edisi III / Oktober / 2010
Anak… Bibit Yang Kita Tanam Untuk Masa Depan Bersama
seribu kata-kata. Anak anak belajar dari apa yang dilihat, didengar, dan dikerjakan bersama orang tuanya. Artinya, pribadi anak biasanya tidak jauh dari kepribadian orang tua, dan cara orang tua mendidiknya. Pepatah Jawa mengatakan “kacang mangsa ninggal lanjaran”. Atau pepetah melayu mengatakan “Air cucuran jatuh ke bawah” artinya apa yang dilakukan orang tua menjadi teladan bagi anaknya. Jika orang tuanya hobby ke mall, maka anaknya pun tidak akan jauh dari situ. Jika orang tuanya suka membaca buku, belajar, maka a n a k p u n a ka n m e n ga n g ga p membaca dan belajar bukan hal berat dan aneh. J Doa orang tua kepada anak. Doa adalah senjata orang-orang yang percaya bahwa kekuatan doa mendorong tindakan alam bawah sadar untuk mewujudkan apa yang dicita citakan oleh orang yang berdoa. Doa ibarat senjatanya orang orang yang percaya pada konsep bahwa Tuhan masih ada. Karena bagi orang orang tertentu, mereka tidak mau berdoa karena menganggap agama bukan hal penting, serta Tuhan itu tidak ada. Kepada mereka yang berkeyakinan seperti itu tentunya kita cukup menghargai perbedaan yang ada. Toh tidak ada paksaan dalam berdoa.
Waktunya kini kita berefleksi, apakah anak-anak kita akan menjadi perhiasan hidup, musuh orang tua, cobaan, atau penyambung amal social kita. Tentu tergantung dari bagaimana kita memiliki cara pandang. Semoga pandangan positif pada anak, akan membuahkan sikan-sikap yang menghargai sosok anak sesuai tahapan perkembangannya. Kini saatnya untuk mengakhiri kekerasan pada anak, sekarang juga. Pada merekalah kita titipkan masa depan kita.
Media Belajar Bersama PUSAT LAYANAN INFORMASI PEREMPUAN WOMAN RESOURCE CENTRE
Berbah, 11 Oktober 2010. Sri Roviana
- Kekerasan terhadap anak - Pengasuhan Anak - Anakku mandiri
14
- A n a k … B i b i t Ya n g K i ta Ta n a m U nt u k M a s a D e p a n B e rs a m a
Salam Redaksi
Redaksi
Akhir-akhir ini, banyak kasus kekerasan terhadap anak terjadi di negeri Indonesia tercinta ini. sampai maret 2010 saja sudah ada 1.826 kasus kekerasan terhadap anak. Ada yang menganggap itu hal biasa tapi banyak juga yang menganggap kekerasan terhadap anak perlu mendapat perhatian serius. Sebenarnya kenapa sih banyak orangtua atau orang dewasa yang secara sengaja maupun tidak sengaja melakukan kekerasan terhadap anak? Apakah hal itu dianggap merupakan cara mendidik, atau itu merupakan bentuk kekesalan yang muncul tiba-tiba dan sulit mengendalikannya atau malah itu merupakan kelainan kejiwaan. Ada beberapa alasan kenapa kekerasan terhadap anak penting untuk dibahas. Pertama, agar kasus kekerasan terhadap anak ini tidak terulang lagi, kedua memberikan informasi pada khalayak bahwa anak adalah penerus bangsa jadi penting agar penerus bangsa ini dididik tanpa kekerasan. Karena dalam beberapa kajian kekerasan bisa memunculkan kekerasan lainnya, inilah yang disebut dengan efek berantai. Ketiga, mengetahui bentukbentuk kekerasan apakah fisik saja atau psikologis juga. Nah agar kita mendapat info lebih lengkap tentang kekerasan terhadap anak, mari kita baca beberapa tulisan dalam bulletin ini. Dan semoga kita bisa belajar banyak dari informasi yang kita dapat, semoga.
Kekerasan Terhadap
Kolom
Anak Kasus kekerasan terhadap anak tiap tahun selalu saja ada dan kasusnya cenderung naik tiap tahun. Dari tahun ke tahun selalu muncul di media baik cetak maupun elektronik yang memberitakan kekerasan yang menimpa anak-anak. Menurut Komnas Perlindungan Anak yang diberitakan oleh kantor berita Antara, pada rentang januari sampai maret 2010 saja sudah ada 1.826 kasus kekerasan terhadap anak. Bentuk kekerasannya terutama kekerasan fisik dan seksual. Yang cukup ironis adalah banyak kasus kekerasan yang menimpa anak-anak ini dilakukan oleh orang-orang terdekat, tetangga, saudara, bahkan orang tua. Bahkan menurut Komnas Perlindungan Anak kekerasan yang dilakukan orang-orang terdekat angkanya mencapai 68 %. Sebagai perbandingan saja pada tahun 2008 kasus kekerasan terhadap anak mencapai 1.626 dan tahun 2009 mencapai 1.891. Banyaknya anak terlantar juga memberikan ga m b a ra n b e ta p a ke ke ra s a n
terhadap anak ini m a s i h memungkinkan t e r u s meningkat. B a h k a n menurut catatan BPS 2 0 0 6 , populasi a n a k terlantar mencapai 5,4 juta, bisa dibayangkan b e t a p a te r b u ka nya k a s u s kekerasan terhadap anak ini b i s a terus berulang (sumber data, kantor berita Antara). Sekedar untuk mengingat, kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Babe terhadap anak jalanan membuat kita miris, Babe seorang
PUSAT LAYANAN INFORMASI PEREMPUAN WOMAN RESOURCE CENTRE
1
Kolom dewasa yang bagi anak-anak jalanan dianggap sebagai pelindung dan pengayom tega menghabisi anak asuhnya sendiri. Kasus lain misalnya seorang ibu di Jawa Barat yang tega membunuh ketiga anaknya, atau seorang ayah yang tega melempar anak tirinya di rel kereta api saat kereta api melintas sehingga sang anak mengalami cacat permanen karena salah satu kakinya hancur. Kasus kekerasan seksual misalnya, beberapa anak jadi korban sodomi guru ngajinya, ada juga balita yang di perkosa pamannya, ada juga kasus di Bali beberapa anak jalanan jadi korban sodomi seorang turis asing. Banyak sekali kasus yang menimpa anak-anak dan tentunya hal ini tidak bisa dibiarkan, karena kekerasan ini dibiarkan akan berdampak akan berulangnya kekerasan di masa depan. Sebenarnya bentuk-bentuk kekerasan seperti apa saja yang sering terjadi pada anak-anak? Menurut Dr. Rianto Adi dan kawankawan dalam penelitiannya menjabarkan, “ Bentuk-bentuk kekerasan yang secara prosentase banyak diterima anak baik di rumah maupun di sekolah adalah:
Kekerasan terhadap anak
dipukul/disabet dan dicubit (kekerasan fisik); dicolek dan disingkap roknya (kekerasan seksual); dimarahi, diejek dan dimaki (kekerasan verbal/psikis). Diantara tiga kelompok bentuk kekerasan tersebut tersebut yang paling sering dialami anak adalah kekerasan verbal. Anak laki-laki pada umumnya lebih besar prosentasenya mendapat kekerasan fisik dibandingkan anak p e r e m p u a n � . (http://www.atmajaya.ac.id/content.as p?f=13&id=3085) Kadang munculnya kekerasan terhadap anak bagi sebagian orang dewasa karena dilandasi alasan budaya dan agama. Banyak orangtua jaman dulu dalam mengajar anaknya sering dengan kekerasan, sedikit-sedikit anak dihukum dan dimarahi, karena melakukan kesalahan atau karena kurang disiplin. Banyak orang tua jaman dulu memarahi, memaki-maki, mengancam, bahkan tidak segan-segan memukul anaknya agar anak belajar sungguh-sungguh, agar anak selalu menurut orangtua, agar anak tidak melakukan kesalahan dan berbagai alasan yang lain. Kekerasan dalam mendidikpun dianggap wajar karena hal itu merupakan bagian dari cara mendidik.
Kekerasan terhadap anak
Tapi benarkah cara mendidik d e n ga n ke ke ra s a n m a s i h l aya k dipertahankan? Banyak cerita dari anakanak yang dididik dengan kekerasan memunculkan efek komunikasi mereka dengan orang tua kurang bagus, bahkan menolak untuk berkomunikasi atau bertemu dengan orangtuanya sendiri. Ada ingatan-ingatan negatif yang mereka dapat dari orangtua yang sering memarahi, memukul, mengejek, dll. Efek traumatik saat mereka kecil ini bisa mempengaruhi kehidupan anak saat mereka kecil maupun setelah dewasa. Tidak saja dengan orang tua, anak bisa juga bermasalah membangun komunikasi dengan teman sejawatnya, perasaan tidak percaya diri, merasa tidak berguna, merasa tidak mampu akan muncul saat anak berinteraksi dengan orang lain. Atau bahkan kebalikannya, anak saat di luar begitu agresif , reaktif, mudah, marah dan sering mengganggu temannya, hal itu bisa muncul karena ketidaksukaannya pada perlakuan orangtuanya dan hal itu dilampiaskan di luar rumah. Hal ini tentunya sangat merugikan anak dalam p e r k e m b a n g a n p s i ko l o g i s d a n pikirannya. Sangat disayangkan mestinya hubungan orangtua dengan anak bisa harmonis bisa rusak karena cara “mendidik� yang kurang tepat. Anak-anak adalah masa depan kita, masa depan keluarga, masa depan
2
Kolom lingkungannya masa depan negaranya dan tentunya masa depan dunia. Marilah kita didik dan jaga dengan penuh kasih sayang, penuh kelembutan dan penuh tanggung jawab. Dengan mendidik anak tanpa kekerasan kita telah berkontribusi dalam mencatak kader-kader masa depan yang cinta kedamaian dan menghindari segala kekerasan dalam berbagai bentuknya. SugengAnak-anak adalah masa depan kita, masa depan keluarga, masa depan lingkungannya masa depan negaranya dan tentunya masa depan dunia. Marilah kita didik dan jaga dengan penuh kasih sayang, penuh kelembutan dan penuh tanggung jawab. Dengan mendidik anak tanpa kekerasan kita telah berkontribusi dalam mencatak kader-kader masa depan yang cinta kedamaian dan menghindari segala kekerasan dalam berbagai bentuknya. Sugeng Anak-anak adalah masa
depan kita, masa depan keluarga, masa depan lingkungannya masa depan negaranya dan tentunya masa depan dunia. Marilah kita didik dan jaga dengan penuh kasih sayang, penuh kelembutan dan penuh tanggung jawab. Dengan mendidik anak tanpa kekerasan kita telah berkontribusi dalam mencatak kader-kader masa depan yang cinta kedamaian dan menghindari segala kekerasan dalam berbagai bentuknya. *) Sugeng
3
Kolom
Pengasuhan Anak
Pengasuhan
Pendahuluan “kami tidak pernah melakukan kekerasan terhadap anak”, “disini tidak ada kekerasan terhadap anak mbak.”
C
uplikan pernyataan diatas sering disampaikan oleh beberapa peserta diskusi di komunitas, ketika membicarakan pola pengasuhan anak. Dan ketika ada pertemuan komunitas yang menyangkut dengan pengasuhan anak, kebanyakan peserta diskusi adalah ibu-ibu, kalaupun ada bapakbapak jumlahnya sedikit. Seringkali orang tua merasa tidak pernah melakukan kekerasan terutama terhadap anaknya. Dalam pandangan masyarakat bahwa yang disebut dengan kekerasan adalah tindakan yang melukai fisik si anak. Orang tua sering tidak sadar bahwa, mereka sering melakukan kekerasan terutama kekerasan psikis. Misalnya “Kalau tidak mau makan akan disuntik dokter nanti.”, “kalau main terus nanti diambil orang loh…..” Ungkapan tersebut sebenarnya maksudnya untuk kebaikan, yakni agar anaknya mau makan atau tidak main terus tetapi sayangnya disertai ancaman. 4
Anak
Orang tua tidak sadar apa yang dikatakan tersebut justru “membangun” anak menjadi takut terhadap sesuatu yang selalu dikatakan oleh orangtua. Sebagai contoh, anak sering ditakut-takuti kalau gak mau makan nanti sakit dan kalau sakit di suntik dokter. ketika anak sakit betulan dan akan dibawa ke dokter anak menjadi takut dengan dokter karena dokter pasti akan menyuntik dan disuntik adalah peristiwa yang menyakitkan. Atau anak jadi tidak “PD” (percaya diri) ketika anak pergi sendiri karena ketakutan terhadap orang lain, anak beranggapan bahwa orang lain m e r u p a ka n a n c a m a n ka re n a sewaktu-waktu dapat mengambil dirinya. Hal itu karena orangtua sering menakut-nakuti anak agar lebih menurut. Mengapa orang tua tidak memberikan alasan kenapa anak harus melakukan sesuatu? Orang tua sering tidak mempunyai energi atau waktu ketika harus menjelaskan
Kolom
kepada anak, mengapa anak membutuhkan makan, mengapa seorang anak mempunyai batas waktu main. Supaya komunikasinya cepat dan tidak memunculkan serentetan pertanyaan dari anak, orang tua akan memberi penjelasan yang kadang tidak rasional dan menakut-nakuti anak. Tantangan Pengasuhan Anak. Pada situasi masyarakat secara umum pengasuhan anak masih d i l e ka t ka n p a d a p e r e m p u a n (walupun sekarang laki-laki juga sudah mulai terlibat pada pengasuhan anak) maka tak jarang yang menjadi pelaku kekerasan adalah ibu, baik kekerasan fisik maupun psikis. Menyimak dari serial film anak yang ditayangkan di TPI “Upin – Ipin” ada satu kisah ketika di sekolah Cik Gu menjelaskan tentang hari ibu. Pertanyaan Cik Gu, apa kesanmu terhadap ibu? Fizi menjawab “ibu suka memukul, suka marah marah”. Jawaban “Jarjit satu dua tiga bila ibu marah aku segera lari takut di pukul”. Ingatan anak-anak tentang ibu mereka adalah ibu yang menakutkan, ibu yang suka marah dan memukul. Ingatan mereka bukan ibu yang penuh dengan kasih, penuh perhatian. Pastilah menyedihkan bila kesan anak terhadap ibu adalah ibu yang menakutkan. Pasti menyakitkan perasaan banyak ibu ketika mengetahui bahwa yang diingat oleh anak-anak mereka
adalah ibu yang “menakutkan”. Padahal setiap orang tua akan sangat menyayangi anaknya tanpa batas, hingga ada pribahasa “Cinta anak sepanjang Galah, Cinta ibu sepanjang Masa”. Tantangan pengasuhan anak pada masa kini semakin meningkat, dimana pengasuhan anak lebih banyak melekat pada ibu, sedangkan kebanyakan ibu-ibu jaman sekarang dituntut untuk aktif dan dinamis. Aktivitas para ibu menjadi banyak, selain bekerja di luar rumah, para ibu juga harus bekerja di dalam rumah untuk menyelesaikan pekerjaan domestiknya masih ditambah dengan kegiatan sosial di lingkungan. Sedangkan dari sisi anak, anak juga sudah mempunyai “kesibukan”, sekolah dari pagi hingga siang ada beberapa kemudian masih ditambah 5
Pengasuhan Anak
Pengasuhan Anak
Kolom dengan les-les, nonton TV berjamjam karena tayangan TV tidak kenal waktu menyuguhkan aneka film kartun anak yang dalam penayangannya tidak kenal waktu. Terkadang waktu menjadi hal yang mahal untuk ibu dan anak berkomunikasi. Sering yang terjadi ko m u n i k a s i s a t u a ra h y a i t u komunikasi perintah. Ibu meminta anak untuk segera melakukan ini dan itu, sedangkan anak melakukan komunikasi dengan merengekrengek yang pada akhirnya ibu menjadi jengkel dan menyerahkan kepada anak untuk melakukan sesuatu yang disukainya. Komunikasi yang berkualitas akhirnya sulit untuk dibangun. Komunikasi yang berkualitas adalah komunikasi yang memberikan ruang untuk bisa saling mendengarkan dan mengungkapkan perasaan. Sekali lagi memang waktu menjadi persoalan berharga.
6
Pola Asuh yang Asih Bila diamati pengasuhan masa kini memang mulai ada pergeseran, pada era tahun 80-an orang tua (ibu atau bapak) sering terlihat memukuli anaknya sampai para tetangga mengetahui bahwa si anak sedang di hajar oleh orang tuanya. Pada tahun 2000-an yang terjadi adalah orang tua cenderung mengabulkan keinginan anak. Ada beberapa faktor yang pada akhirnya orang tua memenuhi keinginan si anak, 1) Orang tua merasa mampu untuk membelikan apa yang diinginkan anak. 2) Dari pada anak menangis dan merengek-rengek terus maka orang tua mengiyakan keinginan si anak. 3) Orang tua sudah bekerja keras maka orang tua i n g i n m e m b e r i ka n a p a ya n g diinginkan oleh si anak. Orang tua lebih memberikan hal-hal yang bersifat material dan kurang untuk menyentuh yang bersifat afeksi. Afeksi adalah relasi atau interaksi yang lebih m e n e ka n ka n p a d a p e ra s a a n . Bagaimana kemampuan orang tua untuk bisa mendekatkan diri pada a n a k ke m u d i a n m e m b e r i ka n masukan pada anak tentang sesuatu. Sebagai contoh ketika anak sedang menonton film di TV orang tua juga ikut menonton kemudian bila ada hal-hal yang kurang pantas pada film
tersebut orang tua akan memberikan masukan pada anak dan mendengarkan komentar atau pertanyaan anak. Bila anak melakukan kesalahan, teguran yang disampaikan tidak perlu membentak atau menjadi marah dengan anak. Bila anak diberi pengertian, anak akan mempunyai daya serap yang luar biasa, dan yang terpenting adalah anak jadi mempunyai harga diri. Karena orang tua tidak pernah menyalahkan anak, anak merasa aman berada dekat dengan orang tuanya. Penutup. Pengasuhan anak memang idealnya dilakukan secara seimbang oleh bapak dan ibu, bila dilakukan secara seimbang anak akan menjadi dekat dengan keduanya dan anak belajar tentang kerjasama dalam rumah. Ditengah tantangan para orang tua yang sibuk di luar rumah, orang tua tetap harus memberikan waktu yang berkualitas pada anak agar anak merasa nyaman berada di dekat orang tua mereka. Sentuhan afeksi menjadi penting untuk membangun suasana kekeluargaan yang penuh dengan kedamaian. Bahwa pengasuhan anak tidak perlu dengan menakut-nakuti anak, membentak anak atau bahkan melakukan pemukulan atau hal lain yang mengakibatkan sakit fisik. Karena hal itu akan membuat anak menjadi tidak mempunyai harga diri. Pengasuhan yang mengutamakan rasa asih akan membuat anak mempunyai harga diri dan rasa aman sehingga anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik. (Ovi) 7
Anakku mandiri
Warta perempuan dan anak
Warta perempuan dan anak
ANAKKU
MANDIRI Bagaimana caranya mendidik anak menjadi mandiri? Berikut beberapa poin yang bisa dijadikan acuan, menurut terapis Lynn Lott dan Riki Intner dari California. Semua Anak memerlukan kesempatan untuk terlibat dalam kerja rumah tangga Jangan pernah menyepelekan anak hanya karena mereka terlalu kecil. Berikut beberapa pembagian tugas yang bisa dijadikan acuan, meskipun tidak ada pembatasan kaku sehingga tidak membatasi apa yang bisa dikerjakan anak. Usia 2-3 tahun : Alternatif tugasnya: membereskan dan merapikan mainan, memberi makan binatang piaraan, membersihkan tumpahan, mengembalikan sepatu pada tempatnya Usia 4 Alternatif tugas : Merapikan tempat tidur, menata meja, merapikan tanaman dan kebun, membantu memasukkan belanjaan ke dalam lemari
8
rumput. Anak anak harus dilatih untuk menghadapi hidup dengan menghilangkan stereotip pembedaan tugas perempuan dan laki-laki. Semakin banyak yang dipelajari, maka semakin mudah hidup mereka bila sudah mandiri. Jangan mudah merasa kasihan
Usia 5 Membantu berbelanja, membuang sampah, membersihkan kamar Usia 6 Menjemur pakaian, memasak menu sederhana, membereskan lemari, menyiapkan bekal makanan Usia 7-8 Menerima telepon, mengurus sepeda, merapikan kamar, mencuci sepatu sekolah 9-10 Menyapu lantai, mencuci pakaian dan sepatu sendiri, menyapu halaman Hindari pembagian tugas menurut jenis kelamin Akan lebih baik mengajari anak untuk melakukan aneka tugas yang berbeda beda. Anak laki-laki bisa juga mencuci piring, memasak, melipat pakaian. Begitu juga anak perempuan bisa juga mencuci kendaraan atau membabat
Bila kita merasa kasihan pada anak, dan mengerjakan tugas-tugas mereka, tanpa kita sadari, kita justru meremehkan anak karena menganggap mereka tidak mampu mengerjakan tanggung jawab mereka. Kita juga tidak menghormati kesepakatan yang sudah kita sepakati dengan anak. Kita akan menjadi terbebani dan kesal. Diperlukan konsistensi terhadap keterlibatan anak, dengan harapan anak akan berdalih dan melepas tanggung jawabnya. Misal : Malas melipat selimut karena terburu buru. Menciptakan Tradisi Keluarga
B e r ta nya l a h ke p a d a a n a k d a n dengarkan pendapat mereka Anak anak sangat senang didengar dan ditanggapi. Coba dengar pendapat anak, baju apa yang akan di pakai untuk acara malam nanti? Atau apa pendapat anak tentang sekolahnya, teman-temanya atau yang lain. Berikan mereka pilihan Kamu mau pakai baju cinderella dengan sepatunya? Atau pakai baju peri? Bantulah anak memikirkan akibat dari perilaku mereka Bila anak lupa menaruh sepatu pada tempatnya, maka akibat logis yang timbul adalah anak kebingungan mencari sepatu dan akhirnya terlambat ke sekolah. Bantulah anak memahami akibat setiap akibat logis yang timbul d a r i ke l a l a i a n nya m e n g e r j a ka n tugasnya.
Buatlah kegiatan yang menjadi tradisi dalam keluarga dimana seluruh keluarga hadir dan terlibat. Misalnya kumpul di waktu sore atau di malam minggu, dimana anak bisa membantu menyiapkan makanan kecil dan minuman dan ayah/ibu bisa memesan atau membuat makanan dan minumannya.
9
Anakku mandiri
Please and Thanks Gunakan bahasa tolong untuk setiap bantuan yang kita minta, dan jangan lupa ucapkan terima kasih sesudahnya.� Terima kasih ya nak, ayah / ibu senang berkat bantuanmu, kebun menjadi lebih rapi dan cepat selesai Melibatkan anak-anak dalam tugastugas rumah tangga berarti membantu mereka belajar bagaimana merencanakan, mengatur waktu, bekerja dalam suasana memberi dan menerima, menjadi bagian dalam tim, dan belajar dari kesalahan. Adalah realistis memandang perubahan sebagai sebuah proses dan berpusat pada kemajuan, tapi bukan pada kesempurnaan. Mulailah dengan langkah kecil dan bersyukur atas setiap kemajuan yang dicapai. ANAKKU KOK NILAINYA JELEK Semua orang tua menginginkan anaknya memiliki prestasi, baik untuk menguasai sesuatu keterampilan atau berprestasi di sekolah. Namun orang tualah yang menentukan tolok ukur prestasi dan jenis keterampilan yang baik untuk anaknya. Akibatnya banyak orang tua mengeluh karena anaknya kurang bersemangat dan gagal dalam kegiatan yang semestinya ditekuni. Sebenarnya semua anak dapat berprestasi asal orang tua mengetahui dan memberdayakan minat anak.
10
Anakku mandiri
Pentingnya Minat Minat atau interest merupakan sumber motivasi yang mendorong anak untuk melakukan apa yang ia inginkan bila ia bebas memilih. Minat turut menentukan keunikan pribadi masingmasing anak karena dianggap sebagai sesuatu yang dipilih anak untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Munculnya minat melibatkan mental anak secara kognitif maupun afektif. Secara kognitif, jika kegiatan yang dilakukan anak merupakan tempat anak belajar tentang hal-hal yang menimbulkan rasa ingin tahu. Termasuk dalam kegiatan ini adalah mempelajari bidang studi tertentu di sekolah. Secara afektif, jika kegiatan yang dilakukan memberikan pengalaman emosional yang menyenangkan. Minat bersifat egosentris. Karena, macam minat pada setiap anak berbeda tergantung kebutuhan dan apa yang dirasa menguntungkan anak. Minat bisa muncul secara kebetulan ketika anak menemukan bahwa sesuatu begitu menarik perhatian maupun meniru dari orang sekitar yang dicintai. Dengan munculnya minat, anak terdorong melakukan apa saja yang ia inginkan. Daya dorong yang ditimbulkan o l e h m i n a t s a n ga t ku a t . A ka n memberikan kepuasan dan kebahagiaan baginya jika anak dapat mengekspresikannya dalam suatu kegiatan. Minat memainkan peran penting dalam kehidupan seseorang, terutama pada masa kanak kanak. Minat turut
menentukan bentuk aspirasi anak, dapat menjadi daya dorong yang kuat untuk mempelajari sesuatu dan menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni. Mengenali Minat Anak Tidak mudah mengenali minat anak karena ada perbedaan antara minat sesungguhnya dengan kesenangan sementara. Oleh karena itu, orang tua harus rajin mengamati keseharian anak. Minat bisa lebih bertahan, semakin sering diekspresikan pada kegiatan, minat tersebut semakin kuat. Berbeda dengan kesenangan yang intensitasnya dapat menurun atau kemudian menjadi bosan. Dua kesulitan yang dihadapi orang tua dalam menemukan minat anak yaitu, pertama dari diri anak sendiri yang belum menemukan minatnya. Dan yang kedua, tidak semua anak menyatakan minatnya. Untuk dapat menemukan minatnya, anak-anak harus dapat kesempatan melihat, menjelajah, b a h ka n te r j u n d a l a m b e r b a ga i lingkungan dan kegiatan. Kesempatan ini tidak mungkin diperoleh apabila orang tua membatasi lingkungan dan kegiatan anak. Juga jika sejak awal orang tua turut menentukan kegiatan yang dirasa baik untuk anaknya. Sehingga waktu anak akan habis untuk mengikuti kegiatan tersebut dan ke h i l a n g a n ke s e m p a t a n u n t u k bereksplorasi.
Untuk anak yang lebih kecil, perlu diamati kesehariannya misalnya, apa saja yang sering diperbincangkan, apa pilihan bukunya, apa hal-hal yang terusmenerus ditanyakan, benda yang dikumpulkan anak dan sering mengajaknya berkomunikasi. Merespon dan Mengembangkan Minat Begitu orang tua menemukan minat anak, orang tua semestinya menghargai dan mendukungnya dengan menunjukkan persetujuan dan m e m b a n t u mengekspresikan minat anak. Anak akan merasa senang jika apa yang diminatinya “ direstui “ orang tuanya. Ingat, bahwa dalam keadaan minat anak besar pada sesuatu, anak berada pada “ siap belajar “ saat inilah ke s e m p a ta n e m a s anak untuk meraih prestasi dan kebahagiaan d a l a m hidupnya.
11
Anakku mandiri Anak… Bibit Yang Kita Tanam Untuk Masa Depan Bersama
Tidak diharapkan apabila orang tua menilai bahwa kegiatan tertentu yang diminati anak tidak menguntungkan bahkan mendesak anaknya supaya tertarik pada kegiatan yang menurut orang tua baik dan bergengsi. Lain halnya jika minat anak menyimpang dari norma sosial, orang tua yang demokratis, melalui komunikasi menyadarkan akan dampak negatif dari minatnya. Anak yang dipaksa mengikuti kegiatan yang tidak menarik atau membosankan akan memunculkan sikap dan perilaku yang akan mengganggu penyesuaian sosial dan pribadi anak. Anak menjadi tidak serius dengan aktivitas yang tidak disukainya, cenderung kurang memperhatikan dan ujung-ujungnya aktivitas itu jadi kurang maksimal karena dilakukan setengah hati. (Ian)
Anak…
Reflekta
Bibit Yang Kita Tanam Untuk Masa Depan Bersama Di dalam sebuah kotak nasi berlauk ayam, sayur, telur : “ Tasyakur…telah lahir anak kedua kami yang bernama Siti Suharti, pada tanggal 10 Oktober 2010. Mohon doanya agar menjadi anak yang sholihah, berbakti pada orang tua, berguna bagi sesama, nusa bangsa dan agama.” Kami yang berbahagia,Keluarga Rina dan Anton.
A
mat sering kita mendapatkan nasi kotak, gulai kambing, roti, atau jajanan, sebagai ungkapan tasyakur atas lahirnya seorang anak. Orang tua selalu berharap agar anaknya menjadi baik, berguna, dan manfaat pada sesama. Jarang atau bahkan tidak ada satu orangtuapun yang berharap anaknya menjadi pencuri, koruptor,
12
mafia pajak, atau pemerkosa,bahkan tidak ada satu orang tuapun yang berdoa agar anaknya menjadi pelacur. Namun mengapa setelah menjadi manusia dewasa, kita menjumpai dunia diwarnai laki laki dan perempuan yang jauh dari doa orang tua mereka. Anak anak dimata orang tua, dalam bahasa kitab suci, seringkali dikaitkan dalam berbagai definisi : ? Anak adalah perhiasan. Perhiasan adalah sesuatu barang yang biasanya bernilai mahal, disimpan dan dikelola dengan hati-hati, dan menimbulkan kebanggaan atau nilai lebih bagi siapa yang memakainya. Anak adalah perhiasan juga dimaknai sebagai harta. Secara sosiologis di beberapa daerah, orang tua yang memiliki anak perempuan merasa beruntung karena setelah dewasa
orang tuanya akan mendapatkan mas kawin dari laki laki yang menikahinya, berupa harta benda seperti lembu, babi, sapi, atau emas. ? Anak sering didefinisikan sebagai musuh orang tua. Amat banyak cerita adanya orang tua yang justru berseteru, atau bermusuhan dengan anaknya. Akar permusuhan ada banyak hal, misalnya, anak yang menolak mengakui orangtuanya (kisah malin kundang), anak yang berkonflik dengan orang tua hingga diusir dari rumahnya, dsb. Belum terjadi rekonsiliasi hubungan antara anak dan orang tua membuat masing masing merasa tidak nyaman dengan statusnya sebagai anak dan orang tua. ? A n a k s e b a ga i c o b a a n . A d a perumpamaan bahwa mendidik anak tidaklah mudah, banyak kisah bahwa anak anak seringkali menguji orang tuanya dengan berbagai peristiwa. Misalnya tidak mau sekolah, tidak mau kuliah, tidak mau bekerja, kebiasaanya adalah kongkow-kongkow diatas motor di pinggir jalan. Waktu mudanya tidak dimanfaatkan secara maksimal, hingga lewatlah usia muda. ? Anak adalah penyambung amal sosial orang tua. Disebutkan dalam kitab suci Al Qur'an bahwa amal yang tidak akan berhenti setelah seseorang meninggal dunia adalah doa dari anak sholih dan sholihah kepada orang tuanya.
Melihat definisi diatas, maka jika ditanya pada semua orang tua, apa harapan terdalam dan terbesar dari anak anaknya? Tentu secara umum akan menjawab, bahwa mereka menginginkan anak anaknya menjadi orang baik, bermanfaat, dan berguna untuk sesama. Nah, ada beberapa resep bagi kita, orang tua, agar saat usia dini, anak-anak mulai belajar menjadi pribadi yang unggul : J Orang tua perlu menceritakan pada
anak anaknya, ketangguhan tokoh tokoh local, nasional, atau bahkan dunia. Seperti misalnya orang Jepang, akan bercerita tentang kepahlawanan kaum samurai, yang tangkas, sehat, cerdas, penuh strategi, dalam menghadapi musuhnya. Orang jepang juga punya harga diri tinggi, hingga tak mau dihina, direndahkan. Sayangnya orang tua di Indonesia seringkali menceritakan cerita rakyat “kancil mencuri Timun”. Sehingga, setelah dewasa, melahirkan karakter licik, menipu, serta mengakali orang. Banyak orang tua yang jika disuruh maju dalam rapat, akan mengatakan: jangan saya, yang lain dulu lah. Orang tua yang seperti itu pasti karena saat kecil kurang mendapat motivasi. J Keteladanan orang tua di hadapan anak. Satu tindakan keteladanan dari orang tua lebih bermakna dari
13