
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
10
Selanjutnya menurut Winkel, belajar adalah “Aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap�. Faktor-faktor alamiah pendorong manusia memiliki keinginan untuk belajar diantaranya, pertama adanya dorongan rasa ingin tahu. Kedua, adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya, 3. Segala aktivitas manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri –konsep Abraham Maslow--, 4. Untuk melakukan penyempurnaan dari semua yang telah diketahuinya, 5. Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. 6. Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri. 7. Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan. 8. Untuk mengisi waktu luang. Badan PBB untuk pendidikan dan kebudayaan (UNESCO) mengkategori jenis belajar ke dalam empat pilar. Empat pilar tersebut adalah, 1. Learning to know, bermakna bagaimana belajar, dalam hal ini ada tiga aspek ; apa yang dipelajari, bagaimana caranya dan siapa yang belajar. 2. Learning to do, hal ini dikaitkan dengan dunia kerja, membantu seseorang mampu mempersiapkan diri untuk bekerja mencari nafkah. Sehingga hasil belajar harus dapat mengembangkan keterampilan dan kompetensi untuk berkarya di dunia kerja. 3. Learning to live together, menekankan seseorang yang belajar mampu hidup bersama, memahami orang lain, sejarahnya, budayanya, dan mampu berinteraksi dengan orang
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
11
lain secara harmonis. 4. Learning to be, menekankan belajar pada pengembangan potensi alamiah insani sesuai martabat manusia. Setiap individu didorong untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri. Sehingga mengenali jati diri, memahami kemampuan dan kelemahanya serta kompetensinya dalam membangun pribadi yang utuh. Mengajar merupakan suatu proses transformasi keilmuan dari guru kepada muridnya dengan berbagai cara dan metode yang dapat diterima oleh siswa secara utuh dan menyeluruh. Inti proses mengajar dilakukan dengan kegiatan tatap muka, yang melibatkan interaksi pengajar dan pembelajar dalam hal ini siswa. Maka terjadi eksplorasi, elaborasi, konfirmasi keilmuan yang diberikan secara dua arah. Sehingga akan terjadi penguatan dari keilmuan yang dipelajari siswa. Pengertian mengajar menurut Arifin : 1978 dalam Muhibbin (2010) mendefinisikan
mengajar
sebagai
“....suatu
rangkaian
kegiatan
penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu� 8. Sedangkan Tyson dan Caroll (1970) menyimpulkan mengajar sebagai “......a way working with student... a process of intection...the teacher does something to student; the students do something in return�9. Kegiatan mengajar dalam pendekatan klasik, masih berorientasi pada keaktifan dan berpusat pada guru dalam memberikan informasi. Guru secara aktif menggali potensi dan merangsang siswa dengan
8 9
Muhubbin Syah, Op.Cit., 179 ibid
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
12
berbagai metodik didaktik supaya siswa belajar. Disamping itu, guru juga merupakan pusat informasi dan ilmu bagi siswa, sehingga siswa akan sangat tergantung dengan kompetensi dan kapasitas gurunya. Mengajar harus memiliki tahapan yang terukur, menurut Muhibbin setidaknya ada tiga tahapan dalam mengajar, meliputi ; pertama tahap prainstruksional,
yaitu persiapan sebelum memulai mengajar. Kedua,
tahap instruksional, proses pelaksanaan mengajar. Ketiga tahap evaluasi dan tindaklanjut, yaitu penilaian atas hasil belajar setelah mengikuti pelajaran dan penindaklanjutannya. Seiring perubahan zaman terutama dalam teknologi komunikasi dan informasi, maka terjadi pergesaran makna mengajar. Mengajar sekarang dimaknai sebagai hubungan dua arah transformasi keilmuan antara guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini terjadi salahsatunya diakibatkan karena banjirnya informasi melalui dunia teknologi melalui kemajuan penyebaran informasi dan komunikasi yang sangat pesat. Hal ini berimplikasi pada dunia pendidikan yang memungkinkan proses penangkapan informasi bisa didahului diterima siswa sebelum gurunya. Sehingga terjadilah perubahan paradigma dan pendekatan pendidikan dalam berbagai aspek, mulai dari metodik didaktik, muatan isi pembelajaran hingga dinamika perkembangan keilmuan dalam pendidikan terus berubah secara periodik dan dinamis. Kenyataan perkembangan dunia dalam teknologi informasi dan komunikasi mendorong semua pemangku kepentingan dari lingkup makro,
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
13
messo hingga mikro untuk melakukan terobosan dalam menyajikan pola belajar mengajar yang lebih interaktif dengan siswa. B.
Pembelajaran Secara etimologi, menurut kamus besar bahasa Indonesia,
pengertian “Pembelajaran” adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pengertian
pembelajaran
menurut
istilah
beberapa
ahli
sebagaimana Duffy dan Roehler (1989) mengartikan “Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum”10. Lebih lanjut, Gagne dan Briggs (1979:3) mengartikan instruction atau pembelajaran “adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang,
disusun
sedemikian
rupa
untuk
mempengaruhi
dan
mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal”. Menurut
Winkel
(1991),
pembelajaran
adalah
“Separangkat
tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadia-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa”11. Dalam
pembelajaran
terjadi
pengkondisian
dan
pengaturan
lingkungan belajaran dengan berbagai instrumen pendukung, diantaranya kurikulum, metoda dan sistematika pengajaran, buku dan literatur bahan 10 11
Djamarah, Syaiful Bahri, Op. Cit., 187 Ibid 188
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
14
ajar dan peranan guru secara langsung. Sehingga memungkinkan terjadi proses belajar yang ideal dan proporsional dalam rangka mencapai tujuan belajar sesuai topik pelajaran yang disajikan. Hasil proses pembelajaran tersebut diharapkan dapat melekat secara permanen bagi siswa, baik dalam aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan refleks (psikomotorik) dan perubahan perilaku (afektif)sebagai hasil bertambahnya pemahaman keilmuan siswa. Ketiga aspek tersebut merupakan ciri atau indikator dari hasil belajar. Untuk mencapai keberhasilan pemenuhan tiga indikator tersebut harus ada usaha yang berkesinambungan dan interaksi intensif dalam kegiatan belajar mengajar dengan lingkungan belajar siswa. C.
Urgensi teaching and learning dalam pendidikan Menurut
Robert
M.
Gagne
dalam
Udin
S.Winataputra,
mengemukakan manusia memilki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam belajar yang dikelompokan pada delapan tipe jenis belajar12. Jenis-jenis belajar menurut Gagne sebagai berikut ; 1. Belajar isyarat (signal learning). Contohnya yaitu seorang guru yang memberikan isyarat kepada muridnya yang gaduh dengan bahasa tubuh tangan diangkat kemudian diturunkan. 2. Belajar merangsang ketaggapan (stimulus respon). Contohnya yaitu seorang guru memberikan suatu bentuk pertanyaan atau gambaran tentang sesuatu yang kemudian ditanggapi oleh muridnya.
12
Udin S.Winataputra, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2008), hl. 9 – 11
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
15
3. Belajar merantaikan (chaining). Contohnya yaitu pengajaran tari atau senam yang dari awal membutuhkan proses-proses dan tahapan untuk mencapai tujuannya. 4. Belajar asosiasi verbal (verbal Association). Contohnya yaitu Membuat langkah kerja dari suatu praktek dengan bntuan alat atau objek tertentu.Membuat prosedur dari praktek kayu. 5. Belajar membedakan (discrimination). Contohnya yaitu seorang guru memberikan sebuah bentuk pertanyaan dalam berupa kata-kata atau benda yang mempunyai jawaban yang mempunyai banyak versi tetapi masih dalam satu bagian dalam jawaban yang benar. 6. Belajar konsep (concept learning). Contohnya memahami sebuah prosedur dalam suatu praktek atau juga teori. 7. Belajar dalil (rule learning). Tipe ini merupakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep. Hubungan antara konsep biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat. 8. Belajar memecahkan masalah (problem solving). Contohnya seorang guru memberikan kasus atau permasalahan kepada siswanya untuk memancing otak mereka mencari jawaban penyelesaian masalahnya. Selanjutnya Gagne membuat sistematika jenis belajar dengan mengelompokan hasil belajar yang mempunyai ciri-ciri sama dalam satu rumpun katagori, yaitu ;
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
16
1. Keterampilan intelektual, kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol huruf, angka, kata atau gambar. 2. Informasi verbal, seseorang belajar menyatakan atau menceritakan suatu fakta atau suatu peristiwa secara lisan atau tertulis, termasuk dengan cara menggambar. 3. Strategi kognitif, kemampuan seseorang untuk mengatur proses belajarnya sendiri, mengingat dan berfikir. 4. Keterampilan motorik, seseorang belajar melakukan gerakan secara teratur dalam urutan tertentu (organized motor act). Ciri khas keterampilan motorik adalah otomatism yaitu gerakan berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan luwes. 5. sikap keadaan mental yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan pilihan-pilihan dalam bertindak. Sedangkan menurut Benyamin S. Bloom (1956), seorang ahli pencetus konsep taksonomi belajar yang pengelompokkan tujuan pembelajaran
berdasarkan
domain
atau
kawasan
belajar.
Bloom
Mengkategorikan jenis belajar pada tiga domain belajar yaitu; 1. Kawasan Kognitif (Cognitive Domain). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bias diukur dengan pikiran atau nalar. Yang terdiri dari, ď ś Pengetahuan (Knowledge).
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
17
Pemahaman (Comprehension). Penerapan (Aplication) Penguraian (Analysis). Memadukan (Synthesis). Penilaian (Evaluation). Domain belajar kedua adalah kawasan afektif (Affective Domain). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Yang terdiri dari, Penerimaan (receiving/attending). Sambutan (responding). Penilaian (valuing). Pengorganisasian (organization). Karakterisasi (characterization) Domain
belajar
Ketiga,
merupakan
kawasan
psikomotorik
(Psychomotor Domain). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspekaspek
keterampilan
yang
melibatkan
fungsi
sistem
syaraf
dan
otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari,
D.
•
Kesiapan (set)
•
Meniru (imitation)
•
Membiasakan (habitual)
•
Adaptasi (adaption) Prinsip Belajar dan Mengajar dalam Pembelajaran
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
18
Beberapa prinsip pembelajaran yang dikemukakan Atwi Suparman dengan mengadaptasi pemikiran Fillbeck (1974), sebagai berikut; 1. Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respon yang terjadi sebelumnya. 2. Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda dilingkungan siswa. 3. Perilaku yang timbul oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat akibat menyenangkan. 4. Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula. 5. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah. 6. Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar. 7. Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa. 8. Kebutuhan memecah materi kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dapat dikurangi dengan mewujudkan dalam suatu model. 9. Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar yang lebih sederhana.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
19
10. Belajar akan lebih cepat, efisien, dan menyenangkan bila siswa diberi informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya. 11. Perkembangan dan kecepatan belajar siswa sangat bervariasi, ada yang maju dengan cepat ada yang lebih lambat. 12. Dengan persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar. Sedangkan Gagne (1997) Dalam buku Condition of Learning, mengemukakan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut, 1. Menarik perhatian (gaining attention), hal yang menimbulkan minat siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks. 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives), memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai mengikuti pelajaran. 3. Mengingatkan konsep / prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning), merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi baru. 4.
Menyampaikan
materi
pelajaran
(presenting
the
stimulus),
menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
20
5.
Memberikan
bimbingan
belajar
(providing
learner
guidance),
memberikan pertanyaan-pertanyaan yamng membimbing proses/alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik. 6. Memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance), siswa diminta
untuk
menunjukkan
apa
yang
telah
dipelajari
atau
penguasaannya terhadap materi. 7. Memberikan balikan (providing feedback), memberitahu seberapa jauh ketepatan performance siswa. 8. Menilai hasil belajar (assessing performance), memberitahukan tugas untuk mengetahui penguasaan tujuan pembelajaran. 9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer). Merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan
memberikan
rangkuman,
mengadakan
review
atau
mempraktekkan apa yang telah dipelajari. E.
Pemahaman Psikologi Siswa dalam Pengembangan Teaching and Learning. Peranan psikologi dalam teaching and learning yaitu, memahami
posisi siswa sebagai pelajar, memahami prinsip dan teori pembelajaran, memilih metode-metode pengajaran, menetapkan tujuan pembelajaran, menciptakan
situasi
pembelajaran
yang
kondusif,
memilih
dan
menetapkan isi pengajaran, membantu siswa menghadapi kesulitan dalam pembelajaran, memilih alat bantu pengajaran, menilai hasil pembelajaran, memahami dan membimbing kepribadian siswa.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
21
Aspek-Aspek Psikologis Dalam Proses Teaching and Learning Perilaku belajar siswa dalam psikologi pendidikan, diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungan. Dalam hubungannya dengan proses belajar, yang harus dikenali oleh para pengajar adalah metakognisi dan persepsi sosial-psikologis pelajar. Metakognisi adalah pengetahuan seorang individu terhadap proses dan hasil belajar yang terjadi dalam dirinya serta hal-hal lain yang terkait. Hal ini berarti bahwa agar proses belajar dapat berlangsung secara efektif, maka pelajar seharusnya mampu mengenal proses dan hasil yang terjadi dalam dirinya. Untuk itu para pengajar hendaknya mampu mengenali dan membantu siswanya. Sedangkan yang dimaksud dengan persepsi sosiopsikologis adalah sampai seberapa jauh pelajar mempersepsi proses belajar yang berlangsung beserta situasi-situasi yang berpengaruh. Perilaku hasil proses belajar mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Para
pengajar
diharapkan
mampu
mengakomodir
ketercapaian aspek-aspek perubahan perilaku ini dalam perencanaan kegiatan belajar-mengajar, dan mengembangkannya setelah kegiatan belajar berakhir. Pada akhirnya proses belajar-mengajar diharapkan mampu menghasilkan manusia-manusia yang mempunyai karakteristik
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
22
sebagai 1) pribadi yang mandiri, 2) pelajar yang efektif, 3) pekerja yang produktif, 4) anggota masyarakat yang baik. Perilaku mengajar guru dituntut harus mampu mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar menjadi perilaku belajar yang efektif dalam diri siswa. Guru juga dituntut untuk menciptakan situasi balajar-mengajar yang kondusif. Guru tidak terbatas sebagai pengajar dalam arti penyampai pengetahuan, tetapi lebih dari itu sebagai perancang pengajaran, manajer pengajaran, dan pengevaluasi hasil belajar, dalam mewujudkan perilaku mengajar secara tepat. Perwujudan perilaku guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar akan nampak pada interaksi antar keduanya. Dalam interaksi ini terjadi proses saling mempengaruhi sehingga terjadi perubahan perilaku pada diri pelajar dalam bentuk tercapainya hasil belajar. Sekurangkurangnya ada tiga hal dalam interaksi pelajar-pengajar yaitu proses belaja, metode mengajar, dan pola-pola interaksi. Pendekatan psikologi dalam pendidikan terdapat empat aliran, yaitu behaviorisme, humanisme, konstruktivisme dan cognitivisme. aliran Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan psikologi pendidikan yang didasari pada keyakinan bahwa anak dapat dibentuk sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang lain yang membentuknya. Sehingga perilaku akan diperoleh individu setelah melakukan interaksi dengan lingkungan yang telah dikondisikan.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
23
Penerapan Teori Behaviorisme dalam pembelajaran berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pembelajaran yang menitikberatkan pada refleks organ tubuh dalam konteks keterampilan. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik ini dengan model hubungan stimulus responnya, memposisikan pembelajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement / penguatan dalam bentuk hukuman. Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam kegiatan pembelajaran tergantung pada beberapa hal, seperti tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran
yang
dirancang
sesuai teori
behaviorisme memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau siswa. Fungsi mind
atau
pikiran adalah
untuk menjiplak struktur
pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
24
yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh siswa. Metode kemampuan
behaviorisme ini yang
sangat
membutuhkan
praktek
cocok dan
untuk
perolehan
pembiasaan
yang
mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, merakit mesin, mereparasi alat, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi pujian. Pandangan konstruktivisme.
psikologi Teori
ini
dalam
pendidikan
berpandangan
bahwa
kedua
adalah
untuk
meraih
pengetahuan, maka siswalah yang harus aktif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri yang dibimbing dan ditunjukan oleh guru dalam pencapaian ilmu. Secara filosifis, teori konstruktivisme adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan. Oleh karena itu, Slavin (2009) mengatakan bahwa proses belajar dan pembelajaran siswa harus terlibat aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas. Teori ini merupakan dasar dari pola pendidikan demokratis yang dikembangkan sekarang. Teori psikologi pendidikan ketiga dalah teori kognitivisme, yang pada hakikatnya menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
25
manusia memahami berbagai pengalamannya, sehingga mengandung makna bagi pembelajar. Teori kognitivisme menekankan pada struktur ingatan
dan pengetahuan atau skemata terhadap proses penerimaan,
pemerosesan, penyimpanan, pemanggilan kembali informasi yang telah ada di dalam skemata atau tidak dapat memanggil kembali skemata yang telah ada di pusat memori atau yang disebut lupa. Teori kognitivisme meyakini bahwa belajar adalah hasil dari usaha individu dalam memaknai pengalaman-pengalamannya yang berkaitan dengan dunia disekitarnya. Oleh sebab itu, belajar dipandang sebagai proses yang melibatkan individu secara aktif dan seluruh kemampuan mental yang digunakan secara optimal. Apa yang dipelajari individu sangat tergantung dari apa yang telah diketahuinya, dengan demikian pengetahuan yang ada di dalam skemata atau struktur pengetahuan yang tersimpan
di
dalam
memori
menjadi
dasar
untuk
mempelajari
pengetahuan yang baru. Pendekatan psikologi keempat adalah teori humanistik, yang tujuannya adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami prilaku balajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatannya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
26
manusia yang unik dan mambantu dalam mawujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Teori belajar humanistic sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian-kajian psikologi belajar. Teori humanistic sangat mementingkan yang dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apabadanya, seperti yang selama ini di kaji oleh teori-teori belajar lainnya.
F.
Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan (PAIKEM)
Inovatif
Kreatif
Edukatif
Usaha membelajarkan siswa disesuaikan dengan gaya belajar dan perkembangan mental, fisik dan psikis siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, yang dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan model. Model pembelajaran harus dipilih yang paling tepat sesuai karakteristik materi dan sesuai dengan situasi dan kondisi proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas. Maka dari itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat harus memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi yang sedang dialami guru.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
27
F.1. Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAIKEM PAIKEM menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi.
Pembelajaran
berbasis
kompetensi
adalah
proses
pembelajaran yang dilakukan dengan berorientasi pada pencapaian kompetensi siswa, yang bertujuan menjadikan siswa kompeten, yang dapat diukur dalam aspek pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Prinsip pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi sebagai berikut: a. Berpusat pada siswa agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Siswa menjadi subjek pembelajar sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran dominan. Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang, media dan waktu bagi siswa yang cukup untuk belajar secara aktif dalam mencapai kompetensinya. b. Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) tercapai secara utuh meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. c. Pembelajaran dilakukan dengan melihat keunikan yang dimiliki individual setiap siswa. Karena siswa memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu guru perlu memetakan dalam memberi pelayanan khusus kepada tiap siswa agar dapat mencapai hasil belajar secara optimal. d. Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus dengan menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning), sehingga mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Guru harus memfasilitasi siswa
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
28
yang belum tuntas dengan meberikan repeating berupa layanan remedial, sedangkan bagi siswa yang telah mencapai taraf ketuntasan harus
diberikan
layanan
pengayaan
atau
melanjutkan
pada
pencapaian kompetensi selanjutnya. e. Pembelajaran didesain dalam konsep pemecahan masalah (trouble solving), sehingga siswa diasah menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu guru perlu mendesain indikator pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan nyata di masyarakat. Siswa dilatih berpikir kritis dengan kecakapan nalar secara teratur dan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian solusi ilmiah. f.
Pembelajaran berbasis kompetensi dilakukan dengan multi strategi dan multimedia artinya menggunakan berbagai prosedur dan alat yang relevan dalam memberikan pengalaman belajar yang beragam.
F.2. Karakteristik Pembelajaran PAIKEM PAIKEM merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka makna, aktivitas, pengalaman dan kemandirian siswa, serta konteks kehidupan dan lingkungan ini memiliki empat ciri yaitu: mengalami, komunikasi, interaksi dan refleksi. 1. Mengalami,
sebagai
pengalaman
belajar,
berupa
melakukan
pengamatan, percobaan, penyelidikan, wawancara, sehingga siswa
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
29
belajar banyak melalui berbuat, pengalaman langsung mengaktifkan berbagai indera dalam mendapatkan pengetahuan empiris. 2. Komunikasi, yang terbentuk berupa kemampuan mengemukakan pendapat, presentasi dan mempertahankan argumen, pelaporan dan mempublish hasil kerja. 3. Interaksi, bentuknya berupa diskusi, tanya jawab, lempar tangkap pertanyaan yang memungkinkan terjadi koreksi kesalahan makna, menguatkan makna yang terbangun, dan meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. 4. Kegiatan Refleksi, yaitu mereviu ulang segala pemahaman dan langkah kerja yang dilakukan dalam pembelajaran, sehingga terjadi koreksi dan konfirmasi yang selanjutnya dikuatkan oleh guru sebagai narasumber dalam pembelajaran. F.3. Praktik Penerapan PAIKEM Sebagai model dalam pencapaian kompetensi, kegiatan PAIKEM perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga memperoleh hasil maksimal. Berdasarkan panduan penyusunan KTSP (KTSP), kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah standar, beban belajarnya dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan bahwa satu jam pelajaran tingkat SMA/SMK terdiri dari 45 menit, SMP terdiri dari 40 menit, dan untuk SD terdiri dari 35 menit
tatap muka untuk Tugas
Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur. Dalam hal ini guru
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
30
perlu mendesain kegiatan pembelajaran tatap muka, tugas terstruktur dan kegiatan mandiri. 1. Kegiatan Tatap Muka Untuk kegiatan tatap muka dilakukan dengan strategi bervariasi baik ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya jawab, atau simulasi. 2. Kegiatan Tugas Terstruktur Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemandirian belajar siswa, sedangkan peran guru sebagai fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan adalah diskoveri inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang digunakan seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi kajian pustaka atau internet dan simulasi. 3. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah diskovery inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
31
F.4. Bentuk-Bentuk Model Pembelajaran yang berorientasi PAIKEM Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) menyatakan terdapat empat kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Penggunaan istilah model pembelajaran sering diidentikkan dengan strategi pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masingmasing istilah tersebut divisualisasikan sebagaimana gambar berikut;
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
32
Gambar Hubungan antara pendekatan, strategi, motode, teknik, taknik pembelajaran dalam bingkai PAIKEM
Berikut beberapa contoh model pembelajaran dari sekian banyak model yang dapat dijadikan alternatif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran ini hanya membahas konteks pengertian, rasional serta prinsip sintaks /prosedur pelaksanaannya. Selanjutnya dapat dimodifikasi disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi di kelas. F.4.1. Kooperatif (CL, Cooperative Learning). Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)
pengetahuan,
pengalaman,
tugas
dan
tanggung
jawab.
Pembelajaran kooperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, sebagai inteksi sosial dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing
individu.
Sehingga
model
pembelajaran
kooperatif
merupakan kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
33
Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompakpartisipatif), maka tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (aspek kemampuan, gender, dan karakter). Tugas guru melakukan kontrol dan memfasilitasi kemudian meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. F.4.2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning) Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan berupa apersepsi (sikap ramah, terbuka, negosiatif), pertanyaan terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling). Sehingga akan muncul urgensi dan manfaat dari materi yang akan disajkan guru kepada siswa. Motivasi belajar siswa akan muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret terhadap pelajaran. Diharapkan suasana pembelajaran menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah bertumpu pada aktivitas siswa. Guru mendorong siswa yag melakukan dan mengalami sendiri, proses belajar secara menyeluruh dengan tidak hanya menonton dan mencatat pelajaran saja. Terdapat
delapan
indikator
pembelajaran
kontekstual
yang
membedakan dengan model lainnya, yaitu pertama modeling, yaitu pemusatan
perhatian,
motivasi,
penyampaian
tujuan
kompetensi,
pengarahan petunjuk, rambu-rambu dan contoh. Kedua questioning yaitu kegiatan
eksplorasi,
membimbing,
menuntun,
mengarahkan,
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
34
mengembangkan,
evaluasi,
inkuiri,
generalisasi.
Ketiga,
learning
community yaitu seluruh siswa didorong berpartisipasi dalam belajar kelompok atau individual. Keempat minds-on, yaitu siswa didorong mencoba, mengerjakan suatu kasus. Kelima inquiry yaitu proses identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan nilai/ makna dari objek yang dipelajari. Keenam constructivism yaitu membangun pemahaman sendiri, merekonstruksi konsep aturan, analisissintesis. Ketujuh reflection yaitu kegiatan mereviu, merangkuman, melakukan tindak lanjut. Kedelapan authentic assessment yaitu proses penilaian
selama
kegiatan
dan
sesudah
pembelajaran
dilakukan.
Penilaian ini dilakukan dalam setiap aktvitas siswa, penilaian berupa portofolio, penilaian lain dari berbagai aspek dan berbagai caranya. F.4.3. Realistik (RME, Realistic Mathematics Education) Metoda ini dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided reinvention dalam mengkontruksi konsep aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal yang berupa tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan untuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik. Dan vertikal yaitu reorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengembangan matematika. Prinsip metoda ini adalah aktivitas konstruktivism, diantaranya realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukaninformal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
35
(keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan). F.4.4. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning) Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir kritis dan mendalam. Kondisi yang harus tetap dipelihara adalah suasana kondusif,
terbuka,
negosiasi,
demokratis,
suasana
nyaman
dan
menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaboratif (analisis),
interpretasi,
induktif,
identifikasi,
investigasi,
eksplorasi,
konjektur, sintesis, generalisasi dan inkuiri. Dalam metode ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Problem solving adalah
proses
mencari
atau
menemukan
cara
penyelesaiannya
(menemukan pola, aturan, atau algoritma). Alur kegiatannya, sajikan permasalah proses belajar yang sesuai kriteria, siswa berkelompok atau individual, mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifikasi, mengeksplorasi, menginvestigasi, menduga, dan pada akhirnya menemukan solusi dari permasalahan objek belajar.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
36
F.4.5. SAVI (Somatic Auditory Visualization Intellectualy) Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI kependekan dari Somatic Auditory Visualization Intellectualy. Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik), dimana belajar dengan mengalami dan melakukan. Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamatan, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakan nalar,
menyelidiki,
mengidentifikasi,
menemukan,
mencipta,
mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. F.4.6. Permain berkelompok (TGT; Teams Games Tournament) Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, beri tugas tiap kelompok. Setiap kelompok bekerjasama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok. Suasana diskuisi didesain nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan, posisi guru bersikap terbuka, ramah, lembut, santun. Kegiatan diselingi dengan candaan. Kemudian tiap kelompok menyajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
37
Sintak metode ini sebagai berikut, pertama buatlah kelompok siswa heterogen 4 orang orang kemudian berikan informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan kelompoknya. Kedua, siapkan meja turnamen secukupnya, misal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-sekian ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu
adalah
hasil
kesepakatan
kelompok.
Ketiga,
selanjutnya
pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu. Siswa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan /gelar, misal ; superior, very good, good, medium dan seterusnya. Pada turnamen kedua dan seterusnya, dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi. Siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama. Setelah selesai turnamen, hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
38
F.4.7. Jigsaw Model pembeajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan urutan metode pelaksanaan, diawali dengan pengarahan informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahasa bagian tertentu, tiap kelompok bahan belajarnya sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal, pelaksanaan tutorial pada kelompok asal oleh anggotan kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi. F.4.8. Mencari Pasangan (Make a Match) Model pembelajaran ini merupakan teknik menjodohkan antara pertanyaan dan jawaban yang dibuat secara terpisah. Langkah-langkah sintaks yang dapat ditempuh pada model ini adalah sebagai berikut, 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk seri review, satu bagian kartu soal dan satu bagian lagi untuk jawaban. 2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu 3. Tiap siswa memikirkan soal/jawaban yang terdapat di dalam kartu yang mereka pegang 4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
39
5. Setiap
siswa
yang
dapat
mencocokkan
kartunya
dengan
pasangannya diberi poin 6. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya 7. Guru menyimpulkan, memberi penguatan dan evaluasi. F.4.9. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Model Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan metakognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama dan cermat. Sintaks model kegiatan ini diawali dengan Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, kemudian Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabanya. Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (catatbahas bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang secara menyeluruh. F.4.10. Model Artikulasi Model pembelajaran artikulasi dapat dilakukan dengan langkah berikut, 1. Guru menyampaikan tujuan yang hendak dicapai 2. Guru menyajikan materi pembelajaran sebagaimana biasa 3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok dua orang
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
40
4. Guru menugaskan kepada salah seorang dari pasangan itu untuk menceritakan kembali materi yang baru diterima dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga yang dilakukan oleh kelompok lain 5. Siswa secara bergantian / acak untuk menyampai hasil wawancaranya dengan teman pasangannya (berganti pasangan). 6. Guru mengulangi / menjelasakan kembali materi yang belum dipahamni siswa 7. Guru melakukan konfirmasi dan penguatan 8. Guru bersama siswa menyimpulan 9. Melaksanakan evaluasi sebagai feedback proses pembelajaran. F.4.11. DLPS (Double Loop Problem Solving) DPLS adalah variasi dari model pembelajaran dengan pemecahan masalah yang penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanjutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap / kesenjangan yang menyebabkan munculnya masalah tersebut. Sintak model ini adalah diawali dengan identifkasi, deteksi kausal, solusi tentatif, pertimbangan solusi, analisis kausal, deteksi kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah penyelesaian masalah dengan
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
41
menuliskan
pernyataan
masalah
awal,
mengelompokkan
gejala,
menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasi kausal, imoplementasi solusi, identifikasi kausal utama, menemukan pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama. F.4.12. Debate Debat adalah model pembalajaran dengan urutan metode siswa menjadi dua kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya biola perlu. F.4.13. Bermain peran (Role Playing) Model pembelajaran merupakan konsep bermain peran yang dilakukan siswa sesuai
scenario pembelajaranyang disusun siswa.
kelompok siswa lainnya membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, kemudian dipresentasikan dan didiskusikan antar kelompok. Langkahlangkah sintaks model ini sebagai berikut, 1. Guru menyusun sekenario yang akan ditampilkan. 2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario beberapa hari sebelum proses KBM berlangsung. 3. Waktu pelaksanaan guru menunjuk siswa berkelompok
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
42
4. Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran. 5. Guru memanggil siswa yang sudah ditunjuk untuk melaksanakan skenario yang sudah dipersiapkan. 6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, sambil memperhatikan dan mengamati skenario yang sedang diperagakan. 7. masing-masing kelompok diberi lembar kerja untuk membahas lakon yang dilakukan teman pemeran 8. Tiap kelompok berdiskusi dan menyampaikan hasil kesimpulan 9. Guru memberikan kesimpulan dan penguatan materi 10. Guru mengadakan evaluasi pembelajaran dan penutup F.4.14. Talking Stick Model pembelajaran ini diawali dengan guru menyiapkan sajian materi pokok, siswa mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, selanjutnya guru membimbing dalam menyimpulkan, melaksanakan refleksi dan evaluasi ketercapaian pembelajaran. Sintak model ini secara detail dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut, 1. Guru menyiapkan sebuah tongkat
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
43
2. Guru menyiapkan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
membaca
dan
mempelajari materi pada buku pegangannya 3. Guru mempersilahkan siswa menutup bukunya 4. Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salahsatu siswa, kemudian memberikan pertanyaan dan harus dijawab oleh siswa tersebut kemudian tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan pertanyaan yang berbeda dan demikian seterusnya sampai sebagaian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan. 5. Guru memberikan penekanan, konfirmasi dan kesimpulan. 6. Langkah penutup guru mengadakan evaluasi sebagai feedback. F.4.15. Demonstrasi (Demonstration) Model pembelajaran ini khusus untuk materi yang memerlukan peragaan media atau eksperimen atau praktik. Langkahnya dimulai dari penyampaian informasi kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk siswa atau kelompok untuk mendemonstrasikan bagian peragaan, dikusi kelas, penyimpulan dan evaluasi, refleksi. F.4.16. Quantum Menganalogikan pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
44
quantum adalah semua berbicara bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi quantum adalah tumbuhkan minat dengan AMBak, alami dengan dunia realitas siswa, namai buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasi komunikasi, ulangi dengan tanya jawab latihan dengan rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan senyum tawa ramah. Rumus quantum fisika adalah E = mc 2, dengan E = energi yang diartikan sukses, m = massa yaitu potensi diri (akal-rasa-fisik-religi), c = communication, optimalkan komunikasi dengan aktivitas optimal. Hakekatnya model teknik pembelajaran tidak ada yang sempurna secara soliter atau tunggal. Melainkan teknik model pembelajaran yang Model-model
pembelajaran
ini
bersifat
universal,
sehingga
dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran segala jenjang pendidikan yang sesuai dengan usia siswanya. Pembelajaran sempurna adalah merupakan gabungan dari modelmodel yang dikombinasikan sesuai situasi dan kondisi realita serta karakteristik materi pelajaran yang disampaikan. Sehingga model pembelajaran saling mendukung satu sama lainnya. Maka dari itu guru harus menguasai berbagai model pembelajaran yang variatif, bisa menyajikan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, edukatif dan menyenangkan bagi siswanya, dengan harapan tujuan pembelajaran tersampaikan dengan diterima secara utuh dan menyeluruh.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
45
BAB III PEMBAHASAN KAJIAN
A. Peranan Metoda dan Teknik Teaching and Learning dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Siswa. Kegiatan belajar mengajar (teaching and learning) merupakan kegiatan inti dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan harus didesain sedemikian rupa dengan memperhitungkan berbagai aspek. Aspek pertimbangan pertama, seorang guru harus bisa mengukur kompleksitas dan daya dukung materi yang dimiliki dengan kemampuan siswa yang direpresentasikan dari row material input siswa. Aspek kedua, guru harus mampu menguasai psikologi siswa, mulai dari
perkembangan
kejiwaan
yang
berkembang,
diharapkan
bisa
mengantisipasi kendala dan resistensi yang mungkin terjadi dalam proses pembelajaran. Guru juga dituntut mengenal latar belakang keluarga dan masyarakat
tempat
tumbuh
kembang
siswanya,
sehingga
bisa
diidentifikasi kecenderungan watak dan sikap yang dimiliki siswa. Aspek ketiga, guru harus menguasai berbagai metode dan model pembelajaran yang bervariasi sesuai karakteristik materi / Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang disampaikan kepada siswa.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
46
Kemampuan
metodik
pedagogik
tersebut
disesuaikan
dengan
perkembangan mental, pengetahuan dan fisik siswa. Aspek keempat, guru harus menguasai kompetensi utama yang diampu sebagai bagian dari kemampuan profesional guru sesuai disiplin keilmuan yang dikuasainya. Berdasarkan empat aspek tersebut, setiap guru harus bisa mengembangkan metode dan model pembelajaran berdasarkan bidang garapan, konteks materi dan karakteristik siswa yang dihadapi. Model teaching and learning
harus mampu menyajikan proses pembelajaran
yang disenangi dan dinantikan siswa dalam penerimaan materi. Suasana pembelajaran yang menyenangkan akan lebih berhasil daripada kondisi yang tertekan, menjemukan dan statis. Model-model teaching learning bervariatif yang dikuasai guru diharapkan
menciptakan
nuansa
baru
dalam
setiap
pertemuan
pembelajaran. Sehingga siswa akan selalu semangat dan segar. Berdasarkan fakta empiris siswa yang hanya mendengarkan materi tingkat keberhasilan belajarnya lebih rendah dibanding pembelajaran yang didukung dengan melihat peraga visual dan suara. Selanjutnya, siswa akan lebih berhasil dalam menerima materi jika dilakukan dengan melaksanakan
praktik
secara
langsung
mengenai
materi
yang
disampaikan dengan melibatkan berbagai peraga dan media. Sehingga dalam proses pembelajaran siswa memfungsikan berbagai inderainderanya, akan mengakibatkan penguatan pemahaman dan konfirmasi
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
47
keilmuan yang lebih tegas dan mendalam. Proses pembelajaran yang interaktif dengan melibatkan semua indera dengan tuntunan dan penguatan dari guru sebagai narasumber, akan menciptakan konstruk berpikir yang tertanam secara kuat dan lebih permanen dalam pikiran siswa. Perkembangan dunia ICT –Information Communication Technology — telah mendorong terjadinya perubahan model-model pembelajaran dengan berbagai variannya. Dalam konteks pendidikan hal ini akan membantu guru dan praktisi pendidikan dalam mengembangkan metode pedagogis dan model pendekatan pembelajaran yang lebih interaktif, atraktif
dan
menyenangkan.
Penggunaan
media
elektronis
akan
merangsang kreatifitas siswa dalam belajar. Sehingga tidak ada alasan bagi guru dalam mengembangkan media dan konsep pembelajaran yang bervariatif. Pendekatan yang menekankan pada kontak fisik dan tekanan mental dengan tujuan untuk merubah perilaku dan pemahaman siswa, dalam perkembangan paradigma pendidikan sekarang sudah tidak relevan. Tingkat kepekaan siswa dan orangtua masyarakat yang tinggi mengenai hak azasi manusia menjadikan guru harus mampu menahan dan membatasi diri dalam pendekatan-pendekatan fisik. Seiring terbukanya informasi dan kesetaraan hak yang merupakan bagian kampanye hak azasi manusia, dunia pendidikan dalam hal ini guru harus
mampu
menciptakan
pola
pendekatan
pembelajaran
yang
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
48
humanistis dan demokratis. Dalam pola ini, siswa digiring berfikir secara dewasa dengan memberi berbagai pemahaman dan pandangan sosial mengenai nilai dan norma
---nilai agama, sosial, sopan santun dan
hukum adat— sehingga secara alamiah siswa tumbuh kesadaran / awareness mengenai tugas peran dan fungsinya sebagai warga pembelajar. Masuknya nilai-nilai hak azasi dan peranan perlindungan anak yang dijamin undang-undang, menjadi celah masuknya hukum positif dalam lingkungan pendidikan. Sehingga sekarang guru memungkinkan dituntut secara hukum jika melakukan tindakan fisik dan mental yang bertentangan dengan hukum pidana. Hal ini disatu sisi memberikan dampak positif dalam menekan tindak kekerasan di sekolah, dilain pihak membawa dampak yang kurang relevan dengan dunia pendidikan. Karena bagaimanapun proses pendidikan merupakan hubungan fathernal –antara anak dan orang tua dalam hal ini guru--, sehingga ditakutkan hal ini akan membelenggu
guru
dalam
proses
pembinaan,
pembelajaran
dan
pendidikan secara teknis –tentu bukan pendekatan kekerasan--. Guru terkesan takut jika melakukan tindakan pencegahan dan treatment dalam proses pembinaan di sekolah, sehingga terkesan menjaga diri. Keadaan ini diartikan sebagai pembiaran oleh siswa, sehingga mereka cenderung abai dengan tata nilai yang telah ditetapkan disekolah.
Disinyalir
fenomena
ini
memberi
kontribusi
terhadap
berkembangnya tingkat kenakalan remaja dan kekerasan antar pelajar. Meski hal ini membutuhkan pembuktian secara ilmiah.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
49
Orientasi baru psikologi dalam pendidikan ini diharapkan mampu menemutunjukan kembali arah pendidikan. Guru diarahkan mampu menemukan strategi dan model pembelajaran dan pendekatan dalam pembinaan terhadap siswa. Seiring demokratisasi pendidikan, maka pola pendidikan harus lebih menekankan pada konstruktivisme dan humanis dalam membangun pembelajaran yang demokratis di sekolah.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
50
BAB IV PENUTUP KESIMPULAN
A. Saran Pelaksanaan teaching and learning / proses belajar mengajar merupakan proses inti dalam pendidikan di sekolah baik secara makna inclass maupun interaksi antar guru dan murid secara umum di sekolah. Maka dari itu, guru harus memperhatikan aspek psikologi dari anak, psikologi pendidikan yang dikembangkan pada jenjang pendidikan dan pendekatan model pembelajaran yang tepat dalam penyampaian materi pelajaran. Dalam psikologi pendidikan terdapat empat pendekatan, yaitu behavioristik, melaksanakan Penggunaan
konstruktivism, pembelajaran pendekatan
humanisme dan
dan
pembinaan
disesuaikan
dengan
cognitivisme bagi
peserta
jenjang
dalam didik.
pendidikan,
perkembangan psikologi, kesiapan mental dan fisik peserta didik. Setiap pendekatan pesikologi pendidikan memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga dalam praktiknya dunia pendidikan memungkinkan mengkolaborasikan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan dengan kebutuhan ditiap jenjang dan segmen pendidikan.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
51
B. Rekomendasi Berdasarkan pembahasan teaching and learning, maka pendidikan harus ; 1. Proses pembelajaran harus mengedepankan humanisme dan menghindarkan kekerasan dalam pembelajaran dan pembinaan siswa. 2. Guru harus memiliki khasanah yang luas mengenai metode dan model
pembelajaran
yang
bervariatif,
sehingga
akan
menumbuhkan suasana baru bagi siswa dalam belajar. 3. Guru harus menguasai ilmu perkembangan psikologis peserta didiknya, sesuai jenjang pendidikan lembaga pendidikan – untuk SD, SMP, SLTA, Perguruan Tinggi--. 4. Guru
harus
mampu
mengadaptasi
perkembangan
teknologi
informasi dan komunikasi (TIK), sehingga bisa meng-update kompetensi profesionalnya dan keterampilan didaktik metodik pembelajaran. 5. Seiring perkembangan TIK, model pembelajaran harus sudah bergeser pada model pembelajaran interaktif, kreatif, inovatif berbasis multimedia, sehingga menumbuhkan antusiasme siswa dalam belajar sehingga lebih menyenangkan.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
52
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Erman Suherman, M.Pd. http://pkab.wordpress.com/2008/04/29/model-
belajar-dan-pembelajaran-berorientasi-kompetensi-siswa/
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________
53