Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBAR | r e d a k s i
Majalah Mimbar Untan Diterbitkan Oleh Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Tanjungpura Pontianak Pelindung Rektor Universitas Tanjungpura Pembina Pembantu Rektor III Pengarah Kabag. Kemahasiswaan Ketua Umum Rahmanita Sekretaris Umum Eka Setiawati Bendahara Umum Ellia Marliany Divisi PSDM Sri Pujiyani (Ketua), Vita DJ, Erma PS, Novi RM (Staf) Divisi Litbang Syf Ratih KD (Ketua), Siti Aminah (Staf) Divisi Penerbitan Agustinah (Ketua), Tri Mulyaningsih (Staf) Divisi Penyiaran Wanty Eka Jayanti (Ketua), Odilo Tarigasa (staf) Divisi Perusahaan Nining Agustini (Ketua) Pemimpin Redaksi Sri Pujiyani Sekretaris Redaksi Rahmanita Editor Dedy Armayadi, Nina Soraya, Heriyanto, Deman Huri G. Artistik Ujang, Iswandii Reporter Rahmanita, Eka Setiawati, Agustinah, Sri Pujiyani, Syf Ratih Komala Dewi Fotografer Eka, Is, Tina Alamat Redaksi Jl Daya Nasional Gedung MKDU Untan, Hp : 085245008044 e-mail : lpm_untan@yahoo.com gelora_lpmu@yahoo.co.id Percetakan Artha Grafistama, Jl. Pahlawan No. 20 Telp.(0561) 765000-766000 (Isi diluar tanggung jawab penerbit).
KEREDAKSIAN ini telah seperti lautan. Perjalanan yang kami tempuh panjang dan berliku. Semangat juangnya-pun pasang-surut. Sering terjadi benturan gelombang yang menghempas idealisme kami. Namun sangat dalam artinya bagi pendewasaan kami. Alhamdulillah ”laut” ini akhirnya bermuara pada terbitnya majalah Mimbar Untan edisi 5 ini. Perjalanan kami takkan mudah tanpa pertolongan Allah SWT, dukungan orang-orang yang terlibat didalamnya juga semangat yang masih membara pada diri rekan-rekan. Telah meresap dalam pada hati kami pentingnya bekerjasama walau itu bukan tanggung jawabnya. Karena ketika kecewa datang, kita dapat berbagi derita dan semangat. Saat dilanda kebingungan, kita dapat saling bertukar pikiran.Walau krisis percaya diri menyerang, kita dapat saling menutupi. Karenanya kata maaf yang tak seberapa ini, mohon diterima dengan lapang dada. Semoga majalah Mimbar Untan masih mendapat tempat spesial di hati sobat muda sobat mahasiswa. Pada edisi kali ini, liputan utama kami mengendus kondisi dunia pariwisata Kalbar, terkait visit indonesia years yang gencar didentumkan pemerintah. Jelas teringat, tatkala hujan tak menyurutkan semangat kami mengeroyok satu nara sumber dengan pertanyaan bertubi tentang Tugu Khatulistiwa sebagai Ikon Kalbar. Lain hal dengan Lapsus, walau sendirian mengurusi rubrik ini. Informasi tentang TKI dikupas habis olehnya. Kewalahan pemerintah mengatasi TKI turut kami paparkan. Kami juga coba membandingkan agen TKI resmi dan Illegal. Lain rubrik, lain pula ceritanya. Di kampus, kajian tantang UU BHP baik dari segi pertimbangan pejabat perguruan tinggi maupun mahasiswa yang sampai detik ini tetap lantang berteriak ”Tolak BHP!” pada hari pendidikan 2 Mei lalu. Adapula cerita tentang rencana pembangunan PLTU gambut yang sampai saat ini belum selesai perdebatannya ditengah pengurusan izin AMDAL. Mari kita rasakan bersama duka pengungsi yang akhirnya sukses menganyam di Pontianak lewat tulisan kami. Di edisi kali ini kami spesialkan untuk para wanita yang memperingati hari Kartini. Disini terdapat beragam ulasan tentang dunia wanita. Dari wanita karir hingga ibu-ibu rumah tangga yang berjasa besar bagi negara tanpa diperhatikan hak-haknya. Sampai disini dulu cuap-cuap kami. Ruang terbatas euy! Pasti pembaca tak sabar lagi menikmati setiap halaman majalah ini. Sampai jumpa lagi di edisi selanjutnya. Salam Pers Mahasiswa! [] Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
3
MIMBAR | i s i
ew alahan atasi P emerintah K Kew ewalahan masalah TKI ............................ 32
Duduk Satu Meja Bedahi Pariwisata ........................... 10 Bila pemerintah pusat memiliki Visit Indonesia 2008, maka pemda Kalbar tak ingin ketinggalan dengan menggaungkan Kalbar Tourism 2010. Seluruh pemerintah kabupaten dan kota diminta tak sekedar diam tapi menunjukkan aksi demi menyongsong kesuksesan program tersebut. Seperti halnya yang telah dimulai oleh seluruh insan pariwisata dan pemerintah di Kota Pontianak. Banyak pembenahan yang perlu dilakukan demi menyongsong gaung tersebut.
Mimbar Kampus ..................... 44 Pengesahan Undangundang Badan Hukum Pendidikan(BHP), merupakan hasil negosiasi lembaga internasional IMF dan Bank Dunia dengan pemerintah Indonesia.Ini merupakan intervensi lembaga asing terhadap sistem pendidikan Indonesia
Desain Co Covv er : Si Is Foto : Si Is Tema Co Covv er : Tugu Khatulistiwa, Ikon Pariwisata yang Terabaikan
4
Penyelundupan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) lewat agen tidak resmi (calo) makin marak. Panjangnya mata rantai importasi ini membuat pemerintah kewalahan mengatasi TKI illegal. Hal ini disebabkan calo’ enggan bekerja sama dengan pemerintah.
Mimbar Sorotan ......................... 22 Rencana Pemerintah dalam membangun sumber energi tenaga uap dari gambut sebaiknya dikaji ulang, jangan sampai kita salah melangkah dan menyebabkan banyaknya kerugian yang muncul setelah itu. Tentunya kita tidak ingin tujuan ini akan menjadi bomerang bagi kita kelak.
Mimbar Humaniora .................. 50 Perempauan dan laki-laki yang single parrent sama. Namun posisi perempuan ada pengkotak-kotakan dan stigma sosial yang membebaninya. Misalnya masalah pekerjaan, perempuan sering mendapat diskriminasi upah dan rentan dilecehkan.
Mimbar Pembaca .............................. 6 Mimbar Opini ................................. 7 Mimbar Utama ................................. 10 Mimbar Sorotan ............................... 22 Mimbar Lingkungan .........................26 Mimbar Khusus ................................ 32 Mimbar Selingan .............................. 36 Mimbar Realita ................................ 40 Mimbar Refleksi.................................44 Mimbar Tokoh .................................. 45 Mimbar Kampus ................................48 Mimbar Humaniora ..........................54 Mimbar Resensi ................................ 57 Mimbar Sastra ....................................60 Mimbar Budaya ..................................62 Mimbar Cerpen ................................ .68 Mimbar Inspirasi.................................72 Mimbar KIRI......................................73
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBAR | e d i t o r i a l
Orientasi Murni Tak Halalkan Segala Cara M ewujudkan sebuah mimpi bukan hal yang mudah. Perlu kerja keras dan dorongan dari orang lain. Ada mimpi yang hanya tinggal mimpi tanpa ingin di kejar. Tak jarang gagal meraih mimpi membuat frustasi. Tapi banyak mimpi yang bisa dicapai sambil menyunggingkan senyum kepuasan dengan bangga. Menggapai mimpi merupakan tindakan yang benar. Lalu apakah mimpi yang di targetkan telah di upayakan dengan cara yang be-nar?. Ujian Nasional (UN) telah lewat. Peserta ujian tentu punya mimpi lulus dari sekolahnya kini dan diterima di sekolah yang lebih tinggi. Harusnya mimpi itu di ubah menjadi orientasi yang lebih murni. Semurni-murninya tujuan mengikuti UN adalah semata-mata untuk meningkatkan kecerdasan. Lewat ujian kita dapat mengetahui kemampuan kita dan tahu dimana harus memperbaiki diri. Bukan mengejar nilai. Jika ingin nilai saja, tak jarang di peroleh dengan kecurangan. Mengenai kecurangan saat UN. Harian lokal di pontianak juga telah ajarkan caranya. Di rubrik Tecno, halaman 14, kolom satu, edisi minggu, 26 april 2009 berjudul �Nyontek Mudah ala GSM Pen�. Artikel ini jelas orientasinya keuntungan bagi pembuat produk dan media yang memampangnya. Bukan orientasi murni yang tak lepas dari pengaruh buruk. Keduanya telah memperbesar kesempatan generasi muda berbuat curang. Entah akan jadi apa negara setelah generasi muda yang banyak kesempatan melakukan perbuatan curang ini memimpin bangsa. Tambah miskin. Tambah sulit. Tambah bobrok. Mungkin akan jadi senjata makan tuan. Hanya Tuhan yang tahu. Kasus lainnya datang dari caleg gagal asal Sungai Raya. Ia tega membongkar atap Yayasan Pemadam Kebakaran Bakti Raya yang telah di sumbangkannya. Untuk mencari simpati rakyat, ia menghalalkan segala cara. Walau-pun tidak ikhlas ia tetap memberikan atap pada yayasan. Jelas orientasinya bukan untuk berbagi. Tapi mengharapkan pamrih sebesar-besarnya. Hal ini nyatanya merupakan aplikasi dari teori
Nicolo Machiavelli “Het doel heiling de middelen�, segala cara sah hukumnya untuk dilakukan asalkan tujuan bisa diraih. Uang atau modal besar diperlakukan jadi alat mencip-takan cara, as a tool of social engineering, meramu dan mereka-yasa masyarakat, tatanan, ke-kuasaan atau melahirkan strategi yang tepat untuk mewujudkan ambisi, tanpa perlu memperhitungkan bahwa strategi yang di-gunakan akan memakan korban. Curang adalah jalan yang nista. Satu kecurangan, niscaya melahirkan kecurangan yang lain. Orang yang sibuk mengejar mimpi dengan kecurangan, tidak akan pernah puas bahkan bersyukur. Karena mereka tahu sesukses-suksesnya mereka menggapai mimpi dengan kecurangan, posisi mereka tetap tidak akan bertahan lama. Kaum pemilik modal besar kini telah berkiblat pada Machiavelisme, untuk mendapatkan modal besar cara permisif seperti impor sampah golongan B3-pun di upayakan. Kaum ini menghilangkan keberdayaan hukum, apa dan siapa yang menghalanginya akan segera di-binasakan dan dijadikan bidakbidak kepentingan untuk memperoleh tahta dan harta bergengsi. Bahkan mental birokrat dapat di ubahnya menjadi kleptokrat dengan mudah. Jangan tanya kemana perginya keadilan. Jika masih punya idealisme pintar-pintarlah memetakan manusia dalam dunia birokrat itu, mungkin masih ada yang putih diantara bayak oknum hitam dan abu-abu. Atas pernyataan diatas kita jangan takut, kejahatan Homo Homini Lupus tersebut dapat kita berantas bersama, asal masih berkomitmen untuk merekons-truksi peradabannya dengan basis ketuhanan. Intelektualitas wajib membuktikan kesejatian cinta dengan watak adiluhung berkomitmen kemanusiaan. Bersatu kita teguh. Jangan mau kalah atas perlakuaan bak di hutan rimba, karena manusia adalah makhluk sempurna dengan pikiran dan nurani. Bukan budak nafsu layaknya binatang.[]
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
5
MIMBAR | p e m b a c a
KKM FKIP Ngadat‌! TERIMA kasih kepada Mimbar Untan yang telah sudi memuat surat ini. Saya adalah mahasiswa FKIP non reguler angkatan 2005, biasanya mahasiswa non reguler KKM di kampus saja, akhir semester 7 kami KKM dengan jadwal yang sudah ditentukan dengan agenda membuat lapangan Tree in one, dimana lapangan tersebut terdapat 3 fungsi, yaitu lapangan futsal, lapangan volly dan lapangan bulu tangkis. Namun entah mengapa jadwal yang sudah ditentukan ternyata tidak sesuai. Kami yang sudah diberi jadwal selama 1 bulan berlalu sudah. Hanya tinggal mahasiswa yang bekerja dan memilih jadwal agak lama. Namun sampai saat ini, yang saya lihat tidak ada perubahan sama sekali. Apa yang terjadi, seolah lapangan tersebut dicuekan begitu saja, saya juga tidak tahu siapa yang bertanggung jawab akan hal ini. Apakah uang yang tersisa tidak cukup, atau tidak ada pengawas yang benar-benar memperhatikan hal ini. Berkenaan dengan ini saya mohon ada perubahan yang signifikan, dimana uang yang tersisa juga puluhan juta? Dan tolong dong lebih diperhatikan pengawasan terhadap mahasiswa lain yang mengambil jadwal lebih lama dari kami. Yang saya lihat mereka tidak bekerja sama sekali. tn_nazalah@yahoo.com
Layanan Akademik Tak Bisa Diakses dari Jauh ASSALAMUALIAKUM, Terima kasih kepada redaksi yang bersedia memuat keluhan saya. Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, kita dituntut untuk selalu tahu akan perkembangan yang ada dengan mudah dan cepat. Di Untan misaknya, gembargembor akademik online dimunculkan untuk memudahkan mahasiswa. Mulai dari nilai, beasiswa, daftar pengambilan matakuliah, sampai internet gratis di sekitar UPT Puskom. Namun saya agak kecewa dengan layanan akademik yang tidak bisa di akses dari rumah. Saya harus tiap saat ke UPT Puskom atau layanan internet di kampus untuk memantau perkembangan nilai saya. Apalagi untuk memasukan mata kuliah tidak bisa dilakukan dalam sekali, karena dosen mata kuliah tidak serentak memberikan nilai kepada mahasiswanya. Saya hanya mengharapkan layanan akademik ini dapat diakses dimana saja dan kapan saja. Apalagi saya berasal dari luar kota Pontianak. cjolie@gmail.com 6
Bursa Anggrek yang Tak Terawat TERIMA kasih kepada Miun yang telah memberikan ruang kepada saya. Saya adalah seorang yang sangat mencintai anggrek. Apalagi di Kalimantan ini banyak spesies langka dari anggrek. Saya semula sangat senang dengan adanya taman anggrek Untan. Dan sering pula diadakan pameran anggrek yang melengkapi koleksi saya. Namun sekarang ini, bursa anggrek tersebut tidak lagi tampak indah. Hanya bangunan-bangunan yang tidak terawat dan diabaikan Kiranya pihak untan dapat memperhatikan masalah ini. Sangat sayang jika tempat yang sudah dibangun dengan biaya mahal tidak dimanfaatkan Mahasiswa Untan 05
Fasilitas Tak Terpelihara TERIMA kasih saya ucapkan kepada LPMU yang telah memuat surat ini. Pertama-tama saya ucapkan selamat ulang tahun ke–50 kepada universitas Tanjungpura. Semoga semakin dapat meningkatkan mutu dan pelayanan kepada mahasiswa. Saya mahasiswa Pertanian yang ingin memberitahukan atas kurang terpeliharanya fasilitas perkuliahan di Fakultas Pertanian. Khususnya saya prihatin dengan Laboratorium komputernya. Dari yang saya lihat Labkom tidak begitu terawat, atapnya sudah bocor, dan jumlah komputernya juga terbatas. Besar harapan saya pihak universitas dapat lebih memperhatikannya. Agar labkom dapat berfungsi sebagai media informasi bagi mahasiswa. Lebih kurangnya saya ucapkan terimakasih. Mahasiswa Pertanian ‘06
Celoteh Bang Miun Tugu Khatulistiwa yang merupakan aset wisata Kota Pontianak kurang terawat. Itu Pariwisata yang dekat pusat kota, kalau yang jauh ... berlumpur. Banyak yang demo RUU BHP, namun UU tetap ditetapkan. Daripada tidak sama sekali. Rencana Pemerintah dalam membangun sumber energi tenaga uap dari gambut perlu dikaji ulang. Sampai bencana datang dan menghukum kita, barulah kita sadar bahwa uang tidak bisa dimakan.
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
Tabik
MIMBAR | o p i n i
Antara Teriakan Para Demosntran dan Tim Kampanye Parpol Indonesia merupakan negara yang memiliki tindakan yang menuju ke arah positif dan keanekaragaman dari berbagai multi-kultur membela hak rakyat atau mereka yang kehidupan masyarakat yang berbeda-beda merasa tertindas, tetapi hal ini justru malah pola dalam menerima proses untuk menjadi tempat pencarian beberapa berperilaku terhadap persoalan yang ada kesalahan mereka untuk melakukan tindakan sekarang ini. yang selalu dianggap benar, namun menjadi Sudah barang tentu menjadi sebuah krusial dengan merusak citra pribadi pada pertanyaan bagi kita semua, mengenai keposisi mereka walaupun hal itu selalu benar. anehan yang ada di Indonesia akhir-akhir ini, Dilihat dari realita kenyataan Penulis: baik pada tingkat elit bawah sampai pada demonstransi dilapangan menunjukkan Rudilamsyah Alumni: tingkat elit atas dengan adanya perbedaan bahwa dengan jumlah yang sedikit atau dapat Fekon Untan, 2001 dalam pemikiran terhadap suasana atau dihitung dengan jari ini, mereka dapat Aktivitas: Sekretaris bersifat berubah. Kenapa hal ini menjadi mengejutkan dan mematahkan semangat Eksekutif Nuansa penasaran, misalnya kita melihat perilaku pertahanan pihak keamanan yang cukup Alam Mantan Ketua DKC terhadap para sang demonstrasi dengan para besar dan mengundang perhatian dikalangan Kota Pontianak tim kampanye partai. masyarakat Indonesia serta bisa Gerakan Pramuka Apa yang menyebabkan adanya permengganggu fasilitas kepentingan umum. Mantan Anggota IMM bedaan antara dua gerakan ini. Di mana untuk Dengan jumlah yang cukup relatif pada gerakan sang demonstran yang dilakukan saat melakukan demonstrasi tidak menjadi oleh para mahasiswa, kaum buruh, kaum petani dan ketakutan bagi mereka dan ini menjadikan mereka pada masyarakat miskin untuk melakukan sebuah bertambah berani, kuat dan dengan rasa penuh percaya keinginan akan perubahan pada : diri untuk melakukan sebagian dari orang-orang yang 1 . Sistem ketatanan pemerintahan atau de- benar dalam menyatakan pendapat terhadap pihak yang mokrasi, merasa bersalah atau tidak memiliki rasa tanggung2. Dengan melakukan perubahan pada hal-hal jawab terhadap apa yang meraka lakukan kepada sang yang kurang berkenan di hati, pencari kebenaran. 3. Menyangkut masalah korupsi, kolusi dan Tidak ubahnya sang demonstrasi ini, selalu untuk nepotisme terhadap instansi pemerintah maupun berteriak dan memanggilkan kepada sebuah proses instansi swasta, untuk melakukan pertanyaan yang besar maupun kecil 4. Menuntut atas hak-hak kebijakan kehidupan terhadap pihak-pihak yang merasa dirinya melakukan yang berhubungan dengan kenaikan gaji (Honor), kejanggalan dalam memberikan solusi dan adanya 5 . Perampasan hak-hak mereka yang tidak sesuai kelalaian pada janji mereka terhadap yang telah dengan perjanjiannya terhadap apa yang pernah diberikan pembicaraan dalam bentuk tertulis ataupun mereka ucapkan. secara lisan. Masih banyak yang belum dituntaskan secara teratur Sedangkan para sang tim kampanye partai politik terhadap tuntutan dan apa yang menjadi keinginan melakukam demonstrasinya hampir mendekati pola mereka yang belum terealisasikan dengan benar atau para sang demonstran untuk melakukan gerakanselesainya hanya ditengah jalan saja. Lebih anehnya lagi gerakan dalam memberikan keseriusan terhadap rakyat ketika mereka melakukan aksi demonstrasi selalu tidak yang penuh dengan rasa percaya diri, rasa kecintaan mendapat bantuan atau ditopang dengan adanya dana terhadap partai dan menanggapi tingkat antusias dari yang besar dan dana yang mereka peroleh dari kantong orasinya para elit politik yang hanya mementingkan pribadinya masing-masing untuk biaya proses aksinya kepribadian sementara untuk mencapai kekuasaan. ataupun mereka rela menahan lapar dan haus demi Dengan pola yang sangat indah semua elemen menunjukkan jati dirinya bahwa mereka benar-benar masyarakat merasa terhanyut dengan visi - misi para teranianya atau dibohongi. Sehingga menjadi fenomena sang tim kampanye terhadap masyarakat saat ini, baik pada masyarakat kita untuk melakukan tindakan- berupa : Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
7
MIMBAR | o p i n i 1 . Turunnya harga barang sesuai dengan ketentuan, 2. Terbukti dengan turunnya harga BBM, 3. Memberikan keringanan terhadap rakyat miskin berupa BLT, 4. Memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan secara gratis, dan 5 . Mengurangi penggangguarn dari pekerjaan. Dan masih banyak lagi janji-janji para sang tim kampanye PARPOL yang akan disampaikan pada saat memberikan orasinya kepada rakyat Indonesia. Isi dari setiap orasi kampanye itu selalu mengenai tingkat keberhasilan dalam mengelola dan membangun pemerintah terhadap kebijakan-kebijakan yang mereka lakukan pada masa pemerintahan, baik itu di tingkat pusat sampai di tingkat jajaran yang kecil. Anehnya lagi, sang tim kampanye pandai memberikan dan membujuk rakyat untuk ikut serta dan andil dalam proses kampanye nanti. Tim kampanye berusaha untuk mengajak dan memberikan keyakinan kepada mereka agar turun pada saat kampanye, sehingga masyarakat terhanyut dengan pemberian pada bentuk baju, pembagian sembako murah dan diisukan dengan kedatangan artis ibukota yang terkenal. Namun hal ini, akan menjadi dilema bagi bangsa Indonesia karena setiap tim kampanye telah membawa dampak yang negatif pada saat diikut sertakannya anak-anak yang masih dibawah umur atau balita dan para sang tim penghibur partai politik melakukan gerakan erotis terhadap anak-anak dan hebohnya lagi para sang massa pengikut kampanye diberikan kebebasan dalam melakukan hal yang tidak layak dimata masyarakat Indonesia secara umum. Para tim kampanye boleh saja melakukan rasa kebanggaan atau merasa hebat atas ramainya atau banyaknya para pendukung dan simpatisan partai yang datang saat kampanye. Tetapi yang menjadi pertanyaan, apakah hal ini yang positif bagi pendidikan partai politik terhadap janji-janji mereka atau sampai sejauh mana para massa pendukung partai politik mendengar janji-janji atau hanya datang untuk melihat tontonan para sang penghibur partai saja...? Kalau kita tinjau secara signifikan, bahwa perbedaan antara sang para demonstrasi dengan sang tim kampanye parpol adalah dengan jumlah masa sang demontransi dapat dihitung dengan jari dibanding sang tim kampanye parpol dan tim kampanye parpol menggunakan dana yang sangat besar dibandingkan dengan sang para demonstran, sementara untuk tingkat kriminalitas pada sang tim kampanye parpol cukup tinggi dibanding dengan sang para demonstrasi. Sehingga dengan adanya keadaan yang menunjukkan bahwa pada setiap melakukan proses perubahan yang ada di Indonesia sekarang, tentunya akan membawa dampak yang tidak baik ke arah yang positif, baik saat 8
ini maupun dimasa yang akan datang. Marilah kita bersama-sama untuk membangun dan mewujudkan Bangsa Indonesia ke arah yang terdepan dan menjadi contoh tauladan dinegara lainnya. Saatnya anda untuk memikirkan mana yang lebih baik pada gerakan sang para demonstrasi atau gerakan sang para tim kampanye parpol, tentunya kembali pada diri anda lagi untuk memikirkan negara kita ini yang tercinta... []
Dedy Armayadi M. Zuni Irawan Azwar Aini Sulastri
Kadiv Penerbitan 2003-2004 Kadiv Perusahaan 2002-2003 Staf Divisi PSDM 2005-2006 Bendahara Umum 2005-2006
Selamat Berkecimpung di Dunia yang bukan Mahasiswa Lagi
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
Tertanda Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Tanjungpura
Duduk Satu Meja Bedahi Pariwisata Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
9
MIMBAR | U t a m a
D
alam coffee morning yang digagas Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Sabtu (28/3), di Grand Mahkota Pontianak, seluruh insan pariwisata seperti PHRI, MPI, HPI, Asita, Kocak, bersama pemerintah duduk bersama membedah pemanfaatan potensi dalam kota untuk dijual ke luar. Wakil Walikota Pontianak, Paryadi, menyatakan keseriusan pemerintah untuk menyukseskan Kalbar Tourism 2010 dengan memulai pada Visit Pontianak 2010. Dengan memanfaatkan moment hari jadi Kota Pontianak untuk menyelenggarakan Festival sebulanan guna menarik wisatawan masuk kemari. “Festival sebulanan tadi akan diisi dengan banyak acara. Dan diharapkan seluruh hotel, restoran, dan pusat perbelanjaan guna semakin menarik minat wisatawan dengan memberikan potongan harga. Kita harapkan dengan begini Pontianak tidak sekedar dikenal dengan kulminasi tapi juga ada Bulan Oktober yang bisa mengundang mereka,” sampainya. Dia berpendapat, Pontianak adalah pintu gerbang masuk ke seluruh potensi wisata di Kalbar. Maka, pintu gerbang pun harus ditata. Meski mengakui pemkot menyediakan anggaran cukup minim namun dia mengharapkan semua elemen, baik stakeholder maupun masyarakat berkomitmen memajukan pariwisata. Promosi obyek wisata juga merupakan aspek terpenting dalam meningkatkan kepariwisataan di Pontianak. Menurut Alex, perwakilan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kalbar perlu adanya promosi yang bisa menarik wisatawan asing dan domestik untuk berkunjung ke Pontianak, bukan promosi yang asal-asalan. “Saya berharap, untuk promosi kedepannya lebih ditonjolkan kekhasan daerahnya. Termasuk seluruh hotel,restoran, dan cafe mema-
10
Duduk Satu Bedahi Pariw Gelar Festival Sebulanan Sambut Bila pemerintah pusat memiliki Visit Indonesia 2008, maka pemda Kalbar tak ingin ketinggalan dengan menggaungkan Kalbar Tourism 2010. Seluruh pemerintah kabupaten dan kota diminta tak sekedar diam tapi menunjukkan aksi demi menyongsong kesuksesan program tersebut. Seperti halnya yang telah dimulai oleh seluruh insan pariwisata dan pemerintah di kota Pontianak.
WISATAWAN domestik ini tengah menunggu rekannya untuk pulang. Jumlah Pengun tahunnya. Salah satu tujuan kunjungan yaitu Tugu Khatulistiwa (Equator monument) yan
Oleh Eka Setiawati sang gambar tentang objek wisata di Kalbar. Lalu dalam event yang mereka gelar tetap memberikan ruang pada kesenian daerah seperti taEdisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
rian,” jabarnya lagi. Dukungan ini ditunjukkan General Manager Grand Mahkota, Agus Widiasmoro yang mengatakan hotel bintang empat di Kalbar ini sangat menyetujui konsep tersebut. Dengan
MIMBAR | U t a m a
u Meja wisata Kalbar Tourism 2010
MIUN/SIIS
njung yang datang ke Kalbar bertambah setiap ng terletak di Siantan, Pontianak Utara.
mengandalkan tamu di hotelnya yang hampir 80 persen adalah dari luar. “Tidak masalah bila nanti kami juga diminta memberikan harga khusus kepada mereka. Ini sebagai
bentuk dukungan memajukan pariwisata juga yang pastinya memiliki multiflier effect yang tinggi,” katanya kepada Miun. Harapan senada disampaikan oleh Ketua PHRI Kota Pontianak, Yuliardi Qamal, yang mengatakan dengan pertemuan tersebut dan dibentuknya Forum Komunikasi Pariwisata Kota Pontianak, kedepannya kota ini memiliki kalender wisata. Dengan demikian tidak hanya mengandalkan gawe titik kulminasi untuk dijual kepada tamu. “Karena kita pikirkan manfaatnya banyak bila pariwisata maju. Industri perhotelan berkembang pesat karena tingkat hunian yang meningkat dan restoran serta rumah makan dibanjiri konsumen. Dan biasanya wisatawan itu selalu pulang dengan membawa oleh-oleh. Pastinya industri kerajinan dan pembuatan makanan untuk oleholeh ini juga kecipratan manfaat tadi,” urainya. Sementara saat ditemui Ketua Asosiasi Travel Agent (Asita) Kalbar, Hefni AS menuturkan mereka ada untuk berdagang pada konsumen atau pada wisatawan tersebut. Mereka mengeluhkan selama ini untuk Kota Pontianak hampir tidak banyak pilihan untuk tujuan wisata lagi. Pilihan hanya tugu khatulistiwa, keraton, museum, atau pun wisata sampan. “Kadang kita malu juga bila tempat-tempat tadi tidak tertata bagus. Maka kita harapkan dengan forum bersama ini , mari kita benahi,” ungkapnya. Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
Negara Malaysia Brunei Fhilipina Singapura Jepang Taiwan India Hongkong Kanada Korea Selatan Australia Amerika Inggris Belanda Rusia Jerman Swedia Italy RRC Turkey Banglades Belgia Afrika Selatan Prancis Austria New Zealand Denmark Saudi Arabia Costarika Thailand Myanmar Viatnam Timor Timur Scotlandia Switzerland Total
Jumlah Pengunjung 2311 223 38 111 104 46 14 103 73 113 94 163 49 67 8 71 22 13 345 6 5 5 7 8 8 10 8 4 3 6 5 12 17 4 3 4079
Sumber : Unit Pelaksanaan Teknis Daerah Tugu Khatulistiwa Pontianak
Masyarakat juga berperan besar, adanya sadar wisata dari masyarakat setempat. Keramahan dari masyarakat yang bisa membuat kenyamanan bagi wisatawan merupakan aspek yang terpenting Menurut Ketua Masyarakat Pariwisata (MPI) Kalbar, Martias, mengatakan perlu ada keseriusan dari pemegang kebijakan dalam meningkatkan sektor wisata, bukan sekedar wacana saja. Memang sudah ada tindakan yang nyata dari pemerintah, namun dirasakan belum maksimal.”Masyarakat juga berperan besar, adanya sadar wisata dari masyarakat setempat. Keramahan dari masyarakat yang bisa membuat kenyamanan dari wisatawan merupakan aspek yang terpenting,” tegasnya. [] 11
MIMBAR | U t a m a
Tidak Susah Menambah Daya Tarik Tugu Khatulistiwa Pontianak merupakan Ibu Kota Propinsi Kalimantan Barat. Bila menyebut Pontianak, tentu saja yang terlintas dipikiran adalah Kota yang dilewati garis Khatulistiwa, garis khayal yang membelah bumi menjadi dua bagian yaitu bagian Utara dan Selatan. Oleh Eka Setiawati ugu Khatulistiwa dibangun untuk menandai bahwa Pontianak adalah Kota Khatulistiwa. Tugu yang merupakan ikon pariwisata Pontianak ini seharusnya mempunyai nilai jual yang tinggi dari yang ada sekarang. Kurangnya keseriusan dalam pengelolaan Tugu Khatulistiwa oleh Pemerintah Kota dan Dinas-dinas yang terkait menyebabkan tugu terkesan biasa-biasa saja. Ketidakseriusan ini dapat dilihat dari tempat parkir yang tidak jelas, namun karena pengunjung yang datang hanya sedikit, jadi hal ini tidak menjadi masalah. Selain itu juga, pengelola tidak menyiapkan tempat sampah, sehingga pengunjung membuang sampah disembarang tempat. Bahkan, sarang burung sriti juga menghiasi bagian atas Tugu Khatulistiwa. Kalau dilihat dari tugu yang dulu dengan sekarang, memang sedikit ada perbedaan, namun proses pembangunannya terkesan sangat lamban. Padahal Tugu mempunyai potensi yang besar dalam menarik wi-
T
12
MIUN/EKA
PENGUNJUNG yang sedang melihat hasil kerajinan tangan khas Kalimantan Barat pada perayaan Titik Kulminasi di Pontianak (21-23/3).
satawan mancanegara ke Indonesia, apalagi menjelang Kalbar Tourism 2010. Kurangnya perhatian menyebabkan tugu dirawat dengan apa adanya, kurangnya sarana dan prasarana yang memadai sehingga tugu terkesan biasa-biasa saja dan tidak memiliki fasilitas yang mendukung untuk membuat orang betah berlama-lama dikawasan itu. Pembangunan tugu diakui Zulkifli selaku Kepala Seksi Pemasaran Pariwisata Kota Pontianak masih jauh dari sempurna, dan masih belum bisa dikatakan objek wisata. Namun, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pontianak sedang mengusahakan pengembangan kawasan tugu. Usaha ini diantaranya akan membangun Sundial (jam matahari) tertinggi di dunia. Setelah Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
pembangunan Sundial direalisasikan, Zulkifli berharap, Tugu Khatulistiwa dapat dijadikan tujuan utama wisata, dan dapat meningkatkan daya tarik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke Pontianak. Pemerintah Kota Pontianak sekarang memang sedang mengupayakan mengembangkan area tugu menjadi tempat tujuan wisata yang utama. Dengan adanya rencana untuk membangun Sundial tertinggi di dunia dan Planetarium. Pemerintah ingin menjadikan Tugu menjadi sarana rekreasi dan wisata pendidikan. Selain itu, untuk menambah daya tarik wisatawan berkunjung, pemerintah setempat juga berencana untuk membuat tempat penginapan, toko, dan kafe. Namun ini
MIMBAR | U t a m a
semua menjadi tidak mudah karena memerlukan biaya yang tidak sedikit ditambah lagi dengan masalah pembebasan lahan yang masih belum selesai. Menurut Heri Adha Sunarso, Selaku Ketua UPTD Tugu Khatulistiwa Pemerintah Kota Pontianak, untuk pengembangan tugu memang sudah direncanakan, namun hal ini terkendala dengan kawasan yang masih menyatu dengan lahan milik Komando Resor Militer (Korem) 121/ABW. Heri menambahkan, Pemerintah Kota sudah melakukan koordinasi dengan pihak yang terkait, bahkan pemerintah pusat juga membantu dalam masalah ini. Selain itu, kendala dalam pengembangan tugu itu sendiri, juga karena tugu berhimpitan dengan jalan Arteri Primer, sehingga kurang strategis dalam pengembangan kawasan. Tugu Khatulistiwa memang kalah megah dengan Menara Eiffel di Paris, atau tugu Monas di Jakarta. Namun, daya tarik Tugu bukan terletak pada sisi komersialnya, tetapi justru dilihat dari penataan agar serasi dengan alam dan kelestarian sungai kapuas. Keanekaragaman suku dan budaya juga merupakan keunikan dan kekhasan tersendiri yang bisa menarik wisatawan asing. Selain keanekaragaman suku dan budaya, peristiwa Kulminasi juga merupakan daya tarik bagi wisatawan asing. Peristiwa yang terjadi dua kali dalam setahun yaitu pada tanggal 21-23 Maret (Cancer Equinox) dan 21-23 September (Capricorn Equinox). Menariknya, dalam peristiwa kulminasi, bayangan tugu dan benda-benda lainnya akan hilang dalam beberapa saat. Peristiwa Kulminasi merupakan peristiwa yang ditunggu-tunggu wisatawan asing yang ingin menyaksikan secara langsung peristiwa kulminasi, hal ini merupakan kesempatan yang baik untuk mengenalkan Pontianak, dan keunikan budaya yang dimilikinya. Biasanya, Peme-
MIUN/EKA
SEORANG pelaku seni menunjukkan kebolehan dalam membuat sketsa wajah dalam perayaan Titik Kulminasi di Tugu Khatulistiwa Pontianak.
rintah Kota Pontianak menyiapkan acara khusus untuk merayakan Peristiwa Kulminasi, dan mengundang tamu dari luar negeri. Jika potensi yang ada dikelola dengan serius, banyak pihak yang diuntungkan. Antusias yang tinggi dari wisatawan yang berkunjung untuk menyaksikan peristiwa kulminasi merupakan kesempatan emas bagi Pemerintah Kota. Banyak pihak yang diuntungkan, tidak hanya berpengaruh terhadap pendapatan daerah, tetapi juga bagi masyarakat sekitar. Masyarakat bisa memperkenalkan budaya yang mereka miliki, kerajinan tangan dan karya seni, keunikan dan keindahan alam, serta pelayanan yang baik dan keramahan. Alangkah baiknya jika, apa yang sudah ada dimanfaatkan dengan sebaiknya, sarana dan prasarana yang memadai agar wisatawan yang berkunjung bisa merasa betah tinggal berlama-lama untuk menikmati keindahan alam disekitar tugu Khatulistiwa "Kesiapan pemerintah dan masyarakat serta pedagang di daerahdaerah wisata sangat besar pengaruhnya dalam menjaga kebersihan dan kenyamanan pengunjung," ungkap Martias, Ketua Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI) KalimanEdisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
tan Barat. Menurutnya, selama ini upaya yang dilakukan pemerintah, tingkat daerah dan kota sudah baik, namun belum maksimal, terutama di bidang infrastruktur dan kebersihan. Upaya-upaya promosi juga belum dilakukan secara terpadu dengan melibatkan semua unsur, pemerintah, pengusaha swasta dan masyarakat. Martias menilai, banyak kelemahan dalam memajukan industri pariwisata di Kalimantan Barat, diantaranya, masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang arti pariwisata itu sendiri, serta kurangnya peran masyarakat dalam hal menjaga kebersihan dan kenyamanan bagi pengunjung. Masyarakat harus diberikan pemahaman tentang kecintaan terhadap lingkungan daerahnya, apalagi yang mempunyai potensi sebagai tempat wisata atau rekreasi. Keberhasilan dari Industri pariwisata terwujud ketika unsur ramah lingkungan sangat diperhatikan dalam pembangunannya. Kebersihan dan kesehatan adalah hal utama yang diperbincangkan wisatawan, terutama yang berasal dari luar Indonesia. Kealamian dari alam itu sendiri yang merupakan daya tarik bagi wisatawan asing yang berkunjung ke Tugu Khatulistiwa. [] 13
MIMBAR | U t a m a
MIUN/SIIS
MASYARAKAT sekitar menunjukkan lubang titik kulminasi. lobang tersebut merupakan pusat kulminasi yang sebenarnya. Di titik ini bayang tidak tampak.
khusus diundang dalam perayaan untuk menyaksikan peristiwa kulminasi secara langsung. Acara ini juga dimeriahkan dengan tarian-tarian daerah dari berbagai etnis, serta pameran hasil kerajinan dari berbagai UKM yang ada di Pontianak, dan stan-stan dari Dinas-dinas yang ada di Kota Pontianak, pameran foto dari perkumpulan Fotografer baik cetak maupun elektronik yang ada di kota Pontianak. Panitia juga menyiapkan stan yang khusus melayani pembuatan Akte Kelahiran secara gratis oleh Catatan Sipil dan Kependudukan (Capilduk) Kota Pontianak. Namun, perayaan kulminasi ini masih terkesan biasa saja. Ketika acara seremoni selesai, tempat tersebut kembali sepi. Selain itu ti-
Ketika Bayangan Tugu Menghilang Oleh Eka Setiawati
T
erik sinar matahari tidak mematahkan semangat pengunjung untuk datang ke Tugu Khatulistiwa yang terletak di Siantan. Mereka datang khusus untuk melihat peristiwa kulminasi, banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang ikut memeriahkan perayaan kulminasi. Bagi penduduk setempat, kulminasi merupakan lahan basah, para seniman bisa mempertontonkan karya seninya, pedagang kecil yang menjajakan dagangannya. Kulminasi merupakan peristiwa alam yang sangat unik, hanya ditemukan di negara yang dilewati oleh garis Khatulistiwa. Kulminasi merupakan suatu peristiwa dimana matahari tepat berada di Garis Khatulistiwa, sehingga bayangan akan sulit dicari. Kulminasi terjadi dua kali da14
lam setahun, yaitu pada 21-23 Maret yang disebut Vermal Equinox sebagai penanda musim semi, dengan titik kulminasi tepat pada pukul 11.50 WIB dan 21-23 September yang disebut Autum Equinox atau dikenal sebagai waktu hadirnya musim gugur, dengan titik kulminasi tepat pada pukul 11.38 WIB. Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Kota Pontianak, wisatawan mancanegara yang berkunjung selama tahun 2008 sebanyak 4.079 orang, Malaysia pengunjung yang mendominasi selama tahun 2008. Sedangkan untuk wistawan domestik, sebanyak 35.190 orang, dominan berasal dari daerah DKI Jakarta. Untuk merayakan peristiwa kulminasi, pemerintah kota mengadakan acara yang merupakan agenda tahunan Pemerintah Kota Pontianak. Wisatawan mancanegara Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
dak adanya bangku untuk duduk sekedar menghilangkan rasa penat, sehingga pengunjung tidak betah berlama-lama. Sungai kapuas juga tidak kelihatan, karena ada kapal
MIUN/EKA
INILAH pusat kulminasi. Pada perayaan kulminasi lubang, titik kulminasi disulap menjadi jam matahari.
MIMBAR | U t a m a
tongkang yang menghalangi pandangan. Panitia juga tidak menyiapkan tempat pembuangan sampah yang khusus, sehingga sampah berserakan dimana-mana. Kurangnya keseriusan panitia dalam mempersiapkan acara secara matang dan lebih menarik. Tidak ada yang istimewa dari perayaan kulminasi tersebut, padahal kalau dilihat, kulminasi mempunyai potensi yang sangat besar dalam menarik minat wisatawan asing serta memperkenalkan potensi tugu untuk menarik investor dalam pengembangan tugu kedepannya. Sugeng, masyarakat setempat merasa kecewa dengan kurang kese-
riusan panitia dalam mempersiapkan acara.
Tidak ada yang istimewa dari perayaan kulminasi tersebut, padahal kalau dilihat, kulminasi mempunyai potensi yang sangat besar dalam menarik minat wisatawan asing serta memperkenalkan potensi tugu untuk menarik investor dalam pengembangan tugu kedepannya “Kalau memang pemerintah atau Dinas Pariwisata belum berpengalaman dalam membuat acara yang
menarik, murah tapi meriah, kenapa tidak menyewa Even Organizer saja, padahal wisatawan mancanegara banyak yang hadir pada waktu itu,� ujarnya. Menurutnya, inilah saat yang tepat bagi Pontianak untuk memperkenalkan daerahnya ke negara lain dalam rangka promosi, apalagi kulminasi hanya terjadi di negara yang hanya dilewati garis khatulistiwa, tambahnya. Banyak potensi dari Tugu yang bisa diambil, pada peristiwa kulminasi ini, banyak pihak yang diuntungkan jika benar-benar dikelola dengan maksimal, sejauh ini pemerintah belum serius dalam mengembangkan Ikon Kalbar ini. []
Sejarah Tugu Khatulistiwa Oleh Eka Setiawati
A
da beberapa Negara yang dilewati garis khatulistiwa, diantaranya Indonesia (Pontianak), Afrika (Gabon), Uganda (Zaire), Kenya dan Somalia, serta di Amerika Latin (Equador, Peru, Columbia, dan Brazil). Namun Indonesia yaitu kota Pontianak merupakan kota Istimewa yang tepat dilewati oleh garis khatulistiwa. Menurut catatan dari V.en.W oleh Opzichter Wiese dikutip dari Bijdragen tot de geogrhapie dari Chef Van den topographischen dienst in Nederlansch_Indie tahun 1941, disebutkan bahwa pada 31 Maret 1928 telah datang di Pontianak satu ekspedisi internasional yang dipimpin seorang ahli geografi berkebangsaan Belanda. Ekspedisi ini melakukan perjalanan ke kota Pontianak untuk menentukan titik/ tonggak garis ekuator. Pada tahun 1928, tugu pertama yang mereka bangun baru berbentuk tonggak tanda panah. Tong-
gak itu kemudian disempurnakan tahun 1930 dengan menambahkan lingkaran di atas tonggak tersebut. Tahun 1938, tugu ini disempurnakan pendiriannya oleh arsitek Silaban. Baru pada tahun 1990, tugu Khatulistiwa tersebut direnovasi dengan pembuatan kubah untuk melindungi tugu yang asli serta pembuatan duplikat tugu dengan ukuran lima kali lebih besar dari tugu yang aslinya. Peresmiannya pada tanggal 21 September 1991. Bangunan tugu terdiri dari 4 buah tonggak kayu belian (kayu besi), masing-masing berdiameter 0,30 meter, dengan ketinggian tonggak bagian depan sebanyak dua buah setinggi 3,05 meter dan tonggak bagian belakang tempat lingkaran dan anak panah penunjuk arah setinggi 4,40 meter. Diameter lingkaran yang ditengahnya terdapat tulisan EVENAAR sepanjang 2,11 meter. Panjang penunjuk arah 2,15 meter. Tulisan plat di bawah anak panah tertera 109o 20’ OLvGr menunEdisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
jukkan letak berdirinya Tugu Khatulistiwa pada garis Bujur Timur. Tugu Khatulistiwa atau Equator Monument terletak di Jalan Khatulistiwa, Pontianak Utara, Propinsi Kalimantan Barat. Lokasinya berada sekitar 3 Km dari Pusat Kota Pontianak. Tugu khatulistiwa merupakan symbol terjadinya titik kulminasi matahari di Pontianak yang merupakan asset pariwisata dan ikon kota.Tugu ini menjadi salah satu tujuan wisata baik dari mancanegara maupun domestik Kulminasi matahari yaitu peristiwa di mana matahari berada pada titik nol derajat, peristiwa ini mengakibatkan bayangan disekitar menghilang dalam beberapa detik. Peristiwa alam yang unik dan bersejarah tiap tahunnya diperingati tanggal 21-23 Maret dan 2123 September merupakan agenda tahunan Pemerintah Kota Pontianak. Biasanya peristiwa ini dimeriahkan dengan tari-tarian tiga etnis, simbol persatuan etnis yang menetap di Pontianak.[] 15
MIMBAR | U t a m a
Bangunan Tua, Tarik Wisatawan Asing Oleh Agustinah Sungai kapuas Jika berjalan ditepian sungai kapuas dengan menggunakan atau perahu, khususnya tepian sungai di Pontianak, kita akan melihat bangunan-banguan arsitektur yang sudah tampak tua dan kumuh. Bahkan ada yang hampir roboh. Jelas hal tersebut akan merusak pemandangan. Namun kenyataannya bagunan tua dan kumuh itulah salah satu sumber yang menarik dan merupakan kealamian pemandangan sungai. Dilihat dari arsitekturnya, bangunan-bangunan tua dan kumuh itu hanya akan merusak pemandangan, namun ternyata bangunan tersebut merupakan nilai jual bagi wisatawan asing. Hal ini diungkapkan oleh Zulkifli Kepala Seksi Pemasaran Pariwisata. Zulkifli mengatakan sungai kapuas akan selalu dijaga kealamiannya berupa bagunan itu, karena kebanyakan wisata asing suka dengan bagunan tua tersebut. “bangunan tua dan kumuh itu merupakan
kealamian sungai kapuas, hal itu pula yang membuat wisatawan asing tertarik dengan rekreasi air ini,” jelas Zul. “Kealamian sungai kapuas dengan bangunan tua, jarang dijumpai wisata-wisata asing yang berkunjung disini, kebanyakan yang mereka jumpai ditepian sungai dari negara lain merupakan bangunan megah yang kealamiannya sudah tidak ada lagi, dan pandangan berbalik yang mereka jumpai di sungai kapuas ini,” kata Zul saat ditemui diruang kerjanya. Hal serupa juga disampaikan oleh Sugeng KOCAK (komunitas pencinta air kapuas), ia mengatakan sebaiknya sungai kapuas tetap dijaga kealamiannya dan tidak diubah arsitekturnya seperti bangunanbangunan tua ditepian sungai. “Sekilas dapat lihat, hampir semua bangunan tersebut merupakan rumah-rumah warga yang masih ditempati. Karena itu sebaiknya pemerintah memberikan penyuluhan
kepada masyarakat agar menjaga sungai kapuas. Selain itu perlunya kerjasama dengan dinas yang terkait,” ungkap Sugeng. Sungai Kapuas Jadi Tong Sampah Selain bangunan tua, ternyata ada hal lain yang juga menarik perhatian, sungai kapuas saat ini
Sungai kapuas sangat bermanfaat bagi kami, selain untuk mandi dan mencuci, kadang-kadang untuk memasak, bahkan untuk minum bila musim kemarau menjadi tong sampah, akibatnya air sungai kapuas saat ini tidak jernih lagi dan kotor. Ada beberapa titik dapat kita jumpai tumpukan sampah yang menggunung. Ironisnya hal itu belum terjangkau oleh pemerintah. Sugeng menjelaskan ada banyak tempat-tempat tertentu yang dapat
M I U N / N I TA
BANGUNAN Masjid Sultan Syarif Abdurahman atau Masjid Jami’ yang masih berdiri kokoh di kampung Beting
16
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBAR | U t a m a
MIUN/TINA
BANGUNAN tua di pinggiran sungai Kapuas, yang menambah keindahan sungai.
kita jumpai, sampah yang menumpuk dan membangun bukit kecil, seperti tepian sungai di Siantan, dan beberapa tempat lainnya. “Bagaimana rekreasi sungai dapat dikembangkan jika belum adanya kesadaran dari masyarakat, akan kebersihan lingkungan,” jelas Sugeng. Manfaat sungai kapuas bagi masyarakat sekitar sungai ialah sangat
penting, namun kenyataannya manfaat itu juga dijadikan tempat sampah, jelas hal ini tidak perlu mengubur atau membakar sampah tersebut. Dampak dari kotornya sungai kapuas dapat dirasakan Sutarya (45) warga yang bermukim ditepian sungai sejak kecil. Sutarya mengatakan sungai kapuas saat ini kotor, tidak seperti du-
Sejarah Sungai Kapuas Sungai kapuas punye cerite.......... Bile kite minom aeknye................. biarpun pergi jauh kemane............ Sungguh susah nak melupakannye. Eh kapuas..................... eh kapuas. Lagu itu sudah sangat familiar dikalangan masyarakat Pontianak. Kata demi kata dilagu itu juga benar adanya, Ada apa dengan sejarah sungai terpanjang di Indonesia ini? Dalam sejarahnya sungai kapuas pernah menjadi jalur penting, karena sebagai transportasi utama sebelum jalur darat dan udara. Selain itu sejarah yang tidak terlupakan juga ialah sungai ini merupakan tempat pembuangan bangkai-
bangkai orang cina. Sejarah lain yang dapat kita ketahui dari sungai kapuas ialah dari dulu hingga saat ini sungai kapuas merupakan tempat pertunjukan seni dan budaya atau objek wisata, misalnya ada pertunjukan lomba sampan hias dan tolak bala yang merupakan adat istiadat budaya masyarakat sekitar untuk menolak musibah. Sungai yang panjangnya kurang lebih 1000 kilo meter ini, melintasi seluruh wilayah Kalbar, tak jarang transportasi air ini dijadikan tempat penjualan kayu-kayu illegal yang berasal dari daerah-daerah hulu sungai yang menghubungkan dengan penebangan hutan liar.[] Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
lu, bayak sampah yang hanyut, tidak tahu dari mana asalnya. “Sungai kapuas sangat bermanfaat bagi kami, selain untuk mandi dan mencuci, kadang-kadang untuk memasak, bahkan untuk minum bila musim kemarau,” ungkapnya. Sutarya berharap pemerintah dapat lebih memperhatikan sungai kapuas dan masyarakat sekitar sungai kapuas. Hal serupa juga disampaikan Roni (25), warga yang menggunakan sungai kapuas sebagai transportasi pekerjaannya ini mengatakan, saat ini sungai kapuas kotor, hampir setiap perjalannya tampak sampahsampah yang berhanyutan. Menanggapi masalah tersebut Ridham mahasiswa pariwisata angkatan 2008 mengatakan saat ini sungai kapuas menyedihkan, bahaya sampah, akibat dari kurangnya kesadaran dari masyarakat akan lingkungan menjadi belenggu, dimana dampak sampah itu dapat menyebabkan gatal-gatal, dan bintikbintik. “Pemerintah saat ini seakan menutup mata, padahal, banyak media yang saya baca menyatakan saat ini sungai kapuas sudah bermerkuri, itukan bahaya, selama 15 tahun ini sungai kapuas memperihatinkan.[] 17
MIMBAR | U t a m a
Pedagang Malam Alun-Alun Kapuas Oleh Agustinah
MIUN/TINA
SEORANG pedagang buku di Alun-alun Kapuas sedang mempersiapkan barang dagangannya.
S
iang hampir redup, matahari sudah tampak condong. Sebentar lagi siang akan berganti malam. Tampak sejumlah pedagang kaki lima sedang berkemas-kemas menyiapkan barang dagangannya. Ada yang membawa gerobak, di dalamnya terdapat botol-botol minuman, yang akan dijualnya, ada juga yang sedang menyusun berbagai minuman dan rokok secara teratur ditempat yang sudah tersedia untuk mereka berjualan, ada yang sedang membentangkan tikar tepat mengarah ke sungai kapuas. Begitulah suasana sore alun-alun kapuas yang biasa kita kenal dengan sebutan korem. Para pedagang yang menjual aneka ragam barang dagangan, tampak begitu sibuk memulai aktivitasnya. Maklum saja mereka ialah pedagang malam alun-alun kapuas. Waktu sudah menunjukan pukul 17.00, biasanya tempat untuk 18
mereka berjualan memang sudah dijatah, jadi tidak ada perebutan lahan. Sedangkan pedagang makanan ringan dan minuman sudah tampak terlebih dahulu dibanding pedagang-pedagang lain yang biasanya berjualan dimalam hari. Ada yang berjualan pakaian, sandal, tas dengan harga yang relatif murah dari 10-15ribu. Jika ingin membeli aksesoris seperti kalung, gelang, cincin dari mulai bahan imitasi, stainlis, perak ada dengan harga 5-25ribu. Selain itu buat pecinta boneka juga ada. Biasanya alun-alun kapuas bagi sebagian masyarakat Pontianak, dijadikan tempat rekreasi, terbukti dengan banyaknya pengunjung dari berbagai tempat daerah sekitar, juga tempat bermain anak-anak atau tempat rekreasi keluarga. Beberapa permainan juga terlihat disana seperti bebek engkol, kuda putar, Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
kereta-keretaan dll. Permainan pemancingan ikan plastik dan campak gelang juga bisa kita temui disana. Alun-alun kapuas atau korem sangat tidak asing bagi masayarakat sekitar, berada tepat di depan kantor Korem 121 Alambhanawanawai, jalan Rahadi Oesman merupakan tempat yang asyik bagi masyarakat yang jenuh dengan aktifitas seharihari. Tempat ini juga untuk acaraacara yang biasanya diadakan oleh Dinas Pariwisata. Namun sayangnya, tempat yang dapat dijangkau, baik masyarakat kebawah hingga masyarakat atas ini terlihat belum tertata dengan baik, lokasi tampak tidak teratur, kotor, dan belum lagi bangunannya yang terkesan tidak terurus. Tidak tertata rapinya alun-alun juga dirasakan oleh pengunjung. Salah satunya Sugeng, warga Pontianak. Ia mengatakan saat ini alunalun sebagai tempat rekreasi masih belum tertata dengan baik, masih banyak para pedagang yang menggelar dagangannya sembarangan, terlebih bila ada event-event yang diadakan di alun-alun. Pihak penyelenggara atau dinas yang bersangkutan tidak menyediakan tempat sampah, sehingga sampah-sampah berserakan. “Sebenarnya sebuah tempat rekreasi itu bukan hanya menjual keindahan, namun akan lebih baik bila ada transaksi di tempat itu. Selain itu kesadaran masyarakat dan dinas yang bersangkutan akan kebersihan tempat itu sangat mendukung terciptanya suasana yang nyaman,� jelas Sugeng. . Melihat keadaan alun-alun kapuas, rasanya tidak cukup hanya 12 jam, tanpa terasa, waktu sudah pu-
MIMBAR | U t a m a
kul 7 malam, suasana malam juga mulai terasa, para pedagang juga makin bertambah, bahkan ada yang memanfaatkan lahan sebagai tempat pembuatan tato. Pengunjung pada malam hari juga semakin bertambah, bedanya pengunjung malam hari kebanyakan anak-anak remaja yang ingin bersantai di tepian alunalun. Dari sekian banyak pedagang, tampak salah seorang pedagang aksesoris sedang menawarkan barang dagangannya. “lima ribu, lima ribu, ayo mba’ beli, cuma lima ribu jak tak mahal, liat-liat dulu pon boleh, tak bayar kok,” kata pedagang itu menawarkan kepada salah satu pengunjung. Siapa sangka pedagang aksesoris berupa gantungan kunci itu, sudah sekitar 8 tahun berdagang di alunalun. Ia sudah mulai berkecimpung di dunia jual beli sejak masih sekolah. Awalnya ia berjualan di Entikong, namun karena terlalu jauh ia berjualan di alun-alun. Biasanya ia berjualan mulai pukul 17.00 hingga 23 malam. Pendapatannya pun tidak menentu, kadang banyakkadang sedikit. Mulai dari 50 ribu hingga 200 ribu semalam, tapi jika cuaca sedang buruk ia hanya mendapat seadanya saja.
Pedagang itu bernama Anton, ia mengatakan berjualan di alun-alun kapuas menyenangkan, dekat dengan sungai, suasananya enak dan tidak ada perebutan lahan. Hanya saat hujan ia merasa terkendala bila berjualan dan barang dagangannya tidak banyak laku. Anton menjelaskan untuk tata tertib korem dan kebersihannya para pedagang membayar 2 ribu rupiah tiap minggunya kepada Dinas Kebersihan. Selain itu juga tidak dapat dielakan oleh pedagang korem, dimana kadang-kadang satpol PP yang menangani tata tertib kota datang untuk menangani mereka. Namun para pedagang terlebih dahulu mengetahuinya. “biasanya jika ada satpol PP untuk beroperasi di sini, kami sudah dapat pemberitahuan oleh Dinas Pariwisata, sehingga pada saat penertiban, mereka tidak terjaring. “Jika ada penyaringan kami dikasi tahu, biasenye dihubungi lewat HP, kapan akan ada razia satpol PP, tapi jarang si mereka razia disini, karena disini masih tempat bebas berjualan,” ungkap Anton yang lulusan STM ini. Kemana WC umum Layaknya tempat-tempat umum, apalagi tempat rekreasi, WC atau toilet akan menjadi sangat penting bagi
MIUN/SIIS
SUASANA malam di Alun-alun Kapuas ramai dikunjungi warga. Pengunjung ini menyaksikan Sunset bersama keluarga sambil menghilangkan rutinitas seharihari. Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
setiap orang. Namun kenyataan berbalik dari tempat rekreasi ini, walaupun kita menjelajah alun-alun tidak akan kita temui tulisan WC umum. Bangunan indah tampah jelas di tepian sungai menjadi tempat tongkrongan, namun ternyata tidak terdapat WC. “Bagaimana bisa jadi tempat rekreasi, toilet saja belum ada, bagaimana kita mau buang air, tolong dong dibuatkan agar akan lebih baik dan bisa berlama-lama, selain itu jangankan toilet tempat sampah pun jarang ada, bagaimana mau bersih, ungkap Agus pengunjung.
Jika ada penyaringan kami dikasi tahu, biasenye dihubungi lewat HP, kapan akan ada razia satpol PP, tapi jarang si mereka razia disini, karena disini masih tempat bebas berjualan Hal serupa juga diungkapkan Ridham, mahasiswa pariwisata angkatan 2008. korem sebagai salah satu tempat rekreasi sebaiknya dikelola dengan baik, ini tidak lepas dari peran pemerintah dan masyarakat utnuk menjaganya, namun kenyataannya tempat rekreasi seperti korem belum bisa tertata dengan baik, apalagi lingkungannya belum tersedia fasilitas seperti WC umum dan tempat sampah, sehingga masih perlu diperhatikan lagi. Pinta perbaikan yang lebih bagus Sebagai tempat rekreasi murah, korem juga harus mendapatkan perbaikan yang layak bagi pemerintah. Direncanakan akan ada perbaikan dan penambahan bangunan di sekitar alun-alun oleh Dinas Pariwisata namun sampai saat ini bangunan tersebut masih dalam tugas kerja pemerintah, dimana masih banyak tempat-tempat pariwisata yang juga akan diperbaiki. Anton menjelaskan, alun-alun kapuas punya potensi besar menjadi tempat rekreasi dan berjualan, 19
MIMBAR | U t a m a
karena suasana sungai dan tempatnya juga terjangkau atau strategis, ia berharap pemerintah dapat membuat taman alun-alun kapuas menjadi lebih baik lagi serta rapi, sehingga pengunjung akan banyak lagi. “Buat yang berwenang sebaiknya taman alun-alun kapuas dibuat lebih bagus agar pengunjung lebih rame, ya kami rela bayar yang penting tempatnya tertata rapi, jadikan makin banyak pengunjung dan dagangan kami juga akan banyak laku,” kata Anton sambil bercanda. Hal serupa juga disampaikan Deni pedagang malam alun-alun kapuas, ia mengatakan akan lebih baik jika taman alun-alun kapuas tertata rapi menjadikan lebih indah, dengan begitu akan banyak menarik pengunjung untuk datang. “Makanya tempatnya pun di bagoskan dong, dibuat tempat nyantai, kan asyik,” kata Deni. Menanggapi hal itu, Kepala seksi
MIUN/TINA
SUASANA sore Alun-alun Kapuas, tampak beberapa pengunjung sedang asyik berjalan-jalan, menikmati jajanan sore di Alun-alun.
pemasaran pariwisata, Zulkifli mengatakan, sampai saat ini alun-alun kapuas masih dalam penenganan beberapa dinas, seperti Dinas kebersihan, satpol PP, pemerintah kota dan Dinas Perdagangan. Namun walaupun begitu, alun-alun kapuas juga merupakan salah satu kerja Dinas Pariwisata untuk membangunnya.
“Rencananya akhir tahun 2009 akan ada pembangunan di alun-alun kapuas, namun suasana alami alunalun akan tetap terjaga, walau nanti ada pembangunan, karena sangat jarang kita jumpai di negara-negara lain,” kata Zul saat ditemui diruangannya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan di jalan Johar.[]
M Aga : Maksimalkan Potensi yang Ada Bagaimana pendapat Anda mengenai kondisi pariwisata Pontianak saat ini ? Fasilitas pariwisata Pontianak IST tidak M Aga memadai. Banyak potensi pariwisata di Pontianak masih belum maksimal dikembangkan. Pariwisata merupakan kontributor terbesar bagi perekonomian. Kesadartahuan masyarakat juga perlu ditingkatkan agar dapat memaksimalkan potensi yang bisa menarik wisatawan domestik dan 20
mancanegara. Apakah Anda sebagai mahasiswa jurusan pariwisata Fisip pernah memperkenalkan wisata kepada masyarakat ? Kami pernah datang ke daerah-daerah untuk memberikan pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya sadar wisata, namun hal ini masih dalam skala kecil. Saya dan teman-teman sudah mempunyai konsep namun masih belum terealisasi. Bagaimana menurut Anda tentang kesiapan Pontianak menuju “Kalbar Tourism 2010” ? Pernah dengar, tapi tidak tahu Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
banyak. Saya merasa, masih belum ada promosi yang maksimal dalam rangka memperkenalkan visit Kalbar ini. Kenapa memilih jurusan pariwisata ? Saya ingin sekali memperkenalkan potensi wisata yang ada di Kalimantan Barat karena kita mempunyai kekayaan alam dan budaya yang tidak dimiliki daerah lain. Bagaimana harapan anda untuk wisata kedepannya? Saya berharap agar pemerintah dan pemegang kebijakan lebih memperhatikan kepariwisataan, dikemas lebih mnarik dan dikelola dengan baik.[]
MIMBAR | U t a m a
Berharap Adanya Wisata Air di Pontianak Oleh Ridham S Zianto ndonesia merupakan Negara yang memiliki aset wisata yang sangat besar. Pariwisata sebagai gejala industri seharusnya mampu menopang perekonomian masyarakatnya serta memberikan dukungan devisa bagi Indonesia. Kalbar merupakan provinsi yang memiliki beraneka ragam objek wisata dan multi cultural, namun kurangnya perhatian pemerintah dalam membenahi berbagai objek wisata membuat daerah ini kurang diminati wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berkunjung. Keberhasilan industri pariwisata terciptanya ketika unsur ramah lingkungan sangat diperhatikan dalam pembangunannya. Kebersihan dan kesehatan adalah hal utama yang diperbincangkan wisatawan terutama yang berasal dari luar Indonesia. Ada beberapa kelemahan dalam upaya memajukan industri pariwisata di Kalbar, antara lain kurangnya pemahaman tentang industri pariwisata itu sendiri, dan kurang peran serta masyarakat dalam menjaga kebersihan dan
I
tepi sungai Kapuas dengan kenyamanan bagi pengunwahana rekreasi yang mejung. nyajikan berbagai permaiSungai Kapuas merunan dan hiburan kreatif pakan ikon bagi daerah Kayang dapat memacu anlimantan barat khususnya drenalin dan tantangan di kota Pontianak. Sungai air seperti floating Donal, yang membelah kota terGiant Bubble, Kano, Becak sebut merupakan anugrah Air, Speed boat, Aqua Bike sang Pencipta yang harus dan berbagai sarana hibukita jaga dan lestarikan. Penulis: Ridham Syah ran air lainya. Banyak juga masyarakat Zianto Tapi melihat kondisi yang mencari rezeki deMahasiswa sekarang, tampaknya hangan keberadaaan sungai Jurusan: Pariwisata Fisip rapan itu masih bagai tersebut. Dengan adanya Untan mimpi di siang bolong. pengusaha yang mengopAngkatan 2008 Sehingga entah kapan datimalkan sungai menjadi pat terealisasi. Mengingat lebih berwarna, seperti hadirnya kafe- kafe yang bernuansakan Banyak ditemukan sampah berserakan di setiap objek wisata dan parahsungai Kapuas tersebut. Dengan julukan sebagai kota nya lagi ada objek wisata yang tidak sungai atau kota seribu parit sudah memiliki toilet sehingga jika ada seharusnyalah kita juga memiliki wisatawan yang berkunjung harus wisata air yang sukup handal se- menahan jika ia ingin membungan bagai wisata alternatif. Saya sebagai air kecil. warga Pontianak sangat berharap Terakhirnya, saya mengharappemerintah Kalbar dapat mengopti- kan bagi calon-calon pemimpin hamalkannya dan menciptkan taman sil pemilu yang “sukses� ini, nantiwisata yang mengacu pada Kon- nya dapat merealisasikan impian servasi, Reboisasi, Edukasi dan saya bahkan juga impian masyaraRekreasi. kat Kalbar untuk menciptakan PonSaya membayangkan ada pohon- tianak Wisata Sungai yang berbasis pohon palem yang berjejer rapi di konservasi.[]
MIUN/TINA
PERMAINAN air yang biasa kita kenal dengan bebek engkol. Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
21
MIMBAR | s o r o t a n
PLTU Gambut, Solusi atau Ancaman Oleh Sri Pujiyani
D
unia kini dihantui krisis energi. Dalam jangka waktu puluhan tahun ke depan cadangan minyak bumi diprediksi akan habis. Demikian pula dengan cadangan batubara, yang diperkirakan juga akan habis. Padahal sebagian manusia menggantungkan kedua sumber energi ini, termasuk bagi kebutuhan sumber energi listrik. Di Kalbar, krisis energi ini akan sangat berdampak pada penyediaan energi listrik, dimana selama ini yang kita ketahui masih banyak daerah di Kalbar yang belum teraliri listrik. Ini akan menjadi masalah yang rumit. Kini, banyak orang mulai berpikir untuk mencari sumber energi alternatif yang dapat menggantikan kedua sumber energi tersebut. Tapi butuh waktu yang lama dan tentu saja biaya yang tinggi, hingga sumber energi alternatif itu bisa dimanfaatkan secara optimal. Pencarian energi ini juga tak semudah seperti yang dibayangkan. Memang pada dasarnya ada banyak energi alternatif yang tersedia di alam, namun cukup sulit untuk dapat memanfaatkannya. Keterbatasan ada pada sumber daya manusia dan alat yang bisa menyokongnya. 22
M I U N / N I TA
KEBAKARAN lahan gambut di samping Fakultas Kedokteran Untan.
Salah satu sumber energi yang kini coba dikembangkan adalah Gambut. Ketersediaan jumlah Gambut di Kalbar yang cukup besar membuat para peneliti di Kalbar mulai meliriknya untuk dijadikan pembangkit listrik. Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat kini tengah menunggu Pembangkit Listrik Tenaga Uap Gambut (PLTU Gambut) dinyatakan lulus pengkajian dampak lingkungan dan ketersediaan lahan. Pengembangan PLTU gambut akan bekerjasama dengan PT. Sebukit Power Group. Potensi Energi gambut di Kalbar mencapai 2.702 juta ton. Tanah gambut di
Kabupaten Pontianak pada umumnya mempunyai kandungan mineral yang rendah dengan kandungan bahan organik lebih dari 90%. Secara kimiawi gambut mempunyai tingkat keasaman (Ph) yang ren-
dah, pada gambut dangkal pH lebih kurang (4,0-5,1), gambut dalam (3,1-3,9). Kandungan unsur hara di dalam lahan gambut umumnya miskin sehingga tingkat kesuburan pada lahan gambut rendah.
MIUN/SI
IS
Pemanfaatan lahan gambut bisa dimanfaatkan untuk pertanian b
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBAR | s o r o t a n PLTU Gambut ini memiliki tiga unit kawasan kerja yakni Mempawah, Kura-kura dan Parit Baru yang mulai beroperasi pada 2011. Tiap unit kawasan kerja berdaya 67 MW. Kebutuhan PLTU Gambut 3 (unit) x 67 MW total 17.463 m3/ hari. Jika proyek terealisasi maka perhitungan total penggunaan listrik selama setahun membutuhkan 4.709.477 m3 lahan gambut untuk dikonversi. Kemudian di ketebalan gambut yang dieksploitasi mencapai 2 meter maka lahan yang dibutuhkan seluas 2.354. 839 m 2 atau sekitar 236 Ha. Lahan gambut yang sudah dikeruk, nantinya akan ditanami sawit. Agar lahan tersebut tetap produktif. Menurut dosen Fakultas Kehutanan Dwi Yuliantini, Mengenai pemanfaatan gambut menjadi PLTG, pemerintah bermaksud baik mengalih fungsi nilai gambut (dari penyerap air jadi tenaga listrik). ”Namun harus hati-hati dalam pengikisannya. Hal ini disebabkan oleh lamanya pembentukkan gambut. Walau hanya dengan ketebalan 1 cm dilakukan pengikisan tetap akan berpengaruh bagi lingkungan,” tambahnya. PLTG melakukan pengikisan secara perlahan pada permukaan gambut. Hal tersebut juga akan me-
MIUN/TINAH
LAHAN gambut di untan hampir musnah karena ditebangi untuk membangun fasilitas kampus. Padahal lahan gambut amat penting dalam penyerapan air pencegah banjir.
ngurangi serapan air. ”PLTG berdalih mereka akan membuat parit di pinggiran kolam gambut. Padahal hal tersebut justru akan mempercepat proses pengeringan gambut,” ungkapnya. Menurut aktivis Walhi, Hendi Candra, gambut sebaiknya dibiarkan secara alami. Jika 20.000 ha gambut dikeruk untuk sumber energi, maka akan berdampak buruk karena Kalbar rawan banjir. Hal ini juga diutarakan Marwan, Mahasiswa Pertanian yang tidak setuju gambut dieksploitasi. ”Jika melihat kondisi Kalbar secara umum belum beroperasinya PLTU gam-
Potensi Sumber Daya Gambut di Kalbar Lokasi/Kabupaten Potensi (Juta Ton)
Pontianak Sambas Ketapang Kapuas Hulu
575 840 990 297
Keterangan
Hipotetik Hipotetik Hipotetik Hipotetik
Data Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalbar Barat
but Kalbar telah mengalami banjir 20-200 cm tiap tahunnya. Pembangunan PLTU Gambut berpotensi melepas air dari gambut sebesar 215. 054 kg x 20 m3 atau 40.301.080 m3. seandainya 20% luas wilayah kabupaten pontianak adalah dataran rendah yang sering mengalami banjir, maka sekitar 190 ribu Ha daratan Kabupaten Pontianak yang akan mengalami banjir sedalam 2-3 meter,” ungkap Maarwan. Dwi Yuliantini juga menyoroti tentang penanaman sawit di lahan yang telah dikeruk.” Mereka di beberapa daerah yang diperuntukan sebagai kebun kelapa sawit memakai sejenis pupuk yang dapat lebih cepat menghancurkan mikroorganisme yang terdapat di dalam gambut. Hal tersebut akan merusak gambut. Dan lagi Pohon sawit tidak dapat menutupi peranan gambut yang
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
sudah dikeruk. Hendi juga sependapat dengan Dwi Yuliantini. Menurutnya langkah antisipasi dampak lingkungan yang akan digunakan dalam proyek PLTG ini hanya merupakan copy paste pemerintah. ”Maksudnya pemerintah menyamaratakan Amdal proyek PLTG wilayah A untuk proyek yang sama di tempat yang bebeda.” Ia juga menambahkan bahwa Penanaman sawit dilahan gambut tidak cocok,karena gambut tanah yang tidak subur. Dwi Yuliantini menyarankan kepada Bapedda bahwa perencanaan pembangunan PLTG harus lebih baik, secara undangundang gambut dilindungi, jangan dulu melihat program peningkatan jangka pendek tapi juga jangka panjang. ”Untuk PT. Sebukit Group perlu secara serius mengkaji bagaimana tingkat untung 23
MIMBAR | s o r o t a n dan ruginya beberapa tahun ke depan,� tambahnya. �Hutan gambut sebaiknya digunakan untuk budidaya sarang lebah dan anggrek untuk melindungi hutan rawa gambut, secara teknis harus dijaga yang statusnya masih hutan. Karena hutan sangat berguna paling tidak untuk vegetasinya,
kalau tidak ada dihutankan kembali,� ungkapnya. Guna mendukung kegiatan ekonomi dan ketahanan nasional suatu negara, di perlukan energi. Terbatasnya pasokan listrik tidak sesuai dengan kebutuhan listrik di zaman serba modernisasi. Ketergantungan energi listrik
R
encana Pemerintah dalam membangun sumber energi tenaga uap dari gambut sebaiknya dikaji ulang, jangan sampai kita salah melangkah dan menyebabkan banyaknya kerugian yang muncul setelah itu. Tentunya kita tidak ingin tujuan ini akan menjadi bomerang bagi kita kelak. Berikut petikan wawancara bersama Marwan, mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak.
Apa saja peran gambut bagi Kalbar? Gambut merupakan pengikat air terbesar dari tanah jenis lain. Tanah sepok ini juga berfungsi pengaturan banjir, mencegah masuknya air asin dan sumber pasokan air tawar, sarana konservasi keanakeragaman hayati, penjaga iklim global serta sarana budidaya berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Menurut anda, Bagaimana persepsi masyarakat Kalbar dengan istilah gambut? Lahan gambut selama ini termarginalkan karena dianggap tidak subur. Sehingga muncul anggapan bahwa tanah gambut adalah tanah yang tidak mempunyai nilai lebih seperti tanah lain dalam hal memberikan produktifitas hasil pertanian atau tanah yang memerlukan modal besar jika dikonversikan untuk lahan pertanian. Paradigma tersebut ternyata membuat gambut mendapatkan perlakuan yang tidak sepantasnya diterima oleh gambut. Salah satu contoh adalah banyak para petani dilahan gambut membuka lahan pertanian dengan 24
merupakan penyebab utama kelangkaan listrik di Kalbar. Beban puncak tertinggi di Pontianak saja mencapai 118/92 MW. Tidak sebanding dengan daya yang dihasilkan seluruh pembangkit Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang berada di angka 82 MW. Kurangnya kapasitas pembang-
PLTU Gambut Jangan Jadi Bomera Oleh Sri Pujiani cara membakar karena beranggapan tanah akan subur jika sudah dibakar selain penilaian lainnya yaitu cara kerja yang efektif, efisien dan cepat. Tindakan kedua berbahaya dari aktifitas pertanian lain adalah dengan membuka saluran drainase pada lahan gambut, strategi yang cerdas namun sedikit yang berhasil dalam implementasinya sehingga menjadikan gambut menjadi rusak. Bagaimana dengan pemanfaatan gambut di Kalbar selama ini? Sejauh ini pemanfaatan gambut dari pihak swasta baru budidaya Aloe vera (lidah buaya) dan budidaya nanas di kuala 2 Mempawah. Jika upaya pemanfaatan dari pihak pemerintah belum ada.
dalam rangka pembudidayaan, penggunaan yang memacu erosi dan amblesan (subsidence) dan penambangan gambut.
Apa saja tindakan manusia yang merusak gambut secara langsung? Tindakan manusia yang berdampak merusak langsung ialah Konservasi gambut sebagai energi pembangkit listrik, pengairan (drainase) untuk budi daya, permukiman, dan pengendalian nyamuk, pembuatan bendung (dyke), bendungan (dam), tanggul, dinding penolak air pasang, dan jaringan saluran, serta pengubahan aliran sungai, Ameliorasi kimia
Setujukah anda tentang adanya proyek PLTU dari Gambut? Mengapa? Tidak setuju!. Karena rencana pendirian gedung PLTU dari Gambut itu berada di Mempawah yang merupakan kawasan lindung. Apalagi ketebalan gambut di Mempawah mencapai 9 meter yang mana berdasarkan Kepres no 32 tentang adaya proyek PLTU dari Gambut tersirat gambut tidak boleh digarap bila lebih dari 3 meter. Jadi gambut di sana tidak boleh ditam-
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
SALAH satu lahan gambut yang dimanfa
MIMBAR | s o r o t a n kit juga menjadi masalah yang dihadapi PLN Kalbar saat ini. Maka, pemerintah dan semua lapisan masyarakat berlomba-lomba mencari energi baru terbarukan untuk pembangkit listrik. Hal ini di atur dalam Undangundang Energi No. 30/2007/ Pasal 20 Ayat (4) : Penyedian energi baru
dan energi terbarukan wajib ditingkatkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. Juga Ayat (5), Penyediaan energi dari sumber energi baru dan sumber energi terbarukan yang dilakukan oleh badan usaha, bentuk usaha tetap dan perseorangan dapat memperoleh kemu-
ang bagi Kalbar
IST
Marwan padahal untung maupun ruginya nanti dirasakan oleh banyak orang. Hingga sah – sah saja jika sebagian dari masyarakat ada yang beranggapan bahwa perencanaan ini belum begitu sempurna. MIUN/DOK
atkan untuk tanaman ubi jalar.
bang. Menurut anda, bagaimana perencanaan PLTG oleh PT. Sebukit Group? PT. Sebukit Group nampaknya belum bisa memperkirakan jumlah energi yang dapat dihasilkan oleh gambut dalam satuan berat tertentu. Setelah gambut bukan dikerok sebanyak 2 mili dari permukaan gambut,lalu mereka menanam pohon akasia/sagu/sawit itu agar tanahnya jadi produktif. Dunia menolak kalo gambut di tambang karena pertumbuhan gambut memakan ribuan tahun. Perencanaan pembangunan ini, belum melibatkan stakeholders yang ada,
Bagaimana menurut anda prediksi masa depan Kalbar dengan PLTG hasil kerjasama Pemerintah dengan PT. Sebukit Group? Jika rencana pembangunan tersebut dikaji lebih dalam saya dapat menyimpulkan berdasarkan ilmu yang ada jika gambut yang merupakan salah satu ekosistem air tawar itu, menjadi rusak maka lambat laun spesies – spesies ikan air tawar, udang gala maupun hewan-hewan lainnya yang bergantung pada ekosistem tersebut akan juga akan punah. Akibatnya bagi kepala keluarga yang mengantung kehidupannya pada air tawar tidak lagi dapat mengais rezeki dari sungai tersebut. Belum lagi emisi karbon Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
dahan dan atau insentif dari pemerintah dan atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenagan untuk jangka waktu tertentu hingga tercapai nilai keekonomiannya. Akhirnya semua potensi energi alternatif di coba untuk di upayakan pengolahannya oleh pemerintah hingga ke pelosok negeri. []
yang disumbangkan dari pembakaran tersebut tentu akan semakin memperparah dampak daripada Efek Rumah Kaca akibatnya semakin meningkatnya suhu dipermukaan bumi atau Global Warming. Hingga tidak menutup kemungkinan tingkat kandungan merkuri dari hasil penambangan PETI di bagian hulu juga akan mencemari sungai Mempawah sehingga kualitas air menjadi buruk, hal ini dapat terjadi karena gambut sebagi filter air tawar tidak lagi berfungsi karena keberadaaanya sudah tidak ada lagi akibat habis di tambang. gambut mempunyai kemampuan dalam menyerap air yang besar begitu juga dengan melepaskannya sehingga menjelang musim kemarau gambut menjadi kering dan terbakar akibatnya kabut, akibatnya lagi bagi kesehatan adalah munculnya penyakit ISPA. Hal ini dapat kita lihat dari proyek besar pembukaan lahan gambut 1 juta hektar di Kalimantan Tengah pada tahun 1996. Apa pesan anda bagi pemerintah dalam memanfaatan gambut? pihak pemerintah sudah saatnya melibatkan seluruh stakeholders di daerah. Sebagai salah satu bentuk pengelolaan pemerintah yang partisipatif dan kolaboratif. Apalagi kebijakan ini merupakan kebijakan yang menyangkut nasib orang banyak dikemudian hari. Karena sudah jelas, dengan ditambangnya gambut maka akan berdampak pula pada lingkungan sekitar. Pemerintah juga harus gencar melindungi gambut dengan usaha melakukan penyuluhan dan pengawasan tidak hanya kepada petani tapi juga para pegusaha.[] 25
MIMBAR | l i n g k u n g a n
Potret Buram Penanganan Kasus Illegal Logging di Kalimantan Barat Oleh Deman Huri Gustira S Hut
P
ada jayanya sektor kehutanan Indonesia dijuluki mahkota hijau karena merupakan salah satu sektor non migas andalan dalam hal pemasukan devisa negara. Sektor yang berfungsi ekonomis, ekologis dan sosial bagi masyarakat ini, belakangan mengalami kerusakan hutan(deforestry) Indonesia yang tidak dapat terkendali lagi. Data Planalogi Departemen Kehutanan melaporkan kerusakan hutan mencapai 107,79 juta hektar dengan laju kerusakan hutan mendekati 3,8 juta hektar pertahun. Sementara FAO kerusakan hutan Indonesia 1.871 juta hektar pertahun. Dan menurut WWF laju kerusakan hutan sekarang sudah mencapai 1.8 juta hektar per tahun. Adapun penyebab utama dari kerusakan hutan disebabkan karena masyarakat melihat hutan selalu dari draiven economic (dorongan ekonomi), yang menyebabkan : Konversi Lahan Berlebihan, Illegal logging, Kebakaran dan Benturan Kepentingan. Oleh karena itu, ketika hutan mengalami kerusakan yang sangat besar berpotensi menimbulkan Bencana alam, Bencana ekologis dan Bencana kemanusiaan. Gambaran Umum Hutan dan Kehutanan Kalimantan Barat Statistik resmi mengindikasikan 62,5% wilayah Kalimantan Barat masih berhutan dimana seluas 3,59 juta hektar atau 26.9% merupakan kawasan lindung dengan status. Sekitar 9.1 juta hektar kawasan lindung dengan berbagai status. Sekitar 9,1 juta hektar kawasan 26
berhutan atau 56.9% dialokasikan untuk hutan produksi dan konversi. Kerusakan Hutan Kalbar Sesuai dengan teori ekonomi mengeluarkan modal sekecil-sekecilnya dan mengambil untung sebesar-besarnya. Begitu juga dalam pengelolaan di sektor kehutanan. Para pengekplotasi hutan enggan mengembalikan hutan ke bentuk semula, karena akan mengeluarkan modal yang besar3. Di tahun 2003, sekitar 34.4% daratan Kalimantan Barat di golongkan telah terdegradasi, 32.4% dari total kawasan berhutan dianggap terdegradasi. Dalam kurun 20002002, total degradasi lahan meningkat pesat hingga 12.2% dari total daratan. Laju deforestasi di Kalimantan Barat secara umum pada kurun waktu 1985 -1997 adalah 2,1 % dari luas daratan setiap tahunya. Dalamnya kurun waktu 1985-2001, seki-
tar 2,9 juta ha luas kawasan lindung dataran rendah hilang di kalimantan. Illegal logging Kini dianggap faktor dominan yang menyebabkan kerusakan hutan. Tidak dipungkiri bahwa praktek Ilegall logging menjadi rente ekonomi(economic rent) bagi pemilik modal, tetapi jelas merupakan kegiatan ekonomi haram yang sangat eksplotatif, dan tidak membangun pertumbuhan yang berkeadilan apalagi berkelanjutan dalam pengelolaan SDH(sumber daya hutan). Nalar inilah yang selama ini menjadi landasan segala regulasi dan operasi lapangan dalam memerangi illegal loging. Harapannya, melalui pemberantasan Illegall logging. Pengelolaan sumber daya hutan akan menghasilkan pertumbuhan berkeadilan dan berkelanjutan.6 Terjadinya pencurian kayu illegal secara besar-besaran untuk memasok bahan baku terhadap
DOK WALHI
TAMPAK dari atas Hutan di Danau Sentarum yang rusak. Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBAR | l i n g k u n g a n perusahaan. Selain itu kepemilikan izin produksi kayu olahan dan hasil industri kayu lainya yang besar memicu penyalahgunaan penerbitan SKSHH yang sah untuk menutupi penebangan, transportasi, dan pemerosesan kayu hasil curian. Jumlah SKSHH yang seharusnya di terbitkan bisa jauh melampaui jumlah SKSHH yang seharusnya diterbitkan berdasarkan konsep pengelolaan hutan lestari. Ada pula sumber kayu dari pembelian bebas yang patut dicurigai berasal dari kayu hasil penebangan liar oleh pemegang konsesi HPH dan pemegang IPK. Setiap pemilik IPHK memiliki orang kepercayaan untuk mengurus dokumen SKSHH. Jika kayu yang diperoleh masih dalam batas izin IPHHK, mencari dokumen Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH) untuk mengangkut kayu bulat maupun kayu olahan bukanlah sesuatu yang sulit. Izin perkebunan di salah gunakan hanya untuk melakakukan penebangan daerah yang masih kaya hutan, setelah kekayaan hutannya habis dieksplotasi secara illegal maka mereka meninggalkan areal tersebut tanpa di tanami dengan perkebunan sawit, dan kasus ini sepertinya lagi trend terjadi pada saat ini. Modus Operandi illegal logging Adapun jenis-jenis pelanggaran hukum (modus operandi) di sektor hutan yang ditemukan selama pemberantasan illegal logging antara lain. 1 . Di hilir a. Pemalsuan dokumen asal usul kayu. b. Manipulasi / penyimpangan penggunaan dokumen kayu seperti dokumen terbang (SKSHH palsu), penggunaan dokumen berulang, dokumen lelang fiktif, tujuan pengangkutan fiktif, pengangkutan tanpa dokumen , pencucian uang hasil dari praktek illegal logging, dan fisik kayu tidak sesuai dengan yang tertera dalam DHH baik jenis, jumlah dan volume. c . Adanya korupsi antara ok-
DOK WALHI
HASIL pertambangan yang merusak bagian daerah Hutan.
num pejabat dan pelaku illegal logging dalam upaya manipulasi data dengan fisik kayu. 2. Di Hulu: a. Izin IPK/UPHHK tidak sah (diterbitkan oleh pejabat yang tidak berwenang). b. Izin pemasukan dan penggunaan peralatan, izin perpanjangan penggunaan peralatan dan izin pemindahan peralatan tidak sah dan ataupun tidak ada. c . Pemilik IPK/IUPHH tidak mempunyai kayu yang cukup sesuai dengan RKL /RKT sehingga melakukan penebangan di luar arealnya serta potensi kayu yang tidak cukup sesuai dengan target yang diizinkan. d. Membeli dan menampung kayu secara illegal. e. Terjadi perbuatan Korupsi antara oknum pejabat dengan pelaku illegal logging dalam pemberiaan izin pemanfaatan hasil hutan kayu.8 Walaupun Presiden Republik Indonesia, telah mengeluarkan Instruksi presiden Nomor 4 tahun 2005 tentang pemeberantasan Penebangan Kayu secara illegal di Kawasan Hutan dan Peredaranya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Adanya Inpres no 4 tahun 2005 di respon secara positif oleh berbagai instansi terkait dalam pemberantasan illegal logging. Karena sebagai konsekuensi dari inpres Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
tersebut adalah: 1 . Melakukan percepatan pemberantasan penebangan kayu secara illegal di kawasan hutan dan peredarannya di seluruh wilayah Republik Indonesia. 2. Menindak tegas dan memberikan sanksi terhadap oknum petugas di lingkungan yang terlibat dengan kegiatan penebangan kayu secara illegal di dalam kawasan hutan dan peredarannya. 3. Melakukan kerja sama dan saling koordinasi untuk melaksanakan pemberantasan penebangan kayu secara illegal di kawasan hutan dan peredarannya di seluruh wilayah Republik Indonesia. 4. Memanfaatkan informasi dari masyarakat yang berkaitan dengan adanya kegiatan kayu secara illegal dan peredarannya. 5 . Melakukan penanganan segera mungkin barang bukti hasil operasi pemberantasan penebangan kayu secara illegal di kawasan hutan dan peredarannya di seluruh wilayah Republik Indonesia .9 Tapi dalam melaksanakan Inpres tersebut, instansi terkait belum bisa menjalankannya dengan baik. Faktanya, walaupun sudah beberapa tahun inpres itu dikeluarkan tapi kasus illegal logging masih marak di beberapa daerah. Ada beberapa faktor yang me27
MIMBAR | l i n g k u n g a n nyebabkan mengapa realisasinya kurang baik: 1 . Kurang sinkronisasi berbagai peraturan perundang-undangan yang ada maupun peraturan pelaksanaan lainya di bidang kehutanan baik di pusat ataupun di daerah. 2. Kurangnya koordinasi antara aparat penegak hukum (criminal justice system). 3. Belum adanya persamaan persepsi dari aparat penegak hukum terhadap ketentuan Kehutanan yang berlaku dalam perkara tindak pidana kehutanan yang sedang di tangani. 4. Belum terciptanya penanganan perkara Tindak Pidana Kehutanan “Satu Atap� guna percepatan penyelesaian. Kemanakah Kerja Pokja Ilegal loging (Illog) Kalbar Dalam menghadapi kerusakan hutan yang diakibatkan oleh illegal logging sudah banyak operasi yang dilakukan oleh pihak terkait. Namun operasi tersebut seolah belum mampu membuat jera para pelaku illog. Sampai di bentuk program kerja (pokja) pemberantasan illog tingkat provinsi Kalbar. Namun pokja tersebut sampai sekarang belum mampu menyelesaikan permasalahan kehutanan di kalbar yang di akibatkan oleh illegal logging. Bahkan pokja tersebut seolah tidak kedengaran kinerjanya. Di Kalimantan Barat Pokja tersebut sudah dibentuk dengan keputusan Gubernur Kalimantan Barat Nomor : 417 Tahun 2004 yang anggotanya langsung diketuai oleh Gubenur Kalimantan Barat dan diisi oleh dinas-dinas terkait. Namun pada kenyataannya tim tersebut sampai sekarang belum mempunyai program yang jelas. Tim yang dibentuk pun belum kelihatan eksistensinya dalam melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan Surat Keputusan Gubenur Kalimantan Barat, karena kurangnya koordinasi antara dinas terkait yang ditunjuk dalam tim tersebut dan adanya benturan tugas kerja antara 28
DOK WALHI
SISA hasil penebangan Hutan yang tampak gersang.
dinas satu dengan yang lainnya. Komitmen Pimpinan Daerah Kalau dilihat dari segi komitmen di tingkat Provinsi pimpinannya Gubernur yang bertanggung jawab dalam tim ini. Kalau tidak berjalan bearti Gubernurnya tidak mempunyai komitmen dalam pemberantasan kasus illegal logging. Tim pemberantasan Illegal logging dibentuk oleh pemerintahan Provinsi Kalbar tidak berjalan, ini mengindikasikan bahwa pimpinan daerah belum mempunyai politicall will dalam pemberantasan Illegal logging. Semestinya Pemerintah provinsi proaktif mengkoordinasikan tim ini. Gubenur ataupun Asistennya terlibat dalam Tim ini, termasuk dalam hal Pendanaan. Dan apabila Gubernur tidak melaksanakan tugas ini. Gubernur mengabaikan Instruksi Presiden no 4 tahun 2005, mestinya mereka saling memback-up. Dalam SK diperkuat Inpres nomor 4 Tahun 2005 tentang Pemberantasan Penebangan dan Peredarannya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Tugas masing-masing Instasi sudah Jelas, mestinya tumpang tindih tugas di lapangan tidak terjadi. Lantas untuk apa SK Gubernur tentang pembentukan Tim tersebut. Apakah Gubernur membuat Tim itu hanya kepentingan forEdisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
malitas hanya untuk melaksanakan instruksi Presiden saja. Ada dua hal yang harus dilakukan. Internal, kalau ini agenda pemerintahan SBY, ini harus dilaksanakan oleh pemerintah, dari mulai pusat sampai ketingkat pemerintahan daerah baik Provinsi ataupun Kabupaten. Eksternal, tantangan buat masyarakat sipil untuk mengontrol tim ini, supaya Tim ini berjalan dengan baik sehingga agenda-agenda pemberantasan Illegal logging didaerah ini diatasi dengan baik. “Ini harus menjadi agenda masyrakat sipil karena illegal logging bukan semata-mata masalah lingkungan semata, tetapi masalah kemiskin, kebodohan dan korupsi. Konflik Kebijakan Menteri Kehutanan pernah mengeluarkan kebijakan tentang pencabutan izin HPH yang masa berlakunya sudah habis di seluruh provinsi di Indonesia termasuk di Kalbar. Hal ini menyebab gerahnya pemerintah Daerah. Karena pemerintah daerah merasa dilangkahi Menhut. Keputusan tersebut membuat beberapa elemen pengusaha dan pemerintah daerah marah, dengan alasan otonomi daerah. Di lain pihak pelaksanaan otonomi daerah pun sedang menghadapi tantangan, karena menurut Lem-
MIMBAR | l i n g k u n g a n
DOK WALHI
JALAN pun dibuka untuk memudahkan akses transportasi dari dan menuju perusahaan sawit.
baga Survei Indonesia (LSI), bahwa pelaksanaan otonomi daerah gagal. Pemerintah Daerah tidak berhasil dalam meningkatkan kesejahteraan penduduknya dan memajukan pembangunan. Karena masih adanya benturan kewenangan (conflict of authority) antara kedua belah pihak yaitu antara pemerintah pusat dan daerah.
Karena persepsi yang selalu berbeda antara pemerintah pusat, Dishut Provinsi dan pemda kabupaten maka terjadilah ketidak harmonisan di antara lembaga pemerintahan Pemerintah pusat tidak mampu berbuat banyak terhadap pengelolaan hutan, sehinga tidak ada yang di untungkan dengan adanya konflik kebijakan dan kewenangan tersebut. Menurut Mochammad Maksum, dalam Makalahnya Permenhut 55/ 2006, Pelembagaan Pabrik Sebagai Log Laundry, Permenhut yang mengatur tata-niaga perkayuaan,tidak akan memperbaiki kinerja tata – niaga kayu dalam menghasilkan pertumbuhan perekonomian yang berkeadilan dan berkelanjutan, tetapi sebaliknya menghancurkan prospek ekonomi SDH. Tentu ini adalah ironi struktural yang mem-
prihatinkan. Regulasi semestinya merupakan strategi intervensi untuk memperbaiki kinerja tata –niaga, tetapi peraturan ini malah merusak sistem tata-niaga SDH. Lebih ironis lagi, ketika banyak pihak sedang giat-giatanya mempromosikan kemungkinan pembekuan uang tidak halal hasil Illegal logging melalui pembekuan Money Laundry, Permenhut ini justru berpotensi memicu pelembagaan fungsionalisasi pabrik atau unit pengolahan kayu menjadi Log Laundry. Fungsi pabrik sebagai Log Laundry menjadi lebih penting dibandingkan dengan fungsi konvensionalnya sebagai processing unit. Karena persepsi yang selalu berbeda antara pemerintah pusat, Dishut Provinsi dan pemda kabupaten maka terjadilah ketidak harmonisan di antara lembaga pemerintahan. Sehingga sistem pengelolaan hutan saat ini menjadi tidak teratur. Tarik menarik kewenangan antara pemerintah pusat, Pemrov dan pemerintah kabupaten, masih terus berlangsung walaupun jalur penyelesaiannya terus diupayakan. Wewenang berdasarkan undangundang (constitutional divicion of fower), tidak dapat dilaksanakan dengan baik, karena selain adanya benturan peraturan antara pemerintah pusat dan daerah baik pemeEdisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
rintah provinsi ataupun dengan kabupaten masih terjadi konflik otoritas (conflict authorithy) dan benturan antara instansi terkait. Juga pengelolaan kekuasaan (power manajemen) yang masih berorientasi pada ekonomi, ikut memperburuk kebijakan kehutanan yang dibuat oleh pemerintah. Sehingga terjadi perselingkuhan politik antara pasar dan pemerintah, ini yang menyebabkan pemberantasan illegal logging sulit di selesaikan. Diharapkan konflik kepentingan antara pemerintahan pusat dan daerah juga pengusaha bisa diselesaikan dengan baik. Permasalahan kalau ini terjadi berlarut-larut akan mempunyai dampak negatif yang signifikan dalam pengelolaan sumber daya hutan yang masih tersisa di republik ini. Karena kalau konflik kepentingan terus menerus-menerus ini terjadi dalam pengelolaan sumber daya hutan, jangan harap pengelolaan hutan secara lestari akan tercapai tetapi sebaliknya pengelolaan hutan akan makin suram karena pemerintah terjebak pada konflik kebijakan yang akhirnya menyebabkan terjadinya konflik kewenangan dan kepentingan, sehingga menyebabkan ketidakjelasan dalam sistem pengelolaannya. Potret Buram Kejahatan illegal logging merupakan kejahatan yang dilihat dari anatomi kasus illegal logging sebagai kejahatan yang memperlihatkan anatomi yang berbeda dengan kejahatan pada umumnya (man in the street crime) yang melibatkan banyak orang secara struktural walaupun secara informal. Pada tahun 2008 penengak hukum di Kalimantan Barat menangani sekitar 107 kasus namun hampir 95% kasus yang ditangani para penegak hukum adalah kasus, hanya menangkap pemain kelas teri, yaitu orang yang terlibat sebagai pengemudi motor, sopir dan penebang. Kejahatan illegal logging di Indonesia sudah sangat memprihatin29
MIMBAR | l i n g k u n g a n kan, karena telah menimbulkan kerugian yang sangat besar, tidak hanya dari segi keuangan saja, tapi yang lebih parah adalah kerusakan lingkungan yang menyebabkan dampak pada segala sumber kehidupan. Namun, penanganan kasus yang dilakukan oleh penegak hukum selama ini hanya menyentuh pada kasus-kasus yang kecil saja. Sementara kasus illegal logging yang berskala besar dan melibatkan orang banyak belum dapat menyentuh aktor utama. Seperti,kasus tenda biru, kasus Asong, PT.SBAL dan kasus lainnya. Namun, para aktor utama bebas berkeliaran atau sengaja dibebaskan, walaupun mereka disebut DPO bahkan mereka mengalihkan kekayaannya hasil Illegal logging ke bisnis lain untuk mencari jalan selamat, ini yang disebut pencucian Uang. Namun para penegak hukum tidak mencoba mengejar aliran dana hasil Illegal logging di kemanakah mereka gunakan.Termasuk oknum pejabat yang terlibat baik secara langsung ataupun tidak langsung tidak dijerat dengan undang-undang anti korupsi sehingga hukuman akan lebih berat. Karena ada proses suap menyuap (Gratifikasi) Sebagai contoh beberapa kasus yang dianggap besar Pertama: Kasus yang menggejutkan adalah penangkapan para pejabat lokal, dari Dinas Kehutanan dan Kapolres Ketapang oleh Aparat Mabes Polri dengan barang bukti sebanyak 21 kapal berisi kayu 12 ribu kubik meter atau senilai Rp208 miliar lebih besar 12 kali lebih besar, dari pendapatan daerah(PAD) kabupaten tersebut. Selama setahun data PAD ketapang tahun 2007 Sekitar 17 miliar. Namun yang terjadi adalah para tersangka, walaupun telah terbukti merugikan negara yang sangat luar biasa besar, namun mantan Kapolres Ketapang hanya di Hukum 3 tahun penjara dengan denda 5 juta subsider 2 bulan kurungan dan sekarang bebas karena bandingnya di terima oleh Kejaksaan Tinggi Ka30
limantan Barat. Sementara Kepala Dinas Kehuatan Ketapang vonis 9 bulan dan langsung bebaskan dengan bersyarat dan cukongnya hanya divonis 1,2 tahun. Kedua: kasus Tony Wong, karena masa tahanannya sudah habis demi hukum Tony Wong bebas yang awalnya di tangkap bak teroris karena dianggap salah satu DPO Polda Kalimantan Barat, karena masa tahanan sudah dianggap habis. Ketiga :kasus yang dianggap besar adalah kasus tenda biru Kapuas Hulu sejumlah 285 orang tujuan ke Pontianak dilaksanakan pengukuran, diketahui jumlah kayunya sebanyak 15.893 batang = 8.807,56 M3, kalau diuangkan jumlahnya ratusan Milyar. Awalnya kasus penangkapan demi penangkapan yang dilakukan oleh pihak kepolisian bisa disebut sebagai sebuah success story dalam penegakan tindak pidana illegal log-
Lingkungan Hidup, (3) UU No 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Hanya saja ketiga undang-undang ini belum sanggup untuk menjamah para pelaku intelektual kejahatan kehutanan. Jika merujuk kepada UndangUndang 41/1999 Tentang Kehutanan, yang paling banyak terjerat adalah para pelaku lapangan seperti buruh tebang dan buruh angkut (masyarakat), dan pemilik jasa transportasi yang membawa dan atau memindahkan kayu hasil tebangan liar dari suatu tempat ke tempat lain. Mereka ini memang (terbukti) menduduki kawasan hutan, menebang, membawa, menguasai, memiliki, dan mengangkut hasil hutan tanpa izin yang sah (pasal 50 ayat 3 UU 41/1999). Permasalahan utama gagalnya penegakan hukum kasus illegal logging adalah aktor intelektualnya selama ini terlalu kuat untuk
DOK WALHI
SIAP dijadikan lahan sawit.
ging di Kalimantan Barat ternyata setelah di putuskan kasus membuat semua orang terperangah. Karena putusan sangat ringan, tidak sesuai dengan perlakuan tindakan kejahatan yang dilakukan oleh mereka. Selama ini undang-undang yang digunakan oleh penengak hukum adalah UU No 41 Tahun dan UU No 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
ditembus hukum.Karena hanya dakwaan dan pertimbangan Putusan menggunakan KUHP dan Undangundang pokokkehutanan saja. Padahal ada Undang-undang yang lain yang bisa menjerat melaku Illegal logging yang lebih berat para aktor intelektual dan jaringannya, yaitu undang-undang Pencucian uang dan undang Korupsi (UU no
MIMBAR | l i n g k u n g a n 31/1999 dan UU no 20/2001) serta Undang-undang pencucian uang. Kalau UU ini di terapkan aktor Intelektual yang akan di Hukum dengan berat. Padahal untuk hakim sudah ada surat edaran yang di buat oleh MA,yaitu No.01/Bua.6/Hs/SP/ V/2008 tentang petunjuk penanganan perkara illegal logging. dan hukumannya harus maksimal bukan minimal. Mafia Peradilan Melihat bahwa kejahatan illegal logging bercorak kejahatan terorganisir (organized crime), maka untuk melanggengkan aktivitasnya mereka dengan sekuat tenaga pasti akan membangun akses ke aparat pene-
Tanpa hukuman yang berat kejahatan ini tidak akan membuat jera para pelaku illegal logging, dan Illegal logging tetap akan menghantui kerusakan hutan di Kalimantan Bara gak hukum sendiri supaya lebih eksis dalam aktivitasnya. Maka dilihat dari putusan demi putusan yang dilakukan oleh penegak hukum yang sangat meringankan para pelaku Illog terutama para Aktor tetap bebas menjadi operator illog, walaupun rekan-rekannya sudah ditangkap ini tidak lepas kemampuan mereka membangun rezim dengan penegak hukum mapia peradilan. Hal ini menguatkan indikasi kalau melihat putusan-putusan yang dilakukan sangat meringankan tidak seimbang dengan kerugian Negara dan masyarakat akibat kejahatan tersebut. Mahakamah Agung harus meninjau ulang beberapa putusan yang dilakukan oleh penegakan hukum di Kalimantan Barat Illegal logging. Seperti kasus Andelien Lies kasus Illegal Logging di Sumatra Utara di putus bebas tetapi setelah di tinjau ulang oleh Mahakamah Agung Andelien Lies di Vonis bersalah dan dihukum 10 tahun. Jika mapia peradilan, tidak dibe-
rantas mustahil kasus Illegal logging bisa ditegakan, karena hukuman tidak membuat jera para pelaku Illegal logging. Bahaya Mengancam Dibeberapa daerah di Kalimantan Barat dalam tahun 2008 telah terjadi banjir sebanyak kurang lebih 21 kali, selama satu tahun dan kejadian tersebut tidak pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Ini merupakan akibat dampak dari kerusakan hutan, salah satu penyebabnya adalah illegal logging. Mestinya menjadi pertimbangan penegak hukum dalam membuat dakwaan ataupun putusan. bencana banjir yang menimpa daerah tidak terlepas dari Illegal logging yang di lakukan oleh Mayarakat. Selain itu juga akan menyebabkan: Satu, Tidak kurang 864.000 m 3 logs setahun keluar ke negeri jiran, Kedua,kerusakan hutan Kalbar hampir seluas 165.000/thn(=23x luas lapangan bola/jam), Ketiga, “Total loss� perekonomian negara di rugikan + Rp. 220 Milyar (dari royalti PSDH. DR & PBB). Keempat, Mengancam kelestarian fungsi lingkungan/ekternalitas (erosi,banjir & sedimentasi), Kelima, Merusak mental, moral rakyat dan citra kalbar dimata dunia internasional Tanpa hukuman yang berat kejahatan ini tidak akan membuat jera para pelaku illegal logging, dan Illegal logging tetap akan menghantui kerusakan hutan di Kalimantan Barat dan bencana akan selalu mengancam Kalimantan Barat, terutama banjir dan longsor dan bencana kemanusia akan tetap mengancam daerah ini.[] Deman Huri Gustira :Direktur LPS-AIR (Alumni Fakultas Kehutanan UNTAN) Karya lain yang pernah ditebitkan dalam bentuk buku. 1 . Sebuah konspirasi Penanganan Kejahatan Kehutanan di Kalimantan 2. Di Ujung Perubahan. 3. Metamorfosis Bisnis Militer 4. Gerakan Anti Korupsi di Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
Tingkat lokal. 5 . Tehnik Meliput Illegal Logging. 6. Analisa Media “Ketika Media Lokal dalam Memberitakan Illegal Logging. 7 . Media menguak korupsi di bumi Katulistiwa 8. Indonesia dalam Transisi (dalam proses) 9. Artikel-artikel lainnya yang pernah di terbitkan oleh berbagai media jurnal, majalah dan koran. Catatan Kaki: 1. Huri Deman, 2006, Prahara Mahkota Hijau, Pontianak Post. 2. Identifikasi Kawasan Hutan Bernilai Konservasi Tinggi Secara Lanskap di Kalimantan Barat Sebuah Kajian Literatarur. 2007,WWF Indonesia. Pontianak. 3. Huri Deman., 2007,Quo Vadis Pengeloan Hutan Kalbar, Pontianak Post. 4. Yasmin Yurdi dkk, 2005. The Complexities of Managing Forest Resources in Post- decentralization Indonesia. Untan, Yayasan Konservasi Borneo and CIFOR, Indonesia 5. Masyarakarat Perhutanan Indonesia. 2007, Dampak Pemberantasan Penebangan Kayu Secara illegal dan peredarannya terhadap eksistensi industri pengolahan kayu di Kalimantan Barat. 6. Mochammad Maksum, 2006, Permenthut 55/2006. Pelembagaan Pabrik Log Ranudry. Makalah Diskusi Hotel Santika, Pontianak 7. Setiono Bambang. 2007. Analisis Kasus Illegal Logging di Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah.CIFOR, Bogor. 8. Markas besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Bada Reserse Kriminal, 2007, Perlindungan dan Penegakan Hukum dalam Implementasi Inpres NO 4/2005, Jakarta. 9. Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat,2007, Penegakan Hukumterhadap Pelaku Illegal Logging dan Illegal Trade.Kejaksaan Tinggi Kalbar. 31
MIMBAR | k h u s u s
Pemerintah Kewalahan Atasi Masalah TKI Oleh Agustinah
P
enyelundupan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) lewat agen tidak resmi (calo) makin marak. Panjangnya mata rantai importasi ini membuat pemerintah kewalahan mengatasi TKI illegal. Hal ini disebabkan calo’ enggan bekerja sama dengan pemerintah. Menurut Marliten yang mengaku sering membawa TKI dari berbagai daerah, bergabung dengan pemerintah dalam menyalurkan TKI rumit dan mahal. “Proses perizinan visa kerja dan paspor ke luar negeri sangat lama, mahal dan berbelit-belit,” katanya. Rajali Kepala Seksi Penyediaan dan Peng-gunaan Tenaga Kerja Dinas Tenaga kerja, mengatakan untuk menjadi TKI memerlukan dana senilai 2.900.000 rupiah dengan lama ketentuan proses perizinan 3 bulan. “Uang itu sudah termasuk jaminan kesehatan dan asuransi,” katanya. Marliten enggan disamakan dengan calo‘ TKI. Karena TKI yang dibawanya hanya sekitar empat sampai lima orang saja, selain itu alasan utama ia ke Malaysia ialah untuk menjual pakaian dan emas. “Mereka (TKI illegal_Red) minta keringan waktu dan biaya perizinan Visa dan paspor. TKI itu dibuat seolah-olah ingin jalan-jalan saja di Malaysia. Setibanya di Malaysia, mereka dikenalkan dengan orang atau instansi yang membutuhkan tenaga kerja,” ungkap mantan TKI ini. Dulu Marliten juga seorang TKI illegal di Malaysia selama 5 tahun.
32
Dikarenakan tuntutan profesinya yang rutin bolak-balik IndonesiaMalaysia membuat ia tahu selukbeluk menjadi TKI dan mengenal orang sekitar. “Belakangan ada warga yang ingin ikut dan minta dicarikan kerja di Malaysia. Awalnya saya mem-
K A R I K AT U R : MIUN ISWANDI
bawa kenalan untuk bekerja disana, namun lama-kelamaan hingga saat ini, TKI yang saya bawa berasal dari berbagai daerah, ada yang dari Sambas bahkan ada yang dari Lombok,” ungkapnya. Lain halnya dengan Muhammad Sahar. Salah satu pengawas agen TKI resmi asal Bekasi yang bekerja sama dengan PT. Orientasai Mahkota dengan membawa sekitar 59 TKI Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
yang rata-rata lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan umur berkisar 17 tahun ke atas. Adapun tujuan penyaluran TKI yang dibawanya ialah Malaysia, Brunai Darusalam dan Singapura. “TKI yang akan saya bawa nanti ditempatkan, di sektor perkebunan, perusahaan pengalengan daging, hotel dan restoran. Sebelum diberangkatkan mereka diberikan pelatihan selama 4 bulan sebelum dokumendokumen yang mereka perlukan selesai dibuat dan mereka akan dikontrak kerja selama 2 tahun,” katanya. Rajali mengatakan, TKI baik resmi atau illegal ditangani oleh Badan Pelayanan, Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) yang bertugas memberi penyuluhan, pemahaman tentang tenaga kerja. Para TKI seharusnya terlebih dahulu masuk balai latihan tenaga kerja yang sekarang dibangun di Entikong, Kabupaten Sanggau. Namun pelayanan satu atap tersebut disiasiakan calo TKI akibat kurangnya kesadartahuan akan pentingnya balai latihan kerja tersebut bagi kualitas kinerja TKI kedepannya. Sedangkan Dinas Tenaga Kerja dan Tranmigrasi hanya bertugas sebagai penyalur. “Saat ini ada 35 cabang yang menjadi penyalur tenaga kerja. Perusahaan resmi biasanya menggandeng pemerintah untuk mensosialisaikan masalah TKI,” katanya. Rajali berharap masyarakat yang ingin bekerja di luar negeri harus dengan prosedur dan peraturan sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. []
MIMBAR | k h u s u s
KARIKATUR:
MIUN
ISWANDI
TKI Ilegal: Gugur Satu, Tumbuh Seribu Oleh Agustinah i negara kita, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) disebut pahlawan devisa. Layaknya pahlawan yang lain, TKI tidak memperoleh perlakuan istimewa tapi melakukan hal yang luar biasa bagi negaranya. Beda halnya dengan TKI illegal. Nopi (23) misalnya. “Sudah hampir 2 tahun saya bekerja sebagai teli juru tulis) di Malaysia, penghasilan saya mencapai sekitar 400 ringgit atau 1.500.000 rupiah sebulan,” katanya. Tujuan utama ia menjadi TKI
D
illegal adalah untuk membantu orangtua membiayai kuliah adiknya. Ia berkata, mencari kerja dengan ijazah Sekolah Menegah Atas (SMA) sangat sulit di indonesia. Ia mengaku pernah dikejar-kejar polisi. “Saat itu tepat pukul 4 sore, saya sudah selesai berkemas untuk pulang ke Pontianak pada malam hari. Awalnya saya mau pulang kemarin, tapi saya masih harus menunggu masa perpanjangan paspor saya yang belum selesai di urus, tiba-tiba polisi datang untuk razia rutin. Untung calon suami saya menyembunyikan saya di bawah kolong rumah orang. Jadi saya tidak Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
ikut terazia,” cerita Nopi sambil sesekali menghela nafas panjang. Dengan wajah tersenyum ia kembali melanjutkan ceritanya, setelah kembali ke daerah asalnya, ia pun menceritakan perihal luputnya ia dari razia. “Keluarga di kampung sempat panik. Karena saat itu saya akan melangsungkan pernikahan. jika sampai tertangkap (razia kewarganegaraan_Red), kemungkinan pernikahan yang sudah disiapkan keluarga di kampung akan gagal,” ungkapnya. Hal serupa juga dilakukan oleh Maryamah (34), rela meninggalkan anaknya yang baru berusia empat 33
MIMBAR | k h u s u s
IS /MIUN
PARA TKI legal yang tertangkap.
bulan, untuk mengadu nasib di Arab Saudi. Saat itu anaknya jelas masih memerlukan Air Susu Ibu (ASI). Suaminya yang bekerja sebagai petani memang tidak bisa mencukupi kebutuhan keempat anaknya. “Saya menyesal meninggalkan anak-anak saya dulu, hingga saat ini mereka tidak dekat sama saya, bahkan kadang mereka memanggil saya dengan sebutan Makyam, sedangkan ibu mertua saya dipanggil emak,” kata Maryam dengan logat Maduranya. Maryam menceritakan saat ia menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) ibu mertuanyalah yang bertugas menjaga anak-anaknya, ia memulai bekerja sekitar tahun 2005 silam. Saat itu anaknya masih 3 orang, anak pertamamya berumur 14 tahun, anak yang kedua berumur 10 tahun, sedang anak yang ketiga berumur 4 tahun. Sekitar 2 tahun bekerja ia
pulang dan mendapat anak lagi. Anak inilah yang dengan terpaksa harus ia tinggalkan saat berumur 4 bulan. Hal yang sama juga dialami Rian (4), bocah lelaki yang ditinggal kedua orang tuanya untuk bekerja di Malaysia, terdiam malu dan bersembunyi dibalik tubuh Ame’ sang paman, saat ditanya apakah ia rindu dengan ibu dan ayahnya. Sejenak kemudian, anak tunggal dari pasangan Nur dan Adi, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Sanggau dan Sungai Purun Kabupaten Pontianak itu, mulai mendekat dan mengangukkan kepalanya perlahan. Lebih kurang 3 tahun Rian berpisah dengan orang tuanya tinggal bersama Ame’ adik dari Nur. “Rian sudah terbiasa tinggal sama saya, dari umur 2 tahun, awalnya abang (ayah Rian-red) yang pergi bekerja di Malaysia. Setahun kemudian
Data Deportasi Tahun 2009 Bulan Januari
No 1 2 3 4
Tanggal
Pemulangan
5 Januari 2009 15 Januari 2009 21 Januari 2009 23 Januari 2009
7 Januari 2009 21 Januari 2009 24 Januari 2009 29 Januari 2009 Total
Jumlah L P 63 24 32 28 39 15 66 1
Total 87 60 54 67 268
SUMBER DATA: KONJEN RI DI KUCHING
34
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
kakak ipar saya (Nur_Red) juga menyusul,” ujar Ame’ yang bertugas menjaga anak dari kedua TKI tersebut. Ame’ dulunya juga TKI, setelah menikah ia tidak melanjutkan lagi, karena masa berlaku paspornya sudah habis, dan untuk menyambungnya lagi sudah tidak punya uang. Syukurlah ia dan istrinya memiliki sepetak tanah untuk bertani. “Selain itu abang saya kadang mengirim uang untuk anaknya dan disisihkan sedikit buat saya sebagai jasa menjaga anaknya,” katanya. “Orang tua Rian pergi ke Malaysia semata-mata untuk menutupi beban ekonomi yang menghimpit mereka, awalnya mereka bekerja di sana agar bisa membeli motor, biar enak jalan, eh keterusan, sekalian aja ngumpulin duit buat beli rumah,” jelas ame’ saat ditemui di rumahnya. TKI Tetap Membludak Walau Deportasi Marak Menurut Rajali, Kepala Seksi Penyediaan Dan Penggunaan Tenaga Kerja Kalbar, kebanyakan TKI yang bekerja diluar negeri, terutama TKI illegal merupakan TKI yang tingkat ekonominya rendah. Mereka sulit mencari kerja di Indonesia karena latar belakang pendidikan rendah. Sedangkan Malaysia membuka peluang besar bagi tenaga kerja dari Indonesia di bidang perkebunan, konstruksi bangunan, maupun industri perkayuan. Arus TKI ke Malaysia tetap tinggi karena kemungkinan besar terserap lapangan kerja yang ada. Kebutuhan Malaysia akan tenaga kerja terutama dari Indonesia diberbagai bidang yang dapat menyerap tinggi TKI dapat dilihat dari penempatan lapangan kerja yang ada. Berdasarkan sumber data Badan Pelayanan, Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI), penempatan TKI berjumlah 19.707 orang, yang berasal dari luar Kalbar/transit maupun dari Kalbar sendiri. Banyaknya jumlah TKI yang bekerja di luar negeri tanpa prosedur atau mekanisme resmi meng-
MIMBAR | k h u s u s hambat kinerja pemerintah. Kendala kerja pemerintah atas TKI illegal dapat dilihat dari gencarnya pemerintah Malaysia menangkap dan memulangkan TKI illegal. Namun minat masyarakat menjadi TKI di Malaysia masih sangat tinggi bahkan membeludak. Ini dapat dilihat berdasarkan sumber data Konjen RI Khucing, kondisi pemulangan TKI ilegal pada tahun 2004 sampai dengan 31 Desember 2008 TKI yang bermasalah mencapai 18.989 orang. Legal Kerja Dari Pemerintah Luar Tak dapat dipungkiri bagi TKI
yang bekerja disana, mereka sangat membutuhkan uang demi mencukupi perekonomian keluarga. Namun ada juga TKI yang termakan ajakan teman atau pihak luar untuk bekerja di luar negeri. Sebut saja Nuryati, awalnya ia ke Malaysia untuk jalan-jalan ke tempat keluarganya yang tinggal disana, kemudian ia ditawari kerja dan tidak menolaknya. Akhirnya semula visanya yang tercantum untuk jalan-jalan, diganti menjadi visa kerja. Hal ini dibenarkan oleh Rajali. “Biasanya TKI, masuk dengan perorangan dengan alasan ke luar negeri
untuk jalan-jalan atau ketemu keluarga, tapi sampai disana ditawari kerja, visa warga yang semula bukan untuk bekerja menjadi visa kerja, ini dilakukan oleh pemerintah luar, misalnya Malaysia,� katanya Rajali mengatakan untuk melegalkan visa agar menjadi visa kerja dilegalkan oleh pemerintah luar negeri dengan bayaran legal 500.000, oleh tempat mereka bekerja, seperti Malaysia yang saat ini masih banyak membutuhkan tenaga kerja. Inilah yang banyak tejadi, sehingga kesulitan bagi pemerintah untuk memantau TKI tersebut. []
Aset wisata yang perlu dilestarikan Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
35
MIMBAR | s e l i n g a n
Perjalanan Aktivis Kampus Ke UM dan UKM
Pendidikan Malaysia Lebih Maju Oleh Wanty EJ
D
ingin malam sudah tidak terasa lagi bagi rombongan studi banding aktivis kampus. Mereka ialah 12 mahasiswa terpilih yang mewakili UKM Untan. Hari itu tepat tanggal 20 Agustus 2008 pukul 21.15 mereka berangkat dari Pontianak menuju Kuala Lumpur. Tujuan pertama rombongan tersebut ialah kolej Keris Mas (salah satu asrama mahasiswa Universitas Kebangsaan Malaysia), di asrama inilah rombongan mahasiswa Untan menginap hingga tanggal 23 Agustus. Perpustakaan Perjalanan dimulai pada tanggal 22 Agustus, selama disana tempat pertama yang kami kunjungi ialah Perpustakaan terbesar di Bangi, Tun Seri Lanang sekitar pukul 10.00 WM (waktu malaysia). Perpustakaan ini
36
begitu canggih dengan kemudahaan, dan kesederhanaannya. Perpustakaan ini telah menggunakan id card yang akan di scan bersamaan dengan buku pinjaman. Selain itu pintu masuknya telah menggunakan pintu scan. Perpustakaan yang berlantai enam ini menyediakan berbagai tempat belajar. Seperti tempat peminjaman buku-buku umum dan tempat menonton tv yang berada di lantai 2, kumpulan jurnal dan ruang diskusi mahasiswa lantai 3, tempat belajar media elektronik (komputer, televisi, dan radio) lantai 4, dan lantai lima adalah tempat koleksikoleksi buku asia tenggara. Dan yang terakhir perpustakaan internet, dimana komputer hanya bisa di aktifkan dengan sidik jari pengguna yang di kenal dan terdaftar sebagai mahasiswa UKM (University Kebangsaan Malaysia) . Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
Pertemuan dengan Ketua BEM Tanggal 23 Agustus, kami mengadakan pertemuan dengan ketua Persatuan Mahasiswa UKM (PMUKM) yang bernama Alias Bin Ibrahim atau di Indonesia dikenal dengan ketua BEM atau presiden mahasiswa. Alias menjelaskan tentang organisasi mahasiswa disana. “Disini mahasiswa tidak terlalu berkiprah dalam organisasi, sebab mahasiswa lebih mengutamakan kuliah dari pada organisasi,� ungkap Alias. Selain menjelaskan tentang organisasi Alias juga menjelaskan bahwa ospek dikampusnya hanya mengenalkan fakultas dan diwajibkan untuk tinggal di kolej kediaman mahasiswa UKM. Kendaraan yang biasa digunakan mahasiswa ialah bus yang ada di lingkungan kampus dengan rute kolej- kampus. Biasanya mangkal di halte dekat kampus. Dan
MIMBAR | s e l i n g a n siapapun yang menumpangnya tidak perlu membayar alias gratis. Pertemuan dengan Orang Indonesia yang kuliah di Malaysia Setelah berjalan-jalan dan berbincang dengan PMUKM, kami menyantap makan siang yang disuguhkan disana, dan tanpa sengaja bertemu dengan salah seorang siswa Indonesia yang melanjutkan studi S3 di UKM yang bernama Ismail, berasal dari Denpasar dan merupakan salah satu dosen di Bali. Bagi mahasiswa Indonesia yang ingin melanjutkan kuliah tidak perlu lagi untuk datang ke Malaysia, mendaftar, tes, dan menunggu pengumuman kelulusan yang belum pasti. Cukup membuka situs www.ukm.my dan melampirkan daftar nilai pendidikan terakhir. Mahasiswa yang ingin mengambil S2 cukup melampirkan transkip nilai S1 di situs tersebut, kemudian memilih mengambil kuliah atau langsung menyusun tesis saja. Pilihan ini diberikan untuk mempermudah dan mempercepat kelulusan mahasiswa. Namun boleh juga mengambil kuliah dan menyusun tesis. Jika hanya ingin menyusun tesis tanpa mengikuti kuliah, maka saat melampirkan transkip nilai, wajib untuk menawarkan judul tesis yang akan di ambil dan memilih dosen yang berkompeten dibidang tersebut yang sudah ada pilihannya di dalam situs tersebut. Selanjutnya tinggal menunggu email balasan apakah lamaran yang diajukan diterima atau tidak. Indonesia Tidak Disiplin Salah seorang staf ahli pustaka Tun Seri Lanang, merupakan lulusan Universitas Indonesia mengatakan dulu banyak sekali masyarakat Malaysia belajar ke Indonesia, namun sekarang kebalikannya, banyak orang Indonesia yang belajar di Malaysia. “Sesungguhnya orang Indonesia memiliki kecerdasan yang tinggi, hanya saja mungkin karena kurang disiplin. Hal ini terbukti dari seringnya nama Indonesia yang harum dalam olimpiade-olimpiade sains di tingkat Internasional,� ungkapnya. Berkunjung ke Tempat
MIUN/WANTY
PERPUSTAKAAN terbesar di Bangi, Tun Seri Lanang, tampak dikunjungi banyak mahasiswa.
Wisata Pada tanggal 24 Agustus Pukul 06.00 rombongan kami mengunjungi kerajaan Malaysia. Kerajaan ini begitu ramai dikunjungi. Baik dari turis lokal, maupun internasional. Sayangnya peraturan pemerintah, pengunjung tidak diijinkan untuk masuk. Tampak dikejauhan, kemegahan gedung kokoh dan indah berdiri tegak di balik halaman yang begitu luas. Setelah melihat kerajaan kami melanjutkan perjalanan menuju masjid terbesar dan tertua di Kuala Lumpur tempat Raja dan Sultan Malaysia sholat. Selain itu kami langsung menuju menara kembar untuk melihat-lihat. Kami harus membeli tiket yang dijual agar bisa masuk ke gedung yang berdiri tegap dan sangat mirip satu sama lain ini terasa menjadi tangga untuk menuju keindahan langit biru. Tempat wisata terakhir yang kami kunjungi ialah tugu pahlawan, disana terdapat tugu patung pahlawan, dan berbagai monumen mini yang ada dihalaman tugu pahlawan, di tambah bangunan yang mirip dengan mesjid indah dan sangat menarik. 25 Agustus 2008 Berangkat ke Kolej Ibnu Sina/ Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
Kolej Perubatan (Asrama Kedokteran) University Of Malaya (UM). sampai disana kami disambut hangat oleh Puan Zuraini, pimpinan/ pengelola kolej salah satu dosen Fakulty Perubatan (Fakultas Kedokteran). Ada beberapa hal yang kami bicarakan. Pertama, bagi mahasiswa yang mendaftar ke UM dan tidak memiliki Biaya mendapatkan Pinjaman dari kampus untuk membayar biaya kuliah, dan setelah selesai kuliah atau selama bekerja, mahasiswa tersebut harus membayar secara menyicil dari gaji nya atas pinjaman selama kuliah tadi. Kedua, iuran kampus tidak boleh dinaikkan semena-mena oleh rektor maupun pihak kampus karena dapat menyebabkan isu politik. Kecuali dari pemerintah dan kampus berdasarkan pertimbangan tertentu. Ketiga, kampus akan mendata alumni yang belum bekerja setiap 3 bulan sekali. Dan bagi yang terdata belum bekerja akan dipanggil kembali kekampus untuk mengikuti pelatihan cara mencari kerja dan memberi lowongan pekerjaan selama 1 bulan. Diberi penginapan gratis, tanpa biaya daftar, makan gratis, dan setelah selesai pelatihan akan dibekali uang 300 RM (Ringgit Ma37
MIMBAR | s e l i n g a n laysia) atau sekitar Rp 800.000 hingga Rp 900.000 per orang. Keempat, rektor akan menjalin kerjasama yang baik dengan beberapa perusahaan dan bank-bank swasta dan negeri untuk mempromosikan mahasiswanya. Dan memberikan lowongan tersebut kepada alumni yang terdata belum bekerja tadi. 26 Agustus 2008 Pukul 10.00 setelah bersiap-siap kami telah dijemput kendaraan untuk berkeliling universitas. Dari Fakulty Perubatan, Fakulty Sains dan engeneering, Fakulty pendidikan (di Indonesia dikenal dengan Keguruan Ilmu Pendidikan). Hingga kami masuk di Museum Seni Asia. Didalam nya koleksi-koleksi barang-barang antik di Asia tampak tersusun rapi. Beberapa yang membuat hati sedikit sakit. Ketika kami disuguhi penampilan bermain gamelan oleh karyawan disana. Gamelan, alat, dan musik yang kami dengar sangat tidak asing ditelinga. Ini adalah musik gamelan Jawa. Tapi telah di hak patenkan oleh Malaysia. Sapi’ dayak pun di hak patenkan Malaysia, dan Batik rencananya pun akan di hak patenkan di negara kecil namun makmur itu.
Malam harinya kami telah membuat janji makan malam bersama Puan Zuraini dan beberapa pejabat serta dosen UM. Setelah berpakaian rapi. Malam itu kata perpisahan terucap dari kedua belah pihak, pihak rombongan lawatan, dan pihak UM. Karena keesokan harinya kami harus meninggalkan UM. Tukar kenang-kenangan pun menjadi salah satu urutan acara malam itu. Acara selesai sekitar pukul 21.00. kami kembali ke kolej, sedangkan PAK Ishak, Pak Yono, dan Pak Usman gani beserta Puan Zuraini beserta beberapa pejabat lain menuju tempat pertemuan dengan Pak Chairil, Rektor Untan yang kebetulan saat itu baru tiba di Kuala Lumpur untuk menandatangani MOU bersama UM. 27 Agustus 2009 Kembali melanjutkan perjalanan menuju UITM di Kota Samarahan. untuk menghadiri acara festifal Tari Borneo. Kebetulan salah satu peserta merupakan sanggar/ kelompok tari dari Universitas Tanjungpura Pontianak. Setelah pembukaan, penampilan beberapa sanggar tari dari beberapa Universitas di Malaysia, tiba giliran Sanggar Tari Untan yang menampilkan tarian “Begurau” dengan Tema “Keceriaan Pemuda-
MIUN/
WANTY
SALAH SATU DARI BANYAKNYA KOLEKSI YANG ADA DI MUZEUM SENI ASIA DI UNIVERSITY OF MALAYA YANG BERUPA TOPENG UKIR KAYU
38
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
Pemudi di pesisir Pantai”. Suara kami begitu riuh. Meski hanya 10 orang, tapi kami tetap semangat memberi dukungan kepada sanggar Tari Untan ketika tampil dipanggung. 28 Agustus 2008 Hari ini hari terakhir kami berada di Malaysia tepatnya di Kucing. Karena esok pagi pagi sekali kami harus kembali ke Indonesia. Meski telah melalui hari dari tanggal 21 agustus 2008, kami tetap tidak merasa lelah. Memang kondisi tu-
Sesungguhnya orang Indonesia memiliki kecerdasan yang tinggi, hanya saja mungkin karena kurang disiplin. Hal ini terbukti dari seringnya nama Indonesia yang harum dalam olimpiade-olimpiade sains di tingkat Internasional buh beberapa orang dari kami saat itu ada yang tidak fit, terkena flu, dan batuk, kami tetap tidak mau membuang-buang kesempatan untuk berjalan-jalan sebelum Pulang. Festifal Tari Borneo Festifal tari borneo dilaksanakan di University Tekhnologi Mara (UITM) pada tanggal 27-29 Agustus 2008. Kegiatan yang diikuti beberapa Universitas di Borneo yang salah satunya Universitas Tanjungpura Ini melombakan beberapa tarian diantaranya “tarian begurau, tarian melayu di pesisir pantai, dan tarian pemuda pemudi bergurau di pantai”. Acara ini diadakan di aula UITM kota Samarahan, kucing, Malaysia. Ini merupakan kali kedua acara festifal ini dilaksanakan. Acara pertama tahun 2006. Acara yang dilaksanakan 2 tahun sekali ini diikuti 7 tim, yaitu Untan Kalimantan Barat, Universitas Mulawarman Kaltim, UITM Sarawak, UITM Sabah, UMS Sabah, UMS Sarawak, dan Universitas Tun Abdul Razak. Menurut Dini, Ketua Panitia Festifal Tari Borneo, acar ini ditujukan untuk merangkul kebudayaan generasi muda, untuk merapatkan
MIMBAR | s e l i n g a n silaturahim dikalangan mahasiswa Borneo, untuk meningkatkan aktivitas sehat, dan persaingan sehat antar mahasiswa Borneo. “Acara memang bagus untuk mengumpulkan mahasiswa Borneo di satu tempat untuk meningkatkan persaingan sehat,” ujar mahasiswa yang sangat ramah ini ketika dihubungi melalui line telefon dengan logat melayu malaysianya yang kental. Acara yang digelar ini menghabiskan dana 100 RM atau Rp 270.000.000 hingga Rp 300.000. 000 dana tersebut diperoleh melalui bantuan pemerintah dan sponsor sebesar 50% dan 50% dari UITM sendiri. Kegiatan ini melibatkan 200 orang pelajar (mahasiswa UITM sebagai panitia acara. Peserta yang mengikuti perlombaan ini diinapkan di Hotel Sri Serapidan Sri Mulu yang terletak tidak begitu jauh dari kampus UITM yang memiliki luas 250 Ha. Tim Kalimantan Barat yaitu Universitas Tanjungpura yang berjumlah 10 orang
MIUN/DOK
BERFOTO bersama, Mahasiswa Aktifis Untan dan Pengurus Perpustakaan University Of Malaya.
ini menampilkan tarian begurau dengan tema “Pemuda- Pemudi di pesisir pantai.” Dalam final yang dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus ini Untan
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
merebut juara 3. Ditahun 2006 Untan memperoleh juara pertama, dan harus melepaskan piala bergilir yang mereka peroleh di tahun 2006 kepada UITM Sarawak.[]
39
MIMBAR | r e a l i t a
Menguak Manipulasi Pemilu di Pedalaman Oleh Heriyanto Desa Tekelak terletak di seberang Sungai Melawi, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Untuk sampai ke desa ini, dari Pontianak harus menempuh perjalanan setidaknya 1215 jam, dengan menggunakan bus, hingga sampai di terminal Nanga Pinoh. Selanjutnya, bisa menggunakan jasa ojek untuk mengantar ke pangkalan motor tempel di tepi Sungai Melawi. Desa ini tak bisa dijangkau lewat jalan darat. Harus menggunakan kapal tempel, yaitu kapal motor dengan mesin berkekuatan kecil. Ini satu-satunya moda transportasi menuju ke sana. Sampai di seberang pun masih harus dilanjutkan dengan berjalan kaki selama beberapa waktu. Di hari Pemilu 9 April lalu, Eka Trisnawati datang ke TPS. Warga Desa Tekelak itu menyerahkan 3 surat undangan memilih kepada petugas TPS: surat undangan atas nama Eka, juga kakak dan ibunya. Dari petugas ia mendapatkan dua belas surat suara, untuk memilih anggota DPD, DPRD tingkat Kabupaten dan Provinsi, serta DPR Pusat. Eka Trisnawati lantas menyontreng semua surat suara yang diterima. Eka bukan satu-satunya warga Desa Tekelak yang menyontreng untuk orang lain. Dia bercerita pada saya, selain dirinya banyak lagi warga lain yang juga menyotreng untuk orang lain pada pemilu lalu. “Tidak bisa dihitung banyaknya. Perwakilan di desa tuh banyak, banyak yang malas ngantri jadi suaranya diwakilkan dengan orang lain,” kata. Menurut Eka para saksi parpol, juga petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara KPPS sudah 40
mahfum soal ini. Bahkan, Kepala dusun menyontreng hingga 40 surat suara. “Kalau jumlah suara yang diwakilkan sih ndak tentu, kadang satu, ada juga kemaren kepala dusun mewakilkan 9 sampai 10 orang. Karena mereka ndak mampu ngantri, jadi diwakilkan ke orang lain, lagian katanya banyak perlu laen,” ceritanya. Eka sendiri tak menyadari apa yang dilakukannya itu melanggar peraturan. Soal siapa yang dipilih, terserah orang yang mewakilkan. Pilihan apa pun tak jadi soal. Yang penting suara tak mubajir, karena tak digunakan. “Prosedurnya, misalnya kita kasih 5 perwakilan, kita langsung dipanggil trus kita jelaskan ini perwakilan, orangnya nggak bisa datang alasannya gini gini, trus kita dikasih langsung untuk 5 orang. Trus untuk perwakilannya kalau lagi ngambang nggak punya pilihan, yah pilihannya terserah orang yang mewakilkan tersebut.” Begitu Eka Trisnawati menceritakan kembali apa yang ia lihat. Di daerah-daerah pedalaman Kalimantan Barat seperti di Kabupaten Sanggau, Sintang, Sekadau, dan Melawi manipulasi suara Pemilu memang sangat rentan terjadi. Warga pedalaman menghuni perkampungan yang terisolasi dan sulit dijangkau. Dengan sarana transportasi yang buruk, pengawasan sulit dilakukan. Modusnya macammacam, mulai dari mewakilkan suara ke orang lain, sampai jual beli suara antar caleg. Saya menelusuri lagi praktik manipulasi Pemilu di pedalaman ini. Di Kabupaten Sintang, lokasinya lebih 6 jam perjalanan darat dari Melawi dengan kondisi jalan rusak, Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
saya bertemu Domitius. Warga Desa Gemba Raya ini bercerita, praktik mewakilkan pemilih juga terjadi pada Pemilu 2004. Tapi aturan main di desa ini menyebut, yang mewakilkan harus masih punya ikatan saudara. “Pokoknya 1 rumah bisa diwakilkan 1 orang. Istri bisa diwakilkan suami. Dalam satu rumah misalnya 4 orang, yang bisa turun 2 orang khan bisa mewakilkan 2 orang,” ujar Domitius, suatu sore. Kebetulan lain lagi, Pemilu berlangsung saat musim panen raya padi. Alhasil, lebih banyak warga yang memilih ke ladang ketimbang menyontreng. Supaya suara tak hangus, suara pun diwakilkan. Seperti yang dilakukan keluarga Markus Ribai, kerabat Domitius. “Beberapa alasan khan, yang pertama untuk sekarang khan rumit, ada juga alasan pribadi kayak berladang. Di pedalaman khan banyak orang Dayak, sekarang ini khan lagi musim berladang, panen. Mereka yang berladang cenderung nggak balik, ya lebih baik diatur saja di desa, biasanya begitu,” cerita Ribai. Kepala Desa Gemba Raya Petrus Nian membenarkan adanya kebiasaan warga mewakilkan suaranya ini. Menurutnya Undang-undang Pemilu memang melarang praktik perwakilan seperti ini. “Tapi ini langkah terbaik ketimbang kehilangan suara,” kata Petrus, lelaki yang juga beberapa kali menjadi petugas pemungutan suara. “Sebagai peraturan itu memang tidak bisa sebetulnya, tidak bisa diwakilkan. Tapi saya rasa hal itu kita cari yang terbagus. Yang terjadi di desa yang penting bisa dipertanggung jawabkan dan tidak melanggar
MIMBAR | r e a l i t a hukum, itu saja, memang dalam peraturan negara tidak boleh. Tapi kalau saya rasa di kampung ini kita cari yang termudah sajalah.” Kendala lain yang mendorong praktik mewakilkan suara adalah tak bisa baca tulis. Seperti yang terjadi di Desa Ensaid Panjang, Kabupaten Sintang. Untuk menuju sampai ke Desa ini bukan hal yang mudah. Desa ini letaknya terpencil, jalan menuju ke sana rusak parah, sempit lagi. Di kanan kirinya semak belukar yang belum dijamah. Jarak antara desa luar dan desa ini cukup jauh. Desa ini dikelilingi hutan belantara. Di rumah betang, yakni rumah adat suku Dayak yang berbentuk memanjang, ada Haru Morgan yang tak bisa berbahasa Indonesia. Ia tak bisa baca tulis, karenanya ia mewakilkan suara ke orang lain. “Saya sebenarnya ingin memilih, tapi saya tidak tahu bagaimana caranya. Sulit. Nanti takut salah. Soalnya saya tidak bisa baca tulis. Kata mereka diwakilkan saja. Pilihannya terserah mereka,” ujar Haru Morgan dalam bahasa Dayak. Dedy Armayadi, aktivis yang selama ini mendampingi warga desa di sana, mengakui, peluang terjadinya manipulasi suara sangat besar. Partai politik mencuri kesempatan dari paktik seperti ini. Apalagi petugas pemungutan suara banyak yang jadi simpatisan partai tertentu. “Katakanlah misalnya pemilih di
suatu kampung itu 500, yang datang tidak sampai 100 orang untuk beberapa TPS. Di kampung, untuk melakukan kecurangan itu sangat besar. Terutama pengurus TPS yang punya kaitan erat dengan partai tertentu, sehingga warna setiap TPS itu berbeda-beda. Namun umumnya kalau misalnya di kampung tidak jauh dari partai-partai merah.” Partai merah yang dimaksud Dedy adalah PDI Perjuangan. Partai ini memang menguasai perolehan suara di daerah pedalaman, baik di Pemilu 2004 maupun 2009. Selain PDI Perjuangan, Golkar juga berkuasa di sana. Kepatuhan masyarakat pedalaman kepada pemimpin lokal juga kerap dimanfaatkan partai politik. Pilihan politik, yang harusnya jadi pilihan pribadi, pun diarahkan. Imbalannya biasanya sembako, mesin genset dan BBM, atau janji perbaikan jalan. “Mereka itu pada pemilu mengajak masyarakatnya untuk memilih partai tertentu, caleg tertentu. Realnya sih seringkali dari pengalaman yang ada si pemimpin itu mengarahkan siapa yang harus dipilih dari partai mana, kemudian orangnya siapa, apa yang akan diberikan jika yang dipilih itu menang.” Ketua KPU Kalbar, AR Muzammil, mengaku terkejut begitu tahu soal ini. Menurut dia, ini melanggar azas Langsung Umum Bebas dan Rahasia. “Kalau langsung itu berarti
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
khan si pemilih langsung memberikan suara, jadi tidak boleh diwakilkan, yang disebut dengan one man one vote itu. Jadi tidak bisa satu orang mewakilkan meskipun itu keluarga, jadi nggak ada itu aturan seperti itu, kalau itu terjadi berarti itu khan pelanggaran,” kata AR Muzammil di ruang kerjanya. Tapi apa mau dikata, pengawasan memang sulit dilakukan. Yang disalahkan adalah kondisi geografis yang sulit ditaklukkan. Ketua KPU Sintang M Ade Iswadi hanya bisa meminta petugas Panwas juga masyarakat membuka mata lebar-lebar. Menurutnya pengawas di lapangan yang mestinya bekerja maksimal dan melakukan pemantauan. “Apalagi masyarakat sekarang,” kata Iswadi, “bisa menjadi pelapor kepada panwas yang bisa ditindaklanjuti. Masyarakat luas harus turut mengawasi agar tidak terjadi pelanggaran.” Praktik mewakilkan suara mau tak mau ikut memicu praktik manipulasi suara yang tak terkendali, juga tak terawasi, di pedalaman Kalimatan Barat. Seperti apa? Di Kabupaten Sanggau, Sintang dan Melawi Kalimantan Barat, kerap terjadi praktik manipulasi suara. Ini adalah tiga kabupaten yang sama, tempat sering terjadinya perwakilan suara ke orang lain. Kondisi geografis lagilagi menjadi kambing hitam dari praktik manipulasi suara. “Kerawanan masalah manipulasi suara di KPPS itu ada,” kata Subiakto, ketua Panwaslu Sanggau Subiakto. “Terus terang saja, kita dengan tenaga yang terbatas ini kemungkinan itu pasti ada yang lolos, tetapi kita berusaha semaksimal mungkin untuk bisa mengantisipasi terjadinya manipulasi suara itu, penggelembungan suara itu.” Di Kecamatan Sayan, Kabupaten Melawi, saya bertemu Fiman, warga setempat. Ia menyaksikan sendiri betapa ramainya politik uang saat Pemilu berlangsung. Firman mengungkapkan, tim sukses caleg memberi uang langsung ke rumah-rumah. “Ya bertamu. Mereka bawa kartu nama, bawa amplop dan dibe41
MIMBAR | rs e al il ni tg aa n rikan langsung. Ada yang satu rumah 5 orang mereka letak 500 ribu.” Praktik bagi-bagi uang disebut warga dengan istilah ’Bantuan Langsung Tunai’ atau BLT. “Khan Langsung Tunai ngasihnya. SBY jak bisa ngasih BLT, jadi caleg caleg pun bisa ngasih BLT. Seratus (ribu) satu orang. Jadi jangan salah sangka, kalau di sini nyebut BLT, bukan BLT dari pemerintah, tetapi BLT caleg,” ujar Firman, terkekeh. Menurut Firman, hal ini sudah biasa. “Dari pemilu kemarin-kemarin juga begitu. Karena pengawasannya kurang ketat, Panwaslu kan nggak bisa ngomong apa-apa. Ada panwaslu, tetapi ya nggak bisa, Panwas khan orang situ. Mau dia nggak selamat?” Firman bercerita, malam sebelum Pemilu, ada yang tertangkap basah sedang membagi-bagikan uang kepada warga. Warga yang menerima uang melapor, tapi bukan ke Panwas melainkan ke tim sukses caleg lain. Tim ini sudah menjanjikan sejumlah uang, jika warga melaporkan ada pemberian uang dari caleg lain. “Cara mancingnya gini. Kau dikasih seratus ribu, kau ngasih tahu aku, aku kasih kau 500 ribu. Jadi dah dipancing dulu. Jadi ada belasan orang yang nerima yang lapor. (Mereka) balek lapor ke tim sukses lain. Mereka pun sudah dapat sopoi dari tim sukses lain yang jelas lebih besar,” kata Firman, menjelaskan strategi yang biasa digunakan untuk menjebak pemberi uang. Samin, bukan nama sebenarnya, adalah caleg dari sebuah partai baru yang perolehan suaranya masuk 10 besar versi tabulasi KPU. Ia mengeluarkan uang demi membeli suara, juga barang seperti sembako atau semen. Bagi Samin, ini adalah strategi menang. “Strategi untuk memenangkan Pemilu, baik Pemilu yang lalu-lalu maupun yang sekarang ini ada berbagai macam taktik, ada yang sesuai jalur sesuai hukum mulai dari sosialisasi atau memberikan bantuan dll, pra pemilu termasuk money po42
litik itu termasuk pra pemilu,” ungkap Samin, meski akhirnya ia kalah di TPS sendiri. Caleg lain, Ade Dinato, berasal dari partai yang jumlah suaranya masuk lima besar versi tabulasi KPU. Ia mengakui fenomena politik uang sering terjadi, meski ia mengaku tak terlibat. Serangan Fajar inilah yang dinilainya merontokkan suaranya, termasuk di daerah yang ia klaim sebagai basis massanya. Warga Melawi biasa menyebut serangan Fajar itu bom. Di sana, bom masih sangat kental. Ade Dinato mengatakan, banyak bentuk yang dilakukan saat “pengeboman”. “Ada yang ngasih duit, ada yang berupa barang. Kemasannya berbeda-beda, ada juga yang bikin acara padahal itu sudah hari tenang. Pulangnya dikasih uang, Kadang mereka sudah bentuk tim untuk nyebarkan orang untuk nyebarkan uang, dan itu dicatat,” rinci Ade Dinato, suatu malam, beberapa hari setelah Pemilu. Modus lain adalah melibatkan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara KPPS. Anggota KPPS yang akan menyontreng surat suara warga. Menurut Firman, saksi partai dan KPPS bekerjasama untuk menutupi aksi ini. Banyak warga yang tak tahu kalau suara mereka dicurangi. Dari cerita Firman diketahui, aksi ini banyak dilakukan di daerah yang pengawasannya kurang, terutama di perkampungan. “Pengawasan khan kurang ketat, tingkat buta huruf tinggi, sosialisasi KPU kurang. Mana mereka tahu kalau yang dibagikan surat suaranya empat. Rata-rata dicobloskan KPPS,” ungkap Firman, menghela napas. “Ada daerah namanya Nanga Kompi, masuk sana lagi, dua orang saksi yang satu diusir, sama penduduk situ. Siapa berani orang bawa mandau, bawa parang, siapa mau nunggu, kalau aku sih ndak, bagus lari!” cerita Firman dengan mimik serius. Tapi apa yang disampaikan Firman tidak sampai di situ. Hal yang mengejutkan, surat suara yang sisa biasanya akan digasak oleh KPPS. Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
“Karena banyak warga yang tak datang ke TPS, petugas lah yang menyontreng, berdasarkan kesepakatan dengan saksi dan petugas lain,” tambahnya. Alhasil surat sisa jarang ditemui di daerah-daerah pedalaman, meski daerah itu tingkat pendidikannya rendah. Firman mencontohkan, “Misalnya khan DPTnya 300, yang datang ke TPS paling 200, khan masih sisa 100 tuh, nah yang 100 itu akan dibagi lagi kesepakatan saksi dan pengurus KPPS-nya dan perangkat di situ akan dibagi ke semua saksi, misalnya saksi ada 10 berarti dibagi 10 per saksi. Nanti terserah saksi itu mau milih siapa, jadi 1 saksi akan mewakili 10.” Ketua KPU Kalbar AR Muzzammil mengatakan, tingkat partisipasi pemilih di daerah pedalaman Kalbar memang cukup tinggi. Rata-rata diatas 80 persen. “Kalau dibandingkan dengan perkotaan, tingkat partisipasi di Pedalaman memang jauh lebih tinggi,” ujar mantan Wakil Ketua Panwaslu Kalbar ini. Samin, caleg dari salah satu partai baru yang jumlah suaranya masuk 10 besar KPU, memberi kesaksian lain. Diakuinya, antar caleg yang berbeda partai kerap saling negosiasi supaya suara dialihkan demi menambal kekurangan suara. Jual beli suara ini biasa dilakukan di tingkat KPPS, dengan mengubah Rekap Berita Acara sebelum dioper ke Panitia Pemilihan Kecamatan. Samin menantang untuk membandingkan rekap suara berdasarkan catatan saksi dengan rekap Berita Acara di PPK. Betul saja. Rekap suara beberapa TPS di PPK Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi berbeda dengan BAP yang ditandatangani saksi dan panitia pemilihan. Hasil penghitungan dari TPS 1 Sidomulyo misalnya, ada satu partai yang hanya mendapatkan 21 suara. Tapi begitu rekap sampai di PPK, angkanya melonjak menjadi 236 suara. Sementara di TPS 2, Berita Acara saksi menulis 70 suara untuk partai tertentu, tiba-tiba angka itu berubah jadi 187 suara. Ini baru sa-
MIMBAR MIMBAR | s| e r e l ianl gi at n a
MIMBAR | k a j i a n
tu TPS, karena diduga masih banyak TPS lain yang punya kasus serupa. Menurut Samin, dalam negosiasi jual beli suara antar caleg ini biasanya ada nominal uang yang disebut, atau kompensasi lain.”Yang jelas ada negoisasi antara mereka apakah uang langsung atau kerajsama ke depan atau lain-lain, tapi yang jelas ada komunikasi yang intensif antar mereka baik sebelum melakukan pemilihan atau setelah itu. Panwas juga dimainkan bagaimana meredam angka-angka itu tadi,” ungkapnya. Samin menolak menyebutkan partai yang terlibat. Di ibukota Kabupaten Melawai, Nanga Pinoh, saya menyaksikan sendiri bagaimana tim sukses satu
partai bekerja. Di kantor sekretariat partai, seorang caleg dirayu untuk mengalihkan suaranya ke partai lain. Praktik politik uang ini bukannya tak terdata. Panwaslu Kalimantan Barat melaporkan, dari total 59 pelanggaran pidana Pemilu 2009, sebagian besar soal politik uang dan penggelembungan suara. Menurut Hawad Sriyanto dari Panwas Kalbar, praktik ini umumnya terjadi saat kampanye rapat umum atau masa tenang. “Bahkan di beberapa daerah pasca pencontrengan hari kamis tanggal 9 itu masih dijumpai banyak indikasi penggelembungan surat suara di beberapa daerah di pedalaman maupun pesisir,” tegas Hawad,
di ruang kerjanya. “Ada beberapa pelaku politik uang yang sudah dijatuhi vonis pengadilan.” Daerah pedalaman Kalimantan, dengan kondisi geografis yang sulit dan akses transportasi yang tak memadai, jadi wilayah yang tepat untuk melakukan manipulasi suara. Semua sudah tahu sama tahu, sehingga tak perlu khawatir kasakkusuk ini bakal terungkap. Lupakan saja asas ’luber’ di sana karena uang bisa bicara. Sementara warga banyak yang tak tahu, hak mereka telah dicurangi.[] Heriyanto, mantan ketua LPM Untan, sekarang bekerja untuk Kantor Berita Radio 68H Jakarta.
Perempuan dalam Pemilu 2009 Oleh Rosmaniar
S
etiap proses demokrasi pemilihan umum harusnya menghasilkan wakil rakyat yang aspiratif dan terbaik. Demokrasi yang sehat akan terwujud dengan adanya kesetaraan dan kebebasan memilih. Kesetaraan kemampuan rakyat untuk memilih, menilai wakil-wakilnya, diperlukan pendidikan politik rakyat dan kebebasan jaminan untuk bisa memilih tanpa ada paksaan, tekanan atau ikatan dalam bentuk apapun termasuk uang. Kampanye Pemilu Legislatif yang telah berlangsung pada 9 April 2009 yang dimulai sejak hari Sabtu tanggal 12 Juli 2008. Kampanye ini diikuti oleh 44 Parpol peserta Pemilu 2009. Kampanye yang dimulai 9 bulan sebelum hari pemilihan diharapkan berbagai pihak termasuk pihak KPU dijadikan ajang pihak parpol, tidak hanya untuk melakukan sosialisasi juga untuk melakukan pendidikan politik masyarakat. Bisakah harapan untuk melakukan pendidikan politik yang bertujuan agar Pemilu 2009 bisa berlangsung dengan damai dan menghasilkan wakil rakyat dan pemimpin absah dan berkualitas itu dibebankan kepada parpol saja. Partai politik di Indonesia sejak dulu tidak menjalankan fungsinya seperti melakukan pendidikan politik, komunikasi politik dan penengah konflik; parpol di Indonesia hanya berperan sebagai alat pencari dan mengakumulasi kekuasaan. Meski Parpol sudah diharuskan oleh UU No.2 Tahun 2008 untuk melaksanakan pendidikan politik tetap saja pesimis bahwa Parpol akan menjalankan tugasnya untuk melakukan pendidikan politik dengan baik. Pendidikan politik yang dilakukan oleh civil society dengan masif dan pendekatan yang tepat, akan berhasil dan bisa mendorong pelembagaan demokrasi yang kokoh di Indonesia. Berdasarkan pengalaman Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) pendekatan
dialog adalah cara cukup efektif dalam melakukkan pendidikan politik. Keterlibatan perempuan dalam proses politik masih rendah dan masih jauh dari kuota 30% afiirmative action untuk perempuan hal tersebut dapat dilihat dari hasil Pemilu 2004 dianggap paling demokratispun keterwakilan perempuan distruktur kekuasaan dan proses pengambilan keputusan tetap rendah baik di lembaga eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Di Lembaga perwakilan rakyat, wakil rakyat masih didominasi laki-laki, baik di tingkat nasional (89%), tingkat Propinsi (92%), maupun tingkat Kabupaten/ Kota (>95%), bahkan sebagian dari DPRD tingkat Kabupaten/Kota 100% anggotanya adalah laki-laki. Di Kalbar hanya ada 3 perempuan di legislatif tingkat propinsi dan untuk Kota Pontianak dan Kab. Pontianak tidak ada perempuan. Pentingnya pendidikan pemilih dirasa perlu, karena sistem pemilu mengalami pembaruan, sehingga secara filosofi maupun teknis perlu direspon partai, masyarakat dan perempuan, pendidikan pemilih sebagai sarana partisipasi politik partai, masyarakat dan perempuan. Bagaimana masyarakat memiliki nalar kritis menilai partai yang mewakili kepentingannya, sehingga memiliki kemandirian dalam arti sejauhmana mereka mengawali janji partai untuk mengangkat kepentingan mereka. Sudah saatnya masyarakat tidak lagi menjadi objek eksploitasi partai ketika kampanye pengerahan massa, dan setelah selesai pemilu mereka ditinggal oleh kepentingan partai tersebut atau kepentingan pribadi, Pendidikan pemilih juga harus secara serius mendorong terwujudnya partisipasi perempuan dalam proses politik sehingga terwujud tatatan masyarakat yang demokratis. Rosmaniar, PPSW Borneo.
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
43
MIMBAR | r e f l e k s i
Cita-cita kok PNS? Oleh Agustinah anya berkisar 10 persen orangtua di Pontianak yang tidak ingin anaknya menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), sedangkan selebihnya ingin anaknya menjadi PNS. Hal itu diungkapkan oleh Wenty Marina Minza Staf Pengajar Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada (UGM) dan peneliti pusat studi kependudukan dan kebijakan UGM. Wenty mengatakan kebanyakan remaja Pontianak dibilang sukses apabila sudah menjadi PNS. Sukses tersebut tentu saja berasal dari pengaruh keluarga, yang menciptakan pandangan bahwa sukses ialah PNS. Ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja yang dijumpainya ratarata hanya berkerja sebagai sales, penjaga warung dan pencuci motor. Padahal dilihat dari tingkat pendidikan terakhir mereka adalah SMU. Wenty menjelaskan, remaja yang dapat bekerja dikantoran masih terbilang sedikit, bahkan sangat jauh dari jangkauan mereka. Untuk itu menjadi PNS adalah pekerjaan sukses yang sangat diidam-idamkan. Selain itu, Wenty mengatakan hasil penelitian yang diperolehnya dari beberapa mahasiswa, juga berbalik dari yang akan diharapkannya, dimana ilmu yang seharusnya mereka dapatkan tidak mereka dapati. “Mahasiswa yang saya wawancarai, mengeluh karena mereka tidak mendapatkan ilmu yang seharusnya sesuai dengan jurusan yang mereka ambil. Begitu pula dosen, hasil penelitiannya diperoleh kebanyakan mahasiswa masuk tidak sesuai dengan jurusan yang mereka inginkan, sehinga ilmu yang diajarkan tidak terserap sempurna,” kata Wenty. Dari siklus remaja Pontianak yang diungkapkan oleh Wenty, remaja kesehariannya sekolah, dilanjutkan dengan kuliah bila memang dimungkinkan secara finansial, sete-
H
44
lah itu sehabis kuliah remaja mengharapkan memperoleh kerja yang sesuai dengan gaji yang mencukupi sehingga dapat membeli rumah lalu menikah. Siklus tersebut merupakan impian rata-rata remaja Pontianak. Diungkapkan oleh Julia aktivis perempuan Kalbar, remaja Pontianak memiliki impian yang standar, dimana impian tersebut hanya seputar kuliah, kerja dan menikah. Mario Rutten pengajar di Universitas Van Amsterdam dan merupakan peneliti relasi kapasitas-buruh dan issue globalisasi, mengatakan bahwa saat ini, bukan hanya Indonesia, Pontianak, tapi saat ini dunia sedang mengalami krisis global sehingga masyarakat membuming untuk mencari pekerjaan di pemerintahan. Psikologi PNS hidup akan lebih aman. Kebanyakan orang tua ingin anaknya menjadi PNS alasannya ialah hidup akan lebih aman, kerja yang enak dan dapat pensiun. Hal ini diungkapkan oleh Afrida, ia mengatakan orang tuanya sangat ingin ia menjadi PNS dengan alasan PNS akan membuat hidupnya akan lebih aman, dan mendapatkan uang pensiun kelak. Begitu pula yang diungkapkan oleh Rapea, remaja Pontianak lulusan AMD komputer, ia mengatakan ingin menjadi PNS, saat ini ia melanjutkan kuliah di FKIP agar menjadi guru dan lebih banyak peluang PNS. “Kerjaan lain tidak lebih baik, kecuali jadi anggota dewan,” ungkapnya. Beni masyarakat Pontianak mengatakan, kebanyakan orang tua ingin anaknya menjadi PNS ialah berangkat dari sejarah. Pada jaman belanda, masyarakat banyak dikuras uangnya, dan tenaganya, sehingga mereka beranggapan dari pada dikuras uangnya lebih baik kita yang menguras. Hal serupa juga diungkapkan Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
oleh Memet, remaja Pontianak mengatakan, ia ingin menjadi PNS untuk merubah birokrasi, dimana saat ini PNS dijadikan ladang untuk mencari nafkah sehingga banyak yang menyalahgunakan jabatannya. Selain itu pendidikan saat ini tidak mampu menjawab tentang kurangnya ilmu yang didapat. Berbeda dengan mahsiswa FKIP ekonomi muhammad Sanjaya. Mahasiswa angkatan 2004 ini mengatakan tak berminat untuk menjadi PNS. Menjadi wirausaha lebih menjanjikan. sedangkan jika menjadi PNS kreativas tidak dapat berkembang dengan sesuai keinginan. “Dengan berwira usaha kita dapat mengatur waktu kerena tidak terikat. Selain itu bebas mengembangkan ide “ ujar mahsiswa yang biasa dipanggil Jaya. Nur Iskandar Pimred salah satu harian di Pontianak mengatakan, saat ini remaja harus memperoleh keterampilan di sekolah dengan serius, karena bila digeluti secara serius akan memperoleh keterampilan dan akan mampu bersaing di dunia kerja dan gajinya tidak kalah dengan gaji PNS. “Keluarga juga punya peranan penting, dimana satuan keluarga harus membukakan cakrawala untuk anaknya mencari kerja apa saja selain PNS sesuai dengan keterampilan yang digelutinya,” kata Nur Is Nur Is mengungkapkan untuk menjadi sukses tidaklah harus terpenuhinya secara materi tapi kapuasan batiniah karena itu cobalah menjalani sesuatu dengan kesabaran, yang saya lihat saat ini anak muda banyak yang manja dan malas. Lain halnya dengan Julia pekerja issue perempuan dan masyarakat adat Kalbar, mengatakan anak remaja biasanya diburuh kemandirian secara finansial, sehingga menyebankan mereka memilih pekerjaan yang aman dan tidak menanggung resiko.[]
MIMBAR | t o k o h
Rahmidan:
Pengungsi Sukses Menganyam di Pontianak eranjang, kipas, tas, topi, miniatur hewan merupakan hasil anyaman keladi air yang dihasilkan dari tangan dingin ibu tiga anak ini. Barang-barang itu kini ramai mewarnai pasaran di Pontianak. Rahmidan beserta keluarga bisa hidup dengan usaha kerajinan anyaman tersebut. Namun di balik itu semua, perempuan, 39 tahun ini memiliki kisah hidup yang tidak mudah dalam membangun bisnisnya seperti sekarang. Siapa sangka Rahmidan merupakan korban kerusuhan Sambas tahun 1999. Padahal sebelumnya ia yang mengaku orang Pontianak asli ini sudah memiliki toko sembako. Sementara suaminya berprofesi guru. Ketika kerusuhan terjadi, ia pun harus pindah di sana. Kala itu pun ia tengah mengandung empat bulan. "Saya sampai ngungsi ke gudang indomie. Sama sekali gak ada bawa apa-apa. Cuma bawa baju yang melekat di badan. Saya sampai tidak pakai alas kaki," tuturnya. Dalam keadaan serba kekurangan materi ia pun tak putus asa. Begitu melihat adiknya, Rahyuni yang piawai menganyam keladi air menjadi barang kerajinan dan bisa menghasilkan rupiah, hatinya tergerak untuk ikutan. Begitu sang adik beranjak ke Jawa untuk melanjutkan sekolah, maka mulai saat itu dia yang meneruskan usaha anyaman ini. Rahmi menjajakan berupa barang anyaman tersebut di pasar. Berapa kali ia merasakan ditolak oleh orang. Ia kembali berinisiatif menawarkan anyamannya kepada penjual toko kelontong berkebangsaan Tionghoa untuk keempat kalinya sambil menangis.
K
"Mungkin karena kasihan, si penjaga toko tak hanya beli anyaman itu. Tapi juga memberi saya modal sebesar Rp 100 ribu rupiah. Modal ini saya pakai buat beli bahan baku anyaman," ujarnya. Kemudian ia bertemu Emi Mokhtar dari sebuah asosiasi yang menaungi UKM. Wanita ini lah yang mengajak Rahmi ke dalam sebuah seminar. Beberapa investor tertarik untuk memberikan modal. Seperti dari pupuk Kaltim dan Bank Kalbar. Lewat bantuan Bank Pembangunan Daerah ini, Rahmi dan anyamannya bisa ikut dalam beberapa pameran. Sekarang dengan dibantu 20 karyawannya ia terus memproduksi. Akan tetapi karyawannya yang mengerjakan di rumah mereka. "Karena karyawan saya ada yang janda dan cacat. Biar mereka gak terlalu repot. Bahan baku saya antar. Terus kalau sudah jadi, saya ambil lagi," katanya. Kini dalam sebulan ia mampu memproduksi 2000-3000 barang Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
anyaman dengan omzet sekitar Rp 3 juta- Rp 4 juta. Walau telah sukses mengembangkan bisnis tersebut, perempuan ini tetap membantu rekan-rekannya yang melakoni usaha yang sama. Dia menolak memasarkan anyamannya di banyak tempat di sini. Alasannya karena khawatir bila teman-teman seprofesinya tidak memiliki pasaran. Sehingga ia memilih pasar untuk masuk ke sana. Namun ia pun melayani untuk pemesanan dalam partai besar seperti halnya dari Kuching. Selain bisnis anyaman, Rahmidar mulai berkiprah juga untuk usaha batako press. Pasalnya pada bisnis anyaman tersebut mulai terasa surut sejak tahun 2004. Agar bisa tetap bertahan maka didirikanlah batako press. Dia tetap mesyukuri ada hikmah di balik kerusuhan Sambas dahulu, meski mengalami sakit namun ia bersyukur bisa tetap bertahan. Dan bisa memiliki usaha sampai sekarang ini.[] 45
MIMBAR | t o k o h
Jadi Guru Bermodal Ijazah SMP Oleh Agustinah uryati hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Bermodal ijazah SMP tidaklah menghalanginya menjadi seorang pendidik, apalagi akhir-akhir ini, secara formal guru diwajibkan berpendidikan minimal S1. Ia tetap mengajar murid-muridnya dengan semangat dan sabar di Sekolah Dasar (SD) 3 Purun Darat, Desa Sungai Purun Besar, Kecamatan Segedong. “Sejak tahun 2000 saya menjadi guru disekolah ini, lebih kurang 8 tahun lalu. Awalnya cuma sebagai pengasuh anak-anak kelas satu yang masih polos, dan sekedar membantu saja bila ada guru yang tidak hadir. Seiring berjalannya waktu saya disuruh menjadi guru. Saya senang sekali, kebetulan sekolahnya juga tidak jauh dari rumah,” kata Nuryati tentang awal mula ia menjadi guru. Beberapa tahun lalu sekolah yang terletak dipinggiran kota ini, sangat kekurangan guru, tak jarang ada guru yang harus mengajar dua kelas sekaligus. Dengan jumlah 6 lokal dan keterbatasan tenaga pengajar, Nuryati yang semula hanya sebagai pengasuh akhirnya dijadikan pengajar sekaligus wali kelas satu. Saat itu ia masih ragu akan kemampuannya, namun berkat keuletannya belajar dan melihat guru-guru yang lain, akhirnya jiwa pengajar itu timbul juga. Sekilas, saat kru Miun melihat cara dan tata bahasa yang digunakan saat mengajar tidaklah berbeda dengan guru-guru yang memang sudah memiliki dasar seorang guru yang diperoleh di bangku kuliah. Dimulai cara pembukaan (apersepsi), proses belajar mengajar, hingga penutup semua hampir mendekati sempurna. Jika ada orang yang meli-
N
46
hatnya, tidak akan menyangka bahwa ia hanya lulusan SMP. Desa yang terletak sekitar 3 kilo meter dari jalan raya ini, termasuk desa yang terbelakang, mengapa tidak, dilihat dari aspek pendidikan, Purun Darat tidak memiliki fasilitas pendidikan berupa Taman Kanakkanak (TK), Sekolah lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) apalagi Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Oleh karena itu tidaklah heran Nuryati agak kesulitan mengajar terutama kelas satu. “Mereka benar-benar tidak tahu membaca dan menulis, saat pertama masuk disini, kerena orang tua mereka juga berpendidikan rendah dan sibuk dengan bertani,” kata Nur. Gaji Lima Puluh Ribu Sebulan Walau saat ini pemerintah berusaha meningkatkan taraf hidup guru dengan tunjangan profesi. Sayangnya hal tersebut tidaklah untuk Nuryati, mengapa tidak, tunjangan tersebut akan diberikan hanya kepada guru yang memenuhi syarat guru profesional. Dimana kriteria guru profesional minimal S1 atau lulus sertifikasi guru dan hal itu tidak melekat pada ibu satu anak ini. “Jangankan S1, SMA saja saya tidak lulus, apalagi sertifikasi, bagaimana saya bisa dapat tunjangan tersebut,” jawab wanita yang lahir 30 tahun ini, saat ditanya tentang tunjangan tersebut. Baginya digaji berapapun diterima, yang terpenting bagaimana bisa menjadikan anak bermanfaat minimal bisa membaca dan menulis di desa yang jauh dari teknologi ini. Nur mengaku saat memulai menjadi guru honor tahun 2000 ia hanya digaji 50 ribu sebulan, bahkan kadang-kadang tidak digaji. Dengan gaji itu di jaman sekarang tidaklah Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIUN/TINA
Nurhayati menggandeng anaknya yang berusia 3 tahun.
mencukupi kehidupan sehari-harinya. Namun ia menyadari kekurangannya dengan latar belakang pendidikan rendah , pantas saja digaji demikian. Yang penting baginya ia bisa memberikan yang terbaik bagi murid-muridnya. “Jujur gaji segitu tidaklah mencukupi, belum lagi untuk beli susu anak saya yang baru berusia 1 tahun lebih, sedangkan suami, sama seperti kebanyakan orang-orang di desa, bertani lahan curah hujan, yang bertanam satu tahun sekali. Jadi buat memperoleh hasil panen juga satu tahun sekali lah. Itupun syukur-syukur gak hujan dan banjir. Jika banjir kita hanya memperoleh seadanya saja,” jelasnya. Saat ini guru honor menerima gaji 3 bulan sekali. Hal itu juga berlaku
MIMBAR | t o k o h kepada Nur, untuk itu guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia berjualan bubur di SD tersebut setiap pagi, bila tidak ada jam mengajar. “Yah lumayanlah buat menutupi kekurangan. Kebetulan saya juga berjualan di kantin sekolah, dengan memanfaatkan waktu istirahat,” kata wanita yang lahir tahun 1978 ini. Belajar dari TV Untuk menjadi guru bukanlah hal yang mudah, selain mendidik dan mengajar, guru merupakan orang tua di sekolah. Kegiatan itu juga dilakukan oleh Nur, ia merasa menjadi guru adalah panggilan jiwa. Apalagi guru adalah cita-citanya sejak kecil. Walaupun tidak mengenyam pendidikan di bangku kuliah, Nur berharap dengan menjadi guru Bantu ia memperoleh pengalaman layaknya seorang guru. “Saya memang bercita-cita ingin jadi guru, agar memperoleh pengalaman. Sebelum jadi guru Bantu saya biasanya liat di TV, di situ saya belajar bagaimana menjadi guru,” jelas ibu satu anak ini. “Saya sangat ingin kuliah, tapi
gak punya uang, tapi sekarang saya sudah jadi guru, tanpa berbekal ilmu yang cukup. Walaupun saya hanya sebagai guru bantu, saya sangat menikmati peran itu, anak SD luculucu dengan karakter yang bermacam-macam membuat kita betah menghadapi mereka,” ungkapnya. Suka duka mengajar Murid-murid SD 3 Segedong, bayak berasal dari daerah pedalaman, tak jarang mereka menempuh jarak 3 sampai 4 KM untuk bersekolah. Dengan bermodal buku, pakaian sekolah, bahkan ada yang mengenakan sandal ke sekolah, baju putih tapi bawahannya coklat, suatu ketidak sepadanan, yang harusnya berpakaian putih merah. “Disini sudah biasa, berpakaian seperti itu, karena pakaian bukanlah hal yang utama, yang penting belajar. Itu juga salah satu sebab mengapa saya menjadi guru, kasian mereka, datang jauh-jauh tapi gurunya tidak ada,” kata Nur sambil memulai cerita. Nur menceritakan anak-anak
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
yang pernah ia didik, beraneka ragam, bahkan bahasa yang digunakan juga tak kalah aneh, ada yang logat Madura, Cina, dan Melayu. Anakanak itu tidak semuanya mudah menerima pelajaran, ada yang sangat susah, ada yang nakal. “Pernah suatu hari ada anak Hurdi namanya kalau enggak salah, karena bertengkar dengan temannya keesokan harinya ia membawa pisau, kan lucu, masih kecil udah berani bawa pisau. Duh gempar banget saat itu di sekola. Ada juga anak nakal banget, jadi kalau dia nakal langsung disuruh nyanyi, pasti ia enggak mau, karena ia anti dengan yang namanya nyanyi atau nulis. Ada juga anak yang hobinya nangis, hampir setiap hari nangis, belum lagi yang mau BAB. Melihat tingkah anak-anak yang aneh-aneh mau marah gak jadi,” ceritanya sambil tersenyum, kadang tertawa. Nur berharap guru-guru sekarang tidak perhatikan dan utamakan anak-anak jangan cuma ngejar pangkat.[]
47
MIMBAR | k a m p u s
Intervensi Asing Dibalik Pengesahan UU BHP
KARIKATUR:
NOVIASYAH
Pengesahan Undang- Oleh Rahmanita undang Badan Hukum ndang-undang nomor 20 Pendidikan(BHP), tahun 2003 tentang Sistem merupakan hasil negosiasi Pendidikan Nasional (UU lembaga internasional IMF Sisdiknas) mengamanatkan bahwa dan Bank Dunia dengan perguruan tinggi harus otonom, pemerintah Indonesia.Ini yang berarti mampu mengelola merupakan intervensi secara mandiri lembaganya serta dapat mengelola dana secara manlembaga asing terhadap diri untuk memajukan satuan pensistem pendidikan Indone- didikan. Sedangkan sekolah/madsia rasah harus dikelola dengan prinsip
U
48
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
manajemen berbasis sekolah/madrasah, yang berarti otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan. Sebenarnya, yang paling mendasar munculnya, Undang-undang Badan Hukum Pendidikan tidak lepas dari intervensi lembaga asing seperti IMF dan The International World Bank(Bank Dunia). Tujuan lembaga internasional tersebut untuk meliberalisasikan sistem pendidikan di Indonesia. Karena lembaga-lembaga tersebut adalah perpanjangan dari sistem kapitalisme global. Dengan berbagai sekenario global. Pada tahun 1999, adanya Latter of Inten (LoI) dengan dana moneter dari IMF (Dana Moneter Internasional) yang mengharuskan pemerintah mencabut subsidi untuk pendidikan dan kesehatan. Selain itu Word Bank mengucurkan hutang sebesar 114,54 ribu dollar AS untuk membiayai program MHIRE (Managing higher education for relevance and efficiency) untuk tahun 2005-2011, yang bertujuan untuk memujudkan otonomi perguruan tinggi yang efesien dan relevansi dengan kebutuhan pasar. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia mengesahan Undang-undang nomor 9 tahun 2008 tentang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP) pada 17 Desember 2009, yang diangap oleh sebagian masyarakat rawan ketidak adilan dan intervensi asing dalam pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia. World Bank menyatakan, anggaran pendidikan menyedot APBN sehingga harus dipangkas subsidinya termasuk guru dan dosen. Semua itu tak jauh dari representasi neo liberalisme dalam dunia pendidikan. Sayangnya pemerintah be-
MIMBAR | k a m p u s
AKSI demo yang dilakukan segenap civitas akademika dalam menentang UUBHP. MIUN/EKA
gitu saja BHP yang merupakan badan hukum bagi penyelenggaraan atau satuan pendidikan formal, yang berfungsi memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik, berprinsip nirlaba, dan dapat mengelola dana secara mandiri untuk memajukan satuan pendidikan. Dalam pasal 34 Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (UUBHP), misalnya, pemerintah dan pemerintah daerah menanggung sekurang-kurangnya dua per tiga biaya pendidikan untuk BHP Pemerintah dan BHP Pemerintah Daerah yang menyelenggarakan pendidikan menengah untuk biaya operasional, biaya investasi, beasiswa, dan bantuan biaya pendidikan bagi peserta didik pada BHPP berdasarkan standar pelayanan minimal untuk mencapai standar nasional pendidikan. Sedangkan, pada ayat 4 pasal 34 peserta didik dapat ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan kemampuannya, orang tua, atau pihak yang bertanggung jawab membiayai. Biaya penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 4 yang ditanggung oleh seluruh peserta didik dalam pendanaan pendi-
dikan menengah atau pendidikan tinggi pada BHPP atau BHPPD sebanyak-banyaknya satu per tiga dari seluruh biaya operasional. Walaupun terjadi perubahan berkali-kali, perubahan draft tidak terlalu berpengaruh. Karena hakekatnya tetap saja sama. Akhirnya pendidikan hanya milik bagi mereka yang kaya. Ada diskriminasi dalam UU BHP, karena hanya 20 % bagi mereka yang mempunyai akademik tinggi. Bagaimana dengan yang miskin tapi tidak juga mampu secara akademik. Sepertinya telah terjadi ingkar konstitusi di Negara ini. melupakan UUD 45 untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada tahun 2004 saja jumlah seluruh kegiatan perkuliahan adalah 18 juta per mahasiswa. jika 1/3 dari 18 juta tersebut harus ditanggung oleh mahasiswa jumlahnya mencapai 6 juta per semester. “Total jumlah perkuliahan sekarang ini sudah mencapai 20 juta” ungkap Chairil Effendi, Rektor Untan. Fajri Naulis, Aktivis NGO (Non Goverment Organization) menganggap Pemerintah dinilai hendak melepaskan tanggung jawab untuk memenuhi hak warga negara atas pendidikan. Pendidikan dibuat sebagai komoditas ekonomi yang mengEdisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
gunakan pendekatan ekonomi pasar bebas. Padahal telah jelas menurut UUD yang mengatakan Negara berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. “ Jika tujuan BHP untuk transparansi, berarti selama ini tidak ada transaparansi di Universitas” , ungkap Fajri Padahal telah jelas dalam UUD 45 Negara republik Indonesia pasal 31 ayat 1, 2, 3 dan 4. setiapa warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan setiap negara wajib menanggung biaya pendidikan sekurang-kurangnya 20 % dari APBN . Fajri menambahkan, BHP akan membawa kepada privatisasi pendidikan komersialisasi pendidikan, orientasi dari dunia pendidikan dan kampus tidak lagi menjadi benteng demokrasi yang menjadi ancaman bagi dosen, guru dan karyawan. “Kita jangan terjebak kepada pasal perpasal tapi harus kita lihat hakekat yang terkandung didalamnya. Namun menurut Dr Wasian, Untuk tumbuh dan berkembangnya kreativitas, inovasi, mutu, fleksibilitas, dan mobilitas yang merupakan prasyarat agar ilmu, teknologi, dan seni dapat berkembang secara paripurna. Pada gilirannya, perkembangan ilmu, teknologi, dan seni tersebut akan memberikan kontribusi 49
MIMBAR | k a m p u s
MIUN/EKA
SEKELOMPOK mahasiswa melakukan penolakan terhadap diberlakukannya UUBHP yang dianggap merugikan kalangan dunia pendidikan.
pada peningkatan daya saing bangsa. Dengan adanya BHP perguruan tinggi dapat dengan mudah mengembangkan dirinya, tanpa adanya lepas tangan dari pemerintah. Pemerintah berkewajiban untuk memberi beasiswa sebanyak 20% kepada orang yang tidak mampu. BHP juga tidak serta merta menaikan SPP mahasiswa. Bisa jadi pendidikan lebih murah karena universitas mempunyai hak otonomi untuk mengembangkan dan mengatur sendiri. Dulunya beasiswa hanya di berikan lembaga-lembaga bukan pemerintah. Dengan adanya UU BHP ini justru mengatur masalah tersebut. Sebenarnya dengan adanya BHP dana yang dialokasikan lebih besar dari sebelum adanya BHP tesebut. “Dengan BHP kita di haruskan memberikan 20% beasiswa yang kurang mampu dari seluruh jumlah mahasiswa yang mendaftar” kata staff ahli Purek I ini. Lebih lanjut Wasian mengatakan BHP dikeluarkan untuk kepentingan rakyat. Bertujuan untuk memberikan otonomi dalam penyelanggaraannya yang selama ini di “ikat”. Sehingga ada kemudahan. BHP sebenarnya menguntungkan peserta didik. Pegawai negeri 50
punya kesempatan untuk kontrak dengan BHP jika mempunyai kenerja yang baik. Untuk mendapatkan itu tentu saja para dosen berkompetensi. Pemerintah juga tetap menanggung gaji dosen. Tidak gampang jika asing masuk kedalam pergurua tinggi di Indonesia BHP, SPP Naik Karena berbadan hukum, publik dapat menuntut jika terjadi pelanggaran di Perguruann Tinggi. Sehingga perguruan tinggi tidak dapat main-main. Ketika Badan Hukum Pendidikan akan dilaksanakan, di pastikan bahwa biaya SPP akan di naikan. Sesuai dengan kebutuhan mahasiswa di tingkat universitas dan fakultas masing-masing. Dosen ITB Megawati disela-sela persentasinya di acara persiapan Untan menuju BHP mengaku setuju dengan adanya BHP. Menurutnya BHP merupakan kesadaran individu untuk berorientasi kepada mutu, dan perubahan besar dengan adanya transparansi. Tidak ada unsur komersil didalamnya. “Komersil jika jumlah pokok dinaikan menjadi berkali-kali lipat. “katanya. Tambah Megawati, Pelayanan juga akan di tingkatkan,sehingga mutu pedidikan tinggi makin baik, Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
jadi dosen dituntut untuk bisa melakukan perubahan. Tidak ada lagi yang namanya keterlambatan memberikan nilai. Dan seharusnya dosen juga mudah untuk di temui mulai melaui sms, telpon bahkan email. “Oleh karena itu SPP harus naik” ungkap dosen matematika tersebut. Dosen selama ini sudah di tindas dengan gaji yang kecil. Tidak ada salahnya untuk mahsiswa yang mampu membayar lebih. Dengan subsidi silang semuanya dapat terpenuhi. Anak-anak yang kurang mampu dapat dibantu. Bagi mereka yang kaya tidak masalah jika harus mengeluarkan biaya lebih. Di ITB ada jalur khusus, tapi tidak mengganggu jumlah penerimaan PMB. Mereka yang menempuh jalur khusus juga mengikuti test. Jika mahasiswa yang menggunkan jalur khusus gagal dalam perkuliahan, maka uang mereka dikembalikan lagi kepada yang bersangkutan Megawati menilai dosen-dosen Untan sudah mempunyai komitmen. Namun tidak dibenarkan jika ada dosen yang sering meninggalkan mahasiswanya hanya karena melakukan penelitian. Untan pada 2014 akan menerapkan UU BHP ini. apakah setelah BHP di terapkan Untan akan tetap terlihat sebagai penyelenggra pendidikan atau malah sebagai pusat perekonomian yang di kelilingi oleh mall-mall besar, hotel dan usahausaha lainnya. Sekarang saja fasilitas kampus sudah tidak dapat di gunakan mahasiswa secara gratis. Permasalahannya, Undang-undang Badan Hukum Pendidikan, sekarang masih dalam proses hukum di Mahkamah Konstitusi(MK), karena digugat oleh berbagai organisasi rakyat yang meminta supaya pelaksanaannya ditinjau ulang. Karena akan rawan ketidak adilan dalam pelaksaanaan. Apakah MK akan mencabut undang-undang tersebut atau cuma menghilangkan pasal-pasal yang diangap memunculkan ketidak adilan pada peserta didik yang berorientasi pada liberalisasi sistem pendidikan di Indonesia. []
MIMBAR | k a m p u s
UU BHP: Menilik Kesiapan Untan Oleh Syf Ratih KD
B
ahan Hukum Pendidikan (BHP) telah disahkan menjadi undang-undang. Hakikatnya pemberian otonomi optimal yang diimbangi tuntutan akuntabilitas dalam penyelenggaraan satuan pendidikan. Sehingga perlunya institusi khususnya perguruan tinggi mampu mengurus dirinya sendiri secara mandiri, transparan dan akuntabel tanpa harus banyak didikte oleh pemerintah. Bagaimanakah kesiapan Universitas Tanjungpura (Untan) dalam menghadapi BHP yang dicanangkan 2014. Berikut petikan wawancara khusus dengan Rektor Untan, “Dr. Chairil Effendi, MS”. Apa yang telah disiapkan Untan dalam menghadapi BHP? Untan saat ini belum melakukan persiapan secara khusus. Belum membentuk tim yang secara khusus mempersiapkan naskah akademik untuk mempersiapkan BHP itu, tapi dalam waktu dekat sudah saya siapkan Tim untuk merancang BHP. Tetapi secara umum Untan telah melakukan langkah-langkah yang menjurus menghadapi BHP, dimana langkah yang dilakukan mengarah implementasi BHP. Contohnya dalam pengembangan renstra, kode etik dosen dan mahasiswa, kebijakan akademik, standar baku mutu akademik, sistem standar operasional prosedur untuk melayani mahasiswa atau yang akan berhubungan dengan Untan. Selain itu, Untan juga telah menertibkan sistem keuangan. Semuanya mengarah pada BHP. Membuat
statuta aturan main perguruan tinggi. Bagaimana pendapat Bapak tentang Pro dan Kontra yang terjadi akibat Untan akan memberlakukan UU BHP ini? Pro dan kontra sesuatu yang dapat kita terima secara bijak. Pandangan-pandangan harus kita pahami. Kekhawatiran itu sah-sah saja. Dalam implementasinya belum terbukti. Malahan dengan telah diberlakukan BHP di beberapa perguruan tinggi, akan mengurangi tingginya biaya operasional yang ditanggung. Biaya operasional melebihi tuntutan BHP. Bisa menjadi lebih “Mu-
rah”. Karena ini persoalan nirlaba pemerintah bersama-sama dengan BHPP (Badan Hukum Pendidikan Pemerintah) menanggung seluruh biaya investasi, beasiswa, dan bantuan pendidikan pada BHPP yang menyelenggarakan pendidikan tinggi berdasarkan standar pelayanan minimal guna mencapai standar nasional pendidikan. Sedangkan, biaya operasional ditanggung paling sedikit seperdua biaya operasional. Ini Berarti pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat menanggung sampai 100%. Ini berdasar pasal 41 ayat (9) UU BHP mengatur biaya peyelenggaraan pendidikan yang ditanggung peserta didik paling banyak sepertiga dari biaya operasional dan dapat menanggung sampai dengan 0%. Karena ada kewajiban BHPP menyediakan 20% kursi mahasiswa baru untuk masyar-
Dr Chairil Effendy Rektor Untan Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
51
MIMBAR | k a m p u s akat miskin. Untan sendiri sudah 60% memberikan beasiswa kepada mahasiswanya. Hanya tidak “terekspose�. Tapi saya bisa memahami ketakutan itu. Bagaimana kesiapan tenaga pendidik di Untan ? Sekarang ini, Untan telah mengirimkan beberapa dosen untuk kuliah lagi. Dengan tuntutan akuntabilitas yang tinggi. Dan kewajiban dosen untuk meningkatkan intelektualitas. Seperti di Malaysia, menulis jurnal ilmiah minimal dimana setiap tahun menghasilkan 2 jurnal ilmiah. UU BHP bagi saya pribadi bersifat lunak. Karena sekarang kita lihat dosen yang rajin dan malas sama saja. Bagaimana pembiayaan dari Untan sendiri ? Sekarang ini DIPA Untan 2009 sudah ada alokasi dana. Seperti iklan di bundaran dapat digunakan untuk merehap bangunan. Jadi, sebenarnya untuk biaya kuliah yang kita butuhkan sudah tercover. Lebih lanjut kita akan negosiasi dengan pamerintah pusat untuk itu. Karena dari sisi ruh BHP, peserta didik dilindungi. Pendidikan tinggi tidak semenamena menarik biaya pelaksanaan
perkuliahan pada peserta didik. Karena, siapapun yang mengalihkan aset BHP untuk memperkaya diri dipidana 5 tahun penjara dan denda Rp 500 Juta. Kita juga akan mendirikan unit usaha dibawah Untan. Sehingga ada pemasukan bagi pendidikan tinggi. Keuntungan dari unit usaha dikembalikan ke Untan. Yang akan dibuat sarana dan prasarana untuk mahasiswa. Bagaimana dengan masterplan Untan setelah BHP? Sebelum BHP juga kita akan mengembangkan Untan yang akan diajukan pada IDB (Islamic Development Bank) untuk penataan kawasan. Kita sudah mendesainnya, bekerja sama dengan pemerintah dan instansi terkait. Untan sendiri rencananya akan membangun gedung berlantai 4. Sehingga meminimalisir biaya pemeliharaan, keamanan, dan pemanfaatan secara optimal. Karena pendidikan itu adalah investasi. Agar tidak menghamburkan uang pemerintah, sehingga memaksimalkan peran perguruan tinggi. Dapatlah menghidupi dirinya sendiri dari penelitian karya ilmiah yang dilakukan. Bagaimana peraturan yang
diberlakukan bagi mahasiswa? Saat ini peraturan untuk mahasiswa tetap diberlakukan. Seperti sistem DO (Drop Out) bagi mahasiswa yang telah melampaui masa kuliah. Untuk penerimaan mahasiswa baru, Untan tetap menerima mahasiswa reguler dan nonreguler. Selain itu, juga adanya Outreach, penerimaan mahasiswa dari pihak CSR (Coorporate Social Responsibility) sebagai bentuk sosial dari perguruan tinggi. Bagaimana dengan privatisasi Untan? Ini bukan privatisasi Untan melainkan komersialisasi aset. Tetapi apabila Untan melaksanakan itu perlunya pertanggungjawaban. Apabila Untan mengeluarkan sarjana dapat mempraktekannya dunia usaha. Dengan diberlakukan UU BHP nantinya, peserta didik dapat komplain atas tidak diterima dalam dunia usaha pada pendidikan tinggi penyelenggara. Bagaimana perluasan unit usaha Untan? Untan sendiri sudah melakukan perluasan unit usaha. Seperti membuat suatu Unit usaha perkebunan sawit sehingga dapat membiayai operasional perguruan tinggi. []
MIUN/TINAH
UNTAN mempersiapkan diri dalam menghadapi UU BHP.
52
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBAR | k a m p u s
Pelindas Pendidikan Oleh Sutami
P
endidikan adalah cakrawala untuk keluar dari jurang gelap kebodohan. Bahkan kekuatan pendidikan mampu memerdekakan sebuah bangsa, contohnya Indonesia. Buktinya para mahasiswa STOVIA, salah satunya dr. Sutomo di Jakarta tahun 1908 membentuk Budi Utomo yang merintis kemerdekaan Republik Indonesia untuk lepas dari cengkraman kolonialis. Sehingga tidak mengherankan apabila cita-cita Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Yang dipertegas kembali pasal 31. Dan dalam pasal 31 ayat 4 pemerintah diamanahkan untuk membiayai pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN/APBD. Bahkan dalam UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 pasal 49 ayat 1 kembali mengisyaratkan anggaran 20 persen yang diluar gaji dan perangkat kedinasan. Meskipun akhirnya Mahkamah Konstitusi telah menganulirnya dengan menegaskan gaji juga masuk dalam hitungan anggaran 20 %. Pemerintahan hasil reformasi memang akan memenuhi anggaran 20 persen dalam APBN 2009. namun dengan disahkannya UUBHP melalui paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sama halnya dengan melindas dunia pendidikan Indonesia sendiri. Yang alasannya untuk memajukan kualitas pendidikan Indonesia. Padahal hakekat sebenarnya dari BHP pemerintah coba lepas tangan dari tanggung jawab memberikan pendidikan secara murah bahkan gratis bagi generasi bangsa. Dengan BHP, sepertiga dana pendidikan menjadikan beban peserta yang mengenyam pendidikan. Berarti secara halus negara melakukan pelarangan orang miskin untuk jadi
pintar. Hanya orang kaya jelma menjadi lembaga yang dapat kuliah berpencari untung atas nama ujung semakin dalamnya menata kulitas pendidijurang antara si miskin kan. Semangat pendidikan dan si kaya. demi pencerdasan bakal Tapi BHP memang siaterdegradasi bakal terusik sat bangsa luar yang di oleh semangat pasar. angguk-angguk oleh peDengan situasi krisis merintah tanda setuju. keuangan global sebenarPenulis: Ulah pemimpin yang hanya kita dapat belajar Sutami Mahasiswa rus diterima jika tak ada bahwa kapitalisme yang Fisip Untan Tahun semangat buat melawanmerajai dunia pelan-pelan Angkatan 2004 nya. Tahun 1999 IMF meambruk seperti sekarang. ngucurkan hutang kepada Republik Akankah jelmaan demikian harus Indonesia ada kesepakatan yang terjadi di dunia pendidikan Indonemengharuskan pemerintah untuk sia di kemudian hari. Yang perlu di mencabut subsidi pendidikan dan ingat bahwa Pendidikan adalah dukesehatan. nia yang paling krusial bagi negara. Tidak heran tahun 1999 keluar Indonesia berhasil di jajah berPeraturan Pemerintah (PP) No 60 abad-abad oleh Belanda dapat dijaTahun 1999 tentang perguruan dikan contoh. Kata kuncinya adalah tinggi dan PP No 61 tahun 1999 generasi mudanya tidak diberikan tentang Perguruan Tinggi (PT) seba- ruang untuk mengenyam pendidigai Badan Hukum dengan kelinci kan. Maka wajarlah adu domba Bepercobaan UI, ITB, IPB, UGM dalam landa sangat mujarah sebagai bumbentuk PTN Badan Hukum Milik bu penjajahan. Berarti memainkan Negara (PT BHMN). Sehingga di dunia pendidikan sama halnya dekampus-kampus tersebut ada nama- ngan mempertaruhkan eksistensi nya pembukaan jalur khusus dengan bangsa. catatan asal memiliki kantong tebal Ketika pendidikan yang tidak alias orang bodoh leluasa menda- merata di dapatkan anak bangsa, patkan pendidikan asalkan kaya. maka peluang pihak luar menguasai Bahkan melalui kesepakatan negara atau ruang penjajahan akan bersama Tentang Perdagangan Jasa semakin terbuka lebar. Pendidikan dengan WTO tahun telah merati- yang diterima oleh orang-orang fikasi pendidikan untuk dijadikan se- mampu sedang kaum melarat cubagai salah satu jasa komoditas (ba- kuplah menjadi kuli-kuli karena rang dagangan ) dengan kata lain untuk memperbaiki nasib adalah pendidikan merupakan bisnis dan dengan ilmu pengetahuan. Dan ilmu terbuka bagi investasi baik swasta pengetahuan didapat melalui pendimaupun asing. Tak dapat dipungkiri dikan. karena akan ada praktek komerTentu hal demikian jauh dari sialisi dalam kampus. Maka kampus harapan para pembangun negeri. tidak hanya sekedar menjadi tempat Walaupun yang membuat UU BHP belajarnya para kaum intelektual ta- sebenarnya adalah orang-orang pi tempat pemasangan iklan bahkan pintar di Republik ini. Namun ketempat berdiri kokohnya supermar- berpihakan dari undang-undang ket. tersebut yang perlu dipertanyakan. Hal yang paling menyedihkan Sebab bagaimanapun logika para dari BHP adalah keberadaan lem- pembuat BHP tentu akan menjadi baga pendidikan tidak lagi menjadi pertahanan yang sulit dipatahkan lembaga pencerdas, tapi juga men- oleh kalangan masyarakat awam.[] Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
53
MIMBAR | h u m a n i o r a
Sisi Gelap Kehidupan Perempuan di Rumah Tangga Astuti (36), seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Jalan Koyoso, Gang Belitar, Pontianak Selatan sudah 8 tahun lebih membanting tulang menghidupi keluarganya. Oleh Agustinah Ia yang hidup menjanda, harus menjadi kepala keluarga bagi kedua orang anaknya. Sebagai orang tua tunggal, ia setiap harinya harus memberi nafkah kedua anaknya. Sebab sudah 8 tahun ini, Astuti ditinggal suaminya menikah lagi. Berbagai pekerjaan pernah ia tekuni demi kedua anaknya yang masih kecil. Ia pernah bekerja sebagai penjaga warung makanan, tukang cuci, pembantu rumah tangga dan sebagai pengasuh anak. Dari hasil kerjanya, Astuti menerima upah sekitar Rp100.000 sampai Rp200.000 perbulan. Pendapatan sebesar ini, jelas tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. Nasib serupa juga dialami Ruqiyah (47), ia selama 12 tahun hidup dalam rumah tangga yang tidak jelas tujuanya. Sebagai kepala rumah tangga, suaminya kerap kali menghilang hingga beberapa bulan tiada kabar. Suaminya juga sudah 2 kali menikah tanpa persetujuannya. Sebagai istri yang sah, ia merasa tidak pernah dihargai. Suaminya sering berlaku kasar terhadapnya jika kemauannya tidak dituruti. “Saye seperti tempat persinggahan, tapi saye tidak bisa berbuat banyak, demi menjaga keutuhan rumah tangga dan anak-anak saye!. 54
BERJALAN: Dua wanita menuju tempat kerjanya di pagi hari.
Biarlah saye mengalah,� lirihnya. Ruqiyah yang sehari-harinya bekerja sebagai petani di Desa Parit Makmur, Kecamatan Segedong ia juga menceritakan kalau suaminya selama ini hanya memberi nafkah pada anaknya. Sedangkan untuk kebutuhan hidupnya sendiri, Ruqiyah menanam padi atau sayur-sayuran di sawahnya. Hasil panen yang diperoleh Ruqiyah setiap tahunnya hampir mencapai 2 ton. “Hasilnya cukuplah untuk kehidupan sehari-hari,� katanya. Sama seperti yang lainnya, Siti Aminah (41), warga Desa Gunung Meliau, Kecamatan Meliau, Kab Sanggau juga berperan sebagai kepala keluarga setelah suaminya tidak mampu lagi bekerja optimal karena stroke. Perkebunan milik Aminah yang Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIUN/YOS
seharusnya di kerjakan oleh seorang laki-laki, harus dikerjakan Aminah sendiri demi menyekolahkan ketiga anaknya. Aktivitas berkebun, seperti mencangkul, menanam dan memupuk ia kerjakan. Kadang-kadang ketiga anaknya ikut membantu jika tidak sekolah. Bila saatnya panen, ia kadang minta tolong orang memanen kebunnya. Hasil perkebunannya berupa kacang tanah, jagung dan kelapa sawit. Karena harus ke kebun setiap hari, ia biasa bangun pukul 05.00. Sebelum ke kebun, ia harus memasak dan membereskan rumah terlebih dahulu. Menanggapi berbagai persoalan perempuan kepala rumah tangga, Aktivis perempuan Kalbar, Julia mengatakan perempuan yang ber-
MIMBAR | h u m a n i o r a peran sebagai kepala keluarga, sama halnya seperti ayah yang single parrent. Namun akan berat karena ada pengkotak-kotakan dan stigma sosial yang membebaninya. Misalnya masalah pekerjaan, perempuan sering mendapat diskriminasi upah dan rentan dilecehkan. “Maklum kehidupan sosial kita masih partriarki (budaya yang menomor satukan kaum laki-laki di segala bidang kehidupan, sehingga mensubordinasikan perempuan dengan memposisikan pada wilayah domestic),” tuturnya. Karena itu, menurutnya perempuan harus punya strategi, salah satunya perempuan kepala keluarga harus hidup berkelompok jika ingin maju. Perempuan tidak memilih untuk dilahirkan sebagai pria atau wanita. Jika ingin maju tanpa melupakan kodratnya, perempuan harus bisa menjadi dirinya sendiri. Perempuan juga harus bisa memberi ruang kebebasan untuk hidupnya sendiri. “Saya memandang sosok kartini dapat menjadi contoh sosok perempuan yang sadar akan keperempuananya,” ujar Julia. Julia berpendapat jika perempuan ingin maju dan terbebas dari sistem partriarki, prempuan harus memperhatikan pendidikannya. Ia
melihat fenomena di pedesaan, dimana dalam struktur adat terdapat divisi pemberdayaan perempuan. Menurutnya hal ini merupakan langkah yang berpotensi memberikan ruang bagi perempuan. Kondisi dapat berubah bila perempuan secara berkelompok menyadari posisi mereka, berani bersikap dan bergerak bersama. Meski kebanyakan kebudayaan yang mengakar di masyarakat masih bersifat patriarkhi. Namun perempuan juga sangat berperan penting, bahkan dapat mengantikan posisi laki-laki dalam rumah tangga. Beragam kisah perempuan yang mengantikan peran laki-laki secara materi, membuktikan betapa wanita bisa bertanggung jawab. Selain itu, peran perempuan selama ini juga dianggap sebagai sumber tenaga kerja murah dan memberikan devisa bagi negara sendiri. Tapi sayangnya kehidupan kaum perempuan paling disingkirkan. Deputi Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Sri Danti mengatakan seorang perempuan tidak boleh lemah. Perempuan harus mampu mengungkapkan perasaannya jika merasa keberatan dengan suami. Keprihatinan Perempuan
MIUN/TINA
DEMO perempuan pada kongres Pertama di depan bundaran Untan Jl Ayani. Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
Kalbar, Kesetaraan Gender “Suatu budaya atau agama lah yang biasanya menjadi alasan mengapa perempuan tidak sama dengan laki-laki. Adanya faktor budaya jika perempuan hanyalah pelengkap, inilah yang mengawali isu gender. Belum adanya peluang yang setara bagi perempuan. Penyebabnya ialah perempuan Kalbar kurang mempunyai akses informasi yang memadai, dalam bidang kesehatan kurangnya sarana untuk ibu yang akan melahirkan terutama di desa-desa, Hal ini jelas bertentangan dengan konsep kesetaraan jender yaitu “saling mengisi dan seimbang,” kata Sri Danti saat menghadiri kongres perempuan 1 Kalbar Julia salah satu pembicara kongres Perempuan kalbar mengungkapkan perempuan Kalbar sangat memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya tingkat pendidikan bagi perempuan. Berdasarkan tingkat pendidikan yang ditempuh Sekolah Dasar (SD), perempuan mencapai angka 60,69 %, sedangkan laki-laki 70,34%. Sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), perempuan mencapai 33,21%, laki-laki 43,25 %. Dan untuk tingkat sekolah menengah atas perempuan tetap pada posisi terendah, perempuan 18,32%, laki-laki 25,47%, dan hanya 5,22% perempuan yang mampu mencapai ke perguruan tinggi, sedangkan laki-laki 7,35%. Selain tingkat pendidikan perempuan rendah, ternyata dari tingkat buta huruf atau tidak bisa membaca, perempuan juga pada posisi terbawah, dari jumlah 148.206 orang masyrakat yang buta aksara perempuan menampakan nilai yang sangat menyedihkan brekisar 99.199 orang, sedangkan laki-laki 49.007 orang. Ini membuktikan betapa rendahnya perhatian untuk masalah pendidikan bagi perempuan. Untuk itu, Julia menambahkan orang tua, pemerintah, dan masyarakat mempunyai peran penting demi kelanjutan tingkat pendidikan bagi perempuan. “Pendidikan itu sangat berdam55
MIMBAR | h u m a n i o r a Permasalahan Perempuan Kalimantan Barat
Bidang pendidikan Buta aksara Bidang kesehatan (KB) Bidang ekonomi (tingkat partisipasi angkatan kerja) Bidang politik (DPRD provinsi)
Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
99.199 orang 49.007 orang 95.524 orang 1.677 orang 56,56%
Laki-laki Perempuan Laki-laki
72,71% 3 orang 52 orang
SUMBER: KEPALA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, ANAK, MASYARAKAT DAN KB PROVINSI KALBAR
pak pada kesehatan, dimana jika perempuan berpendidikan yang berhubungan dengan kesehatan akan mengurangi tingkat kematian, selain itu pendidikan juga berdampak pada kehidupan politik dimana perempuan sudah diberikan andil dalam politik untuk menduduki jabatan legislative selain itu pendidikan juga berdampak pada budaya dan sosial. Hal serupa juga disampaikan Tekla Tirah Liyah Direktur Perkumpulan Nurani Perempuan, Samarinda, dari bidang pendidikan tampak jelas kesenjangan antara
56
laki-laki dan perempuan, di bidang kesehatan repreduksi, tingginya angka kematian ibu melahirkan setiap tahunnya, belum lagi akses terhadap layanan publik, air bersih dan informasi serta kondisi sosial budaya yang belum sepenuhnya kondusif untuk peningkatan kualitas hidup perempuan. Kebijakan pemerintah propinsi dalam mendorong hak-hak perempuan untuk perdamaian dan keadilan dikarenakan jumlah perempuan 2.065.402, laki-laki 2.113.096 itu mebuktikan jumlahnya hampir berimbang, untuk itu perlunya
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
peningkatan kualitas hidup perempuan bagaimanapun perempuan juga memerlukan perlidungan HAM. Kebijakan itu guna memenuhi prinsip kesetaraan dan keadilan gender yang memberikan persamaan hak kesempatan sertaperlakuan yang sama disegala bidang, Pentingnya investasi SDM untuk perempuan, serta pengentasan kemiskinan. Beberapa kebijakan pro terhadap kaum perempuan, misalnya pemerintah telah meratifikasi kovenan tentang berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan dengan UU No. 7/1984. pemerintah juga telah meratifikasi kovenan tentang hakhak sipil dan hak-hak politik dengan UU No. 12/2005, meratifikasi kevenan tentang hak0hak ekonomi, social dan budaya dengan UU no. 11/ 2005, tentang kekerasan dalam rumah tangga denganUU No. 23/ 2004, serta tentang perdaganagn orang (trafficking) dengan UU No. 21/2007. Sayangnya kebijakan tersebut tidak optimal.[]
MIMBAR | r e s e n s i
Politik Cacatkan Esensi Pendidikan Indonesia B Bahkan Indonesia, terkait uku ini secara tajam dan lugas mengkritik pendidikan kualitas pendidikannya berIndonesia yang secara garis dasarkan hasil penebesar mengorbankan hak-hak warga litian UNDP (Uninegara. Pendidikan seolah-olah ted Nation hanya sebagai alat kepentingan bagi D e v e l o p para penguasa. Pendidikan yang ment Progseharusnya berdasarkan nilai-nilai ram) berkemanusiaan yang berkarakter, ada pada berwawasan dan berilmu sepertinya t i n g k a t hanya sebuah permainan politik 1 0 9 . s e saja. Menurut penulis buku ini, semua menkesalahan berawal dari banyaknya tara kesalahan dalam konsep pendidikan di negeri kita. Sistem pembelajaran yang dimulai dari CBSA, KBK, hingga KTSP, belum mampu membuahkan prestasi yang memuaskan. Semua hanyalah omong kosong yang cenderung hanya memberi keuntungan bagi para pemilik kekuasaan. Di- Singapura, Malaysia, Filiphina tambah lagi otonomi kampus, yang dan Thailand berada pada angka 24 diterapkan diseluruh PTN di negeri dan 34. secara tegas, potret jeblokkita ini memberi ruwet kurikulum nya pendidikan di negeri ini mustahil yang harus dihadapi mahasiswa. mampu membangun karakter bangKarena itu, tak heran apabila para sa seperti apa yang diharapkan, kapengamat, pemikir hingga para rena segala infrastruktur dan suprapeneliti pendidikan mengatakan strukturnya sudah bobrok. Selain menggambarkan bagaibahwa lembaga pendidikan saat ini sebenarnya mengabdi pada sebuah mana realita keadaaan pendidikan kepentingan semata dan bukan bangsa kita sekarang, buku ini juga sebagai sarana pembebasan bagi memperlihatkan bagaimana konsep pendidikan orde lama, kaum tertindas sehingorde baru dan orde rega tak heran apabila = Judul Buku: Menggugat formasi sebagai pencerFrancis Wahono dengan Pendidikan Indoneminan konsep ideal bagi beraninya mengatakan sia bahwa sistem pendidi- = Penulis: Moh. Yamin pendidikan. Pada orde lama diterangkan bahwa kan di negeri ini lebih = Cetakan: Januari, 2009 konsep pendidikan cenberpola pada pendidi- = Penerbit: Ar-Ruz derung mengarah pada kan model Anjing. IroMedia nis memang!. Bahkan = Tebal: 300 Halaman asas sosialis yang mensangat menyedihkan = Presensi: Ermawati dapatkan prinsip dasar Puspitasari bahwa pendidikan memengingat bagaimana pendidikan di negeri kita ini. Semua rupakan hak semua kelompok maserasa bertolak belakang dari apa syarakat tanpa harus memandang yang telah dicita-citakan oleh bangsa kelas sosial baik dari kalangan atas, menengah, maupun bawah. Sedangkita. Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
kan konsep pendidikan ala orde baru cenderung sebagai alat kepentingan bagi para penguasa. Pada masa ini kreatifitas masyarakat pendidikan serasa dibungkam dan dipasung agar tidak bersuara lantang yang dapat membahayakan kepentingan kekuasaan para penguasa. Ditambah lagi pendidikan pada saat memasuki era reformasi belum dikatakan mampu untuk bangkit dari keterpurukan. Pendidikan di masa ini dianggap hanyalah sebuah produk kapitalis yang diharapkan dapat memberikan keuntungan sebesarbesarnya (komersialisme). Buku ini mengajak kita untuk berpikir bagaimana mungkin negara kita dapat menciptakan manusiamanusia yang berkarakter, berkualitas, berkepribadian memiliki wawasan luas sedangkan konsep yang dihadirkan hanyalah sebuah konsep yang tak ada bedanya sebuah ujicoba permainan. Penulis buku ini bisa mengatakan 57
MIMBAR | r e s e n s i konsep pendidikan yang ada di negeri kita ini sebagai sebuah permainan karena kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang kerap kali berubah dengan alasan globalisasi menuju perbaikan namun adakah implementasi dari semua itu? Dengan membaca buku ini, penulis mengajak kita sebagai regenerasi untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan yang telah berjuang habishabisan hingga titik darah penghabisan demi kemerdekaan bangsa dengan mengajak kita bersamasama untuk menyelamatkan pendidikan kita dengan menata ulang kembali konsep pendidikan yang dinilai tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dimulai dari penerapan-penerapan kebijakan yang
Konsep pendidikan bangsa asing hanya menekankan pada akal semata namun menegasikan akal budi yang dapat mempertajam kepekaan sosial terhadap sesama anak bangsa. responsif, pelaksanaan yang dialogis sehingga pendidikan akan kembali pada peran awalnya yakni sebagai alat pendidikan. Alternatif konsep pendidikan yang menarik dan ideal, terutama bagi para pembuat kebijakan. Pemerintah dapat meniru atau belajar dari Paulo Freire dan Ki Hajar Dewantara yang menawarkan konsep pendidikan yang memperjuangkan aspirasi masyarakat, tidak neko-neko tetapi pas dengan realita yang dihadapi masyarakat Indonesia. Pendidikan Ala Paulo Freire Program-program pendidikan yang ditawarkan Paulo sangat progresif, seperti pendidikan orang dewasa, restrukturisasi kurikulum, partisipasi masyarakat dan seperangkat kebijakan ambisius menuju demokratisasi. Satu hal yang cukup menarik bila menelaah lebih jauh mengenai pendidikan ala Paulo Freire ini, yakni 58
pendidikan merupakan suatu tindakan politis yang selalu melibatkan hubungan sosial dan pilihan-pilihan politik. Pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan hubungan sosial yang artinya pendidikan dapat memberikan pengaruh yang signifikan bagi perubahan sosial yang ada. Oleh karenanya, mencermati konsep pendidikan yang digagas Paulo Freire ini cukup luar biasa untuk terus menerus menghidupkan konsep pendidikan dalam kehidupan bermasyarakat saat ini. Paulo Freire mengatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk memanusiakan manusia, membangkitkan kesadaran kritis, dan transformatif untuk mengubah nasib kehidupan yang sedang terpuruk menuju kebangkitan dan mengangkat masyarakat tertindas menuju ke kelas yang bermartabat, berkemanusiaan dan memiliki hak sama dengan masyarakat lainnya baik untuk dihormati, dihargai maupun beraktualisasi diri. Paulo meneriakkan sebuah gagasan pendidikan perlawanan terhadap segala bentuk yang membunuh hajat hidup orang banyak tanpa memandang status sosial tertentu, baik dari kalangan atas, menengah ataupun bawah. Gagasan Paulo Freire ini tidak hanya menggerakkan dorongan masyarakat agar bisa membaca dan menulis kata. Lebih dari itu, Freire mengajak masyarakat agar dapat membaca dunia. Dengan kata lain, membaca kata itu merupakan jembatan menuju pembacaan dunia secara lengkap, komprehensif dan holistik. Menurut Paulo Freire, harapan dan keinginannya dalam suatu konsep pendidikan yang diperjuangkan adalah pendidikan yang mampu memberikan warna dan arah baru perubahan struktur berpikir masyarakat dari masyarakat yang berpikiran magis dan naif menuju masyarakat yang berpikiran kritis. Karena tujuan awal pendidikan ala Paulo Freire ini adalah agar maEdisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
syarakat mampu menemukan identitas dirinya tanpa meniru ataupun menjiplak orang lain. Pendidikan Ala Ki Hadjar Dewantara Konsep pendidikan yang ditawarkan Ki Hadjar Dewantara adalah sistem pendidikan baru yang berdasarkan atas kebudayaan bangsa sendiri, mengutamakan kepentingan masyarakat, bukan mengambil kebudayaan dan perilaku hidup bangsa asing yang kemudian dimasukkan ke dalam sistem pendidikan nasional. Karena menurut Ki Hadjar Dewantara, konsep pendidikan bangsa asing hanya menekankan pada akal semata namun menegasikan akal budi yang dapat mempertajam kepekaan sosial terhadap sesama anaka bangsa. Konsep ini tidak sesuai dengan cermin bangsa kita. Negara kita tidak membutuhkan konsep pendidikan yang membuat kita bergantung pada bangsa lain. Bila konsep ini diberlakukan, maka dapat menghancurkan bangsa kita yang besar ini. Satu hal yang cukup menarik terkait konsep pedidikan yang ditawarkan oleh Ki Hadjar Dewantara, yakni bagaimana peran keluarga, sekolah dan masyarakat mampu menjadi motor pembentukan karakter dan mentalitas anak. Jelas dapat diprediksi apa yang akan terjadi bila si anak hidup ditengah keluarga broken home, sekolah yang amburadul serta masyarakat yang diskriminatif, maka jiwa sang anak akan selalu labil, tidak berkembang, menjadi pemberontak, tidak berwawasan serta tidak bermoral. Maka dari itu, Ki Hadjar Dewantara mengajarkan segala sesuatunya itu dari dasar. Bila bermula dari sesuatu yang baik, maka akan berbuah baik juga. Begitu juga dalam pendidikan, bila konsep yang ditawarkan sesuai dengan cita-cita bangsa kita, maka akan membuahkan manusia-manusia yang cerdas bukan hanya dari segi intelektualnya namun juga budi pekertinya. []
MIMBAR | r e s e n s i
Melawan dengan Kemanusian
B
uku ini menjelaskan secara rinci dan detail mengenai berbagai macam kejahatan yang ada di sekeliling kita. Fokus buku ini mengupas kejahatan yang dilakukan oleh para intelektual. Jenis crime yang ditampilkan pun bukan sebatas criminal crime yang sering kali terjadi, melainkan kejahatan terselundup, tersembunyi, kasat mata yang pelaksanaannya halus dan lembut. Bila ditelaah lebih dalam lagi, kita seolah tak percaya apa yang telah tejadi pada saat ini, mengingat globalisasi telah membuat orang rela untuk melakukan tindakan di luar etika demi nafkah keluarga. Semua kebenaran serasa berwarna abu-abu yang tak jelas di mana sebenarnya hukum itu berada. Apakah hukum itu benar-benar ada? Atau hanya sebuah formalitas saja. Kalau memang hukum itu benarbenar ada, di mana keadilan ditemukan? Seperti kutipan Einstein yang terdapat dalam buku ini “Kejahatan itu ada bukan karena penjahatnya, tetapi karena kita membiarkan kejahatan itu merajalela.” Apakah karena zaman telah berubah?, teknologi berkembang hingga permasalahan yang hadir pun semakin kompleks? Fenomena apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa hal ini sampai terjadi? Dimana kebenaran akan ditemukan? Garis besar buku ini menyingkap tabir misteri yang kini perlahanlahan mulai terkuak, yakni kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang berdasi, orang-orang di kursi besar, orang-orang berbaju rapi, berkata sopan, hormat dan santun yang mengatasnamakan rakyat untuk memperlancar tindak kejahatannya. Korupsi, kolusi, nepotisme ada di mana-mana. Tapi itu bukan suatu kebohongan. Itu adalah sebuah fakta yang terungkap melalui survey dan penelitian. Mulai dari kejahatan yang
= Judul Buku: Melawan Bandit Intelektual = Penulis: Fanny Tanuwijaya SH MH, Drs Abdul Wahid, SH MA, Sunardi SH MH = Cetakan: Februari, 2006 = Penerbit: EDSA Mahkota = Tebal: 364 Halaman = Presensi: Ermawati Puspitasari
terjadi di dunia pendidikan. Adanya kebocoran anggaran, debirokratisasi pendidikan, padamnya idealisme, ditambah lagi dewan sekolah yang menaikkan tarif biaya untuk para siswanya demi kepentingan dirinya sendiri, homo homini lupus sebuah sistem yang telah menjamur dan mumbudaya dalam masyarakat menjadikan pendidikan sebagai bentuk dari sebuah penindasan. Manusia diposisikan tidak ubahnya sebagai objek yang bisa di korbankan atau ditumbalkan oleh sesamanya yang punya keunggulan kekuatan, uang dan kekuasaaan. Ada seorang pengusaha kenamaan yang dengan tenangnya melepas timah panas dari pistolnya untuk merampas hak hidup orang lain. Beberapa oknum polisi bentrok dengan satpol PP karena rebutan proyek “PSK” yang mengakibatkan adanya korban adalah beberapa sampel yang menunjukkan bahwa kebiadaban masih di menangkan sebagai pilihan istimewa dalam hidup masyarakat. Buku ini mengajak kita berfikir bagaimana kejahatan itu sesungguhnya perlu untuk selalu dilawan dengan otak dan hati yang bersih, semangat juang tanpa pernah takut salah, karena pada dasarnya kebenaran itu tidak pernah salah. Seperti apa yang telah dikatakan “Fiat Justitia Ruat Coelum” MeskiEdisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
pun langit akan runtuh, hukum harus ditegakkan. Selain itu, buku ini pun membukakan mata hati kita untuk selalu menjunjung tinggi nilai pancasila yang menjadi dasar negara kita. Beberapa prinsip moral di coba untuk memperjelas suatu prinsip hidup yang bermartabat. Sebuah pemikiran konvensional dan logis, dengan prinsip “Pemartabatan dan pemanusiaan manusia” maka akan tercabutlah prinsip “Homonisasi” dan membumilah prinsip “Humanisasi”. Cita-cita itulah yang sebenarnya menjadi pancaran cahaya teologi kemanusiaan, status Model keimanan terapan, yang tidak terhalang oleh sekat-sekat kepentingan ideologi, politik, suku, ras atau dimensi primordialisme bahkan keberagaman itu sendiri. Buku ini merupakan resapan hati dan reaktualisasi perasaan dirinya yang menganggap “Hukum” kita masih menjadi alat yang sarat dengan kepentingan penguasa. Buku ini pun dapat dijadikan alat untuk menyadarkan para bandit intelektual bahwa ada asas hukum “Hodi Mihi Cras Tibi” (Ketidakadilan yang menyentuh perasaan tetap tersimpan dalam hati nurani rakyat.) Buku ini pun mengupas habis tentang bagaimana seorang aktivis yang dengan semangat juang penuh gairah, melalui penanya yang tajam, lebih tajam dari pada pedang, berani dengan lantangnya menegakkan keadilan pada penguasa-penguasa yang tidak berperi kemanusiaan.[] 59
MIMBAR | s a s t r a
Mantra : Tradisi Sastra Lisan Melayu dalam Khazanah Islam Oleh Syf Ratih KD agi sebagian orang, Melayu dan Islam adalah sinonim. Ketika menyebut melayu maka yang dimaksud adalah Islam. Pandangan ini, penanda identitas kemelayuan seseorang yang memiliki kompleksitas tersendiri. Dimana, budaya melayu merupakan perpaduan antara islam budaya lokal yang terlebih dahulu dipengaruhi oleh Hindu – Budha. Menurut Martono, dosen FKIP Untan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra mengatakan suku melayu sangat kaya dengan karya sastra. Ini sebagai bentuk ekspresi dari masyarakatnya. Sebagai bagian dari kebudayaan, sastra melayu merupakan suatu bentuk pernyataan kehidupan masyarakat Melayu dimasa lampau yang diwariskan secara turun temurun kepada masyarakat pendukung. Sehingga dapat menanamkan rasa cinta terhadap kebudayaan sendiri. Lanjutnya Martono, menuturkan Kesusastraan Melayu merupakan sastra yang hidup dan berkembang di kawasan Melayu. Tak terkecuali yang mendiami wilayah Kalimantan Barat. Dimana sastra tersebut saling mempengaruhi antar satu periode dengan periode lain. Sebelum Islam berkembang di negara Indonesia tidak ada nuansa Islam sama sekali dan bentuknya adalah sastra lisan. Sastra lisan, bagian dari tradisi yang berkembang di tengah rakyat jelata yang menggunakan bahasa sebagai media utama. Dalam kehidupan sehari-hari, jenis sastra ini biasanya dituturkan oleh seorang
B
60
SRI/MIUN
SEORANG dukun sedang memperagakan kemampuannya untuk menyalakan api tanpa korek api.
ibu kepada anaknya, seorang tukang cerita pada para pendengarnya, guru pada para muridnya, ataupun antar sesama anggota masyarakat. Untuk menjaga kelangsungan sastra lisan ini, warga masyarakat mewariskannya secara turun temurun dari generasi ke generasi. Isi dan bentuk sastranya lebih banyak bernuansa animisme, dinamisme, dan Hindu-Budha, semua hasil karya tersebut dituangkan dalam bentuk prosa dan puisi. Untuk puisi, tampak tertuang ke dalam wujud pantun, peribahasa, teka-teki, talibun, dan mantra. Bentuk yang terakhir ini (mantra), sering dikenal dengan jampi, serapah, tawar, sembur, cuca, puja, seru dan tangkal. Dalam Kamus Besar Bahasa Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
Indonesia : 2001, Mantra diartikan sebagai susunan kata berunsur puisi (seperti rima dan irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib. Biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib lain. Mantra Dan Penggunaan Mantra adalah suatu idiom atau kata khusus yang mempunyai arti tersendiri. Bahkan, menyimpan kekuatan dahsyat yang terkadang sulit diterima akal sehat. Ciri-ciri mantra yang memukau (lantaran permainan bunyi, pemanfaatan gaya bahasa), sugestif (dapat merangsang secara asosiatif dan memberikan daya ajuk), dan membius lantaran ketepatan ungkapan dengan kata-kata kongkret. Menurut, Dr Hemansyah, Pene-
MIMBAR | s a s t r a liti Kebudayaan Melayu Kalimantan Barat, penggunaan mantra lebih eksklusif, karena hanya dituturkan oleh orang tertentu saja, seperti pawang dan dukun karena bacaannya dianggap keramat dan tabu. Menurut orang Melayu, pembacaan mantra diyakini dapat menimbulkan kekuatan gaib untuk membantu meraih tujuan-tujuan tertentu. Seperti untuk pengobatan, pelindung diri, ataupun untuk melakukan suatu pekerjaan. Dari segi bentuk, mantra sebenarnya lebih sesuai digolongkan ke dalam bentuk puisi bebas, yang tidak terlalu terikat pada aspek baris, rima dan jumlah kata dalam setiap baris. Dari segi bahasa, mantra biasanya menggunakan bahasa khusus yang sukar dipahami. “Adakalanya, dukun atau pawang sendiri tidak memahami arti sebenarnya mantra yang dibaca, ia hanya memahami kapan mantra tersebut dibaca dan apa tujuannya,” ujar Hermansyah Dosen STAIN Pontianak yang mengajar mata kuliah pendidikan Agama Islam di Untan Pontianak. Kemunculan dan penggunaan mantra ini dalam masyarakat melayu, berkaitan dengan pola hidup mereka yang tradisional dan sangat dekat dengan alam. Secara khusus menurut Hermasyah, tema yang muncul dalam mantra serta hal yang mengikutinya dapat dibagi menjadi tiga kepercayaan/iman, syari’ah/ibadah dan akhlak. Kepercayaan / Iman Iman merupakan salah satu pilar utama dalam sejarah Islam. Iman melibatkan pengakuan, pengucapan dan perbuatan. Mantra ini diakhiri dengan teks “berkat doa la ilaha illallah muhammadarrasulullah’. Menunjukkan kepercayaan bahwa tidak akan memiliki kekuatan apa-apa jika tidak mendapatkan izin dari Allah. Dapatlah di contohkan pada mantra ini. Mantra Penawar Racun Summa kana innama balit ke ia
Bukan ku balit dibalit Allah Bukan kuasaku kuasa Allah Allah memakan hu’ menelan Rampang jatuh ke laut baharullah Berkat do’a la ilaha illallah Berkat muhammadarrasullullah (Sumber: Kahar, Embau) Syariah/Ibadah Ibadah merupakan manifestasi dari pengakuan iman kepada Allah dan kerasulan Nabi Muhammad. Untuk di Kalbar sendiri, penuturan Hermansyah tidak banyak nilai ibadah yang terdapat dalam mantra melayu. Misalnya mantra berikut menurut pengamalnya hanya akan berjaya jika diamalkan selepas shalat wajib : Untuk Keselamatan Badan Jibril di kanan Mikail di kiri Israfil di belakang Izrail di muka Allah pelindungku Binasa Allah Binasa Aku Tidak Binasa Allah Tidak Binasa Aku (Sumber: Yati, Pontianak) Akhlak Konsep akhlak dalam Islam, tidak hanya dibatasi oleh sopan santun antar sesama manusia, melainkan juga berkaitan dengan sikap batin. Banyak mantra Melayu yang berisi konsep akhlak, terutama yang berkaitan dengan kasih sayang. Misalnya seseorang yang mengamalkannya berharap tidak terjadi perkelahian jika berjumpa dengan orang yang tidak menyenanginya. Dimaksudkan agar yang memusuhi berubah sebaliknya dan menghilangkan rasa permusuhan. Mantra Kasih Sayang Ilmu Tidak Berlawan Ilang luput tiada luput Ilang mati tiada mati Allah tiada mati Muhammad pun tiada mati Larilah engkau Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
Bukan kuasaku kuasa Allah Berkat do’a la illaha illallah Berkat Muhammad-ur-rasulullah (Sumber : Anjang, Embau) Modernisasi Lingkungan Mantra merupakan salah satu khazanah kebudayaan masyarakat Melayu yang diwariskan secara turun temurun. Berkaitan erat dengan pemikiran, kepercayaan dan corak hidup masyarakat pengamalnya. Tak hanya itu, mantra juga memperlihatkan jejak peradaban yang mempengaruhinya. Pola hidup mereka yang tradisional dan sangat dekat dengan alam. Lanjut, Hemansyah, dalam si-
Mantra merupakan salah satu khazanah kebudayaan masyarakat Melayu yang diwariskan secara turun temurun. Berkaitan erat dengan pemikiran, kepercayaan dan corak hidup masyarakat pengamalnya tuasi dunia yang semakin terbuka seperti sekarang. Tentu saja berbagai peradaban, termasuk peradaban barat mewarnai dinamika budaya dan peradaban melayu. Oleh sebab itu, semakin modern pola hidup masyarakat Melayu dan semakin jauh mereka dari alam, maka mantra akan semakin tersisihkan dari kehidupan mereka. Kebudayaan Melayu dulu dan sekarang, banyak berubah karena bersifat dinamis bentuknya selalu berubah. Baik itu cara berpakaian melayu maupun pola pikir. Islam tidak menerima sesuatu yang bukan kaidahnya. Paling tidak, generasi penerus lebih memperhatikan khazanah budaya Melayu khususnya Kalbar agar tidak di gerus zaman. “Dapat di lestarikan walaupun kita tidak menutup diri terhadap perubahan”, imbuhnya.[] 61
MIMBAR | b u d a y a
Nilai-nilai Budaya Masyarakat Dayak dalam Membangun Perdamaian Oleh Dedy Armayadi Bagi masyarakat di luar kalangan Dayak, penyampaian dokumentasi budaya dapat menunjang komunikasi antar-budaya. Dimana pengenalan merupakan salah satu budaya yang sangat penting untuk menghindari penilaian secara negatif (streotif) yang berlebihan atas suatu suku. Dengan saling mengenal budaya, hubungan kedua masyarakat dari dua latar belakang yang berbeda akan berjalan dengan baik dan dapat berkomunikasi secara efektif satu dengan lainnya. Misalnya, orang di luar kalangan Dayak tentu tidak terlalu mengerti akan tradisi mengayau (me-motong kepala) yang dimiliki masyarakat Dayak. Orang yang belum mengetahui latar dari tradisi ini mungkin akan menilai jelek, karena mengayau adalah salah satu bentuk tindak kekerasan. Namun setelah tahu tentang latar tra-
disi dan perkembangannya saat ini mungkin orang dari luar akan paham dan lebih dapat mengerti, sehingga tidak langsung menilai jelek suku Dayak. Selain itu, pengenalan budaya dari dokumentasi ini juga bertujuan untuk menyampaikan potensi-potensi konflik, serta potensi perdamaian yang dimiliki masyarakat Dayak. Sebagaimana diketahui, dalam konteks pembangunan perdamaian, terutama ditinjau dari pendekatan budaya, mempelajari suatu budaya merupakan salah satu aspek penting dalam menganalisa dan mencari akar konflik yang terjadi pada masyarakat. Seperti dikatakan Avruch (1998), tidak ada konflik yang dapat dipahami tanpa memperhitungkan konteks budaya. Disamping itu, di dalam teori pembelajaran sosial (social learning) Bandura juga dikatakan, bahwa budaya merupakan pola perilaku yang dipelajari. Dengan budaya, masyarakat
dapat “tidak belajar untuk keras� (unlearning violence) atau belajar untuk damai. Karena itu, disamping memperoleh pengetahuan tentang potensi-potensi konflik, mempelajari suatu budaya juga dapat bermanfaat di dalam mengenal potensipotensi perdamaian yang dimiliki masyarakat. Pengenalan budaya lebih ditujukan pada wujud budaya ideel, yakni berkenaan dengan nilai-nilai budaya masyarakat suku Dayak. Pengenalan ini tentu saja tidak mengabaikan wujud budaya lain, seperti sistem sosial dan wujud budaya fisik masyarakat suku Dayak. Sistem sosial masyarakat suku Dayak seperti gotong royong dalam berladang (beduruk) dan kebersamaan di rumah betang diantaranya diketa-
MIUN/IREK
RUMAH betang merupakan rumah tradisional yang merupakan rumah asli suku Dayak.
62
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBAR | b u d a y a
MIUN/IREK
SEORANG warga Sintang sedang menenun kain bermotif khas Dayak.
hui dapat berperan sebagai perekat perdamaian. Sedangkan wujud budaya fisik, seperti motif pada kain tenun ikat Dayak misalnya, seringkali terkandung dan berisi pesanpesan perdamaian. John Bamba (2006) mengungkapkan bahwa nilai-nilai budaya sangat potensial dalam upayaupaya membangun perdamaian di wilayah-wilayah konflik. Dijelaskannya, budaya terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran. Hasil pembelajaran itu selanjutnya membentuk cara pandang (world view) yang dalam bahasa sederhananya adalah cara pikir atau jalan pikiran manusia. Jalan pikiran inilah yang membentuk keputusan-
keputusan dan kesimpulan-kesimpulan atas berbagai fenomena dan permasalahan yang dihadapi manusia. Tindakan kekerasan, baik itu dalam konflik sosial atau perilaku kekerasan selalu berawal dari pikiran manusia. Setiap kebudayaan tentu memiliki nilai-nilai budaya yang merupakan pandangan hidup dan sistem kepercayaan di mana semua pengikutnya berkiblat. Nilai budaya tersebut mengarahkan bagaimana caranya mereka melihat keluar. Nilai budaya ini merupakan filosofi hidup yang mengantar anggotanya ke mana dia harus pergi. Dengan kata lain, nilai-nilai budaya inilah yang mempengaruhi cara pandang, sikap, dan perilaku masyarakatnya (LiliEdisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
weri,2003). Menyadari akan pentingnya nilai-nilai budaya dalam pembangunan perdamaian, maka nilai-nilai budaya dipilih sebagai fokus utama, disamping penyampaian pengalaman-pengalaman masyarakat Dayak dalam membangun perdamaian di wilayah Kecamatan Kelam Permai. Penyelesaian konflik dengan bejereh-bebantah yang mengutamakan keadilan dan kekeluargaan, kebersamaan dalam menjalankan berbagai aktivitas dari sistem sosial budayanya adalah contoh-contoh pengalaman yang dimiliki masyarakat dalam membangun perdamaian. Pengalaman-pengalaman ini merupakan gambaran kongkret tentang apa yang telah dikerjakan masyarakat selama ini. Dari pengalaman-pengalaman itu kiranya dapat dipetik hikmah di dalamnya sebagai proses pembelajaran bersama. Mengenal Suku Dayak Suku Dayak adalah suku asli yang mendiami Pulau Kalimantan, memiliki budaya terestrial (daratan, bukan budaya maritim). Sebutan Dayak adalah sebutan umum karena orang Dayak terdiri dari beragam budaya dan bahasa. Ada berbagai varian yang biasa dipakai dalam menyebutkan istilah Dayak, seperti Daya’, Doya’, Dayo’ dan Dayuh. Pengertian ini kemudian dihubung-kaitkan dengan cara hidup dan lokasi perkampungan orang-orang Dayak pada waktu itu yang kebanyakan tinggal di kawasan pegunungan, dataran tinggi, dan di hulu-hulu sungai. Istilah Dayak pada mulanya merupakan hasil rekonstruksi kolonial untuk menyebut seluruh penduduk asli Pulau Borneo guna memudahkan proses administrasi mereka. Rujukan yang sering dipakai adalah orang-orang Bidayuh yang digelari Land Dayak. Berdasarkan pengertian Daya’ dalam banyak varian yang berarti ‘hulu’ dan ‘manusia’, para peneliti dari Eropa sekitar tahun 1800-an, kemudian mendefinisikan Dayak sebagai ‘manusia pedalaman’, ‘non –Muslim, 63
MIMBAR | b u d a y a
MIUN/IREK
MASAYARAKAT sedang beduruk (bersawah dengan cara bergantian).
‘primitif’, ‘tidak berperadaban’, dan citra negatif lainnya. Namun demikian, istilah Dayak dewasa ini semakin diperluas, diperbaharui dan lebih positif (Alloy.S dkk, 2008). Istilah Dayak tidak lagi digambarkan sebagai sesuatu yang bercitra negatif, tetapi dikenal sebagai suatu kelompok masyarakat yang memiliki kebudayaan tinggi karena kearifannya dalam membangun harmoni dengan alam. Ada banyak pendapat tentang asal-usul orang Dayak. Sejauh ini belum ada yang sungguh memuaskan. Pandapat umumnya menempatkan orang Dayak sebagai salah satu kelompok suku asli terbesar dan tertua yang mendiami pulau Kalimantan. Gagasan ini didasarkan pada teori migrasi penduduk ke Kalimantan. Bertolak dari pendapat itu, diduga nenek moyang orang Dayak berasal dari beberapa gelombang migrasi. Gelombang pertama terjadi kira-kira 1 juta tahun yang lalu tepatnya pada periode Interglasial-Pleistosen. Kelompok ini terdiri dari ras Australoid (ras manusia pre-historis yang berasal dari Afrika). Pada zaman Pre-neolitikum, kurang lebih 40.000-20.000 tahun lampau, datang lagi kelompok suku semi nomaden (tergolong manusia moderen, Homo sapiens ras Mongoloid. Penggalian arkeologis di 64
Niah-Serawak, Madai dan Baturong, Sabah membuktikan bahwa kelompok ini sudah menggunakan alatalat dari batu, hidup berburu dan mengumpulkan hasil hutan dari satu tempat ke tempat lain. Mereka juga sudah mengenal teknologi api. Kelompok ketiga datang kurang lebih 5000 tahun silam. Mereka ini berasal dari daratan Asia dan tergolong dalam ras Mongoloid juga. Kelompok ini sudah hidup menetap dalam satu komunitas rumah komunal rumah panjang dan mengenal teknik pertanian lahan kering (berladang). Gelombang migrasi itu masih terus berlanjut hingga abad 21 ini. Teori ini sekaligus menjelaskan mengapa orang Dayak memiliki begitu banyak varian baik dalam bahasa maupun karakteristik budaya (http://id.wikipedia.org/wiki/ Sukubangsa Dayak). Beberapa peneliti telah menggolongkan suku Dayak ke dalam beberapa kelompok. Roth (1968) membagi penduduk asli pulau Kalimantan menjadi 20 kelompok etnis yang masih terbagi lagi menjadi beberapa subkelompok yang kecil-kecil. Sedangkan Tjilik Riwut (1998) membagi orang Dayak ke dalam enam rumpun suku yang disebut Stammenras. Masih ada lagi beberapa pakar yang membagi dan mengelompokkan Dayak dalam berbagai sub-sub kelompok seperti W. Stohr Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
yang menggolongkan tiga rumpun suku Dayak berdasarkan rumpun suku persamaan atau kekeluargaan ritus-kematian, dan CH. F.H Duman membagi suku-suku induk Dayak ke dalam tujuh gugusan. Meskipun berbagai pengelompokkan tersebut saling berbeda satu dengan lainnya, namun pengelompokkan suku-suku itu menegaskan bahwa Suku Dayak di Pulau Kalimantan mempunyai keanekaragaman yang tinggi. Sub-sub Suku Dayak di Kelam Permai Ada tiga sub-suku Dayak yang saat ini mendiami wilayah Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang. Ketiga sub-suku Dayak itu adalah sub-suku Dayak Desa, subsuku Dayak Sebe-ruang dan subsuku Dayak Sebaruk. Ketiga subsuku Dayak ini bermukim dan menempati beberapa kampung sesuai dengan wilayah ketemenggungannya. Terkecuali sub-suku Dayak Desa yang memiliki empat wilayah ketemenggungan, masing-masing subsuku di wilayah Kecamatan Kelam Permai hanya mempunyai satu wilayah ketemenggungan. Tjilik Riwut mengelompokkan sub-suku Dayak Desa, Seberuang dan Sebaruk ini ke dalam Stamenras Dayak ot Danum, yang merupakan induk suku (suku besar). Namun menurut para tetua adat di Kelam Permai, ketiga sub-suku ini berasal dari tanah Iban atau Suku Iban. Pendapat tetua adat di Kelam Permai ini rupanya senada dengan beberapa peneliti, yang berpendapat bahwa ketiga sub-suku Dayak tersebut tergolong ke dalam kelompok Ibanic, yakni kelompok yang induknya dari suku Iban. Karena itu, ketiga sub-suku Dayak ini secara umum memiliki kesamaan ciri, baik dari sisi tata nilai maupun adat kebiasaan, meskipun ada beberapa perbedaan di antara mereka, termasuk sejarah dan penyebaran mereka di wilayah Kelam Permai. Masyarakat Dayak di Kelam Permai, tidak mengenal tradisi tulis, sehingga penelusuran nilai-nilai budaya ini diantaranya diperoleh dari
MIMBAR | b u d a y a
MIUN/IREK
SEORANG petani wanita membawa hasil panennya sedang melintasi bukit kelam.
tradisi lisan, kebiasaan hidup berpola (adat istiadat) dari sistem sosial, dan budaya fisik masyarakat Dayak, misalnya motif-motif pada tenun ikat Dayak yang stiap bentuknya punya latar cerita. Berdasarkan tradisi lisan yang dimiliki suku Dayak, terutama dari Bekana, Bedarak, Semayan, Kanduk, Buah Jereh dan Pantun, serta adat istiadat dan salah satu motif pada tenun ikat dapat diketahui nilai-nilai budaya masyarakat Dayak, yang antara lain berhubungan dengan lima wujud nilai, yakni nilai religius, nilai filosofis, nilai estetis, nilai etis, nilai “solidaritas dan kebersamaan�. Nilai-nilai Budaya Masyarakat Dayak di Kelam Permai dalam Pembangunan Perdamaian Nilai-nilai budaya yang dimiliki masyarakat Dayak di Kelam Permai, seperti nilai religius, filosofis, estetis, etis, dan nilai “solidaritas dan kebersamaan� memang merupakan nilai budaya yang umumnya terdapat pada masyarakat kita yang berorientasi pada kebudayaan timur. Namun demikian, nilai-nilai budaya tersebut tentunya memiliki kekhasannya masing-masing dibanding nilai-nilai budaya dari suku
bangsa lainnya. Setiap nilai-nilai budaya itu telah memberikan pengaruh terhadap cara pandang, perilaku dan keputusan masyarakat suku Dayak dalam bertindak. Nilai budaya yang cukup besar mempengaruhi perilaku masyarakat Dayak adalah nilai religius. Dari sistem religi masyarakat Dayak tampak jelas nilai religius ini memberikan pengaruh yang cukup mendasar, terutama untuk pandangan masyarakat Dayak tentang hubungan manusia dengan alam semesta, hubungan manusia dengan Penciptanya, dan hubungan manusia dengan sesamanya. Hampir seluruh sistem sosial dan karya-karya masyarakat Dayak tidak terlepas dari pengaruh nilai religius ini. Aktivitas penyembuhan penyakit, ritual dalam berladang, penyelesaian perkara, upacara adat pada gawai-gawai yang dimiliki masyarakat Dayak, karya-karya terutama benda-benda suci yang menjadi perangkat upacara keagamaan, bahkan mengayau adalah aktivitas yang dipengaruhi nilai budaya ini. Berbagai aktivitas serta hasil karya itu adalah cerminan bahwa masyarakat Dayak menghendaki kehidupan yang senantiasa Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
ingat pada keluhuran Ilahinya. Perwujudan nilai religius ini tidak hilang meskipun saat ini masyarakat Dayak telah memeluk salah satu agama. Yang terjadi justru nilai budaya ini muncul dan menguat dalam aktifitas keagamaan yang sekarang mereka anut. Namun demikian, upacara/ritual adat masyarakat Dayak tidak lantas ditinggalkan. Sebelum atau pada saat melaksanakan aktivitas, masyarakat masih tetap sering mengadakan upacara/ ritual sebagai permohonan doa kepada Jubata atau Puyang Gana agar pelaksanaan aktivitas yang dilaksanakannya itu dapat berjalan dengan lancar dan terlindung dari segala marabahaya. Menurut Riyanto (1992) pelaksanaan upacara adat yang pada saat ini masih tetap dilaksanakan, meskipun masyarakat telah memeluk salah satu agama itu adalah ungkapan kerinduan masyarakat Dayak terhadap leluhurnya. Disamping itu, upacara dan sesajian ini dimaksudkan untuk menyelaraskan hubungan manusia dengan alam semesta. Masyarakat Dayak berpandangan bahwa manusia adalah mahkluk yang sangat lemah, sehingga untuk bisa mempertahankan hidupnya, manusia harus selalu 65
MIMBAR | b u d a y a berusaha membina relasi dengan semua kekuatan yang mendiami bumi ini, yang perwujudannya dalam kehidupan masyarakat Dayak dilakukan melalui upacara dan sesajian. Pelaksanaan upacara adat ini tidak lagi mempersembahkan korban berupa kepala tengkorak manusia sebagaimana dahulu, dimana tradisi mengayau masih berlangsung. Tapi kini sesajian dalam upacara/ritual adat telah berganti dengan korban berupa hewan seperti ayam atau babi. Ketiadaan korban tengkorak kepala manusia ini merupakan tanda bahwa tradisi yang menggunakan kekerasan pada masyarakat Dayak seperti mengayau itu telah menghilang.
Motif-motif yang tertera pada karya seni masyarakat Dayak, seperti tenun ikat dan anyaman seringkali terkandung dan berisi pesan-pesan perdamaian Menurut Edi Petebang (2006) berakhirnya tradisi mengayau ini disebabkan oleh dua faktor, pertama, munculnya kesadaran masyarakat, kedua, keberadaan agama Kristen yang mengajarkan kasih Tuhan kepada manusia. Faktor yang kedua ini memberikan pengaruh yang cukup kuat sehingga tradisi mengayau secara perlahan menghilang dalam kehidupan masyarakat Dayak. Disamping itu pengayauan juga dapat diredakan dengan adanya perjanjian damai “Tumbang Anoi” pada tahun 1894. Meskipun tidak menghilangkan tradisi mengayau secara keseluruhan, pertemuan damai kepala suku dan ketua adat ini memberikan dampak luar biasa terhadap berkurangnya tradisi mengayau. Terlepas dari tradisi mengayau, nilai religius berhubungan erat dengan moral masyarakat. Masyarakat Dayak mempunyai cara mengontrol hubungan antarsesama, yakni berupa hukum adat, moral dan religi. Untuk hukum adat ada sanksi yang diberikan ketika ada satu 66
individu di dalam anggota masyarakat melakukan pelanggaran norma-norma adat. Untuk moral ada sanksi pendapat masyarakat dan kesadaran diri. Dan untuk religi ada sanksi hukuman Tuhan. Karena itu nilai religius memberi pegangan kepada manusia di dalam dunia kosmos dan dunia sosial sekaligus. Nilai religius, terlepas dari metafisiknya, telah menunaikan dua fungsi yang penting. Pertama, memberi manusia kerangka acuan dimana ia dapat menata pengalamannya. Kedua, memberi manusia seperangkat norma-norma yang dengannya ia dapat menyusun suatu sistem prioritas dalam kehidupan ini dan menilai perbuatannya sendiri mana yang baik atau buruk. Dari fungsi inilah nilai religius berperan di dalam pembangunan perdamaian. Selain nilai religius, nilai-nilai budaya lain yang dimiliki masyarakat Dayak juga memberikan perannya di dalam pembangunan perdamaian. Masing-masing nilai-nilai budaya tersebut ikut memberikan makna di dalam membentuk cara pandang dan perilaku masyarakat Dayak. Dalam nilai filosofis misalnya, tergambar pandangan masyarakat Dayak yang menginginkan kehidupan ideal, yang rujukannya adalah ‘Dunia Atas Langit’, tempat Para Dewata dan Buah Kana, yang mana kehidupannya penuh kedamaian, tanpa ketercelaan. Masyarakat Dayak sangat mendambakan harmonisasi dari berbagai dimensi kehidupan. Ketika salah satu dimensi mengalami gangguan maka seluruh aspek hidup lain menjadi goyang dan bermuara pada ketidaksempurnaan. Karena itu, nilai filosofis ini menjadi pegangan bagi masyarakat Dayak yang memberikan arah pada kehidupan ideal seperti kehidupan ‘Dunia Atas Langit’. Keyakinan masyarakat Dayak yang memandang jiwa bersifat rohani dan lebih luhur, membuat mereka lebih cenderung mengutamakan kepentingan jiwa dengan hidup sesuai aturan, menaati adat istiadat yang diwariskan secara Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
turun temurun. Dengan demikian nilai filosofis ini telah berperan di dalam membentuk perilaku masyarakat Dayak yang mengutamakan kesempurnaan dan kebijaksanaan, dan mendambakan keselarasan diri dengan dunia sekitar, sesama manusia, dan wujud tertinggi. Dari sinilah nilai budaya ini berperan dalam pembangunan perdamaian. Tidak jauh berbeda dengan nilai filosofis, nilai etis, nilai estetis dan nilai “solidaritas dan kebersamaan” juga memberikan perannya di dalam pembangunan perdamaian. Nilai etis memberikan gambaran tentang sifat masyarakat Dayak yang pada dasarnya memiliki sifat ramah, yang dapat memudahkan masyarakat ini
MIMBAR | b u d a y a
PEREMPUAN dayak mengayam dengan jenis Tenun Buku. MIUN/IREK
menerima orang lain. Disamping itu, nilai etis memberikan pengaruh luar biasa terhadap adat dan hukum adat yang dimiliki masyarakat Dayak. Adat dan hukum adat inilah yang memberikan batasan atas tindakan yang berlebihan dan menyimpang dari normanorma adat yang berlaku pada masyarakat. Aturan-aturan adat yang dimiliki masyarakat Dayak merupakan kearifan lokal, sekaligus kekuatan mereka dalam menangani konflik yang terjadi pada masyarakat. Di sinilah peran nilai etis dalam pembangunan perdamaian. Sedangkan nilai estetis memberikan makna tentang hakikat keindahan seni dari ekspresi jiwa dan pe-
ngalaman spiritual dari masyarakat Dayak. Motif-motif yang tertera pada karya seni masyarakat Dayak, seperti tenun ikat dan anyaman seringkali terkandung dan berisi pesan-pesan perdamaian. Motifmotif tersebut dapat menjadi media promosi perdamaian, yang pancarannya dapat dilihat dari motifmotif yang tertera pada tenun atau anyaman itu. Disamping cerita motif pada tenun ikat, nilai estetis juga terlihat dalam seni budaya tutur masyarakat Dayak. Penggunaan bahasa kiasan, yang lembut dan anggun merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari nilai estetis yang dimiliki masyarakat Dayak. Pengungkapan dengan bahasa yang halus melalui seni tutur, sekalipun ungkapan yang disampaikan itu merupakan sindiran, membuat orang yang mendengarnya tidak lantas sakit hati. Dengan kata lain, kata-kata kiasan yang diracik sedemikian rupa itu mencoba menyajikan rangkaian kata yang dapat diterima pendengarnya, meskipun di dalamnya terkandung maksud yang dalam berkenaan dengan persoalan yang terjadi. Tidak berbeda dengan karya seni masyarakat Dayak, seni budaya tutur juga dapat berperan sebagai media promosi perdamaian. Nilai “solidaritas dan kebersamaan� mempertegas bahwa masyarakat Dayak memiliki nilai budaya yang pada dasarnya dapat memperkuat rasa persaudaraan dan kekeluargaan diantara mereka. Masyarakat Dayak memiliki sistem sosial dari kehidupan kolektif mereka. Kebersamaan di dalam rumah betang, kebersamaan dalam pengerjaan ladang melalui aktivitas beduruk, bebung/bejamu, dan basabasi, kebersamaan pada nuba adat, saling kunjung (ngabang) pada saat pe’gawai adalah sarana interaksi sosial yang dapat menjadi perekat perdamaian. Dengan sistem sosial tersebut tentunya mereka dapat memperat hubungan dan semangat kebersamaan diantara mereka. Selain itu, ternyata masyarakat Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
sub-suku Dayak ini telah memiliki mekanisme penanganan konflik yang berlandaskan keadilan dan kebersamaan, seperti bejereh-bebantah. Bentuk penyelesaian konflik ini lebih menekankan dialog/musyawarah, yang lebih mengedepankan pencarian jalan keluar dengan pemberian kesempatan masingmasing pihak yang berkonflik untuk dapat mengungkapkan pendapatnya. Keputusan yang diambil oleh Lit atau hakim ketua didasarkan pada pertimbangan keterangan kedua belah pihak, baik yang telah disampaikan bejereh maupun bebantah nya. Penyelesaian konflik seperti ini dapat menimalisir atau mereduksi cara-cara kekerasan. Nilai-nilai budaya seperti nilai religius, filosofis, etis, estetis, dan nilai “solidaritas dan kebersamaan� masyarakat di atas telah memberikan sumbangsih besar dalam membentuk cara pandang (world view) dan mengatur perilaku masyarakat Dayak. Jika nilai ini masih dipegang masyarakat, tentu saja perilaku yang bernilai positif dalam membina kerukunan dan hubungan harmonis antarsesama masyarakat akan tetap terjaga. Sebaliknya bilamana nilai-nilai ini luntur dan dilupakan, maka perilaku masyarakat boleh jadi tidak terkendali, yang kemudian dapat menimbulkan kericuhan dalam kehidupan bermasyarakat. Saat ini kelima nilai-nilai budaya masyarakat Dayak tersebut masih tetap terjaga, meskipun tidak menutup kemungkinan akan/telah terjadi perubahan. Terlepas dari itu, sekarang telah kita ketahui, bahwa ternyata nilainilai budaya yang dimiliki Masyarakat Dayak berperan penting dalam pembangunan perdamaian. Nilainilai budaya tersebut telah mempengaruhi cara pandang dan membentuk perilaku masyarakat Dayak yang beradab dan cinta damai.[] Penulis Manajer Program PRCF Indonesia Kalbar, pernah aktif di LPM Untan sebagai Kepala Divisi Penerbitan). 67
MIMBAR | c e r p e n
Kutukan
Pay Jarot Sujarwo
H
ujan lagi. Pastinya aku teringat kamu lagi. Ya, kita pernah sepakat bahwa hujan adalah moment paling pas untuk merawat kenangan. Tak ada yang lebih sunyi dari rinai. Ucapmu. Aku menyepakatinya. Mungkin tak akan ada kenangan yang terawat jika tak ada rinai. Ketika sunyi benarbenar sempurna. Pelan-pelan catatan peristiwa masa lalu menyelinap dalam senyap. Kita diam. Aku dan kau sama-sama diam. “Apa yang masuk dalam kepalamu?” tiba-tiba kau memecah sunyi. “Rotan kecil yang melibas betis kecilmu, sebab ibumu tak sabar berteriak-teriak memanggilmu dari teras rumah untuk pulang. Kau memang anak yang bandel.” “Kau yang mengajariku menjadi 68
anak kecil yang bandel. Bahkan sampai sekarang.” Aku masih ingat, saat kau meringis dan akhirnya menangis, dengan gagah perkasa aku berusaha membela. Kukatakan pada ibumu, bahwa akulah yang salah. Akulah yang mengajakmu turun ke lapangan, bermain lumpur dan hujan. Akulah yang layak dipukul. Bukan kamu. Hmm, tentu saja ibumu tak mau memukul anak orang lain. Kegagahanku sama sekali tak berarti. Untuk detik selanjutnya, kau hilang di balik pintu rumah dengan ringis dan tangis yang juga membuatku teriris. Sementara aku, hanya bisa mematung di halaman. Membiarkan rinai terus menikam ubun-ubunku. Tak peduli gigil. Tak peduli ibuku yang ternyata juga memanggil. “Suatu hari aku akan membaEdisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
wamu pergi dari rumah. Dan kita bisa menikmati hujan bersama sepuaspuasnya. Tanpa harus takut omelan bahkan rotan ibu yang mendarat di betis kecilmu.” Begitu aku mendesis. Ikut merasakan ringis dan tangis. Itu hanya kepingan peristiwa di masa kecil. Peristiwa yang menjadi tanda bahwa kita memang benarbenar akrab. Aku juga masih ingat, betapa lelah kau menghiburku ketika aku merajuk sebab tak seorangpun yang mau mengajarkanku mengayuh sepeda. “Woi, apa lagi yang bisa dibanggakan anak laki-laki di kampung ini selain sunat dan bisa mengendarai sepeda?” begitu ledek teman-teman ku. Aku lari ke lapangan. Membiarkan mereka terus tertawa-tawa meledekku. Lalu tiba-tiba saja hujan
MIMBAR | c e r p e n tumpah. Lalu tiba-tiba saja kau memanggil-manggil. Tapi aku tak mau beranjak. Demi dendam mengendarai sepeda. Aku sudah kuyup. Dari jauh kau berlari menghampiri. Mengajakku bersandar di bawah pohon besar di sudut lapangan. “Kenapa?” tanyamu “Mereka meledekku. Sebab aku masih belum bisa mengendarai sepeda.” Aku merajuk. Seperti ingin menangis. Tapi aku laki-laki. Tapi kenapa anak laki-laki tidak boleh menangis? Sama seperti kenapa anak perempuan tidak boleh main di lapangan ketika hujan. “Kamu sedih?” Tanyamu. “Ya.” “Kenapa kamu tidak menangis?” Aku terkejut saat kau mengatakan itu. Kau melanjutkan, bahwa kalau aku memang bersedih, sebaiknya menangis saja. Tak ada yang melarang kita untuk menangis. Larangan menangis boleh dilakukan, kalau ada larangan bersedih. “Tapi aku laki-laki. Dan tentu saja akan malu padamu jika aku menangis.” “Kamu lihat, aku perempuan, seutuhnya anak perempuan. Tapi aku keluar juga ke lapangan saat hujan. Meski aku tahu pasti kalau pulang nanti akan terkena rotan. Tapi aku puas karena bisa mandi hujan. Nah, sekarang apa lagi yang bisa bikin puas bagi kita yang lagi bersedih kalau bukan menangis?” Sungguh kalimatmu waktu itu membuatku merasa perlu berlama-lama menatapmu. Matamu begitu ikhlas. Hingga kemudian aku sadar bahwa mataku telah basah. Bukan karena hujan. Tapi karena kaca di dalam mataku mulai retak, pecah dan tumpah. Kau biarkan aku menangis. Itu kali pertama aku yang anak lakilaki menangis di hadapanmu yang seorang anak perempuan, tanpa rasa malu sedikitpun. “Tapi menangis tak bisa membuatku bisa mengendarai sepeda.” Kataku selanjutnya. Keikhlasan di matamu semakin kentara. Bibir kecilmu melampirkan
senyum. Kau pegang kepalaku. Dan bilang bahwa, mereka bisa saja tertawa terbahak-bahak sambil keliling kampung dengan sepeda. Tapi mereka tak bisa merebut kebahagiaan kita. Ketika hujan tiba, kita bisa tertawa sepuasnya meskipun tak bisa mengendarai sepeda. Kau juga mengingatkan kepadaku, bahwa akulah yang sebenarnya mengucapkan itu dulu saat pertama kalinya aku menawarkan kebahagiaan dengan mandi hujan di lapangan. “Tak ada yang bisa lebih membahagiakan anak kampung seperti kita. Selain turun ke lapangan dan menikmati indahnya hujan. Ayolah, turun bersama kami.” Aku yang mengatakan itu kepadamu. Dan kau mengingatkannya kembali. Air mataku semakin deras mengalir. Tapi aku tersenyum. Pelan-pelan berubah menjadi tawa. Terbahak-bahak. Kemudian kau juga terbahak. Kemudian kutarik tanganmu, menyeretmu ke tengah lapangan. Menuju kubangan lumpur. Masih dengan tawa yang terbahak. Begitulah, kenangan masa kecil. Selalu kurawat. Terlebih saat hujan seperti ini. Aku teringat kamu. Teringat masa-masa itu. Kampung. Tanah becek. Tawa riang. Dan hujan. Kita selalu bersama-sama. Bahkan kita sempat berjanji untuk selalu bersama. Janji yang kita sepakati di bawah hujan. Saat itu usia kita menjelang remaja. Aku di kelas tiga SMP, kamu di kelas dua. Dan kita tetap mengakrabi hujan. Terlebih ketika aku sudah bisa mengendarai sepeda. Betapa riang kita berdua, dengan satu sepeda, tak sadar sudah keluar batas kampung dan masuk ke kampung sebelah. Keriangan dalam hujan telah membuatku lupa bahwa sudah sangat jauh aku mengayuh sepeda. Sementara kau yang membonceng di belakang, tak sedikitpun mengingatkanku. “Kamu senang?” Tanyaku “Sangat senang.” “Kenapa kau tidak memilih seorang perempuan untuk kau cintai, seperti teman-teman yang lain. Kau sudah sunat, dan kau sudah bisa naik Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
sepeda.” “Karena kalau aku jatuh cinta, aku akan kehilangan kamu.” Jawabku, “Kalau kau sendiri, kenapa tidak memilih laki-laki untuk kau cintai?” aku balik bertanya. “Kau sudah tau jawabannya. Sebab aku selalu ingin bersamamu. Dan kalau aku jatuh cinta, kita berdua tidak akan bisa sebahagia ini.” Ya, usia kita cuma berjarak satu tahun. Kita lahir dengan bantuan dukun yang sama. Kita lahir dengan deras hujan yang sama. Kita memang layak bersama-sama. “Kenapa kau tidak ingin kehilanganku?” Tanyamu lagi. “Karena aku sudah mengenalmu sejak kau lahir. Dan sampai sekarang, tak ada alasan yang membuatku untuk bisa membencimu. Kalau kau sendiri, apa alasanmu?” “Karena kau menemaniku saat aku lahir. Dan kuingin kau juga menemaniku sampai aku mati.” “Maukah kau berjanji bahwa kita akan selalu bersama?” Karena ternyata pertanyaan itu keluar dari mulut kita nyaris bersamaan. Hujan lagi. Pastinya aku teringat kamu lagi. Ya, kita pernah sepakat bahwa hujan adalah moment paling pas untuk merawat kenangan. Tak ada yang lebih sunyi dari rinai. Ucapmu. Aku menyepakatinya. Mungkin tak akan ada kenangan yang terawat jika tak ada rinai. Ketika sunyi benar-benar sempurna. Pelanpelan catatan peristiwa masa lalu menyelinap dalam senyap. Kita diam. Aku dan kau sama-sama diam. Aku teringat dengan janji kita untuk selalu bersama. Sejak lahir bahkan sampai mati. “Tapi kau mengkhianati janjimu.” Kau katakan itu berkali-kali ketika mengetahui bahwa aku harus pergi. Aku sudah tamat SMP. Dan sebenarnya kita sama-sama tau, bahwa semua anak laki-laki yang sudah selesai SMP harus keluar dari kampung, ikut bekerja dengan kerabat dan sanak saudara, memotong dan mengumpulkan kayu di belantara. Sebenarnya kau juga sudah tau, bahwa kemiskinan di kampung 69
MIMBAR | c e r p e n
DOK/MIUN
kita membuat kita tak bisa berbuat apa-apa. Hanya menanti umur yang dirasa cukup, lalu bagi yang lakilaki, akan masuk ke hutan, bergabung bersama yang lain, bekerja sebagai penebang kayu. Demi membayar hutang turunan kepada perusahaan. Aneh memang. Kita menebang kayu untuk diserahkan kepada perusahaan. Tapi kenapa ayah bahkan mendiang kakek kita yang juga penebang entah berapa keturunan, berhutang dengan perusahaan? Kau menangis. Aku ingat itu. Kau menuntut janji yang pernah kita sepakati. Bahwa kita harus tetap bersama. Meskipun janji itu kita ucapkan saat usia kita belum dapat mengerti apa-apa. “Tapi kau juga akan pergi suatu hari. Sama seperti anak-anak perempuan yang lain. Atau kalau kau memilih untuk tetap tinggal di kampung ini, itu artinya kau siap untuk dilamar dan akhirnya menikah. Dan kita tetap tidak bisa bersama.” Kataku mencoba memberi penjelasan. Dan aku tau, bahwa sebenarnya kau juga tau itu. Ketika dirasa sudah cukup usia, anak-anak perempuan akan pergi dari kampung ini. Memalsukan dokumen, menuakan umur, membuat paspor, dan berangkat ke luar negeri. Malaysia, Singapura, Arab, Taiwan, ataupun 70
kemana saja. Menjadi TKW demi membantu hutang keluarga. Kau juga sudah tau, bahwa ada pilihan lain bagi para perempuan yang sudah tamat SMP dan tidak mau menjadi TKW. Cuma satu pilihan. Bersedia dilamar dan pergi menikah. “Tapi kita pernah berjanji untuk terus bersama-sama.” Kau menuntut sambil terisak. “Kita akan selalu bersama. Hatimu, hatiku, hati kita, akan selalu bersama.” Aku tak kuasa menahan duka. Kau terus menangis. Tapi kemiskinan di kampung ini membuatku tak bisa memenuhi tuntutanmu. Aku pergi. Meskipun kita pernah berjanji. Janji itulah yang membuatku selalu teringat kepadamu setiap hujan turun. Di dalam hutan, aku selalu memikirkanmu. Mandor kayu seringkali memergokiku sedang melamun. Kerjaku tak tenang. Terlebih ketika aku tau, bahwa sebenarnya selama ini para penebang cuma dijadikan alat oleh perusahaan. Aku sudah tau, kenapa pada akhirnya keluarga-keluarga kita tidak bisa melunasi hutang. Perusahaan-perusahaan kayu itu awalnya memberi pinjaman kepada orang-orang kampung. Yang uangnya akan digunakan keluarga yang Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
ditinggalkan sementara para lelaki menebang dan mengumpulkan kayu di hutan. Hutang-hutang ini akan dibayar ketika tiba waktunya mendapat upah bagi para penebang. Tapi apa lacur? Dalam perjalanan pulang dari hutan menuju kampung, kapal perusahaan tidak merapat. Alasannya beragam. Bisa kehabisan bahan bakar, bisa karena cuaca, bisa karena mesin rusak, bisa karena apa saja. Terpaksa para penebang harus menginap selama dua atau tiga malam. Dan sangat lacur. Perusahaan membangun tempat hiburan malam di tengah hutan. Menyediakan bir, house music, dan perempuan-perempuan yang siap dipangku dan dibawa ke kamar jika lelaki sudah mulai mabuk. Uang hasil bir dan perempuan-perempuan itu, kembali disetor ke perusahaan. Uang itu adalah upah para pekerja yang juga berasal dari perusahaan. Dan ketika kapal datang, para lelaki penebang sudah kehabisan uang. Lalu apa yang mau dikasi kepada keluarga di kampung? Jawabannya jelas. Apalagi kalau bukan kembali berhutang kepada perusahaan. Benar. Ketika setelah sekian lama. Akhirnya aku berhasil pulang. Tak sabar menemui ibu. Tak sabar menemuimu. Sampai di rumah, setelah memeluk dan mencium ta-
MIMBAR | c e r p e n ngan ibu. Segera kutanyakan tentang keadaanmu. Ah, aku sudah tau. Sudah tau sejak dulu. Bahwa bukan hanya aku yang tidak bisa menepati janji, tapi kau juga. Ibuku bilang, bahwa akhirnya kau pergi juga dari kampung ini. Ikut bersama rombongan TKW yang lain ke luar negeri. Ibuku bercerita, bahwa waktu itu sebenarnya kau tidak ingin pergi. Katanya, kau masih menunggu. Ibumu marah. Dan menyetujui lamaran lelaki tua namun kaya dari kampung sebelah. Kau
Aku tak kuasa menahan duka. Kau terus menangis. Tapi kemiskinan di kampung ini membuatku tak bisa memenuhi tuntutanmu. Aku pergi. Meskipun kita pernah berjanji melawan. Kau bilang ke ibumu kalau kau juga tidak mau kawin. Kau bilang, kau masih menunggu. Ibumu semakin marah. Kerja di luar negeri tidak mau, kawin tidak mau. Tapi kau harus memutuskan. Sama seperti keputusan perempuanperempuan lain di kampung ini. Kawin atau TKW. Cuma itu pilihannya. Aku tau kau akan membuat keputusan. Berkali-kali kau bilang, kau masih menunggu. “Siapa yang menentukan pilihan itu?” Tanyamu. “Kemiskinan yang telah menjadi kutukan di kampung ini.” Kata ibumu. Begitulah, aku seperti menyepakati ucapan ibumu. Kemiskinan yang diderita orang-orang di kampung ini sudah menjelma kutukan. Orang-orang tak bisa lari. Kecuali yang mendapat keajaiban yang bisa mengalaminya. Tapi itu pun cuma satu dua. Cuma satu dua orang saja yang menjadi ajaib dan kemudian keluar dari kampung. Melanjutkan SMA, bahkan kuliah. Menjadi orang pintar. Tinggal di kota. Tak jarang orang-orang ajaib ini masuk partai politik. Menebar janji-janji. Dan ketika sudah jadi dan terus menerus
bertambah kaya, bukannya pulang ke kampung halaman, tapi malah ikut menandatangani kontrak dengan perusahan-perusahaan kayu. “Perusahaan-perusahaan itu telah berinvestasi di daerah kita,” itu alasan mereka. Tapi investasi inilah yang telah mengutuk orang-orang kampung sampai entah berapa generasi. Ibuku masih bercerita. Bercerita tentang kemiskinan. Bercerita tentang kutukan. Dan tentu saja bercerita tentangmu. Hingga akhirnya, karena memang sudah tak bisa lari dari kutukan, kata ibuku, kau memang harus memilih dan membuat keputusan. Dan keputusanmu adalah ikut pergi keluar negeri. Menjadi TKW di Taiwan. Ibuku bilang, sebelum kau pergi, setelah semua urusan pemalsuan dokumen beres, kau sempat mampir ke rumah dan menemui ibuku. Kau bilang kepada ibuku, bahwa tidak memilih untuk menikah, karena kau masih menunggu. Masih menunggu. “Apakah kau juga menunggu?” Tanya ibuku, ketika mendapatkan aku yang hanya bisa menundukkan kepala mendengar cerita ibuku. Diulanginya lagi pertanyaan itu sebab pada pertanyaan pertama aku cuma diam. “Apakah kau juga menunggu?” Aku terkesiap. Mataku sudah basah sejak tadi. “Ya.” Jawabku. Kali ini giliran ibuku terdiam. Tapi aku bisa membaca hatinya, yang mengatakan bahwa, kutukan kemiskinan ini melarang kita untuk menunggu. Begitulah, hingga saatnya tiba aku kembali ke hutan. Kembali menebang dan mengumpulkan kayu. Namun aku harap di luar negeri sana, kau juga tau, bahwa aku masih menunggu. Seperti kau yang menungguku pulang, begitulah aku yang juga menunggumu pulang. Lebaran aku kembali ke luar hutan, pulang ke kampung. Tapi kenapa kau tidak pulang? Kutanyakan langsung kepada ibumu. Dia bilang tidak tau. Tak ada kabar darimu sejak Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
tiga bulan. Kau dimana? Aku mencarimu. Dan selalu memikirkanmu. Terlebih ketika rinai hujan menjadi pelengkap sunyi yang paling sempurna. Aku kembali masuk hutan. Kembali pulang ke kampung. Kau tidak ada. Kembali ke hutan. Kembali ke kampung. Kau masih belum berkabar. Kutanya orang-orang. Kutanya calo TKW, bahkan kuberanikan diri untuk bertanya kepada kepala desa dan orang-orang di kantor imigrasi. Jawaban mereka sama. Tidak tau. Kau kemana? Aku terus memikirkanmu. Hingga kemudian aku bertekad untuk tidak kembali lagi ke hutan. Aku akan menunggumu di sini. Di kampung ini. Ternyata tidak membutuhkan waktu lama menunggumu. Dua bulan setelah aku memutuskan untuk tidak kembali lagi ke hutan, ternyata kau benar-benar pulang. Orang-orang ramai menyambutmu. Aku juga. Setelah semua prosesi selesai, aku dan orang-orang kampung yang lain, yang semula menjemputmu, kembali berbondongbondong mengantarmu. Tidak ke luar negeri. Tetapi tempat yang layak untuk kau tinggali. Dan sekarang orang-orang kampung sudah pada pulang. Tinggal aku sendiri di sini. Menepati janji yang pernah kau minta dulu. “Karena kau menemaniku saat aku lahir. Dan kuingin kau juga menemaniku sampai aku mati.” Kutepati janjiku. Bersama kutukan yang menimpa orang-orang kampung. Bersama hujan yang kembali jatuh. Di sini, di pemakaman ini kutepati janjiku. Menemanimu. Hujan teramat deras menyerangtikam bumi. Warta berita televisi malam ini: Jenazah seorang TKW di Taiwan asal Indonesia akhirnya berhasil dibawa pulang dan dimakamkan di daerah kelahirannya. TKW ini dilaporkan meninggal dunia karena sebelumnya dibunuh oleh majikan sebab berusaha sekuat tenaga mempertahankan kehormatan.[] Pontianak, 8 Januari 2009 71
MIMBAR | i n s p i r a s i
Berbisnis dari Asap Tempurung Mereka merupakan inspirasi. Jiwa muda yang melekat pada mereka dibuktikan lewat karya nyata. Lewat ide kreatif dan fresh, mereka pantas dianggap menang dalam Business Plan Competition (BPC) Hipmi Kalbar 2009.
S
ekitar 150 proposal bisnis yang mendaftar dalam ajang BPC 2009 yang digelar Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kalbar. Selama tiga bulanan seleksi akhirnya hanya tiga proposal yang berhasil menyingikarkan ratusan proposal lainnya. Seperti pasangan Elita dan Sri Rezeki Ssi yang memimpikan bisnis ramah lingkungan dengan nama CV Erez Cocunutz Corp. Asap dari pembakaran tempurung kelapa yang bisa mencemari udara, mereka ubah menjadi bahan pengawet makanan pengganti formalin. “Tempurung kelapa dibakar dalam wadah tertutup, proses ini disebut pirolisis. Lalu asapnya didestilasi maka berubah wujud ke cair. Dan cairan ini berguna untuk pengawet makanan pengganti formalin dan jauh lebih aman,” papar Lita mahasiswa tingkat akhir Jurusan Kimia FMIPA Untan. Awalnya dari penelitian dosen yang ia lakoni tahun 2008, namun pengetahuannya makin terisi saat membaca artikel sebuah majalah yang menyakinkan bahwa limbah kelapa memiliki nilai ekonomis dan kesempatan makin terbuka lebar saat Hipmi menggelar BPC. “Manfaat lain dari asap cair ini berguna untuk koagulan atau penggumpalan latex pada karet. Ini untuk mengantikan asam format yang selama ini dipakai di pabrik. Dengan asap cair selain prosesnya cepat, tidak akan berbau dan kualitas karet lebih baih,” urai Lita. Sri Rezeki menerangkan untuk 72
memberikan keyakinan pada konsumen, mereka akan memberikan uji coba secara gratis. Sejauh ini untuk pengawetan ikan sudah pernah diujicobakan. Kedepannya ia ingin bisa dimanfaatkan untuk industri pembuatan mie dan lainnya. “Kegunaan lainnya dari limbah pembakaran tempurung kelapa bisa jadi arang aktif pembuatan briket dan pengawetan pada kayu. Jadi semuanya bisa diolah,” kata Kiki. Berguna Bagi Orang Kampung Sementara pemenang lainnya adalah pasangan suami istri, Wahyu Gunawan dan Fitriani Inda. Mereka berinisiatif mendirikan Badan Usaha Sukses Selalu yang akan menampung produksi karet dan hasil pertanian dari petani di Kecamatan Sei Asam, Kabupaten Kubu Raya. “Saya sebagai putra asli daerah merasa sedih melihat kondisi petani yang tidak berkembang di sana. Mereka kesulitan mengakses pasar dan keuntungan yang rendah. Maka dibuat badan usaha untuk membeli hasil petani dan mengambil keuntungan yang kecil dari mereka. Lalu hasil keuntungan sebagian dikembalikan ke mereka dalam bentuk menyediakan infrastuktur jalan. Karena selama ini kondisi jalan di desa sangat memprihatinkan,” jelas Wahyu. Fifi yang merupakan alumnus Fakultas Ekonomi (FE) Untan menambahkan keinginan mereka agar bisa ikut memberdayakan masyarakat dan memiliki nilai lebih. Bila diibaratkan usaha mereka seperti Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
Sri Rezeki dan Elita
PNPM milik pemerintah. Hanya saja program tersebut belum menyentuh masyarakat di sana. “Kendala kita modal Karena butuh dana buat membeli hasil petani. Semoga kemenangan ini, kami bisa mewujudkan mimpi mem-bantu petani di sana,” ujar Fitri. BPC juga memilih proposal yang diajukan mahasiswa STKIP Pontianak yakni milik Hasan Idris, Ihsan S Pd, dan Hustoybi SPd. Mereka sepakat mengemas paket hiburan menarik kepada konsumen dengan nama Khatulistiwa Advanture. Hadir dalam bentuk bidang usaha HRD dan Outbound Traning and Advanture tour. “Saat ini belum ada usaha sejenis yang menggarap ide tersebut di Kalbar. Sehingga peluang ini menjanjikan. Apalagi banyak instansi bahkan sekolah yang mencari hiburan tidak lagi dalam bentuk lama hanya sifatnya yang ceremony. Sekarang memang digemari adalah kegiatan outbound, bersentuhan langsung dengan alam,” jelas Hasan. Dia menuturkan ide ini datang tak sekedar karena melihat trend akan tetapi memang hiburan dalam bentuk outbound sudah jadi kebutuhan yang diharapkan akan meningkatkan produktivitas kerja. “Mereka merasakan stress dengan rutinitas kantor. Nah dengan outbound tadi kita berikan hiburan plus motivasi. Selain hanya dikesempatan tersebut antara atasan dan anak buah tidak ada lagi sehingga mereka bebas berekspresi. Begitu pula untuk anak- anak sekolah,” ujarnya. Bahkan mereka juga menyiapkan military outbound untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang memang mengemari dunia militer atau dunia yang berbau keras. [niya cendana]
MIMBAR |
K I R I
Susah Ngurus Izinnya R adio berusia 6 tahun ini bertujuan menjadi tempat pengembangan dan perkumpulan ilmu pengetahuan para praktisi pendidikan, ilmuan, serta akademis. Bukan hanya memberikan hiburan bagi pendengarnya. Tapi juga mempunyai fungsi pendidikan, kontrol sosial dan penyebar informasi komunitas. Pada umumnya radio mahasiswa memiliki idealisme murni. Maka berbeda dengan radio komersil. Radio komunitas harus didasarkan pada kebutuhan masyarakat, mendorong kreativitas partisipan masyarakat yang dilayani berdasarkan program pada suatu topik atau tema. Walaupun pendengar radio Untan voice ini ditujukan untuk mahasiswa dan berada di bawah untan, Bukan berarti lepas dari segala ketentuan seperti radio lain. Berbagai proses harus dilakukan unruk mendapatkan ijin dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Radio Untan Voice telah melewati tahap Evaluasi Dengar Pendapat (EDP) Dari EDP yang dihadiri dari kalangan akademisi, tokoh agama, pemerintah dan tentunya mahasiswa yang menjadi komunitasmya mengharapkan radio mahasiswa ini terus menjadi wadah apresiasi seliruh mahasiswa. Setelah proses EDP bukan berarti perjuangan untuk mendapatkan ijin siaran selesai. Masih banyak yang harus dilakukan. Jadilah KPI sebagai tempat rutin yang kami kunjungi
PERANGKAT radio
tiap minggu guna melengkapi syarat-syarat yang diperlukan untuk dibawa ke Forum Rapat Bersama (FRB) dengan departemen komunikasi dan informatika. Setelah itu barulah izin penyelenggraan penyiaran ( IPP ) bisa didapatkan. Kami sempat putus asa ketika kita harus menyiapkan 11 kategori yang belum memenuhi syarat. Mulai dari akta notaris yang harus diubah sampai dengan aspek keuangan yang harus diperjelas Sekitar dua bulan waktu yang kami perlukan untuk menyelesaikan perubahan akta notaris tersebut. Memang semula agak kesal dengan notaris yang kami anggap memperlambat proses akta tersebut. Namun dengan ketelitian notaris tersebut membuat kami belajar banyak hal. Misalnya tata cara mengambil keputusan jika tidak di atur dalam AD/ ART. Kami sadar beginilah cara kerja
ON Air Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
professional. Setelah akta notaris selesai kami harus mendftarkanya di Pengadilan Negeri. Lagi-lagi kami mengalami kesulitan. Untuk mendaftarkanya kami harus memiliki NPWP. Tak urung kami pun pusing tujuh keliling dibuatnya. Bagaimana tidak?. Dana yang kami dapat bukan dari sponsor atau pun usaha komersil. Semua dana di dapat dari dana kelembagaan Untan. Semakin tak yakin jika persyaratan bisa kami lengkapi dalam waktu dekat ini. Konsultasi pun kami lakukan. mulai dari Notaris sampai kabag kemahasiswaam. Semuanya menyatakan tidak seharusnya lembaga ini memiliki NPWP. Untunglah notaris dapat membantu kami dalam mendaftarkan ke pengadilan negeri tanpa NPWP. Hari itu juga kami langsung ke KPI guna melengkapi persyaratan yang kurang. Tantangan yang kami hadapi tidaklah sampai disini. Masih ada pemancar yang belum stabil. karena Kanal 107,9 Fm milik kami hampir tenggelam oleh kanal yang sama milik Rakom lain. Sumber daya manusia yang mesti dibenahi dan tentu saja visi dan misi radio Untan voice untuk terus menjadi radionya mahasiswa.[] 73
MIMBAR |
K I R I
Ada Cerita Dibalik Layar DILUAR masih gelap. 3 dari 5 alumni dan anggota Miun sedang pulas tertidur walau digerayangi puluhan nyamuk di gedung Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) ini. Pojok kanan bawah layar komputer yang sedang di pakai untuk membuat tulisan ini terpampang pukul 03:29 AM. Hari ke- 4 bulan mei 2009 ini baru saja dimulai. Ruang utama Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Untan terdengar riuh rendah dengan nyanyian artis manca negara dari komputer lainnya. Suara merdu tersebut hampir menutupi bunyi serupa mesin kapal laut dari komputer yang sedang saya pakai ini. LPMU di sana-sini sedang “semak” di hiasi beraneka barang yang berserakan. Baik di lantai maupun di atas meja atau lemarinya bertaburan kertas. Kertas koran, brosur barang pameran National IT Expo 2009 (NIX’09), botol air, tas, helm dan lainnya yang tidak begitu dihiraukan penghuninya. Juga ada dua orang yang telah mengambil posisi tidur dengan nyaman. Yang pria penulis rubrik budaya di majalah edisi 5 Mimbar Untan ini. Alumni yang di panggil Irek ini, di daulat sebagai manusia terpanjang di LPMU. Ia akan berangkat lagi besok ke kapuas hulu untuk menjalankan tugas atas pekerjaan yang diembannya. Tak jauh dari irek, terbaring Eka yang menjabat sebagai sekretaris
ISTIRAHAT - Masing-masing Kru Dok. Miun mengistirahatkan diri setelah lembur mengedit tulisan.
74
MENGEDIT Tina mengedit salah satu opini penulis.
SRI/MIUN
umum di LPMU. Berkali-kali tidurnya terganggu pertanyaan tiba-tiba dari layouter yang memerlukan beberapa data darinya. Dengan separuh kesadarannya ia mencoba menjawab walau dengan satu atau dua kata saja. Si Is, lay outer yang bertanya tiba-tiba tadi kini sedang sibuk menata letak tulisan dan gambar yang diperlukan majalah ini. Karyawan harian lokal itu sesekali menyandarkan kepalanya dikursi sambil menimbang letak foto yang sedang digarapnya di halaman 44. Hanya saja kinerjanya sering terhambat oleh komputer yang mudah “heng” akibat banyak mengidap virus komputer. Nah, saya Sri yang telah dua tahun menjabat sebagai pimred majalah edisi ini. Sesekali juga mengejutkan Bang Is dengan intruksiintruksi berkaitan tentang tata letak majalah ini. Tiba-tiba terdengar suara azan dari masjid terdekat. Waktu sungguh cepat berlalu. Kini di pojok kanan bawah komputer ini sudah menunjukkan pukul 04:25. Untuk tulisan segini, ternyata memakan waktu hampir satu jam. Mungkin karena sibuk mencuri-curi foto orang tidur dan lingkungan sekitar, telah membuat membuang banyak waktu. Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
Tak etis rasanya jika belum menyinggung seorang alumni yang sedang tertidur pulas di ruangan tertutup di belakang. Saya tidak dapat masuk ke dalamnya. Karena dengan angkuhnya orang yang di panggil Yosh ini menuliskan kalimat “Staff Only” di pintu ruangan pribadinya. Pukul 09.37, Yosh baru saja keluar dari tempat persembunyiannya. Karena kekurangan Layouter, ia pun dipaksa terlibat dalam keredaksian. tugasnya khusus mendesain iklan. Nita, Sang Ketua LPMU bersama Si Is dan Eka kini tengah menonton drama asia. Sambil mendiskusikan tentang potensi iklan pada majalah ini, sesekali mereka juga menelpon target yang hendak dimintai iklan
SRI/MIUN
YOSH - Sedang memanaskan mesin Vespanya.
MIMBAR |
DOK.MIUN
MAKAN BERSAMA - Makan malam sederhana bersama kru majalah.
darinya Tina, Kadiv Penerbitan tengah meninjau dan mengedit opini-opini penulis. Sambil sesekali menanyakan bermacam-macam hal tentang majalah yang telah masuk tahap lay out. Pukul 11.23 datang pula Lia, bendahara umum miun ditengahtengah kesibukan kami. Rupanya ia membawa dua misi yakni menagih perbaikan laporan keuangan masing-masing divisi dan menyelesaikan tugas kuliahnya yang akan di kumpulkan besok pagi. Tak lama setelah kedatangan Lia. Datang pula Iswandi, anggota baru
yang dipercaya membuat beberapa karikatur tentang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan Sungai kapuas. Walaupun pengerjaan karyanya terbilang berhari-hari, tapi hal itu tidak percuma. Karena karikatur yang dikerjakannya selalu mendapatkan pujian dari reporter dan layouter majalah. Waktu beranjak sore. Lia masih berjibaku dengan komputernya. Tina pun rupanya belum selesai mengedit beberapa tulisan alumni LPMU. Eka kini sibuk membantu Tri mengeprint surat undangan Musyawarah Besar (Mubes) ke-XI LPMU. Tri juga karikaturnis wanita
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
K I R I
di LPMU padahal ia termasuk dalam kepanitiaan Mubes yang baru bergabung menjadi anggota LPMU. Malam-pun tiba. Reporter rubrik kampus dan sastra juga datang meramaikan suasana setelah hampir dua minggu ini tidak tampak batang hidungnya. Ratih pun mulai bertanya-tanya tentang perkembangan majalah ini. Sekitar pukul 19.40 perut kami mulai keroncongan lagi. Nita, Eka, Ratih, Sri Yosh telah mengelilingi hidangan yang telah dibeli Nita dan Eka sebelumnya. Tak lama datang Jaya. Pria kelebihan berat ini bukanlah anggota LPMU tapi sering menghabiskan waktunya di gedung ini bersama kami. Ia ditugasi membeli Es batu sebagai pelengkap bubur kacang hijau yang dimasak Eka. Haripun berganti. Pojok kanan bawah monitor telah menunjukkan 12:53. Nita yang sedari tadi membuat tulisan tentang radio, kini telah berselimut merah diruang utama. Tidak jauh darinya duduk menonton TV bang Is. Di komputer lainnya sudah ada Eka. Sedangkan Yosh telah kembali ke tempat persembunyiannya seusai mendesain beberapa iklan.[]
75
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009