Edis 4 - 10 MEI 2015 Rp 30.000,00
Menanam Investasi
di Sektor Perkebunan Redup Terangkah Sawit Di Masa Depan Bakat Bisnis Sejak Seragam Biru Putih
Mitra Investor
@mitrainvestor
cs@mitrainvestor.co.id
1
2
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
EDITORIAL
Menanam Investasi
di Sektor Perkebunan
Ribuan peluang investasi tersebar di berbagai sektor. Mulai dari sektor perbankan hingga sektor perkebunan. Mulai dari sektor pasar modal hingga pasar barang nyata. Semua dapat menguntungkan investor jika dapat dimanfaatkan secara maksimal dan memberikan nilai tambah maksimal dengan pemanfaatan yang optimal. Negeri ini terkenal dengan negara yang kaya raya, tanah subur dan memiliki sumberdaya alam luar biasa besar. Bahkan kata pepatah, lempat tongkat bisa menjadi tanaman di Indonesia. Namun sayangnya masih banyak masyarakat Indonesia yang miskin, harus merantau ke luar negeri untuk mendapatkan penghidupan. Mengingat jaman keemasan, kala itu Indonesia masih dijajah dan menghasilkan komoditas paling menakjubkan seantero dunia. Komoditas seperti kopi, gula, karet, minyak bumi dan hutan. Komoditas perkebunan ini menjadi panutan bangsa-bangsa di Dunia. Namun masa kejayaan ini hanya berlangsung 20-30 tahun saja. Setelah itu kini mulai melaju dengan industri kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang sangat pesat. Pada tahun 1970 hanya tercatat luas area kebun kelapa sawit hanyalah 200 ribu hektar. Kini tercatat mencapai lebih dari 9 juta hektar. Berikut kejadian terbalik pada area persawahan yang mengecil dan digunakan untuk konversi usaha yang lain. Dalam jangka panjang, perkebunan kelapa sawit berpotensi mengalami peningkatan permintaan secara global. Dibuktikan dengan tren konsumsi minyak global selama ini. Kementerian Pertanian Republik Indonesia mencatat sekitar 8 juta hektar tanah di Indonesia merupakan lahan perkebunan kelapa sawit. Dengan kata lain, luasan ini dua kali lebih banyak dibanding tahun 2000 yang hanya sekitar 4 juta hektar saja. Tahun 2020 mendatang, diperkirakan meningkat menjadi 13 juta hektar. Hingga saat ini, Indonesia masih mempertahankan posisinya sebagai negara produsen minyak kelapa sawit atau CPO (Crude Palm Oil) terbesar di dunia. Dengan demikian, Indonesia terus memperbesar pasar yang ada seperti Pakistan, China, Eropa Timur, dan Bangladesh serta mengembangkan pasar ekspor baru. Berinvestasi pada sektor sawit merupakan salah satu pilihan bijak untuk menanamkan kekayaan anda. Saat ini sudah banyak sekali jasa yang menyediakan layanan untuk anda berinvestasi pada sektor sawit. Bahkan anda bisa membeli kebun sawit yang siap panen dengan harga tertentu, sehingga anda tidak perlu menunggu lama untuk memperoleh hasilnya.
Mitra Investor
@mitrainvestor
Pemimpin Umum ADI PAMUNGKAS, ST Pemimpin Redaksi SURIYA EFFENDI, SE Editorial SURIYA EFFENDI, SE KUNTI FARIKHA, S.Pi EDWI RIA AGUSTINA, S. Pi BADI UZZAMAN, S. Pi Reporter / Penulis KUNTI FARIKHA, S.Pi EDWI RIA AGUSTINA, S. Pi RIDHA RIKI PANCAHWATI, SE Desainer kreatif HIMAWAN INTRADA, SE Fotografer HIMAWAN INTRADA, SE Distribusi PURWANTO Produksi HIMAWAN INTRADA, SE PURWANTO Humas SURIYA EFFENDI, SE RIDHA RIKI PANCHAWATI, SE SORAYA KARUNIA SARI, S. ST Promosi dan iklan HIMAWAN INTRADA, SE ADI PAMUNGKAS, ST WIDIATMIKO ARI SAPUTRO, ST Keuangan DESI MAYASARI, SE Sekretaris AYU LESTARI Alamat Redaksi / Usaha JL. MT. Haryono No 970 Ruko Metro Plaza 21 SEMARANG TELP : 024 – 7069 4444 08112778444 Web : www.mitrainvestor.co.id Email : cs@mitrainvestor.co.id Kritik dan saran : pr@mitrainvestor.co.id Periklanan : iklan@mitrainvestor.co.id Twitter : @mitrainvestor Facebook : mitrainvestor
cs@mitrainvestor.co.id
3
KILASAN
Fakta Minim Investor
6
Seiring dengan meningkatnya daya beli akan kebutuhan pangan masyarakat akibat pertumbuhan penduduk yang cepat, seharusnya bisa mendorong produktivitas pertanian dalam negeri dengan memperkuat investasinya. Namun sangat disayangkan, investasi sektor ini belum sesuai harapan. Pelaku usaha domestik belum bisa merespon peluang yang ada dengan menanamkan modalnya untuk meningkatkan produksi pertanian nasional.
PROFIL
Bakat Bisnis Sejak Seragam Biru Putih
16
Salah satu hasil bumi dalam bentuk perkebunan asli Indonesia ialah biji kopi. Jenis kopi yang sangat populer dan digemari berbagai kalangan khususnya penikmat kopi yaitu jenis kopi luwak. Kualitas tinggi yang ditawarkan kopi jenis ini membuat harganya melambung dan menjadi komoditas ekspor.
HEADLINE
20 Redup Terangkah Sawit Di Masa Depan Salah satu tantangan terkait dengan perekonomian global belakangan ini ialah pertumbuhan ekonomi yang kian melambat di bebagai negara. Dampaknya, terjadi penurunan harga harga di berbagai komoditas seperti sawit dan karet. Produk tersebut merupakan komoditas unggulan yang selama ini mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
4
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
TECHNOLOGI
Kebun Pencakar Langit
34
Mengingat pertumbuhan jumlah populasi penduduk dunia yang terus menunjukkan peningkatan, membuat pasokan bahan pangan diprediksi semakin sulit sehingga dibutuhkan sebuah solusi alternatif untuk mengembangkan model pertanian terbaru. Kotakota besar di seluruh penjuru dunia berlomba-lomba menciptakan inovasi dengan dilengkapi teknologi tinggi guna menjawab kelangkaan lahan pertanian dan perkebunan .
ENTREPRENEUR
38
Inovasi Produk, Kunci Sukses Bisnis
Suksesnya suatu bisnis dapat diwujudkan salah satunya dengan cara selalu berinovasi terhadap produk. Proses perubahan kualitas produk akan menghasilkan produk-produk yang lebih baik. Seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat pasti memilih segala sesuatu yang praktis, instan dan modern. Misalnya minuman yang populer yaitu teh.
NEWS EVENT
46 Intensifikasi Untuk Tingkatkan Efisiensi Ekspansi lahan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan selama ini membuat produktivitas kelapa sawit di Indonesia meningkat. Kendati demikian, beragam permasalahan kerap menghampiri industri kelapa sawit.
Mitra Investor
@mitrainvestor
cs@mitrainvestor.co.id
5
N
A
IL
K
SA
Fakta Minim Investor Seiring dengan meningkatnya daya beli akan kebutuhan pangan masyarakat akibat pertumbuhan penduduk yang cepat, seharusnya bisa mendorong produktivitas pertanian dalam negeri dengan memperkuat investasinya. Namun sangat disayangkan, investasi sektor ini belum sesuai harapan. Pelaku usaha domestik belum bisa merespon peluang yang ada dengan menanamkan modalnya untuk meningkatkan produksi pertanian nasional. Dari tahun tahun, realisasi investasi cukup berpuas diri menempati level di bawah 10% dari total investasi. Minimnya investasi di bidang pertanian tak mengherankan jika membuat Indonesia semakin sulit untuk terbebas dari impor pangan sebagai pemenuhan kebutuhan pangan. Hortikultura misalnya, investasi jenis ini kerap terhambat akibat lahan dan modal. Campur tangan pihak lain seperti swasta maupun BUMN juga masih diperlukan untuk membangun investasi di sektor penting ini.
6
Faktanya, selama 10 tahun belakangan, pertumbuhan investasi di sektor hilir pertanian tercatat lebih rendah dari pertumbuhan rata-rata PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia. Tentunya fenomena semacam ini bertolang belakang dengan visi pemerintah yang ingin menempatkan sektor pertanian menjadi salah satu sektor stratregis. Pada kuartal III tahun 2014 lalu, realisasi investasi industri hilir pertanian sawit, karet dan kakao untuk penanaman modal dalam negeri atau PMDN mengalami penurunan dibanding tahun 2013 yang sebesar Rp 10,1 triliun menjadi Rp 6,6 triliun. Sedangkan penanaman modal asing atau PMA sedikit menurun dari 2013, dari Rp 25,2 triliun menjadi Rp 24,1 triliun. Salah satu pemicu rendahnya minat investasi di sektor pertanian yang notabene merupakan salah satu sektor terbesar milik Indonesia adalah akibat batasan kepemilikan asing. Deputi Pengembangan Iklim Pena-
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
naman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan, mengacu pada Perpres Nomor 39 Tahun 2014, kepemilikan saham untuk asing dari hulu ke hilir, dari perbenihan hingga wisata agro dibatasi 30%. BKPM mencatat sejumlah 12 perusahaan berminat menanamkan investasi di sektor ini. Sembilan di antaranya berkomitmen dengan besaran nilai investasi sebesar US$ 1,13 miliar. Pemerintah harusnya lebih aktif menarik perhatian investor untuk masuk ke dalam bisnis sektor pertanian. Sejumlah usaha pertanian hakekatnya memiliki prospek cerah sejalan dengan pertumbuhan kalangan kelas menengah. Salah satu peluang investasi yang cukup besar adalah industri perkebunan kelapa sawit da produk hortikultura. Investasi peremajaan perkebunannya masih terbilang rendah sehingga membutuhkan suntikan modal untuk meningkatkan produksi.[]
Untung Besar
Berkesinambungan Bisnis perkebunan ialah bisnis yang menghasilkan suatu barang jasa perkebunan dengan satu tujuan yakni memperoleh keuntungan. Pelaku bisnisnya yaitu perusahaan dan pekebun yang menjadi pengelola bisnis perkebunan tersebut. Pemeliharaan memegang peranan penting dalam perkebunan. Sifatnya yang intensif menjadikan perkebunan sering menerapkan sistem budidaya monokultur, kecuali komoditas tertentu (lada dan vanili). Hal utama yang harus Anda tentukan selain lokasi dan pengelolanya adalah tanaman yang akan di tanam sebagai investasi jangka panjang berupa perkebunan. Kenali karakteristik tanaman tersebut sehingga Anda mudah menentukan langkah selanjutnya. Berikut 8 tanaman yang direferensikan baik dijadikan investasi di sektor perkebunan.
1. Sawit
Tanaman penghasil minyak berbasis industri ini sangat populer di negara kita. Banyak manfaat yang dihasilkan, menjadikan usaha ini merupakan investasi yang menjanjikan. Hasil olahannya dapat berupa minyak sayur, minyak industri dan untuk bahan bakar jenis biodiesel. Indonesia ialah penghasil minyak berbahan baku kelapa sawit terbesar di lingkup dunia. daerah penyebaran tanaman tersebut meliputi Jawa, Aceh, Sulawesi dan pantai timur Sumatra serta habi-
tat aslinya yaitu semak belukar. Kelapa Sawit tumbuh sempurna pada ketinggian 0-500 m dpl dan kelembaban 80-90%.
2. Karet
Tanaman ini merupakan tanaman perkebunan tahunan dan Kebun Raya Bogor ialah lokasi pertama penanamannya di Indonesia. Sebelum Malaysia dan Thailand, Indonesia telah terlebih dahulu menjadi penguasa karet dunia. Jutaan ton karet per tahun masih sangat di butuhkan yang nantinya akan digunakan sebagai bahan industri.
3. Kopi
Penyebaran tanaman kopi di Indonesia bermula dari seorang berkebangsaan Belanda pada abad ke-17. Ia mendapatkan biji kopi Arabika mocca yang ditemukan di Jakarta. Kopi arabika tersebut pertama kali ditanam dan berkembang di bagian timur Jatinegara-Jakarta, selanjutnya meluas ke daerah Aceh dan Jawa. Di Indonesia, penghasil kopi terbesar yakni Jambi, Bengkulu, Sumatera dan Aceh. Potensi tanaman kopi ini akan terus berkembang, dililhat dari kegunaannya yang sangat populer di negara kita. Selain sebagai minuman (langsung/kemasan), kopi juga dapat digunakan sebagai produk kecantikan (masker).
4. Sagu
Tanaman ini digunaka sebagai bahan makanan pokok masyarakat Maluku dan Papua. Disajikan dalam bentuk olahan papeda, yakni semacam bubur serta dapat dalam bentuk olahan yang lain. Selayaknya nasi, sagu akan terus menjadi bahan utama untuk pemenuhan kebutuhan karbohidrat. Persebaran sagu tersebar tentu di daerah yang meamnfaatkan sagu sebagai makanan pokok. Paparan di atas merupakan sebagian kecil referensi, Anda juga dapat melirik jenis tanaman pohon lainnya. Tetapi keunggulan dari ke empat tanaman tersebut yakni pemanfaatannya bisa berkesinambungan, misal getah karet, buah sawit, sagu dan kopi. Beda halnya dengan jati yang butuh berpuluh-puluh tahun untuk menkmati masa panen.[]
Mitra Investor
@mitrainvestor
cs@mitrainvestor.co.id
7
N
Investasi
A
IL
K
SA
Jangka Panjang Berinisial
’J’
komoditas terbesar urutan ketiga di pasar dunia setelah minyak mentah dan gas. Komoditas jenis ini tidak terpengaruh inflasi. Kenaikan rata-rata permintaan kayu mencapai 10% per tahun. Kebutuhan kayu dipastikan akan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya waktu. Hal ini tentu tak dapat diimbangi jumlah kayu cadangan hutan alam. Jelas, usia panen yang relatif lama membuat produksinya harus dikelola dengan optimal. Diperparah dengan adanya pratik illegal logging yang menjadikan kayu di hutan semakin cepat habis. Berikut paparan mengenai jenis kayu dengan kualitas terbaim di Indonesia.
1. Kayu Jati
Investasi kayu jenis ini memang sangat menggiurkan. Hal ini karena Jati merupakan jenis kayu terbaik (kuat dan awet) yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat meubel. Selain dari segi kualitas, harganya pun juga relatif tinggi dibanding jenis kayu lainnya. Faktor pentuan harga kayu jati yakni umur, diameter batang dan varietas. Semakin tua umurnya maka akan semakin mahal karena diameter batangnya juga semakin lebar. Masa tumbuh kembang yang relatif lama (15-18 tahun) membuat investor harus sabar menunggu profit yang akan didapat. Meski begitu, jenis tanaman kayu ini cukup mudah habitatnya. Baik di kembangkan pada tanah datar atau lereng dengan kemiringan 200 (pencegahan erosi). Tetapi juga dapat tumbuh di tanah lempung dan jenis tanah lain. Investasi perkebunan jati sangat aman karena modal terlindung dari gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar dan terhidar dari inflasi. Produk kerajinan kayu jati yang telah menembus pasar internasional membuat harga kayu melambung dan terus meningkat. Alasan inilah yang dapat Anda jadikan pertimbangan terkait dengan invesatsi berupa perkebunan kayu jati.
8
2. Kayu Jabon
Berbeda dengan kayu jati, jenis kayu jabon ini memiliki usia panen yang singkat yakni dalam usia 5-7 tahun saja. Jika anda berminat berinvestasi dalam bentuk perkebunan kayu tetapi tidak sabar menunggu waktu yang biasanya lama, pertimbangkan jenis kayu yang satu ini. Pemanfaatan kayu jabon digunakan dalam sektor industri kayu lapis. Semakin menipisnya cadangan kayu jati guna bahan baku mebel, menjadikan kayu jabon sebagai alternatif. Hal ini karena kualitas kayu jabon yang tak kalah baik. Harga pasarannya diprediksi akan naik seiring tingkat pemanfaatan dan permintaan masyarakat yang semakin tinggi per tahunnya.[]
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
Pembangunan ekonomi di Indonesia tak lepas dari peran komoditi perkebunan. Peranan ini semakin dirasa seiring dengan turunnya sumbangan minyak dan gas yang dikandung perut bumi Indonesia. Karet alam misalnya, merupakan salah satu komoditi perkebunan yang terbilang cukup penting karena sumbangannya terhadap devisa negara dan juga penghasilan bagi masyarakat. Iklim dan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkembangan industri karet didukung sumber daya manusia yang relatif banyak membuat Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu produsen utama karet alam dunia. Meski demikian, kemampuan penerapan teknologi juga turut memberikan pengaruh terhadap hasil industri yang optimal. Biro Pusat Statistik menyebutkan luas areal perkebunan karet di Indonesia mencapai 3,4 juta hektar merupakan areal terbesar di dunia. Disusul Thailand seluas 2,6 juta hektar dan Malaysia 1,02 juta hektar. Tersedianya lahan untuk perkebunan baru, ditambah dengan tingginya permintaan karet memicu harga karet di pasar global meroket. Rata-rata kenaikan harga karet dunia dari tahun 2001 sampai 2010 adalah 24%. Melihat kondisi seperti ini, menunjukkan indikasi betapa prospektifnya bisnis perkaretan Indonesia di masa depan. Bahkan sejumlah perusahaan lokal maupun asing tertarik untuk terjun ke dalam bentuk investasi perkebunan karet di Tanah Air.
Mengintip
Nasib Karet Alam
Tanah Air Mitra Investor
Nus Nuzulia Ishak, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan menyatakan tingginya permintaan karet diakibatkan penjualan motor dan produk otomotif di Cina dan India meningkat hingga mampu menarik perusahaan perkebunan Indonesia seperti Sampoerna Agro dan Astra Agro Niaga berlomba-lomba mencari lahan untuk mengembangkan bisnis perkaretan. Sementara perusahaan kolaborasi lokal dan asing juga mengerjakan proyek perkebunan karet di Kalimantan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan ban bermerek Achilles. Tak ketinggalan, Chandra Asri Petrochemical dan produsen ban asal Perancis bernama Compagnie Financiere Michelin turut mengembangkan tanaman karet sintesis di tahun 2015 ini. Produksi ban ramah lingkungan tersebut disebutsebut memiliki nilai investasi sebesar 435 juta dolar AS. Berdasarkan laporan yang dirilis Freedonia Group disebutkan permintaan karet dunia untuk produksi ban diprediksikan mengalami peningkatan 4,7% setiap tahun sedangkan untuk produksi karetnya sendiri diperkirakan mencapai hingga 15,2 juta ton di tahun 2020 mendatang. Kendati demikian, sejauh ini bahan baku karet yang diekspor Indonesia masih belum diolah. Alhasil, keuntungan nilai tambah hanya dicicipi negara lain. Karenanya, perlu dilakukan kajian untuk meningkatkan nilai tambah karet bagi stakeholders melalui pengelolaan perkebunan karet yang efektif dan efisien agar meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional.[]
@mitrainvestor
cs@mitrainvestor.co.id
9
N
A
IL
K
SA
Biji kakao adalah bahan baku untuk selanjutnya diproduksi menjadi coklat. Pohon kakao yang dapat menghasilkan biji kakao berkualitas hanya dapat tumbuh dan berkembang baik di wilayah 80 bagian Utara dan Selatan Ekuator, suhu tahunan minimal 18-210C dan maksimum 30-320C. Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara produsen terbesar biji kakao dengan total produksi sebesar 15,4 %. Sebagai negara penghasil biji kakao terbesar ketiga di dunia, negara kita tentu mempunyai beberapa wilayah perkebunan kakao. Lokasi tersebut ialah Papua, Sulawesi, Jawa Barat, Sumatera (Barat,Utara) dan Kalimantan Timur. Total produksi biji kakao per tahun mencapai 712.200 ton per tahun dengan luas wilayah perkebunan kakao 992.448 Ha. Namun demikian, dari tingkat konsumsi kakao/ coklat masyarakat Indonesia hanya baru mengkonsumsi 100 gram coklat per kapita per tahun. Sedangkan Malaysia tingkat konsumsi coklatnya sudah mencapai 1 kg per kapita per tahun. Telah disebutkan sebelumnya bahwa Indonesia merupakan negara ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana terkait dengan produsen biji kakao. Kurang minat konsumsi dalam negeri membuat tanaman jenis ini melimpah sehingga bisa dijual ke pasar internasional. Ekspor biji kakao menempatkan negara ini sebagai penghasil devisa terbesar pada urutan ketiga di subsektor perkebunan setelah komoditas sawit dan karet. Provinsi Sulawesi menyumbang 60% produksi biji kakao di Indonesia. Mayoritas
10
Tingkatkan Bisnis Legit Coklat kakao yang diekspor masih belum melalui proses pengolahan, yakni dalam bentuk biji. Coklat olahan yang di eksporhanya 1720% dari total produksi. Proses pengolahan akan menambah nilai pada produk ekspor tersebut. Olahannya dapat berupa pasta, bungkil, lemak dan bubuk yang selanjutnya akan diolah kembali sebagai produk makanan/minuman. Produk kakao berkualitas bergantung pada varietas, lingkungan dan cara pengolahannya. Salah satu proses utama pada pengolahan coklat ialah proses fermentasi. Alasan inilah yang menyebabkan kakao Indonesia memiliki nominal hargai yang paling rendah di kancah pasar Internasional. Hal ini karena produk yang di ekspor didominasi oleh biji kakao yang belum melaui proses fermentasi. Segudang manfaat yang dimiliki coklat seharusnya dapat meningkatkan minat konsumsi masyarakat Indonesia. Manfaat tersebur antara lain mencegah penyakit jantung, menurunkan tekanan darah, menurunkan kolesterol, anti depresan, meningkatkan sirkulasi darah, menghindari
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
kelelahan kronis, menghambat penuaan, mengurangi resiko kanker, meningkatkan produksi insulin alami, menghaluskan kulit, menurunkan berat badan, baik untuk kesehatan otak. Selain itu, tingginya konsumsi dunia terhadap coklat memicu Indonesia untuk terus mengasah kemampuan guna meningkatkan nilainya. Langkah awal dapat dilakukan pengolahan pokok berupa fermentasi. Sehingga besaran harga coklat akan bertambah ketika di ekspor. Optimalkan perkebunan kakao Indonesia dengan menambah minat konsumsi masyarakat domestik dan tingkatkat nilai produk ekspornya.[]
Agrobisnis dalam Franchise
Varietas tanaman yang paling diidolakan adalah jenis pohon berkayu sebagai bahan dasar untuk bangunan dan industri properti seperti jati, sengon, dan jabon. Di samping itu, ada satu lagi jenis waralaba yang cukup prospektif yakni waralaba di bidang agrobisnis kelapa sawit. Memiliki 3 macam kerjasama waralaba meliputi varietas, benih, dan bibit.
Konsep franchise atau waralaba kian marak meramaikan kancah bisnis di Indonesia. Bahkan bisa dibilang tidak pernah berhenti dan justru semakin luas. Tak hanya berkutat di bidang ritel ataupun kuliner saja, konsep bisnis semacam ini ternyata juga merambah ke dunia agrobisnis alias pertanian dan perkebunan. Di Indonesia sendiri, waralaba bidang agrobisnis mulai dikenal masyarakat. Waralaba agrobisnis terutama konsep hutan sejatinya diperuntukkan kepada masyarakat yang ingin berinvestasi agroforesty namun terkendala oleh berbagai hal. Di antaranya keterbatasan waktu untuk mengelola, tidak memiliki lahan, dan tidak memiliki pengetahuan di bidang agrobisnis. Adapun yang menjadi pemberi waralaba pada umumnya adalah penghasil varietas. Dalam hal ini balai penelitian atau perusahaan berbadan hukum seperti yang telah tertuang dalam UU No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) Pasal 6 ayat 1. Disebutkan bahwa pemegang hak PVT berhak menggunakan dan memberikan lisensi kepada orang atau badan hukum lain menggunakan varietas dalam bentuk benih dan hasil panen berdasarkan surat perjanjian. Pihaknya akan melakukan pengelolaan lahan, perawatan tanaman hingga proses penjualan.
Mitra Investor
Dalam waralaba varietas, franchisee sebagai penerima waralaba diberi hak kepemilikan pohon induk beserta teknologi pengelolaan. Beberapa perusahaan besar swasta telah menggunakan sistem ini dengan menjalin kerjasama dengan sumber benih dari luar negeri. Berbeda dengan waralaba varietas, waralaba benih tidak memberikan hak kepemilikan pohon induk kepada franchiseenya, melainkan benih dari hasil persilangan untuk selanjutnya dikembangkan di Seed Processing Unit milik franchisee. Sementara waralaba bibit merupakan jenis paling populer. Franchisee cukup menjualkan bibit sawit siap tanam yang berumur lebih dari 1 tahun. Meskipun beberapa kalangan masih asing mendengar jenis waralaba agrobisnis, namun dengan bermitra menjadi franchisee akan mendatangkan untung dalam jangka waktu 5 hingga 7 tahun. Melalui waralaba ini pula, pihak-pihak yang ingin menjadi produsen benih bisa menjadi penyedia benih tanpa harus melakukan proses pengelolaan selama puluhan tahun. Berbicara soal benefit yang diperoleh franchisee cukup menggiurkan. Umumnya, waralaba agrobisnis memberikan hampir 60% keuntungan bagi franchiseenya setelah dipotong 30-40% untuk pemberi waralaba sebagai biaya perawatannya. Alasan inilah yang mendasari mengapa waralaba agrobisnis bisa dijadikan pilihan bisnis baik bagi perseorangan maupun perusahaan untuk menginvestasikan uangnya dalam bentuk usaha menjanjikan.[]
@mitrainvestor
cs@mitrainvestor.co.id
11
N
A
IL
K
SA
Kebijakan Sawit Pemprov Papua Melimpahnya sawit di kawasan Papua membuat pemerintah setempat mengambil langkah guna menetapkan kebijakan-kebijakan yang mengatur tentang jenis produk jadi olahannya. Selama ini, Papua hanya mengolah sawit menjadi CPO saja. Selanjutnya dalam bentuk CPO lah sawit di pasarkan hingga ke pasar internasional. Mensiasati hal ini, Pemprov Papua menghimbau untuk para investor agar dapat memproduksi produk turunan dari CPO. Jadi tak hanya produk itu-itu saja yang dipasarkan, melainkan berbagai macam produk turunannya pula. Pemerintah Provinsi Papua menetapkan peraturan bagi seluruh investor di sektor perkebunan tanaman kelapa sawit yang berniat beroperasi didaerahnya. Peraturan tersebut berupa pembangun pabrik yang berfungsi untuk mengolahan sawit mentah menjadi produk turunan yang berasal dari crude palm oil (CPO). Jhon D. Nahumury selaku Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Papua mengatakan bahwa kewajiban itu sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh gubernur terkait penanaman, cara panen, cara
12
pengolahan hingga pemasaran produk jadi di Papua.
“Kami berharap investor perkebunan yang ada di Papua tidak hanya mengeluarkan kelapa sawit dari Papua dalam bentuk CPO saja, tetapi harus bangun industri hilir juga,� ujar Jhon D. Nahumury. Jhon D. Nahumury mengatakan bahwa segala macam bentuk investasi yang berlokasi di wilayah Papua harus terpengaruh dengan adanya intervensi dari pihak pemerintah. Hal ini merupakan jaminan pemerintah bagi kesejahteraan masyarakat Papua.
“Kalau ada investor baru kita akan wajibkan mereka untuk memproduksi produk turunan CPO di Papua agar jadi industri,� kata Nahumury. Khusus untuk sektor perkebunan, Nahumury menegaskan bahwasannya investor harus membangun pabrik. Rencana jangka panjangnya yakni Papua berharap dapat memproduksi produk turunan minyak kelapa sawit. Produk tersebut berupa
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
minyak sabun, goreng, mentega dan produk lainnya. Selama ini, produk yang dihasilkan Papua hanya berupa CPO saja. Peraturan ini ditetapkan dengan maksud agar daerahnya juga mampu menghasilkan produk turunan yang lebih variatif. Menurut penjelasan dari Nahumury, terdapat 3 ijin usaha sektor perkebunanyaitu ijin budidaya, ijin pengolahan produksi dan ijin keduanya (budidaya dan pengolahan sekaligus). Kebijakan pembangunan pabrik ini akan mempermudah investor apabila terkendala dalam kurangannya barang tertentu untuk kebutuhan produksi. Artinya, investor dapat saling berkolaborasi jika investor lainnya mengalami kendala dalam hal memproduksi olahan CPO. Mereka nantinya bisa menjadi mitra kerja sehingga produk turunan dapat diproduksi di Papua. Apabila peraturan wajib bangun pabrik bagi investor sawit berjalan sesuai rencana pemerintah, maka dampak positifnya akan langsung dirasakan baik masyarakat ataupun pemerintah daerah.[]
Memperdebatkan UU Hortikultura Indonesia mengenal dua bentuk kegiatan penanaman modal baik dilakukan oleh pihak lokal maupun asing. Penanaman modal bertujuan untuk mengelola potensi dalam suatu negara untuk dijadikan sumber kekuatan ekonomi yang riil. Apabila di dalam negeri sendiri tidak memadai, umumnya negara akan menarik modal asing sebagai pelengkap. Tidak dipungkiri, keberadaan asing memang memiliki peran penting dalam membantu mendorong perekonomian negara, termasuk Indonesia. Namun, keberadaan asing tidak serta merta dipandang positif oleh semua kalangan dan pihak berkepentingan. Pro dan kontra kerap terjadi, seperti halnya perkara UU No 13 tahun 2010 tentang Hortikultura. Hortikultura sendiri diartikan sebagai metode budidaya tanaman kebun modern yang memadukan antara ilmu, teknologi, seni dan ekonomi.
batasan investasi asing dipastikan akan membuat investor asing merelokasikan bisnis perbenihannya ke negara lain. Secara otomatis, petani lokal akan merasakan kesulitan mendapat varietas unggul hingga volume produksi terancam turun. Kesulitan baik secara kuantitas dan kualitas tersebut diprediksikan akan membanjiri Indonesia dengan produk impor.
Pasal 100 ayat 3 dalam UU Hortikultura menyebutkan besaran pembatasan modal asing di usaha hortikultura maksimal 30%. Perusahaan asing yang memiliki saham lebih harus melepaskan ke pihak lokal. Kewajiban ini berlaku empat tahun paska diberlakukannya UU atau sejak November 2014 lalu. Pembatasan inilah yang membuat petani buah dan sayur yang tergabung dalam Asosiasi Produsen Perbenihan Hortikultura Indonesia sempat mengajukan permohonan pengujian kembali terhadap UU tersebut. Namun dalam sidang putusannya, Mahkamah Konstitusi menolak gugatan uji materi.
Kendati demikian, pemerintah dalam hal ini Mahkamah Konstitusi memiliki persepsi sendiri. MK menolak permohonan Asosiasi Produsen Perbenihan Hortikultura karena tidak beralasan secara hukum. MK meyakini bahwa penyediaan benih hortikulutra mampu diproduksi sendiri oleh perusahaan lokal mengingat potensi Indonesia sebagai negara agraris yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Karenanya, MK menegaskan pemberlakuan UU Hortikultura tidak bertentangan dengan pasal 3 ayat 2 UUD 1945 terkait cabang produksi yang berkenaan dengan hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Dengan kebijakannya, petani Indonesia diharapkan mampu bergerak mandiri dalam penyediaan benih hortikultura untuk menjaga stabilitas dalam negeri.[]
Hingga saat ini, UU Hortikultura masih dikeluhkan para petani karena membawa dampak rumit bagi industri benih hortikultura. Pasalnya, putusan MK bersifat final dan mengikat. Menurutnya, pem-
Mitra Investor
Ketua Dewan Hortikultura Indonesia, Benny Kusbini menambahkan, pembatasan saham asing akan menurunkan kontribusi asing di sektor hortikultura. Ini bisa menjadi sinyal kemunduran industri hortikultura lokal. Meskipun mampu memproduksi sendiri, menurutnya kualitas benih lokal masih belum bisa dikatakan maksimal dan masih membutuhkan campur tangan asing.
@mitrainvestor
cs@mitrainvestor.co.id
13
N
A
IL
K
SA
Keterlibatan Pasar Modal untuk Atasi Permodalan Minat investasi di pasar modal semakin meningkat di kalangan masyarakat Indonesia meskipun masih terbilang sangat rendah jika dibandingkan negara jiran seperti Singapura dan Malaysia. Investasi di pasar modal turut meningkatkan pembangunan nasional, tidak terkecuali sektor perkebunan. Terbukti kontribusi sektor perkebunan terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) terus alami peningkatan cukup besar setiap tahun dibanding sektor lainnya. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berada di posisi strategi dalam pembangunan Indonesia, ditambah produknya yang selalu menjadi komoditi ekspor untuk kebutuhan beberapa negara. Misalnya saja negara Inggris memasok tembakau, kelapa sawit, karet, kopi, dan teh. Belgia dan Luxemburg mengimpor karet, tembakau, kopi, dan sebagainya. Dalam pengembangannya, sektor perkebunan membutuhkan langkah-langkah dari hal mendasar hingga menghasilkan produk bernilai tambah yang tentunya berkaitan erat dengan
14
pembiayaan. Segi permodalan inilah yang kerap menjadi kendala sektor perkebunan karena resiko tinggi yang dihadapi investor. Salah satu cara alternatif untuk mengatasinya adalah dengan mengembangkan pasar modal. Sejumlah keuntungan bisa dirasakan perusahaan maupun investor dengan adanya pasar modal. Di antaranya, pasar modal menyediakan pasar yang berkesinambungan, membantu bisnis mendapat modal, dan mempublikasikan harga sekuritas secara wajar. Perubahan harga saham di pasar modal akan merefleksikan keuntungan dan kerugian investor. Tak hanya investor, manajemen perusahaan juga berkepentingan terhadap pergerakan harga saham karena mencerminkan pendapat masyarakat terhadap kinerja keuangan perusahaan. Perkembangan pasar modal saat ini harusnya bisa memicu masuknya perusahaan perkebunan. Banyaknya investor yang menanamkan modalnya di perusahaan sektor perkebunan akan mendatangankan keuntungan. Secara tidak langsung, penjualan saham akan meningkatkan rasa kepemilikan masyarakat ter-
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
hadap produk dalam negeri sehingga mengurangi frekuensi impor dan memaksimalkan ekspor. Tidak hanya mengandalkan modal dari industri perbankan saja, dengan tambahan modal dari penjualan saham akan membuat perusahaan perkebunan lebih berkembang dan lebih bersaing. Tidak hanya sebatas investor dan perusahaan yang berperan dalam pengembangan pasar modal untuk sektor perkebunan. Tak ketinggalan, pemerintah turut melibatkan petani penghasil produk perkebunan dalam pembudayaan pengetahuan terhadap dunia saham. Beberapa keuntungan akan diperoleh dengan memberikan kesempatan bagi petani dalam kepemilikan saham perusahaan perkebunan. Pertama, terjalin hubungan kemitraan antara petani dan perusahaan perkebunan untuk mendorong sektor perekonomian ini. Keuntungan selanjutnya, petani akan memiliki wawasan lebih terkait pemasaran produk mereka. Tak lagi menanam menurut keinginan, namun disesuaikan dengan kebutuhan industri sebagai konsumennya.[]
Tambah Pengetahuan Dengan Wisata Alam Pemanfaatan suatu perkebunan tentu pada produk yang dihasilkannya. Lahan dirawat agar tanaman yang ditanam di kebun dapat tumbuh dengan baik sehingga menghasilkan produk berkualitas unggul. Ternyata, perawatan lahan yang maksimal dapat menambah nilai perkebunan. Caranya sangat mudah, yaitu dengan cara membuka perkebunan tersebut sebagai lokasi wisata. Pemasukan yang semula berasal hanya dari hasil panen produk, kini bisa ditambah dari pemasukan pariwisata alam. Solusi ini sangat tepat, mengingat banyaknya wisata buatan modern yang bermunculan. Masyarakat perkotaan pasti jenuh dan butuh suasana beda untuk berwisata. Dengan adanya wisata alam, warga kota akan tertarik dan berminat mengunjunginya. Bagi warga yang berdomisili di Kalimantan Timur, khususnya Desa Sumbersari Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara, wajib bangga atas tersedianya objek wisata baru. Beda halnya dengan objek wisata pada umumnya, di daerah tersebut sangat unik dan menarik. Wisata itu berupa wisata alam yang dikemas apik dalam bentuk perkebunan. Selain suguhan pemandangan yang menjadi nilai jual utamanya, wisata ini memberikan fasilitas khusus pengunjung yakni wisatawan dapat memetik secara langsung berbagai sayuran yang ada. Selain bisa menikmati pemandangan dan memetik sayuran langsung, pengunjung juga diberikan fasilitas yang sangat bermanfaat. Pengunjung mendapatkan edukasi mengenai cara pemanenan yang benar. Hal ini terkait dengan
Mitra Investor
perbedaan prilaku memanen setiap jenis sayuran. Kesalahan dalam pemetikan akan mengakibatkan rusak bahkan matinya suatu tanaman jenis tertentu. Dunia pariwisata dapat memberikan nilai tambah dalam bidang ekonomi bagi warga setempat. Selain itu, sektor perkebunan masih tetap dapat dimanfaatkan hasilnya (buah/sayur). Buktinya setiap akhir pekan banyak wisatawan berkunjung ke Desa Smbersari. Wisatawan yang berkunjung umumnya ingin menambah pengalaman berkebun dengan cara memetik sayur/buah secara langsung. Suasana alam di pedasaan Sumbersari masih asri sehingga menambah kepuasan pengunjung. Tak menutup kemungkinan perkebunan non sayur/buah yang lain dapat dijadikan wisata. Telah banyak dibuka wisata kebun kopi dan teh. Suguhannya tak lain ialah pemandangan perkebunan yang begitu asri. Bedanya yaitu, produk yang diberikan kepada wisatawan berupa olahan teh dan kopi. Perkeunan non produk sekalipun bisa juga dijadikan sebagai objek wisata, misalnya perkebunan pinus, karet dan jenis pohon lainnya. Perlu adanya dukungan pemerintah untuk dapat mewujudkan wisata perkebunan. Hal ini terutama dalam pengenalan dan kemudahan ijin. Multifungsi perkebunan ini sangat bermanfaat, diantaranya pemasukan bertambah dari wisata, kelestarian lingkungan dan hasil panen yang nantinya juga dapat dijual.[]
@mitrainvestor
cs@mitrainvestor.co.id
15
L
FI
O PR
Salah satu hasil bumi dalam bentuk perkebunan asli Indonesia ialah biji kopi. Jenis kopi yang sangat populer dan digemari berbagai kalangan khususnya penikmat kopi yaitu jenis kopi luwak. Kualitas tinggi yang ditawarkan kopi jenis ini membuat harganya melambung dan menjadi komoditas ekspor. Seorang pengusaha muda bernama Irfan Anwar dari Sumatra Utara cukup jeli dan cekatan melihat adanya peluang bisnis seperti ini. Ketika usianya baru menginjak kepala tiga, Irfan yang merupakan direktur utama sekaligus pemilik PT. Coffindo telah berhasil menembus pasar biji kopi Internasional. Prestasinya menjadi seorang ekportir biji kopi ini hingga ke 40 negara mulai dari Eropa, Amerika sampai Negara di bagian Timur Tengah. Hebatnya lagi, produk ekspornya murni berasal dari perkebunan domestik yang menyebar di wilayah Sumatera Utara, Aceh, Lampung dan Sulawesi.
Bakat Bisnis
Sejak Seragam Biru Putih
16
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
Atas prestasi yang telah dicapai olehnya, pengusaha muda yang lahir pada 20 Juli 1980 tersebut, menerima penghargaan termuda kategori Ketahanan Pangan Indonesia 2010 dan kategori Perusahaan Eksportir Hasil Perkebunan 2010. Keinginannya untuk menjadi seorang pengusaha berawal dari rasa kagumnya terhadap seorang eksportir kopi yang sukses, yakni Amir Syarifuddin. Motivasi lainnya yaitu kebiasaannya yang telah berkecimpung dengan trading saham sejak masih berseragam putih biru. Akhirnya, keinginan itu beliau wujudkan dengan berdirinya perusahaan kopi di tahun 1999. Hingga menginjak tahun ke dua (2001), Irfan belum mampu mendapatkan laba dari bisnis kopinya. Perusahaannya baru bisa memproduksi biji kopi dengan kapasitas 1 ton- 4 ton saja per bulan. Waktu pahit tersebut dijadikan sebagai proses pemahaman berbisnis kopi.
Kebangkitan perusahaan kopi milik Irfan Anwar dimulai pada tahun 2001-2006. Kapasitas produksi meningkat menjadi rata-rata 220 ton per bulan. Beragam jenis kopi berkualitas yang merupakan produk andalan ialah biji kopi goreng, biji kopi hijau dan bubuk kopi siap minum. Secara otomatis dari penambahan jenis kopi yang dijual dan produksi yang meningkat, maka laba pun mengalami pertambahan. Tak cukup puas dengan kesuksesan di pasar domestik, beliau mulai melirik pasar internasional. Hingga akhirnya beliau memutuskan untuk fokus dalam bidang ekspor kopi. Pasar lokal hanya diberi 5% dari keseluruhan produksi pabrik. Selama melakukan bisnisnya, PT Coffindo memperlajari perilaku masyarakat dunia tidak menjadikan kopi hanya sekedar minuman pembuka di pagi hari atau teman di saat santai saja. Lebih dari itu, minuman hitam ini juga menjadi unsur terpenting dalam gaya hidup. Berdasarkan dara dari perusahaan yang diga-
wangi Irfan, menyebutkan bahwa segala macam produk kopi kian diminati masyarakat. Hal ini terlihat dengan adanya produk kopi instan, baik dalam bentuk serbuk ataupun minuman siap saji.
“Perusahaan selalu berupaya menjaga mutu agar memberikan kepuasan bagi konsumen. Sebab, bisnis kopi dibangun aras dasar kepercayaan antara pembeli dan penjual,� jelas Irfan. Sejak pertengahan tahun 2010, PT Coffindo mengekspansi pasar secara nasional dengan mendirikan kantor perwakilan di Menara Kadin Lantai 24 Jakarta. Kantor perwakilan lainnya juga telah dibuka diberbagai kota besar di Indonesia, seperti Surabaya. Pengembangan perluasan pemasaran ini sesuai dengan komitmennya. Irfan ingin menjadikan kopi asli Indonesia sebagai tuan rumah di lingkup nasional dan internasional. Dimana Indonesia masuk dalam lima besar negara penghasil kopi di dunia.
Mitra Investor
@mitrainvestor
“Saat ini kami sedang berupaya memperkuat pasar domestik dengan membuka kantor perwakilan di Jakarta dan Surabaya dan akan menyusul kota-kota lain. Saya harap produsen kopi nasional bisa jadi tuan rumah di negeri sendiri sekaligus berbicara di kancah global,� tegas Irfan. Keinginan bos PT Coffindo dapat diwujudkan dengan cara menjaga kebun agar senantiasa menghasilkan biji kopi berkualitas sehingga diterima di kancah internasional. Tak hanya itu, perlu adanya dukungan dari para investor untuk meningkatkan finansialnya. Kolaborasi antara pengusaha, investor dan petani kebun akan menjadikan Indonesia sebagai produsen kopi terbesar di dunia. Jelas dampaknya akan positif bagi perekonomian bangsa ketika kopi tersebut berhasil populer di pasar global.[]
cs@mitrainvestor.co.id
17
18
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
Mitra Investor
@mitrainvestor
cs@mitrainvestor.co.id
19
E
N LI
D
EA
H
Redup Terangkah Sawit Di Masa Depan? Salah satu tantangan terkait dengan perekonomian global belakangan ini ialah pertumbuhan ekonomi yang kian melambat di bebagai negara. Dampaknya, terjadi penurunan harga harga di berbagai komoditas seperti sawit dan karet. Produk tersebut merupakan komoditas unggulan yang selama ini mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi menurunnya harga pada kedua komoditas itu, yakni berkurangnya minat konsumen yang ditandai dengan merosotnya permintaan terhadap komoditas tersebut. Faktor Kedua yaitu efek dari anjloknya harga minyak bumi. Terakhir, adanya persaingan komoditas lain, misalnya bahan baku knyak yang tak harus berasal dari sawit, contohnya kedelai.
20
Turbulensi harga BBM berdampak langsung pada harga minyak sawit. Dr. James Fry dari LMC International London menjelaskan bahwa terdapat korelasi antara harga komoditas minyak bumi dan sawi. Jika harga BBM naik, otomatis harga minyak sawit juga naik. Sebaliknya, harga minyak sawit akan turun apabila terjadi penurunan pada harga BBM. Kondisi seperti inilah yang membuat khawatir para stakeholders, meskipun pasti ada peluang positif bagi industri sektor perkebunan. Menanggapi hal tersebut, perlu adanya pemikiran untuk dapat menghasilkan gagasan baru dan harus diikuti dengan langkah nnyatanya agar bisnis perkebunan nasinal tetap dalam kondisi jaya. Sektor perkebunan harus mampu bertahan untuk menjadi pilar ekonomi di Indonesia.
Prospek ke Depan Terkaitan Pangan dan Energi Beberapa hasil perkebunan mempunyai manfaat yang sifatnya multiguna. Artinya bentuk pemanfaatannya dapat berperan sebagai konsumsi non konsumsi. Contohnya pada bahan baku sawit, dapat digunakan untuk kebutuhan konsumsi seharihari (minyak sayur). Selain itu, dapat pula dipakai untuk bahan baku pembuat kosmetik, es krim dan bahan untuk substitut coklat. Tak hanya itu, sawit merupakan bahan baku guna energi alternatif terbarukan (biodiesel yang penggunaannya dicampur solar). Dalam IPOC 2015 (INDONESIA PALM OIL CONFERENCE 2015)-GAPKI yang berlokasi di Bandung 2014 lalu, menyatakan bahwa sebenarnya Indonesia selaku produsen sawit terbesar di dunia dapat menjadi penentu harga minyak sawit dunia. Mekanisme supply and demand bisa dilakukan Indonesia seperti yang telah dilakukan Brazil dalam perannya sebagai produsen gula
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
Strategi Brazil Sebagai Produsen Penentu Harga Saat harga gula di pasar New York mengalami kenaikan, maka produksi serta ekspornya akan semakin besar. Sebaliknya, jika terjadi penurunan harga gula turun produksi, maka ethanol dan produk derivatif lain (ragi dan listrik) akan ditingkatkan. Hal ini akan menyababkan pengurangan suplai gula ke pasar internasional. Fakta tersebut menunjukkan bahwa Brazil mampu mengatur supply and demand produk gula di pasar Internasional dengan memakai strateginya. Sehingga berdampak positif terhadap perkembangan besaran harga gula di pasar global. Satu hal yang menarik pada industri sawit, yakni prospek ke depannya yang akan selalu baik sebagai dampak dari semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia yang diprediksi akan mencapai 9,5 miliar orang di tahun 2050. Untuk itulah perlu adanya rumusan strategi dengan cepat dan tepat berupa ekspansi atau intensifikasi melaui dukungan
riset yang akurat. Demikian pula pada komoditas gula yang juga memiliki posisi sama dengan sawit. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia, maka peningkatan permintaan akan terus terjadi. Sama halnya dengan komoditas karet yang juga mempunyai porsi sama. Terutama dalam bidang sarana prasrana alat tranportasi. Paparan ini menyebutkan dengan jelas bahwa prospek perkebunan ke di masa mendatang akan tetap dalam kondisi prima.
sosial, perkebunan sawit sering dianggap pemicu konflik sosial yang menyebabkan masalah. Sebagai saranan penanggulangan kontroversi tersebut, maka dibentuklah lembaga bernama Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) oleh para stakeholder sawit. RSPO mengeluarkan sertifikat bagi para pelaku bisnis, berisi tentang aturan kaidahkaidah sosial dan lingkungan yang tertulis dalam prinsip serta kriteria RSPO.
Kontroversi Industri Sawit
Sertifikat keluaran RSPO memiliki masa tenggang 5 tahun. Seluruh aktivitas perkebunan yang tergabung didalamnya akan mendapat pengwasan dan penelusuran oleh lembaga terkait. Pemerintah Indonesia sendiri juga telah menetapkan sertifikasi bernama Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) yang bersifat wajib. Sedangkan sertifikasi RSPO ini bersifat sukarela.
Meski diakui bahwasannya perkebunan sawit menghasilkan beragam produk unggulan yang sangat bermanfaatnya tetapi ada persepsi publik yang negatif terkait sawit. Persepsi itu muncul dari adanya 2 kontroversi besar. Pertama berkaitan dengan kelestarian lingkungan dan kedua mengarah pada konflik sosial. Perkebunan sawit dan pabrik pengolahannya dianggap sebagai perusak kelestarian lingkungan, berupa memperparah efek rumah kaca akibat peningkatan emisi gas C02. Di bidang
Mitra Investor
@mitrainvestor
Negara tetangga yakni Malaysia sebagai negara penghasil sawit terbesar kedua juga menerapkan hal yang sama berbentuk sertifikasi Malaysia
cs@mitrainvestor.co.id
21
E
N LI
D
EA
Sustainable Palm Oil (MSPO). Inti dari semua sertifikat (RSPO/ ISPO/MSPO) adalah para stakeholder wajib untuk menegakkan bisnisnya secara berkelanjutan berdasarkan sustainability sesuai ketetapan Komisi Brundtland dari PBB. Pengembangan bisnis berkelanjutan yakni pengembangan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk pemenuhan kebutuhannya. Di Indonesia telah banyak perusahaan yang memiliki sertifikat RSPO dan ISPO. Usaha pemerintah yang telah dilakukan yaitu melakukan penyuluhan dan pelatihan bagi petani yang berkecimpung dalam usaha dibidang perkebunan sawit.
H
Langkah Untuk Kepentingan Masa Depan Luasan area perkebunan milik pribadi perseorangan sangatlah mendominasi. Area perkebunan tersebut mencapai 4,5 juta ha, hampir menyentuh 50% dari total perkebunan di Indonesia. Dilema petani relatif kompleks, di salah satu sisi harga merosot. Di sisi lain, kenaikan biaya ini akibat naiknya faktor pendukung perkebunan, seperti pupuk, sarana prasarana transportasi dan upah pekerja. Perusahaan besar yang berada dalam kondisi ini biasanya melakukan tindakan berupa peningkatan efisiensi. Lain halnya dengan petani, tentu tidak mungkin melakukan tindakan yang sama. Jelas alasannya karena skala usaha yang lebih kecil. Tak hanya perencanaan manajemen seperti ini yang harus dilakukan. Peremajaan tanaman perkebunan juga harus dilakukan dalam hitungan waktu yang tepat. Upaya tersebut untuk menjaga agar produktivitasnya agar tetap stabil, se-
22
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
hingga volume produksi nasional tidak mengalami penurunan. Marjin keuntungan bisnis perkebunan mengalami kemerosotan sebagai dampak dari turunnya harga produknya. Langkah untuk membantu petani sawit skala kecil menemukan solusi dapat dilakukan dengan kerjasama antara stakeholder, perkebunan besar, pemerintah, wakil-wakil masyarakat dan lembaga terkait. Hal lainnya perlu aturan tegas yang mewajibkan penggunaan biodiesel dalam negeri. Efek positifnya akan terjadi pada harga minyak sawit di pasar global. Pembangunan infrastruktur sesuai wacana pemerintah perlu melibatkan pihak terkait di lingkungan perkebunan. Jika infrastruktur terjaga dengan baik, maka dana di bidang transportasi menjadi lebih rendah. Dampak positifnya yakni akan terjadi peningkatan daya saing komoditas perkebunan dengan volume yang relatif besar, contohnya minyak sawit dan karet. Satu hal terpenting yang tak boleh diabaikan, yaitu pentingnya peran penelitian sebagai dukungan laju tumbuh
kembangnya sektor perkebunan. Adanya penelitian diharapkan mampu menghasilkan temuan beragam benih unggul yang berpotensi menaikkan produktivitas sawit. Tak hanya bibit, penelitian juga perlu dilakukan terkait dengan hama penyakit yang sering menjadi kendala perkebuan, misalnya ganoderma yang telah merambah di perkebunan sawit. Inovasi dalam bidang teknologi juga sangat diperlukan demi kemajuan perkebunan sawit nasional sehingga ke depan industri ini bisa tetap berjaya.
Sawit Tetap Cerah Di Masa Depan Prospek sektor perkebunan di masa depan dipastikan akan tetap cerah. Meski belakangan ini terjadi banyak kendala yang
Mitra Investor
@mitrainvestor
diakibatkan oleh merosotanya harga komoditas sawit dan karet. Diprediksi bahwa permintaan pasar terhadap komoditas tersebut akan kembali normal jika pertumbuhan ekonomi global telah kembali pulih. Hal pokok yang menjadi faktor penentu kesuksesan ekonomi yakni bagaimana cara untuk menangani kondisi pasar dalam permintaan pasar yang kian meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk dunia di masa mendatang. Langkah strategis perlu diambil dalam hal ini, diantaranya penyusunan strategi yang jitu guna peningkatan produktivitas dan keberlanjutan bisnis perkebunan rakyat (petani skala kecil).[]
cs@mitrainvestor.co.id
23
E
N LI
D
EA
H
Kekayaan Negeri Tak Hanya Di Tangan Sendiri Pamor kelapa sawit santer dibicarakan baik dalam perdagangan domestik ataupun global. Merupakan salah satu tumbuhan penghasil minyak yang banyak diproduksi dan dikonsumsi masyarakat dunia. Tak hanya murah, produk minyak olahan dari kelapa sawit ini sangatlah efisien dan stabil untuk dimanfaatkan dalam beragam produk seperti makanan, kosmetik dan juga sebagai sumber bahan bakar atau biodiesel. Perkebunan kelapa sawit banyak ditemukan di tanah Asia, Amerika Selatan dan Afrika karena membutuhkan suhu udara hangat, paparan sinar matahari yang cukup dan intensitas hujan untuk memaksimalkan produksi. Indonesia sendiri memiliki suhu
24
tropis sehingga pantas disebut sebagai salah satu negara yang cocok untuk mengelola dan mengembangkan lahan perkebunan kelapa sawit. Dalam jangka panjang, perkebunan kelapa sawit berpotensi mengalami peningkatan permintaan secara global. Dibuktikan dengan tren konsumsi minyak global selama ini. Kementerian Pertanian Republik Indonesia mencatat sekitar 8 juta hektar tanah di Indonesia merupakan lahan perkebunan kelapa sawit. Dengan kata lain, luasan ini dua kali lebih banyak dibanding tahun 2000 yang hanya sekitar 4 juta hektar saja. Tahun 2020 mendatang, diperkirakan meningkat menjadi 13 juta
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
hektar. Hingga saat ini, Indonesia masih mempertahankan posisinya sebagai negara produsen minyak kelapa sawit atau CPO (Crude Palm Oil) terbesar di dunia. Dengan demikian, Indonesia terus memperbesar pasar yang ada seperti Pakistan, China, Eropa Timur, dan Bangladesh serta mengembangkan pasar ekspor baru.
Strategisnya Tanah Air Kita Bisa dibilang mirip dengan situasi yang terjadi di sepanjang tahun 2014. Dominasi PMA lebih mengudara lantaran sejumlah proyek di sub sektor pangan dan perkebunan termasuk kelapa sawit masih berkaitan dengan pasokan produk olahan ke industri. Diartikan sebagai bisnis terintegrasi yang kerap menjadi sasaran empuk bagi para investor asing. Tidak meutup ke-
mungkinan PMDN akan berkembang dari tahun sebelumnya, akan tetapi secara porsinya masih lebih banyak PMA. Alasan investor asing gemar mengincar konsesi lahan sawit di Indonesia di antaranya adalah posisi strategis sebagai negara tropis. Lonjakan bahan bakar minyak dari fosil yang semakin meroket membuat perusahaan asing berlomba-lomba merambah ke jenis perkebunan kelapa sawit untuk menanamkan
modalnya disana. Ditambah dengan status Indonesia sebagai pengekspor minyak sawit terbesar di Indonesia. Tercatat sekitar 80% perdagangan minyak dari nabati dirajai Indonesia. Sama halnya dengan sawit, potensi perluasan perkebunan karet dan tebu menjadi incaran manis pihak asing. Setidaknya masih tersedia lahan seluas 30 juta hektar hutan kritis yang menarik perhatian investor asing untuk berbondong-bondong
Mitra Investor
@mitrainvestor
berinvestasi di perkebunan sawit Indonesia. Ketika melakukan kegiatan investasi, sudah pasti selalu menghitung return on investment. Mengingat investasi di perkebunan sawit begitu prospektif, pengembalian modal hanya perlu menunggu waktu antara 6 hingga 10 tahun saja. Di samping itu, selama puluhan tahun devisa Indonesia akan mengalir ke luar negeri melalui penarikan keuntungan dari perusahaan-perusahaan yang berdiri di Indonesia.
cs@mitrainvestor.co.id
25
E
N LI
D
EA
H
Dari Dominasi Milik Negara Menjadi Swasta Mengakhiri tahun 1980an, perkebunan kelapa sawit nasional mengalami perkembangan pesat ketika perusahaan perkebunan besar swasta mulai memasuki sektor perkebunan dan melakukan pengolahan dalam jumlah besar yang sebelumnya lebih didominasi oleh perkebunan milik negara. Seiring dengan peningkatan harga CPO, kemudian muncul perkebunan rakyat dan bersaing dengan perkebunan besar swasta. Di tahun 2010 lalu, total lahan perkebunan kelapa sawit nasional mencapai 7.824 hektar. 49,75% atau sekitar 3.893 ribu hektar dikuasai perkebunan besar swasta, 42,35% atau 3.314 hektar dikelola perkebunan rakyat, dan hanya menyisakan 7,9% atau 616 ribu hektar untuk menjadi kepemilikan negara. Lahan Berbendera Asing Dominasi atau lebih tepatnya penguasaan asing atas sejumlah aset dan potensi kekayaan negara di Indonesia dirasa mulai mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, mulai dari sektor perbankan, perminyakan, hingga perkebunan tidak pernah luput dari campur tangan pihak asing. Sejumlah regulasi yang ada justru bersifat salah kaprah hingga membuka peluang bagi pihak asing untuk menguasai sistem perekonomian negara.
26
Tak terkecuali di sektor perkebunan, dengan melihat kondisi yang menempatkan Indonesia sebagai penghasil CPO terbesar di dunia, membuat industri perkebunan kelapa sawit terus mengalami perkembangan dan semakin terlihat menarik di mata asing. Investor asing pun memasuki perusahaan-perusahaan sawit lokal lewat kepemilikan saham di pasar modal. Ditambah lagi dengan pernyataan yang dilontarkan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) dan Kementerian Kehutanan. Disebutkan luasan lahan perkebunan sawit di Indonesia yang berpotensi untuk dikelola kini mencapai 30 juta hektar tersebar di sejumlah wilayah Sumatera dan Kalimantan. Satu kendala yang terus membayangi industri perkebunan kelapa sawit Tanah Air, tak lain adalah kepemilikan konsesi oleh pihak asing. Persaingan untuk menguasai lahan perke-
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
bunan sawit pun dirasa semakin ketat. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menyatakan investasi di sub sektor pangan dan perkebunan di sepanjang tahun 2014 mencapai Rp 40,2 triliun. Sekitar 68% nya dikelola oleh perusahaan penanaman modal asing (PMA) dan selebihnya dikelola penanaman modal dalam negeri (PMDN). Saat ini, investor asing terutama asal Malaysia telah menguasai setidaknya 2 juta hektar lahan perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan data Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia tau APKASINDO mencatat sekitar 230 perkebunan sawit di tanah Indonesia diakuisisi oleh negara jiran tersebut. Beberapa nama perusahaan perkebunan asing seperti Syme Darbi dan Golden Hope asal Malaysia, dan perusahaan Wilmar Group dari Singapura yang menguasai lahan di Sumatera dan Kalimantan. Ter-
lebih di daerah Riau. Sebagian besar perkebunan kelapa sawit dikuasai oleh investor asing dari Malaysia dan Singapura. Lokasi yang tak begitu jauh dari negaranya membuat kedua negara ini berdatangan hingga menggeser penduduk lokal. Perbandingan kepemilikan antara pihak asing dan masyarakat lokal mencapai 70:30. Bahkan 30% lahan sawit yang mereka miliki tidak secara utuh dikuasai. Banyak di antara pemilik kebun yang ternyata merupakan binaan perusahaan. Penduduk setempat kerap dijebak hutang sehingga memaksa mereka untuk menyerahkan kebun sawit kepada pihak asing. Tak hanya puas memiliki ratusan hektar lahan kebun, investor asing juga membangun pabrik pengolahan kelapa sawit. Minyak hasil olahan selanjutnya dibawa ke negara asal, ada juga yang menjadi komoditi ekspor. Perusahaan swasta raksasa tersebut memproduksi hampir dari separuh total produksi perkebunan kelapa sawit Indonesia. Sementara bangsa sendiri justru hanya memainkan peran minimalis dalam perindustrian jenis perkebunan menggiurkan ini. Dominasi asing inilah yang terdengar miris mengingat kekayaan alam sejatinya milik bangsa Indonesia. Kepemilikan asing dalam industri perkebunan kelapa sawit di tanah Indonesia inilah yang harus menjadi sorotan utama karena akan berdampak buruk bagi dunia perdagangan. Asing tentu saja akan lebih menguasainya.
Pembatasan Pemerintah untuk Melindungi Lokal Imperialisme masa kini bukan hanya lewat kekuatan senjata seperti halnya yang pernah dilakukan bangsa Belanda,
Portugis, Spanyol, dan Jepang dengan menguasai sebagian besar kekayaan alam Indonesia. Aturan hukum yang dibuat oleh pemerintah menjadi bumerang dan membuat nasib perkebunan di tanah ini tidak ada bedanya dengan penjajahan jaman dulu. Meskipun peran investor asing dinilai penting dalam mendorong perekonomian nasional maupun daerah, namun benar jika pemerintah membatasi dominasi asing di perkebunan dengan menerapkan pembatasan kepemilikan saham tidak lebih dari 30%. Dengan adanya pembatasan dominasi asing, diharapkan bisa mendorong kapabilitas investor lokal untuk mengoptimalkan kekayaan bangsa di sektor perkebunan sawit ini. Potensi yang ada diharapkan bisa meningkatkan peran lokal di kancah perekonomian negeri sendiri. Peran petani juga harus lebih ditingkatkan dengan menjadikan modernisasi dan pemuliaan benih-benih unggul sebagai kunci keberhasilan dalam persaingan dengan negara lain. Pembatasan merupakan tidakan yang terbilang cukup tegas. Pemerintah tidak perlu khawatir jika pihak asing akan meninggalkan Indonesia akibat pembatasan tersebut. Indonesia cukup memiliki daya tarik untuk menjaring para investor asing menanamkan modalnya disini. Harmoniasai peran perusahaan lokal dan asing bisa saja terwujud. Kebijakan yang jelas seyogyanya berfungsi untuk mengarahkan investasi yang dilakukan pihak asing menjadi bermanfaat secara optimal bagi perkembangan perindustrian perkebunan kelapa sawit nasional sekaligus melindungi sektor strategis ini dari penguasaan asing.[]
Mitra Investor
@mitrainvestor
cs@mitrainvestor.co.id
27
E
N LI
D
EA
H
1.
Raja Hektaran Lahan Perkebunan Tanah Air
PT. Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
Merupakan perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit, karet, cokelat, teh dan minyak masak. Berdiri sejak tanggal 3 Oktober 1988 dan kini menjadi produsen kelapa sawit terbesar di Tanah Air yang mampu menyuplai permintaan pasar baik domestik maupun luar negeri. Lantaran bisnis kelapa sawit cukup menjanjikan di pasaran, membuat perusahaan berkomitmen untuk lebih fokus dalam pengembangan bisnis kelapa sawit. Lokasi tersebar di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi dengan menghasilkan CPO atau Crude Palm Oil berkualitas tinggi. Perusa-
28
haan juga memproduksi produk turunan kelapa sawit di Sulawesi Barat untuk pemenuhan permintaan pasar ekspor. Desember 1997, untuk pertama kalinya PT. Astra Agro Lestari Tbk masuk ke dalam daftar saham di Bursa Efek Jakarta dengan kode perdagangan AALI melalui kepemilikan 79,7% saham di perusahaan dan 20,3% oleh publik. Paska mengalami merger, akuisisi dan sejumlah perkembangan, di akhir tahun 2013, nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp 39,5 triliun. Harga saham saat penawaran umum perdana (IPO) tercatat sebesar Rp 1.550 per saham, namun selama tahun 2014 ditutup dengan harga Rp 24.250 per saham.
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
Hingga saat ini, perusahaan telah mempekerjakan sebanyak 28.000-an karyawan untuk mengelola lebih dari 297.579 hektar perkebunan kelapa sawit. Seluas 235.311 hektar merupakan perkebunan inti dan sisanya perkebunan plasma. Salah satu prestasi membanggakan yang pernah diraih AALI adalah keberhasilannya di tahun 2013 mendapat sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Dedikasi yang diterohkannya tersebut diharapkan mampu menjaga eksistensinya sebagai perusahaan paling produktif di sektor perkebunan Indonesia dan global. Kiprahnya di perindustrian kelapa sawit menunjukkan betapa besar
kekayaan alam Indonesia di mata internasional. Terbukti, AALI masuk ke dalam jajaran perusahaan yang memiliki pengaruh kuat dan kategori Promoting Indonesia Product. Merupakan kunci untuk membuka perdagangan CPO ke banyak negara. Tahun 2014 mencatat pertambahan produksi CPO meningkat 20% dari 951.399 ton di tahun sebelumnya menjadi 1,14 juta ton. Sedangkan pendapatannya, sukses meraup untung sebesar Rp 9,46 triliun atau dengan kata lain meningkat tipis 8% dari tahun sebelumnya Rp 8,76 triliun.
2.
PT. Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP)
Didirikan tanggal 12 Agustus 1992 dengan nama PT. Ivomas Pratama. Memulai kegiatan komersial sejak tahun 1994 dengan sejumlah lahan perkebunan dan pabrik tersebar di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Maluku Utara. Induk perusahaan PT. Salim Ivomas Pratama Tbk adalah Indofood Sukses Makmur Tbk
(INDF) dan Indofood Agri Resources Ltd. (IndoAgri), Singapura yang memegang saham sebesar 51,3% dengan kode perdagangan SIMP di Bursa Efek Indonesia (BEI). Mulanya, 27 Mei 2011 SIMP mendapat pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham kepada masyarakat dengan IPO senilai Rp 200,- per saham dan harga penawaran Rp 1.100,- per saham. 9 Juni 2011 secara resmi saham SIMP terdaftar dalam BEI. Mengacu pada Anggaran Dasar Perusahaan, SIMP dan anak usahanya berkomitmen dalam memproduksi minyak dan lemak nabati beserta produk
Mitra Investor
@mitrainvestor
turunannya. Mencakup kegiatan pemuliaan benih sawit, pengelolaan perkebunan sawit, produksi, penyulingan minyak sawit mentah. Pengelolaan perkebunan karet, tebum teh, kakao dan kelapa juga tak luput dilakukan mulai dari produksi hingga pemasaran produk akhir. Tak hanya pasar lokal saja, SIMP juga merambah ke pasar global. Beberapa merek terlarisnya meliputi minyak goreng (Bimoli, Delima, Mahakam, Happy Salad Oil) dan margarin, lemak nabati (Simas, Simas Palmia, Palmia, Amanda, dan Malinda) telah berhasil menarik konsumen domestik.
cs@mitrainvestor.co.id
29
E
N LI
D
EA
H
3.
PT. BW Plantation Tbk (BWPT)
Merupakan perusahaan investasi asing yang bergelut di sektor kelapa sawit Indonesia. Berdiri sejak 6 November 2000 dengan nama PT. Bumi Perrdana Prima Internasional. Kegiatan usaha BW Plantation dan anak usahanya terfokus pada pengembangan perkebunan, budidaya, pertanian, perdagangan hingga pengolahan produk, di antaranya minyak kelapa sawit (CPO), tandan buah segar (TBS) dan inti sawit (kernel). Melalui anak perusahaannya, PT. BW Plantation memiliki hak seluas 88.305 hektar lahan yang tersebar di sembilan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan. Pabrik pengolahan kelapa sawit dan anak perusahaan terletak di Kotawaringin Tengah dan Kotawaringin Barat. Sementara anak usaha perkebunan tersebar di Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Kutai, Kutai Timur, dan Melawi. BW Plantation berkode BWPT terdaftar pada Bursa Efek Indonesia sejak 27 Oktober 2009. Akhir November tahun lalu, melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa, BWPT menyetujui rencana
penerbitan saham baru dimana sebesar Rp 10,53 triliun digunakan untuk membeli Green Eagle Holdings di bawah naungan Grup Rajawali dan Rp 278 miliar untuk modal kerja perusahaan. Melalui Group Rajawali, BWPT berubah nama menjadi Eagle High Plantation. Paska akuisisi, pihaknya bakal memiliki lahan perkebunan sawit seluas 131.000 hektar. Dengan kata lain, akan menjadi perusahaan terbesar ketiga dalam BEI setelah PT. Salim Ivomas Pratama Tbk dan PT. Astra Agro Lestari Tbk. Sebelumnya luas lahan ternaman milik BW Plantation 62.000 hektar dan Green Eagle 69.000. Dilihat dari sisi cadangan
lahan, BW Plantation berpotensi menjadi perusahaan terbesar di Indonesia dengan luasan 271.000 hektar yang selanjutnya membuka peluang untuk mendongkrak kapasitas produksi hingga berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam jangka panjang. Pabrik yang akan dibangun di Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Papua diprediksi menghasilkan kapasitas produksi sekitar 30 hingga 45 ton per jam. Penambahan 4 pabrik dan akuisisi Green Eagle diharapkan produksi BWPT meningkat menjadi 550 ton per jam di tahun 2016 kelak.
4. PT. Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk (SMAR) Anak perusahaan Golden Agri-Resources Ltd (GAR) ini merupakan salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di dunia yang namanya tercatat di Bursa Singapura sejak tahun 1999. Sementara pada BEI, saham-saham
30
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
PT. Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk berkode SMARtercatat sejak tanggal 20 November 1992 dengan nilai nominal Rp 1.000,- per saham dan harga penawaran Rp 3.000,per saham. SMAR mengelola perkebunan GAR di Indonesia seluas 472.800 hektar atau sekitar 5,5% dari luas perkebunan kelapa sawit di Tanah Air. Dengan mengadopsi teknologi berstandar, mengelola lingkungan secara tanggung jawab disertai pemberdayaan masyarakat, GAR berkomitmen untuk memimpin produksi minyak sawit berkelanjutan. Didirikan tahun 1962, kini
5.
PT. Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk mengoperasikan 15 pabrik, empat pabrik kilang, dan empat pabrik kernel crushing. Menjadi perusahaan dengan kegiatan utama menanam dan memanen kelapa sawit, mengolah tandan buah segar hingga menghasilkan produk minyak sawit mentah atau CPO, minyak inti sawit, dan palm kernel. Hasil olahan CPO tersebut dijadikan produk bernilai tambah seperti minyak goreng, margarin, mentega, butter oil, dan lemak nabati. Beberapa mMerek dagang seperti Filma, Kunci Mas menguasai pangsa pasar Indone-
sia dan telah diakui kualitasnya. Dilansir dari data laporan keuangan perusahaan, pendapatan SMAR mengalami kenaikan sebesar 35,1% dibanding tahun sebelumnya Rp 23,93 triliun. Beban pokok penjualan emiten juga meningkat dari Rp 19,81 triliun menjadi Rp 27,64 triliun. Dengan demikian, laba kotor yang diterima mencapai Rp 4,69 triliun. Berbicara soal laba bersihnya, perusahaan mengalami lonjakan sebesar 65,24% hingga laba per saham menjadi Rp 513. Mengakhiri tahun 2014, total aset yang dimiliki SMAR menembus angka Rp 21,29 triliun.
PT. Sampoerna Agro Tbk (SGRO)
Secara komersial, perusahaan yang berdiri sejak 7 Juni 1993 dengan nama PT. Selapan Jaya ini mulai beroperasi di tahun 1998. Tanggal 18 Juni 2007, saham dengan kode perdagangan SGRO mencatatkan sahamnya di BEI. Memiliki nilai nominal Rp 200,- per saham dan harga penawaran Rp 2.340,- per saham.Pemegang saham terbesar oleh Sampoerna Agri Resources Pte. Ltd sebesar 67,05%.Ruang lingkung usahanya, SGRO bergerak di sektor perkebunan sawit dan karet, pembenihan kelapa sawit, pabrik CPO, pabrik minyak inti sawit, dan juga memanfaatkan hasil hutan bukan kayu seperti sagu misalnya.Area lahan perkebunan berlokasi di Sumatera Selatan,Riau, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. Kini, SGRO bersama anak usahanya menjadi salah satu perusahaan penghasil minyak sawit dan inti sawit utama di
Inodnesia. Benih kelapa sawit yang diproduksi telah memiliki lisensi dari Kementerian Pertanian Indonesia dengan merek dagang DxP Sriwijaya melalui salah satu anak perusahaannya, PT. Binasawit Makmur. Dijualkannya enam varietas kelapa sawit kualitas tinggi. Di akhir tahun 2013, lahan kelolaan SGRO mencapai 120.225 hektar. 85,461 hektar lahan tertanam berlokasi di provinsi Sumatera Selatan dan sisanya di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. perusahaan juga melakukan diversifikasi usaha dengan mengakuisisi lahan seluas 21.620 hektar di Selat Panjang, Riau melalui bendera PT. National Sago Prima untuk menghasilkan produk sagu berkualitas tinggi bermerek Prima Pati. Produk dipasarkan tak hanya domestik namun juga memasuki pasar internasional.[]
Mitra Investor
@mitrainvestor
cs@mitrainvestor.co.id
31
32
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
Mitra Investor
@mitrainvestor
cs@mitrainvestor.co.id
33
I
G
O
N
H
C TE
LO
Kebun Pencakar Langit Mengingat pertumbuhan jumlah populasi penduduk dunia yang terus menunjukkan peningkatan, membuat pasokan bahan pangan diprediksi semakin sulit sehingga dibutuhkan sebuah solusi alternatif untuk mengembangkan model pertanian terbaru. Kota-kota besar di seluruh penjuru dunia berlomba-lomba menciptakan inovasi dengan dilengkapi teknologi tinggi guna menjawab kelangkaan lahan pertanian dan perkebunan yang kini mulai beralih menjadi lahan pemukiman, perkantoran, pusat perbelanjaan hingga wahana permainan dan rekreasi. Sebut saja kota di Singapura; kota terbesar di negara bagian Amerika Serikat, Chicago; dan Kyoto yang terletak di Jepang sudah menemukan teknologi dengan memanfaatkan lampu artifisial untuk membudidayakan tanaman di dalam gedung tertutup. Sama halnya dengan Swedia, bersama perusahaan spesialis urban farming membangun gedung pencakar langit untuk mencari jalan keluar akibat minimnya lahan untuk menghasilkan bahan pangan. Dan kini, ide unik dipersembahkan Aprili Design Studio.
34
Menawarkan gedung pencakar langit, dikhususkan untuk tempat tumbuh tanaman. Arsitek Steve Lee dan See Yoo Park menyatakan bahwa perkebunan dengan model vertikal ini diciptakan agar berdiri secara mandiri. Difokuskan untuk aktivitas perkebunan dan fungsi berkelanjutan. Sejatinya, konsep yang diusung Aprili merupakan hasil terjemahan visi profesor ilmu kesehatan publik dan lingkungan asal Columbia University bernama Dickson Despommier. Dalam pemikirannya, penolong populasi dunia saat ini berada di langit. Ia mengusulkan pengembangan Vertical Farm. Dimaksudkan sebagai sebuah model pertanian terkini untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat bertempat tinggal di kota yang sarat dengan lahan minim. Mengacu ide Despommier tersebut, Aprili menciptakan konsep yang diberi nama “Urban Skyfarm�. Konsep unik tersebut akan dibangun di pusat kota Seoul, Korea Selatan. Memiliki bentuk yang mirip dengan pohon ukuran besar dan menyedia-
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
kan ruangan seluas 9,7 hektar untuk kegiatan bercocok tanam pohon. Tak hanya itu, pada atap gedung hijau dilengkapi dengan panel surya dan turbin angin yang selanjutnya mengkonversi menjadi suplai energi listrik untuk pertumbuhan sayuran, buah-buahan dan pohon buah di dalam gedung. Energi lainnya adalah berupa energi metana yang dihasilkan dari pengolahan sampah sisa tanaman. Gedung juga dilengkapi sistem ventilasi yang sangat diperlukan untuk mengatur suhu area tanam. Suhu diatur dengan menggunakan alat Mechanical Louvers dan disesuaikan dengan rentang suhu optimal. Tergantung apakah jenis tanamannya termasuk mesofil, higrofil atau-
kah hidrofil. Sementara untuk sistem siklus airnya, bagian atap gedung dipasang alat capturing rain water alias penangkap air hujan. Model pertanian ala Aprili sebagian besar memanfaatkan energi terbaharukan yang diproduksi di lokasi sehingga tidak mengorbankan ruang publik seperti pasar petani. Adapun di antara sekat per lantainya tersedia ruangan umum, ruangan pandang dan kafe atau restoran. Disana, pengunjung gedung bisa mencari makanan segar, menikmati suasana perkebunan alamiah atau sekedar relaksasi di tengah-tengah kebisingan kota. Bagian bawahnya, sekitar 9 ribu meter persegi tersedia kebun indoor dan bagian paling bawah terdapat pasar petani.
Kota Seoul dipilih sebagai lokasi ideal Urban Skyfarm lantaran dialiri Sungai Cheonggyecheon dimana pasokan airnya bisa terus dimanfaatkan untuk mengairi pertanian modern tersebut. Didukung dengan teknologi perkebunan hidroponik, gedung ini mampu menampung lebih dari 5 ribu tanaman buah. Dibanding model pertanian berbasis tanah konvensional, sistem hidroponik jauh lebih sedikit membutuhkan air. Keunggulan lainnya adalah menghemat penggunaan lahan karena kepadatan tanaman per satuan luas bisa dilipatgandakan. Kedua, kualitas produk terjamin akibat terkendalinya pasokan kebutuhan nutrisi. Selanjutnya, suplai makanan tidak bersifat seasonal. Waktu panen bisa
Mitra Investor
@mitrainvestor
disesuaikan dengan permintaan pasar sehingga produksi tidak tergantung musim. Dengan mengusung konsep bertani indoor di gedung pencakar langit skyfarm, kemungkinan kegagalan panen akibat bencana alam bisa diminimalisir. Emisi karbondioksia yang menjadi polutan ketika bahan makanan menempuh jarak dari lokasi pertanian menuju wilayah perkotaan tereduksi. Petani juga diuntungkan karena memiliki ruang bercocok tanam mulai dari persiapan benih hingga panen. Tak beda halnya, akademisi merasa diuntungkan karena semakin dipermudah untuk melakukan penelitian.[]
cs@mitrainvestor.co.id
35
I
G
O
N
H
EC
LO
T
Kolaborasi
Apik Antara Limbah Kakao dan Limbah Ternak
36
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
Pemanfaatan kakao pada umumnya hanya sebatas buahnya saja. Beragam jenis olahan buah kakao sangat digemari masyarakat semua kalanngan, sebagai minuman, kue/roti dan cemilan dalamm bentuk lain. Kakao non buah atau limbah ternyata dapat dimanfaatkan sebagai pakan kambing. Limbah tersebut berupa pangkasan tanaman dan kulit buah (cangkang/pod), gamal (Gliricidia sepium) serta lamtoro (Leucaena leucocephala). Kulit buah kakao terutama memiliki kandungan protein kasar sebesar 8,5 %. Sehingga baik untuk dimanfaatkan untuk pakan ternak. Berikut tahapan dalam pengolahan limbah kakako agar bisa dijadikan pakan. Bahan yang perlu disiapkan ialah kulit buah kakao kering dengan komposisi 20-40%, 24% dedak, 5% garam, 3% mineral (biguten), 3% pupuk urea , molasses (dapat diganti dengan bahan lain yang memiliki kandungan sama. Cara pengolahannya yakni giling menggunakan mesin pencacah kulit buah kakao kering. Kemudian campurkan dengan semua bahan hingga terbentuk adonan. Selanjutnya adonan tersebut dipress atau dipadatkan dengan alat khusus, misalnya per 1-2 kg dalam satu produk. Olahan limbah kakao ini yang nantinya akan dijadikan pakan ternak buatan. Tak hanya itu, ada pula teknologi lain yang mengkolaborasikan antara limbah kambing (kotoran) dan limbah kakao menjadi suatu produk yang bernilai jual. Produk tersebut dalam bentuk pupuk bokashi. Pengembangan sistem ternak hewan kambing di lahan perkebunan kakao sangat memungkinkan. Hal ini
mengingat potensi biomassa limbah kakao yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami ternak dalam bentuk daun kakao dan kulit buahnya. Tanaman naungan yang tumbuh disekitar pohon kakao (Gliricidia sepium dan Leucaena leucocephala) juga dapat dijadikan pakan bergizi tinggi, jenis ini merupakan rumput jenis unggul. Kontribusi limbah ternak kambing ialah sebagai campuran pembuatan pupuk bokashi yang nantinya dapat dimanfaatkan lagi bagi
gillus niger secara perlahan ke cacahan yang telah tercampur hingga rata. Upayakan kandungan air dalam cacahan hanya ¹ 30%. Letakkan bahan tersebut dalam wadah kering dengan ketinggian 15 – 30 cm, lalu tutup menggunakan karung goni. Pupuk bokashi siap digunakan setelah penyimpanan selama 3-4 hari. Pertahanankan wadah selalu bersuhu 40-50˚C. apabila suhu lebih tinggi dari itu, hal yang mungkin terjadi ialah kebusukan.
tanah di perkebunan kakao. cara pengolahan pupuk bokashi ialah dengan mencampur 1 liter EM4 atau Aspergillus niger ke dalam 1 liter air molasses, bisa diganti dengan 0,25 kg gula plus 100 liter air. Cacah dengan ukuran 3-5 cm limbah kakao (kulit buah, daun pangkasan kakao dan tanaman naungan menggunakan mesin pencacah. Kemudian campur semua cacahan limbah dan tambahkan limbah ternak kambing. Siramkan larutan EM4/Asper-
Prinsip ekonomi adalah mendapatkan keuntungan sebesarbesarnya dengan pengeluaran seminim mungkin. Penerapan prinsip tersebut sangat cocok bagi dunia bisnis. Bisnis dikatakan untung apabila selisih antara pemasukan dan pengeluaran bernilai positif. Perwujudannya dapat dilakukan dengan manajemen bisnis yang baik. Ulasan diatas memaparkan tentang duet apik antara sektor perkebunan dan peternakan yang saling menguntungkan satu sama
Mitra Investor
@mitrainvestor
lain. Kolaborasi yang sangat cerdas ini akan menghasilkan banyak bisnis berjalan dengan sistem simbiosis mutualisme. Pertama, dari hasil limbah kakao dapat menghasilkan produk yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kedua, limbah ternak berguna sebagai pupuk yang akan menjaga kesuburan tanah perkebunan. Timbal balik seperti ini dapat membuat profit bertambah karena pemanfaatan limbah yang biasanya hanya terbuang sia-sia.[]
cs@mitrainvestor.co.id
37
R
EU
Inovasi Produk, Kunci Sukses Bisnis
EN
E
PR
TR
EN
Suksesnya suatu bisnis dapat diwujudkan salah satunya dengan cara selalu berinovasi terhadap produk. Proses perubahan kualitas produk akan menghasilkan produkproduk yang lebih baik. Seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat pasti memilih segala sesuatu yang praktis, instan dan modern. Misalnya minuman yang populer yaitu teh. Dahulu, ketika hendak minum teh pasti harus melaui proses seduh teh serbuk terlebih dahulu. Kemudian berkembang dengan adanya teh kering siap saji seperti teh celup dan teh kantung. Pada akhirnya, di jaman modern ini tersedia seduhan teh dalam berbagai kemasan, diantaranya teh botol, teh kotak dan teh gelas.
Perwujudan ide dari pendiri Teh Botol Sosro yakni Sosrodjojo berawal pada tahun 1969. Produk tersebut berupa teh siap minum yang dikemas dalam kemasan botol. Idenya pada saat itu dianggap mustahil karena masyarakat kuno berasumsi bahwa teh siap saji adalah teh yang diseduh sebelum diminum. Bisnisnya perlahan menemui titik terang hingga pada tahun 1974
38
berdiri PT Sinar Sosro, nama Sosro berasal dari nama pendirinya. Pabrik teh ini merupakan pabrik teh kemasan botol pertama di dunia. Sebelum akhirnya sukses, keluarga Sosrodjojo merintus usahanya sejak tahun 1940 yang berlokasi di Slawi-Jawa Tengah. Awalnya, produk yang dijual ialah teh kering bermerek Teh Cap Botol. Daerah persebarannya masih dalam lingkup wilayah Jawa Tengah saja. Tahun 1953, area pemasaran diperluas hingga merambah ke Jakarta. Strategi promosi produk Teh Cap Botol dimulai dengan cara "cicip rasa" (product sampling) ke tempat umum dan pasar di kota Jakarta. Pertama, dengan mendatangi pasar-pasar dan mengenalkan produk tersebut.
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
Saat itu belum dalam kemasan botol seperti sekarang, cara penyajiannya teh langsung diseduh di tempat dan langsung disajikan untuk diminum oleh konsumen. Sayangya, cara ini kurang praktis dan tidak berhasil untuk upaya pengenalan produk guna perluasan pangsa pasar. Hal ini disebabkan oleh lamanya proses penyajian serta keadaan teh saat disajikan masih dalam keadaan panas. Konsumen tak memiliki banyak waktu untuk sekedar menunggu proses teh diseduh. Melihat kendala itu, pihak Teh Cap Botol menyusun strategi pemasaran yang baru. Pangsa pasarnya masih sama, hanya cara penyajiannya saja berbeda. Teh tak lagi di proses melaui penyeduhan langsung tetapi ketika akan disajikan telah
dalam bentuk teh siap minum yang dimasukkan ke dalam panci besar. Ternyata, cara kedua ini juga belum berhasil. Kendalanya ialah sebagian besar teh tumpah di perjalanan menuju ke lokasi pemasaran. Dua kegagalan tersebut berbuah manis dengan munculnya ide mengemas teh dalam botol sehingga siap diminum kapanpun. Cara ini membuat teh tampil dengan gaya baru yang lebih praktis dan modern. Keberhasilan Bisnis Sosro tentu diturunkan pada generasi keluarnya berikutnya. Hingga saat ini telah dijalankan oleh tiga Generasi Sosrodjojo yakni generasi pertama sekaligus pendiri Bapak Sosrodjojo (Alm.),
Mitra Investor
@mitrainvestor
generasi kedua Bapak Soemarsono Sosrodjojo (Alm.), generasi ketiga Bapak Soegiharto Sosrodjojo, Bapak Soetjipto Sosrodjojo dan Bapak Surjanto Sosrodjojo. Pengembangan bisnis teh kemudian berkibar dalam dua bendera perusahaan. Pertama PT. Sinar Sosro, yaitu perusahan yang produksinya berupa Teh Siap Minum Dalam Kemasan. Produknya antara lain Teh botol Sosro, Joy Tea Green Sosro, Fruit Tea Sosro, TEBS, Air Minum Prim-A dan Happy Jus. Perusahaan kedua PT. Gunung Slamat, yaitu perusahaan yang produksinya berupa Teh Kering Siap Saji. Produknya antara lain Teh Cap Botol, Teh Celup Sosro, Teh Poci, Teh Sadel, Teh Terompet, Teh Berko dan Teh Sepatu.[]
cs@mitrainvestor.co.id
39
R
EU
EN
PR
E
TR
EN
Awal Kejayaan
St. Harangan Wilmar Hutahaean asal Toba Samosir-Sumut merintis usahanya dari bawah dan kini telah berhasil menjadi salah satu pengusaha sukses Riau. 6 perusahaan telah dikembangkan di bawah naungan Hutahaean Group. Sektor perusahaan terkonsentrasi pada perkebunan, dengan komoditas sawit dan karet. Inti dari strategi untuk mengembangkan Hutahaean Group ialah pengembangan model agribisnis dengan integrasi tangguh. Memiliki mata rantai, mulai hasil dari perkebunan hingga usaha pengolahannya. Perkebunannya berada di Pulau Sumatera dan Provinsi Riau. Tak hanya mengedapankan laba perusahaan tetapi juga berkomitmen untuk melestarikan ekologi dan lingkungan. Kepedulian Harangan diwujudkan dalam sebuah program bernama program plasma, yakni pengembanganan perkebunan sawit yang ditujukan khusus untuk petani kecil. Seorang petani yang memiliki lahan sempit untuk perkebunan
40
pribadi. Nantinya, hasil panen petani kecil tersebut akan dibeli seluruhnya oleh pabrik, kemudia diolah serta dipasarkan. Selain itu, beliau juga peduli terhadap bidang pendidikan dalam bentuk honorarium guru, beasiswa, bangunan sekolah dan pengadaan
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
peralatan laboratorium. Nama Harangan Wilmar masuk ke dalam jajaran pengusaha kaya di mata pebisnis Pekanbaru yang telah sukses di kancah nasional. Sektor yang beliau geluti diantaranya sektor perkebunan, kontraktor, transportasi dan
kiraan bisnis apa yang memiliki prospek ke depan. Gubernur bertanya tentang hal itu dan beliau menjawab bahwa bisnis paling mengeliat dan memiliki prospek yang baik ke depan tak lain ialah bisnis perkebunan sawit. Mendengar jawaban tersebut, gubernur langsung memberikan hak perijinan dengan mengeluarkan SK Gubernur. Gubernur Riau saat itu adalah Letjen Soeripto (1988-1998), SK berisi tentang ijin lokasi dan pembebasan hak, pembelian tanah untuk perkebunan.
properti (hotel) hingga bisnis hiburan. Pada sektor perkebunan sawit, melaui PT Hutahaean hak kelola lahannya seluas 5.418,65 ha yang berlokasi di Kebun Daludalu, Kec.Tambusai, Kab.Rohul. kebun sawitnya juga ada yang berlokasi di Teluk Sono seluas 7.700 ha. Menururt Harangan, bisnis perkebunan kelapa sawitnya hanya bermula dari faktor X saja. Tahun 1987, beliau berbincang gubernur setempat di rumah dinas untuk berkonsultasi menganai pra-
Sejak itulah, Harangan bersama karyawannya menebar bibit sawit di lahan perkebunan yang telah diberikan hak pakai oleh Letjen Soeripto. Tahun 1992, buah kelapa sawit sudah mulai tumbuh dan berkembang serta produksinya mencapai 1,2 ton per ha per tahun. Pada tahun 1996, Harangan tak lagi menjual sawit mentah melainkan dengan pembangunan pabrik kilang minyak kelapa sawit yang pertama. Pabrik tersebut dapat memproduksi 30 ton per jam dan meningkat di tahun kedua menjadi 60 ton per jam. Disusul dengan berdirinya pabrik kedua
Mitra Investor
@mitrainvestor
di tahun 2004 yang berlokasi di Teluk Sono dan Sei Murai, Kab. Rokan Hulu. Kapasitas produksinya yaitu 60 ton per jam. Segudang pengalaman kerjanya menjadi jembatan kesuksesan yang diraihnya saat ini. Pengalaman kerja Harangan antara lain Guru SD di Sungai Pakning Bengkalis (1955-1956), karyawan PT Caltex Pasific Indonesia (CPI) Duri (19561957). Hingga akhirnya banting stir menjadi pengusaha jejak tahun 1959. Jabatan yang pernah diembannya diantaranya Presiden Direktur PT Hutahaean Group, Pendiri dan Pemilik Hutahaean Group, PT. Hutahaean (Palm Oil and Plantation), PT. Irma Jaya Perkasau (General Trading and Contractor), PT. Buluh Cina (Property and Contractor), PT. Labersa Hutahaean (Five Star Hotel Resort), PT. Labersa Hutahaean (Labersa Golf Resort) dan PT. Labersa Hutahaean (Labersa Water & Theme park). Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah sukses Harangan adalah jangan takut mencoba hal baru serta raih sukses dengan cara berani mengambil resiko dan tantangan baru.[]
cs@mitrainvestor.co.id
41
R
EU
EN
PR
E
TR
Kantongi Miliaran Rupiah dari Runtuhan Daun Cengkeh
EN
Khafidz Nasrullah, dikenal sebagai seorang entrepreneur muda yang tidak surut semangatnya dalam mewujudkan mimpi. Menggeluti bisnis mahalnya, penyulingan minyak atsiri, Khafidz berhasil menyabet penghargaan pada kompetisi Wirausaha Muda Mandiri 2012 lalu. Dengan bendera Kendal Agro Atsiri (KAA) yang dibawanya, mahasiswa Teknik Industri Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta ini meraup omzet hingga miliaran rupiah tiap bulannya. “Emas� alias guguran daun cengkeh yang ia temukan di belakang rumahnya tersebut tak hanya berhasil mendongkrak kesejahteraan keluarganya namun juga ratusan masyarakat di sekitaran tempat tinggalnya di Ngargosari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten kendal, Jawa Tengah. Bisnisnya berawal ketika ia menikmati perjalanan pulang dari tempat ia menimba ilmu, Yogyakarta menuju kampung halamannya. Ia mengamati lebih dari seribu hektar kebun cengkeh yang dipenuhi dengan reruntuhan daun yang bersera-
42
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
kan. Khafidz pun teringat pada penjual minyak atsiri (essensial oil) dari nilam di sebuah pameran beberapa waktu lalu. Dari sinilah terbesit ide untuk menciptakan minyak atsiri dari olahan daun cengkeh. Berangkat dari rasa penasaran, Khafidz tak ragu melakukan riset kecil-kecilan. Karena memiliki sedikit pengetahuan di bidang perkebunan cengkeh, selama kurang lebih setahun ia mempelajari mulai dari proses produksi hingga pendistribusiannya. Ia meyakini potensi pasar terbuka lebar dan ketersedian bahan baku yang melimpah. Mengawali usahanya ini, Khafidz dibantu seorang temannya untuk mengumpulkan modal hingga Rp 80 juta guna membeli alat penyulingan pertama. Setahun kemudian modalnya kembali. Khafidz memutuskan untuk mengambil cuti kuliah lantaran ingin fokus menjalankan usaha barunya. Awalnya sebanyak 500 kilogram minyak diproduksi tiap bulan kemudian dipasarkan ke pengepul. Ketika dalam fase perkembangan usaha, temannya justru menarik 50% modal yang disetorkannya akibat ditimpa masalah. Segera Khafidz mencari investor baru untuk menambah fasilitas penyulingan lagi yang mencapai nominal Rp 250 juta. Sepeninggalan temannya, Khafidz berkeliling Jawa dan menemukan fakta bahwa ternyata pangsa pasar minyak atsiri cukup besar. Tak hanya sebatas dalam negeri, lingkup
Mitra Investor
internasional pun sama besarnya. Khafidz lantas mencari perusahaan pengolah minyak cengkeh dan eksportir lewat internet. Dari usahanya, didapatkan tiga perusahaan asal Yogyakarta dan Jakarta yang bersedia memasok minyak cengkeh miliknya. Tak dipungkiri potensinya cukup menjanjikan hingga berhasil mendongkrak bisnis yang dilakoni sejak tahun 2010 itu. Dari hasil pengoperasian dua fasilitas penyulingan, omzet yang dterima terus meningkat hingga mencapai Rp 700 juta per bulan. Kini, Khafidz memiliki tim inti beranggota lima orang di bagian keuangan, manajemen, produksi, lapangan, dan transportasi. Ia juga memperkerjakan sebanyak 450 orang yang terlibat dalam pengoperasian mengoperasikan empat unit penyulingan dan pengumpul daun-daun cengkeh. Berkat usahanya, secara tidak langsung turut memakmurkan warga sekitar dengan penghasilan minimal Rp 1 juta. Sementara dirinya sendiri bertugas untuk mengembangkan usahanya dengan mencari investor, mencari pangsa pasar, dan menjaring buyer. Tak hanya terfokus pada pasar lokal, minyak atsiri juga banyak dilirik sejumlah negara di Eropa seperti Jerman dan Swiss. Permintaan minyak dalam sebulan bisa mencapai lima ton. Produsen kosmetik dan obat asal di Asia, Amerika Utara dan Amerika Selatan juga turut mengekspor minyak atsiri Kendal tersebut. Selain memanfaatkan daun cengkeh, Khafidz juga mengekspansi usahanya dengan mengembangkan produk minyak atsiri dari nilam, kulit pala, bungan melati dan mawar seiring derasnya permintaan baik dari dalam maupun luar negeri. Untuk minyak atsiri cengkeh sendiri dibandrol harga Rp 100 ribu untuk satu kilogramnya. Sementara atsiri nilam Rp 400 ribu dan atsiri kulit pala Rp 600 ribu. Mencengangkan lagi, atsiri dari bunga melati dan mawar dihargai puluhan hingga ratusan juta rupiah per kilogramnya. Tak mengherankan memang jika kini hanya dalam waktu sebulan Khafidz mengantongi omzet fantastis hingga Rp 2 miliar. Dengan segmentasi pasar yang meluas saat ini, Khafidz meyakini 5 hingga 10 tahun ke depan Kendal Agro Atsiri mampu menembus menjadi usaha bertaraf internasional.[]
@mitrainvestor
cs@mitrainvestor.co.id
43
ANALISA
SURIYA EFFENDI, SE TRAINER MITRA INVESTOR
44
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
Mitra Investor
@mitrainvestor
cs@mitrainvestor.co.id
45
T
EN
S
EW
EV
N
Intensifikasi Untuk Tingkatkan Efisiensi
Ekspansi lahan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan selama ini membuat produktivitas kelapa sawit di Indonesia meningkat. Kendati demikian, beragam permasalahan kerap menghampiri industri kelapa sawit. Di antaranta
46
harga CPO atau Crude Palm Oil yang kadang tidak stabil, membengkaknya biaya produksi, makin mengkerutnya lahan subur hingga masalah terkait perluasan areal lahan. Atas alasan inilah memicu industri kelapa sawit untuk melakukan intensifikasi. Diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil perkebunan kelapa sawit dengan mengoptimalkan lahan yang ada.
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
Inovasi dan teknologi baru baik pada teknis budidayanya maupun industri hilirnya mutlak diperlukan demi mewujudkan intensifikasi. Dengan demikian, teknologi yang diciptakan akan meningkatkan efisiensi sumber daya manusia, energi, dan biaya. Tercatat beberapa teknologi yang telah diterapkan. Misalnya Drone/Unmanned Aerial Vehicle (UAV) difungsikan untuk pemetaan perkebunan dan identifikasi hama penyakit, aplikasi Seed Coating untuk pembenihan kelapa sawit, dan ada lagi Near Infra-Red untuk menentukan kadar minyak tandan sawit. Seakan tidak ingin ketinggalan, demi mengupayakan diseminasi teknologi untuk mengembangkan perindustrian kelapa sawit, Pusat Penelitian Kelapa Sawit atau yang dikenal PPKS menggelar acara Pertemuan Teknis Kelapa Sawit pada 19-21 Mei 2015 mendatang. Dipilih lokasi The Alana Yogyakarta Hotel & Residence - Mataram City Complex,Yogyakarta dengan sentuhan regensi yang dilengkapi dekorasi modern dan akses internet berkecepatan tinggi. Dengan mengusung tema “Aplikasi Teknologi Terkini pada Industri Kelapa Sawit”, acara ini juga terintegrasi dengan Pameran Industri Kelapa Sawit 2015 yang diperuntukkan untuk memperluas jaringan antara perusahaan perkebunan kelapa sawit dengan pelanggannya. Selama acara digelar, PPKS akan menyuguhkan “Klinik Sawit” yang menghadirkan staf ahli dari dari berbagai bidang seperti
bahan tanam, tanah dan agronomi, perlindungan tanaman, rendemen kelapa sawit, serta industri hilir dan lingkungan. Klinik dibuka untuk memfasilitasi peserta yang ingin konsultasi seputar pengolahan kelapa sawit secara gratis. Forum ilmiah yang dikemas dalam Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 2015 ini akan membahas inovasi dan teknologi terkini di perindustrian kelapa sawit. Memandang dari segi teknologi, teknis budidaya, dan efisiensinya untuk menciptakan pertumbuhan minyak sawit baik kuantitasnya maupun kualitasnya. Hal ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi petani kelapa sawit, pengusaha, praktisi, akademisi, dan juga pemerintah untuk menjalin kerjasama untuk mengembangkan industri kelapa sawit nasional. Terdapat dua program acara pada Pertemuan Teknis Kelapa Sawit kali ini yang digelar selama tiga hari, yakni Seminar dan dilanjutkan Kunjungan Lapangan. Di hari pertama, peserta disuguhkan dengan materi tentang penggunaan bahan tanaman unggul dalam “Aplikasi seed coating”, pengelolaan hama dan penyakit dengan tema “Sistem asuransi kebun kelapa sawit terserang OPT”, dilanjut “Aplikasi UAV di perkebunan kelapa sawit” yang membahas terkait survei dan pemetaan tanaman perkebunan, dan terakhir best management practice dengan mengangkat materi tentang “Manajemen air di lahan gambut”
Mitra Investor
@mitrainvestor
Lanjut hari kedua, masih dipadati agenda seminar dengan topik pabrik kelapa sawit dan pengolahan limbahnya. PPKS menyajikan materi unggulan dengan memaparkan Quick Count potensi rendemen CPO baik di kebun maupun pabrik kelapa sawit, serta aplikasi NIR dalam menekan losses untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit. Terkait pemanfaatan limbahnya, PPKS mengembangkan energi terbaharukan berbasis limbah kelapa sawit. Sementara di akhir acara dilakukan talk show untuk lebih memperdalam isi materi yang telah disampaikan selama dua hari. Sedikit berbeda, di hari ketiga, akan dilaksanakan kunjungan lapangan ke lokasi wisata Merapi yang diberi nama Merapi Lava Tour. Dalam kunjungannya, dilakukan simulasi aplikasi teknologi Drone dan UAV. Peserta terbatas. PPKS hanya menyediakan kuato sebanyak 500 peserta yang berasal dari berbagai kalangan. Di antaranya praktisi perkebunan dan pabrik kelapa sawit, pimpinan dan staf pengkajian, perencanaan dan pengembangan, manajemen representatif sistem sertifikasi dan menajemen mutu, anggota asosiasi industri kelapa sawit, akademisi, penyuluh pertanian dan perkebunan, pemerintah terkait, perbankan, industri pupuk, agrokimia, mekanisasi, dan pemerhati industri kebijakan, lingkungan. Sementara biaya dibandrol Rp 2,8 juta per orang dan Rp 700 ribu untuk kontribusi Merapi Lava Tour.[]
cs@mitrainvestor.co.id
47
48
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015
Mitra Investor
@mitrainvestor
cs@mitrainvestor.co.id
49
www.mitrainvestor.co.id
50
MITRA INVESTOR EDISI 4 - 10 MEI 2015